STRATEGI DAKWAH MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT DI PATANI SELATAN THAILAND Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Mariam Ding NIM: 1112051000167
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015M
ABSTRAK Mariam Ding Strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat Dalam Mengembangkan Dakwah Islam Di Patani Selatan Thailand Thailand merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Budha, hanya saja di Patani selatan Thailand mayoritas masyarakatnya bergama Islam. Inilah yang menjadi perhatian penulis untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah islam di Patani selatan Thailand. Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah lama, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Salah satu lembaga dakwah yang sangat berpengaruh dalam dakwah Islam di Patani Selatan Thailand adalah Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat adalah lembaga dakwah Islam berupaya untuk menyusun langkah-langkah mencapai tujuan yang dimaksud. Berdasarkan latarbelakang diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana strategi yang diterapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand? Apa saja pendukung dan penghambatan dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand? Teori dalam penelitian ini sebagaimana dalam buku Fred R, David dijelaskan bahwa proses strategi meliputi tiga tahapan, yaitu; Perumusan strategi, Implementasi strategi, Evaluasi strategi. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan metode pendekatan deskriptif analisis yaitu peneliti ingin menemukan dan menjelaskan strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat Dalam mengembangkan dakwah islam di Patani selatan Thailand. Instrumen yang digunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Strategi Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah islam di Patani selatan Thailand khususnya di Narathiwat yaitu aspek pendidikan dan pengajaran islam kedua aspek sosial budaya keagamaan. Faktor pendukungnya adalah lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat melihat semangat dan antusias masyarakat Nartahiwat. Faktor penghambatnya tidak adanya bantuan dana yang diterima dari pihak kerajaan, adanya kecemburuan masyarakat Budha terhadap pembuatan undang-undang yang dibuat oleh pemerintah tentang agama islam
kata kunci : strategi, Narathiwat, implementasi, evaluasi, persuasif
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan berbagai macam nikmat dan kekuatan kepada penulis selaku hambaNya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semuga selalu tercurahkan kepada junjungan Baginda Alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan insyaallah kepada kita semua sebagai umatnya yang senantiasa gemar menghidupkan sunah-sunah beliau dalam aktivitas yang sehari-hari kita lakukan. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil, maupun non materil. Sebab itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada semua atas bantuannya. Terutama kepada: 1. Kedua orang tua. Ayahanda H. Awae Ding dan juga Ibunda Hj. Sarifah Suyee yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang, motivasi dan dorongan yang tak terhingga kepada penulis serta kakak dan dua adik tersayang yang menjadi sumber inspirasi. Tanpa dorongan dan bantuan kalian tidak mungkin diri ini tabah mengharungi segalanya bersendirian. 2. Dr. Arif Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Drs. Wahidin Saputra M.A, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. ii
3. Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, dan Fita Fathurkohmah, M.Si, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Zakaria, MA, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan-masukan yang sangat berperan penting dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah banyak mentransfer ilmu tanpa ada lelah membimbing dan mendidik kami selama duduk di bangku kuliah UIN Jakarta, semoga allah membalas semua kebaikannya barakallahufiikum, dan mudah-mudahan ilmu yang penulis dapatkan selalu barokah dan bermanfaat di sepanjang hidup penulis. 6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tanpa terkecuali yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan sehingga kami dapat nyaman dan lancar mengikuti perkuliahan. 7. Ibu Umi Musyarafah, MA, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis. 8. Seluruh pengurus di lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat yang telah terbuka dan baik menerima peneliti untuk melakukan penelitian terkhusus untuk Haji Muhamad Sudi Wamea, Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Drs. Ab. Rahman Bulajama, Haji Ahmad Abduh Haji Mad yang bersedia diwawancara oleh peneliti. iii
9. Ust Barhanudin Dengkayoh S.Pd.I dan Maria Ulpa S.Kom.I yang banyak memberi semangat, bantuan serta masukan dari
awal hingga selesai
skripsi ini. 10. Seluruh kawan-kawan KPI dan KKN UINESCO, terima kasih atas bantuan dan kerja sama dan saling memberi dukungan satu sama lain semoga kita semua dipermudahkan dalam segala urusan dan sukses. 11. Keluarga besar Himpunan Pelajar Patani di Indonesia (HIPPI) Jakarta yang telah banyak menemani penulis sekaligus menjadi hiburan dalam penatnya selama penulis berada di Indonesia khususnya untuk Putri Darussalam dan banyak pelajaran yang penulis ambil dari organisasi ini. Semuga HIPPI Jakarta tambah maju kedepannya. Akhirnya, saat ini penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa semuga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini yang salah, penulis mengakui banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakannya. Jakarta, 20 Desember 2014 Penulis
Mariam Ding
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...
v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………….……………..
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………..
5
C. Metodologi Penelitian ……………………………...
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………….
8
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………
9
F. Sistematika Penelitian ……………………………… 10 BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Strategi …………………………………. 12 B. Tahapan-Tahapan Strategi …………………………. 13 C. Pengertian dan Unsur Dakwah ……………………..
15
D. Strategi Dakwah ……………………………………. 23 E. Pengertian Majelis Agama Islam ………………….. BAB III
26
GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT A. Sejarah Berdiri ……………………………………..
28
B. Tujuan, Visi dan Misi ……………………………… 36 C. Manajemen Dalam Perkembangan Dakwah Islam ... v
38
D. Struktur Organisassi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat …………………………………………. 41
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat
BAB V
a) Aspek Pendidikan dan Pengajaran Islam ……...
44
b) Aspek sosial budaya keagamaan ……………….
47
B. Faktor Pendukung dan Penghambatan ……………..
54
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………… 67 B. Saran ……………………………………………….. 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ahli sejarah telah mencatat bahwa Patani adalah sebuah Negara yang berdaulat, bernegara dan
Negara Patani juga pernah menjalankan hukum
syari’ah Islam pada masa itu. Namum setelah Patani yang berdaulat dan bernegara sudah kehilangan kekuasaan yang direbut oleh Negara Siam (Thailand sekarang) kebudayaan melayu Islam Patani berada dalam kekacauan, semakin hari semakin kacau sebagai akibat dari penjajahan Siam yang menjajah umat melayu Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang tokoh ulama Patani yaitu Hj. Sulong sebagaimana dikutip dalam buku Islam di Mungthai sebagai berikut: “orang melayu menyadiri bahwa mereka telah di tempatkan di bawah kekuasaan siam karena kekalahan”1 Setelah masyarakat melayu Islam kalah dalam perjuangan untuk mempertahankan Patani sebagai sebuah Negara yang berdaulat dan merdeka, maka berdasarkan kejadian tersebut, masyarakat Islam Patani menjadi kacau dalam kehidupan mereka di berbagai aspek seperti bidang agama, politik, ekonomi dan sosial. Karena faktor inilah masyarakat melayu Islam mulai memerlukan pendakwah untuk membimbing masyarakat supaya mencapai masyarakat yang ideal.
1
Surin Pissuan, Islam di Mungthai, (Jakarta LP 3 ES, 1989), h 133.
2
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah lama, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah sebagai proses penyalamatan
umat
manusia
dari
berbagai
persoalan
yang
merugikan
kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi manusia yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah fi al-ardh2.
ﻋَﻠ ُﻢ ْ ﻚ ُه َﻮ َأ َ ن َر ﱠﺑ ﻦ ِإ ﱠ ُﺴ َﺣ ْ ﻲ َأ َ ﺴ َﻨ ِﺔ َوﺟَﺎ ِد ْﻟ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻲ ِه َﺤ َ ﻈ ِﺔ ا ْﻟ َﻋ ِ ﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ وَا ْﻟ َﻤ ْﻮ ِ ﻚ ﺑِﺎ ْﻟ َ ﻞ َر ِّﺑ ِ ﺳﺒِﻴ َ ع ِإﻟَﻰ ُ ا ْد ﻦ ِ ﻋَﻠ ُﻢ ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ ْﻬ َﺘﺪِی ْ ﺳﺒِﻴﻠِﻪ َو ُه َﻮ َأ َ ﻦ ْﻋ َ ﻞ ﺿﱠ َ ﻦ ْ ِﺑ َﻤ Artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Q. S : AlNahlu ayat 125 )
Salah satu lembaga dakwah yang sangat berpengaruh dalam dakwah Islam di Patani Selatan Thailand adalah Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat adalah
lembaga dakwah Islam
berupaya untuk menyusun langkah-langkah mencapai tujuan yang dimaksud. oleh karena itu menyusun langkah yang baik serta menjalankannya dengan istiqomah menjadi penting bagi lembaga dakwah ini.
2
Enjang AS, dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis dan Praktis, cet, juni 2009, h. 1
3
Strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat digolongkan kepada dua aspek yaitu; satu aspek pendidikan dan pengajaran Islam, seperti mengurus dan mengatur sekolah TADIKA. Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat mengatur semua yang berkaitan dengan proses-proses pembelajaran yang ada di TADIKA. TADIKA bertujuan untuk mendidik dan mengajar anak-anak agar anak-anak bisa membaca, menulis dan mengetahui ilmu-ilmu agama yang akan menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengadakan program-program ceramah agama yaitu ceramah agama setiap hari jumat di setiap masjid yang ada di Wilayah Narathiwat, yang bertujuan penting adalah untuk menanamkan rasa cinta kasih kepada al-makruf dan benci terhadap al-munkar. Aspek pendidikan dan pengajaran Islam yang terakhir ialah Suara Radio Live Online, merupakan siaran radio yang berbentuk ceramah agama oleh ahli jawatan kuasa Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat secara jadwal. Siaran tersebut bertujuan untuk memberi pahaman tentang ajaran agama Islam dan memberi peluag untuk bertanya langsung (live) dengan penceramah berbagai masalah yang bersangkutan dengan masalah agama. Dua aspek sosial budaya dan keagamaan, dalam aspek sosial budaya keagamaan Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah agama. Strategi yang gunakan merupakan kegiatankegiatan agama diantaranya; kegitan kursus pra nikah untuk memberi ilmu pengatahuan atau materi kepada calon pasangan suami isteri tentang pernikahan menurut syariah Islam dll, kegiatan hari besar Islam seperti peringatan hari-hari besar Islam dll, kegiatan sentunan anak yatim dan fakir miskin yang bertujuan sebagai bentuk peduli sosial dengan memberi pertolongan sekadar kemampuan
4
kepada mereka yang membutuhkan dan kegiatan mengurus keberangkatan haji dan umrah masyarakat Narathiwat yang bertujuan untuk memberi kemudahan bagi mereka yang akan menunaikan fardhu haji dan umrah serta memberi bimbingan dan pengajaran terhadap calon-calon haji yang akan berangkat mengerjakan haji. Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat sebagai pusat pengembangan Islam di Patani Selatan Thailand, diharapkan menjadi wadah yang dapat menampung berbagai aspek kehidupan umat untuk mengembangkan dakwah Islam di Patani Selatan Thailand khususnya. Seberapa jauh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat mampu berperan seperti yang diharapkan sangat tergantung pada visi dan misi untuk menjadikan langkah yang strategis bagi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat itu sendiri. Majelis agama Islam Wilayah Narathiwat juga
bertanggung jawab untuk merumuskan dan memberikan solusi bagi
masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial kemasyakatan adalah tanggung jawab bersama dari berbagai lapisan masyarakat. Tidak ada kata terbaik untuk menyambutnya kecuali mulai sekarang kita berkomitmen dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki serta menyelesaikan secara bersama-sama. Sebagai suatu lembaga dakwah, Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat mempunyai strategi dalam pelaksanaan dakwah, khususnya di Patani Selatan Thailand untuk menyeru dan mengajak masyarakat sekitarnya untuk menjalankan perintah Allah SWT.
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk meneliti, dengan judul “Strategi Dakwah Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat di Patani Selatan THAILAND” B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi untuk mengkaji strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand pada bulan Februari 2014 – September 2014. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
di
atas
maka
penulis
merumuskan masalah adalah; A.
Bagaimana strategi yang diterapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand?
B.
Apa saja pendukung dan penghambatan dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand.
6
C.
METODOLOGI PENELITIAN Sebelum penelitian mengembangkan langkah-langkah metode penelitian,
penulis ingin
membatasi terlebih dahulu batas penelitiannya, karena tidak
mungkin untuk meneliti semuanya untuk peroleh yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini tempatnya di Amphoe Muang Narathiwat, selatan Thailand. Lokasi tersebut sebagai tempat berdirinya Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang mana penelitian ini merupakan penelitian yang mengarahkan kepada pemahaman tentang makna dari apa yang kita teliti. Hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang di lakukan, yaitu mengenai realitas bagaimana strategi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah Islam di masyarakat melayu Patani Selatan Thailand, serta menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan dakwah Islam di Selatan Thailand. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik penelitian dalam pengumpulan data ini adalah
7
a. Observasi. Dalam
observasi
ini
secara
langsung
mengadakan
pengamatan ke lokasi penelitian dan strategi yang dilakukan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat melalui aktivitasaktivitas seperti Radio live online, Ceramah agama dan Pembinaan Pra Nikah. b. Wawancara Wawancara ini ditujukan kepada responden untuk peroleh data mengenai aktivitas yang di laksanakan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antar penanya dengan si pengjawab atau responden dengan menggunakan alat yang 3
dinamakan interview guide (panduan wawancara) Wawancara untuk mencari data bersama :
1. Haji Muhamad Sudi Wamea yang bertugas sebagai Wakil 1 di Mejelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. 2. Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik yang bertugas sebagai Wakil 2 di Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
3
M. Nazir, Metodelogi Penelitian, ( Jakerta : Ghalia Indonesia, 1985), h 63
8
3. Drs. Ab. Rahman Bulajama yang bertugas sebagai ketua badan nikah di Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. 4. Haji Ahmad Abduh Haji Mad yang bertugas sebagai ketua badan
penerangan
di
Majelis
Agama
Islam
Wilayah
Narathiwat. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah mempelajari bahan dan data-data yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti seperti buku dan dokumen lain dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. d. Studi Pustaka Mempelajari
dan
mendalami
buku-buku
yang
ada
hubungan dengan masalah yang akan dibahas yaitu mencari teoriteori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi penelitian. 4.
Metode Analisis Data Setelah memperoleh data lapangan maka data dianalisis dengan
menggunakan metode analisis kualitatif diskripsif. D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulis secara umum adalah dapat mengetahui sejauh mana strategi Majelis Agama Islam Wilayah
9
Narathiwat dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand dan tujuan khususnya; 1. Untuk mendeskripsikan strategi yang di gunakan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam Mengembangkan Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam memperkembangan dakwah Islam di Patani Selatan Thailand. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1.
Menambah khazanah keilmuan dan kualitas keilmuan di fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi penyiaran Islam.
2.
Sebagai sumbang saran pemikiran bagi proses pengelolaan dan penerapan strategi di Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
E. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi sesudahnya yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian skripsi-skripsi sebelumnya.
10
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama. Namun ada beberapa objek penelitian yang hampir sama, diantaranya : 1. Tesis yang berjudul “Peranan majelis agama Islam wilayah Patani dalam kebijakan dan pengembangan pendidikan Islam di Patani Thailand Selatan (2000s/d2012)”. yang disusun oleh Asnan Nisoh program magister studi Islam sekolah pasca sarjana.. Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013. 2. Skripsi yang membahas tentang aspek dakwah Islam yang berjudul “Dakwah Islamiah Haji Sulong bin Abdulkadir di masyarakat muslim Patani (Thailand Selatan)”. yang ditulis oleh Abdul Halim Adea Jurusan BPI Fakultas Dakwah IAIN Syarifhidayatullah Tahun 1999.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika yang di gunakan dalam skripsi ini di sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam lima bab, yaitu; BAB I
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari enam sub, antara lain; Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulis.
11
BAB II
Gambaran umum tentang dakwah Islamiah yang mencakup pengertian strategi, tahapan strategi, pengertian dan unsur-unsur dakwah, strategi dakwah dan pengertian majelis agama Islam.
BAB III
Gambaran
umum tentang
Majelis
Agama
Islam Wilayah
Narathiwat, yang mencakup latar belakang sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan misi, manajemen lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, struktur organisasinya Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat. BAB IV
Dalam bab ini penulis akan mengalisis tentang strategi yang di terapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah Islam di Patani Selatan Thailand, yang mencakupi dua aspek yaitu; aspek pendidikan dan pengajaran Islam, dua aspek sosial budaya keagamaan. Selanjutnya sebagai penutup
bab
ini
akan
menganalisis
juga
tentang
faktor
penghambatan dan pendukung dalam mengembangkan dakwah oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. BAB V
Sebagai bab terakhir merupakan penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.
12
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Strategi Kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa trategi adalah “rencana yang 4
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”.
Pengertian strategi secara bahasa berasal dari kata yunani “strategeia” (stratus = militer dan ag = memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah tertentu 5
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pengertian strategi secara istilah adalah cara-cara di mana suatu organisasi atau kegiatan akan berjalan kearah tujuan yang sudah di rencanakan terlebih dahulu, sebagaimana dikatakan oleh Onong Uchyana, bahwa strategi merupakan suatu perencanaan (planning) dan manajemen (manajement) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi yang tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia, 2008), cet ke-1.edisi ke-4, h.1340
5
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, terjemahan A,E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung:Mizan,1996), h.2
13
untuk arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana tektik 6
operasionalnya.
Menurut menggerakkan
Syarief dan
Usman,
strategi
adalah
membimbing
seluruh
potensi
kebijaksanaan (kekuatan,
daya
dalam dan
7
kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagian.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai arah tujuan oleh lembaga di suatu organisasi atau perusahaan. Atau dapat ditekankan lagi bahwa strategi adalah kiat, cara dan tektik operasional untuk mengarahkan sumberdaya yang dimiliki ogranisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Dalam sebuah organisasi, strategi merupakan salah satu faktor penting agar organisasi dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan karakteristik diatas dapat dirumuskan bahwa strategi mencerminkan kebijakan lembaga di suatu organisasi yang meliputi bagaimana cara bersaing
terhadap siapa, kapan dan untuk apa bersaing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. B. Tahapan-tahapan Strategi Joel Ross dan Michael Kamy, sebagaimana yang dikutip oleh Fred R, David mengatakan bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi itu bagaikan
6
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karta, 1992), h.32
7
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta), Cet ke-1, h.6
14
kapal tanpa kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi yang 8
demikian seperti pengembara, tanpa tujuan tertentu.
Dalam buku Fred R, David juga menjelas kan bahwa proses strategi meliputi tiga tahapan, yaitu; Perumusan strategi, Implementasi strategi, Evaluasi 9
strategi. Penjelasan masing-masing tahapan strategi sebagai berikut: Satu, Perumusan strategi, Pada tahap ini mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Dua,
Implementasi
atau
Pelaksanaan
strategi,
Tahap
ini
mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategis dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategis mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha– usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi. 8
Fred R, David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo,2002), h.3
9
Fred R, Manajemen Strategi Konsep, h.3
15
Tiga, Evaluasi strategi, Tahap ini adalah tahap akhir dari manajamen strategis tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah : a. Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan. b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang di harapkan dengan kenyataan) c. Melakukan tindakan-tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Evaluasi strategi di perlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan di masa yang akan datang. Evaluasi juga sangat diperlukan untuk sebuah organisasi, lembaga maupun perusahaan dari semua sektor kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manajerial. C. Pengertian dan Unsur Dakwah 1. Pengertian dakwah Para ahli yang menulis dan mendalami masalah dakwah telah banyak mengemukakan definisi tentang dakwah menurut susunan bahasa mereka masing-masing, namun masih dalam dan maksud yang tidak jauh berbeda, di antaranya: a) Menurut Toto Tasmara mengemukakan bahwa: “Dakwah adalah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan (messege) berupa ajaran Islam yang disampaikan secara persuasive (hikmah). dengan
16
harapan agar komunikator dapat bersikap dan berbuat amal shaleh 10
sesuai dengan ajaran Islam tersebut”.
b) Menurut Asmuni Syukir dapat di simpulkan dengan pengertian: 1. Dakwah adalah usaha atau proses yang di selenggarakan dengan sadar dan terrencana. 2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah. 3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut, 11
yakni hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat.
c) Dr. Wardi Bachtiar, menjelaskan bahwa “Dakwah adalah sutu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi yang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam”.
12
d) Isa Anshary, mengemukakan bahwa “Dakwah Islamiah artinya menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan mempercaya keyakinan dan pandangan hidup Islam”.
10
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta:C.V Gaya Media Pratama1987), h.38
11
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas, 1983),
h.21
12
Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu dakwah,(Jakarta : Logos, 1997), h.31
17
e) Menurut K.H.Irfan Hielmy, dakwah secara bahasa atau etimologi berasal dari kata da’a, yad’u da’watan ( )دﻋﺎ ىﺪﻋﻮ دﻋﻮةyang berarti 13
mengajak, menyeru, memanggil dan mengundang.
Memanggil dan menyeru, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat:25
ﺴ َﺘﻘِﻴ ٍﻢ ْ ط ُﻡ ٍ ﺻﺮَا ِ ﻦ َیﺸَﺎ ُء ِإﻟَﻰ ْ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ َی ْﺪﻋُﻮ ِإﻟَﻰ دَا ِر اﻟﺴﱠﻼ ِم َو َی ْﻬﺪِي َﻡ Artinya: Allah menyeru (manusia ke Darussalam (syurga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpukan bahwa dakwah adalah berupa aktivitas manusia muslim yang bertanggung jawab untuk mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik. maupun di dalam bentuk keluarga, kelompak, masyarakat, organisasi dan juga kepada diri sendiri. Dakwah merujuk kepada usaha-usaha mengajak, memujuk dan memandu seluruh manusia ke arah memahami dan menerima Islam sebagai agama yang lengkap dan mengandungi peraturan dalam setiap aspek kehidupan manusia baik secara individu atau bermasyarakat. Usahausaha dakwah merupakan suatu usaha yang mulia, yang tinggi martabatnya di sisi Allah. 2. Hukum Dakwah
13
KH. Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002), h.9
18
Untuk menjadi kepastian dalam melakukan kegiatan dakwah, maka perlu suatu landasan hukum sebagai tempat berpijak. Hukum dakwah Islam tidak terlepas dari pada sumber Al-Qur’an dan Hadist. Itu secara garis besarnya, Adapun ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan untuk berdakwah antaranya:
ﻦ إِن ُﺴ َﺣ ْ ﻲ َأ َ ﺴ َﻨ ِﺔ َوﺟَﺎ ِد ْﻟ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻲ ِه َﺤ َ ﻈ ِﺔ ا ْﻟ َﻋ ِ ﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ وَا ْﻟ َﻤ ْﻮ ِ ﻚ ﺑِﺎ ْﻟ َ ﻞ َر ِّﺑ ِ ﺳﺒِﻴ َ ع ِإﻟَﻰ ُ ا ْد ﻦ ِ ﻋَﻠ ُﻢ ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ ْﻬ َﺘﺪِی ْ ﺳﺒِﻴﻠِﻪ َو ُه َﻮ َأ َ ﻦ ْﻋ َ ﻞ ﺿﱠ َ ﻦ ْ ﻋَﻠ ُﻢ ِﺑ َﻤ ْ ﻚ ُه َﻮ َأ َ َر ﱠﺑ Artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Q. S : Al-Nahlu ayat 125) Dr. Abdurrahman Al Bagdadi menjelaskan bahwa “Hukum syara’ telah mewajibkan dakwah Islam pada setiap situasi dan kondisi. Kewajiban itu di pertanggungjawabkan atas orang yang ahli dalam hukum (Fiqh) maupun yang tidak ahli (awam), juga diwajibkan semua orang baik 14
perorangan, jamaah maupun pemimpin”.
Pernyataan tersebut di atas, dapat di fahami dan diambil kesimpulan bahwa berdakwah adalah merupakan suatu kewajiban bagi
14
Dr. Abdulrahman Albaghdadi, Dakwah Islam dan Masa Depan Umat, (Bangil Jatim: Al-Izah, 1997), h.95
19
setiap manusia yang mengaku dirinya muslim untuk sesuai dengan kemampuan masing-masing. Untuk itu wajib berdakwah pada tahap awal adalah berdakwah kepada ketauhidan kepada Allah dan Rassul-Nya. Karena dengan kemerdekaan tauhidlah manusia dapat berperan lebih aktif untuk beramal dengan amar ma’ruf dan nahi munkar. Oleh karena dalam kehidupan manusia di alam dunia ini, ia perlu suatu hidayat atau petunjuk jalan untuk maju kedepan agar tidak menyeleweng dari landasannya. Dengan pengertian di atas, sebagai petunjuk kepada kita diantaranya hukum-hukum dakwah Islam ini dapat menjadi landasan yang cukup jelas, sebagai tempat rujukan dalam melaksanakan aktivitas dakwah Islam. Karena itu, dakwah wajib memberi kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat dari setiap lapisan sosial kemasyarakatan, dengan sedemikian rupanya manusia dapat meningkat untuk melaksanakan apa yang di wajibkan oleh Islam. Sebagaimana wajib untuk melakukan dakwah kepada masyarakat. Jika diperhatikan dengan teliti pendapatpendapat para ulama tersebut di atas, akan peroleh suatu ketetapan hukum untuk menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan dakwah, dan hukum itu dapat mendorong manusia untuk mengerja sesuatu atau melarang untuk meninggalkannya. 3. Metode Dakwah
20
Untuk berkomunikasi dakwah kepada khalayak ramai supaya berjalan dengan lancar dan sukses, maka senjata dalam menghadapi orang ramai, sebagai komunikator atau da’i sangat penting dalam keterampilan dalam berkomunikasi dakwah, seorang komunikator berhasil atau tidaknya tergantung pada kecakapan di bidang metodologinya. Menurut Asmuni Syukir, mengatakan bahwa metodologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk 15
mencapai tujuan yang efektif dan efisian.
Menurut Wardi Baghtiar menjelaskan bahwa: Metodologi dakwah ialah cara-cara yang di pergunakan oleh da’i untuk mennyapaikan materi dakwah yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan 16
tertentu.
Salah satu faktor yang menyebabkan sukses dan tidaknya usaha dakwah antara lain terletak pada metode yang di pakai dan sekaligus kemampuan menerapkan. Metode yang digunakan oleh Rasulillah antara lain adalah dengan cara mengirimkan surat-surat kepada penguasapenguasa besar, contohnya beliau kirimkan surat seruan surat dakwah kepada Hiraqiu (Herachus) kaisar Rum yang berkuasa penuh di Damaskus
15
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas, 1983),
h.100
16
Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu dakwah,( Jakarta : Logos, 1997), h.34
21 17
pada masa itu.
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya
dakwah itu harus dilaksanakan. Tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan cara yang tepat. Pernyataan tersebut di atas, dapat difahami bahwa metode dakwah merupakan suatu kemampuan manusia atau da’i untuk menyampaikan dakwah dengan keterampilan dan kebolehannya dalam menggunakan alatalat kerja sesuai dengan kondisi masyarakat dan sasaran dakwah agar berlangsung dengan efektif dan efesian. Juru dakwah harus berwawasan luas dalam melihat sasaran yang akan dituju dan metode apakah yang akan dipergunakan. Untuk mendapat hasilnya dengan memuaskan atau tidak, itu tergantung pada metode dalam berdakwah. Secara umum bentuk dakwah adalah sebagai berikut: a) Metode Ceramah (retorika dakwah) b) Metode Tanya jawab c) Metode debat d) Pendidikan dan pengajaran Agama
17
Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, (Jakarta : Pustaka Panjimas,
1990), h.35
22
e) Silaturrahmi
18
4. Media Dakwah Secara bahasa, istilah media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantaran. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang 19
telah ditentukan.
Secara garis besarnya media dakwah dapat digolongkan kepada: a. Lisan, merupakan media yang paling mudah penggunaannya, yaitu dengan mempergunakan lidah dan suara. b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi antara da’i dan mad’u. c. Lukisan atau gambar atau ilustari, media ini berfungsi sebagai penarik lisan, merupakan media yang paling mudah penggunaannya, yaitu dengan perhatian dan minat mad’u dalam mempertegas pesan dakwah.
18
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas, 1983),
h.104-106
19
Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h.163
23
d. Audio visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pandangan mad’u. 20
e. Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkahlaku da’i.
Sedangkan jika dilihat dari sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a. Metode tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tredisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat kominikatif seperti ludruk, wayang kulit dan drama. b. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi antara lain 21
seperti televise, radio,pers dan lain-lain. D. Strategi Dakwah
Dari keaneka ragaman pendapat para ahli yang sebut tentang pengertian dakwah seperti yang telah memberi penjelasan di atas, meskipun terdapat kesamaan
ataupun perbedaan-perbedaan
namun bila dikaji dan disimpulkan
bahwa dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana untuk mengajak manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang
20
Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung : C.V Diponegoro, 1986), h.13
21
Adi Sasono, et.Al., Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah), (Gama Insane Press, 1988), Cet ke-1, h.154
24
lebih baik, usaha tersebut dilakukan dalam rangka tertentu, yakni hidup sejahtera di dunia dan di akhirat. Berkaitan dengan strategi dakwah Islam, maka diperlukan pengenalan yang tepat dan akurat terhadap realitas hidup manusia yang
secara aktual
berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas - realitas hidup antara satu masyarakat dengan masyarakat lain berbeda. Di sini, juru dakwah dituntut memahami situasi dan kondisi masyarakat yang terus mengalami perubahan , baik secara kultural maupun sosial keagamaan. Strategi dakwah semacam ini telah diperkenalkan dan dikembangkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam menghadapi situasi dan kondisi masyarakat Arab Saat itu. Strategi dakwah Rasulullah yang dimaksud antara lain menggalang kekuatan di kalangan keluarga dekat dan tokoh kunci yang sangat berpengaruh di masyarakat dengan jangkauan pemikiran yang sangat luas, melakukan hijrah ke Madinah untuk falt al-makkah dengan damai tanpa kekerasan, dan lain sebagainya.
22
Kemudian jika dikaitkan dengan era globalisasisaat ini, maka juru dakwah harus memahami perubahan transisional pada kekuatan magis dan retual ke arah ketergantungan pada sains dan kepercayaan serta transisi dari suatu masyarakat yang tertutup, sakral dan tunggal ke arah keterbukaan, plural dan sekuler. Jadi suatu strategi tidak bersifat universal. Ia sangat tergantung pada realitas hidup
22
Rafi’udin dan Maulana Abdul Djaliel, Prinsip dan strategi dakwah, (Bandung:Pustaka setia 1997), h.78
25
yang sedang dihadapi. Karena itu, strategi harus bersifat terbuka terhadap segala kemungkinan perubahan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
23
Berkaitan dengan perubahan masyarakat yang berlangsung di era globalisasi, maka perlu dikembangkan dakwah Islam sebagai berikut; Pertama, meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah. Pada dasarnya dakwah merupakan usaha penyampaian risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (egaliter, keadilan dan kemerdekaan). Dakwah berusaha mengembangkan fitrah dan kehanifan manusia agar mampu memahami hakikat hidup yang berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Dengan mengembangkan potensi atau fitrah dan kedhaifan manusia, maka dakwah tidak lain merupakan suatu proses memanusiakan manusia dalam proses transformasi sosio-kultural yang membentuk ekosistem kehidupan. Karena itu, tauhid merupakan kekuatan paradigmatis dalam teologi dakwah yang akan memperkuat strategi dakwah. Kedua, perubahan masyarakat berimplikasi pada perubahan paradigmatik pemahaman agama. Dakwah sebagai gerakan transformasi sosial sering dihadapkan pada kendala-kendala kemapanan keberagamaan seolah-olah sudah merupakan standar keagamaan yang final sebagaimana agama Allah. Pemahaman agama yang terlalu eksoteris dalam memahami gejela-gejela kehidupan dapat menghambat pemecahan masalah sosial yang dihadapi oleh para juru dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran inovatif yang dapat mengubah
23
Awaludin pimay, Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifuddin Zuhri, (Semarang: RaSAIL 2005), h.53
26
kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang tertutup menuju pemahaman yang terbuka. Ketiga, strategi yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam beroientasi pada upaya amar ma’ruf dan nahi munkar. Dalam hal ini, dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai kegiatan yang identik dengan pengajian umum atau memberi ceramah di atas podium, lebih dari itu esensi dakwah sebetulnya adalah 24
segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur amar ma’ruf dan nahi munkar.
Dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah adalah suatu cara atau metode yang dipakai untuk mengaktualisasikan iman masyarakat sehingga mempengaruhi cara berpikir, merasa, bersikap bertindak dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan, yang bertujuan yaitu tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
E. Pengertian Majelis Agama Islam Majelis Agama Islam merupakan sebuah badan swasta yang telah didirikan oleh sekumpulan Alim Ulama Patani yang tujuan utamanya adalah berkhidmat kepada umat Islam di Patani Selatan Thailand serta mengurus hal ehwal Agama Islam menurut syariat Islam. Majelis Agama Islam dalam menghadapi segala tantangan pengaruh medernitas menjadikan fungsi, tangungjawab dan peranannya semakin luas dan berat. Salah satunya
berusaha membimbing dan membina masyarakat Islam
24
Awaludin, Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifuddin Zuhri , h.52
27
Patani Selatan Thailand yang dituangkan kedalam suatu bentuk program pengembangan masyarakat Islam. Agar masyarakat Islam dapat menjalankan kewajiban dan tuntutan agama Islam secara leluasa di samping membela masyarakat Islam minoritas yang tertindas oleh kaum mayoritas terutama dalam masalah yang berkaitan dengan agam Islam. Karena Majelis Agama Islam merupakan jantung Masyarakat Islam Patani Selatan Thailand yang harus berjuang demi kejayaan dan kesuksesan umat yang sudah lama tertindas.
25
25
Mr.Anan Nisoh, “Peranan MAjelis Agama Islam Wilayah Patani Dalam Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Islam di Patani Selatan Thailand” (Tesis S2 Program Magister Studi Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2013), h.1-2
28
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT A. Sejarah Berdiri Sebelum perang dunia ke-II, para alim ulama di Patani Selatan Thailand (Patani, Yala, Narathiwat, Senggora) merasa bertanggung jawab atas perkaraperkara yang berlaku dan timbul bermacam-macam perselisihan umat Islam, sedang waktu itu belum wujud suatu lembaga untuk menyelesaikan masalah yang timbulnya, khusus dalam Ahwal Syakhsiyah karena tidak ada orang yang bertanggung jawab seperti mufti, dengan itu para alim ulama Patani bermusyawarah dan dapat mengambil keputusan, bahwa mereka mesti mengadakan tempat penyelesaian hal ahwal Agama, yang mana sekarang ini di kenal dengan nama Majelis Agama Islam.
26
Dengan demikian para alim ulama Patani dengan sebulat suara bersetuju menumbuhkan tempat penyelesaian urusan agama Islam dan sekaligus berfungsi sebagai Qadi Syar’i mengurus dan mengawal orang-orang Islam di Patani Selatan Thailand. Badan ini bertanggungjawab langsung diatas umat yang bermasalah khususnya masalah-masalah yang ada hubungan dengan agama Islam. Oleh
26
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, (Press:Pusaka Menara,2000), h.2
29
karena itu pada tanggal yang tidak dicatatkan, pihak alim ulama telah mengadakan musyawarah dan menghasilkan keputusan yang positif bagi mengadakan sebuah badan untuk berkhidmat kepada umat masyarakat Melayu Patani dalam hal ahwal agama Islam dan sekaligus berfungsi sebagai pejabat Qadi Syar’i dalam pengaturan dan mengawal kepentingan umat Islam.
27
Pada tahun 1940, terbentuklah Majelis Agama Islam (MAI) dan dilantik Almarhum Tuan Guru Haji Sulong bin Haji Abdulqadir Tokmina salah seorang ulama besar yang terkemuka pada waktu itu menjadi ketua Majelis Agama Islam 28
Sebagai Qadi Syar’I Dharuri.
Pada tahun 1944 semua para alim ulama dan guru-guru pondok pesantren yang diketua oleh Haji Sulong mengadakan perjumpaan membentuk kerja sama antara ulama dengan pemimpin setempat untuk mempertahankan marwah orang Islam dari tindakan mengsiamkan orang Melayu. Setelah itu Majelis Agama Islam (MAI) di ganti nama jadi Majelis Agama Islam Wilayah Patani (MAIP).Yang mana pada waktu itu para alim ulama Patani merasa bertanggung jawab atas perkara yang berlaku di Selatan Thailand (Patani, Yala, Narathiwat, Senggora), oleh karena tidak ada sesuatu badan pun yang bertanggung jawab berkenaan dengan urusan hal ahwal Agama Islam seperti wali
27
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, …., h.2 28
Tuan Guru Haji Sulong atau Muhammad Sulong dilahirkan pada tahun 1895 M. di kampung Anak Ru, Patani (sebuah kampung dalam kawasan Bandar Patani sekarang), wafatnya pada 13 Agustus 1954, beliau dibunuh kemudian dibuang ke dalam laut Sanggura (Sungkla sekarang) di pulau tikus. Lihat : Ahmad Fathi Al-Fathoni, Ulama Besar Dari Fathoni, (Malaysia: UKM, 2001), Cet.ke-1, h.140
30
amri atau Qadi. Maka dengan itu para alim ulama Patani bersepakat untuk membangun lembaga Majelis Agama Islam di setiap Wilayah di Selatan Thailand (Patani, Yala, Narathiwat, Senggora) yaitu
Majelis Agama Islam Wilayah
Narathiwat (MAIN), Majelis Agama Islam Wilayah Yala (MAIY), Majelis Agama Islam Wilayah Senggora (MAIS) dengan tujuan, visi dan misi yang sama sehingga saat ini. Melalui perkembangan Majelis ini, Haji Sulong dan rekan-rekan ulama lain memperjuangkan hak Islam dan menentang kezaliman. Tahun 1946, pertumbuhan semangat Patani di kalangan pemuda-pemuda ditumbuhkan yang dipimpin oleh Wan Othman Ahmad. Pada tahun 1948 pertumbuhan gabungan Melayu Patani di luar negeri dipelopori oleh Tengku Kamariah yaitu adik kepada Tengku Muhammad Muhaiyiddin anak Raja Abdul Kadir (Raja Patani yang 29
terakhir).
Haji Sulong Mengatur strateginya dengan dua cara yaitu sembunyi dan terang-terangan. Secara sembunyi dipimpin oleh Tengku Mahmud Muhaiyiddin penggerakan bawah tanah. Manakala secara terang-terangan itu melalui Majelis Agama Islam di setiap wilayah. Haji Sulong membuat pertemuan dengan ahli-ahli jawatan kuasa Majelis Agama Islam setiap Wilayah, Imam, Khatib dan Bilal serta orang-orang kenamaan seluruh Selatan Thailand yang jumlahnya kira-kira 400 orang. Dari
29
Ismail Che’Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu, (Kota baru:Majelis Ugama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1988), h.340-341
31
hasil pertemuan itu, pihak Haji Sulong membuat keputusan untuk menuntut 30
beberapa perkara yang dikenali sebagai “Tujuh Tuntutan Haji Sulong”
1. Minta mengadakan seorang ketua yang beragama Islam diperanakkan di dalam empat wilayah dengan pilihan suara anak negeri dalam empat wilayah dengan diberikan kepadanya kuasa penuh. 2. Mengadakan pelajaran bahasa Melayu pada tiap-tiap sekolah bagi kanak-kanak berumur tujuh tahun sebelum lagi masuk belajar Bahasa Siam/Thai atau bercampur pelajar dengan bahasa Siam. 3. Keberhasilan dalam empat wilayah diminta supaya digunakan khusus di dalam empat wilayah sahaja, yaitu semua hasil pajak di empat wilayah akan di gunakan untuk rakyat Muslim Patani. 4. Pegawai kerajaan dipakai orang Islam 80% mengikuti penduduk negeri yang beragama Islam. 5. Bahasa Melayu menjadi bahasa rasmi yang digunakan juga didalam urusan kerajaan. 6. Mengkhususkan Mahkamah Syariah daripada pejabat undang-undang negeri serta mengadakan undang-undang khas baginya untuk memutuskan pendakwaan yang bersesuaian dengan hukum agama Islam.
30
Ahmad Fathy Al-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani, (Malaysia: UKM,2001), h.83
32
7. Mengakui rakyat di empat wilayah keturunan bangsa Melayu, yaitu Majelis Agama Islam diberi wewenang penuh atas perundangundangan menurut hukum Islam mengenai semua urusan Agama 31
Islam.
Haji Sulong tidak mencadangkan pembentukan sebuah negara merdeka, tetapi mencakupi dengan hanya sebuah wilayah kebudayaan yang otonomi bagi mempertahankan identity serta sifat-sifat khasnya. Cadangan ini sangat minimum bagi memungkinkan golongan Melayu Islam Melangsungkan cara hidup 32
tradisionalnya serta menjaga kemurnian Islam yang mereka anuti.
Pada tanggal 9 Agustus 1947 melalui surat Kementerian Kehakiman Bangkok 5385/2490 jelas memberikan jawaban bahwa kerajaan Bangkok tidak menerima tuntutan untuk memisahkan Mahkamah Syari’ah dari Mahkamah Sipil dengan alasan ia mengubah perlembagaan negeri. Selepas mendapat jawaban itu, Haji Sulong bertindak balas menentang polisi kerajaan tentang pelantikan Qadi (Datok Yuttitam)
33
dan mula mengumpulkan kekuatan rakyat dan menyusun
34
struktur politik.
31
Herry Nurdi, Perjuangan Muslim Patani Antara Sejarah Penindan dan Cita-cita Perdamaian di Patani Darussalam, (Jakarta: Sabili Publishing,2010), h.80 32
Rohanee Cheha, “Pemikiran Pendidikan Islam Haji Sulong : Studi Atas Tokoh Pendidikan Islam di Patani Thailand Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2014), h.88 33
Datok Yuttitam atau Mahkamah Syariah (San Yuttitam) adalah sebuah pejabat yang berwewenang dalam pelaksanaan hukum keluarga dan warisan, yang berada di bawah wewenang kementerian keadilan, berdasar pada UU pelaksanaan hukum Islam wilayah Patani, Yala, Narathiwat tahun 2488B. (1945M.) pihak kerajaan Thailand mengeluarkan hukum-hukum tersebut untuk melaksanakan pada Selatan Thailand, namun Datok Yuttitam tidak diterima oleh masyarakat lingkungan, dikarenakan pelaksanaan itu sangat terbatas (hanya tentang hukum keluarga dan warisan), dan masyarakat lebih mendorong kepada Majelis Agama Islam Wilayah tersebut. Lihat:
33
Majelis Agama Islam diangkat, oleh mereka yang sangat memahami dalam masalah Hukum Agama, ketua disini disebut dengan “Datok Yuttitam” penulis ingin memberi pengertian dengan kata “datok Yuttitam” yang didapat ini dari ketua Majelis Agama Islam, didalam Bahasa “Thai” atau bahasa “Siam” yang sudah penulis terjemah kedalam bahasa Indonesia. 35
Sebelum tahun 1945M Syaikhul Islam (Cula Raja Montri)
mempunyai
tugas yang sangat berpositif yaitu sebagai penasihat kepada baginda maharaja negara dalam menjalani tugas pentadbiran baginda terhadap umat Islam di negara 36
ini.
Pada tahun 2490 B/ 1947 M., kerajaan mulai merubah suatu dasar dan peraturan baru berkenaan dengan kedudukan masjid dalam negara ini dan mulai tanggal tersebut masjid harus registrasi secara resmi mengikut undang-undang negara. Semenjak itulah penganut agama Islam agaknya terbela nasib agama
San Yuttitam, Khomun Lek Kutmai Islam Waduai Krobkhrua lek Moradok (Undang-undang Hukum Islam tentang Keluarga dan Warisan), (Samnak Ngan Yuttitam,2011),h.III 34
Mohm. Zamberi Malek, Umat Islam Patani sejarah dan Politik, (Malaysia: Hisbi Shah Alam,1993), h.193 35
Suatu Pusat di Bangkok atau di kenal sebagai jabatan kuasa Islam peringkat pusat/negara yang di ketuai oleh Syaikhul Islam. 36
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, (Press:Pusaka Menara,2000), h.4
34
mereka, serta bebas dalam mengerjakan tuntutan agama, terutama bersangkutan 37
dengan urusan peribadatan.
Setahun kemudian yaitu pada tahun 2491 B/1948 M., kerajaan memberi hak kepada penduduk Islam yang melebihi bilangan mereka daripada 1000 orang keatas disetiap wilayah dapat mengadakan suatu jawatan kuasa peringkat wilayah (jabatan agama Islam) di semua wilayah dalam Negara Thailand. Dalam masalah ini agak luar biasa sedikit yaitu kerajaan telah menetap agar meregistrasikan semua masjid di negara ini. Telah pun berbuat demikian serta mengadakan pemilihan jawatan kuasa peringkat wilayah serta memberi kuasa kepada mereka mengikut undang-undang sedangkan Majelis Agama Islam pada waktu itu belum diterima oleh kerajaan sebagai sebuah badan berqonun atau dengan kata lain pelantikan jawatan kuasa peringkat wilayah adalah sah dan pengakuan di segi undang-undang sebaliknya. Majelis Agama Islam peringkat wilayah atau tempat menjayakan aktivitas yang bersangkutan dengan agama Islam dan penganutnya 38
tidak di akui oleh undang-undang.
37
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, …. , h.4 38
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, …., h.5
35
Oleh itu maka setiap aktivitas yang bersangkutan dengan Islam hendaklah digunakan dengan nama-nama jamaah jabatan kuasa Islam wilayah tidak dengan 39
nama majelis agama Islam sampai sekarang.
Daftar nama para ahli jawatan kuasa Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat yang berkedudukan sebagai yangdipertua dari awal bangunnya hingga sekarang, sebagai berikut: a.
Pada tahun 2488 B (1945 M) - 2492 B (1949M ) diketuai oleh Haji Abdulrahman Che Ismail.
b. Pada tahun 2492 B (1949 M) - 2493 B (1950 M) diketuai oleh Haji Niyi Haji Niwan. c. Pada tahun 2493 B (1950 M) - 2514 B (1971 M) diketuai oleh Haji Da-oh Madiyoh. d. Pada tahun 2516 B (1973 M) - 2520 B (1977 M) diketui oleh Haji Wea-a-sea Wea-uma. e. Pada tahun 2521 B (1978 M) - 2541 B (1998 M) diketui oleh Reawat Racmukda. f. Pada tahun 2541 B (1998 M) - 2542 B (1999 M) diketui oleh Haji Chemu Tok Kayo.
39
Badan Urusan Khidmat Masyarakat, Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, …., h.4
36
g. Pada tahun 2542 B (1999 M) – 19 Desember 2542 B (1999M) diketuai oleh Niwea-ali Haji Ni-loh. h. Pada tahun 20 Desember 2542 B (1999 M) – 2548 B (2005 M) diketuai oleh Abdul Rahman Abdul Semat. i. Pada tahun 2548 B (2005 M) - 2554 B (2011 M) diketuai oleh Haji Abdul Rasak Ali. j. Pada tahun 2554 B (2011 M) sampai sekarang diketuai oleh Safi-e 40
Cheloh.
B. Tujuan, Visi dan Misi Sebagai lembaga dakwah Majelis Agama Islam mempunyai visi adalah sebagai pusat manajemen organisasi keagamaan, sesuai dengan ajaran Islam dan Muslim organisasi masyarakat memimpin pengembangan masyarakat belajar 41
dengan etika. Kekuatan pesatuan. Mengejar perdamaian dan keadilan.
Sedangkan misi yang dimiliki oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN), yaitu; 1. Sebagai pentadbiran masjid-masjid Muslim yang ada di desa masingmasing, memperjelaskan hukum-hukum agama membermasukan
40
Hasil dari studi Dokumentasi (Foto) di Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. keterangan terdapat pada lampiran 7. 41
http:/www.maip.in.th
37
terhadap pemerintah pusat di Bangkok tentang masalah agama dan masyarakat. 2. Sebagai sebuah pusat yang mengajak masyarakat Muslim menuju ke arah belajar agama supaya mencetuskan masyarakat perdamaian dan keadilan. 3. Mempromosikan dan mendukung terhadap pembelajaran, sosial, ekonomi dan pendidikan Islam supaya mencetuskan pengertian, kepahaman dan mengakseskan. 4. Koordanasi dan kerjasama di antara organisasi pemerintah dan sewasta, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuan untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni. 5. Pembinaan warisan seni dan budaya tempatan, sesuai dengan prinsipprinsip Islam.
42
Berpijak dari visi dan misi tersebut, maka Majelis Agama Islam di Narathiwat (MAIN) mempunyai tujuan untuk: 1. Mewujudkan
(MAIN)
sebagai
pusat
pembinan
umat
dan
pengembangan seni budaya Islam. 2. Menjadi pusat perkembangan sumberdaya umat melalui dakwah, pendidikan dan pelatihan.
42
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
38
3. Menjadi pusat pengkajian bagi pengembangan pemikiran dan wawasan Islam. 4. Menjadi pusat pengembangan data dan informasi Islam. 5. Menjadi pusat pengembangan masyarakat dan layanan sosial. 43
6. Menjadi pusat pengembangan ekonomi Islam.
C. Manajeman Dalam Perkembangan Dakwah Islam Aspek sosial telah terlihat segala-segala yang merisaukan benturan antara nilai-nilai budaya Melayu muslim dengan nilai-nilai orang Budha (Siam) yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama warga Negara. Pada era dewasa ini, penduduk Patani mempertegaskan identitas, diri sebagai Melayu Muslim, dengan pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan/gotong royong sebagai salah satu ciri kehidupan masyarakat Patani, makin megenser terutama di kota-kota besar. Kearah kehidupan individualistic, Keadaan seperti ini bila berlangsung terus akan mempengaruhi perkembangan generasi muda di Patani. Akan timbul rasa tidak aman dan keterasingan di kalangan mereka. Maka lalu menjauhkan diri masyarakat mengelompak dalam bentuk piknik atau geng-geng dengan sikap dan cara berfikir yang lepas dari norma-norma Agama dan sistem nilai yang berlaku. Meremahkan ajaran-ajaran Agama yang mempengaruhi unsur penting dalam rangka pendidikan moral Islam.
43
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
39
Hal tersebut perlu adanya sebuah lembaga yang menangani masalah yang ada dalam masyarakat Patani sekaligus sebagai wakil pemerintah bagi masyarakat muslimterutama di bidang Agama. Dengan adanya lembaga keagamaan seperti Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN), masyarakat banyak mengalami perubahan dan perkembangan dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, merupakan salah satu di antara empat wilayah yang ada di Thailand sekarang. Lembaga ini bukan hanya sebuah wadah yang menangani masalah-masalah masyarakat Patani, tetapi juga sebagai wakil pemerintah bagi kaum muslim terutama dalam bidang keagamaan. Dasar-dasar manajemen Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat adalah sebagai mana berikut ; 1. Mesti berpegang teguh kepada Al-Quran, As-sunnah, Ijma’ dan Kias. 2. Berfatwa mengikut ahli sun-nah wal jamaah (mengikut mazhab Syafi’i) 3. Menjaga dan membina kesucian Agama Islam dan muslimin. 4. Mengangkat taraf umat Islam terutama imam, khatib dan bilal. 5. Mengangkat taraf pengajian di taman fadhu ain dan masjid (tadika dan dewasa).
40
6. Menjadikan
Majelis
Agama
Islam
Wilayah
sebagai
pusat
perkhidmatan kepada masyarakat yang sesuai dengan keadaan semasa. 7. Membuat penyelarasan program kerja antara Majelis Agama Islam 44
dengan persatuan imam, khatib dan bilal peringkat daerah.
Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN) memiliki tugas, fungsi dan peranan sebagai berikut; 1. Untuk mewujudkan di kalangan umat Islam perpaduan dan ukhwah Islamiyah, di samping menegakkan Agama Islam yang suci dan benar. 2. Membentuk dan mewujudkan sebuah masyarakat Islam yang dinamis dan progresif yang senantiasa mencari keridhaan Allah. 3. Mengembangkan dan memberi pendidikan dan pengetahuan Agama kepada masyarakat umumnya, baik anak-anak maupun orang dewasa, dengan melalui pendidikan formal ataupun tidak formal. 4. Berdakwah dalam menyebarkan Agama Islam dalam kehidupan masyarakat. 5. Menadbir hal ehwal Agama Islam dan hukum syar’i di kalangan umat Islam termasuk nikah kawin, cerai, rujuk, zakat, fatwa dan lain-lain yang bersangkutan dengan Agama.
44
Hasil dari studi Dokumentasi (Foto) di Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. keterangan terdapat pada lampiran 2.
41
6. Malantik dan mengontrol ahli jawatan kuasa masjid yang di bawah bimbingan Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN). 7. Meluruskan atau menerangkan kepada pihak pemerintah tentang keputusan pemerintah yang tidak cocok dengan nilai-nilai dan norma45
norma Islam dalam setiap segi.
Peran yang paling penting oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN) itu untuk membangkitkan kembali semangat dan kepercayaan diri dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang yang sedang terjadi di walayah tersebut. D. Struktur Organisasi Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat Pusat pengembangan Islam di Wilayah Narathiwat sebagai lembaga dakwah yang bertujuan untuk menjadi pusat pengembangan syi’at Islam di Patani Selatan Thailand, dengan berdasarkan al-quran dan sunnah dan mempunyai sifat kelembagaan yang terbuka atas pertisipasi publik dengan kebijakan organisasi yang jelas berlandaskan syari’at Islam, memiliki aktivitas terutama dalam bidang yang tersusun dalam berbagai program.
45
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat
42
Struktur organisasi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat (MAIN 2014) YANGDIPERTUA
Timbalan 1
Timbalan 2
Setia usaha 1
Bendahara 1
Setia usaha 2
Bendahara 2
2
1
3
5
4
Keterangan 1. Badan Urusan Masjid 2. Badan Pendamaian 3. Badan Pendidikan 4. Badan khidmat Haji dan Umrah 5. Badan Ekonomi dan Zakat 6. Badan Nikah 7. Badan Penerangan
Timbalan 3
6
7
43
Berdasarkan
struktur
organisasi
Majelis
Agama
Islam
Wilayah
Narathiwat, lembaga ini memiliki tujuh badan yakni; badan urusan masjid, badan pendamaian, badan pendidikan, badan khidmat haji dan umrah, badan ekonomi dan zakat, badan nikah dan badan penerangan. Setiap badan mempunyai tugas dan tanggungjawab berdasarkan AD/ART yang telah disahkan oleh sidang umum dan 46
berlaku semenjak tanggal yang telah ditetapkan.
46
Wawancara Pribadi melalui telphon dengan Haji Muhammad Sudi Wamea. Jakarta, 15
Mei 2014.
44
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Strategi Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat Setiap lembaga, organisasi, komunitas ataupun semacamnya biasanya dibentuk atas dasar sebuah tujuan dan cita-cita yang mereka ingin capai. Untuk mencapai tujuan yang mereka harapkan diperlukan perumusan sebuah metode dan strategi yang stepat. Bermula dari latarbelakang sejarah berdirinya Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat merupakan lembaga keislaman yang fokus perjuangannya adalah menegakkan syariat Islam di Selatan Thailand. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Ada pun tentang taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan dan merupakan bagian dari strategi. Strategi yang disusun, dikonsentasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis.
47
Tahapan-Tahapan Strategi yang digunakan Majelis Agama Islam Wiayah Narathiwat. Tahapan pertama yaitu mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi 47
Rafi’udin dan Maulana Abdul Gjaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 1997), h.76
45
alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk 48
digunakan.
Sebagai lembaga dakwah Majelis Agama Islam mempunyai
visi adalah sebagai pusat manajemen organisasi keagamaan, sesuai dengan ajaran Islam dan Muslim organisasi masyarakat memimpin pengembangan masyarakat
belajar
dengan
etika.
Kekuatan
pesatuan.
Mengejar
49
perdamaian dan keadilan.
Misi yang dimiliki oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat , yaitu; 1. Sebagai pentadbiran masjid-masjid Muslim yang ada di desa masingmasing, memperjelaskan hukum-hukum agama membermasukan terhadap pemerintah pusat di Bangkok tentang masalah agama dan masyarakat. 2. Sebagai sebuah pusat yang mengajak masyarakat Muslim menuju kea rah belajar agama supaya mencetuskan masyarakat perdamaian dan keadilan. 3. Mempromosikan dan mendukung terhadap pembelajaran, sosial, ekonomi dan pendidikan Islam supaya mencetuskan pengertian, kepahaman dan mengakseskan.
48
Fred R, David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo,2002), h.3
49
http:/www.maip.in.th
46
4. Koordanasi dan kerjasama di antara organisasi pemerintah dan sewasta, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuan untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni. 5. Pembinaan warisan seni dan budaya tempatan, sesuai dengan prinsipprinsip Islam.
50
Berpijak dari visi dan misi tersebut, maka Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat mempunyai tujuan untuk: 1. Mewujudkan Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat sebagai pusat pembinan umat dan pengembangan seni budaya Islam. 2. Menjadi pusat perkembangan sumberdaya umat melalui dakwah, pendidikan dan pelatihan. 3. Menjadi pusat pengkajian bagi pengembangan pemikiran dan wawasan Islam. 4. Menjadi pusat pengembangan data dan informasi Islam. 5. Menjadi pusat pengembangan masyarakat dan layanan sosial. 51
6. Menjadi pusat pengembangan ekonomi Islam.
Selain merancangkan visi dan misi, Lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga mengidentifikasi peluang dan ancaman. Peluangnya 50
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
51
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
47
adalah ketika merancangkan program-programnya bahwa masyarakat wilayah Narathiwat mempunyai kesempatan untuk memahami ajaran-ajaran Islam dan ini menjadi tanggungjawab besar bagi lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. Acamannya adalah bahwa Lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat sudah mengira bahwa apa-apa yang mereka rencanakan dalam program-programnya tidak mendapatkan respon baik dari pemerintah Thailand sendiri karena memang mayoritas dari pemerintah Thailand beragama Budha. Tahapan kedua yaitu Implementasi atau Pelaksanaan strategi. Dalam tahapan ini majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat sebagai lembaga sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam syariat Islam, memiliki sebuah strategi untuk mewujudkan sebuah tujuan tersebut. implementasi atau pelaksanaan strategi tersebut digolongkan kepada dua aspek yang dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk mengembangkan dakwah Islam di Selatan Thailand. Selain itu, Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga meyakini bahwa kedua aspek ini menjadi unsur yang penting untuk mengembangkan dakwah Islam. Keduanya juga tidak bisa dipisah atau di hilangkan. Kedua aspek ini adalah: a) Aspek Pendidikan dan Pengajaran Islam 1. Dalam aspek pendidikan dan pengajaran agama, lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah Islam diterapkan masih dalam lingkup kecil tidak seperti lembaga keagamaan yang ada di Patani yang bernama lembaga Majelis Agama
48
peringkat yang lebih tinggi atau yang setara dengan tingkat perguruan tinggi. Di lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat masih dalam lingkup kecil yaitu pada tingkat SD atau yang disebut dengan TADIKA. TADIKA adalah ringkasan dari kata Taman Didikan Kanak-kanak, bagi masyarakat melayu Patani dikenal dengan sekolah Melayu, dinamakan sekolah Melayu karena semua anak didik yang belajar dalam sekolah TADIKA itu adalah anak-anak yang keturunan Melayu Paatani (Melayu Islam) bukan anak-anak yang keturunan Siam yang beragama Budha.
52
Setiap hari Sabtu dan Ahad semua anak TADIKA berpakaian muslim, laki-laki berbaju teluk belango (baju koko) dan peci, perempuan berbaju kurungdan berjilbab. Waktu belajar adalah hari sabtu dan ahad yaitu hari libur sekolah perakthom (SD) atau sekolah Siam ( nama yang dipanggil oleh masyarakat Selatan Thailand). Setiap pagi mulai pukul 07:30 setiap anak didik harus berbaris dan bernyanyi lagu barisan menurut setiap TADIKA masing-masing dan berikral yaitu “Allah Tuhan ku, Muhammad Nabi ku, Islam Agama ku, AlQuranpanduan ku, Muslimin saudarakami”, setelah selesai berbaris barulah mulai belajar yaitu dari pukul 08:00 hingga pukul 11:00 semua anak siswa pulang kerumah masing-masing untuk mandi dan makan siang. Pada pukul 12:30 semua anak didik harus ada di Masjid untuk sholat berjamaah, setelah solat akan lanjut belajar sehingga pukul 52
Naditholabah, Taman Didikan Kanak-Kanak, (Tanjongmas:Ibnu Press 2009), h.4
49
16:00, setelah selesai belajar semua anak didik harus sholat ashar berjamaah baru bisa pulang. TADIKA bertujuan untuk mendidik dan mengajar anak-anak agar anak-anak bisa membaca, menulis dan mengenal ilmu-ilmu agama 53
yang akan menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lembaga Majelis Agama Islam Wilalah Nathiwat mengatur semua yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang ada di TADIKA tersebut. Lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat menyediakan guru-guru yang diutus langsung dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat untuk mengajar di TADIKA tersebut. Guru-guru yang di utus dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat ini tidak hanya sekadar disuruh untuk mengajar kemudian dilepass tanpa dikontrol, tetapi guru-guru yang di utus dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat di bekali pelatuhan atau kursus bimbingan sebelum terjun menjadi guru di TADIKA tersebut dan setelah mengalami proses mengajar pun telah mereka tetap dibekali pelatihan setiap 6 bulan sekali. Selain mengadakan guruguru lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga 54
mengatur semua kurikulum pengaturan di TADIKA.
Sekolah TADIKA tersebar, diseluruh kampung-kampung yang ada di Wilayah Narathiwat. Setiap kampung mempunyai satu sekolah 53
Naditholabah, Taman Didikan Kanak-Kanak,, h.5
54
Wawancara Pribadi melalui telphon dengan Haji Muhammad Sudi Wamea. Jakarta, 15
Mei 2014..
50
TADIKA yang dipimpin oleh seorang mudir. Mudir dalam sekolah TADIKA ini adalah imam yang bertugas sebagai imam masjid dalam kampung tersebut. Imam masjid ini juga dibekali pelatihan setiap satu 55
tahun sekali.
Sekolah TADIKA yang tersebar di seluruh kampung yang ada di Wilayah Narathiwat ini adalah menjadi tanggung jawab dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat sebagai lembaga dakwah keagamaan untuk membentuk masyarakat Narathiwat dalam hal keagamaan, oleh karena itu sedari usia dini lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat membekali pelajaran-pelajaran agama dan syariat Islam mulai dari sekolah TADIKA. Tujuan-tujuan dari lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah Islam di TADIKA di Narathiwat tercantum dalam buku AD/ART lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat diantaranya sebagai berikut : 1. Mengajurkan supaya masjid/imam-imam mengadakan pusat didikan anak-anak (TADIKA). 2. Menstatistikan TADIKA dan guru-guru serta pelajar. 3. Mengadakan
pembekalan
atau
krusus
cara
mengajar
/bimbingan terhadap guru-guru TADIKA. 4. Membentukkan persatuan diperingkat Raudah (anak usia dini) supaya dapat menyelaraskan cara pentadbiran dan cara mengajar. 55
Wawancara Pribadi melalui telphon dengan Haji Muhammad Sudi Wamea,….
51
5. Menyatukan semua Raudah dan TADIKA kedalam satu kesatuan seluruh Wilayah. 6. Menyelaraskan/ menyesuaikan kurikulum dan mata pelajaran diperingkat Raudah dan TADIKA.
56
2. Selain pengajaran ditingkat sekolah TADIKA lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga melakukan program-program ceramah agama. Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat menilai sangat penting melaksanakan strategi dakwahnya dengan bentuk lisan/secara langsung. Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah/komunikasi langsung antara 57
subjek dan objek dakwah).
Dakwah yang dilaksanakan oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dan menyampaikan secara lisan adalah ceramah agama setiap hari jumat. Setiap hari jumat separuh dari ahli jawatan kuasa Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat akan terjun ke lapangan yaitu di masjid-masjid yang ada di seluruh Wilayah Narathiwat (semua 630 masjid) untuk mennyampaikan ceramah58
ceramah agama secara bergiliran.
Tujuan ceramah tersebut sebagaimana tercantum juga dalam AD/ART yaitu: 56
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
57 58
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta:Mitra Pustaka,t.t.), h.72 Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus
2014.
52
1. Menanam rasa cinta kasih kepada al-makruf dan benci terhadap al-munkar. 2. Menghidupkan pengajian disetiap masjid. 3. Menghidupkan pengajian/pengajaran Al-Quran dan para Qori Qoriah di kampung. 4. Mengadakan pengajian/krusus-krusus jangka pendek dan jangka panjang terhadap kaum ibu dan bapa.
59
Materi yang akan di sampaikan dalam ceramah tersebut tidak tercatat secara jadual, akan tetapi akan disampaikan oleh penceramah sesuai dengan perkembangan zaman yang biasanya tentang hukumhukum agama.
60
Faktor-faktor penyebab keberhasilannya yakni
dilihat dari segi materinya sangat menarik karena materi berubah mengikut keadaan zaman dan menceramah juga berganti-ganti sesuai judul yang akan di sampaikan itu sangat mempengaruhi pendengar untuk menghadiri di acara ceramah tersebut. 3. Suara Majelis live online. Kegiatan ini merupakan siaran Radio yang berbentuk ceramah agama oleh ahli jawatan kuasa Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat. dengan media radio ini tentunya akan menjangkau mad’u yang lebih luas dibandingkan dengan ceramahceramah dimesjid atau di majlis. oleh karena itu lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat terus menjalankan program ini 59
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
60
Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus
2014.
53
karena dilihat dari pendengarnya yang sangat antusias mendengarkan siaran radio tersebut terlihat dari banyaknya pendengar yang berpartisipasi dalan siaran tersebut. Siaran radio ceramah agama ini sangat disukai oleh masyarakat Narathiwat. bahkan hampir disetiap kampung peneliti melihat siaran radio ceramah agama ini diletakkan sengaja oleh pejabat kampung di sebuah speaker besar yang biasa digunakan untuk memberi informasi kepada masyarakat. Di speaker itulah siaran radio disambungkan supaya semua masyarakat menikmati ceramah tersebut. Tujuan kegiatan: •
Memberi pahaman tetang ajaran agama Islam.
•
Memberi peluang kepada masyarakat untuk betanya secara langsung (live) dengan peceramah berbagai masalah yang bersangkutan
dengan
masalah
agama
dam
memberi
kesempatan kepada masyarakat yang tidak bisa hadir dalam kegiatan ceramah agama setiap jumat (khusus pada pekerja tetap) untuk bertanya masalah tentang agama Islam.
61
Kelompak dan sasaran: •
Masyarakat umum dan khusus masyarakat sekitar Wilayah di Selatan Thailand
61
Wawancara Pribadi dengan Haji Ahmad Abduh Haji Mad, Narathiwat, 3 Agustus
2014.
54
Waktu dan nama stasuin radio: •
Setiap hari pukul 15.30-17.00
•
Oor Sor Mor Tor Narathiwat
Materi dan pemateri: •
Materi sesuai keahlian penceramah yang tercantum secara jadual.
•
62
Pemateri yang telah disusun secara jadual.
b) Aspek sosial budaya keagamaan Dalam aspek sosial budaya keagamaan lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah agama. Strategi yang digunakan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam aspek sosial dan keagamaan ini merupakan beberapa kegiatan-kegiatan agama diantaranya: 1.
Kegiatan kursus pra nikah, kegiatan ini merupakan pembinaan Pra Nikah sebagai strategi yang di terapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, untuk memberi ilmu pengetahuan atau materi kepada calon pasangan suami isteri, materi yang dibeerikan adalah yang berkaitan dengan persiapan pernikahan menurut syariat Islam misalnya tujuan pernikahan dalam Islam, upacara pernikahan, tanggungjawab suami terhadap isteri, tanggungjawab isteri terhadap
62
Wawancara Pribadi dengan Haji Ahmad Abduh Haji Mad, ….
55
suami, adab bersetubuh, Keluarga bahagia, mendidik anak menurut Islam dan ilmu kesehatan (pembahasan sekilas ilmu fiqih) dan lainlain. Pernikahan adalah asas bagi sebuah masyarakat dimana pasangan suami dan isteri dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab masingmasing dengan penuh kerelaan dan kesadaran dalam melaksanakan aturan Allah SWT dan perjalanan para nabi. Pernikahan merupakan suatu perjanjian yang diamanahkan oleh Allah SWT supaya dijaga oleh setiap pasangan suami istri untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan ini ditujukan bagi setiap orang untuk memahami secara sunggung-sungguh tentang hak dan tanggungjawab masing-masing.
63
Semua masyarakat yang beragama Islam di Narathiwat harus mengikuti kursus tersebut karena hasil dari kursus pra pernikahan yang diadakan oleh lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat ini kedua calon pasangan suami istri akan diberikan 64
sebuah sertifikat
sebagai syarat menuju pernikahan dan untuk
mendapatkan surat nikah. Pada saat akad nikah itu berlangsung penghulu atau imam akan menanyakan sertifikat tersebut, seandainya kedua calon suami istri tidak mempunyai sertifikat tersebut akad nikah tetap bisa belangsung tetapi kedua calon suami istri akan dikenakan 63
Wawancara pribadi dengan Drs. Ab. Rahman Bulajama, Narathiwat, 1 Agustus 2014.
64
Contoh sertifikat terdapat pada lampiran 6.
56
denda oleh si penghulu berupa uang senilai 1000 Bath (Rp300.000) per orang dan tidak mendapatkan surat nikah. 2.
Mengadakan kegiatan-kegiatan hari besar Islam. kegiatan ini diadakan oleh lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat di setiap peringatan hari besar Islam seperti peringatan 1 muharram 1436 H kemarin lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat mengadakan acara besar yang terdiri dari lomba-lomba dari grup TADIKA, nasyid, pawah keliling kampung yang banyak dihadiri oleh pejabat daerah dan pejabat kerajaan. Begitu pula setiap masjid yang akan mengadakan peringatan acara-acara yang berkaitan dengan peringatan hari besar Islam maka harus berkoordinasi dengan lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat. selain itu lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat mempunyai tugas misalnya pada sebelum tibanya bulan ramadhan setiap imam yang akan menjadi imam tarawih disetiap masjid kampung maka lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat mengadakan kegiatan semacam pelatihan untuk para imam tarawih dan juga pelatihan bagi imam masjid, khatib dan bilal yang diharuskan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga Majelis Agama Islam wilayah 65
Narathiwat. 3.
Menentukan tibanya awal Ramadhan, tibanya hari raya idul fitri dan idul adha adalah suatu tanggungjawab Majelis Agama Islam Wilayah
65
Contoh jadual acara terdapat pada lampiran 4.
57
Narathiwat untuk memberi informasi kepada masyarakat khusus di Selatan Thailand atau di Indonesia sering kita kenal dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang setiap penetentuan hari-hari penting Islam MUI bertanggungjawab untuk memberi keputusan kepada masyarakat tentang tanggal-yang yang memang harus sesuai dengan kesepakatan para ulama. Pihak Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat akan mengirim wakil tiga orang dari ahli jawatan kuasa untuk kebukit Yawarat (di Jaha) untuk melihat bulan, apabila sudah terlihat pada malam yang telah ditentukan, pihak yang bersangkutan akan melaporlan ke pihak pejabat dan pihak pejabat akan rapat untuk membuat keputusan hasil 66
sekaligus melaporkan kepada Cula Raj Montri
untuk membuat
keputusan hasil dari lihat bulan di seluruh wilayah yang ada di Thailand, karena di setiap wilayah yang ada masyarakat Islam, akan mengirim wakil untuk melihat bulan di wilayah masing-masing dan akan mengumpulkan hasil melihat bulan semua kepada Cula Raj Montri. 4.
Mengurus dalam hal keberangkatan haji dan umrah masyarakat Narathiwat. Tujuan kegiatan tersebut bisa disimpul sebagaimana tersebut:
66
Suatu Pusat di Bangkok atau di kenal sebagai jabatan kuasa Islam peringkat pusat/negara yang di ketuai oleh Syaikhul Islam.
58
•
Akan
memberi
kemudahan
bagi
mereka
yang
akan
menunaikan fardhu haji dan umrah. •
Bekerjasama dengan wakil-wakil syarikat supaya mengadakan bimbingan serta krusus terhadap calon-calon haji.
•
Mengajurkan
supaya
syarikat-syarikat
haji
membentuk
persatuan urusan haji diperingkat wilayah. •
Membentuk satu tabung haji atau sebagainya
•
Mengadakan buku panduan haji untuk calon-calon haji.
•
Mengadakan seminar dengan syarikat-syarikat haji
•
Memberi bimbingan serta pengajaran terhadap calon-calon haji 67
yang akan berangkat mengerjakan haji.
Jadi, segala yang berkaitan dengan haji dan umroh bagi masyarakat Narathiwat yang ingin menunaikan ibadah tersebut adalah menjadi tanggung jawab dari lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat untuk mengurus keberangkatan tersebut sehingga masyarakat Narathiwat yang ingin melaksanakan ibadah haji dan umroh dipermudahkan dalam hal keberangkatan.
67
Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus
2014.
59
5.
Sentunan anak yatim kegiatan sentunan anak yatim dan fakitr miskin. kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan sosial yang di adakan oleh lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat.
Kegiatan ini
sebenranya tidakhanya sekedar santunan anak yatim saja tetapi juga kepada fakir miskin, orang cacat, orang tua yang terlantar dan orangorang yang terkena musibah. bagi yang terkena musibah lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat menghubungi badan-badan sosial untuk mendapatkan dan menyalurkan bantuan kepada mereka yang terkena musibah. kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk peduli sosial dengan emberi pertolongan dengan sekadar kemampuan kepada mereka yang membutuhkan seperti yang tercantum dalam AD/ART lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat di pasal bagian badan perkhidmatan atau sosial diantaranya. 1. Mengadakan senarai atau santunan anak yatim , fakir miskin, orang cacat dan orang tua yang terlantar supaya memberi pertolongan dengan sekadar kemampuan. 2. memberi pertolongan terhadap mereka yang kemalangan seperti kebakaran dan sebagainya 3. mengadakan kunjungan ketempat-tempat yang terkena musibah 4. menghubungi badan-badan sosial lain supaya mendapat bantuan untuk menyalurkan kepada mereka yang berhak
60
5. berusaha meningkatkan taraf ahli jawatan kuasa dan pegawai majelis 6. mengadakan tempat tumpangan orang tua dan mualaf atau 68
anak yatim dan miskin. 6.
Dalam segi budaya lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat juga ingin mengembang dalam aspek- aspek budaya seperti dari segi bangunan, lukisan, pakaran, seni seperti yang tercantum dalam AD/ART sebagai berikut: 1.
Mempertahankan seni bangunan yang bercorok Islam.
2.
Mengawali bangunan supaya sesuai dengan kebudayaan Islam.
3.
Berusaha mengembangkan seni budaya baik lukisan maupun bangunan yg bercorok Islam.
4.
Menghidupkan seni budaya pergaulan secara Islam.
5.
Menghidupkan seni suara yang tidak bertentangan dengan Islam.
6.
Menghidupkan seni budaya pakaian melayu yang bercorok Islam (tutup aurat).
7.
Menghidupkan kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
68
Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat.
61
Tapi menurut peneliti dalam pengembangan aspek budaya ini sebagai masyarakat yang tinggal di Narathiwat bahwa peneliti belum melihat menerapan/realisasi dari apa yang tercantum dalam AD/ART tersebut. berdasarkan wawancara kepada ketua badan pernikahan di lembaga Majelis Agama Islam wilayah narathiwat bahwa memang dari program aspek budaya ini mereka belum terealisasikan sepenuhnya hanya saja misalnya dalam segi bangunan apa bila wilayah-wilayah kampung di Narthiwat yang ingin membangun masjid maka struktur bangunan dan seni bangunannya ditentukan oleh lembaga Majelis Agama Islam di narathiwat dan untuk pengembangan seni lukisan dan aspek budaya lainnya masih dalam proses diusahakan 69
agar program ini dapat terlaksanakan.
Tetapi untuk penerapan budaya masyarakat muslim sudah sangat terlihat misalnya dari budaya pakaian terutama wanita. Dahulu perempuan-perempuan muslimah di Narathiwat sangat minoritas tetapi sekarang sudah sangat terlihat perempuan muslim sudah menutup aurat sesuai dengan syariat Islam walaupun masih ada saja sebagian kecil yang belum menutup auratnya. Ini artinya sebuah bukti keberhasilan lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat dalam upaya menjadikan masyarakat Narathiwat memahami dan mengamalkan syariat Islam.
69
Wawancara pribadi dengan Drs. Ab. Rahman Bulajama, Narathiwat, 1 Agustus 2014
62
Tahapan ketiga yaitu Evaluasi strategi, Tahap ini adalah tahap akhir dari manajamen strategis. tahapan ini dalam lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat merupakan faktor pendukung dan penghambat adalah menjadi evaluasi bagi lembaga dakwah ini. B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keberhasilan dakwah Islam sangat ditentukan oleh keberhasilan para muballihg atau sesuatu lembaga yang berperan di bidang dakwah, dalam menggunakan bermacam-macam strategi sebagai petunjuk risalah Islam. Demikian juga sebaliknya setiap dakwah kepada jalan kebajikan pasti mendapat rintangan. Apabila mengikuti usaha Rasullulah melakukan dakwah yang diyakini kebenaran dan kebaikannya pasti ada reaksi, datang bantahan, halangan terhadap seruan itu. Demikian juga dengan lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, pasti ada faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan dakwah Islam, merupakan cara yang sistematis untuk mengidentifikasi keberhasilan yang dapat dicapai oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam pelaksanaan dakwahnya. a) Faktor pendukung Faktor pendukung lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat dalam merealisasikan segala program-programnya adalah semangat dari masyarakat Narathiwat yang sangat antusias mengikut segala kegiatankegiatan yang diadakan oleh lembaga Majelis Agama Islam wilayah
63
Narathiwat. Setiap ada kegiatan yang diadakan misalnya ceramah agama, masyarakat Narathiwat sangat bersemangat berpartisipasi dalam acara tersebut 70
terlihat dari banyaknya pertanyaa-pertanyaan yang dilontarkan oleh jamaah.
Selain itu juga yang membuat lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat bertahan dan menjadi faktor pendukung bagi mereka adalah dengan melihat perubahan dari masyarakat Narathiwat. misalnya perubahan dari remaja-remaja perempuan di Narathiwat yang dulu tidak menutup aurat atau menggunakan kerudung sekarang sudah terlihat menutup aurat. Oleh karena semagat dan antusias
itulah yang menjadi kekuatan
lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat untuk terus maju dan meningkatkan semangat untuk lebih bekerja keras demi mendidik masyarakat Narathiwat memahami agama Islam. b) Faktor Penghambat Dalam suatu lembaga tidak selalu mengalami perjalanan yang mulus, oleh karena itu selain faktor pendukung terdapat pula faktor-faktor yang menjadi penghambat terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, sehingga adakalanya terjadi kekurangan sumber daya yang dimilki oleh suatu lembaga yang menghambat keefektifan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah di programkan.
70
Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus
2014.
64
Hambatan dakwah terjadi karena adanya permasalahan-permasalahan yang ditemukan di lapangan. Masalah sering juga disebut problem, yang 71
berasal dari bahasa Inggris, yaitu hal yang harus dipecahkan dan dihadapi.
Suatu masalah muncul karena adanya suatu peristiwa atau kejadian. Begitu pula dalam pelaksanaan dakwah tidak terlepas dari permasalah yang dapat menghambat tujuan dakwah. Dalam hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatannya adalah dana, politik dan budaya untuk memperlancarkan kegiatan dakwah. Faktor pertama penghambat lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat dalam melaksanakan kegitannya adalah dana. lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat tidak mempunyai masukan dana sama sekali dari pihak kerajaan (pemerintah), oleh karena itu sulit sekali untuk mendapat dukungan dari kerajaan pusat terutama dalam hal dana karena kerajaan di Thailand ini mayoritas beragama Budha jadi mereka tidak pernah mengetahui bagaimana pentingnya program-program yang dirancang oleh lembaga 72
Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat tersebut.
Faktor kedua ialah ada ketidaksetujuan dari warga negara Thailand yang menganut aliran Budha. Warga negara Thailand nonmuslim tidak setuju kepada pemerintahnya untuk mengeluarkan undang-undang tentang agama Islam, dikarenakan timbul sifat fanatisme terhadap umat Islam di Narathiwat dan 71
S.F. Habey, Kamus Populer, (Jakarta: Centra, 1993), h.293
72
Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus
2014.
65
khawatir terhadap umat Islam di Selatan Thailand dalam pemisahan diri dari negara Thailand. Demikianlah ada pertentangan dari nonmuslim terhadap umat Islam di Selatan Thailand, hingga menjadi hambatan dalam melaksanakan syariah 73
Islam di Wilayah Narathiwat.
Dari pengkajian berita Thairat, melaporkan bahwa demografi Buddhisme di tiga wilayah Selatan Thailand tahun 2014 (Pattani, Yala dan Narathuwat), 74
dengan sekitar 7 persen dari jumlah penduduk 2.000.000.
Dengan jumlah
penduduk Buddhisme sangat sikit dan kurang memahami tentang agama Islam, menjadi hambatan pelaksaan syariah Islam di Selatan Thailand. Timbulnya posisi dipoles terhadap pemerintah Thailand tentang pelaksanaan syariah Islam di Selatan Thailand, karena mereka khawatir terhadap pemisahan bagian tiga wilayah Selatan Thailand dari pusat pemerintah. Faktor ketiga penghambat lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat dalam melaksanakan kegitannya adalah Politik dan budaya. politik dan budaya juga menjadi salah satu faktor penghambat bagi Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, oleh karena keadaan rakyat Selatan Thailand berada di bawah jajahan Siam (Thailand), maka program apa saja yang dilihat paling cocok dan baik bagi rakyat Narathiwat, belum tentu diterima oleh pemerintah Thailand.
73
Wawancara Pribadi dengan Drs. Ab. Rahman Bulajama, Narathiwat, 1 Agustus 2014
74
Thairat New, Only 7 percent, hari sabtu 18 October 2014.
66
Jadi program yang akan diterapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat harus ada pertimbangan lebih mendalam.
75
Meskipun lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat kurang atau bahkan tidak mendapat dukungan dari kerajaan dalam segi materi tetapi lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat tetap bekerja keras karena mereka sadar akan pentingnya sebuah lembaga agama di Narathiwat sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk mendidik masyarakanya menjadi masyarakat Islam yang seutuhnya. Meskipun yang bekerja di lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat ini tidak mendapatkan gaji langsung dari pemerintah yang seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk mendanai para pegawai di lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat. Dakwah yang diterapkan oleh Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dengan tujuan menegakkan syari’at Islam di Narathiwat, tidak dapat dikatakan bahwa
keberhasilannya
terbebas
dari
hambatan-hambatan
yang
dapat
memperlambat jalannya dakwah Islam. Walaupun dana, politik dan budaya yang menjadi faktor paling penting dalam pelaksanaan kegiatan dakwah, akan tetapi dengan semangat dan kegigihan pengurus harian, hambatan tersebut dapat diatasi, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dapat terealisasikan 76
walaupun tidak secara optimal.
75
Wawancara Pribadi dengan Haji Ahmad Abduh Haji Mad, Narathiwat, 3 Agustus
2014.
76
Wawancara Pribadi dengan Haji Ahmad Abduh Haji Mad,….
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Strategi Dakwah Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat di Patani Selatan Thailand khususnya di Narathiwat yaitu terbagi kepada dua aspek yaitu: a) Aspek pendidikan dan pengajaran Islam. Aspek ini bergerak didalam pendidikan yaitu pengajaran agama dari mulai pendidikan dini atau TADIKA (Taman Didikan Kanak-kanak), mengadakan programprogram ceramah agama di masjid-masjid wilayah Narathiwat dan juga cerama melalui radio. b) Aspek sosial budaya keagamaan, aspek sosial ini bergerak dibidangbidang sosial seperti kegiatan kursus pra pernikahan, megadakan acara pada saat hari-hari besar Islam, menentukan tanggal-tanggal Islam seperti penentuan awal ramadhan dan akhir ramadhan, penentuan hari raya besar umat Islam, kemudian lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat juga mengurs dalam hal keberangkatan haji dan umrah masyarakat Narathiwat, mengadakan kegiatan santunan-santunan anak yatim dan fakir miskin. Sedangkan dalam segi budayanya lembaga Majelis Agama Islam wilayah Narathiwat ingin mengembangkan lukiasan dan seni bangunan yang bercorak Islam.
68
2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat dalam melaksanakan program-programnya yaitu: a) Pertama faktor pendukungnya adalah lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat melihat semangat dan antusias masyarakat Nartahiwat terhadap program-program yang yang diadakan oleh lembaga Majelis Agama
Islam
Narathiwat
artinya
bahwa
masyarakat
sangat
berkeinginan untuk menjadi masyarakat yang benar-benar memahami dan medalami syariat Islam. semangat dan antusias masyrakat ini yang membuat lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat untuk selalu bertahan dan mengembangkan program-program untuk menjadi lebih baik lagi. b) Faktor penghambat yang dihadapi lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat dalam pelaksanaan segala programnya pertama, tidak adanya bantuan dana yang diterima dari pihak kerajaan, dana yang dihasilkan oleh lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat untuk baiay operasional hanya diperoleh dari biaya admisnistrasi masyarakat Narathiwat. Kedua yaitu adanya kecemburuan masyarakat Budha terhadap pembuatan undang-undang yang dibuat oleh pemerintah tentang agama Islam karena mereka takut adanya sifat fanaitisme terhadap umat Islam di Thailand Selatan dan khawatir terhadap umat Islam di Thailand Selatan dalam pemisahan diri dari negara Thailand. Ketiga yaitu kebijakan politik dan budaya yang seolah-olah umat Islam di Thailand itu terpinggirkan oleh pemerintah kerajaan artinya bahwa setiap umat Islam yang ingin menyuarakan pendapat kecil kemungkina
69
untuk dapat persetujuan dari pemerintah yang memang mayoritas menganut agama Budha. 3. Saran Untuk lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat agar terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kreativitasnya dalam upaya menanamkan ajaran-ajaran agama khususnya di wilayah Nartiwat denagn menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang terus berubah sesuai denga pekembangan zaman dan terus meningkatkan kebersamaan dan kekompakan dalam bekerja meskipun tidak mendapatkan gaji yang besar dalam pekerjaan ini tapi berdasarkan keihklasan yakinlah bahwa allah SWT pasti akan membalasnya, karena lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat ini adalah ujung tombak masyarakat di Narathiwat dalam pengembangan syariat Islam di Narrathiwat. semoga untuk kedepannya lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat dapan mengembangakn ide dan strategi yang baru sesuai denga perkembangan masyarakat di Narathiwat. Lembaga Majelis Agama Islam Narathiwat diharapkan untuk lebih menyebarkan dalam pengajaran syariat Islam tidak hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya karena masyarakat Narathiwat sudah berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang banyak sekali menggunakan dunia maya atau sosial media. Khusus untuk pemerintah kerajaan di Thailand untuk lebih bertoleransi dan memahami perbedaan agama agar tidak memihak kepada masyarakat
70
Budah saja tetapi berilah perhatian kepada masyarakat Islam yang ada di Selatan Thailand.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Djaliel, Maulana dan Rafi’udin. Prinsip dan strategi dakwah, Bandung:Pustaka setia 1997 AS, Enjang dan Aliyudin. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis dan Praktis, cet, juni 2009 Bachtiar, Dr. Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu dakwah, Jakarta : Logos, 1997 Badan Urusan Khidmat Masyarakat. Latar Belakang Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat, Press:Pusaka Menara,2000 Che’Daud, Ismail. Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu, Kota baru:Majelis Ugama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1988 David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhallindo,2002 Departemen
Pendidikan
Nasional.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
Jakarta:Gramedia, 2008 Dokumentasi AD/ART Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat Fathy, Ahmad Al-Fathoni. Ulama Besar Dari Fathoni, Malaysia: UKM, 2001 Fathy, Ahmad Al-Fathoni. Pengantar Sejarah Patani, Malaysia: UKM, 2001 Hamka. Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1990 Hielmy, KH. Irfan. Dakwah Bil-Hikmah, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002
lbaghdadi, Dr. Abdulrahman A. Dakwah Islam dan Masa Depan Umat, Bangil Jatim: Al-Izah, 1997 M, Nazir. Metodelogi Penelitian, Jakerta : Ghalia Indonesia, 1985 Malek Mohm, Zamberi. Umat Islam Patani sejarah dan Politik, Malaysia: Hisbi Shah Alam,1993 Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta:Mitra Pustaka,t.t. Naditholabah. Taman didikan kanak-kanak, Tanjongmas:Ibnu Press, 2009 Nurdi, Herry. Perjuangan Muslim Patani Antara Sejarah Penindan dan Cita-cita Perdamaian di Patani Darussalam, Jakarta: Sabili Publishing,2010 Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifuddin Zuhri, Semarang: RaSAIL 2005 Pissuan, Surin. Islam di Mungthai, Jakarta LP 3 ES, 1989 S.F, Habey. Kamus Populer, Jakarta: Centra, 1993 Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Islam Abad 21, Bandung:Mizan,1996 Sasono, Adi, et.Al. Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah), Gama Insane Press, 1988 Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-ikhlas, 1983 Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, Jakarta:C.V Gaya Media Pratama1987 Uchayana, Onong. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung:PT. Remaja Rosda Karta, 1992
Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, Jakarta: Firma Jakarta, Cet ke-1 Ya’kub, Hamzah. Publisistik Islam, Teknik Dakwah dan Leadership, Bandung : C.V Diponegoro, 1986 KORAN: “Only 7 percent” Thairat New, 18 October 2014. SKRIPSI: Nisoh Mr.Anan, “Peranan Majelis Agama Islam Wilayah Patani Dalam Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Islam di Patani Selatan Thailand” Tesis
S2
Program Magister Studi Islam, (Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2013) Rohanee Cheha, “Pemikiran Pendidikan Islam Haji Sulong : Studi Atas Tokoh Pendidikan Islam di Patani Thailand Selatan” Skripsi S1 Fakultas Agama Islam, (Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2014) INTERNET: http:/www.maip.in.th WAWANCARA: Wawancara Pribadi melalui telphon dengan Haji Muhammad Sudi Wamea. Jakarta, 15 Mei 2014. Wawancara Pribadi dengan Haji Tuan Abdullah Tuan Kecik, Narathiwat, 1 Agustus 2014.
Wawancara pribadi dengan Drs. Ab. Rahman Bulajama, Narathiwat, 1 Agustus 2014. Wawancara Pribadi dengan Haji Ahmad Abduh Haji Mad, Narathiwat, 3 Agustus 2014.
Lampiran 1 BANGUNAN MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT
Lampiran 2 DASAR-DASAR YANG TERPAJANG DI TEMBOK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA MELAYU ARAB DAN BAHASA THAILAND
Lampiran 3 CONTOH SURAT INFORMASI TENTANG HARI BESAR ISLAM ( IDUL FITRI) DARI PUSAT OLEH SYAIKHUL ISLAM
Lampiran 4 CONTOH JADUAL KHUSUS IMAM TARAWIH SAMBUTAN BULAN RAMADHAN
Lampiran 5 CONTOH SURAT NIKAH YANG DI SAHKAN OLEH MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT
Lampiran 6 CONTOH SERTIFIKAT KURSUS PRA NIKAH
Lampiran 7 SENARAI NAMA YANG BERKEDUDUKAN SEBAGAI YANG DIPERTUA DARI AWAL BANGUNNYA SAMPAI SEKARANG
Lampiran 8 SENARAI NAMA AHLI JAWATAN KUASA MAJELIS AGAMA ISLAM WILAYAH NARATHIWAT
Lampiran 9 BANGUNAN BEROM RAJ KUMARI (GEDUNG SERBA GUNA) UNTUK SEMUA AKTIVITAS CONTOH KURSUS PRA NIKAH
Lampiran 10 SEBAGIAN PHOTO KEGIATAN PENULIS MELAKUKAN WAWANCARA