PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI” DI TRAS TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008)
DEDI MULYAA
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2010
ABSTRACT DEDI MULYAA. The Public Perception of Reality show Program “Jika Aku Menjadi” on Trans TV. (Case: Undergraduate Students, Department of Communication and Community Development Science who Learn Social Psychology Subject, Bogor Agricultural University, Class of 2006, 2007, and 2008). Supervised by: SUTISA RIYATO. The effectiveness of a television program such as reality show program, “Jika Aku Menjadi” which is broadcast by Trans TV, can be known from the public perception about the program. The objectives of this research are: (1) to determine the exposure level of JAM program; (2) to assess public perception about JAM program and to identify the packaging criteria that determine public perception about JAM program; and (3) to analyze the factors associated with the public perception of JAM program. This research has been conducted by using quantitative and qualitative method at Trans TV and Bogor Agricultural University (BAU) campus on May – June 2010. The respondents involved in this research were about 76 people from the total population who were selected through stratified random sampling. The data have been analyzed by using Chi Square test and Spearman Rank Correlation, supported by SPSS Program for Windows version 17.0. The results of this research show that the exposure level of JAM Program to its audience is low due to the low frequency of watching among respondents. In addition to this fact, the public perception of JAM program on Trans TV, is less well assessed based on this research. The story content revealed as the most decisive perception criteria of broadcasting program on the television. The intrinsik and extrinsic factors of audience, have no tangible connection with the perception formation process of JAM program. In the other hand, the exposure of JAM program is known to has a significant correlation with the perception of JAM program. Keywords: Audience, Exposure, Perception
RIGKASA DEDI MULYAA. Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Reality show “JIKA AKU MENJADI” di TRANS TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008). Di bawah bimbingan SUTISA RIYATO. Dewasa ini kehidupan sehari-hari masyarakat modern tidak pernah terlepas dari media massa. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Berbagai acara televisi seperti siaran berita, pendidikan, keagamaan, politik, ekonomi, hiburan (sinetron, kuis, infotainment, reality show), dan sebagainya. Salah satu program tayangan stasiun televisi yang sedang digemari adalah reality show. Reality show merupakan suatu jenis program acara televisi yang pendokumentasian rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum. Salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara reality show yang berisi tentang fenomena kehidupan sehari-hari adalah Trans TV melalui program “Jika Aku Menjadi” (JAM). JAM adalah suatu program reality show yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, dan lain-lain. Informasi dalam JAM ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima-tidaknya oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik.. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Dengan demikian, bagus tidaknya mutu suatu program reality show JAM tergantung pada penilaian dan persepsi dari khalayak yang telah menonton acara tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keterdedahan program acara reality show JAM, mengkaji persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM dan mengidentifikasi kriteria kemasan yang menentukan persepsi, serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi persepsi khalayak tentang program acara reality show JAM yang tayangkan di Trans TV. Penelitian ini dilakukan di dua tempat, untuk melihat secara jelas program reality show JAM dilakukan di stasiun Trans TV, sedangkan untuk melihat persepsi khalayak program reality show dilakukan di Kampus IPB. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu Mei sampai Juni 2010. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi mahasiswa SKPM yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial pada angkatan 43, 44, dan 45 dengan jumlah populasi 309. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya .
Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji Chi Square dan uji korelasi Rank Spearman yang diolah dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi Square digunakan untuk menguji hubungan faktor intrinsik (skala nominal) dengan persepsi program JAM. Uji korelasi Rank Spearman untuk menguji hubungan faktor intrinsik (skala ordinal) dan faktor ekstrinsik (skala ordinal) dengan persepsi program JAM. Keterdedahan program JAM Trans TV (cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi, dan frekuensi menonton) pada khalayak dinilai rendah, karena waktu luang responden untuk menonton sedikit, sebagian besar digunakan untuk kegiatan kampus.Keterdedahan ini bisa dilihat dari persentase durasi menonton sebesar 18,42 persen (full menonton 31-60 menit), dan frekuensi menonton sebesar 5,27 persen (5-8 kali menonton dalam sebulan). Persepsi responden tentang program JAM Trans TV kurang baik (skor ∑ = 2.75) ini berarti bahwa persepsi responden tidak setuju. Dari ke-enam kriteria persepsi yang paling menetukan acara adalah isi cerita. Kriteria isi cerita merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap program JAM yang ditayangkan. Hasil Uji Chisquare dan Rank Spearman menunjukkan bahwa beberapa variabel yang memiliki hubungan nyata dengan persepsi, yaitu antara frekuensi menonton dengan talent. Faktor intrinsik khalayak (usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua) dan faktor ekstrinsik khalayak (ketersediaan TV, interaksi teman, dan interaksi keluarga) tidak berhubungan nyata dengan proses pembentukan persepsi terhadap program JAM (isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan). Keterdedahan program JAM berhubungan nyata (p<0,05) dengan persepsi tentang program JAM.
PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI” DI TRAS TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008)
Oleh: DEDI MULYAA I34062926
Skripsi Sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2010
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA ISTITUT PERTAIA BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama
: Dedi Mulyana
NRP
: I34062926
Departemen
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Reality show
JIKA AKU MENJADI di TRANS TV
(Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Sutisna Riyanto, MS IP. 19620115 198803 1 004
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS IP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:
PERYATAA DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU MENJADI DI TRANS (KASUS : MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR, DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESERTA MATA KULIAH PSIKOLOGI SOSIAL, ANGKATAN 2006, 2007, DAN 2008)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Agustus 2010
Dedi Mulyana I3406926
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dedi Mulyana lahir di Cianjur, 8 November 1987. Penulis adalah anak keenam dari delapan bersaudara yang terlahir dari pasangan Bapak Eben dan Almarhumah Ibu Enung. Pendidikan yang sudah ditempuh adalah SD Negeri 1 Sukawangi-Cianjur (1994-2000), SLTP Negeri 2 Sukanagara-Cianjur (2000-2003), dan SMU Negeri 1 Sukanagara-Cianjur (20032006). Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun kedua penulis memilih Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB. Untuk melengkapi kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor Kewirausahaan Agribisnis Departemen Agribisnis FEM IPB. Semenjak memasuki di bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan ekstrakurikuler serta kegiatan kepanitiaan. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti diantaranya PEMIRA 2007, Peringatan Hari Bumi FEMA 2008, COMMNEX 2008, INDEX 2008, MAGIC 2008, Launching kelembagaan FEMA 2008, Pappy Green Campaign 2008, Pekan Ekologi Manusia 2009, Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen (MPF dan MPD 44), Kemah Riset 20082010, BCL 2009, 2nd E’SPENT 2009, DUTA FEMA 2009, BONJOUR 2009, LONIAT (Long With Art KPM), Hari Pelepasan Sarjana SKPM dan FEMA 2009, Expo dan Award Gelar karya PNPM Mandiri 2009, Penyambutan Lawatan Mahasiswa UPM Malaysia 2010, Launching Majalah Respect 2010, First International Conference:Moslem Action on Climate Change 2010, Peringatan Hari Anak Nasional 2010, Eco-Products International Fair 2010, dan lain-lain. Penulis juga aktif di organisasi seperti diantaranya sebagai PSM AGRIA SWARA, Pengurus HIMPRO HIMASIERA, serta BEM FEMA. Selama kuliah penulis pernah magang dibeberapa perusahaan, seperti di LSM KEHATI, PT. Nielsen, dan AXIS. Penulis memiliki kemampuan dalam dunia entertainment, seperti teater, nyanyi, MC atau Presenter dan mengisi di beberapa acara dalam kampus dan luar kampus. Selain itu, Penulis pun selama kuliah pernah mendapatkan beasiswa yaitu dari Bank Indonesia, The Habibie Center (Orbit), Pendampingan Posdaya tiga tahun berturut-turut, dan PPA-BBM selama dua tahun. Penulis pun pernah menjadi Asisten Dosen Dasar-Dasar Komunikasi.
KATA PEGATAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, Skripsi berjudul “Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Reality show JIKA AKU MENJADI di TRANS TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008)” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Skripsi ini mengupas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak tentang program acara reality show JAM, tingkat keterdedahan khalayak terhadap program acara reality show JAM, persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM, dan kriteria yang paling menentukan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV. Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
UCAPA TERIMA KASIH Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Skripsi ini, antara lain: 1)
Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar dalam membimbing dan memberi masukan serta membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi.
2)
Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.
3)
Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.
4)
Dosen Pembimbing
Akademik, Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang
selama ini telah memberikan saran dan kritik serta semangat disetiap langkah penulis. 5)
Almarhumah Ibunda tersayang dan tercinta Enung yang telah mengiringi setiap langkah meskipun jauh di syurga sana, dan Ayahanda tercinta Ebendi Putra yang selalu mendukung penulis baik moril maupun materil sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
6)
Kakak dan adik-adik tersayang (Diny Nurlinda, Dyan Hermansyah, Devi Wahyuni, Dida Rahayu, Dindin Sopandy, Dadang Raisman, dan Dadan) yang telah memberikan dukungan serta dorongan positif.
7)
Pihak Trans TV yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian, terutama Mba Nana (HRD), Gunawan (Produser Jika Aku Menjadi), Mba Shinta (Asprod), Mas Helmi, Mas Dicky, Mba Dian,
dkk (Crew Jika Aku
Menjadi), serta Digun (Crew Trans TV) yang selalu setia menemani Penulis dalam berbirokrasi di Trans TV . Thanks a lot for u all.
8)
Teman-teman satu bimbingan akademik (Angel Indah Permata dan Sulastri) yang selalu berbagi suka dukanya, berbagi jarkom
disaat
pembimbing ada di kampus untuk konsultasi, dan selalu memotivasi penulis untuk maju. 9)
Teman-teman satu Departemen Sains KPM Angkatan 43 yang tidak bisa dijelaskan satu persatu (terutama Fenita Ayu dan Om Indra) yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
10)
Teman-teman Sains KPM Angkatan 44 dan 45 yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.
11)
Bedil dan Tika yang telah berbagi ilmu mengenai olah data penelitian ini.
12)
Dias Erfan yang telah bersedia mengantar saya bolak-balik penelitian ke Trans TV dan membantu segala hal dalam penyelesaian Skripsi ini.
13)
Sahabat-sahabat kontrakan Star House (Akbar, Idham, Idmar, Aryo, Deri, Atak, dan Hendrik) dan kostan Wisma Alma (Handa, Mas Arief, Oli dan Mukhlis) yang selalu memberikan semangat serta berbagi suka duka dengan canda tawa dan kenangan yang tidak terlupakan. Thanks for all guys.
14)
Temen-temen GERETONG (Aero Braco, Molenita, Comelita, Dewi, Asri, Partoghi, Uphe, Arulita dan Irfan) yang kompak banget dan selalu membuat kegokilan di setiap perform meskipun selalu improve. Berkat geretong saya bisa mengekspresikan semua gaya.
15)
Elmo, Darla Ryan, Nana, Yulianceu, Nova, Dwi, Nir, Wulan, Gina, Dina atas kebersamaan kita dalam mengerjakan Skripsi dan menyelingi kepenatan Skripsi dengan jalan-jalan ke berbagai tempat.
16)
Segala pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, menyemangati, dan mengisi hari-hari Skripsi ku dengan tawa, semangat, dan doa.
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRA ........................................................................................ BAB I PEDAHULUA ................................................................................ 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………. 1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 1.4. Kegunaan Penulisan ……………………………………………… BAB II PEDEKATA TEORITIS ............................................................... 2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 2.1.1. Televisi Sebagai Media Massa ............................................ 2.1.1.1. Komunikasi Massa ................................................ 2.1.1.2. Siaran Televisi ....................................................... 2.1.1.3. Fungsi Televisi ...................................................... 2.1.1.2. Siaran Televisi ....................................................... 2.1.2 Program Siaran Televisi ....................................................... 2.1.1.3. Pengertian dan Klasifikasi .................................... 2.1.2.2. Program Acara Televisi Reality show ................... 2.1.2.3. Program Acara Televisi Reality show ................... 2.1.3. Khalayak Siaran televisi ...................................................... 2.1.3.1. Konsep Khalayak .................................................. 2.1.3.2. Tingkatan dan Tipe Khalayak ............................... 2.1.4. Persepsi Khalayak ................................................................ 2.1.4.1. Konsep Persepsi .................................................... 2.1.4.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi ................................................................. 2.2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 2.3. Hipotesis Uji ................................................................................... 2.4. Definisi Operasional ....................................................................... BAB III METODE PEELITIA ................................................................... 3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 3.3. Teknik Pemilihan Populasi dan Sampel ......................................... 3.4. Data dan Instrumentasi ................................................................... 3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ......................................... 3.6. Analisis Data ................................................................................... BAB IV GAMBARA UMUM ......................................................................... 4.1. Deskripsi Umum Trans TV ............................................................ 4.1.1 Sejarah Trans TV ................................................................. 4.1.2. Visi dan Misi Trans TV ....................................................... 4.1.3. Moto dan Logo Trans TV .................................................... 4.1.4. Program Siaran Trans TV .................................................... 4.1.5. Deskripsi Singkat Program Jika Aku Menjadi .................... 4.2. Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Sosial .........................................
Halaman xii xvi xvii xviii 1 1 4 4 5 7 7 7 7 8 9 11 11 11 12 14 15 15 16 18 18
19 20 21 22 27 27 27 27 29 30 31 32 32 32 32 33 33 34 35
xiii
4.2.1. Departemen Sains KPM FEMA .......................................... 4.2.2. Sejarah Perkembangan Mata Kuliah .................................. BAB V FAKTOR ITRISIK DA EKSTRISIK KHALAYAK ............ 5.1. Faktor Intrinsik Khalayak ............................................................... 5.1.1. Jenis Kelamin ....................................................................... 5.1.2. Usia ...................................................................................... 5.1.3. Pekerjaan Orang Tua ........................................................... 5.1.4. Pendapatan Orang Tua ......................................................... 5.2. Faktor Ekstrinsik Khalayak ............................................................ 5.2.1. Ketersediaan Televisi ........................................................... 5.2.2. Interaksi Teman ................................................................... 5.2.3. Interaksi keluarga ................................................................. BAB VI KETERDEDAHA PROGRAM JIKA AKU MEJADI TERHADAP KHALAYAK MAHASISWA ...................................... 6.1. Cara menonton ................................................................................ 6.2. Lokasi menonton ............................................................................ 6.3. Suasana menonton ......................................................................... 6.4. Durasi menonton ............................................................................ 6.5. Frekuensi menonton ....................................................................... BAB VII PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI DI TRAS TV ................ 7.1. Isi cerita .......................................................................................... 7.2. Talent .............................................................................................. 7.3. Narasumber ..................................................................................... 7.4. Keadaan Lokasi .............................................................................. 7.5. Tema cerita ..................................................................................... 7.6. Penayangan ..................................................................................... 7.7. Kriteria yang paling menentukan persepsi khalayak tentang program reality show JAM Trans TV ............................................. BAB FAKTOR-FAKTOR YAG BERHUBUGA DEGA VIII PEMBETUKA PERSEPSI TETAG PROGRAM ACARA REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI DI TRAS TV ................ 8.1. Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi di Trans TV ................................................................................................... 8.1.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Program JAM .. 8.1.2. Hubungan Usia dengan Persepsi Program JAM .................. 8.1.3. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Persepsi Program JAM ...................................................................... 8.1.4. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Persepsi Program JAM ..................................................................... 8.2. ................................ Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi di Trans TV ........ 8.2.1. Hubungan Ketersediaan Televisi dengan Persepsi Program JAM ...................................................................... 8.2.2. Hubungan antara Interaksi Teman dengan Persepsi Program JAM Trans TV ....................................................
36 37 39 39 40 41 42 43 44 45 47 47 49 50 50 51 52 52 54 55 55 56 57 57 57 58
59
59 60 61 61 62 62 63 63
xiv
8.2.3. Hubungan antara Interaksi Keluarga dengan Persepsi Program JAM Trans TV ...................................... 8.3. Hubungan Keterdedahan Program Jika Aku Menjadi dengan Persepsi khalayak tentang Program Reality show Jika Aku Menjadi di Trans TV ....................................................................... 8.3.1. Hubungan Cara Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM ................................... 8.3.2 Hubungan Lokasi Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM ................................... 8.3.3. Hubungan Suasana Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM .................... 8.3.4. Hubungan Durasi Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM ................................... 8.3.5. Hubungan Frekuensi Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM .................... BAB IX KESIMPULA DA SARA ............................................................ 9.1. Kesimpulan ..................................................................................... 9.2. Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ \
63
64 65 67 67 67 68 69 69 69 71
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel 1
Populasi dan Sampel Penelitian ............................................
29
Tabel 2
Jumlah Responden menurut Faktor Intrinsik dan Kategori Mahasiswa (2010)..........................................................
40
Tabel 3
Jumlah Responden menurut Faktor Ekstrinsik dan Kategori Mahasiswa (2010) ……....................................................
45
Tabel 4
Jumlah Responden menurut Ketersediaan Televisi dan Kategori Mahasiswa (2010)..................................................
46
Tabel 5
Jumlah Responden menurut Keterdedahan Program JAM dan Kategori Mahasiswa (2010)........................................
49
Tabel 6
Jumlah Responden menurut Persepsi Khalayak tentang Program JAM dan Kategori Mahasiswa (2010)...................
54
Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi ..............................................
59
Tabel 8
Hubungan Jenis kelamin dengan Keadaan Lokasi ...............
61
Tabel 9
Nilai Koefisien Korelasi Spearman Faktor Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi .................................................................................
62
Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square Keterdedahan Trogram JAM dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi .................................
65
Hubungan Cara Menonton dengan Tema Cerita ..................
66
Tabel 7
Tabel 10
Tabel 11
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
Gambar 1
Kerangka Pemikiran..............................................................
22
Gambar 2
Logo Trans TV……………………………...…...................
35
Gambar 3
Persentase Jenis Kelamin Responden ...................................
42
Gambar 4
Persentase Usia Responden ……..........................................
43
Gambar 5
Persentase Pekerjaan Orang TuaResponden..........................
44
Gambar 6
Persentase Pendapatan Orang TuaResponden.......................
45
Gambar 7
Persentase Ketersediaan Responden......................................
47
Gambar 8
Persentase Interaksi Teman Responden................................
48
Gambar 9
Persentase Interaksi Keluarga Responden.............................
49
Gambar 10
Persentase Cara Menonton Responden ................................
51
Gambar 11
Persentase Lokasi Menonton Responden .............................
51
Gambar 12
Persentase Suasana Menonton Responden............................
52
Gambar 13
Persentase Durasi Menonton Responden..............................
53
Gambar 14
Persentase Frekuensi Menonton Responden.........................
54
xvii
DAFTAR LAMPIRA
Nomor
Halaman
Lampiran 1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.....................
74
Lampiran 2
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi..........................................................................
82
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi..................................................................
83
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Terpaan Program dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi..........................................................................
84
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi..................................................................................
85
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi..................................................................................
93
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Cara Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi..................................................................................
99
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Lokasi Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi..................................................................
104
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Suasana Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi..................................................................
109
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
1
BAB I PEDAHULUA 1.1
Latar Belakang Dewasa ini kehidupan sehari-hari masyarakat modern tidak pernah
terlepas dari media massa. Media massa pada awalnya hanya sebagai kebutuhan sekunder, kini menjadi kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Media massa lahir karena kebutuhan manusia terhadap informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Televisi merupakan media yang paling cepat mengalami perkembangan teknologi. Menurut Kuswandi (1999) dalam Syarief (2008), bahwa jika dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, buku, internet, dan surat kabar, televisi memiliki kelebihan karena merupakan gabungan dari media dengar (audio) dan gambar hidup (visual) yang biasa bersifat informasi, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi membuat orang pada umumnya mengingat 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar, walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum orang akan mengingat 85 persen dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga jam kemudian dan 65 persen setelah tiga hari kemudian (Dwyer, 1998 dalam Priyowidodo, 2008). Dari pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa televisi merupakan media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan yang ditujukan untuk mencapai perubahan bagi masyarakat, tentunya perubahan yang diharapkan merupakan perubahan yang baik untuk masyarakat. Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan penyebaran informasi yang bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan
budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Dengan demikian, televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat
2
meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang di tayangkan Kuswandi (1999) dalam Syarief (2008). Seiring dengan maraknya stasiun televisi swasta yang hadir di Indonesia, persaingan di antara stasiun televisi tersebut semakin tinggi. Sehingga mereka berusaha mengikuti selera pasar dengan menyajikan acara yang menarik dan berlomba-lomba untuk mendapatkan rating paling tinggi. Tingginya rating pada suatu acara tertentu pada dasarnya dapat meningkatkan laba yang diperoleh. Kini acara-acara stasiun televisi semakin beragam. Mereka berlombalomba menyajikan berbagai acara semenarik mungkin sesuai dengan selera khalayak, acara tersebut seperti siaran berita, pendidikan, keagamaan, politik, ekonomi, hiburan (sinetron, kuis, infotainment, reality show), dan sebagainya. Stasiun televisi bersaing menyiarkan acara yang beragam untuk menarik perhatian dan minat khalayak. Dengan semakin banyaknya acara yang disiarkan, maka khalayak memiliki banyak pilihan dalam menonton sesuai dengan selera mereka. Pada era 1990-an, acara yang diminati oleh masyarakat adalah sinetron lokal yang dikemas dengan berbagai cerita yang seakan-akan sebagai kilas balik kehidupan dan cerminan hidup khalayak. Seluruh stasiun televisi di Indonesia bersaing dalam membeli sinetron terbaru. Kemudian di era tahun 2000-an tayangan yang diminati oleh pemirsa semakin beragam, seperti infotainment yang dinanti-nantikan kehadirannya, sinetron bertema religius, kuis-kuis sebagai ajang pencari uang, kontes musik sebagai pencarian bakat, serta reality show bertema cinta dan sosial, berita kriminal, dan bertema remaja yang dikemas dalam berbagai warna. Salah satu program tayangan stasiun televisi yang sedang digemari adalah Reality television yaitu rekayasa realita atau dikenal juga sebagai reality show. Reality show adalah suatu jenis program acara TV dimana pendokumentasian rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa/ tidak menggunakan artis (Isfandiari, 2008). Program reality show ini mengarah pada program TV yang tidak menggunakan skenario, dramatis, menampilkan situasi humoris, mendokumentasikan kejadian-kejadian tertentu, serta mengangkat kehidupan orang biasa. Biasanya mengetengahkan
3
kesedihan, emosi, drama, dan veyeurisme dari kehidupan nyata (Day, 2003 dalam Isfandiari, 2008). Acara realitas (reality show) adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak biasa. Reality show umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasisituasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya. Reality show termasuk acara yang memiliki rating tinggi dan hadir di tengah masyarakat untuk memenuhi permintaan masyarakat akan
hiburan untuk melihat kilas balik
kehidupan atau cerminan hidup yang seakan-akan pernah dialaminya dan benarbenar terjadi1. Hampir seluruh televisi di Indonesia menayangkan program reality show untuk memberikan variasi siaran agar khalayak tidak bosan dengan programprogram yang biasa ditayangkan. Tayangan program reality show yang makin menjamur beberapa tahun belakangan ini seperti di TransTV menyuguhkan JAM, Termehek-mehek, Kado Istimewa, Jhon Pantau, Orang Ketiga, Tangan di Atas, dan lain-lain. Indosiar pun tidak ingin ketinggalan dengan stasiun televisi lain, Take Me Out- Take Him Out, Mama Mia, Akademi fantasi Indosiar (AFI) dan lain-lain. SCTV menampilkan reality show seperti Playboy Cap Kabel, Cinlok, CLBK, Cinta Monyet, Makcomblang, Kontak Jodoh,dan lain-lain. RCTI pun tidak mau kalah saing dengan stasiun-stasiun TV lainnya, stasiun ini menampilkan Rumah Hadiah, Tolooong, Masihkah Kau Mencintaiku, dan lain-lain. Salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara reality show yang berisi tentang fenomena kehidupan sehari-hari adalah Trans TV melalui program “Jika Aku Menjadi” (JAM). JAM adalah suatu program reality show yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek 1
Wikipedia
bahasa
Indonesia,
ensiklopedia
bebas.
2010.
Acara
http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_realitas [Diakses pada 12 januari, pukul 19.30 WIB]
realitas
4
sepeda, dan lain-lain. Informasi dalam JAM ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi lain, berbagai cara yang dilakukan oleh program JAM untuk meningkatkan mutu atau kualitas terhadap tayangan tersebut, isi cerita, talent yang berperan, narasumber yang ditolong, tema cerita, keadaan lokasi, dan jadwal penayangan (durasi dan jam tayang) agar khalayak lebih tertarik untuk menonton program tersebut. Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima/tidaknya oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk menilai/mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Menarik tidaknya suatu acara stasiun televisi dapat diketahui dari tingkat kepuasan khalayak. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Dengan demikian, baik tidaknya mutu suatu program reality show JAM tergantung pada penilaian dan persepsi dari khalayak yang telah menonton acara tersebut.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang terkait dengan judul maka perumusan
masalah dari penulisan penelitian ini adalah: 1)
Sejauh mana tingkat keterdedahan program acara reality show JAM yang ditayangkan Trans TV pada khalayak mahasiswa?
2)
Bagaimanakah persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang tayangkan di Trans TV? Kriteria apa yang paling menentukan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV?
3)
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pembentukan persepsi khalayak program acara reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV?
5
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini mengkaji persepsi khalayak terhadap program reality show
JAM. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: 1)
Mengetahui tingkat keterdedahan program acara reality show JAM yang ditayangkan Trans TV pada khalayak mahasiswa.
2)
Mengkaji persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang ditayangkan Trans TV, dan mengidentifikasi kriteria yang menentukan persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang ditayangkan Trans TV.
3)
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang tayangkan di Trans TV.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kegunaan bagi semua pihak,
baik bagi Trans TV, akademis maupun masyarakat, sebagai berikut: 1)
Bagi pihak Trans TV Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dengan mengetahui penilaian mahasiswa Institut Pertanian Bogor terhadap program acara reality show yang sudah berjalan. Masukan-masukan tersebut diharapkan dapat membantu Trans TV untuk meningkatkan kinerja dan masukan dalam menyusun program siaran yang baik dan sebagai masukan khususnya untuk program reality show JAM.
2)
Bagi akademis Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penilaian khalayak terhadap program acara reality show televisi. Juga sebagai literatur yang dapat memperluas wawasan mengenai persepsi khlayak terhadap tayangan program reality show JAM Trans TV. Selain itu, mengembangkan pengetahuan dan lebih memahami berbagai konsep mengenai siaran televisi, program acara televisi reality show, persepsi khalayak terhadap siaran televisi, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak
3)
Bagi Masyarakat
6
Hasil penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan serta wawasannya mengenai persepsi khalayak terhadap tayangan program reality show JAM Trans TV.
7
BAB II TIJAUA PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Televisi Sebagai Media Massa Media massa pada awalnya hanya sebagai kebutuhan sekunder, kini menjadi kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan untuk digunakan dalam berbagai kepentingan. Media massa lahir karena kebutuhan manusia terhadap informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Televisi merupakan media yang paling cepat mengalami perkembangan teknologi. 2.1.1.1.Komunikasi Massa Mulyana (1996) menyatakan bahwa komunikasi insani muncul dalam beberapa situasi yang berbeda. Ada enam konteks yang banyak digunakan dalam literatur komunikasi, yaitu: (1) komunikasi dua orang, (2) wawancara, (3) komunikasi
kelompok
kecil,
(4)
komunikasi
publik,
(5)
komunikasi
organisasional, dan (6) komunikasi massa. Meskipun keenam konteks komunikasi memiliki ciri khusus, semuanya memiliki kesamaan dalam proses menciptakan makna diantara dua orang atau lebih. Konteks yang keenam adalah komunikasi yang menggunakan media. Sumber pesan dikomunikasikan melalui media cetak atau elektronik dan ditujukan untuk sejumlah besar individu, bukan segelintir kecil individu. Diantara keenam konteks komunikasi diatas, komunikasi massa merupakan komunikasi yang paling formal dan paling mahal. Komunikasi massa melibatkan sejumlah besar orang yang heterogen, dan tidak dikenal oleh sumber pesan. Juga, komunikasi massa bersifat umum, cepat, dan sekilas2. Menurut De Vito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah variabel yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet. Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi 2
Deddy Mulyana. 2008. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori, Aplikasi). Jakarta:
Gramedia.
8
massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Ciri-ciri utama komunikasi massa yaitu: 1)
Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal
2)
Pesan tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesannya diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan merupakan sebuah produk yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan
3)
Hubungan antara pengirim dan penerima pesan bersifat satu arah dan jarang sekali yang bersifat interaktif. Dari beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli, Rakhmat
(2004) menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut Mulyana (1996) penerapan kemajuan teknologi dapat pula mengintensifkan selektivitas khalayak komunikasi massa. DeFleur dan Ball-Rokeach (1975) mengemukakan tiga kerangka teoritis yang berkaitan dengan penggunaan media dan efek terhadap khalayak, sebagai berikut: 1)
Perspektif
perbedaan
individu,
yaitu
adanya
perbedaan
individu
(karakteristik kepribadian) di antara khalayak akan menimbulkan efek yang bervariasi 2)
Perpektif kategori sosial, yaitu adanya kelompok-kelompok dengan kategori sosial tertentu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mempunyai kecenderungan untuk menggunakan media massa yang sesuai dengan tujuan suatu kelompok dengan kategori sosial tertentu dan umumnya kelompok dengan kategori sosial tertentu tersebut mempunyai perilaku yang sama terhadap media massa.
2.1.1.2. Siaran Televisi Televisi merupakan media yang paling cepat mengalami perkembangan teknologi. Melalui televisi, masyarakat dapat mengetahui kejadian yang terjadi di luar sana, baik kejadian yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir tidak ada berita yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat karena televisi.
9
Masyarakat Indonesia khususnya dapat menikmati suguhan acara-acara yang ditayangkan baik televisi pemerintah maupun swasta. Untuk acara televisi swasta saat ini, cukup disenangi dihampir semua lapisan masyarakat. Setyobudi (2001) dalam Shanti (2007) menyatakan bahwa televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar secara bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak jauh. Menurut Kuswandi dalam Syarief (2007), televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang di tayangkan. Shanti (2007) menyatakan bahwa televisi sebagai bagian media massa menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk mendapatkan khalayak penonton serta menghanyarapkan adanya umpan balik baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.1.1.3. Fungsi Televisi Televisi merupakan alat elektronik yang bisa memberikan pesan kepada khalayak yang menontonnya. Kini televisi menjadi bagian hidup bagi khalayak dan merupakan bagian yang terpenting sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang adanya suatu isu yang berkembang dan terjadi diberbagai belahan bumi ini. Kehadiran suatu teknologi pasti akan memberikan manfaat yang banyak bagi penggunanya, begitu pula dengan televisi. Beberapa fungsi televisi yang diungkapkan oleh
Hofman (1999) tentang lima teori fungsi televisi yaitu
diantaranya: 1)
Fungsi informasi, dimana fungsi sebenarnya televisi adalah mengamati kejadian dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Informasi-informasi diberitakan
dengan
kebutuhan manusia, seperti informasi cuaca, finansial, ataupun produk barang.
10
2)
Berhubungan, televisi tidak berkesinambungan, tetapi dapat pula menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lainnya secara lebih mudah daripada sebuah dokumen tertulis.
3)
Menyalurkan kebudayaan, televisi tidak hanya mencari tetapi ikut juga mengembangkan kebudayaan. Fugsi ini juga disebut fungsi pendidikan.
4)
Hiburan, saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia, dimana tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar.
5)
Pengawas, pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat, jika terjadi wabah penyakit disuatu daerah, masyarakat dapat mengetahui berita tentang adanya bahaya suatu penyakit. Adapun fungsi televisi yang disebutkan oleh Schramm (1976) dalam
Syarief (2007) disederhanakan menjadi tiga fungsi yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Fungsi-fungsi tersebut bukan hanya sebatas teori semata yang ditunjukkan untuk khalayak. Jika dikaitkan dengan media massa khalayak atau receiver pesan selalu berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Hofmann (1999) juga mengutarakan teori-teori lain yang menekankan salah satu aspek yang dianggap penting dalam televisi, antara lain: 1)
Teori pengatur agenda. Teori ini mengutamakan isi siaran atau tema yang ditayangkan. Televisi menampilkan tema-tema yang bervariasi untuk dibicarakan khalayak kemudian khalayak bebas untuk menentukan opininya sendiri. Namun terkadang televisi tidak menampilan tema tertentu sehingga sering luput dari perhatian khalayak.
2)
Teori pengatur jadwal harian. Teori ini menekankan bahwa menonton televisi sebagai jadwal harian. Hal ini dipengaruhi oleh suasana yang diciptakan televisi, misalnya kemewahan. Menurut teori ini televisi dipandang sebagai penyebab mengapa khalayak mengatur jadwal hariannya. Kegiatan harian orang yang setiap hari menghabiskan waktu dengan menonton televisi berbeda dengan kegiatan orang yang tidak pernah menonton televisi.
3)
Teori komunikasi antar pribadi yang tidak langsung.
11
Televisi merupakan tayangan atau siaran, bukan komunikasi antarpribadi. Namun, siaran dalam televisi itu terbentuk dari komunikasi antarpribadi atau pekerjaan tim. Menurut teori ini, televisi yang baik adalah televisi yang mengandung banyak unsur komunikasi antarpribadi. 4)
Teori kegunaan dan keuntungan. Televisi mempunyai kegunaan dan menguntungkan khalayak. Kebutuhan khalayak terpenuhi dangan menonton televisi, atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan teori ini, terdapat dua kegunaan televisi yaitu “ritual” dan “instrumental.” Kebiasaan khalayak menonton televisi membentuk struktur sehingga mirip dengan ritual keagamaan yang dibentuk khalayak sendiri. Atas dasar itu, muncul istilah prime time, yaitu waktu utama yang digunakan khalayak untuk menonton televisi. Kedua, yaitu “instrumental.” Khalayak mempunyai tujuan tersendiri dalam menonton televisi, misalnya untuk menikmati acara tertentu, santai, dan menghibur diri. Jika dihubungkan, kegiatan instrumental lama-kelamaan menjadi “ritual.” Menurut teori ini, para pemirsa yang mengatur sendiri jadwal menonton televisi sesuai kebutuhannya.
2.1.2. Program Siaran Televisi 2.1.2.1. Pengertian dan Klasifikasi Pengelolaan stasiun penyiaran dituntun untuk memiliki kreativitas seunik dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak. Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan. Selain pembagian jenis program televisi di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan sifat faktual atau fiktif. Program faktual meliputi: program berita, dokumenter, dan
reality show.
Program yang bersifak fiktif berupa
12
program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1)
Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang
ditandai
dengan
bertambahnya
pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada, 2)
Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi atau situasi tersebut, dan
3)
Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik. Jahja dan Irvan (2006) mengemukakan bahwa terdapat empat kategori
tayangan televisi. Keempat kategori tersebut yaitu drama, non-drama, informasi dan iklan. 1)
Jenis drama adalah film dan sinetron.
2)
Jenis non-drama meliputi acara-acara variety show, reality show, kuis, musik dan bentuk hiburan lain selain drama.
3)
Kategori informasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Public Service Announcement (PSA), infotainment dan pendidikan masyarakat. Jenis PSA meliputi film dokumenter, berita, siaran olah raga dan tayangan informasi umum.
4)
Kategori yang terakhir, iklan, meliputi dua jenis yaitu iklan layanan masyarakat dan iklan komersial.
2.1.2.2.Program Acara Televisi Reality show Reality television adalah rekayasa realita atau dikenal juga sebagai reality show.
Reality
show
adalah
suatu
jenis
program
acara
TV
dimana
pendokumentasian rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa/ tidak menggunakan artis (Isfandiari, 2008). Program reality show ini mengarah pada program TV yang tidak
menggunakan
skenario,
dramatis,
menampilkan
situasi
humoris,
mendokumentasikan kejadian-kejadian tertentu, serta mengangkat kehidupan
13
orang biasa. Biasanya mengetengahkan kesedihan, emosi, drama, dan veyeurisme dari kehidupan nyata (Day, 2003 dalam Isfandiari, 2008). Program acara televisi reality show merupakan genre acara televisi yang menggambarkan adegan atau acting yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa. Reality show umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya. Reality show termasuk acara yang memiliki rating tinggi dan hadir di tengah masyarakat untuk memenuhi permintaan masyarakat akan hiburan untuk melihat kilas balik kehidupan atau cerminan hidup yang seakanakan pernah dialaminya dan benar-benar terjadi. Program acara televisi reality show ini berbeda dengan program
acara televisi lainnya. Hal
yang
membedakannya adalah tidak adanya naskah atau jalan cerita yang disiapkan sebelumnya dan yang orang-orang yang terlibatnya di dalamnya pun bukanlah aktor atau aktris yang biasanya tampil dalam sinetron atau film3. Hampir di seluruh televisi Indonesia menayangkan program reality show untuk memberikan variasi siaran agar khalayak tidak bosan dengan programprogram yang biasa ditayangkan, seperti infotainment, sinetron, berita-berita politik, ekonomi, dan lain-lain. Program reality show di TransTV seperti Termehek-mehek, JAM, Kado Istimewa, Jhon Pantau, Orang Ketiga, Tangan di Atas, dan lain-lain. Indosiar pun tidak ingin ketinggalan dengan stasiun televisi lain, Take Me Out- Take Him Out, Mama Mia, Akademi fantasi Indosiar (AFI) dan lain-lain. SCTV menampilkan reality show seperti Playboy Cap Kabel, Cinlok, CLBK, Cinta Monyet, Makcomblang, Kontak Jodoh,dan lain-lain. RCTI pun tidak mau kalah saing dengan stasiun-stasiun TV lainnya, stasiun ini menampilkan Rumah Hadiah, Tolooong!!!, Masihkah Kau Mencintaiku, dan lainlain. Secara umum, terdapat tiga tipe program reality show yang banyak beredar di TV Indonesia, yaitu:
3
Ibid
14
1)
Penonton dan kamera adalah pengamat pasif yang mengikuti kegiatan sehari-hari suatu kelompok dengan sepengetahuan objek yang direkam, misalnya DIARI AFI. Tipe reality show ini kemudian dikenal sebagai docusoap karena citra yang ditampilkan mirip dengan opera sabun.
2)
Menggunakan kamera tersembunyi untuk melihat reaksi seseorang terhadap suatu hal, misalnya program spontan. Selain itu, penggunaan kamera tersembunyi dalam reality show bisa untuk melihat reaksi seseorang dalam kondisi yang direkayasa, misalnya dalam program Playboy Cap Kabel.
3)
Reality show yang terbentuk kompetisi atau yang dikenal dengan sebutan reality game show, misalnya AFI, Mama Mia, Indonesian Idol, dan lainlain. Program ini dikategorikan sebagai reality show karena biasanya penonton atau khalayak memegang peranan penting dalam memutuskan siapa yang akan menjadi juara melalui sistem voting via sms atau telepon. Menurut Isfandria (2008) salah satu alasan reality show menjamur
dimasyarakat adalah karena biaya produksi yang murah. Menurut Arswenda Atmowiloto, seperti yang dikutip Tempo, produksi reality show hanya membutuhkan dana Rp 10-15 juta. “Paling mewah pun hanya Rp 25 juta. Dengan biaya seperti itu, masuk satu sampai dua iklan sudah balik modal” tegasnya. Dengan reality show pihak stasiun TV/rumah produksi tidak perlu membayar artis jutaan rupiah untuk satu episode. 2.1.2.3.Program reality show JAM Trans TV JAM adalah suatu program reality show yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan lain-lain. Acara ini merupakan acara yang mengundang remaja untuk terjun langsung melihat, mengamati, dan merasakan kehidupan dari orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Seorang remaja putra atau putri akan diajak untuk mengikuti kehidupan dari sebuah keluarga miskin selama 5 hari. Acara ini setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 17.30 - 18.15 WIB. Informasi dalam JAM ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. JAM
15
termasuk ke dalam ratting yang tinggi (4,71 persen), program ini pada April 2010 menduduki peringkat ke-empat diantara semua reality show TV yang ada di Indonesia4.
2.1.3. Khalayak Siaran Televisi 2.1.3.1.Konsep Khalayak Khalayak merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan memegang peranan yang sangat besar dalam komunikasi massa, karena jika tidak ada khalayak maka komunikasi massa juga tidak akan ada. Khalayak dapat diartikan sebagai masyarakat yang menggunakan media masaa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: 1) segala yang diciptakan oleh Tuhan; 2) kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi; 3) orang banyak, masyarakat. McQuail 1987 mendefinisikan khalayak sebagai pasar, sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui dan merupakan sasaran suatu medium atau pasar. Selain itu, pengertian persepsi lain menurut Syarief (2007), yaitu khalayak merupakan pengguna jasa media massa seperti pendengar radio atau penonton televisi yang memiliki empat karakter, antara lain: 1)
Heterogen. Suatu masyarakat sosial yang berasal dari berbagai lapisan sosial, pendidikan, serta aneka budaya dan agama.
2)
Anonim. Tidak kenal satu sama lain, baik antara komunikator dengan khalayak maupun antara khalayaknya sendiri.
3)
Unbound each other. Tidak terikat satu sama lain, baik antar individu maupun antar komunikator dengan khalayak.
4)
Isolated from one another. Tertutup satu sama lain sehingga mereka seperti atom-atom yang terpisah, namun tetap merupakan suatu kesatuan, yaitu sama-sama pengguna media massa.
4
Anonim. 2010. Peringkat Realitas Show http://www.indorating.com/.cara_reality_show
[Diakses pada 2 Maret 2010, pukul 20.14 WIB]
16
2.1.3.2.Tingkatan dan Tipe Khalayak Menurut Caldwell dalam Nadia (2008), menyatakan bahwa khalayak media memiliki tingkatan tersendiri, antara lainnya yaitu the elite stage, the mass audience stage, the specialized stage, and the interactive stage. 1)
The elite stage merupakan khalayak yang berada pada skala yang relatif kecil dan merefleksikan segmentasi dalam suatu komunitas
2)
The mass audience stage adalah khalayak yang berada pada keseluruhan populasi dengan berbagai macam segmentasi yang terdapat di masyarakat
3)
The specialized audience stage merupakan khalayak yang telah tersegmentasi, dan merupakan suatu kelompok atau grup dari khalayak yang memiliki minat yang special atau minat yang sama
4)
The interactive audience stage merupakan individu khalayak yang memilki kontrol yang selektif dari apa yang khalayak dengar maupun yang dilihat. Pada efeknya anggota khalayak juga terlibat pada proses sebagai editor, walaupun hanya sebagai penyalur informasi-informasi yanga ada. McQuail dalam Syarief (2007) membagi khalayak menjadi empat sub
kategori, yaitu: 1)
Kelompok atau publik, sejalan denga suatu pengelompokkan sosial yang ada dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, dan budaya
2)
Kelompok kepuasan, terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan kepuasan emosional serta respon afeksi tertentu
3)
Kelompok pendengar atau budaya citra rasa, terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau tarik tertentu akan kepribadian atau citra rasa budaya intelektual tertentu
4)
Khalayak medium, khalayak yang berusaha untuk tetap berada pada salah satu sumber media televisi. Menurut Caldwell dalam Novarinda (2009), menyatakan bahwa secara
garis besar terdapat dua tipe khalayak, yaitu general public audience dan specialized audience. General public audience merupakan khalayak yang sangat luas, heterogen, dan anonim secara lengkap, contohnya pemirsa televisi dan radio.
17
Sedangkan Specialized audience dibentuk dari bernagai macam kepentingan bersama antar anggotanya sehingga lebih homogen (paling tidak dalam satu aspek tertentu). Menurut Endang (1993) dalam Silitong (2009), pada prinsipnya ada tiga sub-kelompok dasar khalayak, yaitu
the illiterate, the pragmatis, dan
the
intellectual. 1)
The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual dengan orientasi pada pesan superficial dan full action program, mereka kurang berorientasi pada ide.
2)
The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan diri pada masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern.
3)
The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak massa. Khalayak massa merupakan suatu fenomena dalam media khususnya pada
abad ke-19. Orang-orang beramai-ramai membaca atau menonton produk yang sama. Televisi memiliki banyak khalayak untuk program acara yang berbedabeda. Orang-orang yang sama tidak akan konsisten menonton program yang sama. Dilain pihak, terdapat pula tipe-tipe khalayak yang serupa untuk program acara tertentu. Menurut Burton (2008) khalayak-khalayak tersebut bersifat spesifik dan saling melengkapi: 1)
Khalayak yang didefinisikan menurut majalah, rekaman, film tertentu yang akan mereka konsumsi
2)
Terdapat khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu seperti majalah komputer, musik jazz modern dan lain sebagainya
3)
Khalayak-khalayak
yang
dispesifikkan
menurut
profil/karakteristik
mereka, berdasarkan faktor-faktor seperti usia, kelas, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan gaya hidup.
18
2.1.4. Persepsi Khalayak 2.1.4.1.Konsep Persepsi Dalam kehidupan sehari-hari memahami perilaku orang lain itu merupakan hal yang sangat penting karena akan menunjukkan persepsi terhadap sesuatu atau objek untuk memberikan makna. Begitu pun dengan khalayak, setiap menonton televisi mempunyai persepsi terhadap acara yang ditontonnya. Acaraacara yang ditayangkan televisi diterima oleh khalayak yang didasari karena adanya persepsi mereka akan tayangan televisi tersebut. Menurut DeVito (1997) persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Adapun pengertian persepsi menurut Baron dan Byrne dalam Syarief (2007) yaitu persepsi merupakan suatu proses memilih, mengorganisir, dan menginterpetasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Sementara menurut Sarwono (1999) menjelaskan pula bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif seseorang. Pengertian lain, persepsi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam mengorganisasikan dan menafsirkan kesankesan indera agar memberikan makna. Dengan demikian, persepsi adalah kesan atau pandangan individu terhadap objek untuk memberikan makna. Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh variabel yang dibentuk oleh individu akan kemasan tayangan tersebut. Kemasan acara-acara televisi tersebut biasanya berupa isi cerita, aktor/aktris yang berlakon, dan jam tayang. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton tayangan televisi terlepas disebabkan karena adanya faktor-faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan.
19
2.1.4.2.Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak Menurut Rakhmat (2004) faktor-faktor yang menentukan persepsi ada dua macam, yaitu: 1)
Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan halhal lain yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respons stimuli itu
2)
Faktor struktural, berasal semata-mata dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu Menurut DeVito (1997) terdapat enam proses yang mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implicit, (2) primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpengaruhi dengan sendirinya, (5) konsistensi, dan (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini membantu menjelaskan mengapa kita membuat perkiraan tertentui dan tidak membut perkiraan yang lain tentang orang. Keenam proses ini merupakan pula penghambat kita dalam menentukan persepsi maupun berinteraksi dengan orang lain. Persepsi khalayak dalam menonton program acara reality show ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu orang yang berpresepsi (khalayak siaran), objek atau stimulus yang diterima (tayangan program acara reality show), dan faktor lingkungan (suasana menonton, cara menonton dan keberadaan sinyal televisi dalam menangkap program acara tersebut). Persepsi tersebut ditentukan oleh karakteristik khalayak sendiri maupun karakteristik televisi yang menayangkan siaran televisi. Dalam menonton tayangan siaran televisi seperti reality show pasti timbul adanya persepsi terhadap kriteria dari tayangan tersebut, baik isi cerita, variasi cerita, pemain yang berperan dalam acara tersebut, kemasan cerita, pembawa acaranya, bahkan jam tayangnya. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton tayangan televisi tidak terlepas dari adanya faktorfaktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak tersebut, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan.
20
2.2
Kerangka Pemikiran Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima-tidaknya
oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Dengan demikian, baik tidaknya mutu suatu program reality show JAM tergantung pada penilaian dan persepsi dari khalayak yang telah menonton acara tersebut. Persepsi
merupakan
suatu
proses
memilih,
mengorganisir,
dan
menginterpetasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi khalayak dalam menonton program acara reality show ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu orang yang mempresepsi (khalayak siaran), objek atau stimulus yang diterima (tayangan program acara reality show), dan keterdedahan. Subjek yang mempresepsi memiliki dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak. Faktor intrinsik yang dimiliki oleh khalayak meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orangtua. Faktor ekstrinsik khalayak meliputi ketersediaan TV,
interaksi keluarga, dan interaksi teman.
Keterdedahan program acara reality show JAM dapat diungkapkan dari cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Objek menonton yang dipersepsi dari program JAM meliputi enam aspek dari program yang dapat menjadi indicator persepsi. Keenam aspek tersebut meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita dan penayangan. Keterkaitan antar variabel tersebut, secara lebih rinci disajikan pada gambar berikut:
21
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3.
Hipotesis Uji Berdasarkan hasil kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut: 1)
Ada hubungan antara faktor intrinsik khalayak dengan persepsi khalayak tentang program reality show JAM.
2)
Ada hubungan antara faktor ekstrinsik khalayak dengan persepsi khalayak tentang program reality show JAM.
3)
Ada hubungan antara keterdedahan media televisi terhadap persepsi khalayak tentang program reality show JAM.
22
2.4.
Definisi Operasional Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakana untuk penelitian
ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi secara operasional. 1)
Faktor intrinsik adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga menimbulkan persepsi dalam menonton JAM di Trans TV. Variabel ini diukur dengan beberapa indikator, yaitu usia, jenis kelamin, angkatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan etnis. a)
Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian. Dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu: i.
18-19 tahun
ii.
20-21 tahun
iii.
22-23 tahun
Pengelompokkan ketiga kategori ini berdasarkan usia responden yaitu 18-21 tahun, sehingga dibagi menjadi tiga kategori. Diukur dengan skala ordinal. b)
Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. Dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Diukur dengan skala nominal.
c)
Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi keluarganya (memilih salat satu, ibu atau ayah). Kategori ini dibedakan kedalam: bekerja pegawai negeri, swasta, , wiraswasta, dan tidak bekerja. Diukur dengan skala nominal.
d)
Pendapatan orang tua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang dihasilkan oleh orang tua dari bekerja. Indikator ini diukur dengan skala rasio menjadi ordinal. Untuk penghasilan orangtua karena data belum diketahui secara pasti, maka indikator masih menggunakan rasio sampai kuesioner terkumpul maka skala rasio tersebut dapat diubah menjadi ordinal. Setelah data terkumpul semua, penghasilan minimum sebesar Rp 500.000 sedangkan penghasilan maksimum
23
sebesar Rp 7.000. 000. Setelah dihitung menggunakan rumus, maka pengelompokan dibagi menjadi tiga golongan:
2)
i.
Golongan rendah
Rp
500.000 - 2.660.000
ii.
Golongan menengah
Rp 2.660.001 - 4.820.000
iii.
Golongan tinggi
Rp 4.820.001 - 7.000.000
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang diduga menimbulkan persepsi responden menonton JAM di Trans TV. Variabel ini diukur dari dua indikator yaitu teman, keluarga, dan ketersediaan televisi. a) Ketersediaan televisi adalah tersedianya televisi dan teraksesnya channel Siaran Trans TV dalam menonton JAM. Kategori dari variabel ini adalah jumlah TV yang dimiliki, ada/tidaknya TV di kamar pribadi, dan lain-lain. Indikator ini diukur dengan skala nominal. b) Interaksi Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM. variabel teman dapat diukur dalam beberapa kategori, yaitu temen kelas kuliah, teman satu tempat tinggal selama kuliah di IPB, atau teman di lingkungan rumah. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: i.
Interaksi rendah : jumlah skor 1-5
ii.
Interaksi rendah : jumlah skor 6-10
c) Interaksi Keluarga adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: i.
Interaksi rendah : jumlah skor 1-5
ii.
Interaksi rendah : jumlah skor 6-10
24
3)
Keterdedahan Media Televisi adalah penggunaan media televisi dilihat dari cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton, dengan indikator-indikator sebagai berikut: a) Cara menonton yaitu kebiasaan responden dalam menonton, dengan siapa menonton JAM, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Cara menonton responden ini diukur dengan skala nominal dan dapat dikategorikan menjadi: i.
Sendirian
ii.
Bersama orang lain (bersama teman, keluarga, bersama orang lain selain teman dan keluarga)
b) Lokasi Menonton, tempat responden menonton JAM. Lokasi menonton diukur dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi: i.
Tempat tinggal sendiri (rumah/kost/kontrakan)
ii.
Tempat umum (kantin/warung/tempat tinggal teman)
c) Suasana menonton, keadaan hati dan sekitar responden dalam menonton JAM. Suasana menonton diukur dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi: i.
Tenang/kondusif
ii.
Berisik/ada gangguan
d) Durasi menonton yaitu lama waktu (dalam hitungan menit) yang digunakan responden untuk menonton JAM setiap kalinya. Durasi JAM setiap tayangnya adalah 60 menit. Durasi menonton responden ini diukur dengan skala ordinal kemudian dibedakan menjadi kategori tinggi, dan rendah, yaitu: i.
Durasi Rendah
: 0 - 30 menit
ii.
Durasi Tinggi
: 31 - 60 menit
e) Frekuensi Menonton yaitu tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali) menonton JAM. Program JAM ditayangkan delapan kali per bulan. Frekuensi menonton responden ini dapat diukur dalam hitungan per bulan. Diukur dengan skala ordinal kemudian dibedakan menjadi kategori tinggi, dan rendah, yaitu:
25
4)
i.
Frekuensi rendah
: 1 - 4 kali sebulan
ii.
Frekuensi tinggi
: 5 - 8 kali sebulan
Persepsi khalayak terhadap program reality show JAM adalah pandangan atau pendapat responden terhadap tayangan program JAM. Persepsi responden ini dapat diukur berdasarkan skala ordinal, yaitu persepsi buruk dan baik. Perhitungan skor untuk persepsi adalah sebagai berikut: responden menjawab 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju. Kemudian skor tersebut dijumlahkan dan dikalikan dengan jumlah pertanyaan, sehingga akan mendapatkan persepsi buruk dan baik. a)
Isi cerita adalah substansi yang terkandung dalam tayangan program JAM. Diukur dengan skala ordinal dengan kategori: i.
Persepsi buruk : 10 – 25
ii.
Persepsi baik : 26 – 40
Indikator baik atau buruknya suatu materi cerita dinilai dari faktual cerita, menarik tidaknya isi ceritan, kekonsistenan isi cerita dengan tema, ada efek empati tidaknya setelah menonton acara ini, mudah tidaknya difahami acara ini, dan lain-lain. b) Talent adalah orang yang berperan sebagai penolong dalam tayangan program JAM. Talent diukur dengan skala ordinal dengan kategori: i.
Persepsi buruk : 10 – 25
ii.
Persepsi baik : 26 - 40
Berkualitas atau tidaknya seorang talent dapat diukur dengan beberapa kategori, yaitu penampilan fisik, pakaian yang digunakan, jenis kelamin,usia, pendidikan, dan gaya berkomunikasi c) Narasumber adalah orang yang menjadi pusat perhatian dalam program JAM. Objek yang berperan dalam tayangan JAM diukur dengan skala ordinal dengan kategori: i.
Persepsi buruk : 10 – 25
ii.
Persepsi baik : 26 - 40
26
Variabel ini dapat diukur berdasarkan keadaan ekonomi, cara penampilan, tingkat, pendidikan, keluarga, dan tempat tinggal. d) Keadaan lokasi adalah suatu keadaan lokasi objek yang akan dibantu. Keadaan objek
yang akan dibantu dalam tayangan JAM diukur
dengan skala ordinal dengan kategori: i.
Persepsi buruk : 5 - 12
ii.
Persepsi baik : 13 - 20
Variabel ini dapat diukur berdasarkan: lokasinya di pedesaan atau di perkotaan, desa pedalaman, terjangkaunya akses, rawan bencana, dan lain-lain. e) Tema tayangan adalah jenis atau tema acara yang ditayangkan oleh program JAM. Setiap satu episode program JAM, biasanya menayangkan satu tema yang berbeda-beda. Tema-tema tersebut dikategorikan atas pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan lain-lain. Indikator
satu tema yang baik dapat diukur dari menarik atau
tidaknya tema program JAM tersebut dan menonton atau tidaknya acara tersebut. Tema tayangan JAM diukur dengan skala ordinal dengan kategori:
f)
i.
Persepsi buruk : 5 - 12
ii.
Persepsi baik : 13 - 20
Penayangan adalah durasi dan waktu tayang program JAM dapat dilihat dari kesesuaian penempatan waktu tayang program JAM dengan program-program lain dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden memindahkan saluran televisinya. Variabel diukur dengan skala ordinal dengan kategori: i.
Persepsi buruk : 5 - 12
ii.
Persepsi baik : 13 - 20
Pengukuran variabel penayangan ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian jam tayang dengan waktu khalayak menonton, kesesuain hari tayang, dan kecukupan jumlah durasi program JAM.
27
BAB III METODE PEELITIA
3.1.
Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif didukung oleh metode kualitatif, karena penelitian ini akan menguji hubungan dan mengukur persepsi. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
survei
yang
bersifat
deskriptif
korelasional.
Penelitian
ini
mengdeskripsikan faktor intrinsik, ekstrinsik khalayak, keterdedahan program acara reality show JAM, dan persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM. Selain itu, penelitian ini juga menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan persepsi program acara reality show JAM. Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden dan pihak stasiun televisi Trans TV untuk mengkaji tentang program acara reality show JAM yang ditayangkan. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat. Untuk melihat secara jelas program
reality show JAM dilakukan di stasiun Trans TV yang beralamat di PT. Trans TV Jl. Kapten Tendean Kavling 12-14 A Jakarta Selatan. Untuk melihat persepsi khalayak program reality show dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu Mei sampai Juni 2010. Bulan pertama yaitu Maret 2010 merupakan pra-survai dan penyusunan proposal penelitian yang kemudian diseminarkan pada akhir bulan April 2010. Mei-Juni 2010 merupakan masa studi lapang di lokasi yang telah ditentukan di atas. 3.3.
Teknik Pemilihan Responden dan Informan Populasi dalam penelitian ini meliputi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial pada angkatan 43, 44, dan 45 dengan jumlah populasi 309 mahasiswa.
28
Pengambilan sampel ini dengan alasan yaitu ada kaitannya antara program acara JAM dengan Mata Kuliah Psikologi Sosial. Dalam Mata Kuliah Psikologi Sosial dipelajari konsep persepsi dan empati, sedangkan tujuan utama program acara JAM adalah untuk memberikan pemahaman sikap empatik pada khalayak. Pembagian ketiga klasifikasi ini dengan tujuan untuk membandingkan persepsi dari masing-masing mahasiswa yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial. Berikut rincian jumlah setiap angkatannya. Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian Mahasiswa KPM
Populasi Total* (Mahasiswa)
Sampel (Mahasiswa)
Sudah mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial
90
22
Sedang mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial
107
26
Akan mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial
112
28
Total 309 76 *Sumber: Sekretariat Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB (2010)
Teknik yang digunakan untuk memilih sampel adalah proportional stratified random sampling. Nazir (2005) mendefinisikannya sebagai teknik pengambilan sampel dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok (strata) kemudian dipilih secara random. Jumlah sampel yang diambil sebagai responden adalah sepuluh persen dari populasi sasaran, yaitu 76 responden. Distribusi populasi dan sampel penelitian tersaji pada Tabel 1. Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan mahasiswa yang sering menonton program reality show JAM, khalayak yang berpendidikan tinggi sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program reality show JAM.. Cara menentukan 76 sampel dari 309 populasi dihitung menggunakan Rumus Slovin dalam persamaan 1.
n = 75,55 n ≈ 76 orang
29
keterangan :
n = besaran sampel N = besaran populasi e = nilai kritis atau batas ketilitian yang ditentukan
Jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis 10% untuk populasi tersebut adalah 75,55 responden dibulatkan menjadi 76 responden. Oleh karena itu penentuan jumlah responden sebanyak sepuluh persen dianggap sudah dapat memenuhi batas minimal responden yang seharusnya diteliti. Penentuan
informan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju
(snowball sampling). Informan dalam penelitian ini adalah pihak manajemen program reality show JAM serta produser dan tim kreatifnya. 3.4. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi langsung dari responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam dengan pihak stasiun televisi Trans TV untuk mengkaji tentang program acara reality show JAM
yang ditayangkan. Data
sekunder yang diambil adalah data mengenai profil SKPM dan daftar pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial serta data lain yang menunjang penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang disebar dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang faktor intrinsik khalayak. Bagian dua berisi pertanyaan tentang faktor ekstrinsik khalayak. Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang keterdedahan program acara reality show JAM di Trans TV. Bagian keempat berisi pertanyaan tentang persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV.
3.5.
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh
mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Pengujian ini dapat dilakukan dengan uji validitas korelasi product moment Pearson dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Pengujian dilakukan kepada 15 responden yang
30
dapat mewakili seluruh sampel. Dari 45 pernyataan mengenai persepsi program JAM yang diajukan, terdapat 13 pernyataan mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05). Ada dua pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi mengenai isi cerita, yaitu pernyataan nomor 3, dan 6. Ada delapan pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi mengenai talent, yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan 10. Ada satu pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi mengenai narasumber, yaitu pernyataan nomor 1. Ada dua pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi mengenai tema cerita, yaitu pernyataan nomor 1 dan 3. Seluruh pernyataan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pernyataan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Uji Reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan uji koefisien reliabilitas. Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Setelah dilakukan uji kuesioner kepada 15 responden, nilai reliabilitas yang diperoleh persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita, dan penayangan dengan nilai masing-masing (0.809, 0.484, 0.887, 0.863, 0.339, dan 0.863). Ada dua bagian persepsi yang tidak reliabilitas yaitu persepsi mengenai talent dan tema cerita. Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0.484 dan 0.339 belum sesuai dengan kriteria (kurang dari 0,60) artinya tingkat reliabilitasnya yang kurang baik, data dapat dipercaya. Kondisi tersebut sudah diperbaiki dengan mengganti pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Nilai koefisien reliabilitas bagian lainnya (0.809, 0.887, 0.863, dan 0.863) sudah sesuai dengan kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60. Dengan demikian data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. Nilai koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa kuesioner sudah reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Hasil pengolahan uji kuesioner ini dapat dilihat di Lampiran 1. 3.6.
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistic deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masingmasing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji Chi Square dan Rank Spearman yang diolah
31
menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi Square digunakan untuk menguji hubungan dua variabel (bivariat) yang salah satu variabelnya nominal, yaitu menguji hubungan faktor intrinsik (skala nominal) dan keterdedahan (skala nominal) dengan persepsi program JAM (skala ordinal) dengan rumus sebagai berikut:
Kaidah pengujian hipotesis uji Chi Square adalah: 1)
Ho ditolak atau H1 diterima, berarti ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas.
2)
Ho diterima atau H1 ditolak, berarti ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas. Uji korelasi Rank Spearman digunakn untuk adalah untuk menentukan
hubungan antara kedua variable yang ada (variabel independen dan variabel dependen), yaitu menguji hubungan faktor intrinsik (skala ordinal), faktor ekstrinsik (skala ordinal), dan keterdedahan
(skala ordinal) dengan persepsi
program JAM. Untuk menganalisis hubungan tersebut digunakan rumus berikut:
Kaidah pengujian hipotesis uji korelasi Rank Spearman adalah: Ho : rs ≤ 0, berarti terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara factor intrinsik khalayak, factor ekstrinsik khalayak, keterdedahan dengan persepsi. Ho : rs ≥ 0, berarti terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara factor intrinsik khalayak, factor ekstrinsik khalayak, keterdedahan dengan persepsi
32
BAB IV GAMBARA UMUM LOKASI 4.1.
Deskripsi Umum TRAS TV
4.1.1. Sejarah Trans TV PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Trans TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung dengan grup para-nya. Memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi. Stasiun ini melakukan siaran pertama kali pada tahun 2001 Trans TV resmi bersiaran pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun stasiun relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Kantor pusat stasiun Trans TV ini berada di Studio Trans TV, Jalan Kapten Pierre 12 14 A Tendean, Jakarta Selatan. dengan direktur Utama Trans TV saat ini adalah Wisnutama.
4.1.2. Visi dan Misi Trans TV Visi Trans TV adalah: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha
yang
positif
bagi
stakeholders,
menyampaikan
program-program
berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
Misi Trans TV adalah: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
33
4.1.3. Moto dan Logo Trans TV Trans TV memiliki motto "Milik Kita Bersama", biasanya motto ini sering didengar setiap jeda program berganti. Trans TV memiliki logo yang berbentuk ‘berlian’, yang berati keindahan dan keabadian. Logo kilau berlian ini diharapkan dapat merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif yang digunakan mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenal.
Gambar 2. Logo Trans TV Sumber: Website Trans TV (www.transtv.co.id)
4.1.4. Program Siaran Trans TV Terdapat sejumalah program siaran di Trans TV, mulai dari siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program siaran tersebut meliputi: 1)
Sinema: dibedakan atas sinema liburan, sinema dini hari, sinema spesial, bioskop Trans TV
2)
Sinetron: dibedakan atas sinetron komedi, (sitkom) dan religi
3)
Variety show, meliputi program acara: ceriwis, on-line, komedi betawi, Indonesia Mencari Bakat, Gong Show
4)
Trans TV news, meliputi program acara: Jika Aku Menjadi, Jelajah, Kejamnya Dunia, Sisi lain, Reportase, John Pantau, Jelang Siang, Harmoni Alam, Wisata Kuliner, Celebrity on Vacation, Koper dan Ransel, Ala Chef, Belajar Indonesia, Ngulik, Kenali Anak Indonesia,
5)
Light entertainment: Dorce Show, On-line, Kejar Tayang,
6)
Infotainment: Insert, Investigasi
7)
Program anak: Surat Sahabat, Cerita Anak
34
8)
Relegius: Realigi, Haram.
9)
Kuis: Rangking 1, Missing Lyrics, Cewek atau Cowok?,
4.1.5. Deskripsi Singkat Program Jika Aku Menjadi Jika Aku Menjadi adalah suatu program reality show yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan lain-lain. Acara ini merupakan acara yang mengundang remaja untuk terjun langsung melihat, mengamati, dan merasakan kehidupan dari orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Seorang remaja putra atau putri akan diajak untuk mengikuti kehidupan dari sebuah keluarga miskin selama 5 hari. Acara ini setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 17.30 - 18.30 WIB. Informasi dalam JAM ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. JAM termasuk ke dalam ratting yang tinggi (4,71 persen), reality show ini pada April 2010 menduduki peringkat ke-empat diantara semua reality show TV yang ada di Indonesia. Dalam JAM seringkali diperankan oleh sesosok orang muda (kadang seorang mahasiswa/i) yang disebut sebagai talent. Dalam reality show ini “talent” yang berperan kebanyakan perempuan muda. Talent yang berperan disini tinggal bersama dalam suatu keluarga yang sering disebut kurang beruntung, misalnya seorang perempuan tua yang telah hidup sebatang kara. Perempuan tua itu tinggal di sebuah desa (kadang pula di kota), dengan pekerjaan yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Dengan ikut menjalani hidup sehari-hari, talent ini turut serta merasakan pahit getirnya menjadi orang miskin. Ada yang ikut jual jamu gendong, menjadi kuli gendong di pasar, ikut membajak sawah, ikut menjadi pemulung barang bekas, ikut jual es cendol, ngarit rumput untuk kambing dan sebagainya. Intinya, mereka diajak merasakan hidup yang apa adanya. Demikian pula dengan makan dengan lauk lapar alias nasi, krupuk dan sambal, kadang dengan sekadar kuluban. Semua itu demi satu pelajaran, mereka ingin merasakan hidup, lengkap seperti ‘tuan rumah’ yang menjadi ‘guru’ mereka. Titik tekannya, mereka belajar hidup
35
susah. Lebih dari itu, diharapkan pula mereka juga belajar mengucap syukur, justru ketika hidup di dalam keadaan serba kekurangan. Tidak banyak alasan, mengapa ‘sang guru’ itu bisa hidup sedemikian rupa. Hal ini hanya cocok bagi mereka yang ingin menggeluti sebuah persoalan, lengkap dengan segala argumentasi yang ketat dan alasan rasional yang rigid. Misalnya, tentang akar masalah sebab-musabab kemiskinan. Tidak banyak alasan yang diungkap dalam tayangan semacam ini.
4.2.
Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Sosial Salah satu mata kuliah yang yang ditawarkan adalah Psikologi Sosial.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah
tentang
pengalaman
dan
tingkah
laku
individu-individu
dalam
hubungannya dengan situasi sosial. Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat melakukan dengan benar dan tepat konsep-konsep psikologi sosial dalam memahami permasalahan sosial masyarakat Indonesia. Mata kuliah ini menjelaskan konsepkonsep dasar psikologi, teori-teori psikologi sosial, prilaku prososial dan antisosial, interaksi individu dalam kelompok, dampak modernisasi pada prilaku individu yang akan diterapkan dalam konteks masyarakat petani di Indonesia.5 Mata kuliah psikologi sosial ditawarkan pada Semester Genap (enam), akan tetapi tahun ajaran 2010-2011 Dept. SKPM membuka untuk Semester Pendek, karena peminat mata kuliah ini semakin banyak. Mata kuliah ini untuk mayor SKPM wajib diambil, sehingga semua mahasiswa SKPM bisa mempelajari mata kuliah ini. Dosen yang mengajar mata kuliah ini adalah Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA. Dan Ratri Virianita S.Sos, M.Si.
Bab-bab yang dipelajari dalam mata kuliah Psikologi Sosial diantaranya: 5
Panduan Program Sarjana. Edisi 2006 (revisi). Institut Pertanian Bogor.
36
1)
Bidang Psikologi Sosial, mempelajari bagaimana seseorang berfikir tentang orang lain dan berinteraksi dengan orang lain
2)
Persepsi Sosial, mempelajari bagaimana memahami penyebab perilaku orang lain
3)
Kognisi Sosial, mempelajari bagaimana berfikir mengenai dunia sosial
4)
Sikap, mempelajari bagaimana mengevaluasi dunia sosial
5)
Aspek-aspek Identitas Sosial: Self (komponen identitas unik seseorang) dan Gender (menjadi seorang laki-laki atau perempuan sebagai aspek krusial identitas) Selain itu masih banyak lagi seperti mempelajari ketertarikan Interpersonal
(bertemu, menyukai, dan menjadi kenal), pengaruh sosial, perilaku prososial, agresi, kelompok dan individu, serta mempelajari penyebab, dampak, dan cara mengatasinya prasangka. 4.2.1. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat merupakan salah satu departemen di bawah naungan Fakultas Ekologi Manusia. Lokasinya di Gedung FEMA Wing 1 Lantai 5 Jln. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. Departemen SKPM ini mampu menerapkan teori dan metodologi keilmuan bidang komunikasi dan pengembangan masyarakat untuk menganalisis masalah kemasyarakatan, mengembangkan manajemen komunikasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan keswadayaan serta berwawasan pembangunan pertanian. Sejak tahun 2009-2010 Departemen SKPM dikepalai oleh Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. Kompetensi mayor departemen ini mampu merancang dan menerapkan metode komunikasi pengembangan masyarakay untuk mendorong pemberdayaan masyarakat secara sosial, ekonomi, dan politik. Ada tiga minor yang ditawarkan yaitu, (1) Komunikasi, dengan kompetensinya adalah memliki kemampuan merancang dan menerapkan metode komunikasi untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, (2) Ekologi Politik, dengan kompetensinya adalah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan pengelolaan kolaboratif sumberdaya alam untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, dan (3) Pengembangan
37
Masyarakat, dengan kompetensinya adalah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan metode pengembangan masyarakat untuk mendorong kemajuan masyarakat. Mata kuliah yang dipelajari di departemen SKPM antara lain Dasar-dasar Komunikasi, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Massa, Media Siaran, Pengembangan Masyarakat, Psikologi Sosial, Antropologi Sosial, Perubahan Sosial, Kajian Agraria, Gender dan Pembangunan, Pendidikan Orang Dewasa, Ilmu Penyuluhan, Pengantar Ilmu Kependudukan, Sosiologi Pedesaan, Ekologi
Manusia,
Kelembagaan
Organisasi
&
Kepemimpinan,
Politik
Sumberdaya Alam, Komunikasi Manajemen Lintas Budaya, Teknik-teknik Partisipatori, Perencanaan & Evaluasi Partisipatif, Berfikir & Menulis Ilmiah, Metode Penelitian Sosial, Kuliah Kerja Profesi, Studi Pustaka, Kolokium, dan Skripsi. Cara dosen mengajar di departemen SKPM sangat baik, dalam penyampaiannya sangat jelas dan pembawaannya tidak terlalu formal Pelayanan sekretariat SPKM baik sekali, sehingga dapat memudahkan mahasiswa untuk melakukan admisnistrasi yang berhubungan dengan departemen SPKM. Fasilitas yang tersedia adalah ruang kuliah nyaman dilengkapi audio visual, perpustakaan, radio komunitas dan laboratorium komputer. Mandat Masyarakat
dari
adalah
Departemen
Sains
pengembangan
ilmu
Komunikasi sosiologi,
dan
Pengembangan
antropologi,
politik,
komunikasi, ekologi manusia, pendidikan-penyuluhan, dan pengembangan masyarakat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat (pertanian, peternakan, kehutanan, serta perikanan dan pesisir).
4.2.2. Sejarah Perkembangan Mata Kuliah Latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, Gabriel Tarde mengatakan bahwa pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Berbeda dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan sifatnya. Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Menurut Le Bon, Sigmund Freud berpendapat
38
bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Psikologi sosial telah mendapatkan posisi yang penting dalam psikologi modern, padahal dahulu psikologi sosial dianggap tidak terllau berperan. Hal ini disebakan psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistemnastis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.6 Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas. Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain: kemampuan menggunakan bahasa, adanya sikap etik, dan hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang). Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya ilmu hukum, ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis
6
Robert A. Baron. 2004. Psikologi Sosial (Jilid 1, Edisi Kesepuluh): Jakarta: Erlangga.
39
BAB V GAMBARA UMUM RESPODE Karakteristik individu adalah identitas yang dimiliki individu dan berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor Fakultas Ekologi Manuasia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Jumlah mahasiswa tahun ajaran 2009-2010 berjumlah 309 orang. Karaktristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik khalayak dan ekstrinsik khalayak.
Faktor intrinsik
khalayak adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga menimbulkan persepsi dalam menonton JAM di Trans TV meliputi usia, jenis kelamin, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Faktor ekstrinsik khalayak adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang diduga menimbulkan persepsi responden menonton JAM di Trans TV meliputi ketersediaan televisi, interaksi teman, dan keluarga. Semua karakteristik tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana persepsi yang diberikan oleh responden setelah menonton tayangan program reality show JAM.
5.1.
Faktor Intrinsik Khalayak Faktor intrinsik diukur dengan beberapa indikator, yaitu usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua. Penjelasan dari masing-masing variabel intrinsik, yaitu usia merupakan jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian. Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis, dan dikategorikan dalam dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi keluarganya. Kategori ini dibedakan kedalam: bekerja swasta, pegawai negeri, pegawai wiraswasta, dan lain-lain. Pendapat orangtua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang dihasilkan oleh orangtua dari bekerja. Ditampilkan dalam Tabel 2.
40
Tabel 2. Sebaran Responden menurut Faktor Intrinsik dan Kategori Mahasiswa (2010) Sebaran Responden Faktor Intrinsik Khalayak
Jenis Kelamin Usia Penghasilan Orangtua
Pekerjaan Orangtua
Kategori
Laki-Laki Perempuan 18-19 20-21 22-23 Rendah Sedang Tinggi Swasta Pegawai negeri Wiraswasta Lainnya
Mahasiswa yang sudah mengambil Psikosos Jumlah Persen (orang) (%) 7 31,81 15 68,19 0 00,00 15 68,19 7 31,81 8 36,36 13 59,09 1 4,55 1 4,55
Mahasiswa yang sedang mengambil Psikosos Jumlah Persen (orang) (%) 3 11,54 23 88,46 2 7,69 24 92,31 0 00,00 11 42,30 13 50,00 2 7,70 7 26,92
Mahasiswa yang akan mengambil Psikosos Jumlah Persen (orang) (%) 10 35,71 18 64,29 16 57,14 12 42,86 0 00,00 17 60,71 10 35,71 1 3,58 4 14,29
Total
Jumlah (orang) 20 56 18 51 7 36 36 4 12
Persen (%) 26,30 73,70 23,69 67,10 9,21 47,37 47,37 5,26 15,79
13
59,09
11
42,31
13
46,29
37
48,68
4 4
18,18 18,18
5 3
19,23 11,54
9 2
32,14 7,14
18 9
23,68 11,85
5.1.1. Jenis Kelamin Persentase responden yang menonton program JAM Trans TV lebih banyak perempuan dibandingan dengan laki-laki karena responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki, sebagian besar populasi mahasiswa SKPM IPB adalah perempuan. Selain itu perempuan lebih suka menonton program JAM dan perempuan lebih peka terhadap orang sekitar, cocok sekali dengan program JAM yang isinya memberi pesan harus lebih peka terhadap orang sekitar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden perempuan, sebagai berikut: “Saya sangat tertarik dengan program Jika Aku Menjadi yang ditayangkan di Trans Tv, soalnya acara baik sehingga menimbulkan sikap empatik bagi orang yang menonton. Cocok banget dengan anak SKPM yang mendapatkan Mata Kuliah Psikologi Sosial, soalnya kan di Psikologi Sosial ada tuh Bab yang membahas mengenai empati. Saya hampir tiap hari Sabtu-Minggu nonton JAM lho, abis pulang kuliah langsung nonton deh” (DS, 20 tahun).
Gambar 3. Persentase Jenis Kelamin Responden
41
Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut: “Saya kadang-kadang nonton program JAM, soalnya acaranya lebih kecewek, tapi lumayan juga bisa cuci mata kalo talent-nya cantik. Pernah lho kak ada temen saya yang jadi Talent-nya” (MF, 19 tahun)
Dari Gambar 3 terlihat bahwa angkatan 2006 responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 31,81 persen sedangkan perempuan 68,19 persen. Jumlah responden laki-laki pada angkatan 2007 sebanyak 11,54 persen dan perempuan berjumlah 88,46 persen, sedangkan jumlah responden laki-laki pada angkatan 2008 sebanyak 35,71 persen dan perempuan berjumlah 64,29 persen Jumlah responden perempuan lebih banyak dua kali lipat daripada jumlah responden lakilaki.
5.1.2. Usia Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang sudah, sedang, dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial yang tersebar dari usia 18-23 tahun. Usia responden dalam penelitian ini dinilai kurang bervariasi, karena responden adalah mahasiswa pada angkatan 2006, 2007, dan 2008, sehingga tidak terlalu jauh berbeda dalam usia. Penemuan pada penel;itian ini menunjukka bahwa hasil penelitian Neilsen Media research terhadap usia penonton berusia di bawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi berlaku bagi penelitian terhadap program J|AM. Persentase responden yang menonton program JAM terbanyak berada pada usia 20-21 tahun yaitu sebnayak 67,10 persen. Hal ini terjadi karena ada anak angkatan 2006 yang masuk kuliah lebih muda dibandingkan dengan yang lainnya, begitupun dengan angkatan 2008 ada yang masuk kuliah lebih tua.
Gambar 4. Persentase Usia Responden
42
Pada Gambar 4 terlihat bahwa angkatan 2006 responden yang berusia 18-19 tidak ada, yang berusia 20-21 berjumlah 15 orang, sedangkan yang berusia 22-23 berjumlah 7 orang. Usia pada angkatan 2007 berusia 18-19 berjumlah 2 orang, yang berusia 20-21 berjumlah 24 orang, sedangkan yang berusia 22-23 tidak ada. Usia pada angkatan 2008 berusia 18-19 berjumlah 16 orang, yang berusia 20-21 berjumlah 12 orang, sedangkan yang berusia 22-23 tidak ada. Usia responden berusia 18-19 tahun terbanyak berada pada angkatan 2008, usia 20-21 tahun terbanyak pada angkatan 2007, sedangkan usia 22-23 tahun terbanyak pada angkatan 2006. Dengan demikian sesuai antara angkatan dengan usia responden.
5.1.3. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang tua responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi keluarganya. Jenis pekerjaan dikategorikan kedalam sebagai pekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta, dan lainnya (pensiun, petani, buruh dan lain-lain). Persentase pekerjaan orang tua responden yang menonton program JAM Trans TV lebih banyak bekerja sebagai pegawai negeri dibandingan dengan pegawai swasta, wiraswasta, ataupun yang lainnyua. Dari 76 responden jumlah persentase pekerjaan orang tua responden sebanyak 46,29 persen.
Hal ini
dipahami bahwa pada zaman ini bekerja sebagai pegawai negeri lebih diminati dibandingkan menjadi pagawai swasta. Masyarakat awam menilai dengan bekerja sebagai pegawai negeri dapat memiliki kehidupan layak, hidup terjamin sampai masa pensiun dengan penghasilan yang lumayan bnayak. Dengan demikian orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.
Gambar 5. Persentase Pekerjaan Orang Tua Responden
43
Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa pekerjaan orangtua responden angkatan 2006, 2007, dan 2008 pekerjaan orangtuanya kebanyakan sebagai pegawai negeri yaitu masing-masing dengan nilai 5,09 persen, 42,31 persen, dan 46,29 persen.
Jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, pekerjaan
orangtua responden yang orangtuanya bekerja sebagai swasta sebanyak 15,79 persen, pegawai negeri sebesar 48,68 persen, wiraswasta sebesar 23.68 persen, dan lainnya (petani,buruh, pensiunan) sebesar 11,35 persen.
5.1.4. Pendapatan Orangtua Untuk penghasilan orangtua karena data belum diketahui secara pasti, maka indikator masih menggunakan rasio sampai kuesioner terkumpul maka skala rasio tersebut dapat diubah menjadi ordinal. Setelah data terkumpul semua, penghasilan minimum sebesar Rp 500.000 sedangkan penghasilan maksimum sebesar Rp 7.000. 000. Setelah dihitung menggunakan rumus, dapat dikategorikan menjadi golongan rendah sebesar Rp 500.000-2.660.000, golongan sedang sebesar Rp 2.660.001-4.820.000, sedangkan golongan tinggi sebesar Rp 4.820.0017.000.000. Persentrase penghasilan orangtua responden yang termasuk ke dalam golongan rendah dan sedang sama, yaitu sebesar 47,37 persen, sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar 5,26 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa responden rata-rata berasal dari keluarga golongan menengah. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data pekerjaan orang tua responden yang mayoritas bekerja sebagi pegawai negeri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009, bahwa pendapatan Pegawai Negeri Sipil untuk Golongan III adalah berkisar 1,6 juta sampai 2,7 juta rupiah.
Gambar 6. Persentase Pendapatan Orang Tua Responden
44
Pada Gambar 6 dapat terlihat bahwa pendapatan orangtua responden angkatan 2006 yang termasuk ke dalam golongan rendah sebesar 36,36 persen, golongan sedang sebesar 59,09 persen, sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar 4,55 persen. Pendapatan orangtua responden angkatan 2007 yang termasuk ke dalam golongan rendah sebesar 42,30 persen, golongan sedang sebesar 50 persen, sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar 7,70 persen. Untuk pendapatan orangtua responden angkatan 2008 yang termasuk ke dalam golongan rendah sebesar 60,71 persen, golongan sedang sebesar 35,71 persen, sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar 3,58 persen.
5.2.
Faktor Ekstrinsik Khalayak Faktor ekstrinsik diukur dari tiga indikator yaitu ketersediaan televisi,
interaksi teman, dan interaksi keluarga. Ketersediaan televisi adalah tersedianya televisi dan teraksesnya channel Siaran Trans TV dalam menonton JAM. Kategori dari variabel ini adalah jumlah TV yang dimiliki, ada/tidaknya TV di kamar pribadi, dan lain-lain. Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM. variabel teman dapat diukur dalam beberapa kategori, yaitu temen kelas kuliah, teman satu tempat tinggal selama kuliah di IPB, atau teman di lingkungan rumah. Keluarga adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah. Ditampilkan dalam Tabel 3.
45
Tabel 3. Sebaran Responden menurut Faktor Ekstrinsik dan Kategori Mahasiswa (2010) Sebaran Responden Mahasiswa yang
Faktor Ekstrinsik
Kategori
sudah mengambil Psikosos
Khalayak
Kurang tersedia Ketersediaan Televisi
Cukup tersedia Sangat tersedia
Mahasiswa yang sedang mengambil
Mahasiswa yang
Total
akan mengambil Psikosos
Psikosos
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
(orang)
(%)
(orang)
(%)
(orang)
(%)
(orang)
(%)
8
36,36
9
34,62
12
42,86
29
38,16
12
54,55
11
42,31
15
53,57
38
50,00
2
09.09
6
23,08
1
03,57
9
11,84
Interaksi
Rendah
1
04,55
1
03,85
1
03,57
3
03,95
teman
Tinggi
21
95,45
25
96,15
27
96,43
73
96,05
Interaksi
Rendah
21
95,45
24
92,31
26
92,86
71
93,42
keluarga
Tinggi
1
4.55
2
07,79
2
07,14
5
06,58
5.2.1. Ketersediaan Televisi Ketersediaan televisi merupakan tersedianya televisi dan teraksesnya channel siaran TV khususnya Trans TV dalam menonton JAM. Hal ini bisa dilihat dari jumlah TV yang dimiliki, ada atau tidaknya TV di kamar pribadi, otoritas menonton TV, jumlah stasiun TV yang dapat diterima, jumlah stasiun TV yang jernih, dan jumlah stasiun TV yang sering ditonton. Persentase ketersediaan TV responden yang paling tinggi yaitu cukup tersedia cenderung ke kurang tersedia, yaitu 50 persen. Hal ini jika dikaitkan dengan penghasilan orang tua, berdasarkan data sebelumnya penghasilan orang tua mayoritas tergolong menengah, jadi mahasiswa jarang membawa TV ke tempat kost/kontrakan, sehingga ketersediaan reponden terhadap TV rendah. Untuk rinciannya dapat dilihat di Tabel 4.
46
Gambar 7. Persentase Ketersediaan Responden
Pada Gambar 7 dapat terlihat bahwa ketersediaan TV responden angkatan 2006 yang termasuk ke dalam kategori kurang tersedia sebesar 36.36 persen, cukup tersedia sebesar 54,55 persen, sedangkan kategori sangat tersedia sebesar 9,09 persen. Ketersediaan TV responden angkatan 2007 yang termasuk ke dalam kategori kurang tersedia sebesar 34,62 persen, cukup tersedia sebesar 42.31 persen, sedangkan kategori sangat tersedia sebesar 23,08 persen. Ketersediaan TV responden angkatan 2008 yang termasuk ke dalam kategori kurang tersedia sebesar 42,86 persen, cukup tersedia sebesar 5,57 persen, sedangkan kategori sangat tersedia sebesar 3,57 persen. Tabel 4. Sebaran Responden menurut Ketersediaan Televisi dan Kategori Mahasiswa (2010)
Karakteristik Ketersediaan TV Responden
Jumlah TV yang dimiliki TV yang tersedia di kamar pribadi Otoritas menonton TV Jumlah stasiun TV yang dapat diterima Jumlah stasiun TV yang jernih Jumlah stasiun TV yang sering ditonton
Kategori
1 (skor 5) ≥2 (skor 10) Tidak ada (skor 5) Ada (skor10) Diri sendiri (skor 10) Orang lain (skor 5) 1-10 stasiun (skor 5) >10 (skor10) 1-10 stasiun (skor 5) >10 (skor10) 1-10 stasiun (skor 5) >10 (skor10)
Mahasiswa yang sudah mengambil Psikosos
Mahasiswa yang sedang mengambil Psikosos
Mahasiswa yang akan mengambil Psikosos
Jumlah (orang) 16 6
Persen (%) 72,73 27,27
Jumlah (orang) 18 8
Persen (%) 69,23 30,77
Jumlah (orang) 24 4
Persen (%) 85,71 14,29
Jumlah (orang) 58 18
Persen (%) 76,32 23,68
16
72,73
18
69,23
24
85,71
58
76,32
6
27,27
8
30,77
4
14,29
18
23,68
17
77,27
18
69,23
18
64,29
53
69,74
5
22,73
8
30,77
10
35,71
23
30,26
7
31,82
8
30,77
11
39,29
26
34,21
15
68,18
18
69,23
17
60,71
50
65,79
10
45,45
10
38,46
12
42,86
32
42,86
12
54,55
16
61,54
16
57,14
44
57,14
11
50,00
12
46,15
14
50,00
37
48,68
11
50,00
14
53,85
14
50,00
39
51,32
Total
47
5.2.2. Interaksi teman Interaksi teman adalah suatu aktivitas responden dengan temannya, teman diisini adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi berarti sering berinteraksi dengan teman, sebaliknya jika kategori rendah berarti jarang berinteraksi dengan teman. Persentase hubungan interaksi teman dengan responden sangat tinggi yaitu sebesar 96,05 persen. Hal ini terjadi karena mahasiswa banyak menghabiskan waktu dengan teman, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Selain itu, hal ini terjadi karena mahasiswa mayoritas tinggal di kos/kontrakan, sehingga interaksi dengan teman tinggi dibandingkan dengan keluarga.
Gambar 8. Persentase Interaksi Teman Responden
Pada Gambar 8 dapat terlihat bahwa interaksi teman yang berhubungan dengan responden angkatan 2006 sebesar 95,45 persen, angkatan 2007 sebesar 96,15 persen, sedangkan angkatan 2008 sebesar 9,43. Jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, interaksi teman yang berhubungan dengan responden sebesar 96,05 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa interaksi teman sangat berhubungan, hal ini terlihat dari jumlah total dari masing-masing angkatan.
5.2.3. Interaksi keluarga Interaksi keluarga adalah suatu aktivitas responden dengan keluarganya, keluarga disini adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kategori tinggi
48
berarti sering berinteraksi dengan teman, sebaliknya jika kategori renda berarti jarang berinteraksi dengan teman. Persentase hubungan interaksi keluarga dengan responden sangat rendah yaitu sebesar 06,58 persen. Hal ini terjadi karena mahasiswa tidak banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, mahasiswa mayoritas tinggal di tempat kost/kontrakan, sehingga interaksi dengan keluarga rendah.
Gambar 9. Persentase Interaksi Keluarga Responden
Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa interaksi teman yang berhubungan dengan responden angkatan 2006 sebesar 95,45 persen, angkatan 2007 sebesar 92,31 persen, sedangkan angkatan 2008 sebesar 92,86 persen. Jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, interaksi teman yang berhubungan dengan responden sebesar 93,42 persen.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa
interaksi keluarga sangat berhubungan, hal ini terlihat dari jumlah total dari masing-masing angkatan.
49
BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI Keterdedahan program JAM adalah sejauh mana program JAM ditonton oleh khalayak. Keterdedahan ini dilihat dari cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Cara menonton adalah kebiasaan responden dalam menonton, dengan siapa menonton program JAM, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Lokasi menonton adalah tempat dimana responden menonton program JAM, suasana menonton adalah keadaan sekitar responden dalam menonton program JAM. Durasi menonton adalah lama waktu (dalam menit) yang digunakan responden untuk menonton program JAM setiap kalinya, sedangkan frekuensi menonton tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali per bulan) menonton JAM. Tabel 5. Sebaran Responden menurut Keterdedahan Program JAM dan Kategori Mahasiswa (2010) Keterdedahan Program JAM
Cara menonton Lokasi menonton
Suasana menonton
Durasi menonton Frekuensi menonton
Kategori
Sendiri Bersama orang lain Tempat sendiri Tempat umum Ada gangguan Tenang/k ondusif Sebagia (0-30 menit) Full(3160 menit) Rendah Tinggi
Mahasiswa yang sudah mengambil Psikosos Jumlah Persen (orang) (%) 16 72,72
Sebaran Responden Mahasiswa yang sedang mengambil Psikosos Jumlah Persen (orang) (%) 16 61,53
Mahasiswa yang akan mengambil Psikosos
Total
Jumlah (orang) 15
Persen (%) 53,58
Jumlah (orang) 47
Persen (%) 61,84
6
27,28
10
38,47
13
46,42
29
38,16
22
100
26
100
27
96,42
75
98,69
0
0
0
0
1
3,58
1
1,31
12
54,54
9
34,61
7
25
28
36,84
10
45,46
17
63,39
21
75
48
63,16
18
81,81
18
69,23
26
92,86
62
81,58
4
18,19
8
30,77
2
7,14
14
18,42
19 3
86,37 13,63
26 0
100 0
27 1
96,42 3,58
72 4
94,73 5,27
50
6.1. Cara menonton Kebiasaan responden dalam menonton, tidak hanya dilakukan sendirian tetapi bisa juga dilakukan dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun pacar dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, responden lebih suka menonton program JAM sendiri dibandingkan bersama orang lain. Hal ini disebabkan oleh manusia pada zaman sekarang lebih bersifat individual, dimana hampir setiap responden memiliki televisi sendiri dan menonton program acara televisi tanpa harus beramai-ramai dengan orang lain.
Gambar 10. Persentase Cara Menonton Responden
Pada Gambar 10 dapat terlihat bahwa persentase cara menonton responden dengan orang lain, yaitu responden angkatan 2006 sebesar 72,72 persen, angkatan 2007 sebesar 61,53 persen, dan angkatan 2008 sebesar 53,58 persen.
Jika
dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, cara menonton responden dengan orang lain persentasenya sebesar 61,84 persen.
6.2. Lokasi menonton Lokasi menonton merupakan tempat dimana responden menonton program JAM Lokasi. Lokasi menonton dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu di tempat sendiri (kosan/kontrakan, rumah), dan tempat umum (warung atau tempat umum lainnya). Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden lebih sering menonton program JAM di tempat sendiri dibandingkan di tempat umum, hal ini dikarenakan sebagian responden mempunyai TV sendiri, menonton di tempat sendiri lebih nyaman, santai, dan bias menguasi TV sendiri.
51
Gambar 11. Persentase Lokasi Menonton Responden
Pada Gambar 11 terlihat bahwa persentase lokasi menonton responden di tempat sendiri, yaitu responden angkatan 2006 sebesar 100 persen, angkatan 2007 sebesar 100 persen, dan angkatan 2008 sebesar 96,42 persen. Jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, lokasi menonton responden menonton di tempat sendiri persentasenya sebesar 98,69 persen.
6.3.
Suasana menonton Suasana menonton adalah keadaan atau kondisi sekitar responden pada saat
menonton program JAM. Suasana menonton bias saja tenang/kondusif, bisa juga keadaannya berisik/ada gangguan dari sekitar. Dalam penelitian ini, suasana responden
dalam
menonton program
JAM sebagian besar suasananya
tenang/kondusif. Hal ini dapat dikaitkan dengan lokasi menonton responden, karena kalau menonton di tempat sendiri akan lebih kondusif dibandingkan menonton di tempat umum.
Gambar 12. Persentase Suasana Menonton Responden
Pada Gambar 12 terlihat bahwa persentase suasana menonton responden dalam keadaan kondusif, jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, suasana menonton responden menonton dalam keadaan kondusif persentasenya sebesar 63,16 persen. Tetapi jika dilihat secara rinci responden angkatan 2006 berbeda
52
dengan angkatan lainnya. Responden angkatan 2006 sebesar 45,46 persen, angkatan 2007 sebesar 63,39 persen, dan angkatan 2008 sebesar 75 persen.
6.4. Durasi menonton Durasi menonton adalah lama waktu (dalam hitungan menit) yang digunakan responden untuk menonton program JAM setiap kalinya. Durasi tayangan program JAM setiap kali tayang adalah 60 menit. Dalam penelitian ini durasi menonton digolongkan menjadi dua bagian, yaitu sebagian kecil menonton (0-30 menit), dan full menonton (31-60 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi
responden dalam menonton program JAM Trans TV adalah
sebagian menonton (0-30 menit). Hal ini terjadi karena waktu mahasiswa untuk menonton sedikit, waktu responden sebagian besar digunakan untuk kegiatan kampus, baik mengerjakan tugas maupun kegiatan lain seperti rapat.
Gambar 13. Persentase Durasi Menonton Responden
Pada Gambar 13 dapat terlihat bahwa dalam penelitian ini responden memiliki waktu yang kurang banyak untuk menonton program JAM. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian full menonton
(31-60 menit) persentasenya hanya
18,42 persen dari keseluruhan 76 responden. Jika dilihat rinciannya persentase durasi menonton responden pada kategori full menonton (31-60 menit), yaitu responden angkatan 2006 sebesar 18,19 persen, angkatan 2007 sebesar 30,77 persen, dan angkatan 2008 sebesar 7,14 persen.
6.5.
Frekuensi menonton Frekuensi menonton tingkat keseringan responden (dalam satuan kali)
menonton program JAM, frekuensi menonton responden ini dapat diukur dalam
53
hitungan per bulan. Program JAM ditayangkan tiap hari sabtu dan minggu, jadi dalam sebulan 8 kali penayangan. Frekuensi menonton dikategorikan menjadi dua, yaitu frekuensi rendah (1-4 kali) dan frekuensi tinggi (5-6 kali). Hasil dalam penelitian ini bahwa frekuensi menonton responden sangat kurang (1-4 kali) dalam sebulan, hal ini disebabkan oleh waktu luang responden kurang banyak karena adanya kesibukan kuliah di kampus, sama hal dengan durasi menonton responden.
Gambar 14. Persentase Frekuensi Menonton Responden
Pada
Gambar 14 dapat terlihat bahwa dalam penelitian ini frekuensi
menonton responden kurang tinggi untuk menonton program JAM. Hal ini dapat diketahui bahwa frekuensi rendah (1-4 kali) persentasenya sebesar 94,73 persen dari keseluruhan 76 responden.
Jika dilihat rinciannya persentase durasi
menonton responden pada kategori frekuensi rendah (1-4 kali) yaitu responden angkatan 2006 sebesar 86,37 persen, angkatan 2007 sebesar 100 persen, dan angkatan 2008 sebesar 94,62 persen.
54
BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI” DI TRAS TV Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi lain, berbagai cara yang dilakukan oleh program JAM untuk meningkatkan mutu atau kualitas terhadap tayangan tersebut, baik isi cerita, talent, narasumber yang dibantu, keadaan lokasi, tema cerita,dan penayangan (jam dan durasi tayang) agar khalayak lebih tertarik untuk menonton program tersebut. Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan oleh diterima/tidaknya oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk menilai/mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Persepsi dapat menjadi media penghubung antara individu dengan stasiun televisi. Persepsi responden terhadap program JAM dapat dilihat dari skor persepsi responden yang diperoleh dari mengintepretasikan informasi yang pendengar khalayak. Persepsi dikategorikan menjadi dua yaitu kategori buruk dan baik. Data penjabaran jumlah dan persentase persepsi khalayak tentang program JAM disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Responden menurut Persepsi Khalayak tentang Program JAM dan Kategori Mahasiswa (2010)
o
Kriteria pesepsi terhadap program JAM
1.
Isi cerita
2.
Talent
3.
arasumber
4.
Keadaan lokasi
5.
Tema cerita
6.
Penayangan
Sangat Tidak Setuju (STS) 1,31
Rataan seluruh unsur
Persentase (%) Tidak Setuju Setuju (S) (TS)
Sangat Setuju (SS)
Rataan Skor*
18,55
71,19
8,94
2,87
3,55
28,29
58,56
9,60
2,74
3,42
28,29
58,55
9,73
2.67
1,58
28,95
58,68
1,79
2,78
0,79
33,42
60,00
5,79
2,70
2,10
24,74
67,63
5,53
2,76 2,75
Keterangan
: * Rataan skor: 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persepsi
responden kurang baik (tidak setuju cenderung setuju/ ∑ = 2.75) terhadap
55
program JAM. Jika dilihat dari table di atas, rataan skor setiap kriteria persepsi program JAM semuanya sama dengan total rataan, persepsi isi cerita 2.87, talent 2.74, narasumber 2.67, keadaan lokasi 2.78, tema cerita 2.70, dan penayangan 2.76. 7.1.
Isi Cerita Isi cerita suatu acara program JAM merupakan substansi yang terkandung
dalam tayangan program JAM. Isi cerita ini merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap program yang ditayangkan. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap isi cerita program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,87), karena isi cerita program JAM dinilai oleh khalayak kurang menarik dan agak monoton (kurang bervariasi setiap episodenya). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden perempuan, sebagai berikut: “Kalo menurut saya, isi ceritanya terlalu monoton itu lagi-itu lagi, kalo bisa jangan selalu mengangkat cerita yang orang miskin, coba sekali-kali tayangkan yang ceritanya mengangkat tentang perjuangan seseorang yang tadinya kesusahan banget sekarang uda menjadi orang yang sukses sehingga membuat orang menjadi tergugah untuk merubah hidupnya/terinspirasi”. (ASA, 18 tahun).
Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut: “Kalo menurut saya, isi ceritanya terlalu dibuat-buat deh, sebaiknya isi ceritanya yang realistis aja biar kita nya nonton sampe beres, sebenarnya baik ceritanya cuma aga lebay aja”. (AN, 20 tahun).
7.2.
Talent Talent merupakan orang yang berperan sebagai penolong dalam tayangan
program JAM. Talent ini biasanya sering diperankan oleh perempuan, karena perempuan memiliki sifat empati yang tinggi. Talent ini mengarahkan alur cerita setiap tayangannya. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap talent
program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,74), karena talent yang
berperan dalam program JAM dinilai oleh khalayak selalu dari perempuan cantik,
56
mahasiswa, dan orang kota. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden perempuan, sebagai berikut: “Kalo menurut gw mah yah, yang jadi talent jangan cewe terus atuh,bosen deh. Sekali-kali donk cowo yang jadi talennya biar lebih beragam”. perasaan yang jadi talent mahasiswa terus jarang deh liat pejabat atau pemerintah. Agar lebih bervariasi coba yang jadi talent pejabat-pejabat suapaya dia juga merasaka jadi orang tua miskin yang kesusahan”. (DM, 20 tahun).
Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut: “Kalo menurut saya, yan g menjadi talent udah baik (perempuan), Saya kadang-kadang nonton program JAM yang jadi talent itu suka takut-takutan kalo ngebantuin narasumber yang dibantu, kalo gitu mah mending ga usah jadi talent deh” (MF, 18 tahun)
7.3.
arasumber Narasumber merupakan objek/orang yang ditolong sebagai pusat perhatian
dalam program JAM. Narasumber disini biasanya masyarakat pedesaan yang tidak memiliki pekerjaan tetap, berasal kalangan ekonomi menengah ke bawah, namun dia masih berusaha untuk mencari nafkah bagi istri-anaknya. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap narasumber kurang baik/ kurang setuju (2,67), karena narasumber
program JAM
yang dibantu dalam
program JAM dinilai oleh khalayak terlalu memperlihatkan kemiskinannya, coba sekali-kali tayangkan kesuksesan seseorang yang awalnya miskin sekali, sehingga pemirsa yang menonton akan terinspirasi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut: “Sebaiknya narasumber yang dijadikan objek adalah orang yang sangat membutuhkan bantuan, bukan berarti orang miskin banget, anak yatim juga butuh bantuan jadi jangan selalu orang tua miskin yang jadi narasumber”. (RS, 19 tahun).
7.4.
Keadaan lokasi Keadaan lokasi merupakan suatu keadaan lokasi dimana narasumber
tinggal. Biasanya yang menjadi tempat sasaran narasumber adalah di pedesaan
57
yang jauh dari keramaian kota. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap keadaan lokasi program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,78), karena keadaan lokasi yang menjadi tempat tinggal narasumber dalam program JAM dinilai oleh khalayak terlalu memprihatinkan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut: “Sebaiknya keadaan lokasi yang dijadikan objek liputan jangan selalu di daerah yang jauh dari jangkauan (akses), sekali-kali di daerah perkotaan yang baru dapat musibah”. (DE, 21 tahun).
7.5.
Tema Cerita Tema ceita merupakan jenis judul atau tema acara yang ditayangkan oleh
program JAM. Setiap satu episode program JAM biasanya menayangkan tema yang berbeda-beda. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap tema cerita program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,70), karena tema cerita dalam program JAM dinilai oleh khalayak monoton, itu-itu terus yang dibahas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut: “Kalo menurut saya temanya sudah baik, tapi kuranmg bervariasi aja, coba tampilkan tema cerita tentang pengidap penyakit AIDS, agar anak muda zaman sekarang takut akan hal yang berhubungan dengan pergaulan bebas.”. (AW, 23 tahun).
7.6.
Penayangan Penayangan jadwal program JAM setiap hari Sabtu dan Minggu pukul
17.30 WIB, dengan durasi 60 menit setiap tayangnya penayangan ini dapat dilihat dari kesesuaian penempatan waktu tayang program JAM dengan programprogram dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden memindahkan saluran televisinya. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap penayangan program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,76), karena penayangan dalam program JAM dinilai oleh khalayak terlalu sore, berbatasan dengan adzan maghrib. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut:
58
“Kalo menurut saya penanyangannya kurang tepat, jam setengah lima sore terlalu kesorean apalagi durasinya 1 jam, berbatasan lagi dengan solat maghrib itu sangat mengganggu bagi umat muslim. Coba kalo acaranya jam makan siang agar ditonton oleh semua kalangan dan ini bisa menghibur pemirsa yang habis melakukan aktivitasnya”. (RA, 22 tahun).
7.7.
Kriteria yang paling menentukan persepsi khalayak tentang program reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa kriteria yang paling
menentukan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV adalah isi cerita. Isi cerita suatu acara program JAM merupakan substansi yang sangat penting dalam tayangan program JAM. Isi cerita yang disajikan oleh program JAM Trans TV bersifat faktual, menarik, isi ceritanya konsisten dengan tema cerita, ada efek empati yang ditimbulkan setelah menonton program Trans TV, isi ceritanya pun mudah dipahami. Semua kriteria persepsi program JAM seperti talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan terkandung dalam isi cerita. Isi cerita merupakan tonggak dari program JAM, karena jika isi ceitanya baik maka program ini akan menarik pemirsa untuk menonton lagi di episode selanjutnya. Apabila program ini ditonton oleh banyak pemirsa maka rating program ini akan tinggi. Rataan skor isi cerita adalah 2,8 (tidak setuju cenderung setuju) ini menunjukkan bahwa persepsi responden kurang baik terhadap program JAM.
59
BAB VIII FAKTOR-FAKTOR YAG BERHUBUGA DEGA PERSEPSI KHALAYAK TETAG PROGRAM ACARA REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI 8.1.
Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi Hubungan antara faktor intrinsik khalayak (meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua) dengan persepsi terhadap program JAM (meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan) dianalisis dengan menggunakan Uji Chisquare dan Rank Spearman. Pada Tabel 7 dapat dilihat dari hasil pengujian bahwa hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan nyata, yaitu hubungan antara variabel faktor intrinsik responden (jenis kelamin) dengan variabel persepsi (keadaan lokasi. Hal ini membuktikan bahwa Hipotesis 1 yang menyatakan “ada hubungan antara faktor intrinsik khalayak dengan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM” dapat diterima. Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 7. ilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi
o.
1 2 3 4
Faktor Intrinsik Khalayak Jenis kelamin Usia Pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua
Keterangan:
** *
Koefisien Kore lasi
Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV ara sumber
Keadaan lokasi
Tema cerita
Pena yangan
Isi cerita
Talent
X2 C rs X2 C
8,572** 0,318 0,623 5,993 0,270
1,624 0,145 0,374 1,969 0,159
3,263 0,203 0,097 2,088 0,164
4,787 0,243 0,117 3,357 0,206
0,478 0,079 0,103 1,002 0,114
0,546 0,084 0,262 0,485 0,080
rs
0,194
0,242
0,503
0,635
0,453
0,386
berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) berhubungan nyata pada (p <0,05)
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar variabel faktor instrinsik khalayak tidak terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan proses pembentukan persepsi. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs atau c > 0,2)
60
8.1.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Faktor intrinsik jenis kelamin responden memiliki hubungan nyata dengan kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu isi cerita tetapi tidak berhubungan nyata dengan kriteria persepsi lain sepertiisi talent, narasumber, tema cerita, keadaan lokasi dan penayangan. Hal ini berarti presepsi setelah menonton program JAM Trans TV antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup nyata. Setiap mahasiswa mempunya persepsi yang berbeda mengenai program JAM Trans TV, ada yang berpresepsi baik dan buruk. Terdapat hubungan nyata antara faktor intrinsik usia dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang berbeda jenis kelamin membuat perbedaan pada saat menilai suatu program JAM. Jenis kelamin yang berbeda menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang telah ditontonnya. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis kelamin dengan variabel persepsi responden terhadap program JAM Trans TV Angka korelasi menunjukkan positif yang berarti arahnya sejajar antara dua variabel, artinya semakin sering perempuan menonton program JAM Trans TV maka semakin baik persepsi terhadap program JAM Trans TV kriteria isi cerita dan sebaliknya semakin jarang responden laki-laki menonton program JAM Trans TV maka semakin buruk persepsi terhadap kriteria yang ada pada program JAM Trans TV. Tabel 8. Hubungan Jenis kelamin dengan Isi Cerita Persepsi terhadap Isi Cerita Jenis kelamin
Persepsi buruk
Persepsi baik
Total
Jumlah (orang) 6 3 9
Persen Jumlah Persen Jumlah Persen (%) (orang) (%) (orang) (%) 18,42 14 10,53 20 26,32 Laki-laki 69,74 53 50,00 56 73,68 Perempuan 39,47 67 60,53 76 100 Total 2 X = 8,572 p=0,003 C=0,318 Hal ini terjadi karena responden perempuan lebih menyukai menonton program JAM Trans TV, sementara responden laki-laki yang pada dasarnya
61
kurang memiliki ketertarikan dalam menonton program JAM Trans TV, sehingga cara menilai antara perempuan dan laki-laki berbeda. Persepsi perempuan terhadap program JAM Trans TV lebih baik dibandingkan laki-laki, karena lakilaki jarang menonton sehingga persepsinya kurang baik dan ini akan menimbulkan hasil yang kurang nyata. Responden laki-laki memiliki minat menonton yang kurang, karena laki-laki lebih suka menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan lain, seperti main Playstation (PS), olah raga (main bola bakset, futsal, dan lain-lain), main band, dan lain-lain.
8.1.2. Hubungan Usia dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Usia responden dalam penelitian ini cukup beragam yaitu antara usia 1819 tahun, 20-21 tahun, dan 22-23 tahun akan tetapi berapapun usia responden dan kurang beragamnya usia mahasiswa tidak membuat perbedaan dalam berpresepsi mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Berdasarkan uji Korelasi Rank Spearman bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara faktor intrinsik usia dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang berbeda usia tidak membuat perbedaan pada saat menilai suatu program JAM. Usia yang berbeda tidak menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang telah ditontonnya.
8.1.3. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Jenis pekerjaan orang tua responden berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pegawai wiraswastya, dan lain-lain. Akan tetapi, apapun jenis pekerjaan orang tua responden tidak membuat perbedaan dalam presepsi mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pekerjaan orang tua responden dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti pekerjaan orang tua responden tidak menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang telah ditontonnya.
62
8.1.4. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Pendapatan orang tua responden berbeda-beda, ada yang termasuk ke dalam golongan rendah, menengah maupun golongan tinggi. Akan tetapi, berapapun pendapatan orang tua responden tidak membuat perbedaan dalam presepsi mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Berdasarkan uji Korelasi Rank Spearman bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pendapatan orang tua responden dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti pendapatan orang tua responden tidak menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang telah ditontonnya. 8.2.
Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi Hubungan antara faktor ekstrinsik khalayak (ketersediaan TV, interaksi
teman, dan interaksi keluarga) dengan persepsi tentang program JAM (isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan) dianalisis menggunakan Uji Chisquare dan
Rank Spearman. Berdasarkan
Tabel 9
diperoleh keterangan bahwa hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan nyata, yaitu intersaksi keluarga dengan tema cerita. Hal ini membuktikan bahwa Hipotesis 2 yang menyatakan “ada hubungan antara faktor eksrinsik khalayak dengan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM” diterima. Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 9. ilai Koefisien Korelasi Spearman antara Faktor Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi o.
1 2 3
Faktor Ekstrinsik Khalayak Ketersediaan televisi Interaksi teman Interaksi keluarga
Keterangan:
** *
Koefisien Korelasi
Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Talent
arasu mber
Keadaan lokasi
rs
0,853
0,382
0,212
0,767
0,367
0,468
rs
0,524
0,388
0,853
0,158
0,723
0,899
rs
0,565
0,257
0,931
0,338
0,008**
0,273
berhubungan sangat nyata pada (p<0,01) berhubungan nyata pada (p<0,05)
Tema cerita
Penayangan
Isi cerita
63
8.2.1. Hubungan Ketersediaan Televisi dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Ketersediaan televisi dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu kurang tersedia, cukup tersedia, dan sangat tersedia. Berdasarkan Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa ketersediaan televisi tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, ketersediaan televisi baik kurang, cukup, atau sangat tersedia tidak akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs > 0,2).
8.2.2. Hubungan Interaksi Teman dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Berdasarkan Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa interaksi teman tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, interaksi teman rendah maupun tinggi tidak akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs > 0,2).
8.2.3. Hubungan Interaksi Keluarga dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Faktor intrinsik interaksi keluarga responden memiliki hubungan nyata dengan kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu tema cerita. Hal ini berarti presepsi setelah menonton program JAM Trans TV antara interaksi keluarga yang tinggi dan rendah memiliki perbedaan yang nyata. Setiap mahasiswa mempunya persepsi yang berbeda mengenai program JAM Trans TV, ada yang berpresepsi
64
baik dan buruk. Akan tetapi tidak berhubungan dengan isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi dan penayangan. Meskipun banyak variabel yang tidak
memiliki
hubungan
nyata,
namun
ada
beberapa
variabel
yang
mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs > 0,2).
Hubungan Interaksi Keluarga dengan Persepsi Tema Cerita Faktor intrinsik interaksi keluarga responden memiliki hubungan nyata dengan kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu tema cerita. Hal ini berarti presepsi setelah menonton program JAM Trans TV antara interaksi keluarga yang tinggi dan rendah memiliki perbedaan yang nyata. Berdasarkan uji Korelasi Rank Spearman, interaksi keluarga responden berhubungan nyata (p= 0,008 <0,01) dengan persepsi tema cerita. Angka korelasi menunjukkan positif yang berarti arahnya searah antara dua variabel, artinya semakin tinggi berinteraksi dengan keluarga, maka semakin baik persepsi terhadap tema cerita yang ada pada program JAM Trans TV, dan sebaliknya semakin rendah berinteraksi dengan keluarga maka semakin buruk persepsi terhadap tema cerita yang ada pada program JAM Trans TV. Hal ini terjadi karena dengan banyaknya interaksi keluarga maka akan meningkatkan
intensitas responden dalam menonton
program JAM, sehingga persepsi yang diberikan oleh responden mengenai tema cerita baik.
8.3.
Hubungan Keterdedahan Program Jika Aku Menjadi dengan Persepsi khalayak tentang Program Reality show Jika Aku Menjadi Hubungan antara keterdedahan program
reality show JAM (cara
menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton) dengan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM (meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan) dianalisis dengan menggunakan Uji Chisquare dan Uji Rank Spearman. Hasil uji menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang memiliki hubungan nyata, yaitu hubungan antara cara menonton dengan persepsi tema cerita, dan hubungan antara frekuensi menonton dengan persepsi talent. Hal ini membuktikan bahwa Hipotesis 3 yang menyatakan “ada hubungan antara faktor
65
keterdedahan program JAM dengan kriteria persepsi khalayak program reality show JAM” dapat diterima. Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 10. ilai Koefisien Korelasi Rank Spearman dan Korelasi Chi Square antara Keterdedahan Trogram JAM dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi o. 1 2 3 4 5
Keterdedahan program JAM Cara menonton Lokasi menonton Suasana menonton Durasi menonton Frekuensi menonton
Keterangan:
** *
Koefisien Korelasi
Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV Penayangan
Isi cerita
Talent
arasu mber
Keadaan lokasi
Tema cerita
X2 C X2 C X2 C
1,918 0,157 0,737 0,098 0,207 0,052
0,375 0,070 0,263 0,059 0,379 0,070
2,946 0,193 0,791 0,102 2,555 0,180
1,913 0,157 0,742 0,098 1,434 0,136
6,595* 0,283 1,809 0,152 0,801 0,102
2,895 0,192 0,613 0,089 0,664 0,093
rs
0,553
0,576
0,420
0,362
0,220
0,190
rs
0,409
0,789
0,622
0,633
0,074
0,620
berhubungan sangat nyata pada (p<0,01) berhubungan nyata pada (p<0,05)
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian kecil variabel keterdedahan program JAM memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi terhadap program JAM. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs atau c > 0,2)
8.3.1. Hubungan Cara Menonton Responden dengan Persepsi tentang Program Reality show JAM Kebiasaan responden dalam menonton, tidak hanya dilakukan sendirian tetapi bisa juga dilakukan dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun pacar dan lain-lain. Cara
responden dalam menonton berbeda-beda, maka persepsi
mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa cara menonton
memiliki
hubungan dengan kriteria persepsi mengenai tema cerita, akan tetapi kriteria lain seperti isi cerita, talent, narasumber, lokasi, dan penayangan tidak dipengaruhi oleh cara menonton sehingga berhubungan. Dengan demikian, cara khalayak
66
menonton baik sendiri maupun bersama orang lain tidak akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita, talent, narasumber, lokasi, dan penayangan.
Hubungan Cara Menonton dengan Tema Cerita Cara menonton khalayak berbeda-beda dalam menonton tayangan program JAM, perbedaan ini terjadi karena akses kepemilikan televisi khalayak. Menonton sendiri lebih santai dibandingan nonton bersama-sama, karena otoritas ada pada seseorang yang menonton. Sehingga khalayak yang menonton sendiri akan memiliki persepsi yang jauh lebih baik dibandingkan nonton bersama-bersama yang memiliki keinginan lain dalam memindahkan channel kesukaannya, sehingga tidak fokus menonton program JAM dan persepsi yang dinilai kurang begitu baik. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa cara menonton memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai tema cerita, dengan demikian cara menonton sendiri maupun bersama orang lain akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap tema cerita. Hasil Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel 6,595>3,841(df=1), dan
nilai signifikasi(p=0,037< 0,05), maka
Hipotesis diterima. Tabel 11. Hubungan antara Cara Menonton dengan Tema Cerita Tema Cerita Cara Menonton Sendiri Bersama orang lain Total
Persepsi buruk Jumlah Persen (orang) (%) 15 19,74
Persepsi baik Jumlah Persen (orang) (%) 14 18,42 29
Total Jumlah (orang) 29
Persen (%) 38,16
18
23,68
38,16
47
61,84
33
43,42 43 56,58 2 X = 6,595 p=0,037 C=0,283
76
100
67
8.3.2. Hubungan Lokasi Menonton Responden dengan Persepsi tentang Program Reality show JAM Lokasi menonton dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu di tempat sendiri (kosan/kontrakan, rumah), dan tempat umum (warung atau tempat umum lainnya). Lokasi
responden sewaktu menonton berbeda-beda, maka
persepsi mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa lokasi menonton tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. . Dengan demikian, lokasi menonton khalayak baik ditempat sendiri maupun tempat umum
tidak akan
membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.
8.3.3. Hubungan Suasana Menonton Responden dengan Persepsi tentang Program Reality show JAM Pada saat menonton, suasana/keadaan lingkungan sekitar berbeda-beda. Ada yang suasananya kondusif sehingga tenang untung menikmati acara, ada juga yang suasananya banyak gangguan dari lingkungan sekitar. Suasana responden sewaktu menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa suasana menonton tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, suasana
menonton khalayak baik kondusif
maupun berisik/banyak gangguan tidak akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.
8.3.4. Hubungan Durasi Menonton Responden dengan Persepsi terhadap Program Reality show JAM Durasi menonton yang digunakan responden untuk menonton program JAM setiap kalinya berbeda-beda. Ada yang menonton hanya sebagian kecil menonton (0-30 menit), ada juga menonton full/secara keseluruhan (31-60 menit). Durasi
responden menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap
kriteria program JAM pun berbeda. Berdasarkan Uji korelasi yang dilakukan
68
dengan uji Rank Spearman menunjukkan bahwa durasi menonton tidak memiliki hubungan nyata dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, durasi menonton khalayak baik lama maupun
sebentar dalam menonton tidak akan membuat persepsi
mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.
8.3.5. Hubungan Frekuensi Menonton Responden dengan Persepsi tentang Program Reality show JAM Frekuensi menonton
program JAM
responden berbeda-beda, ada
sebagian besar hanya menonton 1-4 kali per bulan, ada juga sebagian kecil menonton program JAM 5-6 kali per bulan. Hasil dalam penelitian ini bahwa frekuensi menonton responden sangat kurang (1-4 kali) dalam sebulan, hal ini disebabkan oleh waktu luang responden kurang banyak karena adanya kesibukan kuliah di kampus, sama hal dengan durasi menonton responden. Frekuensi responden menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Berdasarkan Uji korelasi yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa frekuensi menonton tidak memiliki hubungan nyata dengan kriteria persepsi isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, frekuensi menonton khalayak baik sering maupun jarang tidak akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.
69
BAB IX KESIMPULA DA SARA
9.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan penting yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1)
Keterdedahan program JAM Trans TV (cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi, dan frekuensi menonton) pada khalayak dinilai rendah karena waktu luang sedikit di sela-sela waktukegiatan kampus, Responden umumnya hanya menonton 5-8 kali per bulan dengan durasi 31-60 menit (full menonton)
2)
Persepsi khalayak terhadap program JAM Trans TV kurang baik (rataan skor= 2,75). Aspek program yang dipersepsi berturut-turut dari yang paling baik persepsinya meliputi: isi cerita, keadaan lokasi, penayangan, talent, tema cerita, dan narasumber. Isi cerita merupakan aspek yang paling menentukan persepsi responden.
3)
Faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak
tidak terbukti berhubungan
dengan persepsi terhadap program JAM. Keterdedahan khalayak terhadap JAM berhubungan dengan persepsi terhadap program JAM yaitu pada cara menonton dengan tema cerita dan frekuensi menonton dengan talent.
9.2. Saran Terkait dengan hasil penelitian serta kesimpulan di atas, disarankan agar dilakukan perbaikan mengenai isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan. Secara lebih rinci, beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1)
Isi cerita yang ditampilkan sebaiknya jangan terlalu di dramatisir, jangan monoton, isi cerita harus konsisten dengan tema cerita, dan isi cerita setiap episode bervariatif.
2)
Talent yang berperan sebagai pengarah jalannya cerita sebaiknya memiliki empati tinggi, komunikatif, pakaian yang digunakan sopan, jangan takut/malu melakukan pekerjaan narasumber, berasal dari kalangan
70
menengah ke atas agar merasakan kehidupan narasumber yang hidup kesusahan, jangan selalu perempuan karena laki-laki pun bisa untuk menjadi talent, lebih baik lagi jika laki-laki dan perempuan berperan bersamaan agar bervariasi. 3)
Narasumber yang dibantu tidak selalu orang tua, agar bervariasi anak muda yang tidak mempunyai orang tua atau tidak mempunyai tempat tinggal sebaiknya dibantu.
4)
Keadaan lokasi yang jadikan tempat tidak harus di pedesaan yang jauh akses, di perkotaan pun masih banyak tempat yang kurang layak ditempati hanya saja tidak terlihat secara jelas.
5)
Tema cerita sebaiknya lebih bervariatif, jangan monoton, cari tema lain yang lebih menyentuh khalayak, tidak harus selalu membantu orang bekerja. Lebih baik memakai tema yang mengangkat perjuangan seseorang/keluarga miskin yang berjuang untuk bertahan hidup.
6)
Penayangan, sebaiknya ditayangkan seminggu tiga kali, durasinya tidak terlalu panjang, waktu penayangan siang pada saat jam makan siang agar semua orang dapat menonton sambil makan.
71
DAFTAR PUSTAKA
DeFleur dan Ball-Rokeach. 1975. The Process and Effects of Mass Communication. New York: Longman 3rd Edition DeVito, A. Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi Kelima. Hofmann, Ruedi. 1999. Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi: Menjadikan Televisi Budaya Rakyat . Jakarta: PT Grasindo. Isfandiari, Farah Agustia. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Interpretasi Khalayak Remaja tentang Realitas Program Reality show (Studi pada khalayak penonton program Lemon Tea “Asam Manis Cinta”). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Jahja RS, Irvan M. 2006. Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok: Piramedia. Labib M. 2002. Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: Tiga Books Division. McQuail, Dennis.1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Morrisan, 2003. Programming TV. Pokok Bahasan: Perilaku Audiens Penyiaran. www.pksm.mercubuana.ac.id/modul/41037-4-654269399816.doc. [Diakses pada 5 Maret 2010, pukul 19.24 WIB] Mulyana, Deddy. 1996. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori, Aplikasi). Jakarta: Gramedia. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Novarinda, Metri. 2009. Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nordik.Ayu, Wanda Edika Tresna. 2007. Pengaruh Keterdedahan Media terhadap Sikap Remaja Surabaya Pada Program Acara Reality show “Katakan Cinta” di RCTI. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo.
72
Priyowidodo, Gatut. 2008. Menakar Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi Lokal Di Era Otonomi. Jurnal Ilmiah SCIPTURA Vol.2 Io.1, Januari 2008:56-62. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial). Jakarta: Balai Pustaka. Shanti, Nadia Priona Eri. 2007. Segmen dan Penilaian Khalayak terhadap Program komedi di Televisi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Silitong, Ruth Elisabeth. 2009. Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Program Jelajah di Trans TV. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Syarief, Khairunnisa. 2007. Persepsi Khalayak terhadap “Infotainment”RCTI. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tayangan
Testiandini, Astri. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja (Kasus sinetron bertemakan remaja di televisi). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
73
LAMPIRA
74
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Isi Cerita A. Reliability Statistics Cronbach's of Alpha Items .809 15 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 809. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kesimpulan T v1
v2
v3
v4
v5
v6
v7
v8
v9
v10
t
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.778(**) .001 15 .634(*) .011 15 .141 .615 15 .851(**) .000 15 .630(*) .012 15 .028 .922 15 .720(**) .002 15 .770(**) .001 15 .598(*) .018 15 .599(*) .018 15 1
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Vaid
Valid
15
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
75
2. Talent A. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .484 10 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 484. Sesuai kriteria, nilai ini kurang dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang kurang baik, atau dengan kata lain data hasil angket belum dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kesimpulan T v1 Pearson Correlation .474 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .074 N 15 v2 Pearson Correlation .477 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .073 N 15 v3 Pearson Correlation .030 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .914 N 15 v4 Pearson Correlation .480 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .070 N 15 v5 Pearson Correlation .290 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .295 N 15 v6 Pearson Correlation .804(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v7 Pearson Correlation .437 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .103 N 15 v8 Pearson Correlation .296 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .284 N 15 v9 Pearson Correlation Valid .588(*) Sig. (2-tailed) .021 N 15 v10 Pearson Correlation .420 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .119 N 15 t Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 15 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
76
3. arasumber A. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .887 10 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 887. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kesimpulan T v1 Pearson Correlation .291 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .293 N 15 v2 Pearson Correlation .801(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v3 Pearson Correlation .819(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v4 Pearson Correlation .718(**) Valid Sig. (2-tailed) .003 N 15 v5 Pearson Correlation .833(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v6 Pearson Correlation .862(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v7 Pearson Correlation Valid .614(*) Sig. (2-tailed) .015 N 15 v8 Pearson Correlation .745(**) Valid Sig. (2-tailed) .001 N 15 v9 Pearson Correlation .826(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v10 Pearson Correlation Valid .548(*) Sig. (2-tailed) .034 N 15 t Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 15 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
77
4. Keadaan Lokasi A. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .863 5 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 863. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kesimpulan T v1 Pearson Correlation .904(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v2 Pearson Correlation .904(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v3 Pearson Correlation .946(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v4 Pearson Correlation Valid .588(*) Sig. (2-tailed) .021 N 15 v5 Pearson Correlation .657(**) Valid Sig. (2-tailed) .008 N 15 t Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 15 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
5. Tema Cerita A. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .339 5 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 339. Sesuai kriteria, nilai ini kurang dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang kurang baik, atau dengan kata lain data hasil angket belum dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
78
Kesimpulan t Pearson Correlation -.223 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .423 N 15 v2 Pearson Correlation .758(**) Valid Sig. (2-tailed) .001 N 15 v3 Pearson Correlation .270 Tidak Valid Sig. (2-tailed) .330 N 15 v4 Pearson Correlation .894(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 v5 Pearson Correlation .833(**) Valid Sig. (2-tailed) .000 N 15 t Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) 15 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). v1
6. Penayangan A. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .850
N of Items 5
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 863. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
79
v1
v2
v3
v4
v5
t
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
t .715(**) .003 15 .860(**) .000 15 .739(**) .002 15 .919(**) .000 15 .722(**) .002 15 1
kesimpulan Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
15
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
80
Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi tentang Program “Jika Aku Menjadi”jCorrelations usia Spearman's rho
usia
Correlation Coefficient
.130
.
.376
.623
.374
.097
.117
.103
.262
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.103
1.000
.151
-.136
.078
.055
.087
.101
Sig. (2-tailed)
.376
.
.194
.242
.503
.635
.453
.386
76
76
76
76
76
76
76
76
-.057
.151
1.000
.228*
.131
.037
.008
.058
.623
.194
.
.048
.258
.749
.948
.620
76
76
76
76
76
76
76
76
-.103
-.136
.228*
1.000
.087
.005
.032
.101
.374
.242
.048
.
.456
.963
.781
.385
76
76
76
76
76
76
76
76
-.192
.078
.131
.087
1.000
.363**
-.032
.186
.097
.503
.258
.456
.
.001
.781
.107
76
76
76
76
76
76
76
76
-.181
.055
.037
.005
.363**
1.000
.107
-.003
.117
.635
.749
.963
.001
.
.357
.980
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.189
.087
.008
.032
-.032
.107
1.000
.156
Sig. (2-tailed)
.103
.453
.948
.781
.781
.357
.
.177
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.130
.101
.058
.101
.186
-.003
.156
1.000
Sig. (2-tailed)
.262
.386
.620
.385
.107
.980
.177
.
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
penayangan
penayangan .189
Sig. (2-tailed)
tema
tema
-.181
keadaan lokasi
keadaan lokasi -.192
Sig. (2-tailed)
narasumber
narasumber -.103
talent
talent
-.057
isi cerita
isi cerita
.103
Sig. (2-tailed)
pendapatan orangtua
pendapatan orangtua 1.000
Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi tentang Program “Jika Aku MenjadiCorrelations ketersediaan televisi Spearman's rho
ketersediaan televisi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
interaksi teman
interaksi keluarga
isi cerita
talent
narasumber
keadaan lokasi
tema
penayangan
1.000
.012
.225
.022
.102
-.145
-.035
.105
.085
.
.919
.051
.853
.382
.212
.767
.367
.468
81
interaksi teman
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.012
1.000
.219
-.074
-.101
-.020
-.164
-.041
-.015
Sig. (2-tailed)
.919
.
.058
.524
.388
.863
.158
.723
.899
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.225
.219
1.000
.067
-.132
.010
.111
.303**
.127
Sig. (2-tailed)
.051
.058
.
.565
.257
.931
.338
.008
.273
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.022
-.074
.067
1.000
.228*
.131
.037
.008
.058
Sig. (2-tailed)
.853
.524
.565
.
.048
.258
.749
.948
.620
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.102
-.101
-.132
.228*
1.000
.087
.005
.032
.101
Sig. (2-tailed)
.382
.388
.257
.048
.
.456
.963
.781
.385
76
76
76
76
76
76
76
76
76
-.145
-.020
.010
.131
.087
1.000
.363**
-.032
.186
.212
.863
.931
.258
.456
.
.001
.781
.107
76
76
76
76
76
76
76
76
76
-.035
-.164
.111
.037
.005
.363**
1.000
.107
-.003
.767
.158
.338
.749
.963
.001
.
.357
.980
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.105
-.041
.303**
.008
.032
-.032
.107
1.000
.156
Sig. (2-tailed)
.367
.723
.008
.948
.781
.781
.357
.
.177
76
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.085
-.015
.127
.058
.101
.186
-.003
.156
1.000
Sig. (2-tailed)
.468
.899
.273
.620
.385
.107
.980
.177
.
76
76
76
76
76
76
76
76
76
interaksi keluarga
isi cerita
talent
narasumber
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
keadaan lokasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
tema
penayangan
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Keterdedahan Program dengan Persepsi tentang Program “Jika Aku Menjadi” Correlations durasi menonton
frekuesi menonton
isi cerita
talent
narasumber
keadaan lokasi
tema
penayangan
82
Spearman's rho
durasi menonton
Correlation Coefficient
1.000
.040
.069
.065
.094
.106
.142
.152
.
.732
.553
.576
.420
.362
.220
.190
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.040
1.000
-.096
-.031
-.057
-.051
.206
.058
Sig. (2-tailed)
.732
.
.409
.789
.622
.663
.074
.620
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.069
-.096
1.000
.228*
.131
.037
.008
.058
Sig. (2-tailed)
.553
.409
.
.048
.258
.749
.948
.620
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.065
-.031
.228*
1.000
.087
.005
.032
.101
Sig. (2-tailed)
.576
.789
.048
.
.456
.963
.781
.385
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.094
-.057
.131
.087
1.000
.363**
-.032
.186
Sig. (2-tailed)
.420
.622
.258
.456
.
.001
.781
.107
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.106
-.051
.037
.005
.363**
1.000
.107
-.003
Sig. (2-tailed)
.362
.663
.749
.963
.001
.
.357
.980
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.142
.206
.008
.032
-.032
.107
1.000
.156
Sig. (2-tailed)
.220
.074
.948
.781
.781
.357
.
.177
76
76
76
76
76
76
76
76
Correlation Coefficient
.152
.058
.058
.101
.186
-.003
.156
1.000
Sig. (2-tailed)
.190
.620
.620
.385
.107
.980
.177
.
76
76
76
76
76
76
76
76
Sig. (2-tailed) frekuesi menonton
isi cerita
talent
narasumber
keadaan lokasi
tema
penayangan
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Lampiran 5. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi
Jenis Kelamin * isi cerita Crosstab Count isi cerita buruk Jenis Kelamin
baik
Total
laki-laki
6
14
20
perempuan
3 9
53 67
56 76
Total
Chi-Square Tests Value
df
8.572a 6.374 7.461
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
1 1 1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1sided)
.003 .012 .006 .008
8.459
1
.008
.004
76
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.318
of Valid Cases
.003
76
Jenis Kelamin * talent Crosstab Count talent buruk Jenis Kelamin
laki-laki perempuan
Total
baik
Total
2
18
20
13
43
56
15
61
76
84
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
df
1.624a
1
.202
.897
1
.343
1.813
1
.178
Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
.328
Linear-by-Linear
1.603
1
.173
.205
Association of Valid Cases
76
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.95. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.145
of Valid Cases
.202
76
Jenis Kelamin * narasumber Crosstab Count narasumber buruk Jenis Kelamin
Total
baik
Total
laki-laki
11
9
20
perempuan
18
38
56
29
47
76
85
Chi-Square Tests Asymp. Value
df
Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
(2-sided)
3.263a
1
.071
Continuity Correctionb
2.366
1
.124
Likelihood Ratio
3.199
1
.074
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.107
Linear-by-Linear
3.220
1
.063
.073
Association of Valid Cases
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.63. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.203
of Valid Cases
.071
76
Jenis Kelamin * keadaan lokasi Crosstab Count keadaan lokasi buruk Jenis Kelamin
Total
baik
Total
laki-laki
12
8
20
perempuan
18
38
56
30
46
76
86
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
4.787a
1
.029
Continuity Correctionb
3.692
1
.055
Likelihood Ratio
4.715
1
.030
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.036
Linear-by-Linear
4.724
1
.028
.030
Association of Valid Cases
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.89. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.243
of Valid Cases
.029
76
Jenis Kelamin * tema Crosstab Count tema buruk Jenis Kelamin
Total
baik
Total
laki-laki
10
10
20
perempuan
23
33
56
33
43
76
87
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
df
.478a
1
.489
Continuity Correctionb
.184
1
.668
Likelihood Ratio
.476
1
.490
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.601
Linear-by-Linear
.472
1
.333
.492
Association of Valid Cases
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.68. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.079
of Valid Cases
.489
76
Jenis Kelamin * tema Crosstab Count tema buruk Jenis Kelamin
Total
baik
Total
laki-laki
10
10
20
perempuan
23
33
56
33
43
76
88
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
df
.478a
1
.489
Continuity Correctionb
.184
1
.668
Likelihood Ratio
.476
1
.490
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.601
Linear-by-Linear
.472
1
.333
.492
Association of Valid Cases
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.68. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.079
of Valid Cases
.489
76
Jenis Kelamin * penayangan Crosstab Count penayangan buruk Jenis Kelamin
laki-laki perempuan
Total
baik
Total
6
14
20
22
34
56
28
48
76
89
Chi-Square Tests Asymp. Value
df
Sig. (2-
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
sided)
(2-sided)
sided)
.546a
1
.460
Continuity Correctionb
.220
1
.639
Likelihood Ratio
.557
1
.455
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.592
Linear-by-Linear
.539
1
.323
.463
Association of Valid Cases
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.37. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.084 76
.460
90
Lampiran 6.
Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Persepsi Khalayak tentang Program “Jika Aku Menjadi”
pekerjaan orangtua * isi cerita Crosstab Count isi cerita buruk pekerjaan orangtua
baik
Total
swasta
1
11
12
pegawai negeri
2
35
37
wiraswasta
3
15
18
lain-lain
3
6
9
9
67
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
5.993a
3
.112
Likelihood Ratio
5.170
3
.160
Linear-by-Linear Association
4.305
1
.038
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.07.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.270 76
.112
91
pekerjaan orangtua * talent Crosstab Count talent buruk pekerjaan orangtua
baik
Total
swasta
1
11
12
pegawai negeri
9
28
37
wiraswasta
4
14
18
lain-lain
1
8
9
15
61
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association of Valid Cases
df
sided)
1.969a
3
.579
2.216
3
.529
.007
1
.932
76
a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.78.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.159 76
.579
92
pekerjaan orangtua * narasumber Crosstab Count narasumber buruk pekerjaan orangtua
swasta
baik
Total
4
8
12
12
25
37
wiraswasta
8
10
18
lain-lain
5
4
9
29
47
76
pegawai negeri
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.088a
3
.554
Likelihood Ratio
2.056
3
.561
Linear-by-Linear Association
1.678
1
.195
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.164 76
.554
93
pekerjaan orangtua * keadaan lokasi Crosstab Count keadaan lokasi buruk pekerjaan orangtua
swasta
baik
Total
2
10
12
17
20
37
wiraswasta
7
11
18
lain-lain
4
5
9
30
46
76
pegawai negeri
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association of Valid Cases
df
sided)
3.357a
3
.340
3.680
3
.298
.879
1
.348
76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.55.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.206 76
.340
94
pekerjaan orangtua * tema Crosstab Count tema buruk pekerjaan orangtua
swasta
baik
Total
6
6
12
14
23
37
wiraswasta
9
9
18
lain-lain
4
5
9
33
43
76
pegawai negeri
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association of Valid Cases
df
sided)
1.002a
3
.801
1.003
3
.801
.023
1
.879
76
a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.91.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.114 76
.801
95
pekerjaan orangtua * penayangan Crosstab Count penayangan buruk pekerjaan orangtua
swasta
baik
Total
5
7
12
13
24
37
wiraswasta
6
12
18
lain-lain
4
5
9
28
48
76
pegawai negeri
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.485a
3
.922
Likelihood Ratio
.480
3
.923
Linear-by-Linear Association
.002
1
.966
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.32.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.080 76
.922
96
Lampiran 7. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Cara Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program “Jika Aku Menjadi” cara menonton * isi cerita Crosstab Count isi cerita buruk cara menonton
baik
Total
sendiri
4
25
29
teman
5
30
35
keluarga
0
12
12
9
67
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
1.918a
2
.383
Likelihood Ratio
3.315
2
.191
Linear-by-Linear Association
1.003
1
.317
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.42.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.157 76
.383
97
cara menonton * talent Crosstab Count talent buruk cara menonton
baik
Total
sendiri
6
23
29
teman
6
29
35
keluarga
3
9
12
15
61
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.375a
2
.829
Likelihood Ratio
.368
2
.832
Linear-by-Linear Association
.021
1
.884
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.070
of Valid Cases
.829
76
cara menonton * narasumber Crosstab Count narasumber buruk cara menonton
Total
sendiri
13
16
29
teman
14
21
35
2
10
12
29
47
76
keluarga Total
baik
98
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.946a
2
.229
Likelihood Ratio
3.239
2
.198
Linear-by-Linear Association
2.290
1
.130
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.58.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.193
of Valid Cases
.229
76
cara menonton * keadaan lokasi Crosstab Count keadaan lokasi buruk cara menonton
Total
sendiri
14
15
29
teman
11
24
35
5
7
12
30
46
76
keluarga Total
baik
99
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association
df
sided)
1.913a
2
.384
1.922
2
.383
.582
1
.446
of Valid Cases
76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.74.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.157
of Valid Cases
.384
76
cara menonton * tema Crosstab Count tema buruk cara menonton
baik
Total
sendiri
15
14
29
teman
10
25
35
8
4
12
33
43
76
keluarga Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association of Valid Cases
df
sided)
6.595a
2
.037
6.716
2
.035
.016
1
.900
76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.21.
100
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.283
of Valid Cases
.037
76
cara menonton * penayangan Crosstab Count penayangan buruk cara menonton
baik
Total
sendiri
13
16
29
teman
13
22
35
2
10
12
28
48
76
keluarga Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.895a
2
.235
Likelihood Ratio
3.148
2
.207
Linear-by-Linear Association
2.558
1
.110
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.42.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.192 76
.235
101
Lampiran 8. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Lokasi Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi lokasi menonton * isi cerita Crosstab Count isi cerita buruk lokasi menonton
baik
Total
tempat sendiri
3
31
34
2
6
35
41
3
0
1
1
9
67
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.737a
2
.692
Likelihood Ratio
.862
2
.650
Linear-by-Linear Association
.377
1
.539
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.098 76
.692
102
lokasi menonton * talent Crosstab Count talent buruk lokasi menonton
baik
Total
tempat sendiri
7
27
34
2
8
33
41
3
0
1
1
15
61
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.263a
2
.877
Likelihood Ratio
.456
2
.796
Linear-by-Linear Association
.071
1
.789
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.059 76
.877
103
lokasi menonton * narasumber Crosstab Count narasumber buruk lokasi menonton
baik
Total
tempat sendiri
14
20
34
2
15
26
41
3
0
1
1
29
47
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
.791a
2
.673
Likelihood Ratio
1.134
2
.567
.401
1
.527
Linear-by-Linear Association of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.102
of Valid Cases
.673
76
lokasi menonton * keadaan lokasi Crosstab Count keadaan lokasi buruk lokasi menonton
Total
baik
Total
tempat sendiri
13
21
34
2
17
24
41
3
0
1
1
30
46
76
104
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
.742a
2
.690
Likelihood Ratio
1.094
2
.579
.000
1
.991
Linear-by-Linear Association of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .39. Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.098
of Valid Cases
.690
76
lokasi menonton * tema Crosstab Count tema buruk lokasi menonton
baik
Total
tempat sendiri
16
18
34
2
16
25
41
3
1
0
1
33
43
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association of Valid Cases
df
sided)
1.809a
2
.405
2.176
2
.337
.088
1
.767
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
105
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.152
of Valid Cases
.405
76
lokasi menonton * penayangan Crosstab Count penayangan buruk lokasi menonton
baik
Total
tempat sendiri
13
21
34
2
15
26
41
3
0
1
1
28
48
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.613a
2
.736
Likelihood Ratio
.948
2
.622
Linear-by-Linear Association
.145
1
.703
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .37.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.089 76
.736
106
Lampiran 9. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Suasana Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi suasana menonton * isi cerita Crosstab Count isi cerita buruk suasana menonton
baik
Total
ada gangguan
3
25
28
tenang/kondusif
6
41
47
3
0
1
1
9
67
76
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.207a
2
.902
Likelihood Ratio
.325
2
.850
Linear-by-Linear Association
.019
1
.890
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.052 76
.902
107
suasana menonton * talent Crosstab Count talent buruk suasana menonton
baik
ada gangguan tenang/kondusif
5
23
28
10
37
47
0
1
1
15
61
76
3 Total
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.379a
2
.827
Likelihood Ratio
.573
2
.751
Linear-by-Linear Association
.035
1
.852
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.070 76
.827
108
suasana menonton * narasumber Crosstab Count narasumber buruk suasana menonton
baik
ada gangguan tenang/kondusif
8
20
28
21
26
47
0
1
1
29
47
76
3 Total
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.555a
2
.279
Likelihood Ratio
2.928
2
.231
Linear-by-Linear Association
1.142
1
.285
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.180 76
.279
109
suasana menonton * keadaan lokasi Crosstab Count keadaan lokasi buruk suasana menonton
baik
Total
ada gangguan
13
15
28
tenang/kondusif
17
30
47
0
1
1
30
46
76
3 Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
1.434a
2
.488
Likelihood Ratio
1.779
2
.411
Linear-by-Linear Association
1.167
1
.280
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .39.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.136
of Valid Cases
.488
76
suasana menonton * tema Crosstab Count tema buruk suasana menonton
Total
ada gangguan
12
16
28
tenang/kondusif
21
26
47
0
1
1
33
43
76
3 Total
baik
110
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
.801a
2
.670
Likelihood Ratio
1.173
2
.556
.016
1
.900
Linear-by-Linear Association of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
Symmetric Measures Value ominal by ominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.102
of Valid Cases
.670
76
suasana menonton * penayangan Crosstab Count penayangan buruk suasana menonton
baik
Total
ada gangguan
11
17
28
tenang/kondusif
17
30
47
0
1
1
28
48
76
3 Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.664a
2
.717
Likelihood Ratio
.999
2
.607
Linear-by-Linear Association
.242
1
.623
Pearson Chi-Square
of Valid Cases
76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .37.
111
Symmetric Measures Value ominal by ominal of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.093 76
.717