Analisis Profil Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan Pola Pengeluaran antara Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Timur 1
Nita Indah Mayasari, 2 Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si 1,2 Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 1
[email protected], 2
[email protected] Abstrak Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji perbandingan profil pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan antara perdesaan dan perkotaaan di Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode analisis profil untuk menggambarkan profil pengeluaran. Kabupaten/Kota yang memiliki pola yang sama dikelompokkan terlebih dahulu agar mempermudah dalam penggambaran dan interpretasi profil. Pengelompokkan wilayah Kabupaten/Kota di perdesaan dan di perkotaan diperoleh 4 kelompok. Profil pengeluaran yang hampir sama terdapat pada kelompok 1 dan kelompok 2 pada Ruta di perdesaan dan perkotaan. Kesamaan kelompok tersebut terletak pada prioritas konsumsi pada makanan pokok yaitu padi-padian dan makanan jadi. Kelompok 3 di perdesaan dan Kelompok 4 di perkotaan adalah Kota Malang memiliki profil berbeda dibanding Kabupaten/Kota lain namun hampir sama pada kelompok 4 di perdesaan yaitu Kota Pasuruan. Hal ini menjadi karakteristik bagi penduduk Jawa Timur sebagai konsumen terbesar dari padipadian, makanan jadi, dan olahan tembakau seperti rokok. Kata-kata kunci : Analisis Profil, Pengeluaran Rumah Tangga untuk makanan dan bukan makanan, Pedesaan, Perkotaan.
1. PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan sentra pangan yang besar namun angka rawan pangan yang tinggi sebesar 19,3 persen. Angka rawan pangan ini disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang rendah untuk makanan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat tajam sehingga banyak keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi. Pemerintah mengupayakan peningkatan efisiensi sistem distribusi pangan agar harga pangan terjangkau oleh masyarakat. Bantuan dan subsidi pangan juga diberikan pada rumah tangga miskin yang tidak dapat menjangkau harga pangan yang terjadi di pasar. Selain itu, pangan lokal juga terus dikembangkan mengingat beragamnya pola pangan dan wilayah kepulauan yang dimiliki Indonesia untuk membantu daerah-daerah rawan pangan dan daerah-daerah yang jauh dari jangkauan distribusi nasional. Hal penting yang juga dilakukan adalah upaya peningkatan pendapatan masyarakat, terutama petani dan masyarakat pedesaan yang tingkat kemiskinannya tinggi sehingga daya beli dan kemampuan mereka untuk mengakses pangan semakin meningkat (BPS, 2005). Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Suryana, 2003). Perubahan pola konsumsi penduduk merupakan indikator penting dalam proses pembangunan. Rumah tangga adalah lingkup terkecil dari organisasi masyarakat. Seriring dengan perkembangan ekonomi, rumah tangga pun selalu berupaya memenuhi kebutuhan baik makanan dan bukan makanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penghasilan dan pengeluaran serta sosial ekonomi dari masyarakat tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah dengan Survey Sosial Ekonomi Sosial (Susenas) yang dilakukan oleh BPS. Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Sebaliknya, rumah tangga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan.
Rumah tangga yang memiliki kemampuan daya beli yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan keseimbangan konsumsi untuk perbaikan gizi. Kondisi pola pengeluaran makanan berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga (Rachmawati, 2009). Pengeluaran makanan dan bukan makanan juga dipengaruhi oleh sektor pekerjaan yang tersedia. Di Perkotaan yang cenderung sebagai wilayah padat didominasi oleh sektor perdagangan. Hal tersebut menjadi latar belakang penelitian perbandingan profil pengeluaran antara RT pedesaan dan perkotaaan di Propinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik RT berdasarkan sosial ekonomi dan pola pengeluaran di perdesaan dan perkotaaan Propinsi Jawa Timur dan mengkaji perbandingan profil pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan antara RT perdesaan dan RT perkotaaan di Propinsi Jawa Timur.Penelitian ini menggunakan metode analisis profil untuk menggambarkan profil pengeluaran makanan dan bukan makanan RT Pedesaan dan RT perkotaan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Analisis profil adalah salah satu metode statistika untuk menggambarkan grafik profil dua kelompok atau lebih dalam satu gambar. Kabupaten/Kota yang memiliki pola yang sama akan dikelompokkan terlebih dahulu agar mempermudah dalam penggambaran dan interpretasi profil. 2. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Profil Dalam tahapan analisis profil diperlukan analisis awal yaitu Manova. Analisis ini analog dengan Anova yaitu bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean di antara g kelompok pengamatan. Setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan antar kelompok, maka dilanjutkan dengan analisis profil untuk memperjelas perbedaan tersebut. Analisis profil merupakan salah satu metode statistika yang menyinggung permasalahan di mana beberapa perlakuan (treatments) yang ditujukan untuk beberapa kelompok subjek pengamatan. (Johnson dan Wichern, 2002). Respon yang didapat pada tiap kelompok akan dinyatakan dalam grafik yang dinamakan grafik analisis profil. Analisis profil dapat digunakan untuk menggambarkan grafik profil dua kelompok atau lebih dalam satu gambar. Pada prinsipnya analisis profil merupakan pembentukan grafik yang berisi plot vektor rata-rata dari serangkaian variabel respons µ1 , µ 2 ,..., µ p . Analisis profil akan menjelaskan profil yang terbentuk serta membandingkan antara dua atau lebih profil plot yang terbentuk (Rencher, 2002). Pengujian Hipotesis Dalam analisis profil tahapan pengujian hipotesis merupakan syarat yang harus dipenuhi. Ada tiga tahapan pengujian hipotesis, antara lain Uji Paralel, Uji Coincident, dan Uji Level Profil. Macam-macam uji tersebut dijelaskan secara ringkas pada Tabel 1 Tabel 1 Uji Hipotesis Analisis Profil Uji Hipotesis Uji Paralel H0 :
Cµ1 = Cµ 2
H1 :
Cµ 1 ≠ Cµ 2
Uji Coincident H0 :
1' µ 1 = 1' µ 2
H1 :
1' µ 1 ≠ 1' µ 2
Uji Level H0 :
Cµ = 0
H1 :
Cµ ≠ 0
Statistik Uji
Daerah Kritis −1
1 1 T = (X1 − X2 )'C' + CSpooledC C(X1 − X2 ) n1 n2
2
Tolak H0 jika T > C2
2
−1
1 1 T = 1'(X1 − X2 )' + 1'Spooled1 1(X1 − X2 ) n1 n2 2
[
]
−1
T 2 = (n1 + n2 ) X' C' CS pooled C' CX
1 −1 0 0 1 −1 C= ... ... ... 0 0 0
0 0 ... ... ... − 1
C2 =
(n1 + n2 − 2)( p − 1) Fp −1, n1 + n2 − p (α ) n1 + n2 − 2
Tolak H0 jika T2 >
Fp −1, n1 + n2 − 2 (α )
Tolak H0 jika T2 >
Fp −1, n1 + n2 − 2 (α )
... ...
(1)
Uji paralel merupakan pengujian hipotesis yang pertama yaitu mengetahui apakah terdapat pararelism dua profil. Dua profil dikatakan paralel jika selisih antara dua profil untuk tiap variabel adalah sama. Dua profil yang paralel ditunjukkan dengan grafik profil yang sejajar satu sama lain. Setelah diketahui bahwa kedua profil bersifat paralel, maka dilanjutkan untuk melakukan uji coincident. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua profil saling berimpit atau tidak. Profil yang berimpit menunjukkan selisish antara dua profil yang cenderung nol untuk tiap variabel. Pengujian terakhir yang dilakukan setelah diketahui bahwa kedua profil bersifat coincident, yaitu uji level untuk mengetahui apakah profil berada pada level yang sama atau tidak. Konsep Dasar Rumah Tangga Menurut BPS (2005), Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapurPada umumnya, RT di daerah perkotaan cenderung bermata pencaharian di sektor formal sedangkan RT pedesaan cenderung berada di sektor informal (BPS, 2005). Pengeluaran Rumah Tangga Tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diukur melalui besarnya pendapatan/pengeluaran. Pengeluaran penduduk untuk kebutuhan konsumsi dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Secara umum, kemampuan ekonomi (daya beli) masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Pengeluaran Rumah Tangga dibagi menjadi dua spesifikasi secara garis besar yaitu pengeluaran untuk Makanan dan pengeluaran bukan makanan. Menurut BPS (2005), pengeluaran RT untuk makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga selama seminggu yang lalu baik dari pembelian, produksi, atau pemberian. Untuk makanan yang berasal dari produksi sendiri atau pemberian, nilainya harus diperhitungkan sesuai dengan harga pasar setempat. Pengeluaran untuk makanan yang dicatat hanya yang benar-benar dikonsumsi oleh anggota rumah tangga selama seminggu yang lalu, tidak termasuk yang diberikan kepada karyawan/pekerja atau pihak lainnya. Pengeluaran RT bukan makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan rumah tangga selama sebulan atau 12 bulan yang lalu. Dalam penelitian ini, variabel pengeluaran bukan makanan dinyatakan dalam persentase rata-rata tiap variabel terhadap total pengeluaran bukan makanan setiap bulan.secara keseluruhan Variabel prediktor yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada indikator sosial ekonomi (Anonim, 2009), serta diskusi dengan pihak Badan Ketahanan Pangan, yaitu : Status pekerjaan dengan penghasilan terbesar dalam RT, Pengeluaran Rumah Tangga per bulan, Jumlah pengeluaran untuk makanan sebulan, Jumlah pengeluaran untuk makanan sebulan, Jumlah Anggota Rumah Tangga. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai sumber data, variabel-variabel penelitian, dan metode analisis yang dipergunakan untuk menganalisis data yang didapatkan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Popinsi Jawa Timur tahun 2006. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 29.950 rumah tangga yang tersebar di propinsi Jawa Timur (38 kabupaten/kota atau 653 kecamatan atau 1872 desa/kelurahan). Setiap desa/kelurahan diwakili oleh 16 rumah tangga. Dalam penelitian ini, Data RT dipisah menjadi dua bagian yaitu 16.735 RT daerah pedesaan dan 13.215 RT di daerah perkotaan. Variabel penelitian ini adalah variabel sosial ekonomi dan variabel pola pengeluaran. Variabel sosial ekonomi digunakan untuk memberikan informasi mengenai profil karakteristik RT perdesaan dan RT perkotaan. Variabel sosial ekonomi akan dirincikan sebagai berikut. Variabel X1
Tabel 2 Variabel Sosial Ekonomi Definisi operasional Status pekerjaan RT
X2
Jumlah anggota RT
X3
Pengeluaran RT
X4
Pengeluaran RT untuk makanan
Rasio
X5
Pengeluaran RT bukan makanan
Rasio
Skala Data Nominal Rasio Interval
Untuk memahami setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diberikan definisi masingmasing variabel yaitu sebagai berikut. 1. Status Pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan anggota RT dengan sumber penghasilan terbesar dalam RT. Status pekerjaan dibagi menjadi pengusaha, karyawan/buruh, dan penerima pendapatan (pasif). 2. Jumlah anggota RT adalah banyaknya anggota dalam satu rumah tangga. 3. Pengeluaran RT adalah nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga setiap bulan. Pengeluaran RT dibagi menjadi lima interval, yaitu : Kurang dari Rp. 500.000 per bulan Antara Rp. 1.500.000 s.d Rp.1.999.999 per bulan Antara Rp. 500.000 s.d Rp. 999.000 per bulan Lebih dari Rp. 2.000.000 per bulan Antara Rp. 1.000.000 s.d Rp1.499.999 per bulan 4. Pengeluaran RT untuk makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi makanan rumah tangga selama seminggu yang lalu baik dari pembelian, produksi, atau pemberian. Dalam Tabel 3, perincian variabel pengeluaran RT untuk makanan dinyatakan dalam persentase rata-rata tiap variabel terhadap total pengeluaran untuk makanan tiap bulan. Tabel 3 Variabel Pengeluaran untuk Makanan (Dalam Persentase Rata-rata) Variabel
Pengeluaran untuk Makanan
X41
pengeluaran untuk padi-padian (beras, tepung, dsb)
X42
pengeluaran untuk umbi-umbian
X43
pengeluaran untuk ikan/udang/cumi/kerang
X44
pengeluaran untuk daging
X45
pengeluaran untuk telur dan susu
X46
pengeluaran untuk sayur-sayuran
X47
pengeluaran untuk kacang-kacangan
X48
pengeluaran untuk buah-buahan
X49
pengeluaran untuk minyak dan lemak
X410
pengeluaran untuk bahan minuman (gula, teh, kopi,dsb)
X411
pengeluaran untuk bumbu-bumbuan
X412
pengeluaran untuk konsumsi lainnya (mie, kerupuk, dsb)
X413
pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi
X414
pengeluaran untuk tembakau dan sirih
5. Pengeluaran RT bukan makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan rumah tangga selama sebulan atau 12 bulan yang lalu. Dalam penelitian ini, variabel pengeluaran bukan makanan dinyatakan dalam persentase rata-rata tiap variabel terhadap total pengeluaran bukan makanan setiap bulan. Rincian dari variabel pengeluaran RT bukan makanan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel Pengeluaran Bukan Makanan Variabel
Pengeluaran Bukan Makanan (Dalam Persentase Rata-rata)
X51
pengeluaran untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga
X52
pengeluaran untuk aneka barang dan jasa
X53
pengeluaran untuk pakaian, alas kaki, dan tutup kepala (pakaian jadi, bahan pakaian, sepatu, topi, dan lainnya)
X54
pengeluaran untuk barang tahan lama (alat rumah tangga, perkakas, alat dapur, alat hiburan (elektronik), alat olahraga, perhiasan, kendaraan, payung, arloji, kamera, HP, pasang telepon, pasang listrik, barang elektronik dll.)
X55
pengeluaran untuk pajak, pungutan, dan asuransi
X56
pengeluaran untuk keperluan pesta dan upacara/kenduri tidak termasuk makanan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Statistika Deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi RT dan pola pengeluaran RT perdesaan dan RT perkotaan di Propinsi Jawa Timur. 2. Membuat analisis profil untuk menggambarkan pola pengeluaran RT dengan langkah sebagai berikut. a. Menyusun data pengamatan untuk analisis profil pada masing-masing pengeluaran RT pedesaan dan RT perkotaan.
b. Sebelum dilakukan analisis profil, membuat pengujian apakah data sudah memenuhi asumsi distribusi multinormal. c. Melakukan pengecekan asumsi yang meliputi distribusi data normal multivariat, homogenitas varians, serta dependensi antar variabel. d. Menyusun Manova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antar kelompok menurut variabel pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. e. Menggambarkan profil pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan pada RT perdesaan dan RT perkotaan dengan menggunakan analisis profil. f. Melakukan uji hipotesis analisis profil dengan perumusan hipotesis yang meliputi uji level, uji Coincident, dan uji paralel. 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Penelitian Rumah Tangga di Propinsi Jawa Timur dibagi menjadi dua kelompok yaitu Ruta di Perdesaan dan Ruta di Perkotaan. Secara deskriptif, masing-masing kelompok Ruta akan digambarkan karakteristik Ruta dan pola pengeluaran secara sosial ekonomi. Status Pekerjaan Ruta di Perdesaan dan Perkotaan Status pekerjaan Ruta digunakan untuk mengetahui perolehan sumber pendapatan terbesar Ruta dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan Gambar 4.1, status pekerjaan yang mendominasi di desa adalah para pemilik usaha (pengusaha) sebanyak 60%. Para pengusaha ini termasuk pemilik usaha di bidang pertanian, perdagangan, dan bidang usaha lainnya. Buruh/karyawan di perdesaan menduduki peringkat kedua sebesar 33%, sisanya penerima pendapatan pasif. Di perkotaan, Ruta memperoleh penghasilan sebagai karyawan/buruh sebesar 48%, pengusaha 41%, dan 11% sebagai penerima pendapatan pasif.
Gambar 1 Status Pekerjaan RT dan Jumlah Anggota RT
Banyaknya Anggota RT (ART) Banyaknya jumlah anggota RT akan menjadi tanggungan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan makanan dan bukan makanan apalagi jika tidak disertai penghasilan keluarga yang mencukupi. Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat distribusi ART antara RT pedesaan dengan RT perkotaan tidak jauh berbeda yaitu berkisar antara 3 atau 4 orang tiap RT. Sehingga, jumlah rata-rata pada RT Perkotaan maupun Peedesaan adalah 4 ART. ART pedesaan dengan persentase tertinggi 27,65% adalah tiga ART. Di perkotaan, sebanyak 27,29% RT memiliki anggota RT sebanyak 4 orang dan 24,01% RT beranggotakan 3 orang. Pengeluaran RT per Bulan Salah satu variabel yang sangat penting dalam penelitian sosial ekonomi adalah pendekatan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran RT untuk kebutuhan konsumsi dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi RT. Pengeluaran RT per bulan yang besar menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik, begitu pula sebaliknya.
Gambar 2 Pengeluaran RT per bulan
Berdasarkan Gambar 2, distribusi pengeluaran RT di pedesaan cenderung menceng ke kiri dibandingkan dengan pengeluaran di Perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran RT di Pedesaan cenderung lebih rendah daripada pengeluaran RT di Perkotaan. Di Pedesaan, pengeluaran RT antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 per bulan sebanyak 50,13% dari kisaran pengeluaran yang lain. Pengeluaran RT di Pedesaan kurang dari Rp. 500.000 sebesar 35,67%. berada Pengeluaran RT di pedesaan dan perkotaan, sebagian besar pengeluaran RT antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 per bulan yaitu sebesar 50,13% dan 43,25%. Pengeluaran untuk Makanan dan Bukan Makanan Pengeluaran konsumsi secara umum dapat dibagi menjadi pengeluaran untuk makanan (X4) dan pengeluaran bukan makanan (X5). Berdasarkan Tabel 4.1, pengeluaran makanan minimum di perdesaan sebesar Rp. 44.143 dan maksimum Rp. 2.841.429 per bulan. Sedangkan Ruta perdesaan, pengeluaran bukan makanan minimum sebesar Rp. 14.583 hingga maksimum Rp. 32.590.60. Di perkotaan, terjadi perbedaan yang jauh pada rata-rata pengeluaran makanan dan bukan makanan. Pengeluaran minimum Ruta di perkotaan untuk makanan sebesar Rp. 47.143 Rupiah dan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp. 4.829.143. Tabel 5 Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan (dalam Rupiah per Bulan) Variabel
N
Mean
Median
Min
Max
St. Dev
X4-desa
16.735
41.1621
376.286
44.143
2.841.429
202.550
X4-kota
13.215
556.697
499.286
47.143
4.829.143
296.134
X5-desa
16.735
276.672
201.683
14.583
32.590.605
421.708
X5-kota
13.215
575.120
403.075
10.000
22.141.660
641.809
Pada pengeluaran makanan terdapat 14 jenis konsumsi dan 6 jenis pengeluaran bukan makanan. Pengeluaran makanan dan bukan makanan pada Ruta di perdesaan dan perkotaan, digambarkan secara deskriptif pada Gambar 3 dan Gambar 4.
40
35 73 73
30 75
30
25
Data
Data
20 20 29
27 29
15 1
27
73
10
10
15 15 25 27
73
5
73 3 2 1
1 3
75 75
0
0
73
X4-1
X4-2
X4-3
X4-4
X4-5
X4-6
X4-7
X4-8
X4-9
X4-10 X4-11 X4-12
X4-13 X4-14
X4-1
X4-2
X4-3
X4-4
X4-5
X4-6
X4-7
X4-8
X4-9
X4-10 X4-11 X4-12
(a) (b) Gambar 3 Boxplot Pengeluaran Makanan (a) di Perdesaan (b) Perkotaan
X4-13 X4-14
70
60 60
50 50 73
40
15
Data
Data
40
30
30
20 20 11 11
10 75 22
0
5 13 29
10
23 24
0
X5-1
X5-2
X5-3
X5-4
X5-5
X5-6
X5-1
X5-2
X5-3
X5-4
X5-5
X5-6
(a) (b) Gambar 4 Boxplot Pengeluaran bukan Makanan (a) di perdesaan (b) di perkotaan
Analisis Profil Tahapan awal sebelum digambarkan profil dilakukan pengelompokkan Kabupaten/Kota yang berpola sama, hal ini mempermudah interpretasi pada pola pengeluaran. Analisis kluster hierarki digunakan untuk pengelompokkan berdasarkan pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan (Lampiran). Berikut hasil pengelompokkannya. Tabel 6 Pengelompokkan Kabupaten/Kota Ruta Perdesaan Kel
3
73
Kabupaten/Kota Kabupaten : Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Banyuwangi, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Gresik. Kota : Probolinggo, Batu. Kabupaten : Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Tuban, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep. Kota Malang
4
75
Kota Pasuruan
1
2
Kode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 74, 79 8, 9, 11, 12, 13, 23, 26, 27, 28, 29
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan empat kelompok Kabupaten/Kota berdasarkan pengeluaran Ruta Perdesaan yang memiliki pola yang sama. Berdasarkan Tabel 7, Ruta di Perkotaan juga didapatkan empat kelompok berdasarkan pola pengeluaran makanan dan bukan makanan. Banyaknya Kabupaten/Kota pada kelompok ke-1 pada Ruta di Perdesaan maupun di Perkotaan menunjukkan bahwa karakteristik pengeluaran kelompok ke-1 tersebut memiliki banyak kesamaan. Tabel 7 Pengelompokkan Kabupaten/Kota Ruta di Perkotaan Kel
Kode
Kabupaten/Kota Kabupaten : Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan. Kota : Probolinggo, Batu. Kabupaten : Mojokerto, Jombang, Sampang, Pamekasan. Kota Surabaya.
1
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 71, 72, 74, 79
2
15, 16, 24, 25, 78
3
26, 27, 28, 29
Kabupaten : Sumenep, Gresik, Bangkalan, Sidoarjo
4
73
Kota Malang
Pengelompokkan Kabupaten/Kota yang diperoleh berdasarkan Ruta Perkotaan dan Ruta Perdesaan selanjutnya dilakukan pengecekan asumsi kelompok data multivariat. Pengecekan asumsi yang dimaksud adalah data berdistribusi normal multivariat, homogenitas matriks varians kovarians, dan dependensi variabel. Asumsi yang pertama yaitu data berdistribusi normal multivariat. Tabel 8 Pengecekan Asumsi Distribusi Normal Multivariat Variabel X4-desa X4-kota X5-desa X5-kota
t hitung 0,606 0,515 0,632 0,763
Daerah Kritis
Kesimpulan
Data Berdistribusi Normal Multivariat jika t hitung lebih dari 0.5
Data Berdistribusi Normal Multivariat
Berdasarkan Tabel 8 yaitu hasil pengecekan dengan paket program Macro Minitab, didapatkan hasil bahwa pada variabel X4 dan X5 data pengamatan di Perdesaan dan Perkotaan telah memenuhi distribusi normal multivariat. Nilai t hitung menyatakan persentase data pengamatan telah mengikuti sebaran data normal multivariat. Matriks varians kovarian dinyatakan tidak homogen melalui pengecekan dengan statistik uji F. Pengecekan tersebut menghasilkan P_value yang lebih kecil dari 0,05 sehingga matriks varians kovarian tidak equal. Pengecekan asumsi yang terakhir yaitu variabel yang saling dependen. Dalam pengecekan asumsi ini digunakan uji Bartlett untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variabel. Berdasarkan hasil paket program SPSS (Tabel 9) didapatkan nilai P_value 0,000 untuk seluruh masing-masing pengamatan yang menunjukkan bahwa antar variabel dependen memilki hubungan yang signifikan. Tabel 9 Pengecekan Asumsi Matriks Varian Kovarian dan Dependensi Uji Matriks Varian Kovarian
Uji Dependensi Variabel
Variabel
X4-desa
F hitung
P_value
20,495
0,000
X4-kota
13,479
0,000
X5-desa
199,173
0,000
X5-kota
87,203
0,000
Kesimpulan
Chi-Square
P_value
0,0003
0,000
0,0002
0,000
0,005
0,000
0,009
0,000
Matriks varian kovarian tidak equal
Kesimpulan Variabelvariabel Dependen Saling Berkorelasi
Setelah dilakukan pengecekan asumsi, analisis berikutnya adalah Manova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean antar Kabupaten/Kota. Perumusan hipotesis Manova adalah sebagai berikut. H0 : τ1 = τ 2 = τ 3 = τ 4 = 0 H1 : minimal terdapat satu τ yang tidak sama Berdasarkan Tabel 10, hasil pengujian nilai statistik Wilk’s Lambda menyatakan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok (kelurahan) atau dengan kata lain menolak H0 dengan P_value sebesar 0,000. Tabel 10 Pengecekan Manova Variabel X4-desa X4-kota X5-desa X5-kota
Wilk’s Lambda 0,307 0,391 0,889 0,849
F hitung 46,148 24,756 10,306 9,832
P_value 0,000 0,000 0,000 0,000
Kesimpulan Terdapat perbedaan antar kelompok
Setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan antar kelompok, maka analisis berikutnya adalah dengan analisis profil untuk mengetahui letak perbedaan profil pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan masing-masing Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Profil pengeluaran Ruta di perdesaan dan di perkotaan akan dianalisis terpisah untuk mengetahui karakteristik masing-masing kelompok Ruta pada tiap Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Ruta perdesaan dan Ruta perkotaan akan memiliki karakteristik masing-masing berupa representasi grafik pola pengeluaran untuk makanan maupun bukan makanan. Melalui grafik tersebut dapat dibandingkan masing-masing variabel pola pengeluaran antar Kabupaten/Kota. Sehingga interpretasi dari gambar tersebut menjadi lebih sederhana. Profil pengeluaran Ruta di perdesaan yang telah dibedakan pengeluaran untuk makanan (X4) dan bukan makanan (X5) akan digambarkan secara serentak dengan menggunakan plot (gambar) profil. Namun, analisis pola pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan baik di Perdesaan maupun di Perkotaan kurang dapat diinterpretasikan karena terjadi penumpukkan pola tiap Kabupaten/Kota. Adapun, pola Kabupaten/Kota yang menunjukkan kesamaan pola dan pola yang perbedaannya mencolok. Profil Pengeluaran untuk Makanan Pengeluaran untuk makanan terdiri atas 14 variabel yaitu pengeluaran jenis makanan yang telah didefinisikan pada Susenas. Profil pengeluaran di Ruta di Perdesaan akan ditunjukkan oleh plot sebagai berikut. Berdasarkan Gambar 5, ditunjukkan profil pengeluaran untuk makanan Ruta di Perdesaan pada empat kelompok yang dalam satu gambar secara bersama-sama. Secara keseluruhan profil pengeluaran untuk makanan di empat kelompok cenderung berpola sama antara variabel X42 sampai dengan variabel
X412. Namun beberapa terdapat pola yang berbeda untuk beberapa variabel, sepeRutai pada variabel konsumsi untuk padi-padian (X41), makanan jadi (X413), dan tembakau (X414).
(a)
(b) Gambar 5 Profil Pengeluaran untuk Makanan (a) di Perdesaan (b) di Perkotaan Keterangan : X41 X42 X43 X44 X45
padi-padian (beras, tepung) umbi-umbian ikan/udang/cumi/kerang Daging telur dan susu
X46 X47 X48 X49 X410
sayur-sayuran kacang-kacangan buah-buahan minyak dan lemak bahan minuman (gula, teh, kopi)
X411 X412 X413 X414
bumbu-bumbuan konsumsi lainnya (mie, kerupuk) makanan dan minuman jadi tembakau dan sirih
Nilai profil pengeluaran untuk makanan Ruta di Perdesaan dapat ditunjukkan pada Tabel 11. Pada Kelompok 1, yang terdiri atas 22 Kabupaten/Kota, adalah Ruta Perdesaan yang memiliki pola konsumsi terbesar pada padi-padian (X41) sebesar 25,62 persen dari keseluruhan konsumsi untuk makanan yang lain. Kelompok 1 mengalokasikan pengeluaran terbesar untuk konsumsi padi-padian yang tak jauh berbeda pada pola kelompok 2 yaitu sebesar 32,96 persen. Ruta kelompok 3 (Kota Pasuruan) di Perdesaan yang menunjukkan pola pengeluaran sebesar 37,64 persen pada konsumsi makanan dan minuman jadi dan padi-padian menjadi prioritas kedua. Kelompok 4 yaitu Ruta Perdesaan Kota Pasuruan adalah konsumen terbesar pada tembakau dan sirih yaitu sebesar 30,65 persen dibandingkan dengan konsumsi pada makanan pokok. Tabel 11 Nilai Profil Persentase Pengeluaran makanan Variabel X4-1 X4-2 X4-3 X4-4 X4-5 X4-6 X4-7 X4-8 X4-9
Kelompok Perdesaan 1 2 3 4 25,62 32,96 11,80 20,24 1,40 1,38 1,60 0,95 5,86 10,15 3,96 5,85 2,52 1,42 5,13 2,05 4,83 3,37 6,97 4,99 7,36 5,49 4,58 2,61 6,25 5,46 3,08 3,44 2,63 1,58 6,80 2,90 5,08 5,32 3,42 2,57
Kelompok Perkotaan 1 2 3 4 24,49 19,68 24,74 13,38 0,95 0,64 1,22 0,77 6,11 10,01 14,72 4,12 3,40 5,56 4,75 4,92 6,41 7,04 5,36 6,74 7,56 4,73 4,57 4,58 6,01 4,63 4,53 5,05 3,22 4,32 2,71 4,39 4,96 4,08 5,01 3,24
X4-10 X4-11 X4-12 X4-13 X4-14
6,15 3,68 4,00 9,94 10,13
6,37 3,88 3,35 5,81 13,46
4,59 2,11 0,91 37,64 7,41
7,99 2,82 1,61 11,33 30,65
5,90 3,46 4,63 12,30 10,60
4,53 3,11 3,98 18,03 9,67
4,90 3,52 3,80 7,10 13,08
4,92 2,12 4,13 33,97 7,67
Profil pengeluaran untuk makanan empat kelompok Ruta di Perkotaan tidak jauh berbeda dengan Ruta di Perdesaan. Berdasarkan pada Gambar 5, pengeluaran konsumsi yang besar untuk padi-padian (X41) cenderung sama pada kelompok 1 dan 3 dengan persentase sebesar 24 persen. Konsumsi padipadian pada kelompok 2 juga tidak jauh berbeda dengan kelompok 1 namun juga diikuti konsumsi makanan dan minuman jadi yang hampir sebanding dengan padi-padian. Prioritas konsumsi setelah padi-padian pada kelompok 3 adalah konsumsi pada ikan (olahan air darat/laut) sebesar 14,72 persen dan konsumsi pada tembakau dan sirih sebesar 13,08 persen. Ruta Perkotaan di Kota Malang (kelompok 4) cenderung mengkonsumsi tembakau dan sirih yaitu sebesar 33,7 persen lebih besar dibanding padi-padian yang hanya sebesar 13,03 persen. Profil Pengeluaran bukan Makanan Pengeluaran bukan makanan terdiri atas 6 variabel yang dapat digambarkan setelah pengelompokkan Kabupaten/Kota sebelumnya. Berdasarkan Gambar 6, profil pengeluaran bukan makanan Ruta di Perdesaan tidak jauh berbeda antar kelompok Kabupaten/Kota. Pola pengeluaran terbesar yaitu lebih dari 50 persen cenderung pada pengeluaran untuk biaya perumahan dan fasilitas. Biaya perumahan yang dimaksud adalah biaya rumah, perawatan, dan tagihan rutin. Profil tersebut juga menunjukkan persentase pengeluaran yang besar pada barang dan jasa oleh kelompok 3 dengan 41,76 persen. Pengeluaran tersebut cenderung pada kebutuhan individual anggota Ruta misalnya biaya kesehatan, biaya pendidikan, dan transportasi.
(a) (b) Gambar 6 Profil Pengeluaran bukan Makanan (a) di Perdesaan (b) di Perkotaan X5-1 : Perumahan dan fasilitas Ruta X5-2 : Barang dan jasa
X5-3 : Pakaian, alas kaki dan tutup kepala X5-4 : Barang-barang yang tahan lama
X5-5 : Pajak dan asuransi X5-6 : Keperluan pesta dan upacara
Berdasarkan Gambar 6, dapat digambarkan profil pengeluaran bukan makanan yang tidak jauh berbeda oleh kelompok Ruta di Perkotaan. Hal ini didukung oleh nilai profil pada Tabel 12, yang menunjukkan pola yang sama antar kelompok di Perkotaan maupun antar kelompok di Perdesaan. Tabel 12 Nilai Profil Persentase Pengeluaran Bukan Makanan Variabel X5-1 X5-2 X5-3 X5-4 X5-5 X5-6
Kelompok Perdesaan 1 2 3 4 50,98 58,16 48,97 56,15 27,42 22,75 41,76 28,32 8,04 11,25 5,26 4,45 3,6 3,55 0,48 2,7 2,47 1,36 1,95 0,29 2,95 2,94 1,57 8,1
1 55,85 28,42 7,76 3,29 2,24 2,44
Kelompok Perkotaan 2 3 4 52,17 60,35 54,56 32,25 23,61 34,18 6,79 7,79 4,74 3,75 4,49 2,45 2,67 1,66 2,36 2,38 2,09 1,71
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya pada masing-masing jenis pengeluaran dan kelompok wilayah, analisis profil dapat disederhanakan sebagai penamaan pada masing-masing kelompok wilayah. Penamaan kelompok ini meringkas penggambaran profil pada masing-masing kelompok wilayah.
Tabel 13 Penamaan kelompok Kel 1 2 3 4
Penamaan Kelompok (Kabupaten/Kota dengan konsumsi terbesar pada) Ruta Perdesaan Ruta Perkotaan Prioritas utama pada padi-padian, Prioritas utama padi-padian tembakau, dan makanan jadi dan makanan jadi Prioritas utama pada padi-padian, Prioritas utama padi-padian ikan segar, dan tembakau. dan makanan jadi Prioritas utama pada padi-padian, Prioritas utama pada padimakanan jadi, barang dan jasa. padian dan tembakau Prioritas utama pada tembakau Prioritas utama pada dan sirih tembakau dan sirih
Berdasarkan Tabel 13, profil pengeluaran yang hampir sama terdapat pada kelompok 1 dan kelompok 2 pada Ruta di Perdesaan dan Perkotaan. Kesamaan kelompok tersebut terletak pada prioritas konsumsi pada makanan pokok yaitu padi-padian dan makanan jadi. Kelompok 3 di Perdesaan dan Kelompok 4 di perkotaan adalah Kota Malang yang memiliki profil berbeda dibanding Kabupaten/Kota lain namun hampir sama pada kelompok 4 di Perdesaan yaitu Kota Pasuruan. Prioritas utama pada kedua yang terletak di wilayah selatan tersebut adalah konsumsi pada tembakau dibanding makanan utama lainnya. Hal ini telah menjadi karakteristik bagi penduduk sebagai konsumen terbesar dari olahan tembakau seperti rokok. Pengeluaran untuk makanan berperan besar terhadap karakteristik pengeluaran dari wilayah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Sedangkan pengeluaran bukan makanan berpola sama pada seluruh wilayah. Berarti konsumsi untuk makanan dapat dijadikan gambaran yang lebih baik untuk karakteristik Ruta di Perdesaan maupun di Perkotaan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Februari 2009. Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Pedesaan Konsep dan Ukuran, Puslit Kependudukan LIPI
BPS. (2005). Konsumsi Penduduk Jawa Timur Tahun 2005. BPS Propinsi Jawa Timur: Jawa Timur. ___. (2007). Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. BPS Indonesia: Jakarta. Johnson, R.A., dan D.W. Winchern. (2002). Applied Multivariate Statistical Analysis, 5th ed, Prentice Hall International Inc., New Jersey, Prestiwati, S. (2010). Pemasok Daging, tetapi Konsumsi Lokal Minim. www.surabayapost.co.id , 21 Januari 2010. Rachmawati, A. 2009. Analisis Regresi Logistik Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Masyarakat Nelayan. Surabaya : ITS Rencher, A. 2002. Methods of Multivariate Analysis. Canada : John Wiley & Sons Inc Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Walpole, R.E dan Myers R.H. (1995). Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, terbitan ke-5. Bandung : Penerbit ITB.