GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EMISI OTOAKUSTIK SEBAGAI SKRINING AWAL PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN BALAI PELAYANAN KESEHATAN DR. PIRNGADI MEDAN
Tesis Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Spesialis dalam Bidang Ilmu KesehatanTeling Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Oleh: OKTI TRIHANDANI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BIDANG ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK, BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Lembar Pengesahan
Tanggal 11 April 2009 Disetujui untuk diajukan ke sidang ujian oleh :
Pembimbing 1
dr. Adlin Adnan, Sp.THT-KL NIP : 140 202 219
Pembimbing 2
dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL NIP : 132 231 990
Pembimbing 3
dr. Hafni, Sp.THT-KL(K) NIP : 140 154 806
Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Prof. Askaroellah Aboet, dr, Sp.THT-KL(K) NIP : 130 517 523
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Medan, 11 April 2009
Tesis dengan judul GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EMISI OTOAKUSTIK SEBAGAI SKRINING AWAL PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN BALAI PELAYANAN KESEHATAN DR. PIRNGADI MEDAN
Diketahui oleh
Ketua Departemen
Ketua Program Studi
Prof.dr.Abdul Rachman Saragih,SpTHT-KL(K)
Prof.dr.Askaroellah Aboet,SpTHT-KL(K)
Telah disetujui dan diterima baik oleh pembimbing
Ketua
dr. Adlin Adnan, SpTHT-KL
Anggota
dr. Harry A. Asroel, SpTHT-KL
dr. Hafni, SpTHT-KL(K)
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas rahmat, karunia dan hidayahNya, Nabi Muhammad SAW dan para ahli silsilah pewaris Nabi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan spesialis dalam bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan. Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : Ayahanda Guru Al Haj. Prof. DR. S. S. Kadirun Yahya M. A., M. Sc, Al Kholidi. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin Panusunan Lubis, dr, Sp.A (K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Gontar Alamsyah, dr, Sp.PD-KGEH dan mantan dekan Prof. Sutomo Kasiman, dr, Sp.JP (K) dan Prof. T. Bahri Anwar, dr, Sp.JP (K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Bapak Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan bekerja di Rumah Sakit ini. Prof. Abdul Rachman Saragih, dr, Sp.THT-KL (K) sebagai Kepala Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan arahan sejak penulis mengikuti pendidikan di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Prof. Askaroellah Aboet, dr, Sp.THT-KL (K) sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan atas bimbingan, arahan, dorongan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. dr. Adlin Adnan, Sp.THT-KL sebagai pembimbing utama tesis, dr. Hafni, Sp.THT-KL(K) dan dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL sebagai pembimbing pendamping tesis, yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, arahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada semua guru-guru di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, dr. Asroel Aboet, Prof. dr. Ramsi Lutan, Sp.THT-KL (K), dr. Yuritna Haryono, Sp.THT-KL (K), Prof. Askaroellah Aboet, dr, Sp.THT-KL (K), Prof. Abdul Rachman Saragih, dr, Sp.THT-KL (K), Dr. Muzakkir Zamzam, Sp.THT-KL (K), dr. Mangain Hasibuan, Sp.THT-KL, dr. T. Sofia Hanum, Sp.THT-KL (K), Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL (K) dr. Linda I Adenin, Sp.THT-KL, dr. Ida
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Sjailendrawati H, Sp.THT-KL, dr. Adlin Adnan, Sp.THT-KL, dr. Rizalina A. Asnir, Sp.THT-KL, (Alm) dr. Ainul Mardhiah, Sp.THT-KL, dr. Siti Nursiah, Sp.THT-KL, dr. Andrina YM Rambe, Sp.THT-KL, dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL, dr. Farhat, Sp.THT-KL, dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT-KL, dr. Aliandri, Sp.THT-KL dan dr. Ashri Yudhistira, Sp.THT-KL yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan pengetahuan di bidang THT-KL yang bermanfaat bagi penulis di kemudian hari. Yang terhormat dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, staf Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas yang telah banyak membantu saya di bidang statistik dalam pengolahan data tesis ini. Bapak Kepala Departemen/Staf Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK Dr. Pirngadi Medan yang telah banyak membantu saya dalam mengambil sampel penelitian. Bapak Kepala Departemen/Staf Radiologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Departemen/Staf Anastesiologi dan Reanimasi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Departemen/Staf Patologi Anatomi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani stase pendidikan di Departemen tersebut. Direktur dan seluruh staf THT-KL RSUD Lubuk Pakam, RS PTP XI Tembakau Deli Medan, Rumah Sakit DAM-I/Bukit Barisan Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis untuk belajar selama pendidikan di rumah sakit tersebut. Direktur dan seluruh staf PT. Alat Bantu Dengar Indonesia, yang telah memberi bantuan dalam pengadaan alat penelitian.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Kedua orangtua tercinta, Ibunda Wahyu Handayani Mulyaningsih dan ayahanda Sentot Subagio, ayah dan ibu mertua, Ir. H. Kryoadi dan Hj. Rita Farida, serta kakak dan adik, penulis mengucapkan terima kasih atas limpahan kasih sayang dan tak henti-hentinya memberikan dorongan serta doa kepada penulis. Suamiku Aditya, ST terima kasih atas dukungan dan perhatiannya, serta putra tercintaku Muhammad Athallah Rafif yang telah memotivasiku, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Teman-teman sejawat peserta pendidikan Ilmu Kesehatan THT Bedah Kepala Leher terima kasih atas persahabatan dan kerjasama yang terjalin selama mengikuti pendidikan. Paramedis dan karyawan Departemen THT Bedah Kepala Leher FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu dan bekerja sama selama penulis menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Medan, April 2009
Okti Trihandani
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EMISI OTOAKUSTIK SEBAGAI SKRINING AWAL PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN BALAI PELAYANAN KESEHATAN DR. PIRNGADI MEDAN
Abstrak Latar
Belakang:
Pendengaran
diperlukan
untuk
kemahiran
berbicara.
Gangguan pendengaran yang terjadi pada usia prasekolah dapat berpengaruh pada perkembangan berbicara, perkembangan sosial dan emosional, tingkah laku,
perhatian
dan
prestasi
akademik.
Mengetahui
adanya
gangguan
pendengaran sedini mungkin berpengaruh untuk menentukan kelangsungan hidup individu. Survei Kesehatan indera pendengaran yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia (1994 – 1996) mendapatkan prevalensi tuli sejak lahir sebesar 0.1 % dari 19.375 sample yang diperiksa. The National Institute of Health di Amerika pada tahun 1993 menganjurkan semua bayi baru lahir dilakukan skrining pendengaran, dan sebaiknya dilakukan sebelum bayi meninggalkan rumah sakit. Dengan kemajuan teknologi, kini pemeriksaan pendengaran
yang
obyektif
dapat
dilakukan
sedini
mungkin
dengan
menggunakan alat yang relatif aman dan mudah digunakan, salah satunya dengan menggunakan alat emisi otoakustik, yang saat ini merupakan pemeriksaan baku emas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study) di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK.
Dr. Pirngadi Medan mulai Mei 2008 dan memenuhi
kriteria inklusi. Terhadap bayi baru lahir berusia > 24 jam dan sebelum keluar dari rumah sakit dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik jenis Transient evoked otoacoustic emissions (TEOAE) pada kedua telinga. Pemeriksaan
akan
memberikan hasil ‘pass’ atau ‘refer’. Pass dimaksudkan bahwa bayi sementara tidak memerlukan tes lebih lanjut dan refer dimaksudkan bayi harus di tes ulang.
Hasil Penelitian: Dari 44 bayi baru lahir yang diperiksa emisi otoakustik, hasil terbanyak adalah bilateral pass yaitu sebanyak 31 bayi (70,45 %), sedangkan yang mendapatkan hasil refer baik bilateral maupun unilateral sebanyak 13 bayi (29,55%). Dari 20 bayi (45,45%) dengan faktor risiko, yang memperoleh hasil emisi otoakustik terbanyak yaitu bilateral pass sebanyak 11 bayi (55%),. Sementara dari 24 bayi (54,55%) tanpa faktor risiko yang memperoleh jumlah terbanyak juga bilateral pass yaitu 20 bayi (83,33). Faktor risiko terbesar yang menghasilkan bilateral refer adalah faktor risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebanyak 4 bayi (57,14%). Berdasarkan jenis kelamin, dari 20 bayi laki – laki (45,45%), hasil terbanyak yaitu bilateral pass sebanyak 15 bayi (75%), sedangkan bilateral refer dan unilateral refer sebanyak 5 bayi (35%). Sedangkan dari 24 bayi perempuan (54,55%), hasil terbanyak juga bilateral pass sebanyak 16 bayi (66,66%), sedangkan bilateral refer dan unilateral refer sebanyak 8 bayi (33,34%). Dari keseluruhan jenis persalinan, PSP merupakan jenis persalinan
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
dimana persentase bilateral refer dan unilateral refer paling besar, yaitu dari 18 bayi yang lahir secara PSP,4 bayi (22,22%) dengan bilateral refer dan 2 bayi (11,11%) dengan unilateral pass/refer. Kata Kunci: Bayi baru lahir, skrining awal pendengaran, emisi otoakustik
ABSTRACT Background: hearing was needed for conversation expertness. Hearing disturbance in preschool age lead to speaking development, social and emotional development, behavior, attention, and academic performance. Understanding of early hearing distrubance influence for the individual viability. Hearing medical survey in 7 province in indonesia (1994-1996) found out deafness prevalence about 0,1% of 19.375 sample. The National Institute of Health in Unites States of America on 1993 have recommendation for screening newborn hearing, and proposed before leaving the hospital. With the advancement of technology, early objective hearing examination by use of safety tools and easy of used, one of the tools are otoacoustic emission, for the gold standard examination. This study has purposed to understand visible image of the otoacoustic examination for the early screening of newborn in Adam Malik hospital and Medical service centre pirngadi hospital in Medan.
Method: this study was made of cross sectional study with a survey in Adam malik hospital and medical service centre (MSC) pirngadi hospital from May 2008 for inclusion criteria. This study was investigated by using transient evoked
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
otoacoustic emission (TEOAE) of newborn >24 hours in age and before come out of hospital. Pass or refer was given by this examination. Pass was intended unneded test furthermore of the baby, while refer was intended to repetition test.
Result: from 44 newborn babies by using OAE test, the most result was 31 babies (70,45%) of bilateral pass, and for a refer cases was made of 13 babies (29,55%) both unilateral or bilateral refer. About 20 babies (45,45%) with a risk factor, the most result was 11 babies (55%) of bilateral pass. Meanwhile about 24 babies (54,55%) without risk factor getting the bilateral pass about 20 babies (83,33%). The greatest risk factor is getting of bilateral refer for the low newborn weight about 4 babies (57,14%). According to the gender of the babies, 20 babies are male (45,45%), in cases where 15 babies (75%) was bilateral pass, whereas 5 babies (35%) both unilateral and bilateral refer. Meanwhile from 24 female babies (54,55%), 16 babies (66,66%) was bilateral pass, and whereas 8 babies (33,34%) both unilateral and bilateral refer. All of the labor, spontaneous delivery has the greatest percentage both bilateral and unilateral refer, 18 babies of the spontaneous delivery, is getting of 4 babies (22,22%) bilateral refer, and 2 babies (11,11%) has unilateral pass/refer. Keywords: Newborn, early hearing screening, otoacoustic emissions
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................
i
ABSTRAK......................................................................................................
v
DAFTAR ISI...................................................................................................
ix
BAB 1: PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
5
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................
5
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................
6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
2. 1 EMBRIOLOGI TELINGA DALAM...........................................................
7
2. 2 ANATOMI…………………………………………………………………….
8
2. 2. 1
TELINGA DALAM……………………………………………………..
8
2. 2. 1. 1 KOKLEA…………………………………………………………….
8
2. 3 FISIOLOGI…………………………………………………………………… 11 2. 4 PERKEMBANGAN MERESPON SUARA……………………………….. 12 2. 4. 1 Respon Neonatal………………………………………………………. 12 2. 4. 2 Respon pada bayi di bawah 4 bulan………………………………… 13 2. 4. 3 Respon pada usia 4 – 6 bulan……………………………………….. 13 2. 4. 4 Respon pada usia 7 – 9 bulan……………………………………….. 14 2. 4. 5 Respon pasa usia 10 – 12 bulan…………………………………….. 14 2. 4. 6 Respon pada usia 13 – 24 bulan…………………………………….. 15 Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 4. 7 Respon pada usia lebih dari 2 tahun………………………………… 15 2. 5 PATOGENESIS GANGGUAN PENDENGARAN………………………. 15 2. 6 EMISI OTOAKUSTIK………………………………………………………. 16 2. 6. 1 Anatomi dan fisiologi dasar emisi otoakustik………………………. 17 2. 6. 2 Tujuan pemeriksaan…………………………………………………..
19
2. 6. 3 Syarat – syarat untuk menghasilkan emisi otoakustik…………….
19
2. 6. 4 Pembagian Emisi Otoakustik………………………………………… 20 2. 6. 4. 1 Spontaneous Otoacoustic Emissions………………………….. 21 2. 6. 4. 2 Transient Evoked Otoacoustic Emission………………………. 22 2. 6. 4. 3 Distortion product Otoacoustic Emissions……………………… 23 2. 6. 4. 4 Sustained Frequency Otoacoustic Emissions…………………. 24 2. 6. 5 Aplikasi Klinis Pemeriksaan Otoacoustic Emissions………………. 25 2. 6. 6 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi emisi otoakustik……….
26
2. 6. 7 Keadaan yang tidak mempengaruhi koklea………………………… 27 2. 6. 8 Kondisi-kondisi yang menggambarkan abnormal emisi Otoakustik 27 2. 6. 9 Kondisi yang menyebabkan normal emisi otoakustik……………… 27 2. 7 Skrining Pendengaran Bayi……………………………………………….. 28 2. 7. 1 Faktor Risiko Gangguan Pendengaran……………………………
29
BAB 3 : KERANGKA KONSEP..................................................................
31
BAB 4 : METODE PENELITIAN.................................................................
32
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................
32
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
32
4.2.1 Populasi..............................................................................
32
4.2.2 Sampel................................................................................
32
4.2.3 Besar Sampel.....................................................................
33
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel...............................................
33
4.3 Variabel Penelitian...............................................................................
33
4.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian.............................................
33
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
4.3.2 Definisi Operasional Variabel..............................................
33
4.4 Alat dan Bahan Penelitian...................................................................
36
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................
37
4.6 Kerangka Kerja...................................................................................
37
4.7 Cara Analisis Data..............................................................................
37
BAB 5 : HASIL PENELITIAN....................................................................... 39
BAB 6 : PEMBAHASAN............................................................................... 45
BAB 7 : KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 51 7.1 Kesimpulan..........................................................................................
51
7.2 Saran...................................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 54
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
56
Lampiran 1. Data Sampel Penelitian………………………………………….
56
Lampiran 2. Status Penelitian………………………………………………….
59
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Subyek Penelitan………………… 63 Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan……………………….
64
Lampiran 5. Persetujuan Komite Etik Penelitian……………………………..
65
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………..
66
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendengaran diperlukan untuk kemahiran berbicara. Gangguan pendengaran yang terjadi pada usia prasekolah dapat berpengaruh pada perkembangan berbicara, perkembangan sosial dan emosional, tingkah laku, perhatian dan prestasi akademik, karena itu mengetahui adanya gangguan
pendengaran
sedini
mungkin
penting
untuk
menentukan
kelangsungan hidup individu (Gomella et al, 2004; Haddad Jr. J., 2004). Di tiga negara bagian Amerika Serikat dari tahun 1995 - 1999, bayi baru lahir yang mengalami tuli bilateral berkisar 1-3 bayi per 1000 bayi pada bayi yang sehat dan sebanyak 2-4 bayi per 1000 bayi pada bayi yang dirawat secara intensif. Connolly pada tahun 2005, menemukan gangguan pendengaran sebanyak 1 dari 811 kelahiran tanpa faktor risiko dan 1 dari 75 kelahiran dengan faktor risiko (Michele et al, 2005; Sokol & Hyde, 2002). Di Bulacan-Philipina, dari 724 bayi baru lahir dijumpai 708 (97,8%) bayi dengan pendengaran normal, 7 (1,0%) bayi mengalami tuli unilateral, 8 (1,1%) bayi mengalami tuli ringan bilateral dan 1 (0,1%) bayi mengalami tuli berat bilateral (Chiong C, 2007) .
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Survei Kesehatan indera pendengaran yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia (1994 – 1996) mendapatkan prevalensi tuli sejak lahir sebesar 0.1 % dari 19.375 sample yang diperiksa. Dari angka tersebut dapat kita perkirakan berapa jumlah penderita ketulian penduduk Indonesia saat ini (Hendarmin H, 2006). Suleh & Djelantik (1999) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung melaporkan, dari 212 bayi yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik, ditemukan 3 bayi dengan hasil refer pada kedua telinganya. Di Liguria, Italy, dari 3238 bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik, sebanyak 3180 bayi (98,2%) memberikan hasil ‘pass’ dan sebanyak 58 bayi (1,8%) memberikan hasil ‘refer’ (Calevo M. G. et al, 2007). Gangguan pendengaran sering diabaikan karena orangtua tidak langsung sadar anaknya menderita gangguan, kadang - kadang anak dianggap sebagai anak autis atau hiperaktif karena sikapnya yang sulit diatur. Oleh karena itu diagnosa dini gangguan pendengaran sangatlah penting. Menemukan gangguan pendengaran pada bayi tidaklah mudah, seringkali baru diketahui setelah usia 2 – 3 tahun. Menurut Sininger di AS tanpa program skrining pendengaran gangguan pendengaran baru diketahui pada usia 18 – 24 bulan. Di Poliklinik THT Komunitas RSCM (1992 – 2006) didapatkan 3087 bayi/anak tuli saraf berat bilateral usia terbanyak adalah 1 – 3 tahun (43,70%) dan 6,41% yang berusia di bawah 1 tahun (Suwento, 2007).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tujuan skrining pendengaran bayi baru lahir adalah menemukan gangguan pendengaran sedini mungkin sehingga dapat dilakukan habilitasi segera, menggunakan pemeriksaan elektrofisiologik; bersifat obyektif, praktis, otomatis dan non invasive (Suwento, 2007). The National Institute of Health di Amerika pada tahun 1993 menganjurkan semua bayi baru lahir dilakukan skrining pendengaran, dan sebaiknya dilakukan sebelum bayi meninggalkan rumah sakit. Bayi yang mengalami hasil tes refer agar dilakukan evaluasi fungsi pendengaran secara komprehensif sebelum umur 6 bulan ( Suardana W., 2008 ). Skrining pendengaran pada bayi baru lahir atau Newborn Hearing Screening (NHS) dibedakan menjadi: Universal Newborn Hearing Screening (pada semua bayi) dan Targeted Newborn Hearing Screening (hanya bayi berisiko tinggi). Seharusnya skrining dilakukan pada seluruh bayi baru lahir, karena deteksi yang dilakukan pada bayi yang dengan faktor risiko hanya menemukan 50% kasus dengan ketulian, sedangkan telah dibuktikan bahwa 50% lagi bayi dengan ketulian terjadi pada bayi normal tanpa risiko (Suardana, 2008; Suwento, 2007 ). Deteksi gangguan pendengaran sebetulnya dapat dilakukan oleh orangtua secara sederhana, misalnya dengan memperdengarkan sumber bunyi ke bayi dan mengamati ada atau tidak respons bayi terhadap suara, namun pemeriksaan tersebut bersifat subyektif. Kini dengan kemajuan teknologi, pemeriksaan pendengaran yang obyektif dapat dilakukan sedini mungkin dengan menggunakan alat yang relatif aman dan mudah
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
digunakan, salah satunya dengan menggunakan alat emisi otoakustik, yang saat ini merupakan pemeriksaan baku emas. Tentu saja dengan adanya deteksi dini diharapkan habilitasi menggunakan alat bantu dengar juga dilakukan sesegera mungkin untuk memperoleh hasil yang lebih baik sehingga
terjadi
perbaikan
dalam
hal
perkembangan
bahasa
dan
pertambahan kosa kata seorang anak (Zizlavsky, 2008). Emisi otoakustik merupakan suara dengan intensitas rendah yang dihasilkan pada koklea yang normal, baik secara spontan maupun respon dari rangsang akustik ( Norton & Stover, 1994; Hall & Antomelli, 2006 ). Banyak pandangan yang mendukung pemeriksaan emisi otoakustik diantaranya : 1) Merupakan transmisi sinaptik indenpenden dan preneural. Hal itu berarti, jika aktivitas nervus VIII terhambat baik secara kimia maupun fisika, emisi otoakustik dapat diukur meskipun respon neural terhadap suara tidak ada; 2) Tidak dipengaruhi oleh stimulus, tidak seperti respon neural; 3) Dapat mendeteksi adanya kerusakan koklea yang disebabkan obat-obat ototoksik, bising dan hipoksia ( Norton & Stover, 1994 ). Skrining pendengaran pada bayi-bayi dapat dilakukan dengan baik dengan menggunakan alat emisi otoakustik, karena metoda ini : obyektif, aman, tidak memerlukan prosedur yang invasif atau pengobatan sebelum dilakukan pemeriksaan; pemeriksaannya cepat, hanya memerlukan waktu beberapa detik sampai menit; caranya mudah, dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memerlukan keahlian khusus; biaya alat yang relatif murah (Lee K. J. & Peck J. E, 2003; Suleh S. & Djelantik, 1999).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan, sejauh ini belum ada evaluasi skrining pendengaran pada bayi baru lahir baik di SMF THT-KL maupun di divisi perinatologi SMF Ilmu Kesehatan anak.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan. b. Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko. c. Bagaimana karakteristik faktor risiko pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan. b. Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan emisi otoakustik pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko. c.
Mengetahui karakteristik faktor risiko pada skrining awal pendengaran bayi baru lahir pada pemeriksaan emisi otoakustik.
d. Mengetahui distribusi jenis kelamin bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik. e. Mengetahui karakteristik jenis persalinan pada bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik.
1.4 Manfaat Penelitian a. Dapat mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi fungsi koklea sehingga dapat dilakukan pencegahan gangguan pendengaran sedini mungkin. b. Sebagai pengembangan keilmuan di bidang Ilmu Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher, divisi Neurootologi dan
divisi
THT Komunitas c. Sebagai dasar penelitian selanjutnya dalam skrining pendengaran pada bayi baru lahir sebagai upaya deteksi dini gangguan pendengaran.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 EMBRIOLOGI TELINGA DALAM Telinga
adalah
organ
fungsi
pendengaran
dan
pengatur
keseimbangan, yang dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam (Soetirto, 2001). Telinga dalam adalah organ pertama dari tubuh yang dalam perkembangannya telah terbentuk secara sempurna baik dalam ukuran maupun konfigurasinya yaitu pada umur kehamilan trimester kedua. Diferensiasi
telinga
dalam
dimulai
pada
awal
minggu
ketiga,
perkembangan intra uterine yang ditandai dengan tampaknya plakode auditori ektoderm pada setingkat myelencephalon. Plakode auditori berinvaginasi membentuk lubang (pit) auditori sepanjang minggu ke 4, yang kemudian menjadi vesikula auditori (Mattox, 1991; Austin, 1997). Perkembangan prenatal dibagi dalam sejumlah periode yang terpisah. Periode pertama mulai dari waktu implantasi, perkembangan blastosit di dalam dinding uterus sampai sirkulasi intra embrionik berkembang. Selama periode pendahulu ini kurang lebih 25 hari, pelapisan dari ektoderm, mesoderm, endoderm, berkembang membentuk lempeng yang mengandung notocord.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Periode kedua sekitar 35 hari yaitu sampai akhir minggu ke 8, yang disebut periode embrionik. Selama waktu ini, ada pertumbuhan yang cepat dan diferensiasi sel sehingga menjelang hari ke 56, semua sistem utama organ dibentuk dan embrio mempunyai bentuk luar yang dikenal sebagai manusia (Wright, 1997).
2. 2
ANATOMI 2. 2. 1
TELINGA DALAM Berdasarkan bentuknya,
telinga dalam
disebut sebagai
labirin. Labirin terdiri dari labirin bagian membran dan labirin bagian tulang. Labirin bagian membran berisi cairan endolimfe yang tinggi kalium dan rendah natrium, sedang labirin bagian tulang berisi cairan perilmfe yang tinggi natrium dan rendah kalium. Labirin bagian tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian koklear. Bagian vestibularis berhubungan dengan keseimbangan, sementara bagian koklearis merupakan organ pendengaran (Austin D. F., 1997; Liston S.L. & Duvall A.J., 1994).
2. 2. 1. 1 KOKLEA Bagian inferior labirin berbentuk spiral dengan 2 ½ sampai 2 ¾ putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai selsel sensorik organ Corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35mm dan berisi cairan endolimfe (Austin D. F., 1997; Liston S.L. & Duvall A.J., 1994). Bagian atas adalah skala vestibuli berisi cairan perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membran Reissner yang
tipis.
Bagian
bawah
adalah
skala
timpani
juga
mengandung cairan perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membran basilaris. Cairan perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikotrema. Membran basilaris sempit pada basisinya (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah) (Austin D. F., 1997; Liston S.L. & Duvall A.J., 1994). Terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ Corti, yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000-3500) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkatjungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus (Austin D. F., 1997; Liston S.L. & Duvall A.J., 1994).
Gambar 2. 1 Koklea (Leblane A., 2000)
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 2. 2 Pemnampang koklea potongan melintang (Leblane A., 2000)
2. 3
FISIOLOGI Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu gelombang yang berjalan di sepanjang membran basilaris dan organ Corti. Puncak gelombang yang berjalan di sepanjang membran basilaris yang panjangnya 35mm tersebut, ditentukan
oleh
frekuensi
gelombang
suara.
Hal
ini
berakibat
membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat membran tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarisasi sel rambut dan menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat padanya. Di sinilah gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat ditransmisikan melalui saraf kranialis ke-8 (Liston S.L. & Duvall A.J., 1994; Mills J. et al, 2006). Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Paling tidak sebagian analisis frekuensi telah terjadi pada tingkat organ Corti. Peristiwa listrik pada organ dapat diukur dan dikenal sebagai mikrofonik koklearis. Peristiwa listrik yang berlangsung dalam neuron juga dapat diukur dan disebut sebagai potensial aksi (Liston S.L. & Duvall A.J., 1994; Mills J. et al, 2006).
2. 4 PERKEMBANGAN MERESPON SUARA 2. 4. 1 Respon Neonatal Selama minggu pertama kehidupan, respon bayi terhadap suara keras dengan refleks terkejut. Respon ini termasuk aural palpebra reflex, perubahan pada denyut jantung dan pola dari pernapasan, sentakan kepala ke belakang, respon menangis, gerakan tubuh (Refleks Morrow) atau kadang-kadang penghentian aktifitas. Respon-respon ini tidak terjadi dengan suara yang tenang dan intensitas suara yang rendah. Nada murni antara 500-4000 Hz dengan intensitas 85 – 95 dB dapat menimbulkan refleks ini pada neonates sampai umur 2 minggu. Adanya suatu respon sangat tergantung pada keadaan psikofisiologikal anak. Untuk alasan ini maka tidak mungkin untuk menilai ambang pendengaran neonatal secara akurat dengan teknik perilaku (Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997; Feldman A. S & Grimes C. T., 1997).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 4. 2 Respon pada bayi di bawah 4 bulan Pada usia ini mulai memperhatikan suara dan merespon dengan diam dan mendengarkan. Pada usia 4 bulan, bayi diam dan tersenyum untuk merespon suara orang tuanya, bahkan ketika sumber suara tidak terlihat. Respon ini terutama dijumpai pada suara keras dan tidak tetap pada suara yang lebih tenang, sehingga dapat digunakan
untuk
perkiraan
ambang
dengar
(Bellman
S.
&
Vanniasegaram I., 1997).
2. 4. 3 Respon pada usia 4 – 6 bulan Pada usia ini bayi mulai menggerakkan kepala ke sumber suara dengan lebih konsisten. Respon ini tidak hanya lebih nyata, tetapi juga terjadi pada intensitas suara rendah. Jadi perkiraan ambang pendengaran dengan menggunakan teknik perilaku terkadang mungkin untuk dilakukan. Bagaimanapun juga, perubahan respon terhadap lokalisasi suara yang tepat terlihat pada bayi yang lebih tua ( Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997 ). Mengarah ke arah sumber rangsangan suara seringkali terlambat dan memerlukan pemberian rangsangan suara yang lama tanpa meningkatkan intensitas suara. Anak pada usia ini mungkin belajar melokalisasi suara pada arah suara pertama, tetapi kemudian hanya mengarahkan pada arah ini dimanapun sumber suara (Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 4. 4 Respon pada usia 7 – 9 bulan Pada usia ini anak dapat menentukan lokasi suara intensitas rendah secara tepat pada arah horizontal. Sebagian besar anak masih belum mampu untuk menentukan sumber suara dari arah bawah dan diatas kepalanya. Anak akan bergerak ke arah suara orang tuanya yang berada diluar kamar dan mencari sumber suara yang menarik perhatiannya. Anak juga akan berceloteh nyaring dan mulai untuk meniru suara-suara dengan lebih jelas ( Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997 ).
2. 4. 5. Respon pasa usia 10 – 12 bulan Pada usia ini anak dapat melokalisasi suara intensitas rendah pada berbagai tempat bila ia tidak terlalu sibuk dengan kegiatan lain. Pengucapan kata-kata berkembang untuk kata-kata tunggal seperti namanya, kata tidak, dan objek-objek yang telah dikenal baik olehnya. Pada saat perkembangan vokalisasi sampai ulang tahunnya yang pertama, beberapa anak mencoba untuk berkata-kata dan mengulang beberapa kata ( Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997 ).
2. 4. 6. Respon pada usia 13 – 24 bulan Anak pada usia ini mampu melokalisasi suara secara cepat tetapi mulai dapat mengantisipasi dan mengamati sumber suara selama uji tingkah laku dilakukan. Terjadi perkembangan dalam
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
pemahaman kata-kata, juga pada beberapa anak usia 18 bulan dapat mengenali beberapa bagian tubuh. Pada usia 2 tahun, anak akan selalu memungut mainannya ketika terjatuh. Perbendaharaan kata – kata anak berkembang setelah tahun kedua kehidupan dan anak mulai menggabungkan dua kata secara bersamaan pada usia 18 -21 bulan (Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997).
2. 4. 7. Respon pada usia lebih dari 2 tahun Pada
usia
ini
anak
biasanya
akan
bereaksi
terhadap
rangsangan suara yang pertama diberikan, dan akan mengabaikan suara yang diberikan berikutnya. Pada tahap ini sangat sulit dilakukan pemeriksaan, play audiometry dengan menggunakan tempat seluas mungkin dapat dicoba untuk dilakukan. Pada beberapa anak sudah dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni pada usia 3 tahun ( Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997 ).
2. 5
PATOGENESIS GANGGUAN PENDENGARAN Gangguan pendengaran pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh karena kegagalan perkembangan satu atau lebih dari bagian sistem auditori atau terhentinya proses perkembangan pada tahap tertentu. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor yang dapat menyebabkan degenerasi mekanisme perkembangan pendengaran.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Ormerod (1960) mengelompokkan patologi tuli kongenital sebagai berikut (Friedmann I., 1997). a. Kegagalan atau terhentinya perkembangan akibat adanya faktor genetik, atau pengaruh toksik yang didapatkan semasa kehamilan trimester pertama. (aplasia) b. Terhentinya pertumbuhan c. Degenerasi bagian sistem auditori yang telah mencapai kematangan (abiotrofi) : 1) Duktus koklearis atau skala media 2) End organ sensoris 3) Serabut – serabut syaraf
2. 6
EMISI OTOAKUSTIK Emisi otoakustik pertama kali ditemukan oleh Gold pada tahun 1948 dan diperkenalkan oleh Kemp pada tahun 1978. Emisi otoakustik merupakan suara dengan intensitas rendah yang diproduksi oleh koklea baik secara spontan ataupun menggunakan stimulus, yang disebabkan oleh gerakan sel-sel rambut luar di telinga bagian dalam. Gerakangerakan ini adalah hasil mekanisme sel yang aktif, yang dapat terjadi baik secara spontan, maupun oleh rangsangan bunyi dari luar (Suleh S. & Djelantik, 1999). Bunyi click dengan intensitas sedang atau kombinasi yang sesuai dari dua tone dapat mencetuskan pergerakan sel rambut luar, kemudian
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
terjadi biomekanik dari membran basilaris sehingga menghasilkan amplifikasi energi intrakoklear dan tuning koklear. Pergerakan sel rambut luar menimbulkan energi mekanis dalam koklea yang diperbanyak keluar melalui sistem telinga tengah dan membran timpani menuju liang telinga. Getaran dari membrana timpani menghasilkan sinyal bunyi (Emisi otoakustik), yang dapat diukur dengan mikrofon (Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997; Hall & Antonelli, 2006).
2. 6. 1 Anatomi dan fisiologi dasar emisi otoakustik Ketika
suara
digunakan
untuk
memperoleh
emisi,
ditransmisikan melalui telinga luar, pada saat rangsang auditori dirubah dari sinyal akustik menjadi sinyal mekanik di membran timpani dan ditransmisikan melalui tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah; footplate dari tulang stapes akan bergerak pada
foramen
ovale
yang
akan
menyebabkan
pergerakan
gelombang cairan pada koklea. Pergerakan gelombang cairan tersebut menggetarkan membrana basilaris dimana setiap bagian dari membran basilaris sensitif terhadap frekuensi yang terbatas dalam rentang tertentu. Bagian yang paling dekat dengan foramen ovale lebih sensitif terhadap rangsang suara dengan frekuensi tinggi, sementara bagian yang jauh dari foramen ovale lebih sensitif terhadap rangsang suara dengan frekuensi rendah. Pada emisi otoakustik,
respon
pertama
yang
kembali
dan
direkam
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
menggunakan mikrofon
berasal dari bagian koklea dengan
frekuensi paling tinggi (Campbell K.C.M., 2006). Pada saat membran basilaris bergetar, sel-sel rambut turut bergerak dan respon elektromekanik terjadi, pada saat yang bersamaan
sinyal
aferen
ditransmisikan
dan
sinyal
eferen
diemisikan. Sinyal eferen ditransmisikan kembali melalui jalur auditori dan sinyal tersebut diukur pada liang telinga (Campbell K.C.M., 2006; Moller A. R., 2006). Dasar-dasar dari timbulnya keaktifan emisi ini adalah kemampuan telinga dalam untuk mengadakan kompresi dinamis sinyal bunyi. Dengan kompresi ini tekanan dinamik suara dapat diteruskan telinga bagian dalam kira-kira sebesar 0,7% ke sistem saraf yang mempunyai kapasitas dinamis yang jauh lebih kecil. Kompresi ini merupakan kemampuan sel-sel rambut yang tidak linear. Sel-sel rambut dalam yang sebenarnya adalah bagian aferen untuk sistem pendengaran, baru terangsang pada tekanan bunyi yang lebih kecil, sel-sel rambut luar secara serentak menambah energi kepada sel-sel rambut dalam dengan cara gerakan mekanis. Proses gerakan inilah yang diperkirakan merupakan sumber aktifitas emisi telinga bagian dalam (Suleh S. & Djelantik, 1999; Moller A. R., 2006).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 6. 2. Tujuan pemeriksaan Tujuan utama pemeriksaan emisi otoakustik adalah guna menilai keadaan koklea, khususnya fungsi sel rambut. Hasil pemeriksaan dapat berguna untuk : (Campbell K.C.M., 2006) a. Skrining pendengaran (khususnya pada neonatus, infan atau individu dengan gangguan perkembangan). b. Memperkirakan
sensitivitas
pendengaran
dalam
rentang
tertentu. c. Membedakan gangguan sensori dan neural pada gangguan pendengaran sensorineural. d. Pemeriksaan pada gangguan pendengaran fungsional (berpurapura). Pemeriksaan dapat dilakukan pada pasien yang sedang tidur, bahkan pada keadaan koma, karena hasil pemeriksaan tidak memerlukan respon tingkah laku.
2. 6. 3.
Syarat – syarat untuk menghasilkan emisi otoakustik (Campbell K.C.M., 2006) a. Liang telinga luar tidak obstruksi b. Menutup rapat-rapat liang telinga dengan probe c. Posisi optimal dari probe d. Tidak ada penyakit telinga tengah e. Sel rambut luar masih berfungsi f.
Pasien kooperatif
g. Lingkungan sekitar tenang.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Audiometri nada murni dapat memeriksa telinga luar, telinga tengah, koklea, nervus cranial VIII dan system auditori sentral. Emisi otoakusik hanya dapat menilai sistem auditori perifer, meliputi telinga luar, telinga tengah dan koklea. Respon memang berasal dari koklea, tetapi telinga luar dan telinga tengah harus dapat mentransmisikan kembali emisi suara sehingga dapat direkam oleh mikrofon. Pemeriksaan emisi otoakustik sering digunakan untuk skrining menentukan ada atau tidaknya fungsi koklea, meskipun sebenarnya pemeriksaan dapat dilakukan pada daerah koklea dengan frekuensi tertentu. Emisi otoakustik tidak dapat digunakan untuk menentukan ambang dengar individu (Campbell K.C.M. 2006). Emisi otoakustik dapat terjadi spontan sebesar 40-60% pada telinga normal, tetapi secara klinis yang memberikan respon baik adalah evoked otoacoutic emissions (Bellman S. & Vanniasegaram I., 1997).
2. 6. 4. Pembagian Emisi Otoakustik Emisi otoakustik dibedakan menjadi 4 jenis, diantaranya : (Norton & Stover, 1994; Campbell K.C.M., 2006; Lee K. J. & Peck J. E., 2003) a. Spontaneous otoacoustic emissions (SOAEs), merupakan emisi suara tanpa adanya rangsangan bunyi ( secara spontan).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
b. Transient otoacoustic emission (TOAEs) atau Transient evoked otoacoustic emissions (TEOAEs), merupakan emisi suara yang dihasilkan oleh rangsangan bunyi menggunakan durasi yang sangat pendek, biasanya bunyi click, tetapi dapat juga tonebursts. c. Distortion product otoacoustic emission (DPOAEs), merupakan emisi suara sebagai respon dari dua rangsang yang berbeda frekuensi. d. Sustained-frequncy
otoacoustic
emission
(SFOAEs),
merupakan emisi suara sebagai respon dari nada yang berkesinambungan (kontinyu).
2. 6. 4. 1. Spontaneous Otoacoustic Emissions Respon non stimulus ini biasanya diukur dalam rentang frekuensi perekaman yang sempit ( < 30 Hz bandwidth) dalam liang
telinga
luar.
Diperlukan
perekaman
multiple
untuk
memastikan kemampuan replikasi dan untuk membedakan respon dari tingkat bising. Perekaman SOAEs biasanya berada dalam rentang frekuensi 500 – 7000 Hz (Campbell K.C.M. 2006). Pada umumnya, SOAEs terjadi hanya pada 40-50% individu dengan pendengaran normal. Pada dewasa sekitar 30-60%, pada neonatus sekitar 25-80%. SOAEs tidak ditemukan pada individu dengan ambang dengar >30 dB HL. Karena itu tidak adanya
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
SOAEs bukan pertanda adanya ketidaknormalan pendengaran dan
biasanya
tidak
berhubungan
dengan
adanya
tinitus.
(Campbell K.C.M., 2006). SOAEs biasanya terjadi pada frekuensi 1000-2000 Hz, amplitudo antara -5 dan 15 dB SPL. SOAEs biasanya terjadi secara bilateral, jika terjadi unilateral, biasanya lebih sering terjadi pada sebelah kanan dibandingkan sebelah kiri, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Campbell K.C.M., 2006). 2. 6. 4. 2 Transient Evoked Otoacoustic Emission TEOAE merupakan tes emisi otoakustik yang pertama kalinya digunakan dalam klinik. Stimulus yang dipakai pada TEOAE adalah click, yang dapat merangsang seluruh partisi koklea
sehingga
menghasilkan
respons
yang
melibatkan
beberapa frekuensi. Stimulus diberikan sekitar 60-80 dB SPL (Abiratno S.F., 2003). Dalam tes TEOAE, suara Emisi otoakustik direkam selama waktu yang tenang antara dua stimulus yang berlangsung pendek, sehingga status sel rambut luar dalam keadaan relaks dapat dinilai. Seperti koklea pada umumnya yang dirangsang dengan ‘klik’, stimulus akan diterima secara simultan di beberapa area di organ corti. TEOAE menunjukkan kondisi beberapa bagian koklea dan sekaligus menilai status fungsi koklea pada tingkatan mendekati ambang stimulus (Abiratno S.F., 2003). Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Transducer
Signal Generation
Amplifier/ Filter
Time Domain Averaging
Gambar 2. 3 Diagram skematik dari sistem representatif alat transient evoked otoacoustic emissions (Norton & Stover, 1994)
2. 6. 4. 3 Distortion Product Otoacoustic Emissions Stimulus terdiri dari dua bunyi murni pada dua frekuensi (contoh : f1, f2; f2>f1) dan dua level intensitas (contoh : L1, L2). Hubungan antara L1-L2 dan f1-f2 menunjukkan respon frekuensi. Suatu rasio f1/f2 menghasilkan DPOAEs terbesar pada 1,2 untuk frekuensi tinggi dan rendah pada 1,3 untuk frekuensi medium. Untuk menghasilkan respon optimal, atur instensitasnya sehingga L1 menyamai atau melebihi L2. Merendahkan intensitas absolut dari stimulus yang dibuat, DPOAE menjadi lebih sensitif terhadap
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
abnormalitas. Setting 65/55 dB SPL L1-L2 adalah yang sering digunakan. Respon biasanya lebih bagus atau kuat dan direkam pada frekuensi yang dipancarkan dari 2f1-f2, hal tersebut dibuat dalam bentuk grafik sesuai dengan f2, karena kawasan tersebut memperkirakan regio frekuensi koklea yang menghasilkan respon (Campbell K.C.M., 2006). DPOAEs dapat memperoleh frekuensi yang spesifik dan dapat digunakan untuk merekam frekuensi yang lebih tinggi daripada TEOAEs. DPOAEs dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan koklea akibat obat-obat ototoksik dan akibat bising (Campbell K.C.M., 2006).
2. 6. 4. 4 Sustained Frequency Otoacoustic Emissions SPOAEs merupakan emisi suara sebagai respon dari nada yang berkesinambungan (kontinyu). Secara klinis tidak digunakan karena antara rangsang bunyi dan emisi otoakustik tumpang tindih di liang telinga (overlap), sehingga mikrofon merekam keduanya (Campbell K.C.M., 2006).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 6. 5. Aplikasi Klinis Pemeriksaan Emisi Otoakustik Aplikasi Klinis dari pemeriksaan emisi otoakustik terfokus untuk
identifikasi
gangguan
sensorineural
perifer,
walaupun
diketahui bahwa kelainan di telinga luar dan telinga tengah sangat mempengaruhi transmisi hantaran suara (Agustian R. A., 2008). Pemeriksaan emisi otoakustik secara klinis dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu: (Agustian R. A., 2008; Ballenger J.J., 2003; Hall & Antonelli, 2006)
a. Aplikasi klinis Pada Anak 1) Skrining pendengaran bayi baru lahir 2) Diagnostik audiologi pediatrik 3) Monitoring ototoksik 4) Pengukuran gangguan proses auditori 5) Pengukuran kemungkinan tuli fungsional (nonorganik)
b. Aplikasi klinis Pada Dewasa 1) Deteksi dini dari disfungsi koklear akibat bising 2) Monitoring status koklear pada potensial ototoksik 3) Membedakan disfungsi koklear dengan retrokoklear 4) Pengukuran kemungkinan tuli fungsional (nonorganik) 5) Konfirmasi adanya disfungsi koklear pada pasien dengan tinitus
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 6. 6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi emisi otoakustik (Campbell K.C.M., 2006) a. Nonpatologi 1) Kesalahan meletakkan probe 2) Serumen yang menghalangi probe 3) Debris atau benda asing pada liang telinga 4) Vernix caseosa pada neonatus 5) Pasien yang tidak kooperatif b. Patologi 1) Telinga luar : a) Stenosis b) Otitis eksterna c) Kista 2) Membrana timpani: Perforasi 3) Telinga tengah a) Tekanan telinga tengah yang abnormal b) Otosklerosis c) Disartikulasi telinga tengah d) Kolesteatoma e) Kista f) Otitis media
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
4) Koklea a) Pemaparan obat-obat ototoksik atau pemaparan bising b) Patologi koklear lainnya
2. 6. 7. Keadaan yang tidak mempengaruhi koklea (Campbell K.C.M., 2006) a. Patologi nervus VIII b. Gangguan auditory sentral
2. 6. 8. Kondisi-kondisi yang menggambarkan abnormal emisi otoakustik (Campbell K.C.M., 2006) a. Tinitus b. Paparan bunyi bising yang berlebihan c. Ototoksik d. Kelainan vestibular 2. 6. 9. Kondisi yang menyebabkan normal emisi otoakustik (Campbell K.C.M., 2006) a. Kehilangan pendengaran fungsional b. Autisme c. Neuropati pendengaran d. Kerusakan pada sel rambut dalam tapi tidak pada sel rambut luar Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
2. 7 Skrining Pendengaran Bayi Skrining pendengaran pada bayi tidak saja dilakukan pada bayi lahir dengan faktor risiko, tetapi seharusnya dilakukan pada seluruh bayi baru lahir. Hal ini karena dengan deteksi dilakukan pada bayi dengan faktor risiko hanya menemukan 50% kasus dengan ketulian, sedangkan telah dibuktikan bahwa 50% lagi bayi dengan ketulian terjadi pada bayi normal tanpa faktor risiko (UNHS, 2002). The Joint Committee on Infant Hearing (JCIH) mengeluarkan prinsip dan panduan untuk deteksi dan intervensi terhadap bayi, dimana evaluasi audiologi dan klinis secara lengkap dilaksanakan sampai umur 3 bulan dan intervensi dilakukan sebelum umur 6 bulan. Program ini disebut Early Hearing Detection and Intervention (EHDI) yang merupakan program berbasis keluarga dan komunitas yang dilaksanakan secara komprehensif, terkoordinir dan didasarkan kepada semua bayi (JCIH, 2000). Untuk melaksanakan skrining pendengaran bayi haruslah menggunakan alat yang obyektif dan bersifat fisiologis. Tes yang dapat dipertanggung jawabkan dengan kriteria tersebut adalah Emisi Otoakustik dengan teknik transient evoked (TEOAE) atau distortion product (DPOAE). Tes ini dapat dilaksanakan pada bayi dan klinisi tidak perlu mempunyai pengetahuan untuk interpretasi hasil. Dengan hasil pass/refer maka klinisi dapat merencanakan tindak lanjut dari hasil skrining. Tes kedua yang dianjurkan adalah
dengan
menggunakan
auditory
brainstem
response
(ABR)
(Suardana W., 2008).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Hasil skrining dinyatakan pass/refer. Pass dimaksudkan bahwa bayi sementara tidak memerlukan tes lebih lanjut dan refer dimaksudkan bayi harus di tes ulang (Suardana W., 2008).
2. 7.1 Faktor Risiko Gangguan Pendengaran dari Joint Commite on Infant Hearing (Ballenger J. J, 2003; Konvensi HTA, 2006) a. Riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir b. Infeksi prenatal, TORCH c. Kelainan anatomi pada kepala dan leher d. Sindroma yang berhubungan dengan tuli kongenital e. Berat badan lahir rendah ( BBLR ) f. Meningitis bakterialis g. Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi darah h. Asfiksia berat i. Pemberian obat ototoksik j.
Menggunakan alat bantu pernapasan / ventilasi mekanik > 5 hari
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Skrining pendengaran bayi (Usia >24 jam & sebelum keluar dari RS)
Emisi Otoakustik Pass
Refer
Usia 3 bulan : 1. Evaluasi otoskopi 2. Timpanometri 3. DPOAE 4. AABR Faktor risiko
Tidak
Ya
Pass
-
Tidak perlu ditindaklanjuti
• •
Refer
Audiologic assessment ABR click + tone burst 500Hz atau ASSR
Pemantauan speech development Pemantauan audiologi sekurangkurangnya tiap 6 bulan selama 3 tahun
Rehabilitasi sebelum 6 bulan
Gambar 2. 4 (Konvensi HTA, 2006)
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3 KERANGKA KONSEP
Kelainan koklea faktor risiko (+) • • • • • • •
faktor risiko (-)
Riwayat keluarga TORCH Kelainan anatomi Sindroma tuli kong. BBLR Meningitis bakterialis Hiperbilirubinemia (memerlukan tarnsfusi darah) • Asfiksia berat • Obat ototoksik • Alat bantu pernapasan > 5 hari
Gerakan sel rambut luar (-)
Emisi (-)
Emisi Otoakustik
Refer
Gambar 3. 1. Kerangka konsep penelitian
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study). 4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.2.1 Populasi Seluruh bayi yang lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan mulai Mei 2008 dan memenuhi kriteria inklusi. 4.2.2 Sampel Sampel penelitian adalah seluruh bayi yang lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan mulai Mei 2008 – Desember 2008 dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: a. Bayi yang dirawat di divisi Perinatologi
SMF Ilmu Kesehatan
Anak berumur > 24 jam dan sebelum keluar dari RS. b. Tidak mengalami obstruksi pada kedua liang telinga. c. Tidak mengalami infeksi pada kedua telinga. d. Mendapat izin dari orang tua untuk ikut dalam penelitian.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
4.2.3 Besar Sampel Besar sampel ditentukan berdasarkan waktu mulai bulan Mei – Desember 2008 4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Semua bayi baru lahir yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan yang dirawat di divisi Perinatologi SMF Ilmu Kesehatan Anak dan memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik pada kedua telinga, kemudian hasil dicatat. 4.3 Variabel Penelitian 4.3.1 Variabel Penelitian Variabel yang diamati adalah hasil pemeriksaan emisi otoakustik yaitu: pass dan refer, faktor risiko, jenis kelamin, jenis persalinan. 4.3.2 Definisi Operasional Variabel a. Bayi yang diperiksa adalah seluruh bayi yang lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK.
Dr. Pirngadi Medan yang
dirawat di divisi perinatologi dan memenuhi kriteria inklusi mulai Mei 2008 b. Faktor Risiko Gangguan Pendengaran berdasarkan Joint Commite on Infant Hearing (Konvensi HTA, 2006) :
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
1)
Riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir mulai dari kakek dan nenek, ayah dan ibu serta saudara kandung.
2)
Infeksi prenatal, TORCH TORCH merupakan akronim dari Toxoplasmosis; Others, yaitu sipilis, hepatitis B, coxsackievirus, Epstein-Barr, varicella-zoster virus (VZV) dan human parvovirus; Rubella virus; Cytomegalovirus (CMV); Herpes simpleks virus (HSV) .(Gomella et al, 2004)
3)
Kelainan anatomi pada kepala dan leher. (misal: kraniostosis, kelainan morfologi daun telinga dan liang telinga)
4)
Sindroma yang berhubungan dengan tuli kongenital (misal: sindroma Waardenburg dan sindroma Usher’s)
5)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Bayi dikatakan BBLR jika berat badan lahir < 1500 g (Gomella et al, 2004).
6)
Meningitis bakterialis Diagnosa meningitis bakterialis ditegakkan berdasarkan kultur cairan serebrospinal (Gomella et al, 2004).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
7) Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi darah (Gomella et al, 2004)
Berat badan (g)
Total serum bilirubin (mg/dL)
< 1500
10-14
1500-2000
14-16
2000-2500
16-18
>2500
17-22
8) Asfiksia berat Kriteria asfiksia : (1) Apgar skor 0-3 > 5 menit; (2) Gangguan metabolik yang berat; (3) Adanya manifestasi neurologik; (4) Disfungsi sistem multiorgan (Gomella et al, 2004). 9) Pemberian obat ototoksik Aminoglikosida
:
Gentamicin,
Kanamisin,
Neomisin,
Tobramisin, Amikasin; golongan makrolida : Eritromisin, Azitromisin; obat-obat anti neoplastik : Cisplatin; obat-obat diuretik : Furosemid, Ethacrynic acid (Schuman & Matz, 2006). 10) Menggunakan alat bantu pernapasan / ventilasi mekanik > 5 hari
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
c. Pemeriksaan TEOAE dibantu oleh PT. Alat Bantu Dengar Indonesia. d. Pemeriksaan TEOAE
akan memberikan hasil ‘pass’ atau
‘refer’.
4.4 Alat dan Bahan Penelitian a.
Catatan medik penderita termasuk kuesioner
b.
Formulir persetujuan penelitian
c.
Alat-alat diagnostik THT seperti lampu kepala, spekulum telinga, otoskopi, spekulum hidung, spatel lidah.
d.
Pemeriksaan TEOAE dengan menggunakan alat OtoRead, merk Interacoustics, Denmark
Gambar 4. 1 Alat Emisi Otoakustik TEOAE Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
4. 5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berpusat di RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK. Dr. Pirngadi Medan. Waktu penelitian dimulai Mei 2008 sampai Desember 2008.
4. 6. Kerangka Kerja
Bayi lahir
faktor risiko (+)
faktor risiko (-)
Emisi Otoakustik
Refer
Pass
Gambar 4. 1 Kerangka kerja penelitian
4.7 Cara Analisis Data Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh untuk menentukan jumlah bayi baru lahir dengan hasil pass atau refer baik unilateral maupun bilateral, jumlah hasil pemeriksaan emisi Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
otoakustik pada bayi baru lahir dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko, karakteristik faktor risiko pada bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik, distribusi jenis kelamin bayi yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik, dan karakteristik jenis persalinan pada bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan di Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan dan BPK Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan pada 44 bayi baru lahir, yang dibatasi oleh kriteria inklusi. Pada sampel dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik pada kedua telinga.
Tabel 5. 1 Pemeriksaan Emisi Otoakustik pada 44 bayi baru lahir Hasil emisi otoakustik
n
%
Bilateral Pass
31
70,45
Bilateral Refer
7
15,91
Unilateral Pass/Refer
6
13,64
Total
44
100
Dari tabel 5. 1 Terlihat bahwa dari 44 bayi yang diperiksa, sebanyak 31 bayi (70,45%) didapati hasil emisi otoakustik bilateral pass, 7 bayi (15,91%) dengan hasil bilateral refer dan 6 bayi (13,64%) dengan hasil unilateral pass/refer
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5. 2 Distribusi sampel dengan hasil Emisi Otoakustik unilateral refer Hasil Emisi Otoakustik
n
%
Unilateral Refer Kanan
3
50
Unilateral Refer Kiri
3
50
Total
6
100
Tabel 5. 2 Diketahui jumlah hasil emisi otoakustik dengan unilateral refer sama banyak antara telinga kanan dan telinga kiri yaitu sebanyak 3 bayi (50%).
Tabel 5. 3 Distribusi sampel berdasarkan faktor risiko Faktor Risiko
n
%
(+)
20
45,45
(-)
24
54,55
Total
44
100
Tabel 5. 3
Menunjukkan jumlah bayi dengan faktor risiko (+) yang
diperiksa Emisi otoakustik yaitu 20 bayi (45,55%) dan tanpa faktor risiko sebesar 24 bayi (54,55%).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5. 4 Pemeriksaan Emisi Otoakustik dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko Hasil Emisi Otoakustik Faktor Risiko
Bilateral
Bilateral
Unilateral
Pass
Refer
Pass/Refer
n
%
Faktor Risiko (+)
11
55
Faktor Risiko (-)
20
Total
31
n 7
%
n
%
Total
n
%
35
2
10
20
100
83,33 0
0
4
16,67
24
100
70,45 7
15,91 6
13,64
44
100
Tabel 5.4 Dari 20 bayi dengan faktor risiko, 11 bayi (55%) dengan hasil Emisi Otoakustik bilateral pass, 7 bayi (35%) dengan hasil bilateral refer dan 2 bayi (10%) dengan hasil unilateral pass/refer. Dari 24 bayi (54,55%) tanpa faktor risiko, 20 bayi (83,33%) dengan hasil emisi otoakustik bilateral pass dan 4 bayi (16,67%) dengan hasil unilateral pass/refer.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5. 5 karakteristik faktor risiko pada pemeriksaan Emisi Otoakustik Bilateral Pass n %
Bilateral Refer n %
0
0
0
0
0
Infeksi Prenatal
1
(9,09)
0
0
Kelainan
1
(9,09)
1
0
0
BBLR
5
Meningitis
Faktor Risiko
Unilateral Pass/Refer n %
Total n
%
0
0
0
0
0
1
(5)
(14,29)
1
(50)
3
(15)
1
(14,29)
0
0
1
(5)
(45,45)
4
(57,14)
0
0
9
(45)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Asfiksia Berat
4
(36,36)
1
(14,29)
1
(50)
6
(30)
Obat Ototoksik
0
0
0
0
0
0
0
0
Alat Bantu Napas
0
0
0
0
0
0
0
0
11
(100)
7
(100)
2
(100)
20
(100)
Riwayat Tuli Keluarga
Anataomi Kepala – Leher Sindroma Tuli Kongenital
Bakterialis Hiperbiliruninemia + Transfusi
> 5 hari
Total
Tabel 5. 5 Diketahui dari 20 bayi dengan faktor risiko, yang terbanyak ditemui adalah faktor risiko Berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu sebanyak 9 bayi (45%), dengan hasil bilateral pass sebanyak 5 bayI (45,45%) dan bilateral refer sebanyak 4 bayi (57,14%).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5. 6 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
n
%
Laki – laki
20
45,45
Perempuan
24
54,55
Total
44
100
Tabel 5. 6 Tampak jumlah sampel laki – laki sebanyak 20 bayi (45,45%) dan jumlah sampel perempuan sebanyak 24 bayi (54,55%).
Tabel 5. 7 Distribusi bayi baru lahir dengan hasil Emisi Otoakustik menurut jenis kelamin Hasil Emisi Otoakustik
Total
Jenis Bilateral Pass
Bilateral Refer
kelamin
Unilateral Pass/Refer
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki – laki
15
(75)
3
(15)
2
(10)
20
(100)
Perempuan
16
(66,66)
4
(16,67)
4
(16,67)
24
(100)
Total
31
(70,45)
7
(15,91)
6
(13,64)
44
(100)
Tabel 5. 7 Terlihat jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan sebanyak 24 bayi (54,55%), dimana bilateral pass sebanyak 16 bayi (66,66%), sedangkan bilateral refer dan unilateral refer masing – masing sebanyak 4 bayi (16,67%).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5. 8 Distribusi sampel berdasarkan jenis persalinan Jenis Persalinan
n
%
PSP
18
40,90
PSP + EV
4
9,10
SC
22
50
Total
44
100
Catatan: PSP = Partus spontan pervaginam, SC = Sectio Caesaria, PSP+EV = PSP + Ekstraksi vakum
Tabel 5. 8 Menunjukkan jumlah jenis persalinan terbanyak adalah SC sebanyak 22 bayi (50%). Tabel 5. 9 Pemeriksaan Emisi Otoakustik berdasarkan jenis persalinan Hasil Emisi Otoakustik Total Jenis
Bilateral Pass
Bilateral
Unilateral
Refer
Pass/Refer
Persalinan n
%
n
%
n
%
n
%
PSP
12
(66,67) 4
(22,22) 2
(11,11)
18
(100)
PSP + EV
4
(100)
(0)
(0)
4
(100)
SC
15
(68,18) 3
(13,64) 4
(18,18)
22
(100)
Total
31
(70,45) 7
(15,91) 6
(13,64)
44
(100)
0
0
Tabel 5. 9 Dijumpai jenis persalinan terbanyak yaitu Sectio Caesaria sebanyak 22 bayi (50%) dengan jumlah bilateral pass sebanyak 15 bayi (68,18%), bilateral refer sebanyak 3 bayi (13,64%) dan unilateral pass/refer sebanyak 4 bayi (18,18%). Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6 PEMBAHASAN
Mengetahui adanya gangguan pendengaran sedini mungkin berpengaruh untuk menentukan kelangsungan hidup individu (Gomella et al, 2004; Haddad Jr. J., 2004). Dengan kemajuan teknologi, kini pemeriksaan pendengaran yang obyektif dapat dilakukan sedini mungkin dengan menggunakan alat yang relatif aman dan mudah digunakan, salah satunya dengan menggunakan alat emisi otoakustik. Emisi otoakustik merupakan suara dengan intensitas rendah yang dihasilkan pada koklea yang normal, baik secara spontan maupun respon dari rangsang akustik ( Norton & Stover, 1994; Hall & Antomelli, 2006 ). Penelitian ini dilakukan pada 44 bayi baru lahir, yang dibatasi oleh kriteria inklusi. Pada sampel dilakukan pemeriksaan Emisi Otoakustik jenis TEOAE yang dilakukan pada kedua telinga. Berdasarkan tabel 5. 1 hasil Emisi Otoakustik yang terbanyak adalah bilateral pass yaitu sebanyak 31 bayi (70,45 %), sedangkan yang mendapatkan hasil refer baik bilateral maupun unilateral sebanyak 13 bayi (29,55%). Sebagai perbandingan dengan hasil penelitian di sentra lain di Indonesia seperti yang dilaporkan oleh Suardana & Wiranadha (2007) di RS Sanglah Denpasar yang melakukan skrining pendengaran pada bayi baru lahir periode Mei 2006 – Mei 2007 terhadap 831 bayi diperoleh hasil refer pada 153 bayi (18,41%). Wijana (2008) di Melinda Hospital Bandung melaporkan pada 690 bayi
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
baru lahir dari 694 bayi yang lahir (99,4%). Pada pemeriksaan pertama didapatkan hasil pass pada 613 bayi (88,84%) dan refer pada 77 bayi (11,16%). Pada pemeriksaan kedua (usia 1 bulan), dari 77 bayi, hanya 31 bayi yang kontrol (40,26%) dengan hasil 2 bayi refer bilateral dan 29 pass, dan 46 bayi tidak datang untuk pemeriksaan kedua (59,74%). Berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh Khairi et al (2005), di Hospital Universiti Sains Malaysia, dari 392 bayi didapati hanya 5 bayi (1,28%) dengan hasil refer dan 387 bayi (98,72%) dengan hasil pass. Dari penelitian Saputra di Hospital Universiti Sains Malaysia terdapat perbedaan persentase hasil pass dan refer dengan hasil di Indonesia, tetapi hasil penelitian Saputra tersebut sesuai dengan data dari Amerika dan negara maju lainnya. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh keadaan sosio-ekonomi di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara – negara maju. American Academy of Pediatrics Joint Committee on Hearing (1995) menyebutkan bayi baru lahir yang mengalami tuli bilateral sebanyak 1-3 bayi per 1000 bayi pada bayi yang sehat dan sebanyak 2 – 4 bayi per 1000 bayi pada bayi yang dirawat secara intensif. Survei Kesehatan indera pendengaran yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia (1994 – 1996) mendapatkan prevalensi tuli sejak lahir sebesar 0.1 % dari 19.375 sample yang diperiksa. Dari angka tersebut dapat kita perkirakan berapa jumlah penderita ketulian penduduk Indonesia saat ini (Hendarmin H, 2006).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Pada tabel 5. 2
tampak persentase hasil emisi otoakustik dengan
unilateral refer baik pada telinga kanan maupun kiri adalah sama yaitu sebesar 50%. Serupa pada penelitian Saputra periode bulan Mei 2006 – April 2007 di RS Sanglah Denpasar, dilaporkan
dari 746 bayi yang dilakukan pemeriksaan
DPOAE diperoleh hasil refer pada 95 bayi atau 12,73%. Pada telinga kanan ditemukan hasil refer sebesar 12,20% dan pass sebesar 87,80%. Sedangkan pada telinga kiri ditemukan hasil refer sebesar 12,73% dan pass sebesar 87,27%. Dari tabel 5. 3 dan 5. 4 diperoleh hasil emisi otoakustik dari 20 bayi (45,45%) dengan faktor risiko yang memperoleh jumlah terbanyak yaitu bilateral pass sebanyak 11 bayi (55%), sedangkan dengan hasil bilateral refer dan unilateral refer sebanyak 9 bayi (45%). Sementara dari 24 bayi (54,55%) tanpa faktor risiko yang memperoleh jumlah terbanyak juga bilateral pass yaitu 20 bayi (83,33%), sedangkan unilateral refer hanya sebanyak 4 bayi (16,67%). Berbeda dengan yang dilaporkan oleh Suardana & Wiranadha (2007), dari 831 bayi, terdapat 59 bayi (7,10%) yang berisiko gangguan pendengaran dimana 8 bayi (13,56%) mendapatkan hasil refer. Saputra (2008)
juga
melaporkan dari 746 bayi yang dilakukan pemeriksaan DPOAE, dimana 58 bayi dengan faktor risiko, ditemukan sebanyak 6 bayi atau 10,34% dengan hasil refer sedangkan pada 688 bayi tanpa faktor risiko ditemukan hasil refer pada 89 bayi atau 12,94%.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Perbedaan hasil penelitian pada table 5. 3 dan table 5. 4 dengan hasil penelitian di sentra lain mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah sampel yang cukup besar. Di kepustakaan disebutkan bahwa deteksi dilakukan pada bayi yang dengan faktor risiko hanya menemukan 50% kasus dengan ketulian, sedangkan telah dibuktikan bahwa 50% lagi bayi dengan ketulian terjadi pada bayi normal tanpa risiko. Karena itu skrining pendengaran pada bayi tidak hanya dilakukan pada bayi lahir dengan faktor risiko, tetapi harus dilakukan pada seluruh bayi baru lahir. ( Suardana, 2008; Suwento, 2007 ). Berikutnya dari tabel 5. 5 tampak dari 20 bayi (45,45%) dengan faktor risiko, terdapat 11 bayi (55%) dengan hasil bilateral pass dan 9 bayi (45%) dengan hasil bilateral refer dan unilateral refer. faktor risiko terbesar
adalah
faktor risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebanyak 9 bayi (45%), dimana yang menghasilkan bilateral refer yaitu sebanyak 4 bayi (57,14%). Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian di sentra lain di Indonesia seperti Suleh dan Djelantik (1999) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, melaporkan faktor risiko gangguan dengar yang terdapat pada bayi – bayi yang lahir dan dirawat divisi Perinatologi FKUP/RSHS Bandung terbanyak pada bayi dengan BBLR < 1500 gram, yaitu sebanyak 35,2 %. Sementara berdasarkan penelitian Mashari (1999) di RSUP Dr. Sardjito DIY, bayi dengan BBLR berada pada urutan ketiga dari lima faktor risiko terbanyak yang menyebabkan anak tuna rungu.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Dari penelitian Khairi et al (2005) di Malaysia, jika dibandingkan antara bayi tanpa faktor risiko dan bayi dengan anomali kraniofasial dan BBLR, maka bayi dengan faktor risiko tersebut memiliki kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran 15 kali lebih besar , sedangkan pada bayi dengan faktor risiko hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi darah mempunyai kemungkinan 10 kali lebih besar terjadinya gangguan pendengaran. Dari kepustakaan dijelaskan bahwa bayi dengan faktor risiko BBLR mempunyai risiko tinggi terjadinya gangguan pendengaran jika dibandingkan dengan bayi tanpa faktor risiko. Biasanya pada bayi – bayi tersebut terjadi hipoksia atau asidosis, juga disebutkan bahwa pada bayi – bayi tersebut mempunyai fungsi metabolik yang imatur, faktor – faktor tersebut secara sinergi memberikan efek pada sistem auditori (Reardon W., 1997). Selanjutnya pada tabel 5. 6 dan 5. 7 Diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, dari 20 bayi laki – laki (45,45%), hasil bilateral pass sebanyak 15 bayi (75%), bilateral refer dijumpai sebanyak 3 bayi (15%) dan unilateral pass/refer sebanyak 2 bayi (10%). Sedangkan dari 24 bayi perempuan (54,55%), hasil Bilateral pass sebanyak 16 bayi (66,66%), bilateral refer sebanyak 4 bayi (16,67%), dan unilateral pass/refer sebanyak 4 bayi (16,67%). Distribusi jenis kelamin bayi yang diteliti oleh Khairi et al (2005) di Malaysia terbagi menjadi 45,4% perempuan dan 54,4% laki – laki, dan 0,2% kelamin ganda. Mashari (1999) di RSUP Dr. Sardjito DIY periode bulan Januari 1995 – Desember 1998, ketulian lebih banyak ditemukan pada laki – laki yaitu sebanyak 51,07% dibandingkan dengan perempuan sebanyak 48,93%.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Selanjutnya dari tabel 5. 8 dan 5. 9
Berdasarkan jenis persalinan,
diperoleh hasil emisi otoakustik dari 18 bayi yang lahir secara PSP, sebanyak 12 bayi (66,67%) dengan hasil bilateral pass, 4 bayi (22,22%) dengan bilateral refer dan 2 bayi (11,11%) dengan unilateral pass/refer. Pada jenis persalinan PSP+EV yang berjumlah 4 bayi (100%), seluruhnya memberikan hasil bilateral pass. Sedangkan pada jenis persalinan SC yang berjumlah 22 bayi (50%), sebanyak 15 bayi (68,18%) dengan bilateral pass, 3 bayi (13,64%) dengan bilateral refer dan 4 bayi (18,18%) dengan unilateral pass/refer. Lain halnya dengan penelitian Mashari et al (1999) di RSUP Dr. Sardjito DIY yang melaporkan dari 109 anak tuna rungu dengan faktor risiko pada saat prenatal dan perinatal, terdapat 8 bayi (7,34%) yang lahir dengan bantuan alat dan sebanyak 6 bayi (5,50%) yang lahir secara Sectio Caesaria. Besar persentase hasil emisi otoakustik yang refer pada jenis persalinan PSP lebih besar daripada jenis persalinan SC, hal ini mungkin disebabkan lebih sedikitnya risiko trauma jalan lahir pada SC, disamping kini tindakan SC lebih sering menggunakan anestesi regional, karena pada kepustakaan disebutkan bahwa proses kelahiran secara SC dapat menimbulkan asfiksia neonatorum akibat pemberian obat anestesi umum, hal tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi sistem auditori, juga pada proses persalinan yang menggunakan alat bantu ekstraksi vakum, frekuensi kejadian asfiksia 10 – 20 % (Saifuddin A. B., 2001).
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 KESIMPULAN 1. Hasil pemeriksaan emisi otoakustik dari 44 bayi baru lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan di BPK Dr. Pirngadi Medan yang terbanyak adalah bilateral pass yaitu sebanyak 31 bayi (70,45 %), sedangkan yang mendapatkan hasil refer baik bilateral maupun unilateral sebanyak 13 bayi (29,55%). 2. Dari 20 bayi (45,45%) dengan faktor risiko, yang memperoleh hasil emisi otoakustik terbanyak yaitu bilateral pass sebanyak 11 bayi (55%), sedangkan dengan hasil bilateral refer dan unilateral refer sebanyak 9 bayi (45%). Sementara dari 24 bayi (54,55%) tanpa faktor risiko yang memperoleh jumlah terbanyak juga bilateral pass yaitu 20 bayi (83,33%), sedangkan unilateral refer
hanya sebanyak 4 bayi
(16,67%). 3. Faktor risiko terbesar yang menghasilkan bilateral refer adalah faktor risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebanyak 4 bayi (57,14%). 4. Berdasarkan jenis kelamin, bilateral pass
dari 20 bayi laki – laki (45,45%), hasil
sebanyak 15 bayi (75%), bilateral refer dijumpai
sebanyak 3 bayi (15%%) dan unilateral pass/refer sebanyak 2 bayi (10%). Sedangkan dari 24 bayi perempuan (54,55%), hasil Bilateral Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
pass sebanyak 16 bayi (66,66%), bilateral refer sebanyak 4 bayi (16,67%), dan unilateral pass/refer sebanyak 4 bayi (16,67%). 5. Dari keseluruhan jenis persalinan, PSP merupakan jenis persalinan dimana persentase bilateral refer dan unilateral refer paling besar, yaitu dari 18 bayi yang lahir secara PSP,4 bayi (22,22%) dengan bilateral refer dan 2 bayi (11,11%) dengan unilateral pass/refer.
7. 2 SARAN 1.
Perlu adanya skrining pendengaran bayi baru lahir di RSUP H. Adam
Malik
Medan
dan
BPK
Dr.
Pirngadi
Medan
baik
menggunakan alat emisi otoakustik maupun menggunakan Brain Stem Evoked Auditory (BERA) sebagai upaya preventif dan promotif gangguan pendengaran sedini mungkin. 2.
Bayi pada penelitian ini yang mendapatkan hasil emisi otoakustik refer baik bilateral maupun unilateral, dianjurkan datang kembali ke divisi neuro-otologi dan divisi THT komunitas guna evaluasi dengan pemeriksaan otoskopi, timpanometri, emisi otoakustik dan BERA pada usia 3 bulan.
3.
Diperlukan penelitian lebih lanjut terutama dengan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat diketahui angka kejadian hasill pemeriksaan emisi otoakustik yang lebih akurat.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
4.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan faktor risiko dengan kejadian gangguan pendengaran pada bayi baru lahir.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Abiratno S. F. Otoacoustic Emissions / OAE. Prinsip Dasar, Metodologi dan Aplikasi Klinis. Subbag. Neurootologi. Departemen THT. RSPAD Gatot Soebroto. Jakarta. 2003 Austin D. F. Anatomi dan Embriologi. Dalam : Ballenger J. J. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid Dua. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 101-51 Agustian R. A. Aplikasi Klinis Emisi Oto Akustik (OAE). Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNPAD/RSHS Bandung. Dalam: Kumpulan Abstrak PIT Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL ke VII. Bandung. 2008: 6 Ballenger J. J. Diagnostic Audiology, Hearing Aids, and Habilitation Options. In: Ballenger’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 6th ed. 2003: 145 – 7 Bellman S. & Vanniasegaram I. Testing Hearing In Children. In : Scott-Brown’s Otolaryngology. Paediatric Otolaryngology. Vol. 6. 6th ed. ButterworthHeinemann. London. 1997 : 1-16 Calevo M. G. et al. Neonatal Hearing Screening Model : An Italian Regional Experience. Available at : http://proquest.umi.com/pqdweb?index=11&sid=1&srchmode=1&vinst=PRO D&fmt=3&startpage=1&vname=PQD&did=1298400021&scaling=FULL&pmid=56240&vtype=PQ D&fileinfoindex=share1%2Fpqimage%2Firs4%2F20070911004558812%2F 21819%2Fout.pdf&rqt=309&TS=1189485961&clientId=63928 Campbell K.C.M. Otoacoustic Emissions. Department of Surgery, Division of Otolaryngology, Southern Ilionis University School of Medicine. 2006. Available at : http ://www.emedicine.com/ent/topic372.htm Chiong C. Hearing Screen. Investigators at University of the Philipines. National Institutes of Health Zero in On Hearing Screen. Available at : http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1279489851&sid=1&Fmt=3&clientid= 63928&RQT=309&VName=PQD Connoly et al. Universal Newborn Hearing Screening: Are We achieving the Joint Committee on Infant Hearing (JCIH) Objective? Laryngoscope. 2005; 115(2): 232 – 6. Feldman A. S. Grimes C. T. Audiologi. Dalam: Ballenger J. J. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid dua. Ed. 12. Alih bahasa: Staf ahli THT RSCM-FKUI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997. h: 273 - 304 Friedmann I. Pathology of The Cochlea. In : Scott-Brown’s Otolaryngology. 6th ed. Vol 3. Butterworth-Heinemann. London. 1997 : 1-51 Gomella et al. Follow Up Of High Risk Infants. In : Lange. Clinical manual. Neonatology management, Procedures, On call Problems, Diseases and Drugs. 5th ed. McGraw-Hill Companies. USA. 2004 : 139-43 Haddad Jr. J. Hearing Loss. In : Nelson Textbook Of Pediatrics. 17th ed. Saunders. Philadelphia. 2004 : 2129-35 Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Hall & Antomelli. Assesment Of Peripheral And Central Auditory Function. In : Bailey B. J. Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia-USA. 2006 : 1927-42 Hendarmin H. Pencegahan Gangguan Pendengaran dan Ketulian di Indonesia. Available at : http://www.thsc.com.sg/files/newsletter/thsc-edisi-4-2006.pdf Joint Committe on Infant Hearing, American Academy of Audiology, American Academy of Pediatrics: Principles and Gudelines for Early Hearing Detection and Intervention Programs Pediatrics. Vol. 106. No. 4. 2000: 798 – 817. Khairi M. et al. Hearing screening of infants in Neonatal Unit, Hospital Universiti Sains Malaysia using transient evoked otoacoustic emissions. Malaysia. 2005. Vol. 119. pp. 678 – 83. Konvensi Health Technology Assessment. Joint Commite On Infant Hearing. KODI THT Komunitas. PP. PERHATI-KL. DITJEN YANMEDIK Spesialistik DEPKES RI. 2006. Leblane A. Atlas of hearing and balance organs. A practical guide for otolaryngologists. Springer. 2000. Lee K. J. & Peck J. E. Audiology. In : Lee K. J. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. 8th ed. McGraw-Hill. 2003 : 24-64. Liston S. L. & Duvall A. J. Embriologi, Anatomi Dan Fisiologi Telinga. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. 1994 : 27-38. Mashari et al. Faktor – faktor Risiko Tuna Rungu Pada Anak Di RSUP Dr. Sardjito Periode 1995-1998. Bagian Ilmu Penyakit THT FK UGM – RSUP Dr. Sardjito. Dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS XII PERHATI. Semarang. 1999 : 821 – 9. Michele A. M. D. et al. Newborn Hearing Screening. Coordinator of Infant Hearing Screening Program, Department Of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, University of Virginia Health System. 2005. Available at : http://www.emedicine.com/ent/topic576.htm Mattox DE, Nager GT, Levin LS, 1991, Congenital Aural Atresia :Embriology Patology, Classification Genetics and Surgical Management, in Paparella MM, Otolaryngology, Third Edition Vol.3 WB Saunders Company, pp.1991-3. Mills J. et al. Anatomy and Physiology of Hearing. In : Bailey B. J. Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Vol. 2. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia-USA. 2006 : 1883-903 Moller A. R. Hearing. Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System. 2nd ed. Elsevier. USA. 2006 : 41- 56. Norton & Stover. Otoacoustic Emissions. An Emerging Clinical Tool. In : Katz J. Handbook Of Clinical Audiology. 4th ed. Williams & Wilkins. Baltimore-USA. 1994: 448-61. Reardon W. Genetic factors and defness. In: Scott-Brown’s Otolaryngology. Paediatric Otolaryngology. Vol. 6. 6th ed. Butterworth-Heinemann. London. 1997: 1-22.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Saifuddin A. B. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. JNPKKR – POGI. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ed. 1. 2001: 399 – 402. Saputra A. D. Pengaruh Faktor Risiko Terhadap Fungsi Pendengaran Bayi Baru Lahir Berdasarkan Pemeriksaan Distortion Product OAE. Bag/SMF THT-KL FK UNUD/RSUP Sanglah. Dalam: Kumpulan Abstrak PIT Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL ke VII. Free Paper. Bandung. 2008: 65. Sokol J. & Hyde M. Hearing Screening. Objectives. Neonatology hearing screening. Pediatric in review. Vol 23. No. 5. 2002: 157. Suardana W. & Wiranadha. Skrining Pendengaran Di RSUP Sanglah. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah, Denpasar. Dalam: Kumpulan Abstrak KONAS Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia ke XIV. Surabaya. 2007. Suardana W. Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi baru lahir. SMF Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar. Dalam: Materi Simposium Pra PIT PERHATI THT Komunitas. Bandung. 2008. Suleh S. & Djelantik. Skrining Fungsi Pendengaran Pada Neonatus Dengan Menggunakan Alat Emisi Otoakustik (Echo-screen). SMF Ilmu THT FK UNPAD / RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bandung. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS XII PERHATI. Semarang. 1999 : 901-6. Suwento R. Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir. PKTGK Sub. Dep. THT komunitas. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran UI. RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Dalam: Kumpulan Abstrak KONAS Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia ke XIV. Surabaya. 2007. Sutirto I, 2001, Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala Leher, Edisi Lima. Jakarta, FKUI, pp. 9-19. Universal Newborn Hearing Screening Recommended Guidelines for Hospitals/ Birthing Facilities, Primary Care Physicians/ Medical Home and Audiologists Family and Community Health Bureau Health Policy and Services Division Montana Department of Public Health and Human Services. 2002 Wijana. Skrining Pendengaran Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Melinda Bandung. Bag.THT-KL Fak.Kedokteran Unpad / RS Hasan Sadikin Bandung. Dalam: Kumpulan Abstrak PIT Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL ke VII. Symposium. Bandung. 2008: 15. Wright A. 1997, Anatomy and Ultrastructure of The Human Ear , Basic Science, in Scott-Brown’s Otolaryngology, Sixth Edition, Vol.1, Butterworth Heinemann, Great Britain, pp. 1/1/1- 49. Zizlavsky S. Peranan ASSR Dalam Prediksi Ambang Dengar Untuk Kepentingan Habilitasi Gangguan Pendengaran Pada Anak. Departemen THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Imdonesia. Dalam: Kumpulan Abstrak PIT Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL ke VII. Instructional Course. Bandung. 2008: 8.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Sampel Penelitian
No. MR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
366568 ♀ 366169 ♀ 366296 ♂ 364750 ♂ 355999 ♂ 366441 ♂ 366135 ♀ 369104 ♀ 355990 ♀ 373131 ♂ 371390 ♂ 371628 ♂ 372585 ♂ 372865 ♂ 373716 ♀ 373477 ♀ 373606 ♀ 374100 ♂ 373946
NAMA
F. RISIKO
HASIL OAE
By. Risma Dani
JENIS PERSALINAN PSP + EV
-
By. Rosmaniyah
PSP
8
By. Mediana
SC
-
By. Juliana
SC
-
By. Siti Mawaddah By. Ningrat
SC
5
PSP
4
By. Aura PSP Agustina By. Laila Syafitri PSP
3
By. Nurliana
SC
-
By. Tumini
SC
8
By. Suhartini
SC
4
By. Leli
PSP
5
By. Irawati
PSP
8
By. Erlina
PSP
-
By. Zikra
SC
-
By. Rita
SC
-
By. Sri
PSP
5
By. Nurcahaya
SC
-
By. Rina
PSP + EV
-
Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Refer Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass
5
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
♀ 373956 ♀ 373889 ♀ 374342 ♂ 374843 ♀ 374845 ♀ 375038 ♀ 375204 ♂ 375211 ♀ 633057 ♀ 633058 ♂ 635603 ♀ 635408 ♀ 635584 ♂ 635570 ♂ 635530 ♀ 635439 ♂ 636417 ♂ 636614 ♀ 636634 ♀ 636598 ♀ 636599 ♀
By. Santi
PSP
-
By. Pita
SC
-
By. Hertina
SC
-
By. Apriani
SC
-
By. Lita
PSP + EV
-
By. Mariana
SC
5
By. Ita Agustina
PSP
-
By. Juwita Sari
PSP
-
By. Catarina
SC
8
By. Osta Marbun SC
8
By. Susilowati
SC
-
By. Sofni
SC
-
By. Jonaria
SC
-
By. Jamilah
PSP
5
By. Dewi
SC
3
By. S. Wahyuningsih By. Hosmalina
PSP
5
SC
-
By. Marnis
PSP
-
By. Nilawaty
SC
2
By. Nurbaiti
PSP
5
By. Helnita T.
PSP
-
Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Pass Kiri : Pass Kanan : Refer Kiri : Refer Kanan : Pass Kiri : Pass
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
41
636527 ♂
By. Novita I. Hsb
SC
8
Kanan : Pass Kiri : Pass
42
636525 ♀ 636671 ♂ 636716 ♂
By. Filidani
PSP+EV
-
By. Siti Habsah
PSP
-
By. Nuraini
PSP
5
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
43 44
: Pass : Pass : Pass : Pass : Refer : Refer
CATATAN: No. = Nomor urut bayi yang diperiksa; MR: Nomor rekam medik; JENIS PERSALINAN: PSP = Partus spontan pervaginam, SC = Sectio Ca esaria, PSP+EV = PSP + Ekstraksi vakum; F. RISIKO: 1 = Riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir; 2 = Infeksi prenatal, TORCH; 3 = Kelainan anatomi pada kepala dan leher; 4 = Sindroma yang berhubungan dengan tuli congenital; 5 = Berat badan lahir rendah (BBLR); 6 = Meningitis bakterialis; 7 = Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi darah; 8 = Asfiksia berat; 9 = Pemberian obat ototoksik; 10 = Menggunakan alat bantu pernapasan / ventilasi mekanik > 5 hari; HASIL OAE: kanan = telinga kanan, kiri = telinga kiri
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 2
STATUS PENELITIAN
No. Urut
:
Tanggal
:
I. Identitas Penderita Nama Bayi
:
Nama orang tua
:
Anak ke-
:
Umur
:
Agama
:
Alamat
:
No MR
:
II. Anamnesis Riwayat Keluarga IBU - Pekerjaan
:
- Penyakit
:
AYAH - Pekerjaan
:
- Penyakit
:
Keluarga Lain (Siapa, penyakit apa) ……………………………………………
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT KELUARGA DENGAN TULI SEJAK LAHIR
Ayah
Ibu
Bayi yg diperiksa
RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN Kehamilan Periksa hamil ( ) Ya ( ) Tidak Kelahiran ( ) susah cara apa………………… ( ) biasa ( ) segera menangis ( ) tidak menangis Tanggal Lahir………………………. ( ) cukup bulan, BB………………..gram Panjang…………...cm ( ) kurang bulan, BB……………….gram Panjang…………..cm
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Persalinan
Komplikasi kehamilan
-
jenis
( ) perdarahan
persalinan…………………….
( ) toksemi
Indikasi
( ) eklamsi
persalinan…………………
( ) lain-lain
-
Medikasi……………………… …...
-
Penyakit selama hamil ( ) anemi
Resusitasi……………………… ….
( ) diabetes ( ) Hipertensi ( ) lain-lain
III. Pemeriksaan Fisik Panjang badan………………cm
Jaringan subkutis :
Berat badan…………………gram Suhu…………………………˚C Kepala
:
Mata Mulut
: :
Genitalia
:
Gizi
( ) kurang
Neurologik
( ) sedang
- refleks patologik ( )
( ) cukup
Kelenjar
Toraks
- leher
( )
- submandibula
( )
- ketiak
( )
- selangkang
( )
Abdomen Ekstremitas atas
( ) kelainan
Kesadaran :
Ekstremitas bawah
( ) kelainan
Turgor
:
Tulang-tulang
( ) kelainan
Tonus
:
Nilai
APGAR………………
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
PEMERIKSAAN THT TELINGA
Kanan
Kiri
- Daun telinga
……………………
…………………….
- Liang telinga
……………………
…………………….
- Membrana timpani ……………………
…………………….
HIDUNG - Rinoskopi anterior ……………………
…………………….
- Rinoskopi posterior ……………………
…………………….
OROFARING - Tonsil
……………………
……………………..
- Faring
…………………………………………………….
- Laringoskopi
…………………………………………………….
Pemeriksaan Emisi Otoakustik Telinga Kanan
: Pass / Refer
Telinga Kiri
: Pass / Refer
IV. Diagnosa : …………………………………………………………….
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 3 LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN Assalamualaikum wr. wb. / Selamat pagi Saya dr. Okti Trihandani sedang menjalani pendidikan spesialis THT di RSUP HAM. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul Gambaran hasil pemeriksaan Emisi Otoakustik pada skrining awal bayi baru lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUP Dr. Pirngadi Medan. Saya mengikutsertakan bayi anda dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui fungsi pendengaran bayi anda khususnya fungsi telinga bagian dalam. Dalam penelitian ini, bayi anda akan menjalani pemeriksaan THT rutin, kemudian akan diperiksa fungsi pendengaran dengan menggunakan alat emisi otoakustik dimana merupakan suatu alat / probe yang dimasukkan ke dalam liang telinga dan dihubungkan pada alat perekam melalui suatu kabel. Kemudian alat akan bekerja selama ± 30 detik dan akan memberikan hasil. Tidak ada bahaya yang ditimbulkan oleh alat tersebut, karena tidak menimbulkan sakit, tidak menimbulkan efek samping dan waktu pemeriksaan yang singkat. Saya akan mencatat identitas orang tua bayi ( nama, alamat, usia, suku, jenis kelamin, riwayat penyakit, riwayat kehamilan ibu ), identitas bayi ( nama, tanggal lahir, berat badan lahir, panjang badan lahir, cara kelahiran), pemeriksaan fisik bayi pada lembaran penelitian. Selanjutnya saya akan mencatat hasil pemeriksaan emisi otoakustik. Partisipasi bayi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter anda bila anda tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Anda akan tetap mendapatkan pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan. Pada penelitian identitas orang tua dan bayi disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat data anda. Kerahasiaan data orangtua dan bayi akan dijamin sepenuhnya. Bila data tersebut dipublikasikan, kerahasiaan tetap dijaga. Jika terjadi keluhan setelah pameriksaan atau untuk mendapat keterangan lebih lanjut, anda dapat menghubungi saya dr. Okti Trihandani di Departemen THT-KL RSUP
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
H. Adam Malik Medan, atau pada no 061-77577862/0819872128, Jl. Listrik no. 20 Medan 20112. Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Saya yang namanya tersebut di bawah ini Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Alamat
:
Pekerjaan
:
Hub Dgn Bayi : Ayah / Ibu Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Saya menandatangani dan menyatakan bersedia mengikutsertakan bayi saya pada penelitian ini. Bila saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti
Medan, Dokter peneliti
/
/ 20
Orangtua Peserta Penelitian
Dr. Okti Trihandani Dept. THT-KL RSUP-HAM Telp. : 061-77577862 / 0819872128
_____________________
CURRICULUM VITAE
I.
Data Pribadi Nama
: dr. Okti Trihandani
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
II.
Tempat/tgl. lahir
: Jakarta / 24 Oktober 1977
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Listrik no. 20 Medan 20112
Telepon
: 061-77577862/0819872128
Riwayat Pendidikan 1984-1987 SD Cempaka Wangi Jakarta 1987 –1990 SDK PETRA 6 Surabaya 1990 – 1993 SMPK PETRA 5 Surabaya 1993 – 1996 SMA 17 Agustus 1945 Surabaya 1996-2003 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2004-sekarang PPDS THT-KL FK USU
III. Keanggotaan Profesi 2004 – sekarang : anggota Ikatan Dokter Indonesia cabang Medan 2004 – sekarang : anggota muda PERHATI-KL cabang Sumatera Utara
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN 1. BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN Pemeriksaan
emisi
otoakustik
untuk
400
sampel
(@
Rp.
30.000,-)
Rp.12.000.000,Foto kopi literature
Rp.
300.000,2. SEMINAR HASIL PENELITIAN
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
Konsumsi @ Rp. 20.000 x 50
Rp.
1.000.000,Fotokopi bahan seminar @ Rp. 10.000 x 50
Rp.
500.000,3. LAPORAN PENELITIAN Pengadaan laporan @ Rp. 15.000 x 20
Rp.
300.000,4. BIAYA TIDAK TERDUGA
Rp.
500.000,JUMLAH PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Rp.
14.600.000,Biaya Penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama
: Okti Trihandani, dr
Tempat/ Tanggal lahir
: Jakarta, 24 Oktober 1977
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Nama Suami
: Aditya, ST
Nama Anak
: Muhammad Athallah Rafif
Alamat
: Jl. Listrik 20 Medan 20112
PENDIDIKAN FORMAL 1984 – 1987
: SD Cempaka Wangi Jakarta
1987 – 1990
: SDK PETRA 6 Surabaya
1990 – 1993
: SMPK PETRA 5 Surabaya
1993 – 1996
: SMA 17 Agustus 1945 Surabaya
1996 – 2004
: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara
2004 – 2008
: Asisten dokter (PPDS) Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fak. Kedokteran USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Okti Trihandani : Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir Di RSUP H.Adam Malik Medan Dan Balai Pelayanan Kesehatan Dr.Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008