TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar Andi Bachtiar Arief(1), M. Isran Ramli(2), Arifuddin Akil(3), and Ananto Yudono(4) (1)Mahasiswa Pascasarjana, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (2)Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (3)Dosen Program Studi PWK, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (4)Kepala Laboratorium Urban Planning and Design, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Abstrak Transit oriented development (TOD) adalah salah satu model tata ruang perkotaan yang efektif untuk menyelesaikan kemacetan lalulintas kota seperti Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang sesuai untuk pengembangan TOD pantai di kota Makassar. Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa adalah tempat transit favorit bagi para komuter yang tinggal di pulau-pulau kecil sekitar daratan utama kota Makassar. Berdasarkan survey OD dan teknik analisis tabulasi silang, penelitian ini mengidentifikasikan bahwa para komuter melakukan pemborosan dalam hal jarak, waktu, energy, dan biaya untuk perjalanan harian mereka. Beberapa fasilitas yang bisa memenuhi tujuan perjalanan mereka antara lain intermoda angkutan, perbelanjaan, SPBU, tempat bertemu, jual beli hasil laut serta fasilitas parkir, memungkinkan untuk diakomodir pada kawasan TOD Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa. TOD Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa akan dapat mengurangi secara signifikan pemborosan trip sehari-hari para komuter untuk memenuhi maksud perjalanan mereka. Kata kunci : prinsip-prinsip TOD pantai, Makassar
1.Latar Belakang Pembangunan yang berfokus ke kota, seperti infrastruktur, faislitas sosial dan fasilitas umum mendorong perkembangan industri dan perdagangan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi perkotaan (Pu Hao, Richard Sliuzas, & Geertman, 2010). Pertumbuhan penduduk dan perekonomian kota menjadi salahsatu penyebab bertambahnya volume perjalanan orang dan barang (Hayati Sari Hasibuan, Tresna P Soemardi, Raldi Koestoer, & Moersidik., 2014). Perkembangan sistem lalu-lintas kota Makassar, selain ditentukan oleh pergerakan orang maupun barang kota, juga dipengaruhi oleh perjalanan para komuter dari pulau-pulau kecil di sekitar kota, maupun dari kabupaten sekitarnya dalam lingkup metropolitan Mammi-nasata, yang cenderung semakin kurang lancar, kurang aman, dan kurang efisien. Prinsip utama penyelesaian masalah lalu-lintas adalah pengurangan jumlah kendaraan, jarak perjalanan, dengan pening-
katan daya guna moda transportasi umum massal, jalur pedestrian, manajemen lalu-lintas orang dan barang yang tidak saling mengganggu, serta penataan ruang wilayah kota yang berorientasi transit, seperti prinsip transit oriented compact city development (Ananto Yudono, 2013). Setiap hari para komuter dari pulau-pulau kecil sekitar kota Makassar, dalam radius sampai 15km, seperti P. Laelae, P. Samalona, P. Barrang Caddi, P. Barrang Lompo melakukan perjalanan seharihari ke kota Makassar menggunakan perahu yang barlabuh pelabuhan Kayu Bangkoa untuk transit. Mereka masih harus melakukan perjalanan darat untuk mencapai tempat-tempat dengan berbagai tujuannya. Sebagian besar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhannya baik berupa barang maupun jasa potensiil dikembangkan di sekitar Pelabuhan Kayu Bangkoa (PKB), dengan penataan kembali kawasan ini.
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 047
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
Penataan kembali kawasan ini dalam prinsip transit oriented development, yang didukung oleh eksisting maupun pengembangan moda kendaraan umum akan mengurangi jarak perjalanan, yang berarti juga berdampak pada pengurangan volume lalu-lintas kendaraan, pengurangan polusi gas buang kendaraan, penghematan bahan bakar dan penghematan biaya perjalanan, terutama bagi para komuter dari pulau-pulau kecil. Gambar berikut memperlihatkan posisi PKB.
Untea
Paotere Soetta
F.Rotterdam
Kayu Bangkoa
0
1
2
3 km
Gambar 1. Posisi Pelabuhan Kayu Bangkoa (PKB) terhadap Pelabuhan lainnya di Kota Makassar. Sumber: Digitasi berdasarkan Google Earth.
Uraian di atas mendasari penentuan masalah penelitian tentang faktor dan variable apa yang signifikan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan Transit Oriented Development (TOD) PKB yang efektif dalam pengurangan perjalanan darat dalam kota oleh para komuter dari pulau-pulau kecil. Tujuan 1) Identifikasi pola trip sehari-hari para komuter dari pulau-pulau kecil; 2) Identifikasi maksud trip para komuter; 3) Identifikasi potensi dan kendala fisik kawasan PKB untuk pengembangan TOD 4) Penentuan prinsip-prinsip pengembangan TOD-PKB. A 048 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
1. Teori dan Pandangan Terkait Volume konsumsi energi transportasi, dan produksi polusi kendaraan, dapat dikurangi secara substansial dengan pengembangan ruang wilayah kota yang lebih kompak. Penalaran ini menemukan cara tepat dari studi akademisi bagi kebijakan publik di banyak negara. Apakah demi penghematan energy perlu kebijakan yang non populer? Penilaian empiris tentang keborosan konsumsi energi transportasi yang disebabkan oleh desentralisasi pusat-pusat kawasan dengan fungsi berbeda adalah tepat menjawab pertanyaan ini. Kesimpulannya adalah bahwa pengembangan compact city dengan pusat-pusat kawasan multi fungsi sangat bermanfaat untuk eliminasi jarak perjalanan dan konsumsi energi transportasi (Michael Breheny, 1994). Oleh karena itu kecendrungan perkembangan urban sprawl suatu kota harus dihindari sebisa mungkin. Seiring meningkatnya populasi penduduk, dan beragamnya aktivitas, area terbangun perkotaan yang cenderung secara sporadis dan menjauh dari pusat kota dengan kepadatan rendah. Kemudahan dalam pemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi memicu terjadinya kemacetan lalulintas, meningkatnya volume penggunaan energi transportasi, meningkatnya produksi gas buang kendaraan, yang berarti keborasn dalam jarak, waktu, energy dan biaya perjalanan, serta terjadi proses degradasi kualitas lingkungan perkotaan (Shirly Wunas & Natalia., 2011). Kondisi angkutan umum yang kurang layak dalam jangkauan pelayanan, jadwal perjalanan, kelancaran, keamanan dan kenyamanan, menjadi faktor pendorong pilihan penggunaan mobil pribadi karena lebih bebas dan dapat menjangkau seluruh origin dan destination (Rober Cervero, Kockelman, & Kara, 1997), (Cervero, 2007), (Shirshir Mathur & Ferrell., 2012), and (Cervero & Guerra, 2013). Ada 4 penyebab SAUM tidak berkembang, yaitu; kecenderungan membesarnya volume mobil pribadi sebagai ancaman serius, pembangunan infrasruktur yang lebih menghargai kelncaran mobil pribadi, kendaraan pribadi bebas digunakan kapan dan dimanapun, tingginya
Andi Bachtiar Arief
biaya sosial dan lingkungan (Cervero, 2007). Manfaat SAUM adalah menurunkan volume lalulintas kendaraan yang berate juga menurunkan tingkat kemacetan lalulintas, mengurangi polusi gas buang kendaraan, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan keadilan sosial (Shuxin Jin, Jianjun Wang, & Jiao., 2013). Kesadaran pentingnya keterpaduan pola dan struktur ruang wilayah perkotaan dengan sistem operasional sarana angkutan umum massal (SAUM) telah menghasilkan ide brilian tentang pengembangan kota yang berbasis transit oriented development (TOD). TOD adalah strategi untuk membuat kota lebih efisien dalam system transportasi orang maupun barang dengan pengembangan kawasan fungsi campuran pada pusat-pusat kegiatan perkotaan di sekitar setasiun SAUM , dengan kawasan aman dan nyaman bagi pejalan kaki (Bruce, 2012). Model penataan kota berbasis TOD ini sebagai bentuk kelayak-hunian dan keber-lanjutan proses urbanisasi yang terkait tempat tinggal, tempat kerja, dan kegiatan perkotaan lainnya yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki yang menyenangkan, aman, mudah dan nyaman ke dan dari stasiun SAUM, sebagai pengganti perjalanan yang dilakukan dengan mobil pribadi ke tempat tujuan (Cervero, 2007). Perjalanan tanpa kendaraan bermotor erat kaitannya dengan system transportasi yang berkelanjutan (Raha & Taweesin, 2013). Pandangan serupa tentang cepatnya proses urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi, berakibat tingginya penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan, berpeluang untuk penerapan TOD dengan konsep pengaturan perkembangan kota pada jalur transit yang memiliki ciri mixed use, kompak, walkable zone, dan fokus pada penggunaan moda SAUM (Hayati Sari Hasibuan et al., 2014). Dalam rangka untuk menumbuhkembangkan SAUM dan memaksimalkan akses berjalan kaki atau bersepeda yang sesuai prinsip TOD, maka perlu dilakukan penataan ruang dengan konsep pola tata guna lahan campuran baik tempat tinggal, tempat kerja, kantor serta tempat perbelanjaan (Cervero & Guerra, 2013).
TOD mengacu pada pusat-pusat kawasan perumahan dan komersial, dengan radius skala bersepeda, 1.25~1.5 mil atau sekitar 1.75~2.1 km, dengan inti kawasan berupa ruang terbuka di dekat setasiun yang dikelilingi oleh bangunanbangunan tempat kerja, perbelanjaan, dan perumahan, dengan kepadatan penduduk dan bangunan yang relative tinggi. Kepadatan ini secara berangsur semakin rendah sesuai dengan jarak yang semakin jauh dari pusat TOD. Di belakang lingkar blok perumahan ditempatkan fasilitas sosial seperti sekolah, gedung ibadah, gedung pertemuan serbaguna, play ground, taman, dsb. TOD dirancang untuk memaksimalkan akses SAUM dan kendaraan tak bermotor, sehingga mendorong penggunaan moda SAUM, sepeda dan jalan kaki. Secara umum prinsip pengembangan TOD adalah (TDM Encyclopedia, 2012):
Lingkungan dirancang untuk bersepeda dan berjalan kaki, dengan fasilitas jalan yang memadai dan menarik. Jalan-jalan dirancang dalam sistem jaringan koneksitas, dan difokuskan untuk mengontrol kecepatan lalu lintas agar lambat dan tidak gaduh. Fungsi kawasan dirancang mixed-use yang meliputi pertokoan, sekolah-sekolah dan pelayanan publik lainnya. Setiap blok neighborhood bervariasi tipe dan harga rumahnya, untuk menampung berbagai golongan ekonomi masyarakat. Manajemen perparkiran menerapkan disinsentif untuk untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi, dengan meminimalisasi luas lahan parkir. Setasiun dan halte-halte dibangun agar memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan seperti ruang tunggu, ketersediaan kios-kios minuman dan maja-lah, washrooms, meeting point, dan alat-alat petunjuk penggunaan multi-moda transportasi.
Sebuah TOD adalah pola penggunaan lahan secara kompak dan terpadu dengan perumahan, taman dan plaza publik, tempat kerja, dan layanan publik yang terletak di pusat kegiatan sistem transit. Aplikasi strategis prinsip-prinsip Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 049
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
TOD adalah saling interaksi antar kegiatan, meningkatkan kualitas udara, dan menciptakan zaona yang aman, nyaman dan menyenangkan untuk pejalan kaki, serta lingkungan perumahan yang interaktif. c. TOD adalah suatu kawasan mixed-use dalam area radius jarak jalan kaki 2000 feet atau ± 600 m, tempat transit para penumpang yang menggunakan SAUM dan kendaraan feedernya. Desain, konfigurasi, dan mixed-use berorientasi ke walkable zone, yang penggunaan moda transportasi umum, dengan tanpa mengabaikan moda kendaraan bermotor pribadi. Berikut ini model umum tata ruang kawasan TOD (PDOCA, 1992).
Gambar 2. Model umum tata ruang kawasan TOD, Sumber: data:image/jpeg;base64,/ (151011)
Bahasan teori dan pandangan ini, dirangkum sebagai berikut, yang mendasari kegiatan studi ini. a. Mobilitas orang maupun barang pada kota yang berpola urban sprawl boros dalam jarak, waktu, energi dan biaya perjalanan, serta memproduksi terlalu banyak gas buang kendaraan bermotor. Oleh karena itu hindari perkembangan fisik kota yang mengarah ke urban sprawl. b.
Pengembangan infrstruktur transportasi dan kemudahan pemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi, serta tidak tersedianya SAUM dan kurangnya daya tarik kendaraan umum menyebabkan pertambahan jumah kendaraan pribadi melampaui peningkatan kapasitas jalan. Hal ini penyebab utama
A 050 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
kepadatan dan kemacetan lalu-lintas. Oleh karena itu pengembangan sistem SAUM yang lebih menarik dibanding pengguaan kendaraan pribadi menjadi keniscayaan bagi kota-kota besar. Pengembangan kota kompak yang terpadu dengan system transportasi SAUM menjadi dasar pengembangan TOD. Prinsip-prinsip TOD akan mendukung eliminasi volume kendaraan pribadi, dan eliminasi keborosan jarak, energy, waktu dan biaya perjalanan, serta eliminasi produk gas buang kendaraan.
2. Analisis dan Pembahasan PKB merupakan pelabuhan perahu rakyat tempat transit para komuter dari pulau-pulau kecil kota Makassar dari perjalanan/trip laut ke perjalanan darat dan sebaliknya. Sekitar PKB merupakan pusat perbelanjaan Sombaopu dan tempat rekreasi Anjungan Pantai Losari. Walaupun demikian fasilitas perbelanjaan Sombaopu yang secara umum menjadi konsumen para wisatawan dan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas ini tidak berkaitan dengan maksud dan tujuan trip para komuter dari pulau-pulau kecil yang termasuk masyarakat berpenghasilan rendah. Harga lahan di sekitar PKB relative mahal. Batimetri dasar perairan pantai relative dangkal, ± 2m. Jumlah penduduk pulau-pulau kecil hunian utama mayoritas para komuter yaitu P. Kodingareng, P. Barang Cadi’, P. Barrang Lompo cenderung naik setiap tahunnya. Pertambahan penduduk ini dapat ditampung pada pulau-pulau kecil yang daya tampungnya ditambah dengan usaha perluasan pulau dengan reklamasi, atau dengan pemindahan sebagai penduduk. Pemindahan penduduk dapat di kawasan PKB dalam sistem tatanan TOD. Tabel berikut menjelaskan proyeksi
Tabel 1. Proyeksi jumlah penduduk pulau-pulau hunian mayoritas para komuter
Kodingareng Barrang Caddi Barrang Lompo
2020 4229 4533 4432
Tahun 2025 4230 4562 4449
2030 4231 4592 4466
2035 4232 4622 4483
Laelae
1727
1736
1745
1754
Pulau
Andi Bachtiar Arief
penduduk empat pulau-pulau kecil yang merupakan hunian mayoritas para komuter. Survei origin destination (OD) perjalanan seharihari dilakukan bagi para pelaku perjalanan yang menggunakan PKB sebagai tempat transit dari perjalanan laut ke perjalanan darat dan sebaliknya. Variabel yang diperoleh dari OD survei dianalisis dengan teknik analisis tabulasi slang menggunakan program Fortran 90. Selain daripada itu juga dilakukan survei kondisi dan fungsi bangunan-bangunan di kawasan PKB dan sekitarnya dalam radius 600m. Berdasarkan radius kenyamanan pejalan kaki dan naik kendaraan tak bermotor, serta jarak batas kota Makassar terjauh dari dan ke PKB, maka penentuan posisi asal dan tujuan perjalanan diperhitungkan dalam kwadran-kwadran radius 500m, 2500m, 5,000m, 10,000m, dan 15,000m, serta delapan bagian berdasarkan arah mata angin. Gambar berikut menjelaskan kwadrankwadran wilayah studi.
di Pelabuhan Kayu Bangkoa didominasi wanita sebanyak 61,1% dan laki-laki 38,9%. Para komuter yang transit tersebut, akan meneruskan perjalanan dari TOD Kayu Bangkoa ke destinasi di daratan Kota Makassar untuk beraktivitas dan memenuhi keperluan rumah tangganya. Para komuter dari pulau-pulau kecil umumnya menuju ke pasar tradisional untuk berbelanja memenuhi keperluan rumahtangga, diantaranya bahan pangan, meubeler, BBM, dan bahan bangunan. Komuter lainnya menuju ke pusat perbelanjaan pakaian, mall, sekolah atau kuliah, dan berkunjung kepada keluarga atau kerabat. Sedangkan para komuter yang menuju ke pulau-pulau kecil, bermaksud untuk rekreasi, kunjungan keluarga, ilmu pengetahuan, bekerja, berlibur, dan istirahat. Berdasarkan matriks asal tujuan, ditemukan bahwa rasio intensitas perjalanan OD sehari-hari dari dan ke setiap kawadran yang relatif tinggi adalah kwadran 11, yaitu PKB, kwadran 85 yaitu P. Barranglompo dengan P. Barrang Caddi, dan kwadran 75 yaitu P. Kodingareng. Selanjutnya kwadran yang rasio intensitas perjalanan OD cukup tinggi secara berturut-turut adalah kwadran 22, kwadran 32, dan kwadran 72 yaitu P. Laelae. Berikut ini table dan gambar yang menjelaskan intensitas trip pada kawdran OD. Tabel 2. Intensitas jumlah trip ke dan dari masing-masing kwadran KR1
% KR2
% KR2
11
46.32
12
3.19
13
21
0.65
22
5.65
23
31
1.23
32
5.32
41
0.65
42
2.78
52
0.49
% KR4 0
% KR5
14
-
15
1.80
24
-
25
33
0.74
34
0.16
35
43
0.90
44
2.78
45
53
0.74
54
0.74
55
0.74
64
51
-
61
-
62
-
63
71
-
72
4.50
73
-
74
81
-
82
0.25
83
-
84
0.33 -
% 0 0.74 1.47
65
-
75
8.67
85
9.17
Catatan: KR1 = Kwadran 1 % = persentase jumlah trip ke dan dari kwadran maisng-masing
Gambar 3. Kwadran posisi asal dan tujuan perjalanan R 1 = 500m, jarak 250m R 2 = 500-2,000m, jarak 1,250m R 3 = 2,000-5,000m, jarak 5.000 m R 4 = 5,000-10,000m, jarak 10.000 m R 5 = 10,000-15,000 m, jarak 15.000 m Catatan: R = ring Jarak = jarak rata2 dari Dermaga Kayu Bangkoa
Para komuter dari pulau-pulau kecil yang transit
Berdasarkan survei OD para pengguna PKB sebagai tempat transit alih moda transportasi laut dengan transportasi darat, diketahui bahwa jumlah kumulatif jarak trip darat dalam kota mereka adalah ± 3.900 km per minggu. Apabila sebagian maksud perjalanan mereka dapat dipenuhi di PKB maka dapat mengeliminir jarak perjalanan mereka. Jumlah kumulatif jarak trip darat para komuter akan bertambah paralel dengan pertambahan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 051
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
para penghuni pulau-pulau kecil, rata-rata 2.35% per tahun, yang akan semakin meningkat dengan peningkatan perekonomian mereka. Oleh karena itu pada tahun 2020 jumlah kumulatif jarak perjalanan penduduk dari empat pulau kecil tersebut diproyeksikan akan bertambah menjadi ± 4.358 km pada tahun 2020, menjadi ± 4.870 km tahun 2025, menjadi ± 5.388 km tahun 2030, dan akan menjadi ± 5.906 km pada tahun 2035 dalam setiap minggu.
1 2
8 Untea
Paotere Soetta
7
3
F.Rotterdam
2
K. Bangkoa
3 4
Kendaraan darat yang paling sering digunakan oleh para komuter dari pulau-pulau kecil adalah becak, angkot yang biasa disebut Pete-pete, sepeda motor, jalan kaki dan mobil jemputan. Tabel berikut menjelaskan moda transportasi dari dan ke PKB. Tabel 3. Moda transportasi dari dan ke PKB
5
6
Moda transportasi laut yang digunakan untuk melakukan trip ke dan dari PKB sebagai tempat transit untuk bepindah dari dan ke moda transportasi darat, adalah kapal kayu dan speed boat . Kapal kayu paling banyak digunakan oleh para komuter dari pulau-pulau kecil kota Makassar yang berfungsi sebagai kendaraan umum laut, kapasitasnya adalah ± 30 penumpang untuk jarak > 10 km, penghubung daratan kota Makassar dengan P. Barrang Lompo, P. Barrang Caddi dan P. Kodingareng, sedangkan speed boat merupakan sewa atau kendaraan laut jarak dekat penghubung daratan kota Makassar dengan P. Laelae.
0
1
2
No
3 km
4
6
1 2
5
MODA
DARI PKB
Transportasi Laut
%
Kapal kayu
76.26
78.57
Speedboat
23.74
21.43
Transportasi Darat 3
KE PKB %
%
%
Bis khusus
0.78
0.76
Gambar 4. Kuadran posisi asal dan tujuan
4
Pete-pete
25.00
10.69
5
Mobil pribadi
-
0.76
Berdasarkan survey OD, maksud trip darat ke kwadran-kwadran yang intensitas kunjungannya tinggi, yang memungkinkan diakomodasi dalam pengembanagn TOD-PKB adalah sebagai berikut:
6
Ojek
0.78
1.53
7
Spd motor
17.97
16.79
8
Becak
31.25
41.98
9
Sepeda
0.78
1.53
10
Jalan kaki
7.81
9.92
11
Sepeda motor
7.81
6.87
12
Mobil/dijemput
7.81
9.16
(1) maksud trip ke kwadran 11, PKB dan sekitarnya, adalah untuk transit alih moda transportasi, menjemput, jual ikan, jual barang campuran; (2) maksud trip ke kwadran 22, pertokoan Jl. Andalas dan sekitarnya, adalah belanja barang barang-barang kebutuhan rumah tangga, beli pakaian, dan cuci foto; dan (3) maksud trip ke kwadran 32, pertokoan Pasar Sentral, pertokoan Jl. Bulusaraung, dan Pasar Terong, adalah belanja barang-barang kebutuhan rumah tangga dan beli BBM. A 052 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Trip jarak dekat, ± 300 m, biasanya mereka lakukan dengan jalan kaki, trip jarak sedang, ± 1,000 m, mereka menggunakan becak, sedangkan trip lebih jauh dari itu mereka menggunakan angkutan kota yang disebut pete-pete atau sepeda motor atau mobil. Bis kota belum tersedia di kota Makassar. Ada pelayanan bus trans Makassar tetapi belum menjangkau tujuantujuan utama para komuter pulau-pulau kecil, dan frekuensinya masih sangat rendah, sehingga mereka belum memanfaatkannya.
Andi Bachtiar Arief
3. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil analisis di atas dapat ditarik kesimpulan berupa prinsip-prinsip pengembangan TOD-PKB sbb: 1) TOD-PKB dibangun terutama ditujukan untuk mengeliminasi pemborosan jarak, waktu, energy, dan biaya trip darat para komuter, serta mengeliminasi volume kendaraan di jalan raya kota Makassar termasuk eliminasi produk gas sisa pembakaran kendaraan bermotor. 2) Pengembangan TOD-PKB lebih berorientasi untuk menyediakan fasilitas pencapaian maksud trip para komuter dari pulau-pulau kecil kota Makassar berupa toko dan pasar yang menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga mingguan dan/atau bulanan, seperti barang-barang yang tidak dapat diproduksi di pulau-pulau kecil seperti beras, gula, pakaian, dan peralatan rumah tangga, dengan kualitas dan harga yang sesuai dengan kemampuan mereka sebagai masyarakat berpenghasilan rendah. 3) Peningkatan frekuensi dan jangkauan pelayanan bis trans Makassar sesuai dengan OD para komuter. 4) TOD-PKB potensiil dikembangkan dengan cara reklamasi memanfaatkan perairan pantai yang relative dangkal, serta pembangunannya juga mengarah ke bangunan bertingkat sederhana sampai empat lantai. 5) Pembangunan rusunawa bila memungkinkan di dalam kawasan TOD, atau memanfaatkan lokasi di kawasan rusunawa dan rusunami di wilayah sekitarnya dengan pengembangan pelayanan sarana angkutan umum massal.
Daftar Pustaka Ananto, Y. (2013). Isu, Prinsip, dan Ide Penataan Kota Makassar Jilid 1. Badan Penerbit UNM, Makassar. Bruce, C. (2012). Transit-Oriented Development in
China: Designing a new transit-oriented neighbour-
hood in Herxi New Town, Nanjing, Based on Hongkong Case Studies. Bahan Kuliah, Bleking Institute of Technology & Nanjing Forestry University(Urban Design), 1-58. Cervero, R. (2007). The Transit Metropolis: A Global Inquiry 4 th Edition. Environment and Planning A 2007, 39(Transit Oriented Development, and Public Polices), 2068-2085. doi: 10.1068/a38377 Cervero, R., & Guerra, E. (2013). Is a Half-Mile the Right Standard for TODs? Access 42, -(Design, Development, and Housing, Tools of the Trade: Practice, Measuring, and Models), 1-6. Hardiman, G. (2008). Pengamatan Pengembangan
Ruang Publik di Tepi Pantai dari Beberapa Kota di Pulau Sulawesi dari Aspek "Tropis Lembab". Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis., -(-), 1-8. Hayati Sari Hasibuan, Tresna P Soemardi, Raldi Koestoer, & Moersidik., S. (2014). The Role of Transit
Oriented Development in constructing urban environment sustainability, the case of Jabodetabek, Indonesia. Elsevier Procedia Environmental Sciences, -(Transit Oriented Development), 622-631. Michael Breheny. 1994. The compact city and transport energy consumption. Trans Inst Br Geogr NS 20 81101 1995 ISSN: 0020-2754 Planning Department Office of The City Architect (PDOCA). (1992). Transit-Oriented Development Design Guidelines. PDOCA, San Diego, California 92101-4411 Pu Hao, Richard Sliuzas, & Geertman., S. (2010). The
Development and redevelopment of Urban Village in Shenzhen. Habitat International, 35(Urban Village, informal settlement, migrant housing,urbanization Shenzhen), 214-224. Raha, U., & Taweesin, K. (2013). Encouraging the use of non motorized in Bangkok. Elsevier Procedia Environmental Sciences, 17 (Non motorized Rober Cervero, Kockelman, & Kara. (1997). Travel demand and the 3Ds: Density, diversity, and design. Transportation Research Part D: Transport and Environment, 2(3), 199-219. doi: http://dx.doi.org /10.1016/S1361-9209(97)00009-6 Robert C., & Kockelman, K. (1997). Travel Demand and The 3Ds: Density, Diversity, and Design. Transp.Res Elsevier Science Ltd. Printed in Great Britain., 2(Travel Demand), 199-219. Shirly Wunas, & Natalia., V. V. (2011). Integrated
Spatial Planning dan Transportation Systm to Reduce Mobility in Sub Urban Area The 14th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, -(Urban sprawl, TOD, suburban, mixed land use), 1-11. Shirshir Mathur, & Ferrell., C. (2012). Measuring the
impact of sub-urban transit-oriented developments on single-family home value. Transportation Research, -(TOD, Hedonic Reggression, home values), 42-55. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 053
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar Shuxin J., Jianjun Wang, & Jiao., J. (2013). The Study
in Diamond Interchange Traffic Organization. DElsevier ScienceDirect Procedia - Social and Behavioral Sciences 96 (2013), 591-598. TDM Encyclopedia. (2012). Transit
Oriented Development: Using Public Transit to Create More Accessible and Livable Neighborhoods . Victoria Transport Policy Institute. 1250 Rudlin Street, Victoria, BC, V8V 3R7, Canada.
A 054 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015