STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam
Oleh: IMROATUL KHASANAH NIM: 043311189
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011 2011
PERSEMBAHAN
Dengan segenap katulusan hati, ku persembahkan setiap hamparan-hamparan kalimat dalam skripsi ini untuk orang-orang terbaik yang selalu ada untukku. 1. Bapak Bedjo Ikhsan, Ma’e Suparmi, terimakasih sedalamdalamnya karena atas do’a, kasih sayang, dukungan dan kesabaran yang selama ini telah diberikan kepada anak mbontotmu ini, yang jelas tidak akan pernah mampu membalas semua yang pernah diberikan. ku sadari tanpa kasih sayang yang selama ini kalian berikan, tak kan pernah mungkin
aku
mencapai
kehidupan
seperti
sekarang.
Terimakasih sedalam-dalamnya atas bekal hidup yang telah kalian berkan kepada ku ini. Mungkin hanya kebanggan kecil ini yang bisa aku persembahkan. 2. Buah hatiku Wayang (Rono Wahyu Wayang Muhammad) dan Suamiku tercinta Mas Ulil (Fais Urhanul Hilal), tanpa dukungan dan cinta kalian, tak akan pernah aku bisa melalui satu dari sebuah langkah menuju kebahagiaan. Hanya dengan sebuah karya mahal ini kasih dan sayang ku akan selalu ku persembahkan untuk kebahagiaan bersama kalian di masa yang akan datang. Hanya aku bukanlah seperti apa-apa tanpa cinta dan kasih sayang Tuhan yang terniscayakan pada setiap diri hambaNya.
3. Bapak Rahmat Amin dan Ibu Mas’udah, orang tua yang menerima saya sebagai anak perempuan pertama dalam keluarganya. Tanpa do’a dan dukungan yang diberikan kepada ku, aku tak kan pernah bisa menyelesaikan karya sederhana ini. Tak akan pernah aku bisa membalas semua apa yang telah bapak ibu berikan pada ku. Karya sederhana ini tulus dan sejenis dengan niat hati ku untuk mengabdi. 4. Mbak Nur Isnaini , Mba Nurul Mas’udah, Mba Siti Mufrodah, Mas Amin, Mas Nur dan Mas Syafi’i, keponakankeponakan tercinta (Ainikke, Fais, dan Nafi’) yang selalu, mensuport, menyayangi, mendoakan untuk kebahagiaan dan kesuksesanku yang tiada henti, terimakasih, ku sadar ku tak akan bisa membalasnya karena tak ada yang sepadan dengan apa yang telah aku terima. Atas pengorbanan dan harapan mereka yang tiada henti. 5. Khusus buat adik ku Umam Hayyin Ajib dan Abit Juan Ma’ruf, setidaknya karya sederhana ini dapat menjadi motivasi dan penyemangat bagi masa depan pendidikan kalian. Karena salah satu motivasi terselesaikannya karya sederhana ini adalah atas dukungan yang selalu kalian persembahkan untuk ku.
ABSTRAK Judul
: Strategi
Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang)
Penulis NIM
: Imroatul Khasanah : 043311189
Skripsi ini dilatarbelakangi oleh sejauh manakah Kepala Madrasah Tsanawiyah Taqwal Ilah mampu menampilkan kepemimpinan yang baik sehingga berpengaruh langsung terhadap kinerja sekolah, yakni iklim kehidupan sekolah, etos belajar, semangat kerja guru, dan prestasi belajar siswa. di MTs Taqwal Ilah adalah berbagai usaha yang dilakukan Kepala Sekolah untuk menumbuhkan kepercayaan diri kepada anak, mengembangkan cara belajar dan menumbuhkan tujuan belajar di lingkungan sekolah. Hal itu merupakan kunci sukses bagi anak didik untuk meraih prestasi yang membanggakan dan juga membimbing untuk meraih apa yang dicita-citakan. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 2) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 3) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 4) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? Permasalahan tersebut dibahas kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif dimana analisis datanya dilakukan secara induktif. Kajian ini menunjukkan bahwa : 1) Model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk linkungan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu lebih dengan cara kekeluargaan. Yang berdampak pada terciptanya suasana harmonis antara atasan dan bawahan, terciptanya nuansa alam demokratis karena hubungan yang harmonis dan bersifat kekeluargaan tersebut, kedekatan kepala madrasah dengan semua personil madrasah yang membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur yang dicintai dan dihormati, serta kerjasama (team work) yang solid. 2) Model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu pada kurikulum sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam struktur keorganisasian, melakukan respon terutama menangkap informasi dari berbagai pihak tentang kurikulum diantaranya pencarian berbagai sumber, baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), melakukan pemberdayaan para guru, baik dalam pendidikan
(menyelesaikan Sarjana). Tentang sarana dan fasilitas kepala madrasah selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan, namun juga menggarisbawahi dua hal yakni “efektif dan efisien” dalam pengadaan maupun pengembangan sarana dan fasilitas, yang dicanangkan bersama dengan para anggota, stakeholder, dan juga masyarakat. Pada guru model demokratis dan sesekali bersifat otoriter dijalankan dengan menggunakan teknik individu dan teknik kelompok, mewajibkan setiap guru untuk dapat menggunakan media IT (information technology ), memberikan reward bagi setiap kinerja guru dengan kenaikan pangkat dengan maksud dan tujuan supaya dengan prestasi guru tersebut menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kinerjanya, begitu juga sebaliknya menghambat kenaikan pangkat nya jika kinerja yang dilakukan tidak baik, salah satu tolak ukurnya adalah nilai KKM, melakukan pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan. 3) Model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah selalu mengedepankan sikap demokratis dengan cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan dengan bijaksana, menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anak-anaknya dengan makanan yang di olah sendiri, memberlakukan sistem saring, yang mana setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual dilingkungan sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh sekolah, tidak semua jenis makanan maupun jajanan dapat diperjual belikan disekolah, melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk memperoleh bantuan bantuan secara rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. 4) Model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis terhadap kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar, dengan cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan tertentu selain melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana cara menanganinya.
TRANSLITERASI Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/u/1987 tertanggal 10 September 1987 yang ditanda tangani pada tanggal 22 Januari 1988. I. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama Alif ا ba’ ب ta’ ت s\a’ ث jim ج h}ã’ ح Khã خ Dal د z\al ذ ra’ ر z\ ز Sin س Syin ش s}ãd ص d}ad ض t}a ط z}a ظ ‘ain ع Gain غ Fa ف Qaf ق Kaf ك Lãm ل Min م Nun ن Wau و ha’ Hamzah ء ya ي II. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap Contoh:
Huruf Latin
Keterangan
b t s\ j h} kh d
Be Te s (dengan titik di atas) Je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha De zet (dengan titik di atas) Er Zet Es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik (di atas) Ge Ef Qi Ka El Em En We Ha Apostrop Ye
r z s sy s} d} t} z} ‘ g f q k l m n w h y
yang disebabkan oleh syaddah ditulis rangkap.
= ّلnazzala ! ّ "# = bihinna III. Vokal Pendek Fathah ( ) ditulis a, kasrah ( ) ditulis i, dan dammah ( ‘_ ) ditulis u. IV. Vokal Panjang Bunyi a panjang ditulis ã, bunyi i panjang ditulis î, dan bunyi u panjang ditulis ũ, masing-masing dengan tanda penghubung ( - ) di atasnya. Contoh: 1. Fathah + alif ditulis ã. $% ditulis falã. 2. Kasrah + ya’ mati ditulis î. &'()* ditulis tafs}îl. 3. Dammah + wawu mati ditulis ũ. ل+, اditulis us}ũl. V. Fokal Rangkap VI. Fathah + ya’ mati ditulis ai. -.'ه0 اditulis az-Zuhayli. 1. Fathah + wawu ditulis au. 10و20 اditulis ad-daulah. VII. Ta’ marbut}ah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis ha. Kata ini tidak diperlakukan terhadap kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti salat, zakat dan sebagainya kecuali bila dikehendaki kata aslinya. 2. Bila disambung dengan kata lain (frase), ditulis t. Contoh: 2"3450 ا16ا2# ditulis Bidayah al-Mujtahid. VIII. Hamzah 1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang mengiringinya . Seperti انditulis inna. 2. Bila terletak di akhir kata, maka ditulis dengan lambang apostrof ( ‘ ). Seperti ء-7 ditulis syai’un. 3. Bila terletak di tengah kata setelah vokal hidup, maka ditulis sesuai dengan bunyi vokalnya. Seperti 89:# رditulis rabã’ib. 4. Bila terletak di tengah kata dan dimatikan, maka ditulis dengan lambang apostrof ( ‘ ). Seperti *=<;ونditulis ta’khuz\ũna. IX. Kata Sandang alif + lam 1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al. @?ةA0 اditulis al-Baqarah. 2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf l diganti dengan huruf syamsiyyah yang bersangkutan. ء:BC0 اditulis an-Nisã’. X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dan menurut penulisannya. )?وض0 ذوى اditulis z\awil furũd} atau z\awi al-furũd}. 1CB0 اه& اditulis ahlussunnah atau ahlu as-sunnah. Dalam tesis ini dipergunakan cara pertama.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik 2. Drs. Jasuri, M.Si, selaku pembimbing I, dan Dr. Mustofa, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini 3. Bapak Rofiur Rutab, M.Si selaku Kepala MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian. 4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu. 5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya. Semarang, 6 Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING....................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .....................................................................................
vii
TRANSLITERASI ...............................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
xi
DAFTAR ISI .........................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Alasan Pemilihan Judul...........................................................
3
C. Penegasan Istilah ....................................................................
3
D. Rumusan Masalah ..................................................................
4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
4
F. Kajian Pustaka .......................................................................
5
G. Metode Penelitian ...................................................................
7
STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH A. Kepemimpinan Kepala Madrasah ..........................................
13
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah ...........................
13
2. Tipologi Kepemimpinan Kepala Madrasah ...............................
16
3. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah ..................................
22
4. Tugas Kepemimpinan Kepala Madrasah ...................................
24
5. Strateg-strategi dalam Kepemimpinan Kepala Madrasah.........
28
B. Prestasi Belajar Siswa ............................................................
29
1. Pengertian Prestasi Belajar .......................................................
29
2. Tingkat Prestasi Belajar ............................................................
32
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ..... 33
C. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ............................................................ BAB III
36
TRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Gambaran Umum MTs Taqwal Ilah ......................................
41
B. Kepemimpinan Kepala Madrasah di MTs Taqwal Ilah .........
50
C. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa .............................................................
54
D. Problematika yang Dihadapi Kepala Madrasah dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang Semarang ................................. BAB IV
58
STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang) Semarang) A. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah di MTs Taqwal Ilah .....................................................................
60
B. Implikasi Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ....................................
64
C. Analisis Solusi Problematika yang Dihadapi Kepala Madrasah Sebagai Supervisor bagi Peningkatan Mutu Guru PAI di MTs Taqwal Ilah ............................................................................. BAB V
69
PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................
72
B. Saran .......................................................................................
73
C. Penutup ...................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala sekolah adalah seorang yang mampu berperan sebagai figur dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan sekitarnya. Sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.1 Pidarto (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki
oleh
kepala
sekolah
untuk
menyelesaikan
kepemimpinannya
sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa bahwa keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk kerjasama, memotivasi, dan memimpin serta keterampilan teknik, ialah keterampilan
dalam
menggunakan
pengetahuan,
metode,
teknik,
serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.2 Sebagai seorang yang menjadi panutan di lingkungan pendidikan, maka Kepala Sekolah harus bisa menunjukkan sikap yang bijaksana dengan tidak semena-mena terhadap bawahannya. Dalam Al-Qur’an Surat Asy Syu’araa’ ayat 215 Allah berfirman:
. َ ْ ِ ِ ُْ ْ ا َ ِ َ َ َ ا ِ َ ِ َ َ َ ِْ ْ وَا Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.3 Dalam hal ini sejauh manakah Kepala Madrasah Tsanawiyah Taqwal Ilah mampu menampilkan kepemimpinan yang baik sehingga berpengaruh langsung terhadap kinerja sekolah, yakni iklim kehidupan sekolah, etos belajar, semangat kerja guru, dan prestasi belajar siswa.
1
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 98. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 126. 3 Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 603.
Karena memang pada hakekatnya kepala madrasah merupakan guru yang mendapatkan tugas tambahan dan diberikan kesempatan untuk mengelola suatu lembaga pendidikan. Jadi kedudukan kepala madrasah dan guru sebagai tenaga kependidikan adalah sama yaitu bagaimana upaya untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan adalah dengan mengikutsertakan para guru dalam penataran-penataran, lokakarya, inservice training atau yang lainnya, yang mana berfungsi untuk menambah wawasan bagi guru dan juga memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, yang nantinya bermanfaat pada peningkatan pengajaran yang profesional. Banyak faktor yang mendukung untuk tercapainya prestasi siswa, yaitu faktor internal siswa misalnya termasuk juga aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap, bakat, minat, dan motivasi.4 Hal lain yang harus diperhatikan dalam meningkatkan prestasi siswa di MTs Taqwal Ilah adalah berbagai usaha yang dilakukan kepala madrasah untuk menumbuhkan kepercayaan diri kepada siswa, mengembangkan cara belajar dan menumbuhkan tujuan belajar di lingkungan madrasah. Hal itu merupakan kunci sukses bagi siswa untuk meraih prestasi yang membanggakan dan juga membimbing untuk meraih apa yang dicita-citakan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang model kepemimpinan apa saja yang diterapkan kepala madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa serta memberikan kejelasan tentang bagaimana model kepemimpinan yang diterapkan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm. 133.
B. Rumusan Masalah Melihat latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumusan beberapa permasalahan, antara lain: 1. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa 2. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa 3. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa 4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa C. Tujuan dan dan Manfaat Penelitian Berpijak dari rumusan masalah yang telah penulis tentukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan Kepala Madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah? 2. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrsah dalam merancang instrument sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah? 3. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah? 4. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi psikologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Apabila penelitian yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan apa yang direncanakan, maka dapat berguna: 1. Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
2. Memberikan kontribusi kepada MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang sebagai cermin dari apa yang telah dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Untuk menambah wawasan keilmuan bagi penulis khususnya dan untuk masyarakat pada umumnya.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Setelah penulis mengadakan pengamatan, ternyata ada skripsi yang berhubungan dengan skripsi penulis, antara lain: 1. Penelitian Nur Rokhmat NIM 3101179 berjudul Peranan Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Peningkatan Profesionalisme Guru PAI DI SMP N 18 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 dalamnya diterangkan 1) Kepala sekolah dan guru merupakan sebagian dari sumber daya manusia yang terdapat pada SMPN 18 Semarang. Ditinjau dari segi latar belakang pendidikan, sebagian besar dari tenaga pengajar (guru) di SMPN 18 Semarang hampir seluruhnya adalah lulusan sarjana (S1) dan ada beberapa lulusan D1, D2 dan D3. Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa hal ini adalah cukup standar dalam segi kualitas tenaga pengajarnya, terlebih guru PAI. 2) Kepemimpinan kepala sekolah di SMPN 18 telah berjalan dengan baik, dalam artian kepemimpinan dijalankan dengan gaya demokratis, kooperatif, partisipatif dan delegatif tidak memaksa atau otoriter. Karena kepala sekolah SMPN 18 dilihat selalu mengajak guru bahkan karyawan dalam mengambil keputusan suatu masalah (problem solving). 3) Guru pendidikan agama islam di SMPN 18 Semarang sudah tergolong guru PAI yang profesional. Karena mereka sudah menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran agama Islam, menyusun program pengajaran agama Islam, melaksanakan program pengajaran agama Islam, melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam dan melaksanakan program bimbingan pendidikan agama Islam. Rata-rata guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan seluruh tugas dan fungsinya sebagai guru pendidikan agama Islam berjalan dengan baik. 4) Peranan kepemimpinan kepala sekolah di SMP N 18 Semarang dalam peningkatan profesionalisme guru PAI sudah menunjukkan
hasil yang efektif. Keefektifan tersebut dapat dilihat dari peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan perannya secara penuh terhadap guru pendidikan agama Islam pada khususnya, sepert, memberikan kesejahteraan terhadap guru, melakukan kontrol dan memberikan arahan serta bimbingan terhadap guru pendidikan agama Islam. 5) Tipe atau model kepemimpinan demokratis memang dipandang tipe atau model kepemimpinan yang paling baik dan efektif. Namun berbeda dengan referensi yang pernah dijumpai, menurut hemat peneliti tipe kepemimpinan demokratis tidak selamanya menjamin kepemimpinan seseorang. Dalam hal ini, kepemimpinan kepala sekolah di SMPN 18 Semarang, memandang situasi dan kondisi, maka bisa saja tipe kepemimpinan lain harus digalakkan oleh seorang kepala sekolah. Misalnya, Tatkala kepala sekolah melihat guru yang malas, maka tak ada salahnya kalau ia menegur, disinilah kemudian tipe kepemimpinan otoriter berjalan. Ketika semua bawahan (guru maupun karyawan) sudah pandai, cerdas dan ahli, memungkinkan untuk bekerja sendiri. Kepala sekolah boleh menerapkan tipe kepemimpinan bebas (laissez faire), artinya diperbolehkan untuk membiarkan bawahan bekerja sendiri. Dengan melihat betapa semua tipe kepemimpinan memang sangat diperlukan bagi seorang pemimpin, maka tidak hanya kepemimpinan demokratis saja yang harus diterapkan dalam kepemimpinan seseorang. Tipe-tipe tersebut saling berputar membentuk lingkaran, artinya tergantung keadaan dan kebutuhan tipe mana yang lebih cocok untuk diterapkan pada saat itu. 2. Penelitian Wahdan Ikhtiari Abdillah (319878), berjudul “Peranan Kepala
Sekolah Sebagai Administrator Mata Pelajaran PAI di SLTP N Kretek 1 Wonosobo”, dengan hasil studinya menunjukkan bahwa Kepala Sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dan kemajuan sekolah, ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan terkendali dan terarah dalam usaha inovasi dan mencoba ide-ide baru dan praktek-praktek baru dalam bentuk manajemen kelas yang lebih efektif dan efisien. Dalam skripsi Wahdan Ikhtiari Abdillah ini hanya menyinggung arti
pentingnya kepala sekolah sebagai administrator, maka tidak ada kesamaan dengan pembahasan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru. 3. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Muti’ah NIM 3199196 berjudul
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Studi di SMU Muhammadiah 1 Simo Boyolali. Yang didalamnya berisi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMU Muhammadiyah 1 Simo Boyolali adalah termasuk dalam kriteria sekolah dengan kemampuan sedang. Dengan ciri bahwa kepala sekolah, guru, partisipasi masyarakat, pendapatan daerah, dan orang tua, serta anggaran sekolah masuk dalam kategori sekolah dengan kemampuan manajemen. Sedang Kendala dari Manajemen Berbasis Sekolah di SMU Muhammadiyah 1 Simo adalah, sebagai berikut: 1) Kurangnya partisipasi masyarakat, termasuk dukungan dana. 2) Kepala sekolah dan guru perlu ditingkatkan kompetensinya. 3) Pendapatan daerah dan orang tua perlu ditingkatkan lagi. Penunjang dari pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, antara lain 1) Adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya. 2) Manajemen berbasis sekolah. 3) Adanya ekstra kurikuler di sekolah yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMU Muhammadiyah 1 Simo Boyolali. 4) Adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat atau tokoh masyarakat dan di bentuknya komite sekolah. 5) Kerjasama dengan lembaga lain yaitu kursus komputer dengan Gamma Com untuk memajukan mutu sekolah dalam bidang non Islam. Letak perbedaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi yang ada diatas adalah terletak pada sosok Kepala Sekolah yang profesional yang mampu mengelola pendidikan dengan baik, dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah tersebut dalam meningkatkan prestasi siswa serta hasil yang diperoleh siswa MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang. B. Kerangka Teoritik 1.
Kepemimpinan Kepala Madrasah a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kepemimpinan secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar ”pimpin” dengan mendapat awalan menjadi “memimpin” maka diartikan menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing dalam perkataan ini dapat disamakan pengertiannya dengan mengetahui, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri.5 Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntut, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.6 Ini berarti dalam kepemimpinan
terdapat
proses
saling
mempengaruhi
dalam
bentuk
memberikan dukungan (motivasi) yang lebih persuasif, dan bisa juga mempressur anggotanya agar mau melaksanakan apa yang dikehendaki. Ngalim Poerwanto mendefinisikan kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan diantara perorangan dan kelompok yang menyebabkan seseorang atau kelompok maju ke arah tujuan tertentu.7 Konsep yang lain juga dipaparkan oleh Daan Sugandha bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasakan dalam usaha menentukan tujuan dan mencapainya (the process of influencing the activities
of an organized group in its efforts towards goal setting and l achievement).8 Sedangkan Kepala Madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.9 Dalam hal ini ia memegang
5
WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
hlm. 684. 6
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 1. 7 Ngalim Purwanto, dkk, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1983), hlm. 33. 8 Daan Sugandha, Kepemimpinan di dalam Administrasi, (Bandung: CV Sinar Baru, 1981), hlm. 62. 9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 126.
peranan terpenting, yakni sebagai penanggung jawab semua kegiatan yang terdapat dalam madrasah. Mulai dari relokasi kepegawaian sampai hal yang terkecil, seperti penyiapan syllabus dalam proses belajar-mengajar. Di lingkungan lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan kepala madrasah dibutuhkan dalam upaya efektifitas dan efisiensi potensi maupun sumber daya madrasah. Dengan berbagai gaya, metode, dan prosedur yang berbeda-beda, para pemimpin pendidikan dapat mengaktualisasikannya dalam wujud mengarahkan, membimbing dan mendorong para bawahannya agar melakukan rencana dan program kerja menurut nilai-nilai islami. Dalam satuan pendidikan, kepala madrasah menduduki dua jabatan penting untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala madrasah dalam pengelola pendidikan di madrasah secara keseluruhan. Kedua, kepala madrasah adalah pemimpin formal di madrasahnya.10 Sebagai
pengelola
bertanggungjawab
pendidikan,
terhadap
berarti
keberhasilan
kepala
madrasah
penyelenggaraan
kegiatan
pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi madrasah dengan seluruh substansinya. Di samping itu, kepala madrasah bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Sebagai
pengelola,
kepala
madrasah
memiliki
tugas
untuk
mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah profesionalisme yang diharapkan.11 Sebagai pemimpin formal, kepala madrasah bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala madrasah berfungsi sebagai koordinator yang mampu memberikan instruksi dan pengarahan serta mampu melaksanakan tugas-tugas yang 10
Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 86. 11 . Moch. idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 87.
menjadi tanggungjawabnya, dan ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepemimpinannya. Sabda Nabi SAW:
:ل َ َ. ُ ْ % َ , ُ *ا َ+ ِ ْ َا ُ)ْ َد &ر َر% َ #ُ $ِ َ ُ ْ َ" ْ! َ ا ُ ُ ْ ُ َ ُ ُ ْ ْ َ ُ ا َ ََ َ َ ْ وَا َءذَى ِ;ي6َ 87 9 َ ِ َ َ;ه َ َْ َا5 َو ََا َ ٌ ِا#َ 20 َ ْ ِ َو2َ% َ , ُ ا123 َ , ِ لا ُ ْ)0 ُ ل َر َ َ. . َ6ْ 8ِ ْ َ!)ْ َم ا “Hadits dari Ibnu Syaibah bin Abi Sa’ad bin Khuzaimah bin Hakim dari Abu Dzar r.a. Sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan) itu suatu kepercayaan (amanah) itu suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barangsiapa yang mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan sesuatu (kewajiban) yang terdapat dalam amanat itu”.12 Dalam asbabul wurud hadits ini, Abu Dzar berkata: “aku meminta kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah apakah tiada engkau dapat memberikan suatu pekerjaan (jabatan penting)? Beliau menjawab: “Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan) itu suatu pekerjaan (amanah), dan sesungguhnya pada hari kiamat karena menyianyiakan amanah itu suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barang siapa yang mengambilnya
dengan
menjalankan
haknya
dan
menunaikan
suatu
(kewajiban) yang terdapat dalam amanah itu.13 b. Tipologi Kepemimpinan Kepala Madrasah Tipologi kepemimpinan di atas merupakan cerminan dan refleksi kepribadian serta karakter dari seorang pemimpin. Pada umumnya seorang pemimpin termasuk kepala madrasah menerapkan sistem kombinasi dari berbagai macam tipe. Dalam pelaksanaannya, tipe demokratislah yang ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan Islam. Karena selain sesuai dengan 12
Imam Abi Hussein, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim; di Syarkhi al-Nawawi, (Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah), tt, Juz. IX, hlm. 213. 13 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya, Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), (Jakarta: Radar Jaya, Offset, 2002), hlm. 463.
nilai-nilai islami juga terbukti dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja kepala madrasah. 1) Tipe yang Otokratis Pemimpin yang bergaya otokratis ini memegang kekuasaan mutlak. Semua kebijaksanaan atau policy ditetapkan oleh pemimpin itu sendiri, langkah-langkah aktifitas ditentukan oleh pemimpin satu persatu yang dilakukan tanpa musyawarah dengan orang yang dipimpinnya. Tiap-tiap policy dan tugas atau instruksi harus dipatuhi dengan seksama tanpa diberikan
kebebasan
untuk
mempertimbangkan
kekurangan
dan
kebaikannya. Dengan demikian orang yang dipimpin harus patuh dan setia. Kehendak dan perintah adalah kehendak yang dipandang dari organisasi.14 Kepemimpinan yang bersifat otoriter muncul atas keyakinan pemimpin bahwa fungsi dan perannya adalah memerintah, mengatur dan mengawasi anggota kelompoknya. Pemimpin yang demikian ini merasa bahwa statusnya berbeda dan lebih tinggi daripada kelompoknya. Oleh karena itu ia menempatkan diri di luar dan di atas kelompoknya atau "working a group". Keuntungan kepemimpinan yang otoriter ini ialah bahwa disiplin dapat dikontrol dengn baik, dan semua pekerjaan dapat berlangsung secara tertib dan teratur.15 Tetapi sebaliknya disitu terdapat banyak kelemahan yaitu antara lain, segala wewenang dalam pengambilan keputusan di dominasi pemimpin sehingga tidak memberikan ruang kepada bawahan untuk mengeluarkan pendapat. Inilah yang menjadikan stagnasi suatu organisasi. Hubungannya pun bersifat kaku dan formal, sehingga tidak terdapat ikatan emosional, secara psikologis yang akrab antara atasan dan bawahan. Secara singkatnya terjadi monopoli yang dilakukan pemimpin tanpa melihat anggota. Dan ini berakibat bawahan tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara
14
U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 35-36. 15 Soewadji Lazaruth, Kepala Madrasah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), hlm. 63.
maksimal karena selalu merasa dibatasi oleh kekuasaan dari atasan/ pimpinan. 2) Tipe yang Paternalistik Seorang yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik ialah seorang yang: a) Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa b) Bersikap terlalu melindungi (over protective) c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif. e) Jarang
memberikan
kesempatan
kepada
bawahannya
untuk
mengembangkan daya kreasi. f) Sering bersikap maha tahu.16 Tipe ini hampir sama dengan tipe otokratis perbedaannya pada sikap yang agak fleksibel dan skeptisme terhadap bawahan dalam melakukan sesuatu sehingga diwajibkan dengan memberikan perlindungan yang berlebihan. 3) Tipe yang Karismatik Karismatik berarti bersifat karisma, sedang perkataan karisma diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa.17 Dalam kepemimpinan seseorang digunakan untuk membangkitkan kemajuan dan rasa kepercayaan dari masyarakat terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kuatnya kepribadian individu.18 Kepemimpinan karismatik mengidentifikasikan daya tarik kualitas kepribadian yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Penampilan 16
Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997),
hlm. 43. 17
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 391. Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam.,(Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1993) hlm. 174. 18
seseorang dianggap karismatik dapat diketahui dari ciri-ciri fisiknya, misalnya tekun, berpandangan tajam, tegas, pemberani, supel, penuh percaya diri, berpengaruh besar, semuanya menjelma dalam kata, ide dan tindakan.19 Sementara sederet kepribadian lainnya yang merupakan sifatsifat karismatik misalnya, matanya yang bercahaya, suaranya yang kuat, dagunya yang menonjol, atau tanda-tanda lainnya.20 Dari kepemimpinan tipe ini muncul kewibawaan dalam diri pemimpin yang menimbulkan daya tarik tersendiri, dan membawa pengaruh untuk bersikap patuh, tawadhu dan melaksanakan perintahperintah
yang
diberikan
sang
pemimpin
kepada
bawahan,
jenis
kepemimpinan ini tidak bersifat selamanya (permanen), tetapi bersifat sementara, apabila telah hilang kewibawaannya, bawahan pun mulai goyah untuk tetap menaati pemimpin. 4) Tipe yang Laizes Faire Pada kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpinnya. Mereka yang mengambil keputusan-keputusan menetapkan prosedur dan aktivitas kerja. Semua kebijaksanaan metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari orang yang dipimpin.21 Seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan bimbingan, dan pengarahan dari pimpinan. Pimpinan menganggap semua itu adalah hak mereka. Ia seolah-olah berada di luar organisasi tersebut. Walaupun ia turun tangan apabila diminta oleh staf atau orang yang dipimpin itu, mereka bahkan boleh menerima atau menolaknya. Ini memberikan penegasan bahwa secara tidak langsung, terjadi pelimpahan wewenang dalam pengambilan kebijakan disini tidak mempunyai ketegasan dan mengarah kepada kepemimpinan peran penting dalam organisasi. Apabila tipe laizes faire di terapkan dalam organisasi kemungkinan besar keadaan 19 20
Hiroko Harikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987), hlm. 213. Sukanto, Kepemimpinan Kiyai dalam Pesantren, (Jakarta: Pustaka, LP3ES, 1999), hlm.
25. 21
U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan., hlm 37.
chaos (kekacauan serta carut marut) akan sering banyak terjadi, yang disebabkan oleh kekuasaan terbesar dialihkan kepada bawahan. Sebagai pimpinan atau atasan tidak mempunyai kekuatan apa-apa, hanya status jabatan formal saja. 5) Tipe yang Demokratis Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat: a) Dalam mengarahkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk termulia di dunia. b) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan. c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan. d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan. e) Memberikan
kebebasan
seluas-luasnya
kepada
bawahan
dan
membimbingnya. f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya. g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.22 Sebagaimana dalam Al Qur’an surat asy-Syura ayat 38 Allah berfirman:
ْ#َ ُه.ْ ْ َو ِ َر َز#6ُ َ ْ َ ْ ُ)رَى# ُهDُ ْ َ َة َوَأ2G َ ُ)ا ا.ْ َوَأ#6ِ 7 Dَ ِ َ ُ)اBCَ 0 ْا َ !ِ;وَا M٣٨J ن َ )ُ8ِ ْ !ُ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (QS. asy-Syura ayat 38).23 Dalam mengomentari ayat ini, Yusuf Ali menyebutkan bahwa gagasan dalam ayat di atas adalah “musyawarah”. Inilah kata-kata kunci dalam ayat ini. Ini pula yang menunjukkan cara ideal yang harus ditempuh 22
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, t.th), hlm. 52. 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000), hlm. 389.
oleh seseorang dalam berbagai urusannya, sehingga, disuatu pihak kiranya ia tidak menjadi terlalu egois, dan dipihak lain kiranya ia tidak dengan mudah meninggalkan tanggung jawab yang dibebankan atas dirinya sebagai pribadi yang perkembangannya diperhatikan Tuhan. Prinsip ini sepenuhnya dilaksanakan oleh Nabi SAW dalam kehidupan beliau, baik pribadi maupun umum, dan sepenuhnya diikuti oleh penguasa Islam masa awal.24 Selain ayat ini yang menjelaskan tentang prinsip musyawarah dalam Islam, juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159.
َ ِْ) َ ِْ )اWXَ Yْ َ V ِ 2ْ 8َ ْ اT َ ِ2U َ RSNَ P َ ْ ْ َوَ)ْ ُآ#6ُ َ P َ ْ ِ ِ 2 ا َ ِ ٍ َ ْ َِ َرNَ ن ِ ِإ2 ا1َ2% َ ْ^ َ َ َ) آP َ ْ "َ % َ ِ]ذَاNَ Dِ ْ \َ ْ ِ* اN ْ#ْ َوَ ِورْ ُه#6ُ َ ْDِ [ْ Cَ 0 ْ ْ وَا#6ُ ْ % َ Z ُ % ْ َN M١٥٩J َ ِ2آ7 )َ Cَ ُ ْ اV W 9 ِ !ُ َ 2ا Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246] . Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 159).25 Diantara
jenis
kepemimpinan
yang
paling
spesifik
adalah
kepemimpinan pendidikan (educative leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat dan membangkitkannya terkait erat dengan terpenuhinya kepemimpinan pendidikan yang benar. Krisis yang mengepung umat kita saat ini tiada lain karena hilangnya murabbi (pendidik) yang teladan atau pemimpin tarbawi. Sehingga diperlukan seorang pemimpin yang dalam kinerjanya mampu memberdayakan serta mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi potensi lembaga pendidikan Islam. Para ulama berkonsensus bahwa inti efektivitas proses kepemimpinan terletak pada wibawa (pengaruh) interaktif antara pemimpin dan 24
Syarifudin Jurdi, Pemikiran Poitik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 612. 25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 56.
pengikutnya.
Kepemimpinan
yang
sukses
adalah
yang
mampu
mempengaruhi perilaku individu-individu, untuk menunaikan tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk mewujudkan target jama’ah (organisasi, lembaga pendidikan).26 Dari konsensus para ulama ini, dalam manajemen Islam muncul konsep kepemimpinan efektif, yakni kepemimpinan yang mana sang pemimpin menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektivitasnya bukan karena seruan yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang memekakkan dan menggema dimana-mana, tetapi terletak pada perilaku yang memperkaya pembicaraan, menerjemahkan tugas kepemimpinan dalam suasana penuh kehati-hatian dan ketenangan. Selanjutnya, pekerjaanpun semakin maju dan produktivitas pun meningkat, sehingga target tercapai.27 c. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah Kepala madrasah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek seharihari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan madrasah.28 1) Dalam kehidupan sehari-hari kepala madrasah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda, sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dalam menghadapi hal semacam itu kepala madrasah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan. 2) Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru dan staf dan siswa suatu madrasah 26
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001), hlm. 2. 27 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam., hlm. 3. 28 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 106.
hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala madrasah sehingga dengan saran tersebut dalam memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing (suggesting). 3) Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi memerlukan dukungan dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula madrasah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan, kepala madrasah bertanggungjawab untuk memenuhi atau menyediakan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang disediakan oleh kepala madrasah, sumber daya manusia yang ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplying
objectives). 4) Kepala madrasah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kekurangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh para kepada madrasah (catalyzing). 5) Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala madrasah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan madrasah. Sehingga para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala madrasah (providing
security). 6) Seorang kepala madrasah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala madrasah sebagai orang yang mewakili kehidupan madrasah di mana dan dalam kesempatan apapun. Oleh sebab itu, penampilan seorang kepala madrasah harus selalu
dijaga integrasinya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (representating). 7) Kepala madrasah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala madrasah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap guru, staf, dan siswa. Sehingga mereka menerima dan memahami tujuan madrasah secara antusias, bekerja secara bertanggungjawab ke arah tercapainya tujuan madrasah (inspiring). Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, akan merasa bangga apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala madrasah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggungjawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan, mengikuti pendidikan, dan sebagainya (praising). d. Tugas Kepemimpinan Kepala Madrasah Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala madrasah harus melaksanakan pekerjaannya sebagai educator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Kepala madrasah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator, dan motivator di madrasahnya. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala madrasah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.29 1) Kepala Madrasah sebagai Edukator (Pendidik) Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di madrasahnya. Menciptakan iklim yang kondusif, 29
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2003), hlm. 98.
memberikan nasehat kepada warga madrasah memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi siswa di atas normal.30 Untuk membantu terlaksananya fungsi ini, kepada madrasah bisa mengadakan pelatihan-pelatihan tenaga kependidikan, studi komparasi antar madrasah, dan juga mengadakan kerjasama pihak-pihak yang terkait dalam masalah ini. 2) Kepala Madrasah sebagai Manajer Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah. 31 3) Kepala Madrasah sebagai Administrator Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program madrasah. Secara spesifik, kepala madrasah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum mengelola administrasi siswa, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas madrasah.32
30
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 99. 31 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 103. 32 . E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, hlm. 107
4) Kepala Madrasah sebagai Supervisor Kepala madrasah sebagai supervisor satu-satunya orang yang dapat membantu perkembangan anggota atau stafnya dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Adapun peranan dan tanggungjawab kepala madrasah, sebagai berikut: a) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas terhadap masalah atau
persoalan
atau
kebutuhan
siswa
serta
membantu
guru
mengatasinya. b) Membantu guru dalam mengantisipasi kesukaran guru dalam mengajar. c) Memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru dengan orientasi. d) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan tujuannya. e) Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. f) Membantu guru mengerti makna alat untuk pelayanan. g) Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar sehingga suasana pengajaran bisa mempermudah pemahaman siswa. h) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.33 Kepala madrasah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan
ekstrakulikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.34
33
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.,
hlm. 55. 34
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 112.
Pada hakikatnya, kegiatan supervisi yang dilakukan kepala madrasah adalah berupa pemberian bantuan dan pendampingan (ad vocation) kepada anggotanya: yang dalam hal ini mereka yang terkait dalam aktivitas pendidikan guru, siswa, staf karyawan, dan sebagainya. Ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sumber daya madrasah, serta optimalisasi mutu madrasah. 5) Kepala Madrasah sebagai Leader Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah sebagai leader dapat
dianalisis
dari
kepribadian,
pengetahuan
terhadap
tenaga
kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala madrasah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur (2) percaya diri (3) tanggungjawab (4) berani mengambil resiko dan keputusan (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil (7) teladan.35 Dari analisa kepribadian tersebut dapat memberikan penjelasan bahwa faktor kepribadian juga menentukan keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dalam mengorganisir para anggotanya. Pribadi positif yang dimiliki kepala madrasah akan memberikan efek positif pula, sebaliknya juga apabila yang dimiliki adalah pribadi buruk, maka akan berdampak negatif terhadap situasi dan kondisi madrasah. 6) Kepala Madrasah sebagai Inovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di madrasah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
35
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 115.
Kepala madrasah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.36 Kepala madrasah harus mempunyai gagasan-gagasan baru untuk memperkaya khazanah pengetahuannya, yang diantaranya bermanfaat untuk kemajuan madrasah, seperti penguasaan komputerisasi, mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan pihak lain, selalu melakukan eksperimen-eksperimen tentang penerapan sistem pendidikan. 7) Kepala Madrasah sebagai Motivator Sebagai motivator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).37 e. Strategi-Strategi dalam Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam rangka melakukan perandan fungsinya sebagai manajer, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk meberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam bebagai kegiatan yang menunjang program madrasah. 1) Memberdayakan
Tenaga
Kependidikan
Melalui
Kerjasama
Atau
Kooperatif. Dimaksudkan
bahwa
dalam
meningkatkan
profesionalisme
tenaga
kependidikan di madrasah, kepala madrasah harus mementingkan 36
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 118. 37
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, hlm. 103.
kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala madrasah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya madrasah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala madrasah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-waklinya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala madrasah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di madrasah, berpikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua. 2) Memberi Kesempatan Kepada Tenaga Kependidikan untuk Meningkatkan Profesinya. Sebagai manajer kepala madrasah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini kepala madrasah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masingmasing. 3) Mendorong Keterlibatan Seluruh Tenaga Kependidikan Dimaksudkan bahwa kepala madrasah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di madrasah (partisipasi).38 2.
Prestasi Belajar Siswa a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, “Prestasi artinya hasil yang telah dicapai”.39
38
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 103.
Sedangkan oleh Tulus Tu’u “Prestasi diartikan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”.40 Dari pengertian diatas kata prestasi dapat penulis simpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sedangkan pengertian belajar para ahli pendidikan dalam memberikan pengertian belajar amat bermacam-macam. Namun bukan berarti pendapat mereka bertentangan satu dengan yang lain. Berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian belajar menurut para ahli, antara lain: 1) Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “belajar pada intinya adalah perubahan yang terjadi pada individu yang belajar”.41 2) Menurut Moh. Uzer Usman, dkk, belajar diartikan sebagai “perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.42 3) Menurut Made Pidarta, “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”43 4) Menurut Mustaqim, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan-latihan dan pengalaman”.44 5) Menurut Ngalim Purwanto, belajar diartikan sebagai “perubahan dalam tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan bersifat relatif dan tetap”.45
39
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. 16, hlm. 768. 40 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 75. 41 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 14. 42 Moh. Uzer Usman, dkk, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bahan Kajian.PKG, MGBS, MGMP), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 4. 43 Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. 1, hlm. 197. 44 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 24.
6) Robert N Singer,” learning is reflected or inferred by a relatively permanent
change in behavioral potential resulting from practice or past experience in the situation.46 (belajar dicerminkan oleh suatu perubahan yang tetap di dalam mencapai atau potensi tingkah laku sebagai hasil praktik atau pengalaman masa lalu di dalam situasi itu). 7) Menurut Arno F. Wittig, “learning can be defined as any relatively
permanent change in an organism`s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.47 (Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman). Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku atas kecakapan yang disebabkan oleh pengalaman, ulangan dan latihan. Serta pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Selanjutnya menurut W.J.S Purwadarminta bahwa prestasi belajar adalah “hasil yang telah dicapai”.48 Sementara menurut W.J.S. Winkel, bahwa prestasi belajar adalah “tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah siswa mempelajari suatu pelajaran”.49 Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar siswa adalah tingkah laku yang diharapkan sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah mempelajari sesuatu. Tingkah laku yang diharapkan tersebut dapat diketahui tingkat pencapaiannya dengan instrumen tertentu seperti ulangan atau tes, dimana ulangan atau tes tersebut adalah untuk memutuskan indeks dalam mengukur tingkat pencapaian atau keberhasilan dalam belajar. Prestasi belajar akan diketahui dengan adanya
45
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1995), cet. II, hlm.
46
Robert N. Singer, Motor Learning and Human Performance, (Canada: the USA, 1980),
47
Arno F. Wittig, Psychology Of Learning, (New York; Mc Crow Hill Book Company),
48
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 768. W.S. Winkel, Dasar-dasar Penelitian, (Bandung; Nusa Karya, 1981), hlm 74.
81. P. 9. P. 29. 49
penilaian atau penguasaan sebuah proses belajar mengajar. Penilaian adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelatih yaitu pendidik (guru dan dosen) untuk mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar mengajar dalam perkuliahan. Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sedangkan penilaian hasil adalah penilaian yang dilakukan pada saat akhir kegiatan belajar mengajar yang ada pada buku laporan / Rapor /HSS. Dengan adanya penilaian, maka dapat diketahui tingkat kemajuan belajar, selain itu penilaian juga merupakan keseimbangan antara rencana dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa penilaian akan sulit mengetahui apakah kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan rencana dan tujuan dapat dicapai dengan baik. Secara ringkas dapat penulis kemukakan di sini bahwa yang paling mengetahui proses dan hasil belajar adalah pendidik. Oleh karena itu penilaian merupakan kegiatan mutlak yang harus dilakukan oleh setiap pendidik. Berbicara tentang prestasi, maka identik dengan nilai. Nilai seperti halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari sumber-sumber objektif, sedangkan sifat-sifat nilai bergantung pada pandangan yang timbul dari realisme dan idealisme. Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat di tentukan secara konseptual terlebih dahulu, melainkan bergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan bergantung pula dari sikap obyek tersebut, untuk yang pertama dapatlah ditunjukkan bahwa nilai mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.50 b. Tingkat Prestasi Belajar Setiap kegiatan akan menghasilkan sesuatu hal yang baik atau buruk, disenangi atau tidak disenangi begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, pada akhirnya akan diketahui hasilnya, yaitu baik atau buruk, prestasi yang 50
hlm. 36.
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Ardi, 1976),
ditunjukkan oleh siswa. Selanjutnya di ketahui prestasi yang ditunjukkan oleh siswa dapat menilai apakah proses atau kegiatan belajar mengajar telah menunjukkan hasil sesuai dengan harapan atau belum. Seorang peserta dapat mengetahui hasil belajar siswa dengan mengadakan evaluasi hasil belajar. Dari sini dapat diketahui perbedaan prestasi masing-masing dalam menyerap materi pelajaran. Dalam hal ini bukan berarti muncul kesimpulan adanya individu yang lebih pandai dan bodoh, tetapi hanyalah kecepatan dalam menguasai materi yang berbeda. Menurut John. B. Carrol bahwa “kepandaian adalah bukan indeks dan tingkat kemampuan belajar yang diukur dengan kecepatan belajarnya, dan tidak mengenal yang bodoh atau pintar melainkan lambat atau cepat dalam belajar”.51 Menurut Block dan Anderson bahwa “semua yang diajarkan dapat dikuasai apabila disediakan kondisi-kondisi yang sesuai”.52 Jadi jelas tingkatan belajar masing-masing orang tidaklah menunjukkan bodoh atau pintarnya seseorang, tetapi lebih menunjukkan kecepatan masingmasing individu dalam menyerap pelajaran, dimana tingkat kecepatan atau tingkat prestasi belajar seseorang merupakan akumulasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses belajar berlangsung. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pencapaian prestasi belajar ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Muhibbin Syah, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi: intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi, serta faktor eksternal yang 51 52
John B. Carrol, Tahapan Pembelajaran, (Jakarta: Citra Pratama, 1981), hlm. 28. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 141-171.
meliputi: lingkungan sosial dan lingkungan non sosial serta faktor pendekatan belajar.53 Menurut Abu Ahmadi, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi: jasmaniah, psikologis, kematangan fisik maupun psikis, serta faktor eksternal yang meliputi: faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.54 Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang meliputi faktor nonsosial dan faktor sosial. Sedang faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis.55 Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” hal-hal yang mempengaruhi prestasi adalah: lingkungan, instrumental, kondisi fisiologi, kondisi psikologis.56 1) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan, dimana terjadinya interaksi dalam
mata
rantai
kehidupan
yang
disebut
ekosistem,
saling
ketergantungan antar lingkungan biotik dan abiotik. Interaksi dalam lingkungan selalu terjadi dalam mengisi kehidupan dan berpengaruh cukup signifikan terhadap hasil belajar. a) Lingkungan alami Lingkungan hidup maksudnya adalah lingkungan tempat tinggal seseorang, hidup dan berusaha didalamnya, lingkungan berpengaruh terhadap belajar, dimana kondisi lingkungan yang kondusif akan menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan. b) Lingkungan sosial budaya
53
Muhibbin Syah, Op.cit., hlm. 130. Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 130 – 131. 55 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian,(Jakarta: Raja Grafido Press, 1995) hlm. 233. 56 Block and Anderson, Pembelajaran Tingkat Dasar, (Jakarta: Yudha Bahana, 1982), 54
hlm. 73.
Manusia adalah makhluk homososius, maksudnya adalah makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama satu dengan yang lainnya. Hidup kebersamaan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi sosial saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial. 2) Faktor Instrumental Faktor instrumental meliputi: a) Kurikulum Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan. Muatan kurikulum mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar. Jadi kurikulum diakui mempengaruhi proses dan hasil belajar. b) Program Program
pendidikan
disusun
untuk
dijalankan
demi
kemajuan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan di madrasah ataupun di lembaga pendidikan tergantung baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi madrasah yang tersedia. Baik tenaga, finansial, sarana dan prasarana. c) Sarana dan Fasilitas Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan, sarana dan fasilitas bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan dalam mencapai prestasi. d) Guru Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak
diperlukan
didalamnya.
Guru
yang
professional
lebih
mengedepankan kualitas pengajaran dari pada material oriented. Kualitas kerja diutamakan dari pada mengambil mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya. Untuk menjadi guru yang baik tidak dapat diandalkan kepada bakat atau hasrat ataupun lingkungan belaka, namun
harus disertai kegiatan studi dan latihan serta praktek atau pengalaman yang memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan. 3) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Akan berlainan belajarnya seseorang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, maka yang kekurangan gizi akan duduk lelah, mengantuk dan sukar menerima pelajaran. 4) Kondisi Psikologis Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar, meski faktor luar mendukung, tetapi psikologis tidak mendukung, maka faktor luar kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuankemampuan
kognitif
adalah
faktor-faktor
psikologis
yang
utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar. d. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan, kepemimpinan pendidikan yang direfleksikan oleh kepala madrasah seyogyanya meliputi kepedulian terhadap usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan satuan pendidikan baik teknis maupun pengelolaan yang profesional yang mendukung proses belajar siswa sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.57 Ini menegaskan bahwa keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap mutu pendidikan, seperti halnya mutu siswa.
57
Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 87.
Dari pembahasan tersebut dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan, otoritas, penguasaan, legitimasi, dominasi atau kekuatan tetapi merupakan interaksi aktif yang efektif. Pentingnya efektivitas kepemimpinan dalam Islam, mengharuskan seorang pemimpin pendidikan, termasuk dalam hal ini kepala madrasah memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif.58 Efektivitas itu
bisa
diukur
dengan upaya kepala madrasah dalam
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan terutama dalam hal kemampuan belajar mengajar. Kepala madrasah sebagai seorang pemimpin madrasah harus dapat memberikan dialog kepada guru untuk terus meningkatkan kemampuan pedagogiknya agar dapat melahirkan kualitas siswa yang baik dan berprestasi. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa.59 Sedangkan dalam penjelasan pasal 28 atas PP RI No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.60 Model kepemimpinan kepala madrasah dengan strategi melakukan bimbingan terhadap guru bagi peningkatan prestasi belajar siswa adalah: a. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi anak Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak dengan
menggunakan
semua
inderanya,
yaitu
melihat,
menyentuh,
mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti itu anak-anak 58
Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 10. Penjelasan UU RI no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. l9 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI no. I I tahun 2005, Op.cit., hlm. 43. 60 Penjelasan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. 19 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI No. 11 Tahun 2005, Op.cit., hlm. 160. 59
membangun pengetahuannya dengan cara memperlakukan atau memanipulasi objek, mengamati peristiwa-perisiwa atau kejadian, berinteraksi dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung anak mengembangkan ketrampilan mengamati, membandingkan, menghitung, bemain peran, mengemukakan perasaan dan gagasannya. Misalnya pada pelajaran IPA siswa dapat mengenal dan menyebutkan bagian anggota tubuh, pada pelajaran matematika siswa dapat menghitung banyaknya benda yang dilihat, pada pelajaran IPS siswa dapat bermain bersama teman-temannya dengan saling menyayangi satu sama lain. b. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu menentang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya. Dengan demikian dalam pembelajaran terpadu aktivitas mental anak terlibat. c. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu harus relevan dengan minat anak, karena minat anak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat anak dipertimbangkan dalam memilih tema, maka anak akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik. d. Membantu anak mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. Tema
yang
dipilih
untuk
pembelajaran
terpadu
harus
mempertimbangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki anak, sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru, dengan demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal anak. e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional, fisik, afeksi dan estetis dan agama.
Tema sebagai fokus dalam pembelajaran terpadu memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan belajar yang relevan. f. Mengakomodasikan kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktifitas fisik, interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang positif. Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial, afeksi, emosi dan intelektual. Melalui pembelajaran terpadu kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mungkin untuk dipenuhi karena pembelajaran terpadu menyediakan kegiatan belajar yang bervariasi. g. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Melalui bermain anak melakukan proses belajar yang menyenangkan, suka rela dan spontan. Melalui bermain, anak-anak juga membentuk konsep-konsep yang lebih abstrak. h. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak Dalam pembelajaran tertentu, guru bisa memanfaatkan pihak keluarga atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “pekerjaan”, guru dapat mengundang orang tua anak berprofesi sebagai petani, dokter, guru dan lain-lain untuk menceritakan pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini akan lebih menarik bagi anak daripada guru sendiri yang menceritakannya.61
61
125.
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm. 124-
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden melalui instrumen pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi dan sebagainya.62 Karena berdasarkan informasi yang didapat bahwasannya kepemimpinan kepala madrasah merupakan salah satu hal yang begitu menentukan pencapaian prestasi belajar siswa, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang tentusaja bersinggungan dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa seperti faktor lingkungan, instrumental, kondisi fisiologis, dan kondisi psikologis. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang. Berdasar pada informasi yang didapat peneliti melalui uraian singkat dari beberapa kawan yang kebetulan bertempat tinggal di lingkungan sekitar MTs Taqwal Ilah, bahwa, kepala madrasah Tsanawiyah di Kelurahan Meteseh tersebut dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai pribadi yang unik dan mantap dalam kepemimpinannya baik dalam kehidupan formal maupun non formal. Bagi peneliti dirasa tepat karena program studi peneliti adalah Kependidikan Islam yang prioritas akademiknya adalah bidang manajemen kependidikan, hal itu tampak dari beberapa mata kuliah seperti Dasar-Dasar Manajemen, Manajemen SDM Pendidikan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Manajemen Human dalam Pendidikan, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pendidikan, Manajemen Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, Manajemen Kesiswaan, Manajemen 62
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 125.
Perpustakaan dan Pusat Sumber Belajar, Manajemen Pendidikan Islam, Perencanaan Sistem Pendidikan, Supervisi Pendidikan, serta Kepemimpinan Pendidikan. Sehingga peneliti memantapkan langkah untuk menindak-lanjuti ketepatan tersebut dengan sikap optimis bahwa MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang berpotensi untuk berkembang dan mampu untuk bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Disamping itu kepala madrasah tersebut juga salah satu alumnus program Strata I sekaligus program pasca sarjana IAIN Waisongo Semarang. Dengan asumsi kedekatan emosional yang bisa saja membantu kelancaran langkah penelitian yang akan dilaksanakan. Proses penelitian tentang model kepemimpinan kepala sekolah di MTs Taqwal Ilah tungu Meteseh Tembalang ini dilaksanakan pada tanggal 05 November-10 Desember 2010. C. Sumber Sumber Penelitian MTs Taqwal Ilah secara geografis berada di jalan Tungu nomor 10 Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Apabila dilihat dari jarak kilometer (km), Kelurahan Meteseh sebagai lokasi berdirinya MTs Taqwal Ilah , tepatnya berada pada jarak 3 km dari kota kecamatan Tembalang dan bila dari kota Semarang berjarak kurang lebih 10 km. Bila dilihat dari daerah batas administrasi, lokasi madrasah yang berada di Meteseh Tembalang berbatasan dengan dua kabupaten, di sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Demak, di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Semarang, tepatnya kecamatan Ungaran Timur kabupaten Semarang. MTs Taqwal Ilah berdiri pada tahun 1993 bermula dari berdirinya madrasah diniyah 1968 berkembang menjadi pondok pesantren Taqwal Ilah tahun 1972 kemudian berdiri madrasah dilingkungan pesantren baik Mi maupun MTs. MTs Taqwal Ilah secara terstruktur di bawah naungan Departemen Agama dengan SK akreditasi WK/SA/PP.00.5/733/99 dengan piagam jenjang akreditasi dengan status terakreditasi B. juga terdaftar dengan No Statistik Madrasah
212337404015. MTs Taqwal Ilah juga terdaftar di Departemen Pendidikan Nasional dengan Nomor Induk Sekolah 210189/11/2007. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala madrasah yakni Bapak Rofiur Rutab M.Ag, guru dan kayawan, serta siswa MTs Taqwal Ilah tahun pelajaran 2010/2011.
D. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada aspekaspek tertentu yang meliputi : 1. Model kepeminpinan apa yang digunkan oleh kepala madrasah dalam upaya meningkatkan prestsi belajar siswa di MTs Taqwal ILah tersebut? 2. Bagaimana model kepeminpimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkunga yang evektif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 3. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa 4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa 5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa C. Pengumpulan Data Penelitian Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling melengkapi, metode tersebut antara lain: 1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun langsung kelapangan terhadap obyek yang diteliti (populasi atau sampel).63 Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati model kepemimpinan dan juga strategi kepemimpinan yang dilakukan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Wawancara Wawancara atau interview adalah Metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis dengan berlandaskan tujuan penelitian. Melalui Metode ini, peneliti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban informan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).64 Dalam penelitian ini dilakukan wawancara bebas terpimpin, yakni wawancara yang dilakukan secara bebas dalam arti responden diberi kebebasan menjawab, tetapi dalam batas-batas tertentu agar tidak menyimpang dari panduan wawancara yang telah disusun. 65 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari kepala madrasah tentang model dan strategi kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan dokumen, sertifikat, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, dan sebagainya.66 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian seperti: data prestasi siswa, dokumentasi
63
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 23 64 Wirawan Sarlito, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 67. 65
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), hlm. 23. 66 Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 131.
kinerja kepala madrasah, gambaran umum MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
D. Analisis Data Penelitian Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di temukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data.67 Tehnik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawan cara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.68 Untuk memperjelas penelitian ini maka peneliti menetapkan metode analisis deskriptif yaitu menyajikan dan menganalisis fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Data yang dikumpulkan sematamata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.69 Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis data secara induktif, karena: 1. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak yang terdapat dalam data, 2. Lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, 3. Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya,
67
Sudarwan Danim, Menjadi, hlm. 103. Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 7. 69 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 6-7. 68
4. Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, 5. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik.70 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertayaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Haberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitataif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung dengan cara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data , yaitu data reduction, data display, dan concusion
drawing/verification. 1. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberi kan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, 70
Lexy. J. Moleong, Metodologi, hlm. 10.
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.71 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Dalam penilaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan test yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.72 3. Conclusion Drawing/Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan daya berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.73
71
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.
72
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami, hlm. 95. Prof. Dr. Sugiyono, Memahami, hlm. 9.
91-93. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam dunia pendidikan, pelaksanaan sejumlah teori, ide, maupun model kepemimpinan adalah bentuk sejauh mana implementasi hal tersebut berhasil direalisasikan dalam ranah praktis. Demikian juga dengan kepemimpinan Bp. Rofiur Rutab M.S.I di MTs Taqwal Ilah, yang menganut model kepemimpinan demokratis dan sesekali otoriter dan sudah diterapkan secara profesional dan optimal. Selain mampu mengoperasionalkan peran, fingsi, serta tanggung jawab tolak ukur penilaian keberhasilan kepemimpinan yang lain adalah model kepemimpinan yang digunakan. Dalam hal ini sebagai kepala MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Bp. Rofiur Rutab M.S.I termasuk jenis pemimpin yang unik, karena beliau tidak hanya menggunakan satu model kepemimpinan saja, akan tetapi kombinasi dari beberapa model kepemimpinan yaitu: Otoriter, demokratis, dan bebas (laizzes faire). Dari sini, diketahui bahwa terdapat fleksibilitas dalam kepemimpinan beliau. Model kepemimpinan demokratis tetap diprioritaskan sebagai dasar utama kepala madrasah dalam memutuskan setiap kebijakan yang dibuat. Dengan mewujudkan ciri-ciri kepemimpinan ini, efektifitas dan efisiensi pemberdayaan potensi sumber daya madrasah telah tercapai, kriteria dari model kepemimpinan yang telah dijalankan kepala madrasah antara lain musyawarah, adil, memberikan kebebasan berfikir dan berpendapat, dan sebagainya. Menurut beliau, pemimpin harus dapat menjadi yang terbaik dan mampu mengendalikan, mengontrol, dan memberikan contoh yang baik kepada bawahannya. Sikap kepemimpinan yang otoriter terkadang juga diperlukan oleh seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan selama keputusan tersebut baik bagi peningkatan lembaga pendidikan tersebut, akan tetapi tergantung bagaimana strategi pemimpin mengontrolnya agar pengambilan keputusan tidak
dirasa otoriter dan dapat diterima oleh semua pihak tanpa ada rasa tekanan maupun tuntutan dari pemimpin.74 Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan, maka model kepemimpinan di MTs Taqwal Ilah bersifat kombinasi antara model kepemimpinan demokratis dan otoriter. Dengan tetap menekankan model demokratis menjadi landasan dimusyawarahkan bersama dan juga sistem organisasi yang desentralistik. Model kepemimpinan otoriter diambil sebagai alternatif fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi apabila diperlukan. Dari tinjauan manajemen Islami, kepemimpinan Bp. Rofiur Rutab M.SI dapat digolongkan telah menerapkan kepemimpinan efektif karena selain aktif dan efektif berinteraksi dengan bawahan (staf, guru, karyawan, dan peserta didik) beliau juga melaksanakan prinsip –prinsip islami. Fleksibilitas menjadi landasan dalam menerapkan model kepemimpinan otoriter, kedua strategi ini diterapkan dengan tujuan memberikan keseimbangan (balancing) dan ketegasan terhadap model kepemimpinan demokratis sehingga tidak terdapat kekakuan didalamnya. A. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membentuk Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kontruksi gedung MTs Taqwal Ilah yang kokoh , kurang lebih 150 m dari jalan raya, desain berbentuk leter U tiga lantai, dinding putih bersih, lantai tidak becek atau licin, jendela dan ventilasi cukup, kamar mandi terpisah antar guru dan siswa dengan air yang cukup pula, taman kacil di sudut halaman tertata rapi dan higienis, tempat sampah ada di depan setiap ruangan, penerangan memadai, serta hiasan berbagai kata motivatif menggunakan bahasa Jawa, Indonesia, Inggris dan hadits beserta artinya sangat mencerminkan lingkungan yang representative guna terciptanya lingkungan belajar kondusif sehingga kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dapat terwujud. Dalam hal pembentukan lingkungan tersebut kepala madrasah berlaku demokratis, dibahas melalui rapat
74
2010
Wawancara dengan M. Sokhib, S. Ag. (Waka Kurikulum) pada tanggal 9 november
dengan para guru dan karyawan, untuk kemudian dihadirkan dalam pertemuan rutin bersama masyarakat. Menurut Drs. H Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono dalam Psikologi belajar edisi revisi tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar salah satunya adalah kondisi gedung, terutama ditunjukkan pada kelas atau ruang tempat belajar anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti: 1. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan. 2. Dinding harus lebih bersih, putih, tidak terlihat kotor. 3. Keadaan gedung yang jauh dari keramaian (pasar, bengkel, dan lain-lain) sehingga anak mudah berkonsentrasi dalam belajarnya. Apabila beberapa hal tersebut tidak di penuhi, misalnya gedung dekan keramaian, ruangan gelap,lantai basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan kurang baik. Anak-anak selalu gundah, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat. Menurut peneliti hal tersebut di ataslah yang menjadi salah satu pertimbangan Bapak Rofiur Rutab dalam hal pengadaan lingkungan yang siap untuk menjadi wahana terjadinya proses belajar mengajar. Untuk ruang kelas yang rata-rata berukuran 8x10 m2 misalnya, hiasan ataupun ornament-ornamen yang terpajang di dinding haruslah memenuhi beberapa kriteria diantaranya estetika, etika, motivatif, dan interaktif, namun siswa diberikan kebebasan membuat sendiri dan mengatur tata letaknya. Misalnya struktus organisasi dan jadwal piket kelas, jadwal pelajaran, jam dinding, kalender, tempat sapu dan lain-lain. Serta menghias ruangan agar menjadi seindah, dan semenarik mungkin dengan asumsi dasar bahwa ruang kelas adalah kamar belajar siswa layaknya kamar atau ruangan tempat belajar di rumah masing-masing yang harus dijaga kebersihan dan kerapiannya. Setiap kelas juga mempunyai nama (julukan) yang muncul dari ide-ide siswa atas bimbingan wali kelas, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekompakan dan memunculkan suasana kompetitif yang sehat dalam proses pembelajaran di sekolah. Sikap demokratis kepala madrasah ini kemudian dilanjutkan dengan berbagai bentuk
penilain tentang sikap, kebersikan, kerapaian diri dan kelas maupun prestasi belajar siswa. Di pintu gerbang madrasah tertulis password pada sebuah papan yang setiap hari pasti berganti, setiap siswa diwajibkan melihat password tersebut pada saat jam pulang sekolah. Kata yang muncul pada saat pulang sekolah akan menjadi kata kunci untuk masuk ke lingkungan sekolah pada hari berikutnya. Menurut Bp Rofiur Rutab hal itu digunakan untuk menyiapkan diri (salah satunya adalah siswa) agar selalu mendisiplinkan sikap belajarnya. Dalam satu sisi dapat juga dipergunakan untuk mengetahui siapa saja (siswa) yang bolos atau tidak berangkat tanpa keterangan. Kata yang digunakan berasal dari berbagai bahasa, namun bahasa arab dan inggrislah yang diprioritaskan. Pengambilan tindakan bagi yang tidak menyebutkan kata kunci: bagi siswa adalah membaca surat-surat pilihan dalam Al Qur’an dan di awasi oleh guru piket yang dilaksanakan pada waktu istirahat atau setelah jam pelajaran selesai, bagi guru dan karyawan adalah berkunjung ke kediaman kepala Madrasah Tsanawiyah Tungu Meteseh Tembalang. Penentuan password langsung diperintahkan dan diatur oleh kepala madrasah dan berlaku untuk semua warga madrasah. Dalam hal inilah model kepemimpinan
otokratis
kepala
madrasah
Taqwal
Ilah
dipraktekkan.
Memberikan punishment (sanksi, hukuman) berupa peringatan teguran kepada para anggota yang melakukan kesalahan juga beliau lakukan kepada para bawahan yang melanggar aturan. Sedikit memaksakan kehendak pimpinan, ditujukan untuk memberikan ketegasan sikap agar para anggota memperhatikan, mematuhi aturan-aturan yang terdapat dalam lembaga.75 Selama penulis mengadakan observasi dapat diketahui bahwa terdapat hubungan kekeluargaan yang begitu kental. Hal ini berdampak pada terciptanya suasana harmonis antara atasan dan bawahan, kedekatan kepala madrasah dengan semua personil madrasah membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur yang dicintai dan dihormati. Nuansa alam demokratis tampak pada hubungan 75
Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7 November 2010
yang harmonis dan bersifat kekeluargaan di lingkungan MTs Taqwal Ilah. Kerjasama (team work) yang solid senantiasa mewarnai langkah-langkah dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban, sehingga tercipta kekompakan dan hubungan yang dekat antara kepala madrasah, tenaga pengajar, staf tata usaha, dan siswa. Model kepemimpinan kepala madrasah yang unik, karena sistem kombinasi dari beberapa model kepemimpinan serta menerapkan pola kepemimpinan efektif; mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan keteladanan (uswah) ta’awun, musyawarah dan sebagainya, menurut peneliti berimplikasi positif terhadap peningkatan mutu baik akademik maupun non akademik. Prestasi akademik ditunjukkan dengan nilai rata-rata 7,5 untuk hampir semua mata pelajaran yang di ujikan. Demikian juga dengan prestasi non akademik yang dibuktikan dengan sederet prestasi dalam bidang seni, olahraga, ketrampilan, dan sebagainya cukup membanggakan. Kemajuan di bidang ini juga tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan Bapak Rofiur Rutab yang memberikan apresiasi yang besar kepada peserta didik agar termotivasi untuk meningkatkan prestasi non akademiknya. Antara lain dengan menyediakan serta mengusahakan semua fasilitas yang menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian beliau juga memberikan support dan reward kepada peserta didik yang berhasil mengharumkan dan membawa nama baik lembaga pendidikan Taqwal Ilah melalui perlombaan, kejuaraan, debat ilmiah maupun yang lainnya sehingga mereka merasa dihargai dan semakin terpacu semangatnya. Bapak Rofiur Rutab acapkali berkoordinasi dengan para guru yang membina kegiatan ekstrakurikuler dengan tujuan mencari tahu kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi. Ini menunjukkan perhatian beliau yang besar serta membuahkan hasil yang optimal. Menurut Ngalim Purwanto dalam Administrasi dan Supervisi pendidikan, pemimpin yang memiliki sifat selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan serta memberikan kebebasan kepada bawahan (dalam hal ini siswa) dan membimbingnya adalah model pemimpin yang demokratis. Asas kebersamaan dan transparansi (keterbukaan) semakin mengoptimalkan penerapan model
kepemimpinan demokratis, setiap ada permasalahan ataupun konflik selalu dipecahkan bersama-sama dengan tujuan mengambil solusi yang tepat. Demikian halnya dengan asas keterbukaan, para anggota diberikan hak untuk mengawasi (social control) jalannya proses kerja organisasi. Memberikan kritik, saran dalam kelembagaan sangat dibolehkan. Peneliti setuju sekali karena melihat deskripsi di atas jelas sekali terpaparkan bahwasannya model kepemimpinan demokratis memang diprioritaskan oleh bapak Rofiur Rutab. Model Kepemimpinan Kepala Madrasa Madrasah dalam Merancang Instrumen sebagai B. Model Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa 1. Kurikulum Model kepemimpinan kepala madrasah mempengaruhi pula bagaimana sistem kewenangan yang diterapkan, pemberian kewenangan serta pendelegasian secara penuh ditujukan kepada para anggota, sehingga dalam hal ini tugas beliau adalah menginstruksikan tugas dan kegiatan yang harus dilakukan para anggota dengan kebijakan-kebijakan yang diputuskan secara musyawarah mufakat. Dengan demikian sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam struktur keorganisasian MTs Taqwal Ilah. Sampai dengan 2010 ini MTS Taqwal Ilah Semarang telah mengalami 3 (tiga) bentuk perubahan kurikulum. Saat pertama berdirinya 1993 madrasah ini hanya menggunakan sistem belajar mengajar seadanya, baru kemudian seiring dengan perkembangan jumlah siswa hingga lulusan kelas III (tiga) pertama tahun 1995, mengikuti kurikulum 1994. Munculnya kurikulum dengan basis kompetensi (kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) telah menambah pengalaman MTs Taqwal Ilah untuk ikut berpartisipasi dan ikut serta mengimplementasikan kurikulum tersebut. Menurut kepala madrasah MTs Taqwal Ilah, mengungkapkan bahwa sejak berkembangnya isu pengembangan kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, telah melakukan respon terutama tentang upaya menangkap informasi dari berbagai pihak diantaranya pencarian berbagai sumber, baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), juga upaya
membantu guru-guru dalam mengakses informasi tentang kurikulum tersebut, baik secara formal maupun informal agar guru-guru dapat memahami dan mengaktualisasikan dalam proses pembelajaran dikelas. Menurut kepala madrasah MTs Taqwal Ilah, bahwa pada tahun 2004 di MTs Taqwal Ilah telah diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai kurikulum pada umumnya. Tetapi pada tahun 2005/2006 kemudian telah berkembang
menjadi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
sebagai
penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi, pada saat itu juga kepala sekolah berupaya terus untuk dapat menyesuaikan diri, pada tahun 2006 MTs Taqwal Ilah telah mempersiapkan diri untuk mengikuti dan memberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai kurikulum yang aktual, pada tahun 2007 baru secara resmi mengikuti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum yang diberlaukan.76 Konsekuensi dari pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maka seluruh komponen madrasah senantiasa mengikuti ketentuan dari pusat, wilayah dan kota yang memiliki kebijakan tentang kurikulum. Buku- buku materi pembelajaran pun kemudian mengadaptasi pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dari manajemen, sumber belajar, guru-guru (pendidik) dan pola umum yang memerluakan pengembangan di madrasah, yang kesemuanya berkembang secar bertahap mengikuti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Secara umum proses pembelajaran di MTs Taqwal Ilah telah berjalan berdasarkan kurikulum terbaru atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bahkan secara keseluruhan baik kelas VII, VIII, IX (tujuh, delapan, sembilan) telah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai alternatif terbaik bagi pengembangan pendidikan di salah satu lembaga pendidikan tersebut. Sejak berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai kurikulum terbaru para guru langsung merespons untuk segera menerapkan dan mengimplementasikannya dalam kelas.
76
2010
Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7 November
Munculnya isu otonomi daerah yang dibarengi dengan munculnya isu otonomi pendidikan, khususnya pada upaya para pakar dan pemerintah dalam pemberdayaan madrasah
menuju pengembangan dan kemandirian, telah
mendorong pengurus yayasan, madrasah, dan tokoh masyarakat yang direkrut dalam komite sekolah untuk mengikuti pengembanga kurikulum yang diberlakukan
pemerintah
(Diknas).
Akhirnya
sesuai
dengan
berbagai
pertimbangan dan keadaan madrasah, MTs Taqwal Ilah telah resmi mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi pad tahun 2003 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pada
tahun
2007,
yang
berdampak
pada
uapaya
mengimplementasikan sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maupun sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Konsekuensinya, pengurus yayasan MTs Taqwal Ilah, pengurus madrasah, dan komite sekolah bersepakat untuk melakukan pemberdayaan para guru, baik dalam pendidikan (menyelesaikan Sarjana), pendidikan latihan (DIKLAT), maupun menguikutsertakan para guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan ceramah lainnya sebagai upaya meningkatkan kamampuan, pengetahuan, dan ketrampilan para guru. Sebagai manajer Bp. Rofiur Rutab M.S.I bertanggung jawab atas tugastugas yang dilaksanakan para anggotanya. Pembagian tugas serta pengaturannya menjadi
pekerjaan
utama
beliau
sebagai
manajer,
beliau
mampu
mengkomunikasikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan sehingga tujuan pendidikan tercapai. Salah satu bukti dari keberhasilan menjalankan peran ini adalah perkembangan MTs Taqwal Ilah hingga memperoleh akreditasi B. 2. Sarana dan Fasilitas Sebagai lembaga pendidikan Islam, MTs Taqwal Ilah dari generasi ke generasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bapak Rofiur Rutab selalu mengutamakan kerjasama damam mencapai tujuan, diawali dengan perkembangan fisik, hingga saat ini telah berhasil merealisasikan rencana pembangunan (master plan) yang dicanangkan bersama dengan para anggota,
stakeholder, dan juga masyarakat. Selain sarana dan fasilitas yang harus dimiliki lembaga pendidikan misalnya perpustakaan beserta koleksi buku-buku di dalamnya, penguasaan media komputer yang merupakan suatu wujud perkembangan dalam bidang teknologi di zaman modern ini, diadakan dengan berbagai pertimbangan terutama pendanaan. Selaku kepala madrasah Bapak Rofiur Rutab berlaku demokratis dalam rapat tersebut. Beliau menggarisbawahi dua hal yakni “efektif dan efisien”, akhirnya pengadaan laboratorium beserta perangkat komputer sebanyak 28 buah dapat terealisasikan melalui mufakat. Menindaklanjuti pengadaan lab komputer yang sudah ada, berdasarkan saran dan pendapat dari bawahan yang kemudian merupakan suatu disinkronkan dengan kepentingan dan tujuan madrasah dan yayasan, atas kebijakan kepala MTs Taqwal Ilah sehingga seluruh area Yayasan Taqwal Ilah adalah area hot spot. Dalam hal lain misalnya ekstrakurikuler panjat tebing, secara khusus MTs Taqwal Ilah tidak mempunyai sarana latihan untuk kegiatan tersebut. Merupakan ide kreatif yang tercipta dari pribadi seorang Bapak Rofiur Rutab yang mungkin saja tidak terbesit dalam angan para guru dan stafnya. Dengan pertimbangan lokasi MTs Taqwal Ilah yang jauh dari tempat latihan yang tersedia di Kota Semarang, menurut beliau terlalu repot untuk mengungsuikan anak-anaknya dalam setiap kali latihan ke tempat tersebut, mengingat banyaknya siswa yang berminat dalam ekstrakurikuler panjat tebing. Akhirnya berawal dari ide sang pimpinan, gedung madrasah yang bertingkat tiga dijadikan sarana untuk latihan ekstrakurikuler panjat tebing. Hal ini semakin melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian prestasi belajar siswa terutama dalam prestasi non akademik.77 3. Guru Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kepala madrasah melakukan pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan : 1) Mengikutkan guru dalam pelatihan pembuatan karya ilmiah. 77
2010
Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7 November
2) Menganjurkan mereka untuk mengadakan penelitian atau studi banding yang tentu saja madrasah memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut. 3) Menganjurkan guru untuk melanjutkan studi / kuliah. Dalam hal ini madrasah / yayasan memberikan beasiswa kepada guru. 4) Menambah guru agar aktifitas mereka tidak terlalu padat sehingga mereka dapat mengikuti pelatihan-pelatihan. 5) Anggaran perlu ditambah agar dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang membutuhkan biaya banyak. Kegiatan tersebut dilakukan melalui model kepemimpinan yang demokratis dan sesekali bersifat otoriter dengan menggunakan teknik individu dan teknik kelompok. Kepala madrasah selaku pengawas selain observasi kelas dan percakapan individual (individual conference), rapat madrasah juga melakukan pendampingan terhadap guru dengan memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap kinerja guru terutama dalam menyusun rencana pembelajaran, menyusun tes dan melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis IT. Model kepemimpinan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dilakukan secara demokratis yakni melalui teknik individu dengan kunjungan atau observasi kelas, percakapan pribadi, dan lain-lain. Sedangkan untuk teknik kelompok adalah diskusi, seminar, dan rapat. Sedangkan langkah-langkah aktifitas yang ditentukan sebagai tugas dan instruksi adalah dengan cara mewajibkan setiap guru untuk dapat menggunakan media IT sebagai sumber belajar dan memperluas wawasan, selain dapat mempermudah proses pembelajaran. Tuntutan penguasaan IT dalam rangka meningkatkan prestasi guru terhadap lembaga pendidikan Islam yang bermutu sudah semakin mendesak, karena pada saat ini kita sudah memasuki era globalisasi. Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan telah tercipta lingkungan belajar global yang terhubung dengan jaringan, yang menempatkan siswa di tengahtengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber-sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu sistem pendidikan konvensional pada
sistem pendidikan nasional selama ini termasuk di dalamnya adalah pendidikan Islam, harus menunjukkan sikap proaktif dengan cara belajar yang baru, yang syarat dengan teknologi yang menjadi tuntutan dari perkembangan global. Selain itu guru MTs Taqwal Ilah diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran partisipasif yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sebagai seorang supervisor guru harus dapat menyajikan pelajaran dengan baik dalam hal ini dalam pandangan penulis guru harus dapat menyajikan pelajaran yang mengarah pada pembelajaran partisipatif karena Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari peserta didik dalam pembelajaran. Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Keterlibatan peserta didik itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar. Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut. Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based) sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (learning goals and objective oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip
ini sering disebut learning centered yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat, belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik. Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai berikut: a. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. b. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar dapat saling belajar dan membelajarkan. c. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. d. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. e. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. f. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. g. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar. Dalam pembelajaran partisipatif guru harus berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan belajar langkah-langkah di atas. Sikap demokratis kepala madrasah juga terlihat dari bentuk batuan dan pengawasan yang dilakukan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah kepada guru adalah membimbing guru dalam menyusun persiapan mengajar dan ketertiban administrasi guru. Selain itu juga kepala madrasah melakukan koordinasi dengan yayasan melalui manajer pendidikan yang di bentuk yayasan untuk membimbing dan mengawasi kinerja para guru pada khususnya dan guru unit MTs pada umumnya. Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah melakukan komunikasi dengan Departemen Agama, yayasan, instansi terkait untuk peningkatan prestasi guru, selain mendelegasikan guru dalam MGMP, seminar, pelatihan pendidikan agar terjadi peningkatan prestasi guru terutama dalam proses pembelajaran.
Sikap otokratis ditunjukkan dengan memberikan Instrument Penilaian Kinerja Madrasah (IPKM) yang berisi lembaran evaluasi mingguan, bulanan maupun tahunan dan diawasi langsung oleh kepala madrasah.78 Memberikan pengawasan terhadap kinerja para anggotanya adalah langkah awal yang dilakukakan Bp. Rofiur Rutab M.S.I sebagai seorang supervisor. Dalam hal ini kegiatan supervisi berguna agar para anggota tetap menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan aturan-aturan dan kebijakan yang telah disepakati bersama dalam awal perencanaan program kerja. Menjadi administrator bukan hanya ditujukan kepada staf administrasi atau pegawai tata usaha, akan tetapi kepala madrasah pun ikut berkecimpung dan berperan di dalamnya. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dan pengajaran. Dalam hal ini Bp. Rofiur Rutab M.S.I memberikan pengawasan juga melalui IT (information technology ) Keberhasilan dalam hal ini antaralain dapat ditunjukkan oleh: a. Menumbuhkan kesadaran terhadap tenaga ke pendidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya. b. Meningkatkan ketrampilan tenaga ke pendidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah menerapkan standar mutu proses pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses transformasi dan untuk melahirkan lulusan atau output yang sesuai, yaitu yang menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan dasar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar aktif (student
active learning), pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, pembelajaran konstruktif dan pembelajaran tuntas (mastery learning). Begitu pula, Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah telah berusaha menentukan standar mutu evaluasi pembelajaran, diantaranya bentuk penguasaan peserta didik atas standar kemampuan dasar, yaitu penguasaan materi (content 78
Wawancara dengan BP. Tali Tulab S.Ag (kakak kandung kepala madrasah dan salah satu guru MTs Taqwal Ilah) Pada Taggal 11 november 2010
objectives),
penguasaan
metodologis
(methodological
objectives),
dan
penguasaan keterampilan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari (life skill objectives). Dengan kata lain, penilaian diarahkan pada dua aspek hasil pembelajaran, yaitu instructional effects (hasil-hasil yang kasat mata dari proses pembelajaran) dan nurturing effect. Instructional effects (hasil-hasil laten proses pembelajaran, seperti terbentuknya kebiasaan membaca, kebiasaan pemecahan masalah) Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah juga mengukur kinerja guru melalui hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, nilai evaluasi yang didapat peserta didik harus sesuai KKM, karena nilai KKM merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran seorang guru kepada peserta didiknya baik itu bersifat teori maupun praktek. Dengan keadaan seperti ini menurut peneliti kepala MTs Taqwal Ilah sebagai seorang supervisor di MTs Taqwal Ilah cukup berhasil. Hal ini di bukti kan dengan terus meningkatnya ketrampilan guru dalam mengajar. Agar kinerja guru mencapai tingkat prestasi yang memuaskan, kepala madrasah MTs Taqwal Ilah sebagai seorang supervisor memberikan reward bagi setiap kinerja guru dengan kenaikan pangkat, begitu juga sebaliknya menghambat kenaikan pangkat nya jika kinerja yang dilakukan tidak baik, salah satu tolak ukur nya adalah nilai ketuntasan mencapai nilai KKM. Maksud dan tujuan dari ganjaran (reward) adalah supaya dengan prestasi guru tersebut menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kinerjanya. Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang ganjaran yang digunakan untuk membalas orang yang beriman dan beramal shaleh agar mereka mempertinggi keimanan dan ketaqwaan nya. Firman Allah Swt surat al-Bayyinah ayat 7 – 8:
ْ#6ِ 7 ْ َ َر% ِ ْ#"َا ُؤ ُه َ (٧) ِ !Dِ َ ْ اDُ ْ َ ْ# ُه َ dِ أُوP ِ 9ِ2G ّ )ْا ا2ُِ % َ ا َ ُ)ْا َو َ !ْ ;ِ ن ا ِإ ُ ْ % َ )ْا+ ُ ْ َو َر#6ُ ْ % َ ُ ,* ا َ+ ِ َ َأ ًَا َر6ْ Nِ َ !ْ ِ 2ِ Dُ 6ْY5 َ َْ ا6Cِ 9 ْ َ ِْ ْيDِ B ْ َ ن ٍ ْ% َ P ُ ّ َ (٧-٨ : ( )ا٨) * َر َj ِ َ َْ ِ َ ِذ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (7). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (QS. Al-Bayyinah: 7-8).79 Dengan demikian adanya berbagai bentuk reward merupakan pendorong bagi guru untuk meraih keberhasilan dan kinerja yang baik. C. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Fisiologis sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Seseorang yang sakit akan mempengaruhi kelemahan fisiknya, sehingga saraf motorik dan sensoriknya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterimanya melalui
inderanya
tidak
dapat
diteruskan
keotak.lebih-lebih
sakitnya
lama,sarafnya akan bertambah lemah,sehingga ia tuidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari yang mengakibatkan anak akan tertinggal jauh dalam pelajarannya. Anak
yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang sehingga menyebabkan kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mamampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprstasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya. Perintah motorik dari otak yang langsung kepada saraf motorik yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran atau lukisan menjadi lemah. Maka dari itu seorang guru harus dapat meneliti kadar gizi makanan dari anak. Untuk meneliti kadar gizi makanan dari siswa, Bapak Rofiur Rutab sebagai kepala madrasah menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anakanaknya dengan makanan yang di olah sendiri. Dengan cara seperti itu 79
Soenarjo dkk, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 1085.
setidaknya orang tuapun dapat ikut mengontrol gizi yang terdapat pada makanan anka-anaknya. Selain itu kepala sekolah juga memberlakukan sistem saring, yang mana setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual dilingkungan sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh sekolah, tidak semua jenis makanan maupun jajanan dapat diperjual belikan disekolah. Seperti permen, ciki, coklat dan sebagainnya tidak diperbolehkan untuk dijual dikantin sekolah. Semua makanan yang dijual pada kantin sekolah adalah makanan-makanan yang di olah sendiri oleh penjaga kantin sekolah dengan pertimbangan nilai gizi di dalamnya. Setiap satu minggu sekali diadakan pemeriksaan kelas yang dilakukan oleh anggota OSIS, apabila kedapatan siswa yang diam-diam membawa makananmakanan tersebuk, maka akan mkanan tersebut akan disita dan siswa tersebut akan mendapatkan poin pelanggaran. Selain dari makanan yang kurang sehat, cacat fisik yang diderita siswa misalnya, kurang pendengaran, kurang penglihatan atau gangguan psikomotorik lainnya juga sangat mempengaruhi fisiologi siswa. Dalam hal ini kepala madrasah memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan tersebut. Yaitu dengan cara bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih dapat didengar. Anak yang kurang pendengarannya pada telinga sebelah kiri, harus duduk pada pada meja sebelah kiri, dan anak yang kurang pendengarannya pada telingan sebelah kanan harus duduk pada meja sebelah kanan, hal itu dilakukan agar telinga mereka dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan bagi anak yang kurang penglihatannya, misalnya rabun jauh atau rabun dekat. Maka bagi siswa yang jauh ditempatkan pada meja paling depan dan mereka yang rabun dekat harus duduk pada meja paling belakang agar mereka dapat melihat pelajaran yang ditulisan pada papan tulis. Penempatan-penempatan siswa yang mengalami cacat tersebut dilakukan dengan sangat bijaksana oleh kepala madrasah dan para guru. Yaitu dengan cara
tidak menunjukkan alasan dan sikap didepan siswa-siwa yang lain bahwa mereka ditempatkan di deretan depan karena kekurangbaikan alat indra mereka. Langkah bijaksana ini sangat perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self-
confidence siwa-siswa khusus tersebut. Karena kemerosotan self-seteem dan selfconfidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi underachiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya. Kepada mereka yang mengalami cacat tersebut, apabila tidak mendapatkan placement dan perhatian dari kepala madrasah maupun guru, pasti akan mengalami kesulitan belajar. Sebab mereka tidak dapat memproses ransangan dari guru atau teman-temanya karena alat indera mereka kurang berfungsi. Selain upaya-upaya yang dilakukan diatas, Bapak Rofiur Rutab selaku kepala madrasah bekerja sama dengan guru serta staf-staf yang lain melakukan kerjasama untuk memperoleh bantuan bantuan pemerintah secara rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. D. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Psikologis sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Siswa pada hakekatnya mempunyai potensi untuk mengembangkan sekaligus meningkatkan prestasi akademik maupun non akademiknya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain latar belakang lingkungan, kualitas guru, serta kebijakan-kebijakan itulah yang merupakan hasil dari model kepemimpinan yang diterapkan kepala madrasah. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar, meski faktor luar mendukung, tetapi psikologi tidak mendukung. Maka faktor luar kurang siknifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan/intelegensi, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif lainnya adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Dalam hal ini kepemimpinan yang demokratis dipraktekkan kepala MTs Taqwal Ilah melalui kerjasama dengan guru serta bimbingan terhadap guru dan siswa untuk meningkatkan prestsi belajarnya. Bentuk bimbingan yang ditekankan bersama adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi siswa. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan
menggunakan
semua
inderanya,
yaitu
melihat,
menyentuh,
mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti anak-anak membangun pengetahuannya dengan cara memperlakukan atau memanipulasi objek, mengamati peristiwa-perisiwa atau kejadian, berinteraksi dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung siswa dapat mengembangkan ketrampilan mengamati, membandingkan, menghitung, bemain peran, mengemukakan perasaan dan gagasannya. Misalnya pada pelajaran IPA siswa dapat mengenal dan menyebutkan bagian anggota tubuh, pada pelajaran matematika siswa dapat menghitung banyaknya benda yang dilihat, pada pelajaran IPS siswa dapat bermain bersama teman-temannya dengan saling menyayangi satu sama lain. 2. Menciptakan
kegiatan
sehingga
siswa
mampu
menggunakan
semua
pemikirannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran aktif menuntut siswa untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya. Dengan demikian dalam pembelajaran semacan itu aktivitas mental siswa terlibat. 3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat siswa. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran harus relevan dengan minat siswa, karena minat siswa merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat siswa dipertimbangkan dalam memilih tema, maka siswa akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik. 4. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. Tema yang dipilih untuk pembelajaran harus mempertimbangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa, sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru, dengan demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal siswa. 5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk pengembangan. Menyediakan
kegiatan
dan
kebiasaan
yang
ditujukan
untuk
mengembangkan semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional, fisik, afeksi dan estetis dan agama. Tema sebagai fokus dalam pembelajaran memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan belajar yang relevan. 6. Mengakomodasikan kebutuhan siswa. Mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk melakukan aktifitas fisik, interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang positif karena setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial, afeksi, emosi dan intelektual. Melalui pembelajaran yang tepat, kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mungkin untuk dipenuhi Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan siswa. Melalui bermain siswa melakukan proses belajar yang menyenangkan, suka rela dan spontan. Melalui bermain, siswa juga membentuk konsep-konsep yang lebih abstrak. 7. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga siswa. Dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan pihak keluarga atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “pekerjaan”, guru dapat mengundang orang tua anak berprofesi sebagai petani, dokter, guru dan lain-lain untuk menceritakan pengalaman yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Hal ini akan lebih menarik bagi anak daripada guru sendiri yang menceritakannya.80 Bentuk model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis terhadap kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar, dengan melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana cara menanganinya.
80
125.
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm. 124-
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Model kepemimpinan kepala madrasah yang unik, karena sistem kombinasi dari beberapa model kepemimpinan yaitu demokratis sebagai prioritas utama dan otoriter pada saat- saat tertentu, serta menerapkan pola kepemimpinan efektif; mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan keteladanan (uswah) ta’awun, musyawarah dan sebagainya, berimplikasi positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa baik akademik maupun non akademik. Dari muatan deskriptif ini penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk linkungan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu lebih dengan cara kekeluargaan. yang berdampak pada: a. Terciptanya suasana harmonis antara atasan dan bawahan, b. Terciptanya nuansa alam demokratis karena hubungan yang harmonis dan bersifat kekeluargaan tersebut. c. Kedekatan kepala madrasah dengan semua personil madrasah yang membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur yang dicintai dan dihormati. d. Kerjasama (team work) yang solid dan senantiasa mewarnai langkahlangkah dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban, sehingga tercipta kekompakan.
2.
Model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa a. Kurikulum Sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam struktur keorganisasian MTs Taqwal Ilah. Kepala madrasah menginstruksikan tugas dan kegiatan yang harus dilakukan para anggota dengan kebijakankebijakan yang diputuskan secara musyawarah mufakat, serta pemberikan
kewenangan dan pendelegasian secara penuh yang ditujukan kepada para anggota. Melakukan respon terutama tentang upaya menangkap informasi dari berbagai pihak tentang kurikulum diantaranya pencarian berbagai sumber, baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), juga upaya membantu guru-guru dalam mengakses informasi tentang kurikulum tersebut, baik secara formal maupun informal agar guru-guru dapat memahami dan mengaktualisasikan dalam proses pembelajaran dikelas. Melakukan pemberdayaan para guru, baik dalam pendidikan (menyelesaikan
Sarjana),
pendidikan
latihan
(DIKLAT),
maupun
menguikutsertakan para guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan ceramah lainnya sebagai upaya meningkatkan kamampuan, pengetahuan, dan ketrampilan para guru. b. Sarana dan Fasilitas Bapak Rofiur Rutab selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan, namun beliau juga menggarisbawahi dua hal yakni “efektif dan efisien” dalam pengadaan maupun pengembangan sarana dan fasilitas, yang dicanangkan bersama dengan para anggota, stakeholder, dan juga masyarakat. c. Guru Model kepemimpinan yang demokratis dan sesekali bersifat otoriter dijalankan dengan menggunakan teknik individu dan teknik kelompok. Teknik individu dilakukan dengan kunjungan atau observasi kelas, percakapan pribadi, dan lain-lain. Sedangkan untuk teknik kelompok adalah diskusi, seminar, dan rapat. Disamping itu kepala madrasah juga mewajibkan setiap guru untuk dapat menggunakan media IT (information technology ) sebagai sumber belajar dan memperluas wawasan, selain dapat mempermudah proses pembelajaran. Dalam penggunaan model pembelajaran guru diharapkan
dapat menggunakan model pembelajaran partisipasif yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Memberikan reward bagi setiap kinerja guru dengan kenaikan pangkat dengan maksud dan tujuan supaya dengan prestasi guru tersebut menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kinerjanya. Begitu juga sebaliknya menghambat kenaikan pangkat nya jika kinerja yang dilakukan tidak baik, salah satu tolak ukurnya adalah nilai KKM. Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kepala madrasah melakukan pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan dengan melakukan: 1) Mengikutkan guru dalam pelatihan pembuatan karya ilmiah. 2) Menganjurkan mereka untuk mengadakan penelitian atau studi banding yang tentu saja madrasah memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut. 3) Menganjurkan guru untuk melanjutkan studi / kuliah. Dalam hal ini madrasah / yayasan memberikan beasiswa kepada guru. 4) Penambah guru agar aktifitas mereka tidak terlalu padat sehingga mereka dapat mengikuti pelatihan-pelatihan.
5) Penambahan anggaran yang digunakan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang membutuhkan biaya banyak.
3.
Model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah selalu mengedepankan sikap demokratis dengan cara: a. Memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan yakni penempatanpenempatan siswa yang mengalami cacat dilakukan dengan sangat bijaksana dengan tidak menunjukkan alasan dan sikap didepan siswasiwa yang lain bahwa mereka yang ditempatkan di deretan depan misalnya karena kekurangbaikan alat indra mereka. b. Menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anakanaknya dengan makanan yang di olah sendiri. Agar setidaknya orang
tuapun dapat ikut mengontrol gizi yang terdapat pada makanan ankaanaknya. c. Selain itu kepala sekolah juga memberlakukan sistem saring, yang mana setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual dilingkungan sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh sekolah, tidak semua jenis makanan maupun jajanan dapat diperjual belikan disekolah. d. Setiap satu minggu sekali diadakan pemeriksaan kelas yang dilakukan oleh anggota OSIS, apabila kedapatan siswa yang diam-diam membawa makanan-makanan yang tidak diperbolehkan, maka makanan tersebut akan disita dan siswa tersebut akan mendapatkan poin pelanggaran. e. Bersama dengan guru serta staf-staf yang lain melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk memperoleh bantuan bantuan secara rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. 4.
Bentuk model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis terhadap kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar, dengan cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan tertentu selain melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana cara menanganinya diantaranya: a. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi siswa yang diperoleh siswa dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat, menyentuh, mendengar, meraba dan merasa. b. Menciptakan kegiatan sehingga siswa mampu menggunakan semua pemikirannya melalui pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk melibatkan aktivitas mental siswa. c. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat siswa, karena minat siswa merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan
tema. Jika minat siswa dipertimbangkan dalam memilih tema, maka siswa akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik. d. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. e. Menyediakan
kegiatan
dan
kebiasaan
yang
ditujukan
untuk
mengembangkan semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional, fisik, afeksi dan estetis dan agama. f. Mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk melakukan aktifitas fisik, interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang positif. g. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga siswa B. SARANSARAN-SARAN Sesuai dengan penelitian yang menjadi objek kajian permasalahan skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang dirasa perlu bagi dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut. 1. Dengan adanya sekripsi ini, semoga dapat menjadi wacana baru bagi perkembangan ilmu dalambidang model, tipe atau gaya kepemimpinan pendidikan MTs Taqwal Ilah, dan dapat dijadikan wacana pengembangan intelektual pembaca dan penulis khususnya. 2. Hendaknya para guru maupun staf-staf yang lain mampu memberikan sistem pendidikan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga diharapkan sistem pendidikan yang diselenggarakan MTs Taqwal Ilah semakin solid untuk memberikan pendidikan yang bukan hanya mengacu pada duniawi oriented, ukhrowi oriented pun perlu sebagai bekal mereka menjalani kehidupan dan sesuai dengan syariat Islam.
3. Bagi kepala madrasah, diperlukan manajemen lembaga yang teratur agar untuk periode ke depan, perkembangan MTs Taqwal Ilah dapat meningkat secara signifikan. 4. Untuk penelitian yang lain, dapat melakukan penelitian lanjut tentang permasalahan ini, karena hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991 Anwar, Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003 Asmara, U. Husna, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984 Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Yogyakarta: Ardi, 1976 Block and Anderson, Pembelajaran Tingkat Dasar, Jakarta: Yudha Bahana, 1982 Carrol, John B., Tahapan Pembelajaran, Jakarta: Citra Pratama, 1981 Damsyiqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad, Penerjemah M. Suwarta Wijaya, Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul, Jakarta: Radar Jaya, Offset, 2002 Danim, Sudarwan, Menjadi peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000 Harikoshi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1987 Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengn Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Husna U, Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Galia Indonesia, 1985 Hussein, Imam Abi, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim; di Syarkhi al-Nawawi, Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah, tt.h Jurdi, Syarifudin, Pemikiran Poitik Islam Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Lazaruth, Soewadji, Kepala Madrasah dan Tanggung Jawabnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994 Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001 Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004 Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996 Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Madrasah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, hlm. 126.
Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2003
----------------,
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000 Nawawi, Hadari, dan Hadari, Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995 Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam.,Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1993 Nawawi, Imam, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jakarta: Pustaka Amani, 1999 Penjelasan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. 19 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI No. 11 Tahun 2005 Pidarta, Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, t.th, ------------, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1995 Sarlito, Wirawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 Siagian, Sondang P, Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997 Singer, Robert N., Motor Learning and Human Performance, Canada: the USA, 1980 Soetopo, Hendyat, Dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988 Sugandha, Daan, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung: CV Sinar Baru, 1981 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005 Sukanto, Kepemimpinan Kiyai dalam Pesantren, Jakarta: Pustaka, LP3ES, 1999 Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian,Jakarta: Raja Grafido Press, 1995 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2002 Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004 Usman, Moh. Uzer, dkk, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bahan Kajian.PKG, MGBS, MGMP, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 Winkel, W.S., Dasar-dasar Penelitian, Bandung; Nusa Karya, 1981 Wittig, Arno F., Psychology Of Learning, New York; Mc Crow Hill Book Company
Lampiran 1. PEDOMAN WAWANCARA Kepala Sekolah 1. Bagaimana model kepemimpinan yang dilakukan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang Semarang? 2. Bagaimana bentuk pengembangan mutu pendidikan Sistem manajerial dalam bidang pengembangan akademik yang dilakukan oleh MTs taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang Semarang? 3. Bagaimana bentuk pembinaan profesionalisme dan kompetensi guru yang dilakukan kepala madrasah MTs taqwal Ilah dalam upaya peningkatan prestasi balajar siswa? 4. Strategi apa saja yang dilakukan oleh kepala Madrasah MTs Taqwal Ilah Tunnggu Meteseh Tembalang dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? 5. Bagaimana bentuk pembimbingan (supervisi) yang dilakukan oleh kepala Madrasah MTs Taqwal Ilah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? 6. Adakah bentuk reward maupun punisment bagi guru maupun murid dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa? 7. Problematika apa saja yang dialami oleh kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah dan bagaimana pemecahannya?
Lampiran 2. PEDOMAN WAWANCARA Wakil Kepala Sekolah 1. Bagaimana peran kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh tembalang Semarang sebagai pemimpin lembaga pendidikan selama ini? 2. Apakah kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang Semarang melibatkan pihak-pihak sekolah dalam menentukan kebijakan sekolah? 3. Sebagai seorang supervisi bagaimana bentuk bimbingan yang telah dilakukan oleh kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang? 4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 6. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 7. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
Lampiran 3. PEDOMAN WAWANCARA Guru 1. Bagaimana bentuk supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah MTs Taqwal Ilah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? 2. Penugasan dan bimbingan apa saja yang diberikan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah dalam meningkatkan mutu dan prestasi siswa? 3. Apa yang para guru lakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? 4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 6. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 7. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
LAMPIRAN 4. Struktur Organisasi Organisasi MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Tahun Pelajaran 2010/2011
Ketua Yayasan KH Saikhun Instansi terkait
Kepala Madrasah
BP3
Rofiur Rutab, M.Si.
Waka Kurikulum M Sokhib, S.Ag.
Humas
Tata Usaha
Ahmad Suhadi, S.Ag
Rofial Inayah, S.Hi.
BP
Kesiswaan
M Fauzi, S.E.
Rohna M Anjab, S. Ag.
LAB IPA
Perpus
Wiwik Ariani, S.Pd.
Atok Hermono
Wali Kelas / Dewan Guru
Siswa
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama lengkap
: Imroatul Khasanah
2. Tempat & Tgl. Lahir : Batang, 16 Maret 1986 3. NIM
: 043311189
4. Alamat Rumah
: Jl. Sunan Kudus Gg. Garuda Rt. 06/II Kec. Bawang Kab. Batang
HP
: 085228622622/085727800317
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. SD Negri Bawang 03 Lulus Tahun 1998 b. SMP Negeri 1 Bawang Lulus Tahun 2001 c. MA Darul Amanah Sukorejo Kendal Lulus Tahun 2004 d. IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2011 2. Pendidikan Non-Formal a. Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo Semarang, 16 Juli 2011
Imroatul Khasanah NIM: 043511185