TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, KEMAMPUAN KERJA GURU DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MTs NEGERI JAKARTA SELATAN Eddy Supriadi Dosen Universitas Surapati Jakarta Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi, terhadap prestasi belajar siswa di madrasah. Penelitian dilakukan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri di Jakarta Selatan. Teori yang melandasi penelitian adalah: teori kepemimpinan kharismatik, teori belajar, teori kinerja madrasah, dan teori prestasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional, dengan responden sebanyak 160 orang yang dipilih menggunakan teknik random sampling atau acak sederhana. Instrumen untuk menjaring data prestasi belajar siswa, kepemimpinan kepala madrasah, Kemampuan kerja guru dan iklim organisasi menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian berbentuk kuesioner divalidasi dengan menggunakan analisis butir Korelasi Pearson dan reliabilitas total butir menggunakan koefisien alpha (Alpha Cronbach). Analisis data menggunakan korelasi sederhana, korelasi parsial, korelasi jamak, teknik regresi parsial dan regresi jamak. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Terdapat kontribusi positif dan signifikan kepemimpinan kepala madrasah terhadap prestasi belajar siswa, dan peningkatan kepemimpinan kepala madrasah diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. (2) Terdapat kontribusi positif dan signifikan kemampuan kerja guru terhadap prestasi belajar siswa, peningkatan kemampuan kerja guru diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. (3) Terdapat kontribusi positif dan signifikan Iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa, peningkatan iklim organisasi diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. (4) terdapat kontribusi positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa, peningkatan kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja dan iklim organisasi diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi mempunyai kontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di madrasah dapat dilakukan dengan meningkatkan ketiga variabel tersebut, yaitu kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru, dan iklim organisasi sehingga pencapaian prestasi belajar siswa akan tercapai dengan baik pula. Kata kunci: kepemimpinan, kemampuan guru, iklim kerja, prestasi belajar. Abstract. This study aims to determine the contribution of principal leadership, teacher work ability and organizational climate, with student achievement at the school. The study was conducted at the State junior secondary school in South Jakarta. The theory underlying the study are: charismatic leadership theory, learning theory, theory of madrasas performance, and achievement theory. This study uses a quantitative approach with a correlation method, with as many as 160 respondents were selected using random sampling techniques or simple random. Instruments to gather data student achievement, principal leadership, teachers working ability and organizational climate using a questionnaire. The results of this study can be concluded: (1) There is a significant positive contribution and principal leadership with student achievement, and an increase in principal leadership was followed by an increase in student achievement. (2) There is a positive and significant contribution of the work ability of teachers with student achievement, improved working ability of teachers followed by an increase in student achievement. (3) There is a positive and significant contribution of 1
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
organizational climate with student achievement, improved organizational climate followed by an increase in student achievement. (4) there is a positive and significant contribution of school leadership, the ability of the teacher and organizational climate together with student achievement the increase in principal leadership, ability to work and organizational climate followed with increased student achievement. The principal leadership, teacher work ability and organizational climate has a positive and significant contribution to student achievement. Therefore, to improve student achievement at the school can do to improve these three variables, namely the principal leadership, teacher work ability, and achievement of organizational climate so that student achievement will be achieved well too. Keywords: leadership, teacher work ability, organizational climate, student achiement.
Pendahuluan Jakarta merupakan kota yang memiliki perkembangan dan kemajuan yang lebih dari pada daerah lainnya dengan populasi penduduk yang besar, haruslah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lebih bagus pula, termasuk mutu pendidikan, oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara semua komponen yang terdapat dalam lembaga pendididkan tersebut. Madrasah memiliki kepercayaan yang besar dari masyarakat dalam mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu bersaing dalam kompetisi global di berbagai aktifitas kehidupan bermasyarakat. Untuk itu madrasah dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya madrasah yang berkualitas pula. Lebih lanjut azizy menyatakan bahwa dewasa ini kualitas pendidikan di madrasah sangat bervariasi dan sebagian besar sangat memprihatinkan. Hal ini dapat diamati dari berbagai aspek, baik berhubungan dengan instrumental input seperti: kurikulum, tenaga pengajar, bahan ajar, maupun berkaitan dengan environmental input seperti: kondisi lingkungan fisik dan administrasi madrasah, aspek-aspek yang terkait dengan proses, seperti proses pembelajaran, dan sarana prasarana yang diperlukan, maupun yang terkait dengan output dan outcome, seperti lulusan dan keterserapan oleh pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan pada madrasah mengenai pengembangan kurikulum, peningkatan profesionalitas guru, pemenuhan kebutuhan sarana prasarana dan lainnya perlu terus menerus diupayakan. (Azizy: 2004;xiii). Pendidikan yang berkualitas menunjukkan kualitas dari sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan termasuk Madrasah Tsanawiyah Negeri di Jakarta Selatan. Penyelenggaraan proses pembelajaran dalam madrasah akan terlaksana dengan baik bila dijalankan oleh orang-orang yang berkualitas yaitu kualitas seorang kepala madrasah sebagai seorang pimpinan dalam madrasah. Kepala madrasah sebagai orang yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan mengatur guru untuk mengelola pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pendidikan. Kondisi perkembangan madrasah sekarang ini menurut Azizy: a) kemampuan pengelolaan manajemen belum seperti yang diharapkan; (b) Tingkat pendidikan guru kebanyakan belum sepadan dengan persyaratan yang ditetapkan dan kemampuan metodologi masih rendah; (c) kemampuan mengajar guru madrasah kebanyakan masih menekankan pada pengenalan konsep yang bersifat kognitif dan belum menekankan pada perilaku beragama, etika sosial dan akhlak mulia (Azizy, 2004: xxii). Menurut Uwes (2004: 9) “diantara kelemahan lembaga pendidikan Islam sehingga kurang mampu dan tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lain adalah karena kurang keterampilan mengorganisasi kelembagaan”. Keadaan tersebut berkenaan dengan
2
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
pengembangan sumber daya manusia, guru dan tenaga kependidikan lainnya, proses belajar mengajar, pengawasan, kurikulum, dan pengurusan sarana prasarana, Semuanya bertumpu pada kelemahan sumber daya yang menjadi pelaku manajemen dan proses pendidikan. Indikator kurang profesional manajemen ini antara lain terlihat dari lemahnya disiplin kerja yang berakibatnya rendahnya produktivitas, lemahnya orientasi pada sistem belajar siswa, lemahnya pengawasan mutu para pendidik, hal ini semua merupakan unsur-unsur yang menentukan mutu kelembagaan pendidikan. Guru sering dikecewakan, merasa tidak puas atas pola dan sistem komunikasi yang terjadi di sekolah yang mempengaruhi kinerjanya. Semua kebajikan, kekecewaan, kepuasan kerja berawal dari bagaimana awalnya berkomunikasi. Dengan komunikasi yang baik, hubungan kerja antara atasan dan bawahan harmonis, perhatian, pengertian dan bersikap adil merupakan langkah awal menuju pencapaian prestasi belajar siswa. Dengan berbekal kepuasan kerja yang di terima dan dialami guru dapat memacu semangat kerja, rnenumbuhkan inovasi dan kreatifitas untuk menumbuhkan proses pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar siswa. Iklim kerja yang kondusif sangat diperlukan oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya Menurut Falahy para guru bekerja selain untuk mengharapkan imbalan baik material maupun non material juga menginginkan iklim yang sesuai dengan harapan mereka seperti terdapat keterbukaan dalam organisasi, terdapat perhatian, dukungan, penghargaan, pendapatan yang yang layak dan dirasa adil. Penciptaan iklim yang berorientasi pada prestasi dan mementingkan pekerja dapat memperlancar pencapaian hasil yang diinginkan (falahy, http://geocities.com). Faktor iklim (lingkungan) fisik dan non fsik akan berpengaruh terhadap efekttivitas kerja guru. Penciptaan dan pengkordinasian iklim madrasah merupakan kewenangan madrasah, dan kepala madrasah bertanggung jawab untuk melakukan berbagai upaya yang lebih intensif dan ekstensif. Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim madrasah yang aman, nyaman tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Kontribusi kepemimpinan kepala madrasah terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan; 2) Kontribusi kemampuan kerja guru terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan; 3) Kontribusi iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan; Kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan. Metode Penelitian dan Analisis Data Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Metode ini digunakan karena tumpuan penelitian ini ialah untuk meneliti fenomena yang terjadi yaitu mengenai kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan. Pemilihan metode ini didasarkan atas pertimbangan bahwa tujuan penelitian yang diharapkan adalah diperolehnya informasi yang berkaitan dengan status gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual mengenai kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jakarta Selatan.
3
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik statistika inferensial. Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Statistika inferensial yang digunakan adalah untuk uji hipotesis penelitian yang meliputi uji korelasi, dan regresi. Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis. Teknik analisis data mengunakan SPSS versi 16.00 dan Windows Exell. Kajian Teori Kepemimpinan Teori kepemimpinan dalam desertasi ini adalah teori kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan yang kharismatik adalah kepemimpinan yang dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan prestasi belajar siswa dalam madrasah. Menurut House Robert J. (1977) membedakan ciri kepribadian dan perilaku pemimpin yang kharismatik dan nonkaharismatik. Pemimpin kharismatik merupakan orang yang dominan, percaya diri, butuh mempengaruhi dan percaya kebenaran kepercayaannya. Selain itu menurut Conger dan Kanungo (1988) berpendapat bahwa “pemimpin kharismatik disamping mengkomunikasikan tujuan ideological dan mengharapkan kinerja tinggi, juga berprilaku mempengaruhi para pengikutnya yang antara lain berupa: memvisikan hari depan sistem sosial; memanajemeni impresi atau kesan; membuat pengorbanan diri; mengambil resiko personal; memodelkan prilaku pada pengikut untuk ditiru”. Menurut Weber (1947) kepemimpinan kharismatik mempunyai kapasitas untuk merubah system social yang ada berlandaskan persepsi pengikut yang percaya bahwa pemimpin ditakdirkan mempunyai kemampuan istimewa. Kemampuan kharismatik akan muncul jika terjadi krisis sosial dengan visi yang radikal dan manyajikan solusi terhadap krisis. Jadi kepemimpinan karismatik tersebut adalah orang-orang yang memiliki karisma dalam bertindak dan bertingkah laku yang dijadikan sebagai panutan oleh para mengikutnya, seorang pemimpin karismatik memiliki visi yang akan dijalankan oleh para pengikut. Bila dikaitkan dengan kepemimpinan kepala madrasah, kepemimpinan yang kharismatik dalam madrasah adalah kepemimpinan yang terbentuk dari tingkah laku dan karakteristik kepala madrasah, memiliki karisma dan wibawa yang baik, yang menjadi pedoman dan panutan bagi seluruh guru, staff dan siswa dalam madrasah. Kemampuan Guru Model penilaian kemampuan guru yang dijadikan landasan penelitina ini adalah instrumen sebagai alat untuk mengukur kinerja atau kemampuan guru (APKG) telah dikembang oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1982). Dan disebut sebagai 3 (tiga) komponen penting bagi seorang guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu : a) persiapan mengajar, b) pelaksanaan mengajar, dan c) hubungan antar pribadi (Harahap, 1983:32). Alat ukur ini bersifat generic esential yang terdiri dari tiga macam berupa: (1) lembar penilaian perencaaan pengajaran, (2) lembar penilaian kemampuan mengajar, dan (3) lembar penilaian hubungan antar pribadi (Bafadal, 1992:143). Lembar perencanaan dimensinya meliputi: (1) perencanaan pengorganisasian bahan pengajaran, (2) perencanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajara, (3) perencanaan pengelolaan kelas, (3) perencanaan penggunaan media dan sumber pengajaran, dan (4) perencaaan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Lembar penilaian kemampuan pengajaran meliputi dimensi: (1) penggunaan metode, media, dan bahan latihan, (2) berkomunikasi denan siswa, (3) mendemonstrasikan khasanah metode pengajaran, (4) mendorong dan menggalang keterlibatan siswa dalam pengajaran, (5) mendemostrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya, (6) pengorganisasian waktu, ruang, bahan dan perlengkapan pengajaran, dan (7) melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses 4
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
belajar mengajar. Lembar hubungan antar pribadi terdiri atas dimesi: (1) membantu mengembangkan sikap positip siswa, (2) bersikpa terbuka dan luwes terhadap siswa atau orang lain, (3) menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam belajar mengajar dan pelajaran yang diajarkan, dan (4) mengelola interaksi perilaku dalam kelas (Usman, 2006:55).
Iklim Organisasi Landasan iklim organisasi di sekolah merujuk pada pandangan t Halpin dan Croft (Hoy dan Miskel, 1998:139) tentang pengelompokkan iklim sekolah atas dua kelompok, yaitu iklim terbuka dan iklim tertutup. Hal yang membedakan iklim sekolah terbuka dan tertutup terdiri dari tiga faktor, yaitu: (1) semangat, (2) Pertimbangan, dan (3) dorongan atau arah tujuan. Pada iklim sekolah terbuka aspek semangat guru sangat tinggi, aspek pertimbangan dan dorongan yang diberikan oleh pimpinan dan anggota lainnya cukup besar, sehingga mendorong guru dan pegawai lainnya untuk berprestasi, sedangkan pada iklim sekolah yang tertutup, semangat guru dan pegawai lainnya rendah, juga aspek pertimbangan dan dorongan yang diberikan olefh pimpinan dan teman sejawat (Hoy and Miskel, 1998:139). Rujukan lain adalah pandangan Menurut Pidarta Iklim kerja yang kondusif di sekolah dipengaruhi pula oleh faktor-faktor sebagai berikut: (1) penempatan personalia, (2) pembinaan antar hubungan,(3) dinamisasi dan penyelesaian konflik, (4) pemanfaatan imformasi, dan (5) peningkatan hubungan kerja, Iklim yang sehat di sekolah akan tercipta apabila kepala sekolah melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman yaitu; aman, bersih, sehat, tertib, rindang/sejuk, dan indah; (2) menciptakan situasi kerja yang kondusif yaitu : keakraban, kebersamaan, semangat kerja yang tinggi, kerasan di sekolah; (3) menciptakan ruang kerja yang bersih dan nyaman yaitu: ruang kantor, ruang teori, ruang praktek, ruang perpustakaan, fasilitas umum/wc, kantin dan lainlain Pidarta (1995:67). Prestasi Belajar Klasifikasi prestasi belajar yang dijadikan landasan penelitian ini adalah pandangan Benyamin Bloom, dalam Sudjana (1991: 32), yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah hasil belajar yaitu : Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya, termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari pendapat di atas diperoleh gambaran, mengenai ketiga ranah tersebut di atas menjadi obyek prestasi hasil belajar. Temuan Hasil Penelitian Kontribusi Kepemimpinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel kepemimpinan terhadap prestasi belajar siswa diperoleh arah regresi b sebesar = 0,782 dan konstanta a sebesar 27,721. Dengan demikian bentuk kedua hubungan tersebut (X1 terhadap Y) dapat
5
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
digambarkan dengan persamaan regresi Ŷ = 27,721 + 0,782X1. Seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Analisis Variansi Uji Signifikansi dan Uji Linieritas Regresi Ŷ = 27,721+ 0,782X1
Tabel 1 Sumber Varians Total
Ft Db 160
JK 13770
Regresi (a)
1
1206222
RJK
Fh
0,01
0,05
1 12005.51283 12005.513 209.92** 3,89 Regresi (b) 6,90 158 9035.980921 57.189753 Sisa 38 2812.223778 74.005889 Tuna cocok 120 6223.757143 51.864643 1.4269ns 1,64 Galat 2,02 Keterangan: ** = regresi sangat signifikan (Fhitung 209,92> Ftabel 6,90 pada α = 0,01) ns = non signifikan, regresi berbentuk linear (Fhitung 1,427< Ftabel 2,02 pada α = 0,01) dk = derajat kebebasan Jk = Jumlah Kuadrat RJK= Rerata Jumlah Kuadrat Berdasarkan hasil analisis varians pengujian signifikansi regresi antara X1 terhadap Y pada tabel 1, diketahui Fhitung > Ftabel (209,92> 6,90) pada α = 0,01. Dapat disimpulkan bahwa regresi Y atas X1 sangat signifikan. Harga F tuna cocok hasil perhitungan Fhitung < dari Ftabel (1,427< 1,64), maka bentuk regresi Y atas X1 adalah liniear. Dapat disimpulkan Ŷ = 27,721+0,782X1 sangat signifikan dan liniear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila kepemimpinan naik satu unit, maka akan berkontribusi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 0,782 unit pada konstanta 27,721. Model kontribusi variabel kepemimpinan terhadap prestasi belajar siswa dapat dilihat pada model persamaan Ŷ = 27,721+ 0,782X1 pada grafik 4.5 berikut: Y 200
Ŷ = 27,721 + 0,782X1
150
-
100
-
50 0 -
Grafik 1
, 1
, 2
, 3
, 4
, 5
, 6
x1
Regresi Linear Sederhana Kontribusi Variabel Kepemimpinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
6
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Kekuatan kontribusi dan hubungan variabel X1 terhadap Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi ryx1 sebesar = 0,755. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t didapat harga thitung sebesar 14,472. Sedangkan ttabel pada α = 0,01; dk = 147 di dapat harga ttabel = 2,63. Untuk lebih jelasnya kekuatan kontribusi variabel X1 terhadap Y dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2
Rangkuman Kontribusi Kepemimpinan Terhadap Prestasi belajar siswa ttabel
Korelasi
N
r
thitung
α = 0,05
α = 0,01
ry1
160
0,755
14,472**
1,99
2,63
Keterangan ** = Koefisien korelasi sangat signifikan (th=14,472 > tt = 2,63) pada α = 0,01 ry1 = Koefisien korelasi antara X1 terhadap Y.
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada tabel 2 di atas ternyata thitung > ttabel (14,472 > 2,63), maka dapat disimpulkan bahwa ”terdapat kontribusi positif kepemimpinan terhadap prestasi belajar siswa” teruji kebenarannya, dengan perkataan lain makin tinggi kepemimpinan, makin tinggi kontribusinya terhadap prestasi belajar siswa. Selanjutnya diadakan analisis terhadap koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X1 terhadap variabel Y. Koefisien determinasi X1 terhadap Y sebesar (ry1)2 = (0,755)2 = 0,571. Ini berarti bahwa 57,1% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh kepemimpinan melalui regresi Ŷ = 27,721+ 0,782X1. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kemampuan kerja guru (X2) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry1.2 = 0,660. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 11,01, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,23. Karena thitung > ttabel (11,01> 2,23), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel iklim organisasi (X3) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry1.2 = 0,627. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 10,09, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,23. Karena thitung > ttabel (10,09>2,23), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan. Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya yaitu kemampuan kerja guru (X2) dan iklim organisasi (X3) mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kontribusi atau pengaruh melemah, namun tetap dapat menjelaskan kontribusi positif variabel kepemimpinan terhadap variabel prestasi belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa apabila kepemimpinan tinggi, maka 7
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
prestasi belajar siswa semakin tinggi, sebaliknya jika kepemimpinan rendah, prestasi belajar siswa rendah pula. Sebagai pemimpin kepala madrasah bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung dan mengarahkan tercapainya tujuan, sebagai katalisator, berusaha menciptakan rasa aman, tegar mewakili organisasi, merupakan sumber inspirasi, dan gemar menghargai kepada pihak manapun (Anwar, 2002:115). Mortimore et.al., (1988:123) dan Rutter (1979:167) yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang tegas yang memberi penekanan kepada pemimpin pengajaran mempunyai iklim yang positif dan kepala sekolah/madrasah dan guru-guru percaya bahwa setiap pelajar akan dapat mencapai prestasi akademik dalam pendidikannya Menurut Squires (1983:78) bahwa, kepala madrasah adalah salah seorang yang terpenting dalam sekolah, dalam memimpin dan menetapkan suasana sekolah. Kepala memberi kepastian bahwa semua pegawai dan guru memiliki pengawasan yang diperlukan dalam mendukung peningkatan profesionalisme. Kappa (1981:76) mengatakan bahwa kepala sekolah atau madrasah di sekolah yang berprestasi adalah pemimpin iklim sekolah. Peranannya adalah untuk mencapai iklim sekolah yang “humane” di sekolahnya, dan mempunyai ciri-ciri : guru-guru dan pelajar memiliki produktivitas yang tinggi, guru-guru dan pelajar merasa puas hati dan bangga terhadap sekolah Beberapa penelitian dari Supriadi, (1998), Cherniss, (1998) yang menyatakan pentingnya peran kepala sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya, bagaimana kepala sekolah memberdayakan guru, staf dan siswa dengan cara memberikan motivasi, membina hubungan dan perhatiannya terhadap mereka merupakan perilaku yang sangat berpengaruh terhadap persepsi mereka dan mempengaruhi motivasi kerja mereka. Kepala Sekolah merupakan satu komponen pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan kemajuan dan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan oleh Supriadi bahwa: “Erat hubungannya antara mutu Kepala Sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya prilaku nakal peserta didik” (Mulyasa, 2004: 24) Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa makin tinggi kepemimpinan maka makin tinggi prestasi belajar siswa dan sebaliknya makin rendah kepemimpinan makin rendah prestasi belajar siswa, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam madrasah, dengan kata lain peningkatan prestasi belajar siswa dapat terwujud bila adanya kepemimpinan yang dijalankan kepala madrasah yang baik pula.
Kontribusi Kemampuan Kerja Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif kemampuan kerja (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y) Untuk mengetahui kontribusi kemampuan kerja terhadap prestasi belajar siswa digunakan analisis
8
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
regresi dan korelasi. Dari hasil perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel kemampuan kerja atas prestasi belajar siswa diperoleh arah regresi b sebesar = 0,424 dan konstanta a sebesar 54,370. Dengan demikian bentuk hubungan kedua variabel tersebut (X2 terhadap Y) dapat digambarkan dengan persamaan regresi Ŷ = 54,370+ 0,424X2seperti terlihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3
Analisis Variansi Uji Signifikasi dan Uji Linieritas Regresi Ŷ = 54,370+ 0,424X2
Sumber Varians
Db
Total Regresi (a) Regresi (b) Sisa Tuna Cocok
60 1 1 158 51
Galat
Ft JK
1 13770 1206222 5182.61607 15858.8777 4797.80387 0 110 7 61.0738
RJK
Fh
0,01
51.634** 6,76 5182.616 100.3726 94.07459 103.37 45 0.9100ns
1,66
0,05
3,89
1,44
Keterangan: ** = regresi sangat signifikan (Fhitung 51.634> Ftabel 6,76 pada α = 0,01) ns = non signifikan, regresi berbentuk linear (Fhitung 0.9100< Ftabel 1,61 pada α = 0,01) dk = derajat kebebasan Jk = Jumlah Kuadrat RJK= Rerata Jumlah Kuadrat Berdasarkan hasil analisis varians pengujian signifikansi regresi antara X2 terhadap Y pada tabel 3, diketahui Fhitung > Ftabel (51.634> 6,76) pada α = 0,01. Dapat disimpulkan bahwa regresi Y atas X2 sangat signifikan. Harga F tuna cocok hasil perhitungan Fhitung < dari Ftabel (0.9100< 1,61), maka bentuk regresi Y atas X2 adalah liniear. Dapat disimpulkan Ŷ = 54,370+ 0,424X2 sangat signifikan dan liniear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila kemampuan kerja naik satu unit satuan, prestasi belajar siswa meningkat 0,424 unit pada konstanta 54,370. Model kontribusi variabel kemampuan kerja terhadap prestasi belajar siswa model persamaan Ŷ = 54,370+ 0,424X2 pada grafik 2 berikut:
9
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Y
200 150 Ŷ = 54,370+ 0,424X2
100 50 0 -
Grafik 2
,
,
,
,
,
,
1
2
3
4
5
6
x2
Regresi Linear Sederhana Kontribusi Variabel Kemampuan Kerja Terhadap Prestasi belajar siswa.
Kekuatan kontribusi dan hubungan antara variabel X2 terhadap Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi ryx2 sebesar = 0,496. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t didapat harga thitung sebesar 7,16 Sedangkan ttabel pada α = 0,01; dk = 157 di dapat harga ttabel = 2,33. Untuk lebih jelasnya kekuatan kontribusi variabel X2 terhadap Y dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4
Rangkuman Kontribusi Kemampuan Kerja Terhadap Prestasi Belajar Siswa ttabel
Korelasi
N
R
thitung
α = 0,05
α = 0,01
ry2
160
0,496
7,16**
1,65
2,33
Keterangan : ** = Koefisien korelasi sangat signfikan (th 7,16 > tt = 2,33) pada α ry2 = Koefisien korelasi antara X2 terhadap Y
= 0,01
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada tabel 4 di atas ternyata thitung > ttabel (7,16 > 2,33), maka dapat disimpulkan terdapat bahwa ”kontribusi positif dan signifikan kemampuan kerja terhadap prestasi belajar siswa”. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan bahwa ”terdapat kontribusi positif kemampuan kerja terhadap prestasi belajar siswa” teruji kebenarannya, dengan perkataan lain makin tinggi kemampuan kerja, makin tinggi kontribusinya terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Selanjutnya diadakan analisis terhadap koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X2 terhadap variabel Y. Koefisien determinasi X2 terhadap Y sebesar (ry2)2 = (0,496)2 = 0,246. Ini berarti bahwa 24.6% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh kemampuan kerja melalui regresi Ŷ = 54,370 + 0,424X2.
10
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kepemimpinan (X1) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry2.1= 0,293. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 3,84, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,33. Karena thitung > ttabel (3,84 > 2,33), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel iklim organisasi (X3) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry1.2 = 0,213. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 2,732, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,23. Karena thitung > ttabel (2,732>2,23), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan. Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya yaitu kepemimpinan (X1) dan iklim organisasi (X3) mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kontribusi atau pengaruh melemah, namun tetap dapat menjelaskan kontribusi positif variabel kemampuan kerja terhadap variabel prestasi belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa apabila kemampuan kerja tinggi, maka prestasi belajar siswa semakin tinggi, sebaliknya jika kemampuan kerja rendah, prestasi belajar siswa rendah pula. Dalam proses pembelajaran prestasi siswa sangat bergantung pada kemampuan kerja guru. Hamalik (2002: 41) berpendapat bahwa guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Untuk meningkatkan kemampuan kerja guru, seorang guru dituntut untuk mengembangkan kompetensi dan kinerjanya. Guru yang memiliki kompetensi dan kinerja yang baik akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, tugas-tugas keprofesionalan seorang guru dalam kompetensinya dijelaskan oleh Mulyasa (2009: 26) yaitu “mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme”. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa makin tinggi kemampuan kerja guru maka makin tinggi prestasi belajar siswa dan sebaliknya makin rendah kemampuan kerja guru maka makin rendah prestasi belajar siswa. Kontribusi Iklim Organisasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif iklim organisasi (X3) terhadap prestasi belajar siswa (Y). Untuk mengetahui kontribusi iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa digunakan analisis regresi dan korelasi. Dari hasil perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel iklim organisasi atas prestasi belajar siswa diperoleh arah regresi b sebesar = 0,579 dan konstanta a sebesar 45,949. Dengan demikian bentuk hubungan kedua variabel tersebut (X3 terhadap Y) dapat digambarkan dengan persamaan regresi Ŷ = 45,949 + 0,579X3. Seperti pada Tabel 5:
11
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Tabel 5 Sumber Varians Total Regresi (a) Regresi (b) Sisa Tuna Cocok
Analisis Variansi Uji Signifikasi dan Uji Linieritas Regresi Ŷ = 45,949+ 0,579X3 Ft Db JK RJK Fh 0,01 0,05 1 1377 60 0 1 1206222 6574.70608 6574.706 1 8 1 14466.7876 91.56194 71.806* 158 6 7 * 6,76 3,89 4341.51424 98.67077 44 9 8 1 1012 88. 14 5.27341 818188 1.111ns 1,72 1,47
Galat Keterangan ** = regresi sangat signifikan (Fhitung 71.806> Ftabel 6,76 pada α = 0,01) ns = non signifikan, regresi berbentuk linear (Fhitung 1,111< 1,72 pada α = 0,01) dk = derajat kebebasan Jk = Jumlah Kuadrat RJK= Rerata Jumlah Kuadrat Berdasarkan hasil analisis varians pengujian signifikansi regresi antara X3 terhadap Y pada tabel 5, diketahui Fhitung > Ftabel (71,806> 6,76) pada α = 0,01. Dapat disimpulkan bahwa regresi Y atas X3 sangat signifikan. Harga F tuna cocok hasil perhitungan Fhitung < dari Ftabel (1,111< 1,72), maka bentuk regresi Y atas X3 adalah liniear. Dapat disimpulkan Ŷ = 45,949+ 0,579X3 sangat signifikan dan liniear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila iklim organisasi naik satu unit satuan, prestasi belajar siswa meningkat 0,579 unit pada konstanta 45,949. Model kontribusi variabel iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa model persamaan Ŷ = 45,949+ 0,579X3 pada grafik 3 berikut: Y 250 200 150 Ŷ = 45,949+ 0,579X3
100 50 0 -
Grafik 3
,
,
,
,
,
,
1
2
3
4
5
6
X
Regresi Linear Sederhana Kontribusi Variabel Iklim Organisasi Terhadap Prestasi belajar siswa.
12
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Kekuatan kontribusi dan hubungan antara variabel X3 terhadap Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 sebesar = 0,559. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t didapat harga thitung sebesar 8,45 Sedangkan ttabel pada α = 0,01; dk = 157 di dapat harga ttabel = 2,33. Untuk lebih jelasnya kekuatan kontribusi variabel X3 terhadap Y dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut: Rangkuman Kontribusi Iklim Organisasi Terhadap Prestasi belajar siswa
Tabel 6
ttabel Korelasi ry2
N
R
thitung
α = 0,05
α = 0,01
160
0,559
8,45**
1,65
2,33
Keterangan : ** = Koefisien korelasi sangat signfikan (th=8,45> tt = 2,33) pada α ry2 = Koefisien korelasi antara X3 terhadap Y
= 0,01
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada tabel 4.12 di atas ternyata thitung > ttabel (8,45> 2,33), maka dapat disimpulkan bahwa ”terdapat kontribusi atau pengaruh positif dan signifikan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa”. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan bahwa ”terdapat kontribusi positif iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa” teruji kebenarannya, dengan perkataan lain makin tinggi iklim organisasi, makin tinggi kontribusinya terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Selanjutnya diadakan analisis terhadap koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X3 terhadap variabel Y. Koefisien determinasi X3 terhadap Y sebesar (ry2)2 = (0,559)2 = 0,312. Ini berarti bahwa 31,2% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh iklim organisasi melalui regresi Ŷ = 45,949+ 0,579 X3. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kepemimpinan (X1) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry3.1 = 0,197. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 2,52, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,33. Karena thitung > ttabel (2,52 > 2,33), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kemampuan kerja guru (X2) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry3.2 = 0,360. Uji signifikansi korelasi parsial didapat thitung sebesar 4,84, sedangkan ttabel pada pada α = 0,01 dengan dk = 157 didapat harga ttabel = 2,23. Karena thitung > ttabel (4,84> 2,23), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan. Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya yaitu kepemimpinan (X1) dan kemampuan kerja (X2) mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kontribusi atau pengaruh 13
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
melemah, namun tetap dapat menjelaskan kontribusi positif variabel iklim organisasi terhadap variabel prestasi belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa apabila iklim organisasi tinggi, maka prestasi belajar siswa semakin tinggi, sebaliknya jika iklim organisasi rendah, prestasi belajar siswa rendah pula. Newel (1978:171) mengatakan : “iklim kerja di sekolah itu dapat meningkatkan atau memperkaya pengalaman anak dalam memformulasikan konsep diri, kemampuan kerja yang lebih efektif, dan mengembangkan kemampuan saling menguntungkan diantara teman lain”. Kondisi pergaulan antar personal di sebuah madrasah akan menjadi cermin bagi masyarakat tentang kondisi madrasah secara umum, iklim organisasi yang terbentuk dalam madrasah menjadi pendukung dalam proses pembelajaran di madrasah. Iklim organisasi terbentuk dari kultur belajar yang ada dalam madrasah kultur belajar yang tercipta di madrasah terbuka dan positif serta kondusip akan menciptakan hubungan setiap personal dalam suasana kerukunan, gotong royong, saling menghormati, kerja sama, dan ada rasa sama-sama memiliki (Made Pidarta, 1988:147). Adanya kultur belajar yang baik dalam madrasah memberikan pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran di madrasah, siswa akan merasan aman, nyaman dan tenang dalam pelaksanaan proses pembelajaran di madrasah. Menurut penelitian Maehr dan Anderman (1993), Maehr dan Fyans (1989), Maeh dan Midgley (1991, 1990): mereka telah mengembangkan efisiensi dan empresip secara empiris untuk memberi kesan bahwa variabel mediasi dan kultur sekolah akan mendorong sekolah menjadi tempat bagi guru-guru untuk memiliki perasaan positif terhadap pekerjaan dan siswa termotivasi untuk belajar (Danim, 2003:55). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Halpin,& Croft dalam Marzuki, (1997: 142) diketahui bahwa: apabila sekolah mempunyai iklim kerja yang positif dan kondusif guru-guru akan merasa lebih nyaman dan mempunyai keyakinan serta dalam keadaan gembira; guru tidak akan merasa tertekan dan memberikan focus kepada peserta didik dengan iklas. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa makin tinggi iklim organisasi maka makin tinggi prestasi belajar siswa dan sebaliknya makin rendah iklim organisasi maka makin rendah prestasi belajar siswa. Kontribusi Kepemimpinan, Kemampuan Kerja dan Iklim organisasi secara bersamasama Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Perhitungan regresi jamak data variabel prestasi belajar siswa menghasilkan arah regresi a1 sebesar, 0,684 untuk variabel X1 (kepemimpinan), a2 sebesar 0,017 untuk variabel X2 (kemampuan kerja), a3 sebesar 0,137 untuk variabel X3 (iklim organisasi) serta konstanta a sebesar 22,897. Bentuk antar variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ = 22,897+0,684X1 + 0,017X2+0,137X3 seperti pada Tabel 7.
14
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Tabel 7
Analisis Varians Regresi Linear Jamak Ŷ = 22,897+0,684X1 + 0,017X2+0,137X3.
Sumber
Ft 0
Varians
Db
JK
Total Regresi (a)
60
1 13770 1206222 1
RJK
408 7.75195 56.2 707558 72.644**
12263.2558 3
Regresi (b/a) Sisa
56
Fh
1 8778.2379
,01
0 ,05
2 ,65
3 ,88
Keterangan ** = regresi sangat signifikan (Fhitung 72,644> Ftabel 3,88 pada α = 0,01) dk = derajat kebebasan Jk = Jumlah Kuadrat RJK= Rerata Jumlah Kuadrat Berdasarkan analisis varians regresi jamak pada tabel 7 di atas diketahui harga Fhitung > Ftabel (72,644>3,88) pada α = 0,01, maka dapat disimpulkan regresi jamak Ŷ = 22,897+0,684X1 + 0,017X2+0,137X3, sangat signifikan. Kekuatan korelasi jamak antara variabel X1, X2, X3 terhadap variabel Y diperoleh koefisien korelasi R = 0, 763. Hasil uji keberartian dengan uji F, diperoleh Fhitung = 72, 452. Hubungan X1, X2, X3 terhadap variabel Y dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Rangkuman Uji Korelasi Jamak
Tabel 8 Korelasi
Ry123
N
160
R
0,763
Fhitung
72,452
Ftabel α = 0,05
α = 0,05
2,65
3,88
Keterangan : ** = Koefisien korelasi sangat signifikan (Fh=72,452> Ft = 3,88) pada α = 0,01 Ry12 = Koefisien korelasi X1, X2, X3 terhadap Y Y = Prestasi belajar siswa X1 = Kepemimpinan X2 = Kemampuan Kerja X3 = Iklim organisasi
15
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Dari hasil pengujian korelasi jamak pada tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (72,452>3,88), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi jamak (Ry123) dalam penelitian ini sangat signifikan pada α = 0,01. Temuan ini membuktikan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat kontribusi positif kepemimpinan, kemampuan kerja dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa, teruji kebenarannya. Koefisien determinasi antara variabel (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y) adalah sebesar R2 = (0,763)2 = 0,583 ini menunjukkan bahwa 58,3% variasi yang terjadi pada variabel prestasi belajar siswa dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel kepemimpinan, kemampuan kerja dan iklim organisasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi Ŷ = 22,897+0,684X1+0,017X2+ 0,137X3. Variansi sisanya sebesar 41,7% dijelaskan oleh variabel lainnya. Faktor kepemimpinan kepala madrasah,kemampuan guru dam iklim organisisas berpengaruh terhdap prestasi siswa sesuai dengan pandangan Dalyono (1997: 50) yang mengatakan bahwa ada dua faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar individu, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal seperti kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal seperti keluarga, keadaan sekolah, masyarakat sekitar, dan lingkungan sekitar). Dalam pencapaian prestasi belajar siswa, kepala madrasah, guru dan iklim organisasi menjadi factor pendukung proses pencapaian prestasi belajar siswa di madrasah, adanya kepemimpinan kepala madrasah yang berkualitas, memiliki kemampuan manajerial dan penempatan gaya kepemimpinan yang baik dalam madrasah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, begitu pula dengan iklim organisasi dalam madrasah, adanya suasana kerja yang kondusif dan nyaman dalam madrasah akan memberikan ketenangan dan keharmonisan dalam kegiatan proses pembelajaran, siswa akan mebih focus terhadap proses pembelajaran yang mereka jalankan. Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi kepemimpinan, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa, dan semakin tinggi serta semakin baik kepemimpinan, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi semakin tinggi prestasi belajar siswa. Penutup Kepemimpinan memiliki kontribusi dan pengaruh positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian kepemimpinan memberikan sumbangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan terhadap kepemimpinan akan diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Kepemimpinan kepala madrasah menjadi peramal tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di madrasah. Kemampuan kerja guru memiliki kontribusi dan pengaruh positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian kemampuan kerja guru memberikan sumbangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan terhadap kemampuan kerja guru
16
TANZIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
akan diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Kemampuan kerja guru menjadi peramal tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di madrasah. Iklim organisasi memiliki kontribusi dan pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian iklim organisasi memberikan sumbangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan terhadap iklim organisasi akan diikuti dengan prestasi belajar siswa. Iklim organisasi menjadi peramal tinggi rendahnya peningkatan prestasi belajar siswa di madrasah. Secara bersama-sama terdapat kontribusi dan pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala madrasah, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian kepemimpinan, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di madrasah. Peningkatan kepemimpinan, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi akan diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Kepemimpinan, kemampuan kerja guru dan iklim organisasi secara bersama-sama menjadi peramal tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di madrasah. Kepala madrasah meningkatkan kualitas diri terhadap pemahaman dan kemampuan dalam menjalankan kepemimpinan dalam pengelolaan madrasah. Guru, sebagai tenaga pendidik dalam madrasah dituntut meningkatkan kualitas diri dengan memahami dan meningkatkan kompetensi diri, memiliki keterampilan dalam mengajar. Unsur madrasah berperan dalam membentuk, mengembangkan dan mempertahankan iklim organisasi di madrasah, menciptakan, mengembangkan iklim organisasi yang kondusif merupakan usaha bersama-sama setiap unsur yang ada di madrasah. DAFTAR PUSTAKA Azizy, Qodri dan Saleh, Ahmad. (2004). Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Bafadal. Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran. Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara. Dalyono. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Gagne, Robert M.. (1989). Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Terjemahan : Munandar. Jakarta Dikti PAU. Geralch, Vermous and Ely, Donald, P. (1980). Teching and Media. Columbus. Ohio : Charles E. Merril. Harahap, Burhanudin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kcpala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya Hamalik, Oemar (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
17
TANZHIM Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN: 2548-3978
Hand, Robert F. De and Havingrust, Robert J.. (1962). Educating Gipted Children. New York : The University of Chicago. Hoy, W.K. & Miskel, C. G. 1998. Educational Administration, Newyork, Random House Jhon, Whitemore. (1997) Coaching for Performance : Seni Mengarahkan Untuk Mendobrak Kinerja, terjemahan Y. Dwi Hilly Purnomo. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Lateiner Alfred R. dan Levina I.E.(1995). Teknik Memimpin guru dan Pekerja. Terjemahan Imam Sudjono. Jakarta : Aksara Baru. Mulyasa, E.(2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Pidarta, Made. (1987). Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta :PT Gramedia. Pidarta, Made. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Prabu, A. Anwar, (2000). Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung : Remaja Rosda Karya. Supriadi. Dedi, (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Uwes, Sanusi.,(2004) Visi dan Pondasi Pendidikan, Jakarta : Logos Wacana llmu Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT Radja Grafindo Persada.
18