1
ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Oleh Wahyu Kusuma A34104041
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : WAHYU KUSUMA A34104041
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
3
RINGKASAN
WAHYU KUSUMA. Analisis Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing Oleh SOFYAN ZAMAN. Kegiatan magang yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2008 bertujuan untuk memperluas wawasan penulis mengenai aspek pemetikan tanaman teh. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh merupakan minuman penyegar dengan rasa dan aroma yang segar dan nikmat disertai beragam manfaat. Tanaman teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat penting sebagai penghasil devisa negara dalam perekonomian nasional. Teh menempati urutan kelima sebagai sumber devisa dari subsektor perkebunan setelah komoditas kelapa sawit, karet, kopi dan kakao Untuk meningkatkan kontribusi terhadap devisa, maka diperlukan upaya yang berkesinambungan dalam meningkatkan produksi dan kualitas atau mutu teh. Untuk mendapatkan kualitas pucuk teh yang baik diperlukan keserasian dalam rangkaian manajemen pemetikan dimulai dari cara pemetikan, gilir petik, organisasi dan tenaga kerja pemetikan, hingga sarana panen dan transportasi. Analisis pucuk merupakan suatu parameter hasil yang dapat mengevaluasi hasil dari sistem petikan, gilir petik, kinerja organisasi pemetikan, dan pengangkutan. Sistem petikan akan menentukan mutu dan jumlah produksi karena zat penentu kualitas terkandung dalam bagian-bagian pucuk teh yang terambil saat pemetikan. Sistem petikan yang dimaksud adalah mengambil daun muda yang berada di bawah kuncup (peko). Sistem petikan dapat menentukan hasil analisis pucuk yang terbagi menjadi pucuk medium/memenuhi syarat (MS), pucuk kasar dan rusak yang merupakan pucuk tidak memenuhi syarat (TM). Persentase analisis pucuk untuk pucuk medium pada afdeling OA sebesar 41.31% ± 0.85, sedangkan untuk afdeling OB sebesar 42.14% ± 1.65. Analisis pucuk untuk pucuk kasar pada afdeling OA sebesar 56.71% ± 0.83, sedangkan pada afdeling
4
OB sebesar 55.94% ± 1.86. Nilai analisis pucuk dari kedua afdeling sudah mendekati kesamaan. Gilir petik adalah selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama. Gilir petik bergantung kepada kecepatan pertumbuhan pucuk, yang dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat, kondisi tanaman dan iklim. Gilir petik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning telah mendekati benar apabila dilihat berdasarkan ketinggian tempat dan umur pangkas yaitu 9-12 hari. Kinerja organisasi pemetikan berperan penting dalam menentukan kualitas pucuk tanaman teh. Kinerja dari organisasi pemetikan dapat dilihat dari jumlah tenaga pemetik dan kapasitas petik. Kapasitas pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebesar 32.95 kg/HK ± 5.63. Pengawasan yang baik pada saat dilaksanakan pemetikan diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemetikan. Selain itu juga sarana panen dan transportasi sangatlah perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan kondisi pucuk dapat menjadi rusak apabila tidak diperlakukan dengan baik dan benar.
5
Judul
: ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Nama
: WAHYU KUSUMA
NRP
: A34104041
Program Studi : AGRONOMI
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Sofyan Zaman NIP 132086363
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131124019
Tanggal pengesahan : …………….
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kualasimpang, Provinsi Aceh pada tanggal 1 Oktober 1986. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari bapak Achmad Hidayat dan Ibu Herminawaty. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Kramat Cirebon, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 2 Cirebon. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 3 Cirebon pada tahun 2004 Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
7
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi TirtaSentosa, Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi ini merupakan laporan dari kegiatan, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agronomi Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis. 2. Ir. Sofyan Zaman, selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bpk Suwarto dan Ibu Endang, selaku tuan rumah tempat tinggal penulis selama kegiatan magang berlangsung yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan selama kegiatan magang berlangsung. 4. Segenap karyawan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning yang telah membimbing
dan
membantu
penulis
selama
kegiatan
magang
berlangsung. 5. Agitha amanda putri serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sangat membantu dan mendukung penulisan usulan magang ini. Besar harapan penulis jika skripsi ini dapat disimpan dengan baik sebagai kenang-kenangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pambaca umunya dan khususnya bagi penulis, dan semoga skripsi ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.......................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
ix
PENDAHULUAN....................................................................................... Latar Belakang……………………………………………………….. Tujuan…………………………………………………………………
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA...………………………………………………... Botani Tanaman Teh............................................................................. Pucuk Teh..............................................................................................
3 3 4
METODOLOGI.......................................................................................... Waktu dan Tempat................................................................................. Metode Pelaksanaan..............................................................................
8 8 8
KONDISI UMUM PERKEBUNAN…………………………………….. Sejarah Perkebunan.............................................................................. Letak Geografis dan Administratif…………………………………... Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim………………………………... Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan..……………………………….. Keadaan Tanaman dan Produksi……………………..………………. Pemasaran.............................................................................................
11 12 12 13 14 15 14
PENGELOLAAN PERKEBUNAN..………………………………..….. Struktur Organisasi dan Personsalia.…………………………..…….. Ketenagakerjaan..........................……………………………..……… Kesejahteraan Karyawan...................................................................... Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf................................................ Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan....................................................
16 16 17 18 18 20
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN................................................ Pembibitan............................................................................................ Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan................................................. Pemetikan............................................................................................. Pengolahan............................................................................................
24 24 26 35 42
HASIL PENGAMATAN............................................................................
48
PEMBAHASAN.......................................................................................... Sistem Petikan....................................................................................... Daur / Gilir Petik................................................................................... Organisasi dan Ketenagakerjaan Pemetikan.......................................... Sarana Panen dan Transportasi..............................................................
50 50 51 53 54
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 56 Kesimpulan............................................................................................. 56 Saran....................................................................................................... 56
9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 57 LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1.
Luas Areal dan Konsesi Tata Guna Lahan..............................................……..
13
2.
Luas Areal Masing-masing Afdeling.........................................……………….
13
3.
Luas Areal dan Komposisi Klon Tanaman teh di Perkebunan RSK..…..
14
4.
Target dan Realisasi Produksi Pucuk Basah dan Pucuk Kering…...……….....
14
5.
Volume Pemasaran Teh Kering Perkebunan RSK ...………………….....
15
6.
Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Perkebunan RSK..........................
17
7.
Rata-rata tinggi Pangkasan dan Persentase Kerusakan............................
34
8.
Persentase Realisasi Pemangkasan Tahun 2004-2007.............................
34
9.
Analisis Pucuk Di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008.....
48
10. Realisasi Gilir Petik Perkebunan Rumpun Sari Kemuning......................
48
11. Kapasitas Pemetik di Beberapa Blok Pada Bulan Februari-Mei 2008.....
49
Lampiran 1.
Jurnal Kerja Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas..........
55
2.
Jurnal Kerja Harian Kegiatan Magang sebagai Asisten Mandor.......................
57
3.
Jurnal Kerja Harian Kegiatan Magang sebagai Asisten Kepala Afdeling.........
58
4.
Dosis Rekomendasi Pupuk Tahun 2008..................................................
59
5.
Data Curah Hujan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning........................
60
11
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1.
Lokasi Pembibitan di Perkebunan RSK……………………………………...
24
2.
Pengendalian Gulma Secara Kimia…………………………………………..
28
3.
Tanaman Teh Yang Terserang Empoasca sp....……………………………...
30
4.
Pelaksanaan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman............................
31
5.
Pokok Yang Telah Dipangkas................................................................
33
6.
Pelaksanaan Kegiatan Pemangkasan......................................................
35
7.
Pemetikan Jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning..............
36
8.
Pelaksanaan Kegiatan Pemetikan Produksi.............................................
38
9.
Kegiatan Penimbangan dan Pengangkutan Pucuk...................................
40
10. Mesin Pelayuan Rotary Panner (RP)......................................................
43
11. Mesin Penggulungan Open Rotary Panner (OTR)…………………….
44
12. Mesin Pengeringan Endless Chain Pressure (ECP)................................
44
13. Rotary Dryer (RD) dan Ball Tea (BT)...................................................
45
Lampiran 1.
Struktur Organisasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning.................................. 61
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal dari daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25o-35o Lintang Utara dan 95o-105o Bujur Timur. Perkebunan teh paling banyak ditemui di India, Cina dan Srilanka. Tahun 1999, produksi teh dunia didapat dari beberapa negara diantaranya di India (30%), Cina (23,5%), Srilanka (9,5%), Kenya (7,5%), Indonesia (5%) dan Turki (4%). Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Pada tahun 1978 pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Tanaman teh merupakan tanaman yang memiliki beragam manfaat, oleh karena itu tanaman teh banyak dimanfaatkan sebagai bahan minuman penyegar, bahan industri, farmasi dan kosmetik. Khasiat teh yang bermanfaat bagi kesehatan, berasal dari kandungan unsur-unsur pokok teh seperti kafein, polyphenol, tanin, dan minyak essensial. Kafein yang terkandung dalam teh memiliki manfaat memberikan rasa segar dan dapat mendorong kinerja jantung. Polyphenol
sangat
berkhasiat
dalam
mengaktifkan
enzim
pelarut
lemak/trigliserida serta mengurangi metabolisme gula darah sehingga mengurangi berat badan. Tanin sangat berperan dalam mengetahui kualitas dan mutu teh jadi karena senyawa tersebut terkait dengan rasa, warna, dan aroma. Selain itu teh memiliki unsur Flouride (F) yang tinggi sehingga sangat berguna dalam memperkuat gigi (http://www.depkes.go.id, 2007). Sejalan dengan kesadaran tersebut, konsumsi teh meningkat sehingga dibutuhkan peningkatan produksi teh untuk memenuhi permintaan pasar. Luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 140 538 ha dengan produksi 167 276 ton dan produktivitas teh kering mencapai 1 462 kg/ha/tahun. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan teh mengalami penurunan sebanyak 1.69% menjadi 138 169 ha, namun produksi meningkat
13
0.36% menjadi 167 811 ton dan produktivitas teh kering meningkat 1.09% menjadi 1 478 kg/ha/tahun. Sentra produksi tanaman teh terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat yang menyumbang 70% dari total produksi teh di Indonesia, disusul oleh Sumatera Utara dengan hasil produksi 10% dari total produksi teh di Indonesia. Kontribusi teh tersebut dihasilkan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Asosiasi Teh Indonesia (ATI) mencatat volume ekspor teh dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan dari 102 000 ton menjadi 95 339 ton Tanaman teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat penting sebagai penghasil devisa negara dalam perekonomian nasional. Teh menempati urutan kelima sebagai sumber devisa dari subsektor perkebunan setelah komoditas kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Untuk meningkatkan kontribusi terhadap devisa, maka diperlukan upaya yang berkesinambungan meningkatkan produksi dan kualitas atau mutu teh. Hal ini dapat ditempuh melalui perluasan areal, perbaikan dari teknik budidaya dan perlakuan terhadap kondisi pucuk setelah panen. Peningkatan kualitas dilakukan untuk menghasilkan pucuk teh bermutu tinggi. Pucuk teh merupakan hasil dari pemetikan sehingga kualitasnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya
sistem
pemetikan,
daur/gilir
petik,
organisasi
dan
ketenagakerjaan pemetikan, serta sarana panen dan transportasi. Kualitas teh ditentukan dari pucuk hingga daun ketiga saja. Semakin ke atas, hasil olahan teh semakin baik. Pucuk teh (paling atas) menghasilkan teh nomor satu (http://www.kompas.com, 2004).
Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan magang ini antara lain : (1) Memperluas wawasan mengenai aspek budidaya tanaman teh, produksi dan pengelolaan kebun; (2) Upaya pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui penerapan ilmu pengetahuan, menjadikannya sebagai
14
wahana pelatihan kerja nyata dan pengamatan terhadap teknik-teknik yang diterapkan di lapang.
15
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis) adalah salah satu tanaman perdu yang berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 - 9 m. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan dengan ketinggian hingga 1 m dengan pemangkasan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Pada umumnya tanaman teh tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara 200 s/d 2 000 m dpl dengan suhu cuaca antara 14°C - 25°C (Ghani, 2002). Varietas tanaman teh yang banyak dikenal ialah varietas Assamica yang berasal dari Assam dan varietas Sinensis yang berasal dari Cina. Yang membedakan kedua varietas ini adalah varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya tumpul. Klasifikasi tanaman teh adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyte
Sub divisi
: Angiospermae
Claas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Tehaceae
Genus
: Camelia
Spesies
: Camellia sinensis
Pada umumnya, tanaman teh berakar dangkal, sangat peka terhadap keadaan fisik tanah sehingga cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Pertumbuhan akar ke arah lateral dan penyebarannya dibatasi oleh perdu yang ada di dekatnya. Perakaran utama berkembang pada lapisan tanah atas sedalam 0-25 cm, dimana tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara. Batang tanaman teh berdiri tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berbulu halus. Daun teh merupakan daun tunggal yang bertangkai pendek dan letaknya berseling. Tiap helaian daun kaku seperti kulit tipis,
16
bentuknya elips memanjang, ujung, dan pangkal runcing. Bentuk tepi daun teh bergerigi halus, pertulangan menyirip dengan panjang daun 6-18 cm dan lebar adalah 2-6 cm. Bunga teh terletak di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu. Perkembangan bunga mengikuti fase pertumbuhan daun. Bunga teh termasuk kedalam bunga sempurna dengan garis tengah 3-4 cm. Warna bunga putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning dan baunya harum (Setyamidjaja, 2000) Tanaman teh dapat tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi yaitu 2 000 mm – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun, suhu cukup sejuk berkisar antara 13°C - 25°C dengan kelembapan relatif tidak kurang dari 70%. Tanah yang sesuai untuk tanaman teh adalah tanah yang mempunyai kedalaman efektif dan berstruktur remah lebih dari 40 cm. Jenis tanah yang termasuk dalam kategori tersebut adalah andosol. Jenis tanah andosol terbentuk dan berkembang di daerah pegunungan. Selain jenis tanah andosol, yang sangat sesuai untuk perrtanaman teh adalah jenis tanah latosol (Setyamidjaja, 2000)
Pucuk teh Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik. Pucuk teh mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi kualitas dan mutu. Untuk meningkatkan kemampuan bersaing dengan negara-negara produsen teh yang lain diperlukan adanya peningkatan mutu atau kualitas teh jadi. Hal ini disebabkan pasaran teh saat ini telah mengalami perubahan perilaku konsumen dimana mutu teh terbaik yang diminati. Menurut Adisewodjo (1982), pemetikan sebagai suatu cara mengambil hasil berupa pucuk teh yang merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas teh jadi. Untuk mendapatkan kualitas pucuk teh yang baik diperlukan keserasian dalam rangkaian manajemen pemetikan dimulai dari cara pemetikan, gilir petik, organisasi dan tenaga kerja pemetikan, hingga sarana panen dan transportasi. Analisis pucuk merupakan suatu parameter hasil yang dapat mengevaluasi hasil dari sistem petikan, gilir petik, kinerja organisasi pemetikan, dan pengangkutan. Sistem petikan akan menentukan mutu, jumlah produksi karena zat penentu kualitas terkandung dalam bagian-bagian pucuk teh yang terambil saat pemetikan,
17
sistem petikan juga menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Sistem petikan yang dimaksud adalah berapa daun muda yang dipetik di bawah kuncup (peko) atau berapa daun yang ditinggal pada ranting di atas daun kepel. Secara umum petikan dibagi tiga rumusan yaitu : 1. Petikan halus dengan rumus petik p+1 atau b+1 m. Artinya pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m). 2. Petikan medium, dengan rumus petik p+2, p+3, b+1 m, b+2 m, b+3 m. Rumus ini menandakan bahwa pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. 3. Petikan kasar, dengan rumus petik p+4 atau lebih dan b+(1-4). Ini berarti pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua. Gilir petik adalah selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama. Gilir petik juga mempengaruhi mutu teh basah yang dihasilkan. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi, dan kesehatan tanaman. Bila semakin tua umur pangkas, pada musim kemarau, semakin tinggi ketinggian tempat, dan keadaan tanaman yang terserang hama dan penyakit maka pertumbuhan pucuk semakin lambat dan gilir petik semakin panjang. Dalam kegiatan pemetikan diperlukan ketelitian yang tinggi dari tenaga kerja pemetik untuk dapat menghasilkan pucuk sesuai yang diinginkan. Organisasi dan ketenagakerjaan pemetikan juga memiliki peranan penting dalam penentuan kualitas pucuk teh bila diatur dengan baik. Organisasi petik diperlukan untuk merencanakan dan mengerahkan tenaga kerja berdasarkan potensi yang ada untuk menghasilkan pucuk secara berkesinambungan. Rangkaian akhir dari manajemen panen adalah pengumpulan (penimbangan dan perlakuan pucuk setelah timbang) dan pengangkutan hasil. Sebagai produk yang mudah rusak, pucuk harus diperlakukan dengan benar agar mutunya tidak
18
menurun selama proses pengumpulan dan pengangkutan ke pabrik. Kelengkapan sarana panen dan pengangkutan sangat penting diperhatikan untuk menjaga pucuk tetap dalam keadaan segar. Pengangkutan dari lokasi penimbangan ke pabrik diupayakan sesegera mungkin dan pucuk harus langsung dibongkar dan dimasukkan segera ke dalam bak pelayuan setelah sampai ke pabrik.
19
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Pelaksanaan magang dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Febuari
2008 hingga bulan Juni 2008. Lokasi magang adalah Perkebunan
Rumpun Sari Kemuning PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, untuk dua bulan pertama bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di kebun. Kegiatan berikutnya adalah tugas sebagai pendamping mandor yang akan dilaksanakan selama satu bulan. Dan satu bulan terakhir akan bertugas sebagai pendamping asisten afdeling. Selama bekerja sebagai KHL, pekerjaan yang dilakukan dimulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan. Jurnal harian kegiatan magang penulis sebagai KHL dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Kegiatan berikutnya sebagai pendamping mandor dimana kegiatannya adalah mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan karyawan, menghitung biaya operasional yang digunakan pada setiap kegiatan perusahaan, dan membuat kegiatan jurnal harian (Tabel Lampiran 2). Selain itu juga dilakukan pencatatan dan perhitungan prestasi kerja karyawan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan serta bahan dan alat yang akan digunakan dalam setiap kali kegiatan dilapangan. Pada bulan terakhir bertugas sebagai asisten afdeling, kegiatan yang dilaksanakan yaitu membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja, menganalisis setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan membuat jurnal harian (Tabel Lampiran 3). Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah analisis pucuk tanaman teh. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan cara mengamati setiap aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas pucuk setelah pemetikan. Aspek tersebut diantaranya adalah :
20
1. Jenis petikan, akan menentukan mutu, jumlah produksi karena zat penentu kualitas terkandung dalam bagian-bagian pucuk teh yang terambil saat pemetikan. Sistem petikan yang dimaksud adalah mengambil daun muda yang berada di bawah kuncup (peko). Data yang dikumpulkan mengenai sistem petikan dilakukan dengan menganalisis pucuk secara langsung. Cara pelaksanaan analisis dimulai dengan mengambil contoh (sampel) 250 g dari dua afdeling, kemudian sampel tersebut dipisah-pisahkan sesuai pucuk (rumus petik) lalu hasil pemisahan ditimbang. Angka persentase (%) jenis petikan diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata. Rumus untuk menghitung persentase pucuk medium, kasar dan rusak dapat dilihat dibawah ini : Bobot pucuk medium
(%) Pucuk Medium = ------------------------- x 100% Bobot sampel (250 g)
Bobot pucuk kasar
(%) Pucuk Kasar
= ------------------------- x 100% Bobot sampel (250 g)
Bobot pucuk rusak
(%) Pucuk Rusak
= ------------------------- x 100% Bobot sampel (250 g)
2. Gilir petik adalah selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama. Gilir petik yang diamati adalah gilir petik panjang atau pendek yang diaplikasikan di kebun Rumpun Sari Kemuning berdasarkan analisis pucuk dan wawancara dengan mandor petik. Selain berdasarkan analisis pucuk diamati juga gilir petik berdasarkan elevasi (ketinggian) dan umur pangkas. 3. Organisasi dan ketenagakerjaan pemetikan, kegiatan ini akan dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kerja di kebun dengan kebutuhan tenaga pemetik. Kebutuhan tenaga kerja pemetik dapat dilihat dari kapasitas petik yang dibandingkan dengan basic yield yang telah ditetapkan.
21
Data kapasitas petik untuk 4 blok diperoleh dari wawancara dengan mandor dan buku laporan perkebunan. 4. Sarana panen dan transportasi, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dari awal penimbangan setelah pemetikan dan pengangkutan hasil petikan sampai ke pabrik.
22
KONDISI UMUM PERKEBUNAN
Sejarah Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Perkebunan teh PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK) pada awalnya merupakan milik bangsa Belanda dengan nama NV. Cultur Marcave Kemuning. Selama berada dibawah kekuasaan Belanda, hak pemilikan tanah diatur dalam undang-undang agraria Belanda, yaitu pasal 62 tahun 1870 yang memutuskan bahwa pada tanggal 11 April 1925 pemerintahan Belanda memberikan Hak Guna Usaha (HGU) dalam kurun waktu 50 tahun kepada kakak beradik yang merupakan warga Belanda yang bernama Johan dan Vanmender Voor yang berkedudukan di Den Hag, Belanda. Lahan HGU berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ngargoyoso seluas 812.172 ha dan Kecamatan Jenawi dengan luasan 238.828 ha sehingga pada saat itu total areal 1 051 ha yang ditanami dengan kopi dan teh. Perusahaan ini diberi nama NV. Cultuur Maatschappij Kemuning yang pengelolaannya
diserahkan
kepada
Firma
Watering
and
Labour
yang
berkedudukan di Bandung. Pada tahun 1942 sampai tahun 1945 pemerintahan Jepang datang ke Indonesia yang kemudian perkebunan diambil alih. Pada saat kependudukan Jepang, kegiatan komersial mengalami kemacetan karena diserahkan kepada penduduk setempat, sehingga oleh penduduk setempat hanya ditanami palawija. Pada tahun 1945 sampai awal tahun 1948 perkebunan Kemuning dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito. Kemudian pada tahun 1948 sampai dengan tahun 1950 perkebunan dikelola oleh tentara militer RI yang hasilnya digunakan untuk membiayai perjuangan. Berdasarkan Konferensi Meja Bundar pada tanggal 19 Mei 1950 perkebunan Kemuning diserahkan kembali pada NV. Cultuur Maatschappij Kemuning. Pada tanggal 1 Januari 1953 Perkebunan Kemuning dicabut tanpa diserahkan kepada pihak manapun. Sejak dilakukan pencabutan, secara intern beberapa karyawan perkebunan Kemuning membentuk Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning (KPPK). Pada tahun 1965 koperasi tersebut dibubarkan karena banyak pengurus yang terlibat dalam peristiwa G30 S/PKI, sementara itu Perkebunan Kemuning dipegang oleh KODAM IV Diponegoro dengan
23
luas areal 546.864 ha. Hal ini disebabkan adanya kendala dari pihak PKI dalam usaha merebut sebagian areal dan tanaman yang ada hanyalah tanaman teh. Dengan adanya Surat Keputusan Mendagri pada tanggal 3 Nopember 1971 pengelolaan
Perkebunan
Kemuning
berada
dibawah
Yayasan
Rumpun
Diponegoro dan dibentuk PT. Rumpun. Pada tahun 1980, PT Rumpun dipecah menjadi dua, yaitu : 1. PT. Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, randu dan cengkeh yang terdiri dari beberapa kebun, antara lain : a. Perkebunan Carui/Rejodadi di Cilacap b. Perkebunan Samudra di Banyumas c. Perkebunan Darmokradenan di Purwokerto d. Perkebunan Cluwak di Pati e. Perkebunan Jati Pablengan di Semarang 2. PT. Rumpun Teh dengan komoditi teh dan kopi yang terdiri dari tiga kebun, yaitu: a. Perkebunan Kemuning di Karanganyar, Surakarta b. Perkebunan Medini di Kendal, Semarang c. Perkebunan Kaligintung di Semarang Sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2004 PT. Rumpun bekerjasama dengan PT. Astra Agro Niaga yang kemudian diberi nama PT. Rumpun Sari Kemuning. Pada tahun 2004 PT. Rumpun Sari Kemuning bekerjasama dengan PT. Sumber Abadi Tirtasentosa yang berkedudukan di Jakarta. Kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning baik dalam pengelolaan perusahaan maupun pengelolaan kebun sepenuhnya berada dibawah PT. Sumber Abadi Tirtasentosa.
Letak Geografis dan Administratif Perkebunan teh Rumpun Sari Kemuning (RSK) berada pada ketinggian antara 700-1 300 mdpl. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mempunyai kantor pusat di Jalan Imam Bonjol No. 196 Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilan berada di Jalan Puloayang Raya Blok OR I Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta.
24
Lokasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berbatasan dengan Perhutani Gunung Sewu di sebelah Timur, kebun karet PTP XVII di sebelah Barat, Kecamatan Jenawi di sebelah Utara, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Nggandung dan Kecamatan Ngargoyoso. Secara keseluruhan perkebunan ini terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Keresidenan Surakarta, Propinsi Jawa Tengah..
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki jenis tanah andosol dan latosol dengan pH tanah 5-5.5. Topografi lahan di perkebunan ini bervariasi, sekitar 24.1% merupakan perbukitan curam dengan kemiringan berkisar antara 30 - 40%. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki tipe iklim B (daerah sangat basah) menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah sebesar 3 854 mm/tahun dengan 161 hari hujan/tahun. Rata-rata bulan basah 8.1 dan bulan kering 2.7 sehingga didapatkan nilai sebesar 33.3% yang digunakan untuk menentukan tipe iklim. Curah Hujan selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Suhu rata-rata di perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 22°C dengan kelembaban antara 70-92%. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal konsesi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2008 adalah 437.82 ha. Areal tersebut digunakan untuk tanaman teh, lahan cadangan, albazia, emplasemen, jalan, jurang, makan, parit/sungai dan terdapat juga lahan yang tidak ditanami. Luas areal konsesi dan tata guna lahan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.
25
Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tata Guna Lahan Areal TM teh
Luas (ha) 391.97
Cadangan
13.22
Albazia
0.96
Tidak bisa ditanam
13.33
Emplasemen
4.33
Jalan
10.43
Jurang
2.83
Makan
0.46
Parit/Sungai
1.25 437.82
Total
Sumber : Arsip Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008 Lahan produktif tanaman menghasilkan (TM) tersebut terbagi dalam dua afdeling, yaitu afdeling OA yang terdiri dari 13 blok dan afdeling OB yang terdiri dari 14 blok. Luas masing-masing afdeling dapat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Areal Masing-masing Afdeling di Perkebunan RSK
OA
Areal TM (ha) 214.26
Areal Non Produktif (ha) 8.0
Total (ha) 222.26
OB
177.71
19.12
196.83
Total
391.97
27.12
437.82
Afdeling
Sumber : Arsip Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan tanaman teh asal stek (klonal). Jenis-jenis klon yang ada di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah klon TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon TRI 2025 merupakan klon yang paling banyak ditanam di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Tahun tanam di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bervariasi dari tahun 1991 sampai 1994. Jarak tanaman yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm, namun dapat berubah menyesuaikan dengan kontur lahan. Populasi rata-rata dengan jarak tanam 120 cm x 60 cm adalah 10 935 pohon/ha. Jika dilihat dari populasi ini,
26
secara umum Perkebunan Rumpun Sari Kemuning masih kurang dibandingkan dengan populasi tanaman optimal yaitu 12 500 pohon/ha. Hal ini disebabkan banyak tanaman teh yang mati pada saat tanam dikarenakan hama, sehingga banyak areal kosong yang harus disulam (sisip). Luas areal dan komposisi klon tanaman tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Areal dan Komposisi Klon Tanaman teh di Perkebunan RSK OA
Luas Areal (ha) 214.26
OB
177.71
177.71
-
-
1 933 531
Total
391.97
380.97
8.00
3.00
4 288 396
Afdeling
TRI 2025 203.26
Klon (ha) Cin 143 8.00
GMB 3.00
Jumlah Pohon 2 354 865
Populasi (Pohon/ha) 10 990 10 880
Sumber : Arsip Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008 Produksi rata-rata pucuk teh basah di Perkebunan Rumpun Sari kemuning pada tahun 2007 sebesar 3 477 256 kg dengan produktivitas 8 871 kg/ha. Sedangkan produksi teh kering pada tahun 2007 mencapai 777 198 kg dengan produktivitas sebesar 1 982 kg/ha. Tahun 2008 sampai dengan bulan April Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mentargetkan produksi pucuk teh basah sebesar 1 765 000 kg. Pencapaian produksi pucuk teh basah dari target yang telah ditentukan adalah 74% atau sebesar 1 306 947 kg. Target dan realisasi produksi pucuk teh basah dan teh kering disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Pucuk Teh Basah dan Teh Kering di Perkebunan RSK Periode Januari – April 2008 Januari
Luas Areal (ha) 375.63
Februari
364.55
375 000
235 611
82 500
52 666
Maret
364.55
470 000
316 356
103 400
69 979
April
375.63
520 000
354 934
114 400
78 571
Total
1 480.36
1 765 000
1 306 947
388 300
290 327
Bulan
Produksi Pucuk Basah Target (kg) Realisasi (kg) 400 000 400 046
Produksi Pucuk Kering Target (kg) Realisasi (kg) 88 000 89 111
Sumber : Arsip Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008
Pemasaran Produk teh hijau yang dihasilkan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan produk setengah jadi yang merupakan bahan baku untuk proses pengolahan teh lain, khususnya teh wangi. Produk ini dipasarkan baik dalam
27
negeri maupun luar negeri. Kegiatan pemasaran dilakukan oleh bagian pemasaran dari PT Sumber Abadi Tirtasentosa di Jakarta. Sistem pemasaran yang digunakan adalah Delivery Order (DO), yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberikan sampel teh kering hasil produksi kepada konsumen. Dengan demikian konsumen dapat mengetahui sifat dan kenampakan produk teh tersebut. Setelah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, selanjutnya pihak direksi membuat DO. Berdasarkan DO yang telah dikeluarkan oleh direksi, pihak perkebunan akan mengeluarkan barang sesuai dengan DO tersebut. Negara tujuan ekspor teh hijau adalah Afganistan sedangkan untuk tujuan pemasaran lokal meliputi PT Gunung Subur, PT Tri Bintang Interglobal (Sukabumi), PT APM, UUK Supriyatna (Bandung), Edi Hartono (Solo) dan Sutanto (Solo). Volume pemasaran teh Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari – Mei 2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Volume Pemasaran Januari – Mei 2008
Teh
Kering
Perkebunan
RSK
dari
Volume Bulan
Ekspor
Bulan
Total
Lokal
Januari
(kg) 14 200
(%) 20.6
(kg) 54 500
(%) 79.4
(kg) 68 700
(%) 100
Februari
7 200
12.3
51 500
87.7
58 700
100
Maret
28 575
40.5
42 000
59.5
70 575
100
April
12 350
22.7
42 000
77.3
54 350
100
Mei
28 925
34.4
55 200
65.6
84 125
100
Sumber : Arsip Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008
28
PENGELOLAAN PERKEBUNAN
Struktur Organisasi dan Personalia Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang menjadi tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai. Pengaturan dan kebijakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berada pada direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Tugas dan program diserahkan oleh direksi dan dijalankan oleh bagian organisasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Struktur organisasi Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang administratur yang diangkat, diberhentikan dan bertanggung jawab langsung kepada direksi. Administratur bertugas memimpin, mengkoordinasi dan mengawasi semua dalam bidang tanaman, pengelolaan dan administrasi secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan produksi dan produktivitas yang optimal. Dalam melaksanakan tugasnya administratur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala tanaman, dan kepala pabrik. Kepala tata usaha bertugas dan bertanggung jawab kepada administratur mengenai semua kegiatan berupa membuat laporan bulanan dan tahunan, baik menyangkut biaya yang dikeluarkan, pengelolaan kebun dan hasil perkebunan. Dalam
melaksanakan
tugasnya
kepala
tata
usaha
dibantu
oleh
krani I personalia/umum, krani I keuangan, krani I gudang, dan operator. Kepala tanaman bertugas mengelola dan mengkoordinir semua kegiatan di lapangan baik yang menyangkut teknis maupun administrasi sesuai dengan kebijakan administratur sehingga kualitas dan kuantitas produksi dapat tercapai. Dalam melaksanakan tugasnya kepala kebun dibantu oleh asisten afdeling. Kepala pabrik bertugas mengontrol dan mengkoordinir kegiatan pengolahan dan produksi,
berkewajiban
atas
pemeliharaan
infrastruktur
pabrik.
Dalam
melaksanakan tugasnya kepala pabrik dibantu oleh krani timbang dan mandor olah.
29
Ketenagakerjaan Tenaga kerja di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri dari karyawan staf, karyawan non staf, karyawan harian tetap, dan karyawan harian lepas. Karyawan staf dan non staf merupakan wewenang direksi pusat dimana karyawan yang diangkat harus berdasarkan surat keputusan dari direksi pusat. Karyawan staf terdiri dari administratur, kepala tanaman, kepala afdeling , kepala tata usaha, dan kepala pabrik, sedangkan karyawan non staf terdiri dari kepala keuangan, kepala personalia, kepala gudang, dan krani. Karyawan harian tetap adalah karyawan yang diangkat oleh administratur dengan persetujuan direksi, sedangkan karyawan harian lepas adalah karyawan yang bekerja secara temporer, apabila kebun membutuhkan pekerja tambahan. Indeks Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebesar 1.59/ha. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6.
Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008 Kantor
Tempat Kerja Pabrik
Kebun
Total
Karyawan Staf
2
1
3
6
2
Karyawan Non Staf
15
14
28
57
3
Karyawan Harian Tetap (KHT)
2
61
-
63
4
Karyawan Harian Lepas (KHL)
2
16
556
574
Total
21
92
587
700
No
Status
1
Sumber : Kantor Induk Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008 Sistem penggajian untuk karyawan staf dan non staf di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ditetapkan dari direksi dengan besarnya gaji berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan golongannya masing-masing. Untuk karyawan harian tetap sistem penggajian ditetapkan berdasarkan surat keputusan administratur dengan besarnya gaji sesuai dengan hari kerja. Sedangkan untuk karyawan harian lepas besarnya gaji berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh dan disesuaikan dengan UMR yang berlaku. Pembagian gaji untuk semua karyawan dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada akhir bulan.Hari kerja karyawan dalam satu minggu adalah 6 hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Jenis pekerjaan yang dilakukan di pabrik membutuhkan
30
waktu 24 jam/hari sehingga diberlakukan 2 shift kerja dan pekerjaan di luar kerja dihitung lembur.
Kesejahteraan Karyawan Produktivitas kerja di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat ditingkatkan
dengan
menyediakan
fasilitas-fasilitas
yang sesuai
dengan
kemampuan perusahaan, fasilitas tersebut diantaranya perumahan, pelayanan kesehatan, dan sarana olahraga. Perumahan dan sarana penunjang keluarga disediakan kebun untuk karyawan khususnya administratur, kepala tanaman, kepala pabrik, dan kepala tata usaha yang berasal dari daerah. Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh kebun adalah pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan karyawan dengan cara menunjuk salah satu rumah sakit sebagai sarana pelayanan. Untuk kegiatan olahraga, kebun menyediakan peralatan dan fasilitas olahraga bagi karyawan, diantaranya lapangan bulutangkis. Selain fasilitas-fasilitas di atas pihak kebun juga memberikan cuti kerja terhadap karyawan yaitu cuti 12 hari kerja setiap satu tahun. Setiap karyawan mendapatkan pakaian kerja satu stel setiap tahunnya dan pihak kebun juga mengadakan
promosi
dan
penghargaan
untuk
karyawan
dengan
surat
pengangkatan (melalui SK) dan gaji sesuai jabatan.
Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf Kepala Tanaman Kepala tanaman merupakan salah satu tenaga kerja tingkat staf dalam lingkup kebun. Kepala tanaman bertugas mengawasi kegiatan yang terjadi di lapang berdasarkan rencana yang ada (S.O.P) secara bersama-sama dengan asisten, memberikan instruksi perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi, memberi motivasi terhadap hal yang sesuai untuk dipertahankan dan menentukan target produksi kebun untuk tiap-tiap afdeling dengan berdasarkan keadaan dan potensi kebun di lapangan, kemudian membandingkannya dengan tahun lalu. Dalam melaksanakan tugasnya kepala kebun dibantu oleh kepala afdeling.
31
Kepala tanaman melakukan pengawasan dengan cara mengontrol seluruh kegiatan kebun setiap hari. Pengawasan dilakukan dengan cara mengelilingi kebun dengan menitik beratkan kepada kebun-kebun yang mendapatkan masalah dan pada bagian yang sedang dilaksanakan kegiatan perawatan. Apabila terjadi kesalahan kepala tanaman berhak memberikan teguran dan memberikan arahan pola kerja yang baik serta menanyakan masalah yang mungkin ditemukan di lapangan baik yang berhubungan dengan teknik maupun manajemen. Kepala tanaman setiap hari memeriksa hasil kegiatan mandor dalam buku laporan mandor. Pemeriksaan yang dilakukan berupa realisasi pelaksanaan kegiatan di kebun.
Kepala Afdeling Tugas dan tanggung jawab kepala afdeling meliputi beberapa fungsi manajemen dalam mengelola kebun baik teknis maupun administrasi. Fungsi manajemen yang dilaksanakan adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan
(actuating),
koordinasi
(coordinating),
dan
pengendalian (controlling). Fungsi perencanaan dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran tahunan yang diimplementasikan dalam rencana kerja dan anggaran bulanan. Rencana kerja tersebut meliputi kegiatan pemetikan, rawat, dan pangkas. Dari rencana kegiatan ini dapat diketahui besarnya tenaga kerja, alat, bahan, dan biaya yang dibutuhkan. Pengorganisasian dilakukan dengan memilih dan menentukan jenis pekerjaan yang dilaksanakan sesuai prioritas. Fungsi pengarahan dilakukan dengan instruksi dan pengarahan kerja serta memberikan motivasi kepada mandor untuk meningkatkan prestasi kerja. Dalam melaksanakan fungsi koordinasi seorang kepala afdeling bekerja sama dengan jajaran staf dan non staf mengenai pekerjaan di lapang. Pemeriksaan secara rutin laporan kerja mandor dan absensi, mengontrol pekerjaan dibeberapa blok yang menjadi prioritas untuk melihat secara langsung pelaksanaan kerja dan kualitas hasil kerja pekerjanya, mengoreksi kesalahan kerja,memberikan pemecahan masalah-masalah yang timbul di lapang baik dalam hal teknis maupun manajemen pelaksanaan tenaga kerja dan memonitor pencapaian target kerja dan produksi termasuk dalam fungsi
32
pengendalian. Apabila dalam pelaksanaan terdapat kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh karyawan maka kepala afdeling dapat memberikan teguran kepada karyawan tersebut. Evaluasi pekerjaan dilakukan dengan mengontrol buku kerja afdeling. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten adalah mengontrol kegiatan di lapangan dan memonitor pencapaian target kerja dan produksi.
Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan Kegiatan pengelolaan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri dari kegiatan seleksi bibit, penyulaman (sisip), pemeliharaan, dan pemetikan. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pengendalian gulma baik secara manual maupun kimia, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemupukan dan pemangkasan. Sistem upah tenaga kerja terdiri dari dua jenis yaitu sistem upah berdasarkan hari kerja dan sistem upah berdasarkan hasil kerja/prestasi yang didapatkan (borong). Untuk kegiatan pemangkasan sistem upah
yang digunakan adalah
sistem upah borong dengan besarnya upah sebesar Rp. 14 000,-/400 m2 (patok). Sedangkan untuk kegiatan pemetikan, upah borong yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 300,-/kg pucuk basah apabila pucuk yang dihasikan memenuhi syarat (MS) yaitu sebesar 40% analisis pucuk tetapi apabila kurang dari 40% maka upah yang diperoleh adalah sebesar Rp. 275,-/kg dengan kapasitas pemetik berkisar 25-35 kg/hari. Semua kegiatan yang dilakukan di lapang diatur dan diawasi oleh seorang mandor yang bertanggung jawab langsung terhadap kepala afdeling dan kepala tanaman. Mandor lapangan terdiri dari mandor pemeliharaan (rawat) dan mandor petik. Setiap mandor wajib melaporkan kegiatan harian dengan mengisi buku laporan mandor yang berisi laporan hasil kegiatan yang telah selesai dilakukan.
Mandor Pembibitan Mandor pembibitan dirangkap oleh mandor panen karena Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tidak mempunyai mandor khusus pembibitan. Kegiatan yang dilaksanakan di pembibitan adalah seleksi bibit, menentukan banyaknya
33
bibit yang diperlukan dan pengangkutan bibit ke lapang. Mandor pembibitan melaksanakan tugasnya secara rutin di lokasi pembibitan yang membawahi karyawan harian lepas.
Mandor Pemeliharaan Mandor rawat terdiri dari mandor pengendalian gulma secara manual (dongkel anak kayu), mandor pengendalian gulma secara kimia, mandor hama penyakit tanaman (HPT), mandor pemupukan, dan mandor pemangkasan. Selain mandor HPT dan pengendalian gulma secara kimia, Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tidak mempunyai mandor khusus untuk setiap kegiatannya. Masing-masing saling melengkapi satu sama lain berdasarkan prioritas pekerjaan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Mandor pengendalian gulma secara manual (dongkel anak kayu) bertugas mengawasi secara langsung setiap tenaga penyemprot selama pekerjaan berlangsung dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Penentuan blok kebun yang akan didongkel direncanakan oleh kepala tanaman. Mandor tersebut membawahi tenaga kerja dengan status karyawan harian lepas. Alat yang digunakan adalah sabit yang dibawa oleh masing-masing pekerja. Mandor pengendalian gulma secara kimia (mandor semprot) bertugas memeriksa kelengkapan alat, dosis bahan kimia yang akan digunakan, menentukan jumlah hari yang diperlukan untuk melakukan penyemprotan, dan memberitahukan blok yang akan disemprot kepada anak buahnya. Mandor semprot bekerja berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya dan dapat berubah sesuai kondisi lapang. Mandor semprot membawahi 6 orang penyemprot, dikarenakan jumlah tenaga penyemprot yang sedikit maka untuk tenaga pengangkut air tidak ada. Luas areal yang disemprot bergantung pada total luasan areal yang akan disemprot, namun biasa berkisar 3-4 ha/hari. Selama pekerjaan berlangsung mandor semprot mengawasi dan mengarahkan tenaga kerjanya agar tidak ada areal yang terlewat atau penyemprotan pada areal yang sama. Mandor semprot juga mengamati hasil penyemprotan 4 hari kemudian dan hasilnya dilaporkan kepada kepala afdeling.
34
Mandor HPT dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor EWS (Early Warning Sistem) dalam mengetahui hama/penyakit yang menyerang dan blok mana yang akan dikendalikan, sehingga bahan kimia yang digunakan tepat Mandor HPT harus mengetahui lokasi sumber air yang terdekat dengan lokasi penyemprotan untuk memudahkan pekerjaan. Mandor HPT membawahi 14 orang yang terdiri dari 8 orang penyemrot dan 4 orang sebagai pengangkut air sekaligus pencampur/pembuat larutan bahan. Mandor HPT melakukan pengawasan selama penyemprotan berlangsung dengan cara mengarahkan dan mengikuti para pekerja. Selain itu, mandor HPT juga melakukan pengawasan langsung terhadap perkembangan lokasi yang telah disemprot. Pemupukan
merupakan
kegiatan
yang
memerlukan
lebih
banyak
pengawasan. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dongkel. Dalam melakukan pengawasan mandor pemupukan dibantu oleh kepala afdeling, kepala keamanan,
dan
kepala
tanaman.
Kegiatan
pengawasan
dilakukan
dari
pengambilan pucuk di pabrik sampai pengangkutan menuju lapang. Mandor menempatkan pupuk berdasarkan lokasi yang akan dipupuk untuk memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan. Pada saat pemupukan berlangsung mandor mengawasi secara langsung dari mulai pencampuran pupuk sampai pemupukan.
Selain
melakukan
pengawasan,
mandor
pemupukan
juga
memberikan pengarahan dalam menentukan arah pemupukan, banyaknya pupuk yang diberikan ke tanaman, dan mengawasi agar tidak ada areal yang terlewat dan areal dipupuk dua kali serta menghindari terjadinya penyelewengan yang dilakukan pemupuk. Setelah kegiatan pemupukan selesai, dilakukan penghitungan karung dan membawa kembali karung sebagai bukti bahwa pemupukan telah dilakukan. Mandor pangkas merangkap sebagai mandor dongkel dan mandor pemupukan karena Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tidak mempunyai mandor pangkas khusus. Mandor pangkas melakukan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan oleh kepala tanaman. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan pemangkasan bergantung terhadap luas areal yang akan dipangkas, jumlah populasi tanaman, jumlah tenaga pangkas, dan kondisi lapang. Mandor pangkas memiliki tenaga kerja pangkas 15 orang. Tenaga kerja pangkas
35
merupakan karyawan harian lepas dengan sistem upah borongan yaitu sebesar Rp 14 000,-/400 m2 (patok). Selama kegiatan berlangsung mandor pangkas mengawasi secara langsung agar tidak terjadi kesalahan pada waktu pemangkasan.
Mandor Panen Pemetikan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan pemetikan diatur dan diawasi oleh mandor panen yang melakukan pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pemetikan agar pemetik dapat memetik sesuai dengan ketentuan. Tugas utama seorang mandor panen adalah membuat rencana pengaturan areal blok tanaman yang akan dipetik dan disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Setiap mandor panen memiliki target produksi dengan menyesuaikan terhadap kondisi kebun. Selain itu tugas seorang mandor panen adalah mencatat hasil petik setiap pemetik setiap hari dan sebagai daftar hadir, serta membuat laporan hasil kerja. Hasil petik yang dicatat oleh mandor panen diserahkan. Setiap mandor panen membawahi 28 - 32 orang pemetik yang berstatus KHL dengan sistem upah borongan.
36
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN
Pembibitan Pembibitan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terletak di Blok 8 Afdeling OB dengan luas sebesar 0.08 ha dan menggunakan sistem single node cutting (stek satu buku) yang diambil dari tanaman klon TRI 2025 yang memenuhi syarat sebagai tanaman induk yaitu berumur lebih dari 7 tahun setelah tanam. Lokasi kebun yang ditentukan merupakan lokasi yang akan dilakukan kegiatan pemangkasan, hal ini dilakukan agar tanaman induk yang telah mengalami pemangkasan dapat dirawat dengan sangat baik agar didapat tanaman induk yang baik. Pemilihan stek diambil dari tanaman induk yang cukup umur, yaitu 4 – 5 bulan setelah pangkas, ruas yang diambil dimulai dari ruas ke-4 (dari peko) sampai ruas ke-9, di atas ruas ke-9 kurang baik karena terlalu tua. Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi 2 m dan jarak antar tiang 3 m x 3 m dengan arah gawangan Timur – Barat. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 15 m dan lebar 1 m. Antar bedengan dibuat parit dengan lebar 30 cm. Bagian atas dan samping bangunan ditutup menggunakan anyaman bambu dimana untuk bagian atas lubang kerapatan yang digunakan berukuran 2 cm x 4 cm agar dapat menembuskan sinar matahari 25%. Sedangkan bagian samping ukuran disesuaikan kondisi lahan. Gambar lokasi pembibitan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Pembibitan di Perkebunan RSK Kegiatan pembibitan terdiri dari persiapan tanah dan pengisian polybag, penanaman stek dan pemeliharaan bibit. Sebagai media, tanah yang digunakan
37
selayaknya adalah tanah kosong. Tanah untuk polybag merupakan campuran tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil). Tanah yang telah dikumpulkan kemudian diayak untuk membuang sampah-sampah dan akar-akar tanaman serta membantu memecahkan gumpalan-gumpalan tanah yang terlalu besar. Kedua lapisan tanah dicampur dengan pupuk Urea 300 g/m3 dan TSP 150 g/m3 kubik tanah. Pengisian tanah ke dalam polybag dilakukan dengan memasukkan top soil terlebih dahulu sebanyak 2/3 bagian kemudian 1/3 bagian atas diisi sub soil. Polybag yang digunakan berukuran 25 cm x 12 cm dan transparan (tembus pandang) agar dapat memudahkan dalam melihat pertumbuhan akar. Polybag diberi lubang sebanyak 5 lubang supaya tanah di dalam polybag mempunyai drainase yang baik. Polybag yang telah diisi media tanah dimasukkan ke dalam bedengan dan disusun secara selang-seling sehingga pada waktu penanaman cutting tidak saling menutupi, kemudian disiram dengan menggunakan Vafam 150 g/m3 setelah itu tanah ditutup dengan plastic seed selama 21 hari. Stek yang akan ditanam dipotong sehingga hanya memiliki 1 daun dengan internode (ruas) di bawah daun tersebut dengan kemiringan potongan 45°. Hasil potongan langsung dimasukkan ke dalam larutan Dithane M45 dengan konsentrasi 150 g/150 l air hal ini dilakukan dengan tujuan terhindar dari penyakit blister blight. Untuk merangsang pertumbuhan akar, digunakan Rootone F dicampur dengan 2 cc air untuk setiap 1 gram Rootone F sebelum penanaman dilakukan. Bahan stek ditanam di polybag dengan posisi daun menghadap pada satu arah, sehingga mata tunas tidak saling menutupi. Setelah dilakukan penanaman, polybag disiram air kemudian ditutup menggunakan plastik sungkup dengan tinggi rangka sungkup 30 – 35 cm dari atas permukaan susunan polybag. Stek ditutup selama 3 bulan. Selama kegiatan penyungkupan berlangsung, penyiraman tetap dilakukan tetapi hanya menyesuaikan kondisi tanah agar tidak terjadi kekeringan. Setelah berumur 3 – 4 bulan plastik sungkup dibuka, penyiraman dilakukan 3 hari sekali dan penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali kemudian sungkup dibuka tutup secara bertahap. Apabila terjadi hujan deras sungkup dipasang
38
Pada saat bibit berumur 4 bulan dilakukan pemeliharaan, seperti penyiangan gulma dan penyiraman setiap harinya. Pemupukan dilakukan lewat daun maupun tanah. untuk pupuk daun dilakukan dengan interval 2 minggu sekali. Pupuk daun yang digunakan
adalah Bayfolan dengan
konsentrasi 50 ml/knapsack,
penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer. Pemupukan tambahan lewat tanah digunakan Urea yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi larutan tidak lebih dari 1%. Pengendalian HPT dilakukan apabila terjadi serangan. . Setelah bibit berumur 8 bulan, bibit dipisahkan berdasarkan tinggi menjadi tiga kelas. Bibit kelas I memiliki tinggi 30 cm – 45 cm, bibit kelas II memiliki tinggi 20 cm – 25 cm dan bibit kelas III memiliki tinggi 10 cm – 15 cm. Mahasiswa melakukan kegiatan pembibitan selama 3 hari meliputi kegiatan penyiangan gulma.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Tanaman menghasilkan memerlukan pemeliharaan yang baik untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tujuan dilakukan pemeliharaan adalah untuk menjaga agar tanaman tetap sehat dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman menghasilkan meliputi : pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma serendah mungkin. Selain dapat mengganggu produksi tanaman menghasilkan, pertumbuhan gulma yang tinggi akan mempersulit kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual (weeding) dilakukan terhadap gulma yang tidak mati atau resisten terhadap herbisida dengan cara membabat dan mendongkel gulma sampai permukaan tanah, tetapi dengan menghindari terjadinya pelukaan pada tanaman teh. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara dongkel anak kayu (DAK).
39
Pengendalian gulma dongkel anak kayu (DAK) dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali sangat kecil. Kegiatan ini dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai tanaman teh. Gulma yang telah dicabut diletakkan di atas perdu dibiarkan kering dan dipindahkan oleh tenaga kerja panen satu hari kemudian. Pengendalian gulma manual dilakukan dengan menggunakan sabit yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Teknis pelaksanaannya dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari topografi rendah ke topografi yang tinggi. Aplikasi pengendalian gulma secara manual adalah 2 kali dalam satu tahun tetapi selalu disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Norma kerja pengendalian gulma secara manual adalah 0.1 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia (chemist) adalah pengendalian gulma menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu dengan menggunakan herbisida sistemik Round Up 480 AS dengan dosis 1.9 – 2 l/ha dan konsentrasi 5 ml/l air . Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l dan menggunakan nozzle VLV 100. Volume larutan yang digunakan untuk 1 ha adalah sebesar 375 l air. Penyemprotan dimulai dari lokasi yang tersulit menuju lokasi yang mudah. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan diarahkan di bawah bidang petik teh atau setinggi gulma (± 15 cm) untuk menghindari keracunan pada pucuk teh. Sebelum kegiatan penyemprotan dilakukan, bahan kimia dicampur di dalam tong berukuran 230 l. Herbisida yang digunakan pada Perkebunan RSK antara lain, Dacomin 865 SL berbahan aktif 2.4 D Dimetil amina dengan dosis 1 – 1.5 l/ha untuk gulma berjenis daun lebar dan Wrap up 480 AS berbahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 1 – 2 l/ha untuk gulma berdaun lebar dan alang-alang. Penyemprotan dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan kegiatan segera dihentikan. Apabila pada saat turun hujan terpaksa harus dilakukan, maka pada larutan herbisida ditambahkan perekat (Amida) dengan konsentrasi 1 l/200 l air. Aplikasi pengendalian gulma secara kimia adalah 4 kali dalam satu tahun tetapi dapat berubah menyesuaikan dengan kondisi gulma di lapangan. Pengaruh herbisida dapat terlihat 4 – 5 hari setelah penyemprotan dilakukan, gulma akan terlihat layu dan berwarna kuning.
40
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimia di Perkebunan RSK Jadwal pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dan kimia ditetapkan oleh mandor. Selain itu mandor memperhatikan selang waktu antara pengendalian gulma secara manual dan kimia. Setiap pelaksanaan kegiatan selalu diawasi oleh mandor. Tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia dibagi menjadi dua yaitu sebagai pengangkut air (langsir) dan penyemprot. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 10 orang dengan perbandingan tenaga pengangkut air dan tenaga penyemprot adalah 2 : 1 sehingga tenaga penyemprot berjumlah 6 orang dan 4 orang sebagai tenaga pengangkut. Komposisi tenaga kerja dapat berubah sesuai luas areal, jauh dekatnya lokasi dari sumber air dan tenaga yang hadir. Norma kerja untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 0.52 ha/HK, sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual 1.33 ha/HK. Mahasiswa melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual selama 4 hari dengan prestasi kerja 0.3 ha/HK dan pengendalian gulma secara kimia selama 2 hari dengan prestasi kerja 0.1 ha/HK
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan secara kimia. Sebelum dilakukan kegiatan pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman terlebih dahulu dilakukan kegiatan deteksi (Early Warning Sistem) untuk mengetahui jenis Hama dan Penyakit Tanaman yang menyerang, intensitas serangan, luas serangan, memperkirakan kebutuhan pestisida, kebutuhan tenaga kerja, volume semprot, baik untuk hama maupun penyakit.
41
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha peningkatan produksi pucuk teh. Pada tingkat serangan tinggi dapat menyebabkan batang teh rusak, tanaman menjadi lemah bahkan dapat menyebabkan kematian. Hama yang banyak menyerang tanaman teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah Empoasca sp, ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), mite (tungau) sedangkan penyakit yang banyak menyerang adalah cacar daun (blister blight). Empoasca sp adalah hama yang paling berpengaruh terhadap produksi, serangan terbesar biasa terjadi pada musim kemarau. Hama ini umumnya menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan daun. Pada daun yang terserang timbul noda-noda berwarna kemerahan, kemudian mengering. Gejala selanjutnya adalah pucuk mengalami pertumbuhan tidak normal (malformasi) dan tampak seperti cakar ayam. Gejala serangan ringan ditandai dengan adanya klorosis pada daun dan tulang daun. Pada gejala serangan sedang ditandai dengan daun bagian pinggir keriting dan gejala serangan berat sebagian besar daun muda berwarna kuning kusam, keriting dan bagian pinggir daun mengalami kematian. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sistemik yaitu Confidor berbahan aktif Imidakloprid dengan dosis 94 – 188 ml/ha, konsentrasi 0.25 – 0.50 ml/l air. Serangan ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun terjadi sepanjang tahun. Ulat penggulung daun menyerang menyerang daun teh muda dan daun teh tua yang mengakibatkan daun tergulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Ulat penggulung pucuk hampir sama dengan ulat penggulung daun tetapi lebih sering menyerang pucuk daun teh sehingga pucuk menjadi tergulung. Pengendalian secara kima dilakukan dengan dilakukan penyemprotan insektisida kontak yaitu Rizotin 100 EC berbahan aktif
Sipermetrin dengan dosis
375 – 750 ml/ha konsentrasi 1 – 2 ml/l air. Cara pengendaliannya dapat juga dilakukan secara manual yaitu dengan cara memetik daun yang terserang bersamaan dengan pemetikan. Tungau (mite) merupakan hama yang berkembang sepanjang tahun tetapi dapat berkembang secara pesat pada musim kemarau, sehingga serangan besar biasa terjadi pada musim kemarau. Hama ini menyerang daun teh tua khususnya
42
bagian bawah permukaan daun. Gejala serangan awal ditandai dengan adanya bercak kecil pada pangkal daun dan membentuk koloni pada pangkal daun. Serangan selanjutnya akan mengarah pada ujung daun. Kemudian daun menjadi berwarna kemerah-merahan, kering dan rontok. Akibat hama ini dapat menimbulkan penurunan produksi pucuk akibat daun teh tua yang berfungsi sebagai daun penyangga rontok sehingga hanya meninggalkan ranting-ranting. Pengendalian hama Tungau dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida kontak yaitu Kelthane 200 EC berbahan aktif Difokol dengan dosis 281 – 421 ml/ha konsentrasi 0.75 – 1.12 ml/l air.
Gambar 3. Tanaman Teh yang Terserang Empoasca sp Penyakit yang banyak menyerang tanaman teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan terbesar biasa terjadi pada musim hujan, dikarenakan kelembaban udara relatif tinggi dan sinar matahari kurang. Gejala serangan dimulai dengan adanya bercak tembus pandang kemudian bercak membesar dan membentuk tonjolan pada permukaan daun. Dalam beberapa hari bercak menjadi berwarna coklat lalu mengering, akan terbentuk lubang. Pengendalian penyakit ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan fungisida kontak yaitu Nordoox 86 WG berbahan aktif tembaga oksida 86% dengan dosis 469 g/ha, konsentrasi 1.25 g/l air. Pengendalian hama dan penyakit tanaman di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan secara rutin berdasarkan serangan yang terjadi. Pengendalian yang dilakukan di setiap blok dapat berbeda-beda baik jenis, dosis maupun aplikasinya. Pengendalian hama dan penyakit dihentikan apabila turun hujan. Alat
43
yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah mist blower dengan kapasitas 12 l dan knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Kegiatan deteksi (Early Warning System) dilakukan oleh petugas deteksi yang berjumlah 2 orang untuk dua afdeling yaitu afdeling OA dan afdeling OB. Kegiatan ini dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 3 tanaman setiap patok sehingga dalam 1 ha (25 patok) terdapat 75 tanaman sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Kegiatan EWS dilakukan setiap harinya secara rutin pada tiap blok. Tenaga kerja untuk pengendalian hama dan penyakit berjumlah 14 orang yang terdiri atas 8 – 10 orang tenaga penyemprot, 4 – 6 orang pengangkut air dan pembuat larutan. Tiap masing-masing pekerja membawa perlengkapan berupa masker dan sarung tangan. Norma kerja untuk kegiatan pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman adalah 0.52 ha/HK. Mahasiswa melakukan melakukan kegiatan pengandalian Hama dan Penyakit Tanama secara kimia selama 5 hari dengan prestasi kerja 0.2 ha/HK.
Gambar 4.
Pelaksanaan Pengendalian HPT Dengan Menggunakan knapsack sprayer
Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan TM yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan daya dukung tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi pucuk. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu. Pemupukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui dua cara, yaitu pemupukan melalui tanah dan pemupukan melalui daun. Dosis
44
pemupukan ditetapkan atas dasar rekomendasi direksi berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun yang dilakukan setiap tahun dari masing-masing blok. Dengan demikian dosis pupuk tiap blok berbeda tergantung kondisi tanaman, kandungan hara tanah dan potensi produksi dari tiap blok. Dosis rekomendasi pemupukan teh tahun 2008 terdapat pada Tabel Lampiran 4. Pemupukan melalui tanah terbagi atas tiga rotasi, rotasi pertama pada bulan Februari – April dilaksanakan pemupukan Urea (46% N) dengan dosis 216.9 kg/ha, MOP (60% K2O) dengan dosis 125.0 kg/ha. Pemupukan rotasi kedua pada bulan April dilaksanakan pemupukan Urea dengan dosis 91 kg/ha, SP 36 (36% P2O5) dengan dosis 108.6 kg/ha dan ZA (21% N, 24% S). Sedangkan pemupukan rotasi ketiga pada bulan Oktober dilaksanakan pemupukan Urea dengan dosis 216.8 kg/ha dan MOP dengan dosis 125.0 kg/ha. Pada pelaksanaannya sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman dan cuaca. Pupuk daun (demplot) yang digunakan adalah ZnSO4 (Zinc sulphate) dengan dosis 3 kg/ha. Rekomendasi pemupukan tanaman teh di Perkebunan RSK didasarkan atas analisis tanah dan daun yang dilakukan dengan cara Leaf Sample Unit (LSU) yang dianalisis rutin setiap tahunnya oleh HO (Direktorat Pertanaman). Pelaksanaan pemupukan lewat daun bersamaan dengan kegiatan pengendalian HPT dengan aplikasi 6 kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Mei – Oktober. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Pemupukan ini dilakukan setelah pemetikan agar tidak berpengaruh pada mutu pucuk. Pemberian pupuk lewat daun berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Tenaga kerja pemupukan merupakan tenaga kerja pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu) yang berjumlah 16 orang yang terdiri dari pemupuk dan langsir (pengangkut pupuk sekaligus pencampur). Tenaga langsir bertugas menempatkan pupuk yang telah dicampur pada lokasi yang berdekatan dengan tenaga
pemupuk
untuk
mempermudah
dan
mempercepat
pemupukan.
Pencampuran pupuk dilakukan di lapangan dengan perbandingan Urea dan MOP yaitu 2 : 1. Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk diantara 2 sampai 3 baris tanaman dengan sistem menyisir dimana pemupuk berdiri mengikuti barisan kemudian bergerak ke depan searah barisan tanaman.
45
Pemupukan dimulai dari tempat yang sulit ke tempat yang mudah atau lebih dekat dengan jalan. Pemupuk melakukan penaburan pupuk dengan tangan, tidak menggunakan alat takar sehingga dosis pupuk per pokok sering tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Norma kerja untuk pemupukan adalah 1.3 ha/HK dengan upah Rp. 12 000,-/HK. Mahasiswa melakukan kegiatan pemupukan selama 2 hari dengan prestasi kerja 0.12 ha/HK.
Pemangkasan Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan untuk membuat tanaman teh menjadi perdu, agar pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daun-daunnya, sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting-ranting utama saja dengan maksud memperbaiki percabangan. Pokok yang telah dipangkas dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pokok yang Telah Dipangkas Standar tinggi pangkasan yang ditetapkan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 70 cm. Luka pangkas tidak boleh pecah serta luka karena
dapat
menghambat
pertumbuhan
tunas
baru.
Bentuk
potongan
(luka pangkas) membentuk sudut 45° menghadap ke dalam perdu, bidang pangkas sejajar dengan permukaan tanah atau mengikuti kemiringan lahan. Pemangkasan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa sabit, namun sabit yang digunakan berukuran lebih besar dibandingkan
46
yang digunakan untuk dongkel anak kayu. Alat yang digunakan harus tajam karena cabang atau batang yang dipangkas tidak boleh pecah. Tingkat pangkasan rata-rata dan persentase kerusakan pangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Persentase Pemangkasan di Afdeling OB, Blok 7
Kerusakan
Akibat
I
Tinggi Pangkas (cm) 63.7
Rata-rata Jumlah Batang/Cabang yang Dipangkas 30.0
Rata-rata Jumlah Batang/Cabang yang Rusak 6.7
II
65.0
35.0
7.0
21.0
III
62.0
31.7
4.0
13.7
IV
57.0
20.7
4.6
20.0
Rata-rata
61.9
29.35
5.6
20.0
Ulangan
Kerusakan (%) 25.3
Keterangan : Tiap ulangan diambil 3 sampel secara acak Sumber : Pengamatan di lapang Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan perkebunan yang terletak pada ketinggian 700 – 1 300 m dpl menerapkan gilir pangkas 4 – 5 tahun. Luas areal yang dipangkas dalam satu tahun sebesar 25% dari luas total TM dan disebar dalam beberapa bulan, hal ini dilakukan untuk mencegah turunnya produksi. Pelakasanaan kegiatan pemangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya produktivitas basah (> 50%), kondisi kebun, iklim, dan tenaga kerja. Persentase realisasi pemangkasan berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Realisasi Pemangkasan Tahun 2004 – 2007 Tahun Pangkas 2004
Afdeling A (ha) 35.94
Afdeling B (ha) -
Total Luas (ha) 35.94
Persentase Pemangkasan (%) 9.16
2005
75.97
38.81
114.78
29.28
2006
19.19
31.20
50.39
12.85
2007
49.93
44.93
94.36
24.07
Total
181.03
114.94
295.47
75.36
Sumber : Buku Laporan Bulanan Perkebunan RSK 2004 – 2007 Sisa pangkasan berupa ranting-ranting disingkirkan dari permukaan bidang pangkas agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas dan diletakkan diantara barisan tanaman. Pelaksanaan pembersihan ranting ini disebut dengan beres
47
cabang dilakukan oleh tenaga rawat bersamaan dengan kegiatan dongkel anak kayu/babad gulma beberapa minggu setelah pemangkasan dilakukan. Tenaga kerja pemangkasan adalah KHL dengan sistem upah borongan. Besarnya upah yang dibayarkan ditentukan oleh luasan yang telah dipangkas oleh tenaga dengan upah per patok sebesar Rp. 14 000,-. Norma kerja untuk pemangkasan adalah 1.5 patok/hari (0.06 ha/HK). Mahasiswa melakukan pemangkasan selama 3 hari dengan prestasi kerja 25 perdu.
Gambar 6. Pelaksanaan Kegiatan Pemangkasan
Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daun yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk kering. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan
produksi
yang
berkesinambungan.
Pemetikan
dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengolahan yang baik.
Jenis Pemetikan Jenis pemetikan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri dari pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilaksanakan pada tahap awal setelah pemangkasan. Pemetikan dilakukan dengan tujuan membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup, agar
48
tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Kegiatan pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pemetikan Jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Pemetikan jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan apabila 60% areal yang telah dipangkas pertumbuhan tunasnya telah mencapai ketinggian 20 cm dari luka pangkas. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan umumnya 3-4 bulan setelah pemangkasan dengan 3-5 kali gilir petik. Pemetikan hanya ditujukan pada tunas yang tumbuh ke atas sementara tunas yang ke samping dibiarkan agar bidan petik menjadi lebar. Pada pelaksanaan kegiatan digunakan alat bantu berupa ani-ani dan kayu berbentuk salip yang memiliki ukuran ketinggian 75 – 85 cm dengan lebar 100 cm.. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan sampai menjelang pemetikan gendesan. Pemetikan produksi dilakukan setelah terbentuk bidang petik yang rata dan ketebalan daun pemeliharaan telah mencapai 20 cm atau 4 - 5 lapis daun di bawah bidang petik. Jenis petikan yang digunakan adalah petikan medium yang terdiri dari pucuk peko dengan satu daun (p+1), pucuk peko dengan dua daun (p+2), pucuk peko dengan tiga daun (p+3), pucuk burung dengan satu daun muda (b+1m) dan pucuk burung dengan dua daun muda (b+2m). Pucuk peko merupakan pucuk yang tumbuh secara aktif sedangkan pucuk burung adalah pucuk yang sedang istirahat atau tidak tumbuh aktif. Pucuk yang baru muncul jika diperkirakan pada gilir petik berikutnya sudah tua harus dipetik.
Dalam
pelaksanaan
pemetikan
produksi
pemetik
harus
tetap
memperhatikan daun pemeliharaan, karena jika daun pemeliharaan terlalu tipis akan menyebabkan pertumbuhan pucuk menjadi terhambat. Pemetikan produksi dilakukan secara manual.
49
Pemetikan gendesan merupakan kegiatan pemetikan yang dilakukan pada tanaman teh menjelang dilakukannya pemangkasan dengan memetik habis semua pucuk tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan pada perdu. Pemetikan rampasan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilaksanakan secara manual dan melibatkan tenaga kerja seperti pada pemetikan jendangan dan produksi.
Gilir Petik dan Hanca Petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi beberapa factor antara lain : umur pangkas, ketinggian tempat, iklim, dan kesehatan tanaman. Gilir petik yang dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 9-12 hari Hanca petik adalah luas real yang harus diselesaikan dalam waktu satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun dan gilir petik. Pengaturan gilir petik merupakan tanggung jawab mandor petik.
Perlengkapan Pemetikan Perlengkapan yang harus dibawa oleh pemetik anatara lain celemek plastik, sarung tangan, sepatu boot, waring, keranjang dan alat bantu berupa pisau. Pucuk teh yang telah dipetik ditempatkan dalam keranjang gendong. Waring merupakan wadah untuk meletakkan pucuk teh apabila keranjang telah penuh yang bersifat sementara,waring biasa terbuat dari plastik berbentuk jala dengan kapasitas 25-30 kg. Pisau digunakan hanya apabila terdapat pucuk yang telah tua agar pada batang tidak terjadi luka. Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari luka-luka akibat pemetikan.
Pelaksanaan Pemetikan Kegiatan pemetikan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dimulai pukul 06.00 WIB sampai selesai (disesuaikan dengan kondisi pucuk di lapangan). Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh dari jalan mendekati tempat penimbangan untuk mempermudah pengangkutan pucuk. Pada areal yang
50
elevasinya curam, pemetikan dilakukan dari tempat yang rendah menuju tempat yang lebih tinggi. Jumlah pucuk hasil pemetikan dalam genggaman dianjurkan tidak terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. Pucuk teh hasil petikan yang telah memenuhi keranjang langsung dimasukkan ke dalam waring. Pemetik meletakkan waring di pinggir jalan tempat dilaksanakannya penimbangan pucuk. Kesalahan
pemetikan
dapat
terjadi
apabila
pemetik
mengabaikan
aturan-aturan yang telah ditetapkan perusahaan, karena orientasinya untuk mendapatkan hasil yang seberat-beratnya dimana penentuan upah berdasarkan atas berat pucuk hasil petikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah sistem giring sisir, yaitu pemetik menyelesaikan areal yang siap dipetik secara berjajar dengan bergerak searah barisan tanaman. Keuntungan dari sistem ini adalah untuk menghindari terlewatnya pucuk yang akan dipetik dan mempermudah pengawasan mandor. Pelaksanaan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pelaksanaan Kegiatan Pemetikan Produksi
Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik tiap harinya sangat bervariasi. Kapasitas pemetik ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca, populasi tanaman, keterampilan pemetik serta topografi lahan. Basic yield adalah standar pucuk minimal yang harus dicapai oleh pemetik. Basic yield yang ditetapkan oleh
51
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 35 kg. Mahasiswa melakukan kegiatan pemetikan selama 11 hari.
Tenaga Pemetik Tenaga pemetik memiliki peranan penting dikarenakan kualitas dari tanaman teh sangat dipengaruhi oleh pucuk yang dipetik. Tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning banyak diambil dari kampung sekitar. Tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan tenaga borongan yang sistem pengupahannya disesuaikan dengan berat pucuk yang telah diperoleh. Dengan perhitungan 1 kg pucuk Rp. 300,- bagi pucuk yang memenuhi analisis pucuk medium di atas 40%. Norma kerja untuk pemetikan adalah 12 HK/ha dengan masing-masing pemetik mendapatkan luasan petik 0.08 ha/HK. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tidak menggunakan hanca petik karena pelaksanaan pemetikan menggunakan sistem giring. Berdasarkan target tahun 2008 sebesar 5 230 000 didapatkan target pucuk/ha/tahun sebesar 13 343 kg/ha/tahun, basic yield 35 kg dan Hari Kerja Efektif (HKE) dalam satu tahun (300 hari), persentase absensi pemetik dalam satu tahun (A) 5 %, maka rasio tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus : Produksi pucuk/ha/tahun TP = ----------------------------------- x (100 + Absensi/tahun) % Basic yield x HKE/tahun 13 343 kg/ha/tahun TP = ----------------------------------- x (100 + 5) % 35 kg/hk x 300 hari/tahun = 1.27 orang/ha x 1.05 = 1.34 orang/ha Dari perhitungan diatas, maka dapat diketahui ratio tenaga pemetik Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2008 adalah 1.34 orang/ha. Perkebunan RSK dengan luasan 391.97 ha membutuhkan tenaga pemetik 525 orang. Realisasi tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 520 orang untuk luasan areal produktif 391.97 ha. Penimbangan dan Pengangkutan Pucuk
52
Penimbangan pucuk di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan dua kali yaitu di kebun dan di pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali sehari tergantung pada kondisi pucuk dan luas areal. Jika penimbangan pucuk dilakukan satu
kali maka penimbangan dilakukan pada pukul
10.00 WIB – 11.00 WIB, sedangkan jika penimbangan pucuk dua kali maka penimbangan kedua dilakukan pada pukul 13.00 WIB – 14.00 WIB. Waktu penimbangan yaitu sekitar pukul 10.00 WIB dan 14.00.WIB Penimbangan dilakukan oleh mandor panen dan krani timbang serta dibantu oleh pemetik dengan menggunakan alat timbang gantung. Data penimbangan dicatat selain oleh krani timbang dilakukan juga oleh mandor panen, hal ini dilakukan untuk membandingkan rencana (plan) yang telah diperkirakan dengan hasil (actual) yang telah didapat. Krani timbang di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah 6 orang. Tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali pengangkutan berjumlah 4 orang yang terdiri dari pencatat hasil panen, supir dan pengangkut pucuk. Pucuk-pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap diantar ke pabrik. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 4 truk pengangkutan 2 diantaranya kendaraan milik pribadi dan 2 kendaraan sewa. Masing-masing truk membawa hasil panen dari dua kemandoran yang terdiri dari 6 blok. Kegiatan penimbangan dan pengangkutan pucuk di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar 9.
(Penimbangan) (Pengangkutan) Gambar 9. Kegiatan Penimbangan dan Pengangkutan Pucuk di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pucuk-pucuk hasil panen ditumpuk dalam truk tanpa menggunakan rak sehingga banyak pucuk yang tertindih. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi yang mengangkut pucuk.
53
Setelah selesai penimbangan, pucuk dinaikkan ke dalam truk dan siap diangkut ke pabrik.
Analisis Pucuk dan Analisis Petik Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan pemetikan, Perkebunan Rumpun Sari Kemuning melakukan pemeriksaan melalui analisis pucuk. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning melakukan pemeriksaan hasil petikan melalui analisis pucuk. Analisis petik ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau merupakan rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan. Analisis petik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah tidak dilakukan, hal ini dikarenakan pihak perkebunan menilai bahwa dengan dilakukannya analisis pucuk sudah dapat mewakili analisis petik. Analisis pucuk merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda, tua dan rusak. Standar analisis pucuk di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning untuk pucuk medium adalah 40%. Analisa pucuk bertujuan untuk menilai pucuk yang akan diolah dan memperkirakan persentase mutu teh produk yang dihasilkan. Analisa pucuk dilaksanakan berdasarkan hasil panen dari blok yang dipanen. Pucuk dari setiap kemandoran diambil 250 g, kemudian dikelompokkan menjadi pucuk medium, pucuk kasar dan pucuk rusak. Pucuk medium diantaranya peko ditambah satu daun (p+1), peko ditambah dua daun (p+2), peko ditambah tiga daun (p+3), burung muda ditambah satu daun muda (b+1m), burung muda ditambah dua daun muda (b+2m). Untuk pucuk yang termasuk kedalam pucuk kasar diantaranya peko ditambah empat daun (p+4), peko ditambah lima daun (p+5), burung tua ditambah satu daun tua (b+1), burung tua ditambah dua daun tua (b+2) dan burung tua ditambah tiga daun tua (b+3). Pucuk memenuhi syarat (MS) apabila pucuk medium memenuhi analisis pucuk minimal 40% dan maksimal 60% untuk pucuk kasar.
Pengolahan Proses pengolahan teh yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah pengolahan teh hijau. Pengolahan teh hijau merupakan proses pengolahan
tanpa
melalui
oksidasi
enzimatis
(fermentasi).
Pengolahan
54
dilaksanakan segera setelah pucuk teh segar tiba di pabrik. Pucuk teh yang telah sampai di pabrik ditimbang oleh krani timbang pabrik. Pucuk yang belum tertampung dibeberkan terlebih dahulu dengan ketebalan hamparan pucuk 30 – 40 cm. Pembalikan pucuk dilakukan 3 jam sekali untuk mencegah suhu pucuk meningkat, yang dapat menyebabkan pucuk longsong. Tahap pengolahan teh terdiri dari pelayuan, penggulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi kering dan pengemasan.
Pelayuan Pelayuan merupakan proses menurunkan kadar air pucuk tanaman teh hingga 65 – 70%, apabila kadar air kurang dari 65% akan sangat mempengaruhi proses selanjutnya. Mesin yang digunakan untuk proses pelayuan adalah Rotary panner (RP), yaitu berupa tabung silinder besar yang berputar dan dipanasi hingga mencapai suhu 100° C – 110° C. Pemanasan dilakukan selama 1 jam sebelum pucuk dimasukkan. Kapasitas mesin mencapai 700 – 900 kg pucuk basah/jam. Mesin pelayuan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdapat 4 unit. Pucuk teh yang akan dilayukan dimasukkan melalui silinder (conveyor) dengan tempat pengisian (feed hopper) dan diratakan dengan alat perata yang berputar (leaf spreader) dengan maksud agar pucuk yang masuk kedalam silinder tidak menggumpal. Di silinder (conveyor) terdapat Blower untuk meniupkan angin sehingga dapat membuang udara jenuh (uap air) dari hasil pemanasan pucuk. Waktu yang diperlukan dari masuknya teh sampai keluar dari pelayuan adalah 5 menit. Tingkat layu yang tepat dapat diketahui secara visual dengan keadaan pucuk berwarna hijau cerah, mengeluarkan aroma yang wangi dan apabila pucuk layu tersebut digenggam tidak akan mengeluarkan air. Pucuk layu hasil proses pelayuan harus segera dilanjutkan pada proses selanjutnya yaitu penggulungan untuk mencegah banyaknya daun yang akan mengalami proses fermentasi. Proses pelayuan dilakukan dengan shift kerja. Jam kerja yang diberlakukan di pabrik Rumpun Sari Kemuning adalah 7 jam dan istirahat dilakukan secara bergantian dan tenaga kerja yang digunakan berjumlah 3 pekerja (KHL/KHT). Mesin pelayuan dapat dilihat pada Gambar 10.
55
Gambar 10. Mesin Pelayuan Rotary Panner (RP)
Penggulungan Penggulungan merupakan proses mememarkan, menggulungkan dan mengeluarkan cairan yang berfungsi sebagai perekat daun teh. Mesin yang digunakan untuk proses penggulungan adalah Open Top Roller (OTR) dengan kapasitas 140 – 150 kg/unit. Lama penggulungan berkisar antara 15 – 20 menit sesuai dengan kualitas pucuk yang diolah, semakin halus pucuk teh yang diolah maka proses penggulungan semakin singkat. Pucuk layu yang telah keluar dari mesin penggulung (OTR) sel-sel daunnya telah pecah dan bercampur dengan oksigen maka kemungkinan terjadinya fermentasi sangat besar. Oleh karena itu, setelah proses penggilingan selesai, hasil gilingan perlu sesegera mungkin dimasukkan ke dalam mesin pengeringan awal. Tenaga kerja yang digunakan pada proses Penggilingan berjumlah 3 pekerja (KHL/KHT). Mesin penggulungan (OTR) dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Mesin Penggulungan Open Rotarry Panner (OTR)
56
Pengeringan Awal Pengeringan awal merupakan proses untuk menurunkan kadar air pucuk teh sampai berkisar antara 25 – 35%. Mesin yang digunakan untuk proses pengeringan awal adalah mesin ECP (Endless Chain Pressure) atau mesin pengering dengan rantai tidak terputus dan bertingkat yang menggunakan uap panas. Mesin ECP memiliki kapasitas 250 – 400 kg/jam dan suhu yang digunakan yaitu 110 – 135°C yang berasal dari angin yang dihisap oleh blower melalui tungku api besi panas. Lama pengeringan kurang lebih 25 menit. Mesin ECP yang terdapat di pabrik Rumpun Sari Kemuning berjumlah 2 unit. Mesin Pengeringan awal ECP dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Mesin Pengeringan Endless Chain Pressure (ECP)
Proses pengeringan dimulai dengan memanaskan ECP terlebih dahulu selama kurang lebih 15 – 20 menit sebelim pucuk hasil gulungan dimasukkan. Tenaga kerja yang digunakan untuk proses pengeringan awal berjumlah 2 pekerja (KHL/KHT).
Pengeringan Akhir Pengeringan akhir menggunakan dua mesin pengering yaitu Rotarry Dryer (RD) dan Ball Tea. Kedua mesin ini berbentuk silinder berputar yang digerakkan oleh sebuah electromotor dan sumber panas didapat dari burner yang dipasang untuk memanaskan silinder. Mesin Rotary Dryer (RD) merupakan mesin yang digunakan untuk menyeragamkan keringan dan menurunkan kadar air hingga 10 – 15%. Kapasitas
57
rotary dryer adalah 100 kg. Suhu yang dihasilkan pada rotary dryer adalah 100°C. Pucuk dikeringkan dalam mesin Rotary Dryer selama 20 – 30 menit, mesin ini berjumlah 3 unit. Setelah melewati Rotary Dryer, teh masuk kedalam mesin Ball Tea yang berfungsi untuk pengeringan akhir yang akan menyempurnakan mutu dengan membentuk gulungan teh. Ball Tea memiliki kapasitas 2 000 – 2 250 kg. Teh kering dari rotary dryer dikeringkan dalam ball tea dengan suhu 125 – 150°C dalam waktu 10 – 12 jam. Mesin rotary dryer dan ball tea dapat dilihat pada Gambar 13.
(A) Gambar 13. Rotarry Dryerr (RD) dan Ball Tea
(B)
Setelah proses pengeringan selesai, teh dibeberkan terlebih dahulu sampai dingin kemudian baru dimasukkan dalam karung. Hasil teh kering dari setiap mesin pengering diambil sampel untuk dianalisis kualitas air seduhan, rasa, warna, aroma dan kadar air teh kering. Selain itu juga dilakukan analisis teh kering untuk memisahkan peko, jikeng, dan tulang sehingga dapat diketahui persentase grade. Tenaga kerja yang digunakan untuk mesin rotary dryer dan ball tea berjumlah 2 pekerja (KHL/KHT) dan 1 operator tungku.
Sortasi Sortasi merupakan kegiatan
pengelompokan teh jadi ke dalam grade
tertentu berdasarkan jenis, ukuran dan mutu sesuai dengan standar teh hijau. Sortasi bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk mutu teh hijau agar dapat diterima di pasaran.
58
Sortasi di Rumpun Sari Kemuning dilakukan dengan 2 cara yaitu sortasi dengan mesin dan sortasi manual apabila hasil sortasi mesin belum baik terutama untuk mutu grade I. Mesin sortasi yang digunakan adalah Mexy Layer yang berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan ukurannya, Middleton berfungsi untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel teh, Crusher berfungsi untuk memotong teh yang ukuran partikelnya masih berukuran besar agar sesuai dengan standar dan Winower yang berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan berat partikel. Mesin Mexy Layer terdiri atas 6 susun ayakan dengan diameter lubang susunan ayakan masing-masing adalah 10, 8, 6, 4, 3, dan 2 mm. Hasil sortasi dari mesin tersebut terdiri atas jikeng, peko super besar (PSB), peko super kecil (PSK), chun mee (CM) dan dust. Untuk teh kering yang tertahan pada ayakan diameter lubang 8 mm dan 6 mm termasuk PSB, teh kering yang tertahan pada lubang diameter 4 mm dan 3 mm termasuk PSK dan yang tertahan pada lubang berdiameter 2 mm termasuk CM. Middleton merupakan mesin yang tersusun dari ayakan dengan struktur ayakan yang timbul agar tulang tidak lolos dari lubang ayakan. Untuk PSB menggunakan ayakan dengan diameter lubang 13, 13, 8, dan 10 mm. Bahan PSK menggunakan ayakan dengan diameter 13, 10, 8, dan 8 mm dan untuk kelas CM menggunakan ayakan 10, 8, 4, dan 6 mm. Mesin Winower tersusun atas 2 kipas yang berfungsi sebagai penghembus sehingga teh akan jatuh pada lubang di depan kipas berdasarkan berat jenisnya. Partikel yang paling berat akan jatuh pada lubang pertama (grade I) dan seterusnya. Sortasi manual teh kering dilakukan di pabrik Rumpun Sari Kemuning. Tujuan dilakukan sortasi manual untuk mengecek hasil yang diperoleh dari sortasi mesin dengan memisahkan tulang dan daun tua. Kegiatan sortasi menggunakan tenaga kerja 5 pekerja untuk masing-masing sortasi dengan mesin dan sortasi manual.
59
HASIL PENGAMATAN Hasil analisis pucuk diperoleh dari rata-rata sampel. Kegiatan analisis pucuk dilakukan secara langsung dari dua afdeling OA dan OB, masing-masing afdeling diambil sampel dari dua kemandoran yang didalamnya terdapat 6 blok. Hasil analisis pucuk dari dua kemandoran di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada bulan Februari sampai dengan Mei disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Pucuk Di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008 Afdeling OB
Medium
OA
Bulan (%)
Kondisi Pucuk Februari 43.05
Rataan ± SD
Maret 41.05
April 44.33
Mei 40.12
42.14 ± 0.85
Kasar
54.94
57.00
53.89
57.94
55.94 ± 0.83
Rusak
2.00
1.94
1.83
1.89
1.92 ± 0.03
Medium
40.39
40.94
42.39
41.50
41.31 ± 1.65
Kasar
57.61
57.06
55.67
56.50
56.71 ± 1.86
Rusak
2.00
2.01
1.94
2.00
1.98 ± 0.07
Sumber : Data primer hasil pengamatan Gilir petik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pelaksanaan gilir petik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dari beberapa blok yang didasarkan atas ketinggian tempat (Altitude) dan tahun pangkas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Gilir Petik Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Afdeling OA dan Afdeling OB
OA 17
17.19
12
1300
Analisis Pucuk Medium (%) 35.72
OA 13
14.83
11
1150
42.44
2005
OA 2
20.76
10
1100
36.71
2000
OB 14
18.85
9
850
42.13
2007
OB 11
12.92
9
700
43.30
2007
Blok
Luas areal (ha)
Gilir petik (hari)
Altitude (mdpl)
Tahun Pangkas 2006
Sumber : Buku laporan Tanaman Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, 2008
60
Kapasitas pemetik di bawah ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku laporan perkebunan dengan cara mengambil rata-rata untuk setiap bulannya. Kapasitas pemetik di beberapa blok dari bulan Februari sampai Maret disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kapasitas Pemetik di Beberapa Blok Bulan Februari – Mei 2008 Kapasitas Pemetik (kg/HK)
Blok
Rataan ± SD
Februari 24.83
Maret 30.96
April 36.91
Mei 40.54
33.31 ± 6.90
OA 15
29.47
31.63
39.44
47.27
36.96 ± 8.10
OB 4
28.53
31.63
43.45
24.66
32.07 ± 8.11
OB 6
23.23
26.67
36.16
31.83
29.47 ± 5.69
Kebun
26.52
30.22
38.99
36.08
32.95 ± 5.63
OA 5
Sumber : Buku Harian Mandor Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
61
PEMBAHASAN
Kualitas Pucuk Teh Salah satu penentu mutu teh kering yang baik selain cara pengolahannya ialah kualitas bahan baku olahan atau pucuk teh. Kondisi pucuk mulai dari dipetik sampai ke pabrik harus dalam keadaan utuh agar potensi mutu tetap tinggi. Pabrik pengolahan tidak dapat meningkatkan mutu teh apabila bahan dasar pembentuk teh dalam keadaan kasar dan rusak akibat pemetikan yang tidak tepat. Pucuk yang bermutu, secara fisik dapat dilihat dari daun muda yang utuh, segar dan berwarna kehijauan karena pucuktersebut mengandung zat penentu mutu taitu catechin dan enzim (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997) Untuk mendapatkan kualitas pucuk teh yang baik diperlukan keserasian dalam rangkaian manajemen pemetikan dimulai dari cara pemetikan, gilir petik, organisasi dan tenaga kerja pemetikan, hingga sarana panen dan transportasi. Analisis pucuk merupakan suatu parameter hasil yang dapat mengevaluasi hasil dari sistem petikan, gilir petik, kinerja organisasi pemetikan, dan pengangkutan.
Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan berpengaruh terhadap mutu, jumlah produksi, waktu petikan (gilir petik) berikutnya dan kelangsungan hidup tanaman teh. Sistem petikan yang dimaksud adalah berapa daun muda yang dipetik di bawah kuncup (peko). Sistem petikan sangat berpengaruh pada kualitas teh yang dihasilkan. Hal ini disebabkan adanya zat penentu kualitas terkandung dalam bagian-bagian pucuk teh yang terambil pada saat pemetikan. Sistem petikan dapat dikatakan berjalan dengan baik atau tidaknya dapat dilihat dari hasil analisis pucuk. Standar analisis pucuk untuk pucuk memenuhi syarat (MS) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebesar 40%. Dari Tabel 9 terlihat persentase analisis pucuk untuk pucuk medium pada afdeling OA sebesar 41.31% ± 0.85, sedangkan untuk afdeling OB sebesar 42.14% ± 1.65. Analisis pucuk untuk pucuk kasar pada afdeling OA sebesar 56.71% ± 0.83, sedangkan pada afdeling OB sebesar 55.94% ± 1.86.
62
Pucuk (medium dan kasar) yang dihasilkan dari afdeling OB dapat dikatakan memiliki kisaran yang lebih lebar dibandingkan dengan pucuk (medium dan kasar) yang dihasilkan dari afdeling OB, akan tetapi nilai hasil analisis pucuk yang didapatkan dari kedua afdeling mendekati kesamaan. Dari hasil diatas dapat dikatakan pucuk medium telah memenuhi syarat akan tetapi untuk pucuk kasar dan rusak masih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas teh yang baik maka diperlukan banyak pucuk medium, dimana semakin banyak pucuk medium semakin tinggi potensi kualitas yang dihasilkan. Zat kimia yang berperan dalam kualitas teh yaitu polifenol golongan katekin yang terdapat dalam jumlah besar dalam pucuk muda dan makin kecil jumlahnya dengan makin tuanya daun (PPTK, 1994). Tingginya pucuk kasar dapat disebabkan oleh sistem petikan yang tidak benar. Sistem petikan ini sangat terkait dengan teknis pemetikan yang baik di lapang yaitu cara melakukan pemetikan. Pemetikan yang baik adalah dengan menggunakan ibu jari, tidak dengan cara menjambret. Pemetikan dengan cara menjambret yaitu memetik pucuk tidak satu-persatu tetapi langsung banyak pucuk sehingga dapat menyebabkan banyak pucuk dan batang yang rusak sehingga menurunkan kualitas pucuk dan menghambat pertumbuhan pucuk. Penyimpanan pucuk dalam kepalan tangan yang terlalu lama dapat juga menyebabkan pucuk rusak. Menurut PPTK (1994) pucuk yang rusak dapat berasal dari genggaman yang keras oleh tangan pemetik, wadah pucuk diisi melebihi kapasitas optimum, penyimpanan pucuk di kebun yang kurang baik (terkena sinar matahari langsung, dan terlalu lama di kebun).
Daur / Gilir Petik Selain sistem petikan, daur petik atau gilir petik juga mempengaruhi mutu teh kering yang dihasilkan. Menurut Adisewojo (1982) gilir petik pendek akan memberikan produksi pucuk yang bermutu baik dengan jumlah produksi pucuk dalam setiap kegiatan pemetikan lebih sedikit dibanding gilir petik yang panjang. Sedangkan gilir petik yang terlalu panjang akan menyebabkan mutu berkurang tetapi jumlah produksi pucuk dalam setiap kegiatan pemetikan relatif lebih banyak
63
Kecepatan pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat, iklim, umur pangkas, kesehatan tanaman dan jenis klon. Semakin tinggi letak kebun maka pertumbuhan pucuk semakin lambat sehingga gilir petik harus diperpanjang. Semakin tua umur pangkas semakin lambat pertumbuhan sehingga makin panjang gilir petik (Arifin, 1992). Dilihat dari Tabel 10, hasil analisis pucuk pada blok OA 17 dengan tahun pangkas 2006 masih berada dibawah standar memenuhi syarat (MS) yang telah ditetapkan, berbeda dengan blok OA 13 dengan tahun pangkas 2005 pucuk medium yang dihasilkan sudah memenuhi syarat (MS) sebesar 42.44 %. Blok OA 17 dengan ketinggian 1 300 mdpl sudah termasuk teh dataran tinggi. Bila dilihat dari ketinggian tempat untuk gilir petik blok OA 17 sudah lebih panjang dibandingkan blok OA 13 akan tetapi pucuk medium yang dihasilkan masih lebih sedikit, seharusnya pucuk medium yang dihasilkan blok OA 17 lebih banyak dibandingkan dengan blok OA 13. Menurut Adisewojo (1982) ketinggian tempat berkaitan dengan keadaan tanah dan suhu. Di dataran yang lebih tinggi keadaan tanah umumnya lebih gembur dan subur sehingga baik untuk digunakan bagi pertumbuhan tanaman teh yang optimal. Darmawijaya (1997) menambahkan, tanah di dataran tinggi memiliki sifat daya perekat air yang tinggi, gembur, dengan derajat ketahanan struktur tinggi serta peresapan air yang baik, sehingga memungkinkan teh tumbuh optimal. Kecilnya persentase pucuk medium pada blok OA 17 disebabkan banyaknya tanaman teh yang terserang penyakit blister blight. Semakin tinggi letak kebun teh dari permukaan laut, semakin banyak kabut, sehingga kelembabannya tinggi. Penyakit cacar akan berkembang pesat pada kelembaban udara yang tinggi, dan spora akan sangat baik pertumbuhannya dalam lapisan embun yang terdapat pada permukaan teh (Setyamidjaja, 2000). Pada blok OA 2 dengan gilir petik yang lebih pendek (10 hari) memiliki analisis pucuk (36.71%) lebih rendah dibandingkan blok OA 13 (42.44%) dengan ketinggian hampir sama dengan gilir petik yang lebih panjang (11 hari). Berdasarkan umur pangkas pada kedua blok, untuk blok OA 2 sudah lebih tua dibandingkan blok OA 13. Banyaknya pucuk kasar akan menurunkan persentase
64
pucuk medium sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas pucuk yang diharapkan.
Organisasi dan Ketenagakerjaan Pemetikan Organisasi pemetikan juga mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas pucuk teh bila diatur dengan baik. Kegiatan pemetikan dalam suatu afdeling diatur dan direncanakan oleh kepala afdeling dibantu oleh mandor panen dan kepala tanaman. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdapat 16 orang mandor panen yang tersusun menjadi 8 kemandoran. Setiap kemandoran mengelola 50 – 60 orang pemetik. Mandor panen memiliki peran penting dalam pelaksanaan pemetikan di lapang, karena mandor merupakan pengawas pertama yang langsung berinteraksi dengan para pemetik. Di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning jumlah pemetik yang ada ialah 1.327 orang/ha sedangkan menurut perhitungan kebutuhan pemetik tahun 2008 sebesar 1.34 orang/ha. Hal ini menunjukkan tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah sesuai dengan kebutuhan jumlah tenaga pemetik. Pada Tabel 11 dapat dilihat kapasitas pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebesar 32.95 kg/HK ± 5.63. Kisaran angka kapasitas pemetik yang cukup lebar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kondisi pucuk di lapang yang terserang penyakit terutama blister blight, cara pemetikan yang tidak benar sehingga pada gilir petik berikutnya pertumbuhan pucuk rendah. Kurang maksimalnya pengawasan mandor dapat dilihat dari kurang berjalannya sistem petikan yang benar (banyak bekas jambret), penyimpanan pucuk sementara dalam waring yang melebihi kapasitas sehingga banyak pucuk yang rusak. Pada saat sebelum dilaksanakannya kegiatan pemetikan selalu diadakan rapat pagi antara mandor panen dengan tenaga pemetik, hal ini dilakukan dengan tujuan memberikan pengarahan kepada tenaga pemetik bagaimana cara melakukan pemetikan yang benar dan penyimpanan pucuk dalam waring sesuai dengan kapasitas. Penentuan upah tenaga pemetik dapat juga menyebabkan terjadinya kesalahan petik. Sistem penentuan upah pemetik berdasarkan kapasitas per HK. Oleh karena itu banyak tenaga pemetik yang tidak memperhatikan pucuk muda
65
karena semakin banyak pucuk tua yang dipetik, akan semakin berat kapasitas petik yang didapatkan. Hal ini juga yang menyebabkan perlunya pengawasan mandor yang maksimal pada saat berlangsungnya kegiatan pemetikan agar tenaga pemetik dapat bekerja sesuai ketentuan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Menurut Sukasman dan Johan (1990) faktor terbesar yang mempengaruhi mutu pucuk hasil analisis adalah kesalahan dalam cara pemetikan.
Sarana Panen dan Transportasi Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Sebagai bahan baku, pucuk harus bermutu tinggi, sehingga dapat dihasilkan teh produk yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, mutu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap tinggi, sejak dari pemetikan, penyimpanan, maupun pengangkutan ke pabrik ( Setyamidjaja, 2000) Waring yang digunakan untuk menyimpan pucuk memiliki kapasitas ± 35 kg. Pada Perkebunan Rumpun Sari Kemuning banyak tenaga pemetik yang menjejal pucuk lebih dari kapasitas waring, hal tersebut dapat terlihat dari banyak tenaga pemetik yang memasukkan pucuk ke dalam waring dengan cara menginjak-injak sehingga dapat menyebabkan pucuk mengalami kerusakan. Pada saat penimbangan dilakukan tidak disediakan alas berupa terpal sehingga banyak pucuk yang tercecer dan terinjak-injak. Kelengkapan penyimpanan pucuk sementara yaitu los/tenda pucuk masih kurang karena masih ditemui penyimpanan waring dimana-mana terutama dipinggir jalan. Menurut Setyamidjaja (2000) pucuk jangan terkena sinar matahari secara langsung, sehingga sebelum pucuk diangkut ke pabrik, pucuk harus disimpan di tempat teduh (los pucuk). Sarana transportasi pucuk hendaknya menyesuaikan jumlah truk dengan jumlah pucuk yang diperoleh. Kurangnya sarana pengangkutan pucuk dapat terlihat dengan adanya penjejalan pucuk setelah dilakukan penimbangan. Penyusunan di bak truk harus longgar agar aerasi udara terjaga. Perlu diketahui pucuk merupakan benda hidup yang melakukan aktivitas transpirasi, apabila terlalu padat penyusunannya dapat menyebabkan terjadinya panas yang
66
mengakibatkan pocok longsong. Pemadatan juga dapat merusak fisik daun yang mengakibatkan terjadinya fermentasi sehingga mutu teh turun (Ghani, 2002)
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang merupakan suatu wahana latihan kerja yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan memperoleh keterampilan melalui penerapan ilmu yang tepat. Selama pelaksanaan magang di Perkebunan RSK, penulis banyak memperoleh wawasan mengenai aspek budidaya teh, produksi, dan proses pengolahan teh serta aspek manajerialnya Pucuk yang dihasilkan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning untuk pucuk medium pada afdeling OA sebesar 41.31% ± 0.85, sedangkan untuk afdeling OB sebesar 42.14% ± 1.65. Analisis pucuk untuk pucuk kasar pada afdeling OA sebesar 56.71% ± 0.83, sedangkan pada afdeling OB sebesar 55.94% ± 1.86 Letak ketinggian pada beberapa lokasi di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning selain dapat mempengaruhi panjang pendeknya
gilir petik,
berpengaruh juga pada kondisi tanaman. Untuk bagian wilayah tertinggi (1 300 mdpl) dengan gilir petik 12 hari sudah lebih panjang dibandingkan dengan wilayah yang lebih rendah (1 150 mdpl) dengan gilir petik 11 hari. Pucuk medium yang dihasilkan pada ketinggian 1 300 mdpl lebih rendah dibandingkan wilayah dengan ketinggian 1 150 mdpl. Kualitas pucuk dipengaruhi sarana panen
yang tersedia. Tempat
penyimpanan sementara pucuk masih kurang tersedia, hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya hasil panen yang diletakkan di pinggir jalan. Selain itu juga perlakuan terhadap pucuk di saat pengangkutan masih kurang baik karena pengangkutan tidak disesuaikan dengan kapasitas truk.
Saran Pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen pada saat dilaksanakannya pemetikan produksi perlu ditingkatkan agar sistem petikan berjalan dengan benar sehingga analisis pucuk untuk pucuk medium (MS) tinggi. Penanganan pucuk selama menjelang penimbangan dan pengangkutan ke pabrik harus lebih diperhatikan untuk mengurangi kerusakan pucuk. Pengangkutan yang tidak melebihi kapasitas truk dapat menghindari terjadinya kerusakan pucuk.
68
DAFTAR PUSTAKA Adisejowo, R. S. 1982. Bercocok Tanaman Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Aprillia. 2005. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di perkebunan Rumpun Sari Medini, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Kendal, Jawa Tengah. Laporan Magang. Institut Pertanian Bogor. Arifin, M. S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung. 136 hal. Darmawijaya, M. I. 1997. Keserasian Tanah dan Kemampuan Lahan Teh. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 147 hal. Direktorat Jendral Perkebunan. 2001. Statistik Perkebunan Indonesia (Teh). Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Teh di Seluruh provinsi Indonesia. www.Setjen.deptan.go.id. http://setjen.deptan.go.id/deptan/infoeksekutif/bun/2006/Prod-Teh06.htm. accesed 12 November 2007 Ghani, M. A. 2002. Buku Pintar Mandor Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Kompas. 2007. Teh Hijau Tingkatkan Antioksidan. www.Kompas.com. http://www.kompas.com/read/xml/2007/12/10/12402526/teh.hijau.tingkat kan.antioksidan. accesed 10 Desember 2007. PPTK. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung. 144 hal.
69
Sukasman dan E. Johan. 1990. Kesalahan petik sebagai salah satu penyebab rendahnya hasil pucuk teh. Prosiding Simposium Teh V. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal. 41 – 48. Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal.
70
LAMPIRAN
71
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar , Jawa Tengah Tanggal 11-Feb 12-Feb
13-Feb 14-Feb 15-Feb 16-Feb 17-Feb 18-Feb 19-Feb 20-Feb 21-Feb 22-Feb 23-Feb 24-Feb 25-Feb 26-Feb 27-Feb 28-Feb 29-Feb 1-Mar 2-Mar 3-Mar 4-Mar 5-Mar 6-Mar 7-Mar 8-Mar 9-Mar 10-Mar 11-Mar 12-Mar 13-Mar 14-Mar 15-Mar 16-Mar 17-Mar 18-Mar 19-Mar 20-Mar 21-Mar
Kegiatan Observasi LApang Analisis pucuk Observasi Lapang Pengangkutan analisis petik Pengendalian Gulma Manual analisis petik pemetikan jendangan Pengendalian Gulma Chemis Pemangkasan Libur Pemetikan jendangan Pemetikan jendangan Pengangkutan Analisis pucuk HPT Libur Libur HPT HPT HPT Pemetikan Pemetikan Libur Libur Pemetikan jendangan Pemupukan Pemupukan Demplot Libur Libur Libur Pemetikan produksi Pemetikan produksi Beres cabang Pemetikan produksi Pengolahan Libur Libur Pengolahan Pengolahan Dongkel anak kayu Libur Libur
Lokasi Afdeling OB Kantor OB 4, OB 5, OB 12, OB 14 OB 5 hingga ke Pabrik Kantor OB 14
Prestasi kerja (ha/HK) Mahasiswa Karyawan Standar 4 sampel 1 sampel 0.04 ha
0.1 ha
0.1 ha
Kantor OB 4
3 sampel 16 kg
30.3 kg
35 kg
OA 15 OB 7 OB 4 OB 4 OB 4, OB 6 Kantor OB 8 OA 5 OA 5 OA 5 OB 5 OB 5 OB 4 OB 12 OB 12 OB 8 OA 4 OA 3 OB 7 OA 3 Pabrik Pabrik Pabrik OB 11 -
0.04 ha 10 perdu 11 kg 8 kg 4 sampel 0.04 ha 0.04 ha 0.06 ha 0.06 ha 16 kg 14 kg 10 kg 0.04 ha 0.08 ha 0.04 ha 11 kg 12 kg 0.08 19 kg 0.1 ha -
1 ha 1.23 Ha 29.2 kg 30.5 kg 0.37 ha -0.37 ha 0.37 ha 0.36 ha 18.5 kg 17.7 kg 19.4 kg 1.2 ha 1.2 ha 5.3 ha 32.2 kg 33.6 kg 0.12 39 kg 0.12 ha -
0.09 ha 0.08 35 kg 35 kg 0.5 ha 0.5 ha 0.5 ha 0.5 ha 35 kg 35 kg 35 kg 1.3 ha 1.3 ha 0.5 ha 35 kg 35 kg 0.1 35 kg 0.1 ha -
72
22-Mar 23-Mar 24-Mar 25-Mar 26-Mar 27-Mar 28-Mar 29-Mar 30-Mar 31-Mar 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr
Libur Libur Pembibitan Pembibitan Pembibitan Dongkel anak kayu Dongkel anak kayu Libur Libur Dongkel anak kayu HPT Pengendalian gulma kimia Early Warning System Early Warning System Libur Libur Pemetikan jendangan Pemetikan jendangan Pemangkasan Pemangkasan Pemetikan produksi
pembibitan pembibitan pembibitan OB 7 OB 11 OB 11 OB 8 OA 14
0.08 ha 0.08 ha 0.08 ha 0.1 ha 0.06 ha
0.1 ha 0.1 ha 0.1 ha 0.37 ha 0.5 ha
0.1 ha 0.1 ha 0.1 ha 0.5 ha 0.5 ha
OB 8, OB 14 OB 5 OB 4 OB 4 OB 13 OB 13 OB 6
0.25 ha 0.25 ha 15 kg 19 kg 6 perdu 8 perdu 20 kg
0.25 ha 0.25 ha 27.8 kg 23.4 kg 1.1 ha 0.09 ha 28.6 kg
35 kg 35 kg 0.08 ha 0.08 ha 35 kg
73
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar , Jawa Tengah
Tanggal
Kegiatan
12-April 13-April 14-April 15-April 16-April 17-April 18-April 19-April 20-April 21-April
Libur Libur Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Pemetikan produksi Pemetikan produksi Pemetikan produksi Libur Libur Pemetikan Jendangan Pemetikan Jendangan Pemetikan Gundesan Pemetikan Gundesan Pemetikan Gundesan Libur Libur Izin Izin Izin Libur Pembibitan Libur Libur Early Warning System Early Warning System HPT HPT Dongkel Anak Kayu Libur Libur Dongkel Anak Kayu
22-April 23-April 24-April 25-April 26-April 27-April 28-April 29-April 30-April 1-Mei 2-Mei 3-Mei 4-Mei 5-Mei 6-Mei 7-Mei 8-Mei 9-Mei 10-Mei 11-Mei 12-Mei
Lokasi
Jumlah KHL
Prestasi Kerja Luas Areal Kerja (ha) 15 1.5 3.4 3.8 6.4 3.8
Lama Kegiatan (jam)
B8 B15 B3 A5 A6 B7
15 15 52 64 53 56
6 6 7 7 7 7
B7
49
3.7
7
A3 A3 A3 Pembibitan B11
56 48 49 5 1
6.5 6.5 6.5 0.12 12.9
7 7 7 4 6
A17
1
17.2
6
A12 A12 A16 A16
14 14 15 15
5.7 5.7 3.6 3.6
6 6 6 6
74
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar , Jawa Tengah Tanggal
Kegiatan
31-Mei 1-Juni 2-Juni
Asisten OA + kontrol Asisten OA + kontrol Asisten OA + kontrol Asisten OA + kontrol Asisten OA + kontrol Libur Libur Asisten OB + kontrol Asisten OB + kontrol Asisten OB + kontrol Asisten OB + kontrol Asisten OB + kontrol Libur Libur Kepala tanaman
3-Juni
Kepala tanaman
4-Juni
Kepala tanaman
19-Mei 20-Mei 21-Mei 22-Mei 23-Mei 24-Mei 25-Mei 26-Mei 27-Mei 28-Mei 29-Mei 30-Mei
5-Juni 6-Juni 7-Juni 8-Juni 9-Juni 10-Juni
Administratur Administratur Administratur Pengolahan Pengolahan Pamitan
Lokasi
Standar
Prestasi kerja (satuan/ HOK) Penulis Karyawan
A4 - A15
-
8 jam
-
A4 - A15
-
8 jam
-
A4 - A15
-
8 jam
-
A4 - A15
-
8 jam
-
A4 - A15 B2 + B14
-
8 jam 8 jam
-
B2 + B14
-
8 jam
-
B2 + B14
-
8 jam
-
B2 + B14
-
8 jam
-
B2 + B14
-
8 jam
-
Kantor + kebun Kantor + kebun Kantor + kebun Kantor Kantor Kantor Pabrik Pabrik -
-
6 jam
-
-
6 jam
-
-
6 jam
-
-
5 jam 5 jam 6 jam 6 jam 6 jam -
-
75
Tabel. Lampiran 4.
Dosis Pupuk Tahun 2008 Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah Pupuk Urea
No.
Blok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total
OA 1 OA 2 OA 3 OA 4 OA 5 OA 6 OA 7 OA 8 OA 9 OA 10 OA 11 OA 12 OA 13 OB 2 OB 3 OB 4 OB 5 OB 6 OB 7 OB 8 OB 9 OB 10 OB 11 OB 12 OB 13 OB 14 OB 15
Luas (ha) 16.34 20.76 19.6 16.84 15.55 19.41 8.16 15.64 14.83 20.50 14.87 14.57 17.19 6.65 13.65 14.15 16.05 15.15 11.08 11.93 11.37 11.99 12.02 15.45 9.15 18.85 9.32 391.97
Rotasi I Bl. Feb-Mar-Apr (kg) 2 400 3 350 3 600 3 600 3 850 4 500 1 750 3 300 4 000 5 800 4 000 3 000 3 550 500 2 750 2 650 3 490 3 750 2 800 3 100 2 450 2 550 2 750 3 350 1 800 4 450 2 050 85 050
Rotasi II April (kg) 1 900 2 650 2 900 3 100 3 600 3 250 2 300 2 450 2 050 2 200 2 650 1 450 3 550 1 650 35 700
Pupuk MOP Rotasi I Bl. Feb-Mar-Apr (kg) 1 350 1 900 2 050 2 050 2 200 2 600 1 000 1 900 2 300 3 500 2 350 1 700 2 100 300 1 600 1 500 1 350 2 150 1 600 1 800 1 400 1 450 1 600 1 900 1 050 2 550 1 150 49 000
Pupuk SP 36 Rotasi I April (kg) 2 300 3 200 3 450 3 700 4 300 3 850
2 650 3 000 2 450 2 650 3 200 1 700 4 250 1 900 42 600