Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis Dosen Pengampu Wiwin Hartanto Disusun Oleh: Julio Leonardo
K3513027
Siti Asiyah
K3513065
Program Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2014
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Informasi Geografis yaitu mereview jurnal internasional yang berjudul “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Wiwin Hartanto selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Geografis atas bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
2.
Kedua orang tua yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis.
3.
Teman-teman yang telah memberi saran kepada saya dalam mereview jurnal internasional ini.
4.
Pihak-pihak lain yang telah membantu saya dalam penyelesaian tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam mereview jurnal internasional ini masih ada kekurangan dalam berbagai aspek. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sekiranya dapat memperbaiki tugas ini selanjutnya.
Surakarta, 14 Oktober 2014
Penulis
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
BAB I RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal Jurnal Internasional ini memiliki identitas sebagai berikut: Judul
: “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
Penulis
: Generino P. Siddayao, Sony E. Valdez, and Proceso L. Fernandez
Penerbit
: International Journal of Information and Education
Technology
B. Ringkasan jurnal 1. Pendahuluan Banjir merupakan salah satu dari beberapa bencana alam yang paling luas dan buas. Banjir didefinisikan sebagai air yang mengalir secara berlebihan dari batas-batas normal sungai atau tanggul air, atau akumulasi air oleh drainase atas area yang tidak biasanya terendam. Banjir yang terjadi di daerah perkotaan dimana terkonsentrasinya orang-orang, sumber daya dan infrastruktur adalah kemungkinan dampak paling parah dari banjir. Banjir dapat mengakibatkan tidak hanya
kerusakan
menimbulkan
materi
resiko
bagi
pada
properti,
kehidupan
dan
tetapi mata
juga
dapat
pencarihan.
Terjadinya banjir mempengaruhi tidak hanya penduduk kota tetapi juga industri dan perdagangan bahkan dapat menurunkan potensi inventasi. Dalam studi ini, kami berfokus pada model risiko banjir di perkotaan Central Business Distrik (CBD). CBD adalah pusat kegiatan untuk
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
bekerja,
pendidikan,
transportasi,
budaya,
olahraga,
rekreasi,
kesehatan masyarakat, distribusi dan pasokan produk.
Gambar 1. Perkotaan CBD dengan jaringan jalan lingkar kota konsentris Gambar 1 menunjukkan kota yang khas dengan jaringan jalan tol lingkar kota konsentris dengan kawasan pusat bisnis inti dan pusat komunitas serta kegiatan komersial, sementara cincin luar batas kota jalan adalah lokasi utama zona perumahan. Peneletian ini mengekplorasi bagaimana Proses Analisis Hierarki (AHP) dapat dikombinasikan dengan pemodelan spasial untuk penilaian risiko banjir CBD di perkotaan. Sistem ini dikembangkan lalu diintegrasikan, kemudian sistem diterapkan ke pusat distrik bisnis di kota Tuguegarao, kawasan perkotaan yang rawan banjir di selatan provinsi Cagayan, Filipina bagian Utara. 2. Kajian teori a. Cara kerja AHP AHP
adalah
alat
yang ampuh
yang diperkenalkan
dan
dikembangkan oleh Saaty pada tahun 1980. Hal ini sering digunakan untuk membuat keputusan dan didasarkan pada penilaian kuantitatif berbagai faktor dan alternatif yang sedang dipertimbangkan. Skema aliran umum AHP diringkas dalam gambar berikut:
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
Gambar 2. Skema Proses Analisis Hierarki (AHP) Pada AHP, pembuatan proses keputusan dimulai dengan membagi masalah menjadi pokok-pokok persoalan opsional yang dapat dibagi lebih lanjut untuk membentuk hirarki pokok persoalan. Seperti gambar di bawah
Gambar 3. Struktur Pohon Hierarki AHP Gambar di atas menjelaskan tujuan untuk beberapa keputusan mungkin dibagi ke dalam beberapa kriteria, dan dalam setiap kriteria mungkin ada beberapa pilihan atau alternatif (diwakili variabel Ai). Untuk tujuan ini Saaty mengembangkan Pair-wise Comparison (PCM). Dalam PCM, tiap pasangan elemen di bawah memiliki kriteria yang sama yaitu dipertimbangkan dan relatif pentingnya kedua elemen didirikan. Penting untuk dicatat, bahwa preferensi sistem kadang-kadang tidak konsisten dan wawancara
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
yang akan kembali tidak menghapus masalah ini, meskipun itu akan menyediakan kesempatan untuk menyelidiki pengorbanan tertentu yang berkontribusi terhadap inkonsistensi. Matrik biasanya digunakan untuk menentukan konsistensi hasil. b. Rasio Konsistensi AHP Dalam praktik, tidak realistis untuk mengharapkan para pembuat keputusan untuk memberikan pair-wise perbandingan matriks yang konsistensinya sempurna, terutama dalam kes dimana terdapat alternatif yang cukup besar. Mengekspresikan perasaan nyata para pengambil keputusan melibatkan beberapa kekaburan. 3. Terkait Kepustakaan AHP diterapkan untuk penilaian risiko banjir perkotaan. Peningkatan yang dramatis dalam bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim dan kerusakan yang dihasilkan adalah fenomena global tak terkecuali di Republik Korea. Seperti tabel ini:
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
Hasil analisis menunjukkan bahwa 1. Ada konsensus pada menggunakan transportasi dan infrastruktur umum/pendidikan sebagai Counter tindakan terhadap banjir ekstrim 2. Jalan-jalan lokal dan sekolah lebih khusus lagi diyakini akan cocok untuk mitigasi bencana banjir 3. Beberapa kelompok profesional tampaknya lebih atau kurang enggan untuk menggunakan infrastruktur spasial termasuk taman perkotaan dan kuadrat (plaza) sebagai cekungan penahan air badai Metode AHP telah digunakan untuk menilai kelayakan mereka yang digunakan sebagai tindakan kontra terhadap banjir perkotaan yang ekstrim. Tabel II menunjukkan hasil penilaian kesesuaian AHP. 4. Kerangka Kerja
Gambar 5. Kerangka konseptual penelitian Gambar 5 menunjukkan bagaimana untuk menghasilkan peta DSS dan
Geo-hazard.
Semua
operasi
Aljabar
Boolean
(misalnya:
persimpangan, Uni, penyangkalan, dll) dapat dengan mudah diperluas untuk kabur mengatur operasi. Oleh karena itu, jika kita dapat menemukan sebuah skema untuk mewakili spasial data dari perspektif set kabur, maka semua Boolean operasi berbasis logika dari GIS juga harus diperpanjang untuk logika operasi Fuzzy yang akan mengakibatkan kabur model kartografi. Menggabungkan teori himpunan kabur dengan prosedur pemodelan GIS tidak hanya endows terakhir dengan kemampuan untuk berurusan dengan
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
ketidaktepatan dan ketidakjelasan, tetapi juga mendorong lebih lanjut aplikasi kabur set dalam keputusan spasial proses pembuatan. 5. Metodologi Penelitian
Gambar 6. Metodologi yang mengintegrasikan analisis spasial AHP dengan Remote penginderaan Gambar 6 menunjukkan metodologi yang digunakan dalam studi ini untuk pemetaan prediksi banjir di perkotaan. Peta, tabel survei lapangan dan Remote Sensing informasi merupakan bagian dari pengumpulan data. Kemudian ini diolah dengan menggunakan AHP dan proses statistik untuk menghasilkan output seperti peta Geohazard, laporan, dan grafik statistik atau tabel. a. Pengumpulan Data Kota Tuguegarao terletak di Provinsi Cagayan, Filipina Utara dengan latitude 170 33’ 37|| N, bujur 1210 42’ 54|| E, dan berpenduduk sekitar 135.000. itu tidak hanya ibu kota Provinsi Cagayan, hal ini juga daerah ibu kota daerah 2 (Cagayan Valley) berada dengan banyak kantor-kantor pemerintah, lembaga keuangan, rumah sakit, Universitas, tempat ibadah, olahraga dan kebudayaan. Ada dua jenis sumber data yaitu 1. Grafik Data : administrasi politik daerah, topografi, drainase, kolam dan peta sungai 2. Data Dokumen : populasi dan statistik sosial ekonomi, sayangnya data untuk kepadatan drainase ini tidak lengkap
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
dalam semua perkotaan CBD barangay, dan akan disertakan di masa depan studi. 6. Pembahasan
Gambar 7. Lokasi bidang studi Gambar 7 menunjukkan garis merah rusak pada batas politik, naungan kuning untuk jalan jaringan dan warna biru untuk sungai kota Tuguegarao. Kota ini memiliki banyak kolam rendah abadi dan sungai, dimana air banjir menetap ; memiliki sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Sungai Pinacanauan bersimpangan barangay timur kota, sementara sungai Cagayan melintasi beberapa barangay selatan dan barat. Atas fitur alam di medan dan iklim merupakan faktor utama untuk menyebabkan dipelajari bahaya banjir di daerah ini. Merujuk pada gambar 7 untuk beberapa rincian. Untuk pemetaan dan tabel input, CBD barangay peta kemudian dibagi menjadi turutan persegi grid untuk jarak referensi menggunakan aplikasi Python disesuaikan Programming Interface (API) di Google Maps. Persimpangan elevasi
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
vertikal dan batas-batas horizontal sungai Bank, anak sungai dan kolam diidentifikasi dan ditandai untuk analisis pengukuran. Kepadatan penduduk CBD setiap barangay dikumpulkan sesudahnya, tabel dan diklarifikasikan ditunjukkan dalam tabel IV. Untuk bagian AHP ahli penghakiman, survey kuesioner seperti perencana kota, teknik, sistem informasi manajemen, administrator, pertanian dan kesehatan. Data untuk AHP dikumpulkan, dianalisis dan tabel sebagai V meja, untuk menghitung berat masing-masing kriteria bencana dari F1 sampai F4.
Tabel III: Mendefinisikan Kriteria Bencana
Gambar 8. Menormalkan berat masing-masing kriteria bencana
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
Tabel IV: Base line skala data dari berbagai faktor penyebab bencana
Gambar 9. Peta tematik yang didasarkan pada kepadatan penduduk, jarak dari tepi sungai, situs elevasi dan jarak dari kolam dan anak-anak sungai yang menggunakan kuantum GIS.
Gambar 10. Tuguegarao kota urban CBD Geo-peta bahaya menggunakan AHP tertimbang tampilan analisis dan penginderaan jauh kuantum GIS yang sudah ada.
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
7. Hasil dan Analisis a. Perhitungan perbandingan pair-wise matriks dan konsistensi Matriks perbandingan pair-wise dibuat dengan menetapkan bobot oleh para ahli selanjutnya dievaluasi untuk mencari alternatif dan memperkirakan yang berkaitan mutlak angka dari 1 sampai 9 dalam skala yang mendasar dari AHP. Timbangan ini dapat dihitung secara otomatis dalam IDRISI. Oleh karena itu, hasil yang relatif berat F1 = kepadatan populasi, F2 = jarak dari tepi sungai, F3 = situs elevasi, dan F4 = jarak dari kolam dan sungai ditunjukkan dalam tabel V. Matriks pair-wise perbandingan dihitung dari sini.
Tabel V. Kriteria pembobotan perhitungan untuk daerah rentan banjir
Tabel VI. Konsistensi perhitungan Rasio (CR) Output utama visualisasi dari studi ini ditunjukkan pada gambar 10. Ini dibuat setelah menghitung berat kriteria menggunakan AHP dan mengintegrasikan beban ini dengan beberapa langkahlangkah berbasis GIS yang meliputi lapisan overlay, konversi
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
raster,
dan
beberapa
kliping.
Hasil
perhitungan
AHP
mengungkapkan bahwa ketinggian situs (F3) pada 63,19% dinilai oleh ahli akan faktor terbesar untuk banjir, diikuti oleh jarak dari kolam (F4) pada 22,67%, jauh dari sungai (F2) 9,70% dan kepadatan penduduk (F1) pada 4,45% (lihat gambar 8). Konsistensi yang diukur untuk data yang berbasis lokasi, ketinggian situs, jarak dari kolam, dan jarak dari tepi sungai diambil dari aplikasi Google Map yang tersedia Programming Interface (API) yang menggunakan grids disesuaikan dan mengembangkan program Python yang menggunakan GIS kuantum yang ada pada peta. Akirnya Geo-hazard peta yang dihasilkan dari integrasi kriteria bobot dari AHP dengan kriteria peta ke perangkat lunak GIS. Peta menyajikan peringkat daerah sesuai tinggi dan rendah. Geo-hazard diklasifikasikan menjadi 5 kelas: resiko sangat rendah, resiko rendah, resiko moderat, resiko tinggi, dan resiko sangat tinggi (lihat gambar 10). 8. Kesimpulan Dalam studi ini, AHP dikombinasikan dengan GIS untuk menjadi alat mengevaluasi resiko banjir di daerah CBD di Tuguegarao City. Seperti alat yang dikembangkan setelah pengumpulan topologi informasi tentang kota dan juga dapat diandalkan (C.R<0,10) kriteria penilaian ahli resiko banjir, kemudian menerapkan teknik logika Fuzzy berdasarkan AHP sumber terbuka perangkat lunak GIS kuantum. Pengembangan alat akan sangat berharga bagi konsultasi, lembaga perencanaan dan pemerintah daerah. Diperbandingan pairwise C.R. = 0,0773 (nilai < 0,10) menunjukkan bahwa pengadilan ahli dasar cukup konsisten. Mengelola resiko, penggunaan tanah zonasi, perkiraan kerusakan, penilaian tanah pajak, kehidupan dan properti asuransi mengklaim validasi, baik tata kelola, lifeline layanan darurat dan remediasi upaya untuk memitigasi resiko. Teknik ini juga mudah diterapkan di daerah lain.
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
9. Saran Kepadatan drainase dan intensitas curah hujan yang termasuk dalam studi untuk menyelesaikan penelitian bahaya banjir perkotaan CBD, sebagai data tersedia. Pengetahuan domain hydrologyst, meteorologi, geologi dan ahli ilmu aktuariasangat dibutuhkan dalam kegiatan penelitian
bencana
alam.
Dewan
lokal,
konsultan,
lembaga
perencanaan dan stakeholders dapat menggunakan model ini. Mereka dapat membuat kebijakan penggunaan tanah yang berkaitan resiko bencana alam yang sesuai proses alam. Harapan itu bahwa studi ini akan memberikan AHP terukur dalam GIS. Sistem pendukung keputusan bencana yang dapat digunakan dalam beragam lingkungan dengan faktor terkait bencana mereka sendiri misal untuk daerah pantai, pegunungan, metropolitan, pinggiran, dll. 10. Opini Reviewer Menurut kami penelitian pengembangan tentang infrastruktur ruang tata kota harus lebih diperhatihkan, dimana telah tertulis didalam jurnal ini bahwa center business district atau wilayah sentral bisnis haruslah jauh dari infrastruktur yang minim. Sehingga wilayah itu bisa terhindar dari risiko banjir yang akan berdampak merugikan dalam hal materiil dan dalam segi perekonomian. Dan apabila ingin mendirikan sebuah pusat perekonomian entah itu daerah maupun skala nasional terlebih dahulu memiliki system yang terstruktur, karena system tersebut yang akan menentukan keberhasilan tempat yang dirancang dan direncanakan. 11. Saran dan Kritik Reviewer Dalam pengembangan penulisan jurnal penulis sangat general dalam menyampaikan materi. Sedangkan penulis membutuhkan pemahaman lebih untuk mengerti isi dan tahapan – tahapan dari implementasi bila jurnal ini ingin dipelajari lebih lanjut sebagai materi dalam membuat kebijakan publik. Dengan demikian untuk beberapa
Review Jurnal Internasional “Modelling Flood Risk for an Urban CBD Using AHP and GIS”
pembahasan apabila kita ingin mempelajari jurnal ini harus mencari sendiri penjelasan dan penjabaran tentangnya. 12. Pengembangan Lebih Lanjut dari Reviewer Guna menyempurnakan jurnal internasional ini reviewer ingin menambahkan sejumlah kekurangan dan
kelebihan dari metode
yang diterapkan dan perbandingan metode yang digunakan beserta teknologinya dengan metode lainnya.