EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK, AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
FAUZAN A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
FAUZAN. Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO dan HARIYADI).
Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa, oleh karena itu peningkatan produksi diharapkan selaras dengan tindakan budidaya yang diberikan terutama kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan magang ini adalah untuk menambah pengalaman kerja profesi, keterampilan dan jiwa kewirausahaan baik secara teknis maupun secara manajerial terutama di bidang pemeliharaan TM kelapa sawit. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak bulan Februai-Juni 2009. Kegiatan dilakukan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, mandor, pendamping asisten divisi. Pengumpulan data diperoleh dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan karyawan dan dari data arsip kebun. Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan produktivitas perkebunan dan produktivitas optimum dan menghubungkannya dengan kegiatan pemeliharaan TM yang diterapkan di lapang. Kegiatan evaluasi pemeliharaan TM dilakukan setelah perbandingan kedua produktivitas tersebut sehingga diperoleh upaya perbaikan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas kebun. Berdasarkan data dari Kantor pusat kebun, produktivitas TBS PT JAW Kebun mentawak dari 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, namun peningkatan tersebut masih dibawah produktivitas optimum yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan dan kegiatan pemeliharaan yang kurang. Kegiatan pemeliharaan mulai berkurang sejak tahun 2009, bahkan sebagian kegiatan tidak dapat direalisasikan seperti pemupukan anorganik pada semester pertama dan kegiatan lain.
Berdasarkan pengamatan, pemupukan yang dilakukan hanya berupa pupuk abu janjang dan sebagian pupuk CuSO4 di Divisi II. Pengamatan menunjukkan dosis yang digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi namun variasi yang berbeda tiap pokok tanaman sehingga masih terjadi penumpukan. Efisiensi dan efektifitas pemupukan juga berhubungan dengan waktu pemupukan, berdasarkan curah hujan bulanan pemupukan semester pertama dapat dilakukan pada bulan Februari dan semester kedua pada bulan Mei-Oktober. Namun pemupukan masih saja dilakukan pada bulan basah yang mencapai curah hujan 299 mm (efektif 100250 mm). Secara umum kegiatan pemeliharaan di PT JAW Kebun Mentawak masih rendah dan perlu diperhatikan terutama kegiatan pemupukan. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan mewajibkan kegiatan breafing pagi, pengawasan lebih ditingkatkan, memberlakukan premi dan denda serta sistem untilan pada kegiatan pemupukan.
EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK, AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Fauzan A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK, AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Nama
: FAUZAN
NRP
: A24053780
Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi
Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP: 19620225 198703 1 001
NIP: 19611008 198601 1 001
Mengetahui. Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP : 19610202 198601 1 001
Tanggal Lulus :……………………….
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Nagari Ujunggading, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat dari pasangan Bapak Waskarni dan Ibu Dahlina. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara yaitu Abang Riswan, Ondah Isma, Ketek Ermawati, Utih Eriyanti dan Rahmiati. Pendidikan formal dimulai dari tingkat SDN 16 Brastagi Lembah Melintang dari tahun 1994-1999, SLTPN 1 Lembah Melintang dari tahun 19992002, SMAN 1 Lembah Melintang dari tahun 2002-2005, Institut Pertanian Bogor dari tahun 2005-2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian pada Program Sarjana (Strata 1). Masuk ke IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD)
yang
diselenggarakan oleh PT Bakrie Pasaman Plantations mulai dari Agustus 2005. Tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal dan tahun 2009 melaksanakan kegiatan magang selama empat bulan di PT JAW Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, Amin. Atas kehendak Allah sajalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan adikku yang baik hati dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing dan seluruh dosen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan PT. Bakrie Pasaman Plantations yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan studi dan magang. Pimpinan PT JAW Kebun Mentawak, Para Asisten, Mandor, Kerani, dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam perolehan data dan penulisan skripsi. Teman-teman AGH’42 terima kasih atas semua kebersamaannya dalam suka dan duka, Al Ahzan Crew, teman-teman Bogor dan teman-teman Pasaman, spesial Belahan Jiwa yang selalu memberi semangat, terima kasih. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat selama perkuliahan dan penulisan skripsi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi PENDAHULUAN ................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................... 1 Tujuan Magang .............................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ Tanaman Kelapa Sawit ................................................................... Botani Kelapa Sawit ....................................................................... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ......................................................... Pemeliharaan Kelapa Sawit ............................................................ Sistem Budidaya ............................................................................
3 3 3 4 5 6
METODE MAGANG ........................................................................... Tempat dan Waktu ......................................................................... Metode Pelaksanaan ....................................................................... Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................
7 7 7 8
KONDISI UMUM KEBUN .................................................................. Lokasi Kebun ................................................................................. Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi ............................................. Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun ........................................... Fasilitas Kebun............................................................................... Produksi dan Produktivitas Kebun .................................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................
9 9 9 10 12 12 13
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN .............................. Pembibitan ..................................................................................... Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan............................................ Pengendalian Gulma ...................................................................... Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ................................................... Pengangkutan dan Pemasangan titi panen ....................................... Pemeliharaan Parit ......................................................................... Pemupukan .................................................................................... Pengendalian Hama Ulat Api ......................................................... Penunasan/Prunning ....................................................................... Pemanenan ..................................................................................... Pengangkutan TBS ke PMKS .........................................................
16 16 23 23 27 28 29 30 33 36 37 43
PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL KEBUN .................. 46 Pendamping Mandor ...................................................................... 46 Pendamping Asisten Divisi ............................................................ 54 PEMBAHASAN .................................................................................... Pemeliharaan TM dan Produktivitas Kebun .................................... Evaluasi Pemupukan ...................................................................... Upaya Perbaikan Pemeliharaan TM................................................
56 56 58 63
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 66 LAMPIRAN .......................................................................................... 67
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak ..............
11
2. Produksi TBS PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 ............
13
3. Jumlah TK HIP, SKU, dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak ........
14
4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Bulan Mei 2009 ......
19
5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 ..........................
26
6. Alat-alat Panen .................................................................................
39
7. Laporan Panen Harian di Divisi V Bulan Mei 2009 ...........................
41
8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 ................................
42
9. Hasil Pengangkutan TBS di Divisi V Bulan Mei 2009 .......................
45
10. Jenis, Rencana, dan Realisasi Pemupukan Tahun 2007 dan 2008 .......
58
11. Ketepatan Dosis pada Pemupukan CuSO4 di Divisi II .......................
59
12. Realisasi Pemupukan CuSO4 di Divisi II ...........................................
62
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Keadaan Pembibitan Mentawak ........................................................
17
2. Kecambah Normal ............................................................................
18
3. Penanaman Bibit di PN .....................................................................
21
4. Sistem Irigasi Kirico .........................................................................
22
5. Pengaruh Gulma di Parit ...................................................................
23
6. Sebelum dan Sesudah Babat Piringan Selektif...................................
27
7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader ..............................................
27
8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III ..................................
29
9. Kondisi Parit di Divisi V ...................................................................
30.
10. Pemupukan Abu Janjang di Blok A25 Divisi VI ................................
31
11. Serangan Ulat Api di Blok A18 Divisi V ..........................................
33
12. Aplikasi Swingfog di Blok A17 Divisi V ..........................................
36
13. Langsir TBS dengan Jonder MF di Dusun Baru................................
43
14. Grafik Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak ...........................
61
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ...............................
67
2. Jurnal Harian Magang di PT JAW Kebun Mentawak ......................
68
3. Peta PT JAW Kebun Mentawak ......................................................
74
4. Data Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak .............................
75
5. Kedalaman Gambut .........................................................................
77
6. Jenis Ulat Api di PT JAW Kebun Mentawak ...................................
78
7. Buku Kegiatan Mandor Perawatan ..................................................
80
8. Daily Work Program & Realization.................................................
81
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa karena memiliki aspek yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelapa sawit telah menyumbang banyak terhadap bangsa terutama karena menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan menyerap banyak tenaga kerja disekitar perkebunan. Minyak mentah CPO ini dapat dijadikan sebagai bahan baku industri minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik, tekstil, dan etanol yang menjadi perhatian dunia dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Menurut Fauzi et al. (2008) potensi CPO ini terbukti dari semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng. Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia pada tahun 2004 seluas 5 597 158 ha dan meningkat menjadi 6 074 926 ha pada tahun 2006 dengan kebutuhan areal lahan yang semakin tinggi untuk penanaman kelapa sawit yaitu diatas 10% per tahun. Seiring dengan peningkatan luas areal perkebunan, produksi minyak sawit mentah CPO juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2004 tingkat produk CPO telah mencapai ± 12 juta ton dengan proyeksi pertumbuhan pemakaian minyak CPO dunia 3.6% per tahun. Hal ini tentu saja menciptakan peluang usaha industri berbasis CPO yang luar biasa besarnya.
Produksi CPO yang tinggi dan bermutu diapat diperoleh apabila jumlah produksi kelapa tinggi. Berbagai manajemen industri dan pemeliharaan telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan teknologi budidaya yang baik (good agricultutral practices), termasuk didalamnya aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan produktivitas tersebut. Teknik budidaya tersebut termasuk pemeliharaan menjadi kegiatan utama dalam perkebunan kelapa sawit, menurut Lubis (1992) pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak memerlukan tenaga dan biaya. Selain itu perusahaan perkebunan juga harus tetap melakukan perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah dengan melakukan evaluasi sistem budidaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem budidya tersebut yang dapat meningkatkan produsi kembali.
Tujuan Magang Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah sebagai aplikasi dari materi kuliah yang diberikan secara teknis kenyataannya di lapang sehingga menambah pengalaman kerja profesi, untuk menambah wawasan dalam pengalaman kerja sehingga mahasiswa lebih profesional, terampil dan memiliki jiwa kewirausahaan. Selain teknis, mahasiswa juga memiliki kemampuan manajerial karena dalam praktek lapang selalu mengkaji dan mengidentifikasi
setiap
permasalahan
yang
ditemukan
untuk
dicari
permasalahannya. Secara khusus, magang ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kondisi sistem budidaya terutama dalam aspek pemeliharaan TM di perkebunan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledone
Famili
: Areraceae
Sub famili : Cocosoideae Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Menurut Setyamidjaja (2006) tanaman kelapa sawit termasuk tanaman
monokotil sehingga kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang. Sistem perakaran kelapa sawit terdiri atas akar primer yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) tumbuh secara vertikal atau mendatar. Akar sekunder yang tumbuh dari akar primer secara mendatar ataupun ke bawah dan akar tersier serta kuarter tumbuh di permukaan sehingga paling aktif mengambil hara dan air dalam tanah. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus keatas tanpa cabang, berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm dengan ketinggian dapat mencapai 10-11 m dan terus bertambah tinggi selama tanaman hidup. Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Terdapat pangkal pelepah daun yang terdiri atas rachis, tangkai anak daun, duri-duri, helai anak daun, ujung daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Panjang daun berkisar 57 m dengan satu tulang daun utama (rachis), 100-160 pasang anak daun, satu tangkai daun yang berduri. Bunga kelapa sawit termasuk monoecious dan berbentuk mayang, dengan satu inflor dibentuk dalam ketiak setiap daun segera setelah diferensiasi dari pucuk batang. Sedangkan buah memiliki mesokarp berdaging, endocarp keras
mengelilingi satu biji. Biji buah yang masak mengandung 45-50% minyak dengan inti sawit 48-52%. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada suhu 270C dengan suhu maksimum 330C. Curah hujan rata-rata tahun yang ideal adalah 1250-3000 mm dengan distribusi yang merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang dari 3 bulan). Kelembaban berkisar antara 50-90% dan optimal pada kadar 80% dengan ketinggian tempat kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng 0-8%. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah: 1. Solum tebal 80 cm, baik untuk penyerapan hara tanaman. 2. pH tanah yang baik adalah 5 - 5.5. 3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. Kandungan unsur hara tinggi. Fauzi et al. (2008) menambahkan bahwa lama penyinaran optimum yang diperlukan antara 5-7 jam/hari dengan kelembapan optimum 80% dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Data kesesuaian lahan disajikan pada Lampiran 1. Tanah gambut terbentuk pada kondisi laju penimbunan bahan organik lebih besar daripada mineralisasinya. Laju penimbunan gambut dipengaruhi oleh paduan antar keadaan topografi dan curah hujan dengan curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan. Berdasarkan tingkat kesuburan, menurut Noor (2001) tanah gambut terdiri atas beberapa golongan seperti berikut ini; 1. Gambut eutrofik adalah jenis gambut yang banyak mengandung mineral terutama kalium karbonat termasuk gambut yang subur karena asal bahannya dari serat-seratan (bersifat alkalin/netral) 2. Gambut oligotrofik adalah jenis gambut yang sedikit mengandung mineral. Jenis ini mengandung kalsium dan magnesium yang cukup tinggi (pH < 4, asam/sangat asam). Gambut oligotrofik miskin unsur hara kerena asal
bahannya dari air hujan dan perombakan bahan organik setempat saja dengan ketebalan >2 m. 3. Gambut mesotrofik adalah jenis gambut antara jenis gambut eutrofik dan oligotrofik. Berdasarkan proses pembentukannya, gambut tergolong dalam gambut ombrogen dan gambut topogen. Gambut ombrogen adalah jenis gambut yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan saja. Gambut topogen adalah jenis gambut yang proses pembentukkannya dipengaruhi oleh topografi (cekungan) dan air tanah. Berdasarkan tingkat kematangan gambut, digolongkan ke dalam gambut fibrik, hemik, dan saprik. Gambut fibrik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambutnya masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahan-bahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan aslinya dengan ukuran beragam. Gambut hemik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambutnya sudah mengalami perombakan dan masih bersifat separuh matang. Gambut saprik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambut yang sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang. Berdasarkan ketebalan lapisan organik terdiri atas gambut dangkal adalah lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan bahan organik antara 50-100 cm, gambut tengah dengan ketebalan 100-200 cm, gambut dalam dengan ketebalan 200-300 cm dan gambut sangat dalam dengan ketebalan > 300 cm.
Pemeliharaan Kelapa Sawit Pemeliharaan pada Tanaman Menghasilkan (TM) cukup banyak memerlukan tenaga dan biaya, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi agar tetap optimal. Lubis (1992) menyatakan pemeliharaan tanaman tersebut antara lain adalah a) Konsolidasi b) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, dan lain-lain c) Pemberantasan alang-alang d) Pemeliharaan piringan pokok
e) Pengendalian gulma f) Pemupukan g) Penunasan/prunning h) Pemberantasan hama dan penyakit i) Perawatan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan. Tidak kurang dari 50% biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan. Terdapat berbagai jenis gulma pada tanaman kelapa sawit. Gulma tersebut digolongkan atas gulma berdaun lebar, gulma rumput dan gulma teki. Lubis (1992) menyatakan bahwa gulma alang-alang (Imperata cylindrical) merupakan gulma pesaing utama tanaman kelapa sawit yang menekan pertumbuhan dan menurunkan produksi sampai 20%. Sehingga menurut Pahan (2008) gulma alangalang sangat berbahaya dan mutlak dikendalikan karena gulma ini gampang berkembangbiak secara cepat.
Sistem Budidaya Menurut Pahan (2008) bahwa prinsip dasar dalam usaha perkebunan kelapa sawit yaitu produksi produk dengan biaya yang rendah dalam tingkat produktivitas yang tinggi dan kualitas produk yang dapat diterima. Untuk menghasilkan produk yang tinggi diperlukan sistem budidaya yang tepat mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Perusahaan kelapa sawit akan terus melakukan perbaikan terutama dalam hal perbaikan sistem budidaya dan pengeluaran mutu produk yang bagus. Evaluasi sistem produksi dalam aspek pemeliharaan adalah suatu proses penilaian terhadap faktor-faktor yang sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit (dalam hal ini pemeliharaan) untuk tujuan meninjau kembali sistem budidaya yang dilakukan dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi sistem produksi akan memberikan informasi dan atau arahan maupun perbaikan sistem budidaya/pemeliharaan yang tepat untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak (Group PT Bakrie Sumatera Plantations), dimulai pada tanggal 13 Februari sampai 9 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Magang dilaksanakan dengan tujuan penulis memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam hal teknis di lapang dan kemampuan manajerial. Secara teknis, penulis akan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Waktu pelaksanaan sebagai KHL tidak sebulan penuh pada bulan pertama magang tetapi tergantung pada kondisi dan kebutuhan tenaga kerja di lapang (status sebagai KHL ada selama kegiatan magang). Pada umumnya, selama bekerja sebagai KHL penulis melakukan kegiatan yang berhubungan dengan teknik budidaya seperti pembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemanenan dan pasca panen dan lain-lain. Selain sebagai KHL, penulis juga menjadi pendamping mandor, mandor, dan pendamping asisten divisi. Lama waktu tiap jabatan tersebut tergantung bentuk kegiatan yang ada. Biasanya kegiatan pendamping mandor dan mandor pada bulan pertama dan kedua, sedangkan pendamping asisten divisi pada bulan keempat. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah mengawasi kerja karyawan bersamaan dengan mandor lain (dalam satu lokasi terdapat 2 mandor/termasuk penulis), sedangkan mandor dan pendamping asisten divisi selain mengawasi kerja karyawan juga mengorganisir karyawan, mengumpul data kebun, membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Jurnal harian magang disajikan pada Lampiran 2. Parameter khusus yang penulis amati adalah pengamatan kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Parameter yang diamati adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan yang sangat nyata mempengaruhi produksi kalapa sawit, seperti dosis pupuk, waktu dan cara aplikasi pupuk, alat dan bahan yang digunakan, dosis dan volume herbisida, serta
jumlah dan prestasi kerja yang diperlukan untuk kegiatan pengendalian dan kegiatan lainnya.
Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan pekerja, staf dan pimpinan kebun. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengolahan data diperoleh dengan melakukan perbandingan antara produktivitas perkebunan dan produktivitas optimum yang dapat dicapai. Dari hasil pengujian akan diperoleh bahwa nilai tengah produktivitas perkebunan akan lebih kecil atau lebih besar bila dibandingkan dengan nilai tengah produktivitas optimum. Bila hasil uji menyatakan produksi perkebunan di bawah rata-rata produksi optimum maka akan dilakukan evaluasi terhadap sistem budidaya (faktor-faktor produksi) kelapa sawit pada perkebunan tersebut yang berpengaruh terhadap produksi terutama dalam aspek pemeliharaan. Hasil evaluasi terhadap pemeliharaan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali produksi perkebunan untuk mencapai produksi optimum. Selain upaya peningkatan produksi dari faktor-faktor produksi juga dilakukan upaya pertahanan sistem yang sudah potensial bila kondisi produktivitas perkebunan diatas produktivitas optimum dengan tujuan agar kondisi produksi perkebunan tetap diatas produksi nasional.
KONDISI UMUM KEBUN Lokasi Kebun PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak (PT JAW Kebun Mentawak) terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Jarak antara kota Kabupaten Sarolangun dan PT JAW adalah 65 km dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat selama 50 menit bila kondisi jalan baik. Sedangkan dari kota Jambi dapat ditempuh selama 150 menit dengan jarak tempuh sekitar 200 km. Secara geografis lokasi PT JAW Kebun Mentawak berbatasan dengan beberapa desa dan diapit oleh Sungai Air Hitam dan Sungai Mentawak. Berikut batas-batas wilayah; sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Kabau dan Desa Lubuk Jering, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Gedang, Empang Benau dan Desa Pangkal Bulian, sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Baru dan Desa Semurung, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mentawak dan SP C. Peta PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 3.
Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Keadaan iklim di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam tipe iklim A sangat basah (Q=8.26%) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 1998 sampai 2008 adalah 2 721.27 mm per tahun, dengan hari hujan rata-rata 106 hari dan lama bulan kering (BK) kurang dari dua bulan per tahun. Curah hujan bulanan tertinggi mencapai 362.81 mm pada bulan Januari sedangkan terendah 108.16 mm pada bulan Juni. Hari hujan bulanan maksimum sebesar 12.5 hari terdapat pada bulan Desember dan minimum 4.8 hari pada bulan Juni. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4. Keadaan topografi di Kebun Mentawak pada umumnya adalah lahan datar karena hampir seluruh lahan terdiri atas tanah gambut. Jenis gambut termasuk kedalam gambut ombrogen yang wilayahnya berada lebih tinggi dari muka air sungai atau muka air tanah sehingga masukan hara hanya mengandalkan air hujan dan hasil perombakan bahan organik tersebut. Oleh karena itu, jenis gambut ini miskin
unsur
hara
(jenis
oligotrofik).
Sedangkan
berdasarkan
tingkat
kematangannya, gambut ini tergolong dalam hemik dengan tingkat mentahnya mencapai 50%. Ketinggian tempat PT JAW Kebun Mentawak adalah 50 m di atas permukaan laut. Kedalaman gambut berkisar antara 2-8 m dengan sebaran yang berbeda tiap divisi. Sedangkan tanah mineral terdapat pada Divisi VI Dusun Baru dan sebagian pada Divisi II, dengan luas tanah mineral 87.5 ha atau 2.21% dari luas lahan keseluruhan. pH tanah berkisar 3.7 dan 4.2. Berdasarkan jenis dan kedalaman gambut serta pH maka tingkat kesesuaian lahan termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3. Kedalaman gambut PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 5.
Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun PT JAW Kebun Mentawak terdiri atas enam divisi dan satu areal pembibitan. Total luas areal menurut SK/Hak Guna Usaha (HGU) adalah 3964 .74 ha, luas areal fuso 340 ha dan luas Pembibitan Mentawak adalah 30 ha. Luas areal masing-masing divisi adalah Divisi I seluas 659 ha, Divisi II seluas 568 ha, Divisi III seluas 620 ha, Divisi IV seluas 673 ha, Divisi V seluas 707 ha, Divisi VI seluas 737.74 ha. Rata-rata satu divisi terdiri atas 17 blok dan areal tempat pemukiman tenaga kerja SKU (emplasment). Luas satu blok adalah 55 ha dengan lebar blok adalah 250 m dan panjang Blok 2200 m (panjang blok tergantung pada kondisi lahan). Jumlah pasar tiap blok adalah 135 pasar dengan rata-rata luas satu pasar adalah 0.4 ha. Blok merupakan areal pertanaman yang terdiri pasar pikul arah Utara Selatan, pasar tengah sejajar dengan jalan pengumpul, jalan pengumpul (collection road) arah Timur Barat, sub jalan utama dan jalan utama (main road) arah Utara Selatan. Masing-masing blok dipisahkan oleh jalan dan parit dengan lebar jalan 8 m dan ukuran parit 4 m x 4 m dan lebar parit dalam blok 1 m. Kondisi areal pertanaman kelapa sawit tiap divisi umumnya daratan dan hanya sebagian kecil rawa dan fuso. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kelapa sawit di lahan gambut adalah kecilnya daya dukung tanah sehingga tanaman mudah rebah.
Tanaman di PT JAW Kebun Mentawak
sudah memasuki tanaman
menghasilkan (TM) yang terdiri dari tahun tanam 1995 (TM 11), tahun tanam 1996 (TM 10), tahun tanam 1997 (TM 9), tahun tanam 1998 (TM 8) dan tahun tanam 2002 (TM 4). Varietas kelapa sawit yang digunakan adalah varietas Tenera dan Dura berasal dari PT. Marihat dan PT. Socfindo. Varietas Marihat ditanam pada tahun tanam 1995, 1997, 1998 dan 2002 sedangkan
varietas Socfindo
ditanam pada tahun tanam 1996. Satu blok hanya terdapat satu jenis varietas dan tahun tanam yang sama kecuali pada Blok B23 terdapat perbedaan tahun tanam (1997 dan 2002). Data kondisi lahan dan pertanaman kebun disajikan dalam Tabel 1 berikut ini; Tabel 1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak Uraian
Luas Areal Divisi (ha)
Total
I
II
III
IV
V
VI
-
-
-
-
-
47.00
-
-
(ha)
Tahun Tanam (TT) TT 1995
47.00
TT 1996
559.00 568.00 441.00 673.00
2241.00
TT 1997
100.00
-
99.00
-
TT 1998
-
-
-
-
-
117.00
117.00
TT 2002
-
-
80.00
-
-
3.24
83.24
707.00 570.50 1476.50
Sumber Varietas Socfindo
559.00 568.00 441.00 673.00
Marihat
100.00
-
179.00
-
-
47.00 2288.00
707.00 690.74 1676.74
Pembibitan
30.00
Rawa
50.00
65.40
-
64.00
11.00
-
190.40
Fuso
-
-
150.00
92.00
98.00
-
340.00
Bengkel + gudang Emplasment
1.00 5.00
Total HGU
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
25.00 3964.74
Sumber : Kantor Pusat Kebun, 2009
Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi 136 pokok per hektar, sedangkan Stand per Hektar (SPH) berkisar 122135 pokok. Jumlah SPH lebih kecil dibandingkan dengan jumlah populasi per
hektar disebabkan karena jumlah pokok yang mati bertambah tiap tahunnya dengan luasan tetap.
Fasilitas Kebun Fasilitas dan sarana akomodasi yang disediakan oleh PT JAW secara langsung atau tidak langsung turut mendukung dan mempercepat terjadinya kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam perkebunan. Beberapa sarana yang disediakan adalah perumahan, poliklinik, listrik, alat transportasi sekolah/truk, bengkel dan gudang dan lain-lain. Perumahan, poliklinik disediakan untuk tenaga kerja tingkat HIP dan SKU. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan biasanya mengikut pada tenaga kerja staf dan SKU (masih memiliki hubungan keluarga). Bengkel digunakan untuk sarana dalam pelaksanaan kegiatan produksi, seperti penyediaan truk, jonder MF, zetor, road greader dan alat-alat bengkel yang digunakan untuk perbaikan sarana transportasi yang rusak. Sedangkan gudang digunakan untuk penyimpanan sementara sarana-sarana produksi seperti pupuk, pestisida, beras, dan sarana penunjang lainnya.
Produksi dan Produktivitas Kebun Produksi TBS di PT JAW Kebun Mentawak dari tahun 2003-2008 mengalami peningkatan. Data produksi tandan buah segar (TBS) di PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, produktivitas meningkat dari 6 tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur tanaman yang ditandai dengan meningkatnya bobot janjang rata-rata (BJR) dan jumlah TM yang semakin banyak. Tahun 2004 terjadi penurunan luas areal panen walaupun terjadi penambahan luas areal menghasilkan untuk tahun tanam 2002. Hal ini terjadi karena jumlah penambahan luas areal panen tidak seimbang dengan jumlah penurunan luas panen akibat luas areal sisipan. Luas areal sisipan disebabkan oleh jumlah rawa dan banjir akibat jumlah curah hujan yang tinggi. Luas areal sisipan tahun 2004 adalah 415.07 ha, sedangkan penambahan areal panen untuk tahun tanam 2002 hanya sebesar 46.60 ha. Demikian juga penurunan pada tahun 2007
dan tahun 2008 disebabkan oleh jumlah luas areal sisipan semakin meningkat. Berikut ini Tabel 2 merupakan produksi TBS dari tahun 2003-2008. Tabel 2. Produksi Tandan Buah Segar PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 Pencapaian Produksi TBS (kg) Tahun Luas Produktivitas estimasi Panen (ha) TBS (kg/ha) (%) Estimasi Realisasi 2003 3509.00 33 458 634 22 844 356 68.28 6 510.22 2004 3508.54 34 792 344 28 892 325 83.04 8 234.86 2005 3964.74 40 800 570 34 431 240 84.39 8 684.36 2006 3964.74 39 111 639 44 266 930 113.18 11 165.15 2007 3624.74 50 000 000 50 731 860 101.46 13 995.99 2008 3624.74 68 999 000 51 353 390 74.42 14 167.47 Sumber : Kantor Pusat Kebun
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Jambi Agro Wijaya merupakan salah satu anak cabang dari PT Bakrie Sumatera Plantations (PT BSP Group) dengan kepemilikan lahan mencapai lebih dari 50%. Kegiatan administrasi yang dilakukan secara bertahap dari Kantor Divisi yang menjadi dasar kegiatan administrasi ke Kantor Pusat Kebun, seterusnya berhubungan dengan pihak eksternal seperti PT EMAL B, Kantor Pusat di Jambi dan Jakarta. Estate manager (EM) merupakan seorang pimpinan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada area manager (AM) atas segala kegiatan kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Seorang EM dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Asisten divisi, Asisten bengkel dan gudang. Sedangkan asisten akan membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan lapang (pembahas lebih lanjut pada Aspek Manajerial). Status karyawan di PT JAW Kebun Mentawak ini terdiri dari tiga golongan yakni Himpunan Industrial Pancasila (HIP), Serikat Kerja Umum (SKU), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan HIP atau bulanan merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan prestasi dan dimasukkan dalam beberapa golongan, dan jika tidak kerja tapi izin maka tidak dipotong gaji. Biasanya yang termasuk karyawan HIP adalah asisten dan sebagian mandor.
Karyawan SKU merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan lama bekerja, jika tidak kerja dan izin maka tidak dipotong gaji sedangkan bila mangkir maka akan dipotong dua hari kerja. Baik HIP maupun SKU mendapat bonus dan pesangon juga jatah beras tiap bulannya. Sedangkan KHL adalah karyawan borongan yang bekerja pada waktu diperlukan dan tidak terikat dengan pihak kebun, jika tidak kerja maka tidak mendapatkan gaji dan bila kerja digaji berdasarkan gaji harian. Berikut ini adalah Tabel 3 tentang jumlah tenaga kerja di PT JAW Kebun Mentawak. Tabel 3. Jumlah TK HIP, SKU dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak Status Karyawan Status Karyawan Uraian Kegiatan Uraian Kegiatan HIP SKU KHL HIP SKU KHL Kantor
5
5
4
Mdr. Perawatan
4
8
-
Gudang
1
1
2
Mandor Panen
2
10
-
Traksi
2
5
4
Krn. Transport
2
10
1
Bengkel
3
3
-
Muat TBS
-
13
14
Civil
2
1
4
Driver
1
14
-
Bibitan
1
-
-
Operator MF
4
1
-
Keamanan
4
28
11
Operator Genset 2
6
-
Accounting
1
-
-
Pemanen
-
123
34
Krn. Timbangan
1
1
-
Perawatan
-
-
149
Krani Divisi
-
6
1
Nazir Musolla
-
3
1
Mandor Satu
6
1
-
Medis
2
-
-
43
239
225
Total Sumber : Kantor Pusat Kebun
Penentuan upah didasarkan oleh golongan, untuk HIP dan SKU penentuan upah didasarkan pada tingkat golongan dan kebijakan perkebunan. Penentuan upah untuk KHL dihitung berdasarkan jumlah HK yang dilakukan selama satu bulan dengan ketetapan 1 HK sebesar Rp 32 000,00 (Rp 23 000,00 untuk 5/7 HK). Hal ini sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah Jambi. Pemberian upah dilakukan sekali dalam satu bulan pada minggu pertama. Tenaga kerja umumnya berasal dari suku Jawa yang termasuk dalam penduduk transmigran dan penduduk asli sekitar (Jambi), sedangkan lainnya dari
suku Batak dan lain-lain. Tingkat pendidikan untuk HIP umumnya dari tingkat SLTA dan Strata1, SKU dan KHL dari tingkat SD, SLTP dan SLTA.
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN Kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan dan akan memiliki respon yang baik terhadap produksi bila didukung oleh lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya. Pelaksanaan kegiatan teknis di lapang yang dilakukan oleh penulis selama magang di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak adalah pembibitan, semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), babat piringan selektif (circle weeding selective),
pengendalian
hama
ulat
api,
pemupukan,
pemanenan,
dan
pengangkutan tandan buah segar (TBS) ke pabrik pengolahan.
Pembibitan Pembibitan Mentawak dibuka pada tahun 2008 dan diisolasi dari divisi lain sejauh 1 km. Isolasi jarak bertujuan untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit yang ada pada pembibitan ke tanaman yang sudah ada karena bibit yang digunakan pada Pembibitan Mentawak termasuk varietas baru. Jenis tanah pembibitan seluruhnya adalah tanah gambut dengan luas areal 30 ha dan varietas Costa Rica (Dura Deli x Pisifera Nigeria). Ciri-ciri varietas Costa Rica adalah diameter tajuk lebih pendek sehingga populasi per ha lebih banyak dan pertambahan tinggi lambat dengan masa produksi yang lebih lama. Pembibitan ini terdiri atas 2 blok yaitu blok A dan blok B, blok A terdiri dari 17 bagian dengan masing-masing bagian berukuran 59 m x 200 m. Blok A termasuk dalam MN sedangkan blok B terdiri dari 9 bagian dengan ukuran 59 m x 150 m. Blok B termasuk dalam MN dan sebagian PN (sebagian blok B1 dan blok B2). Tiap blok dipisahkan oleh parit dengan lebar 1 m (Gambar 1).
Gambar 1. Keadaan Pembibitan Mentawak Pembibitan kelapa sawit di perkebunan terdiri atas pembibitan dua tahap (double stage) dan pembibitan satu tahap (single stage). Pembibitan di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam pembibitan dua tahap meliputi pembibitan pendahuluan (pre-nursery/PN) dan pembibitan utama (main-nursery/MN). Salah satu keunggulan pembibitan dua tahap adalah bibit yang dihasilkan lebih terjamin mutunya karena proses seleksi yang dilakukan lebih ketat dan sering dilakukan. Selama melakukan kegiatan magang, penulis dapat melakukan sebagian pengamatan pada kegiatan PN dan MN. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan penulis berada di pembibitan utama/MN dibandingkan PN karena membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak. Pembibitan Pendahuluan/PN Kegiatan PN dimulai dengan pembersihan lokasi PN yang sudah ada. Perbaikan areal pembibitan ini dilakukan dengan memperbaiki bedengan dan menambah tanah sehingga bedengan untuk PN lebih tinggi, selain itu juga dilakukan pemagaran untuk seluruh areal PN dengan kayu yang berasal dari hutan dekat dengan pembibitan. PN terdiri dari lima blok dengan total bedengan adalah 248 bedengan (rata-rata 50 bedeng per blok). Ukuran bedengan 1 m x 10 m dapat menampung 1000 baby bag. Kegiatan perbaikan areal dilakukan bersamaan dengan pengisian pada polibag ukuran kecil/baby bag. Pengisian polibag dilakukan dengan tanah mineral yang telah disaring dan dicampur dengan Rock phosphate. Tenaga kerja termasuk dalam tenaga kerja borongan dengan upah Rp 40/baby bag. Lokasi pengisian baby
bag tidak jauh dari lokasi PN sehingga kegiatan pemindahan polibag ke lokasi PN tidak membutuhkan biaya besar. Kegiatan pemindahan dilakukan setelah kegiatan pengisian dan upah temasuk dalam kegiatan pengisian baby bag. Polibag tersebut disusun tanpa ada jarak antar polibag di bedengan yang telah disiapkan (rata-rata jumlah polibag adalah 1000 polibag per bedengan). Baby bag berukuran 22 cm dengan lebar 14 cm dan jumlah lubang adalah 24 lubang. Pemesanan kecambah merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan jauh sebelum pembukaan lahan dan penanaman (enam bulan sebelum PN). Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah kecambah yang dihasilkan pemasok tidak sebanding dengan jumlah yang dipesan sehingga kecambah sering tidak tersedia. Pemilihan varietas Costa Rica merupakan salah satu peristiwa yang memperkuat pernyataan tesebut, bibit Costa Rica dipilih karena bibit Marihat atau Socfindo tidak tersedia lagi. Penanaman kecambah harus dilakukan dalam lubang yang dibuat dengan jari, tepat ditengah baby bag. Saat penanaman, struktur bakal daun berbentuk lancip berwarna putih kekuningan harus di atas dan bakal akar tumpul dan kasar menghadap ke bawah. Kecambah yang ditanam harus diseleksi dan hanya kecambah normal yang ditanam, setelah itu kecambah ditutup dengan tanah (Gambar 2).
Gambar 2. Kecambah Normal Kegiatan penanaman kecambah yang dilakukan penulis merupakan kegiatan PN yang kedua (sebelumnya dilakukan pada bulan Mei 2008). Penanaman dilakukan satu hari setelah kecambah diterima, penanaman kecambah
dilakukan dengan 3 tahap yaitu pada bulan April sampai Mei 2009. Masingmasing tahap disela selama satu minggu dan satu tahap membutuhkan dua hari. Tabel 4 adalah hasil penerimaan dan penanaman kecambah di Pembibitan Mentawak tahun 2009 yang dilakukan penulis sebagai Krani divisi. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa jumlah kecambah yang diterima sebenarnya adalah 249 676 kecambah dengan kondisi kecambah normal adalah 247 479 (99. 12 %) dan kecambah afkir adalah 2 197 kecambah (0.82%). Tabel 4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Tahun 2009 Tanggal diterima 18-04-09 19-04-09 24-04-09 25-04-09 01-05-09 02-05-09 Total
Kecambah dari SP 55 276 44 724 28 800 46 200 36 300 38 700 250 000
Kecambah Aktual 55 220 44 569 28 771 46 138 38 292 38 686 249 676
Kecambah Normal 54 869 44 282 28 444 45 664 35 872 38 348 247 479
Kecambah Afkir 351 287 327 474 420 338 2 197
Sumber: Kantor Pembibitan Mentawak
Pembibitan Utama/MN Bibit MN berasal dari kecambah yang ditanam bulan Mei sampai Agustus 2008 (8 tahap) dengan jumlah tanaman mencapai 329 308 pokok. Pemindahan bibit dari PN ke MN sebaiknya dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan, namun pemindahan dilakukan pada saat bibit berumur 5-7 bulan. Hal ini disebabkan oleh jumlah lahan yang kurang dan manajemen yang kurang baik. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemindahan dan pengangkutan bibit PN ke MN dengan menggunakan zetor, truk dan angkong. Pemindahan dan pengangkutan bibit dilakukan setelah kegiatan seleksi bibit. Bibit yang dipindahkan adalah bibit normal dengan pertumbuhan yang baik. Lokasi MN tidak jauh dari lokasi PN sehingga transportasi lebih mudah tanpa dapat merusak tanah dan akar tanaman pada baby bag. Kegiatan transportasi dilakukan dua kali karena kondisi tanah yang tidak bisa dilewati secara langsung oleh zetor (tanah gambut). Sehingga pemindahan bibit dilanjutkan oleh tenaga kerja penanam dengan menggunakan angkong dari jalan menuju blok penanaman. Pengisian polibag dengan tanah top soil dilakukan dekat dengan areal MN (pinggir road collection) sehingga memudahkan pelangsiran polibag. Tanah yang
digunakan adalah tanah mineral top soil yang berasal dari Dusun Baru, satu truk dapat mengangkut 2.4 kubik dan mampu mengisi 150 polibag. Harga satuan tanah adalah Rp 55 per polibag dengan upah kerja pengisian polibag adalah Rp 150 per polibag. Pengisian polibag dapat diperoleh sebanyak 150-400 polibag tergantung dari keadaan iklim dan keterampilan tenaga kerja. Kegiatan langsir polibag dari jalan menuju lapang (panjang maksimal 200 m) menggunakan angkong. Rata-rata kegiatan langsir polibag satu angkong dapat memuat 6-10 polibag, bila kondisi hujan hanya dapat memuat 5-6 polibag. Ukuran polibag yang digunakan untuk MN adalah panjang 50 cm, diameter 20 cm (1 kg setara dengan 18 polibag, 80 lubang per polibag) dengan berat satu polibag berisi tanah 15-18 kg. Dalam kondisi normal dan didukung oleh cuaca maka langsir polibag dalam satu hari dapat mencapai 150 polibag dengan upah langsir Rp 250 per polibag. Pekerja termasuk borongan dan SKU, bila SKU terlebih dahulu memenuhi basis yakni 128 polibag. Kendala dalam langsir polibag ini adalah kondisi tanah gambut dan sering terjadi perubahan dan perbedaan aturan kerja. Kegiatan menata polibag hasil langsir adalah kegiatan sebelum kegiatan penanaman. Bibit yang dilangsir ditata menurut jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja KHL dengan jumlah 3-4 orang per 2 blok. Kendala dalam kegiatan menata polibag adalah kondisi polibag yang dilangsir bertumpuk pada satu tempat sehingga menyulitkan pemindahan dengan tangan. Penanaman dilakukan setelah kegiatan pengisian dan pelangsiran polibag selesai. Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan dengan basis 180 polibag per HK. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung dari jumlah polibag yang telah siap ditata. Pada umumnya terdiri dua tim dengan masingmasing tim 9-14 orang yang terdari dua orang buat lubang tanam, selain itu ada yang langsir tanah, bibit dan penanam. Kegiatan penanaman dimulai dengan mengisi polibag dengan tanah setelah itu pembuatan lubang tanam dengan bor dan penanaman bibit. Penanaman dilakukan dengan satu bibit satu lubang, sehingga apabila terdapat bibit douleltune terlebih dahulu harus dipisahkan dan ditanam di dua polibag. Kedalaman batang dilakukan sebatas pada bongkol batang dan keadaan akar tidak boleh keluar dari permukaan tanah karena akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Bila akar timbul di permukaan dengan kondisi cahaya panas maka akar akan terbakar sehingga bibit akan mati. Sehingga perlu perhatian khusus untuk penanaman dengan pengawasan mandor yang lebih yakni tiap tim diawasi oleh satu mandor. Gambar 3 adalah pembuatan lubang tanam dengan alat ponjo.
Gambar 3. Penanaman Bibit di MN Penulis memiliki prestasi kerja yang sama dengan penanam karena merupakan satu tim sehingga harus selesai dengan target yang ditetapkan yaitu 180 polibag per HK. Konsolidasi bibit Kegiatan konsolidasi dipembibitan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman (dalam polibag) , menegakkan polibag yang condong, dan meluruskan barisan polibag. Konsolidasi dalam menyusun polibag dilakukan dengan meluruskan barisan tanaman yang sudah ditanam sesuai dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm, untuk mempermudah pekerjaan dilakukan sistem ajir sehingga barisan lebih lurus dan teratur dan cepat. Pemancangan/ajir dilakukan sejajar dengan arah barisan yaitu Utara Selatan, setelah itu baru menata polibag pada titik pancang yang telah ditentukan di tali (ikatan tali). Rotasi kegiatan konsolidasi adalah 6 kali setahun. Penulis melakukan kegiatan konsolidasi dengan status KHL dan Mandor. Prestasi kerja penulis dalam
kegiatan ini adalah 0.25 blok (0.5 blok per HK). Kendala yang dihadapi adalah beratnya polibag dan tidak ada alat perlengkapan seperti sarung tangan sehingga tangan jadi luka/lecet. Penyiraman bibit Penyiraman di Pembibitan Mentawak cukup baik dengan jaringan irigasi yang bagus. Secara garis besar instalasi sistem irigasi ini terdiri dari empat bagian utama seperti mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemencar yang dilengkapi dengan keran dan sambungan pipa dan keran. Lokasi waduk dekat dengan lokasi pembibitan dan air selalu tersedia. Sistem irigasi Pembibitan Mentawak termasuk dalam sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (Kirico) yang bertekanan. Penggunaan sistem irigasi Kirico mempunyai presisi yang tinggi sehingga bibit akan menerima air dalam jumlah yang cukup dan merata. Kondisi sistem irigasi Kirico disajikan dalam Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Sistem Irigasi Kirico Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, namun tergantung curah hujan. Bila curah hujan diatas 8 mm maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman dimulai pada pagi hari jam 06.00 WIB sampai selesai biasanya 3-4 jam dan sore hari. Penyiraman di PN dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan
dan dipompa oleh mesin. Tenaga kerja dilakukan oleh KHL dengan satu kali penyiraman 0.5 HK dengan jumlah tenaga kerja tiga orang di PN, dua orang di MN dan satu orang operator.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Kegiatan teknis di lapang yang penulis lakukan selama mengikuti kegiatan magang di PT JAW Kebun Mentawak berhubungan dengan pemeliharaan pada tanaman menghasilkan yaitu pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemeliharaan parit, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian Gulma Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat
mengakibatkan
penurunan
produksi,
menurunkan
mutu
produksi
mengeluarkan senyawa alelopati yang mengganggu pertumbuhan kelapa sawit, menjadi inang bagi hama, mengganggu tataguna air (Gambar 5), dan meningkatkan biaya usahatani (Pahan, 2008).
Gambar 5. Pengaruh Gulma di Parit Jenis gulma yang banyak di jumpai di PT JAW Kebun Mentawak didominasi oleh gulma paku-pakuan yaitu Nephrolepis biserata, Stenoclaena palustris, Pteridium esculentum. Sedangkan gulma lainnya adalah Mikania micrantha, Lantana camara, Clidemia hirta, Borreria alata, Ageratum conyzoides, Paspalum conjugatum, Cynodon dactilon, Axonopus compressus,
Ottochloa nodosa, Imperata cylindrical dan lain-lain. Jenis gulma tersebut hanya dominan di beberapa tempat misalnya pada gawangan didominasi oleh jenis pakupakuan sedangkan pada pasar pikul didominasi oleh rumput dan TPH didominasi oleh rumput dan teki. Kegiatan pengendalian gulma pada PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia/herbisida. Kegiatan yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi di PT JAW Kebun Mentawak adalah semprot piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), semprot gawangan, semprot semak, wiping alang-alang, semprot alang-alang, dan oles anak kayu. Piringan, pasar pikul, dan TPH merupakan tempat yang terpenting dalam proses produksi dan pemeliharaan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan, pasar pikul sebagai jalan untuk mengangkut TBS ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sedangkan TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen sementara sebelum diangkut ke PMKS. Sehingga keberadaan gulma di piringan, pasar pikul dan TPH perlu dikendalikan agar berfungsi sebagai mana mestinya. Kegiatan SP3 TPH yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak menggunakan pestisida dengan merek dagang Gramoxone 276 SL yang merupakan pestisida non sistemik dan kontak dengan bahan aktif paraguat diklorida 276 g/liter. Pestisida ini berbentuk cairan yang berwarna biru. Konsentrasi yang digunakan adalah 3.3 ml/liter air dengan dosis 0.5-0.6 liter/ha. Aplikasi dilakukan dengan penambahan Ally 20 WDG dengan perbandingan Gramoxone : Ally : Air adalah 20 liter : 1 kg : 20 liter, rotasi SP3 TPH adalah 2 kali setahun. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack jenis SOLO isi 15 liter dengan jenis nozzle deflaktor berbentuk kipas dengan warna biru, hitam dan merah. Pelaksanaan kegiatan SP3 TPH dan gawangan dimulai dengan pencampuran pestisida di gudang dan pengisian pestisida campuran tersebut di lapangan oleh mandor perawatan/spraying. Tujuan pencampuran di gudang adalah
untuk menghindari terjadinya kehilangan pestisida. Kegiatan SP3 TPH ini dilakukan oleh tiga tim, masing-masing tim terdiri atas tiga orang dengan rincian satu orang membawa galon (tempat air sebagai pelarut) dan dua orang melakukan aplikasi semprot. Rata-rata satu pasar membutuhkan empat knapsack namun tergantung pada kondisi gulma dan jalan. Norma kerja untuk perawatan adalah 2 ha (untuk 5/7 HK). Teknik penyemprotan dimulai dari gulma yang berada dalam pinggir parit kemudian pada TPH dan masuk pada piringan dan pasar pikul. Satu orang menyelesaikan satu baris dan satu orang lagi membawa galon ke pasar tengah untuk menunggu pengisian knapsack kembali. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan SP3 TPH dan gawangan di Divisi VI Blok B23 adalah 1.6 ha (prestasi pekerja 2 ha) dan umumnya penulis sebagai mandor spraying. Semprot semak dan alang-alang (golongan rumput dan daun lebar) digunakan herbisida sistemik yaitu herbisida dengan nama dagang Smart jenis AS (Amiphosat Starane) dan berbahan aktif Glyphosate. Herbisida ini berbentuk cairan berwarna kuning dan dosis yang digunakan adalah 0.3-0.4 liter/ha, tergantung dari kerapatan gulma. Konsentrasi Smart dalam aplikasi semak dan alang-alang yaitu 3-3.5 ml/liter air. Norma kerja kegiatan ini yaitu 2 ha/HK (sama dengan norma kerja Gramoxone). Pelaksanaan kegiatan sama dengan pelaksanaan SP3 TPH dan gawangan dengan menggunakan alat Knapsack jenis SOLO. Pengendalian gulma secara manual Pengendalian gulma secara manual di PT JAW Kebun Mentawak dilakukan dengan kegiatan babat total/slashing, babat selektif, dan dongkel anak kayu (DAK). Kegiatan slashing adalah pekerjaan membabat serendah mungkin seluruh gulma yang berada di gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan slashing dilakukan oleh tenaga kerja harian dengan menggunakan parang. Sedangkan kegiatan dongkel anak kayu (DAK) juga dilakukan dengan mencabut atau mendongkel seluruh anak kayu yang tumbuh di antara piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan untuk kegiatan DAK biasanya termasuk dalam gulma berkayu (daun lebar) seperti kayu mang, senduduk, putihan, senggani, anak sawit dan lain-lain. Penulis tidak melakukan kegiatan slashing dan DAK selama kegiatan magang berlangsung.
Kegiatan babat piringan selektif (circle weeding selective) merupakan salah satu kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan parang. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja KHL wanita. Pekerjaan babat piringan selektif belum ada norma yang pasti karena merupakan kegiatan yang baru diterapkan. Sehingga dalam panentuan upah disesuaikan dengan jam kerja, kegiatan babat piringan selektif termasuk dalam kegiatan 5/7 HK sehingga kegiatan selesai hanya sampai jam 12.00 WIB. Kegiatan babat piringan selektif dimulai dengan memilih pokok tanaman kelapa sawit yang ditumbuhi gulma berat di wilayah piringan terutama bagian yang areal gawangan mati dan gulma anak sawit. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membabat gulma disekeliling piringan dengan jarak jari-jari 2 m dari pokok.
Pada
umumnya
pokok
yang
dibersihkan adalah
pokok
yang
condong/roboh terutama pokok yang roboh ke gawangan mati. Hasil kegiatan babat piringan selektif disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 No.
Jumlah TK
Jumlah Pasar
Jumlah Pokok
1.
3
7
24
2.
6
6
36
3.
8
32
80
4.
4
10
44
5.
4
9
40
Sumber: Hasil Pengamatan di Lapang Keterangan: TK merupakan tenaga kerja
Selama kegiatan babat piringan selektif berlangsung, penulis bertugas sebagai mandor di lapang. Berdasarkan Tabel 5 bahwa prestasi kerja mandor meningkat karena hasil yang diperoleh cenderung meningkat tiap harinya dengan rata-rata hasil kerja pekerja adalah 10 pokok. Kendala yang dihadapi selama kegiatan berlangsung adalah banyak semut angkrang di areal yang akan dibabat. Berikut ini adalah gambar babat piringan selektif di Blok A16 Divisi V
Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Kegiatan Babat Piringan Selektif
Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Faktor jalan mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan perkebunan. Transportasi yang lancar menyebabkan program perawatan dan pengangkutan TBS ke PMKS akan berjalan sesuai dengan rencana sehingga unit kenderaan kebun dapat dialokasikan seluruhnya. Secara teknik beberapa pemeliharaan jalan yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak adalah penimbunan jalan, penggalian, pengerasan yang dilakukan oleh alat mekanik seperti road greader (Gambar 7).
Gambar 7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader Perbaikan jembatan dilakukan oleh bagian civil dan gudang. Waktu perbaikan tergantung dari kondisi jembatan yang rusak. Umumnya jembatan yang rusak terdapat pada jalan yang sering dilalui oleh truk dan dekat dengan sungai seperti di Dusun Baru Divisi VI. Jembatan di PT JAW termasuk dalam semi permanen yaitu terbuat dari besi dan kayu.
Pengangkutan dan pemasangan titi panen Titi panen di PT JAW Kebun Mentawak masih terbuat dari kayu, namun mulai dari tahun 2009 diganti menjadi titi panen beton. Penggantian titi panen dari titi kayu diganti dengan titi beton masih terdapat di beberapa tempat. Titi panen yang terbuat dari kayu umumnya dilakukan penggantian tiap 6 bulan sekali, namun pada beberapa tempat hal ini belum terlaksana terutama di Divisi I. Titi beton berasal dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan volume 0.16 m3 . Panjang titi panen adalah 500 cm, lebar 20 cm dan berat 250-300 kg. Pemasangan titi panen dilakukan setelah kegiatan pengangkutan titi dari gudang ke areal yang terpisah dari kegiatan pemasangan titi panen (HK untuk pengangkutan berbeda dengan HK pemasangan titi panen). Pengangkutan titi panen dilakukan dengan menggunakan Jonder MF dari gudang/lokasi pembuatan titi panen ke arel pemasangan titi. Tenaga kerja yang digunakan adalah borongan dengan jumlah titi yang akan diangkut 40 titi dengan jumlah tenaga kerja 10 orang (termasuk sopir jonder MF). Satu kali pengangkutan memuat 10 titi panen. Pengangkutan berakhir pada saat pelangsiran/penurunan titi panen pada areal pemasangan dengan aturan 1 titi untuk 3 pasar. Namun untuk saat ini, pemasangan titi panen hanya dilakukan di daerah yang titi panen sudah rusak dan produksi sangat bagus sehingga untuk sebagian divisi maupun blok belum dipasang titi panen. Divisi yang dilakukan pemasangan titi panen beton adalah sebagian divisi II, divisi III dan divisi lainnya. Pemasangan titi panen dilakukan dengan norma satu titi panen satu orang. Sehingga untuk pemasangan perlu dilakukan secara bersama-sama karena titi beton ini cukup berat dan tidak bisa dilakukan dengan satu orang saja. Pemasangan dilakukan secara manual yaitu dengan mengangkat secara bersamasama. Pemasangan dilakukan dengan memindahkan posisi titi panen dari tepi jalan membentang parit (arah Utara Selatan, atau sejajar dengan arah barisan kelapa sawit) (Gambar 8).
Gambar 8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III Pemeliharaan parit Parit merupakan saluran irigasi dan drainase. Tujuan pemeliharaan parit adalah untuk memperlancar sirkulasi air sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air. Pemeliharaan parit penting terutama pada saat musim hujan dan kemarau. Tanah gambut merupakan tanah yang cukup bermasalah dengan kondisi kekurangan dan kelebihan air. Kelebihan air akan menyebabkan tanah semakin asam, sedangkan pada saat kemarau kekurangan air dan bermasalah terhadap kebakaran. Pemeliharaan parit dilakukan dengan cara ; 1. Manual Pemeliharaan parit secara manual adalah dengan membabat seluruh gulma yang tumbuh di pinggir dan di dalam parit serta mengeluarkan seluruh sampah yang menghambat aliran air. 2. Mekanis Pemeliharaan
parit
secara
mekanis
adalah
pemeliharaan
parit
menggunakan alat berat seperti excavator, backhoe loader dengan cara mengeluarkan semua sedimen (endapan) dan sampah dari dasar parit sekaligus membentuk kembali parit sesuai ukuran semula dan melancarkan aliran air. Khusus pada musim kemarau, perawatan parit dilakukan dengan membendung parit dengan karung yang berisi pasir, sehingga kekurangan air dapat diatasi. Selama mengikuti kegiatan magang, penulis hanya mendapat data
sekunder dalam bentuk wawancara. Berikut ini Gambar 9 tentang kondisi parit di Divisi V.
Gambar 9. Kondisi Parit di Divisi V Pemupukan Pemupukan yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak adalah pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Pemupukan dengan organik dilakukan dengan pemupukan abu janjang dan pemupukan anorganik dilakukan dengan pemupukan Urea, MOP, ZnCOP, Kieserite, Rock Phospate, HGFB, Kaptan, ZnSO4, Dolomit, CuSO4. Pemupukan anorganik sejak awal tahun 2009 tidak pernah direalisasikan lagi sehingga penulis selama magang tidak pernah melakukan kegiatan pemupukan anorganik (kecuali pemupukan unsur Cu). Sehingga pembahasan selanjutnya hanya berhubungan dengan pemupukan abu janjang dan pemupukan CuSO4. Pemupukan Abu Janjang (Bunch Ash) Pemupukan abu janjang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Abu janjang diperoleh dari produk limbah sehingga secara mudah didapatkan terutama asal abu janjang ini tidak memerlukan biaya untuk bahan tersebut (hanya biaya pengangkutan). Menurut Pahan (2008) abu janjang bersifat alkalis (pH=12), higroskopis dan mengandung hara yang sangat mudah larut dalam air. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang antara lain K2O sebanyak 47.0%, P2O5 3.5%, MgO 6.0% dan CaO 6.0%. Aplikasi abu janjang memiliki keuntungan karena
mengandung Kalium (K) yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mensubsitusi biaya pupuk MOP dengan rasio konversi MOP ke abu janjang dikali 2 (bila MOP 2 kg per pokok maka abu janjang 4 kg per pokok). Aplikasi abu janjang sangat cocok digunakan di PT JAW Kebun Mentawak karena mudah diperoleh dan cocok untuk tanah gambut. Selama kegiatan magang berlangsung penulis melakukan kegiatan pupuk abu janjang sebanyak 9 kali. Sebagian besar penulis berstatus sebagai mandor. Gambar 10 adalah aplikasi pupuk abu janjang pada piringan secara melingkar.
Gambar 10. Pemupukan Abu Janjang di Blok A25 Divisi VI Asal pupuk janjang diperoleh dari hasil pembakaran janjang TBS yang sudah dipisah dari brondolan yang diproses di PMKS Kulim (PT EMAL/Group Bakrie Sumatera Plantations). Faktor konversi dari TBS ke abu janjang adalah 0.5%. Jumlah pupuk yang diperlukan dalam satu hari berkisar antara 6.0- 7.2 ton, dengan rekomendasi pemupukan 4 kg per pokok. Pemupukan abu janjang dilakukan oleh pekerja borongan dengan jumlah tenaga kerja 14 orang. Satu blok (550 ha) membutuhkan 4 hari pemupukan. Aplikasi pemupukan dimulai dengan memasukan pupuk ke dalam ember (lebih 12 kg pupuk) dari karung yang telah ada di road collection. Setelah itu ember berisi pupuk digendong ke dalam barisan dan pemupukan dimulai dari pasar tengah menghadap ke arah luar barisan (Utara Selatan). Ini bertujuan untuk
pemupukan dilakukan merata tiap pokok sehingga pokok bagian tengah mendapatkan dosis yang sama dengan pokok di tepi jalan. Oleh karena itu diperlukan mandor di pasar tengah dan di jalan road collection. Abu janjang sangat alkalis, panas/pedih, dan berdebu. Oleh sebab itu, abu janjang harus dijaga agar tidak terkena kulit pekerja secara langsung. Pemupukan CuSO4 Pemupukan di PT JAW Kebun Mentawak sejak tahun 2009 hanya menggunakan pupuk abu janjang. Namun pada saat penulis melaksanakan magang, selain pemupukan abu janjang juga dilakukan pemupukan CuSO4 hanya di Divisi II (Coppper Sulphate Pentahydrate CuSO4 5H2O). Hal ini juga disebabkan oleh realisasi pemupukan CuSO4 di divisi II ini rendah sehingga terlambat dalam aplikasi. Aplikasi yang digunakan dalam pemupukan Cu adalah 200 g tiap pokok. Hal ini didasarkan oleh analisis daun yang dilakukan satu kali setiap tahun. Menurut Noor (2001) pemberian pupuk CuSO4 pada tanaman kelapa sawit di lahan gambut pada umur lebih dari 12 tahun adalah 200 g per pokok. Aplikasi dalam satu blok memerlukan rata-rata 18 sack, 25 kg/sack. Dengan kebutuhan tiap 5 pasar adalah 50 kg. Norma kerja dalam pemupukan adalah 0.25-0.8 HK/ha. Sehingga kebutuhan untuk tenaga kerja adalah 77 ha x 0.25 HK/ha = 19 HK dan prestasi kerja adalah 77 ha x 0.2 HK/ha = 15 HK. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja yang ada di PT JAW sangat bagus karena lebih kecil dari standar norma kerja. Aplikasi pemupukan Cu dilakukan dengan menggunakan ember sebagai alat untuk mempermudah dalam pengaplikasian penaburan pupuk. Pemupukan dilakukan dengan penguntilan pada karung pupuk dan dimasukkan ke dalam ember. Setelah itu pupuk ditebar dengan mangkok membentuk ‘V’ dengan jarak 1-1.5 m dari pokok dan dimulai dari pokok depan menuju kedalam baris.
Pengendalian Hama Ulat Api Sensus Ulat Api Pengendalian hama ulat api dilakukan setelah dilakukan kegiatan sensus ulat api. Kegiatan sensus bertujuan untuk mengetahui populasi hama sedini mungkin atau jumlah larva per pelepah, mengetahui persentase larva yang hidup dan mati, mengetahui stadia hama, mengetahui persentase larva yang hidup dan mati. Berikut ini adalah Gambar 11 tentang serangan ulat api terhadap daun kelapa sawit.
Gambar 11. Serangan Ulat Api di Blok A18 Divisi V Tujuan dilakukan sensus adalah mengetahui ada tidaknya serangan, mengetahui jenis hama, mengetahui luas serangan. Prosedur sensus ulat api dan ulat kantong di PT JAW Kebun Mentawak adalah 1. Setiap blok dibuat baris sensus setiap 10 baris (dimulai pada baris ke-5). 2. Tiap baris dibuat titik sensus dengan jarak sensus setiap 5 pokok. 3. Hal yang dicatat dalam sensus adalah jenis dan jumlah ulat 4. Ada atau tidak ada serangan hama sensus harus tetap dilakukan 5. Sensus dilakukan pada pelepah 9-25 karena ulat lebih aktif pada daun tersebut. Berdasarkan data kantor Divisi V hasil serangan ulat api bulan Januari 2009 di Blok A18 dan A17 adalah jenis ulat api yang dominan Setora nitens, populasi ulat api rata-rata 8 ekor per pelepah, sebaran ulat api di Blok A18 dari pasar 38-70 dan Blok A17 dari pasar 45-60 (konsentrasi ulat api terbesar terjadi di
pasar tengah) dan hasil sensus ulat api setelah aplikasi pengendalian swingfog adalah sebagai berikut: Diketahui tanaman sampel 120 pokok ditemukan ulat api 14 ekor dengan jumlah tanaman terserang ulat api adalah 9 pokok dan jumlah ulat bulu 35 ekor dengan jumlah tanaman terserang ulat bulu adalah 20 pokok Maka Rata-rata ulat api per pokok = 0.12 ekor per pokok Intensitas serangan (IS) =
= 7.5 %
Rata-rata ulat bulu per pokok= 0.29 ekor per pokok IS = 16.67%. Selama magang berlangsung, penulis mengikuti kegiatan sensus ulat api dan ulat bulu sebagai mandor perawatan di Divisi V Blok A17 dan A18. Kegiatan sensus yang dilakukan penulis merupakan kegiatan setelah aplikasi swingfog. Lampiran 6 adalah jenis ulat api yang ditemukan di PT JAW Kebun Mentawak. Pengendalian hama ulat api di PT JAW Kebun Mentawak adalah pengendalian secara manual, kimiawi dan biologi. Pengendalian ulat api secara manual Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara pengutipan langsung terhadap ulat api (hand packing dan kutip cocoon). Biasanya pengendalian ini serangan masih ringan dan skala kecil, masih muda, dan belum begitu tinggi sedangkan pada saat pengendalian tingkat serangan sangat berat dan sudah pada stadia ulat dewasa dan kutip cocoon. Pelaksanaan kegiatan kutip ulat api dan kutip cocoon dilakukan oleh tenaga kerja harian wanita. Tenaga kerja harus menggunakan celana panjang, baju lengan panjang, sarung tangan, alat penjepit untuk mengambil ulat dari daun, serta ember yang diisi air, semua ulat hasil kutipan dikumpul jadi satu dan ditanam dalam satu lubang. Pengendalian dengan Cahaya (Light trap) Pengendalian dengan perlakuan cahaya (Light trap) yaitu pengendalian hama serangga yang aktif dimalam hari (nokturnal) yang tertarik terhadap cahaya. Pengendalian dilakukan pada saat ulat api dalam stadia imago (kupu-kupu) dan pada waktu sore hari (18.00-19.00 WIB).
Pelaksanaan pengendalian ulat api dengan cara Light trap dilakukan dengan pemasangan lampu sumber cahaya yang digantung di atas bejana berisi air. Seteleh itu serangga akan menuju sumber cahaya dan menabrak cahaya (lampu) dan akan jatuh ke bawah dan mengenai air sehingga tidak bisa terbang kembali, bisa juga langsung ditangkap dengan tangan. Pengendalian secara kimiawi/Swingfog Aplikasi dilakukan pada Divisi V dengan jumlah pasar yang terserang adalah 40 pasar dengan areal serangan di tengah Blok A17 dan sebagian pada Blok A18. Pengendalian ulat api dan ulat bulu secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan alat swingfog. Sistem pengendalian ini bekerja dengan melakukan pengasapan dengan obat kimia Decis dan solar. Decis merupakan insektisida kontak dengan gejala serangga lemas dan mengganggu sistem syaraf dengan keunggulan dalam beberapa menit setelah aplikasi ulat api dan ulat bulu sudah tidak terpengaruh dan walaupun serangga tidak mati tetapi hama berhenti makan sehingga tidak menimbulkan kerusakan lagi. Sedangkan solar digunakan untuk menempelkan racun pada daun sehingga lebih tahan lama berada di daun. Perbandingan Decis dengan solar adalah 1 : 10, maksimal pengisian dalam swingfog adalah 8 liter. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 3 orang yang terdiri dari dua orang mengangkut alat dan satu orang membawa galon isi campuran racun ( 1 galon 20 liter berisi solar dengan 6 kaleng decis @ 300 ml) dengan norma kerja 1.4-1.5 ha/HK. Jumlah pasar yang diselesaikan adalah 19 pasar. Sedangkan dalam satu pasar rata-rata membutuhkan 2 liter campuran racun. Gambar 12 adalah gambar aplikasi swingfog di Blok A17 Divisi V. Penulis melakukan kegiatan pengendalian ulat api dengan cara light trap dan swingfog di Divisi V. Penulis berstatus sebagai mandor perawatan. Pengendalian secara biologi Pengendalian secara biologi adalah dengan penggunaan tanaman bermanfaat yang secara alami dapat menurunkan populasi ulat api. Contoh tanaman yang secara alami dapat menekan populasi ulat api adalah Turnera subulata.
Gambar 12. Aplikasi Swingfog di Blok A17 Divisi V Penunasan/Prunning Tujuan prunning adalah mempermudah kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah (mempermudah pengamatan buah matang), memperlancar kegiatan penyerbukan secara alami oleh serangga maupun angin. Kegiatan penunasan juga merupakan tindakan sanitasi sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (kelembaban semakin turun). Kegiatan prunning di PT JAW Kebun Mentawak dilakukan 2 kali setahun (rotasi 6 bulan) dan basis 0.8 ha/HK (2 pasar/HK), pada kegiatan prunning tidak terdapat premi sehingga bila melebihi basis maka dianggab sebagai kegiatan prunning berikutnya. Tenaga kerja prunning merupakan tenaga kerja panen (SKU dan KHL), sehingga kegiatan prunning erat hubungannya dengan kegiatan panen. Jika kegiatan panen tidak bisa dilakukan karena jumlah produksi sedikit maka sebagian tenaga kerja panen ditarik untuk kegiatan prunning dan sebagian lagi tetap melakukan kegiatan panen sehingga basis panen tercapai tiap pemanen. Alat prunning yang digunakan adalah dodos, egrek dan kapak. Kegiatan prunning dimulai dengan memotong pelepah daun mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda dengan membentuk sudut 30 derajat terhadap garis horizontal. Potongan miring
ditujukan agar brondolan yang jatuh tidak terhalang di bekas potongan sehingga jatuh ke tanah. Kegiatan prunning juga mempertahankan dua pelepah daun di bawah tandan buah, hal ini disebut dengan songgo dua. Setelah pelepah lepas, pelepah diletakkan di gawangan mati mengarah Utara Selatan. Selama mengikuti kegiatan magang penulis hanya mencoba kegiatan prunning pada saat tenaga kerja istirahat sehingga prestasi penulis untuk kegiatan prunning tidak ada. Umumnya penulis berstatus sebagai mandor.
Pemanenan Sensus Buah/Taksasi Produksi Pelaksanaan sensus dilakukan sebelum kegiatan panen hal ini berkaitan erat dengan kegiatan pendukung panen tersebut seperti panentuan jumlah tenaga kerja dan hanca panen. Sedangkan tujuan dari sensus buah adalah untuk mengetahui jumlah buah (termasuk dalam stadia buah) yang ada di lapang sehingga dapat ditentukan jumlah produksi besok, produksi bulan depan atau produksi tahunan. Sensus buah di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak dikenal dengan istilah sensus buah hitam (Black Bunch Cencus/BBC). Kegiatan BBC dilakukan setiap empat bulan sekali yang dilakukan oleh tanaga kerja harian (KHL). Tujuan kegiatan BBC ini untuk mengetahui jumlah produksi TBS untuk empat bulan yang akan datang dan untuk mengetahui angka kerapatan panen. Sensus buah dilakukan dengan mengambil sampel tiap sepuluh baris dan dimulai pada baris ke-1 sampai pokok terakhir dari Timur mengarah ke Selatan. Buah yang termasuk dalam kegiatan sensus BBC adalah buah yang memiliki ciriciri hitam dan mengkilat atau buah kopi sampai buah mentah (buah merah dan matang tidak termasuk dalam sensus buah). Jumlah tenaga kerja yang diperlukan adalah tiga orang untuk menyelesaikan dua blok. Selama kegiatan BBC berlangsung, penulis berstatus sebagai mandor dan KHL. Hasil BCC yang dilakukan penulis sebagai KHL di Divisi III Blok C17 tahun tanam 2002 dengan SPH 3105 pokok adalah 1825 janjang dengan jumlah pokok BBC yaitu 454 pokok, sehingga rata-rata jumlah janjang tiap pokok adalah 4.02 janjang. Dengan SPH tersebut, maka dapat diprediksikan sampai dengan 4
bulan kedepan maka produksi di Blok C17 adalah 100 ton TBS (BJR 8 kg/janjang). Selain sensus BBC, kegiatan sensus yang lain adalah kegiatan sensus untuk memperkirakan jumlah produksi yang dipanen besok. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan angka kerapatan panen (AKP). Kegiatan sensus harian ini dimulai setelah kegiatan panen selesai di tempat/Blok hanca panen besok. Sedangkan pada saat melakukan magang, penulis melakukan kegiatan sensus di Divisi VI untuk mengetahui produksi panen besok, AKP, jumlah buah yang tertinggal, jumlah buah yang busuk dan lain-lain. Hasil sensus harian di Divisi VI Blok B21 dengan luasan 49 ha dan populasi 6 613 pokok, maka diperkirakan jumlah produksi besok adalah 17 425 kg dengan BJR 8.5 kg/janjang dan AKP 0.13. Rotasi dan Kebutuhan Tenaga Kerja Panen Rotasi panen penting untuk menentukan jumlah areal panen terhadap jumlah tenaga kerja. Luas areal yang harus dipanen pada hari tersebut (kapveld) harus sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja sehingga efisien dalam pemakaian tenaga kerja. Luasan kapveld yang harus dipenuhi di PT JAW Kebun Mentawak adalah 110 ha dengan menggunakan rotasi 3 R dengan interval 8 hari (25 hari kerja efektif). Hanca panen yang digunakan adalah 3.5 ha/HK, sehingga kebutuhan tenaga kerja untuk luasan kapveld tersebut adalah 31 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja dalam satu divisi mencapai 22 orang SKU sedangkan KHL tergantung dari jumlah produksi yang akan dipanen (terlihat pada angka kerapatan panen/AKP). Jumlah hari kerja panen terdiri atas 6 hari, Senin sampai Jumat terdiri atas 7 jam kerja sedangkan Sabtu terdiri atas 5 jam kerja. Rotasi panen juga tergantung pada kondisi buah, pada panen puncak maka interval dipersempit dengan luasan kapveld juga dipersempit, sedangkan pada panen kecil harus diperluas. Ancak Panen Sistem panen yang dilaksanakan di PT JAW Kebun Mentawak adalah sistem hanca giring tetap. Pemanen diberi hanca dengan luasan yang ditentukan
dan bersifat tetap untuk panen berikutnya dengan berlaku sistem giring (dalam satu blok bisa memiliki beberapa hanca). Sistem hanca giring tetap ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengawasan dan kemungkinan hanca yang tidak terpanen kecil dan lebih rapi dan pengangkutan TBS ke PMKS lebih cepat. Sistem hanca untuk panen tergantung pada umur tanaman tersebut. Jika umur tanaman kelapa sawit masih muda buahnya masih kecil dan beratnya kurang sehingga diberi luasan hanca yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua (tahun tanam yang lebih awal). Rata-rata satu hanca panen sama dengan 3-4 ha/HK atau 10 pasar (luas satu pasar 0.4 ha). Alat-alat Panen Alat panen yang digunakan pada umumnya sama setiap perkebunan yaitu dodos dan egrek. Penggunaan dodos dan egrek biasanya hanya dibedakan pada tinggi tanaman saja, dodo digunakan untuk tanaman yang masih pendek dan mudah dijangkau sedangkan untuk tanaman yang lebih tinggi (tinggi > 3 m) digunakan egrek. Berikut ini Tabel 6 adalah alat-alat yang sering digunakan dalam pelaksanaan panen di PT JAW Kebun Mentawak. Alat kerja untuk pemanen disediakan oleh kebun. Untuk pemanen awal diberi kesempatan untuk belajar memanen tandan buah kelapa sawit. Alat yang disediakan nantinya harus diganti dengan cara mencicil dari gaji. Tabel 6. Alat-alat Panen No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Dodos
Pemotong tandan buah pada tanaman yang masih pendek
2.
Egrek
Pemotong tandan buah pada tanaman yang sudah tinggi
3.
Angkong
Alat angkut TBS dan Brondolan dari pasar pikul ke TPH
4.
Gancu
Alat angkut TBS dari pokok ke pasar pikul dan ke angkong
5.
Kapak
Memotong tandan buah yang panjang
6.
Karung
Tempat brondolan
7.
Batu asah
Pengasah dodos, egrek, kapak dan lain-lain
8.
Dll
Karet, bambu,
Sumber: Hasil Pengamatan di Lapang
Kriteria Panen Kriteria panen akan menentukan tingkat mutu dari TBS dan mutu Crude Palm Oil/CPO yang akan dihasilkan karena kriteria matang panen yang bervariasi akan menyebabkan perbedaan kualitas CPO yang dihasilkan. Pemanen yang sesuai dengan norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kualitas. Kriteria panen perlu disesuaikan dengan kondisi setempat dan keadaan iklim (panen puncak dan panen kecil). Kriteria panen yang ada di PT JAW Kebun Mentawak berdasar atas warna buah dan brondolan yang jatuh. Pada saat panen puncak, kriteria yang diterapkan adalah dua brondolan artinya buah yang dipanen harus masak ditandai dengan jatuhnya brondolan minimal dua brondol di areal piringan atau pokok tanaman. Sedangkan pada kondisi sedikit buah, kriteria yang dipakai adalah membrondol satu atau minimal buah yang berwarna kuning kemerahan (belum membrondol). Buah yang busuk di pokok wajib untuk dipanen karena buah busuk yang tinggal dipokok dapat menyebarkan penyakit ke buah lainnya, sehingga diberlakukan denda terhadap buah busuk yang tertinggal di pokok. Buah yang mentah apabila diangkut ke pabrik maka akan terseleksi dalam grading dan tidak akan diolah karena akan menyebabkan kuantitas dan kualitas minyak akan turun. Pelaksanaan Kegiatan Panen Panen dilakukan dengan menggunakan alat dodos dan egrek. Pemanenan buah dilakukan dengan cara mempertahankan pelepah daun yang berada tepat di bawah tandan buah, hal ini disebut dengan sistem curi buah. Hal ini juga sesuai dengan mempertahankan kondisi buah tetap dalam songgo 2 (satu buah disanggah dua pelepah). Sistem curi buah bertujuan untuk mempertahankan jumlah minimal pelepah daun dalam satu pokok tanaman kelapa sawit (efisiensi tajuk). Pelaksanaan kegiatan panen dilakukan dengan memilih posisi tandan buah yang dapat langsung dipotong sehingga TBS jatuh. Brondolan yang jatuh dikutip bersih dan dimasukan ke dalam karung. Sedangkan pelepah yang terpotong disusun rapi di gawangan mati dengan ujung pelepah membujur arah Utara Selatan. TBS kemudian diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong (dilangsir) dan bila tangkai buah terlalu panjang maka harus dipotong (maksimal
panjang tangkai buah 3 cm). Buah kemudian disusun di TPH dengan tangkai menghadap kearah jalan (agak keatas) dan diberi nomor sesuai dengan nomor pemanennya untuk memudahkan kerani transport dan mandor panen dalam pengecekan buah. Saat melakukan kegiatan panen, penulis memiliki prestasi rata-rata 16 janjang per hari (sedangkan prestasi pemanen 120 janjang per hari) dan pada umumnya penulis bertugas sebagai pendamping mandor panen. Berikut ini adalah Tabel 7 hasil kegiatan panen disaat penulis sebagai pendamping mandor panen di Divisi V : Tabel 7. Laporan Panen Harian di Divisi V bulan Mei 2009
A15/16
Ha Panen (ha) 105
Rotasi Panen 8
21
Jumlah TBS (janjang) 2471
Brondolan (kg) 500
2.
A17/18
112
7
30
2460
320
3.
A5/6
60
7
17
1932
540
4.
A13/14
105
9
22
2803
820
5.
A11/12
122
8
23
2591
730
6.
A9/10
101
8
23
3171
930
Rataan
2 blok
101
8
23
2571
640
No.
Blok
1.
HK
Sumber : LHP Kantor Divisi V
Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa panen yang diperoleh untuk satu hari adalah 28.92 ton (termasuk brondolan) sehingga persentasi jumlah brondolan adalah 2 %. Premi dan Denda Panen Pemanen akan menerima upah apabila ia bekerja, izin atau sakit dan besarnya upah ditentukan oleh Jumlah TBS yang diperoleh. Selain itu, pemanen akan memperoleh premi apabila jumlah TBS yang didapat melebihi basis yang telah ditentukan (tergantung tahun tanam). Premi buah yang berlaku adalah berdasarkan jumlah janjang buah/TBS (atau kg) yang didapat. Ketentuan premi berbeda tiap tahunnya dan didasarkan atas perbedaan tahun tanam. Ketentuan basis dan premi tiap tahun tanam di PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 di PT JAW Kebun Mentawak Basis Borong Premi Over No. Tahun Tanam TM (kg/HK) (Rp/kg) 1. 1995 11 900 27 2.
1996
10
800
37
3.
1997
9
800
47
4.
1998
8
650
52
5.
2002
4
500
57
Sumber : Kantor Pusat Kebun
Premi ditujukan bagi pemanen yang melebihi basis borong, sehingga besarnya upah ditentukan oleh jumlah TBS yang dipanen yang diukur dalam kilogram. Misalkan pemanen di Divisi V dengan tahun tanam 1997, bila seorang pemanen dalam satu hari memperoleh 110 TBS (Basis 800 kg/HK, BJR 11, dan Premi Rp 47/kg) maka upah pemanen adalah sebagai berikut: Basis = 800 kg = Rp 32.000 Premi = (110 TBS x 11 kg/ TBS – 800 kg) x Rp 47/kg= Rp 19 270 Total Upah Pemanen = Rp 51 270 Premi bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pemanen sehingga lebih memacu dirinya untuk lebih meningkatkan jumlah TBS yang dihasilkan. Sedangkan untuk meningkatkan perhatian akan pentingnya kegiatan panen yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas CPO yang akan diolah maka diterapkan sistem denda. Denda panen berupa sanksi yang ditujukan pada pemanen yang apabila melakukan kesalahan atau penyimpangan dari norma kerja yang sudah ditetapkan. Denda panen biasanya terdapat pada kesalahan seperti buah mentah yang di panen denda Rp 1 000 /janjang, brondolan yang tertinggal di pokok denda Rp 500/pokok, buah matang yang tidak di panen denda Rp 1 000/janjang, gagang panjang denda Rp 250/janjang, pelepah sengkleh denda Rp 250/pelepah.
Pengangkutan TBS ke PMKS Peranan truk pengangkut TBS ke pabrik sangat penting sekali agar TBS dapat masuk segara ke pabrik pada hari panen itu juga. Truk pengangkut di PT JAW Kebun Mentawak sebagian disediakan oleh kebun dan sebagian lagi disewa dari luar kebun yang disebut truk mitra tani (MT). Kebutuhan truk MT disesuaikan dengan jumlah produksi hari tersebut. Pengangkutan dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan panen. Satu Divisi disediakan dua truk Dutro dengan kapasitas muatan mencapai 7.3 ton. Pada umumnya dalam satu hari membutuhkan 5 kali pengangkutan (5 trip) tergantung dari jumlah restan dan jumlah produksi pada hari itu. Pengangkutan TBS diawasi oleh kerani transport atau kerani buah dan dilakukan oleh empat pemuat. Pengangkutan TBS dilakukan untuk mengangkut TBS yang dipanen hari ini dan jumlah TBS yang restan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan cara pengangkutan dari lapangan langsung ke dalam truk, pengangkutan dengan jonder MF setelah itu ke dalam truk. Pengangkutan secara langsung dimungkinkan bila kondisi jalan sangat bagus sehingga truk pengangkut bisa masuk ke dalam blok melalui jalan collection road, sedangkan bila curah hujan tinggi maka hanya dimungkinkan dengan menggunakan jonder MF dari lapangan ke main road (disebut lodingan) (Gambar 13).
Gambar 13. Langsir TBS dengan Jonder MF di Dusun Baru Langsir manual TBS adalah salah satu kegiatan yang berhubungan dengan pengangkutan TBS. Langsir manual TBS merupakan kegiatan pengangkutan TBS dari dalam Blok ke collection road karena titi panen yang tidak ada atau rusak
dengan melewati parit selebar 4 m. Kegiatan ini hanya dilakukan di beberapa tempat terutama Divisi I. Rata-rata jumlah Langsir manual TBS adalah 690 janjang dengan kebutuhan tenga kerja 3 HK (jumlah TBS tergantung dari jumlah titi yang tidak ada). Setelah dilakukan muat TBS, pengangkutan dimulai dengan menimbang terlebih dahulu ditimbang pada Divisi III dan penimbangan ini wajib bagi truk MT. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui losses dan kehilangan selama transportasi di perjalanan. Losses dipengaruhi oleh kondisi jalan dan cuaca, bisa terjadi karena penurunan kadar air, goncangan, dan bajing loncat. Hal ini juga akan mempengaruhi BJR yang akan berpengaruh langsung terhadap biaya tenaga kerja pemanen. Setelah sampai di PMKS (PT EMAL Kulim) dilakukan penimbangan sehingga diketahui penyusutan selama perjalanan. Penyusutan yang diperbolehkan maksimal 200 kg. Pengangkutan dimulai pada jam 07.00 WIB sampai dengan jumlah TBS di lapang memungkinkan lagi untuk dimuat. Jarak antara areal panen ke tempat pengolahan TBS PMKS Kulim adalah 40 km ditempuh antara 80-100 menit tergantung dari kondisi jalan. Pada saat curah hujan tinggi kondisi jalan sangat buruk bahkan tidak dapat dilalui oleh truk karena termasuk tanah gambut yang ditimbun dengan tanah mineral. Namun bila pada saat musim kemarau maka jalan sangat keras dan berdebu. Hasil pengamatan pengangkutan TBS di Divisi V disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah TBS yang dimuat truk pengangkut di bulan Mei adalah 594 janjang (setara dengan 7257 kg atau 7.3 ton). Sedangkan jumlah TBS yang dihasilkan dalam satu hari adalah 28.92 ton (lihat Tabel 7) sehingga diperlukan 4 truk pengangkut (belum termasuk buah restan).
Tabel 9. Hasil Pengangkutan TBS di Divisi V Bulan Mei 2009
1.
Berat Janjang (kg) 6890
Jumlah Janjang (Janjang) 603
Bobot Janjang Rata-rata (BJR) 11.43
2.
6810
606
11.24
3.
7380
467
15.80
4.
7020
557
12.60
5.
7370
733
10.05
6.
7510
601
12.50
7.
7580
596
12.72
8.
7500
589
12.73
Rat-rata
7257
594
12.21
No.
Sumber: Bukti Penerimaan TBS di Kantor Dvisi Keterangan : Berat janjang diperoleh di timbangan PMKS, hasilnya setelah pengurangan dengan berat truk (3.48 ton)
Kegiatan pengangkutan TBS berhubungan erat dengan kegiatan pemuat TBS yaitu memindahkan TBS dari TPH ke truk pengangkut. Jumlah tenaga kerja termasuk SKU dan BHL. Basis muat yang harus dipenuhi adalah 3750 kg/HK. Hasil pengamatan diperoleh jumlah buah pada TPH berkisar antara 10-40 janjang, dengan kemampuan satu truk 594 janjang (dengan BJR=11) dengan jumlah brondolan adalah 152 kg maka upah pemuat (langsir dari lapang ke truk) adalah Basis (3750 kg) = Rp 32 000 Premi = ((594 x 11 + 152) – 3750) kg x Rp 4.5/kg = Rp 13 200 Maka total upah pemuat = Rp 32 000 + Rp 13 200 = Rp 45 200
PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL KEBUN
Kegiatan manajemen di PT JAW Kebun Mentawak ini masih dalam tahap peralihan dari manajemen lama ke manajemen baru yaitu berbasis pada manajemen BSP Group. Hal ini sesuai dengan sejarah peralihan saham dari beberapa pergantian sehingga manajemen yang berlaku di lapang juga belum sepenuhnya manajemen BSP Group, masih terdapat penerapan manajemen lama. PT JAW Kebun Mentawak diakuisisi oleh PT Bakrie Sumatera Plantations pada bulan Desember 2007. Sebelumnya PT STH Group merupakan perusahaan yang mendirikan perkebunan ini pada tahun 1995. Selama perkembangannya, PT JAW Kebun Mentawak telah tiga kali terjadi perubahan kepemilikan saham (STH Group, Pangan Sari Utama/PSU dan BSP Group). Perubahan tersebut sangat mempengaruhi perkembangan dari perkebunan terutama kegiatan manajemen yang diterapkan dan kegiatan teknis di lapang. Kegiatan manajerial dimulai dari kegiatan administrasi yang dilakukan secara bertahap dari Kantor Divisi yang menjadi dasar kegiatan administrasi ke Kantor Pusat Kebun, seterusnya berhubungan dengan pihak eksternal seperti PT EMAL B, Kantor Pusat di Jambi dan Jakarta. Kegiatan manajerial erat hubungannya dengan deskripsi kerja personalia kebun. Status karyawan di PT JAW Kebun Mentawak terdiri atas tingkat staf dan non staf. Tingkat staf berupa estate manager dan asisten divisi sedangkan tingkat nonstaf terdiri atas karyawan HIP, SKU dan KHL. Kegiatan manajerial yang dilakukan pada saat magang adalah kegiatan selama menjadi pendamping mandor, kerani divisi dan pendamping asisten.
Pendamping Mandor Mandor merupakan karyawan tingkat non staf yang bertugas membantu jalannya pekerjaan di lapangan dan administrasi di Kantor Divisi. Mandor salah satu orang yang berhubungan langsung dengan karyawan dan bertugas langsung
di lapangan serta bertugas sesuai dengan ketetapan atasan/asisten divisi. Peranan mandor adalah mengatur karyawan yang dibawahi, mempunyai pengetahuan tentang tugas sebagai mandor, prosedur pekerjaan, prestasi kerja, kondisi lapangan dan mencatat hasil pekerjaan karyawan. Mandor sebagai supervisi merupakan ujung tombak dari suatu perkebunan kelapa sawit karena langsung berhubungan dengan karyawan dan juga bertugas langsung di lapang. Mandor di PT JAW Kebun Mentawak terdiri atas mandor I, mandor panen, kerani buah, kerani transport, mandor perawatan dan kerani divisi. Pekerjaan masing-masing mandor dan kerani berbeda-beda tetapi saling mempunyai keterkaitan satu sama lain. Mandor I Mandor I merupakan orang yang langsung berada di bawah Asisten divisi untuk mengontrol semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur mandor dan karyawan secara langsung. Seperti halnya asisten divisi, mandor I juga mengawasi seluruh pekerjaan di divisi baik panen maupun perawatan dan memastikan kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan norma kerja yang ditetapkan. Mandor I harus bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berjalan kepada asisten divisi. Sehingga bila terjadi permasalahan di lapang, maka mandor I harus aktif menyelesaikan permasalahan tersebut dan mencari solusinya, misalnya masalah angkutan panen, buah restan, dan lain-lain. Ketidakhadiran asisten divisi dalam kegiatan, maka divisi menjadi tanggung jawab mandor I untuk mengarahkan komando, baik dalam melaksanakan breafing pagi maupun mengontrol jalannya kegiatan. Setiap divisi memiliki satu mandor I yang membawahi beberapa orang mandor. Status mandor I adalah karyawan non staf tingkat HIP (bulanan). Mandor panen Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam perkebunan karena merupakan salah satu sumber keuntungan perusahaan. Pengelolaan dalam
panen sangat diperlukan agar berjalan sesuai dengan tujuan perkebunan. Salah satu orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan panen adalah mandor panen, dibantu oleh kerani buah dan kerani transport. Tugas mandor panen adalah mengawasi kegiatan panen agar kegiatan pemotongan buah berjalan dengan baik. Selain menentukan luas kapveld dan jumlah tenaga kerja untuk pemanen besok, mandor panen juga secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap kualitas TBS yang dipanen seperti tingkat kematangan buah, buah busuk, buah matang yang tertinggal di pokok dan brondolan yang tertinggal di hanca panen. Mandor panen disetiap divisi terdiri atas dua orang sehingga dapat mengawasi dua blok dengan jumlah tenaga kerja 32 orang (22 SKU dan 10 KHL). Mandor panen termasuk dalam karyawan non staf yang SKU. Mandor panen merupakan salah satunya yang mendapatkan premi dibanding dengan mandor yang lain (kecuali mandor I) sehingga upah mandor panen lebih tinggi dengan mandor lain. Kegiatan sebagai mandor panen dimulai pada saat breafing pagi jam 6.30 WIB di Kantor divisi. Kegiatan tersebut merupakan salah satu evaluasi terhadap panen sebelumnya dan kesalahan serta perbaikan untuk panen hari ini. Selain melakukan absensi terhadap pemanen dan hasil janjang tiap pemanen, mandor panen juga harus menentukan blok yang akan dipanen, kerapatan buah, dan hanca panen. Bersamaan dengan mandor I, mandor panen harus mengelola jumlah tenaga kerja panen bila tidak sesuai dengan hanca panen untuk hari tertentu seperti kerapatan buah yang kecil, maka sebagian tenaga kerja harus digiring pada kegiatan penunasan/prunning dan sebaliknya jumlah tenaga kerja sedikit (Absen) dan kerapatan buah tinggi maka harus tepat dan efisien dalam pengelolaan tenaga kerja. Setelah breafing pagi, mandor panen melaporkan hasil kegiatan panen sebelumnya pada kerani divisi untuk dilakukan pembukuan ke Kerani pusat di Kantor pusat kebun (laporan panen bisa dilaporkan pada saat hari panen jika kerani divisi masih di kantor, namun hal ini jarang terjadi).
Setelah melaporkan hasil panen tersebut, maka mandor panen ke lapangan untuk melakukan pengawasan terhadap pemanen (dimulai dari jam 7.00-14.00 WIB, tergantung kondisi buah). Keluarnya buah mentah dari hanca panen adalah bukti dari kegagalan Mandor panen dalam pengawasan, sehingga untuk menguatkan posisinya maka mandor panen diberi hak untuk memberikan denda panen terhadap pemanen yang melanggar norma kerja yang telah ditetapkan. Beberapa denda yang berlaku pada saat panen adalah buah mentah, buah masak tinggal di pokok, brondolan yang tinggal di hanca panen, buah busuk yang tinggal di pokok dan lain-lain. Dengan demikian mandor panen harus sering mengontrol ke dalam hanca untuk memastikan tidak terjadi kesalahan. Biasanya pemanen yang melakukan kesalahan diberi tanda berupa pelepah kelapa sawit yang dipancang di depan barisan oleh mandor panen sehingga jika besok tanda tersebut masih tegak berdiri maka diberlakukan denda terhadap pemanen tersebut (bila pelapah masih terpancang artinya pemanen tidak memperbaiki kesalahannya atau tidak mengetahui dan cuek terhadap tanda tersebut). Laporan Panen Harian (LPH) merupakan tugas mandor panen untuk melaporkan hasil kegiatan panen hari ini dan dilaporkan untuk besoknya. LPH berisikan tentang blok, luas panen, rotasi panen, jumlah tenaga kerja (SKU dan KHL), jumlah tandan, jumlah brondolan yang dipanen. Kerani buah dan Kerani transport Kerani buah dan kerani transport merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas dan pengangkutan TBS ke PMKS. Peranannya sangat penting dalam pengangkutan buah yang masak tanpa buah mentah sampai di PMKS pada hari panen tersebut. Buah masak yang diolah pada saat hari panen tersebut memiliki kuantitas dan kualitas yang baik. Sehingga pengelolaan dan kerjasama yang baik dapat memperkecil kesalahan. Kerani buah mempunyai tugas utama untuk menyaring buah mentah dan buah masak yang dipanen. Tugas kerani buah dimulai pada saat kegiatan pemotongan buah/panen telah selesai. Artinya kegiatan dimulai pada saat buah di TPH dan siap untuk diangkut. Kegiatan dilakukan dengan menghitung jumlah
janjang tiap TPH, berat brondolan dan memastikan tangkai buah TBS pendek atau memotong tangkai bila tangkai panjang. Laporan dikumpulkan pada kerani divisi pada besok harinya. Kerani transport bertanggung jawab terhadap kegiatan pengangkutan TBS dari TPH ke PMKS termasuk kendala yang terjadi selama perjalanan. Bersama dengan mandor I bertugas untuk menyediakan truk pengangkut sesuai dengan buah TBS yang dihasilkan. Kegiatan dimulai dengan memastikan kondisi truk baik dengan setiap pagi melakukan pengecekan di gudang dan membuat Bon Permintaan dan Pengeluaran Barang tentang kebutuhan solar yang disetujui oleh asisten gudang. Setelah memastikan jumlah truk pengangkut, kegiatan dilakukan bila kegiatan panen selesai atau mengangkut buah restan yang ada. Kerani transport dibantu oleh 4 orang pemuat yang melaksanakan kegiatan pengangkutan buah dari TPH ke dalam truk. Kerani buah dan kerani transport sebenarnya merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh satu orang saja sehingga pada umumnya kerani buah di divisi tidak ada (kecuali Divisi V) dan tugasnya di alihkan pada kerani transport dan mandor panen. Jam kerja kerani transport tidak pasti dan merupakan salah satu orang yang memiliki kerja lebih dari 7 jam kerja (bila panen puncak, bisa sampai jam 21.00 WIB). Selesai kegiatan maka hasilnya dilaporkan dalam bentuk nota angkut buah (NAB) yang berisi informasi tentang jumlah tandan yang diangkut (BJR atau kg) dan penimbangan TBS. Penulis mengikuti kegiatan pengangkutan TBS sebagai Kerani transport pada umumnya di Divisi VI dan Divisi V. Berikut ini hasil yang diperoleh selama kegiatan pengangkutan; rata-rata jumlah janjang tiap truk adalah 594 janjang (7.3 ton) sedangkan jumlah TBS yang dihasilkan dalam satu hari adalah 28.92 ton sehingga diperlukan empat truk pengangkut (belum termasuk buah restan). Mandor Perawatan Pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produksi dan mempertahankan dalam kondisi produksi optimum. Pemeliharaan yang baik merupakan tanggung jawab bersama terutama
mandor perawatan yang langsung melakukan pengawasan di lapang. Mandor perawatan bertugas untuk mengelola semua jenis kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan
seperti
pemupukan,
pemeliharaan
jalan,
spraying/penyemprotan, dan lain-lain. Mandor perawatan merupakan karyawan tingkat non staf yang termasuk dalam SKU dan tidak mendapat premi (sebelum tahun 2007, semua mandor mendapat premi). Setiap divisi memiliki dua mandor perawatan, satu mandor umum dan satu mandor spraying. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemeliharaan adalah pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemeliharaan TPH dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan sebagai mandor perawatan dimulai dengan breafing pagi dan setelah itu menentukan jenis pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan pada hari tersebut. Jenis pemeliharaan tidak memungkinkan untuk dilakukan lebih dari dua pekerjaan karena dibatasi oleh jumlah mandor. Artinya bahwa kegiatan pemupukan tidak dapat dilakukan pada saat kegiatan spraying atau sebaliknya pada hari yang sama. Selain dari jumlah mandor terbatas, jumlah tenaga kerja KHL juga terbatas, biasanya kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang jumlahnya terbatas. Namun untuk jenis kegiatan tertentu yang membutuhkan tenaga kerja sedikit memungkinkan untuk dua jenis pekerjaan dalam hari yang sama seperti pemeliharaan jalan, babat piringan selektif. Kegiatan mandor umumnya sama pada setiap jenis pemeliharaan yaitu mempersiapkan jumlah tenaga kerja, bahan yang dibutuhkan dan pengawasan terhadap kegiatan di lapang. Melaporkan hasil kegiatan dalam bentuk bon buku mandor perawatan (Lampiran 7 adalah Buku Kegiatan Mandor Perawatan). Tugas mandor perawatan dalam kegiatan pemupukan dimulai dengan memastikan jumlah tenaga kerja pada kegiatan pemupukan dan jumlah tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan lain. Mandor juga bertugas untuk menyelesaikan bon permintaan pupuk yang setujui oleh asisten Divisi dan diketahui oleh asisten gudang. Kegiatan diawasi dari pengeluaran pupuk di gudang sampai ke lapang dan mengawasi pekerjaan di lapang. Kegiatan
pemupukan membutuhkan dua mandor perawatan dan di kontrol oleh mandor I pada waktu tertentu. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis melakukan kegiatan pemupukan sebagai mandor pada kegiatan pemupukan abu janjang. Penulis bersama
dengan
mandor
perawatan
lain
bertanggung
jawab
terhadap
keberlangsungan pemupukan. Salah satu kendala pada kegiatan pemupukan sebagai mandor adalah sulit untuk mendapatkan alat angkut pupuk dari gudang ke lapang. Sehingga kegiatan sering dimulai diatas jam 8.00 WIB. Oleh karena itu, koordinasi sangat diperlukan antara mandor perawatan dan kerani transport serta mandor I. Prestasi penulis sebagai mandor perawatan dalam kegiatan pemupukan abu janjang meningkat yaitu dengan jumlah tenaga kerja yang sama meningkat dengan luasan yang lebih besar atau jumlah jam kerja berkurang dan ketepatan semakin tinggi dan kehilangan yang semakin kecil. Mandor perawatan/spraying pada kegiatan spraying dimulai dengan mempersiapkan bahan herbisida di gudang dan membawanya ke lapang. Berbeda dengan kegiatan yang lain, penyediaan bahan pada kegiatan spraying dilakukan sendiri oleh mandor spraying. Tugas pertama adalah membuat bon permintaan bahan herbisida yang diaplikasikan (Gramoxone, Ally, atau Smart) yang disetujui oleh asisten divisi dan diketahui oleh asisten gudang, setelah itu mencampurkan bahan herbisida dengan air di gudang. Pencampuran dilakukan oleh mandor spraying dengan tujuan untuk mencegah pencurian. Setelah itu membawa campuran herbisida ke lapangan. Kegiatan semprot dimulai dengan mengisi campuran kimia ke knapsack oleh mandor spraying (sehingga konsentrasi sesuai dengan rekomendasi). Mandor spraying biasanya mengawasi sembilan orang tenaga kerja KHL. Selama kegiatan spraying, penulis sering bertugas sebagai mandor spraying dengan prestasi yang tetap. Kendala sebagai mandor spraying adalah pengawasan kurang dan alat semprot tidak berjalan dengan baik. Kegiatan perawatan selanjutnya adalah kegiatan babat piringan selektif. Kegiatan ini dimulai dengan menentukan jumlah tenaga kerja dan setelah breafing
langsung ke lapangan. Waktu yang ditentukan merupakan faktor hasil yang diperoleh artinya adalah kegiatan babat piringan selektif tidak mempunyai basis dan target tertentu sehingga pekerjaan selesai sesuai dengan jumlah jam yang disepakati yaitu untuk kegiatan perawatan umumnya 5 jam kerja (pekerjaan selesai jam 12.00 WIB). Sehingga hasil yang diperoleh berbeda-beda untuk setiap hari, pengawasan mandor sangat diperlukan untuk memaksimalkan hasil yang diperoleh. Hasil babat piringan selektif di Divisi V Blok A16, penulis melakukan magang pada hari ke-2 berturut-turut hingga hari ke-5 sebagai mandor yang mengawasi 4-6 tenaga kerja. Prestasi kerja penulis meningkat ditunjukkan dengan peningkatan hasil yaitu 6 pokok tiap tenaga kerja pada hari pertama sebagai mandor meningkat 10 pokok dan 11 pokok tiap tenaga kerja. Tugas mandor perawatan pada kegiatan sensus ulat api dimulai dengan menentukan jumlah tenaga kerja dan pengawasan di lapang. Berbeda dengan kegiatan lain, kegiatan sensus memerlukan pengawasan yang ekstra yaitu tetap berada di lapang. Kegiatan sensus ulat api diperlukan pengetahuan mandor untuk dapat membedakan beberapa jenis ulat api dan ulat kantong serta serangan hama lain, mengetahui jenis stadia dan lain-lain. Saat melakukan kegiatan sensus ulat api, penulis juga mengawasi dua tenaga kerja wanita KHL. Kerani divisi Kantor divisi merupakan salah satu pusat administrasi kebun terkecil dan menjadi sumber data langsung dilapangan tiap divisi, tugas kerani divisi adalah memeriksa laporan baik yang masuk maupun yang keluar seperti Absensi mandor, pembuat bon permintaan barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor. Kegiatan hari ini menyelesaikan laporan kegiatan sebelumnya sehingga menunggu hasil laporan dari masing-masing mandor. Kegiatan sebagai kerani divisi dimulai setelah dilakukan breafing pagi. Kegiatan tetap yang harus diselesaikan tiap hari adalah Laporan Harian Hasil Panen (LHHP), Laporan Harian Perawatan dan Umum (LHPU), Daily Work Program dan Realitation dan Daily Cost. Sedangkan laporan tutup buku
menyelesaikan laporan harian dan membuat daftar absensi karyawan SKU dan KHL. LHHP dan LHPU dibuat berdasarkan laporan dari Daily Work Program dan Realitation. Sedangkan Daily Work berasal dari hasil laporan kegiatan masing-masing mandor. Daily Work berisi tentang seluruh kegiatan termasuk dalam SKU (kegiatan panen) maupun KHL (kegiatan perawatan). Perhatikan Lampiran 8 merupakan salah satu contoh laporan Daily Work tanggal 1 Juni 2009 Divisi V. Salah satu laporan terpenting untuk dibahas adalah Daily Cost yang menjadi patokan pengeluaran perkebunan selama satu hari. Dari laporan Daily Cost diperoleh informasi tentang keuntungan. Kegiatan yang dilaporkan dalam Daily Cost adalah kegiatan pemeliharaan (SKL). Contoh perhitungan Cost salah satu kegiatan SP3 TPH: Kegiatan SP3 TPH menggunakan bahan herbisida Gramoxone 6 liter dan Ally 0.3 kg dengan jumlah tenaga kerja 9 KHL dapat menyelesaikan 12 ha (diketahui harga Gramoxone dan Ally adalah Rp 36 902 per liter dan Rp 330 000 per kg dengan upah KHL Rp 23 500/HK). Maka Cost SP3 TPH adalah Upah + Material , Upah = Jumlah HK x Upah/HK sehingga Upah= 9 HK x Rp 23 500/HK = Rp 211 500, Material = harga Gramoxone + harga Ally = 6 liter x Rp 36 902/liter + 0.3 kg x Rp 330 000/kg = Rp 320 412, jadi total Upah dan Material = Rp 211 500 + Rp 320 412 = Rp 531 912. Maka Biaya per ha adalah Rp 44 326. Setelah kegiatan selesai, maka seluruh laporan dikirim ke Kantor pusat kebun untuk diperiksa kembali oleh kerani umum dan dilaporkan sebagai kegiatan laporan kebun untuk semua divisi. Pendamping Asisten Divisi Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada area manager (AM) atas segala kegiatan kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan
material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan setiap kebun terdiri atas beberapa divisi, setiap divisi dipimpin oleh seorang asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten dan asisten divisi akan membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan lapang. Asisten divisi merupakan karyawan staf yang gajinya berdasarkan pada tingkat golongannya. Selain secara teknis, asisten juga harus mengelola kebun secara administrator dan membina karyawan dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Selain membantu kerani divisi juga bertugas untuk menyusun budget divisi yang dipimpinnya. Kegiatan asisten dimulai dari jam 6.00 WIB yaitu kegiatan breafing pagi bersama dengan asisten divisi lain yang dipimpin oleh estate manager. Kegiatan tersebut membahas tentang hasil kegiatan sebelumnya dan rencana kegiatan pada hari ini. Kegiatan yang dibahas terutama kegiatan monitoring produksi harian dan lain-lain. Setelah itu, kegiatan breafing kembali di divisi yang di pimpin oleh asisten jam 6.30 WIB. Kegiatan breafing termasuk dalam kebijakan divisi sebagian divisi tidak melakukan kegiatan breafing dan sebagian divisi melakukannya pada hari-hari tertentu sedangkan divisi V (tempat penulis melakukan kegiatan manajerial) melakukan breafing setiap hari. Kegiatan yang dibahas dalam breafing adalah hasil kegiatan sebelumnya dan
mengetahui
kondisi dan permasalahn yang dihadapi tenaga kerja. Asisten memulai pengawasan dengan melakukan patroli ke setiap kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut seperti mengontrol kegiatan panen, perawatan dan lain-lain. Setelah melakukan pengawasan, maka asisten selanjutnya menyelesaikan tugas administrasi di Kantor divisi. Salah satu hal yang terpenting dalam seorang Asisten adalah kepedulian terhadap divisi sehingga peka terhadap permasalahan dan mencari solusinya. Salah satu kepedulian asisten adalah jeli terhadap keberadaan anak sawit. Asisten yang baik tidak membiarkan dan menunggu gulma anak sawit tumbuh di jalan.
PEMBAHASAN
Pemeliharaan TM dan Produktivitas Kebun Pemeliharaan tanaman kelapa sawit bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan tindakan budidaya agar memiliki respon yang baik terhadap lingkungan tempat berlangsungnya pertumbuhan. Seperti tanaman lainnya, tanaman kelapa sawit membutuhkan pengelolaan yang baik untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya. Pengeluaran yang terus menerus tanpa adanya pemasukan yang mencukupi akan berakibat pada penurunan produktivitas suatu kebun. Kegiatan pemeliharaan akan menyeimbangkan antara pengeluaran (TBS) tersebut dan pemasukan (unsur hara). Setiap 25 ton TBS yang keluar dari kebun membawa 75 kg N, 11 kg P, 93 kg Mg dan 20 kg Ca. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang hubungannya erat dengan produksi tanaman adalah kegiatan pemupukan karena pemupukan merupakan cara untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan hara di dalam tanah. Berdasarkan Tabel 2, produktivitas TBS tahun 2008 mencapai 14.17 ton/ha/tahun dan selalu meningkat dari 6 tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur tanaman yang ditandai dengan meningkatnya bobot janjang rata-rata (BJR) dan jumlah TM yang semakin banyak. Lahan di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam lahan kelas 3 dan memiliki jenis tanah gambut, menurut Noor (2001) tingkat produktivitas kelapa sawit di tanah gambut dapat mencapai 19 ton/ha/tahun. Produktivitas PT JAW Kebun Mentawak lebih rendah dari potensi produktivitas tanah gambut yang dapat dicapai. Hal ini selain dipengaruhi oleh jenis gambut dan kesesuaian lahan yang berbeda juga dipengaruhi oleh umur tanam dan tindakan budidaya yang berbeda terutama kegiatan pemeliharaan.
Jenis tanah sebagian besar adalah jenis gambut ombrogen yang masukan hara hanya mengandalkan air hujan dan hasil perombakan bahan organik tersebut sehingga lahan miskin unsur hara (jenis oligotrofik). Sedangkan berdasarkan tingkat kematangannya, gambut ini tergolong dalam hemik dengan tingkat mentahnya mencapai 50% sehingga seratnya masih terlihat. Selain jenis gambut, kedalam gambut juga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Makin tebal gambut, kesuburan lahan di lapisan bawah makin kurang subur. Kedalaman paling baik adalah kurang dari 2 m, kedalaman gambut di kebun adalah 2-8 m. Produktivitas kebun yang rendah juga dipengaruhi oleh luas areal panen pada puso yang belum dimanfaatkan. Berdasarkan hasil laporan yield area puso dari Kantor pusat kebun, luas areal puso mencapai 340 ha dengan budget produksi sampai dengan bulan April 2009 adalah 254.6 ton, namun produksi yang dapat dicapai hanya mencapai 58.8 ton sehingga persentase realisasi hanya mencapai 23.1 % dari budget. Tanaman kelapa sawit pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 memiliki produktivitas di bawah potensi produksi. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pemupukan yang kurang baik karena terjadinya bulan basah lebih dari 5 bulan untuk tiap tahun (tahun 2007 dan 2008, bulan basah mencapai 8 bulan). Pada bulan basah kelapa sawit tidak dapat menyerap hara yang diberikan melalui pemupukan dengan baik karena terjadi pencucian oleh aliran permukaan dan erosi terutama pada aplikasi tebar. Menururt Pahan (2008), pemupukan efektif dan efisien pada kondisi curah hujan antara 100-250 mm per bulan. Kegiatan pemeliharaan TM sejak akhir tahun 2008 sampai dengan Juni 2009 mulai berkurang dan sebagian tidak direalisasikan atau terdapat penggabungan beberapa kegiatan misalkan kegiatan penyemprotan piringan, penyemprotan pasar pikul, penyemprotan Assistasia sp., penyemprotan TPH digabung dalam kegiatan SP3 TPH. Penggabungan beberapa kegiatan tersebut akan menurunkan efektifitas kegiatan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan yang tidak terrealisasi adalah pemupukan, slashing, rawat Turnera subulata, dan lain-lain. Kegiatan babat total (slashing)
tidak dilakukan sesuai dengan rotasi padahal gulma tergolong berat, kegiatan babat diganti dengan babat piringan selektif. Kegiatan pemupukan akan dibahas lebih lanjut.
Evaluasi Pemupukan Peningkatan efisiensi dan efektifitas pemeliharaan dan pemupukan akan mampu meningkatkan produksi. Sumber utama pemasukan unsur hara berasal dari kegiatan pemupukan karena unsur hara yang disediakan lahan tersebut sangat kecil. Sehingga realisasi pemupukan yang diaplikasikan memberikan pengaruh terhadap respon tanaman. Upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan meliputi ketepatan jenis, dosis, cara, waktu dan kombinasi (5T). Jenis Pupuk Pemilihan jenis pupuk didasarkan dari segi teknis dan ekonomis. Pupuk yang digunakan di PT JAW Kebun Mentawak adalah pupuk organik dan pupuk anorganik (pupuk tunggal dan pupuk majemuk). Jenis pupuk organik berupa pupuk abu janjang sedangkan pupuk anorganik disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Jenis, Rencana dan Realisasi Pemupukan Tahun 2007 dan 2008 Tahun 2007 (kg)
Tahun 2008 (kg)
Jenis Pupuk Rencana
Realisasi
%
Rencana
Realisasi
%
Urea
454 747
453 700 100
1 074 548
517 600 48
MOP
993 112
991 100 100
1 870 271
919 000 49
ZnCOP
128 202
77 728 61
Kieserite
497 426
496 900 100
605 629
603 700 100
RP
279 059
15 230 55
94 812
67 100 71
19 940
19 916 100
11 722 -
HGFB
57 050 -
0
0
Kaptan
-
-
-
-
25 350 -
Dolomit
-
-
-
-
44 450 -
6 610 9
-
20 000 -
-
-
34 100 -
20 550 38
-
18 900 -
83 900 -
-
ZnSO4
73 611
NPK*
-
CuSO4
54 591
TSP
-
-
-
Sumber: Kantor Pusat Kebun Keterangan: % dan NPK* adalah persentase realisasi pemupukan dan NPK 12 12 17 2
Jumlah hara yang diberikan pada tanah diharapkan dapat diserap semua oleh tanaman, sehingga tidak terjadi kehilangan dan kekurangan unsur hara (efektif dan efisisen). Gejala kekurangan unsur hara disebabkan oleh tidak tersedia jumlah unsur hara yang diinginkan dan tersedia unsur hara namun tidak dapat diserap oleh tanman karena waktu dan cara yang tidak tepat dan lain-lain. Berdasarkan Tabel 10, realisasi pemupukan 3 tahun terakhir ini menurun (semester pertama tahun 2009, realisasi mencapai 0%) dan masih sangat jauh dari rekomendasi.
Dosis Pupuk Jumlah pupuk yang harus diaplikasikan tergantung dari status hara di dalam tanah dan keadaan tanaman tersebut. Dosis pupuk pada tanaman kelapa sawit menghasilkan dapat ditentukan melalui analisis daun, analisis tanah, diagnosis secara visual di lapangan dan berdasarkan jumlah produksi. Progam pemupukan di PT JAW Kebun Mentawak dilakukan berdasarkan rekomendasi dari hasil analisis daun yang dilakukan setiap tahunnya. Hasil pengamatan ketepatan dosis pada pemupukan CuSO4 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini; Tabel 11. Ketepatan Dosis pada Pemupukan CuSO4 di Divisi II No. Penabur
Rekomendasi
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III Rata-rata
1.
200
140
200
190
177
2.
200
240
210
190
213
3.
200
180
250
220
217
4.
200
150
220
190
187
5.
200
340
300
300
313
6.
200
190
210
260
220
7.
200
180
260
250
230
8.
200
210
200
180
197
9.
200
230
190
225
215
Rata-rata
200
206
226
222
218
gram/pokok
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang
Berdasarkan data pengamatan di lapang pada Tabel 11, ketepatan dosis pemupukan yang diaplikasikan tidak sesuai dengan rekomendasi yang ditetapkan. Dosis pupuk CuSO4 yang diaplikasikan rata-rata 218 g/pokok sedangkan rekomendasi adalah 200 g/pokok. Berdasarkan hasil uji t bahwa hasil aplikasi dan rekomendasi tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Penyebaran pupuk untuk setiap pokok tanaman bervariasi mulai dari 140 g/pokok sampai 340 g/pokok walaupun memberikan hasil rataan yang sesuai dengan rekomendasi. Perbedaan dosis terjadi karena pembagian pupuk pada saat di kemasan yang tidak merata, ketepatan cara kurang sesuai, takaran yang tidak seragam dan lain-lain. Ketidaktepatan dosis menunjukkan ketidakseimbangan antara rekomendasi dan aplikasi pemupukan sehingga pupuk yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan hara tanaman kelapa sawit. Cara Pemupukan Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap oleh akar tanaman. Penempatan yang tidak tepat atau terjadi penumpukan akan memperlambat ketersediaan hara dan memperbesar jumlah hara yang hilang akibat penguapan atau pencucian sebelum diserap oleh tanaman. Cara pemupukan dapat dilakukan dengan cara penyebaran pada permukaaan tanah atau penempatan di dalam tanah, pemupukan melalui daun dan infus akar. Cara aplikasi pupuk di PT JAW Kebun Mentawak adalah sistem tebar di piringan karena lebih mudah dalam melakukan kegiatan pemupukan dan pengawasan terhadap kontrol dosis. Pengamatan
menunjukkan
pemupukan
dengan
cara
tebar
akan
mempengaruhi ketepatan cara aplikasi penabur terutama kecepatan penabur yang tinggi. Kecepatan penabur yang tinggi menunjukkan rendahnya ketepatan cara aplikasi yang berpengaruh terhadap dosis yang diberikan. Data pengamatan kecepatan kerja menunjukkan rata-rata kecepatan kerja pada pemupukan CuSO4 adalah 4.32 menit per pasar atau 43 menit untuk menyelesaikan norma keja (perhitungan waktu dimulai pada pokok pertama sampai pokok terakhir dalam satu pasar/tidak termasuk istirahat). Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata dosis yang mendekati dengan rekomendasi adalah pada ulangan I, menumpuk pada ulangan II dan kurang pada ulangan III. Hal ini selain disebabkan oleh pengawasan yang kurang juga dipengaruhi oleh kecepatan kerja penabur. Ulangan I adalah lahan bagian depan barisan, ulangan II bagian tengah barisan dan ulangan III bagian ujung
barisan, oleh karena itu tanaman pada depan barisan selulu lebih subur dan lebih terawat dibandingkan pada tanaman ujung barisan. Kecepatan penabur yang tinggi disebabkan oleh adanya keinginan cepat pulang, keinginan untuk lebih cepat dari pekerja lain dan takaran yang bervariasi. Penabur yang menggunakan berbagai macam mangkok dengan ukuran berbeda (takaran sudah dikalibrasi) juga dapat menyebabkan dosis pupuk yang diaplikasikan tidak tepat, seperti pemakaian mangkok dan sendok makan. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa pemakaian sendok memberikan dosis rendah dan kecepatan kerja tinggi dibanding pemakaian mangkok. Ketepatan dosis dan ketepatan cara pemupukan dapat ditingkatkan dengan melakukan pengawasan yang lebih serius dan pengarahan pada tenaga penabur tentang kesadaran dan kedisiplinan. Ketepatan Waktu Waktu pemupukan ditentukan oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah, dan pengadaan pupuk serta kondisi keuangan perkebunan. Perhatikan gambar rata-rata curah hujan bulanan di PT JAW Kebun
Curah Hujan (mm)
Mentawak dari tahun 1998-2008.
Bulan
Gambar 13. Grafik Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak
Berdasarkan Gambar 13 tersebut, waktu aplikasi yang dapat dilakukan adalah bulan Februari pada semester pertama dan bulan Mei-Oktober pada semester kedua. Berdasarkan pengamatan, pemupukan abu janjang dilakukan pada bulan Februari-Juni dan pemupukan CuSO4 pada bulan Maret. Curah hujan pada bulan Maret 2009 mencapai 299 mm dengan jumlah hari hujan 15 hari, ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan kurang tepat bila ditinjau dari curah hujan. Pemupukan pada bulan yang terlalu basah menyebabkan efektifitas dan efisiensi pemupukan akan jauh berkurang. Rendahnya realisasi pemupukan juga dapat disebabkan oleh ketersediaan pupuk digudang dan kondisi keuangan perkebunan. Realisasi pemupukan kimia di PT JAW Kebun Mentawak sejak tahun 2009 adalah 0 %, ini menunjukkan bahwa tidak dilakukan pemupukan pada semester satu. Salah satu alasan pemupukan tidak dilakukan adalah kondisi keuangan. Posisi keuangan yang rendah dipengaruhi oleh efek krisis global dan peralihan saham (terjadi perubahan manajemen). Prestasi Pemupukan Berdasarkan Tabel 12, bahwa prestasi kerja pemupukan adalah 130 kg/HK sedangkan norma kerja untuk pupuk CuSO4 adalah 120 kg/HK. Ini menunjukkan bahwa prestasi kerja lebih tinggi dibanding dengan norma kerja yang ada. Tabel 12. Realisasi Pemupukan CuSO4 di Divisi II Blok
Luas (ha)
Hasil (ha) Kebutuhan Pupuk (kg)
Kebutuhan HK
E7
18
18
450
4
E8
22
22
550
4
E9
14
14
375
3
E10
23
23
575
4
Total 77
77
1950
15
Sumber: Kantor Pusat Kebun
Upaya Perbaikan Pemeliharaan TM Pemeliharaan TM ditujukan untuk menjaga produksi tetap optimum sehingga kegiatan evaluasi perlu dilakukan setiap kegiatan berlangsung atau setelah kegiatan selesai. Evaluasi kegiatan pemeliharaan akan terus menghasilkan upaya perbaikan sehingga keadaan perkebunan semakin baik dan dapat menjalankan kegiatan produksi. Beberapa upaya perbaikan pemeliharaan TM yang perlu diperhatikan adalah kegiatan manajerial dan kegiatan teknis di lapang. Kegiatan pengelolaan perkebunan terutama manajemen tenaga kerja di PT JAW Kebun Mentawak masih sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh sumberdaya manusia yang masih rendah dan terjadi peralihan manajemen lama ke manajemen BSP Group. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan breafing pagi setiap hari kerja sebelum melakukan kegiatan lapang. Berdasarkan pengamatan, dari enam divisi yang melakukan kegiatan breafing pagi setiap hari hanya satu divisi (Divisi V). Kegiatan breafing sangat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, kesadaran dan kedisiplinan karyawan. Kegiatan manajemen yang lain adalah melakukan pengawasan yang serius pada setiap kegiatan dan memberlakukan sistem premi dan denda pada kegiatan pemeliharaan. Upaya perbaikan pemeliharaan secara teknis tergantung pada kegiatan di lapang. Upaya untuk meningkatkan ketepatan dosis dapat dilakukan dengan penyeragaman ukuran mangkok dan sistem untilan, di beberapa perkebunan umumnya melakukan sistem untilan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Produktivitas TBS PT JAW Kebun Mentawak dari 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan, namun peningkatan tersebut masih lebih rendah dari potensi produktivitas tanah gambut yang masih dapat dicapai. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan dan kegiatan teknik budidaya yang dilakukan terutama kegiatan pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan mulai berkurang sejak tahun 2009 dan sebagian kegiatan tidak dapat direalisasikan seperti kegiatan pemupukan anorganik pada semester pertama. Rendahnya realisasi pemupukan di PT JAW Kebun Mentawak terutama disebabkan oleh ketersediaan pupuk digudang dan kondisi keuangan perkebunan (efek krisis global dan peralihan saham). Kegiatan pemeliharaan pemupukan yang tidak terealisasi akan menurunkan produktivitas TBS kelapa sawit. Efisiensi dan efektifitas pemupukan dapat dilihat pada ketepatan pemupukan seperti ketepatan jenis, ketepatan dosis, ketepatan cara dan ketepatan waktu pemupukan. Berdasarkan jenis pemupukan, pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk organik dan anorganik (tunggal dan majemuk), namun tahun 2009 pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk abu janjang dan sebagian pupuk CuSO4 di Divisi II. Dosis pupuk yang digunakan didasarkan pada hasil analisis daun, berdasarkan hasil uji t pada taraf 5 % menunjukkan bahwa dosis pemupukan CuSO4 pada pengamatan di lapang (realisasi) tidak berbeda nyata dengan dosis rekomendasi yang ditetapkan yaitu 200 g/pokok Berdasarkan pengamatan di lapang, pemupukan dengan cara di tebar akan memberikan kecepatan penabur yang tinggi sehingga mempengaruhi ketepatan dosis. Penabur memiliki kecepatan sedang di depan barisan dan cenderung cepat pada tengah dan ujung barisan sehingga dosis pada depan barisan lebih mendekati
dosis rekomendasi, bagian tengah dosis menumpuk (dosis lebih tinggi) dan bagian ujung barisan sering kekurangan dosis (dosis rendah).
Efisiensi dan efektifitas pemupukan juga ditentukan oleh waktu pemupukan yang tepat sehingga jumlah hara yang diberikan dapat diserap dengan baik. Berdasarkan data curah hujan bulanan, waktu pemupukan semester pertama dapat dilakukan pada bulan Februari dan pemupukan semester kedua dapat dilakukan pada bulan Mei-Oktober. Berdasarkan pengamatan, pemupukan juga dilakukan pada bulan Maret yang jumlah curah hujannya sangat tinggi yaitu mencapai 299 mm (efektif pada curah hujan 100-250 mm). Pemupukan pada bulan basah tidak efektif karena kelapa sawit tidak dapat menyerap hara dengan jumlah hara yang diberikan disebabkan terjadinya pencucian oleh aliran permukaan dan erosi terutama pada aplikasi tebar. Beberapa upaya perbaikan sistem pemeliharaan dapat dilakukan dengan mewajibkan kegiatan breafing pagi, pengawasan lebih ditingkatkan dan memberlakukan sistem premi dan denda pada kegiatan pemeliharaan. Secara teknis, upaya peningkatan tergantung dari kegiatan di lapang seperti ketepatan dosis dengan sistem untilan. Saran Kegiatan pemeliharaan sangat menentukan tingkat produktivitas walaupun pengaruhnya tidak secara langsung. Pengawasan kegiatan pemeliharan terutama pada kegiatan pengendalian gulma dan pemupukan lebih diperhatikan, karena sebagian areal keberadaan gulma masih tergolong berat. Realisasi pemupukan hendaknya sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan terutama jumlah dosis dan waktu pemupukan. Realisasi pemupukan yang tidak sesuai dengan rekomendasi tidak efektif kerena jumlah dan status hara yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pelaksanaan pemupukan agar berpedoman pada konsep 5T (tepat jenis, dosis, cara, waktu, dan kombinasi) dan pengawasan lebih ditingkatkan terutama
terhadap kesadaran dan kedisiplinan tenaga kerja. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan breafing pagi sebelum kegiatan dimulai.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistika. www.ditjenbun.deptan.go.id [30 November 2008]. Fauzi, I., Y.I. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi XXII. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Medan. 435 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Puslitbangbun Tanjung Morawa. Medan. 255 hal. Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Kanisius. Yogyakarta. 174 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Tehnik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit Persyaratan Penggunaan/ Karakteristik Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
25 – 28
22 – 25
20 – 22
< 20
28 – 32
32 – 35
> 35
1 450 – 1 700
1 250 – 1 450
< 1 250
2 500 – 3 500
3 500 – 4 000
> 4 000
<2
2–3
3–4
>4
baik, sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak cepat
Sangat terhambat, cepat
Halus, agak halus, sedang
-
Agak kasar
kasar
- Bahan kasar (%)
< 15
15 – 35
35 – 55
> 55
- Kedalaman tanah (cm)
> 100
75 – 100
50 – 75
< 50
- Ketebalan (cm)
< 60
60 – 140
140 – 200
> 200
- Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan
< 140
140 – 200
200 – 400
> 400
- Kematangan
saprik
Saprik, hemik
Henik, fibrik
fibrik
- KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
-
-
- Kejenuhan basa (%)
> 20
≤ 20
-
-
5.0 – 6.5
4.2 – 5.0
< 4.2
6.0 – 7.0
> 7.0
Temperatur (tc) o
- temperatur rata-rata ( C) Ketersediaan air (wa) - Curah hujan (mm/tahun)
- Lama bulan kering (bln/thn)
1 700 – 2 500
Ketersediaan oksigen (oa) - Drainase
Media perakaran (rc) - Tekstur
Gambut
Retensi hara (nr)
- pH H2O
- C-organik (%)
> 0.8
≤ 0.8
<2
2–3
3–4
>4
-
-
-
-
> 125
100 – 125
60 – 100
< 60
Toksisitas (xc) - Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) - Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) - Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi - Lereng (%)
<8
8 – 16
16 - 30
>30
Sangat rendah
Rendah – sedang
berat
berat
F0
F1
F2
>F2
- Batuan di permukaan (%)
<5
5 – 15
15 - 40
> 40
- Singkapan batuan (%)
<5
5 – 15
15 - 25
> 25
- Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) - Genangan Penyiapan lahan (lp)
Sumber: Modul Kuliah Usaha Tani Pertanian Terpadu, 2008
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JAW Kebun Mentawak Prestasi Kerja (Satuan HK) Tanggal
Kegiatan
Status
Keterangan Penulis
Karyawan
Standar
13/02/09
Tiba di PT EMAL
Mahasiswa
PT EMAL B
14/02/09
Orientasi PMKS
KHL
PT EMAL B
Tiba di PT JAW
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
15/02/09
Bersih-bersih dan Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
16/02/09
Penanaman Bibit
KHL
17/02/09
Orientasi Divisi
KHL
18/02/09
Panen
Pendamping Mandor
19/02/09
Administrasi Kantor
Pendamping Krani Divisi
Divisi VI
20/02/09
Pengangkutan/Langsir Bibit
KHL
Pembibitan Mentawak
21/02/09
Konsolidasi Bibit
Mandor Umum
22/02/09
Istirahat
Mahasiswa
Kab. Sarolangun
Aplikasi Light Trap
KHL
Divisi V/A17,A18
Konsolidasi/Menyusun Bibit
KHL
23/02/09
160
180
180
Pembibitan Mentawak Divisi I/E4,C2
16 orang
3 orang
300
55 ha
15 ha
1000
7 jam
5 jam
-
Divisi VI/A22,A23
Pembibitan Mentawak
Pembibitan Mentawak
24/02/09
Pengisian Polibag dengan tanah
KHL
180
25/02/09
Istirahat
Mahasiswa
Kab. Sarolangun
26/02/09
Pemupukan Abu Janjang
KHL
Divisi VI/A24
27/02/09
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Mandor
28/02/09
Konsolidasi Bibit
KHL
01/03/09
Penanaman Bibit
KHL
Langsir Bibit
Mandor Umum
02/03/09
Pengangkutan Titi Panen
KHL
10
40
-
Divisi II/D7,D8
03/03/09
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Mandor
18 orang
19 ha
7 jam
Divisi VI/A25
04/03/09
Pemupukan Cu
Pendamping Mandor
15 orang
77 ha
5 jam
Divisi II/E7,E8,E8,E9,E10
19 orang
200
20 ha
200
7 jam
Pembibitan Mentawak
Divisi VI/A24 Pembibitan Mentawak
180
180
-
Pembibitan Mentawak Pembibitan Mentawak
Lampiran 2 (Lanjutan)
05/03/09
06/03/09
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Mandor
Divisi III/C17
Wiritan
Mahasiswa
Divisi III/ Suwarno
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Mandor
Divisi III/C20
07/03/09
Langsir Polibag
Pendamping Mandor
Pembibitan Mentawak
Presentasi Mingguan
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
08/03/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
09/03/09
Libur Nasional
Mahasiswa
Divisi III
10/03/09
Penanaman Bibit
KHL
180
180
180
Pembibitan Mentawak
11/03/09
Pengangkutan/Muat Buah
Pendamping Mandor
2 orang
22 ton
5 jam
Divisi VI/Dusun Baru
12/03/09
Orientasi PN
KHL
Pembibitan Mentawak
Wiritan
Mahasiswa
Divisi III/Anto
13/03/09
Konsolidasi Bibit
KHL
Pembibitan Mentawak
14/03/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
Melayat Jenasah Staf
Mahasiswa
Kab. Batang Hari
15/03/09
Istirahat
Mahasiswa
Kab. Batang Hari
16/03/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
Divisi VI/A25
Maulid Nabi Muhammad SAW
Mahasiswa
Divisi III/Masjid
17/03/09
Penyemprotan Gramoxone
KHL
1.6
2
2
Divisi VI/B23
18/03/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
6 orang
8 ha
5 jam
Divisi III/C17
6 orang
8 ha
5 jam
Divisi VI/A25
19/03/09
Penyemprotan Gramoxone
Mandor Perawatan
6 orang
9 ha
5 jam
Divisi V/A12,A13
20/03/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
21/03/09
Prunning/Penunasan
Mandor Perawatan
Divisi III/B15
22/03/09
Istirahat/Persiapan Presentasi
KHL
Divisi III/Emplasment
23/03/09
Orientasi PMKS
KHL
PT EMAL B
Aplikasi Swingfog
Pendamping Mandor
Divisi V/A17
Lampiran 2 (Lanjutan)
24/03/09
Panen
Pendamping Mandor
18 orang
25/03/09
Prunning/Penunasan
Mandor Perawatan
Divisi III/C16
26/03/09
Libur Nasional
Mahasiswa
Divisi III
27/03/09
Prunning/Penunasan
Pendamping Mandor
Divisi VI/A22
Presentasi Mingguan
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
28/03/09
Prunning/Penunasan
Pendamping Mandor
29/03/09
Istirahat
Mahasiswa
30 orang
62 ha
11.8 ha
7 jam
7 jam
Divisi I/C1
Divisi III/B16 Divisi III/Emplasment
30/03/09
Pemasangan Titi Panen
KHL
1
1
-
Divisi III/C15
31/03/09
Panen
KHL
16
120
80
Divisi III/C16
01/04/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
Divisi III/C16
02/04/09
Kedatangan Supervisor
Mahasiswa
PT JAW, PT SAL
03/04/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
04/04/09
Persiapan PN
Pendamping Mandor
Pembibitan Mentawak
05/04/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
06/04/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
9 orang
14.2 ha
5 jam
Divisi III/C16
07/04/09
Penyemprotan Gramoxone
Pendamping Mandor
9 orang
14.5 ha
5 jam
Divisi III/C16
08/04/09
Istirahat/Belanja Mingguan
KHL
Kab. Sarolangun
09/04/09
Pemilu 2009
Mahasiswa
Divisi III
10/04/09
Libur Nasional
Mahasiswa
Divisi III
11/04/09
Panen
Pendamping Mandor
Divisi VI/A19, A20
12/04/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
13/04/09
Panen
Pendamping Mandor
Divisi VI/Dusun Baru
14/04/09
Pengamatan Taksasi
KHL
Divisi VI/A25
15/04/09
Pengamatan TBS
KHL
Divisi VI/A25
Pengangkutan/Muat Buah
KHL
Divisi VI/A25
Lampiran 2 (Lanjutan)
16/04/09
Pembuatan TPH
KHL
5 TPH
17/04/09
Pemindahan MN ke EMAL A
Pendamping Mandor
Pembibitan Mentawak
18/04/09
Penanaman Kecambah Tahap I
Pendamping Kerani
Pembibitan Mentawak
19/04/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
20/04/09
Pengamatan Taksasi
KHL
Divisi VI/A22
21/04/09
Sensus Buah
Pendamping Mandor
22/04/09
Pengangkutan/Muat Buah
Pendamping Mandor
Divisi VI/Dusun Baru
23/04/09
Sensus Buah
KHL
Divisi III/B17
24/04/09
Penanaman Kecambah Tahap II
Pendamping Kerani
Pembibitan Mentawak
25/04/09
Penanaman Kecambah Tahap II
Pendamping Kerani
Pembibitan Mentawak
26/04/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
3 orang
8 TPH
108 ha
8 TPH
5 jam
Divisi VI/A25
Divisi VI/A21,A22
27/04/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Divisi VI
28/04/09
Pengangkutan/Muat Buah
Pendamping Mandor
Divisi VI/A19
29/04/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
30/04/09
Panen
Pendamping Mandor
Divisi I/C1,C2
01/05/09
Penanaman Kecambah Tahap III
Pendamping Kerani
Pembibitan Mentawak
02/05/09
Penanaman Kecambah Tahap III
Pendamping Kerani
Pembibitan Mentawak
03/05/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
04/05/09
Pengamatan Taksasi
KHL
Divisi VI/B21
05/05/09
Piringan Selektif
Mandor Perawatan
6 orang
36 pkk
5 jam
Divisi V/A16
06/05/09
Pengangkutan/Muat Buah
Kerani Transport
2 orang
+ 15 ton
5 jam
Divisi V/A11,A12
07/05/09
Piringan Selektif
Mandor Perawatan
4 orang
44 pkk
5 jam
Divisi V/A16
08/05/09
Piringan Selektif
Mandor Perawatan
8 orang
80 pkk
5 jam
Divisi V/A16
09/05/09
Libur Nasional
Mahasiswa
Singkut 4/Sarolangun
10/05/09
Istirahat
Mahasiswa
Singklut 4/Sarolangun
Lampiran 2 (Lanjutan)
11/05/09
Persiapan Presentasi
Mahasisswa
12/05/09
Sensus Ulat Api
KHL
23.5 ha
23.5 ha
-
Divisis V/A18
13/05/09
Sensus Ulat Api
KHL
23.5 ha
23.5 ha
-
Divisi V/A17
14/05/09
Piringan Selektif
Mandor Perawatan
6 orang
3.5 ha
5 jam
Divisi V/A16
15/05/09
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Asisten
Divisi V/A18
Presentasi Mingguan
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
16/05/09
Piringan Selektif
Mandor Perawatan
17/05/09
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
18/05/09
Pendamping Asisten
Pendamping Asisten
Divisi V
19/05/09
Rawat Jalan
Mandor Perawatan
Divisi V/A11
20/05/09
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Asisten
21/05/09
Libur Nasional
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
Wiritan
Mahasiswa
Divisi III/Ramli
Pemupukan Abu Janjang
Pendamping Asisten
Presentasi Mingguan
Mahasiswa
22/05/09
Divisi III/Emplasment
3 orang
19 orang
18 orang
35 pkk
27.5 ha
25 ha
5 jam
7 jam
7 jam
Divisi V/A16
Divisi V/A11
Divisi V/A18 Kantor Pusat Kebun
23/05/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
24/05/09
Istirahat
Mahsiswa
Divisi III/Emplasment
25/05/09
Penentuan AKP dan BJR
Pendamping Asisten
Divisi V/A11,A12
26/05/09
Pemupukan Abu Janjang
Mandor Perawatan
27/05/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Divisi II
28/05/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Divisi V
29/05/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Divisi VI
30/05/09
Laporan Daily Work, Daily Cost, LHHP, LHPU dan Absensi KHL/SKU
Krani Divisi
Kantor Divisi V
20 orang
30 ha
7 jam
Divisi V/A12
Lampiran 2 (Lanjutan)
31/05/09
Istirahat
Mahasiswa
Desa Lubuk Jering
01/06/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
02/06/09
Penyemprotan Gramoxone
Mandor Spraying
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
9 orang
14.4 ha
5 jam
Divisi V/A18 Kantor Pusat Kebun
03/06/09
Istirahat/ Persiapan Perpisahan
Mahasiswa
Kab. Sarolangun
Wiritan/Perpisahan
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
06/06/09
Pengamatan Volume Semprot
Mahasiswa
Divisi V
07/06/09
Pengumpulan Data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
Istirahat
Mahasiswa
Divisi III/Emplasment
Pengumpulan data Sekunder
Mahasiswa
Kantor Pusat Kebun
Perpisahan dengan Staf JAW
Mahasiswa
Divisi III
09/06/09
Keberangkatan ke Bogor
Mahasiswa
PT JAW Kebun Mentawak
10/06/09
Tiba di Bogor
Mahasiswa
Kab. Bogor
08/06/09
Lampiran 3. Peta PT JAW Kebun Mentawak
Lampiran 4. Data Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak BULAN
1998
1999
HH CH HH JANUARI 20 504.8 10 FEBRUARI 11 267.7 10 MARET 10 284.9 11 APRIL 10 306.1 2 MEI 6 107.0 9 JUNI 5 111.5 5 JULI 12 426.1 4 AGUSTUS 5 72.3 2 SEPTEMBER 9 334.1 2 OKTOBER 13 371.2 12 NOPEMBER 9 190.1 12 DESEMBER 11 217.6 8 BB 11 BK 0 TOTAL 121 3,193.4 87 Sumber : Kantor Pusat Kebun Keterangan : HH : Hari Hujan (hari) CH : Curah Hujan (mm) BB : Bulan Basah (> 100 mm) BK : Bulan Kering (<60mm) BL : Bulan Lembab (60-100 mm) * : data tidak tercatat
2000 CH 402 441 429 70 306 116 110 55 40 444 382 203 9 2 2,998
HH 7 5 6 9 4 4 8 13 3 9 12 12
92
2001 CH 224 194 236 422 38 104 239 201 71 307 176 337 10 1 2,546
HH * * * * * * * * * * * *
A (Sangat basah) Q < 14.3% B ( Basah) 14.3%≤ Q ≤ 33.3% C (Agak basah) 33.3% ≤ Q ≤ 60% D (Sedang) 60% ≤ Q ≤ 100% E (Agak kering) 100% ≤ Q ≤167% F (Kering) 167% ≤ Q ≤ 300%
-
2002 CH 322 188 197 387 238 53 45 224 114 290 350 266 10 2 2,672
HH 16 3 13 11 6 6 6 7 3 2 16 9
97
2003 CH 420 72 418 259 149 90 110 166 63 54 303 228 8 1 2,331
Q = Rata-rata BK X 100% Rata-rata BB = 8.26%
HH 10 8 5 9 4 2 2 7 5 8 11 17
88
CH 376 377 178 196 135 22 114 117 242 180 233 600 11 1 2,768
Lampiran 4 (Lanjutan) BULAN
2004 HH
2005 CH 626.6 86.5 334.3 217.6 152.5 93.3 130.5 90.0 164.0 131.5 225.5 326.0 9 0 2,578.3
HH
JANUARI 15 9 FEBRUARI 11 10 MARET 16 12 APRIL 14 9 MEI 11 9 JUNI 3 5 JULI 6 8 AGUSTUS 3 6 SEPTEMBER 10 8 OKTOBER 8 9 NOPEMBER 8 13 DESEMBER 16 12 BB BK TOTAL 121 110 Sumber : Kantor Pusat Kebun Keterangan : HH : Hari Hujan (hari) CH : Curah Hujan (mm) BB : Bulan Basah (> 100 mm) BK : Bulan Kering (<60mm) BL : Bulan Lembab (60-100 mm) * : data tidak tercatat
2006 CH 123.5 176.8 443.0 202.5 249.0 103.0 121.0 234.0 261.5 253.0 313.5 253.0 12 0 2,733.8
HH 9 14 9 13 4 6 3 1 2 3 10 8
82
2007 CH 275.0 361.0 181.0 312.0 93.0 244.0 73.0 40.0 43.5 78.0 242.0 235.0 7 2 2,177.5
HH 14 9 15 11 4 7 10 6 5 12 12 16
121
A (Sangat basah) Q < 14.3% B ( Basah) 14.3%≤ Q ≤ 33.3% C (Agak basah) 33.3% ≤ Q ≤ 60% D (Sedang) 60% ≤ Q ≤ 100% E (Agak kering) 100% ≤ Q ≤167% F (Kering) 167% ≤ Q ≤ 300%
2008 CH 360.0 81.0 362.0 359.0 93.0 147.0 273.0 234.0 135.0 179.0 220.0 399.0 10 0 2,842.0
HH 15 10 16 14 10 5 6 10 13 15 15 16
145
2009 CH 357.0 163.0 284.0 378.0 285.0 106.0 115.0 192.0 287.0 273.0 401.0 253.0 12 0 3,094.0
Q = Rata-rata BK X 100% Rata-rata BB = 8.26%
HH 18 11 15.0 12.0 10.0 * * * * * * *
CH 308.0 109.0 299.0 267.0 193.0 * * * * * * *
66
1,176.0
Lampiran 5. Kedalaman Gambut
Lampiran 6. Jenis Ulat Api di PT JAW Kebun Mentawak
Lampiran 6 (Lanjutan)
Lampiran 7. Buku Kegiatan Mandor Perawatan
PT. JAMBI AGRO WIJAYA NO. TGL. TERBIT NO. TERBIT
: EMAL/FORM/JAW.02
NO. REVISI
: 0
: 01 September 2008 : 1
BUKU MANDOR PERAWATAN Hari
:
Tanggal
:
Divisi
:
No
Nama Mandoran
No.ID
Nama
Absensi
Pekerjaan
Blok
Total Hasil
Jlh HK
Nama Bahan
Blok
Total
Total
No
Dibuat Oleh,
Mandor
Pekerjaan
Diperiksa Oleh,
Diketahui Oleh,
Asst. Divisi
Est. Manager
Lampiran 8. Daily Work Program & Realization