SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi)
Oleh NADIA PRIONA ERI SHANTI A14201018
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN NADIA PRIONA ERI SHANTI. SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI. Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi di Stasiun Trans TV (Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS). Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui penilaian dan segmentasi khalayak terhadap program komedi di televisi. Penelitian ini dilakukan di rukun tetangga (RT) 07dan RT 12 Tegal Parang Utara, Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Jumlah responden adalah 83 orang yang terdiri dari 28 responden laki-laki dan 55 orang responden perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey dan wawancara mendalam.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui segemntasi yang
dilakukan oleh Trans TV terhadap program komedi Extravaganza dan Komedi Betawi, mengidentifikasi karakteristik khalayak program acara komedi di Trans TV, mengetahui pola menonton televisi dan perilaku khalayak terhadap program acara komedi di Trans TV, dan untuk mengetahui segmentasi yang terbentuk pada khalayak dibandingkan dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh Trans TV. Karakteristik khalayak, pola menonton, dan perilaku khalayak terhadap program komedi Extravaganza dan Komedi Betawi membentuk segmentasinya tersendiri. Segmentasi ini dibandingkan dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh Stasiun Trans TV. Segmentasi yang terbentuk pada khalayak sesuai untuk variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia khalayak, akan tetapi tidak sesuai dengan sasaran khalayak berdasarkan variabel total pengeluaran per bulan.
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama
:
Nadia Priona Eri Shanti
NRP
:
A14201018
Program Studi
:
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
:
Segmen dan Penilaian Khalayak Terhadap Program Komedi di Televisi
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP .131 476600 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr. Ir. Didy Sopandie, M Agr. NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADIMIK TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA
SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN
YANG
PERNAH
DITULIS
ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 08-September 2008
Nadia Priona Eri Shanti A14201018
RIWAYAT HIDUP
Penulis Lahir di Bogor, 14 Oktober 1983 sebagai anak tertua dari tiga bersaudara pasangan Wawan Priawan dan Nonih Mariyah. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMU Kornita pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Depertemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, seperti menjadi anggota MISETA (Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) IPB.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Segmen dan Penilaian Khalayak Terhadap Program Komedi di Televisi” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi seluruh mahasiswa program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dukungan, semangat dari banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua bantuan, bimbingan dan arahan serta waktu yang diluangkan, kesabaran, perhatiannya selama proses penyususnan skripsi ini 2. Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi dan Martua Sihaloho, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan . 3. Orang tua, Zainal Arifin dan Nonih Maryah Arifin, serta Wawan Priawan yang selalu memberikan perhatian, dukungan, limpahan kasih sayang, pengertian, motivasi, doa, semangat, dan juga semua hal baik secara materil maupun moral yang sangat berarti bagi penulis. 4. Adik-adikku tersayang, Arya dan Ariefan atas semua kasih sayang, perhatian, dukungan, dan doanya, serta kedua kakakku Natalia dan Nurbaiti. 5. Dr. Ir. Sumardjo, MS selaku pembimbing akademik, atas segala kebaikan dan perhatiannya kepada penulis. 6. Rekan perjuanganku Syahrini Dyah Nuryanti, Cut Aya Sofia, M. Iqbal yang telah memberikan dukungan serta bantuannya kepada penulis. 7. Semua KPM IPB Angkatan 38, untuk persahabatan, dukungan dan perhatiannya. 8. Mas Iksan dan Mas Emil dari Trans TV, yang telah memberikan informasi mengenai Extravaganza dan Komedi Betawi. 9. Semua orang di Divisi Public Relations Trans TV, Bu Anita, Pak Ikhwan, Mba Amnada, Mba Ai, Mba Pricilla, Mba Nisa, dan Mas Coconico, atas bantuan dan bimbingannya selama menjadi Public Relations Officer di Trans TV.
10. Petugas Perpustakaan Pusat IPB, Universitas Indonesia, yang telah menyediakan waktunya membantu penulis dalam mencari literatur. 11. Budi Santoso atas perhatian, dukungan, doa, dan semangatnya yang diberikan kepada penulis. 12. Melody Maker dan Whisper.inc, Mehdy, Ally, Zakky, Ibrahim, Dhika, Paolo, Ryo. Juga kepada Bunda dan Ayah Maker, Mbah Ibu dan Mba Nurul. 13. The Makers Family untuk semua semangat dan dukungan serta persahabatan yang indah. 14. Semua teman di Japan Community atas dukungan dan semangat yang telah diberikan. 15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis sangat berharap apabila skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis,
Nadia Priona Eri Shanti
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL………………………………………………………………x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang……………………………………………………………... 1
1.2
Masalah…………………………………………………………….. ………2
1.3
Tujuan……………………………………………………………………….3
1.4
Kegunaan Penelitian………………………………………………………...3
1.5
Batasan Penelitian………………………………………….……………….4.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Pustaka 2.1.1
Komunikasi Massa…………………………………………………..5
2.1.2
Televisi dan Perkembangannya……………………………………..15
2.1.3
Khalayak Televisi…………………………………………………...25
2.1.4
Selektifitas Pemilihan Acara Televisi……………………………....29
2.1.5
Segmentasi Khalayak……………………………………………….30
2.2
Kerangka Pemikiran………………………………………………………..32
2.3
Hipotesa
2.4
2.3.1
Hipotesa Umum…………………………………………………….33
2.3.2
Hipotesa Kerja……………………………………………………...34
Definisi Operasional………………………………………………………..35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian……………………………………………………….37
3.2
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................37
3.3
Metode Pemilihan Responden……………………………………………...38
3.4
Metode Pengumpulan Data…………………………………………………40
3.5
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data.................................................40
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN STASIUN TRANS TV 4.1
Profil Lokasi Penelitian..................................................................................41
4.2
Profil Stasiun Televisi Trans TV....................................................................42
4.3
Profil Acara 4.3.1
Profil Extravaganza............................................................................46
4.3.2
Profil Komedi Betawi........................................................................48
BAB V SEGMENTASI YANG DITETAPKAN OLEH STASIUN TRANS TV 5.1 Program Acara Extravaganza...........................................................................50 5.2 Program Acara Komedi Betawi.......................................................................51 BAB VI PROFIL DAN POLA MENONTON TELEVISI KHALAYAK 6.1 Profil Khalayak................................................................................................52 6.2 Pola Menonton Televisi Khalayak 6.2.1
Durasi Menonton Televisi................................................................55
6.2.2
Pilihan Acara....................................................................................57
6.2.3
Frekuensi Menonton Extravaganza dan Komedi Betawi.................63
BAB VII PERILAKU KHALAYAK MENONTON PROGRAM KOMEDI 7.1 Penilaian Terhadap Mutu Cerita 7.1.1
Penilaian Terhadap Cerita Extravaganza.........................................67
7.1.2
Penilaian Terhadap Cerita Komedi Betawi.....................................70
7.2 Penilaian Terhadap Pemeran 7.2.1
Penilaian Terhadap Pemeran Extravaganza....................................75
7.2.2
Penilaian Terhadap Pemeran Komedi Betawi................................78
7.3 Penilaian Terhadap Unsur Musik 7.3.1
Penilaian terhadap Unsur Musik Extravaganza..............................80
7.3.2
Penilaian Terhadap Unsur Musik Komedi Betawi.........................82
7.4 Penilaian Terhadap Unsur Komedi 7.4.1
Penilaian Terhadap Unsur Komedi Extravaganza..........................83
7.4.2
Penilaian Terhadap Unsur Komedi Komedi Betawi.......................86
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan..................................................................................................88
7.2
Saran……………………………………………………………………....90
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..91 LAMPIRAN........................................................................................................93
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 1.
Teks
Halaman
Jumlah Responden Menurut Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 2.
53
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Durasi Menonton Televisi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 3.
56
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pilihan Acara Televisi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 4.
59
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pilihan Acara Komedi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan, Tahun 2006
Tabel 5.
62
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Menonton Extravaganza dan Komedi Betawi Setiap Minggu dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 6.
66
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Cerita Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
69
Tabel 7.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Cerita Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 8.
71
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Nama Pemain Extravaganza dan Komedi Betawi, dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 9.
75
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Pemeran Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 10.
77
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Pemeran Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 11.
79
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Musik Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
81
Tabel 12.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Musik Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 13.
83
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Komedi Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Tabel 14.
85
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Komedi Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
87
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
Gambar 1.
Proses Komunikasi Massa
6
Gambar 2.
Pola Pancaran Gelombang Elektonika
17
Gambar 3.
Kerangka Pemikiran Dilihat dari Karakteristik Khalayak, Pola Menonton Televisi dan Perilaku Menonton Program Komedi
33
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling banyak diminati oleh masyarakat.
Selain memuat informasi yang lebih lengkap, televisi juga
merupakan media yang paling menghibur dan mendidik (Caldwell, 2000b). Salah satu stasiun televisi yang kini menjadi sorotan adalah Trans TV, hal ini dikarenakan stasiun televisi ini banyak memproduksi tayangan acaranya sendiri (In House Production), yaitu sekitar 40 persen dari keseluruhan acaranya. Stasiun televisi
ini memiliki berbagai macam tayangan acara, salah satunya adalah
tayangan komedi.
Tayangan komedi merupakan acara yang paling banyak
diminati oleh khalayak. Hal tersebut diketahui dari hasil polling di setiap ulang tahun Trans TV yang menyatakan tayangan pilihan khalayak yang berada pada urutan pertama adalah tayangan komedi. Acara komedi termasuk dalam program hiburan, dimana khalayak yang menikmatinya merasa senang. Acara ini menjadi semakin beragam dan telah menjadi tayangan yang dapat dijadikan sebagai penarik minat khalayak untuk menonton dan untuk menaikkan rating acara di stasiun televisi yang berkaitan, serta untuk menaikkan jumlah pemasangan iklan. Segmentasi khalayak dilakukan agar stasiun televisi dapat melayani khalayak secara lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, dan yang terpenting adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan khalayak yang dituju. Salah satu segmentasi yang dilakukan adalah segmentasi khalayak terhadap
1
program komedi. Program komedi ini memiliki segmentasi khalayak yang telah ditetapkan pada awal pembuatan dan produksinya. Segmentasi ini dilakukan untuk mencapai kelompok khalayak tertentu yang sesuai dengan tema acara dan tujuan pembuatannya. Program komedi ini selain dapat menghibur khalayaknya, juga dapat memberikan efek pemanfaatan media massa (Rakhmat, 2001), yaitu efek kehadiran media massa, dimana program komedi menjadi tayangan yang menjadi tayangan yang diminati oleh khalayak, efek kognitif berupa perubahan apa yang diketahui oleh khalayak, seperti pengetahuan khalayak tentang program komedi beserta hal-hal yang menyangkut program acara tersebut.
Efek afektif dari
program komedi ini berkenaan dengan perubahan pada hal yang disenangi, dibenci atau dirasakan. Efek behavioral yang berkaitan dengan program komedi dapat dilihat dari perilaku, tindakan, kegiatan, atau kebiasaan yang diikuti dan dicontoh oleh khalayak. Efek pemanfaatan media tersebut merupakan hasil dari penilaian khalayak terhadap program acara komedi.
1.2 Masalah Setiap program acara memiliki segmentasi khalayaknya masing-masing, salah satunya adalah program komedi. Penelitian tentang segmen dan penilaian khalayak ini sangat diperlukan karena program komedi ini merupakan salah satu program acara yang paling banyak diminati oleh khalayak. Stasiun televisi telah menerapkan segmentasi khalayaknya, berdasarkan variabel- variabel yang telah ditentukan untuk mencapai kelompok khalayak tertentu. Oleh karena itu dapat dirumuskan masalah, yaitu :
2
1.
Bagaimanakah ciri pribadi khalayak program acara komedi?
2.
Bagaimanakah pola menonton khalayak program acara komedi stasiun penyiaran televisi?
3.
Bagaimanakah perilaku khalayak terhadap program acara komedi di televisi?
4.
Apakah khalayak program acara komedi sama dengan segmen yang telah ditetapkan oleh stasiun penyiaran televisi?
1.3 Tujuan Tingginya minat khalayak dalam menonton program acara komedi dan segmentasi yang telah ditetapkan oleh stasiun televisi, maka penulis menetapkan tujuan dari penulisan ini, yaitu: 1.
Untuk mengidentifikasi ciri pribadi khalayak program acara komedi.
2.
Untuk mengetahui pola menonton terhadap program acara komedi stasiun penyiaran televisi.
3.
Untuk mengetahui perilaku khalayak terhadap program acara komedi di televisi.
4.
Untuk membandingkan khalayak acara dengan segmen yang telah ditetapkan oleh stasiun penyiaran televisi.
3
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian mengenai khalayak program acara komedi ini diharapkan dapat berguna bagi pembacanya untuk berbagai hal, yaitu : 1.
Kegunaan bagi penulis adalah untuk mengetahui segmen khalayak yang terbentuk di masyarakat, khususnya program komedi.
2.
Kegunaan bagi pihak stasiun televisi adalah untuk mengetahui ketepatan segmentasi khalayak yang telah ditetapkan terhadap program acara komedinya dan untuk mengidentifikasi adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi pola menonton khalayak.
3.
Kegunaan bagi masyarakat adalah untuk mengetahui pola menonton program acara komedi dan untuk mengetahui tayangan yang sesuai dengan segmen khalayaknya.
1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini meneliti mengenai penilaian khalayak terhadap program komedi di televisi. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton khalayak dalam program acara komedi di televisi difokuskan pada program komedi di stasiun Trans TV. Pemilihan stasiun televisi ini dikarenakan stasiun ini memiliki variasi program acara televisi yang diproduksinya sendiri, yaitu berupa program acara komedi yang memiliki segmentasi khalayaknya tersendiri.
Trans TV juga merupakan salah satu televisi swasta yang paling
banyak ditonton oleh khalayak. Penelitian ini menekankan pada penilaian khalayak terhadap program acara komedi di televisi.
4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Manusia melakukan komunikasi dalam aktifitas sehari-hari. Selain itu juga komunikasi merupakan cara yang efektif untuk saling berinteraksi maupun mempererat hubungan antar manusia. Komunikasi juga dapat digunakan untuk memperluas sebaran informasi. Adapun komunikasi yang melibatkan banyak orang disebut komunikasi massa. Gerbner (1967) dalam Rakhmat (2004) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Komunikasi ini juga dapat
diartikan sebagai komunikasi melalui media massa, yaitu surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Yang memiliki empat tanda pokok menurut ElizabethNoelle Neuman (1973) yang dikutip oleh Rakhmat (2004), yaitu bersifat tidak langsung, satu arah, bersifat terbuka, dan mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Komunikasi juga merupakan salah satu cabang ilmu yang dilahirkan dari teori-teori komunikasi yang dapat memperkokoh keberadaan komunikasi sebagai ilmu yang dapat dimasukkan dalam klasifikasi kelompok ilmu-ilmu sosial. Dalam ilmu komunikasi ini terdapat pembahasan mengenai khalayak komunikasi yang tidak dapat lepas dari proses komunikasi massa.
Komunikasi massa dapat
5
diartikan sebagai proses penyampaian ide atau pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media massa. Message
Sender
Channel
Receiver
Feed Back Gambar 1. Proses Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (sender) yang menyampaikan message kepada komunikan (receiver) melalui media (channel) dan kemudian komunikan memberikan feed back atas message yang diterimanya kepada komunikator. 1.
Komunikator atau juga dapat disebut sebagai sender, encoder, atau information
source
merupakan
orang
yang
menyampaikan
pesan.
Aristoteles memberikan tiga etos untuk menjadi seorang komunikator yang baik, yaitu good will, good sense, dan good moral character. Good will dapat diartikan sebagai kemauan yang baik untuk memberikan pesan positif bagi tercapainya tujuan komunikasi.
Sedangkan good sense adalah
mewajibkan komunikator untuk memiliki intelektualitas yang tinggi, dan good moral character adalah sebagai komunikator diharuskan memiliki karakter moral yang baik. 2.
Message atau pesan merupakan gagasan atau ide yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk tujuan tertentu. Ada faktor-faktor
6
yang harus diperhatikan dalam mempelajari pesan komunikasi, yaitu isi pesan, struktur pesan, format pesan, sifat pesan, dan bahasa pesan. 3.
Media
massa
yang
merupakan
sarana
bagi
komunikator
untuk
menyampaikan pesan kepada massa khalayak dapat dibedakan kedalam media elektronik, yaitu audio dan audio-visual, dan media cetak. Salah satu contoh media massa elektronik adalah televisi. Televisi merupakan media yang paling cepat mengalami perkembangan teknologi yang memiliki karakteristik mahal, terikat pada tenaga listrik sehingga jangkauannya terbatas, dan memerlukan konsentrasi mata dan telinga. Akan tetapi televisi memiliki keunggulan dalam efektifitas sampai pada tingkat behavioral. 4.
Komunikan.
Pesan komunikasi massa ditujukan kepada khalayak
(komunikan) yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Khalayak dapat diartikan sebagai sejumlah manusia yang menerima suatu pesan dalam waktu yang sama kendati berada pada tempat yang berjauhan dan tidak saling mengenal serta tidak dapat mengadakan interaksi secara langsung dengan komunikator. Herbert Blumer mengatakan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai identitas khalayak, yaitu : a) Berasal dari berbagai strata sosial (berbeda umur, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya hidup). b) Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal.
7
c) Karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk interaksi dan tukar pengalaman sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kontak fisik. d) Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu. 5.
Efek. Pada prinsipnya terdapat dua efek dari proses komunikasi massa, yaitu massa dan efek dari pesan komunikasi itu sendiri. Efek kehadiran media massa antara lain nampak pada perubahan sikap, berubahnya pola hidup sehari-hari, dan mungkin juga dapat merubah sistem sosial. Sedangkan efek pesan komunikasi terjadi dengan adanya perubahan tingkat pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif), perubahan perilaku (konatif), dan perubahan sosial (social change). Selain itu dalam Rakhmat (2004) dinyatakan bahwa komunikasi massa
memiliki karakteristik psikologis yang tampak pada pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indra, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. a.
Pengendalian Arus Informasi Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pesan yang disampaikan dan yang diterima.
b.
Umpan balik Umpan balik merupakan keluaran (output) sistem yang “dibalikkan
kembali” (feed back) kepada sistem sebagai masukan (input) tambahan dan berfungsi mengatur keluaran berikutnya. Dalam komunikasi, umpan balik dapat diartikan sebagai respons, peneguhan, dan servomekanisme internal (Fisher, 1978). Sebagai respons, umpan balik ini merupakan pesan yang dikirim kembali
8
dari penerima kepada sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya. Umpan balik yang positif adalah respons yang mendorong seseorang
atau
perilaku komunikatif berikutnya, dan umpan balik yang negatif adalah respons yang menghambat perilaku komunikatif. c.
Stimulasi Alat Indra Menurut Mc Luhan (1964) sejarah perkembangan penggunaan media massa,
dapat dibagi atas : (a) babak tribal dimana alat indera manusia bebas menangkap berbagai stimuli tanpa dibatasi teknologi komunikasi. (b) babak Gutenberg, dimana ketika mesin cetak menyebabkan orang berkomunikasi secara tertulis dan membaca dari kiri ke kanan. (c) babak Noetribal, dimana alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. d.
Proporsi unsur isi dengan hubungan Pada komunikasi massa unsur isi merupakan hal yang sangat penting. Selain
itu pesan media massa juga dapat disimpan, diklarifikasi, dan didokumentasikan. Selanjutnya Rakhmat (2001) mengatakan bahwa terdapat empat buah efek dari pemanfaatan media massa, yang terdiri dari : a)
Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik.
b)
Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsikan.
c)
Efek afektif, yaitu yang berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci.
9
d)
Efek behavioral, yaitu berkaitan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Media massa merupakan salah satu agen sosial yang memiliki peranan
dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu menyajikan informasi, berita atau hiburan. Selain itu media massa juga memiliki kemampuan untuk mengajak dan mengukuhkan norma-norma tertentu dalam masyarakat (Wijaya, 2004). Penelitian mengenai efek komunikasi massa diawali pada tanggal 30 Oktober 1983 yang meneliti tentang efek komunikasi massa radio yang menyiarkan serangan makhluk Mars ke bumi, Dari penelitian ini Melvin DeFleur (1975) mencetuskan sebuah teori, yaitu Instintive S-R Theory yang menyatakan bahwa media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap anggota massa memberikan respon yang sama pada stimuli yang datang dari media massa. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam bidang komunikasi massa, seperti penelitian Paul Lazarfeld, Leon Festinger, dan penelitian-penelitian yang lainnya, Mc-Quail merangkumkan hasil penelitian seperti yang tertera dibawah ini : 1)
Terdapat kesepakatan bahwa bila efek terjadi, maka efek itu sering kali berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapatan yang telah ada.
2)
Efek yang timbul akan berbeda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi.
3)
Makin sempurna monopoli komunikasi massa, maka makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.
10
4)
Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa, komunikasi massa efektif dalam menimbulkan pergeseran yang berkenaan dengan persoalan yang tidak dikenal, tidak begitu dirasakan, atau tidak begitu penting.
5)
Pemilihan atau penafsiran oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.
6)
Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi. Penelitian-penelitian berikutnya bergeser dari komunikator ke komunikate,
dari sumber ke penerima. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan “Uses and Gratification” (penguasaan dan pemuasan).
Pendekatan ini pertama kali
dinyatakan oleh Eluhi Katz (1959) sebagai reaksi terhadap Bernard Berelson yang menyatakan bahwa penelitian komunikasi mengenai efek media massa sudah mati.
Yang mulai hidup adalah penelitian tentang usaha untuk menjawab
pertanyaan “what do people do with media”. Karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan, maka efek media sekarang didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai. Menurut pencetusnya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, termasuk juga yang tidak kita inginkan.
11
Dalam model uses and gratification terdapat asumsi-asumsi yang mendasari teori ini, yaitu : 1)
Khalayak dianggap aktif, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2)
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada angggota khalayak.
3)
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4)
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5)
Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya. Pendekatan uses and gratification ini memiliki keuntungan dan kerugian,
antara lain yaitu keuntungannya dapat memberikan deskripsi dinamis tentang khalayak, anggota khalayak tidak sepenuhnya pasif, dan menjelaskan penggunaan media.
Sedangkan kerugiaannya adalah stimuli tidak diperhitungkan, hanya
model proses penerimaan saja, terlalu melebih-lebihkan rasionalitas dan keaktifan anggota khalayak, dan menggunakan faktor-faktor mental (seperti motif mencari keterangan).
12
Jika dilihat dari teori motivasional dari William J. McGuire (1974) terdapat 16 motif yang dikelompokkan dalam motif kognitif dan motif afektif. 1.
Motif Kognitif dan Gratifikasi Media Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan
kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu. Pada motif kognitif terdapat orientasi pemeliharaan dan pertumbuhan. Pada motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan McGuire menyebutkan empat teori, yaitu teori konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan, teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita, dan teori objektifitas yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal. Disamping itu juga terdapat empat teori kognitif lainnya, yaitu otonomi, stimulasi, teori teleologis dan utilitarian, yang menekankan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan kondisi kignitif yang dimilikinya. Teori otonomi melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.
Teori stimulasi memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar
stimuli”, yang senatiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Sedangkan teori teleologis memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi
13
internal dari kondisi yang dikehendakinya. Teori utilitarian memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup. 2.
Motif Afektif dan Gratifikasi Media Berikut ini terdapat delapan teori yang berkenaan dengan motif afektif yang
ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu. Teori yang pertama adalah teori reduksi tegangan yang memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan, orang berusaha menghilangkan atau mengurangi ketegangan dengan mengungkapkannya. Teori yang kedua adalah teori ekspresif yang memandang bahwa orang memperoleh kepuasaan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya dengan menampakkan perasaan dan keyakinannya. Teori yang berikutnya adalah teori egodefensif yang beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini menjelaskan mengapa terjadi perhatian selektif atau pemberian makna terhadap pesan komunikasi yang mengalami distorsi. Teori yang keempat adalah teori peneguhan yang menekankan bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu, banyak orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagianya. Teori yang berikutnya adalah teori penonjolan yang memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
14
mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Kemudian teori identifikasi yang melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan konsep dirinya, kepuasan ini diperoleh bila orang mendapatkan identitas peranan tambahan yang meningkatkan konsep dirinya.
Teori yang
terakhir adalah teori peniruan yang memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Selain motif-motif diatas, terdapat juga efek komunikasi massa, yaitu efek kognitif, efek efektif, dan efek behavioral. Efek kognitif terjadi bila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul karena adanya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.
Sedangkan efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Disamping itu juga terdapat efek proposional kognitif yang menekankan pada bagaimana media massa dapat memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Pada tahun 1960, Joseph Kalpper menyatakan terdapat beberapa pengaruh media massa yang disimpulkan pada lima prinsip umum berikut ini : 1)
Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predeposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok (faktor personal).
15
2)
Karena
faktor-faktor
ini,
komunikasi
massa
biasanya
berfungsi
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah. 3)
Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4)
Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru bila tidak ada predeposisi yang harus diperteguh.
2.1.2 Televisi dan Perkembangannya Media komunikasi massa berupa televisi merupakan salah satu media yang kini banyak mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Kini masyarakat,
terutama masyarakat Indonesia dapat menikmati suguhan acara-acara dari televisitelevisi swasta yang ada di Indonesia, baik berupa tayangan drama, hiburan, berita, maupun tayangan musik dan juga olahraga. Pada dasarnya televisi dapat diartikan sebagai ”melihat dari jauh”. Televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang jauh. (Setyobudi, 2004). Jadi dapat dikatakan media televisi adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari jarak jauh.
Selain itu Kuswandi (1996)
16
mengatakan bahwa komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi ini bersifat periodik dan penyelenggara komunikasi ini bukanlah perorangan melainkan sebuah organisasi yang kompleks dengan pembiayaan
yang
sangat
besar.
Komunikasi
massa
media
televisi
memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan melalui media ini mempunyai tujuan mendapatkan khalayak sasaran serta mengharapkan umpan balik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Menurut Setyobudi (2004) pada permulaannya media ini banyak melibatkan penemu-penemu dan ilmuwan-ilmuwan dari penjuru dunia, seperti Michael Faraday (ilmuwan Inggris, 1791-1867) dan James Clerk Maxwell (ilmuwan Inggris, 1831-1879) yang sama-sama mendalami ilmu tentang gelombang elektromagnetik sebagai media untuk mengirim gambar, suara maupun kombinasi gambar-suara (televisi) untuk dipancarkan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan media udara. Selain itu juga terdapat ilmuwan dari Jerman yang bernama Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) yang melakukan percobaan transmisi gelombang elektromagnetik. Kemudian percobaan-percobaan ini disempurnakan lagi oleh ilmuwan dari Italia, Guglielmo Marconi (1874-1937), yang membuat gelombang elektromagnetik sebagai media suara dan radio yang dikirim dapat diterima dengan baik pada tahun 1901.
17
Gelombang elektromagnetik
Pengirim (Transmitter)
Penerima (Receiver)
Gambar 2. Pola Pancaran Gelombang Elektonika
Percobaan-percobaan mengenai televisi ini tidak berhenti sampai disini saja. Masih banyak terdapat percobaan-percobaan, seperti yang dilakukan oleh John L. Baird pada tahun 1926 yang mengadakan eksperimen pemancar televisi, dan kemudian dilanjutkan lagi dengan percobaan oleh Laboratorium Perusahaan Telepone Bell pada tahun 1927.
Pada awal tahun 1928, E. F. Anderson
melakukan percobaan dan demonstrasi pemancar televisi ukuran tiga inchi persegi. Perkembangan televisi semakin terlihat pada tahun 1951 dan 1954 dimana saluran (channel) Ultra High Frequency (UHF) mulai dibuka dan ditemukannya televisi berwarna. Negara di Eropa yang menjadi pelopor bagi perkembangan televisi adalah Jerman, yaitu pada tahun 1928, kemudian Perancis pada tahun 1935, Inggris pada tahun 1936. Sedangkan di Amerika Serikat, televisi mulai berkembang pada tahun 1939. Untuk perkembangan televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962, yaitu pada saat TVRI menyiarkan siaran langsung Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-17.
18
Sejak tahun 1962, masyarakat dapat menikmati suguhan informasi, berita maupun hiburan melalui siaran TVRI sampai pada awal tahun 1990-an. Kemudian pada tahun 1990-an, banyak bermunculan televisi swasta yang mulai eksis didunia pertelevisian, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV), Televisi Pendidikan/Keluarga Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTEVE), dan Indosiar Visual Mandiri (INDOSIAR). Kehadiran lima stasiun televisi swasta di atas dirasa belum cukup, maka Departemen Perhubungan dan Departemen Penerangan dengan Surat Keputusan (SK Menteri Penerangan No: 186/SK/Menpen/1999 memberikan izin kepada lima perusahaan Televisi swasta baru, yaitu PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), TV 7 (PT Kompas Gramedia Group), PT Global Informasi Bermutu (Global TV), Lativi (PT
Pasar Raya Mediakarya), dan Metro TV (Koran Media
Indonesia). SK Menpen RI No.286, diberikan izin bagi sembilan perusahaan baru sebagai cadangan apabila izin frekuensi sudah tersedia, yaitu PT MBM Telesindo Prima Lestari (MBM-TV), PT Dian Gema Mitra Guna ( Mitra-TV), PT Jawa Media Televisi Mandiri (JM-TV), Paramita Sadana Adiwara Televisi (AdiwaraTV), Cakrawala Tiara Kencana (Cakrawala-TV), PT Tifar Televisi 5 (TTV 5), PT Nuansa Lintas Nusantara (NLN-TV), PT Visi Muda Nusantara (VM TV), dan Televisi Muhammadiyah (TVM). Namun Surat Keputusan itu mulai diperbaharui melalui khadiran peraturan yang lebih tinggi, yaitu Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang undangundang penyiaran dimana undang-undang tersebut lebih punya kelonggaran mengenai pendirian stasiun-stasiun televisi broadcasting baru.
19
Pasal 31 UU No. 32/2002 tentang penyiaran, bagian kesembilan dalam ayatayat yang berbunyi : Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran relevisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. 1.
Lembaga penyiaran publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah Republik Indonesia.
2.
Lembaga penyiaran swasta dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan dengan jangkauan terbatas.
3.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sistem stasiun jaringan disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
4.
Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan pada lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.
5.
Mayoritas pemilik modal awal dan pengelolaan stasiun penyiaran lokal diutamakan kepada masyarakat di daerah tempat stasiun lokal itu berada. Undang-undang penyiaran tersebut dapat memacu pertumbuhan televisi-
televisi lokal atau yang berskala propinsi, kabupaten maupun kotamadya untuk terus mengembangkan dan meningkatkan mutu siarannya. Selain itu televisitelevisi lokal ini bermanfaat untuk dijadikan media dalam memperkenalkan potensi-potensi yang ada di daerah, pengenalan sumber daya manusia atau pengembangan lapangan kerja baru, pemerataan informasi edukatif , pengenalan teknologi serta dijadikan filter masuknya budaya negatif dari luar daerah tersebut agar budaya lokal akan tetap lestari.
20
Kuswandi (1996) juga mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen penting yang harus ada sebagai sarana utama dalam komunikasi massa media televisi ialah, “news rader” (pembaca berita), “news caster” (penyaji berita), “anchor man/woman” (kru televisi yang bertugas merangkai berita peristiwa), “down the lines” (kru yang merangkap sebagai pembaca berita dan anchorman), serta “camera” (kamera televisi). Dalam menyampaikan pesannya, media televisi memiliki sifat-sifat, yaitu publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas, dan kontinuitas. Perkembangan yang pesat dari isi media televisi kepada khalayaknya melahirkan jurnalistik televisi. Sumber berita, baik peristiwa maupun wawancara pendapat, diliput dengan menggunakan kamera elektronik yang dilengkapi mikrofon, sehingga menghasilkan audio-visual (suara atau gambar). Televisi sebagai media yang menghibur juga dapat menjadi saluran komunikasi yang efektif.
Keberadaan televisi sebagai salah satu media
komunikasi massa menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di belahan dunia. Akan tetapi dengan kehadiran televisi ini juga perlu diwaspadai tentang monopoli negara maju terhadap arus informasi. Kemampuan media televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sangatlah besar, sehingga dapat merubah pola-pola kehidupan sosial manusia. Media ini telah menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Media ini memiliki kelemahan dan kelebihan, seperti kekuatan media
21
televisi dalam menguasai jarak dan ruang dan menjangkau jumlah khalayak yang sangat besar, nilai aktualitas terhadap berita yang sangat cepat, dan daya rangsang media yang cukup tinggi. Selain itu juga televisi memiliki daya tarik dalam informasi yang disajikan lebih singkat, jelas, dan sistematis sehingga pemirsa dapat dengan mudah menangkap isi pesan yang disampaikan.
Televisi juga
memiliki kekurangan, yaitu bersifat “transitory”, isi pesan yang disampaikan tidak dapat dimemori oleh pemirsa, media ini terikat dengan waktu menonton, televisi juga tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan secara langsung. Munculnya media televisi sebagai salah satu alat komunikasi manusia jarak jauh menandakan bahwa teknologi komunikasi massa yang telah diciptakan oleh para ahli, memberikan satu fenomena sosial dalam kehidupan manusia dalam tinjuan interaksi dan harmoni sosial. Komunikasi massa ini sangat terorganisasi, terdapat pembagian kerja yang rumit, personifikasi yang terampil, intitusi yang profesional dalam melaksanakan operasional dalam melaksanakan operasional media televisi komunikasi massa dengan sistem teknologi satelit. Media televisi juga berperan sebagai saluran komunikasi manusia yang mencirikan bahwa proses interaksi manusia merupakan hal terpenting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan terhadap informasi yang sedang berkembang.
Semakin beriringannya kepentingan manusia dengan hadirnya
media televisi, maka dapat terjadi suatu kebutuhan manusia yang terpola dan terencana secara rutinitas, berdasarkan informasi media televisi yang hadir ke rumah pemirsa dengan berbagai sajian informasi dan hiburan. Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia secara keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial atau katalog berbagai macam
22
produk barang. Selain itu juga pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi.
Kehadiran televisi juga
memiliki dampak yang kini dipersoalkan tentang sejauh mana masyarakat menjadikan televisi sebagai alat untuk memperluas cakrawala pandang pola pikirnya serta sekaligus memunculkan kondisi peradaban manusia. Media televisi berperan sebagai sarana tayangan realitas sosial yang dapat dijadikan cara untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Media televisi sanggup menjauhkan manusia dari kenyataan hidup sehari-hari, akan tetapi media ini juga dapat disebut sebagai ‘jendela dunia besar’, karena realitas sosial yang berhasil ditayangkannya. Media televisi bagian penyiaran atau broadcasting merupakan bagian dari beberapa divisi departemen dan merupakan bagian yang paling penting dari suatu stasiun televisi. Bagian ini merupakan panduan antara teknik operasional televisi dan program acara televisi.
Oleh karena itu banyak stasiun televisi yang
menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang biasa disebut dengan Departement On Air Broadcasting dibawah satu manager dengan membawahi dua bagian utama, yaitu Master Control dan VTR On Air, yang lebih memfokuskan pada support teknik, serta bagian Program Traffis Log dan Presentasi yang lebih mengkonsentrasikan pada kontroling waktu tayang program. Departemen penyiaran ini lebih memfokuskan pada alur proses penyiaran yang dapat berlangsung sampai ke penonton dan mengenai sistem transmisi televisi. Pembahasan mengenai program acara televisi memiliki hubungan yang erat dengan masalah rating antar stasiun televisi, audience share, segmentasi pemirsa, dampak psikologis penonton, dan lain-lain.
23
1.
Sistem Master Control TV Broadcast Bagian Master Control Room ini merupakan inti dari suatu stasiun televisi
broadcasting karena pada bagian ini terletak pengaturan semua tayangan program dan komersial dari sebuah stasiun televisi, atau dapat juga disebut sebagai bagian incoming serta outgoing source controlling. Pada bagian ini juga terdapat sub bagian, yaitu : -
Bagian VTR Material Room, bagian ini bertugas menyangga keperluan materi-materi program, baik berupa film, sinetron atau drama, dan program non-drama yang bersifat taping dan sudah siap tayang berupa tape atau kaset. Selain itu juga bagian ini menyuplai keperluan materi-materi iklan (komersial).
-
Bagian studio, bagian ini memiliki andil sebagai penyedia program-program regular baik yang bersifat “Live Event” atau “Recording Program”. Sistem studio ini merupakan integrasi dari berbagai unit sistem, seperti bagian audio (system mixer), video (system camera), pencahayaan (system lighting), dan seni atau art design.
-
Bagian siaran langsung (Live Event Support), bagian ini berperan dalam merencanakan dan mengatur jalannya acara langsung atau live event dengan mengatur alokasi waktu, masalah teknis peralatan, serta kegagalan tayangan acara langsung jika terdapat masalah teknis ataupun masalah operasional.
-
Bagian presentasi, bagian ini merupakan pengendali utama sebuah siaran yang sedang berlangsung. Bagian ini juga mengatur irama waktu suatu program acara on air (baik berupa live maupun taping) dan alokasi waktu iklan atau komersial yang akan ditayangkan. Selain itu juga menaikkan atau
24
menurunkan identitas siaran televisi (logo atau caption), menaikkan atau menurunkan informasi berjalan (crawl atau running text), dan quality control terhadap isi dari program acara maupun iklan. -
Bagian master control atau mc-console, bagian ini berperan sebagai pemantau alur sinyal audio dan video. penyangga
utama
penyelenggaraan
Disamping itu juga menjadi
utama
penyelenggaraan
siaran,
membagi-bagikan sinyal input ke bagian lain (studio, presentasi, transfer room). Melakukan quality control audio dan video, menjadi koordinator utama saat siaran langsung, dan memonitoring siaran. -
Bagian rekam atau transfer room, bagian ini berperan untuk memberikan input materi siaran yang sudah siap tayang, merekam materi-materi live atau keperluan siaran tunda, merekam acara off-air (hasil on air yang sudah ke masyarakat), guna keperluan saksi ke pemasang iklan (broadcast on air witness), merekam materi-materi dari luar negeri, dimana bagian ini akan mentransfer ke sistem Indonesia.
-
Bagian transmisi, bagian ini bertugas menyiarkan sinyal-sinyal audio dan video ke masyarakat.
2.
Sistem Penyiaran Digital TV Broadcast Dibawah ini terdapat keuntungan menggunakan sistem penyiaran digital,
yaitu : 1.
sangat sederhana dalam penginstalan
2.
sangat kompatibel atau dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada, karena berbasis data atau digital komputerisasi.
25
3.
mempersempit kesalahan operasional, karena lebih sederhana dalam pengoperasiannya.
4.
menghemat dari sisi maintenance karena telah terdapat komputerisasi.
5.
penginstalasiannya cukup menggunakan conventer sederhana.
6.
sistem software yang terintegrasi dalam satu bahasa (satu operating system).
7.
karena sifat pengoperasian sistem yang sederhana sehingga tidak memerlukan keterlibatan personel dalam jumlah yang banyak.
2.1.3 Khalayak Televisi Khalayak merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam komunikasi massa, karena jika tidak ada khalayak maka komunikasi massa juga tidak akan ada. Khalayak dapat diartikan sebagai orang-orang yang berada dalam komunikasi massa. Menurut Caldwell (2000, b) khalayak media memiliki tingkatan tersendiri, antara lainnya yaitu The elite stage, The mass stage, The specialized stage, and the interactive stage. The elite audience stage adalah khalayak yang berada pada skala yang relatif kecil dan merefleksikan segmentasi dalam suatu komunitas. The mass audience stage adalah khalayak yang berada pada keseluruhan populasi dengan berbagai macam segmentasi yang terdapat di masyarakat. Sedangkan specialized audience stage merupakan khalayak yang telah tersegmentasi, dan merupakan suatu kelompok atau grup dari khalayak yang memiliki minat yang special atau minat yang sama. The interactive audience stage adalah individu khalayak yang memiliki kontrol yang selektif dari apa yang khalayak dengar maupun apa yang dilihat. Pada efeknya anggota khalayak juga terlibat pada
26
proses-proses sebagai editor, walaupun hanya sebagai penyalur informasiinformasi yang ada. Caldwell (2000,b) juga menyatakan bahwa secara garis besar terdapat dua tipe khalayak, yaitu general public audience dan specialized audience. General audience merupakan khalayak yang sangat luas, heterogen, dan anonim secara lengkap, contohnya adalah pemirsa televisi dan radio.
Specialized audience
dibentuk dari berbagai macam kepentingan bersama antar anggotanya sehingga lebih homogen (paling tidak dalam satu aspek tertentu). Pada prinsipnya terdapat tiga sub kelompok dasar dari khalayak, yaitu the illirate, the pragmatist, dan the intellectual. The illirate merupakan kelompok anggota khalayak yang sebenarnya dapat membaca dan menulis tetapi mereka lebih tertarik pada media audio-visual dengan orientasi pada pesan-pesan superficial dan full action program. The pragmatist merupakan anggota khalayak yang sedang melibatkan diri dalam mekanisme masyarakatnya, mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, berpendidikan menengah ke atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern. The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak (tidak lebih dari sepuluh persen), mengelompokkan anggota khalayak yang kreatif, bertipe pemikir, berorientasi pada idealisme, tidak berambisi untuk mendapatkan materi, dan menjadi personal reference bagi khalayak yang lainnya. Menurut Hiebert (1979), khalayak mengacu pada individu-individu yang secara nyata menggunakan isi media. Khalayak juga merupakan suatu realita karena anggota dari khalayak secara nyata mengkonsumsi apa yang media hasilkan. Menurut De Fleur dan Rokeach dalam Hiebert (1979), terdapat tiga
27
perspektif tentang bagaimana khalayak berinteraksi dengan media massa dan pesan yang dibawanya, yaitu The Individual-Differences Perspective, The SocialCategories Perspective, dan The Social-Relationships Perspective.
The
Individual-Differences Perspective menggambarkan khalayak dari sisi tingkah laku, dimana proses belajar merupakan stimulus-respon dasar. Pada persfektif ini mengatakan bahwa setiap orang memiliki respon yang sama terhadap suatu pesan. Dalam The Social-Categories Perspective terdapat kumpulan sosial pada komunitas di Amerika Serikat yang didasari oleh karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kepentingan, dan lain-lain. Anggota khalayak memiliki norma sosial yang sama, nilai yang sama, dan perilaku yang sama juga. Dengan menggunakan persfektif ini, khalayak dihubungkan secara budaya dan berbagi a common frame reference atau kerangka umum referensi. Pada The Social-Relationships Perspective, hubungan informal secara signifikan mempengaruhi khalayak. Dampak dari komunikasi yang diberikan diubah oleh seseorang yang memiliki hubungan sosial yang besar dengan khalayak. Dalam persfektif ini yang memiliki dampak yang signifikan bukanlah stimulus dari media, melainkan interaksi informal dengan khalayak lainnya dan pemuka pendapat yang menciptakan respon umum. Khalayak merupakan suatu kesatuan yang berjumlah besar, dan tiap-tiap khalayak akan bereaksi secara individual. Reaksi individual ini bisa saja sama satu dengan yang lainnya. Interaksi khalayak dengan khalayak lainnya, ataupun dengan bukan anggota khalayak, dan pemuka pendapat memiliki dampak kepada bagaimana khalayak merespon dan dapat memimpin reaksi khalayak umum.
28
Hiebert (1979) mengatakan bahwa terdapat karakteristik khalayak komunikasi massa, yaitu khalayak cenderung tersusun dari individual-individual yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial interpersonal, khalayak cenderung berjumlah besar, khalayak cenderung bersifat heterogen, khalayak cenderung anonimus, dan khalayak cenderung terpisah secara fisik dari komunikator. Khalayak merupakan bagian yang sangat penting dan memegang peranan yang sangat besar dalam komunikasi massa. Khalayak dapat diartikan sebagai masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya.
Sedangkan penelitian khalayak adalah upaya untuk
mencari data mengenai khalayak. Data mengenai khalayak mencangkup variabel-variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, kedudukan atau jabatan, dan pemilikan media. Selain itu juga terdapat istilah media exposure, yaitu menekankan pada usaha untuk mencari data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan. Disamping itui juga terdapat istilah audience rating yang digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap media, jenis informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak.
Audience rating ini sangat baik dilakukan untuk mencari
informasi yang paling dibutuhkan untuk mencari informasi yang paling dibutuhkan khalayak, media yang sering digunakan khalayak, format acara yang paling disenangi, dan komunikator yang paling baik dalam menyampaikan pesanpesan komunikasi massa.
29
Terdapat penelitian mengenai efek media massa terhadap khalayak dalam media massa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kehadiran suatu media atau proses penyampaian pesan mempengaruhi khalayak dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku. Penelitian efek ini juga untuk mengetahui sejauh mana perubahan sosial terjadi karena kehadiran media ataupun karena pesan media massa. Dua peranan yang dilakukan penelitian khalayak dalam komunikasi, yaitu peranan ilmiah dan peranan praktis. Peranan ilmiah yang dilakukan penelitian khalayak adalah memberi ciri ilmiah pada ilmu komunikasi massa, karena salah satu ciri keilmiahan suatu pengetahuan adalah penelitian dan mengembangkan sistem penelitian, menginformasikan eksistensi suatu teori apakah telah ditumbangkan oleh teori lain atau diperkuat keberadaannya, dan melahirkan teoriteori baru yang dapat memperkuat eksistensi komunikasi massa dalam jajaran ilmu-ilmu sosial. Peranan praktis adalah memberikan informasi kepada broadcaster (stasiun penyiaran) mengenai profil khalayak, kebutuhan khalayak akan media (informasi, hiburan, program-program pendidikan, budaya, dan sebagainya), dan respon khalayak setelah menerima pesan komunikasi massa. Selain itu juga memberikan rekomendasi kepada broadcaster untuk meningkatkan kualitas siarannya berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh setelah melakukan penelitian lapangan. Terdapat dimensi-dimensi yang tidak bisa lepas dalam menganalisis khalayak, yaitu komponen yang berhubungan dengan angka, seperti sirkulasi,
30
rating, tingginya box office, jumlah angka yang terjual, biaya yang harus dikeluarkan dalam mencapai dan meraih ribuan khalayak. Televisi telah menjadi media massa yang berkembang dan memasuki kehidupan masyarakat. Suatu rating televisi mengatakan bahwa tiap-tiap satu rumah tangga menghabiskan enam jam 15 menit tiap harinya dengan setiap orangnya menghabiskan rata-rata tiga jam perharinya. Pada umumnya khalayak mulai mengkonsumsi televisi pada jam tujuh pagi dan diakhiri jam delapan atau sebelas malam.
Komposisi dari khalayak televisi berubah setiap harinya.
Khalayak yang berada pada usia pra sekolah dan khalayak dengan jenis kelamin perempuan biasanya menghabiskan waktu dari hari senin sampai jumat. Sedangkan pada hari sabtu pagi, kebanyakan khalayak berada pada usia dibawah 13 tahun dan primetime didominasi oleh khalayak berumur 18 sampai dengan 49 tahun.
Tidak semua orang memiliki kebiasaan yang sama dalam menonton
televisi. Selain itu juga terdapat faktor-faktor demografi yang mempengaruhi kebiasaan khalayak dalam menikmati televisi, yaitu usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan pendidikan.
2.1.4 Selektifitas Pemilihan Acara Televisi Tersedianya berbagai variasi tayangan acara televisi memudahkan khalayak untuk dapat memilih tayangan acara televisi yang ingin ditontonnya.
Khalayak
televisi juga dapat menentukan pilihan tayangan acara televisi yang diminatinya dengan secara selektif. Selektifitas pemilihan tayangan acara televisi yang dilakukan oleh khalayak dapat membentuk suatu selektifitas pemilihan tayangan acara televisi yang sama
31
antar khalayak televisi. Selektifitas pemilihan tayangan acara televisi ini dapat dilihat dari adanya pemilihan tayangan cara televisi seperti tayangan acara musik dangdut dan acara infotainment (Damayanti, 2004).
2.1.5 Segmentasi Khalayak Setiap organisasi pada dasarnya merupakan suatu badan yang melayani pelanggannya dalam suatu pasar. Pelanggannya merupakan suatu komunitas yang sangat berpencar dan beraneka ragam dalam tuntutan pembeliannya. Produsenprodusen ini memiliki pola berpikir dalam tiga tahap, yaitu 1)
Pemasaran masal (mass marketing), dimana pada tahap ini perusahaan memproduksi, mendistribusikan, dan mempromosikan secara besar-besaran satu jenis produk kepada seluruh pembeli.
2)
Pemasaran aneka produk (product differentiated marketing), dimana perusahaan memproduksi dua atau lebih produk yang masing-masing berlainan dalam model ukuran, kualitas dan sebagainya.
3)
Pemasaran sasaran (target marketing), dimana pasar mulai dipisahkan secara jelas kedalam banyak segmen pasar, kemudian perusahaan menetapkan pemasaran untuk masing-masing segmen. Pemisahan pasar dapat dilakukan dengan mengelompokkan pembeli dengan
perbedaan dalam hal tuntutan atas produk dan/atau tanggapannya pada usahausaha pemasaran. Selain itu juga dapat dilakukan pengelompokkan berdasarkan pendapatan, perbedaan umur, dan lain-lain. Semakin banyak karakteristik yang digunakan dalam segmentasi pasar, maka akan diperoleh pengelompokkan yang
32
lebih tepat, namun membutuhkan biaya yang tinggi juga, karena jumlah segmen yang lebih banyak akan makin sedikit populasi dari tiap-tiap segmen. Selain pengelompokkan pasar menurut segmen demografis, terdapat juga segmen preferensi yang dikelompokkan menurut keinginan pembeli atas dua produk. Berdasarkan segmen pasar ini maka muncul tiga pola yaitu : 1)
Preferensi homogen yang menunjukkan suatu pasar yang memiliki referensi yang sama pada tiap konsumennya.
2)
Preferensi tersebar yang menunjukkan pilihan konsumen yang terpencar ke seluruh penjuru.
3)
Preferensi mengelompok yang didalamnya terdapat kemungkinan pasar memiliki pengelompokkan selera atau pilihan yang tegas. Segmen pasar dapat diartikan sebagai membagi-bagi pasar dalam beberapa
jenis.
Variabel-variabel yang dapat digunakan yang menyangkut geografi,
demografi, psychografi dan perilaku pada segmentasi pasar barang konsumsi, yaitu segmentasi geografis yang membagi-bagi pasar ke dalam unit-unit geografis, segmentasi demografis yang memisahkan pasar ke dalam kelompok yang didasarkan pada demografis seperti umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, siklus keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Disamping itu juga terdapat segmentasi psychografis yang membagi-bagi konsumen kedalam kelompok yang berlainan menurut kelas, gaya hidup dan atau berbagai kepribadian. Lalu terdapat segmentasi perilaku yang membagi kosumen menjadi kelompok menurut tingkat pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan terhadap suatu produk tertentu.
33
Perusahaan membutuhkan cara-cara dalam menetapkan sasaran pasar dalam memasarkan dan menyebarluaskan produknya, Kottler (1990).
Langkah yang
pertama dilakukan oleh perusahaan adalah menghitung dan menilai potensi keuntungan dari berbagai segmen yang ada. Pada langkah ini terdapat tahaptahap, yaitu tahap segmentasi pasar dengan menggunakan bauran pelangganprospek dan bauran produk-jasa, mencatat hasil penjualan tahun lalu dan memperkirakan untuk tahun yang akan datang, serta promosi dalam mendorong penjualan produk tersebut. Langkah kedua yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu strategi merangkum pasar, atau seberapa luas pasar yang akan dimasukinya. Halhal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan salah satu strategi perangkuman pasar, yaitu sumber daya perusahaan, homogenitas produk, tahapan produk dalam daur hidup, homogenitas pasar, dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pesaing.
2.2 Kerangka Pemikiran Variabel yang dapat diukur untuk mengetahui ciri pribadi khalayak program acara komedi di televisi adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan usia. Ciri pribadi tersebut diambil berdasarkan ketentuan pihak Trans TV yang menentukan segmentasi khalayaknya berdasarkan empat ciri pribadi diatas. Jenis kelamin ini dilihat khalayak televisi manakah yang lebih sering menonton program acara komedi, apakah khalayak perempuan atau khalayak laki-laki. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, maka yang ingin dicari adalah khalayak manakah yang lebih sering menonton program acara komedi,
34
apakah khalayak yang berpendidikan setara sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas atau setara perguruan tinggi. Sedangkan ciri pribadi jumlah pengeluaran menjelaskan jumlah pengeluaran per bulan rata-rata khalayak program acara komedi yang akan dibandingkan dengan segmentasi khalayak yang telah ditetapkan oleh stasiun televisi berdasarkan kelompok khalayak yang dibedakan dari total pengeluaran per bulannya. Ciri pribadi usia dapat menjelaskan rata-rata usia khalayak program acara komedi. Ciri pribadi khalayak program acara komedi dapat menentukan pola menonton khalayak, yaitu durasi menonton dan pilihan acaranya. Sehingga dapat dirumuskan bahwa ciri pribadi khalayak (jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan usia) mempengaruhi pola menonton televisi, ciri pribadi khalayak juga mempengaruhi perilaku menonton program komedi di televisi. Ciri Pribadi 1. Jenis Kelamin 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengeluaran 4. Usia
Pola Menonton 1. Pilihan Acara 2. Durasi 3. Frekuensi
Penilaian Terhadap Program Komedi 1. Cerita 2. Pemeran 3. Musik 4. Komedi
Segmentasi yang Ditetapkan Stasiun Televisi Keterangan :
= menentukan = sama dengan
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Dilihat dari Karakteristik Khalayak, Pola Menonton Televisi dan Perilaku Menonton Program Komedi
35
2.3 Hipotesa 2.3.1 Hipotesa Umum Ciri pribadi khalayak menentukan durasi dan pilihan acara televisi khalayak, dan juga menentukan frekuensi menonton program komedi dan penilaian khalayak terhadap program komedi, sehingga terbentuk segmen pada khalayak tersendiri. Segmen khalayak yang terbentuk dibandingkan dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh stasiun Trans TV.
2.3.2 Hipotesa Kerja Secara operasional, hipotesa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Jenis kelamin khalayak menentukan pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara).
2.
Tingkat pendidikan khalayak menentukan pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara).
3.
Jumlah pengeluaran khalayak menentukan pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara).
4.
Usia khalayak menentukan pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara).
5.
Ciri pribadi khalayak (jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan usia) berhubungan positif dengan pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara).
6.
Jenis kelamin khalayak menentukan perilaku menonton program komedi (frekuensi menonton dan penilaian khalayak terhadap program komedi).
36
7.
Tingkat pendidikan khalayak menentukan perilaku menonton program komedi (frekuensi menonton dan penilaian khalayak terhadap program komedi).
8.
Jumlah pengeluaran khalayak menentukan perilaku menonton program komedi (frekuensi menonton dan penilaian khalayak terhadap program komedi).
9.
Usia khalayak menentukan perilaku menonton program komedi (frekuensi menonton dan penilaian khalayak terhadap program komedi).
10. Pola menonton televisi (durasi menonton dan pilihan acara) dan pola menonton program komedi (frekuensi menonton dan penilaian khalayak) berdasarkan karakteristik khalayak membentuk segmentasi khalayak tersendiri. 11. Segmen khalayak yang terbentuk sama dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh stasiun Trans TV.
2.4 Definisi Operasional 1.
Ciri pribadi khalayak adalah faktor-faktor intern khalayak yang dapat diukur, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan usia.
2.
Jenis kelamin adalah pembedaan responden yang akan dikategorikan atas: a. Laki-laki b. Perempuan
3.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir khalayak yang terbagi menjadi setara sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat
37
pertama (SLTP), sekolah lanjutan
tingkat atas (SLTA), dan perguruan
tinggi (PT). 4.
Jumlah pengeluaran adalah banyaknya uang yang dihabiskan oleh khalayak dalam satu bulan.
5.
Usia khalayak adalah satuan umur khalayak sampai tahun 2006 yang dibagi menjadi usia kurang dari 17 tahun, 17 tahun sampai dengan 24 tahun, 25 tahun sampai dengan 49 tahun, 50 tahun sampai dengan 64 tahun, dan usia diatas 64 tahun.
6.
Pola menonton televisi adalah variabel yang diukur melalui durasi menonton televisi, frekuensi menonton, dan pilihan acara khalayak.
7.
Durasi menonton adalah jumlah waktu (dalam hitungan jam) yang digunakan responden untuk menonton televisi setiap harinya, diukur dalam hitungan jam, yaitu kurang dari dua jam, dua jam sampai dengan empat jam, lima jam sampai dengan tujuh jam, dan durasi menonton diatas tujuh jam sehari.
8.
Pilihan acara adalah berbagai program acara yang ditonton khalayak dalam satu minggu.
9.
Frekuensi menonton adalah intensitas atau tingkat keseringan responden menonton tayangan acara komedi selama satu minggu.
Diukur dari
seringnya responden menonton, yaitu selalu menonton, jarang menonton, dan tidak pernah menonton. 10. Penilaian khalayak adalah respon khalayak terhadap unsur cerita, unsur pemeran, unsur musik, dan unsur komedi yang terdapat dalam suatu program komedi.
38
11. Segmen yang terbentuk pada khalayak adalah kelompok khalayak yang didapatkan dari hubungan ciri pribadi khalayak dengan pola menonton televisi, dan hubungan ciri pribadi khalayak dengan perilaku menonton program komedi. 12. Segmen khalayak yang ditetapkan oleh stasiun televisi adalah segmentasi yang telah dirancang oleh stasiun televisi terhadap program komedinya.
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif ini dilakukan dengan menggunakan
survai, yaitu mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sabagai alat pengumpulan data yang pokok. Pengumpulan data secara kuantitatif digunakan sebab penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang ciri pribadi khalayak program acara komedi di televisi dan penilaiannya terhadap program acara tersebut.
Data
kualitatif merupakan data tambahan yang dikumpulkan dengan menggunakan panduan pertanyaan yang khusus disediakan untuk mencatat keterangan yang kurang dapat dijelaskan melalui kuesioner (Singarimbun, 1989).
3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang termasuk dalam khalayak televisi dari berbagai tingkatan masyarakat, yaitu responden yang merupakan khalayak Trans TV yang berada di Rukun Tetangga 07 dan 12 Tegal Parang Utara Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dengan pertimbangan : 1.
Kemudahan akses peneliti dengan masyarakat di Rukun Tetangga 07 dan 12 Tegal Parang Utara Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
2.
Masyarakat di Rukun Tetangga 07 dan 12 Tegal Parang Utara Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan merupakan khalayak yang memiliki keragaman ciri pribadi khalayak.
40
Adapun pertimbangan pemilihan stasiun televisi Trans TV sebagai media televisi yang diteliti adalah sebagai berikut : 1.
Stasiun Trans TV merupakan salah satu televisi swasta di Indonesia yang memiliki ragam pilihan program acara yang dapat dinikmati oleh khalayak.
2.
Stasiun Trans TV merupakan stasiun televisi yang memiliki rating yang cukup tinggi walau dalam usianya yang baru menginjak 6 tahun.
3.
Stasiun Trans TV memiliki program acara komedi yang banyak diminati oleh khalayak, hal ini dibuktikan dari hasil poling pemirsa untuk program favorit pada ulang tahunnya yang ke-6, yaitu yang menduduki peringkat pertama adalah program acara komedi. Selanjutnya program acara komedi yang akan diteliti adalah program acara
komedi Extravaganza dan Komedi Betawi. Pemilihan program acara komedi tersebut dikarenakan acara Extravaganza merupakan acara komedi yang paling diminati oleh pemirsa dan merupakan program unggulan Trans TV yang memiliki rating yang cukup tinggi, sedangkan Komedi Betawi merupakan acara komedi yang memiliki rating yang cukup baik serta diminati oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui segmentasi khalayak program acara tersebut. Penelitian dilakukan dilapangan pada bulan April hingga Mei 2006.
3.3 Metode Pemilihan Responden Populasi yang akan diteliti adalah masyarakat yang berada di di Rukun Tetangga 07 dan 12 Tegal Parang Utara Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Responden ini memiliki ciri pribadi yang beragam. Responden yang diambil adalah responden yang berada pada dua rukun tetangga yang berbeda,
41
satu rukun tetangga yang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang kaya dan satu rukun tetangga lainnya yang dapat dikatakan sebagai warga yang miskin. Pemilihan rukun tetangga dan pengkategorian warga miskin dan kaya didapatkan melalui Ketua Rukun Warga. Jenis kuesioner dalam penelitian ini, yaitu kuesioner pertama berisi tentang data pribadi responden, pola menonton mereka dan kesediaan mengisi kuesioner selanjutnya. Responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner selanjutnya akan mengisi tahap berikutnya yaitu kuesioner tahap dua yang berisi tentang pilihan acara yang mereka tonton dalam dua minggu. Pemberian kuesioner ini akan dilakukan pada hari Jumat, Minggu dan Kamis. Pemilihan hari tersebut didasarkan pada jadwal tayang acara Extravaganza dan Komedi Betawi pada keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, Senin, dan Jumat. Wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan juga akan dilakukan untuk menjawab hal-hal yang kurang dapat ditanyakan melalui kuesioner. Berikut ini adalah tahapan pemilihan responden. Pertama-tama diambil satu rukun warga yang didalamnya terdapat rukun tetangga yang terlihat perbedaan status sosialnya. Kemudian dipilihlah satu rukun tetangga yang tergolong menengah kebawah dan satu rukun tetangga yang menengah keatas. Pilihan ini didasarkan atas data dan keterangan dari kepala rukun warga. Tahap selanjutnya adalah dilakukan sensus kesetiap warga pada tiap-tiap rukun tetangga dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan tayangan komedi. Selanjutnya dilakukan pengisian kuesioner kembali oleh responden yang tergolong penonton tayangan komedi. Lalu untuk
42
melengkapi data yang tidak bisa didapatkan dengan cara kuesioner, maka dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan.
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang didapatkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang akan diperoleh dengan pengisian kuesioner oleh responden yang terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah penyebaran kuesioner untuk mengetahui keberadaan khalayak Trans TV. Tahap kedua adalah penyebaran kuesioner untuk mengetahui program acara apa sajakah yang sering ditonton oleh khalayak sehingga dapat diidentifikasi pola menonton televisi dan perilaku menonton program komedi, serta penilaiannya terhadap acara komedi di televisi.
Selain itu dilakukan wawancara dengan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden serta untuk mencari tambahan data yang kurang dapat dijelaskan melalui kuesioner. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari stasiun televisi terkait, yaitu Trans TV dan ditunjang pula oleh literatur yang bersangkutan dengan penelitian ini.
3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah secara kuantitatif. Hasil penelitian melalui kuesioner oleh responden dikelompokkan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi ciri pribadi individu khalayak, tabulasi silang digunakan untuk menganalisa hubungan antara karakteristik khalayak dengan pola menonton
43
televisi dan perilaku menonton program komedi, serta penilaian khalayak terhadap program acara tersebut.
44
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN STASIUN TRANS TV
4.1 Profil Lokasi Penelitian Kelurahan Mampang Prapatan yang memiliki luas 77,70 hektar. Kelurahan ini terbagi menjadi tujuh Rukun Warga dan 74 Rukun Tetangga, yang dibatasi bagian utara dengan Jalan Kapten P. Tendean (Jalan Gatot Subroto), sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Mampang Prapatan IV dan V, sebelah barat berbatasan dengan Kali Mampang, dan Kali Cideng atau Kali Menteng di bagian timur. Delapan puluh persen wilayah ini digunakan untuk perumahan, dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan wilayah yang padat penduduk, dengan jumlah penduduk sekitar 16.057 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,7 persen per tahun. Jumlah kepala keluarga adalah 3.497 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8.732 orang dan 7.478 perempuan.
Mayoritas penduduk beragama Islam.
Rata-rata tingkat
pendidikan penduduk Kelurahan Mampang Prapatan ini adalah setingkat sekolah dasar (SD). Wilayah ini merupakan lokasi yang strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat tinggal dan pengembangan usaha. Penduduk kelurahan ini bekerja pada sektor industri dan perdagangan. Di Kelurahan Mampang Prapatan ini juga banyak terdapat perusahaan seperti perusahaan negara, perusahaan daerah, CV, firma, perusahaan terbatas, dan koperasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kelurahan ini juga terdapat
45
sarana peribadatan, kursus keterampilan, grup seni dan budaya, fasilitas kesehatan, kebersihan, keamanan, sarana perdagangan dan industri, sarana komunikasi, sarana perhubungan, sarana penanggulangan bencana, sarana angkutan, sarana pengairan, sarana pertanian, dan fasilitas olahraga.
4.2 Profil Stasiun Televisi Trans TV Stasiun Transformasi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Trans TV memiliki logo berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali. Stasiun ini memiliki visi ”Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders,
menyampaikan
program-program
berkualitas,
berperilaku
berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memnerikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat”. Misi Trans TV adalah sebagai wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi. TRANS TV adalah sebuah semangat.
Semangat untuk melakukan
transformasi secara institusi dan secara ideologi. Ideologi Trans TV adalah meningkatkan kecerdasan bangsa untuk menjadi sejahtera. Karena yang hendak di transform adalah bangsa yang besar, bangsa yang kompleks permasalahannya, diperlukan institusi yang kokoh, berkemampuan tinggi dan berkapasitas guna mengajak bangsa untuk berubah. Karena itu institusi Trans TV dijalankan oleh
46
orang-orang muda yang cerdas, berdisiplin tinggi dan bersemangat. Diikat oleh budaya good corporate governance, kreatif, inovatif dan kerja keras. Trans TV adalah sebuah “Indonesia kecil” – potret dari Indonesia masa depan, cerdas, sejahtera, bermoral dan beragama.
Berani bersaing dan
mendambakan semangat yang terbaik, terkuat dan terbesar, tidak mengenal lelah, berlari kencang tanpa henti. Menghormati nilai-nilai bangsa, menjaga budaya dan tradisi asli. Trans TV bersyukur telah membangun fondasi, yang mudah-mudahan cukup kuat untuk menunjang cita-cita yang begitu tinggi – menjadi “Indonesia kecil” yang gemerlap. (Ishadi, 2007). (TRANS
TV)
merupakan
PT. Televisi Transformasi Indonesia
perusahaan
yang
dimiliki
oleh
TRANS
CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS|7 Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi Trans TV membidik segmen pemirsa kelas menengah atas, atau yang dikenal dengan istilah pemasaran, sebagai kelompok A, B, C.
Kelompok A
adalah target khalayak dengan pengeluaran Rp. 1.750.000 ke atas perbulan. Kelompok B adalah target khalayak dengan pengeluaran perbulan Rp. 1.250.000 – Rp. 1.749.999, sedangkan kelompok C adalah target khalayak yang memiliki pengeluaran Rp. 600.000 – Rp. 1.249.999. Trans TV mulai mengudara secara teknis pada tanggal 22 Oktober 2001 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi dengan pola teknik secara beberapa jam perhari. Pada tanggal 25 Oktober mulai menyiarkan program yang bertajuk Trans-Tune-In, sekaligus meluaskan jangkauan siaran hingga wilayah Bandung dan sekitarnya.
47
Program Trans-Tune-In dikemas dengan gaya radio untuk memperkenalkan Trans TV pada masyarakat. Pada tahap ini,dua pembawa acara membawakan kuis interaktif guna memikat calon penonton, sambil menyuguhkan rangkaian videoclip divisi pemberitaan menyajikan program Jelajah, yang berisi paket-paket feature. Pada akhir pekan para pecandu bola dapat menikmati siaran langsung kompetisi sepak bola Spanyol, La Liga. Secara berurutan, menara-menara pemancar di Yogyakarta yang juga mencangkup kota Solo, Semarang, Surabaya dan terakhir Medan, mulai berfungsi, sehingga memperluas jangkauan siaran Trans TV ke wilayah-wilayah utama Indonesia. Kalangan pertelevisian menjadikan tujuh kota ini sebagai indikator untuk dasar perhitungan AC Nielsen untuk mengetahui popularitas dari suatu program maupun TV Station, dimana jumlah penonton televisi permenit dihitung dengan metode random sampling dengan bantuan people meter. Mulai tanggal 1 Desember 2001, Trans TV Tune-In berganti dengan Transvaganza, seiring dengan bertambahnya jam siaran Trans TV. Dalam tahap ini, Trans TV mulai menayangkan film-film asing serta program non-drama berupa kuis tebak harga. Kuis ini merupakan adaptasi dari kuis ”The Price is Right” yang kondang sejak tahun 1970-an, ditayangkan hingga 28 Februari 2002. Transvaganza ditayangkan 1-14 Desember 2001 dan merupakan contoh program-program Trans TV yang dapat diikuti pemirsa setiap minggu mulai tanggal 18 Desember 2001 hingga 28 Desember 2002. Penambahan jam tayang secara bertahap ini akan memuncak pada tanggal 1 Maret 2002, saat Trans TV mulai siaran penuh, yaitu 18 jam sehari pada hari Senin hingga Jumat, dan 22 jam sehari pada hari Sabtu dan Minggu. Penambahan
48
program acara juga bertambah seiring dengan adanya penambahan jam tayang diantaranya Euro, Digoda, KD, Sinema Gemilang, Diva Dangdut, Dunia Lain. Trans TV menganut konsep general entertaiment, sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun non-drama, serta tayangan berita. Pada tahun pertama, 50 persen tayangan stasiun ini berasal dari luar negri dan 50 persen sisanya merupakan produk lokal. Pada tahun kedua, proporsi produk lokal akan menjadi 70 persen dan sisanya merupakan produk asing. Trans TV dibangun dengan modal investasi sebasar Rp. 600 milyar. Dana sebesar ini berasal dari Group Para sebesar Rp.300 milyar dan Rp.300 milyar sisanya berupa dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri. Gedung Trans TV merupakan gedung pertama di Indonesia yang dirancang khusus bagi stasiun televisi dalam gedung sembilan lantai ini, ditanam kabelkabel (termasuk kabel serat optic) sepanjang 1.300 meter guna mendukung sistem siaran digital yang digunakan oleh Trans TV. Teknologi secanggih apapun tidak akan banyak berarti tanpa dukungan sumber daya manusia yang memadai.
Untuk itulah, setiap tahun Trans TV
melakukan Roadshow ke kampus-kampus utama diberbagai kota di Indonesia, guna merekrut bakat-bakat terbaik yang ada disana. Sejak berdirinya Trans TV, pihak manajemen merencanakan tekad untuk merekrut sebagian besar karyawan dari tenaga-tenaga yang baru lulus. Trans TV juga merekrut tenaga-tenaga berpengalaman dari semua stasiun televisi swasta yang ada, meskipun jumlahnya tidak sebesar/sebanyak tenaga yang belum berpengalaman. Semua ini dilakukan guna mewujudkan visi Trans TV
49
untuk menjadi televisi terbaik, dengan menyajikan program-program berkualitas dan turut serta meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Sejak awal, Trans TV dibangun untuk bisa menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra-produksi hingga paska-produksi dan siaran. Tapi karena sistem penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, keluaran (output) yang bersifat digital ini diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa akan dapat menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan bersih. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, Trans TV hanya perlu memodifikasi pemancar-pemancarnya saja. Penghargaan Yang Diraih Trans TV Sejak awal berdirinya sampai saat ini telah banyak penghargaan yang berhasil diraih diperoleh Trans TV, yang didapatkannya dari berbagai media dan juga institusi lainnya, yaitu : 1. Asian Television Award 2004 Katagori Best Reality Program, Dunia Lain-Lawang Sewu Nominasi Best Music Programme, Diva Dangdut Nirwana 2. For All Nation ( Fan) Campus Oktober 2004 Kategori Media Elektronik Peduli Narkoba 3. Cakram 2002
Media Pendatang Potensial
2003
Televisi
4. Majlis Ulama Indonesia 2002
Anugrah Syair Ramadhan1423 H, Terpuji, Siaran Pendukung Suasana Ramadhan.
50
2003
Anugrah Syair Ramadhan 1424 H, Penghargaan III, Siaran Menjelang Buka Puasa.
4.3 Profil Acara 4.3.1 Extravaganza Extravaganza merupakan salah satu variety show yang diproduksi oleh Trans TV (In House Production). Pertama kali diprakarsai oleh Wishnutama dengan tujuan untuk menghadirkan suguhan acara yang berbeda dengan program acara yang telah ada. Ide pembuatan program acara ini adalah diperoleh dari tayangan Saturday Night Live Amerika, yaitu tayangan yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Program acara ini pertama kali ditayangkan pada 5 April 2004.
Acara ini sempat ditayangkan secara langsung (live) dengan profil
khalayak yang berbeda.
Akan tetapi tayangan langsung ini masih memiliki
kekurangan. Kemudian acara ini diformat ulang menjadi parodi timbal balik (jokey delay).
Seperti halnya tayangan langsung, format ini ternyata belum
berhasil menarik minat khalayak. Dengan perencanaan yang matang dan uji coba yang
dilakukan, maka tercapailah format baru, yaitu menggunakan cerita
kompilasi yang dibentuk menjadi dialog yang dapat dikembangkan oleh para pemainnya. Ide cerita yang akan dimainkan dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari, percakapan, buku, teman, internet, dan sumber-sumber lainnya.
Untuk
menghasilkan cerita yang baik diperlukan kerjasama tim yang kompak dan ide cerita yang kreatif.
Acara Extravaganza ini memiliki tim yang terdiri dari
produser, tim kreatif, setting, dan kostum. Acara ini diproduksi setiap hari Senin
51
dan Selasa mulai dari jam 21.00-24.00. Extravaganza ini memiliki rating antara 7,2-7,5. Acara ini memiliki beberapa segmen dalam setiap tayangannya, rata-rata tujuh sampai dengan delapan segmen, tergantung dari lamanya durasi tiap segmennya. Selain menampilkan pemain-pemain tetap Extravaganza (Tora Sudiro, Aming, Indra Birowo, Sogi Indra Duajda, Ronald Surapraja, Roni Dozer, Tike Priatnakusumah, Virnie Ismail, tayangan ini juga diramaikan oleh bintang-bintang baru yang didapatkan dari proses audisi, seperti TJ, Omesh, Edric, Ence, dan TJ. Bintang tamu juga ditampilkan untuk menambah daya tarik khalayak. Segmentasi yang ditetapkan oleh pihak Trans TV adalah khalayak yang berusia 25 – 40 tahun, dan khalayak yang termasuk dalam tingkat A dan B dengan tingkat pendidikan setara SLTA keatas. Semula tayangan ini disiarkan pada malam hari karena isi acaranya yang sedikit dewasa, namun kemudian isi acara ini dirubah menjadi cerita kehidupan sehari-hari untuk menjangkau khalayak lebih banyak. Hambatan yang terdapat dalam produksi program acara ini adalah ide cerita yang harus terus berkembang, waktu produksi yang lama, karena masing-masing pemain harus berganti peran, setting tempat, dan kostum. Selain itu juga datang dari bintang tamu yang akan mengisi segemen bicang-bincang Extravaganza.
Hal-hal baru yang akan
dilakukan adalah dengan mencari pemain-pemain baru, setting tempat yang lebih menarik, dan bintang tamu yang lebih bervariasi. Selain itu program acara ini juga menampilkan pemain baru yang telah mengikuti audisi Kampus Extravaganza untuk menambah semarak isi acara. Disamping itu juga semen-segmen acara dibuat lebih menarik dengan tambahan
52
segmen, yaitu Sinden Gosip yang dibawakan oleh Tike Priatnakusumah dan Tora Sudiro.
4.3.2 Profil Acara Komedi Betawi Acara Komedi Betawi ini merupakan acara yang belum lama ditayangkan, cerita acara ini merupakan perpanjangan acara Ngelenong Nyok. Namun pada Komedi Betawi ide acara lebih dikembangkan, yaitu dengan menambah pemain baru, setting tempat yang berbeda, waktu tayang yang lebih lama, dan memasukkan tayangan musik didalamnya. Acara ini memuat kehidupan sehari-hari, terutama cerita yang memiliki kekhasan suku Betawi, yang diselingi guyonan dan unsur-unsur komedi didalamnya.
Para pemainnya antara lain adalah Deswita Maharani, Yulia
Rahman, Bedu, Adul , Big Dicky, Andre Taulani, Ferry, Oki Lukman, Irfan Hakim, Dewi Persik, dan para pemain tambahan lainnya. Acara ini pertama kali ditayangkan pada 15 Juni 2005 dengan cerita yang dipadukan dengan musik dangdut. Segmentasi acara ini ditujukan untuk khalayak yang berbeda pada kelompok C dan D, dengan sasaran khalayak yang berada pada semua tingkatan pendidikan dan usia. Oleh karena itu, isi cerita yang dihadirkan berisi tentang kehidupan sehari-hari yang ada pada masyarakat dan dikemas dengan balutan komedi yang dapat menjadikan cerita kehidupan sehari-hari menjadi tayangan yang dapat memberikan hiburan bagi penontonnya.
Rating acara ini adalah sebesar 6,5
sampai dengan 6,7. setiap penanyangannya selalu dihiasi dengan cerita-cerita unik dan lucu dan diiringi dengan sajian musik, terutama musik dangdut.
53
BAB V SEGMENTASI KHALAYAK TRANS TV
5.1 Program Acara Extravaganza Extravaganza merupakan program acara yang paling banyak diminati oleh khalayak dan menjadi pilihan acara yang berada pada tingkat pertama dari hasil polling di hari ulang tahun Trans TV. Acara yang pertama kali disiarkan pada tanggal 5 April 2004 ini memiliki rating antara 7,2 sampai dengan 7,5. Untuk mendapatkan hasil rating yang tinggi, maka tim produksi Extravaganza menetapkan segmentasi berdasarkan ciri pribadi jenis kelamin, tingkat pendidikan, total pengeluaran, dan usia khalayak, data ini didapatkan dari keterangan produser Extravaganza. Tayangan ini diperuntukkan untuk semua jenis kelamin, yaitu khalayak yang berjenis kelamin laki-laki dan khalayak yang berjenis kelamin perempuan. Khalayak yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) adalah sasaran khalayak yang dituju. Total pengeluaran khalayak yang menjadi sasaran utama penayangan program komedi ini adalah khalayak yang berada pada kelompok khalayak A dan B. Kelompok A adalah khalayak yang memiliki total pengeluaran per bulan Rp. 1.750.000 ke atas. Kelompok B adalah target khalayak dengan total pengeluaran perbulan Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp. 1.749.999. Program ini ditujukan untuk khalayak yang berada pada rentang usia 25 tahun sampai dengan 49 tahun.
54
5.2 Program Acara Komedi Betawi Komedi Betawi adalah program komedi situasi yang mengangkat tema tentang kehidupan masyarakat sehari-hari, yang dibalut dengan lawakan khas betawi dan diselingi dengan pertunjukan musik dangdut didalamnya. Acara ini merupakan perpanjangan acara Ngelenong Nyok yang disiarkan terlebih dahulu di Trans TV. Program komedi ini pertama kali tayang pada tanggal 15 Juni 2005, dengan rating 6,5 sampai dengan 6,7. Segmen khalayak yang ditetapkan oleh tim produksinya juga berdasarkan ciri pribadi jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran dan usia khalayak. Komedi Betawi ditujukan untuk semua jenis kelamin khalayak, yaitu khalayak berjenis kelamin laki-laki dan khalayak yang berjenis kelamin perempuan. Program komedi ini ditujukan untuk khalayak yang berada pada semua tingkatan pendidikan. Khalayak yang berada pada kelompok C dan D adalah sasaran khalayak yang dituju berdasarkan total pengeluaran per bulannya. Kelompok C adalah khalayak yang memiliki total pengeluaran Rp. 600.000 sampai dengan Rp. 1.249.999 per bulan, sedangkan kelompok D adalah kelompok khalayak yang memiliki total pengeluaran kurang dari Rp. 600.000 per bulan. Usia khalayak yang menjadi sasaran penayangan acara ini adalah khalayak yang berusia diatas 17 tahun keatas.
55
BAB VI PROFIL DAN POLA MENONTON TELEVISI KHALAYAK
6.1 Profil Khalayak Khalayak dalam penelitian ini merupakan warga setempat yang memiliki akses terhadap media dan memiliki jangkauan yang dekat dengan sumber komunikasi, yaitu stasiun Trans TV, dimana responden dapat dengan mudah mencari informasi yang berkaitan dengan tayangan komedi di stasiun televisi ini. Selain itu juga responden dapat terlibat secara langsung dengan produksi pembuatan tayangan komedi ini dengan mengikuti secara langsung menjadi penonton di studio produksi stasiun Trans TV. Penelitian dilakukan di dua rukun tetangga dalam satu rukun warga (RW) 04 Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Rukun tetangga yang diteliti
adalah rukun tetangga (RT) 07 dan rukun tetangga (RT) 12. Rukun tetangga ini dipilih berdasarkan profil rukun tetangga yang memiliki status sosial menengah kebawah, yaitu RT 12, dan rukun tetangga yang memiliki status sosial menengah keatas yaitu RT 07. Profil rukun tetangga ini didapatkan dari penjelasan dan keterangan dari Kepala Rukun Warga dan data berupa laporan tiap rukun tetangga perbulan dan pertahun. Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 83 responden yang mewakili dari dua rukun tetangga yang bersebelahan, yaitu RT 07 dan RT 12, profil responden mengenai ciri pribadi, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, total pengeluaran per bulan, dan usia khalayak berdasarkan masing-masing rukun tetangga dapat dilihat dari tabel 1.
56
Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Ciri Pribadinya di Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi
RT 07
RT 12
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
5 13
23 42
Pendidikan
SD SLTP SLTA
1 4
5 11 40
Perguruan Tinggi
13
9
< Rp.600.000 Rp.600.000 - Rp.1.249.999 Rp1.250.000 - Rp.1.749.999
1 3
19 28 8
> Rp.1.749.999
14
10
< 17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 49 tahun - 64 tahun
1 16 1
18 44 2
> 64 tahun
-
1
Pengeluaran
Usia
Responden laki-laki yang berada di RT 07 adalah sebanyak 17,86 persen, di RT 12 sebesar 82,14 persen. Responden perempuan di RT 07 23,64 persen, RT 12 sebesar 76,36 persen. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar 100 persen berada di RT 12, untuk responden yang berada pada tingkat setara SLTP pada RT 07 sebesar 8,33 persen dan sisanya berada di RT 12. Responden sebesar 9,09 persen di RT 07 berada pada tingkat pendidikan setara SLTA dan 90,91 persen responden berada di RT 12.
Sebesar 59,09 persen
responden di RT 07 berada pada tingkat pendidikan setara perguruan tinggi. Responden yang memiliki total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan 100 persen berada pada RT 12, responden yang total pengeluaran per bulannya antara RP.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999, sebesar 3,45 persen berada di RT 07 dan sisanya berada di RT 12.
Responden dengan total
pengeluaran Rp.1.250.000 sampai dengan Rp. 1.749.999 per bulan di RT 07 adalah sebesar 27,27 persen dan sebesar 72,73 persen berada pada RT 12. Responden yang memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan di
57
RT 07 adalah sebesar 58,33 persen dan di RT 12 sebanyak 41,67 persen. Responden yang berada pada rentang usia 17 tahun sampai dengan 24 tahun sebagian besar berada di RT 12, yaitu sebesar 94,74 persen. Responden yang berada pada rentang usia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun juga sebagian besar berada pada RT 12, yaitu sebesar 73,33 persen responden. Responden yang berada pada usia antara 50 tahun sampai dengan 64 tahun juga sebagian besar berada di RT 12, yaitu sebesar 66,67 persen, dan responden yang usianya lebih dari 64 tahun 100 persen berada di RT 12. Responden yang berada di RT 07 sebagian besar adalah responden perempuan, yaitu sebesar 72,22 persen, rata-rata tingkat pendidikannya setara perguruan tinggi, yaitu sebesar 72,22 persen, rata-rata total pengeluaran per bulannya lebih dari Rp. 1.749.999, yaitu sebesar 77,78 persen, dan berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, yaitu sebesar 88,89 persen. Responden yang berada di RT 12 sebagian besar adalah responden perempuan, yaitu sebesar 64,62 persen, rata-rata tingkat pendidikannya setara SLTA, yaitu sebesar 61,54 persen, rata-rata total pengeluaran per bulannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999, yaitu sebesar 43,08 persen, dan berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, yaitu sebesar 67,69 persen.
6.2 Pola Menonton Televisi Khalayak Pola menonton televisi khalayak dilihat dari tiga ciri pribadi, yaitu durasi menonton televisi, pilihan acara televisi, dan frekuensi menonton.
Durasi
menonton adalah jumlah waktu (dalam hitungan jam) yang digunakan responden untuk menonton televisi setiap harinya. Pilihan acara adalah berbagai program
58
acara yang ditonton khalayak dalam satu minggu. Frekuensi menonton adalah intensitas atau tingkat keseringan responden menonton tayangan acara komedi selama satu minggu. Diukur dari seringnya responden menonton, yaitu selalu menonton, jarang menonton, dan tidak pernah menonton.
6.2.1 Durasi Menonton Televisi Perilaku menonton ini dilihat dari durasi menonton televisi khalayak setiap harinya yang diukur dengan banyaknya jam yang mereka habiskan untuk menonton televisi. Durasi ini dibagi menjadi lamanya khalayak menonton televisi kurang dari dua jam, dua sampai dengan empat jam, lima jam sampai dengan tujuh jam, dan durasi menonton khalayak lebih dari tujuh jam perharinya.
59
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Durasi Menonton Televisi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Durasi Menonton
Variabel < 2 jam Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Pendidikan
SD
> 7 jam
Jumlah
1
20
4
3
28
3,57%
71,43%
14,29
10,71%
100%
2
23
10
20
55
3,64%
41,82%
18,18%
36,36%
100%
2
1
2
5
20%
40%
100%
1
5
2
4
12
8,33%
41,67%
16,67%
33,33%
100%
2
19
8
15
44
4,55%
43,18%
18,18%
34,09%
100%
Perguruan Tinggi
-
17
3
2
22
77,27%
13,64%
9,09%
100%
< Rp. 600.000
-
4
4
11
19
21,05%
21,05%
57,90%
100%
SLTA
Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999 Usia
5 - 7 jam
40% SLTP
Pengeluaran
2 - 4 jam
Dibawah 25 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun
-
2
16
3
8
29
6,90%
55,17%
10,34%
27,59%
100%
-
6
2
3
11
54,55%
18,18%
27,27%
100%
1
16
4
3
24
4,17%
66,67%
16,66%
12,50%
100%
1
5
4
9
19
5,26%
26,32%
21,05%
47,37%
100%
2
34
11
13
60
3,33%
56,67%
18,33%
21,67%
100%
2
-
-
66,67%
1
3
33,33%
100%
Responden laki-laki sebagian besar menghabiskan waktu dua jam sampai dengan empat jam per harinya, yaitu sebesar 71,43 persen, responden perempuan rata-rata menghabiskan waktu menonton televisi dua jam sampai dengan empat jam per hari sebesar 41,82 persen. Responden yang memiliki tingkat pendidikan setara sekolah dasar rata-rata menghabiskan dua jam sampai dengan empat jam sehari dan lebih dari tujuh jam, yaitu masing-masing sebesar 40 persen. Responden yang berada pada setara
60
SLTP rata-rata menghabiskan dua sampai dengan empat jam per hari, yaitu sebesar 41,67 persen. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara SLTA menghabiskan dua sampai dengan empat jam per hari sebesar 43,18 persen, dan responden yang berada pada tingkat pendidikan setara perguruan tinggi menghabiskan dua jam sampai dengan empat jam perhari, yaitu sebesar 77,27 persen responden. Responden yang memiliki tingkat pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan rata-rata menghabiskan lebih dari tujuh jam per hari, yaitu sebesar 57,90 persen. Responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp. 1.249.999 per bulan, rata-rata menghabiskan waktu dua jam sampai dengan empat jam perhari, yaitu sebesar 55,17 persen. Responden yang memiliki tingkat pengeluaran Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999 rata-rata menghabiskan dua jam sampai empat jam per hari sebesar 54,55 persen responden, dan responden yang pengeluarannya lebih dari Rp.1.749.999 menghabiskan dua jam sampai empat jam per hari sebanyak 66,67 persen responden. Responden yang berusia dibawah 25 tahun menghabiskan lebih dari tujuh jam per hari sebesar 47,37 persen, responden dengan rentang usia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun menghabiskan dua jam sampai dengan empat jam per hari, yaitu sebesar 56,67 persen. Responden yang berada diantara usia 50 tahun sampai dengan 64 tahun menghabiskan dua sampai empat jam per hari, yaitu sebanyak 66,67 persen, dan responden yang berusia lebih dari 64 tahun menghabiskan waktu dua jam sampai dengan empat jam sehari sebesar 100 persen.
61
6.2.2 Pilihan Acara Televisi Kuesioner yang diisi oleh responden, acara televisi pilihan mereka dapat dikelompokkan menjadi program berita, musik, olahraga, kuis, komedi, sinetron, infotainment, dan film asing. Hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa dari 28 orang responden lakilaki, sebagian besar responden memilih tayangan komedi sebagai acara favoritnya, yaitu sebesar 32,14 persen, sedangkan dari 55 responden perempuan, yang memilih tayangan komedi adalah sebesar 34,55 persen. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar yang memilih tayangan komedi betawi adalah sebesar 50 persen dari empat orang responden, sedangkan responden yang berada pada setara SLTP yang memilih tayangan komedi adalah sebesar 33,33 persen dari sembilan orang responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara SLTA, sebagian besar memilih tayangan komedi, yaitu sebesar 32,08 persen, sedangkan responden yang berada pada setara perguruan tinggi yang memilih tayangan komedi adalah sebesar 35,29 persen dari 17 responden. Responden yang memiliki total pengeluaran kurang dari Rp.600.000, sebagian besar memilih sinetron sebagai pilihan acaranya, yaitu sebesar 27,78 persen dari 18 responden, sedangkan responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan, sebesar 40 persen dari 30 responden memilih tayangan komedi.
Responden yang total pengeluarannya
antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp. 1.749.999 per bulan memilih berita dan komedi sebagai pilihan acaranya, yaitu masing-masing sebesar 33,33 persen dari
62
sembilan responden.
Responden yang total pengeluarannya lebih dari
Rp.1.749.999 per bulan memilih komedi sebesar 34,62 persen dari 26 responden. Responden yang berusia dibawah 25 tahun yang memilih komedi adalah sebesar 20 persen dari 25 responden, responden yang berada pada rentang usia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun yang memilih komedi adalah sebesar 38,89 persen dari 54 responden. Responden yang berusia antara 50 tahun sampai dengan 64 tahun memilih tayangan berita dan film asing sebagai acara favoritnya, yaitu masing-masing sebesar 33,33 persen dan 66,67 persen dari 3 orang responden. Responden yang berusia diatas 64 tahun memilih tayangan komedi sebagai acara favoritnya.
63
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pilihan Acara Televisi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Pilihan Acara Televisi
Ciri Pribadi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Film Asing
Berita
Musik
Olahraga
Kuis
Komedi
Sinetron
Gosip
Jumlah
5 17,86% 5 9,09%
4 14,29% 4 7,27%
4 14,29% 1 1,82%
3 10,71% 3 5,45%
9 32,14% 19 34,55%
0
0
9 16,36%
10 18,18%
3 10,71% 4 7,27%
0
0
1 25,00% 1 11,11%
2 50,00% 3 33,33%
0
0
0
4
0
2 22,22%
0
9
28 55
Pendidikan SD SLTP
1 11,11%
1 25,00% 2 22,22%
SLTA
5 9,43% 4 23,53%
4 7,57% 1 5,88%
3 5,66% 2 11,76%
4 7,57% 0
17 32,08% 6 35,29%
8 15,09% 1 5,88%
5 9,43% 3 17,65%
7 13,21% 0
53
0
0
4 22,22% 1 3,33%
4 22,22% 12
3 16,67% 6 20,00%
18
0
30
40,00%
5 27,78% 3 10,00%
0
1 3,33%
2 11,11% 2 6,67%
3 33,33%
2 22,22%
0
1 11,11%
3 33,33%
0
0
0
9
6 23,08%
2 7,69%
0
0
9 34,62%
1 3,85%
1 3,85%
7 26,92%
26
2 8,00% 7 12,96%
3 12,00% 5 9,26%
2 2,00% 3 5,56%
3 12,00% 3 5,56%
5 20,00% 21 38,89%
2 8,00% 7 12,96%
6 24,00% 4 7,14%
2 8,00% 4 7,14%
25
1 33,33% 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1 33,33% 0
3
0
1 33,33% 1 100,00%
Perguruan Tinggi Pengeluaran
Rp.1.749.999 Usia dibawah 24 tahun 25 tahun-49 tahun 50 tahun-64 tahun diatas 64 tahun
0
5 16,67%
Acara Komedi Pilihan Khalayak Sebagian besar responden memilih tayangan komedi sebagai acara favoritnya.
Berbagai judul acara komedi didapatkan dari hasil pengisian
64
17
54
1
kuesioner, yaitu Ngelaba, Office Boy (OB), Bajaj Bajuri, Extravaganza, Komedi Betawi, Santai Bareng Yuk, SOS, dan Takasi Tawa. Hasil pengisian kuesioner dapat dilihat dari tabel empat. Responden laki-laki sebagian besar memilih tayangan Extravaganza dan Komedi Betawi sebagai acara komedi favoritnya, yaitu dari 28 responden sebesar 46,43 persen memilih Extravaganza dan 25 persen untuk Komedi Betawi. Responden perempuan juga memilih Extravaganza dan Komedi Betawi sebagai acara favoritnya, yaitu dari 55 responden perempuan, 50,91 persen memilih Extravaganza dan 20 persen memilih Komedi Betawi. Tingkat pendidikan responden setara sekolah dasar dengan jumlah responden lima orang, sebesar 60 persennya memilih Extravaganza, sedangkan responden yang berada pada tingkat pendidikan setara SLTP yang memilih Extravaganza adalah 53,85 persen responden dari 13 orang responden, dan yang memilih Komedi Betawi sebesar 30,71 persen dari jumlah responden yang sama. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara SLTA, sebesar 50 persen dari 42 responden memilih Extravaganza dan sebesar 19,05 persen responden memilih Komedi Betawi. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara perguruan tinggi yang memilih Extravaganza adalah sebesar 43,48 persen dari 23 responden, dan sebesar 26,09 persen memilih Komedi Betawi. Responden yang total pengeluaran per bulannya kurang dari Rp.600.000, sebesar 52,63 persen dari 19 orang responden memilih Extravaganza dan sebesar 21,05 persen memilih Komedi Betawi. Responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan, sebesar 48,28 persen dari 29 orang responden memilih Extravaganza dan 17,24 persen memilih Komedi
65
Betawi. Responden yang memiliki total pengeluaran antara Rp.1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999 per bulan memilih Extravaganza dan Komedi Betawi masing-masing sebesar 36,36 persen dari 11 responden, sedangkan responden yang total pengeluarannya diatas Rp.1.749.999 per bulan, yang memilih Extravaganza adalah sebesar 84,17 persen dan 20,83 persen memilih Komedi Betawi dari 24 orang responden. Responden yang berusia dibawah 25 tahun memilih Extravaganza sebesar 38,46 persen dan Komedi Betawi 30,77 persen dari 26 orang responden, sedangkan responden yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun memilih Extravaganza sebesar 50 persen dan Komedi Betawi sebesar 20,83 persen dari 48 orang responden.
Responden yang berusia diatas 64 tahun
sebanyak dua orang memilih Extravaganza sebagai pilihan acara komedinya.
66
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pilihan Acara Komedi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan, Tahun 2006
Bajaj
Ciri Pribadi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Pilihan Acara Komedi Komedi Santai Bareng Extravaganza Betawi Yuk
SOS
Takasi Tawa
Jumlah
0
0
28
1 1,82%
1 1,82%
55
1 20,00% 0
0
0
5
0
0
13
8 19,05% 6 26,09%
1 2,38% 0
1 2,38% 0
1 2,38% 0
42
Ngelaba
OB
Bajuri
2 7,14% 5 9,10%
1 3,57% 1 1,82%
4 14,29% 7 12,73%
13 46,43% 28 50,91%
7 25,00% 11 20,00%
1 3,57% 1 1,82%
1 20,00% 1 7,69%
0
0
0
1 7,69%
0
3 60,00% 7 53,85%
4 30,77%
0
6 14,29% 5 21,74%
21 50,00% 10 43,48%
Pendidikan SD SLTP SLTA
4 9,52% 1 4,35%
1 4,35%
0
0
3 15,79%
10 52,63%
4 21,05%
1 5,26%
1 5,26%
0
19
Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999
2 6,90%
2 6,90%
4 13,79%
14 48,28%
5 17,24%
1 3,45%
0
1 3,45%
29
Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999
1 9,09% 4 16,67%
0
2 18,18% 2 8,33%
4 36,36% 13 84,17%
4 36,36% 5 20,83%
0
0
0
11
0
0
0
24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 7,69% 5 10,42% 0
0
10 38,46% 24 50,00% 5 71,43%
8 30,77% 10 20,83% 0
1 3,85% 1 2,08% 0
1 3,85% 0
1 3,85% 0
26
2 4,17% 0
3 11,54% 6 12,50% 2 28,57%
48
0
0
7
0
0
0
2 100,00%
0
0
0
0
2
Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000
> Rp. 1.749.999
0
23
Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
6.2.3 Frekuensi Menonton Extravaganza dan Komedi Betawi Responden yang bersedia mengisi kuesioner tentang acara Extravaganza dan Komedi Betawi selama dua minggu adalah sebanyak 42 orang responden.
67
Frekuensi menonton Extravaganza dikategorikan menjadi satu kali menonton tiap minggu, dua kali menonton tiap minggu, dan tidak tentu menontonnya, sedangkan untuk tayangan Komedi Betawi dikategorikan menjadi selalu menonton dan tidak tentu menontonnya setiap minggu. Hasil pengisiian kuesioner dapat dilihat di tabel lima. Responden laki-laki menyatakan selalu menonton dua kali penayangan Extravaganza setiap minggunya, yaitu sebesar 72,73 persen dari 11 responden, begitu juga responden perempuan yang sebagian besar selalu menonton Extravaganza, yaitu sebesar 80,65 persen dari 31 orang responden. Responden yang tingkat pendidikannya setara sekolah dasar menyatakan selalu menonton Extravaganza, yaitu sebesar 100 persen dari tiga orang responden, sedangkan responden yang selalu menonton Extravaganza yang berada pada setara SLTP adalah sebesar 71,43 persen dari tujuh orang responden. Responden yang pendidikannya setara SLTA sebesar 83,33 persen dari 24 orang responden menyatakan selalu menontonnya, dan untuk responden yang berpendidikan setara perguruan tinggi juga menyatakan selalu menontonnya tiap minggu, yaitu sebesar 62,50 persen dari delapan orang responden. Responden menyatakan selalu menonton Extravaganza, baik responden berdasarkan variabel total pengeluaran maupun usianya. Responden yang total pengeluarannya kurang dari Rp.600.000 per bulan sebesar 80 persen dari 10 orang responden, total pengeluaran antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 78,57 persen dari 14 responden, total pengeluaran antara Rp.1.250.000 sampai dengan Rp. 1.749.999 per bulan sebesar seratus persen dari
68
enam orang responden, dan total pengeluaran diatas Rp. 1.749.999 per bulan sebesar 66,67 persen dari 12 orang responden. Responden yang berusia kurang dari 17 tahun yang menyatakan selalu menonton Extravaganza adalah sebesar seratus persen dari satu orang responden, responden sebanyak 81,82 persen dari 11 orang responden yang berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun juga menyatakan selalu menonton Extravaganza. Responden yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun dan responden yang berusia lebih dari 64 tahun juga menyatakan selalu menonton Extravaganza, yaitu masing-masing sebesar 76,67 persen dari 30 orang responden dan seratus persen dari satu responden. Responden laki-laki menyatakan tidak tentu menonton Komedi Betawi setiap minggunya, yaitu sebesar 72,73 persen dari 11 responden, begitu juga responden perempuan yang tidak tentu menonton Komedi Betawi, yaitu sebesar 54,84 persen dari 31 orang responden. Responden yang tingkat pendidikannya setara sekolah dasar menyatakan selalu menonton Komedi Betawi, yaitu sebesar 100 persen dari tiga orang responden, sedangkan responden yang selalu menonton Komedi Betawi yang berada pada setara SLTP adalah sebesar 66,67 persen dari enam orang responden. Responden yang pendidikannya setara SLTA sebesar 54,54 persen dari 22 orang responden menyatakan tidak tentu menontonnya, dan untuk responden yang berpendidikan setara perguruan tinggi juga menyatakan tidak tentu menontonnya tiap minggu, yaitu sebesar seratus persen dari 11 orang responden. Responden yang total pengeluarannya kurang dari Rp.600.000 per bulan sebesar 50 persen dari 10 orang responden menyatakan selalu menontonnya , total
69
pengeluaran antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 53,85 persen dari 13 responden menyatakan tidak tentu menontonnya, total pengeluaran antara Rp.1.250.000 sampai dengan Rp. 1.749.999 per bulan sebesar 50 persen dari enam orang responden, dan total pengeluaran diatas Rp. 1.749.999 per bulan sebesar 76,92 persen dari 13 orang responden mengatakan tidak tentu menontonnya setiap minggu. Responden yang berusia kurang dari 17 tahun yang menyatakan selalu menonton Komedi Betawi adalah sebesar seratus persen dari satu orang responden, responden sebanyak 70 persen dari 10 orang responden yang berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun juga menyatakan tidak tentu menonton Komedi Betawi. Responden yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun dan responden yang berusia lebih dari 64 tahun juga menyatakan tidak tentu menonton Komedi Betawi, yaitu masing-masing sebesar 68,06 persen dari 31 orang responden dan seratus persen dari satu responden.
70
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Menonton Extravaganza dan Komedi Betawi Setiap Minggu dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Ciri Pribadi 1 kali
Frekuensi Menonton Extravaganza Komedi Betawi Tidak Tidak 2 kali Tentu Jumlah Selalu Tentu Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
3 27,27% 4 12,90%
8 72,73% 25 80,65%
0
SLTP SLTA
Perempuan
0
11
3 27,27% 14 45,16%
8 72,73% 17 54,84%
11
2 6,45%
31
3 100,00%
0
3
3 100,00%
0
3
2 28,57%
5 71,43%
0
7
4 66,67%
2 33,33%
6
4 16,67% 1 12,50%
20 83,33% 5 62,50%
0
24 8
12 54,54% 11 100,00%
22
2 25,00%
10 45,45% 0
2 20,00%
8 80,00%
0
10
5 50,00%
5 50,00%
10
3 21,43% 0
11 78,57% 6 100,00% 8 66,67%
0
14 6
2 16,67%
12
7 53,85% 3 50,00% 10 76,92%
13
0
6 46,15% 3 50,00% 3 23,08%
31
Pendidikan SD
Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999
2 16,67%
11
6 13
Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
0
1 100,00%
0
1
1 100,00%
0
1
2 18,18% 5 16,67% 0
9 81,81% 23 76,67% 0
0
11 30
7 70,00% 18 58,06% 0
10
2 6,67% 0
3 30,00% 13 41,94% 0
0
1 100,00%
0
1
1 100,00%
0
1
0
31 0
71
BAB VII PERILAKU KHALAYAK MENONTON PROGRAM KOMEDI
Penilaian khalayak terhadap Extravaganza dan Komedi Betawi dilihat dari penilaian responden terhadap cerita, pemeran, unsur musik, dan unsur komedi yang terdapat disetiap program komedi tersebut. Penilaian Khalayak Terhadap Cerita Penilaian variabel cerita dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat menarik, menarik, kurang menarik, tidak menarik, dan lupa. Setiap responden mengisi kuesioner selama dua minggu, untuk empat kali penayangan Extravaganza dan dua kali penayangan Komedi Betawi. 7.1.1 Penilaian terhadap Cerita Extravaganza Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap cerita yang telah mereka lihat selama dua minggu.
Hasil
pengisian kuesioner penilaian terhadap cerita Extravaganza dapat dilihat dapat dilihat pada tabel enam. Sebagian besar responden menyatakan bahwa cerita Extravaganza adalah menarik, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 87,10 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan cerita Extravaganza menarik sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan ceritanya menarik adalah sebesar 85,71 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan ceritanya menarik
72
sebesar 91,30 persen dari 23 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 77,78 persen dari sembilan orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan cerita Extravaganza menarik adalah sebesar 87,50 persen dari delapan orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 85,71 persen dari 14 orang responden, sebesar 88,89 persen dari sembilan orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar 81,82 persen dari 11 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan cerita Extravaganza menarik, yaitu seratus persen dari dua orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 83,33 persen dari 12 responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 84,62 persen dari 26 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari dua orang responden berusia diatas 64 tahun.
73
Tabel 6.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Cerita Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Ciri Pribadi Sangat Menarik
Cerita Extravaganza Kurang Tidak Menarik Menarik Menarik
Lupa
Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
2 18,18%
9 81,82%
0
0
0
11 100,00%
Perempuan
4 12,90%
27 87,10%
0
0
0
31 100,00%
1 33,33% 1 14,29% 2 8,70%
2 66,67% 6 85,71% 21 91,30%
0
0
0
3
0
0
0
7
0
0
0
23
2 22,22%
7 77,78%
0
0
0
9
1 12,50% 2 14,29%
7 87,50% 12 85,71%
0
0
0
8
0
0
0
14
1 11,11% 2 18,18%
8 88,89% 9 81,82%
0
0
0
9
0
0
0
11
0
2 100,00%
0
0
0
2
2 16,67% 4 15,38%
10 83,33% 22 84,62%
0
0
0
12
0
0
0
26
50 tahun - 64 tahun
0
0
0
0
0
0
> 64 tahun
0
2 100,00%
0
0
0
2
Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999 Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun
7.1.2 Penilaian terhadap Cerita Komedi Betawi Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap cerita yang telah mereka lihat selama dua minggu dan penilaian terhadap mutu cerita Komedi Betawi dapat dilihat pada tabel tujuh.
74
Sebagian besar responden menyatakan bahwa mutu cerita Komedi Betawi adalah menarik, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 93,55 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan cerita Komedi Betawi menarik sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan ceritanya menarik adalah sebesar 85,71 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan ceritanya menarik sebesar 92 persen dari 25 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar seratus persen dari tujuh orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan cerita Komedi Betawi menarik adalah sebesar seratus persen dari 10 orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 76,92 persen dari 13 orang responden, sebesar 83,33 persen dari enam orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar seratus persen dari 13 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan cerita Komedi Betawi menarik, yaitu seratus persen dari satu orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 88,89 persen dari sembilan responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 90,322 persen dari 31 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari satu orang responden berusia diatas 64 tahun.
75
Tabel 7.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Cerita Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Ciri Pribadi Sangat Menarik
Cerita Komedi Betawi Kurang Tidak Menarik Menarik Menarik
Lupa
Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
0
9 81,82%
2 18,18%
0
0
11
2 6,45%
29 93,55%
0
0
0
31
1 33,33% 1 14,29% 0
2 66,67% 6 85,71% 23 92,00%
0
0
0
3
0
0
0
7
2 8,00%
0
0
25
Perguruan Tinggi
0
7 100,00%
0
0
0
7
Pengeluaran < Rp. 600.000
0
10 100,00% 10 76,92%
0
0
0
10
1 7,69%
0
0
13
Perempuan Pendidikan SD SLTP SLTA
Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999
2 15,38%
Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999
0
5 83,33%
1 16,67%
0
0
6
> Rp. 1.749.999
0
13 100,00%
0
0
0
13
<17 tahun
0
0
0
0
1
17 tahun - 24 tahun
0
1 100,00% 8 88,89%
1 11,11%
0
0
9
25 tahun - 49 tahun
2 6,45% 0
28 90,32% 0
1 3,23% 0
0
0
31
0
0
0
0
1 100,00%
0
0
0
1
Usia
50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
7.2 Penilaian Khalayak Terhadap Pemeran Penilaian khalayak terhadap pemeran dalam Extravaganza maupun Komedi Betawi dikategorikan menjasi sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, dan lupa. Untuk menjawab kategori yang dimaksud, maka responden diberikan
76
kuesioner yang berisikan tentang nama-nama pemain Extravaganza dan Komedi Betawi yang harus responden isi. Sembilan orang untuk acara Extravaganza dan lima orang untuk Komedi Betawi. Jika Responden dapat menyebutkan semua para pemain maka dapat dikategorikan memiliki pengetahuan yang tinggi, sedangkan jika responden hanya dapat menyebutkan nol sampai lima nama pemain Extravaganza dan nol sampai dengan tiga pemain Komedi Betawi, maka dapat dikategorikan berpengetahuan rendah. Hasil pengisian kuesioner mengenai nama pemain dapat dilihat ditabel delapan. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi akan namanama pemain Extravaganza, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 90,32 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan nama-nama pemain Extravaganza sebesar seratus persen dari tiga orang responden, setara SLTP adalah sebesar 85,71 persen dari tujuh responden, setara SLTA sebesar 91,30 persen dari 23 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 77,78 persen dari delapan orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan nama-nama pemain Extravaganza adalah sebesar 87,50 persen dari sembilan orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000
sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan
sebesar 92,86 persen dari 14 orang responden, sebesar 77,78 persen dari sembilan orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai
77
dengan Rp.1.749.999, dan sebesar 90,91 persen dari 11 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan nama pemain Extravaganza, yaitu seratus persen dari dua orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 83,33 persen dari 12 responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 84,62 persen dari 26 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari dua orang responden berusia diatas 64 tahun. Responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan nama-nama pemain Komedi Betawi adalah responden laki-laki sebesar 72,73 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 90,65 persen dari 31 responden berpengetahuan rendah akan nama pemain Komedi Betawi. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar memiliki pengetahuan yang rendah akan nama pemain Komedi Betawi sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang berpengetahuan tinggi adalah sebesar 57,14 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 80 persen dari 25 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 57,14 dari tujuh orang responden memiliki pengetahuan yang tinggi akan nama-nama pemain Komedi Betawi. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan memiliki pengetahuan yang rendah adalah 60 persen dari 10 orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 84,62 persen dari 13 orang responden, sebesar
78
66,67 persen dari enam orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999 memiliki pengetahuan yang tinggi, dan sebesar 69,23 persen dari 13 responden berpengetahuan rendah memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi akan nama pemain Komedi Betawi menarik, yaitu seratus persen dari satu orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 66,67 persen dari sembilan responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun. Responden yang memiliki pengetahuan yang rendah sebesar 77,42 persen dari 32 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari satu orang responden berusia diatas 64 tahun.
79
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Nama Pemain Extravaganza dan Komedi Betawi, dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Pengetahuan Khalayak Ciri Pribadi Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki
Extravaganza Rendah Jumlah
9 81,82% 28 90,32%
2 18,18% 3 9,68%
SD
3 100,00%
-
SLTP
7 85,71% 21 91,30% 6 77,78%
1 14,29% 2 8,70% 2 22,22%
8 87,50%
1 12,50%
13 92,86%
Perempuan
11
Tinggi
Komedi Betawi Rendah Jumlah
8 72,73% 6 19,35%
3 27,27% 25 90,65%
3
1 33,33%
2 66,67%
3
7
4 57,14% 5 20,00% 4 57,14%
3 42,86% 20 80,00% 3 42,86%
7
9
4 40,00%
6 60,00%
10
1 7,14%
14
2 15,38%
11 84,62%
13
7 77,78% 10 90,91%
2 22,22% 1 9,09%
9
4 66,67% 4 30,77%
2 33,33% 9 69,23%
6
2 100,00% 10 83,33%
-
2
-
1
2 16,67%
12
1 100,00% 6 66,67%
3 33,33%
9
3 11,54% -
26
25 77,42% 1 100,00%
32
31
11 31
Pendidikan
SLTA Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999
23 8
11
25 7
13
Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
23 88,46% 2 100,00%
2
7 22,58% -
1
7.2.1`Penilaian terhadap Pemeran Extravaganza Pengetahuan responden terhadap nama pemain Extravaganza menjadi dasar untuk memberikan penilaian terhadap pemeran. Penilaian terhadap pemeran
80
dibagi menjadi lima, yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, dan lupa yang dilakukan oleh responden selama dua minggu.
Hasil pengisian
kuesioner penilaian terhadap pemeran Extravaganza dapat dilihat dapat dilihat pada tabel sembilan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa pemeran Extravaganza adalah sesuai, responden laki-laki sebesar 90,91 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 74,19 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan pemeran Extravaganza sesuai sebesar seratus persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan pemerannya sesuai adalah sebesar 57,14 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan pemerannya sesuai sebesar 78,26 persen dari 23 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 88,89 persen dari sembilan orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan pemerannya Extravaganza sesuai adalah sebesar 62,50 persen dari delapan orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 78,57 persen dari 14 orang responden, sebesar seratus persen dari sembilan orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar 66,67 persen dari 11 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan pemeran Extravaganza sesuai, yaitu seratus persen dari dua orang responden berusia kurang dari 17
81
tahun, sebesar 66,67 persen dari 12 responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 80,77 persen dari 26 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari dua orang responden berusia diatas 64 tahun. Tabel 9.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Pemeran Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006
Ciri Pribadi Sangat Sesuai
Pemeran Extravaganza Kurang Tidak Sesuai Sesuai Sesuai
1 9,09% 8 25,81%
10 90,91% 23 74,19%
0
0
Lupa
Jumlah
0
0
11
0
0
0
31
0
0
0
3
0
0
0
7
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SLTP
3 42,86%
3 100,00% 4 57,14%
SLTA
5 21,74% 1 11,11%
18 78,26% 8 88,89%
0
0
0
23
0
0
0
9
3 37,50%
5 62,50%
0
0
0
8
3 21,42%
11 78,57%
0
0
0
14
0
9 100,00% 8 66,67%
0
0
0
9
0
0
0
11
0
2 100,00%
0
0
0
2
4 33,33% 5 19,23% 0
8 66,67% 21 80,77% 0
0
0
0
12
0
0
0
26
0
0
0
0
0
2 100,00%
0
0
0
2
Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999
3 27,27%
Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
82
7.2.2 Penilaian Terhadap Pemeran Komedi Betawi Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap pemeran yang telah mereka lihat selama dua minggu dan penilaian terhadap pemeran Komedi Betawi dapat dilihat pada tabel sepuluh. Sebagian besar responden menyatakan bahwa pemeran Komedi Betawi adalah sesuai, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 93,55 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan cerita Komedi Betawi menarik sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan pemerannya sesuai adalah sebesar 66,67 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan ceritanya menarik sebesar 92 persen dari 25 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar seratus persen dari tujuh orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan pemeran Komedi Betawi sesuai adalah sebesar seratus persen dari 10 orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 76,92 persen dari 13 orang responden, sebesar 83,33 persen dari enam orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar seratus persen dari 13 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan pemeran Komedi Betawi sesuai, yaitu seratus persen dari satu orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 88,89 persen dari sembilan responden berusia antara 17 tahun
83
sampai dengan 24 tahun, sebesar 90,63 persen dari 32 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari satu orang responden berusia diatas 64 tahun. Tabel 10.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Pemeran Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi Sangat Sesuai
Pemeran Komedi Betawi Kurang Tidak Sesuai Sesuai Sesuai
Lupa
Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
0
9 81,82%
2 18,18%
0
0
11
2 6,45%
29 93,55%
0
0
0
31
1 33,33% 1 33,33% 0
2 66,67% 6 66,67% 23 92,00%
0
0
0
3
0
0
0
7
2 8,00%
0
0
25
Perguruan Tinggi
0
7 100,00%
0
0
0
7
Pengeluaran < Rp. 600.000
0
10 100,00% 10 76,92% 5 83,33%
0
0
0
10
1 7,69% 1 16,67%
0
0
13
0
0
6
Perempuan Pendidikan SD SLTP SLTA
Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999
2 15,38% 0 0
13 100,00%
0
0
0
13
<17 tahun
0
0
0
0
1
17 tahun - 24 tahun
0
1 100,00% 8 88,89%
1 11,11%
0
0
9
25 tahun - 49 tahun
2 6,25%
29 90,63%
1 3,13%
0
0
32
50 tahun - 64 tahun
0
0
0
0
0
0
> 64 tahun
0
1 100,00%
0
0
0
1
Usia
84
7.3 Penilaian Khalayak Terhadap Unsur Musik Salah satu variabel yang diukur adalah unsur musik yang kerap mengiringi penayangan tayangan Extravaganza dan Komedi Betawi. Ukuran penilaiannya adalah sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, lupa. 7.3.1 Penilaian terhadap unsur musik Extravaganza Penilaian terhadap unsur musik dibagi menjadi lima, yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, dan lupa yang dilakukan oleh responden selama dua minggu. Hasil pengisian kuesioner penilaian terhadap unsur musik Extravaganza dapat dilihat dapat dilihat pada tabel sebelas. Sebagian besar responden menyatakan bahwa unsur musik Extravaganza adalah sesuai, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 90,32 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan unsur musik Extravaganza sesuai sebesar 80 persen dari lima orang responden, setara SLTP yang menyatakan unsur musiknya sesuai adalah sebesar 60 persen dari lima responden, setara SLTA yang menyatakan unsur musiknya sesuai sebesar 95,65 persen dari 23 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 88,89 persen dari sembilan orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan unsur musik Extravaganza sesuai adalah sebesar 75 persen dari delapan orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 92,86 persen dari 14 orang responden, sebesar 77,78 persen dari sembilan orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan
85
sebesar seratus persen dari 11 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Sebagian besar menyatakan unsur musik Extravaganza sesuai, yaitu 50 persen dari dua orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 91,67 persen dari 12 responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 92,31 persen dari 25 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan 50 persen dari dua orang responden berusia diatas 64 tahun. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Musik Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Sangat Sesuai
Unsur Musik Extravaganza Kurang Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Lupa
2 18,18% 3 8,68%
9 81,82% 28 90,32%
0
0
0
11
0
0
0
31
1 20,00% 2 40,00% 1 4,35% 1 11,11%
4 80,00% 3 60,00% 22 95,65% 8 88,89%
0
0
0
5
0
0
0
5
0
0
0
23
0
0
0
9
2 25,00% 1 7,14%
6 75,00% 13 92,86%
0
0
0
8
0
0
0
14
2 22,22% 0
7 77,78% 11 100,00%
0
0
0
9
0
0
0
11
1 50,00% 1 8,33% 2 7,69% 0
1 50,00% 11 91,67% 24 92,31% 0
0
0
0
2
0
0
0
12
0
0
0
26
0
0
0
0
1 50,00%
1 50,00%
0
0
0
2
Jumlah
Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999 Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
86
7.3.2 Penilaian Terhadap Unsur Musik Komedi Betawi Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap unsur musik yang telah mereka lihat selama dua minggu dan penilaian terhadap unsur musik Komedi Betawi dapat dilihat pada tabel dua belas. Sebagian besar responden menyatakan bahwa unsur musik Komedi Betawi adalah sesuai, responden laki-laki sebesar 81,82 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 74,19 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan unsur musik Komedi Betawi sangat sesuai sebesar seratus persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan musiknya sesuai adalah sebesar 42,86 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan musik sesuai sebesar 96 persen dari 25 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 71,43 dari tujuh orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan musik Komedi Betawi sesuai adalah sebesar 60 persen dari 10 orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000
sampai
dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 76,92 persen dari 13 orang responden, sebesar 83,33 persen dari enam orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar 84,62 persen dari 13 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan musik Komedi Betawi sangat sesuai, yaitu seratus persen dari satu orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 44,44 persen dari sembilan responden berusia antara 17 tahun
87
sampai dengan 24 tahun, dan responden yang menyatakan unsur musik Komedi Betawi sesuai adalah sebesar 93,57 persen dari 31 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari satu orang responden berusia diatas 64 tahun mengatakan bahwa unsur musik Komedi Betawi kurang sesuai. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Musik Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi Sangat Sesuai
Unsur Musik Komedi Betawi Kurang Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Lupa
Laki-laki
1 9,09%
9 81,82%
1 9,09%
0
0
11
Perempuan
5 16,13%
23 74,19%
3 9,68%
0
0
31
3 100,00% 2 28,57% 1 4,00%
0
0
0
0
3
3 42,86% 24 96,00%
2 28,57% 0
0
0
7
0
0
25
0
5 71,43%
2 28,57%
0
0
7
2 20,00% 2 15,38% 0
6 60,00% 10 76,92% 5 83,33%
2 20,00% 1 7,96% 1 16,67%
0
0
10
0
0
13
0
0
6
2 15,38%
11 84,62%
0
0
0
13
1 100,00% 4 44,44%
0
0
0
0
1
3 33,33%
2 22,22%
0
0
9
25 tahun - 49 tahun
1 3,23%
29 93,57%
1 3,23%
0
0
31
50 tahun - 64 tahun
0
0
0
0
0
> 64 tahun
0
0
1 100,00%
0
0
Jumlah
Jenis Kelamin
Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999 Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun
1
88
7.4 Penilaian Khalayak Terhadap Unsur Komedi Responden juga mengukur unsur komedi yang terdapat pada tayangan Extravaganza dan Komedi Betawi yang dinilai dari sangat lucu, lucu, kurang lucu, tidak lucu, dan lupa. 7.4.1 Penilaian terhadap unsur komedi Extravaganza Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap unsur komedi yang telah mereka rasakan selama dua minggu. Hasil pengisian kuesioner penilaian terhadap unsur komedi Extravaganza dapat dilihat dapat dilihat pada tabel tiga belas. Sebagian besar responden menyatakan bahwa unsur komedi Extravaganza adalah lucu, responden laki-laki sebesar 72,73 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 58,06 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan unsur komedi Extravaganza lucu sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan unsur komedinya lucu adalah sebesar 71,43 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan unsur komedinya lucu sebesar 56,52 persen dari 23 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 77,78 persen dari sembilan orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan unsur komedi Extravaganza lucu adalah sebesar 75 persen dari delapan orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 71,43 persen dari 14 orang responden, sebesar 77,78 persen dari sembilan orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan
89
sebesar 72,73 persen dari 11 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Sebagian besar responden menyatakan unsur komedi Extravaganza lucu, yaitu 50 persen dari dua orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 58,33 persen dari 12 responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun mengatakan unsur komedi Extravaganza sangat lucu, sebesar 73,08 persen dari 26 responden berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, dan 50 persen dari dua orang responden berusia diatas 64 tahun.
90
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Komedi Extravaganza dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi Sangat Lucu
Unsur Komedi Extravaganza Kurang Tidak Lucu Lucu Lucu Lupa
Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
3 27,27%
8 72,73%
0
0
0
11
Perempuan
13 41,94%
18 58,06%
0
0
0
31
2 66,67% 2 28,57% 10 43,48%
1 33,33% 5 71,43% 13 56,52%
0
0
0
3
0
0
0
7
0
0
0
23
2 22,22%
7 77,78%
0
0
0
9
2 25,00% 4 28,57% 7 77,78%
6 75,00% 10 71,43% 2 22,22%
0
0
0
8
0
0
0
14
0
0
0
9
3 27,27%
8 72,73%
0
0
0
11
1 50,00% 7 58,33% 7 26,92%
1 50,00% 5 41,67% 19 73,08%
0
0
0
2
0
0
0
12
0
0
0
26
0
0
0
0
0
0
1 50,00%
1 50,00%
0
0
0
2
Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pengeluaran < Rp. 600.000 Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999 Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999 > Rp. 1.749.999 Usia <17 tahun 17 tahun - 24 tahun 25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
7.4.2 Penilaian terhadap unsur komedi Komedi Betawi Penilaian yang dilakukan oleh responden merupakan hasil pengamatan mereka terhadap unsur komedi yang telah mereka rasakan selama dua minggu dan
91
penilaian terhadap unsur komedi Komedi Betawi dapat dilihat pada tabel empat belas. Sebagian besar responden menyatakan bahwa unsur komedi Komedi Betawi adalah lucu, responden laki-laki sebesar 63,64 persen dari 11 orang responden, dan responden perempuan sebesar 83,87 persen dari 31 responden. Responden yang berada pada tingkat pendidikan setara sekolah dasar menyatakan unsur komedi Komedi Betawi lucu sebesar 66,67 persen dari tiga orang responden, setara SLTP yang menyatakan unsur komedinya lucu adalah sebesar 57,14 persen dari tujuh responden, setara SLTA yang menyatakan unsur komedinya lucu sebesar 88 persen dari 25 responden, dan setara perguruan tinggi sebesar 71,43 persen dari tujuh orang responden. Responden dengan total pengeluaran kurang dari Rp.600.000 per bulan menyatakan unsur komedi Komedi Betawi lucu adalah sebesar 80 persen dari 10 orang responden, responden yang total pengeluarannya antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan sebesar 69,23 persen dari 13 orang responden, sebesar seratus persen dari enam orang berada pada total pengeluaran per bulan antara Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.749.999, dan sebesar 76,92 persen dari 13 responden memiliki total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia responden juga menjadi salah satu variabel yang diukur. Sebagian besar responden berdasarkan variabel ini menyatakan unsur komedi Komedi Betawi lucu, yaitu seratus persen dari satu orang responden berusia kurang dari 17 tahun, sebesar 66,67 persen dari sembilan responden berusia antara 17 tahun sampai dengan 24 tahun, sebesar 83,87 persen dari 32 responden berusia antara 25
92
tahun sampai dengan 49 tahun, dan seratus persen dari satu orang responden berusia diatas 64 tahun. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Unsur Komedi Komedi Betawi dan Ciri Pribadinya di RT 07 dan RT 12, Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2006 Ciri Pribadi Sangat Lucu
Unsur Komedi Komedi Betawi Kurang Tidak Lucu Lucu Lucu
Lup a
Jumla h
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
0
7 63,64%
4 36,36%
0
0
11
1 3,23%
26 83,87%
4 12,90%
0
0
31
0
2 66,67% 4 57,14% 22 88,00%
1 33,33% 2 28,57% 3 12,00%
0
0
3
0
0
7
0
0
25
Pendidikan SD SLTP
1 14,29%
SLTA Perguruan Tinggi
0
5 71,43%
2 28,57%
0
0
7
Pengeluaran < Rp. 600.000
0
8 80,00% 9 69,23%
2 20,00% 3 23,08%
0
0
10
0
0
13
6 100,00 % 10 76,92%
0
0
0
6
3 23,08%
0
0
13
Rp. 600.000 - Rp. 1.249.999
1 7,69%
Rp. 1.250.000 - Rp. 1.749.999
0
> Rp. 1.749.999
0
Usia <17 tahun
0
17 tahun - 24 tahun
0
25 tahun - 49 tahun 50 tahun - 64 tahun > 64 tahun
1 100,00 % 6 66,67%
0
0
0
1
3 33,33%
0
0
9
1 3,23% 0
27 83,87% 0
4 12,90% 0
0
0
32
0
0
0
0
0
1 100,00%
0
0
1
93
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Program komedi merupakan acara yang paling banyak diminati, khususnya untuk stasiun Trans TV, hal ini berdasarkan pada hasil polling pada setiap hari ulang tahun Trans TV, yaitu acara yang paling diminati dan berada di urutan nomor satu adalah acara komedi, yaitu Extravaganza dan di urutan kedua adalah Komedi Betawi. Program komedi ini pada permulaan proses pembuatan dan produksi telah ditetapkan segmentasi khalayaknya. Profil khalayak, pola menonton, dan perilaku menonton khalayak didapatkan dari hasil penelitian. Profil khalayak didapatkan melalui karakteristik khalayak, yaitu jenis kelamin, pendidikan, pengeluaran, dan usia khalayak. program komedi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Khalayak
Sebagian besar
khalayak berada pada tingkat pendidikan setara SLTA dan perguruan tinggi. Total pengeluaran khalayak berada antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 dan jumlah pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia khalayak berada pada rentang usia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun. Durasi menonton khalayak tiap harinya rata-rata dua jam sampai dengan empat jam dengan pilihan acara yang paling banyak diminati adalah acara komedi. Extravaganza dan Komedi Betawi merupakan program komedi yang paling banyak ditonton oleh khalayak. Khalayak menyatakan selalu menonton program komedi Extravaganza dan tidak tentu menonton program Komedi Betawi setiap minggunya.
Khalayak
menyatakan bahwa cerita Extravaganza dan Komedi Betawi menarik, pemeran
94
acara tersebut sesuai dengan peranannya, unsur musik yang juga sesuai dengan tema cerita, serta unsur komedi yang dikategorikan lucu untuk kedua program komedi tersebut. Segmentasi juga
terbentuk
pada
khalayak,
yaitu
untuk
tayangan
Extravaganza, responden laki-laki dan perempuan berimbang persentasenya. Sebagian besar khalayak berpendidikan setara SLTA dengan total pengeluaran antara Rp.600.000 sampai dengan Rp.1.249.999 per bulan. Usia khalayak berada pada rentang usia 25 tahun sampai dengan 49 tahun. Responden untuk tayangan Komedi Betawi, responden laki-laki dan perempuan
juga
berimbang
persentasenya.
Sebagian
besar
khalayak
berpendidikan setara SLTA dengan total pengeluaran lebih dari Rp.1.749.999 per bulan. Usia khalayak berada pada rentang usia 25 tahun sampai dengan 49 tahun. Segmentasi yang terbentuk pada khalayak dibandingkan dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh stasiun televisi untuk program komedi Extravaganza sesuai untuk variabel jenis kelamin, yaitu khalayak laki-laki dan perempuan dengan tingkat pendidikan setara SLTA, dan khalayak yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 49 tahun, akan tetapi tidak sesuai untuk variabel total pengeluaran, yaitu termasuk kelompok Adan B untuk segmentasi yang ditetapkan stasiun Trans TV sedangkan khalayak yang menonton Extravaganza yang terbentuk di masyarakat berada pada kelompok C. Segmentasi yang terbentuk pada khalayak dibandingkan dengan segmentasi yang telah ditetapkan oleh stasiun televisi untuk program komedi Komedi Betawi sesuai untuk variabel jenis kelamin, yaitu khalayak laki-laki dan perempuan
95
dengan tingkat pendidikan setara SLTA, dan khalayak yang berusia diatas 17 tahun, akan tetapi tidak sesuai untuk variabel total pengeluaran, yaitu termasuk kelompok C dan D untuk segmentasi yang ditetapkan stasiun Trans TV sedangkan khalayak yang menonton Komedi Betawi yang terbentuk di masyarakat berada pada kelompok A.
8.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah agar setiap stasiun televisi dapat lebih memperhatikan segmentasi program acaranya dan waktu penayangan acara tersebut sesuai dengan segmentasi khalayak yang telah ditentukan karna dapat memungkinkan tayangan untuk segmentasi khalayak tertentu dapat dikonsumsi oleh kelompok khalayak lainnya, contohnya tayangan untuk orang dewasa yang dapat dengan mudah dilihat oleh anak-anak.
96
DAFTAR PUSTAKA
Caldwell, John. T. 2000,a. Theories of New Media, A Historical Perspective. The Athlone Press, Great Britain. -----------------------. 2000,b. Audience Research. Pengantar Terhadap Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa. The Thlone Press, Great Britain. Damayanti, Dwi Noverina. 2004. Motivasi Perilaku, Pemenuhan, Kebutuhan dan Kepuasan Khalayak Dalam Menonton Tayangan Infotainment Di RW 02 Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Fajrina, Dinna.2004. Telahaan Terhadap Tingkat Penilaian Khalayak Terhadap Program Televisi, Kasus Program Internal dan Eksternal televisi SCTV. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Kotler,
Philip.1990.
Manajemen
Pemasaran,
Analisis
Perencanaan
dan
Pengendalian. Erlangga. Bandung. Kuswandi, Wawan.1996. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta. Jakarta. Morissan, M.A. 2005. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa. Bandung. Rakhmat, Djalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sari, Diana. 2004. Iklan Televisi sebagai Pertimbangan Bagi Anak-anak dalam Pengambilan Keputusan Membeli Produk Makanan Ringan Kasus Dua Pemukiman di Desa Ciomas Rahayu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
97
Bogor. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Setyobudi, Ciptono, 2004. Pengantar Teknik Broadcasting Televisi. Graga Ilmu. Yogyakarta. The America Heritage. 2000. Dictinary of The English Language, Fourth Edition Copyright. Situs Kamus Bebas http://www.thefreedictionary.com/televisi. Situs Media Televisi http://www.creativeconsultant.com/television.htm Situs Resmi Trans TV http://www.transtv.co.id Situs Televisi Swasta http://www.hamline.edu/apakabar/1995/12/24/0034.html
98
Lampiran 1, Kuesioner 1 SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi di TRANS TV) Karakteristik Responden 1. Nama
: ………………….
2. Jenis Kelamin
: …..………………
3. Usia
: …….…………….
4. Pendidikan Terakhir : ………………….. 5. Berapakah pengeluaran Anda per bulan ? ............................. Program Acara Televisi Lingkari jawaban yang sesuai pada pertanyaan di bawah ini : 1. Berapa jamkah Anda menonton televisi setiap harinya? ................................ jam 2. Apakah acara televisi favorit Anda ? ...................................................................................................................... 3. Apakah Anda menonton program acara Extravaganza di Trans TV ? a. selalu
b. jarang
c. tidak pernah
4. Apakah Anda sering menonton program acara Komedi Betawi di Trans TV ? a. selalu
b. jarang
c. tidak pernah
5. Acara komedi apa saja yang Anda tonton ? ..................................................................................................................... 6. Apakah Anda bersedia untuk mengisi kuesioner yang berhubungan dengan program acara televisi yang Anda tonton selama dua minggu? Bersedia / Tidak Bersedia
99
Lampiran 2, Kuesioner 2 SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi di TRANS TV) Nama
:
Hari
:
Tanggal
:
Isilah program acara televisi apa saja yang Anda tonton dalam satu hari No.
Jam
Program Acara
100
Lampiran 3, kuesioner 3 SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi di TRANS TV) 1. Berapa kali dalam seminggu Anda Menonton program acra Extravagnza di Trans TV ? a. 1 kali
b. 2 kali
c. Tidak tentu
2. Jika Anda pernah atau sering menonton program acara Extravaganza di Trans TV, apakah Anda mengetahui siapa sajakah para pemain yang mengisi acara tersebut ? a. Ya
b. Tidak
3. Siapakah nama-nama pemain yang mengisi program acara Extravaganza a. ............... b. ............... c. ............... d. ............... e. ............... f. ............... g. ............... h. ............... i. ...............
4. Apakah Anda mengetahui siapa sajakah para pemain yang mengisi acara Komedi Betawi ? a. Ya
b. Tidak
5. Siapakah nama-nama pemain yang mengisi program acara Komedi Betawi ? a. .............. b. .............. c. .............. d. ..............
101
e. .............. 6. Apakah menurut Anda program acara Komedi Betawi dan Extravaganza ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat ? a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban pertanyaan no. 6 ”Ya”, sebutkan alasannya dan juga disertai alasan untuk jawaban ”Tidak” pada pertanyaan no.6) Alasan:.................................................................................................................. 7. Dengan siapakah biasanya Anda menonton televisi ? ..............................................................................................................................
102
Program Acara Komedi Betawi 1. Menurut Anda apakah cerita Komedi Betawi...... 7.5 Sangat menarik
d. Tidak Menarik
7.6 Menarik
e. Lupa
7.7 Kurang Menarik 2. Menurut Anda apakah pemeran dalam acara Komedi Betawi..... a. Sangat sesuai
d. Tidak Sesuai
b. Sesuai
e. Lupa
c. Kurang Sesuai 3. Menurut Anda apakah unsur komedi dalam acara Komedi Betawi..... a. Sangat lucu
d. Tidak lucu
b. Lucu
e. Lupa
c. Kurang lucu 4. Menurut Anda apakah musik dalam Komedi Betawi..... a. Sangat sesuai
d. Tidak Sesuai
b. Sesuai
e. Lupa
c. Kurang Sesuai
103
Panduan Pertanyaan Stasiun Televisi Apakah tujuan yang ingin dicapai dengan diproduksinya Extravaganza / Komedi Betawi ? 1. Apakah pada mulanya program acara Extravaganza / Komedi Betawi memiliki segmentasi khalayak tertentu? 2. Bagaimanakah segmentasi khalayak acara Extravaganza / Komedi Betawi? 3. Darimanakah didapatkannya ide cerita dan kreatifitas untuk memproduksi acara Extravaganza / Komedi Betawi setiap minggunya? 4.Topik apa sajakah yang pernah diangkat menjadi bahan ide cerita di acara Extravaganza / Komedi Betawi? 5. Kira-kira topik apa sajakah yang paling banyak disukai oleh khalayak? 6.Siapakah sasaran khalayak utama program acara Extravaganza / Komedi Betawi? 7.Apakah tayangan Extravaganza / Komedi Betawi ini dapat menjangkau seluruh khalayak? 8.Adakah terobosan baru atau inovasi baru dalam membuat suasana yang berbeda dalam memproduksi Extravaganza / Komedi Betawi? 9.Umpan balik apa yang didapat dari penonton? Responden 1. Dari siapakah Anda mengetahui tentang acara Extravaganza / Komedi Betawi? 2. Mengapa Anda memutuskan untuk menonton program acara tersebut? 3. Hal apa yang paling menarik dari acara Extravaganza / Komedi Betawi? 4. Adakah saran atau masukan yang dapat Anda berikan utuk perkembangan acara Extravaganza / Komedi Betawi?
104
105