LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 01/E/2010 TANGGAL 28 JANUARI 2010
RENSTRA LIPI 2010–2014
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA JAKARTA, 2010 ii
KATA PENGANTAR Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan bangsa disadari semakin penting. Hal ini juga sudah dirasakan oleh pemerintah dengan menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia serta pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam RPJMN 2010–2014. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi harus merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan ditujukan untuk mendukung pembangunan ketahanan ekonomi nasional melalui peningkatan nilai tambah seluruh sumber daya yang kita miliki dalam upaya membentuk keunggulan perekonomian dalam konstelasi global, serta untuk meningkatkan daya saing bangsa agar bangsa Indonesia mampu meningkatkan kesejahteraannya secara berkelanjutan dengan pertumbuhan yang baik dan distribusi yang adil tanpa menimbulkan beban yang dapat menghambat perkembangan generasi mendatang. Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, LIPI dalam lima tahun mendatang (2010–2014), berdasarkan tugas pokok dan fungsinya akan lebih proaktif mengambil prakarsa yang dapat menstimulasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya alam untuk kepentingan pembangunan bangsa yang humanistis dan lebih berkeadilan. Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, LIPI akan berupaya proaktif untuk memberikan saran kebijakan kepada pemerintah. LIPI berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dihadapkan pada tantangan untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian, pelayanan jasa dan pembinaan perkembangan kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang efisien, efektif, dan berkualitas serta dapat menjawab permasalahan-permasalahan pembangunan. LIPI menyadari tentang pentingnya peningkatan sumber iii
daya LIPI. Oleh karena itu, sebagian program LIPI juga ditujukan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menjawab tantangan tersebut. Untuk dapat memenuhi berbagai hal di atas, LIPI menyusun Rencana Strategis 2010–2014, yang berisi perencanaan program penelitian dan pengembangan, SDM, sarana dan prasarana, kebijakan anggaran, serta kebijakan investasi strategis dengan tetap mempertahankan keterkaitan program yang akan dilaksanakan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010–2014 serta visi, misi dan tujuan strategis LIPI dan juga kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Rencana Strategis ini mengikat dan diharapkan dapat menyelaraskan berbagai keinginan dan pemikiran yang majemuk di LIPI, serta sebagai pedoman bagi setiap Kedeputian dan Satuan Kerja di LIPI yang akan menyusun Rencana Koordinatif dan Rencana Implementatif untuk tahun 2010–2014.
Jakarta, 29 Januari 2010 Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Apt
iv
3.1.3 Strategi Pembangunan Nasional Bidang Iptek 2010–2014 3.1.3.1 Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN)..................... 3.1.3.2 Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek)................................................................ 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI LIPI................................... 3.2.1 Strategi……..………………………………….………….. 3.2.2 Kebijakan…………………………………………………. 3.2.2.1 Kebijakan Umum……………………………………... 3.2.2.2 Kebijakan Khusus.......................................................... 3.2.3 Program……………………………………………………. 3.2.3.1 Penguatan Sistem Inovasi Nasional………….……….. 3.2.3.2 Prioritas Pembangunan Iptek ke-2: Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (P3-Iptek)........................... 3.2.4 Struktur Program………………….……………………… 3.2.5 Target Capaian dan Rencana Anggaran………………….. 3.2.6 Indikator Kinerja…………………………………………. 3.2.6.1 Kekayaan Intelektual LIPI………………..…………... 3.2.6.2 Contoh produk, baik berupa perangkat keras maupun lunak.............................................................................. 3.2.6.3 Dokumen saran kebijakan…….…………………….… 3.2.6.4 Kegiatan Dalam Organisasi Ilmiah Nasional dan Internasional................................................................... 3.2.6.5 Kegiatan dalam Program Dasar…………………..….... 3.2.7 Program 2010–2014 dan Kegiatan 2010………………..… 3.2.7.1 Kelompok Penelitian Lanjut (Advanced Research)…… 3.2.7.2 Kelompok Penelitian Mendasar (Basic Strategic Research)….................................................................... 3.2.7.3 Kelompok Penelitian Divisional Cutting Edge............... 3.2.7.4 Kelompok Penelitian Interdisiplin (Interdiciplinary Research)……………………………………………… 3.2.7.5 Kelompok Penelitian Tematik…………………………
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN…………………….…….…………………… 1.1 KONDISI UMUM……………………………………….……… 1.1.1 Perkembangan Organisasi……...………………………… 1.1.2 Perkembangan Lingkungan Strategis…………………….. 1.1.2.1 Isu Global………..…………………….……………… 1.1.2.2 Isu Nasional …………..…………….………………... 1.2 SUMBANGSIH DAN PERKEMBANGAN LIPI DALAM PJM TAHAP I, 2005–2009.................................................................. 1.2.1 Sumber Daya LIPI............................................................... 1.2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)………………………… 1.2.1.2 Anggaran……………………………………………… 1.2.1.3 Sarana dan Prasarana………………………………….. 1.2.2 Program LIPI dan Capaian………………………………... 1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN…………..…………………... 1.3.1 Perkembangan dan Kedudukan Kelembagaan LIPI............ 1.3.2 Isu-isu Masa Kini dan Masa Depan.....................................
1 1 1 6 6 9 12 13 13 15 16 17 37 37 39
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN.................................... 2.1 VISI............................................................................................. 2.2 MISI............................................................................................ 2.3 TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS……………..……………. 2.4 KEGIATAN PRIORITAS…………………………………..……. 2.5 TANGGUNG JAWAB DAN LANDASAN ETIKA.............................. 2.5.1 Premis Dasar……………………..………………………. 2.5.2 Landasan Etika…………………………………………….
43 43 44 45 48 48 48 49
BAB III STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM........................ 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL.......................... 3.1.1 Arah Pembangunan Iptek Menurut RPJPN 2005–2025...... 3.1.2 Sasaran dan Arah Pembangunan Iptek.................................
51 51 53 55 v
BAB IV PENUTUP...................................................................................
57 58 62 65 65 66 66 67 73 76 81 96 102 102 104 107 109 111 112 113 113 114 114 117 118 121
LAMPIRAN Lampiran 1: Target Pembangunan Untuk Tahun 2010–2014 LIPI……………… Lampiran 2: Kebutuhan Pendanaan Kegiatan Tahun 2010–2014.......................... Lampiran 3: Tabel Restukturisasi Program dan Kegiatan LIPI............................. Lampiran 4: Struktur Oraganisasi LIPI...................................................................
vi
127 134 136 139
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8
DAFTAR GAMBAR
Alokasi anggaran LIPI 2010–2014 (dalam juta rupiah)........ Matriks Program Dasar dan Program Teknis–LIPI dan Kaitannya dengan Prioritas Pembangunan Iptek dalam RPJMN 2010–2014............................................................... Matriks Kelompok dan Kegiatan LIPI 2010–2014 dengan Prioritas Bidang 2 (P3 Iptek) dan 11 Prioritas Nasional dalam RPJMN 2010–2014…………………………………. Indikator Kinerja dan IKU terkait Dokumen Kekayaan Intelektual Terlindungi.......................................................... Indikator Kinerja dan IKU terkait Produk Hasil Litbang dan Inovasi............................................................................ Indikator Kinerja dan IKU terkait Naskah Saran Kebijakan Indikator Kinerja dan IKU terkait Aktivitas dalam Organisasi Ilmiah.................................................................. Indikator Kinerja dan IKU terkait Aktivitas Pengelolaan Proses Internal dan Promosi (Program Dasar)......................
vii
71 100
Gambar 3.1
SDM LIPI Berdasarkan Jenjang Pendidikan..................... 68
Gambar 3.2
Skematis Struktur Kelompok Kegiatan LIPI 2010– 2014.................................................................................... 99
101 107 109 110 111 112
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONDISI UMUM 1.1.1 Perkembangan Organisasi Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tidak terlepas dari perjalanan panjang kegiatan ilmu pengetahuan di Indonesia. Tradisi keilmuan di negeri ini terdeteksi sejak tahun 1817, yaitu oleh C.G.L. Reinwardt yang membangun Land’s Plantentium (Kebun Raya Negeri) untuk kepentingan konservasi ex-situ tumbuhan Indonesia serta penelitian dan aklimatisasi tanaman bernilai ekonomi tinggi. Dalam rangkaian pendirian Kebun Raya Negeri ini, hasil penelitian dan inventarisasi Jacob Bontius keanekaragaman flora Indonesia pada abad ke-19 disimpan secara paripurna dalam bentuk herbarium yang kemudian diikuti pendirian Herbarium Bogoriense. Pendirian Kebun Raya dan Herbarium yang kemudian diikuti dengan pendirian Museum Zoologicum Bogoriense, telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian Hindia Belanda dari sektor pertanian dan perkebunan. Bermula dari Kebun Raya inilah, perkebunanperkebunan besar di Indonesia termasuk di antaranya perkebunan kelapa sawit, karet, kina, dan teh dikembangkan yang akhirnya menjadi salah satu komoditas andalan Pemerintah Hindia Belanda saat itu dan berlanjut hingga Indonesia merdeka, sampai saat ini. Tradisi penelitian ini menjadi cikal bakal pertumbuhan dan perkembangan berbagai lembaga penelitian di Indonesia, tidak saja yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan melainkan berbagai lembaga keilmuan yang lainnya. Diawali keberadaan embrio organisasi bernama Bataviaasch Genootschap Voor Kunsten en Wetenschappen atau Perhimpunan Kesenian 1
dan Ilmu Pengetahuan Batavia didirikan oleh J.C. Rademacher pada akhir abad ke-19, kemudian pemerintah Hindia Belanda melanjutkannya pembentukan Natuurwetewenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie (Dewan Ilmu Pengetahuan Alam Hindia Belanda) pada tahun 1928. Pada tahun 1948 organisasi ini kemudian berubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenchappelijk Onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam atau OPIPA) dan badan ini menjalankan tugasnya sampai dengan tahun 1956. Pada tahun 1905 didirikan Vischerij Station (Stasiun Perikanan) oleh Dr. J.C. Koningsberger di daerah yang kini bernama Pasar Ikan. Baik Kebun Raya Bogor, Herbarium Bogoriense, maupun Vischerij Station tersebut adalah yang menjadi cikal bakal dari keberadaan beberapa lembaga yang ada di LIPI termasuk Lembaga Biologi Nasional dan Lembaga Oseanologi Nasional yang dalam perkembangannya berubah menjadi berbagai Pusat Penelitian (Puslit) di LIPI, seperti Puslit Biologi, Puslit Bioteknologi, Puslit Limnologi, Puslit Oseanografi, dan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Institusi tersebut menjadi perintis atau embrio bagi perkembangan ilmu hayati dan ilmu kelautan, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, serta perikanan di tanah air. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956, dibentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI), dengan tugas: (1) membimbing perkembangan iptek; (2) memberi pertimbangan kepada pimpinan pemerintahan dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan. MIPI membawahi sejumlah lembaga nasional, antara lain: Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional (LGPN), Lembaga Biologi Nasional (LBN), Lembaga Oseanologi Nasional (LON), Lembaga Fisika Nasional (LFN), Lembaga Kimia Nasional (LKN), Lembaga Metalurgi Nasional (LMN), Lembaga Instrumentasi Nasional (LIN), Lembaga Elektronika Nasional (LEN), Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (LEKNAS), dan Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN). Sebagian dari 2
berbagai Lembaga Nasional tersebut merupakan kelanjutan dari berbagai institusi penelitian yang didirikan oleh Pemerintah dan Masyarakat Keilmuan Belanda pada masa pra-kemerdekaan. Pada tahun 1962, dibentuk Departemen Urusan Research Nasional (Durenas), dan menempatkan MIPI di lingkungan Durenas. Sementara itu, MIPI mendapat tugas tambahan, yaitu membangun dan mengasuh Lembaga Riset Nasional (Lemrenas). Dalam rangka penyederhanaan, tahun 1966 pemerintah mengubah status Durenas menjadi Lemrenas, kemudian melalui Keputusan MPRS Nomor 18/B/1967, tanggal 16 Februari 1967 menetapkan peleburan Lemrenas dan MIPI, kemudian dilanjutkan melalui Keputusan Presiden Nomor 128 Tahun 1967 membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan tugas pokok: (1) Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia pada umumnya, rakyat Indonesia khususnya; (2) Mencari kebenaran ilmiah, di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar dalam LIPI diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945; (3) Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Melalui penugasan tersebut, LIPI menetapkan serangkaian program strategis dan langkah-langkah nyata berlandaskan 4 (empat) karakteristik mendasar, yaitu bersifat jangka panjang, strategis, multidisipliner, dan non-sektoral. Dalam mengusung mandat ini, tidak terhindarkan bahwa misi dan berbagai kegiatan program di antaranya membawa kepentingan negara dan dapat melebihi spektrum kepentingan kepemerintahan dalam kurun waktu tertentu, tidak terhindarkan pula bahwa misi tersebut terkadang menimbulkan dinamika tersendiri.
3
Pada tahun 1986, diadakan reorganisasi LIPI melalui Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1986 yang menetapkan tugas pokok LIPI, yaitu membantu presiden dalam: (1) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan; (2) Membina perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Memberikan jasa, dan (4) Memberikan saran kepada pemerintah tentang kebijakan nasional di bidang iptek. Perkembangan dinamis di tingkat Nasional maupun Internasional dalam bidang iptek serta perubahan lingkungan strategis menuntut perlunya reposisi dan revitalisasi peran LIPI. Tahun 2000, kembali diadakan reorganisasi LIPI, tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000, tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah NonDepartemen, kemudian diikuti Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1151/M/2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Nomor 3212/M/2004, tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1151/M/2001. Tahap akhir reorganisasi diselesaikan tahun 2002–2004 bersamaan terbentuknya sejumlah satuan kerja baru, seperti Pusat Inovasi, Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Peneliti, Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, UPT Balai Besar Teknologi Tepat Guna, dan beberapa Unit Pelayanan Teknis (UPT) lainnya. Struktur organisasi terakhir diperlihatkan pada Lampiran. Reorganisasi ini menegaskan fungsi LIPI antara lain melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian ilmu pengetahuan; menyelenggarakan riset keilmuan yang bersifat mendasar, riset inter dan multidisiplin terfokus; pemantauan, evaluasi kemajuan, dan penelaahan kecenderungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Reorganisasi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas SDM. Mulai tahun 2005 hingga tahun 2008, LIPI telah meningkatkan jumlah penerimaan SDM serta 4
memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana pendukung utama berupa berbagai laboratorium penelitian, perekayasaan, dan fasilitas laboratorium, antara lain untuk kalibrasi dan standardisasi. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dipergunakan berbagai sumber anggaran, seperti Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Bantuan Luar Negeri maupun Hibah Khusus. Pengembangan dan penerapan iptek sebagai bagian dari pembangunan bangsa, pengembangan wilayah, dan pembangunan daerah selalu menjadi pokok bahasan penting dalam kerangka perencanaan strategis penguasaan iptek secara nasional. Dalam kurun waktu ini, dua masalah utama yang saling terkait, yaitu (1) pengalihan teknologi dari pusat iptek menuju pengguna akhir, (2) penumbuhan dan penguatan sadar iptek serta pengalihan teknologi berkaitan dengan lebarnya celah waktu antara pemahaman dan penerapan. Dalam mencari bentuk dan ciri khas pembangunan iptek di Indonesia, terdapat tiga kecenderungan utama yang dicermati, yaitu. (1) Makin tak terhindarkannya kecenderungan pendekatan multidisipliner dalam pemecahan suatu permasalahan; (2) Sejalan dengan kecenderungan super spesialisasi lintas batas, maka hadirnya cabang-cabang ilmu pengetahuan baru merupakan ‘peleburan’ berbagai cabang ilmu pengetahuan pendukung; dan (3) Makin singkatnya jarak waktu yang dibutuhkan antara tahap pemahaman dan tahap penerapan kemajuan ilmu pengetahuan.
(1) Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud tanggung jawab kepada masyarakat dan negara, antara lain melalui penyebarluasan kesadaran akademis, serta penyampaian wawasan dan gagasan atas berbagai permasalahan kritis yang dihadapi masyarakat; (2) Mempertinggi kemampuan keilmuan untuk memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kemampuannya di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat multi disiplin; (3) Menjalin hubungan yang saling bermanfaat dengan para pemegang kepentingan dan pengguna dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dan humanis.
Menyikapi hal tersebut, LIPI merumuskan dan memperjelas tanggung jawabnya, baik kepada dunia ilmu pengetahuan, masyarakat, maupun kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), dengan menetapkan 3 (tiga) tanggung jawab secara fungsional melekat sebagai suatu organisasi keilmuan, yaitu.
Millenium Development Goals (MDGs)
5
1.1.2 Perkembangan Lingkungan Strategis Berbagai isu global dan nasional yang diperhitungkan akan dihadapi dan menjadi tantangan nasional yang akan mempengaruhi dan akan diperhatikan LIPI dalam program 2010–2014 adalah beberapa hal, seperti yang diuraikan berikut. 1.1.2.1 Isu Global Berbagai isu global sampai dengan tahun 2009, yang diperhitungkan masih/akan menjadi isu penting dalam periode 2010–2014 dan dalam beberapa dekade mendatang adalah:
Indonesia sebagaimana sebagian besar negara di dunia telah bersepakat untuk mencapai millenium development goals (MDGs) pada 2015. Tantangan yang harus dihadapi Indonesia, terutama dalam hal menjaga lingkungan hidup dan mencegah terjadinya kepunahan keanekaragaman hayati, kesehatan, pangan, menurunkan angka kemiskinan, dan peningkatan peran
6
perempuan, akan mempengaruhi program dan menjadi perhatian kegiatan LIPI di masa depan. Perubahan Iklim Global (Climate Change) dan Lingkungan Pemanasan global dan variabilitas iklim telah menjadi isu global dan dampaknya telah dirasakan di Indonesia. Skenario iklim bila tingkat emisi terus meningkat akan mengakibatkan berbagai daerah mengalami peningkatan temperatur, sedangkan beberapa bagian lain akan mengalami peningkatan curah hujan ekstrem yang makin sering. Diperlukan penelitian multi dan interdisipliner berskala besar yang mengarah pada skenario adaptasi dan mitigasi total, tidak hanya pada berbagai daerah yang memperlihatkan sensitivitas dan kerawanan tinggi, baik kawasan urban maupun pedesaan. Kerawanan ini utamanya mencakup ketersediaan air, pangan, ancaman peningkatan bencana alam, dan kekeringan. Diperlukan strategi besar dan komprehensif yang mengintegrasikan pendekatan manajemen bencana–perubahan iklim dan pengurangan kemiskinan. Konflik berbasis kompetisi akses terhadap sumber daya alam, baik sumber daya mineral, sumber daya air, dan sumber daya terbarukan lainnya akan meningkat. Di masa mendatang, perlu diperhatikan isu yang terkait dengan lahan bekas galian dari pertambangan skala besar. Lahan bekas pengambilan batubara, industri tembaga dan sebagainya, akan meninggalkan lahan yang rusak, sebagaimana yang ditunjukkan oleh rusaknya lahan di Bangka Belitung akibat penambangan timah yang tak terkendali. Untuk menghindari preseden buruk yang dapat meluas ke berbagai daerah, LIPI telah mengangkat isu ini sejak tahun 2005 dengan pemikiran bahwa kegiatan penambangan harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan hak-hak masyarakat setempat dalam mendapatkan manfaatnya secara berkelanjutan. Demikian juga halnya dengan kerusakan di bidang kehutanan yang telah meninggalkan lahan hutan terdegradasi dalam skala yang sangat luas yang perlu mendapat perhatian 7
serius. Dalam kaitan ini, kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia memberikan peluang bagi bangsa ini memberikan sumbangan pada proses pencapaian MDGs dan adaptasi serta mitigasi perubahan iklim melalui pemanfaatan sumber daya alam, khususnya sumber daya alam flora dalam memperbaiki kawasan hutan yang terdegradasi/termarjinalisasi sekaligus membangun ekonomi baru berbasis sumber daya alam terbarukan ini. Hal ini menjadi strategis mengingat limbah gas/asap dari industri di dalam negeri belum seperti yang terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika Utara maupun Cina, maka tantangan yang harus dihadapi Indonesia adalah tingkat kerusakan hutan, yang meskipun sudah turun jauh, tetapi pemulihan hutan yang rusak belum banyak dilakukan. Tantangan ini menjadi perhatian LIPI dalam kegiatan 2010– 2014 ini. Pencarian Sumber Energi Pengganti Perlombaan berbagai negara dalam riset untuk mencari berbagai sumber energi alternatif pengganti sumber energi bahan bakar minyak (BBM) akan menjadi perhatian LIPI dalam periode mendatang. Berbagai sumber terbarukan dan energi alternatif untuk bahan bakar cair ini, biofuel (bioethanol, biosolar, jatropha oil, turunan CPO, dan minyak tanaman lainnya), biogas dan biohidrogen, hidrogen cair, energi surya, dan energi angin akan menjadi perhatian. Dalam hal ini Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki berbagai sumber bahan baku yang berlimpah. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dasar (Basic Sciences) Para ahli meyakini bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mendasar (basic sciences) di berbagai area, antara lain dalam fisika, biologi molekular, bioinformatika, serta material di masa kini dan apalagi di masa depan akan membawa dampak yang jauh melampaui perkiraan di masa lalu. Kemajuan 8
teknologi suatu bangsa saat ini dan di masa depan sangat dipengaruhi oleh kemajuan yang dicapai dalam bidang pengetahuan dasar. Oleh karena itu, dalam periode mendatang LIPI akan lebih memperbesar perhatian pada penelitian bidang ilmu pengetahuan mendasar (basic dan fundamental) ini. 1.1.2.2 Isu Nasional Bencana Alam Hal yang perlu dicatat bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pada periode 2005–2009, diwarnai dengan terjadi berbagai bencana alam yang sangat besar. Pada tanggal 26 Desember 2004 telah terjadi bencana besar yang diakibatkan oleh gempa bumi raksasa berkekuatan M=9.2 SR yang berpusat di perairan Aceh dan menimbulkan tsunami raksasa yang menghempas wilayah pantai di kawasan Lautan Hindia. Bencana ini merenggut lebih dari dua ratus ribu jiwa dan kerugian material yang sangat besar. Bencana ini kemudian diikuti oleh gempa bumi Nias yang berkekuatan M=8.7 SR yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005, gempa bumi Yogyakarta (2006), tanah (subsidence), terjadi banjir rob. Selain itu, di berbagai tempat akibat curah hujan yang tinggi telah menyebabkan banjir. Seluruh bencana alam di atas telah mempercepat laju kerusakan lingkungan hidup dan kepunahan sumber daya alam hayati Indonesia. Laju kerusakan lingkungan dan kepunahan sumber daya alam hayati bahkan akan terus mengalami percepatan apabila pola pengelolaannya tidak ada perubahan. Kerusakan akibat tsunami, kekeliruan kebijakan, permasalahan kemiskinan, dapat dipastikan baru dapat diperbaiki dalam hitungan beberapa generasi ke depan. Bencana yang diakibatkan oleh kepunahan sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati, memerlukan ribuan tahun untuk dapat dikoreksi dan diperbaiki.
9
Pangan dan Kesehatan Kesadaran masyarakat akan kesehatan dan lingkungan semakin baik, pencarian bahan obat yang berasal dari bahan alam semakin banyak dilakukan orang, dan masyarakat semakin senang mengkonsumsi makanan suplemen yang mendukung kesehatan. Hal ini akan mengakibat pencarian bahan obat dan makanan tambahan (food supplement) dari bahan baku alam. Selain itu, bahan pokok seperti beras, kedelai, dan jagung diperhitungkan akan tetap menjadi isu nasional. Hal ini sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu, dengan membanjirnya berbagai makanan suplemen dan ‘obat tradisional’ dari negara lain ke Indonesia. Diyakini, di era pasar bebas, perhatian akan hal ini akan semakin besar karena jumlah penduduk Indonesia yang besar dan dengan tingkat penghasilan sebagian besar penduduk yang relatif tinggi, Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi negara lain. Adalah menjadi semakin strategis bagi LIPI untuk melihat sumber daya alam hayati ini pada tingkat genetika, termasuk perburuan gen potensial untuk mengembangkan varietas tanaman pangan dan pemanfaatan gen terpilih untuk pengembangan obat-obatan melalui pertanian molekular (molecular farming). Indonesia bisa menempatkan diri sejajar dengan negara-negara lain di dunia dalam hal pengembangan obat-obatan berbasis protein (protein farmaseutik). Kependudukan Ketertinggalan dalam kualitas SDM (pendidikan, kesehatan, dan penghasilan) telah menjadi isu lama yang diperhitungkan akan tetap menjadi isu penting dalam 2010–2014. Oleh karena itu, LIPI juga akan memperhitungkan hal ini dalam program penelitian di masa depan.
10
Sosial, Politik, dan Pemerintahan Masalah yang dihadapi Indonesia dalam membangun negara dan bangsa saat ini semakin kompleks. Karena selain menghadapi problem domestik yang akut, Indonesia harus pula menghadapi makin kuatnya kecenderungan globalisasi. Berbagai permasalahan hukum, kesenjangan ekonomi yang parah, dan kemiskinan yang belum teratasi dengan baik adalah contoh nyata. Sementara itu, globalisasi merembes sedemikian kuat dan telah memaksa Indonesia mengkaji kembali berbagai orientasi kebijakan. Dalam konteks inilah, kian penting bagi Indonesia untuk secara integratif melakukan kajian di bidang sosial dan kemanusiaan agar terus adaptif terhadap berbagai fenomena terkait dengan kenyataan tadi, terutama melalui pencarian inovasi untuk mendapatkan berbagai kebijakan yang mengarah pada terbentuknya Good Governance. Tanpa melalui upaya semacam itu, berbagai tantangan yang dihadapi negara ini akan merapuhkan ketahanan nasional dari berbagai lini. Berbagai kajian strategis yang diagendakan LIPI hakikatnya merupakan upaya serius dalam mengantisipasi proyeksi kemungkinan berbagai problem sekaligus upaya mengatasinya. LIPI dalam kerangka ini memberikan kontribusi yang signifikan untuk melakukan berbagai kajian sosial dan kemanusiaan, yang hasilnya bisa berupa pengembangan ilmu pengetahuan (avant garde), menjawab masalah kebangsaan serta studi kebijakan yang lebih praktis. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) I tahun 2005–2009 lalu terutama mencakup: Menata kembali NKRI; Membangun Indonesia yang aman, damai, adil, dan demokratis dengan tingkat kesejahteraan yang baik. Sebaliknya, pada RPJMN II (2010–2014) mencakup: Memantapkan kembali NKRI; Meningkatkan kualitas SDM; Membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; serta Memperkuat daya saing ekonomi. RPJMN II tersebut secara substantif mengandung pesan, betapa dinamika sosial menjadi fokus penting. Oleh karena itu, isu-isu sosial 11
secara eksplisit ditonjolkan sedemikian rupa melampaui isu-isu nonsosial. Beranjak dari pesan yang terkandung dalam RPJMN II itu pula, Renstra LIPI 2010–2014 tidak melepaskan perhatian dari isu perubahan politik, otonomi daerah, ekonomi dan sosiokultural, sebagai sebuah realitas tantangan yang harus dihadapi dan dipersiapkan oleh Indonesia ke depan.
1.2 SUMBANGSIH DAN PERKEMBANGAN LIPI DALAM PJM TAHAP I, 2005–2009 Semenjak kelahiran hingga saat ini, di tengah perkembangan lingkungan yang dinamis, LIPI telah mendapatkan dukungan dalam memantapkan perannya di tengah masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam kurun waktu ini, LIPI telah memberikan berbagai sumbangsih yang dihasilkan dari penelitian disertai dengan berbagai penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kerja sama dengan berbagai lembaga ilmiah di tingkat nasional dan internasional, maupun kepercayaan masyarakat di dalam negeri dan masyarakat internasional, telah mengantarkan LIPI menduduki berbagai posisi penting dalam berbagai forum ataupun lembaga ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional. Berbagai hasil penelitian telah memperkaya khasanah ilmu dan teknologi di Indonesia. Pengembangan teknologi menghasilkan dan memperkaya hak atas kekayaan intelektual (HKI) milik bangsa. Saat ini LIPI menduduki peringkat 200 pada Webometrik di antara 2.500 lembaga riset di seluruh dunia. Dalam periode 2005–2009, banyak sumbangsih penting yang tidak dapat dirinci lebih jauh dalam bab ini, di antaranya adalah berbagai rekomendasi dalam studi-studi konflik di Papua, Aceh dan Maluku, program penyelamatan terumbu karang (COREMAP) yang kini telah ditindaklanjuti Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Program Penyelamatan Kekayaan Keanekaragaman Hayati Indonesia melalui dorongan untuk pendirian Kebun-Kebun Raya sebagai Pusat Konservasi 12
ex-situ tumbuhan di berbagai daerah di Indonesia, penambahan koleksi referensi keanekaragaman hayati, termasuk keanekaragaman hayati jasad renik, perbaikan manajemen landskap ekosistem menggunakan konsep cagar biosfer yang mengharmoniskan konservasi dan pembangunan ekonomi, serta berbagai penelitian dan rekomendasi strategis dalam masalah kegempaan dan penanganan dampak tsunami di Aceh. Khusus untuk hal yang terkait dengan tsunami, LIPI mengemban tugas dari Wakil Presiden untuk menangani masalah pendidikan publik dalam menghadapi bencana tersebut. Selain itu, LIPI juga berperan aktif dalam pembangunan Indonesia Tsunami Early Warning Systems (InaTEWS) bersama lembaga-lembaga lain, seperti KNRT, BMKG, BNPB, Bakosurtanal, dan lain-lain. Di samping aktif dalam hal di atas, secara proaktif LIPI mewakili Indonesia ikut serta dalam percaturan ilmiah dunia termasuk khususnya Program Ilmu Pengetahuan di bawah payung UNESCO, antara lain dalam program Man and the Biosphere, International Hidrology Program, Intergovernmental Oceanographic Commission, Manajement of Social Transformation, dan Bioethics untuk memberikan landasan lebih bermakna pada kebijakan ilmu pengetahuan nasional dan memberikan warna positif bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global.
usia, golongan maupun keterlibatan dalam jabatan fungsional diperlihatkan sekilas sebagai berikut. Komposisi pegawai menurut jenjang pendidikan Pada tahun 2009, rasio jumlah S3 : S2 : S1 baru pada kisaran 1 : 2 : 6, masih belum mencapai pada rasio yang telah ditetapkan dalam Renstra LIPI 2005–2009, yakni sebesar 1 : 2 : 4. Hal ini disebabkan adanya kebijakan yang mengharuskan LIPI mengangkat tenaga honorer, yang dari perspektif pendidikan, tidak mendukung upaya untuk mencapai rasio yang direncanakan dalam Renstra LIPI tersebut. Komposisi pegawai menurut usia Data komposisi pegawai ditinjau dari sisi usia memperlihatkan bahwa hingga tahun 2009 pegawai dengan usia 41–50 tahun merupakan kelompok dominan, dan jumlah pegawai dengan usia di atas 50 tahun sebesar 23,15% (1.154 orang). Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam 4–5 tahun mendatang jumlah pegawai yang memasuki masa pensiun cukup banyak. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pencapaian program, bila LIPI tidak mendapatkan penggantinya. Komposisi pegawai menurut golongan
1.2.1 Sumber Daya LIPI 1.2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Selama periode tahun 2005–2009, LIPI menerima pegawai baru dalam jumlah relatif besar, yakni sekitar 1.436 orang. Akan tetapi, dalam periode tersebut LIPI juga kehilangan tenaga berpengalaman karena pensiun. Hingga akhir tahun 2009 jumlah pegawai LIPI mencapai 4.922 orang yang tersebar di 51 Satuan Kerja LIPI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Gambaran distribusi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, 13
Ditinjau dari golongan atau kepangkatan terlihat bahwa sebagian besar, yakni 2.734 orang (54,8%) pegawai LIPI di tahun 2009 berada dalam Golongan III. Apabila dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2007, yakni sebanyak 2.761 orang, terjadi penurunan sebesar 27 orang atau 1% dari jumlah pegawai Golongan III. Mengingat CPNS yang diangkat sebagian besar berada pada golongan ini, maka penurunan ini menunjukkan bahwa pegawai yang pensiun pada golongan ini cukup besar dan tidak tergantikan oleh PNS baru.
14
Komposisi menurut jabatan fungsional Hingga tahun 2009 jumlah pegawai pada beberapa jabatan fungsional mengalami penurunan disebabkan oleh berbagai hal, antara lain memasuki masa pensiun dan adanya sejumlah pegawai yang tidak bisa memenuhi angka kredit jabatan fungsional. Di sisi lain, jumlah tenaga administrasi mengalami peningkatan dan mengubah struktur pegawai. Jumlah pegawai jabatan fungsional dibandingkan tenaga administrasi yang direncanakan, yaitu 2 : 1, tetapi pada tahun 2008 data memperlihatkan perbandingan yang terbalik, yaitu 1 : 2. Oleh sebab itu, untuk mencapai rasio yang diinginkan, di masa depan LIPI akan memprioritaskan penerimaan SDM dari bidang yang bukan administrasi. 1.2.1.2 Anggaran Pada periode 2005–2009 LIPI memperoleh anggaran sebesar Rp2.688.488.460.000,-. Anggaran ini masih belum memenuhi harapan. Data tiga tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa anggaran kegiatan riset LIPI cenderung menurun. Sebagai gambaran adalah anggaran total tahun 2008 dan 2009 turun berturut-turut 18% dan 11,50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika kita rinci lebih lanjut, anggaran untuk kegiatan operasional rutin cenderung meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan adanya peningkatan gaji pegawai dan jumlah pegawai LIPI. Hal ini mengakibatkan anggaran untuk kegiatan litbang menurun dengan cukup tajam. Namun demikian, dalam kondisi tersebut LIPI mampu meningkatkan secara signifikan anggaran dari luar (PNBP), dari hanya Rp20,7 M (5%) pada tahun 2005 menjadi Rp43,9M (9%) pada tahun 2009. Dalam Renstra LIPI 2005–2009 telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) program LIPI berikut kebijakan alokasi pendanaannya, yaitu 1) Program Tematik (30–35%); 2) Program Kompetitif (30–35%); 3) Program Penugasan Khusus (5–10%); 15
4) Program Pengembangan Kelembagaan (10–15%); dan 5) Program Peningkatan Kemampuan Individu (5–10%). Dalam perjalanannya, kebijakan alokasi anggaran yang ditetapkan tersebut belum sesuai dengan realisasi anggaran. Sebagai contoh adalah pada tahun 2007 dan tahun 2008 realisasi anggaran Program Tematik hampir dua kali lipat dari yang dialokasikan, sedangkan Program Kompetitif jauh lebih kecil dari kebijakan yang telah ditetapkan. Hal yang sama dijumpai pada Program Penugasan Khusus dan Program Peningkatan Kemampuan Individu. Hal ini disebabkan karena alokasi anggaran yang diterima LIPI tidak sebagaimana yang direncanakan dan diusulkan. Untuk membantu meringankan beban negara, LIPI melakukan pendekatan strategis mencari bantuan luar negeri khususnya hibah. Bantuan yang sangat nyata adalah bantuan hibah dari pemerintah Jepang melalui JICA dalam membangun sarana penelitian terdiri atas gedung dan alat-alat laboratorium di Cibinong Science Center di Cibinong serta technical assisstant untuk meningkatkan kapasitas SDM dan penyempurnaan manajemen di lingkungan Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI. Di samping itu, pada periode ini LIPI juga menerima pinjaman IDB yang sangat signifikan untuk memperkuat sarana dan SDM laboratorium pengujian dan kalibrasi, khususnya untuk Puslit KIM dan Puslit SMTP di Serpong dalam rangka memperkuat LIPI dalam menjalankan tugasnya sebagai laboratorium rujukan nasional. 1.2.1.3 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan bagian dari aset/barang milik negara (BMN). Cakupan aset selain berupa tanah, gedung, peralatan laboratorium dan sebagainya yang berada di 19 lokasi satuan kerja LIPI di 11 provinsi juga berupa kekayaan intelektual. Hingga tahun 2009 nilai aset yang tercatat dalam BMN sebesar Rp7.517.116.670.638,- yang terdiri dari aset tetap, 16
aset lancar, dan aset lainnya. Di samping aset yang tercatat dalam BMN tersebut, terdapat aset intangible lain berupa HKI (seperti paten, hak cipta, merek, dan sebagainya) dan koleksi sumber daya alam (hayati dan nir hayati) rujukan yang tidak mungkin dapat dinilai harganya. Sehubungan dengan masalah HKI, sampai dengan akhir 2007 tercatat senilai Rp48.077.434.276,- untuk 131 HKI. Seiring dengan kian menurunnya anggaran kegiatan riset yang diperoleh LIPI, muncul permasalahan penting untuk pemeliharaan maupun pengadaan sarana dan prasarana penelitian. Sebagai contoh biaya pemeliharaan kapal riset, koleksi sumber daya alam hayati rujukan yang berada di Kebun Raya, Herbarium Bogoriense (Herbarium ketiga terbesar dunia), Museum Zoologicum Bogoriense (termasuk 10 besar di dunia yang menyimpan koleksi rujukan fauna), dan koleksi mikroba asli Indonesia bernilai ekonomi strategis serta berbagai peralatan analisis mutakhir yang ada di Cibinong Science Center dan di Puslit KIM Serpong serta Nuclear Magnetic Resonance (MNR) di Puslit Kimia dan jejaring GPS yang sangat terbatas, telah menyebabkan kesulitan untuk meningkatkan pemanfaatan optimal sarana-sarana penting tersebut.
1.2.2 Program LIPI dan Capaian. Berangkat dari visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan serta mengacu pada potensi yang dimiliki, maka untuk periode 2005–2009, LIPI telah melaksanakan programprogram dengan capaian penting sebagai berikut. 1) Program Tematik Program ini ditujukan untuk membangun kompetensi inti di bidang pangan dan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi dan elektronika, lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, kebijakan dan good governance, sosial dan kemanusiaan, kebumian, akuatik, energi terbarukan, pengukuran 17
dan sistem mutu dalam upaya meningkatkan daya saing nasional. Penelitian yang telah dimulai sejak tahun 1992 di Sumatera, telah menempatkan LIPI di garda paling depan dalam bidang kebumian. LIPI telah bersama mitra kerjanya dari Caltech telah berhasil mendeliniasi segmen Mentawai yang mengalami regangan tinggi dan sewaktu-waktu dapat melepaskan energinya berupa gempa bumi dengan skala 9 SR. Berdasarkan hasil penelitian ini sejumlah langkah operasional telah dibuat untuk menghadapi terjadinya gempa dan tsunami besar di wilayah pantai barat Sumatra Barat dan Bengkulu. LIPI telah mempelopori kegiatan pendidikan publik dan kesiapsiagaan publik untuk menghadapi bencana. Bersama UNESCO dan Pemda Kabupaten Sikka, LIPI membangun Sekolah Siaga Bencana di Maumere. Pada tahun 2007–2009, LIPI mencanangkan ekspedisi ilmiah dengan nama Ekspedisi Widya Nusantara (EWiN). Ekspedisi gabungan ini melakukan penelitian kebumian, kelautan, dan keanekaragaman hayati di wilayah timur Indonesia. Dari ekspedisi ini dapat dipastikan bahwa wilayah Indonesia timur memiliki landskap ekosistem daratan dan laut yang unik serta kekayaan keanekaragaman hayati laut dan darat yang sangat luar biasa bahkan belum diketahui sebelumnya. Penelitian di bidang konservasi, penemuan jenis-jenis baru, pengungkapan potensi sumber daya alam hayati ini telah memantapkan LIPI sebagai satu-satunya otoritas keilmuan di bidang keanekaragaman hayati di Indonesia. Dalam upaya untuk menyelamatkan kekayaan keanekaragaman hayati dari kepunahan yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan dan degradasi hutan, LIPI telah mendorong pembangunan Kebun Raya di berbagai daerah di Indonesia. Pembangunan Kebun Raya di daerah-daerah tidak hanya dimaksudkan untuk sekedar menyelamatkan jenis tumbuhan, tetapi juga didedikasikan untuk menggali potensi ekonomi tumbuhan asli daerah sebagai sarana membangun ekonomi berkesinambungan. Penemuan jenis baru tumbuhan terus bertambah dan telah menambah koleksi rujukan 18
yang ada di Herbarium Bogoriense dan Kebun Raya yang dikelola LIPI. Herbarium Bogoriense saat ini telah menyimpan lebih dari 2 juta spesimen tumbuhan atau merupakan herbarium ketiga terbesar dunia. Serupa dengan koleksi tumbuhan, koleksi fauna rujukan di Museum Zoologicum Bogoriense juga terus bertambah dengan ditemukannya jenis-jenis satwa baru. Saat ini Museum Zoologicum Bogoriense merupakan sepuluh museum terbesar dunia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dipercaya oleh Pemerintah untuk memberikan nasihat ilmiah untuk memantau pelaksanaan CITES, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO, dan pelaksanaan Convention on Biological Diversity (CBD). Kegiatan penelitian yang cukup menonjol adalah penelitian tentang ekplorasi sumber daya jasad renik (bakteri, yeast, dan fungi). Dari kegiatan ini LIPI berhasil membuktikan bahwa Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis mikroorganisme. Setidaknya 30% dari kelompok aktinomisetes merupakan jenis baru. Hal ini mempunyai dua arti penting. Pertama, LIPI telah memberikan sumbangan yang sangat nyata pada perkembangan ilmu pengetahuan global di bidang mikrobiologi dan kedua, membuka peluang munculnya berbagai industri baru berbasis mikrobiologi, baik di bidang pangan maupun obat-obatan. Penghargaan dunia internasional atas ditemukannya jenis-jenis baru diperoleh LIPI. Hal ini ditandai dengan dianugerahkannya penghargaan kepada peneliti LIPI dari Japan Culture Collection (JCC) dan dipercayainya LIPI untuk mewakili Indonesia menjadi President of the Association for Conservation and Sustainable Use of Microbial Genetic Resources in Asia (ACM) pada tahun 2008. Hasil penelitian atas terumbu karang 50% dari seluruh kawasan perairan Indonesia memperlihatkan bahwa terumbu karang di perairan Indonesia sebanyak 5,51% dalam kondisi baik, 37,33% cukup, dan 32,05% kurang. Database tentang terumbu karang di Indonesia sampai dengan saat ini mencapai 908 lokasi pantauan. Untuk mendapatkan data-data tersebut 19
dapat diakses melalui website www.coremap.or.id. Publikasi data-data tersebut telah dijadikan sitasi dari berbagai publikasi/kebijakan berbagai institusi pemerintah maupun swasta. 2) Program Kompetitif Program ini bersifat top-down, terpadu, pembiayaan bersumber majemuk, dan melalui seleksi ketat oleh panel ahli yang berasal dari dalam maupun luar LIPI. Bidang-bidang cakupan program ini pada perjalanannya mengerucut dari 12 subprogram menjadi 7 subprogram, yaitu. 1) Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur Sumber Daya Hayati (Darat dan Laut) Indonesia, 2) Molecular Farming dan Bahan Baku Obat, 3) Material Maju (Advanced Materials) dan Nanoteknologi, 4) Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan, 5) Ketahanan dan Daya Saing Wilayah dan Masyarakat Pesisir, 6) Kebencanaan dan Lingkungan, dan 7) Critical Strategic Sosial Issues. Capaian penting dari program ini antara lain LIPI mampu mengembangkan proses rekayasa genetik pada padi yang menghasilkan padi tahan serangan hama wereng dan blast, selain juga ikut serta pada aras ilmu pengetahuan terdepan di bidang ini. Melalui teknik rekayasa genetika, juga dikembangkan padi tahan cekaman kekeringan atau rendaman air. Program perburuan gen yang ditempuh dengan menggunakan tanaman padi sebagai model, telah berhasil merakit berbagai varietas padi lokal baru yang gen fungsionalnya sudah ditandai dan diaktivasi. Saat ini sejumlah varietas padi lokal ini sudah siap diseleksi untuk keperluan tertentu. Gen yang menyandi sifat tertentu itu siap diisolasi dan dipergunakan untuk keperluan di masa depan. Di samping itu, melalui program ini LIPI telah berhasil mengembangkan bahan baku obat antianemia (Human Erythropoetin) dengan menggunakan teknik pertanian molekular 20
(molecular farming). LIPI telah membuat model produksi erythropoetin yang lebih mudah dan lebih murah dengan harapan lebih terjangkau masyarakat. Dengan teknik serupa, LIPI juga mengembangkan protein terapeutik jenis lain, interferon, yang sangat berguna untuk pengobatan penyakit kanker, AIDS, dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus. Saat ini kedua bahan obat tersebut telah memasuki tahap pemurnian dan uji preklinis/klinis. LIPI siap untuk membagikan teknologi ini dan menunggu mitra strategis untuk merealisasikan produksinya secara komersial. Dari penelitian ini, LIPI berada di garis terdepan di negeri ini untuk membuat model pembuatan protein terapeutik menggunakan teknologi berbasis DNA. Di bidang kimia bahan alam, LIPI yang kini memiliki peralatan NMR berhasil menemukan berbagai senyawa kimia baru yang sangat penting sebagai bahan baku obat-obatan termasuk senyawa kimia untuk penyakit jantung yang saat ini sedang persiapan untuk menjalani uji klinis bekerja sama dengan rumah sakit Dharmais di Jakarta. Di bidang ilmu keteknikan, LIPI telah mengembangkan komponen utama fuel cell, yaitu membran Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang diberi nama Fision dengan kapasitas dan kemampuan yang unik dibandingkan dengan membran komersial yang ada. Selain itu, telah dihasilkan pula prototipe Radar INDRA untuk pemantau tranpsortasi laut, perangkat lunak berbasis open source IGOS, dan sebagainya. Program ini telah menghasilkan berbagai luaran dalam bentuk paten, publikasi ilmiah internasional, prototipe, model, dan rekomendasi kebijakan. 3) Program Penugasan Khusus Program ini merupakan respons LIPI terhadap permintaan pihak luar sebagai konsekuensi tanggung jawab LIPI kepada pihak yang berkepentingan, baik nasional maupun internasional. Cakupan program ini antara lain untuk mendukung kedudukan LIPI sebagai pemegang otoritas ilmiah, termasuk perannya dalam menjalankan tugas negara untuk memenuhi konvensi21
konvensi internasional seperti CBD, CITES, dan melaksanakan program di bawah naungan UNESCO, dan lain-lain. LIPI juga melaksanakan permintaan pimpinan lembaga pemberdayaan UMKM berbasis Iptek (Iptekda-LIPI), serta program pembangunan sistem informasi LIPI. Capaian dari kegiatan Iptekda antara lain adalah dalam kurun waktu sepuluh tahun pelaksanaannya, jumlah kegiatan mencapai 612 kegiatan, dan telah membina lebih dari 6.220 UMK di 29 provinsi. LIPI telah mampu memberdayakan lebih dari 60% UMK binaannya tersebut menjadi usaha produktif yang menguntungkan dan upaya dalam pengurangan kemisikinan serta sumber penyedia lapangan kerja di daerah. Kegiatan ini telah membantu upaya pengurangan kemiskinan dan memperkuat ekonomi domestik dari krisis global secara nyata. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini telah melibatkan berbagai perguruan tinggi yang bekerja sama dengan LIPI. Sosialisasi kegiatan ini dilakukan melalui buletin, berbagai pertemuan, dan tayangan ‘Gubuk Iptekda LIPI’ di TVRI. 4) Program Pengembangan Kelembagaan Program ini dimaksudkan untuk pemeliharaan dan pengembangan sarana-prasarana, peningkatan kemampuan unitunit kerja, kerja sama dan jaringan, serta pengembangan kemampuan organisasi LIPI. Sesuai dengan mandat Keppres No. 7 Tahun 1989, LIPI ditunjuk sebagai pemegang Standar Satuan Ukuran Fisik Indonesia (National Metrology Institute-NMI) dan menjadi rujukan kalibrasi, instrumentasi, dan metrologi peralatan laboratorium di seluruh Indonesia. LIPI telah meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan fungsinya tersebut melalui program Metrology, Standardization, Testing and Quality Assurance (MSTQ), yang didanai melalui PHLN Islamic Development Bank (IDB). Kegiatan ini sangat penting untuk mendukung penjaminan mutu terhadap produk dan jasa nasional agar dapat bersaing di pasar global. Fasilitas serta laboratorium pengujian electromagnetic compatibility 22
(EMC) yang terlengkap di Indonesia. Laboratoriumlaboratorium tersebut berkontribusi dalam menjaga mutu produk yang diperdagangkan dan juga memberikan sertifikasi terhadap produk nasional. Tindakan nyata untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan WTO ini sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan pengakuan masyarakat internasional atas hasil-hasil pengukuran, kalibrasi, dan pengujian sehingga produk nasional yang berupa barang dan jasa dapat diterima oleh masyarakat internasional. LIPI juga telah mampu melaksanakan pengujian terhadap mutu alat-alat kesehatan untuk menghindari risiko bahaya pasien akibat menggunakan alat-alat yang mutunya tidak memenuhi standar. Keluaran lain yang terkait dengan kegiatan dalam pengembangan kelembagaan antara lain adalah: 1) Terwujudnya Sistem Informasi Pegawai (Simpeg) berbasis web; 2) SOP anggaran yang berfungsi sebagai pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan anggaran berbasis kinerja; 3) Database referensi ilmiah dari berbagai bidang keilmuan; 4) Sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum; 5) Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana di kawasan Cibinong Science Center (CSC) dan 1 paket master plan kawasan CSC; 6) Terbinanya jabatan fungsional peneliti, baik di tingkat LIPI maupun tingkat Nasional; 7) Penataan aset tangible secara terpadu dan terselenggaranya sistem penatausahaan secara digital, online antarsatuan kerja. 5) Program Peningkatan Kemampuan Individu Program ini untuk peningkatan kemampuan SDM, baik peneliti, teknisi maupun tenaga administratif yang disesuaikan dengan kebutuhan dan program unit kerja dalam jangka panjang serta selaras dengan penguatan kompetensi satuan kerja. 23
LIPI terus mengembangkan kemampuan individunya melalui Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan, termasuk Diklat Jabatan Fungisional Peneliti Tingkat Pertama, Diklat Metode Penelitian dan Pengolahan Data, Diklat Penulisan Ilmiah Non-Peneliti, Diklat Bahasa Inggris TOEFL, Diklat Prajabatan, serta Diklat Kepemimpinan, serta Diklat Pengadaan Barang dan Jasa. Selain itu, peningkatan kemampuan individu melalui jalur pendidikan formal S2 dan S3 juga terus digalakkan. Program-program di atas, khususnya Program Tematik dan Program Kompetitif sejalan dengan Agenda Riset Nasional (ARN) 2005–2009 yang memfokuskan pada 6 bidang prioritas, yakni. 1) Ketahanan Pangan, 2) Energi Baru dan Terbarukan, 3) Teknologi Informasi dan Komunikasi, 4) Teknologi Pertahanan, 5) Kesehatan dan Obat-obatan, dan 6) Transportasi. Indikator kinerja keluaran/output Keluaran kegiatan LIPI cakupannya meliputi, antara lain: HKI terlindungi, publikasi dan koleksi informasi, produk/prototipe, konsep, pembaruan/penemuan ilmu pengetahuan, kewenangan ilmiah, hingga kerja sama iptek. Berikut diuraikan secara singkat gambaran capaian LIPI ditinjau dari sisi keluaran. A. Hak atas Kekayaan Intelektual Paten merupakan perlindungan HKI yang sangat diharapkan karena dengan bertambahnya pendaftaran paten, LIPI ikut berperan untuk mengeluarkan Indonesia dari ’Priority Watch List Countries’. LIPI telah mencanangkan untuk mendaftarkan 100 paten baru dalam periode 2005–2009. Rencana jumlah paten terdaftar ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan. Selain itu, berbagai bentuk kekayaan intelektual lainnya (Hak 24
Cipta, Merek, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Sirkuit Tata Letak Terpadu, Perlindungan Varietas Tanaman), dimintakan perlindungannya. Perkembangan pendaftaran perlindungan HKI LIPI hingga tahun 2009 adalah sebanyak 164, yang terdiri atas 39 paten terdaftar dan 16 di antaranya telah tersertifikasi, 8 publikasi, dan 101 uji substantif. Juga terdapat 24 hak cipta, 20 merek, 6 desain industri, dan 2 perlindungan varietas tanaman. B. Publikasi dan Koleksi Informasi Publikasi ilmiah yang diterbitkan hingga 2009 mencapai jumlah yang sangat berarti. Sebagai gambaran, publikasi yang diterbitkan pada tahun 2008 dan 2009 dalam bentuk buku dan bagian buku berupa prosiding internasional maupun nasional mencapai 623 buah, dalam jurnal internasional, nasional ataupun dalam bentuk policy paper 334 buah, dan dalam bentuk leaflet, ataupun tulisan dalam majalah maupun koran mencapai 183 tulisan. Koleksi informasi disimpan dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah dalam mikrofis dan mikrofilm. Hingga tahun 2009 jumlah mikrofis yang tersimpan sekitar 71.158, sedangkan dalam bentuk mikrofilm sekitar 12.350. Melalui penerbit korporat LIPI, sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 juga telah dilakukan proses penerbitan sebanyak 133 judul terbitan ilmiah, baik berupa buku, jurnal, maupun prosiding. Selain itu, hingga tahun 2009 sebanyak 389.209 judul koleksi literatur dapat diakses dari berbagai tempat secara on-line melalui OPAC dan Web. Koleksi kajian bidang Sosial dan Kemanusian telah disusun secara sistematis dan integratif dalam bentuk digital, yang dapat dengan mudah ditelusuri dengan pendekatan tahun berdasarkan bidang kajian maupun berpijak pada tema-tema kajian. Koleksi ini merupakan akumulasi sehingga dari tahun ke tahun terus mengalami penambahan. Khusus untuk tahun 2008 bertambah sekitar 50 topik kajian, yang terbagi ke dalam 15 bidang kajian. 25
C. Koleksi Spesimen Ilmiah (Flora, Fauna, dan Mikroba) LIPI masih dipercaya sebagai institusi yang memiliki koleksi ilmiah terbesar di Asia, berupa spesimen flora, fauna, dan mikroba yang tersimpan di Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologicum Bogoriense yang berlokasi di Cibinong Science Center sebagai acuan peneliti di bidang biologi, baik nasional maupun internasional. Dua fasilitas penyimpan mikroba hidup (Microbial Culture Collection), yaitu LIPI-MC (Puslit Biologi) dan BTCC (Puslit Bioteknologi) mempunyai koleksi mikroba yang meningkat dengan tajam dan akan dikembangkan menjadi Indonesian Culture Collection (Ina-CC) yang diharapkan menjadi acuan nasional dan internasional untuk penelitian mikrobiologi. Sumber daya mikroba ini sangat penting untuk mendukung industri obat-obatan dan kosmetika, pangan dan pakan. Koleksi flora di Kebun Raya LIPI, setiap tahun bertambah, baik dari kegiatan ekspedisi, eksplorasi maupun hadiah/pertukaran spesimen. Sebanyak 34 nomor koleksi baru diterima dari Royal Botanic Garden. Sementara itu, LIPI memberikan hadiah sebanyak 635 nomor ke beberapa universitas di Jepang, Panama, New Zealand, dan Australia. Pada tahun 2008, penambahan koleksi bidang botani tercatat sebanyak 1.010 sheet yang sudah dikeringkan dan diproses sehingga tahun 2008 total koleksi yang sudah tertata adalah sebesar 1.399.723 sheet. Remounting spesimen lama sebanyak 3.388 sheet juga dilakukan untuk menjaga koleksi dari kerusakan. Koleksi-koleksi tersebut merupakan referensi terpercaya penelitian bidang biologi di tingkat nasional dan internasional, terbukti dengan dipinjamnya koleksi oleh instansi dari luar negeri sebanyak 320 sheet. Instansi-instansi yang meminjam spesimen, antara lain Missouri Botanical Garden dan Papua New Guinea. Di samping itu, koleksi bidang zoologi berupa koleksi mamalia hingga tahun 2008 mencapai 26.208, ikan 141.628, moluska 212.447, dan insekta 2.320.330. Selain itu, koleksi mikroba sejak tahun 2003 meningkat dengan tajam. Setiap tahunnya setidaknya terkumpul 1.000 isolat terdiri atas bakteri, 26
kamir, dan kapang (fungi). Jumlah isolat yang telah terdokumentasikan di LIPI-MC database mencapai 2.109 strain. Dalam program E-WiN, tahun 2007–2008 dilakukan di Gugusan Pulau Raja Ampat, sedangkan tahun 2009 dikosentrasikan di Pulau Batanta dan melanjutkan inventarisasi di P. Selawati. Kegiatan ini menghasilkan koleksi dari P. Raja Ampat adalah 493 koleksi flora dengan 2 (dua) new record dan 3 (tiga) sebagai new species, dan 2.594 koleksi fauna dengan 38 new record dan 5 (lima) new species. D. Produk/Prototipe Produk/prototipe yang dihasilkan dari kegiatan penelitian yang merupakan indikator keluaran berasal dari kegiatan penelitian, pengembangan, penguatan teknologi, dan perekayasaan alat dan proses. Beberapa produk/prototipe yang dihasilkan antara lain sebagai berikut. Bidang energi baru dan terbarukan menghasilkan produkproduk berupa sistem pembangkit listrik mikrohidro yang telah dipakai oleh masyarakat di beberapa daerah, antara lain Tasikmalaya (30 KW) dan di Enrekang Sulawasi Selatan. Di samping itu, sistem sederhana pembangkit gasbio yang digabungkan dengan pembangkit listrik melalui generator juga telah dimanfaatkan masyarakat di Jawa Barat dan Bali. Produk contoh berupa baterai lithium 36 V/40 A, generator kecepatan rendah untuk pembangkit listrik skala kecil, pilot plan genset duel fuel, dan optimasi desain dan implementasi sel sono elektrolisis hidrogen adalah hasil dari bidang ini. Bidang transportasi menghasilkan 3 (tiga) produk berupa rancang bangun sistem transportasi ramah lingkungan dan hemat energi dengan konsep Hybrid Car, rancang bangun Inverter 1 Fasa 1 KW untuk teknologi fuel cell dan alat penghemat BBM, dan proses manufaktur komposit polimer untuk komponen otomotif. Bidang informasi dan telekomunikasi menghasilkan contoh produk antara lain perangkat transmisi TV analog dan digital, sistem komunikasi pedesaan menggunakan Radio Link 27
dan Sentral Telepon Kecil, sistem operasi waktu nyata (SOWN) untuk VME-SBC dan lain-lain. Beberapa di antaranya seperti sistem komunikasi pedesan telah dimanfaatkan masyarakat. Bidang pertahanan dan keamanan menyumbangkan produk antara lain berupa antena adaptif untuk Ground Penetrating Radar, pemancar televisi 300 watt, sistem komunikasi bawah air dengan teknologi Sonar, Radio telepon untuk komunikasi rural, high voltage power supply magnetron radar, dan high voltage power supply X-ray tube generator. Dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi masa depan LIPI menghasilkan Radar Pantai INDRA, Kartu Cerdas Penyimpan Data, serta komponen penting untuk WIMAX. Dalam bidang kesehatan dihasilkan komponen-komponen aktif yang sangat prospektif untuk bahan aktif obat kanker, hepatitis, flu burung, dan sebagainya. Beberapa paten juga telah diusulkan untuk bidang bahan aktif obat ini. Selain itu, di bidang kesehatan dan obat-obatan dihasilkan kajian yang berkaitan dengan masalah flu burung, antara lain rekomendasi kepada Departemen Pertanian bahwa ayam lokal memiliki ketahanan terhadap flu burung sebesar 60% sehingga disarankan untuk tidak membasmi ayam lokal tanpa pertimbangan ilmiah. Di bidang kesehatan, juga telah dihasilkan dan dipakai masyarakat software ‘LIPIRism@’, yang merupakan perangkat lunak pengolahan citra digital iris mata sebagai alat bantu pendeteksi kondisi organ tubuh. Bidang pangan LIPI menghasilkan beberapa produk pangan dan teknologi sederhana yang sebagian besar telah dipakai oleh UMKM, antara lain minuman kesehatan dari proses tahu, komposit tanah liat dan kitosan untuk kemasan bahan makanan, teknologi dan produk abon ikan tuna serta teknologi produksi teh Lingzhie. Bidang lingkungan memberikan sumbangan, antara lain berupa BioToilet yang dirancang untuk daerah kering dan sulit air; insenerator Double Combustion Chamber dengan Wet Scrubber, ‘OKSIDA’ sebuah sistem yang memanfaatkan ozon
28
untuk penghancuran limbah organik industri. Peralatan yang terakhir ini telah dipakai di banyak industri. Bidang material baru menghasilkan produk-produk berupa material baru hydrogel penyerap air; silika termodifikasi untuk pemisahan logam berat; besi oksida berlapis polimer untuk agen kontras pada MRI; material sensor hidrogen; rancang bangun thermal spray coating dengan menggunakan sistem high velocity oxygen fuel (HVOF); pengembangan laser mampu tala pada panjang gelombang 135 NM sebagai sumber cahaya spectroscopy; dan pembuatan komposit matriks logam berpenguat keramik Al/SiC melalui metode metalurgi serbuk. Sampai dengan tahun 2009, produk-produk ini masih dalam bentuk contoh pada skala kecil.
biosfer baru, Giam Siak Kecil–Bukit Batu di Riau yang merupakan cagar biosfer ke-7 di Indonesia. Konsep lain yang berhasil dikembangkan adalah konsep untuk kepentingan rehabilitasi hutan secara alami melalui pengemasan data dasar fungsi ekosistem beberapa tipe hutan (termasuk di dalamnya input dan output biomass dan nutrisi). Rekomendasi pembangunan Kebun Raya di daerah untuk menyelamatkan tumbuhan asli Indonesia merupakan konsep strategik yang telah diadopsi oleh berbagai daerah di banyak provinsi dan kabupaten di Indonesia. LIPI memberikan Rekomendasi Quota Tangkap Flora dan Fauna Liar Indonesia bagi penyelenggaraan konvensi CITES untuk pemegang otoritas manajemen, Departemen Kehutanan.
E. Konsep
F. Pembaruan/Penemuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam periode 2005–2009, LIPI menghasilkan beberapa konsep dan model, antara lain:
Ekspedisi Widya Nusantara (E-WiN) II tahun 2008, yang melanjutkan ekspedisi I yang dilakukan tahun 2007, menghasilkan beberapa temuan baru dalam beberapa bidang antara lain: 1) Ditemukannya spesies baru, catatan baru, jenis baru maupun penambahan koleksi flora, fauna maupun mikroba; 2) Diketahuinya kondisi fisika dan kimia oseanografi dan observasi di perairan Teluk Mayalibit; 3) Inventarisasi kondisi geoteknologi mengenai Pulau Waigeo yang kaya megadiversiti; 4) Identifikasi dan penemuan fenomena sosial yang cukup mengejutkan, seperti kajian ethnolinguistic serta ethnoreligion yang mengidentifikasi adanya bahasa-bahasa lokal yang terancam punah (khusus tahun 2008 difokuskan pada bahasa di Papua), terutama karena bahasa tersebut digunakan dalam komunitas dengan jumlah yang sangat terbatas, bahkan terus berkurang. Entitas kepercayaan lokal sebagian masih eksis di tengah pusaran sosial meski dalam realitas kian mengarah kepada dunia global. Kekuatan pada kepercayaan lokal inilah yang menjadi kunci penting bagi kekenyalan budaya masyarakat lokal tadi dari gerusan nilainilai lain yang kian mengglobal.
1) Konsep Bidang Sosial dan Kemanusiaan Konsep-konsep keilmuan yang bersifat lintas disiplin maupun sektoral (bidang politik, kependudukan, ekonomi, budaya), antara lain konsep antisipasi berbagai problem di wilayah perbatasan dari perspektif ekonomi, budaya, kependudukan dan politik, konsep antisipasi pengaruh dinamika internasional terhadap kebijakan luar negeri Indonesia, konsep penguatan nasionalisme dalam mengatasi fenomena etnonasionalisme yang berkembang di beberapa daerah, konsep penuntasan wajib belajar, dan pengentasan kemiskinan/ peningkatan kesejahteraan dalam perspektif kependudukan dan ekonomi. 2) Konsep di Bidang Hayati Di bidang hayati, LIPI masih terus melakukan pembaruan dan rekomendasi berupa konsep pengelolaan landskap ekosistem yang mengutamakan keharmonisan antara konservasi dan pembangunan ekonomi berbasis riset, cagar biosfer. Konsep cagar biosfer ini berhasil membangun cagar 29
30
Eksplorasi lain terhadap fungi dan aktinomisetes dalam proyek kerja sama LIPI dengan NITE–Jepang sejak tahun 2003 hingga 2008 telah berhasil mengumpulkan setidaknya 6.000 isolat dan dari sebagian isolat yang diteliti lebih lanjut, setidaknya 20–30% adalah spesies baru dan bahkan beberapa di antaranya adalah genus baru. Melalui kerja sama ini, penguasaan ilmu pengetahuan di bidang mikrobiologi meningkat dengan tajam. Di bidang genetika molekular, pembaruan teknik dan penemuan berbagai varietas baru untuk keperluan pangan dan obat-obatan berhasil dikembangkan dalam 5 tahun terakhir ini oleh peneliti LIPI. G. Kewenangan Ilmiah Sebagai otoritas ilmiah di bidang keanekaragaman hayati, LIPI terus melakukan berbagai kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, baik secara ex-situ maupun in-situ, melalui kegiatan, antara lain: a) Program peningkatan usaha konservasi ex-situ tumbuhan; b) Pembangunan kawasan konservasi ex-situ berbentuk kebun raya. LIPI melalui Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor berperan aktif dalam pembangunan tiga belas kebun raya dari enam belas yang ditargetkan sampai dengan tahun 2009. Lokasi kebun raya tersebut adalah di Jambi, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan NTB; c) LIPI terus mengembangkan dan memelihara koleksi rujukan keanekaragaman hayati yang tersimpan di Herbarium Bogoriense, Museum Zoologicum Bogoriense, Kebun Raya, termasuk Kebun Raya Daerah, dan koleksi kultur mikroba (LIPI-CC dan BT-CC).
31
H. Pendidikan Publik dan Pengelolaan SDA Pendidikan lingkungan terutama untuk anak-anak dilakukan LIPI dengan menggunakan fasilitas Kebun Raya, baik yang ada di Bogor maupun yang ada di Cibodas. LIPI telah melaksanakan pendidikan lingkungan bekerja sama dengan berbagai sekolah di pedesaan. Pemahaman anak didik akan pentingnya kelestarian lingkungan juga dilakukan dengan membangun kebun-kebun sekolah. Kegiatan ini diperlombakan di tingkat sekolah peserta sehingga minat anak didik terhadap lingkungan dan pentingnya melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim meningkat. Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam mengantisipasi bencana gempa dan tsunami terdiri atas dua kegiatan pokok, yaitu Survei-Kajian dan Pendidikan serta Kesiapsiagaan Masyarakat. Lokasi kegiatan tidak dilakukan di kawasan yang sama, yaitu kegiatan Geologi Keteknikan, Kerentanan Kawasan, Paleoseismologi, dan Patahan Aktif. Kajian ilmu sosial dan kesiapsiagaan yang dilakukan LIPI diharapkan dapat memetakan tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, sedangkan kegiatan kajian kerentanan kawasan dimaksudkan untuk mengukur sampai tingkat mana kerentanan kawasan tersebut terhadap bencana tsunami. Semua informasi yang diperoleh merupakan bahan untuk membuat peta kerentanan suatu kawasan. Pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemantauan terumbu karang, dampak sosial ekonomi bagi masyarakat dari pelestarian terumbu karang, dan pemantauan pendaratan ikan oleh masyarakat (CREEL) sebagai dampak dari pelestarian terumbu karang juga diberikan kepada semua pengelola atau perwakilannya yang berada di 16 wilayah utama pemantauan terumbu karang. Dalam bidang pendidikan formal, LIPI bekerja dengan Pusat Kurikulum Diknas menyusun buku muatan lokal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan laut, yaitu “Pesisir dan Laut Kita”. 32
Training of Trainer (ToT) yang dilakukan oleh LIPI dalam bidang kelautan bertujuan: (1) meningkatkan pengetahuan dasar tentang “Pesisir dan Laut” sesuai dengan jenjang pendidikan, (2) menerapkan materi “Pesisir dan Laut” ke dalam kurikulum muatan lokal (Mulok), (3) pendekatan proses belajar mengajar dengan cara pembelajaran yang menyenangkan, lifeskill, dan kompetensi. Sebanyak 18.685 buku-buku untuk SD, SMP, dan SMA tersebut di atas telah didistribusikan ke lokasi Coremap II yang mencakup daerah Biak (2030), Raja Ampat (1.130), Selayar (3.655), Pangkep (3.405), Wakatobi (1.980), Buton (2.830), dan Sikka (3.655). Untuk pendidikan nonformal, khususnya ditujukan kepada generasi muda, LIPI telah menyelenggarakan Kontes Inovator Muda (KIM) III dan berbagai bentuk lomba karya ilmiah bagi siswa, mahasiswa, dan guru. I. Bidang Pengukuran Ilmiah Keluaran bidang pengukuruan ilmiah terpenting, antara lain: penerapan sistem mutu pada pusat-pusat penelitian di lingkungan LIPI; 1 (satu) set data terkini laboratorium penguji/kalibrasi di LIPI; diklat mengenai standar dan sistem mutu; dapat diaksesnya sistem database auditor ISO 9001 yang tersertifikasi SP-P2SMTP LIPI; terlaksananya surveillence pada 7 laboratorium penguji/kalibrasi di LIPI; perancangan sistem uji kinerja peralatan medik akibat pengaruh immunity medan elektromagnetik radiatif; terbangunnya sistem nasional metrologi dan kalibrasi untuk 7 besaran fisika, antara lain frekuensi dan waktu, akustik dan getaran, serta perluasan lingkup kemampuan metrologi ilmiah dari temperatur, panjang, dan mekanik melalui kegiatan 3 paket pengadaan peralatan.
33
J. Rekomendasi Kebijakan LIPI menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan antara lain: a) Revitalisasi program riset dan organisasi pascakonflik, pembinaan dan peningkatan kemampuan administrasi pemerintahan, pedoman pengelolaan pemukiman dan SDA terpadu, dan SOP penanganan masalah politik, kependudukan, ketenagakerjaan dan kemiskinan, kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang; b) Rekomendasi dalam pelaksanaan Convention on Biological Diversity (CBD), SABSTA dan COP dan Global Taxonomy Initiative (GTI), dan implementasi Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP); c) Rekomendasi bidang keanekaragaman hayati dan CITES, yaitu kuota tangkapan flora dan fauna yang diperdagangkan, Revisi PP 7/1999 tentang Perlindungan Satwa Liar dan Flora, serta verifikasi hasil budi daya fauna yang diperdagangkan, dan PP 8/1999 tentang Pemanfaatan Satwa Liar dan Flora; d) Pembangunan Kebun Raya Daerah untuk konservasi tumbuhan secara ex-situ; e) Pengelolaan landskap ekosistem menggunakan konsep Cagar Biosfer yang diusung oleh UNESCO. K. Pelaksana Forum Nasional dan Internasional LIPI terus menyelenggarakan dan mengkoordinasikan forum-forum ilmiah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi IX, The 9th Asian Bioethics Conference, ‘Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture’, penyelenggaraan lomba-lomba karya ilmiah dan International Exhibition for Young Inventors (IEYI). Selain itu, LIPI menyelenggarakan pembinaan dan kompetisi ilmiah bagi generasi muda, peneliti dan guru, antara lain melalui Pemilihan Peneliti Muda Indonesia (PPMI), Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI), Lomba Kreativitas
34
Ilmiah Guru (LKIG), workshop guru, pelatihan robotika bagi remaja, dan sebagainya. L. Kerja Sama Iptek LIPI telah melaksanakan berbagai kerja sama dengan pihak luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa kerja sama luar negeri yang penting, antara lain dengan: National Institute for Technology Evaluation (NITE) Jepang, dengan BMBF (Departemen Pendidikan Tinggi dan Sains, Jerman), Zhejiang University (China), Japan Society for the Promotion of Science, Kyoto University, dan beberapa lembaga internasional lainnya, seperti CRISE-OXFORD University, Great Britain. Selain dengan lembaga dari luar negeri, dilakukan pula kerja sama penelitian sosial dan kemasyarakatan dengan lembaga nasional, antara lain dengan KIROYAN Partners, DPP Golkar, The Habibie Center, dan lembaga-lembaga lain. M. Peran dalam Organisasi Ilmiah Dalam Negeri dan Luar Negeri LIPI semenjak kelahirannya telah memberikan sumbangsih dalam upaya menjaga hubungan Indonesia dengan dunia ilmiah internasional. Kepercayaan terhadap LIPI untuk memegang berbagai posisi penting dalam berbagai organisasi dan forum internasional merupakan salah satu tugas penting LIPI. Di kawasan regional ASEAN, LIPI mewakili Indonesia dalam 6 Sub-Committee (SC) ASEAN-COST (Committee of Science and Technology), yaitu. 1) Sub-Committee on Marine Science and Technology (SCMSAT) 2) Sub-Committee on Food Science and Technology (SCFST) 3) Sub-Committee on Biotechnology (SCB) 4) Sub-Committee on Microelectronic Technology (SCMIT) 5) Sub-Committee on Nuclear and Conventional Energy Research (SCNCER)
35
6) Sub-Committee on Material Science and Technology (SCMST). Dalam ruang lingkup organisasi PBB, khususnya UNESCO, UNESCAP, dan UNEP, peran yang dilakukan oleh LIPI, antara lain sebagai: 1) Ketua, Indian Ocean TEWS (Tsunami Early Warning System); 2) Focal point untuk beberapa organisasi PBB; 3) Asia Pacific Centre for Technology Transfer (APCTT), UNESCAP; 4) Management of Social Transformation (MOST), UNESCO; 5) International Governmental Oceanographic Commision (IGOC), UNESCO; 6) Man and Biosphere (MAB), UNESCO; 7) International Hydrology Program (IHP), UNESCO; 8) East Asia Program, UNEP. Dalam lingkup organisasi ilmiah internasional lainnya, LIPI berperan atau menjadi board member dalam kegiatan organisasi, sebagai berikut. x International Commission of Scientific Union (ICSU); x Assoc. Asian Social Science Research Council (AASREC); x Asia Pacific Metrology Program (APMP); x World Assoc. Industrial and Technological Research Organization (WAITRO); x International Federation of Social Science Organization (IFSSO). Indikator Kinerja Hasil/Outcome Capaian kinerja hasil (outcome) yang merupakan akumulasi dari luaran kegiatan dalam periode ini, yaitu untuk mencapai 8 sasaran yang ditetapkan dalam Renstra, sampai saat ini masih menunjukkan angka sekitar 80–90%. Artinya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LIPI tidak seluruhnya mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini utamanya disebabkan 36
oleh minimnya anggaran litbang yang diterima oleh LIPI, dan kurang sesuai dengan rencana pendanaan awal sehingga beberapa kegiatan memang tertunda dan belum mencapai hasil yang diharapkan. Walaupun menghadapi kendala anggaran yang sulit, dampak dari berbagai kegiatan LIPI seperti yang disampaikan di atas telah dirasakan oleh berbagai pihak baik pada kelompok usaha maupun stakeholders lainnya. Pengaruh kegiatan LIPI pada peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam pembangunan bangsa, pada hubungan dengan bangsa lain dalam bidang ilmu pengetahuan, dan pada ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pengaruh berbagai hasil litbang tersebut di atas.
1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN 1.3.1 Perkembangan dan Kedudukan Kelembagaan LIPI LIPI dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 128 Tahun 1967 sebagai konsekuensi dari penyederhanaan aparatur negara akibat diubahnya Departemen Urusan Research Nasional (Durenas, didirikan 1962) menjadi Lembaga Research Nasional (Lemrenas) pada tahun 1966. Ketaatan pada asas negara dan pada penyederhanaan melandasi Keputusan Pimpinan MPRS No. 18/B/1967, tanggal 16 Februari 1967 untuk melebur Lembaga Research Nasional (Lemrenas) dan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Berbeda dengan MIPI yang didirikan berdasarkan UndangUndang Nomor 6 Tahun 1956, bersifat majelis dan sebagai badan otonom yang kemudian beralih ke lingkungan Departemen Urusan Research Nasional (Durenas), LIPI melaksanakan tugas teknik operasional penelitian dan pengembangan melalui berbagai lembaga di lingkungannya. Tugas pokok LIPI menurut Keputusan Presiden Tahun 1967 adalah: 37
i)
Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia pada umumnya, rakyat Indonesia khususnya; ii) Mencari kebenaran ilmiah, di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar dalam LIPI diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945; iii) Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). LIPI sebagai salah satu badan perintis keilmuan di Indonesia memberikan kontribusi secara aktif dalam pendirian berbagai lembaga ilmiah lain yang dibentuk pemerintah sejak tahun 1967 hingga dewasa ini, seperti Lapan, Bakosurtanal, BPIS, dan BSN. Pada tahun 1986, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1986 terjadi reorganisasi LIPI dengan tugas pokok membantu Presiden dalam menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, membina perkembangan, memberikan jasa, dan memberikan saran kepada pemerintah tentang kebijakan nasional di bidang iptek. Reorganisasi ini didahului dengan Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1985 yang menghapus Dewan Pembina Ilmu Pengetahuan, yaitu dewan yang keberadaannya disahkan oleh Keputusan Presiden Nomor 128 Tahun 1967 tentang Pembentukan LIPI. Reorganisasi LIPI terkini secara mendasar terlaksana pada tahun 2001 dengan pemekaran organisasi dalam tingkat kedeputian, sejalan dengan perampingan pada tingkat eselon III, IV dan V, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 178 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Tahap akhir reorganisasi dirampungkan pada tahun 2002, bersamaan dengan terbentuknya sejumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT). Reorganisasi LIPI mutakhir menegaskan tiga tanggung jawab yang diemban LIPI di masa depan (terhadap dunia akademik, terhadap masyarakat luas, dan terhadap pengguna/pihak yang berkepentingan). LIPI memberikan perhatian kepada tanggung 38
jawab terhadap pengguna/pihak yang berkepentingan guna memperoleh kemampuan yang lebih baik dalam melaksanakan kedua tanggung jawab yang lain. Pencerminan paradigma baru LIPI juga tercermin dalam perubahan nomenklatur dari Pusat Penelitian dan Pengembangan menjadi Pusat Penelitian, di samping transformasi dan pembentukan beberapa unit baru pada tahun 2001 seperti Pusat Inovasi, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, Pusbindiklat, Inspektorat, dan Biro Perencanaan dan Keuangan. Di tengah perkembangan lingkungan tersebut perlu didukung upaya untuk mengoptimalkan peranan LIPI kepada masyarakat pengguna dengan modal profesionalisme yang didasarkan pada sikap keilmuan yang bebas bias, baik sektoral, disiplin, kedaerahan maupun budaya. Memperhatikan kondisi yang ada dan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi, baik di dalam maupun luar negeri, maka keberadaan LIPI dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga ilmiah perlu diperkuat dan ditingkatkan dengan dukungan dokumen perundangan yang lebih tinggi dari Keputusan Presiden.
1.3.2 Isu-isu Masa Kini dan Masa Depan Abad ke-21 ditandai oleh isu-isu global yang semakin jelas sosoknya dan membelit seluruh dunia. Persoalan di satu tempat di ujung planet bumi dapat mempengaruhi ujung planet yang lain. Sebagai contoh adalah fenomena perubahan fisis yang menyangkut global warming dan climate change (pemanasan global dan perubahan iklim) dan masalah keuangan gobal ataupun masalah penyebaran virus H1N1 yang dihadapi dunia saat ini. Hal ini menyadarkan bahwa persoalan tidak dapat ditangani secara parsial ataupun dilakukan sendiri oleh suatu negara, tetapi memerlukan kerja sama global yang lebih tertata yang melibatkan bukan saja pemerintah, tetapi juga lembagalembaga swadaya masyarakat (LSM).
39
Sejumlah isu penting, antara lain perubahan iklim, energi, emerging diseases, gender dan kependudukan, pembangunan berkelanjutan, kerusakan lingkungan dan kehilangan keanekaragaman hayati dan krisis air. Seiring dengan itu sejumlah komitmen pada dasarnya telah diambil dan dijadikan dasar untuk menghadapi masalah-masalah global, seperti Millenium development Goals (MDGs), Hyogo Declaration (2005), Bali Roadmap (2007), Manado Ocean Declaration (2007), Coral Triangle Initiative (2008), dan lain-lain. Komitmen Indonesia ditunjukkan, antara lain dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang melahirkan Bali Roadmap (2007), World Ocean Conference di Manado yang dicetuskan oleh Indonesia dan melahirkan Manado Ocean Declaration (2009), dan Coral Triangle Initiative yang juga diprakarsai oleh Indonesia dan melahirkan CTI Declaration 6 (enam) Kepala Negara/ Pemerintahan. LIPI berperan aktif khususnya dalam WOC dan CTI. Hasil-hasil LIPI dalam penelitian terumbu karang yang dilakukan selama ini, khususnya dalam Coremap menjadi dasar penting dalam CTI. Selain itu, komitmen Indonesia ditunjukkan dalam program pengurangan risiko bencana. Indonesia memiliki peran penting dengan menggalang kerja sama, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam mengurangi risiko bencana, khususnya bencana gempa bumi dan tsunami. Kerja sama ini melahirkan Indonesia Tsunami Warning Systems (InaTEWS) yang diakui dunia sebagai sistem tercepat yang dibangun saat ini. Kerja sama ini telah menempatkan Indonesia berada di garda depan dalam program pengurangan risiko bencana yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Indonesia dalam Indian Ocean Tsunami Warning System (ICG-IOTWS) dan LIPI berperan penting dalam organisasi ini di mana chairmanships 2007–2009 dan 2009–2011 dipegang oleh Prof. Jan Sopaheluwakan. Berkaitan dengan isu-isu global, maka pemanasan global dan perubahan iklim merupakan fenomena alami yang diperburuk oleh peningkatan gas rumah kaca sebagai dampak 40
dari aktivitas manusia. Sejumlah cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini sering muncul, ditenggarai tidak lepas dari pengaruh pemanasan global. Posisi Indonesia yang berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta bentuk geografisnya berupa kepulauan dengan ribuan pulau kecil akan menghadapi masalah cukup serius. Fenomena Indian Ocean Dipole Mode dan ENSO di Samudra Pasifik akan terus berpengaruh terhadap iklim di Indonesia. Fenomena perubahan iklim menjadi pemicu permasalahan di segala dimensi kehidupan, seperti kekurangan air, kelaparan, kesehatan, dan lain sebagainya. Kawasan Utara P. Jawa yang di antaranya terletak kota-kota besar seperti Jakarta yang digolongkan megacity, bila tidak diantisipasi, akan mengalami persoalan yang cukup serius di kemudian hari. Sumber daya air yang merupakan sumber daya vital bagi kehidupan manusia akan sangat terpengaruh dengan perubahan iklim. Pulau Jawa dengan penduduk lebih dari 100 juta jiwa dan saat ini ditenggarai menuju ke kondisi krisis air, akan semakin mengkhawatirkan keadaannya. Tanda-tanda kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan akan bertambah buruk. Tantangan terbesar di Pulau Jawa adalah bagaimana mengatasi masalah tersebut hingga dampaknya terhadap pertanian, rusaknya infrastruktur, dan kesehatan dapat dikurangi. Sumber daya keanekaragaman hayati merupakan sumber daya vital bagi kehidupan manusia yang akan sangat terpengaruh dengan perubahan iklim. Saat ini, para peneliti belum bisa memastikan, berapa spesies yang harus tersisa di muka bumi ini untuk menjaga bumi tetap hijau dan sehat. Sementara itu, pemegang kebijakan tidak mungkin dapat mengalkulasi nilai manfaat kekayaan hayati yang sekarang masih tersisa. Pada kenyataannya, umat manusia saat ini hanya menggantungkan diri pada belasan spesies saja untuk menopang hidupnya, seperti padi, gandum, jagung, kentang, dan sebagainya dan sebagian besar kekayaan alam hayati yang ada di hutan belantara sama sekali belum tersentuh. Diyakini bahwa ada spesies yang penting untuk pangan dan kesehatan umat
41
manusia di masa yang akan datang yang masih tersimpan di alam dengan kondisi terancam punah. Energi adalah sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan merupakan penggerak ekonomi global. Sampai saat ini energi fosil masih menjadi andalan. Seiring dengan isu pemanasan global yang dipicu salah satunya oleh peningkatan gas rumah kaca (GRK) sebagai dampak penggunaan energi fosil yang demikian dominan, usaha-usaha pencarian energi alternatif semakin terus berkembang. Sejumlah negara berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif yang lebih berwawasan lingkungan, seperti biofuel, hidrogen cair, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki berbagai sumber bahan baku alternatif, termasuk energi panas bumi yang potensinya demikian besar, tetapi baru sebagian kecil yang digunakan. Berkaitan dengan isu energi ini, Indonesia telah mencanangkan target Energy Mix 2025. Komitmen serta pengalaman selama ini merupakan modal dasar bagi Indonesia, khususnya LIPI dalam menjawab tantangan-tantangan global.
42
Di tengah perubahan dunia yang sangat dinamis, LIPI yang merupakan salah satu garda depan dalam mendorong agar visi pembangunan nasional dapat tercapai melalui landasan keilmuan yang mendasar, mencanangkan Visi:
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 2.1 Visi Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 dinyatakan bahwa visi pembangunan nasional adalah menuju Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi tersebut dicapai melalui 8 (delapan) misi pembangunan, yakni (1) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berlandaskan falsafah Pancasila, (2) mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) mewujudkan masyarakat yang demokratis berdasarkan hukum, (4) mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, (5) mewujudkan pemerataan pembangunan, (6) mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, (8) mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan internasional. Visi dan misi pembangunan nasional di atas kemudian dijabarkan dalam lingkup penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) telah merumuskan visi secara nasional, yaitu mengangkat harkat, martabat, dan derajat manusia Indonesia melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kerangka acuan falsafah Pancasila yang dipandang masih relevan dengan keadaan saat ini maupun di masa mendatang. Dalam Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010–2014, dinyatakan bahwa Visi RPJMN 2010–2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. 43
Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang makmur, cerdas, kreatif, integratif, dan dinamis didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi humanis.
yang adil, yang yang
Dalam upaya mencapai visi jangka panjang tersebut, dan sejalan dengan Visi Pembangunan 2010–2014, LIPI menetapkan Visi (target capaian) tahun 2014, sebagai berikut. Menjadi lembaga ilmu pengetahuan yang berada dalam peringkat kelompok terbaik dunia dalam menghasilkan IPTEK guna meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat daya saing perekonomian nasional.
2.2 MISI Untuk mencapai visi tersebut, dan dengan memperhatikan Misi Pembangunan Nasional 2010–2014, maka LIPI menetapkan 5 (lima) misi yang akan dilaksanakan di masa mendatang, yaitu. 1) Menciptakan "great science" (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional; 2) Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI; 3) Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan; 4) Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional; 5) Memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem). 44
2.3 TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Tujuan dan sasaran pada masing-masing misi adalah sebagai berikut.
2) Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI. Tujuan: Mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good governance.
1) Menciptakan “great science” (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Tujuan: 1.1 Memperkuat kompetensi inti (melalui penelitian dan pengembangan) untuk menciptakan dan menemukan pengetahuan baru yang berdampak luas. 1.2 Meningkatkan nilai invensi (penciptaan) dan penemuan yang diintegrasikan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya inovasi bernilai ekonomi. Sasaran: 1.1.1 Meningkatnya kualitas pengetahuan para peneliti yang diukur dari peningkatan pendidikan dan jenjang pada jabatan fungsional. 1.1.2 Meningkatnya hasil dan kapasitas penelitian yang diukur dari peningkatan jumlah publikasi dan HKI. 1.2.1 Terungkapnya potensi kekayaan alam dan budaya Indonesia yang diukur dari jumlah catatan (record) dan spesies baru. 1.2.2 Meningkatnya kreativitas dalam menciptakan iptek yang bernilai ekonomis yang diukur dari jumlah hasil yang dipakai. 1.2.3 Memperkuat jaringan antara LIPI dengan industri dan pihak terkait lainnya dalam meningkatkan adopsi inovasi yang diukur dari jumlah kerja sama.
45
Sasaran: 2.1.1 Tersedianya timbangan ilmiah dan rekomendasi untuk menjawab isu nasional, yang diukur dari jumlah saran kebijakan dan timbangan ilmiah dari LIPI. 2.1.2 Mendorong agar hasil kajian kebijakan LIPI dipakai sebagai rujukan, yang diukur dari jumlah hasil kajian kebijakan yang dipakai. 3) Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan. Tujuan: Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) dan humanis melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pengetahuan. Sasaran: 3.1.1 Meningkatnya akses terhadap pengetahuan yang diukur dari frekuensi interaksi dan jumlah keikutsertaan dalam aktivitas ilmiah nasional, regional dan internasional. 3.1.2 Meningkatnya perilaku “rasional” dalam masyarakat, yang diukur dari jumlah kegiatan dan peserta berbagai aktivitas pemasyarakatan iptek LIPI.
46
5.1.3 Terbinanya SDM yang diukur dari terpenuhinya kebutuhan kompetensi satuan kerja.
4) Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional. Tujuan: 4.1 Turut memperjuangkan kepentingan nasional dan posisi tawar Indonesia di dunia internasional. 4.2 Meningkatkan kontribusi dan keterlibatan ilmiah Indonesia pada aras internasional. Sasaran: Meningkatnya peran LIPI dalam pergaulan dunia internasional, yang diukur dari jumlah keikutsertaan dalam organisasi dan berbagai pertemuan ilmiah regional dan internasional. 5) Memperkuat infrastruktur dan sistem kelembagaan. Tujuan: 5.1 Meningkatkan, memelihara dan memanfaatkan sarana atau prasarana penelitian, infrastruktur dan standar ilmiah, dokumentasi dan pemanfaatan informasi ilmiah. 5.2 Memantapkan sistem manajemen kelembagaan Sasaran: 5.1.1 Tersedianya sarana dan prasarana penelitian yang memenuhi kebutuhan, yang diukur dari jumlah sarana dan prasarana penelitian yang baik yang dipakai untuk kegiatan. 5.1.2 Terwujudnya Tata Kelola Organisasi yang Baik (Good Corporate Governance) yang dapat diukur dengan terlaksananya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel serta peningkatan status pengelolaan administrasi keuangan dan inventaris LIPI yang tertib dan taat asas sehingga tercapai penilaian Wajar Tanpa Pengecualian.
47
2.4 KEGIATAN PRIORITAS Memperhatikan 11 Prioritas Pembangunan Nasional 2010– 2014, di mana LIPI membantu dalam 4 bidang prioritas, maka LIPI menetapkan kegiatan prioritasnya seperti yang dijelaskan pada Bab III.
2.5 TANGGUNG JAWAB DAN LANDASAN ETIKA Dalam menjalankan misi dan upaya mencapai tujuan, LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan, yang tidak hanya menjalankan tugas kepemerintahan, tetapi juga menjalankan tugas negara, merumuskan posisinya dengan 3 (tiga) tanggung jawab, yaitu. 1) Tanggung jawab kepada dunia ilmu pengetahuan, 2) Tanggung jawab kepada masyarakat, dan 3) Tanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, LIPI memperhatikan hal pokok, yakni Premis Dasar dan Landasan Etika.
2.5.1 Premis Dasar Beberapa premis dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut. 1) Ilmu pengetahuan bersifat netral dan mengandung nilai-nilai yang universal; 2) Teknologi, sebagai penerapan dari ilmu pengetahuan, berciri “keberpihakan”, yang bergantung pada kepentingan yang dibebankan padanya. Sejarah membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi wahana bagi pemenuhan kepentingan ekonomi, politik, eksistensi suatu bangsa, 48
termasuk isu-isu global mutakhir (HAM, demokratisasi, lingkungan, dan sebagainya); 3) Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai ciri untuk selalu memperbaharui dirinya. Sifatnya yang selalu memperbaharui diri, menghendaki adanya kondisi yang memungkinkan tumbuh berkembangnya iptek secara nasional dan penempatan perannya sebagai unsur pembaharu yang mampu melahirkan karya-karya baru yang dapat memperkuat posisi daya saing bangsa; 4) Kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian, dan kebebasan mimbar dalam rangka penguasaan, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dijamin melalui keberadaan lembaga iptek yang independen; dan 5) Ilmuwan mempunyai posisi ganda (sebagai pelaku yang mencari kebenaran dan mengemban tanggung jawab sosial dalam pembangunan nasional), berpikir dan bertindak obyektif, serta menjunjung tinggi kebenaran.
2.5.2 Landasan Etika LIPI bersepakat dengan deklarasi para ilmuwan dunia yang dinyatakan dalam World Conference on Science di Budapest pada bulan Juli 1999 mengamanatkan bahwa: 1) Bangsa-bangsa dan ilmuwan dunia mengakui pentingnya penggunaan pengetahuan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan secara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. 2) Ilmu pengetahuan harus melayani kemanusiaan secara keseluruhan, dan memberikan sumbangsih bagi: pertama, upaya pemahaman yang lebih mendalam oleh setiap orang tentang alam dan masyarakat; kedua, kualitas hidup yang lebih baik; ketiga, lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan bagi generasi kini dan mendatang. LIPI meyakini bahwa landasan etika paling hakiki guna menjamin kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan hasil yang baik dan terandalkan adalah kejujuran para ilmuwan. 49
50
BAB III STRATEGI, KEBIJAKAN, DAN PROGRAM 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2009– 2014 ditetapkan untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009–2014, yaitu. Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan, Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi, Agenda IV : Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Dalam agenda I, disebutkan bahwa “Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diarahkan untuk tercapainya peningkatan kapasitas dan kemampuan bangsa dalam memadukan sumber daya alam (resource based), sumber daya pengetahuan (knowledge based), dan sumber daya yang berasal dari warisan tradisi budaya bangsa (culture based)”. Dengan cara itu, akan diperoleh ranah pembangunan ekonomi produktif yang makin luas, antara lain: ekonomi kreatif (creative economy), yang dapat memberikan peran konstruktif untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Visi dan Misi pemerintah dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam 11 program prioritas dengan alokasi sumber daya dan kebijakan yang diprioritaskan untuk menjamin 51
implementasinya. Sebelas Program Prioritas Nasional tersebut adalah (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Di samping sebelas prioritas nasional tersebut di atas, upaya untuk mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional juga melalui pencapaian prioritas nasional lainnya di bidang politik, hukum, dan keamanan; bidang perekonomian; dan bidang kesejahteraan rakyat. Sinergi antarbidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN 2010–2014. Dalam melaksanakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN terdapat prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan. Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini diarahkan agar dapat tercermin di dalam keluaran pada kebijakan pembangunan, yang mencakup: (1) pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan; (2) pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik; dan (3) pengarusutamaan gender. Memperhatikan hal ini, LIPI menetapkan membantu dalam 4 bidang prioritas, yaitu. 1) Prioritas 5: Ketahanan Pangan, 2) Prioritas 8: Energi, 3) Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana, 4) Prioritas 11: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Mengingat tugas pokok dan fungsi LIPI dalam membangun iptek di Tanah Air, di samping untuk mendukung pembangunan jangka menengah, juga untuk pembangunan jangka panjang, serta menghasilkan ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat sepanjang masa, maka LIPI dalam menyusun 52
Rencana Strategis ini juga memperhatikan Arah Pembangunan Iptek Jangka Panjang sampai tahun 2025.
3.1.1 Arah Pembangunan Iptek Menurut RPJPN 2005–2025 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 menyatakan bahwa visi pembangunan nasional adalah menuju Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi tersebut dicapai melalui 8 (delapan) misi pembangunan yang salah satu di antaranya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Pembangunan daya saing bangsa dilaksanakan dengan: (1) membangun SDM yang berkualitas; (2) memperkuat perekonomian domestik; (3) meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) membangun sarana dan prasarana yang memadai dan maju; serta (5) melakukan reformasi hukum dan birokrasi. Dalam rangka memperkuat perekonomian domestik yang berorientasi dan berdaya saing global, pembangunan diarahkan untuk melakukan transformasi bertahap dari perekonomian yang berbasis keunggulan komparatif sumber daya alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Upaya tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut. a) mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi, penguasaan, penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menuju ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan ketahanan bangsa secara berkelanjutan; b) mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktik terbaik dan kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan; dan c) mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
53
Pengembangan iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas dan pemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung daya saing secara global. Hal itu dilakukan melalui: a) peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas dalam sistem produksi barang/jasa; b) pembangunan pusat-pusat keunggulan iptek; c) pengembangan lembaga penelitian yang handal; d) perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil penemuan dan hak atas kekayaan intelektual; e) pengembangan dan penerapan standar mutu peningkatan kualitas dan kuantitas SDM iptek; dan f) peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek. Berbagai langkah tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan, serta pengembangan kelembagaan sebagai keterkaitan dan fungsional sistem inovasi dalam mendorong pengembangan kegiatan usaha. Pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta mengembangkan ilmu sosial dan kemasyarakatan untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian. Pengembangan dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung: a) ketahanan pangan dan energi; b) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; c) penyediaan teknologi kesehatan; d) pengembangan teknologi material maju; serta e) peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. 54
Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem berbasis pengetahuan. Di samping itu, diupayakan peningkatan kerja sama penelitian domestik dan internasional antarlembaga penelitian dan pengembangan (litbang), perguruan tinggi, dan dunia usaha serta penumbuhan industri baru berbasis produk litbang dengan dukungan modal ventura. Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar bangsa Indonesia menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan global. Pengembangan budaya iptek tersebut dilakukan dengan meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap iptek melalui pengembangan budaya membaca dan menulis, masyarakat pembelajar, masyarakat yang cerdas, kritis, dan kreatif dalam rangka pengembangan tradisi iptek dengan mengarahkan masyarakat menuju budaya produktif. Bentuk-bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian, tetap mendorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual, dan emosional. Pengembangan iptek serta kesenian diletakkan dalam kerangka peningkatan harkat, martabat, dan peradaban manusia.
3.1.2 Sasaran dan Arah Pembangunan Iptek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 menyebutkan sasaran pembangunan iptek dari tahun 2010 hingga 2014 adalah: 1) tercapainya penguatan kelembagaan iptek untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas litbang di Indonesia; 2) tercapainya penguatan sumber daya iptek dalam bentuk peningkatan jumlah, pendidikan, dan kompetensi peneliti;
55
peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana penelitian; dan peningkatan kegiatan penelitian itu sendiri; 3) tercapainya penguatan jaringan iptek melalui jalinan kerja sama antarsisi penyedia dan antara sisi penyedia teknologi dengan sisi penguna yang lebih intens dan lebih produktif; 4) meningkatnya kemampuan nasional dalam pengembangan, penguasaan, dan penerapan iptek yang ditunjukkan dalam bentuk publikasi di jurnal ilmiah internasional, paten, prototipe, layanan teknologi bagi pengguna, serta meningkatnya kemampuan keteknikan nasional, serta tumbuhnya wirausahawan inovatif berbasis pengetahuan dan teknologi; dan 5) meningkatnya relevansi kegiatan riset dengan persoalan dan kebutuhan riil yang dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan penghargaan masyarakat bagi kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, pengembangan iptek diarahkan pada peningkatan kualitas dan pemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung daya saing secara global, penciptaan dan penguasaan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, dan pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan, serta untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian. Pembangunan iptek juga diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Di samping itu, diupayakan peningkatan kerja sama penelitian domestik dan internasional antarlembaga penelitian dan pengembangan (litbang), perguruan tinggi dan dunia usaha, serta penumbuhan industri baru berbasis produk litbang dengan dukungan modal ventura. Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar bangsa Indonesia 56
menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan global. Untuk mencapai hal di atas, kebijakan iptek diarahkan kepada: 1) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide Æ prototipe laboratorium Æ prototipe industri Æ produk komersial (penguatan sistem inovasi nasional); 2) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdaya guna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional; 3) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan, baik peneliti di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional; 4) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat; 5) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri.
3.1.3 Strategi Pembangunan Nasional Bidang Iptek 2010–2014 Dengan arah kebijakan iptek tersebut di atas, maka strategi pembangunan iptek dilaksanakan melalui dua prioritas pembangunan, yaitu. 1) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang berfungsi sebagai wahana pembangunan iptek menuju visi pembangunan iptek dalam jangka panjang.
57
2) Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005–2025. Secara lebih rinci, kedua prioritas pembangunan iptek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 3.1.3.1 Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 mengarahkan agar dalam mentransformasikan perekonomian dari yang berbasis keunggulan komparatif sumber daya alam ke perekonomian yang berbasis keunggulan kompetitif dilakukan dengan prinsip dasar mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi. Hal ini membutuhkan cara pandang dan tindakan yang sistemik dan sistematis dalam SIN. SIN Indonesia diatur melalui Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnasiptek). Undang-undang ini memberikan landasan hukum bagi pengaturan pola hubungan yang saling memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan iptek dalam satu keseluruhan yang utuh untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, unsur yang dimaksud dalam SIN terdiri atas unsur kelembagaan, unsur sumber daya, dan unsur jaringan iptek dengan penjelasan sebagai berikut. A. Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang yang berfungsi untuk (1) meng– organisasikan pembentukan sumber daya manusia, peneliti– an, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi; dan (2) membentuk iklim dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi penyelenggaraan penguasa– an, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan 58
teknologi. Fungsi tiap-tiap unsur kelembagaan ini adalah sebagai berikut. 1) perguruan tinggi sebagai salah satu unsur SIN berfungsi membentuk sumber daya manusia iptek; 2) lembaga litbang, baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, badan usaha, maupun organisasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan pemajuan iptek dan bertanggung jawab mencari berbagai invensi serta menggali potensi pemanfaatannya; 3) badan usaha sebagai salah satu unsur SIN berfungsi menumbuhkan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi untuk menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis dengan mengusahakan pendayagunaan manfaat keluaran yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang. B. Sumber daya iptek terdiri atas keahlian, kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana iptek. Setiap unsur kelembagaan iptek bertanggung jawab meningkatkan secara terus menerus daya guna dan nilai guna sumber dayanya. C. Jaringan iptek berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang kreatif dan memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh setiap unsur kelembagaan secara sendiri-sendiri. Jaringan terbentuk oleh adanya kemitraan antarunsur kelembagaan, berdasarkan adanya saling kepentingan antara tiga pilar utama pembentuk interaksi yang kreatif, saling mengisi, melengkapi dan memperkuat, yaitu (1) pengembangan kawasan, (2) pengelompokan litbang tematis, dan (3) pelayanan jasa dan produk bernilai ekonomis.
59
Dalam rangka penguatan SIN pembangunan difokuskan pada penguatan ketiga unsur-unsurnya, sebagai berikut. 1) Penataan kelembagaan iptek dilakukan dengan hasil terbangunnya tata kelola litbang yang efisien dan efektif, dan yang mampu mendorong kreativitas dan profesional– isme masyarakat iptek, serta terbangunnya kesadaran iptek dan mendorong partisipasi masyarakat. Untuk mencapai hasil tersebut, akan dilaksanakan berbagai kegiatan pembangunan dengan keluaran-keluaran sebagai berikut. a) regulasi untuk meningkatkan sinkronisasi kegiatan litbang dengan pola pengelolaan keuangan negara, perencanaan dan penganggaran serta otonomi daerah; b) regulasi untuk membangun sistem reward and punishment yang adil dan menyejahterakan; c) kegiatan sosialisasi untuk menciptakan dan meningkatkan pemahaman teknologi di masyarakat. 2) Penguatan sumber daya iptek dilakukan dengan hasil terbangunnya pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten mendukung pemenuhan kebutuhan strategis nasional. Untuk mencapai hasil tersebut, akan dilaksanakan kegiatan pembangunan dengan keluaran-keluaran, sebagai berikut. a) peneliti yang berhasil menyelesaikan pendidikan doktor dari universitas unggulan, baik di dalam maupun di luar negeri; b) pelatihan peneliti untuk keterampilan khusus dan lanjut di laboratorium-laboratorium terkemuka di dunia; c) pengoperasian, revitalisasi, dan maksimalisasi fasilitasfasilitas riset yang ada untuk kepentingan pelatihan, penelitian, sistem penjaminan mutu terpadu dan inovasi; d) pembangunan sarana dan prasarana riset baru yang mendukung pelatihan, penelitian dan inovasi bertaraf internasional; dan e) pembangunan pusat-pusat penelitian maju dan interdisipliner bertaraf internasional. 60
3) Penataan jaringan iptek dilakukan dengan hasil terbangunnya pola hubungan kerja sama antarlembaga litbang (lemlit); antarlemlit dengan perguruan tinggi; dan antara lemlit dan industri/masyarakat pengguna beserta faktor-faktor pendukungnya, khususnya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang modern, institusi finansial, serta otoritas publik yang memfasilitasi struktur jaringan yang mendorong interaksi kreatif dan lingkungan yang atraktif bagi para pekerja pengetahuan (knowledge workers). Untuk mencapai hasil tersebut, akan dilaksanakan kegiatan pembangunan dengan keluaran-keluaran, sebagai berikut. a) regulasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi hubungan kerja sama antarlembaga litbang dan antara lemlit dan perguruan tinggi; b) terbangunnya pusat-pusat pengetahuan dan teknologi tematis dalam tingkat nasional dan regional sebagai bagian dari dan terintegrasi dengan “teknopolis” Indonesia yang melibatkan cluster pengetahuan tertentu, pengembangan kawasan, dan pelayanan jasa. c) terbangunnya pusat-pusat intermediasi yang menghubungkan antara lemlit dan industri/masyarakat pengguna; d) tersedianya pusat purwarupa (prototype center) di beberapa kota; e) perumusan standar nasional Indonesia (SNI) untuk menjamin kualitas proses produksi, sesuai dengan kebutuhan pasar, perkembangan teknologi dan standar internasional, serta untuk memperkuat penilaian kesesuaian yang terkait erat dengan kegiatan akreditasi dan sertifikasi.
61
3.1.3.2 Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) RPJPN 2005–2025 menyatakan secara eksplisit bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju, dengan penjelasan sebagai berikut. 1) Penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek (P3 Iptek) untuk mendukung ketahanan pangan, bertujuan untuk mengembangkan teknologi bibit-bibit pangan unggulan dengan produktivitas tinggi dan teknologi pascapanen dalam mendukung swasembada pangan dan kemandirian industri pangan nasional. 2) P3 Iptek untuk mendukung energi baru terbarukan bertujuan untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik nasional dari sumber energi baru dan terbarukan (di antaranya yang berasal dari energi surya, angin, panas bumi, air, nuklir, arus laut, dan lainnya) sesuai dengan kebijakan energi nasional. 3) P3 Iptek untuk mendukung teknologi informasi dan komunikasi bertujuan untuk mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi nasional guna mengurangi kesenjangan informasi, pembajakan IPR, dan belanja teknologi impor. 4) P3 Iptek untuk mendukung teknologi transportasi bertujuan untuk mengembangkan teknologi dan manajemen transportasi nasional dalam mendukung gugus (cluster) industri alat transportasi nasional. 5) P3 Iptek untuk mendukung teknologi pertahanan dan keamanan bertujuan untuk membangun kemampuan di dalam negeri dalam upaya merancang, membuat, dan mengoperasikan sendiri peralatan pertahanan dan keamanan. 62
6) P3 Iptek untuk mendukung teknologi kesehatan dan obat bertujuan untuk mengembangkan teknologi alat kesehatan dan obat, khususnya obat alami untuk mendukung cluster industri kesehatan dan industri farmasi nasional. 7) P3 Iptek untuk mendukung teknologi material maju bertujuan untuk mengembangkan teknologi material baru untuk meningkatkan kandungan lokal, memperkuat industri pendukung dan pohon industri nasional, serta mendukung industri masa depan yang memerlukan penemuan material baru. Dengan mengacu pada arahan RPJPN 2005–2025 serta sebelas prioritas nasional program pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu II, akan disusun Agenda Riset Nasional (ARN) 2010–2014. Sementara itu, buku Putih Iptek 2005–2025 telah menetapkan 6 (enam) bidang prioritas P3 Iptek, yaitu (1) bidang ketahanan pangan; (2) bidang penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan; (3) bidang pengembangan teknologi dan manajemen transportasi; (4) bidang pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; (5) bidang pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan; dan (6) bidang pengembangan teknologi kesehatan dan obat. Keenam bidang prioritas ini sejalan dengan prioritas nasional yang dicanangkan pemerintah. Agar sesuai dengan arah reformasi program dan kegiatan dalam administrasi perencanaan dan penganggaran, fokus pembangunan dalam rangka peningkatan P3 Iptek adalah gugus (cluster) pusat-pusat penelitian pengembangan yang setingkat dengan unit kerja eselon dua (UKE II), sebagai berikut. a) Biologi molekuler, bioteknologi, dan kedokteran diharapkan dapat mendukung ARN dalam bidang ketahanan pangan dan kesehatan serta prioritas nasional dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. b) Ilmu pengetahuan alam yang mencakup kegiatan litbang di bidang biologi, fisika, kimia, oseanografi, serta konservasi tumbuhan kebun raya. Keluaran dari litbang ini 63
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
64
diharapkan dapat mendukung ARN di bidang ketahanan pangan, kesehatan, serta material maju. Energi, energi baru, dan terbarukan yang mencakup kegiatan litbang dalam bidang sumber daya energi, konservasi dan konversi energi, serta tenaga listrik dan mekatronika yang diarahkan untuk mendukung ARN di bidang energi. Material industri dan material maju yang mencakup kegiatan litbang berbagai material, sumber daya mineral, dan metalurgi. Industri, rancang bangun, dan rekayasa mencakup kegiatan pengembangan dalam bidang industri proses, industri manufaktur, industri hankam, teknologi dan sistem transportasi, instrumentasi, teknologi produksi pertanian, serta agroindustri. Informatika dan komunikasi yang mencakup kegiatan litbang dalam bidang informasi dan komunikasi, elektronika dan telekomunikasi, serta informatika. Ilmu kebumian dan perubahan iklim mencakup kegiatan litbang dalam bidang geoteknologi, limnologi, inventarisasi sumber daya alam, teknologi lingkungan, sumber daya lahan wilayah, dan mitigasi bencana. Ilmu pengetahuan sosial dan kemasyarakatan mencakup kegiatan penelitian dalam bidang kemasyarakatan, kebudayaan, ekonomi, kependudukan, politik, dan sumber daya regional. Litbang ketenaganukliran dan pengawasan mencakup penelitian dan pengembangan dalam bidang energi dan nonenergi. Litbang penerbangan dan antariksa mencakup penelitian dan pengembangan roket, satelit, penginderaan jauh, atmosfer, dan antariksa.
Dari kesepuluh fokus pembangunan iptek tersebut di atas, hanya litbang ketenaganukliran dan pengawasan dan litbang penerbangan dan antariksa yang tidak dilakukan oleh LIPI.
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI LIPI 3.2.1 Strategi Berdasarkan arahan kebijakan dan strategi nasional yang sesuai dengan tugas dan fungsi LIPI serta potensi yang dimiliki, maka untuk mendukung pencapaian pembangunan nasional, LIPI memfokuskan pada ketiga unsur SIN, yaitu a) Penataan Kelembagaan Iptek, b) Penguatan Sumber Daya Iptek, dan c) Penguatan Jaringan Iptek. Untuk Program Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada 1) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran; 2) Ilmu Pengetahuan Alam; 3) Energi, Energi Baru, dan Terbarukan; 4) Material Industri dan Material Maju; 5) Industri, Rancang Bangun, dan Rekayasa; 6) Informatika dan Komunikasi; 7) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim; dan 8) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan. Untuk itu, dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, maka LIPI menetapkan: i) Penguatan kompetensi inti (competence building) yang diharapkan mampu menjawab dengan cepat tantangan yang berubah dengan cepat dan kompleks; ii) Penyusunan program penelitian yang mengedepankan pendekatan inter dan multidisipliner, dengan memusatkan perhatian pada isu-isu sentral, baik yang berskala nasional maupun internasional; iii) Pemanfaatan berbagai sumber daya dari dalam dan luar negeri untuk mencari terobosan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM LIPI dengan jalan a) meningkatkan kemampuan SDM dengan cara terus menerus memberikan/membuka kesempatan dan memberikan dorongan untuk meningkatkan kemampuan dan 65
pengetahuan, b) memberikan insentif dan penghargaan terhadap pegawai yang memperlihatkan prestasi signifikan, serta c) mendukung sumber daya LIPI dalam berintegrasi dengan masyarakat ilmiah internasional; iv) Pemanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada, melalui pelaksanaan aktivitas secara multidisipliner dan dengan pendekatan lintas unit serta pengarahan dan koordinasi yang kuat; v) Pengembangan jaringan cerdas dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri; vi) Pemanfaatan berbagai sumber daya keuangan yang mungkin diperoleh dalam rangka meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan; vii) Penyempurnaan mekanisme dan sistem yang ada untuk memperkuat sistem administrasi. Dengan strategi ini, LIPI memperhitungkan akan dapat mencapai kemandiriannya, baik dalam otoritas keilmuan, peningkatan kemampuan SDM, pendanaan maupun dalam proses peningkatan infrastruktur dan sarana.
3.2.2 Kebijakan 3.2.2.1 Kebijakan Umum Dengan memperhatikan kekuatan unsur-unsur di lingkungan LIPI, karakter sumber daya serta kepentingan negara dan masyarakat, secara garis besar dicanangkan tiga pilar kebijakan, sebagai berikut. i) Kebijakan penelitian dan pengembangan sebagai respons untuk pengembangan ilmu dan kebijakan nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; serta upaya meningkatkan citra bangsa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat regional dan internasional;
66
ii) Kebijakan pembinaan dan pengembangan kelembagaan yang merupakan respons terhadap tuntutan peningkatan kompetensi inti; iii) Kebijakan peningkatan pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi secara inovatif yang dapat memobilisasi berbagai sumber daya yang ada di LIPI, kalangan dunia usaha, dan pemerintah pada umumnya. Kebijakan penelitian dan pengembangan diarahkan pada penyelenggaraan penelitian berbagai keilmuan dari yang bersifat dasar sampai dengan terapan dan pengembangan serta penelitian inter dan multidisiplin yang terfokus. Kebijakan pembinaan pengembangan kelembagaan diarahkan pada penguatan dan pembangunan kompetensi inti, baik kompetensi sumber daya manusia, keunikan-keunikan koleksi ilmiah yang ada maupun sarana dan prasarana pendukungnya. Sebagai tanggapan terhadap pihak yang berkepentingan, LIPI menentukan kebijakan peningkatan pelayanan jasa. Kebijakan ini diarahkan, baik pada peningkatan jasa konsultasi, pendidikan dan latihan, kerja sama penelitian, pemanfaatan secara bersama laboratorium ataupun fasilitas ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.
ii) Melakukan pola rekruitmen dan pola pengembangan SDM secara terpadu dan sesuai dengan kompetensi unit kerja yang bersangkutan secara transparan; dan iii) Melaksanakan keseimbangan antara kemampuan SDM dan ketersediaan infrastruktur dan sarana sesuai dengan beban tugasnya. Dengan memperhatikan gambaran SDM yang ada di LIPI pada tahun 2009, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.1 dan tujuan tersebut di atas, maka dirancang kebijakan yang menyeluruh mengenai pengembangan sumber daya manusia, yang memberikan solusi terhadap komposisi sumber daya yang masih timpang antara peneliti dan tenaga penunjang, dan peningkatan kemampuan para peneliti dalam melaksanakan penelitiannya sehingga dapat meningkatkan kinerja LIPI secara keseluruhan.
3.2.2.2 Kebijakan Khusus A. Kebijakan SDM LIPI Memperhatikan kondisi sumber daya manusia (struktur, distribusi, komposisi) di LIPI, dan memperhatikan perubahan lingkungan strategis dari berbagai aspek, dalam kaitannya dengan pencapaian visi, misi, dan program LIPI sampai tahun 2014; maka diperlukan upaya, sebagai berikut. i) Memfokuskan upaya pada peningkatan kompetensi SDM dengan program post doctoral, pendidikan S3, S2, S1 serta komposisi jabatan fungsional peneliti dan nonpeneliti di setiap unit kerja; 67
Gambar 3.1 SDM LIPI Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Memantapkan pengembangan SDM peneliti dengan komposisi perbandingan S3 : S2 : S1 yang ideal, yaitu 1 : 2 : 4 untuk komposisi kompetensi yang sama, sedangkan perbandingan tenaga peneliti dengan tenaga penunjang/ administrasi idealnya adalah minimal 2 : 1 di setiap unit 68
2)
3)
4) 5)
kerja. Komposisi ideal ini akan dicapai dengan melakukan penerimaan pegawai dan pemanfaatan tenaga luar, sesuai dengan program kerja di masing-masing unit di LIPI, dan mengurangi/memperkecil penerimaan pegawai penunjang; Penerimaan pegawai baru akan terus diupayakan setiap tahunnya, paling kurang dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah pegawai yang pensiun; Kerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan bimbingan atau pendidikan di tingkat S2, S3, dan program post doctoral didukung oleh sumber daya (SDM, dana, dan infrastruktur) di masing-masing pihak secara timbal balik; Pelatihan bagi S1 dan S2 yang sesuai dengan program kerja masing-masing unit di LIPI; dan Mencermati pola manajemen PNS secara keseluruhan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian meliputi perencanaan, rekruitmen, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan sanksi.
B. Kebijakan Anggaran LIPI Kebijakan pengalokasian anggaran diselaraskan dengan pelaksanaan program dan prioritas kegiatan di LIPI. Pengalokasian anggaran ini dikelompokkan, sebagai berikut. a) Program Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi i) Subprogram Penelitian Lanjut (Advanced Research), ii) Subprogram Penelitian Dasar (Basic Research), iii) Subprogram Penelitian Divisional Cutting Edge, iv) Subprogram Penelitian Interdisiplin (Interdisciplinary Science Research), v) Sub Program Tematik.
69
b) Program Dasar i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas LIPI lainnya. ii) Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur LIPI. iii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur LIPI. iv) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur LIPI v) Program Penelitian dan Pengembangan LIPI. Selain untuk melaksanakan program teknis dan dasar, LIPI juga mengalokasikan anggaran untuk melakukan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana penelitian baru, dan anggaran untuk melaksanakan fungsi LIPI sebagai institusi ilmiah, baik dalam membangun hubungan dengan lembaga ilmiah nasional, regional, dan internasional maupun untuk hal terkait lainnya. Kebijakan anggaran LIPI menganut prinsip perencanaan sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah dan kerja sama, dengan mengupayakan sumber-sumber pembiayaan dari kerja sama yang semakin meningkat. LIPI menetapkan sumber anggaran DIPA sebagai investasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang hasilnya dapat diukur melalui indikator-indikator kinerja. Di samping itu, anggaran DIPA yang terdiri atas komponen mengikat dan tidak mengikat, akan terus diupayakan agar anggaran mengikat tercukupi dan anggaran tidak mengikat meningkat. Selain itu, peningkatan PNBP akan terus diupayakan dengan meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan base line alokasi pendanaan untuk periode 2010–2014 yang disusun oleh Departemen Keuangan dan Bappenas, dapat dilihat seperti Tabel 3.1 di bawah ini.
70
Tabel 3.1 Alokasi anggaran LIPI 2010–2014 (dalam juta rupiah)
Tahun
Mengikat
PNBP
2009 2010 2011 2012 2013 2014
258.938,1 277.502,8 305.253,1 335.778,4 369.356,2 406.291,8
36.822,0 40.904,0 41.000,0 42.000,0 43.000,0 44.000,0
Tidak mengikat 182.864,4 177.774,3 225.904,0 239.504,0 269.114,0 305.235,0
LIPI akan melakukan investasi terutama dalam rangka penguatan dan pembaharuan sarana dan prasarana yang diarahkan untuk lebih mendayagunakan pemanfaatannya bagi kegiatan yang produktif dan meningkatkan kualitas kinerja LIPI. Dalam Renstra 2010–2014 ini, khusus untuk pelaksanaan Kegiatan Kompetitif, LIPI menetapkan anggaran dengan dialokasikan pada kelompok Program Dasar, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh satuan-satuan kerja LIPI.
TOTAL 478.624,5 496.181,1 572.157,1 617.282,4 681.470,2 755.526,8
Pada tabel di atas dicantumkan anggaran LIPI pada TA 2009 sebelum revisi PNBP. Perlu dicatat bahwa pada pendanaan tidak mengikat sudah termasuk alokasi PHLN di mana pada TA 2009 alokasi PHLN sebesar 41,3 miliar rupiah, sedangkan untuk TA 2010 sebesar 20 miliar rupiah. Untuk TA 2010 alokasi anggaran LIPI untuk kegiatan yang telah disepakati adalah seperti pada Tabel 3.1 di atas. Alokasi anggaran seperti pada Tabel 3.1 tersebut di atas merupakan alokasi dasar yang dibahas pada pertemuan trilateral antara LIPI, Departemen Keuangan, dan Bappenas pada akhir tahun 2009. Alokasi anggaran pada Tabel 3.1 tersebut belum mencakup kegiatan-kegiatan PHLN yang sudah disepakati untuk dilakukan, antara lain: Kegiatan Kerja Sama LIPI–Zhejiang University, Cina dan Kegiatan Meatmilkpro karena dokumen formal untuk kegiatan-kegiatan tersebut belum selesai hingga akhir tahun 2009. Di samping itu, perlu dicatat, dalam Renstra LIPI 2010– 2014, dicantumkan beberapa rencana LIPI untuk membangun dan memperkuat fasilitas dan prasarana penelitian, antara lain untuk APCE, Bioinformatika, dan Metrologi Kimia yang belum mendapatkan alokasi pendanaan. Untuk kegiatan tersebut, LIPI membutuhkan tambahan anggaran sebesar kurang lebih 150 miliar rupiah. Hal ini telah disampaikan dan dibahas pada pertemuan trilateral antara LIPI-Bappenas-Depkeu (pada Desember 2009).
71
C. Kebijakan Kerja Sama LIPI akan mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri yang dapat memberikan peningkatan citra LIPI di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya untuk peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak di luar negeri akan mendapatkan perhatian khusus mengingat berbagai hal, antara lain untuk memperlihatkan peran Indonesia dalam perkembangan iptek dunia, membangun jaringan (networking) dengan berbagai lembaga litbang dalam upaya peningkatan kemampuan dan bertukar informasi, serta pencarian berbagai sumber dana untuk kegiatan kerja sama riset yang bersifat inovatif. Berbagai kerja sama yang telah dilakukan dengan negara lain, seperti Jepang, Cina, Korea, Uni Eropa, Amerika, Australia, dan lembaga-lembaga internasional, seperti ASEAN, WAITRO, APCTT, TWAS, serta lembaga-lembaga lainnya di bawah UN akan terus dikembangkan dalam rangka memperbesar peran Indonesia dalam berbagai lembaga tersebut guna dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan bangsa dan IPTEK. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan insentif pada anggaran LIPI sehingga anggaran dari berbagai kerja sama, baik yang berasal dari pihak swasta maupun pihak-pihak pemberi donor, semakin mendekati pada angka 30% dari anggaran LIPI.
72
D. Kebijakan Penentuan Prioritas Dalam pemantapan perencanaan program penelitian jangka panjang di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), penentuan Prioritas Program Penelitian LIPI yang merupakan bagian dari proses perencanaan strategis jangka panjang, ditetapkan berdasarkan penelaahan berkelanjutan. Perencanaan berjangka panjang tidak terlepas dari amanat RPJPN 2005–2025 yang pada dasarnya menekankan pada daya saing dan kemandirian perekonomian nasional berbasis iptek. Secara spesifik, perencanaan bersifat inovatif harus diletakkan secara dini dan mencakup dimensi-dimensi inovatif yang melibatkan peran akademik, peran ekonomi, peran kepemerintahan, peran kemasyarakatan, dan peran kenegaraan dari iptek. Oleh sebab itu, LIPI menugaskan Pusat Inovasi, Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, dan Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkembangan Iptek-LIPI melakukan kajian dalam upaya mendukung penentuan prioritas program penelitian 2010– 2014 dan program jangka panjang sampai ke tahun 2030.
3.2.3 Program Program LIPI disusun dengan memperhatikan pada arahan, strategi nasional, dan pengalaman panjang yang dilaluinya dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang didukung oleh keberagaman keilmuan serta kompetensi dan kapasitas yang dimiliki. Selain itu, program 2010–2014 merupakan kesinambungan dan penyempurnaan dari program yang dilaksanakan pada tahun 2005–2009. Pada periode 2005–2009, selain mengacu pada RPJP 2005–2025 dan RPJMN 2005–2009, LIPI juga mengacu pada Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek 2005–2025 yang dijabarkan oleh DRN ke dalam Agenda Riset Nasional (ARN) 2005–2009 pada 6 prioritas bidang penelitian, yaitu bidang (1) ketahanan pangan, (2) energi baru dan terbarukan, (3) teknologi dan manajemen transportasi, (4) teknologi informasi dan 73
komunikasi, (5) teknologi pertahanan dan keamanan, dan (6) teknologi kesehatan dan obat-obatan. Dalam perkembangan selanjutnya, disadari bahwa 6 (enam) prioritas bidang tersebut di atas masih menyisakan isu-isu penting yang harus dijawab, antara lain masalah sumber daya alam dan lingkungan, kebencanaan, dinamika sosial, material maju, dan pengukuran ilmiah (scientific measurements). Oleh sebab itu, pada Raker LIPI 2007 selain 6 (enam) fokus bidang di atas, LIPI memutuskan untuk menambahkan 4 (empat) bidang fokus, yaitu (1) sumber daya alam, lingkungan, dan kebencanaan; (2) dinamika sosial; (3) material maju; dan (4) scientific measurements. Pada Renstra 2005–2009, program penelitian dan pengembangan di LIPI dilakukan melalui 5 (lima) kelompok subprogram utama, yakni (1) Penelitian Tematik, (2) Peningkatan Kompetensi Individu, (3) Kompetitif, (4) Penugasan Khusus, dan (5) Pengembangan Kelembagaan. Sejumlah hasil penting yang telah dimanfaatkan berbagai pihak, seperti telah dikemukakan pada Bab I, telah dihasilkan dalam kurun waktu tersebut. Seperti disampaikan di atas, untuk tahun 2010–2014, LIPI mendukung 4 dari 11 bidang prioritas nasional, sebagai berikut. 1) Ketahanan Pangan Kegiatan yang akan dilakukan LIPI dalam bidang ini adalah pengembangan benih unggul berbasis biologi molekuler (tahan terhadap perubahan iklim), pengembangan pupuk organik dari mikroba hayati Indonesia serta penelitian keanekaragaman pangan (pengembangan bahan pangan berbasis umbi) untuk mengurangi ketergantungan pada beras. LIPI juga membangun fasilitas litbang bioteknologi peternakan modern melalui proyek PHLN Meatmilkpro untuk mendukung upaya swasembada daging.
74
2) Energi Kegiatan yang akan dilakukan LIPI dalam bidang ini adalah pilot plan untuk biogasolin dari ligno selulosa serta standardisasi teknologi pengujian konversi energi untuk mendukung upaya konversi minyak tanah ke gas. 3) Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Kegiatan yang akan dilakukan LIPI dalam bidang ini adalah pengembangan sistem informasi dan penelitian kerusakan terumbu karang, penyusunan dokumen ilmiah kontribusi Indoneisa untuk perubahan iklim, penyusunan panduan dan sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat, serta konservasi exsitu dalam bentuk kebun raya daerah. 4) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Kegiatan yang akan dilakukan LIPI dalam bidang ini adalah pengembangan dan perlindungan bahasa masyarakat lokal, drafting paten dan pendaftaran HKI atas produk inovasi teknologi LIPI, serta kapitalisasi, pemanfaatan paten dan invensi LIPI. Pada tahun 2009, Bappenas melakukan restrukturisasi program dan kegiatan di setiap lembaga, di mana untuk lembaga seperti LIPI, mempunyai 5 Program Dasar dan 1 Program Teknis. Dengan mengacu pada hal-hal di atas, maka program LIPI pada periode 2010–2014, sebagai berikut. Program Dasar LIPI Program Dasar LIPI terdiri atas 5 (lima) program, yakni. a) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LIPI lainnya, b) Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur LIPI, c) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur LIPI, d) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur LIPI, e) Program Penelitian dan Pengembangan LIPI.
75
Program Teknis Program Teknis LIPI, yaitu Program Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Program teknis ini dikelompokkan dalam 5 subprogram seperti dijelaskan pada subbab 3.2.2 di atas. Baik program dasar maupun program teknis LIPI diarahkan untuk mendukung pencapaian Prioritas Pembangunan Iptek dalam RPJMN 2010–2014, yaitu Penguatan Sistem Inovasi Nasional dan Peningkatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek (P3-Iptek). Secara lebih detail, peran LIPI dalam kedua prioritas program tersebut dijabarkan di bawah ini. 3.2.3.1
Penguatan Sistem Inovasi Nasional
A. Penataan Kelembagaan Iptek Ditujukan untuk membangun dan menyempurnakan tata kelola litbang yang efisien dan efektif, yang mampu mendorong profesionalisme komunitas iptek, serta meningkatnya kesadaran iptek di masyarakat. Beberapa kegiatan LIPI yang terkait adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan, Penganggaran, Verifikasi, dan Perbendaharaan Berjalannya sistem pengelolalan keuangan, perencanaan, dan penganggaran yang efektif dan selaras dengan pola perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan keuangan negara serta sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah opini BPK ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ atas Laporan Keuangan LIPI, serta diterapkannya SAKIP. 2) Penataan, Pengembangan Organisasi dan SDM termasuk Reformasi Birokrasi Kebijakan reformasi birokrasi di LIPI diharapkan dapat menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik sehingga 76
meningkatkan kinerja organisasi litbang. Beberapa keluaran yang diharapkan adalah terciptanya sistem kerja dan prosedur pelayanan penelitian yang standar dan teruji; penguatan peran organisasi litbang yang semakin handal; pengintegrasian Sistem Informasi Manajemen Kepegawai– an; pembinaan dan pengembangan karir SDM; Implemen– tasi perencanaan pengembangan SDM; dan Penerimaan PNS sesuai kualifikasi kebutuhan organisasi. 3) Sistem Seleksi Proposal Kompetitif Sistem seleksi proposal yang baik merupakan langkah awal bagi terpilihnya kegiatan penelitian yang sesuai dengan rencana organisasi yang telah ditetapkan. 4) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Negara. Tersedia dan terlaksananya sistem pengendalian internal yang efektif, yang ditunjukkan dengan tersusunnya laporan hasil pemeriksaan, hasil tindak lanjut LHP, hasil evaluasi LAKIP, dan Laporan Keuangan Satuan Kerja serta laporan hasil review atas Laporan Keuangan LIPI. B. Penguatan Sumber Daya Iptek Ditujukan untuk membangun pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten mendukung kebutuhan strategis nasional. Beberapa kegiatan LIPI yang terkait adalah sebagai berikut. 1) Penataan Pengembangan Organisasi dan SDM Peningkatan kompetensi SDM Iptek, dengan peningkatan jumlah peneliti yang mengikuti pendidikan S2 dan S3 sehingga tercapai komposisi SDM yang makin baik. 2) Pembinaan, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan peneliti Terbangunnya sumber daya yang kompeten dan memenuhi kebutuhan dalam perkembangan iptek, yang dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan diklat dan penyusunan peraturan/kajian fungsional peneliti.
77
3) Penatausahaan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan pra– sarana Meningkatnya kualitas fasilitas-fasilitas riset yang ada, antara lain: rehabilitasi infrastruktur sarana dan parsarana kantor LIPI Gatot Subroto serta sarana prasarana LIPI lainnya, termasuk jaringan internet. Dengan demikian, dapat dilakukan transformasi Kompetensi dan Infrastruktur Sarana dan Prasarana di kampus-kampus LIPI Gatot Subroto, Bandung, Serpong, dan Cibinong menjadi pusat-pusat unggulan inovatif nasional secara berjejaring dengan pusatpusat di mancanegara. 4) Pembangunan pusat penelitian maju dan interdisipliner bertaraf internasional Terbangunnya International Center for Interdisciplinary Research (ICIAR) dan fasilitasnya di Jakarta dan Bogor. Inisiasi pembangunan Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) di Cibinong Science Center. 5) Pembangunan sarana dan prasarana laboratorium Terbangunnya prasarana dan sarana untuk pengembangan laboratorium, antara lain laboratorium bioinformatics, Metrologi Kimia, dan laboratorium Pengujian. C. Penguatan Jaringan IPTEK Terbangunnya pola kerja sama antarlembaga litbang, serta lembaga penelitian dengan perguruan tinggi, dan antara lembaga penelitian dengan industri/masyarakat pengguna. 1) Pengembangan jaringan kerja sama penelitian dan pemasyarakatan iptek Meningkatnya kerja sama dengan berbagai pihak dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya iptek. Hal ini dicapai, antara lain melalui penyebarluasan hasil riset, produk, teknologi, dan kemampuan riset LIPI; penguatan standar pelayanan dan pengendalian mutu kehumasan; kerja sama dan pelayanan hukum; dan penerapan dan pelayanan standar ilmiah ke masyarakat; 78
kegiatan sosialisasi/pembinaan/temu ilmiah, serta kerja sama. 2) Pembangunan Teknopolis Pengembangan pusat unggulan tematik teknopolis LIPI yang melibatkan pengembangan kawasan dan pelayanan jasa alih teknologi. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan sarana dan prasarana pusat inkubator teknologi dan bisnis LIPI, serta kegiatan kewirausahaan teknologi (technopreneurship) sebagai sarana sirkulasi inovasi hasil litbang. Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah dapat berjalannya keterkaitan yang saling mendukung antara unsur-unsur dalam sistem inovasi yang tercermin dari tumbuhnya usaha inovatif baru yang berdaya saing. 3) Pengembangan dan Penerapan Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Mengupayakan penerapan sistem penjaminan mutu dan teknologi pengujian dalam rangka peningkatan mutu layanan kepada masyarakat/industri yang pada prinsipnya dalam rangka meningkatkan daya saing produk-produk industri nasional. Upaya peningkatan daya saing produk nasional ini dilakukan melalui pengujian produk sesuai standar nasional dan internasional yang diacu. Sasaran utama kegiatan ini adalah terwujudnya National Testing Technology House untuk UMKM, serta penerapan sistem mutu dan teknologi pengujian untuk produk alat kesehatan, elektronik, alat pertahanan dan keamanan, IT, dan transportasi. 4) Pengembangan Kalibrasi, Instrumentasi dan Pengukuran Ilmiah (KIPI) yang mendukung daya saing industri dan perekonomian nasional Merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi garda depan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah ekonomi dan finansial tinggi, serta yang mampu memberikan dampak signifikan bagi transformasi sosial dan masyarakat dalam waktu yang relatif singkat. Pengem79
bangan Kalibrasi, Instumentasi dan Pengukuran llmiah, baik fisika maupun kimia, sebagai satu kesatuan paket rujukan metrologi nasional. Sasaran yang ingin diwujudkan pada kegiatan ini adalah terbangunnya sistem standardisasi nasional yang mencakup pengukuran metrologi dan perangkat kalibrasi nasional 5) Pelaksanaan Litbang dan Aplikasi Teknologi Hasil Litbang serta Penerapan Aplikasi berkandungan iptek dan nilai tambah tinggi di daerah Penerapan ini terkait dengan hasil litbang yang berasal dari Program Divisional Cutting Edge. Terwujudnya hubungan kerja antara lembaga penelitian; Pemerintah Daerah dan dunia usaha/industri; Penerapan dan pengembangan hasil litbang LIPI di daerah yang berjejaring dengan Teknopolis. 6) Pengembangan Indonesian Knowledge Ring (Indo K-Ring) Terbangunnya jejaring pengetahuan relasi kompetensi litbang tematis regional-global antarlembaga litbang, pelayanan jasa komersial, dan pemangku kepentingan. Pendekatan yang dilakukan dapat melalui innovation fair yang memungkinkan interaksi dan adopsi inovasi hasil riset/produk berbasis KI milik LIPI dengan calon pengguna/ industri. 7) Pengembangan Pusat Keunggulan Manajemen Pengetahuan Inovatif dan Penguatan Masyarakat Berbasis Pengetahuan (Jakarta Green Knowledge Management Center) Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya sirkulasi pengetahuan dan inovasi yang dapat mendukung pengem– bangan kawasan inovatif, cluster-cluster pengetahuan dan peningkatan pelayanan jasa pengetahuan (bibliotainment). Termasuk di dalamnya pengembangan e-knowledge, berupa pengembangan sistem pengelolaan dokumentasi dan informasi ilmiah berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
80
3.2.3.2 Prioritas Pembangunan Iptek ke-2: Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (P3-Iptek) Dalam periode 2010–2014 LIPI menetapkan untuk melaksanakan 8 dari 10 prioritas Pembangunan Iptek ke-2, yaitu Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek. 1) Biologi Molekuler dan Bioteknologi Ledakan penduduk dewasa ini dan di masa yang akan datang di dunia termasuk khususnya di Indonesia merupakan tantangan yang paling berat yang akan terus dihadapi umat manusia. Setiap negara, termasuk Indonesia harus berupaya keras terutama untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan dan obat-obatan serta menyejahterakan rakyatnya. Sementara itu, lahan untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan itu pada kenyataannya semakin terbatas. Lahan yang terbatas ini juga mengalami degradasi dan penurunan daya dukung akibat ulah manusia yang tidak bijaksana dalam pemanfaatannya. Berbagai penyakit baru (new emerging deseases), termasuk penyakit infeksi dan degeneratif semakin sering diberitakan. Beban ini juga diperburuk dengan kondisi alam yang semakin tidak kondusif akibat pemanasan global. Litbang Biomolekuler dan Bioteknologi merupakan salah satu pilihan bagi bangsa ini untuk menghadapi krisis seperti yang diungkapan di atas. Cakupan kegiatan yang akan dilakukan dalam litbang biologi molekuler meliputi pemetaaan genom takson terpilih, mengungkap gen potensial, mengisolasi gen (perburuan gen potensial), dan merakit serta mengekspresikan gen penting untuk menyelesaikan isu strategis di bidang pangan (merakit kultivar atau breed baru yang responsif terhadap cekaman kekeringan atau rendaman dan merakit kultivar atau breed baru yang lebih sesuai dengan kondisi alam Indonesia saat ini), kesehatan (pengembangan protein terapeutik melalui rekayasa genetik dan pertanian molekuler/molecular farming), dan lingkungan (pengembangan tumbuhan dan konsortium mikroba 81
melalui kemampuan di bidang biologi molekuler dan biotek– nologi untuk keperluan pemulihan daya dukung lingkungan, termasuk di antaranya bioremediasi). Penelitian dalam bidang biologi melokuler dan bioteknologi diarahkan untuk menghasilkan hasil rekayasa genetika berupa: a) Galur bibit unggul tahan cekaman biotik (hama dan penyakit) dan abiotik (kekeringan dan salinitas); b) Bahan aktif untuk obat berbasis keanekaragaman hayati Indonesia; c) Biokatalis (enzim) untuk produksi obat dan peningkatan kualitas makanan; d) Paten rekayasa biologi molekuler dan bioteknologi; e) Paket teknologi pemanfaatan sumber daya hayati berbasis biologi molekuler dan bioteknologi; dan f) Publikasi ilmiah nasional dan internasional dalam bidang Biologi Molekuler dan Bioteknologi. 2) Ilmu Pengetahuan Alam Fokus pembangunan iptek di bidang ilmu pengetahuan alam mencakup litbang, sebagai berikut. a) Litbang kimia dan fisika. Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam hayati dan nonhayati yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam pembangunan bangsa. Penelitian dalam bidang kimia dan fisika ditujukan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin bahan alam, seperti CPO dan minyak hayati lainnya untuk menghasilkan bahan biodegradable polimer, aktif obat, bahan pangan fungsional dari bahan alam, serta pencarian material baru dan bahan baru berbasis selulosa. Dalam rencana 5 tahun ini, LIPI akan memfokuskan litbang di bidang ini dengan luaran, yaitu tersedianya teknologi dan contoh bahan atau material baru yang berbasis bahan alam.
82
b) Litbang Oseanografi
kan dampak pemulihan terumbu karang di beberapa wilayah perairan di Nusantara. Pembentukan Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) yang dikelola LIPI menjadi salah satu pendukung utama dalam upaya menyukseskan program pemulihan terumbu karang. Berangkat dari penyebaran terumbu karang dan sebaran UPT-UPT Oseanografi di wilayah timur yang berkesesuaian dengan wilayah CTI, maka LIPI berketetapan untuk ikut ambil bagian dalam program Coral, Fisheries and Food Security (CTI-CFF).
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas laut dua pertiga dari luas wilayah. Letaknya di wilayah tropis dan berada di antara dua samudra, yakni Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, menghasilkan dinamika lautan yang kompleks terlebih interaksinya dengan atmosfer telah memberikan kontribusi kepada perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Perubahan fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) di Samudra Pasifik dan dipole mode di Samudra Hindia pada tahun 1997 diketahui menyebabkan kekeringan yang serius di Indonesia. Dengan demikian, mempelajari dinamika laut sangat penting, baik bagi pemahaman perubahan iklim maupun untuk mengetahui distribusi sumber daya hayati laut yang selalu bergerak dinamis.
Bertolak dari hal di atas, maka litbang sumber daya laut ini diarahkan untuk membantu upaya nasional di bidang ketahanan pangan, perlindungan ekosistem pantai, antisipasi perubahan iklim dan kegiatan antropogenik lainnya, serta meningkatkan kelembagaan oseanografi.
Peran laut dalam menyerap karbon mendapat perhatian akhir-akhir ini. Meski masih terus menjadi perdebatan, Indonesia pada dasarnya sampai saat ini belum mempunyai data yang akurat tentang penyerapan karbon ini. Data rosot karbon di laut sangat diperlukan untuk menjawab kepastian tentang berapa rosot karbon yang diserap oleh perairan Indonesia. Perairan Indonesia juga menyimpan kekayaan sumber daya hayati. Indonesia juga memiliki terumbu karang yang sangat luas meski disayangkan sebagian dalam keadaan rusak akibat aktivitas manusia. Pemulihan kondisi terumbu karang dari kerusakan akibat pemanfaatan karang dan penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan ini harus terus dilakukan, terlebih setelah Deklarasi Coral Triangle Initiative (CTI) oleh 6 (enam) Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan bersamaan dengan World Ocean Conference (WOC) 2009 di Manado. LIPI yang merupakan insiator kegiatan ”Coral Reef Management Program (Coremap)” tahap I, dan kemudian dilanjutkan tahap II oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah memberi– 83
Litbang oseanografi diarahkan pada penelitian potensi sumber daya laut dan pesisir dengan fokus pada bahan baku obat dan makanan; energi baru dan terbarukan; upaya penanggulangan pencemaran di pantai dan dampak antropogenik; sistem informasi oseanografi; paket-paket desiminasi informasi oseanografi; dan pembuatan buku. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan melanjutkan Ekspedisi Widya Nusantara. Selain itu, litbang oseanografi juga diarahkan pada pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang di mana target yang ingin dicapai adalah informasi daya karbon rosot (carbon sink) dari mangrove, terumbu karang dan padang lamun; adaptasi terhadap dampak perubahan iklim; dan model peringatan dini ledakan mikroalgae. c) Litbang Keanekaragaman Hayati Indonesia Keanekaragaman Hayati merupakan tuntutan bagi bangsa Indonesia dengan alasan: (1) negara kita memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, baik dalam jumlah spesies maupun jumlah keanekaragaman hayati endemik (spesies yang tidak 84
dimiliki oleh bangsa lain, kecuali Indonesia) terbesar nomor dua di dunia, (2) dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak spesies asli Indonesia yang memiliki potensi ekonomi yang tidak ternilai harganya serta diyakini dapat memberikan kontribusi nyata pada peningkatan daya saing bangsa, (3) sedang terjadi kerusakan lingkungan hidup yang sangat tajam yang mengakibatkan laju kepunahan spesies di Indonesia terus meningkat sehingga negeri kita dimasukkan ke dalam daftar hot spot country, (4) menurunnya hutan asli secara drastis dan bahkan kawasan konservasi in-situ sementara kawasan konservasi ex-situ sangat terbatas jumlahnya.
kepunahan) masih menjadi prioritas LIPI untuk 5 tahun mendatang. Litbang di bidang keanekaragaman hayati Indonesia diharapkan dapat menambah kemampuan dalam penguasaan pengetahuan mendasar dan peningkatan kemampuan bangsa Indonesia untuk mengelola keanekaragaman hayati melalui eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi, valuasi dan pening– katan nilai tambah keanekaragaman hayati dan ekosistem dalam rangka: (a) mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global dan pencapaian MDGs; (b) pengelolaan keanekaragaman hayati untuk mengharmoniskan kegiatan konservasi dan pembangunan ekonomi; (c) pemanfaatan keanekaragaman hayati (biopropeksi) untuk menjawab tantangan di bidang pangan, energi, kesehatan, dan lingkungan; (d) penyelamatan tumbuhan Indonesia dari kepunahan melalui pembangunan kawasan konservasi exsitu dalam bentuk kebun raya dan atau kebun biologi daerah (memadukan konservasi, riset, pendidikan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan flora dan juga fauna serta sumber daya alam hayati Indonesia lainnya dan perbaikan lingkungan hidup dan industri pariwisata); (e) pengem– bangan Bioresource Center dan penyimpanan koleksi sumber daya jasad renik (Culture Collection atau InaCC); dan (f) peningkatan kesadaran publik tentang keaneka– ragaman hayati Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka kegiatan litbang keanekaragaman hayati yang akan dilakukan dalam 5 tahun mendatang meliputi: eksplorasi, bioprespeksi, konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam hayati (SDH) dan sumber daya genetik (SDG). Kegiatan ini diarahkan untuk menghasilkan: i) bibit unggul hasil seleksi, bahan baku industri, tanaman obat, pangan, hortikultura dan tanaman keras; ii) teknologi produksi bibit ternak unggul dan sistem produksi perternakan modern;
Namun demikian, dalam kondisi seperti disebutkan di atas, penemuan spesies baru masih terus berlanjut. Penemuan spesies baru ini bahkan mengalami akselerasi dalam 5 tahun terakhir ketika litbang keanekaragaman hayati Indonesia ini diperluas (semula terbatas pada kekayaan flora dan fauna) kepada jasad renik (mikroba). Memperhatikan hal tersebut di atas, kegiatan peningkatan koleksi rujukan dan pengembangan Bioresource Center (BRC) termasuk pengembangan pusat depositori kekayaan mikroba (Indonesia Culture Collection/InaCC); pelestarian (termasuk penyelamatan tumbuhan dari kepunahan melalui pembangunan kawasan konservasi ex-situ dalam bentuk kebun raya dan atau kebun biologi daerah, penyelamatan landskap ekosistem hutan, laut, perairan darat, dan lahan pertanian serta memperbaiki dan merehabilitasi lingkungan yang telah rusak); penggalian potensi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati, baik flora, fauna maupun jasad renik Indonesia disertai dengan inovasi dan peningkatan nilai tambah berdasarkan skala prioritas berbasis pada keunikan; urgensi (nilai manfaat untuk merespon pada permasalahan strategis di bidang pangan, kesehatan, dan lingkungan atau karena tingkat kelangkaan dan ancaman
85
86
iii) ditemukannya mikroorganisme yang adaptif terhadap dinamika lingkungan dan sekaligus dapat mengungkap mekanisme biokimia dalam proses peningkatan nilai tambah dan degradasi polutan; iv) tersedianya produk hasil teknologi bioproses termasuk biofertilizer, biokatalis, pangan fungsional, biofuel; dan v) paket teknologi bioprospeksi plasma nutfah untuk memproduksi bahan-bahan farmasi, ditemukannya bahan obat (antikanker, antianemia, antivirus, seperti untuk flu dan AIDS), serta tersedianya teknologi tentang produksi obat berbasis keanekaragaman hayati. Kegiatan litbang di bidang keanekaragaman hayati juga diarahkan untuk dapat meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan memperkuat komitmen LIPI sebagai otoritas ilmiah yang dibebankan negara kepada LIPI. Melalui kegiatan litbang di bidang keanekaragaman hayati, LIPI akan dapat lebih optimal dalam memberikan: timbangan ilmiah kepada pemerintah dalam melaksanakan konvensi internasional di bidang keanekaragaman hayati termasuk pelaksanaan CBD, CITES, Man and Biosphere Program UNESCO, Global Strategies for Plant Conservation, dan isu lain yang berkaitan dengan proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global dan pencapaian MDGs. 3) Energi, Energi Baru, dan Terbarukan Bertambahnya penduduk, peningkatan aktivitas perekono– mian serta peningkatan kualitas hidup menyebabkan kebutuhan akan sumber energi menjadi semakin besar. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan energi ini, terutama yang berasal dari bahan bakar minyak (BBM), tidak dapat diimbangi dengan produksi dari dalam negeri sehingga memaksa Indonesia menjadi negara pengimpor BBM. Bersamaan dengan itu, dampak dari berbagai aktivitas industri dan limbah, terjadi perubahan iklim global yang berdampak pada banyak hal. 87
Kedua hal ini menyebabkan bangsa Indonesia tidak hanya harus mencari berbagai sumber energi lain yang terbarukan untuk dapat memenuhi permintaan dari dalam negeri, tetapi juga perlu menguasai teknologi sehingga pemanfaatan sumber energi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan kualitas lingkungan dan dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat. Memperhatikan hal itu, maka LIPI mengarahkan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi guna meningkatkan kemampuan nasional dalam penguasaan teknologi energi nonfosil baru dan terbarukan dengan prioritas sebagai berikut. a) Teknologi pembuatan fuelcell, baterai padat, bahan bakar nabati (biofuel), bioethanol/biopremium, biogas dan biohidrogen dari biomassa, dan pemanfaatan panas surya untuk pembangkit tenaga listrik dan transportasi. Dalam periode 2010–2014, kegiatan difokuskan untuk mencari berbagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik dan bahan bakar untuk transportasi. Potensi yang berlimpah, seperti panas surya dan biomasa dan limbahnya akan menjadi perhatian utama. b) Penelaahan gambaran karakteristik, model penampang bawah permukaan, dan model sedimentasi; dan penelaahan teknik eksplorasi untuk temuan cadangan baru mineral dan energi. Kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi ini diarahkan agar: a) Tersedianya prototipe komponen dan stack fuelcell untuk transportasi dan stand alone power supply; b) Tersedianya teknologi produksi biogasolin untuk skala percontohan, dan teknologi produksi biohidrogen untuk skala laboratorium sampai skala percontohan dengan grid system; c) Tersedianya teknologi dan rancang bangun sistem pembangkit listrik sel surya; tersedianya prototipe pembangkit listrik tenaga surya secara langsung (concentrated solar power); 88
d) Dihasilkan gambaran karakteristik, model penampang bawah permukaan, dan model sedimentasi; tersedianya konsep eksplorasi untuk temuan cadangan baru mineral dan sumber energi. 4) Material Industri dan Material Maju Peningkatan kualitas hidup, meningkatnya kesadaran akan lingkungan dan semakin tingginya kebutuhan akan material struktur, material industri dan alat transportasi menyebabkan orang mencari material yang ramah lingkungan, tahan terhadap cuaca, mempunyai kekuatan struktur yang kuat, ringan, dan ekonomis. Pemenuhan kebutuhan ini di masa depan tidak mungkin tergantung akan teknologi dari luar negeri karena a) tidak mungkin mendapatkan alih teknologi dalam memproduksi material masa depan, dan b) di dalam negeri tersedia berbagai bahan baku, dalam jumlah besar, yang dapat dikembangkan. Memperhatikan hal itu, maka LIPI mengarahkan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi guna meningkatkan kemampuan nasional dalam penguasaan teknologi material, terutama material industri dengan prioritas target, meningkatnya kemampuan litbang dalam pengembangan material maju dan pemanfaatan nanoteknologi untuk mendorong perkembangan dan daya saing industri manufaktur. Kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi ini diarahkan agar mencapai luaran sebagai berikut. a) Tersedianya teknologi dan sistem untuk menghasilkan material maju untuk magnet dan material pendukung energi alternatif; b) Tersedianya material polimer dan non-polimer berbasis bahan alam lokal untuk aplikasi bidang kesehatan dan pertanian; pengembangan nanofiber/nanomaterial dan komposit untuk mendukung penyediaan produk tujuan di atas dan tersedianya contoh bahan baru/bahan pintar (smart materials) untuk penguatan material konstruksi;
89
c) Tersedianya paket teknologi produksi bionano komposit dan teknologi produksi bahan konstruksi ramah lingkungan skala kecil; d) Tersedianya contoh produk berbahan lokal untuk proses penyediaan air bersih, pengolahan limbah; e) Tersedianya teknologi proses pembuatan material bio– kompatibel; f) Di samping itu, juga ditargetkan tersedianya database bahan baku sekunder dan teknologi mineral tertentu, pemanfaatan sumber daya mineral dan bahan galian lain yang potensial; tersedianya sistem peralatan, teknologi proses dan hasil kajian tekno-ekonomi dalam pengolahan mineral dan material, manufaktur bahan logam dan teknologi hasil guna bahan. 5) Litbang Ilmu-Ilmu Perekayasaan Memperhatikan Kebijakan Industri Nasional (Perpres No. 28 Tahun 2008) di mana pembangunan industri nasional yang diarahkan pada pembangunan industri alat angkut, industri agro, dan industri telematika yang akan dijadikan industri andalan masa depan, maka untuk 5 tahun ke depan LIPI mengarahkan kegiatan litbang ilmu perekayasaan pada rancang bangun teknologi dan peralatan untuk: a) industri pengolahan pangan dan bahan kimia berbasis agro, b) industri informasi dan komunikasi, c) industri sarana transportasi ramah lingkungan, serta d) sistem monitoring dan pengendalian lingkungan, dan sistem deteksi yang diperlukan dalam penanggulangan bencana. Kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi ini diarahkan dengan luaran sebagai berikut. Tersedianya rancang bangun terkait teknologi informasi dan telekomunikasi; rancang bangun otomotif ramah lingkungan; rancang bangun teknologi pengolahan pangan; rancang bangun/contoh teknologi instrumentasi presisi; rancang bangun teknologi monitoring dan pengendalian lingkungan, serta rancang bangun/contoh instrumen pendeteksi dalam upaya penanggulangan bencana alam. 90
6) Informasi dan Komunikasi Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang lebih dari 17.500 dan dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 kilometer, kebutuhan akan teknologi dan sarana untuk informasi dan telekomunikasi terutama untuk menjaga keamanan dan untuk pengamanan NKRI sudah sangat dirasakan oleh berbagai pihak. Memperhatikan permasalahan yang muncul di masa lalu akibat dari ketergantungan ke negara lain, maka tersedianya teknologi informasi dan telekomunikasi dan sarana untuk memonitor, menjaga keamanan dan pengamanan wilayah darat, laut, dan udara; teknologi dan sarana untuk subsistem alutsista; teknologi dan sarana antisipasi ancaman nubika, merupakan hal mendesak yang perlu dibangun di dalam negeri. Dalam rencana 5 tahun ini, LIPI akan memfokuskan litbang di bidang ini dengan luaran sebagai berikut. a) Tersedianya sistem pemantauan dan penyigian (monitoring and surveillance) cerdas, multisensor dan multiwahana, hemat energi, cepat pasang dan laksana (rapidly deployed), baik versi militer maupun versi sipil yang dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan keamanan, lingkungan hidup maupun untuk kepentingan pemantauan peristiwa-peristiwa ilegal (illegal events); dan b) Tersedianya sistem komunikasi dan sarana deteksi lalu lintas laut dalam bentuk Rancang Bangun Sistem Radar Pengawas Pantai dan Rancang Bangun Sistem Radar Maritim untuk Pengawasan Perairan Indonesia. Kegiatan ini ditujukan untuk penelitian perangkat keras dan lunak dari sistem radar termasuk pembuatan perangkat pengolahan citra radar. 7) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim Bumi merupakan planet yang dinamis dan ditandai dengan pergerakan lempeng litosfer yang menghasilkan deformasi litosfer. Gerak-gerak dinamis ini dimanifestasikan dalam bentuk pelepasan energi, baik sebagai gerak-gerak vertikal, gempa bumi 91
maupun gunung api. Di satu sisi pergerakan ini dalam rentang waktu jutaan hingga ribuan tahun menghasilkan cebakancebakan ekonomis yang diperlukan manusia antara hidrokarbon, energi panas bumi, mineral maupun sumber daya air tanah. Bumi, khususnya pada bagian kerak bumi pada bagian paling atas berinteraksi dengan biosfer (termasuk di dalamnya aktivitas manusia), hidrosfer, dan atmosfer. Interaksi tersebut sangat kompleks dan terekam dalam formasi batuan. Perubahan iklim di masa lalu, jejak-jejak gempa bumi dan tsunami, letusan gunung api, hingga jejak peradaban di masa lalu tersimpan dengan baik dalam formasi-formasi batuan berumur muda (kuarter). Dengan mempelajari rekaman tersebut dapat dikenali karakter perubahan di masa lalu yang dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan yang akan datang. Ledakan populasi manusia beserta aktivitasnya yang semakin meningkat menyebabkan semakin terancamnya sumber daya alam yang ada. Interaksi tersebut sangat intens sejak tiga abad terakhir. Salah satu kontribusi aktivitas manusia adalah akumulasi gas rumah kaca (GRK) yang meningkat yang terutama disumbangkan oleh industri. Penambahan GRK ini diyakini menyumbang pada pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan luas laut yang besar serta terletak di wilayah tropis akan menghadapi persoalan serius di masa depan. Sumber daya air adalah sumber daya paling vital bagi kehidupan akan menghadapi ancaman (terganggu) di masa depan. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang disesuaikan dengan daya dukung kewilayahan dan melalui pendekatan multidisiplin, termasuk ilmu pengetahuan sosial. Dengan memahami karakter wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk hidrologi pulaupulau kecil dan wilayah pantai dapat disiapkan rencana aksi adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan jalam memahami earth systems yang menyangkut interaksinya dengan lingkungannya, maka hasil dari litbang ini adalah meningkatnya penguasaan sistem ilmu-ilmu kebumian dan penerapannya dalam pemahaman masalah kebencanaan, 92
dinamika dan sumber daya perairan terestris, eksplorasi, pengolahan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan energi, dan sistem informasi kebumian. Dalam konteks dinamika pembangunan nasional, permasalahan litbang kebumian ini dapat dibagi menjadi dua fokus. Fokus pertama adalah litbang geoteknologi yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mitigasi dan adaptasi bencana kebumian dan inovasi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kebumian, termasuk di dalamnya sumber daya mineral dan energi serta sumber daya lahan. Litbang geoteknologi diharapkan dapat memberikan luaran sebagai berikut. a) Tersedianya model mitigasi serta pengurangan risiko bencana alam; tersedianya model pengurangan/penanggulangan pencemaran lingkungan; tersedianya konsep penataan ruang wilayah berbasis SDA dan bencana; b) Tersedianya konsep pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air dan lahan untuk pengembangan wilayah; tersedianya konsep eksplorasi mineral dan energi; c) Tersedianya prototipe material substitusi untuk industri farmasi; dan d) Tersedianya sistem dan informasi kebumian untuk pengembangan wilayah berbasis SDA dan bencana. Fokus kedua adalah litbang limnologi untuk meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu kebumian terkait dengan sumber daya perairan darat dan pendayagunaannya untuk pembangunan nasional. Luaran litbang limnologi sebagai berikut. a) Tersedianya fasilitas litbang limnologi yang memadai; tersedianya informasi dasar karakter sumber daya perairan darat untuk mendukung strategi pengelolaannya; tersedianya konsep penataan potensi sumber daya air dan lahan untuk pengembangan wilayah; tersedianya rekomendasi konsep pengelolaan perairan danau; tersedianya konsep tentang proses limnologi dan produktivitas perairan; b) Tersedianya model respons ekosistem perairan darat terhadap parameter perubahan iklim global; 93
c) Tersedianya model respons toksikologi biota perairan darat terhadap bahan pencemar, sistem teknologi monitoring dan pengendalian pencemaran, dan teknologi rekayasa penanggulangan ekohidrologis; d) Tersedianya model dinamika ekologis untuk daya dukung sumber daya perairan darat, konsep pengelolaan sumber daya perairan darat berbasis masyarakat (co-management), dan teknologi rekayasa habitat untuk pemulihan populasi biota perairan darat yang terancam punah. 8) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Tiga tema penting yang akan mengemuka di masa depan adalah globalisme-regionalisme, ketahanan nasional, dan good governance. Dalam pelaksanaan litbang di LIPI, tema globalisme-regionalisme diturunkan ke dalam lima isu strategis, yaitu migrasi internasional, integrasi ekonomi, kerja sama politik, cultural understanding, dan security. Tema ketahanan nasional mencakup isu-isu strategis, yaitu pengurangan kemiskinan, manajemen dan resolusi konflik, pengelolaan pertahanan keamanan, nasionalisme, religiusitas dan etnisitas, pengembangan sumber daya manusia, ekonomi alternatif (kreatif dan syariah), energi dan ketahanan pangan, pengelolaan lingkungan, pertambangan dan industri, budaya maritim, demokrasi dan masyarakat madani. Sementara tema good governance meliputi 6 isu strategis, yaitu (1) distribusi dan pemerataan pembangunan, (2) desentralisasi dan otonomi daerah, (3) pengelolaan aset negara dan daerah, (4) hubungan antarlembaga, (5) reformasi birokrasi, dan (6) pembangunan hukum. Berbagai isu tersebut menjadi sangat strategis guna mengantisipasi dinamika sosial menyongsong era 2015. Kehidupan masyarakat bersifat dinamis, sesuai dengan perubahan kebutuhan manusia. Perubahan sosial itu diantisipasi melalui rekayasa sosial (kebijakan sosial) agar menghasilkan masyarakat yang produktif. Logika ini pula yang dijadikan landasan penting dari dibangunnya perencanaan strategis 94
(renstra) penelitian dinamika sosial secara integratif dalam menyongsong tahun 2015. Rekayasa sosial ini membutuhkan berbagai instrumen ilmiah dan terukur agar prediksi dan proyeksi hasil dari rekayasa sosial tersebut dapat dikalkulasi secara lebih dini dan akurat. Melalui kegiatan prioritas pada Litbang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan diharapkan terwujud penguasaan, pengembangan, dan penerapan iptek dalam ilmu-ilmu sosial, inovasi ekonomi, budaya, perilaku dan kognitif, serta hukum dan politik. a) Litbang Iptek Sosial Termanfaatkannya hasil-hasil kajian untuk pengembangan ilmu pengetahuan sosial dan kebudayaan terkait globalisasi dengan segala dimensi, problematika dan segala implikasinya; Dihasilkannya model/pendekatan baru dalam memperkuat ketahanan nasional, meningkatkan kemajuan ekonomi, kesejahteraan dan kepentingan masyarakat; Dihasilkannya konsep dan rumusan kebijakan untuk secara integratif melakukan rekayasa sosial guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Terselesaikannya kajian ilmu sosial dan kemanusiaan untuk keutuhan NKRI, pengembangan dan perlindungan kekayaan budaya (pencegahan kepunahan bahasa masyarakat lokal).
pengetahuan, layanan jasa dan konsentrasi tematik iptek dalam kawasan tertentu.
3.2.4 Struktur Program Sejalan dengan prioritas di atas, maka untuk mempercepat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, LIPI dalam melaksanakan programnya menetapkan strukturisasi yang didasarkan pada penguatan kapasitas dan kompetensi satkersatker, pendekatan terpadu multidisplin, serta menjawab isu-isu nasional dan internasional. Program Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Iptek LIPI disusun dalam 5 (lima) kelompok. 1) Kelompok Penelitian Lanjut (Advanced Researches) Kelompok ini dirancang untuk melakukan kegiatan penelitian lanjut di berbagai bidang keilmuan yang sejajar dengan penelitian lanjut di berbagai lembaga riset lainnya di dunia dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan mendukung pembangunan nasional. Kelompok ini ditujukan khusus untuk kegiatan LIPI yang akan membawa LIPI berada pada aras iptek global. Kelompok ini akan diisi oleh beberapa kegiatan terpilih yang sifatnya benar-benar suatu frontier researches. Kegiatan ini hanya dapat diisi oleh peneliti yang mampu membangun jaringan/network internasional dan melakukan suatu kegiatan riset yang menjadi perhatian/pertarungan tingkat global dengan outcome berkelas dunia seperti publikasi pada jurnal international, world class discovery, world class invention, dan sitasi internasional. Salah satu kegiatan untuk menjalankan subprogram ini adalah dengan membangun International Center for Interdisciplinary Advanced Research (ICIAR).
b) Pengembangan dan Penyusunan Indikator Inovasi, Iptek, dan Statistik dan Direktori Inovasi Iptek Tersusunnya buku indikator Inovasi Iptek Nasional yang komprehensif dan mutakhir. c) Ketahanan dan daya saing wilayah serta masyarakat pesisir Termanfaatkannya hasil-hasil litbang untuk peningkatan ketahanan dan daya saing wilayah serta masyarakat pesisir. d) Pembangunan Wilayah dan Valorisasi Iptek Terintegrasikannya pendekatan penciptaan nilai dari iptek ke dalam kebijakan pembangunan wilayah melalui sirkulasi
95
96
2) Kelompok Penelitian Mendasar (Basic Strategic Research)
nomian nasional. Keberhasilan inkubasi sangat ditentu– kan oleh program dukungan pada tahap pascainkubasi seperti berbagai layanan yang disediakan oleh science park. Tanpa langkah integratif ini tingkat keberhasilan inkubasi pada umumnya sangat rendah. Di Indonesia di bawah 30% versus di atas 80% di negara-negara anggota OECD, Cina, dan Taiwan dengan program integratif tersebut. b) Kegiatan pemanfaatan iptek hasil litbang dan keahlian LIPI untuk Pembangunan Daerah (Iptekda-LIPI). c) Pengembangan konsep-konsep etika keilmuan termasuk bioetika. d) Pengembangan kerja sama dengan berbagai pihak.
LIPI mempertimbangkan perlunya pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasarkan pada penelitian mendasar dan strategis yang akan menghasilkan ilmu pengetahuan baru maupun pendalaman atas pengetahuan yang sudah ada, yang akan diperlukan untuk pembangunan di masa depan. Penelitian mendasar ini merupakan pilar penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air. Kelompok ini ditujukan khusus untuk pelaksanaan penelitian mendasar dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, baik di bidang eksakta, sosial dan kemanusiaan. Penelitian mendasar ini diperlukan untuk menunjang pembangunan teknologi yang akan diperlukan dalam pembangunan nasional di kemudian hari.
4) Kelompok Penelitian Interdisiplin (Interdiciplinary Researches) Kelompok ini untuk membangun kegiatan litbang yang interdisiplin antarsatker, menyinergikan berbagai keahlian dan kemampuan yang ada di LIPI untuk melaksanakan kegiatan prioritas LIPI dalam rangka menghasilkan produk litbang yang prospektif dan strategis melalui cara yang kompetitif dan selektif. Kegiatan dalam kelompok ini mengikuti rancangan yang disusun secara Top-Down. Kegiatan dalam kelompok ini dilaksanakan antara lain melalui Kegiatan Kompetitif LIPI.
3) Kelompok Penelitian Divisional Cutting Edges Sudah sejak lama dirasakan sulitnya membangun kerja sama dengan pihak lain terkait yang dianggap potensial, terutama industri, dalam upaya meningkatkan pemanfaatan dan menerapkan hasil penelitian LIPI. Untuk itu mulai tahun 2010, LIPI melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang ditujukan untuk mencari terobosan dalam implementasi hasil litbang ini. Kelompok ini ditujukan untuk menjawab tantangan/isu nasional yang memerlukan berbagai keahlian maupun hasil litbang LIPI dan sekaligus melibatkan pihak eksternal LIPI.
5) Kelompok Penelitian Tematik (Competency Building Researches) Untuk membangun kemampuan organisasi dalam menjalan– kan tugas pokok dan fungsi LIPI menetapkan Kelompok Penelitian Tematik.
Kegiatan dalam kelompok ini dilaksanakan antara lain melalui: a) Kegiatan Inkubator Teknologi dan Bisnis, yang terintegrasi dalam taman pengetahuan (science park)/ teknopolis untuk meningkatkan kemampuan alih tekno– logi dan adopsi inovasi oleh industri dan pengguna lainnya dalam rangka peningkatan daya saing pereko97
Kelompok Penelitian Tematik ini ditujukan untuk mem– bangun kompetensi lembaga di bidang yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja guna peningkatan kualitas peneliti, terutama peneliti yunior, dan meningkat– 98
kan kemampuan personil fungsional lainnya, agar memiliki keahlian di bidang ilmu yang direncanakan. Keseluruhan 5 (lima) kelompok ini bila digambarkan secara skematis membentuk kerucut dan puncaknya adalah Advanced Researches seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.2. Kelima kelompok tersebut akan didukung oleh perencanaan anggaran, kemampuan SDM, dan kompetensi inti, ketersediaan sarana dan prasarana riset, difusi hasil litbang dan pemanfaatannya oleh masyarakat (terutama industri dan stakeholders lainnya), serta mengikuti perkembangan iptek yang terjadi (state of the art). Matriks keterkaitan berbagai Program Dasar dan Kelompok dalam Program Teknis LIPI untuk tahun 2010–2014 dengan RPJMN 2010–2014 diperlihatkan dalam Tabel 3.2 dan 3.3.
Tabel 3.2 Matriks Program Dasar dan Program Teknis–LIPI dan Kaitannya dengan Prioritas Pembangunan Iptek dalam RPJMN 2010–2014
No Program LIPI Program Dasar 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LIPI lainnya. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur LIPI 3. Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur LIPI. 4. Program Penelitian dan Pengembangan LIPI. 5. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur LIPI. Program Teknis 6. Program Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Gambar 3.2 Skematis Struktur Kelompok Kegiatan LIPI 2010–2014
99
100
Prioritas Pembangunan Iptek Sistem Inovasi Nasional: Penataan Kelembagaan Iptek Sistem Inovasi Nasional: Penguatan Sumber Daya Iptek Sistem Inovasi Nasional: Penguatan Jaringan Iptek P3-Iptek: Ilmu Sosial dan Kemasyarakatan Sistem Inovasi Nasional: Penataan Kelembagaan Iptek
Sistem Inovasi Nasional: x Penguatan Sumber Daya Iptek x Penguatan Jaringan Iptek P3-Iptek
Tabel 3.3 Matriks Kelompok dan Kegiatan LIPI 2010–2014 dengan Prioritas Bidang 2 (P3 Iptek) dan 11 Prioritas Nasional dalam RPJMN 2010– 2014 No 1.
2. 3.
4.
Kelompok Penelitian Lanjut (Advanced Research)
Penelitian Mendasar (Basic strategic Research) Penelitian Interdisiplin (Interdisiplinary Research) Dilaksanakan secara: Kompetitif Lintas satker Penelitian Tematik Dilaksanakan secara: Bottom Up Dalam satu atau lebih satker
Penelitian Divisional Cutting Edge Dilaksanakan secara: Top Down Lintas satker/organisasi
Kegiatan Litbang/Kegiatan (terkait Bidang 2 :P3 Iptek) 1) ICIAR: a) Biogeodynamics and sustanable environment; b) Climate change and disaster risk reduction; c) Coastal community resilience; d) Food, health and biomedical sciences; e) Advanced green materials; f) Conflict and crisis resolution, and intercultural studies. 2) Riset Lanjut dalam 8 litbang prioritas P3-Iptek RPJMN 2010– 2014 dan bidang lain terpilih yang ditetapkan oleh Ka LIPI. 1) Delapan bidang prioritas P3IPTEK dalam RPJMN (2010– 2014): a) Biologi Molekuler, Bioteknologi dan Kedokteran b) Ilmu Pengetahuan Alam c) Energi, Energi baru, dan Terbarukan d) Material Industri dan Material Maju e) Industri, Rancang Bangun dan Rekayasa f) Informatika dan Komunikasi g) Ilmu Kebumian dan Perubahan iklim h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan 2) Bidang lain yang ditetapkan menjadi prioritas di LIPI dan Satuan Kerja yang ditetapkan oleh Ka LIPI. 1) INKUBATOR. 2) Iptekda 3) Kegiatan lain yang terpilih ditetapkan oleh Ka LIPI.
Prioritas Nasional Prioritas 5, Prioritas 8, Prioritas 9, Prioritas 11.
3.2.5 Target Capaian dan Rencana Anggaran Target capaian dari berbagai kegiatan dalam program 2010–2014 LIPI diperlihatkan dalam Lampiran. Demikian pula rencana detail anggaran diperlihatkan dalam Lampiran 2.
3.2.6 Indikator Kinerja Dalam upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsi LIPI menyusun program dan sasaran seperti yang dijelaskan di atas. Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam melaksanakan program, maka LIPI menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU), Key Performace Indicators (KPI), yang digunakan sebagai alat untuk mengukur kemajuan LIPI dan sekaligus untuk mengevaluasi kemajuan program menuju ke arah pencapaian Sasaran/Tujuan. Di samping itu, LIPI juga menetapkan Indikator Kinerja yang digunakan untuk mengukur hasil dari setiap program/kegiatan yang dilakukan. LIPI menetapkan rencana program 2010–2014 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang 2030, seperti yang diuraikan dalam bagian 3.2.3 di atas. Untuk tahun 2010, subprogram dan kegiatan yang direncanakan adalah sebagaimana yang diuraikan berikut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Bab II bahwa tujuan LIPI adalah: 1) Memperkuat kompetensi inti (melalui penelitian, pengembangan) untuk menciptakan dan menemukan pengetahuan baru yang berdampak luas. 2) Meningkatkan nilai invensi (penciptaan) dan penemuan yang diintegrasikan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya inovasi bernilai ekonomi. 3) Mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good governance. 4) Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) dan humanis melalui diseminasi pengetahuan.
Prioritas 5, Prioritas 8, Prioritas 9, Prioritas 11
Prioritas 5, Prioritas 8, Prioritas 9, Prioritas 11
Prioritas Nasional : Prioritas 5 : Ketahanan Pangan-* Prioritas 8 : Energi Prioritas 9 : Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Prioritas 11: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
101
102
5) Turut memperjuangkan kepentingan nasional dan posisi tawar Indonesia di dunia internasional. 6) Meningkatkan kontribusi dan keterlibatan ilmiah Indonesia pada aras internasional. 7) Meningkatkan, memelihara, dan memanfaatkan sarana/prasarana penelitian. 8) Memantapkan sistem manajemen kelambagaan. Untuk mengukur pencapaian tujuan-tujuan tersebut, LIPI menetapkan indikator keberhasilan, yakni IKU, dan dalam menetapkan indikator keberhasilan tersebut LIPI memperhatikan beberapa hal yang memengaruhi, sebagai berikut. a) Aspek finansial (contoh: jumlah PNBP, grant, loan, lisensi pemanfaatan HKI); b) Aspek pengguna (contoh: jumlah pengguna/industri yang memanfaatkan hasil, jumlah UMKM yang mengadopsi hasil litbang LIPI, jumlah pemda yang memanfaatkan saran, dan sebagainya); c) Aspek ilmiah (contoh: jumlah jurnal, HKI, dan sebagainya); d) Aspek proses internal (contoh: perkembangan jumlah SOP yang disusun, perbaikan pola pengelolaan, dan sebagainya); dan e) Aspek pertumbuhan dan pembelajaran SDM (contoh: jumlah SDM dan peningkatan jenjang pendidikan SDM). Indikator Kinerja Kegiatan Teknis Indikator kinerja yang menunjukkan perkembangan hasil dari kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi LIPI dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang menggambarkan jumlah: a) dokumen kekayaan intelektual; b) produk, baik berupa perangkat keras maupun lunak; c) naskah saran kebijakan; d) kegiatan dan partisipasi masyarakat dalam proses diseminasi dan pemasyarakatan iptek; 103
e) kegiatan dan partisipasi dalam organisasi ilmiah nasional dan internasional. 3.2.6.1 Kekayaan Intelektual LIPI Kekayaan Intelektual, baik yang didaftarkan maupun yang tidak didaftarkan merupakan salah satu bentuk dari hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi yang dilakukan oleh LIPI. Hak Kekayaan Intelektual, HKI, (Intellectual Property Right), yang terdiri atas Hak Kekayaan Industri dan Hak Cipta serta hak yang terkait, merupakan satu mekanisme dasar bagi pengembangan ekonomi, sosial dan budaya suatu bangsa. HKI bukan saja penting bagi perlindungan intelektual hasil karya bangsa, tetapi juga menjamin penggunanya sehingga menghasilkan suatu keuntungan dari produk/jasa hasil litbang yang dimanfaatkan. Kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi sangat erat hubungannya dengan HKI. Kegiatan tersebut secara kontinu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjamin kelangsungan pembangunan negara dan kemampuan kompetisi ekonominya. Peranan teknologi dan inovasi nasional dalam perekonomian Republik Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi pendaftaran paten domestik 10 tahun terakhir, yang rata-rata 388 permohonan paten/tahun atau sekitar 9,8% dari total permohonan paten di Indonesia (Data 2007). Separuh dari permohonan dari domestik tersebut berupa paten sederhana. Prestasi pendaftaran paten Indonesia secara global juga belum menggembirakan karena permohonan hanya 1,76 paten/juta penduduk dibandingkan rata-rata dunia yang mencapai 150 paten/juta penduduk pada tahun 2004. Dalam bidang hak cipta, meski sudah ada perbaikan, Indonesia pada tahun 2007 masih termasuk dalam kriteria negara yang tinggi tingkat pembajakan perangkat lunak. Indikator tersebut mengisyaratkan bahwa industri Indonesia, sebagian besar masih 104
mengandalkan teknologi dan know how publik domain ataupun lisensi dari teknologi asing. Padahal, sukses suatu usaha di era global sekarang ini, sangat tergantung pada kemampuannya untuk selalu memperbaharui diri, terutama dalam hal teknologi dan berinovasi. Di kebanyakan industri, HKI khususnya paten dan eksploitasinya memegang kunci yang sangat penting dalam komersialisasi suatu produk. Oleh karena itu, industri perlu memiliki strategi pengelolaan HKI sebagai bagian dari perencanaan dan strategi bisnisnya. Di Indonesia, kaitan antara lembaga litbang dengan sektor riil masih sering dikeluhkan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem inovasi belum berjalan dengan baik. Karena itu alih teknologi dari lembaga penelitian dan pengembangan ke pengguna, terutama industri, masih menjadi pertanyaan banyak pihak. LIPI, dalam upaya merealisasikan salah satu misinya, yaitu turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan, menyusun upaya sistematis untuk mentransfer hasil litbangnya ke industri/masyarakat. Untuk itu, alih teknologi berbasis HKI kepada publik difasilitasi dengan kebijakan internal maupun eksternal yang mendukung, mengingat masih banyak kalangan yang belum terbiasa dengan isu ini. Untuk itu, LIPI menyusun beberapa langkah strategis yang akan dilakukan, antara lain: 1) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia LIPI di bidang HKI (kepedulian, kesadaran, dan keahlian) dan menentukan target capaian HKI di tiap satuan kerja; 2) Melakukan IP clearance untuk kegiatan komersialisasi hasil litbang; 3) Membangun portofolio HKI, khususnya paten melalui berbagai riset dan program unggulan LIPI; 4) Mendorong upaya alih teknologi dan komersialisasi teknologi/hasil riset berbasis HKI LIPI; 5) Menghargai HKI dengan menghindari pembajakan, termasuk berupaya menyediakan software berlisensi 105
maupun open source untuk seluruh sivitas sesuai spesifikasi yang diperlukan; 6) Menegakkan aturan kepemilikan HKI sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan (PPK) LIPI; 7) Memberikan penghargaan dan insentif kepada inventor maupun inovator dan pelaku iptek terkait dalam memotivasi dan menyukseskan terjadinya proses inovasi (dari temuan sampai adopsi inovasi oleh pengguna). Dengan langkah strategis tersebut, LIPI merencanakan pendaftaran 1 paten per 10 peneliti di bidang teknis per tahun, dan diharapkan akan dapat direalisasikan. Dengan target capaian ini, LIPI mengupayakan untuk meningkatkan partisipasi nyata dalam meningkatkan jumlah paten domestik per juta penduduk. Upaya ini perlu terus menerus dilakukan agar Indonesia tidak kembali dikategorikan ke dalam Priority Watch List Countries. Indikator untuk menunjukkan capaian LIPI dalam hal ini dicerminkan oleh jumlah berbagai bentuk kekayaan intelektual yang dihasilkan, sedangkan indikator kinerja utama adalah jumlah HKI LIPI yang dimanfaatkan oleh berbagai kalangan dalam masyarakat. Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Utama disusun seperti Tabel 3.4.
106
Tabel 3.4 Indikator Kinerja dan IKU terkait Dokumen Kekayaan Intelektual Terlindungi Tujuan 1)
2)
Memperkuat kompetensi inti (melalui penelitian dan pengembangan) untuk menciptakan dan menemukan pengetahuan baru yang berdampak luas; Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) melalui diseminasi pengetahuan.
Kegiatan Berbagai topik kegiatan litbang dan inovasi, baik yang diusulkan secara bottomup maupun topdown.
Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Utama
Jumlah dokumen usulan Jumlah HKI yang dipakai perlindungan kekayaan masyarakat industri: a) paten, b) merek, c) desain, d) perjanjian rahasia dagang, e) perlindungan tata letak sirkuit terpadu, f) perlindungan varietas tanaman, dan sebagainya. 2) Jumlah usulan perlindungan Hak Cipta. 3) Jumlah terbitan : a) buku, b) jurnal, c) makalah, d) prosiding, e) leaflet, dan sebagainya 4) Jumlah peta, gambar, sketsa, dan sebagainya. 1)
3.2.6.2 Contoh produk, baik berupa perangkat keras maupun lunak
mendorong peningkatan kemampuan dalam menghasilkan produk contoh tersebut, serta upaya untuk memasyarakatkan hasil litbang tersebut, LIPI menyusun beberapa langkah strategis antara lain: 1) Membangun kapasitas LIPI terkait dengan pentingnya upaya menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan khusus; 2) Menyinergikan kegiatan riset yang dilakukan berbagai satuan kerja; 3) Membuat aliansi/kerja sama bisnis dengan industri, terutama UMKM berbasis ekonomi kreatif, dalam rangka alih teknologi; 4) Memfasilitasi program inkubasi teknologi berbasis HKI LIPI; 5) Memberikan penghargaan dan insentif kepada inventor maupun inovator dan timnya yang produk litbangnya dimanfaatkan masyarakat. Dengan langkah strategis tersebut, LIPI merencanakan untuk menghasilkan berbagai produk yang akan dapat dimanfaatkan oleh industri, terutama UMKM dan untuk pihak berkepentingan lainnya. Untuk mengukur kemajuan dalam hal ini, LIPI menetapkan Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Utama seperti Tabel 3.5.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai satuan kerja LIPI menghasilkan berbagai bentuk hasil penelitian, pengembangan, dan inovasi dalam upaya menjawab kebutuhan saat ini dan perkiraan keperluan masa depan. Berbagai bentuk produk ini, baik yang dihasilkan pada skala kecil di laboratorium maupun pada skala yang lebih besar berupa produk dari skala pilot, ditawarkan ke calon pengguna potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka menunjang aktivitas ekonomi. Berbagai contoh produk kegiatan litbang dan inovasi seperti contoh alat maupun sistem peralatan, contoh barang, contoh sirkuit terpadu, maket, dan sebagainya merupakan indikator kemajuan dari kegiatan litbang yang dilakukan. Untuk 107
108
Tabel 3.5 Indikator Kinerja dan IKU terkait Produk Hasil Litbang dan Inovasi Tujuan Meningkatkan nilai invensi (penciptaan) dan penemuan yang diintegrasikan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya inovasi bernilai ekonomi Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) melalui diseminasi pengetahuan.
Kegiatan
Indikator Kinerja (jumlah dari contoh)
Berbagai 1) Berbagai bentuk kegiatan peralatan/alat/sistem litbang yang peralatan ditujukan untuk menghasilkan produk contoh.
Indikator Kinerja Utama Jumlah contoh produk litbang yang dipakai masyarakat/pengguna.
2) Software 3) Produk kimia/produk pakan/pangan/obat/bah an aktif 4) Sirkuit terpadu
Dalam upaya meningkatkan kemampuan di bidang tersebut, maka LIPI menyusun beberapa langkah strategis, antara lain: 1) Membangun kapasitas LIPI dan mengikuti perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat, serta perkembangan peraturan dan kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah; 2) Membuat aliansi dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun instansi terkait lainnya; 3) Memberikan penghargaan dan insentif kepada peneliti dan timnya yang dapat menghasilkan dokumen yang mem– punyai dampak signifikan dan mengangkat citra LIPI. Untuk mengukur kemajuan dalam hal ini, LIPI menetap– kan Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Utama seperti tersusun dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6 Indikator Kinerja dan IKU terkait Naskah Saran Kebijakan
3.2.6.3 Dokumen saran kebijakan
Tujuan
Sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian-bagian di atas bahwa salah satu program litbang LIPI adalah kegiatan yang ditujukan untuk menelaah perkembangan, perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam masyarakat, serta perkembangan kebijakan pemerintah. Salah satu bentuk dari hasil penelitian dan kajian yang dilakukan oleh LIPI dalam bidang ini adalah dokumen saran kebijakan serta draf berbagai bentuk peraturan perundangan yang disampaikan pada pemerintah pusat, daerah, dan pada pihak lain yang berkepentingan. Mengacu pada peraturan yang terkait dengan Hak Cipta, maka LIPI mendukung bahwa hasil penelitian berupa dokumen-dokumen sejenis ini tidak dikelompokkan dalam kelompok Hak Cipta, dan dengan demikian LIPI menetapkan indikator kinerja yang terpisah dari indikator kinerja dalam bagian kekayaan intelektual di atas.
109
Mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good governance Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) melalui diseminasi pengetahuan
110
Kegiatan
Indikator Kinerja
1) Jumlah naskah Berbagai kegiatan saran kebijakan yang ditujukan untuk menghasilkan saran kebijakan, dan draft dokumen peraturan/ perundang-undangan. 2) Jumlah draft peraturan/saran peraturan/draf RUU
Indikator Kinerja Utama Jumlah saran kebijakan yang dipakai oleh pengguna atau target.
3.2.6.4 Kegiatan Dalam Organisasi Ilmiah Nasional dan Internasional
3.2.6.5 Kegiatan dalam Program Dasar
Dalam upaya meningkatkan peran Indonesia, dalam hal ini LIPI, di lembaga ilmiah regional dan internasional seperti disebutkan dalam Bab I, guna memperjuangkan kepentingan nasional di aras global, LIPI melakukan berbagai kerja sama dan aktivitas serta berperan aktif dalam berbagai lembaga regional dan internasional, baik yang bersifat bilateral maupun multilateral. Dalam upaya meningkatkan kemampuan di bidang tersebut, maka LIPI menyusun beberapa langkah strategis antara lain: 1) Membangun kapasitas LIPI melalui pertemuan dan diklat terkait; 2) Mengikuti perkembangan yang terjadi serta perkembangan peran Indonesia dalam bidang ilmiah di organisasi terkait; 3) Berpartisipasi aktif dalam berbagai organisasi ilmiah regional dan internasional. Untuk mengukur kemajuan dalam hal ini, LIPI menetapkan Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Utama yang disusun dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7 Indikator Kinerja dan IKU terkait Aktivitas dalam Organisasi Ilmiah Tujuan Memperjuangkan kepentingan nasional dan memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional.
Kegiatan Partisipasi aktif dalam berbagai organisasi ilmiah regional dan internasional.
Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Utama
Jumlah partisipasi 1) Peran LIPI dalam dalam berbagai berbagai Organisasi Ilmiah aktivitas ilmiah Nasional. regional dan internasional, seperti: a) Konferensi; 2) Peran LIPI/ b) Seminar; Indonesia dalam c) Workshop; berbagai organisasi ilmiah d) Expert meetings; internasional. e) Wakil negara dalam pertemuan regional dan internasional.
111
Untuk mendukung dan mengelola kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi, LIPI menyusun berbagai aktivitas untuk mengelola proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi serta pembangunan sumber daya. Untuk mengukur kemajuan tersebut, LIPI menetapkan Indikator Kinerja untuk Program Dasar seperti dalam Tabel 3.8. Tabel 3.8 Indikator Kinerja dan IKU terkait Aktivitas Pengelolaan Proses Internal dan Promosi (Program Dasar) Tujuan a) Mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good corporate governance (di LIPI); b) Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) melalui diseminasi pengetahuan; c) Meningkatkan, memelihara, dan memanfaatkan sarana/prasarana penelitian; d) Memantapkan sistem manajemen kelembagaan.
112
Kegiatan a) Perencanaan, penganggaran, verifikasi dan perbendaharaan; b) Pengembangan jaringan kerja sama penelitian dan pemasyarakatan Iptek; c) Penataan, pengembangan organisasi dan SDM; d) Penatausahaan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana; e) Pembinaan, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan peneliti; f) Pengukuran dan penelitian perkembangan iptek.
Indikator Kinerja a) Persentase koordinasi kebijakan, program dan kegiatan sesuai rencana; b) Persentase kebijakan pemanfaatan teknologi dan jasa hasil litbang terlaksana; c) Persentase kebijakan pelaksanaan kegiatan kompetitif terlaksana; d) Persentase peningkatan kolaborasi penelitian nasional dan internasional; e) Jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan iptek LIPI; f) Rumusan pengembangan organisasi dan tata laksana; g) Peningkatan kompetensi SDM peneliti dan pendukung peneliti LIPI dan SDM peneliti nasional; h) Jumlah publikasi ilmiah; i) Ketersediaan sarana dan prasarana; j) Rekomendasi pengawasan digunakan bagi pengambilan keputusan pimpinan.
Indikator Kinerja Utama 1) Peningkatan koordinasi dan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi dan sumber daya di lingkungan LIPI; 2) Peningkatan kesadaran iptek masyarakat; 3) Peningkatan pembinaan SDM iptek; 4) Peningkatan pemanfaatan hasil penelitian untuk kebijakan; 5) Peningkatan kesiapan pra/sarana penelitian; 6) Peningkatan efektivitas pengawasan internal LIPI.
3.2.7 Program 2010–2014 dan Kegiatan 2010 Pada tahun 2010, LIPI menetapkan untuk mulai me– laksanakan: 1) Program Teknis Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Iptek yang akan dikelompok dalam 5 (lima) kelompok; dan 2) Lima Program Dasar seperti yang dijelaskan di atas. Akan tetapi, mengingat tahun 2010 adalah tahun peralihan dari rencana kegiatan dalam Renstra 2005–2009 ke Renstra 2010–2014, maka beberapa kegiatan 2010 merupakan kegiatan lanjutan.
e) Advanced green materials, f) Conflict and crisis resolution, and intercultural studies, terutama dalam bidang energi, water, health, and food security. 3.2.7.2 Kelompok Penelitian Mendasar (Basic Strategic Research)
Program Teknis 2010
Untuk tahun 2010 akan dilakukan beberapa penelitian mendasar di bidang-bidang yang terkait dengan prioritas penelitian dan pengembangan, antara lain geologi/geofisika, fisika, bioteknologi, kimia dan material, baik yang merupakan lanjutan maupun yang baru.
3.2.7.1 Kelompok Penelitian Lanjut (Advanced Research)
3.2.7.3 Kelompok Penelitian Divisional Cutting Edge
Salah satu kegiatan untuk tahun 2010 adalah Kelompok Penelitian Lanjut Kerja Sama Internasional (International Center for Interdisciplinary Advance Research, ICIAR), yaitu kegiatan penelitian yang ditujukan pada bidang lingkungan dan Human Security melalui program riset lanjut (advanced research) dan riset garda depan (frontier research) yang mengarah pada pencarian penyelesaian masalah strategis. Kegiatan ini dilaksanakan dengan meneruskan dan mengembangkan kerja sama yang telah dan akan dibangun dengan berbagai perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan ini sekaligus juga ditujukan untuk peningkatan kemampuan sumber daya manusia LIPI dalam upaya LIPI menghasilkan great science yang dapat berkompetisi dalam aras global. Untuk tahun 2010, akan dimulai dengan kegiatan riset di bidang:
Untuk tahun 2010, kegiatan yang akan dijalankan antara lain adalah Inkubator Teknologi dan Bisnis dalam rangka menginkubasi calon pengguna hasil litbang LIPI.
a) b) c) d)
Biogeodynamics and sustainable environment, Climate change and disaster risk reduction, Coastal community resilience, Food, health, and biomedical science, 113
A. Inkubator Teknologi dan Bisnis LIPI RPJM 2005–2009 menjelaskan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan bagi kesejahteraan masyarakat. Dinyatakan pula perlunya upaya Pembangunan Inkubator Teknologi yang akan berujung pada munculnya Usaha Baru berbasis hasil litbang dalam negeri yang akan memperkuat daya saing ekonomi nasional. Salah satu kesulitan alih teknologi dari lembaga litbang ke masyarakat di negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah tidak/kurang tersedianya sarana bagi calon pengguna dan bagi peneliti sendiri untuk mencoba teknologi yang dihasilkan dari laboratorium pada skala yang lebih besar. Di samping itu, saat ini pemilik modal di dalam negeri lebih senang membeli teknologi dari negara lain yang teruji, daripada memanfaatkan teknologi hasil litbang dari dalam negeri karena risiko membeli 114
teknologi hasil litbang yang belum teruji cukup besar. Itulah sebabnya negara, seperti Cina dan India dan berbagai negara lain membangun mekanisme inkubator secara terencana dan berkesinambungan dalam upaya memanfaatkan hasil litbang dari dalam negeri guna pembangunan ekonomi nasional. LIPI telah menghasilkan banyak hasil litbang berupa invensi, baik teknologi proses maupun produk. Berbagai hasil penelitian yang berpotensi ekonomis dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka peningkatan daya saing nasional perlu diuji, diadopsi, dan dilipatgandakan oleh masyarakat melalui berbagai skema investasi teknologi dan bisnis. Untuk mempercepat pemanfaatan hasil litbang, terutama bidang teknologi, dan menurunkan tingkat risiko yang dihindari oleh investor, LIPI akan melakukan investasi untuk membangun sarana intermediasi, melalui mekanisme Inkubator Teknologi dan Bisnis, yang dapat dimanfaatkan oleh calon pengguna dan peneliti LIPI, bahkan oleh masyarakat lain untuk menguji coba hasil penelitian skala laboratorium pada skala produksi dalam rangka mendorong lahirnya usaha-usaha baru berbasis hasil riset dan HKI LIPI. Tujuan utama inkubasi adalah melahirkan usahausaha dan wirausaha-wirausaha baru berbasis inovasi berbeda dengan kegiatan purwarupa. Indikator ini menjadi salah satu indikator penting suatu lembaga penelitian di samping jenisjenis alih teknologi lainnya. Dalam tahun 2010, akan dimulai pembangunan sarana dan mekanisme inkubator Teknologi dan Bisnis di Cibinong. Untuk tahap pertama (2010–2011) dibangun Inkubator Teknologi dan Bisnis di Kawasan Cibinong Science Center (CSC-LIPI), mengingat telah tersedia infrastruktur di lokasi ini. Pembangunan sarana inkubator ini ditujukan untuk menyediakan sarana dan mekanisme bagi pengujian teknologi hasil litbang berbagai kegiatan LIPI oleh calon pengguna bersama peneliti LIPI, dan sekaligus untuk penelaahan aspek ekonominya.
115
B. Iptekda LIPI Kegiatan Iptekda LIPI telah dimulai sejak tahun 1998. Melalui kegiatan ini, LIPI memanfaatkan hasil penelitian LIPI dan hasil penelitian berbagai perguruan tinggi untuk mendukung penguatan usaha mikro dan kecil. Sampai tahun 2009, lebih dari 6.500 UMKM telah menerima manfaat dari program ini. Mulai tahun 2010, Program Iptekda LIPI akan disempurnakan, di mana kegiatan Iptekda akan ditujukan hanya untuk membawa berbagai hasil penelitian LIPI ke masyarakat, utamanya yang terkait dengan kegiatan dalam lingkup Divisional Cutting Edge. Iptekda ini tidak hanya untuk aktivitas yang bersifat ekonomis, seperti UMKM, tetapi juga untuk membantu penguatan masyarakat dalam bidang sosial dan budaya. Dengan demikian, hasil penelitian bidang teknis dan sosial kemanusiaan akan dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang. C. Pengembangan Kerja Sama dan Pemberdayaan Masyarakat Sudah sejak lama LIPI membangun berbagai kerja sama dengan berbagai pihak seperti kerja sama dengan departemen, pemerintah daerah dan dinas terkait, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, dan juga pihak industri swasta dan BUMN. Memperhatikan rencana di dalam RPJMN II 2010–2014 yang akan mengarahkan pembangunan ke daerah di luar Pulau Jawa dalam rangka pembangunan industri dan jasa maritim, maka LIPI akan berupaya menelaah lebih jauh untuk mengarahkan kegiatan dan kerja sama ke daerah sekitar Bangka dan Belitung, Maluku, serta daerah Ternate–Tidore Maluku, yang merupakan bagian dari alur-alur laut yang strategis. Dalam 5 tahun ke depan, LIPI juga akan terus melanjutkan berbagai upaya untuk meningkatkan perilaku ilmiah masyarakat melalui berbagai lomba dan peningkatan kreativitas, mulai dari siswa, peneliti remaja dan mahasiswa, peneliti muda, dan guru. Pengalaman dalam periode yang lalu memperlihatkan bahwa kegiatan ini memberikan dampak yang sangat positif dalam 116
pembangunan sumber daya manusia yang berwawasan ilmu pengetahuan. Kerja Sama dan Pemberdayaan Masyarakat ini selain ditujukan untuk menyinergikan program LIPI dengan pihak lain, juga merupakan upaya LIPI untuk ikut serta secara aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa, dan sekaligus untuk meningkatkan jumlah hasil litbang LIPI yang dipakai oleh pengguna/masyarakat. Di samping itu, LIPI juga mengembangkan konsep-konsep etika keilmuan dan bioetika. 3.2.7.4 Kelompok Penelitian Interdisiplin (Interdiciplinary Research) Kegiatan riset tahun 2010, yang merupakan kelanjutan kegiatan riset Subprogram Kompetitif LIPI (2005–2009), dikelompokkan dalam 7 bidang, yaitu: 1) Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur Sumber Daya Hayati (Darat dan Laut) Indonesia, 2) Molecular Farming dan Bahan Baku Obat, 3) Material Maju (Advanced Materials) dan Nanoteknologi, 4) Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan, 5) Ketahanan dan Daya Saing Wilayah dan Masyarakat Pesisir, 6) Kebencanaan dan Lingkungan, 7) Critical Strategic Social Issues. Bidang dalam kegiatan kompetitif LIPI ini, yang telah sejalan dengan isi dari Kegiatan Prioritas RPJMN (2010-2014) akan terus dilanjutkan dan dikembangkan sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan atau menjawab tantangan pembangunan.
3.2.7.5 Kelompok Penelitian Tematik Untuk tahun 2010, kelompok ini diisi dengan: a) Berbagai kegiatan riset yang usulannya bersifat botom-up, sesuai dengan kompetensi pengusul, tetapi dalam koridor yang ditetapkan LIPI, yaitu kegiatan harus sejalan dengan tugas pokok dan fungsi dari satuan kerja di mana pengusul berada; b) Kegiatan tidak hanya berupa penelitian dan pengembangan, tetapi juga dapat berupa kegiatan yang menjalankan tugas pokok dan fungsi Biro dan UPT; c) Kegiatan untuk membangun hubungan LIPI dengan pihak lain maupun kegiatan untuk mengelola dan mempromosikan hasil litbang LIPI; d) Kegiatan yang terkait dengan manajemen, yaitu. Perencanaan, Pengawasan, dan Monitoring, Manajemen Aset, Manajemen SDM, dan Manajemen Anggaran. Program Dasar 2010 Restrukturisasi program di LIPI baru akan dilaksanakan pada tahun 2011 sehingga tahun 2010 merupakan tahun peralihan, dan LIPI masih melaksanakan sebagian kegiatan lanjutan yang mengacu pada Renstra 2005–2009 serta masih mengacu pada program sebelumnya. Mulai tahun 2011, LIPI akan mulai melaksanakan kegiatan melalui 5 Program Dasar, seperti dijelaskan di muka, yang diarahkan untuk memperbaiki berbagai sistem di lingkungan LIPI dalam rangka: 1) Pengembangan dan pembinaan administrasi untuk perbaikan pengelolaan kelembagaan, 2) Penguatan proses penyadaran iptek di lingkungan masyarakat iptek, dan 3) Persiapan ke arah reformasi birokrasi di LIPI.
117
118
Kegiatan-kegiatan tersebut juga dalam rangka menjalankan prioritas Bidang 1 Sistem Inovasi Nasional, sesuai dengan RPJMN 2010-2014, dalam bidang: 1) Penataan Kelembagaan Iptek, 2) Penguatan Sumber Daya Iptek, dan 3) Penataan Jaringan Iptek.
119
120
iv) Kelompok Penelitian Interdisiplin (Interdisiplinary Science Research), v) Kelompok Penelitian Tematik.
BAB IV PENUTUP Renstra LIPI 2010–2014 ini disusun dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, baik dalam dan luar negeri, serta memperhatikan kemampuan saat ini dan perkembangan organisasi ke depan. Pendekatan inter dan multidisiplin dan dengan memusatkan perhatian pada isu-isu sentral yang diperlihatkan dalam RPJMN 2010–2014 serta RPJPN 2025, selain isu lain pada skala global, menjadi pegangan LIPI dalam menyusun program 2010–2014. Pimpinan LIPI, melalui berbagai pembahasan, menetapkan penyempurnaan VISI LIPI dari apa yang telah menjadi pegangan dalam periode-periode sebelumnya. Dalam VISI hasil penyempurnaan ini, LIPI menegaskan target LIPI sebagai suatu organisasi ilmiah, tidak hanya sebagai sebuah lembaga pemerintah. Dalam periode 2010–2014, LIPI menetapkan penyempurnaan struktur program litbang yang dilakukan pada periode sebelumnya, yaitu 5 (lima) Kelompok Program Teknis yang kesemuanya diisi dengan kegiatan yang menjadi prioritas dalam RPJMN 2010–2014 selain kegiatan lain yang ditetapkan oleh Kepala LIPI. Di samping itu, untuk tahun 2010–2014 juga disusun 5 (lima) Program Dasar mengikuti RPJMN 2010–2014. Kelompok Program Teknis 2010–2014 dan Program Dasar tersebut sebagai berikut. A. Struktur Program Teknis-Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan Iptek i) Kelompok Penelitian Lanjut (Advanced Research), ii) Kelompok Penelitian Mendasar (Basic Strategic Research), iii) Kelompok Penelitian Divisional Cutting Edge,
121
B. Program Dasar i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LIPI lainnya, ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur LIPI, iii) Program Penelitian dan Pengembangan LIPI, iv) Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur LIPI, v) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur LIPI. Di samping program teknis dan dasar, LIPI menetapkan pula berbagai kegiatan untuk melaksanakan tugas LIPI sebagai lembaga negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, baik dalam rangka penguatan citra bangsa dalam bidang ilmu pengetahuan di dunia internasional maupun untuk membangun hubungan dengan berbagai lembaga ilmiah dan stakeholders lainnya di dalam dan luar negeri. Memperhatikan perkembangan anggaran yang diterima LIPI melalui APBN dalam periode 2005–2009 yang dirasakan sangat tidak memadai, baik untuk operasional maupun untuk pemeliharaan aset yang dimilikinya. Dengan demikian, maka dalam periode 2010–2014 LIPI akan berupaya untuk memperoleh anggaran yang lebih besar, dan LIPI akan mencoba tidak bergantung hanya dari satu sumber pembiayaan, dalam rangka mempercepat terealisasinya sasaran yang ditetapkan guna melaksanakan dan mendukung pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia peneliti di tanah air. LIPI merencanakan akan melakukan upaya yang lebih komprehensif untuk mendapatkan dana dari berbagai pihak, baik melalui bantuan hibah maupun kerja sama dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri, termasuk kerja sama kemitraan strategis dengan pihak swasta dan sebagainya. 122
Memperhatikan perkembangan yang ada pada akhir tahun 2009 ini, dan kemungkinan yang akan terjadi pada 2010, maka LIPI menetapkan Renstra ini menjadi rujukan bagi semua kedeputian dalam menyusun Rencana Koordinatif dan bagi seluruh satuan kerja di LIPI dalam menyusun Rencana Implementatif masing-masing untuk tahun 2010–2014. Di samping itu, Renstra ini akan disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan RPJMN 2010–2014 dan perkembangan situasi.
KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Ttd. UMAR ANGGARA JENIE NIP. 19500822 197603 1 002
123
124
LAMPIRAN-LAMPIRAN
125
126
LAMPIRAN 1
Prioritas Bidang ; P3-IPTEK
FORMULIR 1
Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010–2014 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PROGRAM/Fokus Kegiatan dalam RPJMN
TARGET KEGIATAN LIPI
Outcome/output
INDIKATOR
2010
2014
UNIT ORGANISASI
PROGRAM PENELITIAN, PENGUASAAN, DAN PEMANFAATAN IPTEK Prioritas Bidang Sistem Inovasi Nasional Penguatan Sumber Daya Iptek
Penataan Jaringan Iptek
Pengembangan Sistem Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Pengembangan Inovasi
Pengembangan Sistem Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Terbangunnya pusat penelitian maju dan interdisipliner bertaraf internasional
Drafting paten dan pendaftaran HKI atas produk inovasi teknologi Kapitalisasi dan pemanfaatan paten serta invensi LIPI yang selama ini selama ini menjadi produk bernilai ekonomi yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Terbangunnya teknopolis yang melibatkan cluster-cluster pengetahuan, pengembangan kawasan dan pelayanan jasa
Inisiasi LIPI International Center for Interdisciplinary and Advanced Research (ICIAR) International trainingworkshops, penelitian pascasarjana tematis internasional, twinning institution Pendaftaran HKI
Paket teknologi/HKI
Penelitian dan Pengembangan KIM Penelitian dan Penguatan Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
Tumbuhnya wirausahaan baru yang berbasis inovasi teknologi
Terbangunnya infrastruktur sistem pengukuran (metrologi), pengujian dan perangkat kalibrasi nasional
Jumlah varietas benih unggul
1
Pupuk organik dari mikroba hayati Indonesia
Percontohan produksi pupuk organik di tingkat pedesaan Aplikasi pupuk organik pada paket biovillage Jumlah varietas
1
Fasilitas laboratorium dan peralatannya Paket pengembangan program biotek peternakan
2
Meningkatnya penguasaan dan pemanfaatan biologi molekuler dan bioteknologi
Publikasi ilmiah nasional
4
4
Publikasi ilmiah internasional Pembenahan koleksi mikroba rujukan, bank biji, bank DNA, tissue culture, dan bank ekstrak Master plan fasilitas koleksi
1
1
27
4 JASIL
Dokumen Kajian Substansi Teknopolis (master plan fisik) Paket sarana dan prasarana kawasan teknopolis Kajian/publikasi iptek
Unit usaha UMKM inovatif baru Teknologi/HKI LIPI yang diinkubasi Tenant Lab. terakreditasi Sistem dan metode uji Prototipe Paket interlaboratory comparison Publikasi ilmiah Paket aplikasi e-commerce
Ilmu Pengetahuan Alam
1
3
1
2
4
1
2
2 8 5
2 8 5
5 40
Pengembangan bahan obat berbasis bahan alam dan biologi molekular Terlaksananya fungsi kebun raya sebagai tempat konservasi ex-situ
2
1
LIPI*
IPH
1 IPH 1 1000
3
3 LIPI*
Paket Laporan O&M kebun raya LIPI
4
4
IPH
Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Purwodadi
1
3
Penelitian Molecular Farming dan Bahan Baku Obat Pengembangan Konservasi Tumbuhan Indoneisa – Kebun Raya Bogor
Penambahan koleksi, data base, sistem pengelolaan berstandar nasional Jenis bahan obat
2
Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Cibodas
JASIL
2
LIPI* 10
Terbangunnya fasilitas litbang bioteknologi peternakan modern
Pengembangan Bioresource Centre dan Microbial Culture Collection
3
LIPI*
Penelitian bioteknologi peternakan modern (PN5)
Penelitian Bioteknologi
20
4
Keanekaragaman pangan
JASIL
1
Benih unggul berbasis biologi molekuler
Litbang keanekaragaman pangan (PN5)
1
Paket portal pengetahuan dan bibliotainment Database jurnal ilmiah Pengembangan Inovasi
Litbang Benih Unggul Berbasis Biologi Molekuler (PN5) Litbang pupuk organik dari mikroba hayati Indonesia (PN5)
Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Bali Pengembangan Konservasi Tumbuhan Indonesia - Kebun Raya Bogor Penelitian Biologi
JASIL
5
JASIL
40 1
Konservasi ex-situ dalam bentuk kebun raya daerah
Kebun raya (paket kawasan)
2
Informasi mikroorganisme dalam habitat alam dan dinamikanya, serta Pemanfaatan genetik mikroorganisme untuk mendegradasi polutan, dan Terbangunnya infrastruktur pengamanan plasma nutfah
Publikasi ilmiah
10
10
Isolat mikroba
10
10
Prototipe
2
2
Paket teknologi
1
1
10
10
127
128
IPH
Paten Plasma nutfah
4
1
IPH
Terkelolanya koleksi spesimen flora dan fauna hidup maupun awetan
Penelitian Oseaonografi
Penelitian Oseaonografi (PN 9)
Energi Baru dan Terbarukan
Penelitian Konversi Energi (PN 8)
Penelitian Fisika, Penelitian Kimia, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Material Industri dan material maju
Industri, rancang bangun dan Rekayasa
Penelitian material maju dan Nanoteknologi, Penelitian Metalurgi, Penelitian Fisika, Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Litbang Teknologi pertahanan dan keamanan: Penelitian Tenaga listrik dan mekatronik; Penelitian Elektronika dan Telekomunikai Penelitian Tenaga listrik dan mekatronik; Penelitian elektronika dan telekomunikasi;
Data potensi bahan obat dari makro algae dan sponge; biota laut potensial, terumbu karang; abalon, dan rajungan; serta sistem informasi oseanografi. Panduan dan sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat pesisir Pengembangan sistem informasi dan penelitian kerusakan terumbu karang Demo pilot plant biogasolin dari ligno selulosa
Penelitian elektronika dan telekomunikasi
Penelitian Informatika
30,000
30,000 IPH
2
2
Publikasi makalah
37
58
Prototipe
7
10
Konsep
6
8
Paket
2
2
Paket informasi dasar
3
1
1
Standardisasi teknologi pengujian konversi energi
Paket
1
1
Peningkatan kemampuan nasional dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber energi baru dan terbarukan (fuelcell, biofuel, sel surya) Pengembangan produk komponen berbasis magnet dan polimer
Prototipe pembangkit energi
1
2
Terbangunnya kemampuan di dalam negeri dalam upaya merancang, membuat dan menguji sendiri peralatan pertahanan dan keamanan tertentu Membangun kemampuan perancangan dan rekayasa di dalam negeri
Paket komponen
2
2
Publikasi ilmiah
2
4
1
Prototipe
5
7
Publikasi Ilmiah
8
10
LIPI*
Prototipe Radar (seri 0)
Paket
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasya– rakatan
Final
Publikasi nasional
10
20
Prosiding
20
20
- Penelitian Kependudukan - Penelitian Politik - Penelitian Sumber Daya Regional
Konsep pengelolaan serta mitigasi dan adaptasi bencana dan perubahan iklim global pada sumber daya perairan darat
LIPI*
IPK
3 4
Makalah ilmiah internasional Makalah ilmiah nasional
2
4
11
15
Rekomendasi
1
2
Prototipe
3
5
Terwujudnya penguasaan, pengembangan, dan penerapan iptek dalam ilmuilmu sosial, inovasi-ekonomi, budaya, perilaku dan kognitif, serta hukum dan politik
Kajian
17
17
Kajian ilmu sosial & kemanusiaan untuk keutuhan NKRI Ketahanan dan daya saing wilayah serta masyarakat pesisir Pengembangan dan perlindungan kekayaan budaya (pencegahan kepunahan bahasa masyarakat lokal) Terselesaikannya penelitian bidang ilmu pengetahuan kebumian, ilmu pengetahuan hayati, ilmu pengetahuan teknik, ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan serta jasa ilmiah
Paket kebijakan
1
1
Paket
1
1
IPK
IPSK
- Penelitian Ekonomi Litbang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan
Pengembangan dan Perlindungan Kekayaan Budaya (PN11) KEGIATAN TUPOKSI
Penelitian Biologi Penelitian Bioteknologi
1
Pengembangan Konservasi Tumbuhan Indoneisa – Kebun Raya Bogor Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Cibodas Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Purwodadi Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Bali Penelitian Biomaterial
IPT 2 1 1 1
1
- Penelitian Masyarakat dan Budaya
Jumlah Paten
Contoh life detector radar
Konsep pengurangan risiko bencana kebumian dan perubahan iklim
IPK
IPT Sistem uji safety reliability dan fungsi (paket)
Penelitian Geoteknologi
Paket pengumpulan data Paket dokumen ilmiah
Konsep tataruang
LIPI*, IPT, IPK
1
Dokumen ilmiah kontribusi Indonesia untuk perubahan iklim
Penelitian Limnologi (Sumber Daya Perairan Darat)
4
Metode, prototipe
Penelitian Geoteknologi (PN 9)
IPK
IPT
Teknologi Proses Pengembangan dan pemasangan radar pengintai (surveilance radar) di perairan Indonesia Pengembangan produk open source untuk pelaksanaan egovernment dan untuk masyarakat
Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim
Publikasi internasional
3
Paket
Penelitian Informatika Informatika dan Tele– komunikasi
Penambahan koleksi rujukan flora dan fauna, data base, sistem pengelolaan berstandar internasional (spesimen) Paket fasilitas depositori
IPT
1 IPT
Penelitian Geoteknologi Penelitian Oseanografi Pengembangan SDM Oseanografi Penelitian Biota Laut – Ambon
129
130
LIPI*
LIPI* Paket
1
1 LIPI*
Paket kegiatan
43
43
Penelitian Biota Laut – Tual Penelitian Bioindustri Laut – Mataram
Penelitian dan Pengembangan KIM Penelitian dan Penguatan Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
Penelitian Biota Laut – Bitung Penelitian Biota Laut – Biak Penelitian Limnologi (Sumber Daya Perairan Darat) Penelitian Metalurgi
Pengembangan Sistem Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Pengembangan Inovasi Pengembangan Informasi Teknologi
Penelitian Kebumian – Karang sambung
Pengembangan Penerbitan Ilmiah
Penelitian Mitigasi Bencana Penelitian Geoteknologi – Jampang kulon
Pengembangan Instrumentasi PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
Penelitian Kimia
SIN: Penataan Kelembagaan Iptek
Penelitian Elektronika dan telekomunikasi Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik
Perencanaan, Penganggaran, Verifikasi, dan Perbendaharaan Penataan, Pengembangan Organisasi dan SDM
Terbangunnya tatakelola litbang yang efisien dan efektif, yang mampu mendorong kreativitas dan profesionalisme peneliti
Penelitian Informatika Penelitian Fisika
SIN: Penataan jaringan iptek
Penelitian Fisika Bahan Baru – Serpong
Pengembangan Jaringan Kerja Sama Penelitian dan Pemasyarakatan Iptek
Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pengembangan dan Pemanfaatan Proses dan Teknologi Kimia
Perencanaan, Penganggaran, Verifikasi, dan Perbendaharaan
Pengembangan dan Pengolahan Mineral Pengembangan Sinyal dan Navigasi
SIN: Penguatan Sumber daya Iptek KEGIATAN TUPOKSI
Penelitian Teknologi Proses dan Katalis Serpong Penelitian Ekonomi
Penataan, Pengembangan Organisasi dan SDM
Perencanaan, Penganggaran, Verifikasi, dan Perbendaharaan
Penelitian Politik Penataan, Pengembangan Organisasi dan SDM
Penelitian Kependudukan Penelitian Masyarakat dan Budaya
Pengembangan Jaringan Kerja Sama Penelitian dan Pemasyarakatan Iptek
Penelitian Sumber Daya Regional
131
132
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya iptek Meningkatnya kerja sama antarlembaga litbang dan antara lemlit dengan perguruan tinggi Aplikasi dan diseminasi Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk peningkatan produktivitas usaha berbasis teknologi di daerah. Peneliti yang mengikuti pendidikan S2 dan S3
Semakin baiknya koordinasi dan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi dan sumber daya LIPI
Paket sistem pengelolalan keuangan, perencanaan, dan penganggaran
3
3
Paket kebijakan reformasi birokrasi
1
1
Paket sistem seleksi proposal kompetitif Kegiatan sosialisasi
1
1
10
10
Kegiatan pembinaan
12
12
Kegiatan temu ilmiah
2
2
Jejaring terbangun terkait fokal poin nasional Paket kerja sama
7
10
1
1
Wilayah aplikasi TTG
5
5
Jumlah UKM terbina
40
40
Jumlah Peneliti S2 (Kumulatif) Jumlah peneliti S3 (Kumulatif) Paket kegiatan
10
20
2
5
3
3
SETTAMA
LAMPIRAN 2
PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR LIPI SIN: Penguatan Sumber daya Iptek KEGIATAN TUPOKSI
Pembinaan, Terbangunnya sumber daya Pengembangan, yang kompeten dan memenuhi Pendidikan, dan Pelatihan kebutuhan dalam perkembangan iptek; Peneliti Pembinaan, Terbinanya Peneliti Nasional Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan Peneliti PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR SIN: Penguatan Sumber daya Iptek
Penatausahaan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana
KEGIATAN TUPOKSI
Penatausahaan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana
Meningkatnya kualitas fasilitasfasilitas riset yang ada
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana yang menunjang tupoksi
Angkatan diklat
24
25
Paket peraturan/kajian peneliti
1
1
Paket pembinaan peneliti
1
1
Paket rehabilitasi infrastruktur sarana dan prasarana Gatot Subroto Paket rehabilitasi infrastruktur sarana dan prasarana LIPI, termasuk jaringan internet Paket O & M Sarpras yang menunjang tupoksi
1
1
1
1
SETTAMA
PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LIPI P3-IPTEK: Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakat an KEGIATAN TUPOKSI
Pengukuran dan Penelitian Perkembangan Iptek
Tersusunnya konsep dan rancangan pembangunan kebijakan iptek nasional yang tepat
Jumlah Publikasi Ilmiah, termasuk buku indikator iptek
3
3
Pengukuran dan Penelitian Perkembangan Iptek
Hasil kajian Sistem Manajemen Iptek, Kebijakan Iptek, dan Laporan hasil survei
Publikasi ilmiah
8
8
30 buah LHP; 3 Paket SOP; 1 Lap. Kinerja
40(emp at puluh) buah LHP; 3 Paket SOP; 1 Lap. Kinerja
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABLITIAS LIPI KEGIATAN TUPOKSI
Peningkatan pengawasan audit dan sistem akuntabilitas kinerja
Terbangunnya sistem pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien
Sistem Akuntabilitas Kinerja LIPI
Keterangan:
Formulir 2
* = Kegiatan dilakukan lintas disiplin/kedeputian
133
134
LAMPIRAN 3 TABEL RESTUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN LIPI PROGRAM LIPI Kedeputian/Settama Kedeputian IPH, IPK, IPT, IPSK, JASIL
Keterangan: * = Kegiatan dilakukan lintas disiplin/kedeputian - Alokasi anggaran ditetapkan berdasarkan pagu baseline yang dikeluarkan Bappenas - Kebutuhan pendanaan di atas di luar kebutuhan pendanaan PHLN Meatmilkpro dan kenaikan tunjangan pegawai (renumerasi) - Juga di luar PHLN lainnnya yang masih dalam proses pengajuan - PHLN Meatmilkpro sebesar 14.523.419 euro - LIPI mengajukan usulan anggaran tambahan sebesar 150 M untuk pembangunan sarana dan prasarana laboratorium baru
Sekretariat Utama
Nama Program Program Teknis : PROGRAM PENELITIAN, PENGUASAAN, DAN PEMANFAATAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Program Dasar : x Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LIPI lainnya. x Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur LIPI x Program Penelitian dan Pengembangan LIPI x Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur LIPI x Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur LIPI
KEGIATAN LIPI No I 1 2 3 4
5 6 7 II 1 2 3 4 5 6 7
135
136
Unit Organisasi Kedeputian IPH P2 Biologi P2 Bioteknologi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Upt Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ”Eka Karya” Bali UPT Balai Penelitian Dan Pengembangan Biomaterial Kedeputian IPK P2 Oseanografi P2 Geoteknologi P2 Limnologi P2 Metalurgi Balai Konservasi Biota Laut Ambon Loka Konservasi Biota Laut Tual, Maluku Tenggara Loka Pengembangan Bio Industri Laut, Mataram
Nama Kegiatan Penelitian Biologi Penelitian Bioteknologi Pengembangan Konservasi Tumbuhan Indonesia – Kebun Raya Bogor Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Cibodas
Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Purwodadi Pengembangan Konservasi Kebun Raya – Bali Penelitian Biomaterial
Penelitian Oseanografi Penelitian Geoteknologi Penelitian Limnologi (Sumber Daya Perairan Darat) Penelitian Metalurgi Penelitian Biota Laut – Ambon Penelitian Biota Laut – Tual Penelitian Bio Industri Laut
No Unit Organisasi 8 Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi, Pulau Pari 9 Loka Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi Utara 10 Loka Konservasi Biota Laut Biak, Irian Jaya 11 Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian, Karangsambung 12 Loka Uji Teknik Penambangan Dan Mitigasi Bencana Liwa, Lampung Barat 13 Loka Uji Teknik Penambangan, Jampang Kulon III Kedeputian IPT 1 Pusat Penelitian Fisika 2 Bidang Fisika Bahan Baru 3 Pusat Penelitian Kimia 4 Bidang Teknologi Proses dan Katalisis 5 Pusat Penelitian Informatika 6 Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik 7 Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi 8 Upt Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna 9 Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia – Yogyakarta 10 Balai Pengolahan Mineral Lampung 11 Loka Pengembangan Sinyal dan Navigasi IV Kedeputian IPSK 1 Pusat Penelitian Ekonomi 2 Pusat Penelitian Politik 3 Pusat Penelitian Kependudukan 4 Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan 5 Pusat Penelitian Sumber Daya Regional
Nama Kegiatan Pengembangan SDM Oseanografi
V 1
6
Kedeputian JASIL Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Pusat Inovasi UPT Balai Informasi Teknologi Balai Media dan Reproduksi (Lipi Press) Balai Pengembangan Instrumentasi Sekretariat Utama Biro Perencanaan dan Keuangan Biro Kerja sama dan Pemasyarakatan Iptek Biro Organisasi dan Kepegawaian Pusat Pendidikan dan Pelatihan Peneliti Pusat Penelitian dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Biro Umum dan Perlengkapan
7
Inspektorat
Penelitian Biota Laut – Bitung
2
Penelitian Biota Laut – Biak
3
Penelitian Kebumian – Karang Sambung
4 5 6
Penelitian Mitigasi Bencana
7 Penelitian Geoteknologi – Jampang Kulon VI 1 Penelitian Fisika Penelitian Fisika Bahan Baru - Serpong Penelitian Kimia Penelitian Teknologi Proses dan Katalisis - Serpong
2 3 4
Penelitian Informatika Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik
5 Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pengembangan dan Pemanfaatan Proses dan Teknologi Kimia Pengembangan dan Pengolahan Mineral Pengembangan Sinyal dan Navigasi
Penelitian Ekonomi Penelitian Politik Penelitian Kependudukan Penelitian Masyarakat dan Budaya
Penelitian Sumber Daya Regional
137
138
Penelitian dan Pengembangan KIM Penelitian dan Penguatan Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Pengembangan Sistem Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Pengembangan Inovasi Pengembangan Informasi Teknologi Pengembangan Penerbitan Ilmiah Pengembangan Instrumentasi
Perencanaan, Penganggaran, Verifikasi dan Perbendaharaan Pengembangan Jaringan Kerja sama Penelitian dan Pemasyarakatan Iptek Penataan, Pengembangan Organisasi dan SDM Pembinaan, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Peneliti Pengukuran dan Penelitian Perkembangan Iptek
Penatausahaan, Pengadaan, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Peningkatan Pengawasan Audit dan Sistem Akuntabilitas Kinerja
KEPALA LIPI WAKIL KEPALA LIPI
LAMPIRAN 4
Struktur Organisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sekretaris Utama
SK Kepala LIPI No. 1151/M/2001 jo 3212/M/2004 No. 1008/M/2002 s.d 1027/M/2002 No. 3213/M/2004
Deputi Bidang IPK
Inspektorat
Deputi Bidang IPH
BPK
Deputi Bidang IPT
Puslit Geoteknologi
Puslit Biologi
Fisika
Puslit Oseanografi
Puslit Bioteknologi
Kimia
Puslit
PKT Kebun Raya
Metalurgi
Bogor
Puslit Limnologi
UPT LKBL
UPT BKTKR
Bitung
Cibodas
UPT LKBL
UPT BKTKR
Biak UPT LKBL
Tual
BOK
Deputi Bidang IPSK
Puslit
Puslit
Puslit Ekonomi
Puslit Telimek
Puslit Politik
Puslit Elektronika &Telekomunikasi
Sumber Daya Regional
UPT B2PTTG Subang
UPT LPBI
Mataram UPT BIKK KrngSambung
UPT LUTP Jmpng Kulon
Puslit Sistem Mutu & Teknologi Pengujian
Puslit
UPT BPI
Bandung
UPT BPM
Lampung
UPT BMR (LIPI-Press)
UPT LPSN
Bandung
IPK: Ilmu Pengetahuan Kebumian IPH: Ilmu Pengetahuan Hayati IPT: Ilmu Pengetahuan Teknik IPSK: Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Jasil: Jasa Ilmiah BPK: Biro Perencanaan dan Keuangan BOK: Biro Organisasi dan Kepegawaian BKPI: Biro Kerja sama dan Pemasyarakatan Iptek BUP: Biro Umum dan Perlengkapan Pappiptek: Pusat Penelitian Perkembangan Iptek Pusbindiklat: Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Puslit: Pusat Penelitian UPT: Unit Pelaksana Teknis PKT: Pusat Konservasi Tumbuhan © 2006-LIPI Press
Pusbindiklat Peneliti
Pusat Inovasi
Bali UPT BPP
Pappiptek
Pusat Dokumentasi & Informasi Ilmiah
UPT BKTKR
UPT LUTPMB
Liwa
Puslit Kalibrasi Instrumentasi Metrologi
Bandung
Biomaterial Cibinong
BUP
Deputi Bidang Jasil
UPT BPPTK Yogyakarta
Purwodadi
UPT LPKSDMO
Pulau PARI
Puslit Kependudukan
Puslit Informatika
UPT LKBL
Ambon
Puslit Kemasyarakatan & Kebudayaan
BKPI
UPT BIT
Jakarta
Singkatan dan Akronim LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LKBL: Loka Konservasi Biota Laut LPKSDMO: Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi LPBI: Loka Pengembangan Bio Industri BIKK: Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LUTP: Loka Uji Teknik Penambangan LUTPMB: Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana BKTKR: Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BPP: Balai Penelitian dan Pengembangan B2PTTG: Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna BPPTK: Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia BPM: Balai Pengolahan Mineral LPSN: Loka Pengembangan Signal dan Navigasi BPI: Balai Pengembangan Instrumentasi BIT: Balai Informasi Teknologi BMR: Balai Media dan Reproduksi (LIPI Press)
139
140