Permainan Ilusi Kisah Nyata Mengenai Orang Biasa Yang Diidentifikasi Sebagai Inkarnasi dari Ganden Tripa1 Trichen Jangchub Chopel Otobiografi dari Kyabje Trijang Dorje Chang Tiga rahasia dari semua penakluk di ruang esensi vajra, Bersinar bagai matahari dan bulan, Pelindung saya, Tuan yang baik itu, Yang diberkati dengan dua set sepuluh kualitas,2 Semoga abu dari kakimu beristirahat di pucuk kepala saya sampai pencerahan penuh dicapai! Lama di samsara, terikat rantai Dari simpul karma dan delusi yang tak terhitung banyaknya, Berbagai gambar yang bangkit, dengan bermacam rupa Dari semuanya kecuali kebahagiaan adalah cukup menakutkan! Tetapi, seperti kilas kilat di malam hitam, Sekilas dari jalan Dharma yang tak bercacat Diterima melalui kebaikan makhluk suci, Telah mentransformasi kelahiran kembali samsarik menjadi sesuatu yang berarti! Masih saja, setan keterikatan terhadap keabadian dan keberadaan sebenarnya Memenuhi hati, membuat pikiran berkelana terus-menerus. Terganggu oleh drama monyet dari masalah kehidupan ini, Saya menceritakan cerita ini, tujuan utama dibawa pergi oleh angin! Saya adalah orang biasa bernama Lozang Yeshe Tenzin Gyatso, yang seharusnya adalah inkarnasi tulku dari pemegang tahta keenam-puluh-sembilan Gelugpa, Yongtzin Trichen Jangchub Chöpel, dan inkarnasinya, Ganden Tripa kedelapan-puluh-lima, Trichen Lozang Tsültrim Päldän. Tetapi karena pikiran saya sendiri tidak tersembunyi dari saya, saya tahu bahwa kesadaran saya masih jauh untuk berkualifikasi sebagai inkarnasi para makhluk suci ini! Tetapi, karena karma terdahulu yang kuat, takdir saya adalah untuk memikul gelar dari inkarnasi mereka. Seperti yang dikatakan Je Gungtangpa, Bila seorang Tulku datang demi makhluk hidup dan ajaran, Ajaran dan praktek mereka harus meninggalkan jejak! Ketika kalian melihat cerita kehidupan makhluk besar terdahulu, hal ini mengesankan bagi pikiranmu! Bila kalian mendengarkan cerita mereka, hal ini menyebabkan keyakinan bertumbuh. Ia mempunyai kekuatan untuk menanamkan benih kebebasan di pikiran yang dilatih. Tetapi dalam kasus seseorang seperti saya, banyak kebingungan yang ditimbulkan oleh tiga racun, seseorang yang tidak mengenal apapun selain tiga kesempatan3. Manfaat seperti itu tidaklah ada seperti bulu di punggung kura-kura! Walaupun saya tidak mempunyai kualitas seperti ini, karena saya harus memikul nama seorang Lama, dengan belajar, merenungkan, dan mempraktekan agar supaya hidup saya tidak terbuang percuma, paling tidak, akan ada sedikit jejak dari dampak yang bisa saya bilang saya miliki, dalam hal menegakkan dan menyebarkan ajaran. Tidak diperiksa, sepertinya ini yang terjadi, tetapi bila saya memeriksa dengan seksama, dampak saya tidak bisa bertahan terhadap pengawasan ketat. Dengan sifat seperti warna sebuah pelangi, tidak ada yang menonjol! Karena itu, 1
bagi saya untuk menulis mengenai masalah hidup ini hanya akan menjadi imitasi dari para guru luar biasa terdahulu, seperti kelelawar yang berpura-pura menjadi burung elang! Bisa sangat memalukan bagi mereka yang bijaksana! Walaupun begitu, pada tahun 1964, di Tibet, pada tahun naga kayu, pemimpin manusia dan dewa, Pelindung Utama dari Refuge Tuan dari Para Penakluk Kyabje Pabongka Dechen Nyingpo4 meminta saya untuk menulis cerita-hidup saya. Saya menerima perintah ini dengan hormat di pucuk kepala saya. Setelah itu, beberapa murid yang setia seperti Sera Jey Trehor Geshe Tamdrin Rabtän juga meminta saya untuk menulisnya. Kazur Kungo Neshar Thubtän Tharpa juga meminta komposisi ini dengan persembahan rupa Buddha dan sebuah khatak5. Dalam surat dari daerah Jarmän, Dragyab Hotogtu Rinpoche mendorong saya untuk menulisnya. Ditambah lagi tetangga lama saya, Päldän, dengan hati-hati menyimpan catatan mengenai situasi saya, awal, tengah, dan menjelang akhir, melalui kejadian yang dia lihat dari diri saya dan penjelasan yang dia dengar. Proses untuk menguatkan kejadian dengan catatannya berlangsung lama. Aristokrat terdahulu dari Kyishöd dan Tagtse, Zhabdrung Dorje Namgyäl, para menteri, Kalön Gazhiwa Doring Tänzin Päljor, Kalön Dokar Zhabdrung Tsering Wangyäl, pejabat lainnya dan tokoh penting telah menulis buku tentang cerita mereka jadi, dari perkiraan saya tidak ada alasan besar untuk tidak memberi cerita yang sederhana mengenai situasi saya. Dihasilkan dari kebodohan dan karma putih dan hitam, kebahagiaan dan penderitaan bangkit silihberganti selama empat musim, dan walaupun saya menghabiskan hidup dalam samaran seorang praktisi Dharma, saya telah membuang kebebasan dan kesempatan dari kehidupan manusia yang berharga. Dari Guru Spiritual yang berkualifikasi laksana Buddha nyata, saya telah menerima ajaran yang luas dan dalam mengenai Sutra dan Tantra dan, tidak meninggalkan mereka sebagai sesuatu yang hanya didengar, saya mempraktekan mereka dalam kehidupan saya; tetapi tidak ada sedikitpun hal yang dapat saya katakan dengan percaya diri bahwa saya mengerti sepenuhnya. Seperti yang dikatakan penakluk utama Kelzang Gyatso, Dalai Lama ke-7, Tidak memiliki kualitas kesadaran karena mencampur-adukan Dharma dengan pikiran, Tetapi berpura-pura menolong orang lain dengan menunjukan kepada mereka jalan menuju kebebasan, Hanya melelahkan orang tersebut dan yang lain Sangat menyedihkan, cara kita memperbudak diri! Seperti itu juga, seperti kaset perekam atau burung kakak tua mengulang mantra MANI, cerita saya akan sedikit memberi manfaat bagi para makhluk. Singkatnya, seperti yang dikatakan Guru Tibet Mipham Geleg, Walaupun, kita mungkin merasa telah memiliki seluruh hutan kedamaian di hati kita, Bila kita mengandalkan tongkat jalan yang bengkok dari disiplin etika yang tidak murni, Kita menipu diri sendiri dan juga orang lain: Berilah hasil dari tindakan yang tidak baik pada saya! Saya tidak akan mencemarkan cerita saya dengan delapan Dharma duniawi6 atau mengabadikan lingkaran kebaikan, keburukan dan campuran karma hanya untuk menghibur diri dan menipu orang lain dengan berpura-pura beberapa hal tidak terjadi atau bahwa saya melakukan sesuatu yang tidak 2
saya lakukan. Melainkan, saya akan menceritakan mengenai pengalaman saya mengembara, telanjang, dan bertangan kosong, tanpa Dharma dengan prosa yang sederhana, hanya fakta tanpa elaborasi. Tanah kelahiran saya, Tibet, adalah tanah yang berada di bawah bimbingan Arya Avalokitesvara yang tertinggi7, Pemegang Teratai. Saya dilahirkan di salah satu dari tiga daerahnya, tanah Dharma pusat Ü Tsang, di pusat empat kabupatennya, yang bernama Kyishö Tsäl, Gungtang. Seorang Lama bernama Shang Yudragpa, Pelindung Para Makhluk, jalan bagi ajaran Kagyu, dilahirkan di sana dan biara yang dia dirikan menjadi tempat pelatihan besar. Sebelum Pelindung Manjushri Tsongkhapa8 mendirikan universitas monastik Gelug, tempat pelatihan Shang Yudragpa adalah salah satu dari enam komunitas Dharma besar di Tibet. Disebut dengan Tsäl Gungtang, dia dirujuk dengan ungkapan, “Sang De Gung Sum, Ga Kyor Zul Sum.” Pada waktu itu, ketika kekuasaan pemegang tahta Tsalpa9 telah mencapai puncaknya, Tsal dimasukan dalam daerah pusat dan dua universitas yang dikenal sebagai “cabang biara.” Tsäl Gungtang memiliki tiga universitas: Chötri, Zimkang Shar, dan Chökor Ling. Karena itu, secara spiritual dan politis, ini adalah biara yang cukup berpengaruh. Akan tetapi, kemudian kekuasaan Tsälpa Tripön mengalami kemunduran. Pada tahun kancil api di siklus enam-puluh tahunan yang kesembilan, 1507 di kalender barat, Gungtang terbakar. Beberapa obyek yang sangat diberkati dan simbolis hilang, seluruh kuil pusat, patung Buddha besar, rupa Zhang Rinpoche, relik ‘Tashi Ö Bar, patung Mahakala Berlengan Empat dan banyak lagi. Hanya dengan dua universitas yang lebih kecil Chötri dan Zimkang Shar, biara tersebut mengalami kemunduran baik dalam hal spiritual maupun pengaruh sementara. Pada zaman Dalai Lama ke-5, Zurchen Chöying Rangdröl memegang tahta. Setelah itu, ketika Ganden Tripa ke-50, Yang Telah Melepaskan dari Amdo, Gedün Püntsog, melapisi peti mati stupa Je Tsongkhapa dengan emas, Raja Lhazang menganugerahinya dengan otoritas terhadap wihara Gungtang dan rupa-rupanya, dua cabang universitas, persembahan, dan seluruh tanah, rumah, orang dan kekayaan. Karena hal ini, dia dikenal sebagai “Trichen Gungtangpa.” Inkarnasinya selanjutnya seperti Tuan Tänpay Drönmay, masih dirujuk sebagai Gungtang Tsang, dan namanya menjadi terkenal. Ketika beberapa dari inkarnasi Trichen Gungtangpa yang selanjutnya mulai tinggal lebih banyak di Amdo Tashikyil Labrang, dia tidak bisa mengurus Wihara Gungtang karena jarak yang jauh, dan pemerintah mengambilnya kembali. Kemudian, ketika Dalai Lama ke-7, Kelsang Gyatso masih muda, inkarnasi Gungtangpa adalah paman Dalai Lama, Ngagrampa Samten Gyatso, yang melayani sebagai pelayan pribadi yang menyayanginya dan guru membaca. Di kehidupan yang lain, selagi dia adalah Mongolia Darhen yang terpelajar kepala biara Gelong Kelsang dari keturunan “Tsa”, dia juga dirujuk sebagai yang akan dianugerahi Wihara Gungtang dan obyek kramatnya selama-lamanya. Tsering Döndrup, tidak diragukan sebagai anggota dari keturunan paman Dalai Lama ke-7, dan bagian dari Gungtang Labrang. Anggota dari Labrang ini sangat terpelajar dan ahli dalam penjumlahan dan sangat stabil dalam transaksi sekuler, dan semua yang di daerah Wihara Tsäl Gungtang menjunjung tinggi Tsering Döndrup. Mereka menganggapnya sebagai orang bijaksana dan pergi kepadanya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka.
3
Melalui Tsering Döndrup, lima putra, termasuk Serje Prati Kamlung Tritrul, dan dua putri terlahir dalam keluarga Langpa. Setelah ibu mereka meninggal, dengan seorang pelayan wanita, dia mempunyai seorang putra yang diidentifikasi sebagai Ganden Pukang Kyenrab Tulku. Ketika yang termuda dari lima putra yang disebutkan sebelumnya berusia sekitar dua-puluh tahun, dia menikah dengan ibu saya, Tsering Drölma, dari keluarga “Nang Gong” di Gungtang. Akan tetapi, putra ini kemudian tenggelam ketika menyeberangi sungai Kyichu dalam perjalanan menuju Lhasa. Tidak meninggalkan menantunya, Tsering Döndrup menikahinya. Pernikahan ini melahirkan tiga anak, termasuk adik perempuan saya yang dikenal sebagai Jampäl Chötso, dan adik lelaki saya yang disebut sebagai inkarnasi dari Lelung Tulku. Saya adalah anak tertua mereka. Pada saat saya dilahirkan, ayah saya Tsering Döndrup berusia lima-puluh-sembilan, dan ibu saya Tsering Drölma berusia dua-puluh-tujuh. Melalui kekuatan karma baik yang dikumpulkan sebelumnya, saya terlahir pada pagi suatu hari Selasa pada tahun 1901. Saya keluar dari rahim ibu saya segera setelah matahari terbit di timur. Gungtang Labrang bertanggung-jawab atas administrasi Wihara Gungtang dan dua universitas Dharma, jadi beberapa orang penting hadir pada saat kelahiran saya. Di antara mereka adalah pejabat perwakilan pemerintah yang telah ditahbiskan. Karena itu, sebelumnya ada perayaan dengan tamu seperti tuan rumah tangga, Jampa Tängyä, hadir. Setelah itu, saya sendiri mengingat ada satu penghubung yang cukup terkenal bernama Kändrung Gungtangpa Tenzin Wangpo. Kakak perempuan saya, Kelsang Drölma, menjadi pengantin wanita dari putra Ger Kemepa yang bernama Rinchen Wangyäl. Setelah perwakilan pemerintah awam diberi-tahu, dia berkata bahwa kesejahteraan Keme dan Gungtang Labrang harus digabungkan dan dinamakan Kegung. Karena dua penghubung saya yang awam dan ditahbiskan dari pemerintah harus kembali ke tempat tugas mereka di Lhasa, ketika saya berusia tiga atau empat tahun, beberapa tanah di Lhasa diperiksa dan sebuah rumah dibangun untuk saya yang kemudian dikenal sebagai Kunzang Tse. Ketika saya berusia sekitar tiga tahun, Kändrung Tenzin Wangpo dan orang tua saya menerima tanggung-jawab, dan renovasi ekstensif dilakukan di lantai atas, tengah, dan bawah wihara Gungtang. Renovasi juga dilakukan di kamar tidur lantai atas Dalai Lama dan lapangan luar dan bangunan-bangunan lainnya. Pada saat ini, lama tinggi dari Sakya Puntsog Podrang yang bernama Tzamling Chegu Wangdü diundang ke Gungtang untuk memberi inisiasi umur panjang10 dan untuk menenangkan halangan. Dia memberi pil umur panjang dengan sendok perak. Ketika dia melakukan ritual penenangan, api dinyalakan di panci besar dan orang harus mengangkatnya kesana-kemari. Dia menaruh tsa-tsa11 di kepala saya dan menuang air bhumpa12 ke atasnya, memandikan saya. Seorang wanita Sakya tua menaruh saya dalam pangkuannya dan berusaha mengambil hati saya, saya masih mengingat hal-hal ini. Saya berusia tiga-puluh-tujuh ketika saya pergi berziarah ke daerah Tsang. Di dalam tempat suci Sakya Puntsog Podrang, mereka menunjukan relik tulang dari lama tinggi yang memberi inisiasi umur-panjang. Pada saat kremasinya, tulang belakangnya dengan ajaib bertransformasi menjadi sekuntum bunga teratai dengan diameter satu telapak tangan. Inkarnasi saya terdahulu13, Lozang Tsultrim Päldän terlahir di keturunan keluarga Wöntön Kyergangpa pada tahun 1839, di Tölung Ragkor. Pada tahun 1896, tahun monyet api, dia naik ke 4
tahta emas sebagai Ganden Tripa dan pada tahun 1900, tahun tikus besi, pada masa jabatannya sebagai Ganden Tripa, ketika Dalai Lama ke-13 Yang Luar Biasa melakukan perjalanan menuju Chökor Gyäl, diputuskan bahwa dia akan mengambil jalan atas ke Ganden. Sesuai dengan tradisi, Ganden Tripa pergi terlebih dahulu untuk menemani Dalai Lama dalam perjalanan dari Lhasa. Mengikuti tradisi, dia datang dengan rombongan kecil dan payung berwarna kuning. Ketika Ganden Tripa sampai dekat Ganden, dia pergi ke belukar pohon willow dan berkata bahwa dia akan beristirahat sebentar di sana. Karena rombongan yang kecil, dia ditanya apakah boleh bila mereka pergi ke tempat mereka sendiri dekat desa. Dia menjawab, “Apa yang salah dengan tinggal di sini sebentar?” dan menunda keberangkatannya selama beberapa waktu. Dia berkata, “Ketika saya pergi menuju ke dan dari Ganden, bila kita mempunyai kenalan di daerah ini, akan menjadi tempat yang baik untuk beristirahat dalam perjalanan bukan?” Lalu, setelah menyelesaikan upacara-upacara di Ganden, dan setelah pergi ke Chökor Gyäl, Ganden Tripa jatuh sakit. Dia berjalan dengan rute mengelilingi Ganden Ling setiap hari membawa tahta kecil, serkyem, persembahan air dan lainnya. Ketika dia harus diundang pada tahun 1901, dia menelusuri rute tersebut dan, di ruang tahta duduk di atas tahta dengan beberapa pengikut. Dengan pengikutnya hadir, Lozang Tsultrim Päldän berbicara dengan Changtzö14-nya Ngarampa Gyütö Lozang Tendar. Dia berbicara banyak dan mengatakan hal-hal seperti “orang ini (Ngarampa) akan mencari saya.” Akhirnya, dia melihat ke arah langit barat. “Ha Ha,” dia tertawa, dan berkata, “Ganden, Ganden,” dia tiba-tiba meninggal dunia di tempat tersebut. Pada saat itu, Geshe Nyitso Trinle dari Biara Samling mengambil tanggung-jawab dan membawa tubuh suci ini ke kediaman pemimpin lama untuk meditasi cahaya bening yang terakhir. Setelah memuja tubuh suci tersebut selama satu minggu, ia dikremasi di belakang gunung Ganden Gogri. Payung mentse (puncak manfaat) terbawa asap dan angin ke angkasa. Payung tersebut dan asap akhirnya menjulang ke arah barat.
Ketika krematorium dibuka seminggu kemudian, hati, lidah, dan matanya tidak terbakar dan masih ada di sana. Walaupun orang Chatreng membawa benda-benda ini ke biara lokal dengan maksud untuk mempersembahkannya di dalam peti mati stupa yang sedang dibangun, pertikaian terjadi antara orang Chatreng dan orang Tiongkok. Pada awalnya, orang Chatreng mempersembahkan permandian bagi relik jantung, lidah, dan mata. Akan tetapi, mereka menemukan bahwa dengan meminum air cucian dan memisahkan organ, celaka dari senjata dapat dihindari. Karena mereka dibutuhkan untuk maksud ini, makanan dan lainnya disiapkan bersama air. Karena hal ini, kemudian, Changtzö saya, Ngarampa, bahkan mengkritik orang Chatreng dengan, “Mereka adalah pemakan jantung lama saya!” Lalu, Changtzö suci Ngarampa dan pembantunya, Chizur Legshä Gyatso, pergi ke tempat dimana tubuh lama yang telah meninggal dibawa dan melakukan pelayanan “persembahan awan” untuk menghormati meninggalnya. Tugen Kangshe, yang bertanggung-jawab pada awal pencarian reinkarnasi, meminta pengkomposisian doa bagi kembalinya Tuan Refuge dengan cepat. Changtzö Ngarampa dengan segera mengkomposisikannya ketika dia sedang duduk di hadapan “Yabshi Lang”, rumah dimana Lama yang sebelumnya dilahirkan.
5
Lalu, sebelum waktunya saya dilahirkan, belukar pohon buah persik di Gungtang Labrang Trokang berbunga pada musim dingin. Ia berbuah tiga-puluh persik, seperti panen di masa kuno yang dipanen tanpa pekerjaan membajak. Setelah saya dilahirkan, mulai dari saat saya bisa berjalan, saya menunjukan penghormatan yang amat sangat terhadap patung dan representasi dari tubuh, perkataan dan pikiran tercerahkan. Saya menunjukan kesukaan pada alat-alat persembahan, seperti vajra, lonceng, genderang, dan simbal dan saya menyukai hal-hal yang berkaitan dengan biksu. Saya ingin bergabung dengan kumpulan biksu dan suka meniru mereka membaca doa. Kelakuan seperti ini menunjukan benih baik dari kehidupan terdahulu, Yang Mulia Ganden Lhopa Geshe yang sering datang untuk melakukan pelayanan di Gungtang Labrang berkata, “Ada seorang anak yang luar biasa di Gungtang Labrang yang harus diikutkan sebagai salah satu kandidat ketika kau mengidentifikasi tulku yang kau cari!” Dia berkata bahwa akan baik untuk memeriksanya dengan seksama. Ketika Ngarampa dan Geshe Chatreng bernama Sadül Gedün Dragpa15 pertama kali tiba di Gungtang untuk memeriksa anak tersebut, pengasuh saya kebetulan sedang menggendong saya di punggungnya di luar gerbang. Ketika kita bertemu mereka, saya memanggil dengan keras, ‘Gedün Dragpa!’ Changtzö Ngarampa bertanya apakah ada orang yang bernama Gedün Dragpa di daerah itu, Gungtang Labrang bawah. Pengasuh saya menjawab, “Tidak ada sama sekali!” Mereka kagum tetapi, selain itu, setelah mereka masuk ke dalam saya pergi ke pangkuan Gedün Dragpa, menyelonjorkan kaki saya dan memerintahkan, “Cuci!” Ketika inkarnasi terdahulu sakit, Gedün Dragpa adalah orang yang memandikan kakinya dengan sari buah lobak yang sejuk. Hal ini membawa kembali ingatannya ketika inkarnasi terdahulu masih hidup dan, dengan air mata jatuh dari matanya, dia mencuci tumit kaki saya, menjilat mereka dengan lidahnya! Saya masih mengingat hal ini sekarang. Di luar indikasi keberuntungan ini, akan tetapi, saya tidak mempunyai ingatan lain dari kehidupan saya yang sebelumnya sama sekali. Penjaga ternak Labrang bernama Tashi Döndrup, (dan orang tua dari Lhau dan Päldän yang merupakan pelayan senior terdekat dari inkarnasi terdahulu sang lama) sedang dalam perjalanan menuju Lhasa ketika mereka mendengar ada seorang tulku di Tsäl Gungtang. Karena mereka memiliki keyakinan yang besar dan kasih sayang terhadap inkarnasi terdahulu dari sang guru, mereka datang untuk memeriksa saya dan untuk memperkenalkan diri mereka. Mereka bergabung dengan barisan orang yang datang untuk melihat saya di kamar tidur kecil dengan banyak jendela di Gungtang Labrang ketika saya berlari ke arah mereka dan memberi sebuah koin perak kepada penggembala. Penggembala tersebut berpikir bahwa mereka tidak seharusnya menerimanya jadi dia mulai mengembalikannya ketika ayah saya berkata, “anak itu memberinya jadi kamu bisa menerimanya.” Saya mengingat dia berkata seperti itu. Divinasi pertama yang dipersembahkan mengenai inkarnasi dari Ganden Tripa yang ke-13 berkata “Pada bulan dua tahun macan air (1902), lihatlah di keturunan Lhasa selatan.” Pada saat itu, ibu saya kebetulan berada di Lhasa untuk melakukan praktek seperti bersujud dan berkeliling, dan paman saya, Aku Trinle yang mengatur rumah keturunan selatan dari wihara Lhasa, telah meminjamkannya kamar. Sebuah divinasi yang dilakukan oleh Yongzin Phurchog Jampa Rinpoche mengindikasikan bahwa emanasi utama akan ditemukan tidak jauh dari sebelah barat Biara Ganden. 6
Transmisi pertama dari oracle Gadong Dharmapala berkata, “Lihatlah di daerah sekitar sebelah timur wihara untuk mencari seorang anak lelaki yang lahir pada tahun lembu besi (1901) dari ibu yang bernama belakang Drölma.” Divinasi inkarnasi terdahulu dari Kyabje Ling Rinpoche mengatakan, “dari kelima emanasi tubuh, perkataan, pikiran, kualitas, dan aktivitas, emanasi pikiran akan ditemukan tidak jauh dari selatan Lhasa.” Ketika dia melakukan divinasi kedua dengan daftar beberapa nama dari kandidat yang memungkinkan, hasilnya adalah, “Bila anak lelaki yang terlahir dari Tsering Drölma di Gungtang pada tahun lembu besi diakui sebagai inkarnasi dari pemegang tahta yang luar biasa, hal ini akan sangat baik.” Transmisi kedua dari Oracle Gadong mengatakan, “Kamu mungkin mengakui anak yang terlahir dari Tsering Drölma pada tahun kerbau besi sebagai reinkarnasi suci.” Ketika Oracle Nechung ditanya mengenai ramalan dengan daftar nama: putra Tsering Drölma lahir pada tahun kerbau besi. Ketika Changtzö Ngarampa dan lainnya memberi saya ujian pengakuan awal, mereka memberi saya patung Buddha yang selalu disimpan Ganden Tripa diantara benda-benda miliknya, malanya, dan mangkuknya, bersamaan dengan obyek yang mirip dengan ukuran dan jenis yang sama. Obyek pertama yang saya angkat adalah patung Buddha yang benar. Mereka menganggap ini sebagai keberuntungan bahwa saya telah setuju untuk bertindak sebagai pemegang ajaran. Saya juga memilih mangkuk yang benar. Ketika sampai pada mala, pertama-tama saya memilih salah satu mala yang mirip tetapi kemudian menaruhnya kembali dan memilih yang benar. Mala yang lain [yang saya pilih] juga merupakan mala yang tidak diberikan oleh sang guru kepada orang lain tetapi juga disimpannya jadi mereka menumbuhkan keyakinan kuat bahwa saya adalah inkarnasi yang benar. Sementara itu, di sayap atas Chatreng, keluarga Chagong Beda Troti juga mempunyai seorang putra yang menunjukan tanda-tanda yang baik dan mereka memendam keinginan agar putra mereka untuk diakui sebagai inkarnasi dari sang pemegang tahta yang luar biasa. Dan juga di daerah Tsäl Gungtang, ada desas-desus salah bahwa Changtzö Tzongzur Legshä Gyatso memiliki putra yang akan diakui sebagai tulku. Akhirnya surat-surat dikirim ke Lhasa dari Biara Chatreng ke Changtzö Ngarampa Dampa dan Tzongzur Legshä Gyatso menyatakan bahwa “reinkarnasi dari Lama kami adalah Chatreng sendiri, jadi kamu tidak boleh memiliki otoritas di Gungtang dan tidak boleh mengakui anak pengemis di Gungtang.” Tanggapan akan datang dari Trijang Labrang menyatakan “kami merawat biara Chatreng, tanah dan properti-nya dan kalian berdua tidak boleh mengambil kendali!” Di Ganden dan Sera, perwakilan dari Chatreng juga mengambil posisi yang berbeda-beda. Beberapa acuh-tidak-acuh, mengatakan bahwa akan sangat baik bila kita memiliki inkarnasi yang tak diragukan untuk diakui tidak peduli dari daerah mana dia berasal. Akan tetapi, sebagian besar berkata bahwa anak laki-laki di Chatreng harus diakui. Karena sentimen yang berbeda-beda masih diekspresikan, pada saat festival doa besar16, sebuah rapat diadakan di Lhasa Labrang oleh kepala biara, biksu pejabat dari Ganden Shartse Tratsang, dan perwakilan Biara Dokang Kangtsän dan Samling. Rapat ini berlanjut selama berhari-hari. Akhirnya keputusan resmi datang – berdasarkan ramalan, divinasi dan maksud dari para Guru dan Dewa, disetujui bahwa saya harus diakui.
7
Saya memiliki surat-surat yang ditulis pada awal dan kemudian dikirimkan ke alamat saya dari Chatreng, rancangan surat-surat yang dikirimkan dari sana, ramalan dan divinasi resmi yang diberikan oleh para Guru dan Dewa di Tibet tengah, catatan puja ekstensif yang dilakukan demi menemukan tulku yang definitif, dan cerita tentang meninggalnya pemegang tahta yang sebelumnya dan pengakuan dan perawatan saya sampai masuk ke biara, semua disimpan bersama dengan dokumen-dokumen di ruangan saya. Kemudian, mereka disimpan di ruang meditasi di Chuzang. Sebagai hasil dari keputusan di Lhasa, diperintahkan bahwa saya diakui sebagai sang tulku dan mengambil kedudukan sang guru, inkarnasi saya terdahulu. Di luar dari beberapa orang di Chatreng yang tetap tidak berkomitmen, sebagian besar menganggap saya sebagai reinkarnasi suci. Walaupun protes terdengar, pada akhir tahun 1905, tentara dalam jumlah besar di bawah pimpinan jenderal Drao Erpung dari Tiongkok, yang juga dikenal sebagai Drao Tarin, menyerang banyak biara daerah seperti Litang dan Ba Chöde. Biara Chatreng, khususnya, setelah diserang untuk waktu yang lama, akhirnya kalah pada tahun 1906. Banyak orang awam dan yang ditahbiskan kehilangan nyawa mereka. Biksu dan orang daerah tersebut yang selamat kabur ke hutan, bersembunyi dan terus melawan Tiongkok. Baru pada tahun 1918, mereka akhirnya dapat mulai berkumpul di reruntuhan aula rapat pusat. Sementara itu, karena tidak ada kedamaian di daerah tersebut selama tiga-belas tahun, pernyataan salah dari kelompok lain secara otomatis terbengkalai untuk waktu yang lama. Karena itu, pada tahun 1918, ketika saya mendapatkan gelar Geshe Lharampa17, sebagian besar populasi telah menumbuhkan keyakinan terhadap saya. Kemudian, akan tetapi, pada tahun 1928, pada saat saya berusia 28 tahun, suatu kelompok dari daerah Beda membangkitkan lagi pernyataan lama yang salah. Saya akan merincikan hal ini tetapi cukup untuk berkata, karma yang ekstrim ini tidak bisa diubah bahkan bila Vishnu sendiri beremanasi dengan seribu lengan! Pada tahun 1904, ketika saya berusia empat tahun, untuk pertama-kalinya saya dibawa dari tempat kelahiran saya ke Trijang Labrang di Lhasa. Hari itu, ada kelompok besar yang ditahbiskan dan pejabat awam telah berkumpul di tepi Sungai Kyichu dimana Ganden Tripa melakukan pemberkatan konsekrasi secara tradisional pada akhir Festival Doa Besar. Mereka sedang memulai ketika kelompok kami secara kebetulan bertemu dengan mereka. Hal ini terjadi tanpa perencanaan sebelumnya, secara spontan, seperti mereka datang untuk menemani Ganden Tripa, dan orangorang membicarakan mengenai betapa beruntungnya hal ini. Ketika kami mendekati Labrang, ada seorang anak perempuan yang membawa beban gandum di punggungnya. Karena kelompok besar mendekati dengan berkuda, dia kehilangan konsentrasinya. Tali pengikat beban jatuh dari tangannya dan gandumnya jatuh ke tanah. Tumpahan ini secara praktis menghalangi jalan masuk ke Labrang. Semua orang yang menemani saya berpikir bahwa hal ini merupakan tanda keberuntungan dan melemparkan sengenggam beras ke udara, seperti persembahan awal dari Labrang kepada tuan dan makhluk ajaran. Ketika kita sampai di kamar saya, ada banyak orang berbaris dan upacara pembukaan pintu dilaksanakan. Untuk alasan keberuntungan, tahta saya disusun menghadap utara jadi lama pejabat penyambutan dari Biara Ganden duduk di sisi utara, menghadap selatan. Ada seseorang bernama Togpa Kädrup yang mempunyai pendapat berbeda dari majelis Ganden Shartse pada umumnya. Dia bergabung dengan kelompok penjaga Chatreng bernama Kamtrug yang telah kehilangan samaya terhadap Ganden Tripa sebelumnya. Saya melihat wajah Togpa Kädrup dan menunjuknya dengan jari saya, menyentuh pipinya dengan cara yang menyatakan bahwa dia seharusnya malu pada dirinya. Mereka yang hadir takjub dan berkata bahwa wajahnya berubah warna dan dia menunjukan ekspresi bersalah. Beberapa hari kemudian Ngaram Dampa, Tzongzur Legshä Gyatso dan lainnya datang untuk menyambut kedatangan saya yang pertama di pertapaan Chuzang. Seperti hiasan emas, memakai 8
chögö dan jubah namjar mereka dan topi pertapa pandit, ada banyak biksu yang sangat berpengalaman hadir untuk menemani dan menyambut saya, seperti Lama tua berambut putih yang kharismatik bernama Dromtö Geshe Rinpoche yang telah memberikan dan juga menerima ajaran dari Kyabje Pabongkapa Dorje Chang yang utama. Dalam pertemuan, tahta saya menghadap timur. Di tahta belakang saya ada teh dan nasi. Para biksu melakukan upacara keberuntungan agar saya berumur panjang dengan berkat konsekrasi, bersujud, dan persembahan. Di antara persembahan ini ada implemen dari enam-belas arhat termasuk renda dengan desain luwak yang cukup indah. Bahkan sekarang saya mengingat bagaimana saya memegangnya sebentar sebelum menyerahkannya. Sepuluh hari kemudian, Tuan Changtzö Ngaram Dampa, berkata bahwa akan sangat baik bila saya menyebarkan ajaran di Tibet. Sembari berkata bahwa ini akan seperti para lotsawa di masa lalu dengan kitab suci ditulis di daun palem, dia memberi saya papan tulis kapur kecil. Di atasnya, dia telah menuliskan tiga-puluh huruf dari alfabet dengan naskah uchen. Pada akhirnya dia menambah beberapa kata tambahan termasuk: Mi yi mig gi ri yi trin di rig Mata manusia mengetahui gunung awan ini Tsun chung chung chung bum chung bum chung kur Biksu muda kecil membawa beberapa ratus ribu vas kecil. Bande re re se dre re re kyer Setiap biksu membawa sebuah beban satu gangtang. Dengan dasar alat pembantu menghafal ini, dan dengan tiga-puluh huruf yang digunakan sebagai pembanding untuk menulis semua kitab suci, dia mulai mengajarkan saya membaca. Saya belajar untuk mengenal semua huruf pada hari yang sama dan hal ini menyenangkan Dampa. Setelah itu, dia dengan bangga mengatakan pada yang lain bahwa saya sudah belajar alfabet dalam satu hari. Lalu, dia lanjut mengajarkan saya menulis dengan dasar Delapan Ribu Syair Sutra Prajnaparamita dan Kitab Suci Putra Kadampa. Dia juga mengajarkan saya membaca melalui sesi yang panjang berlatih membaca teks Lamrim18 yang ditulis oleh salah satu murid langsung dari Panchen Chögyän yang telah menggunakan sangat banyak singkatan. Melalui kebaikannya dalam memberikan saya praktek yang sulit, sangat mudah bagi saya untuk membaca seluruh jilid kitab suci setiap hari, tidak perduli betapa elegan atau kompleks bahasanya. Ketika saya tinggal di Pertapaan Chuzang, saya berkata “Tzong Kusho datang!” hanya beberapa saat sebelum Changtzö Tzongzur Legshä Gyatso tiba di Lhasa tanpa pemberitahuan sebelumnya. Lalu, pada suatu pagi, saya berkata, “Lhundrub telah meninggal!” Kemudian kita mengetahui bahwa seorang bekas biksu bernama Lhundrub yang mengawasi tanah di Mäldro Jara Do telah meninggal pada saat itu. Ngaram Dampa khususnya sangat takjub dan mencatatnya. Saya seharusnya mengatakan hal ini pada saat kanak-kanak, tetapi karena semua yang saya katakan menjadi ramalan, hal ini ibarat metafor dari kepala babi yang membuat prediksi. Bagaimana mungkin saya, yang bahkan tidak bisa menebak dari makanan mana kotoran yang keluar di sore hari berasal, mengetahui hal-hal yang tersembunyi di masa depan? Ketika saya berusia lima tahun ayah saya Tsering Dondrup menerima sumpah pentahbisan awal dan penuh dari Jangtse Chöje Kyenrab Yöntän Gyatso Pälzangpo19 dan dia pensiun. Nama ordinasinya adalah Kyenrab Chöpel. Dia menghidupi ibu saya, Tsering Drölma, dan dua saudara saya, adik perempuan Jampäl Tsötso, dan adik lelaki termuda, meninggalkan mereka dengan benda-benda seperti dana untuk kehidupan sehari-hari dan sebidang tanah yang subur bernama Gungtang Chökor Ling di sebelah kediaman paman saya Chötri Gelong Gyatso. Ketika saya berusia enam tahun, Tänling Demo Rinpoche datang ke kediaman Dechang Lokä-la di Pertapaan Chuzang. Suatu hari 9
kami mengundangnya ke ruangan saya. Pada saat Demo dan saya bertemu, ada beberapa rekan yang duduk bersama di sofa yang sama, tanpa suatu alasan tertentu, kami berdua menangis selama beberapa waktu. Dua manajer kami Changtzö Ngarampa dan Tänling Dechang Lokä merasa bahwa ada hubungan yang sangat dalam antara Tängyäling Labrang dan Labrang kami sejak zaman Ganden Tripa Trichen Jangchub Chöpel yang terdahulu. Tetapi, pendahulu saya telah mengkritik mereka yang mengangkat Demo Rinpoche sebagai raja di Tibet dan akibatnya, mereka dipenjara dan meninggal di sana. Mungkin karena ingatan atas situasi yang menyakitkan dari kehidupan kami terdahulu inilah kami menangis, tetapi saya tidak teringat akan hal ini pada saat itu. Melalui kekuatan pahala yang dikumpulkan sebelumnya dan kekuatan doa yang dilakukan bersamaan dengannya, seperti batu besar emas berguling ke depan pintu saya, pada tahun 1905, Kyabchog Dorjechang Pabongkapa20 yang sangat sempurna dan mulia datang ke Pertapaan Chuzang. Dia tinggal di ruang tamu halaman Dharma kami dan terus tinggal di sana selama tujuh tahun, sampai akhir tahun 1912. Pada saat itu, Lama Dorjechang21 berusia dua-puluh-sembilan tahun dan baru keluar dari Universitas Tantrik Gyuto22. Melayani beliau sebagai pelayan, setelah kakak lelakinya yang memiliki gelar Sölpön-la, hanya ada dua pelayan lain. Yang lebih tua dipanggil Changtzö Ngawang Gyatso dan seorang pelayan yang dipersembahkan oleh rumah Tashi di Shöl yang bernama Lozang. Gyälrong Geshe Tsangyang dari Sera, ahli memasak, terkadang datang untuk memasak. Dia akan tinggal selama satu atau dua hari dan akan mengirimkan tukang masak. Gungtrul Rinpoche Kyenrab Päldän Tänpay Nyima dan Pänpo Gangkya Rinpoche, seorang lama dari Kham bernama Minyag Rikü Rinpoche, dan lama dari Chuzang bernama Dromtö Geshe Rinpoche terkadang berkumpul dan berbagi ajaran. Mereka juga terkadang memberi ajaran kepada sekitar dua-puluh sampai tiga-puluh biksu dari biara seperti Sera. Sementara itu, Lama Dorjechang sering melakukan pertapaan dan melakukan puja api ketika pertapaan berakhir. Guru yang berharga ini sendiri membuat garis bagi tungku, mengatur subtansi persembahan, mengaduk dan membuat empat persembahan air dan seterusnya. Saya masih sangat muda dan, sembari menyaksikan, saya akan berebut membantu sang Sölpön mempersembahkan dan mengembalikan persembahan. Pada saat itu, Guru yang berharga tidak mempunyai apa-apa selain kitab suci yang banyak jumlahnya dan dia nampak seperti seorang biksu biasa. Setelah saya menyelesaikan pelajaran kitab suci saya di pagi hari, saya mempunyai waktu luang sampai makan siang. Jadi saya akan pergi dan bermain di lapangan. Terkadang, saya akan menemukan diri saya di hadapan Kyabchog Dorjechang dan, dengan kesadaran seorang anak, tidak menunjukan rasa hormat atau pemujaan, saya menari di depannya tarian Pelita Gungtang dan tarian Persembahan Bunga dan terkadang tidur siang di pangkuannya. Dia sangat ahli dalam menggambar dan dia membuat saya menggambar banyak gambar di kertas. Dia juga memesan tahta yang sama dengan miliknya untuk tempat saya duduk pada saat makan. Bahkan, walaupun saya adalah gangguan baginya, sifat Lama Rinpoche sangatlah tenang dan dia tidak pernah menunjukan iritasi sedikitpun pada saat merawat saya dengan senang hati dan kasih sayang. Sekarang, ketika saya berpikir mengenai hal ini, saya menerima banyak instruksi yang luas dan dalam dari Ayah Guru yang baik dan tak tertandingi. Walaupun saya tidak dapat berlatih dengan tingkat pengertian yang sama dengan sang Guru, saya melakukan praktek seperti kunang-kunang berusaha meniru matahari. Seperti metafor dari “bahasa sang ayah”, saya melakukan banyak resitasi dan mencatat perkataan guru, seperti refleksi ajaran dan menyebarkan Dharma Sutra dan Tantra. Terutama Lamrim, Tingkatan dari Jalan Menuju Pencerahan. Ketika saya berpikir mengenai kesempatan yang saya miliki, untuk bersama dan melayani Lama Dorjechang dengan kemampuan saya sebaik-baiknya, secara materi dan spiritual sejak saat saya 10
diakui sebagai seorang tulku sampai saat saya menerima gelar Geshe (kecuali untuk kematian tibatiba dari inkarnasi utamanya yang berharga seperti halangan bagi ajaran Dharma secara umum dan spesifik), kenyataan dari tindakan saya yang bodoh dan tanpa berpikir pada masa kecil tidak membawa saya ke arah yang salah melainkan mengarahkan saya kepada kebaikan, bagi saya mengilustrasikan bahwa akar keberuntungan dari semua kualitas yang baik dari kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang adalah hubungan dengan sang Guru. Teks pertama yang harus saya hafal berdasarkan perintah Ngaram Dampa adalah Tantra, Ekspresi Nama Manjushri. Setiap pagi, tanpa kecuali, dia membuat saya membaca sampai pada titik saya telah menghafal. Dia juga membuat saya menghafal sadhana Manjushri Jingga dan membaca mantra dan dharani ARAPATSA untuk meningkatkan kebijaksanaan. Dengan harapan meningkatkan kebijaksanaan saya, dengan inisiatif saya sendiri tanpa dorongan, saya bertahan setiap pagi dan malam membaca mantra dan menghitung mereka sampai saya akhirnya mencapai angka seratus ribu. Suatu ketika, kakak lelaki saya Trati Kamlung Rinpoche datang dari Sera ke Chuzang untuk memperkenalkan dirinya kepada saya. Dia mempunyai halaman panjang dengan alfabet untuk diberikan ke saya untuk belajar membaca, karena dia berpikir saya hanya mempelajari hal –hal dasar. Dia kemudian merasa malu dan senang ketika mengetahui bahwa saya telah menghafal banyak bacaan dari Bodhicharyavatara23 dan hampir semua Abhisamayalankara24. Pada usia tersebut bahkan hanya menghafal teks sangatlah sulit tetapi cara Ngaram Dampa mengajar dengan cara damai dan murka sangatlah bagus. Dan juga, bagi saya, ketika saya menghafal teks, bahkan bila saya tidak mengetahui makna dari kata-kata yang saya hafal, bila saya menghafalnya dengan makna yang saya buat sendiri, dengan segera ia akan menempel dalam pikiran saya. Ketika saya meminta Ngaram Dampa untuk mengajar saya makna dari kata-kata ini, dia berkata bahwa latihan seperti menghafal membawa semua situasi yang menguntungkan untuk mengerti artinya. Ketika saya berusia tujuh tahun, bersama dengan Ngaram Lozang Tändar, Tzöpa Chizur Legshä Gyatso, Ganden Shartse Dokang Kangtsen Chatreng Nyitso Trinlä Tänzin, Nänang Dräshing Geshe, Sölpön Püntsog, dan seterusnya, saya meninggalkan Pertapaan Chuzang dan, melewati Pänpo Go, tinggal di Wihara Langtang selama beberapa waktu. Lalu kami menyeberangi Chagla dan tiba di Ratreng Gepel Ling melalui Phödo. Di sanalah saya menerima pentahbisan Genyen dan Getsül dari Jetsün Ngawang Yeshe Tänpay Gyältsän Pälzangpo. Dia memberi saya nama Lozang Yeshe Tänzin Gyatso, mengkomposisikan doa umur panjang yang indah yang dia berikan pada saya, dan juga memberikan saya transmisi bacaan Abhisamayalankara dan Madyamika; karena itu, saya menerima kebaikannya. Pada bulan yang sama ada festival doa di daerah Ratreng dan kami melihat pembukaan Tangka bordir, pertunjukan opera, dan seterusnya. Pada saat festival, kami melakukan ziarah ke wihara utama dan menengah Ratreng untuk melihat obyek yang dipuja seperti patung Jowo Manjusrivajra dan membuat persembahan berkelipatan seribu. Di daerah sekitar Ratreng kami pergi ke Pertapaan Tsenya, Pertapaan Yangön, Tsüngön Samtän Ling dan lainnya untuk menunjukan penghormatan dan memberikan persembahan. Saya telah membaca Kitab Suci Putra Kadam Buchö dua kali ketika sedang belajar membaca, jadi saya mengetahui cerita hidup dari Pangeran Könchog Bang. Kilatan pengenalan atas berbagai tempat di Ratreng nampak dalam pikiran saya segera setelah penjaga 11
tempat-tempat tersebut mulai menceritakan sejarah mereka. Ketika saya mulai belajar membaca kitab suci Buchö, Ngaram Dampa juga memberi saya penjelasan awal mengenai cerita dari biografibiografi ini. Setelah itu, ketika saya membaca sisa biografinya, dari syair-syair yang mudah dimengerti dan kebanyakan ceritanya, saya dapat secara otomatis mendapatkan pengertian kasar dari sang jalan. Seperti itu juga, ketika saya menghafal Bodhicharyavatara, saya mengerti secara kasar makna dari doa Bodhicharyavatara yang telah saya hafal, jadi saya memiliki penghargaan bagi kebijaksanaan para Arya di usia tersebut. Pada saat kami sedang di Ratreng, Labrang memberi saya kediaman lantai atas dan memberikan pelayan dan memperlakukan saya dan rombongan saya dengan keramahan. Pada perjalanan kembali, kami menghabiskan satu hari di Biara Taglung dimana kami secara menyeluruh melihat wihara bagian atas dan bawah dan obyek suci. Kami bahkan melihat patung Dromtönpa luar biasa yang tumbuh rambut! Ketika kami mengambil jalan utama Pänpo melalui Thangsa, Ganden, Chökor dan seterusnya, ke Dromtö. Dalam perjalanan saya memakan susu asam yang mereka tuangkan ke tas kulit di Ratreng, dan ia bertahan sampai kami tiba di Dromtö. Lalu kami tiba kembali di Pertapaan Chuzang. Sebelum saya pergi ke Ratreng, sejak Kändrung Tänzin Wangpo dan orang awam dan ditahbiskan dalam kelompok saya mengambil kediaman tetap di Künzang Tse di Lhasa, mereka meninggalkan perwakilan untuk tinggal di Gungtang. Salah satu penduduk barunya adalah saudara lelaki ayah saya yang bernama Ane Yangtzom-lag dan isterinya dari Khampa, Bapa Apho-lag. Berbicara dengan tetua bangsawan Kün Tse, putra Kema, Rinchen Wangyäl dan lainnya, mereka memfitnah dan mengasingkan ibu saya, [mereka] mengatakan bahwa [ibu] saya secara diam-diam mengambil properti. Bahkan kakak perempuan saya Kelsang Drölma membesar-besarkan situasinya sampai suatu hari Apho-lag tiba-tiba datang ke kediaman ibu saya di Gungtang Chökor Ling, menyegel pintunya dan mengusir ibu saya bersama dengan dua anaknya. Untuk beberapa waktu, mereka harus tinggal bersama dengan Paman Zhangpo Gyatso-lag, yang memberi mereka makan. Hal ini seperti yang terjadi pada ibu Jetsun Milarepa, Nyangtsa Kargyän, dan adik perempuannya Preta Gönkyi ketika mereka mengalami penderitaan yang besar. Segera setelah kita mendengar apa yang terjadi, Changtzö Chizur Legshä Gyatso pergi ke kediaman bangsawan Kün Tse dan secara perlahan membicarakan situasi panas yang telah terjadi. Akhirnya, kunci rumah dilepas dan ketika pemeriksaan inventaris dilakukan, kebenaran tersingkap, tidak ada properti yang diambil. Ketika kami mendengar penderitaan ibu saya di Chuzang, kami sangat bersedih dan khawatir oleh situasinya. Menyiapkan tahun itu dengan pertapaan musim panas, karena Ngaram Dampa telah menguasai ilmu perbintangan dan teks yang berhubungan, dia menghitung bahwa ritual harus dilakukan untuk membersihkan pengaruh negatif kegelapan bulan baru dan implikasi astrologi seperti bom ta gam dan ching dan melakukan ritual ini sendiri. Pada tanggal tiga bulan tujuh Ngaram Dampa, Changtzö Chizur, Tänling Dechang Lokä, bupati Tsedrön Jangchub Norzang, dengan rombongan berpakaian mewah berkuda, pergi ke Lhasa Labrang. Walaupun kami telah bersiap untuk tinggal dan mengadministrasikan Gungtang Labrang, karena Ane Yangtzom dan pekerjanya tidak merawatnya, kami menghabiskan satu hari di lantai atas Gungtang Chötri Dratsang. Hari itu, karena kuda saya diberi kain dan dihias dengan pelana emas dan saya memakai jubah brokat “mata gagak”, topi lebar thangzha dan seterusnya, bagi saya, seorang anak, sepertinya ini adalah situasi 12
yang menyenangkan. Kami meninggalkan Gungtang di hari berikutnya untuk tinggal sehari di lantai atas Universitas Dechen Sang Ngag Kar Gyümä. Mereka yang berasal dari Sang Ngag Kar Dratsang memberi kami sambutan hangat dan beberapa orang yang tinggal di daerah sekitar mempersembahkan khatak dan hadiah-hadiah lain. Hari berikutnya, beberapa orang dari Ganden Dokang Samling telah menyiapkan perkemahan di daerah pertapaan Ganden Zhölsong dengan tenda, makanan, dan minuman dan seterusnya dan kami tinggal di sana selama satu hari. Kami pergi saat matahari terbit di hari berikutnya dan Dokang Kangtsän telah mendirikan dapur perkemahan yang ekstensif di ruang-ruang mengirik lapangan Serkang. Pada saat ketibaan kami ada sekumpulan besar biksu dan guru dari Kangtsän yang mempersembahkan teh dan nasi, representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan, khatak, dan seterusnya. Hari sebelumnya saya diberi-tahu tentang berbagai cerita menakutkan mengenai seorang guru di Dokang Kangtsän yang bisa tiba-tiba marah dan memukul anak-anak. Hari itu, saya melihat guru tersebut, biksu berkumis dengan rona gelap dan dada terbusung. Ketika saya melihatnya, akan tetapi, saya berpikir, “Ini pasti bukan yang mereka bicarakan kemarin!” dan saya tidak merasa takut. Ketika kami tiba di Tsang, di dataran Shönbag, Biara Ganden Shartse telah mendirikan perkemahan penyambutan besar dengan tenda dan seterusnya. Dengan kepala biara dan mantan kepala biara di kepalanya, pemimpin doa dan pejabat lainnya, dua dratsang dan secara praktis seluruh lama inkarnasi berbaris untuk mempersembahkan khatak di pintu tenda saya. Segera setelah saya melihat Tridag Rinpoche dari Ganden Jangtse, tanpa perlu perkenalan, saya berpikir, “Ini adalah Tridag Rinpoche!” Saya merasa kami pernah bertemu sebelumnya. Ganden Shartse Dratsang mempersembahkan teh, nasi, dan khatak dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan bagi mereka yang ada dalam barisan. Pejabat biksu dan Dratsang juga memberi khatak dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Lalu kami melanjutkan ke inkarnasi lama yang menerima saya, menunggang kuda dengan pakaian yang rumit. Di Gunung Drogri para lama dan biksu pejabat dari Ganden sekali lagi telah menyiapkan tenda penyambutan dan berdiri dalam barisan untuk menerima saya. Saya juga diberikan teh dan nasi dan dua kepala biara memberikan saya khatak dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Lalu prosesinya berlanjut dan ketika kumpulan besar biksu dari Ganden dekat dengan sumber air Chugo, biksu rosari emas dari Shartse dan Jangtse Dratsang telah menunggu dalam barisan di sana. Ketika kami tiba, [saya] diturunkan dari kuda saya dan duduk di dipan dan karpet berwarna merah tua menghadap biara. Setelah melakukan tiga sujud penuh, saya melakukan ritual tradisional yang diajarkan Ngaram Dampa, termasuk mempersembahkan torma dengan ekspresi keberuntungan. Lalu, memimpin dengan dupa, prosesi pendamping sampai di Dokang Kangtsän dimana barisan lama dan pejabat, dratsang dan kangtsän memberi saya khatak penyambutan dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Setelah itu, kangtsän membuat perayaan besar dengan persembahan teh dan nasi kepada semua yang ada di barisan bersama dengan biskuit goreng dan makanan lainnya. Dua murid filosofi juga mengadakan diskusi debat umum di perkumpulan. Setelah barisan resepsi bubar, kami pergi ke lantai atas kangtsän. Di sana, banyak pejabat dan individu mempersembahkan representasi dari tubuh, perkataan dan pikiran yang tercerahkan, nasi, khatak dan seterusnya. Setelah itu, saya pergi dari balkon. Ketika saya berada di Chuzang, saya selalu membayangkan seperti apa lapangan debat Ganden dengan kumpulan orang yang berdebat, dan ketika saya pertama kali melihat keluar dari balkon, ia sama seperti yang saya bayangkan. 13
Suatu hari, perwakilan dari Ganden Tripa membawa saya ke Tsemön Ling Rinpoche Lozang Tänpay Gyältsän yang ke-3 dimana setelah itu guru Kangtsän membawa saya ke hadapan kepala biara Ganden Shartse Pukang Lozang Kyenrab untuk memperkenalkan saya kepadanya untuk pertama kalinya sesuai kebiasaan. Lalu, saya menunjukan penghormatan dengan distribusi persembahan pada saat yang menguntungkan. Saya mengundang Tri Rinpoche Tsemön Lingpa dan rombongannya ke biara pada saat itu ketika sesi ajaran sedang berlangsung, dan saya mempersembahkan khatak dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Perwakilan Dalai Lama memberi saya teh dan segel perak, kapse kue goreng bersusun lima dengan tali berkat, setelah itu biksu pejabat, kelompok dari Kangtsän, dan keluarganya mengadakan upacara penyambutan keberuntungan bagi saya. Kyabchog Dorjechang Pabongkapa, yang tertinggi, bahkan mengirimkan seorang pelayan dengan hadiah sebuah khatak dan cukup brokat untuk membuat satu set jubah. Ketika pertama kalinya memasuki aula mengajar Biara Ganden Shartse, Legshä Kundrog Ling, menurut instruksi Ngaram Dampa, baskom seperti katora diisi dengan nasi yang berlimpah yang didistribusikan ke seluruh biksu yang datang ke perkumpulan. Sehari penuh dari pagi sampai malam kami melayani biksu dan kahlayak umum yang ada di aula mengajar itu dengan teh khusus. Saya telah menghafal hampir semua bacaan doa Dharma yang dilakukan, jadi saya bisa membacanya dalam hati kecuali untuk doa keturunan kepala biara dan Tiga Bagian Ritual chasum choga yang dilaksanakan pada akhir sesi sore hari. Pada suatu hari di periode tersebut, saya mendengar bahwa Kazur, mantan pejabat pemerintah, Shädrapa datang ke kediaman saya dan saya sedang bergegas ke kamar saya ketika kebetulan bertemu dengannya. Sedikit gemuk, dengan sedikit rambut yang dia ikat dalam beberapa kepang, dia terlihat mengesankan mengenakan jubah biru brokat chupa26. Dia memberikan saya hadiah dan khatak. Karena masih muda saya tidak tahu harus berkata apa dan tetap diam. Ngaram Dampa dan Shädrapa telah saling mengenal sebelumnya dan berbicara panjang mengenai masa lalu. Akhirnya, Shädrapa memberi saya banyak nasihat dengan berkata bahwa saya harus tekun dalam belajar karena saya adalah “yang terbaik yang kita miliki, seperti telur emas diantara telur yang lain, seperti mahkota permata Ganden!” Karena Shädrapa berasal dari Ganden, pada saat itu, dia adalah pelindung senior yang tidak biasa dan ketua penyandang dana dari Dokang Kangtsän khususnya. Dan kemudian ketika dia melayani sebagai menteri pemerintahan dan datang ke Ganden dengan Dalai Lama, mereka juga datang untuk mengunjungi saya. Pada saat itu Dalai Lama ke-13, Shädrapa Päljor Dorje, nama panggilannya, dan tiga lainnya, Zhölkangpa, Changkyimpa, dan Horkangpa melayani sebagai menteri Kalön27. Walaupun Dalai Lama tidak diragukan lagi mempunyai alasan di luar pengertian kita yang tidak tercerahkan, bagi pandangan umum sepertinya dia telah dipengaruhi hasutan yang memecah-belah dari satu atau dua pelayan. Dia mengeluarkan keputusan ketat yang menyatakan bahwa parlemen Tibet tidak pantas untuk memenuhi tanggung-jawab politiknya dan menempatkan empat menteri Kalön dalam tahanan rumah di istana Norling28. Horkangpa telah dapat melarikan diri secara rahasia dan bunuh diri di Kyichu. Tiga menteri yang lain, Shädrapa, Zhölkangpa, dan Changkyimpa semua dipindahkan dari jabatannya dan diberikan izin untuk pulang tetapi Shädrapa tetap tinggal di Kongpo Orong sebagai hukuman. Kemudian, karena perlawanan terhadap tentara Inggris telah sampai di Chushur dari arah Tsang, Dalai Lama tiba-tiba 14
pergi melakukan perjalanan ke Tiongkok dan Mongolia. Pada saat beliau tidak ada, menteri Tiongkok yang bernama Amban Krangtarin datang ke Lhasa dan mengambil tanah-tanah Ganden di bawah kekuasaannya. Pada saat itulah Shädrapa harus memaksa Amban, “Saya adalah seseorang yang telah dihukum dan diusir oleh Dalai Lama! Kedatangan saya di negara ini sekarang tidak diperbolehkan karena hal ini adalah melawan perintah Dalai Lama! Saya akan tinggal ‘di bawah Shädra.’ Di kitab kuno seperti biografi Je Rinpoche29, gelar “Sharahor” dipakai sementara kemudian, dari sejak zaman Shädra Desi, gelar ‘di bawah Shädra’ lebih banyak dipakai. Dalam hal ini, pendukung dari Je Rinpoche yang luar biasa adalah sumbernya, sepertinya sudah ada tradisi “‘di bawah Shädra.” Memberikan persembahan dari dalam pada rumah Ganden Chögyäl dan menyimpan banyak obyek suci seperti Kangyur30 yang dipelajari Je Rinpoche. Tidak lama setelah itu, dari Tiongkok, Dalai Lama, dengan maksud yang jelas setuju untuk mengangkat Shädrapa, Zhölkangpa, dan Changkyimpa ke posisi menteri dan mereka memegang posisi itu selama sisa hidup mereka. Setelah menyelesaikan pertapaan musim panas, kami meninggalkan Ganden, dari kediaman Marlam Dechen Gongko sampai ke lapangan di depan Karab Shänka dimana kami sudah mempersiapkan makan siang, kami berhenti sebentar. Kami tinggal selama satu hari di Dechen Sang Ngag Kar Labrang. Waktu itu kami menghargai keramahan dari penduduk Dechen Lamo Tse dan orang lain yang memiliki hubungan dengan kami. Karena waktu untuk Perayaan Gungtang Dharma yang biasa diadakan setelah pertapaan musim panas telah tiba, tenda pertemuan besar didirikan di lapangan Jar Rag jadi kami beristirahat sebentar di tengah panasnya hari untuk menonton opera pertunjukan tentang dongeng Jataka, cerita hidup sang Buddha. Karena itu adalah pertama kalinya saya melihat pertunjukan opera, saya merasa tertarik dan ingin tinggal lebih lama. Akan tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan dan sampai di Lhasa malam harinya. Setelah tiba di Lhasa, saya harus bertemu untuk pertama kalinya dengan Dalai Lama tetapi karena dia belum kembali dari perjalanan ke Tiongkok dan Mongolia, saya pergi ke hadapan tahta besar di kediamannya sesuai dengan tradisi. Berhubungan dengan hal ini, saya juga bertemu untuk pertama kalinya dengan bupati Ganden Trisur31 Lozang Gyältsän Rinpoche yang tinggal di lantai atas Lhasa Meru32 Dratsang. Lalu, setelah kami sampai di Pertapaan Chuzang kami mendirikan tenda pertemuan di lapangan di luar kamar kami. Untuk merayakan keberuntungan saya yang telah memasuki Ganden dan Kyabchog Dorjechang Pabongka Pälzangpo yang tertinggi hadir, Dromtö Geshe Rinpoche dan meditator Gelong Jiyö mengadakan perayaan selama dua hari. Demo Rinpoche dan saya memasang tenda kecil untuk kami di satu sisi dan menikmati perayaannya. Ngaram Dampa meminta Kyabje Dorjechang Pabongkapa yang luar biasa untuk memberikan semua jenang33 dari lingkaran ajaran Manjushri. Saya tidak pernah mempunyai inisiasi Anutaratantra, Yoga Tantra tertinggi yang tak tertandingi seperti Vajra Bhairava sebelumnya, tetapi Lama Dorjechang, demi keberuntungan, membuat pengecualian dan memberi saya semua jenang. Walaupun saya tidak mengerti hal lain yang dia ajarkan karena usia saya yang masih muda, ketika dia memberikan jenang Dharmaraja saya mengerti cerita yang dia katakan mengenai memberikan jenang, ketika tidak ada simbol tangan dari tongkat yang disiapkan dan menggunakan pangsit momo yang disumbat di ujung pipa sebagai pengganti, dan saya ingat mengulang kata-kata, “…saya akan bertindak dengan sesuai” beberapa kali pada saat jenang Dharmaraja. Di hari lain, bertindak sesuai dengan permintaan dan dorongan Ngaram Dampa, demi keberuntungan, Kyabchog Pabongka yang tertinggi datang ke kamar kami dan mengajar bagaimana menggambar tungku untuk puja api kedamaian, peningkatan, dan penaklukan. Bila kita salah sedikit dalam membuat garis untuk tungku inisiasi, dengan segera dia membetulkan kami. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, Lama Dorjechang membuat pengecualian demi keberuntungan dalam memberikan saya jenang dari lingkaran Manjushri. Akan tetapi saya tidak 15
merasa cukup menerimanya pada usia tersebut, jadi kemudian, ketika saya berusia dua-puluh-satu, saya menerima semuanya lagi dari beliau. Setelah itu, Ngaram Dampa dan Tzöpa Chizur memutuskan bersama bahwa saya membutuhkan seorang guru untuk memberikan instruksi mengenai perjanjian besar. Mereka mengkompilasi daftar guru yang baik dari Ganden Shartse Dratsang dan meminta indikasi dari Kyabchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi dan dari Tänsung Gyalchen Dorje Shugden. Mereka berdua setuju bahwa Lozang Tsultrim dari Pukang Nangzang adalah orang yang tepat jadi dia diundang dari Ganden. Saya datang ke Pertapaan Chuzang bersama dengan Dosam Nyitso Trinle tahun itu. Pada tanggal yang menguntungkan secara astrologi, setelah saya memberikan persembahan simbolis kecil berupa teh dan beras, khatak dan seterusnya, dia mulai mengajar saya dengan menjelaskan ekspresi penghormatan di awal teks Kumpulan Topik Ratö. Karena saya telah menghafal semua Abhisamayalankara dan lebih dari setengah Madyamakavatara34, pembimbing spiritual yang tertinggi juga memeriksa saya dalam hal ini dan sangat senang dengan hafalan saya. Dalam persembahan, penari dari daerah Ratreng mempertunjukan tarian rusa dan sapi yang sangat liar dimana mereka menanamkan satu kaki di tanah dan berputar dengan cepat secara acak ke depan dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Saya meniru mereka dan menjatuhkan pelita minyak dari tanah liat yang sedang menyala terang. Saya menarikan ini dekat patung-patung ketika api keluar dari pot tanah liat. Hal ini cukup menakutkan tetapi karena ini adalah hari pertama saya dengan sang guru, saya tidak dimarahi atau yang lainnya. Sejak saat itu, guru suci tinggal bersama saya. Tahun itu, pada saat sesi Dharma musim dingin, kami pergi ke Ganden dan dia mulai mengajarkan saya komposisi, matematika dan debat dialek. Dia melakukan ini melalui topik seperti presentasi warna di tingkat awal kumpulan topik, lalu selangkah demi selangkah melalui topik “pendirian kognisi yang valid”, pengakuan atas yang terisolasi, dan seterusnya, melalui semua subyek dari tingkat awal, tengah, dan lanjut dari kumpulan topik. Ini adalah apa yang harus saya pelajari dalam waktu empat tahun. Sejak tahun itu, saya menghadiri setiap sesi empat musim dari ajaran, sesi musim panas Sangpu, Perayaan Doa Lhasa, dan seterusnya, tanpa pernah melewatkan satu sesi-pun sampai saya mendapatkan gelar Geshe. Ketika saya berusia delapan tahun, seperti yang diminta oleh biksu ritual Kalachakra dari Ganden, sudah pasti makhluk yang terpelajar dengan kesadaran tinggi Ganden Serkong Dorjechang Ngawang Tsultrim Döndän Pälzangpo menganugerahkan inisiasi Sri Kalachakra di aula pertemuan putih yang besar di Ganden selama tiga hari, termasuk hari persiapan. Saya mempunyai keberuntungan untuk menundukan kepala saya dengan bunga utpala merah di kaki suci Dharma yang elegan dari makhluk besar dan berada di antara barisan mereka yang diinisiasi. Ada banyak yang hadir yang bahkan tidak bisa masuk ke dalam aula pertemuan dan banyak orang yang harus duduk di pintu masuk dan dimana-mana. Saya duduk di depan mandala36 tepat di belakang Dräpung Gomang Kyabje Kangsar Rinpoche. Pada saat inisiasi vas, sang Lama memberikan saya pembersihan awal, menempatkan saya pada kain bergambar mandala dan, untuk alasan keberuntungan mungkin, mencampurkan obat mata dengan madu dan memberikannya pada saya. Cairan ini sangat lezat dan saya meminum setiap tetes! Beberapa biksu Kalachakra dari Tsenam memakai jubah menari, membawa vas, menyanyikan senandung dan seterusnya; [acara] tersebut merupakan tontonan yang hebat. Pemegang Vajra memberi penjelasan yang luas dan dalam ketika dia mengajar dan terkadang dia akan menangis atau mengatakan sesuatu yang kritis atau sarkastik. Waktu itu saya masih sangat muda tidak mungkin 16
saya bisa mengikuti semua simbol inisiasi. Tetapi di hari berikutnya, dia meyakinkan semua yang hadir bahwa kami tidak perlu meragukan bahwa kami telah menerima pemberdayaan, hal ini seperti ketika mahasiddha dari zaman dahulu akan mematangkan dan membebaskan yang dilatih dengan menampar mereka di pipi; bahkan seseorang yang sulit seperti saya, dengan kekuatan mempercayakan diri saya, tidak diragukan lagi benih khusus telah ditanamkan dalam diri saya37. Ketika saya berusia sembilan tahun, penegak disiplin di Dratsang kami membuat kami membaca kitab suci tradisi di tengah pertemuan untuk yang mulia bergelar kachu38, “Mereka yang mempelajari sepuluh kitab suci.” Saya membaca dua halaman pertama Legshe Nyingpo dari ingatan tanpa rasa takut atau keraguan sedikitpun dan semua orang memuji saya, sembari berkata bahwa saya telah belajar dengan sangat baik untuk usia saya. Setelah saya menerima gelar Kachu dari Dratsang dan Mitsän39, saya memberikan persembahan ekstensif untuk menghormati semuanya. Seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun bernama Lhabu yang merupakan putra pengembala yang berpindah-pindah dari Dechen Balam menjadi murid di rumah saya dan juga teman bermain saya. Dari sisa enam-puluh-enam tahun hidupnya, seperti yang dikatakan di Meletakan Tangkai Sutra, “bertindak sebagai sebuah perahu, kendaraan, gunung vajra”, dia melayani saya dengan baik sebagai pelayan pribadi; kebaikannya sangat besar. Kemudian pada tahun yang sama, Dalai Lama ke-13 kembali ke Tibet dari perjalanannya ke Tiongkok dan Mongolia. Di Biara Ganden Chökor di Pänpo, Ganden Tri Rinpoche, para oracle dari Ganden Shartse dan Jangtse Dratsang dan seterusnya, kepala biara Ganden Shatse dan Jangtse dari Tibet tengah, lama, tulku, dan pejabat pergi menyambutnya dan memberikan penyambutan yang membahagiakan. Saya juga datang untuk menyambutnya dan mengalami untuk pertama kalinya nasib baik untuk melihat wajahnya, wajah emas dari Buddha dengan mandala lengkap dengan tanda-tanda sempurna kebaikan. Kemudian, para lama, tulku, dan pejabat termasuk Tri Rinpoche meninggalkan Lhasa dimana perayaan penyambutan lain dilakukan. Saya ingin pergi ke Lhasa dan, seperti harapan Tzöpa Tzongzur, saya pergi dari Pänpo dan kembali ke Ganden. Ketika saya berusia sepuluh tahun, pada tahun anjing besi, pada saat Perayaan Doa Besar, Kundeling Tatsag ke-10, Thubten Kälzang Tänpay Drönme Rinpoche sedang mengambil gelar Geshe jadi, sesuai dengan tradisi, Dalai Lama dan rombongannya diundang oleh biara. Tashikyil, Kunkyen Jamyang Zhepa Kälzang Thubten Wangchug ke-4 juga diundang. Ada semangat besar dari semua orang awam dan ditahbiskan, dalam menyiapkan kedatangan rombongan Dalai Lama. Ketika teh pertama dari festival tersebut disajikan, sekelompok besar tentara Luuchun40 Tiongkok tiba-tiba datang dan mulai menembaki Tälpung Gang di Lhasa timur, membunuh beberapa warga Tibet dan gubernur jenderal festival doa, Tsedrön Jamyang Gyältsän. Beberapa orang seperti Punkang Gung Tashi Dorje terluka oleh tembakan dan seterusnya; setiap orang sangat cemas dan ketakutan. Malam itu, Dalai Lama bersama rombongan orang penting meninggalkan Potala diam-diam melalui Istana Norbulingka untuk pergi ke India. Perwakilan Amban Län, mengirimkan kontingen besar tentara Tiongkok untuk mengejarnya. Akan tetapi, di jembatan besi di atas jurang, Chänsäl Namgang, Tsarong Dazang Dradul (yang menikahi keluarga Tsarong) dan beberapa sukarelawan lain dapat menghentikan tentara Tiongkok dan membuat mereka mundur. 17
Tahun itu, Guru Yongzin Lozang Tsultrim juga menghadapi [ujian] untuk gelar Geshe Lharampa-nya dan mendapatkan peringkat kedua. Seperti terlahir kembali dengan kembalinya Dalai Lama ke-13 dari Tiongkok dan Mongolia, pemerintah mencetak lembaran uang satu sang dan koin bernama Thubten Sertam, dan pada Festival Doa memberikan tiga koin perak pada setiap biksu dan sebuah kain khatak. Kundeling Labrang memberi setiap biksu lima koin perak dan Jamzhä Labrang juga memberi tiga koin kepada masing-masing [biksu]. Pada saat Festival Doa, orang Tiongkok mengambil setiap kesempatan untuk menghina dan menunjukan rasa tidak hormat kepada para biksu dengan semua cara yang mereka bisa. Mereka duduk di atap ter di balkon lapangan dengan menyelonjorkan kaki, merokok dan melempar batang rokok ke tengah kumpulan orang. Di lapangan Dharma dimana Tri Rinpoche sedang mengajar, mereka berbaris di depan, memukul genderang mereka. Tahun itu, kami pergi ke Sangpu untuk sesi Dharma musim panas dimana, di samping pelajaran tsänyi dan penalaran logis, di antara balkon di lapangan, Ngaram Dampa mulai mengajar saya dan guru saya mengenai astrologi. Kami mulai dengan berlatih menulis tabel perkalian pada abu di tanah dan secara bertahap mengulas nga dü (ringkasan lima kelipatan)41, lima planet zhag sum (tiga kelipatan divisi hari)42, dan secara praktis semua diagram dari astrologi, menggambar mereka dan kemudian menghapus mereka di baskom tsi zhong43. Saya akan menjulurkan jari saya untuk menggambar dan sangat bersemangat dalam belajar, tetapi karena saya masih muda dan kemudian lebih berkonsentrasi dalam pelajaran Dharma dan penalaran, dengan semua hafalan dan ajaran, dan seterusnya, saya tidak lagi begitu tertarik pada astrologi dan meninggalkannya. Karena itu, semua pengetahuan mengenai astrologi yang saya miliki pada saat itu telah lama dilupakan dan hilang. Sementara saya berada di Sangpu, Amdo Jamyang Zhäpa datang ke Sangpu untuk berziarah. Karena pada saat itu, Jamyang Zhäpa Rinpoche sangat dihormati oleh Tiongkok seperti oleh Amban yang tinggal di Lhasa, pelayan Jamyang Zhäpa datang terlebih dahulu untuk menyiapkan kedatangannya, mengancam secara verbal, menendang dan memukul orang-orang Sangpu. Beberapa pejabat pajak awam seperti pemilik rumah kami harus melarikan diri dan bersembunyi di hutan di depan Sangpu selama dua atau tiga hari. Jamyang Zhäpa Rinpoche tinggal di Sangpu selama satu hari. Hari berikutnya sebelum dia pergi, dia memberi setengah tam uang Tibet kepada setiap lama dalam perkumpulan sepuluh set para lama Sangpu di wihara. Setelah bertemu dengan populasi sangha, dia pergi untuk kembali ke Lhasa. Dia cukup tua dengan janggut putih panjang dan memakai jubah brokat dhagogtse kuning. Banyak orang di Lhasa memanggil dia Lama Tiongkok dan meremehkannya, akibatnya saya tidak menumbuhkan keyakinan padanya. Tetapi, setelah saya memikirkannya kemudian, kecuali kedatangannya yang kebetulan bersamaan dengan kehadiran Tiongkok, tidak ada yang salah dengannya dan sepertinya, bagi saya, dia adalah seorang lama yang berkualifikasi. Musim gugur tahun itu, ada wabah cacar di daerah Tibet pusat dan Tsang jadi saya tinggal secara tetap di Ganden dan melakukan pertapaan. Kyabchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi, dengan hati-hati telah membawa sadhana Vishvamata dan gambar tsakali dari Pertapaan Chuzang, jadi kami melakukan 100,000 pembacaan mantra Vishvamata; dan juga 100,000 mantra umur panjang Tara Putih; dan 100,000 mantra migtsema, yang saya lakukan bersama guru saya yang suci dan tertinggi. Pada saat itu, kami tidak mempunyai obat untuk mengobati dan mencegah cacar seperti sekarang. Di Ganden saja ada banyak biksu yang meninggal dan tidak ada ruang lagi di tempat mayat untuk penguburan angkasa karena mayat yang sebelumnya belum diambil. Saya juga terkena cacar dengan banyak bisul di wajah dan bagian tubuh lainnya tetapi walaupun saya sakit selama berhari18
hari, terima kasih terutama pada pembacaan mantra yang berkesinambungan sesuai dengan nasihat Lama Dorjechang dan khususnya kebaikan guru suci saya dalam merawat saya selama berhari-hari, sampai dirinya tidak tidur, saya sembuh dari cacar dan dapat pergi ke sesi debat pada awal pertemuan Dharma musim dingin. Pada saat itu ketika cacar sedang dalam keadaan paling parah, tidak tahu apakah ini adalah mimpi atau visi, saya menemukan diri saya di terusan Nyarong ketika beberapa biksu yang ada di atas memanggil saya, “Anak kecil, naiklah! Mari pergi ke Tushita44! Sepertinya bila saya meninggal pada saat itu akan cukup menyenangkan karena saya tidak terpengaruh oleh negativitas. Pada saat yang sama, saya juga mempunyai visi sejenis hewan di pangkuan saya seperti anak anjing atau kucing dan seorang wanita datang mengambilnya dari saya dan membawanya pergi. Saya kemudian mengetahui bahwa adik lelaki saya yang dilahirkan setelah adik perempuan saya Jampäl Chötso yang diakui sebagai inkarnasi dari Lelung Tulku, telah meninggal di Gungtang pada hari saya melihat visi tersebut. Sepertinya dia pergi menggantikan saya. Ketika saya sakit cacar, kepala Biara Pukang, Lozang Kyenrab menasihati Gän Yongzin Chog, guru saya, untuk pertama-tama merawat saya dengan asam pinus dan kemudian, ketika bisul mulai bernanah, untuk merawatnya dengan asap dupa putih. Suatu hari bisul ini melesak ke dalam. Hal ini menjadi sangat berbahaya dan guru saya sangat khawatir. Dia meminta pendapat kepala biara Pukang. Kepala biara mengatakan untuk mengambil sepotong daging babi, memasaknya, dan memberi saya beberapa suap lemak babi. Dia melakukan hal itu, dan di pagi hari selanjutnya, dimana bisul tersebut telah melesak, ada bisul kedua yang tumbuh diatasnya, seperti tingkatan sebuah stupa45. Lalu perlahan saya mulai sembuh. Setelah adik lelaki saya meninggal karena cacar, hanya ada ibu saya dan putrinya Jampäl Chötso. Para lama di Gungtang, Apo dan Ane Yangtzom, terus bertindak dengan penuh dendam kepada mereka sehingga mereka tidak tahan lagi untuk tinggal di sana. Jadi Tzöpa Legshä Gyatso mengirimkan keduanya ke rumah anggota Labrang Dechen Karab Ogong dimana ayahnya, Tänzin Zangpo, hidup bersama putranya, Döndrub. Ketika saya berusia sebelas tahun, dari Tänzin Trinlä Özer Rinpoche, inkarnasi dari Deyang Tsänzhab Nyäldra, saya menerima transmisi bacaan seluruh empat-belas jilid karya Tukän Chökyi Nyima edisi Domä di aula pertemuan bagian timur Lhasa Meru. Setiap tahun, Tängyäling Labrang mengundang kami ke pertunjukan tari Demo cham sebagai ramah-tamah dan kami menerima undangannya. Di pusat ruang menonton atas Demo Cham, duduklah Demo Rinpoche. Di sisi kanannya duduklah Derlo Sempa, Dagyab Chungtsang, Tsangpa Känchän, saya, dan guru Demo Rinpoche. Di sisi kirinya duduk berbagai menteri Tiongkok seperti Len Amban. Yang lain seperti Kashag Zhab Pä, pejabat pemerintahan tertinggi, ada di ruang menonton yang tinggi di berbagai sisi. Sisa rombongan yang lain ada di tenda atap di bawah balkon. Asap dari rokok orang Tiongkok memenuhi ruang menonton. Saya sangat tidak senang melihat seseorang bernama Tzasa Chöjang Dradül-lag seperti suka memberi penghormatan yang berlebihan pada para orang Tiongkok. Malam itu, setelah para penari utama Magzorma menyelesaikan tarian mereka, salah satu Tänma, dua-belas dewi bumi, yang merepresentasikan Kongtsün Demo, tidak hanya terjerembab ketika dia sedang keluar dari pintu berhias, tetapi Amban dari Tiongkok memberi khatak pada setiap penari. Orang-orang di Lhasa menganggap ini sebagai pertanda buruk. Tahun 19
selajutnya, pertikaian dengan tentara Tiongkok mengakibatkan kerusakan parah pada Biara Tängyäling. Tahun itu, setelah pertapaan musim panas ketika saya masih tinggal di Lhasa, ada pemberontakan di Tiongkok. Bahkan di Lhasa, pada hari Lhabab Düchen,46 hal ini mengakibatkan pertikaian antara rezim lama dan baru di antara orang Tiongkok di Lhasa dan beberapa dari mereka saling membunuh. Mereka juga memaksa masuk ke beberapa rumah di Lhasa dan mengambil kuda dan keledai. Karena ada banyak konflik yang terjadi, guru suci dan saya menyewa kamar kecil di Lhasa Trokang dan tinggal di sana selama berhari-hari. Pada saat itu, Tiongkok Amban bernama Län harus meninggalkan Lhasa dan bersembunyi di Biara Drepung.
Pada saat Ganden Ngamchö, kami pergi ke Ganden dan Ngaram Dampa mengajar guru saya dan saya bagaimana menggambar mandala Guyasamaja, Heruka, Yamantaka, dan Künrig, dengan instruksi yang detil mengenai warna, ritual mereka, dan seterusnya. Kami berlatih setiap hari secara intensif di tembok kamar kami di Ganden. Gän Rinpoche dan saya membuat mandala berwarna Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka. Hasilnya cukup baik. Pada saat inilah aula pertemuan atas di kangtsän direnovasi. Pada saat sesi musim dingin, saya memasuki kelas baru untuk mulai belajar Parchin, Paramita, Kesempurnaan. Itu adalah saat yang menekan karena konflik dengan Tiongkok di daerah Lhasa. Karena situasinya sangat berbahaya, ketika saya berusia dua-belas tahun, Gän Rinpoche, Ngaram Dampa, dan saya tidak pergi ke Festival Doa Besar, tetapi tetap tinggal di Ganden. Tahun itu, pemerintah menempatkan ribuan biksu dari setiap biara sebagai penjaga keamanan, jadi pemerintah memberikan kontribusi umum persembahan bagi para biksu di Festival Doa. Pada bulan dua tahun tersebut, Tiongkok tiba-tiba menyerang Biara Sera. Pemerintah Tibet mengeluarkan perintah bagi dua-ratus biksu di Ganden untuk segera pergi ke Sera. Mereka membawa senapan berisi, pisau, dan tombak yang telah dipakai sebagai persembahan visual beberapa pelindung di ruang altar. Beberapa memakai baju yang tidak seluruhnya seperti biksu dan tidak seluruhnya seperti orang awam. Mereka memakai chupas47 di bawah jubahnya, memakai sepatu kulit biksu, memakai kain pecha48 berbagai warna yang diikat di kepala mereka dengan beberapa biksu yang lebih tua , dengan air mata, memberi-tahu mereka bahwa Sangha dari kedudukan monastik sebelumnya sudah tidak ada. Mereka berkata bahwa ada beberapa biksu yang telah mengikatkan pisau dapur di ujung tongkat, dan mereka berlari sembari berkata, “Dimana orang-orang Tiongkok itu? Saya akan membunuh mereka!” Kemudian tentara pemerintah Tibet dan biksu dari Sera dan Ganden bergabung bersama untuk mengusir orang Tiongkok dari Sera. Mereka diusir sampai bagian selatan Lhogyu di Lhasa. Beberapa murid rumah seperti pelayan saya Lhabu, dan delapan biksu Ganden ada di sana sambil membaca Kangyur, dan harus hidup dibawah Tiongkok selama beberapa lama dalam bulan itu. Mereka dibuat bekerja selama di Lhogyu. Makanan, pakaian, dan persediaan mereka habis. Tiongkok membuat mereka menggali tanah dan batu untuk bungker tentara bahkan setelah
20
beberapa orang, seperti Lhabu, menderita sakit di punggungnya dari menggali; bahaya, ketakutan, dan penderitaan yang mereka alami tidaklah terhitung. Tahun itu, karena pertikaian, kami tidak bisa membuat persembahan Ganachakra di pertapaan musim panas di Sangpu. Di kelas saya, ada seorang putra dari keluarga Pukang Yara dari daerah Markham Chashäl, desa Kapo Ze, dari Biara Zadru, bernama Ngawang Lozang, yang belajar dengan sangat baik dan sangat pandai. Dia bersifat baik dan menjadi murid Gän Rinpoche. Sejak tahun itu, sampai dia mendapatkan gelar Geshe-nya, dia adalah teman diskusi Dharma saya yang tetap. Di biara pada saat pertapaan musim panas, di kediaman atas Kangtsän dari Dokang, ada murid yang baik bernama Lozang Chödrag. Di debat umum di hadapan pertemuan, kami mendiskusikan dan berdebat tentang Paramita. Mulai dari ekspresi penghormatan di Chishä, Penjelasan Umum, dan melanjutkan debat diskusi, hal ini berjalan dengan baik tanpa penalaran yang tidak pantas, dan Tzöpa Tzongzur Legshä Gyatso dengan murah hati membiayai pengeluaran kami. Ketika pertikaian meletus di Lhasa, suara mortir api terdengar di terusan Ganden Nyagrong. Tahun itu, pemerintah tertinggi memerintahkan Kyabje Ganden Serkong Dorjechang datang ke Ganden dan, di hadapan altar Dharmaraja di Yangpachen, melakukan ritual torma “Gunung Hitam Beracun” dari Dharmaraja yang sangat rahasia dan membuang zor torma di atas bazar. Bacaan serkyem hari itu cukup keras sehingga terdengar sampai ke kamar saya di lantai atas Dokang. Yang juga dilakukan adalah ritual torma Lhamo dan Hayagriva untuk menghindari celaka, si nän, ritual untuk menekan berbagai arwah “si” yang mencelakakan, dan berbagai ritual murka yang dilakukan silih berganti, selama sebulan. Suatu hari, pada awal tahun anjing besi, Dalai Lama datang dari Lhasa, dengan sukarela mengikutinya, Jenderal Tiongkok berkedudukan tinggi dan Ramoche Gyälgo Donggi Chötzä, penjaga wihara Ramoche. Dia melakukan ritual si nän di Drag Go Che Par Nang, “pintu batu luar besar” bahkan dengan persiapan murka termasuk kepala dan bagian tubuh dari mereka yang dibunuh oleh para tentara, termasuk tentara dari Ganden. Setiap kali torma dilempar, Serkong Dorjechang ingin meniru tindakannya dan mengambil berbagai langkah menari cham, dan kehilangan keseimbangan. Karena Dorjechang kehilangan rambutnya secara prematur, untuk sesaat, pikiran kekanak-kanankan datang pada saya, “pemandangan yang bagus bila topinya lepas!” Tahun itu, pada akhir pertapaan musim panas, pertikaian di sekitar Lhasa belum selesai, jadi kami menghabiskan lebih dari dua bulan dalam pertapaan semu di Dechen Lamo Tsezhi. Gän Rinpoche membuat saya menghafal Legshä Nyingpo dan pada awalnya, selama sebagian hari, saya berpurapura menghafal, memilih kata-kata khusus dan menghafal mereka secara menyebar. Ketika saya diminta untuk membacanya dari ingatan, tidak ada bedanya bagian teks yang mana yang ditunjukan pada saya, awal, lanjut, dari belakang, saya mulai membaca dari sisi belakang halaman. Ketika kebohongan saya ketahuan, saya mendapatkan teguran dan cambukan. Saya mulai menghafal dari awal lagi dan bertahan, saya mengingat sekitar tujuh-puluh halaman dan semua dari bab keempat “Dua-Puluh Sangha” di Penjelasan Umum Tentang Paramita oleh Panchen. Pada saat itu, karena saya memiliki kepandaian yang baik, Gän Rinpoche berharap saya akan memperbaiki kemampuan menghafal saya dengan cepat tetapi karena saya mempunyai ketahanan yang sedikit, Gän Rinpoche mendorong dan banyak memarahi saya untuk menaklukan saya. Saya mempunyai banyak kutu di tubuh saya dan suatu hari dengan pertolongan teman saya Yöntän-lag, kami mengguncang kasur saya dan bulu dan kutu yang keluar mengisi satu gelas penuh! 21
Pada bulan sembilan tahun tersebut, saya pergi ke Gungtang dengan Gän dan Ngaram Dampa untuk berdoa pada dewa pelindung kelahiran saya. Penjaga Gungtang Labrang, paman dari sisi ibu Zhangpo Jamyang Gyatso, memberi kami kamar besar di lantai atas dimana kami tinggal selama beberapa hari karena makanan kami disediakan di Yangtzom di Gungtang yang meragukan bahwa saya adalah inkarnasi sebenarnya dari Lama Gungtang dan, karena saat itu dia memiliki kendali atas makanan, bila terserah dia, tidak ada yang akan melayani kami makan sehari penuh! Pada saat itu, Kuntse Gomag Tsipön Rinwang dan istrinya, kakak perempuan saya, datang dari Lhasa ke Gungtang dan tinggal selama seminggu. Suatu hari mereka datang untuk menemui Ngaram Dampa dan mereka melayani kami teh dan empat jenis makanan, silih-berganti! Bila tidak, Ane Yangtzom mengabaikan kami seperti sebatang pohon tanpa bayangan, dan tidak memberi kami tanda-tanda pengakuan. Tidak hanya saat itu, tetapi sampai saya menerima gelar Geshe saya, bilamana kami melewati Gungtang dalam perjalanan dari Lhasa ke Ganden, kami tinggal di rumah paman saya Gyatso di Chökor Ling dan saya tidak mempunyai pikiran untuk pergi ke Gungtang Labrang. Karena pertikaian di sekitar Lhasa belum selesai, di malam Ganden Ngamchö kami kembali dari Dechen ke Ganden dan saya bertahan dalam pelajaran saya mulai dari subyek kelas Paramita yang sudah diselesaikan, awal dari sem kye, bodhicitta, dam ngag, instruksi dan seterusnya. Ketika sesi musim dingin selesai, kami pergi ke Lhasa, dan pada tanggal enam-belas bulan dua-belas, Dalai Lama ke-13 kembali ke Lhasa dari India dan pemerintah mengadakan resepsi penyambutan untuknya di Kyitsäl Luding. Para lama dan tulku dari tiga kedudukan monastik pergi untuk bertemu dengannya bersama-sama. Ketika saya berusia tiga-belas tahun, pada tahun kerbau air, ketika Festival Doa Besar di Lhasa berakhir, sesuai dengan tujuan Ngaram Dampa, kami mengundang Tsedrung Zhabzur Sampel-lag ke kamar saya dan saya, Lhabu, dan keponakan Legshä Tsultrim Tänzin, bertiga mulai belajar menulis dibawah bimbingannya. Pada saat itu, selama dua atau tiga bulan, kami menghafal, membaca, dan belajar kitab suci tsänyi49 sebagai tambahan. Setelah Ganachakra, bersama dengan Gän Rinpoche dan Ngawang Lozang kami pindah ke Biara Drepung dan menerima transmisi keturunan dari seluruh Kangyur, seluruh Ajaran Buddha yang diterjemahkan ke bahasa Tibet, dan Tängyur50, dari Kyabdag Kagyurwa Jetsun Lozang Döndän Pälzangpo yang luar biasa di rumah Gomang Hardong, dan juga berbagai transmisi bacaan seperti Mani Kabum dan Ajaran Kadam Ayah dan Putra; hal ini menghabiskan lebih dari tiga bulan. Rinpoche terlihat sangat besar dan mengesankan jadi ketika seseorang tertidur, berbicara yang tak perlu, menulis catatan atau apa saja, bahkan hanya sedikit, dia akan melihat sekeliling ruangan dan berhenti sejenak; semua berjalan dengan lancar. Ketika ajaran-ajaran di Drepung selesai, kami pindah ke Ganden dan pada musim panas dan musim gugur, mengikuti instruksi Gän Rinpoche, saya belajar Paramita dengan ketahanan, mulai dari bab Dua-Puluh Sangha sampai bab tiga dengan teman Dharma saya Ngawang Lozang. Kami bekerja sangat keras tahun itu di sesi musim dingin, saya dapat melewati murid yang lebih tua, bab kedelapan Paramita dan pada saat yang sama, pada sesi musim dingin, mempelajari bab keempat. Ketika saya berusia empat-belas tahun, pada tahun macan kayu, di akhir Festival Doa Besar, seperti yang diminta oleh Yang Terunggul Tatsag Hotogtu Rinpoche, di aula pertemuan di Lhasa Kundeling, saya menerima praktek yang tak terhitung banyaknya51 mulai dari Drepung Gomang Büldü Dorjechang Jetsun Lozang Yeshe Tänpay Gyältsän, Vajrasatva tuan dari ratusan keluarga, yang menggabungkan pikiran makhluk dengan jalan dan buah dari empat tubuh unifikasi. Semua inisiasi 22
hebat diberikan dengan menggunakan mandala yang dilukis dengan tagön di hari persiapan awal. Kami juga menerima instruksi dari tiga titik esensial dari Mitra-system yoga Avalokitesvara dan sistem Nyän Tsembupa dari yoga Avalokitesvara. Dorjechang memberi instruksi inisiasi yang luas dan dalam, menjelaskan praktek sampai yang paling detil. Saya masih muda jadi hal-hal esensial mengenai Sutra dan Tantra yang dijelaskannya belum dapat masuk ke kapal kepandaian saya, tetapi saya mengerti hampir semua yang diajarkan untuk direnungkan dan divisualisasi pada saat inisiasi. Saya memvisualisasi setiap hal secara langsung sebaik saya bisa. Terima kasih atas hal ini, bahkan hari ini, penjelasan yang diberikan pada saat itu dan ingatan atas ekspresi fisik Lama Rinpoche masih dengan jelas nampak dalam pikiran saya. Dibandingkan dengan cara lucu dari beberapa tetua desa menerima ratusan set inisiasi tanpa pengertian bahkan di tingkat kasar, saya mengerti ajaran dengan baik untuk usia saya. Untuk pelajaran umum, saya sekarang belajar mulai dari bab ke-5 Paramita dan, pada saat pertapaan musim panas, saya belajar dengan seorang biksu yang terkenal sebagai murid yang baik, dari Ganden Jangtse Gobo. Kami berdebat tentang bab kedelapan dari Paramita di hadapan pertemuan dan dengan hasil cukup baik karena para cendekiawan tidak perlu ditertawakan atau dipermalukan. Dalam hal mengundang Chogtsung Trichen Dorjechang Kyenrab Yöntän Gyatso Pälzangpo sebagai pemimpin pertemuan, saya memiliki kesempatan untuk membuat persembahan tradisional kepada pertemuan. Semuanya berjalan dengan baik dalam aspek besar dan kecil. Di sesi musim dingin, saya pindah ke kelas Madyamaka baru. Ketika saya berusia lima-belas tahun, mulai dari tanggal tujuh-belas bulan enam tahun kancil kayu, seperti yang diminta oleh Penegak Disiplin Ganden Jangtse Tsawa, Zurpa Yeshe-lag, di wihara Ganden Yangpachän, Ganden Tripa kedelapan-puluh-delapan, Trichen Kyenrab Yöntän Gyatso Pälzangpo memberi empat-puluh-lima inisiasi dengan hari-hari persiapan53 awal. Dengan Kyabchog Büldü Dorjechang, Tuan dari para guru dari lima bidang Drepung Lubum Geshe Sherab Gyatso Rinpoche, bersama dengan lebih dari enam-ratus Sangha termasuk lama, tulku, dan geshe semua menerima festival keberuntungan kebahagiaan. Pada saat tülzhug, tindakan gaya hidup dan inisiasi dari Enam-Roda-Berputar Heruka diselesaikan secara ekstensif. Saya diberikan pakaian Dewa untuk dipakai – seperti enam hiasan tulang – kami mengelilingi mandala dengan payung, panji kemenangan, dan lainnya para murid dipersembahkan pada Dewa dan seterusnya. Semua yang hadir mempunyai pahala yang besar dan keberuntungan. Pada saat inisiasi besar ini, saya beruntung karena duduk di sebelah Kyabchog Büldü Dorjechang, yang merupakan contoh yang baik bagi saya untuk berfokus secara penuh pada visualisasi dari awal sampai akhir tanpa gangguan. Karena faktor-faktor seperti telah mendengar dengan baik pada saat inisiasi besar diberikan tahun sebelumnya di Kundeling, saya merasa bahwa saya dapat, paling tidak melakukan visualisasi tanpa interupsi. Pada saat itu, saya memulai kelas tata-bahasa dengan Kyabchog Büldü Dorjechang dan dia menasihati bahwa akan sangat baik bila saya belajar hal-hal dasar dari Geshe Sherab Gyatso Rinpoche. Tahun itu, pada saat sesi musim dingin saya telah sampai pada kelas Madyamika kuno54. Saya berusia enam-belas tahun, pada tahun naga api, pada akhir Festival Doa Besar, Gän Rinpoche dan 23
saya mengundang Drepung Gomang Lubum Geshe Sherab Gyatso yang tertinggi dan pindah ke Pertapaan Chuzang dimana Geshe yang berharga, menggunakan Akar Teks Tata-Bahasa, dan Penjelasan Situ Yang Luar Biasa sebagai dasar, dengan penjelasan Prati Geshe yang menekankan penulisan, menginstruksikan kami dalam teks tata-bahasa dari Sum-chu-pa dan Tag-gyi-jug-pa secara dalam selama lebih dari sebulan. Kemudian, model yang dia berikan hanyalah syair terukur sehingga kami bisa berlatih komposisi dari syair sajak. Untuk menunjukan pengetahuan kami mengenai bagaimana huruf digabungkan dengan berbagai partikel tata-bahasa, dia membuat kami mengkomposisikan sajak dengan menggunakan setiap huruf dari alfabet bergantian sebagai huruf pertama dari baris pertama syair, sebagai rangkaian alfabet sajak. Walaupun itu adalah usaha pertama saya, Geshe yang berharga sangat senang dengan hasilnya sehingga dia mengkomposisikan sendiri seluruh sajak rangkaian alfabet untuk mengatakan “Selesai dengan baik!” yang mulai dengan “Dengan kepandaian yang baik telah mengkomposisikan rangkaian alfabet ini, saya sungguh senang, dan tidak hanya mengatakannya...” Tahun itu, saya juga mengulang pelajaran ini di Ganden dengan mengkomposisikan model rangkaian alfabet lain dengan memasukan elemen tata-bahasa awal dan lanjut. Ketika instruksi tata-bahasa selesai, kami pindah ke Sangpu untuk pertapaan musim panas. Karena saya dapat menggambar rupa tanpa kesalahan, pada saat pertapaan musim panas, di ruang teman debat saya di kelas, Ngawang Lozang, saya menggambar enam simbol umur panjang55 dan empat teman harmonis56 dengan papan beberapa syair dibawah masing-masing. Di bawah gambar empat teman harmonis saya menulis: Di danau pujian yang meninggikan dia yang mengajar Dalam lima bidang secara ekstensif, bangau Sarasvati bergabung dalam pertunjukan. Karena hal ini telah menjadi omong besar tanpa makna, Gän Sherab Rinpoche menulis surat untuk menegur saya, dengan cara jenaka, berkata: Seorang bodoh laksana lima ampas seperti saya bisa dipuji Sebagai seseorang yang mengajar lima bidang secara ekstensif, Tetapi ketika guru dari lima bidang menolak apa yang harus saya katakan Saya harus menyerah dalam menyatakan memiliki pengetahuan lima bidang! Membuat lelucon untuk membiasakan dirimu dengan humor, Seorang putra telah lahir lebih besar dari ibunya! Saya mencatat hal-hal menonjol untuk mengingat Untuk membantu meningkatkan kualitasmu yang tak tertandingi, lebih tinggi lagi! Tahun itu di sesi musim dingin, saya pindah ke kelas Abidharma. Di sana, saya belajar kitab suci dari Paramita dan Madhyamika, ditambah lagi mengandalkan hanya pada karya tulis Je Tsongkhapa dan murid-muridnya, dan Panchen Sönam Dragpa, mengikuti instruksi Gän Rinpoche, saya juga belajar karya tulis Je Gendung Drub, Kunkyen Jamyang Zhepa, dan Jetsun Chökyi Gyältsän sebanyak saya bisa. Ketika saya berusia tujuh-belas tahun, pada tahun ular api, setelah Festival Doa di Universitas Tantrik Drepung Hardong, Kyabje Büldü Dorjechang memberi inisiasi besar dari Lima Dewa Gandhapa Heruka dan jenang Rinjung Gyatsa, yang dihadiri oleh saya dan Gän Rinpoche. Kami tidur di atas Lubum Kangtsän di kamar tidur Gän Sherab Rinpoche. Karena Ngaram Dampa tidak begitu sehat setelah dan pada saat Mönlam, ketika saya pergi ke Drepung dia mengantar kepergian saya dan memberi saya esensi instruksi yang dikatakan apa adanya, membumi dan nasihat emosional dari hati
24
dan saya juga menangis tanpa terkendali ketika saya pergi, berpikir bahwa saya tidak akan melihatnya lagi. Pada saat ajaran berlangsung di Drepung, pada tanggal tujuh-belas bulan dua kami mendengar bahwa Ngaram Dampa telah meninggal dunia, dan kesedihan yang dirasakan semua orang seperti tak tertahankan. Ngaram Dampa lahir pada tahun naga kayu pada siklus enam-puluh-tahunan keempat-belas di keluarga Ayig Thango di desa Ala Ngödro Kä termasuk di Sho, Tar dan Lho dari kecamatan Barkam. Dia memasuki biara Arig dan berlatih membaca. Setelah itu, dia datang ke Tibet tengah dan memasuki Drepung Gungru Kangtsän dan setelah beberapa tahun memasuki Universitas Tantrik Gyütö dan berlatih pertunjukan ritual Tantrik dengan dalam. Dia menjadi salah satu dari guru ritual tantrik yang ahli dalam membuat mandala pasir, torma, dan seterusnya. Dia telah menyentuh kaki dari banyak Guru yang berkualifikasi seperti Tatsag Yongzin Gedun Gyatso, cendikiawan besar dan pertapa; Kagyurwa Lhotrul Ngawang Kyenrab Tänpay Wangchug; Gomang Känchen Kyenrab Tänpa Chöpel; Gungtrul Rinpoche Kyenrab Päldän Tänpay Nyima; dan Yongzin Ling Rinpoche Lozang Lungtog Tänzin Trinlä terdahulu, dan memiliki inisiasi, transmisi, instruksi oral tak terhingga. Dia juga guru dalam sistem astrologi, putih dan hitam, pengaruh dari India dan Tiongkok, Tibet. Untuk beberapa waktu, atas nasihat Yongzin Ling Rinpoche, dia pergi ke kampung halamannya dan melakukan pertapaan Vajra Bhairava secara pasti lengkap dengan persiapan, pertunjukan, kesimpulan. Lalu, dia kembali ke Tibet tengah dan bergabung dengan universitas Tantrik lagi. Dia harus menjadi guru Amdo Kangtsän selama beberapa tahun dan melayani universitas Tantrik dengan altruisme yang besar. Dia memberi-tahu banyak cerita, terlalu banyak untuk ditulis di sini. Kemudian, ketika Ganden Tripa Lozang Tsultrim Päldän terdahulu menjadi kepala biara di Universitas Tantrik Gyütö, dia melayani sebagai manajer-nya dengan tulus sejak saat itu sampai dia menaiki tahta emas dan selama lima tahun ketika dia menjadi Ganden Tripa. Tidak seperti di waktu selanjutnya, sebelum tahun 1920-an, ketika seorang Lama menjadi kepala biara dari Universitas Tantrik atau Ganden Tripa, bertanggung-jawab atas pengeluaran untuk persembahan Sangha secara umum dan semua persembahan ekstra yang harus dibuat, ketika mereka mengambil posisi tersebut, tanggung-jawab Labrang harus ditangani tanpa halangan. Bahkan penghormatan bagi Sangha harus dilaksanakan dengan detil dengan penghormatan tinggi, tidak sembrono atau menggunakan yang terburuk dari yang tersedia seperti bagian kuning dari daun atau bagian biru dari keju! Setelah Ganden Tripa terdahulu meninggal, Ngaram Dampa-lah yang terus melayani dia, mengambil tanggung-jawab atas semua yang harus dilakukan, seperti membuat persembahan bagi meninggalnya Lama, melakukan kremasi, dan membangun stupa untuk menyimpan abunya di Yangpachen. Sejak saat saya diakui sebagai Tulku, dia mengambil tanggung-jawab bersama dengan keponakan Ganden Tripa terdahulu Ganden Chizur Legshä Gyatso dan dia bersama saya sebagai guru membaca sampai dekat dengan waktu meninggalnya. Dia memperlakukan saya dengan kebaikan tidak berbeda dari orang tua sendiri. Seperti yang saya katakan, dia mengajar saya membaca, membuat diagram untuk ritual, perhitungan, membuat pengukuran dan mewarnai mandala Tantrik dan konstruksi dari mandala Tantrik tiga dimensi. Tidak perlu disebutkan bahwa dia mengajarkan saya ritual kangso pelindung dari universitas Tantrik, bagaimana melakukan ritual, bagaimana melakukan mudra, dan seterusnya. Dia mengajar saya bagaimana membuat enam-belas sudut torma murka chag kar, bagaimana menumpuk sembilan yug gu torma pelemparan, bahkan bagaimana membuat drug chu ma torma bagi Dharmaraja, membuat enam-belas set dari empat yug gu dan alasan mengapa empat persembahan dibuat dan seterusnya – singkatnya, setiap hal mengenai membuat torma dan alasan mereka dibuat seperti itu. Dia mengajarkan saya prosedur dalam setiap kasus praktek Tantrik, mengadakan dan menghentikan majelis, bahkan sampai ke berbagai sistem memimpin, hanya 25
praktek keturunan yang paling murni tanpa pernah merujuk padanya dengan cara duniawi seperti “baik untuk dijual”, dan karena dia selalu menasihati saya sehubungan dengan hal ini, kemudian ketika saya menerima gelar Geshe saya dan berfokus pada praktek Tantrik, saya tidak usah memulai praktek Tantrik sebagai pemula seperti banyak Geshe, tetapi saya sudah terbiasa dengan praktek Tantrik. Dan tidak hanya itu, ketika mempelajari ajaran Gua Drag Yerpa, saya dapat menggambar garis utama mandala dan lulus ujian yang diberikan oleh Kepala Biara dan para Guru mengenai dimensi mandala tanpa kesulitan dan menjadi seseorang kepada siapa murid Tantrik yang lebih muda bisa berkonsultasi untuk menanggapi pertanyaan mereka mengenai praktek. Semua ini dikarenakan kebaikan Ngaram Dampa dan saya merasa sangat berhutang kepadanya. Untuk mengambil aktivitas selama satu hari sebagai contoh, kami akan bangun dini hari ketika ayam jantan pertama berkokok dan mandi. Setelah mengingat bantuan hari tersebut58, kami akan membaca mantra untuk memberkati perkataan kami dan mantra “multiplikasi.” Kemudian dilanjutkan dengan Ganden Lhagyema, kami akan membaca ratusan Migtsema, ratusan baris doa refuge59, sadhana Vajra Bhairava Pahlawan Terisolasi sehubungan dengan membaca satu mala dari mantra Seratus suku kata. Dia akan melakukan banyak resitasi dari mantra Bhairava, membaca mereka dengan cara yang santai dan perlahan, dan ketika kami sampai pada bagian akhir, pada saat setelah membuat persembahan torma dan sampai pada awal dari Ritual Dharmaraja, dia akan pergi untuk menyelesaikan ritual Dharmaraja yang ekstensif dengan visualisasi, ritual pemenuhan dan pengakuan yang singkat dengan pujian pada saat dia akan membuat saya melakukan seratus mangkuk persembahan air. Demi saya, dia akan melakukan praktek Tara Putih umur panjang, mempersembahkan Torma Shaka Tubma dengan ratusan torma yang dicetak dengan tangan, dengan persembahan surupa dan sur yang dibakar. Hanya setelah menyelesaikan semua ini dia akan minum teh dan sarapan. Lalu dia akan memeriksa keahlian membaca dan resitasi Dharma saya. Ketika sudah saatnya memulai instruksi baru, dia akan melakukan pembersihan yang ekstensif sehubungan dengan resitasi dari Praktek Awal Jorcho, Thubtän Lhunpo’i Tzegyän, membuat banyak persembahan mandala untuk akumulasi, bersujud ratusan kali dengan Pengakuan Dosa60. Selanjutnya dia akan melakukan sadhana Hayagriva Rahasia sistem terisolasi dan dia akan membaca mantra utama lima-ribu kali setiap harinya, tanpa kecuali, dia akan berjalan-jalan di lapangan debat Chuzang atau dimanapun kami berada, untuk memeriksa semuanya. Pada siang hari, dia akan membaca Kenangan Sutra Tiga Permata lalu makan siang. Setelah membuang torma yang dicetak dengan tangan, dia akan melakukan puja api Vajradaka. Dengan persembahan bagian pertama, dia akan mencetak ratusan rupa Buddha kecil, semua dilakukan sewaktu berdoa pada Guru yang tak terpisahkan dari Mahakala dengan bacaan Choying Taläma. Dia akan membaca satu mala mantra Samayavajra, doa Shambala, dan demi saya dia akan membaca Doa Enam-Belas Arhat, doa umur panjang saya, dan ritual penghindar celaka Hayagriva Namgyel Tobkyi Tsöncha, Kekuatan Puncak Hiasan Dharani, dan Penghilang Kegelapan dari Sutra Sepuluh Arah. Dengan pengucapan yang sempurna, dia akan membaca dua-belas bab dari Akar Tantra Guyasamaja, Bab pertama dari Akar Tantra Heruka, dan seluruh Sutra Prajnaparamita yang dipersingkat. Pada saat itu, dia akan pergi untuk mengelilingi Pertapaan Chuzang Lingkor. Setelah minum teh sore hari, membantu pekerjaan saya, dia akan melakukan sadhana dan resitasi mantra Lima Dewa Rahasia Kurukulla. Lalu akhirnya, setelah melakukan resitasi dan meditasi dari Kyung Nag Meyi Putri, Garuda Hitam Pisau Api, dia akan membaca tiga-ribu mantra MANI. Setiap pagi dan malam, kami masing-masing melakukan Enam Sesi Guru Yoga. Apakah pada hari ketiga atau kesembilan setiap bulan, kami melakukan torma Drugchuma yang ekstensif kepada Dharmaraja dan pada bulan 26
purnama, bulan baru, dan tanggal delapan setiap bulan, Ngaram Dampa akan mengatur untuk memberikan saya perintah pembersihan perlindungan61 dengan menggunakan sistem Hayagriva dan Vajravidaran secara bergantian. Dalam ritual resitasi harian dan kitab suci, suaranya selalu tidak terburu-buru, jelas dan benar karena ini adalah apa yang akan saya dengar secara terus-menerus. Pikiran saya selalu berada dalam kedamaian. Ketika dia duduk bersama praktisi dari Universitas Tantrik, bahkan melakukan resitasi seperti Guyasamaya, dia dapat melakukannya dengan mereka secara serempak tanpa mencolok. Ketika dia tinggal di Lhasa dan Ganden, dia akan memulai resitasi mantra Hayagriva di pagi hari dan kemudian mengelilingi lingkor sembari tetap melakukan resitasi mantra. Sekali lagi, walaupun Ngaram Dampa tidak memiliki gelar Geshe atau Karam dari biara, dia tetap menerima ajaran ekstensif mengenai Sutra dan Tantra termasuk inisiasi, transmisi, dan instruksi dari banyak Guru yang berkualifikasi seperti yang saya katakan sebelumnya, dalam samaya dia sepertinya tidak memiliki rasa bersaing yang umum, tidak pernah merepresentasikan dirinya sebagai pertapa besar yang telah melakukan pertapaan. Bahkan dalam lingkungan politik, dia dengan bijaksana memisahkan antara apa yang esensial dan selain itu mengambil tanggung-jawab yang besar berdasarkan komitmennya. Tetua dalam kebijaksanaan sebanding dengan para Brahma. Bahkan ketika dia memiliki tanggung-jawab yang besar seperti menjadi guru di Amdo Kangtsän dari Universitas Tantrik Gyütö, seluruh universitas Tantrik secara konsensus menganggapnya lebih besar dari yang lain. Dilihat dari rumah kami, sebagai contoh, setelah Ganden Tripa terdahulu meninggal, walaupun berbagai orang dari Biara lokal Chatreng dan universitas monastik, dari dalam dan luar, mencari kesempatan untuk menolak kami dengan tuduhan yang sudah dikalkulasi sebelumnya, seperti Gunung yang tinggi, dia tetap tidak bergerak, merawat Labrang dengan mandiri dan meyakinkan bahwa semuanya baik. Ketika dia mendekati akhir hidupnya dan jatuh sakit, dia mengambil Ajaran Mahayana Sojong setiap hari, hanya minum susu dan menghindari makanan kasar. Di samping itu dia memesan obyek kekuatan baru khususnya untuk kremasi sisa tubuhnya, dia memberi banyak instruksi mengenai bagaimana memperlakukan sisa tubuhnya pada mereka yang akan melaksanakan kremasi, Chatreng Nyitso Trinlä, dan Tzongzur Legshä. Selama satu tahun penuh sebelum kematiannya sebelum pergi tidur, dia bermeditasi mengenai powa, mengirimkan kesadarannya seperti bintang jatuh ke Tanah Suci, singkatnya, dia, dari berbagai sisi adalah seorang Pembimbing Spiritual yang berkualifikasi penuh. Pada tanggal tujuh-belas bulan dua tahun ular api, ketika dia berusia tujuh-puluh-empat tahun, dia meninggal dunia. Setelah persembahan Ganachakra, di Universitas Tantrik Drepung Hardong, kami menerima inisiasi Hayagriva Rahasia, jenang Zurka Gyatsa, penjelasan atas Lima-Puluh Bait Pengabdian Pada Guru, Dua-Puluh Syair mengenai Sumpah, dan akar sumpah sekunder Tantra dari Büldü Dorjechang. Ketika saya berusia delapan-belas tahun, tahun pertama kuda bumi, Tzöpa Tzongzur Legshä Gyatso sakit serius dan tidak ada perawatan yang dapat membalik kemajuan penyakitnya sampai dia meninggal pada tanggal satu bulan tiga tahun tersebut. Sementara itu, Chizur menangani urusan rumah tangga kami. Walaupun Gän Rinpoche dan saya hanya dilatih Dharma dan tidak memiliki pengalaman administrasi, karena Gän Rinpoche tidak memiliki pekerjaan yang besar sebagai murid, Chizur tiba-tiba memberi Gän Rinpoche dan saya 27
tanggung-jawab atas administrasi rumah tangga. Ketika kami menghitung persediaan di rumah manajer, dana yang ada di tangan kurang dari seratus koin perak, dan karena penyakit Ngaram Dampa yang terakhir cukup panjang, semuanya sudah hampir habis. Hanya ada dua setengah pikulan mentega dan satu atau dua bata teh yang tersedia di gudang jadi setiap hal yang diperlukan untuk persediaan meninggalnya harus dicapai dengan meminjam pada orang lain. Chizur adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan mengenai dunia luar dan dia selalu mempertimbangkan setiap orang, jadi dia memastikan semuanya terorganisasi dengan baik. Ada banyak hutang yang belum terbayar, yang dicatatnya dengan detil, di samping belum membayar hutang seperti kepada kantor Tseshö62, ada bunga yang terakumulasi setiap bulan. Ketika kami menjumlah semua di buku hitam kecil, yang harus dibayar sejumlah 294 tamdo63 dan termasuk tambahan enam tamdo perak yang dipinjam untuk persiapan kremasi dan seterusnya, jadi total hutang seluruhnya adalah 300 tamdo. Pada saat itu di Tibet, secara umum, perak sangatlah langka, dan dibanding setelah Tiongkok Merah menjajah Tibet, pada saat itu, hutang tiga ratus tamdo perak bagi kami seperti meminjam 30,000 tamdo! Ini adalah tanggung-jawab yang sangat berat. Dan saat itu adalah waktu itu sangat sulit dengan banyak argumentasi mengenai berbagai pengeluaran seperti jelai, teh, pakaian, dan seterusnya. Dan ketika Ngaram Dampa telah memindah-tangankan tanggung-jawab pengurusan kepada Tzongzur Legshe, Legshe mempunyai pengeluaran yang sangat banyak pada saat pertikaian dengan tentara Tiongkok di Lhasa pada tahun tikus air, dan dengan tidak adanya jalan kembali, menutupi persembahan yang harus saya lakukan sebelum dan sesudah memasuki Dharma, mengambil ujian, dan seterusnya. Di luar tiga keluarga pengembara yang mendukung saya, saya tidak memiliki apa-apa, bahkan tanah seluas telapak tangan. Walaupun saya menerima dukungan berkesinambungan dari tiga keluarga, semuanya digunakan untuk mendukung orang-orang yang tinggal dengan kami dan keluarga mereka. Seperti yang dikatakan Je Milarepa: Geledek dan kilat dan awan selatan, Tidak bangkit dari mana-mana selain ruang Mereka semua bangkit dengan sendirinya dan menghilang dengan sendirinya. Pelangi dan embun dan kabut, Bangkit dari langit sendiri Dan menghilang di langit sendiri Mereka semua bangkit dan menghilang dengan sendirinya. Seperti itulah, Labrang terlihat mengesankan dari luar tapi kosong di dalamnya seperti sebuah genderang shaman yang ditelanjangi. Ketika saya tinggal di biara, kecuali pada saat Festival Doa Besar di Lhasa, saya hanya memiliki jubah luar dengan lima atau enam tambalan, dan zän dengan tambalan yang mirip, yang harus saya kenakan. Saya harus hidup hanya dengan tsampa dan beberapa sayuran, jadi tidak ada panggilan untuk Geshe atau upacara resmi lainnya, atau ritual yang harus dilakukan, di sore hari, sepertinya kebahagiaan menghilang. Ketika persembahan pribadi dilaksanakan, seperti pada saat penguburan, saya akan diam-diam menyisakan beberapa koin sehingga saya dapat mengirimkan pelayan saya, Lhabu, untuk membeli mog-mog dari restoran. Beberapa kali, kami mendapatkannya dengan mudah dari kenalan kami di universitas, tetapi saya harus memakannya di luar penglihatan manajer saya. Pada saat itu, uang sangat langka dan makanan sangat mahal. Saya akan membeli beberapa daging kambing dari pengembara Yardrog dan pedagang yang ada, pagi-pagi ketika harganya tiga päshag zho untuk seperempat domba, dan kemudian pada harga lima zho dan saya harus memakannya sembunyi-sembunyi. Dalam hal situasi 28
kehidupan, kami hanya dalam tingkatan cukup untuk hidup. Pada saat Lhasa Monlam dan pertemuan Ganachakra, beberapa lama dan tulku dari Sera dan Drepung dikagumi karena mengesankan, tetapi setiap orang cukup susah pada saat itu. Geshe Ben berkata, Sebelumnya, makanan tidak menemukan suasana hati. Sekarang, makanan tidak menemukan mulut saya! Seperti itu juga, kenyataan bahwa kami tidak hanya mengalami ketidak-beruntungan di kehidupan ini hanyalah kebaikan dari Pembimbing Spiritual! Tahun itu, ketika saya pergi ke Sangpu untuk pertapaan musim panas atas dorongan seorang biksu dari Ganden Shartse Dokam Kangtsän, saya memberi transmisi bacaan Sutra Delapan-Ribu Syair Prajnaparamita kepada delapan-puluh biksu Sangha. Saya telah mengingat akar teks Abhidharma beberapa tahun sebelumnya tetapi, untuk menguasai makna yang melekat pada kata-kata, saya belajar teks Abhidharma Sera Mey Gyälwang Choje yang sangat eksplisit dan menggambar dari Je Gendun Drubm penjelasan Abhidharma dari Dalai Lama Pertama, Tharlam Sälje, Iluminator Jalan Menuju Kebebasan, dan juga mempelajari secara rinci penjelasan Abhidharma oleh Chimjam Yangpa, dan karena saya mengaplikasikan diri saya dalam pelajaran ini, saya dapat dalam sekejap mengutip baris penjelasan dari akar teks di seluruh delapan bab Abhidharma. Pada saat itu, ada pekerja bagi kepala biara Ganden Shartse bernama Ngagre Lodrö Chöpel, yang dipuji oleh Ganden Serkong Dorjechang sebagai salah satu dari murid terbaiknya. Karena mempertimbangkan dia, Gän Rinpoche, dan saya sendiri, Kän Rinpoche, kepala biara yang berharga memajukan ujian Lharampa Geshe di awal tahun tersebut, tahun domba bumi. Pada saat itu, belum ada gelar Geshe Dorampa atau Lingsepa di universitas dan tidak ada kelas Vinaya yang diperlukan dari Abhidharma, tetapi agar saya belajar Vinaya, kepala biara membuat pengecualian dan mengganti kelas Vinaya ke pertapaan musim panas. Karena saya sudah menghafal ringkasan Vinaya yang dikomposisikan oleh Sera Mey Sharchen, saya membaca ringkasan dari poin yang penting dari akar penjelasan ketika saya menghadiri kelas. Dengan cara ini, saya belajar kitab suci Vinaya pada saat pertapaan musim panas, dan sesuai dengan tradisi terdahulu, saya mengambil ujian yang komprehensif mengenai Vinaya di hadapan majelis dan ujian mengenai Abhidharma dari universitas pada saat itu. Lantunan dari puja Pelindung dan resitasi lainnya mengenai hari libur penting yang silih-berganti dari tahun-ke-tahun di antara dua universitas dan tahun ini nada lantunan dari Ganden Shartse yang tidak biasa digunakan. Karena saya menghargai nada lantunan dari puja Pelindung dan lantunan lainnya, dan harus ada notasi baru yang ditulis bagi beberapa lantunan yang berbeda dari Kangso terdahulu dan nada lantunan lainnya jadi, seperti yang dihimbau oleh delegasi universitas, saya menulis mereka dengan tangan, dengan tanda penerbit yang saya komposisikan di akhir. Pada malam Ganden Ngamchö, di majelis besar Ganden, saya diuji dalam hal ceramah untuk tingkatan Dorampa dan dalam hal debat dialek. Saya meresitasi sekitar tiga-puluh halaman dari Drang-nge Leg-she Nying-po, Esensi kefasihan dari Sementara dan Definitif, dan di dua aula pertemuan dan lapangan debat, saya diuji selama dua hari di masing-masing tempat dengan berbagai murid dari Ganden Shartse dan Ganden Jangtse melemparkan debat pada saya dan saya dapat menanggapi dengan baik dan tidak mempermalukan Guru-Guru saya. Salah satu teman Dharma saya yang menerima gelar Dorampa pada saat itu dari rumah Tsawa di Ganden Jangtse, Geshe Chödän adalah cendikiawan yang sempurna dan orang yang baik yang kemudian ditunjuk oleh Dalai Lama terdahulu sebagai kepala biara Ganden Jangtse. Pada hari ujian Dorampa, kurir berkuda datang dari Istana Norbulingka Dalai Lama dengan perintah bahwa semua yang mengikuti ujian dialek umum untuk gelar Lharam dan Tsogram Geshe tahun tersebut, tahun domba bumi, harus datang ke ujian di Istana Norling Kälzang pada siang hari dua hari kemudian.
29
Jadi di hari selanjutnya, Gän Rinpoche dan saya, dengan teman Dharma kami Ngawang Lozang, pergi melalui Shätsöl dan sampai di Lhasa dalam satu hari dan pergi ke kediaman Norbulingka pada siang hari selanjutnya. Sebelumnya, sampai saat itu, mereka yang mengikuti ujian untuk gelar Geshe Lharampa dipanggil oleh kepala biara dari kedudukan monastik masing-masing individu, tetapi kali ini, daripada mengambil status quo saja, tanpa merujuk pada kejadian terdahulu, pemerintah mendeklarasikan ujian debat khusus. Geshe dari tahun tersebut, tahun sebelum ujian saya, semua tiba-tiba datang ke ujian debat di Istana Norbulingka dan para kepala biara dari kedudukan monastik dipanggil ke tempat debat dan diberi-tahu bahwa dari Geshe tahun tersebut, sepertinya ada beberapa yang tidak berkualifikasi untuk gelar Lharampa tetapi karena ini adalah untuk pertama kalinya ujian debat diadakan di Norbulingka, pengecualian akan dibuat dan gelar akan tetap diberikan seperti sebelumnya. Akan tetapi, mereka tidak mengatakan bahwa mulai tahun berikutnya, semua yang tidak bisa bertahan di antara murid Geshe terbaik akan diambil gelarnya. Setelah berita datang bahwa bahkan para kepala biara dikritik, ujian debat selama dua hari dimulai. Ada banyak kegelisahan dan kekhawatiran. Pada ujian debat yang sebenarnya, di kediaman Cahaya Matahari di Istana Norbulingka, tamu penting Tänpa Dargyä hadir untuk menyaksikan debat dan Deyang Tsänshab Rinpoche datang untuk memberikan ujian. Dalai Lama sendiri terkadang menyaksikan dari tirai pintu kediamannya di atas, mendengar dan menyaksikan tanpa menarik perhatian. Mereka yang berdebat tidak diperbolehkan memilih subyek yang sudah disiapkan sebelumnya untuk debat dan, akan tetapi, Deyang Tsänzhab Rinpoche memilih rujukan kitab suci atau ajaran apa yang harus diperdebatkan dan dalam hal apa. Beberapa Geshe yang tidak yakin pada dirinya berjalan lalu-lalang sembari menunggu. Walaupun subyek debat belum ditentukan, mengulang beberapa subyek dan melewati yang lain, seperti ditahbiskan oleh takdir, saya tetap tidak tersanggah, dan ketika teori dipresentasikan, apakah saya memilih untuk berkata saya menerima atau tidak, saya tidak buta atau dibingungkan oleh argumentasi apapun yang dipersiapkan. Tetapi ketika ujian berakhir, saya kembali ke Ganden dengan pikiran bertanya-tanya apa yang akan terjadi. Empat dari teman Geshe kami, Dokang Samling Batar, Sera Mey Pomra Ratag, Sera Jey Dänma Tulku, dan Gomang Uchu Muchin, Hotogtu dari Mongolia diminta untuk tinggal di Lhasa dan menunggu hasil yang belum diputuskan selama satu bulan. Setelah itu, Hotogtu didenda sepuluh koin emas, Dänma Tulku, lima koin emas, dan Sermä Ratag dan Gashar Batar didenda satu koin emas masing-masing dan berhasil mempertahankan gelar Geshe-nya. Upacara Geshe untuk Geshe Batar diadakan pada sesi Dharma musim dingin kedua. Pada saat siklus bulan membesar di bulan sebelas, pada sesi musim dingin pertama, dia memberikan dua pelayanan teh kepada seluruh majelis dan sup nasi panas dengan dua koin tam Tibet bagi setiap biksu. Di Ganden Shartse Dratsang, dia juga mempersembahkan dua teh dan sup nasi panas bagi semua biksu. Dia mempersembahkan sebuah Khatak dan lap mandi, dan dua koin putih cetakan Pemerintah Ganden Podrang dan koin keberuntungan kuno yang tam kepada setiap biksu. Kepada seluruh majelis, dia mempersembahkan tiga Tangka brokat dari tiga Dewa Panjang Umur dan, bagi upacara pemenuhan dan restorasi Pelindung, sepasang simbal bub besar, dengan kotak penyimpannya, untuk dimainkan oleh pemimpin lantunan. Di Dokang Kangtsän dia memberikan teh kepada perkumpulan dan sup dengan persembahan individu bagi para biksu sama dengan yang dibuat di Dratsang. Di samping itu, bagi semua orang, dia mempersembahkan Obyek Penghormatan yang besar, pelita mentega perak lima-mata, dan persembahan empat sapi betina, drimo, dibawa dari daerah timur Dechen Balam.
30
Kepada mereka di Dokang Samling dia memberikan persembahan yang sama dengan mereka yang di Kangtsän dan beberapa persembahan ekstra pada upacara Tahun Baru. Di Ganden Jangtse Dratsang, dia mempersembahkan teh dan dua tam putih kepada setiap biksu. Di Serkong Kangtsän dan kepada orang di Samling, dia memberikan distribusi yang mirip dengan mereka di Jangtse Dratsang. Karena itu, dia mengikuti prosedur sesuai dengan tradisi terdahulu, karena dia harus mengambil ujian Geshe di lapangan debat universitas Shartse selama dua hari dan dipanggil untuk ujian di Dokang, Sogpa, Ganden Jangtse Lubum, Gyälrong, dan Trehor Kangtsän. Setelah upacara selesai di Ganden, mereka memberikan persembahan kepada Chötri Dratsang dan Zim Kangshar Dratsang jadi mereka tidak terlewatkan, paling tidak. Pada tanggal delapan bulan duabelas, di Biara Drepung, para Geshe Lharampa menerima peringkat mereka dengan perwakilan Dalai Lama, fungsi pemerintah, dan kepala biara hadir. Gän Yongzin Dampa datang sebagai perwakilan kami, dan ujian ditetapkan pada tanggal enam bulan satu. Ketika saya berusia sembilan-belas tahun, pada tahun domba bumi, di Festival Doa Besar, saya mengambil ujian Lharampa Geshe, jadi pertama-tama saya pergi ke baris pertama festival untuk bertemu dengan Dalai Lama di Istana Norbulingka pada hari ketiga tahun tersebut. Pada tanggal enam bulan satu adalah hari ujian yang sebenarnya. Ada tiga perkumpulan. Pada perkumpulan pertama saya harus mempresentasikan lima akar kitab suci dan, pada pagi hari mengenai Pramana, pada sore hari mengenai Vinaya dan Abhidharma, saya harus menanggapi tantangan debat. Walaupun saya tidak akan berkata bahwa saya mempertahankan motivasi yang murni seperti pelepasan, bodhicitta, dan seterusnya selama ujian, tanpa polusi dari motivasi buruk seperti rasa takut, ekspektasi atau kebanggaan berlebih, saya memberikan tanggapan sederhana. Saya menjelaskan bahwa saya mengerti dengan kejujuran, tanpa berpura-pura melihat atau mengerti hal-hal yang saya tidak mengerti, tetapi dengan banyak murid terbaik dari Biara Sera dan Drepung melemparkan debat pada saya, saya tidak pernah bingung atau tidak bisa menjawab. Pada awal hari ketujuh, saya memberikan persembahan kepada majelis umum Ganden, di dua Dratsang secara individu, dan kepada kelompok-kelompok di Kangtsän. Hari itu, pada saat minum teh sore hari di Festival Doa Besar, saya mempersembahkan teh kepada perkumpulan dan sebuah koin tam kepada setiap orang. Banyak orang datang untuk menyelamati saya termasuk dengan siapa saya memiliki hubungan, mempersembahkan khatak untuk menyelamati saya atas hasil ujian, dan Rinpoche, Geshe Sherab Rinpoche, dan banyak Geshe lain, teman Dharma, dan murid-murid dengan siapa saya berhubungan atau kenal berkata dengan senang, “Ujian kemarin berjalan dengan sangat baik!” Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya mempunyai hutang rumah tangga yang besar, jadi, untuk merayakan hasil yang belum diketahui kami harus menjual mangkuk persembahan, set serkyem, dan beberapa implemen perak lain, kotak amulet emas 6 inci gau Zeu Lhakhang, dan beberapa kain dari zaman guru terdahulu untuk membayar distribusi dana persembahan, biaya nasi, dan seterusnya, dan ternyata ini cukup untuk menutupi pengeluaran terkait dengan upacara persembahan. Di samping itu, mentega yang dipersembahkan dari Dechen Balam timur hampir cukup dan kami membayar sisanya dengan meminjam sedikit dari pihak lain; dengan cara ini, kami menutupi pengeluaran upacara Geshe saya tanpa harus berhutang lebih banyak. Pada saat Festival Doa, aktivitas dari pagi sampai siang sampai malam termasuk debat umum pagi dan debat umum malam, mengaplikasikan penjelasan yang relevan ke akar teks, dan seterusnya. Ada tradisi bahwa setelah torma Festival Doa dilempar, para Geshe akan pergi ke kediaman Dalai Lama, orang yang melakukan debat terbaik akan menerima piala dan peringkat, tetapi tahun ini, karena Dalai Lama sedang menjalani pertapaan Yamantaka yang panjang, mengarahkan kami, para Geshe dan kepala biara, ke Norbulingka. Di sana, di kediaman cahaya matahari Norbulingka, Tse Kändrung Cenmo membacakan daftar peringkat. Peringkat pertama jatuh kepada orang Mongolia, Borä Tuwa Thubtän Nyingpo dari Drepung Gomang Hardong dan Minyag Tashi Tongdü.64 dari Drepung Loseling. Peringkat dua jatuh kepada orang Mongolia Gönpo Tsering dari Sera Jey Hardong 31
dan Trehor Tau Tau Tsewang Gönpo dari Ganden Jangtse. Tempat ketiga jatuh kepada Demo Tulku Rinpoche dari Drepung Loseling dan diri saya. Mereka yang mendapat peringkat berbaris berdasarkan urutan peringkat, dan mereka yang tanpa peringkat, berdasarkan senioritas pentahbisan. Karena Hotogtu tidak mendapatkan peringkat, tahtanya, dengan sandaran punggung dan seterusnya, telah disiapkan di akhir baris setelah kami berenam, dekat pintu, keanehan yang belum pernah ada sebelumnya! Setiap orang menerima teh dan nasi dan mereka yang mendapat peringkat tinggi diberikan piala. Demo Rinpoche dan saya, dalam peringkat ketiga, menerima jubah Dharma, jubah zän, topi kuning, khatak sutra, dan dua bata teh sebagai hadiah. Dengan cara ini, saya hanya berhasil untuk tidak mempermalukan diri saya di hadapan cendikiawan di debat umum dan pertanyaan. Akan tetapi, sepertinya bagi saya bila seseorang tidak mengaplikasikan usaha yang besar untuk waktu yang lama untuk mengenalkan diri dengan makna dari kitab suci melalui analisis yang detil, dan mengesankan artinya di pikiran, bila seseorang malas dan hanya mengandalkan kemampuan intelektual untuk mengerti, hal ini hanya akan bertahan sampai ujian debat, dan dengan berlalunya tahun, ia akan luntur seperti pelangi dan hanya tinggal seperti mimpi. Setelah Festival Doa debat umum selesai, seperti Arhat yang mendeklarasikan, “Saya telah menyelesaikan pekerjaan! Saya tidak akan mengalami kelahiran kembali setelah hidup ini!” untuk beberapa hari, kami bersantai dan beristirahat. Setelah itu, di antara waktu doa dan pertemuan, ketika Geshe Sherab Gyatso pergi ke Norbulingka untuk memeriksa cetakan Kangyur, saya pergi dengannya setiap hari dan menerima instruksi mengenai Akar Teks Sajak dan bab tiga instruksi berdasarkan penjelasan Nyanyian Kebahagiaan Sarasvati. Ketika dia mengajar, “tanda-tanda persepsi langsung” karena dia hanya menggunakan syair dari metafor dan saya memiliki sedikit pengenalan terhadap subyek ini, saya dapat mempersembahkan komposisi syair metafor untuk menanggapinya. Walaupun saya bermaksud untuk mempelajari bab pertama dan terakhir dengannya juga, hal ini ditinggalkan karena jadwal universitas tantrik dan keharusan untuk menghadiri ajaran-ajaran lain. Dengan tambahan bulan ngäl shöl65, pada bulan dua tahun domba bumi, pada purkumpulan Ganachakra, saya dipanggil ke Istana Norbulingka Kälzang dan, dengan Dalai Lama ke-13, Jetsun Ngawang Lozang Thubtän Gyatso Jigdräl Wangchug, sang pemenang, sempurna bertindak sebagai kepala biara dan guru, Deyang Tsänzhab Rinpoche Tänzin Trinlä Özer bertindak sebagai Pembuka Rahasia66, Namdra Dükor Lobpön Jampa Sönam bertindak sebagai pencatat waktu, Jangtse Chöje Drepung Loseling Trehor Jampa Chödrag dan Sharpa Chöje Sera Jey Lawa Lozang Gyältsän67, dan seterusnya, di pusat pertemuan Sangha ada sepuluh kepala biara dan para guru, saya menerima sumpah Bi. Saya ingin menjelaskan sesuatu pada titik ini. Sejak saat saya pertama kali memasuki ruangan Gän Rinpoche sampai akhirnya saya memasuki universitas Tantrik, kami bangun dini hari dan melakukan resitasi bersama, bagi umur panjang, Ganden Lhagyäma, Ekspresi Nama Manjushri68, dan sadhana Yamantaka. Setelah menyelesaikan resitasi, sampai sarapan siap, saya akan selalu menghafal paling tidak satu setengah halaman dengan gaya menulis halaman panjang dari teks filosofi yang sedang saya pelajari saat itu. Setelah minum teh di pagi hari, sesuai dengan sesi empat musim di biara, saya akan pergi ke sesi pagi hari di lapangan debat dan Puja Ritual Tara69 di malam hari, dan sesi debat di lapangan setiap hari tanpa kecuali, tinggal untuk mendiskusikan ajaran untuk waktu yang lama biasanya, biasanya sampai lewat jam sepuluh. Di antara pertemuan pagi dan sesi debat di pertemuan siang hari saya akan pergi untuk menerima instruksi dari Gän Rinpoche atau meneruskan belajar dan berdiskusi dengan teman Dharma saya Ngawang Lozang dan lainnya. Sesi musim dingin sangatlah dingin dan setiap tahun telinga dan 32
tangan saya akan terluka, terbelah dan bernanah, saya tidak pernah terganggu dengan hal ini dan selalu pergi ke setiap sesi debat. Di antara termin dan di Lhasa, setelah kelas pagi, Gän Rinpoche akan pergi mengelilingi ling kor. Ketika saya masih muda, ini adalah kesempatan saya untuk bermain dan menggambar dan seterusnya. Ketika Gän Rinpoche hampir kembali dari kegiatan berkelilingnya, dari dekat atau di meja depan saya selalu ada suara ketukan keras yang memperingati saya untuk mengumpulkan mainan saya dan berpura-pura mempelajari teks saya, saya bisa terhindar dari kemarahan Gän Rinpoche ketika dia kembali. Karena hal ini akan terjadi, saya bisa bersantai dan bermain sampai terdengar suara ketukan. Dia yang bernama Gyalchen Dorje Shugden telah menjaga saya seperti ibu yang menyayangi saya, banyak kali, bahkan ketika saya masih anak-anak yang suka bermain. Di antara termin dan ketika tinggal di Lhasa, dll., setelah malam tiba, saya harus keluar dan melakukan resitasi sampai jam sepuluh atau sebelas. Pada saat itu, bila saya tidak mengingat katakata dari kitab suci atau melewatkan mereka, tertidur, atau tidak jelas dalam penyebutan katanya, ketika saya kembali, saya akan mendapatkan hujan kemarahan dan pukulan dari Gän Rinpoche. Setelah tahun pertama dari kelas Madhyamaka, setiap tahun, di sesi musim dingin, para murid akan mempersembahkan resitasi yang dihafalnya di depan kepala biara yang berharga di Dratsang dan bila hafalan mereka sampai seribu halaman, mereka akan diberikan piala peringkat pertama. Ada dua atau tiga tahun dimana saya menerima piala ini. Saya selalu mempunyai edisi Nartang dari Kangyur di kamar saya di Lhasa. Di samping itu, pada tahun tikus air ketika ada pertikaian di Lhasa dengan tentara Tiongkok dan Tängyä Ling Dratsang dihancurkan, pemerintah telah mempercayakan banyak kitab suci dan Tängyur lengkap yang ditulis tangan kepada Biara Ganden yang, selama bertahun-tahun disimpan di kamar saya. Karena hal ini, ketika saya berusia tiga-belas tahun dan mulai menerima transmisi Kangyur, saya mulai membacanya, mulai dari tiga-belas jilid dari transmisi Vinaya, dan sangat menikmati hal ini sehingga saya akhirnya membaca seluruh Kangyur dan lebih dari setengah Tängyur termasuk sesi seperti Kumpulan Pujian dan berbagai subyek Sutra dan Tantra. Khawatir saya akan dimarahi oleh Gän Rinpoche, saya akan menyembunyikan setengah dari satu jilid kitab suci di altar di kepala ranjang saya dan ketika Gän Rinpoche telah pergi hampir setiap malam, setelah saya selesai melakukan resitasi kitab suci yang telah saya hafal, Gän Rinpoche akan pergi tidur, saya akan diam-diam membaca empat-puluh atau lima-puluh halaman kitab suci di bawah cahaya lampu. Lebih jauh lagi, di Lhasa dan Pertapaan Chuzang, saya membaca kumpulan karya Je Rinpoche dan murid-muridnya dan cerita kehidupan banyak Lama seperti berbagai Dalai Lama dan Panchen Lama, dan karya tulis dari berbagai bidang Sutra dan Tantra. Saya membaca dengan luas sehingga tidak ada jilid yang belum saya baca. Saya membaca sampai saya pergi ke Chatreng pada tahun tikus kayu dan ketika saya di Kham dan ketika saya kembali dari Tibet tengah, saya terus membaca karya tulis terdahulu dan kemudian dari banyak Lama doktrin yang tidak memihak. Seperti yang dikatakan di Ratusan Syair Kebijaksanaan70: Pengetahuan tertinggal dalam kitab suci, Mantra rahasia tidak dipraktekkan, Pelatihan yang dilakukan oleh mereka yang pelupa, Hampir semuanya akan gagal pada akhirnya! Seperti itu juga, seperti anak yang menyaksikan pertunjukan di wihara, jejak bacaan dan renungan saya mengenai kitab suci ini sekarang tidak ada kecuali tanduk pepatah seekor kelinci! Setelah pertemuan Geshe dan puja, saya memasuki Universitas Tantrik Gyütö dan menghadiri sesi musim semi di Universitas Gyütö Chudar di Tibet tengah dan menerima transmisi empat gabungan 33
penjelasan mengenai Guyasamaja dari Kepala Biara Sera Mey yang berharga Gyälrong Lozang Tsöndrü. Ketika sesi musim semi selesai, saya pergi ke sesi musim panas di Ganden, ke Ritual Torma Besar di Lhasa71 dan Praktek Persembahan72, dan ke sesi Dharma di Biara Sera. Pada bulan tujuh tahun tersebut, di sesi Dharma akhir musim panas tradisional Universitas Tantrik di Drag Yerpa, saya menghadiri semua sesi yang diharuskan bagi Geshe baru, ujian debat, pelatihan dimensi mandala selama tujuh hari, dan Tig Chen selama tiga hari, atau ujian Baris Besar di hadapan para kepala biara dan lama. Pada saat Tig Chen, seperti di zaman dahulu, seorang kepala biara dan lama memberi instruksi kepada para Geshe mengenai dua atau tiga simbol mandala Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka, dan asisten ritual menerima pasir mandala berwarna. Sesuai tradisi, pemula diberi pertanyaan mengenai tiga dimensi mandala dan lainnya dan, karena saya ada di sana di hadapan semua Geshe, saya harus menjawab pertanyaan tetapi terima kasih karena kebaikan Ngaram Dampa, saya dapat menjawab semuanya secara langsung. Di Yerpa, kami mendapat pelajaran mengenai empat kombinasi penjelasan Guyasamaja, Akar Tantra Heruka dan Iluminasi Makna Rahasia73. Pada saat itu, keponakan dari pendahulu saya, Rigzin, Latsab Geshe, dan dua anggota dari Gyütö, kelompok yang terdiri dari empat orang Tzongzur Legshä yang telah dikirim beberapa tahun sebelumnya untuk mengumpulkan persembahan kembali. Tetapi setelah dibagi empat jumlah yang tersisa setelah mereka membayar hutang dan bunga untuk persediaan mereka, tidak ada yang tersisa kecuali untuk menghidupi mereka. Pada saat itulah Gän Rinpoche dan saya memberikan tanggung-jawab rumah tangga pada Rigzin. Setelah sesi Yerpa selesai, kami melanjutkan ke sesi musim gugur di Lhasa, sesi Dharma Tse, dan sesi musim dingin di Ganden. Ketika saya berusia dua-puluh pada tahun monyet besi, setelah Festival Doa selesai, saya pergi ke sesi universitas Tantrik, ketika para tulku memasuki majelis Universitas Tantra, selama tiga hari mereka akan diperlakukan seperti biksu baru biasa dan harus mengikuti semua sesi debat. Kemudian, setelah tiga hari mereka akan mempersembahkan teh yang rumit yang disebut ne ja74 kepada pejabat universitas, dan mendistribusikan persembahan kepada Sangha secara umum. Sejak saat itu, mereka pindah ke posisi resmi dalam majelis dan dapat meminta izin untuk tidak menghadiri majelis dan seterusnya, sama seperti apa yang umumnya diperbolehkan bagi mantan pejabat Universitas. Walaupun saya diperbolehkan melakukan hal ini, satu tahun berlalu sebelum saya minta izin untuk tidak hadir dari satu sesi dan saya menghadiri setiap pertemuan dan sesi ajaran, tidak berbeda dari biksu biasa lainnya. Hal ini membuat Universitas dan praktisi Tantrik sangat senang. Bagaimana saya mengikuti disiplin program dan bahkan menjadi contoh kemudian akan disebutkan pada para tulku yang memasuki universitas. Tahun tersebut, ketika saya pergi ke sesi musim dingin di Ganden, seperti yang diminta oleh Geshe Gedun dari Mili, saya memberikan transmisi bacaan dari tiga jilid koleksi Migtsema dan Buku Doa Ritual Tantrik Tashi Lhunpo kepada sekitar tiga ratus biksu di Dokang Kangtsän. Karena saya tidak memiliki kediaman tetap setelah memasuki Universitas Tantrik Gyütö dan mengikuti programnya dan kemudian menghadiri sesi ajaran di Pertapaan Chuzang, atas permintaan banyak murid Gän Rinpoche baik dari universitas Jangtse dan Shartse di Biara Ganden, sampai dia meninggal dunia, kami pergi ke Ganden setiap tahun untuk pertapaan musim panas dan sesi Dharma musim dingin dan pada musim semi dan gugur, kami tinggal di kamar saya di Lhasa. Ketika saya berusia dua-puluh-satu, pada musim semi tahun burung besi, di Pertapaan Chuzang, saya menerima dari Kyabchog Dorjechang Phabongkhapa empat berkat inisiasi sindhura mandala 34
Vajrayogini dan instruksi yang dalam mengenai tingkat generasi dan penyelesaian, dan jenang dari Tiga-Belas Dharma Emas para Sakya, Tiga-Belas Visi Murni Tagpu75, siklus ajaran Manjushri, keturunan Lhodrag dekat, dan Lima-Belas Ajaran Vaishravana. Dari tanggal tiga bulan tujuh Shölda sampai tanggal enam bulan delapan tahun tersebut di Pertapaan Tagdrag, sembilan-Puluh-Tujuh Geshe seperti Dragyab Obom Togdän Jamyang Lodrö, bersama dengan rombongan besar menerima, dari sekelompok Lama Senior76, enam-puluh-lima inisiasi Mitra mandala yang tidak umum dari Seratus dan Delapan Mandala Disusun Oleh Mitrajogi. Setiap pagi, inisiasi dari salah satu kelas tantra bawah diberikan dan setiap malam, inisiasi dari yoga tantra tertinggi dan tak terkalahkan, jadi dua inisiasi diberikan setiap hari. Persiapan dari inisiasi dari setiap empat kelas tantra semua dilaksanakan secara lengkap, tanpa singkatan yang dibuat demi kenyamanan, semuanya diterima dengan lengkap sesuai dengan tradisi dari pemegang keturunan kramat. Tahun itu, karena pertikaian mengenai penunjukan bendahara di Biara Drepung Loseling, atas dorongan beberapa biksu yang mendapat informasi yang salah, biksu dalam jumlah besar berkumpul di bawah jendela Istana Norbuling bersujud dan berteriak dari atas balkon. Hal ini di luar disiplin tradisi dan ketika Dalai Lama dengan aspek kemarahan, dengan murka memanggil pemimpin kelompok, seseorang bernama Nyagre Gyao, Nyagre berkumis, yang katanya kabur dan bersembunyi di daerah Tölung. Beberapa tentara pemerintah pergi mencarinya di gua-gua Taglung dan bahkan setelah ajaran dimulai, beberapa pria berkumis sangat takut dicurigai dan ditangkap tentara. Di antara sesi yang saya terima dari Kyabchog Dorjechang Pabongkapa sang Ngag Tu77, Mantra Perkumpulan, jenang Vajrayogini dan instruksi mengenai torma Dharmaraja drugchuma yang damai dan murka. Setelah kembali ke Chuzang dari Ret Ret Tagdrag, seperti yang diminta oleh Nyonya Lhalü Lhacham Yangtzom Tsering, di lapangan Dharma Pertapaan Nyangdrän Chuzang, lebih dari seribu orang, awam dan ditahbiskan dan dipimpin oleh Sangha lama dan tulku menerima banyak ajaran yang merupakan perwujudan dari semua refuge, Lozang Tubwang Dorjechang, Je Pabongkapa yang sebenarnya. Mulai dari tanggal tiga-puluh bulan delapan, selama dua-puluh-empat hari, kami menerima ajaran Lamrim, keturunan pusat dan Nyurlam Martri, Instruksi Eksplisit Jalan Cepat. Makhluk beruntung yang hadir menerima instruksi yang ekstensif dan praktis mengenai jalan menuju pencerahan berdasarkan gabungan tiga penjelasan ini, dan ritual penganugerahan dari sumpah bodhisattva yang bersifat aspirasional dan keterlibatan. Ketika Lama Dorjechang sedang mengajar dia berkata, “Hal ini sangatlah luas dan dalam bagi mereka yang memiliki kebijaksanaan yang mendiskriminasi, Akan tetapi mudah untuk dimengerti dan diingat oleh mereka yang memiliki kepandaian kurang.” Karena itu, oleh sebab cara eksposisinya yang ahli, sangatlah mudah bagi setiap orang untuk mengerti, tanpa mempedulikan tingkat kepandaian mereka. Karena dia mengajar berdasarkan pengalaman tanpa menggunakan kata-kata yang terlalu tinggi sehingga setiap orang dapat mengerti, hal ini membuat pikiran saya yang manja dan sulit diatur seperti kuda jantan liar terlepas di pegunungan, memasuki jalan sederhana Dharma. Saya tidak akan pernah bisa membayar kebaikan ini bahkan bila saya saya membawa hutang ini terus-menerus di pucuk kepala saya sampai mencapai pencerahan. Pada saat itu ada beberapa catatan kasar dari sesi ajaran ini yang diambil oleh Dagyab Dong Gong Tulku yang, tergantung dari undangan ladang pahala bagi Jor Chö, Ritual Praktek Pendahuluan, Kyabchog Dorjechang sendiri telah memeriksa dan membetulkannya. Atas dorongan mereka yang tertarik, saya mengkompilasi catatan dari sisa ajaran Lamrim yang mendahului dan lanjutannya, dan 35
membuat beberapa tambahan dari sedikit pemastian saya atas ajaran yang telah diberikan dan pantas, dan ini adalah apa yang sudah dicetak dan dipublikasikan sekarang ini sebagai Namdröl Lagchang, Kebebasan di Tangan Kita. Chagong Bemda Tulku dan Laka Tulku keduanya datang dari Chatreng dan telah meninggalkan daerah asal mereka selama beberapa waktu, tetapi utusan dari Bemda Tulku dan kelompoknya telah mengirimkan petisi kepada Dalai Lama untuk dapat mengambil-alih Trijang Labrang di Lhasa sebagai inkarnasi yang sebenarnya “seperti burung memasuki sarang atau sebilah pedang pergi ke sarungnya,” dan dia bersama kelompoknya harus menunggu tanggapan selama sebulan di Amdo. Laka Tulku pergi sebelum Bemda Tulku dan datang ke kediaman saya di Pertapaan Chuzang. Dia memberitahu bahwa saya harus menjadi gurunya ketika dia di Ganden dan saya setuju. Setelah sesi ajaran Lamrim selesai dan saya datang ke Lhasa, ketibaan saya di jembatan Mindröl di sektor timur laut dari Lingkor kebetulan bersamaan dengan saat kedatangan Bemda Tulku dan kelompoknya di Lhasa ketika mereka bertemu dengan Sera Mey Pomra Geshe Dapön. Kemungkinan hal ini terjadi seperti pepatah terkenal tentang kura-kura laut naik ke permukaan dan lehernya masuk ke pikulan emas; hal ini sangatlah aneh! Ketika tanggapan dari petisi Bemda Tulku datang dan menyatakan, “Trijang Tulku yang sebenarnya seperti yang diakui sesuai dengan indikasi dan pada kenyataannya, masuk dan belajar di Universitas Monastik Ganden, dan bahkan mendapatkan gelar Geshe Lharampa. Dia sekarang ini terdaftar dalam kurikulum Universitas Tantrik Gyütö. Tidaklah pantas bagi kalian untuk mengambil alih Trijang Labrang! Masuklah ke biara apapun yang ditentukan oleh nenek moyangmu!” Karena ini adalah tanggapannya, sang Tulku masuk ke Sera Mey Dratsang. Relasi sang Tulku, “Geshe Yeshe” yang rendah hati yang kembali dari kampung halamannya setelah sang Tulku meninggal, memberikan saya salinan dari beberapa petisi yang mirip yang telah dikirimkan ke Ta Lama sebelum dan sesudah yang satu itu, dan meminta maaf dari saya karena telah menciptakan masalah tak berarti di masa lalu. Setelah sesi ajaran Lamrim selesai, saya beristirahat selama beberapa hari dan kemudian, sekali lagi, dari Kyabchog Dorjechang di Pertapaan Chuzang dengan enam-puluh orang, menganggap diri saya sangat beruntung untuk menerima ajaran dari praktek yang telah ditinggalkan untuk kita dari jutaan siddha tertinggi dan dihargai oleh Vajrayogini, tantra utama yang paling rahasia diantara yang rahasia, sistem Gantapa dari Chakrasamvara inisiasi Lima-Dewa luar dan inisiasi mandala tubuh Gantapa Heruka diikuti dengan penjelasan yang dalam mengenai tahapan generasi dan penyelesaian dari praktek tubuh mandala Heruka dan juga instruksi dari Enam Yoga Naropa, dan setelah ajaran dibubarkan pada malam hari, beberapa dari kami mendapatkan sesi peninjauan kembali dan menerima instruksi rinci mengenai hal-hal seperti latihan fisik yang harus dipraktekan sehubungan dengan Enam Yoga. Suatu malam, ketika kami semua berlatih nafas vas dengan Lama yang berharga, melakukan latihan fisik. Semua berjalan dengan sangat damai dan tenang ketika seseorang di belakang mengeluarkan kentut yang keras! Sang Lama dan setiap orang tertawa dan harus mengambil jeda sebentar. Ketika saya berusia dua-puluh-dua, pada tahun anjing air, setelah Festival Doa, mengikuti instruksi Dalai Lama, di Aula Pertemuan Lhasa Meru78, Kyabchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi memberi transmisi penjelasan dari Lamrim sedang dengan sekitar empat-ribu orang yang hadir. Kami pergi untuk menghadirinya. Ketika persembahan Ganachakra selesai, Kyabdag Tagpu Dorjechang Lozang Jampäl Tänpay Ngödrub, juga dikenal sebagai Padmavajra Tertinggi, datang dari Barkam ke Lhasa dan saya mempunyai keberuntungan untuk bersujud di kakinya ketika dia sedang tinggal di Kashag Lho.
36
Atas permintaan putra menteri Shölkangpa, Sharpa Tulku, dia memberikan lebih dari tiga-puluh inisiasi dan ajaran mengenai praktek dari visinya yang murni kepada saya dan tujuh makhluk suci tertinggi termasuk Kyabje Tagdrag Dorjechang, Ganden Tridag Rinpoche, dan Drepung Mogchog Rinpoche. Kapal kami yang menunggu dipenuhi oleh nektar berkat yang tak terkalahkan. Suatu hari saya diundang ke ruangan Guru Vajradhara dimana saya menerima penganugerahan jenang Cittamani Tara ‘Masuk Hati’ dan inisiasi keturunan tertutup umur panjang Tangtong, Chime Pälter, Harta Karun Keabadian Yang Mulia. Menurut Tagpu Tänpay Gyältsän, Garwang Rinpoche, dan lainnya, Tagpu Dorjechang sering mendapat visi dari Guru dan Dewa dan, khususnya, dia bertemu muka dengan Yang Mulia Tara berulang kali, seperti satu orang yang bertemu dengan orang lain, dan menerima ajaran rahasia yang tak terbayangkan dan ramalan darinya yang mengisi satu “Jilid Ibu” dan sekitar tiga “Jilid Putra.” Karena dia adalah makhluk luar biasa yang perwujudan samudera mandala yang tak terbatas secara bersamaan, saya bertanya pada dia mengenai ramalan terkait dengan dewa meditasi saya dan kemana saya akan pergi setelah kehidupan ini. Dia bertanya pada Tara dan dia memberinya delapan baris syair. Bila tidak menipu, ini adalah hal yang bisa membuat tidur nyenyak. Kagyur Lama Rinpoche Lozang Döndän Pälzangpo sangatlah baik pada saya. Suatu hari dia datang ke ruangan saya dan berkata, “Karena kamu belum menerima transmisi dari Kumpulan Karya Je Tsongkhapa dan dua muridnya, dengarkanlah dan saya akan memberinya padamu!” Dia tidak meminta persembahan apapun dan saya tidak perlu meminta, tetapi seperti yang dia bilang, jadi dengan senang hati, di kediamannya yang kecil di universitas, saya menerima penganugerahan seluruh transmisi bacaan dari edisi Tsang Kumpulan Karya Ayah Manjushri Tsongkhapa Dan Dua Putranya. Pada saat itu, saya sangat miskin sehingga tidak dapat mempersembahkan lebih dari lima do-tsä perak79. Memulai apa yang segera berakhir, saya menerima dari Kagyur Lama Rinpoche di Shide Nyangnä Lhakang, transmisi lima jilid Kumpulan Karya Tagpu Garwang. Pada saat itu dengan maksud tunggal, Kyabchog Dorjechang dan rombongan yang terdiri dari beberapa lama, tulku, dan geshe termasuk Ganden Jangtse Tridag Rinpoche, Gomang Mogchog Rinpoche, Tsona Göntse Rinpoche, dan kami sendiri di kediaman Lhasa Shäzur, berlatih dengan tepat dalam praktek mandala tiga dimensi dari Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka. Ketika saya berusia dua-puluh-tiga, pada tahun babi hutan air, di Pertapaan Chuzang, saya menerima dari Kyabchog Dorjechang Pabongka, jenang Bari Gyatsa, inisiasi keturunan Bari dari seratus Dewa, untuk Drubtab Gyatso, Samudera Sadhana, dan Nartang Gyatsa, keturunan Nartang dari inisiasi seratus Dewa, dan penjelasan pengalaman pada tingkat generasi dan penyelesaian berdasarkan zamatog, “kapal pencerahan,” sadhana dari Tiga-Belas Dewa Yamantaka; penjelasan Guru Yoga dan Mahamudra berdasarkan Jalan Bermakna Lama Chöpa, Guru Puja, dan akar teks Mahamudra dan berbagai transmisi lainnya dan penjelasan seperti penjelasan mengenai bagaimana cara melakukan pertapaan Yamantaka Pawo Chigpa, Pahlawan Terisolasi. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tanggung-jawab administrasi rumah kami telah diberikan kepada Tzöpa Rigtzin. Kami telah berharap yang terbaik tetapi karena dia hanya memiliki sedikit pengetahuan atau sumber daya dan kesukaannya bermain dadu mengurangi kemampuannya dalam mengadministrasikan apa saja. Karena itu, seperti contoh, daging sudah diberikan, tetapi tidak setetespun diterima, Gän Rinpoche dan saya tidak selalu menerima makanan dan minuman tepat waktu. Menteri yang berkuasa pada saat itu adalah Kalön Kemä Zhabpä Rinchen Wang-gyäl dan karena dia adalah salah satu orang yang paling berpengaruh, bila dia membantu dan melindungi kamu, ada harapan besar bahwa satu kata darinya akan mencapai beberapa hal, jadi kami pergi dengan persembahan kecil ke Kunzang Tserkong dan menceritakan situasi secara detil. Kami meminta agar 37
investigasi yang pantas dilakukan karena ide dan tindakan Rigzin yang berubah. Dia berkata, “Tidak pernah ada dalam tradisi, tulku-mu harus mengambil tanggung-jawab administratif selain memberi nasihat di sana sini. Seperti yang dikatakan, “Saya adalah pelindung diri saya sendiri. Siapa lagi yang akan melindungi saya?” Bila kamu tidak bisa mencukupi dirimu, ini adalah bentuk buruk untuk mengharapkan orang lain akan melakukannya! Jadi, seperti yang dikatakan Je Ba Rawa Gyältsän Pälzang, “Walaupun hubungan dengan teman dan relasi adalah sama Ketika kamu kaya raya, mereka memberimu perhatian besar Ketika kamu miskin dan melarat dan mengalami ketidak-beruntungan, Kau diabaikan sebagai tidak berharga dan statusmu berkurang. Teman setia di saat sulit jarang ditemukan!” Ini adalah pikiran yang menenangkan mengenai apa yang bisa saya harapkan dari relasi. Setelah saya memulai kurikulum Gyütö, kediaman tetap saya adalah Pertapaan Chuzang, tetapi saya akan pergi kemanapun Kyabjchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi memberi ajaran, dan dalam waktu diantara ajaran, pada awal dan akhir tahun, saya melakukan pertapaan lä-rung Vajrayogini, Yamantaka Pahlawan Terisolasi dan Tiga-Belas Dewa, Gandipa Lima Dewa Heruka, Hayagriva Rahasia, Sistem Pälmo Yang Berkasih Sayang Besar, dan seterusnya, menjadi kemajuan di perkembangan mental dengan berusaha sebisa saya dalam meditasi Lamrim, dalam hubungannya dengan praktek pendahuluan dan akumulasi. Akan tetapi tidak lama kemudian, kondisi lain mengharuskan saya untuk pergi ke Chatreng atau tempat lain untuk mengurus beberapa hal yang mengganggu, jadi jejak pengalaman apapun dalam perenungan atau meditasi akan menghilang seperti embun di musim dingin, saya pikir, ini adalah hasil dari karma buruk yang telah saya lakukan di kehidupan terdahulu. Ketika saya berusia dua-puluh-empat tahun, pada tahun tikus kayu, diputuskan bahwa saya harus pergi ke Chatreng karena hal ini diminta oleh orang-orang di daerah Biara Chatreng secara umum. Setelah Festival Doa selesai, saya minta izin untuk dikecualikan dari jadwal universitas tantrik. Pada hari yang sama saya menggulung tikar meditasi saya, Kyabje Ling Chogtrül Rinpoche baru memasuki universitas dan menggelar tikarnya; Hal ini bersamaan dengan upacara teh saya yang terakhir di majelis. Setelah Ganachakra selesai, di ruangan saya di Tashi Rabtän di Lhasa, seperti yang diminta oleh Ganden Shartse Dokang Samling Geshe Yöntän, kepada sekitar dua-ratus Sangha yang hadir, saya memberi transmisi bacaan dari Kumpulan Karya Je Tsongkhapa dan murid-muridnya. Saya membaca satu jilid per hari pada saat itu. Lidah saya tidak memiliki kemampuan untuk me-resitasi dua atau tiga jilid seperti beberapa orang lain. Pada saat itu, mereka yang termasuk Sera Mey Pomra Chatreng Pälchug Dapön Geshe dan Kroti Tsultrim, sekali lagi membuat masalah mengenai kedatangan kami ke Kham, mengirimkan petisi ke menteri Dalai Lama, Tsarongpa Dazang Dradül. Suatu hari, atas permintaan perwakilan pemerintah bernama Zhide Ta Lama, kami mengundang ke kediaman saya seorang biksu murni yang sangat menghormati dan menerima instruksi Lama Dorjechang, yang telah berlaku sebagai oracle bagi Gyalchen Dorje Shugden dalam kerahasiaan ketat dalam beberapa kesempatan sebelumnya, dan kami meminta nasihat. Hal ini dikarenakan kami tidak tahu pasti mengenai masalah yang ada di Kham dan juga ingin tahu apakah baik untuk meminta Khamtsän mengadministrasikan kamar-kamar saya ketika saya berada di Kham. Transmisi yang diterima menyatakan, Payung berharga adalah yang utama untuk perlindungan dari panas (Hal ini merujuk pada Dalai Lama) Ikan emas, kepercayaan hati, kebaikan di samudera yang luas 38
(Hal ini merujuk pada Biara Khamtsän) Fenomena banyaknya musuh dalam vas yang diinginkan (Sifat dari banyak praktisi palsu,) Sahabat teratai [matahari] tidak perlu menghentikan bulan (tidak hanya mementingkan maksud sendiri,) Bila perkataan kulit kerang tidak menegakan apapun selain Keturunan Oral Ganden dari simpul tak berujung Pikiran Rahasia Saya akan menjadi roda murka yang memproklamasikan kemenangan Bagi spanduk kemenangan Dharma! Ini adalah ramalan yang diterima. Pada saat itu, seperti yang diminta oleh Trehor Kartze Trungsar Rinpoche, Kyabdag Kagyurwa Chenpo Jetsun Lozang Döndän Pälzangpo yang tertinggi memberikan transmisi bacaan dari Kumpulan Karya Tukwan Chökyi Nyima, termasuk pekerjaan yang disegel dalam kerahasiaan, kepada Sangha yang terdiri dari delapan-puluh lama dan tulku dari Tibet tengah. Seperti yang diminta oleh Chötsün Trinlä Dechen dari Pangda, kepada sekitar enam-puluh pendengar awam dan ditahbiskan, dia memberikan berkat Vajrayogini dan instruksi tahapan generasi dan penyelesaian. Kepada sekitar dua-ratus rombongan, dia memberikan inisiasi LimaDewa Gantapa Heruka dan inisiasi Hayagriva Rahasia. Ketika hampir tiba waktunya untuk kembali ke Kham, saya bertemu dengan Dalai Lama untuk menundukan kepala saya di kaki teratainya dan menerima dari beliau banyak nasihat mengenai apa yang harus dilakukan di Kham. Dengan mengikuti nasihat dari Dalai Lama, saya pergi untuk memberikan sujud perpisahan saya di Yarlam, ketika Tuan Kagyurwa, Jetsün Lozang Döndän Chogtse sedang mengajar Sutra Pratimoksha yang ekstensif pada saat pertapaan musim panas biara. Di Drepung Loseling Dratsang Wajah dari semua pecari perlindungan berkumpul, Dorjechang Pabongkapa Pälzangpo, memberikan ajaran mengenai Lamrim Chenmo jadi saya pergi kediamannya di Istana Kungarawa untuk bersembah sujud perpisahan kepadanya. Dengan kebaikan yang amat sangat, dia memberi saya nasihat ekstensif dan rinci seperti esensi nektar mengenai beberapa hal seperti perlunya menyebarkan keturunan Ganden yang murni di Kham dan juga memberi saya hadiah yang ekstensif. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, karena pengurus rumah saya, Rigzin, tidak bertindak sepantasnya, kami merasa ada bahaya mengenai masalah administrasi ketika kami ada di Kham, jadi kami meminta Ganden Dokang Kangtsän untuk mengambil tanggung-jawab atas kamar saya di Ganden dan penerimaan sewa dikirimkan oleh pengawas umum majelis Ganden di Meldro. Tanggung-jawab atas kamar di Lhasa, penerimaan dari sewa tanah Shartse dan sewa dari Dechen Lamotse dan tanah di Deyangpa dan tanah Gyamag seharusnya ditinggalkan dengan Rigzin, manajer administrasi, tetapi dari tiga ratus tamdo yang diterima, dua ratus yang digunakan untuk membayar kembali kangtsän dan seratus tamdo untuk dibayarkan pada dirinya sendiri setelah kami kembali dari Kham, di samping dua ratus tamdo yang harus dibayarkan kembali pada kangtsän, kami telah mengakumulasi lebih banyak hutang kepada kangtsän dan masih harus membayar beberapa hutang kecil kepada Rigzin di samping hutang yang sebelumnya! Sementara itu, karena meninggalnya manajer sebelumnya, pengeluaran dari upacara Geshe80 yang harus dibayar dan seterusnya, bersamaan dengan tanggung-jawab berat, penerimaan kami tidak mencukupi, jadi kami mengalami kesulitan dalam mempersiapkan perjalanan ke Kham. Akan tetapi, dengan meminta bantuan dan hutang dari beberapa murid dan pendukung saya, kami mengumpulkan cukup dana dan, pada pagi hari di bulan tujuh, saya, pelayan saya Lhabu, asisten ritual saya, Gyütö Ngagram Zedru Göndra Budor dari Markam, Teman Dharman saya Gyütö Pukang 39
Lozang Tashi, tukang masak Namgyäl Dorje, penjahit Tenzin Lhawang, dua orang termasuk Sönam Wangdü untuk menjaga kuda dan keledai dan seterusnya, dapat melanjutkan perjalanan kami. Empat pengawal yang termasuk Tändrong Pälbar Togme berangkat dari Lhasa dan menghabiskan dua hari di Yarlam Gungtang. Ketika pelindung kelahiran saya, Dragshul Wangpo, dan Nyima Zhönnu, ketua dan rombongannya dipanggil, bukan Rigzin yang mengawal saya, tetapi arwah yang melakukan perjalanan ke Kham, Tsängö, agen dari Dragshul Wangpo, menasihati saya mengenai menjaga kesehatan, diet, mengepak, interseksi yang kritis yang akan saya lewati dan seterusnya; semuanya cukup lucu! Kemudian kami pergi dan menghabiskan satu hari dengan ibu dan adik perempuan saya Jampäl Chötso di tempat keluarga Dechen Karab Ogong. Hari berikutnya kami sampai di Ganden dan bertemu dengan Gän Rinpoche Lozang Tsultrim yang tertinggi. Pada saat saya di sana, saya memberikan inisiasi dua-hari mengenai Tiga-belas Dewa Vajra Bhairava kepada lebih dari lima ratus Sangha di aula pertemuan Dokang Kantsän, dan menghabiskan satu hari lagi memberikan persembahan di hadapan Serdong Chenmo, peti mayat stupa Je Tsongkhapa dan sang, asap persembahan yang harum, sampai ke Gunung Wangkur. Saya pergi ke universitas Shartse, atas undangan mereka. Ketika utusan kepala biara Pukang Lozang Kyenrab menyampaikan persembahan tiga representasi tubuh, perkataan dan pikiran yang tercerahkan yang dikirimkan oleh universitas, dia meresitasikan satu syair untuk masing-masing. Ketika dia meresitasi syair untuk mempersembahkan stupa dia mengatakan, käl pa je wa sam yä su chöd-tän tzä ching zhug gyur chig Selama jutaan kalpa melebihi konsepsi Tolong tetaplah menjadi stupa! Karena itu, walaupun dia terkenal sebagai cendikiawan dalam bidang dialek dan kitab suci, untuk kasus ini, dia menunjukan pengetahuan yang salah atas tata-bahasa yang benar. Orang Chatreng tidak berhenti dari perang gerilya dan sementara beberapa dari mereka berteriak paling keras, beberapa yang tidak mempunyai keyakinan pada saya ada di sana juga, membuat saya sulit kembali dari Chatreng ke Tibet tengah. Dalam situasi ini, dengan setiap orang merasa diawasi atau dengan alasan apapun, setelah keberangkatan saya ke Ganden, Gän Rinpoche tetap tinggal di ruangannya, dan banyak orang yang nampak seperti memberikan persembahan khatak dengan munafik kepada Rigzin dan anggota Kamtsän, seperti menghitung berapa lama lagi mereka akan ada di sana. Kyabchog Dorjechang berkata, Dari hujan awan yang seharusnya melindungi Tumpahlah hujan es dan kilat berapi Bahkan matahari yang sangat cocok bagi kehidupan, Terbakar seperti sesuatu yang tertinggal di api neraka! Semua nampak seperti itu. Setelah membayar biaya yang terkait dengan meminta kediaman tetap di Ganden, menjadi tuan rumah pertemuan dengan teman dan sahabat Dharma, memberikan persembahan di hadapan Serdong Chenmo, dan seterusnya, saya memiliki sekitar lima-belas perak sang yang tersisa yang saya persembahkan pada Gän Rinpoche. Hari saya meninggalkan Ganden, dengan aspek kesedihan berair mata, Gän Rinpoche memberikan saya banyak nasihat esensial yang tulus, dari sudut pandang saya meninggalkan Ganden atau tidak, dan pikiran saya sangat terikat padanya sehingga berpisah dengannya tidak tertahankan bagi saya.
40
Setelah menghabiskan dua-hari di perkebunan Mäldro Jara Do, kami melewati Richen Ling, Özer Gyang, Tsomo Rag; Kongpo, terusan Bala, dan Gyamda, terusan Tro, Lharigo, Bändhala, dan terusan Nubgong, silih-berganti melintasi jalan yang menakutkan, ngarai yang dalam dan sempit, tebing yang tinggi curam dan jembatan yang sulit sampai tiba-tiba kami sampai di Ngödro. Kami menghabiskan satu hari di Biara Ari, biara lokal Ngaram Dampa, dan melakukan persembahan singkat. Hari selanjutnya, kami pergi ke dalam kamar tidur Dampa, Ayig Tangowa sebentar dan saya meninggalkan hadiah simbolis tsa-tsa yang mengandung relik-nya. Kami pergi ke Biara Gyatso Ling atas undangan Labrang dan menghabiskan satu hari di sana. Saya telah menerima banyak ajaran Tantrik dari keturunan Gungtrul Rinpoche terdahulu dan melakukan persembahan di stupa tempat abunya. Inkarnasi Gyatso Ling Tulku yang sekarang tinggal di sana. Dia nampak seperti suka bermain karena dia masih muda. Kami menyeberangi terusan Shargong dan sampai di Chagra Pälbar. Di sana, atas permintaan Gyümä Ngarampa Pälbar Geshe Ngawang Chöjorchän, saya memberikan instruksi mengenai pentahbisan awal dan penuh kepada sekitar delapan Sangha di Pälbar Dratsang. Kemudian kita melewati Lhatse dan Shopado sampai di Tzitor dengan dua dratsang-nya, Nyinpa dan Sipa. Seperti yang diminta oleh Nyinpa Dratsang, kami menghabiskan tiga hari di sana. Saya melakukan konsekrasi Geleg Charbeb sehubungan dengan Vajra Bhairava bagi patung Maitreya yang baru dibangun bersama biksu ritual dratsang, dan memberikan inisiasi umurpanjang bagi orang lokal. Di antara majelis, atas undangan Sibpa Dratsang dan Drag Nag Labrang, saya pergi kesana sebagai seorang tamu dan melakukan konsekrasi dan seterusnya. Lalu kami tinggal bersama keluarga penyandang dana utama dari Ganden Tripa terdahulu di Lhotzong dan, atas undangan Biara Tram, saya pergi ke sana untuk waktu yang singkat, melakukan konsekrasi atas obyek suci, dan membangun hubungan singkat dengan Sangha di sana. Kami lalu menyeberangi terusan Yidag, menyeberangi jembatan besar di atas Sungai Gyälmo Ngülchu, menyeberangi terusan Chutsul dan sampai di Gunung Mari di Wako. Dari Kyungpo Tengchen, Horchi, Gubernur Menteri yang berkuasa atas warga nomaden di utara, Känchung Yutogpa Wangdü Norbu mengirimkan utusan dengan pesan bahwa kami harus menunggu di Gunung Mari untuk bertemu dengannya. Jadi kami pergi ke Mari dan menghabiskan satu hari di sana. Hari berikutnya, Horchi dan agen-agennya datang dan saya menghabiskan hari yang santai sembari bertemu dengannya dan memberikannya inisiasi umur panjang sistem Drubgyäl. Saya memberikan pada Horchi, uang persembahan yang saya dapat dari Känchung dan pemberian kecil yang dikumpulkan selama perjalanan, dan memesan konstruksi dua pilar yang disepuh untuk Dokang Kangtsän. Känchung ini adalah orang yang sebelumnya, pada tahun kuda bumi, mengikuti perintah Dalai Lama, menjadi pengawas yang ditunjuk pemerintah ketika wihara Sangpu direnovasi. Saya sedang menikmati pelajaran di sesi musim panas termasuk pergi ke lapangan biara untuk berdebat mengenai kutipan kitab suci dan logika. Saya diminta untuk mengkomposisikan dedikasi renovasi yang ekstensif untuk ditulis di dinding. Saya menulis (menggabungkan sajak nama Dalai Lama ke-13, Ngagwang Lozang Thubtän Gyatso Jigdräl Wangchug Choglä Namgyälway De): Sahabat yang perkataan keyakinannya (yang membebaskan mereka yang setia) mengeluarkan keharuman yang menarik pikiran dari teratai kekuatan, Yang telah mengarungi samudera Dharma, cahaya pelita di samsara dan nirvana, Ajaran yang diberikan bagi Dia yang Mampu, Tidak takut, tak tertandingi, Tuan Iluminasi, menang atas semua mara dan negativitas, Matahari bagi manusia dikenal sebagai perwujudan dari sepuluh kekuatan, saya menyimpanmu di pucuk kepala saya! Dengan kata-kata ini, saya mengekspresikan penghormatan bagi Obyek Refuge dan beberapa baris bersajak mengenai keterlibatan dan aspirasi, yang, sejak saat itu, menjadi sangat populer untuk digunakan sehubungan dengan melakukan persembahan. 41
Kemudian, setelah melewati Tsawa, Pomda, Tzogang, dan seterusnya, kami sampai di Markam dan menghabiskan satu hari dekat terusan yang dikenal sebagai terusan Kongjo. Malam itu, saya bermimpi seseorang seperti adik perempuan saya Kuntse Cham Dekyi Yangchän memakai baju dan perhiasan yang mewah menampakan ekspresi senang, dan membawa saya ke satu kastil besar seperti Istana Potala merah. Di dalamnya ada wihara dengan banyak ruangan berisi representasi dari tubuh, pikiran, dan perkataan yang tercerahkan, banyak persembahan dan biksu. Dia juga secara perlahan membawa saya ke tangga berlapis emas, dan memberi saya sesuatu untuk dimakan dan diminum. Hari selanjutnya dalam perbincangan, orang lokal menyebutkan penguasa arwah lokal, Pawo Trobar, dan adik perempuannya yang bernama Tachang Ma, dan saya pikir, ini pasti merupakan emanasi mereka. Kemudian, pada tahun 1964 Dharamsala, melalui medium wanita Khampa, Namgyäl Drölma, saya berhubungan langsung dengan Trobar dan Tachang Ma. Tachang Ma mengatakan bahwa saya telah mengunjungi daerah mereka sebelumnya, dia memberi saya sebuah tanda melalui hubungan langsung dalam mimpi. Hal ini mengkonfirmasi apa yang saya pikirkan sebelumnya. Hari selanjutnya, kami menyeberangi sebuah jembatan di atas sungai besar bernama Dachu. Semua orang, kuda, dan keledai disabet dengan tali yang mengikat sapi secara bersamaan. Karena kami tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, setiap orang agak gelisah tetapi akhirnya kami semua sampai di seberang tanpa masalah dan tiba di Gartog, Markam. Saya tinggal di Labrang di Biara Markam Özer. Ketika inkarnasi terdahulu dari Özer Rinpoche tinggal di Lhasa kami telah kenal baik sehingga ketika saya sampai di Kham, dia mengembalikan keramahan ini dengan murah hati. Kami meninggalkan Gartog dan, di Marlam Lhadün, melihat wihara dengan patung batu Buddha Vairochana yang dikenal sebagai Chagzo, dimana Ratu Tiongkok Gyaza meninggal dalam perjalanan menemui sang raja. Hari kami tiba di Biara Markam Zeudru, Gangkar Lama Rinpoche Könchog Chödrag, tuan para siddha, datang untuk mengawal kami di pos terdepan kastil biara. Saya tinggal selama beberapa hari di labrang yang baru selesai dikonstruksi di biara. Gangkar Rinpoche sebelumnya berada di Drepung Loseling. Walaupun dia tidak terlalu terpelajar dalam kitab suci karena waktu yang dihabiskan di sana tidak terlalu lama, tetapi dia telah mencapai pengalaman kesadaran tinggi. Dia mempunyai banyak pandangan tentang masa depan dan merupakan yogi tertön yang luar biasa, pengungkap harta karun, yang membawa patung, substansi samaya, dan harta karun dari danau dan gunung batu. Dia hidup sebagai biksu yang murni yang mengembangkan pandangan murni dan mempraktekan tradisi Ganden. Walaupun dia belum pernah bertemu saya sebelumnya, karena hubungan karma diantara para tulku selama banyak kehidupan, dia banyak menulis kepada saya pada saat saya tinggal di Tibet. Saya memberikan inisiasi Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava kepada Sangha di biara, dan inisiasi besar Avalokitesvara, Sang Pengasih kepada masyarakat umum, baik yang awam dan yang ditahbiskan. Lama Rinpoche memberi saya rupa Heruka dari perunggu yang terbentuk secara alami yang didapatnya dari batu di tengah danau Bumtso yang sampai sekarang masih saya bawa kemana-mana. Kemudian kami menyeberangi sungai Drichu di biara atas dari biara Gowo Rong Gönsar dan mengambil jalan yang sempit dan curam yang dikenal dengan nama tramko lam, sampai akhirnya sampai di Biara Tzetze, dimana hidup seorang bernama Dranag Lama atau Lama Chöpag, yang merupakan teman Dharma saya ketika menerima transmisi Kangyur di Tibet. Setelah berpisah, dia telah mempraktekan chöd dan melihat banyak bayangan ajaib dari hantu dan deva. Di banyak biara lokal dari Kongpo ke Kham, ketika mempraktekan chöd dengan yang lain diantara majelis, di malam yang gelap, mereka yang hadir akan mendengar suara-suara dalam bahasa Tiongkok, Tibet, dan banyak bahasa dan senjata akan meletus tanpa alasan. Orang akan mendengar suara-suara menghitung banyak uang, berteriak kesakitan, dan seterusnya, datang dari sekeliling bangunan, di dalam dan di luar, berbagai bayangan dan suara yang bisa dipersepsikan setiap orang akan terjadi, 42
sehingga dia dianggap sebagai emanasi Lobpön Rinpoche, Padmasambhava dan setiap orang menunjukan keyakinan dan rasa hormat yang besar kepadanya. Aktivitasnya sebagai seorang lama secara bertahap meningkat sampai kemudian, atas keinginan umum, di tengah pertikaian antara Tiongkok dan Tibet, dia menjadi sejenis figur jenderal pemimpin yang bertanggung-jawab atas tentara bersenjata yang besar di dalam dan di luar Biara Tzetze. Karena saya adalah sahabat Dharma-nya dari waktu sebelumnya, dari cara orang-orang di daerah itu, setelah bertanya-tanya, atas instruksi Dalai Lama dan lainnya, ada beberapa lama yang tidak bertindak baik, dan dia memberikan pertimbangan khusus bagi nasihat dan saran saya. Saya membuat hubungan Dharma dengan Sangha di sana. Kemudian, saya menghabiskan satu hari dengan Dalai Lama Gyälwa Tsultrim Gyatso di desa Shogdrug Drodog. Di sana kami bertemu dengan lima-puluh orang pengawal berkuda dari daerah Chatreng. Setelah berjalan melalui Biara Ragtag dan seterusnya, saya menghabiskan satu hari di rumah keluarga di Chatreng. Di sana, tibalah pejabat-pejabat seperti utusan kepala biara Samling, Nyanang Drodru Geshe Lozang Tarchin. Ketika saya ada di biara, Drodru Geshe adalah pemimpin doa dan ketika Gän Rinpoche memarahi atau memukul saya, dia campur-tangan untuk membela saya, meminta dia untuk memaafkan saya dan seterusnya. Kami merasakan kasih sayang terhadap satu sama lain dan sangat bahagia untuk bertemu lagi hari itu. Hari selanjutnya, pada tanggal tiga bulan sebelas, kami sampai di Biara Chatreng Sampel Ling. Kami beristirahat selama beberapa waktu, tetapi ketika tubuh fisik saya berisirahat, pikiran saya meng-antisipasi pertemuan dengan orang yang berbeda-beda. Ketika saya berusia dua-puluh-lima tahun, di bulan pertama tahun lembu kayu, pada saat Festival Doa tahun baru, saya pergi ke lapangan debat setiap hari. Waktunya tiba untuk ajaran tradisional mengenai Tiga-Puluh-Empat Jataka. Akan tetapi, teks-nya terikat dengan syair sajak dan, bagi banyak orang di sana, awam dan ditahbiskan, sudah sangat lama sejak mereka mendengar ajaran seperti ini. Jadi, daripada alternatif-nya, karena akan lebih mudah untuk dimengerti dan disadari, dan karena kebanyakan orang telah, sementara itu, terbiasa dengan pertikaian dan pencurian dan bingung mengenai apa yang harus diadopsi dan ditinggalkan dalam hal hukum karma, saya memberi, dalam bahasa Chatreng yang biasa, penjelasan mengenai Sutra yang Bijaksana dan yang Bodoh. Ketika Festival Doa selesai, atas permintaan dari orang-orang di biara dan masyarakat daerah tersebut, saya memberikan inisiasi Sang Pengasih, Avalokitesvara Berlengan Seribu dari sistem Pälmo kepada sekitar lima-ribu orang awam dan ditahbiskan, ketika saya memberikan inisiasi ini, hujan gerimis turun dan pelangi nampak, ini adalah indikasi bahwa deva dan naga senang. Karena kondisi yang diciptakan oleh tentara Luchun, biara ini telah, selama bertahun-tahun, kosong, bahkan orang lokal harus menyebar di pegunungan. Agar dapat memperbaiki kemerosotan makhluk, bumi dan lingkungannya, bagi deva, naga, dan dewa lokal, saya memberkati air vas dengan 1200 resitasi migtsema, memasak dan mencapai maksud81, dan menyebarkan dan mendistribusikannya kepada orang lokal di seluruh bagian atas dan bawah daerah tersebut, dan melakukan ritual perlindungan dan persembunyian. Pada bulan tiga tahun itu, saya memberikan penjelasan mengenai Nyur Lam, Jalan Cepat Lamrim selama lima-belas hari diakhiri dengan persembahan bodhicitta kepada sekitar dua-ribu orang yang hadir, di aula pertemuan di biara. Setelah itu, kepada sekitar lima-ratus orang dan Sangha yang mengambil komitmen untuk meresitasi Enam Sesi Guru Yoga dan seratus migtsema mantra setiap hari, saya memberi inisiasi Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava yang menghabiskan dua hari termasuk hari persiapan. Kemudian saya memberikan inisiasi Vajra Bhairava Pahlawan Terisolasi kepada seratus-empat-puluh-delapan orang yang berkomitmen untuk melaksanakan sadhana Pahlawan Terisolasi Bhairava setiap hari, saya memberikan penjelasan yang ekstensif mengenai tahapan generasi dan penyelesaian yoga dan bagaimana melakukan pertapaan panjang kepada enam-puluh-tiga orang yang mengambil 43
komitmen untuk melakukan pertapaan Vajra Bhairava, selama dua-belas hari, semua dilakukan sesuai dengan tradisi Lama Dorjechang. Pada bulan empat tahun tersebut, karena memang dimaksudkan bahwa obyek primer yang baru dari biara, patung Buddha Maitreya berlapis emas, harus dibuat, pelayan saya Lhabu dan beberapa orang lain, dikirim ke Lhasa untuk membeli barang-barang yang diperlukan, perhiasan permata dan seterusnya, yang perlu dibeli atau dibuat. Saya menitipkan permintaan perlindungan yang dialamatkan kepada Dalai Lama ke-13, Kyabchog Dorjechang Pabongkhapa, Kagyur Lama Rinpoche, Gän Yongzin Rinpoche Lozang Tsültrim, Geshe Sherab Rinpoche dan seterusnya, semua lama yang merupakan obyek refuge saya karena hubungan Dharma yang saya miliki dengan mereka. Saya juga memasukan syair permintaan yang saya komposisikan untuk Kyabdag Dorjechang Pabongkapa Pälzangpo dan permintaan yang mirip untuk Dromo Geshe Rinpoche Ngawang Käalzang Chog, untuk diberikan kepada oracle Gyalchen Dorje Shugden di Biara Dungkar untuk meminta ramalan rinci mengenai situasi di Chatreng. Tahun tersebut, sebelum ketibaan saya di Chatreng, orang yang bernama Chatreng Butsa Bugän, telah dibunuh secara rahasia oleh Chagzha Tänpa dan lainnya, karena ketidak-sukaan atau kecemburuan kepada orang-orang, memakai metode gaib untuk memberi mereka sakit jantung. Selain itu, uang dalam jumlah besar hilang dari kas Chatreng. Sehingga, ada reputasi pencurian serius terjadi secara berkesinambungan. Pejabat awam dan ditahbiskan di biara dan daerah, beberapa orang di sisi Bugän, menggunakan masalah sakit jantung sebagai dalih untuk mencapai tujuan mereka, ‘memindahkan pegunungan dan mengaduk samudera’ memanggil semua pejuang yang potensial melalui koneksi di daerah atas dan bawah Chatreng, Gang Kar Ling, Dabpa, Mebo, Mongra, dan seterusnya, dan juga memanggil Bai Sasung Gopön dan tentara Tiongkok Marsiling untuk membantu mereka. Ketika Chatreng Chagzha Tänpa dan ‘kawanan pencuri-nya’ telah diidentifikasi dan ditangkap, banyak dari mereka bersama Chagzha Tänpa, pergi ke Biara Tzetze dimana Lama Chöpag yang disebutkan sebelumnya tinggal dan memintanya untuk menerima mereka di bawah perintahnya. Ketika tentara dari Biara Chatreng dan daerah tersebut sedang akan berangkat, saya mencoba semua yang saya bisa untuk menjelaskan apa yang benar dan salah kepada orang seperti ini. Akan tetapi, karena, seperti hal yang tidak pasti apakah langkah-langkah yang akan diambil berdasarkan keinginan makhluk akan membawa mereka kemana mereka mau pergi, bukannya membelokan mereka dari jalan semula, nasihat saya yang tulus masuk satu telinga dan keluar dari telinga lain, dan tentara berjumlah besar itu berangkat. Bukan hanya itu, bahkan di biara, dalam tindakan yang dirahasiakan dari saya, beberapa biksu yang merupakan anggota kelompok Chagzha Tänpa dibunuh dengan api yang tiba-tiba dinyalakan di kamar mereka; beberapa orang lain terbunuh di rumah mereka, dan seterusnya, banyak hal buruk yang dilakukan. Seperti yang dikatakan Zhangzhung Chöwang Dragpa, Kau akan memimpin mereka yang kelakuannya telah mengeras Di atas tangga kristal tak berkarat, Tetapi bahkan sang Indra tidak bisa membuat mereka masuk Rumah besar kemenangan yang sempurna. Selagi hal ini terjadi, saya berpikir, “Ini adalah jenis murid-murid yang akan didapat seorang guru di zaman kemerosotan ini!” Sayang sekali, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Dranag Lama telah mengumpulkan kekuatan besar di Biara Tzetze dan telah menetap di sana. Jadi, tentara Chatreng 44
hanya dapat mengepung mereka, tetapi tidak bisa mendapat akses masuk ke biara. Berbulan-bulan berlalu dalam kebuntuan. Pada pertapaan musim panas di biara saya melakukan pertapaan lärung Guyasamaja Akshobyavajra. Setelah selesai, karena pertikaian dan lainnya, tidak ada kedamaian dari ketegangan, dan karena saya telah diundang oleh Biara Gönkar Ling dan orang-orang di daerah tersebut, saya pergi bersama sejumlah kecil orang-orang yang berkemampuan tinggi, pergi melalui daerah “Mongra” dan sampai di kediaman Gangling Tso Togpön. Saya tinggal di sana selama lima-belas hari. Pada saat itu, atas permintaan beberapa kandidat, saya memberikan Inisiasi Lima Dewa Ghantapa Heruka dan Berkat Sindhura Vajrayogini bersama dengan beberapa komentar singkat atas praktek tahapan generasi dan penyelesaian. Setelah itu, Gangling Sherab Tulku, yang ada di kelas saya di biara, tiba bersama dengan Sangha dari Biara Gangling dan, dengan pengawalnya yang ekstensif, kami tiba di biara. Saya memberikan Inisiasi Guyasamaja Akshobyavajra berdasarkan lukisan mandala, dalam dua hari termasuk hari persiapan, kepada sekitar empat ratus orang di sana, termasuk Sangha. Di samping itu, saya memberikan inisiasi Sang Pengasih, dan inisiasi umur panjang kepada lebih dari seribu orang. Kemudian, bersama Sherab Tulku, kami menerima undangan dari pendukung Ganden Tripa yang terdahulu, Nyingkung Bumtze Bälsä Pön. Setelah melakukan perjalanan selama dua hari, kami tiba di perkebunan keluarga Pön, dimana kami tinggal selama sekitar sepuluh hari. Kepada rombongan, penduduk dan pekerja kami, saya memberikan inisiasi Sang Pengasih dan inisiasi umur panjang. Saya memberikan lantunan konsekrasi dari wihara Kangyur dan wihara pelindung dan juga melakukan ritual kemakmuran Vaisravana di bendahara mereka. Ketika kami pergi, dengan maksud untuk berziarah ke sebuah tempat di Yarlam Gangkar yang dikenal sebagai Rigsum Gönpo, tuan dari Tiga Keturunan tetapi kami tinggal di Pertapaan Tsogo dan, selama sekitar tiga minggu, melakukan pertapaan penyegaran Gantapa Lima-Dewa Heruka, mengumpulkan banyak mantra, selama masih ada waktu. Di sana sangatlah damai dan menyenangkan karena tidak ada suara argumentasi yang terdelusi. Hal ini juga dikarenakan inkarnasi terdahulu dari Biara Zeudru Gangkar Lama Rinpoche, yang dikenal sebagai Gunkar Lama, yang cukup berpengaruh, telah tinggal di sana untuk waktu yang lama melakukan praktek meditasi. Kepada sejumlah Sangha di Gangkar dan beberapa penziarah, saya memberikan inisiasi umur panjang dari Tuan Tiga Keturunan. Selagi kami ada di sana, di Biara Tzetze, kepala pelayan Dranag Lama Chöpag dan salah satu musuh lama di Chatreng, karena maksud jahat yang bersifat mutual, menyuap seseorang di tentara sang lama yang pergi ke kamar sang lama di malam hari berpura-pura meminta divinasi mo mengenai adik perempuan sang lama yang jatuh sakit. Ketika dia memanggil, kepala pelayan membuka pintu, dan segera setelah dia masuk, pria itu mengapak Lama Chöpag di ranjang dimana dia terbaring. Ada banyak perbincangan mengenai kemampuan gaib dan meramal sang lama tetapi, pada saat dia membutuhkan mereka, mereka telah mengecewakan dia. Seperti ketika Maudgyalyana yang sebelumnya memukul pertapa pengelana. Lupakanlah mengenai kekuatan gaib, dikatakan bahwa dia bahkan tidak mengingat keberadaan kekuatan gaib, dan kasus ini sepertinya tidak berbeda. Tentara pengikut sang lama menjadi seperti mayat tak berkepala dan tentara musuh juga sudah berada di lapangan untuk waktu yang sangat lama sehingga banyak yang sudah pulang ke rumah satu setelah yang lain, tanpa disadari. Dua belah pihak telah selesai bertikai: mereka mengekspresikan penyesalan yang bersifat mutual, dan semuanya terselesaikan secara alami dan menghilang. Saya pergi dari tempat saya tinggal. Selama perjalanan, saya berhenti di kediaman Gangling Zipön dan, bagi orang yang ada di sana pada saat itu, memberikan inisiasi umur panjang, transmisi mantra Mani, dan seterusnya. Setelah itu, saya kembali tinggal selama beberapa hari di Biara Gankar Ling. Saya kembali ke biara Chatreng melalui Me O82 di bulan dua-belas tahun Tibet. 45
Ketika saya berusia dua-puluh-enam, pada tahun macan api, pada saat Festival Doa, di antara sesi ajaran di biara, saya memberikan komentar atas Sutra Yang Bijaksana dan Yang Bodoh, dari cerita Loba Goba83, Pengatur Pekerjaan dan seterusnya. Saya mendengar bahwa beberapa orang berkata, “Setelah dia kehabisan penjelasan Dharma, dia bercerita!” Sesi musim semi di biara, saya melakukan pertapaan memenuhi persyaratan lärung untuk Heruka dari sistem Luipa, dan pertapaan Kuntrig sebelum dan sesudahnya. Pada saat pertapaan musim panas, saya memberikan kepada Sangha Inisiasi Enam-Puluh-Dua Dewa Heruka dari tradisi Mahasiddha Luipa, inisiasi Kunrig, dan jenang Rinjung Gyatsa. Pada bulan empat tahun tersebut, pelayan saya, Lhabu, dan temannya kembali dari Lhasa membawa pesan dari Dalai Lama ke-13, pesan-pesan dari Kyabchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi dan Geshe Sherab Rinpoche keduanya dihiasi dengan syair bersajak, dan surat dari Gän Rinpoche dan teman-teman lainnya. Mereka membawa perhiasan untuk menghiasi patung Tuan Maitreya yang baru dan banyak gulungan mantra dan benda-benda yang diberkati untuk ditaruh didalamnya. Tahun sebelumnya di Chamdo, pada awal kepergian Lhabu ke Lhasa, atas permintaannya, Domä Chikyab Kalön Trimönpa Norbu Wangyäl, telah mengutus dua pria untuk mencari pemahat patung dewa terbaik di daerah Chamdo-Tzachu. Dua seniman ini telah ditemukan dan mereka juga datang bersama rombongan Lhabu dan memulai konstruksi patung, Dengan bantuan pekerja tangan terbaik di Chatreng mereka menyelesaikan patung Buddha Maitreya bersepuh emas setinggi tiga tingkat. Mereka bekerja terus selama tiga bulan. Dalam patung dipersembahkan dharani dari empat jenis relik, lima dharani besar dan seterusnya, yang merupakan relik Dharmakaya, relik tulang dari Tathagata Buddha, patung Jamgön Tsongkhapa yang merupakan obyek suci dalam dari universitas bawah Ganden, dengan cetakan tangan sang tuan, dan lagi sisa tubuh dari banyak makhluk besar dari India dan Tibet, banyak relik rambut, roda, vas harta karun dari yaksha pria dan wanita, dewa kekayaan, dan seterusnya. Memberkati dan mencapai zung, ditemani oleh satu kelompok praktisi yang berhati-hati dan berkualifikasi, semua yang harus ditaruh di dalamnya, dilakukan dengan keterlibatan tangan saya, dan [patung] ini diminta untuk ditaruh di dalam aula pertemuan di biara. Daftar pengeluaran yang lengkap disimpan dari awal, tengah, dan akhir dari proyek, dan juga daftar obyek suci dan berkat yang ditaruh di dalamnya. Daftar manfaat membuat patung, bersujud, melakukan persembahan, dan seterusnya, juga ditempel di dinding wihara Maitreya. Membuat persembahan mangkuk air, persembahan cahaya, secara terus-menerus menyalakan pelita, dan seterusnya, setelah semua persembahan yang esensial dibuat, dengan diri saya bertindak sebagai guru vajra dan dua-puluh biksu yang telah menyelesaikan pertapaan Yamantaka, kami mengkonsekrasi patung tersebut dengan ritual Geleg Charbeb dari pendahuluan, konsekrasi sebenarnya dan penyelesaian. Ketika penyandang dana khusus disebutkan, guru biara dan saya bersama Sangha meresitasi doa yang panjang seperti pujian atas delapan substansi keberuntungan. Ketika selesai, atas permintaan dari Yangteng Dratsang, saya pergi ke Biara Yangteng dan memberi penjelasan sepuluh hari mengenai Nyurlam, di Jalan Cepat Lamrim, inisiasi Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava, dan banyak inisiasi dan jenang bagi mereka yang memiliki aspirasi spiritual. Saya melanjutkan perjalanan ke daerah sekitar, Säl Lha, Dechen, Tsang, dan seterusnya, memberikan ajaran sesuai dengan minat penduduk, dan kemudian kembali ke Biara Chatreng. Sudah menjadi tradisi Biara Chatreng terdahulu untuk melakukan praktek persembahan dan memasukan diri dalam mandala Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka; kangso Mahakala dan Dharmaraja dengan nada dan musik ritual seperti di Gyütö Dratsang; lantunan dan musik Päldän 46
Lhamo, Vaisravana, Setrab dan Tindakan Dharma Hayagriva dalam tradisi Ganden Shartse. Sementara itu selama bertahun-tahun, karena kehancuran biara dan hanya ada beberapa guru yang tinggal, mereka telah melupakan nada lantunan dan ada banyak kemerosotan. Karena itu, saya mengundang Gyütö Ngarampa bernama Bu Sönam dari Biara Markam Lura. Dia dan perwakilan kepala biara dan mantan pemimpin lantunan terdahulu dari Ganden Shartse Drodru, Geshe Lozang Tharchin, keduanya terutama melatih sekitar lima-puluh anggota biara yang menonjol mengenai lantunan untuk kangso dan semua praktek yang disebutkan di atas. Kemudian Bu Sönam, pembuat patung Maitreya termasuk dua pemahat dari Chamdo, diberikan persembahan dan diselamati kemudian dikirimkan kembali ke rumah mereka. Karena biara belum menyelesaikan pakaian untuk Gutor Cham, tahun sebelumnya, dengan menggunakan material terbaik, kami telah memperbaiki kostum-kostum tersebut. Pada bulan sebelas tahun tersebut, untuk mere-institusi Gutor Cham, tahun tersebut kami mengundang biksu untuk bertindak sebagai acharya, badut, dan melakukan Kshetrapala Cham dalam tradisi Tängyäling dari Biara Özer di Markam. Pada bulan dua-belas, atas undangan mendesak dari Biara Nangzang, saya pergi kesana melalui biara Pälshar dan Gobo Pälbar, dan akhirnya tiba di Nangzang Pälgyäling. Di sana, saya memberi inisiasi Guyasamaja Akshobya kepada sekitar tujuh ratus biksu, dan kepada semua orang saya memberikan inisiasi Avalokitesvara. Kepada orang di tempat kelahiran Gän Yongzin Rinpoche Lozang Tsultrim, saya memberikan beberapa hadiah berupa uang dan pakaian. Ketika saya berusia dua-puluh-tujuh, pada tahun kancil api, di losar, saya kembali ke Biara Chatreng. Pada sesi ajaran di Festival Doa, saya memberikan ajaran Kadam Buchö, Putra Ajaran Kadampa, dari awal. Ketika mönlam selesai, atas permintaan kepala biara, Drodru Geshe, kepada sekitar delapan-puluh Sangha yang berkomitmen untuk meresitasi Guru Puja setiap hari, saya memberikan penjelasan mengenai Guru Puja selama dua-puluh-lima hari. Pesan dari Gangkar Lama Könchog Chödrag Rinpoche berkata, “Pada zaman inkarnasimu yang terdahulu, ada setan musuh dengan maksud jahat, salah satunya tinggal di gunung di Chatreng dimana ada gua yang berbentuk ikan terbalik. Dari akar gua, ada aliran air yang menuju sungai di dasar gunung. Di dekat tempatnya jatuh ke sungai, ada beberapa penderita lepra dan ada seekor naga yang hidup di gua memantrai orang-orang. Bila saya pergi ke sana, saya dapat melakukan ritual untuk mengusirnya tetapi akan sulit, jadi sangatlah penting untuk membuat jimat rül berkualifikasi, dan melakukan sebuat ritual untuk disembunyikan di gua tersebut. Gua itu terlihat dari atas lemari di kamarmu di Biara Chatreng...” Dalam surat, dia mendesak bahwa hal ini sangat penting, jadi, bersama dengan kepala biara Drodru Geshe dan sepuluh biksu yang telah menyelesaikan pertapaan Yamantaka, kami membuat jimat rül yang berkualifikasi. Drodru Geshe dan pelayannya, Ngaram Budor dikirim, dan mereka menemukan gunung, gua, dan sungai tersebut, seperti yang dideskripsikan Gankar Lama. Mereka melakukan ritual penguburan rül di sana. Tahun tersebut, pada bulan sebelas, suatu sore sebelum gelap, tibatiba di selatan biara, ada suara seperti mortir api. Ia ditembakan dua kali. Pertama kali, kami bingung itu suara apa, tetapi kami kemudian memutuskan bahwa itu adalah suara geledek dan, walaupun tidak banyak geledek yang biasa terdengar di Chatreng, kami tidak meragukan bahwa itu adalah geledek. Kemudian, orang yang tinggal di sekitar berkata bahwa kilat telah menyambar puncak gunung dimana rül dikuburkan.
47
Ketika kemudian saya sampai di Lhasa, ada lama ritual bernama Tsewang Gyältsän, seorang Nyingma lama, dengan siapa, ketika saya bertemu dengannya, dia berkata, “Pada saat inkarnasimu terdahulu, ada tukang sihir yang menekan orang lain di Kham dan Tibet tengah. Dengan dua kilat yang kau kirim di Kham, kau telah menghancurkan dia. Sekarang, ada tempat di depan Ganden dimana ada mata air. Kau harus menempatkan sebuah jimat rül di sana!” Tidak ada yang mengetahui, selain Lhabu dan saya, mengenai apa yang terjadi di Chatreng, jadi sepertinya kabar bahwa Tsewang Gyältsän memiliki kemampuan meramal adalah benar, dan rül tersebut berkualifikasi. Biksu tua di Chatreng Pälbar Chödrag dan Pälchug Dampa Chödrag mengatakan pada saya bahwa, “Ketika melakukan perjalanan di Tibet dari Kham menuju tempat-tempat yang berhubungan denganmu, tiga universitas monastik, dua universitas tantrik, berbagai kamtsän dan keluarga, dan Lhasa Mönlam Chenmo, kau harus memberikan distribusi dan persembahan yang besar yang sudah pasti mahal. Persembahan kecil yang kau terima sepanjang perjalanan tidak akan menutupinya, jadi akan sangat baik bila kita melakukan bisnis dan kita berdua melakukan bisnis kuda dan keledai melalui Chamdo. Kami sudah pasti akan melakukannya dengan pendapatan yang dapat dari usaha ini, kami berdua akan membantumu. Kalian tidak perlu bekerja.” Semuanya sudah diatur, modal dan bunga, dan gebrakan di meja, dan banyak ritual persembahan. Tetapi seperti yang dikatakan dalam Kefasihan Para Sakya, Perkataan manis dari penipu Adalah demi dirinya sendiri, bukan dari rasa hormat. Suara tertawa dari burung pemangsa Adalah pertanda buruk, karena ia tidak datang dari kebahagiaan! Saya menerima, tidak sadar bahwa ini adalah penipuan seperti itu, seperti ditipu oleh anak sapi, dan karena dua orang ini adalah salah satu dari anggota monastik yang paling stabil dan terbaik, dan mengasumsikan bahwa mereka adalah orang yang memiliki altruisme kepada siapa kami memiliki hubungan langsung. Uang yang mereka gunakan adalah 30,000 dolar Tiongkok, dikenal dengan tram chen, dan mereka memiliki sekitar dua-puluh keledai untuk dibawa pergi bersama mereka. Keduanya tidak menyebutkan secara jelas, tetapi sepertinya mereka membawa cukup banyak. Akan tetapi, ketika hasil akhirnya dihitung, ternyata menurut Pemerintah Tiga Daerah, keluarga Pälbar memberikan 10,000 tram chen Tiongkok dan Pälchug Dampa Chödrag memberikan 3,000 tram chen. Dia tidak benar-benar pergi dan hal yang dilakukannya hanyalah mengirimkan seseorang bernama Dampa Tharchin. Keluarga Pälbar mengatakan bahwa ini adalah bisnis pribadi “sampingan mereka,” mengambil untung dari dua-puluh keledai “pendukung” dan juga mengirimkan seseorang bernama Tänzin yang melakukan bisnis secara resmi dan diam-diam, yang keuntungan diamdiamnya tidak diberi-tahukan pada saya. Kami bahkan tidak menerima dividen dari modal yang mereka bilang harus kami bagi tiga sama rata dengan pajak pemerintah tanpa mempertimbangkan perbandingan keuntungan yang didapat. Demi keuntungan pribadi mereka berdua, mereka telah mengambil nama Trijang Labrang untuk bisnis mereka! Hal ini menjadi jelas kemudian bahwa mereka bermaksud menggunakan modal saya demi keuntungan mereka, dan mereka telah berbuat tidak jujur. Tetapi karena hal ini berhubungan dengan benda-benda materi dan Dharma, saya tidak tahu bagaimana menarik diri dari hubungan bisnis ini, dan membiarkan semua berjalan sesuai harapan mereka. 48
Keluarga Zhitse Gyapön di Trehor dan bendahara umum dari Biara Beri, Yatrug Tsongpön, yang keduanya saya kenal sebagai penyandang dana di Lhasa, telah menulis surat pada saya untuk mengundang saya ke daerah Trehor. Akhirnya, pada musim panas tahun tersebut, saya dan sekelompok kecil orang berkemampuan tinggi meninggalkan Biara Chatreng tanah pengembara Tongjung Nang dan Gämo Ngapchu ke tempat di Litang yang disebut Dezhung Nakatang, padang rumput dengan warna alami dari bunga-bunga bermekaran dan warna dari orang-orang, kuda, dan keledai yang dapat membuatmu berpaling dan rahangmu jatuh! Kami menyeberangi padang yang luas ini selama dua hari penuh bersama kawanan rusa, kijang, dan seterusnya, melalui tanah Nyarong seperti Trom Tar84 sampai kami akhirnya tiba di tanah Beri di Trehor. Di Sungai Beri, para biksu dari Biara Beri yang dipimpin oleh Getag Tulku Rinpoche datang untuk mengawal kami dalam prosesi ke kediaman kecil di atas biara. Atas permintaan biara pada umumnya dan dua pendukung yang sebelumnya disebutkan, saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai Lamrim Delam – Jalan Kebahagiaan Lamrim, inisiasi Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka, Kunrig, dan Sang Pengasih, jenang Mahakala, Dharmaraja, Sridevi, Vaisravana, dan Chamsing, inisiasi umur panjang Drubgyäl, dan transmisi lainnya dan seterusnya seperti yang diminta oleh Sangha lokal dan mereka yang awam dan ditahbiskan dari seluruh daerah, lebih dari tujuh-ratus orang. Saya tinggal di sana selama sekitar sebulan. Setelah itu, atas undangan Trehor Kartze Trungsar Rinpoche, saya melakukan perjalanan ke Pertapaan Trungsar dan memberi Rinpoche transmisi bacaan dari kumpulan karya Gyälwa Wensapa dan Kädrup Sangyä Yeshe, Koleksi Migtsema, dan seterusnya. Di aula pertapaan pertemuan, kepada kumpulan besar Sangha dari Biara Kartze, saya memberikan inisiasi Kunrig. Suatu hari, atas permintaan Biara Kartze, saya pergi dan melakukan konsekrasi atas aula pertemuan mereka dan tiga aula kediaman monastik, menaburkan bunga. Dalam perjalanan, atas undangan Kyabgön Tulku, saya pergi ke Labrang sebagai tamu, dan sore harinya kembali ke Pertapaan Trungsar. Pada saat itu, Trehor Dragkar Rinpoche, yang sangat terkenal sebagai guru cendikiawan dan inkarnasi terdahulu dari Lamdrag Rinpoche, seorang pertapa-mahasiddha, tinggal di dekat sana, dan saya ingin menemui mereka. Tetapi, rumah Dragkar dan inkarnasi terdahulu Kangsar Rinpoche, Lozang Tsultrim, tidak rukun satu sama lain, dan hal ini telah menyinggung istri Lamdrag Kangsarpön. Dia sangat berpengaruh dan bahkan Trungsar Rinpoche dan Gyapön Bu menghindari dia karena takut, jadi saya tidak mempunyai kesempatan untuk mengunjungi mereka. Suatu pagi, di dataran di depan Biara Kartze dimana ada “Wihara Pelindung Komunitas”, saya melihat Patung Delapan-Dewa Tent Mahakala setinggi satu tingkat yang terkenal dan dibuat oleh Drogön Chögyäl Pagpa di Yarlam setelah kembali dari Tiongkok. Kemudian saya kembali ke Biara Beri. Pada saat itu, Biara Trehor Dargyä mempunyai jumlah Sangha yang besar dengan banyak otoritas dan kekayaan, tetapi majelisnya miskin akan pengetahuan dan kesadaran Dharma. Karena mereka sibuk dengan urusan bisnis, hampir semua biksu sibuk dengan kuda, pisau, senapan dan seterusnya dan hanya sedikit biksu yang benar-benar mempraktekan Dharma dan mereka tidak memiliki pengaruh Dharma atau politis di biara, ayah dari keluarga Gyapön, Chögyälu, penyandang dana dari Biara Dhargyä dengan maksud altruisme untuk membimbing dan menaklukan para biksu mengatakan bahwa saya harus memberi mereka ajaran lamrim. Saya menerima, tetapi ketika dia mengatakan pada majelis biara mengenai hal ini, mereka mengatakan, “Kami tidak memerlukan ajaran Lamrim yang akan memakan waktu berhari-hari. Serangan jantung adalah penyebab kematian diantara para biksu jadi kami memerlukan inisiasi untuk mengendalikan pengaruh planet dan karena kami memerlukan ritual Kunrig berulang kali demi kebaikan yang meninggal, kami memerlukan inisiasi Kunrig!”
49
Ayah dari keluarga Gyapön sangatlah kecewa, dan berkata bahwa saya harus memberikan mereka inisiasi Kunrig seperti yang mereka harapkan. Ayah keluarga Gyapön ini, Gyälu, ketika Kyabchog Dorjechang Pabongkapa pertama kali pergi ke Dagpo untuk menerima Lamrim dari Kyabje Jampäl Lhündrub, adalah orang yang menyediakan semua keledai yang digunakan untuk mendaki. Pada saat itu, dia melayani sebagai pelayan, Dagpo Lama Rinpoche memberikan salah satu giginya. Ketika dia menunjukannya kepada saya, saya dapat melihat rupa Avalokitesvara Berlengan Empat terpatri. Dia adalah seseorang yang selalu bertahan dalam meresitasi Jorchö, Praktek Persiapan Lamrim. Kemudian, seperti yang dikatakan Gyälu, dari Beri saya pergi ke Biara Dargyä dan selama dua hari, di sana, di padang yang luas di depan biara, tenda dipasang dan saya memberikan inisiasi besar Kunrig kepada kumpulan besar orang dari biara dan lokal selama hampir dua hari termasuk satu hari persiapan. Walaupun tidak direncanakan, saya akan mengajar Lamrim, saya mengajar secara ekstensif pada saat tahap persiapan inisiasi. Saya melakukan konsekrasi, menebarkan bunga dari atas aula pertemuan di biara. Kemudian, saya melakukan perjalanan ke perkebunan keluarga Shitse Gyapön dan menghabiskan sekitar dua minggu di sana. Di altar mereka memiliki obyek suci dari patung Avalokitesvara, Kangyur lengkap, dan representasi yang cukup ekstensif atas tubuh, perkataan, dan pikiran, dimana saya melakukan konsekrasi yang ekstensif selama tiga hari seperti yang saya lakukan di Biara Dargyä. Di ruang bendahara saya melakukan ritual kemakmuran Vaisravana. Saya memberikan penjelasan mengenai Tujuh poin Pelatih Pikiran kepada sekelompok besar orang lokal. Dan diselesaikan dengan inisiasi umur-panjang, saya mulai kembali, melalui tanah Nyagrong, dan sampai di tempat yang damai dimana air mengalir melalui padang rumput di sayap sebuah gunung di Tromkok atas. Kami berhenti di sana hari itu. Putra keluarga Gyapön, Döndrub Namgyäl dan Tsongpön Yatrug dan rombongan mereka telah menemani kami sampai sejauh ini. Di tempat ini, mereka berpisah dari kami dan kembali, mereka meminta instruksi praktek umur panjang Draminyän dan saya memberi mereka penjelasan singkat. Kemudian di hari itu, sekitar waktu minum teh sore, awan hitam tiba-tiba menggumpal dan mengeluarkan hujan es yang keras, pada saat yang sama geledek yang membelah angkasa menderu dan kilat menyambar dengan ganas. Hal ini membuat dalam tenda berkedip dengan cahaya merah. Karena sangat lebat dan dari rasanya seperti meteor akan jatuh, saya membersembahkan sur – persembahan bau kepada arwah, zhidag torma – persembahan kue bagi dewa bumi lokal, de gyä serkyem – minuman emas bagi delapan kelas arwah dengan aspek duniawi, tinchöl – perdamaian, dan melakukan resitasi mantra untuk melindungi dari hujan es dan kilat. Walaupun saya melakukan visualisasi kemurkaan, hal ini tidak membantu. Jadi, saya membakar kotoran manusia di api yang sangat panas. Dalam sekejap, seperti tirai yang terbuka, langit biru yang murni nampak di atas kepala. Kilat dan hujan es berhenti dengan sendirinya, dan cahaya matahari mengambil alih hujan. Malam itu, sekitar tengah malam, tanpa alasan yang jelas, kuda dan keledai tiba-tiba ribut dan memutuskan tali pengikat dan kabur ke segala arah. Baru pada dini hari kami bisa mengumpulkan mereka semua lagi. Ketika saya kemudian sampai di Litang, saya mendengar bahwa beberapa orang tua mengatakan Dalai Lama Sönam Gyatso telah melakukan perjalanan melewati daerah itu ketika dewa Bön lokal melemparkan kilat kepadanya. Mereka menceritakan badai besar di tempat tersebut ketika inkarnasi terdahulu saya berada di sana. Kemudian, ketika mereka tiba di Bum Nyag Tang, padang rumput yang luas di Lutang, seorang anggota Washul Yönru dan seluruh anggota komunitas pengembara di bawah perintah Yönru berkumpul di sana. Para biksu dari komunitas Yönru baik dari aliran Gelugpa bersama dengan Sangha Sakya dan Nyingma. Mereka mempunyai tradisi untuk mendirikan tenda pertemuan dan bertemu bersama atas nama apa yang mereka sebut, “Yönru Dharma Kami”, dan setiap orang melakukan ritual mereka sendiri. Karena itu, perwakilan pejabat lama dari kepala biara Sangha Yönru Rabgyäling Sangha termasuk Tromtog Tulku datang kepada saya dan berkata, “inkarnasimu yang terdahulu datang ke pertemuan Dharma kami dan tinggal dan membangun hubungan Dharma dengan kami. Kami memiliki banyak pria dan wanita awam dan Sangha yang telah bertemu dengan inkarnasimu yang terdahulu. Sekarang, bagi kita 50
untuk bertemu di sini secara kebetulan tanpa rencana sebelumnya sangatlah beruntung, jadi kamu harus tinggal bersama kami dan bersantai ketika sesi ajaran sudah berakhir!” Mereka sangat mendesak dalam hal ini dan, walaupun saya tidak bebas untuk tinggal bersama mereka untuk waktu yang lama, saya tinggal selama sekitar dua minggu, di saat pertemuan berlangsung, sebagian besar, seperti di biara Gelug. Bagi sekitar lima-ratus Sangha, saya memberikan instruksi penjelasan mengenai Lamrim Nyamgur – Lamrim Lagu Kesadaran dari Je Rinpoche, memberikan inisiasi Heruka dalam tradisi Luipa selama dua hari, memberi jenang umum Je Rinpoche – Tuan Tiga Keturunan, dan lainnya. Setiap lima hari Sangha mereka akan melakukan persembahan mandala dari praktek Guyasamaja, Heruka, Yamantaka dan Kunrig silih berganti. Saya menghadiri praktek persembahan Heruka suatu hari. Sistem mereka secara garis besar sama dengan di Universitas Tantrik Gyume. Ada beberapa kantung brokat berisi bubuk dupa persembahan yang diberikan pada mereka oleh Ganden Tripa terdahulu. Saya juga memberikan pelayanan Sangha selama satu hari penuh dan mendistribusikan patung-patung. Mereka memiliki empat tenda pertemuan Biara Gelug setinggi dua tingkat, masing-masing sangatlah besar sehingga bisa menampung lima-ratus biksu. Mereka telah menata persembahan berlimpah dan, walaupun kepala biara, lama, tulku, dan geshe duduk di lantai, mereka membuat tempat duduk dari tumpukan permadani, sehingga semuanya sangat nyaman. Setelah mengunjungi komunitas monastik pengembara ini, makhluk suci terdahulu telah menetapkan tradisi dimana makanan yang dipersembahkan pada majelis adalah makanan putih, seperti jelai tsampa, nasi, mentega cair pada saat upacara, dan tidak ada persembahan daging yang diperbolehkan. Kenyataan bahwa mereka meneruskan tradisi ini tanpa kemunduran, sungguh mengagumkan. Sakya dan Nyingma Dratsang ada di dekatnya dan juga datang ketika diundang dan menerima persembahan, memberikan ajaran sesuai permintaan seperti transmisi bacaan. Atas undangan pengembara dari daerah sekitar, saya mengunjungi sekitar lima-belas sampai dua-puluh komunitas tenda bulu sapi dan melakukan konsekrasi, dan memberi ajaran sesuai harapan mereka. Kelompokkelompok pengembara mempersembahkan banyak kuda sampai saya memiliki lebih dari seratus! Karena kami membawa kuda-kuda ini dari padang rumput rumah mereka, pada malam hari mereka kabur kembali dan sangat sulit untuk menjaga mereka, jadi kami menjual kuda-kuda ini kepada para pengembara dan mempersembahkan dana yang didapat untuk distribusi persembahan tahunan di Biara Gelug Rabgyäling. Lalu, mendengar bahwa saya harus datang ke Biara Litang, beberapa pejabat lama datang untuk mengundang saya secara khusus dan, prosesi kepala biara dan murid laksana lautan, kami tiba di Biara Tubchen Jampa Ling. Dia aula pertemuan besar, atas permintaan biara, saya memberikan inisiasi Sang Pengasih dari tradisi Pälmo dengan hari persiapan dan inisiasi umur panjang dari tradisi Drubgyäl. Di aula pertemuan yang lama, kepada para lama dan tulku dan sekitar lima-ratus Sangha termasuk Tsatag Rinpoche dan Gozab Rinpoche, saya memberikan penjelasan atas Lamrim Nyurlam – Jalan Cepat Lamrim, inisiasi Bhairava Pahlawan Terisolasi. Di Wihara Tubchen, dengan diri saya bertindak sebagai kepala biara, Tsatag Känzur Rinpoche bertindak sebagai lälob – guru tindakan, dan Gozab Känpo bertindak sebagai sang tön – pembimbing rahasia, kami memberikan pentahbisan awal dan penuh kepada sekitar tiga-puluh biksu. Di Tsosum Kangtsän saya memberikan jenang Mahakala Zhäl Drubdü. Di Gozab Labrang saya memberikan inisiasi umur panjang Drubgyäl kepada rombongan lama dan jenang umum Je Rinpoche – Tuan Tiga Keturunan. Saya juga memenuhi berbagai harapan orang awam dan ditahbiskan sementara itu. Di aula pertemuan besar di Litang, saya memberikan distribusi besar dan persembahan berlimpah kepada majelis umum. Di kota Litang, atas permintaan masyarakat di tempat kelahiran Dalai Lama Kälzang Gyatso, saya pergi ke sana selama satu hari dan melakukan pembersihan dan konsekrasi patung Dalai Lama ke-7 dan representasi tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan lainnya, dan membangun hubungan 51
Dharma singkat dengan penduduk. Seperti yang diminta keluarga Otog Pöntsang komunitas pengembara di Litang, saya pergi ke sana dan melakukan ritual kemakmuran dan konsekrasi dan memberikan berbagai ajaran yang mereka minta seperti jenang Avalokitesvara dan inisiasi umur panjang kepada Pön Achö dan rombongannya dan komunitas dan banyak orang awam dan Sangha termasuk mereka yang berada di Biara Otog. Washul, Yönru dan Otog, ketiga kelompok pengembara ini memiliki keyakinan Dharma yang besar dan banyak kali meresitasi milyaran mantra Mani dan ratusan juta mantra Migstema. Kali ini, juga, mereka meresitasi ratusan juta mantra Mani dan Migtsema, seratus ribu doa Samantabhadra, dan seratus kali praktek Nyungne berpuasa selama dua hari, dan seterusnya. Karena mereka memiliki pahala yang besar, mereka berkembang, mempunyai banyak orang dan telah mencapai sesuatu yang berarti di tengah kegiatan pengembaraan mereka. Karena saya telah mendengar bahwa merupakan tradisi dari komunitas pengembara ini setiap kali seorang lama diundang, seekor domba akan dipotong, saya telah menegaskan sejak awal bahwa saya tidak akan memakan apapun selain makanan putih dan mereka tidak perlu mempersiapkan daging. Saya mengunjungi berbagai komunitas pengembara di daerah Otog, melakukan ritual konsekrasi pembersihan, memberi mereka ajaran seperti yang diminta. Setelah aktivitas di Litang, dalam perjalanan kembali, saya pergi berziarah ke Kampo Nä, sebuah tempat dimana Karmapa Düsum Kyenpa tinggal untuk waktu yang lama dan mencapai kesadaran, dan ini adalah dari mana nama tradisi Kamtsang Kagyu-nya berasal. Tempat ziarah besar Sri Chakrasamvara. Saya tinggal di kamar atas Nägo Dratsang dan melakukan pertapaan Heruka selama sekitar satu minggu dan kemudian melakukan konsekrasi ekstensif selama tiga hari Dewa Heruka. Kepada Sangha pribumi di daerah tersebut, saya memberikan inisiasi Gantapa Lima-Dewa Heruka. Mereka memberikan perak asli dan gulungan lukisan Heruka. Berpikir bahwa ini adalah tanda keberuntungan, saya menyimpannya dan masih memilikinya bersama saya sebagai obyek suci di Lhasa. Saya memberikan pelayanan kepada Sangha dan suatu hari pergi berziarah ke bagian atas lembah yang bernama Kampo Nä. Nama ini datang terutama dari batu besar di sana yang membentuk huruf “Ka” secara alami. Saya pergi ke sana dan memberikan Ganachakra. Dalam perjalanan, kami melewati wihara dimana kalian bisa melihat banyak senjata pahlawan yang ditaklukan oleh pahlawan Gesar dari Ling seperti surat, baju perang dan panah, pedang, dan tombak, pedang Gyatsa Zhälkar, Yazi Kardrän.85 Kampo Nä terdiri dari gunung salju yang lebih besar, yang merupakan kedudukan utama, Chakrasamavara, dihiasi dengan banyak gunung salju yang lebih kecil dari rombongan dewa-dewa. Sejak saat kalian tiba di daerah tersebut, kesadaran kalian menjadi jelas dan damai. Saya ingin bersantai dan tinggal di sana ketika kami menerima berita dari kurir yang tiba-tiba datang dari Pälbar dan keluarga Dampa di Chatreng. Ketiga relasi pedagang kami telah tiba dari Chamdo dengan kuda dan keledai dan barang dagangan di daerah Bumpa atas. Ketika mereka kembali dari terusan Kangtseg, jalan yang sulit di dekat desa Ka, ada tentara gerilya Bumpa yang menunggu untuk menyergap. Mereka membunuh sekitar empat orang termasuk Tänzin– sepupu keluarga Pälbar dan Tarchin– keponakan Dampa Chödrag, dan juga satu keledai keluarga Pälbar dan seekor milik kami, dan telah mengambil semua barang dagangan. Karena mereka belum menanggapi musuh-musuh ini dan tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya, mereka berkata bahwa saya harus datang ke Chatreng dengan segera. Saya pergi ke Chatreng secepatnya. Segera setelah saya tiba, Pälbar Chödrag dan Dampa Chödrag, sangat agresif. Mereka memberi saya banyak alasan mengapa mereka harus pergi berperang. Saya bilang, karena nama saya terlibat dalam kemitraan ini, saya, yang seharusnya adalah seorang lama, pertama-tama tiba dan mengajar Dharma Sutra dan Tantra di biara, dan akhirnya, setelah saya kembali ke Tibet tengah, untuk memulai suatu peperangan tidak akan mencapai apa-apa di kehidupan ini dan mendatang! Jadi, saya katakan pada mereka bahwa mereka harus menyerah dan melepaskan orang, ternak, dan barang dagangan yang hilang diambil musuh, dan melarang mereka dan membuat mereka berjanji meninggalkan persiapan perang. Ketika kemudian kami periksa lebih jauh, obyek dari penyergapan tentara Bumpa terhadap 52
rombongan pedagang adalah peperangan telah dikobarkan sebelumnya oleh Lama Dranag di Biara Tzetze, pemimpin tentara Chatreng adalah Pälbar Togme, dimana mereka mengambil tanah Bumpa, senjata berjumlah besar dan makanan tanpa menjanjikan apapun sebagai imbalan. Bahkan walaupun Pälbar Togme jatuh sakit dan meninggal di medan peperangan, Bumpa belum melupakan hal ini. Mereka masih menyimpan dendam terhadap keluarga Pälbar. Lebih jauh lagi, karena pemimpin pedagang bernama Pälbar dan karena ini adalah bisnis keluarga Pälbar, mereka menyerangnya; sepertinya mereka tidak menyerang rombongan ini karena saya terkait di dalamnya. Karena peperangan dengan Bumpa telah dilemahkan, ada pembicaraan temu-muka yang membawa resolusi. Perwakilan dari keluarga Pälbar, Tändrong Sampel Tänzin, Dampa Chödrag sendiri dari keluarga Dampa, dan kami berdua, sekretaris kami Gönpo dan Ngaram Budor, pergi ke tempat rekonsiliasi. Seseorang yang terkenal dengan nama Zangdän, manajer dari Jema Lama, Lama dari biara Gowo Gönsar, mengatakan bahwa mereka datang ke Gowo Rong untuk menghadiri pertemuan damai di dekat Bumpa dan Yül Lung, tetapi para Bumpa tidak mempertimbangkan bagaimana menghindari penderitaan yang bersifat mutual dari perang, jadi pertemuan itu menjadi berkepanjangan, menghabiskan tiga bulan sebelum dapat diselesaikan. Akhirnya, para Bumpa, mengembalikan sedikit perak, beberapa keledai tua, dan pakaian bekas tak berguna yang biar bagaimanapun tidak mungkin menggantikan harga nyawa yang hilang. Sebagian besar perak diambil keluarga Pälbar dan Dampa sebagai pengganti nyawa yang hilang dan mereka meributkan soal harga kotak gau untuk perlindungan dari senjata, meteor, vajra, senapan, dll. yang tinggal dan berbagai pakaian yang mereka terima harus sama dengan barang dagangan yang mereka miliki ketika mereka baru mulai, di lain pihak, samsara dan nirvana adalah satu rasa, ketika dibagi tiga, kami tidak menerima apapun kecuali sejumlah kecil. Jadi sebetulnya kami merugi secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan Jowo Lama Rakshita: Ketika seseorang ditipu orang lain Kesalahan ada di setan kebanggaan diri yang tidak mengenal malu, Ini adalah senjata karma buruk yang mengarah pada diri sendiri. Seperti yang dia katakan, tidak berdiam diri dengan rendah hati dan mengikuti apa yang dikatakan orang lain, dapat membawa api bagi diri sendiri, tetapi, kenyataan bahwa kita tidak memulai peperangan yang akan mengakibatkan pembunuhan manusia adalah yang mendorong saya, dan saya tidak memiliki penyesalan atas apa yang terjadi. Dua orang itu yang telah memiliki maksud untuk mendapat keuntungan pribadi, seperti ratusan contoh kejadian yang bisa dibayangkan seseorang, dua orang ini dipukul oleh kekalahan terhadap musuh yang menyakitkan, dan seterusnya. Kira-kira pada saat yang bersamaan, paman dari Sera Mey Pomra Kangtsän Beda Troti Tulku bernama Beda Tsultrim yang disebutkan sebelumnya tiba dari Lhasa berpura-pura menjadi seseorang yang telah mengunjungi daerah Biara Chatreng untuk mengumpulkan dana gelar geshe bagi sang tulku, tetapi pada kenyataannya, dia bertemu dengan pemimpin baik yang awam maupun yang ditahbiskan dari Chatreng atas selama berhari-hari di aula pertemuan yang lama, dan bukannya membicarakan masalah mengumpulkan dana untuk upacara, dia melakukan kerja sama bawah tangan dengan beberapa dari mereka untuk mendukung keponakannya sebagai inkarnasi yang “sebenarnya,” secara diam-diam berencana untuk menembak saya, membuat saya ditangkap, dihancurkan atau dicabut hak-haknya. Ketika seseorang yang berteman dengan sang tulku, Tändrong Sampel Tänzin, ditanya mengenai pendapatnya, hal pertama yang dia katakan adalah, “Kalian harus memeriksa apakah kalian bisa menaruh diri kalian di tangan pemimpin kalian! Saya tidak tahu bila orang-orang di Chatreng akan bangkit untuk mendukungnya. Bila mereka melakukannya, saya bisa berpura-pura menjadi penengah dan melindungimu. Karena saya adalah penyandang dana Trijang Labrang, kita tidak boleh terlihat bersama!”
53
Ketika apa yang merupakan, secara esensi, tindakan konspirasi yang buruk dari penjahat telah diungkapkan, karena ada beberapa saksi seperti Tsaka Lagän dan Bali Kädrub yang setia yang telah mengamati siapa yang keluar dari pertemuan dan seterusnya, dan telah membawa berita rahasia ini kepada saya. Karena saya tidak memiliki lebih dari beberapa orang dalam rombongan saya, karena saya seharusnya menyiapkan perjalanan kembali ke Tibet tengah, saya memanggil beberapa biksu yang pandai untuk membantu memasang gembok-gembok tambahan di atas dan di bawah pintu kamar saya di atas aula pertemuan. Dan juga, kami membuat tempat persembunyian di belakang kamar saya di antara tembok dan tirai dimana ada ruang yang cukup untuk satu orang. Orang-orang yang mempunyai maksud altruisme seperti Puntsog Dargyä dari daerah dekat biara dan beberapa biksu dari biara, berbicara mengenai diserang dan seterusnya, berkata pada pelayan-pelayan saya, “Bila kalian bisa bertahan sedikit lagi, kami akan datang untuk mendukungmu!” Bahkan pelayanpelayan saya bersiap untuk menjadi penjaga sementara. Saya membuat permintaan kepada Tiga Permata dan meminta pertolongan para Pelindung. Disamping mempercayakan diri saya dengan setulus hati pada kebenaran dua hukum karma: 1. Seseorang tidak akan bertemu dengan akibat dari tindakan yang tidak dilakukannya dan 2.hasil dari tindakan yang dilakukan tidak pernah terbuang dan menunggu karma apapun yang menunggu saya. Selama sekitar satu bulan saya harus tinggal, setelah melakukan segala-cara, dan ada sekitar sepuluh hari dimana tidak ada keraguan bahwa beberapa situasi yang beresiko akan terjadi, seperti jam di luar pintu kamar saya rusak dan balok yang dipakai menahannya hilang, tidak ada yang tahu siapa yang merusak yang satu dan mengambil yang lain. Suatu hari tiba-tiba, setelah gelap, ada ketukan di pintu luar dari tempat kami dan seseorang memanggil. Ketika pelayan saya, dengan ketakutan, bertanya siapa itu, dia adalah “Wangyäl”, seorang pria dari keluarga Pälbar Chödrag, keluarga dari Sampel Tänzin. Dia berkata bahwa Sampel Tänzin telah mendapat serangan jantung, dan setengah kepalanya lumpuh, dan meminta untuk dengan segera mengirimkan pil-pil yang diberkati dan dupa dan untuk datang pada hari selanjutnya untuk memberikan perlindungan dan mengusir arwah. Karena ini adalah Sampel Tänzin dan keluarga penyandang dana, tidak mungkin saya menolak. Saya mengirimkan pil-pil yang diberkati dan zat-zat untuk dibakar, dll, dan harus setuju untuk datang di hari selanjutnya. Para pelayan seperti Ngaram Budor curiga, dan mengira-ngira apakah ini adalah permainan, tetapi dari bahasa tubuh dan perkataan Wangyäl, sepertinya dia jujur pada saya dan walau tidak mengatakan apa-apa, saya merasakan kebahagiaan yang hampir tidak bisa saya tahan. Dan juga bagi seseorang yang seharusnya telah menerima ajaran pelatihan pikiran dari lama saya berkali-kali, tetapi belum mempraktekannya, bukan maksud saya untuk menjadi seseorang yang “terlihat seperti seorang praktisi ketika perut mereka penuh dan matahari bersinar, tetapi menjadi biasa ketika ketidak-beruntungan jatuh.” Bebas dari rasa takut, saya pergi dengan pikiran santai. Dengan segera kami sampai di tempat samaya yang rusak. Saya merasa sangat segan untuk memberi inisiasi dan berkat dan karena ini adalah pendukung dari luar, beberapa pembantu dan rombongan yang datang bersama saya masih merasa sangat gentar. Ketika kami datang, Tänzin telah bangkit dari ranjangnya. Dia mengatakan pada saya, “Ketika kau tidak membalas serangan Bumpa dan Bumpa yang dengki tidak mendapatkan tanggapan yang mereka harapkan, karena hal ini saya telah menumbuhkan keyakinan yang besar dan penghormatan padamu. Tetapi karena sedikit pelanggaran kepercayaan yang saya lakukan, Pelindung Dharma telah menghukum saya!” Mengakui dengan penyesalan dia meminta pembersihan dan sumpah. Lama dari daerah Gorong telah mengatakan kepadanya bahwa dia harus mendapatkan jenang dari saya. Dia mengatakan bahwa saya harus memberikannya padanya apapun yang terjadi. Dia tidak bisa menahan rasa bersalahnya dan menangis dengan penuh penyesalan, dengan ekspresi seseorang yang mengungkapkan sesuatu yang dia sembunyikan. Seperti yang dikatakan Ralo yang luar biasa, Kau mempersembahkan banyak benda seperti emas, Saya menjelaskan Sadmukhakumara seperti Bhairava. 54
Hal ini seperti contoh tersebut. Hari selanjutnya dia lebih baik sedikit. Perlahan, sekitar dua-puluh hari, dia mulai bisa berjalan lalulalang. Tetapi kemudian dia bertemu dengan Pälbar Chödrag di bagian atas rumah mereka. Mereka makan kaldu daging bersama dan mulai membicarakan hal buruk untuk menghancurkan kami, seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Kemudian, sekali lagi dia mendapatkan serangan jantung serius, dan tidak bisa berbicara, dan meninggal malam itu. Diminta untuk datang pagi-pagi di hari selanjutnya untuk melakukan powa, saya kembali ke sana dan melakukan powa dan membuat permintaan, dedikasi, dan doa sebaik saya bisa. Karena Sampel Tänzin telah meninggal, pendukungnya jatuh seperti balon yang rusak dan persiapan rombongan Troti Tulku juga berakhir dengan sendirinya. Sebelum Sampel Tänzin terkena serangan jantung, saya bermimpi seseorang membunuh sapi besar, yang merupakan pertanda para pelindung akan segera melakukan tindakan murka. Bukan hanya kali ini saya bermimpi seperti ini. Setiap kali saya bermimpi kambing, domba, sapi, dll. dibunuh, tidak lama sesudahnya, seseorang yang telah, secara langsung maupun tidak langsung mengingkari kebenaran yang kramat, akan cepat atau lambat dikirim ke kehidupan selanjutnya. Ketika saya berusia dua-puluh-delapan, pada tahun naga bumi, ketika Festival Doa telah selesai, saya diundang oleh komunitas desa dari ‘Treng’ sayap Chatreng seperti Rigang dan Chagra Gang. Saya mengunjungi mereka satu-per-satu untuk membangun hubungan Dharma dengan memberikan ajaran pada pertemuan pribadi atau umum sesuai dengan harapan dan aspirasi mereka. Khususnya, di Wihara Chagra dimana Karmapa ke-6 Tongwa Döndän pergi dan menghabiskan musim dingin, ada pohon bodhi yang tumbuh di tempat dia menggebrak tanah dengan sebuat tas berisi mala-nya. Ada patung yang diberkati olehnya dan obyek lainnya juga. Saya menghabiskan beberapa hari di sana dan memberikan inisiasi umur panjang dan transmisi Mantra Enam-Suku-Kata kepada masyarakat umum. Bagian atas dan bawah daerah tersebut dipenuhi dengan reruntuhan berbagai wihara Kagyu dari zaman terdahulu di Chatreng, ketika keturunan Dharma Karmapa menyebar dan meresap ke seluruh Chatreng. Dan ada pelaku ritual di masing-masing desa yang akan melakukan to86 (perlindungan), dan dö87 (rupa), ritual dari keturunan Tantrik yang disebut Amnye. Mereka menjaga tradisi untuk memberikan persembahan kepada Guru Rinpoche pada tanggal sepuluh setiap bulan, mempraktekan Bernag “Jubah Hitam” Mahakala (Pelindung Ajaran Tsurpu), dan juga Shingkyong Tragshä, dan Pelindung Tashi Tseringma. Para Ngapa, yang hidup di daerah sekitar berkumpul dan mendiskusikan inisiasi dan transmisi apa yang mereka perlukan. Di Wihara Chagra, dari sadhana dari Dalai Lama Gendun Gyatso, saya memberikan jenang Guru Rinpoche yang damai dan murka, dan para Pelindung, Gönpo Legdän, Mahakala Bernag, Tragshä, dan Tsering Chenga, Lima Saudari Umur Panjang, dari koleksi Rinjung sadhana. Ketika saya memberikan berkat Guru Rinpoche di Chagra Padma, mereka memberikan saya satu ikat teratai putih yang sedang mekar, yang merupakan keberuntungan yang tidak direncanakan. Dalam mimpi saya malam itu, seorang pria gelap datang dan berbicara pada saya mengenai perlunya merenovasi wihara. Dengan pengertian bahwa ini adalah permintaan para Pelindung, saya mendorong orang lokal pada hari selanjutnya untuk melakukan perbaikan baru pada wihara dan untuk membangun kediaman kecil di atasnya. Pada tahun selanjutnya, mereka membangun wihara baru, tetapi kediamannya tidak dibangun, dan tetap tidak dibangun selama bertahun-tahun. Kemudian, pada tahun kuda kayu, kediaman itu dibangun, dan tahun berikutnya, dalam perjalanan kembali dari Tiongkok, saya melewati Yarlam Chatreng dan mendapat kesempatan untuk tinggal semalam di Wihara Chagra. Mereka berkata bahwa masa depan dari permintaan saya sebelumnya untuk membangun kediaman sekarang dapat dipersepsikan secara langsung, ini hanyalah pemenuhan dari rencana yang sebelumnya sudah saya buat. Mereka yang setia dan tinggal di dekat 55
daerah tersebut, mengikuti contoh dari “lama munafik”, berkata bahwa mereka selalu berpikir bahwa sesuatu seperti ini akan dibangun dan telah membuat ramalan sesuai efeknya! Kemudian, saya melakukan perjalanan ke Ragpo atas dan bawah. Saya tinggal selama tiga hari dimana ada permandian air panas di Ragtö – Ragpo Atas – untuk kesehatan saya dan atas permintaan dari masyarakat di daerah tersebut, menulis teks mengenai dimensi dan manfaat dari Wihara Tashi Lhakang. Saya menerima undangan untuk melakukan perjalanan ketiga daerah Dongsum. Khususnya, saya menghabiskan seminggu untuk di daerah dimana Ganden Tripa terdahulu Jangchub Chöpel dilahirkan. Di Wihara Dongsum Rig Nga (lima keluarga) dimana saya menempatkan sepuluh tangka mengenai seribu Buddha mitsän88 – divisi keluarga kangtsän – diatur dari atas ke bawah, dan saya memberikan pada masyarakat umum Inisiasi Sang Pengasih, inisiasi umur panjang, dll. Saya pergi ke kediaman Ganden Tripa terdahulu di Biara Chuzang dimana saya melakukan konsekrasi dan memberikan sedikit hadiah bahan kain dan benda-benda lain kepada para anggota keluarga, disana. Tinggal lagi di Chatreng, terpisah dari rumah tangga Troti Tulku di Chatreng atas di Chagong dan beberapa keluarga di Söpa dan Pälge yang masih berprasangka terhadap saya dan tidak mengundang saya. Saya menerima semua undangan terdahulu dari seluruh desa di Chatreng atas dan bawah, tanpa menghindari kesulitan apapun, memberikan ajaran, melakukan ritual, memenuhi semua harapan mereka. Tetapi seperti yang dikatakan di Sherab Dongbu (Bagasi Kebijaksanaan), Di kota yang penuh orang telanjang, tanpa pakaian Apalah gunanya seorang tukang cuci? Jadi saya tinggal di sana, tetapi tidak ada maksud atau manfaatnya. Tidak hanya itu, seperti yang dikatakan di dongeng Jataka, Mereka yang membangun kecemburuan bagi orang lain Selalu menganggap pencapaian orang lain tak tertahankan. Dengan kebencian, mereka bertindang dengan kebutaan dan kepura-puraan; Pada saat itu, keinginan saya adalah untuk pergi ke tempat lain. Karena itu, saya memutuskan untuk kembali ke Tibet tengah pada tahun tersebut. Dalam surat dari Biara Zeu Dru, Gangkar Lama Rinpoche telah berkata bahwa sampai tanggal lima-belas bulan empat tahun tersebut, saya disarankan tidak meninggalkan Chatreng karena ada bahaya dalam hidup saya. Saya juga harus mengunjungi desa-desa seperti Chagra Gang, Ragpo, dan Dongsum seperti yang disebutkan sebelumnya dan belum dapat menyiapkan perjalanan secara efisien, jadi [perjalanan] ini ditunda. Sementara itu, biksu dan pedagang yang telah pergi ke Lhasa pada awal tahun itu dan kembali, berkata bahwa mereka telah sampai di Markam Gartog, beberapa orang di Markam menuduh mereka telah mengambil pajak denda yang tidak seharusnya, jadi mereka mempunyai masalah legal dengan polisi perbatasan Markam Dapön Shelkar Lingpa. Hal ini dikarenakan mereka masih menyimpan dendam dari pertikaian sebelumnya dengan Chatreng. Biksu Chatreng dan teman seperjalanan, putra keluarga Drodog Chödrag ditangkap dan ditahan. Mereka mengambil kuda, sapi, dan barang dagangannya, tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah. Pälbar Lagän Chödrag masih memiliki keterikatan yang kuat dengan Sampel yang sudah meninggal dan memendam maksud buruk untuk menghentikan perjalanan kami ke Lhasa. Ketika dia telah mampu menunda para biksu seperti Shepa Pagtrug, kelompok pedagang, Drogdog Chödrag bersama beberapa orang paling berpengaruh di Drodog menghalangi mereka untuk pergi ke Lhasa, begitu juga dengan kami, Markam Datzong menegosiasikan pembebasan para biksu dan barang dagangan, yang sangat membantu. 56
Di samping saran dan nasihat, termasuk dari saya, Drodog Chödrag dan lainnya mendesak bahwa mereka harus menunda keberangkatan ke Lhasa sampai masalah terselesaikan. Saya menjelaskan pada mereka bahwa kami telah memutuskan dan kami akan pergi ke Lhasa tahun itu dan kami bisa mengajukan permintaan kepada Dalai Lama, tetapi kami telah mengajukan permintaan. Karena saya tidak akan menerima penundaan keberangkatan, Pälbar Lagän dan Drodog Chödrag membuat rencana jahat untuk bertemu di Yarlam Drodog, dan membuat persiapan untuk menghancurkan saya dan mengambil kekuasaan, mengumpulkan tentara dan lainnya. Ada seseorang yang bernama Pälge Gyagser Yapa, seorang biksu dengan gondok yang bersama, paman Troti Tulku, telah menerima ajaran Lamrim dan inisiasi Yamantaka beserta penjelasannya dari saya dan telah berkomitmen untuk melakukan pertapaan panjang, tetapi sekarang terdengar mengatakan, “Akankah rombongan Trijang pergi ke Lhasa dengan mudah dan langsung? Saya ragu! Saksikanlah pertunjukan ini!” Kemudian, gondok Yapa bernanah dan dia berada di ambang kematian untuk waktu yang lama. Dia mengirimkan surat pengakuan kepada saya tetapi dia sudah tak tertolong dan meninggal dunia. Seperti yang saya katakan sebelumnya, situasi telah mencapai titik kritis dimana bahaya datang dari segala arah. Karena itu, Lutag Tashi Tsongpön, Nyanang Puntsog Dargyä, Shab Gyatso Nyima, dan ketua suku dengan sekitar seribu pasukan berkuda, memohon untuk mengambil tanggung-jawab mengawal kami sampai Markam, dan bagi kami untuk pergi diam-diam melalui Drodog. Bila mereka mengawal kami melewati Yarlam, kami akan dapat melaluinya dengan mudah tanpa bahaya, tetapi saya berpikir bahwa pengawal akan bertarung dengan tentara Marlam yang tidak diragukan lagi akan mengakibatkan kehilangan nyawa yang besar. Karena itu, saya bermaksud untuk berputar melalui daerah Biara Nangzang dan saya mengirimkan kurir ke Nangzang, tetapi mendapat tanggapan dari mereka yang menyatakan, karena orang lain telah memberikan jaminan keamanan, saya harus pergi bersama mereka. Hal ini paling tidak, menyelesaikan masalah rute yang akan saya ambil, tetapi Drodog Chödrag mengetahui tentang hal ini, dan mengirimkan pesan bahwa saya harus tinggal sedikit lebih lama lagi sehingga beberapa biksu muda dan pedagang juga dapat dikawal dari Markam. Pesan ini juga mengandung ancaman yang menyatakan, “Kami telah merencanakan bahwa kamu untuk datang melalui Biara Nangzang tetapi ketika kamu datang, para lama sudah pergi. Nanti, kita harus berbicara.” Tetapi Nangzangpa berkata, “Apapun yang kamu lakukan kemudian, lama kami akan bertanggung-jawab pada saat kamu datang”, dan seterusnya, jadi pergi melewati Nangzang lagi sepertinya memungkinkan karena bahaya yang amat sangat. Jadi walaupun sudah diputuskan bahwa kami akan pergi dari Chatreng pada tanggal tiga bulan enam, sampai hari dua, kami masih belum memutuskan rutenya. Hari itu, karena resiko dan pilihan, saya melakukan kangso dengan memohon perdamaian dan divinasi mengenai rute yang harus diambil Drodog, Nanzang, atau oleh nasihat lain melalui Litang atau Gyältang untuk melihat mana yang terbaik. Saya menggunakan metode divinasi kertas yang digulung dalam adonan bola, dan hasilnya melalui Gyältang adalah yang terbaik. Jadi ini adalah keputusan internal yang bersifat rahasia, sementara kami tetap berpura-pura bahwa kami akan pergi ke utara melalui Drodog. Dini hari ketiga, sebelum pergi, kami hanya mengatakan pada otoritas biara bahwa kami akan pergi ke arah selatan melalui Gyältang. Informasi ini dijaga dalam rahasia yang ketat dari orang lain, sehingga beberapa biksu dan pengawal yang pergi bersama kami dan teman-teman seperjalanan telah pergi ke arah Drodog dan harus berputar dan menuju Gyältang. Hari itu, rombongan kami berangkat dari Biara Chatreng Sampeling dan, ketika saya berpikir kembali mengenai situasi sulit yang telah berkembang di sana karena penolakan terhadap altruisme, ketika kami tiba di gunung dari sisi jauh jembatan besar di depan biara, saya merasa terbebaskan dari penjara yang gelap. Walaupun saya merasa tidak akan pernah kembali ke sana, ketika saya pikirkan lagi, saya ingat bahwa saya telah meninggalkan tikar dan topi pandit di tahta biara di aula pertemuan, dan memikirkan apa yang telah saya lakukan, hal ini seperti pertanda buruk, dan saya pikir, “saya 57
mungkin akan merasakan bau tidak enak ini lagi!” Kemudian, ketika saya berusia lima-puluh-lima pada tahun domba kayu, saya kembali dari Tiongkok melalui Yarlam dan, atas instruksi Dalai Lama, saya harus mengunjungi beberapa biara Gelug di selatan Kham termasuk Litang, Chatreng, dan Ba. Tiba di Chatreng adalah manifestasi dari kejadian terdahulu yang saling berhubungan. Saya telah memutuskan tali hubungan karma, yang baik dan yang buruk, tetapi mereka tidak bisa tetap terputus. Sekali lagi, karena berada dalam garis inkarnasi Ganden Tripa Jangchub Chöpäl, saya telah merestorasi kehidupan politis dan Dharma di daerah Biara Chatreng dan seharusnya bekerja keras dengan tubuh, perkataan, dan pikiran saya dengan banyak cara untuk memastikan bahwa mereka tidak akan mengalami kemerosotan lagi dan tetap akan lebih baik. Karena itulah, sebagian besar orang awam dan ditahbiskan mencintai saya dan memiliki samaya yang murni dengan saya. Akan tetapi seperti yang dikatakan oleh Tukän Chökyi Nyima: Kau mengajar mereka Dharma; mereka berbuat dosa sebagai balasannya. Kau memberikan manfaat bagi mereka dengan kebaikan; mereka mencelakakanmu sebagai balasannya. Kau menaruh kepercayaan kepada mereka; mereka menipumu sebagai balasannya. Sulit untuk hidup bersama orang dari zaman kemerosotan! Chöje Zur Karwa Legshä Tsöl juga berkata: Meskipun kau memberi manfaat besar bagi mereka, Dengan sama rata bebas dari prasangka tinggi dan rendah, Banyak, yang tanpa merasa malu, membalasmu dengan kotoran; Hal ini membuat saya melepaskan! Seperti yang dia katakan, beberapa orang tidak membalasmu dengan kebaikan dan keinginan mereka tidak mungkin dipenuhi – mereka mau segunung makanan tetapi tanpa gunungnya – dan pengikut mereka walaupun mereka memulai berbagai tindakan lebih dulu atau kemudian, bermaksud untuk menaruh kepala saya di dalam penggiling wijen. Akan tetapi, terima kasih atas kasih sayang Guru dan Tiga Permata, kekuatan kebenaran karma, dan dengan kekuatan yang sejak lama menemani, seperti tubuh dan bayangannya, oleh tindakan tepat waktu dari Pelindung Dharma bernama “Dorje” (Dorje Shugden), saya dibebaskan dari kebuntuan kondisi negatif ke langit tak berawan. Pada sore hari saya meninggalkan Biara Chatreng, saya menghabiskan malam di Ragtö Tashi Lhakang. Melalui Wangshö, Gumnag, dan seterusnya, saya tiba di Biara Gyältang Sumtsen Ling dimana saya menerima penyambutan besar oleh kepala biara dan mantan kepala biara, lama, tulku, dan pejabat dan prosesi emas yang terdiri dari banyak biksu. Saya tinggal di kediaman dengan banyak jendela yang cukup terang di atas aula pertemuan. Di aula yang besar tersebut, saya memberikan ajaran Nyurlam Lamrim dan inisiasi Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava kepada Sangha yang terdiri dari dua-ribu biksu. Seperti yang diminta oleh setiap delapan Kangtsän yang berbeda seperti Chatreng, saya pergi dan memberikan ajaran dan melakukan konsekrasi sesuai dengan keinginan mereka. Saya tinggal di sana selama sekitar tiga minggu. Pada periode itu, saya bertemu beberapa kali dengan inkarnasi terdahulu Gyältang Tongwa Lhakar Rinpoche yang berusia sekitar enam-puluh tahun. Ketika kami bertemu untuk pertama kalinya, dia seperti menguji saya dengan menanyakan banyak pertanyaan tentang Sutra dan Tantra. Saya tidak kekurangan jawaban, dan menyenangkan beliau, dan dia menghadiri sesi ajaran Lamrim saya. Setiap tahun setelah itu sampai dia meninggal dunia, dia akan mengirimkan surat dan hadiah emas pada saat dia melakukan perjalanan melalui Kham.
58
Ketika saya tiba di Lhasa, Kyabje Dorjechang Pabongka berkata pada Lhakar Rinpoche yang berada satu kelas di bawahnya ketika mereka ada di biara, bahwa saya mempunyai kebijaksanaan ajaran. Di samping itu, saya menerima undangan untuk mengunjungi Panglung Labrang dan beberapa labrang lainnya seperti Kagyurtsang. Biara Gyältang Sumtseling didirikan pada zaman Dalai Lama ke-5 dan karena [biara ini] sangat dijunjung tinggi oleh pendukung Dalai Lama ke-5, Narim, dan kaisar Tiongkok, ada banyak tangka dan rupa seperti Gushri Tänzin Chögyäl, Desi, dan Dalai Lama selanjutnya, dengan dokumentasi segel berhias benang emas, melintangi pilar-pilar yang tinggi, seperti pameran persembahan. Dikatakan bahwa mereka memiliki tradisi mereka sendiri dan masing-masing dari delapan kangtsän mempunyai nada lantunan sendiri dari praktek Sutra dan Tantra mereka, sementara digabungkan dalam satu tradisi nada lantunan ketika mereka bertemu di hadapan majelis. Biara Gyältang, dengan sistemnya sendiri menekankan bahwa para anggota harus menetapkan nama dan bantal duduk mereka. Menuruti hal ini, saya menaruh nama saya di daftar dan membuat persembahan distribusi yang bersifat simbolis kepada majelis dan di tob kung (sumber pencapaian) Chatreng Kangtsän. Dari Gyältang, pergi melalui Rongpa Tangtö (Tang atas), dan Tangmä (Tang bawah), kami tiba di Sungai Drichu. Turun selama satu hari ke Jurang Nyeri yang sangat curam, kami sampai di Dabtang di tepian Drichu. Balok disiapkan dan diikat bersama, membuat balok perahu yang datar dengan tidak ada apapun yang menopang diri, dimana dengan gentar, kami menyeberangi sungai besar Drichu. Setelah menghabiskan dua hari melakukan perjalanan di sepanjang sungai dan jurang yang sangat sulit, kami tiba di tempat desa Kontserag, yang juga dikenal dengan Pomtserag. Hari selanjutnya di Pertapaan Yarlam Shipäl, inkarnasi terdahulu Tratang Rinpoche dan masyarakat lokal dengan pakaian terbaik mereka bergabung dengan rombongan kami, dan dengan kelompok penyambutan yang terdiri dari lama, tulku, dan pejabat dari Biara Döndrub Ling, kami tiba di sana, dan saya tinggal selama beberapa hari di Ludrub Labrang. Inkarnasi terdahulu dari Ludrub Tulku hanya berusia sekitar tujuh atau delapan tahun pada saat itu. Saya memberikan inisiasi kepada Tratang Rinpoche, lama, tulku, dan seluruh Sangha. Saya tinggal selama tiga hari di Biara Jöl Dechen Ling, di Zamdong Labrang, dan memberikan kepada Sangha secara umum jenang “Tuan dari Tiga Keluarga Je Rinpoche dan ajaran lainnya yang sesuai dengan situasi saat itu seperti inisiasi umur panjang. Inkarnasi terdahulu Zamdong Rinpoche, teman Dharma yang baik dengan siapa saya menghadiri sesi ajaran di Lhasa, telah kembali ke negara asalnya di sini dan memberikan inisiasi umur panjang kepada masyarakat umum di salah satu desa, ketika dia ditembak di hutan Pari oleh beberapa orang lokal yang jahat dan mati karena lukanya. Kemudian, melakukan perjalanan melalui desa bernama Jöldong, kami melintasi terusan kecil dan tinggal selama tiga atau empat hari di danau Tso Kamka. Keluarga Gangkar Lama dan pengawal dari Biara Zeudru datang untuk menyambut saya di sana. Pengawal dari Chatreng kembali, pergi ke arah Nangzang. Rombongan kami pergi melalui terusan Tsala dan sampai di Biara Dranag. Saya memberikan pada Sangha di sana termasuk Nyira Tulku, ajaran seperti penjelasan dan transmisi Dasar Dari Kualitas-Kualitas Yang Baik. Melewati desa-desa Chusumdo dan Kapo Butsa, kami tiba di Biara Zeudru dan keluarga Gangkar Lama. Ketika tinggal di sana selama lebih dari sepuluh hari, keluarga sang lama memperlakukan kami dengan keramahan. Kami merasa sangat terbiasa dengan rombongan Rinpoche sehingga rasanya seperti tiba di rumah kami. Dalam atmosfir yang santai, saya memberi masyarakat awam dan ditahbiskan di biara dan daerah lokal inisiasi Sang Pengasih, dan kepada Sangha yang murni, saya memberikan Tiga-Belas Dewa Yamantaka. 59
Suatu hari, keluarga sang Lama memberi saya puja umur panjang yang ekstensif dengan Ganachakra. Sang Lama memberi-tahu Ngaram Budor bahwa dalam visinya, dia melihat saya sebagai Guru Padmasambhava, dan hal ini telah membuatnya mengingat situasi yang berhubungan dengan situasi-situasi dalam kehidupan-kehidupan saya sebelumnya, seperti ketika saya terlahir sebagai penerjemah Vairochana. Sekarang, sangat memungkinkan bahwa apapun dapat nampak dalam visi seorang pertapa, tetapi hal ini tidak membuktikan apa-apa! Karena dia memiliki ikatan yang murni dengan saya dan keyakinan yang besar, saya rasa dia mempunyai sejenis visi kemurnian selain itu, saya tidak mempunyai apa-apa untuk dikatakan selain saya tidak mempunyai bau sedikitpun atas kecenderungan seperti ini, dan jangan bermimpi bahwa sayalah yang menyebabkan visi sang lama. Saya juga mempersembahkan puja umur panjang yang ekstensif kepada Lama Rinpoche dengan Ganachakra. Ketika saya sedang di Chatreng, Jenderal Markam Shelkar Lingpa ingin mengambil sumur garam Gangkar lama. Karena itu, dia mengerahkan lima-ratus pasukan dari tentara keempatnya (di samping pejuang daerah dari semua daerah di Markam) untuk tiba-tiba dengan diam-diam mengepung rumah sang lama di biara Zeudru dan terjadi tembak-menembak antara mereka dengan senjata lain berkali-kali. Akan tetapi, sebelum tentara ini datang dengan diam-diam, dalam mimpi sang lama, seperti ramalan, garuda dari Dragkar Tzong tiba dan memberikannya pil-pil besi hidup abadi untuk melindunginya dari senjata, yang diterimanya, dan dia diberikan kotak harta karun terbuka yang menunjuk nama tujuh biksu khusus, dia diminta untuk memberi masing-masing dari mereka sebuah pil dan sebilah pedang. Dan mereka harus mengarahkan tentara lawan ke tempat stupa di gunung di bawah biara dan membuat mereka kembali dari sana, tanpa pertikaian. Tentara berjumlah besar yang disebutkan sebelumnya diarahkan seperti domba dikejar kawanan serigala dan harus meninggalkan pakaian mereka, kotak makanan, sepatu, dan seterusnya, di medan peperangan dan kabur. Granat yang ditembakan oleh tentara bahkan sampai ke kediaman Gangkar Lama tetapi gagal untuk meledak. Kalian masih bisa melihatnya di sana. Ruangan dimana kotak harta karun dengan pil besi disimpan berbau dupa yang biasa dipakai untuk pengobatan. Lama Rinpoche membiarkan kami melihat kotak harta karun tersebut, membukanya untuk kami, dan memberi kami pil besi. Sementara kotak harta tersebut terisi selebar lima jari dengan sesuatu seperti “lumpur naga”, sementara lebar kotak tersebut hanyalah tiga jari, dan ia memiliki berbagai rupa dewa di sisinya yang terbentuk secara alami. [Kotak] ini terisi dengan pil sampai tepi. Kemudian, walaupun sang lama memberi memberi masing-masing dari rombongan kami dan orang Chatreng (sekitar dua-puluh dari kami) pil dalam jumlah cukup besar, pil-pil ini tibatiba bertambah jumlahnya, tidak muat dalam kotak tersebut, dan tumpah sampai merusak lemari, dan kemudian berhenti. Hal ini adalah sangat baik dan membangun keyakinan besar. Sebelum pergi, saya bertanya pada Lama Rinpoche mengenai pengamatan berbagai hal termasuk tindakan tubuh, perkataan, dan pikiran saya. Dalam mimpi sang lama, dia berkata bahwa ada tahta tua yang besar di aula pertemuan besar. Beberapa orang yang berkumpul di depan dengan tergesa membangun tahta baru ketika pejabat biksu yang mengesankan, seperti tuan bendahara, tiba. Segera setelah dia tiba, pembangun tahta meninggal dengan damai. Pembantu biksu pejabat, memakai bahan kain merah, menghancurkan tahta baru tersebut dan menyapu runtuhannya dan mengusir semua orang. Dia berkata, “Tuan, sudah pasti kondisi negatif tidak akan mempengaruhimu. Sepertinya Gyalchen Dorje Shugden telah mengatur semuanya!” Dengan suara berdentum dia memproklamasikan, “Saya bisa menjamin hal ini!” Kemudian, pada Festival Doa di Lhasa pada tahun monyet air, salah satu dari orang utama Troti Tulku, Chatreng Pälchug Dapön Geshe, terjangkit penyakit kronis dan meninggal dunia. Bahkan orang-orang di Kham yang sebelumnya terlibat dalam perencanaan dan aktivitas yang salah mengalami berbagai bencana yang menyebabkan kematian mereka tidak lama kemudian.
60
Sekali lagi, terkait dengan Gangkar Rinpoche, dalam hal pengakuan inkarnasi atau ketika orang mau menemukan kembali apa yang telah hilang, dia akan memeriksa pertanda dalam mimpi atau terkadang memejamkan mata sebentar dan pergi ke kondisi keseimbangan, dan memberikan prediksi dengan jelas menunjuk kepada: daerah dan lokasi, desa, arah pintu rumah menghadap, keluarga, dan namanya. Prediksinya hampir selalu tepat, untuk menemukan apa yang dicari, saya mengalaminya secara langsung beberapa kali. Tidak hanya itu, ketika saya pergi ke Chatreng untuk pertama kalinya, sang lama berambut putih, tetapi ketika saya kembali ke Yarlam kemudian dan bertemu dengannya lagi, rambutnya berubah hitam. Dia memiliki keyakinan dan aspirasi yang besar terhadap Dalai Lama ke-13 dan selalu berkata bahwa dia tidak akan meninggal selagi Dalai Lama masih hidup. Ketika kemudian dia mendengar tentang meninggalnya Dalai Lama, dengan segera dia berkata, “Sekarang adalah saatnya bagi saya untuk menjadi seorang biksu tua!” Dan dia menjadi sakit karena masalah retensi air dan meninggal dunia. Dia memanggil pelayannya ke hadapannya dan setelah mereka meresitasi Sutra Hati bersama, dia mengatakan GATE mantra sekali dan diikuti oleh PHAT yang keras, dan kemudian meninggal dunia. Kejadian ini adalah pertanda yang jelas atas pencapaian kesadarannya. Selain tradisi Guru Puja, Yamantaka, Hayagriva Rahasia, “Satu Cerita Kios Stupa”89, dan Pelindung Setrab, dia mempraktekan banyak Yidam dan Dharmapala dimana dia tidak mengingkari keturunan. Atas undangan Tzongpön Tai Jidrung Korpel ke-4, kami meninggalkan Biara Zeudru, pergi melalui Markham, Lhadun, Goshö, Pomda, Tsang, dan seterusnya, menuju Tzongkhang. Di sana saya memberikan Ku-ngo Tang-chäl, dan bagi beberapa Sangha dari Biara Özer, Berkat Sindhura Vajrayogini, dan kepada masyarakat umum dan ditahbiskan, saya memberi inisiasi Sang Pengasih. Atas undangan Jenderal Markam Sasung90, Shelkar Lingpa, saya pergi ke perkemahan tentara mereka dan memberikan inisiasi umur panjang. Biara Özer baru dibangun kembali, dipindah dari tempat terdahulu didirikan ke atas Gartog. Diundang untuk datang kesana, saya melakukan konsekrasi melalui lantunan. Kemudian, diundang ke Biara Kyung Bum Lur, saya pergi kesana khususnya untuk memberikan inisiasi Tiga-Belas Dewa Yamantaka kepada Sangha. Dalam perjalanan, kami menghabiskan satu malam di Biara Ribur. Mereka sedang dalam proses membangun Mandala Guyasamaja tiga-dimensi. Mereka mempunyai beberapa pertanyaan mengenai elemen konstruksi, yang saya jelaskan untuk mereka, karena itu membangun hubungan Dharma dengan mereka terkait dengan berbagai topik dimana klarifikasi diperlukan. Saya menghabiskan dua hari di Biara Chagna Mutig (Mutiara di Tangan). Di antara biksu di sana ada seseorang yang sebelumnya telah menjadi Guru Cham di Lhasa di Tängyäling Dratsang. Dikatakan bahwa dia benar-benar terlatih dalam Cham, dan suatu hari melakukan Cham seperti Mahakala, Dharmaraja, Päldän Lhamo, tarian Topi Hitam, dan seterusnya. Hal ini seperti Tängyäling Demo Gu Cham91 yang sebelumnya. Kami menyeberangi Sungai Sampa Dreng Dachu dan melewati biara-biara dan desa-desa di Tsawa, Rong, Dugda, Tzogang Sang Nygag Ling, Uyag, Tsawa Kochen Tang, Biara Pangda, Wako Mar-ri, Zhabyä Zampa, Biara Lhotzong Zhitram, Biara Tzito, Biara Shodo, Biara Poti, Biara Lhatse, dimana saya memberikan berbagai inisiasi, transmisi, penjelasan, dan seterusnya, seperti yang diminta. Akhirnya kami tiba di Chagra Pälbar dan tinggal di Pälbar Tzong dan, seperti yang diminta oleh Gyümä Ngagram Ngawang Chöjor, saya memberikan penjelasan dan transmisi dari Lamrim Singkat92 kepada Sangha di biara. Ada dewa oracle yang dipanggil di sana bernama Gönpo Tsedü Nagpo yang oracle-nya dibawa kepada kami oleh Ngaram Ngag Chö. Sang dewa memasuki oracle dengan sang oracle sendiri memegang genderang di tangan kirinya, yang akan dia pukul dengan tongkat di tangan kanan-nya. Pada saat kami mengundang sang dewa ke tubuh oracle, seseorang harus memegang 61
genderangnya selagi sang oracle duduk tegak di tahta. Ada sebuah cerita mengenai asal-muasal dia memukul genderang dengan tangan kanan, dan beberapa ramalannya mengenai praktek selanjutnya terjadi seperti apa yang dikatakannya. Kemudian, kami menyeberangi Terusan Shargong dan tiba di Biara Ari. Dengan pertukaran hadiah, kami bertemu dengan keluarga Ngaram Dampa. Kami meninggalkan Biara Ala Chag, dan sebelum kami tiba di Dotug, seorang tukang masak bernama Namgyäl Dorje pergi suatu dini hari dan meninggal karena jatuh dari jalan yang curam. Kami menghabiskan satu hari di sana melakukan Powa, membuat doa dedikasi, dan mengkremasi tubuhnya. Sore itu, kami pergi melalui terusan dan kemudian, melewati Lhari Go, Kongpo, Gyamda, dan seterusnya. Ketika kami tiba di Özer Gyang, kami ditemui dan dikawal oleh perwakilan Ganden Dokang Kangtsän dan Samling Mitsän. Dokang Kangtsän telah mengatur agar kami tinggal di Biara Tsunmo Tsäl, dan kami menghabiskan satu hari di sana. Kami melakukan persembahan di hadapan stupa Dulzin Dragpa Gyältsän. Sudah lama diketahui bahwa sisa tubuh Dulzin Rinpoche ada di Biara Tsunmo Tsäl, dan, sementara itu, karena beberapa perbaikan perlu dilakukan di tempat dimana benda ini disimpan, Ganden Lhopa Gyälsä Tulku dan Dokang Geshe Chödrag dari administrasi biara membawa saya untuk melakukan argha – puja – air. Ketika kami membuka stupa tersebut, diantara obyek suci yang disimpan didalamnya, ada kotak kayu dimana di dalamnya seluruh tubuh suci itu tidak membusuk dan ada sedikit rambut yang tumbuh! Ia dibungkus oleh dua jubah biksu, lama dan baru. Ada mangkuk antik di depan tubuhnya yang sepertinya pernah diisi buah-buahan. Bau harum moralitas menyebar ke area yang luas, mengkonfirmasi apa yang saya dengar dari Geshe Chödrag ketika masih di biara. Puja, persembahan dan seterusnya yang saya lakukan untuk persiapan menunda perjalanan saya sedikit lebih lama, tetapi pada awal bulan sepuluh tahun tersebut, saya telah tiba kembali dengan senang di kamar saya di Lhasa. Seperti nektar bagi mata saya untuk melihat guru saya Gän Yongzin Rinpoche, Geshe Sherab Rinpoche, dan lainnya dan dalam atmosfir kebahagiaan dan keberuntungan, kami menikmati pertemuan yang meriah, pagi dan malam hari bersama, kami membicarakan mengenai apa yang terjadi sejak terakhir kami bertemu. Banyak relasi dengan harapan baik mengunjungi saya. Saya pergi untuk pertemuan tradisional dengan Dalai Lama di Istana Norbulingka, Kediaman Cahaya Matahari dan bertemu secara pribadi dengannya di Kediaman Puncak93 di Jangchub Gakyil dimana saya menyentuhkan pucuk kepala saya ke kaki teratai yang merupakan mahkota keberadaan dan mempersembahkan tän sum mandala – representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Satu sang emas, seribu dolar Tiongkok, dan beberapa produk dari Kham. Dia mempunyai banyak pertanyaan mengenai situasi di Kham dan saya menanggapinya dengan jujur, tanpa fabrikasi. Setelah itu, saya pergi ke hadapan Dorjechang Pabongkapa di Pertapaan Chuzang. Pada saat saya melihat mandala di wajahnya yang lebih berarti untuk dilihat daripada permata pengabul permintaan yang telah dipoles dengan kesabaran seratus kali, saya menundukan kepala saya dan bersujud. Saya mempersembahkan perak dan emas dan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diekspresikan dan kelegaan setelah mendengarkan suaranya di pertemuan yang panjang. Chone Lama Rinpoche Lozang Gyatso Trin Pälzangpo juga tinggal di Pertapaan Chuzang. Saya pergi menemuinya dan setelah itu menghadiri ajaran apapun yang dia berikan. Pada awal bulan sebelas, dalam perjalanan menuju Ganden, di Biara Bönpo yang baru di bawah Ganden, pejabat seperti perwakilan kepala biara, pejabat Dokang, Lozang Dargyä, datang untuk menyambut saya dan mengawal saya dari Shartse Dratsang dan dari mulut terusan Nyarong kami pergi ke bazar. Dari sana, prosesi Sangha dari Shartse, kepala biara Shartse dan Jangtse, lama, tulku, dan pejabat biksu mengawal saya dengan dupa ke aula Dokang Kangtsän dimana jamuan makanan yang digoreng telah disiapkan. Saya menerima dewan otoritas biara, Dratsang, Kangtsän, Mitsän, dan seterusnya. 62
Untuk merayakan tidak adanya celaka yang disebabkan oleh kondisi yang sulit dalam perjalanan dan tinggal di Kham, dan kembalinya kami dengan selamat. Saya mempersembahkan dua teh dan satu mangkuk bakmi kuah pada saat pertemuan besar Ganden, mempersembahkan setiap biksu satu sang dan lima zho perak, dan satu paket beras. Di samping itu, sebagai persembahan bagi semuanya, saya mengatur persembahan tahunan sebesar satu tam94 untuk dilaksanakan. Di Shartse Dratsang saya mengatur dua layanan teh dan sup nasi panas bagi para biksu, dan mendistribusikan tiga sang perak dan satu paket beras kepada setiap biksu. Bagi semuanya, saya mempersembahkan karpet panjang untuk berpraktek, satu bagi masingmasing delapan-belas barisan panjang para biksu di aula pertemuan, dihiasi dengan desain teratai dan emas. Bagi para kepala biara, lama, pemimpin lantunan dan asisten ritual, saya mempersembahkan karpet bantalan persegi empat, semua dengan bantalan empuk dan desain pinggiran merah tua. Saya juga mengatur agar persembahan tahunan satu tam diberikan. Di Jangtse Dratsang, saya memberikan dua pelayanan teh, satu sup, distribusi tiga sang perak kepada masing-masing biksu, dan persembahan tahunan satu tam. Di Dokang Kangtsän, saya mempersembahkan teh dan sup nasi kepada majelis dan tiga sang dan satu paket nasi pada masing-masing biksu. Sebagai persembahan umum, untuk empat pilar tinggi, saya mempersembahkan spanduk dengan kepala kucing yang diembos dari emas dan tembaga, beberapa koper brokat mawar dari Rusia dan ekor spanduk berbagai warna; dua kantung besar bubuk dupa, satu spanduk kemenangan, donasi satu tam. Saya melayani teh dan membuat persembahan kepada pada biksu di Dokang Samling Mitsän, Serkong Kangtsän dan Serkong Kangtsän Mitsän. Setelah memberikan persembahan tahunan di Ganden, saya pergi dan mempersembahkan pelayanan di Biara Marlam Dechen Sang Ngag Kar dan mempersembahkan hadiah bagi ibu saya dan lainnya di perkebunan keluarga Gongko. Di Gungtang, saya memberikan persembahan pelayanan satu hari penuh dan distribusi persembahan di Chötri Dratsang dan Zimshar Dratsang. Saya mengatur persembahan persembahan syukur di kamar saya di Lhasa dan mengundang oracle dewa kelahiran saya, Dragshul Wangpo dan Nyima Shonnu Ketua dan Rombongannya, mempresentasikan persembahan ini. Ketika saya berusia dua-puluh-sembilan pada tahun ular bumi, saya mempersembahkan layanan teh di Festival Doa Besar dan mendistribusikan persembahan tiga sho perak kepada semua Sangha. Setelah Mönlam selesai, saya membuat persembahan teh dan distribusi di majelis Biara Drepung dan Sera, Universitas Gyutö dan Gyume dan Pertapaan Chuzang. Di Gyutö, saya mempersembahkan inisiasi mahkota seratus-lima-puluh Keluarga Buddha yang secara khusus dibuat di Chatreng. Tahun itu di Pertapaan Chuzang, dari Kyabje Dorjechang Pabongkapa, saya menerima penjelasan mengenai Guru Puja dan Mahamudra berdasarkan penjelasan Guru Puja, teks akar Mahamudra, dan seterusnya. Saya menerima penjelasan mengenai praktek tahapan generasi dan penyelesaian dari Yamantaka lagi untuk memperbarui kekuatan dari penjelasan dan beruntung untuk menerima banyak ajaran lain yang dia berikan. Ketika saya berusia tiga-puluh, pada tahun kuda besi, agar dapat menetapkan sesi praktek Yamantaka dan memperbarui praktek tradisional Gantapa Heruka yang terdahulu yang telah mengalami kemunduran, pejabat perang Gungtang Labrang, Magdrung Kälzang, meminta saya untuk memberi inisiasi Yamantaka dan Heruka. Saya menderita penyakit dingin, tetapi tidak berharap untuk menolak permintaan Magdrung Kälzang, pada awal bulan empat tahun tersebut, saya pergi ke Gungtang dan memberikan inisiasi. Hal ini menambah penyakit saya dan menyeberangi Sungai Tsangchu ke sana dan kembali, dan seterusnya, memperparah kondisi dingin sampai akhirnya 63
rematik mengurung saya di kamar. Hal ini cukup sulit dan saya tidak bisa pergi keluar sampai awal bulan sebelas tahun tersebut. Pada saat itu, Ganden Jangtse Tridag Rinpoche datang ke kamar saya berkali-kali melakukan ritual pembersihan dan penebusan untuk menghalau negativitas dan sekali lagi memberi saya jenang Garuda Kebijaksanaan95. Seperti yang dinasihatinya bahwa akan sangat baik bila saya melakukan pertapaan, saya melakukan pertapaan selama sebulan. Suatu malam, saya bermimpi bahwa diri saya bertransformasi menjadi Garuda tua dengan ukuran seekor domba dan terbang ke atas kamar saya. Di sana, ada banyak kodok dituang ke piring. Saya menutupinya dengan kain dan menangkap ujung kain dan menyatukan mereka di bawah piring di tangan kanan saya. Kodok-kodok ini menyebabkan kain ini menonjol karena lompatan mereka. Ketika saya mengangkat tepian kain dengan tangan kanan saya untuk melihat dibawahnya, dua kodok melompat keluar, tetapi sisa kodoknya telah digencet. Mereka menempel di kainnya, dan ada iritasi merah di punggung mereka. Saya menganggapnya sebagai pertanda bahwa celaka dari setan telah diatasi dengan kombinasi perawatan dari Dokter Shelkar Jigme dan guru dokter dari Chagpori, Kälzang-lag, penyebab penyakit ini secara perlahan dibersihkan. Saya baru selamat dari panggilan pembawa pesan tuan kematian! Inkarnasi Tri Dagpo Ngawang Tashi, Tridag Rinpoche, sangat terpelajar dalam Sutra dan Tantra. Dia tidak hanya tahu sajak, tata-bahasa, Sanskrit, dan seterusnya, tetapi dia juga memiliki keahlian praktek ritual tantrik, termasuk dimensi dan warna mandala. Dia bahkan telah menyempurnakan pengetahuannya dalam hal-hal seperti lukisan tangka. Dia telah menerima banyak inisiasi, transmisi dan instruksi dari banyak makhluk suci Serkong Dorjechang dan Kyabje Dorjechang Pabongkapa, tetapi dia tidak pernah bengkak dengan kebanggaan karena berpikir, “Saya sangat hebat! Saya adalah cendikiawan hebat!” dan tidak pernah bertindak seperti lama biasa yang memamerkan sedikit pengetahuannya dengan mengibarkan bendera dari puncak gunung! Dia adalah seseorang yang menyembunyikan cahaya kebijaksanaan di dalam kapal. Rinpoche dan saya memiliki samaya yang murni dengan guru yang sama, dan bersama untuk waktu yang lama. Saya tahu bahwa Rinpoche memiliki banyak instruksi oral dari keturunan Bisikan-Telinga Ganden yang telah dia terima dari Serkong Dorjechang. Akan tetapi seperti metafor dari wanita tua yang datang ke Lhasa tetapi tidak bisa melihat patung Jowo Buddha, selagi saya berpikir bahwa saya harus meminta instruksi mengenai keturunan oral, Rinpoche jatuh sakit dan meninggal. Hal ini sangatlah disesalkan. Ayah pelayan saya Lhabu, bernama Tashi Döndrub yang bernama Dechen Pur Labrang melayani Dechen Pur Labrang sebagai administrator dengan altruisme yang murni selama bertahun-tahun, juga jatuh sakit dan meninggal pada tahun ular bumi, dan di surat wasiatnya yang terakhir, mengatakan bahwa anak termudanya, Päldän Tsering, juga harus melayani sebagai anggota labrang jadi, pada akhir musim gugur, dia datang ke kediaman saya dari tanah pengembara dengan beberapa ternak dan pengawal. Saya mengajarnya bagaimana membaca dan meresitasi dan tidak lama kemudian, ketika dia masih muda, menjadikan dia murid literatur dengan Lhaje Rigzin Lhundrup di Nyarong timur di Lhasa. Seperti yang dikatakan: Tidak manja ketika kamu bahagia, Tidak kabur ketika kamu sedih, Jenis karma apa yang kau andalkan? Pikiran kasih sayang adalah pembantumu yang tertinggi! Setelah melayani dengan baik sebagai pelayan saya di masa lalu, dan terus melayani saya dengan altruisme tanpa menyadari kelelahan tubuh, perkataan, dan pikiran, Päldän Tsering adalah tumit sepatu orang tua dan menjadi “tongkat berjalan” saya di masa tua. Ketika saya berusia tiga-puluh-satu, pada tahun domba besi, saya secara praktis menghadiri setiap ajaran, besar atau kecil, yang diberikan oleh Lama Dorjechang, apakah di Pertapaan Chuzang atau Pertapaan Tashi Chöling, dan juga menerima, dari Tsänzhab Tagdrag Dorjechang, inisiasi 64
Guyasamaja, sistem Jnanapada Manjushri Vajra, dan sistem Atisha Lokesvara, dan beberapa transmisi bacaan seperti jilid Ra dan Päl96 mengenai ajaran Vajra Bhairava, “teks ibu” dari koleksi Mahakala, dan “teks putra” mengenai Hala Nagpo–Ganesh Hitam. Tahun itu di akhir musim gugur, delegasi dari biara Chatreng dan daerah sekitar, pejabat dari majelis umum Pag Ge Lozang Yeshe dari Chagong atas dan Butsa Gelong Tänpa Namgyäl dari Pagpo, Treng, datang untuk mengundang kami kembali ke biara. Ketika saya berusia tiga-puluh-dua, pada tahun monyet air, tentara Tiongkok tiba dari daerah Ba di Domä. Pasukan pemerintah yang melindungi Domä tidak mampu menahan mereka dan kehilangan tanah di Markam sampai ke mulut terusan Bum, dan seterusnya. Ada bahaya besar bahwa konflik akan sampai ke ibu kota, jadi pemerintah kami harus meminta senjata pada pemerintah Inggris. Saya menghabiskan hampir seluruh musim panas di Pertapaan Chuzang, menerima ajaran dari Lama Dorjechang, seperti penjelasan atas roda empat aktivitas Vajra Bhairava. Pada waktu itu dan di waktu istirahat, saya juga melakukan beberapa pertapaan resitasi mantra Yidam Deity. Pada bulan sepuluh tahun tersebut, Ganden Tripa Sera Jey Lawa Kangtsän Lozang Gyältsän meninggal dunia. Walaupun saya tidak menerima undangan khusus dari manajernya dan seterusnya, saya dipanggil untuk membantu atas keputusan Yang Mulia Dalai Lama ke-13 dari Istana Norbulingka. Ketika saya tiba, Kuchar Tubtän Kunpel Pebgo, ketua asisten Dalai Lama telah diberitahu bahwa saya harus pergi untuk bersiap dan mencuci tubuh almarhum dan melakukan upacara kremasi bagi Ganden Tri Rinpoche yang telah meninggal di hari sebelumnya. Saya bergegas ke kediaman pemegang tahta di Purchog Labrang. Ketika saya tiba di sini, Namdrä Lobpön Kuzhab Sönam-lag juga datang dengan pesan dari Dalai Lama bahwa karena dia dan saya tahu prosedur untuk melakukan upacara bagi tubuh almarhum, maka kami harus melakukannya, dan Purchog Tulku Rinpoche, harus memperhatikan dengan seksama agar mendapatkan pengalaman dari metode tradisional bagi masa depan. Ketika saya memikirkan perintah ini kemudian, saya yakin bahwa ini adalah pandangan ramalan dari Yang Mulia Dalai Lama ke-13 melihat bahwa dia akan meninggal pada tahun berikutnya dan Purchog Rinpoche dan kami berdua akan datang untuk melakukan hal yang sama pada tubuhnya yang berharga. Sesuai dengan maksud dan perintah, kami mempersembahkan ritual permandian kepada tubuh pemegang tahta selama satu hari penuh sebelum kremasinya, melakukan inisiasi diri dan seterusnya dan mengkremasikan tubuh suci ini di Pertapaan Pabongka. Saya bertindak sebagai Guru Vajra dan melakukan ritual sesuai dengan teks Tukän Chökyi Nyima. Purchog Rinpoche juga datang dan menyaksikan dengan seksama seluruh proses dari persembahan permandian dan selanjutnya, awal, tengah dan akhir. Ketika saya berusia tiga-puluh-tiga, pada tahun lembu air, sebelum Festival Doa, pada saat sesi praktek Tagtsä di Ganden, Dalai Lama ke-13 datang ke Ganden. Tidak berani bersantai di Lhasa, saya datang langsung ke Ganden dan bergabung ritual Bhairava yang dilakukan di Shartse. Pada periode tersebut, saya mendapatkan pertemuan pribadi dengan Yang Mulia di kediaman Cahaya Bening ruangan tahta. Dia menanyakan beberapa pertanyaan mengenai ajaran dan mengenai praktek persembahan di Ganden, dll. dan saya melaporkan apa yang saya ketahui mengenai tradisi terdahulu. Setelah kunjungannya ke Ganden, Dalai Lama kembali ke Lhasa. Ketika saya berada di Ganden, pasangan berdebat saya untuk latihan penalaran adalah Pukang Geshe Ngawang Lozang, salah satu dari murid terbaik di ketiga universitas monastik. Dia dan saya memiliki ikatan samaya yang sama selama bertahun-tahun. Dia jatuh sakit di kamarnya di Lhasa, sementara saya masih di Ganden pada saat itu, dan meninggal sebelum saya tiba kembali di Lhasa. Saya merasakan kekecewaan dan penyesalan besar karena saya tidak bisa melihatnya lagi sebelum dia meninggal. Setelah itu, saya mendedikasikan banyak akar kebaikan baginya. Pada akhir sesi 65
musim panas, saya mengundang Kyabchog Dorjechang Pabongkapa ke kamar saya di Pertapaan Chuzang untuk memberikan tujuh-belas jenang Mahakala. Setelah hal ini terjadi, kurir khusus datang dari Istana Norbulingka yang membawa pesan bahwa saya harus datang ke Istana Norbulingka di hari selanjutnya. Ketika saya tiba di sana, Kuchar Kunpel Gyükay Pebgo telah menerima petisi dari Biara Chatreng dan masyarakat dari daerah itu. Masyarakat Kham baik yang awam dan ditahbiskan meminta nasihat untuk membantu mengatasi pergolakan dalam masalah spiritual dan sementara yang terjadi sejak saya meninggalkan Kham secara tiba-tiba. Dan juga di sana ada informasi yang didapat dari matamata yang harus disampaikan terkait dengan maksud buruk dan persiapan untuk melakukan invasi dari sisi Tiongkok. Mereka juga meminta nasihat ekstensif dan rinci mengenai ritual yang harus dilakukan. Karena tidak mungkin saya dapat bersiap-siap untuk pergi pada tahun tersebut, saya meminta ijin untuk menunda keberangkatan ke Kham sampai tahun berikutnya, dan menerima tanggapan bahwa saya harus bersiap untuk melakukan hal tersebut. Ada tiga jenang lagi dan instruksi rahasia Mahakala yang masih harus diterima dari ajaran Mahakala. Kemudian saya menerima mereka dari Nalenda Kyabje Zimog Rinpoche. Walaupun saya bermaksud untuk pergi ke Kham dan telah mengirimkan majelis umum Chatreng, Lozang Yeshe ke India untuk mengumpulkan barang-barang yang diperlukan, tahun itu, pada tanggal tiga-puluh bulan sepuluh, Dalai Lama pergi ke alam dharmadhatu97. Dukungan dari ajaran, Purchog Jamgön Chogtrul, Tsänzhab Tagdrag Drojechang, Tsänzhab Sera Mey Kongpo Gyälwang Tulku, Sera Jey Hardong Keutsang Tulku, Kyabje Ling Rinpoche, saya sendiri, dan dua biksu muda dari Biara Namgyäl, harus pergi untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan seperti ritual yang dilakukan untuk mendapatkan relik yang berharga. Karena alasan ini, perjalanan saya ke Kham ditunda Mereka melakukan ritual untuk mendapatkan sisa yang berharga dari lantai atas Istana Pembantu98 lantai teratas kediaman Sizhi Pälbar, melakukan pembersihan tubuh almarhum, dan memulai persembahan garam mingguan, dan seterusnya. Kemudian, setelah beberapa hari berlalu di Istana Norbulingka, seluruh pelayan tinggi Kuchar Tubtän Kunpel dan dokter Jampa, datang dari Majelis Besar di Tibet untuk menanyakan banyak hal terkait dengan penyakit yang menyebabkan meninggalnya Dalai Lama dan pengobatan yang dia terima. Akhirnya beberapa pejabat dipenjara dan Tubtän Kunpel Kongpo dan beberapa orang lain diasingkan ke tempat-tempat yang jauh dengan arah yang berlainan. Pada bulan dua-belas, relik berharga dari Dalai Lama dibawa ke kediaman iluminasi Ganden di sisi timur Potala. Sejak saat itu sampai stupa emas dibangun untuk menyimpan reliknya, selama setahun penuh, ritual untuk mencapai dan melakukan persembahan pada relik dan seterusnya harus dilakukan setiap hari. Dimensi dari stupa mayat dan semua persiapan bagi benda-benda yang diberkati ditaruh di dalam semua dilakukan berdasarkan perintah yang diberikan pada kami oleh bupati baru Ratreng Rinpoche dan menteri politik Yabzhi Langdun Gung. Karena itu, ketika dimensi dari stupa ditandai di kain dasar, ia dibuat lebih tinggi satu hasta dibandingkan dengan dimensi yang tertulis pada kain di bawah stupa emas Dalai Lama ke-5 di sisi timur Potala yang lebar. Kemudian, ketika Ratreng Rinpoche mendapatkan kayu jintan saru untuk tiang yang berdiri secara vertikal di dalam stupa, secara spontan, tanpa perencanaan sebelumnya, ini adalah panjang yang benar dari atas, dalam stupa, sampai ke bawah kedudukan teratai dimana vas stupa berada. Terkait dengan tiang sumbu kehidupan untuk stupa secara umum, walaupun mereka harus sampai pada “teratai sepuluh kebaikan”. Ketika melakukan ritual untuk meletakan tiang sumbu kehidupan untuk mandala “Dua Tanpa Karat”, mandala tersebut ditempatkan di tingkat antara dudukan vas dan teratai dan dasar dari tiang kehidupan harus ditempatkan di atasnya; ini adalah sistem yang harus diikuti. 66
Ketika saya berusia tiga-puluh-empat tahun, pada tahun anjing kayu, saya melakukan pelayanan bagi relik yang berharga, dan pada tanggal enam-belas bulan dua tahun tersebut, manajer rumah saya Rigzin tiba-tiba meninggal karena serangan jantung. Semua tanggung-jawab puja dan pengaturannya harus ditangani saya sendiri dan pelayan saya, Lhabu. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, manajer saya yang telah meninggal hanya memiliki sedikit kepandaian dan keberuntungannya buruk. Dia sangatlah miskin dalam beras, uang, dan kebutuhan dan terkadang harus pergi ke desa untuk meminjam tsampa dari tetangga, dan penggembala, kekurangan selama setahun penuh, dan harus mendapatkan hutang dari para pengembara di akhir musim semi. Para manajer dibawahnya mempunyai banyak kotoran untuk minyak, tempat mentega yang kosong dan kayu, jadi kami agak kesulitan selama beberapa bulan. Akan tetapi walaupun Lhabu dan saya tidak melakukan apapun karena kami hanya memiliki sedikit kekuatan untuk membersihkan sumbatan dan memanggil keberuntungan, atas berkat dan kekuatan Tiga Permata Tertinggi Refuge, keadaan membaik dari tahun ke tahun dan mulai sangat menyenangkan. Saya juga memiliki kesempatan untuk malakukan lebih banyak praktek akumulasi, persembahan dan distribusi kepada Sangha, seperti saya memiliki sumur yang terus menuangkan air. Tahun tersebut, Tsipön ‘Menteri Keuangan’ Lungsharpa Dorje Tsegyäl dan Kalön Trimönpa Norbu Wangyäl cekcok tak terkendali mengenai kendali atas pemerintahan, dan [masing-masing] mempunyai banyak pendukung baik awam dan ditahbiskan yang mendorong mereka untuk bertengkar mengenai berbagai masalah. Akhirnya Tsipön Lungshar ditangkap dan dijebloskan ke penjara dan, pada tanggal delapan bulan empat, di ruang hukuman di bawah Istana Potala, dua bola matanya dikeluarkan dari akarnya, dan dia dikenai hukuman penjara seumur hidup. Beberapa rekannya juga dibuang ke tempat yang jauh. Ketika Dalai Lama masih hidup, dengan kebaikannya, Tsipön Lungsharpa dan pelayan pribadi Dalai Lama, Kuchar Thubtän Kunpel, sangatlah berpengaruh. Pada saat itu, pejabat pemerintah dari yang tinggi, menengah, dan rendah harus meminta persetujuan Kuchar Kunpel secara khusus, dan bahkan beberapa kantor pemerintah harus mengirimkan petisi untuk mendapatkan persetujuannya. Tetapi, seperti yang dikatakan di kitab suci Vinaya, Pada semua waktu dan keadaan produk merosot, jatuh, tersebar dan dihancurkan. Hal-hal yang tak tertahankan tiba-tiba terjadi pada dua orang ini, relasi dan keluarga mereka dan banyak kejadian yang terjadi pada tahun sebelum dan sesudahnya yang menunjukan sifat fluktuasi samsara dari menyenangkan ke tidak menyenangkan dari usia muda ke usia tua. Hal ini benar-benar meningkatkan perasaan kekecewaan dan pelepasan bagi saya. Tahun tersebut, saya pergi ke Potala setiap hari untuk melakukan ritual pencapaian relik dan, tentu saja, memperbarui persembahan setiap minggu. Setelah mereka dipindahkan dari struktur kremasi, sejak awal waktu tempat bagi stupa mayat dialokasikan, sampai tahapan konstruksi diselesaikan kami mulai memasukan benda-benda yang diberkati ke dalamnya. Terkait dengan mengisi stupa, ada banyak mantra dari banyak cetakan yang dipublikasikan sejak zaman Desi Sangye Gyatso, tetapi kami menggunakan mereka yang dikenal sebagai “Cetakan rahasia yang disegel di balik pintu belakang dari Istana Potala” 99. Semuanya dilakukan tanpa kesalahan sesuai dengan dua sumber ini. Di samping itu, mengikuti indeks dari Tas Emas Hiasan Tunggal Dunia oleh Dalai Lama ke-5, kami menempatkan vas harta karun Tzambala Emas, Tzambala putih, Vaisravana, Vasudhara, Dewi Bumi dan Lima Keluarga Buddha di dalam dasar fondasi gunung. Di dalamnya menghadap tahta emas, di pusat dan di keempat sisi adalah tempat bagi Mahakala Berlengan-Enam, Dharmaraja, Päldän Lhamo Magzorma, Yaksha pria dan wanita, dan Lima Keluarga Gyälpo Raja Arwah Penjaga. Di sisi setiap struktur ditempatkan dasar luar, dalam dan rahasia dari masing-masing Dharmapala seperti kristal kehidupan mereka, roda kehidupan, dan dasar-dasar tubuh, perkataan dan pikiran. Di samping itu, konstruksi benang, substansi, dan mantra, permohonan tujuan dan konsekrasi semua diselesaikan 67
dengan cara yang berkualifikasi seperti yang dijelaskan di kumpulan karya masing-masing dewa tersebut. Di dalam ujung stupa, seperti dalam matahari dan bulan, kami menempatkan roda Migtsema damai, meningkat, dan mengendalikan, roda untuk memanggil Sangha, roda pelindung lingkungan dari Dewa Payung Putih, Aliran dari Gangga – perkataan penting untuk memanggil tiga alam dari sadhana yang paling kramat Yang Mulia Kurukula: 1) Pertama-tama adalah tiga dewi pengendali diantara Tiga-Belas Dharma Emas dari Sakya yang mulia. Dan juga mengikuti buku teks dari Dagpo Tashi Namgyäl, Sumber Siddhi, ada roda dari sifat yang kuat, roda untuk memanggil tiga alam, roda untuk mencapai semua tujuan. Mengikuti Pohon Pengabul Permintaan, teks yang berharga menjelaskan empat aktivitas dengan cara roda hati rahasia dari Ganesh Merah yang luar biasa; 2) Yang kedua dari dewa yang berpengaruh, roda peningkatan dan pengendalian dengan masing-masing memiliki tiga tumpukan roda bumi, langit, dan ruang diantaranya. Kemudian ada Sembilan lipat tumpukan roda untuk bagian atas, bawah, dan ruang diantaranya, seperti roda pria dan wanita dan roda matahari dan bulan yang mengesankan seperti yang dijelaskan di Permata Bercahaya Berkobar, sadhana dari Dewa murka Kagchöl Sumbaraja; 3) Dewa berpengaruh ketiga, dengan pembuatan dasar untuk menggambar semua ini, substansi untuk mengurapi mereka, waktu untuk menggambar mereka, penyelesaiannya, dan seterusnya dilakukan dengan urutan yang benar sesuai dengan perjanjian dengan dewa yang bersangkutan dan tulisan Dalai Lama ke-5, Perjamuan Menyentuh dan Melihat buket Utpala Merah Yang Menampakan Hal Yang Sulit Dengan Mereka Bertiga yang Merah, Penjelasan dari Roda, Kait Memanggil Tiga Alam, yang sangat rinci dalam hal memanggil dan memohon Dewa untuk tinggal, seperti yang ditemukan di indeks Bagasi Emas Besar Yang Memberikan Kebajikan. Bupati Ratreng Rinpoche, Menteri Silön Yabzhi Langdun Kunga Wangchug, Kalön Trimön (pejabat stupa penyimpanan mayat), empat rombongan Dalai Lama yang sudah ditahbiskan, bersama kami berkumpul di kediaman Dalai Lama di Potala, Ganden Yangtse, untuk menggulung mantra berkat untuk ditaruh di dalam stupa penyimpanan mayat dan melakukan pelayanan untuk membuat stupa. Ada lima-puluh kotak berisi obyek kramat dari pemerintah. Kami membuka setiap kotak dan menemukan obyek berharga yang luar biasa dan tidak bisa diekspresikan yang mengandung berkat dari makhluk suci di India dan Tibet dari semua tradisi seperti relik, koyakan jubah, helai rambut, tulang dan obyek lainnya. Kami menyiapkan beberapa dari masing-masing kotak dan mempersembahkannya di dalam stupa sampai tingkat yang wajar. Kami yang melayani tubuh yang berharga pada saat itu juga mendapatkan keberuntungan untuk menerima hadiah berupa sedikit bagian dari obyek yang diberkati. Saya menyimpan mereka seperti harta-karun khusus benda-benda yang diberkati dari sumber yang tidak diragukan yang saya terima dari biara lokal di Tibet tengah dan Tsang ketika saya kemudian pergi untuk berziarah ke tempat-tempat seperti Lhoka yang disebutkan di bawah. Pada tahun 2600 tahun Tibet. Ketika saya melarikan diri dari penindasan di Tibet dan datang ke India pada tahun babi hutan bumi, 1959, saya membawanya bersama saya dan menempatkan beberapa dari mereka di kamar ini. Akan tetapi, saya mempersembahkan sebagian besar benda-benda ini kepada Dalai Lama ke-14 beserta daftar isinya, jadi benda-benda ini bisa dilestarikan sebagai sumber pahala bagi makhluk hidup. Suatu ketika, diputuskan bahwa kelembaban dari tubuh yang suci hampir mengering setelah digarami berkali-kali, dagingnya mengencang tertarik ke struktur tulangnya dan di punggung bagian bawah mulai dari vertebra ketiga-belas, rupa Lokesvara dengan kepala, lengan, kaki, dan dudukan teratai setinggi kira-kira enam inci menonjol keluar. Hal ini memperbesar pengabdian kami.
68
Ketika saya berusia tiga-puluh-lima tahun, pada bulan tiga tahun babi hutan kayu, seluruh seksi atas dan bawah dari stupa emas almarhum sudah diisi kecuali vas-nya. Kami melakukan ritual untuk menaruh spanduk kemenangan dari masing masing spanduk kemenangan emas dan tembaga di puncak wihara dengan cara Dewa Payung Putih dan Migtsema. Kami melakukan ritual untuk menempatkan dasar yang diberkati seperti Päldän Lhamo, Chamsing, dan seterusnya di hati. Kami mempersembahkan mantra juga di pucuk atap pagoda dan pada hari-hari keberuntungan saat bulan membesar pada bulan Saga Dawa, menempatkan tiga jubah Dharma di atas tubuh berharga almarhum bersama dengan baju Sambogakaya termasuk mahkota Lima Keluarga Buddha. Selagi kami melakukan hal ini dan menempatkan tubuh di bantalan dan di dalam vas, pemerintah mempersembahkan upacara keberuntungan besar. Lalu, ketika bupati Ratreng Rinpoche memimpin majelis biksu lengkap, kami melakukan konsekrasi ekstensif selama tiga hari dengan cara Shri Varjabhairava. Setelah itu, pemerintah mengadakan perjamuan di ‘Sizhi Puntsog’, aula pertemuan besar di Istana Potala untuk merayakan selesainya stupa emas almarhum ‘Geleg Döjo’– Pemenuhan Harapan Kebaikan. Pejabat stupa almarhum, Zhabpä Trimönpa, pejabat konstruksi Ngolä, para pekerja seni, dan semua yang membantu menjaga mayat yang suci diberikan hadiah. Saya menerima satu set jubah lengkap termasuk jubah bawah (zän sham), jubah atas (tö gag), jubah Dharma (chö gö), jubah nam jar, sebuah tse zha, topi biksu berbulu, sepatu, dan juga sekotak teh premium dan benda-benda lainnya seperti perak, sutra, dan bahan kain. Mulai dari menjaga tubuh suci almarhum sampai mempersembahkan mantra di dalam stupa emas ‘Geleg Döjo’ dan melakukan konsekrasi bagi penampung dan isinya, memakan waktu sekitar satu tahun setengah. Saya tidak keberatan dengan pekerjaan yang melelahkan dan karena telah terlibat. Saya berpikir bahwa saya sangat beruntung untuk dapat memberikan pelayanan murni ini. Pada saat pertapaan musim panas, saya pergi ke Ganden. Atas permintaan Ganden Jangtse Para Kangtsän, di aula pertemuan Ganden Jangtse, saya memberi inisiasi Guyasamaja Akshobyavajra, termasuk hari persiapan tambahan, kepada Sangha yang banyak dari Ganden Jangtse dan Ganden Shartse. Saya pergi ke Para Kangtsän selama seminggu untuk menginstitusikan sesi praktek Guyasamaja. Karena saya tidak bisa pergi secara pribadi ke Biara Chatreng lokal kecil, perwakilan saya Pawo Butsa dan Gelong Tänpa Namgyäl pergi kembali. Dengan uang yang dikirim dari Dong Dratsang dari dana umum untuk menutupi pengeluaran dan tambahan dari beberapa orang Chatreng di Lhasa, saya mengirimkan sumber daya yang cukup ke Biara Chatreng Sampel Ling untuk membayar pekerja seni menjahit tangka brokat yang indah, setinggi lebih dari tiga tingkat, terutama mengenai Ganden Lhagyäma (bidang pahala Je Tsongkhapa), dengan dua Ganden Tripa terdahulu, Dharmaraja dan Trinlä Gyälpo, Raja Aktivitas. Ketika saya berusia tiga-puluh-enam, pada tahun tikus api, pada awal bulan dua, Gän Rinpoche Lozang Tsultrim, yang berusia enam-puluh-tujuh tahun dan sangat langsing, merasa sedikit tidak enak badan dan pergi ke dokter Shelkar, Jigme-la. Dia diberi obat, puja dilakukan untuknya, dan pelayannya melakukan semua yang mereka bisa, tetapi pada malam tanggal lima-belas bulan dua, dia meninggal dunia. Hal ini sangat menyakitkan, tetapi tidak ada hal lain yang bisa kami lakukan. Kami harus bertahan dan saya memberikan tubuhnya pembersihan dan seterusnya, dengan tangan saya sendiri. Sejak saya berusia tujuh tahun, dengan tubuh yang sangat muda, sampai saat ini, berkat nasihat Dharma-nya yang tak kenal lelah, keledai ini dapat memasuki tingkatan manusia. Terlebih lagi, dari sisi sementara, pada saat manajer saya terdahulu dan kemudian meninggal dunia, dia telah mengerjakan administrasi labrang sendiri, memberi saya nasihat dalam hal ini juga, jadi cakupan kebaikannya bagi diri saya baik dalam hal sementara dan spiritual benar-benar melebihi pengertian saya. Karena saya selalu sangat dekat dengan Gän Rinpoche, sulit bagi saya untuk mempraktekan pengabdian guru padanya dengan cara yang pantas.
69
Walaupun saya tidak pernah mengecewakannya, karena pengabdian pada guru sangatlah penting dan ampuh, dimana tergantung dari tindakan yang sangat kecil atau buruk yang diarahkan pada guru dapat menyebabkan hasil yang sangat bermanfaat atau menghancurkan, dihadapan bentuknya yang tegas saya mengakui dengan menyesal semua kesalahan yang telah saya lakukan. Setelah itu, kami membawa tubuhnya yang suci ke Pertapaan Chuzang dimana para biksu dari Universitas Tantrik Gyütö dan saya melakukan ritual kremasi. Dalam setiap Ganachakra di Universitas Tantrik Gyütö dan Gyümä di tiga kedudukan Biara saya melakukan distribusi umum dan memberikan banyak persembahan bagi kepergiannya sebisa saya bagi para tetua seperti mereka yang berada di tiga Roda Dharma100– Wihara Lhasa, Samye, dan Tradrug–Elang Naga. Gän Rinpoche yang suci dan utama dilahirkan di rumah tangga Domä Nangzang Kongjar pada tahun kuda besi di siklus enam-puluh tahunan kelima-belas. Dia memasuki Biara Ganden Shartse dan menyelesaikan pelajaran lima perjanjian besar, dan menjadi sangat terpelajar. Pada tahun anjing besi, di Festival Doa Besar di Lhasa, dia mengikuti ujian Geshe Lharampa dan mendapatkan juara dua. Ketika masa jabatan Känpo Pukang Lozang Kyenrab sebagai kepala biara telah selesai dan dia minta pensiun, dalam masa lima tahun sebelum Känpo Nyagre Lodrö Chöpel menjadi kepala biara, Dalai Lama ke-13 mempertimbangkan ‘guru Trijang Rinpoche, Lozang Tsultrim’ untuk ditunjuk sebagai kepala biara. Tetapi ketika waktunya mendekat, dia memohon kepada orang-orang seperti Deyang Tsänzhab Rinpoche bahwa, karena kompetisi berkesinambungan untuk jabatan ini dan karena dia tidak mengerti politik, dia minta untuk boleh tidak menjadi kepala biara. Bila ini adalah orang lain, mereka mungkin akan menerima penunjukan Dalai Lama ke-13 dengan senang hati, melihatnya sebagai tujuan terakhir dari keinginan mereka. Tetapi Gän Rinpoche tidak pernah senang dengan diskusi seperti ini, dan pada saat itu, hal ini menyebabkan keresahan pada dirinya sehingga dia tidak bisa tidur selama berhari-hari. Dia menjadi sakit karena lung (energi) yang tidak seimbang di tubuh bagian atas yang menyebabkan matanya sering berair dan dia harus meminta dukungan Chatreng Nyitso Geshe Trinlä, dan sebagainya. Aktivitas sehari-hari Gän Rinpoche dimulai dari bangun pada dini hari dan melakukan praktekpraktek seperti Guru Puja, Enam Sesi Guru Yoga, sadhana Yamantaka, Buddha Obat, dan berbagai doa. Kemudian, ketika dia tidak melakukan apapun seperti mengajar kelas atau mempelajari kitab suci, dia akan bertahan dalam melantunkan Migtsema, dharani Maitreya, atau mantra Mani dan tidak berhenti sesaatpun untuk menghabiskan waktu pada perbincangan tak berarti. Ketika dia tinggal di Ganden, banyak murid baik dari universitas Jangtse dan Shartse datang ke kelasnya setiap hari dimana dia mengajar tanpa memperlihatkan tanda-tanda kelelahan atau kekecewaan. Banyak murid luar biasa yang dibimbingnya yang telah mengajar murid-muridnya sendiri, bahkan ada yang saat itu telah menjadi Geshe; karena itu dia telah meninggalkan warisan pelayanan terhadap ajaran. Untuk menjelaskan bagaimana Gän Rinpoche mengajar, walaupun dia tidak akan merinci tanpa akhir, dia adalah seseorang yang meringkas hal-hal yang sangat sulit dan esensial menjadi beberapa kata yang termasuk makna yang luas tetapi mudah dimengerti. Ketika saya mempelajari Paramita contohnya, pada usia muda sekitar dua-belas atau tiga-belas, saya tidak memiliki ketertarikan atau kemampuan untuk mengerti, tetapi Gän Rinpoche, tanpa memakai teks panjang seperti Esensi Kefasihan Sementara dan Definitif, mengajar saya hal-hal seperti Tiga Permata Refuge dan Bodhicitta dengan instruksi yang cocok untuk tingkatan saya berdasarkan buku teks yang lebih pendek, dalam setiap kasus mengajarkan saya penalaran yang meninggalkan kesan yang dalam atas teks tersebut. Seperti perumpamaan lemparan sebuah batu dari ketapel yang mengaburkan seratus burung, hal ini membuat saya dapat mengerti awal, tengah, dan akhir dari teks, dan mendapatkan pengertian dari struktur secara keseluruhan. Dua tahun lebih sedikit telah berlalu sejak meninggalnya pada saat kami menemukan reinkarnasinya. Karena dia tidak memiliki gelar seorang tulku, saya merawatnya sendiri dan akhirnya memasukannya 70
untuk belajar bersama dengan Sangha umum. Dengan membesarkannya, saya berharap untuk membalas kebaikannya dan saya mendedikasikan sepuluh juta mantra pertapaan Yudrönma yang disebut Pänpo Sengey Gangi Lama untuknya. Kyabje Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi juga mengeluarkan ketetapan statusnya , mengenai inkarnasinya menulis: Pada saat bulan purnama dia diundang Pada ujung jalan cahaya putih Datang dari hati Buddha Maitreya. Sekarang, di tanah Tushita, Dia tinggal dalam rombongan Aparajita. 101 Tanggal belum ditetapkan untuk ‘surat sumber’`102 ini tetapi, seperti yang dinyatakan ketika dia meninggal dunia, pada bulan purnama dia terlahir di surga Tushita, tidak hanya diputuskan bahwa inkarnasinya harus dicari, hal ini juga mengkatalisasi dan meningkatkan pengabdian dan kesetiaan terhadapnya. Pada bulan tiga ketika saya pergi ke Ganden untuk memberikan persembahan memperingati meninggalnya Gän Dampa seperti yang diminta oleh Ganden Shartse Lhopa Geshe Ngawang Tashi, saya memberikan inisiasi enam-puluh-dua Dewa Heruka dari sistem mahasiddha Luipa di aula pertemuan Ganden Shartse, kepada Sangha, termasuk kepala biara, tulku, lama, dari Ganden Shartse dan Ganden Jangtse. Pada sesi musim panas tahun tersebut, ketika pesta kerja di Ganden Shartse Tratsang dimulai dan, pada saat menyaksikan empat sudut aula pertemuan dimana persembahan yang rumit diatur, saya mempersembahkan tangka dari brokat yang bagus menggambarkan Tiga-Puluh-Lima Buddha Pengakuan Dosa di tengah setengah rangkaian permata, dan tirai pintu dengan setengah rangkaian dan rupa Setrab. Di Dokang Kangtsän pada ruang di antara dua-belas pilar pendek dari aula pertemuannya saya memberikan spanduk yang terbuat dari brokat dengan hiasan kepala dan duabelas bungkus dupa. Setelah melakukan hal ini, saya pergi ke Ganden dan, pada saat Ganden Ngamchö, hari peringatan Je Tsongkhapa, saya membuat persembahan distribusi di Shartse tratsang dan setiap kangtsän dan mengatur agar persembahan berkesinambungan dilakukan. Begitu juga di Ganden Jangtse Tratsang, saya memberikan persembahan distribusi dan mempersembahkan limapuluh ons perak sebagai modal untuk persembahan berkesinambungan. Ketika saya berusia tiga-puluh-tujuh, pada tahun lembu api, untuk melakukan pemurnian bagi meninggalnya Gän Rinpoche dan kesulitan saya sendiri pada usia 37, saya memberikan persembahan khidmat pada Festival Doa Besar untuk mengumpulkan pahala. Di Gyütö Tratsang di samping persembahan yang saya berikan untuk meninggalnya Gän Rinpoche. Saya memulai persembahan berkesinambungan sebesar satu tam – lima-puluh ons perak – untuk diberikan setiap tahun pada bulan purnama di bulan dua. Atas permintaan saudari saya Yangtzom Tsering yang tinggal di rumah tangga Lhalu Gatsäl, di wihara pelindung Lhalu saya mempersembahkan dasar luar, dalam dan rahasia dari Lhamo Magzor Gyälmo (Dewi Ratu Perang - Päldän Lhamo) tubuh, perkataan, pikiran, kualitas dan aktvitas dan juga konstruksi benang – tendö. Saya juga melakukan ritual tujuh hari untuk mengabadikan konstruksi benang, mengkombinasikan praktek-praktek murni yang diajarkan dalam koleksi kitab suci Päldän Lhamo dan perjanjian yang berkualifikasi oleh pengarang seperti Dalai Lama ke-5 dan Tukän Rinpoche.
71
Di aula pertemuan Pertapaan Chuzang, saya menerima hal-hal berikut dari Kyabchog Dorjechang: puncak terakhir esensi seluruh kelas tantra dari mereka yang memiliki fakultas tertinggi, instruksi yang membuat orang dapat mencapai kondisi Vajradhara di kehidupan ini, tingkat penyelesaian dari praktek Shri Guyasamaja dan penjelasan detil dari Shri Guyasamaja dan penjelasan detil dari RimNga-Säl-Drön – Pelita yang Mengiluminasi Lima Jalan. Pada saat menjelaskan mengenai tubuh ilusi dia mengatur persembahan yang ekstensif, torma, dan persembahan Ganachakra. Dengan Lama Dorjechang sendiri mengenerasikan dirinya sebagai Dewa utama mandala, kami membuat persembahan luar, dalam, rahasia, dan semacam itu dan melakukan doa permohonan bagi ajaran tubuh ilusi sesuai dengan tradisi tantra rahasia. Pada saat ketika dia membuat persembahan tubuh ilusi murni, saya juga menulis lagu ini dalam persembahan: Lama Dechen Nyingpo, perwujudan dari semua Guru dan Buddha, Memberi instruksi mengenai Shri Guyasamaha, puncak dari tantra, Suaranya yang merdu tanpa rintangan menyuarakan Dharma; Bahkan Brahma dan Indra tidak menikmati keberuntungan seperti ini! Walaupun kebahagiaan dari mandala Sambogakaya tidak dapat diekspresikan, Lagu kebahagiaan ini datang dari dalam! Seperti yang saya persembahkan untuk menyenangkan Guru yang tak tertandingi, Bantulah saya, O saudara dan saudari vajra dengan samaya yang murni! Walaupun kepandaian dan usaha saya inferior Oleh kekuatan berkat Guru Akshobyavajra, Saya menari dengan gembira karena keberuntungan kami! Kami dapat menyeberangi terusan jalan singkat dari rahasia besar yang tak tertandingi! Pada roda mandala dari tanah suci tak terbatas, Kebangkitan dan kejatuhan nafas sendiri terdengar seperti mantra rahasia, Seluruh energi angin yang beremanasi dari tiga alam keberadaan, Terperangkap dalam avadhuti – jalan-kekosongan dari keduanya103, betapa bahagianya! Cahaya bening dari rasa yang sama dengan lingkungan dua-puluh-empat proyeksi, Orang muda dengan bawaan tersenyum, Terus-menerus dibebaskan dari awan ilusi dari cahaya lima warna, Penari mengisi mandala melingkupi ruang Walaupun nampak seperti tumpukan pertanda, Memiliki sifat kebijaksanaan, Kebijaksanaan yang tak terbantahkan, diekspresikan dalam bentuk, Dewi persatuan, satu rasa dengan berbagai rupa, Semoga kami mengalami berkat mulia tanah suci Akanishta! Terima kasih atas kebaikan Mahasiddha Indrabhodhi, Banyak yang dibebaskan tanpa dorongan atau penderitaan, dikatakan. E Ma! Bertemu dengan jalan yang sempurna, Saya percaya apa yang kita sebut ‘Odianna’ pasti seperti ini! Dengan perisai yang kuat – seperti kesabaran untuk membebaskan ibu para makhluk, Dengan menyadari makna dari tantra yang diberkati dengan vokal dan konsonan104 Dan membersihkan semua noda dari delusi dualisme yang ekstrim, Semoga kami menyanyikan lagu kebahagiaan dari ruang Ali105! Saya bahagia mendengar Guru yang tak tertandingi mengekspresikan perasaan senang setelah mendengarnya. Akan tetapi, menghabiskan hidup saya di tengah keriuhan, saya tidak memiliki keberuntungan untuk melakukan praktek sesuai harapan saya. Ini adalah hasil yang mirip dengan penyebab yang bercabang dari kecenderungan karma negatif di kehidupan terdahulu. 72
Pada jeda musim gugur, bersama rombongan kecil, Lhabu dan saya berangkat dari Lhasa untuk melakukan perjalanan ke Yarlam Ganden, Mäldro Katsäl, Gyäteng, Biara Chäka, Pangsa, Biara Rinchen Ling, dan Biara Rutog. Kami menyeberangi Terusan Täkar sampai di Ölka Tzingchi dan Samling. Lalu, menyeberangi terusan Gyäl Long, kami sampai di Chökor Gyäl, Lhamö Lhatso, Gyäl Lhatog, altar besar Daglha Gampo106, dan Pertapaan Zanglung. Pada rute kembali kami melewati Ölka Chuzang dan Chölung, Gyasog, Lhading, dan Nyima Ling, dan kami menghabiskan beberapa hari di permandian air panas di bawah tzong di Ölka. Walaupun dasar dari tubuh, perkataan dan pikiran (dari Gampopa Dapo Lhaje) di Daglha Gampo sangatlah luar biasa, ukurannya yang kecil sedikit mengecewakan. Saya pergi ke Gampo untuk bertemu dengan Gampo Rinpoche dan ingin menanyakan beberapa hal mengenai Mahamudra yang asli dan Ajaran Enam Yoga. Mungkin dia pemalu tetapi saya tidak mendapatkan lebih daripada tanggapan singkat yang sopan. Kami menyeberangi Terusan Kartag dan pergi ke Zangri Karmar, Dänsa Tel, dan Ön Ngari Tratsang. Kami menyeberangi Sungai Tsang Chu di Nyangpo dan sampai di Tsetang. Di sana, kami mengunjungi tempat-tempat terkenal107. Di Sheldrag, ketika saya mempersembahkan Ganachakra di hadapan Guru Rinpoche, rupa Guru Rinpoche menjadi lebih jelas seperti rupa yang sebenarnya, dan saya melihat mata yang seperti bergerak. Seperti akan berbicara tetapi saya tidak mendengar apa-apa. Akan tetapi saya merasa tidak biasa sepanjang hari, dengan keleluasaan menyenangkan tanpa obyek yang tidak dapat diekspresikan. Saya menyadari bahwa ini adalah berkat dari Buddha dua dari Ogyän. Setelah memberikan ajaran apapun yang diminta dari hampir semua biara yang disebutkan diatas, dan setelah membangun hubungan Dharma, saya tinggal beberapa hari di tanah Kemä. Atas permintaan Sangha di Riwo Chöling saya memberikan inisiasi besar Guyasamaja Akshobya Vajra. Jalan kembali membawa kami menyeberangi lembah sungai Tsangpo, dengan perahu. Setelah pertemuan yang panjang dengan para tetua yang mulia dari Biara Samye yang didirikan secara spontan, saya melewati secara bergantian Chimpu dan Yamalung atas dan bawah, dimana saya membuat ribuan persembahan, seratus persembahan, persembahan Ganachakra, dan seterusnya, kepada tetua yang disebutkan di atas. Di samping itu, saya memberikan pelayanan pada komunitas Sangha, secara umum menciptakan akumulasi yang pantas yang dapat saya lakukan. Mengenai karakteristik, cerita, sejarah Dharma, dan biografi dari makhluk suci dan obyek sakral dari tempattempat tersebut, mereka dijelaskan dalam teks Kyäntse dan saya tidak akan merinci mengenai hal tersebut di sini. Lalu, melalui Terusan Gökar kami tiba kembali di tanah berbatu Lhasa. Pada saat sesi musim dingin tahun itu, saya pergi ke Ganden dan membuat distribusi persembahan dan mempersembahkan empat spanduk besar yang dibuat tangan dengan bagian kepala emas dan tembaga dan brokat gaya baru yang datang dari Tiongkok yang memiliki desain naga besar dengan tepian macan untuk menghiasi empat pilar tinggi di aula pertemuan. Ketika saya berusia tiga-puluh-delapan, pada tahun macan bumi, pelindung tunggal dari manusia dan dewa-dewa, Dorjechang Pabongkapa yang luar biasa, seperti yang diminta banyak kali sebelumnya, akhirnya setuju untuk memberikan penjelasan mengenai Tahapan dari Jalan Menuju Pencerahan dalam hubungannya dengan empat set anotasi108 di tanah kemenangan Gunung Ganden. Saya pergi pada dini hari ke Ganden dan membuat persiapan, mengumpulkan benda-benda yang diperlukan untuk melakukan permohonan, dan seterusnya. Di padang rumput yang bersebelahan dengan sungai yang mengalir di bawah tenda biara didirikan dan persiapan dilakukan untuk menerima dan menyambut beliau. Ketika beliau dan rombongannya tiba di sana, saya mempersembahkan khatak dan tiga simbol dari tubuh, perkataan, 73
dan pikiran yang tercerahkan dan berlaku sebagai pelayannya untuk hari itu. Di pagi berikutnya, ketika dia datang ke Biara Ganden, kami dan kepala biara dan pejabat Ganden Shartse, lama, tulku seperti Zong Rinpoche Lozang Tsöndru,, memegang dupa, menemaninya dari dekat pintu masuk di aula pertemuan utama sampai di tahta mengajar yang telah disiapkan di aula pertemuan Dokang Kangtsän. Kepala biara Ganden Shartse dan kepala biara tratsang, lama dan pejabat dilayani dengan teh, nasi, makanan goreng, buah, dan seterusnya secara berurutan. Tratsang dan saya mempersembahkan khatak dan tiga simbol. Ketika upacara selesai, dia mengunjungi kamar kami dan sebelum pergi ke kamarnya, seperti yang kami minta, dia mengibaskan dupa di kamar saya dan pelayan saya dan kamar guru-guru kangtsän. Selama beberapa hari, saya melakukan doa terusmenerus kepada Kyabje Pabongka dan rombongannya dari kamar saya. Lalu, sebelum sesi ajaran berlangsung, saya mempersembahkan kepada guru yang berharga makanan bergizi yang sangat baik karena kualitas bahan-bahannya, mentega, tepung, tsampa, teh, dan seterusnya, makanan yang dipersembahkan tidak perlu dibeli di pasar. Saya berulang kali memeriksa kualitas bahan-bahan yang diperlukan, seperti sayur dan mempersembahkan mereka dalam porsi yang pantas. Pada tanggal tiga bulan lima, pada hari keberuntungan secara astrologi, dia diundang ke aula pertemuan besar, dari Shartse Tösam Norbuling Tratsang dimana kedatangannya disambut dengan gyaling (obo) dan dupa. Kami kemudian membawa perwujudan dari semua Buddha, guru yang berharga dari semua makhluk di tiga alam, ke tahta Dharma yang tak mengenal takut dimana dia menempatkan kaki teratainya. Dengan wajahnya yang tersenyum sangat berarti untuk dilihat, dia adalah kepala biara dari Shartse dan Jangtse, mantan kepala biara, lama, tulku, dan pejabat dan kumpulan besar Sangha109, dan juga lama, geshe, dan pertapa yang datang dari daerah Sera, Drepung, dan Lhasa, lebih dari dua ribu orang datang untuk mendengarkan ajarannya110. Dia memberikan penjelasan yang tepat dengan cara empat set anotasi111. Dengan menggunakan perkataan Pänchen Lozang Yeshe, Lamrim Nyurlam, sebagai dasar untuk mengalami praktek subyek yang bersangkutan, dia sangat baik karena memulai ajaran ini dengan penjelasan pengalaman mengenai cara untuk melakukan praktek. Pada hari pertama, demi hubungan keberuntungan, Guru yang Berharga memeriksa hafalan kami mengenai Lamrim Chenmo dari awal sebanyak tiga kali, setiap kali, saya membacanya sekali. Saya mendistribusikan persembahan kepada majelis hari itu. Sejak hari itu, seperti hari pertama yang panjang, dia terus mengajar dua sesi setiap hari, mulai dari awal siang hari dan selesai ketika hari gelap. Kemudian ketika sesi musim panas sudah akan dimulai, dia harus menambahkan sesi mengajar tambahan, akan tetapi Lama Rinpoche tidak pernah menunjukan kelelahan sedikitpun. Dia hidup dalam kondisi bahagia, dengan sifat menyayangi yang telah meninggalkan putus asa. Pada saat sesi mengajar, kecuali ada penyandang dana yang mengambil tanggung-jawab untuk memberikan persembahan kepada majelis, saya memberikan pelayanan teh kepada majelis setiap hari. Walaupun bagian utama dari ajaran belum diselesaikan, tanggal empat-belas bulan enam adalah perwujudan dari semua refuge, raja Dharma yang baik, ulang tahun Lama Dorjechang yang enam-puluh-satu. Demi keberuntungan agar kami tetap mempunyai rejeki yang stabil supaya dia tetap bersama kami dalam sifat vajra yang kekal, kami menyiapkan Ganachakra yang ekstensif dan lima-ribu persembahan dan, pada tanggal tiga-belas, menyiapkan persembahan untuk Puja Bodhicitta. Pada awal tanggal empat-belas, mengikuti sistem Shantideva, dia memberikan sumpah Bodhisattva baik dalam harapan dan tindakan pada saat yang sama. Ketika kami mempersembahkan ritual umur-panjang dakini sehubungan dengan jalan Guru Puja dan Ganachakra, saya membiayai pelayanan rinci bagi majelis dan mendistribusikan persembahan tanpa terikat dengan keinginan atau ketamakan. Lalu, saya memberikan persembahan kepada Lama Dorjechang yang menyimbolkan 74
karakteristik khusus dari pikiran dan tindakannya. Hal ini saya persembahkan dengan pujian yang telah saya komposisikan yang dimulai dari kualitas luar biasa tubuhnya dan diberkahi dengan lima kualitas yang sempurna. Lalu saya mempersembahkan penjelasan yang ekstensif mengenai mandala yang dipersembahkan untuk memohon sang Guru untuk tinggal sampai akhir keberadaan. Saya lega mendengar Guru memuji penjelasan saya mengenai makna dari mandala dengan senang hati dan, kemudian, tradisi bahkan ditetapkan untuk menggunakan catatan saya mengenai penjelasan atas tujuan ini. Sejak hari itu sampai tanggal sembilan-belas, dia meneruskan sesi ajaran sampai selesai dan pada hari terakhir mempersembahkan mandala, tiga dasar dan beberapa persembahan simbolis kecil. Saya juga mempersembahkan pelayanan kepada seluruh majelis. Singkatnya untuk menutup penyelesaian ajaran yang sukses ini, Lama Rinpoche mengutip Buddha bagi yang hadir, “Saya telah menunjukan pada kalian jalan kebebasan, tetapi kebebasan tergantung padamu!” dan dia menjelaskan bagaimana hanya dengan mendengarkan ajaran Dharma tidaklah cukup tetapi harus digabungkan dengan perenungan dan meditasi. Kalau tidak, jika sesi belajar kita diarahkan keluar, kami hanya akan melihat kesalahan yang dilakukan orang lain dan, seperti dewa yang jatuh ke tingkat setan, ada bahaya praktisi Dharma dapat dipengaruhi setan! Dia mengutip dari Hati Jalan Tengah112, Nektar dari perkataan, lebih baik dari kayu cendana! Yang menenangkan siksaan luar biasa yang dialami makhluk, Yang disebabkan dari api delusi di pikiran mereka! Karena itu dia memberkahi kami dengan nektar nasihatnya yang esensial dan berharga dan berlimpah. Untuk membantu hal ini, Lama Dorjechang meramalkan dengan berkata bahwa Gomang Kangsar Rinpoche dan saya adalah yang paling berharga di antara murid-muridnya, dan bila kami berdua hidup untuk waktu yang lama, tidak akan ada yang menghentikan peningkatan aktivitas yang tercerahkan. Dagpo Lama Rinpoche berkata, Sang putra akan melampaui ayahnya, sang cucu akan melampaui sang putra, dan sang buyut akan melampaui sang cucu!” Dia mengatakan bahwa karena hal ini sudah pasti terjadi, setiap orang harus berdoa untuk umur panjang kami. Saya merasa sedikit malu karena diberikan pujian setinggi ini di tengah lama dan tulku yang saya sebutkan sebelumnya seperti Dragri Rinpoche, Geshe-Geshe yang berkualifikasi yang sudah pasti mampu untuk menyebarkan ajaran. Setelah itu untuk beristirahat selama beberapa hari, kami berlibur ke Gunung Wangkur Ri dimana saya mempersembahkan sang, dan kami mengelilingi Ganden Lingkor. Pada saat kami melakukan hal ini, saya terus mengingat kata-katanya yang menyemangati, “Sekarang adalah waktunya, untuk memiliki kesempatan mengajar dan menyebarkan esensi dari ajaran Je Tsongkhapa, Lamrim Chenmo, di kedudukan biaranya kami sangatlah beruntung!” Saya menyimpan rahasia ajarannya seperti harta karun nektar bagi telinga! Hari saya berangkat dari Ganden, pagi itu, Lama Dorjechang membuat saya memakai topi pandit yang biasa dipakainya. Di samping itu menempatkan vajra dan lonceng ke tangan saya, dan satu jilid Lamrim Chenmo dengan tiga halaman pertama ditulis dengan emas dia memberi saya hadiah vas kemenangan dan vas aktivitas perak yang diisi dengan vas substansi, patung Tara emas, cangkir tua Lama Dorjechang yang dipenuhi dengan pirus, karang dan batu-batu berharga, dan satu gulung brokat yang belum dipotong dengan desain delapan simbol keberuntungan berwarna emas. Dia juga memberi saya nasihat spiritual, berkata bahwa saya harus menegakkan, mengolah dan menyebarkan Ajaran Sutra dan Tantra dari pelindung Manjushri Tsongkhapa. Dengan kata-katanya yang terus terang, dia memberi saya kenyamanan yang tak terkalahkan. Pahala saya sudah memuncak. Pada saat itu, saya berpikir bahwa sangatlah sulit bagi orang seperti saya, tenggelam dalam rawa gangguan yang tidak ada habisnya, yang tidak memiliki 75
pengalaman dalam praktek dan dengan kesadaran sedikit baik dalam hal kelahiran atau pelatihan, untuk dapat melakukan apapun untuk melayani ajaran. Tetapi karena bodhicitta Guru dan hubungan keberuntungan dengannya, setelah Lama Dorjechang meninggal dunia, seperti metafor keledai yang mengambil kendali ketika tidak ada ayam jantan di sekitar, sebagai seseorang yang tidak memiliki fondasi dalam praktek dan tidak memiliki hal apapun untuk dikatakan, saya harus memberikan banyak ajaran – terutama mengenai Lamrim – yang merupakan cermin rupa darinya, dengan mengemanasikan perkataan sang Guru. Sepertinya ini adalah maksud beliau. Lalu, ketika Lama Dorjechang menerima undangan Biara Dechen Sang-Ngag Kar dan berjalan ke sana, saya juga menemaninya berjalan kaki. Saat kami tiba di tanah Biara Dechen bersamaan dengan festival perayaan dan persembahan tarian api sakral. Saya juga menikmati tampilan yang meriah. Saya melihatnya sebagai kebahagiaan yang luar biasa yang merupakan hasil dari akumulasi kebaikan secara bertahap yang telah masak dari ajaran Lamrim sejak awal, tengah, dan akhir, tanpa kesalahan sedikitpun atau ketidak-beruntungan. Sejak saat Tzöpa Rigtzin meninggal dunia sampai saat ini, Lhabu dan saya, dalam kebiasaan visualisasi ‘perwujudan permata tunggal’ telah mengambil tanggung-jawab administrasi rumah tangga kami sendiri. Pada saat inilah Dokang Kangtsän Muli Lozang Döndrup mengambil alih sebagai manajer. Saya telah diminta berkali-kali oleh seluruh pendukung Biara Dungkar Labrang untuk datang mengisi dan mengkonsekrasi stupa almarhum Dromo Geshe Rinpoche Ngawang Kälzang yang telah meninggal dunia pada tahun sebelumnya. Setelah inilah, pada bulan sepuluh pada tahun tersebut, saya, Lhabu, Puntsog sang tukang masak, dan beberapa biksu termasuk Kuzhab Kälzang Wang-gyäl, meninggalkan Lhasa dan pergi ke Gampala, Päldi, Nakartse, Ralung, Gyältse, Pagri, dan tempat lainnya secara berurutan dan akhirnya tiba di Biara Drotö Dungkar. Di sana, saya mempersembahkan mantra dan lainnya ke dalam stupa almarhum, tetapi demi menunda konsekrasi sampai perayaan tahun baru selanjutnya. Sementara itu, karena kami telah melakukan perjalanan sampai Dungkar, melihatnya sebagai keberuntungan bila kami pergi berziarah ke Nepal dan India, kami memutuskan untuk pergi ke sana. Melalui terusan Jaleb, Rongling, dan seterusnya, kami pergi sejauh Kabug dengan kuda dan keledai, dimana kami menghabiskan beberapa hari di Dromo Labrang di Biara Tharpa Chöling. Lalu dengan penerjemah yang menemani kami, kami pergi ke Bodhgaya, Puncak Burung Nazar, Nalanda, Kushinagar, Shravasti113, Varanasi, Lumbini dan, di Nepal, kami berziarah ke semua tempat sakral seperti tiga stupa besar. Hari kami mengunjungi Namo Buddha114 kami menyewa bus yang membawa kami mendaki terusan sampai ke stupa, tetapi dalam perjalanan turun, di sisi lain terusan, mesinnya rusak dan kendaraan ini tidak bisa berjalan lebih jauh. Kami semua harus melanjutkan dengan berjalan kaki dan saat itu sudah pukul sebelas malam sebelum akhirnya dengan kesulitan besar kami sampai di penginapan dekat stupa. Ada beberapa orang tua di sana kepada siapa kami mempersembahkan Ganachakra dan membuat persembahan lainnya sebaik kemampuan kami. Di Bodhgaya pada saat itu, kami bertemu dengan Ladhaki lama bernama Ngawang Samtän yang tinggal di rumah tamu Pusat Bodhi. Sudah diputuskan bahwa dia akan membeli beberapa bidang tanah untuk membangun biara Tibet di Bodhgaya, jadi dia meminta saya untuk melakukan ritual di sana. Pada saat itu, tanah di sekitar stupa besar dimiliki oleh Raja Dzvaki, jadi kami harus pergi diamdiam ke tempat dimana Biara Pelgyä Ling akan dibangun. Pada saat bulan purnama di bulan sebelas pada tahun tersebut, dengan cara Tantra Vajra Bhairava saya melakukan permintaan ritual kepada Pelindung Tanah dan Dewi Bumi untuk menggunakan tanah tersebut, mengambil hak milik tempat tersebut dan mendirikan perlindungan, memberkatinya dan seterusnya. Saya juga melakukan ritual untuk menguburkan vas harta karun kecil. 76
Karena kami harus minta ijin dari Raja Dzvaki dan memberikan persembahan emas kepada masyarakat Mahabodhi di Bodhgaya, dll. untuk menunjukan penghormatan kepadanya, kami mengunjunginya di kediamannya dengan beberapa persembahan yang besifat simbolis. Dia mendudukkan saya di atas kulit macan tutul dengan empat cakar dan kepala utuh, mempersembahkan khatak dan menerima berkat tangan. Dia menyukai saya dan meminjamkan seekor gajah untuk ziarah kami ke Silwatsäl dan kuda-kuda untuk pelayan saya. Karena saya belum pernah mengendarai gajah sebelumnya, pertama-tama cukup menyenangkan tetapi karena saya banyak terguncang hal ini menyebabkan penderitaan dan rasa pusing. Di kaki Pohon Bodhi ada beberapa orang Tibet yang melakukan ziarah dengan siapa saya membangun hubungan Dharma singkat dengan memberikan mereka transmisi Kabsumpa, pujian kepada Sang Buddha dari Je Tsongkhapa, Pujian bagi Ketergantungan, tiga doa besar dan seterusnya. Pada saat itu, India berada di bawah kendali Bangsa Inggris dan kemajuan hari ini tidak ada di sana, setelah kami turun dari kereta, kami harus berjalan atau memakai kereta kuda untuk sampai di tempat-tempat berziarah. Setelah berziarah, kami sampai kembali di Kabug dimana, seperti yang diminta oleh Kesejahteraan Masyarakat Umum di tanah di depan Biara Tharpa Chöling, saya memberikan inisiasi besar Sang Pengasih kepada lebih dari seribu orang awam dan ditahbiskan. Kami juga melakukan perjalanan singkat ke Kalkuta dan Darjeeling agar dapat merasakan sifat keberuntungan dari tempat-tempat tersebut. Dalam perjalanan menuju Darjeeling, di Biara Goom tua, seperti yang diminta oleh Gadän Chöling, saya pergi ke sana dan membangun hubungan Dharma singkat. Di Darjeeling ada beberapa orang mulai dari mantan pelayan Dalai Lama, rumah tangga Legdän Babü dimana saya memberikan inisiasi umur panjang. Ketika saya berusia tiga-puluh-sembilan, pada tahun kancil bumi, pada tahun baru Tibet, saya dikirim ke Biara Kashang Tashi Chöling dimana atas permintaan penyandang dana, pada hari tahun baru, saya mengkomposisikan perdamaian bagi Penjaga Kashang Näsung Gyälpo. Pada perjalanan kembali dari Kabug melalui Rongling, Tzaleg, dan seterusnya, kami sampai di Biara Dungkar dimana saya melakukan konsekrasi yang ekstensif bagi stupa almarhum selama tiga hari. Setelah itu, seperti yang diminta para lama, biksu, pendukung tua dari biara Pajo Dönyö dari keluarga Bönpo Kunga Linggang, saya memberikan penjelasan lima-belas hari mengenai Jalan Cepat Lamrim yang dikonklusikan dengan Bodhicitta Puja, inisiasi besar Guyasamaja, Yamantaka, Gantapa Lima-Dewa Heruka dan Sang Pengasih, jenang dari beberapa Pelindung Dharma seperti Mahakala dan Dharmaraja, Sindhura Berkat Vajrayogini dengan penjelasan mengenai Guru Puja, dalam serial ajaran yang akhirnya diperpanjang menjadi tiga-setengah bulan. Hal ini dilakukan di aula pertemuan biara, kepada lebih dari dua ratus orang awam dan ditahbiskan. Saya meninggalkan Dromo dan tinggal dengan Tsongpön ‘Pedagang Besar” Tsechö dari keluarga Pangda di ruang altar mereka di Pagri. Ketika di sana, saya mengunjungi biara-biara seperti Dragtog Gang, yang diadministrasikan oleh Gyütö Tratsang, Biara Richung Poto, diadministrasikan oleh Ganden Shartse, dan biara atas dan bawah dari Tashi Chöling. Saya pergi ke satu biara per hari dan membangun hubungan Dharma singkat. Untuk perkumpulan umum besar di Pangday Rakor, saya memberi inisiasi besar Sang Pengasih dari sistem Pälmo. Kemudian saya pergi ke permandian air panas Pagri Kambu demi kesehatan saya. Persiapan dan pengaturan semuanya ditangani oleh Tsongpön Tsechö. Saya tinggal selama dua minggu. Tashi Lhundrub Ngagzur Ta Lama Rinpoche tiba di sana dan saya pergi untuk bertemu dengannya. Dalam perjalanan kembali, saya menghabiskan satu hari di Biara Kambu ‘Persik’ yang didirikan oleh praktisi Tantrik Damchö Yarpel. Ada banyak kitab suci di sana dan ketika saya melihat beberapa jilid, saya menemukan beberapa ramalan yang ditulis tangan dengan halaman tak berurutan di salah satu jilid. Walaupun mungkin ingatan saya tidak sempurna mengenai hal ini, isinya adalah seperti ini, 77
‘Avalokitesvara yang Berpengaruh akan memiliki nama ‘Tubpa–Muni.’ Semua tindakannya akan seperti Rahula. Kilat akan menyambar menterinya, ‘Garwa – ‘sang Pandai Besi’... Dan, ‘Semua aktivitasnya akan diselesaikan pada tahun Ayam...’ Dan ketika saya memeriksa apakah kata-kata ramalan ini akurat, Saya melihat bahwa ia bercerita tentang Dalai Lama terdahulu dan menyalahkan Demo Rinpoche. Ia juga meramalkan bahwa tentara Tiongkok akan menyerang pada tahun tikus air, dan saya menemukan ramalan yang jelas bahwa, demi makhluk lain, Dalai Lama akan meninggal dunia pada tahun burung. Saya pergi, dengan maksud melakukan perjalanan melalui Pagri untuk mengunjungi tetua dari daerah Tsang. Saya kemudian melakukan perjalanan ke ‘Tratsang Do’ – biara biksuni yang didirikan oleh Rva Dharma Senge, dan juga ke Biara Dotra, Chilung dan seterusnya. Pada bulan purnama di bulan lima tahun tersebut, kami menyeberangi terusan Drongdu dan tiba di Biara Sakya yang megah. Dalam tradisi Sakya, beberapa dewa di daerah tersebut akan dipanggil melalui medium. Akan tetapi, pada hari tersebut di desa-desa yang mengelilingi wihara Sakya, seperti pada hari Tzamling Chisang115 yang dirayakan di Lhasa, beberapa dewa, setelah memasuki medium, bertindak mabuk di antara barisan manusia. Saya tinggal di rumah salah satu pejabat Sakya dimana pejabat bawahan Majawa memberikan persembahan wewangian, membakar jelai tsampa dan gandum yang dikenal sebagai Zur. Di rumah tamu ada beberapa biksu membaca berbagai teks yang ditulis tangan yang ada di sana. Di antara teks ini, subyek seperti Pramana, Paramita, dan Madyamaka diperdebatkan dan tanggapan diberikan berdasarkan kitab suci. Saya memperhatikan bahwa walaupun ada beberapa perbedaan kecil (seperti dalam gaya), berbagai diskusi dan cara doa ekstensif yang diatur sangatlah mirip dengan penjelasan debat dan doa dari tiga kedudukan biara Ganden, Sera, dan Drepung. Dari sini saya merasakan bagaimana sistem pelajaran dan perenungan dari Universitas Dialek Sakya telah menyebar ke sistem Gelug dari Ayah Je Tsongkhapa dan murid-muridnya. Di ruang kerja administratif ada beberapa aktivitas arwah jadi di hari selanjutkan kami harus mendirikan tenda dan tinggal di sebidang tanah dekat sungai. Pada saat itu, Dagchen Rinpoche dari Puntsog Podrang adalah perwakilan resmi dari tahta Sakya. Akan tetapi, ketika saya pergi ke sana untuk bertemu dengannya dan minum teh, pergi ke kediamannya, menunduk dengan hormat dan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai praktek Sakya yang dia katakan hanyalah, “Berbicaralah dengan guru dua putra keturunan’ dan saya tidak menerima nasihat yang rinci. Dia memberi saya banyak pil nektar yang sudah diberkati. Saya pergi ke tempat-tempat sakral di atas dan di bawah wihara pada saat yang sama dia mengirim saya ke tempat lain untuk bertemu dengan guru keturunan sebagai guru. Lalu, saya bertemu secara ekstensif dengan tetua seperti Jamyang Garzigma, Chödung Karpo Gyangdrag, dan Sebag Nagpo Purshe dari Biara Gorum dan membuat rentetan persembahan yang ekstensif, distribusi dan pelayanan bagi Sangha. Dengan melakukan hal ini, saya mendengar berbagai cerita mengenai instruksi guru keturunan. Orang-orang yang berbicara dengan saya cukup mengenal ajaran Sutra mereka, tetapi mereka tidak begitu mengenal bisikan telinga keturunan Sakya seperti Dharma Emas. Dari Sakya, saya pergi berziarah ke kapel Pelindung Devi di Marlam Samling dan ke tempat Mahakala berwajah Empat, Kau Dragzong. Lalu saya menyeberangi terusan yang dikenal dengan ‘Terusan Atro’ ke tanah Charong, melanjutkan ke Biara Lhunpo Tse, Tropu Jamchen, dan Biara Gangchen Chöpel dan akhirnya sampai ke Biara Nartang yang megah. Di sana kami melihat banyak obyek suci dan di satu wihara ada beberapa model lengkap dari tempat suci di Bodhgaya, India, yang dibuat 78
dari kayu cendana, yang konon dibuat pada saat Buddha mencapai pencerahan. [Model] ini sangatlah sempurna dan dibuat dengan sangat baik sehingga saya dapat melihat bahwa ia dibuat seperti Stupa Ghandola dan pohon Bodhi di Bodhgaya, India yang merupakan tempat sebenarnya dari pencerahan Sang Buddha. Walaupun saya memiliki harapan besar untuk pergi berziarah ke Ret Ret Hangchen dan Shvalu, waktu tidak mengijinkan, jadi hal ini harus ditinggalkan untuk lain kali. Ketika saya tiba di kedudukan biara Tashi Lhunppo di Tsang atas, pejabat dari pemerintah labrang memberikan saya satu set peralatan lengkap yang indah untuk membuat asap persembahan zur. Saya tinggal di kediaman yang baru dikonstruksikan, ‘Pände Kang,’ di Labrang Yongzin Lochen Rinpoche yang telah dipersiapkan bagi saya. Pada saat itu, dia yang diberkahi dengan kasih sayang besar yang menenangkan makhluk hidup, Kyabchog Dorjechang Pabongkapa Pälzangpo Chog, telah secara khusus diundang oleh Tashi Lhunpo Labrang untuk memberikan transmisi dari penjelasan Lamrim Chenmo kepada ribuan orang yang hadir di Dechen Podrang. Terima kasih atas kebaikan Ayah Guru yang tak tertandingi, saya memiliki keberuntungan baik untuk menaruh abu dari kakinya ke pucuk kepala saya116, bertemu seperti ayah dan putra sekali lagi dan mendengarkan suaranya yang menyenangkan secara berlimpah. Karena Kunzig Pänchen Rinpoche yang maha tahu belum kembali dari Gyasog, dia tidak ada di kediamannya tetapi, mengikuti tradisi kuno, saya pergi untuk bertemu dan mempersembahkan sujud, menerima teh dan memberikan persembahan, termasuk khatak dan tiga dasar tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan. Di hadapan tahta Kunzig Rinpoche di kediamannya di ‘Podrang Gyältsän Tönpo’ di Kadam Podrang, saya minum teh, makan nasi dan gorengan dengan Kyabying Tzasag Lama. Ketika saya pergi Lozang Rinpoche memberikan saya persembahan yang sangat indah termasuk pilpil yang diberkahi, tsa-tsa yang dibuat tangan, dupa, dan kain perca wol untuk membuat sebuah jubah zän. Di belakang ranjang ada rumah Pelindung yang disegel dan di dalam kamar tidur ada satu jilid kitab suci yang bisa dilihat dan dikenal sebagai Kitab Suci Emanasi Ganden117. Inkarnasinya telah tinggal di sana untuk waktu yang lama, sejak zaman Pänchen Lozang Chögyän, dan karena ini adalah kediaman seseorang yang telah melakukan pelayanan besar bagi Ajaran, tempat ini sangatlah diberkati. Dengan kesetiaan yang amat sangat dan kebahagiaan saya berdoa dengan sungguh hati sehubungan dengan doa tujuh – bagian tubuh. Di sana juga ada beberapa stupa almarhum para Panchen Lama, patung Maitreya besar dan banyak wihara besar. Saya membuat kunjungan ekstensif ke seluruh tempat ini, membuat persembahan, distribusi di aula pertemuan utama Tashi Lhunpo dan seterusnya, untuk mengumpulkan pahala. Bersama dengan Kyabying Tzasag dan pejabat lainnya kami membuka kotak pemerintah labrang yang berisi vas yang diberkati yang dipenuhi dengan banyak obyek yang diberkati. Mereka sangat baik karena memberi saya keberuntungan untuk melihat [benda-benda] ini. Suatu hari saya mempersembahkan dasar tercerahkan kepada Lama Dorjechang ketika dia mengajar di Dechen Podrang, dan dengan hormat mempersembahkan pelayanan dan memberikan distribusi bagi mereka yang menghadiri ajaran. Untuk alasan keberuntungan, saya juga menghadiri satu sesi ajarannya hari itu, kembali mendapatkan keberuntungan untuk merasakan kebaikannya yang menyeluruh. Karena saya menghadiri ajaran setiap hari ketika saya tinggal di Tashi Lhunpo, banyak biksu-biksu terbaik yang datang ke kamar saya untuk meminta transmisi, penjelasan dan seterusnya, mengenai berbagai praktek yang menarik perhatian mereka, seperti Guru Puja dan Ganden Lhagyäma. Segera setelah satu sesi Dharma berakhir, yang selanjutnya dimulai. Inkarnasi muda dari Lochen Chogtrul 79
Rinpoche terdahulu ada di sana. Dia meminta saya untuk memberikan jenang Tuan dari Tiga Keturunan Je Rinpoche, dan saya memenuhi harapannya. Saya meninggalkan Tashi Lhunpo dan pergi ke Biara Gadong di Panam dan juga bertemu dengan kelompok Gyältse Pögang. Keduanya memiliki banyak obyek suci termasuk benda-benda seperti tangka Hevajra mandala yang akan dipakai untuk meditasi oleh Naropa, jubah dari Kache Pänchen, kitab suci India, dan seterusnya, yang saya lihat. Saya pergi ke tempat Karka Kashö yang telah mengundang saya ke sana dan memberi orang di daerah tersebut inisiasi umur-panjang. Di Gyältse, mereka memberikan saya ranjang emas untuk duduk dan saya mengikuti rapat informal dengan tetua dari komunitas Dharma Pälkor dan memberikan penjelasan mengenai Guru Yoga singkat dari Je Tsongkhapa, Ganden Lhagyäma di Zhinä Tratsang. Di Biara Ralung, Pertapaan Pökya dan banyak tempat lainnya yang disebutkan di atas, di semua biara di jalan saya, saya membuat distribusi persembahan, mengumpulkan banyak energi positif. Pergi melewati Terusan Karo, Nakar Tse, dan seterusnya, kami menyeberangi Sungai Tsang dengan kapal dan menghabiskan satu hari di Nyetang dimana saya melihat patung Tara yang bisa berbicara yang merupakan obyek suci utama di wihara Tara dan Stupa ‘Tak Terpisahkan’118 yang digunakan untuk bermeditasi oleh Tuan Atisha. Saya akhirnya tiba kembali di Lhasa pada akhir bulan enam tahun tersebut. Pada musim gugur, Dorjechang Pabongka yang tertinggi datang ke Sera Tantra Dratsang dan memberikan instruksi penjelasan di Lima-Puluh Bait Pengabdian pada Guru, inisiasi besar Guyhasamaja Akshobyavajra. Di Sera Jey Hardong Kangtsän, dia memberikan inisiasi Roda Besar Vajrapani. Pada saat itu, saya juga menerima berkat dan nektar dari sungai inisiasi. Pelindung dari Tanah Salju, Emanasi dari Arya Penakluk Para Makhluk yang memegang simbol tangan (mudra) dari bunga pandarika, Yang Mulia Dalai Lama ke-14 diundang dari Domä dan, pada akhir bulan delapan, dia dengan baik hati pergi ke ibu kota Lhasa. Di tanah Gangtö Dögu dimana pemerintah telah memasang tenda besar untuk menyambutnya, saya pergi menyambutnya bersama dengan lama dan tulku dari Sera, Drepung, dan Ganden. Saya meminum nektar kebebasan dengan melihat mandala dari tanda-tanda beliau. Ketika saya berusia empat-puluh tahun, pada tahun naga besi, pada musim semi di Norbulingka119, dari Tuan seratus keluarga, Yongzin Tagdrag Dorjechang, saya dengan bersyukur menerima banyak inisiasi dan jenang120. Saya juga menerima Samudera Siddhi instruksi penjelasan mengenai Guyhasamaja tingkat generasi dari Kyabchog Lingtrul Dorjechang. Pada pertapaan musim panas, saya pergi ke Ganden. Seperti yang diminta oleh Ganden Jangtse Para Tulku, saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai Guru Puja dan Mahamudra di aula pertemuan Para Kangtsän, di hadapan lebih dari lima ratus Sangha termasuk para kepala biara dan pejabat, lama dan tulku dari Ganden Shartse dan Jangtse. Suatu hari di musim dingin, Guru utama saya Dorjechang Pabongkapa, yang tertinggi, mengirimkan pelayannya, Namdag-lag ke Lhasa khusus untuk memberi-tahu saya bahwa sudah dikonfirmasi bahwa dia akan mulai memberikan penjelasan mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Cittamani Tara mulai keesokan harinya. Dia berkata bahwa karena akan sulit bagi saya untuk menerima ajaran ini kemudian, akan sangat baik bila saya datang pada saat itu dan saya harus hadir. Saya bahkan bisa tinggal di labrang pertapaan, jadi saya segera pergi ke Tashi Chöling. Pada sesi ajaran tersebut, saya menerima instruksi tahapan generasi dan penyelesaian berdasarkan kitab suci sumber sadhana Cittamani Tara dari visi Tagpu Dorjechang dan penjelasan yang ditulis sendiri oleh Rinpoche mengenai tahapan generasi dan penyelesaian. Dan juga saya menerima 80
instruksi mengenai aktivitas Cittamani Tara (Letsog Charbeb) dan, pada akhirnya, transmisi dan instruksi mengenai pendekatan, pencapaian, dan aktivitas ajaran Gyalchen Dorje Shugden. Lalu, sembari berkata demi keberuntungan, dia juga memberikan transmisi dan instruksi ekstensif mengenai praktek untuk memperpanjang hidup kita dengan mengandalkan energi-angin resitasivajra dan berhubungan dengan praktek Umur Panjang Heruka Putih. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya sibuk mengadakan ritual di Lhasa, dan Rinpoche mengetahui hal ini. Bila dia tidak memanggil saya, saya akan kehilangan kesempatan untuk menerima instruksi yang luar biasa ini selamanya. Kebaikan luar biasa yang diberikan oleh kasih sayang Ayah Guru seberat sepuluh juta Gunung Meru! Sejak tahun sebelumnya, Kyabchog Dorjechang menerima berbagai tanda yang mengganggu dalam mimpi dan dia telah mengatakan bahwa dia ingin pergi ke tempat lain yang sangat jauh seperti bila dia bermasalah dan gelisah. Beberapa dari kami di antara lama dan tulku, termasuk Kyabje Ling Rinpoche, Demo Rinpoche, Dragri Rinpoche, dan Kongpo Shartrul mendiskusikan perlunya ritual untuk menstabilkan dan melindungi. Kami minta ijin untuk mempersembahkan puja umur panjang dan, di aula pertemuan Tashi Chöling, seluruh lama, tulku dan geshe yang telah menghadiri ajaran dan juga biksu yang tinggal di tempat terpencil mempersembahkan puja umur panjang yang ekstensif dengan cara Praktek Umur-Panjang Heruka121. Kami berkali-kali memohon122 beliau untuk tinggal sampai akhir keberadaan, dan agar tubuh, perkataan, dan pikirannya dapat tetap abadi, dalam sifat vajra yang tak terhancurkan, menbara dalam kemegahan berkat, manfaat dan kebahagiaan, seperti penopang dari hidup Ajaran Buddha yang kekal secara umum dan terutama mengenai Je Tsongkhapa. Dia menanggapi, ‘banyak dari murid saya yang berkumpul bersama pada saat ini untuk melakukan puja umur panjang untuk Menghentikan Undangan Dakini, jadi sudah pasti bisa mengatasi segala jenis kesulitan yang dapat dibersihkan!’ Dengan menampakan dirinya sebagai Vajradhara sendiri dan berkata bahwa hal ini sudah cukup, sepertinya dia berkata dalam makna sementara di pikirannya untuk meredakan kekhawatiran kami. Saya berusia empat-puluh-satu pada tahun ular besi. Pada bulan dua-belas pada tahun sebelumnya, Bupati Ratreng Rinpoche tiba-tiba mengundurkan diri dari tanggung-jawabnya dan Yongzin Tagdrag Dorjechang telah naik tahta sebagai bupati yang baru. Pada hari pertama, upacara naik tahtanya dilaksanakan di Istana Potala. Untuk persiapan di pagi hari, saya dipanggil oleh Kantor Pribadi Labrang untuk pergi ke wihara Lhasa Samantabhadra untuk menghadiri upacara keberuntungan umur panjang. Saya mempersembahkan penjelasan mengenai mandala, mempersembahkan tanda dan substansi keberuntungan, dll., meresitasikan kata-kata kebenaran bagi tahta keberuntungan dan seterusnya. Semuanya berjalan dengan lancar. Tahun itu, pada Festival Doa Besar di Lhasa, Kyabchog Dorjechang Pabongkapa yang tertinggi memberikan distribusi umum dan melayani majelis. Karena saya juga memberikan distribusi umum, kami berdua sampai di hadapan Yang Mulia Dalai Lama pada saat yang sama suatu hari, untuk tujuan memberikan distribusi. Di antara majelis, barisan diatur berdasarkan peringkat tulku, jadi saya mendahului Lama Dorjechang, tetapi saya mulai menciut ke belakangnya. Lama Dorjechang berkata, ‘Ada pengecualian, kau harus tetap di tempatmu!’ Saya harus tetap di depannya tetapi hal ini sangatlah tidak nyaman. Pada puja penyelesaian di Festival Doa, sembari berpikir mengenai insiden ini, saya memvisualisasi rupa terpisah dari Lama Heruka tepat di sebelah tempat di mana sang Lama memberikan manfaat bagi makhluk hidup pada kenyataannya sebagai penerima dari persembahan tsog sepuluh hari. Akan tetapi hal ini agak sulit karena ketika saya memanggil makhluk bijaksana dalam doa saya, saya malah memvisualisasi Guru utama saya sebagai perwujudan dari semua refuge, dengan saluran dan elemennya dalam sifat vira dan dakini, nyatanya berada dalam tubuh suci mandala, menerima persembahan123. Saya pikir dengan memberikan persembahan dengan cara ini sangatlah berarti 81
pada tanggal dua-puluh-lima bulan satu. Saya mengundang Kyabchog tunggal – Refuge Tertinggi – Dorjechang dan rombongannya ke kediaman saya dan mengkultivasi pahala dengan memberikan mereka perjamuan. Bersantai dengan senang hati, setiap suku kata dari perkataan nektarnya, adalah emanasi dari Dharma suci, memuaskan dahaga dengan festival seratus rasa yang berbeda dari makna yang sempurna. Salah satu hal yang dia katakan adalah bila Dalai Lama yang sekarang tidak mengalami masalah dengan kesehatannya, dia pasti akan mirip dengan Dalai Lama ke-7, Kälzang Gyatso dan pada waktunya, saya harus melayaninya dan saya harus melakukannya dengan altruisme khusus. Kemudian, ketika saya melayani sebagai Tsänzhab124 Dalai Lama dan secara bertahap sampai mendapatkan gelar Yongzin, Guru, hal ini bagi saya seperti ramalan Kyabje Pabongka dengan pengetahuan sebelumnya mengenai kehormatan Dharma tinggi yang akan saya terima di masa mendatang. Selama beberapa tahun, Yangzom Tsering telah meminta Kyabje Pabongka Dorjechang untuk memberinya dasar luar, dalam, dan rahasia dan konstruksi benang untuk wihara Pelindung di kediaman Lhalung Gatsäl. Lama Dorjechang meminta saya untuk membuat persiapan yang diperlukan sesuai dengan instruksinya mengenai membuat dasar dan konstruksi benang, jadi saya mempersiapkan semua yang telah saya kumpulkan secara perlahan sebelumnya. Tahun ini, secara langsung mengikuti Festival Doa Ganachakra, dia datang ke Lhalu Gatsäl bersama delapan biksu Tashi Chöling untuk membantunya dan mengikuti konstruksi ekstensif dasar dan benang dan saya mengurus ritualnya. Lhalu Tsipön (Direktur Keuangan), Gyurme Tsewang Dorje, adik perempuan saya dan saya juga menerima jenang Dorje Shugden Mempercayakan Kehidupan pada saat itu. Lama Dorjechang datang dari Lhalu untuk memberi ajaran Lamrim di Dagpo Shedrup Ling, mengunjungi Praktek Sepuluh Hari Komunitas Chagsam dalam perjalanannya. Saya datang pada malam hari sebelum ajaran dimulai dan mempersembahkan jubah brokat namjar dengan bunga dan desain rangkaian mutiara berkualitas, mandala, tiga dasar, dan khatak. Dengan ini saya memohon terutama supaya beliau berumur panjang sebagai Pelindung dari Ajaran dan semua makhluk seperti saya sendiri, dan juga untuk berterima kasih atas kompilasi dari aktivitas ritual yang lengkap Gyalchen Dorje Shugden termasuk konstruksi benang andalan, pemenuhan, dan ritual penghalau, ritual torma penghalau, puja api, dan ritual kemakmuran. Berkata, ‘tidaklah mungkin saya akan dapat menyelesaikan kompilasi tersebut. Ambilah apa yang kamu ingat dengan pasti dan dengan catatanmu sebagai dasar...’ dia menasihati saya mengenai detil untuk mengkompilasi sisanya. Lalu, dia mengatakan, ‘Sekarang mengambil apa yang saya katakan sebagai fondasi, mengisi ritual lain dengan cara yang sama sepantasnya, kau akan membuat teks kompilasi yang baik atas aktivitas ritual! Sebenarnya saya memintamu karena kamu selalu di sana dalam semua pekerjaan saya yang terkait dengan Dharmapala ini.’ Saya berasumsi bahwa ini adalah perintah Lama Rinpoche karena dia tahu bahwa aktivitasnya yang luas tidak akan memberinya waktu luang untuk melakukan hal ini. Saya kemudian menyesal karena tidak menyadari bahwa hal ini menunjukan maksudnya untuk pergi ke nirvana. Hal ini mirip dengan suatu waktu di zaman dahulu ketika walaupun Buddha telah mengatakan sebanyak tiga kali, ‘Bila Tathagata berharap, dia bahkan dapat hidup dari kalpa ke kalpa!’ Ananda sangat tertekan oleh mara sehingga dia tidak menyadari apa yang Buddha katakan, dan tidak memintanya untuk memperpanjang hidupnya. Setelah itu, suatu hari, datanglah panggilan mendesak dari Norling Shözim Chung-gag untuk Trijang Tulku dan Sera Mey Gyälrong Geshe Kyenrab Gyatso. Ketika saya tiba, Bupati Kyabgön Sikyong Rinpoche mengatakan pada saya di kantor informasi bahwa saya, Trijang Tulku, dipromosikan menjadi Yongzin, Guru, untuk menggantikan Zhabdegpa Tsänzhab Ling Rinpoche. Ada kebutuhan sementara untuk Tsänzhab tambahan. Bila Sera Mey Gyälrong Geshe Kyenrab Gyatso ditunjuk 82
sebagai Tsänzhab, maka kedudukan Trijang Tulku akan ada di kepala barisan di jalan yang telah diambil Ling Rinpoche. Karena itu, seperti yang diputuskan, pada persimpangan astrologi yang menguntungkan, saya pergi ke rapat konfirmasi dengan pejabat awam dan ditahbiskan dari pemerintah Tibet. Setelah itu, pada tanggal lima-belas bulan empat, saya pergi bersama Geshe Kyenrab Gyatso ke kamar depan dari kediaman Sinar Matahari di Istana Norbulingka untuk minum teh dengan Yang Mulia dan para pendukung dalam pertemuan pertama antara Yang Mulia dengan Tsänzhab yang baru. Dia memberikan persembahan tradisional tiga dasar, khatak, persembahan nasi dan dana yang bersifat simbolis. Setelah itu, seperti yang diperintahkan, saya duduk dengan mereka yang sarapan teh. Hari itu, saya menerima orang-orang yang menyelamati seperti pendukung rumah dan memberikan persembahan keberuntungan di kamar saya. Selama beberapa hari minum teh pagi dengan Yang Mulia dan upacara tambahan seperti pejabat umum dari Potala Setelah itu, pada periode ketika Bupati Yongzin Tagdrag Rinpoche mengurusi politik dan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche sedang sibuk, saya diminta untuk mendengarkan bacaan Yang Mulia dan hafalan resitasinya. Sesuai dengan perintah dari Bupati Rinpoche, pada saat yang menguntungkan, saya pergi untuk mempersembahkan tiga dasar dan khatak, dan untuk memberikan penyambutan awal tashi deleg kepada Yang Mulia. Sejak saat itu sampai diputuskan bahwa akan ada dua guru, saya melayani dalam kapasitas tertentu, dan kediaman saya juga dipindahkan ke salah satu kamar Tsänzhab di Norbulingka. Pelayan bertindak seperti bila saya adalah orang yang bertemperamen panas, akibatnya, Yang Mulia sedikit malu terhadap saya pada awalnya. Mengikuti nasihat dari Bupati Rinpoche, pada awalnya saya juga bertindak seperti saya tertutup dan tidak tersenyum. Karena usianya yang muda, keahliannya dalam menghafal kitab suci tidaklah sempurna. Akan tetapi, bila saya merengut sedikit pada kakak lelakinya, Losang Samten, seperti bila saya menyalahkan dia atas keisengannya, sudah cukup; saya tidak pernah menggunakan kata-kata kasar terhadap Dalai Lama muda. Tuan peresap dari semua mandala dan keluarga, yang mulia dan sempurna Dorjechang Pabongkapa datang dari kediamannya ke Lhalu Gatsäl ke Praktek Komunitas Sepuluh-Hari Chagsam di Marlam Chushu. Dia lalu pergi ke Dagpo Shedrup Ling dimana dia memberikan penjelasan mengenai Jangchub Lamrim Chenmo, Tahapan Jalan Menuju Pencerahan. Setelah itulah, pada tanggal satu bulan enam, saya mendengar berita yang seperti duri di telinga saya: bahwa dia telah beristirahat dalam kedamaian di Dharmadhatu, dan saya dipisahkan dari Guru saya yang baik dan tertinggi. Mengalami kesedihan, sebagai hasil dari karma sebelumnya yang tiba-tiba jatuh pada saya. Dengan siksaan yang sulit untuk ditahan, saya memberikan doa bagi kepergiannya dan memberikan persembahan sebanyak saya bisa, seperti di Lhasa Trulpay Lhakang. Manajernya Trinle Dargyä berkata bahwa saya harus datang sehingga mereka bisa bertanya pada saya pertanyaan apa saja mengenai persiapan relik yang berharga dan melakukan kremasi. Karena itu, saya pergi ke Tashi Chöling. Pertapaan dan Labrang semuanya nampak bagi saya seperti orang yang kecewa yang telah kehilangan masa mudanya. Hal ini dan kediaman Lama Dorjechang yang kosong membuat saya mengeluarkan air mata dan, selagi saya menangis, saya mempersembahkan divinasi bola adonan di hadapan rupa utama di wihara, patung Dagpo Lama Rinpoche. Hal ini mengindikasikan kremasi dari tubuh almarhum. Saya menginstruksikan Lama Lozang Chöpel dari Tashi Chöling detil yang rinci mengenai praktek untuk melayani tubuh almarhum yang berharga dan mengirimkannya ke Dagpo. Bupati Kyabgön memberikan instruksi ke rumah percetakan Zhöl Kagyur untuk membuat balok cetakan baru mengenai kumpulan karya Tuken Chökyi Nyima, Gungtang Tänpay Drönme, Je Sherab Gyatso dan teks lainnya yang sangat langka di Tibet pusat. Dia menunjuk saya dan Sera Mey Tzänzhab sebagai kepala proyek dan kami melayani dalam kapasitas tersebut selama beberapa tahun.
83
Ketika pemerintah menawarkan pengganti bagi dua tangka tua yang sudah memudar yang dipamerkan dalam prosesi Ganachakra, datang perintah bahwa saya diperlukan untuk mengawasi pengukuran dimensi dari bentuk Dewa, meditasi yang harus dilakukan pekerja, dan untuk memeriksa dimensi pada saat pekerjaan produksi dilakukan. Saya mengawasi proyek ini dari awal sampai akhir, memeriksa dengan teliti dan membuat pembetulan yang diperlukan, sehingga semuanya dilakukan tanpa kesalahan. Sekitar tahun-tahun ini orang-orang yang saya temui yang memperkenalkan diri mereka sebagai keluarga dekat saya, bibi, kakak, keponakan, cucu keponakan, dll. semakin banyak. Bahkan Ane Yangtzom yang membenci ibu saya dan putrinya berlaku hormat kepada saya dan penuh kasih kepada ibu saya, dan seterusnya. Seperti peribahasa, Ia yang tanpa paman telah mendapatkan paman! Kekayaan materi, saya bersujud kepadamu! Seperti contoh seseorang yang menunduk dengan sarkasme di hadapan kantung peraknya yang telah menarik banyak ‘sahabat’ dan ‘keluarga baru. Dan Pelindung Manjushri Sakya Pandita telah berkata, Ketika kamu kaya, semua adalah teman. Tetapi, ketika kekayaan merosot, semua adalah musuh. Setelah lama mengumpulkan pulau permata, Begitu danau mengering, semua akan meninggalkannya! Seperti itu juga, beberapa orang seperti bertindak dengan cara biasa yang kasar pada saat naik turunnya keberuntungan saya, menemani atau meninggalkan saya. Pada tahun kuda air, saya berusia empat-puluh-dua. Pada tanggal dua-belas bulan satu, di Katedral Lhasa Trulnang ketika Bupati Tagdrag Rinpoche mengumpulkan para kepala biara dan guru untuk mempersembahkan pentahbisan awal dan menengah kepada Dalai Lama muda, saya bertindak sebagai Drogdenpa, Asisten, yang membantu pentahbisan Sangha. Segera setelah Ganachakra berakhir, adalah tradisi bagi Sangha baru dari Gyume Dratsang yang menerima sumpah Pratimoksha baik yang awam ataupun lengkap untuk menarik dana umum untuk membiayai distribusi, memberikan persembahan bagi dana modal, dan untuk membiayai inisiasi dan transmisi pada perayaan Dharma tradisional. Tahun ini, seperti yang diminta para biksu baru, saya memberikan inisiasi besar Guyhasamaja, Heruka, dan Yamantaka, termasuk beberapa hari persiapan. Hal ini dilaksanakan di aula pertemuan Changlochen Lhasa Gyume Dratsang, bagi semua majelis Gyume, Sangha dari Gyutö Dratsang dan tiga kedudukan biara yang datang, berjumlah lebih dari dua ribu. Pada saat pertapaan musim panas, Bupati Rinpoche memerintahkan untuk memeriksa indeks bagi kitab suci yang dicetak dan ditulis tangan dari cendekiawan dan siddha India dan Tibet, yang tak memihak, dari semua keturunan, yang disimpan di Istana Norbulingka dan Potala; dia juga mengatakan bahwa indeks yang baru perlu dibuat untuk koleksi karya tambahan yang berjumlah besar dan terus bertambah. Karena itu, saya bekerja selama lebih dari dua bulan mengatur indeks yang rinci, menyelipkan judul dan mengklasifikasikan teks sebagai kumpulan karya yang lengkap, teks lainnya dari Sutra seperti Madyamaka, Paramita, Vinaya, atau Abhidharma, dll. Dialektis, Lamrim atau Lojong; atau teks Tantrik seperti ritual dari berbagai set tantra dari terjemahan sekolah lama dan baru dan penjelasan Tantrik, biografi, sejarah Dharma dan umum, Tata-Bahasa, Sajak, Pengobatan, atau Astrologi.
84
Pada bulan delapan dari kediaman terisolasi Tashi Chöling, manajer Kyabchog Dorjechang, Trinle Dargye, mengambil tanggung-jawab atas konstruksi stupa almarhum bagi sisa tubuhnya yang sakral. Ketika [stupa] ini selesai, kami mempersembahkan mantra di dalamnya dan akhirnya, dengan diri saya bertindak sebagai guru vajra, bersama dengan biksu yang sudah melepaskan, kami melakukan konsekrasi ekstensif dengan cara Vajra Bhairava selama tiga hari, tidak melakukan apa-apa ‘dengan cara yang mudah dan setiap hal yang berharga untuk dilakukan, dengan tepat dan sempurna. Ketika saya memberikan instruksi kepada penyandang dana pada bagian akhir dari konsekrasi ritual saya mengingat kebaikan Guru dan menyanyikan permintaan bagi kembalinya dengan cepat emanasi tertinggi sebagai doha yang disebut Lagu Panjang Menyedihkan Mengenai Seorang Anak Mengembara di Dataran. Seperti yang dikatakan dalam bagian Akar Kalachakra Tantra disebut, “Mengambil Kualitas Guru Secara Penuh”, Apapun kebaikan yang diciptakan bagi almarhum, Oleh relasi dekat yang ditinggalkan, Hal ini akan masak dan mengikuti kemanapun mereka berada Seperti anak sapi yang mengikuti induknya. Seperti itu juga, bila para murid dengan keyakinan dan pengabdian, Mengingat dengan pasti perayaan Meninggalnya sang Guru, dan memberikan persembahan, Mereka akan menyempurnakan tujuannya yang suci Dan menyamakan tindakan guru dalam hidup Dan seperti yang dikatakan Geshe Potowa, Drom melakukan pelayanan penguburan bagi lelaki tua ini sembilan-belas kali! Dia berharap dia akan dapat bertemu dengannya di kehidupan mendatang! Seperti itu juga, saya menetapkan modal dana untuk persembahan dan distribusi untuk diberikan pada majelis umum biksu Tashi Chöling setiap tahun pada hari pertama setiap bulan dengan Guru Puja Ganachakra sehubungan dengan Pemasukan Diri ke dalam Mandala Heruka Chakrasamvara. Tahun ini pada akhir festival, atas dorongan Kenchen Dönpälwa (atau Tashi Lingpa Kyenrab Wangchug, sebagaimana dia dikenal), Saya memberikan penjelasan kepada sekitar tiga ribu lama, tulku, dan Sangha di aula pertemuan Lhasa Meru Dratsang. Kali ini, saya mengajar Jalan Singkat (Nyurlam), Jampel Shel-lung (Ajaran Manjushri) dan Tahapan Jalan Menuju Pencerahan, secara ekstensif, termasuk Puja Bodhicitta. Ketika saya berusia empat-puluh-tiga tahun, pada tahun domba air, pada bulan tiga, atas permintaan manajer Pabongka Labrang, Trinle Dhargyä, di hadapan sekitar 3,500 orang baik yang awam dan ditahbiskan di aula pertemuan Lhasa Meru Dratsang, saya memberikan penjelasan berdasarkan pengalaman selama sekitar satu bulan mengenai Jalan Singkat yang dikombinasikan dan Ajaran Manjushri Lamrim. Hal ini juga termasuk Puja Bodhicitta di lapangan batu Meru pada akhir ajaran. Kemudian atas dorongan Ketua Lantunan Namgyäl Dratsang, Trimön Chötzä Thubten Desheg dan Asisten Ritual Kälsang Wangyäl-lag saya memberikan ajaran tambahan di Aula Pertemuan Namgyäl Dratsang Secret Mantra Gatsäl di Istana Potala, di hadapan lebih dari tujuh ratus orang. Saya memberikan penjelasan lima-belas hari mengenai Lamrim Delam (Jalan Kebahagiaan) dan, pada akhirnya, memberikan inisiasi Guyhasamaja, Heruka, Yamantaka dan Sang Pengasih dan jenang seperti Mahakala, Dharmaraja, Päldän Lhamo, Vaisravana, Mahakala Berwajah-Empat, dan Chamsing. Pada pertapaan musim panas, di Istana Norbulingka, saya melakukan tindakan ritual lama yang tinggal di sana sebelum pergi ke Pertapaan Kyishö Yab-pü Ratsag dan menghabiskan tiga hari di sana. Di hadapan patung Vajrayogini, dengan keindahan cahaya berkat yang menyala dan Pandit Naropa yang telah menggunakannya untuk mendukung meditasinya, saya memberikan 85
persembahan sehubungan dengan Praktek Mandala Vajrayogini dan Ganachakra. Saya juga memberikan distribusi kepada Sangha di sana dan mempersembahkan dana modal untuk membiayai Praktek Persembahan bulanan pada hari kesepuluh dari bulan membesar. Atas permintaan penyandang dana, Biksuni Kyenrab Lhamo, kepada sekitar seratus orang awam dan ditahbiskan termasuk penduduk dari daerah tersebut dan sekitarnya, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Sindhura Vajrayogini. Saya mendapatkan beberapa mimpi yang baik pada saat itu tetapi sekarang saya sudah lupa mengenai apa. Dalam hal ini, pada masa muda saya dan setelahnya, saya terkadang akan mendengar dalam mimpi saya ramalan dengan panjang yang berbeda-beda yang diinformasikan pada saya oleh Dewa, Lama, atau makhluk dengan penampilan biasa, atau saya akan ditunjukan gulungan ramalan tertulis. Bila saya mengatakan pada orang lain mengenai hal ini pada hari selanjutnya, saya akan segera melupakannya dan, bila saya tidak mengatakan pada siapapun mengenai hal ini, saya tidak akan melupakannya dan, seperti contoh, ‘perjamuan kepala babi,’ hal ini seperti nyata, akan tetapi, selain beberapa kali di sana-sini, biasanya tidak tepat dan tidak menjadi kenyataan, seperti proses pengaburan berwarna yang diciptakan oleh kor125 atau kemerosotan. Pada musim gugur, setelah meminta ijin dari Dalai Lama dan Bupati, dengan rombongan kecil termasuk pelayan saya Lhabu, Päldän dan Gyume Trehor Ngagram Tsultrim Dargyä, saya pergi berziarah ke tempat sakral di Penyul di Tibet pusat, yang diberkati oleh Guru Kadampa terdahulu. Kami mengambil jalur terusan Go ke Penpo dan tiba di Langtang (kedudukan Geshe Langri Tangpa) Nalanda (tempat kedudukan Rongtönpa sang maha tahu), Stupa Almarhum Patsab Lotsawa, Wihara Gyäl (Kemenangan) yang dibangun oleh Nanam Dorje Wangchug, emanasi dari Maitreya, Ganden Chökor di Tangsag, Stupa Almarhum Geshe Sharawa, dan seterusnya. Walaupun, melalui manfaat dari Patsab Lotsawa menerjemahkan Sutra Tsedo (umur panjang), bila seseorang mengelilingi Stupa Patsab dipercaya bahwa hal ini akan menghilangkan kesulitan atas umur panjang, dan banyak orang yang mengelilinginya. Lotsawa ini yang menerjemahkan Madyamakavatara (Panduan Jalan Tengah) oleh Chandrakirti Yang Mulia ke bahasa Tibet, yang menyebabkan pandangan Prasangika untuk berkembang pesat di Tibet, saya juga mengelilingi, dan mengumpulkan jumlah putaran yang moderat dengan aspirasi untuk menyadari ajaran-ajaran tertinggi – pandangan yang mendalam. Zimo Dorjechang Jampa Kunga Tenzin Päl Zangpo adalah pembawa harta karun instruksi mengenai pelatihan Mantra Rahasia dari Sakya yang datang melalui Pabongka Kyabchog Dorjechang terdahulu. Zimo Rinpoche mengetahui keberadaan jenang, transmisi, dan instruksi oral dari tujuh-belas ekspresi Mahakala. Akan tetapi, ketika dia pertama kali tiba di Pertapaan Nyangdren Chuzang dan bertemu dengan Kyabje Pabongka, yang terlihat tua dan pikun, dia menjadi ragu dan meninggalkan hal-hal ini, dan tidak menaruh ketertarikan pada mereka. Pada malam hari sebelum Zimo Rinpoche pergi, dia bermimpi menakutkan tentang tahta besar dimana rambut putih, kumis dan janggut lelaki tua menumpuk. Ini adalah tanda kemurkaan Mahakala yang tidak senang karena dia tidak menerima instruksi Mahakala dan dia meminta inisiasi lengkap, transmisi, dan instruksi pada hari selanjutnya. Saya mendengar tentang hal ini dari Lama Dorjechang sendiri, dan bagaimana dia lalu memberikannya seluruh instruksi secara bertahap, jadi saya memiliki keyakinan kepadanya. Akan tetapi, karena Zimo Rinpoche tinggal secara permanen di Penpo, kunjungan ini adalah satu-satunya waktu saya bertemu dengannya. Pada saat ini, saya pergi untuk mengunjungi Nalanda Zimo Labrang dengan semua obyek sucinya dan saya memiliki keberuntungan untuk bertemu Rinpoche secara langsung. Saya juga meminta ajaran Dharma yang mendalam darinya. Dia dengan senang hati menerima dan memberikan kami jamuan makan dan minum yang berkecukupan. Dan juga, ketika saya diundang ke Chogyä Labrang di daerah yang sama, saya pergi ke sana dan menikmati pertemuan tidak formal dengan Chogyä Trichen Rinpoche yang sekarang. Saya mempersembahkan transmisi dari fondasi dari Semua Kualitas Baik kepada Sangha di Tangsag Ganden Chökor. Ada juga kitab suci Drelpa Dönsel (Iluminasi Bening dari 86
Makna Penjelasan) Guyhasamaja yang telah dipakai oleh Chandrakirti Yang Mulia yang saya lihat di sana. Walaupun emanasi dari Ganden Trichen Jampel Tsultrim, pendahulu dari Kamlung Tulku yang sekarang, dan kakak lelakinya oleh ayah yang sama telah meninggal dunia, saya pergi ke pertapaan Kamlung, kedudukan dari Kanglupa yang luar biasa, atas undangan dari pelayannya. Saya menghabiskan tiga hari di sana dan mengunjungi Stupa Almarhum Kamlungpa. Sayang sekali karena tempat kediaman dan pertapaan dari guru Kadampa terdahulu tersebar di berbagai gua gunung, tidak memungkinkan bagi saya untuk mengunjungi semuanya. Atas undangan keluarga bangsawan Töger Lhading dari Tibet pusat, saya pergi melalui Pända Jeri Tagtse, saya tiba di tempat kependudukan Lhading. Karena kebetulan saat itu adalah tanggal sepuluh dari bulan tersebut, saya mempersembahkan Ganachakra sehubungan dengan Inisiasi-Diri Vajrayogini bersama dengan keluarga Gongmo Lhading. Atas permintaan penyandang dana, saya juga menyanyikan doha berikut: Di atas alam Keajra, Akanishta, Gadis cantik, Ibu yang anggun dari para Penakluk, Dengan penampakan emanasi yang tak terhitung banyaknya, Bertindak sebagai pembimbing yang bermanfaat bagi Kechari. Di enam-puluh-empat “E-Lingkungan” kota Daka, Chandali yang sangat cantik tersenyum, Dengan tangkas, bermain, menari seperti petir Menikmati olahraga EVAM secara spontan dengan kebahagiaan. Pikiran di tengah delapan kelopak avadhuti, Bebas dari segala proyeksi, Cahaya Bening Dewi Kebahagiaan, Wanita keajaiban dari Lima Cahaya sandiwara yang indah Menampakan pertunjukan Persatuan yang tak terbayangkan! Betapa menyenangkannya, Jalan Singkat yang paling rahasia! Betapa membahagiakan, perkumpulan dari samaya suci ini! Dalam persatuan Ganachakra yang berbahagia, Hubungan ini melampaui pertemuan dan perpisahan! Saya tinggal di sana selama beberapa hari dan memberikan berkat Vajrayogini kepada sejumlah besar orang termasuk keluarga bangsawan dan biksu dari beberapa pertapaan. Saya juga memberikan jenang Avalokitesvara dan Inisiasi Umur-Panjang kepada orang lokal. Saya diundang ke Biara Tangkya, jadi saya pergi ke sana dan memberikan inisiasi besar dari TigaBelas Dewa Yamantaka bagi Sangha. Dari Lhading, atas permintaan dari Sangha Marlam Pagmo Chöde, saya pergi dan melakukan konsekrasi di wihara mereka, dll. kemudian, dengan melalui Dromtö, tiba kembali di Lhasa. Pada pusat spiritual yang disebutkan sebelumnya, saya memberikan banyak persembahan dan distribusi umum di biara-biara, sebisa saya. Saya berusia empat-puluh-empat pada tahun monyet kayu. Pada bulan empat, atas permintaan Kunling Tatsag Hotogtu Rinpoche, di aula pertemuan Kundeling, di hadapan lebih dari seribu orang, saya memberikan instruksi penjelasan Lamrim Chenmo selama satu bulan. Pada musim panas, atas dorongan Taiji Shänkawa Gyurme Sönam Tobgyä, saya memberikan inisiasi besar Guyhasamaja, Heruka Chakrasamvara dan Vajra Bhairava, termasuk hari-hari persiapan, di hadapan lebih dari tiga ribu orang, di Aula Pertemuan Lhasa Meru, selama lima hari. Hal ini dilakukan untuk mengenerasikan pahala bagi almarhum putranya, Dechen Gaway Wangchug. Pada bulan delapan, saya pergi ke permandian air panas di Tölung untuk perawatan kesehatan saya. Karena saatnya kebetulan bersamaan dengan para biksu Gyume Dratsang mengambil air di mata air 87
pada akhir musim panas di Lung, saya diundang oleh para kepala biara, lama dan pejabat ke Pusat Tantrik Yarlam, dimana saya pergi untuk mempersembahkan beberapa transmisi dan ajaran126, dan distribusi umum kepada majelis. Saya tinggal di permandian air panas selama dua minggu untuk perawatan. Saat berada di sana, saya bertemu dengan beberapa orang dari rumah dimana inkarnasi terdahulu saya dilahirkan di Tölung Ragkor dan memberikan beberapa hadiah kecil untuk mereka. Dalam perjalanan kembali dari Tölung, atas permintaan spontan Tsering Drölkar, (saudari dari keluarga Bayer yang tinggal di kediaman Mäntö), Saya memberikan instruksi pengalaman selama satu bulan mengenai gabungan teks Lamrim Nyurlam dan Jampäl Shälung termasuk Puja Bodhicitta di aula pertemuan Lhasa Shide Dratsang. Saya mempersembahkan ini ke perkumpulan sekitar 2,700 Sangha, termasuk lama, tulku, geshe dan peserta latihan dari Tiga kedudukan Biara, Universitas Tantrik Gyume dan Gyutö setiap pertapaan meditasi. Saya memberikan persembahan kepada biara lokal Chatreng Dratsang berupa empat brokat berlapis spanduk untuk pilar aula pertemuan. Bahan kain ini berdesain kulit macan dan naga besar dengan kepala spanduk berbentuk cheppu. Saya juga memberikan Kangyur lengkap dengan sampul kitab suci untuk dipersembahkan kepada keluarga Dongsum Rig-nga. Bilamana cendikiawan tidak melepaskan kebanggaan nama dan posisi untuk berbicara dengan fasih, sangatlah sulit bagi sungai kesadaran untuk mengalir ke atas puncak kebanggaan. Karena itu, pada musim dingin saya mengundang salah satu guru dari Lhasa Mäntsikang (Universitas Pengobatan), dari Tölung Yangpachen, Gelong Päldän Gyältsän, ke ruang kerja saya di lantai atas sekolah kebudayaan di Istana Potala. Bersama dengan Ganden Shartse Zemey Tulku, saya menerima berbagai ajaran dan instruksi127 darinya. Ketika saya mencoba menyelesaikan beberapa contoh ilustratif, faktor lain mengganggu kami dan beberapa hal ditinggalkan. Tahun tersebut, di bulan sepuluh, warga Lhundrub Tzong di Penpo, benteng Kändrung Chöpel Thubten terlibat pertikaian dengan penagih hutang dari Sera Jey Dratsang karena perbedaan mengenai jumlah beras yang terhutang sebagai bunganya, hasilnya beberapa penduduk tewas. Kändrung mengirim petisi kepada pemerintah atas nama Bupati yang memerintahkan enam sekretaris untuk melakukan investigasi menyeluruh. Ketika ketua kelompok sedang akan dipanggil dan diinvestigasi, waktunya bersamaan dengan Festival Doa Besar tahun burung kayu dan ujian majelis Tsemön Ling Hotogtu dimana Gyälwang Rinpoche – Dalai Lama – telah diundang untuk memimpin. Para kepala biara, pejabat, dan majelis dari Sera Jey dan Universitas-Universitas Tantrik turut hadir, Festival Doa Besar dan pelayanan teh umum, dll., ditunda selama tiga hari. Setelah penasihat pejabat pemerintah mengirimkan dekrit untuk menjelaskan siapa yang tidak bersalah dan siapa yang bersalah dalam urusan ini, Festival Doa Besar paling tidak dapat dimulai seperti biasa. Akan tetapi, ketika doa besar dan Ganachakra berakhir, putusan khusus dikeluarkan bahwa para kepala biara dari Sera Jey dan Universitas Tantrik dikeluarkan dan beberapa pejabat dan penagih bunga hutang diusir dari majelis dan diasingkan ke tempat yang jauh ke semacam kastil benteng. Hal ini mengakibatkan banyak Sangha dari Sera Jey dan Universitas Tantrik mencela Kyabgön Bupati Rinpoche dan seterusnya. Tindakan dari satu atau dua individu yang buruk mengakibatkan karma yang paling mengerikan. Pada saat itu, dan juga pada zaman Ratreng Rinpoche memecat beberapa pejabat biksu pemerintah dari kedudukan mereka, bilamana kami memulai ritual dimana ada ikatan sakral antara guru dan murid yang putus, hal ini tidak tertahankan bagi saya. Akan tetapi, berapapun nasihat pencegah yang saya berikan dengan altruisme ke manajer Tagdrag Rinpoche Tänpa Tharchin, saya tidak bisa menghentikannya. Seperti peribahasa, Tidak peduli sebanyak apapun usahamu untuk mencoba menghentikan air terjun, Kau hanya bisa berharap air akan mengalir ke arah sebaliknya! 88
Pada tahun ayam kayu ketika saya berusia empat-puluh-lima, pemerintah tertinggi memerintahkan renovasi besar-besaran atas Drepung Ganden Podrang karena sudah tua dan bobrok. Pada saat ini, sisi tua puncak barat istana dihancurkan dan dibangun kembali. Karena ruang altar terkunci dari Dewi Päldän Lhamo di dekat pintu kediaman Dalai Lama menciptakan masalah-masalah yang tak menguntungkan, dan karena beberapa orang yang membawa khatak kesana untuk dipersembahkan menjadi sakit dan tanda-tanda tidak menguntungkan lainnya, Bupati Rinpoche memerintahkan saya untuk melakukan ritual untuk memindahkan obyek yang sakral itu. Karena itu, setelah Lhasa Ganachakra berakhir, saya pergi ke Drepung bersama biksu-biksu ritual dari Namgyäl Dratsang seperti ketua lantunan dan guru dan memberikan persembahan dan perdamaian Päldän Lhamo selama beberapa hari. Malam sebelum kami pergi untuk memindahkan altarnya, saya bermimpi tentang aula pertemuan besar yang dipenuhi sampai tepi dengan stupa, banyak torma besar baru dan lama dan benda-benda lainnya sehingga tidak ada tempat untuk melangkah, saya tidak bisa mencari jalan untuk lewat! Pada saat itu, seorang wanita muda cantik datang dan, dengan ekspresi tersenyum menunjukan saya jalan untuk lewat. Saya melihatnya sebagai tanda bahwa sang dewi senang altar ini dipindahkan. Ketika kami memindahkan altar keesokan harinya, dengan Tuan Bendahara di sana sebagai wakil Dalai Lama, membuka pintu Altar Pelindung, pada awalnya tidak ada yang bisa menangani obyekobyek ini. Saya tidak memiliki kepercayaan diri mengenai pandangan atau keahlian dalam meditasi, tetapi karena saya paling tidak telah menyelesaikan pertapaan Päldän Lhamo dengan resitasi mantranya dan merasa percaya diri karena mimpi malam sebelumnya, saya mengangkat beberapa khatak dan obyek representasi dan memindahkan mereka ke kediaman Cahaya Matahari, sembari mengucapkan mantra yidam dan Dewi. Setelah itu, peserta lain dalam ritual, ketua lantunan, guru, pejabat konstruksi Känchung, Tuan Bendahara dan seterusnya membawa keluar obyek representasi dalam jumlah besar, persembahan visual, senjata dan perisai, dan seterusnya yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Setelah itu, ada dasar pendukung dari perak seukuran manusia dewasa, patung utama dari Dewi yang terdiri dari samudera darah, seekor keledai, dan latar belakang api setinggi satu tingkat, ditambah dua patung Dongchen –pemimpin – rombongan anak-anak berumur delapan tahun. Ketika patungpatung ini dibuat mereka telah membuatnya secara terpisah, sehingga tidak terlalu sulit untuk memindahkan mereka. Ketika kami memisahkan patung, keledai, dan samudera darah dan membawa mereka ke kediaman timur, saya meminta biksu Namgyäl melakukan lantunan undangan yang ekstensif dengan ritual musik.. Semua yang bertanggung-jawab untuk memindahkan – seperti diri saya, pejabat renovasi Känchung Ngawang Zöpa dan Tuan Bendahara dengan beberapa Lama, Tulku dan Geshe terbaik dari empat Dratsang Drepung – mengatur persembahan ekstensif dan torma dimana kami mempersembahkan Kangso (Ritual Pemenuhan dan Restorasi) dan Ganachakra, ketika patungnya dibawa keluar dan dipasang kembali di Kediaman. Ada satu kotak besar berisi berbagai tangka di ruang Altar Pelindung yang ketika dibuka kami menemukan tangka kuno yang merepresentasikan dewa meditasi Ra Lotsawa, Vajra Bhairava dengan kepala-kepala yang dilukis sesuai dengan instruksi Kadro Nyengyu Ra Lotsawa (Dakini Keturunan Oral) dan satu salinan yang dilukis oleh asisten tantrik Dalai Lama ke-5. Jadi yang asli dan tiruan ada di sana. Ada juga tangka yang merepresentasikan dewa meditasi Drogön Chögyäl Pagpa, Gönpo Gur (Tent Mahakala) dilukis berdiri tegak dengan dua kakinya, dan juga banyak tangka yang menggambarkan cerita-cerita luar biasa, seperti Rishi Vishnu yang dilukis oleh Zurchen Chökyi Rangdröl. Ada juga tangka yang merepresentasikan Tent Mahakala, Dewa meditasi dari guru Sakya terdahulu dan beberapa rupa Pälgön Zhäl, Wajah Mahakala Yang Mulia.
89
Di dalam kotak torma ada beberapa doa berseri dan perdamaian yang dikomposisikan oleh Dalai Lama ke-6 Tsangyang Gyatso dan dua atau tiga permohonan kepada Pelindung Lamo Tsangpa (Brahma dari Terusan) untuk ramalan dari berbagai hal sementara, bersama dengan tanggapan yang diberikan. Saya juga melihat kumpulan dari berbagai gulungan yang menarik dan luar biasa seperti beberapa karya tulis yang diberikan kepada Gesar mengenai kesadaran dalam tindakan gaya hidup. Syair yang dikomposisikan dan ditulis tangan, dengan kaligrafi yang cukup baik, memberikan kesan yang baik. Pada saat yang bersamaan dengan jalan renovasi istana, Gyälway Podrang (Istana Kemenangan) di Pertapaan Gepel juga direnovasi. Karena itu saya pergi ke Pertapaan Gepel dan melakukan konsekrasi, ritual gedung untuk memindahkan deva dan naga. Pada saat semua aktivitas ini berlangsung, saya, maupun pekerja lainnya tidak merasakan gangguan sedikitpun. Saya rasa hal ini hanya dapat dicapai dengan pengaruh tercerahkan dari Tiga Permata Tertinggi dan Pelindung. Kemudian, ketika renovasi Istana Drepung diselesaikan, saya pergi ke sana bersama biksu ritual dari Namgyäl Dratsang dan bagi rupa utama Päldän Lhamo dan obyek dasar, seperti yang telah kami lakukan sebelumnya di Pembatas Pintu Altar Pelindung di Potala, kami mengundang kehadiran-Nya dan selama tujuh hari, melakukan persembahan syukur dan Ganachakra. Walaupun sepertinya tidak ada konstruksi benang di ruangan terdahulu pelindung, yang baru sudah dipesan. Karena itu, saya menciptakan konstruksi benang yang lengkap dan melakukan ritual konstruksi benang yang ekstensif. Musim panas itu, seperti yang diminta Tse Potala Namgyäl Dratsang Kusho Tserab-lag demi almarhumah ibunya dan pahala penyandang dana, saya memberikan penjelasan pengalaman Lamrim berdasarkan gabungan teks Lamrim Nyurlam dan Jampäl Shelung. Saya mempersembahkan ajaran ini kepada lebih dari seribu orang termasuk majelis lengkap dari Namgyäl Dratsang di aula pertemuan Jarag Lingkay dimana Sangha Namgyäl Dratsang menikmati pembukaan batasan pada akhir pertapaan musim panas mereka. Pada akhirnya, pada hari Puja Bodhicitta, Lhasa Darpa Dharmapala Jowo Chingkarwa, mengundang medium oracle-Nya, memuji saya atas Ajaran Lamrim yang saya berikan. Di samping itu, dia memberikan ramalan kepada pejabat Namgyäl Dratsang bahwa, dari tahun-tahun mendatang, mereka harus mengambil tanggung-jawab untuk meminta ajaran seperti Lamrim dan instruksi mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Guyhasamaja, Heruka, dan Yamantaka, satu setelah yang lain, tanpa jeda. Pada akhir musim gugur tahun tersebut, atas permohonan Tsering Drölkar, wanita dari keluarga Bayer yang saya sebutkan sebelumnya, saya memberikan penjelasan ekstensif mengenai gabungan dari jalan mendalam Guru Puja dan Mahamudra di Lhasa Zhide Dratsang, kepada lebih dari dua ribu Sangha. Mereka sudah menerima inisiasi Yidam Guyhasamaja, Heruka dan Yamantaka, termasuk lama, tulku dan geshe dari Sera, Drepung, Universitas Tantrik Gyütö dan Gyümä. Pada musim dingin Kyabgön Bupati Rinpoche ditunjuk Gomang Gungru Gyatso Ling Tulku sebagai Tsänzhab tambahan dan dia menerima kedudukan Kände Cheka. Saya dipromosikan dan mendapat gelar Darhän satu tingkat dibawah peringkat Tzasag, Ta Lama, dan Taiji, dll. Sesuai dengan tradisi terdahulu, saya pergi menghadap Dalai Lama dan Bupati dalam kapasitas baru, dan upacara yang berjalan dengan lancar tanpa kesalahan. Ketika saya berusia empat-puluh-enam, pada tahun anjing api, pada Festival Doa Besar di Lhasa, di Kastil Meru kuno dengan mengundang Dharmaraja Nechung ke medium-nya. Dharmapala 90
mempersembahkan mandala, tiga dasar dan khatak, dan dengan ekspresi senang berkata, ‘Pada saat ini, ketika pembimbing yang tak tertandingi, ajaran berharga Putra Suddhodhana telah mengalami kemerosotan, sangatlah baik bahwa kami, Tuan, mengajar nektar Dharma yang luas dan dalam secara ekstensif kepada murid yang beruntung!” Setelah Festival Doa berakhir, Dalai Lama memulai pelajaran dialek dan penalaran, sebagai tradisi, di Taman Drepung Kungarawa (Lapangan Debat). Tetapi sebagai elaborasi lebih jauh dari persiapannya, upacara awal diadakan di kediamannya di Tse Potala Ganden Yangtse. Yang Mulia duduk di pusat sementara Bupati Tagdrag Rinpoche, Yongzin Ling Rinpoche dan saya, Gyatso Ling, dan Sera Mey Geshe Kyenrab Gyatso duduk di barisan dari kiri ke kanan. Kami meresitasi bersama Ka Nyam Ma (Sama Dengan Langit) dan Ekspresi Nama-Nama Manjushri. Karena suara Gyatso Ling dan Sera Mey Geshe-lag sangat tidak mirip, yang satu tinggi dan yang lain sangat rendah, membuat suasana sangat hiruk-pikuk, Yongzin Ling Rinpoche tertawa terbahak-bahak. Hal ini membuat Yang Mulia tertawa dan kemudian saya, juga, tidak bisa menahan tawa dan resitasinya hampir gagal! Hal ini membuat Bupati Rinpoche merengut, bahkan bila kemarahannya menakutkan, tidak mungkin tawa ini bisa ditekan dan semua yang ada di sana, termasuk pelayan, bendahara, asisten ritual dan pengurus juga mulai tertawa. Tawa tak terkendali juga merupakan tanda keberuntungan bahwa kemampuan Yang Mulia akan mencapai tahap penguasaan. Mulai saat itu, kecuali jeda pada saat kami menghadiri acara pemerintahan, kami, tiga Tsänzhab, bergantian setiap siang pergi mendiskusikan Dura128 (Kumpulan Topik) dengan Yang Mulia. Kami bisa minta ijin dalam kasus khusus ketika kami harus mengurus urusan kami, seperti memberi pelajaran dan seterusnya. Mengenai inkarnasi yang tak tertandingi, ayah tunggal tertinggi Dorjechang Pabongkapa, visi Nagshö Tagpu Rinpoche, pernyataan oracle Panglung Gyalchen Dorje Shugden dan Gadong Dharmapala, dan pemeriksaan berulang kali oleh saya sendiri, akhirnya dia ditemukan. Inkarnasinya, lahir di Ütö Drigung, dibawa ke pertapaan Tashi Chöling yang terpencil. Ketika dia naik tahta kedudukan pendahulunya, pada saat siklus bulan membesar di bulan dua, saya juga pergi secara khusus pada kesempatan tersebut dan membuat rentetan persembahan dimulai dari susunan samudera mandala murni. Pada saat bulan membesar di bulan tiga, seperti yang diminta oleh kelompok biksu yang baru ditahbiskan di Universitas Tantrik Gyume, saya mempersembahkan inisiasi besar Guyhasamaja, Heruka, dan Yamantaka selama lima hari dengan hari-hari persiapan bagi kumpulan besar Sangha di aula pertemuan Gyume Dratsang. Mereka terutama adalah biksu dari Universitas Tantrik Gyume dan Gyutö. Saya juga memberikan penjelasan transmisi Lima Puluh Bait Pengabdian Kepada Guru. Bupati Sikyong Tadrag Dorjechang mengeluarkan dekrit mengenai beberapa teks dan ritual129 yang perlu dikompilasi ulang. Saya menyelesaikan hal ini. Karena banyaknya perbedaan antara teks terdahulu yang ditulis tangan untuk Ritual Penekanan Dharmaraja Panah Vajra Arwah-Si yang dikomposisikan oleh Dragkar Ngarampa dan buku praktek kecil yang digunakan oleh Sangha di Universitas Tantrik Gyume, mereka mengirimkan petisi kepada Bupati Rinpoche untuk mengeluarkan edisi yang baru. Dia tidak memiliki waktu untuk melakukannya karena tugas-tugasnya yang lain, jadi dia memerintahkan saya untuk melakukannya. Dengan menggunakan teks umum Yamantaka dan mengandalkan bab-bab dari ajaran Dragkar Ngarampa, saya mengkompilasi Dorje Rirab Tsegpay Trulkor (Emanasi Tumpukan Roda di Gunung Vajra), ritual resitasi dari penekanan Arwah-Si. Pada awal musim panas seperti yang diminta oleh penduduk Lhasa yang tinggal di bawah pasar daging, Män Lhamo Tsering, untuk mendedikasikan kebaikan kepada almarhum Tsewang Norbu, 91
seorang praktisi dengan pentahbisan awam, saya memberikan instruksi Lamrim Nyurlam (Jalan Singkat Menuju Pencerahan) selama dua-puluh-lima hari . Ajaran ini diberikan kepada lebih dari tiga-ribu orang, dibawah tenda kanopi yang dipasang di tanah Jarag milik Namgyäl Dratsang, kepada lebih dari seribu orang yang telah menerima inisiasi besar Vajra Bhairava, saya memberikan instruksi tmendalam mengenai tahapan generasi dan penyelesaian dari yoga Tiga-Belas Dewa Yamantaka dan instruksi mengenai tiga dimensi mandala selama lima-belas hari. 130 Walaupun Namgyäl Dratsang memiliki tradisi melukis dan lukisan-pasir yang baik, mereka tidak memiliki tradisi untuk mentransmisikan instruksi mengenai konstruksi mandala tiga-dimensi. Setelah mendiskusikan situasi ini dengan Kuchar Chöpön, Känpo Lozang Samten, Lobpön Tänpa Dhargyä dan lainnya, kami melembagakan transmisi dan instruksi bagi konstruksi mandala tiga dimensi Heruka, Guyhasamaja, dan Yamantaka. Tanggung-jawab untuk menjadi guru pertama dipikul oleh Gyume Trehor Ngarampa Tsultrim Dargyä. Sekitar delapan biksu Namgyäl Dratsang – termasuk guru dan ketua lantunan – menyelesaikan pelajaran dan menciptakan mandala baru di Ganden Jangtse dan Drepung yang dibuat dengan sangat baik. Pada tahun itu, di bulan enam, saya terjangkit penyakit usus berat selama dua-puluh hari. Pada akhir dari situasi ini, saya terbawa oleh penyakit dasar air dan hampir meninggal. Karena saya dirawat oleh kepala Lembaga Astrologi dan Pengobatan Pemerintah Tibet, Känchen Kyenrab Norbu yang tertinggi, seperti Yutogpa, Raja Pengobatan, dan dokter Yang Mulia, Känchung Thubten Lhundrub. Karena pelayanan ritual dilakukan, dan tidak ada kelalaian dalam merawat kesehatan saya, saya akhirnya sembuh pada bulan sembilan pada tahun tersebut dan paling tidak dapat menghabiskan waktu di udara terbuka lagi. Pada musim dingin, atas permintaan guru ritual keluarga Trehor Zhitse Gyapon yang bernama Ngawang Dorje, salah satu dari instruktur terbaik di Sera Jey, dan saudaranya Döndrub Namgyäl, saya mulai memberikan penjelasan pengalaman Lamrim Nyurlam kepada sekitar lima-puluh orang di ruang kerja saya di Norbulingka. Setelah beberapa hari, karena ada murid Sangha dari Sera Jey diantara yang hadir, ketua pengurus Känchung Thubtän Legmön datang ke kediaman saya suatu hari dan berkata bahwa ajaran Lamrim yang saya berikan laksana metafor mengunci pencuri di rumah131, dan akan sangat baik bila saya mengambil jeda sebentar. Karena itu, saya pindah kembali ke kamar saya di Lhasa dan menyelesaikan sisa penjelasan Lamrim kepada sekitar sekitar seratus orang yang memiliki aspirasi. Ketika hal ini sampai kepada Bupati Rinpoche, walaupun dia tidak menampakan keprihatinan, pasti ini karena pikiran sempit pengurusnya yang mengantisipasi masalah. Pada tahun babi jantan ketika saya berusia empat-puluh-tujuh, ada pertikaian antara kelompok mantan Bupati Ratreng Rinpoche dan Bupati interim Tagdrag Rinpoche. Walaupun mereka tidak diragukan sebagai makhluk besar yang telah mencapai pelepasan dan kesadaran tinggi, untuk menaklukan yang dilatih sesuai dengan kebutuhan mereka, Buddha dan Bodhisattva akan menampakan emanasi ilusi yang diperlukan untuk menaklukan yang dilatih, murni atau tidak murni, bahkan setan dan raksha. Walaupun hanya ada satu realitas yang pasti, agar dapat nampak di hadapan orang awam yang dilatih, seperti yang dikatakan Pelindung Manjushri Sakya Pandita, Seseorang yang selalu berusaha memecah belah Akan berpisah bahkan dari sahabat yang stabil; Batu Besar tidak akan retak Bila mereka selalu terpukul air? Bagi Tagdrag Rinpoche ada beberapa orang seperti manajernya Tänpa Tharchin, pengurus Thubten Legmön, dan Kändrung Ngawang Namgyäl; dan bagi Ratreng Rinpoche ada adik lelakinya seperti Tzasag, Zhide Nyungnä Tulku, Sera Jey Kardo Tulku, beberapa pelayan yang mengarang perpecahan dan melalui berbagai kondisi seperti banyak petisi yang terdistorsi baik dahulu dan baru-baru ini, sepertinya pikiran para lama besar ini tidak dalam satu kapal. 92
Ritual pertama yang mereka lakukan atas nama Ratreng Rinpoche, yang, sebaliknya, membawa kehancuran bagi mereka sendiri, adalah untuk mencelakakan tubuh Bupati Tagdrag Rinpoche132. Karena hal ini, Bupati dan Kashag mengambil tindakan gabungan pada sore tanggal dua-puluh-tiga bulan dua dan, dengan Kalön Zurkangpa Wangchen Geleg, Lhalungpa Tsewang Dorje dan kontingen besar pejabat dan tentara dari Kamp Tentara Drazhi (Empat Sudut), tiba-tiba membawa Gyälzur Rinpoche ke Ratreng. Situasi ini tidak menyebar sampai hari selanjutnya, sekitar siang hari. Saya sedang berada di kamar saya di Lhasa pada saat itu jadi, Kalön dan Lama Rampawa Thubten Kunkyen mengirimkan pesan rahasia kepada saya yang menyarankan saya sebaiknya datang secepatnya ke Potala. Karena Kalön dan Lama sendiri harus tinggal di Potala selama beberapa hari, mereka berkata bahwa saya juga harus bersiap untuk tinggal di sana, dan saya pergi dengan segera. Malam itu, atas perintah Kashag, Ratreng Labrang dan Kastil Yabzhi Punkang dikunci dan disegel dan Ratreng Tzasag, Läzur dan Punkang Kazur Gung Tashi Dorje, ayah dan putra, dipanggil ke Potala. Dua pejabat dan asisten mereka diasingkan dan ditahan di penjara menara timur Potala secara bersamaan. Hari berikutnya rumah-rumah pendukung Ratreng Rinpoche termasuk Kardo Tulku, Zhide Nyungnä Tulku, dan Trehor Sadu ditutup dan dikunci. Kardo Tulku dan Sadu Gyurme juga ditahan di menara timur. Ketika Nyungnä Lama sedang akan ditahan, dia kabur diam-diam dan bunuh diri dengan pistol. Pada tanggal dua-puluh-tujuh bulan dua, Ratreng Rinpoche ditahan dan, dibawa berkeliling Istana Potala dengan arah berlawanan dari jarum jam melalui Terusan Pelpogo La, di depan Biara Sera dan tanah Tsesum, dan dibawa melalui pintu timur di bawah Potala menuju menara timur. Tentara berjumlah besar ditempatkan untuk bejaga. Agar Ratreng Rinpoche dapat diinterogasi di hadapan perkumpulan ekstensif Majelis Tibet, dia dijaga ketat di atas dan di bawah tangga Deyang di Timur Potala. Saya melihatnya dari ruang kerja saya di Potala. Untuk melihat otoritas seorang Lama besar, yang telah melakukan perjalanan dengan keindahan diiringi pelayan umum dan pribadi, sekarang menjadi subyek perselisihan dan harus menghadap pengadilan dan diadili oleh majelis setiap hari tanpa pelayan satupun, dikelilingi tentara, membuat saya tidak bahagia, tetapi semua cara untuk membantu sudah dilakukan. Malam tanggal tujuh-belas bulan tiga, kami mendengar berita bahwa Ratreng Rinpoche telah meninggal di penjara. Hari sebelumnya, majelis yang bersidang untuk memutuskan pembelaan Ratreng Rinpoche belum dapat mencapai kesepakatan, jadi saya bertanya-tanya apakah Rinpoche telah meninggal atas keinginannya sendiri, karena takut dia akan menerima hukuman berat. Saya tidak mempunyai ide lain mengenai apa yang bisa menyebabkan kematiannya yang tiba-tiba. Kemudian ada banyak desas-desus bahwa dia telah dibunuh diam-diam oleh sipir penjara yang menahannya. Saudara lelaki Ratreng Rinpoche, Tzasag dan Kardo Tulku, dirantai dan dikurung di penjara luar dan dalam di kamp militer pengawal Norbulingka dan diberikan hukuman berat seperti penjara seumur hidup oleh semua pejabat tinggi dan rendah yang berkumpul kembali. Pada awalnya, Pungkang Kazur dan Sadu Gyurme, ayah dan putra dipenjara karena kecurigaan terkait hubungan mereka dengan Ratreng Rinpoche, tetapi mereka kemudian dibersihkan dari segala tuduhan ilmu hitam dan dibebaskan dari penjara untuk melanjutkan hidup senyaman sebelumnya. Pada saat itu, hampir semua pejabat Sera Jey Dratsang tidak memiliki pengaruh atas kebijakan dan banyak anggota Dratsang seperti Tsenya Tulku berdemonstrasi di kedudukan pemerintah. Karena hal ini menyebabkan gangguan, tentara mengancam akan meruntuhkan Sera sampai rata dengan tanah. Mereka dihimbau untuk melakukan hal ini oleh Kalön Chögyäl Nyima Bawah, Magchi Tzasag Kälzang Tsultrim, Kändrung Ngawang Namgyäl, Tsipön Ngapöpa Ngawang Jigme dan Namlingpa Päljor Jigme yang pergi ke Kamp Tentara Empat Sudut. Hal ini menyebabkan Sangha Sera Jey menunjukan penghormatan sehingga, paling tidak, pertikaian tidak menyebar luas. Di Biara Ratreng, karena pelayan Labrang membunuh tujuh-belas tentara dari Kamp Tentara Empat Sudut yang dikirim untuk menyegel labrang, pemerintah mengirimkan tentara dalam jumlah sangat besar yang 93
dipimpin oleh Kälzang Tsultrim dan komandan Utara Zhakaba Losäl Döndrub. Penembakan yang mereka lakukan di kedudukan monastik dan Wihara Ratreng sangat efektif. Harta milik Ratreng Labrang yang menandingi harta Tzambhala133, disita dan dibawa oleh tentara, dan, atas keinginan pemerintah, labrang ini dimusnahkan. Memikirkan sifat kebahagiaan dan kesedihan samsarik yang tidak stabil, tak ada habisnya dan selalu berfluktuasi secepat kilat, membuat saya sangat ingin melepaskan hal-hal yang tidak beresensi dalam hidup ini dan secepatnya pergi ke pegunungan seperti rusa yang terluka untuk berendam dalam nektar tiga isolasi134 dan tinggal bersama Empat Susunan Arya, berusaha mendapatkan pencapaian penuh dalam kehidupan ini dengan melatih tubuh, perkataan, dan pikiran dalam praktek tiga isolasi secara nyata. Tetapi karena diikat kuat dengan penampakan dan keterikatan dalam kehidupan ini, saya tidak dapat memutuskan aktivitas berkesinambungan yang mengganggu diri dan menggagalkan orang lain, dan saya harus mengesampingkan hal ini. Karena situasi yang baru dideskripsikan, banyak makhluk biasa yang berpihak pada Bupati Rinpoche dan Ratreng Rinpoche menghujat dan menyangkal salah satu Lama ini. Akan tetapi, bila kamu mempertimbangkan hal ini dalam makna penampakan bagi yang dilatih dan karma kuat yang dihadapi, tidak ada kepastian bahwa makhluk biasa ini nyatanya menciptakan karma karena meninggalkan guru mereka. Kejadian yang mirip terjadi dalam hidup Arya Maudgyalyana, Arhat Charka, penguasa Tri Rälpachen, dan lainnya, dan ini adalah situasi dimana seseorang harus sangat berhati-hati untuk tidak menyalahkan atau menghakimi tindakan makhluk suci. Dan lagi, seperti yang disebutkan dalam Perkumpulan Sahabat135, Bila seseorang tidak melakukan kesalahan, Mengandalkan mereka yang bertindak mencelakakan Hal ini akan membangkitkan kecurigaan atas diri mereka Dan reputasi buruk akan menyebar. Mereka yang mengandalkan yang tidak cocok Akan disalahkan atas kesalahan ini. Seperti yang dikatakan Kyabgön Sikyong Tagdrag Dorjechang yang tertinggi, Bupati, Guru Tantrik Besar, ‘Pemutar Roda Dharma’ dari samudera mandala sakral. Mantan bupati Ratreng Rinpoche juga, bahkan pada usia muda, ketika dia tinggal di Dagpo, mengendarai kereta kayu ke batu besar dan meninggalkan cetakan kakinya di batu. Artefak-artefak dari tindakan ajaib ini dahulu disimpan di ruang altar Ratreng untuk dilihat sendiri oleh semua orang. Tanda-tanda yang ditampakan dengan jelas oleh makhluk suci, secara umum. Akan tetapi karena pahala makhluk hidup yang kurang, dan karena pelayan jahat yang disebutkan sebelumnya Tagdrag Rinpoche dan Ratreng Rinpoche dan hati mereka yang mengikutinya diracuni oleh mara, dengan tindakan buruk yang memberanikan diri untuk menghancurkan kebahagiaan dalam kehidupan ini dan yang akan datang, mereka terlibat dalam negativitas terhadap makhluk yang sangat berpengaruh dan, khususnya, terhadap Guru dan Tiga Permata. Memikirkan mengenai tindakan sempurna dari guru ini yang merupakan sahabat dari semua makhluk hidup dapat disalah-artikan di mata makhluk biasa dan terpolusi oleh pelayan yang jahat, bagi saya seperti meremehkan Sang Buddha yang, memikirkan kesejahteraan makhluk di dunia murni dan tidak murni, di banyak sutra berkata mengenai perlunya membersihkan samsara. Pada musim panas, seperti yang diminta oleh penyandang dana, keluarga Trehor Sadutsang, di tanah Jarag Linga di depan aula pertemuan utama di Namgyäl Dratsang, di hadapan lebih dari tiga ribu orang, saya menberikan penjelasan mengenai Guru Puja.
94
Hal ini dilakukan berdasarkan akar teks dan penjelasan oleh Kachen Yeshe Gyältsän. Lebih jauh lagi, berdasarkan akar penjelasan Mahamudra dari Panchen Lama Lozang Chökyi Gyältsän, saya juga berpura-pura136 untuk memberikan penjelasan ekstensif mengenai Tradisi Mahamudra Ganden. Setelah itu, saya menerima penjelasan dan transmisi dari Kumbum Minyag Rinpoche mengenai berbagai praktek sakral137. Pada musim gugur tahun itu, Yang Mulia Dalai Lama tertinggi, mengikuti tradisi, memasuki Dharma di kedudukan biara. Dan memulai pelajaran mengenai logika dan dialektis, dia pergi ke Drepung dengan upacara yang ekstensif. Saya pergi dalam rombongan dan tinggal di sebuah ruang kerja di lapangan Dharma Kungarawa. Mengikuti tradisi terdahulu, Bupati Sikyong Rinpoche juga menunjuk Tsänzhab dari tujuh dratsang tiga kedudukan biara, selain kamyang kami bertiga dia menunjuk, Loseling Gyälrong Geshe Lozang Döndän, Deyang Geshe Chöpel Gawa, Sera Jey Hardong Geshe Ngödrub Chognye, dan Ganden Jangtse Serkong Tugsä Thubten Tobjor. Pada hari upacara besar, di lapangan Kungarawa Dharma, dengan majelis yang terdiri dari pejabat pemerintah awam dan ditahbiskan, kepala biara, lama, dan tulku dari tiga kedudukan biara, setelah Dalai Lama dan Bupati Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, dan kami Tsänzhab meresitasi setiap kata Ka Nyam Ma (Pujian Enam Ornamen dan Dua Individu Tertinggi), dan Ekspresi Nama-Nama Manjushri, ‘spanduk kemenangan Dharma Pratimoksha pentahbisan ditanamkan dengan baik...’ Bupati Rinpoche mengikuti ujian yang membutuhkan penghafalan dari awal Paramita. Setelah Dalai Lama dan Tsänzhab lama dan baru melakukan resitasi bersama, Dalai Lama mengikuti ujian dengan setiap Tsänzhab mulai dari saya, mempersembahkan satu topik untuk diperdebatkan dari awal Paramita. Setelah selesai saya meresitasi kata-kata keberuntungan dan, mengikuti tradisi, perayaan ekstensif diadakan. Lalu, saya menemani prosesi tradisional bagi upacara di setiap aula pertemuan, empat Dratsang, Namgyäl Dratsang, Tashi Kangsar, dan Pertapaan Gepel. Setelah menyelesaikan upacara megah di Drepung, Dalai Lama pergi ke Kastil Marlam Nechung untuk mengundang Emanasi Raja Dharma Dorje Dragden dimana saya menyaksikan sang Dharmapala secara diam-diam menampakan dasar topeng kulit lembu, dan seterusnya di hadapan Dalai Lama. Kemudian, saya mengikuti prosesi ke Sera Tegchen Ling di gunung Pari. Saya tinggal di Dänma Kangtsän dekat sisi belakang aula pertemuan utama di Sera. Saya juga menemani Yang Mulia ketika dia pergi ke aula pertemuan utama Biara Sera, ketiga dratsang, dan Hardong Kangtsän. Pada saat perjalanan tradisional Yang Mulia ke Pertapaan Pabongka, saya melakukan perjalanan ke Pertapaan Tashi Chöling dimana saya melihat Kyabchog Dorjechang Chogtrul138 Rinpoche dan mempersembahkan inisiasi umur panjang dan beberapa transmisi Dharma kepadanya. Setelah upacara berakhir di Sera dan Yang Mulia pergi ke Potala, saya juga pergi dan tinggal di sana. Sumdän Vajradhara Gyälrong Geshe Lozang Samdrub Rinpoche mengatakan bahwa saya harus datang untuk mengkonsekrasi patung Je Tsongkhapa dan dua muridnya setinggi dua tingkat yang baru dibangun di aula pertemuan Drakang Changlochän Universitas Tantrik Gyume yang mulia di Lhasa. Bersama dengan semua Sangha dari Gyume Dratsang, saya melakukan konsekrasi ekstensif Geleg Charbeb dengan cara Guyhasamaja dengan persiapan, tubuh utama, dan bagian penyelesaian. Pada hari terakhir dari ritual ketika nama Geshe Rinpoche dan pejabat renovasi Taiji Shänkawa didaftarkan diantara penyandang dana, saya berdoa dan mengemanasikan sebanyak mungkin persembahan dalam pikiran saya, membuat persembahan dari delapan substansi keberuntungan dan seterusnya. Pada akhir musim gugur, setelah Yang Mulia pergi ke Potala, Bupati Kyabgön Sikyong Rinpoche memerintahkan teks yang ada di perpustakaan Istana Potala di lantai atas yang digunakan Dalai Lama sebelumnya harus diselesaikan dan dirincikan indeksnya karena indeks terdahulu yang dibuat oleh Sera Mey Tsawa Kangtsän Tritrul Rinpoche hanya diselesaikan secara garis besar. Dia memerintahkan bahwa saya harus mengambil alih dan menyelesaikan pekerjaan dengan bantuan 95
dari semua Geshe Tsänzhab. Saya menerima tanggung-jawab ini. Di perpustakaan atas di sisi utara di puncak istana merah ada sekitar tiga-ribu jilid kitab suci yang kami bawa keluar dan atur, bungkus dengan sampul kain dengan bantuan sekitar lima-belas biksu Namgyäl. Selama berhari-hari kami, tujuh Geshe Tsänzhab memeriksa indeks yang ada di tiga tingkat kediaman Potala, mengatur kembali halaman yang tidak urut, dan mengatur indeks baru secara hati-hati. Di antara kitab suci ada tumpukan Sutra Permata dari rumah kelahiran Jetsun Milarepa, teks yang digunakan Butön Maha Tahu dengan notasi tangannya sendiri dan kitab suci yang telah dipelajari oleh banyak cendikiawan terkenal dan berkualifikasi seperti Kädrub Norzang Gyatso, Shvalu Lochen, Chökyong Zangpo–Dharmapala Bhadra, dan seterusnya, banyak yang ditulis dan dianotasi dengan tangan mereka sendiri. Diantara koleksi teks Dalai Lama ke-5 ada beberapa yang didaftarkan sebagai praktek ‘Tawa Gila Tantrika dari Zahor.’ Saya memeriksanya dan ternyata [karya tulis ini] sangat ekstensif. Ada banyak teks yang ditulis tangan oleh Dalai Lama ke-5, beberapa dianotasi oleh tangan Desi Sangyä Gyatso, dan seterusnya. Singkatnya, ada banyak kitab suci yang mencatat katakata Buddha, Sutra, dan Tantra beserta penjelasan mengenai artinya yang ditulis oleh cendikiawan dan guru terdahulu dari semua tradisi dan sistem doktrin yang tidak memihak; Dharma dan sejarah umum, dan teks mengenai bidang pengetahuan konvensional luar, dalam, dan sebagainya. Hal ini cukup membingungkan dan tak terbayangkan. Ada banyak teks langka yang belum pernah saya lihat dan judul yang belum pernah saya dengar sebelumnya, tetapi hanya pada saat kerja keras. Tidak ada waktu untuk melihat teks-teks ini pada waktu luang. Kemudian ketika hal ini selesai, ada koleksi kitab suci lain yang sangat ekstensif di kediaman Cahaya Matahari Ganden Nangsäl di Potala dimana kami membuat indeks yang rinci. Di perpustakaan bawah, ada koleksi jilid kitab suci yang sangat besar yang seharusnya di-indeks dalam jangka waktu tertentu, tetapi kami tidak pernah sampai ke sana. Pada tahun tikus bumi, saya berusia empat-puluh-delapan. Ketika Ganachakra selesai, pada saat bulan membesar pada bulan ketiga, saya memberikan inisiasi besar Guyhasamaja, Heruka, dan Yamantaka selama lima hari termasuk hari-hari persiapan. Hal ini diminta oleh perwakilan kepala biara Universitas Tantrik Gyutö, Drepung Loseling Minyag Kyorpön Lozang Yöntän yang dilakukan di lapangan Dharma Universitas Lhasa Ramoche Gyutö, di hadapan sekitar empat-ribu orang termasuk seluruh Sangha Gyutö, saya juga mempersembahkan inisiasi besar Sang Pengasih dan mendedikasikannya sebagai akar kebaikan bagi almarhum Kashag Edrung Trätse atas permintaan Tsedrung Lozang Gyältsän. Pada saat inilah Pelindung tunggal, inkarnasi Dorjechang Pabongkapa yang tak tertandingi kebaikannnya yang pada saat itu dirujuk sebagai Chogtrul Rinpoche mulai mempraktekan Yoga Tantrik tertinggi. Di saat lain, Sangha dari Dagpo Shedrub Ling tiba dari timur untuk mempersembahkan puja umur panjang dalam rangka merayakan masuknya Yang Mulia ke Dharma di kedudukan biara. Atas permintaan pejabat biksu, saya mempersembahkan inisiasi Sang Pengasih di Zhide Dratsang di hadapan lima ratus orang, terutama terdiri dari Sangha Dagpo Dratsang. Setelah itu, demi mengenerasikan pahala bagi almarhum pelayan Käldän Tsering (Yang Mulia, saudara lelaki Kenchen Tsedrung Lozang Kälzang), saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini dan instruksi mengenai dua tahapan selama delapan hari di aula pertemuan Lhasa Tsemön Ling Dratsang. Di tahun pemerintah menyelesaikan renovasi aula pertemuan utama Ganden, saya harus membantu Bupati Sikyong Tagdrag Rinpoche untuk mengkonsekrasinya karena dia terlalu lelah untuk melakukan puja api murka dan damai. Hal ini berlangsung selama tiga hari bersama dengan biksu ritual Namgyäl. Untuk merayakan selesainya renovasi dari aula pertemuan utama saya mempersembahkan teh, sup nasi, dan distribusi persembahan umum. Setelah Bupati pergi ke Lhasa, atas permintaan Taiji Shänkawa Gyurme Sönam Tobgyäl (pejabat yang bertanggung-jawab atas pekerja renovasi aula pertemuan), saya mempersembahkan Inisiasi Umur-Panjang Je Tsongkhapa bagi Sangha di Ganden Shartse dan Jangtse dan para pekerja di lapangan Dharma di aula pertemuan 96
utama. Setiap tahun, pada bagian kedua dari sesi Dharma musim panas di Dragyerpa, Sangha dari Gyutö Dratsang belajar menggambar mandala, terutama Guyhasamaja, Heruka, dan Yamantaka, dan diperiksa oleh kepala biara, lama, dan ketua lantunan. Tetapi karena tidak ada tradisi penjelasan yang ditulis mengenai mandala tiga-dimensi selain beberapa pertanyaan yang dicatat, sangat sulit bagi mereka yang kepandaiannya kurang untuk mengerti mengenai hal ini secara tepat. Karena itu, melalui diskusi dengan kepala biara, lama, dan pejabat, kami melembagakan pelatihan tahunan mengenai konstruksi nyata mandala tiga-dimensi yang akan dilaksanakan mulai tahun tersebut tanpa jeda. Pada periode ini, di Istana Norbulingka dan Potala, bersama dengan Dalai Lama, saya menerima dari Bupati Sikyong Tagdrag Dorjechang139, semua inisiasi visi rahasia Dalai Lama ke-5. Saya berusia empat-puluh-sembilan pada tahun banteng bumi. Pada musim semi, seperti yang diminta oleh biksu baru dari Universitas Tantrik Gyume, saya memberikan inisisasi Guyhasamaja, Heruka dan Yamantaka; Jenang Ngagtu Guyhasamaja, Heruka dan Yamantaka; jenang Mahakala, Dharmaraja, Lhamo, dan Vaisravana; dan bagi sekitar seribu orang yang berkomitmen untuk meresitasi sadhana Pahlawan Terisolasi Yamantaka setiap hari, saya memberikan inisiasi Pahlawan Terisolasi Yamantaka di aula pertemuan Lhas Gyume Dratsang, kepada perkumpulan besar Sangha yang termasuk kepala biara, lama, dan biksu dari Gyutö dan Gyume, lama, tulku dan biksu dari tiga kedudukan biara. Untuk mendedikasikan pahala bagi yang meninggal dan ketidak-beruntungan dalam ‘tahun kesulitan’ saya pada usia empat-puluh-sembilan, di bulan Saga Dawa, saya mengirimkan pelayan saya, Päldän, bersama rombongan ke negara Ölka, Biara Samyä, Wihara Traduk140, Bhutan, dan tempat berziarah lainnya di selatan untuk mengumpulkan pahala dan memberikan persembahan. Pada saat ini, saya memberikan instruksi mengenai tata-bahasa dan penggunaan tanda-tanda diakritik kepada Dalai Lama. Pada bulan lima, seperti yang diminta oleh rumah tangga penduduk Lhasa Jeti Ling, Sönam Rinchen, demi mengumpulkan pahala bagi almarhum Lozang Drölma yang rendah hati, di aula pertemuan Zhide, kepada lebih dari seribu orang, terutama lama, tulku, dan Sangha dari tiga kedudukan monastik, saya mempersembahkan jenang Dewa yang dijelaskan di sadhana Rinjung Gyatsa. Ketika tinggal di istana Norbulingka pada pertapaan musim panas, pada tanggal dua-puluh-lima bulan enam, penyakit usus lama saya kambuh dan saya menderita diare berat, dan pada tanggal dua bulan tujuh, ketika semua pelayan awam dan ditahbiskan, harus menghadiri upacara pembukaan di Festival Opera Musim Panas Lhas di Norbulingka, diare saya berlangsung selama satu jam sehingga saya merasakan sakit perut yang luar biasa. Karena diare yang buruk, rasa sakit ini sangat intens sehingga saya tidak bisa bergerak dan harus berbaring di tempat saya berada, di depan ranjang saya. Panas tubuh saya menurun dan saya kehilangan kesadaran. Karena perawatan pelayan saya, Päldän, yang membakar Agar Tiga-Puluh-Lima lung– energi angin – dupa obat yang dicampur dengan tsampa, dan menghangatkan kepala dan wajah saya dengan telapak tangannya, saya selamat malam itu. Pada keesokan paginya, tetua dari Universitas Pengobatan-Astrologi Pemerintah Tibet, Ku-ngo Kyenrab Norbu dan kepala biara yang lebih muda Känchung Thubten Lhundrub datang berkunjung. Ketika mereka memeriksa saya, detak nadi saya seperti tidak memiliki kehidupan, jadi dua dokter ini bergantian datang dari Festival Opera untuk memeriksa nadi saya. Terima kasih karena perawatan mereka yang intensif, kekuatan berkat dari puja ekstensif yang kami lakukan untuk membersihkan halangan, dll., dan karena sepertinya keberuntungan saya ditopang oleh persembahan mereka yang setia dan belum habis, sakit di perut saya berkurang sedikit. Pada sore hari di bulan empat, Dalai Lama mengirimkan kepala pelayannya, Känpo Jampa Chözang, dan ketua bendahara Palha Thubten Ödän dengan tandu Yang Mulia untuk
97
saya gunakan, dan mereka membawa saya dari Norbulingka ke kamar saya di Lhasa. Setelah diare berhenti, saya butuh sekitar tiga-bulan untuk mengembalikan cairan dan kekuatan. Patung baru untuk Biara lokal Chatreng, patung Buddha Amitayus yang dibuat dari emas dan tembaga setinggi dua setengah tingkat, dan dua patung setinggi manusia, yang satu Tara Putih, dan yang lain Namgyälma, sebagian besar tubuhnya dibuat di Kham tetapi wajahnya dibuat di Lhasa untuk memastikan keindahannya. Setelah patung-patung ini selesai, saya mengatur agar permata dipakai untuk menghias mereka dan mantra dimasukan kedalamnya, dan dikirim dalam perjalanan mereka ke Kham. Atas instruksi saya, orang dari daerah Biara Chatreng juga membuat patung tiga Kaya Buddha dan membangun wihara Buddha Amitayus baru di sisi kanan aula pertemuan dratsang. Pada musim dingin, ketika saya tinggal di Potala, Dalai Lama berkata bahwa dia memerlukan substansi luar, dalam, dan rahasia yang baru141 dibuat untuk Dugri Nagpo Dharmaraja yang sangat rahasia. Karena itu, saya membungkus kembali substansi dasar ini yang telah dibungkus dengan kain dari kafan Dalai Lama terdahulu. Pada hari khusus yang ditentukan, oleh konfigurasi astrologi, kepala pemahat Päljor Gyälpo menerima inisiasi Yamantaka dan terus melakukan sadhana selama konstruksi. Memvisualisasi dirinya sebagai Dewa, dia kemudian menyiapkan substansi dasar, sesuai dengan ritual dan dengan cara yang berkualifikasi142. Segera setelah dasar yang disebutkan sebelumnya selesai, mereka digenerasikan sebagai Dewa dan dikonsekrasi, dll., sekali lagi, semuanya dilakukan dengan cara yang berkualifikasi. Dengan semua dasar kecuali tangka dikumpulkan dalam kotak mereka, kami membawa mereka ke tempat masing-masing di kediaman Dalai Lama di Narim, Potala. Pada saat obyek ini pertama kali dikumpulkan ada pukulan keras dan bunyi gemerincing di kamar saya pada malam hari yang tidak ada sebelumnya, pada hari tangka baru dipersembahkan pada Dalai Lama, kepala pelayannya, Känpo Kyenrab Tenzin tiba-tiba terkena serangan jantung; dan suatu hari ketika pergi ke kamar saya di Lhasa saya terlempar dari kuda saya. Berbagai manifestasi gangguan terjadi. Karena Dharmaraja yang sangat rahasia, penjaga ajaran Manjushri Tsongkhapa, sangatlah rahasia dan ketat, ini adalah tanda bahwa pelindung berkumpul pada saat itu. Sekali lagi, baru saja saya menyelesaikan ini, perintah untuk membuat substansi dasar untuk Lhamo Magzorma diberikan, yang kemudian saya persiapkan143. Semua ini dilakukan dengan cara yang berkualifikasi sesuai dengan presentasi Dalai Lama Gedun Gyatso mengenai Lhamo Lä Sum (Tiga Aktivitas Lhamo), karya tulis Putra mengenai Visi Rahasia Terkunci dari Dalai Lama ke-5, dan seterusnya. Setelah generasi dasar, konsekrasi dan seterusnya diselesaikan, mereka disegel dalam kotak laker hitam dengan desain murka di atasnya, dan diundang untuk tinggal di hadapan Päldän Lhamo di kamar tidur kediaman Potala. Sekitar waktu itu, bersama dengan Yang Mulia Dalai Lama, saya juga menerima inisiasi Tujuh-Belas Dewa Payung Putih dari Kyabje Yongzin Ling Rinpoche berdasarkan buku teks Läkyi Shöpa. Pada tahun macan besi, saya berusia lima-puluh. Pada musim semi, demi mendedikasikan pahala bagi almarhumah biksuni Tsamkung, Anni Puntsog, saya diminta oleh pengikutnya untuk memberikan beberapa inisiasi kepada lebih dari seratus aspiran di biara wanita Lhasa Tsamkung. Saya memberi, secara bergantian, inisiasi besar Gandhapa Lima-Dewa Heruka dan Gandhapa Tubuh Mandala, penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Gandhapa Tubuh Mandala, Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini dan instruksi mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Vajrayogini. Atas permintaan kepala biara Sera Jey, Trehor Thubten Samten, di pertapaan musim panas Sera, di aula pertemuan Sera Jey Känyän Dratsang, bagi hampir semua Sangha Sera Jey, Mey, dan Universitas Tantrik, dan juga banyak biksu yang melakukan perjalan setiap hari dari Lhasa dan Drepung untuk menghadiri sesi ajaran, di hadapan hampir lima-ribu orang, saya memberikan instruksi pengalaman 98
Lamrim berdasarkan gabungan tiga kitab suci Delam, Nyurlam, dan Jampel Shälung, instruksi mengenai Tujuh Poin Pelatihan Pikiran, dan instruksi mengenai Enam Sesi Guru Yoga selama sebulan lebih. Di tengah samudera guru yang tercerahkan dan kitab suci yang banyak, ajaran yang saya berikan seperti ringkikan keledai yang memakai kulit macan tutul! Diantara yang hadir saat itu ada Drepung Loseling Geshe Yeshe Lodän, salah satu cendikiawan terbaik dari tiga kedudukan biara, yang datang ke kediaman saya, satu hari setelah sesi ajaran Lamrim selesai, dan mengekspresikan rasa senangnya mengenai cara saya mengajar tanpa kata-kata yang terdengar tinggi tetapi berdasarkan pengalaman langsung. Walaupun saya tidak mempunyai praktek sedikitpun untuk diandalkan, dan saya hanya bertindak sebagai pembawa pesan, mengulang, dan meniru kata-kata Ayah Guru yang tak tertandingi, dia nampak tidak terpuaskan dengan ajaran Dharma ini yang menjelaskan seribu rasa makna. Pada awal musim panas tahun tersebut, di selatan Lhasa setinggi Gunung Bumpa-Ri, pertanda buruk dari komet nampak di langit selama sebulan. Dan juga, ketika sesi ajaran Lamrim di Sera suatu sore ketika hari sudah gelap, dari arah Kamp Tentara Empat Sudut di selatan Sera, kami tiba-tiba mendengar suara seperti banyak senjata ditembakan. Segera setelah hentakan gempa bumi dan hiasan gangeria di atap Sera Jey Dratsang dan lonceng spanduk kemenangan berbunyi sendiri. Karena saya tinggal di lantai atas gedung dratsang, awalnya saya merasa takut, tetapi ketika saya memikirkan dengan hati-hati, saya merasa percaya diri bahwa dalam prinsip karma seseorang tidak akan pernah bertemu dengan konsekwensi tindakan yang tidak dilakukan dengan orang tersebut. Ada banyak suara senjata ditembakan dari langit dan gempa bumi diseluruh Tibet pada saat bersamaan. Hal ini nampak seperti pertanda buruk bahwa nafas beracun Tentara Merah barbar Tiongkok sedang mendekat. Trehor Beri Getag Tulku Rinpoche pergi ke Chamdo untuk mencoba mencegah kehancuran Tibet dari rencana jahat dan licik komunis Tiongkok dan, tanpa maksud tersembunyi, pergi ke tempat dimana diskusi dilaksanakan antara Tibet dan Tiongkok. Getag Rinpoche telah menerima banyak ajaran Sutra dan Tantra dari bupati Sikyong Tagdrag Rinpoche. Dia juga memiliki hubungan guru-murid yang panjang dengan saya dan selalu menunjukan keyakinan dan kesetiaan yang tulus. Dia selalu bertindak dengan maksud altruisme memberikan kemampuan terbaiknya dan tidak ada kecurigaan sedikitpun mengenai kesalahan dari dirinya. Akan tetapi, seperti kesulitan bagi kami semua secara umum, melalui tindakan beberapa orang yang melihat setan ketika melihat bayangan, pemerintah kami sendiri menahan Getag Tulku karena kecurigaan, dan dia akhirnya meninggal di Chamdo, desas-desusnya karena diracuni atau sebab lain. Saya menyesal karena tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dia lagi, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan mengenai hal ini. Pada tanggal delapan bulan sembilan, Tentara Merah Komunis Tiongkok tiba-tiba datang di Chamdo dan Tentara Tibet tidak dapat bertahan lama dan kalah. Situasi menjadi lebih putus-asa ketika Gubernur Kham, Kalön Ngapö Ngolä, komandannya, dan massa dalam jumlah besar diambil dari Biara Drugu di Chamdo oleh Tentara Merah Tiongkok, dipenjarakan dan karena itu, dua Kyabgön Chöyön – Guru Ritual, Kashag, dan sekretaris pergi bersama untuk mengundang Dharmaraja Nechung di Norbulingka kediaman Cahaya Matahari Berputar dan juga Gadong Dharmapala Shingjachän. Gadong Dharmapala, setelah melakukan sujud penuh di hadapan Dalai Lama berkata, ‘Waktunya sudah tiba bagi Dalai Lama untuk mengambil-alih tanggung-jawab urusan politik di Tibet!’ Sekali lagi, Nechung mendekritkan hal yang sama. Karena itu, Kashag, Sekretaris, dan Majelis pemerintah Tibet berunding dan dengan suara bulat meminta Yang Mulia Dalai Lama untuk mengambil kendali atas urusan politik dan spiritual di Tibet dan beliau menerimanya. Pada tanggal tujuh bulan sepuluh, , Kyabgön Sikyong Tagdrag Rinpoche mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Bupati dan pada tanggal delapan dengan perayaan besar di aula pertemuan utama Sizhi Puntsog di Istana Potala, roda emas, simbol dua-lipatan kekuasaan politik dan spiritual di Tibet, dipersembahkan kepada Yang Mulia dan upacara naik tahta 99
dilaksanakan. Hari itu, dengan pikiran luas, dia memberikan pengampunan bagi semua tahanan yang di seluruh Tibet, termasuk Ratreng Tzasag, Kardo Tulku, Tsenya Tulku dan Kalön Kashöpa. Segera setelah itu, Tentara Merah Tiongkok menjadi semakin agresif, Yang Mulia menunjuk Kuchar Känche Lozang Tashi dan Tsipön Dekarwa Tsewang Rabten sebagai Bupati Substitusi Ganda. Pada tanggal sepuluh bulan sebelas, Yang Mulia Dalai Lama, Sizur Tagdrag Dorjechang, Yongzin Ling Rinpoche, para menteri, sekretaris, semua pelayan Yang Mulia dan rombongannya, secara diamdiam meninggalkan Potala dalam kelompok terpisah-pisah melalui Norbulingka dan sampai di perbatasan Domo. Saya pergi dengan rombongan kecil yang terdiri dari Lhabu, Päldän, dan Gyume Ngag-ram Trehor Tsultrim Dargyä. Kami meninggalkan Lhasa pada pagi hari dan tinggal di kediaman di Nyetang Tashigang. Di wihara Tara Nyetang, kami melihat obyek sakral seperti rupa Tara berbicara yang diandalkan oleh Tuan Atisha untuk meditasinya dan ‘Stupa Tak Terpisahkan’144 Suvarnadvipa. Pada hari selanjutnya, kami melakukan perjalanan melewati Jang bawah, 145Sangha dari tiga kedudukan biara yang menghadiri sesi musim dingin mendengar desas-desus bahwa Dalai Lama dan rombongannya melakukan perjalanan melewati tempat tersebut, dan ada kumpulan Sangha yang menunggu di jalan. Tetapi karena Yang Mulia memakai pakaian biasa dia lewat tanpa ada yang menyadari. Ketika Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya tiba di sana banyak biksu yang mengerubuti kami dan melemparkan persembahan khatak dan uang dari kanan dan kiri, menangis, menghambat kuda-kuda kami dan mencoba menghentikan kami sehingga sulit bagi kami untuk lewat. Kami mengatakan bahwa kami akan bertemu mereka lagi dalam waktu dekat dan untuk meredakan kekhawatiran mereka. Karena kami meninggalkan banyak uang yang dilemparkan oleh biksu di tempat jatuhnya, orang desa yang tinggal di sekitar jalan tersebut pasti mendapatkan sedikit ‘uang kesadaran’! Malam itu, kami tinggal di rumah sebuah keluarga di desa Chushul tetapi karena banyak biksu dari tiga kedudukan monastik menyesaki kami di sana, kami pergi lagi ke tempat pertemuan. Setelah turun dari feri Chagsam, kami bertemu dengan tetua tradisi Mahasiddha Tongtang Gyälpo di pertapaan Chuwo Ri. Kemudian perlahan, melalui terusan Gampa, Yardrog, Karola, Ralung, Gyältse, dan Pagri, dll., kami sampai di Domo bawah. Yang Mulia tinggal di kamar menteri Chubi Domo sementara rombongan saya dan saya , ibu Dalai Lama, Tagtser Rinpoche, dan lainnya dari rombongan Dalai Lama tinggal di lantai atas gedung Chubi Dratsang dimana setiap orang diberikan tempat untuk tidur. Selama periode itu, Yang Mulia dan rombongannya sementara tinggal di Domo karena pertimbangan situasi luar dan dalam, dimana dia melakukan diskusi damai dengan Komunis Tiongkok. Karena tindakan untuk mencari dukungan dari negara lain, saya mengirimkan Päldän bersama pedagang Lozang Yeshe sebagai temannya untuk berziarah ke India dan Nepal karena dia tidak pernah pergi berziarah ke tempat-tempat sakral. Karena saya menitipkan beberapa benda untuk dipersembahkan di tempat sakral, saya mempunyai kesempatan untuk membuat persembahan yang ekstensif. Saya sendiri, Lhabu, Gyume Trehor Chabril Tsultrim Dhargyä, dan lainnya tinggal di tempat kami semula. Ketika saya berulang-tahun kelima-puluh-satu di Losar, pada tahun kancil besi, Yang Mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche, saya sendiri dan pelayan biksu dari Namgyäl Dratsang mempersembahkan torma berkala kepada Päldän Lhamo, sementara pembantu Pemerintah yang ada di sana seperti Kalön– menteri-menteri melakukan perayaan tahun baru sederhana di kamar tidur utama Domo, setelah itu saya bertemu dengan mantan bupati Kyabgön Tagdrag Dorjechang di tempat tinggalnya di Domä Jema. Tiga hari setelah perayaan tahun baru, saya menemani Yang Mulia melakukan ziarah ke Biara Domo Kagyu dan menghabiskan dua hari di sana. Yang Mulia dan rombongannya kemudian pindah ke 100
Biara Dungkar (Kulit Kerang Putih) di Domo atas. Kami juga pergi untuk tinggal di tempat biksu di Dungkar Dratsang, di kediaman Ngawang Tsöndru dari Böntsang Dratsang. Yang Mulia, di samping mempertahankan saya dalam tingkatan Tsänzhab Darhän, merasa tidak pantas bagi saya untuk duduk di posisi baris di belakang menteri pemerintah awam dan mempromosikan saya ke tingkatan kepala barisan menteri dimana saya mempersembahkan khatak dan mengadakan pertemuan pertama yang bersifat simbolis dalam kapasitas baru. Diminta oleh Katsab Lama Tashi Lingpa Wangchug demi mengumpulkan pahala bagi saudara lelakinya Chagtzö, saya memberikan penjelasan mengenai Jalan Singkat Lamrim selama lima-belas hari dan puja bodhicitta pada akhirnya bersama tiga ratus pendengar di dalam dan di luar aula pertemuan Pertapaan Tashi Chöling, bagian dari Domo Atas, Biara Dungkar hadir. Sejak zaman almarhum kakeknya, keluarga Tupa Dönyö dari Galingang Bonpo Domo atas dan saya mempunyai hubungan yang kuat begitu juga dengan keturunannya sebagai murid dan pendukung, jadi, saya menerima undangan mereka untuk datang dan melakukan Yangdrub di rumah mereka dan memberikan inisiasi umur panjang dan ajaran lainnya. Saya tinggal selama beberapa hari. Saya juga mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan Domo Geshe Rinpoche Ngawang Kelzang terdahulu, seorang makhluk luar biasa yang sangat terkenal; dan memiliki hubungan guru-murid terdahulu dengan Sangha dari Biara Dungkar. Karena itu, saya memberikan distribusi persembahan dan juga memberikan empat spanduk yang dibuat dengan hiasan bordir berbentuk kepala kucing untuk dipersembahkan sebagai hiasan empat pilar tinggi di aula pertemuan. Pada tanggal delapan bulan tiga, sesuai dengan tradisi, upacara Torma sederhana selama delapan hari dilaksanakan, saya meminta pelayan saya Palden untuk bertemu dengan Pejabat Tsekor yang baru. Sementara Yang Mulia Dalai Lama melakukan pendekatan pertapaan akar mantra Pahlawan Terisolasi Yamantaka, pendekatan pertapaan sistem Pälmo, Sang Pengasih, dan Dharmaraja dalam, saya membantu ritualnya. Perwakilan dari Pemerintah Tibet yang dikirim ke Tiongkok, termasuk Kalön Ngapö Ngawang Jigme, Kemä Tzasag Sönam Wangdö, Kändrung Thubten Tändar, dan Känchung Thubten Legmön, dipaksa menanda-tangani Persetujuan Tujuh-Belas Poin, dimana setelah itu Ngapö dan beberapa perwakilan lain kembali ke Tibet melalui Kham sementara Tzasag Kemä dan Kändrung Thubten Tendar kembali melalui Hong Kong dan India dan melalui Domo pada saat bersamaan dengan perwakilan Komunis Tiongkok dikirim ke Tibet, Trangchin U dan Alo Butrang tiba di Domo. Dalam pertemuan dengan Yang Mulia Dalai Lama, dengan kata-kata manis yang licin, mereka berbicara tentang membangun negara melalui ‘pembebasan damai’ dan ‘memberikan kebahagiaan bagi khalayak umum’ dan bersikeras bahwa Yang Mulia dan rombongannya harus kembali ke ibu kota Lhasa secepatnya. Dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, diputuskan bahwa kami harus kembali jadi, pada awal bulan lima, kami meninggalkan Domo dan melakukan perjalanan melalui Pagri, Gyältse, Nakartse, Yardrog, Samding, Biara Taglung, Päldi, Nyasog, Zä Chökor, Yangtse, Nyetang Ratö, pertapaan Tagdrag, dan seterusnya, dimana pengawal pemerintah mendirikan tenda bulu sapi di tanah. Lalu kami pergi melalui Kyitsäl Luding dimana pengawal pemerintah membawa kami dengan perayaan besar ke Istana Norbulingka Kälzang, melakukan perjalanan dengan urutan yang tidak pasti, tergantung dari situasi. Sepanjang perjalanan, atas harapan Sangha dari Biara Nyingma di Gyältse, Gyältse Dratsang lokal, dan Sangha Chökor Yangtse, saya memberikan instruksi, kerangka saja, dan membangun hubungan Dharma dengan masing-masing. Mantan bupati Kyabgön Tagdrag Dorjechang telah meninggalkan Domo mendahului kami dan saya pergi untuk memberikan hormat saya padanya ketika beliau sedang tinggal di pertapaan Tagdrag. Segera setelah kami tiba di Lhasa, pembuat perhiasan Kälzang dan putrinya biksuni, Anni Ngawang Chötzin, yang merupakan penghuni di rumah Drepung Gomang yang baru, mengundang kami untuk 101
datang dan, pada saat yang sama, melembagakan praktek Inisiasi-Diri Vajrayogini di biara wanita Gunung Nechung. Karena itu, saya pergi ke Gunung Nechung dan memberi biksuni inisiasi LimaDewa Gandhapa Heruka dan berkat Inisiasi Empat Sindhura Vajrayogini. Saya tinggal di sana selama beberapa hari. Menerima undangan anggota keluarga Samling yang ditahbiskan dari Bombor Kangtsän, Biara Sera di Marlam, saya pergi kesana dan memberikan distribusi di perkumpulan keluarga dan membuat persembahan sebagai dana modal untuk membiayai perayaan tahunan pada akhir pertapaan musim panas. Kemudian, atas undangan khusus dari Ganden Para Chogtrul Rinpoche, saya pergi ke Ganden. Selama tiga hari, di Para Kangtsän, saya memberikan inisiasi Guyhasamaja dengan hari persiapan, untuk kumpulan besar kepala biara, lama, dan Sangha dari Ganden Jangtse dan Shartse Dratsang. Di Biara Chatreng Samling, patung Manjushri Tsongkhapa setinggi dua tingkat dan patung Gyältsabje dan Kädrubje seukuran manusia dikonstruksikan dengan sepuhan emas. Tubuhnya dibuat di Kham, saya mengirim wajah dari tiga patung, yang telah dibuat khusus di Lhasa, bersama dengan mantra persembahan ke Kham. Setelah itu, biara lokal mengkonstruksikan tubuh utama dari patung dan wihara Tsongkhapa baru sesuai instruksi saya. Pada tahun naga air, saya berusia lima-puluh-dua. Pada bulan tiga, Yang Mulia Dalai Lama menerima inisiasi besar Kalachakra di aula pertemuan Istana Potala dari Yongzin Lingtrul Dorjechang, pada saat yang sama dengan syukur saya juga menerima [inisiasi] ini lagi. Sejak tanggal sepuluh bulan empat, selama sembilan hari, atas permintaan Dawa Dhargye dari Kundeling Labrang, di wWihara Shide, Lhasa, untuk kumpulan besar aspiran, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini, jenang mantra Ngag-tu dengan instruksi tahapan generasi dan penyelesaian sesuai dengan tradisi guru mantra rahasia. Pada periode ini, atas harapan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, saya memberikan dia inisiasi, termasuk hari persiapan, Enam-Puluh-Dua Dewa Luipa Heruka Chakrasamvara. Atas dorongan Tsering Drolkar dari keluarga Chambayer di Män atas, sejak tanggal sepuluh bulan lima, di aula pertemuan Shide, kepada hampir seribu pendengar, terutama terdiri dari Sangha, lama, tulku, dan geshe, saya memberikan inisiasi besar sistem Gandhapa luar Lima-Dewa Heruka Chakrasamvara, inisiasi besar Tubuh Mandala Heruka, instruksi praktek dua tahapan Tubuh Mandala Gandhapa, dan penjelasan pengalaman dari Enam Yoga Naropa. Saya mengajar selama dua-puluh hari. Ketika pertapaan musim panas berakhir di Norbulingka, saya pergi demi kesehatan saya ke permandian air panas Tölung. Seperti tradisi mereka di akhir musim panas, Mägyu Dratsang di negara Yarlam Chumig tinggal di sana selama tiga hari pada awal sesi Dharma mereka, jadi saya mempersembahkan distribusi. Praktisi Tantrik mulai melatih lantunan dan, atas undangan mereka, saya membuat kunjungan singkat ke setiap kangtsän. Di ruang tahta, saya juga melihat pondok kecil dimana lama seperti Kunkyen Jamyang Zhäba dan Longdöl Lama Rinpoche tinggal. Kemudian saya tinggal di permandian air panas selama dua minggu untuk kesehatan saya. Pada saat itu Instruktur Pemerintah Tibet dalam bidang Pengobatan dan Astrologi, Känchen Kyenrab Norbu, dan Gongkar Tulku Chögön Rinpoche dari sistem Bhutan Biara Dechen Chökor dan rombongannya juga tiba bersama dua hari kemudian, keduanya adalah kenalan dekat dengan siapa saya mempunyai samaya murni. Chögön Rinpoche sangat ahli dalam Dharma dan politik dan banyak berbicara dan kepala biara Universitas Pengobatan juga sangat terpelajar dalam sepuluh bidang pengetahuan dan berbicara mengenai kitab suci dan menceritakan masa lalu, dll., jadi waktu kami digunakan untuk berbincang santai di permandian air panas dan menghabiskan saat menyenangkan tanpa menyadari waktu yang berlalu! 102
Setelah perawatan permandian air panas, atas undangan Tölung Dingka Rinpoche, saya pergi ke Biara Dingka dan memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini dan atas undangan Biara Chusang, kedudukan murid langsung Tsongkhapa Dromtsön Sherjung Lodrö, saya memberikan inisiasi besar seperti Tiga-Belas Dewa Yamantaka dan Kunrig bagi Sangha. Kemudian saya kembali ke Lhasa. Pada saat ini, dalam perbincangan subyek terkait, Yang Mulia berkata bahwa saya harus memesan tangka yang berkualifikasi untuk mendukung meditasinya dengan rupa Pahlawan Terisolasi Yamantaka, Lima Raja, dan Lima Keluarga Gyalchen Dorje Shugden. Karena ketua pelukis Päljor Gyälpo telah menerima inisiasi Yamantaka, saya rasa ini cukup dan memberikan dia Inisiasi Kehidupan Lima Raja. Lalu, saya menggenerasikan pelukis sebagai Dewa, memberkati bahan-bahan, peralatan, dan seterusnya. Seperti yang dijelaskan dari masing-masing tantra dan kitab suci seperti Beu Bum – Kompendium Kecil, setiap kanvas harus disiapkan, suku kata mantra diatur, di belakang tangka Lima Raja dan Dorje Shugden roda mantra kehidupan, doa aspirasional ditulis, dan seterusnya, diselesaikan dan dikonsekrasi pada saat ketika delapan kekuatan arwah bergerak, setiap hal dari awal sampai akhir diselesaikan dengan seharusnya. Pada tahun ular air, ketika saya berusia lima-puluh-tiga, seperti yang diminta oleh Metra Chötzä Gyatrug, di aula pertemuan Meru, saya memberikan inisiasi Lima-Dewa Gandhapa Heruka dan TigaBelas Dewa Yamantaka termasuk hari-hari persiapan bersama lebih dari seribu orang. Pada sesi musim panas, sehubungan dengan proyek konstruksi untuk memperbesar sisi utara Kantor percetakan Kagyur di bagian bawah Istana Potala, di dalam wihara baru, Yang Mulia Dalai Lama berharap untuk memiliki patung-patung setinggi tiga-tingkat, satu Yamantaka, satu Kalachakra, dan yang terakhir Dewi Kurukulla. Saya memberi instruksi pada pekerja seni mengenai semua yang harus dilaksanakan dari awal sampai akhir, menggenerasikannya sebagai Dewa, memeriksa bentuk dan ukuran, dan mempersembahkan mantra di dalamnya ketika mereka selesai. Pada upacara konsekrasi ekstensif selama tiga hari ketika mereka selesai, Yang Mulia Dalai Lama datang dan melemparkan bunga konsekrasi. Pada saat Gutor146 dari Biara Chatreng Sampel Ling memberikan upacara Proyektil-Pelemparan Pentahtahan saya telah membuat dan mengirimkan tampilan patungnya, terutama, Dharmaraja, Yab-Yum, Je Rinpoche, Yamantaka, Trinle Gyälpo, dan Dorje Shugden setinggi tiga setengah tingkat, dengan bahan kain berkualitas tergantung pada tubuhnya. Pada musim gugur, seperti yang diminta oleh Drepung Gomang Gungru Geshe Yeshe Gyatso, di aula pertemuan Tashi Gomang Dratsang, di hadapan hampir empat-ribu orang, terutama Sangha seperti kepala biara, pejabat, lama, dan tulku dari tiga kedudukan biara, Sera, Drepung, dan Ganden, saya memberikan penjelasan Lamrim selama tiga hari berdasarkan teks gabungan Delam (Jalan Kebahagiaan), Nyurlam (Jalan Singkat), dan Jampäl Shälung (Kata-Kata Manjushri). Seperti burung kakak tua mengatakan Manis saya memberikan penjelasan di tengah samudera cendikiawan yang pandai. Ini adalah pertama kalinya inkarnasi Dorjechang Pabongkapa refuge tunggal, Chogtrul Rinpoche, mendengarkan ajaran Lamrim. Diminta oleh Ön Gyälsä Chogtrul Rinpoche, saya juga memberikan jenang sistem Mati Manjushri Putih. Pada awal bulan sepuluh, perwakilan dari Kashag dan Sekretris Kalön Zurkangpa Wangchen Geleg dan Kändrung Chöpel Thubten datang ke tempat tinggal saya di Norbulingka. Dia memuji Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya mengenai bagaimana kontribusi kami terhadap majunya pelajaran Yang Mulia Dalai Lama, mereka mengatakan bahwa sebagai syukur Yang Mulia telah mengambil pentahbisan penuh pada tahun berikutnya, Yongzin Ling Rinpoche akan dipromosikan ke status Guru Senior sementara saya akan mengambil tanggung-jawab Guru Junior. Kashag dan semua pejabat pemerintah telah mengusulkan hal ini kepada Yang Mulia Dalai Lama, Yang Mulia telah menyetujuinya, dan jadi sudah dikonfirmasi. Upacara pertemuan pertama akan dilaksanakan sesegera mungkin. Mereka mempersembahkan mandala, tiga dasar dan Khatak dengan cara seperti 103
mengatakan bahwa saya harus memberikan Yang Mulia Dalai Lama semua inisiasi, transmisi, dan instruksi yang dalam mengenai Sutra dan Tantra, seperti mengisi vas. Mereka meminta ini dengan mendesak, karena itu seperti yang dikatakan di Abhisamayalankara (Hiasan Kesadaran), Menjaga pikiran bebas dari putus asa dan sebagainya, Menyebabkan tidak adanya identitas, dan seterusnya, ditampakan Sementara membuang apa yang mencelakakan, berlawanan dari hal ini, Dalam semua waktu dan situasi, adalah Yongzin – Sang Guru. Walaupun saya tidak mempunyai sehelaipun nafas kualitas seorang Guru luar dan dalam, tanpa malu-malu, anjing tua ini mempunyai keberanian untuk memasuki tingkatan singa, dan saya menerimanya. Tanpa menunggu lama, pada saat khatak perintah simbolis dan upacara pertemuan pertama diadakan., saya memberikan seribu kelipatan persembahan pada patung Tuan Shakyamuni dan obyek suci lainnya di Lhasa Trulpay Tsuglakang – Wihara Emanasi, Wihara Ramoche yang disegel, dan Wihara Arya di Potala, setelah itu, saya pergi ke Istana Norbulingka dan, di kediaman Jangchub Gakyil – Putaran Kebahagiaan Pencerahan – di lantai atas, saya pertama-tama bersujud pada Yang Mulia Dalai Lama dan mempersembahkan mandala, tiga dasar, dan khatak. Yang Mulia memberi saya tiga dasar, khatak dan patung perunggu Yang Mulia Manjushri yang diberkati. Memanggilnya untuk mendekat, saya memberikan penjelasan persiapan singkat mulai dari manfaat dari mengenerasikan bodhicitta dan transmisi akar teks Lima-Puluh Bait Pengabdian Pada Guru. Kemudian, di ruang pertemuan Cahaya Matahari yang terang, pemerintah mengatur perayaan keberuntungan pertama dimana saya membungkuk kepada Yang Mulia Dalai Lama, pemimpin dari samsara dan nirvana, seperti kemuliaan sejuta matahari di tahta singa yang tak mengenal takut, membara dengan keindahan yang mengiluminasi semua hal, dan memberikan persembahan pertemuan pertama berupa tiga dasar. Pemerintah juga memberi saya penghargaan tinggi setelahnya, sesuai kebiasaan, saya menerima khatak ucapan selamat dari Kalön – para Menteri dan pelayan Yang Mulia, mulai dari kepala pelayan dan kepala biara sampai ke sekretaris awam dan ditahbiskan dan pejabat lainnya. Setelah acara ini selesai di Norbulingka, saya melihat barisan panjang hadiah dan orang-orang di pintu kamar saya di Lhasa, besar dan kecil, dengan siapa saya memiliki hubungan Dharma dan fisik – mulai dari pekerja pemerintah dari semua tingkatan, dari majelis pemerintah dari tiga kedudukan biara, dratsang dan labrang. Ini adalah tahun pertama Dragyab Chetsang Hotogtu Rinpoche tiba di Lhasa. Ketika akan bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama di Potala, dia mampir mengunjungi saya di kamar saya. Pada sesi musim dingin Yang Mulia Dalai Lama melakukan pertapaan ekstensif mengenai mandala pikiran Sri Kalachakra, dimana saya pergi membantu, menyelesaikan lärung (aktivitas memberi kualifikasi) pendekatan pertapaan, dan puja api untuk mengisi kekurangan. Pada tahun kuda kayu ketika saya berusia lima-puluh-empat, pada waktu perayaan tahun baru mengenai Buddha melakukan keajaiban di Shravasti, Kyabgön Chenpo Chog – Pelindung Refuge Tertinggi – Yang Mulia Dalai Lama ke-14, telah memutuskan untuk menerima sumpah pentahbisan penuh di Lhasa Trulpay Tsuglakang. Sebelum itu, Dragyab Chetsang Hotogtu Rinpoche juga mengundang saya ke majelis Festival Doa Besar di Lhasa. Setelah aktivitas tahun baru selesai dia pergi, dengan upacara besar sesuai tradisi dari Istana Potala ke kediaman Ganden Yangtse di atas Labrang lantai teratas Lhasa Trulpay Tsuglakang. Saya juga tinggal di kamar di atas Labrang. Pada hari bulan purnama di bulan pertama, Yang Mulia Dalai Lama, yang Tertinggi, melakukan tindakan tambahan di hadapan Jowo Shakyamuni Budda, bersama dengan Kyabje Yongzin Sharpa Chöje Lingtrul Rinpoche yang bertindak sebagai Känlob Dragma (Gabungan Kepala Biara dan Pembimbing), Ganden Tri Rinpoche Sera Jey Thubten Kunga yang sekarang bertindak sebagai Dü 104
Gowa (Instruktur Waktu), saya sendiri bertindak sebagai Sangte Tönpay Lobpön (Pembimbing Penampakan-Rahasia), mantan Ganden Tripa Drepung Loseling Minyag Tashi Tongdü Rinpoche, Jangtse Chöje, Tsänzhab, dan seterusnya. Di tengah kumpulan sepuluh biksu, Yang Mulia menerima labdom (aturan dan sumpah) seorang biksu yang mengandung dasar dari semua pelatihan, dengan murni dan sempurna, tanpa kesalahan dalam ritual, mengkultivasi tindakan besar yang akan menaikannya ke tahta mahkota permata dari mereka yang memegang vinaya. Ketika saya menanyakan pertanyaan Pembimbing PembukaRahasia, sangat menakutkan untuk bertanya pada Dalai Lama, Tuan Spiritual dan Sementara di seluruh Tibet, ‘Apakah kamu bukan seorang Thirtika? Apakah kamu bukan seorang bandit atau pencuri? Apakah kamu membunuh ayahmu?’ dan seterusnya, tetapi karena praktek sesuai Vinaya adalah yang diinginkan, saya mengumpulkan tekad dan menanyakan pertanyaan tersebut. Hari itu, sehubungan dengan perayaan besar yang dipersiapkan pemerintah yang sampai ke tepi lapangan Trulpay Tsuglakang, karena saat itu adalah giliran saya untuk memberikan penjelasan mengenai persembahan mandala, saya memberikan penjelasan yang ekstensif mulai dari kualitas baik tubuh, perkataan, pikiran, dan aktivitas Yang Mulia Dalai Lama, cara Pratimoksha dahulu dan kemudian sampai ke Tibet, fakta bahwa vinaya adalah akar dari Ajaran dan melayani Ajaran dan Guru, dan seterusnya. Kemudian, mulai hari selanjutnya saya diminta untuk memberikan penjelasan mandala pada setiap perayaan tradisional oleh Lhade Mide (dewan umum pejabat awam pemerintah dan labrang, sekretaris awam dan ditahbiskan), Tashi Lhunpo Labrang dan seterusnya. Setelah Ganachakra selesai, Cham Lozang Päldrön meminta saya untuk memberikan inisiasi, untuk mendedikasikan pahala pada almarhum Zhichab Pälwa di aula pertemuan Lhasa Meru, kepada sekitar empat ratus aspiran yang diketuai oleh banyak lama dan tulku seperti Kyabchog Pabongka Chogtrul Rinpoche, Dragyab Hotogtu Rinpoche, dan Domo Geshe Chogtrul Rinpoche. Saya mempersembahkan Inisiasi Berkat Empat Mandala Vajrayogini Sindhura dan instruksi pengalaman mengenai dua tahapan berdasarkan gabungan teks penjelasan instruksi Anak Tangga Safir Yang Mencair147 dan instruksi Jalan Pintas untuk Mencapai Kechara oleh Zhwalu Känchen. Setelah itu, atas permintaan kepala biara, guru dan pejabat yang kebetulan bertepatan dengan Dagpo Shädrub Ling Sangha pergi untuk menunjukan rasa syukur mereka kepada Yang Mulia Dalai Lama, di aula pertemuan Ewam di lantai atas Wihara Lhasa, bagi semua Sangha, saya memberikan penjelasan ekstensif mengenai Ganden Lhagyäma. Pada tanggal lima-belas bulan empat, saya memberi sumpah pentahbisan awal kepada Kyabchog Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche dan memberinya nama biksu Ngawang Lozang Trinlä Tänzin. Perwakilan pemerintah Tiongkok Trangchin U mengirim agennya Bapa Puntsog Wangyäl beberapa kali dengan pesan bahwa, seperti yang sudah diputuskan bahwa perkumpulan Rakyat Seluruh Dunia akan diadakan di Beijing, Tiongkok, perwakilan dari Tibet Pusat, Tsang, dan Kham diperlukan, dan saya harus pergi sebagai perwakilan umum dari semua praktisi Dharma Tibet. Karena saya tidak mau memberikan persetujuan, mereka mengirimkan petisi kepada Yang Mulia Dalai Lama untuk mendesaknya sehingga akhirnya beliau memerintahkan saya untuk menerima. Tidak bisa menghindar dari pekerjaan sulit ini, saya tidak memiliki kekuatan untuk mengatakan tidak, dan jadi, Yang Mulia Dalai Lama bersama dengan rombongan yang termasuk Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, Karmapa Rinpoche, Mindröling Rinpoche muda, Kashag, Sekretaris dan seterusnya, meninggalkan Lhasa pada tanggal sepuluh bulan lima. Saya pergi bersama dengan mereka ditemani Lhabu, Päldän, Lozang Sherab, Lozang Yeshe, dan Namdröl. Di Yarlam Drogriwoche, Yang Mulia Dalai Lama mengunjungi Tanah Kemenangan Gunung Ganden Besar. Pada saat itu, saya memberikan persembahan di hadapan dasar tertinggi di kamar saya, 105
mempersembahkan teh, sup nasi panas, dan memberikan distribusi kepada Sangha di aula pertemuan besar, dan juga memberikan persembahan bagi dana modal selagi Yang Mulia, sebagai tuan majelis, diundang untuk duduk di atas tahta singa Manjushri Tsongkhapa. Saya memberikan persembahan fisik mandala seperti yang dijelaskan. Dari Ganden sampai kami menyeberangi Terusan Kongpö Ba anggota utama dari rombongan mengendarai kereta lembu sementara yang lain naik kuda. Kemudian, karena jalan untuk kereta lembu belum selesai dibuat sampai di Bowo Tramo, seluruh rombongan harus naik kuda melalui Kongpo Gyamda, Ngapö, Terusan Dru, Zhokha, Nyangtri, Demo, Lunang, Powo Tongyug dan seterusnya. Ini adalah negara berbatu dengan hutan lebat dimana terkadang kami tidak bisa melihat langit karena tertutup dahan pohon. Kami harus melakukan perjalanan setiap hari di jalan yang curam dan sempit, di samping itu, musim panas tahun tersebut mengalami banyak hujan lebat yang belum pernah terdengar sebelumnya. Kami harus mengambil jalan mendaki dan menurun dengan berjalan kaki dan ada resiko longsor jatuh dari atas atau bergulir dari tebing batu dibawahnya. Melewati jembatan kayu tipis dan berayun dan seterusnya, seperti yang dikatakan Tuan Marpa dari Lhodrag, Tidak pernah terbebas dari jalan sempit dan sungai, Tidak pernah keluar dari hutan lebat… Semua bahaya yang saya lihat dalam perjalanan, Mengingatnya sekarang, saya masih bergetar. Selama sekitar satu bulan, kami melakukan perjalanan yang melelahkan secara mental dan fisik, jalan yang sulit, yang bahkan lebih berbahaya daripada yang digambarkan oleh Marpa dalam baris terkenal di atas. Kemudian, di tempat yang dikenal sebagai Powo Tramo, kami dijemput oleh kereta Tiongkok, yang kami gunakan dari sana. Selama beberapa hari, akomodasi yang disiapkan oleh Tiongkok adalah tenda bulu sapi dari kualitas terburuk dan mereka melayani kami dengan makanan pekerja jalanan Tiongkok. Mempraktekan tindakan mantra rahasia seperti yang dideskripsikan di baris, ‘Menyaksikan Brahmin, anjing dan mereka yang tak tersentuh sebagai satu, nikmatilah!’ Saya makan dalam satu kapal dengan pekerja Tiongkok, satu rasa yang sama. Kuda, lembu, dan pelayan melakukan perjalanan kembali dan bahkan mengalami kesulitan lebih besar untuk kembali dibanding apa yang kami alami di Marlam. Kami melewati Tsawa Gang dan Dragyab Kyiltang. Sampai di Biara Chamdo Jampa Ling, saya menghabiskan satu hari di Shantideva Labrang, dimana akomodasi sudah dipersiapkan untuk saya, dan dilayani dengan baik oleh Zhizang Rinpoche yang telah menjadi murid saya di Lhasa. Kami lalu menyeberangi sungai besar Kamtog Drukha dan kemudian melalui Terusan Dege Tro yang laksana menuju langit, dan melalui Yihlung, Biara Trehor Dhargye, Biara Kartze, Biara Tau dan seterusnya, untuk sampai di Dartsedo. Di Biara Dhargye, saya bertemu dengan pembimbing spiritual besar Jampa Kedrup Rinpoche yang memulai sekolah dialektis dan, dengan memberikan ajaran Lamrim, telah mendirikan Sangha dengan tindakan tunduk dan teliti. Di Beri Lingtog, saya bertemu dengan inkarnasi Tulku, pendukung terdahulu seperti keluarga Zhitse Gyapön, dan banyak dari murid-murid saya yang lain. Mereka memberi saya banyak persediaan untuk perjalanan, tetapi karena terlalu banyak untuk dibawa, saya hanya dapat membawa dua kantung tsampa. Walaupun Biara Kartze telah mengundang dan bersiap menyambut kedatangan saya, saya diminta untuk tinggal di tempat yang disiapkan oleh pemerintah Tiongkok. Karena Gyapön Trangchin U sangat mendesak kami untuk tinggal di gedung Pemerintah Tiongkok, saya tidak bisa menolak dan 106
harus tinggal di sana. Döndrub Namgyäl, ayah dan putra, dari keluarga Zhitse Gyapön, dan guru Gyapön Chötze Ngawang Dorje berkunjung untuk memperpanjang persahabatan kami sebelumnya. Beberapa dewan otoritas dari biara lokal Chatreng termasuk Lakag Tulku datang ke Kartze khusus untuk melihat saya tetapi penjaga Tiongkok menghentikan mereka dan tidak membiarkan mereka lewat selama sebulan. Ketika saya akan berangkat, saya pergi ke tempat mereka tinggal dan bertemu mereka selama sekitar satu jam. Dari Dartsedo, pelayan saya, Tsongpön Lozang Yeshe dan Namdröl pergi sementara kembali ke Chatreng melalui Lithang. Saya membawa pelayan saya Lhabu, Päldän dan Lozang Sherab bersama saya ke Tiongkok. Kami menyeberangi terusan besar Arlasen dan sampai di daerah Tiongkok yang dikenal dengan Ya-ngän. Dari Powo Tramo sampai di sini, karena kami telah mengendarai mobil sepanjang hari setiap hari, saya sakit kepala, merasa mual dan tidak bisa makan dan minum terlalu banyak. Sejak tiba di sana bersamaan dengan Muli Kyabgön Tulku dan menteri Raja Muli beserta pelayannya di sana, mereka datang untuk bertemu saya. Ketika kami tiba di Drintu dan dari Drintu bersama dengan Yang Mulia Dalai Lama dan rombongan kecil, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, diri saya, dan Lhabu pergi dengan pesawat terbang ke Shii-ngän. Di Shii-ngän Panchen Rinpoche Sang Maha Tahu datang melalui jalur utara dari Tsang, ayah dan putra spiritual bertemu bersama. Bersama dengan Yang Mulia, saya mengunjungi pameran wihara terdahulu di Lhasa, patung Buddha yang berharga, Jowo Rinpoche, dengan tahta untuk Buddha yang kosong. Lalu, dengan kereta, kami tiba di Beijing. Yang Mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche, dan saya tinggal di Yikajao dimana akomodasi telah dipersiapkan untuk kami. Ini adalah waktu untuk pertemuan jadi tidak ada waktu luang bagi kami untuk beristirahat. Ada rapat persiapan selama dua hari dan kemudian rapat utama dimulai. [Rapat] ini berlangsung selama sekitar sebulan. Kami harus pergi di siang dan malam hari, dan kenyataan bahwa saya tidak mengerti mengenai Tiongkok atau apapun mengenai politik, dan seterusnya, membuatnya melelahkan. Saya juga harus menemani Dalai Lama dan Panchen Lama ketika mereka diundang untuk melihat-lihat pemandangan, singkatnya, dari jam enam pagi sampai jam sepuluh atau sebelas malam, kecuali waktu makan, kami selalu bergerak dan hal ini sangat melelahkan. Satu hal yang menguntungkan adalah pada saat itu, pembimbing spiritual saya Lubum Ngarampa Sherab Gyatso datang ke pertemuan. Dia, sangat baik hati dan menguasai sepuluh bidang pengetahuan mirip dengan Manjushri muda, dan saya memiliki beberapa kesempatan diantara rapat untuk menghabiskan waktu santai dengannya. Karena sudah bertahun-tahun sejak kami bertemu, Gen Rinpoche dan saya merasakan campuran senang dan sedih, seperti bila kami bertemu dengan seseorang yang kembali dari kematian. Kami mendiskusikan kejadian selama bertahun-tahun, dan saya mendapat nasihat darinya, untuk minta penjelasan, dan untuk memberikannya hadiah dua-ribu Dayang. Pada satu saat, Tiongkok mengatakan bahwa saya harus memberikan siaran radio di Lhasa mengenai propaganda kemajuan negara, bagaimana masyarakat bebas dan bahagia, dan bagaimana Tiongkok memiliki altruisme tulus bagi masyarakat Tibet, dll. Karena itu, saya membuat catatan mengenai pikiran saya pada saat itu dan menunjukannya pada Tiongkok seperti yang mereka minta, tetapi saya dipaksa untuk memberikan pernyataan dengan beberapa tambahan dan penghapusan yang mereka minta. Masyarakat awam di Lhasa, tidak tahu kalau saya berbicara di bawah tekanan dari Tiongkok berpikir bahwa saya mencoba mengambil hati Tiongkok dan menyelamatkan muka mereka. Pidato saya kemudian dikenal sebagai yang terbaik diantara pidato terburuk untuk menggambarkan gunung salju, hijau!’ Kecuali seseorang mengetahui situasi sebenarnya melalui kewaskitaan, bagaimana mungkin mereka bisa disalahkan karena berpikir seperti ini! Mengenai apa yang terjadi dalam 107
pertemuan sebelumnya dan kemudian dengan Mao Tsetung dan seterusnya, hal ini sudah digambarkan dengan jelas di buku Yang Mulia Dalai Lama, ‘Tanah Saya dan Rakyat Saya’ dan saya tidak mempunyai apa-apa untuk menambah penjelasannya. Berada di Tiongkok dan makan makanan di sana sepertinya memperbaiki kesehatan yang menurun saat saya tiba dan sangat kelelahan. Bersama dengan Yang Mulia kami pergi ke banyak kota di Tiongkok seperti Tanchin, Nanchin, Hangtru, Shanghai, dan seterusnya dimana banyak pabrik yang harus dikunjungi, dan saya tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi sisanya. Ketika kami tiba di Shanghai, beberapa biara di Tibet selatan dan timur mengirimkan petisi kepada Yang Mulia untuk mengunjungi mereka dalam perjalanan kembali dan dia menerima tetapi Tiongkok menghalanginya kembali melalui selatan dengan alasan tidak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor di sana. Karena itu, sebagai perwakilannya di Nyagrong dan biara-biara lainnya, diputuskan bahwa Tsurpu Karmapa Rinpoche, Mindroling Trichen Rinpoche dan saya sendiri masing-masing harus membentuk delegasi dengan perwakilan dari aliran masing-masing. Pembimbing saya adalah Känchung Ngözhipa Thubten Samchog, dokternya adalah Lodän Chödrag, dan sebagai perwakilan umum dari kedudukan biara, saya membawa Zemey Tulku. Bagi setiap biara yang mengundang yang telah dikonfirmasi, saya mempersiapkan gambar, surat-surat, dan hadiah khusus untuk diberikan. Karena itu, bersama dengan pelayan saya Lhabu, Päldän, dan Lozang Sherab, saya minta ijin untuk meninggalkan Shanghai terlebih dahulu dalam perjalanan kembali dari Tiongkok ke Tibet. Ketika saya pergi hari itu untuk bersujud di hadapan Yang Mulia Dalai Lama sebelum keberangkatan saya, karena saya pergi, untuk saat ini, berada di negara yang sangat jauh dari Yang Mulia, saya melihat ekspresi pedih di wajah Yang Mulia, dan saya juga merasa sedih karena berpisah dari Yang Mulia setelah menemaninya dalam perjalanan untuk waktu yang panjang. Tetapi, saya juga merasa emosi senang yang berlawanan untuk pergi dari Tiongkok selama beberapa waktu. Yang Mulia melewati Tso-ngön Zhingchen, Tashi Kyil, Kumbum, dan seterusnya ke Drintu, Dardo, dll., ke Chamdo sementara saya melewati Litang, Chatreng, dan Batang, dll. ke Chamdo. Kemudian kami pergi ke Beijing dan selama beberapa hari saya tinggal di Kantor Urusan Talay. Panchen Rinpoche Sang Maha Tahu tinggal di Beijing dan Saya, Karmapa Rinpoche dan Chung Rinpoche pergi bersama untuk bertemu dengannya dan memberikan hormat kami. Pada saat itu, seorang pria Tiongkok bernama Yangtakon ada di Beijing, seorang praktisi Dharma yang telah menerima inisiasi Kalachakra dari inkarnasi terdahulu Panchen Lama dan inisiasi Mitrayogi dan Vajramala dari Ngagchen Rinpoche dan seterusnya. Atas permintaannya, kepada sepuluh orang Tiongkok praktisi Vajrayogini, saya diam-diam memberikan Berkat Vajrayogini Sindhura dengan poin yang penting untuk visualisasi pada saat inisiasi yang diterjemahkan ke bahasa Cina. Pada akhir inisiasi ketika kami sedang mempersembahkan Ganachakra, walaupun mereka tidak mengerti bahasa Tibet, dengan membaca fonetik Cina mereka melantunkan Ganachakra dan doa bersama dalam bahasa Tibet dengan nada ritual Vajrayogini oleh Lama Dorjechang Pabongka. Dua wanita Tiongkok mempersembahkan substansi Ganachakra dan mereka meresitasi bait persembahan secara langsung dari ingatan. Yangtakon memberikan tumpukan kecil bunga dan dupa sembari berkata bahwa sebelumnya, ketika dia kaya, dia membiayai inisiasi seperti Mitra Gyatsa dari Tashi Lhunpo Ngagchen Rinpoche dengan persembahan besar, tetapi sekarang, dia hanya memiliki sedikit kekayaan dan tidak bisa membuat persembahan yang ekstensif. Dari Beijing, Karmapa Rinpoche, saya dan lainnya berangkat bersama dari kota Hangok, mengendarai perahu ke Sungai Drichu selama empat atau lima hari sampai sejauh Drungching. Kemudian dari Drungching ke Drintu dan Ya-ngän dengan kereta kami akhirnya sampai di Dartsedo, kembali ke tanah Tibet. Di Ya-ngän dan Dartsedo saya disambut oleh perwakilan dari Biara Chatreng dan pelayan saya, Lozang Yeshe dan Namdröl.
108
Di Biara Dartsedo Ngamchö saya membangun hubungan Dharma singkat dengan inisiasi umur panjang dan instruksi dari Fondasi Semua Kesadaran. Ketika saya berusia lima-puluh-lima pada tahun domba kayu, saya merayakan Tahun Baru di Dartsedo dalam kebiasaan Tibet dan, seperti yang diminta oleh Trehor Gyapön Budön-nam dan Chötze Ngawang Dorje, di hadapan sekitar seratus penduduk awam dan ditahbiskan di Dartsedo, saya memberikan Inisiasi Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah. Setelah itu, kami tiba di daerah Minyag, kami berpisah dengan Karmapa Rinpoche dan rombongannya yang pergi melalui Dege, dan Mindröling dan Chung Rinpoche pergi melalui Nyagrong, sementara saya dan rombongan pergi ke daerah Batang dan Litang. Dari sana ke Chamdo, karena tidak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor, kami hanya bisa menggunakan kuda dan lembu. Di Biara Minyag Kyileg, seperti pemegang tahta sebelumnya yang telah pergi ke sana dan tinggal selama sebulan memberikan ajaran dan seterusnya, atas undangan pejabat biara saya pergi kesana sebentar dan memberikan distribusi dan membangun hubungan Dharma. Dari Minyag Rangaka, dengan kuda dan keledai Chatreng, saya dan rombongan bersama Zemey Tulku, Zhungzhab Neshän Känchung, dan dokter, yang melakukan perjalanan bersama saya sampai saat itu. Di samping itu, kami ditemani dua regu pejabat dan tentara Tiongkok yang katanya untuk membantu dan melindungi kami, dikirim sebagai agen untuk memata-matai kami. Kami harus membawa mereka meskipun kami tidak menginginkannya. Setelah menyeberangi Sungai Ngagchu, di tanah Litang yang indah kami melewati perkebunan gubernur Otog Sumpa dan beberapa biara sampai akhirnya kami sampai di tempat untuk duduk di tanah yang luas di perbatasan Litang. Ganden Shartse Zong Rinpoche yang telah menjadi tuan ajaran sutra dan tantra beberapa tahun sebelumnya datang ke Chatreng sebagai perwakilan lama saya dan karena dia masih tinggal di sana, dia dan Laka Tulku datang untuk menerima saya bersama dengan pasukan berkuda berjumlah besar. Dua hari kemudian, melakukan perjalanan bersama dengan pengawal dari Chatreng, ketika kami mendekati gunung tidak jauh dari biara besar Litang, kami mengunjungi tenda resepsi yang dipasang di sana oleh dewan biara dimana banyak lama dan pejabat berpakaian rumit datang menyambut kami. Ketika kami tiba bersama dengan mereka di biara besar Litang, Tubchen Chökor Ling, para Sangha berbaris untuk menyambut kami. Saya tinggal di lantai atas Zhiwa Kangtsän. Tinggal selama beberapa hari, saya memberikan distribusi atas nama Yang Mulia Dalai Lama kepada sekitar tiga-ribu biksu, memberikan foto Yang Mulia kepada masing-masing untuk mendukung keyakinan mereka dan juga untuk memberikan distribusi kami. Di Wihara Thubchen, kami memberikan persembahan ekstensif, dll. Atas permintaan dewan biara, saya memberikan inisiasi Sang Pengasih dari sistem Pälmo dan transmisi Fondasi dari Semua Kesadaran kepada Sangha dan banyak orang awam dan ditahbiskan yang duduk di lantai batu aula pertemuan utama. Diundang oleh kangtsän seperti Chatreng dan komunitas di kota Litang untuk datang ke tempat kelahiran Dalai Lama ke-7, saya pergi ke sana dan membangun hubungan Dharma dan melakukan konsekrasi seperti yang diharapkan. Pada tanggal lima-belas bulan satu dengan Festival Doa ‘persembahan lima-belas hari’ dikonstruksikan dan dipersembahkan dengan baik dan saya membuat Doa Persembahan Samantabhadra pada saat jeda. Dari Litang, kami menyeberangi terusan Drag Kar (Batu Putih), melalui Tsosum, dan mengunjungi beberapa biara seperti Biara Ja Jamo dan membangun hubungan Dharma dan memberikan 109
konsekrasi sesuai dengan harapan mereka. Perwakilan Biara Dabyang Teng datang untuk menerima saya dan saya pergi ke sana untuk memberikan distribusi dari pemerintah dan saya sendiri. Seperti yang diminta oleh dewan otoritas, bagi biara-biara lokal dan masyarakat awam dan ditahbiskan, membangun hubungan Dharma singkat, memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah dan transmisi Fondasi Dari Semua Kesadaran. Ibu, ayah dan adik Zemey Rinpoche, yang belum ditemuinya selama bertahun-tahun, ada di sana bersama Sangha juga, dan ini merupakan hal yang membahagiakan untuk melihat mereka bertemu lagi satu-sama-lain. Saya juga bertemu dengan beberapa tetua yang telah menjadi pendukung sejak saya mengunjungi Kham sebelumnya, seperti bangsawan, Säl-lha Dechen Chötzin. Dalam perjalanan yang membawa kami ke biara-biara seperti Biara Pangpug dan Biara Drugshö, tempat praktek dari Tuan Karmapa Düsum Kyenpa, dimana kami disambut dan dikunjungi sebentar. Beberapa kepala biara dari Biara Pangpug ada di sana dan saya menanyakan pada mereka mengenai aliran Dharma yang mereka pegang dan apakah praktek ritual persembahan dari lima set yidam meditasi Je Karmapa Düsum Kyenpa sudah dilembagakan. Sepertinya mereka tidak mengetahui keberadaan lima set jadi saya berbicara pada mereka mengenai perlunya menegakan ajaran masingmasing dan tidak membiarkan kedudukan biara Je Düsum Kyenpa tidak bisa mengimbangi reputasinya, tetapi saya tidak tahu apakah mereka mendengar saya. Kemudian, kami menyeberangi Terusan Pälde dan sampai di Chatreng atas di perkebunan Tangteng Pag-ge di Chagong, dimana kami menghabiskan dua hari di rumah tangga pelaku bisnis Loyé, atas permintaannya. Benar-benar membahagiakan untuk membangun hubungan Dharma dengan masyarakat lokal dalam jumlah besar. Ada seorang medium yang bernama, dalam dialek lokal, ‘Moma’, yang merupakan oracle dari dewa lokal di Chagong, Gongtsän Karma Tsering. Dewa diundang dan dia mengekspresikan syukur karena saya ada di sana dan persetujuan atas kebahagiaan besar bagi masyarakat karena hal ini. Di luar apakah masyarakat dan dewa-dewa Chagong menerima saya atau menaruh keyakinan pada saya ketika pertama kali saya diakui sebagai tulku dan pergi untuk tinggal di Chatreng, sekarang, semua orang dan dewa datang untuk menghormati dan memuji saya, pada saat ini. Saya datang seperti lembu yang menyaru sebagai macan tutul, yaitu, memakai gelar guru Dalai Lama, terlihat seperti saya mandiri dalam apa yang sebetulnya merupakan permainan kekanak-kanakan dari kehidupan ini, sementara saya belum mencapai kepercayaan diri atas jalan besar menuju kehidupan mendatang. Saya melihat tindakan dewa, arwah, dan manusia sebagai satu sifat yang sama sangat lucu. Seperti yang dikatakan, Ketika bahagia, burung di langit akan berkeliling Ketika sedih, anak kesayanganmu sendiri melarikan diri. Ketika saya berada di perkebunan Tangteng Pag-ge, sahabat baik saya Drodru Geshe Tänzin Trinle, yang terpelajar dan berasal kelas yang lebih muda dari saya di biara, datang untuk menerima saya. Kemudian, melakukan perjalanan melalui tanah dan pedesaan Pälge, Sölwa dan seterusnya, perwakilan dratsang datang untuk menyambut saya, saya mengunjungi mereka sebentar, dan ketika kami tiba di Biara Chatreng Sampel Ling. Sangha berbaris untuk menerima saya dengan upacara yang rumit dan segera setelah saya tiba perayaan penyambutan dilaksanakan di aula pertemuan. Saya diberikan tiga dasar dan khatak oleh Zong Rinpoche, Laka Tulku, dan kepala biara dan pejabat, dan Yarlam Gang Chagleg Geshe dan Butsa Nag-ga Geshe bangkit di majelis untuk memberikan persembahan kue-kue dan berbincang mengenai tradisi rumit Tibet Pusat yang tidak merosot. Hari itu, tangka bordiran Ganden Lhagyema yang telah saya bawa dari Lhasa ditampilkan pada saat upacara naik tahta dari ritual pelemparan torma-luar, dan juga tangka bordiran Dharmaraja, dan saya melemparkan bunga untuk konsekrasi. Suatu hari, saya pergi ke Wihara Amitayus dan wihara Je Tsongkhapa yang baru selesai dibangun dimana saya melakukan pembersihan, konsekrasi, dan seterusnya. Di Wihara Je Tsongkhapa saya 110
melihat sekolah dialektis yang baru didirikan dengan sekitar tiga-puluh murid. Mereka berdebat soal Kumpulan Topik dan, mempertimbangkan betapa barunya mereka, hal ini cukup baik. Saya bahkan melihat kelompok Gyalchen Dorje Shugden Kangso yang dibentuk untuk melakukan ritual tormapenghalau Dorje Shugden dengan tarian cham. Pada hari lain, praktisi awam dan ditahbiskan dari empat daerah utama Chatreng berkumpul di aula pertemuan utama penduduk dan mengakui dengan penyesalan yang tulus semua kesalahan dan pelanggaran samaya guru-murid yang telah mereka lakukan karena kebodohan yang tidak disadari, pengaburan, prasangka, dan delusi, sejak saat saya diakui sebagai seorang tulku dan tinggal di Chatreng, dan selanjutnya. Mereka bertanya bila mulai saat itu mereka bertindak dengan pantas, apakah saya akan memaafkan mereka sebagai ibu yang mempunyai kasih sayang bagi anaknya yang telah dikuasai setan dan, dengan penekanan besar, mereka meminta saya untuk menjaga semua orang di biara dan daerah tersebut di semua kehidupan mendatang. Saya menanggapi bahwa apapun tindakan salah, pikiran atau tindakan menipu, yang telah dilakukan terhadap saya baik secara langsung maupun tidak langsung, aktor-aktor utamanya sekarang telah meninggal dan sisanya telah datang. Lebih jauh lagi, saya berkata, bila siapapun, karena kesetiaan pada saya, tidak mau menerima permintaan maaf yang tulus dari pengakuan orang lain, hal ini akan melanggar aturan bodhicitta karena tidak menerima permintaan maaf orang lain; jadi mulai sekarang kami semua bisa memiliki samaya murni, tanpa kemerosotan, seperti sifat matahari yang bebas dari awan, dan tidak ada yang perlu khawatir mengenai hal ini lagi. Saya memberi nasihat ekstensif bagi semua orang di tanah dan biara untuk bertindak dalam satu samaya, para biksu agar meningkatkan aktivitas Dharma mereka tanpa kemerosotan, komunitas untuk bertindak sesuai kebiasaan baik kesopanan dan penghormatan, dan seterusnya. Setiap desa mengundang saya tetapi, karena saya harus dapat bergabung dengan Yang Mulia Dalai Lama di Chamdo, saya tidak memiliki banyak waktu dan harus tinggal dan menolak undangan mereka satuper-satu. Setelah bertemu dan berbicara dengan mereka yang berasal dari sisi Treng berkumpul di Chagra Gang, mereka berada di sisi Rag berkumpul di Ragmä, mereka berada di Dongsum berkumpul di Wihara Lima Keluarga dan seterusnya, saya meninggalkan biara dan menghabiskan satu hari di Wihara Chagra dimana saya membangun hubungan Dharma memberikan inisiasi umur-panjang kepada masyarakat umum dari daerah Treng dan memberikan persembahan dan melakukan konsekrasi bagi patung-patung termasuk patung Karmapa Tongwa Dönden. Setelah bertemu dan membangun hubungan Dharma dengan masyarakat Dongsum Utara di perkebunan Gongsum Zhangmä, saya menghabiskan satu hari di Dongsum Rig-Nga Lhakang – Wihara Lima Keluarga dan membangun hubungan Dharma dengan masyarakat awam dan ditahbiskan dari Ragpo atas dan bawah, jalur ini membawa kami ke perkebunan Pälri Yangdar dimana Gyältang Abo Tulku Rinpoche datang khusus untuk bertemu saya. Dia telah menerima banyak ajaran dari Kyabchog Dorjechang dan saya sebelum kembali ke daerah asalnya dan memberikan ajaran ekstensif di sana, terutama mengenai Lamrim. Kami juga merayakan hari kesepuluh Ganachakra bersama. Ketika saya tinggal di Chatreng, banyak sahabat lama yang datang dari jauh untuk bertemu saya: Kuzhab Sherab Rinpoche dari Gangkar Ling, Geshe Tenzin Chöpel dari Mili dengan siapa saya kenal baik, setelah sebelumnya mempunyai guru yang sama di biara, Gyälkangtse Tulku dan pelayan muridnya dari Chang-go Geshe Gyältsän, Lawa Geshe Kunawa dari Kongrag yang merupakan guru dari Chamdo Shiwalha–Shantideva, dan seterusnya. Bahkan Mili Kyabgön Chogtrul Rinpoche mengirimkan pengawal khusus untuk datang dengan pelana dan kekang yang rumit, dan seterusnya. Tidak lama kemudian, ditemani pengawal berkuda dalam jumlah besar, kami menyeberangi Terusan Magpag dan menghabiskan satu malam di Biara Shogdrug Ratag dimana saya memberikan jenang Avalokitesvara kepada masyarakat awam dan ditabiskan di biara dan daerah tersebut dan 111
mengkonsekrasikan Wihara Je Tsongkhapa yang baru mereka bangun. Melewati Tongjung Nang, Tagshö, dan seterusnya, kami mendirikan kamp di tempat yang bernama Datag Pagtang di Kabur Gangkyi Rawa, tempat sakral Chakrasamvara. Hari selanjutnya, atas undangan Nägo Dratsang, saya datang ke tempat tersebut dan memberikan distribusi di biara dan memberikan jenang Avalokitesvara Berlengan-Empat kepada sekelompok besar masyarakat awam dan ditahbiskan di aula pertemuan. Walaupun tidak memungkinkan untuk pergi ke sebagian besar tempat seperti Purkawa, saya masih bisa melihat dan memberikan persembahan di Känchung Samchog, Päldänchän Pawang Karleg, dan di Batu Kambur, dll. Nägo Dratsang memberi saya representasi keyakinan berupa tangka antik. Mereka juga mempersembahkan dana, yang saya persembahkan kembali, ketika kami memberikan persembahan Chakrasamvara di hari kesepuluh. Suatu hari di Tagpag Tang, atas permintaan Gyältang Abo Rinpoche, saya memberikan kepada Rinpoche sendiri, Kuzhab Zemey Rinpoche, dan Yangteng Kyenrab Tulku inisiasi besar Mandala Tubuh Heruka, hari persiapan dan hari inisiasi digabungkan menjadi satu hari. Dengan pengawal Rupa di Gämo Rutog dan seterusnya, kami diterima secara bergantian oleh banyak orang di biara-biara lokal seperti kepala biara, lama, dan tulku dari komunitas Meditasi Ba Laka. Kemudian, kami diterima oleh biksu dari komunitas Dharma Ba Chöde, Lhundrub Rabten, dan menghabiskan satu malam di sana. Di Biara Chöde, kami memberikan surat dan gambar dari Yang Mulia sebagai dukungan bagi keyakinan, distribusi khusus darinya, dan distribusi dari kami sendiri kepada majelis. Atas permintaan biara dan masyarakat daerah tersebut, di atas sebidang tanah di depan Wihara Sakyamuni Buddha yang baru saya memberikan inisiasi Sang Pengasih kepada lama, tulku, dan biksu. Diundang oleh Bapa Gyashog Kangtsän, saya pergi ke sana dan setelah membangun hubungan Dharma dan melakukan konsekrasi, melalui Chisung Gang, kami menyeberangi sungai Drichu besar dengan rakit yang dibuat dari balok kayu. Di sana saya ditemui oleh banyak pasukan berkuda termasuk Amdrug, manajer dari perkebunan Gangkar Lama. Kami melewati Kadrong dimana dulu kuda-kuda dan lembu-lembu dari perkebunan Chatreng Pälbar dan Dampa dan diri kami pernah ditangkap, dan kemudian menyeberangi Terusan Kantseg dan, melalui Bumpa atas, kami tiba di biara Bum Nya-mgo. Tinggal di sana selama tiga hari, labrang menyediakan jamuan berkecukupan dari masyarakat. Saya membangun hubungan Dharma dengan memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah kepada kelompok besar masyarakat awam dan ditahbiskan dari biara lokal dan melakukan ritual konsekrasi Hujan Ratusan Berkat Jnana Vajra148 bagi stupa almarhum Gangkar Lama Rinpoche. Baskom harta-karun pil vajrabesi kekekalan akan, sampai saat sang lama meninggal, beranak pil-rilbu tak habis-habisnya. Setelah dia meninggal, pil-nya perlahan habis dan baskomnya kosong. Mereka berkata bahwa, sampai maksud lama terdahulu bagi kesejahteraan makhluk lain tercapai, baskom tersebut akan menghasilkan pil baru dan tidak pernah dibuka. Ketika saya mengambilnya di tangan saya dan mengguncangnya, sepertinya banyak pil di dalamnya dan pelayan mendorong saya untuk membukanya. Tetapi sifat dari baskom harta karun adalah seperti telur, semua dalam satu bagian tanpa penutup dan dasar yang dapat diidentifikasi, jadi mereka tidak boleh dibuka terburu-buru hanya karena rasa ingin tahu. Kami melihat patung batu Vairochana yang dikenal sebagai Gyazay Chagzor di Marcham Lhadun dan melakukan perjalanan melalui Gushö dan Pangda. Atas undangan biara-biara seperti Biara Markham Gartog Özer, Biara Rimbur, dan Biara Kyungbum Lura, saya pergi ke setiap biara secara bergantian, memberikan distribusi dan membangun hubungan Dharma, memberikan berbagai inisiasi dan transmisi, memenuhi harapan mereka masing-masing.
112
Atas permintaan biara Lura Drakpa Tulku dan dewan otoritas, saya tinggal di sana selama tiga hari dan menyaksikan beberapa ritual tarian tradisional149 yang pertunjukannya mirip dengan cham dari Tängyäling. Kamudian perjalanan akhirnya membawa kami ke perbatasan sebelum Dragyab dimana dratsang telah mengirim seorang bendahara yang mengatur tempat untuk kami tidur. Dan, atas undangan khusus para pertapa Sakar Ritrö, walaupun jalannya berkelok-kelok dan lambat, karena demi teman Dharma kepada siapa saya terlibat surat-menyurat sejak zaman Lama suci Ah-Rab Rinpoche masih hidup, kami pergi, tanpa mempedulikan kesulitan, dan saya memberikan transmisi Fondasi Dari Semua Kesadaran. Ada sekolah dialektis baru dimana debat para murid cukup baik. Kemudian, hari kami tiba di Biara Dragyab Bu, kami disambut megah oleh labrang, biara dan biksu di barisan panjang. Saya tinggal selama empat atau lima hari di atas aula pertemuan. Dimana akomodasi sudah disiapkan untuk saya di kediaman Dragyab Hotogtu Rinpoche. Saya memberi Sangha di aula pertemuan utama inisiasi Tiga-Belas Dewa Yamantaka dan bagi masyarakat lokal, jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah. Suatu hari, saya pergi ke Wihara Jamdun (Maitreya) dan memberikan persembahan ekstensif dan melakukan konsekrasi dengan lantunan. Obyek sakral utama di wihara tersebut adalah patung batu Maitreya yang terbentuk dengan sendirinya dari bumi. Ketika tinggal di Biara Bu, ada seorang pertapa bernama Geshe Bu Chögyäl, yang satu kelas dengan saya di biara, yang datang secara khusus dari pertapaannya untuk bertemu dengan saya. Pada awalnya, dia merendah dan tidak berbicara terlalu banyak, tetapi setelah saya berbincang lepas dengannya seperti yang dulu biasa kami lakukan ketika kami adalah saudara Dharma selama bertahun-tahun, dia juga mulai berbicara bebas, tentang cerita dari zaman dulu, dan seterusnya. Saya memberinya dan beberapa aspiran lain sinopsis poin esensial dari Ganden Lhagyema, tanpa penjelasan ekstensif. Ketika saya tinggal di sana, karena musimnya, sepertinya tidak ada sayurmayur yang tersedia, dan selama satu hari penuh, labrang mengirimkan satu nampan besar dari berbagai variasi lauk daging yang sama; jadi saya bertindak seperti raja para raksha! Meninggalkan Dragyab, ketika kami tiba di perbatasan Chamdo, rombongan penyambutan besar termasuk Chamdo Chitzö Zhiwalha Rinpoche dan kakak lelaki Pagchen Rinpoche, Känchung Sönam Gyältsän datang dan kami menghabiskan satu hari di sana dimana akomodasi sudah dipersiapkan. Ketika kami sampai di dekat Chamdo Chökor Ling pada hari selanjutnya, tenda penyambutan besar telah disiapkan, setelah tinggal di sana sebentar, kami melanjutkan dengan sejumlah besar pengawal berkuda termasuk para pemimpin dari daerah dan biara Chamdo. Ketika kami sampai di seberang jembatan Sungai Tzachu, ada majelis penyambutan besar, termasuk pemimpin politik dan masyarakat Tiongkok dan pemimpin militer dan masyarakat, murid-murid, sejumlah besar tentara Tibet yang telah ditahan oleh Tiongkok ketika Chamdo jatuh, pelayan yang datang dari Lhasa untuk mengawal Dalai Lama, perwakilan dari tiga kedudukan biara, perwakilan masyarakat, dan seterusnya. Ketika kami tiba di biara, saya tinggal dengan nyaman di Shantideva Labrang. Jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor di daerah Dardo telah dirusak gempa bumi sehingga memperlambat ketibaan Yang Mulia Dalai Lama, jadi saat menunggu, atas permintaan dewan otoritas dan Shiwalha Rinpoche saya memberikan penjelasan mengenai Lamrim Delam (Jalan Kebahagiaan) selama empat-belas hari di aula pertemuan utama, kepada lebih dari seribu aspiran termasuk Sangha dari Chamdo, dan lainnya yang telah datang dari berbagai arah untuk melihat dan menyambut Yang Mulia.
113
Suatu hari, atas undangan khusus dari sekolah dialektis, saya pergi ke lapangan debat dan memberi para biksu satu sesi penjelasan mengenai Lamrim Chenmo mulai dari awal. Setelah itu, semua murid pergi ke kelas masing-masing untuk mulai berdebat. Karena kebaikan guru spiritual yang sangat terpelajar, Jampa Taye Rinpoche, [debatnya] sempurna, mirip dengan debat di Sera Jey Dratsang. Kemudian, ketika Yang Mulia Dalai Lama tiba di Chamdo, saya pergi ke ujung jembatan Tzachu untuk menyambutnya. Ketika saya melihat iluminasi kebaikan dengan kelipatan di wajah emasnya, sangat berarti untuk dilihat, dia tersenyum dengan kebahagiaan tak terbatas dan mengundang saya ke kediamannya. Dengan segera, saya pergi ke hadapannya, dan dia berbicara lepas mengenai Tiongkok dan daerah lain yang di kunjungi pada saat itu, perjalanannya di Domä, dan bagaimana Mao Tsetung telah mengungkapkan filosofi mencelakakan dari maksudnya yang paling dalam, dan seterusnya, melimpahkan cerita rahasia mengenai apa yang terjadi untuk saya simpan dalam hati. Saya juga memberikan Yang Mulia cerita mengenai apa yang telah terjadi dalam perjalanan kami melalui Kham. Setelah memiliki kesempatan informal untuk bertemu dengan Yang Mulia seperti ratusan kelopak teratai pikiran keberuntungan mekar, disiram oleh hujan pengabdian. Pada saat kami tinggal di Chamdo, Zhiwalha Rinpoche labrang menjadi tuan rumah yang ramah bagi saya dan rombongan. Bagi Rinpoche sendiri, seperti yang diharapkannya, saya memberikan jenang Tujuh-Belas Aspek Mahakala kecuali Jenang Rahasia Pencapaian dan Jenang Dramze-Nagpo NgagTä (Mantra Kepercayaan Brahmin Hitam). Ketika saya berangkat, dia memberikan saya hadiah perpisahan seperti vas-kemenangan perak berkualitas baik, vas tindakan, dan persembahan dalam kapala dengan dasar pendukung berlapis emas. Saya meninggalkan Chamdo dengan Yang Mulia. Di Kyiltang Dragyab kami bertemu dengan Dragyab Chitzö Kargo Tulku dan lainnya. Melanjutkan melalui Tsawa Pangda dan menyeberangi jembatan besar Sungai Ngulchu di Gyamo kami tiba di Powo Tramo. Kemudian, pada hari kami berangkat, pada dini hari, ada hujan lebat dan jalan terblokir batu yang jatuh sehingga memakan waktu lama. Dengan membersihkan batu jatuh di setiap sisi, kami dapat lewat, tapi ketika matahari akan terbenam, kami sampai di ngarai curam dengan jeram ganas mengalir melaluinya dengan semburan tinggi menutupi salah satu sisi jembatan. Keadaan ini sangatlah berbahaya bagi kendaraan dan kami tidak bisa mengambil resiko, bersama dengan Yang Mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche, dan rombongan kecil saya, kami menyeberang dengan berjalan kaki. Ketika kami sampai di sisi lain, jeep kosong menyeberangi jembatan satu-per-satu. Ketika beberapa sudah lewat, jembatannya runtuh dengan satu jeep di atasnya jatuh, tetapi tidak ada yang terluka. Kebanyakan pelayan dan benda-benda tertinggal di tepi lain sementara kami yang sudah menyeberang naik ke beberapa kendaraan dan melakukan perjalanan semalaman di jalan bersungai yang mengerikan dengan tebing batu curam sampai sekitar tengah malam ketika kami sampai di Kongpo Lunang. Di sana, pengawal pemerintah telah tiba dari Lhasa, dan Lozang Sherab dan saya menghabiskan satu malam di tenda kain beberapa pelayan kami seperti Rimzhi Mäntöpa, tanpa kasur dan lainnya, dan saya terbangun sepanjang malam memikirkan apa yang terjadi dengan teman-teman yang kami tinggalkan di belakang. Malam itu, pekerja jalanan Tiongkok mengikat dua balok kayu bersamaan dan membuat jembatan sementara sehingga beberapa pelayan Yang Mulia, dan bersama mereka Päldän, yang tidak tahan memikirkan bahwa saya telah pergi lebih dulu tanpanya, mengambil resiko untuk menyeberang dan datang dengan mobil untuk bergabung dengan kami keesokan paginya. Mereka yang masih tertinggal di belakang termasuk Lhabu dan Lozang Yeshe tidak dapat mengejar sampai saya tiba di Biara Mäldro Dagpa. Kemudian, jalan membawa kami melalui Demo, Nyangtri, dan Gyamda di Kongpo dan kami akhirnya menyeberangi Terusan Ba dan tiba di Biara Dagpa di Mäldro dimana Tse Namgyäl Dratsang Pände Legshä Lingpa telah menyiapkan akomodasi untuk ditinggali Yang Mulia. Pengawal dari pemukiman Mäldro Jara-Do tiba di sana dan, bersama dengan mereka, Lhagchung-chän, dari kediaman saya di Lhasa. 114
Dewan otoritas dari gunung kemenangan besar Biara Ganden telah memasang tenda penyambutan besar, seperti sayap burung kakak-tua yang dikibarkan, di padang rumput di dasar Ganden. Mereka melayani saya dan rombongan makan siang dan, setelah menerima kepala biara, lama, tulku, dan pejabat, kami tiba di wihara tempat kelahiran Tsäl Gungtang. Ada kelompok besar orang yang menyambut saya termasuk pelayan awam dan ditahbiskan Yang Mulia dari berbagai tingkat, kepala biara, lama, tulku dan lainnya dari tiga kedudukan biara. Di wihara, pemerintah telah menyiapkan kue penyambutan besar. Kemudian, ketika kami menunggu tibanya hari keberuntungan untuk pergi ke Lhasa selama tiga hari, saya juga tinggal di sana. Pada tanggal tiga-belas bulan lima, kami berangkat dari Gungtan ke Istana Norbulingka Kälzang Palace dengan prosesi tradisional yang rumit, dengan tandu dan seterusnya. Sejak saat kami meninggalkan Gungtang sampai ketibaan kami di Norbulingka, hujan lebat turun sehingga kanopi tandu diturunkan dan semua pengangkat tandu memakai topi dan jubah upacara dengan jas hujan menutupi kepala mereka. Suatu pikiran sampai pada saya dan banyak orang lain, bahwa prosesi yang harus berjalan dalam kondisi seperti ini bukanlah pertanda keberuntungan. Setelah tiba di Norbulingka dan menyelesaikan upacara, saya kembali ke kamar saya di Lhasa. Harihari selanjutnya, banyak orang dari semua tingkatan masyarakat dengan siapa saya memiliki hubungan spiritual dan material termasuk pendukung dan murid, berkumpul seperti awan atas keinginan mereka sendiri, datang untuk bertemu dan menghormati saya. Tahun itu, Tiongkok mendorong saya untuk mengepalai sekolah menengah Lhasa. Saya mengatakan pada mereka bahwa saya tidak tahu bagaimana sekolah modern dijalankan, jadi mereka meminta Dalai Lama untuk mendesak, dan saya harus mengambil posisi ini. Setiap minggu, saya pergi untuk memeriksa sekolah dan bertindak seperti saya memberikan saran dan nasihat kepada murid-murid. Pada musim gugur, seperti yang diminta oleh Chamdo Pagchen Hotogtu Rinpoche, di aula pertemuan Zhide kepada lebih dari 1,300 Sangha, lama, tulku, dan geshe dari tiga kedudukan biara, termasuk Rinpoche sendiri, Dragyab Hotogtu Rinpoche, dan Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche, saya memberikan jenang lengkap mengenai sadhana Rinjung Gyatsa. Saya juga memberikan distribusi umum dan memberikan kontribusi di tiga kedudukan biara dan dua Universitas Tantrik, untuk merayakan kembalinya saya dari Tiongkok. Dengan keyakinan, saya mempersembahkan delapan spanduk besar dari sutra Varanasi untuk digantungkan di delapan pilar tinggi di Ganden Shartse Dratsang, dan empat spanduk besar dari sutra Jepang dan tiga spanduk kemenangan dengan kantung dupa untuk Dokang Kangtsän. Ketika saya berusia lima-puluh-enam pada tahun monyet api, ibu saya, Tsering Drolma, pada usia delapan-puluh-dua tahun, setelah menderita penyakit karena usia tua selama beberapa hari, meninggal pada tanggal dua-belas bulan satu tahun tersebut. Saya pergi menemuinya beberapa kali sebelum dia meninggal dan juga pada saat dia sekarat, dan melakukan visualisasi kebaikan, meresitasi nama Tathagata, dan meresitasi mantra dan dharani di telinganya. Kemudian saya melakukan powa. Walaupun ibu saya tidak mengetahui banyak praktek, dia sangatlah altruisme, selalu meresitasi Mantra Enam-Suku-Kata, bersujud di dalam dan luar katedral Lhasa dan mengelilingi Lingkor, memberikan usaha yang besar untuk mempraktekan kebaikan dengan tubuh, perkataan, dan pikiran, dan kematiannya sangat damai, seperti minyak pelita yang habis, tanpa kesakitan atau ketakutan sedikitpun, seperti bila dia tertidur dengan nyaman. Pada saat Festival Doa Lhasa berlangsung, atas nama [almarhum ibu saya], saya memberikan distribusi umum pada bulan purnama di sana dan di berbagai biara dan memberikan persembahan kepada tetua di wihara seperti Jokang, Samye, dan Tradrug.150 Jenderal Tiongkok Drinyi datang dari Tiongkok dengan maksud melembagakan apa yang dinamakannya, ‘Asosiasi Daerah Otonomi Tibet’ dan mengangkat lima-puluh-satu anggota 115
pemerintah, Tashi Lhunpo Labrang dan daerah Chamdo. Tanpa pilihan, saya harus pergi sebagai salah-satu perwakilan, dan dengan terpaksa, harus menerima gelar ketua asosiasi. Tetapi, ketika pertemuan diadakan, walaupun duduk di posisi ketua, saran apapun yang saya berikan, hanya ide orang Tiongkok seperti Cheu Kotrang yang diikuti, dan orang lain tidak diberikan suara. Saya merasa seperti berpura-pura menjadi kepala sekolah, dan seperti itu juga, tidak diberikan otoritas sehubungan dengan ini. Mengenai saya harus, tanpa pilihan, pada awal dan setelahnya, membawa gelar tak berarti ini sangatlah tidak menyenangkan bagi masyarakat Tibet pada umumnya, seperti yang dikatakan Manjushri Sakya Pandita, Bila monyet tidak menari, Mengapa harus ada tali yang mengikat lehernya? Dan, Karena burung kakak tua berbicara, dia ditaruh dalam kandang, Sementara burung bisu terbang pergi dengan bahagia! Seperti itu juga, karena saya terpengaruh oleh delapan kekhawatiran duniawi, membodohi mereka yang memiliki keyakinan dengan ajaran Dharma yang tidak saya praktekan, ini adalah takdir yang jatuh pada saya. Pada bulan empat kalender Tibet, ketika pertemuan dilaksanakan, Yang Mulia Dalai Lama dan Panchen Lama Sang Maha Tahu harus hadir, dan masyarakat dalam jumlah besar datang dari Tiongkok, Amdo, Mongolia Dalam, dan Kham. Pertemuan dimulai dengan keriuhan dan kemudian diskusi yang penuh kebingungan berlangsung berhari-hari. Pada bulan enam, seperti yang diminta oleh putra Rong Dekyi Ling, Biksu Gedun Chöyang, kepada hampir seribu aspiran yang berkumpul di aula pertemuan Zhide termasuk lama, tulku, dan geshe, saya memberikan Inisiasi Chittamani Tara berdasarkan visi Tagpu Dorjechang, dan memberikan beberapa hari penjelasan pengalaman dua tahapan tantra. Kemudian, seperti yang diminta oleh Dragyab Hotogtu Rinpoche, saya memberikan inisiasi dari sistem Kyergang Hayagriva Rahasia dengan hari persiapan kepada lebih dari seribu orang di Zhide Dratsang. Setelah itu, saya memberikan jenang bagi Dewa Yidam dari sadhana Zurkang Gyatsa, Delapan Mahasiddha, dan praktek Dewa Yidam Dalai Lama Gendun Gyatso, inisiasi umur panjang Draminyen Amitayus, dan juga jenang kumpulan mantra Guyhasamaja, Chakrasamvara, dan Yamantaka. Pada bulan delapan, atas undangan Ratreng Labrang, Yang Mulia Dalai Lama bersama rombongan kecil termasuk Yongzin Ling Rinpoche dan saya pergi ke Ratreng Gepel Ling melalui Tölung dan kemudian melalui jalur utara, Damzhung dan seterusnya. Di wihara, Yang Mulia memimpin, bersama Tsänzhab, kami melakukan konsekrasi ekstensif selama tiga hari. Kami melihat obyek suci seperti, patung utama, Jowo Manjusrivajra, stupa almarhum Tuan Atisha, benda-benda, jubah, kitab suci, dan teks yang disegel, Delapan Ribu Bait Sutra Prajnaparamita milik Dromtönpa, patung Uyönma151 Tuan Atisha, dan tangka Guru Dharmarakshita menggambarkan Dewa Yidam-nya, Yamantaka. Saya tinggal di tempat saya tinggal ketika mengambil sumpah pentabisan awal. Diantara banyak teks yang disimpan disana, saya melihat penjelasan atas Abhisamuccaya (Kompendium Pengetahuan) yang ditulis Jetsun Rendawa atas permintaan Tuan Tsongkhapa, dan jilid lain berisi berbagai karya tulis Rendawa dan dua jilid tambahan yang ditulis tangan. Buku penjelasan Abhisamuccaya sangatlah besar sehingga terbalik dan jatuh di ranjang. Tidak banyak yang termasuk dalam kumpulan karya Je Tsongkhapa yang ada hari ini. Ada banyak teks yang berisi catatan diskusi antara keduanya mengenai sutra dan tantra secara umum dan, khususnya, beberapa pertanyaan dan tanggapan mengenai pandangan yang tidak saya baca karena keterbatasan waktu. Saya 116
mempertimbangkan untuk meminjam buku-buku ini, tetapi meninggalkan mereka karena gangguan dan keberangkatan yang tergesa-gesa, yang kemudian saya sesali, tetapi hanya sampai di sini. Kami juga pergi bersama Yang Mulia ke tempat dimana Je Tsongkhapa menulis Lamrim Chenmo di Pertapaan Yang-gön dimana masing-masing dari kami meresitasi bagian berbeda dari Lamrim Chenmo bersama-sama. Pada saat itu ada masalah yang berhubungan dengan Ratreng Rinpoche dan Gyälzur Rinpoche, tentara telah mengupas lapisan perak dari stupa, mengambil hiasan permata dari stupa dan patung, dan merusaknya dengan peluru. Mereka telah memukul mandala tiga dimensi Guyhasamaja dengan tongkat hingga rusak sampai berkeping-keping. Ketika saya melihat hasil dari tindakan membahayakan tak terbatas, paling merosot di antara yang merosot, hal ini menyakitkan bagi saya untuk melihat tempat suci yang sangat khusus ini, sumber dari ajaran Kadampa, dalam kondisi kemunduran. Dengan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche bertindak sebagai kepala biara dan saya bertindak sebagai Lälob (Guru Aktivitas) kami menyelesaikan sumpah pentabisan awal Ratreng Chogtrul Rinpoche. Perjalanan kami kembali bersamaan dengan dimulainya sesi Dharma musim panas untuk penjaga harta karun Tantra rahasia, Universitas Tantrik Gyume yang mulia, di daerah Tölung Pu Chumig. Diundang, Yang Mulia Dalai Lama pergi ke sana, membangun hubungan Dharma, dan seterusnya, dan saya juga pergi dan melihat salah satu obyek suci di universitas, tangka yang diberkati yang diberikan oleh Tuan Tsongkhapa kepada Je Sherab Senge. Setelah Tölung, kami pergi untuk menghadiri konsekrasi Ganden Shartse. Saya memberikan penjelasan instruksi mengenai Ganden Lhagyäma kepada majelis gabungan dari anggota Sangha Ganden Shartse dan Ganden Jangtse. Tahun itu akan ada perayaan 2,500 tahun kepergian Buddha ke paranirvana di Wihara Maha Bodhi di India. Sehubungan dengan hal ini, Yang Mulia Dalai Lama dan Panchen Lama Sang Maha Tahu menerima undangan untuk hadir, tetapi karena berbagai keberatan dari Tiongkok, mereka meminta Dalai Lama tidak pergi dan hanya mengirimkan perwakilan saja. Saya ditunjuk bersama asisten Tzasag Kemäpa, Sönam Wangdu, Känchung Ngözhipa Thubten Samchog dan penerjemah Sadu Rinpoche. Pada hari saya pergi untuk memberikan hormat perpisahan, perwakilan Tiongkok Trangchin U telah menerima telegram dari Tiongkok yang menyatakan tidak apa bila Yang Mulia Dalai Lama pergi ke Perkumpulan Dharma di India dan tiba-tiba dikonfirmasi bahwa dia akan pergi. Dan saya juga diperintahkan untuk pergi. Tidak lama kemudian, Yang Mulia dan rombongannya yang termasuk Yongzin Ling Rinpoche, saya sendiri, Kalön Nangpö, dan seterusnya, meninggalkan Lhasa bersama-sama dan melakukan perjalanan melalui Tölung Pu, Uyug, di Tibet Pusat. Kami kemudian berkumpul untuk bertemu dengan Panchen Rinpoche Sang Maha Tahu di Tashi Lhunpo dimana kami tinggal selama satu hari. Ketua bendahara mendesak Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya untuk tinggal di kediamannya, Gyältse Päljor Lhunpo, jadi setelah kami bertemu Panchen Lama di Tashi Lhunpo kami segera melanjutkan perjalanan dan sekitar pukul sebelas malam tiba di Päljor Lhunpo. Walaupun saya pernah ke Gyältse sebelumnya, saat itu sangat gelap dan tidak ada sinar bulan jadi kami tidak bisa tahu dimana kami berada baik Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, rombongannya, atau supir Tiongkok tidak ada yang tahu jalan, jadi kami harus menebak-nebak dan setiap orang khawatir bahwa kami mengambil jalan yang salah atau masuk jurang, mengalami kesulitan mental dan fisik, sedikit dari Kebenaran Mulia Pertama. 117
Dari Gyältse, kami menghabiskan satu hari untuk sampai ke Domo bawah dan hari selanjutnya kami menemani Yang Mulia melalui Terusan Natö. Melakukan perjalanan dengan Dalai Lama dan Panchen Lama, ayah dan putra, sampai Latse kami ditemani oleh pejabat dan tentara Tiongkok dalam jumlah besar. Kemudian, ditemani oleh pengawal pemerintah India yang penuh hormat, melalui Tsogo dan seterusnya, kami sampai di tanah tersembunyi Sikkim dan tinggal di Istana Gangtong. Kami berangkat pagi-pagi di hari selanjutnya ke Bandara Shiliguri dan mengambil penerbangan ke Delhi, ibu kota. Tiba di sana sore harinya, kami diterima oleh kontingen besar termasuk Wakil Presiden India, Menteri Nehru, beberapa perwakilan negara asing, perwakilan masyarakat Dharma dari Wihara Maha Bodhi dan seterusnya. Yang Mulia dan rombongannya dibawa ke hotel untuk pembesar asing yang bernama Rumah Hasa Dhawadar, dimana kami tinggal. Kamar Yongzin Ling Rinpoche dan saya dekat dengan kamar Yang Mulia. Pagi hari selanjutnya, Dalai Lama dan Panchen Lama pergi ke tempat kremasi Mahatma Gandhi dan saya menemani mereka. Kemudian, selama beberapa hari, saya pergi dengan mereka untuk menghadiri aktivitas di Wihara. Pembicara-pembicara yang tak mengenal takut dan baik, Pembimbing Spiritual tertinggi Sherab Gyatso datang dari Tiongkok sebagai perwakilan dalam perkumpulan Dharma dan tinggal di Hotel Ashoka di Delhi. Saya pergi untuk bertemu dengannya dan dia memberikan obat penyembuhan yang lezat dalam jumlah berlimpah dari perkataannya yang menyenangkan. Setelah aktivitas di Wihara selesai, seperti yang sudah disiapkan oleh pemerintah India, kami pergi bersama mengunjungi tempat-tempat sakral seperti Bodhgaya, Varanasi, Nalanda, Vaishali, Lumbini, Rajagriha, Sanchi, gua-gua Ajanta dan Sri Danyakataka di selatan dengan tur ke pabrik-pabrik utama dan kota-kota termasuk Bombai, Mysore, Bangalore, dan Kalkuta. Ketika mengunjungi tempattempat suci Buddha seperti Nalanda, saya berpikir mengenai tindakan pengasih sang Buddha, enam hiasan, dua yang utama, dan seterusnya telah diberlakukan di masing-masing tempat. Saya merasakan keyakinan mengingat kehidupan Buddha, bahagia karena tiba di tempat ziarah suci, dan karena sekarang tidak ada yang tersisa kecuali jejak bahwa mereka pernah ada di sana, saya merasa kekecewaan yang muncul karena mengingat mengenai ketidak-kekalan, sehingga ketiga sentimen ini, keyakinan, kebahagiaan, dan pelepasan, bersaing dalam diri saya. Dan juga, mengunjungi banyak pabrik di Tiongkok sebelumnya, dan sekarang di India, ketika saya melihat baja dan tembaga meleleh seperti sungai dan dituang ke cetakan, mesin-mesin besar menghancurkan dan memukul, dan seterusnya, setiap hari ketakutan akan penderitaan di neraka akan muncul, dan mengkoreksi pikiran saya yang manja dan liar yang cenderung mengeras terhadap Dharma. Wawasan ini berbeda dengan aliran bawah tiga racun152, mengungkapkan betapa beratnya bibit dari tindakan negatif kita sebelumnya. Kemudian setelah tinggal di Kabug selama beberapa hari Yang Mulia Dalai Lama memberi ajaran dan seterusnya, kami pergi ke Gangtog. Di sana kami ditemui oleh Silön Dekarwa, Lukangpa, Tsewang Dorje, Katsab Yutogpa, Tashi Döndrub, Kändrung Ngawang Döndrub, dan seterusnya, yang datang dari Lhasa untuk mengawal kami kembali, tetapi mengatakan bahwa sebaiknya kami tinggal di India untuk sementara waktu sehubungan dengan petisi mengenai kebijakan keras dari Tiongkok. Hal ini memakan waktu diskusi setengah bulan sementara belum diputuskan apakah kami akan pergi atau tinggal. Pada saat itu, saya tinggal dengan nyaman di Sadukoti di Kabug. Panchen Lama Sang Maha Tahu bersama rombongannya berjalan terus ke Tsang. Segera setelah mendapat konfirmasi bahwa Yang Mulia Dalai Lama akan kembali, saya datang ke Gangtog untuk menemani beliau. Ketika kami sampai di puncak terusan Natö di perbatasan dan saya melihat tentara penjaga Tiongkok yang akan mengawal kami, saya merasakan kesedihan dan ketakutan seperti kembali ke penjara. Melewati Domo dan Pagri, dll., kami akhirnya sampai di Gyältse. Tahun baru, tahun burung api, tiba pada saat Yang Mulia dan rombongannya menghabiskan beberapa hari di Gyältse. Saya tinggal di 118
Zhinä Dratsang di Gyältse dan memenuhi permintaan Zhinä Dratsang dan Rika Dratsang untuk membangun hubungan Dharma, memberikan instruksi seperti mengenai Ganden Lhagyäma dan Fondasi Dari Semua Kesadaran. Pada tanggal dua-puluh-sembilan bulan dua-belas, Zhinä Dratsang memakai Gutor Cham untuk Yang Mulia. Hal ini terlihat cukup indah karena tidak ada yang dilakukan dengan cara palsu. Pemerintah mengatur perayaan tahun baru sederhana dan kue-kue dipersembahkan, Ganden Shartse Zemey Rinpoche dan Ratö Kyongla Tulku melakukan diskusi berdiri. Setelah tahun baru dirayakan, Yang Mulia Dalai Lama pergi melalui Panam ke kastil Zhika Samdrub Tse. Saya juga tinggal di kastil. Di aula pertemuan besar di kastil, pemerintah daerah Tsang, dewan Tiga-belas Kastil Lhade Mide mempersembahkan puja umur panjang kepada Yang Mulia Dalai Lama dan dia memberikan ajaran kepada khalayak umum. Kami pergi ke komunitas Dharma besar Tashi Lhunpo dan bertemu dengan Panchen Lama Sang Maha Tahu. Kami pergi untuk mengunjungi wihara-wihara, memberikan persembahan dan konsekrasi. Setelah Yang Mulia memberikan ajaran di aula pertemuan besar Tashi Lhunpo dan di Istana Dechen, saya beruntung mendapat kesempatan menemani Yang Mulia berziarah ke Ewam Chöde, Päl Nartang, Zhvalu dan Ritil, termasuk Wihara Shvalu Gyängong dimana Pelindung Manjushri Sakya Pandita mengambil sumpah pentahbisannya. Pada saat Yang Mulia Dalai Lama tinggal di Tashi Lhunpo, saya tinggal di akomodasi yang telah dipersiapkan bagi saya oleh Tashi Labrang, kediaman Yongzin Lhopa Tulku Rinpoche bersama dengan keluarga Pön. Yongzin Ling Rinpoche dan saya pergi menemui Panchen Lama Sang Maha Tahu yang memberikan kami perbincangan yang menyenangkan. Di samping itu, saya pergi untuk menemui Yongzin Ngulchu Rinpoche yang sebelumnya menerima transmisi kumpulan karya Je Tsongkhapa dan muridmuridnya dari saya. Walaupun Yang Mulia Dalai Lama dan Panchen Lama Sang Maha Tahu memiliki hubungan yang hangat dan harmonis diantara mereka, ketika Panchen Rinpoche Sang Maha tahu pertama kali datang dari Domä ke Lhasa berharap untuk membangun hubungan dalam dengan samaya dan persatuan murni antara pemerintah umum Ganden Podrang dan Tashi Lhunpo Labrang, walaupun saya mempersembahkan saran altruisme apapun yang saya bisa, pada saat itu dan juga pada banyak kesempatan lain, Dharma yang dalam memiliki mara yang dalam, seperti kata metafor. Pertamatama karena kebijakan yang menipu dari Tiongkok, bermaksud untuk memecah-belah masyarakat Tibet, dan dua, karena tindakan dari beberapa pelayan labrang dan pemerintah yang dipengaruhi setan yang memasuki hati mereka untuk menghancurkan ajaran, hubungan ini tidak berkembang terlalu baik. Ramalan masa depan dari Kardo Rigzin Chökyi Dorje berkata, Benang yang merajut Ü dan Tsang bersama, Dicabik oleh serangga yang memakannya bertahun-tahun. Keharmonisan terganggu dengan setiap tenunan, Alat penenun yang mencoba untuk menyatukan mereka kelelahan! Sepertinya prediksi ini menjadi kenyataan. Dari Zhitse melalui Tag Druka, Yang Mulia menerima undangan dari biara-biara termasuk Biara Ganden Chökor, Dechen Rabgyä Ling, kedudukan monastik Panchen Shaka Chogpa Biara Thubten Serdogchän, dan Biara Yangchän di Tölung dan saya menemaninya sampai kami tiba di Istana Norbulingka, Lhasa. Pada bulan empat, seperti yang diminta oleh Drib Tsechogling Labrang, saya memberikan penjelasan mendalam berdasarkan akar teks Guru Puja, penjelasan Yongzin Yeshe Gyältsän, dan akar penjelasan 119
Mahamudra Panchen Chögyän, menciptakan pahala melalui perkataan yang berarti. Saya memberikan penjelasan ini kepada sekitar delapan-ratus orang termasuk Dragyab Rinpoche dan Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche, lama, tulku, dan geshe lainnya dari Sera dan Drepung dan mereka yang datang dari Lhasa, di teras batu di Tsechogling. Diundang ke Tsurpu oleh pembimbing spiritual tertinggi dari Praktek Keturunan, Karmapa Rinpoche, Yang Mulia Dalai Lama pergi ke Biara Tölung Tsurpu. Yongzin Ling Rinpoche dan saya berdua menemaninya dan dijamu dengan baik oleh para lama di Tsurpu. Kami melihat obyek suci utama untuk dihormati seperti patung Buddha Shakyamuni di Tzamling Gyän yang secara ajaib dibuat oleh Karmapa Pakshi, dan stupa almarhum Karmapa Düsum Kyenpa di Tashi Öbar. Pada tanggal sepuluh bulan lima kami menyaksikan pertunjukan festival yang dikenal sebagai Tsurpu Yarcham–Tarian Musim Panas Cham. Cara tariannya dipertunjukan, seperti Delapan Nama Guru Rinpoche, sangat mengesankan dan santai. Karmapa Rinpoche sendiri menarikan tarian Pahlawan dan Dakini Cham. Suatu hari ketika kotak-kotak besar berisi dasar sakral para Tsurpu Lama dibuka, kami sangat beruntung untuk melihat topi hitam dengan mata emas dan dasar sakral mulai dari tasbih emas dari guru keturunan Kagyu dan banyak cendikiawan dan Siddha dari India dan Tibet ketika mereka mempersembahkan ini untuk dilihat Yang Mulia Dalai Lama. Ketika Karmapa ke-5, Tathagata, pergi ke Tiongkok untuk melakukan pelayanan atas meninggalnya Kaisar, pada tahun babi jantan api, setiap hari mulai dari tanggal lima sampai tanggal sembilan-belas bulan tiga, ada pelangi dan awan di langit berbentuk gajah dan singa di tengah-tengah, buddha, bodhisattva dan persembahan ilahi. Pada hari terakhir cahaya emas beremanasi dari barat menembus tanah Tiongkok. Banyak dari keajaiban ini yang dicatat saat itu oleh guru dalam lukisan yang dibungkus secarik sutra besar dan dicatat dengan label dalam bahasa Tibet, Cina, dan Mongolia seperti yang disebutkan dalam Sejarah Dharma Rangkaian Kitab Suci dari Para Pahlawan yang ditunjukan pada saya. Tampaknya ditulis dalam tulisan Tiongkok kuno yang halus. Pertanda baik yang tampak saat itu adalah sumber kesetiaan dan keyakinan yang hebat. Dari Tsurpu, Yang Mulia Dalai Lama diundang oleh Pawo Rinpoche di daerah Marlam untuk datang ke biara. Kami juga ikut dan melihat obyek sakral seperti stupa almarhum Togden Dragseng sebelum kembali ke Lhasa. Setelah sesi Dharma musim panas selesai di Norbulingka, pada bulan delapan, Yang Mulia pergi berziarah ke Yerpa. Dia tinggal di atas aula pertemuan Mantra Rahasia Yerpa Dratsang Ganden dimana saya juga tinggal. Saya melihat hal-hal seperti piring Atisha dengan rupa Atisha digambarkan di atasnya. Karena waktunya bersamaan dengan pertemuan penegak mantra rahasia, biksu dari Gyutö Dratsang memulai sesi Dharma akhir musim panas, kami melakukan upacara konsekrasi ekstensif selama tiga hari dengan ritual tantrik Sri Guyhasamaja dipimpin oleh Yang Mulia Dalai Lama, dan seluruh majelis Gyutö Dratsang memanggil ratusan berkat vajra kebijaksanaan ke semua makhluk dan lingkungan. Pada perjalanan yang sama, kami mengunjungi dan memberikan persembahan di hadapan patung Maitreya yang dibangun oleh Matön Chökyi Jungne di Wihara Maitreya. Kami juga mengunjungi patung Sang Pengasih yang dibangun oleh Rigzin Kumara di gua Songtsän, patung Vairochana sejak zaman Raja Songtsän Gampo, pelindung altar Päldän Lhamo, gua dimana Lhalung Pälgyi Dorje berlatih, ‘Gua Ketergantungan’ dimana Tuan Atisha berlatih, dan wihara Pangeran Gungri Gungtsän. Kami mempersembahkan Ganachakra di Dawa Pug (Gua Bulan) dari ‘Buddha Dua dari Ogyän’– Padmasambhava. Atas permintaan Sangha Gyutö Dratsang dan Yerpa Dratsang, untuk Dromtön Trulpay Dögar–Drama, Yang Mulia Dalai Lama memberikan transmisi Pelita di Jalan Menuju Pencerahan oleh Atisha kepada 120
kumpulan besar orang di Nyingpo Gul, Yerpa. Saya mendapat keberuntungan yang membahagiakan untuk dapat bersama dengannya, membantu selagi dia membawa manfaat dan kebahagiaan bagi ajaran dan makhluk hidup di tempat dimana pelita Ajaran Kadam menyala, ‘Diberkati oleh Tujuh Dewa dan Dharma.’ Setelah menyelesaikan aktivitasnya di Yerpa, dengan kembalinya Dalai Lama ke Lhasa, Kyabje Yongzin Lingtrul Dorjechang diundang ke pertapaan Garpa dan pergi ke sana tiga atau empat hari lebih awal untuk menerima persembahan puja umur panjang dan sebagainya. Rinpoche meminta saya untuk bersantai di sana selama beberapa hari bersamanya dan, dalam pertemuan informal, kami banyak berbincang mengenai topik-topik luas dan mendalam. Kemudian kami kembali ke Istana Norbulingka. Setelah itu, atas dorongan seorang wanita, Dorje Yudrön, dari Yutog Kyitsäl, di aula pertemuan Zhide Dratsang di Lhasa kepada lebih dari empat ribu orang yang terutama terdiri dari Sangha yang ditahbiskan (termasuk sekitar lima-puluh lama dan tulku dari semua tingkatan seperti Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche, Dragyab Hotogtu Rinpoche, Chamdo Pagchen Hotogtu Rinpoche, dan banyak geshe terkenal dari Sera Jey seperti Känzur Tsangpa Tabkä), saya memberikan instruksi pengalaman Lamrim153. Selama satu bulan penuh; saya memberikan Ajaran Lamrim saya yang terakhir di Tibet. Setelah itu, atas desakan Sera Jey Trehor Geshe Ogyän Tsetän, Shung-Gya Mawa (Guru dari Ratusan Kitab Suci), saya pergi suatu hari ke Sera dan memberikan instruksi penjelasan ekstensif mengenai Ganden Lhagyäma di teras lapangan Dharma di Trehor Kangtsän kapada Sangha berjumlah besar termasuk Ratreng Chogtrul Rinpoche, kepala biara, pejabat, lama, tulku, dan geshe dari Sera Jey, Mey dan Universitas Tantrik. Ketika saya berusia lima-puluh-delapan, pada musim semi tahun anjing bumi, atas dorongan Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche, di Pabongka Labrang, Lhasa, saya memenuhi harapan sekitar dua-ratus biksu, lama, dan tulku termasuk Chogtrul Rinpoche dengan memberikan ajaran keturunan oral tertutup yang diberikan oleh Yang Mulia Manjushri kepada Tuan Tsongkhapa, Tigabelas Dharma Emas tidak umum bagi Sakya, jenang tiga-belas visi rahasia Tagpu Dorjechang, dan transmisi penyelesaian ritual bagi semuanya. Mengikuti tradisi, Yang Mulia Dalai Lama tertinggi, berkeliling ke tiga kedudukan monastik untuk menandai keberhasilannya dalam menyelesaikan ajaran Lima Risalah Utama. Pada bulan enam, saya menemaninya ke Biara Drepung dan tinggal di akomodasi yang telah disiapkan untuk saya di atas lapangan istana. Di tengah majelis yang berpengetahuan dan terbebaskan di lantai batu dari aula pertemuan utama, Yang Mulia memberikan ekspresi penghormatan dan lalu mengambil ujian gelar geshe-nya. Bersama dengan kepala biara Drepung dan geshe terbaik yang telah menguasai debat dialektis memberikan penalaran yang berlawan, dia memberikan tanggapan tanpa halangan. Setelah itu, kepala biara dari Universitas Drepung Gomang dan Loseling mengujinya dan Yang Mulia memberikan penalaran, tesis, dan seterusnya, berbicara dengan kefasihan yang brilian yang menyenangkan guru-guru terpelajar. Di aula pertemuan utama Chogtsung, dia menerima persembahan kue-kue dari dewan otoritas Biara Drepung. Dia membangun hubungan Dharma, memberikan ajaran kepada majelis umum, jalan dalam jalur berkeliling dengan rombongan besar, dan melakukan konsekrasi dan pembersihan di empat arah. Bersama dengan persembahan pelayanan dan distribusi Kyabje Yongzin Sharchö Ling Rinpoche, Yang Mulia diundang untuk memimpin majelis. Saya juga mendapat keberuntungan untuk menemani Yang Mulia ketika dia diundang oleh dewan otoritas Namgyäl Dratsang ke aula Sang-ngag Gatsäl dan pergi ke sana, melakukan tindakan besar
121
seperti memberikan ajaran. Pemerintah juga memberikan distribusi umum berjumlah besar dan pelayanan pada upacara penghargaan di aula pertemuan utama. Setelah aktivitas besar ini diselesaikan di Drepung, dalam perjalanan kembali, dia pergi ke Kastil Nechung. Raja Dharma (Pelindung Dharma) diundang memasuki medium-nya, Dua pergi ke dasar tangga batu di pintu barat, menunduk dengan hormat kepada Yang Mulia dan menemaninya ke aula pertemuan dimana kue-kue upacara dipersembahkan dan dasar visual dan obyek favorit sang Dharmapala seperti badak, topeng, lembu, dan seterusnya dipersembahkan di hadapannya. Dharmapala memanggil para menteri ke tempat Yang mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche, dan saya duduk dan memberikan beberapa ramalan mengenai urusan spiritual dan sementara seperti, ‘Ada bahaya saat-saat buruk akan datang tanpa Pelindung!’ Kami semua yang hadir takut bahwa ini adalah ramalan kesulitan bagi Yang Mulia Dalai Lama tetapi, bila dipikirkan lagi, sepertinya hal ini mengindikasikan bahwa Tibet akan ditinggalkan tanpa pelindung ketika Yang Mulia pergi ke India. Lalu dia pergi ke komunitas Dharma Sera dimana, sama seperti di Drepung, dia mengikuti ujian, membangun hubungan Dharma, merayakan upacara resepsi persembahan kue, pemerintah memberikan distribusi, dan seterusnya. Saya tinggal di Dänma Kangtsän dimana akomodasi telah disiapkan untuk saya. Pada saat itu, satu hari, saya juga pergi mengunjungi kediaman Kyabchog Dorjechang Chogtrul Rinpoche secara tidak resmi. Setelah menyelesaikan tindakan besarnya di Sera, [Yang Mulia Dalai Lama] kembali ke Istana Norbulingka. Kemudian ketika, sekali lagi, di bulan delapan, dia pergi ke Ganden, dia memakai mobil dari Lhasa mendaki ke terusan Ganden di Tsangtog. Dalam perjalanan, dia membuat kunjungan singkat ke Detsän Sang- Biara Ngag Kar dan mendamaikan Mahakala Berlengan-Enam, patung suci utama, yang telah dikonsekrasikan oleh Kädrupje. Dari Tsangtog, dengan prosesi tradisional yang rumit, dia pergi ke tanah kemenangan gunung Ganden, Drog Riwo Che Ganden Namgyäl Ling. Saya juga pergi, dan tinggal di kamar saya di lantai atas Dokang Kangtsän. Sesuai tradisi, Yang Mulia telah memasuki pintu Dharma pada tahun sebelumnya, tahun babi hutan api, di Drepung dan Sera, dan ketika dia mengikuti ujian Dharma, hal ini dilaksanakan bersamaan dengan upacara pemberian penghargaan. Mengunjungi dua dratsang, dia dipersembahkan jamuan kue-kue oleh masing-masing sesuai dengan sumber keturunan mereka. Di lapangan debat Dharma, dia diberikan penalaran yang berlawanan terkait dengan lima risalah besar oleh murid-murid terbaik di biara. Yang Mulia berdebat dengan kepala biara dari dratsang, dan duduk untuk mengikuti ujian geshe-nya memberikan tanggapan atas tantangan yang berasal dari kepala biara sendiri. Dia membangun hubungan Dharma dengan populasi biksu. Otoritas dari setiap dratsang memberikan distribusi perjamuan. Di aula pertemuan besar, dewan otoritas biara mempersembahkan jamuan kue-kue. Yang Mulia membangun hubungan Dharma dengan majelis umum. Semua aktivitas, ujian geshe, upacara penghargaan dan seterusnya, dilaksanakan di aula pertemuan dan lapangan debat jadi seperti di Sera dan Drepung, upacara perjamuan kue-kue dipersembahkan oleh Tripa Labrang di Wihara Yangpachen. Dengan persiapan rumit, pemerintah membuat ribuan persembahan dan mempersembahkan Ganachakra di hadapan obyek suci seperti Stupa almarhum Pelindung Manjushri Lama Tsongkhapa. Lebih jauh lagi, bersama dengan Yang Mulia memimpin, Ganden Tripa Thubten Kunga yang sekarang, Yongzin Sharchö Ling Rinpoche, saya sendiri, pelayan biksu dari Namgyäl Dratsang, kepala biara Ganden Shartse dan Ganden Jangtse, lama, tulku, geshe dan majelis umum, kami melakukan upacara konsekrasi selama tiga hari sehubungan dengan ritual Vajra Bhairava. Di Wihara Dharmaraja kami melakukan persembahan sang (dupa) dan ritual pemenuhan dengan Ganachakra. Suatu hari, bagi majelis Sangha yang bijaksana dan terbebaskan di Ganden, lahan 122
tertinggi untuk persembahan oleh manusia dan dewa, rumah tangga saya memberikan teh dan sup nasi panas, mendistribusikan lima-belas sang dan memberikan khatak bagi setiap biksu dan membuat persembahan dana modal yang cukup agar setiap biksu dapat menerima satu sang setiap tahun. Pada saat yang sama, saya diundang ke tahta emas Raja Pelindung Dharma Manjushri Tsongkhapa untuk menjadi pemimpin majelis. Bersama dengan penjelasan mandala yang dipersembahkan dimulai dari kualitas luar biasa dari tiga rahasia, saya menerima persembahan tak terlukiskan yang cocok untuk pahala, dan setelah pertemuan publik selesai, saya menerima persembahan jamuan kue-kue, hadiah dan penghargaan dari pemerintah di kediaman saya di atas aula pertemuan. Satu hari Yang Mulia mengelilingi Ganden Lingkor dengan rombongan ekstensif sesuai tradisi dan, di empat arah dari lingkaran, melakukan pembersihan dan resitasi. Sebelum musim semi, dia kemudian diundang ke aula pertemuan sebagai Shar Gangrima Dan Satzinma puji-pujian Ganden, yang dua dikomposisikan oleh Dalai Lama ke-7, Kelsang Gyatso, dilantunkan dengan melodi. Tidak ada tradisi di Namgyäl Dratsang untuk meresitasi doa seperti Shar Gangrima (Gunung Salju Timur),154 dan hari itu, karena beberapa factor seperti keributan yang disebabkan karena sekelompok besar orang bangkit dan berbaris untuk bertemu dengan Yang Mulia, pelayan biksu Namgyäl mencampur-adukan kata-kata di tengah Shar Gangrima. Walaupun hal ini menyebabkan keprihatinan karena resitasi di hadapan publik, suara lantunan biksu sangatlah bagus sehingga ,menutupi hal ini dengan sempurna tanpa ada tanda-tanda di balik keindahan dan kemanisan melodi lantunan. Suatu hari, Yang Mulia Dalai Lama mengendarai sapi putih untuk mendaki Gunung Wangkur Ri dengan rombongan yang dipilih khusus. Saya juga pergi dan membantu resitasi Lhasang Dralha Pangtö–Sang persembahan dupa dan Pemuliaan Deva Yang Menghancurkan Musuh. Ketika saya melihat Biara Ganden dari puncak gunung, saya memikirkan kebaikan Tuan Tsongkhapa dan murid-muridnya dan saat saya tinggal di biara dan berpartisipasi dalam program majelis dan debat, dan saya terbawa perasaan senang campur sedih. Pada satu saat, sehubungan dengan pembukaan kotak terkunci dari dasar yang diberkati di ruang tahta Ganden, saya melihat sejumlah besar dasar dalam yang sakral seperti rupa Tuan Tsongkhapa dan ketiga jubah Dharmanya, dan saya menerima hadiah beberapa dasar yang diberkati juga. Ketika tinggal di Ganden, Yang Mulia Dalai Lama menderita demam tinggi selama beberapa hari tetapi melalui kekuatan menerimanya dengan tulus, dengan perisai energi bodhicitta dan minum obat, penyakit ini tidak semakin parah, dan dia baik-baik saja. Setelah aktivitas di Ganden selesai, dalam perjalanan kembali, Yang Mulia mengunjungi wihara atas Tsäl Gungtang, dan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya tinggal di lantai atas kediaman barat dimana inkarnasi terdahulu saya meninggal dunia. 155 Setelah Yang Mulia menerima persembahan jamuan kue dari Gungtang Labrang dia pergi untuk tinggal di pondok musim panas di taman. Dia meminta Kuntse Tzasag dan Tsipön untuk membawakan beberapa teks untuk dibaca, karena mereka tidak tahu ada teks apa di Gungtang Labrang, mereka meminta bantuan saya. Diantara banyak teks kuno di kotak-kotak dengan di lantai atas wihara ada lima jilid kumpulan karya tulisan tangan Drogön Shang Yudragpa yang saya ambil dan persembahkan. Ketika saya pergi untuk melihat teks ini, Tsipön Tsewang Döndrub-la junior datang dan berkata sambil bercanda, ‘Katamu kamu belum membaca semua kitab suci Tibet! Teks Tibet apa yang kamu tidak tahu?’ Diantara kitab suci ada banyak kompilasi teks Paramita yang ditulis tangan dengan
123
empat atau lima baris teks per-halaman dan saya terganggu karena tidak bisa membaca mereka semua saat itu. Yang Mulia mempelajari Kumpulan Karya Shang dan menyukai mereka. Pada saat itu, jenderal Tiongkok berdiam di Lhasa, Trangchin U mengatakan bahwa tentara Chuzhi Gangdrug bertikai dengan tentara Tiongkok di Nyemo yang telah berakibat kematian, dimana Dalai Lama dan pemerintah harus menerima kesalahan, dan dia mengancam akan melakukan penekanan ganas. Pertemuan darurat Kashag diadakan. Dan hal ini mengganggu Yang Mulia Dalai Lama dan dia datang ke Istana Norbulingka di hari selanjutnya dalam kondisi tidak senang. Tahun tersebut pada musim dingin, atas permintaan Ngarab-jampa Lozang Wangdän, saya pergi ke Universitas Tantrik Sera dan, kepada sekitar dua-ribu orang yang terutama terdiri dari biksu Sera, dengan beberapa hari persiapan tambahan, saya memberikan inisiasi Arya Nagajarjuna Guyhasamaja Akshobyavajra, Tiga-belas-Dewa Yamantaka, Lima-Dewa Ghandapa Heruka dan Kunrig, bersama dengan mantra jenang Guyhasamaja, Yamantaka dan Heruka. Pada saat yang sama Domo Geshe Chogtrul Rinpoche menerima gelar geshe-nya, jadi saya diundang dan pergi ke Domo Labrang dimana saya tinggal selama dua hari. Saya pergi ke kediaman Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche dan, dalam pertemuan tidak resmi, mendoakan umur panjang Yongzin Gyälrong Käntrul Rinpoche yang tidak sehat. Selama bertahun-tahun sampai saat itu, saya telah memberikan inisiasi, transmisi dan penjelasan Sutra dan Tantra tahunan, dengan penekanan pada ajaran Tahapan Jalan Menuju Pencerahan, kepada mulai dari seribu atau dua-ribu orang sampai empat atau lima-ribu orang, termasuk terutama biksu dari tiga kedudukan monastik, Universitas Tantrik Gyutö dan Gyume di Lhasa, penduduk wihara-wihara Meru dan Zhide, dan seterusnya. Pada saat-saat itu, paling tidak ada duapuluh atau tiga-puluh sampai enam-puluh atau tujuh-puluh lama dan tulku dari berbagai tingkatan yang hadir dan banyak murid-murid terbaik dan geshe terkenal, termasuk kepala biara dan pejabat dari tiga kedudukan monastik yang berkumpul. Dari sisi saya saya merasa seperti yang dikatakan Panchen Lozang Chögyän, Walaupun ahli dalam mentransformasi pikiran orang lain melalui penjelasan Dharma, Pikiran saya sendiri tetap kasar dan kering. Seperti pemalsu, ketika saya bertindak seperti saya mengajar Dharma, Ada bahaya bahwa seseorang yang mengetahui Dharma adalah miskin Dharma! Seperti yang dikatakannya, sifat saya adalah seorang munafik yang keras mengeras terhadap Dharma, yang prakteknya berlawanan dengan ajarannya. Tetapi seperti terhukum karena membunuh ibunya sendiri yang menjadi biksu, terlatih dalam Tripitaka, pergi ke tanah terpencil untuk berlatih dan yang, dengan mengajar Dharma, memiliki murid-murid yang telah mencapai buat Arhat, saya, dari banyak murid yang berharap untuk mengambil tanggung-jawab menegakkan Ajaran Buddha yang mencoba untuk menggenerasikan dan mengajar sesuai dengan kemampuan saya, beberapa tetes instruksi nektar-nya yang esensial bagi telinga, seperti ajaran Lamrim dalam jalur mudah menuju kebebasan dan kemahatahuan. Tetapi pembawa pesan mara, dan kawanan gajah liar dari Tiongkok Merah yang barbar membawa kehancuran bagi belukar teratai warga Tibet dan ajaran Buddha yang tiba-tiba secara bersamaan, akan dihancurkan dan bahkan tidak akan ada jubah, simbol pentahbisan, di tiga daerah Tanah Tibet secara keseluruhan. Penekanan Tiongkok membawa kehancuran lengkap bagi harapan saya untuk lama, tulku, dan pembimbing spiritual. Mereka mengikuti Yang Mulia Dalai Lama ke India, tetapi bahkan beberapa yang berhasil, meninggal tidak lama kemudian. Dan bagi beberapa, seperti yang dikatakan Guru Vasubandhu, Belum meninggalkan penderitaan mental, Dan memberikan perhatian yang tidak pantas Bagi obyek yang sepertinya benar ada, 124
Penyebab delusi sudah lengkap. Semuanya terjadi seperti yang dideskripsikannya. Ketika saya memikirkan bagaimana harapan kami tidak menghasilkan buah dan hilang seperti kastil pasir yang dibangun oleh anak-anak di pantai, hal ini sangat mengecewakan, tetapi tidak ada yang bisa diperbuat. Ketika saya berusia lima-puluh-sembilan, pada tahun babi hutan bumi, pada hari pertama tahun tersebut, saya melakukan persembahan pemenuhan yang rumit di hadapan patung Päldän Lhamo yang berbicara di ruang altar di kediaman Dalai Lama di Istana Potala, meresitasi ritual torma tahunan di puncak istana, dan saya juga pergi ke upacara meriah lainnya yang sesuai kebiasaan dilakukan setiap tahun, pada awal dan akhir hari tahun baru. Hujan salju turun sedikit pada pagi hari pertama. Saljunya melayang dengan tidak merata dan sepertinya ini adalah pertanda buruk terkait dengan urusan spiritual dan sementara. Untuk menandai selesainya pelajaran156 Dalai Lama mengenai lima peraturan besar, pada Festival Doa Besar di Lhasa untuk merayakan tindakan ajaib Sang Buddha, dia akan melakukan debat di hadapan sekumpulan besar Sangha. Karena itu, dia pergi ke lantai atas Labrang Wihara Jokang di Lhasa. Pada saat Festival Doa, saya juga tinggal di lantai atas Labrang. Tanggal tiga-belas adalah hari debat publik Dalai Lama untuk mendapatkan gelar Geshe Lharampa. Hari itu, pelayanan teh umum bagi majelis pagi hari, debat publik di lapangan mengajar, pelayanan teh umum bagi majelis siang hari, debat publik siang hari yang ‘kering’157, pada pelayanan teh umum bagi majelis malam hari, debat publik malam hari yang luar biasa. Pada setiap sesi, ketika Dalai memberikan penghormatan kepada setiap peraturan besar, pada majelis di pagi hari dan debat malam hari, ada sekitar tiga-puluh-ribu biksu yang hadir; hal ini terlihat seperti tanah ditutupi oleh rangkaian kalung topas, atau tanah bumi ditutuli dengan safron segar. Di tengah sejumlah besar majelis yang sangat terpelajar, ahli dialektika yang bijaksana, geshe dari tiga kedudukan monastik yang menganggap dirinya sebagai guru logika Dignaga dan Dharmakirti, pada pagi hari, dia berdebat mengenai Pramana di lapangan; pada siang hari, Madyamaka dan Paramita; dan pada malam hari, Vinaya dan Abhidharma. Dalam setiap kasus, dia mempresentasikan argumen mengenai dari poin yang paling sulit dan memberikan tanggapan tanpa masalah, karena itu mengisi para tetua yang bijaksana dengan kekaguman. Kami menikmati keberuntungan karenan menyaksikan pertunjukan menakjubkan kebanggaan dan kepercayaan diri cendikiawan sombong ini, yang melihatnya sebagai pemula, diinjak di bawah tumit kakinya! Pada sesi debat publik siang hari, Raja Oracle Emanasi Nechung diundang untuk memasuki mediumnya. Dia mempersembahkan pernyataan logika singkat mengenai Empat Kebenaran Mulia kepada Dalai Lama, dan juga memberikan selamat. Pada tanggal empat-belas, di lapangan besar, pemerintah membiayai perayaan perjamuan besar bagi kesuksesan Dalai Lama dalam menyelesaikan ujian debat publik dan, sehubungan dengan menerima persembahan yang sangat mengesankan, Yongzin Kyabje Ling Rinpoche, Sharpa Chöje158, saya, dan lawan debat, Tsänzhab, menerima penghargaan tinggi. Pada tanggal sepuluh bulan satu, sesuai tradisi di wihara Meru kuno di Lhasa, Raja Dharma Nächung diundang dan pada tanggal tujuh-belas juga, undangan tambahan diadakan di kediaman atas Labrang. Nächung, Oracle resmi pemerintah, mengatakan, ‘Bisakah kamu mwmbangun jembatan di atas sungai tanpa arungan159? Saya sedang memeriksa dari sisi arwah!’ Kami berpikir bahwa karena sudah waktunya jarak antara Tibet dan Tiongkok diperlebar, Nächung berkata bahwa mereka berdua akan melakukan persiapan dan bahwa Nächung sendiri sedang mempersiapkan tindakan. Tetapi ketika saya melakukan pemeriksaan tidak lama kemudian, sekeliling Lhasa sudah dikepung oleh kamp tentara Tiongkok dan sepertinya semua kemungkinan untuk kabur sudah menguap. Walaupun begitu, saya dapat menerima jaminan pelindung Dharma, 125
dengan perkataan komitmen vajra abadi, bahwa Dalai Lama dan rombongannya sebanyak hampir seribu orang tidak akan mengalami kesulitan sedikitpun. Dua hari setelah Festival Doa selesai, sesuai tradisi, Dalai Lama datang ke tengah-tengah pelayanan teh publik di siang hari. Mirip dengan kebiasaan sekarang untuk mengambil ujian oral di beberapa sekolah, setelah berbagai shloka ‘bait’, dari lima peraturan besar yang telah saya persiapkan diresitasi sebagai dasar pertanyaan, Dalai Lama memberikan komentar dengan penalaran yang baik mengenai makna dari setiap bait. Setelah majelis siang hari selesai, di hadapan banyak cendikiawan di lapangan, dia juga hadir untuk mengikuti ujian debat publik umum yang lebih kecil. Keesokan harinya, ada pengumuman bahwa sandiwara akan dipertunjukan di kamp tentara Tiongkok Siling Puu. Kami menerima pesan dari kantor tentara yang meminta Yongzin Ling Rinpoche, saya, dan menteri Kashag lainnya untuk hadir. Sebelumnya ada pertemuan di Dotö dan Domä dimana berbagai lama, menteri dan orang-orang penting yang diundang, dimana setelah itu mereka ditangkap dan dipenjarakan. Karena telah mendengar hal ini dan karena kebodohan yang mementingkan diri sendiri di pikiran saya walaupun semua pelajaran saya mengenai pandangan yang dalam dan pelatihan pikiran, saya mempunyai bayangan kuat bahwa Tiongkok akan menipu kami semua dan menahan kami malam itu, tetapi saya harus pergi. Sepertinya ini adalah semacam persiapan dari sisi Tiongkok untuk memberikan undangan yang menipu pada Dalai Lama. Malam itu, kami makan dengan mereka. Walaupun dari luar semua tampak sopan, kami nyaris tidak kembali. Dikatakan bahwa Arya Sangha patut dilayani dan dihormati, ladang pahala yang mulia, ladang tertinggi bagi persembahan. Maksud dari mengumpulkan pahala dari persembahan ini, selama beberapa tahun, di mejelis festival doa besar saya memberikan pesembahan pelayanan teh, bubur, distribusi untuk persembahan individual, dan telah memberikan kontribusi bagi berbagai dana modal. Seperti itu juga, di perkumpulan terakhir untuk akumulasi ini, saya kembali memberikan distribusi persembahan bagi semua individu yang hadir di majelis. Tidak lama setelah itu, saya secara khusus Panglung Kuten medium utama pelindung utama ajaran, Gyalchen Dorje Shugden. Saya mengundang Dharmapala dan meminta nasihatnya. Dalam tanggapannya, dia berkata bahwa karena musuh ajaran, Komunis Tiongkok, bermaksud untuk melaksanakan rencana jahat tidak lama lagi, benar-benar penting bagi Dalai Lama dan kami untuk pergi secara diam-diam ke India, tetapi saya, khususnya, tidak boleh tinggal di Tibet karena saya sangat terkenal. Dia juga berkata bahwa sangat penting untuk memperingati Dalai Lama, bahwa dia harus pergi dan akan datang saat dimana dia akan dapat pergi. Tetapi karena masalah apakah Dalai Lama harus pergi atau tinggal belum diputuskan, banyak yang masih meragukan hal ini. Setelah Festival Doa selesai, dan sesi ajaran Maitreya telah dilaksanakan, tiba-tiba Dalai Lama meninggalkan Lhasa menuju Istana Norbulingka Kälzang dengan lautan rombongan. Kami juga ikut pergi. Pada tanggal sepuluh bulan tiga tahun 1959 di kalender Barat, Dalai Lama, dua guru160 dan menteri pemerintah bersama lainnya, menerima undangan dari kamp tentara Tiongkok yang meminta kami hadir untuk menyaksikan pertunjukan di tenda tentara Tiongkok partai Komunis. Pengawal Dalai Lama Dapön Taglha Puntsog Tashi secara khusus diundang ke kamp Tiongkok tetapi rombongan pengawal Dalai Lama tidak boleh lebih dari sepuluh, sebagai salah satu syarat undangan, dan mereka juga tidak boleh memakai baju perang atau membawa senjata! Bagi guru dan menteri, kami harus datang sendiri, dan tidak boleh membawah pelayan. Hal ini sangatlah konyol dan seperti publikasi dari maksud mereka yang berbahaya. Tetap saja, Tiongkok merah memaksa dan Dalai Lama tidak memiliki kekuatan untuk menolak, dan sudah diputuskan bahwa dia akan pergi. Sekarang masyarakat Tibet, awam dan ditahbiskan, memiliki kebencian umum atas tindakan Tiongkok merah. Khususnya, dalam delapan tahun sejak mereka tiba di Lhasa sampai saat itu, mereka tidak pernah mengundang Dalai Lama ke kamp tentara Tiongkok, dan untuk mengundang pejabat pemerintah lainnya tanpa pelayan meresahkan warga Tibet dan mereka datang dari segala 126
arah. Banyak orang yang mendengar atau melihat datangnya banyak truk besar berisi tentara Tiongkok tiba malam itu dan menyaksikan hal-hal lain. Hal ini membawa setiap orang yang dikepalai oleh mereka yang berasal dari tiga kedudukan universitas seperti lama, biksu, pejabat, awam dan ditahbiskan, bersama dengan masyarakat umum, pria dan wanita, sebanyak puluhan ribu datang dan berkumpul di sekeliling Norbulingka. Tidak ada yang dapat meyakinkan mereka untuk bubar karena mereka memiliki satu pikiran untuk mencegah Dalai Lama pergi ke sandiwara. Pagi itu, hari pertama, mereka berkumpul di luar gerbang Istana Norbulingka, memblokir jalan dan meneriaki petisi agar Dalai Lama menunda pemenuhan undangan hari itu, karena mereka tidak bisa mengambil tanggung-jawab untuk membiarkannya pergi ke pertunjukan. Menteri Kalön Sampowa Tsewang Rigzin, bermaksud mengawal Dalai Lama, datang dari Lhasa ke Norbulingka dengan mobil tetapi, karena supirnya adalah orang Tiongkok, masyarakat melemparinya dengan batu. Sampo terkena lemparan di kepala dan harus kembali. Saudara Chamdo Pagpa Lha, Känchung Sönam Gyältsän, pria muda yang dikenal berhubungan dekat dengan agen Tiongkok, berbuat kesalahan karena datang ke Norbulingka dengan pakaian Tiongkok dan membangkitkan kemarahan massa lebih jauh dengan tindakan nya sehingga dia dihentikan oleh massa yang curiga di gerbang utama dan mereka melemparinya dengan batu sampai tewas. Hal ini membuat Dalai Lama menunda perjalanannya ke kamp Tiongkok. Massa menyesaki Lhasa sembari berteriak, ‘Kami bangsa Tibet bebas dan merdeka!’ Lebih dari seribu orang dari tiga daerah Tibet161 membentuk tentara pengawal sukarela, membawa perisai dan senjata mereka sendiri, berkumpul untuk menjaga di setiap sisi tembok yang mengelilingi Istana Norbulingka, di sekeliling Istana Potala dan di Katedral Lhasa. Di rumah ritual di Norbulingka, rakyat menciptakan markas tentara penjaga baru. Ribuan wanita Lhasa juga berdesakan bersama, berdemonstrasi melawan komunis Tiongkok, berteriak agar Tiongkok meninggalkan Tibet. Pada hari kedelapan Tiongkok merah menembak dan membunuh dua biksu dekat sisi utara Norbulingka, dan dua cangkang mortir ditembakan ke Istana Norbulingka, seperti yang diceritakan secara rinci oleh Yang Mulia Dalai Lama di bukunya. Situasi ini menjadi sangat berbahaya sehingga sangat mengganggu saya dan orang seperti saya yang tidak menyadari bahwa semua hal adalah ilusi. Karena situasi ini, otoritas Kashag meminta ramalan mengenai cara yang paling baik bagi Dalai Lama untuk sampai di negara asing untuk meminta suaka. Mereka menggunakan medium bola adonan di hadapan patung Päldän Lhamo yang berbicara, Nechung Chögyäl Chenpo – oracle pemerintah dan ramalan dari Gadong Dharmapala Shingjachän, tetapi mengikuti maksud dan perintah Dalai Lama, saya diam-diam memerintahkan Ratö Chubar Rinpoche untuk pergi ke Pertapaan Panglung dan meminta instruksi Gyalchen Dorje Shugden. Dharmapala berkata, ‘Kau harus pergi dengan segera! Bila kau pergi ke arah barat daya, tidak ada celaka yang akan datang ke Dalai Lama atau rombongannya; saya jamin! Kau harus pergi menaikan pedang ini dalam nama saya di kepala kolom Dalai Lama.’ Karena itu, dia menasihati saya menggunakan jalan yang menuju arah barat daya melalui Rama Gang dan kemudian melakukan tarian tembakan panah dan pedang. Mengikuti nasihat ini, pada malam tanggal delapan bulan dua pada pukul sembilan malam, didahului oleh anggota keluarganya seperti ibunya, Gyälyum Chenmo, Dalai Lama dan satu rombongan kecil pergi. Mengikuti setelahnya, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche saya, Kalön Zurkangpa, Wangchen Geleg, Neshar Thubtän Tharpa, Shänkab Gyurme Tobgyä dan rombongan yang dikurangi termasuk tiga pelayan dekat. Setiap orang melepaskan pakaian yang biasa mereka kenakan dan memakai pakaian biasa dan pakaian pembantu.
127
Kami meninggalkan Norbulingka dan naik perahu menyeberangi Sungai Lhasa Kyichu di barat daya di Rama Gang. Ketika kami turun dari perahu kami pergi bersama dengan cepat seperti bila kami pergi untuk urusan biasa. Saya membawa pelayan dekat saya Lhabu, Jamyang Tashi, Norbu Chöpel, Namdröl, dan Sönam Tänzin, pada malam kedelapan, pergi diam-diam untuk menunggu kami di Pari di Rama Gang. Päldän, Lozang Sherab, dan Lozang Yeshe yang datang menyusul saya malam itu. Ketika kami meninggalkan Istana Norbulingka kami bersembunyi di dalam kandang lembu besar yang ditutupi terpal. Kami keluar tanpa pengawal resmi di gerbang yang menanyakan siapa kami! Pergi dari Kyichu Pari, sampai menyeberangi Terusan Berpasir kecil dibentengi biara Neu Tzong, sampai di utara Sungai Kyichu, sepanjang jalan kami dapat melihat cahaya lampu dari kamp tentara Tiongkok di dekat ladang ‘Nortö’ di barat Norbulingka. Cahaya rembulan seperti lebih terang dari biasanya dan kami pergi dengan perasaan campur aduk antara apakah Tiongkok tahu kami di sana dan akan mengejar kami, dan harapan bahwa, bila kami dapat menyeberangi Kyichu, kami dapat kabur. Hal ini seperti peribahasa pemburu dan rusa Vajra Mahakala Hitam. Tidak dikonfrontasi dengan musibah, duduk di atas tahta, saya selalu menyatakan dengan suara seperti petir di dalam ajaran pelatihan-pikiran, termasuk bagaimana menggabungkan kondisi negatif dengan jalan, tetapi hari ini saya merasa seperti pembohong tanpa kesadaran seperti itu. Ketika bulan ada di balik terusan Neu, suasana menjadi sangat gelap. Karena kamp tentara Tiongkok juga menghilang dalam kegelapan, pikiran saya sedikit lebih tenang. Tetapi karena kami harus melakukan perjalanan tanpa cahaya, beberapa teman seperjalanan pergi lebih dahulu, dan yang lain tertinggal di belakang, dan kami terpisah. Pelayan saya Lhabu salah jalan dan tertinggal di belakang. Sampai pukul sembilan di hari berikutnya, dia masih belum sampai dan saya, tentu saja, merasa terganggu dengan kekhawatiran bahwa dia ditangkap Tiongkok. Karena kami bermaksud meninggalkan Norbulingka dengan perahu kami harus berpakaian pantas dan karena angin sangat dingin, hal ini menyebabkan dahak dan empedu saya naik. Saya merasa pusing dan mual dan selama beberapa waktu saya mengendarai kuda yang berguncang-guncang. Di tempat yang disebut Namgyäl Gang di ladang Tsemön Ling, salah satu penduduk memberikan saya jubah wol, hal ini memberi saya sedikit kelegaan dan saya minum air panas dan merasa lebih baik. Di sisi dekat Jela, Terusan Berpasir, manajer Tadrag Labrang berkata bahwa dia telah mengawal Dalai Lama melalui daerah dan dia ada di sana menunggu kami. Kami makan sedikit dan lalu menyeberangi Terusan Berpasir. Di dataran berpasir yang disebut Bäntsa Druka, bersebelahan dengan tempat sungai Tsangchu dan Kyichu bergabung dengan sungai besar, pagi hari datang dengan cepat. Karena angin kencang, perahu-perahu yang datang dan pergi ke seberang sangatlah jarang dan sementara kami menunggu perahu untuk kembali, kami harus berdiri untuk waktu yang lama dalam angin kencang yang menerbangkan butiran pasir, rasanya seperti ditusuk panah. Sebelum gelap, sebuah perahu sampai. Malam itu, saya lewati di kediaman atas Biara Rawa Mä. Dalai Lama juga ada di sana. Ketika kami meninggalkan Norbulingka, karena sangat penting bagi keselamatan Dalai Lama, dan selain untuk menyelamatkan hidup kami, kami tidak membawa apa-apa. Yang saya miliki hanyalah jubah biksu, buku doa, dan satu kotak pil yang diberkati. Semua pelayan memiliki kotak gau untuk melindungi tubuh mereka dari senjata, pistol, sedikit makanan dan minuman untuk saat itu, dan tidak memiliki apa-apa lagi selain baju di tubuh mereka. Singkatnya, tidak hanya kami, tetapi pada saat itu menteri-menteri pemerintah yang menemani kami, dan setelah itu banyak orang Tibet, awam dan ditahbiskan, dari semua tingkatan masyarakat yang cepat atau lambat mengikuti kami. Mengenai kami semua, seperti yang dikatakan Tuan Sakya Pandita, Apa yang tidak dinikmati tanpa kebijaksanaan 128
Hanya memberi manfaat sedikit bagi diri seseorang Hanya kebetulan anak sapi mendapat minuman Susu dari sapi pemenuh harapan! Seperti itu juga, seluruh ‘makhluk dan lingkungannya; yang kita anggap sebagai ‘milik kita’ dapat hilang dalam sekejap dan menjadi seperti mimpi dimana kita baru terbangun. Terkadang kita akan terpisah tanpa pilihan dari sahabat, keluarga, rombongan, dan seterusnya, yang kita kasihi. Membawa apa yang saya lihat dan dengar sebagai instruksi eksplisit memperkenalkan saya secara langsung pada tidak adanya kekekalan dalam sifat senyawa fenomena, hal ini seharusnya memberikan kemajuan besar dalam latihan saya, tetapi karena kebiasaan buruk dari banyak kehidupan terdahulu, setelah kami tiba di India, saya perlahan kembali ke pikiran merugikan yang percaya bahwa penampakan adalah benar ada, dan hal ini menyebabkan kita untuk membuang kehidupan kita untuk tujuan tak berarti. Kemudian, di daerah Kyide Zhöl, kami menghabiskan malam di Biara Chökor di Döl, dan di pagi selanjutnya saya pergi ke ruang altar Dharmapala Gyalchen Dorje Shugden dan membuat perdamaian. Malam itu, kami tiba di Yoru di Biara Dratang, yang didirikan oleh seorang biksu pengungkap harta karun dan memiliki kewaskitaan. Yongzin Ling Rinpoche, saya, dan tiga menteri tinggal di sana selama satu hari. Dalai Lama tidak punya waktu untuk tinggal di sana, dan telah pergi ke Dranang, Purgyang, Gogyäl, dan Zangzhi. Malam itu kami mengambil jalan utama menuju desa Drachi dan tiba di puncak Biara Nyingma di Tibet pusat, Ogmin Mindröling, yang didirikan oleh Vidyadhara yang tidak diragukan, pengungkap harta karun, Gyurme Dorje. Sangha di sana menegakan disiplin Vinaya dan, dari dua divisi Kitab Suci dan harta karun ajaran di Nyingma, terutama menegakan tradisi kitab suci, walaupun mereka juga melakukan praktek murni Harta Karun ajaran yang tak terpolusi, yang diberikan oleh pengungkap harta karun. Sangha di sana, mengenakan jubah mereka, menampakan kelakuan yang damai dan patuh, menyambut kami seperti mala emas, sementara kami, dan seluruh pelayan di sana mengenakan chupa, menunjukan rasa yang sama antara samsara dan nirvana; hal ini membawa kesedihan bagi saya, karena mengingat kesulitan yang kami hadapi. Pemegang tahta yang mewakili Mindröling, Chung Rinpoche, memperlakukan kami dengan baik dan makan siang bersama kami. Setelah mengunjungi beberapa wihara yang diberkati di biara dan Wihara Pelindung yang sangat luar biasa, Yongzin Ling Rinpoche dan saya bertemu dengan santai di kediaman Chung Rinpoche, yang menurut kami adalah orang yang hangat dan baik. Mendiskusikan dengan rinci mengenai apa yang terjadi di sekitar Lhasa, kami mendorong dia untuk pergi. Chung Rinpoche menanggapi bahwa bila dia tidak tinggal akan ada bahaya biara ini akan dihancurkan dan dia tidak mau pergi. Tidak ada yang dapat kami lakukan. Kami meninggalkan Mindröling sore itu dan menghabiskan keesokan harinya di tempat bernama Purmön Drozhi di arah barat daya. Kemudian melanjutkan perjalanan melalui Terusan Düchi, akhirnya sampai di Biara Chonggyä Purchänyä. Kami memberikan persembahan dan doa di hadapan obyek utama penghormatan di wihara tersebut, patung Buddha Pengobatan Rinchen Dawa. Di hari berikutnya kami pergi ke Biara Chonggyä Riwo Dechen. Kami bermaksud menghabiskan satu hari di sana tetapi Dalai Lama dan rombongannya telah berada di sana sehari sebelumnya dan telah bermaksud untuk tinggal satu hari atau lebih untuk beristirahat, tetapi pada hari kesepuluh, Tiongkok Merah telah menembakan hujan mortir, merusak Istana Norbulingka, Istana Potala, dan banyak tempat lain di Lhasa, dan menyebabkan banyak kematian. Tentara Tibet tidak mampu mempertahankan daerah kami sendiri, banyak masyarakat awam dan ditahbiskan lari untuk menyelamatkan diri dan seluruh negeri dipenuhi dengan pengungsi yang melarikan diri. Situasi ini telah membuat rakyat tidak memiliki pilihan kecuali pergi.
129
Mendengar mengenai keadaan darurat yang kritis, bahaya menjadi terlalu besar, dan Dalai Lama pergi secepatnya dan tiba-tiba dan pergi melalui Terusan Chonggyä Püdön ke Biara Tösam Dargyäling di atas Yarlung Chödä. Kami tidak dapat melakukan apa-apa kecuali mengikuti ke arah yang sama. Pada hari yang sama, dari Chänyä, kami telah mencapai perjalanan dua hari dalam satu hari, melelahkan semua kuda dan manusia. Tetapi, ketika kami tiba di Tösam Dargyäling, lama yang bertanggung-jawab atas biara tersebut berasal dari labrang Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan melayani kami dengan keramahan tinggi. Kami beristirahat dengan nyaman dan rasanya seperti telah tiba di rumah kami. Hari selanjutnya, melakukan perjalanan melalui Terusan Tödrag mendaki gunung salju Yarla Shambho, kami menghabiskan malam di tengah kemiskinan di desa kecil bernama Echu Dogyang. Warga desa tersebut harus mengalami hasil dari karma negatif dari kehidupan sebelumnya dalam bentuk lingkungan yang tidak ramah seperti bila mereka harus dirantai bila ingin tinggal di sana; sepertinya tidak mungkin seseorang seperti diri kami bisa tinggal di sana bahkan bila hanya sehari. Pada hari selanjutnya, kami melakukan perjalanan melalui terusan Shopo Tagla ke biara Karteng, yang diadministrasikan oleh Drug Labrang di Shopo barat, dan, pada hari ketujuh-belas, di benteng Yülgyäl Lhünpo Tse di Nyäl, dimana Dalai Lama telah tiba dan mendirikan kedudukan pemerintahan sementara, ada majelis penuh dan kami mengadakan upacara keberuntungan singkat. Yongzin Ling Rinpoche mempersembahkan penjelasan mengenai mandala dan saya mempersembahkan tandatanda dan substansi keberuntungan ketika meresitasi bait yang terkait dengan masing-masing hal ini. Setelah upacara selesai, kami tinggal di daerah sekitar di Biara Nyäl Dreu Lhä. Lalu kami melakukan perjalanan ke Biara Jor-Ra di Nyäl dan melalui terusan Karpo ke Biara Tsona di puncak. Hari kami tiba di Biara Tsona, ketika kami ada lengkungan yang dikenal sebagai terusan Gorpo, pesawat yang tidak teridentifikasi terbang sangat dekat dengan kami. Hal ini cukup mengganggu karena kami mengira itu adalah musuh yang mengejar kami. Dragyab Chetsang Hotogtu dan rombongannya dan bahkan Känchung Tarawa Chän kemudian tiba dari kediamannya untuk bertemu di Tsona. Menurut apa yang dikatakan Tarawa, malam kesepuluh di bulan Tibet, pukul dua pagi, istana Norbulingka telah ditembaki di setiap sektor dengan meriam. Hal ini berlangsung sampai pukul enam sore di hari selanjutnya. Karena ribuan meriam meledak, Istana Norbulingka, tembok dalam dan luar dan khususnya daerah kediaman Dalai Lama, ‘Gunung Emas’ istana dalam telah menderita kerusakan paling parah tetapi ini bukanlah akhirnya. Istana Potala juga rusak karena tembakan, dan Chagri Dropän Rigje Ling – Universitas Pengobatan Tibet – musnah seluruhnya, seperti yang diceritakan Yang Mulia dalam bukunya. Pada saat inilah kami mendengar berita tentang keadaan darurat. Dari Tsona, kami mengambil terusan Pö dan tiba di tempat bernama ‘Mangma’. Ketika dia menyeberangi terusan-terusan ini, kami disiksa oleh angin kencang dan badai salju, seperti yang saya deskripsikan sebelumnya. Hari itu, khususnya, terusan Pö sangatlah curam dan kami harus melakukan perjalanan panjang di lumpur sehingga komunitas pengembara di daerah tersebut memberikan saya sapi untuk dikendarai. Beberapa pengawal Yang Mulia dan saya sendiri pada saat yang sama telah datang dari Chatreng, dan sekarang harus kembali, jadi saya memberikan mereka pil berkat dan tali perlindungan. Pada tanggal dua-puluh-dua, kami tiba di perbatasan India di tempat yang bernama ‘Chu Dangmo’ – Air Murni. Pejabat pemerintah India dan tentara pengawal duduk bersama dengan Yang Mulia dan rombongannya di dalam tenda. Karena kami sekarang bebas dari bahaya Tiongkok, pikiran kekanakkanakan saya terbebas dari jerat ketegangan pikiran dan kekhawatiran.
130
Mulai dari sana, perjalanan membawa kami melalui Gongsum Chötän, wihara yang dibangun dengan bentuk stupa besar di Nepal, dan desa-desa Sharti, Lungla, dan Tongleg dimana kami menghabiskan satu hari di masing-masing tempat tersebut. Pada tanggal dua-puluh-delapan, Yang Mulia Dalai Lama tinggal di Biara Tawang dan Yongzin Ling Rinpoche dan saya tinggal di desa di bawah Tawang. Kami tinggal di sana selama dua hari. Saya pergi untuk bertemu dengan sahabat Dharma lama saya, Tsona Göntse Rinpoche, dengan siapa saya makan dan bertemu santai. Meninggalkan Tawang, kami pergi ke desa bernama Jang dan menyeberangi terusan besar bernama Zera ke Senge Tzong – Benteng Singa – desa-desa di daerah Dhirang dan desa Rawang, menghabiskan satu hari di masing-masing tempat. Pada tanggal empat bulan tiga, di gedung administrasi komunitas pedesaan pemerintah India di Svajana di Bomdilla, pemerintah India bersidang untuk mengatur kediaman bagi kami. Hari itu, perwakilan pemerintah India di Bomdilla mengundang Yang Mulia Dalai Lama dan rombongannya sebagai tamu untuk minum teh, jadi saya juga pergi. Dari Tsona sampai gunung yang sangat sempit dan curam dan terusan-terusan yang harus kita lalui dengan berjalan kaki dengan hutan lebat dan ngarai dan kami harus menuruni dan menaiki setiap jenis kendaraan. Pada waktu kami tiba di sana saya merasa lelah dari luar tapi dari dalam saya merasakan kebahagiaan ringan. Saya dapat mempraktekan ajaran pelatihan pikiran dengan tulus menjalani penderitaan yang tidak dapat saya praktekan sebelumnya. Setelah tinggal di Bomdilla selama tiga hari, Yongzin Ling Rinpoche dan saya melanjutkan perjalanan bersama dalam Jeep pemerintah India di jalan Rirong yang curam melalui kota-kota seperti Chagu dan Tagma di daerah Kelong sampai, pada tanggal sepuluh bulan tersebut, kami sarapan dengan Yang Mulia Dalai Lama di rumah tamu di Pukrehela. Setelah kami pergi ke rumah pejabat di komunitas pegunungan bernama Tiichipur di daerah Shelong. Sehubungan dengan pertemuan dengan Yang Mulia banyak orang penting datang khususnya dari Kalimpong untuk juga bertemu dengan Yongzin Ling Rinpoche dan saya, seperti Dekarwa, perwakilan pemerintah, Yutogpa, perwakilan Kashag, pejabat yang bertanggung-jawab atas tamu Raja Sikkim, Sekretaris Jenderal dari Biara Drepung, dan seterusnya. Setelah makan siang di sana, kami naik kereta berkualitas tinggi milik Pemerintah India yang telah datang ke stasiun kereta Tiichipur untuk Yang Mulia Dalai Lama dan rombongannya ke Shiliguru dimana kami tiba di stasiun kereta pada pagi tanggal sebelas. Setelah mendarat, Dalai Lama disambut oleh berbagai orang penting seperti Raja Sikkim. Puluhan ribu orang keturunan Tibet yang tinggal di India seperti mereka yang dari daerah Kador juga dengan senang hati menyambut Yang Mulia seperti lebah yang mengerumuni taman teratai. Kami melanjutkan melalui Varanasi, Lucknow, Dheradun dan kota lainnya sampai, pada tanggal 20 April, tanggal 13 bulan tiga kalender Tibet, di Nussorie, pemerintah India mengatur tempat tinggal bagi Yang Mulia dan rombongannya di Dalhousie. Setelah beberapa hari di sana, Perdana Menteri India Nehru datang untuk bertemu dengan Yang Mulia bersama kami, dua guru dan menteri Kashag, yang disambut dengan hormat oleh perwakilan pemerintah India di sana. Setelah Yang Mulia mengunjungi ibu kota, kami mendengar komunis Tiongkok menyatakan dalam siaran radio bahwa beberapa bangsawan Tibet, dengan saya sebagai penghasut utama khususnya, dalam kelompok jahat bersama Chushi Gandrug,162 telah memberontak dan memaksa Dalai Lama untuk meninggalkan Tibet di luar keinginannya; dan dalam konspirasi jahat dengan kerajaan asing, memakai topeng Dharma, kami telah menipu masyarakat umum dan melakukan rangkaian kesalahan yang tak ada akhirnya seperti seks yang tidak pantas dengan wanita. Bahkan ada drama yang dipertunjukan dekat Lhasa untuk menggambarkan semua tuduhan ini. Ada rupa saya dengan 131
banyak kepala dan lengan yang dipamerkan di bazar dengan mengidentifikasi saya sebagai bibit buruk, ketua bajingan. Kami mendengar semua ini dari radio dan laporan yang telah dikonfirmasi dari warga Tibet yang tiba dari Lhasa. Seperti yang dikatakan di teks pelatihan pikiran Roda Senjata Tajam, Ketika seseorang dituduh melakukan kesalahan orang lain, Ini adalah roda senjata tajam mengembalikan karma negatif Orang tersebut karena meremehkan makhluk suci. Karena itu, walaupun tidak diragukan lagi bahwa ini adalah karma negatif saya dari kehidupan terdahulu yang matang, karena telah memberikan banyak ajaran di Tibet dan Kham, komunis Tiongkok juga menuduh banyak lama dan murid-muridnya dari tiga daerah Tibet yang berhubungan dengan saya, kepala sekolah-sekolah, pejabat dari daerah otonomi, dan ketua Kantor Urusan Dharma, memberikan mereka kritik laksana sambaran kilat, dan kebijakan Komunis Tiongkok yang seperti itu, dan karena dendam yang mereka punya terhadap saya karena hal-hal yang tidak saya lakukan, tidak diragukan lagi mereka menderita banyak hukuman yang menyakitkan selama mereka berada di bawah jajahan Tiongkok. Tetapi terima kasih kepada Tiga Permata dan aktivitas Pelindung, dan dirangkul oleh garis kehidupan kasih sayang Dalai Lama, kami sampai di India dimana kami memiliki kebebasan atas tubuh, perkataan dan pikiran kami. Walaupun kami bebas pada saat ini dari bahaya, tanpa mengetahui bahwa pembawa pesan kehancuran yang tidak diinginkan dapat muncul kapan saja, hal ini sampai pada saya dalam perenungan kematian yang tak terhindarkan. Walaupun saya diberi pilihan untuk tidak mengalami hukuman berat yang seharusnya saya rasakan, saya rasa saya tidak cukup berusaha untuk memperbaiki diri saya. Tinggal di Mussorie, beberapa warga Tibet telah tiba di India sebelum kami datang untuk bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama, ketika kami berada di sana, tetapi warga Tibet yang datang kemudian tidak mengenal tanah, bahasa, tanda-tanda dan seterusnya dan kami tidak terlalu banyak melakukan perjalanan. Saya tidak begitu mengenal negara ini juga jadi perhatian saya agak terganggu dengan semua kesibukan aktivitas dan keriuhan India, tetapi periode ini menghentikan hal itu. Saya dapat meningkatkan praktek saya dan tetap mempertahankan gaya hidup yang mawas diri dan kontemplatif. Pada saat bulan membesar di bulan Tibet kesepuluh, saya diminta datang untuk melakukan konsekrasi di Biara Tibetan Ganden Chöpel Ling, Nepal, oleh administrator-nya, Tulku Guru Deva dari Mongolia. Dengan semua rombongan saya, saya pergi ke Nepal dan selama tiga hari melakukan konsekrasi dengan cara ekstensif dari praktek Tantra tinggi Vajra Bhairava/ Yamantaka dengan bantuan delapan biksu dari universitas Tantrik atas dan bawah. Di aula pertemuan biara, saya memberikan inisiasi umur panjang kepada sejumlah besar orang baik awam maupun ditahbiskan, Avalokitesvara Yang Membebaskan dari Alam Bawah. Seperti yang diminta oleh Ladak Zangskar Gelong Tashi saya memberikan Inisiasi Besar Heruka Chakrasamvara sesuai dengan Sistem TubuhMandala Ghandapa selama dua hari termasuk hari persiapan kepada kelompok kecil termasuk Dragyab Chetsang Rinpoche, Drugpa Tsechu Tulku, dan Zemey Rinpoche. Saya memberikan sekitar dua-puluh pentahbisan awal dan mengabulkan permintaan-permintaan lain seperti memberikan kepercayaan hidup Gyalchen Dorje Shugden kepada Sangha.
132
Pergi berziarah ke tempat-tempat seperti tiga stupa besar di Nepal, saya memberikan persembahan sebanyak saya bisa seperti seribu set persembahan. Dalam perjalanan kembali dari Nepal, atas undangan tuan rumah kami Gyurme-lag dari keluarga Sadu, kami pergi ke Kabug. Pejabat Biara Kabug Tarchö, lama, dan tulku, dan beberapa perwakilan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat ada di sana, berkumpul untuk menyambut dan mengawal kami dari pemukiman Malle Dunpa dan kami tiba di Sadu Kotri dimana kami tinggal malam itu. Seperti yang diminta oleh Biara Tharpa Chöling, saya memberikan inisiasi besar Pahlawan terisolasi Yamantaka di biara, dan sesuai keinginan penyandang dana Sadu Kotri, saya memberikan berkat Sindhura Vajrayogini kepada sejumlah besar aspiran dan juga memenuhi keinginan beberapa orang lain seperti memberikan pemberdayaan yang diperbolehkan mengenai Vajrapani-Hayagriva-Garuda/ Trakpo Sumtril. Ada seorang pendukung tua yang tinggal di Karshang yang sudah mendekati ajal, Amdo Jampel Sampel, kami menerima undangannya untuk berkunjung, dan, dalam perjalanan atas keinginan umum dari Biara Samten Chöling Dorling Gum saya memberikan inisiasi umur panjang kepada pendukung, dan menghabiskan satu hari di Karshang. Kemudian, ketika Yang Mulia Dalai Lama pergi ke Bodhgaya, kami naik kereta dari Shiriguri ke Bodhgaya. Saya di sana ketika, untuk pertama kalinya Yang Mulia memberikan pentahbisan awal dan biksu kepada sejumlah besar aspiran. Setelah pergi berziarah ke Bodhgaya, Varanasi, dan tempat lainnya, memberikan persembahan, kami kembali ke Mussorie untuk Tahun Baru Tibet. Saya berusia enam-puluh tahun pada tahun tikus besi tanggalan Tibet, sehubungan dengan instruksi dari pemerintah India, Yang Mulia dan rombongannya pindah ke Dharamsala di Himachal Pradesh. Kami juga pergi ke Dharamsala, mendarat di Naroji Kotri. Atas instruksi Yang Mulia, bersama Dragyab Hotogtu Rinpoche, Panchen Ötrul Rinpoche, Sera Mey Panglung Tulku, Lhakar Tulku, Yerpa Tsanzhab Tulku, Chötse Tulku, Drepung Loseling Zamdong Tulku, Yiga Tulku, Shagkor Käntrul, Nyagre Käntrul, Sera Mey Geshe Jampel Senge dan Tenpay Gyaltsen, saya berkumpul untuk mengkompilasi ejaan dan tata-bahasa Tibet yang distandardisasi. Walaupun dimaksudkan sebagai contoh, ujian diadakan dengan segera. Pada tanggal sembilan bulan delapan kalender Tibet, selama empat hari, saya memberikan kepada Yang Mulia Dalai Lama dan beberapa anggota rombongannya inisiasi besar Lima Dewa Luar dan sistem Ghandapa Heruka Chakrasamvara dan inisiasi besar dari tradisi Ghandapa Tubuh Mandala Heruka Chakrasamvara dan kemudian berkat Sindhura Vajrayogini. Melalui Bodhgaya, Kenzur Ladak Lama Ngawang Samten, dari daerah Darjeeling Mane Bajang bagian timur bawah, Purbu Lhamo, untuk menciptakan akar kebaikan bagi almarhum suaminya Kode Subhidhara, kami pergi ke Darjeeling Sunadha ke kediaman mereka di sekitar Wihara Sunadha di Darjeeling. Di sana kepada sejumlah besar penduduk lokal dan masyarakat lainnya baik awam dan ditahbiskan, saya memberikan inisiasi besar Sang Pengasih dari Tradisi Palmo dan inisiasi umur panjang dari bisikan telinga keturunan Thangtong Gyalpo. Pada saat itu, dari Biara Gum Samten Chöling, atas permintaan Sangha umum saya memberikan inisiasi besar Pahlawan Terisolasi Yamantaka dan kepercayaan kehidupan Gyalchen Dorje Shugden beberapa kali, kepada beberapa biksu, tiga kali dalam setiap waktu. Atas permintaan pendukung Tashi Chöling di Biara Karshang, saya pergi ke sana dan membangun hubungan Dharma dengan masyarakat yang hidup di sekitar daerah tersebut, memberikan ajaran seperti pemberdayaan yang diperbolehkan mengenai Avalokitesvara Yang Membebaskan dari Alam Bawah, dan setelah itu, pergi ke Kabug atas permintaan keluarga Sadu. Di Biara Tarpa Chöling saya memberikan inisiasi besar Lima-Dewa Heruka Chakrasamvara dari Ghandapa dan Berkat Sindhura Vajrayogini. Di kediaman Domo Labrang, kepada Sangha berjumlah sekitar enam-puluh, termasuk
133
Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche dan Sera Mey Dragyab Rinpoche, saya memberikan Inisiasi Besar Tubuh Mandala Heruka Chakrasamvara dari Sistem Ghandapa. Atas permintaan masyarakat Kabug, di tanah di depan perkebunan Sadu, saya membangun hubungan Dharma dengan masyarakat umum, awam dan ditahbiskan, dari semua tingkatan dengan memberikan ajaran seperti inisiasi umur panjang sistem Drubgyal dan Siddhiraja. Saya mendapatkan kesempatan untuk datang dan pergi ke dua pertemuan santai dengan Karmapa Rinpoche di Tsurpu. Atas undangan Kamtrul Rinpoche saya pergi ketika mereka sedang dalam proses membangun Biara Zangdog Pelri di Kabug Dorpin dan melakukan konsekrasi. Pada akhir upacara di Kabug, atas perintah Yang Mulia Dalai Lama pada tanggal sembilan-belas bulan sepuluh kalender Tibet, biksu dari tiga kedudukan monastik Gelug bersama Sangha dari aliran Sakya, Nyingma, dan Kagyu pergi ke kamp Buxa Dharma yang telah disiapkan sebagai kamp pemukiman sementara pada tahun 1950 dan pada acara Ganden Ngamchö, pemerintah memberikan pelayanan teh dan mempersembahkan distribusi sehubungan dengan distribusi koin dan membacakan gulungan permohonan, dan saya juga memberikan persembahan distribusi. Atas permintaan berbagai kelompok dan individu, saya memberikan penjelasan mengenai Guru Puja di perkumpulan umum, inisiasi Tiga-Belas Dewa Yamantaka, inisiasi umur panjang, pemberdayaan yang diperbolehkan mengenai Tiga Makhluk Murka, Berkat Sindhura Vajrayogini kepada masyarakat yang berkomitmen untuk meresitasi mantranya. Di kediaman Zong Rinpoche, kepada sekitar seratus biksu, saya memberikan inisiasi Chittamani Tara Torma Umum dan berkat empat inisiasi Tubuh Mandala Yang Tidak Umum. Saya memberikan pentahbisan awal kepada sekitar enam-puluh murid termasuk Chabdo Kundor Tulku, dan pentahbiskan penuh kepada murid-murid seperti Sera Jey Denma Tsanbar Tulku, memenuhi apapun keinginan individu. Buxa adalah tempat dimana, ketika warga India berdemonstrasi untuk kemerdekaannya, banyak demonstran seperti ayah pendahulu Gandhi dan Nehru, dan seterusnya dipenjara oleh Inggris. Ada tempat dimana tanahnya sangat kasar dan tidak rata, berbentuk segi-tiga, ini adalah lingkungan terburuk yang bisa kau bayangkan tetapi para Sangha dengan sukarela menerimanya dengan empat jenis kelakuan Aryan seperti puas dengan kediaman dan makanan yang miskin. Tindakan mereka yang patuh dan teliti membangkitkan suka-cita. Setelah upacara Buxa selesai, saya pergi ke Kalkuta untuk pemeriksaan kesehatan dan tinggal di kediaman Punjangpa. Saya mengunjungi Kyabje Yongzin Ling Rinpoche yang juga tinggal di rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan. Atas permintaan Jampa-la yang tinggal di Kalkuta, saya memberikan inisiasi umur panjang kepada sekitar seratus keturunan Tibet. Saya juga mengunjungi Karmapa Rinpoche di Tsurpu dalam perjalanan dari dan ke Kalkuta. Setelah dua sesi pemeriksaan, saya kembali ke Dharamsala. Ketika saya berusia enam-puluh-satu, tahun 1961 menurut kalender barat, tahun lembu besi kalender Tibet, pada bulan pertama, bersama Kensur Ladag Lama Ngawang Samten dari Bodhgaya yang menangani pengaturan, saya pergi dari Buxa ke Bodhgaya sebagai kepala dari lima-ratus anggota Sangha dan bersama dengan Sangha dari tempat-tempat lainnya, atas permintaan Yang Mulia Dalai Lama, kami melembagakan kembali doa dan persembahan Festival Doa Besar untuk merayakan tindakan ajaib Buddha. Kami melanjutkan tradisi Festival Doa Besar di dekat Pohon Bodhi. Saya memberikan transmisi tradisional dari Tiga-Puluh-Empat Dongeng Jataka, dan kemudian, atas dorongan Kendrung Ngawang Dondrub yang memimpin Festival Doa, memberikan penjelasan mengenai Tiga Jalan Utama. Atas permintaan Kyabchog Pabongka Chogtrul Rinpoche, saya juga memberikan transmisi bacaan Bodhisattvacharyavatara163.
134
Kami melakukan semua doa yang pantas seperti dedikasi bagi majelis Festival Doa Siang Hari; Tenbarma (Doa Untuk Berkembangnya Ajaran); dan tradisi Festival Doa Besar dari Lhasa. Seperti yang diminta oleh Yang Mulia, saya juga juga memimpin ujian Lharampa Geshe tahun itu. Pada malam bulan purnama, di hadapan Pohon Bodhi, kami melakukan Sojong (pengakuan monastik) pada saat yang pantas dan saya memberikan sumpah Bodhisattva kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan dengan melakukan puja ritual untuk menggenerasikan Bodhicitta. Di hadapan Stupa Besar, kami melakukan ribuan persembahan dan membuat distribusi persembahan bagi Sangha. Setelah menyelesaikan semua aktivitas keberuntungan saya kembali ke Dharamsala. Pada tanggal delapan bulan empat kalender Tibet, Yang Mulia Dalai Lama memberikan semua pemberdayaan yang diperbolehkan mengenai sadhana kumpulan Dewa Zurka Gyatsa. Setelah itu, saya memberikan Inisiasi Lima-Dewa dan Tubuh-Mandala dari sistem Ghandapa Heruka Chakrasamvara kepada kumpulan orang yang termasuk Bakula Rinpoche. Pada bulan enam kalender Tibet, kami meninggalkan Dharamsala sampai di Darjeeling Sunadha dimana saya tinggal selama sekitar dua bulan, di sana saya bertemu dengan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, Dromo Rinpoche, Minling Tri Rinpoche, dan Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche dan kemudian mengunjungi Ling Rinpoche lagi di tempat tinggalnya di Biara Goom. Di Wihara Sunadha kami menggunakan persembahan yang kami terima untuk membangun patung Sang Pengasih dan mengisinya dengan obyek diberkati yang sangat berharga seperti rambut dan pakaian banyak makhluk suci di India dan Tibet. Kami melakukan upacara membuka-mata dan konsekrasi. Selama dua hari, saya memberikan pemberdayaan yang diperbolehkan mengenai Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah dan inisiasi umur-panjang sistem Drubyel kepada sekitar tujuh ratus orang awam dan ditahbiskan. Pada tanggal dua-puluh-lima bulan delapan, pilar kehidupan Keturunan Praktek Karmapa Rinpoche di Tsurpu mengirimkan kurir untuk mengawal saya dan saya pergi ke Biara Gangtog Rumtek. Selama lima hari saya mempunyai satu hari penuh untuk berkunjung santai dengan Rinpoche. Mulai dari berita terkini dan terdahulu, kami berdiskusi jujur mengenai ajaran. Setelah memberikan distribusi persembahan kepada Sangha, saya pergi ke kediaman Sadu di Kabug. Atas permintaan penduduk Lhasa Sonam Chöpel di Biara Tharpa Chöling, saya memberikan empat inisiasi berkat Vajrayogini kepada kumpulan besar orang, dan atas permintaan Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche, saya memberikan inisiasi Heruka Chakrasamvara kepada sistem Ghandapa Tubuh-Mandala kepada sekitar sembilan-puluh Sangha termasuk Chogtrul Rinpoche sendiri dan Domo Geshe Rinpoche. Kemudian, selama tujuh-belas hari, atas permintaan Kyabje Chogtrul Rinpoche, di perkebunan Sadu saya memberikan penjelasan mendalam mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Tubuh Mandala Ghantapa kepada lima-puluh-delapan aspiran yang berkomitmen untuk melakukan sadhana tersebut setiap hari. Akar kebaikan dari almarhum Chatreng Kangsar Yeshe Nyima dan asosiasi Kabug membiayai dua penganugerahan inisiasi Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah yang saya berikan kepada sekitar dua-ribu orang. Sadu Gyurme-la meminta dan saya memberikan kepada 132 orang yang berkomitmen untuk melakukan sadhana setiap hari dan ret-ret, inisiasi dan penjelasan mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Vajrayogini. Hal ini memakan waktu sekitar delapan hari mulai dari tanggal sepuluh bulan sepuluh. Hari Ganden Ngamchö, di aula pertemuan Kabug Tranghol, diminta biksu Inggris Sangharakshita, saya pergi ke upacara untuk memperingati perayaan hari jadi Je Tsongkhapa dengan para Lama dari 135
Sakya, Gelug, Kagyu, dan Nyingma dan banyak praktisi Dharma baik yang awam dan ditahbiskan. Saya berbicara mengenai kualitas luar biasa dari tiga rahasia Je Tsongkhapa dan memberikan penjelasan mengenai kualitas khusus yang membedakan ajaran dan praktek tradisi Ganden. Pada bulan sebelas, setelah melakukan pertapaan di Dharamsala dimana Yang Mulia berada, saya memberikan inisiasi Vajrayogini kepada Yutog Lhacham Dorje Yudron dan beberapa orang dan saya memberikan inisiasi rahasia Hayagriva dari sistem Kyergang kepada satu kelompok yang termasuk medium Oracle Nechung. Kepada Ganden Shartse Zemey Rinpoche secara pribadi saya memberikan penjelasan mengenai Lamrim Chenmo dengan empat set catatan penjelasan, dari awal dan melanjutkan sebentar-sebentar sampai selesai. Pada tahun 1962, ketika saya berusia enam-puluh-dua, Kyabje Zimog Dorjechang dari Biara Nalenda datang ke Dharamsala. Saya pergi untuk menemuinya dan dia dengan senang hati memberi saya nasihat hati. Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche juga datang ke Dharamsala untuk bertapa dan saya mengatur agar dia dan rombongannya dapat tinggal di kediaman saya dan menyediakan kebutuhan mereka. Saya memberikan pentahbisan awal dan biksu kepada tiga-puluh-tujuh biksu jalanan yang bekerja di jalan daerah Champa. Saya juga memberikan jenang kepercayaan kehidupan Gyalchen Dorje Shugden kepada Bobo Sumtzong Lama dan Tö Zhungru Lama. Saya memberikan instruksi kepada Zhungru Lama mengenai avadhuti praktek tahapan penyelesaian Vajrayogini. Saya juga memberikan instruksi yang diminta oleh kepala pejabat Samkarwa, Tsedrung Jampa Wangdü, Töpa Tamdrin Tsering, silih-berganti, mengenai Pahlawan Terisolasi Yamantaka, Hayagriva Rahasia, dan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah (Chenrezig Ngesung Kundrol). Pada tahun yang sama, Yang Mulia Dalai Lama meminta saya memberikan inisiasi besar Ghantapa Tubuh-Mandala Heruka Chakrasamvara dengan hari persiapan. Selama tujuh-belas hari di kediaman Podrang, saya memberi Yang Mulia dalai Lama, Dragyab Rinpoche, Tsänzhab Serkong Rinpoche, guru ritual, kepala biara, asisten dan Zemey Rinpoche, penjelasan mengenai tahapan generasi dan penyelesaian praktek Chakrasamvara Tubuh-Mandala dan Enam Yoga Naropa. Setelah itu, seperti yang diminta oleh saudara Chushur Samkarwa, saya memberikan inisiasi besar Pahlawan Terisolasi Yamantaka dan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini kepada sekitar tiga-puluh Lama termasuk Sera Mey Kenzur Ngawang Dragpa. Saya memberikan penjelasan mengenai Ganden Lhagyema. Kepada empat-belas biksu dari Dalhousie, empat orang dari Ngari Zangskar, dan Chagnang Lhawang Tsering, saya memberikan pentahbisan awal. Diundang dan diminta oleh majelis Biara Spiti Kyil, saya meninggalkan Dharamsala di pertengahan tahun itu dan, melakukan perjalanan melalui Mandi, Kulu, Manali, terusan Radrang, dan Charlithang. Setelah tiba di komunitas biara desa ‘Losel’, kami menghabiskan satu malam di wihara mereka yang telah dipersiapkan sebagai kediaman saya. Dari Charlithang ke Biara Kyil, saya dan rombongan melakukan perjalanan dengan pemandu dari Lochen Labrang. Di hari kami tiba di Losel, kami tibatiba bertemu dengan jeep. Terkejut, kuda-kuda kami tiba-tiba melesat. Kami harus turun segera dan tumit kaki kanan saya keseleo. Tumit kaki kanan saya membengkak. Saya menemui dokter, Tashi Gonpo di Spiti, dan tidak boleh bergerak selama tujuh hari. Pada saat itu, saya mengajar sejumlah besar orang lokal mengenai Enam-Suku-Kata Mantra164, refuge, dan transmisi mantra seperti mantra Tara. Ketika keseleo ini lebih baik, saya meninggalkan Losel dan melakukan perjalanan melewati Chikem, Kyilbar, dan seterusnya. Di setiap desa yang kami kunjungi, saya akan menghabiskan satu hari di sana, memberikan ajaran dan inisiasi umur panjang dan juga ajaran mengenai refuge, transmisi Mantra Enam-Suku-kata, dan seterusnya, membangun hubungan Dharma. Perjalanan dari Losel sampai ke Biara Kyil tidak begitu nyaman. Kami menunggang kuda tetapi saya tidak bisa menaruh kaki saya yang keseleo di pijakan kaki. Saya harus menekuk kaki
136
kanan saya menyilangi pelana dan menaruh kaki kiri saya di pijakan. Menunggangi kuda dalam posisi seperti ini sangatlah melelahkan. Kemudian di bulan yang sama, kami tiba di Biara Norbu Gepel Spiti Kyil, kedudukan Tashi Lhunpo Yongzin Lochen Rinpoche. Bagi para penduduk Sangha dari Biara Dragkar dan Biara Tagmo, dan sejumlah besar masyarakat awam dan ditahbiskan dari daerah tersebut, saya memberikan penjelasan mengenai Yonten Shigyurma, Fondasi Dari Semua Kesadaran. Bagi Sangha, saya memberikan inisiasi besar Tiga-Belas Yamantaka, Guyasamaja Arya sistem Akshobyavajra dan jenang Buddha Pengobatan, Mahakala dan Dharmaraja, Palden Lhamo, Vaishravana dan Chamsing. Saya memberikan pentahbisan awal kepada sekitar sepuluh biksu. Kepada sekitar seribu orang yang tinggal di daerah sekitar biara, saya memberikan inisiasi besar Sang Pengasih165 dan umur panjang dari Sistem Drubgyal Siddhiraja, ajaran mengenai refuge, transmisi Mantra Enam-Suku-Kata, dan seterusnya. Di kediaman Lochen Rinpoche, bagi beberapa aspiran, saya memberikan Berkat Empat Inisiasi Vajrayogini, dan memenuhi semua permintaan yang bermacam-macam baik dari individu maupun komunitas. Terima kasih atas perawatan Dokter Tashi Gonpo, dalam perjalanan kembali, saya tidak perlu duduk dengan posisi kaki kanan menekuk dan kaki kiri diselonjorkan. Saya belajar mengenai biksu-biksu dari beberapa biara daerah telah minum-minum sampai mabuk pada perkumpulan biara dan ritual penguburan, dan secara periodik mempersembahkan daging hewan yang disembelih untuk menolong panen masyarakat lokal dan mengatasi penyakit. Dengan melakukan hal ini, mereka mengikuti filosofi berbahaya dari praktek Bon (bukan Buddha) untuk mempersembahkan kurban di hadapan dewa lokal166. Saya mengajar mereka mengenai bagaimana mereka akan mengalami akibat yang menyakitkan di kehidupan mendatang, mengutip kitab suci Sutra dan Vinaya Buddha dan menarasikan cerita ilustratif dari zaman dahulu. Bersamaan dengan memberikan mereka penjelasan yang ekstensif ini, mereka juga diajarkan bahwa meninggalkan praktek ini sangatlah menguntungkan. Karena itu, saya mendorong mereka dengan nasihat Dharma. Karena hal ini, setiap biara berkomitmen mulai saat itu untuk menegakan larangan minum alkohol dan menghentikan persembahan hewan yang disembelih dan mereka berjanji untuk melakukan praktek sesuai dengan Dharma suci dan tiga ritual dasar dari kehidupan monastik seperti yang dimaksudkan Buddha dalam kitab suci Vinaya. Komunitas di daerah tersebut juga berkomitmen untuk menghentikan persembahan hewan dan melakukan ritual mereka sesuai Dharma. Walaupun sulit, komunitas monastik dan awam telah memegang komitmen mereka. Bagi praktek Dharma mereka, saya merasa bahwa menghentikan kelanjutan dari tindakan berbahaya sangatlah bermanfaat bagi mereka dan rasa bahagia saya bagi mereka meningkat. Dalam upacara umur panjang untuk saya yang dibiayai oleh Biara Spiti Kyil, saya diberi persembahan tujuh-ribu rupee India yang segera saya persembahkan kembali. Mereka memaksa saya untuk menyimpan lima-ratus Rupee yang saya sumbangkan sebagai modal untuk mendukung pertapaan musim panas Sangha. Perjalanan kembali dari Biara Kyil membawa kami melakui Korig, Kyiltro, Losel, Chatul sampai akhirnya kami tiba di Manali. Di sana, saya memberikan inisiasi umur-panjang kepada sekumpulan besar masyarakat lokal, dan memberikan ajaran mengenai refuge dan transmisi Mantra Enam-SukuKata. Sebulan lebih sedikit sejak kami meninggalkan Dharamsala, kami akhirnya tiba kembali, dan Yang Mulia Dalai Lama datang dengan segera ke kamar saya dan menyambut saya. Dia bertanya mengenai kaki saya dan situasi di Spiti dan kami berbincang santai. Pada minggu pertama bulan selanjutnya, bersama Dragyab Chetsang Rinpoche, saya memulai bab dua dari buku teks bait puisi. 137
Suatu hari, saya pergi ke kamar Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dimana dia mempersembahkan sebuah khatak dan hadiah-hadiah. Diantara hadiah-hadiah ini, ada doa yang dia komposisikan untuk garis inkarnasi saya yang dia berikan kepada saya bersama dengan permintaan verbal bagi umurpanjang saya. Saya memberikan khatak kepada Rinpoche untuk umur panjangnya juga. Atas permintaan Namdra Kuzhab Chödrag-la, bagi Namdra Sangha dan beberapa lama dan tulku seperti Dragyab Rinpoche, Tsänzhab Serkong Rinpoche dan Zemey Rinpoche, saya memberikan transmisi bacaan dari Namdra Ngagchog (mantra monastik) teks ritual yang diberikan bersama dengan ritual mantra Tashi Lhunpo. Hal ini memakan waktu empat hari. Kemudian, saya juga memberikan jenang Yamantaka Ngagtu – jenang praktek untuk mencapai akar mantra Dewa Yidam kepada kepala biara Universitas Tantrik Gyume yang datang secara khusus dari Dalhousie untuk ini, dan dua-puluh-satu biksu. Saya juga memberi mereka transmisi bacaan bagi tiga Chagkar torma167 dan ritual persembahan dari tradisi Gyume dan puja api murka, ritual tempat bagi generasi-diri, generasi-depan, dan pencapaian vas ritual Guyasamaja, Heruka, dan Yamantaka, dan puja api mereka; dan ritual untuk menekan ‘Si’ arwah dengan mengandalkan Dharmaraja yang disebut Meru168 dari Tumpukan Pegunungan Vajra. Sehubungan dengan instruksi Yang Mulia Dalai Lama, medium oracle Nechung dan oracle Gadong dibuatkan dua tangka: roda kehidupan dari lima keluarga dari Pelindung utama Trinle Gyalpo, dan roda kehidupan lima keluarga dengan Yonten Gyalpo sebagai yang utama. Yongzin Ling Rinpoche dan saya bertanya apakah kami harus membuat membuatnya untuk dipersembahkan. Sebelumnya di Norbulingka, ada tangka bordir yang berkualifikasi penuh mengenai lima keluarga yang dibuat untuk Yang Mulia Dalai Lama sebagai salah satu obyek suci yang tidak pernah terpisahkan darinya. Ketika kami pergi, tidak memungkinkan untuk membawanya jadi kami menerima instruksi bahwa lebih baik untuk memiliki yang lebih kecil. Karena itu, kami meminta orang lain untuk menggambar Kanvas dengan Guru Rinpoche dan lima Raja169 termasuk Ngadag Nyang, Chöwang, Longchen dan seterusnya, mengurapinya dengan samaya170 substansi berkat, dan memberkati lukisan. Biksu pelukis mengenerasikan dirinya sebagai Pelindung Dewa Trinle Wangyal dan menggambar desainnya. Setelah itu, menandai tempat-tempat dengan suku kata, menempatkan lingkaran mantra dan seterusnya semuanya dilakukan sesuai dengan tradisi. Setelah semua sulaman kain selesai, kami meminta seorang asisten ritual senior untuk menulis rangkaian mantra kehidupan di balik tangka. Kemudian pada tahun yang sama, kami melakukan perjalanan dari Dharamsala ke Bodhgaya. Di sana, bersama Ganden Shartse Zong Rinpoche dan biksu lainnya, kami melakukan ritual penekanan arwah Si seperti yang diminta oleh pemerintah. Pada periode yang sama kami memiliki waktu yang nyaman dan santai untuk diskusi belajar bersama. Atas permintaan Drepung Loseling Trehor Kangyur Chogtrul Rinpoche, kepada sekitar dua-ratus masyarakat awam dan ditahbiskan, dipimpin oleh lama, tulku, dan Sangha, saya memberikan Berkat sinkhura Vajrayogini. Di biara, pada saat yang sama dengan menyediakan pelayanan dan distribusi persembahan, saya memberikan ‘Ribuan’ persembahan ekstensif di hadapan stupa yang berharga. Kemudian, atas permintaan biksu Bodhgaya, Amdo Drogpa Jinpa, kepada lebih dari empat-ratus orang termasuk Sangha dan penziarah, saya memberikan penjelasan mengenai komentar terbatas Ganden Lhagyema dan Enam-Sesi Guru Yoga dari Kyabchog Dorjechang. Kemudian, kami pergi berziarah ke puncak Burung Bangkai dan Biara Nalanda sebelum melakukan perjalanan ke Varanasi dimana kami disambut oleh Lama, Tulku, dan Geshe Tibet di Universitas Sanskrit. Sewaktu di sana, saya tinggal di rumah tamu Sarnath Mahabodhi. Atas permintaan administrator Gelong Thubten Jungne saya memberikan konsekrasi bagi Biara Dögu Kyilway Näten dan dihadapan Stupa
138
Paranirvana, kami mengundang Yongzin Ling Rinpoche dan melakukan ‘Ribuan’ persembahan ekstensif. Atas permintaan Drepung Gobo Geshe Kyenrab Zöpa dan manajer Lhasa Jamyang Kyil dan keluarganya, saya memberikan berkat Sindhura Vajrayogini. Sekitar dua-ratus orang menerimanya di gedung sekolah Ladak, termasuk mantan kepala biara Drepung Loseling Gyälrong Kensur Jampel Sampel, kepala biara Shagkor Para Nyima Gyaltsan, kepala biara lainnya, lama, Sangha dan pria dan wanita awam. Saya pergi berziarah ke Kushinagar dan memberikan persembahan di sana. Atas permintaan Chatreng Pechug Göbu, di wihara Sarnath yang besar, untuk sekitar lima-ratus masyarakat awam dan ditahbiskan, saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah. Di Biara Tibet Varanasi, Tsänzhab Serkong Rinpoche datang khusus untuk memberikan persembahan dari pemerintah Tibet bersama dengan ritual umur-panjang dan Ganachakra bagi umur-panjang saya. Pada tahun 1963, ketika saya berusia enam-puluh-tiga, dan pada hari ketiga tahun tersebut, kami meninggalkan Varanasi ke Dharamsala. Segera setelah kami tiba di sana, saya pergi untuk bersujud di kaki teratai Yang Mulia Dalai Lama. Mulai dari tanggal sepuluh bulan tersebut, saya memberikan Yang Mulia transmisi bacaan dari kumpulan karya He Tsongkhapa, mulai dari, demi keberuntungan, Lamrim Singkat. Hal ini dianggap cukup karena sebelumnya saya telah memberikannya transmisi Lamrim Chenmo di Lhasa. Sejak hari itu, jadwal Dalai Lama dan saya sendiri, kecuali beberapa hari, termasuk kelanjutan transmisi oral harian. Untuk beberapa kumpulan karya tulis, seperti jalan utama menuju pencerahan dan akar kejatuhan Tantra, saya memberikan penjelasan bedasarkan Dua-Puluh akar teks dan Ringkasan Sumpah Akar dan Sekunder, Sumpah Bodhisattva oleh Panglung Lozang Tugje, dengan tiga set catatan mengenai akar sumpah Tantrik untuk memenuhi dua maksud171. Pada tanggal dua-puluh-dua dan dua-puluh-tiga kami mengambil jeda dari transmisi agar saya dapat memberikan inisiasi besar Hayagriva Rahasia selama dua hari kepada lima-puluh Sangha, lama, dan tulku. Dalam kelompok tersebut juga ada delapan biksu pertapa Hayagriva dari Universitas Tantrik Gyume yang datang khusus dari Dalhousie untuk hal ini, juga ada Ladak Rizong Tulku, mantan kepala biara Gyume dan seterusnya. Ketika saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan dua-puluh-satu karya tulis singkat mengenai Guhyasamaha dari Je Tsongkhapa, saya memberikannya beberapa transmisi lain172. Ketika saya hampir menyelesaikan transmisi kumpulan karya Je Tsongkhapa kecuali Legshe Sertreng – (Rangkaian Kefasihan Emas) dan Akar Kebijaksanaan Penjelasan Besar, saya memberikan Dalai Lama transmisi tambahan mengenai porsi lain dari Tengyur termasuk karya tulis Nagarjuna dan murid-muridnya mengenai lima tahapan penyelesaian Guyasamaja, dengan Ajaran Singkat173, Campuran Sutra174, Tahapan Presentasi175, Penjelasan mengenai Bodhicitta, Dua-Puluh Ritual Mandala, dan Iluminasi Persatuan176. Beberapa minggu kemudian, Kyabje Zimog Dorjechang merasa tidak sehat dan saya pergi ke sana untuk berdoa dan melakukan pelayanan untuk hidupnya. Kami juga beruntung karena Dromo Chogtrul Rinpoche mengirimkan kami banyak jilid Tibet dari berbagai teks yang dibutuhkan seperti kumpulan karya Gungtang Tenpay Dronme yang lengkap. Menerima mereka dari Kabug adalah saat yang menyenangkan. Pada tanggal satu bulan selanjutnya saya memberikan aturan Mahayana kepada dua-puluh-satu masyarakat awam dan ditahbiskan yang melakukan Nyungne177. Saya pergi ke Spiti untuk bertemu dengan Dokter Tashi Gonpo dan dalam perjalanan kembali, sehubungan dengan permintaan139
permintaan dalam surat kepada kepala biara Biara Dongkyil, Kachen Logyal-la, saya menulis ritual baru untuk penyembuhan penyakit dan kesuksesan panen yang tidak memerlukan pembunuhan kambing atau domba. Ritual tersebut membutuhkan adonan yang dibentuk seperti hewan atau manusia sebagai gantinya. Ritual ini dikirim untuk diajarkan ke setiap daerah yang relevan. Bulan tersebut, penyakit Kyabje Zimog Dorjechang Jetsun Jampa Ngawang Kunga Tenzin Trinle, yang mulia dan utama, memburuk. Seperti pelita yang minyaknya habis, dia memperlihatkan tindakan terakhirnya dan pergi ke Akanishta Kechari. Saya melakukan persembahan untuk kepergiannya, dan melakukan praktek persembahan Mandala Vajrayogini. Saya juga berdoa agar inkarnasinya kembali dengan cepat untuk menyelesaikan maksudnya membebaskan makhluk hidup, dan berdoa agar dibimbing olehnya di semua kehidupan; saya juga mengkomposisikan doa tertulis agar beliau kembali dengan cepat. Karena gangguan dari Tiongkok Merah, beberapa tangka ditinggalkan di Lhasa pada waktu kami berangkat. Diantara tangka-tangka ini adalah tangka utama Gyalchen Dorje Shugden Murka dan rombongannya, yang dibuat di Domo pada tahun macan besi dengan tujuan untuk dipersembahkan suatu saat. Juga ditinggalkan di Lhasa adalah tangka Yamantaka yang saya pajang ketika memberikan persembahan torma tahunan di kamar saya, bersama dengan tangka beberapa Pelindung seperti Mahakala, Dharmaraja, dan Palden Lhamo yang dilukis pada zaman inkarnasi saya terdahulu. Tangka mengenai lima keluarga Gyalchen Dorje Shugden telah sampai di tangan Dromo Chogtrul Rinpoche dua tahun setelah pemberontakan dan [tangka] ini dia bawa ke India. [Tangka] ini sampai di tangan saya tanpa bahaya atau cacat. Saya melihat ini sebagai tanda yang pasti bahwa saya selalu tak terpisahkan dan didukung oleh tindakan Dharmapala. Menjelang akhir bulan lima, saya melakukan Kangso yang rumit dan persembahan Ganachakra. Pada saat itu, seorang pria kebetulan tiba dengan dua kotak patung Je Tsongkhapa dengan kualitas terbaik dan satu jilid Lamrim Chenmo tua untuk saya, memanifestasikan tanda keberuntungan. Dua bulan kemudian, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan mengenai dua koleksi Sutra Bikshu Pratimoksha. Setelah itu, bagi semua biksu Namgyal Dratsang, saya memberikan jenang Lhamo Magzorma dan transmisi bacaan ritual Torma untuk mengatasi kesulitan dari Tuken Kemudian pada bulan yang sama, selama satu minggu, saya pergi untuk menjadi guru vajra dan melembagakan pertapaan178. Atas permintaan dua universitas Gyutö dan Gyume, dan mengikuti harapan Yang Mulia Dalai Lama, saya pergi ke Dalhousie pada akhir tahun tersebut. Saya tiba dengan sambutan besar dari lama, tulku, dan Sangha dari tiga kedudukan monastik. Biksu Tantrik dari Gyutö dan Gyume dan mereka yang berasal dari berbagai tradisi Dharma, awam dan ditahbiskan, dan anak-anak sekolah Tibet. Pada hari berikutnya, saya mengunjungi setiap asrama universitas Tantrik. Diundang oleh Sangha dari Ganden Shartse, saya pergi ke daerah asrama dimana saya memberikan persembahan distribusi bersama dengan sekitar sembilan-puluh anggota Sangha. Saya memberikan persembahkan kepada semua tangka Je Tsongkhapa dan dua muridnya. Dalam perjalanan saya juga berkunjung singkat ke Drepung Loseling dan kediaman Gendun Gyatso di Sera Jey. Sebuah tenda didirikan di belakang daerah kediaman di tanah lapang besar sebagai tempat berkumpul Sangha dari dua universitas Tantrik, Drepung Trehor Geshe Kyorpon Tsewang Norbu Rinpoche, kepala biara dari kedudukan monastik, lama, tulku, Sangha dan murid-murid dari semua keturunan tanpa keberpihakan. Selama dua hari, kepada sekitar tujuh-ratus orang ini, saya memberikan inisiasi persiapan dan sebenarnya Akshobyavajra [Guyasamaja] dari sistem Arya Nagarjuna. Saya pergi ke daerah asrama Gyutö dimana mereka membangun mandala Guyasamaja tiga dimensi. Saya memberikan beberapa pembetulan yang dibutuhkan.
140
Di tempat dimana banyak biara Kagyu akan dibangun, saya memberikan transmisi bacaan Uma Gyan179, nasihat visualisasi Doa Samantabhadra, dan memberikan persembahan distribusi kepada biksu. Hadir dalam sesi ajaran ini, yang dilakukan atas permintaan Karmapa Rinpoche dan Mimisab Pikra Bhikri, adalah Taglung Matrul Rinpoche, Kamtrul Rinpoche dan biksu dari biara. Setelah ini, saya mengunjungi sekolah para lama dan tulku muda dari semua tradisi. Berlokasi di Kelasha, [sekolah] ini dibiayai oleh Mimisab dan sehubungan dengan distribusi umum, saya menasihati mereka mengenai perlunya kelakuan Dharma yang pantas. Saya pergi ke setiap kediaman yang dibangun oleh pemerintah Tibet untuk murid-murid muda baik pria dan wanita dimana, bersamaan dengan memberikan nasihat mengenai perlunya belajar dan kelakuan yang berdasarkan etika, saya memberikan hadiah simbolis kepada semua murid. Di Okasi, kepada sekitar tiga-ratus-tiga-puluh Sangha dari tiga kedudukan monastik dan keturunan Dharma lainnya, dan Sangha dari dua universitas tantrik, saya memberikan pelayanan dan distribusi persembahan. Bagi masyarakat Tibet, baik yang awam dan ditahbiskan, saya memberikan jenang Avalokitesvara yang Membebaskan Dari Alam Bawah dan inisiasi umur-panjang sistem Siddhiraja. Bagi majelis umum saya memberi, mengikuti tradisi dari dua universitas Tantrik, jenang Mahakala Berlengan Enam dan Dharmaraja luar. Bagi masyarakat awam dan ditahbiskan saya memberikan banyak nasihat untuk mengingat kebaikan Yang Mulia Dalai Lama dan mengikuti harapannya untuk mengadopsi dan meninggalkan semua aktivitas spiritual dan duniawi. Keadaan yang menguntungkan matang dengan masyarakat awam dan ditahbiskan di Okasi, yang memberikan ritual umur-panjang bersama dengan Guru Puja dan Ganachakra bagi umur panjang saya. Mereka memberikan persembahan dana yang saya persembahkan kembali. Setelah upacara di Dalhousie, di akhir bulan, saya tiba kembali di Dharamsala dengan sambutan bahagia dari masyarakat awam dan ditahbiskan. Pada bulan sembilan, di istana Dalai Lama, Yang Mulia memimpin pelayanan untuk mencapai ritual Pelindung Dharma bagi ‘perlindungan dari senjata ketika terlibat peperangan’. Berpartisipasi dalam ritual tercapainya akumulasi ratusan ribu bagi kesejahteraan urusan sementara dan spiritual adalah mereka yang tidak berpihak dari Sakya, Gelug, Kagyu, Nyingma, dan tradisi Bon. Rapat ini berlangsung selama lima hari. Pada saat itu, saya bertemu dengan para Lama seperti Sakya Dagchen Tri Rinpoche, Karmapa Rinpoche, Dechen Chökor Chögön Rinpoche dari Bhutan, Nyingma Düjom Rinpoche, Dilgo Kyentse Rinpoche, Kagyu Kalu Rinpoche dan lainnya yang hadir. Saya juga pergi ke sesi foto yang diambil bersama Sakya Lama dan Karmapa Rinpoche. Pada tanggal dua-puluh-delapan, semua wihara bersama-sama mempersembahkan puja bagi Yang Mulia Dalai Lama. Hanya setelah hal ini dimulai, Kyentse Rinpoche memberikan penjelasan ekstensif mengenai mandala yang dikomposisikan berdasarkan Nyingma Tantra dan Memiliki Lima Kualitas Sempurna. Walaupun saya berpikir bahwa saya cukup tinggi, Kyentse Rinpoche sangatlah besar, baik dalam tinggi dan nafas, sehingga saya merasa kecil. Beberapa tradisi Dharma bersama-sama juga mempersembahkan puja umur-panjang dengan Ganachakra untuk saya. Saya mengembalikan semua persembahan mereka kecuali khatak simbolis. Saya juga mengatur makanan bagi semua lama yang datang. Kemudian pada tahun yang sama, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan Penjelasan Mengenai Akar Kebijaksanaan Nagarjuna dan Rangkaian Kefasihan Emas oleh Je Tsongkhapa. Kemudian, seperti yang diminta oleh Sitsab Dekarwa, Gyume Samten dan Lodrö, saya memberikan Berkat Sindhura Vajrayogini kepada sekitar seratus empat-puluh orang, termasuk Dragyab Rinpoche, Nalanda Chogyä Trichen Rinpoche dan Lama, Tulku, dan Geshe lainnya, Sangha Namgyal Dratsang dan berbagai anggota masyarakat baik yang awam dan ditahbiskan. Kemudian, sekitar seratus lima141
belas orang yang berkomitmen untuk melakukan praktek harian sadhana dan pertapaan, saya memberikan komentar mengenai dua tahapan selama delapan hari dan juga memberikan mereka jenang Ngagtu180. Ketika hal ini selesai, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama penjelasan pengalaman mengenai Jalan Mendalam Guru Puja, berdasarkan akar teks yang dikomposisikan oleh Panchen Losang Chökyi Gyältsän. Hal ini dikombinasikan dengan komentar tertulis dari Yongzin Yeshe Gyältsän. Saya kemudian memberikannya komentar pengalaman Ganden Mahamudra berdasarkan akar teks Mahamudra sehubungan dengan komentarnya sendiri Pelita Iluminasi. Dalam perjalanannya, saya juga memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan dari Alam Bawah kepada Trehor Dargön Losang Sönam dan sumpah pentahbisan kepada tiga orang lainnya, termasuk Chatreng Jungnä. Menuju Dotse dari daerah Chamdo, saya memberikan jenang Manjushri Putih dan komentar mengenai yoga Vajrayogini yang tidak umum dan tak terbayangkan. Bagi lima murid Drugpa Tsechu Tulku dari Nepal saya memberikan sumpah pentahbisan. Pada awal bulan sebelas, saya meninggalkan Dharamsala dan berkumpul dengan Sangha Sarnath Sangha di Rumah Tamu Ram. Setelah persembahan Ganachakra dan ribuan persembahan di hadapan Stupa Berharga dan bersujud dan berkeliling selama beberapa hari, saya meninggalkan Bodhgaya dimana saya bertemu dengan Kyabje Yongzin Lingtrul Dorjechang. Atas harapan Ladak Lozang Tashi saya memberikan konsekrasi kepada Biara Tibet yang baru dibangun di tempat pertapaan enam-tahun Sang Buddha181. Pada tanggal dua-puluh-lima, saya menggunakan persembahan yang saya terima untuk memberikan distribusi persembahan dan pelayanan bagi Sangha yang ada di Bodhgaya. Saya juga mempersembahkan puja umur-panjang bagi Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dengan cara Heruka Chakrasamvara Guru Puja dengan Ritual Umur-Panjang Dakini dan berdoa bagi hidup dan langkahnya agar tetap kuat dan stabil seperti elemen a182. Sore itu bersama dengan Yongzin Ling Rinpoche, saya melakukan praktek persembahan Vajrayogini Mandala. Ladak Lama Ngawang Samtän membiayai upacara umur-panjang keberuntungan bagi saya. Setelah itu, saya pergi menuju Sarnath. Administrator dari Biara Tibet Gelugp Tubtän Jungnä telah melakukan ritual bagi umur-panjang yang stabil dengan Guru Puja Ganachakra. Saya memberikan distribusi persembahan swastik kepada Sangha Biara dan mempersembahkan kontribusi bagi konstruksi patung dan tangka. Atas dorongan Chamdo Gyara Rinpoche saya mengkomposisikan biografi doa rahasia baru kepada Yang Mulia Kyabchog Dorjechang Pabongkapa. Di Biara Tibet Sarnath, seperti yang diminta oleh istri Mänzurwa, saya memberikan inisiasi selama dua hari mengenai Ghandapa Lima Dewa Heruka kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan. Lalu saya juga memberikan Empat Inisiasi Berkat Sindhura Vajrayogini. Atas permintaan Amdo Jinpa Gyatso saya memberikan transmisi bacaan Ganden Lhagyema, Pelita Di Atas Jalan dari Atisha, dan banyak teks lainnya. Ngamring Gelong Gyältsän meminta berkat inisiasi Chittamani Tara torma umum dan Empat Berkat Inisiasi Tubuh Mandala yang tidak umum. Atas permintaan Ratö Nyerzur Thubtän Ngawang saya memberikan penjelasan mengenai Enam-Sesi Guru Yoga dan bagi Chamdo Gelong Purtse Getsa saya memberi jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah, dan karena itu memenuhi tujuan mereka. Ketika saya berusia enam-puluh-empat pada tahun 1964, pada tanggal 26 Februari, saya meninggalkan Varanasi dan kembali ke Dharamsala. Saya diminta menceritakan sejarah daerah Biara Chatreng dan, walaupun saya tidak memiliki pengetahuan yang rinci mengenai daerah ini, saya dapat mengkomposisikan cerita singkat. Selama delapan hari, atas perintah Yang Mulia Dalai Lama, saya melakukan satu seri persembahan yang rumit dan memberikan ajaran ekstensif183. Oleh sebab itu, selama dua hari, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan Delapan-Ribu Bait Sutra Prajnaparamita. Pada akhir sesi ini, saya mulai memberikannya transmisi dari empat
142
kombinasi penjelasan mengenai Lamrim Chenmo yang kami teruskan sampai kami menyelesaikan diskusi umum mengenai tindakan Bodhisattva Setelah itu, atas permintaan pelayan kepala biara Tö Rutog, saya memberikan inisiasi Pahlawan Terisolasi Yamantaka selama dua hari kepada dua-puluh-lima orang termasuk kepala biara Rutog dan beberapa Sangha yang dulunya merupakan penduduk tetap Lhasa. Hal ini diikuti oleh satu seri transmisi untuk beberapa pelayan dekat Yang Mulia Dalai Lama, dan juga pejabat awam dan ditahbiskan184. Kemudian, untuk umur panjang Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, saya melakukan ritual pencegahan dengan cara Hayagriva Rahasia. Banyak pertanda bahwa hambatan dalam hidupnya dicegah. Ketika sesi ini selesai, saya kembali melanjutkan persembahan kepada Yang Mulia Dalai Lama mengenai Empat Gabungan Komentar Penjelasan Lamrim Chenmo, mulai dari bagian terakhir mengenai bagaimana berlatih dua kesempurnaan terakhir khususnya. Hal ini berlangsung sampai awal bulan selanjutnya. Setelah itu selama beberapa hari saya memberikan kelas yang menggabungkan akar teks tatabahasa dan Pohon Kefasihan bagi para kepala biara dari tiga kedudukan monastik yang datang dari Buxa. Walaupun mereka dapat mengerti dengan mudah karena mereka semua adalah kepala biara dan geshe terpelajar, karena kami tidak berlatih menggunakan metafor, saya tidak bisa benar-benar mengatakan apakah kami menyelesaikan pelajaran ini. Kepala biara Ganden Shartse kembali ke Buxa dan mempersembahkan tangka Pohon Guru dan Pengakuan Kejatuhan kepada Dong Dratsang. Dia juga mengirimkan persembahan brokat Bhana kepada obyek inisiasi dengan mantra yang diikat dan banyak kain merah, kuning, dan biru. Bagi pengurusan masalah spiritual dan sementara, saya pergi selama tiga minggu untuk bergabung dengan biksu Namgyäl Dratsang untuk melakukan kangso, nasihat, dan resitasi mantra Palden Lhamo, Dua-Belas Tänma, Lima Keluarga Pehar, dan Dorje Shugden. Menjelang akhir tahun, selama tiga hari dan atas permintaan Kazur Shänkawa, saya memberikan penjelasan Pelatihan Pikiran Roda Senjata Tajam. Setelah itu, saya meninggalkan Dharamsala ke Bodhgaya dan sewaktu tinggal di sana selama sebulan, saya berusaha melakukan aktivitas kebaikan seperti bersujud, berkeliling dan seterusnya. Atas permintaan pedagang Jampa-la dari Kata saya memberi jeda. Inisiasi umur panjang sistem Siddhiraja kepada sekitar enam ratus orang di kaki pohon Bodhi dan juga memberi jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah. Saya juga memberikan persembahan di Biara Tibet di Bodhgaya dan melakukan ribuan persembahan ekstensif di hadapan Stupa Besar dimana saya mengundang Kyabje Yongzin Ling Rinpoche. Pada ‘hari kedua’185 dari tanggal dua bulan sebelas, saya meninggalkan Bodhgaya ke Varanasi dan tinggal di Biara Tibet. Biara Tibet telah membuat patung Buddha Shakyamuni baru untuk menjadi obyek utama di wihara. Saya menyelesaikan dan melakukan ritual persembahan substansi yang diberkati ke dalam patung dari sumber yang otentik, termasuk relik sakral dari Buddha, pandit dan pertapa dari semua tradisi tanpa keberpihakan. Hal ini dilanjutkan dengan penjelasan pengalaman Lamrim berdasarkan Delam Lamrim digabungkan dengan Namdrol Lagchang – Kebebasan di Telapak Tangan Kita selama dua-puluh-dua hari. Diberikan atas permintaan Mongolia Tulku Guru Deva Rinpoche dan Pagri Lachi Jolag, Serkang Ama, dan Dragyab Nyerzur Tubtän Chöjor, penjelasan ini diberikan di aula pertemuan Shädrub Dögu Kyil, di hadapan sekitar delapan-ratus orang secara keseluruhan186.
143
Sebagai kelanjutan, dengan penyandang dana yang sama, diminta oleh Chamdo Dotse dan Tsawa Rongpa Dampa Lodrö, selama lima hari saya memberikan penjelasan mengenai Lama Chöpa, menggunakan akar teks dan Penjelasan Tsechog Ling Kachen Yeshe Gyältsän. Saat penyelesaian, dengan Puja Bodhicitta, walaupun saya tidak memiliki pencapaian sedikitpun untuk diperlihatkan, memikirkan diri saya sebagai keledai yang berbaju macan tutul, saya mengesampingkan semua kelelahan dan bertindak seakan saya adalah seorang guru. Saya sangat beruntung karena saya mendapatkan kesempatan untuk mempersembahkan ‘nyanyian dan tarian’ ajaran Dharma di tempat dimana Buddha sendiri pernah mengajar. Perlukah saya sebutkan keberuntungan saya karena dapat mengajar esensi dari semua kitab suci, jalan luar biasa dari semua Sugata, instruksi oral dari Tahapan Jalan menuju Pencerahan, di tengah kumpulan cendikiawan terpelajar? Atas permintaan Tsawa Rongpa Achen saya juga memberikan Inisiasi Umur-Panjang Je Tsongkhapa – Je Tse Tzin Ma – dan jenang Tiga Gabungan Kemurkaan Vajrapani. Pada akhir tahun tersebut, saya meninggalkan Varanasi menuju Delhi. Di Wihara Buddha Ladak, kepada sekumpulan besar masyarakat umum, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih dan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah. Saya juga melakukan konsekrasi wihara dengan lantunan. Hal ini dilakukan atas permintaan Ladaki Lama Lozang. Pada akhir minggu, atas undangan pendukung Sadu Gyurme-la, saya meninggalkan Delhi ke Bopal Sihore. Di sana, atas permintaan penyandang dana, saya memberikan Inisiasi Empat Berkat Vajrayogini kepada sekitar sepuluh orang. Kemudian, kepada buruh pabrik kertas, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Sistem Siddhiraja. Ketika saya berusia enam-puluh-lima dalam kalender barat tahun 1965, pada tanggal sembilan Maret, saya meninggalkan Silhore dan pergi ke Dharamsala melalui Delhi. Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche telah datang ke kediaman saya di Dharamsala untuk memeriksa obatobatannya dan untuk menerima ajaran, pada saat itu saya memberinya pelayanan yang rumit. Pada hari selanjutnya, saya pergi ke hadapan Yang Mulia Dalai Lama dan menikmati keajaiban untuk melihat wajahnya. Sehubungan dengan melakukan ritual Lima Dewa Abadi Amitayus dari visi Tagpu Rinpoche, saya berpartisipasi dalam “menghentikan undangan dakini” Ritual Umur-Panjang untuk Yang Mulia Dalai Lama dibiayai oleh pemerintah Tibet. Upacara sebenarnya bagi Kyabje Yongzin Ling Rinpoche untuk memegang tahta Buddha dua Manjushri Tsongkhapa diadakan di Bodhgaya. Saya juga pergi dan memberikan persembahan mandala dan representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran tercerahkan, topi pandit, satu buket karangan bunga mawar, dan seterusnya. Pada tanggal enam-belas, kami melakukan sebuah upacara untuk pertemuan pertama Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dengan Yang Mulia dalam kapasitas tersebut. Di hadapan Yang Mulia, saya datang lagi dan memberikan persembahan keberuntungan dari tubuh, perkataan dan pikiran yang tercerahkan; khatak terpanjang yang ada, sebagai sebuah tanda yang meningkatkan kualitas dari dalam dan pengaruh yang mencerahkan; dan sebuah biografi Je Tsongkhapa, Pintu Gerbang Bagi Yang Setia, untuk merepresentasikan posisi dimana dia bangkit. Pada hari berikutnya, Yongzin Ling Rinpoche, sekarang Ganden Tripa, datang ke kediaman saya dan memberikan saya representasi dari tubuh, perkataan, dan pikiran yang tercerahkan, khatak, dan hadiah-hadiah lainnya. Mulai dari tanggal delapan bulan dua yang berlangsung selama tiga hari seperti yang diinstruksikan oleh Yang Mulia, perkumpulan dilaksanakan di lapangan Mokrimahol yang termasuk menteri awam dan ditahbiskan dari menteri pemerintahan, Lama, Tulku, kepala biara, dan biksu dari tiga kedudukan monastik, dua universitas Tantrik, dan dari semua aliran yang datang dari semua arah. 144
Mereka datang untuk mendengarkan penjelasan rinci mengenai bagaimana mempraktekan Tujuh Poin Pelatihan Pikiran dan Delapan Bait Pelatihan Pikiran yang saya berikan. Sekitar tanggal dua-puluh, pelayan saya Lhabu mengalami ketidak-seimbangan empedu dan mulai merasa sakit dan jadi saya membiayai majelis Sangha di Buxa, dari Universitas Shartse dan Jangtse Biara Ganden, Universitas Tantrik Gyuto dan Gyume di Dalhousie untuk melakukan puja baginya. Pada tanggal dua-puluh-empat, memenuhi harapan Kyabje Dorjechang Chogtrul Rinpoche, saya mulai memberikan jenang Nartang Gyatsa – kumpulan jenang dewa dari para Lama Kadampa dari aliran Tuan Atisha Yang Mulia. Hal ini merupakan kompilasi yang pertama-tama disusun oleh Nartangpa Chim Namka Drag, kepada dua-belas Lama, Tulku, dan biksu termasuk Rinpoche, sendiri, Dragyab Rinpoche, Ratö Cubar Rinpoche, dan Zemey Rinpoche. Hari itu, saya memberikan dua-belas jenang pada tanggal dua-puluh-lima saya memberikan dua-belas lagi. Malam itu, pelayan dekat saya Lhabu meninggal karena sebab-sebab alami. Pria jujur itu yang telah menemani saya sejak saya berusia sembilan tahun dan dia berusia belasan, sampai hampir berusia enam-puluh-enam tahun itu. Dia tetap bertahan dengan saya dengan kesabaran di setiap situasi, melalui masa baik dan buruk. Dia adalah seseorang, dengan satu pikiran altruisme, mempraktekan semua ajaran Buddha yang bisa dia mengerti. Sayang sekali tidak ada perawatan atau puja yang dapat mencegah hal ini, ketika indera-nya mulai memudar, dengan maksud terbaik, saya meresitasi nama-nama Buddha dan mantra dharani yang dalam di telinganya. Dia sendiri selalu bertahan dalam doa dan resitasi. Karena dia hampir tidak memiliki konsep keterikatan dan keengganan, dia tidak memiliki prasangka, ketakutan, atau ekspektasi sama sekali. Malam itu, dalam keadaan pikiran yang baik dan santai, pada pukul sebelas tiga-puluh, mendemonstrasikan tidak adanya keabadian dalam persenyawaan fenomena, dia berangkat ke jalan tol yang kita sebut kematian. Seperti yang dikatakan di Dongeng Jataka: Orang tercinta yang telah bersama dalam waktu lama Dipisahkan satu sama lain oleh kematian, Menyebabkan penderitaan besar bangkit. Dalam dunia fana ini, kematian adalah pasti. Seperti yang diekspresikan dalam baris-baris ini, walaupun sangat menyakitkan, saya melakukan Powa–pemindahan kesadaran – dan melakukan semua doa yang saya ketahui. Selama empat-puluhsembilan hari selanjutnya, saya melakukan puja seperti Jangchog (Ritual Pembersihan Bagi Yang Meninggal) setiap hari. Akan tetapi, memberikan sisa jenang Nartang Gyatsa kepada Lama dan Tulku harus ditunda saat itu. Saya memberikan banyak usaha menciptakan akar kebaikan mewakili Lhabu, memberikan persembahan kepada obyek refuge, terutama Yang Mulia Dalai Lama, dan distribusi persembahan dan pelayanan kepada Sangha dari tiga kedudukan monastik, dua universitas tantrik dan lainnya di Dalhousie, dan kepada Sangha di Buxa. Saya juga pergi dan memberikan persembahan di beberapa tempat ziarah di India dan Nepal. Kami mengkremasi tubuhnya pada tanggal dua-puluh-tujuh. Saya memberikan transmisi bacaan dari semua karya tulis saya mengenai Gyalchen Dorje Shugden kepada mantan kepala biara Sera Mey Kensur Ngawang Dragpa termasuk cara membuat dasar Pelindung, ritual benang konstruksi, puja api, dan seterusnya. Pada tanggal dua-puluh-delapan bulan tiga, atas permintaan Tsawa Rongpa Dampa Lodrö, bagi sekitar tiga-ratus orang saya memberikan Peraturan Mahayana. Pada awal bulan empat, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche bermaksud untuk melakukan pertapaan Akshobyavajra Guyasamaja, dan dia mengatakan bahwa saya harus memberinya inisiasi lagi. Karena itu, saya secara pribadi memberikan Rinpoche inisiasi besar Guyasamaja selama dua hari.
145
Hari bulan purnama bulan empat jatuh bersamaan dengan hari keempat-puluh-sembilan sejak pelayan saya meninggal dunia. Saya mengundang Yang Mulia Dalai Lama dan Ganden Tripa Ling Rinpoche ke pertemuan di biara dan bersama semua biksu dari Namgyal Dratsang dan semua Lama, Tulku, dan Geshe yang merupakan penduduk tetap Dharamsala mempersembahkan Guru Puja Ganachakra, dan saya memberikan pelayanan dalam durasi tersebut. Mulai dari hari selanjutnya, saya melakukan Ritual Konsekrasi Tulang187 banyak kali untuk tulang-belulang almarhum pelayan saya Lhabu bersama dengan sisa tulang dari almarhumah istri penyandang dana Lhalu, Yangtzom Tsering yang baru tiba dari Lhasa. Pada saat yang sama saya mulai mencetak berbagai rupa Dewa seperti Achala dan Avalokitesvara. Kepada sekitar tiga-puluh anggota Sangha yang datang dari Buxa, bersama dengan penduduk lokal termasuk Lama, Tulku, dan Geshe, kami membentuk kelompok yang terdiri dari sekitar tujuh-puluh orang dan satu hari saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Sindhura Vajrayogini. Pada tanggal dua-puluh-empat, saya memberikan sisa jenang Nartang Gyatsa kepada satu kelompok Lama dan Tulku yang disebutkan sebelumnya, mulai hari selanjutnya, memulai penganugerahan satu set jenang Dewa yang termasuk Bari Gyatsa, atau juga dikenal sebagai ‘Drubtab Gyatsa’. Hal ini datang dari keturunan Lama Dorjedenpa ke Bari Lotsawa. Kami melakukannya dengan lengkap dan hal ini termasuk transmisi bacaan dari kitab suci utama. Kyabje Chogtrul Rinpoche menginginkan saya untuk menganugerahkan jenang Drubtab Gyatso, tetapi kami menundanya karena tidak memiliki kitab suci utama untuk ini. Pada tanggal tiga bulan enam, saya dibawa oleh sebuah universitas di Jerman Barat untuk mengunjungi Dragyab Rinpoche di sana sebagai tamu dan turis. Sebagai hadiah perpisahan, saya menyanyikan lagu perpisahan ini: Diikat oleh hubungan tindakan kebaikan dan doa dari kehidupan sebelumnya, Pembimbing utama yang tak tertandingi bukan hanya bagi satu tetapi banyak [makhluk], Putra tunggal dengan samaya murni, lama dipelihara dengan Dharma Walaupun saya pergi ke tempat yang jauh, Tidak dapat menghapus lukisan dari persahabatan yang dikultivasi ini: Tak berkurang, hal ini nampak, menetap di hati saya! Elang muda liar menyelesaikan pelatihannya, Sayapnya yang kuat membawanya menjelajahi tanah yang luas, Ayahnya yang tua, mengangkat alisnya dalam harapan ke angkasa, Berdoa agar jalannya yang baik mencapai ketinggian! Kehebatan tontonan matahari dan bulan mengelilingi empat negeri Tetapi terbenam dalam sisi gelap dari nafas beracun masihlah berbahaya! Ketika macan betina berkelana sembari tersenyum di hutan, Pemanah yang bersembunyi, Shawaripa, harus berlatih dengan panah yang dibawanya. Dalam surga manusia yang seperti kahyangan dibawa ke bumi, Penampakan kebahagiaan dan kekayaan semuanya terkumpul, Adalah desain yang digambar di atas air, lebih menipu daripada khayalan belaka, Lihatlah bagaimana sifatnya kosong dari makna yang esensial! Roda air, babak belur dengan pekerjaan yang tak ada habisnya, Tanpa waktu luang, selalu berbalik, membawa sakit atas diri sendiri. Lihatlah drama orang gila, bangga akan penderitaan mereka; Mereka yang berpikiran lemah yang pergi dengan tangan kosong pada saat kematian! Setelah melihat kelakuan di tanah barbar, tanpa memiliki Dharma, Ketika saya mengingat kualitas khusus Tibet, diberkati Dharma, Dan masyarakat Tibet, bahkan wanita tua menunggu makanan di jalan, Hal ini memberikan saya perasaan suka-cita! 146
Burung mengelilingi pohon obat di hutan selatan, Datanglah cepat dengan lagu manis kesenangan menyeluruh, Sementara, tanpa buah-buah, berbunga, dengan batang tua yang dalamnya layu; Tidak terjatuh, saya menyambutmu dengan senyum pura-pura mandiri. Lagu tiga bait yang mungil dan riang ini, dipersembahkan, sahabatku Dengan salam terhangat dari lelaki tua ini, ‘Singa Non-Dualisme. 188’ Lagu bahagia keberuntungan yang saya tulis sendiri, Sahabat, semoga kau menikmatinya lebih dari semua lagi di Saraswati! Pada satu saat, saya menulis semua catatan dari makna yang esensial dari akar teks Tujuh Poin Pelatihan Pikiran mengikuti Sinar Pelatihan Pikiran dari Penjelasan Matahari sebagai fondasi. Saya memberikan penjelasan pengalaman selama tujuh hari mengenai Enam Yoga Naropa kepada Kyabchog Dorjechang Chogtrul Rinpoche, tiga anggota rombongannya, dan pelayannya Pelden, menggunakan komentar tertulis yang otentik berjudul ‘Diberkati dengan Tiga Keyakinan’189, dan sebuah komentar yang ditulis oleh Trehor Nagtsang Tenpa Dargye. Atas permintaan pelukis tangka Amdo Dorje, saya memberikan Berkat Vajrayogini kepada sekitar tiga-puluh aspiran. Bilamana kami memiliki waktu bebas, saya bertemu santai dengan Kyabje Chogtrul Rinpoche. Ketika dia meminta, saya memberikannya semua instruksi, inisiasi, transmisi, dan instruksi oral yang diberikan dengan baik oleh inkarnasinya terdahulu kepada saya. Pada suatu pagi di bulan enam atau tujuh, Yang Mulia Dalai Lama datang ke kamar saya dan saya memberikannya transmisi bacaan Sampa Lhundrub (Pemenuhan Harapan Secara Spontan) Doa Guru Rinpoche dan Barche Lamsel (Doa Untuk Membersihkan Rintangan di Jalan). Sore itu, ketika Yang Mulia meninggalkan kediamannya dan melakukan perjalanan sejauh Pathankot ketika Pakistan menyerang India jadi ada bahaya serangan udara dan seterusnya. Tetapi rombongan Yang Mulia tidak menemukan kesulitan sedikitpun dan dapat melakukan perjalanan dengan nyaman. Ketika hampir pukul sebelas malam pada malam keempat-belas, dua bom dari pesawat Pakistan mendarat dekat Dharamsala membunuh dua warga desa, beberapa ternak dan melukai lainnya. Setelah itu, selama beberapa hari, pesawat Pakistan akan datang pada malam hari dan menjatuhkan bom di desa-desa dekat Dharamsala. Hal ini menciptakan keadaan darurat sehingga ada jam malam dimana-mana, termasuk Kangra Tzong. Kami harus mematikan lampu pada malam hari dan hidup tanpa cahaya lampu, dll. dan kami diharuskan untuk menggali lubang dekat kediaman kami untuk persiapan melarikan diri ketika bom dijatuhkan. Kami harus hidup di tengah gangguan yang diciptakan oleh hal ini. Setelah beberapa waktu, perwakilan Yang Mulia Lozang Samten datang secara khusus dari Delhi untuk mengatakan bahwa akan sangat baik bila menteri pemerintahan yang tinggal di daerah tersebut, dua guru, dan ibunda Dalai Lama datang ke Delhi untuk saat itu. Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche tinggal sementara di sana jadi saya memintanya datang atau tinggal, sesuai keinginannya. Saya mempersembahkan sepasang vajra dan lonceng kepada Rinpoche untuk berlatih, penampung beras dari perak, persembahan dalam cangkir tengkorak dengan tutupnya, damaru dari gading dengan ikatan emas disekelilingnya, vas kehidupan perak, tiga lampu mentega perak berukuran medium dan seribu Rupee India. Kemudian pada pagi dua-puluh-lima, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan rombongannya, saya dengan tiga pelayan, dan ibunda Dalai Lama dengan rombongan yang diperkecil, meninggalkan Dharamsala dengan mobil pada pukul enam. Cukup sulit untuk melanjutkan di jalan karena peperangan dan ban kami kempis dalam perjalanan. Pada saat tersebut, kami juga harus melakukan perjalanan dengan lampu dimatikan, dan jadi kami baru tiba pada pukul sepuluh malam. Kediaman kami sudah diatur di Rumah Tibet di Delhi. Yongzin
147
Ling Rinpoche dan saya mengambil tempat tinggal sementara di sana dan akhirnya menjadi tempat tinggal tetap. Dromo Chogtrul Rinpoche ingin membuat Pil-Pil Berharga Domo yang baru, dan dia berkata bahwa dia memerlukan substansi terberkati untuk hal ini. Karena itu, saya memberikannya relik Buddha, dari banyak makhluk utama di India dan Tibet dari semua aliran. Mereka terdiri dari tulang-belulang, relik, rambut, pakaian, dan seterusnya. Mereka semua berasal dari sumber yang otentik yang sangat jarang ditemukan dan ada sekitar seratus dan tujuh-puluh benda secara keseluruhan. Tidak lama kemudian, ada gencatan senjata antara India dan Pakistan dan keadaan menjadi lebih tenang. Suatu ketika saya sedang bersantai bersama Kyabje Yongzing Ganden Tripa Ling Rinpoche dan pelayannya Chagtzö Lungrig-la di kediaman Rumah Tibet, saya memperhatikan bahwa Rinpoche sudah berusia lanjut jadi saya menyanyikan bait-bait ini. Kata-katanya datang ke bibir saya secara spontan:190 Doa bagi teratai putih berbunga dengan jutaan kelopak, walaupun begitu, Dengarlah permintaan lelaki tua yang bodoh ini, Singa Non-Dualisme, Yang menghancurkan madu nektar dari pencerahan tertinggi Dengan embun beku dari pengembara tanpa tujuan! Setelah menyadari transmisi Lozang tanpa cacat, esensi Buddhadharma, Semoga lagu luas mengenai aktivitas sempurna Kyabje Ling Rinpoche, Mengajarkan semua tipe peserta latihan dari jalan utama para Penakluk, Selalu disuarakan kembali di telinga kita selama beberapa kalpa tanpa akhir! Hidup dalam iluminasi kesadaran empat Arya, Oleh jalan kitab suci dan penalaran yang tak diragukan dari Je Rinpoche, Semoga cahaya dari aktivitas-aktivitasmu yang hebat dari semua Buddha, Mengiluminasikan jalan yang menang terhadap kegelapan setan! Kemudian, saya bernyanyi untuk Chagtzö-la: Kau telah menjadi seorang sahabat dengan kebijaksanaan yang membedakan, Dan kau terus hidup seperti Manibhadra Kumara191. Bila kau menyimpan cincin dari keyakinan yang tak terhancurkan di pusat hatimu, Kait dari kasih sayang Tiga Tuan akan menangkapkan tanpa kegagalan. Setelah mengabdikan hidupmu tanpa mengenal lelah kepada Lama yang baik ini, Dengan fokus tunggal, pikiran dan tindakan yang sempurna, Pria dari keturunan baik, kau tidak perlu mencari terusan dan lembah yang lain, Karena permata pengabul permintaan ada di tanganmu! Pada tanggal dua-puluh-enam bulan delapan, Yang Mulia Dalai Lama datang dari Mysore di India Selatan ke Delhi. Saya pergi bersama Yongzin Ling Rinpoche untuk bertemu dengan Yang Mulia dan meminta nasihatnya. Dia berkata bahwa baik bagi kami untuk tinggal di Bodhgaya dan tempattempat yang dekat di musim dingin. Atas undangan Ladakh Lozang Chen, Yongzin Ling Rinpoche dan saya pergi suatu hari ke Wihara Buddha Ladakh dan melakukan konsekrasi dan sore itu anak-anak sekolah Ladakhi mempertunjukan tarian dan nyanyian tradisional bagi kami. Pada tanggal dua bulan Sembilan, ada upacara keberuntungan bagi pembukaan Rumah Tibet. Yang Mulia Dalai Lama dan kami, dua guru, duduk bersama dengan menteri kebudayaan India, Dromo Chogtrul Rinpoche, putri Nehru Indira Gandhi dan peserta utama di atas sebuah panggung. Dalam perkumpulan besar ini berbagai orang penting, tamu asing, Yang Mulia, kami dua guru dan biksu Namgyal melantunkan doa keberuntungan dan menteri kebudayaan melakukan upacara pembukaan. 148
Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche mengekspresikan keinginannnya untuk datang ke Delhi. Dia tiba dan atas permintaannya, saya memberikan penjelasan delapan hari mengenai kerangka dasar dengan panjang menengah dari Je Rinpoche yang sedang saya susun. Dengan harapan untuk memperpanjang pengaruh manfaatnya bagi makhluk hidup, saya memberikan Pabongka Chogtrul Rinpoche semua substansi berkat yang saya yang saya berikan pada Domo Rinpoche bersama dengan pil-pil berharga, dan saya mendorongnya untuk menjaga gaya hidup yang terpelajar, mulia, altruistik dari pendahulunya. Ketika kami tinggal di Delhi, saya membaca banyak kitab suci dari koleksi besar semua tradisi yang disimpan di Rumah Tibet, seperti kumpulan karya Bodong Chogle Namgyel, Kumpulan karya Dege Shuchen Tsultrim Rinchen dan lainnya. Semuanya, waktu yang kami habiskan di Rumah Tibet santai dan menyenangkan dengan keramahan Tsowa Nartong dan lainnya. Pada tanggal dua-puluh-satu, saya pergi ke Bopel Sihor atas undangan Zor Sadu Gyurme-la. Saya menerima dari Ganden Shartse Dratsang permintaan tegas untuk mengkomposisikan doa aspirasi bagi umur-panjang Yang Mulia Dalai Lama karena sepertinya ada banyak kesulitan ketika saya memberikan persembahan tubuh, perkataan dan pikiran kepada Yang Mulia. Saya menanggapi dengan syair: Tuan dari Buddha tak terbatas, yang kata-katanya tak terdeskripsikan, Yang tindakan ilusi sempurnanya melampaui pikiran, Dalam tarian anggun Rupakaya diberkati dengan ajaran, Samudera manfaat dan kebahagiaan yang menyenangkan dengan luas tak terduga, Ombak kasih sayang yang menggerakan pikiranmu Busa dari rangkaian nektar dari perkataanmu yang fasih Ketika mereka jatuh di atas pucuk kepala pria tua yang terdelusi ini Semua proyeksi terhenti! Benar-benar tenang dan bahagia! Karena pikiran yang sombong oleh setan konsep, Tindakan saya tidak baik, tarian tindakan buruk Gila, sekali ini, Saya melompat ke jurang, dengan kesadaran penuh, Masih menginginkan kekayaan penyandang dana, Seperti angin yang menerbangkan pabrik kertas, Saya terus mengembara, berpura-pura bekerja, Tetap bersantai, saya telah membuang waktu, dan tetapi, Menahan semua fenomena yang bangkit pada saat yang sama, tidak tercampur, Dengan mata kebijaksanaan murni dharmadhatu, Untuk menganggap Dharma tembaga ini sebagai emas! Ingatlah bahwa semua hal hanyalah dihitung. Agar dapat hidup lama dalam bentuk yang baik untuk maksud yang baik, Kami bekerja untuk kebenaran dan kondisi yang baik, Transmisi ajaran, berat dengan makna yang esensial, Kami menikmati, kebenaran yang dalam sebagai nektar dari hati. Tanah Salju, diberkati dengan Dharma, alam deva yang menyenangkan, Dihancurkan oleh kekuatan bukan Dharma yang sengit Dharma, kekayaan, sumber-daya habis, memang kami berharap untuk melihat kebangkitan Dharma dan Negeri, Apa yang dapat dilakukan seseorang yang tak berkekuatan dan biasa seperti saya? O Pelindung yang telah menyempurnakan keahlian dari sepuluh kekuatan Dengan kekuatanmu dan berkah kelipatan seratus, Taring dari yama yang berpengaruh pasti akan dapat dijinakan! 149
Dengan sahabatku yang utama, abadi dan sempurna Selamanya, tak terpisahkan mengisi hatiku, Dengan harapan yang berkelanjutan mengenai kehidupanmu agar permanen, Saya memohon kepadamu, Pelindung Refuge yang mencegah ketidak-kekalan, Membangkitkan kaki yang sempurna dari guru ini, Harta karun pemenang dari esensi Dharma! Apa yang dapat dilakukan seseorang seperti saya, refleksi dari seorang pembawa Dharma Yang selalu berpura-pura mengetahui hal-hal yang tidak saya ketahui? O kau yang melihat, mereka apa adanya, Poin esensial dari seluruh ajaran yang luas dan dalam, Yang wajahnya seperti teratai putih yang berbunga Membebaskan makhluk dari delusi dan samudera samsara! Ratusan kondisi buruk bangkit dimana-mana! Masyarakat akan terpengaruh oleh tipuan arwah jahat! Dalam zaman buruk yang tak tertahankan, tak menghalanginya, Kau memasang senjata kekuatan dan kesabaran! Bila para Buddha dan Bodhisattva tersebut dari lingkungan tak bermanifestasi Memuliakan dan memujimu sebagai Singa Diantara Manusia Yang tidak mengetahui kecuali kau bahwa saya adalah orang tanpa rasa hormat, Tidak terpelajar dan bodoh, lebih buruk dari hewan? Kye Kye! Pelindung, Harta Karun Kasih Sayang Semoga kau tetap sebagai gunung di pusat jalan hati saya, Dan memegang kait kasih sayang yang intens, Lelaki tua ini yang terus memohon kepadamu. Kata-kata permintaan ini dengan lantunan nada, Tidak memiliki kata-kata yang indah atau makna yang dalam, Masih saja saya persembahkan dengan hormat, mengungkapkan pikiran saya, Menyanyikan hanya apa yang saya rasa sebagai kasih sayang tertinggi. Saya memberikan Gyurme-la dan sekitar enam-puluh buruh pabrik Siddhiraja Inisiasi Umur-Panjang dan transmisi Ritual Nyungne dan Panduan Cara Hidup Bodhisattvas. Saya meninggalkan Bopal menuju Bodhgaya dimana saya bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama dan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche. Saya juga bertemu dengan Dragyab Rinpoche yang baru kembali dari Jerman. Saya melakukan ‘Ribuan’ persembahan ekstensif untuk almarhum pelayan saya Lhabu, mendistribusikan persembahan dan memberikan pelayan hari itu kepada Sangha yang ada di sana. Kemudian, saya pergi untuk bertemu dengan Sakya Dagtri Rinpoche dan Nyingma Düjom Rinpoche. Kami bertemu santai dimana kami dengan senang hati berbincang secara mendalam. Düjom Rinpoche berbicara mengenai bagaimana dia memiliki mejanya, dari Teks Harta Karun Penguasa Nyang, Sembilan Kagye Desheg Dupa Kuning – Delapan Koleksi Ajaran Tathagata – Kertas, beberapa teks terma Lhodrag Mawo dari kedudukan monastik Nyang, dan beberapa teks harta-karun karya tulis Tenma Tsemang. Saya menemukan bahwa surat yang digunakan dalam tulisan ini cocok dengan gaya menulis yang digunakan dalam Teks Harta Karun Nyang Kertas Kuning yang disimpan dalam kotak besar benda-benda sakral di Istana Potala. Pada tanggal tiga bulan sepuluh, pada upacara untuk merayakan renovasi di aula pertemuan besar di Biara Bodhgaya, kami melakukan Sojong keberuntungan dan Seribu Persembahan ekstensif di hadapan Stupa Besar bagi kesejahteraan sementara dan spiritual Pemerintah Tibet. Yang Mulia Dalai Lama menghadiri upacara ini ditemani oleh Sakya Dagchen Rinpoche, Nyingma Düjom Rinpoche, Kagyu Drubpa Tugse, Kargy Lama Kalu Rinpoche, dll, dan juga kami dua guru.
150
Atas undangan mendesak Amdo Gelong Kelzang, administrator kuburan Biara Silwa Tsel, saya pergi ke sana dan membuat Seratus Persembahan, Melakukan Kangso, konsekrasi, dan seterusnya. Saya menempatkan satu salinan Lima Kelas Tantra dari Tradisi Shang di Wihara Pelindung Mereka sebagai representasi perkataan suci. Saya meninggalkan Varanasi. Ketika di sana, untuk memberi manfaat bagi almarhum pelayan saya, Lhabu, saya memberikan distribusi persembahan dan memberikan pelayanan satu hari pada Sangha di Sarnath, bersama dengan lima-puluh-empat guru dan geshe dari tiga biara pemerintah Tibet dan guru terpelajar dari Tradisi Sakya, Nyingma, dan Kagyu. Saya juga memberikan lima-ribu persembahan di hadapan stupa dan mempersembahkan Ganachakra. Suatu hari, saya berdiskusi secara mendalam dengan guru Kitab Suci mengenai perlunya segera memberikan ajaran yang cocok dengan kepandaian masyarakat tanpa mendistorsi ajaran sempurna Sang Buddha, yang merupakan sumber suci manfaat dan kebahagiaan yang tak ada habisnya bagi makhluk. Saya memberikan sepasang simbal antik dengan kualitas yang sangat baik dan sepasang simbal bergaya Tiongkok kepada Ganden Shartse Dratsang, dan sepasang simbal antik kepada Jangtse Dratsang. Hadiah-hadiah ini dikirimkan bersama para geshe dari setiap universitas yang kembali ke Buxa. Dengan harapan meningkatkan praktek Heruka Chakrasamvara dari sistem Gandhapa yang dipraktekan oleh jutaan siddha dari India dan Tibet di daerah tersebut, saya telah diminta berkali-kali sebelumnya oleh Ladak Rizong Tulku untuk memberikan inisiasi praktek ini. Dewa tertinggi Shri Heruka telah menjanjikan secara langsung pada Dorjechang Pabongkhapa bahwa dia akan menjaga murid-muridnya selama tujuh generasi. Di Biara Tibet Sarnath, saya memberikan inisiasi Gandhapa Lima Dewa Heruka selama dua hari kepada sekitar tiga-ratus lama, tulku, dan Sangha. Kemudian, saya memberikan inisiasi Gandhapa Tubuh-Mandala kepada sekitar dua-ratus dan lima-puluh orang yang berkomitmen untuk meresitasi Yoga Tiga Pembersihan. Saya memberikan penjelasan mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Gandhapa Tubuh-Mandala selama tujuh-belas hari kepada seratus-sembilan-puluh-empat orang yang berkomitmen untuk meresitasi sadhana TubuhMandala setiap hari, melakukan semuanya dengan cara agar tradisi dari makhluk suci sebelumnya tidak akan mengalami kemunduran. Pada akhirnya atas dorongan Lingzhab Jinpa Gyatso, saya memberikan penjelasan mengenai praktek umur-panjang rahasia Heruka Putih. Bersama dengan donasi dari Bakula Rinpoche dan Rizong Rinpoche, kami menyelesaikan Heruka Chakrasamvara Guru Puja dengan Ganachakra. Di hadapan Stupa Varanasi, saya memberikan Seribu-kelipatan Persembahan bagi manfaat semua dimana saya memiliki hubungan dan juga memberikan sepuluh-ribu persembahan lampu mentega bagi akar kebaikan Lhabu, menanamkan bibit pencapaian pencerahan maha tahu baginya. Di tahun 1966, 2 Maret, (tahun Tibet kuda api, tanggal sepuluh bulan satu) pada usia enam-puluhenam, saya kembali dari Varanasi ke Dharamsala. Dua minggu kemudian, Ganden Tripa Yongzin Ling Rinpoche kembali dari Bodhgaya dan dia mampir mengunjungi saya. Saya pergi ke kediamannya di hari berikutnya dan memberikan persembahan seperti patung Tara Putih bagi umur-panjangnya. Pada hari pertama di bulan berikutnya, saya berpartisipasi selama tujuh hari di Ritual Vaisravana Memanggil Kemakmuran yang dibiayai Pemerintah Tibet bagi masyarakat Tibet pada umumnya. Ritual ini dipimpin oleh Yang Mulia Dalai Lama bersama Yongzin Trichen Ling Rinpoche dan majelis Namgyal Dratsang. Kami juga menyelesaikan vas kekayaan Dzambala Putih, Mahakala Putih, dan Vaishravana. Pada tanggal dua-puluh-tujuh, saya mulai memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan penjelasan Gyaltsab Je mengenai Paramita, Namshä Nyingpo Gyän. 151
Pada waktu luang kami bersama kami melanjutkan transmisi bacaan kumpulan karya Gyaltsab Je yang lengkap. Pada tanggal tiga bulan tiga, saya bertemu dengan putra Jamyang, Ngakong Driwa Belse dari rumah tangga Gangkar Lama dari Biara Markam Zeudru. Dia telah melarikan diri dari penindasan Tiongkok di Kham dan menceritakan pada kami dengan rinci mengenai situasi umum di sana, khususnya apa yang telah terjadi saat konflik dengan Komunis Tiongkok. Gangkar Lama Tulku telah melarikan diri bersama Tzöpa Adrug ke hutan. Ketika mereka akan ditangkap, sang tulku meninggal agar tidak jatuh ke tangan Tiongkok, sementara Adrug meninggal dalam pertikaian. Ketika Gangkar Tulku berada di biara, dia sangatlah mengabdi dan baik terhadap saya. Walaupun dia nampak mulia dan altruistik tetapi bukan orang yang sangat terpelajar, ketika sampai pada saat kritis, dia memanifestasikan indikasi yang luar biasa sebagai makhluk suci dengan meninggal atas keinginannya sendiri. Saya memberikan jenang Tiga Kemurkaan kepada medium oracle Gadong, dua pelayannya, istri perwakilan pemerintah Lukangpa dan lainnya. Setelah Kazur Shänkawa tiba, saya memberikan penjelasan mengenai Tujuh Poin Pelatihan Pikiran dan penjelasan rinci guna menanggapi pertanyaan mengenai meditasi Penyamaan dan Pertukaran Diri dengan Makhluk Lain. Selama tiga hari sejak tanggal dua-belas bulan empat, mengikuti wasiat terakhir dan pernyataan almarhum Kusho Thubtän Chöyang dari Namgyäl Dratsang, atas permintaan Namgyäl Dratsang Thubtän Chödän, saya memberikan penjelasan komentar Tujuh Poin Pelatihan Pikiran – Melatih majelis Namgyäl Dratsang dan lainnya, sejumlah seratus hadirin. Pada awal bulan lima, atas permintaan Ratö Kyongla Tulku Ngawang Lozang, saya memberikan Inisiasi Tubuh Mandala Gandhapa Heruka kepada dua tulku, Kazur Shänkawa dan beberapa orang lain Pada tanggal sembilan-belas dan dua-puluh bulan enam, seperti yang diminta majelis umum Namgyäl Dratsang, saya memberikan inisiasi dua hari Luipa sistem Heruka Chakrasamvara kepada Sangha di sana bersama dengan Lama, tulku dan biksu lainnya berjumlah lebih dari seratus hadirin. Trehor Sadu Ngoma Chötzä Yulgyäl-la dari Switzerland, menulis bahwa saya harus datang ke Switzerland suatu waktu untuk pemeriksaan kesehatan yang akan dia biayai. Saya menerima tawaran baiknya dan pada tanggal dua-puluh-dua, saya mengambil cuti dan memberikan hormat kepada Yang Mulia Dalai Lama. Pada tanggal dua-puluh-tujuh, beberapa saat setelah pukul sebelas, Pälden dan saya terbang dari bandara Delhi dalam pesawat Indian Airlines, diantar oleh pejabat dari Kantor Pemerintah Tibet Urusan Agama, Rumah Tibet, dan lainnya. Malam itu, waktu Swiss pukul 5 sore (waktu India pukul 9 malam), kami tiba di Switzerland. Kami dijemput oleh Palhawa dari Kantor Urusan Agama Tibet di Swiss, kakak lelaki Lozang Samtän, dan penyandang dana Chötzä Yulgyäl. Saya tinggal di rumah Chotza Yulgyal. Malam itu, ada perayaan besar di Switzerland dan ada kumpulan besar orang di Jenewa. Ada kembang api yang seperti bunga warna-warni yang jatuh dari angkasa. Hal ini memberikan dorongan besar bagi visualisasi saya mengenai emanasi dan ingatan cahaya dan nektar pada saat resitasi sadhana. Setelah dua hari, saya pindah ke kediaman Kungo Palhawa. Pelayan Dagpo Bamchö Rinpoche, Thubten-la melayani kami dengan sangat baik dan menjaga kami ketika kami berada di Switzerland. Atas permintaan Ratö Kyongla Tulku, saya memberinya, bersama dengan Bamchö Rinpoche, Ragra Tulku, Kungo Palha, Sera Mey Geshe Kädrub Thubtän dan lainnya Berkat Sindhura Vajrayogini. Kami melakukan Heruka Guru Puja dengan Ganachakra dan mereka mempersembahkan Puja UmurPanjang bagi saya. 152
Kyongla Tulku mendorong saya untuk merekam lagu kesadaran untuknya. Saya menyanyikan lagu ini: Keberuntungan makhluk dan lingkungan alam deva di atas, Seperti bila alam Brahma telah dibawa kemari oleh pikiran, Di kota Switzerland ini yang menggabungkan kesenangan dan kebahagiaan, Lama, murid, pendukung, dengan samaya murni diantara kami, Festival keberuntungan dari wajah sempurna bergabung bersama, Menikmati semua kesenangan dari Ganachakra rahasia, Melihat ke atas, kami melihat Guru utama dan aliran yang baik, Dalam awan padat dari berkat dan kasih-sayang tak terbatas, Dewa Tuan Rumah di kisi-kisi Mandala Yidam yang damai dan murka! Siddhi utama dan umum jatuh dalam hujan yang menyegarkan, Pahlawan dan Dakini dari tiga tempat menari dengan bebas! Betapa menyenangkan dan beruntung untuk menikmati Ganachakra Tantrik! Marilah kita berdoa agar dapat bersama di semua kehidupan mulai sekarang, Agar dapat menikmati nektar dari kendaraan utama sama-rata, Dan mencapai pencerahan lengkap pada saat yang sama, Dalam Akanishta menyenangkan yang spontan! Chötzä Yulgyäl membawa saya ke dokternya, Dokter Wiesman untuk pemeriksaan seksama yang memakan waktu dua hari. Kecuali tekanan darah saya yang rendah dan ada parasit di usus, saya tidak menderita penyakit yang serius. Saya menerima beberapa obat-obatan untuk mengembalikan kekuatan saya dan meminumnya seperti yang dianjurkan. Chötzä Yulgyäl membayar semua biaya kunjungan dokter dan obat-obatan. Pada tanggal dua-puluh-empat bulan tujuh, kami naik pesawat dari Jenewa ke Zurich dimana saya tinggal dengan penyandang dana Sera Mey Geshe Lozang Chödrag dari Belanda, Ama Kallema. Dia membawa kami ke taman-taman dan kebun binatang dimana kami menghabiskan waktu menyegarkan melihat hewan-hewan, beberapa karnivor, beberapa berkuku dan berbagai jenis burung dan seterusnya. Berharap untuk mengembalikan hubungan Dharma dengan warga Tibet lokal, saya mengunjungi masing-masing komunitas, dengan maksud untuk pergi ke semua desa, pertama-tama saya pergi ke Okriville dan Rudi. Di Rikon, saya tinggal di rumah Drepung Gomang Gyältsän Namdröl. Saya diundang oleh Ku-Ngo Palha ke rumah berbagai keluarga makmur di Swiss yang telah mengadopsi anak-anak lelaki dan perempuan Tibet dari Desa Anak-Anak di Dharamsala. Kecuali satu-dua keluarga yang tidak mau anaknya berhubungan dengan orang Tibet, saya pergi ke hampir setiap rumah tangga untuk bertemu dengan keluarga, membawakan mereka hadiah dan menasihati mereka mengenai berbagai subyek seperti perlunya untuk tidak melupakan budaya Tibet. Banyak anak-anak yang sudah melupakan bahasa Tibet dan saya berkomunikasi dengan mereka melalui bahasa fisik. Saya merasa kecewa, tapi apa yang dapat saya lakukan? Suatu hari, saya memberikan Inisiasi Tara Putih dan transmisi Ganden Lhagyema, Pujian Dua-PuluhSatu Tara, Refuge, dan doa umur panjang bagi Yang Mulia Dalai Lama kepada warga Tibet di pemukiman Rikon dan mereka yang berasal dari pemukiman lain, berjumlah sekitar enam-puluh orang secara keseluruhan. Saya juga memberi mereka ajaran Dharma mengenai Refuge, Karma, dan seterusnya dan menasihati mereka terkait dengan urusan sementara dan juga memberikan nasihat umum mengenai menghormati hukum negara dan untuk bertindak dengan kasih sayang dan harmonis satu sama lain,
153
mencoba untuk tidak membiarkan anak-anak mereka melupakan bahasa mereka sendiri, tulisan, hormat kepada Dharma dan seterusnya, yang merupakan kebudayaan unik dan umum dari Tibet. Pada hari berikutnya pemukiman Rikon mempersembahkan Guru Puja Ganachakra dengan puja umur panjang untuk saya. Ketua pemukiman, Kuzhab Dokter Lindaker tidak hanya memakai pakaian tradisional Tibet dan duduk dalam barisan praktisi untuk Ganachakra, dia juga memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai bahasa Tibet. Pada tanggal empat bulan delapan, saya meninggalkan Rikon menuju pemukiman Rekrenaoer. Setelah membangun hubungan Dharma dan memberikan nasihat di sana, saya pergi ke Krorgen dimana ada sebuah sekolah Tibet. Ketua dari Pemuda Tibet adalah Tashi Tongkar Rinpoche dan Söpäl-la. Masyarakat desa utama Atarbhil, pekerja Palang Merah, dan para pemuda mengadakan upacara penyambutan sesuai dengan kebiasaan Tibet mempersembahkan nasi dan seterusnya. Dengan senang hati saya tinggal di sana selama lima hari dengan setiap orang mempertahankan cara-cara tradisional di rumah tangga Tibet. Saya pergi ke desa Atarbhil bertemu dengan gubernurnya dan memberikan hadiah kecil. Dia sangat mendukung warga Tibet dengan kasih sayang besar dan saya berbincang akrab, altruistik dan baik dengannya. Meninggalkan Krorgen, saya tinggal satu hari di pemukiman Tibet Walashekra. Saya bertemu dengan pekerja Palang Merah disana, seorang wanita bernama Shotsen Bhar, yang merupakan kepala sepuluh pemukiman Tibet. Saya memuji usahanya, memberikan hadiah dan mendorongnya untuk melanjutkan pekerjaannya mewakili warga Tibet. Hari berikutnya, saya pergi ke sebuah desa bernama Samendha di gunung salju dimana Trehor Lamdrag Tulku dan lainnya tinggal di pemukiman Tibet. Jalannya panjang dan berkelok-kelok dan melalui terowongan pegunungan secara ekstensif. Saya merasa hal ini cukup melelahkan. Saya tinggal di kediaman Lamdrag Tulku dan bertemu dengan Lozang Nyima, keponakan Gyume Trehor Chabril Tsultrim Dargye yang merupakan tetangga saya di Tibet. Lozang Nyima telah menikah dengan keponakan saya, Tashi Drolma dan mereka memiliki seorang putra. Saya memberikan banyak transmisi bacaan termasuk Ekspresi Nama-Nama Manjushri, Pujian kepada yang ditinggikan, 192 Pujian Dua-Puluh-Satu Tara, dan Doa Umur-Panjang Yang Mulia Dalai Lama, dan juga memberikan nasihat umum dan Dharma kepada sekitar empat-puluh orang. Masyarakat Tibet di sana semuanya membiayai persembahan ekstensif Guru Puja Ganachakra. Suatu hari, kami naik kereta listrik kecil untuk mendaki gunung Mendha dan menghabiskan waktu yang menyegarkan melihat pemandangan dari atas. Dari Samendha, saya pergi ke empat pemukiman lagi, Langkokra, Buken, Ebnatakapel, dan Undawase, menghabiskan satu hari di setiap [pemukiman ini] membangun hubungan Dharma dan memberikan nasihat seperti sebelumnya. Atas permintaan ketua mereka Sera Mey Geshe Kedrup Thubten, saya menanyakan sebelas anak lelaki dan perempuan dari Undawase mengenai subyek seperti Tujuh Kelipatan Sebab-Akibat dan Efek Meditasi Bodhicitta. Mereka memberikan jawaban yang benar. Bagi seorang Geshe dari Biara besar untuk berperan sebagai ketua dengan cara ini adalah pelayanan yang sangat berharga, dan saya turut gembira. Kemudian saya pergi ke Krorgen Yumbu Lagang lagi selama delapan hari dimana pada saat itu saya memberikan jenang Tiga Aliran Rakra Tulku Je Tsongkhapa, Dorje Shugden Kepercayaan-Hidup, dan saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah, Inisiasi UmurPanjang Tara Putih, dan transmisi Ganden Lhagyema dan Ekspresi Nama-Nama Manjushri kepada sekitar tujuh-puluh murid dan pekerja. Saya menasihati mereka mengenai apa yang harus diadopsi dan apa yang harus ditinggalkan dalam urusan Dharma dan duniawi.
154
Didorong oleh Chötzä Yulgyäl-la, saya memberikan inisiasi Pahlawan Terisolasi Yamantaka, dan seterusnya kepada tujuh orang termasuk Ku-Ngo Palha dan Rakra Tulku, memenuhi harapan berbagai kelompok masyarakat. Suatu sore, saya pergi ke pertunjukan anak-anak sekolah yang menggambarkan kehidupan Lha Lama Jangchub Ö ketika dia mengundang Tuan Atisha ke Tibet. Aktor-aktornya sempurna dalam gerakan tubuh dan suara. Kemudian, saya pergi ke Wallapasse di Jerman selama satu hari dimana dua-belas anak-anak Tibet, Chöge Loseling Gyelzur Tulku, dan Patsab Lozang Namdröl Tabshe tinggal dimana saya membangun hubungan Dharma dan memberikan nasihat. Anak-anak tersebut sangat baik dalam menggambar dan menulis dalam bahasa Tibet juga. Atas permintaan mendesak dari ketua Rumah Tibet Trisong Ngönga di Inggris dan murid-murid saya di sana, Pelden Ku-Ngo Palha dan saya terbang dari bandara Zurich ke London. Saya dijemput oleh Geshe Tsultrim Gyaltsen dari Ganden Shartse dan ketua murid, Zhabzur Thubten Ngawang. Kami naik mobil dari sana ke desa pemuda Tibet Trisong Ngönga dimana saya tinggal selama sepuluh hari. Saya memberikan Inisiasi Tara Putih dan berbagai transmisi Dharma seperti Refuge dan DuaPuluh-Satu Tara kepada Geshe, ketua dan murid-murid. Pemuda/i Tibet mempertunjukan nyanyian dan tarian Tibet. Suara mereka sempurna dan mereka juga menari dengan sangat baik. Geshe dan Zhabzur membawa saya untuk melihat-lihat pemandangan kota London. Di sebuah museum besar ada pameran hologram Ratu Inggris yang sekarang dan pemimpin-pemimpin lainnya seperti Perdana Menteri, raja/ratu terdahulu, Perdana Menteri Nehru dari India, Shasatiri, Mao Tsetung dari Tiongkok, Chou Enlai, pemimpin terkenal dari berbagai negara besar seperti presiden Amerika, ilmuwan sekarang dan terdahulu. Benar-benar ilusi luar biasa, seperti bertemu muka dengan tokoh-tokoh ini. Kemudian kami naik lift ke puncak menara untuk melihat kota London. Melihat dari atas lantai 37, kota ini tidak tampak besar atau tak terbatas. Gedung-gedung dan jalan ditata dengan sangat indah. Banyak gedung-gedung yang terlihat seperti mereka telah ditaburi nasi, memberikan mereka tampak berkilau. Kami menghabiskan malam itu di sebuah hotel. Hari berikutnya, pergi berwisata ke toko-toko, kami melihat katedral besar dimana Ratu Inggris yang pertama konon memberikan persembahan dan doa ketika dia naik tahta. Imam Kristen memberikan instruksi spiritual dalam katedral yang indah, tinggi dan megah pasti sangat mengesankan. Hal ini dibuktikan dari tindakan memberi dan menerima ajaran spiritual. Kami banyak melihat-lihat dan kemudian kembali ke Rumah Tibet Trison Ngönga. Ketika tinggal di sana, saya memberikan transmisi mantra dan instruksi mengenai visualisasi dengan resitasi mantra dan instruksi mengenai visualisasi dengan resitasi mantra kepada asisten Rächung Tulku, Marion Winter, seorang wanita dengan kesetiaan terhadap Dharma yang telah meresitasi mantra Tara Putih. Saya memberikan instruksi kepada Geshe Gyaltsen mengenai Tujuh Poin Pelatihan Pikiran. Saya memberikan jenang Manjushri Jingga dan transmisi Guru Puja, Ganden Lhagyema, dan lainnya kepada beberapa orang Tibet termasuk mereka yang menerima instruksi. Kami pergi ke kota bernama Hassekrire dan ke danau besar di dekatnya. Kami menyeberangi jembatan panjang menuju menara tinggi untuk melihat pemandangan di tengah danau dan sebuah restoran, dll. Setelah aktivitas-aktivitas di Inggris, atas undangan Dragyab Chetsang Hotogtu Rinpoche di Bonn, Jerman, pada tanggal sebelas bulan Sembilan, kami meninggalkan Inggris menuju Cologne, Jerman. Di bandara London, mantan duta besar Inggris untuk Tibet, Hugh Richardson telah datang secara khusus untuk menemui saya. Kami berbincang panjang dalam bahasa Tibet. Dragyab Rinpoche, 155
Ganden Shartse Pukang Käntrül, Tzarongpu Tulku, Eh Lama, dan Nyingma Lama Padma Tsering bertemu dengan kami di Cologne. Saya tinggal beberapa hari di kediaman Dragyab Rinpoche dekat Bonn. Pada saat itu, saya diundang ke sebuah seminar Asia di Pusat Kebudayaan Asia Mongolian Tibetan di Bonn. Saya hadir bersama Käntrül Rinpoche, Tzatrul Rinpoche dan lainnya. Saya berdiskusi dengan Profesor Hang dari Pusat Kebudayaan India dan Profesor agama yang tak memihak Profesor Manshe. Sebagai kepala dari kantor yang ada di Jepang pada saat itu, asisten-nya, Dokter Sarka yang bertanggung-jawab. Mereka menanyakan banyak pertanyaan mengenai tradisi Dharma seperti simbolisme Dharmachakra yang digunakan penganut agama Buddha. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa ‘pusat yang mendukung’, dan ‘pusat yang mengumpulkan’, menyimbolkan tiga pelatihan yang lebih tinggi dan seterusnya, dan kami berdiskusi secara obyektif. Saya juga mengunjungi perpustakaan dan kantor mereka. Kantor pemerintah Jerman mengirimkan mobil dan asisten untuk membawa kami mengunjungi kapel Maria di biara Kristen tua dan gedung-gedung dimana para biarawan memproduksi berbagai benda untuk membiayai diri mereka. Kami kembali ke kediaman kami ketika hari sudah gelap. Dokter Sarka, asisten dari kepala Pusat Kebudayaan Asia datang untuk bertemu saya lagi dan menanyakan berbagai pertanyaan. Dia sangat senang mendengarkan tanggapan saya. Saya pergi lagi untuk kunjungan singkat ke kediaman Pukang Käntrül. Atas undangan dari orang Mongolia yang tinggal di Munich seperti biksu Mongolia Tibet, Achunor, saya terbang ke Munich dengan penerbangan Luftansa pada tanggal enam-belas. Di sana saya dijemput oleh Gelong Achunor, Sera Mey Panglung Tulku, Yerpa Tsänzhab Tulku, dan presiden wihara, cendikiawan Hongaria, Pola, yang memiliki keyakinan pada Dharma. Kami pergi ke biara Mongolia. Pada kunjungan tujuh hari saya, saya diundang oleh universitas dimana Panglung Tulku dan Yerpa Tsänzhab bekerja dengan presiden universitas, Profesor Chitershag. Dia memiliki beberapa cetakan balok Tibet yang berasal dari daerah Tunghasa dan saya memberi dia beberapa pelajaran dalam menggunakannya dan menanggapi beberapa pertanyaannya mengenai sejarah Tibet dan perkembangan Dharma di Tibet. Atas permintaan Gelong Achunor, saya menghadiri upacara pembukaan dari biara yang baru dibangun yang dihadiri pejabat Kantor Bantuan Pemerintah Jerman, asisten-asisten kami, tamu dari wihara, warga keturunan Mongolia dari daerah tersebut, dan berbagai tamu asing. Saya melantunkan doa persiapan keberuntungan bersama dengan Chöge Gomang Lozang Dhargyä dan Panglung Tulku dan memotong pita pembukaan. Saya memberikan kuliah singkat mengenai maksud dan alasan membangun biara baru. Saya memberikan khatak selendang upacara berwarna putih, representasi sakral, kepada pemimpin biara, memberikan persembahan, melakukan konsekrasi, dan memberikan nama pada biara tersebut, Tegchen Chöpel Ling. Saya pergi ke Munich selama satu hari. Di museum besar, kami melihat berbagai hal seperti model kapal dan pesawat awal, pertengahan, dan terakhir, foto-foto yang menggambarkan metode menambang batu bara dari awal, pertengahan, dan terakhir, ilmuwan, energi nuklir, praktek pengobatan modern dan terdahulu, dan model seorang astronot dalam sebuah roket, dengan demonstrasi bagaimana ia terbang. Apa yang dicapai orang barat dengan kepandaian ‘biasa’, kesabaran, dan kerja keras melalui pelajaran sains dan teknologi menandingi, dari satu sisi, tindakan ajaib yang didemonstrasikan oleh mahasiddha terdahulu. Merefleksikan hal ini, sepertinya seseorang seperti saya yang seharusnya berusaha dalam jalan Sutra dan Tantra berdasarkan pengetahuan tertinggi dari Buddha pendiri kami, Tathagata yang diberkati dengan tiga kualitas khusus (yang sifatnya telah meninggalkan semua
156
kesalahan dan mencapai semua kesadaran dan yang melihat sifat dari Empat Kebenaran Mulia secara lengkap) sepertinya saya harus menghasilkan sedikit hal. Bagi orang seperti saya yang tidak menghasilkan apa-apa pasti berarti kepandaian dan usaha saya inferior. Seperti membuat satu kesalahan yang menyebabkan apapun yang terjadi sesudahnya ikut salah, pasti ini adalah kelanjutan kesalahan saya dari tahapan jalan mulai dari cara mengandalkan Guru. Ini adalah kesalahan saya, bukan Dharma. Saya pergi mengunjungi Alti Peter, yang terkenal sebagai Gereja Kristen tertua yang ada. Saya pergi ke pertunjukan eksklusif bagi mereka yang kaya, terkenal, dan berstatus tinggi dengan balkon untuk menyaksikan di atas lantai lima lingkaran, melihat banyak hal-hal yang luar biasa yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Palden, Palha, dan Panglung pergi bersama saya, tetapi karena mereka tidak biasa menyaksikan ini, pertunjukannya sendiri tidak benar-benar mengesankan bagi kami. Diundang oleh Kantor Bantuan Pemerintah Jerman, saya bertemu dengan kepala kantor dan rekannya, sang sekretaris. Kami pergi ke museum dimana banyak lukisan Jepang, patung-patung dan obyek termasuk obyek-obyek dari Afrika. Pada tanggal dua-puluh-dua, (Lhabab Duchen) hari Buddha turun dari Alam Deva, saya merayakan bersama dengan warga keturunan Mongolia bersama Guru Puja dan Heruka Chakrasamvara. Kami mempersembahkan Ganachakra dan seterusnya. Warga keturunan Mongolia menunjukan ekspresi bahagia. Nyingma Padma Tsering bertanya pada saya mengenai pelatihan Bodhicitta terakhir dari Tujuh Poin Pelatihan Pikiran dan saya memberi dia tanggapan yang rinci yang menyenangkannya. Diundang oleh Dagpo Bamchö Chogtrul Rinpoche Jampa Gyatso dari Prancis, pada tanggal duapuluh-tiga, kami terbang ke Paris. Kami dijemput oleh Bamchö Rinpoche, Gyume Kenzur Gomang Ngawang Legden, dan beberapa pria dan wanita Mongolia yang tinggal di Paris. Kami pergi ke kediaman Bamchö Rinpoche dimana saya bertemu dengan banyak orang Mongolia. Hari berikutnya, Gyume Kenzur datang berkunjung. Dia memiliki pengetahuan luas mengenai Sutra dan Tantra dan mengajar secara ekspansif seperti mekarnya seratus kelopak teratai. Kepandaian dan antusiasme-nya sangatlah besar dan dia memiliki ide yang tidak ada habisnya mengenai masalah khusus Tibet dan umum dunia yang kami diskusikan sepanjang hari. Bamchö Rinpoche dan penyandang dananya nyonya Ama Ipang membawa saya berwisata ke museum Mabhar di Paris, yang dulunya adalah Istana Ratu. Tempatnya sangat besar dan banyak lukisan tua. Di banyak kamarnya ada banyak perabotan berharga dari raja terdahulu. Ada banyak lukisan Arab dan Jepang dan obyek-obyek, sangat banyak sehingga kau tidak bisa melihat semuanya bahkan bila kami melanjutkan selama tiga-hari! Kami naik lift ke restoran di puncak Menara Eiffel yang sangat tinggi, dimana ketika kamu melihat ke ibu kota, ia tidak terlihat tidak terbatas atau besar, dan tata letaknya sangat indah. Suatu hari, profesor Stan yang terpelajar mengundang saya dan kami berbagi cerita mengenai Tibet. Dia sangat menyukai epik Gesar. Atas permintaan Bamchö Rinpoche, Rinpoche, Pel, dan saya, bersama Kungo Palha, pergi ke kota kecil di pinggir Paris yang bernama Sharpel dimana beberapa rumah digunakan sebagai biara Tibet. Tinggal di sana adalah Gyume Kenzur Ngawang Legden, Amdo Yonten, Ngawang Dragpa, Jamyang Monlam dan lainnya. Saya tinggal di sana selama lima hari. Dengan lima Sangha di sana termasuk Kenzur dan penyandang dana wanita berusia lanjut, kami mempersembahkan Guru Puja 157
Ganachakra, dan atas permintaan Kenzur saya memberikan transmisi bacaan dari awal Lamrim Chenmo dan Fondasi Dari Semua Kesadaran. Saya pergi ke desa Prancis bernama Belaynu untuk bertemu dengan dua-puluh siswa/i Tibet dan Norgye Tabshe, perwakilan dari orang tua adopsi mereka dan membangun hubungan Dharma dengan mereka dan memberi mereka transmisi Refuge, Ganden Lhagyema, Pujian Tara dan seterusnya, dan menasihati mereka mengenai Dharma dan tindakan. Setelah itu, murid-murid memberikan pertunjukan musik dan tarian Tibet dan Prancis yang sangat bagus. Kembali di kediaman Lhasa Bamchö Rinpoche, kami pergi ke museum Yunani dimana sejarah awal Prancis digambarkan dan berbagai patung dari presiden sekarang dan lainnya, seperti di museum di London. Ada model dan gambar mengenai revolusi Prancis dan dipenjaranya keluarga kerajaan. Di kamar lainnya, ada hologram sebuah rumah dan satu orang yang terlihat seperti ratusan. Sangat luar biasa, mengingatkan pada cerita istana Langka Raja Ravana.193 Pada tanggal dua-belas bulan sepuluh, saya terbang dari Paris ke Jenewa dimana saya tinggal selama beberapa hari untuk pemeriksaan kesehatan. Suatu hari saya berwisata ke gedung PBB di Jenewa. Tetangga dekat, Kungo Kudring Lhawang Tobgyal dan istrinya Lhacham Dekyi Lhatze datang mengunjungi saya dan kami berdiskusi tentang berita terkini. Mereka mengatakan pada saya bahwa Kungo Kazur Wangchen Geleg sangat ingin datang tetapi tidak bisa karena pekerjaannya di universitas Amerika. Zurkang Kungo Kazur adalah pemikir dari sudut pandang urusan Dharma dan dunia. Terpelajar dan pandai, dia adalah pejabat yang sangat diperlukan bagi Yang Mulia Dalai Lama karena rupa salah yang digambarkan oleh pemfitnah yang ingin memecah-belah, seperti yang dikatakan oleh Sakya Legshe, Kefasihan para Sakya, ‘sang Pertama kehilangan kambingnya/ Pencurinya memanggil seekor anjing. ‘sangat buruk, tetapi saya biarkan seperti itu. Saya kembali ke Rikon dan melakukan ritual tempat di tempat dimana penyandang dana buruh pabrik ingin membangun sebuah biara dan meresitasi doa keberuntungan dan melakukan konsekrasi. Saya diundang oleh Palang Merah ke kantor pusat mereka di ibu kota Swiss, Bern. Bersama dengan presiden Nyonya Fisher dan lainnya kami menikmati makanan kecil. Saya berterima-kasih dan memuji mereka untuk manfaat besar yang mereka sediakan bagi masyarakat Tibet secara umum dan mereka yang berada di Switzerland khususnya dan mendorong mereka untuk melanjutkan. Mereka berjanji untuk melakukan hal ini. Kemudian saya kembali ke Jenewa dan tinggal beberapa hari. Pada tanggal sembilan bulan sebelas, saya terbang ke Italia. Saya dijemput di bandara oleh Sera Mey Geshe Jampel Senge, beberapa murid Italianya, dan Kagyu Tulku Namkai Norbu. Kami pergi ke rumah Namkai Norbu dimana tempat tinggal saya sudah dipersiapkan. Saya tinggal selama tiga hari. Sesuai instruksi Yang Mulia Dalai Lama, saya, Palha Pelden, dan Namkai Norbu pergi untuk bertemu dengan Paus. Istana Paus di satu sisi Vatikan sangatlah besar dan bertingkat-tingkat. Kami melewati banyak penjaga dan kemudian seorang pelayan membawa kami ke kediaman luar sebentar. Kemudian kami dibawa ke tempat dimana sang Paus berdiri. Saya memberikan dia khatak dan hadiah kecil sepasang simbal antik dari Tibet. Sesuai instruksi Yang Mulia Dalai Lama, saya mengekspresikan tujuan utama dari pertemuan ini, menyampaikan salam dan syukur kepada Paus atas pertolongan yang diberikan oleh banyak organisasi Bantuan Kristen pada saat banyak warga Tibet melarikan diri karena penindasan Komunis Tiongkok terhadap Tibet. Saya mengekspresikan harapan kami, bahwa atas dasar persatuan dan harapan spiritual kami, akan ada kedamaian di dunia. Sang Paus berkata bahwa dia sangat senang menerimanya salam Dalai Lama dan berkata bahwa dia selalu tertarik pada Dalai Lama dan Tibet. Dia mengatakan apakah kami membutuhkan bantuan khusus dan juga bertanya pada saya secara pribadi, apakah saya punya permintaan. Saya menanggapi bahwa saya pribadi tidak memerlukan 158
bantuan, hanya bantuan yang dapat membantu kami mempraktekan Dharma Tibet, dan seterusnya. Kami bertemu selama hampir satu jam dan sepertinya pertemuan ini harmonis dan mempersatukan. Sang Paus memberikan saya buku bergambar dan plakat salam untuk diberikan kepada Yang Mulia Dalai Lama. Saya juga menerima darinya hadiah medali perak. Pada tanggal tiga-belas bulan sebelas saya mengambil penerbangan awal dan transit singkat di Beirut dan tiba dengan nyaman di bandara Delhi yang baru malam itu, dalam waktu India, pukul lima di siang hari. Kami dijemput oleh saudara lelaki Yang Mulia Dalai Lama Gyaldon, pejabat dari Kantor Keagamaan Delhi dan Rumah Tibet yang menemani kami ke Rumah Tibet Delhi. Saya telah melakukan perjalanan ke negara-negara barat yang berkelok-kelok dan sepertinya bagi saya di setiap tempat saya pergi masyarakatnya makmur dan berkecukupan, masyarakat bahagia, kota dan desa bersih dan bertata-letak indah, panen berkecukupan, dan seterusnya, tetapi karena mereka tidak memiliki kekayaan Dharma suci, saya bertemu dengan orang-orang yang berpandangan pendek, menempel pada keabadian, tidak merasakan kebahagiaan selain dari penampakan yang menipu dari hidup ini. Seperti yang dikatakan dalam Sutra, Akhir dari akumulasi adalah kelelahan, Bahkan yang tinggi akhirnya akan jatuh. Benteng-benteng yang dibangun oleh dibangun oleh raja dan ratu terdahulu, dengan kekuatan tentara untuk membuat sulit bahkan untuk memijakan kaki dan semua barang berharga, perhiasan dan seterusnya, dengan bergantinya zaman, sekarang telah menjadi pameran museum, dan hanya meninggalkan nama-nama mereka dan beberapa raja dilempar ke penjara yang gelap ketika rakyat mereka memberontak. Akhirnya kita dipisahkan dari hidup kita tanpa pilihan. Ketika melihat dan mendengar banyak rupa dan cerita, tidak peduli bagaimana menariknya samsara, akhirnya ia akan merosot. Tidak ada yang tidak dibubarkan. Seseorang akan berpikir bahwa saya telah merenungkan hal ini dengan dalam, tetapi pada saat itu, saya hanya memiliki gejolak singkat mengenai pelepasan. Seperti yang dikatakan Tuan Milarepa, Kayu keras dan tanduk bengkok, Terperangkap ketika mereka dikait, Tetapi tidak ada yang mengait pikiran yang bengkok. Seperti yang dia katakan, pikiran saya yang kaki, seperti tanah yang belum diolah, tidak akan mengarah kedalam. Apa yang lebih buruk dari jejak yang sangat kuat dengan pengenalan terhadap negativitas yang tak berujung? Pada malam tanggal lima-belas, saya meninggalkan Delhi dan tiba di Dharamsala pada dini hari berikutnya. Saya segera pergi ke kediaman Yang Mulia Dalai Lama dan menerima nektar penglihatan dari melihat wajahnya yang tersenyum dan mendengar suaranya. Pada tanggal delapan-belas dengan beberapa persembahan saya bersujud dan melayaninya dengan hormat di kakinya, dan dia senang mendengar hal-hal yang saya temui di barat mengenai situasi lama, tulku, geshe, siswa/i Tibet dan pemukiman, dan juga apa yang terjadi dalam pertemuan dengan sang Paus. Hari berikutnya, saya mempersembahkan kepada Yang Mulia jenang tidak umum Lhamo Magzorma dari Drubtab Rinjung dan pada akhirnya melakukan Guru Puja Ganachakra. Pada tanggal dua-puluh-tujuh, saya melakukan perjalanan dari Dharamsala ke Biara Tibet di Sarnath. Di sana, demi akar kebaikan bagi almarhum pelayan saya, Lhabu, dan keponakan Kuntse Tsipön Tsewang Döndrup, saya mengkomisikan Wihara Dogui Kyil dari Biara Tibet, lukisan dinding Ribuan Buddha, Tiga-Puluh-Lima Buddha Pengakuan, Enam-belas Arhat dan Empat Raja Besar di pintu 159
masuk. Kuntse dan saya membiayai ini bersama. Saya menunjuk Kuntse Kungo Keme Sonam Wangdu dan Nyerpa Trentso Lozang Sherab untuk mensupervisi dengan bantuan seniman, Gyume Ngaram Ngawang Norbu. Ketika saya pergi ke Switzerland, sesuai dengan komisi kami, mereka telah mulai bekerja dan sekarang telah menyelesaikan lebih dari setengah. Saya menginstruksikan Geshe Ngawang Norbu sesuai dengan beberapa koreksi untuk dilaksanakan terkait dengan Enam-belas Arhat dan Empat Raja Besar. Seperti yang diminta oleh Sera Mey Pomra Kangtsan, saya datang untuk memberi instruksi kepada putra almarhum Panglung Dharmapala Kuten, Dragpa Samdrub dalam kapasitasnya sebagai oracle medium untuk Gyalchen Dorje Shugden. Saya melakukan undangan pembukaan saluran. Walaupun sang Dewa tidak datang karena itu adalah pertama-kalinya, saya melakukan semua tahapan udangan. Saya juga memberikan instruksi kepada Drapa Samdrub untuk melakukan ret-ret 100,000 Migtsema, Yamantaka, dan Hayagriva rahasia dan mengesankan padanya perlunya menjaga kemurnian tinggi dalam tindakannya. Diminta oleh Dondrub Tsering dari Chatreng Nyachog saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepada sekitar empat ratus orang termasuk lama, tulku, Sangha, masyarakat dan ditahbiskan dari daerah tersebut. Bapa Kelzang Legshe mengumpulkan sumbangan untuk melembagakan kebiasaan baru mencapai Mani Dungkor di Sarnath dan, untuk akar kebaikan Lhabu, saya memberikan 1,000 Rupee India. Karena saya tidak punya waktu untuk pergi ke Bodhgaya, saya meminta Kyabje Yongzin Ling Rinpoche untuk mempersembahkan Seribu Persembahan di hadapan Stupa Berharga dan untuk memberikan pelayanan kepada Biara mewakili saya. Pada tanggal dua-belas bulan sepuluh, saya melakukan praktek Sindhura Vajrayogini persembahan dengan Ganachakra dan pada hari yang sama menerima patung perunggu Vajrayogini dari daerah terpencil di Nepal yang merupakan tanda keberuntungan. Trehor Zangra Tulku dari Drepung Loseling datang untuk bertemu saya. Dia kembali ke Buxa dan saya mengirimkan persembahan 1,000 Rupee India Rupee bersamanya untuk membiayai upacara Geshe Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche. Murid saya, Katsarwa Sonam Chopel pergi ke Nepal dan datang menemui saya dalam perjalanan kembali. Dia mendengar di Nepal dari warga Tibet yang tiba dari Lhasa bahwa Partai Komunis Tiongkok telah menyebarkan dan mengecualikan patung-patung Buddha di wihara Ramoche, Wihara Amitayus, Katedral Gazhi Trulnang dan patung-patung Songtsen Gampa dan rombongannya di Wihara Dharmaraja, semua patung-patung lainnya telah dihancurkan oleh pemuda/i Partai Komunis dan digunakan untuk melapisi jalan-jalan di Lhasa. Semua jilid kitab suci telah dibakar. Di Kantor Percetakan Kagyur di bawah Potala, dan di rumah tangga, obyek keyakinan, kitab suci, bahkan sampai ke patung-patung kecil, telah dihancurkan. Lukisan dinding di wihara telah dibersihkan dan seterusnya, kondisi seperti ini yang belum pernah kami dengar sebelumnya menyebabkan banyak warga Tibet membunuh diri sendiri dengan melompat ke Sungai Tsangchi. Saya merasakan kesedihan tak terhingga karena pahala para makhluk telah dihabiskan karena situasi buruk yang menyebar seperti ini, dan berharap, dan berdoa bahwa Dharma ilusi terdahulu dari tiga aliran Arya dan jejak baik dari berkat besar para lotsawa, pandit dan pengaruh makhluk suci lainnya akan tetap stabil sampai akhir zaman keberadaan di dunia. Bagi semua yang meninggal, saya mempersembahkan pelayanan satu hari penuh kepada sekitar tujuh-puluh lama, tulku, dan Sangha, yang membuat ‘Ribuan Persembahan’, dan mempersembahkan Guru Puja Ganachakra sehubungan dengan Heruka Chakrasamvara. Kepala Biara Ganden Shartse dan ketua lantunan Dratsang datang secara khusus dari Buxa untuk memberikan saya Puja Umur-Panjang setelah kembalinya saya dari Switzerland. 160
Saya menginjak usia enam-puluh-tujuh pada tahun 1967. Pada tanggal sebelas bulan Februari, hari dua bulan pertama tahun domba api berdasaran kalender Tibet, dibiayai oleh administrator Biara Saranath Tibet bersama dengan pelayanan persembahan dan awan persembahan, bersama dengan lama, tulku, dan Sangha lokal dari aliran Sakya, Gelug, Kagyu, dan Nyingma yang telah tiba melakukan Guru Puja Ganachakra dengan melantunkan kata-kata keberuntungan bagi umur panjang saya. Karena notasi teks kuno Kangso tradisional Dratsang telah ditinggalkan di Tibet, ketua lantunan Ganden Shartse telah menulis yang baru di Buxa. Dia datang kepada saya untuk memperjelas pertanyaan yang dia miliki terkait dengan nada lantunan panjang dan menengah bagi Kangso dan resitasi lainnya. Walaupun saya tahu nadanya dengan baik pada saat saya di biara, sudah empatpuluh-delapan tahun sejak upacara Geshe saya. Saya memberikan instruksi padanya mengenai apa yang saya ingat dan juga mengkomposisikan bait dedikasi bagi teks nada lantunan yang baru. Pada pagi tanggal dua-belas, kami melukis bagian luar dan dalam wihara termasuk pilar dan balokbaloknya. Bersama Trehor Trungsar Rinpoche, Domo Rinpoche, Sera Jey Rongta Tulku, tua dan muda bersama, sekumpulan besar Sangha, kami mengkonsekrasikan wihara dengan lantunan bernada. Hari itu, rumah tangga saya dan Kuntse bersama memberikan ‘Ribuan Persembahan’ dan mempersembahkan pelayanan selama satu hari kepada semua Sangha yang tinggal di sana. Kami juga memberikan persembahan individu dan awan persembahan Guru Puja Ganachakra. Kepada tujuh orang termasuk seniman Gyume Ngawang Norbu, Chatreng Rigang Anga Jamyang, Sera Mey Thubten Tharpa dan semua pelayan mereka saya memberikan uang dan makanan dan hadiah ekstensif, memuaskan semuanya. Pada tanggal tiga-belas, saya kembali dari Varanasi ke Dharamsala. Suatu hari, wajah utama dari lima kelipatan patung yang terbentuk dengan sendirinya dari Sang Pengasih di Lhasa yang telah dihancurkan Tiongkok bersama dengan wajah-wajah murkanya dibawa ke Istana Dharamsala. Saya mengundangnya masuk, bersama dengan biksu-biksu Namgyal, dan memberikan persembahan. Mulai dari tanggal sembilan-belas selama lima hari, atas undangan Namgyal Dratsang, bagi kebaikan ajaran dan urusan sementara, kami mendamaikan Dua-belas Tenma, saya bertindak sebagai guru vajra bersama dengan Nyingma Dilgo Kyentse Rinpoche. Kazur Shankawa Gyurme Sonam Tobgyal yang berusia lanjut jatuh sakit. Berpikir mengenai hubungan kuat kami sebagai Guru dan murid, saya pergi menjenguknya, menanyakan kondisinya dan memberinya beberapa nasihat mengenai pelatihan pikiran yang menurutnya berguna. Atas instruksi Nechung, Yang Mulia Dalai Lama melakukan sebuah puja untuk kebaikan politik umum dan spiritual, mengadakan ritual torma penghalau dengan cara Vajrakilaya Pengungkap-Harta-Karun Sögyäl Lerab Lingpa yang luar biasa. Yang mulia memimpin puja ini bersama Yongzin Ling Rinpoche, Dilgo Kyentse, semua biksu Biara Namgyal dan saya selama lima hari. Saya telah setuju untuk mengabulkan permintaan Lhasawa Mäntsamchö Drölma. Dan juga, ketika saya berada di Switzerland dia meninggal dunia dan telah menyatakan permintaan yang sama di wasiat terakhirnya. Karena itu, saya memberikan berkat Empat Inisiasi Sindhura Mandala Vajrayogini kepada sekitar tiga-ratus hadirin baik yang awam maupun yang ditahbiskan, dipimpin oleh lama, tulku, dan Sangha di Dharamsala, Dalhousie, Musourie dan daerah-daerah tetangga, di aula pertemuan Desa Anak-Anak dan diakhiri dengan Ganachakra. Mulai hari berikutnya, sebanyak 304 orang yang berkomitmen untuk melakukan resitasi harian sadhana dan penyelesaian ret-ret empat-ratus ribu mantra, saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian. Berlangsung selama delapan hari, saya memberikan semuanya dalam tradisi para Guru yang berharga yang tidak mengalami kemunduran. 161
Saya memberikan Sera Jey Trehor Geshe Tamdrin Rabten dan Geshe Ngawang Dargyä jenang Pemercayaan Kehidupan Gyalchen Dorje Shugden dan mereka mengundang saya ke Rätrekotri di atas Dharamsala dimana sekitar dua-ratus murid telah berkumpul. Saya memberikan transmisi oral resitasi dan beberapa instruksi mengenai apa yang harus diadopsi dan apa yang harus ditinggalkan dalam praktek spiritual. Keputusan dibuat pada tahun 1965 di Bodhgaya, oleh Yang Mulia Dalai Lama, untuk mendirikan Biara-Biara Biksuni di setiap tradisi Sakya, Gelug, Kagyu, dan Nyingma. [Biara Biksuni tradisi] Gelug belum didirikan jadi Sangha di Buxa menunjuk pejabat dari enam universitas Drepung Gomang dan Drepung Loseling, Sera Jey dan Sera Mey, dan Ganden Shartse dan Ganden Jangtse untuk mempercepat. Mereka datang untuk meminta dukungan di bawah naungan Yang Mulia Dalai Lama dan masing-masing dari kami, dua guru menyumbang seribu Rupee India. Pada tanggal dua-puluh bulan tiga, salah satu dari empat patung saudara Arya Avalokitesvara yang terbentuk dengan sendirinya disebut Kyidrong Pagpa Wati yang telah diangkat oleh Sangha Kyidrong Tzongga Chöde, dan telah berada di Nepal selama beberapa tahun, dibawa dan dikawal ke Wihara Utama Dharamsala. Di sini, Yang Mulia Dalai Lama, kami dua guru, dan seluruh Namgyal Dratsang memberikan persembahan termasuk ritual memandikan. Selain dua wajah, satu damai, satu murka, dari Lima Kelipatan Sang Pengasih yang terbentuk dengan sendirinya telah datang dari Lhasa melalui Nepal sebelumnya, ada tambahan, wajah murka Sang Pengasih; bagian kanan bawah wajah patung perak yang merupakan patung Empat Saudara Maitreya; satu bagian pohon kehidupan Avalokitesvara; dan sebuah patung emas Guyhasamaja (yang diberikan kepada Jetsun Sherab Senge pada zaman Je Tsongkhapa memerintahkannya untuk mendirikan Universitas Tantrik). Semuanya diterima oleh tangan Yang Mulia Dalai Lama. Suatu hari, Kyorlung Ngari Rinpoche datang ke tempat saya dan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pandangan Madyamaka. Saya gembira melihat seseorang yang sangat muda tertarik pada topik ini. Saya memberikannya ringkasan tanggapan singkat yang dapat dimengertinya. Rinpoche menginvestigasi pandangan ini selama beberapa tahun, dan akhirnya menemukan hasil akhir dari investigasinya sebagai sesuatu dengan bentuk, bentuk kasar termasuk dalam salah satu dari Empat Kebenaran Mulia. Suatu hari Kungo Ta Lama Thubten Norzang, yang akan mengulang ret-ret Vajrayogini, berkata bahwa dia memiliki beberapa pertanyaan mengenai tiga kaya di jalan. Dia meminta penjelasan mengenai praktek sembilan gabungan tahapan penyelesaian dimana saya memberikan instruksi yang ekstensif mengenai hal ini. Pada tanggal tujuh bulan empat, kami menerima kabar dari Buxa bahwa Pabongka Chogtrul Rinpoche sakit parah. Saya sangat khawatir dan secara mental memohon pada Yang Mulia Dalai Lama dan Yongzin Ling Rinpoche. Saya mengirimkan persembahan ke Dalhousie, untuk segera membiayai Sangha Sera Mey untuk meresitasi Dode Kelsang dan sujud kepada Enam-Belas Arhat, sebanyak umur Rinpoche. Mulai dari tanggal sebelas, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi oral ajaran Kädrubje mengenai arti Kalachakra, dilanjutkan bilamana Yang Mulia dan saya memiliki waktu luang. Pada tanggal tiga-belas, Kazur Shänkawa Gyurme Sönam Tobgyäl, pejabat pemerintah, meninggal ketika hampir berusia tujuh-puluh-dua tahun. Dia telah menerima ajaran mendalam mengenai Sutra dan Tantra dari banyak lama yang berkualifikasi seperti Kyabchog Dorjechang Pabongkapa, Gomang Kangsar Rinpoche, dan Kangyur Lama Rinpoche Lozang Döndän. Dia telah mengkultivasi pandangan dan tindakan murni sesuai dengan Tradisi Ganden. Dia telah mengawasi dan bertanggung-jawab atas proyek pemerintah seperti pekerjaan renovasi di Wihara Samye dan aula pertemuan besar di Ganden. Dia telah bertahan dalam praktek harian. Dia telah mempelajari kitab suci secara ekstensif 162
dan khususnya mengenai meditasi Lamrim. Bahkan mereka yang memiliki pengetahuan baik mengenai Lamrim harus berhati-hati ketika berbicara di hadapannya. Pada tanggal lima-belas, mewakili Yang Mulia Dalai Lama, Kantor Urusan Dharma meminta saya memberikan aturan Mahayana di arena Dharamsala Motri Mahol kepada pekerja pemerintah Tibet, semua Namgyal Dratsang dan kumpulan besar masyarakat umum. Pada sore hari tanggal tujuh-belas, kami menerima sebuah telegram dari Darjeeling yang mengatakan bahwa Kyabje Dorjechang Chogtrul Rinpoche telah dibawa dari Buxa ke Rumah Sakit Karshang Hospital dan pada pukul setengah sepuluh malam itu, telah menarik rahasia dari tubuh, perkataan, dan pikirannya ke dalam lingkungan realitas. Dia telah menggabungkan kualitas dari ajaran, moralitas, dan altruisme dalam mengambil tanggungjawab untuk menegakan Ajaran Ganden. Diantara lama dan tulku yang telah tiba di India, tindakannya unik dan sempurna, dipuji oleh semua pengamat bijaksana. Yongzin Ling Rinpoche dan saya berharap bahwa dia akan menegakan tradisi Ganden di masa depan dan telah dengan rajin memberikannya banyak ajaran mengenai Sutra dan Tantra, inisiasi, transmisi, dan penjelasan. Bagi makhluk tinggi seperti ini untuk meninggal pada usia muda, dua-puluh-enam adalah seperti matahari yang tiba-tiba terbenam bagi kami. Seperti kehilangan putra kesayangan dan saya merasakan kehilangan dan penyesalan yang tak tertahankan. Pada saat Kyabje Yongzin Ling Rinpoche mengirimkan laporan. Melakukan persembahan di hadapan patung Pagpa Wati Zangpo yang sakral, saya meresitasi semua doa yang saya ketahui untuk kepergiannya. Bersama dengan kata-kata dukungan bagi pelayan dekatnya Trinle Dhargye saya mengirimkan kontribusi seribu Rupee India untuk persembahan pelayanan dan doa yang telah saya komposisikan untuk kembalinya inkarnasinya dengan cepat. Beberapa waktu setelah itu, Drepung Loseling Geshe Palden Sherab Senge dan delapan muridnya yang ditahbiskan datang dari Kunu dan saya memberikan mereka Inisiasi Pahlawan Terisolasi Yamantaka. Sementara itu, Mongolian Tulku Gurudeva Rinpoche mempublikasikan biografi ekstensif Je Tsongkhapa oleh Gyalwang Chöje. Saya mengkontribusikan Seribu Rupee India untuk biaya publikasinya untuk memberi manfaat bagi yang sudah meninggal pada umumnya, dan seribu lagi untuk Lhabu juga; kontribusi lainnya bagi publikasi Drepung Loseling Kangyur Rinpoche sebanyak 2,800 Rupee India. Saya juga mengkomposisikan kata pembuka buku ini dan dedikasi untuk percetakannya. Sera Jey Trehor Geshe Ogyän Tsetän, Tzongtse Tulku, Trehor Lodrö Tulku dan beberapa lainnya datang dari Switzerland. Saya memberikan mereka beberapa hadiah kecil dan berbicara pada mereka mengenai kelakuan dan beberapa nasihat mengenai pekerjaan Dharma dan politik. Saya menjelaskan kepada Ogyän Tsetän mengenai bagaimana menggambar garis ketika melakukan ritual tempat untuk membangun biara baru. Saya berdiskusi dengan Gurudeva apakah pantas untuk mengumpulkan sumbangan untuk mencetak dengan meminta para kepala Biara Gelug meminta sumbangan dari majelis. Dia setuju dengan ide ini. Saya kemudian memberikan khatak dan tempayan yang ditutupi brokat lingkaran naga kuning untuk mewartakan percetakan. Di Lhasa, sebelumnya saya telah diminta untuk mengkomposisikan penjelasan untuk menelaah Pujian kepada Gyalchen Dorje Shugden–‘Pagme Käl Ngönma’ oleh Kyabchog Dorjechang Pabongka sehubungan dengan biografi dan cerita yang relevan oleh Trehor Trungsar Rinpoche, Tashi Chöling Lama Lozang Chöpel, Sekretaris Lozang Dorje, dua pejabat awam pemerintah ‘Lhalu Gatsälwa’, dan banyak orang lainnya dari berbagai tingkatan masyarakat. Karena itu saya telah mengumpulkan 163
informasi biografi dan materi lainnya dan membuat kerangka. Akan tetapi karena konflik dengan Komunis Tiongkok dan harus pergi tiba-tiba, dokumen saya tertinggal di Lhasa. Saya harus menunda proyek ini untuk waktu yang belum ditentukan. Melalui bantuan Dharmapala sendiri, saya beruntung karena menerima beberapa dokumen sejarah dan obyek suci kuno dari kamar saya di Lhasa dengan tangka Dorje Shugden Tibet tiba dari Lhasa. Atas permintaan untuk menulisnya dari banyak orang termasuk Dragyab Hotogtu Rinpoche dan Domo Chogtrul Rinpoche, saya mengkomposisikan sebuah penjelasan Pujian kepada Dorje Shugden yang dinamakan, Musik Menyenangkan Samudera Pelindung. Pada tanggal sembilan bulan tujuh, saya menyelesaikan persembahan transmisi oral kepada Yang Mulia Dalai Lama terkait dengan kumpulan karya Je Tsongkhapa dan dua putranya. Saya juga memberinya transmisi oral dari tantra setelahnya mengenai Akar Tantra Guyhasamaja. Pemerintah Tibet, atas permintaan sebuah museum di Bombay, telah meminta Gyume Dratsang untuk menciptakan sebuah mandala tiga dimensi Sang Pengasih. Gyume Denma Tsultrim Donden datang kepada saya dengan pertanyaan mengenai konstruksinya, dimana saya memberikan penjelasan ekstensif. Pada tanggal tujuh-belas bulan tujuh, inkarnasi Tashi Lhunpo Lochen Rinpoche yang berusia enam tahun, datang menemui saya dari Biara Spiti Kyil dengan rombongan sekitar dua-puluh orang termasuk Yongzin Kachen Lozang Gyältsän. Sang Tulku sangat cerdas. Ketika kami minum teh, tanpa malu-malu, dia mulai dengan bait persembahan teh ‘Ganchen Shingta…194’ semuanya sendiri. Hari berikutnya, saya memberikan Lochen Tulku dan rombongannya dan juga sejumlah besar orang daerah Spiti inisiasi umur-panjang dengan cara Je Tse Tzin Ma, Je Rinpoche Penopang Kehidupan, inisiasi umur-panjang dan memberi sang Tulku sumpah awal dan memotong sejumput rambutnya. Saya memberinya beberapa persembahan termasuk patung emas Buddha, vajra, dan lonceng. Ganden Jangtse Para Rinpoche tulku diakui dan naik tahta di Buxa. Saya membaca dalam surat dari Para Labrang Yeshe Tsewang di Buxa bahwa ketika sang Tulku menerima persembahan khatak yang saya kirimkan, dia bangkit untuk menerima khatak di sekeliling lehernya, dan bersujud tiga kali, membungkuk dengan tangan terkatup, dan bertahan dalam posisi tersebut sebentar dengan ekspresi serius, dan seterusnya. Inkarnasi sebelumnya adalah murid saya yang setia, jadi beberapa jejak sepertinya telah terbuka. Pada bulan delapan, atas permintaan Tsechog Ling Chogtrul Rinpoche dan Tzöpa, saya memberikan sang Tulku dan rombongannya Tepo Rinpoche, Lati Rinpoche dan sekumpulan besar lama tulku dan geshe, jenang Manjushri luar, dalam dan rahasia dari Dharmachakra Manjushri. Saya berencana untuk pindah dari kantor tempat saya bekerja di Dharamsala bawah yang telah menjadi terlalu kecil. Menteri Dalam Negeri, Wangdu Dorje dan seorang ketua penuh waktu, Kelzang Dradul, mendengar maksud saya untuk pindah ke Rumah Percetakan yang lebih besar. Saya menerima dan pada tanggal dua-puluh-satu bulan delapan, pada waktu yang menguntungkan berdasarkan astrologi, saya mengirimkan pelayan-pelayan saya seperti Palden untuk memindahkan benda-benda mulai dari tangka Bidang Pahala Guru Puja dan Delapan Ribu Bait Sutra Prajnaparamita. Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan orang-orang yang membawa susu, kemudian orang-orang yang mengembala kambing putih, dan kemudian seseorang yang membawa cetakan pertama teks praktek Umur-Panjang Tara Putih yang telah dikirim dari Buxa – semua menunjukan bahwa kepindahan ini menguntungkan. Atas perintah Yongzin Ling Rinpoche, saya memberinya transmisi dan penjelasan Harta Karun Siddhi, Yamantaka Guru Yoga oleh Tuken Chökyi Nyima, dan juga cabang-cabangnya untuk mencapai aktivitas damai dan meningkat, restorasi kemerosotan samaya terkait dengan lima keluarga Yamantaka, pelindung Manjushri damai dan seterusnya. 164
Pada tanggal tiga bulan sembilan, kami secara fisik pindah ke kediaman baru kami. Ketika saya meninggalkan kediaman lama di Naroji Kotri, Sangha tetangga saya memberikan Khatak. Ketika kami tiba di kantor Ganden Kyishong Tashi Rabten, semua pekerja dari kantor pemerintah Tibet dan guru Namgyel Dratsang Ratö Rinpoche datang menemui saya dengan duma dan seterusnya. Tidak lama setelah saya tiba di kamar saya, Tibetan government Kashag dan perwakilan Kantor Urusan Dharma mempersembahkan khatak dan tiga dasar, dan warga dari semua tingkatan masyarakat datang untuk menyambut saya. Ratö Rinpoche secara pribadi membiayai Puja Umur-Panjang untuk saya dengan Guru Puja Ganachakra dan seterusnya. Hari berikutnya, keluarga manajer sekolah Mani Thang Jola mendesak saya untuk memberikan Berkat Sindhura Vajrayogini kepada sekitar seratus orang awam dan ditahbiskan dan mempersembahkan Ganachakra. Pada sore yang sama, Yang Mulia Dalai Lama datang ke kamar saya untuk mengatakan bahwa sangat penting saya menyukai kamar saya dan saya harus terus hidup untuk waktu yang lama. Saya mengatakan padanya bahwa saya terbiasa untuk melekat pada keabadian sehingga saya selalu berharap untuk hidup lama walaupun dalam mimpi. Atas permintaan Sera Jey Rikya Tulku saya memberikannya jenang Cittamani Tara Tidak Umum Masuk Hati, ‘Chig Gyu Ma’(Kontinum Tunggal), dan transmisi bacaan Sutra Pemotong Vajra dan Sutra Kebijaksanaan Sempurna yang diringkas. Pada tanggal dua-puluh-tiga, Yang Mulia Dalai Lama mengunjungi saya dan berbicara kepada saya mengenai kunjungannya belum lama ini ke wihara di Thailand. Dia memberi-tahu saya mengenai jadwalnya dan bagaimana setiap orang di sana, mulai dari raja ke bawah memiliki rasa hormat yang besar terhadap Dharma dan Sangha. Dia berkata banyak komunitas Sangha Theravadan yang berkembang di sana. Dia mengamati dan terkesan dengan kelakuan mereka yang damai yang berarti mereka berlaku sesuai kelakuan murni Vinaya. Dia juga berdiskusi tentang Samadhi Shamata Vippasyana, Tiga-Puluh-Tujuh Sayap Pencerahan dan seterusnya. Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, dalam perjalanan menuju Bodhgaya, mampir dan saya memberinya transmisi dan penjelasan mengenai Empat Suku Kata Untuk Menghindari Dibunuh dengan mengandalkan Yamantaka, dan Ritual Permandian untuk Membersihkan Pengaburan Dakini. Saya mengirimkan pedagang Lozang Yeshe ke Bodhgaya untuk berziarah dan mempersembahkan dua-puluh-ribu persembahan cahaya untuk atam kebaikan almarhum pelayan saya, Lhabu dan duapuluh-ribu lagi untuk semua yang meninggal setengah di Varanasi dan setengah lagi di Bodhgaya. Pada hari empat bulan sebelas, saya memberi Ganden Shartse Tepo Rinpoche, Lati Tulku, Sera Jey Trehor Geshe Rabten dan lainnya penjelasan mengenai Ganden Lhagyema Guru Yoga berdasarkan akar teks terkait dengan penjelasan Sumber Siddhi yang ditulis oleh Yang Mulia Dalai Lama yang ke-7 Kelzang Gyatso. Pada tanggal sepuluh bulan dua-belas, dalam acara mengenang meninggalnya Serkong Dorjechang, atas permintaan Tsänzhab Serkong Tugse Rinpoche, untuk Rinpoche sendiri, Ratö Rinpoche dan lama, tulku dangeshe,Sangha Namgyäl Dratsang dan Tzongka Chöde dan lainnya,termasuk lebih dari seratus pria dan wanita awam, saya memberikan Inisiasi Berkat Vajrayogini Sindhura diikuti dengan Persembahan Ganachakra, karena itu memenuhi harapan masyarakat. Ketika saya berusia enam-puluh-delapan, kalender barat tahun 1968, 29 Februari, pada hari pertama tahun Tibet monyet bumi, saya bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama dan kemudian bersama kami pergi ke tempat Ritual Perlindungan Torma. Setelah upacara berakhir, saya pergi dengannya ke ruang tamu dan berdiskusi santai mengenai hal-hal umum dan spesifik. Khususnya, Yang Mulia bertanya pada saya. Apakah nirvana kosong atau tidak? Apakah ada perbedaan dari delusi yang 165
digenerasikan oleh menggenggam kemandirian keberadaan substansi pribadi yang ditegaskan prinsip bawah, dan delusi yang digenerasikan dari keberadaan inheren dari identitas pribadi seperti yang ditegaskan oleh Prasangika Madyamika? Dalam sistem Prasangika, karena dikatakan bahwa semua delusi melibatkan genggaman keberadaan inheren atau ‘memiliki kesamaan’ obyek, durasi, dll. dengan menggenggam keberadaan inheren, tidak berarti bahwa dengan bermeditasi mengenai tidak mementingkan diri sendiri seperti yang ditegaskan oleh sistem prinsip bawah, seseorang tidak bisa meninggalkan delusi yang bermanifestasi? Saya menjawab bahwa ada pernyataan yang berbeda-beda mengenai apakah nirvana adalah kekosongan atau tidak ada perbedaan kasar dan halus dari dua jenis delusi yang disebutkan diatas; dan menurut sistem Prasangika, meditasi mengenai tidak mementingkan diri sendiri sesuai dengan pernyataan sistem prinsip bawah hanya dapat menekan sementara delusi kasar tetapi tidak akan mengeliminasi mereka secara keseluruhan dan saya berbicara mengenai cara terminologi ‘Arhat’ digunakan dalam kitab suci Abhidharma, dll. menanggapi pertanyaan sesuai pengertian saya. Saya tidak tahu apakah saya benar mengenai hal ini atau tidak. Pada tanggal sebelas, Yang Mulia datang ke kamar saya dan meminta saya memberikan transmisi penjelasan Lamrim Chenmo atas permintaan asisten pribadinya, Kuchar Chökän, mulai dari tanggal lima-belas. Untuk membayar kebaikan semua makhluk, saya mempersembahkan Yang Mulia patung Je Tsongkhapa dan edisi lama jilid Lamrim Chenmo yang diterbitkan di Ganden. Buku ini telah tiba dari Lhasa pada saat bersamaan saya mendapatkan kembali tangka Gyalchen Dorje Shugden pada tahun kelinci air. Demi keberuntungan, saya memberikan persembahan dengan khatak dengan kata-kata ini tertulis di kertas: Jalan utama ditinggalkan oleh jutaan Buddha dan Bodhisattva. Seperti yang dijelaskan oleh Lozang sang Penakluk, harta karun kebijaksanaan, Di setiap tahapan yang dilewati seluruhnya, Jilid ini diberkati dengan empat kemuliaan utama, Dipersembahkan oleh dia yang tidak memiliki kualitas baik untuk diamati, Yang terdelusi, tetapi sangat setia dan mengabdi, Kepada pemimpin dua dunia samsara dan nirvana Semoga dia memutar roda Dharma dari kendaraan utama! Pada pagi tanggal lima-belas, saya memberikan Peraturan Mahayana, bagi semua pekerja di Kantor Urusan Dharma, dan masyarakat awam dan ditahbiskan lainnya, berjumlah sekitar tujuh-puluh. Pada tahun sebelumnya, saya mulai menulis kerangka dari subyek yang diungkapkan oleh akar teks Lamrim Singkat oleh Je Tsongkhapa. Dengan usaha besar, saya menyelesaikannya pada tanggal duapuluh-enam. Dimana setelah itu, Dänma Jampa Chögyäl mulai memulai persiapan publikasi. Pada tanggal lima bulan dua, dibiayai oleh Gyutö Dratsang, para kepala biara, lama, dan Sangha melakukan pelayanan Umur-Panjang dengan Guru Puja dan ekspresi kata kebenaran untuk saya. Setelah itu, atas harapan Gyume Trehor Samtän, di lapangan di depan kamar saya, selama dua hari, saya memberikan biksu Namgyel Dratsang, Sanghas Tzonga Chöde, tiga kedudukan monastik yang datang dari Dalhousie, dan dua universitas Tantrik penjelasan tidak umum mengenai Ganden Lhagyema berdasarkan ajaran Kyabje Pabongka. Pada tanggal satu bulan tiga, atas permintaan Pänpo Naland Chogye Trichen Rinpoche, saya memberikannya beserta rombongannya Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih. Sera Jey Tsangpa Geshe Rabgyä telah berada dalam pertapaan selama lebih dari enam bulan bertujuan untuk mencapai Samadhi Shamata. Dia gagal menahan pikirannya dalam konsentrasi tunggal. Dia bertanya pada saya, dimana kesalahannya. Saya menasihatinya untuk berpikir bahwa 166
pikirannya telah tercampur atau menyerap obyeknya dan juga menyarankan bahwa akan membantu bila dia mengimajinasikan bahwa obyeknya berat. Bila hal ini tidak membantu, saya berkata, akan baik untuk mengesampingkan sesi meditasi sementara dan untuk berdoa dan melakukan praktek pembersihan dan akumulasi. Kemudian, dia berkata bahwa [saran saya] membantu. Pada tanggal tiga, Ganden Shartse Dratsang mengeluarkan pengumuman mendesak untuk mendamaikan kesulitan atas hidup saya, di Dharamsala, Tepo Rinpoche dan lama, tulku, dan geshe lainnya, bersama dengan semua biksu Ganden Shartse di sana, melakukan Guru Puja Ganachakra dengan Ritual Untuk Melestarikan Kehidupan dari Tuan Kematian.195 Pada tanggal dua-puluh, Yang Mulia, Yongzin Ling Rinpoche dan saya menjadi tamu dalam perayaan hari jadi Desa Anak-Anak. Di sana Yang Mulia mendiskusikan ajaran Lamrim dimana dinyatakan bahwa satu putaran dua-belas hubungan asal mula ketergantungan harus diselesaikan dalam tiga kehidupan; bahwa tidak memungkinkan untuk mengambil empat, lima atau lebih kehidupan. Saya memberikan masukan contoh bahwa bila satu makhluk bardo pergi menuju neraka (neraka makhluk bardo), walaupun melalui kekuatan kebaikan, dapat mentransformasi makhluk bardo menuju alam deva (deva makhluk bardo), walaupun hubungan saling mengandalkan seperti keinginan dan kemelekatan telah mengkatalisasi potensi karma negatif yang diciptakan sebelumnya dan orang tersebut menjadi ‘makhluk bardo neraka,’ tidak ada kelahiran kembali di neraka yang akan terjadi pada saat itu. Lalu, bila kemudian hal ini terjadi di waktu selanjutnya, hal ini dikarenakan potensi karma dikatalisasi kembali atau keinginan dan kemelekatan terdahulu telah memenuhi tujuannya, tetapi dalam dua kasus ini, akan memerlukan empat, lima atau lebih kelahiran bagi siklus putaran penuh dua belas asal-mula ketergantungan untuk diselesaikan. Saya juga menyebutkan bahwa Chittamatrin menegaskan bahwa dalam kasus seperti ini potensi karma harus dikatalisasi sekali lagi, tetapi mereka sepertinya tidak merasa bahwa hal ini menyangkut satu siklus putaran dari dua-belas asal-mula ketergantungan akan memakan waktu empat atau lima kehidupan untuk diselesaikan. Sore itu, anak-anak dari Desa Anak-Anak mempersembahkan drama kehidupan Lha Lama Kubön pada saat dia mengundang Atisha ke Tibet. Hal ini dilakukan sesuai sumber yang valid dan dimainkan dan ditampilkan dengan baik. Pada tanggal dua-belas bulan empat, di Dalhousie, dibiayai oleh Sangha Sera, Drepung, dan Ganden, Yang Mulia dan semua Sangha yang telah menghadiri ajaran Lamrim Chenmo melakukan Puja UmurPanjang bagi saya dengan Bersujud dan Persembahan kepada Enam-Belas Arhat. Demi keberuntungan aspirasi Sangha yang tak terhancurkan, tempat duduk saya ditempatkan dekat lukisan taring tuan kematian yang disegel. Persembahan dana dari majelis saya persembahkan kembali. Untuk membuat awan persembahan bagi Yang Mulia untuk mengambil sumpah Bodhisattva, Yang Mulia memberikan seribu Rupee India dan meminta agar persembahan besar diatur. Karena tidak adanya ruang di tempat, sekitar tiga ratus tumpukan besar kapsi sempurna – manisan goreng dibuat dari mentega cair dan ‘tiga manisan’ – dan berbagai macam buah-buahan dengan kualitas baik yang dikumpulkan dalam keranjang-keranjang gantang. Pada tanggal tiga-belas, hari persembahan Bodhicitta, pada pukul delapan di pagi hari, Yang Mulia datang ke kamar saya dan mengambil sumpah Bodhisattva sendiri. Kemudian pada dini hari saya mengambil sumpah Bodhisattva aspiratif dan sebenarnya sehubungan dengan Puja Jorchö–Lamrim. Yang Mulia dan saya kemudian melakukan persembahan Puja Lamrim ekstensif bersama dengan persiapannya. Setelah itu, saya memberikan Yang Mulia sumpah Bodhisattva berdasarkan sistem Shantideva dimana sumpah aspiratif dan sebenarnya diberikan bersamaan. Yang Mulia memberikan mangkuk pengemis yang diisi dengan buah-buahan sebagai persembahan untuk menggenerasikan Bodhicitta. Bersama-sama, kami meresitasi bait ‘Namzhig Dorden..’ – ‘Ketika, di Bodhgaya...’ tiga kali dan Bimbingan Kelakuan Bodhisattva, mengikuti praktek dari Guru terdahulu dengan cara yang tidak merosot. 167
Setelah itu, dia pergi ke Istana dan memberikan hadirin ajaran Lamrim Chenmo, sumpah Bodhisattva, karena itu melahirkan bibit pencerahan sang maha tahu. Pada tanggal delapan bulan lima, dibiayai oleh masyarakat Chatreng, Ganden Shartse Labrang, Zong Rinpoche, Zemey Rinpoche dan seterusnya, Puja Umur-Panjang dipersembahkan pada saya seperti yang sebelumnya diatur dan diputuskan, kami melembagakan Kesejahteraan Masyarakat Chatreng dimana saya menyumbang 2,000 Rupee sebagai benih dana modal. Pada tanggal delapan bulan tujuh, saya pergi ke upacara untuk merayakan kepindahan Yang Mulia Dalai Lama pindah dari istana lamanya, Sarva Asheram, ke Istana kediaman barunya, Kapu Tarlai Tegchen Chöling. Saya memberikan khatak dan tiga dasar. Setelah Wajah dari patung Sang Pengasih dan patung Kyidrong Jowo Wati Zangpo statues dibawa dengan dupa dan ditaruh di aula pertemuan besar, Yang Mulia dan kami, dua guru bersama Namgyäl Dratsang memberikan persembahan, melakukan pembersihan dan konsekrasi, Sojong keberuntungan dan sebuah resitasi Sutra Dua-Puluh-Ribu Bait Prajnaparamita, dengan setiap orang bersamaan membaca seksi yang berbeda. Setelah upacara berakhir, saya kembali ke kamar saya. Mulai dari tanggal dua-belas, selama tiga hari, Istana baru dikonsekrasi oleh sepuluh Sangha dari Universitas Tantrik Gyume termasuk kepala biara dan lama, dan beberapa Sangha Namgyäl Dratsang, melakukan Tantra Guyasamaja. Di samping itu, sepuluh biksu dari Universitas Tantrik Gyutö termasuk kepala biara dan lama, dan delapan biksu Namgyäl Dratsang melakukan Tantra Chakrasamvara Tantra, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche memimpin ritual Guyasamaja sementara saya bertindak sebagai guru vajra bagi ritual Chakrasamvara. Dengan dorongan Sera Jey Dänma Jampa Chögyäl saya mengatur kerangka pelengkap untuk Lamrim Singkat. Seribu salinan akan dicetak di Rumah Publikasi Dharamsala Bawah dimana dia dengan senang hati membiayainya. Pagri Richung Potö Käntzin, reinkarnasi Kepala Biara Ganden Shartse, Muli Käntrul Thubten Lamzang, telah lahir di Bhutan. Ketika dia berusia delapan tahun, murid-murid dari inkarnasi terdahulu membawanya ke biara. Dia datang ke kamar saya dan saya mengambil sejumput rambutnya, dan memberinya nama pentahbisan Lozang Dönyö Päldän. Biara Markam Zeudru Gangkar Lama Rinpoche Könchog Chödrag Tulku telah meninggal karena sakit pada saat pertikaian di Kham. Tidak hanya karena saya telah diminta berulang-ulang oleh para biksu dari biara tersebut dan banyak masyarakat Tsaka Lhopa untuk memeriksa reinkarnasinya, tetapi juga karena hubungan yang kuat diantara kami melalui samaya yang murni dan komitmen dalam pekerjaan Dharma, saya juga merasa bahwa ini adalah tanggung-jawab saya, dan juga selama tiga tahun saya telah menanyakan ramalan kepada Oracle Gadong dan setiap kali tanggapannya selalu sama: Dia pasti akan ditemukan di bagian provinsinya sendiri, di timur Dharamsala. Divinasi saya sendiri juga cocok dan mengindikasikan anak lelaki yang beruntung bernama Karma Lhundrub dari keluarga Tsaka Lhopa dari daerah Gangtog Lamzo. Di samping itu, Apo Wangdän, yang pada kehidupan sebelumnya merupakan salah satu pelayan Gangkar Lama, diperintahkan untuk memeriksa anak lelaki ini diam-diam. Ketika dia tiba, mereka mengatakan padanya bahwa anak tersebut telah mengatakan bahwa seseorang akan datang pagi itu. Ketika Wangdän telah tiba, anak lelaki ini memintanya untuk menaruh beberapa lampu mentega perak dan satu set mangkuk persembahan air ke tas yang dia bawa dan secara rahasia mengkonfirmasi bahwa dia adalah inkarnasi yang sebenarnya, yang secara resmi diakui oleh Gangkar Lama Tulku. Penyandang dana Biara Rikon Tibet telah menyelesaikan konstruksi Biara Rikon di Switzerland dan telah mengundang Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya untuk pergi ke upacara pembukaan. Karena itu, pada tanggal dua-puluh-tiga, saya pergi untuk memberi hormat kepada Yang Mulia dan 168
meminta ijin untuk pergi ke Switzerland. Saya juga mempersembahkan padanya satu jilid bagian pertama dari kerangka ekstensif baru untuk Lamrim Singkat yang telah dicetak. Pada tanggal duapuluh-lima, Päldän, Norbu Chöpel dan saya meninggalkan Dharamsala ke Patankot dimana kami bertemu dengan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche. Dari sana, kami naik kereta bersama dan tidak lama kemudian tiba stasiun kereta Delhi yang lama. Kakak lelaki Yang Mulia Dalai Lama, Gyälwa Döndrub dan pejabat pemerintah Tibetan dan Rumah Tibet dan sekelompok besar Tibet menyambut kami pada saat kami tiba di Rumah Tibet dimana kami tinggal. Pada pukul sepuluh malam pada tanggal dua-puluh-tujuh, kami meninggalkan bandara Delhi ke Paris. Kami transit sebentar di Kairo dan Israel dan tiba di Paris pada pukul tujuh pagi di hari berikutnya. Di sana, kami berganti pesawat menuju Zurich. Ketika kami tiba di Zurich, pejabat urusan pemerintah Tibet Palha dan semua penyandang dana biara Känpo Sera Jey Trehor Geshe Ogyän Tsetän dan banyak masyarakat Tibet awam ditahbiskan menyambut kami, Kami beristirahat di sebuah hotel sebentar dan kemudian naik kereta ke Biara Rikon. Setelah upacara penyambutan keberuntungan dalam kebiasaan Tibet, kami pergi untuk beristirahat dalam kamar kami. Pada tanggal satu bulan delapan kalender Tibet, semua penyandang dana pekerja pabrik berlibur, jadi Yongzin Ling Rinpoche dan saya bersama rombongan kami naik trem listrik dan mobil-kereta listrik yang membawa sekitar dua-puluh orang, tegak di puncak Gunung Rike. Di sana kami bersantai di restoran yang bagus dan kami minum. Kemudian berwisata searah jarum jam mengelilingi gunung, kami melihat pemandangan yang indah mengenai pohon dan danau. Kemudian, kami turun naik trem listrik dan, mengambil kesempatan untuk berwisata gereja Kristen dimana kami melihat praktisi Kristen di tengah doa. Wisata kami hari itu berlangsung dari pukul delapan pada pagi hari sampai sepuluh malam dan saya merasa sedikit mabuk ketika berwisata di gunung. Jalannya panjang dan berkelok-kelok juga dan kami melakukan perjalanan tanpa banyak jeda. Sebagai hasilnya, saya menjadi kelelahan dan sakit kepala. Usaha dari para penyandang dana telah menjadi semacam penderitaan bagi saya! Pada tanggal tujuh bulan delapan, upacara pembukaan dari biara baru dimulai. Sejumlah besar warga keturunan Tibet yang hidup di daerah sekitar dan masyarakat Swiss menyambut kami dan berparade dengan menaikan spanduk dan memainkan seruling dan genderang. Di kepalanya Yongzin Ling Rinpoche dan saya sendiri, bersama dengan lama dan biksu yang berkumpul dengan tiga jubah Dharma, kami semua bergerak dengan terkendali, dengan kelakuan Arya yang patuh. Ketika kami tiba di pintu biara, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche memotong pita sementara yang lain meresitasi bait keberuntungan Tiga Permata Refuge. Kami memasuki aula pertemuan dan kami duduk dalam barisan. Kemudian kami melakukan doa, pembersihan, termasuk resitasi seperti doa Tujuh Bagian, dengan itu memberkati tempat dan obyek tersebut. Setelah itu, kami melanjutkan dengan persembahan di hadapan patung Buddha utama. Yang Mulia Dalai Lama memberikan sambutan melalui radio dan Panglung Tulku menerjemahkannya ke bahasa Swiss Jerman. Semua penyandang dana ingin kami memberikan kuliah mengenai biara. Saya berbicara singkat perbedaan antara Buddhadharma dan kebudayaan dan bagaimana agama Buddha telah menyebar dan meresap ke seluruh Tibet tanpa mendistorsi ajaran dan praktek yang benar menjadi sesuai yang lain dari apa yang dimaksud Buddha, dan agama Buddha Tibet bukanlah ajaran yang merupakan hasil fabrikasi dan fragmentaris yang telah diciptakan oleh diri kita sendiri. Setelah kuliah, upacara selesai. Pada tanggal delapan, Yongzin Ling Rinpoche memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepada masyarakat awam dan ditahbiskan, setelah itu, saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah dan juga nasihat singkat mengenai urusan spiritual dan duniawi. Sore itu, ketika Pejabat Pemerintah Tibet, keluarga dari penyandang dana biara dan juga sahabat dari negara lain seperti Dokter Lindaker, dan kami mengadakan perjamuan besar dengan gaya Swiss. 169
Kyabjchog Yongzin Ling Rinpoche telah menerima transmisi penjelasan Lamrim Chenmo dari Dalai Lama ke-13 ketika dia masih muda. Karena dia belum selesai menerima transmisi dari Kyabchog Dorjechang Pabongkapa,karena itu dia meminta saya memberikannya transmisi penjelasan keturunan. Untuk memenuhi harapannya, dan mulai dari tanggal tujuh-belas bulan delapan, saya mulai memberikan kepadanya dengan tekad besar untuk menyelesaikan transmisi singkat mengenai penjelasan, tanpa melewati bagian apapun dari subyek terkait. Kemudian, suatu hari atas permintaan dari komunitas Tibet di Rikon, Yongzin Ling Rinpoche memberikan jenang Tara Hijau kepada masyarakat umum dan saya memberikan Inisiasi UmurPanjang Siddhiraja. Pada pagi hari tanggal dua-puluh-tiga, Dokter di Turbintal memeriksa dada saya, khususnya untuk melihat apakah saya memiliki masalah jantung atau tidak. Dia berkata bahwa saya tidak ada masalah kesehatan serius yang dapat dideteksinya. Pada tanggal dua-puluh-tujuh, kami melakukan ritual untuk mempersembahkan mantra dalam patung Buddha utama di Biara Rikon bersama Yongzin Ling Rinpoche, saya sendiri, dan Sangha dari empat biara termasuk Geshe Ogyan Tseten. Setelah itu, Rinpoche dan saya sendiri memasukan mantra pertama dan kami mulai mengisi patung ini dengan cara yang rumit. Pada tanggal dua-puluh-delapan, dokter datang untuk memeriksa tekanan darah saya. Dia berkata bahwa tekanan darah saya yang ada di sekitar seratus harus naik ke sekitar seratus-empat-puluh. Dia kemudian menasihati saya untuk makan banyak daging, susu, susu asam, dan sayuran. Pada tanggal dua bulan sembilan, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya diundang ke Krogen oleh murid-murid saya dan beberapa murid Tibet. Ketika kami tiba di Rumah Tibet Yumbu Lagang, kami disambut anak-anak Tibet dengan bunga, dupa, dan berbagai persembahan. Setelah upacara singkat sesuai kebiasaan dan tradisi Tibet, kami beristirahat di kamar kami. Seperti yang sebelumnya diminta oleh Tashi Tong Ragra Tulku, saya memberinya dan Kungo Palha Thubten Ödän penjelasan Ganden Lhagyema yang tidak umum berdasarkan ajaran Dorjechang Pabongka dengan elaborasi menengah, meringkas semua poin. Pada tanggal enam, di Yumbu Lagan, kepada anak-anak Tibet di Lugzung Ngönga, Presiden Ragra Tulku, Tashi Tong Söpäl, guru Tibet Shödrung Rabgangpa, Kungo Palha dan lainnya, Yongzin Ling Rinpoche memberikan jenang Manjushri Jingga dan Tara Hijau pada pagi hari, dan di siang hari saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih dan jenang Sarasvati Putih. Karena saya tidak memiliki teks Sarasvati pada saat itu, saya melakukannya dari ingatan ritual untuk Dewa depan dan menggenerasi diri seperti yang biasanya dilakukan dalam Kriya Tantra dan juga memberikan jenang sebenarnya sesuai dengan prosedur umum untuk yidam apapun. Pada saat transmisi mantra, saya menambah lingkaran mantra Sarasvati dengan emanasi dan koleksi visualisasi. Saya mulai bertindak seperti mereka yang tanpa sumber yang jelas mencoba menipu orang lain yang sama gilanya, tanpa esensi apapun! Pada tanggal tujuh, diundang oleh kota Atarbhil, yang termasuk desa Korghen, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche dan saya pergi kesana lagi bersama. Dia tidak memiliki waktu bebas sedikitpun tetapi dia memiliki kesetiaan dan kecintaan besar bagi masyarakat Tibet sehingga dia tidak pernah menunjukan ekspresi lelah. Apapun yang dilakukan atau disarankannya pasti untuk memberikan manfaat bagi mereka. Dia bertanya, ‘Mengapa Tibet memiliki banyak desain naga di permadani dan benda lainnya? Tiongkok memiliki alasan lain untuk menggunakan simbol ini, tidak hanya untuk meningkatkan keberuntungan kemasyuran, seperti raungan naga seperti geledek yang terdengar dimana-mana! 196
170
Hari berikutnya, saya memberikan kepada Rakra Tulku jenang Vajrapani Azure Yang Berpakaian, Lima Garuda Murka Vajrapani, dan Roda Besar Vajrapani. Pada dini hari tanggal sembilan, saya pergi ke wihara desa bersama Yongzin Ling Rinpoche untuk memberikan persembahan, doa, dan mengkonsekrasinya. Kami pergi sore itu untuk kembali ke Biara Tibet di Rikon. Ada pria Hongaria yang merupakan profesor Jerman, cendikiawan bernama Paulo yang telah memohon cukup lama pada saya untuk memberinya sumpah pentahbisan. Setelah mengetahui bahwa tidak ada faktor-faktor yang mencegahnya ditahbiskan, dengan lima biksu termasuk Geshe Ogyen Tseten dan Lodrö Tulku, dan menggunakan penerjemah yang akurat, saya memberinya sumpah dan nama Dharma Tenzin Chöpel. Walaupun anak-anak keluarga Tibet dan anak-anak Tibet yang diadopsi oleh keluarga Swiss tersebar di berbagai arah yang bukan merupakan murid di Korghen memiliki kondisi hidup yang baik, sebagian besar telah melupakan bahasa Tibet mereka. Ada bahaya bahwa banyak dari mereka yang tidak akan menganggap diri mereka orang Tibet. Karena itu, Kungo Palha telah bermaksud untuk mengatur pertemuan pemuda di beberapa lokasi yang cocok di Switzerland untuk memperingati tahun ketiga-puluh dari Pemberontakan Tibet, akan tetapi, dia tidak bisa menyelesaikan pengaturan ini. Dengan memikirkan hal ini, pada tanggal tiga-puluh, Yongzin Ling Rinpoche dan saya mengundang semua orang tua yang mengadopsi anak-anak itu untuk minum teh di Biara Rikon. Sekitar enam-puluh anak-anak dan orang tua mereka datang dan kami punya teh, jus buah, dan makanan. Kami berbicara kepada para orang tua panjang lebar mengenai pentingnya mencegah anak-anak mereka kehilangan bahasa dan kebudayaan Tibet. Kami juga menasihati anak-anak bahwa sangat mulia dan baik untuk menghargai pengetahuan bahasa nenek moyang mereka baik verbal maupun tertulis. Menasihati hal ini, mulai tahun depan, mereka akan berkumpul pada hari ulang tahun Yang Mulia Dalai Lama seperti yang kami lakukan saat itu, Yongzin Ling Rinpoche dan saya bersama-sama menyumbang seribu franc Swiss untuk menutupi biara pertemuan pertama dan Dokter Ashman berkomitmen untuk mengorganisir pertemuan ini. Hal ini diumumkan kepada setiap orang dan semua orang tua dan anak-anak sangat senang dengan berita ini. Hari berikutnya, semua penyandang dana biara dan keluarga mereka, kepala asisten biara, Dr. Lindaker, kepala Palang Merah Nyonya Fisher, Nyonya Chodenbar yang bertanggung-jawab atas masyarakat Tibet yang tinggal di Switzerland, Dokter Ashman dan lainnya yang memiliki hubungan dengan warga Tibet, berbagai tokoh penting, Kungo Palha dari Kantor Pemerintah Tibet Urusan Luar Negri, kakak lelaki Yang Mulia Dalai Lama Lozang Samten, dan seterusnya, diundang dan Yongzin Ling Rinpoche dan saya bersama mengadakan perjamuan untuk berterima-kasih pada setiap orang untuk usaha mereka sejauh ini dan pada saat yang sama mendorong mereka untuk melanjutkan di masa depan. Pada tanggal lima-belas, Yongzin Ling Rinpoche dan saya, kepala biara Geshe Ogyän Tsetän dan empat biksu melakukan konsekrasi rinci atas wihara, patung Buddha utama, dan representasi lain tubuh, perkataan, dan pikiran, mulai dengan yoga Pahlawan Terisolasi Yamantaka dan menggunakan ritual konsekrasi Tashi Nyema dengan panjang menengah sebagai dasar; kemudian, mengisinya dengan Pältrü dan Chogtrü (pembersihan kemenangan dan pembersihan utama) dari ritual konsekrasi yang ekstensif. Pada saat dedikasi, saya juga menempatkan delapan substansi keberuntungan di tangan semua keluarga penyandang dana termasuk asisten Lindaker. Pada tanggal delapan-belas, diundang oleh rumah tangga Tzarong Pü Yabtsang dan Trehor Dragsä Tulku, Palden, Norbu dan saya pergi bersama ke Ebnatakapel dan tinggal selama tiga hari disana menikmati keramahan yang luar biasa.
171
Pada tanggal dua-puluh-dua atas permintaan keluarga Tsaripa Puntsog dari pemukiman Munkuling, Yongzin Ling Rinpoche memberikan jenang Vajrapani Tiga Gabungan Kemurkaan kepada sekitar seratus orang dan saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Siddhiraja Long Life. Sore itu dengan dana dari Tsaripa kami mempersembahkan Guru Puja dengan Ganachakra kepada Sangha dan masyarakat umum. Pada tanggal dua-puluh-enam, saya dan rombongan, pergi ke pemukiman Bhaoma atas permintaan mereka, kami melakukan di setiap kamar dua-puluh-satu orang Tibet yang baru tiba pembersihan dan konsekrasi dan memberikan nasihat Dharma umum juga. Setelah itu, kami makan siang di Walda, di rumah Trehor Lozang Nyima dan keponakan saya Tashi Drolma. Setelah itu, kami diundang ke Landakotra oleh Dragyab Rinpoche, Shagkor Käntrul, dan Yiga Tulku dan, selama periode akhir minggu diperlakukan dengan keramahan luar biasa. Saya mempersembahkan instruksi pribadi selama tiga hari kepada Dragyab Rinpoche, memberikan penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian dari Yang Mulia Dewi Kurukulla. Dragyab Rinpoche, Shagkor Käntrul, dan Yiga Tulku khusus membawa tape rekaman besar dan mengatakan bahwa mereka ingin saya merekam lagu kesadaran untuk mereka. Karena itu, saya merekam lantunan yang datang ke pikiran saya. Seperti yang diminta Kungo Palha dan Dr. Lindaker, pada tanggal enam bulan sepuluh, Palden dan saya pergi ke rumah sakit di kota Swiss - Winterthur untuk beristirahat dan diperiksa. Fasilitas dan kualitasnya berstandar paling tinggi. Banyak spesialis yang mulai memeriksa kami berdua terkait dengan berbagai penyakit, dengan melakukan X-ray, air seni, tes darah, dll. Kami mengirim Norbu Chöpel back ke Jerman untuk berwisata dengan Dragyab Rinpoche di Bonn. Setelah kami tinggal di rumah sakit selama dua minggu, pada tanggal dua-puluh-enam, dokter di Winterthur mengatakan bahwa saya hampir sembuh dari tuberculosis yang saya derita sebelumnya. Akan tetapi, dia menasihati saya bahwa akan baik bila saya disembuhkan total dengan pergi ke rumah sakit Waldra, jadi Palden dan saya pergi ke sana dan tinggal di ruang steril. Norbu Chöpel kembali dari Jerman dan tinggal bersama Trehor Lozang Nyima dan keponakan saya Tashi Drolma dekat rumah sakit dan datang berkali-kali untuk menjenguk kami berdua di sana. Rumah sakitnya terletak di pegunungan dengan pemandangan hutan. Di lantai bawah ada tempat bagi pasien untuk bermain dan tempat untuk menonton televisi dan mendengar radio. Di luar ada area untuk berjalan-jalan; singkatnya, [tempat ini] memiliki semua fasilitas yang bisa kalian inginkan dan makanannya juga sehat dan lezat. Perawatannya cukup rinci dengan para dokter yang sering datang sepanjang hari untuk memeriksa Palden dan saya dengan berbagai cara seperti x-ray, memberi injeksi dan seterusnya. Atas permintaan dari Ratö Lozang Jamyang, saya keluar sebentar dari rumah sakit selama dua hari untuk pergi ke Biara Rikon untuk memberikan Berkat Sindhura Vajrayogini, dan pada tanggal dua-puluhlima bulan sebelas, memberikan Berkat Vajrayogini. Pagi berikutnya, saya memberikan Lodrö Tulku transmisi bacaan dari banyak bab ajaran Chittamani Tara dan memberikan Geshe Ogyän Tsetän instruksi mengenai praktek ritual untuk mengaitkan kekuatan hidup dan umur panjang. Saya kembali ke rumah sakit sore itu. Bacaan harian saya saat itu adalah Kehidupan Buddha oleh Japa Kelsang Gyatso, dicetak di Tiongkok, yang dipinjamkan oleh Lodrö Tulku. Pada tanggal lima bulan dua-belas, seorang dokter yang tinggal di Zurich bernama Bharongni yang merupakan spesialis pikiran datang. Dia bertanya tentang bagaimana seseorang pindah dari satu kehidupan ke kehidupan lain, bagaimana inkarnasi tulku terlahir kembali, apakah praktek yang diperlukan untuk mencapai kebebasan, bagaimana bermeditasi mengenai kekosongan, dan seterusnya. Saya memberikan tanggapan yang cocok untuk setiap pertanyaannya.
172
Pada tanggal tiga-belas, Dr. Sopel datang untuk berkata bahwa TB di paru-paru saya telah sembuh, tetapi akan lebih baik bila Palden memperpanjang perawatannya karena masih ada beberapa sisa di sisi kirinya. Pada tanggal enam-belas, untuk perayaan keberuntungan tahun baru ayam-bumi, saya mempersembahkan kepala lama besar seperti Yang Mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche, Sakya Trichen, dan Karmapa Rinpoche, dan beberapa orang Tibet dengan siapa saya memiliki hubungan dekat, tangka berwarna yang menggambarkan Atisha dengan sebuah bait syair yang saya komposisikan dicetak di belakangnya. Syair ini mengatakan, Untuk mengundang semua keberuntungan dari atas, di atas dan di bawah bumi, Ke taman yang indah berbunga seribu kelipatan kesempurnaan, Burung merak yang senang hati menyanyikan lagu yang menawan Dari hutannya yang lebat dengan daun hijau kebiruan menggambarkan kebaikan dan kebahagiaan.197 Pada tanggal dua-puluh-lima, saya meninggalkan rumah sakit Wal. Saya memberikan Dr. Sopel, yang bertanggung-jawab untuk merawat saya, hadiah kecil permadani Tibet dan beberapa lukisan sapi. Dia membuat Palden dan saya merasa lega ketika dia mengatakan pada kami bahwa kami berdua sudah terbebas dari penyakit sepenuhnya. Seperti yang dikatakan Vidyadhara Jigme Lingpa, Kecuali mereka yang melihat kebenaran, Tidak ada diantara mereka yang dinamakan sebagai biksu, Brahmin, atau lama, Yang bebas dari rawa delapan dharma duniawi, Memperhatikan hal-hal seperti keuntungan dan kerugian! Seperti yang dikatakannya, ini adalah sifat manusia bahwa kami selalu merasa senang mendengar berita baik. Saya meninggalkan rumah sakit dengan sejumlah besar obat-obatan yang mereka berikan yang harus saya minum untuk menjaga kesehatan saya. Tinggal di rumah Lozang Nyima dan Tashi Dolma, saya memberikan Ganachakra pada hari duapuluh-lima kalender bulan. Hari berikutnya, saya pergi ke RIkon dan bersantai di kamar Gyaltsen Namdröl. Kemudian, setelah menerima permintaan gigih dari Patsab Zhabzur Ozer Ngawang Tabshe dari Rumah Pemuda Tibet, Trisong Ngonga di Inggris dan Ganden Shartse Geshe Tsultrim Gyaltsen, pada pukul sebelas pagi tanggal dua-puluh-sembilan, saya terbang dari Zurich ke London. Kami disambut oleh beberapa perwakilan Kantor Tibet di Inggris, Rächung Tulku Tabshe, Zhabzur Ozer Ngawang, dan lainnya. Kami naik kereta bersama dari sana dan tiba di Rumah Tibet pada pukul empat sore. Saya berusia enam-puluh-sembilan tahun pada tahun 1969 dan pada tanggal 17 Februari, hari pertama tahun burung bumi, di aula pertemuan Rumah Tibet di Inggris, Trisong Ngonga, kami mengadakan perayaan Tahun Baru dengan megah sesuai tradisi Tibet bersama dengan rombongan saya, guru Dharma Geshe Tsultrim Gyaltsen, presiden Zhabzur Tabshe dan murid-muridnya. Setiap orang meresitasi refuge dan bodhicitta, Pujian Manjushri, 198 dan doa umur-panjang Yang Mulia Dalai Lama. Pada hari itu, banyak pemuda/i Tibet yang datang untuk bertemu saya dari London dan berbagai lokasi lainnya dan, melalui perbincangan dalam dengan mereka mengenai berbagai situasi, saya menasihati mereka bahwa mereka tidak boleh membiarkan pengetahuan dan pengenalan dengan masyarakat dan kebudayaan mereka, atau keyakinan mereka terhadap Dharma dan seterusnya mengalami kemunduran. Setelah tahun baru, setelah beberapa hari, saya memberikan Geshe Tsultrim Gyaltsen sendiri empat inisiasi Tubuh Mandala Gandhapa Heruka Chakrasamvara dengan hari tambahan untuk persiapan. Setelah itu, saya memberinya dan Zhabzur Tabshe Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini. Kemudian, saya memberikan semua termasuk presiden sekolah, guru dan murid inisiasi Umur-Panjang Siddhiraja dan 173
transmisi bacaan dari Lamrim Nyamgur – Lagu Kesadaran. Saya juga menasihati setiap orang untuk meningkatkan pengetahuan Dharma mereka sembari mendapatkan pengetahuan duniawi lebih banyak dan untuk bertindak dengan baik sehingga menjadi contoh bagi masyarakat Tibet di negara asing. Hari berikutnya, saya pergi ke kota Hastings, di dekat sana, ada sebuah restoran di dermaga panjang menuju samudera, dan berbagai tempat dimana permainan dilaksanakan. Administrator desa Petzalozi dan sekitar lima-belas orang yang berhubungan dengan sekolah mengundang saya ke perjamuan makan malam dimana saya memuji mereka terkait dengan bantuan besar yang mereka berikan sejauh ini dan mendorong mereka untuk terus melakukan perkerjaan baik mereka. Pada tanggal enam-belas, saya meninggalkan Trisong Ngonga dan tinggal semalam di sebuah hotel di London. Hari itu, kami mengunjungi planetarium. Kami menyaksikan film yang mendemonstrasikan perpindahan dan fungsi dari planet termasuk matahari dan bulan. Seseorang dapat melihat bintangbintang di langit seperti pada malam hari dan juga melihat bagaimana bulan membesar dan mengecil. Pagi berikutnya, saya memberikan komentar rinci mengenai meditasi Shamata kepada wanita Inggris yang memiliki keyakinan pada Dharma dan mengenal Rechung Tulku. Kemudian di hari yang sama, kami pergi melihat kastil tua terkenal dari ratu Inggris dimana berbagai obyek kerajaan seperti topi berharga sang ratu, dan sebuah perlindungan satwa liar dimana ada berbagai jenis burung dan hewan liar. Pada tanggal delapan-belas, Kantor Tibet di Inggris mengundang saya ke sebuah perkumpulan untuk merayakan Hari Pemberontakan Tibet, yang ‘ketiga-puluh.’ Ada sekitar dua-ratus pria dan wanita Inggris dan sekitar lima-puluh orang Tibet [yang hadir]. Sambutan Yang Mulia Dalai Lama dimainkan di radio dan saya juga memberikan kuliah singkat yang diterjemahkan Rinchen Drolma ke bahasa Inggris. Anak-anak Tibet menyanyikan lagu kebangsaan dan melakukan pertunjukan tarian dan nyanyian Tibet, menunjukan apa yang khusus mengenai warga kami. Pada tanggal Sembilan-belas, saya naik pesawat dari London ke Paris. Ketika saya tiba, Dagpo Bamchö Jampäl Lhundrub Gyatso Pälzangpo Chogtrul Rinpoche, Shödrung Norgyä dan beberapa warga Mongolia ada di sana untuk menyambut kami. Kami pergi untuk tinggal di rumah Bamchö Rinpoche. Kyabje Yongzin Ling Rinpoche juga tinggal di sana untuk perawatan kesehatan pada saat itu, jadi saya memiliki keberuntungan untuk bertemu dengannya dan berbagi kabar apa yang terjadi sejak terakhir kami bertemu. Kami juga minta untuk melakukan perjalanan kembali ke India bersama. Pada tanggal dua-puluh-satu, Yongzin Ling Rinpoche dan saya diundang ke perayaan perjamuan tahun baru Mongolia oleh beberapa orang Mongolia yang merupakan penduduk tetap di Paris. Bersamaan dengan sambutan Tahun Baru, saya memuji kebudayaan Mongolia dan memberikan beberapa ide mengenai pentingnya mempertahankan kebiasaan Mongolia yang asli. Hari berikutnya, Kyabje Yongzin Ling Rinpoche pergi ke Switzerland mendahului saya. Satu hari setelahnya, saya memberikan transmisi penjelasan singkat mengenai Tiga Jalan Utama kepada Bamchö Rinpoche, Thubten, Ngawang Dragpa, dua wanita pemilik rumah dan lainnya. Saya juga memberi mereka awal dari transmisi bacaan Ngagrim Chenmo. Kami pergi ke museum di Paris suatu hari dimana ada pameran tengkorak untuk menunjukan bagaimana orang-orang di dunia telah berkembang dari kera dan bagaimana pria maju dari menggunakan alat-alat dari batu sampai menggunakan banyak barang dan kain yang diproduksi di pabrik.
174
Pada tanggal dua-puluh-tujuh, diundang ke tempat bernama Belenu dimana ada dua-puluh anak lelaki dan perempuan Tibet bersama dengan presiden Shödrung Norgyä Tabshä, saya tinggal di sana selama satu hari, membangun hubungan Dharma melalui transmisi dan instruksi Ganden Lhagyema dan Gangloma (Pujian Manjushri) dan memberikan nasihat. Anak-anak juga mempertunjukan tarian dan nyanyian. Saya puas melihat kaligrafi, gambar, dan kelakuan baik mereka. Saya meninggalkan Paris menuju Jenewa dimana saya tinggal dengan Kungo Palha. Pada tanggal sebelas bulan dua Tibet, saya pergi dari Jenewa ke Rekrenao dimana ada pemukiman Tibet dan sementara tinggal di sana selama satu hari, membangun hubungan Dharma dan melakukan konsekrasi. Hari berikutnya, saya pergi ke pemukiman Tibet di Utrivil. Di sana saya memberikan jenang Tiga Kemurkaan Vajrapani. Setelah itu, saya pergi ke Rikon dimana saya bertemu santai dengan Yongzin Ling Rinpoche di kamar Gomang Gyaltsen Namdrol. Pada tanggal tiga-puluh, Yongzin Ling Rinpoche pergi lebih dulu ke Paris untuk pemeriksaan medis lainnya dan, pada tanggal dua-puluh, saya juga meninggalkan Rikon dan terbang dari Zurich ke Paris. Di sana, kami terhubung kembali dengan Yongzin Ling Rinpoche dan rombongannya. Setelah pertemuan singkat dengan Bamchö Rinpoche dan lainnya, saya naik pesawat ke India bersama dengan Yongzin Ling Rinpoche dan kami meninggalkan Paris pada pukul Sembilan malam. Pada tanggal dua-puluh-satu pukul dua-belas siang lewat sedikit, kami tiba di bandara Delhi. Perwakilan dari Kantor Tibet di Delhi dan Rumah Tibet, Ladaki Bakula Rinpoche, Nyagre Käntrul, Mongolian Tulku Guru Deva Rinpoche dan lainnya ada di sana untuk menjemput kami. Kami pergi ke Rumah Tibet Delhi dimana persiapan untuk tempat tinggal kami telah dilakukan. Diminta oleh Drepung Nyagre Käntrul Ngawang Geleg, saya memberikan penjelasan singkat dan transmisi Lagu Kesadaran Je Rinpoche kepada sekitar seratus orang di aula pertemuan Rumah Tibet. Pada tanggal dua-puluh-tiga, saya meninggalkan Delhi dan kembali ke kamar saya di Dharamsala pada hari berikutnya. Saya bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama untuk memberikan persembahan kecil dan untuk memberi hormat kepada Yang Mulia. Saya lega ketika kembali mendengar suaranya yang jenaka. Pada tanggal sepuluh bulan tiga, atas permintaan Näpo Ngödrub, kepada sekelompok aspiran, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Sindhura Vajrayogini dan pada saat yang sama memberikan persembahan tanggal sepuluh pada bulan tersebut. Saya memberikan lima-ribu Rupee India untuk dedikasi pahala bagi para almarhum untuk menciptakan patung perak dari Sang Pengasih, patung Guru [Rinpoche] Yang Menguasai Dunia untuk dibuat dari tebaga dan emas, dan patung Buddha Shakyamuni untuk dipersembahkan bersama patung Sang Pengasih Yang Terbentuk Secara Alami, patung utama dari Katedral Lhasa yang telah dihancurkan oleh komunis Tiongkok, dimana kepalanya telah dikirimkan ke tangan Yang Mulia Dalai Lama dan telah dibangun kembali di Ganden Podrang. Pada tanggal sepuluh bulan empat, Yang Mulia Dalai Lama mulai memberikan penjelasan mengenai Tahapan Besar Mantra Rahasia – Ngagrim Chenmo kepada sekumpulan besar orang, termasuk Sangha yang selalu tinggal bersamanya dan Sangha dari Gyutö dan Gyume. Karena itu, saya mempersembahkan kepadanya edisi tua teks yang dipublikasikan pada tahun luar biasa kuda api, enam tahun setelah Je Tsongkhapa pergi ke paranirvana pada tahun babi hutan bumi. Publikasinya diatur oleh Nedong Desi Dragpa Gyältsän, sebagai kepala kastil Gongkar di Lhoka, atas permintaan Gyältsabje, Togdän Jampäl Gyatso, dan Sempa Chenpo Kunzangpa, dan dibiayai oleh ‘pemimpin’ yang tidak disebutkan namanya. Ini adalah jilid tunggal edisi Ngagrim Chenmo yang akurat yang dipersembahkan pada tahun ketujuh Gyältsbje sebagai pemegang tahta Gelug. Persembahan kepada Yang Mulia, pada halaman pertama, saya menulis dengan tangan, Teks bermakna ini yang membawa kebahagiaan bagi yang beruntung, 175
Mengungkapkan tahapan yang akan dijalani, Dengan jalan pintas dari yoga luar biasa yang unik, Sampai pada keadaan tuan peresap Shri Vajradhara, Jalan menuju pencerahan, sulit untuk ditemukan dalam jutaan kalpa, Tidak keliru, pria tua ini dengan kemampuan sedikit untuk berpraktek, Yang telah lama menikmati iluminasi kebijaksanaan Samantabhadra, Mempersembahkan pada pembimbing agung dari semua keberadaan dan kedamaian.199 Pada tanggal dua-puluh-empat, tujuh-puluh biksu tantric dari Gyutö Dratsang yang telah menghadiri ajaran Ngagrim Chenmo, termasuk kepala biara datang ke kediaman saya dan, mempersembahkan mandala dan tiga dasar, mencari keinginan saya untuk memperpanjang hidup saya, meresitasi katakata keberuntungan kebenaran para pertapa bagi umur-panjang dan kekuatan hidup200. Setelah ajaran Ngagrim selesai, atas permintaan gabungan, saya memberikan Inisiasi Heruka Chakrasamvara enam-puluh-dua Dewa dari sistem Mahasiddha Kuntu Gewa termasuk hari persiapan kepada hampir seribu orang termasuk warga Ladak, Kuni, Spiti di aula pertemuan Desa Anak-anak. Pada tanggal dua-puluh-sembilan, sehubungan dengan melakukan kangso Dharmapala Gyalchen Dorje Shugden setiap bulan, saya akan memberikan jenang kepercayaan kehidupan kepada dua biksu dari Sera Mey dan satu biksu dari Ganden Jangtse. Ketika saya akan memulai kangso sebelum memberikan kepercayaan kehidupan, kurir tiba dari Gangtog, biksu Lozang Dorje dari Domo, dengan edisi pertama penjelasan ‘Pagme Kelngön’ pujian kepada Gyalchen Dorje Shugden, karena itu, memanifestasikan keberuntungan sempurna. Pada tanggal satu bulan lima, kepala biara dan lama dan biksu dari Gyume Dratsang yang mulia, kirakira sejumlah seratus datang secara khusus ke kamar saya untuk mempersembahkan mandala dan tiga dasar, untuk bersujud, persembahan dan resitasi doa umur-panjang saya, dan Sangha meminta saya untuk menegakan tradisi dari guru-guru terdahulu. Pada tanggal sembilan, sejak inkarnasi dari Gangkar Lama dari Biara Markam Zeudru telah diidentifikasi secara pasti, dia datang menemui saya di Dharamsala. Pada hari yang sama, para biksu dari Biara Markam Zeudru meminta doa Dharmapala Gadong dan, di hadapan oracle sang tulku, walaupun hanya berusia lima tahun, tidak menunjukan rasa takut atau malu-malu, dll. Sang Dharmapala juga memberikan dia teh dan khatak dan, dengan senang hati, mengangkat sang tulku ke pangkuannya. Bagi para biksu dari Biara Zeudru seperti Tar, Tulku Rinpoche dan Geshe Yeshe Thubten, hal ini menghilangkan keraguan atas identitas anak ini dan mereka diyakinkan. Mereka berkata bahwa mereka membutuhkan doa umur-panjang bagi sang tulku dan lega karena saya mendikte satu untuk mereka. Dagpo Bamchö Chogtrul Rinpoche datang dari Prancis ke Dharamsala, dan untuk memenuhi permintaannya, dalam kunjungannya, saya memberikan kepada sembilan orang termasuk Rinpoche dan Tsänzhab Serkong Tugsä Rinpoche, Inisiasi Tubuh Mandala Gandhapa Heruka Chakrasamvara selama dua hari termasuk satu hari untuk persiapan. Mulai dari tanggal satu bulan enam, selama tujuh hari, atas perintah Yang Mulia Dalai Lama dan untuk pemenuhan kebutuhan urusan spiritual dan sementara dari pemerintah, saya pergi ke lantai atas aula pertemuan Nechung dan bersama biksu ritual, bertindak sebagai guru vajra memimpin ritual pemenuhan dan pengakuan bagi Lima Tubuh (Ku Nga) dan emanasi Raja Dharma Dorje Dragden, dengan Ganachakra, akumulasi, dan seterusnya. Pada tanggal empat bulan enam, saya memberikan sumpah pentahbisan kepada seorang pria Jerman bernama Roland dan enam orang Tibet. Saya memberi Roland nama Dharma Lozang Käldän. Dia sedang akan mempelajari Dharma Tibet di Pavana dan saya memberinya bab teks Lima-puluh Bait Karika mengenai Biksu Pemula. 176
Mulai dari tanggal sepuluh, saya diam-diam memberikan penjelasan tujuh hari mengenai tahapan generasi dan pemenuhan Vajrayogini kepada Tsänzhab Serkong Rinpoche dan Dagpo Bamchö Rinpoche dan pelayan Pälden – hanya ketiga orang ini. Saya diminta untuk melakukan doa mengundang Dewa bagi almarhum putra medium Panglung Gyalchen (Dorje Shugden), Dragpa Samdrub oleh mereka yang mengandalkan sang Pelindung seperti Sera Mey Pomra Kangtsän. Setelah melakukan doa mengundang Gyalchen Dorje Shugden beberapa kali dengan sukses di kamar saya, saya berdoa untuk mengundang Panglung Tsängöd (Panglung Liar Tsän) dan ketika sang Dewa datang dengan sangat kuat, hal ini tidak berlangsung lama. Karena medium sepertinya belum cukup dipurifikasi dari dalam, kami tinggalkan sampai di sini untuk sementara waktu dengan harapan bahwa, melanjutkan seperti sebelumnya, Sang Dewa akhirnya akan datang. Pada pagi hari tanggal lima-belas bulan tujuh, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepada Tsänzhab Serkong Rinpoche dan rombongannya. Kemudian, mulai siang hari, selama delapan hari, atas permintaan Serkong Rinpoche dan Bamchö Rinpoche, saya memberikan keduanya, Ratö Chubar Rinpoche, Ganden Shartse Tepo Rinpoche, Pukang Lati Tulku, Geshe Rabten dan lainnya, delapan orang seluruhnya, penjelasan Lamrim Je Tsongkhapa dengan panjang menengah atas dasar kerangka ekstensif yang telah saya tambahkan di teks. Karena mereka semua terpelajar, saya tidak perlu tidak perlu menyebutkan kata demi kata seperti yang harus saya lakukan untuk pemula, dan saya juga bisa hanya memberikan penjelasan singkat mengenai poin-poin utama. Kebanyakan, mereka menanyakan pertanyaan rinci mengenai bagaimana mempraktekan meditasi jadi hal ini tidak terlalu melelahkan, karena mereka sudah mencapai apa yang dianggap mendalam. Pada tanggal empat bulan delapan, atas perintah Yang Mulia, saya pergi ke kediamannya pada pagi hari dan memberikannya Pemberdayaan Umur Panjang dari Heruka Putih Umur Panjang yang termasuk dalam ajaran Manjushri. Pada siang hari, saya mulai memberinya instruksi penjelasan menggabungkan empat penjelasan menjadi satu. Lamrim Medium Je Tsongkhapa, Lamrim Delam (Jalan Kebahagiaan), instruksi penjelasan dari keturunan selatan, Jampel Shelung (Transmisi Manjushri), dan Kebebasan di Telapak Tangan Kita, catatan Instruksi Oral Kyabje Pabongka. Kami perlu lima-belas hari untuk menyelesaikan hal ini. Pada akhirnya, saya mempersembahan inisiasi dekat keturunan umur-panjang oleh Mahasiddha Srivajra kepada [Dalai Lama Ke-3] Gyälwa Sönam Gyatso. Mulai dari tanggal dua-puluh tiga bulan tersebut, selama tiga hari saya selesai memberikan Kyabje Yongzin Trichen Ling Rinpoche sisa penjelasan transmisi Lamrim Chenmo yang mulai saya berikan padanya tahun sebelumnya. Rinpoche dapat dengan mudah mengerti semua poin yang sulit dalam Sutra dan Tantra, dia benar-benar Guru besar dari banyak murid, dahulu dan sekarang. Ketika saya memberikannya instruksi, tidak ada yang belum pernah dia dengar atau mengerti, jadi saya dapat mengesampingkan penjelasan kata-demi-kata dan memberikan persembahan awan untuk menyenangkannya dengan instruksi singkat meditasi. Satu hari setelahnya, seperti yang dikatakan Tsänzhab Serkong Rinpoche kepada saya bahwa dia memerlukan transmisi bacaan mengenai beberapa ajaran Panchen Lozang Chökyi Gyältsän yang disegel untuk menjaga kerahasiaannya, dua bab dari ajaran [Dharmaraja] Kastil Besi201 termasuk Ritual Enam-Puluh Persembahan Torma Drug-chu-ma–Kastil Besi Roda Membara Dari Senjata Mematikan, dan komposisi saya sendiri mengenai ritual Kastil Besi dari Persembahan Drug-chu-ma Torma untuk Dharmaraja luar dengan resitasi, jadi saya memberikannya transmisi. Atas undangan Sekolah Mussourie dan Rumah Pemuda, pada tanggal tujuh bulan sembilan, saya meninggalkan Dharamsala untuk pergi ke Biara Tibet Mussourie dan tiba di sana pada hari berikutnya. Pada pagi hari tanggal sepuluh, Sakya Dagchen Rinpoche datang berkunjung. Dia berkata bahwa saya harus mengunjungi Institusi Sakya Dharma di Rajpur dalam perjalanan kembali 177
ke Dharamsala. Pada sore hari, atas keinginan Gomo Tulku, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini kepada sekitar seratus aspiran di aula pertemuan biara. Pada hari berikutnya, saya pergi mengunjungi Sakya Dagchen Rinpoche dan menghabiskan waktu yang menyenangkan bersamanya. Walaupun Rinpoche masih muda, sudah jelas bahwa sifatnya adalah keturunan Kön Manjushri seperti yang direfleksikan oleh pelajaran, pikiran dan kelakuannya. Hal ini memberi perasaan heran dan senang. Mulai dari hari berikutnya, saya memberikan Inisiasi Tara Putih Umur-Panjang dan transmisi bacaan mengenai Tiga Jalan Utama kepada anak laki-laki dan perempuan dari sekolah dan Rumah Pemuda termasuk sekumpulan besar masyarakat Mussorie. Saya kemudian mengakhiri dengan nasihat menghimbau para pemuda/i dalam pelajaran spiritual dan sekuler. Pada beberapa hari selanjutnya, saya memberikan enam-puluh-dua anak laki-laki dan satu orang anak perempuan pentahbisan, beberapa sumpah awam, dan beberapa sumpah pentahbisan pemula dan penuh, melakukan Sojong di aula pertemuan biara dan melakukan konsekrasi di sekolah dan di kamar-kamar Rumah Pemuda. Pada tanggal tujuh-belas, saya pergi dikawal oleh para pemimpin, pejabat, dan murid Dharma. Dalam perjalanan kembali, saya pergi ke Institusi Sakya di Rajpur seperti yang disarankan Dagchen Rinpoche. Saya menemui Sangha di sana yang berjumlah lebih dari lima-puluh biksu dari yang berusia muda sampai yang tua. Saya memberikan distribusi di majelis dan memberikan dorongan mengenai pentingnya Sangha menjaga keharmonisan dan mempraktekan sistem Sutra dan Tantra mereka dengan murni tanpa kemunduran, dan seterusnya. Setelah itu saya pergi ke kota bernama Ambhala dimana saya menghabiskan satu malam di rumah tamu. Saya tiba kembali di Dharamsala pada hari berikutnya. Pada tanggal dua-puluh-delapan, atas permintaan Tsänzhab Serkong Rinpoche, saya memberikan Ngagtu (Mantra Pencapaian dan Otorisasi) Berkat bagi Rinpoche, rombongannya, dan Kungo Chogteng Ta Lama, dan memberi mereka transmisi bacaan dari sistem Gyume, ritual puja api murka Yamantaka yang dikomposisikan saya sendiri dan ritual untuk menekan arwah Si yang berbahaya. Pada pagi tanggal satu bulan sepuluh, saya pergi ke Dharamsala atas Podrang untuk menyelesaikan mantra untuk persembahan kepada patung Guru Rinpoche dan Buddha Shakyamuni. Ditambah lagi, ketika saya di sana, saya memberikan kepala biara Gyume, lama dan beberapa biksu transmisi bacaan Praktek Tara Putih Umur-Panjang dan Instruksi Permata Pengabul Permintaan Mahakala dari Kedrubje, dan menjelaskan sedikit mengenai instruksi dari prakteknya. Datang kepada saya dengan maksud melakukan pelayanan bagi kesejahteraan spiritual dan sekuler pemerintah, saya memberikan kepala biara lama Gyutö dan sembilan biksu instruksi mengenai lima poin untuk perlindungan dan mengatasi bahaya melalui Sepuluh Kemurkaan dan visualisasi untuk ritual tiga kelipatan untuk melindungi, mencegah, dan menghentikan. Pada saat itu, saya juga memberikan Yang Mulia Dalai Lama Inisiasi sistem terisolasi Hayagriva Rahasia berdasarkan teks Gyälwa Känchen Dragpa Gyältsän selama dua hari. Ladaki Bakula Rinpoche datang secara khusus ke kediaman saya di Dharamsala dengan permintaan mendesak agar saya datang ke Wihara Ladaki di Delhi ketika Masyarakat Pelatihan Kitab Suci Gelugpa membiayai pertemuan untuk memperingati hari suci meninggalnya Je Tsongkhapa, Ganden Ngamchö. Karena itu, pada tanggal dua-puluh-dua kalender Tibet, saya pergi ke Delhi. Pada pagi hari tanggal dua-puluh-lima dalam pertemuan di perpustakaan Ladak, saya berbicara tentang tindakan Je Tsongkhapa mulai dari pelajaran, dan ajarannya, debat dan komposisi, dan diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Lhalung Lozang Puntsog. Dalam pertemuan, Dr. Sunesab, Dr. Rao dan lainnya menanyakan beberapa pertanyaan mengenai tindakan Je Rinpoche, dan saya memberikan tanggapan yang sesuai. Pada sore hari, pertemuan yang sebenarnya di sana ada perkumpulan besar banyak orang penting seperti menteri India Karen Sing, duta besar Ceylanese, masyarakat Tibet awam dan ditahbiskan dan warga asing lainnya. Menteri Karen Sing, Ladaki Bakula 178
Rinpoche, dan berbagai pembicara baik yang menganut agama Buddha dan bukan memberikan pidato. Saya juga berbicara, menggunakan sistem pembicara umum dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Lhalung Lozang Puntsog, mengenai tindakan dari Tsongkhapa dan Ajaran Gunung Ganden – Riwo Gedenpa – menggunakan kuliah ekstensif yang telah saya komposisikan mengenai subyek khusus seperti bagaimana tradisi adalah satu dimana pembelajaran, perenungan, dan meditasi, dan juga pendiidkan, kemurnian etika, altruisme, dan praktek dioleh secara terpisah, melengkapi satu-sama-lain. Saya meninggalkan Delhi untuk kembali ke Dharamsala pada sore hari tanggal dua-puluh-tujuh. Sejak tanggal enam bulan sebelas, saya dibawa ke Perpustakaan Guru Kebudayaan Sekolah Pengobatan Dharamsala Puntsog Wangyal dimana saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai Tujuh Poin Pelatihan Pikiran selama tiga hari. Pada tanggal lima-belas, untuk memenuhi permintaan dari kelompok Nyungnä di Dharamsala atas mengenai Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih dan transmisi bacaan dari Mantra Asal-Mula Ketergantungan, di wihara bagi kumpulan besar masyarakat, saya memberikan inisiasi Umur-Panjang dan transmisi bersamaan dengan penjelasan rinci mengenai makna dari mantra dalam bahasa Tibet dengan empat baris bait yang dimulai dengan, ‘Semua fenomena terjadi karena sebab,’ (yang diekspresikan oleh pengungkapan Empat Kebenaran Mulia mengenai bagaimana penderitaan dilibatkan dan bagaimana ia dihentikan) dan penjelasan singkat mengenai manfaat dari Nyungnä dan Mantra Enam Suku-Kata. Pada tanggal sembilan-belas, Yang Mulia Dalai Lama memberkati pintu saya dengan kaki teratainya tanpa rencana dan memberikan saya hadiah pil berkat untuk praktek Umur-Panjang Heruka Putih. Dia mengatakan pada saya bahwa ketika sedang melakukan pertapaan Yamantaka, dia mendapatkan mimpi baik yang membuatnya mampu mengerti sekarang pertanyaan-pertanyaan yang belum terselesaikan mengenai poin-poin ajaran Madyamaka Je Tsongkhapa dan kumpulan karyanya, seperti Tsashe Tigchen (Penjelasan Akar Kebijaksanaan Nagarjuna), penjelasannya mengenai Bimbingan Jalan Tengah Chandrakirti (Gongpa Rabsel), dan Drang-nge Legshe Nyingpo (Esensi Kefasihan Sementara dan Definitif). Keyakinan dan pengabdiannya yang masak menjadi keajaiban utama dari kualitas yang tak tertandingi dari makhluk suci agung. Pada tanggal dua-puluh-lima bulan sebelas, kepada sejumlah besar aspiran termasuk Sharpa Karma Wangchug dan Domo Gelong Chödar saya memberikan Inisiasi Empat Berkat Sindhura Vajrayogini. Sebagai pelayanan untuk tahun kesulitan Yang Mulia Dalai Lama pada usia tiga-puluh-tujuh, sejak tanggal lima bulan dua-belas, kami memulai praktek Umur-Panjang Tara Putih yang berkelanjutan. Pada tanggal delapan, patung Guru Rinpoche dan Buddha Shakyamuni baru di Wihara Tegchen Chöling diselesaikan, jadi saya pergi untuk melakukan Sojong keberuntungan, mengambil peraturan dan dengan pengabdian, mempersembahkan kepada Yang Mulia Dalai Lama benda-benda yang diberkati yang berasal dari kotak besar obyek suci pemerintah yang saya terima sebagai hadiah ketika saya melayani stupa almarhum Dalai Lama ke-13, dan obyek terberkati dari banyak tokoh besar di India dan Tibet yang saya dapatkan dalam ziarah saya: Indian, Sakya, Gelug, Kagyu, Nyingma, Kadam, dan seterusnya, tidak tercampur dengan indeks, semua otentik, tiga-ratus-duapuluh benda, dibungkus brokat kuning. Mulai tanggal sepuluh selama tiga hari, di wihara, Yang Mulia Dalai Lama memimpin sebagai guruvajra dengan tiga-puluh-dua biksu dari Gyutö yang mulia termasuk kepala biara dan lama melakukan praktek Shri Chakrasamvara, persembahan dan konsekrasi bersama dengan ritual Geleg Charbeb (Kehilangan Hujan Kebajikan dan Kebaikan) dengan cara yang sangat murni, melarutkan mandala kebijaksanaan makhluk tak terpisahkan dari makhluk berkomitmen dari patung dengan persiapan lengkap, ritual nyata dan penyelesaian. Saya berpartisipasi dalam majelis pematangan dan peningkatan. 179
Pada tanggal tiga-belas, saya mengundang kepala biara, lama dan Sangha Gyutö ke kamar saya untuk melakukan pembersihan, konsekrasi dan seterusnya. Sore itu, saya berbicara pada para biksu secara ekstensif tanpa menyembunyikan apapun dari tradisi transmisi oral Guru mengenai maksud dan fungsi pembersihan dan purifikasi obyek tertinggi dan dibawahnya dengan cara konsekrasi besar, dan maksud dan makna sementara dan difinitif dari praktek tongkat dan torma Drugchuma dan Kastil Besi Dharmaraja. Pada tanggal dua-puluh-tiga, Tsurpu Karmapa Rinpoche, Zhamar Rinpoche, Katog Situ Rinpoche, Drungpa Gyältsab Rinpoche dan Kongtrul Rinpoche datang ke kediaman saya untuk bertemu. Saya memberikan mereka makanan dan bertemu formal dengan mereka. Karmapa Rinpoche mendorong saya untuk mengkomposisikan Doa Umur-Panjang kepada Yang Mulia Dalai Lama karena tahun kesulitannya mendekat. Karena itu, sesuai dengan memohon kepada Enam-Belas Arhat, saya mengkomposisikan Doa Umur-Panjang kepada Yang Mulia, Kata-Kata Merdu Sang Pertapa. Saya berusia tujuh-puluh pada kalender barat tahun 1970. Pada hari ketujuh tahun Tibet anjing besi yang jatuh pada tanggal tiga-belas Februari. Hari itu saya pergi untuk bertindak sebagai Guru vajra untuk mempersembahkan pelayanan umur-panjang bagi Yang Mulia Dalai Lama. Dengan perwakilan dari Pemerintah Tibet, keturunan Dharma yang berbeda-beda dan perwakilan dari masyarakat umum, kami melakukan ritual perpanjangan hidup untuk mencegah Dakini mengawal sang guru pergi, ritual ini diturunkan oleh visi murni Dagpo Garwang terkait dengan Lima Dewa Abadi. Pada tanggal lima-belas, atas dorongan Kachen Lozang Gyältsen saya mengkomposisikan doa umurpanjang yang baru yang menyebutkan kehidupan sebelumnya dari Tashi Lhunpo Lochen Tulku Rinpoche, menggunakan cerita tua Panchen Lama mengenai kehidupan sebelumnya, saya mengkomposisikan doa baru dan mempersembahkannya kepada Lochen Tulku dengan khatak putih. Setelah itu, saya memberikan jenang Hayagriva rahasia kepada Sera Jey Rikya Tulku dan para pelayannya dan Inisiasi Umur-Panjang Draminyän dari keturunan panjang. Seperti yang diminta oleh Biara Domo Dungkar Gelong Lozang Dorje, saya memberinya dan lima temannya termasuk Tashi Lhunpo Ngagram Tsering Wangdü, inisiasi besar Tubuh Mandala Gandapa Heruka. Bagi Lozang Dorje yang bermaksud untuk melakukan pertapaan Tubuh Mandala Heruka, saya memberikan beberapa hari penjelasan mengenai bagaimana melakukan pertapaan pada awal, tengah, dan akhir. Karena apa yang sepertinya merupakan tanda-tanda arwah berbahaya yang menampakan dirinya pada saya dalam mimpi, saya melakukan ritual Gyäl Tzong dibantu oleh Ganden Shartse Zong Rinpoche dan biksu Gyutö Tamdrin Nyensong selama tiga hari. Pada tanggal sembilan bulan dua, patung torma dikirim keluar sementara saya meresitasi mantra Sutra Hati dan seterusnya, mengolah pandangan dan meditasi bahwa ‘lebih berbahaya’ dan ‘dibahayakan’ akhirnya tidak ditemukan, penampakan menipu relatif bangkit seperti mimpi dan ilusi yang hilang di tempat mereka berada. Hal ini membawa penghentian pertanda buruk dalam mimpi. Karena Yang Mulia akan segera memberikan inisiasi Kalachakra pada bulan purnama bulan dua, lebih dari seratus orang dari Chatreng yang akan menghadiri ajaran berkumpul untuk memaksakan persembahan puja umur-panjang bagi saya. Karena itu, dengan Zong Rinpoche memimpin bersama dengan biksu setempat, mereka melakukan ritual Guru Puja Ganachakra. Mereka mempersembahkan dua-ribu-seratus Rupee India tetapi saya hanya menerima enam-ratus dan mempersembahkan seribu-lima-ratus sisanya untuk dana modal Kesejahteraan Masyarakat Chatreng. Atas permintaan dua penyandang dana inisiasi Kalachakra, biksu Bodhgaya Amdo Jinpa dan Pashö Thubten, Yongzin Ling Rinpoche memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah di Wihara Tegchen Choling kepada lebih dari dua-puluh-ribu orang pada pagi hari. Dan setelah itu, saya memberikan Inisiasi Dua-Puluh-Satu Tara dari Atisha. 180
Pada tanggal tiga-puluh, seperti yang diminta oleh biksuni Ngawang Päldrön, saya memberikan peraturan Mahayana kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan di Wihara. Pada tanggal delapan bulan tiga, saya mengundang Dharmapala ke oracle Lhoka Riwo Chöling Gyalchen Dorje Shugden dan bertanya mengenai inkarnasi suci Kyabchog Pabongkha Chogtrul Rinpoche. Dia tidak mengklarifikasi lebih dari, ‘Hal ini akan menjadi jelas!’ Walau begitu, pada pagi hari berikutnya, saya bermimpi tentang sebuah tahta di ruang pertemuan besar seperti di kediaman Nyiö Kyilwa (Cahaya Matahari), ada Sikyong Tagdrag Rinpoche. Ketika saya melihatnya, dia tersenyum dan berbicara tentang bagaimana seharusnya Rinpoche hidup panjang untuk melayani ajaran. Saya berkata, ‘Tidak ada harapan bagi saya untuk melayani ajaran ketika saya masih muda, tetapi emanasi tertinggi dari Kyabje Pabongkha mengkombinasikan kualitas pelajaran, kemurnian, dan altruisme dan kami memiliki harapan besar terhadapnya. Baginya untuk meninggal dengan segera ketika dia masih muda dan sebelum menyelesaikan pelajarannya menyebabkan kami sangat rentan dalam menegakan Ajaran Ganden!’ Saya berkata, karena itu, dengan bebas mengekspresikan kekhawatiran saya. Dia menanggapi, ‘Mainaka beremanasi oleh sepuluh kekuatan...’ meresitasi syair indah yang telah dia komposisikan. Beberapa kata seperti ini, ‘Kadaka beremanasi dalam sepuluh kekuatan...’ datang ke pikiran saya dan saya terus mengulangnya. Kemudian, [ketika sang tulku diakui], sepertinya ini adalah indikasi nama ibunya. Pada tanggal dua-puluh-dua, oracle Dorje Shugden dari Biara Tibet Ganden Chöpel Ling di Nepal diundang dan saya kembali menanyakan pada Sang Dharmapala pernyataan mengenai Kyabje Chogtrul Rinpoche. Dia berkata, ‘Dia dilahirkan tahun lalu. Sekarang sudah hampir satu tahun sepuluh bulan!’Ketika kami memeriksa kemudian, Chogtrul Rinpoche muda yang sekarang dilahirkan pada tanggal empat bulan tujuh tahun ayam. Hal ini bersamaan dan mengkonfirmasikan ramalan ini. Mulai dari tanggal dua-puluh-tiga, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama dan Tsänzhab Serkong Rinpoche, berdasarkan teks Dege Shar Lama Kunga Päldän, penjelasan pengalaman tahapan generasi dan penyelesaian dari Yang Mulia Rigjema Kurukulla Yang Mengendalikan Tiga Alam, dijelaskan dengan cara penjelasan empat lipat, memotong kesalahpahaman, ‘memegang pikiran’202 dan seterusnya, semuanya sesuai dengan tradisi. Di samping itu, saya juga memberikan mereka transmisi bacaan satu jilid jenang ritual Tiga-Belas Dharma Emas Para Sakya yang dikomposisikan Tagpu Garwang Rinpoche yang bernama Aliran Sungai Gangga. Mulai hari ketiga dari empat bulan pertama, sesuai dengan instruksi Yang Mulia Dalai Lama, saya mengambil jeda dari perjalanan keluar dan bertapa mengenai Enam-Belas Tetas Kadampa, setelah itu, saya melakukan Pertapaan Umur-Panjang Tara Putih untik umur panjang Yang Mulia. Saya menyelesaikan pertapaan saya pada tanggal dua-puluh-empat dari empat bulan ‘dua.’ Setelah itu, atas permintaan seorang pria Hongaria, saya memberi seorang biksu bernama Tenzing Chopel dan beberapa orang inisiasi Pahlawan Terisolasi Vajra Bhairava selama dua hari dan Inisiasi Empat Berkat Vajrayogini. Pada tanggal lima-belas bulan enam, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama inisiasi Enam-Belas Tetes Kadampa dalam cara tradisional dan ekstensif, berdasarkan gabungan teks Kachen Yeshe Gyältsän dan Ngulchu Dharmabhadra. Mulai dari tanggal enam-belas, saya memberi Kuzhab Zemey Rinpoche enam hari penjelasan pengalaman tahapan generasi dan penyelesaian Kurukulla berdasarkan teks Dege Shar Lama dengan ‘pemegang pikiran’ dan seterusnya. Pada akhirnya, saya melanjutkan memberikannya komentar mengenai praktek umur-panjang Draminyen berdasarkan akar kitab suci Praktek Umur-Panjang Draminyen oleh Je Rinpoche, Praktek Umur Panjang Kyabje Dorjechang dalam bait, dan dua penjelasan praktek umur panjang oleh Je Sherab Gyatso.
181
Saya terus memenuhi permintaan-permintaannya, memberikan penjelasan bab-bab praktek umur panjang berdasarkan ajaran Sherab Gyatso; penjelasan resitasi Samayavajra oleh Je Tsongkhapa sesuai dengan dua-puluh-satu karya tulis pendeknya mengenai Guyhasamaja dan juga penjelasannya mengenai Puja Api Zaje Kadro; penjelasan sistem Avalokitesvara Nyän Tsembu berdasarkan ajaran Changya Rölpay Dorje; Tiga Makna Esensial Penjelasan Sistem Mitrayogi Avalokitesvara berdasarkan ajaran Jamyang Zheba Jigme Wangpo; dan penjelasan Berkat Perkataan berdasarkan ajaran Tuan Sherab Gyatso. Biksu Hongaria Tänzin Chöpel dan biksu Jerman Lozang Kälden akan kembali ke negara mereka dan, atas permintaan mereka saya merekam untuk mereka instruksi mengenai perlunya mengandalkan penawar dari tiga racun dan delusi dan selalu memeriksa tiga pintu tindakan, dan juga pengenalan singkat mengenai pandangan Jalan Tengah. Mulai dari tanggal satu bulan tujuh, saya memberikan Ratö Chubar Rinpoche, Kuzhab Zemey Rinpoche, Ganden Shartse Pukang Lati Rinpoche, dan pelayan Päldän, inisiasi umur-panjang Machig Drubpay Gyälmo sistem rahasia Dua-Puluh-Tiga Dewa Murka Merah Amitayus, Sembilan Dewa yang dikenal sebagai Maksud Dalam Rechungps,203 dan Sembilan Dewa Amitayus Yang Memberikan Keabadian bersama dengan berkat dari empat pemberdayaan. Bagi warga Tibet yang setia di kamp pelatihan militer di Deradun, atas desakan administrasi Biara Gomang pada tanggal dua-belas bulan delapan saya meninggalkan Dharamsala dan melakukan perjalanan ke basis tentara bernama Chageritar. Pada hari bulan purnama, di lapangan, saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah kepada sekitar empat ribu orang termasuk warga Tibet dari Gomang dan murid-murid. Hari berikutnya, saya memberikan Inisiasi Umur Panjang Machig Drubpay Gyälmo Amitayus. Beberapa hari berikutnya, saya pergi untuk mengunjungi pemimpin basis tentara, komandan tinggi India dan kapel-kapel, untuk setiap kelompok sejumlah seratus orang, saya memberi mereka berbagai transmisi bacaan yang mereka minta. Saya pergi ke sekolah basis tentara, rumah sakit dan seterusnya untuk memberi berbagai instruksi Dharma sesuai harapan mereka. Pada tanggal duapuluh-dua, saya meninggalkan basis tentara dan pergi ke pabrik kerajinan dimana tentara yang tidak sehat dan saudara perempuan mereka tinggal. Di sana saya memberikan konsekrasi dan membangun hubungan Dharma. Setelah itu, melakukan perjalanan melewati tempat-tempat seperti Sarenpur, saya tiba kembali di Dharamsala pada tanggal dua-puluh-satu. Mulai dari tanggal satu bulan sembilan, saya memberi Yang Mulia Dalai Lama penjelasan pengalaman mengenai praktek tahapan generasi dan penyelesaian sadhana Cittamani Tara keturunan dekat visi Tagpu Dorjechang berdasarkan akar teks dan instruksi Kyabchog Dorjechang selama tiga hari. Kemudian saya memberikan pada Yang Mulia penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Vajrayogini, berdasarkan empat teks, sadhana Dechen Nyelam (Jalan Singkat Menuju Kebahagiaan) Vajrayogini dan semua penjelasan tertulis Tagpu Rinpoche, Ngulchu Dharmabhadra, dan Shalu Rizur Lozang Kyenrab, dan sementara memberikan transmisi oral empat hal ini, saya memberikan tubuh penjelasan yang sebenarnya dari ingatan, memotong pengenaan, memberikan poin-poin untuk diingat dan seterusnya, dalam tradisi yang tidak mengalami kemunduran dari Sakya yang mulia. Saya juga memberinya transmisi oral dari beberapa aktivitas ritual yang berhubungan seperti Vajrayogini Ngagtu – mantra mencapai dan menyetujui – jenang, Cittamani Charbeb– Kehilangan Hujan Permata Pengabil Permintaan, dan seterusnya, dengan sempurna memenuhi permintaannya. Kemudian, Yongzin Trichen Dorjechang Ling Rinpoche memberikan Yang Mulia Dalai Lama inisiasi Charya Tantra Vairochana; saya sangat beruntung untuk menerimanya juga dan untuk membantu menyebarkan buah tertinggi dari kebebasan. Saya mempersembahkan, dengan keyakinan, lima-ribu Rupee India kepada Biara Ganden di pemukiman Mungod. [Sumbangan ini] untuk membuat obyek 182
utama penghormatan di aula pertemuan yang baru; bernama patung Je Tsongkhapa yang terbuat dari emas dan tembaga setinggi dua kaki delapan inci, dan patung dua murid setinggi dua kaki lima inci lengkap dengan topi pandit dan kain penutup. Pada tanggal dua-puluh-empat,Gurudeva Mongolia, yang telah pergi ke wihara di Dhakural Mongolia luar, kembali dengan hadiah dengan satu jilid perawatan Lamrim Chenmo Chahar Geshe Lozang Tsultrim; ajaran Päldän Dorje untuk mempresentasikan dua kebenaran dari sistem dua tenet dan pemeriksaannya atas Abhidharma; satu bab dari Jadräl Lhawang Gyatsochän mengenai cerita Pänchan Sönam Dragpa dan Gyalchen Dorje Shugden; satu jilid bernama Lamrim Lungme Shäbum (Kumpulan Penjelasan Lamrim), oleh Toyön Lama Döndrub Gyältsän; dia berikan pada saya semua ini dan juga sepasang simbal Tiongkok. Teks ini, lebih langka dari emas, adalah hadiah tertinggi! Biksu pemula, Thubten Pelgyä, putra dari almarhum oracle Panglung oracle, menerima doa undangan ketua Dorje Shugden dan rombongannya dan pada tanggal dua-puluh-enam kami melakukan upacara pembukaan saluran oracle204 dengan menempatkannya di bawah sumpah, kepercayaan dan seterusnya, dalam kumpulan yang termasuk saya, Domo Chogtrul Rinpoche, Ratö Rinpoche dan lainnya. Yang diundang adalah secara berurutan Gyalchen Dorje Shugden, Setrab, Chingkarwa, dan Yumar Tsängöd. Pada tanggal empat bulan sepuluh, saya meninggalkan Dharamsala menuju Bodhgaya. Pada tanggal enam, Labrang Kyabje Yongzin Ling Rinpoche membiayai ritual umur panjang bagi saya dengan kumpulan Sangha Bodhgaya di aula pertemuan biara melakukan Guru Puja dengan Ganachakra bersama Yongzin Trichen Dorjechang yang tertinggi, meresitasi bait-bait persembahan dari setiap delapan tanda-tanda keberuntungan dan substansi dan ekspresi keberuntungan bagi umur panjang dengan Kata-Kata Kebenaran Pertapa dan Hujan Bunga. Tanpa ketakutan mengenai memberikan instruksi mengenai makna yang dalam terkait dengan Roda Vajra Mantra Rahasia, seperti yang diminta sebelumnya oleh Yongzin Ganden Tripa Lingtrul Dorjechang, mulai dari tanggal delapan bulan tersebut, saya mulai secara pribadi memberikannya transmisi penjelasan Ngagrim Chenmo karya Je Rinpoche. Saya melanjutkan sejak hari itu, setiap hari tanpa jeda, mulai dari pukul dua siang sampai malam hari. Berpikir mengenai ketekunan dalam memberikan persembahan dan pelayanan kepada Tiga Permata yang merupakan hal yang paling esensial dan penting, setiap hari saya memberikan lebih dari sepuluh-ribu persembahan cahaya di kaki Stupa. Pada hari bulan purnama di Biara Bodhgaya, saya menyediakan pelayanan sepanjang hadi dan memberikan distribusi. Saya juga menyumbangkan seribu Rupee India untuk membuat lukisan dinding yang baru. Pada sore hari, saya mengundang Kyabje Yongzin Ganden Tripa Ling Rinpoche ke perkumpulan biara dan membuat praktek ekstensif ‘Seribu Persembahan’ di Stupa Besar demi memberi manfaat pada yang meninggal. Pada tanggal enam-belas, transmisi Ngagrim Chenmo selesai. Dengan mempraktekan kehidupan sakral memberikan nektar Dharma dari kebebasan yang tak tertandingi dari ajaran rahasia Vajrayana, kehidupan manusia menjadi bermakna. Satu hari setelahnya, seperti yang diminta oleh biksu Bodhgaya Tsöndru Gyatso, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini Mandala Sindhura kepada sekitar lima-puluh hadirin ajaran yang sebagian besar terdiri dari Sangha. Pada tanggal delapan-belas dan sembilan-belas, atas keinginan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche, saya memberikannya inisiasi Pahlawan Terisolasi Yamantaka dan Tiga-Belas Dewa Yamantaka, dengan satu hari persiapan. Karena Rinpoche tertinggi adalah guru vajra yang hebat dengan dua-puluh kualitas dalam dan luar, inisiasi dapat diselesaikan dengan ringkasan, satu setelah yang lain, tanpa perincian yang ekstensif.
183
Pada tanggal dua-puluh, kami membiayai kedatangan Kyabje Yongzin Trichen Ling Dorjechang ke aula pertemuan biara dan, perkumpulan besar Sangha, mempersembahkan Guru Puja Ganachakra memintanya untuk tinggal sampai akhir samsara, dan saya memberinya hadiah kecil juga. Pada tanggal dua-puluh-satu, atas nasihat Yongzin Tri Rinpoche dan Sangha Bodhgaya pada umumnya, saya mempresentasikan komentar sederhana singkat mengenai Ganden Lhagyäma dan Fondasi dari Semua Kualitas Baik kepada lebih dari dua-ratus orang di aula pertemuan. Hari berikutnya saya meninggalkan Bodhgaya menuju Varanasi. Pada tanggal dua-puluh-lima, atas nasihat dari Ama Migmar Drölma, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini Sindhura Mandala kepada lebih dari dua-ratus aspiran termasuk siswa/i universitas, lama, tulku, dan geshe di Biara Tibet Sarnath. Dan pada sore hari, membuat ‘Ribuan Persembahan’ di hadapan Stupa. Pada hari berikutnya, saya memberikan transmisi bacaan karya saya mengenai Pujian kepada Shugden ke Ganden Shartse Zong Rinpoche, Tsänzhab Serkong Rinpoche, Chamdo Gyara Tulku, dan Dobum Tulku dari Biara Trehor Dhargye. Pada tanggal delapan bulan sepuluh, saya pergi dari Varanasi kembali ke Dharamsala melalui Delhi. Sebagai pelayanan untuk mencegah masalah apapun yang akan muncul pada tahun ‘kesulitan’ Dalai Lama pada usia 37, pada tanggal dua-puluh-tuuh, saya mulai bertapa mengenai Tiga-Puluh-Tiga Dewa Damai sistem Machig Drubpay Gyälmo praktek Amitayus dalam dan mengambil jeda dari perjalanan keluar. Pada tanggal sepuluh bulan dua belas, Yang Mulia Dalai Lama memberi saya hadiah yang jumlahnya cukup untuk menikmati makan siang setiap hari kesepuluh dari bulan membesar dan bulan mengecil selama tiga tahun dan tiga bulan; dengan perkiraan satu kali makat adalah lima-belas Rupee, jumlahnya seribu-seratus-dua-puluh-lima Rupee India. Dia juga memberi saya pujian yang tidak diperkirakan sebagai seseorang yang ‘telah lama mempraktekan tummo dan tahapan penyelesaian Enam Yoga.’ Untuk menanggapinya saya mempersembahkannya bait-bait ini, Permata Pengabul Permintaan, Guru dari tiga alam, Ketika kau, tuan, mengekspresikan kasih sayangmu secara berkecukupan, Mengenai kuningan ini sebagai massa emas Kebahagiaan, keyakinan, dan pengabdian saya bertumbuh seperti berlomba-lomba satu sama lain. Bila pembawa pesan dari selatan akan mengambil jeda sebentar Dari mengambil anjing jompo tua ini, Apa yang kamu berikan untuk makanan selama tiga tahun sepuluh hari, Saya akan gunakan sebagai makanan akan dilahap dengan rakus! Ah singkat dari tummo, fondasi dari tahapan penyelesaian, Nektar hati dari banyak orang India dan Tibet yang memiliki kesadaran, Adalah sebuah kait yang mengumpulkan angin ke arah avadhuti, Praktek dari tradisi ini adalah gaya hidup dari makhluk suci! Oleh gerakan permainan kebahagiaan dalam sang dewi, Seperti kilat di ‘jalan yang telah meninggalkan keduanya’205 Proyeksi semuanya diikat sekaligus di dharmadhatu; Visi dari hal ini adalah, saya merasa, keajaiban yang luar biasa! Ketika jalan dari yoga yang dalam dari tahapan penyelesaian, Berat dengan esensi kekosongan dan kasih sayang, Dipraktekan, tidak secara sporadis, tetapi secara berkesinambungan, Dengan intensitas yang sesuai, pencapaian pasti muncul! Desain pelangi perkataan manis mungkin berkilau, 184
Tetapi ia tidak bisa bertahan menghadapi pengawasan; sifatnya kosong. Duka adalah saya, yang telah menghabiskan hidup saya Dalam praktek fabrikasi kepura-puraan dan munafik! Saya berusia 71 pada tahun 1971. Pada tanggal dua Maret, tanggal enam bulan satu tahun Tibet babi hutan besi, saya memberikan puja api untuk menyelesaikan praktek pertapaan umur-panjang. Pada tanggal tiga-belas, seperti yang disebutkan oleh perwakilan pemerintah Tibet seperti Kashag dan juga masyarakat umum, saya menghadiri ritual doa umur-panjang yang ekstensif dengan cara Roda Pemenuhan Permintaan Tara Putih agar dapat mencegah halangan yang muncul bagi Yang Mulia pada tahun kesulitannya. Pada saat jeda dalam ritual, saya pergi ke kediaman Yang Mulia untuk merayakan Tahun Baru dengan memberi hormat di kaki Yang Mulia. Ganden Shartse Nyagre Kangtsän menyampaikan bahwa mereka memerlukan ritual baru untuk Pelindung Namsä Dungmarchän dengan persembahan torma umum, memanggil keberuntungan dan kemakmuran, dan Ganachakra. Mereka telah meminta hal ini beberapa tahun lalu tetapi tidak pernah terselesaikan. Di sekitar waktu itu, saya bermimpi dimana ada pertanda dari sang Pelindung sendiri yang mendorong saya untuk mengkomposisikannya dengan segera. Karena itu, saya mengkomposisikan ritual umum baru dan sebuah ritual metode untuk mengait peruntungan baik untuk dikombinasikan dengan puja Ganachakra oleh Tukän dan mengirimkannya ke Nyagre Kangtsän. Pada tanggal empat bulan dua sesuai dengan surat dari majelis umum Ganden Shartse di Mundgod, Tepo Rinpoche dan Lati Rinpoche merencanakan puja umur-panjang kepada Yang Mulia Dalai Lama di Dharamsala, dan semua biksu Ganden Shartse seperti diantara mereka adalah murid dari Universitas Sanskrit Varanasi datang ke Dharamsalam sekitar empat-puluh lama, tulku, dan geshe. Saya berkumpul dengan mereka untuk melakukan puja umur-panjang dengan Guru Puja dan Ganachakra, dan meresitasi kata-kata kebenaran dan syair keberuntungan yang merdu. Mulai dari tanggal Sembilan, atas keinginan Tsänzhab Serkong Rinpoche, saya memberikan inisiasi Lima Dewa Gandhapa Heruka dengan hari tambahan untuk persiapan untuk Sembilan-belas orang, semua lama, tulku dan geshe, termasuk Tashi Lhunpo Lochen Rinpoche. Dan, seperti yang diminta oleh Mongolian Gurudewa, untuk satu kelompok yang terdiri dari tujuh-belas orang yang termasuk para lama, tulku dan geshe senior, saya mulai memberikannya penjelasan pengalaman berdasarkan Lamrim Delam (Jalan Kebahagiaan). Karena semua hadirin telah menerima ajaran Lamrim sebelumnya dan memiliki pengertian yang baik mengenai hal ini, penjelasan saya berfokus lebih ekstensif mengenai bagaimana pengalaman dari kesadaran bangkit dari meditasi, dan mencakup poin-poin dari ringkasan. Pada akhir penjelasan, kami melakukan puja bodhicitta. Mongolian Tulku membiayai Ganachakra-nya juga sebagai persembahan dari jilid baru Lamrim Chenmo yang ditulis dengan emas untuk penggenerasian bodhicitta-nya. Pada tanggal sepuluh bulan tiga, sejak Kuzhab Jampa Tänkyong dari Barzhiwa bersiap untuk pergi ke sebuah pemukiman di Kanada dia berkata bahwa dia memerlukan Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini. Karena itu, saya memberikan padanya diam-diam. Setelah itu, selama empat hari saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai Enam Yoga Naropa atas dasar teks Trehor Nagtsangpa kepada Gelong Lozang Dorje dari Biara Domo Dungkar secara pribadi. Pada tanggal dua bulan empat, atas keinginan Tsänzhab Serkong Rinpoche, saya memberikan beberapa lama dan tulku jenang Yeshe Kyungtra (Garuda-Elang Kebijaksanaan), jenang Tara Putih ‘Kabab Gudän’– Diberkati Dengan Semua Perintah, Resitasi Samayavajra seperti yang dijelaskan dalam Dua-Puluh Karya TUlis Singkat mengenai Guyhasamaja oleh Je Tsongkhapa, dan instruksi mengenai Puja Api Zaje Kadro. 185
Ketika Jamgön Sakya Dagtri Rinpoche datang ke Dharamsala untuk memberikan puja umur-panjang kepada Yang Mulia Dalai Lama, kemudian, ketika dia akan pergi, dia datang untuk kunjungan informal dengan saya. Nalanda Chogyä Rinpoche juga kebetulan tiba secara bersamaan. Saya menanyakan mengenai tradisi inisiasi mereka, persiapan, dan pertapaan terkait dengan Gyüde Kündü – Perwujudan Semua Kelas Tantra. Mereka berkata bahwa dengan memberikan Rangkaian Vajra dan pemberdayaan Mitra Gyatsa, bahkan pemberdayaan para dewa yang memiliki mandala yang sama dengan dewa lain tidak diberikan satu setelah yang lain dalam mandala yang sama, tetapi diberikan dalam mandala individu masing-masing. Dia juga berkata bahwa ret-ret dilakukan secara individu untuk setiap Dewa dari masing-masing kelas Tantrik, atau Ret-ret dilaksanakan dalam perwujudan tunggal semuanya dalam satu kelas, tergantung dari apakah bentuk yang ekstensif atau singkat digunakan. Pada bulan lima, seperti yang diminta oleh Namgyäl Dratsang, saya memberikan jenang Avalokitesvara Raungan Singa kepada para kepala biara, murid, dan Sangha. Saya memberikan jenang Tara Dari Hutan Cendana kepada Sera Jey Tsawa Geshe Thubten Yeshe206, murid-muridnya Ariwa Mese, dan biksuni pemula Lozang Chökyi. Atas keinginan Tepo Rinpoche, ketika saya sedang mempraktekan Mahakala, saya memberikan satu seri jenang Mahakala kepada dua-puluh orang termasuk lama, tulku dan geshe. Pada tanggal delapan bulan tujuh, atas permintaan Tsänzhab Serkong Rinpoche, saya memberikan jenang berkat Tiga Keluarga Je Tsongkhapa dan instruksi mengenai Ganden Lhagyema berdasarkan penjelasan teks Gyälwa Kälzang Sumber Dari Semua Siddhis207 kepada sekitar tiga-puluh lama, tulku, dan geshe. Mulai dari hari berikutnya selama beberapa hari, atas instruksi Yang Mulia, di lantai atas Wihara Tegchen Chöling di Dharamsala atas, saya memberikan beberapa ajaran kepada kumpulan sekitar enam-puluh orang termasuk Yang Mulia Dalai Lama, beberapa lama tinggi dan lama lainnya, tulku, geshe, pertapa yang sudah melepaskan segalanya, dan beberapa Sangha Namgyäl Dratsang. Hal ini termasuk ajaran Amitayus dari kumpulan penjelasan Sri Chakrasamvara, inisiasi besar Tiga-PuluhTiga Dewa kedamaian dalam Amitayus di sistem ditransmisikan dari Machig Drubpay Gyälmo kepada Rächungpa, dengan hari persiapan bagi murid-murid dan hari inisiasi umur-panjang yang sebenarnya208; Berkat dari Empat Inisiasi Umur-Panjang Dua-Puluh-Tiga Dewa Amitayus Rahasia dengan penjelasan ekstensif; Empat Berkat Inisiasi Umur-Panjang Praktek Terdalam Sembilan Dewa Merah Sangat Rahasia Amitayus dari Rechungpa; Inisiasi Umur-Panjang Sembilan Dewa Amitayus Putih – Yang Memberikan Keabadian; Inisiasi Umur-Panjang Yang Tidak Umum Amitayus MerahDewa Tunggal-Vas-Tunggal Klasik; dan jenang Samayavajra Yab-Yum seperti yang dijelaskan dalam Guyhasamaja. Setiap hari, setelah memberikan inisiasi umur-panjang, saya memberikan penjelasan dan transmisi dari Roda Senjata Tajam Pelatihan Pikiran Lama Dharmarakshita. Seperti yang dikatakan Tza Pältrul Rinpoche, Sekarang, saya dibuat untuk mengajar, Hal ini seperti ditekan oleh setan dan ilmu hitam! Saya merasa seperti menjelaskan kesalahan saya sendiri; Betapa memalukan! Ketika hal ini selesai, atas keinginan Yang Mulia Dalai Lama, di aula pertemuan wihara, bagi Yang Mulia dan juga lama, tulku, geshe, seluruh majelis Namgyäl Dratsang, penduduk lokal Sangha dan masyarakat awam, perkumpulan sekitar tujuh-ratus orang, saya memberikan inisiasi Tiga-PuluhTujuh Dewa Kunrig, akar tantra dari Yoga Tantra, diekstrapolasi dari bagian dua Kumpulan Prinsip209 Ritual Tiga Alam Semua-Kemenangan-Kebebasan-Dari-Negativitas. Saya memberinya hari tambahan untuk persiapan dan hari inisiasi sebenarnya, semua sesuai dengan komentar ritual Kunrig ritual oleh Dulzin Dragpa Gyältsän, dan pencapaian awan persembahan menyenangkan para Buddha. 186
Setelah itu, seperti yang diminta oleh biksuni bernama Lozang Wangmo, pekerja Desa Anak-Anak, saya memberikan Berkat Inisiasi Vajrayogini sindhura mandala kepada satu kelompok yang kira-kira terdiri dari tiga-ratus orang termasuk Lama, Tulku, Sangha, dan masyarakat awam pria dan wanita di wihara Nyungne di Dharamsala atas. Dalam satu hari, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama transmisi bacaan mengenai akar Tantra Guyhasamaja, penjelasan Tantra Dorje Trengwa (Rangkaian Vajra), Gongpa Lungtön – (Mengungkapkan Transmisi Dari Maksud), Yeshe Dorje Künlä Tüpa (Vajra Kebijaksanaan Paling Dirujuk Diantara Semuanya), dan Lhamo Zhi (Empat Dewi). Pada tanggal tujuh-belas bulan delapan, di Wihara Tegchen Chöling, kepada lebih dari lima-ratus orang termasuk Sangha dari Gyutö dan Gyume yang menghadiri ajaran Yang Mulia Dalai Lama mengenai empat kombinasi penjelasan mengenai Akar Tantra Guyhasamaja, Kyabje Yongzin Ganden Tripa Ling Rinpoche dan rumah kami bersama membiayai pelayanan dan persembahan awan yang ekstensif dengan Guru Puja Ganachakra dan juga menyelesaikan ritual, dengan serial persembahan simbolis, meminta Pemimpin Tertinggi Samsara dan Nirvana, termasuk Deva, Yang Mulia Dalai Lama, untuk tidak berpura-pura memperlihatkan kesulitan sedikitpun ke kehidupannya pada tahun astrologinya yang bermasalah, dan agar tiga rahasianya untuk tetap stabil dalam sifat vajra yang tak tergoyahkan. Setelah ajaran Yang Mulia berakhir, atas desakan dari Markampa Jangchub Gyältsän, saya memberikan inisiasi Enam-Puluh-Dewa Sri Chakrasamvara dari tradisi Kuntu Gewa. Hal ini diadakan di Wihara Tegchen Chöling terutama bagi Yang Mulia dan para Sangha dari Universitas Tantrik Gyutö dan Gyume, termasuk kepala biara dan para lama, kumpulan sekitar tujuh-ratus orang. Inisiasi ini memakan waktu dua-hari, hari persiapan dan hari inisiasi sebenarnya, dengan penjelasan rinci mengenai inisiasinya sendiri. Dari sisi saya, saya tidak memiliki kualifikasi guru vajra dari mantra rahasia dan murid-muridnya, sebagian besar, tidak memiliki kualifikasi yang pantas juga, tetapi seperti pengembara yang dikejar anjing, tiba di kepala barisan, dengan menjadi seorang ‘guru’ pada zaman kemerosotan, saya bertindak seperti seakan saya dapat memberikan inisiasi sesuai dengan praktek para guru yang baik. Setelah diundang banyak kali selama bertahun-tahun oleh biksuni Gyältsän Pälmo dari Mysore dan melalui desakan penduduk dan pemimpin masyarakat Tibet awam dan ditahbiskan secara umum, saya meninggalkan Dharamsala pada tanggal empat bulan sembilan saya terbang dari Delhi ke Bangalore. Ketika kami tiba, kami dijemput oleh pemimpin dari pemukiman Mysore dan Mundgod, kepala biara dan perwakilan dari tiga kedudukan monastik, Sakya, Gelug, Kagyu, dan juga praktisi Nyingma. Pengaturan sudah dibuat bagi saya untuk bermalam di sebuah rumah tamu pemerintah India di Bangalore. Hari berikutnya, ketika saya tiba di pemukiman Mysore, saya disambut oleh khalayak awam dan ditahbiskan. Saya diberikan tempat untuk tinggal di istana dimana Yang Mulia Dalai Lama tinggal ketika dia mengunjungi tempat ini. Hari berikutnya, seperti yang diminta oleh Sera Mey dan Sera Jey Dratsang, saya memberikan komentar ekstensif berdasarkan akar teks Tiga Jalan Utama. Dan juga, seperti yang diminta oleh biksuni Gyältsän Pälmo, saya memberikan dua hari inisiasi Pahlawan Terisolasi Vajra Bhairava, dengan instruksi rinci yang ‘menekankan pada’ dan mengidentifikasi pengalaman yang sebenarnya mengenai inisiasi. Pada tanggal tiga-belas, saya memberikan persembahan kepada ladang pahala bagi semua manusia dan deva, Sangha dari aula pertemuan utama Sera, mendistribusikan teh dan roti dan juga secarik khatak dan lima Rupee India kepada masing-masing biksu dan sumbangan sebesar seribu Rupee India untuk membangun aula pertemuan yang baru. Hari itu, kami mengundang Gyalchen Dorje Shugden, Setrab, dan Yumar Tsängöd untuk masuk ke oracle baru dari Panglung, Thubtän Pelgyä, dan Sang Dharmapala tidak memberikan pernyataan lebih dari resitasi awalnya. 187
Pada tanggal empat-belas, saya mengunjungi Biara Nyingma Namdröling, Biara Sakya, dan Biara Gelug Tegchen Ling, memberikan persembahan dan mendistribusikan hadiah, membangun hubungan Dharma dan melakukan konsekrasi. Saya juga pergi untuk melihat dan mengkonsekrasi kantor-kantor pemukiman, rumah sakit, dan sekolah. Pada tanggal enam-belas, atas permintaan seluruh pemukiman, di tanah lapang yang lega di depan istana, saya memberikan jenang Vajrapani, “Tiga Kombinasi Kemurkaan”, kepada sekumpulan besar masyarakat dan Amitayus dari sistem Machig Drubpay Gyälmo Inisiasi Umur-Panjang. Kemudian, saya meminta setiap orang, awam dan ditahbiskan, untuk bertindak sesuai dengan keinginan Yang Mulia Dalai Lama dalam semua hal baik sementara dan spiritual. Hari berikutnya, saya pergi secara khusus untuk mengkonsekrasi tanah di pemukiman Hunsu. Ketika di sana, saya memberikan transmisi termasuk Refuge, Mantra Enam-Suku-Kata dan mantra Tara dan doa umur-panjang Yang Mulia Dalai Lama kepada sekitar delapan ratus masyarakat awam dan ditahbiskan yang baru tiba dari daerah Gangtog. Dalam perjalanan kembali, saya pergi ke tempat dimana biara Gelug dibangun dan wihara dari komunitas kelima dan keenam dan melakukan konsekrasi. Pada tanggal delapan-belas, saya memberikan sumpah pentahbisan awal dan menengah kepada delapan-puluh-tiga biksu muda yang baru masuk ke universitas monastik Sera Jey dan Sera Mey. Pada pagi hari berikutnya, dengan biara dari majelis umum Sera dan pemukiman, para Sangha melakukan ritual umur panjang untuk saya dengan Guru Puja Ganachakra dan mereka menyebarkan hujan bunga untuk keberuntungan ketika meresitasi kata-kata kebenaran dengan kesetiaan yang tak terhancurkan. Sore itu, seperti yang diminta oleh Sera Jey Dratsang, saya mempersembahkan kepada Sangha, jenang “Dakini Berwajah Singa”. Pada tanggal dua-puluh, saya meninggalkan Bylakuppe dengan mobil dan menghabiskan satu hari di rumah tamu bernama Shomo Gang. Hari berikutnya, saya melakukan perjalanan ke pemukiman Mundgod. Saya disambut oleh para kepala biara, lama, tulku, dan Sangha dari Ganden, Drepung, Sakya dan juga lama Nyingma, pemimpin dan masyarakat umum. Saya tinggal dimana tempat sudah disiapkan bagi saya di istana Yang Mulia Dalai Lama. Pada tanggal dua-puluh-dua, Lhabab Düchen, perayaan turunnya Buddha dari Alam Deva. Karena patung emas dan tembaga dari Je Rinpoche dan murid-muridnya yang telah kami persembahkan sebagai obyek penghormatan untuk aula pertemuan besar Ganden telah dipindahkan sementara ke wihara yang lebih kecil, saya pergi dan melakukan konsekrasi dan juga mempersembahkan dengan keyakinan kepada Shartse Dratsang tujuh-belas tangka termasuk satu tangka yang menggambarkan Buddha Sakyamuni dikelilingi oleh Enam-Belas Arhat dan tangka yang menggambarkan kehidupan dari Panchen Lama dibuat dari brokat Tiongkok yang halus dan tirai penutup berwarna pelangi. Mulai dari hari berikutnya, atas desakan dewan pelaksana dari Ganden dan Drepung, di aula pertemuan Ganden Jangtse, saya memberikan penjelasan berdasarkan akar teks Ganden Lhagyäma dan memberikan jenang “Dakini Berwajah Singa” kepada Sangha di lapangan Dharma Drepung Loseling Dratsang bersama dengan penjelasan mengenai Enam-Sesi Guru Yoga. Saya memberikan sumpah pentahbisan awal dan penuh kepada enam-puluh-lima peserta dari Sangha Ganden dan Drepung. Seperti yang diminta oleh Ganden Shartse Dratsang, saya memberikan jenang “Tiga-Keluarga Je Tsongkhapa” kepada Sangha dari Ganden dan Drepung di aula pertemuan. Saya melakukan konsekrasi di Drepung Gomang Dratsang dan memberikan Sangha transmisi Pujian Asal-Mula Ketergantungan Je Rinpoche. Seperti yang diminta oleh Ganden Jangtse, saya mengajarkan semua tahapan jenang “Lhamo Magzorma” di aula pertemuan. Bagi Sangha Drepung yang sadar, majelis besar Ganden, Universitas 188
Sakya, dan Dratsang Nyingma, di masing-masing majelis ini, saya memberikan teh dan roti dan distribusi sebesar lima Rupee India dengan Khatak kepada setiap biksu. Pada tanggal tiga-puluh, dibiayai oleh pemimpin dan anggota komunitas dan berbagai tradisi Dharma, mereka mempersembahkan kepada saya sebuah esensi-mengekstrak, pendukung kehidupan, ritual umur-panjang dengan Guru Puja Ganachakra. Pada tanggal satu bulan sepuluh, saya pergi ke panti werda, rumah sakit, pabrik, dan sekolah di pemukiman, melakukan konsekrasi, menyebarkan bunga dan memberikan nasihat yang cocok bagi setiap tempat. Pada tanggal dua, atas permintaan seluruh komunitas, saya memberikan jenang “Vajrapani Tiga Gabungan Kemurkaan” kepada para lama, tulku, sangha, dan sekumpulan besar masyarakat di luar istana, dan saya juga mengajarkan Inisiasi Umur-Panjang Amitayus dari tradisi Machig Drubpay Gyälmo. Kemudian, saya melakukan semua yang saya bisa untuk mengingatkan setiap orang pentingnya untuk tidak menyimpang dari bertindak sesuai dengan keinginan Yang Mulia Dalai Lama. Pada tanggal tiga, saya meninggalkan Mundgod menuju Hubli. Dari saya, saya pergi dengan kereta ke Bangalore dimana saya terbang ke Delhi dan tiba di rumah Lama Mongolia. Pada tanggal delapan, atas permintaan Ama Chötzom dari Restoran Yog, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepada sekelompok besar masyarakat awam dan ditahbiskan di Wihara Buddha Ladaki. Pada malam hari tanggal sepuluh, saya melakukan perjalanan dari Delhi ke Dharamsala. Pada tanggal empat-belas, saya datang untuk bersujud di kaki Yang Mulia. Pada tanggal enam-belas, perang pecah antara India dan Pakistan di perbatasan, membuat suasana menjadi cukup menakutkan dan meresahkan di Dharamsala selama beberapa hari. Pada tanggal dua-puluh, pada malam hari saya menyelesaikan rancangan surat untuk dikirimkan kepada Pabongka Changtzö, Trinlä Dhargyä, mengenai kepastian identifikasi inkarnasi Chogtrul Rinpoche, saya bermimpi tentang inkarnasi terdahulu Kyabje Pabongka Dorjechang duduk di tahta besar dan saya sendiri mempersembahkan secarik khatak kepadanya dalam upacara keberuntungan dan mempersembahkan hiasan yang kaya dan jubah dari Lhalu Lhacham Dremo Yangtzom Tsering. Lama Dorjechang memegang kerah berhias bunga mawar, memamerkan, berkata dengan bangga, ‘Kau telah memberikan saya jubah yang indah untuk ulang tahun saya!’ Dragyab Chetsang Rinpoche datang dari Jerman dan tinggal bersama saya jadi saya dapat mengabulkan beberapa permintaannya. Mulai dari tanggal delapan-belas bulan sebelas saya memberikan lima-belas hari penjelasan Lamrim Panjang Menengah Je tsongkhapa kepada sembilan orang termasuk Rinpoche sendiri, Sera Jey Kamlung Tulku, Gönsar Tulku, Trehor Thubtän Tulku, Sera Mey Kongshar Tulku, Sera Trehor Geshe Ngawang Dargyä, Loseling Jangmar Tulku, dan Ganden Shartse Geshe Asong. Kemudian, bagi Rinpoche dan beberapa orang syaa memberikan Berkat Sindhura Vajrayogini. Kepada dua-puluh-sembilan lama, tulku, dan geshe termasuk Dragyab Rinpoche, Loseling Denma Lochö Rinpoche, dan Ratö Chubar Rinpoche, saya memberikan inisiasi Enam-Belas Tetes Kadampa. Saya memberikan sembilan lama, tulku, dan geshe termasuk Rinpoche, transmisi dari karya saya, Komentar Mengenai Pujian kepada Gyalchen Dorje Shugden. Kepada Rinpoche secara pribadi, saya memberikan Instruksi Umur-Panjang Draminyen berdasarkan empat gabungan teks: akar teks Je Rinpoche, Praktek Resitasi Kyabchog Dorjechang dan dua penjelasan praktek umur-panjang dari kumpulan karya Je Sherab Gyatso. Hal ini memenuhi keinginan Dragyab Rinpoche sepenuhnya dan dia kembali ke Jerman dari Dharamsala. Ketika saya berusia 62 dalam kalender barat tahun 1962, pada tanggal lima-belas bulan Februari, yang merupakan hari pertama tahun Tibet tikus air, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama 189
substansi umur-panjang yang dicapai melalui praktek umur-panjang Tara Putih. Hal ini dilakukan pada pagi hari, di lantai atas Wihara Dharamsala. Pada pagi hari tanggal sepuluh, di Wihara Tegchen Chöling, pada awal persembahan Festival Doa untuk merayakan tindakan keajaiban Sang Buddha, ada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan di lapangan Dharma menunggu ajaran pagi hari. Yang Mulia Dalai Lama memberikan penjelasan mengenai manfaat Pikiran Mahayana (Generasi Bodhicitta) dan masuk dan alasannya, perlunya berlatih enam kesempurnaan, dan perlunya pengikut dari pendiri Buddha untuk meniru kelakuannya seperti yang digambarkan dalam dongeng Jataka; dan melakukannya dengan mengaplikasikan instruksi dari tahapan jalan menuju pencerahan. Karena itu, mengajar Jataka seperti yang dilakukan guru suci sebelumnya, dia mengabdikan satu sesi untuk penjelasan mengenai dongeng Jataka dengan persiapan dan pembukaan yang cukup ekstensif. Setelah itu, saya pergi ke acara makan siang dan kumpulan minum teh untuk memulai doa refuge dan bodhicitta. Ketika acara minum teh umum selesai, saya pergi ke kumpulan persembahan dan doa dan kami meresitasi dedikasi, Tän Barma (Doa Untuk Kekekalan Ajaran), Doa Sukhavati dan semua resitasi yang telah dilakukan pada waktu terdahulu. Pada tanggal dua-belas, kepada sekitar lima ratus Sangha yang berkumpul untuk Festival Doa, saya mempersembahkan pelayanan teh umum, sup panas, dan distribusi dana, dengan hormat mengumpulkan akumulasi. Pada tanggal lima-belas, Yang Mulia Dalai Lama tiba sebagai Tuan dari Festival Doa dan, memulai dari peraturan pada pagi hari, datang ke setiap perkumpulan sepanjang hari kami berdoa sebanyak kami bisa, mengingat kualitas dan kebaikan dari Guru Buddha Sang Pengasih dan Manjushri Tsongkhapa. Pada tanggal enam bulan dua, seperti yang diminta oleh Chatreng Yangdar Chözin, Galu Lozang Gyältsän dan Töpa Kako Tashi, saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan yang menghadiri sesi ajaran Yang Mulia di Wihara Tegchen Chöling di Dharamsala atas. Pada tanggal sepuluh, seperti yang diminta oleh Chötsün Thubtän Chödrön dan Chatreng Yangdar Chözin, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat dengan mengandalkan Mandala Sindhura Vajrayogini kepada sekitar enam-ratus Sangha dari tiga kedudukan monastik dan dua universitas Tantrik seperti kepala biara, pejabat, lama, dan tulku, dan kepada lebih dari dua-ratus pria dan wanita awam. Mulai dari hari berikutnya, selama satu minggu, diantara mereka yang menghadiri sesi ajaran yang Mulia yang disebutkan di atas, ada sekitar enam-ratus orang yang berkomitmen untuk melakukan sadhana panjang setiap hari dan menyelesaikan ret-ret. Kepada orang-orang ini, saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian Vajrayogini dengan empat-kelipatan penjelasan, memotong prasangka mengenai obyek meditasi dan setelah memberikan tugas hafalan mengenai arti dari kerangka, dll. sesuai dengan tradisi dari guru Mantra Rahasia. Pada akhirnya, untuk alasan keberuntungan, saya memberikan transmisi instruksi praktek resitasi vajra sehubungan dengan yoga Umur-Panjang Heruka Putih. Saya menyumbangkan kepada Ganden Jangtse Serkong Uzur tiga ribu Rupee India bagi konstruksi patung utama Jangtse Dratsang yang baru dan menitipkan padanya persembahan simbal Tiongkok lama dengan kualitas yang baik. Mulai dari tanggal tiga-belas bulan tiga, seperti yang diminta oleh Universitas Tantrik Gyutö dan Gyume, saya memberikan penjelasan pengalaman Enam Yoga Naropa dengan latihan fisik untuk melatih saluran, berdasarkan komentar Je Rinpoche mengenai Enam Yoga Naropa, Memiliki Tiga Keyakinan210, dan penjelasan enam yoga Trehor Nagtsang Tänpa Dargyä. Yang hadir adalah lama, tulku, dan Sangha, berjumlah seratus-lima-belas, dipimpin oleh kepala biara dan lama, dengan geshe, penduduk Dharamsala dan lainnya yang turut berkumpul. Walaupun saya tidak memiliki 190
keyakinan cukup mengenai pengalaman yang valid dan instruksi yang dalam, saya menyampaikannya seperti pesan dari Ayah Guru yang baik, dengan harapan yang tulus bahwa ajaran dan praktek mereka dapat dipertahankan dan disebarkan kepada banyak geshe terpelajar dan pertapa yang telah melepaskan diantara para peserta. Akhirnya, dengan peserta yang disebutkan sebelumnya, saya memberikan selama beberapa hari jenang ajaran Dewa Manjushri yang diturunkan melalui Lama Umapa, Je Tsongkhapa dan guru yang dekat dengan keturunan oral. Saya juga memberikan jenang dari tiga-belas ekspresi Mahakala Berlengan Enam dan transmisi Diri, Depan, dan Generasi Vas Luipa Heruka; resitasi dari ritual inisiasi,ritual bumi, dan puja api ritual Kastil Besi [Dharmaraja] dari tradisi Gyume Dratsang, permintaan tambahan dan Delapan Pembimbing, ritual untuk menekan arwah Si, Mekanisme Tumpukan Vajra Gunung Sumeru, Puja Api Murka Yamantaka; tradisi universitas Tantrik Gyutö untuk melakukan konsekrasi melalui kombinasi Heruka dan Guyhasamaja; Rahasia Pencapaian Generasi Diri Hayagriva dari Tukän, generasi depan, ritual pemenuhan, dan ritual penekanan arwah Si; Praktek Mahakala Putih Trichen Tänpa Rabgyä dengan vas pencapaian; dan instruksi yang berdasarkan teks dari Lima-puluh Bait Pengabdian Pada Guru; Dua-Puluh Bait Sumpah Bodhisattva; Ringkasan Kejatuhan Utama dan Sekunder dari Tantra, Inisiasi Tubuh Mandala yang tidak biasa; dan seperti yang diminta oleh Dragyab Ngawang Tsepel, bagi peserta yang disebutkan sebelumnya dan lebih, sekitar tiga ratus orang, saya memberikan Inisiasi Torma Biasa Chittamani Tara dan Inisiasi Tubuh Mandalah Tidak Biasa. Kemudian, saya memberikan berkat Ngagtu (Mantra Pencapaian dan Otorisasi) kepada empatpuluh-enam lama, tulku, dan Sangha. Pada tanggal delapan, seperti yang diindikasi oleh mimpi terdahulu dan baru-baru ini dan divinasi dari Yang Mulia Dalai Lama, Yongzin Ling Rinpoche dan diri saya mengenai inkarnasi suci Kyabje Pabongka Chogtrul Rinpoche, dan juga pernyataan oracle Gadong Dharmapala Dulzin Gyalchen (Dorje Shugden), saya mengirimkan bendera doa kepada manajer Pabongka di Kalimpong, mengindikasikan bahwa Sönam Gyatso, putra dari Tsewang Norbu dari Restoran Lhasa dan ibu Drölkar di pemukiman Darjeeling di Päldora, adalah inkarnasi yang benar. Dengan ini, saya mengirimkan tendö – persembahan simbolis dan bait-bait keberuntungan – untuk dipersembahkan kepada sang tulku muda. Pada tanggal dua bulan lima, Kuntse Kungo Kemä Sönam Wangdu telah menderita sakit serius selama beberapa hari. Walaupun pelayan saya dan saya merawatnya, tidak peduli apapun pengobatan dan puja yang dicoba, setelah tiga hari, kondisinya menjadi kritis. Saya mengunjunginya sendiri, melakukan visualisasi kebaikan, meresitasi mantra dharani yang diberkati ke telinganya, dan seterusnya, dan membuat doa dedikasi bagi perjalanan besarnya setelah kehidupan ini dan mendedikasikan akumulasi kebaikan demi memperkaya kehidupannya yang akan datang, dan bahwa dia akan terlahir kembali dalam keturunan tak lain dari keluarga Kuntse, putra dari aliran Gungtang Labrang, bertemu saya, dan menjadi murid, dan tidak membuang-buang sisa hidupnya di masa depan. Mulai dari tanggal tiga, sesuai dengan keinginan Yang Mulia Dalai Lama, saya menghentikan semua perjalanan dan melakukan ret-ret sistem Jnanapada, atau sistem ‘Manjusrivajra Zurka’, dari Guyhasamaja. Pada tanggal enam-belas, saya menerima berita dari manajer Pabongka bahwa mereka mempersembahkan kain kepada Pabongka Chogtrul Rinpoche sehubungan dengan pengakuannya, walaupun sang tulku baru berusia dua tahun dan sepuluh bulan, dia telah berlaku baik ketika upacara umur-panjang ekstensif berlangsung dan, dengan membangkitkan jejak karena telah lama mengenal dan merawat menajernya, dia hampir selalu tersenyum kepadanya, dan seterusnya, mengkonfirmasi indikasi ini. Bersama dengan suratnya, ada foto sang tulku. Menerima ini membebaskan pria tua ini dari beban tanggung-jawab besar yang saya tanggung untuk mencari dan mengakui sang tulku dan saya merasa sangat bahagia. 191
Pada tanggal dua-puluh-delapan bulan tujuh, saya melakukan puja api untuk melengkapi penyelesaian yang sukses dari ret-ret Guyhasamaja Manjusrivajra saya. Mulai dari tanggal dua-belas bulan delapan, saya memulai ret-ret Avalokitesvara Gyälwa Gyatso dari mahasiddha Mitrajogi Yidams Lhag-Lhay Kyilkor Gyatsa (Ratusan Dewa Mandala) dan, setelah selesai, melakukan puja api. Suatu hari, Barkam Shodo Dagom Rinpoche Tulku berkata bahwa dia memerlukan Gyalchen Dorje Shugden sogtae (kepercayaan kehidupan), dan transmisi dan resitasi, tidak hanya karena inkarnasi sebelumnya adalah sahabat Dharma saya, tetapi karena dia mengandalkan Gyalchen Dorje Shugden, dan telah meminta komposisi doa. Saya memberikan kepadanya sesuai keinginannya. Saya juga meminjamkan catatan mengenai visualisasi yang tidak umum untuk ret-ret. Pada tanggal empat bulan sepuluh, saya memberikan pentahbisan dan sumpah awal kepada wanita Prancis bernama Nadia dan memberikannya nama Dharma Lozang Chödrön. Mulai dari tanggal lima-belas, saya memberikan Yang Mulia Dalai Lama Inisiasi Torma Umum Cittamani Tara, Inisiasi Tubuh Mandala Tidak Umum, dan jenang Pintu Masuk Hati Yang Sangat Rahasia dengan keturunan tunggal.211 Saya juga memberikannya semua tahapan jenang dari tujuhbelas ekspresi Pälgön Tobtrog Wangpo Dong Zhipa–Sri (Mahakala Berwajah-Empat, Tuan Yang Mengambil Kekuasaan), kecuali tiga jenang dari Sri Mahakala Dong Käma yang sangat ketat, Näbab Mahakala, dan Sangdrub Mahakala, dan Mantra Kepercayaan Dramzä Nagpo – Brahmin Hitam. Pada tanggal dua-puluh-satu, saya meninggalkan Dharamsala menuju Bodhgaya bersama Päldän, Norbu Chöpel dan lainnya. Iluminasi Praktek Keturunan Ajaran, Karmapa Rinpoche, datang ke Bodhgaya dan karena kami adalah sahabat lama, saya bertemu dengannya beberapa kali datang dan pergi dan perkataannya yang sangat menyenangkan membuka ratusan pintu. Mulai dari tanggal sembilan bulan sebelas, seperti yang diminta oleh Chatreng Jungnä, Saya memberikan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan. Selain itu, atas permintaan dua manajer pusat pelatihan, Mani Tangpa dan Mani Tabshä, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat dengan mengandalkan Sindhura mandala Vajrayogini kepada sekitar seratus dan lima-puluh aspiran di aula pertemuan biara. Atas desakan dari biksu Biara Bodhgaya, Tsöndru Gyatso, saya memberikan ajaran mengenai dua tahapan Tantra Vajrayogini kepada sembilan-puluh-satu orang yang berkomitmen untuk melakukan ret-ret. Sang tulku, pelita terang itu yang secara sadar terlahir kembali setelah Kyabje Dorjechang Pabongka Chogtrul Rinpoche terdahulu telah beristirahat dengan tenang, datang tanpa rencana dari Darjeeling untuk mengunjungi saya pada pagi hari tanggal tujuh-belas dengan manajer-nya, Trinlä Dhargyä dan rombongan. Saya melayani mereka dengan keramahan. Hari itu, saya memberikan inisiasi UmurPanjang Heruka Putih dari ajaran Manjushri kepada kepala biara dari Biara Tawang, Sera Jey Rikya Tulku, jadi saya memberikannya kepada sang tulku muda, manajernya dan pelayannya pada saat yang sama. Saya berusia tujuh tahun ketika inkarnasi terdahulu Kyabchog Dorjechang datang untuk tinggal bersama kami di Pertapaan Chuzang. Atas permintaan Ngaram Dampa saya yang baik, dia telah memberikan saya semua jenang dari koleksi ajaran Manjushri. Mereka adalah ajaran pertama yang saya terima darinya. Sekarang, untuk memberikannya Inisiasi Heruka Umur-Panjang dari ajaran Manjushri pada hari pertama saya bertemu dengan reinkarnasi muda ini, Manjushri adalah dewa meditasi utama dari inkarnasi sebelumnya. Untuk hal ini terjadi secara spontan, adalah manifestasi keajaiban dari rantai emas ketergantungan yang bangkit dari keyakinan dan telah dijaga dengan senang hati oleh Lama Dorjechang.
192
Pada tanggal delapan-belas, Kyabje Yongzin Trichen Lingtrul Dorjechang, yang telah melakukan upacara Kehilangan Hujan dari Dharma yang Luas dan Dalam bagi sekumpulan penerima yang berkualifikasi di daerah Mysore, datang ke Bodhgaya dan saya pergi untuk memberikan hormat saya. Pada tanggal dua-puluh-dua, Kyabje Trichen Rinpoche Labrang membiayai puja umur-panjang untuk saya di aula pertemuan Biara Bodhgaya. Masyarakat daerah dan Sangha yang berkumpul mempersembahkan Guru Puja Ganachakra sementara Trichen Rinpoche sendiri meresitasi bait-bait dari setiap persembahan tanda dan substansi keberuntungan, karena itu dengan baik hati menanamkan pilar yang stabil dari kehidupan vajra. Atas keinginan Kyabje Yongzin Trichen Dorjechang, sejak hari itu dan berlanjut setiap hari sampai selesai, saya memberikannya penjelasan pengalaman mengenai jalan yang dalam Guru Puja berdasarkan akar teks Guru Puja dan Penjelasan Guru Puja Kachen Yeshe Gyältsän, dan karena itu memberikan persembahan praktek. Pada tanggal dua-puluh-empat, kami membiayai puja umur-panjang bagi Yongzin Trichen Dorjechang bersama kumpulan Sangha, mempersembahkan Guru Puja Ganachakra, dan menyelesaikan ritual untuk hidupnya agar stabil seperti swastika abadi. Saya melakukan resitasi dan memberikan persembahan sebenarnya dari tanda-tanda dan substansi keberuntungan. Pada pagi hari tanggal dua-puluh-lima, saya memberikan Kyabje Chogtrul Rinpoche muda pelajaran pertamanya untuk membaca alfabet, dan pada saat yang sama memberikannya khatak keberuntungan dan representasi tubuh, perkataan, dan pikiran suci. Untuk pelajarannya, saya menulis hal berikut: Walaupun matahari muda Ayah Tuan Dechen Nyingpo yang tak tertandingi, Seperti emanasi utama yang berada dalam lingkup ruang, Wajah tersenyum bulan baru dari reinkarnasinya, Telah bangkit di gunung timur keberuntungan hari ini! Saya berdoa agar dia menegakan dan menyebarkan ajaran Lozang yang penuh kemenangan Dengan mempelajari dan bermeditasi mengenai tradisi kitab suci Sutra dan Tantra, Mendapatkan kualitas pengetahuan, kemurnian, dan kasih sayang sempurna Dan mengolah hasil kerja dari inkarnasi sebelumnya! Pada hari berikutnya, Kyabje Yonzin Tri Rinpoche dan saya, bersama menerima puja umur-panjang keberuntungan dengan Guru Puja Ganachakra yang dipersembahkan oleh Sangha dan masyarakat umum, dan dibiayai oleh disiplinarian Tsöndru Gyältsän. Dari Kyabje Tri Rinpoche, saya menerima instruksi mendalam mengenai Vajra Bhairava Mekanisme Kastil Besi dari tradisi Gyütö dengan ritual Enam-Belas Sudut Kastil Besi, ritual bumi, dan permintaan tambahan berdasarkan tiga bab yang ditulis oleh inkarnasi terdahulu Yongzin Ling Rinpoche. Instruksinya termasuk menggambar garis untuk mandala bumi, jenang mantra ngag-tu, dan seterusnya. Karena saya sudah mempelajari semua ini ketika saya menerima instruksi mengenai mekanisme dari mandala, saat ini, dia hanya menjelaskan praktek, dan berasumsi tidak perlu ada demonstrasi nyata. Karena Rinpoche, Guru, selalu sangat sibuk, dan muridnya juga selalu tidak memiliki waktu luang, karena keterbatasan waktu, dia membuatnya mudah. Setelah itu, atas keinginan Kyabje Tri Rinpoche saya memberikannya instruksi mengenai pencapaian Manjushri damai dan murka berdasarkan akar teks Je Tsongkhapa, Perkataan Vajra Besar-Besaran212 dan penjelasannya oleh Jamyang Zhäba, Memenuhi Harapan Mereka Yang Beruntung.213 Bagi semua hubungan dengan yang telah meninggal dunia karena kekuatan karma dan keinginan dan juga semua makhluk di seluruh ruang, saya melakukan ‘Ribuan Persembahan’ ekstensif di Stupa Besar dan mempersembahkan seribu Rupee India untuk perawatan dan pelayanan dari pertapaan 193
Musim Panas. Pada saat itu, saya tinggal di Bodhgaya, saya mempersembahkan lebih dari sepuluhribu pelita setiap hari. Pada tanggal dua-puluh-sembilan, saya pergi dari Bodhgaya menuju Varanasi dan tinggal di kamar Mongolia Tulku Guru Deva di Wihara Tiongkok di Sarnath. Saya juga bertemu dengan Kyabchog Dorjechang Pabongkapa Yangtrul Rinpoche yang telah datang ke Sarnath sebelumnya. Setelah itu, selama dua hari, saya bertemu dengan orang-orang termasuk Dege Tzogchen Padma Rigtzin Chogtrul Rinpoche dan banyak orang dari semua tingkatan, murid-murid Sakya, Kagyu, dan Nyingma, yang merupakan murid-murid yang tinggal di universitas Varanasi. Pada tanggal dua-belas bulan empat kalender Tibet, seperti yang diminta oleh Pagriwa, penduduk Bhutan, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih di Biara Tibet di Sarnath, kepada sekitar tiga-ratus masyarakat awam dan ditahbiskan, termasuk siswa universitas. Pada tanggal tujuh, Kyabje Chogtrul Rinpoche dan rombongannya kembali ke Darjeeling. Saya memberikan Rinpoche tendö– simbol tubuh, perkataan dan pikiran, khatak, dan hadiah sebesar seribu Rupee India. Saya juga mempersembahkan hadiah simbolis kepada manajer, pelayan, dan orang tuanya dan kepada Chogtrul Rinpoche, saya memberikan makanan dan hadiah seperti materi bacaan, dan menasihatinya mengenai pentingnya pentahbisan. Pada tanggal delapan, di Wihara Sarnath, disamping ‘Ribuan Persembahan’ ekstensif, saya memberikan distribusi dan satu hari pelayanan kepada Sangha penduduk dan mereka yang datang dari tempat-tempat lain. Saya memberikan sumpah pentahbisan awal dan menengah kepada lima murid dari universitas. Atas dorongan mantan ratu Raja Bhutan Jigme Wangchug, Ashe Yangkyi, saya memberikannya Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepadanya dan pelayan-pelayannya dan sekitar lima-ratus orang dari masyarakat awam dan ditahbiskan. Kemudian, saya juga memberikan secara pribadi, jenang Kyergang214 dari sistem Hayagriva Rahasia kepada Yangkyi dan rombongannya. Setelah dia membiayai permintaan untuk ajaran oleh Yang Mulia Dalai Lama mengenai Enam Gabungan Penalaran Jalan Tengah dan Empat-Ratus oleh Aryadeva, Lati Rinpoche dari Ganden Shartse Pukang Kangtsän datang untuk bertemu saya. Dia membawa sebuah surat dari Ganden Shartse Dratsang dengan sebuah foto patung yang dibiayai rumah kami sebagai obyek penghormatan utama di universitas. Ini adalah sebuah patung Buddha Shakyamuni yang baru diselesaikan dengan memuaskan, dibuat dari emas dan tembaga, setinggi tiga setengah kaki dengan teratai. Senang melihat patungnya sesuai dengan harapan kami. Saya mempersembahkannya pada Dratsang dan banyak barang langka seperti pakaian, rambut, relik, dan seterusnya dari banyak makhluk suci di India dan Tibet dengan empat jenis gulungan mantra dharani untuk dimasukan dalam patung. Mulai dari tanggal satu yang ‘kedua’ bulan dua-belas, selama tiga hari di Biara Tibet, seperti yang diminta oleh Asosiasi Gelug dari Universitas Sarnath, saya memberikan penjelasan mengenai ajaran Je Rinpoche mengenai Tiga Jalan Utama dan jenang Avalokitesvara Yang Membebaskan Dari Alam Bawah, kepada mereka yang mengikuti pelatihan Geshe, murid-murid, lama, tulku dan Sangha berkumpul dari semua daerah, sekitar empat ratus orang, dan sekumpulan besar lebih dari enamratus masyarakat umum dan ditahbiskan. Zhakaba Wangchug Dedän datang untuk bertemu saya dan meninggalkan tiga jilid sejarah Tibet dia tulis untuk saya periksa dan edit. Karena tidak ada teks lain yang tersedia di Perpustakaan Pattan dan di daerah India yang terkait dengan asal-mula Universitas Monastik Ganden Shartse seperti yang ditemukan pada karya tulisnya, saya pikir mereka sangat langka dan penting. Ganden Shartse Amchog Tulku dan biksu Thubten Gönpo memesan salinan sejarah Dharma. 194
Pada tanggal sepuluh, atas undangan Drepung Tsawa Kangtsän Samdong Rinpoche, Kepala Universitas Tibet, saya pergi ke kediamannya dan, pada pagi hari, memberikan kepercayaan kehidupan Gyalchen Dorje Shugden, dan pada sore hari melakukan Ganachakra hari kesepuluh. Hari itu, saya memberikan distribusi dan memberikan pelayanan kepada seluruh siswa universitas, Sakya, Gelug, Kagyu, Nyingma, tanpa diskriminasi dan, dengan pertolongan Amchog Tulku, saya menerima sebuah salinan sejarah Dharma yang ditulis tangan. Pada hari bulan purnama, saya pergi ke tepi Sungai Gangga dan melepaskan sejumlah besar ikan dan ikan kecil, dengan doa yang didedikasikan untuk mencapai pencerahan. Pada saat itu, saya tinggal di Bodhgaya dan Varanasi, saya bertemu dengan banyak orang dari berbagai status dari tempat yang berbeda-beda yang telah datang ke tempat-tempat sakral tersebut untuk berziarah dan kesibukan aktivitas yang terus-menerus sungguh mengganggu. Saya meninggalkan Varanasi dengan kereta pada malam tanggal dua-puluh dan segera tiba di New Delhi dimana saya tinggal di rumah Guru Deva Rinpoche dari Mongolia. Saya berusia 73 pada tahun 1973. Pada hari pertama kalender Tibet banteng air, 5 Maret dari kalender barat, saya pergi untuk merayakan Losar (Hari Tahun Baru Tibet), di Wihara Buddha Ladaki dengan perwakilan dari Kantor Pemerintah Tibet Delhi dan Rumah Tibet, dan sekumpulan besar populasi lokal Tibet. Dengan bantuan Ladaki Bakula Rinpoche, saya pergi ke Rumah-Sakit Wellington dimana saya diperiksa secara menyeluruh oleh para dokter. Mereka bilang kesehatan saya baik. Pada sore hari tanggal sembilan, saya pergi dengan kereta dan segera tiba kembali di kamar saya, ‘Tashi Rabten’ di Dharamsala bawah. Hari berikutnya, Kyabje Yongzin Ganden Tripa Lingtrul Dorjechang dan rombongannya tiba di Dharamsala dari Bodhgaya dan datang ke kamar saya. Kami bertukar salam Tahun Baru, saya mengundangnya makan siang, dan kami bertemu santai. Hari itu, saya pergi ke Dharamsala atas Tegchen Chöling untuk bersujud di kaki teratai Yang Mulia Dalai Lama dan menikmati rahasia dari permainan kata-katanya. Dari Dalhousie, seluruh Sangha dari Gyutö Dratsang yang mulia datang ke majelis Keajaiban Doa. Sementara mereka tinggal di Wihara Nyungne, saya memberikan pelayanan dan distribusi, dan meminta pemenuhan ritual dari Pelindung Dharma umum. Saya berpartisipasi di satu sesi. Dari banyak majelis, hanya ada ritual pemenuhan Mahakala, Tsagyuma, dan ritual pemenuhan Dharmaraja, Chartrin Tarnagpa. Ketika saya mendengar lantunan mereka, saya mendengar nada yang sebagian besar sama dengan apa yang saya ingat dari lantunan majelis utama ketika saya tinggal di Gyutö. Akan tetapi, karena perbedaan tempat dan waktu atau hanya ada sedikit biksu, atau hal lain, sepertinya sedikit berbeda bagi saya, dan saya berpikir apakah ingatan saya mengenai lantunan yang salah; saya tidak yakin. Tsänzhab Serkong berkata bahwa dia memerlukan instruksi Tiga Poin Esensial dari sistem Mitra Avalokitesvara dan saya memenuhi keinginannya. Saya memberikan pentahbisan, beberapa awal, beberapa penuh, kepada inkarnasi muda Gangkar Lama Rinpoche dari Biara Markam Zeudru dan lima peserta Gyutö Dratsang. Saya memberi sang tulku nama, Lozang Könchog Tenzin. Di Wihara Nyungne di Dharamsala atas, Gyutö Dratsang melakukan ritual Umur-Panjang Pencegahan Pengawal Dakini bagi Kyabje Yongzin Trichen [Ling] Rinpoche dan saya sehubungan dengan Guru Puja Ganachakra, mendukung kami dengan pohon kehidupan memberi nektar berkat aspirasi Sangha yang tak terhancurkan. Pada tanggal satu bulan dua, bagi para bangsawan tinggi termasuk Thubtän Norzang, saya memberikan jenang Vajravidaran dan Vajrapani Tiga Kemurkaan. Saya memberikan Tashi Lhunpo Lochen Tulku Rinpoche, Biara Spiti Kyil Kachen Lozang Gyältsän dan lainnya jenang Raungan Singa Avalokitesvara dan Inisiasi Umur-Panjang Amitayus dari sistem Machig Drubpay Gyälmo.
195
Domo Geshe Chogtrul Rinpoche memberikan saya keberuntungan Kagyur lengkap yang berharga– Koleksi Ajaran Buddha, edisi Lhasa dicetak dengan kualitas kertas Tibet yang baik. Pelayan saya Norbu Chöpel pergi ke Biara Gum di Darjeeling untuk mengatur dan dengan sukses membawanya, tanpa masalah, ke Mundgod di selatan, dan kembali ke Dharamsala. Penegak Tantra Nyingma, Dilgo Kyetse Rinpoche melakukan konsekrasi ekstensif di Wihara Dharamsala Tegchen Chöling dan datang untuk mengunjungi saya. Pada saat yang sama, saya menerima kunjungan dari inkarnasi muda Dege Tzongsar Kyentse Rinpoche. Karena saya sudah mengenal Dilgo Kyetse kami berdiskusi informal mengenai urusan Dharma dan sementara. Pada ulang tahun saya, tanggal dua-belas bulan tiga, Zemey Rinpoche datang secara khusus dari Dalhousie dan mengundang sekumpulan besar lama, tulku, dan biksu untuk melakukan puja umurpanjang untuk saya. Pada saat yang sama, mereka melakukan ritual untuk menghalau kesulitan dalam hidup saya, sehubungan dengan jalan mendalam Guru Puja Ganachakra lantunan menghentikan undangan dakini dan kata-kata kebenaran. Koneksi keberuntungan dari keyakinan murni dan samaya lama dan murid-muridnya jelas mematangkan swastika keberuntungan dari hidup yang tak terhancurkan. Pada tanggal tujuh-belas, atas permintaan Tsänzhab Serkong Rinpoche dan beberapa Lama lainnya215, saya memberikan Lima Dewa Amitayus dari sistem Manjushri dalam keturunan dari Tsongkhapa yang luar biasa, Inisiasi Umur-Panjang Draminyän dari keturunan panjang, dan instruksi mengenai Avalokitesvara Yoga dari sistem Nyän Tsembupa. Pada tanggal sepuluh bulan empat, atas instruksi Yang Mulia Dalai Lama, saya menghentikan semua perjalanan dan mulai ret-ret Mahakala dengan waktu yang ditentukan mengenai tujuh-belas aspek dari Tobtrog Wangpo Mahakala Berwajah-Empat. Malam itu, saya bermimpi saya tinggal di rumah tak dikenal dimana tiba-tiba ada keributan banyak orang. Saat itu, tibalah seorang pria tua yang seharusnya adalah Raja Muli di Kham dan pria berkumis mengenakan chupa biru – jubah tradisional Tibet. Saya membawa tahta kecil untuk diduduki mereka tetapi mereka tidak mengambilnya, dan mereka duduk di bantalan tipis di lantai di hadapan saya dengan ekspresi bahagia dan mengabdi. Setelah itu, seorang Lama yang berpikir bahwa dia adalah Tuan Muli yang tiba dan duduk di satu sisi tahta kecil. Pikiran yang datang kepada saya adalah Raja Muli ditahbiskan tetapi pengurus rumahtangga mengenakan chupa pada saat ini! Ada banyak aktivitas dalam mimpi. Saya pikir ini adalah pertanda yang datang dari Sri Mahakala. Setelah menyelesaikan ret-ret Mahakala untuk perkiraan, pencapaian dan pencapaian rahasia 216, saya memberikan persembahan ekstensif kangwa–Ritual Pemenuhan, Ganachakra, torma biasa dan seterusnya, bersama dengan biksu ritual dari Sangha Namgyäl Dratsang. Pada akhirnya, saya menerikan pertanda dalam mimpi bahwa Pelindung Lapangan senang. Begitu saya menyelesaikan ret-ret, pada tanggal satu bulan enam, saya memulai ret-ret Umur-Panjang Tara Putih Roda Pemenuh Permintaan yang didedikasikan bagi umur-panjang Kyabje Yongzin Lingtrul Dorjechang. Saya menyelesaikannya pada tanggal tujuh-belas dan pergi untuk mempersembahkan substansi umur-panjang di hadapan Kyabje Yongzin Rinpoche. Setelah berdoa untuk umur-panjangnya, saya pergi untuk bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama di Wihara Tegchen Chöling Temple untuk menginformasikan penyelesaian sukses pertapaan saya. Saya memberikan inisiasi umur panjang kepada orang tua Prancis yang mengadopsi anak-anak Tibet, keluarga Shödrung Norgyä dan Pasang Lhamo dan lainnya yang datang dari Bomdilla. Atas permintaan Sera Jey Lawudo Tulku dan Guru Thubten Yeshe217 Saya memberi keduanya dan dua murid biksu pemula mereka, Thubten Dönyö dan Thubten Ngawang, jenang Kinkara Tuan Dari Tanah Kematian, dan, kecuali untuk Thubten Ngawang, memberikan tiga orang lainnya Kepercayaan Kehidupan Dorje Shugden.
196
Pada tanggal delapan bulan tujuh, di istana Dharamsala atas, saya secara pribadi memberikan Yang Mulia Dalai Lama, dari tujuh-belas ekspresi Mahakala, Tumpukan-Wajah Mahakala yang sangat ketat, Titik-Pukulan Mahakala, dan Pencapaian-Rahasia Mahakala, 218 dan memberikan persembahan syukur Ganachakra. Pada tanggal empat-belas bulan sembilan, saya memberikan Lozang Tenzin, inkarnasi Biara Trehor Dhargye Geshe Jampa Kädrub Rinpoche,219 gurunya Geshe Rabten dan lainnya, jenang Tiga Keturunan Je Tsongkhapa. Saya juga memberikan pentahbisan biksu pemula kepada lima orang termasuk Martzö Tsetän Puntsog. Pada tanggal sembilan-belas, patung yang baru dibuat di Nepal untuk menggantikan patung Buddha Ramoche Jowo Akshobya-Vajra yang dihancurkan Tiongkok Merah di Lhasa, dibawa dari Gyutö Dratsang ke Wihara Tegchen Chöling. Saya diberi-tahu bahwa ia perlu diisi dengan mantra dan berkat dan karena itu [saya] memberikan lima-puluh obyek yang diberkati dari makhluk luar-biasa India dan Tibet dari seluruh keturunan. Yongzin Trichen Rinpoche, saya sendiri, kepala biara dan lama dari universitas tantrik, dan Sangha, berjumlah sekitar empat-puluh secara keseluruhan, menyelesaikan mantra dharani dan mempersembahkan mereka sesuai tradisi. Bersamaan dengan Lhabab Düchen, seluruh majelis Universitas Tantrik Gyutö datang dan melakukan ritual konsekrasi ekstensif terkait dengan obyek utama penghormatan dengan cara Shri Vajra Bhairava, menyelesaikan tahapan persiapan, kenyataan, dan penyelesaian dengan sempurna. Pada hari konsekrasi yang sebenarnya, Kyabje Yongzin Lingtrul Rinpoche datang untuk memimpin sebagai Guru Vajra dan saya juga pergi di pagi hari dan mengikuti ritual sepanjang hari mulai dari Yoga Pintu Masuk Sama Untuk Diri dan Dewa Yang Digenerasikan di Depan sampai penyelesaiannya. Yang Mulia Dalai Lama juga bertindak sebagai tuan Majelis berdasarkan undangan dari makhluk bijaksana untuk tinggal dengan stabil, sampai selesainya penganugerahan pemberdayaan Dewa. Karena fokus khusus kebijaksanaan vajra Yang Mulia, memiliki rasa yang sama dengan kesadarannya tentang dharmata, makhluk bijaksana benar bermanifestasi masuk ke patung. Pada tanggal dua-puluh-sembilan, bersama Pelden, Norbu Chöpel, Jamtra dan Sötän, saya meninggalkan Dharamsala dan tiba di Sarnath pada malam tanggal tiga-puluh. Pada tanggal delapan bulan sepuluh, seperti yang diminta oleh Trehor Tauba Lozang Jampa, saya memberikan inisiasi Shri Lima-Dewa Chakrasamvara dari sistem Ghandapa di Biara Sarnath Tibet, termasuk hari persiapan dan inisiasi, kepada lebih dari tujuh-ratus orang yang kebanyakan Sangha, termasuk empat-puluh yang merupakan kepala biara dan pejabat dari tiga kedudukan monastik, lama, dan tulku. Pada tanggal sepuluh, untuk mendedikasikan kebaikan bagi meninggalnya Sitsab Lukangpa Tsewang Rabten dan untuk memenuhi permintaan lama saudarinya, biksuni Namgyäl Chötzom, dan juga permintaan dari mantan koki Ngawang Tenzin, bagi hadirin yang disebutkan sebelumnya yang berkomitmen untuk mempraktekan sadhananya setiap hari, saya memberikan Empat Inisiasi Berkat Mengandalkan Mandala Sindhura Vajrayogini. Pada penyelesaiannya, saya mempersembahkan Ganachakra ekstensif. Mulai hari berikutnya, bagi mereka yang berkomitmen untuk melakukan ret-ret, terutama lama, tulku, dan biksu, bagi enam-ratus-tujuh-puluh orang, awam dan ditahbiskan, saya memberikan, dari ingatan, tujuh-hari penjelasan pengalaman berdasarkan akar teks sadhana Vajrayogini, sesuai dengan tradisi penjelasan dari guru Tantrik terdahulu, dengan sanggahan terhadap ide yang salah mengenai obyek meditasi melalui mendengar dan merenungkan, memberikan poin-poin ingatan yang dijelaskan untuk praktek, dan seterusnya. Ada banyak lama, tulku, dan geshe yang hadir, jadi saya memperkenalkan instruksi dan praktek tradisi transmisi oral Guru sebanyak saya bisa. Saya merasa tidak sehat dengan sesuatu yang seperti demam saat inisiasi dimulai, tetapi saya berbuat yang terbaik dengan keadaan ini. Akan tetapi, tetap saja hal ini mengganggu sesi ajaran saya dan benar merupakan sakit parah, jadi setelahnya saya bersantai, minum obat, beristirahat, dan 197
mengambil jeda dari bertemu tamu. Awalnya, saya berencana untuk pergi dengan kereta ke Mysore dan Mundgod di India Selatan pada tanggal dua bulan sebelas, ketika saya terlambat karena penyakit, pekerja Indian Airline mogok, dan berhentinya pekerjaan mereka membuat perjalanan tidak nyaman, jadi saya menunda pergi ke selatan dan beristirahat di Sarnath. Pada tanggal sembilan bulan dua-belas, inkarnasi muda yang mengiluminasikan kecenderungan dari Sera Jey Dänma Tängyä Rinpoche yang sebelumnya datang bertemu saya untuk pertama kalinya dan saya memberinya pentahbisan menengah dan sumpah biksu pemula. Saya memberi Sang tulku nama, Lozang Thubten Gyältsän. Pada tanggal lima-belas, saya pergi ke tepi Sungai Gangga dan berlatih emulasi Putra Pedagang Melakukan Irigasi. 220 Untuk mempersembahkan warna putih dan ribuan persembahan di hadapan tiga stupa utama di Nepal bagi mereka semua yang meninggal, saya mengirimkan empat-ribu Rupee India melalui Manajer Samling Tashi Gyältsän. Pada tanggal dua-puluh-tiga, saya meninggalkan Sarnath menuju Dharamsala. Saya berusia 64. Pada tanggal dua-puluh-dua Februari pada kalender barat tahun 1964 adalah hari pertama tahun Tibet macan kayu. Setelah pergi ke istana di Dharamsala atas untuk merayakan Tahun Baru, saya memiliki peruntungan baik untuk bertemu secara informal dengan Yang Mulia Dalai Lama di kediamannya. Pada tanggal dua-puluh-lima, dibiayai oleh Trehor Geshe Tamdrin Rabten, bersama dengan para meditator yang datang dari gunung pertapaan mereka di atas Dharamsala, saya memberikan Guru Puja Ganachakra sehubungan dengan Heruka. Hal ini tidak memerlukan penjelasan rinci. Pada tanggal dua-puluh-sembilan, Kyabje Yongzin Trichen Ling Rinpoche kembali ke Dharamsala dari Mundgod. Dalam perjalanannya, dia mampir ke kamar saya di sini dan kami bertukar salam Tahun Baru dalam pertemuan yang santai. Setelah itu, saya pergi ke kamar Ratö Chubar Rinpoche dan melakukan untuknya Gyältzong (Pengiriman Raja) ritual dengan cara Hayagriva. Pada tanggal lima-belas bulan dua, saya memberikan Inisiasi Umur-Panjang Tara Putih kepada kepala biara Mön Tawang Sera Jey Rikya Rinpoche dan rombongannya termasuk biksuni Swiss Angsema. Pada hari itu, saya memberikan Drepung Denma Lochö Tulku Rinpoche transmisi dan instruksi rinci mengenai Ajaran Generasi Pikiran Tertutup.221 Pada tanggal sebelas bulan empat, atas instruksi dari Yang Mulia Dalai Lama, dengan biaya dari kantor pribadinya, Tsänzhab Serkong Rinpoche dan Sangha Namgyäl Dratsang melakukan upacara umur-panjang untuk saya dengan ritual Heruka Putih Umur-Panjang. Saya juga menerima hadiah besar yang dibawakan oleh sekretaris pribadi Yang Mulia, Tarawachän. Pada tanggal sembilan bulan enam, saya memberikan Tsänzhab Serkong Rinpoche dan Loseling Dänma Lochö Rinpoche penjelasan mengenai Praktek Umur-Panjang Draminyän, Yamantaka Guru Yoga Ngödrub Tertzö (Harta Karun Siddhi) dan cabang-cabangnya, cara untuk mencapai aktivitas pencegahan dan peningkatan, perlindungan Manjushri damai dan murka, dan instruksi untuk memperbarui samaya yang merosot dengan mengandalkan Lima Keluarga Yama, dll. Pada malam tanggal sepuluh, saya bermimpi Dalai Lama sebelumnya datang ke kamar saya dan, agar tidak ada kuda-kuda dan kerbau yang menghalangi jalan, monyet hitam besar, seperti seekor yeti, datang menggoyangkan sebuah mala seperti memainkannya. Moyet itu menghilang, dan kemudian, di pintu kediamannya, pengawal mengangkat tirai di pintu dan saya dengan hormat menyambut Dalai Lama ke-13. Tersenyum, dengan dua tangannya, dia memberi saya satu mangkuk yang dipegang dengan selendang upacara khatak dan torma merah. Saya dengan hormat memberikan hadiah untuknya. Salah satu dari pelayannya menempatkan di hadapan saya baskom bundar besi berisi daging segar berlemak, diantara hadiah dari Yang Mulia. Hari itu, saya mengkomposisikan 198
pujian untuk ritual Kemakmuran dan Keberuntungan yang dilakukan dengan mengandalkan salah satu dari lima keluarga Gyalchen Dorje Shugden, Gyätzä (Peningkatan) jadi saya merasa bahwa ini adalah pertanda bahwa sang Dharmapala senang. Pada tanggal delapan-belas bulan delapan, Yang Mulia kembali ke Dharamsala setelah mengunjungi Switzerland untuk perawatan medis. Saya pergi untuk bersembah sujud untuk menyambutnya kembali dan, pada saat yang sama, dengan hormat permisi untuk pergi ke Mysore dan Mundgod di India Selatan. Saya senang mendengar bahwa kesehatan Yang Mulia baik dan semua aktivitasnya di barat telah berjalan baik. Pada tanggal tiga bulan sembilan, saya pergi ke Dharamsala dan menghabiskan hari berikutnya di kediaman Nyagre Käntrul Ngawang Geleg Rinpoche di Delhi. Keesokan paginya, saya mengambil penerbangan dan pada siang hari tiba di Bangalore. Dikawal oleh kepala biara Sera, Tulku Mongolia, kepala pemukiman Mysore dan lainnya, sore itu, kami pergi ke Biara Tashi Lhunpo yang baru, Kamp Dharma Bylakuppe, dan saya melakukan upacara pembukaan pintu bagi biara, meresitasi bait-bait keberuntungan dan seterusnya. Mulai tanggal delapan selama tiga hari, di Tashi Lhunpo dengan Sangha yang hadir di sana, saya melakukan ritual konsekrasi ekstensif dengan cara Yamantaka mengikuti tradisi Universitas Tantrik Tashi Lhunpo dan, sebagai konklusinya, saya memberikan delapan substansi keberuntungan dan meresitasi pujian bagi Tulku Mongolia dan penyandang dana biara yang berkumpul. Saya memberikan seribu Rupee India kepada biara di samping memberikan pelayanan dan distribusi bagi Sangha Tashi Lhunpo. Pada pagi hari tanggal sebelas, majelis umum Tashi Lhunpo memberikan saya ritual umur-panjang, dan pada sore hari, kepada sekumpulan besar Sangha Tashi Lhunpo dan juga Sangha yang telah datang dari Universitas Tantrik Gyume dan Sera, saya memberikan satu hari persiapan inisiasi TigaBelas Dewa Yamantaka, dan pada hari berikutnya, saya memberikan inisiasi sebenarnya. Pada tanggal tiga-belas, atas undangan Gyume Dratsang di Hunsur, saya pergi kesana. Mereka menempatkan saya di kediaman istana kecil Yang Mulia. Setelah beberapa waktu, atas undangan majelis umum Chatreng, saya pergi ke daerah tempat tinggal dan bertemu dengan mereka, memberi nasihat mengenai cara bertindak dan berbincang informal dengan mereka. Pada sore harinya, saya kembali ke istana. Pada hari dua, setelah memberikan transmisi seperti Pujian Tara, Mantra Enam-Suku-Kata, dan Doa Umur Panjang Yang Mulia Dalai Lama kepada sekitar dua-ribu masyarakat awam dan ditahbiskan di daerah pemukiman Hunsur, saya pergi atas undangan Sangha Tzonga Chöde, ke biara mereka dimana saya melantunkan bait-bait keberuntungan dan konskrasi dengan nada. Pada pagi hari tanggal lima-belas, saya memberikan jenang Pencapaian Umum Tiga Keturunan Je Tsongkhapa kepada Sangha dari Universitas Tantrik Gyume dan mendorong mereka untuk setia pada tradisi ajaran dan ritual dari guru-guru terdahulu tanpa mundur. Tahun sebelumnya, saya memberikan lima-ribu Rupee India untuk mengkonstruksikan bangunan baru untuk universitas dan pada saat itu, saya mempersembahkan teh dan roti kepada para biksu dan memberikan distribusi lima Rupee kepada setiap biksu dengan persembahan khatak. Pada sore hari, saya meninggalkan Hunsur dan dalam perjalanan mampir ke Biara Tegchen Chöling di Kamp Nomor Dua Bylakuppe. Setelah melakukan pembersihan dan konsekrasi di sana, rosari emas Sangha dari Kamp Dharma Tegchen Chöling mengantar saya ke kediaman yang telah mereka siapkan untuk saya di Perpustakaan Dratsang. Atas permintaan tahun sebelumnya dari Sera Jey Dänma Geshe Ngawang Legdän, mulai tanggal tujuh-belas, di aula pertemuan utama Biara Sera, terutama kepada Sangha Sera, dan juga mereka 199
yang datang secara khusus dari Gyume dan Mundgod, sekitar delapan-ratus secara keseluruhan, saya mulai memberikan penjelasan pengalaman atas dasar akar teks dari Guru Puja dan Penjelasan Besar oleh Kachen Yeshe Gyältsän. Selama enam hari, seperti yang dikatakan dalam Bagasi Kebijaksanaan, Beberapa mengambil tanggung-jawab untuk mengajar sementara yang lain, Tidak mengajar dan mencapai banyak. Bunga bambu tidak memiliki buah, Bunga kenari diberkati buah. Dengan hanya sifat bunga bambu, pria tua ini, berusaha dengan tampil seperti guru yang mengerti Dharma, mengajar setiap siang dari pukul satu sampai enam. Pada pagi hari tanggal delapan-belas, majelis umum Sera, Asosiasi Gelug dan Geshe Legden, bersama membiayai semua Sangha untuk melakukan ritual umur-panjang Sistem Sutra dengan katakata kebenaran dan hujan bunga, mematangkan pendukung kehidupan abadi. Setelah mempersembahkan seribu Rupee India untuk mengkonstruksi aula pertemuan baru untuk Sera, kali ini saya memberikan para biksu teh dan roti dan lima Rupee India dengan khatak. Pada pagi hari tanggal dua-puluh-dua, saya memberikan transmisi umum Pujian Tara, Samayavajra, dan seterusnya kepada praktisi Sekolah Terjemahan Lama dan Baru di Kamp Mysore. Pada tanggal dua-puluh-tiga, seperti yang diminta oleh Sera Jey Dratsang, kepada majelis Sangha saya memberikan jenang Nöjin Chamdräl dan, atas permintaan Samlo Geshe Lozang, saya memberikan transmisi Abhisamalankara dan Madyamakavatara. Saya menanamkan kesan kepada Sangha mengenai perlunya mengambil tanggung-jawab atas tindakan sempurna menjelaskan, belajar, dan berpraktek seperti hiasan ajaran. Hari berikutnya, atas undangan Sera Mey Dratsang, saya pergi ke perpustakaan dan setelah upacara keberuntungan singkat, seperti yang disiapkan oleh Pomra Kangtsän, mengundang oracle Panglung Gyalchen Dorje Shugden Dharmapala dan rombongannya, menanyakan nasihat dan beberapa pernyataan. Pada tanggal dua-puluh-lima, saya pergi ke Kamp Dharma Sera dan melakukan konsekrasi di Perkantoran dan cabang-cabang Kamp Mysore yang baru dan juga konsekrasi Wihara Kamp Nomor Satu. Sore itu, saya naik kereta ke stasiun kereta utama di Mysore. Hari berikutnya saya tiba di Hubli dimana saya disambut oleh barisan emas kepala biara, lama, tulku, Sangha umum, muridmurid dan masyarakat umum. Pertama-tama, seperti yang diatur oleh dewan pelaksana Ganden, kami berkumpul di aula pertemuan utama dimana kami memberikan nasi dan setiap dewan pelaksana Dratsang memberikan tiga dasar, khatak, dan seterusnya. Kemudian, saya tiba di kamar baru saya, Puntsog Rabtän, dimana, lagi, dewan pelaksana Ganden dan Drepung dan banyak perwakilan masyarakat dan individu pribadi datang untuk menyambut saya; benar-benar penyambutan meriah bagi individu berpandangan pendek seperti saya. Pekerja konstruksi telah dipanggil ke Shartse Dratsang dan, mengambil tanggung-jawab besar, kepala pembangun, Nyagre Geshe Jampa Rabjor mengerjakan konstruksi dengan seksama dan semua altruisme, tidak mempedulikan lelah. Dia juga dapat diandalkan dan mampu. Saya mulai berusia lanjut, ditekan oleh beban usia tua, dan waktu matahari tahun-tahun kehidupan saya terbenam di gunung barat semakin mendekat. Akan tetapi murid-murid dan penyandang dana yang vokal, karena keyakinan, kesetiaan, dan samaya, menganggapnya penting untuk tujuan jangka panjang dan keberuntungan untuk kegunaan jangka pendek maupun jangka panjang datang untuk meminta nasihat saya mengenai pembangunan kediaman saya yang baru di Mundgod, India Selatan dekat dengan aula pertemuan utama di Ganden dan universitas dimana saya memiliki hubungan. 200
Semua setuju bahwa hal ini harus dilakukan. Bagi saya, tidak akan ada lagi rumah tamu dimana saya menghabiskan satu malam. Tetapi karena saya melihat ada alasan dan tujuan lain untuk melakukannya, seperti yang dikatakan Je Karag Gomchung, Tidak pergi ke biara atau pertapaan Dan membangun sebuah rumah kegelapan samsara adalah kesalahan! Tidak bermaksud berpraktek sendiri adalah yang paling berarti, Sementara mengajar Dharma di tengah samsara, juga merupakan kesalahan! Seperti yang dikatakannya, ini adalah hasil dari memutar roda kesalahan keras kepala dari meyakini penampakan dalam hidup ini adalah benar adanya. Seperti yang dikatakan Pelindung Nagarjuna, Beberapa yang sangat bodoh, Melupakan kematian, Dan memulai banyak aktivitas, Apakah ini bukan penipuan mara? Kemunafikan dari tidak mempraktekan apa yang kau ajarkan, sendiri, dengan telanjang menampakan kesalahanmu! Pada tanggal tiga bulan sepuluh, murid-murid di rumah saya membiayai kedatangan biksu ritual yang dipimpin oleh Zemey Rinpoche untuk melakukan ritual umur panjang keberuntungan bagi saya dengan Guru Puja Ganachakra yang ekstensif. Pada saat itu, masyarakat Chatreng juga memberikan hadiah keberuntungan berupa sumbangan bagi Ganachakra. Pada hari yang sama dewan pelaksana Ganden dan Drepung, dan lainnya yang datang secara khusus, termasuk kepala biara dari dua universitas Me dan Je Biara Sera, memberikan hadiah keberuntungan untuk rumah saya yang baru. Suatu hari saya meminta untuk mengundang Dulzin, Gyalchen Dorje Shugden Damai. Dia berkata mulai hari ini, semua akan sangat baik bagi saya untuk menyebarkan sistem sempurna Manjushri Tsongkhapa dan saya harus melakukan puja agar kesehatan saya stabil. Pada tanggal Sembilan, di aula pertemuan utama Ganden, saya memberikan teh dan nasi dan memberikan tiga Rupee dan khatak kepada Sangha Ganden dan juga lama, tulku, dan para biksu yang datang dari Sera untuk menghadiri sesi ajaran, kami mengundang dia yang sifatnya adalah Vajrasattva yang meresap, Kyabje Yongzin Trichen Ling Rinpoche yang tertinggi, untuk menjadi tuan Ganachakra. Kami memberikan lima-ratus awan persembahan dan Guru Puja Ganachakra, meminta kepada Rinpoche untuk tetap bersama kami secara permanen sampai akhir kalpa, dan memberikan persembahan yang sebenarnya. Saya menyelesaikan koleksi keberuntungan meresitasi bait-bait dari setiap delapan substansi keberuntungan dan seterusnya. Setelah itu, Trichen Rinpoche dan rombongannya datang ke kamar saya dimana saya tinggal. Dia memberi saya hadiah untuk konstruksi rumah yang baru, kami bersantai bersama dan saya menawarkan makanan. Pada sekitar waktu ini, saya juga memberikan teh dan roti, dan tiga Rupee distribusi kepada biksubiksu dari Ganden Jangtse Dratsang dan memberikan persembahan umum dari tangka lukisan besar Je Tsongkhapa dan dua muridnya dengan brokat penutup atas dan bawah berwarna kuning mawar dan pelangi. Di Shartse Dratsang, di samping distribusi yang disebutkan sebelumnya, saya memberikan Sembilan tangka Buddha Shakyamuni, Enam Hiasan dunia, dan Dua Yang Utama. Ini adalah tangka yang saya terima dari pedagang yang telah datang dari Lhasa ke Nepal. Mereka memiliki brokat atas dan bawah dari desain mawar Rusia yang dikenakan oleh Dalai Lama ke-13 Thubten Gyatso, dengan spanduk merah tua Varanasi, dan sutra kuning berbintik merah dan sutra merah tua sebagai kain penutup, dan perak Tiongkok sebagai tongkat untuk menggulung mereka keatas.
201
Saya juga memberikan kumpulan karya Panchen Lozang Chögyän dalam edisi lima jilid yang dicetak dengan kertas Tiongkok, dan sepasang sil simbal Tiongkok yang sangat antik. Kepada Dokang Kangtsän saya memberikan sepasang simbal bersuara bub awan EVAM. Bagi majelis penuh biksu dari Biara Drepung, di samping distribusi yang disebutkan sebelumnya, saya memberikan sumbangan seribu Rupee India untuk membangun aula pertemuan utama yang baru. Kepada sekitar enam-puluh biksu dari Sakya Dratsang, di samping distribusi yang disebutkan sebelumnya, saya memberikan persembahan umum dua-ratus Rupee India. Bagi sekitar tiga-puluh biksu yang hadir di Nyingma Dratsang, di samping memberikan distribusi yang sama, saya juga memberikan persembahan umum dua-ratus Rupee India. Pada pagi hari tanggal enam-belas saya pergi ke Kamp Dharma Drepung. Saya disambut oleh Sangha dari Universitas Drepung Gomang dan Loseling. Di aula pertemuan Gomang, Dewan Pelaksana Drepung dan dua Dratsang memberikan Tiga Dasar dan khatak dalam upacara keberuntungan dengan teh, nasi, dll. Setelah itu, di lapangan Dharma Drepung Loseling, dengan Kyabje Yongzin Ling Rinpoche Labrang membiayai distribusi, Ganachakra dan seterusnya, dengan Trichen Ling Dorjechang sendiri memimpin seluruh Sangha Drepung bersama dengan Lama, Tulku, dan Sangha dari Sera yang datang untuk menghadiri ajaran Lamrim, memberikan saya ritual umur-panjang dengan Guru Puja. Trichen Dorjechang, sendiri, meresitasi kata-kata keberuntungan dengan persembahan delapan substansi keberuntungan, dan seperti jika ada pengecualian dari asersi Sang Buddha bahwa ‘Semua hal persenyawaan harus tidak permanen!’ Setelah kami pergi ke Ling Labrang dan, sebagai upacara penghangatan rumah baru, saya memberi hadiah selamat kepada Rinpoche dan rombongannya dan labrang melayani rombongan saya dan saya makan siang dengan berkecukupan. Pada tanggal delapan bulan sebelas, atas biaya gabungan dari Kamp Tibet Mundgod Biara Ganden dan Drepung, Sakya dan Nyingma Dratsang, dan masyarakat memberikan saya ritual umur-panjang yang ekstensif untuk saya dan Yongzin Trichen Ling Rinpoche bersama di lapangan Dharma Loseling dengan Guru Puja Ganachakra. Majelis penuh dari penduduk asli dan pengunjung dari luar meresitasi kata-kata keberuntungan kebenaran. Pada pagi hari tanggal tujuh-belas, atas dorongan Dewan Pelaksana Biara Drepung, di lapangan Dharma Drepung Loseling, saya memberikan jenang Vajravidaran kepada majelis Sangha dan masyarakat pemukiman. Pada sore hari, atas permintaan Loseling Dratsang, saya memberikan instruksi penjelasan mengenai Tujuh Poin Pelatihan Pikiran. Pada hari berikutnya, Loseling Dratsang melakukan ritual Kemenangan Atas Tuan Kematian bagi Kyabje Trichen Ling Dorjechang dan diri saya bersama-sama sehubungan dengan Guru Puja Ganachakra. Atas permintaan Ganden Shartse dan Jangtse Dratsang, di aula doa utama, mulai dari tanggal dua-puluh selama tiga hari, kepada lebih dari seribu aspiran, terutama Sangha dari Ganden dan Drepung dan juga Sangha yang telah datang dari Biara Sera dan seterusnya, saya memberikan inisiasi besar ekstensif dengan hari persiapan mengenai sistem Nagarjuna Akshobyavajra Guyhasamaja dan Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava. Pada pagi hari tanggal dua-puluh-tiga, di aula pertemuan utama, dibiayai oleh Dewan Pelaksana Ganden, Sangha umum melakukan ritual umur-panjang sistem Sutra bagi Kyabje Trichen Rinpoche dan saya bersama-sama, menghujani kami dengan berkat aspirasi Sangha yang tak terhancurkan. Pada sore hari Tri Rinpoche dan saya, kepala biara Ganden Shartse dan Jangtse, lama, tulku, dan geshe bersama dengan biksu ritual melakukan ritual dengan lantunan untuk mengkonsekrasi aula pertemuan utama dan obyek sucinya, menaburkan bunga stabilitas luar biasa. Pada tanggal lima, seperti yang diminta pertapa Chatreng Sönam Lozang Tharchin, demi akar kebaikan dari almarhum
202
Lozang Bumkyi, saya memberikan secara ekstensif Empat Inisiasi Berkat Vajrayogini Sindhura Mandala kepada seluruh majelis yang hadir untuk inisiasi Vajrabhairava dan Guyhasamaja. Hari berikutnya, atas permintaan Chatreng Apo Zöpa Togme sebagai akar kebaikan dari almarhum Gelong Yeshe Gyältsän, saya memberikan jenang Pengaturan Vertikal Buddha Pengobatan222 dan inisiasi Je Tse Tzinma (Je Tsongkhapa Umur-Panjang) kepada sekumpulan besar masyarakat awam dan ditahbiskan. Pada tanggal satu bulan dua-belas, Perkumpulan Kebudayaan Kesejahteraan Ganden mengadakan rapat besar untuk memberikan penghargaan gelar lharampa atau ngagrampa kepada Kyabje Yongzin Tri Ling Rinpoche, diri saya, dan semua sekolah lama dan baru yang telah mengambil ujian geshe dan tantrik, baik dahulu di Tibet atau kemudian di India. Di aula utama berkumpulah dari tiga kedudukan monastik kepala biara dari universitas tantrik, dan seluruh Sangha. Dengan Samdong Tulku memimpin rapat, kepala biara Namgyäl Dratsang memberikan pidato pembukaan sehubungan dengan diberikannya kepada Tri Rinpoche dan saya dokumen Geshe kami, medali emas dan khatak. Para geshe menerima dokumen geshe mereka, rangkaian bunga dan khatak sutra. Kemudian, Tri Rinpoche dan saya didudukan di tahta, dan majelis umum, masyarakat dari kamp Mundgod dan lainnya memberikan persembahan keberuntungan dan, dengan resitasi kata-kata kebenaran, acara ini ditutup. Pada tanggal tiga, di aula pertemuan utama Ganden, Perkumpulan Kebudayaan Kesejahteraan Ganden memberikan kepada Kyabje Yongzin Tri Rinpoche dan saya ritual umur-panjang sistem Sutra, menaburkan bunga dengan kata-kata kebenaran untuk umur-panjang yang tak tertaklukan. Pada pagi hari tanggal delapan, atas permintaan Gomang Dratsang, Kyabje Yongzin Tri Rinpoche dan saya, bersama dengan Sangha umum, melakukan konsekrasi aula pertemuan dan obyek terberkati, dengan menaburkan bunga stabilitas yang luar biasa. Pada sore hari di pemukiman Mundgod, perkumpulan Drama datang kepada Tri Rinpoche dan saya untuk bertanya apakah boleh mereka memberikan kami pertunjukan opera. Atas desakan mereka, kami setuju dan kemudian, di depan istana Yang Mulia di taman, kami menonton pertunjukan opera selama dua jam yang diambil dari cerita Raja Dharma Norzang. Kami memberikan hadiah penghargaan kepada para aktor juga. Bagi saya opera adalah, untuk mengutip dongeng Jataka, Sayangnya, makhluk duniawi adalah sementara, Mereka tidak tinggal, dan tidak bahagia. Bahkan bunga kumuda yang indah Tidak akan tersisa kecuali sebagai sebuah kenangan! Saya mendapatkan diri saya mengenang dan menyebutkan kata-kata ini. Tidak hanya pada saat ini, tetapi ketika sebelumnya saya tinggal di Norbulingka di Lhasa, membawa gelar Guru [dari Dalai Lama] dan Tsänzhab–Partner Diskusi [Dalai Lama], ketika saya harus menghadiri acara kebudayaan di Festival Opera Musim Panas Lhasa selama empat hari, saya juga terus mengingat baris-baris ini dari Jataka; Hal ini menjaga saya dari stimulasi berlebih yang disebabkan pertunjukan. Ketika Shartse dan Jangtse Dratsang mengadakan pertukaran Abhidharma selama dua hari, saya pergi untuk mengamati. Debatnya terutama mengenai permutasi mu zhi (empat kemungkinan)223, dalam Abhidharma. Karena sudah bertahun-tahun sejak ujian geshe saya, untuk mengingat topik seperti Abhidharma adalah, seperti yang dikatakan Shantideva dalam Cara Hidup Bodhisattva, Saya telah mempelajari, merenungkan dan bermeditasi, tetapi, Seperti air di vas bocor, Ia tidak tinggal dalam ingatan saya! 203
Seperti yang dia katakan, kelupaan telah mengambil sebagian besar ingatan saya mengenai subyek ini, dan saya tidak mendiskriminasi diantara baris-baris penalaran. Saya memberikan hadiah simbolis kepada setiap pemula dari dua universitas tergantung dari seberapa banyak Abhisamayalankara, Madyamakavatara, atau keduanya yang telah mereka hafal, dan saya mendorong mereka untuk bertahan dalam pelajaran mereka. Pada tanggal lima-belas, saya memberikan pentahbisan awal dan menengah kepada sekitar limapuluh biksu muda dari universitas Shartse dan Jangtse termasuk Ganden Jangtse Para Tulku. Pada tanggal dua-puluh-delapan pagi, saya meninggalkan Mundgod dengan mobil sampai sejauh Belgam dan kemudian naik penerbangan ke Delhi dengan transit di Bomdilla, dan pergi ke kediaman Lama Mongolia. Saya berusia 75. Pada tanggal 11 Februari 1975 kalender barat adalah hari Tahun Baru tahun Tibet kancil kayu. Saya merayakan upacara tahun baru secara sederhana agar tidak melewati bagian keberuntungan, dan pejabat dari Pemerintah Tibet di Delhi dan Museum Tibet datang mengunjungi saya untuk keberuntungan. Saya meninggalkan Delhi pada sore hari tanggal enam dan tiba kembali di kamar saya di Dharamsala. Hari berikutnya, saya bersujud di kaki teratai Yang Mulia Dalai Lama dan dia memberkati saya dengan kelegaan karena mendengarkan suaranya, tawanya dengan ribuan kelipatan cahaya putih dari bulan yang tersenyum. Pada tanggal tiga bulan dua, Tuan Yongzin Trichen [Ling] Dorjechang yang meresap tiba dari Bodhgaya ke Dharamsala dan menghormati kediaman saya dengan kunjungannya. Kami bertukar khatak keberuntungan untuk merayakan Tahun Baru dan bertemu santai. Pada tanggal empat, seperti yang diminta oleh Pasang Lhamo-la demi akar kebaikan almarhum pendukungnya Karma Wangchug, di wihara Tegchen Chöling di Dharamsala atas, saya memberikan inisiasi hari persiapan Lima-Dewa Heruka Chakrasamvara dari sistem Ghandapa, dan pada hari berikutnya saya memberikan inisiasi yang sebenarnya. Yang hadir terdiri dari enam-ratus dan limapuluh aspiran pria dan wanita termasuk kepala biara, lama, tulku, dan geshe dari tiga kedudukan monastik, universitas Tantrik, dan Tashi Lhunpo, pertapa yang sudah melepaskan, Sangha yang merupakan penduduk asli dan juga mereka yang berkumpul dari tempat lain. Satu hari setelahnya, bagi lima-ratus dan enam-puluh peserta yang berkomitmen untuk meresitasi Heruka Yoga dari Tiga Pembersihan setiap hari tanpa kegagalan, saya memberikan inisiasi Tubuh Mandala dari sistem Ghandapa [Heruka]. Selama dua-belas hari, mulai dari tanggal delapan kumpulan besar orang di lantai atas Perpustakaan Ganchen Kyishong, bagi seratus dan delapan-puluh-tiga orang yang berkomitmen untuk meresitasi sadhana Tubuh Mandala ekstensif setiap hari tanpa jeda, saya memberikan penjelasan pengalaman mengenai praktek tahapan generasi dan penyelesaian dari tubuh mandala Heruka. Pada akhir sesi, saya memberikan penjelasan mengenai bagaimana memperpanjang usia dengan mengandalkan resitasi vajra dengan menggabungkan angin-energi dari praktek Umur-Panjang Heruka Putih. Seperti yang dikatakan Panchen Lozang Chökyi Gyältsän: Menginstruksikan orang lain untuk mempraktekan yang tidak saya lakukan, Saya merasa malu dihadapan mereka yang memiliki mata kebijaksanaan. Tetapi dikatakan bahwa bermakna bahkan walau hanya Meresitasi kata-kata ajaran para Sugata! Seperti yang diyakini oleh Pendiri yang tak tertandingi… 204
Seperti shravaka yang memproklamasikan apa yang ia dengar, dengan kata-kata menyenangkan dari tuan saya, ayah Guru yang baik, maksud murni dicapai. Di samping itu, seperti yang dikatakan dalam Empat-Ratus Bait [Aryadeva] mengenai Madyamaka: Bila seseorang menjadi gila Dari kurangnya stabilitas mental Apa yang akan dikatakan orang bijaksana Bahwa samsara ini tidak gila? Karena itu, walaupun sadar, diri saya, bahwa saya tidak memiliki kualitas pengetahuan dan keahlian sedikitpun untuk dapat menjadi seorang guru bagi orang lain, ada banyak dari semua tingkatan masyarakat dimana kuningan tua seperti saya terlihat seperti emas dan karena pujian dan rasa hormat mereka kepada saya, pikiran saya tidak tinggal dalam realitas dan tetap tertipu, seperti seorang yang gila. Pada saat ‘akhir zaman’ ini ketika ‘semua berjalan’ dalam ‘bertindak’ seperti seorang lama, seperti yang dikatakan Longchenpa sang Maha Tahu: Tidak mengenal kumpulan dari berbagai macam orang Untuk menipu, bising oleh keributan mara, Sementara berpikir seseorang telah menolong orang lain dengan mengajarkan mereka Dharma; Saya meragukan bahwa hal ini akan bekerja dengan gaya hidup seperti itu! Dan seperti yang dikatakan Kadampa Geshe Shapo Gangpa, Berharap menjadi guru orang lain, Sementara kesadaran saya sendiri kurang, adalah sangat salah; Kelakuan rendah saya bukanlah Dharma mulia! Seperti itu juga, tidak diatas karma, kehidupan saya hanyalah seorang manusia biasa yang dihabiskan dalam permainan ilusi yang tidak sesuai dengan Dharma atau duniawi dan tidak berharga untuk dicatat seperti biografi dari makhluk suci lainnya yang menimbulkan keyakinan dan kekaguman ketika kamu melihat mereka. Tetap saja, saya menulis ini untuk memenuhi keinginan mereka yang, dari dahulu dan kemudian, mendorong saya untuk menulis otobiografi saya, dan khususnya Dragyab Chetsang Chogtrul Rinpoche yang, ketika saya temui, berkata bahwa saya harus menyelesaikannya dengan segera karena dia mau mempublikasikannya dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Lebih jauh lagi, ketika orang lain bercerita mengenai kehidupan saya, sepertinya banyak cerita yang tidak definitif yang termasuk cerita berlebihan yang tidak benar atau minimalisasi berdasarkan desasdesus dan kabar angin atau keinginan pembicara sendiri secara individu. Karena itu, saya tidak merasa pantas bagi saya untuk dengan sesuka-hati dan alami, bagi mereka yang bebannya tidaklah sama seperti milik saya, cerita kehidupan saya yang tidak difabrikasi, dengan semua fluktuasinya dari karma yang baik dan buruk dalam penampakan hidup ini yang menipu. Setelah meninggalkan keadaan yang tak tertahankan di Lhasa pada tahun 1959, saya tidak memiliki sumber cerita selain ingatan saya yang jelas dan salinan catatan yang dibuat oleh Palden; karena itu, karena telah melupakan banyak hal, saya tidak dapat menghubungkannya dengan sangat rinci. Sejak tiba di India, banyak waktu yang telah dibuang dalam kesibukan terus-menerus. Karena itu, mempertimbangkan hal ini telah mencapai panjang yang pantas, saya bernama Lozang Yeshe Tenzin Gyatso, dalam baris inkarnasi Ganden Tripa Jangchub Chöpel, pada usia tujuh-puluh-lima, telah meletakan cerita saya sampai bulan dua tahun Tibet kancil kayu, pada tahun 1975 di kalender barat. Karena itu juga, banyak butiran mala kehidupan yang telah berlalu, masih saja, seperti yang dikatakan Guru Tibet Mipam Geleg: Pembentukan karma adalah seperti pertunjukan sebuah film, 205
Kebahagiaan dan penderitaan, seperti roda kereta, Saya mengetahui ini sebagai sifat dari penampakan samsara Tetapi karma yang tidak fleksibel adalah beban saya! Karena itu, kami dapat mendengar dan melihat langsung bahwa semua pembentukan karma adalah tidak permanen dan terdisintegrasi, dan semua tempat samsara, tubuh, dan kenikmatan adalah sifat penderitaan, seperti yang dinyatakan dalam kitab suci. Akan tetapi, permainan menipu dari pikiran tua keras kepala ini dibawah pengaruh menangkap hal-hal sebagai permanen dan benar ada menyebabkan saya hanya melakukan tindakan-tindakan yang mencuri hidup dari jalan kebebasan, dan semua kepandaian yang akan memotivasi saya ke dunia tidak mengalami perbaikan sedikitpun. Saya percaya bahwa hal ini hanyalah beban saya untuk mengalami penyebaran jejak dari kebiasaan terdahulu terkait tindakan negatif. Dalam kota ilusi kebahagiaan yang tidak diperiksa Ada ribuan pertunjukan ilusi dari delapan Dharma duniawi, Tontonan luar biasa, berlomba tanpa waktu luang, seperti kilat, Untuk melihatnya, sang kakek heran, apakah ini adalah emanasi Brahma? Semoga kebaikan berkembang! -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Footnotes: 1.
Berlawanan dengan keyakinan umum, Ganden Tripa (dan bukan Dalai Lama) adalah pemegang tahta dari aliran Gelugpa. Kedudukan ini meritokratis, yaitu seorang Ganden Tripa dipilih, dan mereka tidak bereinkarnasi ke posisi mereka.
2.
Dua set dari sepuluh kualifikasi seorang guru yang disebutkan dalam Lima Puluh Bait Pengabdian kepada Guru, satu untuk Sutra, satu untuk Tantra,
3.
Makan, tidur, dan buang air besar
4.
Guru utama Trijang Rinpoche adalah Yang Mulia Kyabje Pabongkha Dechen Nyingpo. Setelah menerima ajaran 24 hari mengenai Lamrim, berdasarkan penjelasan dan komentar Pabongkha Rinpoche, Trijang Rinpoche menulis Kebebasan adalah di Telapak Tanganmu
5.
Syal sutra upacara berwarna putih dipersembahkan oleh orang Tibet sebagai tanda penyambutan dan penghormatan kepada Guru kita, tetua atau orang yang berkuasa
6.
Ini adalah gangguan yang menghalangi atau mencemarkan praktek spiritual kita: Menginginkan keuntungan materi, menghindari kerugian materi; menginginkan pujian, menghindari disalahkan menginginkan untuk diterima, menghindari penolakan; menginginkan kenyamanan, menghindari ketidak-nyamanan.
7.
Dalai Lama, pemimpin sementara dan spiritual Tibet, adalah emanasi dari Avalokitesvara (bahasa Tibet: Chenrezig)
8.
Dan juga melihat visi Manjushri, Tsongkhapa dianggap satu dengan Manjushri, berbagi aliran pikiran yang sama.
9.
Kepala dari Biara Tsäl Gungtang
10.
untuk menerima sebuah inisiasi adalah menerima transmisi penuh, ajaran dan pemberdayaan untuk mempraktekan ajaran-ajaran yang lebih tinggi.
11.
Dalam tradisi pengembara yang dilakukan oleh banyak warga Tibet, tsa-tsa adalah rupa dewa yang portable yang biasanya dibuat dari tanah liat yang dipanggang. Sebagai salah satu dari praktek pendahuluan, orang Tibet akan membuat 100,000 rupa yang datar di sisi belakang ini.
12.
Bhumpa merujuk pada vas umur panjang yang biasanya digunakan dalam ritual agama Buddha di Tibet.
13.
Kyabje Trijang Dorjechang mengatakan dengan sederhana ‘guru terdahulu’ tetapi artinya adalah guru terdahulu yang diakui
14.
Pelayan utama seorang Lama, yang mengurus segala hal sekuler lama tersebut.
15.
Sadül Gedün Dragpa sebelumnya telah memegang payung bagi sang Ganden Tripa.
16.
Juga dikenal sebagai Monlam
17.
Sama dengan gelar Doktor di institusi pendidikan tinggi barat. untuk mendapatkan gelar Geshe Lharampa bisa memakan waktu
sebagai inkarnasinya jadi saya menerjemahkannya seperti ini supaya lebih jelas.
20 tahun.
206
18.
Lamrim Chenmo – Tingkatan Jalan menuju Pencerahan. Teks yang lengkap ditulis oleh Lama Tsongkhapa yang mempresentasikan seluruh jalan yang dapat membawa praktisi menuju pencerahan.
19.
Dia menjadi Ganden Tripa setelah ini.
20.
“Kyabchog Dorjechang” adalah gelar kehormatan dan pemujaan tinggi yang bisa kita gunakan untuk merujuk pada guru kita karena kita sangat menghargai mereka. Dorjechang berarti “Vajradhara” yang artinya guru kita adalah satu dengan Vajradhara, yaitu tercerahkan sepenuhnya, dan makhluk kepada siapa kita bisa mengambil refuge. Kyabchog berarti “refuge utama”. Dalam hal ini, Trijang Rinpoche merujuk pada Pabongka Rinpoche.
21.
Cara lain untuk merujuk pada Pabongka Rinpoche.
22.
Salah satu dari dua universitas tinggi tantrik, yang satu lagi adalah Gyume
23.
Juga dikenal sebagai panduan bagi cara hidup Bodhisattva, ia adalah teks agama Buddha Mahayana yang terkenal tertulis dalam syair Sanskrit oleh Shantideva
24.
Juga dikenal sebagai Hiasan dari Kesadaran Yang Bening, Abhisamayalankara adalah salah satu dari lima kitab suci agama Buddha Mahayana yang ditulis dalam bahasa Sanskrit dimana Maitreya dikatakan menampakan diri pada Asanga
25.
Karakter yang penting dari tradisi Gelugpa, seperti yang didirikan oleh Lama Tsongkhapa, adalah kesadaran Dharma melalui investigasi dan pengertian. Akibatnya, ada tradisi kuat untuk berdebat di sangha, untuk mengeksplorasi dan memperdalam pengertian mereka akan teks.
26. 27.
Pakaian dari orang awam di Tibet Dewan otoritas dari pemerintah Tibet dikenal dengan Kanshag. Menteri (tiga sekuler, satu ditahbiskan) yang duduk di dewan dan bergelar Kalön
28.
Juga dikenal sebagai Norbulingka, kediaman musim panas tradisional dari Dalai Lama
29.
Nama lain dari Lama Tsongkhapa, pendiri aliran Gelugpa
30.
Kangyur, atau ‘Terjemahan Kata-Kata’ kanon agama Buddha dari Tibet. Mereka terdiri dari 108 jilid ajaran yang diberikan oleh Buddha Shakyamuni sendiri. Di samping kompilasi ini adalah Tengyur, atau ‘Terjemahan Perjanjian’
31.
Seseorang yang sebelumnya memegang kedudukan Ganden Tripa. Ganden Tripa yang sudah pension membawa gelar ini.
32.
Meru
33.
Jenang adalah “Memberikan izin untuk pemberdayaan”. Hal ini memberikan izin pada murid untuk membaca mantra dan melakukan meditasi sadhana atas satu dewa. Menurut kitab suci, sebelum menerima jenang, sang murid harus menerima wang (pemberdayaan lengkap) bagi dewa manapun yang tercakup dalam kelas tantra yang sama, sebelum menerima jenang.
34.
Madyamakavatara adalah teks yang ditulis oleh Chandrakirti di sekolah Jalan Tengah. Ini adalah penjelasan dari makna Mulamadhyamakakarika yang diajarkan oleh Nagarjuna dan juga sastra Dasabhumikasutra
35.
Utpala adalah bunga yang tumbuh di lumpur, seperti teratai. Simbol kemurnian, ia ditampilkan di tangka dan sebagai simbol dari banyak dewa, contohnya Tara
36.
Perwakilan dari kediaman dewa dan kondisi tercerahkan. Hal ini juga bisa merujuk kepada persembahan mandala yang merupakan simbol persembahan dari seluruh alam semesta.
37.
Diyakini bahwa ketika seorang Lama menampar seorang murid, hal ini adalah berkat yang dahsyat yang membantu untuk membersihkan halangan dan menanamkan benih karma yang kuat.
38.
bka bchu
39.
mi tsan, Ini adalah subdivisi yang lebih jauh, keluarga dalam Dratsang
40.
lu’u chun
41.
lnga bsdus: Lima topik termasuk planet, tanggal, konstelasi, persatuan, dan tindakan.
42.
zhag gsum: Ketiga hal ini adalah khyim zhag, satu per tiga-puluh waktu yang diperlukan matahari untuk menyeberangi tanda zodiak, nyin zhag, waktu yang diperlukan sejak matahari terbit sampai matahari terbit selanjutnya dan tses zhag divisi dari waktu yang proposional dengan bulan membesar dan mengecil.
43.
rtsis zhong: baskom dari kayu dimana perhitungan astrologi dilaksanakan.
44.
Kediaman angkasa Lama Tsongkhapa.
45.
Representasi dari pikiran makhluk tercerahkan.
46.
Liburan agama merayakan Buddha yang turun dari surga Tushita.
47.
Baju orang awam di Tibet.
48.
Format dari teks Tibet. Halaman-halamannya ditulis dalam lanskap mode, teks-nya dibaca dari kanan ke kiri.
49.
Pelajaran logika, dialek, dan filosofi.
207
50.
Penjelasan atas ajaran Buddha.
51.
Jigje, Vajra Bhairava, Pawo Chigpa, Inisiasi Pahlawan Terisolasi, dan Lha Chugsum, inisiasi Tiga-Belas Dewa Vajra Bhairava, Guyasamaja dari sistem Ayah Nagarjuna dari inisiasi Akshobyavajra, inisiasi Enam-puluh-dua Dewa Heruka dari sistem Luipa, inisiasi Lima Dewa Heruka dari sistem Gandipa, dan inisiasi dari Beliau yang Berkasih-Sayang Avalokitesvara dari sistem Bikshuni Palmo.
52.
Mempelajari Guru Madyamaka yang selanjutnya atau “yang lebih baru”, seperti Chandrakirti. Kemudian dari Madyamika kuno seperti Nagarjuna.
53.
Hal ini termasuk Empat-puluh-dua Rangkaian Mandala Vajra dari tradisi yang terdepan dari guru besar tanah Arya, Abhayakaragupta, juga dikenal sebagai Jigme Jungne Zhab; dan Tiga Mandala Yang Memberikan Kebahagiaan dan Kebaikan, Deleg su Jepay Kyilkor dalam tradisi yang ditekankan oleh Pandita Darpan Acharya, juga dikenal sebagai Droway Melong Zhab; Cermin Para Makhluk, seperti yang diajarkan oleh Kriya Samutsa.
54.
dbu ma rnying pa
55.
Lelaki tua umur panjang, pohon, batu, air, burung, dan rusa umur panjang
56.
Ayam hutan, kancil, monyet, dan gajah
57.
Dua jam mengemudi Utara Timur Lhasa. Reruntuhan dari Biara Kadampa abad ke-11 dari Yerpa Drubde terletang 100m di bawah gua di tebing putih. Gua-nya termasuk Tendrel Drubpuk berhubungan dengan Atisha dan Kadampa, Chakna Dorje Puk yang memiliki batu dengan rupa Vajrapani yang terbentuk secara alami, Jampa Lhakhang yang memiliki rupa Maitreya dari abad ke-13 bersama dengan delapan Bodhisattva, di bawahnya ada rupa Tuan dari Tiga Keluarga, Drubtob Puk gua Mahasidha, Chogyel Pug dimana Raja Songtsen Gampo bermeditasi di abad ketujuh, suatu ketika memiliki rupa sang raja dan Pelden Lhamo, Dawa Puk memiliki rupa dari Padmasambhava yang dipahat, rupa Ekajati yang terbentuk secara alami, dan cetakan kaki Padmasambhava dan murid-muridnya Lhalung Pelgyi Dorje, Lhalung Puk dimana Lhalung Pelgyi Dorje bersembunyi sebelum dan sesudah dia membunuh raja Langdarma yang murtad, dan Neten Lhakhang dikonstruksikan oleh Lu-me pada tahun 1011, sebelumnya memiliki rupa Buddha Shakyamuni dikelilingi enam-belas Arhat. Di bawah Neten Lhakhang adalah tahta batu yang digunakan oleh Atisha dan tempat mayat. Buku panduan Tibet, Gyurme Dorje, halaman 202-3, buku panduan cetakan kaki, e-mail
[email protected]
58. 59.
Waktu dalam satu bulan, apakah itu adalah hari libur keagamaan dan seterusnya. (Tibetan) Lama la kyab su chi wo Sangye la kyab su chi wo Cho la kyab su chi wo Gedun la kyab su chi wo (Indonesian) Saya mengambil refuge pada Guru, Saya pergi mengambil refuge pada Buddha, Saya mengambil refuge pada Dharma, Saya mengambil refuge pada Sangha (Sanskrit) NAMO GURUBYA NAMO BUDDHAYA NAMO DHARMAYA NAMO SANGHAYA
60.
ltung bshags
61.
byab khrus (jab trü)
62.
rtse shod, atas dan bawah, Jumlah
63.
tam rdo
64.
Dia kemudian menjadi Ganden Tripa, naik tahta emas pada tahun 1995
65.
Mngal bshol, ‘penundaan kehamilan’.
66.
gsang ston
67.
Keduanya, Lama yang sekarang dan yang terdahulu menjadi Ganden Tripa.
208
68.
Diterjemahkan dari fonetik Sanskrit dan Tibet seperti Melantunkan Nama Manjushri, Alex Wayman, Motilal Banarsidass Publishers Private Limited, 41 U.A. Bungalow Road, Jawahar Nagar, Delhi 110 007.
69.
Pujian Tara, (Dua-Puluh-Satu Tara 45 kali sebelumnya, sekarang ini, sepuluh kali) dan resitasi lain yang dilakukan di pertemuan para biksu seperti puja untuk menghilangkan kesulitan bagi proses belajar mereka dan pelatihan tsän nyi, logika dan dialek. .
70.
Shes rab brgya pa
71.
gtor chhen
72.
sgrub mchhod
73.
sbas don kun gsal
74.
sne ja
75.
stag phu’i dag snang bchu gsum
76.
Para lama ini termasung Buddha Vajradhara dua pendiri ajaran Tantrik Tagdrag Tritrul Rinpoche Ngawang Sungrab Tutob Tänpay Gyältsän Päl Zangpo, satu kelompok dua-puluh-satu lama dan tulku termasuk Kyabchog Dorjechang Pabongkapa Pälzangpo Chog, Kyabdag Kagyurwa Chenpo Lozang Döndän, Gomang Kangsar Dorjechang, Domo Geshe Rinpoche Ngawang Kälzang, Ön Gyälsä Rinpoche, Tsawa Özer Tulku, Tri Ngawang Norbu Rinpoche, dan Ganden Jangtse Tridag Rinpoche.
77.
sngags btu’i rje gnang
78.
rme ru
79.
rdo tsad, sama seperti 50 srang, flima sama dengan 250 srang.
80.
Semua biksu di dunia biara akan, pada suatu titik di kehidupan monastik mereka, memberikan persembahan kepada Sangha. Hal ini terutama dilakukan setelah seseorang menerima gelar geshe-nya, walaupun mereka yang tidak belajar untuk gelar ini juga dapat memberi persembahan ini.
81.
gnad smin sgrub
82.
rme o
83.
blo ba ‘go sba
84.
khrom thar
85.
ya zi skar bran
86.
gto
87.
mdos
88.
mi tsan, subdivisi kangtsän
89.
gchod stan thog gchig ma
90.
mda dpon
91.
de mo dgu ‘cham
92.
lam rim bsdus don, Lamrim singkat Je Rinpoche.
93.
dbu rtse’ gzim chung
94.
50 srang
95.
ye she kyung tra’ rjes gnang
96.
(rwa) dan (dpal)
97.
Yang Mulia Dalai Lama
98.
(spyan bsal)
99.
Benda-benda ini termasuk lima dharani yang ditempatkan di dalam pada tingkat bawah, tengah, dan atas, dan roda perlindungan Yaksha wanita dan pria; sejak jaman Dalai Lama ke-5 Iluminasi Matahari membersihkan kesalahan dalam Pengisian Mantra, dan Cermin Kristal,dari ajaran Changkya.
100. Tiga wihara utama di Tibet 101. Maitreya, Mipam Gönpo, Pelindung tak tertaklukan 102. sa-bön gyi yi-ge, i.e. surat untuk menetapkan keturunan inkarnasi Gän Rinpoche. 103. (gnyi spang lam) angin meninggalkan dua sisi saluran untuk memasuki saluran tengah. 104. vokal dan konsonan Sanskrit. 105. (a li la mo) ali adalah vokal Sanskrit, lamo berarti ruang, gunung, bumi, atau cepat. Kata-kata memodifikasi (dga glu) lagu kebahagiaan. 106. Biara Kagyü didirikan pada tahun 1121 oleh Gampopa Dagpo Lhaje di tempat kekuatan ‘’pemimpin para raksasa’, oleh Raja Songtsän Gampo dan bertransformasi menjadi penyimpanan terma oleh Padmasambhava.
209
107. Ngachö tratsang, Ganden Chökor, Wihara Namgyäl, kelompok Nedong Tse, Biara Bäntsang, Tradrug Tsuglakang, Riwo Chöling, Yambu Lagang, beberapa altar di Yarlung, Lharu Mänpay Gyälpo, Tagchän Bumpa, Tashi Chöde, Gua Rechungpa, Tangpoche, dan kuburan Raja Songtsän Gampo, beberapa altar di Biara Chänyä sampai Buddha Obat Rinchen Dawa, altar gunung sampai ke Buddha Obat Tönpa Tsänleg Yongdrag, Chong Gyä Riwo Dechen, Göntang Bumo Che, Tsäntang Yü Lhakang, gua praktek Sheldrag dan wihara Jasa. 108. (mchan bzhi sbrag) 109. termasuk mereka yang terkenal sebagai penopang ajaran seperti Sera Jey Dragri Chogtrul Rinpoche, Sera Mey Kongpo Shartrul Rinpoche, Guru pertama dari Chabdo Tsän-nyi Tratsang Sera Jey Tsawa Geshe Jampa Tayä yang baru didirikan, dll.) 110. Dia memberikan penjelasan mengenai sistem mengajar yang meliputi bagian esensial dari ajaran Buddha, sistem dari dua pelapis jalan, Nagarjuna dan Asanga, pintu masuk satu-satunya bagi makhluk yang beruntung yang diberkahi dengan empat kebesaran, yang khususnya ditandai dengan tiga karakteristik, pelita yang mengiluminasikan tiga alam, Lamrim Chenmo. 111. (mchan bu bzhi) 112. dbu ma snying po 113. hal 202 baris ketiga, ada salah penulisan Shravasti sebagai ‘gnyan yod,’ dalam bahasa Tibet, disebut nyän yö seharusnya ditulis dengan ‘mnyan yod’ dengan penyebutan yang sama. 114. (stag mo lus sbyin) tagmo lujin, “Tubuh yang diberikan kepada Macan Betina’ Dimana Buddha di masa mendatang, sebagai Bodhisattva, memberikan tubuhnya kepada macan betina dan anak-anaknya yang kelaparan. Sang macan betina kemudian menjadi pelayan wanita yang mempersembahkan bubur susu berkualitas tinggi setelah pengasingannya dan sebelum mendemonstrasikan pencerahan, dan anak-anaknya menjadi murid-murid pertama Buddha. 115. Persembahan dupa bagi semua dewa pelindung dunia secara umum. 116. Dalam tradisi agama Buddha, tanda penghormatan terhadap seorang guru adalah dengan menempatkan bagian tubuhnya yang paling bawah (kakinya) di atas kepalamu. Hal ini menandakan rasa rendah hati dan mendemonstrasikan ketaatan terhadap ajaran dan bimbingannya. 117. (dga’ ldan sprul pay glegs bam) Ganden trulpay legbam 118. (‘bral med mcchod rten) dräl me chötän 119. Istana musim panas Dalai Lama. 120. Hal ini termasuk inisiasi dan jenang Lima Dewa Tsugtor Drime (Ushnishavimala), Lima Dewa Özer Drime (Prabhavimala) dan Amitayus Umur Panjang dari sistem Machig Drubpay Gyälmo, Beberapa Dewa Damai, beberapa dewa murka dan Sembilan dewa putih yang dibawa Rächungpa dari India. 121. Puja Umur-Panjang Ganachakra untuk menghentikan Undangan Dakini dengan cara praktek Heruka Putih Umur-Panjang: ketika sebuah puja dilakukan untuk ‘menghentikan undangan dakini. Hal ini untuk memohon pada dakini (makhluk angkasa) untuk tidak mengundang sang Lama untuk meninggalkan dari dunia ini dan terlahir kembali di dunia lain. Dalam kata-kata yang lebih umum, hal ini berarti untuk membersihkan kesulitan dari kehidupan sang Lama dan agar dia dapat tinggal di dunia ini, dan oleh sebab itu memperpanjang hidupnya. 122. phur ts’ugs. Secara harafiah, ‘menempatkan dalam purba’, ‘taruhan mengemudi seperti’ permohonan, satu contoh adalah ‘Kau adalah Guru, kau adalah Yidam, Dakini dan Pelindung…’ permohonan dalam Guru Puja. 123. Ini adalah meditasi yang sangat berpengaruh untuk memvisualisasikan Guru Utamamu sebagai perwujudan dari semua makhluk tercerahkan (semua refuge). Dalam hal ini, dia memvisualisasikan Gurunya sebagai mandala, kediaman dewa di angkasa. Dalam tubuh mandala ini, elemen dan saluran energi dari tubuhnya divisualisasi sebagai makhluk angkasa (vira dan dakini) yang menerima persembahan yang dia lakukan pada saat ritual dan doa. 124. Instruktur Dialektis atau instruktur debat 125. Menggunakan persembahan yang tidak seharusnya dari mereka yang setia 126. Hal ini termasuk transmisi bacaan Sangha dari dua atau tiga buku teks yang tidak biasa dari Universitas Tantrik Gyumä yang mulia mengenai Guyhasamaja yang dikenal sebagai Tiga Dolagyuma (aliran yang diturunkan dari Tangan-Ke-Tangan: Instruksi Guyhasamaja mengenai Lima Tahapan Dolagyuma) dan penjelasan Dolagyuma. 127. Hal ini termasuk ilustrasi ‘penunjukan’ mengenai komposisi dan sajak berdasarkan tata-bahasa Sutra Sarasvati dan Penjelasan Tata-bahasa seratus kelipatan oleh Getse Pandita Gyurme Tsewang Chogdrub sampai bab kelima. Dan juga akar teks, Tambang Komposisi oleh Pandita Rinchen Jungne Shiwa dan penjelasannya oleh Mindroling Lochen dan Lama Lhagsam. 128. bsdus gra
210
129. Resitasi umum Sutra dan Tantra oleh Tagdrag Sangha seperti ritual tiga dasar vinaya, dan khususnya, ritual konsekrasi Geleg Charbeb dengan prosedur yang tepat dari Universitas Tantrik Gyumä; generasi diri, generasi depan, ritual vas dan inisiasi; dan puja api dari majelis rahasia Lokesvara. 130. Terkadang diselingi dengan instruksi mengenai hal-hal seperti visualisasi untuk ritual torma besar, Drugchuma (Torma Dharmaraja), dan Puja Api, dll dan penjelasan mengenai semua yang saya ketahui mengenai praktek tanpa menyembunyikan apapun. 131. Jelasnya, pengurus merasa Kyabje Trijang Dorjechang membawa biksu pergi dari Biara Sera! 132. Ritual ini merujuk pada beberapa bentuk ilmu hitam yang mencelakakan. 133. rmug ‘tzin dwang po’ bang mtzod 134. Isolasi tubuh, perkataan, dan pikiran, kesadaran tinggi dari tahapan generasi dan penyelesaian dari tantra yoga tertinggi. 135. mtza bshes kyi tsoms 136. Kata bskul, diterjemahkan sebagai “berpura-pura, menganggap”, dll. dalam konteks ini, seperti di tempat lain, mengindikasikan kerendahan hati Kyabje Trijang Dorjechang. 137. Esensi Kefasihan Sementara dan Definitif, Mengiluminasikan Maksud dari Jalan Tengah oleh Je Tsongkhapa; Tongtun Kälzang Migje oleh Kädrubje (Karya tulis pendek mengenai Kekosongan Untuk Membuka Mata Yang Beruntung); Penjelasan mengenai Pujian Bagi Yang Bermakna oleh Gungtang; Delapan Bait Pelatih Pikiran; dan Roda dari SenjataTajam 138. Chogtrul adalah gelar yang berarti “inkarnasi tertinggi” dan merujuk pada inkarnasi Lama yang dihormati. Ini adalah Lama yang dihormati karena menghabiskan hidup mereka untuk menyebarkan Dharma. 139. Gelar yang merujuk pada fakta bahwa lama ini telah mencapai kondisi pikiran seperti Vajaradara – yang berarti dia telah tercerahkan sepenuhnya. 140. Wihara ‘Elang-Naga’, Wihara geomantis Tibet yang pertama setelah Jokang, konon dibangun oleh Raja Songtsen Gampo. 141. Substansi dasar ini adalah berbagai obyek, bisa model hewan, yang diberkati sebagai persembahan dan bertindak sebagai wadah atau dasar bagi kehadiran Pelindung Dharma. 142. Dengan dirinya digenerasikan sebagai Dewa, setelah memutihkan kain dasar, dia menempatkan bibit suku kata di atas organ perasa dan lingkaran mantra di pusat dan atasnya dicat, karena itu membuat obyek ini dengan cara yang berkualifikasi. Ada dasar perkataan berupa pisau besi dengan plakat bertuliskan mantra kekuatan hidup dan yang lain dengan mantra roda yama pria dan wanita; dan dasar pikiran berupa pemukul dari kayu cendana dengan belati purba tajam di akarnya. Ada dasar ibu berupa tiga pucuk pisau besi yang dihiasi dengan sutra hitam dan mantra yang tertulis di atasnya. Ada dasar bagi rombongan raksha berupa tiga-puluh-dua pedang besi dengan darah beracun dituang di mata pisaunya; dasar bagi Vishnu dengan panah tembaga di sarung yang dibuat dari tanduk banteng merah yang tidak dikebiri; dasar luar dari bentuk kerbau dan sapi berbulu panjang dengan plakat mantra persik disekeliling leher mereka; dasar dalam diwarnai di atas sutra hitam dengan bentuk dan mantra yang dilukis dengan darah, sindhura, padma-rakta, ghiwam, dan kesturi; dasar rahasia berupa dua tengkorak, satu pria dan satu wanita, dengan wajah pria dan wanita yama secara natural mencuat dari punggung mereka, rupa ini dilukis untuk menjelaskan mereka, dan di dalam persatuan dari tengkorak, bentuk Dharmaraja dilukis di atas kafan; anak lembu dan seterusnya, dipenuhi dengan substansi mantrik murka dan mantra dharani dan disegel. 143. Untuk dasar tubuh, masih ada tangka ‘berbicara’ merupakan pendukung meditasi Dalai Lama di kediaman Narim, jadi tidak perlu membuat yang baru. Untuk dasar perkataan, saya melukis tangka bersepuh emas mengenai Dakini Meche Barma–Api Membara, untuk dasar pikiran, cermin dengan BHYO dilukis diatasnya, untuk dasar aktivitas, kayu cendana pemukul vajra dihiasi dengan mantra yang tertulis di sutra hitam dan tengkorak putra dari wanita yang tidak menikah diisi dengan substansi mantra, berbagai darah dan obat. Dasar luar berupa burung gagak yang terbuat dari sutra hitam, dalamnya diisi dengan beras dan obat-obatan, rupa Lhamo yang dilukis di kulit manusia yang sudah dikonsekrasi. Dasar dalamnya berupa tengkorak anak diluar nikah difabrikasi dari sutra hitam dengan, isinya, kapak kehidupan dari trisula yang terbuat dari kayu dibakar api kremasi dan diurapi racun dan darah dibungkus dengan secarik kafan dengan tulisan mantra panjang Lhamo untuk memanggil-menghancurkan-membunuh ditulis dengan darah dan jantung anak tidak sah diisi daun yang dibawa oleh angin tetapi tidak menyentuh tanah dimana setengahnya tertulis mantra Lhamo dan, menghadap setengah bagian yang lain, rupa Lhamo dan diurapi, dan juga diisi dengan berbagai jenis darah, beras, dan mantra diperpanjang. Ada sutra hitam di tubuh, spanduk kemenangan ditaruh di tangan, dan sejumput bulu burung merak diselipkan di kepala. Dasar rahasia berupa jantung anak tidak sah dalam bentuk tiga saluran utuh dan, di dalamnya, kerikil yang diambil dari Lhamo Lhatso yang tidak pernah dilihat dengan mata manusia dan empat batu hitam besar dengan BHYO tertulis di atasnya dalam padmarakta–darah lotus143 tertulis, satu suku kata di atas yang selanjutnya, ke arah atas sampai di bulu dan, dari dasar bulu, mantra yidam dan Lhamo memanggil – menghancurkan – membunuh dengan perpanjangan mantranya, ditempatkan dengan poin besi yang dicelupkan dalam racun dan darah yang dihiasi dengan kain macan,
211
kain macan tutul, rambut memalukan bersilang, sutra hitam dengan mantra, cermin, kulit kerang, tirai, dan seterusnya. Ada juga beberapa pedang besi dan belati. Dalam satu sesi, pemahat membuat matahari dari emas, bulan dari perak, bola benang berwarna, keledai merah, cat merah dan hitam, dan seterusnya. 144. ‘bral med mcchod rten 145. ljang 146. dgu gtor 147. baidurya zhun mai them skas 148. ye shes rdo rjei’ byin brgya ‘bebs pai’ lhag gnas 149. Tarian ritual adalah Lhasa Tängyäling Demo Gu Cham–tarian ritual, tarian tradisional yang sama dengan Tujuh Bersaudara Tsen Yang Membara dan Liar, dan kemudian seratus kelipatan Bara Cham Pawo Trobar. 150. chhos ‘kor rnam gsum, secara harafiah berarti ‘Tiga Roda Dharma’, dalam hal ini merujuk pada wihara tertua di Tibet. 151. Dbu yon ma 152. Tiga racun merujuk pada kebodohan (1) dan keinginan (2) dan kebencian (3) yang muncul karena kebodohan kami. 153. Saya melakukan ini berdasarkan kombinasi Nyurlam–Jalan Singkat, dan Delam–Jalan Kebahagiaan Lamrim, dua keturunan pusat dan utara dari Jampäl Zhälung–Lamrim Kata-Kata Manjushri, dan catatan saya mengenai Kebebasan ada di Telapak Tangan Kita Lamrim, digabung dengan Tujuh Poin Pelatihan Pikitan pada saat penjelasan Bodhicitta Persamaan dan Pertukaran Diri dengan Orang Lain, dan Bodhicitta Puja pada menyelesaian. 154. Sebuah Pujian melankolis mengenai Ganden oleh Dalai Lama pertama Gedun Gyatso. 155. Secara harafiah, ‘dimana bentuk ‘produser’ saya hidup ketika dia meninggal dunia. Nged rang gi skyed byed sku gshegs de nyid bzhugs sa 156. Tahun tersebut adalah 1959 dan Dalai Lama sekarang adalah Yang Mulia Dalai Lama ke-14 157. Beberapa majelis diklasifikasi sebagai ‘basah’ atau ‘kering’ tergantung dari apakah ada pelayanan teh atau tidak. 158. Mantan kepala biara dari Universitas Tantrik Gyuto, yang akan menjadi Ganden Tripa selanjutnya. 159. Tempat dimana sungai cukup dangkal untuk diarungi dengan tujuan menyeberang. 160. Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche 161. chhol gsum 162. Empat Sungai Enam-Gunung, gerilyawan dari Kham, yang mengabdi pada Kyabje Trijang Dorjechang, mengawal Yang Mulia keluar Tibet. 163. Juga dikenal sebagai Cara Hidup Bodhisattva, teks yang sangat terkenal dan ditulis oleh cendikiawan India, Shantideva. 164. Mantra Avalokitesvara (Tib.: Chenrezig) OM MANI PADME HUM 165. Avalokitesvara (Tib.: Chenrezig) 166. Mengandalkan makhluk tak tercerahkan seperti dewa lokal dianggap berbahaya karena makhluk-makhluk ini masih memiliki delusi dan emosi menderita yang sama dengan manusia. 167. Persembahan makanan dalam ritual agama Buddha. 168. Gunung Meru secara bersamaan merepresentasikan pusat alam semesta dan pusat tunggal pikiran. 169. Lima Raja Terton, yang merupakan penemu teks kuno dan terma. Terma adalah kunci dari teks agama Buddha dari Tibet yang disembunyikan para ahli, untuk ditemukan di masa depan pada saat yang menguntungkan. 170. set sumpah atau aturan yang ditransmisikan dari guru ke murid dalam upacara agama Buddha Vajrayana, karena itu membentuk hubungan guru-murid. 171. Transmisi teks dan sumpah 172. Hal ini termasuk resitasi Samayavajra dan komentar mengenai puja Api Zaje Kadro. Ketika memberikan transmisi bacaan Zamatog-Basket-sadhana Tiga-Belas Dewa Yamantaka, saya melakukannya sesuai dengan tradisi Kyabje Pabongka dengan persembahan torma kepada dewa-dewa yang supra-duniawi dan duniawi, dan empat-lipatan penjelasan dengan “keputusan” dan seterusnya. Saya juga memberinya penjelasan pengalaman mengenai tahapan generasi dan penyelesaian pada saat yang sama 173. mdor byas 174. mdo bsre 175. rnam gzhag rim pa 176. zung ‘jug gsal wa 177. Nyungne adalah praktek yang disusun untuk membersihkan karma negatif dan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan. 178. Pertapaan ini adalah untuk persiapan dan percapaian dari Ritual Penghalau Lhamo Torma. Pada konklusinya, saya mencapai aktivitas pelemparan Zor torma.
212
179. Hiasan Madyamaka 180. Ngagtu - Mantra Pencapaian 181. Selama enam tahun setelah menerima nasihat yang salah, Buddha Shakyamuni mempraktekan puasa, yang diajarkan sebagai salah satu cara terbaik bagi seseorang untuk mendapatkan kebijaksanaan. Walaupun sangat menderita, dia tidak mendapatkan kebijaksanaan. Setelah enam tahun, dia menyadari bahwa menyiksa tubuhnya bukanlah jalan menuju pencerahan, dan meninggalkan puasanya untuk mempraktekan jalan tengah. 182. Dipanggil yung drung di Tibet kuno, swastika adalah representasi grafik mengenai keabadian, dan sekarang digunakan dalam karya seni agama Buddha untuk merepresentasikan Dharma, keharmonisan universal, dan kesimbangan dari hal yang berlawanan. 183. Hal ini termasuk persembahan kepada Dua-Belas Pelindung Tänma di Tibet bersama dengan semua biksu dari Namgyäl Dratsang. Setelah itu, saya memberikan jenang Tara Putih umum dan ‘satu perkumpulan’ tidak umum kepada seluruh majelis Namgyäl Dratsang dan juga memberikan penjelasan mengenai Praktek Umur-Panjang Tara Putih. 184. Saya memotong rambut Tsechog Ling Tulku dan memberikannya transmisi Ganden Lhagyema. Atas permintaan Chatreng Dragpa Adrag saya memberikan Berkat Sindhura Vajrayogini. Seperti yang diinstruksikan Kuchar Chöpön Chenpo, bagi beberapa pelayan dekat Yang Mulia, saya memberikan jenang Tiga-Keturunan Je Tsongkhapa. Bagi keluarga Näpo Ngödrub saya memberikan inisiasi Tara Putih dan jenang Vajrapani Gabungan Tiga Kemurkaan. 185. Kalender Tibet, untuk alasan astrologi tertentu, terkadang menghilangkan nomor hari atau memasukan dua nomor hari yang sama. Sepertinya ini adalah hari dua dari bulan kalender yang diciptakan oleh astrolog tahun itu, dan Kyabje Rinpoche mengindikasikan bahwa dia pergi pada hari dua dari tanggal yang sama. 186. Ini termasuk kepala biara, lama dan tulku, geshe dan murid-murid dari tiga kedudukan monastik yang telah datang dari berbagai arah secara khusus untuk datang mendengarkan Dharma, dan juga untuk beberapa penziarah. 187. Rus chhog 188. gnyis med senge 189. yid che gsum ldan 190. Lagu ini menggunakan namanya, nama Trijang, Kyabje Ling Rinpoche, Thubten Lungtog Namgyel Trinle, dua kali, dan nama pelayannya Lozang Lungrig, dua kali. 191. Manibhadra Kumara memberikan teladan Pengabdian Guru murni yang tertinggi, seperti yang diuraikan Je Tsongkhapa di Lamrim Chenmo. 192. ‘phags bstod 193. langka mgrin bchu’ pho brang 194. gangchen shingtay solje tsongkhapa ngo tob rigmay wangchug gyaltsabje do ngag ten pay dag po ke drub je gyalway yab se sum la chöpa bul Tsongkhapa, mantel jalan bagi Tibet, Gyaltsabje, tuan dari kekuatan logika, Kedrubje, tuan dari Sutra dan Tantra, Kepada ayah, Buddha, dan para putranya, saya persembahkan. 195. nyi bui’ ‘tse wa rgyang du bsings pai’ cho ga 196. Naga, adalah sebuah simbol di Tiongkok, meramalkan penyebaran pengaruh Tiongkok 197. Bait ini menginkorporasikan salam tahun baru, ‘Tashi Deleg’ – keberuntungan, kebaikan, dan kebahagiaan – dan ‘Sa Ja Lo’ – tahun ayam bumi – dalam baris bahasa Tibet, beberapa datang melalui terjemahan. 198. gang blo ma 199. Ditanamkan dalam baris ini adalah kata-kata ‘Dorjechang Chenpoi Lamrim Ganden Parma’, Edisi Ganden dari Tahapan Jalan Utama dari Vajradhara, dan ‘ Trijang Lozang Yeshe pul’ dipersembahkan oleh Kyabje Trijang Dorjechang Lozang Yeshe. 200. Tse srog ring du bsrings pai’ drang srong bden tsig gi shis brjod 201. lchags mkar 202. sems ‘tzin gtong wa 203. ras chung gong kug 204. Hal ini dilakukan ketika sang lama membuka saluran seorang oracle untuk persiapan untuk menerima Pelindung Dharma melalui trans.
213
205. gnyis spang gi lam, saluran tengah 206. Lama Thubten Yeshe 207. dngod grub kun ‘byung 208. Hal ini merujuk pada praktek umur-panjang sistem Siddhiraja, Siddhiraja sebagai Sanskrit untuk Drubgyäl, tetapi ini sebenarnya merupakan singkatan dari Machig Drubpay Gyälmo, Ibu Tunggal Ratu para Siddhas. Dia adalah kakak perempuan Tilopa dan pelayan yang hidup sampai usia 108? Periksalah. Rechungpa dikirim ke India oleh Milarepa untuk membawa praktek umurpanjang dari India kembali ke Tibet. Dia menerima praktek Amitayus dari Machig Drubpay Gyalmo dan membawanya kembali ke Tibet untuk Milarepa dan aliran Kagyu. keturunan ini kemudian sampai pada Gelug juga. Fakta bahwa ini adalah inisiasi besar merefleksikan fakta bahwa ini adalah inisiasi yoga tantra tertinggi. 209. De nyid bsdus pa’ dum bu gnyis pa 210. yid ches gsum ldan 211. chig brgyud chan 212. rdo rje’ tsig sbram 213. skal ldan re wa kun skong 214. skyer sgang lugs 215. Para lama ini termasuk Gyume Känzur Samtän Chöpel, Ratö Chubar Rinpoche, Drepung Dänma Lochö Rinpoche, Ganden Shartse Lati Rinpoche, Zemey Rinpoche, Tashi Lhunpo Lochen Rinpoche, Shri Chuzang Tulku, Sera Je Trehor Geshe Rabten, Kagyur Lozang Thubtän, Geshe Ngawang Dargyä, Drepung Loseling Geshe Rigtzin Tänpa, dua-puluh-lima, lama, tulku, dan geshe secara eksklusif. 216. bsnyen dus kyi mgon po, sgrub dus kyi mgon po, gsang sgrub mgon po 217. Lama Zopa dan Lama Yeshe 218. mgon po brtsegs zhal ma, gnad dbab mgon po, gsang sgrub mgon po 219. Inkarnasi guru Geshe Rabten. 220. tsong dpon gyi bu kyeu chu ‘bebs 221. sems bskyed bka rgya ma 222. sman bla, literally, Medicine Gurus. 223. Ilmu pengetahuan mengenai empat kemungkinan adalah pembelajaran hubungan antara pasangan fenomena, yaitu A dan B, untuk melihat apakah memungkinkan bagi sesuatu untuk menjadi A dan bukan B, B dan bukan A, dua A dan B, dan bukan A atau B. Dalan kasus berbagai pasangan fenomena, memungkinkan, bahwa dimana-mana dari satu sampai empat kemungkinan terjadi.
214