JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan IPA Anwar Bey1 & Waode Ekadayanti2
(1&2 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Haluoleo, email:
[email protected]) Abstrak: penelitian eksperimen ini menggunakan desain 3x2 faktorial bertujuan untuk mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika ditinjau dari faktor (Bj|Ai), dan faktor (Ai|Bj) dan perbedaan dalam perbedaan tipe-1 dan tipe-2. Berdasarkan analisis statistik Uji-F dan uji-t sebahagian besar dengan nilai-p<α=0,05, empat hipotesis pembelajaran menerima H0, yaitu C(5)≤C(6), C(1)=C(5), C(3)=C(5) yang berarti bahwa perbedaannya tidak signifikan, sedangkan empat hipotesis lainnya menolak H0, yaitu C(1) ≤C(2), C(3) ≤C(4), C(2)=C(6), C(4)=C(6). Analisis perbedaan dalam perbedaan berdasarkan statistik uji-t nilai-p<α=0,05, tipe-1 menolak H0 dan tipe2 menerima H0. Kata kunci: Pembelajaran Jigsaw, Student Team Achivement Division, Team Assisted Individualization, Penguasaan IPA PENDAHULUAN Mutu pendidikan di Indonesia pada mata pelajaran matematika perlu mendapat perhatian khusus, mengingat matematika merupakan ilmu dasar bagi disiplin ilmu yang lain sekaligus sebagai sarana untuk melatih siswa berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu, pengembangan matematika dalam upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan perlu ditangani dengan sungguh-sungguh baik oleh pemerintah maupun masyarakat karena banyak mengalami hambatan. Untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan, pemerintah maupun masyarakat menyelenggarakan sistem pendidikan yang efektif dan efisien yang disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dilaksanakan dalam berbagai jenjang pendidikan baik formal maupun informal. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar. Keberhasilan pendidikan formal banyak ditentukan oleh pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Melalui kegiatan
belajar-mengajar di kelas, peserta didik mempelajari sejumlah mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajarmengajar pada mata pelajaran matematika, dibutuhkan upaya yang maksimal dari setiap guru. Perencanaan yang cukup mantap akan mempengaruhi interaksi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sekaligus akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman; 2003:38). Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. Perinciannya adalah: 1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian, 2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif melalui lima jenjang kemampuan yaitu, menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan nilai, 3) ranah 19
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
psikomotor, meliputi keterampilan motorik, menipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol. Namun, hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Banyak upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan metode yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran matematika yang berkualitas dan menarik dengan metode yang tepat sangat diperlukan, karena disamping mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, matematika dapat melatih dan merangsang siswa untuk berpikir secara logis, rasional, operasional dan terukur sesuai dengan karakteristk ilmu. Ini dimaksudkan agar siswa simpatik dengan pembelajaran matematika di sekolah-sekolah, karena konsep matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh siswa. Pembelajaran matematika sering kali didapatkan bahwa siswa masih sukar menerima dan mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik dan susah untuk dipahami. Upaya mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, di mana siswa dapat belajar secara berkelompok, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan mengemukakan pendapat. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, di mana model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk mengatasi masalah di atas. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan agar siswa benar-benar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama temantemannya, baik yang sudah dikatakan cakap
JANUARI 2013
maupun yang masih dikatakan lemah dalam memahami konsep atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya pembagian kelompok belajar yang diarahkan untuk mencapai keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang diajarkan. Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Siswa-siswa terbagi dalam beberapa kelompok belajar dan bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, sehingga dengan model ini, siswa akan lebih mudah memecahkan masalah matematika dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Khoirul Anam dalam Supriyadi (2000:3) mengemukakan bahwa pemikiran dasar dari teknik Jigsaw adalah pemberian kesempatan kepada siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta di ajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dari proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut (Adellucky; 2010:2). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam 20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih unggul diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terutama bagi siswa yang sulit berinteraksi dengan guru karena sebagian siswa lebih mengerti materi pelajaran dari penjelasan teman-temannya. Selain itu dengan menggunakan model TAI dalam pelajaran matematika siswa yang bersangkutan jadi mampu bekerja pada tingkat kemampuan mereka sendiri dan meraih sukses (Arini; 2009:23). Slavin (2005:189-190) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalahmasalah yang bisa membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari
JANUARI 2013
memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Fokus pengajarannya adalah pada konsep-konsep yang ada di balik algoritma yang dipelajari para siswa dalam kegiatan individual. Pengaturan seperti ini memberikan kesempatan melakukan pengajaran langsung yang tidak terdapat dalam hampir semua metode-metode pengajaran individual. Alternatif lain yang bisa digunakan untuk menangani masalah yang dihadapi dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RPP berkarakter, karena pembelajaran yang menggunakan RPP berkarakter selain menguraikan secara rinci materi yang disajikan juga terdapat tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara simultan. Siswa ditanyakan kejujurannya dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, baik secara berkelompok maupun secara perorangan (Maonde; 2012:1). Peningkatan hasi belajar matematika juga dipengaruhi oleh mata pelajaran lain, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Matematika dan IPA memiliki kaitan yang erat. Matematika sangat ditunjang oleh IPA dan sebaliknya. Sehingga menguasai IPA sangat penting untuk menunjang hasil belajar matematika.
METODE Penelitian eksperimen ini menggunakan desain 3x2 faktorial dilaksanakan di SMP Negeri 9 Kendari pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yag terdiri dari 10 kelas paralel degan jumlah siswa 380 orang sebagai populasi. Teknik pengambilan sampel adalah teknik (i) cluster random sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dan (ii) simple random sampling, untuk menetukan besarnya sampel sebagai unit analisis diperoleh 3 kelas sampel yaitu 2 kelas eksperimen (perlakuan) dan 1 kelas kontrol,. Gambaran sampel yang terambil berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok (sel), ditunjukkan dalam Tabel 1 sebagai berikut:
21
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
Tabel 1 Gambaran Jumlah Sampel Yang Dibentuk Oleh Faktor Ai dan Bj Penguasaan IPA (Bj) Medel Pembelajaran IPA di atas rerata IPA di bawah rerata Kooperatif (Ai) (B=1) (B=2) Jigsaw (A=1) 15 15 STAD (A=2) 15 15 TAI (A=3) 15 15 45 45 Ʃ siswa di mana A = Model pembelajaran kooperatif, di mana A = 1 untuk siswa yang diajar dengan model pembelajara kooperatif tipe Jigsaw; A = 2 untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; A = 3 utuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, Bj = Penguasaan IPA; di mana B = 1 untuk siswa yang penguasaan IPA di atas rerata dan B = 2 untuk siswa yang penguasaan IPA di bawah R R
JANUARI 2013
Ʃ siswa 30 30 30 90
rerata. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yakni (i) model pembelajaran kooperatif, (ii) penguasaan IPA sebagai level dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar matematika (Y) sebelum diterapkan terlebih dahulu divalidasi oleh panelis (tim ahli) dengan menggunakan formula dari Aiken. . Penelitian ini menggunakan desain Randomized Control Group Desain sebagaimana dijelaskan pada desain berikut: E K
di mana : R=random; E=eksperimen; T=true eksperimen; K=kontrol; Ok=Observasi, k= 1, 2 (O1= tes hasil belajar matematika yang diberikan pada kelas eksperimen dan O2= tes yang diberikan pada kelas kontrol). Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknik yaitu (1) anaisis deskriptif dimaksudkan utuk mendeskripsikan karakteristik semua responden melalui skor
T O1 • O2 rerata, standar deviasi, skor minimum, dan skor maksimum . variabel yang diperhatikan melalui skor rerata dari masing-masing kelompok (sel) yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif da penguasaan IPA dan (2) analisis inferensial dipakai untuk menguji hipotesis perbedaan perlakuan antara Jigsaw dan STAD dengan TAI. Analisis untuk menguji hipotesis antara semua variabel bebas
Y= C(1)*(A=1,B=1)+C(2)*C(A=1,B-2)+C(3)*(A=2,B=1)+ C(4)*(A=1,B=2)+ C(5)(A=3,B1)+ C(6)*(A=3,B=2)+ ε … Agung (2011: 74)
di mana : A = 1 adalah model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; A = 2 adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD; A = 3 adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI; B = 1 adalah siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata; B = 2 adalah siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata
Hipotesis untuk menguji perbedaan dalam menggunakan formula (i) AC[(A,Y)|B=j] = π1j – π2j for each j = 1, 2; (ii) AC[(A,Y)|A=i] = π1i – π2i for each i = 1, 2 & 3; dan (iii) Difference in Differences (DID) = (π11 – π12) – (π21 – π22); ... Agung (2011:166). 22 20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
Analisis Proses pengujian ini dilakukan berdasarkan regresi non hierarki dalam ANAVA dua jalur dengan menggunakan program EViews 7. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan instrumen hasil belajar, yang terdiri dari: (1) definisi konseptual, (2) definisi operasional, (3) kisikisi dan (4) butir tes dengan bentuk soal essay.
HASIL Analisis inferensial didahului pengujian varians terhadap semua sel yang diperhatikan denagn hipotesis statistik sebagai berikut: :
H0 : = = : Bukan H0.
=
=
=
vs H1
Tabel 2 Hasil Analisis Statistik Uji Bartllet, Levenne’s, dan Brown-Forsythe Menurut Faktor A dan B Terhadap hasil Belajar Matematika Test for Equality of Variances of Y Categorized by values of A and B Date: 12/13/12 Time: 16:11 Sample: 1 90 Included observations: 90 Method
df
Value
Probability
Bartlett
5
5.900821
0.3160
Levene
(5, 84)
1.842920
0.1132
Brown-Forsythe
(5, 84)
0.957138
0.4489
Bartlett weighted standard deviation: 11.70904
Hasil analisis sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2 di atas pada uji Bartllet diperoleh nilaip=0,316> 0,05, uji Levene diperoleh nilai-p0,1132> 0,05 dan uji Brown-Forsythe diperoleh 0,4489> =0,05 sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 berdasarkan metode Bartllet, Levene, dan Brown-Forsythe dapat diambil kesimpulan bahwa data yang dipakai mendukung kebenaran asumsi suku kesalahan random mempunyai varian yang sama. Untuk menguji 10 (sepuluh) hipotesis berikut didahului pengujian variansi kovariansi dari Lavenne, Bartlett, Lavene dan Brow-Forsythe untuk menentukan homogeny tidaknya data yang diperoleh dalam penelitian ini. Hasil analisis sebagaimanan ditunjukkan pada Tabel 3 di atas. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa data homogen. Analisis inferensial diperlukan untuk menguji sejumlah hipotesis rerata perbedaan dengan faktor khusus maupun perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran kooperatif dan penguasaan IPA sebagai berikut: Hipotesis-1 dengan pernyataan: Ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif (Ai) dengan i=1,2,3 di mana A=1 adalah Jigsaw, A=2 adalah STAD, dan A=3 adalah TAI dan penguasaan IPA (Bj) ; dengan B=1 adalah kemampuan IPA di atas rerata, B=2 adalah kemampuan IPA di bawah rerata dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(1) = C(2) = C(3) = C(4) = C(5) = C(6) vs H1 : Bukan H0 20 23 4
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 3 bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata berikut dengan menggunakan statistik Uji-F hasil belajar matematika untuk semua sel yang diperoleh F-statistik=9.173036 db=(5,84) dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan penguasaan IPA. nilai-p=0,0000< =0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan [C(1)=C(2)=C(3)=C(4)=C(5)=C(6)] Wald Test: Equation: EQ01 Test Statistic
Value
df
Probability
F-statistic
9.173036
(5, 84)
0.0000
Chi-square
45.86518
5
0.0000
Value
Std. Err.
C(1) - C(6)
21.06667
4.275536
C(2) - C(6)
17.13333
4.275536
C(3) - C(6)
13.53333
4.275536
C(4) - C(6)
1.133333
4.275536
C(5) - C(6)
18.80000
4.275536
Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0)
Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-2 dengan pernyataan: khusus untuk siswa yang diajar dengan model perbedaan rerata hasil belajar matematika pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : rerata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa C(1) ≤ C(2) vs H1 : C(1) > C(2) yang memiliki nilai IPA di bawah rerata Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis [C(1)-C(2)] dengan syarat A=1 Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
4.328521 18.73609 18.73609
84 (1, 84) 1
0.0000 0.0000 0.0000
Value
Std. Err.
18.80000
4.343285
Null Hypothesis: C(1)=C(2) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(2)
Berdasarkan hasilRestrictions analisis dalam Tabel 4 0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya are linear in coefficients. berikut dengan menggunakan statistic Uji-t H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil diperoleh t-statistik=4,328521 belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata lebih tinggi db=(1,84) nilai-p/2 =0,0000/2=0,0000< = 19 24 5
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hipotesis-3 dengan pernyataan: perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(3) ≤ C(4) vs H1 : C(3) > C(4)
JANUARI 2013
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 5 berikut dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh t-statistik=3,330812 db=(1, 84) nilai-p/2=0,0013/2=0,00065< =0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis [C(3)-C(4)] dengan syarat A=2 Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
3.330812 11.09431 11.09431
84 (1, 84) 1
0.0013 0.0013 0.0009
Value
Std. Err.
14.46667
4.343285
Null Hypothesis: C(3)=C(4) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(4)
Hipotesis-4 dengan pernyataan: perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(5) ≤ C(6) vs H1 : C(5) > C(6) Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis [C(5)-C(6)] dengan syarat A=3 Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
0.905612 0.820134 0.820134
84 (1, 84) 1
0.3677 0.3677 0.3651
Value
Std. Err.
3.933333
4.343285
Null Hypothesis: C(5)=C(6) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(5) - C(6)
20 25 6
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 6 di dengan model pembelajaran TAI khusus atas dengan menggunakan statistik Uji-t untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas diperoleh t-statistik= 0,905612 db=(1, 84) rerata mempunyai perbedaan dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 nilai-p/2=0,3677/2=0,18385> =0,05 : C(1) = C(5) vs H1 : C(1) ≠ C(5). dengan demikian H0 diterima. Diterimanya H0 Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perbedaan rerata berikut dengan menggunakan statistik Uji-t hasil belajar matematika untuk siswa yang diperoleh t-statistik= -0,521878 db=(1, 84) memiliki nilai IPA di atas rerata tidak lebih nilai-p=0.6031> =0,05 dengan demikian H0 tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan untuk siswa yang diajar dengan model bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pembelajaran kooperatif tipe TAI. rerata hasil belajar matematika untuk siswa Hipotesis-5 dengan pernyataan: ada yang memiliki nilai IPA di atas rerata perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki matematika untuk siswa yang diajar dengan nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang diajar dengan model pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang diajar kooperatif tipe TAI. Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis [C(1)-C(5)] dengan Faktor Khusus B=1 Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
- 0.521878 0.272357 0.272357
84 (1, 84) 1
0.6031 0.6031 0.6018
Value
Std. Err.
-2.266667
4.343285
Null Hypothesis: C(1)=C(5) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(5) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-6 dengan pernyataan: ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(3) = C(5) vs H1 : C(3) ≠ C(5). Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 8 berikut dengan menggunakan statistik Uji-t
diperoleh t-statistik=-1.258648 db=(1,84) nilai-p=0.2116> =0,05 dengan demikian H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata.
19 26 72
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis [C(3)-C(5)] dengan Faktor Khusus B=2 Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
-1.258648 1.584194 1.584194
84 (1, 84) 1
0.2116 0.2116 0.2082
Value
Std. Err.
-5.466667
4.343285
Null Hypothesis: C(3)=C(5) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(5) Restrictions are linear in coefficients.
Hipotesis-7 dengan pernyataan: ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(2) = C(6) vs H1 : C(2) ≠ C(6).
Tabel 9 Hasil Pengujian Hipotesis [C(2)-C(6)] dengan Faktor Khusus B=1 Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
-3.944787 15.56134 15.56134
84 (1, 84) 1
0.0002 0.0002 0.0001
Value
Std. Err.
-17.13333
4.343285
Null Hypothesis: C(2)=C(6) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(2) - C(6) Restrictions are linear in coefficients.
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 9 di atas dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh t-statistik=-3.944787 db=(1, 84) nilai-p=0,0002< =0,05 dengan demikian H0
ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif 27 19 8
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata. Hipotesis 8. dengan pernyataan ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(4) = C(6) vs H1 : C(4) ≠ C(6)
JANUARI 2013
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 10 berikut dengan menggunakans tatistik Uji-t diperoleh t-statistik=-3,683847db=(1, 84) nilai-p=0,0004< =0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI khusus untuk siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata.
Tabel 10 Hasil Pengujian Hipotesis [C(4)-C(6)] dengan Faktor Khusus B=2 Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
-3.683847 13.57073 13.57073
84 (1, 84) 1
0.0004 0.0004 0.0002
Value
Std. Err.
-16.00000
4.343285
Null Hypothesis: C(4)=C(6) Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(4) - C(6)
Hipotesis-9 dengan pernyataan: ada perbedaan dalam perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan hipotesis statistik yang diperlukan adalah H0 : C(1)-C(2) = C(5)+C(6) vs H1 : C(1)-C(2) ≠ C(5)+C(6). Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 12 di atas dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh t-statistik=2,420362 db=(1,84) nilai-p/2=0.0177< =0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 11 di atas dengan menggunakan statistik Uji-t diperoleh t-statistik=2,420362 db=(1,84) nilai-p/2=0.0177< =0,05 dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata dibandingkan 20 28 9
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
JANUARI 2013
dengan siswa yang memiliki nilai IPA di Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar TAI. dengan model pembelajaran kooperatif tipe Tabel 11 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan dalam Perbedaan Tipe-1: C(1) - C(2) - C(5) + C(6) Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
2.420362 5.858150 5.858150
84 (1, 84) 1
0.0177 0.0177 0.0155
Value
Std. Err.
14.86667
6.142333
Null Hypothesis: C(1)-C(2)-C(5)+C(6)=0 Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(1) - C(2) - C(5) + C(6) Restrictions are linear in coefficients.
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 11 di Hipotesis-10 dengan pernyataan: ada atas dengan menggunakan statistik Uji-t perbedaan dalam perbedaan yang signifikan diperoleh t-statistik=2,420362 db=(1,84) rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata nilai-p/2=0.0177< =0,05 dengan demikian dibandingkan dengan siswa yang memiliki H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata yang diajar dengan model pembelajaran hasil belajar matematika untuk siswa yang kooperatif tipe STAD dan model memiliki nilai IPA di atas rerata dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe dengan siswa yang memiliki nilai IPA di TAI dengan hipotesis statistik yang bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar diperlukan adalah: H0 : C(3)-C(4) = C(5)dengan model pembelajaran kooperatif tipe C(6) vs H1 : C(3)-C(4) ≠ C(5)-C(6). Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Tabel 12 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Dalam Perbedaan Tipe-2: C(3) - C(4) - C(5) + C(6) Wald Test: Test Statistic t-statistic F-statistic Chi-square
Value
df
Probability
1.714875 2.940796 2.940796
84 (1, 84) 1
0.0901 0.0901 0.0864
Value
Std. Err.
10.53333
6.142333
Null Hypothesis: C(3)-C(4)-C(5)+C(6)=0 Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) C(3) - C(4) - C(5) + C(6)
20 29 0
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 12 berikut dengan menggunakan uji dua pihak diperoleh skor statistik Uji-t dengan tstatistik=1,714875 db=(1, 84) nilaip=0.0901> =0,05 dengan demikian H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
JANUARI 2013
rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata dibandingkan dengan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
PEMBAHASAN Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika (Bj|Ai) Perbedaan hasil belajar matematika menurut faktor Bj (j=1,2) dengan syarat Ai (i=1,2,3) adalah perbedaan hasil belajar matematika menurut penguasaan IPA dengan syarat model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tiga hipotesis yaitu hipotesis 2, 3 dan 4. Dari tiga hipotesis diperoleh dua hipotesis yang signifikan yaitu hipotesis 2 dan 3 sedangkan satu hipotesis tidak signifikan yaitu hipotesis 4. Signifikannya hipotesis 2 dan 3 (B=1 dibandingkan dengan B=2 dengan syarat Ai (i=1,2)) mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD belum dapat mengangkat atau menyetarakan kemampuan siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata dengan siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata. Ini diduga disebabkan kurangnya waktu diskusi di dalam kelompok masing-masing terutama pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena setiap kelompok mengirimkan perwakilan untuk berkumpul di kelompok ahli lalu membahas masalah yang sama, kemudian kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan hasil diskusi dari kelompok ahli. Lain halnya, dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Menurut Faktor Bj dengan Syarat Ai atau Model pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cenderung ada siswa yang tidak aktif pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung. Selain itu, juga karena di dalam diskusi kelompok ini kurangnya tanggung jawab dari masingmasing anggota kelompok. Tidak signifikannya hipotesis 4 (B=1 dibandingkan dengan B=2 dengan syarat A=3) mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat mengangkat atau menyetarakan kemampuan siswa yang mempunyai nilai IPA di atas rerata dengan siswa yang mempunyai nilai IPA di bawah rerata. Ini diduga disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan LKS secara individu. Namun tidak semua soal di LKS yang dapat dikerjakan secara individu, maksudnya ada soal yang dalam pengerjaannya membutuhkan teman diskusi untuk memdapatkan penyelesaiaan. Setelah waktu pengerjaan LKS secara individu habis, maka siswa membentuk kelompok untuk membahas soal-soal di LKS yang tidak dapat dikerjakan sendiri, dalam hal ini kelompok membantu individu.
Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Faktor Ai dengan Syarat Bj Perbedaan hasil belajar matematika yang terdiri dari empat hipotesis. Dari empat menurut faktor Ai (i=1,2,3) dengan syarat Bj hipotesis diperoleh dua hipotesis yang (j=1,2) adalah perbedaan hasil belajar signifikan yaitu hipotesis 7 dan 8 dan dua matematika menurut model pembelajaran hipotesis tidak signifikan yaitu hipotesis 5 dan kooperatif dengan syarat penguasaan IPA 6. 20 30
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
Tidak signifikannya hipotesis 5 dan 6 (A=1 dibandingkan dengan A=3 dengan syarat Bj(j=1,2)) mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI dengan menggunakan RPP berkarakter mempunyai kualitas yang relatif sama baik antara siswa yang dengan penguasaan IPA di atas rerata maupun yang di bawah rerata. Ini diduga disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih memacu dan mengaktifkan siswa dalam belajar karena kevariatifan dalam pembagian kelompoknya dan tanggung jawab mengerjakan soal yang diberikan pada masing-masing anggota kelompok. Pada saat diskusi kelompok ahli siswa berusaha menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan pada saat kembali ke kelompok asal siswa yang sudah memiliki keahlian masing-masing berusaha menjelaskan kembali apa yang telah diperoleh dari kelompok ahli pada teman kelompok asalnya, sedangkan teman kelompoknya berusaha menyimak apa yang ia ajarkan. Sehingga siswa tidak bosan dalam menerima pelajaran matematika. Sama halnya dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI. Model pembelajaran ini memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan LKS secara individu. Namun tidak semua soal di LKS yang dapat dikerjakan secara individu, maksudnya ada soal yang dalam pengerjaannya membutuhkan teman diskusi untuk memdapatkan penyelesaiaan. Setelah waktu pengerjaan LKS secara individu habis, maka siswa membentuk kelompok untuk membahas soal-soal di LKS yang tidak dapat dikerjakan sendiri, dalam hal ini kelompok membantu individu. Signifikannya hipotesis 7 dan 8 (A=2 dibandingkan dengan A=3 dengan syarat Bj(j=1,2)) mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TAI dengan menggunakan RPP berkarakter ada perbedaan antara siswa yang memiliki nilai IPA di atas rerata atau siswa yang memiliki nilai IPA di bawah rerata. Ini diduga
JANUARI 2013
disebabkan oleh penerapan RPP berkarakter belum berfungsi dengan baik dalam proses pembelajaran. Dari bentuk perlakuan yang diberikan pada kelas yang diajar dengan STAD pada tahap presentasi kelompok, masing-masing kelompok bebas mengutus anggotanya untuk mempertanggungjawabkan hasil diskusinya. Akibatnya, siswa yang pasif kurang mengambil andil dalam proses pembelajaran. Dari sini, secara kasat mata, siswa yang aktif tetap aktif dan siswa yang pasif enggan melibatkan dirinya karena merasa minder dalam kelompoknya. Siswa belum sepenuhnya memahami hakikat sesungguhnya dari model pembelajaran kooperatif, khususnya STAD. Lain halnya dengan kelas yang diajar dengan model pembelajaran TAI dalam memahami materi yang disajikan, kelompok siswa tersebut cenderung kurang berhasil dalam mengedepankan kerja kelompok dan dalam mengedepankan kerja individu. Terkadang siswa masih terlihat bosan karena mengerjakan LKS secara individu terlebih dahulu lalu secara kelompok. Di dalam kelompok masih terlihat siswa yang malas bekerja dan mengharap jawaban dari siswa lain. Pada akhirnya siswa yang lebih menonjol adalah siswa yang mempunyai sisi akademik yang baik. Adapun dalam penerapan RPP berkarakter baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, pada setiap pembelajaran dilakukan penyajian materi secara berulangulang, yaitu sebanyak tiga kali. Penyajian pertama yaitu ketika guru menjelaskan materi secara singkat, kedua melalui pengerjaan LKS secara berkelompok di mana LKS dilengkapi contoh soal serta kunci, dan terakhir pengerjaan LP-1 atau lembar kognitif produk oleh semua siswa secara individu. LP-1 diberikan untuk menguji pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. Pemberian materi secara berulang-ulang membuat siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi yang diajarkan. 20 31
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, STAD, dan TAI secara umum membuat siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi dan bertanya kepada teman dan guru jika ada hal-hal dalam LKS yang kurang dipahami. Anggota setiap kelompok juga berusaha saling bekerja sama dalam
JANUARI 2013
menyelesaikan soal-soal dalam LKS walaupun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan ketika guru ataupun anggota kelompok lainnya sedang menjelaskan. Halhal di atas didukung oleh hasil analisis perilaku berkarakter yang bervariasi antar individu sebagaimana yang digambarkan pada grafik 4.1.
Perbedaan Dalam Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Bj|Ai dan Menurut Ai|Bj. Perbedaan dalam perbedaan hasil menonjol adalah siswa yang mempunyai sisi belajar matematika menurut Faktor Bj (j=1,2) akademik yang baik. dengan Syarat Ai (i=1,2,3) adalah perbedaan Tidak signifikannya hipotesis 10 (B=1 dalam perbedaan hasil belajar matematika dibandingkan dengan B=2 dengan syarat A=2 menurut penguasaan IPA dengan syarat dibandingkan dengan A=3) mengandung arti model pembelajaran kooperatif memiliki dua bahwa model pembelajaran kooperatif tipe hipotesis. Dua hipotesis ini sama-sama tidak STAD dan TAI dengan menggunakan RPP signifikan yaitu hipotesis 9 (Tipe-1) dan 10 berkarakter mempunyai kualitas yang relatif (Tipe-2). sama baik antara siswa yang dengan Signifikannya hipotesis 9 (B=1 penguasaan IPA di atas rerata maupun yang di dibandingkan dengan B=2 dengan syarat bawah rerata. Padahal, dalam teori Ai(i=1,3) arti bahwa model pembelajaran menyebutkan bahwa hasil belajar matematika kooperatif tipe Jigsaw dan TAI dengan untuk siswa yang diajar dengan model menggunakan RPP berkarakter mempunyai pembelajaran kooperatif STAD mempunyai kualitas yang relatif sama baik antara siswa kecenderungan lebih baik dibandingkan yang dengan penguasaan IPA di atas rerata dengan siswa yang diajar dengan model maupun yang di bawah rerata. Ini disebabkan pembelajaran TAI. Ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw STAD lebih memacu dan mengaktifkan siswa lebih memacu dan mengaktifkan siswa dalam dalam belajar karena kevariatifan dalam belajar karena kevariatifan dalam pembagian pembagian kelompoknya. Selain itu, waktu kelompoknya dan tanggung jawab yang tersedia dalam pengerjaan LKS mengerjakan soal yang diberikan pada digunakan secara efisien sehingga siswa tidak masing-masing anggota kelompok. Sehingga bosan dalam menerima pelajaran matematika. siswa tidak bosan dalam menerima pelajaran Sama halnya dengan siswa yang diajar dengan matematika. Lain halnya dengan siswa yang model pembelajaran TAI. Model diajar dengan model pembelajaran TAI. pembelajaran ini, masih memberi kesempatan Model pembelajaran ini, siswa masih terlihat kepada siswa untuk mengerjakan LKS secara bosan karena mengerjakan LKS secara individu terlebih dahulu. Setelah waktu individu terlebih dahulu lalu secara kelompok. pengerjaan LKS secara individu habis, maka Di dalam kelompok masih terlihat siswa yang siswa membentuk kelompok untuk malas bekerja dan mengharap jawaban dari membahas soal-soal di LKS yang tidak dapat siswa lain. Pada akhirnya siswa yang lebih dikerjakan sendiri, dalam hal ini kelompok membantu individu.
21 32 2
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (i) secara umum, perilaku berkarakter siswa dalam pembelajaran relatif baik melalui penerapan RPP berkarakter; (ii) secara empiris, ternyata diperoleh rerata (mean) sebesar 53,9444, modus sebesar 67,00, median sebesar 53,5000, standar deviasi sebesar 14,14401, variansi sebesar 200,053, rentang (range) sebesar 65,00, nilai minimum sebesar 20.00 dan nilai maksimum sebesar 85,00; (iii) ada perbedaan yang signifikan rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan penguasaan IPA; (iv) perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut penguasaan IPA dengan syarat model pembelajaran kooperatif terdiri dari 3
JANUARI 2013
hipotesis. Hipotesis yang signifikan adalah hipotesis 2 dan hipotesis 3. Sedangkan hipotesis yang tidak signifikan adalah hipotesis 4; (v) perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif dengan syarat penguasaan IPA terdiri dari 4 hipotesis. Hipotesis yang signifikan adalah hipotesis 7 dan hipotesis 8. Sedangkan hipotesis yang tidak signifikan adalah hipotesis 5 dan hipotesis 6; (vi) perbedaan dalam perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut penguasaan IPA dan model pembelajaran kooperatif dengan syarat Penguasaan IPA atau model pembelajaran kooperatif terdiri dari 2 hipotesis. Hipotesis yang signifikan adalah hipotesis 9 sedangkan hipotesis yang tidak signifikan adalah hipotesis 10.
Saran Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (i) dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya menggunakan RPP berkarakter agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga dapat menilai karakter siswa; (ii) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel; (iii) dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Team Assisted Individualization (TAI) hendaknya guru membuat perencanaan dengan baik agar dalam pelaksanaan kedua model pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah yang hendak diterapkan.
DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Eviews. (Singapura:. Jhon Wiley dan Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta : Sons (Asia)). PT. Rineka Cipta). Arini, Yusti. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Adellucky.2010. Model Pembelajaran Kooperatif. Diakses tanggal 22 Juli 2012 dari http:// adelluckyy.uns.ac.id/modelpembelajaran-kooperatif.
(Cooperative Learning) dan Aplikasinya sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran (Skripsi). (Semarang: Universitas Negeri Semarang)
Agung, I Gusti Ngurah. 2011.Cross Section Experimental Data Analisis, Using 33 20 3
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 1
Maonde, Faad.2012. Laporan pengabdian dan pencerahan kepada masyarakat (Workshop pengembangan RPP berkarakter tingkat SMP pada mahasiswa pendidikan matematika). (Kendari : Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unhalu).
JANUARI 2013
Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning, Teori riset dan praktek. (Bandung: Nusamedia). Supriyadi. 2000. Pelangi Pendidikan. (Jakarta: Depdiknas).
34 20 42