0
KEMAMPUAN BERWUDHU MELALUI PRAKTEK LANGSUNG DI TK ASTER KECAMATAN BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO
[email protected] Risnawati Maku, Tuti Wantu, Irvin Novita Arifin,1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah Praktek Langsung dapat meningkatkan Kemampuan Berwudhu di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berwudhu melalui Praktek Langsung di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu, Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, Tahap Analisis dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tindakan siklus I dan II, ternyata dengan menggunakan praktek langsung dapat meningkatkan kemampuan berwudhu pada anak kelompok B di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo . Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil peroleh data tentang kemampuan berwudhu pada anak menunjukkan bahwa pada siklus I jumlah anak yang telah mampu berwudhu hanya berjumlah 8 orang (40%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 16 orang (80%). Sementara jumlah anak yang belum mencapai mencapai indikator kinerja pada siklus I sebanyak 12 orang (60%), sedangkan pada siklus II turun menjadi 4 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa target capaian telah mencapai indikator kinerja sebesar 75% dari 20 orang anak yang memiliki kemampuan berwudhu. Kata Kunci : Kemampuan Berwudhu, Praktek Langsung
1
Risnawati Maku selaku Mahasiswa Jurusan PG Paud pada Fakultas Ilmu Pendidikan. Dra. Tuti Wantu, M.Pd. Kons selaku dosen pada Jurusan PG Paud Universitas Negeri Gorontalo; Irvin Novita Arifin, S.Pd., M.Pd selaku dosen pada Jurusan PG Paud, Universitas Negeri Gorontalo.
1
Kemampuan berwudhu bagi anak usia dini, khususnya dalam latar belakang masalah ini berkaitan dengan tata cara berwudhu dengan baik dan benar sangat penting untuk diajarkan dan dipahami oleh anak, agar anak mampu menguasai tata cara berwudhu dengan baik dan benar. Berwudhu merupakan suatu langkah awal yang benar-benar harus sempurna sebelum melangkah pada amalan ibadah yang lainnya. Sebagai orang beriman diperintahkan untuk shalat, tetapi sebelum shalat diperintahkan untuk berwudhu dulu. Dalam berwudhu bagian-bagian tubuh yang harus dibasuh dan diusap, yaitu membasuh tangan, hidung, dan berkumur-kumur, membasuh muka, kedua tangan sampai siku, dan mengusap sebagian kepala, dan membasuh kaki sampai mata kaki. Hingga saat ini kemampuan berwudhu pada anak usia dini masih rendah. Sesuai hasil pengamatan peneliti di TK Aster Kecamatan Botumoito bahwa kebanyakan anak belum mampu menguasai tata cara berwudhu dengan baik dan benar. Hal ini diduga karena pembelajaran yang dilakukan guru tentang tata cara berwudhu hanya diajarkan dengan ceramah, karena metode ceramah lebih dominan guru berbicara dan anak kadang-kadang kurang perhatian dalam pembelajaran untuk mengurangi frekuensi guru lebih banyak berbicara maka sebaiknya kemampuan berwudhu dilakukan dengan metode praktek langsung. Pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berwudhu adalah dengan praktek langsung tentang tata cara berwudhu yang baik dan benar. Kriteria anak yang terampil berwudhu yaitu melaksanakan syarat dan tata cara berwudhu dengan baik dan benar. Bagi anak usia TK diajarkan sesuai langkahlangkah dan susunan anggota badan yang dibasuh pada saat berwudhu yaitu terdiri dari membasuh kedua tangan, berkumur-kumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan dan kiri sampai siku, membasuh ubun-ubu membasuh telinga dan terakhir mencuci kaki kanan dan kiri. 2
Rendahnya kemampuan anak dalam berwudhu dilatarbelakangi hal-hal, 1) anak tidak terbiasa mengamalkannya secara langsung, karena materi tersebut tidak dilatihkan kepada mereka secara langsung, melainkan hanya dijelaskan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab; 2) Anak tidak dibimbing dalam mengambil air wudhu sesuai aturan dan tata cara yang ada. Dari 20 orang anak terdiri 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan hanya 6 orang anak (30 %) yang mampu berwudhu, sedangkan 14 orang anak (70%) tidak mampu berwudhu. Guru belum menerapkan Praktek langsung dalam meningkatkan kemampuan berwudhu, sehingga anak sering merasa jenuh dan tidak tertarik dengan pembelajaran berwudhu, karena kegiatan anak disini hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Proses kegiatan pembelajaran guru yang dikaitkan dengan peningkatan kemampuan pada anak berwudhu dapat dilakukan dengan suasana yang dapat memotivasi anak untuk lebih aktif melalui praktek langsung sehingga suasana belajar lebih menarik. Sehingga setiap guru harus memiliki keahlian di dalam kegiatan yang digunakan sehari-hari dikelas. Pemilihan kegiatan yang tepat dalam pembelajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada anak. Praktek langsung tentunya berorientasi pada pengajaran yang dilakukan secara aktif dan tatap muka kepada anak dengan kegiatan langsung pada pembelajaran. Praktek
langsung
dirancang
secara
khusus
untuk
mengembangkan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah. (Nur, 2000:4-5). Praktek langsung paling cocok diterapkan untuk pembelajaran berwudhu yang berorientasi pada kemampuan dimana pembelajaran berwudhu dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
3
Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka peneliti mengangkat judul penelitian: “Meningkatkan Kemampuan Berwudhu melalui Praktek Langsung di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
dapat
dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah Praktek Langsung dapat meningkatkan Kemampuan Berwudhu di Kelompok B TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berwudhu melalui Praktek Langsung di Kelompok B TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo Wudhu ialah suatu cara yang dilakukan umat muslim untuk membersihkan diri (badan) dari hadats dengan mengunakan media air atau debu dengan syarat dan ketentuan yang telah diatur menurut ajaran Agama Islam. Wudhu berarti membersihkan anggota tubuh tertentu (muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki) dari najis dan mensucikan diri dari hadats kecil sebelum melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. (Labib, 2010: 21) Wudhu adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum orang mengerjakan shalat. Sedangkan menurut syara’ berarti membersihkan anggota– anggota wudu’ untuk menghilangkan hadas kecil. (Rivai, 2012:13). Berwudhu menurut peneliti merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum menunaikan ibadah dengan tujuan mensucikan diri dengan membersihkan anggota tubuh sesuai tatacara yang dianjurkan. Menurut Trianto (2011:22) bahwa “setiap Praktek mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”. Merujuk pada hal ini perkembangan Praktek terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju model yang lebih modern. Praktek berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada anak guna mencapai tujuan pembelajaran.
4
Arends (dalam Trianto, 2011:25), menyeleksi enam model yang sering dan praktis digunakan dalam mengajar, yaitu : presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Praktek langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu anak dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Praktek Langsung. Menurut Arends (dalam Trianto,2011:41) Praktek langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk proses belajar anak yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan belajar anak tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Suyatno, 2009:127). Selain itu, Rosenhina, dkk (dalam
Yasa, 2012) mengemukakan bahwa
Praktek secara langsung dilakukan agar anak dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran. Arend (dalam Trianto, 2010:41) menjelaskan bahwa Praktek langsung disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar anak yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Kemudian Anurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa Pembelajaran langsung merupakan suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan anak, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula. Praktek langsung bagi anak usia dini dilakukan
5
dalam kegiatan langsung dengan melibatkan seluruh anak di sekolah pada masingmasing kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Praktek langsung yang dirancang untuk mengembangkan belajar anak tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar anak dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah sesuai aturan kegiatan dalam pengenalan pembelajaran di sekolah. Pada pelaksanaan Praktek langsung dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada anak. Menurut Kardi (dalam Uno, dkk, 2012:118). Terkait hal tersebut, maka dalam penerapannya penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami langkahlangkah atau sintaks dari model tersebut. Suprijono (2010:130) menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam pengajaran langsung meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan anak, (2) mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan. Tahapan atau langkah-langkah di atas tentunya disesuaikan dengan penerapannya kepada anak pada kegiatan pembelajaran. Selain itu,
Qirana, dkk (2008:2) mengemukakan bahwa ada beberapa
langkah-langkah pembelajaran Praktek langsung adalah (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan anak; (2) guru mendemonstrasikan materi; (3) guru membimbing murid dalam pelatihan; (4) guru memberikan umpan balik; serta (5) pelatihan mandiri.
6
Metode Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo pada minggu pertama bulan Maret, diawali dengan observasi awal kemudian dilanjutkan dengan dua siklus yang akan dilaksanakan pada bulan April 2015 Subjek penelitian adalah anak di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo, dari 20 orang anak terdiri 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo hanya 6 orang anak (30 %) yang mampu , sedangkan 14 orang anak (75%) tidak mampu berwudhu. Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas anak. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan
penelitian
tindakan
kelas
pada
kelompok
B
dalam
meningkatkan kemampuan berwudhu melalui praktek langsung di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menunjukkan kualitas pembelajaran telah meningkat. Dari 24 aspek pengamatan pembelajaran pada siklus I yang mencapai kriteria baik hanya 16 aspek (67%) dan kriteria cukup 8 aspek (33%). Sedangkan pada siklus II aspek yang
7
mencapai kriteria baik 22 aspek (91,67%) dan kriteria cukup 2 aspek (8,33%), sehingga peningkatannnya mencapai 6 aspek atau 24,67%. Selanjutnya hasil kemampuan anak dalam berwudhu baik pada siklus I maupun II menunjukkan perbedaan. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa pada siklus I anak yang belum mampu sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 60% dari 20 orang anak dan yang mampu berwudhu sebanyak 8 orang sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase capaian belum memenuhi target berdasarkan indikator kinerja sebesar 75% dari jumlah anak. Setelah diadakan tindakan pada siklus II diperoleh data persentase yang sudah mampu berwudhu sebanyak 16 orang atau 80%, sedangkan yang belum mampu berwudhu sebanyak 4 orang atau sekitar 20%. Dengan demikian terjadi kemampuan berwudhu anak pada siklus II sebesar 60% atau bertambah 12 orang anak yang mampu berwudhu.
Hal ini menunjukkan bahwa target capaian telah
mencapai indikator kinerja sebesar 75% dari 20 orang anak yang memiliki kemampuan berwudhu. Meningkatnya kemampuan anak berwudhu sehingga mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya arahan dan perbaikan dari guru pada siklus sebelumnya, anak lebih intensif melatih kegiatan berwudhu dirumah, melafalkan niat berwudhu, menghafal tatacara berwudhu. Sehingga pada pelaksanaan siklus II guru tidak mengalami hambatan dan kendala yang serius. Hal ini tentunya menjawab adanya perubahan yang signifikan yang terjadi pada siklus II. Perubahan dari 40% menjadi 80% ini tidak lain terjadi dengan adanya usaha dari anak tersebut di atas. Adapun 4 orang siswa yang belum mampu dalam kegiatan berwudhu pada tahap tindakan akhir siklus II dilakukan bimbingan secara individu yang dilakukan oleh guru dan teman sebaya mengenai lafal niat berwudhu dan urutan tatacara berwudhu. Keberhasilan capaian target berdasarkan indikator kinerja disebabkan oleh refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra sehingga
8
peneliti mengatasi segala kekurangan yang terjadi di siklus I. Adapun langkahlangkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1) Peneliti merevisi langkahlangkah pembelajaran, 2) Peneliti lebih memfokuskan pada jenis kesalahan yang dibuat oleh anak untuk diperbaiki, 3) Dalam pelaksanaan praktek langsung, peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif, 4) Mengoptimalkan proses mengajar dengan memperhatikan komponen-komponen kegiatan belajar mengajar yang masih dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil kemampuan anak didik siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan praktek langsung dapat meningkatkan kemampuan berwudhu pada anak kelompok B di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan anak hanya mencapai 40%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan anak meningkat sebesar 80%. Dengan perbandingan siklus I ke siklus II mencapai 40% peningkatan kemampuan anak. Peningkatan prosentasi hasil capaian setiap siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 1 :
Persentase Kemampuan berwudhu anak Siklus I dan II 80 70 60 50
PERSENTASE JUMLAH ANAK
40 30 20 10 0 SIKLUS 1
SIKLUS 2
Anak Yang Tidak Mampu Anak Yang Mampu
9
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa ”Dengan menggunakan praktek langsung kemampuan berwudhu
pada anak kelompok B di TK Aster
Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo meningkat”, dengan demikian hipotesis penelitian tindakan kelas ini dapat diterima..
Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan II, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I dan II, ternyata dengan menggunakan praktek langsung dapat meningkatkan kemampuan berwudhu pada anak kelompok B di TK Aster Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo . Hasil peroleh data tentang kemampuan berwudhu pada anak menunjukkan bahwa pada siklus I jumlah anak yang telah mampu berwudhu hanya berjumlah 8 orang (40%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 16 orang (80%). Sementara jumlah anak yang belum mencapai mencapai indikator kinerja pada siklus I sebanyak 12 orang (60%), sedangkan pada siklus II turun menjadi 4 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa target capaian telah mencapai indikator kinerja sebesar 75% dari 20 orang anak yang memiliki kemampuan berwudhu. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut; 1. Bagi anak. Dalam pembelajaran khususnya dalam berwudhu, anak hendaknya lebih memahami tatacara berwudhu sesuai dengan petunjuk dengan menggunakan praktek langsung. 2. Bagi Guru.
10
Hendaknya seorang guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, anak diajak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan anak ini dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman anak tentang materi yang dipelajari, salah satunya yaitu dengan menggunakan praktek langsung yang menuntun anak mampu berwudhu, guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah aktifitas anak dalam belajar. 3. Bagi Taman Kanak-Kanak Sebagai institusi penyelenggara pendidikan Non Formal perlu membuat program peningkatan profesionalisme guru dalam pembelajaran, baik melalui pelatihan, seminar serta pembinaan secara berkala kepada guru, sehingga kualitas guru sebagai pendidik anak usia dini akan meningkat dan tujuan pendidikan akan tercapai.. Daftar Pustaka Annurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Esi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Tata Cara Berwudhu’ Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada Anak Tunagrahita Sedang. Volume 3 Nomo1. UNP Essa, Eva L. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Puskur. Ibrahim, 2007. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta Labib. Mz, 2010. Rangkuman Shalat Lengkap. Surabaya: Bintang Usaha Jaya. Muhammad Azzam, Abdul Aziz. 2010. Fiqih Ibadah. Jakarta : Amzah. Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan, terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media GrupBlog Bunda Cantik, Inspiratif dan Smart (2011) Fase Anak Emas, Blog Bunda Cantik, Inspiratif dan Smart Qirana, dkk. 2008. Model Pembelajaran Explisit Intruction. Jakarta: Rineka Cipta.
11
Rifa’I, Moh. 2012. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra. Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka cipta Rusman, 2010. Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:Rajawali Pers. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualittatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suyatno. 2010. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Tim Praktikum Ibadah dan Qara’ah. 2012. Praktikum Ibadah dan Qira’ah.Makassar. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Perenada Media Grup. Trianto. 2011. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uno B. Hamzah, dkk, 2008. Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran, Gorontalo: BMT Nurul Jannah Yusuf, S. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda. Widodo. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
12