InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
TOPIK SAJIAN UTAMA: Mengenal Angka Kecukupan Gizi (AKG) Bagi Bangsa Indonesia
ARTIKEL: SERI SWAMEDIKASI: Berkenalan Dengan Uhuk... Uhuk... Uhuk... Pemanis Buatan Batuk Kering Atau Batuk Berdahak? SIARAN PERS: Klarifikasi Produk Pangan yang Tidak Aman Dikonsumsi Karena Mengandung Pemanis Buatan
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
TIM REDAKSI
EDITORIAL
Penasehat : Kepala Badan POM
Baru saja kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke 69. Sudah banyak yang dicapai oleh bangsa ini. Wajib belajar yang dahulu 6 tahun sekarang sudah menjadi 9 tahun, internet yang dahulu baru terdapat di kota-kota besar sekarang sudah dapat dinikmati sampai tingkat kecamatan melalui Mobile Pusat Internet Layanan Kecamatan (MPLIK). Hal tersebut menimbulkan semakin mudahnya informasi menyebar ke masyarakat melalui internet walaupun terkadang informasi yang menyebar di masyarakat bukanlah informasi yang valid. Informasi yang tidak valid ini yang dapat menyebabkan keresahan di masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah informasi tentang bahaya pemanis buatan yang baru-baru ini kembali merebak di masyarakat. Maka pada InfoPOM kali ini kami menurunkan artikel pendukung dengan judul “Berkenalan Dengan Pemanis Buatan” untuk memberikan informasi penyeimbang tentang pemanis buatan yang boleh digunakan di Indonesia dan aman digunakan sepanjang penggunaannya dibawah jumlah yang diperbolehkan. Selain itu Badan POM juga telah mengeluarkan klarifikasi mengenai Produk Pangan Yang Tidak Aman Dikonsumsi Karena Mengandung Pemanis Buatan. Diharapkan setelah membaca kedua artikel tersebut masyarakat dapat lebih cermat memilih makanan dengan membaca label terlebih dahulu.
Pengarah : Sekretaris Utama Badan POM Penanggung jawab : Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur : Dra. Tri Asti Isnariani, Apt.,M.Pharm. Editor : 1. Dra. Murti Hadiyani 2. Indah Widiyaningrum, S.Si, Apt. 3. Arlinda Wibiayu, S. Si., Apt. Kontributor : 1. Yusra Egayanti, S.Si, Apt (Direktorat Standardisasi Produk Pangan) 2. Siti Maemunah, S.Farm, Apt (Direktorat Standardisasi Produk Pangan) 3. Dwi Resmiyarti, S.Farm., Apt. (PIOM) 4. Arlinda Wibiayu, S. Si., Apt. (PIOM) 5. Judhi Saraswati, SP. MKM (PIOM) Sekretariat : 1. Syatiani Arum Syarie, S.Farm., Apt. 2. Riani Fajar Sari, A.Md. 3. Ridwan Sudiro, S.IP. 4. Tri Handayani, S.Farm., Apt. Sirkulasi : 1. Netty Sirait 2. Surtiningsih Desain dan Fotografer : Michael Andikawan S., S.Des.
Pangan yang kita konsumsi mempengaruhi status gizi seseorang, dimana status gizi dinilai baik apabila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Karena dengan badan yang sehatlah kita dapat mengisi kemerdekaan. Maka pengetahuan tentang gizi diperlukan untuk dapat memilih pangan yang akan dikonsumsi. Jika pembaca ingin dapat menghitung kebutuhan gizi untuk diri sendiri maka sajian utama dengan judul “Mengenal Angka Kecukupan Gizi (AKG) Bagi Bangsa Indonesia” tidak boleh dilewatkan. Dan untuk menjaga kesehatan selama musim kemarau khususnya dari gangguan batuk maka pada swamedikasi kali ini kami turunkan tentang penanganan batuk. Beda jenis batuknya tentu beda jenis penanganannya. Untuk batuk yang ringan dapat dilakukan terapi non obat seperti menghangatkan daerah leher, tetapi untuk batuk yang berat (cukup mengganggu) perlu ditangani dengan terapi obat. Lebih jelasnya pembaca dapat membacanya pada artikel “Uhuk...uhuk...uhuk....Batuk Kering atau Batuk Berdahak?” Forum SIKer Nas kali ini membahas tentang “Susu Mengatasi Keracunan”, karena sering kali susu dianggap dapat menetralkan keracunan. Padahal tidak semua jenis keracunan dapat ditangani dengan menggunakan susu. Sedangkan Forum PIO Nas kali ini membahas tentang pertanyaan seorang apoteker rumah sakit tentang “Stabilitas Co Amoksiklav Injeksi”. Selamat membaca dan selamat berkarya!
R
edaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. Alamat redaksi: Ged. Pusat Informasi Obat dan Makanan lt. 5 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat. Telepon/fax: 021-42889117. Email ke
[email protected]
Halaman 2
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
MENGENAL ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) BAGI BANGSA INDONESIA Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air merupakan zat gizi yang diperlukan manusia. Banyak mengkonsumsi makanan banyak pula zat gizi yang diperoleh, tetapi belum tentu semua itu yang dibutuhkan oleh tubuh. Alih-alih digunakan untuk tubuh, zat yang berlebih justru akan dibuang oleh tubuh kita. Apa saja faktor yang menentukan kebutuhan gizi tiap individu?
Manusia memerlukan zat gizi untuk kelangsungan hidupnya, yang dapat diperoleh dari makanan atau minuman. Zat gizi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk tumbuh, bereproduksi, dan memelihara kesehatan yang baik. Secara definisi zat gizi merupakan substansi pangan yang memberikan energi; diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan /atau pemeliharaan kesehatan; atau bila kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh. Kalau dulu zat gizi tersebut terbatas pada karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin dan mineral, namun sekarang air ditetapkan termasuk sebagai salah satu zat gizi. Konsumsi pangan sangat mempengaruhi status gizi seseorang, dimana status gizi baik apabila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seperti jumlah dan kualitas pangan serta faktor gangguan dalam sistem pencernaan yang diakibatkan oleh kelainan dan penyakit. Status gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kekurangan atau kelebihan dalam waktu tersebut akan berdampak tehadap kesehatan. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan dampak berupa penyakit defisiensi. Asupan yang berlebihan dari salah
satu zat gizi juga menimbulkan gangguan kesehatan mulai dari gangguan yang ringan misalnya gangguan fungsi yang menurun bahkan sampai gangguan yang sangat berat atau sifatnya fatal. Oleh karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, diperlukan asupan zat gizi yang harus didapatkan dari pangan dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan setiap harinya. Disinilah diperlukan suatu standar yang digunakan sebagai acuan tentang kebutuhan gizi seseorang. Pada dasarnya kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda tergantung pada jenis kelamin, umur, aktivitas, kondisi kesehatan/ penyakit. Laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda, demikian pula bayi, anak-anak, orang dewasa juga mempunyai kebutuhan yang berbeda pula. Orang dengan aktivitas yang banyak akan mempunyai kebutuhan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan yang beraktivitas sedikit. Wanita hamil, orang dengan penyakit tertentu pun akan mempunyai kebutuhan gizi yang khusus untuk mempertahankan kesehatannya. Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi. Meskipun demikian berangkat dari prinsip yang sama, yaitu penentuan angka atau nilai asupan gizi untuk mempertahankan orang sehat tetap sehat sesuai kelompok umur atau tahap petumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin, kegiatan dan kondisi fisiologisnya.
Halaman 3
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
Untuk mengetahui kebutuhan gizi seseorang, maka sesuai dengan amanat Undang-undang Kesehatan (UU36/2009) bahwa Menteri Kesehatan perlu menetapkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Bangsa Indonesia. AKG merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan memenuhi kebutuhan sekitar 97-98% populasi sehat. Istilah yang dipakai bagi angka kecukupan gizi berbeda-beda antar negara. Indonesia menggunakan istilah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan sebagai terjemahan dari RDA (Recommended Dietary Allowance). Filipina menggunakan istilah Recommended Energy and Nutrient Intakes (RENI). Di Amerika Serikat mulai tahun 1997 (IOM, 1997) menggunakan istilah Dietary Reference Intake (DRI). DRI terdiri dari empat angka, yaitu 1) kebutuhan gizi rata-rata (Estimated Average Requirement, EAR), 2) Konsumsi gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowance, RDA), 3) Kecukupan asupan gizi (Adequate Intake, AI) dan 4) Batas maksimum yang diperbolehkan (Tolerable Upper Intake Level, UL). Penggunaan masing-masing istilah tersebut berbeda tergantung konteks penerapannya. Menteri Kesehatan telah menetapkan AKG bagi Bangsa Indonesia yang terbaru melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013. Peraturan ini mencakup : berat dan tinggi badan, kelompok umur, energi dan zat Gizi : protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin dan mineral. Pada Tabel berikut diuraikan Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) : Kelompok umur
BB* (kg)
TB* (cm)
Energi (kkal)
Lemak (g)
Protein (g) Total
n-6
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Air (mL)
n-3
Bayi/Anak 0 – 6 bulan
6
61
550
12
34
4,4
0,5
58
0
-
7 – 11 bulan
9
71
725
18
36
4,4
0,5
82
10
800
1-3 tahun
13
91
1125
26
44
7,0
0,7
155
16
1200
4-6 tahun
19
112
1600
35
62
10,0
0,9
220
22
1500
7-9 tahun
27
130
1850
49
72
10,0
0,9
254
26
1900
10-12 tahun
34
142
2100
56
70
12,0
1,2
289
30
1800
13-15 tahun
46
158
2475
72
83
16,0
1,6
340
35
2000
16-18 tahun
56
165
2675
66
89
16,0
1,6
368
37
2200
19-29 tahun
60
168
2725
62
91
17,0
1,6
375
38
2500
30-49 tahun
62
168
2625
65
73
17,0
1,6
394
38
2600
50-64 tahun
62
168
2325
65
65
14,0
1,6
349
33
2600
65-80 tahun
60
168
1900
62
53
14,0
1,6
309
27
1900
80+ tahun
58
168
1525
60
42
14,0
1,6
248
22
1600
10-12 tahun
36
145
2000
60
67
10,0
1,0
275
28
1800
13-15 tahun
46
155
2125
69
71
11,0
1,1
292
30
2000
16-18 tahun
50
158
2125
59
71
11,0
1,1
292
30
2100
19-29 tahun
54
159
2250
56
75
12,0
1,1
309
32
2300
30-49 tahun
55
159
2150
57
60
12,0
1,1
323
30
2300
50-64 tahun
55
159
1900
57
53
11,0
1,1
285
28
2300
65-80 tahun
54
159
1550
56
43
11,0
1,1
252
22
1600
80+ tahun
53
159
1425
55
40
11,0
1,1
232
20
1500
Timester 1
+180
+20
+6
+2,0
+0,3
+25
+3
+300
Trimester 2
+300
+20
+10
+2,0
+0,3
+40
+4
+300
Trimester 3
+300
+20
+10
+2,0
+0,3
+40
+4
+300
6 bln pertama
+330
+20
+11
+2,0
+0,2
+45
+5
+800
6 bln kedua
+400
+20
+13
+2,0
+0,2
+55
+6
+650
Laki-laki
Perempuan
Hamil (+an)
Menyusui (+an)
Halaman 4
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
Selengkapnya AKG untuk vitamin (14 vitamin) dan mineral (13 mineral) yang dianjurkan untuk orang Indonesia dapat dilihat dalam Permenkes nomor No. 75/2013 tentang Angka Kecukupan Gizi bagi Bangsa Indonesia. Pada implementasinya, AKG digunakan sebagai acuan untuk: a. menilai kecukupan gizi; b. menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi; c. perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regionalmaupunnasional; d. pendidikan gizi; dan e. label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Dalam praktek di masyarakat penerapan AKG memerlukan ukuran porsi pangan untuk menilai maupun merancang konsumsi pangan. Beberapa contoh perkiraan jumlah energi (kkal) pada porsi bahan makanan dalam ukuran rumah tangga (URT) antara lain 1 porsi nasi (3/4 gelas = 100 g) memberikan kalori 175 kalori yang juga setara dengan yang diberikan oleh 1 porsi kentang (2 buah), singkong (1 potong), roti (3 iris). URT atau ukuran porsi dapat diperoleh dari berbagai sumber resmi. Pemenuhan kebutuhan zat gizi dalam sehari dapat dilakukan dengan mengonsumsi 3 (tiga) kali makan besar (nasi, lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur) dan 2 (dua) kali makanan selingan (camilan)., atau dikenal juga dengan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status kesehatan. Secara umum menu makanan yang seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%, dan lemak 20% - 30%. Kebutuhan zat gizi tersebut divisualisasikan dalam bentuk piramida makanan.
Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat kesehatan zat gizi serta keunikan manfaat masing-masing zat gizi, telah memicu dunia industri menghasilkan dan memasarkan aneka produk pangan yang diperkaya zat gizi atau produk suplemen makanan. Untuk itu masyarakat perlu mencermati kandungannya agar tidak terjadi konsumsi zat gizi terutama vitamin dan mineral secara berlebihan. Kandungan gizi produk pangan dapat diketahui dengan membaca informasi nilai gizi yang tertera pada label. Di lain pihak, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, telah menggiring masyarakat untuk mengonsumsi berbagai makanan siap saji yang berlebihan dan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan. Konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang harus memperhatikan empat prinsip dasar, yaitu keanekaragaman pangan, aktivitas fisik yang teratur dan terukur, kebersihan diri dan lingkungan yang terjaga, serta pantau atau pertahankan berat badan ideal. PENCANTUMAN INFORMASI NILAI GIZI PADA PRODUK PANGAN Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mengatur tata cara pencantuman informasi nilai gizi pada label produk pangan melalui Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada label pangan. Dari informasi nilai gizi tersebut konsumen dapat melihat berapa nilai gizi yang terkandung dalam satu sajian, sehingga dapat menghitung apakah konsumsi makanannya sudah memenuhi angka kecukupan gizi atau malah berlebih dari angka kecukupan gizinya. Adanya Informasi nilai gizi pada label pangan bagi konsumen diharapkan dapat membuat konsumen melakukan pemilihan yang bijak terhadap produk yang akan dipilihnya. Penulis: Direktorat Standardisasi Produk Pangan PUSTAKA 1. Undang-undang N0.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia 3. Prosiding Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi, WNPG VIII, 2004 4. Peraturan Kepala Badan POM nomor HK.00.06.51.047 tanggal 17 Januari 2005 tentang Pedoman Pencatuman Informasi Nilai Gizi pada Produk Pangan.
Halaman 5
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
BERKENALAN DENGAN PEMANIS BUATAN Belakangan sering beredar isu tentang pemanis buatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan. Dari gangguan ringan sampai penyakit berat “dikambinghitamkan” pada pengkonsumsian pemanis buatan. Apa memang seperti itu?
Pemanis adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang dimaksudkan untuk memberikan rasa manis pada produk pangan. Sesuai dengan Permenkes Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pemanis maka pemanis dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu pemanis alami (Natural Sweetners) dan pemanis buatan (Artificial Sweetener). Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi sedangkan pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam. Jenis pemanis alami yang diizinkan adalah Sorbitol (Sorbitol); Manitol (Mannitol); Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/Isomaltitol); Glikosida steviol (Steviol glycoside); Maltitol (Maltitol); Laktitol (Lactitol); Silitol (Xylitol); dan Eritritol (Erythritol). Sedangkan jenis pemanis buatan yang diizinkan digunakan adalah sakarin, siklamat, asesulfam-k, aspartam, neotam, dan sukralosa. Pada dasarnya pemanis buatan atau pemanis alami yang diizinkan merupakan pemanis yang aman jika digunakan dibawah kadar yang diperbolehkan.
Halaman 6
PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN YANG AMAN Ketentuan tentang pemanis tersebut ditetapkan berdasarkan kajian keamanan dengan dukungan bukti ilmiah dengan melibatkan tim ahli yang berkompeten dibidangnya serta stakeholders terkait. Kajian tersebut juga didasarkan atas kajian keamanan yang dilakukan oleh Joint Expert Committee on Food Additive (JECFA) yang dibentuk oleh Food Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO). Hasil kajian JECFA ditetapkan sebagai standar internasional oleh Codex Alimentarius Commission (CAC). Salah satu standar Codex tentang penggunaan Bahan Tambahan Pangan adalah GSFA (Guideline Standard for Food Additive). GSFA ini merupakan salah satu acuan dalam penyusunan Peraturan Kepala Badan POM tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pemanis. Pada masing-masing jenis pemanis buatan terdapat jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan yang lazim disebut Acceptable Daily Intake (ADI). Contohnya, untuk nilai ADI aspartam adalah 40 mg/kg berat badan, artinya nilai maksimal aspartam yang boleh dikonsumsi dalam sehari untuk orang dewasa dengan berat badan 50 kg adalah 2.000 mg atau setara dengan 2 gram. Nilai ADI aspartam yang disetujui
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
di Amerika adalah 50 mg/kg berat badan sedangkan di Eropa adalah 40 mg/ kg berat badan. Penggunaan pemanis buatan yang aman jika digunakan pada kadar masih dibawah nilai ADI. No
Pemanis Buatan
Nilai ADI (mg/kg berat badan)
1
Sakarin
5
2
Siklamat
11
3
Asesulfam-k
15
4
Aspartam
40
5
Neotam
2
6
Sukralosa
15
Disamping itu, karena memperhatikan kebiasaan dan pola konsumsi serta trend penggunaan pemanis oleh industri pangan baik di industri besar, menengah, kecil, sampai industri rumah tangga, pemerintah memandang perlu melakukan pendekatan prinsip kehati-hatian terhadap penggunaan pemanis buatan melalui pencantuman peringatan tersebut pada label pangan. Ketentuan tentang pencantuman peringatan pada pangan yang mengandung pemanis buatan tersebut dituangkan dalam Permenkes Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, Pasal 13 ayat 3 yaitu Pada label pangan yang mengandung pemanis buatan wajib dicantumkan tulisan ”Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak dibawah 5 (lima) tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui”. Penulis: Direktorat Standardisasi Produk Pangan
PRINSIP KEHATI-HATIAN Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM tersebut bahwa pemanis buatan dilarang digunakan pada produk pangan yang diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun, ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui akan mengkonsumsi pangan lain yang diperuntukkan untuk umum yang dibolehkan menggunakan pemanis buatan. Sehingga, sebagai upaya perlindungan dan prinsip kehati-hatian bagi konsumen terutama pada 3 kelompok tersebut perlu pencantuman peringatan pada label sehingga diharapkan konsumen lebih cerdas dalam memilih produk pangan agar produk yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan, harapan dan kepuasan yang diinginkan.
PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan. Republik Indonesia. 2012.Peraturan Menteri Kesehatan No.33 tentang Bahan Tambahan Pangan. Kemkes, Jakarta. 2. Badan POM. 2014. Peraturan Kepala Badan POM No.4 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pemanis. BPOM, Jakarta. 3. FDA.2014. Additional Information about High-Intensity Sweeteners Permitted for use in Food in the United States. http://www.fda.gov/ food/ingredientspackaginglabeling/foodadditivesingredients/ ucm397725.htm#Aspartame (September 2014)
CONTACT CENTER Sejalan dengan Implementasi UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, serta sebagai perwujudan komitmen Open Government Badan POM terhadap masyarakat, Badan POM sebagai lembaga negara yang berfungsi melindungi dan melayani masyarakat bertanggung jawab atas pemberian informasi yang tepat, cepat dan akurat. Dengan didukung oleh kemajuan teknologi, maka sebagai salah satu media penyampaian informasi yang cepat, Badan POM meluncurkan program Contact Center HALO BPOM 1500533 sebagai bentuk komitmen untuk meningkatan akses publik untuk mendapat informasi terkait Badan POM. Dengan HALO BPOM 1500533, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah dalam mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dan juga menjadi media bagi Badan POM untuk semakin dekat dengan masyarakat.
Untuk itu HALO BPOM 1500533 dirancang dengan menggabungkan beberapa layanan infomasi publik yang selama ini telah berjalan terkait informasi obat dan makanan, keluhan dan pengaduan, serta pencegahan dan penanganan keracunan. HALO BPOM 1500533 dapat dihubungi melalui berbagai media komunikasi seperti telepon, sms dan e-mail. Permintaan informasi akan dijawab oleh agent call center yang telah terlatih. Petugas/ agent juga dilengkapi dengan bantuan program knowledge base dengan Manajemen basis data yang terintegrasi.
Anda ingin menghubungi contact center Badan POM?
Telp : 1500533 | SMS : 081219999533 | Email :
[email protected] | Hari kerja Senin – Jum’at pukul 08.00 – 18.00 Di luar jam kerja, layanan informasi, layanan pengaduan dan layanan informasi keracunan melalui HALO BPOM 1500533 dialihkan secara otomatis ke layanan telepon seluler 24 jam
Halaman 7
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
KLARIFIKASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PRODUK PANGAN YANG TIDAK AMAN DIKONSUMSI KARENA MENGANDUNG PEMANIS BUATAN Sehubungan dengan adanya pemberitaan di berbagai media sosial mengenai ketidakamanan beberapa produk pangan yang mengandung pemanis buatan, Badan POM memandang perlu memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Pengaturan tentang keamanan, mutu, gizi, dan label pangan yang dilakukan Badan POM dimaksudkan untuk perlindungan konsumen. 2. Pemberian Nomor Izin Edar (NIE) yang diawali dengan tulisan BPOM RI MD atau BPOM RI ML menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan dan aman untuk dikonsumsi. 3. Penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan di Indonesia telah diatur dalam: a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan; dan b. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemanis. 4. Paparan pemanis buatan pada kelompok masyarakat rentan, yaitu anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui perlu dikendalikan sebagai bentuk kehati-hatian, pencantuman peringatan pada label pangan yang mengandung pemanis buatan sangat diperlukan karena merupakan hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, namun demikian sebagai konsumen cerdas, konsumen memiliki kewajiban untuk membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/jasa, demi keamanan dan keselamatan sebagaimana diamanatkan dalam UU Perlindungan Konsumen. 5. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pencantuman peringatan “Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak di bawah 5 (lima) tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui” merupakan upaya perlindungan dan penyediaan informasi bagi konsumen untuk membuat keputusan yang tepat dalam memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhan. 6. Kepada masyarakat dihimbau agar teliti dalam membaca label untuk mendapatkan manfaat dari pangan yang akan dikonsumsi dan jadilah konsumen yang cerdas serta tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar di media sosial, masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Contact Center Badan POM HALO BPOM 1500533 atau sms ke 081.21.9999.533 atau email:
[email protected] Demikian penjelasan ini disampaikan untuk dapat dimanfaatkan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
Halaman 8
logo HUT RI
Jakarta, 11 Agustus 2014
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
UHUK...UHUK...UHUK.... BATUK KERING ATAU BATUK BERDAHAK? Menjengkelkan sekali memang, batuk tak kunjung henti. Lebih-lebih jika frekuensi kejadiannya sering, maka yang terjadi adalah mengganggu aktivitas bahkan saat istirahat ataupun tidur. Sebenarnya batuk bukanlah penyakit, melainkan gejala. Penyebab batuk bisa beraneka, dan untuk penanganannya, anda perlu tahu terlebih dahulu apa penyebabnya. Dengan penanganan yang tepat “uhuk-uhuk” akan cepat berlalu. Musim hujan dan pancaroba, menjadi ancaman kesehatan bagi yang mengabaikannya, dan yang sering dialami adalah batuk. Batuk yang tak kunjung sembuh dapat terjadi karena salah penanganannya atau tidak mengetahui penyebabnya. Batuk bukanlah penyakit, namun bentuk dari gejala. Gejala ini muncul jika ada gangguan atau penyakit pada saluran pernafasan. Misalnya, ketika ada benda asing masuk ke saluran pernapasan maka terjadi refleks pertahanan tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dengan cara batuk. Batuk yang terlalu sering dan tak kunjung membaik menandakan adanya penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan. Batuk dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri atau virus (misalnya influenza, tuberkulosa, campak, pneumonia), asma, bronkitis (radang tenggorokan), atau kelainan pada otak. Batuk juga dapat terjadi karena debu, alergi, makanan yang merangsang tenggorokan (misal: pedas, berminyak), rokok atau efek samping penggunaan obat. Batuk dapat berupa batuk kering dan batuk berdahak. Sebelum memilih obat maka perlu dikenali terlebih dahulu jenis batuk yang diderita.
BATUK BERDAHAK Batuk berdahak yaitu batuk yang mengeluarkan dahak/sputum. Dahak perlu dikeluarkan karena mengganggu kemampuan pernapasan dan kemampuan paru-paru untuk melawan infeksi. Bentuk dahak dapat berwarna bening (misalnya disebabkan bronkitis), berwarna nanah (misalnya disebabkan infeksi), atau mengeluarkan bau tidak sedap (misalnya disebabkan infeksi bakteri anaerob).
BATUK KERING (TIDAK BERDAHAK) Batuk kering yaitu batuk yang tidak disertai dengan dahak dan terasa gatal pada tenggorokan. Batuk seperti ini biasanya terjadi karena flu atau terpapar iritan seperti debu atau asap rokok. Selain itu, dapat juga karena adanya infeksi atipikal, gangguan
Hujan lagi hujan lagi....... Namun hujan tak lantas menyurutkan Adi untuk terus melanjutkan aktivitas. Sudah dua hari ini ia lupa tidak membawa payung di mobil padahal tempat parkir dengan gedung tempatnya bekerja cukup jauh dan tanpa koridor beratap, walhasil basah kuyup. Daya tahan tubuh menjadi turun, akhirnya flu dan batuk menyerang. Setelah beberapa hari flu reda kini tinggal batuknya yang tak kalah menyiksa. Sebelum esoknya ia harus ke kantor terlebih dahulu ia menghubungi apoteker PIO Nas dengan harapan mendapat solusi atas sakitnya karena batuk sangat mengganggu aktivitas di kantor. Apalagi batukbatuk di tengah-tengah rapat, sungguh tak enak. Saat menghubungi apoteker PIO Nas, Adi mengaku bahwa dahulu saat batuk, ia minum obat batuk antitusif dan sembuh. Karena itu ia ingin mengulangi kisah sukses tersebut. Dengan sabar PIO Nas berkata, “Tunggu dulu Pak Adi, coba ceritakan dulu kondisi batuknya sekarang”. Setelah digali, batuk yang diderita Adi dahulu adalah batuk kering sehingga memang sudah tepat jika diberikan obat batuk antitusif. Tapi kali ini berbeda, batuknya mengeluarkan dahak. Maka pilihan yang lebih tepat adalah obat batuk berdahak atau ekspektoran. Apoteker PIO Nas menyampaikan perlunya diperhatikan kandungan serta peringatan dalam produk obat batuk, karena ia harus melanjutkan aktivitas di kantor.
lambung dan penyakit jantung. Batuk juga bisa terjadi karena efek samping penggunaan obat. Misalnya efek samping obat antihipertensi seperti kaptopril, ramipril, atau delapril. Namun, jika batuk terjadi karena efek samping obat ini terasa sangat mengganggu, jangan langsung menghentikan penggunaan obat, melainkan dikonsultasikan dahulu kepada dokter. Dokter akan mempertimbangkan besarnya manfaat dan resiko penggunaan obat sebelum memutuskan untuk meneruskan atau mengganti dengan pilihan obat yang lain, atau meresepkan tambahan obat untuk mengatasi efek samping tersebut.
PENGOBATAN Pengobatan sendiri dilakukan untuk mengurangi frekuensi batuk, meringankan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi, namun pada umumnya bukan untuk menyembuhkan penyakit utama yang diderita. kental, c TERAPI NON OBAT Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi batuk adalah: 1. Menghangatkan daerah leher serta hidung dengan vaporub, balsam atau miyak penghangat lainnya. 2. Mengkonsumsi permen pelega tenggorokan. 3. Memperbanyak minum air putih,untuk membantu mengencerkan dahak dan mengurangi iritasi atau rasa gatal. 4. Menghindari paparan debu, rokok, minuman atau makanan yang dapat merangsang tenggorokan, dan udara malam.
Halaman 9
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
TERAPI OBAT Bila batuk belum dapat teratasi dengan terapi non obat, maka dapat digunakan obat batuk. Pemilihan obat batuk akan efektif jika sesuai dengan jenis batuknya.Obat batuk dibagi menjadi 2 kelompok,yaitu ekspektoran (pengencer dahak) untuk jenis batuk berdahak,dan antitusif (penekan batuk) untuk jenis batuk kering.Masing-masing dapat berbentuk tunggal (mengandung satu zat aktif) atau kombinasi (lebih dari satu zat aktif) dalam satu obat batuk.
OBAT BATUK BERDAHAK (EKSPEKTORAN) Obat batuk ekspektoran yang dapat dibeli tanpa resep dokter adalah yang mengandung zat aktif Bromheksin, Gliseril Guaiakolat (Guafinesin), atau Obat Batuk Hitam yang mengandung Amonium Klorida, dan Succus Liquiritiae. Zat-zat aktif ini bekerja dengan meningkatkan sekresi cairan di saluran napas, sehingga akan mengencerkan dan mempermudah pengeluaran dahak. BROMHEKSIN
GLISERIL GUAIAKOLAT (GUAFINESIN)
OBAT BATUK HITAM (OBH)
Selain dalam bentuk kombinasi dengan zat aktif lainnya, Bromheksin juga umum dalam bentuk tunggal dalam satu obat batuk. Dosis penggunaan untuk dewasa dan anak usia di atas 10 tahun adalah 1 tablet atau 10 ml sirup diminum 3 kali sehari, anak usia 5-10 tahun ½ tablet atau 5 ml sirup diminum 3 kali sehari, sedangkan untuk anak usia 2-10 tahun adalah ½ tablet atau 5 ml sirup diminum 2 kali sehari. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 2 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
Selain Bromheksin, zat aktif lainnya yang digunakan untuk batuk berdahak adalah Gliseril Guaiakolat. Gliseril Guaiakolat atau disebut juga Guafinesin umumnya beredar dalam bentuk kombinasi dalam 1 obat batuk. Adapun dalam bentuk tunggal, penggunaan untuk dewasa adalah 1-2 tablet diminum 3-4 kali sehari, sedangkan anak usia 2-6 tahun adalah ½ -1 tablet diminum 3 kali sehari. Obat ini tidak dianjurkan penggunaannya pada anak usia di bawah 2 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
Bromheksin dapat menimbulkan efek samping seperti mual, diare, gangguan pencernaan, dan rasa penuh diperut, tetapi umumnya bersifat ringan.
Efek samping obat jarang terjadi, namun meskipun jarang, perlu diwaspadai jika efek samping muncul seperti diare, sakit kepala, rasa gatal yang disertai bintik merah dan bengkak, mual, ruam kulit, atau sakit perut.
Obat Batuk Hitam atau OBH sangat umum dipakai untuk mengatasi batuk berdahak. OBH umumnya mengandung Succus Liquiritiae, Ammonium Klorida, dan Solutio Ammonii Spirituosa Anisata. Sering pula OBH ini dikombinasikan dengan zat aktif lainnya. Untuk dewasa OBH diminum 15 ml 4 kali sehari, sedangkan untuk anak 5 ml 4 kali sehari.
Perlu diperhatikan penggunaan Bromheksin pada penderita gangguan lambung, karena penggunaan obat ini dapat mengganggu lapisan mukosa lambung. Bromheksin aman digunakan pada wanita hamil, akan tetapi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui karena diekskresikan juga melalui ASI walaupun dalam jumlah kecil.
!
Gliseril Gauaikolat tidak dianjurkan digunakan untuk wanita hamil, akan tetapi dapat digunakan untuk wanita menyusui dengan pengawasan dokter. Obat ini juga tidak dianjurkan pada lansia.
Jika mengalami kondisi sebagai berikut, dianjurkan tidak melakukan pengobatan sendiri: 1. Batuk terjadi lebih dari 7 hari dan tidak membaik setelah pengobatan sendiri. 2. Batuk yang disertai panas tinggi (lebih dari 39.4 °C). 3. Batuk yang disertai dengan kondisi: napas pendek, nyeri dada, berdarah, menggigil, keringat, berkeringat di malam hari, sesak napas, kaki bengkak, warna kulit menjadi kebiru-biruan, berat badan turun drastis, ruam, atau kepala sakit berkepanjangan. 4. Batuk menghasilkan sputum yang berwarna kuning kental, cokelat, hijau atau seperti nanah. 5. Batuk memburuk setelah demam dan flu berhenti. 6. Batuk yang terjadi karena efek samping obat 7. Memiliki riwayat penyakit kronis seperti asma, dan bronkitis kronis. 8. Batuk yang terjadi karena benda asing yang masuk dan tertinggal di paru-paru.
Halaman 10
Perlu diperhatikan penggunaan OBH pada penderita penyakit hati, ginjal dan jantung kronik. Bagi penderita penyakit tersebut harus berkonsultasi kepada dokter jika menggunakan OBH.
Penulis: Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan PUSTAKA 1. Briggs, G.G et all. 2005. Drugs in Pregnancy and Lactation Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadephia. 2. Chung K.F,. 2003. Cough: Causes, Mechanisms and Therapy. Blackwell Publishing Ltd: Australia 3. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Departemen Kesehatan: Jakarta. 4. Krinsky, et all. 2012. Handbook of Nonprepcription Drugs: An Interaction Approach to Self-Care. American Pharmacist Association: Washington DC 5. U.S National Library of Medicine. 2011. Cough. http://www.ncbhttp:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0003563/. [10 Februari 2014]
InfoPOM - Vol. 15 No. 4 Juli - Agustus 2014
OBAT BATUK KERING (ANTITUSIF) Obat batuk kering bekerja pada dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk sehingga keinginan untuk batuk berkurang. Antitusif yang dapat dibeli tanpa resep dokter adalah yang mengandung Difenhidramin HCl, atau Dekstrometorfan HBr dalam bentuk kombinasi. DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA
DEKSTROMETORFAN HIDROBROMIDA
Difenhidramin dalam bentuk tunggal beredar di pasar dalam bentuk tablet, sedangkan bentuk sirup umumnya dikombinasikan dengan zat aktif lainnya. Penggunaan Difenhidramin tablet pada orang dewasa adalah 1 tablet diminum 3-4 kali sehari sedangkan untuk anakanak usia 6-10 tahun adalah ½ tablet diminum 3-4 kali sehari. Obat ini tidak dianjurkan penggunaannya bagi anak-anak usia di bawah 6 tahun.
Dekstromertofan yang dapat dibeli tanpa resep dokter adalah dalam bentuk sediaan kombinasi dengan zat aktif lainnya. Dosis penggunaan dapat dilihat pada kemasan/ brosur. Yang perlu diperhatikan bahwa obat yang mengandung Dektromertofan tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 2 tahun.
Penggunaan difenhidramin perlu diperhatikan khususnya saat beraktifitas karena difenhidramin dapat menimbulkan kantuk. Efek samping lainnya yang jarang terjadi adalah penglihatan kabur, jumlah urin berkurang, dan mulut kering. Difenhidramin aman diminum pada wanita hamil, akan tetapi tidak disarankan untuk wanita menyusui karena Difenhidramin diekskresikan melalui ASI walaupun dalam jumlah kecil.
Seperti halnya Difenhidramin, Dekstrometorfan juga menimbulkan efek samping mengantuk. Efek samping lainnya yang jarang terjadi diantaranya adalah mual, muntah, sakit perut, dan sakit kepala.
Perlu kehati-hatian penggunaan pada lansia dan penderita asma. Penggunaan Difenhidramin pada lansia dihindari karena dapat meningkatkan resiko terjatuh (hipotensi). Penderita asma perlu menghindari obat ini karena adanya efek bronkokonstriksi (penyempitan saluran nafas). Dianjurkan untuk tidak menggunakan obat ini apabila sedang menggunakan obat golongan penenang dari dokter tanpa konsultasi terlebih dahulu kepada dokter.
Obat yang mengandung Dekstromertofan tidak dianjurkan digunakan untuk wanita hamil, sedangkan penggunaan pada wanita menyusui harus di bawah pengawasan dari dokter. Perlu diperhatikan bahwa obat ini sebaiknya tidak digunakan pada penderita penyakit hati. Dengan mengenal karakter batuk dan pemilihan obat yang tepat, maka dengan cepat batuk teratasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika dengan pengobatan sendiri, batuk tidak kunjung sembuh dalam waktu 7 hari, agar segera periksakan ke dokter.
PUBLIKASI Judul
: Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat: MANGGIS Garcinia mangostana L.
Pengarang
: T. Bahdar J. Hamid, Sherley, dkk.
Penerbit
: Direktorat Obat Asli Indonesia, Badan POM RI
Tahun
: 2012
Manggis, manggu dan beberapa nama lain digunakan untuk menyebut nama tumbuhan tegak dengan tinggi 6-25 meter. Manggis mempunyai buah berbentuk bulat dengan diameter 4-7 cm, kelopak berwarna hijau muda, daging buah berwarna putih berjumlah 4-8, berair dan bertekstur lembut, beberapa daging buah tidak berbiji, biji berwarna kecoklatan. Manggis termasuk buah langka karena masa tunggu panen cukup lama, yaitu sekitar 10-15 tahun dan juga biaya panennya yang mahal.
Daging atau kulit buah manggis pada masyarakat digunakan secara tradisional untuk mengobati diare, daging buahnya digunakan untuk mengobati radang tenggorokan, disentri, wasir, tukak, sering meludah, dan keputihan. Selain itu bagian tumbuhan lainnya juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. MANGGIS, merupakan satu dari beberapa buku serial Data Ilmiah Terkini yang diterbitkan oleh Direktorat Obat Asli Indonesia – Badan Pengawas Obat dan Makanan. Diulas pada buku ini tentang aktifitas farmakologi buah manggis yang diantaranya adalah sebagai antioksidan, antiinflamasi dan antinyeri, antimikroba, antijerawat dan aktivitas ultraviolet-screening. Selain itu buku ini juga membahas tentang toksisitas dari daging dan kulit buah manggis,serta kontraindikasi pengobatan tradisional menggunakan manggis pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal. Apakah hal ini membuat anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh manfaat manggis? Silakan membaca buku ini secara lengkap. Penulis : Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
Halaman 11
STABILITAS CO AMOKSIKLAV INJEKSI
SUSU MENGATASI KERACUNAN
Pertanyaan: Mohon informasi bagaimanakah stabilitas co amoksiklav injeksi? Kami sudah dua kali merekonstitusi co amoksiklav injeksi dari produk yang sama, warnanya berubah menjadi cokelat. Pada rekonstitusi yang biasa dilakukan sebelumnya pada produk yang sama tidak ada perubahan warna. Produk sudah dipastikan tidak kadaluarsa dan penyimpanannya sesuai dengan yang tercantum pada label. Apakah obat ini dapat digunakan? (Y-Apoteker)
Pertanyaan: Apakah susu boleh diberikan untuk mengatasi semua jenis keracunan? (NN, Ibu rumah tangga)
Jawaban: Co amoksiklav injeksi tersedia dalam bentuk serbuk injeksi, penggunaannya harus dilarutkan dengan pelarut steril untuk injeksi terlebih dahulu (rekonstitusi). Co amoksiklav yang merupakan campuran dari amoksisilin dan asam klavulanat, dalam bentuk sediaan injeksi stabilitasnya dipengaruhi utamanya oleh suhu penyimpanan. Co amoksiklav injeksi disimpan pada suhu kurang dari atau sama dengan 25°C, wadah tertutup baik (kedap udara), kering, sejuk dan terlindung dari cahaya. Stabilitas co amoksiklav injeksi juga dipengaruhi oleh konsentrasi, co amoksiklav injeksi kurang stabil dalam konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, co amoksiklav injeksi harus segera digunakan, maksimal 20 menit setelah direkonstitusi. Co amoksiklav injeksi setelah direkonstitusi menghasilkan larutan jernih tidak berwarna. Pada kasus ini, jika setelah rekonstitusi warnanya menjadi cokelat atau berbeda dengan informasi yang diperoleh dari produsen, maka sebaiknya produk tidak digunakan. Sebagai tambahan informasi stabilitas co amoksiklav injeksi dalam cairan infus, waktu stabilitas tergantung jenis pelarut dan suhu penyimpanan. Jika disimpan pada suhu 25°C, stabilitasnya bertahan hingga 4 jam dalam pelarut steril untuk injeksi; 4 jam dalam NaCl 0,9%; 4 jam dalam natrium laktat M/6; 3 jam dalam NaCl 0,9% dan KCl 0,9%; 3 jam dalam larutan Ringer; dan 3 jam dalam Ringer Laktat. Jika disimpan pada suhu 5°C maka stabilitasnya bertahan hingga 8 jam dalam pelarut steril untuk injeksi dan 8 jam dalam NaCl 0,9%. Co amoksiklav injeksi kurang stabil jika ditambahkan cairan infus yang mengandung dekstrose, dekstran, atau natrium bikarbonat. Pustaka 1. Trissel, Lawrence A. Handbook on Injectable Drugs 14th Edition. Hal 124. 2007. American Society of Health-System Pharmacist. Bethesda. Maryland. 2. Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency. Public Assessment Report Co-Amoxiklav Powder solution for injection or infusion. MHRA. United Kingdom.
Jawaban: Keracunan dapat disebabkan berbagai jenis bahan maka perlu diketahui terlebih dahulu jenis dan sifat bahan yang menyebabkan keracunan sebelum memberikan pertolongan. Pertolongan pertama kepada korban keracunan, salah satunya adalah melalui dekontaminasi yang artinya menghilangkan cemaran (racun). Dekontaminasi bertujuan untuk mengurangi penyerapan racun sehingga dapat mencegah kerusakan jaringan. Pemberian susu merupakan salah satu cara dekontaminasi yaitu dekontaminasi saluran cerna yang dilakukan melalui metode pengenceran. Tujuan dari pengenceran dengan menggunakan susu atau air adalah untuk mengurangi konsentrasi racun pada saluran cerna sehingga racun dapat dikeluarkan melalui urin. Selain itu, susu juga berfungsi melapisi membran mukosa sehingga mengurangi iritasi oleh racun. Namun demikian, tidak semua korban keracunan dapat diberikan susu atau air. Pada kasus keracunan akibat bahan kimia, umumnya pengenceran hanya efektif dilakukan terhadap seseorang yang mengalami keracunan akibat menelan bahan yang bersifat asam lemah (misal asam asetat dalam cuka) atau basa lemah (misal antasida pada obat mag/ tukak lambung). Sedangkan pada kasus keracunan akibat menelan asam atau basa kuat, pemberian susu untuk pengenceran hanya akan efektif jika dilakukan segera setelah menelan bahan. Namun, harus hati-hati agar pemberian susu tidak merangsang terjadinya muntah, yang dapat memperparah luka korosi akibat bahan kimia pada saluran cerna dan berisiko masuk ke paru-paru. Pemberian susu untuk dekontaminasi tidak disarankan pada kasus keracunan karena tertelan bahan penyebab keracunan yang mudah larut dalam lemak, seperti antara lain kapur barus/ naftalen, sabun dan deterjen karena justru dapat meningkatkan penyerapannya ke dalam tubuh dan meningkatkan risiko keracunan. Bila pada korban keracunan dapat diberikan susu, maka pemberian susu yang dianjurkan adalah ¼ - ½ cangkir untuk anak-anak dan 1-2 cangkir untuk orang dewasa dan hanya dapat diberikan jika korban dalam kondisi sadar dan tidak kesulitan menelan. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis keracunan dapat diatasi dengan pemberian susu. Pustaka 1. Mullen, W.H. Caustic and Corrosive Agents in Poisoning and Drug Overdose. Fifth Ed. Olson, K.R. (Ed.). The McGrawHill Companies, Inc. New York. 2007. 2. New Zealand National Poisons Centre. http://www.poisons.co.nz/factp. php?f=19 (Mei 2014) 3. Gerald F. O’Malley, DO; Rika O’Malley, MD. 2013. Caustic Substances Poisoning http://www.merckmanuals.com/home/injuries_and_poisoning/poisoning/ caustic_substances_poisoning.html (Mei 2014) 4. Medical Toxicology services for Kaiser Permanente. 2007. Clinical Guideline – Caustic Ingestion. http://www.kpssctoxicology.org/pdf/Caustic Ingestion Guideline_.pdf (Mei 2014) 5. Canadian Centre for Occupational Health Safety. 2012. First Aid for Chemical Exposures. http://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/firstaid.html?print (Mei 2014)
FORUM PIO Nas
FORUM SIKer Nas
PIO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIO Nas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke PIO Nas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIO Nas (Gedung Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 0214259945, HP nomor 08121899530, email ke
[email protected]
SIKer Nas adalah Sentra Informasi Keracunan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkan dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKer Nas dapat disampaikan secara langsung dangan datang ke SIKer Nas (Gedung Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 021-4259945, HP SIKer Nas nomor 081310826879, email ke
[email protected]