36
PETA SOSIAL DESA BUMIJAWA Lokasi Desa Bumijawa termasuk ibukota Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Jarak terjauh ke ibukota kecamatan adalah tiga kilometer (Dk. Bawangan/RW VIII, Dk. Wadasgantung/RW IV) dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit, menggunakan ojeg dengan biaya Rp.4000,-. Jarak terdekat ke ibukota Kabupaten (Slawi) sejauh 33 km dengan waktu kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan umum ”engkel” (istilah lokal) atau mini bus dengan biaya Rp.10.000,Topografi dan bentang wilayah berbukit dengan iklim tropis, suhu udara berkisar 18 sampai 33 derajat celcius, curah hujan 159 hari per tahun dan rata-rata 393 mm, dengan ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 800 m serta luas wilayah 6,043 km2. Adapun posisi Desa Bumijawa, dapat dilihat dalam peta Kabupaten Tegal pada lampiran dua, halaman 136. Batas Desa Bumijawa meliputi, sebelah Utara Desa Sumbaga dan Desa Sokasari, sebelah Selatan Desa Batumirah dan Desa Guci, sebelah Barat Desa Muncanglarang dan Desa Traju Kecamatan Bumijawa, sebelah Timur Kecamatan Bojong. Secara administratif, dibagi menjadi 11 Dukuh, delapan RW dan 43 RT, terdiri dari Dukuh Bandarsari (RW I/9 RT), Dukuh Krajan (RW II/6 RT), Dukuh Bumijawa Utara (RW III/6 RT), Dukuh Keseran dan Dukuh Wadasgantung (RW IV/4 RT), Dukuh Aren (RW V/5 RT), Dukuh Karang Anyar dan Dukuh Bulakwaru (RW VI/6 RT), Dukuh Gupakan, Dukuh Germadang, Dukuh Tembelang (RW VII/3 RT), Dukuh Bawangan (RW VIII/4 RT). Mengenai peta Desa Bumijawa dapat dilihat pada lampiran 3, halaman 137. Berdasarkan kondisi di lapangan sampai saat ini Desa Bumijawa, terlihat bahwa akses dari pusat desa menuju keseluruhan dukuh bisa terjangkau dengan jalan beraspal dengan mengandalkan angkutan mobil bak terbuka atau sepeda motor ojeg, kecuali jalan antar dukuh atau jalan lingkar desa masih ada yang berupa makadam. Sedangkan sarana angkutan umum antar desa dalam
atau
keluar wilayah Kecamatan Bumijawa menggunakan mobil angkudes, mobil bak terbuka atau sepeda motor ojeg. Sedangkan pedukuhan yang penduduk miskin
37
prosentasenya tertinggi ialah Dukuh Bawangan (RW VIII) yang sebagian besar penduduknya 71 persen keluarga Pra Sejahtera (Pendataan Keluarga Tahun 2007), mengingat mayoritas bekerja sebagai buruh tani, buruh swasta (termasuk pembantu rumah tangga) dan akses jalan cukup lama terisolir (jalan berbatu/makadam), baru sekitar bulan Desember 2007 masyarakat menikmati jalan aspal. Desa Bumijawa, merupakan daerah siklus hidrologi yang utama, ditunjukkan dengan adanya bangunan Sumber air Bulakan sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda yang sampai sekarang dimanfaatkan oleh PDAM Kota Tegal dan sumber air bersih kali pesing dan kalisela oleh pihak perusahaan kemasan air minum swasta, tetapi ironisnya masyarakat RW 01, 02, 03, 07 dan sebagian RW 04, 05 sampai sekarang setiap musim kemarau (tiga sampai lima bulan) mengalami krisis air bersih, walaupun sudah ada jaringan air bersih dengan memanfaatkan sumber air Sayom, Putri sampai kelingkungan pemukiman dan adanya pengelolaan oleh kelompok masyarakat. Berdasarkan buku Data Potensi Wilayah dan Agro Ekosistem Desa Bumijawa-PPL Pertanian Tahun 2007, bahwa luas wilayah Desa Bumijawa : 1034,1 Ha atau 6,04 km2.
Jumlah dan Prosentase Penggunaan Jenis lahan
wilayah Desa Bumijawa dapat dilihat berikut ini: Tabel 3. Jumlah dan Prosentase Jenis Lahan di Desa Bumijawa Tahun 2007 No
Jenis Lahan
Jumlah (Ha)
Prosentase (%)
1.
Sawah
120,4
11,64
2.
Tanah Tegalan/Kebun
259,2
25,07
3.
Pemukiman dan Pekarangan
165,0
15,96
4.
Hutan Rakyat
12,2
1,18
5.
Hutan Negara
430,0
41,58
6.
Lain-lain (Fasilitas/Makam)
47,3
4,57
1.034,1
100,00
Jumlah
Sumber: Buku Data Potensi Wilayah dan Agro Ekosistem Desa Bumijawa Tahun 2007.
38
Berdasarkan komposisi penggunaan lahan tersebut, sebagian besar wilayah Desa Bumijawa adalah hutan negara dan tanah tegalan kebun, khususnya Dukuh Bawangan, Dukuh Gupakan, Dukuh Germadang, Dukuh Tembelang, Dukuh Bulakwaru dan Dukuh Karang Anyar (RW VI, VII dan VIII) yang juga merupakan wilayah program pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan dibentuknya Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Masyarakat diberi kesempatan untuk bekerja sebagai penyadap getah pinus oleh Perhutani, atau sebagai “pesanggem” (penanam bibit pohon pinus di hutan Negara). Adapun untuk tanaman tegalan/kebun, hanya sebagian kecil ditanami cengkeh, lainnya ditanami bambu, palawija (jagung, ketela pohon, tanaman keras lainnya) yang belum banyak memberikan nilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat, padahal sekitar 30 tahun yang lalu merupakan daerah sentra buahbuahan jeruk keprok dan alpukat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, tetapi setelah terkena hama/penyakit, cenderung berganti tanaman cengkeh. Kependudukan Dalam
memetakan penduduk Desa Bumijawa dapat
digambarkan
berdasarkan aspek dalam kependudukan, yaitu berdasarkan komposisi penduduk, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, analisis mortalitas, analisis fertilitas, analisis mobilitas penduduk. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Desa Bumijawa berdasarkan Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
39
Tabel 4. Jumlah dan Prosentase Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa Bumijawa Tahun 2007. Kelompok Umur (Tahun)
Σ
%
1
0-4
621
2
5-9
3
No.
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
Sex Ratio
Σ
%
10,2
507
8,5
1.128
9,4
122
714
11,8
668
11,3
1.382
11,5
107
10 - 14
461
7,6
472
8
933
7,8
98
4
15 - 19
445
7,3
435
7,3
880
7,3
102
5
20 - 24
426
7,1
439
7,4
865
7,2
97
6
25 - 29
450
7,4
489
8,2
939
7,8
98
7
30 - 34
484
8
513
8,6
997
8,3
94
8
35 - 39
522
8,6
460
7,8
982
8,2
113
9
40 - 44
450
7,4
422
7,1
872
7,3
107
10
45 - 49
423
7
373
6,3
796
6,6
113
11
50 - 54
375
6,2
308
5,2
683
5,7
122
12
55 - 59
330
5,4
248
4,2
578
4,8
133
13
60 - 64
213
3,5
320
5,4
533
4,5
67
14
65 ke atas
149
2,5
281
4,7
430
3,6
53
6.063
100,00
5935
100,00
100,00
102
Jumlah
11.998
Sumber : Pendataan Keluarga Tahun 2007
Berdasarkan data pada tabel 4, jumlah penduduk Desa Bumijawa sebanyak 11.998 jiwa yang terdiri dari 3114 Kepala Keluarga, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki : 6063 jiwa (50,53 persen) dan jumlah penduduk perempuan : 5935 jiwa (49,47 persen) dengan perbandingan sex ratio sebesar 102. Hal ini menggambarkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki, artinya kemungkinan mortalitas penduduk laki-laki lebih tinggi daripada mortalitas penduduk perempuan atau karena angka harapan hidup bayi laki-laki lebih tinggi daripada bayi perempuan.
40
Berdasarkan data di atas, maka tingkat Rasio Beban Tanggungan (RBT) penduduk masyarakat Desa Bumijawa yaitu sebesar 47,67 persen, artinya setiap 100 orang penduduk usia produktip (15 sampai 64 tahun) menanggung beban 48 orang penduduk yang tidak produktip (0 sampai 14 tahun dan 65 tahun keatas). Hal ini sangat mempengaruhi terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, apalagi bila usia produktip tersebut mempunyai tingkat penghasilan rendah, maka akan sulit bagi pemerintahan desa dalam memperoleh partisipasi yang optimal dari masyarakat desa, dengan kondisi saat sekarang penghasilan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari. Berdasarkan indikator rasio beban tanggungan ini, maka penduduk Desa Bumijawa dapat disimpulkan penduduknya masih merupakan beban pembangunan. Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jumlah penduduk Desa Bumijawa berdasarkan usia dan jenis kelamin, sebagai berikut :
41
Gambar 3. Piramida Penduduk Desa Bumijawa Tahun 2007
Berdasarkan Gambar Piramida penduduk di atas, maka karakteristik penduduk dengan melebar pada bagian bawah, cenderung mengerucut pada bagian atas menurut (Said Rusli, 1983) termasuk karakteristik penduduk kelompok ekspansif, dimana sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda dengan pertumbuhan penduduk masih tinggi, akibat masih tingginya tingkat kelahiran dan sudah mulai menurunnya tingkat kematian. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tingkat kebutuhan air bersih semakin meningkat. Petugas Sanitarian Puskesmas Kecamatan Bumijawa, menjelaskan bahwa debet air sumber air Sayom dan Putri di saat musim kemarau kurang mencukupi kebutuhan warga, apalagi semakin tahun jumlah penduduk semakin banyak. Kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan setiap orang ialah 60 liter/hari, apabila dalam pengelolaan air bersih oleh masyarakat tidak dikembangkan secara profesional dengan mensinergikan aspek sosial, ekonomi
42
dan ekologis maka setiap musim kemarau selalu terjadi kekurangan air bersih di tingkat rumah tangga. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kualitas penduduk suatu wilayah daerah/negara ditentukan dengan angkaangka dalam Indek Pembangunan Manusia (IPM), dimana salah satunya ialah angka partisipasi pendidikan. Komposisi jumlah penduduk Desa Bumijawa menurut tingkat pendidikan, dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 5. Jumlah dan Prosentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Bumijawa Tahun 2007 No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Prosentase(%)
1.
Tidak tamat SD/belum tamat SD
3.878
37,08
2.
Tamat SD
2.642
25,26
3.
Tamat SLTP
1.996
19,08
4.
Tamat SLTA
1.467
14,03
5.
Tamat Diploma/Sarjana
475
4,55
10.458
100,00
Jumlah Sumber : Buku Isian Profil Desa Bumijawa Tahun 2007.
Data Isian Profil Desa Tahun 2007, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bumijawa Belum/Tidak tamat SD : 3878 jiwa (37,08 persen) dan Tamat SD : 2642 (25,26 persen). Hal ini berpengaruh pada jenis mata pencaharian yang sebagian besar buruh Tani dan buruh bangunan/swasta. Rendahnya penghasilan
penduduk
yang
bekerja
sebagai
buruh
Tani
dan
buruh
bangunan/swasta menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah masyarakat miskin di Desa Bumijawa. Hal ini juga mempengaruhi terhadap kepedulian pentingnya menjaga lingkungan, terutama pelestarian lingkungan hutan yang merupakan siklus hidrologi, terutama di saat maraknya penggundulan hutan, dimana masyarakat menebang pohon hutan untuk dijual karena tuntutan kebutuhan makan atau
43
kemiskinan. Di tahun 2006 di Desa Bumijawa, pernah terjadi pencurian pohon hutan oleh seorang penduduk Dukuh Bulakwaru (RW VI) Desa Bumijawa yang ditembak mati oleh polisi, dan yang lebih tragis orang tersebut dari keluarga miskin. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk Melihat jumlah penduduk Desa Bumijawa tahun 2007: 11.997 dengan perbandingan luas wilayah 6,04 km2, maka kepadatan penduduk ialah 1986 jiwa per-km2, tetapi luas wilayah yang ada hampir 45 persen adalah hutan negara, berarti tidak mungkin perluasan wilayah pemukiman ke area hutan negara, justru sangat membahayakan terhadap keberlanjutan daerah hidrologis utama, baik untuk kepentingan air masyarakat Desa Bumijawa sendiri maupun Kota Tegal dan Slawi sekitarnya. Perkembangan penduduk selalu berhubungan dengan kebutuhan akan penyediaan pangan, kesempatan lapangan pekerjaan, pengembangan pendidikan, termasuk dengan kebutuhan air bersih yang semakin meningkat. Potensi Sumberdaya Alam Adapun potensi sumberdaya alam yang berkaitan dengan fungsi ekonomi, diantaranya: 1. Sumber Mata Air Desa Bumijawa sebagai daerah siklus hidrologi utama, ditunjukkan dengan adanya Sumber air “Bulakan” yang telah dibangun dan dimanfaatkan sejak pemerintahan kolonial Belanda tahun 1906 (tulisan pada bangunan induk) untuk masyarakat Kota Tegal dan sekitarnya sampai sekarang pengelolaannya oleh PDAM Kota Tegal. Selanjutnya sumber air “ Kali Pesing” dimanfaatkan oleh perusahaan kemasan air minum PT. Setya Wijaya Bakti Sentosa dan sumber air “Kalisela” sekarang sedang dikembangkan untuk tempat wisata “Water Boom”, serta penggunaan sumber air lainnya oleh pemilik kompleks penginapan/villa “COTEL” yang cukup luas. Keberadaan sumber air “Sayom” dan “Putri” yang dimanfaatkan oleh masyarakat RW I, RW II, RW III, RW IV, RW V dan VII yang debet airnya
44
bila musim kemarau hanya 2 sampai 3 liter per-detik, padahal kebutuhan air bersih per-jiwa di pedesaan ialah 60 liter per-hari (Petugas Sanitarian Puskesmas Bumijawa), sehingga setiap musim kemarau sampai sekarang terjadi “krisis air bersih”, walaupun sudah dikelola oleh kelompok pemakai air bersih (Pokmair) “Sayom” dan mendapat beberapa kali bantuan dana dalam bentuk bangunan induk dan jaringan sampai ke lokasi pemukiman oleh pemerintah. Sedangkan sumber air Lemper (RW VII), selama kurang lebih satu tahun ini, sampai awal penelitian tidak berfungsi atau dimanfaatkan, karena kerusakan terkena bencana alam pada awal tahun 2007. 2. Hutan Hutan yang dapat dikontrol secara langsung dalam arti mempunyai hak kepemilikan ialah hutan rakyat dengan luas : 12,2 Ha. Jenis tanamannya beragam yaitu berbagai macam tanaman keras seperti albasia, mahoni, ada juga yang ditanami pohon pinus, tetapi menurut penjelasan dari petugas lapangan kehutanan, tanaman hutan rakyat kurang diimbangi dengan pola tanam yang benar dan perawatan yang berkelanjutan, sehingga hasilnya kurang berkualitas dan nilai jualnya rendah. Hutan negara yang menjadi kewenangan Perum Perhutani, mengingat Desa Bumijawa merupakan wilayah Asisten Perhutani (Asper) mempunyai luas : 430 Ha (41,58 %) dari luas lahan yang ada di Desa Bumijawa, terutama yang bermukim dengan perbatasan hutan, seperti Dukuh Karang Anyar dan Dukuh Bulakwaru (RW VI), Dukuh Tembalang, Dukuh Germadang, Dukuh Gupakan (RW VII) dan Dukuh Bawangan (RW VIII) yang juga merupakan komunitas binaan Perhutani melalui LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Menurut penuturan Kepala Desa, disamping mendapat bagi hasil keuntungan produksi berupa uang melalui kelompok, terutama mereka yang sebagai penyadap getah pinus, juga memperoleh akses menanam tanaman palawija di sela-sela tanaman pohon pinus serta mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya kelestarian tanaman hutan baik dari Perhutani maupun Pemerintahan Desa.
45
Adapun yang memprihatinkan bagi masyarakat yang memang terdesak kebutuhan ekonomi keluarga, seringkali memanfaatkan tanaman hutan untuk dijadikan kayu bakar dan dijual ke masyarakat sekitar, sehingga terjadilah penggundulan hutan yang lebih jauh akan merusak ekosistem termasuk mengurangi debet sumber air yang menjadi kebutuhan air bersih utama masyarakat Desa Bumijawa, seperti Sumber air “Sayom”. Organisasi dan Kelembagaan Organisasi dan Kelembagaan Sosial yang ada di Desa Bumijawa, dibentuk sesuai kebutuhan, baik berdasarkan insiatif masyarakat lokal maupun pihak pemerintahan desa ataupun stakeholders
lainnya.
Semakin
berkembang
masyarakat, maka semakin banyak dan kompleks kelembagaan yang dimiliki. Organisasi dan Kelembagaan ini bisa bersifat khusus (Keagamaan, Politik) ataupun bersifat umum (Kemasyarakatan). Kelembagaan, yang selama ini mengelola kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga, yaitu : Kelompok Pemakai
Air Bersih atau sering
dikenal dengan nama Pokmair Sayom, (mengambil nama sumber air “Sayom” yang berlokasi di RW VII) yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat di wilayah RW I, II, III, sebagian RW IV, V dan RW VII melalui jaringan pipa pedesaan. Pokmair Sayom
dibentuk pada tanggal 5 Nopember 2000 sampai sekarang
mengalami pergantian kepengurusan selama tiga kali, dimana dua kali kepengurusan Ketua berhenti sebelum masa baktinya berakhir (tiga tahun), yaitu saat kepengurusan Bapak Basuki (Tahun 2000-2003) dan Bapak Chaeri ( Tahun 2004-2006) karena adanya tekanan masyarakat sebagai ekspresi ketidakpuasan terhadap pelayanan distribusi air bersih di tingkat rumah tangga. Pada periode sekarang, yaitu kepengurusan Pokmair Sayom masa bakti 2006-2009, dikuatkan Surat Tugas Kepala Desa No.07/III/2006 dengan Ketua Sdr. Untung Sumardi. Tugasnya membantu Kepala Desa dalam mengelola kebutuhan air bersih, karena sering terjadi potensi konflik, karena distribusi air bersih yang tidak merata, apalagi hampir setiap musim kemarau tiba, selalu terjadi “krisis air bersih”.
46
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Satria merupakan lembaga masyarakat di tingkat kelurahan atau desa-perkotaan (BPS) yang cukup mengakar, representatif, dan kepemimpinan kolektif yang terbentuk sebagai proses pendampingan proyek P2KP di Desa Bumijawa yang berdiri pada tahun 2001 dengan Ketua Sdr. Drs. Nurokhim. BKM Satria sebagai representatif masyarakat melakukan perencanaan partisipatif melalui Rembug Tahunan Warga (RTW) dengan merumuskan Perencanaan Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis) untuk waktu 3 tahun, yang kemudian selalu ditinjau ulang setiap tahun, berdasarkan hasil pemetaan swadaya, diantaranya menjalin kemitraan dengan Pokmair Sayom dalam menggalang keswadayaan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang dahulu dikenal dengan Badan Perwakilan Desa yang dipilih langsung masyarakat, sekarang dipilih secara musyawarah antara Pemerintahan Desa dengan Ketua RT/RW serta tokoh masyarakat perwakilan dukuh. Komposisi keanggotaan berjumlah 8 (delapan) orang. BPD masa bakti 2006-2011 dengan Ketua Sdr. Drs. A. Khumedi melalui Keputusan Bupati Tegal No. 188.4/1212/2006, tertanggal 19 September 2006. Fungsi BPD yaitu menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Menurut penuturan Ketua BPD sejak dilantik bulan September 2006, kemudian dilanjutkan memilih Ketua, Wakil dan Sekretaris serta musyawarah kerja, diantaranya membentuk Panitia pemilihan Kades, yang kemudian telah dilaksanakan dan berjalan lancar, juga menyerap dan menampung aspirasi masyarakat untuk usulan Musrenbang baik mulai dari tingkat RT, RW, Desa sampai tingkat Kecamatan, walaupun diakui sampai sekarang baru merencanakan pembuatan Perdes, termasuk harapan membuat Perdes Pengelolaan Air Bersih Masyarakat. Sedangkan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) masa bakti Tahun 2007-2012 dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa No. 05/VII/2007, tertanggal 12 Juli 2007, yang fungsinya membantu dan melaksanakan tugas serta melakukan koordinasi dengan instansi terkait tentang pelaksanaan Pemerintahan Desa. Di dalam kepengurusan Pokmair Sayom setiap periode Ketua LKMD selalu menjadi Penasehat yang dapat memberikan
47
pertimbangan-pertimbangan dalam pengelolaannya berdasarkan situasi yang terjadi di masyarakat. Untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PKK, mulai dari PKK tingkat RT, RW, sedangkan untuk tingkat desa dilaksanakan setiap tanggal 6, sudah melembaga dalam melaksanakan pertemuan rutin bulanan, dengan ikatan Arisan dilanjutkan acara pengajian dan beberapa informasi dan pemberian ketrampilan oleh pengurusnya masing-masing. Hal ini diakui oleh Kepala Desa dan Ketua LKMD serta Ketua BPD, bahwa kegiatan pertemuan rutin PKK RT, RW dan Desa setiap bulan sekali secara berjenjang, merupakan sarana efektif untuk menyampaikan informasi segala kegiatan desa termasuk sudah mampu menggalang dana sosial, termasuk untuk kegiatan tingkat desa. Ditegaskan oleh Ibu Kepala Desa selaku Ketua TP.PKK Desa, bahwa dalam pertemuan PKK dari tingkat RT, RW dan Desa, partisipasi dari seluruh ibuibu dari segala lapisan sangat baik, disinilah arena silaturahmi tanpa membedakan status ekonomi dan pekerjaan. Ketua TP. PKK Desa didalam kepengurusan Pokmair Sayom sebagai Penasehat yang dapat memberikan konstribusi berkaitan dengan peran ibu-ibu dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di tingkat rumah tangga. Karang Taruna “Taman Kusuma” Desa Bumijawa, menurut penuturan Ketuanya Sdr. Slamet Widodo, pada tahun 2006 dan tahun 2007, menjadi juara Karang Taruna tingkat Kabupaten Tegal, dan berbagai prestasi yang telah dicapai baik tingkat Kabupaten, eks. Karesidenan maupun Propinsi Jateng, dan berdasarkan SK. Dinas Sosial No. 04/KPTS/IX/96, klasifikasi Karang Tarunanya berstatus “Maju”. Kepengurusan periode 2006-2009, berdasarkan hasil Temu Karya Desa pada tanggal 23 Juni 2006, telah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa No. 15/VI/2006. Adapun aktifitasnya, selalu menjadi penggerak setiap panitia pelaksanaan kegiatan tingkat desa, melaksanakan pekan penghijauan dengan peduli sumber air bersih dengan menanam tanaman karet disekitar sumber-sumber air di Desa Bumijawa. Pada bulan Pebruari 2007 dengan bekerjasama Dinas PMKB dan
48
Kesos dan Dinas Tanbunhut Kab. Tegal serta donatur dari warga masyarakat yang sukses diperantauan dengan membantu dana untuk mendukung kegiatan tersebut. Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Bumijawa, diantaranya ada petugas sanitarian yang menangani secara langsung membina dan mengawasi tentang pemanfaatan air bersih masyarakat, termasuk pengelolaan air bersih masyarakat untuk keperluan rumah tangga. Pengurus Mesjid Besar AlMuttaqien Desa Bumijawa yang terletak di RW II, disamping menangani kegiatan keagamaan juga kegiatan sosial kemasyarakatan, karena mempunyai akses dan pengaruh secara langsung dan tidak langsung pada masyarakat, seperti pada saat kesulitan air bersih dan mengarah ke potensi konflik, sering disinggung dalam materi khotbah Jum’at tentang pentingnya kelestarian sumberdaya air dan kehidupan sosial kemasyarakatan.