1
2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIIIB DI MTS. AL-KHAIRAAT KOTA GORONTALO Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa ABSTRAK Permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIB di MTs. Al Khairaat dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIB MTs. Al-Khairaat Kota Gorontalo melalui bimbingan kelompok teknik diskusi. Untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIIIB MTs. Al-Khairaat Kota Gorontalo yang jumlah siswanya 28 orang, dengan sistem pembahasan dalam dua siklus yang masing-masing siklus dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kemampuan mengemukakan pendapat pada siswa kelas VIIIB MTs. Al-Khairaat Kota Gorontalo mengalami peningkatan sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 85 % atau 25 orang. Peningkatan ini dilalui secara bertahap yaitu; pada observasi awal, hanya 50 % atau 14 orang siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat, pada siklus I pertemuan I meningkat manjadi 57 % atau 16 orang, pada siklus I pertemuan II terjadi peningkatan lagi manjadi 68 % atau 19 orang siswa, pada siklus II pertemuan I meningkat lagi manjadi 79 % atau 22 orang siswa, dan pada siklus II pertemuan II mencapai 89 % atau 25 orang siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat yang diharapkan. Dengan demikian, optimalisasi bimbingan kelompok teknik diskusi telah menjadi pilihan utama bagi guru yang ada kelas VIIIB MTs. Al-Khairaat Kota Gorontalo untuk melakukan layanan bimbingan terutama dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Kata Kunci: Mengemukakan Pendapat, Bimbingan Kelompok, Teknik Diskusi.
Maspa Mardjun selaku mahasiswa pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Tuti Wantu, M.Pd, Kons, Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd, Dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
3
Kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu aspek yang perlu dibentuk pada siswa melalui proses pembelajaran. Motivasi guru agar setiap siswa dapat mengemukakan pendapat bertujuan, agar siswa dapat belajar mengetahui, memahami, dan menalar, sehingga berdampak pada pemberian ideide, pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada materi yang diajarkan. Melalui kemampuan mengemukakan pendapat pula, guru dapat menilai apakah standar kompetensi yang dirumuskan dapat tercapai, atau perlu pengkajian lebih lanjut, sehingga memperoleh standar ketuntasan yang telah ditentukan. Kemampuan mengemukakan pendapat siswa sangat penting, mengingat siswa MTs, sebagai siswa yang perlu dibekali dengan kemampuan dasar untuk persiapan ke jenjang Madrasah Aliyah atau ke perguruan tinggi. Kemampuan mengemukakan pendapat dapat dilakukan melalui teknik diskusi. Pelaksanaan diskusi, memotivasi siswa untuk dapat mengemukakan pendapat berdasarkan tema yang didiskusikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lickona (2013:129) bahwa banyak guru untuk tingkat sekolah merasa kecil hati dengan kualitas diskusi yang rendah di kelas mereka. Pola yang sering ditemui adalah hanya ada beberapa siswa yang berkontribusi aktif sementara yang lainnya dapat pasif. Pola seperti ini menjadi masalah baik dari sudut pandang moral maupun akademis. Menciptakan komunitas moral juga harus mengikutsertakan di dalamnya penciptaan komunitas belajar di mana siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar dan dimana mereka bisa sama-sama bertanggungjawab untuk membuat kelas mereka menjadi sebuah komunitas belajar yang baik. Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti pada obyek penelitian yaitu pada siswa MTs Al-Khairaat kelas VIII B, dari jumlah 28 orang siswa, terdapat 14 orang atau 50% yang memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, sedangkan 14 orang atau 50% lainnya belum memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat. Ketidakmampuan siswa mengemukakan pendapat ini ditandai dengan; adanya perasaan gugup, malu, kurang berani dalam
4
berkomunikasi, ketika diberi pertanyaan hanya diam, belum dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Berdasarkan alasan tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah memaksimalkan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, dengan tujuan dapat memotivasi siswa agar percaya diri, terutama memahami diri sendiri, dan memahami orang lain. Melalui teknik ini pula, siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri, karena melalui tahapan bimbingan kelompok merasa dirinya merupakan bagian dari kelompok, sehingga partisipasi aktif dari setiap siswa diharapkan dapat terwujud. Untuk melihat keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, maka judul penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIIIB di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo Selanjutnya,
berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dapat
diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut: a. Sebagian siswa gugup dalam mengemukakan pendapat. b. Sebagian siswa malu dalam mengemukakan pendapat. c. Sebagian siswa kurang berani dalam berkomunikasi d. Sebagian siswa ketika diberi pertanyaan hanya diam e. Sebagian siswa belum dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar Dari identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan utama untuk dijadikan kajian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIB di MTs Al Khairaat dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi? Dengan adanya permasalahan tersebut, maka sudah barang tentu yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIB melalui bimbingan kelompok teknik diskusi di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo.
5
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan untuk memcahkan masalah tersebut adalah sebagai berikut. a. Tahap pertama: Pembentukan 1) Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok 2) Menjelaskan cara-cara dan azas-azas bimbingan kelompok 3) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri 4) Teknis khusus 5) Permainan penghayatan/pengakraban b. Tahap kedua: Peralihan 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, yakni tentang tema yang akan dibahas dalam teknik permainan. 2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. 3) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota c. Tahap ketiga: Kegiatan 1) Guru menjelaskan topik yang akan dibahas dalam kelompok yakni manfaat kerjasama di antara siswa. 2) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok dan mengemukakan peran setiap kelompok. 3) Guru menjelaskan langkah pelaksanaan teknik permainan dalam kelompok 4) Siswa melakukan teknik permainan d. Tahap keempat: Pengakhiran 1) Guru melakukan penilaian setiap kelompok 2) Guru memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk menyampaikan manfaat yang diperoleh pada saat melaksanakan kegiatan permainan. 3) Guru memberi penguatan pada siswa, terutama motivasi untuk selalu memiliki sikap kerja sama. Kajian Teoretis dan Hipotesis Tindakan
6
Untuk memperkaya pembahasan dalam skripsi ini, maka peneliti menggunakan kajian teoritis yang meliputi: 1. Hakikat Kemampuan Mengemukakan Pendapat a. Pengertian Kemampuan Mengemukakan Pendapat Kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu wujud dari keterlibatan siswa pada proses belajar. Kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu aspek pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa. Nurjamal, dkk (2011:4) menyatakan mengemukakan pendapat merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbicara yang mencakup kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan secara lisan kepada orang lain. Sagala (2008:208) menjelaskan kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu tujuan dari pelaksanaan metode diskusi, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir, mengeluarkan pendapat, menyatakan sikap, dan apresiasinya secara bebas. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat diberi kesimpulan bahasa yang dimaksud dengan kemampuan mengemukakan pendapat, yaitu kemampuan siswa dapat mengemukakan ide, gagasan, pertanyaan, atau pun harapan yang berhubungan dengan tema pembelajaran. b. Pentingnya Kemampuan Mengemukakan Pendapat Kemampuan mengemukakan pendapat, menurut Sagala (2008:57) ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis dan obyektif yang akan berdampak pada minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Siswa MTs sebagai siswa yang dalam proses perkembangannya, perlu diberi motivasi untuk dapat mengemukakan pendapat pada proses pembelajaran, mengingat pada aspek ini, siswa akan mempersiapkan diri tentang materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Fleming (dalam Leckona, 2013:424) yakni jika guru melibatkan siswa
7
dalam berpikir, mengambil peran aktif dalam menyelesaikan masalah mereka, maka akan diperoleh komitmen dan tanggung jawab yang lebih besar. Menurut Trianto (2011:42) kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dapat diukur melalui; keberanian mengemukakan pendapat, kejelasan pendapat, dan penggunaan bahasa yang tepat dalam memberikan pendapat c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mengemukakan Pendapat Kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu aspek dari hasil belajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah (2008:189) adalah kondisi fisiologis dan kondisi psikologis siswa. d. Cara-cara Meningkatkan kemampuan Mengemukakan Pendapat Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, Lickona (2013:134) menjelaskan beberapa cara, di antaranya, 1)membangun komunitas bersama siswa, 2) mengembangkan kualitas interaksi kelompok, 3) mengajari siswa untuk menghormati, mendukung dan peduli kepada satu sama lain, 2. Hakikat Bimbingan Kelompok a. Pengertian Bimbingan Kelompok Supriatna (2011:71) mengemukakan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini ditujukan untuk merespons kebutuhan dan minat siswa. Sukardi (2008:10) menjelaskan pelayanan bimbingan kelompok yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing/konselor) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman
dan
kehidupannya
sehari-hari
dan/atau
untuk
perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. Gazda (dalam Prayitno, 1999:309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di
8
sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. b. Langkah-langkah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Nurihsan (2009:18) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok, meliputi; langka awal, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan, serta analisis dan tindak lanjut c. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok Bimbingan
kelompok
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
teknik,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusmana (2009:15) di antaranya melalui: diskusi, sosiodrama, latihan/simulasi, dan cinema terapy d. Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Supriatna (2011:71) mengemukakan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini ditujukan untuk merespons kebutuhan dan minat para siswa. Bertitik tolak dari pendapat ini, pelaksanaan bimbingan kelompok yang dilaksanakan benar-benar dirancang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan kajian teoretis yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Jika guru menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, maka kemampuan mengemukakan pendapat pada siswa kelas VIIIB di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo, dapat ditingkatkan. Indikator kemampuan mengemukakan pendapat siswa tersebut dapat diukur melalui; Siswa memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, Siswa memiliki kejelasan pendapat, dan Siswa memiliki penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam mengemukakan pendapat. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika siswa telah memiliki kemampuan mengemukakan pendapat terjadi peningkatan dari 14 orang siswa (56%) menjadi 25 orang atau 85% dari jumlah siswa 28 orang.
9
Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang obyektif dalam penelitian ini, serta untuk mengarahkan peneliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitiain yang teridiri dari: (1) Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian, (2) Variabel Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, (4) Teknis Pengumpulan Data, (5) Teknis Analisis Data. Latar Penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gambaran riil lokasi penelitian yaitu siswa kelas VIII B MTs Alkahiraat Kota Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Alkahiraat Kota Gorontalo. Pemilihan tempat dan lokasi tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sangat relevan dengan permasalahan siswa MTs dimaksud. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo, yang berjumlah 28 orang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 13 orang. Selanjutnya, terkait dengan Variabel penelitian, maka
dapat peneliti
informasikan bahwa variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel input, proses dan output. Sedangkan untuk tahap-tahap penelitian, meliputi; tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan melalui sistem siklus, dimana siklus yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada 2 siklus, serta tahap pemantauan dan evaluasi. Akhir dari penelitian ini adalah peneliti melakukan tahapan pengumpulan data dan analisis data. Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan bimbingan. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah melakukan pemecahan permasalahan dengan dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masingmasing siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang dimulai dari penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
10
Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukan bahwa, pada observasi awal, hanya 50 % atau 14 orang siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat yang diharapkan, pada siklus I pertemuan I meningkat manjadi 57 % atau 16 orang, pada siklus I pertemuan II terjadi peningkatan lagi manjadi 68 % atau 19 orang siswa, pada siklus II pertemuan I meningkat lagi manjadi 79 % atau 22 orang siswa, dan pada siklus II pertemuan II mencapai 89 % atau 25 orang siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat yang diharapkan. Selanjutnya berdasarkan refleksi bersama pada observasi awal, terdapat kelemahan-kelemahan seperti; sebagian siswa belum memiliki keberanian mengemukakan pendapat, belum memiliki kejelasan memberi pendapat, dan belum memiliki kemampuan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Adapun pelaksanaan siklus dapat dijelaskan sebagai berikut: dari hasil observasi awal diperoleh bahwa siswa yang kurang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat berjumlah 14 orang atau 50%. Fakta di lapangan tentang masih kurang maksimalnya bimbingan kelompok dengan teknik diskusi yang diberikan kepada siswa akibatnya siswa tidak memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat. Hal tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk melaksanakan tindakan melalui kegiatan siklus I pertemuan 1. Tindakan siklus I pertemuan 1 dilaksanakan guru dengan banyak memberi motivasi kepada siswa untuk berinteraksi dalam kelompok diskusi. Menjelaskan tujuan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Berdasarkan hasil analisa dan tindakan pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan dalam mengemukakan pendapat yakni dari 14 orang atau 50% menjadi 16 orang atau 57 %. Kelemahan-kelemahan yang ditemui pada siklus I pertemuan 1 diminimalkan dengan memberi peran pada siswa seperti menjadi pemimpin kelompok diskusi, anggota kelompok diskusi atau memberi tanggapan pada hasil pelaksanaan teknik diskusi, di
11
samping itu peneliti bersama guru mitra menciptakan kelas yang kondusif, sehingga siswa tidak merasa tegang maupun jenuh dengan kegiatan yang dilakukan. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 2 yakni terjadi peningkatan kerjasama siswa yakni menjadi 16 orang atau 57 %. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II pertemuan 1, disepakati oleh peneliti dan guru mitra untuk menitik-beratkan pada manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Setiap melakukan permainan, siswa akan dibagi beberapa kelompok untuk membahas tujuan/manfaat bimbingan kelompok dengan teknik diskusi yang dibahas pada tahapan evaluasi. Berdasarkan
hal
ini
diperoleh
peningkatan
kemampuan
dalam
mengemukakan pendapat siswa menjadi 19 orang siswa atau 68 % pada siklus II pertemuan 1. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil 25 orang atau 89 % pada kriteria mampu, dan 3 orang siswa atau 11% pada kriteria kurang mampu. Pembahasan Dari hasil analisis dan refleksi bersama, diperoleh: a) siswa telah memiliki sikap empati sebagai salah satu indikator dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat; b) siswa telah dapat berkomunikasi secara efektif; c) siswa sudah dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru; d) siswa dapat menyelesaikan masalah melalui kelompok diskusi. Meningkatkan kemampuan dalam mengemukakan pendapat pada siswa, merupakan hal yang urgen, mengingat siswa dalam proses pertumbuhan dan perkembangan banyak berintegrasi dengan masyarakat/sosial. Sebagai makhluk sosial, kemampuan dalam mengemukakan pendapat merupakan kebutuhan dasar yang perlu dibentuk sejak awal. Walaupun sudah mencapai target, namun belum mencapai 100 % siswa yang memperlihatkan mengemukakan pendapat yang diharapkan, di mana masih ada 3 orang siswa yang belum memiliki mengemukakan pendapat, sehingga diupayakan mengoptimalkan penerapan langkah-langkah melalui bimbingan
12
kelompok dengan teknik diskusi pada setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, setelah penelitian
tindakan kelas ini selesai, kegiatan bimbingan
melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi ini masih akan dilanjutkan untuk membantu siswa tersebut. Dari hasil yang dicapai pada siklus kedua pertemuan kedua, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian tindakan yang menyatakan bahwa: ”jika guru menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, maka kemampuan mengemukakan pendapat pada siswa kelas VIIIB MTs. Al-Khairaat Kota Gorontalo dapat ditingkatkan. Kesimpulan Kerja sama siswa kelas VIII B MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Dari Dari kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa hanya 14 orang siswa atau 50% yang memiliki kemampuan daam mengemukakan pendapat. Pada siklus I pertemuan 1 terjadi peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat menjadi 16 orang atau 57%, dari 28 orang siswa. Siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 19 orang atau 68%. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil 22 orang siswa atau 79% siswa yang memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, siklus II pertemuan 2 menjadi 25 orang atau 89% siswa yang memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat dari jumlah 28 orang siswa, melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Saran Sebagai implikasi atau saran dalam penelitian ini adalah diharapkan kepada guru BK di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo dapat bekerjasama dengan seluruh stakeholder dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kepada siswa terutama untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Di samping itu, diharapkan kepada pihak-pihak terkait untuk memberikan dukungan dalam setiap pelaksanaan tindakan kelas demi perbaikan mutu pendidikan secara multi kompleks
13
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Khairil. 2011. Psikologi Pendidikan, Bandung: Alfabeta Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, Bandung: Rafika Aditama Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter, Bandung: Nusa Media Naim, N. 2011. Menjadi Guru Inspiratif. Jogyakarta: Pustaka Pelajar Nurjamal, dkk. 2011. Terampil Berbahasa, Bandung: Alfabeta Nurihsan, Jumtika A. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Rafika Aditama Prayitno, Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah, Bandung: Riqki Press Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompeten, Jakarta: Raja Grafindo Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progesif, Jakarta: Prenada Media Group