Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
i
Profil Rumah Tangga Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu di Propinsi Jawa Timur 2009 No. Publikasi Katalog BPS
: 35553.0902 : 5103004.35
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 16,5 Cm X 22 Cm : 166
Naskah : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik - Moch. Sonhaji - Pramuji - Citra Kusumaningtyas - Chusnul Chotimah Editor : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik - Yos Rusdiansyah Gambar Kulit Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik - Pramuji Diterbitkan Oleh : BPS Provinsi Jawa Timur
Dicetak Oleh : CV. SARANA CIPTA KARYA
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR
Awal tahun 2009 Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Pendataan Usaha Tani 2009 (PUT09), dengan tujuan menyediakan basis data Rumah Tangga Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu (RTUT-PJKT). Dengan tersedianya basis data RTUT-PJKT, diharapkan berbagai kebijakan Pemerintah di bidang pangan menjadi lebih tepat sasaran. Landasan operasional pendataan RTUT-PJKT adalah surat Menko Bidang Perekonomian No. S-97/M.EKON/IX/08 tanggal 23 September 2008 perihal Updating Verifikasi Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelei dan Tebu. Publikasi ini menjelaskan tentang profil RTUT-PJKT termasuk permasalahan-permasalahan yang terkait penggunaan pupuk dan benih di Jawa Timur. Untuk mempertajam analisis selain data kuantitatif juga digunakan data kualitatif yang diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Mendalam (in-depth interview) untuk mendapatkan fokus permasalahan atas pemakaian bibit dan pupuk oleh RTUT-PJKT. Akhir kata, semoga publikasi ini bermanfaat bagi pengguna data secara luas dan menjadi referensi kebijakan khususnya upaya pemantapan pangan nasional. Surabaya, Desember 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Kepala, Irlan Indrocahyo, SE, MSi NIP. 19530805 197703 1 001 Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
i
ii
Analisis Efisiensi Hasil Sensus Ekonomi 2006
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Semaju apapun pembangunan suatu negara, pembangunan sektor pertanian tetap tidak bisa diabaikan karena hasil-hasil dari sektor pertanian selalu terkait dengan pangan yang merupakan kebutuhan mendasar bagi rakyat. Kelangkaan pangan bisa berakibat fatal, dan biasanya dapat mengguncang stabilitas perekonomian suatu negara. Untuk itu, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, Pemerintah mencanangkan program revitalisasi pertanian. Salah satu implementasi dari program revitalisasi pertanian adalah dilakukannya gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) sejak awal 2007 dengan sasaran peningkatan produksi padi setara 2 juta ton
beras.
Peningkatan
produksi
pangan
harus
terus
diupayakan
berkesinambungan agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga. Produksi pangan di tingkat nasional adalah kumulatif produksi pangan dari seluruh petani di Indonesia mulai dari petani gurem/petani menengah hingga petani besar. Artinya sekecil apapun skala usaha tani, Pemerintah wajib memberikan perlindungan dan iklim yang kondusif. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan karena memberikan kontribusi terbesar ketiga pada pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri. Pemerintah Jawa Timur dalam Rencana Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
1
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009 – 2014 antara lain telah menyusun kebijakan pembangunan jangka menengah yang menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu motor penggerak ekonomi utama mengingat potensi pertaniannya cukup besar dengan kemampuan daya serap tenaga kerja cukup besar pula. Pada tahun 2009, dalam upaya mendukung peningkatan produksi pangan dan untuk mencatat serta memotret petani-petani produksi pangan yang terus didorong untuk tetap setia dengan usaha pertaniaannya perlu Pendataan Usaha Tani 2009 (PUT09). Dari PUT09 tersebut telah diperoleh basis data Rumah Tangga Usaha Tani (RTUT) untuk komoditas Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu (PJKT) yang lengkap, akurat dan mutakhir. Pemanfaatan basis data RTUT-PJKT diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan program-program pembangunan bidang pertanian sehingga lebih tepat sasaran. Meski demikian informasi hasil PUT09 memang masih terbatas, ditinjau dari cakupan variabel/karakteristik yang diamati. Pemanfaatan data PUT09 sebagai suatu kajian bidang pertanian masih perlu didukung oleh informasi lain, yang dapat dikembangkan dari RTUT. Untuk itu pada kajian Profil RTUT-PJKT ini dilengkapi hasil penggalian informasi melalui Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Dengan kata lain hasil kuantitatif dari PUT09 akan dilengkapi dari hasil kualitatif FGD dan Wawancara Mendalam. FGD dilakukan dengan peserta RTUT-PJKT dan kelompok tani dengan tujuan untuk memperoleh data kualitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi petani, terutama menyangkut masalah penggunaan pupuk dan adopsi benih unggul. Sementara wawancara mendalam dilakukan terhadap penyuluh pertanian dan pengurus KUD untuk melakukan konfirmasi terhadap 2
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
informasi yang diperoleh dari FGD. Untuk Jawa Timur, FGD dan Wawancara Mendalam dilakukan di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Sumenep. Analisis yang menggabungkan data PUT09 dan data kuantitatif lainnya yang dilengkapi dengan data kualitatif dari FGD dan Wawancara Mendalam, diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan mendalam mengenai profil usaha tani Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu.
1.2. Tujuan Analisis Profil RTUT-PJKT merupakan analisis deskriptif yang dilakukan dengan tujuan : a.
Memberi gambaran umum tentang peranan komoditas Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu di Jawa Timur.
b.
Memberi gambaran tentang sentra produksi, perkembangan luas panen dan produksi.
c.
Memberi gambaran tentang karakteristik RTUT-PJKT.
d.
Memberi gambaran tentang masalah dan kendala RTUT PJKT.
1.3. Ruang Lingkup Obyek pendataan PUT09 ini difokuskan hanya kepada RTUT-PJKT, karena komoditas ini merupakan yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat sehingga perlu mendapat dukungan kebijakan Pemerintah. Diilhami dari pelaksanaan PSE (Pendataan Sosial Ekonomi) oleh BPS, yang sanggup menyediakan data by name by address, maka Pemerintah kembali menugaskan BPS untuk menyediakan data Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
3
RTUT-PJKT by name by address. Kebijakan Pemerintah melalui subsidi pada petani, dahulu dilaksanakan dengan sistem terbuka. Untuk selanjutnya berdasarkan PERMENDAG Nomor 21 Tahun 2008 akan diberlakukan sistem distribusi tertutup, artinya petani akan menerima bantuan melalui kelompok tani di wilayahnya dan sistim ini dimulai tanggal 1 Januari 2009. Dalam masa sosialisasi sampai dengan 31 Desember 2008, kios dan pengecer pupuk mulai mencatat petani dan kelompok tani di wilayahnya sebagai dasar menyusun kebutuhan dan penjualan pupuk. Salah satu hasil PUT09 yang menarik untuk disimak adalah masih cukup tingginya persentase RTUT yang menggunakan benih lokal, baik untuk tanaman padi, jagung, kedelai, maupun tebu. Di sisi lain, meskipun RTUT umumnya telah menggunakan pupuk anorganik untuk mendukung usaha tani mereka, namun penggunaan pupuk ini belum diimbangi dengan penggunaan pupuk organik, bahkan RTUT yang tidak menggunakan pupuk jumlahnya tidak sedikit. Data ini penting, karena memberikan indikasi bahwa proses adopsi baik benih unggul dan pupuk di Indonesia belum berjalan mulus, yang tentunya terjadi karena petani masih menghadapi berbagai kendala. Karena keterbatasan variabel di dalam PUT09, maka data hasil PUT09 tidak dapat memberi jawaban atas pertanyaan ”mengapa”, sehingga untuk memperoleh jawaban yang lebih lengkap perlu dilakukan FGD dan Wawancara Mendalam. Dalam penelitian ini, data hasil FGD dan Wawancara Mendalam hanya berperan sebagai komplementer terhadap data PUT09 dan data kuantitatif lainnya. Hasil FGD dan Wawancara Mendalam disajikan dalam laporan penelitian sebagai pelengkap yang penting. Cara ini perlu karena hasil survei kuantitatif tidak memberi jawaban yang diperlukan dan wawancara individu 4
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
terlalu mahal biayanya. Gabungan data hasil PUT09 dan data kuantitatif lainnya, dengan dilengkapi data hasil FGD dan Wawancara Mendalam, akan membuat laporan penelitian menjadi lebih menarik karena angka-angka yang disajikan kemudian dapat diinterpretasi dengan lebih baik. Penggabungan data PUT09, data kuantitatif lainnya dan data FGD & Wawancara Mendalam dalam analisis dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Analisis RTUT-PJKT
Melengkapi data hasil PUT09 Jawa Timur, telah dilakukan penelitian dalam bentuk FGD dan in-depth interview di wilayah Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Sumenep. Penelitian tersebut bukan menggeneralisasikan permasalahan RTUT-PJKT di Jawa Timur,tetapi setidaknya memberikan input solusi berbagai permasalahan yang terjadi di kalangan petani PJKT khususnya pemakaian benih dan pupuk. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
5
1.4. Metodologi dan Sumber Data 1.4.1. Pendataan Usaha Tani 2009 (PUT09) Pelaksanaan PUT09 dilakukan di semua Wilayah Jawa Timur, sebagian merupakan pencacahan baru, dan yang lainnya merupakan updating dari data Sensus Pertanian 2003 (ST03). Pencacahan baru (penyisiran) perlu dilakukan di wilayah yang belum didata pada saat ST03 (karena wilayah perkotaan), termasuk juga tambahan RTUT-PJKT yang pada waktu ST03 belum ada pada saat sekarang ada. Dengan demikian semua RTUT-PJKT akan dilakukan pendataan. Gambar 1.2 Cakupan Blok Sensus ST03 Bukan Pantai
Perdesaan
Pantai
100%
100% Wilayah Konsentrasi 100% Perkotaan
Wilayah Non Konsenstrasi 20% Blok Sensus ST03 Blok Sensus Non ST03
6
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
RTUT-PJKT yang dicakup adalah rumah tangga yang mengusahakan salah satu atau lebih jenis tanaman padi, jagung, kedelai dan tebu. Khusus untuk rumah tangga usaha tanaman tebu yang dicakup dalam pendataan ini adalah rumah tangga yang mengusahakan tanaman tebu dengan luas tanam lebih besar atau sama dengan batas minimal usaha (650 m2). Gambar 1.3 Metode Pengumpulan Data PUT09
Desa/Kelurahan
Blok Sensus
ST 03
Non ST03
PJKT
Non PJKT
Penyisiran dan Pemutakhiran
Penyisiran
Penyisiran
Pelaksanaan pencacahan baru (penyisiran) RTUT-PJKT, Up-Dating, dan pencacahan RTUT-PJKT dilakukan dengan bantuan nara sumber dari wilayah setempat dan berdasarkan direktori nama RTUT-PJKT hasil ST03. Bila menurut narasumber ada tambahan RTUT-PJKT maka petugas mencatat nama-nama yang diusulkan. Kemudian dengan dasar direktori RTUT-PJKT hasil ST03 dan hasil usulan Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
7
dari narasumber, petugas melakukan pendataan RTUT-PJKT secara door to door dengan menanyakan variabel nama, alamat, komoditas yang ditanam, penguasaan lahan, keikut-sertaan dalam Kelompok Tani (Poktan), Penggunaan Bibit dan Pupuk, dan Penerimaan bantuan. Dengan dilakukan updating, maka selain terjadi penambahan jumlah RTUTPJKT karena peralihan komoditas yang ditanam dan pembukaan lahan baru, terjadi juga pengurangan RTUT-PJKT karena pindah alamat maupun sudah tidak bertani lagi. Selain itu juga ada yang berubah identitas karena kepala rumah tangga sudah meninggal dunia. Dengan cara penyisiran dan Updating maka data yang dihasilkan PUT09 menjadi lebih lengkap dan mutakhir.
1.4.2. Focused Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 2006). Tujuan utama dari FGD adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai data kuantitatif yang diperoleh dari survei. Dalam FGD, para peserta/informan berkumpul di suatu tempat dan proses pengambilan data atau informasi dilakukan oleh seorang moderator/ fasilitator. Pada awalnya, FGD dibangun bagi peneliti pemasaran. Seiring dengan berkembangnya waktu, penggunaan FGD sebagai metode dalam pengumpulan data semakin meluas karena beberapa alasan. Pertama, FGD merupakan teknik yang lebih handal untuk mendapatkan heterogenitas informasi tentang pandangan, penilaian, pengalaman, dan reaksi para narasumber atas isu-isu 8
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
penelitian melalui dialog kelompok. Kedua, FGD memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang cukup komprehensif dalam waktu yang relatif singkat. Selain mempunyai kelebihan, teknik pengumpulan data melalui FGD juga mempunyai keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil. Beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan adalah: a. Tidak dapat dipakai untuk generalisasi. Data dan informasi yang diperoleh dari FGD tidak cukup kuat dijadikan sebagai landas-pijak untuk melakukan generalisasi pada konteks yang lebih luas, karena data dan informasi yang diperoleh hanya merefleksikan pandangan dan pendapat para partisipan dalam jumlah yang sangat terbatas. Hasil FGD memang tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi, karena FGD memang tidak bertujuan untuk menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada representasi hasil dengan populasi, tetapi pada kedalamannya. Lewat FGD kita bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang. b. Dinamika kelompok. Salah satu kriteria sebuah FGD disebut sukses adalah jika terjadi dinamika dalam kelompok tersebut, artinya suasana diskusi hidup, hangat, antusias, penuh lontaran ide dan umpan balik antara anggota kelompok. c. Keterbatasan waktu. Mengapa metode FGD sangat populer dan banyak dipilih? Karena FGD cepat menghasilkan temuan dan relatif murah. Keunggulan dari sisi kecepatan ini justru menjadi kelemahan fatal dari FGD. Tuntutan hasil secepat-cepatnya dari sebuah FGD dapat menghasilkan pemahaman yang dangkal. Waktu selama kurang lebih 2 jam belumlah Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
9
cukup. Ini dilematis, karena jika waktu diskusi ditambah maka peserta akan mengalami kelelahan dan kebosanan. Dalam kaidah penelitian ilmiah, FGD termasuk pada kategori teknik pengumpulan data kualitatif. Sebagai salah satu teknik pengumpulan data, FGD dapat berperan sebagai metode utama, atau bila mengaplikasikan lebih dari satu teknik pengumpulan data, FGD dapat berperan sebagai komplementer terhadap metode-metode lainnya. Pilihan atas peran ini, antara lain, sangat ditentukan oleh apa tujuan dari FGD itu sendiri dilakukan. Bila tujuan utama dari FGD adalah untuk melakukan investigasi dan eksplorasi terhadap orientasi, pengalaman, dan sistem nilai dari para partisipan berkaitan dengan isu-isu penelitian, maka dalam hal ini FGD berfungsi sebagai metode utama. Namun, jika pelaksanaan FGD hanya bertujuan untuk verifikasi atas informasi yang telah dikoleksi melalui metode-metode pengumpulan data lainnya, maka peran dari FGD hanya sebagai komplementer. Dalam Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani PJKT ini, data hasil FGD berperan sebagai komplementer. Diskusi FGD di Jawa Timur dirancang berlangsung sekitar 2 jam, pelaksanaannya dipandu oleh seorang fasilitator yang berfungsi sebagai moderator, dengan dibantu satu orang yang berfunsi sebagai notulen. Tugas fasilitator adalah menjelaskan tujuan dan tema diskusi, menjaga alur diskusi, mengatur lalu lintas pembicaraan, menarik kesimpulan sementara dan kesimpulan akhir terhadap point-point materi yang didiskusikan. Peserta diskusi pada masing-masing FGD berjumlah sekitar 10 orang yang berasal dari komponen masyarakat yang terlibat secara langsung sehingga mengetahui persis permasalahan usaha tani PJKT khususnya mengenai bibit dan pupuk. 10
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
Untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan di atas, maka FGD akan menggunakan 2 alat bantu yang dilaksanakan dalam satu rangkaian pertemuan (FGD), yaitu : 1. RANKING PERMASALAHAN Tujuan : ‐
Mengetahui permasalahan utama yang dirasakan oleh petani di desa.
‐
Mengetahui sejauh mana permasalahan tersebut dirasakan oleh berbagai kelompok petani yang ada di masyarakat. Gambar 1. 4 Tabel Ranking Permasalahan Petani Menurut Gol Luas Lahan
Permasalahan
< 0,5 Ha
0,5 – 1,9 Ha
≥ 2,0 Ha
Total
Ranking
Total Ranking
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
11
2. SEBAB-AKIBAT Tujuan : ‐
Mendiskusikan penyebab dan akibat dari rendahnya adopsi benih unggul dan pupuk yang dihadapi masyarakat.
‐
Mengetahui berbagai upaya yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut. Gambar 1.5 Diagram Sebab Akibat Dan Tabel Solusi
Sebab
Akibat
Permasalahan
Permasalahan Utama
12
Upaya yang Dilakukan Masyarakat
Solusi Yang Diharapkan
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
1.4.3. In-depth Interview (Wawancara Mendalam) Selain melalui FGD, penggalian informasi dengan pendekatan kualitatif dapat dilakukan melalui In-depth Interview. Dalam hal ini, hasil In-depth Interview juga difungsikan sebagai komplementer terhadap hasil PUT09. Dalam kasus ini, yang membedakan In-depth Interview dengan FGD terletak pada informan, cakupan materi dan proses penggalian informasi. Informan dalam FGD adalah komponen masyarakat yang terlibat secara langsung (kapoktan dan petani), sedangkan informan dalam In-depth Interview berasal dari lembaga/intansi terkait masalah usaha tani PJKT (dipilih PPL dan Pengurus KUD/Gapoktan). Dilihat dari cakupan materi, FGD lebih ditekankan pada masalah penggunaan benih dan pupuk, sedangkan dalam In-depth Interview lebih membahas masalah yang berkaitan dengan budidaya usaha tani secara umum. Kemudian dalam kaitannya dengan proses penggalian informasi, FGD lebih menekankan diskusi kelompok, sementara In-depth Interview melalui wawancara mendalam terhadap individual terpilih. Fokus kajian dalam In-depth Interview diarahkan pada permasalahan budidaya usaha tani PJKT, yang meliputi konfirmasi terhadap hasil FGD (adopsi varietas benih unggul & pupuk), distribusi dan pemasaran produk, dan keberadaan kelembagaan/ institusi pendukung usaha tani. Dalam kaitannya dengan konfirmasi terhadap hasil FGD (adopsi varietas benih unggul & pupuk) secara spesifik dibahas tentang persediaan, kecukupan, keterjangkauan, kendala yang dihadapi petani, takaran penggunaan, dan harapan petani terhadap Pemerintah. Kemudian pada masalah distribusi dan pemasaran produk secara lebih rinci dikupas mengenai perilaku petani dalam menangani hasil
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
13
panen, kendala yang dihadapi petani, upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi rendahnya harga, marketing channel, dan harapan petani pada Pemerintah. Selanjutnya pada keberadaan kelembagaan/institusi pendukung usaha tani dibahas tentang peran PPL, Poktan, dan Gapoktan berkaitan dengan adopsi benih unggul dan pupuk; peran KUD berkaitan dengan persediaan benih dan pupuk serta distribusi dan pemasaran produk; dan peran lembaga/intitusi terkait lainnya (aparat desa, tokoh masyarakat, dan lainnya) dalam rangka mendukung usaha tani. Dilakukannya wawancara mendalam secara umum dimaksudkan untuk menggali informasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan usaha tani PJKT secara cepat dan rinci, sehingga hasilnya diharapkan dapat digunakan untuk mendukung pemanfaatan data PUT09. Sedangkan secara khusus tujuan dilakukannya wawancara mendalam adalah (1) mengkonfirmasi terhadap informasi yang diperoleh dari FGD berkaitan dengan masalah adopsi benih unggul dan pupuk; (2) menggali permasalahan sistem distribusi dan pemasaran produk; dan (3) mengungkap keberadaan kelembagaan/intitusi pendukung usaha tani.
1.4.4. Sumber Data Sumber data utama yang digunakan dalam analisis ini adalah Data Pendataan Usaha Tani 2009 (PUT09) dan data kuantitatif lainnya seperti Data Struktur Ongkos Usaha Tani 2007 (khusus untuk Padi), Data Produksi dan Luas Panen (per Subround dan Bulanan), Laporan Hasil Survei Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras tahun 2005-2007, dan lainnya. Untuk memperoleh
14
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang lebih mendalami mengenai permasalahan yang dihadapi RTUT-PJKT, data kuantitatif tersebut digabung dengan data kualitatif yang diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Mendalam (In-depth Interview). FGD dilakukan dengan peserta RTUT-PJKT dan kelompok tani, sementara Wawancara Mendalam dilakukan terhadap Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pengurus KUD.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan publikasi ini disusun dalam 6 bab, yang terdiri dari : Bab I. Pendahuluan Bab II. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Padi Bab III. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Jagung Bab IV. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Kedelei Bab V. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Tebu Bab VI. Analisis Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Bab VII. Kebijakan dan Tantangan Pengembangan Bab VIII. Kesimpulan Daftar Pustaka Lampiran
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
15
16
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur 2009
BAB II ANALISIS PROFIL RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI 2.1. Gambaran Umum Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Sebagai makanan pokok utama penduduk di Indonesia, maka di masa data Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola produktivitas tanaman pangan agar dapat mandiri pangan. Swasembada beras berkelanjutan merupakan salah satu pengejawantahan (manivestasi) dari kemandirian pangan. Untuk mendukung terciptanya swasembada beras, telah dikeluarkan UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional dengan Mengembangkan Kemampuan Produksi Dalam Negeri. Jawa Timur merupakan lumbung padi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, produksi padi sebanyak 10.474.773 ton atau 17,38 persen dari total produksi nasional, dengan rata-rata produktivitas sebesar 5,90 ton/Ha. Semangat untuk mempertahankan produksi padi dan meningkatkan produktivitas padi di Jawa Timur perlu dicermati, mengingat luas lahan pertanian di Jawa Timur dari tahun-tahun mengalami penyusutan. Sementara, beras merupakan makanan utama penduduk Jawa Timur dan menjadi pemasok utama produksi beras untuk daerah lain. Yang sangat penting, sektor pertanian khususnya yang menggarap sawah menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Untuk itu perlu usaha yang kongkrit dalam usaha meningkatkan produksi padi di Jawa Timur sehingga ketahanan dan kemandirian pangan di Jawa Timur tercapai.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
17
Pada bab ini akan dijabarkan perkembangan produksi padi, profil RTUT Padi beserta kendalanya sebagai input kepada stakeholder dalam kebijakan mandiri pangan.
2.2. Perkembangan Produksi dan Sentra Produksi Padi Dalam tiga tahun terakhir (2006-2008), luas panen, produktivitas dan hasil produksi padi di Jawa Timur cukup berfluktuasi. Pada tahun 2006 produksi padi sawah dan ladang sebanyak 9,35 juta ton, selanjutnya pada tahun 2007 produksi padi merosot menjadi 7,93 juta ton. Cuaca yang sangat mendukung di sepanjang tahun 2008, mendukung peningkatan produksi padi hingga mencapai 10,47 ton. Tercatat bahwa produktivitas pada tahun 2008 sebesar 5,90 ton/Ha, tertinggi dibanding dua tahun sebelumnya yang masing-masing mencapai 5,34 ton/Ha (2006) dan 5,32 ton/Ha (2007).
Gambar 2.1 Produksi Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 - 2008 (Ton) 12.000.000 10.474.773
11.000.000 10.000.000
9.346.947
9.000.000 8.000.000
7.931.751
7.000.000 2006
18
2007
2008
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Hasil produksi padi tahun 2008 terutama didukung oleh Kab. Lamongan (798,70 ribu ton), Kab. Jember (775,61 ribu ton), Kab. Bojonegoro (693,97 ribu ton), Kab. Banyuwangi (644,81 ribu ton), dan Kab. Ngawi (592,57 ribu ton). Visualisasi produksi padi se Jawa Timur sebagaimana gambar berikut. Gambar 2.2 Sebaran Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Tampak dari Gambar 2.2 bahwa sebagian besar wilayah di Jawa Timur merupakan penghasil padi, dengan lima kabupaten yang mempunyai produksi lebih dari 500 ribu ton. Dengan demikian Jawa Timur adalah sentra padi yang cukup besar. Wilayah yang menghasilkan padi antara 250 – 500 ribu ton menyebar rata, kecuali wilayah Madura mempunyai produksi padi antara 100 – Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
19
250 ribu ton. Sedangkan wilayah administratif perkotaan yang relatif mempunyai areal pertanian yang sempit mempunyai hasil produksi padi di bawah 100 ribu ton. Meskipun Kota Kediri dan Kota Batu merupakan wilayah administratif perkotaan yang mempunyai lahan pertanian yang sempit, tetapi kedua wilayah tersebut tercatat sebagai wilayah yang mempunyai produktivitas yang tinggi dibanding kabupaten/kota lainnya. Kota Kediri dan Kota Batu mempunyai produktivitas padi masing-masing sebesar 6,85 ton/Ha dan 6,73 ton/Ha, diikuti Kab. Malang (6,67 ton/Ha) dan Kota Blitar (6,54 ton/Ha). Gambar 2.3 Sebaran Produktivitas Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
20
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Di antara wilayah administratif kabupaten, hanya Kab. Pacitan yang mempunyai produktivitas padi kurang dari 5,00 ton/Ha. Sedangkan di wilayah Madura, Kab. Sampang satu-satunya yang mempunyai produktivitas padi lebih dari 5,90 ton/Ha, atau tepatnya sebesar 5,93 ton/Ha.
Tabel 2.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2008
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (kw/ton)
Produksi (ton)
(1)
(2)
(3)
(4)
1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
32.785 61.197 25.396 42.049 43.577 53.544 62.462 69.215 138.651 109.992 53.318 33.169 49.597 78.728 29.103 46.220 66.456 72.023 63.503
42,06 65,07 53,83 62,29 58,58 56,80 66,66 54,22 55,94 58,62 53,82 60,87 51,14 61,93 60,43 62,36 61,57 60,80 62,78
137.903 398.225 136.704 261.908 255.273 304.154 416.396 375.280 775.613 644.809 286.984 201.898 253.615 487.554 175.867 288.246 409.156 437.901 398.644
21
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (kw/ton)
(1)
(2)
(3)
20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 71. KOTA KEDIRI 72. KOTA BLITAR 73. KOTA MALANG 74. KOTA PROBOLINGGO 75. KOTA PASURUAN 76. KOTA MOJOKERTO
Produksi (ton) (4)
36.873 100.689 117.892 69.350 129.440 50.531 41.622 33.355 22.655 26.121 1.377 1.568 2.101
60,43 58,85 58,87 62,65 61,70 59,70 53,31 59,25 55,62 58,76 68,52 65,41 47,37
222.836 592.565 693.972 434.454 798.703 301.649 221.891 197.639 126.000 153.499 9.435 10.257 9.953
1.865
43,40
8.095
2.674 932
57,63 48,00
15.409 4.474
77. KOTA MADIUN
2.346
54,97
12.897
78. KOTA SURABAYA 79. KOTA BATU
1.502 1.006
54,25 67,26
8.149 6.766
1.745.781
59,02
10.474.773
TOTAL
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur
22
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
2.3. Profil Rumah Tangga Usaha Tani Padi Rumah Tangga Usaha Tani (RTUT) Padi di Jawa Timur terbanyak dibanding dengan provinsi-provinsi lain, yaitu sebesar 2,86 juta RTUT atau 19,06 persen. Ini menandakan bahwa Jawa Timur sangat potensi dengan produksi padi dan merupakan lumbung padi Nasional. Umumnya RTUT Padi atau sekitar 57,97 persen menguasai lahan yang ditanami padi sebesar 0,1 – 0,49 Ha dan hanya 2,81 persen yang menguasai lebih dari 2 Ha. Gambar 2.4 Sebaran RTUT Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
23
Berdasarkan hasil PUT09, jumlah RTUT Padi paling banyak di Kab. Bojonegoro yaitu 196.841 RTUT, diikuti Kab. Jember (176.348 RTUT), Kab. Lamongan (163.400 RTUT), Kab. Ngawi (118.785 RTUT), Kab. Ponorogo (115.846 RTUT), Kab. Banyuwangi (115.655 RTUT) dan Kab. Nganjuk (113.015 RTUT). Sedangkan wilayah yang mempunyai RTUT Padi yang sedikit adalah wilayah perkotaan sebagaimana yang divisualisasikan Gambar 2.4. Gambar 2.5 Penggunaan Jenis Bibit Padi di Jawa Timur Tahun 2009 (%) 86.44 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00
8.92 4.64
10.00 0.00
Hibrida
Unggul
Lokal
RTUT Padi di Jawa Timur sudah mengerti betul manfaat penggunaan bibit unggul, karena selain hasil produksinya juga banyak, juga tahan terhadap hama penyakit. Hasil PUT09 menjelaskan bahwa 86,44 persen RTUT Padi menggunakan bibit unggul, sedangkan 8,92 persen memakai bibit lokal dan 4,64 persen lainnya memakai bibit hibrida. Masih adanya RTUT Padi yang menggunakan bibit lokal, karena banyak penyebabnya. Salah satunya adalah 24
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
pengadaan bibit unggul tidak sampai ke pelosok terpencil dan kemampuan ekonomi petani yang terbatas untuk membeli bibit unggul yang harganya relatif lebih mahal dibanding harga bibit lokal. Demikian pula masih minimnya penggunaan bibit hibrida juga banyak penyebabnya. Salah satunya bahwa pengetahuan tentang pemeliharaan bibit hibrida masih minim dan biaya pemeliharaan yang masih dianggap mahal. Penggunaan pupuk untuk padi juga sudah memasyarakat di kalangan petani Jawa Timur. Sebagian besar atau
99,97 persen RTUT Padi
menggunakan pupuk, yang terbagi menjadi RTUT Padi pengguna pupuk organik sebanyak 62,99 persen, pengguna pupuk anorganik sebanyak 0,06 persen dan pengguna pupuk campuran (organik dan anorganik) sebanyak 36,92 persen. Jenis pupuk anorganik yang digunakan untuk penyubur tanaman terutama pupuk urea (38,03 persen), TSP/SP36 (24,12 persen), ZA (16,92 persen) dan NPK (14,88 persen). Sebagian besar RTUT Padi yang memproduksi padi dengan sumber pembiayaan utama berasal dari modal sendiri yaitu sebesar 94,72 persen dari seluruh RTUT Padi di Jawa Timur. Sedangkan RTUT Padi lainnya mengandalkan sumber pembiayaan utama berasal pinjaman perseorangan (3,45 persen), koperasi (0,55 persen), bank (0,76 persen) dan dari sumber lainnya (0,53 persen). Untuk menekan biaya produksi padi dan meningkatkan produktivitas padi, RTUT Padi memperoleh bantuan dalam bentuk bantuan bibit, pupuk, pestisida dan lainnya. Tetapi secara umum, RTUT Padi memperoleh bantuan dalam bentuk pupuk dan benih masing-masing sebesar 73,46 persen dan 23,46 persen. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
25
Waktu tanam padi di Jawa Timur cukup bervariasi dan selalu ada RTUT Padi yang menanam padi di setiap bulan. RTUT Padi yang melakukan waktu tanam terbanyak di bulan Januari (19,30 persen), Mei (11,57 persen), November (17,18 persen) dan bulan Desember (11,57 persen). Sedangkan bulan yang RTUT Padi memakainya sebagai waktu tanam terendah adalah bulan Agustus. Pada bulan itu, yang menanam padi hanya sebanyak 1,33 persen dari seluruh RTUT Padi yang ada.
2.4. Kendala Penggunaan Pupuk dan Benih Hibrida 2.4.1. Penggunaan Pupuk Dua hal yang sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi padi adalah penggunaan pupuk dan benih unggul. Meskipun RTUT Padi di Jawa Timur sangat paham tentang pentingnya penggunaan pupuk dan benih unggul, tetapi kedua hal tersebut tetap menjadi persoalan utama di kalangan petani Jawa Timur. Untuk melihat begitu besarnya pengaruh penggunaan pupuk beserta kendalanya telah dilakukan FGD dan Wawancara Mendalam di Kab. Nganjuk Kec. Tanjung Anom Desa Kampung Baru yang merupakan salah satu sentra produksi padi. Sekitar 90 persen rumah tangga di desa Kampung Baru adalah bercocok tanam (petani), dari semua itu merupakan RTUT-PJKT. Dari jumlah itu 100 persen adalah RTUT Padi. Irigasi di daerah itu dibantu oleh diesel. RTUT Padi di Kelurahan cukup maju, terbukti dengan adanya 6 kelompok tani yang cukup aktif. Untuk menempuh desa tersebut bisa memakai mobil atau sepeda motor.
26
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Gambar 2.6 FGD dan Wawancara Mendalam Komoditas Padi di Desa Kampung Baru Kec. Tanjung Anom Kab. Nganjuk
A. Suasana FGD dengan RTUT Padi
B. Suasana Wawancara Mendalam Dengan Gapoktan Padi
Dari hasil FGD diperoleh informasi persoalan pupuk untuk RTUT Padi terutama karena plafon subsidi pupuk yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan luas lahan yang ada. Selain itu pada musim tanam, jumlah pupuk yang tersedia di pasaran sangat terbatas, sehingga kondisi tersebut mengakibatkan lonjakan harga pupuk. Karenanya, bagi RTUT Padi yang mengalami kekurangan pupuk terpaksa membeli pupuk dengan harga mahal bahkan ada yang pinjam kepada lainnya. Sedangkan yang tidak bisa membeli pupuk dengan harga mahal maka hasil produksi padinya kurang bagus, pertumbuhan padinya lambat dan mudah terserang penyakit.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
27
Gambar 2.7 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Pupuk Pada FGD Padi di Kab. Nganjuk Akibat
Sebab
Produksi berkurang
Plafon pupuk bersubsidi kurang PUPUK Persediaan pupuk tidak sesuai tahap atau jadwal menanam
Permasalahan Utama
Plafon subsidi pupuk kurang
Pertumbuhan padi tidak sesuai dengan keinginan petani
Upaya yang Dilakukan Masyarakat
Mencukupi sisanya dengan membeli dari kios dengan harga tinggi Pengiriman atau Mencukupi sisanya ketersediaan pupuk dengan membeli dari tidak sesuai dengan kios dengan harga tahap atau jadwal tanam tinggi
28
Harga di kios yang menjual pupuk agak lebih tinggi
Solusi Yang Diharapkan
Ditambahkan plafon subsidi pupuknya 1. Pengiriman disesuaikan dengan tahap tanam. 2. Produsen pupuk lebih serius untuk melihat RDKK (Rencana Daerah Kebutuhan Kelompok tani)
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Menurut RTUT Padi di sana, salah satu solusi dari permasalahan kurangnya plafon pupuk dan ketersediaan pupuk pada musim tanam adalah dengan menambahkan plafon subsidi pupuk dari pemerintah sesuai musim tanam sesuai luas lahan yang ada. Selain itu produsen pupuk diharapkan lebih serius untuk menindaklanjuti laporan RDKK (Rencana Daerah Kebutuhan Kelompok Tani) yang berisi kebutuhan pupuk masing-masing kelompok tani.
2.4.2. Penggunaan Bibit Hibrida Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa RTUT Padi sangat mengerti kelebihan penggunaan bibit unggul, sehingga dari hasil PUT09 diketahui bahwa RTUT Padi yang menggunakan bibit unggul sebanyak 86,44 persen. Demikian pula di Kab. Nganjuk, sebanyak 94,58 persen memakai bibit unggul. Tetapi cukup menarik di sini karena hanya sekitar 4 persen memakai bibit hibrida, padahal bibit hibrida juga menghasilkan produksi yang baik, dan sangat dianjurkan oleh Gapoktan yang saat itu di-Wawancara Mendalam. Ada hal yang menarik perlu dicermati masih minimnya penggunaan bibit hibrida di kabupaten tersebut, karena bisa jadi bibit hibrida merupakan bibit alternatif selain bibit unggul yang menghasilkan produksi padi yang bagus di kemudian hari. Persoalan masih minimnya petani menggunakan bibit hibrida, karena menurut RTUT Padi masih minimnya pengetahuan tentang bibit hibrida. Sebagian dari mereka merasa bahwa pemeliharan bibit hibrida lebih ruwet dibanding dengan bibit unggul yang sangat membutuhkan banyak pupuk, dan sebagian lagi menganggap harga bibit hibrida relatif lebih mahal daripada harga
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
29
bibit unggul yang selama ini mereka tanam. Secara ringkas, minimnya penggunaan bibit hibrida tampak pada diagram masalah berikut. Gambar 2.8 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Bibit Hibrida Pada FGD Padi di Kab. Nganjuk Akibat
Sebab
Banyak petani memakai bibit unggul
Penggunaan pupuk hibrida lebih banyak daripada benih lainnya
BIBIT HIBRIDA
Bibit hibrida mahal
Dioplos dengan bibit unggul dengan perbandingan 50:50
Bermacam-macam bibit hibrida masih dalam proses demplot (uji coba)
Permasalahan Utama
Bibit hibrida mahal Pengetahuan bibit hibrida terbatas
30
Hanya petani yang “mampu “ memanfaatkan bibit hibrida
Pengetahuan bibit hibrida masih rendah Upaya yang Dilakukan Masyarakat
1. Memakai bibit unggul 2. Mengoplos dengan bibit unggul dengan perbandingan 50:50 Mencoba dengan bibit hibrida Arise (yang sesuai tanah untuk petani tertentu saja)
Solusi Yang Diharapkan
Diadakan subsidi bibit hibrida Penyuluhan ditingkatkan, utamanya untuk bibit hibrida yang mudah dalam proses Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Solusi yang diharapkan dari RTUT Padi di sana untuk meningkatkan pertanian padi hibrida adalah adanya subsidi bibit hibrida dengan harga yang terjangkau dan tersedia hingga ke pelosok. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan yang merata di kalangan RTUT Padi tentang padi hibrida perlu dilakukan penyuluhan dan pembinaan untuk semua kelompok tani.
2.5. Struktur Ongkos Usaha Tani Padi Untuk melihat seberapa besar biaya pengeluaran untuk memproduksi padi bisa diperoleh dari data hasil survei Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) yang meliputi variabel-variabel antara lain penggunaan benih, pupuk, pestisida, upah pekerja, jasa pertanian dan biaya/pengeluaran lainnya. Data SOUT tanaman padi yang terakhir adalah SOUT 2008. Tabel 2.2 Rata-Rata Pengeluaran per Musim Tanam per Hektar Usaha Tani Padi Sawah Menurut Jenis Pengeluaran di Jawa Timur Tahun 2008 (%) Rincian
Biaya (%)
(1)
(2)
1. Bibit/Benih 2. Pupuk 3. Pestisida 4. Pekerja Dibayar 5. Sewa Lahan 6. Alat/ Sarana Usaha 7. Jasa 8. Lainnya (bunga kredit,iuran irigasi,PBB lahan sawah,dll) Jumlah
1,91 8,76 0,52 14,08 3,97 16,12 49,17 5,47 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
31
Pengeluaran terbesar bagi RTUT Padi tercatat pada penggunaan jasa yang meliputi jasa pengolahan lahan dan lainnya yaitu sebesar 49,17 persen, diikuti pengeluaran untuk penggunaan alat/sarana usaha (16,12 persen) dan upah pekerja (14,08 persen). Pengeluaran untuk pembelian bibit dan pupuk masing-masing sebesar 1,91 persen dan 8,76 persen. Sedangkan pengeluaran yang terkecil adalah biaya untuk penggunaan pestisida sebesar 0,52 persen. Jika dilihat lebih dalam, untuk upah pekerja, biaya tertinggi tercatat pada biaya pekerjaan pemanenan (5,20 persen), biaya penanaman (3,97 persen) dan biaya pemeliharaan/penyiangan (2,03 persen). Pada penggunaan alat/sarana usaha, diperoleh informasi bahwa biaya sewa alat dan sarana menempati posisi teratas sebesar 11,25 persen, sedangkan pada penggunaan jasa diketahui bahwa biaya jasa pengolahan lahan adalah tertinggi yaitu sebesar 33,37 persen.
32
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB III ANALISIS PROFIL RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG 3.1. Gambaran Umum Jagung merupakan tanaman bahan makanan yang terpenting setelah padi. Pemanfaatan jagung selain sebagai bahan makanan juga sebagai bahan baku pakan ternak. Untuk penduduk pulau Madura, jagung dimanfaatkan sebagai makanan pokok yang dikenal dengan sebutan “ampok”. Jawa Timur adalah penghasil jagung terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, produksi jagung Jawa Timur mencapai 5.053.052 ton atau sebesar 31,86 persen dari produksi jagung Nasional. Untuk menjaga ketahanan pangan khususnya produksi jagung, pada tahun 2009 telah dilaksanakan program bantuan langsung benih unggul seluas 85.000 hektar oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur. Jumlah RTUT Jagung di Jawa Timur juga merupakan terbanyak dibanding provinsi-provinsi lain. Hasil PUT09 tercatat bahwa RTUT Jagung Jawa Timur sebanyak 2,33 juta atau sebesar 34,74 persen dari total RTUT Jagung di Indonesia. Pada bab ini dijabarkan perkembangan produksi jagung, profil RTUT Jagung beserta kendalanya sebagai input kepada stakeholder dalam kebijakan mandiri pangan khususnya produksi jagung. Ketahanan pangan produksi jagung ini perlu diperhatikan sehingga produksi jagung domestik mampu bersaing dengan produk jagung impor terlebih pada era perdagangan bebas saat ini.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
33
3.2. Perkembangan Produksi dan Sentra Produksi Jagung Tidak jauh berbeda dengan produksi padi, pada periode 2006-2008 produksi jagung juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 produksi jagung Jawa Timur mencapai 4,01 juta ton, kemudian menyusut pada tahun 2007 menjadi 3,10 juta ton. Pada tahun 2008 produksi jagung meningkat menjadi 5,05 juta ton, dan merupakan terbaik dibanding dua tahun sebelumnya.
Gambar 3.1 Produksi Jagung di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 - 2008 (Ton) 5.500.000 5.053.052 5.000.000 4.500.000
4.011.182
4.000.000 3.500.000 3.000.000 3.099.905 2.500.000 2006
2007
2008
Menurunnya hasil produksi jagung pada tahun 2007, tidak lepas dari rendahnya produksi jagung pada tahun itu. Tercatat bahwa produktivitas jagung pada tahun 2007 sebesar 3,41 ton/Ha, lebih rendah daripada produktivitas jagung pada tahun 2006 yang mencapai 3,65 ton/Ha. Beruntung pada tahun 2008, produktivitas jagung kembali naik bahkan lebih tinggi daripada dua tahun sebelumnya yang mencapai 4,09 ton/Ha.
34
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Berdasarkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur, hasil produksi jagung terbanyak tercatat di Kab. Tuban sebesar 496,17 ribu ton, diikuti Kab. Sumenep (337,92 ton), Kab. Lamongan (322,82 ton), Kab. Malang (279,06 ton) dan Kab. Kab. Kediri (267,66 ton). Gambar 3.2 Sebaran Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Sebagaimana yang divisualisasikan Gambar 3.2, wilayah “Arek” atau Surabaya extended, kurang begitu potensi penghasil jagung, termasuk seluruh
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
35
wilayah administratif perkotaan. Hanya tiga wilayah yang menghasilkan produksi padi di atas 300 ribu ton, yaitu Kab. Tuban, Kab. Sumenep dan Kab. Lamongan. Gambar 3.3 Sebaran Produktivitas Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Wilayah Madura lainnya kecuali Kab. Sumenep, yang penduduknya sangat tergantung dengan keberadaan jagung, ternyata mempunyai produksi di antara 100 – 200 ton. Hal ini dikarenakan jagung yang ditanam oleh RTUT Jagung di sana kebanyakan adalah jagung lokal yang utamanya sebagai bahan makanan konsumsi rumah tangga. Berbeda dengan daerah lain, produksi padi
36
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
yang dikelola menggunakan bibit hibrida dengan tujuan utama sebagai bahan baku pakan ternak. Dari sisi produktivitasnya, Kab. Madiun merupakan wilayah yang mempunyai produktivitas padi paling tinggi yaitu 6,47 ton/Ha, walaupun termasuk wilayah yang produksinya di bawah 100 ribu ton. Seluruh wilayah Madura mempunyai produktivitas jagung yang relatif rendah yaitu kurang dari 4 ton/Ha, meskipun Kab. Sumenep tergolong wilayah dengan produksi jagung dengan jumlah besar. Ini mengartikan bahwa Kab. Sumenep mempunyai luas panen yang cukup besar. Menariknya terdapat beberapa kab/kota yang mempunyai hasil produksi di bawah 100 ribu ton tetapi mempunyai produktivitas yang tinggi di atas 5 ton/Ha, seperti Kab. Madiun dan Kab. Magetan. Secara rinci luas panen, produktivitas dan produksi jagung menurut kab/kota sebagaimana Tabel 3.1. Tabel 3.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Jawa Timur Tahun 2008 Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (kw/ton)
(1)
(2)
(3)
1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
23.998 27.312 11.684 24.991 50.302 45.383 58.591 30.353 54.307
Produksi (ton) (4)
52,78 57,66 41,87 47,84 49,28 58,98 57,63 39,12 45,57
126.665 157.492 48.916 119.550 247.864 267.656 279.057 118.744 247.481
37
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (kw/ton)
(1)
(2)
(3)
10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 71. KOTA KEDIRI 72. KOTA BLITAR 73. KOTA MALANG 74. KOTA PROBOLINGGO 75. KOTA PASURUAN 76. KOTA MOJOKERTO 77. KOTA MADIUN 78. KOTA SURABAYA 79. KOTA BATU TOTAL
Produksi (ton) (4)
27.592 40.986 55.650 62.016 36.145 54 22.242 40.082 32.720 5.861 13.939 11.643 41.216 98.793 57.309 22.702 75.679 93.060 42.350 121.789 854 1.598 317 3.704 13 6 50 642
52,95 27,12 42,90 41,88 36,56 32,22 44,49 44,63 46,89 64,68 56,99 43,15 51,84 50,22 56,33 43,68 18,41 18,24 23,63 27,75 38,48 41,65 39,43 51,71 36,15 23,33 36,00 38,08
146.108 152.133 238.721 259.696 132.150 174 98.951 178.886 153.417 37.910 79.441 50.234 213.644 496.173 322.820 99.152 139.316 169.702 100.052 337.916 3.286 6.656 1.250 19.153 47 14 180 2.445
1.235.933
40,88
5.053.052
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur
38
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
3.3. Profil Rumah Tangga Usaha Tani Jagung Provinsi Jawa Timur penghasil jagung terbesar di Indonesia dengan produksi jagung pada tahun 2008 sebesar 5,05 juta ton atau sekitar 31,86 persen dari total produksi jagung Nasional. Jumlah produksi itu dihasilkan oleh RTUT Jagung yang umumnya mempunyai lahan 0,1 – 0,49 Ha (55,57 persen) ; 0,5 – 0,99 Ha (26,87 persen); dan 1 – 1,99 Ha (10,52 persen). Gambar 3.4 Sebaran RTUT Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
39
Hasil PUT09 mencatat bahwa RTUT Jagung terbanyak di Kab. Sumenep (198.348 RTUT), diikuti Kab. Tuban (129.664 RTUT), Kab. Sampang (126.643 RTUT), Kab. Malang (123.891 RTUT), Kab. Jember (111.206 RTUT), Kab. Pamekasan (110.160 RTUT), Kab.Lamongan (106.928 RTUT), Kab. Bangkalan (106.451 RTUT), Kab. Blitar (105.431 RTUT) dan Kab. Ponorogo (101.105 RTUT). Jelas sekali di wilayah Madura antara kebutuhan jagung sebagai makanan pokok dengan jumlah RTUT yang cukup banyak (di atas 100 ribu RTUT) sangat berkorelasi sekali. Gambar 3.5 Penggunaan Jenis Bibit Jagung di Jawa Timur Tahun 2009 (%) 57.09
60.00 50.00 38.08
40.00 30.00 20.00 4.82
10.00 0.00 Hibrida
Komposit
Lokal
Berbeda dengan RTUT Padi yang jarang menggunakan bibit hibrida dan lokal, RTUT Jagung dalam memproduksi padi lebih banyak menggunakan bibit hibrida dan lokal. Sebagaimana Gambar 3.5 disajikan bahwa pemakai bibit hibrida dan lokal mendominasi penggunaan bibit jagung di Jawa Timur masingmasing 57,09 persen dan 38,08 persen. Penggunaan bibit hibrida lebih populer 40
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
di Jawa Timur, karena menghasilkan buah dengan biji yang besar, hasilnya yang banyak, kuat terhadap hama dan merupakan bahan baku terbaik untuk produksi pakan ternak. Untuk yang menggunakan bibit lokal, umumnya terdapat pada RTUT Jagung di wilayah Madura, yang sebagian besar memanfaatkan untuk bahan makanan konsumsi rumahtangga. Sedangkan RTUT Jagung yang menggunakan bibit komposit hanya sebanyak 4,82 persen. Kecilnya pengguna bibit komposit karena bibit komposit adalah bibit turunan yang biasanya menghasilkan produksi jagung kurang bagus. Dalam penggunaan pupuk, hampir semua RTUT Jagung menggunakan pupuk yaitu sebesar 99,84 persen atau hanya 0,16 persen yang tidak menggunakan pupuk. Menariknya, berbeda dengan RTUT Padi yang lebih menggunakan pupuk anorganik, RTUT Jagung lebih memilih pupuk campuran (organik dan anorganik). Sebanyak 58,82 persen dari total RTUT Jagung memakai pupuk campuran untuk penyubur tanaman jagung. Selanjutnya sebanyak 40,65 persen memakai pupuk anorganik saja, dan sisanya sebanyak 0,37 persen memakai pupuk organik saja. Di antara penggunan pupuk anorganik, umumnya mereka memilih pupuk urea yaitu sebanyak 49,68 persen, diikuti pengguna pupuk TSP/SP36 (19,67 persen), NPK (14,36 persen) dan ZA (11,93 persen). Sedangkan untuk pengguna pupuk anorganik lainnya seperti KCL dan PPC/ZPT hanya berjumlah 4,36 persen. Dari seluruh RTUT Jagung di Jawa Timur, RTUT yang sumber pembiayaan utama untuk memproduksi jagung berasal dari modal sendiri sekitar
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
41
95,12 persen, modal dari pinjaman orang lain sebanyak 3,48 persen dan berasal kredit dari koperasi atau bank dan lainnya sebanyak 1,40 persen. Dilihat dari jenis bantuan yang diterima oleh RTUT Jagung, dari hasil PUT09 dicatat bahwa sebanyak 79,04 persen menerima bantuan dalam bentuk pupuk bersubsidi, 17,93 persen dalam bentuk bantuan bibit, 0,60 persen dalam bentuk bantuan pestisida, 0,42 persen dalam bentuk alsintan, 0,42 persen dalam bentuk kredit berbunga rendah. Sedangkan yang mendapatkan bantuan dalam bentuk lainnya seperti BLT dan alat-alat pertanian berjumlah 1,59 persen. Petani jagung (RTUT Jagung) umumnya adalah petani padi dengan pola tanam padi-padi-palawija. Tetapi tidak sedikit yang RTUT Jagung hanya menanam jagung saja, terutama daerah-daerah yang sulit air seperti wilayah Madura. Penggunaan pola tanam padi-padi palawija tersebut tampak dari bulan tanam jagung yang mengumpul pada bulan November. Pada bulan itu RTUT Jagung yang memulai tanam jagung sebanyak 21,97 persen, terbanyak dibanding bulan-bulan lainnya. Bulan musim tanam terbanyak kedua dan ketiga adalah bulan Mei dan September masing-masing 12,15 persen dan 10,61 persen. Sedangkan bulan tanam yang paling sedikit adalah bulan April dan Agustus masing-masing 3,14 persen dan 3,52 persen. Luas tanam pada bulan November yang paling banyak RTUT Jagung menanam jagung tercatat adalah 260,70 ribu Ha, atau 21,71 persen dari total luas tanam selama satu tahun. Sementara luas tanam pada bulan Mei yang merupakan musim tanam terbesar kedua adalah 142,63 ribu Ha atau 11,88 persen dari total luas tanam.
42
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
3.4. Kendala Penggunaan Pupuk dan Irigasi 3.4.1. Penggunaan Pupuk Keberhasilan memproduksi jagung juga tidak lepas dari penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk merupakan bagian vital dari aktifitas RTUT Jagung. Untuk melihat berbagai kendala yang berkaitan dengan penggunaan pupuk pada produksi jagung, telah dilakukan FGD dan Wawancara Mendalam di Kab. Sumenep, Kec. Ganding, Desa. Ketawang Larangan. Secara umum, permasalahan RTUT Jagung berkaitan dalam memproduksi jagung dibedakan menjadi tiga masalah yaitu kurangnya penyediaan pupuk, masalah irigasi dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dari hasil ranking identifitkasi masalah, bagi masyarakat Madura persoalan pupuk dan irigasi adalah kendala utama. Sedangkan tidak banyaknya pengguna bibit unggul dirasakan bukan menjadi masalah besar karena produksi jagung di sana sebagian besar untuk konsumsi rumahtangga, dan sebagian lagi dikelola untuk pembudidayaan bibit lokal. Hal ini didukung oleh tanah di Madura yang berkapur sangat cocok untuk memproduksi bibit lokal daripada bibit lainnya. Kendala yang berkaitan dengan pupuk adalah kurangnya ketersediaan pupuk yang disebabkan oleh pendistribusian yang terlambat, kelangkaan pupuk di pasaran, dan terbatas plafon pupuk dari pemerintah. Diduga pendistribusian pupuk yang terlambat akibat masih rendahnya pemakaian pupuk oleh RTUT Jagung di Madura sehingga oleh pihak distributor didahulukan kepada daerah yang penggunaan pupuknya lebih banyak. Selain itu, pada waktu bukan musim tanam, pupuk yang tersedia di pasaran banyak di beli oleh pedagang besar sehingga pada waktu musim tanam terjadi kelangkaan pupuk. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
43
Gambar 3.6 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Pupuk Pada FGD Jagung di Kab. Sumenep Sebab
Akibat
Distribusi Terlambat
Produksi Turun
Pupuk Tidak ada di pasaran
Harga Pupuk Mahal
PUPUK
Jumlah Pupuk Terbatas
Permasalahan Utama
Petani tak mampu beli pupuk
Gagal Panen
Upaya yang Dilakukan Masyarakat
Solusi Yang Diharapkan
Kekurangan Pupuk (Jumlah atau plafon pupuk yang tersedia terbatas
Membeli Pupuk dengan Harga yang sangat Mahal
Perlu ditambah subsidi pupuk
Pupuk tidak ada di pasaran
Mencari dari daerah lain
Tersedia setiap waktu
Distribusi terlambat
Membeli di tempat lain atau beli dengan harga mahal
Kelancaran pendistribusian pupuk
44
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Sementara plafon pupuk bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah sangat terbatas, tidak sesuai dengan luas tanam jagung. Kondisi tersebut memicu kenaikan harga pupuk di pasaran. Untuk RTUT Jagung yang tidak mampu membeli pupuk, terpaksa hanya mengandalkan kekuatan alami dari tanaman jagungnya sendiri dan berkemungkinan gagal panen. Solusi yang sangat diharapkan oleh masyarakat, agar Pemerintah menambahkan subsidi pupuk dan menyediakannya tepat waktu dengan harga terjangkau. Di samping itu, perlu penyuluhan yang intensif kepada RTUT Jagung yang tidak menggunakan pupuk agar menggunakan pupuk dan tercatat keperluan pupuknya pada RDKK daerah itu, sehingga pendistribusian pupuk tidak dianaktirikan dengan daerah lain.
3.4.2. Kendala Irigasi Irigasi atau pengairan adalah bagian yang cukup krusial di daerah Madura. Bahkan ada daerah di Kab. Bangkalan yang bernama “Banyualet” artinya air sedikit. Kondisi alam tersebut, menyebabkan petani Madura cenderung menanam padi hanya pada musim penghujan, sedangkan untuk musim lainnya mereka menanam jagung atau tembakau. Sulitnya pengairan di wilayah Madura terpotret dari FGD dan Wawancara Mendalam yang menyebutkan bahwa sumber air di sana kurang merata dan sebagian besar mempunyai sumber air yang sangat sedikit. Kondisi itu bisa diperparah oleh adanya musim kemarau. Bagi warga Madura, keberadaan pompa air sangat penting, tetapi tidak semua warga mampu
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
45
membeli atau menyewa untuk pengairan sawah dan ladang yang ditanami jagung. Persoalan itu tergambar pada diagram sebab akibat berikut ini. Gambar 37 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Irigasi Pada FGD Jagung di Kab. Sumenep Sebab
Akibat
Sumber Mata Air Kecil Tidak ada Pompa
Produksis Turun
IRIGASI
Gagal Panen
Musim kemarau Air Benarbenar Habis
Permasalahan Utama Kekurangan AIR
Tidak ada pompa
46
Upaya yang Dilakukan Masyarakat Membuat Resapan Air Hujan, Pengambilan air sungai dibatasi Sewa dengan harga mahal, beli air dari tempat lain
Solusi Yang Diharapkan Swadaya Masyarakat dan bantuan Pemerintah berupa Sumur Artesis Adanya bantuan Sumur Artesis Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Kendala kurang baiknya pengairan di wilayah Madura, jika tidak ditangani maka akan menyebabkan menurunnya hasil produksi jagung dan bahkan bisa gagal panen. RTUT Jagung sendiri untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan biasanya secara gotong-royong membuat resapan air hujan dan membatasi pemakaian air. Sesekali mereka menyewa pompa air dan membeli air dari daerah lain. Solusi yang diharapkan untuk mengatasi kendala ini, adanya bantuan dari Pemerintah untuk membangun sumur-sumur artesis lengkap dengan pompanya yang bisa dialirkan di tempat-tempat yang mengalami krisis air.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
47
48
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB IV ANALISIS PROFIL RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI
4.1. Gambaran Umum Komoditas pertanian ketiga yang menjadi perhatian Pemerintah untuk dikembangkan produksinya adalah kedelai. Kedelai ini menjadi bahan baku tahu, tempe dan kecap yang sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Krisis pangan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir, mengakibatkan harga kedelai meningkat tajam, padahal sekitar 40 persen dari jumlah kedelai yang diperdagangkan adalah dari impor. Jika produksi kedelai domestik tidak ditingkatkan maka kestabilan harga bahan makanan berbahan baku kedelai akan terganggu dan jika terus mahal harga kedelai, maka ada kemungkinan masyarakat Indonesia akan beralih konsumsinya dengan makanan subtitusi lainnya yang lebih murah. Tidak hanya itu, produsen tahu, tempe dan kecap yang kebanyakan berkategori usaha kecil dan menengah akan gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi untuk membeli bahan baku kedelai. Maka sangat wajar
jika
Pemerintah
juga
memasang
target
untuk
memfokuskan
pengembangan dan peningkatan produksi kedelai guna tercapai swasembada kedelai di masa datang. Sungguh menjadi kebanggaan bahwa Jawa Timur selain nomor satu dalam menghasilkan produksi padi dan jagung, juga merupakan nomor satu dalam memproduksi kedelai. Sekitar 39,64 persen RTUT Kedelai terdapat di Jawa Timur, dengan hasil produksi pada tahun 2008 sebesar 277.281 ton, atau Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
49
36,43 persen dari total produksi kedelai Nasional. Sedangkan produktivitas kedelai untuk mencapai hasil produksi itu di Jawa Timur adalah sebesar 1,28 ton/Ha. Pada bab ini akan dijabarkan perkembangan produksi kedelai, profil RTUT Kedelai beserta kendalanya sebagai input kepada stakeholder dalam kebijakan mandiri pangan, khususnya produksi kedelai. Ketahanan pangan produksi kedelai ini perlu diperhatikan sehingga produksi kedelai domestik terpenuhi dan tidak bergantung kepada kedelai impor.
4.2. Perkembangan Produksi dan Sentra Produksi Kedelai Perkembangan produksi kedelai pada tiga tahun terakhir (2006-2008) cukup memprihatinkan. Pada tahun 2006 produksi kedelai di Jawa Timur mampu mencapai 320.205 ton, tetapi selanjutnya menyusut tajam menjadi 158.525 ton pada tahun 2007. Gambar 4.1 Produksi Kedelai di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 - 2008 (Ton) 340.000
320.205 277.281
290.000 240.000 158.525
190.000 140.000 2006
50
2007
2008
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Pada tahun 2008 mampu meningkat kembali, tetapi masih di bawah perolehan tahun 2006 yaitu sebesar 277.281 ton. Produksi terbesar pada tahun 2008 tercatat di Kab. Banyuwangi dengan jumlah produksi kedelai sebesar 30.191 ton, diikuti Kab. Sampang (29.754 ton), Kab. Bojonegoro (26.626 ton), Kab. Lamongan (25.735 ton) dan Kab. Pasuruan (24.836 ton). Gambar 4.2 Sebaran Produksi Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran L24
Gambar 4.2 memvisualisasikan sebaran produksi kedelai seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur. Lima wilayah mempunyai produksi di atas 20 ribu ton, lima wilayah yang lain mempunyai produksi antara 10 – 20 ribu ton, Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
51
enam wilayah yang lain mempunyai produksi antara 5 – 10 ribu ton, dan sebagian besar lainnya mempunyai produksi kedelai di bawah 5 ribu ton. Dibandingkan dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah, diasumsikan kebutuhan pangan berbahan dasar kedelai juga meningkat, dengan sebaran produksi kedelai yang kurang merata, bisa jadi ini akan menjadi permasalahan serius di kemudian hari. Bukan hal yang mustahil bila pengembangan dan peningkatan produksi kedelai tidak diperhatikan, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan berbahan baku kedelai akan dipenuhi melalui impor yang sangat merugikan petani. Gambar 4.3 Produktivitas Kedelai Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran L24
52
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Untuk menjaga ketahanan pangan khususnya kedelai, bisa dari memperluas area luas tanam kedelai yang dikerjakan saat ini, atau yang lebih utama meningkatkan produktivitas kedelai. Sebagaimana Gambar 4.3, hanya dua kabupaten yang konsisten mempunyai produksi banyak dengan produktivitas yang cukup tinggi yaitu Kab.Sampang dan Kab. Lamongan. Produktivitas tertinggi tercatat di Kab. Lamongan sebesar 1,56 ton/Ha, diikuti Kab. Kediri (1,54 ton/Ha), Kab. Sampang (1,48 ton/Ha), Kab. Tulungagung (1,44 ton/Ha), Kab. Nganjuk (1,44 ton/Ha) dan Kab. Situbondo (1,43 ton/Ha). Secara rinci produksi dan produktivitas kedelai pada tahun 2008 sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Jawa Timur Tahun 2008
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
(1)
(2)
1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
4.174 17.400 4.400 4.825 10.638 186 799 1.382 11.535 21.742 653 170
Produktivitas
Produksi
(kw/ton)
(ton)
(3)
(4)
9,97 11,19 12,97 14,44 9,96 15,43 11,25 13,81 11,67 13,89 12,31 14,29
4.160 19.470 5.708 6.966 10.595 287 899 1.908 13.465 30.191 804 243
53
Kabupaten/Kota
Luas Panen (Ha)
(1)
(2)
13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 71. KOTA KEDIRI 72. KOTA BLITAR 73. KOTA MALANG 74. KOTA PROBOLINGGO 75. KOTA PASURUAN 76. KOTA MOJOKERTO 77. KOTA MADIUN 78. KOTA SURABAYA 79. KOTA BATU TOTAL
Produktivitas
Produksi
(kw/ton)
(ton)
(3)
(4)
2.170 21.329 1.331 3.407 6.405 10.116 5.123 1.968 13.476 19.567 5.714 16.541 2.594 2.243 20.161 649 6.003 4 45 13
10,51 11,64 13,48 10,79 11,85 14,42 11,67 9,54 13,65 13,61 9,30 15,56 13,14 12,55 14,76 10,66 11,81 12,50 12,00 12,31
2.280 24.836 1.794 3.677 7.593 14.588 5.976 1.878 18.397 26.626 5.314 25.735 3.408 2.814 29.754 692 7.089 5 54 16
65
9,08
59
-
-
-
216.828
12,79
277.281
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur
54
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
4.3. Profil Rumah Tangga Usaha Tani Kedelai Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, Provinsi Jawa Timur adalah penghasil kedelai terbesar di Indonesia dengan produksi sebesar 27,8 ribu ton. Jumlah itu sangat konsisten dengan jumlah RTUT Kedelai yang juga terbanyak dibanding dengan provinsi-provinsi lainnya, yaitu sebanyak 461 ribu atau 39,64 persen dari seluruh total RTUT Kedelai di Indonesia. Pada umumnya RTUT Kedelai memiliki luas lahan antara 0,1 – 0,5 Ha (59,12 persen) dan 0,5 – 1 Ha (26,39 persen). Gambar 4.4 Sebaran RTUT Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran L24
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
55
Menariknya jika dilihat dari sebaran RTUT Kedelai, untuk wilayah Tapal Kuda, kecuali Kab. Pasuruan, Kab. Sampang dan Kab. Sumenep, semua wilayah mempunyai RTUT Kedelai kurang dari 5 ribu RTUT. Wilayah Tapal Kuda yang sebagian beretnis Jawa-Madura, lebih memilih bercocok tanam padi-padijagung dari pada padi-padi-kedelai. RTUT Kedelai terbanyak di Kab. Ponorogo dengan jumlah 47.623 RTUT. Terbanyak kedua tercatat di Kab. Bojonegoro yaitu sebanyak 46.750 RTUT, diikuti Kab. Ngawi (35.734 RTUT), Kab. Banyuwangi (34.910 RTUT), Kab. Pasuruan (29.636 RTUT), Kab. Lamongan (27.111 RTUT), Kab. Nganjuk (26.059 RTUT). Sedangkan yang mempunyai RTUT di bawah 5 ribu RTUT berjumlah 18 kabupaten/kota.
Gambar 4.5 Penggunaan Jenis Bibit Kedelai di Jawa Timur Tahun 2009 (%)
67.63 70.00 60.00 50.00 32.37
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Unggul
56
Lokal
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Dalam memproduksi kedelai, dari hasil PUT09 diperoleh informasi bahwa sebanyak 67,63 persen RTUT Kedelai menggunakan bibit unggul, sedangkan sisanya sebanyak 32,37 persen menggunakan bibit lokal. Masih banyaknya RTUT Kedelai yang memilih bibit lokal bukan tanpa alasan. Beberapa wilayah mempunyai struktur tanah yang sangat cocok dengan bibit lokal seperti kedelai hitam yang cocok dengan struktur tanah putih. Dari segi produksi dan harga penjualan, jenis kedelai hitam juga mempunyai kelebihan harga jual di pasaran yang lebih baik dibanding bibit unggul. RTUT Kedelai dalam penggunaan pupuk menurut hasil PUT09 diketahui bahwa yang menggunakan pupuk sebanyak 86,38 persen dan yang tidak menggunakan pupuk sebanyak 13,62 persen. Berbeda dengan komoditas padi dan jagung, jumlah RTUT Kedelai yang tidak menggunakan pupuk lebih banyak. Hal ini dikarenakan kedelai mempunyai daya tahan pertumbuhan terhadap hama lebih baik daripada padi dan jagung. Untuk kedelai jenis tertentu seperti Wilis, dengan struktur tanah yang tertentu pula, cukup disuburkan dengan abu jerami bakar. Dari total RTUT Kedelai yang menggunakan pupuk, 49,72 persen menggunakan pupuk anorganik, 5,82 menggunakan pupuk organik dan 30,84 persen menggunakan pupuk campuran (anorganik dan organik). Jenis pemakaian pupuk anorganik untuk budidaya kedelai cukup beragam dan tidak terfokus pada satu pupuk saja. Penggunan pupuk urea diketahui sebanyak 37,30 persen, diikuti TSP/SP36 (24,40 persen), NPK (14,48 persen), ZA (9,53 persen), PPC/ZPT (9,07 persen), dan pupuk lainnya (5,22 persen). Dalam membudidayakan kedelai, sebanyak 95,65 persen RTUT Kedelai, sumber pembiayaan utamanya berasal dari modal sendiri. RTUT Kedelai yang Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
57
mempunyai sumber pembiayaan berasal dari pinjaman orang lain hanya sebanyak 2, 84 persen, sedangkan yang bersumber dari kredit koperasi, bank dan lainnya kurang dari 1 persen. Umumnya RTUT Kedelai memperoleh bantuan dalam pupuk dan bibit. Dari total yang memperoleh bantuan, 39,90 persen memperoleh bantuan dalam bentuk benih, 57,94 persen dalam bentuk pupuk, dan 2,16 persen dalam bentuk lainnya meliputi kredit lunak dan bantuan langsung tunai. Musim tanam terbanyak untuk komoditas kedelai adalah bulan Februari, Juli dan September. Pada bulan-bulan itu RTUT Kedelai yang melakukan musim tanam masing-masing sebanyak 15,67 persen; 13,36 persen; dan 11,51 persen; Sedangkan bulan dengan musim tanam sedikit adalah bulan Desember, yaitu sebanyak 1,74 persen RTUT Kedelai. Dari total luas tanam kedelai di Jawa Timur, pada bulan Februari tercatat bulan dengan luas tanam yang paling besar yaitu 29,55 ribu Ha atau 16,30 persen. Sementara bulan Desember yang merupakan musim tanam kedelai yang sedikit tercatat luas tanam kedelai pada bulan itu sekitar 3,50 ribu Ha atau 1,93 persen.
58
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
4.4. Kendala Penggunaan Pupuk dan Bibit 4.4.1. Penggunaan Pupuk Meskipun dijumpai sekitar 13,62 persen RTUT Kedelai yang tidak menggunakan pupuk, sebagian besar RTUT Kedelai menyadari penting sekali fungsi pupuk untuk kelangsungan pertumbuhan kedelai dan hasilnya. Bagi yang menggunakan pupuk, kekurangan pupuk adalah merupakan kendala serius. Untuk melihat permasalahan pupuk di kalangan RTUT Kedelai, telah dilakukan FGD dan Wawancara Mendalam di Kab. Madiun, Kec. Jiwan Desa Bibrik. Gambar 4.6 FGD dan Wawancara Mendalam Permasalahan RTUT Kedelai di Jawa Timur Tahun 2009
Situasi FGD di Kab. Madiun Kec. Jiwan Desa Bibrik dengan 10 RTUT Kedelai dan Wawancara Mendalam dengan PPL Berdasarkan ranking masalah atau investigasi masalah menggunakan forum diskusi FGD, ternyata pupuk dan benih menjadi sorotan permasalahan utama dari seluruh masalah yang dihadapi. Pada permasalahan pupuk, banyak RTUT Kedelai yang memberikan infomasi bahwa persoalan pupuk lebih dikarenakan tidak tersedianya pupuk saat Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
59
musim tanam. Menurut PPL dan Kelompok Tani bahwa sebenar pupuk telah disediakan oleh pihak produsen setiap bulan tetapi tidak sesuai dengan laporan kebutuhan petani yang telah dibuat kelompok tani. Di pihak lain, produsen pupuk untuk menjalankan produksinya menyediakan pupuk sejumlah tertentu secara berkala. Pada waktu bukan musim tanam, stok pupuk yang ada dipasaran diborong oleh pedagang besar karena saat itu petani tidak membutuhkannya. Sebaliknya, pada waktu musim tanam tiba, kebutuhan pupuk meningkat tajam, sementara stok pupuk di pasaran langka. Kelompok Tani sendiri tidak mampu untuk menstok pupuk saat bukan musim tanam karena keterbatasan biaya. Di samping itu, mereka harus berebut dengan petani lain yang mempunyai pola tanam padi-padi-padi yang relatif memerlukan pupuk yang cukup banyak. Bagi pengguna pupuk, karena keberadaan fungsi pupuk adalah vital, terpaksa mereka harus mencari pupuk walaupun harga cukup melangit. Sedangkan bagi RTUT Kedelai yang tidak mampu membeli pupuk dengan harga mahal, menggantinya dengan pupuk organik buatan sendiri atau jerami yang telah dibakar. Solusi yang diharapkan oleh Kedelai untuk persoalan kelangkaan pupuk ini adalah subsidi plafon pupuk dari Pemerintah ditingkatkan dan tersedia setiap waktu dengan jumlah yang menyesuaikan luas tanam masing-masing daerah. Selain itu, dihidupkan kembali koperasi yang mampu menstok pupuk agar tidak terjual keseluruhannnya kepada pedagang besar dan sangat merugikan petani kecil.
60
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Gambar 4.7 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Pupuk Pada FGD Kedelai di Kab. Madiun Akibat
Sebab Stok pupuk sebelum musim tanam telah dibeli pedagang besar
Kelompok Tani tidak punya modal sebagaimana pedagang besar untuk penyediaan stok pupuk saat musim tanam
Memakai pupuk sendiri, dari jerami yang dibakar Tidak tersedia dengan cukup pada waktu tanam
Permasalahan Utama Pupuk tidak tersedia saat musim tanam
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
PUPUK Harga jadi mahal
Ongkos produksi naik
Upaya yang Dilakukan Masyarakat Bagaimanapun juga harus beli meski mahal
Solusi Yang Diharapkan Subsidi pupuk paket per hektar dinaikkan
Beberapa petani memakai pupuk dengan jerami
Pupuk tersedia saat musim tanam dan dikontrol oleh Pemerintah
61
4.4.2. Penggunaan Bibit Unggul Dua hal yang mendasar dari permasalahan yang berkaitan dengan bibit adalah kurangnya persediaan bibit unggul pada musim tanam dan mahalnya harga bibit unggul. Secara umum, pola tanam petani adalah padi-padi-palawija menyebabkan pada saat musim tanam palawija, RTUT Kedelai saling bersaing untuk mendapatkan bibit unggul, sementara stok bibit unggul di pasaran sangat terbatas. Sebenarnya untuk menghindari permasalahan tersebut, Balai Penyemaian Benih di Kab. Madiun sudah menyediakan, tetapi harganya lebih mahal dari harga di pasaran. Untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul untuk luas lahan tanamnya, RTUT Kedelai di sana memenuhinya dengan mendatangkan dari wilayah lain. Sebagian dari RTUT Kedelai memakai bibit unggul yang sudah kadaluarsa, atau turunan dari hasil panen lalu yang disimpan sebagai bibit unggul cadangan. Padahal bibit turunan yang sudah kadaluarsa tidak memberikan hasil yang bagus. Parahnya lagi, bagi RTUT Kedelai yang kurang mampu secara ekonomi, terpaksa berhutang untuk mendapatkan bibit unggul. Solusi yang diharapkan oleh RTUT Kedelai di Kab. Madiun, Kec. Jiwan Desa Bibrik adalah adanya subsidi bibit atau benih yang cukup tersedia pada waktu musim tanam dengan jumlah yang cukup banyak menyesuaikan luas lahan yang ada. Beberapa RTUT Kedelai mengusulkan agar dapat dihidupkan kembali KUT (Koperasi Usaha Tani) yang memberikan kredit lunak khususnya bagi RTUT yang berada di pada kelompok ekonomi lemah.
62
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Gambar 4.8 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Bibit Pada FGD Kedelai di Kab. Madiun Sebab
Akibat
Efek dari pola tanam Padi – Padi – Palawija. Sedangkan Bibit yang kadaluarsa sangat jelek untuk dipakai
Mendatangkan bibit dari luar daerah
Bibit tidak tersedia pada waktu tanam
BIBIT
Harga bibit mahal
Ketersediaan bibit dari luar daerah. Untuk yang dari balai pembenihan harganya lebih mahal lagi Permasalahan Utama
Bibit tidak mencukupi Bibit mahal
Upaya yang Dilakukan Masyarakat
Mencukupi dengan mendatangkan dari luar daerah meskipun agak mahal Terpaksa dibeli, sedangkan yang lainnya memakai bibit yang kadaluarsa dengan kualitas agak jelek
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Sebagian memakai bibit Terpaksa beli dengan harga agak tinggi, bahkan kadang berhutang.
Sumber Bantuan
Adanya bantuan bibit yang tersedia setiap musim tanam Adannya bantuan subsidi bibit sesuai dengan luas tanam Dihidupkan kembali KUT (Koperasi Usaha Tani) untuk memberikan kredit lunak. 63
64
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB V ANALISIS PROFIL RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU 5.1. Gambaran Umum Komoditas strategis keempat yang menjadi topik bahasan adalah tebu. Tebu adalah bahan baku gula yang sangat banyak dikonsumsi baik rumahtangga maupun industri makanan dan minuman. Sayangnya kesejahteraan petani tebu sangat terganggu dengan beredarnya gula rafinasi atau gula impor dalam beberapa tahun terakhir. Buntutnya, banyak petani tebu yang berdemo dengan membakar tebu mereka sendiri, yang memberikan pesan agar mereka seharusnya dibela oleh Pemerintah atas datangnya gula impor. Beruntung, Pemerintah sangat merespon keluhan petani tebu dengan membatasi beredarnya gula rafinasi di dalam negeri. Begitu pentingnya dan strategisnya komoditas ini, Pemerintah memilih tebu sebagai salah satu komoditas untuk ketahanan pangan selain padi, jagung dan kedelai. Tebu merupakan produk unggulan Provinsi Jawa Timur, dan terbesar produksinya dibanding provinsi-provinsi lainnya. Empat komoditas prioritas untuk ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai dan tebu) semua berada di Jawa Timur. Dari hasil PUT09 diketahui bahwa lebih dari 70 persen RTUT Tebu terdapat di Jawa Timur. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, luas tanam tebu dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan, dari 145,17 ribu Ha pada tahun 2004 mencapai 205,80 ribu Ha pada tahun 2008. Peningkatan luas lahan tanam ini diharapkan suatu saat membuat swasembada gula domestik. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
65
5.2. Perkembangan Produksi dan Sentra Produksi Tebu Produksi tebu di Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu perkebunan tebu rakyat, perkebunan tebu Pemerintah dan perkebunan tebu swasta. Dari periode tujuh tahun (2004-2008) perkebunan tebu rakyat mengalami peningkatan dari seluas 125,75 Ha menjadi 184,48 Ha pada tahun 2008. Tebu rakyat yang dilakukan oleh PJKT Tebu di Jawa Timur terdiri dari dua golongan besar yaitu golongan yang punya tanah serta memproduksi tebu dan golongan yang menguasai lahan tebu dengan cara menyewa lahan. Perubahan peningkatan luas tersebut juga terjadi pada perkebunan tebu swasta yang mengalami peningkatan luas dari 801 Ha pada tahun 2004 menjadi 1,60 ribu Ha pada tahun 2008 Sedangkan perkebuanan tebu yang dimiliki Pemerintah tidak berubah sejak tahun 2005 hingga 2008 yaitu seluas 19,73 ribu Ha.
210.000
Gambar 5.1 Luas Perkebunan Tebu di Jawa Timur Tahun 2004-2008 (Ha)
200.000
205.801 198.343
190.000 180.000 173.829
170.000 169.448 160.000 150.000 145.172 140.000 2004
66
2005
2006
2007
2008
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Berdasarkan data dari Dinas Pekebunan Provinsi Jawa Timur, luas tanam tebu terluas pada tahun 2008 adalah di Kab. Malang sebesar 28,50 ribu Ha, diikuti Kab. Kediri (17,12 ribu Ha), Kab. Lumajang (16,95 Ha), Kab. Jombang (13,21 Ha) dan Kab. Mojokerto (11,27 ribu Ha). Sedangkan wilayah Madura (Kab. Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, Kab. Sumenep), Kab. Pacitan, Kota Surabaya, Kota Batu dan Kota Blitar tercatat tidak memproduksi tebu. Penyebaran luas tanam tebu secara rinci divisualisasikan oleh Gambar 5.2 berikut. Gambar 5.2 Sebaran Luas Tanam Tebu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2008
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
67
Tampak bahwa hanya ada satu kabupaten yang mempunyai luas tanam lebih dari 18 ribu Ha yaitu Kab. Malang. Wilayah yang mempunyai luas antara 12 – 18 ribu Ha hanya terdiri dari 3 kabupaten, wilayah yang mempunyai luas antara 6 – 12 ribu Ha terdiri dari 9 kabupaten, dan sisanya sebanyak 25 kabupaten/kota mempunyai luas tanam di bawah 6 ribu Ha. Banyaknya daerah yang berwarna merah atau memproduksi di bawah 6 ribu Ha, mengindikasikan bahwa meskipun produksi tebu di Jawa Timur merupakan yang terbesar di Indonesia, tetapi dilihat dari luasnya kurang meyakinkan alias terbatas luas tanamnya. Luas tanam yang terbatas ini, kalau tidak dikelola dengan baik, akan menjadi alasan utama diijinkannya gula impor masuk ke pasar domestik karena penyediaan dalam negeri tidak sebanding dengan permintaan yang ada dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan penduduk.
Gambar 5.1 Luas Areal Perkebunan Tebu Tahun 2004 – 2008 ( Ha ) Kabupaten /Kota
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(4)
(6)
A. Rakyat 01. Pacitan 02. Ponorogo 03. Trenggalek 04. Tulungagung 05. Blitar 06. Kediri 07. Malang 08. Lumajang 09. Jember 10. Banyuwangi
68
2.346 1.069 2.962 2.405 13.672 20.325 11.296 5.835 2.389
2.723 1.272 3.960 533 16.423 24.415 16.264 6.734 2.843
2.458 659 2.953 9.563 18.896 27.463 11.473 3.508 3.302
2.723 1.022 5.716 9.061 16.423 27.348 16.264 7.720 2.634
2.838 1.065 5.957 9.443 17.115 28.500 16.949 8.045 2.745
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Kabupaten /Kota (1)
11. Bondowoso 12. Situbondo 13. Probolinggo 14. Pasuruan 15. Sidoarjo 16. Mojokerto 17. Jombang 18. Nganjuk 19. Madiun 20. Magetan 21. Ngawi 22. Bojonegoro 23. Tuban 24. Lamongan 25. Gresik 26. Bangkalan 27. Sampang 28. Pamekasan 29. Sumenep 71. Kota Kediri 72. Kota Blitar 73. Kota Malang 74. Kota Probolinggo 75. Kota Pasuruan 76. Kota Mojokerto 77. Kota Madiun 78. Kota Surabaya 79. Kota Batu B. PNP/PTP C. PBS Jawa Timur
2004 (2)
2005 (3)
2006 (4)
2007
2008
(5)
(6)
3.513 4.511 2.652 4.806 5.647 8.331 7.308 3.549 5.175 3.697 5.529 2.327 331 1.730 1.440 992 997 130 153 629 18.625 801
5.514 5.369 2.620 5.675 6.720 9.237 11.294 3.947 6.245 2.364 6.580 871 61 2.434 1.714 1.181 745 161 182 111 749 19.725 782
4.855 7.214 3.665 6.642 6.197 11.619 10.100 4.905 5.169 5.110 7.102 1.245 243 2.856 1.504 1.371 1.378 261 211 295 869 9.145 1.598
6.324 7.816 2.620 5.675 6.494 10.816 12.673 3.947 6.245 6.597 6.580 1.251 856 2.548 2.188 3.355 800 171 193 161 799 19.725 1.598
6.590 8.145 2.730 5.914 6.768 11.272 13.207 4.113 6.508 6.875 6.857 1.304 892 2.655 2.280 3.496 835 178 201 168 833 19.725 1.598
145.172
169.448
173.829
198.343
205.801
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
69
5.3. Profil Rumah Tangga Usaha Tani Tebu Jumlah RTUT Tebu di Provinsi Jawa Timur terbanyak dibanding provinsi-provinsi lainnya. Hasil PUT09 diperoleh informasi bahwa RTUT Tebu di Indonesia terkonsentrasi di Jawa Timur dengan jumlah 139.760 RTUT atau sebesar 71,50 persen dari total RTUT Tebu. RTUT Tebu terbanyak kedua tercatat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 37.221 RTUT atau sebesar 19,04 persen. Dengan demikian, dari total RTUT Tebu di Indonesia, 90,55 persen terkonsentrasi di dua provinsi, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gambar 5.3 Sebaran RTUT Tebu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009
Keterangan : Kode dan Nama Kabupaten/Kota lihat lampiran Tabel L24
70
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Dari gambar di atas diketahui bahwa 3 kabupaten mempunyai RTUT Tebu lebih dari 10 ribu RTUT, 4 kabupaten mempunyai RTUT Tebu antara 5 – 10 ribu RTUT, 10 kabupaten mempunyai RTUT Tebu antara 1 – 5 ribu RTUT, dan yang lain sebanyak 21 kabupaten/kota mempunyai RTUT Tebu di bawan 5 ribu RTUT. RTUT Tebu terbanyak di Kab. Malang sebanyak 48.905 RTUT atau 34,99 persen dari keseluruhan RTUT Tebu di Jawa Timur. Terbanyak kedua tercatat di Kab. Kediri sebanyak 20.097 RTUT diikuti Kab. Lumajang (10.844 RTUT).
Gambar 5.4 Penggunaan Jenis Bibit Tebu di Jawa Timur Tahun 2009
74.33 80.00 70.00 60.00 50.00 25.67
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Unggul
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lokal
71
Sebanyak 74,33 persen RTUT Tebu di Jawa Timur menggunakan bibit unggul, dan 25,67 persen menggunakan bibit lokal. Penggunaan jenis bibit unggul dan lokal ini sebenarnya sangat bergantung pada kondisi tanah setempat. Tetapi di beberapa daerah, karena sangat bergantung pada Pabrik Gula selaku pembeli hasil panen tebu, pemilihan jenis bibit kadangkala ditentukan oleh Pabrik Gula. Sifat pasif dalam menentukan jenis bibit itu menyebabkan pengetahuan petani terhadap bibit yang ditanamnya kurang begitu faham. Bahkan banyak yang tidak bisa menyebutkan nama dari jenis bibit unggul yang ditanamnya. Ironisnya lagi, untuk penentuan rendemen (kadar gula) sangat tergantung dari Pabrik Gula, yang menurut petani Pabrik Gula kadang kurang fair atau kurang transparan dalam menentukan rendemen sehingga berpengaruh terhadap harga tebu yang biasanya lebih murah dari yang diharapkan petani. Hampir
seluruh
RTUT
Tebu
menggunakan
pupuk
untuk
membudidayakan tebu, karena pertumbuhan tebu sangat bergantung dengan pupuk. Terbukti dari hasil PUT09 yang menjelaskan bahwa 99,79 persen RTUT Tebu menggunakan pupuk dan hanya 0,21 persen yang tidak menggunakan pupuk. RTUT Tebu yang menggunakan pupuk anorganik sebanyak 67,59 persen terbanyak dibanding yang menggunakan pupuk organik dan campuran. RTUT Tebu pengguna pupuk organik sebanyak 1,00 persen dan penggunan pupuk campuran (anorganik dan organik) sebanyak 31,20 persen. Berbeda dengan komoditi padi, jagung dan kedelai yang RTUTnya banyak menggunakan urea, RTUT Tebu dalam memproduksi tebu paling banyak menggunakan pupuk anorganik ZA yaitu sebesar 41,42 persen. Pengguna pupuk anorganik terbanyak kedua adalah pengguna pupuk Urea sebesar 23,25 persen, diikuti pengguna pupuk NPK sebesar 15,22 persen. 72
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Dilihat dari sumber pembiayaan dalam membudidayakan tebu, sebanyak 87,34 persen RTUT Tebu menggunakan modal sendiri, 3,26 persen menggunakan modal dari pinjaman orang lain, 5,21 persen berasal dari kredit koperasi, dan 4,19 persen dari kredit lainnya. Suatu hal yang menarik, dari hasil PUT09 diketahui bahwa RTUT Tebu yang memperoleh bantuan, sebagian dalam bentuk bantuan pupuk yaitu sebesar 86,24 persen, sedangkan dalam bentuk bibit sebesar 4,29 persen. RTUT Tebu yang mendapatkan bantuan dalam bentuk kredit sebesar 6,85 persen dan dalam bentuk lainnya sebesar 2,62 persen. RTUT Tebu yang memulai musim tanam tebu pada bulan Agustus terbanyak dibanding bulan-bulan lainnya yaitu sebanyak 16 persen. Bulan tanam lainnya yang juga banyak RTUT Tebu memulai musim tanamnya adalah Juli dan September masing-masing 14,55 persen dan 14,41 persen. Musim tanam yang relatif sangat sedikit RTUT Tebunya yang memulai musim tanam adalah Februari, Maret dan April masing-masing 2,19 persen, 1,06 persen dan 2,44 persen. Pada bulan musim tanam terbanyak, luas tanam yang ditanami tebu sebagai berikut: Juli (15,00 ribu Ha), Agustus (17,23 ribu Ha) dan September (16,35 ribu Ha). Ke depan perlu dipikirkan oleh Pemerintah untuk semakin melindungi RTUT Tebu dan semakin meningkatkan produktivitas untuk swasembada gula.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
73
5.4.
Kendala Penggunaan Pupuk dan Bibit
5.4.1. Penggunaan Pupuk Untuk mengenal lebih dekat permasalahan RTUT Tebu telah dilakukan FGD dan Wawancara Mendalam di Kab. Nganjuk Kec. Kertosono Desa Drenges. Sekitar 80,00 persen rumah tangga di desa Drenges adalah bercocok tanam (petani), dan sekitar 70,00 persen merupakan RTUT-PJKT dari total jumlah petaninya. Dari penggalian masalah melalui tabel ranking permasalahan, ternyata tidak jauh beda dengan RTUT Padi, RTUT Jagung dan RTUT Kedelai yang terfokuskan masalah kepada kendala pupuk dan bibit. Masalah yang berkaitan pupuk disebabkan oleh terjadinya kelangkaan pupuk karena plafon subsidi pupuk yang tersedia tidak mencukupi dan penyediaan pupuk tidak sesuai dengan musim tanam yang ada. Plafon subsidi antar daerah yang terangkum dalam RDKK (Rencana Daerah Kebutuh Kelompok Tani) sering diabaikan oleh pihak produsen. Selain itu, kekurangan pupuk ini diduga juga dikarenakan kemampuan untuk memproduksi pupuk oleh produsen sangat terbatas, karena bahan baku pupuk adalah gas yang sangat bergantung pada harga BBM dunia. Krisis energi beberapa tahun terakhir, mengakibatkan harga BBM dunia melambung, sehingga berpengaruh kenaikan harga BBM domestik. Otomatis harga pupuk saat itu juga mengalami kenaikan seiring kenaikan harga bahan baku pupuk yang berasal dari gas.
74
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Gambar 5.5 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Permasalahan Pupuk Pada FGD Tebu di Kab. Nganjuk Sebab
Akibat
Plafon pupuk bersubsidi kurang
Persediaan pupuk tidak sesuai tahap atau jadwal menanam
Produksi tidak maksimal
PUPUK
Membeli pupuk di kios dengan harga agak lebih tinggi
RDKK kadang agak terlambat
Permasalahan Utama Plafon subsidi pupuk kurang Pengiriman atau ketersediaan pupuk tidak sesuai dengan tahap atau jadwal tanam
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Upaya yang Dilakukan Masyarakat Mencukupi sisanya dengan membeli dari kios dengan harga tinggi Mencukupi sisanya dengan membeli dari kios dengan harga tinggi
Solusi Yang Diharapkan Ditambahkan plafon subsidi pupuknya 1. Pengiriman disesuaikan dengan tahap tanam. 2. Produsen pupuk lebih serius untuk melihat RDKK (Rencana Daerah Kebutuhan Kelompok tani)
75
Untuk mencukupi kebutuhan pupuk karena jumlah plafon yang terbatas dan kurang tepatnya penyediaan pupuk, para RTUT Tebu mencukupinya sendiri dengan membeli di pasar atau kios meskipun harga pupuk relatif cukup tinggi. Harapan yang dinantikan oleh RTUT Tebu untuk kemudahan dalam memperoleh pupuk bersubsidi dan murah adalah tersedianya jumlah pupuk bersubsidi setiap saat dengan harga terjangkau dan sesuai luas tanam tebu yang ada. Di sisi petani tebu sendiri, agar tidak terjadi keterlambatan dalam penyediaan pupuk oleh pihak produsen, RTUT Tebu akan mengusahakan penghimpunan RDKK antar Kelompok Tani yang lebih cepat sesuai jadwal sebelum musim tanam tebu tiba. Gambar 5.6 FGD dan Wawancara Mendalam Permasalahan RTUT Tebu di Jawa Timur Tahun 2009
Situasi FGD dengan 10 RTUT Tebu dan Wawancara Mendalam di Kab. Nganjuk Kec. Kertosono Desa Drenges
76
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
5.4.2. Penggunaan Bibit Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, penentuan jenis bibit sangat tergantung dengan permintaan Pabrik Gula. Kondisi ini mengakibatkan daya tawar petani untuk mengajukan jenis bibit yang lebih cocok dengan struktur tanam adalah rendah. Bagi RTUT Tebu permasalahan ini mengakibatkan salah bibit artinya menanam bibit tebu yang tidak cocok dengan struktur tanah yang dimilikinya. Permasalahan tersebut adalah petani hanya pasrah mengikuti keinginan Pabrik Gula dalam menentukan jenis tebu yang akan ditanam. Bagi petani yang struktur tanahnya cocok dengan jenis bibit tebu yang ditetapkan oleh Pabrik Gula, hal itu tidak menjadi kendala. Tetapi bagi yang tidak cocok struktur tanahnya, petani akan mengalami kerugian produksi. Permasalahan yang mendasar lainnya adalah harga bibit tebu yang tersedia di pasaran dianggap masih mahal. Berdasarkan pengakuan dari RTUT Tebu di Kab. Nganjuk, harga untuk 1 kwintal bibit tebu seharga Rp.50.000. Akibatnya biaya produksi untuk menanam tebu cukup mahal, dan bagi RTUT Tebu yang tidak mempunyai modal kuat, akan mencari kekurangan bibit dari hasil tebangan panen tebu lahan orang lain. Bagian dari pucuk tebu hasil tebangan dijadikan bibit tebu. Konsekuensinya hasil produksi dari hasil tebangan itu kurang baik dibanding bibit yang dibeli di luar. Untuk mengatasi persoalan ini, RTUT Tebu mengharapkan Pabrik Gula lebih mendengarkan aspirasinya tentang jenis bibit yang cocok untuk ditanami, sehingga hasil produksi tebunya optimal. Selain itu Pabrik Gula diharapkan mampu menyediakan bibit yang terjangkau dengan jumlah yang cukup sehingga petani tidak susah-susah mencari sisa-sisa hasil tebangan orang lain untuk dijadikan bibit. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
77
Gambar 5.7 Diagram Sebab Akibat dan Tabel Solusi Pada FGD Tebu Permasalahan Bibit di Kab. Nganjuk Akibat
Sebab Bibit tergantung PG (Pabrik Gula) (salah bibit, bibit kurang)
Harga jual tergantung pabrik BIBIT
Biaya produksi mahal Dengan “campur2” (menambah bibit dari mencari sisa-sisa tembangan terutama bagian pucuk tebu)
Bibit Mahal 1 kw = Rp. 50.000 (masih bruto)
Hasil Produksi agak jelek
Permasalahan Utama
Upaya yang Dilakukan Masyarakat
Bibit tergantung Pabrik Gula
Terpaksa mengikuti keinginan pabrik
Bibit Mahal
Sebagian kekurangan dicukupi dengan mencari sendiri sisa-sisa tebangan. Istilahnya mengoplos atau campur2 bibit unggul dengan lelesan (sisa)
78
Solusi Yang Diharapkan PG harus lebih komunikasi dengan petani setempat varietas jenis bibit yang baik untuk daerah itu PG menyediakan bibit yang terjangkau dan tersedia cukup.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB VI ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN Seberapa jauh keterkaitan/ketergantungan komoditas PJKT dengan sektor lainnya, dapat dilihat melalui analisis sederhana menggunakan Tabel Input – Output (I-O). Tabel I-O merupakan sistem penyajian data yang komprehensif dan mampu memperlihatkan hubungan dan keterkaitan antar sektor produksi. Hubungan itu dapat berupa hubungan ke depan (forward linkage) yaitu hubungan dengan penjualan barang jadi dan hubungan ke belakang (backward linkage) yang hampir selalu merupakan hubungan dengan bahan baku. Jadi besarnya tingkat keterkaitan ini, juga bisa dilihat dari dua sisi yaitu keterkaitan ke depan atau disebut derajat kepekaan, dan tingkat keterkaitan ke belakang yang disebut daya penyebaran. Angka yang diturunkan untuk melihat daya penyebaran dan derajat kepekaan adalah berupa angka indeks yang masing-masing disebut indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Selama ini banyak para ahli telah menggunakan kedua indeks tersebut untuk menganalisa dan menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi berarti sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
79
Indeks daya penyebaran yang mempunyai nilai lebih besar dari 1, berarti daya penyebarannya di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan, sebaliknya adalah di bawah rata-rata. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan. Sektor yang mempunyai indeks derajat kepekaan lebih dari 1, berarti derajat kepekaan sektor tersebut di atas rata-rata. Tabel I-O yang dipakai sebagai analisis pada publikasi ini menggunakan Tabel I-O dengan sektor sebanyak 110 sektor atau disebut Tabel I-O 110 x 110 tahun 2006. Dari turunan Tabel I-O diperoleh tabel indeks daya penyebaran dan indeks kepekaan untuk komoditas PJKT sebagaimana berikut.
Tabel 6.1 Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Komoditas PJKT Berdasarkan I-O Jawa Timur Tahun 2006
Sektor
Indeks Daya Penyebaran
Indeks Derajat Kepekaan
(1)
(2)
(3)
Padi Jagung Kedelai
0,872506 0,855317 0,859480
1,560622 0,938640 0,829714
Tebu
0,873866
1,111966
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 6.1 mencatat bahwa indeks daya penyebaran komoditas padi, jagung, kedelai dan tebu (PJKT) di bawah 1, artinya ketergantungannya di bawah rata-rata sektor-sektor lainnya. Indeks daya penyebaran padi sebesar 0,872506 dengan arti bahwa kenaikan 1 unit permintaan akhir sektor padi akan
80
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
menyebabkan kenaikan seluruh output seluruh sektor yang berkaitan dengan padi sebesar 0,872506 unit. Interpretasi yang sama, kenaikan 1 unit permintaan akhir sektor jagung, kedelai dan tebu menyebabkan kenaikan seluruh output yang berkaitan dengan komoditas tersebut masing-masing sebesar 0,855317 unit, 0,859480 unit dan 0,873866 unit. Dilihat dari sisi indeks derajat kepekaannya, tercatat bahwa padi dan tebu adalah komoditas yang mempunyai derajat kepekaan lebih besar daripada 1, artinya derajat kepekaannya di atas rata-rata sektor-sektor lainnya. Wajar sekali kalau kedua komoditas ini selalu dikait-kaitkan sebagai komoditas politik terkait masalah impor. Dari tabel itu, indeks derajat kepekaan sektor padi mencapai 1,560622 merupakan tertinggi dibanding 3 komoditas lainnya. Angka itu mengartikan bahwa kenaikan 1 unit permintaan akhir sektor-sektor yang berkaitan dengan padi, akan meningkatkan output sektor padi sebanyak 1,560622 unit. Interpretasi yang sama, kenaikan 1 unit permintaan akhir sektorsektor yang berkaitan dengan jagung, kedelai dan tebu, akan meningkatkan output jagung, kedelai dan tebu masing-masing 0,938640 unit, 0,829714 unit dan 1,111966 unit. Dengan memahami angka-angka yang disajikan Tabel 6.1, jelas sekali bahwa swasembada padi dan tebu sangat penting mengingat komoditas itu mempunyai derajat kepekaan yang tinggi, karena mempunyai efek multiplier yang besar. Kenaikan harga beras dan gula akan memicu kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Sebaliknya, derajat penyebarannya yang di bawah ratarata, komoditas tersebut tidak begitu tergantung dengan gejolak sektor-sektor lainnya. Kestabilan harga barang dan jasa akan terjaga dengan penyediaan produksi padi dan tebu yang cukup. Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
81
82
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB VII KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN Berbagai cara telah ditempuh oleh Pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi PJKT melalui stakeholdersnya yang dinakhodai oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Berbagai kajian ekonomi sering diungkap bahwa rumah tangga yang mempunyai pengeluaran rendah adalah kebanyakan di sektor pertanian. Padahal sektor pertanian adalah sektor yang vital bagi kelangsungan hidup suatu negara. Sehingga perlu ada perhatian khusus agar sektor ini tetap eksis dari Pemerintah. Kebijakan Pemerintah yang diharapkan oleh RTUT-PJKT antara lain meliputi: o Peningkatan produktivitas dan produksi PJKT; o Peningkatan mutu hasil produksi PJKT; o Penguatan jaringan pemasaran PJKT; o Peningkatan pendapatan RTUT-PJKT; o Pemberian subsidi tunai langsung; o Peningkatan subsidi benih dan pupuk; o Perbaikan sarana dan prasarana irigasi; o Peningkatan SDM petani PJKT; o Program swadaya swasembada pangan. Dalam mencapai keberhasilan program ketahanan pangan, berbagai tantangan pengembangan harus dipikirkan oleh Pemerintah untuk mencari strategi penanganannya dengan baik. Hal ini perlu diperhatikan dengan seksama mengingat persoalan-persoalan dari RTUT pada hakekatnya adalah persoalan Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
83
serius yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Berbagai tantangan untuk pengembangan produksi PJKT itu antara lain: o Ketersediaan lahan dan air, degradasi dan laju konversi lahan; o Penerapan teknologi belum sesuai anjuran; o Dampak fenomena iklim dan hama; o Infrastruktur pertanian cukup banyak yang rusak; o Lemahnya akses permodalan petani; o Masih tingginya kehilangan hasil panen dan pasca panen; o Masih lemahnya manajemen pemasaran; o Lemahnya kelembagaan pertanian; o Lemahnya koordinasi di berbagai tingkatan. Menghadapi berbagai tantangan itu, Pemerintah dituntut untuk pro terhadap RTUT-PJKT melalui kebijakan dan strategi pengembangan yang tepat guna. Goal dari semua itu adalah kehidupan RTUT-PJKT menjadi lebih sejahtera dan secara khusus tercapainya program swasembada pangan secara kontinu di masa-masa mendatang.
84
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
BAB VIII KESIMPULAN Komoditas padi, jagung, kedelai dan tebu (PJKT) adalah komoditas strategis bagi Ketahanan Pangan Nasional. Nilai strategis itu dilihat dari kemanfaatan komoditas itu sebagai bahan baku makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia dan gejolak perubahan harganya sangat berpengaruh terhadap perubahan harga-harga barang lainnya. Dengan kata lain, komoditas PJKT merupakan komoditas penting yang mempunyai dampak psikologis yang cukup besar terhadap barang-barang lainnya. Untuk itu ketersediaan PJKT telah mendapatkan perhatian yang khusus dari Pemerintah dengan dilaksanakannya program ketahanan pangan, dengan harapan terpenuhinya kebutuhan domestik (swasembada) dan terjadi peningkatan kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Tani (RTUT) PJKT. Jawa Timur adalah provinsi yang sangat berpotensi dalam memproduksi komoditas PJKT. Dari hasil PUT09, tercatat bahwa RTUT-PJKT terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi lainnya. Persentase jumlah RTUT-PJKT di Jawa Timur terhadap total RTUT-PJKT Nasional adalah masing-masing 19,07 persen (padi), 34,74 persen (jagung), 39,64 persen (kedelai) dan 71,50 persen (tebu). Kecuali jagung dan kedelai, jumlah RTUT Padi dan RTUT Tebu yang menggunakan bibit unggul cukup dominan masing-masing 86,44 persen dan 74,33 persen. Sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai, meskipun jumlah RTUT yang menggunakan bibit unggul/hibrida terbanyak, jumlah RTUT yang masih menggunakan bibit lokal juga banyak pula. Hal ini dikarenakan di Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
85
beberapa daerah struktur tanahnya sangat cocok untuk bibit lokal, dan di wilayah Madura yang sangat potensi produksi jagung, sebagian besar lahan dimanfaatkan menanam jagung sebagai makanan pokok konsumsi rumah tangga, sehingga lebih mengutamakan menanam bibit lokal. Pemahaman betapa pentingnya penggunaan pupuk bagi tanaman sangat dimengerti oleh RTUT-PJKT di Jawa Timur. Hasil PUT09 membuktikan bahwa 99,97 persen RTUT-PJKT menggunakan pupuk dan hanya 0,03 persen yang tidak menggunakan pupuk. Umumnya mereka menggunakan pupuk anorganik (63,01 persen) dan campuran (36,93) persen. Sedangkan yang menggunakan pupuk organik saja hanya sekitar 0,06 persen. Walaupun sudah terbiasa dengan penggunaan bibit unggul/hibrida dan pupuk, dari hasil Focused Group Discussion (FGD) dan Wawancara Mendalam diperoleh keterangan bahwa mereka juga mempunyai kendala dalam penggunaan bibit unggul dan pupuk. Kurangnya persediaan bibit unggul dan masih dirasakan mahalnya bibit unggul adalah persoalan utama terkait bibit unggul. Sedangkan persoalan utama yang berkaitan dengan pupuk adalah kurang tersedianya pupuk bersubsidi yang cukup dan kurang tepatnya penyediaan/stok pupuk di lapangan. Tidak jarang pada waktu tertentu terjadi kelangkaan pupuk, padahal saat itu adalah musim tanam. Harapan dari RTUTPJKT untuk mengatasi kendala tersebut adalah tersedianya bibit unggul bersubsidi yang cukup setiap saat khususnya pada musim tanam. Dalam kaitan pupuk, mereka berharap adanya pupuk bersubsidi yang cukup setiap saat dan sesuai lahan tanam yang ada. Khusus untuk komoditas tebu, mereka berharap komunikasi dengan pihak Pabrik Gula (PG) lebih ditingkatkan dan PG mengerti
86
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
kemauan dari petani sehingga RTUT Tebu tidak merugi dan kesejahteraannya semakin membaik. Hasil turunan Tabel I-O memberikan informasi bahwa komoditas PJKT mempunyai daya penyebaran yang nilainya kurang dari angka 1. Artinya komoditas ini tidak bergantung begitu banyak dengan sektor/komoditas lainnya. Sebaliknya dari indeks derajat kepekaan, diperoleh infomasi bahwa komoditas padi dan tebu sangat berpengaruh terhadap produksi sektor lainnya karena mempunyai nilai lebih dari angka 1, atau di atas rata-rata sektor/komoditas lainnya. Bila produksi padi dan tebu mengalami kendala, maka sektor lainnya akan terguncang. Maka menjaga kestabilan produksi padi dan tebu adalah penting, karena itu termasuk menjaga stabilitas ekonomi secara makro. Banyak sekali tantangan ke depan yang harus dihadapai secara bersama untuk mencapai ketahanan pangan yang diharapkan. Tentunya kerja keras, kesungguhan dan konsistensi Pemerintah dalam memperjuangkan nasib RTUT-PJKT adalah solusi yang akan mengantarkan kesuksesan program ketahanan pangan. Swasembada dalam bingkai ketahanan pangan akan tercapai, jika diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan rumahtangga usaha tani secara ekonomi.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
87
88
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik (2009), ”Pedoman Teknis Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelai, Tebu”, Workshop PUT09, Buku 2, BPS, 2009. Irwanto, ”Focused Group Discussion”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2006. ”Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2006”, BPS Provinsi Jawa Timur, 2006. ”Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2007”, BPS Provinsi Jawa Timur, 2007. ”Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2008”, BPS Provinsi Jawa Timur, 2008. Neraca Produksi, Neraca Konsumsi dan Akumulasi, ”Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input – Output, BPS, 1995. Sub Direktorat Statistik Tanaman Pangan, ”Struktur Ongkos Usaha Tani Padi 2008”, BPS, 2008. Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, ”Tabel I-O 110 x 110 Tahun 2006 Provinsi Jawa Timur”, BPS Provinsi Jawa Timur, 2006.
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
89
90
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L1
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN TEBU (PJKT) MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS TANAMAN YANG DI USAHAKAN TAHUN 2009
Kabupaten/Kota
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani PJKT
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jenis Tanaman Padi
Jagung
Kedelai
Tebu
(2) 102 846 144 604 102 482 112 049 138 102 119 906 206 864 99 819 202 424 137 540 105 050 74 040 129 238 137 959 37 213 79 371 87 785 122 697 85 092 85 617 134 575 210 522 162 202 177 920 86 443 124 265 159 284 134 516 215 285 2 714 2 178 3 425 5 274 1 188 650 1 140 3 780 7 802
(3) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
(4) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
(5) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
(6) 5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
3 743 861
2 857 433
2 332 827
461 570
139 760
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
91
TABEL L2.
LUAS LAHAN YANG DIKUASAI RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN TEBU (PJKT) MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS LAHAN (m²) TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Sawah (2) 135 694 646 298 111 962 125 881 269 196 267 535 260 765 063 388 267 077 374 752 728 278 362 984 744 116 019 518 947 405 306 669 202 293 693 073 358 263 516 320 947 372 163 054 327 320 699 661 440 040 276 414 566 486 259 780 274 211 640 715 442 414 565 820 544 683 527 117 792 848 345 370 353 517 366 265 542 958 369 691 512 190 254 066 348 502 703 19 612 061 8 178 927 10 394 780 20 432 614 9 344 202 3 352 731 5 933 089 18 325 942 13 356 822 10 685 383 773
Lahan Pertanian Bukan Sawah Ditanami Tidak Ditanami PJKT PJKT (3) (4) 184 653 274 325 268 577 215 800 497 67 504 624 158 261 243 141 249 319 225 099 093 64 411 201 316 615 555 145 203 849 185 087 018 46 318 301 661 867 480 189 832 691 221 310 606 62 186 078 187 434 628 111 294 704 195 972 912 126 036 304 235 691 073 37 736 815 201 976 521 22 102 892 253 557 549 67 753 569 241 603 514 78 716 249 2 182 874 1 590 724 95 112 015 13 192 654 90 097 512 27 836 992 87 680 994 30 502 928 59 069 513 40 161 085 97 425 317 28 555 637 136 791 975 47 110 328 244 422 587 37 063 353 548 573 368 85 730 955 213 049 968 17 521 455 98 937 523 49 024 000 189 628 955 46 627 871 306 095 922 51 997 277 296 953 307 53 730 004 601 320 924 83 088 229 3 019 702 457 625 29 600 611 417 9 015 241 1 348 648 1 006 936 468 626 77 092 499 323 851 081 69 345 175 297 128 921 280 778 298 701 6 560 436 3 022 597 6 573 289 880
2 106 253 868
Jumlah Lahan Bukan Sawah (5) 509 921 851 283 305 121 299 510 562 289 510 294 461 819 404 231 405 319 851 700 171 283 496 684 298 729 332 322 009 216 273 427 888 224 079 413 321 311 118 320 319 763 3 773 598 108 304 669 117 934 504 118 183 922 99 230 598 125 980 954 183 902 303 281 485 940 634 304 323 230 571 423 147 961 523 236 256 826 358 093 199 350 683 311 684 409 153 3 477 327 641 017 10 363 889 1 475 562 576 415 920 426 304 218 579 479 9 583 033 8 679 543 748
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
92
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L2
Jumlah Lahan Pertanian
Kabupaten/Kota
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Lahan Bukan Pertanian
Total Luas Lahan
(6) 645 616 497 581 417 083 425 391 831 485 777 829 722 584 467 619 672 396 1 226 452 899 561 859 668 1 042 845 351 840 956 621 580 097 090 517 772 486 679 574 634 641 267 135 166 827 925 429 004 330 557 974 780 532 750 408 359 010 872 337 621 669 626 316 868 1 102 030 623 1 161 422 115 1 078 916 793 501 478 889 501 799 784 727 784 711 540 937 377 1 032 911 856 23 089 388 8 819 944 20 758 669 21 908 176 9 920 617 4 273 157 6 237 307 18 905 421 22 939 855
(7) 21 798 607 55 730 798 33 131 678 49 464 422 54 658 806 68 997 778 53 609 291 34 217 249 82 889 820 36 894 833 20 485 938 24 121 199 28 271 359 27 831 735 13 273 517 21 207 625 25 322 812 42 917 743 31 178 679 34 274 921 57 647 574 82 506 042 51 242 894 52 605 320 21 848 367 64 682 309 74 686 074 40 826 200 41 330 419 1 324 573 1 317 067 869 948 1 409 608 443 189 144 463 300 960 608 550 1 410 024
(8) 667 415 104 637 147 881 458 523 509 535 242 251 777 243 273 688 670 174 1 280 062 190 596 076 917 1 125 735 171 877 851 454 600 583 028 541 893 685 707 845 993 669 098 870 180 101 442 450 211 955 583 297 592 575 668 151 390 189 551 371 896 590 683 964 442 1 184 536 665 1 212 665 009 1 131 522 113 523 327 256 566 482 093 802 470 785 581 763 577 1 074 242 275 24 413 961 10 137 011 21 628 617 23 317 784 10 363 806 4 417 620 6 538 267 19 513 971 24 349 879
19 364 927 521
1 255 482 391
20 620 409 912
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
93
TABEL L3
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGUASAAN LAHAN (PERTANIAN DAN BUKAN PERTANIAN), TAHUN 2009
Kabupaten/Kota
Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) < 1.000
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KT. MOJOKERTO 36. KT. MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
1.000 - 4.999
5.000 - 9.999
(2) 3 760 4 130 5 043 4 772 3 611 2 441 7 249 4 158 7 104 2 740 3 703 1 400 4 170 7 229 828 3 081 2 444 4 186 3 651 5 005 1 784 3 070 1 895 3 404 2 639 7 614 1 968 4 537 1 576 54 133 129 457 11 25 35 198 664
(3) 42 973 75 468 45 743 58 067 58 802 56 213 58 146 43 683 111 239 64 434 53 323 25 274 59 576 63 659 23 759 41 860 45 316 74 229 51 133 47 353 75 363 110 144 36 828 84 026 41 933 48 461 57 516 50 614 37 929 1 169 1 357 886 3 264 652 376 658 2 030 2 891
(4) 29 153 28 035 19 067 16 514 24 166 19 390 27 490 16 967 37 084 30 970 16 768 12 667 22 142 20 085 8 539 15 763 19 559 25 484 16 530 14 695 30 242 58 767 33 125 49 930 23 484 20 548 32 235 22 460 30 095 490 488 469 801 301 122 288 1 010 685
110 898
1 656 347
726 608
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
94
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L3 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota
10.00019.999
20.000 29.999
Total ≥ 30.000
Jumlah
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KT. MOJOKERTO 36. KT. MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 14 933 7 212 5 908 5 632 10 134 7 622 13 514 7 072 15 124 12 857 6 905 6 624 9 239 7 557 2 006 5 312 7 917 7 449 5 075 4 138 9 454 20 323 20 058 20 778 8 909 8 511 10 111 8 210 12 739 237 158 285 354 127 56 112 362 158
(6) 2 466 766 512 963 1 609 1 508 2 995 1 501 3 251 2 677 1 701 1 740 1 954 1 208 320 858 1 617 1 093 740 485 1 249 2 988 4 321 3 409 1 712 1 073 1 670 826 2 290 87 19 74 59 34 7 25 81 15
(7) 828 235 202 425 685 959 2 028 1 351 2 546 1 977 1 480 1 380 1 482 825 220 634 1 256 574 354 301 693 1 549 2 367 1 853 1 036 712 683 221 1 363 82 6 39 44 56 11 10 30 8
(8) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
(9) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
JUMLAH
283 172
49 903
30 505
2 857 433
2 857 433
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
95
TABEL L4
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGUASAAN LAHAN (PERTANIAN DAN BUKAN PERTANIAN), TAHUN 2009 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²)
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
< 1.000
1.000 - 4.999
5.000 - 9.999
(3)
(4)
(5)
1 635 4 296 3 119 2 844 3 205 2 298 6 918 2 796 4 232 1 095 1 476 2 472 4 935 4 522 128 1 547 1 757 2 868 583 3 261 486 1 424 2 584 2 671 1 826 10 266 4 886 6 771 13 296 43 106 51 495 0 19 0 84 1 077
21 365 62 450 38 315 44 063 56 711 55 806 66 298 30 901 65 009 25 027 29 926 28 168 59 372 37 953 939 25 312 33 641 54 234 10 132 25 045 14 510 44 603 49 114 54 100 30 200 63 244 73 978 67 675 117 514 956 1 151 720 3 250 14 23 0 577 4 082
16 220 26 265 15 718 18 378 29 764 19 489 31 339 12 356 26 315 14 528 14 219 16 407 22 859 17 353 487 12 148 16 495 21 470 5 420 9 471 8 735 35 590 46 654 33 520 17 169 23 269 37 428 26 411 48 306 394 448 274 802 8 6 0 357 866
102 072
1 296 378
626 938
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
96
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L4 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota
Total 10.000 - 19.999 20.000 - 29.999
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
≥ 30.000
Jumlah
(6) 8 989 7 096 4 571 7 480 13 078 7 617 14 719 4 748 11 856 6 977 6 620 9 276 9 435 7 573 164 4 432 6 923 6 528 1 944 2 843 2 739 13 398 24 962 13 887 5 810 8 182 8 725 8 291 15 245 189 155 135 356 6 8 1 157 224
(7) 1 538 776 357 1 355 1 942 1 485 2 932 901 2 300 1 439 1 568 2 274 1 813 1 459 23 667 1 405 951 300 270 311 1 711 4 338 1 918 918 909 1 147 802 2 546 74 18 17 58 0 0 1 29 18
(8) 485 222 135 485 731 934 1 685 725 1 494 941 1 046 1 648 1 092 656 19 497 1 040 482 125 113 173 695 1 902 832 501 581 479 210 1 441 76 5 14 43 4 1 0 6 12
(9) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
(10) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
245 339
40 570
21 530
2 332 827
2 332 827
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
97
TABEL L5
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGUASAAN LAHAN (PERTANIAN DAN BUKAN PERTANIAN), TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) < 1.000
1.000 - 4.999
(2) 816 1 863 1 960 893 333 24 16 51 384 490 22 0 108 2 138 64 416 414 1 111 837 306 626 771 103 236 273 244 504 12 868 1 0 0 3 1 0 3 0 5
(3) 8 056 31 565 15 424 11 475 9 650 522 833 745 10 632 18 602 226 113 2 235 18 826 2 968 5 758 6 427 17 905 11 972 6 393 20 740 26 033 2 890 13 423 2 920 1 534 12 011 1 068 11 724 20 2 1 28 9 6 105 3 25
15 896
272 869
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
98
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L5 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota 5.000 - 9.999 (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
10.000 - 19.999
20.000 – 29.999
(4) 4 764 11 339 3 879 2 697 7 790 148 497 323 4 227 10 933 58 65 1 121 6 066 1 516 1 867 3 113 5 220 3 834 2 290 10 660 13 840 2 729 9 072 2 289 935 6 133 616 3 706 5 1 0 1 2 6 68 0 17
(5) 2 390 2 521 1 061 609 3 828 44 212 168 1 757 4 018 37 60 365 2 058 230 633 1 248 1 485 1 156 648 3 208 5 030 1 580 3 677 712 458 1 308 337 840 7 1 1 1 4 3 37 1 6
(6) 356 273 87 72 530 9 35 57 392 551 9 21 80 314 44 92 261 228 154 95 330 732 350 487 108 55 173 19 97 1 0 0 0 2 0 6 0 0
121 827
41 739
6 020
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
99
Lanjutan Tabel L5 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
≥ 30.000 (7)
Jumlah
Total
142 62 46 43 169 9 15 43 389 316 10 29 37 234 22 70 230 110 68 64 170 344 221 216 33 33 59 7 16 4 0 1 0 2 2 2 0 1
(8) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
(9) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
3 219
461 570
461 570
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
100
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L6 JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGUASAAN LAHAN (PERTANIAN DAN BUKAN PERTANIAN) TAHUN 2009 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
< 1.000 (2)
1.000 - 4.999
5.000 - 9.999
(3)
(4)
0 7 2 103 67 135 811 138 14 0 1 4 2 47 177 91 33 4 34 107 10 0 0 1 0 0 0 0 0 6 0 12 0 0 0 1 0 0
2 308 81 5 437 2 900 8 954 19 451 4 673 681 0 146 546 75 911 2 332 2 139 903 354 1 765 3 930 895 9 43 195 125 0 0 0 0 380 0 363 1 1 10 6 0 7
1 259 84 2 271 2 097 5 630 14 570 3 016 374 5 236 652 56 537 1 883 1 981 1 042 302 987 2 096 1 099 29 68 552 239 0 0 0 0 235 1 186 2 1 3 5 0 15
1 807
57 623
40 514
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
101
Lanjutan Tabel L6 Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (m²) Kabupaten/Kota
10.000 19.999 (5)
20.000 29.999 (6)
Total ≥ 30.000
Jumlah
(7)
(8)
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
2 120 55 889 1 179 3 168 8 889 1 647 297 8 274 608 68 342 316 1 295 992 246 429 714 607 39 78 528 229 0 0 0 0 162 1 139 1 1 2 0 0 6
0 29 12 163 292 1 088 2 588 531 146 9 130 294 25 110 62 440 449 83 93 158 150 12 29 143 66 0 0 0 0 66 0 35 2 1 3 1 0 0
0 24 32 167 289 1 122 2 596 839 297 10 299 496 60 143 109 719 842 161 74 212 219 26 25 167 154 0 0 0 0 121 0 46 5 1 14 4 0 2
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
(9) 5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
JUMLAH
23 331
7 210
9 275
139 760
139 760
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
102
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L7
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI, TEBU (PJKT) MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGGUNAAN VARIETAS BENIH UTAMA, TAHUN 2009 Padi
Kabupaten/Kota
Jumlah Hibrida
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Unggul
Lokal
(2) 4 121 3 624 4 922 4 746 4 808 7 568 9 871 4 898 10 530 3 462 3 937 2 971 3 379 3 171 491 2 193 1 819 4 297 2 321 5 099 3 792 6 036 9 843 5 738 2 826 3 272 1 950 2 856 6 555 81 165 39 65 3 81 0 23 1 014
(3) 79 553 106 736 64 923 77 608 91 603 77 666 80 915 51 502 156 181 111 367 75 834 40 822 79 968 85 920 34 791 61 596 75 216 106 885 73 521 59 569 109 001 187 843 85 768 154 029 73 792 45 491 101 138 61 002 40 411 2 015 1 991 1 841 4 905 1 178 440 1 107 3 627 2 314
(4) 10 439 5 486 6 630 4 019 2 596 2 899 20 636 18 332 9 637 826 4 109 5 292 15 216 11 472 390 3 719 1 074 1 833 1 641 7 309 5 992 2 962 2 983 3 633 3 095 38 156 1 095 23 010 39 026 23 5 2 9 0 76 21 61 1 093
(5) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
132 567
2 470 069
254 797
2 857 433
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
103
Lanjutan Tabel L7 Jagung Kabupaten/Kota
Jumlah Hibrida
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Komposit
Lokal
(6) 42 707 94 527 55 634 63 774 87 830 78 108 58 298 20 854 87 979 40 445 22 680 29 555 44 528 20 723 1 356 36 706 56 461 80 411 13 933 36 556 24 089 69 678 113 309 70 639 39 260 3 575 1 056 7 245 18 403 1 693 1 730 539 4 984 29 48 2 59 2 501
(7) 2 099 2 015 2 258 4 742 8 401 5 761 8 104 2 533 7 614 4 931 2 164 6 305 2 602 5 471 193 2 560 1 449 3 218 2 038 2 161 948 5 383 3 341 12 872 6 515 698 603 2 060 2 223 13 31 14 12 0 2 0 316 873
(8) 5 426 4 563 4 323 6 089 9 200 3 760 57 489 29 040 15 613 4 631 30 011 24 385 52 376 43 322 211 5 337 3 351 2 904 2 533 2 286 1 917 22 360 12 904 23 417 10 649 102 178 124 984 100 855 177 722 26 122 658 8 3 7 0 835 2 905
(9) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
1 331 904
112 523
888 400
2 332 827
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
104
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L7 Kedelai Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Unggul
Lokal
(10)
(11) 7 112 21 417 13 555 11 985 12 812 518 1 166 793 12 685 28 244 193 182 630 22 168 3 207 7 051 10 805 22 323 12 022 4 103 29 179 35 116 4 644 17 851 3 815 461 19 308 867 7 750 37 2 3 12 8 8 127 0 10
9 412 26 206 8 902 3 804 9 488 238 442 594 5 096 6 666 169 106 3 316 7 468 1 637 1 785 888 3 736 5 999 5 693 6 555 11 634 3 229 9 260 2 520 2 798 880 1 192 9 501 1 2 0 21 12 9 94 4 44
(12) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
312 169
149 401
461 570
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
105
Lanjutan Tabel L7 Tebu Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Unggul
Lokal
(13)
(14)
5 566 223 8 348 5 433 17 977 31 032 6 365 731 21 570 2 274 145 779 3 971 6 537 3 924 851 2 052 5 891 2 236 77 218 1 428 702 0 0 0 0 959 2 501 11 3 29 7 0 20
0 181 43 682 1 391 2 120 17 873 4 479 1 078 11 516 326 141 1 311 908 128 337 299 1 330 1 326 744 38 25 158 111 0 0 0 0 11 0 280 0 2 3 10 0 10
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
103 888
35 872
139 760
(15)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
106
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L8
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGGUNAAN PUPUK , TAHUN 2009 Menggunakan Pupuk
Tidak Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Menggunakan Pupuk (2)
Anorganik
Organik
37 0 0 44 26 25 65 221 74 48 13 16 0 0 14 18 11 46 0 4 4 12 45 107 23 17 11 50 56 0 0 0 0 0 0 0 1 4
(3) 49 435 53 392 48 838 56 960 57 995 55 290 75 173 57 600 159 205 110 475 57 273 43 744 74 039 75 508 30 735 49 704 57 364 71 040 45 954 39 180 69 199 110 477 52 308 116 293 52 312 14 101 18 839 45 031 34 702 955 1 240 1 797 4 871 1 033 355 753 3 516 3 161
(4) 82 23 0 36 88 13 97 144 53 34 73 60 151 190 15 21 9 55 0 6 33 14 73 66 38 53 43 49 30 1 1 0 0 0 18 0 3 0
992
1 799 847
1 572
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
107
Lanjutan Tabel L8 Menggunakan Pupuk Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Anorganik dan Organik (5) 44 559 62 431 27 637 29 333 40 898 32 805 36 087 16 767 17 016 5 098 26 521 5 265 24 373 24 865 4 908 17 765 20 725 41 874 31 529 32 787 49 549 86 338 46 168 46 934 27 340 72 748 85 290 41 738 51 204 1 163 920 85 108 148 224 375 191 1 256 1 055 022
Jumlah
Total
(6) 94 076 115 846 76 475 86 329 98 981 88 108 111 357 74 511 176 274 115 607 83 867 49 069 98 563 100 563 35 658 67 490 78 098 112 969 77 483 71 973 118 781 196 829 98 549 163 293 79 690 86 902 104 172 86 818 85 936 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 710 4 417
(7) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
2 856 441
2 857 433
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
108
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L9
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGGUNAAN PUPUK , TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Tidak Menggunakan Pupuk (2)
Menggunakan Pupuk Anorganik
Organik
227 0 240 121 115 29 118 216 124 74 82 25 210 0 5 38 52 47 49 3 25 43 90 154 62 33 15 26 1 409 0 3 0 0 0 1 0 0 8
(3) 18 265 36 299 26 479 29 519 35 083 34 148 57 068 29 890 94 305 43 833 31 280 49 976 58 668 32 799 1 295 20 032 33 552 29 069 11 085 5 391 9 825 47 188 16 876 57 744 28 285 7 986 14 958 37 111 37 613 794 1 095 748 4 865 26 26 2 1 100 4 054
(4) 151 152 246 123 421 68 589 415 69 65 183 212 449 560 4 80 917 67 48 1 93 172 503 192 137 1 859 177 139 465 0 6 0 0 0 2 0 7 17
3 644
948 332
8 589
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
109
Lanjutan Tabel L9 Menggunakan Pupuk Kabupaten/Kota
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Anorganik dan Organik
Total Jumlah
(5) 31 589 64 654 35 250 44 842 69 812 53 384 66 116 21 906 16 708 6 035 23 310 10 032 40 179 36 157 456 24 453 26 740 57 350 7 322 35 608 17 011 50 018 112 085 48 838 27 940 96 573 111 493 72 884 158 861 938 779 463 139 6 28 0 103 2 200
(6) 50 005 101 105 61 975 74 484 105 316 87 600 123 773 52 211 111 082 49 933 54 773 60 220 99 296 69 516 1 755 44 565 61 209 86 486 18 455 41 000 26 929 97 378 129 464 106 774 56 362 106 418 126 628 110 134 196 939 1 732 1 880 1 211 5 004 32 56 2 1 210 6 271
(7) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
1 372 262
2 329 183
2 332 827
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
110
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L10
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGGUNAAN PUPUK , TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
Tidak Menggunakan Pupuk (2) 4 452 5 105 9 761 8 423 12 092 9 61 105 2 094 3 441 34 152 245 3 337 1 191 552 714 957 3 399 33 3 416 2 172 162 747 121 11 6 0 3 1 2 0 2 7 9 54 0 1
JUMLAH
62 871
Menggunakan Pupuk Anorganik (3) 5 226 17 808 5 646 1 934 3 104 304 256 1 018 14 617 29 885 226 125 1 257 20 400 3 460 7 440 9 220 18 180 12 018 4 392 15 519 20 940 4 386 17 076 3 994 755 5 658 1 216 3 265 2 1 2 30 11 5 80 4 45
Organik (4) 2 094 6 096 3 329 4 482 2 270 52 51 33 105 238 6 5 214 1 278 173 134 148 192 179 17 3 177 1 765 223 392 97 25 41 7 15 10 0 0 0 0 0 17 0 1
229 505
26 866
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
111
Lanjutan Tabel L10 Menggunakan Pupuk Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Anorganik dan Organik (5) 4 752 18 614 3 721 950 4 834 391 1 240 231 965 1 346 96 6 2 230 4 621 20 710 1 611 6 730 2 425 5 354 13 622 21 873 3 102 8 896 2 123 2 468 14 483 836 13 968 25 1 1 1 2 3 70 0 7 142 328
Jumlah
Total
(6) 12 072 42 518 12 696 7 366 10 208 747 1 547 1 282 15 687 31 469 328 136 3 701 26 299 3 653 8 284 10 979 25 102 14 622 9 763 32 318 44 578 7 711 26 364 6 214 3 248 20 182 2 059 17 248 37 2 3 31 13 8 167 4 53
(7) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
398 699
461 570
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
112
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L11
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENGGUNAAN PUPUK , TAHUN 2009
Kabupaten/Kota
Tidak Menggunakan Pupuk
Anorganik
Organik
(1)
(2)
(3)
(4)
1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Menggunakan Pupuk
0 0 4 42 32 23 36 20 6 0 7 3 0 0 33 8 16 10 31 4 1 0 2 9 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 351 191 5 782 3 790 10 144 35 164 6 953 1 418 31 808 2 492 188 1 325 3 830 5 064 2 367 963 2 570 5 442 2 145 87 119 1 182 510 0 0 0 0 772 0 709 10 5 21 17 0 4
0 4 0 27 41 225 86 814 0 0 0 4 0 1 8 15 135 0 4 5 27 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
289
94 459
1 400
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
113
Lanjutan Tabel L11 Menggunakan Pupuk Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Anorganik dan Organik
Jumlah
(5)
(6)
Total (7)
0 392 71 3 179 2 961 9 705 13 619 3 057 385 1 271 101 98 764 1 008 1 578 1 743 177 777 1 766 807 27 122 393 301 0 0 0 0 197 2 72 1 0 11 0 0 26
5 747 262 8 988 6 792 20 074 48 869 10 824 1 803 32 1 079 2 597 286 2 090 4 846 6 657 4 245 1 140 3 351 7 213 2 979 115 241 1 577 811 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
43 612
139 471
139 760
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
114
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L11 Sumber Utama Pembiayaan Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Bank (5)
Lainnya
Jumlah
29 210 28 135 149 521 32 21 509 168 93 302 916 64 21 199 1 556 2 785 1 146 575 5 976 2 335 2 719 894 59 9 8 33 6 4 5 0 15 5 4 20 5 18
(6) 180 284 78 360 162 402 321 318 665 544 390 509 108 12 45 250 1 436 839 344 340 865 1 873 936 845 214 232 1 075 472 825 3 1 4 0 4 9 0 108 4
(7) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
21 574
15 057
2 857 433
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
115
TABEL L12
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI MENURUT KABUPATEN/KOTADAN PENGGUNAAN PUPUK , TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Tidak Menggunakan Pupuk (2)
Menggunakan Pupuk Anorganik
Organik
37 0 0 44 26 25 65 221 74 48 13 16 0 0 14 18 11 46 0 4 4 12 45 107 23 17 11 50 56 0 0 0 0 0 0 0 1 4
(3) 49 435 53 392 48 838 56 960 57 995 55 290 75 173 57 600 159 205 110 475 57 273 43 744 74 039 75 508 30 735 49 704 57 364 71 040 45 954 39 180 69 199 110 477 52 308 116 293 52 312 14 101 18 839 45 031 34 702 955 1 240 1 797 4 871 1 033 355 753 3 516 3 161
(4) 82 23 0 36 88 13 97 144 53 34 73 60 151 190 15 21 9 55 0 6 33 14 73 66 38 53 43 49 30 1 1 0 0 0 18 0 3 0
992
1 799 847
1 572
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
116
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel P12 Menggunakan Pupuk Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Anorganik dan Organik
Total Jumlah
(5) 44 559 62 431 27 637 29 333 40 898 32 805 36 087 16 767 17 016 5 098 26 521 5 265 24 373 24 865 4 908 17 765 20 725 41 874 31 529 32 787 49 549 86 338 46 168 46 934 27 340 72 748 85 290 41 738 51 204 1 163 920 85 108 148 224 375 191 1 256
(6) 94 076 115 846 76 475 86 329 98 981 88 108 111 357 74 511 176 274 115 607 83 867 49 069 98 563 100 563 35 658 67 490 78 098 112 969 77 483 71 973 118 781 196 829 98 549 163 293 79 690 86 902 104 172 86 818 85 936 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 710 4 417
(7) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
1 055 022
2 856 441
2 857 433
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
117
TABEL L13
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN SUMBER UTAMA PEMBIAYAAN USAHA TANI , TAHUN 2009 Sumber Utama Pembiayaan
Kabupaten/Kota Modal Sendiri (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
(2) 50 001 96 534 61 593 69 423 100 541 83 418 118 978 52 043 107 421 47 690 53 381 54 132 97 510 68 301 1 721 43 703 55 145 79 279 17 318 39 735 24 692 93 906 117 243 100 393 54 562 104 546 120 280 104 218 184 389 1 711 1 700 1 210 4 745 31 56 2 1 203 6 152 2 218 906
Pinjaman Perorangan (3) 94 3 354 464 3 797 2 936 2 811 1 529 201 2 443 1 881 1 056 4 901 1 647 1 017 4 653 4 162 4 665 940 516 1 497 2 430 7 726 4 801 1 664 1 727 4 443 5 388 12 127 16 51 0 217 1 0 0 7 66 81 232
Koperasi (4) 90 693 64 1 043 640 315 287 54 549 211 79 96 49 71 1 97 404 542 33 189 91 383 889 633 83 27 371 152 245 2 4 1 27 0 0 0 0 10 8 425
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
118
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L13 Sumber Utama Pembiayaan Kabupaten/Kota
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Bank
Lainnya
(5) 34 262 22 137 226 507 86 12 421 48 41 276 189 97 1 61 750 1 640 165 321 557 254 2 246 241 17 17 86 29 44 3 3 0 15 0 0 0 0 28
(6) 13 262 72 205 1 088 578 3 011 117 372 177 298 840 111 30 33 89 800 407 48 242 117 448 1 450 860 98 134 1 463 373 1 543 0 125 0 0 0 1 0 0 23
(7) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
8 836
15 428
2 332 827
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
119
TABEL L14
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN SUMBER UTAMA PEMBIAYAAN USAHA TANI , TAHUN 2009
Sumber Utama Pembiayaan Kabupaten/Kota
16 473 46 512 22 396 15 713 21 259 725 1 474 1 379 17 518 34 225 350 280 3 843 29 193 4 723 8 784 11 389 24 230 17 329 9 686 31 768 44 145 7 311 26 127 6 114 3 039 19 492 1 858 13 751 38 4 2 33 19 17 213 4 53
Pinjaman Perorangan (3) 11 939 41 65 609 26 129 6 155 408 5 4 89 211 3 35 175 1 110 417 52 2 106 1 586 408 561 127 218 502 197 2 925 0 0 1 0 1 0 3 0 0
441 469
13 125
Modal Sendiri (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
(2)
Koperasi (4) 8 112 4 4 40 1 2 1 32 97 2 0 2 227 1 9 27 113 67 11 659 319 9 25 61 1 5 0 15 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 858
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
120
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L14 Sumber Utama Pembiayaan Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Bank
Lainnya
(5)
(6)
Jumlah
4 19 11 1 58 2 2 0 38 13 2 2 6 5 2 5 43 454 129 22 999 555 102 19 8 1 2 1 304 0 0 0 0 0 0 2 0 0
28 41 5 6 334 2 1 1 38 167 3 2 6 0 115 3 59 152 79 25 202 145 43 379 25 0 187 3 256 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(7) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
2 811
2 307
461 570
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
121
TABEL L15
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN SUMBER UTAMA PEMBIAYAAN USAHA TANI , TAHUN 2009 Sumber Utama Pembiayaan
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Modal Sendiri (2)
Pinjaman Perorangan (3)
Koperasi (4)
5 694 255 8 640 6 220 18 983 44 772 10 291 1 316 30 632 2 345 260 1 547 1 699 5 212 3 193 649 3 222 6 496 2 245 86 76 879 574 0 0 0 0 932 1 742 5 5 18 17 0 29
0 24 0 296 314 477 984 162 107 0 25 41 5 259 155 172 172 85 50 472 612 11 37 59 20 0 0 0 0 7 0 4 6 0 1 0 0 0
0 5 6 43 219 190 2 315 290 268 0 356 117 12 206 758 713 601 104 34 140 41 8 24 559 204 0 0 0 0 29 0 32 0 0 10 0 0 0
122 070
4 557
7 284
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
122
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L15 Sumber Utama Pembiayaan Kabupaten/Kota
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Bank
Lainnya
(5)
(6)
(7)
0 5 4 32 20 202 406 36 17 0 21 41 2 3 1 479 426 246 117 5 66 58 5 13 48 5 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0
0 19 1 19 51 245 428 65 101 2 52 56 7 75 788 142 49 195 71 43 24 5 93 41 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 0 0 1
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
3 261
2 588
139 760
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
123
TABEL L16
Kabupaten/Kota
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS BANTUAN USAHA TANI YANG DITERIMA, TAHUN 2009 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Padi
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
(2)
Tidak Pernah Mendapat Bantuan
Pernah Mendapat Bantuan
94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421
(3) 72 089 55 251 50 127 20 889 40 912 34 037 56 693 66 606 16 560 6 494 1 957 1 519 72 354 30 378 9 277 8 841 4 868 18 802 15 628 23 124 58 583 44 095 41 799 34 057 3 206 79 622 30 077 34 421 66 736 450 68 1 143 4 046 149 474 773 1 868 4 101
(4) 22 024 60 595 26 348 65 484 58 095 54 096 54 729 8 126 159 788 109 161 81 923 47 566 26 209 70 185 26 395 58 667 73 241 94 213 61 855 48 853 60 202 152 746 56 795 129 343 76 507 7 297 74 106 52 447 19 256 1 669 2 093 739 933 1 032 123 355 1 843 320
2 857 433
1 012 074
1 845 359
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
124
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L16 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota Benih (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 20 852 32 367 13 874 9 115 10 571 12 767 14 515 7 108 15 404 7 111 11 922 4 163 5 497 21 443 13 882 14 466 24 996 32 064 23 965 28 391 32 845 38 453 11 943 51 980 23 122 3 802 7 456 9 894 11 277 683 210 575 92 1 019 45 173 983 271
JUMLAH
519 296
Pupuk
Pestisida
(6)
(7)
2 411 48 289 17 940 62 067 52 854 47 810 45 069 1 229 156 209 106 721 80 409 46 895 21 635 61 241 19 713 54 372 70 226 85 541 56 137 38 977 46 363 141 179 36 188 115 510 70 256 3 464 72 167 48 422 10 337 1 279 2 069 50 860 254 97 268 1 720 132
137 905 383 494 271 1 152 278 239 542 267 368 343 124 1 159 1 171 217 899 898 2 755 1 946 1 713 1 580 760 1 617 471 608 221 265 1 053 36 1 1 3 134 26 3 184 0
1 626 360
23 224
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
125
Lanjutan Tabel L16 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Alsintan (8) 764 1 130 108 583 244 262 247 114 247 110 203 276 35 293 3 229 476 207 480 733 776 751 185 411 1 152 706 100 106 268 537 254 40 1 0 18 0 2 1 0 15 049
Bunga Kredit
Lainnya
(9)
(10) 426 657 112 259 100 333 141 64 251 235 402 72 53 361 30 623 704 214 343 423 440 1 580 247 1 464 884 641 293 198 118 8 0 0 2 4 1 0 21 2
374 145 24 21 36 121 172 9 39 207 13 8 7 135 203 61 63 268 149 304 349 100 14 022 57 55 286 307 30 427 0 5 234 3 1 2 0 13 4
11 706
18 254
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
126
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L17
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS BANTUAN USAHA TANI YANG DITERIMA, TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Jagung (2) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
JUMLAH
2 332 827
Tidak Pernah Mendapat Bantuan (3) 40 977 62 947 39 007 23 187 52 460 35 867 73 301 48 890 9 499 6 475 2 391 2 365 76 583 23 825 1 193 7 429 5 969 19 163 5 294 15 438 23 340 30 542 58 338 36 535 12 873 96 596 42 421 62 498 169 665 332 95 1 192 4 015 27 56 2 537 6 127 1 097 451
Pernah Mendapat Bantuan (4) 9 255 38 158 23 208 51 418 52 971 51 762 50 590 3 537 101 707 43 532 52 464 57 880 22 923 45 691 567 37 174 55 292 67 370 13 210 25 565 3 614 66 879 71 216 70 393 43 551 9 855 84 222 47 662 28 683 1 400 1 788 19 989 5 1 0 673 152 1 235 376
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
127
Lanjutan Tabel L17 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota Benih (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 9 145 12 224 10 754 6 125 6 025 11 994 12 015 3 096 6 962 2 200 6 948 4 139 2 562 6 525 166 4 681 4 483 12 719 3 916 15 724 1 745 10 501 10 172 28 212 13 101 5 966 7 013 6 113 21 615 523 135 13 179 3 1 0 7 90
JUMLAH
247 792
Pupuk
Pestisida
(6)
(7)
844 32 284 18 125 48 323 49 940 45 594 43 298 589 99 879 42 491 51 279 56 941 20 733 43 366 432 35 980 54 309 63 487 12 420 18 018 2 663 62 050 46 960 59 584 39 018 4 586 81 549 44 454 8 806 1 076 1 758 4 918 2 0 0 669 105
93 360 65 194 123 786 734 35 159 42 157 496 22 400 2 64 178 400 47 192 214 239 681 233 277 635 211 307 980 12 5 1 1 0 0 0 1 3
1 092 534
8 349
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
128
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L17 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota Alsintan (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(8) 165 543 90 441 213 236 200 53 86 35 118 455 39 29 5 204 32 87 220 224 25 81 538 157 294 373 84 266 252 215 49 1 3 0 0 0 0 0
JUMLAH
5 813
Bunga Kredit
Lainnya
(9)
(10) 91 890 180 141 187 211 381 20 103 231 368 94 15 20 1 192 180 177 14 155 8 224 423 268 182 658 137 87 206 5 2 0 1 0 0 0 1 0
3 123 10 14 135 115 262 7 9 20 22 11 4 1 14 9 14 64 4 28 16 8 19 191 23 50 167 389 35 1 139 1 5 3 1 0 0 0 0 21
5 853
21 918
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
129
TABEL L18
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS BANTUAN USAHA TANI YANG DITERIMA, TAHUN 2009
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Kedelai
Tidak Pernah Mendapat Bantuan
Pernah Mendapat Bantuan
(2) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54
(3) 14 142 33 735 18 658 10 658 18 493 283 1 459 1 214 2 911 4 980 199 149 3 448 15 589 3 878 3 396 1 844 7 151 10 164 7 079 27 604 14 826 3 810 8 321 1 810 3 161 9 975 1 337 10 457 37 3 2 13 19 17 134 3 53
(4) 2 382 13 888 3 799 5 131 3 807 473 149 173 14 870 29 930 163 139 498 14 047 966 5 440 9 849 18 908 7 857 2 717 8 130 31 924 4 063 18 790 4 525 98 10 213 722 6 794 1 1 1 20 1 0 87 1 1
461 570
241 012
220 558
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
130
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L18 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota
Benih
Pupuk
Pestisida
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 2 272 9 272 3 339 3 993 1 063 76 117 171 5 319 13 409 18 14 197 7 394 615 630 4 178 5 406 3 699 697 2 965 16 059 593 13 844 794 69 4 509 82 6 483 0 0 1 0 1 0 4 0 1
(6) 239 6 800 769 1 743 3 160 422 40 13 12 595 27 024 155 123 311 8 647 581 5 000 7 274 15 719 5 526 2 258 5 581 19 258 3 327 14 624 4 130 6 8 556 644 1 158 1 1 0 20 0 0 86 1 0
(7)
JUMLAH
107 284
155 792
1 687 12 43 18 1 0 3 33 111 0 11 0 63 55 50 32 170 111 15 187 178 18 568 10 1 11 1 302 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 692
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
131
Lanjutan Tabel L18 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota Alsintan (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(8) 108 206 21 121 41 0 2 0 16 76 0 3 3 241 1 15 47 23 11 8 112 37 4 233 3 36 28 0 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH
1 455
Bunga Kredit
Lainnya
(9)
(10) 19 27 4 5 4 2 0 0 15 25 0 1 0 6 2 2 12 25 5 7 16 30 12 87 7 0 3 1 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 50 6 16 5 1 0 0 43 37 0 1 0 325 105 25 0 132 4 3 40 10 411 2 24 7 1 1 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
341
1 316
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
132
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L19
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN JENIS BANTUAN USAHA TANI YANG DITERIMA, TAHUN 2009
Kabupaten/Kota
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Tebu
Tidak Pernah Mendapat Bantuan
Pernah Mendapat Bantuan
(2)
(3)
(4)
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
5 583 159 3 892 5 181 11 024 26 690 10 531 272 7 140 131 235 284 3 485 2 220 1 078 363 932 4 607 2 306 45 187 625 255 0 0 0 0 466 2 768 5 5 20 17 0 30
0 164 107 5 138 1 643 9 073 22 215 313 1 537 25 946 2 469 51 1 806 1 394 4 445 3 183 787 2 450 2 610 674 70 56 961 558 0 0 0 0 504 0 13 6 0 12 0 0 0
139 760
76 550
63 210
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
133
Lanjutan Tabel L19 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Benih
Pupuk
Pestisida
(5)
(6)
(7)
0 33 10 95 70 471 623 173 33 0 99 78 15 143 217 81 107 30 39 148 142 4 9 318 33 0 0 0 0 6 0 8 6 0 2 0 0 0
0 151 98 5 037 1 539 8 695 21 545 120 1 509 25 919 2 399 43 1 681 1 157 4 165 3 097 738 2 326 2 530 534 66 21 749 525 0 0 0 0 476 0 5 0 0 7 0 0 0
0 1 2 34 11 201 106 18 5 0 29 47 3 9 191 22 15 13 105 54 11 1 0 26 8 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0
2 993
60 157
915
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
134
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L19 Jenis Bantuan Usaha Tani Kabupaten/Kota
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Alsintan
Bunga Kredit
Lainnya
(8)
(9)
(10)
0 1 1 9 6 57 93 13 1 0 3 4 0 11 3 19 5 1 1 14 0 0 0 6 5 0 0 0 0 34 0 0 0 0 0 0 0 0
0 5 2 28 47 184 3 232 21 31 0 12 11 2 2 501 285 66 43 2 33 12 1 13 208 21 0 0 0 0 2 0 5 0 0 7 0 0 0
0 0 0 6 3 27 370 14 5 0 5 36 0 81 8 11 7 3 3 21 1 0 20 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
287
4 776
628
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
135
TABEL L20
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI PADI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN BULAN TANAM, TAHUN 2008
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Padi (2) 94 113 115 846 76 475 86 373 99 007 88 133 111 422 74 732 176 348 115 655 83 880 49 085 98 563 100 563 35 672 67 508 78 109 113 015 77 483 71 977 118 785 196 841 98 594 163 400 79 713 86 919 104 183 86 868 85 992 2 119 2 161 1 882 4 979 1 181 597 1 128 3 711 4 421 2 857 433
Bulan Tanam Januari
Pebruari
(3) 19 632 44 782 47 829 57 923 51 039 35 437 42 130 28 766 79 726 56 962 35 764 21 102 40 822 39 156 14 573 28 793 34 184 31 094 11 217 15 919 9 369 59 870 47 153 34 729 24 795 27 466 7 296 12 853 25 960 1 209 1 669 442 3 646 391 299 27 523 2 730
(4) 6 676 13 249 5 843 10 876 11 388 13 798 29 120 21 939 42 649 22 071 29 216 10 787 22 209 20 791 7 219 12 665 3 474 9 505 8 043 17 706 18 201 40 956 11 160 26 809 20 841 25 123 12 236 3 919 11 225 172 171 523 836 348 95 55 1 026 949
997 277
493 869
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
136
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L20 Bulan Tanam Kabupaten/Kota Maret
April
Mei
Juni
Juli
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 11 127 23 934 4 967 2 858 5 181 14 210 7 141 5 419 24 279 5 084 5 775 5 415 4 960 8 259 2 069 10 346 6 024 36 931 41 589 30 201 81 927 45 847 2 989 31 671 12 920 11 062 24 021 652 1 315 179 15 271 62 183 27 866 225 232
(6) 14 017 24 594 7 183 4 923 6 435 8 907 5 943 4 737 12 679 5 611 2 748 3 149 2 007 10 466 4 677 7 202 15 672 18 109 13 392 1 824 6 502 16 904 7 230 22 423 4 389 3 337 3 120 5 1 320 390 75 260 42 225 105 159 48 89
(7) 14 304 30 469 32 809 40 715 20 279 15 310 18 558 17 788 49 314 37 643 21 893 12 397 11 115 29 708 19 749 24 216 22 355 19 880 11 771 8 817 11 047 25 879 25 251 40 720 16 689 12 821 747 59 2 162 643 780 631 88 340 279 21 329 247
(8) 3 307 4 815 2 729 5 054 7 547 4 284 14 499 10 106 18 350 19 501 12 319 5 135 3 286 12 829 4 574 6 532 790 3 562 5 199 4 120 12 022 8 471 7 353 9 904 3 045 2 590 47 49 425 144 53 409 21 401 97 22 210 274
(9) 1 631 4 005 1 981 1 853 2 967 2 389 8 999 6 843 8 781 7 837 4 011 3 529 1 952 6 051 1 980 3 230 1 038 4 765 18 938 10 540 42 747 2 258 1 321 2 992 1 068 440 0 8 5 21 1 317 33 172 25 657 171 156
JUMLAH
470 233
240 898
597 823
194 075
155 712
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
137
Lanjutan Tabel L20 Bulan Tanam Kabupaten/Kota
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(10) 1 554 6 808 2 329 1 138 2 495 1 303 5 893 4 060 3 967 4 470 2 213 1 824 1 199 4 592 1 176 1 986 1 443 1 419 6 849 1 378 4 611 2 308 420 971 822 700 3 0 48 26 2 241 21 206 28 167 85 165
(11) 2 944 3 795 5 765 6 874 8 780 5 558 14 340 12 870 32 216 15 542 16 439 8 648 7 178 15 971 3 247 5 499 3 409 2 808 5 000 5 157 5 661 10 175 9 287 5 918 1 754 6 057 1 136 12 1 260 154 26 189 83 318 60 14 213 269
(12) 11 549 3 227 2 204 3 584 10 501 5 985 17 184 14 066 21 933 9 708 17 382 4 868 10 734 11 180 2 213 3 317 741 2 910 3 169 6 485 12 935 11 810 8 117 12 351 6 031 10 739 7 911 1 856 2 099 126 11 185 58 352 84 24 299 175
(13) 38 790 23 210 14 448 13 007 18 945 19 729 27 048 15 712 42 728 22 677 20 788 11 777 21 378 26 703 9 410 18 681 13 711 25 692 36 119 40 968 82 010 63 176 17 717 70 738 37 831 34 691 61 308 27 140 26 891 328 7 622 105 192 35 745 2 589 275
(14) 25 570 37 826 12 516 10 038 14 558 20 937 19 167 6 898 27 047 23 848 8 155 8 571 13 444 17 904 6 905 9 722 31 520 47 584 26 231 6 716 11 534 51 668 19 594 20 187 6 499 8 428 26 723 42 272 32 669 553 168 677 336 246 23 330 322 420
JUMLAH
68 920
224 626
238 103
887 921
597 806
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
138
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L21
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI JAGUNG MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN BULAN TANAM, TAHUN 2008
Kabupaten/Kota
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Jagung
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Bulan Tanam Januari
Pebruari
(2) 50 232 101 105 62 215 74 605 105 431 87 629 123 891 52 427 111 206 50 007 54 855 60 245 99 506 69 516 1 760 44 603 61 261 86 533 18 504 41 003 26 954 97 421 129 554 106 928 56 424 106 451 126 643 110 160 198 348 1 732 1 883 1 211 5 004 32 57 2 1 210 6 279
(3) 4 211 15 452 15 354 10 044 2 723 6 159 18 155 7 402 8 661 9 499 12 090 9 429 10 556 9 899 57 1 678 2 629 5 489 963 4 549 2 405 9 992 16 511 7 330 8 024 21 958 12 060 11 138 29 880 38 11 250 85 4 14 0 30 1 529
(4) 4 080 5 779 2 453 3 507 6 234 4 239 30 242 10 284 14 928 3 989 8 873 6 497 10 581 7 626 61 4 889 2 158 3 378 652 6 021 8 262 12 870 16 864 13 532 5 714 25 871 28 187 23 339 74 160 1 3 295 87 1 7 0 301 919
2 332 827
276 258
346 884
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
139
Lanjutan Tabel L21 Bulan Tanam Kabupaten/Kota Maret
April
Mei
(1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU
(5) 12 263 6 099 1 853 2 332 6 464 8 147 16 113 5 448 9 810 3 475 5 022 5 819 13 034 17 575 107 6 824 6 261 4 295 1 644 5 665 6 909 12 639 13 508 11 762 3 959 9 397 10 854 776 23 436 41 2 548 105 5 5 0 102 930
(6) 817 3 435 2 872 3 117 4 198 7 791 6 843 4 018 5 383 2 630 1 718 3 833 6 638 3 718 3 3 283 3 261 3 862 493 937 317 4 514 9 001 4 962 2 981 3 785 7 507 39 5 127 147 33 25 186 4 3 0 43 328
(7) 3 673 8 684 12 251 14 939 27 317 19 433 23 328 15 462 24 818 14 774 11 042 11 613 24 342 9 373 328 8 457 12 365 13 649 1 654 7 142 2 141 26 951 24 850 17 441 19 176 31 397 17 033 555 5 786 524 862 136 3 566 7 14 0 447 1 856
JUMLAH
233 228
107 852
417 386
Juni (8) 538 4 302 852 3 180 4 629 7 337 9 829 4 854 8 381 4 553 3 709 4 264 6 820 2 665 104 5 918 1 870 10 501 411 5 530 3 527 23 637 13 642 15 032 11 046 12 294 4 685 46 934 98 100 78 577 0 9 0 266 604 176 822
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
140
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L21 Bulan Tanam Kabupaten/Kota Juli (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
(9) 621 12 724 1 202 1 899 3 297 15 702 5 466 4 335 14 104 2 810 1 411 4 662 3 104 2 894 20 4 690 8 597 24 873 3 467 5 303 2 342 9 119 6 493 14 750 4 457 6 248 35 14 162 137 9 88 184 5 6 1 31 462 165 724
Agustus
September
(10)
(11)
148 7 145 2 172 3 919 5 573 11 463 4 214 2 396 13 790 1 493 1 066 4 339 5 283 3 034 64 3 672 10 236 9 948 834 1 533 365 1 777 4 372 11 188 1 764 4 564 59 1 146 2 235 409 179 32 287 9 4 1 4 306
887 9 756 7 290 25 003 32 655 19 884 19 349 11 193 34 716 16 001 8 675 10 748 19 769 12 109 959 10 455 17 869 15 312 570 3 319 2 406 10 509 12 902 11 851 5 028 16 466 4 724 6 741 10 686 673 1 283 264 3 372 6 27 0 16 1 200
121 023
364 673
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
141
Lanjutan Tabel L21 Bulan Tanam Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Oktober
Nopember
Desember
(12) 12 398 5 722 7 912 8 245 22 637 6 681 22 424 8 097 10 723 3 478 8 294 7 111 18 589 5 782 63 3 617 3 724 4 097 944 4 264 5 425 19 149 27 096 9 049 5 349 16 537 42 301 13 345 25 141 155 153 374 720 5 7 0 15 1 059
(13) 27 176 38 387 20 182 20 309 26 275 10 123 36 108 4 553 14 896 7 171 15 071 20 920 24 767 26 778 24 13 695 9 997 11 298 8 316 12 225 11 079 20 027 55 599 28 352 11 996 28 165 50 137 67 278 132 259 24 13 435 311 2 4 0 138 791
(14) 4 160 11 262 5 565 3 530 3 827 3 451 4 717 1 199 3 691 5 229 6 144 6 187 5 581 4 634 103 1 033 2 338 5 374 1 784 2 458 513 1 393 4 615 4 043 1 769 2 725 12 351 15 443 15 393 11 2 95 27 7 0 0 7 527
330 682
754 881
141 188
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
142
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L22
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI KEDELAI MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN BULAN TANAM, TAHUN 2008
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Kedelai (2) 16 524 47 623 22 457 15 789 22 300 756 1 608 1 387 17 781 34 910 362 288 3 946 29 636 4 844 8 836 11 693 26 059 18 021 9 796 35 734 46 750 7 873 27 111 6 335 3 259 20 188 2 059 17 251 38 4 3 33 20 17 221 4 54 461 570
Bulan Tanam Januari
Pebruari
Maret
(3) 683 477 103 76 4 724 8 574 114 382 1 964 18 8 809 515 4 10 893 754 24 33 4 287 4 869 559 1 634 90 464 2 994 480 3 072 0 0 2 13 0 0 0 0 25
(4) 3 817 6 767 81 134 12 446 4 702 181 436 1 043 10 13 1 262 2 249 1 789 450 1 979 154 412 9 811 7 909 2 326 9 340 1 880 1 335 8 419 715 10 884 0 0 0 3 0 0 0 1 12
(5) 4 624 4 247 277 47 1 587 13 12 81 641 7 576 4 4 213 3 340 44 330 1 072 6 531 979 1 416 1 944 5 210 1 574 7 264 937 33 3 729 37 488 0 0 0 0 0 1 0 0 3
30 662
85 565
54 258
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
143
Lanjutan Tabel L22 Bulan Tanam Kabupaten/Kota April (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Mei
Juni
(6) 1 096 2 049 1 612 499 672 42 42 43 797 8 366 2 10 190 2 594 220 573 1 265 762 101 353 939 705 404 724 152 204 1 166 1 354 0 0 0 0 4 0 1 0 0
(7) 1 419 4 225 4 372 1 097 376 52 115 436 2 096 8 250 50 32 1 111 6 922 908 1 128 1 651 1 900 1 080 1 318 2 318 3 113 1 721 4 205 2 108 607 199 8 1 409 0 2 2 1 7 0 0 2 1
(8) 647 3 767 465 174 90 125 38 151 911 1 381 16 27 18 1 843 482 181 277 2 723 5 747 4 209 14 592 11 330 467 2 710 328 214 16 5 155 0 0 0 2 1 1 32 1 3
25 942
54 241
53 129
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
144
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L22 Bulan Tanam Kabupaten/Kota Juli (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Agustus
(9) 1 196 12 445 2 973 521 147 252 13 141 7 641 7 844 5 48 8 4 072 429 137 1 274 5 372 7 334 1 802 4 879 12 173 147 687 216 10 1 016 1 7 0 0 0 0 6 1 179 0 0
(10) 1 208 7 106 5 818 1 883 36 170 7 36 843 5 230 12 31 9 1 470 729 239 2 828 717 1 492 216 1 069 406 99 97 150 13 49 0 133 0 0 0 0 2 2 1 0 0
72 976
32 101
September (11) 943 6 330 7 019 10 146 1 212 72 115 207 3 297 7 773 125 85 50 6 348 2 282 4 966 1 889 2 911 1 035 136 931 1 980 189 392 489 288 1 010 492 55 38 2 2 4 2 14 2 0 2 62 833
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
145
Lanjutan Tabel L22 Bulan Tanam Kabupaten/Kota Oktober (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Nopember
Desember
(12) 521 802 297 749 443 10 13 46 620 1 725 66 14 34 913 31 542 27 2 088 208 23 4 473 3 445 183 1 317 15 149 5 829 450 177 0 0 1 10 0 2 3 0 0
(13) 1 487 1 680 664 507 538 3 18 53 729 4 758 55 30 199 3 625 71 18 250 715 287 110 8 470 3 910 329 2 146 804 383 6 787 322 759 0 0 0 0 0 1 1 0 4
(14) 32 445 323 24 430 3 24 24 418 2 748 11 10 41 664 1 9 191 402 74 11 408 569 59 201 19 35 2 230 49 19 0 0 0 1 0 0 1 0 6
25 226
39 713
9 482
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
146
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
TABEL L23
JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA TANI TEBU MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN BULAN TANAM, TAHUN 2008
Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Tebu
Bulan Tanam Januari
Pebruari
5 747 266 9 030 6 824 20 097 48 905 10 844 1 809 32 1 086 2 600 286 2 090 4 879 6 665 4 261 1 150 3 382 7 217 2 980 115 243 1 586 813 0 0 0 0 970 2 781 11 5 32 17 0 30
(3) 0 15 85 602 399 814 2 732 1 245 476 6 283 206 78 383 430 401 197 41 165 143 322 26 110 301 129 0 0 0 0 51 0 7 9 0 3 1 0 24
(4) 1 0 6 208 157 259 1 107 465 94 0 67 33 69 35 76 24 53 21 24 57 242 14 2 22 50 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0
139 760
9 684
3 091
(2)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
147
Lanjutan Tabel L23 Bulan Tanam Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Maret
April
Mei
Juni
(5)
(6)
(7)
(8)
0 1 3 192 71 207 440 111 38 1 33 39 4 11 2 31 27 11 80 65 81 5 0 28 4 0 0 0 0 5 0 2 0 1 1 0 0 0
0 5 4 443 428 658 558 309 191 2 24 63 10 11 131 43 115 17 82 300 13 4 2 10 5 0 0 0 0 17 0 11 0 0 0 0 0 1
0 5 14 1 552 883 2 593 2 426 625 157 6 49 255 53 134 696 531 316 72 470 771 390 6 10 27 34 0 0 0 0 47 2 4 0 0 10 0 0 16
0 59 2 1 720 577 3 862 3 248 607 208 2 11 438 12 38 409 769 422 74 374 1 192 367 4 2 41 27 0 0 0 0 64 0 4 0 1 2 5 0 0
1 494
3 457
12 154
14 541
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
148
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Lanjutan Tabel L23 Bulan Tanam Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Juli
Agustus
September
(9)
(10)
(11)
1 287 9 1 760 607 3 884 5 278 1 244 142 4 60 412 11 219 785 1 325 667 110 856 2 204 400 1 17 83 62 0 0 0 0 123 0 20 1 2 4 1 0 0
0 137 14 854 790 3 554 9 110 1 768 173 4 69 530 14 62 788 1 076 839 143 679 1 253 411 10 5 58 35 0 0 0 0 226 0 9 0 1 3 9 0 0
2 83 19 1 205 876 2 335 8 954 1 802 216 1 118 296 14 324 798 804 574 189 267 604 424 8 9 149 71 0 0 0 0 212 0 6 1 0 1 1 0 17
20 579
22 624
20 380
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
149
Lanjutan Tabel L23 Bulan Tanam Kabupaten/Kota (1) 1. PACITAN 2. PONOROGO 3. TRENGGALEK 4. TULUNGAGUNG 5. BLITAR 6. KEDIRI 7. MALANG 8. LUMAJANG 9. JEMBER 10. BANYUWANGI 11. BONDOWOSO 12. SITUBONDO 13. PROBOLINGGO 14. PASURUAN 15. SIDOARJO 16. MOJOKERTO 17. JOMBANG 18. NGANJUK 19. MADIUN 20. MAGETAN 21. NGAWI 22. BOJONEGORO 23. TUBAN 24. LAMONGAN 25. GRESIK 26. BANGKALAN 27. SAMPANG 28. PAMEKASAN 29. SUMENEP 30. KEDIRI 31. BLITAR 32. MALANG 33. PROBOLINGGO 34. PASURUAN 35. KOTA MOJOKERTO 36. KOTA MADIUN 37. SURABAYA 38. BATU JUMLAH
Oktober
Nopember
Desember
(12)
(13)
(14)
1 29 52 315 453 1 370 6 782 1 197 101 3 81 264 23 105 243 441 385 16 116 325 316 16 67 253 212 0 0 0 0 123 0 4 0 1 8 0 0 3
0 116 64 232 677 1 010 7 561 1 629 99 2 208 159 14 347 269 767 381 49 233 308 429 28 19 539 183 0 0 0 0 93 0 128 0 1 5 0 0 1
0 4 4 104 341 384 1 489 483 112 4 68 100 6 455 361 168 123 64 83 28 42 0 1 88 14 0 0 0 0 22 0 9 0 0 1 0 0 0
13 305
15 551
4 558
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
150
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Tabel L24 Kode dan Nama Kabupaten/Kota di Jawa Timur Kode Kab/Kota (1) 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Profil RTUT-PJKT di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Nama Kab/Kota (2) Kabupaten Pacitan Kabupaten Ponorogo Kabupaten Trenggalek Kabupaten Tulungagung Kabupaten Blitar Kabupaten Kediri Kabupaten Malang Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo Kabupaten Probolinggo Kabupaten Pasuruan Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Mojokerto Kabupaten Jombang Kabupaten Nganjuk Kabupaten Madiun Kabupaten Magetan Kabupaten Ngawi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Tuban Kabupaten Lamongan Kabupaten Gresik Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sampang Kabupaten Pamekasan Kabupaten Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu
151