PERSENTASE ORGAN DALAM SERTA KANDUNGAN VITAMIN A HATI AYAM PETELUR YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG MARIGOLD (Tagetes erecta)
SKRIPSI LIZA NUR AZIZA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN LIZA NUR AZIZA. D24080089. 2012. Persentase Organ Dalam serta Kandungan Vitamin A Hati Ayam Petelur yang Diberi Pakan Mengandung Marigold (Tagetes erecta). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Lidy Herawati, M.S. Marigold (Tagetes erecta) merupakan tanaman hias yang mengandung karotenoid, salah satunya adalah beta-karoten. Adanya kandungan karoten sebagai provitamin A, tanaman ini dimanfaatkan sebagai tambahan dalam pakan ternak untuk dapat dijadikan vitamin A di dalam tubuh dan mengetahui dampak pemberian marigold pada organ dalam ternak. Peningkatan vitamin A di hati diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tubuh sehingga tidak terjadi defesiensi, dan dapat mengedarkan vitamin A ke jaringan target lainnya seperti daging dan komponen telur sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan tepung daun dan bunga marigold sebagai pakan ternak unggas untuk membandingkan pengaruh pemberian tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga terhadap persentase organ dalam serta penyimpanan vitamin A pada hati ayam petelur. Penelitian ini menggunakan ayam petelur mulai umur 19 minggu dengan pemeliharaan selama 11 minggu berjumlah 48 ekor jenis Hy-Line Brown pada fase produksi. Penelitian ini menggunakan empat perlakuan dengan tiga ulangan, masingmasing ulangan terdiri atas empat ekor ayam. Perlakuan yang diberikan adalah R0 : ransum kontrol tanpa tepung marigold, R1 : ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM), R2 : ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM), R3 : ransum mengandung 2,5 % tepung daun marigold (TDM) dan 2,5 % tepung bunga marigold (TBM). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), apabila data persentase dari hasil penelitian <20% atau >80% data ditransformasi kedalam bentuk arcsin (Steel dan Torrie, 1993), selanjutnya dianalisis menggunakan ANOVA (analysis of variance), jika analisis yang dihasilkan berbeda nyata (P<0,05) maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak Duncan pada taraf nyata 5%. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, konsumsi provitamin A, vitamin A hati dan organ dalam ayam petelur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsumsi ransum, konsumsi provitamin A nyata lebih tinggi (P<0,05) pada perlakuan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM dengan rataan konsumsi ransum 118,59 g/ekor/hari dan konsumsi provitamin A 12761,97 IU/ekor/hari. Kandungan vitamin A hati menunjukkan bahwa secara deskriptif perlakuan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM memiliki kandungan vitamin A hati lebih tinggi. Perlakuan penambahan marigold menghasilkan bobot empedu nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan kontrol dan pada perlakuan 5% TDM memberikan pengaruh nyata lebih tinggi pada bobot limpa dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata-kata kunci : ayam petelur, marigold, organ dalam, vitamin A
ii
ABSTRACT The Percentage of Internal Organ and Vitamin A Content of Laying Hen’s Liver Fed Marigold (Tagetes erecta) L. N. Aziza., W. Hermana and L. Herawati Marigold is an ornamental plant that contains carotenoids, carotene and xantofil. The purpose of this research were the used of marigolds as feed and evaluate its effect on the internal organs of laying hens and the storage vitamin A on liver. This study used 48 laying hens (19 weeks Hy-Line Brown type on production phases) which were treated for 11 weeks. The experimental design used a completely randomized design (CRD) with four treatments and three replications. The treatments were R0 : control diet without marigold meal, R1 : diet contained 5% leaf meal (TDM), R2 : diet contained 5% flower meal (TBM), R3 : diet contained 2.5% leaf meal (TDM) and 2.5% flower meal (TBM). The result of analysis showed the increment of marigold mixture 2.5% leaf meal (TDM) and 2.5% flower meal (TBM) significantly affected (P<0.05) diets and consumption of provitamin A. Vitamin A on liver was analyzed by HPLC method and descriptively showed the increment of 5% flower meal and marigold mixture 2.5% leaf meal (TDM) and 2.5% flower meal (TBM) had the highest amount. The addition of marigold significantly affected (P<0.05) weight of the bile and the spleen of internal organs. As the result it can be concluded the addition of marigold mixture 2.5% leaf meal (TDM) and 2.5% flower meal (TBM) has better effect than other treatments. Keywords : laying hen, marigold, organ, vitamin A
iii
PERSENTASE ORGAN DALAM SERTA KANDUNGAN VITAMIN A HATI AYAM PETELUR YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG MARIGOLD (Tagetes erecta)
LIZA NUR AZIZA D24080089
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 iv
Judul
: Persentase Organ Dalam serta Kandungan Vitamin A Hati Ayam Petelur yang Diberi Pakan Mengandung Marigold (Tagetes erecta)
Nama
:
Liza Nur Aziza
NIM
:
D24080089
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Ir. Widya Hermana, M.Si.) NIP. 19680110 199203 2 001
Pembimbing Anggota,
(Ir. Lidy Herawati, M.S.) NIP. 19620914 198703 2 009
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr) NIP: 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian : 29 Juni 2012
Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1990. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Abdul Aziz. HM dan Listyani. Penulis menempuh pendidikan TK Tunas Bangsa pada tahun 1995. Penulis melanjutkan Sekolah Dasar Negri XXI Mekar Jaya pada tahun 1996-2002. Pendidikan lanjut tingkat pertama mulai tahun 2002-2005 di SMP Tugu Ibu Depok dan pendidikan menengah atas pada tahun 20052008 di SMA Tugu Ibu Depok. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2009-2010 sebagai anggota Biro Kewirausahaan. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di PT. Charoen Pokhpand Tbk pada tahun 2010. Penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan sebagai panitia pada acara International Scholarship Education and Expo (ISEE) dan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2010 di IPB. Penulis pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKM-P) dengan judul “Pemanfaatan Daun dan Bunga Marigold (Tagetes erecta) untuk Menghasilkan Telur Ayam yang Kaya Vitamin A dan Antioksidan” dan berhasil menjadi Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XXIV) Delegasi IPB di Universitas Hasanudin, Makasar tahun 2011.
Bogor, Juni 2012
Penulis
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, kuasa dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persentase Organ Dalam serta Kandungan Vitamin A Hati Ayam Petelur yang Diberi Pakan Mengandung Marigold (Tagetes erecta)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berawal dari penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang menggunakan marigold sebagai pakan ternak unggas karena adanya kandungan karoten yang berfungsi sebagai provitamin A untuk meningkatkan kandungan vitamin A pada telur ayam. Skripsi ini melakukan penelitian pada persentase organ dalam dan penyimpanan vitamin A pada hati ayam petelur yang bertujuan untuk untuk memanfaatkan tepung daun dan bunga marigold sebagai pakan ternak unggas dan membandingkan pengaruh pemberian tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga marigold terhadap persentase organ dalam serta kandungan vitamin A pada hati ayam petelur. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April-Desember 2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, agar dapat menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menjadi amal soleh bagi penulis, memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca, serta dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN. .................................................................................................
ii
ABSTRACT.....................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
vi
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan ..................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
3
Marigold (Tagetes erecta) ................................................................... Ayam Petelur ....................................................................................... Vitamin A ............................................................................................ Organ Dalam ........................................................................................ Jantung ..................................................................................... Hati........................................................................................... Empedu .................................................................................... Rempela.................................................................................... Limpa ....................................................................................... Pankreas ................................................................................... Usus Halus ............................................................................... Sekum ....................................................................................... Usus Besar ................................................................................
3 4 5 7 7 7 7 8 8 8 9 9 10
MATERI DAN METODE ...............................................................................
11
Lokasi dan Waktu ................................................................................ Materi .................................................................................................. Ternak ...................................................................................... Kandang dan Perlengkapan ..................................................... Bahan ....................................................................................... Ransum .................................................................................... Prosedur ..............................................................................................
11 11 11 11 12 12 14
Penyediaan Pakan ....................................................................
14 viii
Pemeliharaan ............................................................................ Pemotongan ............................................................................. Rancangan dan Analisis Data .............................................................. Model Matematika ................................................................... Perlakuan ................................................................................. Peubah yang Diamati ...............................................................
14 15 16 16 16 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
18
Konsumsi Ransum ............................................................................... Konsumsi Provitamin A....................................................................... Kandungan Vitamin A pada Hati ........................................................ Persentase Bobot Organ Dalam Ayam Petelur .................................... Persentase Bobot Jantung ........................................................ Persentase Bobot Hati .............................................................. Persentase Bobot Empedu ....................................................... Persentase Bobot Rempela....................................................... Persentase Bobot Limpa .......................................................... Persentase Bobot Pankreas ...................................................... Persentase Bobot dan Panjang Relatif Saluran Pencernaan................. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Duodenum .................. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Jejenum ....................... Persentase Bobot dan Panjang Relatif Ilium............................ Persentase Bobot dan Panjang Relatif Sekum ......................... Persentase Bobot dan Panjang Relatif Usus Besar ..................
18 19 19 20 20 20 21 22 23 24 25 25 26 27 27 28
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
29
Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...................................................................................................
29 29
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
31
LAMPIRAN ....................................................................................................
34
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur Tipe Produksi Umur 18-32 Minggu ....
5
2. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur...............................................................
5
3. Hasil Proksimat Daun dan Bunga Marigold ...............................................
12
4. Hasil Uji Fitokimia .....................................................................................
12
5. Formulasi Pakan Tiap Perlakuan ................................................................
13
6. Komposisi Nutrien Pakan Perlakuan ..........................................................
13
7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A Hati .............................................................................................................
18
8. Rataan Bobot dan Persentase Organ Dalam Ayam Petelur ........................
23
9. Rataan Persentase Bobot dan Panjang Relatif Saluran Pencernaan ............
26
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Tanaman Marigold (Tagrtes erecta) .........................................................
3
2.
Proses Absorbsi dan Alur Transport Vitamin A di dalam Tubuh ...........
6
3.
Kandang Ayam Petelur Penelitian ...........................................................
11
4.
Tahap Pembuatan Pakan ..........................................................................
14
5.
Tahap Pengambilan Sampel ....................................................................
15
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan ........................................................
35
2.
Hasil Uji Duncan Konsumsi Pakan ..........................................................
35
3.
Hasil Sidik Ragam Konsumsi Provitamin A ............................................
35
4.
Hasil Uji Duncan Konsumsi Provitamin A...............................................
35
5.
Hasil Sidik Ragam Jantung…….. .............................................................
35
6.
Hasil Sidik Ragam Hati ............................................................................
36
7.
Hasil Sidik Ragam Empedu ......................................................................
36
8.
Hasil Uji Duncan Empedu ........................................................................
36
9.
Hasil Sidik Ragam Rempela .....................................................................
36
10. Hasil Sidik Ragam Limpa .........................................................................
36
11. Hasil Uji Duncan Limpa ...........................................................................
37
12. Hasil Sidik Ragam Pankreas .....................................................................
37
13. Hasil Sidik Ragam Bobot Duodenum.......................................................
37
14. Hasil Sidik Ragam Panjang Duodenum ...................................................
37
15. Hasil Sidik Ragam Bobot Jejenum ...........................................................
37
16. Hasil Sidik Ragam Panjang Jejenum ........................................................
38
17. Hasil Sidik Ragam Bobot Ilium ................................................................
38
18. Hasil Sidik Ragam Panjang Ilium.............................................................
38
19. Hasil Sidik Ragam Bobot Sekum .............................................................
38
20. Hasil Sidik Ragam Panjang Sekum ..........................................................
38
21. Hasil Sidik Ragam Bobot Usus Besar ......................................................
38
22. Hasil Sidik Ragam Panjang Usus Besar ...................................................
39
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Marigold (Tagetes erecta) merupakan tanaman hias yang memiliki bau khas. Secara komersial tanaman ini digunakan sebagai bunga potong, karena mempunyai bentuk bunga yang unik dan warna yang mencolok. Tanaman ini merupakan salah satu herba hias yang biasa digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas. Keunggulan tanaman ini adalah mudah tumbuh dan umur panen yang singkat, sehingga mempermudah untuk dimanfaatkan dan dibudidayakan. Berdasarkan keunggulannya, tanaman ini juga banyak dimanfaatkan sebagai pewarna, obat dan pakan ternak, khususnya untuk pakan unggas. Tanaman ini mengandung karotenoid yaitu karoten (beta dan alfa karoten) dan xanthofil (lutein dan zeaxanthin) (Handelman, 2001). Karetonoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye atau merah oranye, mempuyai sifat larut lemak atau pelarut organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Karotenoid yang terkandung pada marigold adalah karotenoid yang berwarna kuning. Kandungan beta-karoten pada marigold mempunyai aktivitas provitamin A terbesar untuk manusia dan hewan. Hewan ternak termasuk unggas sangat membutuhkan vitamin A untuk pertumbuhannya. Vitamin A merupakan nutrisi yang berperan penting tidak hanya dalam pertumbuhan, namun menurut Wahju (2004) vitamin A dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan yang normal dari sel-sel saluran alat pencernaan. Marigold dimanfaatkan sebagai pakan ternak ayam petelur untuk meningkatkan warna kuning pada telur ayam (Lokaewmanee et al., 2011). Berdasarkan kandungan dan pemanfaatannya sebagai pakan ternak unggas, maka belum diketahui bagaimana dampak pemberian marigold pada organ dalam ternak serta bagaimana penyimpanan vitamin A dalam hati yang pakannya ditambahkan marigold. Vitamin A sangat dibutuhkan pada tubuh, penambahan marigold diharapkan dapat meningkatkan jumlah vitamin A khususnya di hati. Peningkatan vitamin A di hati diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tubuh sehingga tidak terjadi defesiensi, dan dapat mengedarkan vitamin A ke jaringan target lainnya seperti daging dan komponen telur sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pemanfaatan marigold (Tagetes erecta) sebagai pakan 1
ternak unggas diharapkan dapat mempengaruhi organ dalam pada ayam petelur dan kandungan vitamin A yang tersimpan dalam hati dengan adanya kandungan karotenoid yaitu beta karoten yang berfungsi sebagai provitamin A.
Tujuan Penelitian ini bertujuan memanfaatkan tepung daun dan bunga marigold sebagai pakan ternak unggas dan membandingkan pengaruh pemberian tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga terhadap persentase organ dalam serta penyimpanan vitamin A pada hati ayam petelur.
2
TINJAUAN PUSTAKA Marigold (Tagetes erecta) Marigold merupakan tanaman yang biasa ditanam di kebun atau halaman sebagai tanaman hias. Nama lain dari tanaman ini adalah randa kencana, ades, bunga tahi ayam atau yang lebih sering dikenal oleh masyarakat adalah bunga tahi kotok. Tanaman ini salah satu tanaman herbal yang mempunyai aroma menyengat dan sangat mudah tumbuh di Indonesia (Astuti, 2003). Marigold memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai umur panen yaitu berkisar 35-40 hari, sehingga cocok untuk ditanam berdampingan dengan tanaman pertanian lain dan dapat digunakan sebagai pagar dari tanaman pertanian lain (Girwani et al., 1990). Tanaman ini memiliki 59 spesies, berikut adalah tanaman marigold dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman Marigold (Tagetes erecta) Sumber: Dokumentasi penelitian, 2011
Tagetes yang merupakan nama lain dari tanaman marigold adalah tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh pada tanah dengan pH netral di daerah yang panas, cukup sinar matahari dan drainase baik. Menurut Astuti (2003) marigold berasal dari Meksiko merupakan tanaman yang memiliki batang tegak, percabangan tidak banyak dan tingginya 0,5-1 m. Marigold memiliki bunga berbentuk bonggol, tunggal atau terkumpul dalam malai rata yang jarang dan dikelilingi oleh daun pelindung yang berwarna hijau gelap dengan tekstur yang bagus, berakar tunjang dan dapat berkembang biak dengan biji. Bunga marigold merupakan bunga bertangkai panjang dan ujung tangkainya membesar. Bunga memiliki susunan mahkota bunga rangkap, warna cerah yaitu putih, kuning, oranye hingga kuning keemasan atau berwarna 3
ganda (Winarto, 2010). Daun menyirip gasal, tajuk daun kedua sisi berjumlah 5-9 dengan panjang 5-9 cm dan bergerigi, di dekat tepi daun terdapat bintik-bintik kelenjar bulat. Taksonomi tagetes berdasarkan Syamsuhidayat dan Hutapea (2006), sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Asterales
Suku
: Compositae
Marga
: Tagetes
Jenis
: Tagetes erecta Marigold mengandung karotenoid sebanyak 68 mg/100 g (Piccaglia et al.,
1998). Karotenoid yang terdapat dalam marigold adalah karotenoid yang berwarna kuning seperti karoten (alfa dan beta karoten) dan xantofil (lutein dan zeaxantin) (Handelman, 2001). Kandungan lutein pada marigold dapat berfungsi sebagai antioksidan (Zhang et al., 1991) serta dapat meningkatkan fungsi kekebalan, menekan pertumbuhan kanker payudara, serta menekan pembelahan sel limfosit (Chew et al., 1996). Marigold dapat dipertimbangkan sebagai sumber lutein yang baik, lutein ester dan sebagian besar pigmen (lebih dari 97%) ditemukan pada daun dan bunga (Piccaglia et al., 1998). Kandungan senyawa -karoten, trans-lutein, lutein ester, dan xantofil pada tagetes digunakan sebagai pewarna makanan, pewarna kosmetik, antioksidan, antikarsinogen, dan produk obat-obatan. Bunga tagetes pada bidang pertanian efektif dalam pencegahan nematoda pengganggu tanaman dan efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Winarto, 2010). Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas yang memiliki tingkat stress yang tinggi dan sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting, oleh karena itu kebutuhan pakan harus terpenuhi sehingga ayam petelur dapat berproduksi dengan baik. Penyusunan pakan menjadi hal yang sangat penting untuk memenuhi konsumsi pakan dan kebutuhan protein ayam petelur yang 4
dipengaruhi oleh bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi, air minum bersih dan kandungan energi dalam pakan (Wahju, 1997). Konsumsi ayam petelur tipe medium berkisar dari 104,1-110,3 g/ekor/hari (Amrullah, 2004). Menurut Lesson dan Summers (2005) kebutuhan nutrien ayam petelur tipe produksi umur 1832 minggu dengan konsumsi ransum berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 dan menurut Standar Nasional Indonesia (2006) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur Tipe Produksi Umur 18-32 Minggu Konsumsi 95 g/ekor/hari Nutrien
Jumlah
Nutrien
Jumlah
Protein Kasar (%)
19
Vitamin D (I.U)
3500
Energi Metabolis (kkal/kg)
2900
Vitamin E (I.U)
50
Kalsium
4,2
Vitamin K (I.U)
3
Fosfor tersedia (%)
0,5
Riboflavin (mg)
5
Natrium (%)
0,18
Biotin (µg)
100
Metionine (%)
0,45
Fe (mg)
30
Lisin (%)
0,86
Zn (mg)
50
Vitamin A (I.U)
8000
Iodin (mg)
1
Sumber: Lessons dan Summers (2005)
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur (Layer) Parameter
Satuan
Persyaratan
%
Maks. 14,0
Kkal/kg
2650
Protein Kasar
%
Min. 16,0
Lemak Kasar
%
Maks. 7,0
Serat Kasar
%
Maks. 7,0
Kalsium
%
3,25-4,25
Fospor
%
0,60-1,00
Kadar air Energi Metabolis
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2006)
Vitamin A Nutrien organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi adalah vitamin. Vitamin umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga untuk mendapatkannya harus disuplai dari makanan (Triana, 2006; 5
Almatsier, 2001). Vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan perkusor atau provitamin A seperti karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik seperti retinol (Triana, 2006). Pernyataan ini didukung oleh Piliang (2008) yang menyatakan bahwa karotenoid merupakan provitamin A yang mempunyai daya larut seperti vitamin A. Vitamin A berfungsi dalam proses penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan reproduksi (Linder, 1992). Bentuk awal vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, kemudian bersama karetonoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung. Ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol dalam sel-sel mukosa usus halus. Sebagian dari karotenoid, terutama betakaroten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol, kemudian penyimpanan utama vitamin A dalam tubuh di hati yang kemudian akan ditargetkan pada jaringan target organ tubuh lainnya (Azrimaidaliza, 2007). Proses absorbsi provitamin A dan retinoid membutuhkan getah empedu dan pankreas untuk dapat dihidrolisis dan diserap oleh tubuh. Berikut adalah proses absorbsi dan alur transport vitamin A yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Absorbsi dan Alur Transport Vitamin A di dalam Tubuh Sumber : Azrimaidaliza (2007)
6
Organ Dalam Jantung Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut. Dinding jantung terdiri atas tiga lapis yaitu suatu selimut serosa luar yang disebut epikardium, suatu lapis endotelial dalam yang disebut dengan endokardium, dan suatu lapis muskular tebal yang disebut dengan miokardium (Frandson, 1992). Menurut Akoso (2003) jantung adalah organ otot yang memegang peranan penting didalam peredaran darah. Bobot jantung pada ayam petelur umur 80 minggu yang diberi pakan alfalfa adalah 0,43% dari bobot hidupnya (Landers et al., 2008). Hati Hati atau liver bervariasi, baik lokasi maupun jumlah lobulnya dari satu spesies hewan ke spesies yang lainnya, tetapi hati selalu terletak persis di belakang diafragma (Frandson, 1992). Klasing (1999) menyatakan hati mempunyai dua lobus primer, hati merupakan tempat utama dalam proses absorbsi nutrien dan produksi dari asam empedu dan garam empedu. Amrullah (2004) menyatakan fungsi hati adalah mensekresikan cairan empedu, menetralkan kondisi asam dari saluran usus dan mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi. Berat relatif hati ayam pedaging umur 6 minggu yang diberi tepung duckweed sebanyak 12% berkisar 17,10-19,98 g/kg BB (Hatta et al., 2009), sedangkan Landers et al. (2008) melaporkan bahwa bobot hati pada ayam petelur umur 80 minggu yang diberi tepung alfalfa dalam pakan adalah sebesar 1,44% dari bobot hidupnya. Empedu Empedu merupakan organ pencernaan tambahan yang volume atau beratnya dipengaruhi oleh status nutrisi unggas, tipe pakan yang dikonsumsi, alian darah dan sirkulasi empedu enterohepatic (Suprijatna et al., 2005). Menurut Pilliang dan Djojosoebagio (2002) komposisi cairan empedu adalah garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, lemak dan garam organik. Empedu memiliki fungsi dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin (Suprijatna et al., 2005). Menurut Amrullah (2004) fungsi utama empedu adalah menetralkan kondisi asam dari saluran usus dan mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi. 7
Rempela Rempela maerupakan organ pencernaan yang mengandung material bersifat menggiling seperti grit, karang, dan batu kerikil. Partikel pakan yang masuk kedalam pencernaan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui usus halus. Material usus halus akan masuk rempela kemudian akan keluar lagi dalam beberapa menit, sedangkan material kasar akan tinggal di rempela untuk beberapa jam (Suprijatna et al., 2005). Ukuran rempela dapat berubah sesuai dengan pakan (Piersma et al., 1993). Fungsi rempela sebagai penggerus, penggiling untuk menghaluskan makanan dan memperkecil ukuran partikel (Klasing, 1999). Penelitian Nurjanah (2007) menyatakan bahwa rataan persentase bobot rempela ayam kampung umur 11 minggu berkisar dari 3,47%-4,24% dari bobot hidup. Bobot rempela pada ayam petelur pullet yang dipelihara 120 hari dengan pakan cereal sebesar 23 g/kg BB (Frikha et al., 2011). Limpa Limpa dan pankreas memproduksi insulin dan limfosit (Sukanta, 2001). Menurut Murtidjo (1992) limpa sebagai organ dalam tubuh ayam yang memiliki fungsi menghancurkan butir-butir darah merah yang pecah dan rusak. Nod limpa bertindak sebagai salah satu pertahanan tubuh terhadap infeksi dengan menjadi tempatnya limfosit serta sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi dan makrofag yang memakan bakteri (Frandson, 1992). Bobot limpa pada ayam kampung umur 16 minggu dengan pemberian ekstrak daun jarak 5% sebesar 3,98 gram atau 0,36% dari bobot hidup (Simamora, 2011). Pankreas Pankreas adalah organ berwarna merah yang berada antara lipatan duodenum yang berfungsi mensekresikan amilase, lipase, protease, enzim proteolitik dan sodium bikarbonat untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak (Sturkie, 2000; Klasing, 1999). Pankreas terletak di antara lekukan duodenal usus kecil. Organ ini merupakan kelenjar yang mensekresikan sari cairan, kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas yaitu terdapat lima enzim yang membantu pencernaan pati, lemak dan protein (Amrullah, 2004).
8
Pankreas adalah suatu glandula tubolu-alveolar yang memiliki bagian endokrin maupun eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO3) serta enzim-enzim pencernaan yang melalui saluran pankreas menuangkan enzim tersebut ke duodenum dekat dengan muara saluran empedu (Frandson, 1992). Berat pankreas ayam dewasa berkisar antara 2,5-4,0 gram. Berat relatif organ pencernaan pankreas ayam pedaging umur 6 minggu yang diberi 12% tepung duckweed sebesar 2,37-2,85 g/kg BB (Hatta et al., 2009). Penelitian Landers et al. (2008) menghasilkan bobot organ pankreas ayam petelur umur 80 minggu yang diberi alfalfa sebesar 0,15% dari bobot hidup. Usus Halus Usus halus merupakan fungsi dalam pencernaan enzim dan absorbsi terakhir dari hasil pencernaan. Usus halus terdiri atas duodenum, jejenum, dan ilium. Duodenum terletak mulai dari rempela hingga putaran pankreas. Empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum, setelah itu masuk ke dalam jejenum dan ilium (Klasing, 1999). Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan yang di dalamnya terdapat enzim yang berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorbsi. Panjang usus halus pada ayam dewasa sekitar 62 inci atau 1,5 m (Suprijatna et al., 2005). Panjang saluran pencernaan ayam pada umur 20 hari masing-masing adalah 12 cm (duodenum) dan 49 cm (jejenum dan ilium). Panjang masing-masing saluran pencernaan pada ayam umur 1,5 tahun sebesar 20 cm (duodenum) dan 120 cm (jejenum dan ilium) (Amrullah, 2004). Frikha et al. (2011) dalam penelitiannya panjang relatif saluran pencernaan ayam pullet dengan pemeliharaan 120 hari yang diberi cereal dalam pakan masing-masing sebesar 18 cm/kg BB (duodenum), 45 cm/kg BB (jejenum) dan 42 cm/kg BB (ilium). Bobot usus halus ayam petelur umur 20 dan 47 minggu masing-masing sebesar 16 g dan 23 g (Marounek et al., 2008). Sekum Sekum adalah bagian atas usus besar yang merupakan suatu kantung buntu (Frandson, 1992). Amrullah (2004) menyatakan di dalam usus buntu terdapat sedikit penyerapan air dan aktivitas bakteria sehingga dapat berlangsung pencernaan serat 9
kasar, protein dan sintesis vitamin. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa pada usus buntu tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan, hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri. Panjang sekum pada ayam dewasa yang kesehatannya normal sekitar 6 inci atau 15 cm (Amrullah, 2004; Suprijatna et al., 2005). Frikha et al. (2011) berdasarkan hasil penelitiannya melaporkan bahwa panjang relatif sekum pada ayam pullet pemeliharann 120 hari dari umurnya yang diberi cereal dalam pakan sebesar 17 cm/kg BB. Bobot sekum pada ayam petelur umur 20 dan 47 minggu masingmasing sebesar 3 g dan 7 g (Marounek et al., 2008). Usus Besar Panjang usus antara ileocecal dan kloaka disebut dengan rektum, dan dikenal dengan kolon. Rektum atau kolon memiliki ukuran dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan duodenum dan hanya 4% dari total panjang usus halus (Klasing, 1999). Usus besar terdiri atas sekum yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rektum dan anus (Frandson, 1992). Panjang usus besar pada ayam dewasa berkisar 8-10 cm (Amrullah, 2004; Suprijatna et al., 2005).
10
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan April sampai dengan Desember 2011. Pemeliharaan dilakukan di laboratorium Lapang Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet dan Laboratorium Pusat Antar Universitas IPB. Analisa fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, dan analisa vitamin A dilakukan di Balai Besar Industri Agro, Bogor. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam petelur fase produksi jenis Hy-Line Brown mulai umur 19 minggu dengan pemeliharaan selama 11 minggu. Penelitian ini terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri atas empat ekor ayam. Jumlah ternak yang digunakan sebagai sampel adalah 12 ekor. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan adalah kandang individual berukuran 80×80×50 cm sebanyak 12 kandang. Setiap kandang terdiri atas 2 ekor ayam dan dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan yang digunakan adalah terpal, kertas semen, timbangan digital, lampu, meteran, plastik ransum, gunting, pisau, ember, label, alat tulis dan alat kebersihan.
Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Penelitian 11
Bahan Ransum penelitian disusun dari bahan-bahan pakan yang diperoleh dari PT. Indofeed, Bogor, sedangkan marigold diperoleh dari petani marigold di Bandung. Bahan pakan penyusun ransum adalah jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO, tepung daun dan bunga marigold, CaCO3, premix, dan DL-metionin. Air minum diberikan ad libitum. Hasil analisis proksimat yang terkandung dalam tepung daun dan bunga marigold dapat dilihat pada Tabel 3, dan analisa fitokimia yang dilakukan untuk mengetahui komponen zat aktif yang terkandung dalam tepung daun, tepung bunga dan campuran marigold dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil Proksimat Tepung Daun dan Bunga Marigold (as fed) Sampel
Kadar Air (%)
Abu (%)
Bunga
18,55
3,29
10,17
4,03
Serat Kasar (%) 15,13
Daun
16,16
8,29
18
1,85
8,67
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Energi Bruto (kkal) 4696 3956
Sumber : Hasil analisa proksimat uji laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB dan analisis energi bruto di lab. Ilmu dan teknologi pakan, Fapet, IPB (2010)
Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Tepung Daun dan Bunga Marigold Uji Fitokimia 1 Alkaloid
Tepung Bunga -
Tepung Daun -
Campuran -
+
+++
+
++
+
++
Steroid
+
+++
+
Triterpenoid
-
-
-
Tanin
+
+
+
-
-
-
Flavonoid Phenol Hidrokuinon
Saponin Keterangan :
1
Hasil uji laboratorium secara kualitatif Lab. Kimia Analitik (2011) FMIPA, IPB ; + (kurang kuat) ; + + (kuat); + + + (sangat kuat)
Ransum Susunan ransum dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan komposisi nutrien dapat dilihat pada Tabel 6. Kandungan beta-karoten pakan kontrol, tepung daun dan tepung bunga marigold dianalisis menggunakan metode HPLC adalah 112,33 mg/kg kontrol 29,6 mg/kg daun, dan 7,09 mg/kg pada bunga. 12
Tabel 5. Formulasi Pakan Tiap Perlakuan Bahan Pakan
R0
R1
R2
R3
Jagung kuning (%)
48,3
48
47,2
48
Dedak padi (%)
12,2
8,2
7,75
7,83
Bungkil kedele (%)
15
15
15,9
15
Tepung ikan (%)
9,3
8,5
9
9
CPO (%)
5,5
5,6
5,5
5,5
NaCl (%)
0,1
0,1
0,1
0,1
CaCO3 (%)
9
9
9
9
Premix (%)
0,5
0,5
0,5
0,5
DL- methionin (%)
0,1
0,1
0,05
0,07
Daun Marigold (%)
-
5
-
2,5
Bunga Marigold (%)
-
-
5
2,5
Tabel 6. Komposisi Nutrien Pakan Perlakuan Nutrien
R0
R1
R2
R3
Bahan Kering (%)1
88,11
88,05
86,19
88,25
Energi Bruto (kkal/kg)
4956
3531
3373
3658
Protein Kasar (%)
14,64
13,81
14,89
14,12
Lemak Kasar (%)
4,62
5,71
4,92
6,17
Serat Kasar (%)
6,29
6,32
6,81
5,38
Abu (%)
12,12
11,86
11,36
10,86
Beta N (%)
50,44
50,35
48,21
51,72
Kalsium (%)
4,48
5,47
5,56
4,6
1,05 112,33
1,09 108,19
1,16 107,07
1,12 107,62
Fosfor total (%) β-karoten (μg/g)2 Keterangan :
1
Hasil perhitungan analisis bahan pakan (Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB, 2012); R0 = ransum kontrol; R1 = ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM); R2 = ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM); R3 = ransum mengandung 2,5% tepung daun marigold (TDM) dan 2,5% tepung bunga marigold (TBM); 2Hasil analisis beta-karoten di laboratorium Balai besar Indutsri Agro, IPB, Bogor
13
Prosedur Penyediaan Pakan Pembuatan tepung daun dan bunga marigold diawali dengan mengeringkan daun dan bunga marigold hingga bobot konstan, lalu pembuatan tepung. Tahap terakhir adalah pencampuran tepung daun dan bunga marigold ke dalam pakan sesuai dengan masing-masing perlakuan. Susunan ransum dapat dilihat pada Tabel 5.
Pengeringan marigold
(a)
Penggilingan
(b)
Pencampuran pakan
(c)
(d)
Ransum perlakuan terdiri dari: (a) Kontrol, (b) Kontrol + 5% TDM, (c) Kontrol + 5% TBM, (d) Kontrol 2,5% TDM dan 2,5% TBM
Gambar 4. Tahap Pembuatan Pakan Pemeliharaan Pemeliharaan dimulai pada ayam berumur 19 minggu, masa adaptasi selama 1 minggu mulai tanggal 28 April - 4 Mei 2011. Pemberian pakan 100% dimulai tanggal 5 Mei 2011 - 13 Juli 2011. Pemberian pakan dua kali sehari pada pagi dan
14
sore hari sesuai perlakuan, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Perhitungan sisa pakan dilakukan setiap 7 hari sekali. Pemotongan dan Pengambilan Sampel Pada akhir pemeliharaan sebelum ayam dipotong terlebih dahulu dipuasakan untuk memperoleh bobot kosong tanpa sisa pakan pada saluran pencernaan, kemudian dilakukan penimbangan bobot hidup akhir (gram/ekor). Setelah ayam dipotong, isi rongga perut (organ pencernaan) dikeluarkan selanjutnya dipisahkan dan ditimbang. Pemotongan ayam dilakukan untuk pengambilan sampel hati untuk analisa vitamin A, penimbangan bobot organ dalam dan saluran pencernaan (jantung, hati, empedu, rempela, limpa, pankreas, usus halus, usus besar dan sekum) dan perhitungan panjang relatif saluran pencernaan (duodenum, jejenum, ilium, usus besar, dan sekum). Tahap pengambilan sampel diperlihatkan pada Gambar 5.
Ayam siap dipotong
Pemotongan ayam sesuai perlakuan
Persiapan pengambilan sampel
Analisa Vitamin A Hati
Penimbangan bobot organ dalam dan saluran pencernaan Gambar 5. Tahap Pengambilan Sampel
15
Rancangan dan Analisis Data Model Matematika Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993) : Yij = µ + ti + eij Keterangan : Yij
: nilai pengamatan untuk perlakuan ransum yang diberikan (R0, R1, R2 dan R3) ke-i dan ulangan ke-j
µ
: rataan umum
ti
: pengaruh perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i
eij
: error perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i dan ulangan ke-j Data persentase hasil penelitian apabila <20% atau >80% maka data
ditransformasi kedalam bentuk arcsin
(Steel dan Torrie 1993), kemudian
dianalisis menggunakan ANOVA (analysis of variance), jika analisis yang dihasilkan berbeda nyata (P<0,05) maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak Duncan pada taraf nyata 5%. Perhitungan ANOVA dan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS 17.0. Perlakuan Perlakuan yang diberikan sebagai berikut : R0
: Ransum kontrol, tanpa tepung marigold
R1
: Ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM)
R2
: Ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM)
R3
: Ransum mengandung 2,5% TDM dan 2,5% TBM
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1.
Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) Konsumsi dihitung dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum yang masih ada dalam satu minggu.
16
2.
Konsumsi Provitamin A (µg/ekor/hari) Konsumsi provitamin A diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi ransum dengan kandungan provitamin A pada ransum.
3.
Analisa Vitamin A di Hati Vitamin A di hati dianalisa dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chormathography (HPLC).
4.
Persentase Bobot Organ Dalam Persentase Bobot Organ Dalam =
5.
Panjang Relatif (cm/100 gram BB) Panjang Relatif Saluran Pencernaan =
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum. Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan penambahan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM berbeda nyata lebih tinggi daripada perlakuan kontrol, 5% TDM, dan 5% TBM, hal ini menujukkan bahwa perlakuan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM konsumsi nyata lebih tinggi dengan rataan 118,59 g/ekor/hari. Hasil uji fitokimia (Tabel 4) menunjukkan bahwa campuran tepung daun dan tepung bunga mengandung senyawa fenol hidrokuinon dengan intensitas kuat (++). Fenol hidrokuinon merupakan sumber antioksidan alami (Widyawati et al., 2010). Antioksidan berperan sangat baik dalam meningkatkan konsumsi ransum, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kusnadi et al. (2005) bahwa antioksidan dapat meningkatkan konsumsi ransum dan meningkatkan pertambahan bobot badan pada kondisi cekaman. Adanya antioksidan yang terkandung pada penambahan 2,5% TDM + 2,5% TBM atau pada perlakuan campuran diduga merangsang ternak untuk tetap tenang terhadap kondisi heat stress yang ditimbulkan lingkungan maupun kondisi fisiologis dalam tubuh sehingga meningkatkan konsumsi ransum. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati Peubah Konsumsi Ransum (g/ekor/hari)*
Perlakuan R0
R1
R2
R3
107,22±0,06b
106,86±0,23b
106,71±0,26b
118,59±0,54a
Konsumsi Provitamin A 12.044,02±6,35b 11.561,30±25,33c 11.425,48±27,52d 12.761,97±58,51a (µg/ekor/hari) Vitamin A Hati ** 108.955 108.456 143.805 127.078 (IU/100 gram) Keterangan : R0 = Ransum kontrol; R1 = Ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM); R2 = Ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM); R3 = Ransum mengandung 2,5% TDM dan 2,5% TBM; * Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); **Hasil analisis vitamin A di Balai Besar Industri Agro, Bogor
18
Antioksidan terdiri atas berbagai sumber, Siagian (2002) menyatakan kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap oksidasi dibandingkan dengan satu jenis antioksidan saja, hal ini yang membedakan jumlah konsumsi ransum pada penambahan marigold 2,5% TDM dan 2,5% TBM lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi ransum pada penambahan 5% TBM yang keduanya mengandung fenol hidrokuinon pada tingkat yang sama secara kualitatif. Konsumsi Provitamin A Hasil analisis statistik (Tabel 7) menunjukkan bahwa penambahan marigold memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi provitamin A. Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan penambahan marigold pada campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, 5% TDM dan 5% TBM. Konsumsi provitamin A dipengaruhi oleh kandungan provitamin A ransum dan konsumsi ransum. Rataan kandungan provitamin A ransum dalam penelitian ini adalah kontrol = 112,33 µg/g, 5% TDM = 108,19 µg/g, 5% TBM = 107,07 µg/g dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM = 107,62 µg/g, sedangkan konsumsi ransum paling tinggi dalam penelitian ini adalah perlakuan campuran marigold 2,5% TDM dan 2,5% TBM, hal ini yang mempengaruhi tingkat konsumsi provitamin A pada perlakuan campuran lebih tinggi dalam penelitian ini. Kandungan Vitamin A pada Hati Hasil analisis kandungan vitamin A pada hati menunjukkan bahwa secara deskriptif penambahan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM menghasilkan kandungan vitamin A pada hati lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, sedangkan penambahan 5% TDM menghasilkan kandungan vitamin A paling rendah. Kandungan vitamin A merupakan suatu retinol yang diubah dalam usus kemudian disimpan dalam hati (Frandson, 1992). Perlakuan 5% TDM menghasilkan kandungan vitamin A lebih rendah, hal ini disebabkan adanya pembengkakan pada limpa. Bobot limpa pada perlakuan 5% TDM lebih besar dibandingkan dengan bobot limpa pada perlakuan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM (Tabel 8). Limpa berperan dalam proses transportasi vitamin 19
A, saluran limpatik berperan dalam mentransportasikan ester retinil (vitamin A ester) yang bergabung dengan kilomikron lalu diserap saluran limpatik dan bergabung dengan darah yang kemudian akan ditransportasikan ke hati (Gropper et al., 2009). Pembengkakan pada limpa menyebabkan terganggunya proses penyerapan saluran limpatik, sehingga proses transportasi ester retinil ke hati mengalami penurunan. Pembengkakan limpa pada perlakuan 5% TDM menyebabkan jumlah kandungan vitamin A pada perlakuan ini lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM. Persentase Bobot Organ Dalam Ayam Petelur Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang berfungsi sebagai tempat proses metabolik di dalam tubuh. Rataan persentase bobot organ dalam (jantung, hati, empedu, rempela, limpa dan pankreas) dapat dilihat pada Tabel 8. Persentase Bobot Jantung Rataan persentase bobot jantung (Tabel 8) menujukkan analisis statitstik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot jantung. Bobot jantung pada ayam petelur umur 80 minggu yang diberi alfalfa sebesar 0,43% dari bobot hidupnya (Landers et al., 2008), sedangkan persentase bobot jantung dalam penelitian ini adalah 0,33%-0,38% dari bobot hidup. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kelainan pada jantung seperti penurunan atau pembesaran bobot jantung yang melampaui bobot jantung normal. Jantung adalah organ otot yang memegang peranan penting didalam peredarah darah (Akoso, 1993). Perlakuan penambahan marigold dalam penelititan ini tidak memberikan pengaruh yang menimbulkan kelainan pada bobot jantung dan tidak menggangu kerja otot jantung dalam mengedarkan darah. Persentase Bobot Hati Rataan persentase bobot hati (Tabel 8) menunjukkan analisis statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase 20
bobot hati. Hati tersusun dari dua lobus. Salah satu fungsi hati adalah mensekresikan cairan empedu, menetralkan kondisi asam dari saluran usus dan mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi (Amrullah, 2004). Perlakuan penambahan marigold ke dalam pakan yang mengandung provitamin A tidak memberikan pengaruh yang nyata tehadap bobot hati. Bobot hati pada penelitian ini sebesar 1,68%-1,75% dari bobot hidupnya, sedangkan bobot hati pada ayam petelur umur 80 minggu yang diberi tepung alfafa dalam pakan sebesar 1,44% dari bobot hidupnya (Landers et al., 2008). Pada penelitian ini tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik seperti perubahan warna hati, pembengkakkan atau pengecilan yang terjadi di hati. Fungsi vitamin A adalah memelihara organ pernafasan, pencernaan, pertumbuhan, memelihara membran mokus yang normal, reproduksi, pertumbuhan matriks tulang yang baik dan tekanan serebrospinal yang normal (Widodo, 2002). Hasil ini menunjukkan penambahan marigold tidak mempengaruhi persentase bobot hati sehingga tidak menyebabkan kelainan atau terganggunya metabolisme proses pencernaan di hati. Persentase Bobot Empedu Rataan persentase bobot empedu (Tabel 8) menunjukkan analisis statistik berbeda nyata (P<0,05). Data menunjukkan bahwa bobot empedu pada perlakuan 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, sedangkan perlakuan 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak berbeda nyata terhadap masingmasing perlakuan. Besarnya persentase bobot empedu pada perlakuan 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM disebabkan jumlah cairan yang tersimpan di dalam empedu, sehingga mempengaruhi bobot empedu. Pencernaan dan absorpsi karoten serta retinoid membutuhkan empedu dan enzim pankreas seperti halnya lemak. Sebagian dari karetonoid, terutama betakaroten didalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol. Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding halus untuk kemudian diangkut ke dalam peredaran darah (Azrimaidaliza, 2007). Komposisi cairan empedu adalah garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, lemak dan beragam garam anorganik (Pilliang dan Djojosoebagio, 2002), hal ini 21
menunjukkan bahwa penambahan marigold dalam pakan meningkatkan bobot empedu karena banyaknya cairan yang dibutuhkan dalam penyerapan karoten untuk mencerna intake provitamin A. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin (Suprijatna et al., 2005). Faktor lain yang menyebabkan bobot empedu lebih tinggi pada perlakuan penambahan marigold adalah jumlah lemak kasar pada ransum penambahan marigold lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, dapat dilihat pada Tabel 6. Lemak kasar membutuhkan empedu dalam proses penyerapannya, hal ini menunjukkan bahwa jumlah lemak kasar yang tinggi pada ransum penambahan marigold membutuhkan cairan empedu dalam proses penyerapannya. Penambahan marigold mempengaruhi penyerapan dan transportasi beta-karoten sehingga mempengaruhi kerja dan bobot empedu. Persentase Bobot Rempela Rataan persentase bobot rempela (Tabel 8) menunjukkan analisis statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot rempela. Rataan bobot persentase rempela dalam penelitian ini 1,12% - 1,73% dari bobot hidup. Penelitian Nurjanah (2007) menyatakan rataan persentase bobot rempela ayam kampung umur 11 minggu terendah 3,47% dan tertinggi 4,24% dari bobot hidupnya. Bobot rempela pada ayam petelur pullet yang dipelihara 120 hari dengan pakan cereal sebesar 23 g/kg BB (Frikha et al., 2011). Ukuran rempela mudah berubah bergantung pada jenis makanan yang biasa dimakan oleh unggas bersangkutan (Amrullah, 2004; Piersma et al., 1993). Penambahan marigold ke dalam pakan bukan merupakan makanan yang sulit dicerna sehingga tidak menyebabkan bobot rempela semakin besar, karena semakin kasar makanan maka semakin besar kerja rempela untuk menghaluskan makanan yang menyebabkan bobot rempela bertambah.
22
Tabel 8. Rataan Bobot dan Persentase Organ Dalam Ayam Petelur Peubah Bobot Hidup Akhir (g/ekor)
Perlakuan R0
R1
R2
1699,33±116,34 1686,67±108,31 1677,33±39,12
R3 1826±80,30
Jantung (g)
6,42±0,58
6,32±0,84
6,4±0,90
6,02±0,31
(%)
0,38±0,04
0,38±0,05
0,38±0,05
0,33±0,02
(g)
25,60±3,34
28,33±4,01
28,51±1,84
30,72±4,12
(%)
1,75±0,19
1,68±0,18
1,70±0,12
1,68±0,21
(g)
1,01±0,07
2,12±0,82
1,97±0,39
2,19±0,34
(%)
0,06±0,01b
0,12±0,04a
0,12±0,02a
0,12±0,01a
(g)
25,12±1,88
28,72±7,52
22,31±3,17
21,87±0,65
(%)
1,48±0,06
1,73±0,54
1,33±0,17
1,12±0,01
(g)
6,45±0,28
5,08±0,53
3,71±0,83
4,16±0,66
(%)
0,38±0,02a
0,30±0,05ab
0,22±0,05b
0,23±0,05b
3,25±0,64
3,40±0,66
3,03±0,53
3,33±1,16
0,19±0,03
0,20±0,03
0,18±0,04
0,18±0,06
Hati
Empedu
Rempela
Limpa
Pankreas (g) (%) Keterangan :
R0 = Ransum kontrol; R1 = Ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM); R2 = Ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM); R3 = Ransum mengandung 2,5% TDM dan 2,5% TBM; Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Persentase Bobot Limpa Rataan persentase bobot limpa (Tabel 8) menunjukkan analisis statistik berbeda nyata (P<0,05). Bobot limpa pada perlakuan kontrol nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM, tetapi tidak berbeda nyata pada perlakuan 5% TDM. Limpa dan pankreas memproduksi insulin dan limfosit (Sukanta, 2001). Menurut Murtidjo (1992) limpa sebagai organ dalam tubuh ayam yang memiliki fungsi menghancurkan butir-butir 23
darah merah yang pecah dan rusak. Limfosit berfungsi sebagai pembentukan antibodi. Hasil pengamatan yang disajikan menunjukkan bobot limpa 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM memiliki bobot limpa lebih kecil. Hasil uji fitokimia (Tabel 4) pada tepung daun, tepung bunga dan campuran menunjukkan adanya zat antinutrisi tanin yang dapat menghambat kerja limpa. Widodo (2002) menyatakan bahwa antinutrisi selalu menimbulkan masalah yang selalu mengganggu target organ tubuh. Perbedaannya dengan perlakuan 5% TDM yang memiliki bobot limpa lebih besar adalah adanya kandungan senyawa aktif flavonoid (Tabel 4) yang sangat kuat pada daun yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mengimbangi kerja zat antinutrisi untuk tetap menjaga kestabilan metabolisme limpa. Zuhra et al. (2008) menyatakan adanya senyawa flavonoid pada daun katuk yang memiliki kemampuan antioksidan. Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang biasa dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Adanya kandungan senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan untuk memelihara kekebalan tubuh (antibodi), maka bobot limpa pada perlakuan 5% TDM lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM. Limpa merupakan organ yang berperan penting dalam kekebalan, adanya senyawa flavonoid pada tepung daun maka senyawa ini berfungsi memelihara kekebalan dalam tubuh, selain flavonoid berdasarkan hasil uji fitokimia (Tabel 4) tepung daun mengandung senyawa steroid dengan intensitas sangat kuat. Adanya senyawa steroid yang merupakan senyawa asing, maka tidak dikenali oleh reseptor penerimanya, maka senyawa steroid akan dideteksi sebagai racun. Senyawa steroid yang dianggap sebagai senyawa asing ini akan membahayakan tubuh, sehingga limpa akan melakukan sistem perlawanan yang menyebabkan pembesaran atau pembengkakan. Berdasarkan senyawa fitokimia yang terkandung dalam tepung daun, maka bobot limpa pada 5% TDM lebih besar dibandingkan dengan 5% TBM dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM. Persentase Bobot Pankreas Rataan persentase bobot pankreas (Tabel 8) menunjukkan analisis statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase 24
bobot pankreas. Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice (Suprijatna et al., 2005). Hatta et al. (2009) menyatakan kesederhanaan sifat anatomis dan fisiologis saluran pencernaan menyebabkan ayam banyak bergantung pada enzim yang dikeluarkan agar mudah diserap oleh tubuh, dan dalam penelitiannya bobot pankreas meningkat sangat nyata ketika pemberian pakan yang membutuhkan kecernaan tinggi. Bobot organ pankreas ayam petelur umur 80 minggu diberi alfafa sebesar 0,15% dari bobot hidupnya (Landers et al., 2008). Perlakuan penambahan marigold tidak mempengaruhi bobot pankreas karena pankreas tidak membutuhkan banyak enzim yang dikeluarkan pada saat proses pencernaan sehingga tidak menyebabkan bobot pankreas meningkat. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Saluran Pencernaan Saluran pencernaan merupakan hal yang penting dalam proses absorbsi makanan. Hasil rataan persentase bobot dan panjang relatif saluran pencernaan (duodenum, jejenum, ilium, usus besar dan sekum) dapat dilihat pada Tabel 9. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Duodenum Rataan persentase bobot dan panjang relatif dodenum (Tabel 9) menunjukkan analisis statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot dan panjang relatif duodenum. Rataan bobot duodenum pada penambahan marigold sebesar 0,26%-0,38% dengan panjang relatif 1,65-1,76 cm/100g BB dari bobot hidupnya. Frikha et al. (2011), panjang relatif duodenum ayam pullet dengan pemeliharaan 120 hari dari umurnya yang diberi cereal dalam pakan sebesar 18 cm/kg BB. Duodenum merupakan bagian usus halus pertama dalam absorbsi pencernaan. Panjang duodenum berbentuk kelokan, dan pada bagian ini terdapat pankreas yang menempel. Panjang relatif duodenum ini relatif pendek karena dipengaruhi oleh bobot hidup ayam yang besar.
25
Tabel 9. Rataan Persentase Bobot dan Panjang Relatif Saluran Pencernaan Peubah Bobot Hidup Akhir (g/ekor)
Perlakuan R0
R1
R2
1699,33±116,34 1686,67±108,31 1677,33±39,12
R3 1826±80,30
Duodenum Bobot (%)
0,34±0,03
0,26±0,19
0,38±0,02
0,35±0,01
Panjang Relatif (cm/100g BB)
1,67±0,03
1,76±0,05
1,70±0,20
1,65±0,23
Bobot (%)
0,63±0,17
0,56±0,13
0,88±0,17
0,68±0,11
Panjang Relatif (cm/100g BB)
3,65±0,17
3,30±0,45
3,47±0,04
3,68±0,62
Bobot (%)
0,57±0,11
0,49±0,15
0,59±0,05
0,52±0,14
Panjang Relatif (cm/100g BB)
3,60±0,19
3,36±0,23
3,49±0,23
3,440±0,28
Bobot (%)
0,28±0,01
0,30±0,05
0,29±0,03
0,24±0,05
Panjang Relatif (cm/100g BB)
0,96±0,11
0,97±0,11
1,08±0,13
0,99±0,12
Bobot (%)
0,19±0,05
0,25±0,06
0,20±0,02
0,27±0,15
Panjang Relatif (cm/100g BB)
0,68±0,22
0,59±0,07
0,59±0,07
0,64±0,14
Jejenum
Ilium
Sekum
Usus Besar
Keterangan :
R0 = Ransum kontrol; R1 = Ransum mengandung 5% tepung daun marigold (TDM); R2 = Ransum mengandung 5% tepung bunga marigold (TBM); R3 = Ransum mengandung 2,5% TDM dan 2,5% TBM
Persentase Bobot dan Panjang Relatif Jejenum Rataan persentase bobot dan panjang relatif jejenum (Tabel 9) menunjukkan analisis statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak 26
mempengaruhi persentase bobot dan panjang relatif jejenum. Frikha et al. (2011), panjang relatif jejenum ayam pullet dengan pemeliharaan 120 hari dari umurnya yang diberi cereal dalam pakan sebesar 45 cm/kg BB. Bobot usus halus ayam petelur umur 20 dan 47 minggu masing-masing sebesar 16 gram dan 23 gram (Marounek et al., 2008). Jejenum merupakan bagian usus halus yang kedua (tengah) dalam penyerapan makanan. Bobot dan panjang relatif yang tidak berpengaruh ini menunjukkan bahwa penambahan marigold ke dalam pakan tidak menimbulkan gangguan pencernaan dan keabnormalitas jejenum dalam penyerapan nutrien. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Ilium Rataan persentase bobot dan panjang relatif ilium (Tabel 9) menunjukkan data statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot dan panjang relatif ilium. Penelitian Frikha et al. (2011) panjang relatif ilium ayam pullet dengan pemeliharaan 120 hari dari umurnya yang diberi cereal dalam pakan sebesar 42 cm/kg BB. Usus halus merupakan bagian penting dalam pencernaan dan absorbsi nutrien. Penambahan marigold ke dalam pakan tidak memberikan pengaruh, karena gerakan peristaltik ilium dalam penyerapan nutrien bekerja secara normal, sehingga tidak menyebabkan pertambahan bobot dan panjang relatif ilium. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Sekum Rataan persentase bobot dan panjang relatif sekum (Tabel 9) menunjukkan data statistik tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot dan panjang relatif sekum. Sekum berfungsi sebagai penyerapan air dan tempat terjadinya proses fermentasi. Semakin banyak proses fermentasi maka akan semakin tebal dinding sekum. Arief (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa panjang sekum tidak menjadi indikasi karena penambahan serat kasar kedalam pakan. Panjang seka pada ayam keadaan normal sekitar 6 inci atau 15 cm (Suprijatna et al., 2005), sedangkan panjang sekum dalam penambahan marigold 1618 cm. Bobot sekum pada ayam petelur umur 20 dan 47 minggu masing-masing 27
sebesar 3 gram dan 7 gram (Marounek et al., 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan marigold ke dalam pakan tidak menyebabkan banyaknya proses fermentasi dan tidak terjadi penambahan panjang pada sekum. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Usus Besar Rataan persentase bobot dan panjang relatif usus besar (Tabel 9) menunjukkan data statistik tidak berbeda nyata. Usus besar berfungsi dalam menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka dan meyerap kembali air asal urin untuk ikut mengatur kandungan serta keseimbangan air sel-sel tubuh (Amrullah, 2004). Rataan bobot dan panjang relatif usus besar (0,19%-0,27% dan 0,59-0,68 cm/100g BB) lebih kecil dibandingkan dengan rataan bobot dan panjang realtif duodenum (0,26%-0,38% dan 1,68-1,76 cm/100g BB), hal ini sesuai dengan pernyataan Klasing (1999) menyatakan bahwa rektum atau kolon memiliki ukuran dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan duodenum dan hanya 4% dari total panjang usus halus. Panjang usus besar pada ayam dewasa berkisar 8-10 cm (Amrullah, 2004; Suprijatna et al., 2005), sedangkan panjang usus besar penambahan marigold berkisar 9-11 cm. Pemberian 5% TDM, 5% TBM, dan campuran 2,5% TDM dan 2,5% TBM tidak mempengaruhi persentase bobot dan panjang relatif usus besar.
28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambahan campuran 2,5% tepung daun marigold (TDM) dan 2,5% tepung bunga marigold (TBM) ke dalam pakan meningkatkan konsumsi ransum dan konsumsi provitamin A. Perlakuan 5% tepung bunga marigold (TBM) dan campuran 2,5% tepung daun marigold (TDM) dan 2,5% tepung bunga marigold (TBM) menghasilkan kandungan vitamin A hati lebih tinggi. Perlakuan penambahan marigold dapat menghasilkan bobot empedu lebih tinggi dibandingkan kontrol dan pada perlakuan 5% tepung daun marigold (TDM) menghasilkan bobot empedu lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Saran Perlu adanya peningkatan dosis pada marigold dalam pakan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dengan dosis pemberian yang lebih besar dari taraf penelitian ini dan perlu dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui pengaruhpengaruh senyawa fitokimia yang terkandung pada marigold.
29
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbalalamiin Puji Syukur hanya bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, karunia, hidayah dan Rahim-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta Shalawat dan salam senantiasa disampaikan pada Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Widya Hermana, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing, dan memberi motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persentase Organ Dalam serta Kandungan Vitamin A Hati Ayam Petelur yang Diberi Pakan Mengandung Marigold (Tagetes erecta)”. Kepada Ir. Lidy Herawati, M.S. selaku dosen pembimbing anggota dan pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi dan menjalani perkuliahan hingga penulis menyelesaikan tugas akhir. Kepada Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S. selaku dosen pembimbing PKM 2011. Kepada Dikti yang telah memberikan dana PKM pada tahun 2011. Kepada (Alm) Ir. Abdul Djamil Hasjmi M.S. yang menjadi pembimbing akademik penulis sejak menjadi mahasiswa Departemen INTP. Kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku dosen penguji seminar. Kepada Ir. Dwi Margi Suci, M.S. dan Tuti Suryati, S.Pt., M.Si selaku dosen penguji tugas akhir yang telah memberi masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini serta Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si. selaku panitia sidang Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayah dan Ibu atas doa, restu, motivasi, kasih sayang yang telah dicurahkan. Kepada Kakak (Habila), Adik (Laila, Izmi, dan Fakhri) atas dukungannya yang memberikan semangat yang tiada henti. Kepada Ibu Lanjarsih, Pak Karya, dan Mas Mul yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung. Kepada rekan penelitian Meta dan Yolanda atas kerja sama dan dukungan selama penelitian, Dara dan Ivan selaku tim PKM. Kepada Yuda dan Ari serta sahabat suka dan duka Lilis, Feri, Putri, Ira, Mila, Diki, Emi, Selvi, Anti serta Genetik 45 dan anak-anak Pondok Nuansa Sakinah yang senantiasa selalu mendukung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 30
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. Arief, D. A. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, lemak abdominal,panjang usus dan sekum ayam kampung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Astuti, E. D. 2003. Efektifitas tepung daun Tagetes erecta sebagai pakan imbuhan dalam menekan perkembangan nematoda saluran pencernaan pada domba. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, imunitas dan kaitannya dengan penyakit infeksi. Jurnal Kesehatan masyarakat. 1(2): 43-48. Chew, B. P., M. W. Wong, & T. S. Wong. 1996. Effects of lutein from marigold extract on immunity and growth of mammary tumors in mice. Anticancer Research. 16: 3689–3694. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan : Srigando, B. & K. Praseno. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Frikha, M., H. M. Safaa, M. P. Serrano, E. Jimenez-Moreno, R. Lazaro, & G. G. Mateos. 2011. Influence of the main cereal in the diet and particle size of the cereal on productive performance and digestive traits of brown-egg laying pullets. J. Animal Feed Science and Technology. 164: 106-115. Girwani, A., R. S. Babu, & R. Chandrasekhar. 1990. Response of marigold (Tagetes erecta) to growth regulators and zinc. Indian Journal of Agriculture and Science. 60 (3): 220-222. Gropper, S. S., L. S. Jack, & L. G. James. 2009. Advanced Nutition and Human Metabolism. 5th Ed. Pre-Press PMG, Canada. Handelman, G. J. 2001. The evolving role of carotenoids in human biochemistry. Nutrition. 17 (10): 818-822. Hatta, U., Rusdi, & R. Arief. 2009. Penggunaan tepung dukweed (lemnaceae spp) dalam ransum terhadap berat relatif hati dan pankreas ayam pedaging. J. Agroland. 16(1): 85-90. Klasing, K. C. 1999. Comparative Avian Nutrition. CABI Publishing, Wallingford, U. K. 31
Kusnadi, E., R. Widjajakusuma, T. Sutardi, P. S. Hardjosworo, & A. Habibie. 2005. Pemberian antanan (Centella asiatica) dan vitamin C sebagai upaya mengatasi efek cekaman panas pada broiler. Med. Pet. 29(3): 133-140. Landers, K. L., R. W. Moore, P. Herrera, D. A. Landers, Z. R. Howard, J. L McReynolds, J. A. Bryd, L. F. Kubena, D. J. Nisbet, & S. C. Ricke. 2008. Organ weight and serum triglyceride responses of older (80 week) commercial laying hens fed an alfafa meal molt diet. J. Bioresource Technology. 99: 6692-6696. Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: A. Parakkasi. UI Press, Jakarta. Leeson, S. & J. D. Summer. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd ed. University Press, Nottingham. Lokaewmanee, K., K. Yamauchi, T. Komori, & K. Saito. 2011. Enhancement of yolk color in raw and boiled egg yolk with lutein from marigold flower meal and marigold flower extract. J. Poultry Science. 48: 25-32 Marounek, M., M. Skrivan, G. Dlouha, & N. Brenova. 2008. Availability of phytate phosphorus and endogeneous phytase activity in the digestive tract of laying hens 20 and 47 weeks old. J. Animal Feed Science and Technology. (146): 353-359. Murtidjo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta. Nurjanah, S. 2007. Pengaruh pemberian bawang putih dalam ransum terhadap organ dalam serta hispatologi usus dan hati ayam kampung yang diinfeksi telur Ascaridia galli. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Piccaglia, R., M. Marotti, & S. Grandi. 1998. Lutein and lutein ester content in different types of Tagetes patula and T. erecta. J. Industrial Crop and Product. 8: 45-51. Piersma, T., A. Koolhaas, & A. Dekinga. 1993. Interactions between stomach structure and diet choice in shorebirds. Auk. 110: 552-564. Pilliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol 1. Edisi Ke-4. IPB Press, Bogor. Piliang, W. G. 2008. Nutrisi Vitamin. Vol 1. Edisi ke-5. IPB Press. Bogor. Siagian, A. 2002. Bahan Tambahan Makanan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera, Sumatera.
32
Simamora, N. 2011. Performa produksi dan karakteristik organ dalam ayam kampung umur 12-16 minggu yang diinfeksi cacing Ascaridia galli dan disuplementasi ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan Ayam Ras Petelur (Layer). Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3929-2006. Steel. R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan : M. Syah. Gramedia, Jakarta. Sturkie, P. D. 2000. Avian Physiology. 5th ed. Spinger-Verlag, New York. Sukanta, P. O. 2001. Akupresur Minuman untuk Mengatasi Gangguan Pencernaan. Media Komputino, Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Syamsuhidayat, S. S. & R. H. Hutapea. 2006. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Triana, V. 2006. Macam-macam vitamin dan fungsinya dalam tubuh manusia. Jurnal Kesehatan Masyarkat. 1(1): 45-52. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-5. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Konstektual. Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah, Malang. Widyawati, P. S., C. H. Wijaya, P. S. Harjosworo, & D. Sajuthi. 2010. Pengaruh ekstraksi dan fraksinasi terhadap kemampuan menangkap radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) ekstrak dan fraksi daun beluntas (Pluchea indica Less). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. 1411-4216. Winarto, L. 2010. Tagetes Berguna Bagi Kita. Deptan. BPTP, Sumatera Utara. Zhang, L. X., R. V. Coney, & J. S. Bertram. 1991. Carotenoids enhance gap junction communication and inhibit lipid peroxidation in C3H/10T/2 cells: relationship to their cancer chemopreventive action. Carcinogenesis. 12 (1): 109–114. Zuhra, C. F., J. Br. Tarigan, & H. Sihotang. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. 3(1): 7-10. 33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan SK JK Db KT Perlakuan 306,134 3 102,045 Galat 0,835 8 0,104 Total 306,969 11
F 977,675
Sig. 0,000
Lampiran 2. Hasil Uji Duncan Konsumsi Pakan Perlakuan
N
3.00 2.00 1.00 4.00 Sig.
3 3 3 3
alfa = 0,05 1 2 106,7133 106,8567 107,2200 118,5867 0,103 1,000
Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Provitamin A SK Perlakuan Galat Total
JK 3282998,113 9726,772 3292724,885
Db 3 8 11
KT F 1094332,704 900,058 1215,846
Sig. 0,000
Lampiran 4. Hasil Uji Duncan Konsumsi Provitamin A Perlakuan 3.00 2.00 1.00 4.00 Sig.
alfa = 0,05 N 3 3 3 3
1 11425,470
2
3
4
11561,303 12044,017 1,000
1,000
1,000
12761,967 1,000
Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Jantung SK Perlakuan Galat Total
JK 0,004 0,009 0,012
Db 3 8 11
KT 0,001 0,001
F 1,152
Sig. 0,386
35
Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Hati SK Perlakuan Galat Total
JK 0,001 0,038 0,039
Db 3 8 11
KT 0,000 0,005
F 0,089
Sig. 0,964
KT 0,008 0,001
F 6,431
Sig. 0,016
KT 0,024 0,014
F 1,748
Sig. 0,235
KT 0,014 0,002
F 8,105
Sig. 0,008
Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Empedu SK Perlakuan Galat Total
JK 0,023 0,010 0,033
Db 3 8 11
Lampiran 8. Hasil Uji Duncan Empedu Perlakuan 1.00 3.00 4.00 2.00 Sig.
N 3 3 3 3
alfa = 0,05 1 2 0,2440 0,3416 0,3453 0,3490 1,000 0,809
Lampiran 9. Hasil Sidik Ragam Rempela SK Perlakuan Galat Total
JK 0,071 0,109 0,180
Db 3 8 11
Lampiran 10. Hasil Sidik Ragam Limpa SK Perlakuan Galat Total
JK 0,043 0,014 0,058
Db 3 8 11
36
Lampiran 11. Hasil Uji Duncan Limpa Perlakuan 3.00 4.00 2.00 1.00 Sig.
N 3 3 3 3
alfa = 0,05 1 2 0,4685 0,4770 0,5496 0,5496 0,6166 0,054 0,088
Lampiran 12. Hasil Sidik Ragam Pankreas SK Perlakuan Galat Total
JK 0,001 0,017 0,018
Db 3 8 11
KT 0,000 0,002
F 0,198
Sig. 0,895
F 0,915
Sig. 0,476
F 0,300
Sig. 0,824
F 2,716
Sig. 0,115
Lampiran 13. Hasil Sidik Ragam Bobot Duodenum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,029 0,085 0,114
Db 3 8 11
KT 0,010 0,011
Lampiran 14. Hasil Sidik Ragam Panjang Duodenum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,022 0,193 0,215
Db 3 8 11
KT 0,007 0,024
Lampiran 15. Hasil Sidik Ragam Bobot Jejenum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,061 0,060 0,121
Db 3 8 11
KT 0,020 0,008
37
Lampiran 16. Hasil Sidik Ragam Panjang Jejenum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,280 1,237 1,517
Db 3 8 11
KT 0,093 0,155
F 0,602
Sig. 0,632
KT 0,003 0,006
F 0,491
Sig. 0,698
KT 0,030 0,056
F 0,543
Sig. 0,666
KT 0,002 0,001
F 1,357
Sig. 0,323
F 0,780
Sig. 0,538
F 0,592
Sig. 0,637
Lampiran 17. Hasil Sidik Ragam Bobot Ilium SK Perlakuan Galat Total
JK 0,009 0,051 0,061
Db 3 8 11
Lampiran 18. Hasil Sidik Ragam Panjang Ilium SK Perlakuan Galat Total
JK 0,091 0,448 0,540
Db 3 8 11
Lampiran 19. Hasil Sidik Ragam Bobot Sekum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,006 0,011 0,017
Db 3 8 11
Lampiran 20. Hasil Sidik Ragam Panjang Sekum SK Perlakuan Galat Total
JK 0,031 0,106 0,137
Db 3 8 11
KT 0,010 0,013
Lampiran 21. Hasil Sidik Ragam Bobot Usus Besar SK Perlakuan Galat Total
JK 0,013 0,057 0,070
Db 3 8 11
KT 0,004 0,007
38
Lampiran 22. Hasil Sidik Ragam Panjang Usus Besar SK Perlakuan Galat Total
JK 0,018 0,158 0,176
Db 3 8 11
KT 0,006 0,020
F 0,299
Sig. 0,825
39