STRATEGI EKONOMI PETANI LAPISAN ATAS DALAM MENGAKUMULASI MODAL (Studi Kasus di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
FAHROZI HARDI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRACT
The group of rich peasant, who has surplus income from agriculture, could invest the surplus in the business capital intensive, business that provides a relatively large income. Rich peasant have a large range of non-agricultural sources, which in turn gave establish the process of capital accumulation and investment of mutual support both agriculture and non agriculture among the rural elite. The process of capital accumulation rich peasant households in socio-economic field in daily life can be seen from the mechanism of surplus and investment of surplus farm households. The mechanism of surplus in this research saw the traditional land owners, modern land owners and entrepreneur land owners. This mechanism can be used as guidelines to explain the investment of surplus rice farming activities which the community predominantly livelihood is peasant. Furthermore the role of rich peasant in rural development are through resources and employment, technology transfer and institutional. From the rich peasant economic strategy in the accumulation of capital can be seen the type of rich peasant in the village. Key words: rich peasant, the process of capital accumulation, the role of rich peasant in rural development, capital accumulation
RINGKASAN
FAHROZI HARDI. Strategi Ekonomi Petani Lapisan Atas Mengakumulasi Modal (Di bawah bimbingan SATYAW AN SUNITO).
Dalam
Kritisi Tjondronegoro dan Wiradi (1984: 271) dari penjelasan mengenai keberhasilan suatu pembangunan (di daerah pedesaan) akan banyak bertumpu pada petani-petani maju yang bertindak sebagai pelaku pembangunan (agent of development), oleh karena merekalah yang menunjukkan daya tanggap (responsiveness) yang lebih besar terhadap semua inovasi dan perbaikan teknik serta merekalah yang lebih mudah didekati oleh dinas-dinas pemerintah. Tersirat di dalam anggapan itu suatu aci-acian bahwa petani maju akan menjadi teladan bagi petani-petani miskin yang diharapkan segera mengikuti teladan tersebut karena mereka bisa mengamati secara dekat. Inovasi diharapkan akan tersebar di segala penjuru dan ke segenap lapisan masyarakat desa. Pendekatan ini oleh Wertheim yang juga pengkritisi pembangunan tersebut disebut betting on the strong (Wertheim, 1964 dalam Tjondronegoro dan Wiradi, 1984: 271). Sinaga dan White (1979) dalam Wiradi (1985: 47-48) menyatakan bahwa golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan dari pertanian, mampu menginvestasikan surplusnya itu pada usaha-usaha padat modal tetapi yang memberikan pendapatan yang relatif besar (misalnya, alat-alat pengolahan hasil pertanian, berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya). Karenanya mereka mencari pekerjaan di luar pertanian yang padat tenaga kerja dan/atau modal kecil, tapi memberikan pendapatan yang relatif rendah, misalnya kerajinan tangan, bakul es, warung kecil dan sebagainya). Semua ini berarti bahwa petani luaslah yang lebih mempunyai jangkauan terhadap sumber besar non-pertanian, yang pada gilirannya melahirkan proses akumulasi modal dan investasi yang saling menunjang baik bidang pertanian maupun non-pertanian diantara golongan elite pedesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami proses akumulasi modal petani lapisan atas melalui mekanisme surplus dan investasi surplus pada kegiatan pertanian. Selain itu juga memahami peran petani lapisan atas di dalam pembangunan pedesaan. Pada akhirnya akan memahami proses akumulasi modal dan peran petani lapisan atas menyebabkan strategi ekonomi petani lapisan atas dalam mengakumulasi modal. Pendekatan penelitian kualitatif menggunakan studi riwayat hidup. Studi riwayat hidup atau tepatnya riwayat hidup individu adalah bahan keterangan tertulis mengenai pengalaman kehidupan individu-individu tertentu, sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang diteliti. Pada penelitian ini, untuk proses akumulasi modal rumah tangga petani lapisan atas dalam bidang sosial ekonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari mekanisme surplus dan investasi surplus rumah tangga petani yakni petani pemilik lahan tradisional, petani pemilik lahan modern dan petani pemilik lahan Entrepreneur. Mekanisme ini dapat dijadikan pedoman untuk menjelaskan
investasi surplus kegiatan pertanian sawah di Desa Ciasmara yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Hasil penelitian menunjukan bahwa H. Aw (90 Tahun) merupakan salah satu petani lapisan atas di desa yang memiliki akses yang sangat kuat dalam sektor pertanian terutama dalam hal kepemilikkan lahan pertanian yang dikuasainya. Sistem kontrak atau sewa lahan yang disewakan H. Aw dibayarkan setelah panen dan dicatat dalam buku catatan miliknya. Lahan yang dimiliki H. Aw seluas 100 Gedeng atau sekitar 17 hektar. Petani Penggarap lahan milik H. Aw biasanya merupakan orang yang berada disekitar lahan yang dimilikinya dan juga merupakan orang kepercayaan yang sudah bekerja relatif lama. Keseharian hidup yang sederhana dan tidak berpola konsumtif, alat-alat pekerjaan yang terpenuhi dengan baik dan bahan baku yang besar yang didapat rumah tangga petani Haji Aw maka dari hasil perdagangan atau pertukaran produk menghasilkan surplus yang besar. Surplus pada proses reproduksi semuanya digunakan kembali untuk membangun sektor pertanian dengan membeli lahan pertanian dan ternak kerbau. Proses diferensiasi yakni menyisihkan sebagian keuntungan untuk memberangkatkan pergi Haji ke Tanah Suci Mekkah kepada keluarganya. H. At (58 Tahun) merupakan salah satu petani lapisan atas dalam bidang pendidikan di desa dan juga memiliki akses yang sangat kuat dalam sektor pertanian terutama dalam hal peran yang besar pada kelompok tani di desa selain kepemilikan lahan pertanian yang dikuasainya. Keseharian hidup yang sejahtera, alat-alat pekerjaan yang dapat terpenuhi dan bahan baku yang mencukupi di dapat rumah tangga petani H. At maka dari hasil perdagangan atau pertukaran produk menghasilkan surplus. Surplus pada reproduksi proses semuanya digunakan kembali untuk membangun sektor pertanian dengan menyiapkan alat-alat produksi. Proses diferensiasi yakni menyisihkan sebagian keuntungan untuk penyediaan sarana dan prasarana membangun kelompok tani. Pada akhirnya dapat menjadi akumulasi modal rumah tangga petani tersebut. Haji Ong (47 Tahun) merupakan salah satu petani lapisan atas dalam di desa dan juga memiliki akses yang sangat kuat dalam sektor pertanian terutama dalam hal kepemilikan lahan pertanian di desa yang semuanya telah disewakan kepada penggarap dan sekarang beliau bekerja pada sektor non pertanian yakni berdagang bahan bangunan dengan mendirikan toko yang besar di desa. Keseharian hidup yang sangat modern dan melalui pembayaran sewa lahan dari petani penggarapnya yang didapat rumah tangga petani H. Ong maka dari hasil perdagangan atau pertukaran produk menghasilkan surplus. Surplus pada proses reproduksi sebagian dijadikan proses diferensiasi yakni rumah tangga petani menginvestasikan surplus dari sektor pertanian ke sektor non pertanian yakni berdagang toko bangunan yang akhirnya dapat menjadi akumulasi modal rumah tangga petani tersebut. Selanjutnya lahan yang dimiliki H. Aw jumlah sangat luas dan semakin bertambah sampai saat penelitian berlangsung. Selain ada beberapa bagian yang sudah dibagikan kepada enam orang anaknya sisa lahan yang dimilikinya kini sebagian besar disewakan kepada petani penggarap. Petani penggarap yang menyewa lahan H. Aw menjalankan perjanjian sewa yakni setiap satu gedeng setara dengan 1.500 meter persegi lahan yang disewa maka setiap satu musim panen yakni sekitar lima bulan lamanya maupun lebih cepat sekitar empat bulan,
hasil panen sebesar 50 gedeng sama dengan 500 liter wajib diberikan kepada H. Aw sebagai biaya sewa lahan. H. Ong yakni petani yang merubah halungan mata pencaharian yang utama yakni berdagang. Pada saat baru menikah H. Ong berprofesi sebagai petani. Namun hanya berperan sebagai atasan yang mempekerjakan beberapa petani untuk mengelola lahan pertaniannya seluas 15 gedeng sama dengan 2,5 hektar. H. Ong menyiapkan seluruh kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan pertanian dan membayar pekerjanya dengan upah. Inilah kegiatan rutin sehari-hari ketika bertani. Dari hasil usaha berdagang yakni usaha toko bangunan kini usahanya semakin berkembang. H. Ong kini memiliki dua toko bangunan yang sangat besar. Pertama di Desa Ciasmara yang bernama “Toko Sempurna” yang memiliki dua orang pekerja laki-laki dan beliau sendiri sebagai pengelolanya. Kedua di dekat Pasar Leuwiliang yang baru berdiri sekitar dua bulanan. Toko tersebut bernama “Toko Sampurna Putra” yang memiliki tiga orang pekerja laki-laki, istri dan anak pertamanya sebagai pengelolanya. Mengenai tanah pertaniannya yang di miliki pada saat penelitian berlangsung luasnya 17,5 gedeng atau hampir 3 hektar. Tanah yang beliau miliki disewakan kepada enam orang penggarap dimana masing-masing biaya sewa yang dikenakan sebesar 50 gedeng gabah kering panen dari setiap satu gedeng tanah yang disewakan. Jika dihitung keuntungan sewa tanah yang diperoleh H. Ong setiap musim panen yaitu 17,5 dikali 500 liter sama dengan 8.750 liter. Jika diuangkan 8.750 liter dikali 1.500 rupiah sama dengan 13.125.000 rupiah. Dari mata pencaharian ini maka H. Ong memberikan lapangan kerja kepada petani desa pada sektor pertanian dan membuka lapangan pekerjaan di sektor non pertanian yang dapat menyerap tenaga kerja. Selain itu juga dapat membiayai pendidikan anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Perilaku H. Aw dimata bapak Maj yakni rajin, ulet, dan sukses sehingga sejahtera. Rajin diartikan bahwa bertani cukup dikerjakan sendiri tanpa banyak melibat orang lain dalam mengelola lahan yang digarapnya. Ulet diartikan hasil dari pertanian tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau konsumtif tetapi sedikit-sedikit dibelanjakan untuk tanah sawah ke depan. Sukses diartikan dengan kehidupan pribadi yang cukup tidak macam-macam dan hanya untuk tani. Mulai beliau muda sampai tua tetap giat dalam bertani. Karena tiga perilaku tersebut maka H. Aw saat ini dapat menjadi sejahtera. H. Aw merupakan orang yang giat dalam bekerja dan sangat sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. H. Aw orang yang sangat teliti dan tidak bisa dibohongi oleh orang lain yaitu penggarap tanahnya, tengkulak maupun penjual lahan pertanian. Menurut H. Aw dikutip H. Mdn bahwa “enakan tani selain tani tidak menguntungkan, tani tidak akan bangkrut atau sawah tidak akan hilang”. Menurut Bapak Maj sumberdaya manusia petani di desa masih sangat lemah sehingga harus dibimbing. Pembimbing mereka haruslah petani yang kreatif. H. At merupakan orang yang tepat dalam membimbing petani tersebut. H. At selain petani maju juga sangat berpendidikan yakni menjabat sebagai kepala sekolah menengah pertama di desa dan sering menfasilitasi kelompok tani tanpa bosan.
STRATEGI EKONOMI PETANI LAPISAN ATAS DALAM MENGAKUMULASI MODAL (Studi Kasus di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Oleh Fahrozi Hardi I34052671
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Fahrozi Hardi NRP : I34052671 Judul : Strategi Ekonomi Petani lapisan Mengakumulasi Modal
Atas
Dalam
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Satyawan Sunito NIP. 19630904 199002 2 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi Dan Komunikasi Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP.19580827 198303 1 001
Tanggal Kelulusan:
LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI EKONOMI PETANI LAPISAN ATAS DALAM MENGAKUMULASI MODAL” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 31 Agustus 2009
FAHROZI HARDI I34052671
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1986 dari ayah Muhammad Azwar Nasution dan ibu Intan Nurilam. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMAN 47 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama
mengikuti
perkuliahan,
penulis
menjadi
anggota
Divisi
Broadcasting pada Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera) pada tahun 2007. Selain itu penulis menjadi asisten dosen matakuliah Sosiologi Umum selama dua semester: semester genap pada tahun 2007, semester gasal pada tahun 2008 dan juga menjadi asisten dosen matakuliah Perubahan Sosial semester gasal pada tahun 2008. Penulis mendapatkan bantuan beasiswa untuk mendanai biaya perkuliahan dari tiga sumber: Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 2007, Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2008, dan Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah Strategi Ekonomi Petani Lapisan Atas Dalam Mengakumulasi Modal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memahami proses akumulasi modal rumah tangga petani lapisan atas; (2) memahami peran petani lapisan atas di dalam pembangunan pedesaan; dan (3) memahami strategi ekonomi petani lapisan atas dalam mengakumulasi modal. Penelitian ini dapat menjadi proses pembelajaran bagi peneliti dalam memahami fenomena sosial yang terjadi di lapangan. Demikian skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat.
Bogor, 31 Agustus 2009
Fahrozi Hardi