PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN DAN BUNGA MARIGOLD (Tagetes erecta) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS DAN KANDUNGAN VITAMIN A TELUR AYAM
SKRIPSI YOLANDA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 1
RINGKASAN
YOLANDA. D24080040. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Daun dan Bunga Marigold (Tagetes erecta) dalam Pakan terhadap Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur Ayam. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Lidy Herawaty, MS. Marigold (Tagetes erecta) merupakan tanaman yang telah lama dikenal dan telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan tujuan. Masyarakat pada umumnya menggunakan marigold sebagai anti nematoda, fungisida, dan insektisida karena kandungan terpenoidnya. Marigold juga biasa digunakan sebagai pewarna makanan karena terdapat karotenoid. Dalam bidang peternakan karotenoid dapat digunakan untuk menghasilkan warna yang diinginkan pada produk unggas dan menjadi sumber provitamin A yang dapat diubah menjadi vitamin A dalam tubuh hewan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kandungan vitamin A pada produk peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga marigold dalam pakan ayam terhadap kualitas dan kandungan vitamin A pada telur ayam. Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam petelur fase produksi jenis Hy-Line Brown mulai umur 19 minggu yang dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan pemeliharaan selama 11 minggu dari bulan April sampai Juli 2011. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan, dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan terdiri atas R0 (perlakuan kontrol), R1 (pakan dengan 5% tepung daun marigold), R2 (pakan dengan 5% tepung bunga marigold), dan R3 (pakan dengan 2,5% tepung daun + 2,5% tepung bunga marigold). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA), jika didapat hasil yang berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam petelur sangat dipengaruhi oleh perlakuan R3. Pakan dengan perlakuan R2 dan R3 berpengaruh nyata meningkatkan produksi telur dan menurunkan angka konversi pakan. Pemberian marigold baik daun, bunga, maupun campuran daun dan bunga sangat berpengaruh nyata meningkatkan skor warna kuning telur. Pemberian pakan yang mengandung marigold baik R1, R2, dan R3 tidak berpengaruh terhadap bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot kerabang, tinggi putih telur, Haugh Unit, dan tebal kerabang. Kandungan vitamin A pada kuning telur tertinggi dihasilkan oleh pakan kontrol. Pakan yang mengandung tepung marigold tidak memberikan hasil yang lebih baik pada kualitas telur dibandingkan dengan pakan kontrol, kecuali pada skor warna kuning telur. Pemberian marigold tidak memberi dampak negatif terhadap kualitas telur, sehingga marigold dapat digunakan sebagai sumber warna untuk kuning telur. Kata kunci : marigold (Tagetes erecta), ayam petelur, kualitas telur, vitamin A 2
ABSTRACT Effect of Marigold Leaves and Flowers Meal (Tagetes erecta) in Diet to Quality and Vitamin A Content of Egg Yolanda, W. Hermana and L. Herawati Marigold (Tagetes erecta) is a multipurpose plant. Marigold contain terpenoid and karotenoid that useful for nematocidal, insecticidal activity, and food coloring. The aim of the experiment to study the effect of marigold addition in diet on performance and egg quality of laying hens. The experiment used 48 laying hens that divided into 4 treatments and 3 replicates with 4 laying hens each replication. The treatment diets were R0 (basal diet), R1 (diet with 5% marigold leaves meal/MLM), R2 (diet with 5% marigold flowers meal/MFM), and R3 (diet with 2.5% MLM + 2.5% MFM). The data were analyzed using analysis of variance and significant differences among treatments were tested using Duncan Test. The results showed that using MLM and MFM in the diet didn’t effect significantly to egg weight, albumen weight, yolk weight, albumen height, shell weight, shell thickness, and Haugh Unit, but for feed consumption and egg yolk colour were very significantly affected (P<0.01). Hen day production and feed conversion were significantly different (P<0.05). The highest content of vitamin A in egg yolk obtained by diet without marigold. Based on the results that the diet with marigold meal didn’t give better result on egg quality than basal diet, exept on egg yolk colour, and has no detrimental effect on egg quality, so marigold can be used for egg yolk pigmentation. Keywords : marigold (Tagetes erecta), laying hens, egg quality, vitamin A
3
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN DAN BUNGA MARIGOLD (Tagetes erecta) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS DAN KANDUNGAN VITAMIN A TELUR AYAM
YOLANDA D24080040
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 4
Judul
: Pengaruh Pemberian Tepung Daun dan Bunga Marigold (Tagetes erecta) dalam Pakan terhadap Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur Ayam
Nama
: Yolanda
NIM
: D24080040
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(Ir. Widya Hermana, M.Si) NIP. 19680110 199203 2 001
(Ir. Lidy Herawaty, MS) NIP. 19620914 1968703 2 009
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr) NIP: 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian : 26 Juli 2012
Tanggal Lulus :
5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1990 di Metro, Lampung. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak A. S. Riyadi dan Ibu R. M. Napitupulu. Penulis mulai menempuh pendidikan di TK Pertiwi Way Jepara, Lampung Timur dan lulus pada tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan dasar dan lulus pada tahun 2002 dari Sekolah Dasar Negeri 1 Gaya Baru Satu, Lampung Tengah. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur. Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama masa kuliah penulis menerima beasiswa Eka Tjipta Foundation (2008-2012). Penulis pernah mengikuti Pelatihan Formulasi Pakan yang diadakan oleh Fakultas Peternakan IPB pada tahun 2010, serta pernah menjadi panitia dalam kegiatan pembinaan kepada peternak yaitu BAKTI HIMASITER tahun 2010 yang menjabat sebagai seksi publikasi dan dokumentasi. Penulis melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKMP) dengan judul Pemanfaatan Daun dan Bunga Marigold untuk Menghasilkan Telur Ayam yang Kaya Vitamin A dan Antioksidan dan menjadi peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke XXIV di Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 2011.
6
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Tepung Daun dan Bunga Marigold (Tagetes erecta) dalam Pakan terhadap Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur Ayam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan. Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan April 2011 sampai dengan Januari 2012 bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Unggas, Depertemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Skripsi
ini
berisikan
informasi
tentang
pengaruh
manipulasi
pakan
menggunakan tepung marigold yang mengandung karotenoid terhadap ayam petelur dan telurnya. Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas telur ayam yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga marigold dalam pakan ayam terhadap kualitas dan kandungan vitamin A pada telur ayam. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2012
Penulis
7
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
i
ABSTRACT...............................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xi
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
3
Marigold.......................................................................................... Vitamin A ....................................................................................... Karoteinoid ......................................................................... Ayam Petelur .................................................................................. Konsumsi Pakan ............................................................................. Produksi Telur................................................................................. Konversi Pakan ............................................................................... Kualitas Telur ................................................................................. Komposisi Sebutir Telur ..................................................... Berat Telur .......................................................................... Kerabang Telur ................................................................... Haugh Unit ......................................................................... Warna Kuning Telur ........................................................... Kandungan Vitamin A Kuning Telur .................................
3 5 5 6 8 8 9 9 10 10 11 12 12 12
MATERI DAN METODE ..........................................................................
14
Lokasi dan Waktu ........................................................................... Materi .............................................................................................. Ternak ................................................................................. Kandang dan Peralatan ....................................................... Pakan ................................................................................... Prosedur .......................................................................................... Persiapan Ternak dan Kandang .......................................... Persiapan Pakan .................................................................. Pemeliharaan .......................................................................
14 14 14 14 14 16 16 16 16 8
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ........................................ Perlakuan ............................................................................ Rancangan Percobaan ......................................................... Peubah yang Diamati ..........................................................
17 17 17 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
20
Konsumsi Pakan ............................................................................. Produksi Telur................................................................................. Konversi Pakan ............................................................................... Bobot Telur ..................................................................................... Bobot Putih Telur............................................................................ Bobot Kuning Telur ........................................................................ Tinggi Putih Telur ........................................................................... Bobot Kerabang .............................................................................. Tebal Kerabang ............................................................................... Haugh Unit ..................................................................................... Skor Kuning Telur .......................................................................... Vitamin A Telur ..............................................................................
20 21 23 25 26 26 27 28 28 28 29 30
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
33
Kesimpulan ..................................................................................... Saran ...............................................................................................
33 33
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
35
LAMPIRAN................................................................................................
38
9
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Karakteristik Performa dan Kualitas Telur Ayam yang Diberi Marigold .........................................................................................
4
2. Persyaratan Mutu Pakan Untuk Ayam Ras Petelur Dara (Layer) ...
7
3. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur Umur 18-32 Minggu ................
8
4. Komposisi Sebutir Telur ................................................................
11
5. Kandungan Nutrien Daun dan Bunga Marigold (As fed) ...............
15
6. Komposisi Pakan Perlakuan ............................................................
15
7. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan .............................................
16
8. Rataan Konsumsi Pakan, Produksi Telur, Konversi Pakan dan Konsumsi Nutrien Ayam Petelur ...................................................
20
9. Rataan Uji Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur ...................
25
10
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tanaman Marigold (Tagetes erecta) ...............................................
5
2. Konsumsi Pakan Harian Ayam Petelur ..........................................
21
3. Rataan Produksi Telur Ayam .........................................................
22
4. Konversi Pakan Ayam Petelur .......................................................
24
5. Rataan Skor Kuning Telur ..............................................................
30
6. Kandungan Vitamin A Kuning Telur Ayam ...................................
31
11
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Produksi Telur ..........................................................
39
2. Uji Lanjut Duncan Produksi Telur .................................................
39
3. Sidik Ragam Konsumsi Pakan Harian ...........................................
39
4. Uji Lanjut Duncan Konsumsi Pakan Harian ..................................
39
5. Sidik Ragam Rataan Bobot Telur ...................................................
40
6. Sidik Ragam Rataan Bobot Putih Telur .........................................
40
7. Sidik Ragam Rataan Persen Bobot Putih Telur ..............................
40
8. Sidik Ragam Rataan Bobot Kuning Telur ......................................
40
9. Sidik Ragam Rataan Persen Bobot Kuning Telur ..........................
40
10. Sidik Ragam Rataan Tinggi Putih Telur ........................................
41
11. Sidik Ragam Rataan Bobot Kerabang ............................................
41
12. Sidik Ragam Rataan Persen Bobot Kerabang ................................
41
13. Sidik Ragam Rataan Tebal Kerabang ............................................
41
14. Sidik Ragam Rataan Haugh Unit ...................................................
41
15. Sidik Ragam Rataan Skor Kuning Telur ........................................
42
16. Uji Lanjut Duncan Skor Kuning Telur ...........................................
42
12
PENDAHULUAN Latar Belakang Marigold (Tagetes erecta) merupakan tanaman yang telah lama dikenal dan telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan tujuan. Masyarakat pada umumnya menggunakan marigold sebagai anti nematoda, fungisida, dan insektisida karena kandungan terpenoidnya. Marigold juga biasa digunakan sebagai pewarna makanan
karena
terdapat
karotenoid.
Karotenoid
dapat
digunakan
untuk
menghasilkan warna yang diinginkan pada produk unggas dan menjadi sumber provitamin A yang dapat diubah menjadi vitamin A dalam tubuh hewan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kandungan vitamin A pada produk peternakan. Pangan asal hewan (ternak) merupakan sumber protein dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain. Telur merupakan salah satu produk unggas (ayam) yang mempunyai nilai gizi tinggi dan lengkap mengandung asam amino esensial dan non esensial yang cukup lengkap, dan harga relatif murah. Kualitas telur dapat ditentukan dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Kualitas telur ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya bangsa ayam, umur, musim, penyakit, lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan dan sistem pengelolaan ayam tersebut yang pada akhirnya kualitas ini akan mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihan. Penambahan pakan yang mengandung karotenoid dapat meningkatkan jumlah pigmen karoten dan kandungan vitamin A pada kuning telur. Peningkatan pigmen karoten dapat meningkatkan warna kuning pada telur. Marigold (Tagetes erecta) atau sering disebut bunga tahi kotok merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan mudah. Marigold mempunyai dua jenis karotenoid yaitu karoten dan xantofil (Handelman, 2001). Selain karotenoid tanaman ini juga mengandung flavonoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan alami (Ariana et al., 2011). Dengan adanya kandungan-kandungan tersebut, penambahan marigold pada pakan ayam petelur diharapkan dapat menghasilkan telur dengan peningkatan kualitas, baik sifat fisik maupun kimianya, tanpa memberikan dampak negatif pada performa ayam petelur. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi pemberian marigold terhadap peningkatan kualitas telur ayam.
1
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan tepung daun, tepung bunga, dan campuran tepung daun dan bunga marigold dalam pakan ayam terhadap kualitas dan kandungan vitamin A pada telur ayam.
2
TINJAUAN PUSTAKA Marigold Marigold merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko yang biasa digunakan sebagai obat tradisional masyarakat Meksiko. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan antara lain, sebagai anti nematoda, fungisida, dan sebagai bunga tabur atau karangan bunga dalam tujuan sosial dan keagamaan (Vasudevan et al., 1997). Marigold juga telah digunakan pada bidang farmasi dan pengobatan tradisional karena memiliki aktivitas seperti antibakteri, antimikroba, antioksidan dan antinematoda karena kandungan terpenoid dan flavonoidnya (Gopi et al., 2012). Tanaman ini juga biasa digunakan sebagai pewarna makanan karena karena terdapat karotenoid. dan dapat menjadi sumber pewarna alami pada suplemen pakan ayam yang dapat menghasilkan warna kuning bagi kulit ternak unggas dan telur (Vargas dan Lopes, 1997; Bocanegra et al., 2004). Marigold (Tagetes erecta) sering disebut sebagai kenikir, randa kencana, ades (Indonesia),
dan tahi kotok (Sunda).
berdasarkan Gopi et al. (2012) marigold diklasifikasikan ke dalam sistem taksonomi sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Ordo
: Asterales
Family
: Asteraceae
Genus
: Tagetes
Jenis
: Tagetes Erecta
Tanaman ini merupakan herbal yang sangat mudah tumbuh di Indonesia dan mempunyai aroma menyengat. Marigold merupakan tumbuhan tahunan, dapat tumbuh pada tanah dengan pH netral di daerah yang panas, cukup sinar matahari, dan drainase yang baik. Tanaman ini tumbuh tegak dengan tinggi 0,6 - 1,3 m, daun menyirip berwarna hijau gelap dengan tekstur yang bagus, berakar tunjang, dan dapat berkembang biak dengan biji. Marigold mempunyai bunga berukuran 7,5 - 10 cm dengan susunan mahkota bunga rangkap, warna cerah, yaitu putih, kuning, oranye hingga kuning keemasan atau berwarna ganda. Bunga berbentuk bonggol, tunggal atau terkumpul dalam malai rata yang jarang, dan dikelilingi oleh daun pelindung (Winarto, 2010).
3
Zat warna utama dalam marigold adalah lutein, karoteniod yang larut dalam lemak (Vargas, 1997). Karotenoid yang terdapat dalam marigold adalah karotenoid yang berwarna kuning seperti karoten (α dan β karoten) dan xantofil (lutein dan zeaxantin) (Handelman, 2001). Bunga marigold mengandung karotenoid sebesar 680 mg/kg dan xantofil 156,32 mg/kg (Piccaglia et al., 1998; Hasin et al., 2006). Selain karotenoid tanaman ini juga mengandung flavonoid, polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan alami (Ariana et al., 2011). Penelitian dengan menggunakan tepung marigold dalam pakan ayam petelur telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chowdhury et al. (2008) dan Hasin et al. (2006), penggunaan marigold sebanyak 4% dalam pakan menghasilkan data seperti yang tercantum pada Tabel 1. Chowdhury et al. (2008) menggunakan bunga marigold dalam bentuk tepung sebanyak 4 % dalam pakan ayam petelur Shaver 579 umur 34 minggu yang diberi perlakuan selama 8 minggu. Hasin et al. (2006) menggunakan bunga marigold dalam bentuk tepung sebanyak 4 % dalam pakan ayam petelur Shaver 579 umur 34 minggu yang diberi perlakuan selama 6 minggu. Tabel 1. Karakteristik Performa dan Kualitas Telur Ayam yang Diberi Marigold Peubah
4% Marigold*
4% Marigold**
Produksi Telur (%)
71,3
81,1
Konsumsi Pakan
118,0
119,6
Bobot Telur (gram)
58,9
62,6
Bobot Putih Telur (gram)
38,75
37,277
Bobot Kuning Telur (gram)
14,31
15,150
Persentase Kerabang (%)
9,7
9,6
Tebal Kerabang (mm)
0,38
0,378
Haugh Unit
80,00
88
8,2
9,47
(gram/ekor/hari)
Skor Kuning Telur Sumber : *Hasin et al., 2006 **Chowdhury et al., 2008
4
Gambar 1. Tanaman Marigold (Tagetes erecta) Sumber: Foto hasil penelitian, 2011
Vitamin A Vitamin A adalah zat-zat organik komplek yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dan keberadaan vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah vitamin yang cukup harus diperoleh dari asupan makanan (Almatsier, 2001). Menurut Widodo (2002), vitamin A berhubungan erat dengan proses reproduksi. Vitamin A ditemukan dalam bentuk retinol, dalam bentuk retinal dan dalam bentuk asam. Vitamin A umumnya terdapat pada makanan yang berasal dari hewan yang berupa retinol dan retinil ester. Tanaman hanya bisa mensintesa provitamin A saja yaitu karoten (Murray et al., 1999). Vitamin A memegang peranan yang penting dalam menjaga kesehatan mata, pertumbuhan tulang, kesehatan reproduksi, pembelahan dan diferensiasi sel (proses perkembangan saat suatu sel akan berkembang menjadi jaringan tertentu pada tahap perkembangan embrio) dan sistem kekebalan (Magnuson, 2002; Groff dan Gropper, 1992). National Research Council (1994), merekomendasikan pemberian vitamin A untuk kebutuhan ternak ayam sebesar 8000 IU/kg pakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan optimal dari ayam petelur yang sedang tumbuh dan memproduksi telur. Karoteinoid Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga, merah jingga serta larut dalam minyak. Karotenoid dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu karoten dan xantofil (Wirahadikusumah, 1985). Karoten merupakan 5
sebagian besar sumber vitamin A yang terdapat dalam bahan-bahan nabati. Beta karoten dalam tanaman dilepas dari protein-proteinnya oleh enzim pencernaan pepsin dalam lambung dan oleh enzim proteolitik dalam usus halus (Piliang, 2002). Di dalam tubuh, karoten yang berasal dari makanan mengalami proses absorbsi dan metabolisme. Setengah dari karoten yang diserap akan diubah menjadi retinol dalam mukosa usus (Groff dan Grooper, 1992). Karoten yang sering diketahui adalah α, β, dan
γ karoten. Karoten yang paling penting untuk manusia dan hewan adalah β-karoten karena mampunyai aktivitas provitamin A yang terbesar (Yuliani dan Marwati, 1997). Karotenoid belum mengalami kerusakan oleh pemanasan suhu 60°C. Oksidasi terjadi secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan ganda, kepekaannya terhadap oksidasi membuat karotenoid digunakan sebagai antioksidan yang kekuatannya menyamai tokoferol dan askorbat (Fennema, 1996). Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi telur. Pada awalnya ayam petelur merupakan ayam hutan yang diseleksi secara ketat oleh para pakar selama bertahun-tahun. Ada dua tipe ayam petelur yaitu ayam petelur ringan dan medium (Rasyaf, 1994). Ayam ras petelur memiliki laju pertumbuhan sangat pesat. Pada umur 4,5-5 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dengan bobot badan antar 1,6-1,7 kg (Sudarmono, 2003). Ayam petelur tipe medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat. Disebut tipe medium karena beratnya berada diantara berat ayam petelur tipe ringan dan tipe berat. Tubuh ayam ini tidak kurus tetapi juga tidak gemuk. Telurnya cukup banyak. Ayam tipe ini juga disebut dengan ayam dwiguna karena menghasilkan telur yang cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Warna telur yang dihasilkan adalah cokelat dan juga mempunyai warna bulu yang cokelat, oleh karena itu ayam tipe ini disebut petelur cokelat (Rasyaf, 1994). Ayam tipe medium (ayam petelur cokelat atau ayam dwiguna) akan mulai menginjak masa bertelur lebih lama daripada ayam petelur tipe ringan (ayam petelur putih ayam leghorn). Ayam tipe medium ini akan mulai bertelur antara 22-24 minggu (Rasyaf, 1994).
6
Ayam petelur memiliki kebutuhan nutrient yang berbeda berdasarkan umurnya. Persyaratan mutu pakan untuk ayam ras petelur dara (layer) berdasarkan SNI tercantum pada Tabel 2 dan kebutuhan nutrien ayam petelur umur 18-32 minggu berdasarkan Leeson dan Summers (2005) tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan Mutu Pakan Untuk Ayam Ras Petelur Dara (Layer) Parameter
Satuan
Persyaratan
Kadar air
%
Maks. 14,0
Protein kasar
%
Min. 16,0
Lemak kasar
%
Maks. 7,0
Serat kasar
%
Maks. 7,0
Abu
%
Maks. 14,0
Kalsium (Ca)
%
3,25-4,25
Fosfor (P) total
%
0,60-1,00
Fosfor (P) tersedia
%
Min. 0,32
Kkal/kg
Min. 2650
μ/kg
Maks. 50,0
Lisin
%
Min. 0,80
Metionin
%
Min. 0,35
Metionin + sistin
%
Min. 0,60
Energi metabolisme (ME) Total aflatoksin
Sumber : SNI, 2006
Fase pemeliharaan ayam petelur berdasarkan kebutuhan zat makanannya ada tiga yaitu fase starter umur 0-6 minggu, fase grower umur 6-18 minggu dan fase layer di atas umur 18 minggu (NRC, 1994). Menurut Wahju (1997) fase layer dapat dibagi dalam dua tahap fase produksi. Fase I ayam mulai bertelur pada umur 22 minggu, bobot badan 1350 gram dan konsumsi pakan sebanyak 75 g/ekor/hari. Selama 20 minggu dari periode 22-42 minggu diharapkan ayam mencapai puncak produksi 85-90%, bobot badan sampai sekitar 1800 gram. Fase ini adalah masa yang sangat kritis selama berproduksi. Untuk kondisi Indonesia yang panas kandungan energi 2.850 kkal/kg dengan kandungan protein pakan 18% merupakan kombinasi yang ideal untuk ayam petelur masa bertelur (Rasyaf, 1994).
7
Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur Umur 18-32 Minggu Nutrien
Jumlah
Nutrien
Jumlah
20
Vitamin A (IU)
8000
2900
Vitamin D3 (IU)
3500
Ca (%)
4,2
Vitamin E (IU)
50
P tersedia (%)
0,5
Vitamin K (IU)
3
Na (%)
0,18
Biotin (μg)
100
Asam linoleat (%)
1,8
Cholin (mg)
400
Metionin (%)
0,45
Mn (mg)
60
Lisin (%)
0,86
Fe (mg)
30
Iodine (%)
1
Cu (mg)
5
0,3
Zn (mg)
50
PK (%) EM (kkal/kg)
Se (mg) Sumber: Leeson dan Summers, 2005
Konsumsi Pakan Konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila diberikan ad libitum (Parakkasi, 1995). Konsumsi pakan ayam petelur dipengaruhi oleh bangsa ayam, besarnya tubuh ternak, aktivitas ternak, kualitas dan kuantitas pakan, temperatur lingkungan, tahap produksi, perkandangan, pemotongan paruh, luas ruang untuk ayam, air minum dingin dan bersih, tingkat penyakit dalam kandang dan kandungan energi dalam pakan (Wahju, 1997; NRC, 1994). Amrullah (2004) menyatakan bahwa terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap konsumsi harian pakan yaitu kandungan kalori pakan dan suhu lingkungan. Produksi Telur Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara 50-60 gram (Sudarmono, 2003). Ayam tipe medium (ayam petelur cokelat atau ayam dwiguna) akan mulai menginjak masa bertelur lebih lama daripada ayam petelur tipe ringan (ayam petelur putih atau ayam leghorn). Ayam tipe medium ini akan mulai bertelur antara 22-24 minggu (Rasyaf, 1994), atau setelah berumur lebih kurang 5 bulan (Amrullah, 2004). Pengukuran produksi telur biasanya dinyatakan dalam Hen Day Egg Production atau yang biasa disebut dengan HD Production, yaitu ukuran produktivitas dari ayam petelur yang hidup setiap hari. Produksinya mulai dicatat setelah mencapai 5% (Rasyaf, 1994). 8
Untuk ayam Hy-Line Brown 2000, persentasi ini meningkat terus dan setelah dua bulan produksi mencapai puncak yaitu pada umur 27-28 minggu dengan produksi mencapai 95%, kemudian perlahan-lahan produksinya kembali berkurang, dengan rata-rata produksi 70%. Ayam yang bertelur terlalu cepat (masak dini) akan menghasilkan telur berukuran kecil dan berlangsung lama (Amrullah, 2004). Asupan yang tidak mencukupi menyebabkan puncak produksi yang dicapai lebih rendah, begitu juga dengan ukuran telur. Selanjutnya produksi telur lebih cepat menurun dibandingkan dengan ayam yang mendapat asupan zat makanan cukup. Kekurangan suatu zat makanan akan mengubah bentuk kurva produksi telur (Amrullah, 2004). Konversi Pakan Konversi pakan merupakan perbandingan antara pakan yang dikonsumsi (gram) dengan produksi telur (gram). Keadaan ini sering disebut dengan pakan per kilogram telur. Angka konversi pakan menunjukan tingkat efisiensi pakan, artinya semakin tinggi angka konversi pakan maka penggunan pakan kurang ekonomis dan sebaliknya (Rasyaf, 1994). Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan pakan sangat baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan pakan yang cukup bagus yaitu setiap 2,2-2,5 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg telur (Sudarmono, 2003). Faktor-faktor yang berpengaruh pada konversi pakan adalah produksi telur, kandungan energi dalam pakan, bobot badan, kandungan nutrisi dalam pakan dan temperatur udara (Septyana, 2008). Kualitas Telur Telur merupakan salah satu produk unggas yang mempunyai nilai gizi tinggi (Yuwanta, 2010). Selain sebagai sumber vitamin, telur juga merupakan bahan pangan sumber mineral. Kandungan mineral yang lengkap pada telur tidak dapat disamai oleh bahan-bahan makanan tunggal lainnya, kecuali susu. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur diantaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium, mangan, potassium, sodium, zinc, klorida, dan sulfur (Sudaryani, 2006). Kualitas merupakan sifat yang dimiliki suatu produk yang menentukan tingkat mutu atau keunggulannya. Kualitas telur ditentukan oleh banyak faktor. Faktor kualitas telur dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksterior dan interior (USDA, 1983). Faktorfaktor kualitas eksterior dapat dilihat berdasarkan pengamatan dari luar secara 9
langsung, yaitu bentuk, kebersihan, dan keutuhan kerabang. Faktor-faktor kualitas interior tidak dapat dilihat dari luar secara langsung. Pengukuran kualitas interior dapat dilakukan dengan candling (peneropongan) dan pemecahan telur yang meliputi kondisi kuning dan putih telur (USDA, 1983). Sifat-sifat fisik dan kimia telur menentukan kualitas telur secara keseluruhan, yaitu: kualitas kulit telur, derajat atau kualitas albumen, nilai gizi yang ditujukan untuk kepentingan konsumen, bebas kerusakan-kerusakan, kualitas kuning telur (termasuk pigmentasi), dan dalam beberapa hal, besar telur (Wahju, 2004). Warna kuning telur ditentukan oleh kandungan β-karoten yang terdapat pada kuning telur. Manipulasi pakan sering digunakan untuk meningkatkan warna kuning telur. Warna kuning telur ditentukan oleh pakan yang mengandung karotenoid yang mempunyai struktur seperti vitamin A (Yuwanta, 2010). Komposisi Sebutir Telur Menurut Anggorodi (1995), komposisi sebutir telur terdiri atas 31% kuning telur, 59% putih telur, dan 10% kerabang telur. Kuning telur mengandung 49,05% air, 16,7% protein, dan lemak 31,6%. Proporsi dan komposisi telur ini dapat bervariasi tergantung dari beberapa faktor antara lain umur ayam, pakan, temperatur, genetik, dan cara pemeliharaan. Persentase berat dan komposisi isi telur secara umum tidak sama untuk segala jenis telur unggas (Yuwanta, 2010). Komposisi sebutir telur disajikan pada Tabel 4. Berat Telur Berat telur merupakan kriteria pertama dalam pemasaran telur. Berat ideal telur konsumsi yang diinginkan oleh konsumen bervariasi antara 65-70 gram (Yuwanta, 2010). Standar Nasional Indonesia (2008) menyatakan bahwa klasifikasi telur konsumsi berdasarkan bobotnya ada tiga yaitu kecil (kurang dari 50 gram), sedang (50-60 gram), dan besar (lebih dari 60 gram). Manipulasi terhadap berat telur sering dilakukan oleh peternak. Selain manipulasi berat telur akan terjadi pula modifikasi komposisi isi telur. Secara garis besar manipulasi isi telur akan mengubah nutrisi telur. Hal lainnya yaitu perbandingan antara putih telur dengan kuning telur dapat bervariasi tergantung dari berbagai manipulasi antara lain pakan, umur, genetik, dan sistem pemeliharaan. Perubahan isi telur dengan sendirinya mengubah
10
rasio putih dan kuning telur kemudian akan mempengaruhi jumlah mikro mineral didalamnya (Yuwanta, 2010). Umur ayam akan meningkatkan berat telur, berat putih telur, dan berat kuning telur. Meningkatnya berat putih telur disebabkan meningkatnya kandungan air, hal ini terbukti bahwa berat kering putih telur menurun selaras dengan meningkatnya umur ayam. Sebaliknya putih telur cair bagian dalam menurun jumlahnya, jumlah putih telur cair bagian dalam menurun jumlahnya, jumlah putih telur cair bagian luar tidak dipengaruhi oleh umur tetapi lebih dominan dipengaruhi oleh lama penyimpanan. Meningkatnya umur ayam juga meningkatkan berat kuning telur yang disertai dengan meningkatnya berat kering kuning telur (Rasyaf, 1994). Tabel 4. Komposisi Sebutir Telur Material penyusun
Berat (g)
Persen dari total telur (%) Rata-rata
Ekstrem
Kerabang telur
5,50
9,20
8,5-10,5
Kerabang tipis
0,25
0,40
-
Putih telur
37,00
61,50
57,0-65,0
Kuning telur
17,30
29,00
25,0-33,0
Total
60,00
100,00
-
Bagian yang dikonsumsi
54,00
90,50
89,0-92,0
Sumber: Yuwanta, 2010
Kerabang Telur Persentase kerabang telur sekitar 10% dari berat telur yang tersusun dari mineral 95,1%, protein 3,3%, dan air sebanyak 1,6%. Tebal kerabang telur 0,3-0,4 mm. Semakin tua umur ayam semakin tipis kerabang telurnya sehingga semakin ringan beratnya. Penurunan secara proporsional dari kerabang telur ini merupakan faktor yang paling penting di daam mengetahui mengapa kerabang telur banyak yang pecah akibat meningkatnya umur, sebaliknya penurunan kualitas kerabang telur ini bukan berasosiasi dengan degradasi metabolisme kalsium atau parameter fisologi yang intervensi di dalam proses pembentukan kerabang telur (Yuwanta, 2010).
11
Haugh Unit Penentuan mutu dapat didasarkan kepada derajat kekentalan dan struktur gel albumen (putih telur). Protein dalam putih telur yang dihubungkan dengan struktur gel adalah ovumusin. Haugh unit (HU) adalah satuan kualitas telur yang ditentukan berdasarkan hubungan logaritma pengukuran tinggi putih telur dalam milimeter dan berat telur dalam gram (Wahju, 2004). Ada korelasi positif antara HU dan kandungan ovumisin telur segar. Telur dengan putih telur yang kental (firm) yang mempunyai nilai HU yang tinggi mempunyai kualitas ovumisin yang lebih tinggi (Wahju, 2004). Nilai HU bervariasi antara 20-110 dan pada telur yang baik antara 50-100 (Yuwanta, 2010). Warna Kuning Telur Warna dari kuning telur adalah kuning orange yang disebabkan adanya karotenoid yang mengandung banyak zeaxantin, kriptoxantin, dan lutein (xantofil). Konsentrasi total lutein dan zeaxantin 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan kriptoxantin dan apo-karotin, meskipun yang terakhir ini banyak pada jagung dan luzerna sebagai bahan pokok pakan ayam. Pigmen ini (13-15mg/g kuning telur) datang dari hijauan yang dikonsumsi oleh ayam, dan warna kuning telur ini merupakan refleksi dari pakan yang dikonsumsi oleh ayam. Kenaikan warna kuning telur yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan jumlah vitamin A karena ada kompetisi dengan kehadiran xantofil. Warna merah dapat dimanipulasi dengan ekstrak paprika, sitrasantin atau santaxantin sintetis. Warna hijau oleh sodium klorofilin. Klortetrasiklin menyebabkan warna kuning telur menjadi kuning keabuan (Yuwanta, 2010). Warna kuning telur yang baik bervariasi antara nilai 9-10. Manipulasi pakan sering digunakan untuk meningkatkan warna kuning telur. Warna kuning telur ditentukan oleh pakan yang mengandung karotenoid yang mempunyai struktur vitamin A. Diantara karotenoid tersebut adalah xantofil dan lutein. Pakan yang mengandung 20 ppm xantofil/kg pakan sudah cukup untuk memberikan warna kuning telur (Yuwanta, 2010). Kandungan Vitamin A Telur Kuning telur lebih kaya akan vitamin daripada putih telur. Pada 60 gram telur terkandung vitamin A 150-400 IU baik pada kuning telur maupun pada telur utuh. 12
Sedangkan nilai relatif vitamin A pada 100 gram telur utuh 250-700 IU dan 8002500 IU pada kuning telur. Kuning telur mengandung vitamin A sebesar 600 μg/100 g (Suprapti, 2002). Vitamin kuning telur umumnya bersifat larut dalam lemak. Kandungan vitamin kuning telur jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah vitamin pada pakan, tetapi vitamin kuning telur lebih banyak dibanding dengan yang terdapat di putih telur. Kenaikan vitamin dalam pakan akan meningkatkan kandungan vitamin dalam kuning telur sampai pada tingkat kebutuhan optimal (Yuwanta, 2010).
13
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dari bulan April sampai dengan Desember 2011. Pemeliharaan dilakukan di laboratorium Lapang C Bagian Unggas Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB dan
Laboratorium Pusat Antar Universitas IPB, dan analisa
vitamin A dilakukan di Laboratorium Biokimia, FMIPA, IPB dan Balai Besar Industri Agro, Bogor. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam petelur fase produksi jenis Hy-Line Brown atau yang biasa dikenal dengan ayam petelur tipe medium atau petelur cokelat mulai umur 19 minggu dengan pemeliharaan selama 11 minggu. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang individual berukuran 80×80×50 cm sebanyak 12 kandang. Setiap kandang terdiri dari 4 ekor ayam yang diberi sekat pada bagian tengahnya, setiap sekat terdiri dari 2 ekor ayam dan dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Perlengkapan lain yang digunakan adalah tirai plastik, termometer ruangan, terpal, kertas semen, timbangan, plastik pakan, alat tulis dan alat kebersihan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas fisik telur adalah alat pengukur tebal kerabang, Yolk Colour Fan, meja kaca, timbangan digital AND HL100 kapasitas 100 gram × 0,01 gram, jangka sorong, dan kantong plastik. Pakan Bahan pakan penyusun pakan yang digunakan adalah jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO, NaCl, CaCO3, premix, dan DL-Metionin tepung daun dan bunga marigold. Air minum diberikan ad libitum. Daun dan bunga marigold dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutriennya. Hasil analisis proksimat dan β-karoten daun dan bunga marigold berdasarkan dicantumkan pada Tabel 5. Kandungan β-karoten pakan dianalisis menggunakan HPLC.
14
Komposisi pakan dan kandungan nutrien pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Berdasarkan analisis menggunakan HPLC, β-karoten yang terkandung dalam pakan kontrol adalah 112,33 μg/g. Tabel 5. Kandungan Nutrien Daun dan Bunga Marigold (As fed)
Bunga
Kadar Air (%)* 18,55
Daun
16,16
Sampel
3,29
Lemak kasar (%)* 1,84
Protein kasar (%)* 10,17
Serat Kasar (%)** 15,13
8,29
0,63
18,00
8,67
Abu (%)*
Energi Bruto β-karoten (kkal/kg)** (mg/kg)*** 4696
7,09
3956
29,6
Keterangan : * Hasil uji Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2011); ** Hasil uji Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB (2011); *** Hasil uji Laboratorium Biokimia, FMIPA, IPB (2012).
Tabel 6. Komposisi Pakan Perlakuan Bahan Pakan
R0
R1
R2
R3
Jagung kuning (%)
48,3
48
47,2
48
Dedak padi (%)
12,2
8,2
7,75
7,83
Bungkil kedele (%)
15
15
15,9
15
Tepung ikan (%)
9,3
8,5
9
9
CPO (%)
5,5
5,6
5,5
5,5
NaCl (%)
0,1
0,1
0,1
0,1
9
9
9
9
Premix (%)*
0,5
0,5
0,5
0,5
DL- Methionin (%)
0,1
0,1
0,05
0,07
Tepung daun marigold (%)
-
5
-
2,5
Tepung bunga marigold (%)
-
-
5
2,5
CaCO3 (%)
Keterangan: R0 = kontrol, R1 = penambahan 5% tepung daun, R2 = penambahan 5% tepung bunga, R3 = penambahan 2,5% tepung daun dan 2,5% tepung bunga. *mengandung vitamin A 2.000.000 IU/kg. Premiks menyumbang vitamin A sebanyak 10.000 IU/kg pakan.
15
Tabel 7. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan Nutrien
R0
R1
R2
R3
Bahan Kering (%)
88,11
88,05
86,19
88,25
Energi Metabolis (kkal/kg)
2.478
2.648,25
2.529,75
2.743,5
Protein Kasar (%)
14,64
13,81
14,89
14,12
Lemak Kasar (%)
4,62
5,71
4,92
6,17
Serat Kasar (%)
6,29
6,32
6,81
5,38
Abu (%)
12,12
11,86
11,36
10,86
Beta N (%)
50,44
50,35
48,21
51,72
Kalsium (%)
4,48
5,47
5,56
4,6
Fospor Total (%)
1,05
1,09
1,16
1,12
Keterangan : R0 = kontrol, R1 = penambahan 5% tepung daun, R2 = penambahan 5% tepung bunga, R3 = penambahan 2,5% tepung daun dan 2,5% tepung bunga. BK, EM, PK, LK, SK, Ca, P total merupakan hasil uji Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB (2012).
Prosedur Persiapan Ternak dan Kandang Kandang dan peralatannya dibersihkan dan didesinfektan terlebih dahulu sebelum ternak dimasukkan ke kandang untuk mencegah bibit penyakit yang ditimbulkan oleh virus maupun bakteri. Persiapan Pakan Tepung daun dan bunga marigold dibuat dengan cara menjemur daun dan bunga marigold terlebih dahulu di bawah sinar matahari sampai mengering dan pengovenan pada suhu 50ºC, selanjutnya daun dan bunga marigold yang sudah kering dihaluskan menggunakan mesin hingga menjadi bentuk tepung. Tepung daun dan bunga tersebut dicampurkan ke dalam pakan sesuai perlakuan dan formulasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan Ayam yang dipelihara berumur 19 minggu, dengan masa adaptasi pakan selama satu bulan yaitu tanggal 28 April hingga 4 Mei 2011. Pemberian pakan 100 % dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 - 13 Juli 2011. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu pemberian pakan dan air minum, pembersihan kandang dan peralatan,
16
pencatatan produksi telur, dan lainnya. Setiap telur yang diproduksi dicatat dan ditimbang. Telur yang diambil untuk uji kualitas berasal dari produksi telur selama tiga hari setiap minggu, selama tiga minggu. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada ayam petelur adalah pemberian tepung marigold pada pakan. Pakan pada penelitian ini dibuat dengan empat perlakuan yaitu: R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan empat perlakuan dan tiga ulangan, dengan 4 ekor ayam pada setiap ulangan. Berdasarkan Steel dan Torrie (1993) model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + ti + eij Keterangan : Yij = nilai pengamatan untuk perlakuan pakan yang diberikan (R0, R1, R2 dan R3) ke-i dan ulangan ke-j µ
= rataan umum
ti
= pengaruh perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i
eij = error perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i dan ulangan ke-j Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan jika analisis yang dihasilkan berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan.
17
Peubah yang Diamati Kualitas Telur. Uji kualitas telur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a) Bobot Telur (gram/butir) Diperoleh dengan cara menimbang setiap telur yang dihasilkan satu per satu. b) Bobot Kuning Telur (gram) dan Persentase Bobot Kuning Telur (%) Diperoleh dengan menimbang kuning telur yang telah dibuang kalazanya. Bobot kuning telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telurnya Persentase bobot kuning telur =
Bobot kuning telur Bobot telur
× 100%
c) Bobot Putih Telur (gram) dan Persentase Bobot Putih Telur (%) Diperoleh dengan menimbang putih telur yang telah dipisahkan dari kuning telur. Bobot putih telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telurnya. Persentase bobot putih telur =
Bobot putih telur Bobot telur
× 100%
d) Bobot Kerabang Telur (gram) dan Persentase Bobot Kerabang Telur (%) Diperoleh dengan menimbang kerabang telur yang telah dibersihkan bagian dalamnya. Bobot kerabang tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telurnya. Selanjutnya dilakukan transformasi untuk persentase bobot kerabang sebelum dilakukan ANOVA (Steel dan Torrie 1993) Persentase bobot kuning telur =
Bobot kerabang telur × 100% Bobot telur
Transformasi = √ e) Tebal Kerabang Telur (mm) Pengukuran tebal kerabang dilakukan menggunakan alat mikrometer sekrup pada bagian tengah (equator), ujung tumpul, dan ujung lancip telur kemudian dirata-ratakan. f)
Intensitas Warna Kuning Telur Diukur dengan menggunakan Yolk Colour Fan. Pemberian skor warna pada kuning telur sesuai dengan angka yang tertera pada Yolk Colour Fan.
18
g) Haugh Unit Haugh Unit didapat dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta, 2010). Tinggi putih telur diukur dengan alat jangka sorong. Haugh unit (HU) = Log 100 (H + 7,57 - 1,7 . W0,37) Keterangan : H = tinggi putih telur (mm) W = berat telur (gram) h) Kandungan Vitamin A Telur (IU) Analisis kandungan vitamin A dilakukan pada kuning telur mengunakan alat High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Kuning telur yang dianalisis merupakan hasil komposit dari setiap ulangan dalam perlakuan. Konsumsi Pakan (gram/ekor). Konsumsi pakan diukur setiap minggu dengan cara mengurangi pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang tidak dikonsumsi selama satu minggu. Berdasarkan perhitungan, dari konsumsi pakan ini diperoleh konsumsi nutrien ayam petelur yaitu bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan β karoten. Produksi Telur (Hen Day Production). Persentase produksi telur diukur dengan mencatat produksi telur harian selama pemeliharaan. Produksi telur =
Jumlah telur (butir) × 100% Jumlah ayam pada saat itu (ekor)
Konversi Pakan. Konversi pakan diperoleh dari hasil perbandingan antara pakan yang dikonsumsi (gram) dengan massa telur yang diproduksi (gram). Konversi pakan =
Konsumsi pakan (gram) × 100% Massa telur (gram)
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian berupa konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan serta konsumsi lemak, protein, serat dan vitamin A ayam petelur pada tiap perlakuan tecantum dalam Tabel 8. Tabel 8. Rataan Konsumsi Pakan, Produksi Telur, Konversi Pakan dan Konsumsi Nutrien Ayam Petelur Perlakuan Peubah R0 Konsumsi pakan (g/ekor/hari)
R1
R2
R3
107,22 ± 0.06B 106,86 ± 0,23B 106,71 ± 0,26B 118,59 ± 0,54A
Produksi telur (%) 51,64 ± 12,22ab 40,93 ± 13,59b 66,33 ± 13,47a 66,38 ± 12,42a Konversi pakan
2,38 ± 0,30ab
3,02 ± 0,73a
1,85 ± 0,33b
2,08 ± 0,32b
Konsumsi protein kasar (gram)
15,70 ± 0,01C
14,76 ± 0,03D 15,89 ± 0,04B 16,74 ± 0,08A
Konsumsi lemak kasar (gram)
4,95 ± 0,00D
6,10 ± 0,01B
5,25± 0,01C
7,32 ± 0,03A
Konsumsi serat kasar (gram)
6,74 ± 0,00B
6,75 ± 0,01B
7,27 ± 0,02A
6,38 ± 0,03C
Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold; Superskrip dengan huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (p<0,01); Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Konsumsi Pakan Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian marigold dalam pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap konsumsi pakan harian ayam petelur (P<0,01). Adanya penambahan marigold dalam pakan cenderung meningkatkan konsumsi pakan harian. Dilihat dari rataan konsumsi pakan harian pemberian campuran tepung daun dan bunga marigold terbukti paling efektif dalam meningkatkan konsumsi pakan harian ayam petelur, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Konsumsi pakan ayam petelur secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah berkisar 106,71-118,59 g/ekor/hari. Menurut Wahju (2004), konsumsi pakan ayam petelur tipe medium berkisar antara 120-150 g/ekor/hari. Angka konsumsi pakan dalam penelitian ini cukup rendah bila dibandingkan dengan konsumsi pakan ayam
20
petelur pada umumnya, hal ini dapat disebabkan oleh faktor suhu yang cukup tinggi yaitu 26-33ºC. Leeson dan Summers (2005) menyatakan bahwa suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan konsumsi pakan unggas. Perlakuan R3 mengkonsumsi pakan lebih tinggi dari perlakuan lainnya yaitu sebesar 118,59 g/ekor/hari. Angka konsumsi tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan marigold sebanyak 4% dengan konsumsi pakan 118 g/ekor/hari (Hasin et al., 2006). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan, salah satunya yaitu palatabilitas pakan (Anggorodi, 1995). Konsumsi R3 yang tinggi tersebut dapat diakibatkan oleh palatabilitas perlakuan R3 yang cukup tinggi karena warnanya yang agak kehijauan. Penelitian Nuraeni (2005) menunjukkan bahwa ayam lebih menyukai pakan yang berwarna merah atau hijau.
118,59 ± 0,54A
Konsumsi (g/ekor/hari)
120 110
107,22 ± 0.06B 106,86 ± 0,23B 106,71 ± 0,26B
100 90 80 70 60 50 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold
Gambar 2. Konsumsi Pakan Harian Ayam Petelur Produksi Telur Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian marigold memberikan pengaruh nyata (P<0,05) pada produksi telur ayam. Pemberian marigold meningkatkan produksi telur ayam. Gambar 3 memperlihatkan rataan produksi tertinggi adalah perlakuan R2 (pakan dengan penggunaan tepung bunga marigold),
21
selanjutnya berturut-turut R3 (pakan dengan penggunaan campuran tepung daun dan bunga marigold), R0 (pakan kontrol), dan R1 (pakan dengan penggunaan tepung daun marigold). Pemberian marigold dapat meningkatkan produksi telur dikarenakan provitamin A yang terkandung dalam marigold tersebut yang diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan. Menurut McDowell (2000), vitamin A ini memiliki peran dalam reproduksi dan produksi telur pada unggas. Defisiensi berkelanjutan pada unggas dewasa akan menyebabkan penurunan produksi telur. Dengan adanya penambahan vitamin A dalam pakan dapat memperbaiki produktivitas ayam petelur. 66,33 ± 13,47a 66,38 ± 12,42a 70
Produksi Telur (%)
60
51,64 ± 12,22ab 40,93 ± 13,59b
50 40 30 20 10 0 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold
Gambar 3. Rataan Produksi Telur Ayam Produksi telur pada perlakuan R3 yang tinggi ini dapat disebabkan oleh faktor konsumsi pakan dan konsumsi nutrien ayam petelur. Ayam dengan perlakuan pemberian pakan campuran daun dan bunga marigold ini memiliki angka konsumsi pakan dan konsumsi nutrien yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Ayam dengan perlakuan R3 tersebut mengkonsumsi protein kasar yang lebih tinggi dengan rataan 16,74 gram (Tabel 8). Menurut Wahju (1997), konsumsi protein dapat mempengaruhi produksi telur. Defisien protein yang sangat berat dapat mengakibatkan produksi telur terhenti sama sekali.
22
Data produksi telur diambil saat ayam berumur 24 - 30 minggu. Umur tersebut adalah saat ayam petelur mulai mencapai puncak produksinya (Amrullah, 2004). Rataan produksi ayam petelur dari semua perlakuan berkisar 40,93% 66,38%. Angka tersebut cukup rendah untuk ukuran ayam petelur yang umurnya mulai mencapai puncak produksi. Rendahnya angka produksi tersebut disebabkan oleh kandungan protein kasar yang rendah dalam pakan yaitu kurang dari 16%. Faktor lain yang mempengaruhi produksi adalah lingkungan. Suhu sangat fluktuatif pada masa pemeliharaan yaitu berkisar 26 - 33ºC. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi produktivitas ayam petelur. Menurut Bell dan Weaver (2002), suhu yang baik untuk ayam dewasa yaitu berkisar 18 - 24ºC. Produksi telur yang rendah pada penelitian ini dapat disebabkan oleh kandungan fosfor yang rendah dalam pakan. Kandungan fosfor total dalam penelitian ini berkisar 1,05% – 1,12% pakan. Wahju (2004), menyatakan bahwa sekitar 1/3 dari fosfor terdapat dalam bentuk non-phytin fosfor dan dapat dipergunakan oleh ayam atau yang biasa disebut dengan fosfor tersedia, dengan demikian fosfor tersedia yang terkandung dalam pakan penelitian ini hanya berkisar 0,35% - 0,37%. Fosfor tersedia yang dibutuhkan ayam petelur umur 18 - 32 minggu adalah 0,5% (Leeson dan Summers, 2005). Fosfor dibutuhkan oleh ayam petelur untuk berproduksi. Produksi telur memiliki korelasi dengan pengeluaran (ekskresi) fosfor yang relatif banyak. Produksi telur erat hubungannya dengan peningkatan katabolisme fosfor dan selama berproduksi fosfor yang hilang dari tubuh lebih banyak daripada fosfor yang disimpan dalam telur (Wahju, 2004). Konversi Pakan Pemberian marigold dalam pakan berdasarkan uji sidik ragam memberikan pengaruh terhadap konversi pakan ayam petelur. Perlakuan dengan pemberian tepung bunga marigold (R2) dan campuran daun dan bunga marigold (R3) menurunkan angka konversi pakan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Angka konversi pakan ditentukan oleh konsumsi pakan dan massa telur yang diproduksi. Semakin tinggi angka konversi pakan berarti semakin rendah kemampuan ayam petelur untuk mengefisiensikan pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan telur. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan R2 dan R3 efisien dalam memanfaatkan pakan, sedangkan perlakuan R0 dan R1 kurang efisien dalam
23
memanfaatkan pakan untuk menghasilkan telur. Perlakuan R1 memiliki angka konversi pakan yang tinggi dibandingkan perlakuan lain. Tingginya konversi pakan pada perlakuan R1 pada penelitian ini disebabkan oleh sedikitnya telur yang diproduksi, dapat dilihat dari produksi telur yang tercantum pada Tabel 8. Konversi terhadap penggunaan pakan cukup bagus yaitu setiap 2,2-2,5 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg telur (Sudarmono, 2003). Konversi pakan dalam penelitian ini cukup rendah dibandingkan dengan penelitian Hasin et al. (2006) yang menggunakan marigold sebanyak 4% yang mencapai angka konversi sebesar 2,8.
3,50
Konversi Pakan
3,00
3,02 ±0,73a 2,38 ± 0,30ab
2,50
1,85 ± 0,33b
2,08 ± 0,32b
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold
Gambar 4. Konversi Pakan Ayam Petelur Hasil penelitian yang dilakukan, yaitu rataan pengujian kualitas telur dan analisis vitamin A pada telur ayam disajikan pada Tabel 9. Pengujian kualitas telur yang dilakukan adalah bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, tinggi putih telur, bobot kerabang, tebal kerabang, haugh unit, dan skor warna kuning telur.
24
Tabel 9. Rataan Uji Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur Peubah
Perlakuan R0
R1
R2
R3
62,92 ± 5,99
61,95 ± 3,10
63,73 ± 4,84
62,39 ± 4,44
Bobot putih telur (gram) (%)
38,87 ± 5,30 65,82 ± 6,19
38,41 ± 2,48 65,89 ± 2,23
41,25 ± 3,81 67,33 ± 2,09
39,49 ± 4,26 66,21 ± 2,68
Bobot kuning telur (gram) (%)
14,45 ± 1,23 23,08 ± 2,06
14,40 ± 1,01 23,27 ±1,62
13,84 ± 0,84 21,78 ± 1,59
14,27 ± 0,68 22,99 ± 2,07
Tinggi putih telur (mm)
8,43 ± 0,23
8,25 ± 0,15
8,23 ± 0,18
8,16 ± 0,19
Bobot kerabang (gram) (%)
6,97 ± 0,94 11,1 ± 1,2
6,71 ± 0,63 10,84 ± 1,02
6,94 ± 0,80 10,89 ± 0,99
6,72 ± 0,49 10,80 ± 0,74
Tebal kerabang (mm)
0,37 ± 0,01
0,34 ± 0,00
0,34 ± 0,00
0,35 ± 0,00
89,53 ± 11,73
89,60 ±8,02
88,56 ± 10,64
88,74 ± 9,27
Bobot telur (gram)
Haugh unit Skor kuning telur
6,67 ± 1,19
Vitamin A kuning telur (IU/100 gram)
252
B
9,67 ± 1,53 147
A
9,39 ± 1,94 104
A
10,50 ± 1,04A 218
Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3: Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold; Superskrip dengan huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (p<0,01)
Bobot Telur Bobot telur dapat dipengaruhi oleh manipulasi pakan, seperti yang biasa dilakukan peternak pada umumnya saat ini. Penambahan pakan dengan marigold diharapkan dapat meningkatkan bobot telur. Menurut Wahju (1997), kandungan vitamin A dalam pakan dapat mempengaruhi ukuran telur dan ukuran telur sejalan dengan bobot telur. Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian pakan yang mengandung marigold tidak berpengaruh nyata terhadap bobot telur. Hasil yang tidak berpengaruh nyata tersebut disebabkan karena terdapat faktor yang lebih mempengaruhi bobot telur dibandingkan kandungan vitamin A yang dikonsumsi
25
ayam petelur tersebut. Faktor utama yang mempengaruhi bobot telur adalah umur ayam. Semakin meningkat umur ayam, semakin berat telur yang dihasilkan. Faktor lainnya yaitu genetik dan sistem pemeliharaan (Yuwanta, 2010). Rataan bobot telur dari dari semua perlakuan berkisar 61,95 – 63,73 gram. Berdasarkan SNI (2008) bobot telur tersebut termasuk besar untuk ukuran telur konsumsi (lebih dari 60 gram/butir) dan mendekati ukuran bobot yang diinginkan oleh konsumen yaitu berkisar 65 – 70 gram/butir. Bobot telur pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan pada penelitian Hasin et al. (2006) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 58,9 gram/butir. Bobot Putih Telur Berdasarkan hasil sidik ragam, didapatkan bahwa pemberian marigold tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot putih telur ayam dan persentasenya. Hal ini menunjukkan juga bahwa manipulasi pakan dengan penambahan marigold tidak mempengaruhi bobot putih telur. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot maupun persentase putih telur selain dari pakan adalah berat telur, tipe atau strain, umur ayam, temperatur, genetik, cara pemeliharaan, kesehatan ayam, jumlah produksi telur/tahun dan terutama lama penyimpanan telur (Yuwanta, 2010). Nilai rataan bobot putih telur tiap perlakuan berkisar 38,41 – 41,25 gram/butir dengan rataan persentase 65,82% - 67,33%. Angka tersebut sesuai Yuwanta (2010), bahwa nilai relatif bobot putih telur adalah sekitar 37 gram/butir dari total bobot 60 gram. Rataan bobot putih telur pada penelitian ini di atas 37 gram/butir karena bobot utuh telurnya juga di atas 60 gram. Persentase bobot putih telur juga menunjukan angka yang cukup tinggi, berdasarkan Stadelman dan Cotterill (1995) pada umumnya persentase bobot putih telur berkisar 60%. Bobot putih telur dalam penelitian ini sesuai rendah dibandingkan dengan penelitian Chowdhury et al. (2008) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 37,277 gram. Bobot Kuning Telur Banyak faktor yang dapat mempengaruhi bobot dan persentase kuning telur. Faktor faktor tersebut juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi bobot putih telur yaitu pakan, berat telur, tipe atau strain, umur ayam, temperatur, genetik, cara pemeliharaan, kesehatan ayam, jumlah produksi telur/tahun dan terutama lama 26
penyimpanan telur (Yuwanta, 2010). Manipulasi pakan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu perlakuan pemberian tepung marigold dalam pakan ayam petelur, berdasarkan sidik ragam ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kuning telur pada semua perlakuan. Hal tersebut membuktikan bahwa faktor pakan bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi bobot kuning telur ayam. Faktor utama yang mempengaruhi adalah umur ayam. Umur ayam akan meningkatkan berat telur, berat putih telur, dan berat kuning telur yang disertai dengan meningkatnya berat kering kuning telur. Rataan dari semua perlakuan berkisar 13,84 – 14,45 gram/butir telur dan persentasenya 21,78% - 23,27%. Persentase bobot putih telur ini tergolong rendah. Kuning telur menempati 30% - 33% dari total bobot telur (Stadelman dan Cotterill, 1995). Bobot kuning telur dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan pada penelitian Chowdhury et al. (2008) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 15,15 gram. Bobot kuning telur dapat dipengaruhi oleh konsumsi. Ayam petelur mendeposit lemaknya di dalam kuning telur. Lemak kuning telur tersusun atas komplek lemak-protein dalam bentuk Low Density Lipoprotein (LDL) atau lipoprotein yang sangat rendah densiti dan lipovitelin dalam bentuk ikatan bebas. Lipoprotein tersebut mengandung 90 % lemak dan menempati 2/3 dari berat kering kuning telur (Yuwanta, 2010). Pada penelitian ini, bobot kuning telur tidak sejalan dengan jumlah lemak yang dikonsumsi (Tabel 8). Hal tersebut diduga karena adanya pengaruh deposit lemak di tempat lain selain pada kuning telur, yaitu pada lemak abdomen. Tinggi Putih Telur Pemberian marigold dalam pakan berdasarkan uji sidik ragam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi putih telur. Hal tersebut memberikan penjelasan bahwa penambahan karotenoid dalam pakan tidak dapat mempengaruhi tinggi putih telur secara nyata. Rataan tinggi putih telur ayam dalam penelitian adalah sekitar 8,16 – 8,25 mm. Tinggi putih telur ini dapat digunakan lebih lanjut untuk pengukuran kualitas telur lainnya, yaitu Haugh Unit. Salah satu faktor yang berpotensi mempengaruhi tinggi putih telur adalah kondisi penyimpanan. Tinggi putih telur menurun dengan semakin lamanya penyimpanan (Zakiyurrahman, 2006).
27
Bobot Kerabang Berdasarkan hasil uji statistik, pemberian marigold dalam pakan ayam petelur tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kerabang dan persentasenya dalam telur. Berdasarkan nilai rataan bobot kerabang telur dan persentasenya ini lebih tinggi dari angka bobot kerabang pada umumnya. Bobot kerabang dalam penelitian ini berkisar 6,71 – 6,94 gram dengan persentasenya 10,80% – 11,10 %. Umumnya kerabang telur memiliki bobot sekitar 9% - 12% dari bobot telurnya (Stadelman dan Cotterill, 1995). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas kerabang antara lain suhu penanganan telur, penyakit, umur, dan kandungan kalsium dalam pakan (Dwi, 2006). Persentase kerabang telur pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan pada penelitian Chowdhury et al. (2008) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 9,6%. Tebal Kerabang Tebal kerabang telur dari keempat perlakuan ternyata tidak ada pengaruh yang nyata akibat pemberian tingkat marigold dalam pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tebal kerabang telur yaitu sifat genetik, pakan, umur ayam, dan suhu lingkungan. Rataan tebal kerabang dari semua perlakuan berkisar 0,34 – 0,37 mm. Hasil penelitian membuktikan bahwa tebal kerabang telur sudah masuk dalam kategori baik, sesuai dengan pendapat Yuwanta (2010) tebal kerabang telur ayam pada umumnya 0,3-0,4 mm dan disarankan bahwa tebal kerabang telur jangan kurang dari 0,33 mm, karena telur mudah pecah terutama dalam proses transportasi, (Wiradimadja et al., 2004). Tebal kerabang dalam penelitian ini mendekati hasil pada penelitian Chowdhury et al. (2008) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 0,378 mm. Haugh Unit Nilai Haugh Unit (HU) adalah untuk menentukan kualitas putih telur yang diperoleh dari hubungan antara hubungan bobot telur (gram) dengan tinggi putih telur (milimeter). Kualitas telur akan semakin baik jika semakin tinggi nilai Haugh Unit (Wiradimadja et al., 2004). Berdasarkan hasil perhitungan, rataan nilai HU untuk perlakuan R0 adalah 89,53 selanjutnya masing-masing untuk 89,60 (R1) dan 88,56 (R2) dan 80,54 (R3). Kualitas telur ini menurut standar United States Departement of Agriculture (USDA) (1983) dinyatakan sebagai kualitas AA, karena 28
mempunyai nilai HU putih telur lebih besar dari 72. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penggunaan marigold dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai Haugh Unit. HU dalam penelitian mendekati penelitian Chowdhury et al. (2008) yang menggunakan 4% tepung marigold yaitu 88. Faktor yang berpengaruh terhadap Haugh Unit adalah keadaan putih telur. Tinggi putih telur menurun dengan semakin lamanya penyimpanan, dengan demikian HU juga dipengaruhi oleh penyimpanan (Zakiyurrahman, 2006; Muchtadi dan Sugiono, 1992). Skor Kuning Telur Warna kuning telur diamati dengan menggunakan Yolk Colour Fan dari Roche, rataan yang diperoleh dari keempat perlakuan seperti disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa intensitas warna kuning telur secara nyata dipengaruhi oleh pakan perlakuan yang diberi perlakuan tepung marigold. Pakan perlakuan baik R1, R2, maupun R3, ketiganya memperlihatkan intensitas warna kuning yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Keadaan ini disebabkan adanya perbedaan kandungan karotenoid pakan yang diberi tepung marigold. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna kuning telur dipengaruhi oleh penggunaan bahan pakan yang mengandung karotenoid dalam pakan. Warna dari kuning telur adalah kuning orange yang disebabkan adanya karotenoid yang mengandung banyak zeaxantin, kriptoxantin, dan lutein (xantofil) (Yuwanta, 2010). Karotenoid yang terdapat dalam marigold adalah karotenoid yang berwarna kuning seperti karoten (α dan β karoten) dan xantofil (lutein dan zeaxantin) (Handelman, 2001). Hasil skor warna kuning telur ini mendekati hasil penelitian Chowdhury et al. (2008), bahwa penggunan 4% tepung marigold dalam pakan ayam petelur dapat menghasilkan telur dengan angka skor kuning telur 9,47. Jagung yang digunakan sebagai sumber energi juga merupakan sumber pigmentasi pada warna kuning telur karena jagung mengandung 20-25 mg xantofil/kg. Penggunaan jagung sebesar 50% pada pakan ayam petelur dapat menghasilkan telur dengan skor warna kuning telur 6,5-7.
29
12
9,67 ± 1,53A
10,50 ± 1,04A 9,39 ±
1,94A
Skor kuning Telur
10 8
6,67 ± 1,19B
6 4 2 0 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold
Gambar 5. Rataan Skor Kuning Telur Perlakuan R3 (campuran daun dan bunga) memiliki rataan skor warna kuning tertinggi yaitu 10,50 mendekati dengan penggunaan suplemen pigmen sintetis sebesar 30 mg/kg pakan yang menghasilkan skor warna 11 setelah 12 minggu perlakuan (Chowdhury et al., 2008). Tingginya skor warna kuning telur perlakuan R3 penelitian ini disebabkan oleh tingginya konsumsi pakan ayam petelur pada perlakuan ini, yang dapat meningkatkan konsumsi karotenoid ayam tersebut. Daun dan bunga memiliki jenis karotenoid yang berbeda, menurut Stahl et al. (1989), gabungan beberapa karotenoid dapat menimbulkan hasil yang lebih maksimal dibandingkan satu jenis komponen karotenoid. Vitamin A Telur Pemberian pakan yang berbeda dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap kandungan vitamin A pada kuning telur ayam, disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan hasil analisis, kandungan vitamin A kuning telur tertinggi terdapat pada perlakuan R0, selanjutnya R3, R1, dan terendah adalah R2.
30
Vitamin A Kuning Telur (IU/100 gram)
300
252 218
250
200
147
150
104
100 50 0 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan : R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung marigold; R1 = Pakan mengandung 5% tepung daun marigold; R2 = Pakan mengandung 5% tepung bunga marigold; R3 = Pakan mengandung 2,5% tepung daun marigold dan 2,5% tepung bunga marigold
Gambar 6. Kandungan Vitamin A Kuning Telur Ayam Pemberian marigold tidak meningkatkan kandungan vitamin A pada telur ayam. Kandungan β-karoten dalam pakan yang sangat mempengaruhi kandungan vitamin A produk ternak karena β-karoten merupakan provitamin A
memiliki
aktivitas vitamin A yang paling besar dibandingkan dengan karotenoid lainnya (McDowell, 2000). Adanya β-karoten yang terkandung dalam marigold pada pakan perlakuan tidak mempengaruhi kandungan vitamin A pada telur. Kandungan vitamin A pada kuning telur dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan pada umumnya yaitu 1000 IU/100gram. Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin A dalam telur selain β-karoten adalah faktor absorbsi dan transpor vitamin A dalam tubuh hewan tiap individu (McDowell, 2000). Kenaikan warna kuning telur yang berlebihan seperti yang terjadi pada penelitian ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah vitamin A karena ada kompetisi dengan kehadiran xantofil. Penyimpanan juga dapat menurunkan kandungan vitamin A dalam telur (Yuwanta, 2010). Kebutuhan vitamin A untuk ayam petelur fase produksi adalah 8.000 IU/kg pakan (Leeson dan Summers, 2005). Kandungan vitamin A pakan dalam penelitian ini cukup tinggi. Tiap perlakuan mengandung 0,5% premiks yang menyumbang vitamin A sebesar 10.000 IU/kg pakan. Tingginya kandungan vitamin dan
31
provitamin A dalam pakan ini juga diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan tidak meningkatnya nilai vitamin A dalam kuning telur pada perlakuan pemberian marigold. Jumlah vitamin A dalam pakan ini masih dapat ditolerir dan belum sampai tahap beracun untuk ayam. Ayam masih dapat mengkonsumsi vitamin A sampai 500.000 IU/kg pakan tanpa mengalami keracunan (Wahju, 2004).
32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian marigold baik tepung bunga, tepung daun maupun campurannya meningkatkan skor warna kuning telur. Pemberian pakan yang mengandung marigold tidak mempengaruhi bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, tinggi putih telur, Haugh Unit, bobot kerabang, tebal kerabang. Pemberian pakan yang mengandung marigold tidak meningkatkan kandungan vitamin A pada kuning telur. Pakan dengan tepung marigold tidak memberikan hasil yang lebih baik pada kualitas telur ayam, kecuali pada warna kuning telur, dan tidak mengakibatkan dampak yang merugikan terhadap kualitas telur, sehingga marigold dapat digunakan sebagai sumber zat warna alami pada pembentukan warna kuning telur. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan peningkatan dosis penggunaan marigold agar efeknya lebih terlihat dan dengan penggunaan jagung yang sangat rendah dalam ransum. Perlu dilakukan juga penelitian dengan menggunakan marigold dalam bentuk ekstrak yang menggunakan CPO sebagai pelarutnya.
33
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur yang penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya penulis dapat menyesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Ir. Widya Hermana selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing utama dalam pembuatan skripsi ini dan kepada Ir. Lidy Herawaty, MS selaku dosen pembimbing anggota yang sangat membantu, membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kepada Prof. Dr. Dewi Apri Astuti, M.S. sebagai dosen pembimbing PKM penelitian. Kepada Dikti yang telah memberikan dana pelaksanaan PKM penelitian. Kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S. sebagai dosen pembahas seminar sekaligus dosen penguji sidang, serta kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S., MS sebagai dosen penguji sidang. Penulis juga sangat berterimakasih kepada kedua orangtua tercinta yang selalu menjadi pahlawan terbaik, mendoakan, memberi dukungan dan melakukan semua hal yang terbaik untuk penulis, terimakasih atas segala segala sesuatu yang sangat berharga yang telah diberikan selama ini. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat. Kepada rekan penelitian Meta Asterizka dan Liza Nur Aziza, terimakasih atas kerjasama dan pengalaman yang berharga ini. Kepada para sahabat yang sangat memberi dukungan dan membantu kegiatan penelitian penulis, Ari Akbar, Andi Eka, Yuda Pratomo, Dara Oktisari dan Feri Anasari, terimakasih atas bantuan dan perhatian yang telah diberikan. Keluarga besar Genetic 45 dan teman-teman yang selalu mendampingi penulis sehari-hari. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Eka Tjipta Foundation atas beasiswa yang telah diberikan. Terakhir, terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang yang berperan dan membantu kegiatan penelitian dan penulisan skripsi penulis secara langsung maupun tidak langsung. Terimakasih atas segala kebaikan, perhatian, dan dukungan yang diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Juli 2012 Penulis
34
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amrullah, I.B. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ariana, M., A. Samie, M.A. Edriss & R. Jahanian. 2011. Effects of powder and extract form of green tea and marigold, and α-tocopheryl acetate on performance, egg quality and egg yolk cholesterol levels of laying hens in late phase of production. Journal of Medicinal Plants Research 5(13) : 27102716. Bell, D.D. & W.D. Weaver. 2002. Chicken Meat and Meat Production. 5th Edition. Kluwer Academic Publishers, Norwell. Bocanegra, E.S., X.O. Osorio & E.O.O. Rondon. 2004. Evaluation of xanthophylls extracted from Tagetes erectus (marigold flower) and Capsicum sp. (red pepper paprika) as a pigment for egg-yolks compare with synthetic pigments. International Journal of Poultry Science 3 (11): 685-689 Chowdhury, S.D., B.M. Hassin, & S.C. Das. 2008. Evaluation of marigold flower and orange skin as source of xantophyll pigment for the improvement of egg yolk color. The Journal of Poultry Science 45: 265-272. Dwi, L. T. 2006. Hubungan antara konsumsi kalsium dengan berat telur, tebal kerabang dan specific gravity telur ayam arab. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Fennema O. R. 1996. Food Chemistry. 3rd Edition. Marcel Dekker Inc, New York. Gopi, G., A. Elumalai & P. Jayasri. 2012. A concise review on Tagetes erecta. International Journal of Phytopharmacy Research 3: 16-19. Groff, J. L. & S. S Gropper. 1992. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Wadsworth Thomson Learning, Mexico. Handelman, G. J. 2001. The evolving role of carotenoids in human biochemistry. Nutrition. 17 (10): 818-822. Hasin, B.M, A.J.M. Ferdaus, M.A. Islam, M.J. Uddin & M.S. Islam. 2006. Marigold and orange skin as egg yolk color promoting agents. International Journal of Poultry Science 5 (10): 979-987. Leeson, S. & J. D. Summer. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition. University Press, Nottingham. Magnuson, W. G. 2002. Vitamin A and Carotenoids. Clinical Center, National Institutes of Health. Bethesda, Maryland, USA.
35
McDowell, L. R. 2000. Vitamins in Animal and Human Nutrition. 2nd Edition. Iowa State University Press, Ames. Muchtadi, T. R., & Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Murray, R.K., D. K. Granner, P.A. Mayes, & V. W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper. Penerjemah: Hartono, A. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Edition. National Academy Press, Washington D.C. Nuraeni. H. 2005. Kandungan vitamin A dalam hati dan karkas ayam pedaging yang diberi daun katuk (Sauropus androgynus) dalam pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta. Piccaglia, R., M. Marotti. & S. Grandi. 1998. Lutein and lutein ester content in different types of Tagetes patula and T. erecta. Journal Industrial Crop and Product. 8: 45-51. Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Vitamin Volume I. Edisi ke-5. IPB Press, Jakarta. Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Stadelman, W.J. & O.J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition. The Hawort Press, Binghamton. Stahl, W., A. Junghans, B. De Boer, E.S. Driomina, K. Briviba, & H. Sies. 1998. Carotenoids mixture protect multilamellar liposome against oxidative damage: synergistic effects of lycopene and lutein. FEBS Letters 427: 305308. Standar Nasional Indonesia. 2008. Telur Ayam Konsumsi SNI-3926:2008. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan Ayam Ras Petelur (Layer) SNI 01-39292006. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Steel. R.G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan : M. Syah. Gramedia, Jakarta. Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Sudaryani, T. 2006. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprapti, L. 2002. Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakarta. USDA. 1983. Egg Grading Manual. Agriculture Handbook No.75. Agricultural Marketing Service, USDA, Washington, D.C.
36
Vargas, F.D. & O. P. Lopez. 1997. Effects of enzymatic treatments on carotenoid extraction from marigold flowers (Tagetes erecta). Food Chemistry, 58 (3): 255-258. Vasudevan, P., S. Kasyap & S. Sharma. 1997. Tagetes: A Multipurpose Plant. Bioresource Technology, 62: 29-35. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah, Malang. Winarto, L. 2010. Tagetes Berguna Bagi Kita. Deptan. BPTP, Sumatera Utara. http://sumut.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/15benih/53-tagetes-erecta-berguna-bagi-kita [4 Juli 2012] Wiradimadja, R., H. Burhanuddin & D. Saefulhadjar. 2004. Peningkatan kadar vitamin A pada telur ayam melalui penggunaan daun katuk (Sauropus androgynus L.merr) dalam pakan. Universitas Padjajaran, Bandung. Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. Yuliani, S. & T. Marwati. 1997. Tinjauan katuk sebagai bahan makanan tambahan yang bergizi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia (The Journal on Medicinal Plants) 3(3): 55-56. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Zakiyurrahman, A. 2006. Sifat fisik dan fungsional telur ayam ras yang disimpan di dalam refrigerator dengan lama penyimpanan dan waktu preheating yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Sidik Ragam Persen Produksi Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
F0,05
F0,01
Perlakuan
3
1380,376
460,125
5,064*
4,07
7,59
Error
8
726,954
90,869
Total
11
2107,330
Keterangan: db Fhitung F0,05 F0,01 *
= derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah = nilai F yang diperoleh dar i hasil pengolahan data = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) = menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Lampiran 2. Hasil Uji Duncan Persen Produksi Telur Subset for alpha = 0,05
Perlakuan
N
1
2
R1
3
40,9297
R0
3
51,6440
R2
3
66,3265
R3
3
66,3832
Sig.
51,6440
0,206
0,107
Lampiran 3. Sidik Ragam Konsumsi Pakan SK
db
JK
KT
Perlakuan
3
306,134
102,045
Error
8
0,835
0,104
Total
11
306,969
Keterangan: **
Fhitung 977,675**
F0,05
F0,01
4,07
7,59
= menyatakan hasil yang sangat berbeda nyata
Lampiran 4. Hasil Uji Duncan Konsumsi Pakan Perlakuan
Subset for alpha = 0,01 N
1
2
R2
3
106,7133
R1
3
106,8567
R0
3
107,2200
R3
3
Sig.
118,5867 0,103
1,000
39
Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
F0,05
F0,01
0,24
4,07
7,59
Perlakuan
3
5,26
1,75
Error
8
57,91
7,24
Total
11
63,17
Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Putih Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
14,00
4,67
Error
8
31,72
3,96
Total
11
45,72
1,18
F0,05 4,07
F0,01 7,59
Lampiran 7. Sidik Ragam Persen Bobot Putih Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
16,03
5,34
Error
8
17,91
2,24
Total
11
33,94
2,39
F0,05 4,07
F0,01 7,59
Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Kuning Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
0,71
0,24
Error
8
0,90
0,11
Total
11
1,61
2,09
F0,05 4,07
F0,01 7,59
Lampiran 9. Sidik Ragam Persen Bobot Kuning Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
4,11
1,37
Error
8
10,17
1,27
Total
11
14,28
1,08
F0,05 4,07
F0,01 7,59
40
Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Putih Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
0,12
0,04
Error
8
2,77
0,35
Total
11
2,89
0,12
F0,05 4,07
F0,01 7,59
Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Kerabang Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
0,18
0,06
Error
8
0,86
0,11
Total
11
1,04
0,55
F0,05 4,07
F0,01 7,59
Lampiran 12. Sidik Ragam Persen Bobot Kerabang Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
Perlakuan
3
0,16
0,05
Error
8
0,90
0,11
Total
11
1,06
0,464
F0,05 3,50
F0,01 5,95
Lampiran 13. Sidik Ragam Tebal Kerabang Telur SK
db
JK
KT
Fhitung
F0,05
F0,01
Perlakuan
3
0,0010
0,0003
1,0257
4,07
7,59
Error
8
0,0026
0,0003
Total
11
0,0036
Fhitung
F0,05
F0,01
Lampiran 14. Sidik Ragam Haugh Unit SK
db
JK
KT
Perlakuan
3
2,59
0,86
Error
8
64,93
8,12
Total
11
67,52
0,11
4,07
7,59
41
Lampiran 15 Sidik Ragam Skor Warna Kuning Telur SK
db
Perlakuan
3
24,83
8,28
Error
8
4,19
0,52
Total
11
29,02
Keterangan: **
JK
KT
Fhitung 15,82**
F0,05
F0,01
4,07
7,59
= menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata
Lampiran 16. Hasil Uji Duncan Skor Warna Kuning Telur Subset for alpha = 0,01
Perlakuan N
1
2
R0
3
R2
3
9,3867
R1
3
9,6667
R3
3
10,5000
Sig.
6,667
1,000
0,108
42