STUDI ANALISIS TENTANG KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh: MUHAMMAD RIZAL FITRONI NIM: 063111032
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 04 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu ’alaikum wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Studi Analisis tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang Tahun 2011 Nama : Muhammad Rizal Fitroni NIM : 063111032 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah. Wassalamu ’alaikum wr. Wb.
Pembimbing I,
Dr. Widodo Supriyono, M.A. NIP. 195910251987031003
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 04 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu ’alaikum wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Studi Analisis tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang Tahun 2011 Nama : Muhammad Rizal Fitroni NIM : 063111032 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah. Wassalamu ’alaikum wr. Wb.
Pembimbing II,
Drs. Ikhrom, M. Ag NIP: 196503291994031002
ABSTRAK M. Rizal Fitroni (NIM: 063111032). “Studi Analisis tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang Tahun 2011”. Skripsi. Semarang : Program strata I jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo 2011. Keterampilan mengajar adalah faktor dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk meningkatkan mutu pengajaran, di antaranya adalah keterampilan pengelolaan kelas yang penting diperhatikan oleh seorang guru dalam menghadapi peserta didiknya. Pendidikan anak usia dini secara formal atau yang lebih sering dikenal dengan taman kanak-kanak, yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh para orang tua menjadi nilai tambah untuk membina anak sejak usia dini. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui 1). Bagaimana kompetensi guru dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah 2). Apakah problematika dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah ? dan apakah solusi yang digunakan. Penelitian ini termasuk sebagai penelitian lapangan (field research). Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang memiliki ciri-ciri khusus yang terletak pada tujuannya yaitu mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkap Mengetahui kompetensi guru dalam pengelolan kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang dan mengetahui problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas anak usia dini di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kompetensi guru dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah meliputi empat sektor, yaitu: 1) Pengelolaan peserta didik, guru memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik dengan permaiananpermainan yang kreatif dan menyenangkan, 2) Pengelolaan waktu, dilakukan guru dengan mempersiapkan materi dengan baik, 3) Pengelolaan materi, materi yang diterapkan menggunakan metode pembiasaan dan bersifat umum dan keagamaan, 4) Pengelolaan setting kelas, yang didesain berdasarkan karakteristik peserta didik tiap-tiap kelas. Dari pelaksanaan pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah, terjadi beberapa problematika, yaitu: 1) Problematika yang berhubungan dengan guru, dapat ditimbulkan dari masalah individu guru maupun berasal dari peserta didik, solusinya adalah dengan meningkatkan keprofesionalan agar fokus terhadap apa yang sedang dilakukan, 2) Problematika yang berhubungan dengan fasilitas, memiliki kendala pada keterbatasan dana pengadaan dan pada perawatan fasilitas, solusinya adalah dengan meningkatkan kreatifitas guru untuk menciptakan media dan alat pembelajaran sendiri serta peningkatan perawatannya, 3) Problematika yang berhubungan dengan waktu, seperti sulitnya mengkondisikan beberapa peserta didik yang tidak disiplin, solusinya dengan melakukan pendekatanpendekatan yang tepat agar sesuai untuk menanggulangi setiap masalah yang ada.
KATA PENGANTAR Bismillahir rahmanir rahim, Ungkapan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang senantiasa penulis panjatkan, karena hanya dengan ridlo, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena syafaatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini Dengan kesadaran yang sepenuhnya, penulis mengakui bahwa penulisan ini tidak berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang maksimal tanpa adanya bantuan baik berupa materiil maupun spiritual dari berbagai pihak oleh karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Dr. Sudja‟i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 3. Bapak Dr. Widodo Supriyono, M.A., selaku pembimbing I yang dengan tulus ikhlas memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Ikhrom, M.Ag, selaku pembimbing II yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 5. Yang saya hormati Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama di bangku perkuliahan, semoga apa yang telah mereka berikan menjadi bekal penulis dikemudian hari. 6. Kepala sekolah beserta guru RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang, yang memberikan dukungan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat tersesaikan dengan baik. 7. Yang saya sayangi kedua orang tuaku, Bapak H. Sudarmani SP dan Ibu Qurratul „Ain, yang telah mendidik dan menyayangiku dan selalu memberikan dukungannya baik moral maupun materi serta do‟a. Jasa-
jasamu tak akan pernah tergantikan, semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan segala rahmat-Nya. 8. Adik-adikku Yulia Nur Isneni dan M. Hasan Fikri yang tersayang dan aku banggakan, yang telah memberikan motivasi, semoga Allah memberikan yang terbaik buat kalian. 9. Yang terkasih dan tersayang Soraya Dhiba Rosellini, yang selalu setia mendampingiku dikala suka maupun duka, Kasih sayangmu tak akan pernah tergantikan. 10. Sahabat dan sedulur beta 2006 seperjuangan : Royan, Kubes, Ngadipo, Rohman, Capunk (alm), Budi, dll. Yang selalu bersaing dalam rusuh, sedih, tawa dan senang. Dukungan serta perhatian kalian adalah motivasi yang berharga. 11. Teman-teman PAI A angkatan 2006. Terima kasih atas segala dukungan yang kalian berikan.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah mereka berikan dapat menjadi amal jariyah dan sekaligus mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca agar nantinya skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI).
Semarang, 6 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................
ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv ABSTRAK ..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Penegasan Istilah .........................................................................
3
C. Fokus Masalah ............................................................................
3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
5
E. Kajian Pustaka.............................................................................
6
F. Metodologi Penelitian .................................................................
7
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kompetensi Guru ........................................................................ 11 B. Pengelolaan Kelas ....................................................................... 17 C. Problematika dan Solusi yang digunakan dalam Pengelolaan Kelas ............................................................ 31 BAB III : KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2011 A. Gambaran Umum RA Taqwal Illah ............................................ 38 B. Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah ...................................................................... 40 C. Problematika dan Solusi dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah ...................................................................... 45
BAB IV : ANALISIS KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2011 A. Analisis Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah ...................................................................... 51 B. Analisis Problematika dan Solusi dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah ...................................................................... 57 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................... 64 B. Saran ............................................................................................ 68 C. Penutup........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan mengajar adalah faktor dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk meningkatkan mutu pengajaran, di antaranya adalah keterampilan pengelolaan kelas yang penting diperhatikan oleh seorang guru dalam menghadapi peserta didiknya. Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks.1 Hal ini mungkin terlihat remeh, tetapi sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, mengapa pengelolaan kelas ini perlu diperhatikan? Karena sebuah lembaga pendidikan atau sekolah, jika dalam pengelolaan sekolah dan kelasnya dikemas dengan apik akan sangat berpengaruh positif terhadap proses belajar dan hasil belajar peserta didik. Pendidikan anak usia dini secara formal atau yang lebih sering dikenal dengan taman kanak-kanak, yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh para orang tua menjadi nilai tambah untuk membina anak sejak usia dini, selain karena anak usia dini merupakan anak yang hidup dalam ruang lingkup keluarga yang berpusat pada ibu dan bapak, anak semakin meluas solidaritasnya, yang tumbuh sebagai akibat dorongan oleh rasa ingin tahu (curiosity) dan ingin berkumpul (gregrariosity). Keluarga sebagai lingkungan sosial terkecil dan terbatas itu walau mempunyai pengaruh kuat terhadap anak juga memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam tugas pendidikan dalam rangka mengembangkan bakat dan kompetensi peserta didik. Dengan memberi kesempatan belajar di luar rumah, berarti telah memberi kesempatan
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 144
kepada anak untuk memperoleh pengalaman yang objektif dan subjektif2, dan juga untuk mendorong anak untuk mengembangkan pribadinya dalam memilih alternatif pemilihan lapangan hidup nanti di masa dewasa sesuai dengan kompetensi. Dilihat
dari
keterangan
tersebut
dapat
diambil
kesimpulan
pendidikan anak usia dini tidak hanya pendidikan yang bersifat jasmani saja tetapi tercakup pula yang bersifat rohani. Mengingat bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ketiga aspek yang dimiliki manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Atau dalam bahasa agama sering disebut dengan pikir, dzikir dan amal, yang hasil akhirnya adalah manusia yang sempurna. Dengan demikian timbul pertanyaan bagaimana kompetensi guru dalam pengelolaan kelas pada anak usia dini yang paling tepat dan sesuai dengan perkembangan psikomotorik, kognitif dan afektif dan tujuan yang hendak dicapai. RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan anak usia dini menerapkan beberapa metode dalam pengelolaan kelas, sehingga anak akan tumbuh menjadi insan yang sempurna sesuai dengan visi dan misi yang menjadi landasan gerak mereka. Karena itu peneliti ingin mencoba menuangkan dalam bentuk tulisan tentang studi analisis tentang kompetensi guru dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Semarang, karena menurut peneliti, di RA tersebut dalam manajemen dan proses pembelajarannya dirasa memiliki keunikan tersendiri dalam mendidik peserta didiknya, yang mungkin jarang kita jumpai di sekolah lainnya. Peserta didik diajarkan banyak hal, baik materi yang bersifat umum maupun yang bersifat keagamaan. Namun yaang lebih ditekankan adalah materi-materi keagamaan. Sebagian besar peserta didik yang telah lulus dan 2
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 209-210
meneruskan ke tingkat SD, telah dapat membaca huruf latin maupun Arab. Mereka juga banyak yang telah dapat membaca Al-Quran, padahal pada usia yang demikian dini seharusnya peserta didik diarahkan dan dibina aspek motoriknya dalam suasana bermain, namun dalam kenyataannya, peserta didik mampu memiliki kemampuan yang belum layak dimiliki oleh anak seusianya. Di usianya yang terbilang matang, RA Taqwal Illah banyak mencetak cikal bakal peserta didik yang terampil. Jumlah guru dan peserta didiknyapun cukup banyak dibandingkan sekolah lainnya. Fokus dari penelitin ini adalah kompetensi guru di RA Taqwal Illah dalam pengelolaan kelas dan peserta didik yang sifatnya urgen dalam menjalankan proses belajar dan mendidik, juga problematika pengelolaan kelas dan solusinya sehingga peserta didik memiliki kemampuan sebagaimana tersebut, karena dengan keterampilan dan kompetensi yang mumpuni, para guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat mencapai tujuan belajar yang efektif. B. Penegasan Istilah Dalam memahami isi skripsi ini diperlukan keterangan secara jelas tentang istilah yang akan digunakan supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman isi skripsi ini. 1. Kompetensi Guru Kompetensi berarti seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.3 Sedangkan dalam kamus besar Indonesia guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.4 Jadi yang dimaksud kompetensi guru dalam penelitian ini adalah kompetensi seorang guru dalam mendidik dan mengajar serta mengelola kelas sedemikian rupa dengan baik demi kelancaran belajar mengajar di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. 2. Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yaitu ketrampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.5 Dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan seorang guru dalam melayani kebutuhan peserta didiknya dalam hal pendidikan berupa situasi dan kondisi yang baik sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah ini meliputi : a.
Pengelolaan peserta didik
b.
Pengelolaan waktu
c.
Pengelolaan materi
d.
Pengelolaan setting kelas Dengan demikian pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru
dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.
3
Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 3 dan 9. 4 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hlm. 863 5 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hlm. 87
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi guru dalam pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengaji secara mendalam tentang usaha seorang guru dalam rangka menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal. Dalam penelitian ini, pengelolaan kelas yang dimaksud adalah kompetensi guru di RA Taqwal Illah Semarang dalam mengatur, mendesain serta menciptakan suasana belajar kondusif dalam mengajar anak didik. C. Fokus Masalah Dari latar belakang yang sebagaimana dijelaskan di atas muncul berbagai masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimanakah kompetensi guru dalam pengelolan kelas anak usia dini di RA Taqwal Illah Meteseh Semarang ? 2. Apakah problematika dalam pengelolaan kelas anak usia dini di RA Taqwal Illah, dan apakah solusi yang digunakan? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini tentunya akan menggambarkan secara objektif bagaimana sesungguhnya pengelolaan kelas anak usia dini yang dilaksanakan di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pola pengelolaan kelas anak usia dini di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. 2. Mengetahui problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas anak usia dini di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Manfaat teoritik Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pengembangan keilmuan bagi peneliti, pembaca maupun guru sebagai objek yang diteliti. Diharapkan agar hasil penelitian dapat menambah wawasan di bidang pengelolaan guru dan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pengelolaan kelas.
2.
Manfaat praktik a. Bagi guru Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pendidik anak sehingga dapat memilih pola pengelolaan kelas yang akan digunakan dalam mencapai tujuan. b. Bagi pembaca 1)
Sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa sehingga menambah wawasan tentang pengelolaan kelas pada anak usia dini.
2)
Menambah wawasan bagi para pembaca.
c. Bagi peneliti Guna memenuhi tugas akhir kuliah, dan skripsi ini untuk menambah wawasan bagi peneliti yang akan bermanfaat kelak. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun kajian pustaka yang berkaitan dengan “Studi Analisis tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang”, adalah sebagai berikut :
Pertama, skripsi yang berjudul “Studi tentang Pengelolaan Kelas Anak Pra Sekolah di TK Al Hidayah IX Semarang (Telaah Psikologi Pedagogis)”, oleh Tri Yudiasih NIM 3101281. Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang pengelolaan kelas anak prasekolah di TK AlHidayah IX Semarang dengan memandang dari sudut psikologi pedagogis dan menjelaskan tentang bagaimana problematika dan solusi yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas di sekolah tersebut.6 Kedua, skripsi karya Mazidah NIM 3101347 yang berjudul “Implementasi Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 18 Semarang”. Dalam karya tersebut membahas tentang kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dalam manajemen pembelajaran dimana harus dapat membaca situasi kelas, agar yang dilakukan tepat guna dengan mempelajari berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisa secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat memiliki kompetensi atau ketrampilan mengelola kelas dengan cara yang baik.7 Ada benang penghubung antara karya-karya tersebut dengan apa yang akan peneliti bahas, yaitu sama-sama menyinggung tentang persoalan pengelolaan kelas. Namun tentu saja ada perbedaanya antara karya tersebut dengan tema yang akan peneliti paparkan, yang mana dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kompetensi guru di dalam pengelolaan kelas. F. Metodologi Penelitian Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode-metode sebagai berikut : 6
Tri Yudiasiasih, Studsy Tentang Pengelolaan Kelas Anak Prasekolah di TK Al Hidayah IX Semarang (Telaah Psikologi Pedagogis), Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006). 7 Mazidah, Implementasi Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 18 Semarang, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang memiliki ciri-ciri khusus yang terletak pada tujuannya yaitu mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan. 2. Fokus Penelitian a. Kompetensi guru dalam pengelolan kelas anak usia dini di RA , meliputi: 1) Kompetensi pengelolaan peserta didik 2) Kompetensi pengelolaan waktu 3) Kompetensi pengelolaan materi 4) Kompetensi pengelolaan setting kelas b. Problematika dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah dan solusi yang digunakan 1) Problematika yang berhubungan dengan guru 2) Problematika yang berhubungan dengan pengadaan fasilitas 3) Problematika yang berhubungan dengan keterbatasan waktu 4) Solusi problematika yang berhubungan dengan guru 5) Solusi problematika yang berhubungan dengan pengadaan fasilitas 6) Solusi problematika yang berhubungan dengan keterbatasan waktu 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data sebagai bahan skripsi ini, peneliti akan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Observasi Observasi yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan pengamatan langsung dengan tujuan dan prosedur yang sistematis, kapan dan dimana tempatnya.8 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau melihat kebenaran data-data yang diperoleh dengan cara melihat langsung objek penelitian di RA Taqwal Illah Meteseh Semarang. b. Wawancara Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang menginginkan informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuab tertentu dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak ditemukan dalam observasi. Wawancara digunakan untuk mengetahui semua keadaan dan data-data yang dibutuhkan peneliti dari sumber yang dwawancarai. Di sini peneliti akan melakukan wawancara dengan guru atau kepala sekolah sebagai sumber informasi. 4. Analisis Data Setelah data-data terkumpul, peneliti berusaha mengklarifikasikan data untuk dianalisis sehingga kesi mpulan akhir dapat diperoleh. Adapun metode analisis yang peneliti gunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan objektif melalui wawancara akan diolah dan dianalisis sesuai dengan karakteristik 8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 146. 9 Deddi Mulyana, Metodologi Penelitian K ualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm 180
penelitian kualitatif yaitu secara induktif,10 suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus, kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.11 Metode analisis data yang digunakan terdiri dari tiga langkah utama yang saling terkait baik sebelum, saat berlangsung dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data yaitu : a.
Reduksi data Reduksi
data
diartikan
sebagai
proses
memilih,
menyederhanakan, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mengabstraksikan dan mengubah data kasar dalam catatan lapangan. b.
Penyajian data Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam satu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.12
c.
Triangulasi Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian13 Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Demikianlah gambaran umum dan penjelasan dari isi skripsi yang
akan peneliti paparkan nantinya.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1996), hlm. 5 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi, 2000), hlm. 42 12 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 167 13 http://goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dan-keabsahan-data-dalam-penelitian/ diakses24-04-2011
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Guru Guru perlu memiliki perangkat kemampuan yang dipersiapkan melalui program lembaga pendidikan tenaga kependidikan sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu, profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan perlu ditingkatkan. Dalam pengertian profesionalisme telah tersirat adanya suatu keharusan memiliki kemampuan agar profesi itu berfungsi dengan sebaikbaiknya. Dalam hal ini pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.14 1. Pengertian Kompetensi Guru Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam pembukaan UUD 1945. dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, ini disebabkan guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupkan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Maka upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlikan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. 14
Cece Wijaya dan A. Thobroni, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosda Karya, 1991), hlm. 7
Tugas guru dalam kelas adalah membelajarkan peserta didik dengan menciptakan kondisi belajar yang optimal, hal ini dapat dicapai jika guru dapat mengatur peserta didik dan sarana pelajaran serta mengendalikannya dalam su asana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajarannya.15 Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanaya lingkungan belajar yang kondusif. Kondisi belajar tersebut
dipengaruhi
mempengaruhi,
oleh
berbagai
komponen-komponen
komponen tersebut
yang
saling
misalnya:
tujuan
pembelajaran, materi yang akan diajarkan guru, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana belajar mengajar yang dibutuhkan.16 Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional menurut ketentuan pasal 44 UU Guru dan Dosen adalah sebagai
agen
pembelajaran
(Learning
Agen)
yang
berfungsi
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral yang cukup strategis antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Untuk menjadi guru profesional tidaklah mudah, karena harus memenuhi berbagai macam persyaratan dan mempunyai kompetensi dalam bidang keguruan. Karena kompetensi keguruan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki serta dikuasai oleh para guru dalam jenjang pendidikan
apapun.
Dalam
kompetensi
guru-guru
dapat
mengembangkan profesinya sebagai pendidik yang baik, dapat mengendalikan dan mengatasi berbagai macam kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya. Istilah
kompetensi
sebenarnya
memiliki
banyak
makna
sebagaimana yang dikemukakan berikut : 15
JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Rieneka Cipta, 20091), hlm. 82 16 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 25
a. Menurut Broke and Stone, Competency as descriptive of qualitative nature or teacher behaviour appears to be entirely meaningful. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. b. Menurut Charles E. Jhonson, Competency as a rational performance with satisfactorily meets the objective for a desired condition. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. c. Menurut Mc Leod, Competency as the state of legally competent or qualified. Kompetensi merupakan keadaan berwenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum.17 Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program Sarjana atau Diploma empat. Di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan pra jabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.18 Kompetensi merupakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru serta dosen dalam melaksanakan keprofesionalan.19 Kompetensi mempunyai arti
kewenangan
(kekuasaan)
untuk
menentukan
(memutuskan
sesuatu).20
17
Uzer Usman, Menjadi Guru Profsional, (Bandung : Rosda Karya, 1999), hlm. 14. http://www.slidshare.net/smpbudiagung/permen-no-19-tahun-2005, diakses pada 10 Maret 2011. 19 Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005 Pasal 1 ayat 10), (Jakarta : Sinar Grafika, 2009). 20 Hasan Alwi, et. Al, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. III, hlm. 584. 18
Dari berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan
kemampuan
yang
mengandung aktifitas
pembelajaran yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang apapun. Seorang guru yang profesional memiliki kemampuankemampuan tertentu, kemampuan tersebut digunakan dalam membantu peserta didik belajar. Keberhasilan peserta didik dalam belajar banyak dipengeruhi oleh kemampuan-kemampuan guru profesional. Guru merupakan salah satu kunci dalam peningkatan mutu pendidikan, setiap upaya yang dilakukan untuk peningkatan kulitas pendidikan seperti perubahan kurikulum, pengembangan metode mengajar, penyediaan sarana dan pra sarana akan lebih berarti apabila melibatkan guru. Oleh karena itu, guru yang berkompetensi sangat diperlukan dalam pengajaran. Pengajaran
merupakan suatu kondisi yang diupayakan guru
sehingga menguntungkan peserta didik. Oleh karena itu, mengajar tidak hanya sekedar menguasai metode atau media pengajaran semata-mata. Akan tetapi, seorang guru juga harus memiliki kemampuan-kemampuan menetapkan tujuan, mengembangkan kemampuan, memanfaatkan alat peraga yang tersedia dan membuat suasana kondusif dalam pencapaian hasil belajar. Seseorang dikatakan berkompeten dalam suatu bidang tertentu apabila mampu menguasai kecakapan kerja atau keahlian yang sesuai dengan tuntutan kewajiban yang bersangkutan, sehingga ia memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam pelayanan sosial. Adapun dalam kaitannya dengan kompetensi guru, Sahertian sebagaimana telah dikutip oleh Trianto dan Titik Triwulan Tutik menyatakan bahwa ada tiga defiisi yang dapat dikemukakan: Pertama, kompetensi guru adalah kemampuan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
Kedua, kompetensi guru adalah ciri hakiki dari kepribadian guru yang menuntunnya ke arah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Ketiga, kompetensi guru adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan.21 Dengan demikian kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang guru yang bertugas mendidik peserta didik agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari pendidikan, sehingga kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru. 2. Bentuk-bentuk Kompetensi Guru Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk kegiatan interaktif edukatif antara guru yang melakukan kegiatan mengajar dan peserta didik yang melakukan kegiatan belajar. Karena proses belajar mengajar merupakan suatu kewajiban guru, maka seorang guru memiliki tugas dan kewajiban serta kompetensi yang harus dijalankan guru agar tercapai suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi : a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.22 b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif dan berwibawa yang menjadi
21
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 62-63. 22 Penjelasan pasal 10 ayat 1 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
teladan bagi peserta didik dan berahklak mulia.23 Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Ahzab ayat 21 :
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21).24 Seorang guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik karena disamping mengajarkan ilmu, guru juga membimbing dengan membina peserta didiknya. Tingkah laku dan perbuatannya harus dapat dicontoh, dijadikan suri tauladan. Jika guru berakhlak mulia, maka peserta didik akan berakhlah mulia pula, dan begitupun sebaliknya. c. Kompetensi Sosial Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua peserta didik dan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Agar terjalin komunikasi dengan baik dan dapat saling bekerja sama.25 d. Kompetensi Profesional Dalam perspektif UUGD yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dan memungkinkannya membimbing
23 24
Penjelasan pasal 10 ayat 1 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989),
hlm. 670. 25
Penjelasan pasal 10 ayat 1 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.26 B. Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim atau situasi, kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan bila terjadi gangguan-gangguan dalam proses pembelajaran. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan demikian, pengelolaan yang efektif adalah syarat bagi pengajar yang efektif pula. 1. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan kelas, akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan ”pe” dan akhiran ”an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah ”manajemen”, berasal dari kata bahasa Inggris ”management” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi adalah mengadministrasikan, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan.27 Sedangkan ”kelas” di dalam didaktik mengandung pengertian, yaitu sekelompok peserta didik yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.28 Sedangkan Hadari Nawawi memandang arti ”kelas” dari dua sudut: a. Kelas dalam arti sempit, yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah peserta didik berkumpul untuk mengikuti belajar mengajar. b. Kelas dalam artian luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu 26
Penjelasan pasal 10 ayat 1 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 175. 28 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Peserta didik Sebuh Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawli Press, 1988), Cet. 2, hlm. 17. 27
kesatuan di organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kretif untuk mencapai suatu tujuan.29 Menurut Sudirman N., pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberi dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas untuk dikelola sebaik-baiknya oleh guru.30 Jadi pengelolaan kelas merupakan pengaturan dan pendayagunaan potensi kelas secara efektif sehingga mencapai tujuan pengajaran. Berkaitan dengan manajemen atau pengelolaan, maka guru mempunyai empat fungsi pokok sebagai berikut:31 a. Merencanakan Merencanakan adalah menyusun tujuan belajar.
pekerjaan
seorang
guru
untuk
b. Mengorganisasikan Mengorganisasikan adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien. c. Memimpin Memimpin merupakan pekerjaan seorang guru untuk memotivasi, mendorong dan menstimulasi peserta didiknya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar. d. Mengawasi Mengawasi adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin tersebut telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Pada dasarnya, kegiatan guru saat pengajaran berlangsung dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan pokok, yaitu pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah 29
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah, (Jakarta : Haji Masagung, 1989), Cet. 3, hlm.
116. 30
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak di dalam Interaksi Edukatif, (Jakrta : Rieneka Cipta, 2002), hl m. 172. 31 Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, (Jakarta : Rajawali, 1991), Cet. 2, hlm. 43
kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen materi pengajaran, metode mengajar dan alat bantu mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dpat berlangsung secara optimal. Pengelolaan kelas bertujuan tidak untuk langsung mencapai tujuan pengajaran, tetapi agar pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran kabur, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi pelajaran tidak sistematis, alat bantu tidak tersedia adalah contoh-contoh masalah pengajaran. Sedangkan peserta didik mengantuk, peserta didik enggan mengerjakan tugas, peserta didik selalu terlambat masuk kelas, peserta didik suka menggangu teman, peserta didik suka mengajukan pertanyaan aneh, di tempat duduk terdapat kutu busuk, ruang kelas kotor dan tidak nyaman adalah sebagian contoh masalah-masalah pengelolaan kelas.32 2. Tujuan Pengelolaan Kelas Tujuan merupakan sesuatu yang menjadi halauan dari kegiatan. Karena tujuan dapat memberikan rambu-rambu dari suatu kegiatan. Pengelolaan kelas sebagai suatu aktifitas untuk tidak terlepas dari tujuan. Menurut
Suharsimi
Arikunto
tujuan
pengelolaan
kelas
untuk
menciptakan agar peserta didik di dalam kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga mencapai tujuan pengajaran secara optimal.33 Menurut pendapat yang lain tujuan pengelolahan adalah sebagai berikut: a. Agar pengajaran dapat dilakukan optimal sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
32
J.J. Hasibuan, Ibrahim, A.J.E. Toenlioe, Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 3, hlm. 163-164. 33 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Jakarta : Rieneka Cipta, 1993), hlm. 13
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha pemantauan kemajuan peserta didik dalam pengajaran. Dengan pengelolaan kelas guru dapat dengan mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan peserta didik. c. Untuk memberikan kemudahan mengangkat
masalah-masalah
penting untuk dibicarakan di kelas guna perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Sedangkan menurut Uzer Usman, tujuan pengelolaan ada dua, yakni tujuan umun dan khusus. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang optimal. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan.34 Sebagai
pengelola,
guru
bertanggung
jawab
memelihara
lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan peserta didik belajar, tetapi juga mengembangkaan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dan efisien di kalangan peserta didik. Dari beberapa tujuan pengelolaan kelas di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menciptakan kondisi kelas yang kondusif atau menciptakan lingkungan kelas yang baik
yang
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan kemampuannya serta tujuan proses belajar mengajar yang direncanakan lebih mudah tercapai.
34
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 8.
3. Model pembelajaran Model
pembelajaran
merupakan
suatu
rancangan
untuk
menggambarkan rincian dan penciptaan lingkungan yang menjadikan anak untuk berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan/ perkembangan pada diri anak. Komponen model pembelajaran meliputi konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah metode, alat/sumber belajar dan teknik evaluasi.35 Dasar penyusunan model pembelajaran di TK yakni silabus yang dikembangkan menjadi : program semester, satuan kegiatan mingguan, satuan kegiatan harian. Oleh karena itu model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai SKH yang telah dibuat. Langkah-langkah
model
pembelajaran
meliputi:
kegiatan
awal/pendahuluan, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir. a. Kegiatan Awal Yang dimaksud kegiatan awal adalah untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi agar peserta didik siap mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Kegiatan Inti Merupakan proses untuk mencapai standar perkembangan secara interatif, inspiratif, menyenang kan, menantang dan partisipatif, dan dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi dan konfirmasi. c. Kegiatan akhir : Kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas pembelajaran berupa : menyimpulkan, sebagai umpan balik, sebagai tindak lanjut.36
35
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Studi Kurikulum dan Metodologi, (Bandung : Alumni, 1981), hlm. 126. 36 Agus F. Tangyong, dkk., CBSA Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Gramedia, 1988), hlm. 6
Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di taman kanak-kanak : a. Model pembelajaran klasikal Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu. b. Model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alatalat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema/sub tema. c. Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alatalat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema. d. Model pembelajaran area Model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak. e. Model pembelajaran berdasarkan sentra Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Bermain sentra terdiri dari sentra bahan alam dan sains, sentra balok, sentra seni, sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra agama, sentra musik.37
37
Agus F. Tangyong, dkk., CBSA Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Gramedia, 1988), hlm. 11.
4. Komponen-komponen Komponen keterampilan pengelolaan kelas di sini meliputi: a. Kompetensi Pengelolaan Peserta Didik Sikap bertanggung jawab (sense of responbility) dan sikap merasa memiliki (sense of belonging) atau membership di kalangan peserta didik, akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila guru melakukann tindakan-tindakan pengelolaan (management) kelas sebagai berikut : 1) Setiap peserta didik diberi kesempatan untuk ikut dalam proses perencanaan kegiatan kelas yang akan melibatkan dirinya dalam pelaksanaannya. 2) Setiap peserta didik diberi kesempatan dalam pembagian tugastugas untuk kepentingan kelasnya. 3) Bilamana guru atau wali kelas berhalangan, maka guru membagi dan menyerahkan kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga dan disiplin kelas. 4) Mendorong agar setiap peserta didik selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin sehari-hari. 5) Mengembangkan kesediaan bekerja sama dalam setiap kegiatan untuk kepentingan kelas dan sekolah atau kepentingan bersama. 6) Menyusun bersama peserta didik, tata tertib, dan disiplin kelas. 7) Bermusyawarah kepada peserta didik jika akan mengadakan kegiatan kelas dan membentuk tim atau panitia diantara peserta didik jika itu dibutuhkan. 8) Membentuk bersama peserta didik suatu pengurus kelas yang akan bekerja sama selama satu tahun.38 Dalam mengelola peserta didik, guru hendaknya menerapkan hal-hal tersebut. Disini juga dituntut agar guru bersikap profesional, dia harus memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi KI Hajar Dewantara: “Tut wuri handayani, Ing ngarso sung tulodo,Ing madya mangun karso”. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh dan 38
Hadari Nawawi, Pengelolaan Kelas dan Organisasi Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 123.
teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru harus mencerminkan sikap profesional dengan penguasaan dan penghayatan landasan serta wawasan kependidikan dan keguruan, dan
penguasaan
proses
proses
kependidikan,
keguruan
dan
pembelajaran peserta didik. Cermin dari sikap berkompetensi sosial yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan kerja
dan
lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru. Selanjutnya dengan kompetensi kepribadian guru harus bersikap positif terhadap keseluruhan tugasnya dan situasi pendidikan beserta unsurunsurnya, kemudian memahami, menghayati dan menampilkan nilainilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, dan memperhatikan penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi peserta didiknya.39 b. Kompetensi Pengelolaan Waktu Sebelum guru masuk kelas ada tahap persiapan (pra-kondisi), yang dilakokan diluar kelas, sebelum guru mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1) Merumuskan apa yang penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Itulah sebabnya guru dapat merumuskan Tujuan Instruksional Khusus sebagai kriteria. 2) Merancang bantuan–bantuan yang cocok yang dapat diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru dituntut dapat mengadakan pertimbangan (judgement) berdasarkan atas materi yang akan diajarkan dan keadaan peserta didik yang dihadapi. 3) Merancang waktu yang sesuai dengan topik. Apabila perkiraan guru terhadap penyediaan waktu kurang tepat, maka akan terjadi kekacauan di kelas yaitu bila guru mempunyai sisa waktu sehingga waktu tersebut dihabiskan dengan hal-hal yang kurang tepat.
39
H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), hlm. 22.
Ketika guru berada di dalam kelas, maka yang harus dilakukan adalah: 1) Memperhatikan keragaman peserta didik sehingga guru memperlakukan mereka dengan cara dan waktu yang berbeda. 2) Mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian peserta didik sebagai hasil belajarnya. Dalam hal ini guru harus menentukan standar apa yang harus digunakan.40 Dalam pengelolaan waktu, banyak hal lain yang dapat dilakukan guru untuk menjaga agar waktu yang tersedia dapat digunakan dengan optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri peserta didik. Guna mengoptimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Guru harus menghindari terbuangnya waktu akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media, penundaan memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan waktu untuk menyelesaikan tugas administratif. Guru perlu menemukan caracara kerja yang efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas administratif yang memang perlu. 2) Memulai pembelajaran pada waktunya. Guru tidak perlu menghabiskan banyak waktu menghadapi peserta didik terlambat atau problem peserta didik lain. Guru terkadang terlalu banyak menghabiskan waktu mengurusi peserta didik terlambat atau menampilkan perilaku salah-suai lainnya. Hal-hal semacam itu sebaiknya ditangani setelah waktu pembelajaran, atau dilimpahkan ke konselor sekolah. 3) Guru sebaiknya menghentikan PBM sebelum waktunya. Jika skenario pembelajaran telah disiapkan dengan baik, maka guru dapat mememperkirakan macam dan kuantitas kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu sebagaimana telah ditetapkan. Dengan demikian, sumber-sumber waktu yang disediakan untuk setiap jam pembelajaran dapat digunakan secara efektif dan efisien.
40
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 27-29.
4) Guru harus menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses pembelajaran, dan perlu mengkondisikan agar prosedur dan kegiatan rutin peserta didik di kelas dapat dilakukan dengan lancar dan cepat. Guru dapat menggunakan petunjuk tertulis, denah, atau gambar untuk membantu peserta didik memahami apa yang harus dilakukan, bagaimana dan di mana suatu tugas harus dilakukan. Tata peralatan dan bahan yang diperlukan, sedemikian rupa diatur dfengan baik pada lokasi yang mudah dijangkau dan digunakan oleh semua peserta didik saat dibutuhkan. Penataan ruang kelas yang baik, sebagaimana diuraikan sebelumnya, dapat membantu memperlancar aktivitas pembelajaran di kelas. 5) Guru hendaknya meningkatkan time on-task setiap peserta didik untuk mengikuti setiap sesi pembelajartan. Time on-task peserta didik, yaitu curah waktu dimana peserta didik aktif terlibat secara mental pada proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang menarik, bersifat melibatkan, dan sesuai dengan minat anak. 6) Mempertahankan momentum belajar. Momentum belajar adalah momen, kesempatan, atau saat khusus tertentu di mana kelas sedang berada pada kondisi sangat kondusif dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setiap peserta didik bergiat untuk saling belajar. Mempertahan momentum belajar selama proses pembelajaran merupakan salah satu kunci untuk menjaga tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Dalam kelas yang menjaga momentum dengan baik, peserta didik selalu memiliki sesuatu untuk dilakukan dan begitu pekerjaan dimulai tidak ada lagi gangguan yang merusak konsentrasi belajar.41 c. Kompetensi Pengelolaan Materi Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.42 Semua bahan pelajaran itu dirumuskan sedemikian rupa dalam bahasa yang jelas dan diproyeksikan untuk mencapai tujuan 41
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en diakses pada hari Ahad,15 Mei
2011. 42
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 43
pengajaran. Tidak semua bahan ada dalam teks book, apalagi bila untuk bidang studi tertentu belum ada buku teksnya. Maka guru dituntut untuk mencari sendiri dari berbagai sumber. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan bahan pelajaran: 1) Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 2) Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan tidak perlu diuraikan terperinci. 3) Menetapkan bahan pelajaran harus sesuai dengan urutan tujuan. 4) Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas). Kesinambungan mempunyai arti bahwa antara bahan yang satu dengan bahan berikutnya ada hubungan fungsional, bahan yang satu menjadi dasar bahan berikutnya. 5) Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang komplit, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkrit menuju yang abstrak. 6) Sifat bahan ada yang faktual ada yang konseptual.43 Guru harus meningkatkan keprofesionalannya dengan selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya dengan membaca literatur dan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Kemampuan profesional mencakup penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penugasan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.44 Hampir semua program kegiatan pendidikan prasekolah menyelenggarakan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi peserta didiknya. Maka sebaiknya para guru merencanakan kegiatan secara cermat kegiatan bermain tersebut dengan dukungan lingkungan sekolah dan materi bermain dianggap penting. Kegiatan bermain 43
Nana Sudjana, Dasar-dasar PBM, (Bandung: Sinar Baru, 2009), hlm. 69 H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), hlm. 22. 44
dapat dilakukan didalam maupun diluar ruangan, sama pentingnya namun berbeda keuntungannnya. Bermain diluar biasanya lebih menimbulkan suara dan kekuatan serta semangat dan membutuhkan lebih banyak ruang. Sedangkan di dalam kelas umumnya digunakan untuk kegiatan musik, seni, bercerita dan bermain drama.45 Jenis-jenis materi diajarkan di Taman Kanak-Kanak; 1) Materi yang berhubungan dengan bidang penetrapan Pancasila. Contoh: menggunakan cerita-cerita sebagai metode dan contoh keteladanan, membaca doa singkat. 2) Materi yang berhubungan dengan bidang bermain. Contoh: bermain dalam kelas dengan mainan yang ada di dalam kelas, bermain diluar kelas dengan alat yang terdapat diluar kelas. 3) Materi yang berhubungan dengan bidang pendidikan bahasa. Contoh: bercakap-cakap, berdeklamasi dan guru membacakan sajak. 4) Materi yang berhubungan dengan pendidikan alam sekitar. Contoh: jalan-jalan mengelilingi kampus dan mengenal bendabenda sekitar. 5) Materi yang berhubungan dengan pendidikan jasmani. Contoh: berlari-lari dan olah raga, gerak jalan keliling kampus. 6) Materi yang berhubungan dengan kesenian. Contoh: menggambar, menari, menyanyi, menggunting dan melipat. 7) Materi yang berhubungan dengan bidang sosial medis. Contoh: cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan, makan bersama, menyiram tanaman.46 d. Kompetensi Pengelolaan Setting Kelas Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dikuasai guru. Mengelola kelas adalah kegiatan mengatur sejumlah sumber daya dan media yang ada di kelas sehingga dapat
45
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2003), hlm. 112. 46 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Studi Kurikulum dan Metodologi, (Bandung : Alumni, 1981), hlm. 144-146.
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan yang mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.47 Kondisi belajar yang dimaksud bisa berupa kondisi fisik juga kondisi emosional. 1)
Kondisi Fisik Lingkungan Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi hal-hal dibawah ini: a) Ruang tempat berlangusngnya proseas belajar mengajar. Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. b) Pengaturan tempat duduk Daalm mengatur tenpat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka dimana dengan demikian guru sekaligus daapt mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan
47
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet 11, hlm. 97.
mempengaruhi mengajar.
kelancaran
pengaturan
proses
belajar
c) Ventilasi dalam pengaturan cahaya Ventilasi harus cukup menjamin peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan fentilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin borrad, buku bacaan dan sebagainya. Kepur yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak menyilaukan. d) Pengaturan penyimpanan barang-barang Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar.48 2)
Kondisi Emosional Suasana emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana dan emosi belajar yang dapat mempengaruhi semangat belajar peserta didik. a) Tipe Kepemimpinan Tipe kemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas.
48
112.
b)
Sikap Guru Sikap guru dalam menghadapi murid yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku murid akan dapat diperbaiki.
c)
Pembinaan Raport Pembinaan hubungan baik dengan murid dalam masalah pengelolan sangat penting. Dengan hubungan baik tersebut, diharapkan murid senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Dan
Tim Dosen UPI, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), Cet. 1, hlm.
rasa humor guru akan memiliki pengaruh yang positif dalm pengelolaan kelas.49 Menyiapkan suatu kegiatan sekolah untuk pra sekolah, dapat diumpamakan bila akan main sandiwara, guru mempunyai tugas
mempersiapkan
panggung,
tempat
pertuhjukan
akan
dilakukan. Ruang kelas harus dipersiapkan, semua perabotan, peralatan dan perlengkapan harus disusun sedemikian rupa yang akan diperuntukkan kegiatan belajar mengajar.50 Kompetensi menentukan
guru
keberhasilan
dalam
mengelola
pembelajaran.
Tanpa
kelas
sangat
kemampuan
menejemen pengelolaan kelas yang baik dan efektif, segala kemampuan guru dalam bidang lainnya akan dapat menjadi netral, dalam artian kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran peserta didik. Yang perlu diperhatikan guru di dalam kelas adalah, semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik akan memberi dampak positif bagi proses belajar. Para pakar psikologis aliran ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa. Warna-warna cerah cenderung menyiratkan keceriaan dan suasana jiwa yang optimistik, sedangkan penggunaan warna-warna suram akan memberikan pengaruh sebaliknya.51 C. Problematika dan Solusi yang digunakan dalam Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru adalah upaya untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan setiap potensi peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat belajar dengan baik dan merasa terfasilitasi dari sisi perkembangan fisik dan psikisnya. Akan tetapi 49
Tim Dosen UPI, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 113. Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2003), hlm. 153. 51 H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), hlm. 111. 50
dalam penyelenggaraan pengajaran di kelas tidak selalu berlangsung dengan memuaskan seiring muncul problematika. Problematika dapat kita tinjau dari berbagai sisi, sehingga guru dapat menjadi maklum bila perencanaan yang disusun sedemikian rupa akan tetapi masih muncul problematika dalam pelaksanaannya. Di dalam buku Manajemen Pendidikan karya Tim Dosen ADM Pendidikan UPI, problematika atau masalah dapat kita lihat dari sisi sifat masalah, jenis masalah dan sumber masalah. 1. Sifat Masalah Dilihat dari sifatnya, masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perenial Prenial artinya bahwa masalah melekat, masalah akan selalu ada ketika terjadi proses interaksi. Ketika manusia berinteraksi dalam sebuah kelompok terikat, maka dengan segala perbedaan yang dimiliki dan keinginannya akan memungkinkan timbulnya gesekan dan konflik, hal ini memungkinkan karena memang demikian sifatnya. b. Nurtutran Effect Nurtutran Effect atau dampak pengiring artinya bahwa ketika dalam sebuah kegiatan muncul masalah dan masalah itu tidak dicarikan penyelesaiannya, maka hal tersebut akan memicu dampak lain sebagai pengikut dari permasalahan tersebut yang mungkin akan besar. Besar kecilnya akan bergantung kepada bobot dari permasalahan itu sendiri. c. Substantif Permasalahan dapat dipilah dan dilihat dari pokok atau isu yang muncul, artinya bahwa permasalahan itu memiliki kekhasan sesuai dengan substansi dari problematik dalam interaksi yang terjadi. Dalam hal apa permasalahan itu muncul,itulah yang akan memberikan gambaran pada akhirnya untuk guru dalam mencarikan solusinya. Pemahaman terhadap substansi akan mempermudah guru dalam menyelesaikannya. d. Kontekstual Proses interaksi orang terjadi dalam suatu setting situasi tertentu dengan corak yang beragam. Permasalahan muncul juga bisa diakibatkan oleh setting situasi tertentu, situasi amat mempengaruhi besar kecilnya masalah juga keterkaitan dengan masalah lainnya.52 52
Tim Dosen UPI, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 116
2. Jenis Masalah yang muncul di Kelas a. Masalah yang berhubungan dengan guru Dalam pelaksanaan pengajaran biasanya guru juga mengalami hambatan, masalah dan ketidaklancaran dalam mengajar, diantaranya yaitu: 1) Guru kurang menguasai beberapa sistem penyajian yang menarik dan efektif. 2) Guru kurang terampil dalam menggunakan metode. 3) Guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode. 4) Guru kurang mengerti kemampuan dasar peserta didik yang kurang 5) Guru kurang berkompeten. 6) Guru belum menggunakan media dengan tepat. 7) Kurangnya membaca buku-buku bacaan ilmiah. 8) Guru kurang membimbing bagaimana seharusnya cara belajar efektif itu.53 b. Masalah yang berhubungan dengan pengadaan fasilitas Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang perpuatakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar
merupakan
komponen-komponen
penting
yang
dapat
mendukung terwujudnya kegiatan belajar peserta didik. Dari dimensi guru ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di samping itu juga akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, karena guru dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran dalam memperjelas materi 53
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994), hlm. 83-84.
pelajaran serta kelancaran kegiatan belajar lainnya.Sedangkan dari dimensi peserta didik, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif, terjadinya kemudahan-kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Bandingkan dengan keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, sumber-sumber belajar yang terbatas, perpustakaan sekolah tidak dilengkapi dengan referensi, buku-buku pelajaran
tidak
lengkap,
media
pembelajaran
tidak
tersedia,
kesemuanya ini tentu berdampak pada iklim pembelajaran serta motivasi belajar peserta didik.54 Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan. c. Masalah yang berhubungan dengan keterbatasan waktu Salah satu masalah yang paling dihadapi guru adalah kurangnya waktu yang cukup. Guru memiliki banyak tugas dan kewajiban untuk memenuhi setiap hari, karena itu guru selalu mencari cara untuk mengelola waktu mereka agar lebih efektif. Dengan mengelola waktu yang lebih baik, guru memilih lebih banyak waktu bebas untuk menggunakan sesuka mereka banyak teknik yang ada untuk mencapai hal ini, tapi pada hakekatnya semua itu memiliki satu komponen yang sama yaitu organisasi.55 3. Solusi yang digunakan dalam Pengelolaan Kelas a.
Solusi problematika yang berhubungan dengan guru Untuk mencegah kemungkinan problematika yang terjadi tersebut, guru dituntut untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
54
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 195-196. http://www.ehow.com/info7861883-time-management-techniques-teachers.html diakses 15 Mei 2011 55
1) Menguasi beberapa/banyak sistem penyajian yang efektif. 2) Terampil menggunakan setiap metode dengan baik. 3) Pandai dalam menyusun variasi-variasi metode. 4) Memperhatikan peserta didik, baik kemampuan dasar ataupun kemampuan yang lainnya. 5) Meningkatkan kompetensi keilmuan dan sebagai wawasan dan pengetahuan. 6) Menggunakan metode dan memahamkan peserta didik.
media
dengan
baik
untuk
7) Mengusahahkan memperbanyak jumlah buku-buku bacaan ilmiah.56 b.
Solusi problematika yang berhubungan dengan pengadaan fasilitas Perencanaan perlengkapan pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berupa sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang. Pengadaan perlengkapan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan sekolah, menggantikan barang yang rusak, hilang, dihapuskan
dan
sebab-sebab
lain
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari tu pengadaan fasilitas sekolah sngat penting sebagai penunjang keberhasilan mutu pembelajaran. Ada beberapa cara pengadaan perlengkapan sekolah, yaitu: 1) Membeli. 2) Hadiah atau sumbangan. 3) Tukar-menukar perlengkapan sekolah dengan sekolah lainnya. 4) Meminjam perlengkapan kepada pihak-pihak tertentu. 5) Membuat perlengkapan dari bahan-bahan bekas. 6) Membuat kliping.57
56
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994), hlm. 83-84. 57 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 40
Penggunaan semua teknik tersebut diatas sangat tergantung pada
kondisi
sekolah
dan
hubungan
antara
sekolah
yang
bersangkutang dengan pihak-pihak luar sekolah, termasuk juga sekolah-sekolah lainnya. c.
Solusi problematika yang berhubungan dengan keterbatasan waktu Pembelajaran berlangsung selama priode waktu tertentu. Waktu merupakan sumber terbatas yang perlu dialokasi dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran setiap mata pelajaran telah dialokasikan dalam satuan jam tertentu. Alokasi jam pembelajaran tersebut harus dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan belajar pada diri peserta didik. Guna mengoptimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini: 1)
Guru harus menghindari waktu terbuang akibat keterlambatan penyiapan sumber atau media, penundaan memulai awal pembelajaran, atau terlalu banyak menggunakan waktu untuk menyelesaikan tugas administratif. Guru perlu menemukan cara-cara kerja yang efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas administratif yang memang perlu.
2)
Guru memulai pembelajaran pada waktunya. Hindari menghabiskan terlalu banyak waktu menghadapi peserta didik terlambat atau problem peserta didik lain. Guru terkadang terlalu banyak menghabiskan waktu mengurusi peserta didikpeserta didik terlambat atau menampilkan perilaku salah-suai lainnya. Peserta didik semacam itu sebaiknya ditangani setelah waktu pembelajaran, atau dilimpahkan ke konselor sekolah.
3)
Guru harus menghindari menghentikan PBM sebelum waktunya. Jika skenario pembelajaran disiapkan dengan baik, guru dapat mememperkirakan macam dan kuantitas kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan.
4)
Guru harus menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu selama proses pembelajaran. Kondisikan agar
prosedur dan kegiatan rutin peserta didik di kelas dapat dilakukan dengan lancar dan cepat. 5)
Guru harus meningkatkan time on-task setiap peserta didik untuk mengikuti setiap sesi pembelajartan. Time on-task peserta didik, yaitu curah waktu dimana peserta didik secara aktif terlibat secara mental pada proses belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang menarik, bersifat melibatkan, dan sesuai dengan minat peserta didik.
6)
Guru harus mempertahankan momentum belajar. Momentum belajar adalah momen, kesempatan, atau saat khusus tertentu di mana kelas sedang berada pada kondisi sangat kondusif dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.58
Demikianlah teori-teori yang berkaitan dengan kompetensi guru dan pengelolaan kelas. Pembahasan mengenai pelaksanaan di lapangan akan dipaparkan pada pembahasan dalam bab selanjutnya.
58
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en diakses Ahad,15 Mei 2011.
BAB III KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2011 A. Gambaran Umum Ra Taqwal Illah 1. Sejarah Berdirinya RA Taqwal Illah RA Taqwal Illah sejak berdirinya berada di bawah naungan Yayasan Taqwal Illah yang dipimpin oleh KH. Syaichun yang sekaligus sebagai pendiri dan pengasuh pesantren Taqwal Illah. RA Taqwal Ilah secara terstruktur telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) dengan status terakreditasi
A
juga
terdaftar
dengan
No
Statistik
Madrasah
002036314073/010670. Di Ds. Tunggu Kel. Meteseh belum terdapat lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak, maka dari itu RA ini didirikan sebagai bentuk kepedulian Yayasan Taqwal Illah terhadap pendidikan masyarakat sekitar, sebagai pendidik cikal bakal penerus bangsa dan agama kelak.59 2. Letak Geografis dan Keadaan Sarana Prasarana RA Takwal Illah terletak di Jl. Kyai Bagus No.1 Kel. Meteseh Tembalang Semarang, berada di sebelah Barat Jalan Raya Meteseh. Letaknya sangat strategis, mudah dijangkau. Di sekelilingnya banyak ditumbuhi pepohonan rindang, jadi tempatnya sejuk dan tidak panas sehingga kegiatan belajar di RA Taqwal Illah terasa nyaman. Namun karena letaknya yang dekat dengan jalan raya, maka para guru sangat berhati-hati dalam menjaga keamanan peserta didik untuk selalu berada di dalam lingkungan sekolah.60
59
Hasil observasi pada hari Sabtu 7 Mei 2011, dari sumber data profil sekolah RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. 60 Hasil observasi pada hari Sabtu 7 Mei 2011, dari sumber data profil sekolah RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
RA Taqwal Illah pada saat ini sedang mengalami renovasi pada beberapa bagian ruang dan gedungnya. Hal ini dikaranakan sekolah tersebut sedang menambah alokasi sarananya yaitu musholla dan aula. Alokasi ruang kelas dan ruang guru sudah diperbaharui sebagian, karena sebagian lagi menunggu pembangunan gedungnya selesai. RA Taqwal Illah saat ini memiliki 4 ruang kelas (2 ruang untuk kelas kecil dan 2 ruang untuk kelas besar) dan satu ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha. Pada halaman sekolah dilengkapi berbagai arena permainan untuk peserta didik. Terdapat juga ruang perlengkapan untuk penyimpanan alat-alat drumband dan seragamnya, alat-alat musik, pakaian-pakaian adat dan karnaval, mainan dan alat-alat media pembelajaran serta beberapa unit komputer.61 3. Kurikulum Pembelajaran di RA Taqwal Illah mencakup ilmu umum dan agama. Dalam setaip materinya secara tidak langsung peserta didik dibiasakan dengan baca tulis dan hafalan. Dari aspek pembelajaran umum guru mengajarkan peserta didik dengan berhitung, membaca dan menulis serta kegiatan-kegiatan ektra seperti olahraga, drumband dan kesenian lainnya. Sedangkan dari aspek agama peserta didik dibiasakan dengan baca tulis arab, praktek ibadah, hafalan hadist-hadist, surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, asmaul husna dan materi-materi lainnya. Guru tidak menetapkan standar dan menuntut dan memakasa dalam proses pembelajannyaagar peserta didik menguasai semua materi, melainkan guru hanya membiasakan mereka dengan mengulang-ulang kegiatan-kegiatan tersebut dan menambahkan materi dalam jangka waktu
61
Hasil observasi dan tinjauan pada hari Sabtu 7 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
secara berkala sehingga secara tidak langsung peserta didik akan terbiasa dan bisa menerima materi yang diberikan.62 B. Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah 1. Kompetensi Pengelolaan Peserta Didik
Peserta didik di RA Taqwal Illah tergolong cukup banyak dibandingkan sekolah lainnya dengan jenjang TK/RA. Jumlah peserta didiknya kini ada 100 anak. Terditi dari kelas 2 kelas RA kecil (kelas A1 dan A2) dan 2 kelas RA besar (kelas B1 dan B2). RA kecil berjumlah 52 anak dan RA besar berjumlah 48 anak. Guru memberikan motivasi permainan-permainan
yang
kreatif
kepada peserta didik dan
menyenangkan
dengan dengan
memberikan pelajaran kepada peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik semangat dalam belajar. Karena anak-anak pada usia mereka adalah tahap perkembangan dalam dunia bermain. Peserta didik dibiasakan dengan praktek-praktek yang bersifat langsung, mereka dibebaskan berkreatifitas tetapi tetap dengan pengawasan dan pengarahan. Guru juga memberikan penugasan kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal dalam buku pelajaran di rumah seperti yang telah diajarkan di kelas. Penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi peserta didik langsung ditangani oleh wali kelas, baik masalah individu maupun masalah kelompok. Karena wali kelas memiliki tanggung jawab penuh terhadap perkembangan peserta didik baik secara moral maupun emosional. Mengapa wali kelas sangat berperan penting? Karena wali murid dalam meminta informasi dan keterangan serta berkonsultasi, langsung menghadap kepada wali kelasnya masing-masing. Wali kelas juga yang paling mengenal karakteristik peserta didik secara detail daripada guru lainnya. Biasanya peserta didik yang bermasalah diajak
62
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah RA Taqwal Illah Ibu Na‟imah, S.H.I pada hari Sabtu 7 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
berkomunikasi langsung mengenai hal-hal yang menjadi masalah mereka. Guru menggunakan pendekatan perubahan tingkah laku, apabila telah mengetahui masalah yang dialami peserta didik maka peserta didik diarahkan kepada hal yang dia sukai dan membuat mereka asyik dengan hal tersebut sehingga peserta didik yang sedang memiliki masalah dapat melupakan sejenak dan kembali fokus dengan pelajaran. Kebiasaan yang sering dilakukan peserta didik adalah menghafal hadist-hadist, dan asma‟ul husna, karena hafalan tersebut setiap hari mereka lakukan sebelum proses belajar inti dimulai. Kebiasaan lain yang juga mereka laukukan setiap hari adalah shalat duha. Guru mengajarkan tata cara shalat duha yang menjadi bagian dari kurikulum sekolah, maka secara tidak langsung peserta didik dapat melaksanakan materi ini karena setiap hari selalu mereka lakukan. Selain itu guru membiasakan peserta didik untuk menjaga kebersihan dan bersikap sopan terhadap orang tua. Mereka diajarakan bagaimana etika terhadap teman, tamu, dan masyarakat yang mereka jumpai. Guru mengatur dan menerapkan kepada peserta didik sedemikian rupa hal-hal yang dapat menjadi kebiasaan mereka agar dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.63 2. Kompetensi Pengelolaan Waktu
Pembelajaran di RA Taqwal Illah dimulai pukul 07.15 dan selesai pukul 11.30. untuk peserta didik kelas RA kecil, jem pelajaran dimuai pukul 07.15 dan selesai pukul 10.00, sedangkan pada kelas RA besar jam pelajaran dimulai pukul 07.15 sampai dengan pukul 11.30 kecuali pada hari Jumat, jam pelajaran semua berakhir pada pukul 10.00. Dalam sehari peserta didik pada kelas RA kecil menempuh 2 jam pelajaran, sedangkan pada kelas RA besar menempuh 3 jam pelajaran. Sebelum pelajaran inti dimulai peserta didik dibiasakan untuk bersama63
Hasil Observasi dan Wawancara dengan Kepala Sekolah RA Taqwal Illah Ibu Na‟imah, S.H.I pada hari Senin 9 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
sama membaca doa, hafalan asmaul husna dan surat-surat pendek. Kebiasaan ini dilakukan setiap pagi di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai. Setelah itu guru memberikan satu mata pelajaran kepada peserta didik. Waktu yang dibutuhkan untuk satu materi kurang lebih 30 sampai 40 menit. Waktu istirahat diberikan setelah satu mata pelajaran selesai selama 30menit. Ketika jam istirahat guru mempersilahkan peserta didik menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Pada waktu istirahat ini juga dimanfaatkan guru untuk melakukan pendekatan terhadap peserta didik yang bermasalah. Pemanfaatan waktu ini dilakukan guru agar tidak mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas. Setelah jam istirahat selesai guru kembali memberikan materi pelajaran. Peserta didik biasanya belajar tidak selalu menggunakan meja dan kursi, kadang mereka belajar di bawah lantai. Tujuannya guru menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan, karena untuk metode belajar yang penuh dengan permainan, aktifitasnya lebih sering dilakukan di lantai. Waktu yang dibutuhkan dalam penyampaian materi sudah cukup efektif, meskipun demikian guru sering melakukan inovasi-inovasi untuk memanfaatkan waktu yang tersedia demi memahamkan peserta didik terhadap materi yang diberikan. Begitu juga dengan semua pelaksanaan kegiatan di RA Taqwal Illah, sebagian sudah sesuai dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan.64 3. Kompetensi Pengelolaan Materi
Materi yang diajarkan di RA Taqwal Illah mencakup materi keilmuan umum dan agama. Peserta didik dikenalkan dengan keilmuan dasar agar dapat mereka kuasai. Materi umum yang diajarkan adalah 64
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum RA Taqwal Illah Ibu Siti Muryati, S.Ag. pada hari Senin 9 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh tembalang Semarang.
membaca, menulis, berhitung kesenian dan keterampilan, olahraga, pendidikan beretika, kepemimpinan dan kepribadian. Sedangkan materi agama meliputi membaca dan menulis arab, mengaji, hafalan hadisthadist, hafalan asmaul husna, ahklaq, praktek ibadah dan sedekah, serta doa-doa dan surat-surat pendek. Sedangkan materi yang ditonjolkan di RA Taqwal Illah ini lebih banyak bersifat keagamaan. Guru tidak mewajibkan peserta didik untuk menguasai materi-materi yang ada, guru hanya mengajarkan berulangulang dan menambahkanya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Karena para guru memiliki prinsip bahwa pengulangan dan pembiasaan inilah yang secara langsung akan menjadikan peserta didik dapat menguasai materi.
Maka, karena dalam kesehariannya mereka selalu
mengamalkan dan melakukan, terbukti bahwa setelah peserta didik lulus dari sekolah ini, 90% dari mereka mampu menguasai baca tulis Indonesia dengan lancar, mampu membaca Al-Qur‟an, dan mampu berhitung. Sehingga dapat menjadi bekal bagi mereka ketika akan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dan menjadi nilai plus bagi RA Taqwal Illah khususnya.65 Untuk pengelolaan materi tersebut, guru memberikannya secara kontinyu dan berulang-ulang. Ini disebut dengan metode pembiasaan. Materi yang sifatnya akademis diajarkan di kelas sambil bermain, dengan permainan itulah peserta didik dapat menikmati dan mengikuti kegiataan belajar. Semua materi yang diberikan, peserta didik terlibat langsung dengan praktek di dalamnya, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pembiasaan merupakan kunci dari pengajaran di RA Taqwal Illah, peserta didik akan bisa karena biasa. Dalam penyampaian materi, guru memperhatikan perkembangan pemahaman peserta didik. Sebelum memberikan materi pada hari itu, guru
65
Hasil Wawancara dengan Guru RA Taqwal Illah Ibu Yuli hari Senin 9 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
melakukan sedikit evaluasi dengan memberikan pertanyaan
kepada
peserta didik materi yang telah disampaikan sebelumya. Setelah mereka semua dapat mengingat dan mempraktekkan, barulah materi baru diajarkan. Keagresivan peserta didik menjadikan suasana kelas menjadi ramai dan semangat. Bermain sambil belajar adalah kurikulum yang diterapkan. Pada akhir guru kembali memberikan evaluasi dengan memberikan pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berebutan. Peserta didik yang dapat menjawab akan diberi apresiasi sehingga dapat memberikan semangat yang lebih, bahkan kadang guru memberikan hadiah bagi peserta didik yang mampu menjawab berupa permen, cokelat atau makanan ringan lainnya. Guru juga memberikan penugasan sebelum menyudahi pelajaran. Peserta didik diwajibkan mengerjakan tugas menulis atau mewarnai di rumah, hal ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki kegiatan di rumah. Orang tua juga dilibatkan dalam hal memantau kegiatan peserta didik di rumah.66 4. Kompetensi Pengelolaan Setting Kelas
RA Taqwal Illah memiliki 4 ruang kelas aktif, 2 kelas untuk anakanak RA kecil dan 2 kelas lagi untuk anak-anak RA besar. Setting ruang kelas yang didesain oleh guru disesuaikan dengan karakteristik peserta didik pada tiap-tiap kelas. Penataan meja dan kursi dibuat berubah-ubah setiap minggunya demi menjaga minat dan ketidakjenuhan peserta didik terhadap suasana belajar mereka. Kadang meja kursi dibuat melingkar, sejajar, bersaf ataupun belah ketupat. Kadang juga mereka belajar tanpa menggunakan meja dan kursi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Setting kelas dibuat semeriah dan semenarik mungkin, dilengkapi dengan media pembelajaran yang menarik, tujuannya agar peserta didik senang dengan
66
Hasil Observasi pada Hari Senin tanggal 9 Mei 2011 di RA Taqwal Illah di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
suasana yang unik. Ini adalah bagian dari motivasi guru untuk mendesain ruangan sedemikian mungkin demi kenyamanan peserta didik. Selain itu guru juga memperhatikan sirkulasi udara, jendela selalu dibuka dan angin-anginpun dibuat banyak dan lebar sehingga sirkulasi udara lancar dan sinar matahari cukup menerangi ruangan. Pewarnaan kelas dengan cat dibuat bervariasi, sehingga dapat menarik perhatian peserta didik. Kelas dipenuhi dengan berbagai hiasan dan pernak-pernik, seperti gambar-gambar hewan, nama-nama nabi, asmaul husna, hadisthadist, dan hiasan lainnya yang menunjhhang kreatifitas peserta didik untuk berfikir dan belajar. Semua hiasan di kelas dibuat sendiri oleh guru, ada juga beberapa perlengkapan yang membeli.67 C. Problematika dan Solusi dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah 1.
Problematika yang berhubungan dengan guru
Guru selalu siap untuk menghadapi peserta didik dengan segala perilaku, karakter dan kebiasaan mereka setiap hari. Biasanya guru yang sedang memiliki masalah dirumah, sebisa mungkin menghilangkan sejenak persoalan mereka demi mendidik peserta didik di sekolah. Kadang konsentrasi mengajar guru dapat terpecah ketika sedang memiliki problem individu diluar sekolah, namun para guru di RA Taqwal Illah dituntut untuk dapat bersikap profesional. Di RA Taqwal Illah guru sudah cukup berkompetensi dalam mengajar, mereka senantiasa mengembangkan kompetensi yang mereka miliki dan selalu berinovasi untuk dapat menciptakan suasana belajar kondusif dan efektif. Untuk menciptakan peserta didik yang berkompeten tentunya para guru harus berkompeten. Karena anak yang kompeten dihasilkan oleh lingkungan yang kompeten pula. Segala bentuk disiplin yang ditetapkan para guru di sekolah ini, telah berjalan dengan baik. Untuk kedisiplinan guru memang tidak 100% 67
Hasil Observasi hari Kamis 12 Mei 2011 di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
efektif. Ada juga beberapa guru yang kadang berjalan tidak sesuai dengan disiplin sekolah. Kadang ada guru yang terlambat datang, tidak semangat ketika mengajar, dan masalah kecil lainnya yang tidak terjadi setiap hari. 2.
Problematika yang berhubungan dengan fasilitas
Pengadaan fasilitas di RA Taqwal Illah berasal dari dana pribadi sekolah. Awal mulanya pengadaan fasilitas berasal dari iuran guru, kemudian setelah RA Taqwal Illah berkembang, dan memiliki dana cukup dari SPP, maka pengadaan fasilitas menggunakan dana tersebut. Ketika pengadaan fasilitas terbentur oleh kurangnya dana, ini menjadi salah satu problem untuk sekolah. Namun saat ini fasilitas yang ada di RA Taqwal Illah sudah cukup untuk memadai bagi kebutuhan sarana pembelajaran. Sedangkan fasilitas pembelajaran yang ada di dalam kelas kondisinya baik, semua media pembelajaran dan hiasan dibuat oleh guru, karena pembelian alat-alat pembelajaran juga tidak membutuhkan dana yang sedikit. Dengan terbatasnya dana pengadaan fasilitas tersebut maka secara langsung, guru akan memunculkan kekreatifannya untuk menciptakan dan membuat alat dan media pembelajaran sendiri. Guru membuat hiasan dari karton dan kertas hias, sedotan juga dimanfaatkan untuk membuat bunga-bungaan. Kelas dilengkapi dengan keranjangkeranjang sesuai jumlah anak, sebagai tempat menyimpan dokumen hasil belajar peserta didik. Selain pengadaan, perawatan segala macam fasilitas juga sangat perlu diperhatikan. Untuk usia anak seperti peserta didik di RA Taqwal Illah, sangat sulit untuk mengajarkan mereka untuk menjaga fasilitas yang mereka gunakan. Guru harus ekstra ketat mengontrol dan memperhatikan peserta didik dalam menggunakan peralatan sekolah. Alat-alat dan mainan yang ada sering kali rusak, patah, hilang, dan
sebagainya. Memang lebih sulit untuk menjaga barang yang sudah dimiliki daripada membeli barang-barang baru lagi.68 3.
Problematika yang berhubungan dengan waktu
Pengorganisasian waktu memang telah diatur oleh guru, apa yang harus dilakukan peserta didik mulai dari datang ke sekolah, mengikuti pelajaran, hingga jam pelajaran selesai semuanya telah ditetapkan. Guru hanya memberikan instruksi dan mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan sesuai waktu telah ditentukan. Meskipun demikian, tidak semua peserta didik mengikuti dengan baik, masalah yang muncul adalah adanya beberapa peserta didik yang tidak disiplin mengikuti proses yang berjalan. Ketika guru dan peserta didik sedang berinteraksi dalam suatu forum, misalnya sedang membaca doa atau menghafal hadist, beberapa peserta didik ada yang berlarian keluar kelas dan bermain tidak pada tempatnya.69 Dalam pengelolaan waktu guru memiliki sedikit kesulitan untuk memulai kegiatan tepat pada jam sesuai jadwal yang telah ada. Hal ini dikarenakan sulitnya mengkondisikan beberapa peserta didik yang tidak disiplin,
sehingga
ketika
kegiatan
akan
dimulai,
guru
harus
mengkondisikan peserta didik yang belum siap untuk mengikuti kegiatan tersebut, akibatnya kegiatan sedikit mundur dari jadwalnya. Tapi itu bukan merupakan masalah yang serius karena dari semua proses pembelajaran yang berlangsung waktu yang dibutuhkan sudah efektif. 4.
Solusi problematika yang berhubungan dengan guru
Sebagai solusi atas masalah guru tersebut, hendaknya guru meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Baik segi paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mendidik peserta didik dan dirinya sendiri. Masalah 68
Hasil Wawancara dengan Tata Usaha Ibu Rofial Inayah, S.H.I di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang. 69 Hasil Wawancara dengan Guru, Ibu Yuli hari Kamis 12 Mei 2011 di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
individu yang dimiliki guru hendaknya dihadapi sendiri, tidak dibawa ketika mengajar. Terus meningkatkan kretifitas dan inovasi baru agar peserta didik merasa nyaman dan faham terhadap materi yang diajarkan. Hendaknya lebih banyak lagi menciptakan media pembelajaran baru, permainan yang membuat peserta didik asyik dengan dunia bermain dan belajar sesuai dengan kurikulum RA Taqwal Illah. Guru
senantiasa
meningkatkan
kedisiplinan
sekolah
dan
kedisiplinan diri, sebagai contoh bagi peserta didik. Untuk menciptakan kondisi belajar efektif kedisiplinan perlu dijada, keamanan dan kenyamanan akan tercipta jika semua warga sekolah mentaati dan menjalankan disiplin.70 5.
Solusi problematika yang berhubungan dengan fasilitas
Problem yang dihadapi berkenaan dengan fasilitas adalah pengadaan. Dana yang dibutuhkan tidak sedikit untuk membeli perlengkapan sekolah, mainan, media pembelajaran, pembangunan dan renovasi sekolah. Hendaknya guru memiliki cara bagaimana agar sekolah dapat memiliki dana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sekolah bisa melakukan berbagai cara, misalnya dengan mengaukan proposal bantuan dana kepada dinas pendidikan atau lembaga terkait. Guru juga dapat melakukan program infaq sebagai tabungan untuk sekolah. Selain mengajarkan kepada peserta didik untuk menabung, bisa juga guru mengumpulkan sumbangan setiap bulan untuk dana fasiltas. Selain itu guru dapat menciptakan sumber penghasilan dana dari usaha mandiri yang dilakukan guru, misalnya menbuat koperasi sekolah, menjual souvenir dan pernak pernik untuk peserta didik, orang tua murid dan masyarakat sekitar. Mungkin juga melakukan cara lain 70
Hasil wawancara dengan Ibu Yuli guru RA Taqwal Illah, hari Senin 9 Mei 201, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
sebagai sumber dana bagi sekolah yang bisa digunakan untuk membuat dan membeli perlengkapan sekolah. Perawatan terhadap perlengkapan yang telah dimiliki juga perlu ditingkatkan, guru harus selalu mengajarkan peserta didik betapa pentingnya menjaga peralatan dan barang yang dimiliki agar peserta didik juga terbiasa dalam menjaga barang-barang pribadi meraka dirumah dan menjaga barang orang lain maupun lingkungan sekitar.71 6.
Solusi problematika yang berhubungan dengan waktu
Agar pengelolaan waktu dapat berjalan dengan baik, di RA Taqwal Illah hendaknya guru bersama mengatur dan menegakkan disiplin dan ketertiban menghargai waktu. Sebelum memasuki kelas guru telah
merencanakan
materi
yang
akan
diajarkan
dan
metode
pembelajaran apa yang akan digunakan nantinya sehingga ketika di dalam kelas pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Penanganan terhadap peserta didik yang suka melanggar disiplin ketika jam belajar berlangsung harus lebih ditingkatkan. Ketika jam belajar dan isirahat berlangsung harus dimanfaatkan dengan baik agar proses belajar berjalan lebih efektif lagi. Saat guru menyampaikan materi, belajar dan bermain harus seimbang, agar peserta didik tidak terlalu asyik bermain dan lupa terhadap materi yang harus dikuasai. Peranan guru sangat penting dalam hal ini. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika guru dapat menerapkan rencana pembelajaran yang teklah dibuat sebelumnya, dengan baik. Keefektifan ditunjang oleh keterampilan guru mengarahkan peserta didik pada setiap kegiatan yang mereka lakukan di kelas. Jika semua materi yang ada di RA Taqwal Illah dapat diajarkan dengan baik dan lancar setiap harinya, maka target guru terhadap penguasaan materi pada peserta didik akan dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan
71
Hasil wawancara dengan Ibu Yuli guru RA Taqwal Illah, hari Senin 9 Mei 201, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
ketentuan kurikulum yang ada. Tujuannya adalah agar peserta didik lulus dengan hasil yang baik pula.72 Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang tahun 2011.
72
Hasil wawancara dengan Ibu Yuli guru RA Taqwal Illah, hari Senin 9 Mei 2011, di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
BAB IV ANALISIS KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2011
D. Analisis Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Pelaksanaan pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah oleh guru meliputi dari empat sector kompetensi. Empat sektor tersebut antara lain: 1.
Kompetensi Pengelolaan Peserta didik
Dalam hal ini, di RA Taqwal Illah, guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan permaianan-permainan yang kreatif dan menyenangkan dengan memberikan pelajaran kepada peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik semangat dalam belajar. Karena anakanak pada usia mereka adalah tahap perkembangan dengan bermain. Peserta didik dibiasakan dengan praktek-praktek yang bersifat langsung, mereka dibebaskan berkreatifitas tetapi tetap dengan pengawasan dan pengarahan. Guru juga memberikan penugasan kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal dalam buku pelajaran di rumah seperti yang telah diajarkan di kelas. Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi ahli filsafat dan banyak orang lagi sejak beberapa dekade yang lalu. Mereka tertantang untuk lebih memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah laku manusia.73 Berdasarkan penerapan metode bermain yang diterapkan di RA Taqwal Illah tersebut, kegiatan bermain mendukung perkembangan keterampilan gerakan kasar dan halus, perkembangan kognitif, sosial dan emosional peserta didik. Ada beberapa kegiatan bermaian yang dapat dilakukan di
73
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2003), hlm.102.
dalam maupun di luar ruanagan. Guru harus dapat mengetahui perannya dalam memandu kegiatan bermain tersebut. Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi agar kelak terampil dan berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok teman. Untuk penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi peserta didik wali kelas berperan langsung terhadap masalah individu maupun masalah kelompok.. Wali kelas menggunakan pendekatan perubahan tingkah laku. Sebagai pekerja profesional, guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakekat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas.74 Penanganan masalah terhadap peserta didik di RA Taqwal Illah, guru menggunakan pendekatan tingkah laku yang dirasa tepat sbagai solusinya. Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik. Dalam fase ini, anak membutuhkan perhatian yang ekstra, karena anak lebih suka untuk dimanja. Dalam kenyataannya guru yang selalu memperhatikan peserta didik, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan peserta didik, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan dan sebagainya, adalah guru yang 74
139.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Asdi Mahastya Rineka, 2004), hlm.
disenangi
oleh
anak.
Anak
rindu
akan
kehadirannya,
senang
mendengarkan nasihatnya, merasa aman di sisinya, anak senang belajar bersamanya, dan anak juga merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari diri guru tersebut. Itulah figur guru yang baik. Figur yang demikian biasanya tidak akan menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Kegiatan rutin yang menjadi kebiasaan peserta didik adalah menghafal hadist-hadist dan asma‟ul husna, karena setiap hari mereka lakukan sebelum proses belajar inti dimulai. Kebiasaan lain yang setiap hari mereka lakukan adalah shalat duha. maka secara tidak langsung peserta didik dapat melaksanakan materi ini karena setiap hari selalu mereka lakukan. Pendidikan moral spiritual yang dibiasakan oleh guru di RA Taqwal Illah secara tidak langsung telah membentuk pribadi peserta didik yang agamis. Setiap hari peserta didik diajak untuk menerapkan kebiasan untuk memulai kegiatan dengan berdoa dan hafalan-hafalan hadis yang menjadi prioritas utama dalam kurikulum pembelajaran sekolah ini, yang merupakan ciri sekolah Islami. Guru menanamkan kegiatan semacam ini dengan harapan peserta didik tidak terbebani dengan materi yang sebenarnya sulit, namun dapat dilakukan dengan mudah karena sifatnya bersama-sama, sedikit-demi sedikit dan bertahap serta diulang-ulang sehingga jadi mengasyikkan bagi mereka. Adanya materi hafalan hadist, doa-doa dan asmaul husna tersebut bertujuan untuk mengenalkan peserta didik niliai-nilai dan makna yang terkandung di dalamnya dan juga sebagai pendidikan agama bagi mereka. Dengan bekal hafalan-hafalan yang telah dimiliki, peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di luar sekolah, sehingga metode semacam ini sangat bagus dan efektif dilakukan. Di RA Taqwal Illah, peserta didik juga dibiasakan menjaga kebersihan dan bersikap sopan terhadap orang tua, etika terhadap teman,
tamu, dan masyarakat. Guru mengajarkan peserta didik sedemikian rupa agar tertanam pada diri mereka akhlak mulia. Pendidikan etika menjadi hal yang sangat penting bagi anak. Sopan santun dan ahklakul karimah adalah sesuatu yang juga harus ditanamkan sejak dini, perkembangan zaman juga membawa dampak negatif bagi moral pemuda, khususnya pada bangsa kita saat ini. Nilainilai etika banyak mengalami kemerosotan, sopan santun terhadap orang tua dan orang yang lebih tua sudah tidak dijunjung tinggi. Banyak peserta didik yang tidak hormat lagi dengan gurunya. Pada realita semacam ini, justru banyak terpengaruh dari acara-acara televisi. Anak banyak meniru hal-hal yang mereka saksikan, kemudian secara sengaja menirukan dalam kesehariannya. Sungguh sangat disayangkan. Pendidikan etika dan akhlak yang ditanamkan oleh guru di RA Taqwal Illah adalah sebagai benteng dari kemungkinan pengaruh buruk yang akan datang. 2.
Kompetensi Pengelolaan Waktu
Ketika guru berada di dalam kelas, maka yang harus dilakukan adalah
memperhatikan
keragaman
peserta
didik
sehingga
guru
memperlakukan mereka dengan cara dan waktu yang berbeda dan mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian peserta didik sebagai hasil belajarnya. Dalam hal ini guru harus menentukan standar apa yang harus digunakan.75 Pembelajaran di RA Taqwal Illah semuanya telah diatur sedemikian rupa agar dalam pelaksanaanya sesuai dengan harapan. Sebelum memasuki kelas guru mempersiapkan materi dengan baik agar bahasan yang disampaikan ringkas dan tepat, sehingga waktu belajar dapat tercapai dengan optimal. Guru seharusnya melakukan persiapan sedemikian rupa, dari sebelum memasuki ruangan, saat pembelajaran berlangsung, hingga pelajaran usai. Jika waktu di dalam kelas diatur 75
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 27-29.
dengan sedemikian rupa maka tidak ada waktu yang terbuang maupun waktu yang kurang. Dalam perencanaan pembelajaran di RA ini, sebagian guru telah melaksanakan metode yang sedemikian rupa. Ketika tiba waktu istirahatpun, disitu juga terdapat pembelajaran yang didapat peserta didik. Setiap hari peserta didik dihimbau agar membawa bekal dari rumah, dan pada saat jam istirahat ini mereka semua melakukan aktivitas makan bersama. Disini guru menerapkan pembelajaran pada peserta didik, secara tidak langsung mereka memiliki rasa kebersamaan dalam kegiatan ini. Sambil menikmati bekal mereka bergurau dan bercanda, saling berbagi ketika ada teman yang tidak membawa bekal. Maka rasa kebersamaan antar peserta didik menjadi erat. Setelah itu bersama-sama mencuci tempat bekal yang telah digunakan, ini
juga bertujuan untuk
menerapkan disiplin dan
kemandirian peserta didik untuk membersihkan dan menertibkan barang yang telah selesai dipakai. Setelah jam istirahat selesai guru kembali memberikan materi pelajaran. Waktu yang dibutuhkan dalam penyampaian materi sudah cukup efektif, meskipun demikian guru sering melakukan inovasi-inovasi untuk memanfaatkan waktu yang tersedia demi memahamkan peserta didik terhadap materi yang diberikan. Begitu juga dengan semua pelaksanaan kegiatan di RA Taqwal Illah, sebagian sudah sesuai dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan. 3.
Kompetensi Pengelolaan Materi
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.76 Materi yang diajarkan di RA Taqwal Illah mencakup materi 76
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 27-29.
umum dan agama. Guru sangat menanamkan nilai religiusitas yang tinggi terhadap peserta didik. Sebagai sekolah berbasic Islam tentunya guru selalu memberikan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dan Islami. Metode yang digunakan guru adalah metode pembiasaan dan pengulangan,
secara praktek dan teori. Peserta didik dalam ilmu
keilmuan diajarkan membaca dan menulis, dalam setiap materi yang diberikan, peserta didik secara langsung dilibatkan dalam baca dan tulis. Sedikit demi sedikit mereka terbiasa dengan aktifitas tersebut. Sehingga selama mereka menjalani pembelajaran di RA ini perkembangan kemampuan baca tulis mereka meningkat. Dari segi keagamaan, mereka diajarkan baca tulis arab, hafalan hadist-hadist, surat-surat pendek dan doa-doa. Pembelajaran yang diterapkan guru adalah metode pembiasaan. Setiap hari mereka menghafalkan doa-doa, hadist, dan surat pendek. Guru menerapkan metode ini diharapkan membiasakan anak untuk menghafal. Dalam penambahan materi, guru memiliki jangka waktu yang ditetapkan secara bertahap dan berkala untuk memudahkan peserta didiknya. Demikian juga dalam pelajaran mengaji (Al Quran). Dari metode yang digunakan guru untuk
melaksanakan
pembelajaran pada materi tersedut, terbukti bahwa sebagian besar lulusan peserta didiknya telah dapat menguasai baca tulis Indonesia dan Arab serta hafalan-hafalan tersebut. Pada setiap kelulusan peserta didiknya, 90% dari mereka mampu membaca dan menulis. Hal ini sangat jarang sekali dijumpai di sekolah lain yang sederajat. 4.
Kompetensi Pengelolaan Setting kelas
Agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar.77 Maka dari itu, guru mengelola sedemikian rupa kondisi kelas. Setting ruang kelas yang didesain oleh 77
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 174.
guru disesuaikan pada karakteristik peserta didik tiap-tiap kelas. Penataan meja dan kursinya dibuat berubah-ubah setiap minggunya demi menjaga minat dan ketidakjenuhan peserta didik terhadap suasana belajar mereka. Sudirman N (1991) sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk seperti di bawah ini : 78 a) Posisi berhadapan yang terdiri dari meja anak didik, lemari buku, papan tulis, meja guru, tempat alat peraga, tempat pemajangan. b) Posisi setengah lingkaran yang terdiri dari meja anak didik, lemari buku, papan tulis, meja guru, tempat alat peraga, tempat pemajangan. Di RA Taqwal Illah kekreatifan guru sangat menonjol, desain kelas sangat diperhatikan karena sangat mempengaruhi minat dan motivasi peserta didik. Alat-alat dan media permainan dijadikan fokus untuk menarik perhatian peserta didik. Maka belajar dan bermain anak menjadi optimal dengan pengelolaan guru pada media dan alat-alat sedemikian rupa. E. Analisis Problematika dan Solusi
dalam Pengelolaan Kelas di RA
Taqwal Illah Dari pelaksanaan pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah, terjadi problematika, antara lain: 1.
Problematika yang berhubungan dengan guru
Biasanya masalah yang timbul dari guru yaitu, guru kurang menguasai beberapa sistem penyajian yang menarik dan
efektif, guru
kurang terampil dalam menggunakan metode, kurang bervariasi dalam menggunakan metode, kurang mengerti kemampuan dasar peserta didik yang kurang, guru kurang berkompeten, guru belum menggunakan
78
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 174
media dengan tepat, kurangnya membaca buku-buku bacaan ilmiah, dan guru kurang membimbing bagaimana seharusnya cara belajar efektif itu.79 Ketika guru sedang memiliki masalah, kadang konsentrasi mengajar guru dapat terpecah dan menjadikan tidak fokus dalam mengajar. Namun hal ini tidak sering kali terjadi dan bukan menjadi kendala yang serius. Masalah demikian terjadi tidak hanya terjadi pada guru saja, ketika setiap orang memiliki masalah individu maupun kelompok, maka secara tidak langsung akan sedikit berpengaruh pada kegiatan yang sedang dilakukan. Maka sikap profesional sangat diperlukan dan dimiliki oleh setiap orang agar masalah yang sedang terjadi tidak menggangu pada aktifitas lainnya. Keprofesionalan guru sangat diperlukan
untuk menjaga dari terpengaruhnya aktifitas yang
sedang dilakukan dengan adanya masalah yang sedang dialami. Selain masalah pribadi, masalah yang dialami guru juga bisa datang dari peserta didik. Ketika ada atau bahkan banyak peserta didik yang tidak taat aturan, melanggar disiplin, maka ini menjadi masalah yang serius bagi guru. Bagaimana mengelola peserta didik dengan baik sehingga tingkat pelanggaran disiplin menjadi rendah. Yang terjadi di RA Taqwal Illah adalah guru akan sangat terganggu dan mengalami kerepotan ketika peserta didiknya tidak disiplin, tidak mengikuti proses pembelajaran yang ada dengan baik. Maka guru dituntut untuk menguasai kompetensi sosial agar mudah menangani masalah yang bersasal dari ketidakdisiplinan peserta didik. 2.
Problematika yang berhubungan dengan fasilitas
Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang 79
Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994), hlm. 83-84.
perpuatakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung terwujudnya kegiatan belajar peserta didik.80 Berdasarkan observasi pengadaan fasilitas di RA Taqwal Illah menggunakan
dana sekolah dan SPP. Ketika pengadaan fasilitas
terbentur oleh kurangnya dana, ini menjadi salah satu problem bagi sekolah. Dengan keadaan demikian, guru dituntut untuk memiliki caracara menggali dana sebagai sumber penghasilan untuk melengkapi fasilitas sekolah yang belum dimiliki. Selain pengadaan fasilitas baru, sekolah juga perlu mengalokasikan dana untuk perbaikan gedung, alatalat dan media pembelajaran yang rusak. Keterbatasan dana menjadi masalah yang sangat serius. Perbaikan dan renovasi gedung sekolah yang sedang dilakukan saat ini sempat terhenti sejenak akibatnya harapan untuk memiliki dan menikmati mushola dan aula sekolah tidak dapat segera terealisasikan. Bagaimana problematika semacan ini dapat teratasi dikembalikan lagi terhadap kemampuan kinerja guru dan usaha-usaha yang dilakukan untuk menciptakan sumber penghasilan dana. Sekolah-sekolah berkembang yang dapat melengkapi sarana dan prasarananya tentu sangat ddipengaruhi oleh keterampilan guru mengolah dana yang ada dan bagaimana cara guru menghasilkan dana tersebut. Manajemen yang baik akan menghasilkan wujud konkrit yang baik pula sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Kompetensi professional guru menuntut agar guru dapat menyeesaikan segala macam masalah yang muncul dilingkungan sekolah dan pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kemajuan dunia pendidikan.
80
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 195-196.
3.
Problematika yang berhubungan dengan waktu
Salah satu masalah yang paling dihadapi guru adalah kurangnya waktu yang cukup. Guru memiliki banyak tugas dan kewajiban untuk memenuhi setiap hari, karena itu guru selalu mencari cara untuk mengelola waktu mereka agar lebih efektif. Dengan mengelola waktu yang lebih baik, guru memilih lebih banyak waktu bebas untuk menggunakan sesuka mereka banyak teknik yang ada untuk mencapai hal ini, tapi pada hakekatnya semua itu memiliki satu komponen yang sama yaitu organisasi.81 Dalam kenyataannya, di RA Taqwal Illah pengorganisasian waktu memang telah diatur oleh guru. Guru hanya memberikan instruksi dan mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan sesuai waktu telah ditentukan. Masalah yang dihadapi adalah ketika terdapat beberapa peserta didik yang tidak disiplin mengikuti proses yang berjalan. Pada setiap sekolah banyak dijumpai peserta didik yang seenaknya sendiri melakukan hal-hal tanpa mengikuti ketentuan berlaku. Demikian juga keadaan di sekolah ini. Peserta didik yang tergolong anak usia dini tersebut memang dalam tahap yang susah dikendalikan, selalu bertindak sesuka hati mereka. Karena itu guru memang harus memaklumi sifat anak yang demikian. Di RA Taqwal Illah guru setiap hari bergaul dengan peserta didik, sehingga mereka telah hafal bagaimana karakter peserta didiknya. Meskipun demikian setiap hari selalu saja ada beberapa anak yang susah diatur dan merepotkan guru. Dengan kompetensi yang dimiliki guru keadaan sedemikian tidak menjadi masalah yang serius melainkan hanya sebagai hambatan kecil saja yang justru dapat lebih melatih kesabaran guru dan meningkatkan kedekatan guru dengan peserta didik. 81
http://www.ehow.com/info7861883-time-management-techniques-teachers.html diakses 15 Mei 2011
4.
Solusi problematika yang berhubungan dengan guru
Dari keadaan di lapangan yang menjelaskan masalah-masalah yang berkenaan dengan guru, ada beberapa hal yang dapat ditempuh sebagai solusi atas masalah yang berkenaan dengan guru di RA Taqwal Illah. Sebagai solusi agar guru memiliki kesiapan dalam menghadapi peserta didik hendaknya guru meningkatkan kompetensi yang dimiliki (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional) agar siap dalam menghadapi segala macam keadaan yang terjadi di sekolah. Peningkatan
kompetensi
dilakukan
dengan
benyak
hal,
seperti
memperluas wawasan dan pengetahuan keilmuan, memperkaya diri dengan keterampilan-keterampilan pengelolaan kelas yang mencakup pengelolaan peserta didik, pengelolaan waktu, materi, dan pengelolaan setting kelas yang dapat dipereh dengan banyak membaca buku-buku serta mempraktekkan dengan keadaan di dalam kelas. Melakukan pendekatan-pendekatan yang dirasa cocok untuk mengatasi masalah kedisiplinan peserta didik, masalah individu yang dialami peserta didik. Selain meningkatkan kedisiplinan pada peserta didik, guru juga harus meningkatkan kedisiplinan pribadi, disiplin dalam menjalankan tugas sebagai pendidik professional serta disiplin disiplin waktu agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal. 5.
Solusi problematika yang berhubungan dengan fasilitas
Sebagai solusi atas problem yang berkenaan dengan fasilitas, guru dapat melakukan banyak hal. Guru sebagai penggerak pendidikan di sekolah harus memikirkan sarana dan prasarana sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran dan mutu pendidikan. Di RA Taqwal Illah pengelolaan fasilitas di kelas sudah baik, namun perlu ditingkatkan. Untuk mengelola fasilitas di dalam kelas hendaknya guru menyesuaikan barang-barang apa saja yang terdapat di dalam kelas tersebut. Apabila belum ada sebaiknya dilengkapi. Jika harus membeli
maka dipilihlah barang-barang yang kualitasnya baik. Jika dapat menciptakan sendiri sebaiknya guru membuat sendiri perlengkapan mengajar dan hiasan-hiasan yang dibutuhkan di dalam kelas, tujuannya untuk menghemat biaya dan pengeluaran yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya serta meningktkan keterampilan dan kreatifitas guru. Guru di RA Taqwal Illah sudah menerapkan beberapa hal tersebut. Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi adalah pengaturan dan tata letak barang-barang dalam kelas. Tujuannya agar kelas tampak luas, tidak sumpek dan peserta didik nyaman belajar. Sirkulasi udara serta pencahayaan merupakan hal penting selanjutnya. Maka ventilasi kelas sebaiknya tidak tertutup dan terhalang dengan sesuatu. Jika sirkulasi udara lancar dan terang, suasana kelaspun menjadi segar. Peserta didikpun menjadi nyaman di dalam kelas. Penataan meja dan kursi dibuat berubah ubah setiap minggunya agar perta didik tidak bosan dengan keadaan yang monoton setiap harinya. Sebagai solusi agar kondisi fasilitas di RA Taqwal Illah selalu layak adalah perawatan terhadap perlengkapan yang telah dimiliki. Setelah menggunkan barang-barang hendaknya ditertibkan kembali dan ditaruh pada tempatnya. Peserta didik diajarkan untuk bergotong royong membersihkan kelas yang berantakan setelah belajar selesai. Ini dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab pada peserta didik. Guru harus selalu mengajarkan peserta didik betapa pentingnya menjaga peralatan dan barang yang dimiliki agar peserta didik juga terbiasa dalam menjaga barang-barang pribadi meraka dirumah dan menjaga barang orang lain maupun lingkungan sekitar. 6.
Solusi problematika yang berhubungan dengan waktu
Agar pengelolaan waktu dapat berjalan dengan baik, kedisiplinan perlu ditingkatkan. Pembiasaan diri terhadap peserta didik untuk tepat waktu dalam segala hal dapat mendukung pengaturan waktu dengan baik. Belajar dan bermain harus dikondisikan sedemikian rupa agar peserta
didik tidak terlalu banyak bermain sesuka mereka sendiri, melainkan bermain yang megasyikkan dan bermanfaat sambil belajar. Keefektifan ditunjang oleh keterampilan guru mengarahkan peserta didik pada setiap kegiatan yang mereka lakukan di kelas dan disekolah. Guru harus menjadikan peserta didik sebagai objek yang perlu dikembangkan dari segala aspek. Waktu yang mereka butuhkan selama menjadi peserta didik Demikianlah hasil analisis dari penjelasan teori dan hasil penelitian lapangan di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang.
BAB V PENUTUP
F.
Simpulan Setelah
peneliti
mengadakan
penelitian,
pembahasan
serta
pemahaman terhadap bagaimana Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi guru dalam pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah terdiri dari empat sektor. Empat sektor tersebut adalah sebagai berikut. a. Kompetensi Pengelolaan Peserta Didik
Hal-hal yang berkenaan dengan kompetensi guru mengelola peserta didik di RA Taqwal Illah yaitu: 1) Guru menberikan motivasi belajar terhadap peserta didik dengan: a) Permaianan-permainan yang kreatif dan menyenangkan dengan memberikan pelajaran kepada peserta didik. b) Peserta didik dibiasakan dengan praktek-praktek yang bersifat langsung, mereka dibebaskan berkreatifitas tetapi tetap dengan pengawasan dan pengarahan. c) Guru juga memberikan penugasan kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal dalam buku pelajaran di rumah seperti yang telah diajarkan di kelas. 2) Untuk penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi peserta didik wali kelas berperan langsung terhadap masalah individu maupun masalah kelompok, dengan menggunakan pendekatan perubahan tingkah laku.
Pendidikan moral spiritual yang dibiasakan oleh guru di RA Taqwal Illah secara tidak langsung telah membentuk pribadi peserta didik yang agamis.
b. Kompetensi Pengelolaan Waktu
Di RA Taqwal Illah hal-hal yang berkenaan dengan kompetensi guru mengelola waktu yaitu: 1) Sebelum memasuki kelas guru mempersiapkan materi dengan baik agar bahasan yang disampaikan ringkas dan tepat, sehingga waktu belajar dapat tercapai dengan optimal. 2) Pada waktu istirahatpun juga terdapat pembelajaran mereka semua melakukan aktivitas makan bersama. Dalam hal ini peserta didik diajarkan tentang rasa kebersamaan. Dan rasa tanggung jawab dibentuk dengan guru mengajarkan cuci piring bersama setelah makan. c. Kompetensi Pengelolaan Materi
Di RA Taqwal Illah, guru telah mengelola siswa dengan materi-materi yang bersifat umum dan keagamaan. Guru sangat menanamkan nilai religiusitas yang tinggi terhadap peserta didik. Materi yang bersifat umum: 1) Peserta didik diajarkan menulis huruf latin. 2) Peserta didik diajarkan membaca huruf latin dengan lancar. 3) Peserta didik diajarkan berhitung.
Materi yang bersifat agama: 1) Guru menanamkann metode pembiasaan pada peserta didik melalui kegiatan rutin menghafal hadist-hadist, doa-doa, surat-surat pendek, asma’ul husna dan shalat duha. Secara tidak langsung peserta didik dapat melaksanakan materi ini karena setiap hari selalu mereka lakukan. 2) Guru mengajarkan etika dan akhlak mulia kepada peserta didik dengan membiasakan menjaga kebersihan dan bersikap sopan terhadap orang tua, etika terhadap teman, tamu, dan masyarakat. 3) Dengan
bekal
yang
telah
dimiliki,
peserta
didik
dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di luar sekolah, sehingga metode semacam ini sangat bagus dan efektif dilakukan
Metode pembiasaan yang digunakan guru sangat efektif, dari setiap lulusan di RA Taqwal Illah, 90% peserta didik mampu membaca huruf latin dan mengaji dengan lancar.
d. Kompetensi Pengelolaan Setting Kelas.
Setting ruang kelas yang didesain oleh guru di RA Taqwal Illah disesuaikan pada karakteristik peserta didik tiap-tiap kelas, yaitu: 1)
Penataan meja dan kursi dibuat berubah-ubah setiap minggunya demi menjaga minat dan ketidakjenuhan peserta didik terhadap suasana belajar mereka.
2)
Kadang meja kursi dibuat melingkar, sejajar, bersaf ataupun belah ketupat. Kadang juga mereka belajar tanpa menggunakan meja dan kursi
2. Dari pelaksanaan pengelolaan kelas di RA Taqwal Illah, terjadi beberapa problematika dan solusinya, yaitu: a. Problematika yang berhubungan dengan guru 1.
Ketika guru sedang memiliki masalah, kadang konsentrasi mengajar guru dapat terpecah dan menjadikan tidak fokus dalam mengajar.
2.
Masalah yang dialami guru juga bisa datang dari peserta didik. Ketika ada atau bahkan banyak peserta didik yang tidak taat aturan, melanggar disiplin, maka ini menjadi masalah yang serius bagi guru. Solusi yang dapat dilakukan adalah:
1)
Guru harus memiliki kesiapan dalam menghadapi peserta didik hendaknya guru meningkatkan kompetensi yang dimiliki (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional).
2)
Memperluas wawasan dan pengetahuan keilmuan, memperkaya diri dengan keterampilan-keterampilan pengelolaan kelas yang menckup pengelolaan peserta didik, pengelolaan waktu, materi, dan pengelolaan setting kelas yang dapat dipereh dengan banyak membaca buku-buku serta mempraktekkan dengan keadaan di dalam kelas. Melakukan pendekatan-pendekatan yang dirasa cocok untuk mengatasi masalah
b. Problematika yang berhubungan dengan fasilitas
Keterbatasan dana menjadi masalah yang sangat serius. Perbaikan dan renovasi gedung sekolah yang sedang dilakukan saat ini
sempat terhenti sejenak akibatnya harapan untuk memiliki dan menikmati mushola dan aula sekolah tidak dapat segera terealisasikan. Solusi yang dapat dilakukan yaitu: 1)
Guru dituntut untuk memiliki cara-cara menggali dana sebagai sumber penghasilan untuk melengkapi fasilitas sekolah yang belum dimiliki.
2)
Jika dapat menciptakan sendiri sebaiknya guru membuat sendiri perlengkapan mengajar dan hiasan-hiasan yang dibutuhkan di dalam kelas, tujuannya untuk menghemat biaya dan pengeluaran yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya serta meningktkan keterampilan dan kreatifitas guru.
3)
Penataan ruang kelas dibuat berubah ubah-ubah agar peserta didik tidak jenuh.
4)
Guru
harus
mengoptimalkan
perawatan
alat-alat
dan
media
pembelajaran di kelas, serta fasilitas yang dimiliki sekolah. c. Problematika yang berhubungan dengan waktu
Sulitnya mengkondisikan beberapa peserta didik yang tidak disiplin, sehingga ketika kegiatan akan dimulai, guru harus mengkondisikan peserta didik yang belum siap untuk mengikuti kegiatan tersebut, akibatnya kegiatan sedikit mundur dari jadwalnya. Solusi problematika yang berhubungan dengan waktu a. Agar pengelolaan waktu dapat berjalan dengan baik, kedisiplinan perlu ditingkatkan. Pembiasaan diri terhadap peserta didik untuk tepat waktu dalam segala hal dapat mendukung pengaturan waktu dengan baik. b. Keefektifan ditunjang oleh keterampilan guru mengarahkan peserta didik pada setiap kegiatan yang mereka lakukan di kelas dan di sekolah.
G. Saran-saran Dari hasil penelitian tentang “ Studi Analisis tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang tahun 2011” yang disimpulkan diatas dan permasalahan yang timbul beserta solusinya, peneliti berusaha memberikan saran-saran sebagai motivasi dalam meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
1. Hendaknya guru lebih meningkatkan lagi potensi yang dimiliki dalam pengelolaan kelas, peserta didik, mater dan waktu. 2. Pengadaan fasilitas pembelajaran sangat penting diperhatikan dengan melengkapi fasiltas yang belum dimiliki sekolah. 3. Guru hendaknya lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam menciptakan alat-alat dan media pembelajaran yang dibutuhkan. 4.
Untuk mencari sumber dana bagi sekolah, hendaknya guru melakukan dengan banyak cara, misalnya: membuat proposal pengajuan dana, mengumpulkan iuran dari para guru dengan bentuk uang kas, dan caracara lainnya.
5. Peningkatan profesionalitas guru dalam berbagai hal yang berguna untuk meningkatkan mutu pembelajaran di RA Taqwal Illah. 6. Kerjasama antara semua pihak, yaitu para guru, keluarga, kepala sekolah, dan masyarakat merupakan hal yang penting. Sebagai upayakan adanya sosialisasi pendidikan di RA Taqwal Illah yang lebih iintensif H. Penutup Mengakhiri penulisan skripsi ini peneliti memanjatkan puji syukur yang tiada terkira kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Studi Analisi tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah Meteseh tembalang Semarang tahun 2011“, walaupun masih banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis menyadari karena masih dangkalnya ilmu penelitian yang dimiliki. Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu baik tenaga, pikiran dan sarana serta prasarana. peneliti berdo‟a semoga kebaikan tersebut merupakan lapangan amal yang akan mendapatkan balasan dan Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Teriring dengan do‟a dan harapan semoga karya ini berguna bagi penulis pada khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa, 1993. Alwi Hasan, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Islam dan umum), Jakarta : Bumi Aksara, 1993 Arikunto Suharsimi, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Jakarta : Rieneka Cipta , 1993 Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta : Rajawali Press, 1986 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2009 Davis Ivor K., Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, Jakarta : CV. Rajawali, 1991 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Semarang : Toha Putra, 1989 Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2005. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi, 2000 Hasibuan J.J., Ibrahim, A.J.E. Toenlioe, Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994 Hasibuan JJ. dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Rieneka Cipta, 2009
http://www.ehow.com/info7861883-time-management-techniques
teachers.html
diakses 15 Mei 2011 http://www.slidshare.net/smpbudiagung/permen-no-19-tahun-2005,diakses
pada
10 Maret 2011. http://www.translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en diakses 15 Mei 2011 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004 Mazidah, Implementasi Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 18 Semarang, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. Mulyana, Deddi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001. Nawawi Hadari, Pengelolaan Kelas dan Organisasi Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995 Nawawi, H. Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : CV. Haji Mas Agung, 1989. Patmonodewo Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 2003 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994. Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta : Rieneka Cipta, 1994 Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengejaran, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1991. Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali, 1986 Sudjana Nana, Dasar-dasar PBM, Bandung: Sinar Baru, 2000
Tim Dosen UPI, Administrasi Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2009 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006 Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005 Pasal 10), Jakarta : Sinar Grafika, 2009 Usman Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000 Wijaya Cece dan A. Thobroni, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda Karya, 1991 Yudiasiasih, Tri, Studi Tentang Pengelolaan Kelas Anak Prasekolah di TK Al Hidayah IX Semarang (Telaah Psikologi Pedagogis), Skripsi IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.
PEDOMAN WAWANCARA STUDI ANALISIS TENTANG KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI RA TAQWAL ILLAH METESEH TEMBALANG SEMARANG 2011
A. Gambaran umum RA Taqwal Illah Semarang 1. Tinjauan Historis a. Kapan RA Taqwal Illah didirikan? b. Apa yang melatarbelakangi berdirinya RA Taqwal Illah? 2. Bagaimana letak geografisnya? 3. Bagaimana struktur organisasinya? 4. Bagaimana keadaan sarana dan prasarananya? 5. Keadaan guru dan peserta didik a. Berapa jumlah guru di sini? b. Berapa jumlah peserta didiknya? 6. Darimanakah sumber dana yang di dapat? 7. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di RA Taqwal Illah? 8. Apa saja program kegiatan belajar yang dikembangkan di RA Taqwal Illah?
PEDOMAN WAWANCARA
I.
Studi Analisis Tentang Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas Di Ra Taqwal Illah Meteseh Tembalang Semarang 2011 A. Pengelolaan peserta didik 1. Berapakah jumlah peserta didik di sini? 2. Apakah ada pengelolmpokan peserta didik? 3. Bagaimanakah guru memberikan motivasi kepada anak untuk disiplin dan semangat belajar ? 4. Siapakah yang paling berperan dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi peserta didik? 5. Kebiasaan apakah yang paling sering dilakukan oleh peserta didik setiap hari?
B. Pengelolaan waktu 1. Berapa jam pelajarankah yang diikuti peserta didik dalam sehari? 2. Bagaimanakah pengelolaan waktu yang diterapkan oleh guru di RA Taqwal Illah? 3. Berapa lamakah waktu untuk satu materi? Dan bagaimanakah pengelolaannya? 4. Apakah waktu yang dibutuhkan guru dalam setiap penyampaian materi sudah cukup efektif? 5. Apakah sudah sesuai pelaksanaan kegiatan di RA Taqwal Illah dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan?
C. Pengelolaan materi 1. Materi apa sajakah yang diperoleh peserta didik di RA taqwal Illah?
2. Bagaimanakah pengelolaan materi yang bersifat akademis dan non akademis di RA Taqwal Illah? 3. Apakah kendala yang dialami oleh guru-guru dalam penyampaian materi kepada peserta didik? 4. Bagaimanakah penguasaan materi oleh peserta didik? Dapatkah peserta didik menerima materi dengan baik? 5. Materi apa yang wajib dikuasai siswa selama menjadi peserta didik di RA Taqwal Illah?
D. Pengelolaan setting kelas 1. Berapa unitkah jumlah ruangan dan kelas di RA Taqwal Illah? 2. Bagaimanakah setting ruang kelas yang diterapkan oleh guru di RA Tqawal Illah? 3. Apakah motivasi guru dalam mengatur setting kelas hingga menjadi sedemikian rupa? 4. Apakah sirkulasi udara, pencahayaan yang cukup dan keserasian warna sudah cukup diperhatikan? 5. Siapakah yang membuat hiasan-hiasan dan dekorasi kelas?
II.
Problematika dalam Pengelolaan Kelas di RA Taqwal Illah dan Solusi A.
Problematika yang berhubungan dengan guru 1. Bagaimanakah kesiapan guru dalam menghadapi peserta didik?
2. Apakah guru-guru di RA Taqwal Illah semuanya memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar peserta didik? 3. Apakah para guru telah menerapkan disiplin yang ada di RA ini? B.
Problematika yang berhubungan dengan fasilitas 1. Bagaimana pengadaan fasilitas untuk RA Taqwal Illah? 2. Apakah fasilitas di RA Taqwal Illah sudah cukup layak? 3. Apakah problematika dalam perawatan semua fasilitas yang ada di RA Taqwal Illah?
C.
Problematika yang berhubungan dengan waktu 1. Apakah problematika dalam pengelolaan waktu belajar di RA Taqwal Illah? 2. Apakah waktu yang dibutuhkan dan digunakan dalam proses belajar sudah efektif?
D.
Solusi problematika yang berhubungan dengan guru 1. Apakah solusi agar guru memiliki kesiapan dalam menghadapi peserta didik? 2. Apakah solusi bagi guru-guru di RA Taqwal Illah agar memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar peserta didik? 3. Apakah solusi bagi penerapkan kedisiplinan pada guru di RA Taqwal Illah?
E.
Solusi problematika yang berhubungan dengan fasilitas 1.
Bagaimanakah solusi pengadaan fasilitas untuk RA Taqwal Illah?
2.
Bagaimanakah solusi agar fasilitas di RA Taqwal Illah selalu layak?
3.
Bagaimanakah solusi dalam perawatan semua fasilitas yang ada di RA Taqwal Illah?
F.
Solusi problematika yang berhubungan dengan waktu 1.
Bagaimanakah solusi dalam pengelolaan waktu belajar yang baik di RA Taqwal Illah?
2.
Bagaimanakah solusi penggunaan waktu untuk keefektifan dalam proses belajar ?
STRUKTUR ORGANISASI RA TAQWAL ILLAH SEMARANG Ketua Yayasan Nasichun
Kepala Sekolah Na‟imah, S.H.I
Waka Kurikulum Siti Muryati, S.Ag.
Tata Usaha Rofial Inayah, S.H.I
Humas Hartanto, S.Pd.
Kesiswaan Esti Wahyuni, S.Ag.
DEWAN GURU
SISWA
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Muhammad Rizal Fitroni
2. Tempat dan Tanggal Lahir
: Semarang, 06 Juni 1986
3. NIM
: 063111032
4. Alamat Rumah HP
: Jl. Lamongan Brt 3/26, Sampangan SMG : 081901914044
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
:
a. TK Gebang Sari b. SD Bendan Ngisor c. SLTP PM Darussalam Gontor Ponorogo d. SLTA PM Darussalam Gontor Ponorogo
Semarang,
Juni 2011
Muhammad Rizal Fitroni 063111032