Presenter dan Wali Kota Surabaya Berbagi Motivasi di UNAIR UNAIR NEWS – Pelaksanaan acara EMTEK Goes to Campus (EGTC) yang dilangsungkan di Airlangga Convention Center (ACC) UNAIR, Rabu (7/9), berjalan meriah. Acara yang dibuka dengan Campus Performing Art dan Open Mic Stand-Up Comedy, dihadiri lebih dari 1500 peserta. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, juga dibuka dengan beragam lokakarya, mulai dari jurnalisme digital Liputan6.com, bintang.com, dan vidio.com. Selain itu, peserta juga diajak mengenali dunia penyiaran berita dari presenter SCTV dan Indosiar. Presenter senior SCTV Retno Pinasti hadir di hadapan peserta untuk berbagi cerita mengenai pengalaman jurnalistiknya. Retno lolos menjadi presenter melalui ajang SCTV Goes to Campus tahun angkatan pertama yakni 1997. “Saya adalah angkatan pertama, dulu namanya masih SCTV Goes to Campus. Pertama diadakan tahun 1997. Hasilnya dari kegiatan semacam ini memang banyak melahirkan presenter handal,” terangnya. Berbeda dengan Retno, Ryan Wiedaryanto yang juga presenter senior pada stasiun mulanya ia terjun ke ia tak begitu senang penyiaran itu monoton
televisi yang sama, menceritakan awal dunia jurnalistik. Ryan mengaku, awalnya dengan dunia penyiaran. Bagi Ryan, dunia dan menjenuhkan.
“Dulu bagi saya, presenter itu tidak enak, ngomong harus kaku, eh tapi takdir berkata lain. Saat saya iseng mengikuti seleksi kok diterima. Ternyata dunia presenter itu mengasyikkan. Terlebih kita bisa banyak bertemu tokoh nasional dan tokoh inspirasi,” jelasnya.
Selepas acara berbagi cerita bersama presenter senior, Wakil Rektor IV UNAIR, Junadi Khatib, Ph.D, hadir untuk memberikan sambutan. Junaidi menyampaikan, kegiatan semacam EGTC merupakan bagian dari pelajaran di ruang kelas kuliah. Junaidi juga mengajak peserta untuk memiliki keyakinan pada sebuah proses menuju kesuksesan di masa depan. “Untuk menjadi sukses itu tidak bisa langsung, perlu ada usaha, adanya proses dan yakinlah bahwa kesuksesan itu mengacu pada progres atau tahapan yang kalian buat,” terangnya. Di akhir acara EGTC, acara Inspiring Talk diisi oleh Wali Kota Surabaya Ir. Tri Rismaharini. Dalam motivasinya, Risma menjelaskan bahwa jangan pernah meremehkan mimpi. Wali kota perempuan pertama tersebut juga mengajak hadirin untuk berusaha bekerja keras dalam menggapai mimpi. “Jangan pernah meremehkan mimpi. Terus berusaha bekerja keras untuk menggapai mimpi itu. Itulah prinsip yang saya pegang untuk membawa kota surabaya ada di peta dunia. Memang semua kota ada di peta, tapi yang terang (prestasi, -red) yang akan dilihat,” tegas Risma. Acara EGTC berlangsung selama dua hari hingga Kamis (8/9). Pada hari kedua, acara EGTC dimeriahkan dengan lokakarya dari Karir.com, grand final lomba news presenter, lokakarya film dan akting bersama pemeran Para Pencari Tuhan, penampilan penyanyi Ihsan Tarore, dan talkshow oleh Inul Daratista dan Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Tiga Bidang Akademik Perlu Diakselerasi Segera UNAIR NEWS – Ada tiga hal yang perlu diakselerasi untuk meningkatkan reputasi akademik di lingkungan sivitas Universitas Airlangga. Ketiga hal itu adalah penambahan jumlah doktor, peningkatan mobilitas akademik ke luar negeri, dan peningkatan publikasi jurnal internasional bereputasi. Hal itu diutarakan oleh Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D, untuk menanggapi peringkat terbaru UNAIR pada lembaga pemeringkatan kampus dunia Quacquarelli Symonds (QS). Lembaga QS baru saja merilis hasil peringkat terbaru perguruan tinggi, Selasa (6/9) waktu Indonesia. Dari hasil pemeringkatan itu, Universitas Airlangga menduduki peringkat ke-703 pada tahun 2016/2017. Posisi itu meningkat dari sebelumnya yakni 705. Sementara itu di level Asia, UNAIR menduduki peringkat ke-190, dan di Indonesia peringkat ke-4. UNAIR sudah memiliki beberapa langkah untuk meningkatkan jumlah publikasi pada jurnal internasional bereputasi. Pada tahun 2016, UNAIR menargetkan ada 307 jurnal yang terpublikasi. Untuk mempercepat ketercapaian jumlah itu, maka selain mengalokasikan dana untuk riset melalui berbagai skema program, pihak pimpinan UNAIR juga telah mengalokasikan insentif bagi peneliti yang jurnalnya telah terpublikasi pada rentang kuartil (Q1 sampai Q4). Setelah menerbitkan jurnal, peneliti, khususnya yang memiliki hak indeks, diharap untuk memiliki akun Google Scholar. Dengan bertambahnya akun Google Scholar yang dimiliki peneliti UNAIR, maka nama UNAIR bisa sejajar dengan perguruan tinggi negeri lainnya dan masuk dalam jajaran Top Indonesian Scientist. Terkait dengan hal ini, Badri mengaku sudah berkoordinasi dengan Wakil Dekan II di setiap fakultas.
Di bidang penambahan jumlah doktor, persentase pada lembaga QS memang hanya senilai lima persen. Namun menurut Badri, peran dosen dengan gelar doktor cukup penting dalam hal penelitian. “Kalau yang S-3 memang nilainya hanya lima persen, tapi cukup berdampak. Ketika dosen sudah S-3 dia sudah bisa apply dana penelitian. Untuk menjadi guru besar, maka dia juga harus menulis. Ketika publikasi penelitian itu banyak, maka itu bisa mendorong reputasi akademik,” tutur Badri. Ketua BPP itu menambahkan, keberadaan mahasiswa pascasarjana khususnya jenjang doktoral sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan publikasi penelitian. Tajun 2017, UNAIR rencananya akan mendapat kucuran dana percepatan WCU (world class university) dari Dikti sebesar Rp20 miliar. Ketua BPP yang juga penanggung jawab program WCU UNAIR, akan mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan reputasi akademik, dan insentif publikasi penelitian. “Publikasi itu cukup penting karena itu akan berdampak pada hal-hal lainnya,” imbuhnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Upayakan Solusi Perlindungan Minoritas Syiah Sampang UNAIR NEWS – Perlindungan minoritas di Indonesia masih menjadi persoalan yang patut diperhatikan. Pasalnya, masih banyak kekerasan terhadap minoritas yang mana negara tidak sigap dan tanggap melakukan upaya perlindungan. Seperti halnya kasus
Syiah Sampang yang saat ini masih belum menemukan titik terang. Untuk membahas persoalan tersebut, Human Right Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum Universitas Airlangga bersama dengan Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Yakkum Emergency Unit (YEU), dan Kontras Surabaya mengadakan seminar “Perlindungan Minoritas di Indonesia: Menemukan Solusi Kasus Syiah Sampang”. Sejumlah tokoh dan ahli hadir dalam workshop yang diadakan pada 6-7 September 2016 ini. Diantaranya Prof Azyumardi Azra (Presiden the Asian Muslim Action Network), Dr. Zainal Abidin Bagir (Center of Religion and Cultural Studies UGM), Muhammad Afdillah, MA, M.Si (UIN Sunan Ampel), Dr. Ihsan (PUSHAM Paramadina), Riri Khoiriyah (KOMNAS Perempuan) dan banyak tokoh lain. Workshop tersebut dibagi dalam tiga panel dan tiga diskusi kelompok. Tiga panel tersebut membahas mengenai hak-hak minoritas dalam konteks Indonesia dan Islam, kilas balik perjalanan advokasi Syiah, dan konsep perlindungan minoritas pemerintahan Jokowi-JK. Sedangkan tiga diskusi kelompok mengulas mengenai pemetaan kapasitas perdamaian untuk perlindungan minoritas bersumber dari konstitusi, budaya dan ajaran islam; penataan strategi baru untuk rekonsiliasi SunniSyiah Sampang; dan Jalur penyelesaian konflik. Kondisi kelompok Syiah di Sampang saat ini dianggap sebagai minoritas yang tertindas dan tidak punya tempat di kampung halaman mereka. Hal tersebut dimulai dari tragedi pembakaran rumah warga dan pengusiran warga Desa Karang Gayam, Sampang. Sebanyak 165 orang terusir sejak September 2012 lalu, kemudian dipindahkan di rumah susun sederhana di Sidoarjo. Warga Syiah pernah memprotes rencana pemindahan pengungsi Syiah Sampang dengan mendatangi gedung DPR. Keinginan mereka untuk kembali ke kampung halaman selalu ditolak pemerintah
daerah dan otoritas keamanan setempat karena alasan keamanan. “Pengasingan ini secara tidak langsung menyalahi hak konstitusional mereka sebagai warga negara Indonesia yang seharusnya dilindungi oleh negara yang mempunyai kewajiban konstitusional pula,” ujar Haidar Adam. Menurut Prof Azyumardi Azra, negara harus hadir dalam menjamin keamanan warganya. Pemerintah propinsi maupun pusat harus tegas terhadap mereka yang masih menghalangi upaya perlindungan tersebut. Pun, kelompok Syiah Sampang tersebut memiliki hak untuk kembalikan ke kampung halaman. Tidak dibenarkan kelompok mainstream melakukan kekerasan atas dasar perbedaan. “Kekerasan atas nama apapun harus ditindak. Aparat keamanan dan hukum harus bertanggung jawab. Negara harus berdiri di atas semua golongan” ujar Prof Azyumardi. Rubi Khalifah berpendapat bahwa di balik kasus Syiah Sampang, terdapat kelompok yang harus diperhatikan dan diberdayakan, yakni gerakan perempuan. Selama ini upaya pemberdayaan perempuan yang dilakukan kelompok ini tidak berhasil seperti kelompok lain. Aktivis AMAN Surabaya tersebut melihat perlunya program kepemimpinan perempuan untuk lebih bermafaat pada masyarakat. Tugas utama workshop ini adalah melakukan pemetaan tentang resolusi konflik Syiah Sampang. Selain itu, ini juga merupakan bentuk empati dan upaya perguruan tinggi untuk memfasilitasi perlindungan terhadap minoritas. Hal utama yang menjadi sorotan adalah hak hidup mereka terancam sehingga perlu dibuat pemetaan yang akan menjadi solusi kebijakan untuk kemaslahatan bersama. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Binti Q. Masruroh
Diskusi Rutin HI UNAIR, Bahas Hubungan Rusia dan China UNAIR NEWS – Cakra Studi Global Strategis (CSGS) Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga mengadakan rangkaian kajian ilmiah secara rutin mengenai isu politik regional maupun internasional. Kajian ini diadakan oleh pengajar dan mahasiswa Departemen HI dengan menghadirkan pakar sesuai bidang. “CSGS Lecturer Series ini menjadi agenda rutin dan terbuka untuk umum pada semester ini, Minggu ini kita membahas pendekatan post-strukturalisme dalam analisis kebijakan luar negeri. Minggu selanjutnya ada pembahasan mengenai jihad selfie,” papar A. Safril Mubah, staf pengajar HI. Pada Rabu (31/8), isu menarik berupa hubungan Rusia terhadap Cina pun turut dikaji. Kajian berjudul “A Post-structuralism Approach to Foreign Policy Analysis: Rethinking Russia’s Identity towards China (2010 – 2016)” turut dikupas oleh Radityo Dharmaputra. Radityo adalah dosen dan peneliti HI UNAIR yang kini menempuh studi di Universitas Tartu, Estonia. Ia dihadirkan untuk berbagi keilmuannya mengenai studi kebijakan luar negeri, Rusia, dan Eropa Timur. “Kajian mengenai identitas Rusia terhadap Cina ini menarik untuk dibahas. Ada dinamika perubahan kebijakan yang terjadi antar keduanya, baik dilihat dari pemimpin negaranya tepatnya dari kondisi pasca kasus Krimea,” tutur Radityo. Radityo juga menyinggung persoalan Rusia Timur Jauh (RFE) atau wilayah Rusia yang berada di bagian paling timur. Dalam penjelasannya pula, ia memaparkan bahwa ada identitas yang berbeda dari wilayah Vladivostok (Rusia bagian timur) dengan
Moskow atau Petersburg (Rusia bagian barat). “Ada perdebatan menarik mengenai RFE yang sangat berdekatan dengan Asia Timur. Apakah wilayah tersebut menjadi bagian dari Eropa ataukah bagian dari Asia,” tambahnya. Diskusi menarik itu dihadiri oleh sejumlah dosen dan mahasiswa baik dari UNAIR maupun luar UNAIR. Agenda diskusi CSGS selanjutnya juga tidak kalah menarik, yakni ulasan mengenai topik perekrutan jaringan teroris melalui media sosial. Diskusi “Jihad Selfie” rencananya akan dipandu oleh Noor Huda Ismail, pembuat film dokumenter Jihad Selfie dan kandidat doktor Universitas Monash, Australia. Penulis : Ahalla Tsauro Editor: Defrina Sukma S.
Sang Inspirator Zaman “Ketika kau ingin menjadi orang besar, maka milikilah panutan dan teladan yang berkepribadian besar” (Hikmah) Sungguh setiap manusia akan binasa, kecuali mereka yang berilmu. Setiap yang berilmu pun akan tiada, kecuali mereka yang beramal. Dan, setiap yang beramal pun juga akan binasa kecuali mereka yang ikhlas. Begitu banyak manusia, namun sedikit yang mau berjuang dan melakukan perubahan serta pengorbanan. Dari yang sedikitnya tadi, ternyata lebih sedikit lagi yang bersabar dan istiqomah. Dari sedikitnya yang istiqomah itu, lebih sedikit lagi yang memperoleh dan menghasilkan karya nyata. Itulah sedikitnya sosok pahlawan. Mereka terus berkarya dan bekerja walau tak pernah diliput media. Tidak tinggi hati
ketika dipuji, dan tidak pula rendah diri ketika dicaci dan dimaki. Segalanya, jiwa, raga, dan harta terus dikorbankan untuk terus meraih kemerdekaan dan kesejahteraan serta mengisinya dengan penuh kebaikan. Bukan jabatan, uang, pujian atau pun yang lain yang ia butuhkan, tetapi hanya satu yaitu keberkahan, maka pantaslah namanya terkenang sepanjang zaman. Ketika kau ingin menjadi orang besar, maka milikilah panutan dan teladan yang berkepribadian besar. Mereka semua pada awalnya sama dengan kita. Terus belajar dan mencoba, bahkan tak jarang juga yang melakukan kesalahan. Namun satu yang menjadi pedoman, yaitu mereka dibimbing oleh ayat-ayat Tuhan yang seolah tertanam di dalam dada. Mereka hadirkan Tuhan selalu di aktivitas kegiatannya, sehingga sumber motivasinya bukanlah dari pujian, uang, dorongan dari orang lain, tapi kekuatannya dari Sang Pemilik Kehidupan. Mereka
menolong
dan
mengasihi
orang
sebagaimana
Tuhan
mengasihi dan memberi. Ia pun sabar akan cobaan sebagaimana sabarnya Tuhan dengan mengahadapi insan. Ia pun dengan mudahnya memaafkan sebagaimana Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan yang dimaafkan. Mereka berusaha dan terus mencoba melakukan kebaikan, karena mereka sadar dalam kebaikan, disitulah Tuhan berada. Bukan saatnya hanya mencari teladan, tapi cobalah jadi teladan dan inspirator terbaik. Ketauhilah, dari sekian banyak manusia, ada manusia-manusia terbaik didalamnya, yang seolah menjadi bintang-bintang ditengah kegelapan. Merekalah yang paling baik akhlaknya dan terbaik pula kebermanfaatannya. Hidupnya penuh dengan pengabdian. Semakin ia bertambah kaya, semakin pula ia bertambah dermawan. Semakin ia terkenal dan populer, semakin pula ia menjadi teladan. Semakin tinggi jabatannya, semakin pula ia tambah amanahnya. Semakin luas dan dalam ilmunya, semakin besar pula rasa takutnya kepada
Tuhannya. Merekalah para permata surga yang terlahir di dunia. Menawan akhlaknya, suci jiwanya, bersih hatinya, kuat akidahnya, khusyuk ibadahnya, cerdas dan terbuka pemikirannya. Luas ilmunya, brilian ide-idenya, mulia akhlaknya, teduh parasnya, santun ucapannya, soleh-soleha gelarnya, dzikir diamnya, nasihat ucapannya, pengabdian gerak-geriknya, dan petuah bijak kalimatnya serta segalanya pun jadi ibadah. Ketika susah, sabar perilakunya. Ketika dapat nikmat, syukur tak lupa acuannya. Segalanya dipandang dengan positif pikirannya. Bukan menyalahkan atau mengambinghitamkan pihak lain, namun mengevaluasi diri terhadap apa kesalahan yang telah dilakukan. Tengoklah kisah para teladan dan orang-orang besar dunia. Lihatlah kisah Muhammad bin Abdullah, Isa bin Maryam, Nuh, Ibrahim, Musa, Yusuf, Abu Bakar, Umar bin Khattab, hingga Sir Izac Newton, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, ataupun yang lainnya yang mengubah dan mewarnai dunia. Tiap hari mereka dicaci dan dilempari. Bodoh dan gila itulah gelar yang disandangnya dari yang membenci. Tak jarang pula mereka dikucilkan, diasingkan, bahkan diusir dari kampung halaman. Padahal satu yang dibawanya: yaitu kebenaran dan kebaikan. Tak ada hal yang disesali, karena ia yakin semua atas izin Illahi. Ketika satu pintu tertutup, pasti ada pintu lain yang telah terbuka. Mimpinya bukan tuk pribadi, tapi untuk kemaslahatan negeri. Seolah selalu iri diri ini ketika melihat mereka yang mampu menjadi pribadi sekelas itu. Seolah itulah yang menjadi makanan dan sumber energinya. Saya pun selalu berdoa dan mendo’akan Anda semua, semoga suatu saat bisa menjadi manusia sekualitas itu dan bukan lagi mencari teladan, tetapi menjadi teladan yang dikenang sepanjang zaman. (*)
Editor: Bambang Bes
Gangguan Zika dan Upaya Menuju Indonesia Sehat Jumlah masyarakat yang terinfeksi virus Zika di Singapura terus bertambah. Kementerian Kesehatan Singapura dan National Environment Agency (NEA) mengungkapkan bahwa total hingga hari Kamis, 1 September 2016, terdapat 151 kasus yang terinfeksi Zika. Angka tersebut dinilai tinggi dan cukup mengusik Kementerian Kesehatan setempat untuk cepat tanggap mengambil tindakan. Virus zika menjadi trending topic paling berpengaruh di dunia saat ini. Pasalnya, penyakit ini di Brasil sering dikaitkan dengan kasus kerusakan otak bayi yang baru lahir. Selain itu menurut World Health Organization (WHO) telah mendeteksi adanya 23 negara di Amerika yang terdektesi zika dan diperkirakan angka kasus itu bisa mencapai 3 hingga 4 juta kasus pada tahun depan. Fakta-fakta yang terkait virus zika yang harus diwaspadai ini ternyata menjadi edukasi penting. Penyebaran penyakit zika secara umum bisa melalui gigitan nyamuk dari orang yang terinfeksi. Aedes aegypti sebagai penyebaran paling utama. Sedangkan gejala yang ditimbulkan biasanya relatif ringan sesuai dengan stadiumnya. Infeksinya biasa ditandai dengan gejala-gejala seperti demam, konjungtivitas (mata merah), ruam ringan, dan nyeri otot sendi. Periode inkubasi masih belum diketahui, tetapi dipastikan berdasarkan kasus, sekitar 2-7 hari paska gigitan. Biasanya, orang yang terinfeksi zika membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Penyebab besarnya sorotan masyarakat adalah karena microcephaly. Menurut Reuters, bersama para peneliti di Brasil dan WHO telah menegaskan terdapat bukti yang menguat tentang relasi antara zika dengan microcephaly, yaitu kelainan yang bersifat neurologis. Pada kasus microchephaly, bayi lahir dengan ukuran kepala dan otak yang lebih kecil dari ukuran normal biasa. Terbukti, di bagian Brasil Timur Laut, terjadi peningkatan kasus microcephaly sekitar 360 kasus pada 10 hari, hingga pada 16 Januari 2016 lalu mencapai 3.893 kasus microcephaly yang diduga disebabkan oleh zika. Dampak ini juga berperan penting bagi wanita hamil sebagai subject utama kelahiran bayi mereka. Pemerintah Kolombia meminta kepada pasangan suami-istri untuk menunda kehamilan antara 6-8 bulan. Hal ini demi meminimalisir kemungkinan risiko virus zika. Di negara lain seperti Jamaika, yang belum melaporkan adanya kasus zika, pemerintah setempat merekomendasikan wanita untuk menunda kehamilan antara 6-12 bulan kedepan. Upaya Indonesia Menahan Zika Kementrian Kesehatan RI sudah menelaah dengan baik dan membuat beberapa kebijakan yang terkait proteksi kasus zika secara merata. Pertama, yaitu Travel Advisory. Menghimbau seluruh masyarakat agar tidak bepergian menuju negara yang terindikasi terinfeksi virus zika, salah satunya Singapura. Arahan ini dinilai positif, tetapi masih meninggalkan celah besar karena bagaimanapun sifatnya hanyalah himbauan. Yang kedua, menggunakan Thermal Scanner pada setiap bandara-bandara dan pelabuhan. Bagaimanapun, Thermal Sanner ini hanya sebatas mengetahui indikasi dari suhu tinggi terhadap para penumpang. Jika didapatkan penumpang dengan kondisi sakit demam atau panas, maka petugas maskapai maupun awak kapal diminta untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan bandara. Ketiga, dengan memeriksa seluruh penumpang dari keberangkatan
di Singapura maupun sebaliknya. Penumpang yang ingin bepergian akan selalu dijaga ketat, tentu saja tingkat kenyamanan penumpang maupun maskapai menjadi tanggungan berat bagi pemerintah. Keempat, dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar, sosialisasi masyarakat, dan menjaga supaya tetap dalam keadaan aman serta sehat. Pada akhirnya, masalah kesehatan merupakan hal terpenting dan paling utama. Kebijakan pemerintah, terutama Kementrian Kesehatan sangatlah terbatas. Penanganan kesehatan di republik ini tidak seharusnya menjadi “nomor sekian” karena “kalah suara” dengan cengkerama dunia politik, sosial, dan ekonomi. Sudah saatnya upaya pemerintah yang dinilai masih kurang maksimal untuk kembali memainkan perannya. Dimana peran mahasiswa, peneliti muda, dan lembaga riset penelitian? Pada lembaga dan unsur inilah diharapkan mampu menemukan solusi alternatif untuk penanganan, pencegahan, dan pengobatan terhadap warga negara yang terinfeksi virus zika, juga penyakit lainnya. (*) Editor: Bambang Bes
Viva Outer Division, Pembeda PPKMB Ala UNAIR Banyuwangi UNAIR NEWS – Program pengenalan kampus yang diperkenalkan saat ini sudah harus jauh beda dengan gaya orientasi pengenalan kampus atau Ospek yang melibatkan kekerasan fisik dan mental. Dengan kekerasan fisik dan mental, maka akan menjadi momok bagi mahasiswa baru dan orang tua. Hal itu sesuai yang tertuang dalam himbauan Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek DIKTI) melalui Keputusan Dirjen Dikti No.25/DIKTI/Kep/2014 tentang Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi mahasiswa baru. Demikian juga yang dilaksanakan di Universitas Airlangga PDD Banyuwangi. Pada tahun akademik 2016-2017 ini Program Diluar Domisili (PDD) UNAIR Banyuwangi menerima 175 mahasiswa baru. “Adik baru” ini telah melalui proses penerimaan dan pengkaderan yang sama dengan mahasiswa UNAIR di Surabaya dalam Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru (PPKMB). Tetapi ada yang menjadi pembeda, yaitu kegiatan Viva Outer Division atau disingkat VOD, sebagai pengkaderan khusus untuk mahasiswa PDD UNAIR Banyuwangi, dilaksanakan pada Sabtu (3/09) lalu. Kegiatan ini tidak hanya untuk mengenalkan kampus dan sistem pendidikannya, tetapi juga membentuk karakter dan integritas mahasiswa. “UNAIR tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul dalam hal akademik, tapi diharapkan juga unggul dalam hal social enforcement. Jadi, mahasiswa harus menguasai bagaimana bertata-laku yang baik sebagaimana perilaku yang sepantasnya, dan ironisnya hal demikian itu mulai luntur dikalangan pemuda,” ujar Ketua Keluarga Mahasiwa PDD UNAIR Banyuwangi, Hendri Arya Fernando. “Maka dari itulah perlunya ada pembimbingan dan pengarahan secara intensif yang diwujudkan dalam suatu kegiatan pengkaderan mahasiswa baru, khususnya di PDD UNAIR Banyuwangi,” lanjut Hendri, pemuda asli “Kota Blambangan” Banyuwangi ini kepada UNAIR News. (*) Penulis: A Zaky Multazam Editor : Bambang Bes