JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Bahasa Indonesia terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar Effect of Cooperative Learning Model and Indonesian Capability to the Elementary School Mathematics Learning Outcomes (
1& 2
Faad Maonde1. Rosdiana2 & Ilham2 Staf pengajar dan alumni pendidikan matematika jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo. email:
[email protected].
[email protected].
[email protected])
Abstrak : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan analisis varian dengan desain 2x2 faktorial dengan tujuan: (1) deskripsi hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia (2) pengaruh faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia terhadap hasil belajar matematika (3) perbedaan hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif dengan syarat penguasaan bahasa Indonesia. (4) perbedaan hasil belajar matematika menurut penguasaan bahasa Indonesia dengan syarat model pembelajaran kooperatif . Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bahasa Indonesia dengan kontribusi sebesar 0.334 satuan dan sumbangan R square (R2) = 33.4%. Hasil analisis inferensial berdasarkan statistik Uji-F menunjukkan bahwa keempat model faktor interaksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Kata kunci: Pembelajaran TSTS, Student Team Achivement Divisions (STAD), Kemampuan Bahasa Indonesia, Hasil belajar matematika. Abstract:This study is an experimental research. which used an analysis of variant with a 2x2 factorial design. aiming at: (1) describing the results of learning mathematics after a model of cooperative learning and mastery of Indonesian language were given as the treatment; (2) identifying the effect of factors of cooperative learning and mastery of Indonesian language on the results of learning mathematics; (3) identifying the difference in the results of learning mathematics that adopted a model of cooperative learning which required a mastery of Indonesian language; (4) identifying the difference in the results of learning mathematics that adopted a mastery of Indonesian language which required a cooperative learning model. The results of the regression analysis showed that the average results of learning mathematics had significant effect on the learners’ mastery of Indonesian language. with a contribution of 0.334 unit and R square (R2) = 33.4%. The results of the inferential analysis with F-test statistics indicated that all of the four models of interactional factor had significant effects on the results of learning mathematics. Keywords: TSTS Learning, Student Achivement Team Divisions, Indonesian cabiliti, mathematics learning outcomes. PENDAHULUAN Salah satu aspek yang menentukan perkembangan dan kemajuan suatu Negara adalah aspek pendidikan. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat menghadapi era globalisasi yang penuh
dengan berbagai perubahan. Oleh karena itu. pendidikan merupakan usaha dari berbagai pihak untuk mengembangkan dan membina peserta didik untuk meningkatkan kualitasnya sebagai bagian dari peningkatan sumber daya manusia melalui kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan di tingkat sekolah dasar. menengah dan perguruan tinggi.
1
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah peserta didik agar memiliki pengetahuan. keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk dari hasil belajar. Pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran dan interaksi antara guru dengan peserta didik. Proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan siasat. pendekatan. metode dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Hal ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1988:7). Perubahan-perubahan kurikulum pendidikan Indonesia hingga saat ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Salah satu paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan. baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Trianto. 2007:2). Pembelajaran yang sesuai dengan paradigma ini adalah pembelajaran yang mampu menciptakan rasa tanggung jawab belajar pada siswa. sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi. kreativitas. dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika. Sutaro Hadi dan A. Fauzan (2003) mengatakan
JANUARI 2015
bahwa dalam pembelajaran matematika. siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics. Sesuai dengan pernyataan di atas. untuk memacu siswa agar aktif belajar matematika. salah satu caranya adalah melalui penerapan learning by doing (Listyani. 2007: 52-53) Pembelajaran matematika memerlukan seni cara. strategi. metode dan model pembelajaran agar siswa mau tertarik dan menyenangi pelajaran matematika. Di samping itu. keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran matematika pada masa sekarang. telah banyak dikembangkan metode-metode yang bersifat behavioristik (memanusiakan manusia). seperti student active learning. quantum learning. quantum teaching. dan accelerated learning. Seluruh metode tersebut digunakan dalam rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa sebagai satu kesatuan yang mempunyai hubungan timbal balik. Peran guru sebagai pengajar atau fasilitator. sedangkan siswa merupakan individu yang belajar. Dengan demikian. semua pihak yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (guru dan siswa) telah mengetahui arah pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Slavin (1995) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama. di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk
2
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
mengaktifkan siswa melalui diskusi kelompok kecil yang terdiri atas 4 – 6 orang (Isjoni. 2011:16). Melalui model pembelajaran kooperatif. siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi dalam belajar matematika. Saat ini sudah banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang telah diterapkan di kelas-kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika. diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). dan TSTS. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe kooperatif yang dikembangkan Slavin yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu siswa dapat saling bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru sehingga semua siswa telihat aktif dan interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 – 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi. jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran. dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian. seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut. pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu (Trianto. 2007: 52). Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TSTS yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah. kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
JANUARI 2015
Penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar matematika. ternyata bukan lagi hal baru. Penelitian ini telah lama dilakukan di jenjang Sekolah Menengah. diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Darmin yang dilakukan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kendari (Darmin. 2011). penelitian yang dilakukan oleh Siti Jibaigun pada Siswa Kelas VII SMP Negri 10 Kendari ( Jibaigun. 2011). dan penelitian yang dilakukan oleh Alkhatimah Sufiana dan Kadir Tiya pada Tahun 2010. menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika (Tiya. 2011: 21). Bertolak dari penelitianpenelitian tersebut. maka ingin diketahui pula bagaimana hasil dari penelitian serupa jika dilaksanakan di jenjang Sekolah Dasar. Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Peserta didik diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan untuk aktif. baik dalam berdiskusi. tanya jawab. mencari jawaban. menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu. alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok. peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya. dapat mengatasi kondisi yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar (Widyantini. 2006:2). Menurut Piaget. pandangan mengenai sifat berpikir anak mengandung implikasi yang penting bagi pendidikan. Jika masa kanak-kanak dianggap semata-mata sebagai masa yang dilewati anak untuk menjadi orang dewasa kelak maka hubungan antara sistem pendidikan dan anak akan menjadi bersifat sepihak. Anak tinggal menerima hasil yang sudah jadi dari pengetahuan dan moralitas orang dewasa. Pengalaman pendidikan akan diatur dan diarahkan oleh guru dan disampaikan saja kepada anak. Dalam iklim pendidikan seperti itu. tugas-tugas pelajaran sekolah seperti mengarang akan diarahkan ke
3
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
tujuan kepatuhan dan bukan otonomi. Tetapi. jika masa kanak-kanak diterima sebagai suatu fase yang perlu dan penting dalam perkembangan berpikir logis. maka pendidikan akan dipandang secara berlainan. Jika dunia pikiran anak itu penting secara mendasar. maka itu bukan masa di mana anak mengumpulkan segala informasi yang diperlukan untuk menjadi orang dewasa. Pola berpikir anak itu akan mengalami perubahanperubahan kualitatif yang esensial bagi perkembangan berpikir abstrak logis. Maka dari itu. hubungan antara sistem pendidikan dan anak haruslah hubungan timbal-balik. Ancangan seperti itu terutama penting dalam mengajarkan matematika dan sains. Masalah yang ada berkenaan dengan pengertian-pengertian matematika dan fisika ialah bahwa pokok-pokok ini diajarkan seakan-akan merupakan seperangkat kebenaran yang hanya dapat dipahami dengan bahasa yang abstrak. Namun. matematika tersusun atas tindakan dan operasi. dan sebab itu. memahami matematika harus mulai dengan tindakan. Pembelajaran semacam itu hendaknya
JANUARI 2015
mulai di sekolah sebelum taman kanak-kanak dengan pemberian latihan-latihan mengenai panjang. luas. bilangan. dan seterusnya. meningkat ke eksperimen-eksperimen fisika dan mekanika di sekolah menengah (Gredler. 1991: 332). Menurut Piaget. pelajaran sains yang titik beratnya ialah eksperimentasi arah siswa sendiri perlu dimasukkan demikian pun eksperimentasi individual bilamana mungkin dalam bidangbidang ajaran yang lain. Misalnya. beberapa pelajar psikologi bisa diacarakan untuk melakukan eksperimentasi individual dalam psikolinguistik (Gredler. 1991: 333). Berdasarkan hal tersebut. dapat diketahui bahwa Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah dasar. memiliki pengaruh dalam bidang ajaran yang lain tak terkecuali matematika. Semua bahan ajar disampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai media komunikasi atau pengantar materi dalam pengajaran. Olehnya itu penelitian eksperimen ini mengaitkan pengetahuan bahasa Indonesia sebagai level.
METODE Penelitian Eksperimen ini menggunakan desain 2x2 faktorial dilaksanakan di SD Negeri 10 Poasia pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 74 orang sebagai populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan dua teknik. yaitu cluster random sampling dan simple random sampling. Teknik cluster random sampling dilakukan pada saat random kelas dengan tujuan untuk mendapatkan dua kelas
penelitian. yaitu satu kelas sebagai unit eksperimen dan satu kelas berikutnya sebagai unit kontrol. Teknik simple random sampling dilakukan pada saat random individu dengan sampel penelitian dari kedua kelas berjumlah 60 orang yang diambil berdasarkan kemampuan Bahasa Indonesia. Gambaran sampel yang terambil berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok (sel). ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Gambaran Pengambilan Jumlah Sampel Siswa Kelas V pada Setiap Sel dalam Penelitian Eksperimen di SD Negeri 10 Poasia Kota Kendari. Ai (Model Pembelajaran Kooperatif) A1 (TSTS) A2 (STAD) Jumlah Siswa
Bj (Kemampuan Bahasa Indonesia) B1 (Kelompok Atas) 15 15 30
B2 (Kelompok Bawah) 15 15 30
Variabel dalam penelitian ini adalah: (1) variabel bebas yang terdiri dari model
Jumlah Siswa 30 30 60
pembelajaran kooperatif (Ai). dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai A1.
4
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai A2, Kemampuan Bahasa Indonesia (Bj). dengan kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas (B1) dan kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah (B2); (2) variabel terikat yaitu hasil belajar matematika (Y). Penelitian eksperimen 2x2 faktorial ini menggunakan Randomized Control Group Design dengan gambaran : R E T O1 R K • O2 Keterangan : R =random; E = eksperimen; T = true eksperimen; K = kontrol; Ok= Observasi. k= 1. 2 (O1= tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan O2= tes yang diberikan pada kelas kontrol)…. (Djaali.2003:90). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrumen hasil belajar matematika berbentuk tes essei yang terdiri dari: (1) definisi konseptual. (2) definisi operasional. (3) kisi-kisi dan (4) soal essei. Instrumen hasil belajar matematika ini diambil setelah selesai proses belajar mengajar selama 6 kali pertemuan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat program siap pakai. yaitu SPSS/PC ver. 15.0 dan Microsoft Office XL 2007. Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari (1) Analisis validitas dan reliabilitas. (2) Analisis perilaku berkarakter. (3) Analisis deskriptif dan (4) analisis inferensial. Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis dilakukan peneliti dengan memberikan konsep instrumen yang telah disusun kepada 20 orang panelis. di validasi dan diperoleh
JANUARI 2015
30 butir soal yang valid. Selanjutnya dilakukan analisis reliabilitas terhadap instrumen hasil belajar matematika. hal ini dilakukan untuk melihat apakah instrumen tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipakai sebagai alat ukur untuk dapat mengukur hasil belajar matematika siswa dan (3) Analisis Inferensial untuk menguji sejumlah hipotesis melalui persamaan atau model analisa varians sebagai berikut: (i) Yijk = µ + (AB)ij + εijk. (ii) Yijk = µ + Ai + (AB)ij + εijk . (iii) Yijk = µ + Bj + (AB)ij + εijk dan (iv) Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk ; di mana: Yijk menyatakan obsevasi ke-k dalam sel (i.j). µ menyatakan parameter rerata Y. Ai menyatakan parameter pengaruh tingkat ke-i dari faktor A. Bj menyatakan parametr pengaruh tingkat ke-j dari faktor B. (AB)ij menyatakan pengaruh faktor interaksi pada sel (i.j). untuk i=1.2. … I. j=1. 2. 3. … J dan k= 1. 2. … N dan εijk menyatakan suku kesalahan random dengan asumsi mempunyai distribusi normal yang identik dan independen dengan mean/ekspektasi E(εijk)=0. dan varian konstan : Var(εijk) = σ2. Agung (2014, 56-67). Berkaitan dengan desain (ii) dan (iii) jika faktor interaksi A*B dalam pengujian hipotesis menolak hipotesis nol maka dilanjutkan penguji hipotesis bersyarat dengan memperhatikan tabel koefisien regresi non hirarki berdasarkan persamaan (ii) Y = α0 + α1[A=1] + α2 [A=1][AB=1] + α3 [A=2][B=1] + ε; dan (iii) Y = β0 + β1[A=1] + β2 [A=1][AB=1] +
β3 [A=1][B=2] + ε; sebagai mana ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Parameter Koefisien Regresi Non Hirarki Berdasarkan Hasil Dalam Tabel 9. Bj Ai A1 (TSTS) A2 (STAD) Selisih A1 – A2
Kemampuan Bahasa Indonesia B1 (Kelompok B2 (Kelompok Atas) Bawah)
α0 + α1 + α2 α0 + α3 α1 + α2 - α2
α0 + α1 α0 α1
5
Selisih B1- B2
α2 α3
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
Keterangan: α1 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1) dibandingkan dengan tipe STAD (A2) dengan syarat siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok bawah.
JANUARI 2015
dibandingkan dengan kelompok bawah (B2) dengan syarat siswa diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1).
α3 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas (B1) diabndingkan dengan kelompok bawah bawah (B2) dengan syarat siswa diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A2).
α2 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas (B1)
Tabel 3. Parameter Koefisien Regresi Non Hirarki Berdasarkan Hasil Dalam Tabel 11. Bj Kemampuan Bahasa Indonesia Ai B1 (Atas) B2 (Bawah) Selisih B1- B2 A1 (TSTS) β0 + β1 + β2 β0 + β3 β1 + β2 – β3 A2 (STAD) β0 + β1 β0 β1 Selisih A1 – A2 β2 β3 Keterangan: β1 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas (B1) dibandingkan dengan kelompok bawah (B2) dengan syarat siswa diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1).
dibandingkan dengan tipe STAD (A2) dengan syarat siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas (B1).
β3 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar
matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1)
matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1) dibandingkan dengan tipe STAD (A2) dengan syarat siswa dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok bawah (B2).
HASIL Secara empiris. hasil belajar matematika antara semua sel yang diperhatikan mempunyai perbedaan dalam mendukung hipotesis yang diajukan. Hasil analisis deskriptif antara perlakuan model pembelajaran kooperatif dan level kemampuan Bahasa Indonesia terhadap hasil belajar matematika. Dilanjutkan dengan pengelompokkan model pembelajaran kooperatif dan level kemampuan Bahasa Indonesia dan hasil belajar matematika (melalui syntax if). Hasil analisis deskriptif berdasarkan pengelompokkan syntax if digunakan untuk memberikan gambaran distribusi banyaknya siswa yang memperoleh nilai tertentu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil analisis pada Tabel 2. diperoleh hasil belajar matematika siswa banyak terdapat pada kategori-3 dengan interval nilai 65 – 75 yaitu sebanyak 24 siswa. disusul pada ketagori-4 dengan interval nilai 75 – 85 webanyak 14 orang siswa dan dengan demikian kategori siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dengan level penguasaan bahasa Indonesia pada interval nilai 65+ dengan kategori-3 ke atas sebanyak 39 orang siswa (65%) dari jumlah siswa sebanyak 60 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui eksperimen ini telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika.
β2 menyatakan perbedaan rerata hasil belajar
6
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
Tabel 5. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Pengelompokkan Syntax If
A/B A=1;B=1 A=1;B=2 A=2;B=1 A=2;B=1 Total
1.00 ( Y< 55) 0 1 0 2 3
Y (rata-rata nilai 6 kali pertemuan) 2.00 3.00 4.00 (55 ≤ 𝑌 < 65) (65 ≤ 𝑌 < 75) (75 ≤ 𝑌 < 85) 0 6 8 7 5 2 4 7 4 7 6 0 18 24 14
Berkaitan dengan kesimpulan hasil suatu pengujian hipotesis kiranya perlu dicatat bahwa apapun kesimpulannya. jangan ragu-ragu untuk melakukan pengujian hipotesis selanjutnya. Pernyataan ini didasarkan atas pemikiran bahwa data sampel merupakan data yang diperoleh berdasarkan kelompok individu yang kebetulan terpilih (Agung, 2006:44). Atas dasar asumsi varians sama antar keempat sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Indonesia untuk selanjutnnya melakukan analisis inferensial terhadap sejumlah hipotesis berturut-turut sebagai berikut.
5.00 (Y ≥ 85) 1 0 0 0 1
Total 15 15 15 15 60
Hipotesis-1. Rerata belajar matematika mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan IPA”. dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : β1 ≤ 0 vs. H1 : β1 > 0. Hasil analisis dalam Tabel 3. diperoleh nilai statistik Uji-t. = 5.397 dengan nilai-p/2 = 0.000/2=0.000 < 0.05. Dengan demikian. maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata belajar matematika mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan bahasa Indonesia.
Tabel 6. Hasil Analisis Rerata Hasil Belajar Matematika Terhadap Bahasa Indonesia Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model 1
(Constant) X
B 20.235 .646
Standardized Coefficients
Std. Error 8.846 .120
Beta .578
t 2.288 5.397
Sig. .026 .000
a Dependent Variable: Y Hipotesis-2. Rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk faktor model pembelajaran kooperatif dan kemampuan Bahasa Indonesia mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan”. dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : (AB)ij = 0 vs. H1 : bukan H0 (minimal ada satu parameter yang ≠ 0). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 baris A*B diperoleh nilai
statistik Uji-F =12.658. df=(3,56) dengan nilaip=0.000 < α = 0.05. Dengan demikian maka H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk faktor model pembelajaran kooperatif dan kemampuan Bahasa Indonesia mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan
7
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
Tabel 7. Analisis Hasil Belajar Matematika Menurut Desain A*B
Source Corrected Model Intercept A*B Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 1823.132(a) 275099.637 1823.132 2688.651 279611.420 4511.783
df 3 1 3 56 60 59
Hipotesis-3. Rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor penguasaan bahasa Indonesia untuk setiap tingkat faktor model pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis statistik yang diterapkan adalah H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0 (Minimal ada satu parameter yang ≠ 0). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 baris A*B diperoleh nilai
Mean Square 607.711 275099.637 607.711 48.012
F 12.658 5729.855 12.658
Sig. .000 .000 .000
statsitik Uji-F = 12.658. df = (3.56) dengan nilai-p = 0.002 < α = 0.05. Dengan demikian. maka H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor penguasaan bahasa Indonesia untuk setiap tingkat faktor model pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan.
Tabel 8. Hasil Analisis Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Desain A A*B
Source Corrected Model Intercept A A*B Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 1823.132(a) 275099.637 287.876 1535.257 2688.651 279611.420 4511.783
df 3 1 1 2 56 60 59
Hipotesis-4. Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level rendah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan”.dengan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : 𝛼 1 = 0 ; vs H1 : 𝛼 1 ≠ 0. Hasil analisis dalam Tabel 6 baris [A=1] diperoleh nilai statistik Uji-t = 0.563 dengan nilai-p = 0.576 > 𝛼 = 0.05. dengan demikian H0 diterima. Dengan diterima H0. maka dapat diambil kesimpulan
Mean Square 607.711 275099.637 287.876 767.628 48.012
F 12.658 5729.855 5.996 15.988
Sig. .000 .000 .017 .000
bahwa data tidak mendukung hipotesis yang diajukan. Hipotesis-5: Secara signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level tinggi yaitu atas rata-rata lebih tinggi dari siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level rendah yaitu kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Hipotesis statistik pihak kanan yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0 : 𝛼 2 ≤ 0 ; vs H1 : 𝛼 2 > 0. Hasil
analisis dalam Tabel 6 baris [A=1]*[B=1] 8
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
tersebut adalah: H0 : 𝛼 3 ≤ 0 vs H1 : 𝛼 3 > 0.
diperoleh nilai statistik Uji-t 4.992 dengan niloai-p/2 = 0.000/2 = 0.000 < 𝛼 = 0.05. dengan
Hasil analisis pada Tabel 6 baris [A=2]*[B=1] diperoleh nilai statistik Uji-t = 2.656 dengan nilai-p/2 = 0.010/2 = 0.005< 𝛼 = 0.05. dengan
demikian H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0. maka dapat diambil kesimpulan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan. Hipotesis 6: Secara signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level tinggi yaitu di atas rata-rata lebih tinggi dari siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level rendah yaitu kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Hipotesis statistik satu pihak yaitu pihak kanan yang diperlukan untuk menguji pernyataan
demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Secara signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level tinggi yaitu di atas rata-rata lebih tinggi dari siswa yang berkemampuan Bahasa Indonesia level rendah yaitu kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”.
Tabel 9. Estimasi Koefisien Regresi Hasil Belajar Matematika Menurut Desain A A*B Parameter Intercept [A=1.00] [A=2.00] [A=1.00] * [B=1.00] [A=1.00] * [B=2.00] [A=2.00] * [B=1.00] [A=2.00] * [B=2.00]
(α0) (α1) (α2) (α3)
B Std. Error 62.162 1.789 1.425 2.530 0(a) . 12.631 2.530 0(a) . 6.719 2.530 0(a) .
Hipotesis-7: Rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif untuk setiap faktor kemampuan bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan. Hipotesis statistiknya adalah: H0: (AB)ij = 0; vs H1: Bukan H0 (Minimal ada satu parameter yang ≠ 0). Hasil analisis pada Tabel 7 baris A*B diperoleh nilai
t 34.74 .563 . 4.992 . 2.656 .
Sig. .000 .576 . .000 . .010 .
95% Confidence Interval LB UB 58.579 65.746 -3.644 6.493 . . 7.563 17.700 . . 1.651 11.788 . .
statistik Uji-F = 4.363 df= (2.56) dengan nilai-p = 0.017 < α=0.05 maka H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat diambil kesimpulan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif untuk setiap faktor kemampuan bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan.
Tabel 10. Hasil Analisis Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Desain B A*B Dependent Variable: Y Source Corrected Model Intercept B A*B Error
Type III Sum of Squares 1823.132(a) 275099.637 1404.191 418.942 2688.651
df
Mean Square 607.711 275099.637 1404.191 209.471 48.012
3 1 1 2 56
9
F 12.658 5729.855 29.247 4.363
Sig. .000 .000 .000 .017
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Total Corrected Total
279611.420 4511.783 a R Squared = .404 (Adjusted R Squared = .372)
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
60 59
nilai p = 0.005 < 𝛼 = 0.05 maka demikian H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0. dapat diambil kesimpulan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar
Hipotesis-8. Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas lebih tinggi dari siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0: 𝛽1 ≤ 0 vs H1: 𝛽1 > 0. Hasil analisis dalam Tabel 8 baris [B=1] diperoleh nilai statistik Uji-t = 2.656 dengan nilai p/2 = 0.010/2 = 0.005 < 𝛼 = 0.05 dengan demikian H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0. maka dapat diambil kesimpulan bahwa data mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas lebih tinggi dari siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis-9: Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan tipe STAD. khusus untuk siswa yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0: 𝛽2 = 0 vs H1: 𝛽2 ≠ 0. Berdasarkan hasil
matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan tipe STAD. khusus untuk siswa yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis-10: Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut adalah: H0: 𝛽3 = 0 vs H1: 𝛽3 ≠ 0. Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 8 baris [A=1] * [B=2] diperoleh nilai statistik Uji-t = 0.563 dengan nilai p = 0.576 > 𝛼 = 0.05. dengan demikian H0 diterima. Dengan diterimanya H0. dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusus untuk siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan.
analisis dalam Tabel 8 baris [A=1]*[B=1] diperoleh nilai statistik Uji-t = 2.900 dengan
10
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
JANUARI 2015
Tabel 11. Estimasi Koefisien Regresi Hasil Belajar Matematika Menurut Desain B A*B Dependent Variable: Y Parameter Intercept [B=1.00] [B=2.00] [A=1.00] * [B=1.00] [A=1.00] * [B=2.00] [A=2.00] * [B=1.00] [A=2.00] * [B=2.00]
(β0) (β1) (β2) (β3)
B 62.162 6.719 0(a) 7.337 1.425 0(a) 0(a)
Std. Error t 1.789 34.746 2.530 2.656 . . 2.530 2.900 2.530 .563 . . . .
Sig. .000 .010 . .005 .576 . .
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 58.579 65.746 1.651 11.788 . . 2.268 12.405 -3.644 6.493 . . . .
a This parameter is set to zero because it is redundant. p=0.104 > α=0.05 sehingga H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa data tidak mendukung hipotesis yang diajukan atau Rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif dan faktor kemampuan bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang tidak signifikan.
Hipotesis 11: Rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif dan faktor kemampuan bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan. Hipotesis statsitik yang diperlukan adalah: H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0. Hasil analisis dalam Tabel 9 baris A*B diperoleh nilai statistik Uji-F = 1.730 df=(1,56) dengan nilai-
Tabel 9. Hasil Analisis Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Desain A B A*B Dependent Variable: Y Source Corrected Model Intercept A B A*B Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 1823.132(a) 275099.637 287.876 1404.191 131.066 2688.651 279611.420 4511.783
df
Mean Square 3 1 1 1 1 56 60 59
607.711 275099.637 287.876 1404.191 131.066 48.012
F 12.658 5729.855 5.996 29.247 2.730
Sig. .000 .000 .017 .000 .104
a R Squared = .404 (Adjusted R Squared = .372) PEMBAHASAN Pengaruh Faktor Interaksi terhadap Hasil Belajar Matematika Interaksi antara model pembelajaran faktor interaksi tanpa mengontrol faktor utama. kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dapat faktor interaksi dengan mengontrol model diartikan sebagai ketergantungan antara model pembelajaran kooperatif (faktor Ai). faktor pembelajaran kooperatif dan kemampuan Bahasa interaksi dengan mengontrol kemampuan Bahasa Indonesia secara bersama-sama dalam Indonesia (faktor Bj). faktor interaksi dengan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. mengontrol model pembelajaran kooperatif dan Faktor interaksi dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan Bahasa Indonesia (faktor Ai dan Bj).
11
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
Secara empiris. ternyata rata-rata hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas (A1B1) lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok siswa yang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah (A1B2). Hal ini dapat dilihat dari kolom mean. A1B1 memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi yaitu 76.2187 bila dibandingkan dengan A1B2 yang hanya mencapai rata-rata yaitu 63.5873. Dari standar deviasi. A1B1 memiliki nilai yang persis sama dengan A1B2 yaitu 6.63575 dan 6.63917 secara berturut-turut. Sedangkan dari varians. juga memiliki nilai yang hampir sama antara A1B1 dan A1B2 yakni 44.033 dan 44.079 secara berturut-turut. Secara empiris ternyata rata-rata hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas (A2B1) lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok siswa yang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah (A2B2). Hal ini dapat dilihat dari kolom mean. A2B1 memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi yaitu 68.8819 bila dibandingkan dengan A2B2 yang hanya mencapai rata-rata yaitu 62.1625. Dari standar deviasi, A2B1 memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 7.9368 bila dibandingkan dengan A2B2 yaitu 6.39501. Sedangkan dari varians. A2B1 memiliki nilai yang lebih rendah yaitu 63.039 daripada A2B2 yaitu 40.896. Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
JANUARI 2015
TSTS dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok atas yaitu sebesar 76.2187. Sementara rata-rata hasil belajar matematika siswa yang paling rendah adalah kelompok siswa yang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mempunyai kemampuan Bahasa Indonesia kelompok bawah yaitu sebesar 62.1625. Dapat disimpulkan bahwa skor tertinggi terdapat pada model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan penguasaan bahasa Indonesia kelompok atas. disusul model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan penguasaan bahasa Indonesia kelompok bawah. kemudian yang paling rendah adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas dan terakhir yakni model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan penguasaan Bahasa Indonesia kelompok bawah. Faktor interaksi secara inferensial dari keempat model yang diperhatikan menunjukkan nilai F hitung berfluktuasi. Nilai F hitung yang tertinggi terdapat pada faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol model pembelajaran kooperatif (model kedua). disusul faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia tanpa mengontrol faktor utama (model pertama) dan paling rendah terdapat pada faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol penguasaan Bahasa Indonesia(model ketiga). disusul faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia (model keempat) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1.
12
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
20,000
VOLUME 6 NOMOR 1
Faktor Interaksi
Fh
15,988
15,000 10,000
JANUARI 2015
12,658 4,363
5,000
Fh
2,730
0,000
A*B 1
2
3
4
Gambar-1. Nilai F Hitung Faktor Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan Bahasa Indonesia Terhadap Hasil Belajar Matematika
Pengaruh Faktor Interaksi terhadap Hasil Belajar Matematika Desain A A*B. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol(menyertakan) faktor utama model pembelajaran kooperatif (Ai). dengan empat hipotesis. satu hipotesis secara simultan berdasarkan statistik uji-F dan tiga hipotesis berdasarkan statistik uji-t. Hipotesis secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ini berarti bahwa keempat sel (keempat faktor) hasil belajar matematika antar sel mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan statistik uji-t. dua diantara tiga hipotesis menolak Ho. Ini berarti siswa yang memiliki penguasaan bahasa Indonesia kelompok atas relatif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki penguasaan Bahasa Indonesia kelompok bawah dalam memahami konsep matematika. Dari sini. jelas bahwa penguasaan bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran matematika. Menurut Arifin Muslim(2011:21). dalam artikel yang berjudul Peran Bahasa Indonesia Dalam Mata Pelajaran Lain. mengungkapkan bahwa anak yang rendah penguasaan bahasanya akan sangat sulit untuk bisa memahami pelajaran. Sebaliknya. anak yang penguasaan bahasanya tinggi mudah mempelajari dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil penelitian yang dikemukaan oleh Maonde (2013:136) menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika dengan tidak mengelompokkan
kemampuan bahasa Indonesia kelompok atas dan bawah dibandingkan dengan kemampuan IPA khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena dalam bahasa Indonesia terdapat 4 kemampuan dasar yang ditonjolkan. menyangkut kemampuan mendengarkan (menyimak). berbicara (bersuara), membaca (menelaah), dan menulis (mengungkapkan isi pikiran). Oleh karena iu. matematika sebagai bahasa simbolik menurut adanya penguasaan bahasa Indonesia dalam memahami simbol-simbol matematika sebagai notasi variabel yang diwakili dalam mempelajarinya. Dengan demikian. Tidak satu cara untuk memudahkan siswa dalam mempelajari matematika adalah dengan memacu siswa tersebut untuk memiliki penguasaan bahasa Indonesia dengan baik. Di samping itu. penolakan H0 pada kedua hipotesis tersebut juga disebabkan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dalam pembelajaran TSTS, ada beberapa prosedur yang harus dipenuhi. diantaranya terdapat aktivitas bertamu dan menerima kunjungan dari kelompok lain. Pada tahap ini. siswa yang bertamu menonjolkan penguasaan menyimak dan mengungkapkan isi pikiran. sedangkan siswa yang menerima kunjungan menonjolkan kemampuan berbicara. Dengan mengungkapkan konsep yang diketahui. akan membantu siswa untuk mengingat konsep tersebut dalam jangka waktu yang lama.
13
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
Dengan begitu. pada saat kembali ke kelompoknya. empat kemampuan tadi kembali
JANUARI 2015
berpadu sehingga konsep matematika dipelajari lebih mudah dipahami.
yang
Pengaruh Faktor Interaksi terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Desain B A*B. Faktor interkasi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol(menyertakan) faktor utama penguasaan bahasa Indonesia (Bi). dengan empat hipotesis. satu hipotesis secara simultan berdasarkan uji F dan tiga hipotesis berdasarkan uji t. Hipotesis secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ini berarti bahwa keempat sel (keempat faktor) hasil belajar matematika antar sel mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan statistik uji t. dua diantara tiga hipotesis menolak Ho. Ini berarti siswa yang di ajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS relatif lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika di kelas. Hal ini jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran matematika. Menurut Yusiriza(2010:2) dalam tulisannya yang berjudul Model Pembelajaran Kooperaatif Tipe TSTS. mengungkapkan bahwa siswa pada semua tingkatan/kelas yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. Hal ini berbeda pada penelitian yang dikemukakan oleh Suhar dan Sangila (2013:177) bahwa secara signifikan rerata hasil belajar matematika siswa dengan penguasaan bahasa Indonesia di atas rerata lebih tinggi tidak signifikan bila dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan di bawah rerata baik pada kelas TSTS. TTW maupun STAD. Dengan demikian pada dasarnya kembali pada hakikat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang dijelaskan temannya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang diperoleh dari kelompok lain. siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.
Pengaruh Faktor Interaksi terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Desain A B A*B. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan bahasa Indonesia dengan mengontrol (menyertakan) faktor utama model pembelajaran kooperatif (Ai) dan penguasaan bahasa Indonesia (Bi) termasuk interaksinya secara simultan. dengan hipotesis “ Rerata hasil belajar matematika untuk model pembelajaran kooperatif dan kemampuan Bahasa Indonesia termasuk interaksinya secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan”. Berdasarkan statistik uji-F. hipotesis menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia termasuk interaksinya secara simultan mempunyai perbedaan yang signifikan. Ini dapat dilihat dari bagaimana hasil belajar matematika
untuk siswa yang kemampuan bahasa Indonesianya tinggi dengan yang rendah dari masing-masing model pembelajaran. Signifikannya hipotesis tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. La Singga (2011:57) menyatakan melalui pembelajaran kooperatif berbagai tipe merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan motivasi dan keaktifan siswa. Disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill). Kemudian menurut Anita Lie (2001:20) model pembelajaran kooperatif akan
14
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaktif promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok. Siswa yang memiliki penguasaan Bahasa Indonesia yang tinggi (kelompok atas) cenderung memiliki nilai matematika yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki penguasaan Bahasa Indonesia yang rendah (kelompok bawah). Hal ini karena semua bahan ajar disampaikan dengan menggunakan bahasa
JANUARI 2015
Indonesia sebagai media komunikasi atau pengantar materi dalam pembelajaran. Anak yang rendah kemampuan bahasanya akan sangat sulit untuk bisa memahami pelajaran. Sebaliknya. anak yang kemampuan bahasanya tinggi mudah mempelajari dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian. dapat dikatakan bahwa kemampuan Bahasa Indonesia seseorang berhubungan positif dengan kemampuan memahami materi ajar yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara empiris rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia relatif mempunyai perbedaan dalam mendukung hipotesis yang diajukan. 2. Rerata hasil belajar matematika mempunyai pengaruh postitif terhadap bahasa Indonesia dengan R square (R2) = 33.4 % dengan kontribusi setiap perubahan satu satuan variabel X (matematika) akan meningkatkan bahasa Indonesia sebesar 0.334 satuan. 3. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan penguasaan Bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ini berarti bahwa model pembelajaran sebagai faktor A dan kemampuan Bahasa Indonesia sebagai faktor B antara pasangan kombinasi (i.j) saling bergantungan. 4. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia dengan mengontrol faktor utama model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan analisis bersyarat menggunakan statistik uji-t, dua diantara tiga
hipotesis menolak H0. Ini berarti siswa yang memiliki penguasaan Bahasa Indonesia kelompok atas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki penguasaan Bahasa Indonesia kelompok bawah khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif. 5. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia dengan mengontrol faktor utama penguasaan Bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan statistik uji t. dua diantara tiga hipotesis menolak H0. Ini berarti siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dengan syarat kedua kelompok bahasa jika dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 6. Faktor interaksi model pembelajaran kooperatif dan penguasaan Bahasa Indonesia dengan mengontrol faktor utama model pembelajaran kooperatif dan faktor utama penguasaan Bahasa Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Kedua faktor utama mempunyai pengaruh yang signifikan dan interaksi kedua faktor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Saran Hendaknya guru mampu mengorganisasikan waktu sebaik-baiknya karena dalam pembelajaran
kooperatif memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu. diharapkan pula kepada pihak sekolah
15
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 6 NOMOR 1
untuk menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan jumlah siswa dalam satu kelas agar tidak
JANUARI 2015
terjadi kelebihan kapasitas yang disesuaikan dengan kemampuan guru untuk mengelola kelas.
DAFTAR RUJUKAN Agung. I Gusti Ngurah. 2006. Statistika Penerapan Model Rerata-Sel Multivariat dan Model. (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada). Agung. I Gusti Ngurah. 2014. Manajemen Penyajian Analisis Data Sederhana Untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi yang Bermutu. (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada). Bey.
Anwar dan Waode Ekadayanti. 2013. “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan IPA”. Jurnal Pendidikan Matematika. 4(1): 19-34.
Darmin. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Status Pekerjaan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika. (Kendari: FKIP Unhalu). Gredler. Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan. (Jakarta: Penerbit CV. Rajawali). Isjoni. 2011. Cooperative Learning. (Bandung: Alfabeta). Jibaigun. Siti. 2011. Pengaruh model pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar matematika siswa. (Kendari: FKIP Unhalu) Listyani. Endang. 2007. Studi Tentang Strategi Guru Dalam Pembelajaran Matematika Menyikapi Pergeseran Paradigma Pendidikan Teacher Centered Ke Student Centered. dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika. (Yogyakarta: UNY). La Singga.2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dan TSTS Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika. 2(1): 53-66. Maonde. Faad. 2011. Aplikasi Penelitian Eksperimen dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. (Kendari: Unhalu Press).
Maonde. Faad. 2013. “Kesenjangan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran Kooperatif. Penguasaan Bahasa dan IPA”. Jurnal Pendidikan Matematika. 4(2): 101-126. Muhammad. Farouk dan Djaali. 2003. Metode Penelitian Sosial (Bunga Rampai). (Jakarta: CV Restu Agung). Nurhadi. 2003. Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang). Slavin. Robert E. 2005. Cooperative Learning. Teori. Riset dan Praktik. (Bandung: Nusa Media). Suhar dan Muh. Syarwa Sangila. 2013. “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan Bahasa Indonesia”. Jurnal Pendidikan Matematika. 4(2):157-178. Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasa-Dasar kependidikan. (Surabaya: Usaha Nasional). Tiya. Kadir dan Alkhatimah Sufiana. 2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif. Jenis Kelamin dan Kovariat Minat Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika 2(1): 21-32. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.. (Jakarta: Prestasi Pustaka). ----------.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka). Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif. PPPG Matematika.Yogyakarta. Diakses tanggal 8 Juli 2012 dari postingan http://www. p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP_Pe mbelajaran_Kooperatif.pdf
16