ISSN 2303 - 0852
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Edisi 6
PRIORITAS PENDIDIKAN
Jan - Mar 2014
Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Wamendikbud Prof. Dr. Musliar Kasim membaca modul pelatihan yang diberikan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston dan Pejabat Direktur Misi USAID Nancy Fisher-Gormley.
Wamendikbud:
Sinergi yang Baik Makassar. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Prof. Dr. Musliar Kasim menyambut baik dukungan yang diberikan USAID dalam memperkuat implementasi Kurikulum 2013. Menurutnya program yang dikembangkan USAID PRIORITAS selaras dengan program yang dikembangkan pemerintah. ”Kami bergembira ternyata yang dilatihkan USAID PRIORITAS selaras dengan Kurikulum 2013. Jadi ini ada sinergi yang baik,” urainya saat memaparkan materi Kurikulum 2013 bagi 135 fasilitator provinsi pada pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD dan MI di Hotel Aston Makassar (19/3). Pejabat Direktur Misi USAID, Nancy Fisher-Gormley yang juga berkesempatan hadir pada acara tersebut merasa bangga USAID dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. ”Pelatihan ini akan menciptakan sumber daya pendidik dan kependidikan yang lebih profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa dan siswi di Indonesia,” katanya. (Anw) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org
Peserta pelatihan untuk pelatih praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah tingkat nasional II, menunjukkan kreativitasnya dan mempraktikkan hasilnya di kelas nyata.
Modul II Perkuat Implementasi Praktik yang Baik UNTUK memperkuat implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah, USAID PRIORITAS melatih sekitar 700 fasilitator di daerah mitra kohor 1 yang akan melatih dan mendampingi sekolah dan madrasah mitra menggunakan Modul II. Isi Modul II tersebut di antaranya tentang pendekatan saintifik, pertanyaan tingkat tinggi, penilaian otentik, mengembangkan budaya baca,
serta manajemen sekolah untuk keberhasilan pembelajaran. “Pada pelatihan Modul II, sekolah mitra akan difasiitasi dengan keterampilan praktis dalam menerapkan pembelajaran aktif dan manajemen sekolah, terutama untuk memperkuat pelaksanaan pembelajaran yang sesuai Kurikulum 2013,” kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS. Beritanya di halaman 2. (Anw)
Pameran Keberhasilan Sekolah LEBIH dari 550 sekolah mitra USAID PRIORITAS di tujuh provinsi ikut ambil bagian dalam unjuk karya keberhasilan praktik yang baik di sekolah dan madrasah. Setiap sekolah menunjukkan kemajuan yang terjadi di sekolahnya. Sejumlah karya sekolah dipamerkan, seperti hasil karya kreativitas siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, media Siswa MI Mrebet Jawa pembelajaran, lembar kerja, Tengah, dan MI Kalangari Sindangkasih, Jawa rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana Barat presentasikan hasil karyanya kepada para kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). undangan unjuk karya keberhasilan sekolah Baca beritanya di halaman 3. (Anw) mitra USAID PRIORITAS.
PRIORITAS - Nasional
Lebih Mudah Terapkan K-13 ”PELATIHAN ini membuat kami lebih mudah memahami implementasi Kurikulum 2013,” kata Nicky Roberta, M.Pd pengawas SMP di Banten di sela-sela pelatihan Modul II USAID PRIORITAS untuk SMP dan MTs di Bandung (26/2). Menurutnya, peserta yang telah mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS sudah tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut. Hal senada juga disampaikan Maria Ulfah guru SDN Kebon Dalem Mojokerto. ”Prinsip-prinsip dalam K-13 juga sudah kami terapkan. Misalnya siswa melakukan pengamatan, bertanya, bereksprimen, membuat hasil karya, dan mempresentasikan hasil karyanya,” katanya saat memfasilitasi pelatihan di Makassar (18/3). Pada Modul II, pelatihan pembelajaran diperkaya dengan beberapa materi, yaitu (1) Kajiulang penerapan pembelajaran hasil pelatihan 1; (2) Mengelola pembelajaran secara efektif; (3) Memahami Kurikulum 2013; (4) Melayani perbedaan individu dalam pembelajaran; (5) Pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja; (6) Penilaian autentik; (7) Gender di sekolah; (8) Literasi lintas kurikulum; (9) Persiapan dan praktik mengajar, serta (10) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) pembelajaran. (Anw)
Halaman depan modul II SD/MI dan SMP/MTs.
Kepemimpinan Pembelajaran dalam MBS AKTOR kunci dalam pengembangan sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus dapat memimpin pihak lain agar bersinergi dalam melakukan pembaruan di sekolah. Pada sesi pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS), modul II secara khusus memfasilitasi peserta dengan berbagai kemampuan yang perlu dimiliki dan upaya yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya. ”Di sekolah saya, para guru yang telah dilatih USAID PRIORITAS dan yang belum dilatih dibentuk menjadi tim yang bekerjasama dalam membuat pembaruan di kelas. Cara ini efektif membuat guru termotivasi mengajar dengan lebih berkualitas. Saya juga menjadi pendamping guru untuk memastikan hasil pelatihan diimplementasikan,” kata Drs. Agus Wiwoho, Dampak implementasi pelatihan I di sekolah dipresentasikan M.Pd Kepala SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah dan Fasilitator MBS USAID dan dikaji kemajuan serta kelemahan yang masih terjadi PRIORITAS yang menerapkan kepemimpinan pembelajaran di sekolahnya. untuk dikembangkan lebih lanjut. Selain kepemimpinan pembelajaran, materi praktik yang baik dalam MBS di modul II juga mengemas beberapa topik seperti (1) Pembelajaran yang Efektif Kajiulang kemajuan sekolah dari hasil pelatihan I, (2) Pelaporan dan pembahasan RTL pelatihan pembelajaran; (3) Program dan Pengelolaan Prof. Dr. Ibrahim Bafadal Budaya Baca, (4) Menghitung ketersediaan anggaran sekolah untuk Direktur Pembinaan SD Kemdikbud, pembelajaran; dan (5) Menyusun RTL implementasi MBS. (Anw) memberi pembekalan kepada para peserta pelatihan untuk pelatih tingkat nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen SD/MI ADA satu bagian yang tentang kebijakan direktorat yang khas dari pelatihan modul II, dipimpinnya. ”Program USAID yaitu peserta dan fasilitator PRIORITAS sejalan dengan program diminta membaca senyap Direktorat Pembinaan SD, dan ini Prof. Dr. Ibrahim memperkuat kebijakan implementasi selama 15 menit. Mereka Bafadal pembelajaran dan manajemen sekolah dipersilakan memilih buku yang efektif,” katanya (19/3). (Anw) cerita yang paling menarik yang telah disediakan oleh Semua peserta dan Terapkan Hasil Pelatihan USAID PRIORITAS. fasilitator wajib membaca buku. Selanjutnya peserta tampak Dr. Juandanilsyah, mewakili asyik menikmati buku yang Direktorat Pembinaan SMP dibacanya. Kegiatan itu menjadi bagian dari sesi Program Budaya Baca Kemdikbud memberikan apresiasinya untuk menyimulasikan cara membiasakan siswa membaca, serta kepada USAID PRIORITAS yang menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah untuk membantu dalam implementasi Kurikulum 2013. ”Pelatihan ini sangat mendorong siswa gemar membaca. ”Ternyata kalau diciptakan budaya sesuai dengan implementasi baca seperti ini, kami para guru juga merasakan nikmatnya membaca,” Kurikulum 2013. Fasilitator wajib ujar salah satu peserta yang mengakui dirinya selama ini kurang aktif menerapkan hasil pelatihan ini dan dalam membaca buku. menyebarluaskannya kepada sekolah Melalui pelatihan Modul II, sekolah difasilitasi dalam mengelola dan Dr. Juandanilsyah lainnya,” katanya di hadapan peserta menjaga program budaya baca agar dapat berjalan baik dan pelatihan untuk pelatih tingkat berkelanjutan. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diajak untuk nasional praktik yang baik dalam pembelajaran dan membahas sumber daya dan dana yang dimiliki sekolah dan cara manajemen SMP/MTs di Bandung (26/2). (Anw) mengelolanya untuk keberlangsungan program budaya baca. (Anw)
Semua Wajib Membaca
Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978.Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email
[email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG. USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students
2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
PRIORITAS - Nasional
Daerah Mitra USAID PRIORITAS Tunjukkan Hasil Kerja Sama Seluruh 23 daerah mitra USAID PRIORITAS telah menyelenggarakan District Showcase atau Unjuk Karya di mana lebih dari 550 sekolah mitra membuat pameran pencapaian di sekolah masing-masing. Pada pameran tersebut dipajangkan hasil karya dan barang ciptaan siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari guru, rencana kerja sekolah (RKS), serta foto ragam kegiatan sekolah. Banyak kegiatan pameran yang dibuka oleh Bupati atau Wali Kota, serta dihadiri pejabat dan pemangku kepentingan lainnya termasuk dari Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan Dewan Pendidikan. Kegiatan ini di juga dihadiri pihak Kemdikbud maupun Kemenag dari Jakarta. Selain pameran ada presentasi dari siswasiswi yang menunjukkan pekerjaan dan kesan mereka sejak pembelajaran lebih aktif dan partisipatif. Guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah juga menceritakan tentang perubahan yang telah berlangsung di sekolah.
Bandung Barat dan Cimahi-Jabar (1) Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dibuka oleh Wakil Bupati, Bapak Yayat T. Soemitra yang sedang berkunjung ke stan pameran sekolah (17/2). 2) Candra dan Rani, siswa SMPN 1 Cipatat, Bandung Barat menunjukkan roda yang mereka buat untuk mengukur jarak. Kegiatan ini terkait dengan menghitung keliling lingkaran. (3) Hanif dan Azifa siswa MI Asih Putera Cimahi peragakan pembuatan alarm peringatan dini bencana banjir (10/2). (4) Ibu Agustina Piryanti, Kepala Dinas Pendidikan Bandung Barat, menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk diseminasi program USAID PRIORITAS. (5) Para siswa SMP di Kota Cimahi melihat hasil karya siswa yang dipamerkan.
1
2
4
3
Batang-Jateng dan Pandeglang-Banten 4 5
Aceh Jaya-Aceh dan Nias Selatan-Sumut
11
2
2
1
(1) Kepala Kantor Kemenag Aceh Jaya, Drs. H. Daud Pakeh mencoba media pembelajaran hasil karya guru Aceh Jaya (29/4). (2) Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD menyimak demontrasi penggunaan media pembelajaran Congklak yang digunakan siswa untuk belajar Matematika di sekolah dasar (3/3).
3
Maros-Sulsel dan Blitar-Jatim
(1) Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS mencoba konduktor plastik buatan siswa SD di Batang, Jawa Tengah (12/3). (2) Alya siswa SD Sukomangli 2 Batang presentasikan cara penggunaan stetoskop hasil karya kelompoknya (12/3). (3) Eneng Nur'aeni, S.Pd Guru SMPN 1 Bojong, Pandeglang bersama siswanya mempresentasikan eksprimen cara mengatasi hama tanaman (1/4).
2
1 (1) Bupati Maros, Bapak M. Hatta Rahman, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari guru penjaga stan SMP 1 Turikale, Maros tentang Volume Kubus (20/2). (2) Siswi SDN 234 Inrelo, Wajo menjadi dokter kecil memeriksa detak jantung Istri Bupati Wajo, Ibu Andi Faikah (6/3). (3) Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, SH mencoba teleskop buatan siswa (24/3).
3
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 3
PRIORITAS - Nasional
Pelatihan di Sekolah Mitra Sudah Menunjukkan Dampak USAID PRIORITAS yang dimulai pada bulan Mei 2012 merupakan program pendidikan dasar yang didanai USAID. Program lima tahun ini bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas. Pada tahun pertama program, USAID PRIORITAS bermitra dengan 23 kabupaten/kota Kohor 1 di tujuh propinsi. Di setiap kabupaten/kota mitra terdapat kurang lebih 24 sekolah mitra, terdiri dari 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs, sehingga jumlah keseluruhan sekolah mitra pada Kohor 1 adalah 556 sekolah dan madrasah. Pada akhir tahun 2012, pengambilan data awal (baseline) dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari 161 sekolah (92 SD/MI dan 69 SMP/MTs). Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kemajuan dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan partisipasi masyarakat.
KEGIATAN-KEGIATAN USAID PRIORITAS antara lain adalah pelatihan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Pelatihan sekolah dilakukan pada bulan Juli hingga September 2013. Pendampingan terhadap sekolah dilakukan sebagai tindak lanjut dari pelatihan. Untuk mengukur dampak bantuan di sekolah, pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2013 dengan memastikan bahwa pelatihan telah dilaksanakan paling sedikit selama dua bulan. Sampel sekolah yang diambil pada monitoring 2013 tentang perubahan yang terjadi di sekolah sama dengan sampel sekolah pada pengambilan data awal.
Pembelajaran di sekolah mitra menunjukkan perubahan positif. Siswa difasilitasi belajar secara kooperatif, kelas dipenuhi pajangan hasil karya siswa, dan tersedia sudut baca di kelas.
73.1% 55.1%
2012 2013
21.5% 16.8%
Praktik Menga jar yang Ba ik
P erila ku B ela jar Murid
I. Kualitas Pembelajaran Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, USAID PRIORITAS memberikan pelatihan tentang pembelajaran aktif yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Di dalam pelatihan, guru diperkenalkan beragam teknik mengajar, cara membuat tugas pemecahan masalah dan mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan tidak sekedar menghapal. Setelah pelatihan berakhir, fasilitator memberikan pendampingan bagi guru dalam melaksanakan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan. Bantuan untuk pelatihan dan pendampingan ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Persentase guru di sekolah mitra yang menunjukkan praktik mengajar yang baik (lndikator I) meningkat dari 21.5% sebelum ada kegiatan proyek menjadi 55.I% setelah proyek memberikan bantuan. Perubahan yang menonjol dalam praktik mengajar tampak pada pengaturan tempat duduk siswa dalam kelompok yang Sekolah mengembangkan budaya baca siswa dengan beragam strategi memudahkan pembelajaran yang interaktif, guru berkeliling misalnya memberikan waktu khusus membaca untuk murid. kelas untuk membantu murid dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Peningkatan kualitas mengajar guru menunjukkan pengaruh 6 4.6% positif terhadap perilaku belajar siswa (lndikator 2) seperti yang terlihat pada keaktifan murid dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan dalam kegiatan kerja kelompok. 40.2% Perilaku belajar positif meningkat dari 16,8% sebelum adanya 2012 bantuan proyek menjadi 73,1% setelah proyek berjalan. 24.8% 2013
2. Ketrampilan Membaca dan Budaya Baca Walaupun keterampilan membaca bukan merupakan fokus khusus dalam modul pelatihan pertama, pentingnya membaca dan penyediaan buku selalu ditekankan terutama melalui contoh-contoh dalam perencanaan sekolah dan pengelolaan
4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
8.7%
Mengembangkan Ketrampilan Membaca
Menciptakan Budaya Baca
PRIORITAS - Nasional sudut baca. Setelah proyek berjalan, terjadi peningkatan pada jumlah guru yang melakukan pengembangan keterampilan membaca pada siswa (Indikator 3) menjadi 40.2% dari 8.7% sebelum ada bantuan pelatihan untuk guru. Peningkatan terjadi pada semua (empat) kegiatan yang digunakan dalam mengukur indikator tersebut seperti memberikan waktu kepada murid untuk membaca ketika pelajaran berlangsung, memberikan bahan bacaan yang beragam selain buku teks, mengecek pemahaman siswa pada saat mereka membaca, dan membahas konsep serta katakata baru. Kegiatan USAID PRIORITAS juga mengajak sekolah untuk meningkatkan budaya baca di sekolah. Pada monitoring awal, hanya 25% sekolah yang melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan minat baca murid (lndikator 4). Pada monitoring 20 I 3, jumlah ini menjadi lebih dari dua kali lipat (64.6%). Peningkatan paling menonjol terjadi pada kegiatan peningkatan fungsi perpustakaan, pembelian buku bacaan untuk murid, dan pembuatan sudut baca di kelas. 3. Manajemen Sekolah Kepala sekolah pada umumnya lebih banyak terlibat pada masalah manajemen dan sedikit yang menaruh perhatian pada pembelajaran. Pelatihan USAID PRIORITAS memberikan dampak positif bagi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pembelajaran (Indikator 5). Dampak positif ini terlihat nyata dalam tiga kegiatan peningkatan profesi guru melalui studi banding, pelatihan guru, kegiatan KKG/MGMP dan menyediakan bahan pembelajaran bagi guru. Namun hanya sedikit kemajuan terjadi dalam kegiatan pertemuan rutin yang membahas masalah pembelajaran dan melakukan supervisi guru pada saat mengajar. Sebelum pelatihan dilaksanakan, hanya 6.8% kepala sekolah yang dapat dianggap sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Angka ini meningkat menjadi 27.3% setelah pelatihan. Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, komite sekolah sering diikutsertakan dengan asumsi bahwa masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan sekolah akan meningkatkan kinerja sekolah dan akhirnya meningkatkan kinerja belajar murid. Sebelum adanya bantuan proyek, 26,1 % sekolah melibatkan komite sekolah dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dan perbaikan lingkungan sekolah (lndikator 6). Pada monitoring 2013, jumlahnya meningkat menjadi 50%. Kegiatan yang melibatkan orang tua yang dipraktikkan di sekolah berkaitan dengan pembelajaran berupa bantuan kepada guru dalam membimbing praktik siswa, dan menjadi narasumber atau guru pengganti. Keterlibatan orang tua yang sangat menonjol adalah pada perbaikan lingkungan sekolah seperti menjaga kebersihan dan perbaikan/pemeliharaan gedung dan pembuatan pagar sekolah. 4. Kelompok Kerja Guru Profesional Kelompok kerja guru di tingkat sekolah dasar (KKG) dan kelompok kerja guru mata pelajaran di sekolah lanjutan (MGMP) merupakan salah satu tempat pengembangan profesi guru. Pada monitoring awal, hanya 29,3 % kelompok kerja guru yang efektif dan memberikan pelatihan bermutu (lndikator 7). Pada monitoring kedua (2013), meningkat menjadi 50,7 %. Peningkatan terjadi pada semua kegiatan yang dipakai sebagai kriteria pengukuran indikator ini yakni pelaksanaan pertemuan teratur sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, 50% atau lebih guru dalam gugus atau kabupaten secara rutin mengikuti pertemuan, dan agenda pertemuan berkaitan dengan upaya peningkatan pembelajaran. (Ph)
50.0%
27.3%
2012
26.1%
2013
6.8%
Kepemimpinan Pembelajaran
Partisipasi Masyarakat
Manajemen sekolah menjadi lebih partisipatif dan berfokus mendukung pembelajaran. 50.7%
29.3%
2012 2013
Kelompok Kerja Guru yang Efektif
USAID PRIORITAS memanfaatkan forum KKG/MGMP sebagai bagian dari kegiatan pendampingan kepada guru. Dampaknya KKG/MGMP menjadi lebih efektif dan guru mendapatkan pelatihan yang lebih bermutu.
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 5
PRIORITAS PRIORITAS -- Provinsi Provinsi Aceh Aceh
Pengalaman Baru dari Kunjungan Belajar
Kiri: Diskusi antara guru. Tengah: Guru pemandu menjelaskan suasana kelas kepada peserta. Kanan: Peserta berdialog dengan murid.
SEJUMLAH 414 orang guru, kepala sekolah dan komite sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs dari Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya melakukan kunjungan belajar ke 12 sekolah yang telah mengembangkan praktik yang baik di Kota Medan, Binjai dan Lubuk Pakam Sumatera Utara (11/3). Mereka melihat langsung praktik baik yang telah diterapkan oleh sekolah kunjungannya, terutama dalam bidang pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat terhadap sekolah. “Kami melihat peran komite yang cukup baik dan keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan komite juga cukup berkesan. Kami banyak dapat pembelajaran melalui kunjungan belajar ini
dan Insya Allah secara bertahap kami akan terapkan di sekolah,” jelas H. Abdul Wahab Ketua Komite SDN 10 Senuddon, Aceh Utara. Guru-guru SMP Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya yang ikut dalam kunjungan tersebut merasakan pentingnya mengadopsi praktik baik yang telah dilakukan oleh sekolah lain. “Kami mendapatkan banyak pelajaran dari studi banding ini. Metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini lebih hidup dan siswa lebih aktif dengan duduk berkelompok sehingga interaksi antara guru dan murid berjalan dengan baik,” ungkap Kafrawi, S.Pd guru Matematika. Peserta kunjungan mendapatkan beragam pengalaman yang baik. Mereka
Pendidikan Aceh Tanggung Jawab Bersama Banda Aceh. Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng yang hadir dan membuka acara Pertemuan tingkat Provinsi LPTK Mitra USAID PRIORITAS di Banda Aceh (29/1), menegaskan bahwa perbaikan mutu pendidikan Aceh adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu butuh kerjasama antar LPTK, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.“Sebagai universitas tertua dan terbesar di Aceh, Unsyiah memang memiliki peran yang Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng besar. Namun harapan ini tidak akan terwujud Rektor Unsyiah. apabila tidak ada kerjasama yang baik antar LPTK di Aceh,” katanya di hadapan 23 orang pimpinan LPTK dari 4 universitas konsorsium. Pada pertemuan tersebut mereka berdiskusi tentang 'Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Aceh Melalui Peningkatan Mutu Lulusan LPTK'. Rektor Unsyiah juga menawarkan kerjasama pertukaran mahasiswa antar universitas konsorsium selama satu semester. “Mahasiswa antar LPTK bisa kuliah di LPTK konsorsium lainnya selama satu semester agar mereka memperoleh pengalaman,” tawar Samsul Rizal. Usulan tersebut disambut baik oleh para pimpinan LPTK terutama untuk memaksimalkan mahasiswa yang melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan). ”PPL terpadu tampaknya perlu menjadi satu alternatif yang baik,” sebut Dr. Saifullah, M.Ag dari UIN Ar Raniry. “Tahapan PPL tidak hanya dilakukan di semester VII, tetapi juga dilakukan orientasi secara bertahap mulai mahasiswa belajar di LPTK,” harap Drs. Marwan Hamid, M. Pd, Wakil Rektor 1 Universitas Al Muslim. “Kita bersama perlu memperkuat kualitas dosen micro teaching sehingga sesuai dengan tuntutan di sekolah,” timpal Drs. Nuralam, M.Ag Pembantu Dekan 1 Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh. Dalam kegiatan sehari tersebut hadir juga Rektor Universitas Al Muslim Bireuen, Dr. H. Amiruddin Idris, SE., M. Si dan para dekan LPTK dari 4 universitas konsorsium di Aceh. (Tkm)
6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
melihat adanya program pengajian bulanan antara komite dan guru yang dijadikan media komunikasi membahas perkembangan pembelajaran di kelas, adanya perlombaan kelas PAKEM yang dilaksanakan setiap semester, pemasangan CCTV di setiap kelas, kepala sekolah yang rutin melakukan supervisi kelas setiap hari, serta program pemanfaatan lingkungan sekolah untuk media pembelajaran dan menghasilkan tambahan keuangan bagi sekolah seperti pembuatan kolam ikan yang hasilnya dijual kepada masyarakat. Dalam rencana tindak lanjutnya, para peserta menyatakan komitmennya akan mengadopsi praktik yang baik ke sekolahnya masing-masing. (Tkm)
Siapkan Perbup PPG KABUPATEN Aceh Jaya saat ini kelebihan 117 guru mata pelajaran di tingkat SMP. Hal itu terungkap dari hasil analisis data Penataan dan Rusli M. Saleh Pemerataan Guru (PPG) yang Wakil Bupati dilakukan oleh tim Dinas Bener Meriah. Pendidikan, Kemenag dan USAID PRIORITAS. Wakil Bupati Aceh Jaya Tgk Maulidi yang hadir pada kegiatan tersebut langsung menginstruksikan jajarannya untuk menindaklanjutinya “Dinas yang terkait harus menindaklanjuti hasil ini. Kita akan mengeluarkan peraturan bupati (Perbub) terutama untuk pemerataan guru di Aceh Jaya,” tegasnya (24/12). Sementara di Kabupaten Bener Meriah, diperoleh data untuk sekolah dasar masih membutuhkan guru kelas sebanyak 177 guru. Tetapi hal itu berbanding terbalik jika melihat distribusi berdasarkan kecamatan. Ada dua kecamatan kelebihan guru kelas sedangkan di kecamatan lainnya masih kekurangan guru kelas. Pada tingkat SMP juga terjadi kelebihan sebanyak 63 orang. Secara keseluruhan kecukupan guru pada tingkat sekolah tidak merata. Wakil Bupati Bener Meriah, Rusli M. Saleh segera menginstruksikan dinas terkait untuk bergerak cepat menyusun draf Perbup. "Kita harus segera mengeluarkan Perbup untuk penataan dan pemerataan guru. Perbup ini juga akan bermanfaat bagi guru yang telah bersertifikasi," katanya. (Tkm)
PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara
Bupati Labuhanbatu Apresiasi Program USAID PRIORITAS Labuhanbatu. Bupati Labuhanbatu dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD memuji keberhasilan implementasi program USAID PRIORITAS di Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunan Siregar daerahnya. Tigor mengunjungi SDN 112162 Rantau Utara untuk melihat melihat langsung implementasi program USAID program USAID PRIORITAS di daerah yang dipimpinnya. PRIORITAS telah berhasil meningkatkan mutu pendidikan dasar di Labuhanbatu. Hal itu disampaikan setelah melihat produk
pembelajaran yang dihasilkan sekolah mitra USAID PRIORITAS. “Sekarang guru-guru lebih bersemangat mengajar dan siswa lebih bersemangat belajar,” terang Tigor dalam Lokakarya Keberhasilan Program USAID PRIORITAS di Ballroom Hotel Suzuya, Rantau Prapat, Labuhanbatu (6/3). Beliau optimis kualitas pendidikan di Labuhanbatu akan terus meningkat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu berkomitmen untuk secara berkelanjutan meningkatkan mutu guru agar mampu mendesain pembelajaran yang bermutu. ”Mereka yang saat ini dididik dengan cara USAID PRIORITAS, mutu guru yang baik, mutu pendidikan yang baik, mereka akan menjadi generasi emas Indonesia,” tutur bupati lebih lanjut. Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara Agus Marwan menilai sekolah mitra USAID PRIORITAS di Labuhanbatu telah mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. “Produk pembelajaran yang dipamerkan oleh sekolah mitra kita adalah produk-produk hasil pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,” tutur Agus Marwan. (Eh)
Orang Jerman Pun Puji SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan. SMP Bintang Laut kedatangan tamu dari Jerman yang dipimpin Ibu Claudia. Awalnya mereka tidak dijadwalkan melihat proses pembelajaran di kelas. Namun atas permintaan Ketua Yayasan Bintang Laut, akhirnya rombongan ini bersedia melihat satu kelas. Alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat siswa belajar dengan aktif, Mereka tidak percaya, sekolah yang berada di pedalaman bisa mempraktikkan pembelajaran yang membuat siswa aktif. “Wah ini seperti cara belajar kami di Jerman,” kata Ibu Claudia. Sebelumnya sekolah ini masih menggunakan pendekatan konvensional. Setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS, kepala sekolah membuat kebijakan yang membuat pembelajaran aktif di sekolahnya menjadi lebih berhasil. Kebijakan tersebut di antaranya adalah: 1. Meminta guru mengubah penataan tempat duduk, yang mulanya konvensional menjadi berkelompok. 2. Memfasilitasi kebutuhan guru untuk mengajar. Awalnya cukup berat karena tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Namun setelah berjalan beberapa waktu, orangtua siswa sudah bersedia membantu. Siswa sudah bisa kami minta untuk membawa bahan-bahan yang bisa digunakan untuk pembelajaran seperti kertas bekas, lem, dan alat bahan sederhana lainnya yang dibutuhkan. 3. Karya siswa dipajangkan di dinding kelas. Karya ini merupakan produk pembelajaran. Ketika menjelang ujian, siswa biasanya mengambil portofolio mereka sebagai bahan belajar. 4. Siswa difasilitasi untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok maupun individu. Hasil kerja yang dipresentasikan merupakan hasil pemikiran dan kata-kata siswa sendiri. Pembiasaan ini membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan kreatif. 5. Mendorong guru untuk mampu menggunakan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Guru difasilitasi untuk mempuyai laptop dan tablet melalui arisan. Dulu hanya tiga orang guru yang bisa menggunakan TIK sekarang sudah 90 persen guru yang mampu. 6. Meminta guru melengkapi perangkat pembelajaran sebelum memulai pembelajaran. 97 persen gurunya mampu membuat perangkat pembelajaran. Saat ini para guru semakin kreatif dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Kreativitas ini membuat hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. (Eh) (1) Kondisi penataan kelas sebelum dan sesudah implementasi program. Sebelum implementasi, siswa duduk menghadap ke depan (gambar kiri) dan sesudah program dijalankan, siswa duduk berkelompok. (2) Siswa mempre-sentasikan hasil kerja kelompok maupun kerja individual. (3) Karya siswa selalu dipajangkan di papan pajangan. (4) Para guru menggunakan TIK dalam merancang perangkat pembelajaran dan menerapkannya di kelas.
1
2
3
4
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 7
PRIORITAS - Provinsi Banten
Mendorong Pemerataan Guru di Pandeglang Pandeglang. Bupati Pandeglang, H. Erwan Kurtubi meminta tim Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) untuk terus mendorong H. Erwan Kurtubi, pemerataan dan Bupati Pandeglang. penataan guru di Kabupaten Pandeglang. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Gedung Sekretariat Daerah, Pandeglang (24/2). Dalam pemaparan yang disajikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Pandeglang, Drs. H. Dadan Tafif Danial, M.M., tampak bahwa isu paling strategis di pendidikan dasar adalah besarnya anggaran yang dialokasikan untuk menggaji guru. Sebanyak 53% dari Rp 1,3 triliun APBD Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dipergunakan untuk bidang pendidikan, dan 81% dari jumlah tersebut dipergunakan untuk menggaji guru yang mencapai dua pertiga PNS di seluruh Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan pemaparan tersebut, bupati menyatakan mendukung penataan guru di daerahnya. Menurutnya, pemerataan guru di Kabupaten Pandeglang terhambat oleh sikap manja dari aparatur. Sudah ditempatkan tetapi
setelah satu-dua bulan minta pindah. Seharusnya setelah diangkat menjadi PNS, kita menjadi lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diamanahkan. Bupati Erwan juga menyatakan sangat mendukung kegiatan USAID PRIORITAS. Pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang handal, punya sikap dan kepribadian yang bagus. Melalui pendidikan yang berkualitas, Pandeglang akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. ”Untuk para guru harus terus memperkaya diri dengan ilmu dan meningkatkan kompetensi mengajarnya,” pesannya. (Nic)
Pembelajaran ABK di SDN Campaka 3 Tangerang SDN Campaka 3, Kabupaten Tangerang, adalah salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS yang menyelenggarakan pembelajaran inklusif. Sekolah ini memfasilitasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam kelas yang berbaur dengan siswa normal lainnya. Ibu Samriah, guru kelas 1, berbagi pengalamannya. Ibu Samriah mendampingi siswa ABK di kelasnya yang hiperaktif dan perlu perhatian khusus.
Bagaimana cara ibu mengenali ABK di dalam kelas? Mereka biasanya memberikan respon atau tanggapan yang berbeda. Kebanyakan mereka hiperaktif dan selalu mencari perhatian. Mereka juga biasanya tak mau diatur. Ada juga yang selalu diam, namun tiba-tiba kencing di kelas. Bagaimana kemampuan mereka dalam mengikuti pembelajaran? Sebenarnya mereka anak-anak yang cerdas. Anak hiperaktif itu di kelas saya ada lebih dari 10 orang. Mereka pintar tapi tidak mau diatur. Orang tua mereka sudah tahu kalau anak-anaknya begitu. Bagaimana cara menangani anak yang terlalu aktif? Saya biasanya memberikan tiga hari dalam seminggu untuk pelajaran tambahan kepada mereka. Tidak lama, hanya sekitar 15 menit saja. Kadang-kadang saya ajak mereka membaca buku bersama. Mereka juga dapat saling belajar dengan teman sekelasnya. Saya selalu berusaha memberikan empati kepada anak-anak ini lebih daripada kepada murid lain, tapi saya berikan di luar jam kelas. Di dalam kelas, semua sama. Apakah semua ABK di kelas Ibu hiperaktif? Tidak semua. Ada satu, dia sudah 8 tahun. Dia bisa tiba-tiba pipis di kelas, tanpa perasaan panik atau khawatir. Sayangnya dia juga kurang bisa komunikasi. Saya memberikan dia pelajaran tambahan. Prinsipnya saya akan berupaya agar siswa dapat belajar optimal. (Nic)
PAKEM dalam Perkuliahan Menulis Kreatif Serang. Memotivasi mahasiswa agar antusias mengikuti materi perkuliahan memerlukan cara-cara khusus. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Saya menerapkan hasil pelatihan PAKEM USAID PRIORITAS dalam perkuliahan. Salah satunya pada mata kuliah Menulis Hasil karya mahasiswa yang dipajang di Kreatif Program Studi Pendidikan Bahasa kelas membuat mereka mendapatkan dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan sumber belajar baru dalam perkuliahan. dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Saya ajak mahasiswa secara aktif mencari ide menulis dari alam sekitar, kemudian secara kreatif mereka mengolah kata menjadi cerita yang menarik. Setelah 15 menit membuka perkuliahan, membentuk mahasiswa dalam kelompok kecil, dan memberi instruksi yang perlu dilakukan, saya mempersilakan mahasiswa untuk ke luar kelas. Mereka diberi kesempatan untuk mencari sumber inspirasi penulisan dari sekitar lingkungan kampus, seperti melihat aktivitas para mahasiswa di luar gedung, hiruk-pikuk di lapangan parkir, suasana di perpustakaan, bahkan batu dan daun di halaman kampus pun menjadi sumber inspirasi mahasiswa dalam menulis cerita. Setelah ide cerita dituangkan menjadi tulisan singkat, para mahasiswa kembali ke kelas dan berbagi cerita dalam kelompoknya. Setiap kelompok memilih cerita terbaik, kemudian dibacakan di depan kelas. Cerita terbaik ditempel di majalah dinding kelas agar bisa dibaca dan menjadi sumber belajar baru. Di akhir perkuliahan, saya sangat takjub melihat hasil refleksi mahasiswa. Semua menyatakan perkuliahan di hari itu sangat mengasyikkan dan mereka sangat menikmatinya. Sejak saat itu, saya selalu berpikir kreatif untuk membuat rencana perkuliahan mendatang agar lebih menyenangkan. (Ade Husnul Mawadah, Dosen Untirta, Banten)
8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat
Janji Diseminasi Bupati Ciamis Ciamis. H. Iing Syams Arifin bupati terpilih Kabupaten Ciamis periode tahun 2014-2019 sangat antusias menyimak penjelasan Bupati Iing menikmati setiap sajian pameran sekolah Kepala Dinas mitra dengan bangga dan menghargai. pendidikan Kabupaten Ciamis H. Tatang yang didampingi Erna Irnawati, Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Jawa Barat, tentang kemajuan program yang telah setahun berjalan di daerahnya.
Pertemuan di rumah dinas bupati itu sejatinya untuk meminta kesediaan bupati menghadiri dan membuka kegiatan unjuk karya (district showcase) keberhasilan sekolah di Kabupaten Ciamis. Namun respon bupati justru di luar dugaan. Penjelasan H. Tatang yang rinci membuat bupati sangat tertarik untuk melakukan diseminasi di semua kecamatan di Kabupaten Ciamis mulai tahun anggaran 2015. Pernyataan yang sama ditegaskan lagi oleh bupati di depan para pemangku kepentingan pendidikan pada saat pembukaan unjuk karya di Gedung Dekopindo Ciamis (17/2). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa Kabupaten Ciamis akan menambah jumlah fasilitator daerah agar mencukupi kebutuhan diseminasi yang akan dilakukan pada tahun mendatang. Bupati menyadari bahwa fasilitator daerah akan menjadi ujung tombak program diseminasi yang akan dilakukan di Ciamis. (Mkn)
Wali Kota Cimahi Serap, Sebar, dan Sinambungkan USAID PRIORITAS Cimahi. Fasilitator daerah harus diberi dukungan yang kuat agar bisa mengimplementasikan, mendiseminasikan, dan menjaga Atty Suharti,Wali keberlanjutan program USAID Kota Cimahi PRIORITAS. Cimahi harus menyerap manfaat program secara lebih optimal. Kita harus sudah mulai berpikir keberlanjutan pasca USAID PRIORITAS. Demikian instruksi Atty Suharti, Wali Kota Cimahi, saat menerima audiensi USAID PRIORITAS Jawa Barat di kantornya (28/1). Hadir pada kesempatan tersebut adalah Tata Wikanta (Asisten Daerah I), Eddy Junaedi (Kadisdikpora), Hartati (Kabid Dikdas), dan jajaran staf dinas pendidikan. Erna Irnawati, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jabar, pada kesempatan tersebut memaparkan program yang sudah
menunjukkan komitmen tinggi pada berjalan di Kota Cimahi dan program USAID PRIORITAS. Dalam menggambarkan dampak positif program. keterbatasan sumber daya alam (SDA), Erna juga menyampaikan kegiatan-kegiatan Cimahi harus fokus pada SDM. “Maka, kita yang akan dilakukan berikutnya seraya membutuhkan program yang berfokus berharap Cimahi dapat konsisten pada peningkatan kualitas SDM seperti mendukung implementasi program. USAID PRIORITAS,” katanya. (Ds) Tata Wikanta menggarisbawahi instruksi Atty dan harapan Erna dengan menyarankan bahwa kebijakan dinas pendidikan harus mendukung USAID PRIORITAS. Menurutnya, fasilitator daerah menjadi ujung tombak keberhasilan program. Mereka harus dijeujeuhkeun (didayagunakan) untuk menjamin mutu pendidikan. “Program ini bisa didiseminasikan di jenjang SMA sesuai dengan kebutuhan lokal di Cimahi,” ujarnya. Fasilitator daerah di Cimahi yang menjadi ujung tombak Wali kota juga dalam melatih dan mendampingi sekolah, keberadaannya mendorong jajaran akan lebih didayagunakan untuk menjamin mutu pendidikan. pemerintahannya untuk
Supervisi Inovatif Kepala SDN Utama Mandiri 1 Cimahi
Ibu Cucum menerapkan supervisi yang melibatkan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
CUCUM SUMINAR Kepala SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi, menempuh cara unik untuk melakukan supervisi kepada guru. Di tengah kesibukan sebagai kepala sekolah, Ketua KKKS Cimahi
Selatan, dan Bendahara PGRI Cimahi Selatan, sulit baginya untuk secara rutin melakukan supervisi proses belajar mengajar langsung di ruang kelas. Pilihan satu-satunya adalah merekam proses belajar mengajar dengan kamera video yang dimilikinya. Bu Cucum, kepala sekolah yang setiap pagi selalu datang lebih awal daripada para guru, menugaskan seorang pegawai sekolah untuk melakukan hal tersebut.Hasil rekaman tersebut dibawa pulang oleh kepala sekolah tersebut. Di rumah, Bu Cucum memutar ulang, melihat detil proses pembelajaran, alat peraga, dan kesesuian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Setiap minggu sekali kepala sekolah berprestasi tahun 2010 itu memutar ulang rekaman video di depan semua guru di sekolah untuk dibahas bersama. Bu Cucum memberikan masukan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar mengajar sesuai dengan prinsipprinsip PAKEM yang telah dilatihkan dan didampingi oleh USAID PRIORITAS. Guru yang bersangkutan juga diminta berbagi pengalaman dengan guru-guru lain mengenai praktik pembelajaran sebagaimana dalam video rekaman. Di samping itu, guru-guru lain juga diminta memberikan masukan pada tayangan proses pembelajaran tersebut. (Mkn)
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 9
PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah
Dinas Pendidikan Purbalingga Evaluasi Ketercapaian Program yang lebih baik, dan manajemen memetakan pengelolaan keuangan lebih transparan ketercapaian program. dan partisipatif. Kini sekolah mitra telah Setelah diketahui memiliki dokumen RKS, RKT, dan RKAS hasilnya, maka kita yang didasari dari EDS. akan tahu capaian dan Namun demikian tidak semua sekolah hambatanmemiliki progress yang sama. Ada sekolah hambatannya, dan kita yang baru sebagian gurunya menerapkan akan cari solusinya pembelajaran aktif, dan yang paling bersama,” lanjut dikeluhkan oleh kepala sekolah adalah Ashari. Drs. Ashari, M.Pd (kiri) Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan adanya dana tambahan pada standar Hasil dari rapat Purbalingga pada saat mengkoordinasikan perkembangan program USAID PRIORITAS di daerahnya. proses ketika melakukan pembelajaran koordinasi dan aktif. Hal itu memang diakui kepala evaluasi ini, secara sekolah menjadi konsekuensi untuk umum sekolah telah Purbalingga. Untuk mengetahui mendukung peningkatan kualitas banyak melakukan perubahan dalam ketercapaian program USAID pembelajaran. (Arz) pembelajaran, khususnya dalam PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga, mengimplemendinas pendidikan melakukan rapat tasikan PAKEM koordinasi dan evaluasi program secara Pelatihan untuk Sekolah Mitra LPTK dan menyeluruh kepada 24 kepala sekolah pembelajaran mitra dan 30 fasilitator daerah (27/12 ). kontekstual. Tujuannya untuk mendapatkan Peran serta gambaran dari sekolah mitra tentang masyarakat juga perkembangan program, tantangan yang telah dihadapi, dan capaian selama kurang lebih meningkat, satu tahun kerjasama. Para kepala terbukti dengan sekolah, guru, dan fasilitator diberi terbentuknya kesempatan untuk memaparkan kegiatan beberapa forum yang telah dan yang akan dilakukan. kelas, Drs. Ashari, M.Pd Kabid Ketenagaan keterlibatan Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga masyarakat dan menyampaikan bahwa program USAID komite dalam PRIORITAS sudah berjalan satu tahun pengelolaan dan dinas pendidikan ingin mengetahui kebutuhan sejauh mana pencapaian yang dilakukan. sekolah, “Hasil evaluasi dalam forum ini akan Para guru dan kepala SMP mitra LPTK Universitas Yogyakarya mengikuti pembangunan kami gunakan untuk membuat laporan pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran (20-22/2). Mereka dilatih fasilitas sekolah dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual di kelas. dan rencana tindak lanjut. Kami akan
Aplikatif dalam Kebijakan sekolah (MBS) yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS bagi sekolah mitra Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan IAIN Walisongo, di Hotel Gumaya Semarang (22-24/2). Menurutnya manajemen sekolah untuk mendukung keberhasilan Prof. Dr. Soegiyanto, M.S (paling kiri) mengamati RKS buatan kelompok lainnya dalam kunjung karya pelatihan MBS Sekolah Mitra pembelajaran terlihat dari program-program Universitas Negeri Semarang dan IAIN Walisongo. yang sesuai dengan kebutuhan guru, siswa, Semarang. “Manajemen sekolah yang dan dibuat secara transparan. aplikatif dalam menerapkan kebijakan Mantan Pembantu Rektor IV untuk mendukung pembelajaran. Hal itu Universitas Negeri Semarang itu tampak yang saya rasakan dalam pelatihan ini,” aktif mengikuti pelatihan mulai hari tutur Prof. Dr. Soegiyanto, M.S., Komite pertama sampai pelatihan selesai. SMP Negeri 13 Semarang pada saat “Pelatihan ini merupakan kesempatan mengikuti pelatihan manajemen berbasis
10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
bagus untuk membahas program sekolah, karena guru, kepala sekolah, dan komite bisa duduk bersama,” katanya lagi. Komite SMPN 13 yang juga Guru Besar Unnes itu menilai pelatihan yang diikutinya dilakukan secara runtut. Selangkah demi selangkah peserta menyelami proses pembelajaran aktif di sekolah, kemudian memberikan ide cara mendorong peran serta aktif dari masyarakat, kreativitas menghimpun berbagai sumber daya, membuat rencana kerja tahunan dan rencana anggaran sekolah. Semua langkah dilakukan secara kontekstual dengan keadaan sekolah. Selain itu, antara sekolah satu dengan sekolah yang lain bisa saling bertukar pendapat dan mendapatkan inspirasi dari teman sejawat. “Kami merasa bahwa komite memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sekolah,” kata guru besar ilmu keolahragaan itu. (Arz)
PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur
Alokasikan Rp 2,2 Milyar untuk Diseminasi ALPEKA BOS DINAS Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah menganggarkan dana Rp 2,2 Milyar Fasilitator ALPEKA dari LPTK mitra mendampingi untuk peserta pada Diseminasi Pelatihan ALPEKA BOS diseminasi angkatan ke IV. Aplikasi Laporan Pertanggungjawaban Keuangan (ALPEKA) Dana BOS di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Anggarannya berasal dari Dokumen Pelaksanan Anggaran (DPA) Tahun 2014. Dijelaskan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Timur Drs. Sucipto, M.Pd, bahwa sejak tahun 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat dalam percepatan pencairan dana BOS dan inovasi yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS. Ia melihat Pelatihan ALPEKA BOS ini menjadi kebutuhan sekolah untuk membantu pembuatan laporan dana BOS lebih akurat dan akuntabel. Untuk itu ketika USAID PRIORITAS mengembangkan Program ALPEKA BOS, pihaknya dengan cepat merespon. “Dinas Pendidikan Jawa Timur memiliki target pada Tahun 2013-2014 bukan hanya kecepatan penyaluran anggaran BOS tapi juga peningkatan mutu penggunaannya. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjutnya. Targetnya, dari kecepatan pencairan anggaran berubah menjadi peningkatan mutu penggunanaan dana BOS,” ungkapnya. Kegiatan diseminasi yang mulai dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2014, direncanakan akan melibatkan 2.840 peserta yang terbagi menjadi 24 angkatan pelatihan. Fasilitator Pelatihan ALPEKA BOS ini berasal dari dosen Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Surabaya, dan Tim Manajemen BOS Kabupaten dan Provinsi yang telah mengikuti pelatihan ALPEKA BOS. (Mab)
Grogi Setelah Tidak Mengajar 16 Tahun Lumajang. Kepala Seksi (Kasie) Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Drs. Syamsul Hadi, MM tampak berkeringat saat harus praktik mengajar di SMPN 1 Batu. Sudah 16 tahun beliau tidak mengajar. Pengalaman praktik mengajar ini seperti mengembalikannya di masa lalu saat menjadi guru kali pertama. “Meski saya dulu menjadi guru, tapi saya sudah tidak mengajar lagi selama 16 tahun lagi. Rasanya seperti baru jadi guru, tapi saya harus mencoba pembelajaran aktif ini dan saya harus berhasil,” demikian tekad Syamsul Hadi begitu tinggi untuk mengajar Matematika di Kelas VII. Praktik mengajar adalah salah satu dari rangkaian kegiatan Pelatihan Pelatih untuk Fasilitator Daerah SD/MI dan SMP/MTs Kohor 2 Lumajang dan Ngawi. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 Januari – 2 Februari 2014 di Batu diikuti oleh 60 fasilitator daerah terpilih, perwakilan dari dinas pendidikan dan kementerian agama Lumajang dan Ngawi. Syamsul Hadi adalah salah satu pejabat yang mewakili Dinas Pendidikan Lumajang. Meski beliau sudah menjabat, namun dalam pelatihan ini semua peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan termasuk praktik mengajar. Hal yang sama juga dialami oleh Istamar, M. Pd Kasie Pendidikan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi. “Semalaman saya tidak tidur mempersiapkan bahan praktik mengajar,” ungkapnya.
Beliau mengajar Bahasa Indonesia. Pagi itu Pak Istamar memilih untuk mengajak siswa membuat ringkasan berita dari kliping koran. Ternyata persiapan yang dilakukannya semalaman berbuah hasil yang manis. Siswa Kelas VII SMPN 1 Batu puas dengan materi yang diajarkannya dan mendapatkan aplaus dari para siswa. Pak Istamar yang pernah menjadi guru SD selama 6 tahun menyesali mengapa program yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS baru ada saat ini. “Dulu saat saya jadi guru yang penting mengajar saja tidak berpikir inovasi. Guru sekarang semestinya bersyukur dengan banyaknya pelatihan seperti ini dapat meningkatkan kompetensi,” katanya. Usai praktik mengajar Pak Istamar pun tak sungkan duduk di lantai mengumpulkan hasil karya dan hasil refleksi siswa. “Rasanya ada kepuasan tersendiri melihat hasil karya siswa seperti ini. Saya bisa membayangkan andai saya setiap hari sebagai guru melakukan pembelajaran aktif di kelas, pasti kelas akan terlihat menarik dan semarak dengan hasil karya siswa,” ungkapnya bangga. (Dkd) Dari atas ke bawah: (1) Pak Istamar Kasie SMP Dinas Pendidikan Ngawi saat terlibat aktif dalam pelatihan pelatih untuk pelatih Kohor 2 di Batu (2/2). (2) Beliau asyik menata hasil karya siswa usai melakukan praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1). (3) Pak Syamsul Hadi Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Lumajang saat mendampingi siswa mengukur pintu kelas dalam praktik mengajar di SMPN 1 Batu (29/1).
1
2
3
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 11
PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan
Presiden RTI Kunjungi Sekolah Mitra di Makassar Makassar. Presiden RTI (Research Triangle Institute) International Wayne Holden dan Aaron William Wakil Presiden RTI Divisi Pembangunan Internasional mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS di Makassar (19/2). RTI merupakan salah satu lembaga yang dipercaya USAID untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS di Indonesia. Kedua pejabat tinggi RTI Internasional itu mengunjungi SDN Mamajang II, SDN Inpres Bertingkat Mamajang III, dan SMP
Wayne Holden (paling kanan) ditemani Stuart Weston dan Aaron William berdiskusi dan mengamati proses pembelajaran aktif di SDN Bertingkat Mamajang III Makassar.
YP PGRI yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS. Wayne Holden sangat terkesan dengan keaktifan pembelajaran di SDN Inpres Bertingkat Mamajang III yang menggunakan pendekatan PAKEM. Menurutnya, RTI telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan mitra proyek lainnya dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas. “Sangat menginspirasi untuk melihat komitmen dan kemitraan yang berkelanjutan dari pemerintah, mitra proyek, anggota masyarakat, dan pendidik dalam meningkatkan kesempatan atas pendidikan di Sulawesi Selatan,” ujar Holden. (Ajb)
Mikroskop Kreatif Berbiaya Murah, Hasilnya Mirip yang Asli mulutnya sebagai lensa okuler, Tiga buah balok dengan ukuran yang berbeda, satu sebagai lengan berukuran 22 cm, dan satu sebagai penghubung lengan dengan tubus dengan ukuran 8 cm, dan lainnya Berbagai jenis model mikroskop kreatif karya ibu sebagai kaki dengan Kasmiatang yang dibuat dengan memanfaatkan bahanukuran 12 cm, bahan yang mudah didapat. Dua buah tutup botol sebagai makrometer atau Maros. Sebelumnya di sekolah saya sekrup pengarah kasar, hanya ada satu mikroskop yang dipakai Tiga buah paku yang berfungsi sebagai untuk belajar di 3 kelas. Saya berpikir penghubung, dua buah paku sebagai bagaimana cara membuat sendiri alat penyangga meja objek, dua buah paku alternatif pengganti mikroskop yang mahal sebagai pelekat tutup botol, dua buah itu. Saya kemudian mencoba berinovasi paku di simpan di atas objek, memperbesar penglihatan objek dengan Karton sebagai meja objek dan menggunakan mistar plastik, botol aqua, penahan cermin, cermin berfungsi gelas kaca yang diisi air, mangkok kaca, dan sebagai sumber cahaya, botol parfum. Terakhir saya gunakan Karet yang berfungsi untuk botol minyak gosok. melekatkan tubus dengan lengan Mula-mula dibuka kertas tulisan yang mikroskop, ada di bagian luar, dibersihkan dan diisi air. Lakban untuk melekatkan paku dengan Botol dimasukkan baskom yang berisi air tubus sehingga tubus dapat berbentuk penuh dan diisi. Mulut botol ditutup dan pipih, ditekan memastikan tidak ada gelembung Pisau untuk memotong botol. yang bisa menghalangi pengamatan. Gelembung dapat menghalangi fokus Cara Membuat sehingga objek preparat tidak nampak. Potong tiga buah balok dengan ukuran Setelah itu, lumut saya letakkan di atas 22 cm, 12 cm dan 8 cm dan rangkai meja preparat, dan saya amati. Rumbaidengan paku. Tempelkan penutup botol rumbai lumut kelihatan lebih jelas dan plastik pada bagian balok penghubung botol minyak gosok lebih efektif dibanding lengan dengan dua buah paku ke lengan dengan bahan lainnya. mikroskop sebagai penyangga meja Namun bagaimana botol tersebut bisa preparat. Gunting karton persegi dirangkai menjadi mikroskop? Bersama berukuran 11 cm, dan lubangi bagian siswa, saya mencoba merangkai dengan tengah dengan ukuran diameter 1 cm. bahan lainnya dan menempatkan botol Gunting bagian yang akan ditempelkan ke yang berfungsi sebagai lensa objektif. lengan mikroskop dengan ukuran +4 cm Mikroskop yang kami buat dan letakkan di atas paku. rangkaiannya adalah sebagai berikut: Potong bagian bawah botol plastik. Botol plastik minuman sebagai tubus, Lubangi botol tersebut sesuai ukuran
12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
mulut dan bagian bawah botol minyak gosok. Masukkan botol minyak gosok ke dalam lubang. Supaya tidak ada celah antara botol minyak gosok (lensa objektif) dengan botol plastik (tubus), botol ditekan dengan paku pada bagian depan, dan belakang persis di atas botol minyak gosok. Lekatkan botol plastik di balok (lengan mikroskop) dengan menggunakan karet. Sekarang siap untuk digunakan, letakkan preparat yang telah dibuat. Cara Menggunakan Mikroskop sederhana dari balok dan bambu digunakan dengan menaikkan tubus dan menyimpan preparat di atas meja sediaan (meja preparat) dan memastikan objek preparat tepat di atas lubang. Jarak fokus diatur dengan menaikturunkan tubus. Objek preparat terlihat besar dan jelas pada jarak fokus kurang lebih 1,5 cm sampai 5 cm. Sedangkan mekanisme penggunaan mikroskop sederhana dari bahan karton adalah menyimpan preparat di atas meja sediaan, memilih lensa objektif (botol yang telah berisi air, sesuai dengan ukuran pembesaran yang diinginkan), memegang botol tersebut sambil mengamati objek preparat. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan botol yang lebih besar akan menghasilkan pembesaran yang lebih besar. Botol minyak gosok juga bisa diganti dengan jenis botol kaca yang tidak berwarna lainnya. Keunggulan mikroskop ini, alat dan bahannya mudah didapat, pembuatannya juga relatif mudah, hasil yang didapatkan mirip dengan aslinya. Jika pengamatan dilakukan di tempat terbuka hasil dan perbesarannya semakin jelas. Kasmiatang Kadir, S.Pd, Guru IPA MTsN Turikale Maros
PRIORITAS - Praktik yang Baik
RKAS Akuntabel, Dana BOS Cair Tercepat Maros-Sulawesi Selatan. Sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Maros sebelumnya sempat mengalami kesulitan dalam menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). Banyak sekolah yang masih bingung dalam pembuatannya. “Kalau mau jujur, pada saat pengawas sekolah mau datang memeriksa RKS dan RKAS, kami kebingungan cara membuatnya. Kami terpaksa melakukan copy paste saja dari sekolah lain,” ujar Kepala Sekolah SDN 180 Papandangan Maros,Yadayasari. Setelah mengikuti pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan mendapatkan pendampingan selama tiga bulan dari fasilitator daerah (Fasda), sekolah-sekolah tersebut berhasil membuat RKS dan RKAS yang dibuat secara partisipatif dengan melibatkan guru-guru dan komite sekolah. Bahkan mereka menjadi sekolah-sekolah yang tercepat menerima pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS). “Untuk pencairan dana BOS, Dinas Pendidikan Kabupaten Maros mempersyaratkan sekolah menyerahkan RKS dan RKAS yang akuntabel. Hal ini menjadi kendala bagi teman-teman yang tidak dilatih MBS,” kata Alimuddin Assegaf, S.Pd, Koordinator Fasda Maros. Karena sudah dilatih MBS, 16 SD/MI Mitra USAID PRIORITAS ini satu bulan lebih cepat menyerahkan RKS dan RKAS dibanding sekolah lain. Bahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Maros menjadikan RKS dan RKAS buatan sekolah mitra USAID PRIORITAS menjadi contoh atau rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya,
Isi dari RKS dan RKAS yang dibuat juga tidak hanya berupa program rutin atau administratif, tetapi berisi program untuk mendukung keberhasilan pembelajaran aktif dan budaya baca di
RKAS dan RPP SDN 180 Papandangan, Maros dibuat dengan baik dan terjilid dengan rapi.
sekolah. Kepala sekolah sangat memperhatikan masukan dari para guru dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembelajaran. “Seluruh sekolah di Maros perlu memahami cara menyusun RKS dan RKAS. Untuk itu diseminasi pelatihan MBS dan pendampingannya perlu dilakukan ke sekolah-sekolah non-mitra di Kabupaten Maros,” usul Alimuddin.
(Ajb)
Siaga Bencana dengan Simulasi Gunung Api Aceh Jaya, Aceh. Cut Rika Ramadhani menuangkan asam cuka dalam sebuah selang yang terhubung dengan pompa dan sebuah alat peraga di hadapannya. Teman-teman kelompoknya ikut membantu menuangkan soda dan pewarna dalam sebuah lubang pada alat peraga yang berbentuk puncak gunung. Selanjutnya asam cuka dipompa sehingga mengeluarkan cairan merah. Alat peraga yang mereka rancang bersama tersebut bernama “Simulasi Gunung Berapi” yang menghasilkan magma (lahar merah) pada lereng pegunungan. Ridwan, S.Pd yang membimbing siswa MTsN Teunom Aceh Jaya tersebut berharap dengan menggunakan alat peraga ini siswa dapat memahami proses letusan gunung berapi. “Dengan simulasi ini siswa lebih paham proses gunung berapi karena kita tidak mungkin membawa siswa pada situasi nyata apalagi saat terjadinya ledakan gunung berapi,” jelas Ridwan. Selain memahami letusan sebuah gunung, siswa juga diajak memahami jalur evakuasi, cara pengungsian yang benar dan tempat pertemuan (berkumpul) jika terjadi bencana, oleh
Siswi MTsN Teunom Aceh Jaya memperagakan simulasi letusan gunung berapi dengan media pembelajaran yang dibuatnya.
karena itu alat peraga yang mereka buat bersama dari kartun dan busa bekas tersebut juga memperlihatkan hamparan jalan, sekolah, rumah penduduk, pepohonan dan persawahan. “Dengan memperhatikan arah angin dan magma soda yang keluar dari alat peraga gunung berapi, kami juga dapat mempelajari jalur
evakuasi dan tempat berkumpul yang benar saat terjadinya bencana. Selain itu, kami juga mengetahui radius yang aman untuk mengungsi dan bersiaga saat terjadinya bencana gunung berapi,” jelas Rika. (Tkm)
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 13
PRIORITAS- Praktik - Provinsi Jawa PRIORITAS yang BaikTimur
Belajar Menimbang Sambil Bermain Kelereng
Yuli Ambarsari Rosyada, S. Pd, Guru SDN Segunung, Mojokerto saat mendampingi siswanya belajar menimbang. Mojokerto-Jawa Timur. Kelereng sudah menjadi mainan yang populer bagi siswa SDN Segunung Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Inilah yang mendorong Yuli Ambarsari Rosyda, S. Pd menggunakan kelereng sebagai media pembelajaran untuk mengajar siswa Kelas I tentang Kompetensi Dasar Membandingkan Berat Benda dengan Satuan Tidak Baku. “Saya melihat banyak anak laki-laki setiap istirahat bermain kelereng di halaman sekolah. Timbul ide saya untuk menggunakan kelereng sebagai alat belajar menimbang pada siswa Kelas I,” ungkapnya. Yuli menugaskan siswa membawa kelereng dan kemasan plastik bekas dari rumah. Dengan menggunakan timbangan sederhana, siswa diajak menimbang benda dengan kelereng dan kemasan plastik bekas. Selain itu diharapkan siswa mampu mengungkapkan kalimat sama berat, lebih berat atau lebih ringan. Misalnya saja sebuah botol shampo sama beratnya dengan lima
kelereng, botol minuman ringan sama beratnya dengan sepuluh kelereng, demikian seterusnya. Siswa juga mampu menuliskan kalimat matematika yang menyatakan lebih berat, sama berat dan lebih ringan dari hasil penimbangannya pada lembar kerja yang sudah disiapkan guru. Siswa Kelas I tampak antusias mengikuti pelajaran pada hari itu. Mereka mencoba menimbang benda-benda dengan banyaknya kelereng. Beberapa anak yang penasaran bahkan rela menunggui timbangan berjalan dengan imbang. “Wah………kok berat kelerengnya ya. Tapi kalau kelerengnya dikurangi satu berat botolnya. Bagaimana ini Bu? Apa kelerengnya harus dibelah ya?” tanya salah seorang anak penasaran melihat benda yang ia timbang beratnya tidak imbang. Siswanya dapat belajar matematika dengan sangat antusias. Bahkan sampai jam pelajaran berakhir, para siswa enggan beranjak dari tempat duduknya. (Dkd)
Gunakan Hewan Imajinatif untuk Belajar Bahasa Inggris Situbondo-Jawa Timur. Siswa belajar mendeskripsikan dan menuliskan sesuatu dengan menggunakan imajinasi siswa terhadap hewan imajinatif yang ada dalam benaknya. Pendekatan inilah yang dilakukan oleh Sri Rejeki, S. Pd Guru Bahasa Inggris SMPN 3 Panarukan Situbondo saat memberikan pembelajaran English writing tentang descriptive text kepada siswa Kelas VII. “Kalau siswa tiba-tiba langsung diberi tugas menulis, mereka biasanya malas-malasan. Dengan menggambarkan hewan menggunakan imajinasi yang ada dalam benak mereka ke dalam tulisan, siswa menjadi antusias untuk menulis,” terang Bu Sri. Awalnya, Bu Sri meminta siswa memasangkan potongan gambar hewan dengan kondisi spesifiknya. Misalnya gajah dengan belalainya yang panjang, burung rajawali dengan paruhnya yang tajam, kelinci dengan telinganya yang panjang, dan masih banyak lagi. Hal ini menurutnya, untuk menstimulasi siswa mulai berimajinasi dengan hewan imajinatif mereka. Selanjutnya secara berkelompok, siswa mencoba membuat hewan imajinatif mereka. Misalnya saja dalam
satu kelompok mereka membuat hewan pelajaran setelah ibu guru memberikan kebebasan berimajinasi pada dirinya. imajinatif burung garuda namun “Dengan mengimajinasi hewan berbadan seperti singa dan berekor kemudian menuliskannya dalam bahasa panjang. Menurut Bu Sri, kegiatan ini Inggris, saya jadi penasaran membuka bermanfaat agar siswa dapat melakukan kamus dan ingin lebih aktif descriptive writing skill dan aktif mencari mendeskripsikan hewan imajinasi saya di kamus tentang kata-kata yang mereka dalam bentuk tulisan. Pelajaran hari ini tidak paham. Selanjutnya setiap fun banget,” ungkapnya. (Dkd) kelompok wajib menuliskan spesifikasi bagian tubuh hewan imajinatif mereka dengan bahasa Inggris dan mempresentasikannya di depan kelas. Hasilnya sungguh luar biasa, masingmasing kelompok mampu membuat hewan imajinatif dan mendeskripsikan bagian-bagian tubuhnya dengan Atas: Siswa saat mempresentasikan benar. hewan imajinatif Jihan Fahira, siswi mereka. Bawah: Ibu Sri Kelas VII yang ikut Rejeki dan contoh dalam pembelajaran hewan imajinatif yang mengungkapkan dideskripsikan dalam bahasa Inggris. bahwa dirinya lebih antusias mengikuti
14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Kwartet Sains Ina Nur Inayah dan Acu Sucio, MI PUI Cibadak, Ciamis, Jawa Barat INSPIRASI bermula dari kesenangan empat orang siswa bermain kartu kwartet di waktu jam istirahat belajar. Kebiasaan ini semula dianggap mengganggu proses pembelajaran karena terkadang kesenangan ini terbawa pada waktu belajar sehingga merusak konsentrasi dan suasana belajar. Kami berdiskusi mengenai kegemaran siswa bermain kwartet di sekolah untuk menyikapinya secara bijak. Adakah peluang permainan ini untuk digunakan dalam PAKEM? Muncul gagasan mengubah gambar kwartet dengan gambar terkait pembelajaran sains. Proses pembuatan gambar itu ternyata tidak mudah dan menuntut kreativitas guru. Kami melakukan serangkaian percobaan berkali-kali dan berhari-hari. Satu-dua gambar tercipta lalu kami diskusikan dan kami sempurnakan. Kami sepakat memanfaatkan bahan murah, mudah didapat, seraya tetap memperhatikan unsur estetika dan daya tahan kartu. Menimbang daya tahan kartu, bahan kertas HVS diganti menjadi kertas karton yang dipotong seukuran folio. Hasilnya tidak kalah dari kertas foto. Ada gagasan untuk dilaminasi dulu baru dipotong atau dipotong dulu baru dilaminasi. Tetapi kami ingat laminasi rentan terkelupas jika sering digunakan, juga harganya tidak tergolong murah, lagipula jarak tempuh cukup jauh untuk laminasi. Terpikir mendayagunakan lingkungan yang dekat sekitar sekolah. Terlihatlah lakban bening ukuran 5 cm di lemari ATK. Timbul ide melakban kertas karton yang sudah berbentuk paketan
Bahan-bahan 1.Kertas karton 2. Gunting 3. Lakban bening 5 cm 4. Laptop 5. Printer 6. Gambar yang dapat dicari di google 7. Buku pelajaran/BSE/ BNSP/SKL/SK-KD/ KI-KD/silabus
permainan kwartet. Jadilah media pembelajaran inovatif yang dikembangkan bersama siswa bernama Kwartet Sains. Siswa cepat paham permainan tersebut. Mereka belajar banyak pengetahuan dari satu paket kwartet ke paket lainnya. Sajian kompetensi dasar dalam karakter Kwartet Sains sangatlah penting dan mudah karena dilengkapi gambar keterangan terbaru dari situs google. Satu paket kwartet minimal terdiri atas kompetensi dasar dalam satu semester. Siswa tampak asyik bermain, tertantang kreatif dan aktif berbicara, menganalisa, menghafal, dan mengimajinasikan gambar serta materi pelajaran. Guru dapat mengetahui penyajian kompetensi dasar ganda yang diajarkan dalam satu pelajaran dan atau pelajaran lain dari mulai kelas awal dan atau kelas tinggi. Pengembangan selanjutnya Kwartet Sains dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran IPS dan atau lainnya. Bisa juga dengan tampilan gambar yang sesuai dengan tematik Webber dan atau tematik integratif dalam Kurikulum 2013. Kwartet Sains pun bisa dikembangkan dengan cara lain melalui gambar-gambar kecil layaknya permainan gambar anak-anak dalam sarapan pagi. Sebuah pembiasaan yang juga bisa disampaikan dalam bahasa Inggris tentang noun, adjective, verb, dan lainnya. Media ini dikembangkan dengan benar-benar melibatkan siswa. Siswa menuliskan kata di balik kertas warna kecil. Ia juga menambahkan gambar yang sesuai atau menginspirasi karakter yang dimunculkan.
Cara Membuat 1.Buatlah 8 karakter yang menyajikan kompetensi dan atau materi inti dalam kotak/tabel seukuran kartu kwartet (mulai dengan satu karakter dulu untuk mempermudah langkah); 2. Sajikan empat jawaban di bawah karakter dengan empat kartu (gambar sesuai jawaban yang diberi warna merah supaya kontras dan diletakkan di pojok kiri atas); 3. Print 8 karakter di kertas karton yang sudah dipotong ukuran folio (untuk satu paket permainan kwartet); 4. Gunting sesuai garis kotak; 5. Lapisi kartu dengan lakban bening 5 cm (jika perlu rapikan dengan gunting).
Bermain Kwartet sambil belajar membuat siswa MI PUI Cibadak menikmati pembelajaran di sekolahnya.
Cara Bermain 1. Permainan ini dilakukan oleh 4 pemain; 2. Masing-masing pemain mendapatkan 4 kartu untuk pertama kali main; 3. Masing-masing pemain secara bergiliran membacakan salah satu judul kartu yang ada padanya dengan berharap ada judul kartu yang sama dengan karakter yang berbeda di pemain lainnya; 4.Apabila ada judul kartu yang sama di pemain lain, pemain harus menyebutkan salah satu karakter yang diminta. Apabila benar, kartu diberikan. Apabila tidak ada, ia mengambil kartu dari yang masih tersedia; 5.Secara bergantian pemain melakukan hal yang sama sehingga terkumpul setiap judul kartu yang terdiri dari 4 karakter; 6. Pemain yang berhasil mengumpulkan judul kartu terbanyak dialah pemenangnya; 7. Permainan ini bisa dimainkan secara individu atau tim (satu tim terdiri dari dua orang).
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Kembangkan Penugasan yang Buat Semua Siswa Aktif Lembar Kerja Siswa
MENULIS SURAT UNTUK TEMAN Kelas 4 Semester 1 Bacalah petunjuk di bawah ini! 1. Bacalah contoh penulisan surat kepada teman yang ada pada buku paket. 2. Buatlah di buku tulis masing masing sebuah surat yang ditujukan kepada temanmu. 3. Setelah selesai, tukar hasil tulisan suratmu ke teman di sebelahmu. Kemudian berikan penilaian dengan a. Apakah tercantum waktu dalam penulisan surat tersebut? b. Adakah nama yang dituju? c. Sudah benarkah tanda baca yang digunakan? d. Adakah urutan pembukaan, inti, dan penutup? e. Apakah ditulis nama pengirimnya? 4. Pilihlah satu surat yang dinilai terbaik di kelompokmu untuk dibacakan di depan kelas. 5. Buatlah kesimpulan cara menulis surat kepada teman yang baik dan benar! PENERAPAN PAKEM yang identik dengan kerja kooperatif dalam kelompok, terkadang pelaksanaannya kurang efektif karena masih ada siswa yang pasif dan enggan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Seringkali hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Untuk mengatasi hal itu, Ibu Luda Sofiah, mengajak guru di SDN Kadikaran, Kecamatan Ciruas, Serang untuk merancang sendiri Lembar Karya Siswa (LKS) atau penugasan yang membuat siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. SDN Kadikaran merupakan sekolah dampingan Ibu Luda, fasilitator daerah yang juga guru di SDN Tegal Jetak. Kedua sekolah itu berada di Kecamatan Ciruas, Banten. “Guru di sini masih belum terbiasa membuat LKS sendiri. Mereka sering mengandalkan yang ada di buku. Saya ingin membantu guru di sini membuat LKS atau memberikan penugasan kepada siswa yang lebih kreatif dan efektif dengan panduan penugasan atau pertanyaan yang membuat siswa berpikir tingkat tinggi,” Ibu Luda menjelaskan maksudnya. LKS yang dimaksud harus mencantumkan panduan bagi siswa untuk melakukan tugasnya masing-masing, berbagi informasi, terlibat aktif dalam menilai hasil karya teman, dan mempresentasikannya di depan kelas. Dengan demikian, siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep materi dan menghasilkan karya kreatif. Guru juga tidak perlu berceramah terlalu banyak. Ibu Luda memulainya dengan membimbing Ibu Siti Sumarti, guru kelas IV SDN Kadikaran yang akan mengajar bahasa Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Ibu Luda secara
spesifik memberikan beberapa kiat dalam penyusunan LKS yang dapat membuat semua siswa siswa aktif dalam kerja kelompok. Misalnya, memberikan jumlah soal sama dengan jumlah anggota kelompok. “Kalau dalam satu kelompok beranggotakan enam siswa, ya diberi soal paling sedikit lima. Jadi yang satu menulis, yang lainnya masingmasing kebagian satu soal untuk dicari jawabannya. Bisa juga pengelolaan penugasannya dari kerja individu lalu dibahas bersama untuk menjadi hasil karya kelompok,” jelas Ibu Luda.
Penerapan dalam Pembelajaran Pada saat itu, para siswa dijadwalkan untuk belajar cara menulis surat untuk teman. “Anak-anak, hari ini kita akan belajar menulis surat yang baik dan benar,” ajak Ibu Luda ketika itu. Secara berkelompok para siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai panduan dalam LKS. Berikut adalah langkah-langkah kegiatan dalam kerja kelompok: Di awal setiap siswa diminta membaca contoh surat kepada teman yang ada di buku paket dan mengidentifikasi bagianbagian yang perlu ada dalam sebuah surat. Setelah siswa menemukan dan memahami bagian-bagian yang ada pada sebuah surat, siswa secara individu menuliskan surat untuk temannya. Kemudian, surat yang dibuat ditukarkan pada teman sekelompoknya. Mereka menilai surat buatan temannya berdasarkan panduan di LKS. Selanjutnya, di dalam kelompok siswa berdiskusi untuk memilih karya terbaik berdasarkan hasil penilaiannya. Perwakilan kelompok membacakan hasil karya terbaik surat untuk teman di depan kelas. Hasil karya terbaik surat untuk teman dijadikan rujukan bagi para siswa untuk memperbaiki hasil karyanya. Di akhir pembelajaran siswa dan guru menyimpulkan cara menulis surat yang baik dan benar. Hasil karya siswa di pajang di dinding kelas. Penugasan yang diberikan kepada siswa juga tidak harus dalam bentuk LKS tetapi guru dapat menuliskannya di papan tulis. Jadi LKS tersebut tidak perlu difotokopi untuk semua siswa. “Sebelumnya saya tidak tahu cara menyusun LKS yang membuat seluruh siswa aktif. Sekarang saya sudah mengerti, harus ada strategi yang tepat dalam menyusun LKS agar siswa dalam kelompok aktif semua, sehingga pemahaman konsep dapat diterima semua siswa,” komentar Ibu Siti Sumarti, guru bahasa Indonesia SDN Kadikaran setelah didampingi Ibu Luda. “Kita tadi belajarnya lebih seru. Kita jadi tahu cara menulis surat untuk teman yang baik,” ujar salah seorang siswa mengomentari pembelajaran yang baru saja diikutinya. Luda Sofiah, SDN Tegal Jetak dan Fasilitator Daerah Kabupaten Serang, Banten
Ibu Luda Sofiah sedang mendampingi Ibu Siti Sumarti saat memfasilitasi siswanya belajar di halaman kelas.
16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Terampil Menyunting Karangan setiap kelompok diberi lembar kerja siswa dan Kartu EYD Tematik yang sesuai dengan nomor kepala yang dipakainya. Lembar kerja siswa berisi tugas – tugas yang berkaitan dengan materi menyunting dan pada Kartu EYD Tematik berisi panduan singkat menyunting karangan yang dikemas Ibu Sutini mendampingi dan membimbing siswa menyunting secara sederhana dengan karangan di dalam kelompok. komposisi yang menarik. Selanjutnya semua siswa Banjarnegara-Jawa Tengah. Untuk dalam kelompok mengerjakan tugas menarik minat siswa dalam belajar sesuai dengan nomor kepalanya. Bagi menyunting karangan saya menggunakan siswa yang mengalami kesulitan diberi model pembelajaran Kepala Bernomor kesempatan untuk bekerja sama atau yang dipadu dengan penggunaan Media dapat berkonsultasi dengan siswa dari Karet (Kartu EYD - ejaan yang kelompok lain yang bernomor kepala disempurnakan - Tematik) seperti yang sama. diterapkan pada pembelajaran Bahasa Setelah selesai berdiskusi selama 15 Indonesia di kelas IX SMPN 1 menit, saya mempersilakan salah satu Karangkobar, Banjarnegara. siswa yang bernomor kepala 1 dari Pembelajaran diawali dengan kegiatan kelompok tertentu untuk menyampaikan apersepsi untuk mengkondisikan kesiapan hasilnya dan siswa yang bernomor kepala siswa dalam belajar, termasuk di dalamnya sama dari kelompok lain diminta untuk menyampaikan tema dan tujuan menanggapi. Kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran. siswa yang bernomor kepala 2 sampai Selanjutnya, siswa diminta bergabung dengan siswa yang bernomor kepala 4. dalam kelompok masing – masing yang Bagi kelompok yang menampilkan hasil sudah dibentuk sebelumnya. Semua siswa terbaik mendapatkan penghargaan. dalam kelompok memakai topi bernomor Setelah presentasi selesai, siswa 1- 4 dengan warna yang berbeda yaitu: kembali duduk pada posisi awal. merah, hijau, kuning, dan biru. Kemudian
Selanjutnya saya membagikan kembali soal yang berisi 5 butir tentang materi menyunting. Siswa diminta untuk mengerjakan secara individu dalam waktu 10 menit. Kemudian jawaban siswa dikoreksi oleh temannya dengan cara jawaban digeser ke kanan hingga hitungan ketiga. Bagi empat siswa yang memperoleh nilai terbaik mendapat hadiah majalah siswa edisi terbaru. Sebelum pembelajaran berakhir saya menanyakan bagaimana perasaan dan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model Kepala Bernomor dan Media Karet. “Asyik Bu. Saya bisa mengerjakan tugas menyunting karangan, dan selama pembelajaran berlangsung teman-teman tidak ada yang mengantuk !” ucap Nico salah satu siswa kelas IX-D. Sutini, Guru SMPN 1 Karangkobar, Banjarnegara
Setiap siswa di dalam kelompok, mendapatkan tugas menyunting karangan sesuai nomornya.
Belajar Sejarah dengan Menyusun Menara Perjanjian “Saya pasti akan selalu ingat materi yang saya jadikan menara perjanjian ini,” kata Indah Pratiwi siswa kelas IXA. “Bu guru.. besok menggunakan model yang menyenangkan lagi ya..? Saya jadi tidak mengantuk belajar Sejarah,” kata Lulus siswa kelas IXC. Banjarnegara-Jawa Tengah. Begitulah senyum dan kesan siswa setelah melakukan pembelajaran IPS dengan model Menyusun Menara Perjanjian. Model pembelajaran itu saya gunakan dalam mempelajari materi perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelum kegiatan dilaksanakan, saya mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu kertas berwarna yang sudah digunting/diiris kecil-kecil. Kertas tersebut berisi informasi tentang nama, waktu, tempat, perwakilan/delegasi dan isi dari perjanjian Linggarjati, Perjanjian
Renvill, Perjanjian Roem Royen dan Konfrensi Meja Bundar. Satu irisan kertas berisi satu informasi. Irisan kertas tersebut dibuat dan didesain sedemikian rupa sehingga ketika disusun oleh siswa akan berbentuk seperti menara. Guntingan kertas tersebut diacak dan dimasukan ke dalam amplop. Saya memberi informasi tentang perjuangan diplomasi secara umum sebelum siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. Siswa kemudian menyebutkan nama-nama perjanjian yang telah dilakukan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya saya membagikan bahan yang digunakan kepada masing-masing kelompok yaitu amplop yang berisi guntingan kertas mengenai perjanjianperjanjian yang sudah disebutkan oleh siswa, kertas karton dan lem. (Isi dari amplop/materi bervariasi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain). Siswa belomba menyusun dan menempel guntingan kertas tersebut di
Siswa sedang mempresentasikan hasil karya menara perjanjian pada kelompok lain.
kertas karton dengan lem. Setelah waktu yang disepakati selesai, dua kelompok tercepat mempresentasikan hasil diskusinya. Banyak tanggapan yang muncul dari siswa dari kelompok lain. Isi tanggapan yakni mengkonfirmasi perjanjian tersebut dan kenapa diletakkan pada posisi tersebut. Di akhir pelajaran saya bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok secara kooperatif dan menyenangkan. Fajriyatun, Guru IPS SMPN I Rakit, Banjarnegara
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 17
PRIORITAS PRIORITAS -- Praktik Praktik yang yang Baik Baik
Kreativitas Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Baca Salah satu kegiatan yang dipromosikan oleh USAID PRIORITAS adalah pengembangan budaya baca di sekolah. USAID PRIORITAS melatih fasilitator untuk mendorong sekolah mengembangkan budaya baca. Meski baru dilatihkan di tingkat fasilitator, namun contoh-contoh nyata telah muncul di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS atau di sekolahsekolah tempat para fasilitator bertugas. Program budaya baca bukan sekadar membangun atau mempercantik perpustakaan. Program budaya baca juga bukan sekadar menambah koleksi buku. Program budaya baca adalah sebuah upaya untuk membuat anak suka membaca. Diantaranya adalah melalui kegiatan pembiasaan membaca dan mendekatkan bahan bacaan kepada para siswa. Berikut adalah beberapa contoh yang menarik untuk diadaptasi. PRIORITAS itu, dapat mengatasi masalah sempitnya ruang perpustakaan yang dimiliki sekolah. Bila jam istirahat biasanya perpustakaan dipenuhi siswa yang meminjam buku dan itu agak kurang kondusif. Untuk memudahkan siswa meminjam buku maka muncul ide mendekatkan buku kepada siswa melalui perpustakaan berjalan dengan memanfaatkan kotak troli yang diisi buku-buku bacaan. ”Ternyata dengan mendekatkan siswa pada buku, membuat Buku-buku baru sumbangan siswa kelas IX SMPN 8 Purworejo mereka menjadi lebih dimasukkan dalam kotak troli perpustakaan berjalan. gemar dalam membaca. Kami akan terus mengembangkan Purworejo-Jawa Tengah. Drs. Agus program mendekatkan buku pada siswa,” Wiwoho, M.Pd Kepala SMPN 8 katanya lagi. Purworejo, Jawa Tengah membuat terobosan dengan membuat program Melibatkan Masyarakat dan Siswa perpustakaan berjalan. Buku-buku bacaan Untuk menambah koleksi buku, selain koleksi sekolah dimasukkan ke dalam menggunakan dana bantuan operasional kotak troli plastik agar mudah dibawa ke sekolah (BOS), sekolah juga melibatkan dalam kelas atau ke tempat-tempat yang partisipasi masyarakat. Orang tua siswa banyak dikunjungi siswa pada jam dilibatkan Tahun 2014 ini, sekolah istirahat. mendapatkan bantuan uang senilai RP. ”Pada saat jam istirahat buku-buku 12.800.000 dan 573 buku bacaan baru dalam kotak troli dibawa oleh petugas dari siswa Kelas IX yang lulus sekolah. perpustakaan ke dalam kelas atau ke Untuk mengelola kantin sekolah agar lebih dekat dan pendistribusian buku, sekolah mudah dijangkau oleh siswa. Jam istirahat melibatkan OSIS dan petugas kami perpanjang selama 30 menit yang perpustakaan yang bertugas sebagian waktunya digunakan siswa untuk mendampingi siswa dalam wajib membaca,” urai Pak Agus Wiwoho. membaca. Program budaya baca yang sudah Dampak program berjalan selama 2 tahun itu berhasil membaca ini berhasil membuat kemauan siswa dalam membaca meningkatkan prestasi siswa menjadi semakin besar. Pada saat jam di sekolah. ”Tahun 2014 istirahat banyak siswa yang tampak asyik peringkat nilai ujian nasional membaca buku. Buku-buku dalam troli (UN) sekolah naik 2 tingkat diganti-ganti sehingga siswa bisa dari tahun sebelumnya. Siswa mendapatkan buku bacaan yang beragam. juga menjadi lebih kritis dalam pembelajaran,” tukas Mendekatkan Buku kepada Siswa Pak Agus. Ide program ini, menurut kepala (Anw/Hw) sekolah yang juga Fasilitator MBS USAID
Perpustakaan Berjalan SMPN 8 Purworejo
18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014
Buku mini karya salah satu siswa MTsN Teunom, Aceh Jaya.
Buku Mini Karya Siswa MTsN Teunom Aceh Jaya, Aceh. Untuk meningkatkan minat baca siswanya, MTsN Teunom, Aceh Jaya mengajak siswanya membuat buku mini. Buku mini ini dibuat berdasarkan mata pelajaran yang dipelajari siswa di kelas. Mereka menuliskan kembali pelajaran yang diperoleh dengan katakatanya sendiri. Beragam buku mini sudah dihasilkan para siswa. Ada yang membuat buku pintar dalam sains, biografi presiden Indonesia, kamus percakapan dengan teman dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, mudah belajar matematika, dan banyak lagi. Menurut Pak Ridwan fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang juga mengajar di madrasah ini, pembuatan buku mini dapat mendorong siswa menjadi mau membaca dan menulis. Untuk membuat buku mini, siswa biasanya menggunakan satu lembar hvs yang dibagi menjadi empat halaman kecil. Satu buku terdiri dari 8-16 halaman. Isinya bergantung tema pembelajaran. “Satu buku biasanya diselesaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan pembelajaran. Buku yang sudah selesai ditukar ke teman untuk saling dibaca dan diberi penilaian,” urai Pak Ridwan. (Anw/Hw)
Agar lebih menarik, koleksi buku di dalam kotak troli secara reguler selalu diperbarui. Tampak siswa sedang memilih buku yang disukai dan membacanya.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Budaya Baca Buat Siswa SDN 39 Cakke Pintar Bercerita “Seringkali siswa tidak bisa bercerita membuat diorama. dengan runtut atau suka meloncat-loncat. Salah seorang siswa Dengan bantuan media-media atau bersama-sama pembelajaran yang mudah dan murah ini, dengan kelompoknya siswa bisa mengasah ketrampilan dalam sambil memegang bekerja berkelompok, menggambar, diorama tersebut, menulis, dan bercerita dengan runtut. menceritakan kisah Siswa menjadi lebih kreatif dan tampil tentang laut dan isinya dengan lebih percaya diri,“ ujar Aslima, sesuai dengan buku salah satu guru SDN 39 Cakke. yang telah dibaca. Murid SDN 39 Cakke menunjukkan diorama dan piramida cerita Cara ini membuat buatannya. (Ajb) siswa tidak kehilangan Enrekang-Sulawesi Selatan. SDN Alat dan Bahan Membuat Diorama: fokus dalam bercerita dan 39 Cakke Enrekang, Sulawesi Selatan 1) Kotak/kardus kecil tempat sepatu/ mie; ceritanya menjadi sangat runtut. adalah sekolah yang konsisten dan aktif 2) Kertas berwarna; mengembangkan progam pengembangan Guru SDN 39 Cakke 3) Kertas karton; minat baca. Untuk siswa kelas awal, menggunakan diorama tidak sekolah ini menyelanggarakan dua jam hanya untuk bercerita tetapi juga 4) Gunting; tambahan pengembangan minat baca untuk menerangkan sesuatu 5) Lem; perminggu yang dilakukan sore hari. atau menunjukkan interaksi 6) Benang; Ditambah satu jam setiap hari Sabtu pada dalam suatu habitat, misalnya 7) Crayon atau pensil berwarna; akhir pelajaran. Untuk kelas tinggi, habitat yang ada di dalam hutan. 8) Boneka-boneka kecil miniatur, binatang, dilakukan satu jam per minggu di hari tumbuhan, dan benda-benda lain yang sesuai Sabtu. Piramida Cerita Jam minat baca diisi dengan kegiatan dengan ide cerita. Model lainnya yang membaca buku pelajaran dan buku cerita. dikembangkan adalah piramida Setelah membaca mereka difasiitasi untuk cerita. Pada model ini, siswa Cara membuatnya sebagai berikut: menceritakan kembali pada teman atau dikelompokkan yang masing1) Kardus dipotong bagian depan untuk display; kelompoknya. Para pengelola masing terdiri atas 3-4 orang. 2) Kertas berwarna digambar dan ditempelkan di perpustakaan menjalankan metode book Mereka bersama-sama kardus sebagai latar lingkungan cerita, misalnya reading dengan berbagai model, seperti membaca sebuah buku cerita. model diorama cerita, model piramida hutan atau laut sesuai dengan ceritanya. Bisa Kemudian berdiskusi cerita dan lainnya. Sedangkan untuk anakmenentukan poin-poin penting juga kardus tersebut langsung diwarnai; anak kelas lanjut dipandu untuk membuat dalam cerita. Poin ini mencakup 3) Kertas karton digunting membentuk tokohpresentasi dan ringkasan dari bacaannya. tiga hal: awal, inti dan akhir tokoh yang digambar dalam cerita dan diwarnai cerita.Tiga poin tersebut ditulis dengan crayon atau pensil berwarna. Bisa juga Model Diorama Cerita dan digambar pada tiga sisi diganti dengan boneka-boneka miniatur kertas yang berbentuk piramida. Dalam model diorama cerita, anakPiramida kertas dibuat dalam anak diminta membaca buku cerita dan binatang, tumbuhan, dan lain lain, disesuaikan kelompok. mendiskusikan dalam kelompok. Buku dengan cerita. ceritanya kebanyakan bergambar.AnakBahannya dari kertas karton 4) Kertas atau miniatur ini digantung dengan anak dituntun membuat diorama dan disatukan antar sisinya benang dan dilem di langit-langit diorama. Bisa berdasarkan gambar yang ada di buku atau dengan lem. Setelah menulis dan menentukan tokoh-tokoh dan latarnya, juga di lem saja di alasnya. Letakkan yang besarmenggambar di tiga sisi piramida baru membuat dioramanya sendiri. tersebut, mereka bercerita di besar di bagian belakang dekat dengan latar, hadapan teman-temannya sesuai Salah satu contoh model diorama dan yang kecil-kecil di bagian depan. dengan urutannya, yaitu awal, inti cerita adalah diorama bawah laut. dan akhir. Kelompok menyusun urutan cerita, dan
Budaya baca yang konsisten diterapkan SDN 39 Cakke, membuat para siswanya menjadi lebih kreatif. Dari hasil bacaannya siswa membuat diorama dan piramida cerita sebagai media untuk belajar menulis, menggambar, dan menceritakan kembali hasil bacaannya.
Prioritas Pendidikan: Edisi 6/ Januari - Maret/ 2014 - 19
Pelatihan Modul II untuk Fasilitator Provinsi SD/MI dan SMP/MTs USAID PRIORITAS pada 26 Februari s.d 4 Maret 2014 melatih fasilitator SMP/MTs di Bandung, kemudian pada 19 Maret s.d 25 April 2014 melatih fasilitator SD/MI di Makassar tentang Praktik yang Baik dalam Pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah yang dikemas dalam Modul II. Berikut adalah gambaran kegiatan pelatihan untuk fasilitator provinsi tersebut.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah 1
2
3 2
1
4
3
5
4
Keterangan: (1) Mengkaji implementasi MBS di sekolah masingmasing dari hasil pelatihan Modul I. (2) Merancang implementasi kepemimpinan pembelajaran yang 5 mendorong dan memfasilitasi guru berani melakukan perubahan. (3) dan (4) Membangun budaya baca dan mempresentasikan rencana pengembangan budaya baca di sekolah. (5) Menghitung anggaran sekolah untuk mendukung pembelajaran.
6 7 Keterangan: (1) Merancang langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran. (2) Merumuskan pertanyaan tingkat tinggi untuk bahan pembuatan LK. (3) Mempresentasikan hasil pembuatan rubrik penilaian. (4) dan (5) Mempersiapkan RPP dan media untuk praktik mengajar. (6) Simulasi pembelajaran yang mengintegrasikan literasi dalam pembelajaran, seperti Literasi dalam Matematika yaitu memahami soal cerita, menyelesaikan, serta mempresentasikannya. (7) Membuat kalender cerita sebagai media siswa kelas awal SD/MI untuk mengembangkan kemampuan literasi siswa.
Praktik Mengajar di Sekolah
5 1
2
Seluruh peserta pelatihan melakukan praktik mengajar. Berikut beberapa hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran? (1) Mendampingi siswa di kelompok kecil untuk lebih efektif melakukan kerja kooperatif yang menekankan pada praktik. 3 (2) Menggunakan buku besar sebagai media pembelajaran kelas awal dalam pembelajaran membaca. (3) dan (4) Mengembangkan literasi dalam pembelajaran, seperti siswa memanfaatkan buku di perpustakaan, membaca koran, atau mencari informasi di internet sebagai bahan referensi memecahkan masalah pembelajaran. (5) Memfasilitasi siswa mempresentasikan hasil karya, 4 memajangkan, dan menilainya dengan rubrik penilaian.