PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PETANI MANGGIS Kamaludin1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dr. H. Djoni, Ir.,M.S.2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., M.Si.3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis dan karakteristik kewirausahaan petani manggis serta untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan teknik penentuan responden secara sensus terhadap 25 orang petani manggis yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Analisis yang digunakan adalah nilai tertimbang serta uji statistik Koefisien Korelasi Konkordans Kendall W untuk menganalisis hubungan secara simultan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan. Sedangkan untuk menganalisis hubungan secara parsial antara subvariabel modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan menggunkan uji Koefesien Korelasi Rank Spearman’s. Berdasarkan hasil penelitian modal sosial dan karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan nilai tertimbang masing-masing sebesar 72,57 persen dan 77,64 persen. Hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan secara simultan memiliki hubungan yang positif. Secara parsial subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan karakteristik kewirausahaan. Kata Kunci : Modal Sosial, Karakteristik Kewirausahaan, Kelompok Tani ABSTRACT The objective of this research was to determine the social capital possessed by farmers mangosteen and entrepreneurial characteristics of mangosteen farmers and also to know and analyze the correlation between social capital with entrepreneurial characteristics of mangosteen farmers. This research used the case study method with a technique to determine the respondents with the census on 25 people mangosteen farmers who are all members of Sari Puspa Farmers Group by taking located in Puspahiang Village Puspahiang Subdistrict Tasikmalaya Regency. The analysis used is the weighted value and statistic test with the Concordance Correlation Coefficient of Kendall W to analyze 1
simultaneously the correlation between social capital with entrepreneurial characteristics. While to analyze partially the correlation between social capital subvariabel with entrepreneurial characteristics used the Rank Spearman’s Correlation Coefficient test. Based on the research of social capital and entrepreneurial characteristics possessed by mangosteen farmers who joined Sari Puspa Farmers Group as a whole is in a moderate category is the weighted value respectively 72,57 percent and 77,64 percent. Correlation between social capital with entrepreneurial characteristics simultaneously have a positive correlation. Partially subvariabel social capital was the social environment, farmers capacity and motivation have a significant and positive correlation with entrepreneurial characteristics. Keyword : Social Capital, Entrepreneurial Characteristics, Farmers Group PENDAHULUAN Pembangunan hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang ini diarahkan pada pendekatan yang komprehensif dan terpadu, dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu sampai ke hilir dan perangkat penunjangnya serta menuju keseimbangan antara peningkatan konsumsi, peningkatan produksi dan perbaikan distribusi yang menguntungkan semua pihak. Sehingga mempunyai tujuan tercapainya kualitas sumberdaya manusia, termasuk didalamnya peran aktif para petani dalam mengembangkan dirinya menjadi petani yang mandiri yang berorientasi ke Agribisnis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, 2008). Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah sentra produksi utama buah manggis di Jawa Barat. Manggis (Garcinnia mangostana L) merupakan salah satu komoditas buah trofika eksotik yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu komoditas primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa negara. Manggis dikenal sebagai “Queen of the Tropical Fruits” yang sangat dinikmati oleh konsumen luar negeri karena memiliki perpaduan keindahan warna dan kenikmatan rasa. Salah
satu
Kelompok
Tani
maju
di
Kabupaten
Tasikmalaya
yang
mengembangkan usaha agribisnis manggis adalah Kelompok Tani Sari Puspa Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang. Produksi manggis di Kecamatan Puspahiang per satu kali musim tahun 2013 sebesar 153.210 kuintal dengan produktivitas rata-rata 140 kuintal per hektar (BP3K Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya, 2013).
2
Petani manggis di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang masih menghadapi permasalahan diantaranya teknologi budidaya yang dilakukan masih bersifat tradisional, sistem proses produksinya masih tergantung pada alam, dan kebijakan pemerintah terkait kegiatan ekspor impor buah-buahan sehingga muncul pesaing dari luar serta persoalan kualitas sumberdaya manusia yang masih relatif rendah. Faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan usaha dibidang agribisnis salah satunya adalah modal sosial (sosial capital). Sebagaimana modal ekonomi dan modal alam. Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat atau kelompok terutama dalam pengembangan karakteristik kewirausahaan, kebanyakan petani seringkali mengabaikan pentingnya modal sosial dan terlalu menekankan pentingnya modal ekonomi dan modal alam (M. Mawardi, 2007). Fukuyama (1999) dalam Inayah (2012) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia terutama dalam pengembangan karakteristik kewirausahaan petani. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha dan mengembangkan karakteristik kewirausahaan, memperkuat peranan modal sosial merupakan cara yang paling tepat. Modal sosial berperandalam memelihara dan menopang pengembangan ekonomi terutama dalam menumbuhkan karakteristik kewirausahaan, sehingga dijadikan sebagai perekat dan motor penggerak bagi hubungan sosial yang terjalin. Peranan modal sosial yang mampu mendorong pengembangan karakteristik kewirausahaan diharapkan dapat menjadi strategi adaptasi dan pertahanan usaha, perluasan jaringan sosial, peningkatan kepercayaan antar stakeholder, serta strategi dalam membangun kepedulian sosial. Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih mendalam mengenai : (1) Bagaimana modal sosial yang dimiliki petani manggis? (2) Bagaimana karakteristik kewirausahaan petani manggis? (3) Bagaimana hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui modal sosial dan karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis dan menganalisis hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya.
3
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra produksi utama pengembangan buah manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik penentuan responden dilakukan secara sensus terhadap 25 orang petani manggis yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa. Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel yang diteliti dilakukan dengan skala ordinal. Pengukuran untuk klasifikasi dari setiap indikator-indikator atau variabel modal sosial dan karakteristik mengunakan rumus sebagai berikut : Skor Maksimal – Skor Minimal Jumlah Kategori Keterangan : P=
P Skor Maksimal Skor Minimal
= Rentang Interval Kelas = Skor tertinggi yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel = Skor terendah yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel
Sehingga diperoleh kategori sebagai berikut : Jika Skor min ≤ Rendah < Skor min + P Jika Skor min + P ≤ Sedang < Skor min + 2P Jika Skor min + 2P ≤ Tinggi < Skor maks Data dianalisis dengan tabulasi silang dan diukur dengan analisis nilai tertimbang (NT). Nilai tertimbang merupakan persentasi nilai yang berasal dari pengukuran-pengukuran
indikator atau variabel, dengan menggunakan rumus
(Djoni,2008) sebagai berikut : NT =
Nilai yang didapat Nilai ideal/maksimal
X 100 %
Uji statistik yang digunakan dalam mengukur skala ordinal yaitu statistik nonparametik. Untuk mengetahui keeratan hubungan secara simultan antara variabel modal sosial dengan pengembangan karakteristik kewirausahaan digunakan Koefesien Korelasi Konkordans Kendall W dengan rumus (Sidney Siegel, 1992) : 𝑠 W= 1 2 𝑘 (𝑁3 −𝑁) 12 4
Keterangan : S K N
: Jumlah kuadrat deviasi observasi dari mean : Banyak himpunan ranking penjenjangan : Banyaknya obyek atau individu yang diberi ranking
Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : W = 0 : Tidak terdapat hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H1 : W ≠ 0 : Terdapat hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis Adapun kriteria pengujian yang digunakan untuk menetapkan keputusan hipotesis tersebut adalah : Jika X2hitung < X2α(N-1) maka terima H0 dan tolak H1 : tidak nyata (non signifikan) Jika X2hitung ≥ X2α(N-1) maka tolak H0 dan terima H1 : nyata (signifikan) Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan secara parsial antara subvariabel
modal
sosial
dengan
pengembangan
karakteristik
kewirausahaan
menggunakan Korelasi Rank Spearman’s dengan rumus (Sidney Siegel, 1992) : a) Bila sedikit rank kembar atau tidak sama sekali
rs = 1 -
2 6 ∑𝑛 𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛3 −𝑛
Keterangan :
rs : Korelasi Rank Spearman 2 ∑di : Perbedaan antara jumlah rank X dan jumlah rank Y n : Jumlah sampel b) Bila cukup banyak rank kembar ∑ 𝑋 2 + ∑ 𝑌2 + ∑ 𝑑𝑖 2
rs =
Keterangan : rs ∑ X2 ∑ Y2 ∑di2
2�∑ 𝑋 2 . ∑ 𝑌 2
: : : :
Korelasi Rank Spearman Nilai dari variabel X Nilai dari variabel Y Perbedaan antara jumlah rank X dan jumlah rank Y
Pengujian signifikansi untuk n ≥ 10, menggunakan tabel B (tabel t. student)
dengan terlebih dahulu mengihitung nilai trs , dengan rumus sebagai berikut :
trs = rs�
𝑛− 2
1−(𝑟𝑠)2
5
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: A
B
C
H0 : rs = 0 : Tidak terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H1 : rs ≠ 0 : Terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis : Tidak terdapat hubungan antara kapasitas petani dengan H0 : rs = 0 karakteristik kewirausahaan petani manggis : Terdapat hubungan antara kapasitas petani dengan karakteristik H1 : rs ≠ 0 kewirausahaan petani manggis : Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan karakteristik H0 : rs = 0 kewirausahaan petani manggis : Terdapat hubungan antara motivasi dengan karakteristik H1 : rs ≠ 0 kewirausahaan petani manggis Adapun kriteria pengujian yang digunakan untuk menetapkan keputusan
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : Jika thitung < ttabel maka terima H0 dan tolak H1 : tidak nyata (non signifikan) Jika thitung ≥ ttabel maka tolak H0 dan terima H1 : nyata (signifikan) Keterangan : nilai ttabel pada tarap nyata 0,01 dan 0,05 yang diperoleh dari table t pada derajat bebas (db) = n – 2,
Sugiyono (2010), menyatakan bahwa terdapat 5 tingkat keeratan hubungan berdasarkan nilai rs, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penaksiran Besarnya Koefesien Korelasi No Koefesien Korelasi Hubungan Taksiran Korelasi 1 0,00 – 0,199 Sangat rendah 2 0,20 – 0,399 Rendah 3 0,40 – 0,599 Sedang 4 0,60 – 0,799 Kuat 5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat PEMBAHASAN Identitas Responden Respondenpada penelitian ini adalah petani manggis dengan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 25 orang yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa. Umur responden berada dikisaran 44 sampai 53 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau 44 persen. Responden lebih banyak didominasi dalam golongan usia produktif.Menurut Said Rusli (1984) bahwa usia produktif pada aktivitas kerja berkisar antara 14 sampai 64 tahun. Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya seiring semakin tua umurnya maka mempunyai kecenderungan bertambah pula kemampuan dalam mengelola usahanya ketingkat yang lebih berhasil lagi.
6
Pendidikan responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang sangat rendah. Responden tersebut didominasi oleh petani yang hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 21 orang atau sekitar 84,00 persen. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah merupakan salah satu kendala dalam menyerap teknologi baru, karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan cara petani dalam merespon teknologi dan inovasi baik dalam rangka pengembangan usahataninya ataupun teknologi dan inovasi yang lainnya. Petani responden umumya sudah berkeluarga dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 3 orang. Jumlah tangungan kelurga petani responden yang paling banyak adalah 5 orang dan paling sedikit adalah tidak memiliki tanggungan keluarga. Pengalaman berusahatani dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya responden berusahatani manggis. Pengalaman petani responden dalam berusahatani manggis cukup berpengalaman dan paling banyak berada dikisaran 5 sampai 12 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 56 persen. Luas lahan yang digunakan petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani manggis cukup beragam dari mulai lahan yang sempit sampai lahan yang relatif luas. Pengelolaan usahatani manggis dalam penelitian ini banyak dilakukan petani pada kisaran luas lahan 0,07 sampai dengan 0,45 Ha yaitu sebanyak 21 orang atau 84 persen. Jumlah pohon yang dimiliki kebanyakan petani berada pada kisaran 5 sampai dengan 52 pohon manggis yaitu sebanyak 16 orang atau 64 persen.Pohon produktif yang dimiliki rata-rata mampu menghasilkan produksi sebanyak 1-1,5 kuintal per pohon selama satu kali musim panen. Jumlah pohon produktif yang dimiliki kebanyakan petani berada pada kisaran 2 sampai 19 pohon yaitu sebanyak 19 orang atau 76 persen. Modal Sosial Modal sosial merupakan suatu hubungan yang tercipta yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat ataupun kelompok. Edi Suharto (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Subvariabel yang digunakan untuk mengetahui modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa yaitu : (1) Lingkungan sosial, (2) Kapasitas petani, dan (3) Motivasi.
7
Secara terperinci hasil penelitian mengenai modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa Desa Puspahiang dapat disarikan hasil analisis tersebut dalam bentuk rata-rata, nilai tertimbang dan kategorinya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Subvariabel Modal Sosial Petani Manggis Subvariabel Skor Skor Rata-rata No Modal Sosial Maksimal yang Didapat 1 Lingkungan Sosial 30 24,20 2 Kapasitas Petani 24 13,28 3 Motivasi 30 23,48 Modal Sosial 84 60,96
Kategori Tinggi Rendah Tinggi Sedang
Nilai Tertimbang (%) 80,67 55,33 78,27 72,57
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan data pada Tabel 2, menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata yang didapat 60,96 dari skor maksimal 84 dan memiliki nilai tertimbang sebesar 72,57 persen artinya modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis mencapai 72,57 persen. 1) Lingkungan Sosial Subvariabel lingkungan sosial pada Tabel 3 mencapai skor rata-rata 24,20 dari skor maksimal 30, sehingga berada pada kategori tinggi. Jika melihat pada nilai tertimbang sebesar 80,67 persen, artinya lingkungan sosial yang menjadi modal sosial petani mencapai 80,67 persen. Lingkungan sosial dalam penelitian ini dilihat dari tiga indikator yaitu aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap norma, dan kekuatan jejaring. Kepercayaan (trust) merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama. Aspek kepercayaan dapat digambarkan dalam hal : (1) adanya saling percaya antara petani yang satu dengan petani yang lain, (2) Adanya kepercayaan petani terhadap pihak luar, dan (3) Adanya kerja sama dan saling tukar kebaikan antar anggota kelompok. Aspek kepatuhan terhadap norma yang dilakukan oleh petani dapat dilihat dari ketaatan terhadap norma yang berlaku di masyarakat dan norma kelompok tani, ketepatan waktu dalam kegiatan rapat kelompok tani, dan konsistensi dalam penerapan budidaya manggis sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
8
Aspek kekuatan jejaring (network) dapat digambarkan dalam hal luasnya hubungan bisnis yang dibangun dengan orang lain, banyaknya jalinan bisnis yang terjalin, keterbukaan dalam melakukan hubungan sosial dengan siapapun, serta keaktifan dan keterlibatan dalam mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. 2) Kapasitas Petani Salah satu yang menjadi unsur modal sosial yang sangat penting dalam suatu kelompok adalah kapasitas petani itu sendiri. Kapasitas petani merupakan kemampuankemampuan yang dimilki oleh individu petani agar mampu berkontribusi terhadap kemajuan kelompoknya, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya. Kapasitas petani yang dimiliki oleh anggota yang bergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa tergolong pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor ratarata yang didapat yaitu 13,28 dari skor maksimal yaitu 24 dengan nilai tertimbang sebesar 55,33 persen. Artinya kapasitas petani dalam menjalankan usahataninya baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya baru mencapai 55,33 persen. 3) Motivasi Motivasi adalah alasan atau keinginan yang mendorong petani untuk melaksanakan kegiatan usahatani manggis. Motivasi tersebut terdiri dari motivasi ekonomis dan motivasi sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subvariabel motivasi berada pada kategori tinggi, dengan skor rata-rata yang didapat yaitu 23,48 dari skor masimal 30 dengan nilai tertimbang sebesar 78,27 persen. Artinya, motivasi petani dalam melaksanakan usahatani manggis mencapi 78,27 persen. Motivasi ekonomis yaitu dorongan petani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang dapat digambarkan dalam hal keinginan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, keinginan untuk membeli barang-barang mewah, keinginan untuk memiliki dan meningkatkan tabungan serta keinginan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik. Sedangkan motivasi sosiologis adalah dorongan petani untuk memenuhi kebutuhan sosial dan berinteraksi dengan orang lain yang dapat digambarkan dalam hal keinginan petani untuk menambah relasi, keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain, keinginan untuk mempererat kerukunan, keinginan untuk dapat bertukar pendapat dan keinginan untuk memperoleh bantuan dari pihak lain.
9
Karakterisrik Kewirausahaan Petani Manggis Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Karakteristik kewirausahaan petani adalah suatu kemampuan yang ada dalam diri petani dalam rangka melakukan sesuatu aktivitas usaha. Indikator yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan petani manggis dalam penelitian ini diantaranya : (1) rasa percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) keberanian dalam mengambil resiko, (4) kepemimpinan, (5) berorientasi ke masa depan, serta (6) sifat kreatif dan inovatif. Secara terperinci hasil penelitian mengenai karakteristik kewirausahaan petani manggis yang ada pada Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang dapat disarikan hasil analisis dalam bentuk rata-rata, nilai tertimbang dan kategorinya (Tabel 3). Tabel 3. Indikator Karakteristik Kewirausahaan Petani Manggis No 1 2 3 4 5 6
Indikator Karakteristik Kewirausahaan Percaya Diri Berorientasi Tugas dan Hasil Keberanian Mengambil Resiko Kepemimpinan Berorientasi Ke Masa Depan Kreatif dan Inovatif Kewirausahaan Petani
Skor Maksimal 15 12 9 12 9 12 57
Skor Rata-rata yang didapat 12,24 8,40 5,24 8,44 4,96 7,56 44,26
Kategori Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang
Nilai Tertimbang (%) 81,60 70,00 58,22 70,33 55,11 63,00 77,64
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata 44,26 dari skor maksimal 57 dan memiliki nilai tertimbang sebesar 77,64 persen. Artinya karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis sudah mencapai 77,64 persen. Indikator karakteristik kewirausahaan yang paling menonjol dapat dilihat dari rasa percaya diri petani. Kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan seseorang atau petani dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang dihadapinya. Karakter percaya diri petani manggis mencapai skor rata-rata 12,24 dari skor maksimal 15 sehingga termasuk pada kategori tinggi. Rasa percaya diri petani dapat dilihat dan digambarkan dari segi keyakinan petani terhadap usaha yang dilakukannya, yakin terhadap harga jual manggis yang diusahakannya akan menguntungkan, yakin dengan 10
hasil usaha yang dikelolanya lebih baik dari yang lain, yakin dengan produk yang dihasilkannya memiliki kualitas ekspor, dan mereka juga yakin bahwa dengan menerapkan SOP manggis produksinya menjadi meningkat. Jika melihat pada nilai tertimbang sangat tinggi yaitu sebesar 81,60 persen yang artinya rasa kepercayaan diri petani dalam menjalankan usahatani manggis mencapai 81,60 persen. Indikator karakter berorientasi tugas dan hasil yang dimiliki oleh petani manggis mencapai skor rata-rata 8,40 dari skor maksimal 12 dan berada pada kategori sedang. Seorang petani yang selalu mengutamakan tugas dan hasil dapat digambarkan dalam hal mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba/keuntungan, memiliki ketekunan dan semangat kerja keras, dan berkeinginan untuk selalu mencari dan memulai. Jika melihat nilai tertimbang yaitu sebesar 70 persen artinya karakter berorientasi tugas dan hasil yang dicapai petani sebesar 70 persen. Keberanian petani dalam mengambil resiko digambarkan dalam penanganan kegagalan dengan berusaha memperbaiki dan mencari informasi ke berbagai sumber atau intansi. Memanfaatkan semua kesempatan yang dianggap menguntungkan bagi kegiatan usahanya dan berani mengambil keputusan untuk mengambil resiko yang diperhitungkan agar memperoleh keuntungan besar. Kebanyakan petani merasa cukup dengan keadaan yang ada. Mereka sudah merasa puas dan menikmati hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani manggis tersebut. Jika melihat pada nilai tertimbang yang ada sebesar 58,22 persen. Hal ini berarti pencapaian petani manggis dalam menanggung risiko sebesar 58,22 persen. Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan. Hasil penelitian mengenai karakter kepemimpinan petani mencapai skor rata-rata 8,44 dari skor maksimal 12 dan termasuk pada kategori sedang. Petani yang memiliki karakter kepemimpinan dapat digambarkan dalam hal menerapkan sistem perencanaan dan evaluasi setiap kegiatan usahataninya, menanggapi setiap saran dan kritik, keterlibatan dalam kegiatan kelompok, serta keberhasilan dalam memecahkan masalah dan bertanggung jawab. Jika melihat nilai tertimbang sebesar 70,33 persen artinya karakter kepemimpinan yang dimiliki petani mencapai 70,33 persen, Karakteristik kewirausahaan yang sampai saat ini masih menjadi kelemahan yaitu para petani manggis belum memiliki karakter orientasi ke masa depan terkait pengembangan usahataninya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai skor rata-rata yang
11
didapat yaitu 4,96 dari skor maksimal 9 dengan nilai tertimbang sebesar 55,11 persen, artinya karakter berorientasi ke masa depan yang dimiliki petani manggis baru mencapai 55,11 persen. Rendahnya karakterstik ini dapat digambarkan dari pandangan petani yang merasa cukup dengan keadaan yang ada dan merasa puas dengan penghasilan yang diperoleh selama menjalankan usahataninya, sehingga para petani tersebut belum melakukan perluasan usaha yang disertai dengan langkah kongkrit misalnya dengan menjalin hubungan dingan pihak lain. Karena perluasan usaha ini erat kaitannya dengan luas lahan yang dimiliki oleh petani, sehingga kalaupun mereka ingin memiliki banyak pohon manggis maka harus didukung oleh ketersediaan lahan yang ada. Karakteristik kewirausahaan lain yang tidak kalah pentingnya bagi seorang wirausahawan adalah sifat kreatif dan inovatif. Suatu inovasi akan dicapai jika didahului oleh suatu kreatifitas. Seseorang yang kreatif dan inovatif selalu berada didepan, memulai sesuatu yang baru, menjadikan sesuatu yang berbeda dan selalu memanfaatkan perbedaan untuk membuka peluang pasar baru. Hasil penelitian mengenai karakteristik kewirausahaan yang mencakup kreatif dan inovatif mencapai skor rata-rata 7,56 dari skor maksimal 12 termasuk pada kategori sedang. Karakter kreatif dan inovatif petani manggis dapat dilihat dari keadaan petani ketika ada ide atau teknologi yang baru dalam teknik budidaya manggis selalu berusaha mempraktekkannya. Kemampuan petani dalam melihat peluang usaha dan mencari peluang baru yang lebih baik terkadang dilakukan, Akan tetapi dalam kegiatan pengembangan produk berupa olahan manggis belum bisa dilakukan oleh petani. Jika melihat pada nilai tertimbang sebesar 63 persen artinya karakteristik kewirausahaan berupa sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki petani manggis mecapai 63 persen. Hubungan Antara Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan Petani Manggis Hasil analisis hubungan secara simultan antara modal sosial (lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi) dengan karakteristik kewirausahaan (percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, serta kreatif dan inovatif) yang menggunakan pengujian Koefesien Korelasi Konkordans Kendal Wdisajikan pada Tabel 4.
12
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Antara Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan Test Statistics N Kendall's W Chi-square
25 a
.930 69.762
Df
3
Asymp. Sig.
.000
a. Kendall's Coefficient of Concordance
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa pengujian yang menggunakan Koefesien Korelasi Konkordans Kendal W antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan mempunyai korelasi positif sebesar 93,0 persen dan ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 dan nilai ini lebih kecil daripada nilai alfa sebesar 0,05 maka H0 ditolak artinya modal sosial memiliki hubungan nyata (signifikan) dengan karakteristik kewirausahaan, sehingga semakin tinggi modal sosial yang dimiliki oleh petani maka akan semakin tinggi pula karakteristik kewirausahaannya dan sebaliknya. Hubungan Antara Subvariabel Kewirausahaan Petani Manggis
Modal
Sosial
Dengan
Karakteristik
Hasil analisis hubungan secara parsial antara subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi dengan karakteristik kewirausahaan yang mengunakan pengujian Korelasi Rank Spearman dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman Antara Subvariabel Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan. thit t0,01 t0,05 No Modal Sosial rs ** 1 Lingkungan Sosial 0,975 21,043 2,807 2,069 2 Kapasitas Petani 0,961 16,665** 2,807 2,069 ** 3 Motivasi 0,854 7,872 2,807 2,069 Keterangan :
**
Hubungan Signifikan pada α 0,01
Tabel 5menujukkan bahwa ketiga subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani dan motivasi masing-masing mempunyai hubungan yang positif dengan karakteristik kewirausahan. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel, sehingga terdapat hubungan yang nyata (sangat signifikan). Subvariabel lingkungan sosial memiliki nilai rs = 0,975, artinya lingkungan sosial yang terdiri dari aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap norma, dan kekuatan jejaring yang dimiliki oleh petani manggis mempunyai keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 97,5 persen. Kapasitas petani dalam melakukan aktivitas usahataninya diketahui
13
memiliki nilai rs = 0,961, artinya bahwa kapasitas petani baik dari segi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan mempunyai keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 96,1 persen. Motivasi petani dalam melakukan aktivitas usahataninya diketahui dengan nilai rs = 0.854, artinya bahwa motivasi petani yang terdiri dari motivasi ekonomis dan motivasi sosiologis memiliki keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 85,4 persen. Jika mengacu kepada batasan-batasan koefesien korelasi menurut Sugiyono (2010), bahwa ketiga subvariabel modal sosial tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat dengan karakteristik kewirausahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa modal sosial belum sepenuhnya dimiliki oleh petani, akan tetapi sudah memiliki peranan yang cukup baik. 2) Karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan belum sepenuhnya dimiliki oleh petani, akan tetapi sudah cukup berkembang dan tertanam dalam diri petani. 3) Hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan secara simultan mempunyai hubungan yang positif dan secara parsial subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan karakteristik kewirausahaan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan : 1) Masih diperlukan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi para petani manggis, sehingga kapasitas petani yang masih rendah dapat meningkat dan menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian modal sosial yang dimiliki petaniakan semakin kuat dari yang sekarang ini.
14
2) Dinas Pertanian melalui BP3K Kecamatan harus lebih banyak lagi melaksanakan program-program seperti kegiatan penyuluhan dan seminar terkait pengembangan usahatani manggis. 3) Dalam rangka pengembangan usahanya petani harus banyak menjalin hubungan bisnis dengan pihak lain dengan mencari informasi ke berbagai sumber, agar usahatani manggisnya lebih berkembang lagi. 4) Untuk meningkatkan dan mengembangkan kewirausahaan secara menyeluruh yang dicirikan oleh berbagai indikatornya, maka seyogyanya para petani terus diberikan berbagai rangsangan bisa berupa pendidikan dan pelatihan dengan frekuensi ditingkatkan, proses pemagangan para petani serta penumbuhan karakteristik kewirausahaan melalui pemberian materi-materi yang terkait dengan pembentukan jiwa wirausaha DAFTAR PUSTAKA BP3K Kecamatan Puspahiang. 2013. Data Luas, Produktivitas, Produksi Tanaman Manggis Di Kecamatan Puspahiang. Tasikmalaya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya. 2008. Profil Komoditi Hortikultura Kabupaten Tasikmalaya. Djoni.2008. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Edi Suharto. 2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik.http : //www.policy.hu/ suharto/ Naskah. PDF/ MODAL_SOSIAL_DAN_KEBIJAKAN_SOSIA. pdf. (diakses tanggal 22 April 2013) Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 12 No 1, April 2012. M. Mawardi. 2007. Peranan Sosial Capital Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Vol 3 No2, Juni 2007. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Sidney Siegel. 1992. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses menuju Sukses. PT. Salemba Empat. Jakarta.
15