Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS Anna Wula Prabowati1), Hasnawati2) 1)
Alumni Program Studi Pendddikan Matematika, 2)Dosen Program Studi Pendi dikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO . E-mail: hasna_fki
[email protected] d
Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar matematika menurut level kemampuan bahasa Inggris dengan syarat model pembelajaran kooperatif, (2) perbedaan hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif dengan syarat level kemampuan bahasa Inggris, (3) perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika menurut kemampunan bahasa Inggris (Bj) dengan syarat khusus model pembelajaran kooperatif (Ai) dan perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif dengan syarat khusus kemampunan bahasa Inggris. Hasil analisis berdasarkan Statistik Uji-t melalui analisis varian dua jalur dalam menguji hipotesis perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika menurut faktor Bj dengan syarat Ai mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif; kemampuan bahasa
Pendahuluan Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal menyebabkan terhambatnya penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai
Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
11
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. faktor lain penyebab rendahnya rerata hasil belajar matematika siswa adalah masih digunakannya pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspekaspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Belajar berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungan, sehingga menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta bersifat relatif konstan dan berbekas(Winkel, 2004:59). Proses pembelajaran sampai saat ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru cenderung lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana 12
www.pendmatematikauho.hol.es
belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi guru memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam membangun wawasan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas dan implementasinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa itu sendiri. Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang rendah dapat disiasati dengan pemilihan model pembelajaran, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Henny dalam Yamin menyebutkan dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu memahami materi pelajaran. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie, mereka mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus ditetapkan. Kelima unsur tersebut yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2004:31).
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Johnson & Johnson dalam Trianto menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Trianto, 2009:87). Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya pembagian kelompok belajar yang diarahkan untuk mencapai keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang diajarkan. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray memiliki tujuan dalam proses pembelajarannya yaitu dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman (Trianto, 2009:79). Arends dalam Yamin menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Yamin, 2011:178). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Achievement Divisions) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen Model pembelajaran kooperatif ini terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). Selanjutnya melalui model pembelajaran kooperatif diharapkan tercipta suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan siswa yang meliputi tiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) (Usman, 1993: 5) Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran kooperatif yang efektif dan efisien tentunya kecakapan berbahasa siswa sangat diperlukan. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari karena manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Bahasa merupakan kunci membuat seseorang ataupun orang lain menjadi tahu apa yang disampaikan oleh pembicara. Keterampilan berbahasa sangat penting posisinya dalam kegiatan pembelajaran. Pentingnya keterampilan berbahasa bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam hal ini guru harus menguasai bahasa dengan baik untuk membuat muridnya mengerti. Lawson dalam Wilis berpendapat bahwa betapa pentingnya peranan bahasa, menurutnya siswa yang Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
13
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
memiliki kemampuan berbahasa dan berargumen akan terampil pula dalam bernalar (Dahar, 2006:153). Penalaran yang merupakan kegiatan berpikir tidak mungkin dapat berlangsung tanpa bahasa. Jadi, penalaran senantiasa bersangkut paut dengan bahasa. Jika disimak lebih lanjut, bahasa sesungguhnya bukan hanya sebagai alat berpikir. Apabila kita berpikir tentang sesuatu dan hendak kita sampaikan kepada orang lain, maka kita harus mengungkapkannya lewat bahasa (Rapar, 1996: 16). Pentingnya keterampilan bahasa juga mutlak diperlukan dalam belajar sains dimana salah satu didalamnya adalah belajar matematika, hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky dalam Wilis, ia menyarankan bahwa interaksi sosial itu penting saat siswa mengintegrasikan pemahaman-pemahaman yang sulit, masalah proses. Selanjutnya proses internalisasi melibatkan rekonstruksi aktivis psikologis dengan dasar penggunaan bahasa. Jelas tampak bahwa penggunaan bahasa secara aktif yang didasarkan pemikiran merupakan sarana bagi para siswa menegosiasi kebermaknaan pengalaman-pengalaman mereka (Dahar, 2006:153). Masalah umum yang diteliti dalam penelitian eksperimen ini adalah: (i). Seberapa besar kecenderungan penilaian diri dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran matemat ika? (ii) Apakah ada perbedaan hasil
belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Inggris ?
(iii). Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika menurut faktor dan kemampuan bahasa Inggris (Bj) dengan syarat (Ai) (iv) Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika menurut faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dengan syarat (Bj) (v). Apakah ada perbedaan dalam perbedaan tipe-1 dan tipe-2 terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari Ai dan Bj. Metode Penelitian Eksperimen ini menggunakan desain 3x2 faktorial dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kendari pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013 yang terdiri dari 10 kelas pararel dengan jumlah siswa 358 orang sebagai populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu cluster random sampling dan simple random sampling. Teknik cluster random sampling dilakukan pada saat random kelas dengan tujuan untuk mendapatkan 3 (tiga) kelas penelitian, yaitu dua kelas sebagai unit eksperimen dan satu kelas berikutnya sebagai unit kontrol. Sementara teknik simple random sampling dilakukan pada saat random individu dengan sampel penelitian dari ketiga kelas berjumlah 90 orang yang diambil berdasarkan level kemampuan bahasa Inggris, Gambaran sampel yang terambil berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok (sel), ditunjukkan dalam Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 14
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Gambaran Pengambilan Jumlah Sampel Siswa Kelas VIII Pada Setiap Sel di SMP Negeri 4 Kendari B
A
B=1 15 15 15 45
A=1 A=2 A=3 Jumlah
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: (1) variabel bebas yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif (faktor A i ), dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai A=1, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai A=2, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai A=3. kemampuan bahasa Inggris (faktor Bj ), R R
E K
Keterangan : R = random; E = eksperimen; T = true eksperimen; K = kontrol; Ok = Observasi, k= 1, 2 O1 = tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan O2 = tes yang diberikan pada kelas control (Djaali,1986:3). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrumen penelitian berupa lembar monitoring dan tes hasil belajar matematika berbentuk tes uraian. Monitoring dilakukan pada setiap pertemuan yaitu sebanyak enam kali pertemuan. Hasilnya dipergunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas/partisipasi guru dan siswa. Untuk instrumen hasil belajar matematika terdiri
B=2 15 15 15 45
Jumlah orang 30 30 30 90
dengan kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata sebagai B=1 dan kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata sebagai B=2; (2) variabel terikat yaitu hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan cara Randomized Control Group Design dengan gambaran sebagai berikut. T -
O1 O2
dari: (1) definisi konseptual, (2) definisi operasional, (3) kisi-kisi dan (4) soal uraian. Instrumen hasil belajar matematika ini diambil setelah selesai proses belajar mengajar selama 6 kali pertemuan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat program siap pakai, yaitu SPSS/PC ver. 16.0 dan EViews7. Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari (1) analisis validitas dan reliabilitas, (2) Analisis perilaku berkarakter, (3) Analisis deskriptif dan (4) analisis inferensial. Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis dilakukan peneliti dengan memberikan konsep instrumen yang telah disusun kepada 20 orang panelis, di validasi dan dipilih 10 butir soal yang valid. Selanjutnya dilakukan Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
15
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
analisis reliabilitas terhadap instrumen hasil belajar matematika yang valid, hal ini dilakukan untuk melihat apakah instrumen tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipakai sebagai alat ukur untuk dapat mengukur hasil belajar matematika siswa. Kemudian dilakukan analisis penilaian perilaku berkarakter dimaksudkan untuk menilai karakter siswa yang meliputi aspekaspek berikut, yaitu dapat dipercaya, menghargai, bertanggung jawab secara individu, bertanggung jawab secara sosial, adil dan peduli. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran karakteristik variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat
dilihat melalui skor rerata dari masingmasing sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Inggris. Hasil Secara empiris hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan yaitu masing-masing( komponen relatif mempunyai perbedaan. Hasil analisis deskriptif antara perlakuan model pembelajaran kooperatif dan level kemampuan bahasa Ingeris terhadap hasil belajar matematika ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Matematika Menurut Kombinasi Antara Faktor Model Pembelajaran Kooperatif (Ai) dan Kemampuan Bahasa Inggris (Bj) KLP
N
A 1B1
15
A 1B2
Min
Max
Mean
Std. Dev iation
Variance
58
98
83.80
14.103
198.886
15
15
83
55.93
21.638
468.210
A 2B1
15
61
98
87.00
12.006
144.143
A 2B2
15
10
93
53.60
21.986
483.400
A 3B1
15
28
62.40
23.342
544.829
A 3B2
15
50.7333
20.15110
406.067
100
16.00
85.00
Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut faktor Ai dan faktor Bj 16
www.pendmatematikauho.hol.es
100
87
83,8
80 60
55,93
62,4 53,6
50,73
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Gambar 1. Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut faktor Ai dan faktor Bj Gambar di atas memperjelas persyaratan analisis menyangkut uji perbedaan rerata hasil belajar matematika normalitas dan homogenitas. Uji homomenurut faktor model pembelajaran genitas dimaksudkan untuk mengetahui kooperatif (tipe TSTS, tipe Jigsaw dan tipe apakah variasi data variabel terikat homogen STAD) dan level kemampuan bahasa Inggris sebagai akibat dari pengelompokkan data di atas rata-rata cenderung lebih baik variabel bebas. melalui pengujian hipotesis dibandingkan level kemampuan bahasa sebagai berikut: Inggris di bawah rata-rata. Berdasarkan hasil H0 : σ11 = σ12 = σ11 = σ21 = σ22 = σ31 = σ32 vs analisis di atas dapat disimpulkan bahwa H1 : Bukan H0 . rerata tertinggi hasil belajar matematika Hasil analisis sebagaimana ditunadalah kelompok siswa yang diajar dengan jukkan pada Tabel 3 berikut mengmodel pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw gambarkan bahwa H0 diterima karena p = dan berkemampuan bahasa Inggris di atas 0,1154 > rata-rata yaitu sebesar 87,00. Sementara Dengan rerata hasil belajar matematika siswa yang diterimanya hipotesis nol berdasarkan paling rendah adalah siswa yang diajar metode Barlett, Levene, dan Browndengan model pembelajaran kooperatif tipe Forsythe dapat diambil kesimpulan bahwa STAD dan berkemampuan bahasa Inggris di data yang dipakai mendukung kebenaran bawah rata-rata yaitu sebesar 50,73. asumsi suku kesalahan random mempunyai Sebelum melakukan analisis infevarian yang sama. rensial untuk menguji hipotesis yang telah diajukan terlebih dahulu dilakukan uji Tabel 3 Hasil Analisis Kesamaan Varians Faktor A dan B Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
17
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Terhadap Respon Univariat Y Test for Equality of Variances of Y Categorized by values of B and A Date: 12/20/12 Time: 04:21 Sample: 1 90 Included observations: 90 Method Bartlett Levene Brown-Forsythe
df
Value
Probability
5 (5, 84) (5, 84)
8.845187 1.703173 1.778360
0.1154 0.1428 0.1261
Bartlett weighted standard deviation: 19.34569 Analisis inferensial diperlukan untuk menguji sejumlah hipotesis perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut faktor (Ai ) model pembelajaran kooperatif dan faktor (Bj ) kemampuan bahasa Inggris. Analisis inferensial atas 10 (sepuluh) hipotesis perbedaan rerata dengan faktor khusus atau dengan syarat tertentu pada paket program Eviews-7 adalah menggunakan perintah View/Coefficient Diagnostics/Wald Test-Coefficient Rectrictions. Hasil analisis inferensial dari kesepuluh hipotesis yang diujikan dijabarkan sebagai berikut. Hipotesis-1 dengan pernyataan: “Rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model
pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Inggris mempunyai perbedaan yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah sebagai berikut. H0 : C(1) = C(2) = C(3) = C(4) = C(5) = C(6) vs H1 : Bukan H0 Berdasarkan hasil analisis Wald Test dengan menggunakan statistik Uji-F pada Tabel 4 berikut diperoleh Fhitung = 10,08321 df = 84 dan nilai-p = 0,0000 < α = 0,05. Dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H 0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan level kemampuan bahasa Inggris mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 4 Hasil Analisis Rerata Hasil Belajar Matematika 18
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Menurut Faktor Ai dan Bj Secara Simultan Wald Test: Test Statistic
Value
F-statistic Chi-square
df
10.08321 50.41606
Probability
(5, 84) 5
0.0000 0.0000
Value
Std. Err.
33.06667 5.200000 36.26667 2.866667 11.66667
7.064046 7.064046 7.064046 7.064046 7.064046
Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(6) C(2) - C(6) C(3) - C(6) C(4) - C(6) C(5) - C(6) Restrictions are linear in coefficients. Hipotesis-2 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(1) ≤ C(2)
vs
H1 : C(1) > C(2)
Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 5 berikut, dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 3,944859 df = 84 dengan p-value/2 = 0,0002/2 = 0,0001 < α = 0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H 0 dapat disimpulkan bahwa secara signifikan rerata hasil belajar untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata, khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Tabel 5 Hasil Pengujian hipotesis [C(1) – C(2)] dengan Syarat A1 Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
19
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probability
3.944859 15.56192 15.56192
84 (1, 84) 1
0.0002 0.0002 0.0001
Value
Std. Err.
27.86667
7.064046
Null Hypothesis: C(1)=C(2) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(2) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-3 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(3) ≤ C(4) vs H1 : C(3) > C(4) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 6 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 4,728169 df = 84 dengan p-value/2 = 0,0000/2 = 0,0000 < α = 0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H o dapat disimpulkan bahwa secara secara signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata, khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Tabel 6 Hasil Pengujian hipotesis [C(3) – C(4)] dengan Syarat A2
20
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probabilit y
4.728169 22.35558 22.35558
84 (1, 84) 1
0.0000 0.0000 0.0000
Value
Std. Err.
33.40000
7.064046
Null Hypothesis: C(3)=C(4) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(4) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-4 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(5) ≤ C(6) vs H1 : C(5) > C(6) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 7 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 1.651556 df = 84 dengan p-value/2 = 0,1024/2 = 0,0512 > α = 0,05 dengan demikian H0 diterima. Diterimanya H 0 dapat disimpulkan bahwa secara secara signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata tidak lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata, khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tabel 7 Hasil Pengujian hipotesis [C(5) – C(6)] dengan Syarat A3
Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
21
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probabilit y
1.651556 2.727637 2.727637
84 (1, 84) 1
0.1024 0.1024 0.0986
Value
Std. Err.
11.66667
7.064046
Null Hypothesis: C(5)=C(6) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(5) - C(6) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-5 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa dengan leve l kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(1) C(5) vs H1 : C(1) C(5) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 8 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 3,029426 df = 84 dengan nilai-p = 0,0033 < α = 0,05 dengan demikian H 0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 8 Hasil Pengujian hipotesis [C(1) – C(5)] dengan Faktor Khusus B1
22
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probability
3.029426 9.177419 9.177419
84 (1, 84) 1
0.0033 0.0033 0.0025
Value
Std. Err.
21.40000
7.064046
Null Hypothesis: C(1)=C(5) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(5)
Hipotesis-6 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(3) C(5) vs H1 : C(3) C(5) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 9 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 3,482424 df = 84 dengan nilai-p = 0,0008 < α = 0,05 dengan demikian H 0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 9 Hasil Pengujian hipotesis [C(3) – C(5)] dengan Faktor Khusus B1
Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
23
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probability
3.482424 12.12727 12.12727
84 (1, 84) 1
0.0008 0.0008 0.0005
Value
Std. Err.
24.60000
7.064046
Null Hypothesis: C(3)=C(5) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(5)
Hipotesis-7 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa dengan leve l kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : C(2) C(6) vs H1 : C(2) C(6) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 10 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 0,736122 df = 84 dengan nilai-p = 0,4637 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang dia jar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.
Tabel 10 Hasil Pengujian Hipotesis [C(2) – C(6)] dengan Faktor Khusus B2 24
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic
Value
Df
Probabilit y
t-statistic F-statistic Chi-square
0.736122 0.541876 0.541876
84 (1, 84) 1
0.4637 0.4637 0.4617
Value
Std. Err.
5.200000
7.064046
Null Hypothesis: C(2)=C(6) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(2) - C(6) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-8 dengan pernyataan “Secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah. H0 : C(4) C(6) vs H1 : C(4) C(6) Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 11 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 0,405811 df = 84 dengan nilai-p = 0,6859 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khusus untuk siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.
Tabel 11 Hasil Pengujian Hipotesis [C(4) – C(6)] dengan Faktor Khusus B2 Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
25
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probability
0.405811 0.164682 0.164682
84 (1, 84) 1
0.6859 0.6859 0.6849
Value
Std. Err.
2.866667
7.064046
Null Hypothesis: C(4)=C(6) Normalized Restriction (= 0) C(4) - C(6) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-9 dengan pernyataan “secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dibandingkan dengan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 :{C(1) C(2)} {C(5) C(6)} vs H1 : {C(1) C(2)} {C(5) C(6)} Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 12 berikut, dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 1,621610 df = 84 dengan nilai-p =
0,1086 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa perbedaan dalam perbedaan rerata hasil belajar matematika ditinjau dari siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dan kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dan kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.
Tabel 12 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Dalam Perbedaan 26
www.pendmatematikauho.hol.es
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Tabel 12 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Dalam Perbedaan Tipe-1: [C(1) - C(2) - C(5) + C(6)] Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
1.621610 2.629620 2.629620
84 (1, 84) 1
0.1086 0.1086 0.1049
Value
Std. Err.
16.20000
9.990069
Null Hypothesis: C(1)-C(2)-C(5)+C(6)=0 Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(2) - C(5) + C(6)
Hipotesis-10 dengan pernyataan “secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dibandingkan dengan siswa yang mempunyai level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan”. Hipotesis statistik untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 :{C(3) C(4)} {C(5) C(6)} vs H1 : {C(3) C(4)} {C(5) C(6)} Berdasarkan hasil analisis Wald Test pada Tabel 13 berikut, dengan menggunakan
statistik Uji-t diperoleh thitung atau t-statistic = 2,175494 df = 84 dengan nilai-p = 0,0324 < α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa perbedaan dalam perbedaan rerata hasil belajar matematika ditinjau dari siswa dengan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dan kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan yang signifikan.
Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
27
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
Tabel 13 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan dalam Perbedaan Tipe-2: [C(3) - C(4) - C(5) + C(6)] Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
Df
Probability
2.175494 4.732773 4.732773
84 (1, 84) 1
0.0324 0.0324 0.0296
Value
Std. Err.
21.73333
9.990069
Null Hypothesis: C(3)-C(4)-C(5)+C(6)=0 Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(4) - C(5) + C(6)
Pembahasan Perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut faktor kemampuan bahasa Inggris Bj (j = 1 dan 2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif A i (i = 1, 2 dan 3) mempunyai tiga hipotesis, yaitu hipotesis 2, 3, dan 4. Dari tiga hipotesis yang diajukan diperoleh dua hipotesis signifikan dan satu hipotesis tidak signifikan. Dua hipotesis yang signifikan adalah hipotesis 2 dan 3, signifikannya dua hipotesis tersebut bila dilihat dari sisi model pembelajaran yang digunakan, ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw belum dapat menyamakan kemampuan siswa antara level nilai bahasa Inggris di atas rata-rata dan di bawah ratarata, sehingga masih ada perbedaan rerata nilai hasil belajar matematika yang signifikan di antara keduanya. Perbedaan rerata hasil belajar matematika pada dua level kemampuan bahasa dinilai karena masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran kelompoknya dan tidak mengikuti secara baik sintaks-sintaks pada model pembelajaran TSTS dan Jigsaw. Bila dilihat 28
www.pendmatematikauho.hol.es
dari sisi pemberian tugas kelompok melalui LKS, masih ada siswa yang belum sepenuhnya mempelajari dan menyelesaikan soal-soal pada LKS. Soal-soal pada LKS itu sendiri mempunyai kemiripan pada soalsoal yang diberikan untuk LP-01 baik itu bentuknya ataupun cara penyelesaiannya. Apabila siswa tidak aktif untuk bekerja sama dalam kelompoknya guna menyelesaikan LKS maka kelompok siswa tersebut cenderung mengalami kesulitan pada saat pengerjaan LP-01 ditiap akhir pertemuan. Akumulasi dari hal-hal di atas pada akhirnya dapat dilihat dari lebih rendahnya hasil belajar matematika kelompok siswa dengan level nilai bahasa Inggris di bawah rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok siswa dengan level nilai bahasa Inggris di atas rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari deskriptif hasil belajar matematika siswa, pada kelompok siswa yang diajar dengan TSTS dengan level nilai bahasa Inggris di atas rata-rata mempunyai rerata yang lebih tinggi yaitu 83,80, sedangkan yang di bawah ratarata hanya mempunyai rerata hasil belajar matematika sebesar 55,93. Hal serupa juga terjadi pada kelas yang diajar dengan model
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dengan level nilai bahasa Inggris di bawah rata-rata hanya memperoleh rerata hasil belajar matematika sebesar 53,60, sedangkan untuk siswa yang di atas rata-rata sebesar 87,00. Hipotesis 4 berdasarkan hasil analisis ternyata menerima H 0 . Diterimanya H0 atau dengan kata lain tidak signifikannya hipotesis 4, berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dapat menyamakan kemampuan siswa antara level nilai bahasa Inggris di atas ratarata dan di bawah rata-rata, sehingga perbedaan rerata nilai hasil belajar matematika diantara keduanya relatif tidak signifikan (nyata). Hal ini dapat dilihat dari aspek mean atau rerata hasil belajar matematika untuk kelompok siswa dengan level nilai bahasa Inggris di atas rata-rata yaitu 62,40 relatif tidak jauh perbedaannya dengan rerata hasil belajar matematika untuk kelompok siswa dengan level nilai bahasa Inggris di atas rata-rata yaitu 50,73. Pada kelas STAD, dua kelompok siswa berkemampuan bahasa yang berbeda cenderung sudah aktif dalam pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran berkelompok serta kerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok (LKS) yang diberikan. Keterlibatan aktif semua siswa baik itu siswa dengan level nilai di atas ratarata dan di bawah rata-rata pada tiap pembelajaran didalam kelompoknya akan memberikan pemahan konsep lebih terhadap materi yang diajarkan. Konsep matematika yang diserap dengan baik oleh siswa ditiap pertemuan pada akhirnya membantu siswa itu sendiri dalam mengerjakan evaluasi hasil belajar yang diberikan.
Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama: Rerata hasil belajar matematika khusus perlakuan antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Inggris relatif memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, rerata hasil belajar matematika tertinggi diperoleh kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata yaitu sebesar 87,00, sedangkan rerata hasil belajar matematika terendah yaitu 50,73 diperoleh kelompok siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata. Kedua : Perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut faktor Bj dengan syarat model pembelajaran kooperatif Ai . secara signifikan, rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata baik diajar dengan TSTS maupun Jigsaw. Sedangkan pada kelas kontrol model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara signifikan, rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata tidak lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata. Ketiga : Perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut faktor A i dengan syarat kemampuan bahasa Inggris Bj . Secara signifikan rerata hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif TSTS dan Jigsaw bila dibandingkan dengan model pembelajaran Anna Wula Prabowat i, Hasnawati
29
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 2013
kooperatif tipe STAD dengan syarat level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk kelompok siswa kemampuan bahasa Inggris di bawah ratarata menurut model yang sama tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keempat: Perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika menurut faktor Bj dengan syarat Ai, merupakan selisih dari selisih hasil belajar matematika menurut kemampuan bahasa Inggris dengan syarat model pembelajaran kooperatif. Perbedaan dalam perbedaan tipe-1, yaitu rerata hasil belajar matematika ditinjau dari siswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dan di bawah ratarata dengan syarat berturut-turut model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe STAD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Perbedaan dalam perbedaan tipe 2, yaitu rerata hasil belajar matematika ditinjau dari siswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata dan di bawah rata-rata dengan syarat berturut-turut model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD mempunyai perbedaan yang signifikan. Kelima : Dari hasil temuan pada penelitian ini, berdasarkan level kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata ternyata model pembelajaran kooperatif yang relatif lebih efektif adalah Jigsaw, sedangkan untuk level kemampuan bahasa Inggris di bawah rata-rata model pembelajaran kooperatif yang relatif lebih efektif adalah TSTS.
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Kedua: Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya melakukan perencanaan yang matang dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw. Sebaiknya guru menyiapkan lembar monitoring untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan.
Saran
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan simpulan dalam penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Pertama: Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model
30
www.pendmatematikauho.hol.es
Daftar Pustaka Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo. Trianto.
2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Penmdidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: GP Press. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika: Asas-Asas Penalaran Sistematis. Yogyakarta: Kanisius.