Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN PELUANG BISNIS (Studi pada Unit Bisnis Yayasan Percikan Iman) Oleh: Ade Irvi Nurul Husna (Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang) Abstrak Sejumlah yayasan mendirikan unit bisnis melalui peluang-peluang bisnis yang tercipta dari lingkungan internal maupun eksternal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan modal sosial dalam menciptakan peluang bisnis. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggali informasi dari narasumber dan informan melalui wawancara semi terstruktur di antaranya kepada pengelola kegiatan kajian, pengelola bisnis, dan peserta kajian Yayasan Percikan Iman untuk mengetahui situasi dan kondisi terkait modal sosial dan peluang bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial pada peserta kajian berperan dalam menciptakan peluang bisnis pada unit bisnis yayasan. Modal sosial terbentuk dari dimensi yang dominan muncul yaitu relasional dan kognitif. Peluang bisnis tercipta dari unsur yang dominan muncul yaitu potensi. Diperoleh kesimpulan bahwa modal sosial berupa kepercayaan, harapan dan pemahaman pada peserta kajian berperan dalam menciptakan peluang bisnis pada unit bisnis yayasan, yang ditunjukkan dengan potensi pasar, keuntungan finansial dan ide bisnis. Peluang bisnis yang sudah terwujud menjadi unit bisnis dapat membentuk modal sosial baru atau memperkuat modal sosial sebelumnya. KATA KUNCI: Modal Sosial, Komunitas, Peluang Bisnis dan Ide Bisnis
PENDAHULUAN
1
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Sejumlah organisasi sosial khususnya berbentuk yayasan mampu memanfaatkan kemunculan peluang bisnis. Tidak jarang dijumpai yayasan yang berdiri dengan ditopang oleh unit usaha atau bisnis yang dibentuknya. Khususnya yayasan pada bidang sosial, keagamaan dan pendidikan di kota Bandung yang memiliki unit bisnis baik formal maupun nonformal yang bergerak pada bidang jasa maupun perdagangan, seperti unit usaha koperasi, kerjasama unit usaha, sekolah swasta dan badan usaha lain. Unit bisnis yang didirikan oleh yayasan diperbolehkan sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, tentang Yayasan bahwa yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Salah satu contoh yayasan yang memanfaatkan peluang bisnis dengan mendirikan unit bisnis yaitu Yayasan Percikan Iman yang mengelola kegiatan dengan memanfaatkan komunitas yang terbentuk di masyarakat. Secara legalformal pengelolaan organisasi yayasan dan unit bisnis terpisah. Unit bisnis tersebut di antaranya PT. Percikan Iman Tours and Travel, bidang jasa perjalanan terutama ibadah haji dan umrah; CV. Khazanah Intelektual bidang penerbitan produk bacaan, dan Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman (selanjutnya ditulis TPFPI) dalam bidang pendidikan berupa sekolah swasta yang terdiri dari Taman Bermain, Kanak-Kanak, dan Iqro serta Sekolah Dasar. Potensi peluang bisnis berasal dari permintaan sejumlah anggota komunitas yang terbentuk dengan melihat adanya keuntungan finansial. Peningkatan jumlah anggota komunitas pada beberapa tahun di awal berdirinya yayasan diyakini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan jumlah individu yang ikut serta dalam kegiatan yang dikelola yayasan. Kreativitas dari internal yayasan dalam bidang karya tulis memberikan sebuah ide untuk mendirikan unit bisnis bidang penerbitan. Namun, inovasi pada bisnis tersebut dirasa masih kurang karena masih terbatas pada karya tulis saja dan belum terlihat perbedaan yang menonjol dengan pesaing lainnya. Keunggulan atau nilai tambah pada produk dan jasa juga belum tampak karena masih terdapat keyakinan bahwa daya tarik unit bisnis Yayasan tergantung pada sosok ketokohan internal yayasan yang diidolakan. Jumlah pelanggan PT. Percikan Iman Tours and Travel masih tergantung pada sosok tokoh pembimbing utama ibadah haji dan umrah. Hal lainnya, yaitu pada produk hasil terbitan CV. Khazanah Intelektual yang sebagian besar dikenal karena pelanggan mengenal lebih dahulu penulis yang merupakan sosok tokoh internal Yayasan Percikan Iman. Meskipun keunggulan atau nilai tambah masih dirasa belum maksimal, secara umum produk dan jasa pada unit bisnis yayasan memiliki jangka waktu panjang atau tidak terbatas pada waktu tertentu (musiman) sehingga menjadi pertimbangan bagi yayasan dalam mengambil peluang bisnis tersebut. Peluang bisnis pada unit bisnis Yayasan Percikan Iman diyakini berasal dari modal sosial yang terbentuk baik internal maupun eksternal. Modal sosial
2
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
internal terbentuk pada pembina dan pengurus yayasan, sedangkan eksternal terbentuk komunitas pada forum Majelis Percikan Iman (selanjutnya ditulis MPI) dan Kajian Islam Intensif (selanjutnya ditulis KII). Interaksi antara yayasan dan peserta MPI maupun KII mampu menciptakan jaringan sebagai modal sosial. Adanya modal sosial yang terbentuk pada yayasan dari suatu kelompok dapat menjadi peluang bagi individu atau organisasi untuk menjalankan kegiatan bisnis. Hal tersebut sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh John Kay (2011:23), bahwa untuk memungkinkan bisnis menyadari seluruh potensinya, sistem industri perlu diimbangi dengan sistem sosial. Maka lingkungan sosial dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya peluang bisnis. Unit bisnis Yayasan bisa memperoleh dan mengumpulkan informasi kebutuhan individu peserta MPI sehingga dapat berperan sebagai konsumen, distributor, mitra maupun hubungan bisnis lainnya sesuai dengan informasi yang bisa dimanfaatkan. Kaitan antara peluang bisnis dan modal sosial lainnya dapat ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Kean, Gaskil, Leistritz, dkk. (1998), yang memberikan kesan bahwa kesuksesan dan kegagalan sebuah bisnis dapat dikaitkan dengan lingkungan masyarakat atau komunitas (Kean, dkk., 1998:55). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial yang terjadi, terciptanya peluang bisnis, dan peranan modal sosial dalam menciptakan peluang bisnis pada unit bisnis Yayasan Percikan Iman. Teori mengenai modal sosial merujuk pada Adler dan Kwon dengan mendefinisikan modal sosial adalah niat baik yang ditimbulkan oleh jalinan hubungan sosial dan yang dapat dimobilisasi untuk memfasilitasi tindakan. Modal sosial sebagai sumber daya yang dapat secara sadar dibangun dan diinvestasikan untuk tujuan mendapatkan keuntungan masa mendatang (Adler dan Kwon, 2000:93 dalam Kianto, 2010:6). Konsep modal sosial pada penelitian ini meliputi pandangan internal dan eksternal dengan tingkat analisis individu dan kolektif melalui pendekatan sosio-sentris dalam konteks studi bisnis. Dimensi modal sosial merujuk pada Nahapiet dan Ghoshal (1998) dalam Macerinskiene (2011:116), yang terdiri dari dimensi struktural, yaitu jaringan sosial; dimensi relasional/penghubung yaitu kepercayaan/harapan dan normanorma; dan dimensi kognitif yaitu kode/sandi dan anggapan/keyakinan. Modal sosial dapat berupa kelompok-kelompok yang bisa memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu, kepercayaan, jaringan sosial atau ikatan, dan norma yang saling disepakati. Peluang bisnis didekati dengan teori dari Singh yang mendefinisikan peluang bisnis sebagai bisnis yang berpotensi layak, melihat adanya keuntungan, bisnis yang menawarkan produk/jasa baru ke pasar, meningkatkan sebuah produk/jasa yang telah ada atau meniru keuntungan produk/jasa di pasar nonjenuh (Singh, 2001:10 dalam Botha dkk., 2013:251-252). Definisi peluang bisnis menurut Singh, juga telah mencakup unsur-unsur yang ada pada peluang bisnis. Di samping unsur-unsur peluang bisnis ada pula sumber-sumber peluang 3
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
bisnis yang menurut Hendro (2011:135), berasal dari diri sendiri, lingkungan, perubahan yang terjadi, konsumen, gagasan dan informasi. Sedangkan teori yang menghubungkan peluang bisnis dan modal sosial yang lebih mendekati yaitu menurut Bastie (2013:866). Bastie menjelaskan bahwa secara khusus jaringan hubungan sosial cenderung untuk meningkatkan modal manusia pengusaha dengan meningkatkan kemampuan individu untuk mengidentifikasi peluang, memperoleh sumber daya baru, dan mengembangkan semangat kewirausahaan. Penelitian mengenai modal sosial dan peluang bisnis telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut di antaranya dilakukan oleh Ellen Baker, dkk. (2011), mengenai munculnya modal sosial dan kewirausahaan sosial serta memahami jaringan dari dalam. Penelitian modal sosial lainnya pada studi bisnis perusahaan dan organisasi di antaranya, Elgert (2003), Social Capital as a Tool for Microenterprise Development; Kianto, dkk. (2010), Linking Social Capital to Organizational Growth; Macerinskiene, dkk. (2011), The Evaluation of Social Capital Benefit: Enterprise Level; Skawinska, dkk. (2012), Social Capital as A Determinant of Business Innovativeness; Bastie, (2013), The Entrepreneur’s Mode of Entry: The Effect of Social Capital and Financial Capital. Penelitian menunjukkan hasil bahwa modal sosial begitu bermanfaat bagi individu/aktor dalam kewirausahaan dan peran sebagai pengusaha; organisasi; perusahaan baik skala kecil, menengah, maupun besar, dengan unsur-unsur yang membentuknya. Modal sosial memberikan efisiensi untuk modal lainnya saat digunakan dalam proses dan memberikan harapan untuk masa depan sebagai sumber daya yang bermanfaat. METODE Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan situasi/keadaan yang terjadi pada objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen, analisis data dengan metode triangulasi untuk mendeskripsikan secara mendalam hasil penelitian. Informasi diperoleh melalui data primer dan sekunder dengan melakukan observasi di lokasi kajian MPI dengan mengamati dan mencatat hal yang berkaitan dengan modal sosial, studi kepustakaan dan dokumentasi, wawancara semi terstruktur kepada nara sumber dan informan di antaranya Divisi Pembinaan Umat (DPU), pengelola bisnis, dan peserta atau anggota kajian Yayasan Percikan Iman untuk memperoleh hasil informasi yang relevan dan mendalam. HASIL DAN PEMBAHASAN Peserta kajian MPI berdasarkan jenis kelamin mayoritas perempuan dengan didominasi usia remaja dan dewasa sebesar 65 persen serta 35 persen 4
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
peserta dewasa dan orang tua. Banyak peserta hadir secara berkelompok terdiri dari dua hingga enam orang yang merupakan anggota keluarga, saudara, dan teman. Cukup banyak juga peserta yang hadir merupakan keluarga muda dengan membawa satu sampai tiga anak berusia dini. Sejumlah peserta berasal dari kota dan kabupaten terdekat dengan Bandung. Berdasar jenis pekerjaan, karyawan swasta mendominasi sebesar 32 persen, 15 persen merupakan ibu rumah tangga dan 13 persen PNS dengan rata-rata tingkat pendidikan yang tinggi setara dan di atas SMA. Jumlah peserta yang mendaftar keanggotaan belum mencapai setengah dari jumlah peserta yang hadir. Peserta mengetahui informasi forum kajian MPI melalui siaran radio dan rekomendasi word of mouth dari rekan maupun keluarga, juga pada program di salah satu radio dan live streaming yang dapat diakses melalui alamat web Percikan Iman setiap hari. Divisi Pembinaan Umat (DPU) merupakan internal yayasan yang mengelola kajian MPI berjumlah dua orang dengan dibantu oleh 15 orang relawan serta 40 orang aktivis dalam melakukan kegiatannya. Sedangkan unit bisnis Yayasan Percikan Iman diantaranya, CV. Khazanah Intelektual penerbitan produk bacaan yang berdiri pada tahun 2000, Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman sebagai sekolah swasta berdiri tahun 2002, dan PT. Percikan Iman Tours and Travel bidang usaha jasa perjalanan khususnya ibadah haji dan umrah yang berdiri pada tahun 2005. Modal Sosial pada Yayasan Percikan Iman Proses terbentuknya modal sosial pada Yayasan Percikan Iman dapat ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 1 Proses Modal Sosial pada Yayasan Percikan Iman Tahun 1990 Kajian keagamaan di salah satu masjid di Bandung oleh narasumber
Tahun 1999 Berdiri Yayasan Percikan Iman atas dukungan komunitas Percikan Iman Terbentuk komunitas dari peserta kajian dan pendengar siaran radio Percikan Iman Pagi
Kajian Islam Intensif (KII)
Kajian Majelis Percikan Iman (MPI)
Tahun 2011 Program kartu anggota MPI
Adanya dukungan dan kepercayaan dari peserta kajian tetap yang membentuk suatu komunitas kepada tokoh narasumber sehingga pada tahun 1999 dibentuklah Yayasan Percikan Iman. Salah satu divisi yayasan, yaitu Divisi Pembinaan Umat (DPU) yang mengelola komunitas kajian dengan mengadakan pertemuan rutin yang dikenal forum MPI berupa pengajian dan kajian 5
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
keagamaan. Di tahun 2000, kegiatan MPI tersebut bisa dilakukan pada lokasi yang tetap. Kondisi struktural menggambarkan jaringan sosial, sumber informasi, jenis dan kekuatan hubungan, serta frekuensi interaksi. Modal sosial yang terbentuk pada Yayasan Percikan Iman berupa jaringan sosial yang di dalamnya terdapat hubungan sosial. Baik peserta kajian maupun pihak yayasan bisa memperoleh manfaat dari adanya jaringan sosial seperti terjalinnya kerjasama baik bisnis maupun nonbisnis. Jaringan sosial pada peserta MPI berkembang dengan adanya kegiatan MPI dan berlakuknya keanggotaan. Sumber informasi diperoleh melalui rekomendasi peserta yang terlebih dulu mengikuti kegiatan kajian, media sosial yang dimanfaatkan DPU, program siaran radio, dan kajian live streaming. Hubungan sosial pada peserta MPI merupakan hubungan informal tanpa adanya peraturan yang mengikat baik lisan maupun tertulis. Hubungan formal terdapat pada internal Yayasan dengan adanya struktur fisik pada pengelolaan seperti gedung yayasan sebagai sarana penunjang kegiatan dan struktur kepengurusan berbagai divisi. Interaksi yang dilakukan antar peserta kajian MPI berupa komunikasi sederhana seputar kegiatan kajian pada saat kajian berlangsung. Frekuensi interaksi yang dilakukan antar peserta masih rendah karena peserta lebih fokus dalam mengikuti kegiatan kajian daripada melakukan interaksi sesama peserta. Kekuatan hubungan antara DPU dan peserta MPI dirasa tidak begitu kuat, sebab tidak adanya pengikat yang tegas baik tertulis maupun lisan kepada para peserta MPI sehingga tingkat kehadiran dan kepergian peserta MPI cukup tinggi. Kondisi relasional menunjukkan kepercayaan, harapan, nilai, norma, dan sanksi sosial. Adanya kepercayaan antara pembina, pengurus dan aktivis pada Yayasan telah membentuk modal sosial internal sedangkan eksternal terbentuk pada peserta MPI. Yayasan Percikan Iman berdiri karena adanya kepercayaan yang kuat dari modal sosial internal dan eksternal yang terbentuk secara alami dengan proses waktu yang cukup lama dan jumlah anggota modal sosial yang bertambah. Kepercayaan yang diyakini bersama pada peserta MPI salah satunya terletak pada agama yang sama, yaitu Islam. Kehadiran peserta lebih dari satu kali pada kegiatan kajian menunjukkan kepercayaan peserta yang cukup tinggi khususnya kepada DPU dan Yayasan sebagai pengelola kegiatan. Kepercayaan peserta kajian kepada tokoh narasumber utama sebagai pemberi kajian juga memberikan ikatan yang cukup kuat terhadap jaringan sosial yang terbentuk. Kepercayaan peserta cukup tinggi kepada pihak pengelola kegiatan dengan kehadiran kajian, kepercayaan antar peserta digambarkan dengan adanya kenyamanan saat kajian agama tanpa risau keamanan barang bawaan di lokasi duduk peserta kajian. Harapan yang seragam dari peserta, yaitu ingin menambah ilmu agama, memanfaatkan waktu luang, bersilaturahmi dengan saudara atau teman-teman, harapan DPU di antaranya dapat berubahnya motivasi sebagian peserta dalam menghadiri kajian MPI yang hanya ingin bertemu dengan tokoh narasumber utama sebagai sosok idola yang menyampaikan kajian. Nilai yang 6
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
tampak pada peserta cenderung kepada nilai kerohanian/religius yang sarat akan keagamaan, norma agama, kesusilaan, dan kesopanan tampak pada perilaku peserta MPI, serta tidak terdapat sanksi tertulis atau secara formal hanya sanksi sosial yang berlaku bila terdapat peserta kajian MPI yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang diakui bersama. Kondisi kognitif menjadi salah satu pengikat jaringan sosial pada peserta MPI berupa pemahaman bersama yang meliputi ide, pemikiran atau hal-hal yang menggunakan akal pikiran manusia sebagai kekayaan intelektual. Pemahaman yang sama timbul dari materi dan penyampaian narasumber pemberi kajian sehingga peserta MPI hadir dari berbagai kalangan secara terbuka baik yang mempelajari dasar ilmu agama maupun yang mendalaminya. Ciri khas modal sosial pada Yayasan Percikan Iman terletak pada tokoh narasumber utama pemberi kajian. Pemahaman bersama pada internal yayasan ditunjukkan dengan berdirinya Yayasan dan berlangsungnya kegiatan yayasan. Adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan kajian menumbuhkan keyakinan pada peserta berupa keputusan untuk bergabung keanggotaan pada MPI. Kegiatan interaksi pada internal dan eksternal anggota yayasan dirasa sudah cukup baik, terlihat dari respon peserta terhadap interaksi yang dilakukan DPU seperti pendaftaran sebagai anggota, pemberian saran dan masukan kepada pihak yayasan, dan pemanfaatan media stand informasi yang disediakan di lokasi kajian. Terciptanya Peluang Bisnis pada Unit Bisnis Yayasan Percikan Iman Unit bisnis Yayasan Percikan Iman berdiri karena adanya kesempatan untuk memenuhi kebutuhan produk dan jasa dari permintaan peserta MPI (eksternal), baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak yayasan (internal). Keterbatasan yayasan sebagai penyedia produk dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh peserta MPI menjadi alasan dibentuknya beberapa unit bisnis sebagai penyedia kebutuhan tersebut. Terbentuknya unit bisnis di unit bisnis Yayasan Percikan Iman dapat ditunjukkan melalui gambar berikut ini:
Gambar 2 Proses Terciptanya Unit Bisnis Yayasan Percikan Iman SDM eksternal yayasan
CV. Khazanah Intelektual Permintaan Eksternal Yayasan (Peserta MPI)
Internal Yayasan (pengurus) 7
PT. Percikan Iman Tours and Travel Taman Pendidikan Firdaus PI
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Unsur potensi berasal dari sejumlah permintaan dan tuntutan secara emosional dari jemaah atau peserta MPI lalu diwujudkan dengan didirikannya unit bisnis sebagai lembaga profesional yang juga melihat adanya keuntungan secara finansial dengan peran internal yayasan dalam menggali informasi mengenai ide bisnis dan sebagai sebagian sumber daya manusia pada unit bisnis. Unsur kreativitas/inovasi dilakukan dengan menyediakan produk baru pada usaha penerbitan, membuka rute perjalanan baru pada usaha perjalanan, dan membuka kelas baru pada taman pendidikan. Kreativitas yang dimiliki internal yayasan menyumbangkan ide bisnis pada unit bisnis yayasan. Inovasi yang dilakukan unit bisnis yayasan berlaku pada program internal perusahaan dan diyakini sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Unsur keunggulan/nilai tambah pada keunggulan jasa yang ditawarkan PT. Percikan Iman Tours and Travel terdapat pada tag line “nyaman, menentramkan, dan profesional”, membentuk jaringan alumni jemaah umrah dan haji yang merupakan usaha pengelolaan pelanggan agar dapat memberikan manfaat bagi perusahaan seperti rekomendasi perusahaan. Keunggulan produk CV. Khazanah Intelektual mengutamakan produk bacaan mengenai kajian ilmu dan pengetahuan serta keagamaan yang kontemporer dan mengikuti zaman. TPFPI memiliki ciri khas sekolah berlandaskan ajaran Islam dengan nuansa Islami dalam pengajaran dan perilaku, keunggulan pada konsep pembelajaran dan lingkungan belajar yang bertemakan alam dan budaya pada lingkungan sekolah dibuat berupa taman-taman dan bangunan berkonsep bangunan daerah. Unsur waktu pada unit bisnis yayasan dirasa memiliki jangka waktu yang lama, pada ibadah umrah dan haji yang dianjurkan dalam agama merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat muslim khususnya, calon pelanggan jasa perjalanan ibadah ini akan tetap ada selama daya beli masyarakat cukup, juga penerbitan produk bacaan yang bernilai ilmu dan pengetahuan akan dapat bertahan lama seiring dengan minat baca masyarakat, serta kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak menjadi sesuatu hal yang penting bagi generasi yang akan datang. Sifat waktu bisnis pada unit-unit bisnis yayasan bukan merupakan bisnis yang “musiman”. Bisnis pada unit bisnis yayasan ini merupakan usaha tetap yang memiliki perkiraan bisnis dalam jangka panjang karena bidang usahanya menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas dan tidak terbatas waktu (musiman). Unsur risiko pasar yang bisa berdampak pada risiko finansial terletak pada pasar potensial yang sebagian besar merupakan peserta MPI yang bila jumlahnya
8
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
menurun akan mempengaruhi konsumen unit bisnis yayasan, juga memiliki kekuatan internal pada ketokohan pemilik bisnis juga sebagai internal yayasan, risiko pasar yang bisa saja dialami jika terdapat suatu kendala pada sosok ketokohan yang diidolakan konsumen. Pemilihan SDM lingkup binis yayasan berasal dari internal dan eksternal yayasan guna mempertahankan visi, nilai-nilai dan norma-norma, serta memiliki profesionalisme kerja yang akan dijalankan perusahaan. Peranan Modal Sosial dalam Menciptakan Peluang Bisnis Beragam informasi kebutuhan dan keinginan akan barang dan jasa tertentu menjadi sebuah ide bisnis bagi organisasi khususnya Yayasan Percikan Iman sehingga dilakukan identifikasi peluang untuk menentukan peluang yang paling potensial. Kegiatan bisnis baru bisa dilakukan oleh unit bisnis yayasan setelah keputusan peluang bisnis dipilih. Gambar berikut menunjukkan peran modal sosial dalam menciptakan peluang bisnis pada unit bisnis Yayasan Percikan Iman: Gambar 3 Peranan Modal Sosial dalam Menciptakan Peluang Bisnis pada Unit Bisnis Yayasan Percikan Iman Peserta kajian MPI
Modal sosial bertambah / lebih kuat
Informasi mengenai ide/masukan dan permintaan kebutuhan
Interaksi antar peserta dan pihak yayasan membentuk jaringan sosial
CV Khazanah Intelektual
Identifikasi peluang dan keputusan memilih peluang potensial
Informasi mengenai ide/masukan dan permintaan kebutuhan Identifikasi peluang dan keputusan memilih peluang potensial
Taman Pendidikan Firdaus, PT. Percikan Iman Tour and Travel
Peranan modal sosial dalam menciptakan peluang bisnis ditunjukkan dengan dimensi relasional dan kognitif pada modal sosial yang mampu menciptakan dan memperkuat unsur potensi pada peluang bisnis. Adanya kepercayaan kepada internal yayasan, nilai dan norma yang diakui bersama peserta diyakini mampu menciptakan potensi pasar, ide-ide bisnis, dan keuntungan finansial bagi unit bisnis. Gambar berikut merupakan kaitan modal sosial dengan peluang bisnis pada unit bisnis yayasan dan modal sosial peserta MPI sebagai hasil dari kegiatan bisnis yang telah dilakukan:
9
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Gambar 4 Kaitan Modal Sosial dan Peluang Bisnis Modal sosial Yayasan Percikan Iman pada peserta MPI
CV Khazanah Intelektual
Modal sosial pelanggan produk bacaan
PT Percikan Iman Tours and Travel
Modal sosial alumni jemaah umrah dan haji
Taman Pendidikan Firdaus PI
Modal sosial murid, orang tua murid, dan para guru
Hubungan modal sosial dan peluang bisnis dapat terus berkembang dan berdampak resiprokal ditunjukkan dengan berdirinya unit-unit bisnis yayasan pada waktu yang tidak bersamaan. Peluang bisnis yang diwujudkan menjadi unit bisnis telah membentuk modal sosial baru dan memperkuat modal sosial sebelumnya. Setiap modal sosial tersebut diyakini bisa menciptakan peluang bisnis lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modal sosial yang terbentuk pada Yayasan Percikan Iman adalah jaringan sosial yang terbentuk secara alamiah dari peserta kajian Majelis Percikan Iman (MPI), berdasarkan dimensi relasional dan kognitif. Terciptanya peluang bisnis pada unit bisnis Yayasan Percikan Iman berdasarkan unsur yang paling dominan yaitu potensi. Peluang bisnis tercipta dari sejumlah permintaan peserta MPI kepada pihak yayasan. Peluang bisnis yang diambil oleh Yayasan Percikan Iman diwujudkan dengan pendirian unit-unit bisnis. Modal sosial berupa kepercayaan, harapan dan pemahaman pada peserta MPI berperan dalam menciptakan peluang bisnis pada unit bisnis Yayasan Percikan Iman, yang ditunjukkan dengan potensi pasar, keuntungan finansial, dan ide bisnis. Peluang bisnis yang sudah terwujud menjadi unit bisnis dapat membentuk modal sosial baru atau memperkuat modal sosial sebelumnya. Saran dari penulis di antaranya terdapat beberapa teori gabungan dari Geissler, Singh dan Daryanto yang bisa digunakan untuk mendekati permasalahan pada unsur peluang bisnis sehingga dapat menjadi masukan bagi peneliti lain. DPU dapat mempertahankan ciri khas kajian MPI dengan melakukan kaderisasi narasumber utama pemberi kajian. Kaderisasi tersebut berguna untuk mempertahankan, memperkuat dan mengembangkan modal sosial pada peserta 10
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
MPI. DPU dapat melakukan pengelolaan yang lebih baik lagi terhadap peserta MPI dengan interaksi yang lebih dekat, penggunaan database, dan pengemasan kegiatan MPI secara berbeda dan menarik. Saran dan masukan yang menjadi keinginan peserta MPI dapat lebih diperhatikan oleh DPU dengan adanya kemudahan komunikasi melalui media sosial. Unit bisnis yayasan dapat membuka stand produk di lokasi kajian dan mempromosikan produk dan jasa secara rutin setiap kajian MPI berlangsung. Untuk memfasilitasi saran dan masukan, unit-unit bisnis dapat melakukan pengelolaan hubungan yang lebih dekat dengan peserta MPI melalui penggunaan media sosial dan database.
11
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
DAFTAR PUSTAKA Adler, S. P. dan Kwon, S.W. 2002. “Social Capital: Prospects for a New Concept”. Academy of Management Review, Vol. 27, No. 1, p. 17-40. Agrawal, Reena. 2013. “How to Identify and Select a Business Opportunity and Then Implement the Business Idea? A Case on Edupreneurship in India”. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4, No. 4, p.176-182. Alfitri. 2010. “Program Community Development Perusahaan Migas dalam Penguatan Modal Sosial”. Disertasi. Universitas Padjajaran. Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Ancok, Djamaludin. 2003. “Modal Sosial dan Kualitas Masyarakat”, disampaikan pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ascigil, Semra F. dan Magner, Nace R. 2009. “Business Incubators: Leveraging Skill Utilization Through Social Capital”. Journal of Small Business Strategy, Vol. 19, Number 20, Spring/Summer 2009, p. 19-34. Baker, Ellen; Onyx, Jenny; Melissa Edwadrs. 2011. “Emergence, Social Capital and Entrepreneurship: Understanding Networks from The Inside”. Emergence Complexity and Organization, Vol. 13, No. 3, p. 21-38. Baker, W. 2000. Achieving Success Through Social Capital. San Francisco. CA: Josey-Bass. Baker, W. 2001. “Building Social Capital as a HR Competence”. IHRIM Journal, April 2001, p. 98-109. Baker, Wayne E. 1990. Market Networks and Corporate Behaviour. Chicago Journals. The American Journal of Sociology, Vol. 96, No. 3 (Nov., 1990), p. 589-625. Bastie, Francoise; Cieply, Sylvie dan Pascal Cussy. 2013. “The Entrepreneur’s Mode of Entry: The Effect of Social Capital and Financial Capital”. Journal of Small Business Economics, Vol. 4, No. 1, p. 865-877. Botha, Melodi dan Claire L. Robertson 2013. “Potential Entrepreneurs’ Assesment of Opportunities through The Rendering of a Business Plan”. SAJEMS Vol. 17, No. 3, p. 249-265. Cohen, D. dan L. Prusak. 2001. In Good Company. Boston: Harvard Business School Press. Coleman, J.S. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge: Harvard University Press. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
12
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Daryanto. 2012. Menggeluti Dunia Wirausaha. Yogyakarta: Gava Media. De Oliveira, Jayr F. 2013. “The Influence of The Social Capital On Business Performance: An Analysis in The Context of Horizontal Business Network”. Revista de Administracao Mackenzie, V. 14, N. 3, p. 209-235, 2013. Do, Soo Gwan. 2009. “Impacts of Social Capital on Entrepreneurship, Innovation, and Economic Development in the Knowledge Economy”. George Mason University, UMI Dissertation Publishing, 2010, No. 3393615. Duncan, Ian D. 1992. “Finding a Business Opportunity”. Canada: CMA Magazine, 2013, Vol. 87, No. 6, p. 33. Fatmawati, Irma. 2009. “Media Web Interakti sebagai Portal Jamaah Majelis Percikan Iman”. Skripsi. Unikom. Fukuyama, Francis. 2000. Social Capital and Civil Society. IMF Institute. Gao, Jing, Yingliang Zhang dan Changzheng He. 2013. “The Farmer Entrepreneurs’ Social Capital and Opportunity Recognition Behaviour”. Asian Agricultural Research, Vol.5, No. 3, p. 84-93. Geisser, M.; John, S.; Loebel, H. dan C. Zanger. 2011. “From Business Opportunity to Action: What Lies in Between”. Washington: ICSB, p.1-17. Griffin, Ricky W. dan R. J. Ebert. 2006. Bisnis. Jakarta: Erlangga. Hakim,
Zainal. 2013. “Pengertian Peluang
[23/2/14].
Usaha”,
dalam
Halloran, James W. 1992. The Entrepreneur’s Guide to Starting a Successful Business. USA: McGraw-Hill. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press. Hendro. 2005. How to Become A Smart Entrepreneur and to Start A New Business. Yogyakarta: Andi Offset. Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga. Herrick, Bruce dan Charles P. Kindleberger. 1983. Economic Development. Singapore: McGraw-Hill. Hisrich, Robert D. dan Michael P. Peters. 2002. Entrepreneurship. Singapore: McGraw-Hill. Ikram. 2012. “Ruang Lingkup Modal Sosial”. Lampung: UNILA, dalam [23/02/14]. Inayah. 2012. “Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan”. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol.12, No.1, April 2012.
13
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Kay, John. 2011. “Add Social Capital to Your Management Methods and See Your Business Thrive”. Journal of Credit Control, Vol. 13, No. 1, p. 22-27. Kean, Rita; Gaskill, Luan; Leistritz, Larry; dkk. 1998. “Effect of Community Characteristics, Business Environment, and Competitive Strategies on Rural Retail Business Performance”. Journal of Small Business Management, Vol. 36, No. 2, p. 45-57. Kianto, Aino dan Jussi Waajakoski. 2010. “Linking Social Capital to Organizational Growth”. Knowledge Management Research and Practice, Vol. 1, No. 1, p. 4-14. Krebs, Valdis. 2008. “Social Capital: the Key to Success for the 21 st Century Organization”. IHRIM Journal. Vol.XII, No.5, p.38-42. Lee, Young M.; Buckley, Steve; Caswell, Nathan; dkk. 2003. “Business Process Modeling for an Opportunity Management Process”. IIE Annual Conference Proceeding, p. 1-6. Macerinskiene, Irena dan Giedre Aleknaviciute. 2011. “The Evaluation of Social Capital Benefits: Entreprise Level”. Business, Management, and Education, Vol. 9, No. 1, p. 109-126. Manurung, Hendra. 2013. “Peluang Kewirausahaan Sekolah melalui Kreativitas dan Inovasi”. Journal of Business and Entrepreneurship, Vol.1, No.1, Januari 2013, h. 80-119. Meredith, Geoffrey G., dkk. 2000. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Teruna Grafica. Miles, Matthew B. dan A. M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Peiris, Indu, Michele Akoorie dan Paresha Sinha. 2013. “Conceptualizing the Process of Opportunity Identification in International Entrepreneurship Research”. South Asian Journal of Management. Jul-Sep 2013; 20; 3. Vol. 20, No. 3, p. 7-38. Rajibianto, Dwi. 2010. “Pengaruh Modal Sosial Untuk Penguatan Industri Kecil Genteng Soka di Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rokhani. 2011. “Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat”, dalam [23/02/14]. Rustanto, Bambang. 2007. “Penguatan Keluarga Miskin melalui Pengembangan Modal Sosial”. Jurnal Informasi, Vol.12, No.03, 2007, h. 22-31.
14
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 2 No. 2 Tahun 2014)
Salahuddin. 2012. “Pemanfaatan Modal Sosial pada Program Bantuan Keuangan Peumakmu Gampoeng (Studi di Desa Leupung Baleu Kabupaten Aceh Besar)”. Tesis. Universitas Padjajaran Bandung. Sitohang, Jepri S. 2009. “Pengantar [23/2/14].
Bisnis”,
dalam
Skawinska, Eulalia dan Romuald I. Zalewski. 2012. “Social Capital as a Determinant of Business Innovativeness”. Management, Vol. 17, No. 1, p. 119-135. Suandi. 2007. “Modal Sosial dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah Perdesaan Provinsi Jambi”. Tesis. IPB. Sulistyorini, Utami Tri. 2012. “Pembangunan Modal Sosial pada IKM”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 13, No.3, Oktober 2012. Suryana. 2006. Kewirausahaan: Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Utari, Rahmania dan Dewanto Adi. 2006. “Pemberdayaan Modal Sosial dalam Manajemen Pembiayaan Sekolah”. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol.1, No.3, April 2006, h. 25-33. Westlucd, Hans dan Roger Bolton. 2003. “Local Social Capital and Entrepreneurship”. Small Business Economic. September 2003, Vol. 21, No.2, p. 77-113. Wijatno, Serian. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta: Grasindo. Winardi. 2008. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Kencana. Witjaksono, Mit. 2010. “Modal Sosial dalam Dinamika Perkembangan Sentra Industri Logam Waru Sidoarjo”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.11, No. 2, Desember 2010, h. 266-291. Witjaksono, Mit. 2014. “Siparti 3-S, Triple Helix, and Social Capital in Strenghening Local Competitive Industries in Indonesia”. Journal of Economics and Sustainable Development, Vol.5, No.3, 2014, p. 21-33. Wong, Raymond Sin-Kwok. 2004. “Review of Social Capital: A Theory of Social Structure and Action, by Nan Lin”. Journal of Contemporary Sociology, Vol. 33, No. 1, p. 24-26. Wurim dan Pam Ben. 2013. “Opportunity Recognition and Business Idea Generation as a Foundation for Entrepreneurial Business in Centre Nigeria”. International Journal of Business & Social Science, Vol. 4, No. 17.
15