LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH DAN TINGKAT PENGUASAAN GURU TERHADAP MATERI UJIAN NASIONAL Safari Abstract The aim of this research is to answer as following two problems. Is the difference between learning experience, age, place of born, and feedback method to (1) principle leadership in national examination preparation, (2) understanding teacher in national examination materials. Base on Anova non-parametric or Friedman and descriptive analysis from 121 respondence has been gotten the following result. First, teacher perception to the principle leadership in national examination preparation base on (1) teacher experience (0-10 year, 11-20 year, 21-50 year), teacher age (25-35 year, 36-45 year, 46-60 year), (3) place of teacher born (city, side of city, village), (4) feedback method (praisal, critical, neutral) are significance (value 214,119; P<0,05). Variable teacher experience has higher than other variables (mean 2,34) because mean rank of this variable is smallest than other variable as feedback method (mean 2,51), place of born (mean 2,53), and teacher age (mean 2,92). Second, teacher perception to understanding of national examination materials base on (1) teacher experience (0-10 year, 11-20 year, 21-50 year), teacher age (25-35 year, 36-45 year, 46-60 year), (3) place of teacher born (city, side of city, village), (4) feedback method (praisal, critical, neutral) are significance (value 248,700; P<0,05). Variable teacher experience has higher than other variables (mean 2,32) because mean rank of this variable is smallest than other variable as feedback method (mean 2,47), place of born (mean 2,49), and teacher age (mean 2,88). The detail information, please read of this research! Keywords: Leadership
Latar Belakang dan Masalah Baik-buruk leadership Kepala Sekolah dapat diketahui di antaranya melalui hasil Ujian Nasional (UN) yang diperoleh oleh sebagian besar siswanya. Leadership Kepala Sekolah dikategorikan baik apabila salah satu indikatornya adalah sebagian besar siswa yang mengikuti UN banyak yang memperoleh nilai > 7 dan sebaliknya. Nilai di atas 7 yang diperoleh siswa merupakan upaya yang dipersiapkan oleh siswa, guru, dan komponen pendidikan (lihat Gambar 1) yang ada di sekolah. Keberhasilan ini tentu didukung oleh adanya leadership Kepala Sekolah yang handal. Kepala Sekolah mempunyai wewenang untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal melalui manajemen sekolah. Karena manajemen
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
(berbasis) sekolah memberikan kewenangan penuh kepada Kepala Sekolah untuk merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing), mengoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan mengevaluasi (evaluation) komponenkomponen pendidikan suatu sekolah yaitu: input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan kegiatan belajar-mengajar, termasuk mempersiapkan pelaksanaan ujian nasional (UN). Istilah manajemen sekolah sering dikaitkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda. Pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi). Kedua, melihat manajemen lebih luas daripada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen). Ketiga, menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Dalam tulisan ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Komponen-komponen tersebut merupakan sub-sistem dalam sistem pendidikan (sistem pembelajaran). Bila terdapat perubahan pada salah satu sub-sistem (komponen), maka menuntut perubahan/ penyesuaian komponen lainnya.
Gambar 1.
Komponen Pendidikan Yang Perlu Dikelola Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Usaha bersama untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat diperlukan kerja sama yang baik termasuk memberi masukan dan kritikan terhadap kinerja atau leadership Kepala Sekolah itu sendiri. Beberapa latar belakang guru (tingkat pengalaman mengajar, tingkat usia, daerah tempat kelahiran, 233
Jurnal Universitas Paramadina Vol.5 No. 3, Desember 2008: 232-242
dan metode feedback) yang selalu diperoleh selama mengajar merupakan modal untuk memberikan masukan dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Berdasarkan latar belakang guru tersebut, dapat dijadikan alat untuk melihat secara jernih tingkat leadership Kepala Sekolah berdasarkan hasil UN untuk tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris) SMA pada jurusan IPA dan IPS di Indonesia pada Tabel 1 dan Tabel 2. Ketiga mata pelajaran baik dalam Tabel 1 maupun dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil UN setiap tahunnya “naik-turun”. Hasil tahun 2007/2008 mempunyai hasil yang sama, bahkan lebih tinggi dari hasil tahun sebelumnya, kecuali mata pelajaran Matematika IPA yang belum pernah dicapai sebelumnya. Hasil UN yang naik-turun pada data di atas, apabila dikaitkan dengan leadership Kepala Sekolah di tanah air, apakah menunjukkan bahwa tingkat leadership Kepala Sekolah di Indonesia juga “naik-turun”? Berdasarkan semua uraian di atas, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini: Apakah terdapat perbedaan pengalaman mengajar, usia, tempat kelahiran, metode feedback yang diperoleh guru terhadap (1) Leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan ujian nasional (UN); (2) Tingkat penguasaan guru terhadap materi yang diujikan dalam UN di SMA. Kedua permasalahan tersebut merupakan tujuan utama dalam penelitian ini. Tabel 1. Rata-rata nilai Ujian Nasional SMAN dan SMAS IPA
Kajian Teori Ada 3 (tiga) cara memperbaiki kinerja: (1) Meningkatkan valensi; (2) Memperbaiki cara hidup dengan menggunakan strategi dan teknik sukses; (3) Melakukan cara (1) dan (2) secara bersamaan (Poniman, Nugroho, dan Azzaini, 2008: 28). Ketiga cara ini harus dilandasi dengan konsep leadership yang tepat, yaitu: (1) Keyakinan (prinsip manusia, alam, Tuhan); (2) Aksi (kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas); (3) 234
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
Pekerti (sikap dan perilaku: positif produktif, kontributif), (Poniman, Nugroho, dan Azzaini, 2008: 9). Agar hasilnya sesuai dengan harapan perlu melaksanakan resep kesuksesan: (1) Melakukan riset yang kuat; (2) Mengadakan latihan penampilan; (3) Pelaksanaannya tidak tegang, yang disingkat dengan 3R (Research, Rehearse, Relaks), (Sirait, 2008: 7). Tabel 2. Rata-rata nilai Ujian Nasional SMAN dan SMAS IPS
Maier sebagaimana dikutip oleh As’ad (1995: 47) menyatakan bahwa kinerja merupakan kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Teori ini dikembangkan oleh Whitmore (1997: 104) bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pemeran umum keterampilan. Dampak dari kesuksesan kinerja Kepala Sekolah adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran (termasuk mempersiapkan UN) sekurang-kurangnya terdapat 3 (tiga) kemampuan pokok yang harus dilaksanakan guru, yaitu: (1) Merencanakan kegiatan belajarmengajar; (2) Mengelola kegiatan belajar-mengajar; (3) Menilai kegiatan belajar-mengajar, (Gagne, 1974: 16-17). Ketiga kemampuan pokok ini merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru karena pada dasarnya merupakan pencerminan penguasaan guru atas kompetensinya, (Imron, 1995: 165). Secara rinci Kemp membagi menjadi 3 (tiga) kompetensi profesi guru, yaitu: (1) Kompetensi pengetahuan; (2) Kompetensi kinerja; (3) Kompetensi akibat yang menekankan pada aspek hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari kompetensi pengetahuan dan keterampilan guru (Kemp, 1977: 8). Sesungguhnya tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan melainkan mempersiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri, (Semiawan, 1997: 15). Oleh karena itu, baik 235
Jurnal Universitas Paramadina Vol.5 No. 3, Desember 2008: 232-242
kemampuan Kepala Sekolah, maupun kemampuan guru merupakan suatu daya untuk melakukan tindakan yang merupakan hasil dari pembawaan atau latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa seseorang dapat atau tidak dapat melaksanakan suatu aktivitas merupakan faktor utama yang menentukan kinerja seseorang, (Munandar, 1999: 17). Metode Penelitian Subjek penelitian ini adalah para guru mata pelajaran SMA yang mengajar pada sekolah yang berkategori sekolah bertaraf internasional (SBI) di 20 propinsi yang sedang mengikuti workshop pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan menggunakan teknologi informatika dan komunikasi angkatan III yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional pada tanggal 25-30 Agustus 2008.. Guru mata pelajaran SMA yang menjadi responden adalah 16 guru mata pelajaran: Bhs. Jepang= 1 (0,8%) guru, Bahasa Jerman= 1 (0,8%) guru, Bahasa Indonesia= 5 (4,1%) guru, Bahasa Inggris= 6 (5%), Biologi= 9 (7,4%) guru, Ekonomi= 12 (9,9%) guru, Fisika= 11 (9,1%) guru, Geografi= 2 (1,7%) guru, Kimia= 22 (18,2%) guru, Matematika= 20 (16,5%) guru, Pendidikan Agama Islam= 1 (0,8%) guru, Penjaskes= 5 (4,1%) guru, PKn= 4 (3,3%) guru, Sejarah= 2 (1,7%) guru, Sosiologi= 7 (5,8%) guru, Teknologi Informatika= 13 (10,7%). Sampel penelitian ini adalah 121 responden. Penentuan sampel (guru mata pelajaran SMA) ini dipilih secara random dengan mempergunakan teknik sample random sampling, sehingga jumlahnya adalah seperti berikut. Di Propinsi: Bali= 8 (6,6%) guru, Banten= 2 (1,7%) guru, DI Yogyakarta= 6 (5%) guru, DKI Jakarta= 16 (13,2%) guru, Jabar= 7 (5,8%) guru, Jambi= 4 (3,3%), Jateng= 16 (13,2%) guru, Jatim= 16 (13,2%) guru, Kalsel= 4(3,3%) guru, Kaltim =8 (6,6%) guru, Kepri= 2(1,7%) guru, Lampung= 4 (3,3%) guru, Malut= 2 (1,7%) guru, Riau= 4 (3,3%) guru, Sulsel= 6 (5%) guru, Sulteng= 3 (2,5%) guru, Sulut= 4 (3,3%) guru, Sumbar= 4 (3,3%) guru, Sumsel= 2 (1,7%) guru, Sumut= 3 ( 2,5%) guru. Responden laki-laki berjumlah 91 (75,2%) guru dan responden perempuan berjumlah 30 (24,8%) guru. Responden yang bergolongan darah: A= 25 (20,7%), AB= 5 (4,1%), B= 35 (28,9%), dan O= 56 (46,3%). Responden yang berlatar berlakang pendidikan: D-3=1 (0,8%) guru, SMA= 2 (1,7%) guru, S-1= 103 (85,1%) guru, S-2= 15 (12,4%) guru. Data dalam penelitian ini berbentuk persepsi guru mata pelajaran SMA terhadap variabel penelitian yang diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi identitas 236
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
subjek dan butir-butir pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi subjek terhadap permasalahan dalam penelitian ini. Variabel dependen penelitian ini adalah persepsi guru terhadap Leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan ujian nasional (Y1) dan tingkat penguasaan guru terhadap materi ujian nasional (Y2). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah: (X1) pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun), (X2) usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun), (X3) tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa), (X4) metode feedback yang selalu diperoleh guru (pujian, kritikan, netral). Oleh karena itu, hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan persepsi guru terhadap Leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN ditinjau dari (1) pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun), (2) usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun), (3) Tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa), dan (4) Metode feedback yang selalu diperoleh guru dalam proses belajar-mengajar di sekolah (pujian, kritikan, netral). Karena data dalam penelitian ini berbentuk deskrit atau berskala nominal, maka metode analisis yang dipergunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah uji Analisis varian nonparametrik 4 jalur (Uji Friedman) dan analisis deskriptif (Field, 2005). Agar hasil analisis penelitian ini dapat diperoleh secara akurat, maka semua data dalam penelitian ini diolah atau dianalisis dengan mempergunakan program SPSS 16.00 for Window. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN Persepsi guru terhadap leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN ditinjau dari (1) Pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun), (2) Usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun), (3) Tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa), (4) Metode feedback yang selalu diperoleh guru (pujian, kritikan, netral) adalah terbukti secara signifikan terdapat perbedaan (value= 214,119; P< 0,05). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hipotesis nol penelitian ini ditolak dan menerima hipotesis kerja yaitu terdapat perbedaan tingkat pengalaman mengajar guru, usia guru, tempat kelahiran guru, dan metode feedback yang selalu diperoleh guru terhadap tingkat leadership Kepala Sekolah terhadap UN. Tabel 3. Hasil uji Friedman tentang tingkat leadership Kepala Sekolah terhadap Ujian Nasional N Chi-Square df Significance 121 214,119 4 0,000
237
Jurnal Universitas Paramadina Vol.5 No. 3, Desember 2008: 232-242
Secara konkret dapat disimpulkan bahwa tingkat “pengalaman guru mengajar” memiliki kecenderungan yang paling tinggi dalam menentukan tingkat leadership Kepala Sekolah di tempat guru mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah rankingnya yang paling kecil yaitu 2,34 dibandingkan dengan ranking untuk “metode feedback” yang selalu diperoleh guru”= 2,51, “tempat kelahiran guru”= 2,53, dan yang memiliki kecenderungan terendah adalah tingkat “usia” guru yaitu 2,92. Perhatikan rata-rata rankingnya pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata ranking pada setiap variabel No. Variabel 1. Tingkat usia 2. Tingkat pengalaman guru mengajar 3. Tempat kelahiran guru 4. Metode feedback yang selalu diperoleh guru
Mean Rank 2,92 2,34 2,53 2,51
Berdasarkan analisis deskriptif dari 121 guru mata pelajaran (Bhs. Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Ekonomi, Fisika, Geografi, Kimia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Penjaskes, PKn, Sejarah, Sosiologi, Teknologi Informatika dan Komunikasi) menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN sebagian besar guru mata pelajaran SMA yang menyatakan sangat rendah 7 (5,8%) guru, rendah 6 (5%) guru, sedang 20 (16,5%) guru, tinggi 51 (42,1%), dan sangat tinggi 37 (30,6%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Frekuensi/persentase persepsi guru mata pelajaran terhadap tingkat leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan Ujian Nasional Sedang Tinggi Sangat No. Aspek Sanga Rendah tinggi t renda h 7 6 20 51 37 1. Leadership (5%) (16,5%) (42,1%) (30,6%) Kepala Sekolah (5,8%) terhadap UN
Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pernyataan “tinggi” ataupun “sangat tinggi” yang disampaikan responden tidak mutlak, karena hanya 42,1% dan 30,6% responden yang menyatakan tinggi dan sangat tinggi dan terdapat pula responden yang menyatakan sangat rendah dan rendah , yaitu 5,8% dan 5%. Hal ini menunjukkan adanya indikasi perbedaan persepsi guru mata 238
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
pelajaran terhadap tingkat leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN. Alasan responden yang menjawab “rendah” di antaranya adalah: (1) Kepala Sekolah tidak menguasai pembelajaran; (2) Kompetensi Kepala Sekolah rendah; dan (3) kurang menanggapinya dengan serius. Alasan responden yang menjawab “sedang” di antaranya adalah: (1) Kepala Sekolah cukup membimbing; (2) Diserahkan kepada panitia UN; (3) Pada dasarnya Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum yang aktif; (4) Mengutamakan hasil daripada proses. Alasan responden yang menjawab “tinggi” di antaranya adalah: (1) Adanya kegiatan bimbel; (2) Mengadakan pendalaman materi yang lebih banyak; (3) Merencanakan pelajaran tambahan; (4) Selalu memberikan motivasi; (5) Selalu memimpin. Alasan responden yang menjawab “sangat tinggi” di antaranya adalah: (1) Ada pengayaan, pendalaman, dan try out; (2) Agar tercapai tujuan yang diharapkan; (3) Ada Persiapan; (4) Bertanggung jawab terhadap berjalannya persiapan UN; (5) Lulus 100%; (6) Mampu mengendalikan dan merencanakan dengan baik; (7) Memberi contoh dengan baik; (8) Memprogramkan persiapan sejak awal tahun pelajaran; (9) Mendukung dan memotivasi guru dan siswa dalam mempersiapkan UN; (10) Penanganan siswa bermasalah lebih cepat; (11) Selalu memantau dan memotivasi dengan baik; (12) Terlibat langsung dalam kegiatan; (13) Mempertahankan kelulusan dengan nilai maksimal. B. Tingkat penguasaan materi UN Persepsi guru terhadap tingkat penguasaan materi UN untuk diajarkan kepada peserta didik ditinjau dari (1) pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun); (2) usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun); (3) tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa); (4) metode feedback yang selalu diperoleh guru (pujian, kritikan, netral) adalah terbukti secara signifikan terdapat perbedaan (value= 248,700; P< 0,05). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil uji Friedman tentang tingkat penguasaan materi Ujian Nasional N Chi-Square df Significance 121
248,700
4
0,000
Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa hipotesis nol penelitian ini ditolak dan menerima hipotesis kerja yaitu terdapat perbedaan tingkat pengalaman mengajar guru, usia guru, tempat kelahiran guru, dan metode feedback yang selalu diperoleh guru terhadap tingkat penguasaan materi UN. Secara konkret dapat disimpulkan bahwa tingkat “pengalaman guru mengajar” memiliki 239
Jurnal Universitas Paramadina Vol.5 No. 3, Desember 2008: 232-242
kecenderungan yang paling tinggi dalam menentukan tingkat penguasaan materi UN di SMA tempat guru mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah rankingnya yang paling kecil yaitu 2,32 dibandingkan dengan ranking untuk “metode feedback yang selalu diperoleh guru”= 2,47, “tempat kelahiran guru”= 2,49, dan yang memiliki kecenderungan terendah adalah tingkat “usia” guru yaitu 2,88. Perhatikan rata-rata rankingnya pada Tabel 7. Berdasarkan analisis deskriptif dari 121 guru mata pelajaran (Bhs. Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Ekonomi, Fisika, Geografi, Kimia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Penjaskes, PKn, Sejarah, Sosiologi, Teknologi Informatika dan Komunikasi) menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap tingkat penguasaan materi UN sebagian besar guru mata pelajaran SMA yang menyatakan sangat rendah dan rendah tidak ada 5 (4,1%) guru, sedang 7 (5,8%) guru, tinggi 69 (57%), dan sangat tinggi 40 (33,1%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Rata-rata ranking pada setiap variabel No.
Variabel
Mean Rank
1. 2.
Tingkat usia Tingkat pengalaman guru mengajar
2,88 2,32
3.
Tempat kelahiran guru
2,49
4.
Metode feedback yang selalu diperoleh guru
2,47
Tabel 8. Frekuensi/persentase persepsi guru mata pelajaran terhadap tingkat leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN Tinggi Sangat No. Aspek Sangat Rendah Sedang tinggi rendah 0 5 7 69 40 1. Tingkat (0%) (4,1%) (5,8%) (57%) (33,1%) penguasaan materi UN
Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pernyataan “tinggi” ataupun “sangat tinggi” yang disampaikan responden tidak mutlak, karena hanya 57% dan 33,1% responden yang menyatakan tinggi dan sangat tinggi dan tidak satu pun responden menyatkan “sangat rendah”, serta terdapat pula responden yang menyatakan rendah , yaitu 4,1%. Hal ini menunjukkan adanya indikasi perbedaan persepsi guru mata pelajaran terhadap tingkat penguasaan materi UN. Alasan responden yang menjawab “sedang” di antaranya adalah perlu ditingkatkan dan berlanjut sesuai dengan kebutuhan. 240
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
Alasan responden yang menjawab “tinggi” di antaranya adalah: (1) Guru mempunyai kemampuan; (2) Guru sudah menguasai SK/KD dan SKL; (3) Materi UN wajib dikuasai guru; (4) Memiliki pengalaman mengajar di bidangnya; (5) Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab; (6) Sesuai dengan pendidikan dan pengalaman guru; (7) Sudah disosialisasikan kepada seluruh siswa, (8) Sudah teruji melalui tes kompetansi. Alasan responden yang menjawab “sangat tinggi” di antaranya adalah: (1) Guru materi UN sudah memiliki kiat-kiat tersendiri; (2) Lulus 100%; (3) Materi UN sudah dipersiapkan; (4) Melalui MGMP; (5) Guru dapat menerapkan materi UN dengan baik; (6) Guru harus sangat menguasai materi pelajaran; (7) SKL dan materinya tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun; (8) Sudah sesuai; (9) Sudah terbukti dari hasil UN sebelumnya; (10) Tidak ada masalah bagi guru. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis dari 121 responden guru mata pelajaran (Bhs. Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Ekonomi, Fisika, Geografi, Kimia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Penjaskes, PKn, Sejarah, Sosiologi, Teknologi Informatika dan Komunikasi) diperoleh hasil seperti berikut ini. Pertama, Persepsi guru terhadap leadership Kepala Sekolah dalam mempersiapkan UN ditinjau dari (1) Pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun); (2) Usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun); (3) Tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa); (4) Metode feedback yang selalu diperoleh guru (pujian, kritikan, netral) adalah terbukti secara signifikan terdapat perbedaan (value= 214,119; P< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengalaman mengajar guru, usia guru, tempat kelahiran guru, dan metode feedback yang selalu diperoleh guru terhadap tingkat leadership Kepala Sekolah terhadap UN. Untuk tingkat “pengalaman guru mengajar” memiliki kecenderungan yang paling tinggi dalam menentukan tingkat leadership Kepala Sekolah di tempat guru mengajar karena rankingnya yang paling kecil yaitu 2,34 dibandingkan dengan ranking untuk “metode feedback yang selalu diperoleh guru”= 2,51, “tempat kelahiran guru”= 2,53, dan yang memiliki kecenderungan terendah adalah tingkat “usia” guru yaitu 2,92. Kedua, Persepsi guru terhadap tingkat penguasaan materi dalam mempersiapkan UN ditinjau dari (1) Pengalaman mengajar guru (0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-50 tahun), (2) Usia guru (25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-60 tahun), (3) Tempat kelahiran guru (kota, pinggir kota, desa), (4) Metode feedback yang selalu diperoleh guru (pujian, kritikan, netral) adalah terbukti secara signifikan terdapat perbedaan (value= 248,700; P< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 241
Jurnal Universitas Paramadina Vol.5 No. 3, Desember 2008: 232-242
perbedaan tingkat pengalaman mengajar guru, usia guru, tempat kelahiran guru, dan metode feedback yang selalu diperoleh guru terhadap tingkat penguasaan materi UN. Untuk tingkat “pengalaman guru mengajar” memiliki kecenderungan yang paling tinggi dalam menentukan tingkat leadership Kepala Sekolah di tempat guru mengajar karena rankingnya yang paling kecil yaitu 2,32 dibandingkan dengan ranking untuk “metode feedback yang selalu diperoleh guru”= 2,47, “tempat kelahiran guru”= 2,49, dan yang memiliki kecenderungan terendah adalah tingkat “usia” guru yaitu 2,88. Berdasarkan hasil penelitian di atas, sebagai penutup penelitian ini, ada tiga saran penting seperti berikut. Pertama, Perlu segera diadakan sosialisasi pentingnya UN di semua satuan pendidikan. Karena responden dalam penelitian ini yang memiliki banyak pengalaman mengajar, walaupun sebagian besar menjawab “tinggi” tentang leadership Kepala Sekolah, tetapi masih banyak responden yang menjawab “sangat rendah”, “rendah” dan “sedang”. Ini menunjukkan informasi tentang UN belum disosialisasikan secara tuntas oleh Kepala Sekolah. Kedua, kepada guru khususnya guru yang mengajar mata pelajaran yang diujikan pada UN perlu: (1) Memaksimalkan kemampuan siswanya terhadap kemampuan/materi; (2) Memotivasi belajar siswa; (3) Meningkatkan kemampuan akademik siswa; (4) Mendukung keinginan siswa melanjutkan ke perguruan tinggi; (5) Membina akhlak siswa; (6) Memberi skor/nilai ujian secara objektif; (7) Meningkatkan kemampuan menulis soal yang baik. Ketiga, kepada siswa baik yang belajar di sekolah negeri maupun swasta yang sedang mempersiapkan ujian nasional perlu menguasai semua kompetensi/materi mata pelajaran yang diujikan pada UN, khususnya pada kemampuan/materi-materi yang penting.
Daftar Pustaka As’ad, Muhamad. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Field, Andy. 2005. Discovering Statistics Using SPSS. London: Sage Publications. Gagne, Robert M. 1974. Essentials of Learning for Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston. Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development. California: Fearson Pitmen Publisher.
242
Safari Leadership Kepala Sekolah dan Tingkat Penguasaan Guru Terhadap Materi Ujian Nasional
Munandar, S.C. Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan, Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia.
Strategi
Poniman, Farid. 2008. Kubik Leadership. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sirait, Charles Bonar. 2008. The Power of Public Speaking: Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Whitmore, John. 1997. Coaching for Performance: Seni Mengarahkan untuk Mendongkrak Kinterja. Jakarta: Gramedia.
243