MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI ALTERNATIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DI KELAS IV SDN 3 BULANGO TIMUR Sumaji, Djotin Mokoginta*, Meylan Saleh** PGSD (S1) Universitas Negeri Gorontalo, Jln. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi alternatif di kelas IV SDN 3 Bulango Timur ?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi alternatif melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example di kelas IV SDN 3 Bulango Timur. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I siswa yang memperoleh ketuntasan belajar ada 12 siswa atau 60% dan siklus II siswa yang memperoleh ketuntasan belajar ada 17 siswa atau 85%. Dari pembelajaran ini dapat disimpulkan bahwa, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example hasil belajar siswa tentang energi alternatif di kelas IV SDN 3 Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan. Kata Kunci : Hasil belajar siswa, energi alternatif, example non-example. 1. PENDAHULUAN Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Tujuan pendidikan SD yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, serta membekali siswa untuk melanjutkan ke sekolah menengah pertama, salah satu isi kurikulum SD adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN atau Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, untuk itu
1
perlu perhatian khusus bagi guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak disampaikan kepada peserta didik. Agar kompetensi dasar yang disampaikan dapat diterima dengan maksimal oleh siswa maka perlu adanya perlakuan atau tindakan khusus dalam pembelajaran IPA di SD. Pembelajaran IPA di SD umumnya masih ditemukan banyak kendala, antara lain penguasaan konsep IPA guru yang masih lemah, sarana dan prasarana pembelajaran IPA yang belum optimal akibatnya pengajaran masih banyak dilakukan menggunakan metode konvensional dan tidak mengarahkan peserta memahami konsep IPA dan lebih pada penjelasan yang sifatnya naratif. Kurikulum IPA di SD tuntutan akan penguasaan IPA bagi siswa disamping penguasaan kognitif, afektif, juga psikomotor secara sinergi sehingga materi IPA dapat dipahami secara utuh oleh siswa termasuk pengenalannya terhadap lingkungan. Berdasarkan kenyataan yang ada dii lapangan seperti di SDN 3 Bulango Timur, ditemukan bahwa penguasaan konsep IPA khususnya pada materi energi alternatif di kelas IV pada tahun ajaran 2012/2013 semester genap masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari 20 orang siswa hanya 6 siswa (30%) yang tuntas dan 14 siswa (70%) masih mengalami kesulitan mempelajari materi energi alternatif. Kenyataan Ini tentu berimplikasi pada pencapaian hasil belajar siswa yang tidak optimal. Dari hal tersebut perlu diadakan perubahan yaitu dengan penerapan model-model pembelajaran inovatif yang memungkinkan pembelajaran menekankan pada penerapan keterampilan proses siswa. Penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan proses pembelajaran di SD akan meningkat. Peningkatan keberhasilan pembelajaran IPA baik secara individu maupun klasikal, dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe contoh bukan contoh merupakan salah satu pilihan yang baik, sesuai dengan pendapat Lundgren (dalam Tabrani, 2012) bahwa “manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah yakni dapat meningkatkan hasil belajar, retensi atau penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama”. Mengingat kecenderungan interaksi siswa dalam proses belajar kelompok, siswa yang hasil belajarnya rendah 2
terdorong untuk meningkatkan hasil belajarnya sejajar dengan temannya yang hasil belajarnya tinggi, disamping itu materi IPA dapat dipahami secara optimal melalui variasi-variasi contoh yang dikembangkan oleh guru. Kenyataan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan salah satu faktor penentu pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa, karena pemilihan model pembelajaran IPA yang baik memacu keaktifan siswa dalam proses belajar, baik secara individu maupun kelompok sehingga pada akhirnya dapat mencapai ketuntasan hasil belajar secara klasikal. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: “Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Alternatif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non-Example di Kelas IV SDN 3 Bulango Timur”. 2. KAJIAN TEORETIS Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Menurut Suprijono (2012:5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Sedangkan menurut Mulyasa (2009:212) “hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan”. Pada umumnya, hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: 1) peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan; 2) mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan. Adapun menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:5-6) hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
3
bahasa, baik lisan maupun tulisan; 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan analisis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan; 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; 4) Keterampilam motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemapuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (dalam Adil, 2010) mengemukakan “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa, dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor dalam diri anak, meliputi: a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran; b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain: 1) Intelegensi; 2) sikap; 3) bakat; 4) minat; dan 5) motivasi. 2. Faktor darim luar anak, meliputi: a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas; b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak; c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar, maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan. Dalam kegiatan sehari-hari, kita memerlukan energi, Energi adalah kekuatan atau kemampuan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Semua makhluk hidup membutuhkan energi (tenaga) agar tetap hidup. Energi itu 4
diperoleh dari makanan. Energi itu digunakan tubuh agar tetap hidup dan dapat melakukan aktivitas fisik. Menurut Fitriani (2012) “Energi alternatif adalah istilah dimana semua energi yang digunakan bertujuan menggantikan bahan bakar konvensional (bahan tambang dan minyak) tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Sumber energi alternatif adalah sumber energi sebagai pengganti sumber energi utama yang semakin sedikit jumlahnya”. Sedangkan Rositawaty dan Muharam (dalam Tasyrikiyah, 2012:9) “Energi Alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peranan minyak bumi. Energi alternatif yang sedang dikembangkan adalah energi matahari, energi angin, energi air terjun, dan panas bumi”. Dalam penggunaan energi alternatif, terdapat banyak keuntungan, diantaranya: 1) ramah lingkungan; 2) tidak mengotori udara/tidak menimbulkan polusi udara; 3) harganya murah; 4) jumlahnya sangat banyak; 5) Tidak akan habis karena berasal dari sumber daya alam lain yang dapat diperbaharui; 6) awet/tahan lama digunakan. Menurut Suprijono (2012:46) “model pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk guru di kelas”. Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2012:46) “mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Pengertian model pembelajaran kooperatif menurut Depdiknas (dalam Komalasari, 2011:62) “merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Rusman (2011:202) “model pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Model pembelajaran kooperatif tipe example non-example menurut Maufur (2009:90) adalah “suatu model pembelajaran yang menggunakan media contoh dari gambar atau ilustrasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Contoh 5
yang diambil dari gambar atau ilustrasi juga harus sesuai dengan kompetensi dasar yang dikehendaki”. Pendapat lain dikemukakan oleh Kurniadi, dkk (dalam Munawaroh, 2012:16-17) bahwa “model pembelajaran example non-example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran”. Menurut Maufur (2009:90) langkah-langkah model pembelajaran example non-example yaitu: 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran; 2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP; 3) Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar; 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas; 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya; 6) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai; 7) Kesimpulan. Menurut
Maufur
(2009:90)
Kelebihan
dan
kekurangan
model
pembelajaran example non-example yaitu: 1. Kelebihan; a) siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar; b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemuka-kan pendapatnya. 2. Kekurangan; a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar; b) Memakan waktu yang lama. Arend (dalam Sriwidaningsih, 2012:31) mengemukakan bahwa “cara mengalokasikan waktu yang cukup dan cara menggunakan ruang kelas adalah tugas-tugas perencanaan untuk pengajaran konsep. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru pemula adalah menetapkan estimasi yang terlalu rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsep-konsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas”. Sesuai dengan pendapat Lundgren (dalam Tabrani, 2012) manfaat pembelajaran kooperatif
bagi siswa dengan hasil belajar rendah diantaranya
adalah: 1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan retensi atau penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama.
6
3. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Bulango Timur Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 3 Bulango Timur yang berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel input (Masukan), variabel proses dan variabel Output (hasil). Prosedur Penelitian Penelitian yang digunakan berbasis tindakan di kelas dengan empat langkah, yaitu; persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Pelaksanaan penelitian direncanakan dua siklus dengan pokok bahasan: 1) Macam-macam energi alternatif; 2) Kegunaan energi alternatif; dan 3) Pengunaan energi alternatif. Pada tahap persiapan peneliti dibantu oleh satu orang guru untuk mendiskusikan, membahas berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi guru dan siswa khususnya mendeskripsikan proses pembelajaran IPA materi energi alternatif. Hasil diskusi dirumuskan secara sistematis untuk dijadikan acuan dalam mendesain skenario pembelajaran, dan format penilaian hasil akhir pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran, baik itu guru selaku peneliti maupun siswa sebagai obyek. dengan skenario model example non-example. Pada pemantauan dan evaluasi dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Pada waktu observasi dilakukan, Sasaran pengamatan adalah: 1) keaktifan siswa dalam pembelajaran; 2) Kerjasama siswa dalam kelompok; dan 3) Hasil belajar siswa yang dilakukan melalui evaluasi pada akhir proses pembelajaran. Hasil observasi ini akan menjadi data pendukung dalam pembelajaran siklus berikutnya. Pada tahap analisis dan refleksi kegiatan yang dilaksanakan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap pemantauan dan evaluasi, dan hasilnya digunakan untuk merefleksi diri, apakah siswa sudah dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hasil analisis ini akan digunakan untuk merencanakan tindakan pada kegiatan siklus berikutnya. 7
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, tes dan dokumentasi. Observasi dilaksanakan pada setiap pelaksanaan siklus dengan berdasar pada indikator yang sudah ditetapkan. Format observasi digunakan untuk merekam data proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu: a) format observasi aktivitas guru dan b) format observasi aktivitas siswa. Adapun kriteria penilaian yang digunakan pada pedoman observasi yakni baik sekali, baik, cukup, dan kurang untuk setiap indikator penilaian. Tes tertulis dilakukan pada setiap akhir siklus, tes dilakukan untuk melihat dan menentukan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam satu siklus yang disajikan dalam bentuk uraian yang sudah dipersiapkan. Dokumentasi berupa hasil belajar siswa, yaitu hasil tes yang diberikan guru kepada siswa sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan atau hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dalam tahap pertama setelah data terkumpul, kedua setelah semua data dalam satu siklus terkumpul. Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif, Arikunto (dalam Elpina, 2012:6) mengemukakan kriteria penilaian yang berlaku disajikan dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Kriteria Penilaian Persentase 81 % - 100 % 61 % - 80 % 41 % - 60 % 21 % - 40 % 0 % - 20 %
Penafsiran Baik Sekali (BS) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan masing-masing siswa. Dengan mengacu pada kriteria penilaian tersebut, maka rumus yang digunakan menurut Trianto (dalam Elpina, 2012:7) adalah sebagai berikut: Jumlah Skor Perolehan Persentase = x 100 % 8 Jumlah Skor Maksimal
4. HASIL PENELITIAN Dari kegiatan observasi awal sebelum melakukan penelitian siswa diberikan tes berupa soal esai pada tahun ajaran 2012/2013 semester genap, yang memberikan gambaran bahwa tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa terhadap materi energi alternatif. hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2. berikut: Tabel 2. Hasil observasi awal No. Hasil Belajar Siswa 1. Tuntas 2. Tidak Tuntas
Jumlah 6 14
Persentase (%) 30 70
Ketuntasan hasil belajar siswa pada materi energi alternatif terdapat 6 siswa atau 30% yang telah mencapai ketuntasan hasil belajar sedangkan 14 siswa atau 70% belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dan perbaikan-perbaikan pem-belajaran dengan menerapkan model pem-belajaran kooperatif tipe example non-example sehingga 6 siswa atau 30% yang telah mencapai ketuntasan belajar akan meningkat menjadi 16 siswa atau 80% sehingga pesentase yang harus dicapai agar sesuai dengan yang dikehendaki sebesar 50%, masih akan diberikan tindakan sehingga mencapai indikator kinerja. Tabel 3. Hasil tes siswa siklus I No. Hasil Belajar Siswa 1. Tuntas 2. Tidak Tuntas
Jumlah 12 8
Persentase (%) 60 40
Pada tabel 3. siklus I setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example nilai hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan pada observasi awal. dimana telah terdapat 12 siswa yang mempunyai persentase ketuntasan hasil belajar dalam kelas tersebut yaitu 60% yang telah tuntas hasil belajarnya berdasarkan KKM karena sebagian besar soal yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan oleh siswa dengan perolehan nilai berkisar 82-100. Sedangkan selebihnya yaitu 8 siswa yang mempunyai persentase
9
40% tidak tuntas dengan hasil belajar yang diperolehnya karena sebagian besar soal yang diberikan oleh guru tidak dapat mereka kerjakan dengan baik, adapun nilai siswa tersebut berkisar antara 55-73, hasil perolehan nilai tersebut merupakan keseluruhan ketuntasan belajar siswa dari 20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 3 Bulango Timur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal nilai hasil belajar yang dicapai siswa belum tuntas karena siswa yang memperoleh nilai di atas 80 persentasenya hanya 60% hasil ini lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80% sehingga perlu dilanjutkan kesiklus II dan persentase yang harus dicapai sebesar 20%. Menurut tabel kriteria penilaian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran energi alternatif masih dikategorikan cukup. Tabel 4. Hasil tes siswa siklus II No. Hasil Belajar Siswa 1. Tuntas 2. Tidak Tuntas
Jumlah 17 3
Persentase (%) 85 15
Siklus II menunjukkan adanya pening-katan hasil belajar siswa yang signifikan dari tindakan sebelumnya. Siklus II dilakukan berdasarkan analisis dari siklus I. yakni telah terdapat 17 siswa yang telah mencapai ketuntasan hasil belajar dengan persentase 85% berdasarkan KKM. Sedang-kan 3 siswa atau 15% tidak tuntas dengan hasil belajar yang diperolehnya, hasil ini merupakan keseluruhan ketuntasan hasil belajar siswa dari 20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 3 Bulango Timur sehingga mereka belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example dalam pembelajaran energi alternatif pada siklus II ini secara klasikal nilai yang dicapai siswa sudah tuntas karena siswa yang memperoleh nilai diatas 80 dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 85% lebih besar dari persentase ketuntasan hasil belajar yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Dari perolehan persentase tersebut, menurut tabel kriteria penilaian belajar dikategorikan baik sekali.
10
Pembahasan Pada siklus I, penerapan pembelajaran memberikan dampak yang baik proses pembelajarannya dilakukan dengan menggunakan gambar energi alternatif dan gambar bukan energi alternatif sebagai media. Siswa bisa mengnalisis secara langsung tentang energi alternatif melalui media gambar tersebut, mereka lebih mudah menemukan perbedaan energi alternatif dan yang bukan energi alternatif. Pada siklus II, siswa mulai bisa menemukan dan memahami fungsi dan cara kerja setiap energi alternatif. Media gambar selain berfungsi sebagai media pembelajaran, juga memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar yaitu dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa: a) Dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan, siklus II sudah lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I, sehingga hal ini menjadi sebuah awal keberhasilan guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe example non-example; b) Dengan meningkatnya proses belajar mengajar tersebut di atas menyebabkan tingkat kemampuan hasil belajar siswa juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa melalui tes berupa soal esai pada siklus I secara klasikal mencapai 60% dengan kategori kemampuan belajar cukup, tentu ini merupakan nilai yang sangat rendah dari apa yang diharapkan. Pada siklus II telah mengalami peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar menjadi 85% dengan kategori kemampuan belajar baik sekali, nilai ini tentu lebih besar dibandingkan nilai perolehan pada siklus I dan juga KKM, secara klasikal siswa sudah tuntas pada pembelajaran materi energi alternatif. Dengan demikian, penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Alternatif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non-Example di Kelas IV SDN 3 Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan” maka hasil penelitian dikatakan berhasil atau diterima.
11
5. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir seluruh pembahasan dari hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe example non-example pada materi energi alternatif di kelas IV SDN 3 Bulango Timur dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran; 2) Melalui pembelajaran kooperatif tipe example non-example memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi energi alternatif di kelas IV SDN 3 Bulango Timur. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperolehan siswa pada tes berupa soal esai dari 60% pada siklus I dengan kategori kemampuan belajar cukup, yang secara klasikal belum tuntas atau belum memenuhi KKM, meningkat
menjadi 85% pada siklus II dengan kategori
kemampuan belajar baik sekali, yang secara klasikal sudah mengalami ketuntasan. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Kepada siswa, sewaktu pembelajaran koooperatif berlangsung, hendaknya para siswa untuk selalu aktif dan kiat mengeluarkan pendapat atau ideidenya, karena hal ini akan membuat siswa menjadi kritis sehingga mampu menambah pemahaman (kognitif) dan meningkatkan keberhasilan belajar; 2) Diharapkan guru kelas IV lebih sering memberikan pekerjaan rumah untuk didiskusikan oleh siswa-siswa dalam kelompoknya masing-masing. Agar siswa lebih bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dan didiskusikan di kelas. Guru harus lebih sering membimbing siswa untuk bekerja dan belajar secara kooperatif, agar siswa dalam kelompok tidak acuh tak acuh terhadap tugas. Guru harus tetap memperhatikan siswa yang belum tuntas belajarnya secara individual di kelas; 3) Kepada semua pihak yang terkait, utamanya kepada kepala sekolah kiranya dapat memberikan dukungan moril dan materil untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Adil, Deden Marrah. 2010. Metode Talking Stick dan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD. (Online). (http://dedenbinlaode.blogspot.com/2010/11/.html, diakses 6 Maret 2013).
12
Elpina. 2012. Model Kooperatif Tipe Example Non-Example untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Daur Hidup Hewan di Kelas IV SD Negeri 14/1 Sungai Baung. (Online). (http://fkipunja-ok.com, diakses 01 Maret 2013). Fitriani, Aulia. 2012. Sinar Matahari sebagai Energi Alternatif. (Online). (http://www.bapelkescikarang.or.id, diakses 21 Februari 2013). Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi, Bandung: Refika Aditama. Maufur, F. Hasan. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikan, Semarang: PT. Sindur Press. Mulyasa.
2009.
Implementasi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(Kemandirian Guru Dan Kepala Sekolah), Jakarta: Bumi Aksara. Munawaroh, Hopipah. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Tentang Peninggalan Sejarah Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples. (Online). (http://repository.upi.edu, diakses 01 Maret 2013). Rusman. 2011. Model-model pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem), Surabaya: Pustaka Pelajar. Sriwidaningsih, Wiwin. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non-Example Dalam Pembelajaran Menulis Dengan Fokus Penggunaan Bahasa Indonesia Baku. (Online). (http://repository.upi.edu, diakses 17 Februari 2013). Tasyrikiyah, Kiki 2012. Meningkatkan Sikap Siswa dalam Melestarikan Lingkungan pada Konsep Energi Alternatif dengan menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) di Kelas IV SD Negeri Sukanagara I Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang. (Online). (http://repository.upi.edu, diakses 28 Februari 2013). Thabrani,
Khadijah.
2012.
Pembelajaran
Kooperatif.
(http://khadijahtabrani.blogspot.com/2012/07/.html, 2013). 13
diakses
(Online). 6
Maret