9
Tingkat Penguasaan Materi... (Sa’adiah)
TINGKAT PENGUASAAN MATERI JENIS MEMBACA GURU SMA SEKABUPATEN ACEH BESAR oleh Sa’adiah* ABSTRAK Penelitian ini mengangkat masalah penguasaan materi jenis ������������������������������������ ������������������������������ membaca oleh guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang penguasaan materi jenis membaca oleh guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Aceh Besar dengan sumber data 24 orang guru yang tersebar di beberapa SMA (13) yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan teknik tes yaitu tes berbentuk B-S dan pilihan ganda. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik sederhana (persentase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi jenis membaca oleh guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Aceh Besar berada pada tingkat penguasaan sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia di Kabupaten Aceh Besar belum menguasai jenisjenis membaca.
ABSTRACT This study raised the question of mastery kinds/tipes of reading by Indonesian teachers in Aceh Besar. This study aims to describe the mastery kinds/tipes of reading by a teacher Indonesian Aceh Besar district with 24 teachers data sources scattered in several high schools located in the district of Aceh Besar. The method used is descriptive quantitative method. Techniques to collect the data of this study is that test techniques and test multiple choice form B-S. The research data was processed using simple statistics (percentages). Results of this study indicate that the level of mastery kinds/tipes of reading by a teacher Indonesian Aceh Besar district is at a very low level of mastery.
* Penulis adalah Dosen PBSI FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
10 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:9−17 Pendahuluan Kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan menyerap informasi dari suatu bacaan. Kemampuan ini harus dipunyai oleh setiap orang yang membutuhkan ilmu dan pengetahuan baru. Kemampuan membaca ini sangat bervariasi, bergantung pada jenis bacaan yang dibacanya. Maksudnya, jika bacaan yang dibacanya itu tergolong ringan, pembaca tidak menerapkan kemampuan yang tinggi, cukup dengan kemampuan sederhana. Kemampuan yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan menguasai jenis membaca, teknik membaca, strategi membaca, dan modelmodel membaca. Penguasaan jenis membaca berhubungan erat dengan tujuan membaca. Beragamnya tujuan membaca yang ingin dicapai membutuhkan penguasaan jenis-jenis membaca. Jenis-jenis membaca dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Mulyati (2012: 2) mengemukakan bahwa jenis membaca dapat ditinjau dari sudut pandang sasaran pembaca, cara membaca, cakupan bahan, tujuan membaca, dan tingkatan tujuan. Berdasarkan sudut pandang sasaran pembaca, membaca terdiri atas dua jenis, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan. Kemudian, berdasarkan cara membaca; jenis membaca terdiri atas membaca nyaring dan membaca dalam hati. Selanjutnya, berdasarkan cakupan bahan, jenis membaca dapat dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif. Selain itu, berdasarkan tujuan membaca terdapat jenis membaca studi dan membaca ekspresif. Bila ditinjau dari tujuan membaca, jenis membaca terdiri atas membaca dasar, membaca tinjauan, membaca analitis, dan membaca untuk membandingkan. Penguasaan terhadap berbagai jenis membaca tersebut sangat penting bagi siswa. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran siswa selalu dihadapkan pada berbagai bahan bacaan. Bentuk bahan bacaan yang berbeda-beda menuntut siswa untuk mampu menyesuaikan jenis membaca yang harus digunakan dengan bahan bacaannya. Hal ini dilakukan agar siswa mudah memahami bacaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kemampuan siswa menggunakan jenis membaca yang tepat terhadap bahan bacaannya sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami berbagai bacaannya. Penguasaan terhadap jenis-jenis membaca tidak hanya membantu siswa dalam memahami berbagai informasi dari bahan bacaan. Akan tetapi, kemampuan tersebut juga sangat menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Salah satu contohnya dapat terlihat pada saat siswa mengikuti ujian, terutama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Soal-soal yang terdapat pada mata pelajaran ini pada umumnya berbentuk teks bacaan. Siswa yang mampu menerapkan jenis membaca secara tepat tentunya dapat memahami teks bacaan tersebut secara tepat pula. Dengan demikian, mereka akan maksimal dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Kenyataan yang ditemukan selama ini menunjukkan bahwa siswa memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu contohnya dapat ditemukan pada hasil ujian nasional (UN). Bahkan, terdapat juga siswa yang gagal lulus karena nilai mata pelajaran tersebut. Kegagalan ini disebabkan bukan kurangnya kemampuan siswa terhadap pelajaran ini. Akan tetapi, hal ini disebabkan oleh kurangnya tingkat penguasaan siswa terhadap kemampuan menerapkan jenis membaca secara tepat saat menjawab soal-soal yang diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca yang dimiliki siswa sangat berpengaruh pada prestasi siswa. Berbicara tentang keterampilan membaca siswa tentunya berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Hal ini disebabkan guru adalah seorang pengajar yang dapat mengasah kemampuan tersebut. Untuk itu, guru juga harus memiliki kemampuan dalam menguasai berbagai jenis membaca. Dengan demikian, tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Begitu pentingnya mengetahui tingkat penguasaan jenis membaca sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan yang ditetapkan adalah bagaimana tingkat
Tingkat Penguasaan Materi... (Sa’adiah) penguasaan guru terhadap jenis-jenis membaca? Dalam penelitian ini, penulis meneliti kemampuan guru pada SMA yang terdapat di Aceh Besar. Penelitian dilakukan dengan memberikan soal tentang materi jenis membaca kepada guru-guru tersebut. Pengertian Membaca Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi. Tarigan (1979:7) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dari penulis melalui bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan kata-kata secara individual dapat diketahui maknanya. Menurut Soedarso (2002:4), membaca merupakan aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah tindakan besar yang terpisah, seperti pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan (Honiarti dan Kosasih, 2003:69), sedangkan Wassid dan Sunendar (2008:24) menyatakan membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Pada proses tersebut, seorang pembaca perlu menguasai bahasa yang digunakan dan harus mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu proses memahami teks tertulis. Aneka ragam konsep tentang pengertian membaca menunjukkan bahwa masalah membaca mempunyai peranan penting dalam pengajaran membaca dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan pengertian membaca lebih banyak terletak pada ruang lingkup masalah yang dimasukkan ke dalam membaca daripada perbedaan makna. Berdasarkan ruang lingkup masalah, menurut Wiryodijoyo (1989:9), membaca dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu berdasarkan pengertian sempit, dalam pengertian agak luas, dan pengertian luas. Pertama, pengertian sempit, dalam pengertian ini membaca dianggap sebagai pengenalan simbol-simbol tertulis. Pengertian sempit ini
11 tidak memasukkan proses pemahaman atau penafsiran makna sebagai bagian dari kegiatan membaca, tetapi dipandang sebagai proses berpikir yang disertai proses membaca. Kedua, pengertian yang agak luas, dalam pengertian ini membaca pada dasarnya memusatkan perhatian pada proses pemahaman makna atau isi bacaan saja. Masalah reaksi pembaca terhadap bacaan dan kreativitas pembaca dalam menemukan nilai, fungsi, dan signifikansi bacaan itu dipandang bukan merupakan membaca. Pengertian yang ketiga yaitu pengertian yang luas. Dalam pengertian ini, membaca dipandang sebagai proses atau kegiatan yang memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikansi, nilai fungsi, dan hubungan isi bacaan dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang tersebut. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi yang ada dalam suatu bacaan. Selain itu, membaca dapat juga diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain, untuk mengomunikasikan makna yang terkandung dalam lambang-lambang tertulis. Membaca merupakan kegiatan yang harus dilakukan sungguh-sungguh karena membaca bukan hanya kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis saja, melainkan juga berbagai kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar mampu memahami materi yang dibacanya. Tujuan Membaca Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dan memahami makna bacaan. Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan mempengaruhi pada proses membaca dan pemahaman membaca (Nurhadi, 2005:134). Menurut Wiryodijoyo (1989:56) setiap orang memiliki tujuan dalam membaca, ada yang hanya sekedar untuk mencari kesenangan, mencari informasi atauuntuk mendapatkan
12 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:9−17 pengetahuan. Dalam kenyataannya, membaca mempunyai tujuan-tujuan khusus lainnya. Hal ini bergantung pada perolehan makna yang diharapkan oleh pembaca dari suatu teks. Hathaway (dalam Ahuja dan G.C. Ahuja, 2004:15), mengajukan sembilan tujuan utama membaca, yaitu: (a) untuk memperoleh makna (b) untuk memperoleh informasi (c) untuk memandu dan membimbing aktivitas (d) untuk motif-motif sosial (untuk mempengaruhi atau menghibur orang lain) (e) untuk menemukan nilai-nilai (f) untuk mengorganisasi (g) untuk memecahkan masalah (h) untuk mengingat (i) untuk menikmati Faktor-faktor Penentu Kemampuan Membaca Tampubolon (1987:242) mengatakan bahwa kemampuan membaca merupakan kecepatan dan pemahaman isi. Adapun beberapa faktor penentu kemampuan membaca sebagai berikut: (1) kompetensi kebahasaan, (2) kemampuan mata, (3) penentu informasi fokus, (4) teknik-teknik dan metode yang dibaca, (5) fleksibilitas membaca, dan (6) kebiasaan. Selain itu, Arnold (dalam Rahim, 2008:1617) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang ditentukan oleh (1) faktor psikologis, (2) faktor intelektual, dan (3) faktor lingkungan. (1) Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Keterbatasan neurologis dan kekurangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam meningkatkan keberhasilan dalam membaca. (2) Faktor Intelektual Secara umum, ada hubungan antara intelektual ( kecerdasan) dengan kemampuan membaca siswa, tetapi hal ini tidak selalu benar. Faktor mengajar dan metode yang di gunakan guru tu-
rut mempengaruhi kemampuan membaca siswa. (3) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan siswa membaca. Faktor lingkungan dapat berupa latar belakang dan sosial ekonomi keluarga siswa. Jenis-Jenis Membaca Mulyati (2002:66) membagi jenis-jenis membaca dari berbagai sudut pandang: (a) sasaran pembaca, (b) cara membaca, dan (c) cukupan bahan. Berdasarkan sasaran pembacanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan adalah membaca pada tahapan belajar. Siswa belajar membaca untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik untuk menumbuhkan kebiasaan membaca bagi siswa sebagai suatu yang menangkan.Membaca lanjut adalah membaca yang harus ditingkatkan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam bahan bacaan. Membaca lanjut merupakan membaca yang berupa lanjutan dari membaca awal. Pada membaca ini, siswa diajarkan tentang teknik membaca, jenis membaca, serta pemahaman makna kata dan makna dalam konteks kalimat. Ditinjau dari cara membacanya, (Mulyati, 2002:68) proses membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) membaca dalam hati; (2) membaca nyaring. (1) Membaca dalam Hati Membaca dalam hati menggunakan ingat-an visual (visual memory) yang melibatkan mata (pandangan, penglihatan) dan ingatan (Tarigan, 1979:29). Membaca dalam hati adalah membaca tanpa mengeluarkan suara pada saat membaca. Tujuan utama membaca dalam hati adalah mencari informasi dalam bacaan. (2) Membaca Nyaring Membaca nyaring merupakan suatu
Tingkat Penguasaan Materi... (Sa’adiah) kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru, murid atau orang lain untuk sama-sama mendengar, memahami informasi, pikiran, pikiran, dan perasaan seorang pengarang (Tarigan, 1979:22). Membaca nyaring merupakan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh pembaca secara jelas, sehingga pesan pembaca dapat dipahami pendengar dengan baik. Seorang pembaca nyaring harus memiliki kecepatan dan pandangan mata yang jauh untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Tarigan (1987:24) mengemukakan beberapa hal yang dituntut dalam membaca nyaring. a) Menggunakan ucapan yang tepat. b) Menggunakan frase yang tepat c) Menggunakan intonasi suara yang wajar d) Sikap harus dijaga tetap baik. e) Membaca dengan terang dan jelas. f) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi. g) Menguasai tanda-tanda baca. h) Membaca dengan lancar/tidak terbata-bata. i) Memahami bacaan yang dibaca. j) Kecepatan membaca yang fleksibel. k) Membaca sambil menjaga kontak mata dengan pendengar. l) Membaca dengan penuh percaya diri. Banyak ahli sepakat bahwa membaca berdasarkan cakupan bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca intensif, dan membaca ekstensif. (1) Membaca intensif Membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap semua informasi dalam suatu bacaan(Tarigan 1979:35). Cara membaca ini dilakukan secara seksama, telaah isi, dan penanganan terinci ter-hadap suatu teks. Membaca intensif merupakan membaca yang bertujuan menelaah isi bacaan;
13 kata-kata, pola-pola kalimat, makna isi bacaan sesuai dengan tujuan membacanya. Membaca intensif terbagi kepada dua bidang telaah yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi adalah membaca yang bertujuan menelaah isi bacaan yang dibacanya. Membaca telaah bahasa adalah membaca untuk menelaah bahasa yang digunakan penulis dalam menuangkan idenya dalam suatu bacaan. Dengan kata lain, telaah yang dilakukan terfokus pada bidang bahasa yang digunakan. (2) Membaca Ekstensif Tarigan (1979:31) mengatakan bahwa membaca ekstensif adalah membaca secara luas dengan waktu yang singkat. Membaca ekstensif bertujuan memahami isi bacaan pada bagian yang dituju secara cepat dan efektif. Membaca ekstentif meliputi: (a) membaca survei, (b) membaca sekilas, (c) membaca dangkal. Membaca survei adalah kegiatan membaca untuk mengetahui lebih awal hal-hal yang hendak dibaca. Membaca sekilas merupakan membaca yang bertujuan mendapatkan gambaran umum terhadap suatu bacaan. Bacaan tersebut dibaca dahulu secara sekilas bab atau susbbab, yang tujuannya, untuk mengetahui sekilas tentang bacaan yang dibacanya. Dalam membaca ini, pembaca tidak membaca semua teks yang ada, tetapi hanya membaca yang penting-penting saja sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya, pembaca yang meenggunakan membaca sekilas ini untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau bacaan lainnya. Untuk memperoleh kesan umum dari bahan bacaan nonfiksi, pembaca dapat melakukan dengan membaca sekilas halamanhalaman, kata pe-ngantar, daftar isi, dan indeks bacaan secara cepat. Dengan demikian, pembaca memperoleh gambaran tentang sifat, hakikat, jangkauan bahan bacaan, organisasi bahan bacaan, sikap penulis terhadap pokok pembicaraan dalam bacaan tersebut. Membaca dan-
14 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:9−17 gkal adalah membaca yang bertujuan apa yang ada di dalam tulisan, tetapi bermemperoleh pemahaman secara dangkal sama dengan penulis berpikir tentang saja dan bersifat luaran. Membaca ini masalah yang dibahas. Pembaca kritis biasanya dilakukan untuk kesenangan, harus mampu menggali informasi secara mengisi waktu luang, untuk kebahagiaan. mendalam sehingga mampu menemukan Bahan bacaan yang digunakan pun bahan unsur terkecil dalam sebuah bacaan. bacaan yang ringan-ringan sesuai dengan tujuan bacanya yaitu untuk rileks. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam peSelain ditinjau dari sasaran pembaca, cara nelitian ini adalah metode deskriptif kuantimembaca, dan cakupan bahan, jenis membaca tatif. Penggunaan metode ini didasarkan pada juga dapat dilihat dari telaah isinya, yaitu mem- pemikiran bahwa penelitian ini mengkaji penguabaca pemahaman, membaca ide, dan membaca saan guru terhadap materi pembelajaran membaca kritis. yaitu subaspek jenis membaca oleh guru se-Kabu(1) Membaca Pemahaman paten Aceh Besar. Oleh karena itu, pengolahan data Membaca pemahaman adalah membaca harus dilakukan dengan menggunakan persentase yang bertujuan memahami isi bacaan penguasaan guru terhadap materi yang diuji. Sumbaik fiksi maupun nonfiksi. Membaca ber data penelitian ini adalah guru mata pelajaran pemahaman juga bertujuan untuk mema- Bahasa Indonesia di Kabupaten Aceh Besar. Guruhami teks-teks ilmiah, pemahaman yang guru tersebut ber-asal dari; SMA Negeri I Darul dimaksud adalah pemahaman tentang: Imarah (2 orang), SMA Negeri I Krueng Barona (1) norma-norma kesastraan, (2) resensi Jaya (2 orang), SMA Negeri I Ingin Jaya (2 orang), kritis, (3) drama tulis, dan (4) pola-pola SMA Negeri I Lhok Nga (1 orang), SMA Negeri 2 fiksi (Tarigan, 1979:56). Untuk mema- Lhok Nga (1 orang), SMA Negeri I Kuta Baro ( 2 hami bahan dalam bacaan tidak cukup orang), SMA Negeri I Baitussalam (2 orang), SMA dengan membaca sekali saja, tetapi harus Negeri I Jantho (2 orang), SMA Negeri I Lembah memiliki strategi untuk mengetahui ba- Seulawah (1 orang), SMA Negeri I Indrapuri (2 han itu dan mengingatnya lebih lama. orang), SMA Negeri I Peukan Bada (2 orang), Membaca pemahaman pada dasarnya SMA Negeri I Mesjid Raya (2 orang), SMA Negeri tidak jauh berbeda dengan membaca tel- I Seulimeum (1 orang), dan SMA Negeri I Sukaiti. Membaca pemahaman berarti mem- makmur (2 orang). Jumlah guru Guru-guru yang baca untuk memahami teks bacaan secara mewakili SMA se-Kabupaten Aceh Besar terdiri mendalam. dari 24 orang guru yang berasal dari SMA-SMA yang ada di Aceh Besar. Teknik pengumpulan data (2) Membaca ide, termasuk ke dalam jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik membaca intensif. Membaca ini bertu- tes yaitu 12 ssoal berbentuk B-S dan 18 soal berjuan mencari, memperoleh, serta meman- bentuk pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan faatkan ide yang terdapat dalam bacaan. dengan cara; (1) memeriksa hasil jawaban guru Dalam hal ini pembaca tidak hanya terhadap soal yang diajukan, (2) menilai jawaban mengingat fakta yang tertulis, tetapi juga guru, penilaian ini dilakukan dengan cara memberi mencari dan memahami gagasan-gaga- skor 1 bagi yang menjawab benar dan skor nol san yang tidak tercantum dalam bacaan bagi yang menjawab salah. (3) mencari persentase atau secara tersirat. jawaban yang benar, (4) menyimpulkan hasil penelitian. Kategori tingkat penguasaan yang diguna(3) Membaca Kritis kan dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan Membaca kritis adalah membaca yang yang dikemukakan oleh Nurkancana (Maidiyah, dilakukan secara bijaksana, mendalam, 2002:15) yaitu: evaluatif, dan analitis (Tarigan, 1979:89). 90 – 100 sangat tinggi Pembaca tidak hanya sekedar menyerap 80 – 89 tinggi
15
Tingkat Penguasaan Materi... (Sa’adiah) 65 – 79 55 – 64 0 – 54
sedang rendah sangat rendah
Hasil Penelitian Data Penguasaan Materi Jenis Membaca Guru SMA Negeri se-Kabupaten Aceh Besar dapat dikemukakan ssebagai berikut.
Tabel 1. Persentase Tingkat Penguasaan Materi Jenis Membaca No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Jumlah Jawaban (30) Benar Salah 11 19 12 18 9 21 15 15 13 17 10 20 9 21 14 16 15 15 10 20 10 20 8 22 11 19 7 23 10 20 11 19 11 19 5 25 5 25 14 16 10 20 13 17 14 16 13 17
Berdasarkan tabulasi data pada tabel 1 di atas, terlihat bahwa dari 30 soal yang diajukan, 2 orang guru mampu menjawab dengan benar terhadap 15 soal. Artinya, kedua guru tersebut menguasai 50 % dari materi jenis membaca yang diajukan. Tiga orang guru di antaranya mampu menjawab 14 soal. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga orang guru tersebut menguasai 46,6% materi jenis membaca. Selanjutnya, tiga orang guru yang menjawab benar
Persentase (%) 36,6 40 30 50 43 33,3 30 46,6 50 33,3 33,3 26,6 36,6 23,3 33,3 36,6 36,6 16,6 16,6 46,6 33,3 43 46,6 43
13 soal dari 30 soal yang diajukan. Hal ini berarti, ketiga guru tersebut mampu menguasai 43% materi jenis membaca. Di samping itu, ada satu orang guru yang mampu menjawab 12 soal dengan benar dengan persentase 40%. Selain itu, terdapat empat orang guru yang mampu menjawab 11 soal dengan benar dari 30 soal yang diberikan. Hal ini dapat diartikan bahwa keempat guru tersebut menguasai 36,6% materi jenis membaca. Selanjutnya,
16 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:9−17 lima orang guru yang menjawab benar 10 soal dari 30 soal yang diajukan. Hal ini berarti ketiga guru tersebut mampu menguasai 33,3% materi jenis membaca. Hanya dua orang guru yang menguasai materi jenis membaca sebesar 30%. Dengan kata lain, kedua guru tersebut mampu menjawab soal 9 pertanyaan dengan benar dari 30 soal. Berikutnya, terdapat satu orang guru yang menjawab soal dengan benar sebanyak 8 soal. Artinya, guru tersebut mampu menguasai 26,6% materi jenis membaca. Selain itu, 1 orang guru yang mampu menjawab 7 soal dengan benar. Ini
artinya, guru tersebut menguasai 23,3%. Selanjutnya, terdapat 2 orang guru yang mampu menjawab pertanyaan sebanyak 5 soal dengan persentasenya 16,6%. Tingkat penguasaan guru terhadap materi jenis membaca yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa penguasaan materi jenis membaca oleh guru SMA Negeri se-Kabupaten Aceh Besar berkisar antara 16, 23, 26, 30, 33, 36, 40, 43, 46, dan 50% dari 30 soal yang diajukan. Sesuai dengan kategori nilai yang diacu, 100% nilai ini berada pada kategori sangat rendah.
Tabel 2. Frekuensi Tingkat Penguasaan Materi Jenis Membaca Kategori Nilai
Rentang Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Tinggi
90-100
0
0
Tinggi
80-89
0
0
Sedang
65-79
0
0
Rendah
55-64
0
0
Sangat Rendah
0 - 54
24
100
24
100
Jumlah
Simpulan Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa 3. Yang perlu diingat bahwa membaca dari 30 butir soal yang diajukan ternyata 100% adalah kunci mendapatkan pendidikan guru memperoleh nilai sangat rendah. Dengan dan pengetahuan sehingga membaca demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Batidak dapat diabaikan. hasa Indonesia di Kabupaten Aceh Besar belum menguasai materi jenis membaca. Penguasaan DAFTAR PUSTAKA guru Bahasa Indonesia terhadap jenis membaca masih berada pada kategori sangat rendah. Ahuja dan G.C Ahuja. 2004. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur PeneliSaran tian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 1. Para guru Bahasa Indonesia di Kabupaten Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Aceh Besar perlumendapat arahan dan peningkatan materi pembelajaran mem- Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa baca umumnya, dan jenis membaca khudalam Pengajaran. Bandung: ITB susnya. 2. Dinas Pendidikan Nasional hendaknya perlu Dryden, Gordon & Jeannette Vos.2002. The memperhatikan dan mengadakan kegiatanLearning Revolution: revolusi Cara kegiatan/pelatihan dalam rangka peningkatBelajar (bagian II).Bandung: Kifa an kemampuan guru secara intensif.
Tingkat Penguasaan Materi... (Sa’adiah) Harjasujana, Ahmad Slamet, dkk. 1999. Membaca 2. Jakarta: Depdiknas
17 Soedarso. 2001. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hernowo. 2004. Quantum Reading, Cara Cepat dan Bermanfaat untuk Merang- Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Insang Munculnya Potensi Membaca. donesia dengan Benar. Jakarta: GraBandung: MLC media Pustaka Utama
Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung : Stine, Jean Marie. 2003. Double Your Brain Kaifa Power; Mengoptimalkan Daya Pikir. Terjemahan Dian Pramesti Bahar. JaMaidiyah, Erni, dkk. 2002. Peningkatan Efekkarta: Delapratasa tivitas Pembelajaran Konsep Hidung Pecahan Melalui Pendekatan Model Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan MembaPembelajran Konstruktivis. Banda ca: Teknik Membaca Efektif dan EfesiAceh: Depdiknas NAD dan Pusat Peen. Bandung: Angkasa nelitian dan Pengembangan Pendidikan Unsyiah Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Mulyati. Yeti 2002. Pendidikan Bahasa dan Bandung: Angkasa Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta :Universitas Terbuka Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Rahim. 2008. Pembelajaran Bahasa IndoneBandung: Angkasa sia di Sekolah Dasar. Jakarta: Bina Aksara Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. JaRose, Colin. 2003. Kuasai Lebih Cepat; Buku karta: Depdikbud. Pintar Accelerated Learning. Bandung: Kiafa