PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA KNOWLEDGE-BASED SOCIETY (Studi Kasus Karet Rakyat dan lndustri Rumah Tangga Pangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan)
THE ROLE OF LOCAL GOVERNMENT TO SUPPORT THE DEVELOPMENT OF KNOWLEDGE-BASED SOCIETY (A Case Study of Smallholder's Rubber and Food Home Industries in Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatera Province)
WAHYUNING INDRIASIH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2008
PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA KNOWLEDGE-BASED SOCIETY (Studi Kasus Karet Rakyat dan lndustri Rumah Tangga Pangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan)
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
Disusun dan diajukan oleh
WAHYUNING INDRIASIH
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2008
TESIS PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA KNOWLEDGE-BASED SOCIETY (Studi Kasus Karat Rakyat dan lndustri Ruman Tangga Pangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi _Sumatera Selatan)
'
/ {,·. I
~
: r.
. .
: \ A,·, \,
~-
. _, .l''
·,. . "'· . •.__ •
'-
.
!: \
.
- ;_\" f· _,/
l
"j
>··' j l (~. I
\ '· .
~
;
I
' : i ;-.:··t) ) ',->~)··
' .
.
i
:f . . :·.
' . ·.. ~
,
)
·' -== -- -~-,.:... · ~-..--------::--:--~~
adjantji Amien,-CEng· · P·rof. Dr. lr. Darmawan Salman, MS. Ketua
Ketua Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilaya
Anggota
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Wahyuning lndriasih
Nomor Mahasiswa
P.0204207503
Program Studi
Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Manajemen Perencanaan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan terse but.
Makassar, September 2008
y
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur selayaknya Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, yang hanya dengan petunjuk dan kuasa-Nya maka penulisan tesis untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
pada program
Magister Konsentrasi
Studi
Manajemen
Perencanaan ini dapat selesai. Pengelolaan dan pemanfaatan situs web Pemerintah Kabupaten OKU (www.okukab.go.id) yang ada saat ini menggugah penulis untuk turut serta menyumbangkan pemikiran agar situs tersebut dapat lebih berguna bagi masyarakat Bumi Sebimbing Sekundang. Namun demikian apa yang Penulis tuangkan hanya bentuk demonstrasi dini tentang optimalisasi situs web resmi pemerintah daerah dengan fokus pada petani karet dan pelaku IRTP
dengan
produknya
yang
dominan
mewarnai
perekonomian
Kabupaten OKU. Tulisan ini boleh jadi sekedar mimpi atau "awang-awang" bagi mereka yang belum menyadari bahwa dunia bergerak menuju era pengetahuan, dimana masyarakat dunia sedang bertransformasi menuju masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society), namun Penulis yakin bahwa perwujudannya kelak adalah suatu keniscayaan. Banyak kendala yang dihadapi dalam penulisan tesis ini, oleh karena
itu
dengan
tulus
hati
Penulis
menyampaikan
ucapan
terima kasih kepada Prof. Dr. lr. A. Mappadjantji Amien, CEng dan Prof. Dr. lr. Darmawan Salman, MS yang telah meluangkan waktu dalam kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada Penulis hingga tesis
vi
ini
dapat
diselesaikan,
juga
kepada
Dr.
Agussalim,
SE.,
M.Si,
Prof. Dr. Hamka Naping, MA, dan Dr. lr. Junaedi Muhidong, M.Sc sebagai anggota komisi penilai yang telah memberikan masukan kritik dan saran. Terima kasih juga disampaikan kepada Bupati OKU yang telah memberikan kesempatan belajar kepada penulis, pimpinan dan rekan sejawat di Kantor PDE, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindag Koperasi dan PKM, dan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU yang banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian, Pengelola Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan, Pengelola PSKMP-UNHAS, serta rekanrekan
mahasiswa
Program
Magister
Konsentrasi
Manajemen
Perencanaan angkatan kelima. Kepada suami tercinta, Ari Murcono, SSTP, M.Si, terima kasih untuk kesabaran, keikhlasan, doa dan dorongan semangat selama penulis menempuh pendidikan, juga untuk "cahaya mata" Ozaki Akbar Cahaya Murti, ibu, adik-adik dan mamak untuk doa dan dukungannya, tak lupa pula rasa terima kasih dan untaian doa khusus bagi almarhum bapak yang nasihatnya
senantiasa
lekat
dan
menjadi
motivasi
bagi
penulis.
Jazakumullahu khairan katsiran bil jannah (semoga Allah membalas semua kebaikan dengan surga). Amin.
Makassar, September 2008 WAHYUNING INDRIASIH
ABSTRAK WAHYUNING INDRIASIH. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Berkembangnya Knowledge-Based Society, Studi Kasus Karet Rakyat dan lndustri Rumah Tangga Pangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan (dibimbing oleh A. Mappadjantji Amien dan Darmawan Salman).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kandungan pengetahuan yang ada dalam produk karet rakyat dan industri rumah tangga pangan serta mengetahui peran pemerintah daerah untuk dapat mendorong peningkatan kandungan pengetahuan tersebut melalui situs web resmi yang dimilikinya. Penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan ini menggunakan pendekatan strategi studi kasus. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap informan yang ditentukan dengan sengaja, sedangkan untuk mendukung informasi yang diperoleh digunakan metode dokumenter. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa knowledge content yang ada dalam produk karat rakyat dapat dilihat dalam tahapan usaha budidaya, pengolahan bahan olah karet (bokar), dan pemasaran bokar. Adapun knowledge content dalam produk IRTP dilihat dari proses produksi, distribusi dan pengembangan usaha. Untuk meningkatkan knowledge content dalam produk karet adalah dengan menambahkan pengetahuan tentang karakteristik bibit okulasi klon karet jenis unggul dan cara penangkarannya, SNI Bokar dan Standar Indonesian Rubber (SIR) kepada petani karet, sedangkan pengetahuan tentang keamanan pangan dan kewirausahaan perlu ditambahkan bagi pelaku industri rumah tangga pangan. Penambahan pengetahuan dilakukan dengan menyediakannya dalam situs web resmi pemerintah daerah.
ABSTRACT WAHYUNING INDRIASIH. The Role of Local Government to Support the Development of Knowledge-Based Society : A Case Study of Smallholder's Rubber and Food Home Industries in Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatera Province (supervised by A. Mappadjanlji Amin and Darmawan Salman) This research aims to describe the knowledge content in smallholder's rubber and food home industries, and to find out the role of local government to support the increase of knowledge content through their official web site. This research was carried out in Ogan Komering Ulu of South Sumatera Province by applying a case study approach. The primary data were obtained through observation, in-depth int~rview with selected informants, and documentation. The data were then analyzed using descriptive analysis. The results show that knowledge content in the product of smallholder's rubber and food home industries could be seen in the steps of cultivation, processing latex to become rubber, and marketing. Meanwhile, the knowledge C()ntent in home product industry is seen in production process, distribution, and business development. Knowledge content ih the product of smallholder's rubber could be improved by improving knowledge on the characteristics of superior grafting rubber clone, the way of planting it, Indonesian National Standard of latex to be rubber (SNI-Bokar), and Standard Indonesian Rubber (SIR) to rubber farmers. Meanwhile, knowledge on food security and entrepreneurship is necessary for workers of food home industries. The improvement of knowledge is done by providing it with official web site of local government.
DAFTAR lSI Halaman PRAKATA
v
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR lSI
IX
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
I.
II.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
12
C.
Tujuan Penelitian
12
D.
Kegunaan Penelitian
13
1
MASYARAKAT BERBASIS PENGETAHUAN A.
Konsep Pembangunan
14
B.
Pengetahuan
17
C.
Masyarakat Berbasis Pengetahuan
22
D.
Konsep Electronic-Government (e-Government)
25
E.
Situs Web Pemerintah Daerah
32
F.
Perkebunan Karet Rakyat
35
G.
lndustri Rumah Tangga Pangan
37
F.
Kerangka Pemikiran
41
X
Ill.
IV.
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
44
B.
Pengelolaan Peran Peneliti
44
C.
Lokasi Penelitian
45
D.
Jenis dan Sumber Data
45
E.
Teknik Pengumpulan Data
47
F.
Teknik Analisis Data
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN A.
B.
C.
Gambaran Umum Kabupaten OKU
1. Kondisi Fisik Wilayah
50
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
57
Kandungan Pengetahuan (knowledge content) dalam Produk
65
1. Knowledge Content dalam Produk Karet Rakyat
65
2. Knowledge Content dalam Produk IRTP
92
Pengetahuan (knowledge) Petani Karet dan Pelaku IRTP
106
1. Knowledge Petani Karet
107
2. Knowledge Pelaku IRTP
113
D. Penyediaan Knowledge dalam Situs Web www.okukab.go.id V.
50
118
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
131
B.
Saran
133
DAFTAR PUSTAKA
135
LAMP IRAN
139
DAFTAR TABEL halaman
nomor
1.
lnforman dalam penelitian
46
2.
Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten OKU
51
3.
Luas penggunaan lahan di Kabupaten OKU, Tahun 2007
53
4.
Luas penggunaan lahan di Kabupaten OKU yang mengalami pengubahan,Tahun2007
55
5.
Penduduk usia produktif menurut jenis pekerjaan utama di Kabupaten OKU, Tahun 2006
58
6.
Distribusi Persentase dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Sektor lndustri Pengolahan, Tahun 2006 dan 2007
60
7.
Luas areal tanaman karet rakyat menghasilkan di Kabupaten OKU, Tahun 2006 dan 2007
61
8.
Produksi karet rakyat di Kabupaten OKU, Tahun 2006 dan 2007
62
9.
Sebaran dan Jenls Tahun 2007
OKU,
64
10.
Perbandingan Lum Petani dengan SNI Bokar
84
11.
Perbandingan Slab Petani dengan SNI Bokar
85
12.
Knowledge content Kabupaten OKU
13.
Knowledge content dalam produk IRTP di Kabupaten OKU
106
14.
Perbandingan knowledge yang ada dengan knowledge yang seharusnya ada pada petani karet di Kabupaten OKU
107
15.
Perbandingan knowledge yang ada dan knowledge yang seharusnya ada pada pelaku IRTP
113
16.
Perbandingan Tampilan lsi Situs Web Resmi Pemerintah Kabupaten OKU, Kondisi Tahun 2006 dan 2007
120
usaha
dalam
IRTP
di
produk
Kabupaten
karet
rakyat
di
92
DAFTAR GAMBAR
nomor
halaman
1.
Kerangka Pikir
43
2.
Mekanisme Pemasaran Bokar secara Tradisional
90
3.
Sebuah Berita tentang Karet Rakyat dalam Situs Web www.okukab.go.id
125
DAFTAR LAMPIRAN
nomor
halaman
1.
Sketsa Peta Kabupaten OKU
139
2.
Homepage Situs Web Resmi Pemerintah Kabupaten OKU www. okukab. go. id
140
3.
Pedoman Umum Wawancara dan Hasil Wawancara
142
4.
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
146
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan suatu bangsa.
Pengembangan,
penguasaan
dan
pemanfaatan
ilmu
pengetahuan dan teknologi hanya dapat terjadi dalam suatu kebudayaan yang tinggi.
Kebudayaan yang mencakup sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, religi serta peralatan hidup dan perlengkapan
hidup suatu
menentukan
apakah
ilmu
bangsa
merupakan
pengetahuan
dan
faktor yang
amat
teknologi
dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan secara efisien dan produktif oleh masyarakat (Zuhal,2008). Masyarakat dalam perubahan peradaban dari waktu ke waktu menghendaki
adanya
peningkatan
taraf hidup.
Dalam
perjalanan
kehidupan masyarakat secara garis besar, sebagaimana dikemukakan oleh Anwar (2000), telah melalui empat periode dengan cirinya masingmasing. Pertama, masyarakat pengembara (nomadic society), masyarakat
tinggal di alam terbuka dan masih berpindah-pindah mengikuti alam yang menyediakan makanan (terutama binatang buruan), inti kehidupan sehari-
2
hari adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga (food gathering). Perubahan kehidupan te~adi sangat lambat hingga memasuki zaman Mesolithikum yang ditandai dengan kehidupan Sistem
masyarakat yang mulai bermukim dan berladang (huma).
pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma yang hanya mengandalkan humus sehingga bentuk pertanian ini wujudnya masih berpindah tempat (semi sedenter). Kedua,
pertanian
masyarakat
(agrarian
dalam
society),
kehidupannya mengenal sistem bercocok tanam (dikenal dengan sistem persawahan) dengan mulai menggunakan lahan yang terbatas dan kesuburan tanahnya dijaga melalui pengolahan tanah,
irigasi dan
pemupukan. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak lagi berpindah-pindah tempat, sebaliknya masyarakat berusaha untuk menghasilkan makanan (food producing). Sistem persawahan ini dikenal oleh masyarakat yang
hidup pada masa Neolitihikum. Kemampuan ini membawa perubahan besar yakni keteraturan karena masyarakat yang telah hidup menetap dan mulai mengenal sistem pertukaran barang (perdagangan barter). Ketiga, masyarakat perdagangan (mercantile society), kemakmuran
rakyat tercapai lewat pengembangan pertanian yang intensif dengan adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahlian. Hal ini berdampak
pada
kemajuan
perekonomian
yang
ditandai
dengan
perdagangan dan pelayaran yang secara langsung juga menunjukkan pengenalan
pengetahuan
yang
tinggi,
dimana
masyarakat
telah
3
memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak pelayaran untuk aktivitas perdagangan, mengenal ilmu perbintangan/astronomi sebagai penunjuk arah maupun sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian. Selain berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi juga mulai dikenal oleh masyarakat, teknologi pengecoran logam dimanfaatkan untuk menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam. Keempat. masyarakat industri (industry society). Perkembangan
teknologi kaitannya dengan industri melewati tahapan sebagai berikut : (1) gelombang pertama (1770-1830), didasarkan pada pengembangan dan penerapan mesin uap secara besar-besaran dalam industri tekstil, industri pengolahan besi dan keramik. (2) gelombang kedua (1830-1880), merupakan era aplikasi mesin uap dalam perkereta-apian, muncul industri pertama yang membuat perkakas dan industri alat-alat transportasi. (3) gel om bang ketiga ( 1880-1940), ditandai dengan berkembangnya electrical engineering dan industri berat, era dimana manusia mulai
menikmati otomotif, kapal, radio dan barang-barang yang dapat dipakai tahan lama. (4) gelombang
keempat
(1940-1980),
pada
akhir
periode
ini
mikroelektronika menjadi penting, ilmu dalam memacu teknologi sangat menonjol sehingga pusat-pusat penelitian, pengembangan dan rekayasa diadakan di semua industri.
4
(5) gelombang kelima yang merupakan era informasi komunikasi yang didominasi oleh teknologi berbasis elektronik, perangkat lunak, telekomunikasi, robotik, serat optik, material baru, bioteknologi dan kedirgantaraan. Saat ini kita berada pada peralihan dari periode masyarakat industri menuju masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge society, atau knowledge-based informasi.
Sejalan
society) dengan
yang juga dikenal itu
Drucker
sebagai
(dalam
masyarakat
Nugroho,
2001)
menegaskan dalam pernyataannya bahwa :
"The new society-and it is already her~is a post-capitalist society. It is a society where its basic economic resource is no longer capital, nor natural resources, nor labor. It is and will be knowledge." Adapun masyarakat post-capitalist yang dimaksudkan adalah masyarakat yang berbasiskan pengetahuan (knowledge-based society) yang
akan
menjadi
pendorong
kemunculan
ekonomi
berbasis
pengetahuan. Transformasi perekonomian dunia terjadi dari perekonomian yang didasari produksi pertanian dan industri menjadi perekonomian tatanan baru (new economy) atau dikenal sebagai ekonomi yang berdasarkan pengetahuan (knowledge-based economy). Cara suatu bangsa atau masyarakat untuk mampu mewujudkan pengetahuan sebagai landasan perekonomian dan perindustrian menentukan kesejahteraannya, oleh karena itu seluruh aktivitas kehidupan masyarakat harus didasarkan pada penciptaan, pemanfaatan, dan pendistribusian pengetahuan.
5
Dalam ekonomi ini, peranan material semakin mengecil dalam pembentukan kesejahteraan manusia. Produksi bukan sekedar proses mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi-bahan merupakan kata kunci, dimana suatu produk terdiri atas unsur sumber daya alam, energi dan tenaga kerja (yang porsinya mencapai 60%), tetapi dilihat sebagai proses integrasi pengetahuan (production is the integration of knowledge in to end product). Menurut Hasan (2001 ), barang hasil produksi berupa smart product, dimana unsur materialnya hanya 3% tetapi didalamnya
terkandung unsur ada peralatan modern seperti piranti lunak (software) dan rangkaian, yang semuanya berujung pada pengetahuan. Dengan kata lain, nilai tambah suatu produk akan ditentukan oleh seberapa banyak informasi dan pengetahuan yang menjadi isi dari produk tersebut. Semakin banyak content pengetahuan dalam suatu produk maka nilai dan gunanya akan semakin tinggi pula. Demikianlah dunia mulai memasuki era pengetahuan, era dimana modal intelektual menggeser modal finansial dan modal fisik sebagai kunci untuk meningkatkan kesejahteraan. Amien (2005b) mengatakan bahwa proses
adaptasi
merupakan
keniscayaan,
tanpa
adaptasi
suatu
masyarakat akan kehilangan interkoneksitas dengan lingkungannya dan akhirnya bermuara pada stagnasi yang akut. Dengan kata lain bahwa dalam transformasi yang sedang terjadi maka suatu masyarakat baik suka maupun terpaksa harus melakukan proses adaptasi, harus bergeser menuju masyarakat berbasis pengetahuan.
6
Tentang
keberadaan
suatu
masyarakat,
Ami en
(2005a: 172)
menjelaskan bahwa : "Masyarakat yang mendiami suatu bentang ruang tertentu dengan kelembagaan dan sistem kepercayaan yang beragam, serta sumber daya a/am dan kondisi lingkungan hidup, semuanya mesti tepatnya suatu jejaring dilihat sebagai satu kesatuan, interkoneksitas yang kuat, tetapi tetap terbuka, dalam arti merupakan "bagian" dari entitas lain yang memiliki dimensi ruang maupun dimensi fungsional yang lebih luas."
Dari penjelasan diatas maka Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), sebuah kabupaten di bagian barat daya wilayah Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu komponen atau bagian dari lingkungan global. Pada awalnya di wilayah kabupaten ini berdiam suku-suku asli, yakni Suku Ogan, Suku Komering, Suku Daya, Suku Pasemah, dan Suku Aji.
Jauh
sebelum
masa
kemerdekaan,
yakni
masa
Kesultanan
Palembang, sebagai daerah Uluan yang takluk dibawah kekuasaan kesultanan, maka dibentuklah Marga. Marga dikepalai oleh seorang Pesirah atau Depati. Pertumbuhan dan perkembangan marga-marga ini
melalui jalan geneologis sampai kepada territorial, dalam arti bahwa pada awalnya marga merupakan kampung-kampung kecil yang penduduknya hanya seketurunan, namun karena dorongan keadaan ekonomi menjadi dusun yang agak besar dan penduduknya terdiri atas beberapa keluarga yang berlainan keturunan. Kurang suburnya tanah di suatu tempat atau kampung sehingga penduduk
selalu
berpindah tempat
untuk
membuat
ladang
atau
bertambah banyaknya jumlah penduduk atau keluarga menjadi latar
7
belakang hidup berpindah (Panitia Penyusun Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu, 1993). Dalam perjalanannya, kehidupan masyarakat menjadi menetap, jumlah Marga yang ada saat itu sebanyak 39. Masyarakat mengusahakan Ume (ladang) dan lahan-lahan sawah tadah hujan secara tradisional serta
berkebun karet. Perkebunan karet yang diusahakan rakyat pada jaman Hindia Belanda pernah mengalami kemakmuran, zaman ini lazim disebut "Jaman Kupon" dimana Pemerintah memberi insentif kepada penduduk yang mau membuat kebun karet, karena karet menjadi tanaman dagang yang semakin laku di pasaran Eropa maka akhirnya muncul Gawe Raja (tindakan pemaksaan) yang menimbulkan kebencian di hati rakyat. Demikian hingga saat terjadi perang gerilya melawan Belanda pada waktu revolusi fisik, perkebunan karet rakyat yang letaknya terpisah-pisah menjadi kondisi yang menguntungkan bagi para pejuang. Marga resmi dihapus pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala
Daerah
Tingkat
Sumatera
Selatan
No.142/KPTSIIII/1983 tanggal 23 Maret 1983, sebagai konsekuensi berlakunya Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Namun demikian karena kondisi geografis dan sejarah maka kehidupan masyarakatnya tetap berciri agraris dengan mengandalkan usaha pertanian perladangan dan sawah tadah hujan, bahkan tanaman perkebunan semakin beragam, namun yang paling menonjol adalah karet, kepi, kelapa, kelapa sawit, duku, durian, dan lada.
8
Selain suku asli, terdapat juga suku pendatang yang membuat Kabupaten OKU menjadi majemuk, yakni Suku Palembang, Jawa, Sunda, Minangkabau, Bali dan etnis keturunan Tionghoa. Suku Jawa merupakan suku pendatang terbanyak karena adanya program transmigrasi. Eks unit pemukiman transmigrasi di Kabupaten OKU sebanyak 22 desa (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten OKU, 2008), meliputi tiga kawasan. Pertama, Kawasan Batumarta (Baturaja-Martapura), sejak tahun 1975 sampai dengan 1984 ditempatkan 6000 kepala keluarga yang meliputi 10 desa dengan pola usaha perkebunan karet. Kedua, Kawasan Proyek
Inti
Rakyat
Transmigrasi
(PIRTRANS)
Mitra
Ogan
yang
dilaksanakan pada tahun 1986 yang meliputi 8 desa dengan pola usaha perkebunan kelapa sawit dan 1 desa dengan pola usaha perkebunan karet. Ketiga, Kawasan Rantau Kumpai yang meliputi 3 desa dengan pola usaha agrowisata yakni komoditas unggulan buah-buahan, penempatan dilaksanakan pada tahun 1993. Hingga saat ini kondisi tersebut berdampak pada perekonomian daerah, sektor pertanian menjadi sektor unggulan (leading sector) hingga tahun delapan puluhan dominasinya secara berangsur-angsur mulai digeser oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan keberadan PT. Semen Baturaja, TBK. Namun demikian, dengan perhitungan Produk Domestik Regional Brute (PDRB) tanpa migas, sektor yang mencakup 5 sub sektor ini (yakni tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan
dan
hasil-hasilnya,
kehutanan,
dan
perikanan)
masih
9
menduduki peringkat tertinggi dengan kontribusi terbesar dari sub sektor perkebunan, sekaligus sebagai sub sektor penyumbang nilai terbesar terhadap pembentukan PDRB. Selain pertanian, masyarakat juga melakukan usaha dalam sektor industri pengolahan dimana kegiatannya meliputi usaha atau kegiatan pengolahan bahan organik atau an-organik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Sampai dengan tahun 2007, industri mayoritas yang ada di OKU umumnya dalam skala rumah tangga dengan jumlah unit usaha terbanyak pada industri agro dan hasil hutan (makanan dan hasil hutan). lndustri rumah tangga pengolahan makanan (lndustri Rumah Tangga Pangan) berjumlah 275 unit, sedangkan industri hasil hutan yang telah tercatat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten OKU hanya sebanyak 8 unit usaha. Adapun lapangan usaha lainnya sebagian besar tidak diusahakan langsung oleh masyarakat, tetapi dijalankan oleh pihak swasta (BUMN/BUMD) dan Pemerintah, dan beberapa lapangan usaha lain yang dijalankan oleh masyarakat tetapi tidak dominan dalam mewarnai perekonomian Kabupaten OKU. Upaya pembangunan sumber daya manusia sendiri direfleksikan dalam nilai lndeks Pembangunan Manusia (I PM) yang merupakan indeks komposit
dari
aspek
ekonomi
dan
aspek
non-ekonomi.
IPM
dipresentasikan oleh tiga komponen, yaitu Usia Hidup (longevity), Pengetahuan (knowledge), dan Standar Hidup Layak (decent living standard). Tahun 2006 IPM Kabupaten OKU bernilai 70,9 sehingga status
10
pembangunan manusia
Kabupaten
OKU berada dalam
kelompok
66siPM~80.
Dalam komponen pengetahuan, menggunakan indikator angka melek huruf (literacy rate) dan indikator rata-rata lama sekolah (means years of schooling-MYS). Dari komponen IPM Kabupaten OKU tahun
2006 diketahui angka melek huruf (AMH) sebesar 97,2 (mendekati kondisi ideallmaksimum 100) dan indeksnya bernilai 97,2 persen, sedangkan angka lamanya sekolah (ALS) sebesar 7,1 tahun (kondisi ideal 15) atau nilai indeks sebesar 46,0 persen, sehingga indeks pengetahuan bernilai 78,53.
Karena
kedua
indikator
tersebut
mencerminkan
tingkat
pengetahuan dasar (knowledge) maka keadaan ini mengindikasikan tingkat pengetahuan dasar (knowledge) masyarakat Kabupaten OKU berada pada status menengah ke atas, dengan kata lain dapat diartikan bahwa pengetahuan dasar yang dimiliki masyarakat cukup memadai (I PM Kabupaten OKU Tahun 2006). Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. menyerap
Kemampuan informasi
ini dan
dipandang
dapat membuat seseorang
pengetahuan
yang
diperlukan
untuk
meningkatkan kemampuan dan kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya pengetahuan
maka
mendapatkan
pengetahuan
idealnya
setiap
sepanjang
individu hidup
harus agar
senantiasa
dapat
segera
menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang
11
terjadi, menyikapi segala perubahan dan kemajuan dengan elegan tanpa harus meninggalkan aspek kepribadian serta jati dirinya. Sementara
itu
dalam
lingkungan
pemerintahan,
Pemerintah
Kabupaten OKU sendiri telah mulai memanfaatkan kemajuan taknologl informasi pemberian
untuk
mendukung
pelayanan
pembangunan
situs
aktivitas-aktivitas
publik web
(a-government) www.oku.go.id
pemerintahan dengan
dan
mengawali
(kemudian
menjadl
www.okukab.go.id) pada tahun 2004. lmplementasi a-government teraebut pada dasamya berada pada tingkat persiapan yang merupakan swat darl tingkatan selanjutnya, yaitu tingkat pematangan, tingkat pemantapan dan tingkat pemanfaatan sebagaimana pentahapan dalam lnstruksi Preaiden Nomor 3 Tahun
2003 tentang
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pengembangan E-Government. Situs web resmi pemerintah daerah diduga dapat lebih dari sekedar
situs
infonnasi,
pengembangan
dapat
menjadi
masyarakat
sebagai
keberadaannya teknostruktur
pilihan petengkap
dalam atau
komplementaris terhadap upaya-upaya konvensionaJ yang dilakukan pemerintah daerah selama ini, seperti berltlj( kegiatan penyullilan ataJ berbagai jenis petatitlan. Oengan demikian maka menjadi menarik untuk
mengetahui iebih jauh peranan pemerintah daerah daJam rangka
mendorong masyarakat Kabupaten OKU agar bef1(embang menjadi masyarakat berbasis pengetahuan.
12
Mendorong masyarakat agar tercipta "pergeseran" adalah sesuatu yang amat penting dan merupakan bentuk adaptasi. Jika pergeseran dimaksud tidak terjadi maka masyarakat akan tertinggal dari perubahan global dan menjadi terisolir dari lingkungannya. B. Rumusan Masalah Rumusan
masalah
dalam
penelitian
ini
diformulasi
dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kandungan pengetahuan (knowledge content) yang ada dalam produk karet rakyat dan industri rumah tangga pangan (IRTP) di Kabupaten OKU ? 2. Bagaimana peran
Pemerintah
Kabupaten
OKU
agar dapat
mendorong peningkatan kandungan pengetahuan (knowledge content) dalam produk karet rakyat dan IRTP melalui situs web-nya.
C. Tujuan Penelitian Sesuai pertanyaan penelitian tersebut diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk : 1. Mendeskripsikan kandungan pengetahuan (knowledge content) dalam produk karet rakyat dan IRTP di Kabupaten OKU. 2. Mengetahui peran yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten OKU dalam rangka mendorong peningkatan kandungan pengetahuan (knowledge content) dalam produk karet rakyat IRTP melalui situs
web-nya.
13
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan: 1. Secara
akademis,
dapat
memperkaya
pengetahuan
tentang
transformasi masyarakat menuju masyarakat berbasis pengetahuan. 2. Menjadi
masukan
bagi
Pemerintah
Kabupaten
OKU
dalam
memanfaatkan situs web pemerintah daerah sebagai bagian dari implementasi pengembangan e-Government.
BAB II
MASYARAKAT BERBASIS PENGETAHUAN
A. Konsep Pembangunan (2005a)
Amien
menjelaskan
bahwa
disamping
konsepsi
pembangunan yang telah mencapai tataran paradigma, seperti halnya modernisasi dan dependensia karena didukung oleh teori yang mapan dan dianut oleh kelompok masyarakat tertentu, juga terdapat "another development" atau pembangunan lain yang baru sampai pada tataran
konsep atau bahkan gagasan dan belum dianut secara luas, kemunculan atau pengembangannya untuk menjawab kelemahan dari paradigma modernisasi dan dependensia,
jadi tidak memiliki gagasan yang
bertentangan secara hakiki dengan doktrin dasar dari dua paradigma tersebut. Walaupun paradigma modernisasi yang menjadikan pembangunan ekonomi sebagai arus utama sehingga tujuan pembangunan lebih berfokus
pada
ekspansi
produktivitas
ekonomis,
atau
paradigma
dependensia dengan tujuan pembangunan adalah pembebasan negara berkembang dari eksploitasi negara maju, promosi ekonomi mandiri pada dunia ketiga,
dan
perbaikan
tatanan
ekonomi
dan
sosial
dunia
internasional (PSKPMP, 2002), bahkan another development (dengan pendekatan
pembangunan
berwawasan
lingkungan,
pendekatan
15
kebutuhan dasar, pembangunan berwawasan etnis, pembangunan yang identik
dengan
pembebasan
manusia
dari
ketertindasan
hingga
pembangunan yang idealnya bersifat endogen) sekalipun, namun pada dasarnya semua pendekatan tersebut mendasarkan pada kerangka paradigma yang sama, yakni paradigma Newtonian (Amien, 2005a: 139), yang menekankan pada tiga hal : reduksionistik, deterministik dan obyektivistik. Konsepsi kemandirian lokal muncul sebagai implikasi terjadinya pergeseran dari sains modern ke sains baru. Fokus utama pergeseran terletak pada tiga pilar: peralihan dari reduksionisme ke holisme, dari determinisme ke probabilisme dan dari obyektivisme ke kontekstualisme. Realitas
didefinisikan
sebagai
interkoneksitas,
bukan
lagi
obyek,
sebagaimana dipahami dalam paradigma sains modern. Hakikat
pembangunan
yang
dulunya
merupakan
rangkaian
program yang disusun secara komprehensif untuk mencapai sasaran atau tujuan yang terdefinisi dengan jelas, telah bergeser menjadi upaya-upaya untuk mempersiapkan tatanan menghadapi perubahan lingkungannya yang semakin dinamis demi untuk mempertahankan keberlangsungan keberadaannya. Konsep kemandirian dalam kemandirian lokal pada hakikatnya adalah kemandirian yang tidak bersifat absolut. Kemandirian tatanan adalah suatu sistem mandiri, tetapi senantiasa menerima dan memberi aliran "energi" kepada lingkungannya. Kata kunci untuk berhasil, dalam arti mampu menjaga keberlangsungan atau bahkan meningkatkan
16
kualitas keberadaan kita dalam dunia yang terus berubah, adalah kemampuan adaptasi-kreatif. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan agar interaksi dengan lingkungan dapat terus dipertahankan. Sistem yang terisolasi, dalam arti tidak memiliki interkoneksitas yang memadai
dengan
lingkungannya,
cepat atau
lambat akan
sirna.
Kepunahan itu disebabkan karena tanpa adanya interaksi, yang dalam aksi praktisnya berupa pertukaran energi dan informasi, maka entropi suatu sistem akan mencapai titik maksimum. Entropi adalah ukuran kemampuan sistem untuk melakukan kerja. Jika nilai entropi telah mencapai maksimum, maka kemampuan kerja sistem akan mencapai titik nadir. Artinya, tidak ada lagi proses kerja yang mungkin terjadi dalam sistem bersangkutan. Adaptasi-kreatif bukan sekedar proses penyesuaian diri terhadap tekanan atau pengaruh lingkungan, tetapi juga senantiasa mengacu kepada diri sendiri, dalam hal ini kepada identitas diri (self-reference). Dengan demikian proses itu tidak akan membuat suatu tatanan kehilangan identitasnya. Disamping itu, tatanan atau individu yang sehat akan memiliki kreatifitas yang inheren untuk senantiasa melakukan pembaharuan, atau tepatnya menciptakan realitasnya. Kombinasi antara penyesuaian diri terhadap pengaruh lingkungan dan keinginan untuk memperbaharui diri yang senantiasa mengacu kepada identitas diri melahirkan proses adaptasi-kreatif yang menjadi kata kunci bagi setiap
17
individu
dalam
mempertahankan
keberlangsungan
atau
adaptasi-kreatif
sebagai
bahkan
meningkatkan kualitas keberadaannya. Demikianlah
bahwa
proses
upaya
penyesuaian diri terhadap tekanan atau pengaruh lingkungan merupakan suatu keniscayaan, keharusan bagi suatu tatanan dalam menghadapi perubahan lingkungan agar tidak menjadi sistem yang terisolasi. B. Pengetahuan
Bank Dunia ( 1999) mengemukakan bahwa hal yang membedakan suatu negara miskin dengan negara kaya bukan karena lebih sedikitnya modal
yang
dimiliki,
tetapi
disebabkan
karena
mereka
memiliki
pengetahuan yang lebih sedikit. lnilah yang menjadi latar belakang usulan untuk melihat masalah pembangunan dari sisi pandang lain, yakni dari perspektif pengetahuan. Dua masalah kritis bagi negara berkembang adalah ( 1) knowledge about technology, dikenal dengan istilah pengetahuan teknis atau
sederhananya "know-how". Pada umumnya negara berkembang kurang dalam
pengetahuan
teknis
dibanding
negara
industri,
kondisi
ketidakmerataan ini disebut knowledge gaps (kesenjangan pengetahuan), dan (2) knowledge about attributes, adalah pengetahuan tentang "sifat" , seperti
mutu
dari
suatu
produk,
ketekunan
para
pekerja,
atau
kelayakan/kepatutan sebuah perusahaan-semua hal yang krusial dalam suatu pasar yang efektif. Kita menyebutnya posisi yang sulit karena tidak
18
lengkapnya pengetahuan akan sifat memunculkan information problems (masalah-masalah informasi). Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pengetahuan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian.
Sedang Definisi
pengetahuan menurut Davenport dan Prusak (dalam Setiarso, 2006) : "knowledge is a fluid mix of framed experience, values, contextual information, and expert insight that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences and information. It originates and is applied in the minds of knowers. In organizations, it often becomes embedde not only in documents or repositories but also in organizational routines, processes, practices and norms."
lntinya,
pengetahuan
dipandang
merupakan
campuran
dari
pengalaman, nilai, informasi kontekstual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi. Pengetahuan tidak hanya tersimpan dalam bentuk dokumen, tetapi juga dapat terkandung dalam rutinitas dalam sebuah organisasi, proses dan aturan atau norma. Pendapat Nonaka dalam Management Dynamism and Managerial Productivity (1993) yang dikutip oleh Setiarso (2007) mengemukakan bahwa inovasi merupakan suatu proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi. Pengetahuan sendiri terbagi atas dua bentuk, yaitu : ( 1) pengetahuan yang dinyatakanldiungkapkan secara explicit atau articulable;
berkenaan
dengan
pengetahuan
(transmittable) dalam bahasa formal, sistematik.
yang
dialihkan
19
(2) pengetahuan yang tidak terucapkan/terungkapkan (tacit): adalah pengetahuan yang bersifat pribadi yang sui it diformulasikan dan tidak mudah dikombinasikan, dan Pengetahuan yang tidak terungkapkan (tacit) itu dapat dibagi lebih lanjut dalam dua jenis: know how (atau aspek prosedural) dan semacam "frame of reference': dikenal sebagai mental models dan mencakup
paradigma, kepercayaan tradisional,
yang biasa kita pakai dalam
mempersepsikan dunia dan lingkungan. Dalam
konteks
kebendaan,
Kamus
Webster
mengartikan
knowledge adalah "the psychological result of perception and learning and reasoning", yakni sebagai hasil pemahaman secara psikologis dan
pembelajaran atau pertimbangan. Tetapi dalam hubungannya dengan komputer, Webster memberikan definisi khusus, pengetahuan diartikan sebagai berikut : "Knowledge differs from data or information in that new knowledge may be created from existing knowledge using logical inference. If information is data plus meaning then knowledge is information plus processing. A common form of knowledge, e.g. in a Prolog program, is a collection of facts and rules about some subject."
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah data ditambah makna, sedangkan pengetahuan adalah informasi ditambah proses atau pengolahannya. Dalam hubungannya dengan teknologi informasi, lndrajit (2006) juga sejalan dengan definisi diatas. Dikatakan bahwa informasi adalah hal yang esensi, merupakan "bahan mentah" dari pengetahuan (knowledge),
20
karena
dipergunakan
oleh
manusia
sebagai
penunjang
proses
pengambilan keputusan untuk berbagai kepentingan. Jika informasi diibaratkan "darah" yang mengalir ditubuh manusia, maka yang terpenting adalah
informasi
harus
didistribusikan
ke
pihak-pihak
yang
membutuhkannya agar terjadi proses penambahan nilai (adding value) bagi para pengguna dan mereka yang berkepentingan. Perjalanan informasi berawal dari data yang berasal dari fakta transaksi sehari-hari sebagai bahan pembentukan informasi, diolah lebih lanjut agar dapat menjadi pengetahuan (knowledge). Dari perspektif ekonomi maka informasi dan pengetahuan, seperti diuraikan oleh Steward (1997) dalam bukunya : lntelectual Capital, memang tidak sama dengan uang kas, sumber alam, tenaga kerja, dan mesin (Hasan, 2001 ). lnformasi adalah sumberdaya yang aneh (weird resources), karena beberapa alasan, yaitu:
(1) lnformasi merupakan public-good, yang dapat dipergunakan, tanpa dikonsumsi (can be used without being consumed). Karena itu, informasi bersifat non-substractive (tidak berkurang). Walaupun telah dijual, informasi yang sama bisa dijual pada pihak lain tanpa ada masalah. (2) Dalam ilmu ekonomi, nilai timbul karena kelangkaan (scarcity). ltu untuk sumberdaya ekonomi lain. lnformasi dan pengetahuan bertambah nilainya justru karena melimpah (abundant), bukan karena langka.
21
(3) Barang dan jasa padat pengetahuan memiliki struktur biaya yang "berat di depan" (front-loaded), artinya biaya untuk unit pertama akan tinggi dibanding dengan unit berikutnya. (4) Karena cirinya yang kreatif, pada informasi dan pengetahuan sulit dilihat keterkaitan antara masukan (input) dan keluaran (output}, oleh karena itu sulit untuk diprediksi tidak seperti modal tetap (mesin) yang lebih dapat diprediksi (predictable) Ciri-ciri diatas menunjukkan bahwa informasi dan pengetahuan bersifat barang tidak nyata (intangibles), senantiasa menunjukkan hasil yang meningkat (increasing returns) dan bukan menurun (diminishing returns).
Secara
umum
dapat
disimpulkan
bahwa
pada
dasarnya
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang, merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman dengan informasi, merupakan sumber daya yang nilainya semakin bertambah karena jumlahnya yang berlimpah dan bukan karena kelangkaan. Dalam perspektif teknologi informasi serta komputer, pengetahuan merupakan data yang telah dimaknai dan diproses lebih lanjut, dengan kata lain
informasi
merupakan
bahan mentah dari
pengetahuan.
Perjalanan informasi sendiri berawal dari data yang diperoleh dalam fakta sehari-hari.
22
C. Masyarakat Berbasis Pengetahuan
Masyarakat yang berbasiskan pengetahuan (knowledge-based merupakan
society)
pendorong
kemunculan
pengetahuan (knowledge-based economy).
ekonomi
berbasis
World Economy Forum
mengartikan ekonomi berbasis pengetahuan sebagai sistem ekonomi yang menciptakan, mendesiminasi dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing. Zuhal (2008) menulis ciri masyarakat berbasis pengetahuan, yakni (1) pengetahuan dan informasi menjadi faktor panting dalam setiap proses menciptakan nilai dalam masyarakat. Masyarakat dibangun dengan faktor utama
penciptaan
menciptakan,
menyebarkan,
dan
menggunakan
pengetahuan (knowledge) untuk meningkatkan nilai tambah hingga menaikkan
kesejahteraan,
(2)
terjadi
perubahan
cepat
dalam
pengembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information and Communication Technology) yang menjadi andalan bangsa. Sedangkan Pemerintah Kanada memaknai Knowledge Society (dalam lndrajit, 2006) sebuah komunitas yang memiliki ciri-ciri utama antara lain sebagai berikut : a. menyadari bahwa aset terbesar komunitas terletak pada kompetensi, keahlian,
dan
pengetahuan
(intelligence)
dari
masing-masing
anggotanya (sumberdaya manusia), bukan terletak pada sumberdaya
23
lainnya semacam kekayaan finansial, relasi dengan industri, maupun hal-hal sejenis lainnya; b. memahami
bahwa
pengetahuan
merupakan
hasil
metabolisme
berbagai entiti yaitu data/informasi, pengalaman, content, dan context; sehingga sehari-harinya mereka "haus" untuk mengkonsumsi hal-hal terse but; c. melakukan inovasi-inovasi baru dari hari ke hari, baik yang bersifat intangible maupun tangible, karena adanya kesadaran bahwa satu-
satunya cara untuk dapat bertahan dan menang dalam era global adalah berusaha menjadi produsen yang baik (menciptakan berbagai produk dan jasa dengan kualitas prima); dan d. memiliki standar kehidupan yang relatif telah baik, dalam arti kata masyarakat tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, yaitu sandang, pangan dan papan; sehingga prioritas aktivitas sehari-harinya saat ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dengan
cara
memperbaiki
aspek-aspek
semacam
keuangan, kesehatan, dan pendidikan. Suatu masyarakat berbasis pengetahuan terbentuk paling sedikit oleh lima elemen dasar (Lester C. Thurow dalam Zuhal2008), yaitu: 1. penataan
masyarakat,
merupakan
landasan
bagi
proses
pembangunan kesejahteraan suatu bangsa. 2. kewiraswastaan,
perubahan
memerlukan individu-individu yang
menghargai hal-hal yang baru yang berani mengambil inisiatif untuk
24
merealisasikannya, dalam hal ini kewiraswastaan diperlukan untuk melihat berbagai kemungkinan bisnis dari teknologi baru. 3. pembentukan pengetahuan, pengetahuan merupakan keunggulan
kompetitif yang perlu dimiliki suatu bangsa untuk bersaing secara global,
untuk
menciptakan
berbagai
pengetahuan
diperlukan
berbagai kreativitas. 4. keterampilan, sumberdaya manusia yang terampil diperlukan untuk
menemukan pengetahuan baru, menangani proses produksi yang panting, menjamin terlaksananya pemeliharaan yang memadai bagi peralatan yang rumit, dan bahkan untuk menggunakan produk atau proses yang mutakhir. 5. pengelolaan sumberdaya a/am dan lingkungan hidup, sumberdaya alam dapat digunakan untuk memproduktifkan industri,
tetapi
pengembangan teknologi telah mampu mengurangi penggunaan dan meningkatkan suplai secara efektif dari sumberdaya alam tersebut. Sebuah
studi
awal
yang
dilakukan
Syukri
(2005). tentang
kemungkinan mewujudkan knowledge-based society di Indonesia dengan metoda perhitungan distorsi informasi dalam budaya lisan, tiba pada kesimpulan bahwa knowledge-based society sulit diwujudkan, karena salah satu faktomya adalah masih kuatnya budaya lisan dibandingkan budaya tulisan. Dalam proses transfer informasi diantara para kandidat peneliti LIPI yang dijadikan obyek penelitian menunjukkan distorsi informasi rata-rata sebesar 33 persen.
25
Demikianlah bahwa dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan dan informasi menjadi faktor panting untuk meningkatkan kesejahteraan, untuk melakukan transfer pengetahuan dan informasi diperlukan bantuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga distorsi informasi dapat diperkecil serta dominasi budaya lisan dapat dikurangi. D. Konsep Electronic-Government (e-Government) Konsep e-Government berkembang karena adanya tiga pemicu utama, yaitu (1) era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap bangsa jika tidak ingin diasingkan dari pergaulan dunia, (2) kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan dengan amat cepat dan dapat segera disebarluaskan ke berbagai belahan dunia dalam hitungan waktu yang amat singkat mengharuskan pemerintah untuk
mengkaji
fenomena
yang
ada
secara
benar
agar
dapat
mereposisikan peranan dirinya, dan (3) meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari semakin membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan ekonominya. (lndrajit, 2006). Bank Dunia (www.worldbank.org) mendefinisikan e-Govemment sebagai berikut : "e-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relation with citizens, businesses, and other arms of government "
26
Berdasarkan definisi dari World Bank, a-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah (seperti: Wide Area Network, Internet dan
mobile
computing)
yang
memungkinkan
pemerintah
untuk
mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan. Pengembangan a-Government hendaknya memperhatikan elemen tiga sukses, yaitu support, capacity, dan value. Support yang dimaksud adalah adanya "potical will', dukungan dari para pejabat publik dan politik, tidak cukup hanya keinginan saja tetapi mencakup kesepakatan untuk menjadikan a-Government sebagai salah satu kunci sukses dalam mencapai visi dan misi bangsa yang untuk itu a-Government harus menjadi
prioritas.
Capacity
diartikan
sebagai
kemampuan
atau
keberdayaan pemerintah setempat mengalokasikan sumberdaya yang memadai untuk membangun a-Government, melengkapinya dengan insfrastruktur dan superstruktur pendukung, serta mensosialisasikan e-Govemment. Jika elemen pertama dan kedua merupakan aspek yang
dilihat dari sisi pemerintah sebagai penyedia jasa (supply side) maka dalam elemen ketiga membutuhkan ketelitian pemerintah dalam memilih prioritas jenis aplikasi a-Government yang harus didahulukan dalam pembangunan sehingga benar-benar memberikan manfaat (value) bagi masyarakatnya. Dalam
implementasinya,
pelayanan
yang
ditawarkan
oleh
pemerintah melalui a-Government dapat dikategorikan dengan melihat
27
dua aspek utama, yaitu aspek kompleksitas (menyangkut seberapa rumit) anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan,
dan aspek manfaat (berkenaan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya). Pada dasarnya konsep e-Government merupakan tantangan transformasi. Menurut lndrajit (2006:37), fungsi teknologi informasi dalam kerangka ini tidak sekedar sebagai penunjang manajemen pemerintahan yang ada, tetapi justru merupakan driver of change dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Tahapan transformasi terdiri dari lima aspek utama, yakni ; ( 1) bagaimana e-Government dapat merubah prinsip "service to citizens" menjadi
"service
by citizens",
jika
pada
awalnya
pemerintah
memanfaatkan teknologi informasi untuk memperbaiki kinerja dan kualitas
pelayanannya
kepada
masyarakat,
maka
pada
akhir
transformasi diharapkan masyarakat melalui sistem e-Government dapat melayani dirinya sendiri (madani); pada kerangka ini fungsi pemerintah berubah dari "mengatur'' ke "fasilitator''. (2) mencoba mengubah fenomena " citizens in-line" menjadi "citizen online", artinya bahwa masyarakat tidak lagi harus mengantri dan
menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan karena semuanya dapat dilakukan secara on-line melalui internet.
28
(3) mencoba mengatasi permasalahan "digital devide" (kesenjangan digital) dan menjamin terciptanya sebuah "digital democracy'' karena kesenjangan digital tidak hanya akan berpengaruh terhadap efektivitas penggunaan
teknologi
informasi
untuk
meningkatkan
kinerja
pemerintah dan kualitas kehidupan masyarakat, namun lebih jauh dapat menyebabkan tertinggalnya negara yang bersangkutan dari kemajuan negara lain dalam teknologi informasi. Tujuan akhir dari e-Govemment ini adalah agar tercipta sebuah sistem informasi digital
yang dapat menunjang terciptanya demokratisasi dalam kehidupan bernegara. (4) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah dengan
menggantikan
proses-proses
"paper-based'
(berbasis
dokumen/kertas) dengan mengimplementasikan secara utuh konsep "government online" .
(5) mencoba menggunakan "digital knowledge" sebagai pengganti dari "physical
knowledge"
yang
selama
ini
dipergunakan
sebagai
sumberdaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Digital knowledge adalah bagaimana hasil pengolahan data dan informasi yang mengalir dalam infrastruktur e-Government dapat dimanfaatkan dan dijadikan sumber pengetahuan berharga bagi siapapun yang membutuhkan. Digital knowledge dikatakan lebih baik dari physical knowledge karena proses penciptaan dan penyebaran pengetahuan secara digital jauh lebih mudah dan murah dibandingkan
29
proses penyebaran pengetahuan secara konvensional. Harapannya adalah bahwa kualitas pengetahuan masyarakat akan berkembang secara cepat dan signifikan melalui pemanfaatan sistem dan teknologi informasi yang ada. Komitmen
pemerintah
untuk
menerapkan
e-Government
diwujudkan dengan menerbitkan lnstruksi Presiden Rl Nomor 3 Tahun 2003
tentang
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pengembangan
e-Government. Pengembangan e-Govemment merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan
kepemerintahan
yang
berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan e-Government dapat dilaksanakan melalui em pat tingkatan, yaitu :
1. Tingkat 1-Persiapan,
meliputi
pembuatan situs informasi dan
komunikasi pada setiap lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah misalnya Muptipurpose Community Center, Wamet, SME-Center, dan lain-lain, serta sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik.
30
2. Tingkat 2-Pematangan, meliputi pembuatan situs web informasi publik
yang
bersifat
interaktif
dan
pembuatan
antar
muka
keterhubungan dengan lembaga lain. 3. Tingkat 3-Pemantapan, meliputi pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik dan pembuatan interoparebilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain. 4. Tingkat
4-Pemanfaatan,
meliputi
pembuatan
aplikasi
untuk
pelayanan publik yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Businees (G2B) dan Government to Consumers (G2C). Dalam
langkah
pelaksanaannya
kebijakan
pemerintah
mengembangkan a-Government di Indonesia melakukan pendekatan untuk
mensinergikan
dua
kepentingan,
yakni
(1)
kepentingan
pendayagunaan pemahaman dan pengalaman masing-masing instansi tentang pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, dan (2) kepentingan untuk penataan sistem manajemen dan proses kerja yang terpadu. Dalam konteks teknologi informasi dikenal tiga komponen, yaitu (1) komponen infrastruktur, (2) piranti lunak, dan (3) isi atau muatan (content). Keragaman budaya dapat menjadi daya saing dan kekhasan kebudayaan sekaligus dapat menjadi sumber untuk pengembangan content. Dalam hubungannya dengan pelayanan publik sebagai salah satu misi pemerintah daerah, fungsi ini dapat diperluas lingkupnya, dengan
31
peran sebagai pelayan pengetahuan (knowledge server, istilah yang diperkenalkan oleh Duderstad). Pelayan pengetahuan adalah salah satu dari peran utama yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh Perguruan Tinggi
di
masa
menggambarkan pengetahuan,
kini
dan
terutama
tugas
dan
fungsinya
dalam
arti
di
menyimpan,
masa
sebagai
mendatang penyedia
menghasilkan,
yang
layanan menjaga,
mentransmisikan, mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan dalam berbagai bentuk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Amien, 2005b). Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) (dalam konteks ini ada 3 komponen yang dikenal, yaitu infrastruktur, piranti lunak, dan isilmuatan) adalah dalam rangka mencoba mengatasi kesenjangan digital, penyebab tertinggalnya suatu negara dari kemajuan negara lain. Pengetahuan dalam bentuk digital
(digital knowledge) adalah bagaimana hasil pengolahan data dan informasi
yang
mengalir
dalam
infrastruktur
e-government
dapat
dimanfaatkan dan dijadikan sumber pengetahuan berharga bagi siapapun yang membutuhkan, pengetahuan ini dibutuhkan sebagai sumberdaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Dengan demikian untuk memproses digital knowledge harus dipikirkan isi/muatannya, dan untuk menampilkannya perlu dukungan infrastruktur, terwujudnya hal ini mencerminkan peran pemerintah daerah sebagai penyedia pengetahuan
(knowledge server).
32
E. Situs Web Pemerintah Daerah Situs web pemerintah daerah dapat dikatakan sebagai perubahan bentuk penggunaan media komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (/C7) yang merupakan salah satu strategi dalam melaksanakan pengembangan e-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Situs web pemerintah daerah berada pada tingkat pertama dalam pengembangan e-Government di Indonesia. Adapun sasarannya adalah agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet (Kementerian Kominfo, 2003). Dengan demikian situs web pemerintah daerah dimaksudkan untuk diterapkan dan digunakan pada instansi-intansi pemerintah daerah yang secara teratur berhubungan satu sama lain, serta harus memberikan informasi dan layanan kepada masyarakat. Pembuatan situs web pemerintah daerah sesuai dengan keinginan pemerintah didalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, yaitu: 1. perolehan informasi secara mudah, benar, adil, dan luas cakupan; 2. penyebaran informasi melalui media elektronik yang meliputi : a. semua bahan yang telah diterbitkan atau bahan-bahan yang telah berada di luar perlindungan hak cipta (boleh diketahui oleh umum);
33
b. semua informasi yang dibuat dan dikumpulkan sesuai undangundang
yang
berlaku
(tunduk
kepada
pertimbangan-
pertimbangan kepekaan komersial dan rahasia pribadi); c. semua dokumen yang diperlukan bagi kepentingan masyarakat Beberapa
kriteria
perlu
diperhatikan
dalam
membuat
dan
mengelola situs web pemerintah daerah, dimana kriteria ini merupakan gambaran ciri-ciri kunci yang akan membentuk dasar situs tersebut. Kriteria dimaksud mencakup : 1. fungsi, aksesibilitas, kegunaan; yakni berfokus pada keperluan pengguna, tidak diskriminatif, profesional dengan desain menarik dan berguna sesuai dengan kebutuhan pengguna yang beragam. 2. bekerjasama; situs web pemerintah daerah harus saling bekerjasama untuk menyatukan visi dan misi pemerintah. 3. isi yang efektif; berusaha mendapatkan kepercayaan masyarakat dengan penyediaan materi (data dan informasi) terbaru dan tepat. 4. komunikasi dua arah; perlu ditentukan cara terbaik untuk menangani dan merespon pertanyaan atau tuntutan atas penjelasan dalam waktu secepatnya. 5. evaluasi kesuksesan; didasarkan pada data seputar pengunjung yang akan memberikan gambaran kebutuhan pengguna sangat menentukan kesuksesan situs.
34
6. kemudahan
menemukan Situs;
harus dilakukan promosi dan
mendaftarkannya ke mesin pencari sehingga mudah ditemukan pengguna. 7. pelayanan yang diatur dengan baik; menggunakan sumber yang terpercaya, strategi yang jelas, tujuan, dan target pengguna, serta strategi pengembangan masa depan, termasuk langkah menuju pusat data yang dinamis dari media digital lainnya. Ciri-ciri ini terus berevolusi dan dengan sendirinya akan terus diperbaharui secara berkala sesuai dengan perkembangan yang terjadi. lsi
minimal
situs web
pemerintah
daerah
yang
ditentukan
pemerintah berdasarkan pengamatan yang telah dilakukannya mencakup (1) selayang pandang, (2) pemerintahan daerah, (3) geografi, (4) peta wilayah dan sumberdayanya, (5) peraturan/kebijakan daerah, dan (6) buku tamu. Yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan situs web pemerintah daerah adalah perolehan dan penyebaran informasi dengan dua kriteria kunci yang terpenting untuk membuat dan mengelolanya yakni fungsi, aksessibilitas, atau kegunaan, dimana fokus pada keperluan pengguna dan berdesain menarik; dan isi yang efektif, yang berusaha mendapatkan kepercayaan masyarakat dengan penyediaan materi (data dan informasi) yang tepat dan terbaru. Pemenuhan isi minimal situs web pemerintah daerah sesuai ketentuan
dengan
mempertimbangkan
kedua
hal
diatas
meningkatkan manfaat situs web bagi pengguna atau masyarakat.
akan
35
F. Perkebunan Karet Rakyat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman mendefinisikan petani secara umum dengan pengertian orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan/atau media tumbuh tanaman untuk budidaya tanaman. Sistem budidaya tanaman merupakan bagian dari pertanian, adalah suatu sistem yang ruang lingkupnya mencakup proses kegiatan produksi sampai dengan pascapanen. Sistem budidaya
tanaman
merupakan
pengembangan
dan
pemanfaatan
sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia dengan modal, teknologi, dan sumber daya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. Khusus tanaman perkebunan diatur dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, dimana usaha budidaya tanaman perkebunan merupakan serangkaian kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan sortasi. Pekebun sendiri adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala tertentu, yakni skala usaha perkebunan yang didasarkan pada luasan lahan usaha, jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, modal dan/atau kapasitas pabrik yang diwajibkan memiliki izin usaha. Perkebunan merupakan segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam
36
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Usaha perkebunan terdiri atas budidaya tanaman perkebunan dan/atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan (yaitu pengolahan hasil perkebunan yang bahan bakunya menurut sifat dan karakteristiknya tidak dapat dipisahkan dengan usaha budidaya tanaman perkebunan terdiri dari gula pasir dari tebu, teh hitam dan teh hijau serta ekstraksi kelapa sawit). Karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat panting peranannya di Indonesia karena selain sebagai sumber lapangan kerja juga memberikan kontribusi dari sumber devisa non-migas. Perkebunan karet juga telah diakui menjadi sumber keragaman hayati yang bermanfaat
dalam
pelestarian
lingkungan,
sumber
penyerapan
karbondioksida dan penghasil oksigen, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di sekitamya. Selain itu tanaman karet ke depan akan merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu yang selama
ini
mengandalkan
hutan
alam
(Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian, 2005). Hal ini mendukung cerahnya prospek agribisnis karet alam di masa datang, karena disamping adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam juga adanya kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi
37
dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pemerintah telah menetapkan standar nasional bahan olah karet rakyat (bokar) dalam rangka perbaikan mutu bokar melalui SNI-Bokar Nomor 06-2047-2002 tanggal 17 Oktober 2002 dengan kriteria nilai kadar karet kering, kebersihan, ketebalan, dan jenis koagulan. Adapun jenis bokar bermacam-macam, yakni lum, slab, sit dan lateks (Balai Penelitian Sembawa, 2003). G. lndustri Rumah Tangga Pangan
Pemerintah
mengklasifikasi
usaha
ekonomi
produktif
yang
dijalankan masyarakat kedalam usaha mikro, kecil dan menengah. Kriteria yang digunakan adalah jumlah kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan hasil penjualan tahunan. Usaha mikro adalah usaha yang jumlah kekayaan bersihnya maksimal 50 juta, usaha kecil lebih dari 50 juta sampai dengan 500 juta, dan usaha menengah lebih dari 500 juta sampai dengan paling banyak 10 milyar rupiah. Sedangkan kriteria hasil penjualan tahunan untuk usaha mikro maksimal 300 juta, usaha kecil 300 juta hingga 2,5 milyar, dan usaha menengah 2,5 milyar sampai dengan 50 milyar rupiah (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008). Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah mencakup dua hal. Pertama, penumbuhan iklim usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah
dengan
jalan
mengupayakan
kondisi
untuk
38
memberdayakan secara sinergis melalui penetapan peraturan perundangundangan dan kebijakan dalam aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan,perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Disini masyarakat dan dunia usaha diharapkan berperan aktif untuk membantu upaya tersebut. Kedua, pengembangan usaha, dimana Pemerintah dan Pemerintah
Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan desain dan teknologi. Upaya fasilitasi ini berupa pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan
dan
meningkatkan
kemampuan
dan
daya
saing.
Sedangkan pembiayaan merupakan penyediaan dana oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan bukan bank untuk pengembangan dan perkuatan modal. Disisi lain Badan Pusat Statistik biasa mengelompokkan kegiatan produksi dari banyaknya jumlah tenaga
ke~a
sehingga industri terbagi
atas industri besar (tenaga kerja =:!:1 00 orang), industri sedang (tenaga kerja 20 hingga 90 orang), industri kecil (tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang), dan industri kerajinan rumah tangga (tenaga kerja s 5 orang). lndustri kerajinan rumah tangga dikelompokkan lagi kedalam jenis industri (1) makanan, (2) tekstil dan pakaian jadi, (3) kayu dan barang-barang dari kayu, (4) percetakan, (5) kimia, (6) pengolahan bahan galian, (7) industri
39
dasar, besi dan baja, (8) logam dan barang-barang dari logam, dan (9) pengolahan lainnya (PDRB Kabupaten OKU Tahun 2007). lndustri rumah tangga yang mengolah makanan lebih ditegaskan lagi oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, dimana dijelaskan bahwa lndustri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari
segi
kuantitas dan
kualitasnya.
Mengingat kadar
kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pangan didefinisikan sebagai: "segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman" Sedangkan pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan (berupa bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, seperti pewarna, pengawet, pemanis, penyedap rasa, anti kempal, pemucat dan pengental). Hal ini
40
mencakup baik pangan olahan yang siap untuk dikonsumsi langsung maupun pangan olahan yang harus dimasak terlebih dahulu. Pangan yang dikonsumsi masyarakat pada dasarnya melalui suatu mata rantai proses yang meliputi : produksi (adalah proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk pangan), penyimpanan (merupakan kegiatan menyimpan pangan baik di sarana produksi maupun distribusi), pengangkutan (kegiatan dalam rangka memindahkan pangan dari satu tempat ketempat lain dengan cara atau sarana angkutan maupun dalam rangka
produksi,
peredaran
peredaran
(penyaluran
dan/atau
pangan
perdagangan
kepada
masyarakat
pangan), baik
dan untuk
diperdagangkan maupun tidak). Perdagangan pangan diartikan sebagai kegiatan dalam rangka penjualan dan/atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan. Dalam seluruh prosesnya harus memenuhi persyaratan sanitasi dari sisi sarana dan prasarana, penyelenggaraan kegiatan dan orang perseorangan. Agar hal ini dapat terwujud maka harus diterapkan pedoman cara yang baik, yang mendasar dan khusus pangan olahan adalah cara produksi pangan olahan yang baik dan cara distribusi pangan yang baik. Mengingat keterbatasan IRTP dalam hal bangunan, fasilitas sanitasi, peralatan serta karyawan maka yang diizinkan untuk diproduksi hanya jenis pangan yang tidak beresiko tinggi terhadap kesehatan
41
sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) menetapkan produk yang tidak berada dalam lingkup usaha IRTP, yakni susu dan hasil olahannya; daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses/penyimpanan beku; pangan kaleng; pangan untuk bayi; minuman beralkohol; air minum dalam kemasan; pangan yang wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia dan pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IRTP pada dasarnya merupakan industri yang mengolah pangan, tempat usaha di rumah tinggal, dikerjakan secara manual ataupun dengan peralatan sederhana dan secara umum dapat digolongkan dalam kelompok usaha mikro.
H. Kerangka Pemikiran Kabupaten
OKU
sebagai
suatu
tatanan
sekaligus
sebagai
komponen dari tatanan dunia yang sedang bertransformasi, dituntut untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Masyarakatnya harus bergeser menuju knowledge-based society atau masyarakat berbasis pengetahuan, jika tidak ingin terisolasi atau termarginal dari lingkungannya. Produk karet yang dihasilkan oleh petani karet di OKU dalam perjalanannya mendominasi perekonomian daerah, demikian juga dengan produk IRTP sebagai produk hasil industri pengolahan yang jumlahnya paling banyak dibanding jenis industri pengolahan lainnya. Oleh karena itu
42
perlu diketahui knowledge content yang ada dalam produk-produk tersebut. Adapun produk-produk lain yang dihasilkan dari lapangan usaha lain yang tidak dominan atau sama sekali tidak diusahakan langsung oleh masyarakat
tidak
dianalisis
content
pengetahuannya
karena
pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Kandungan pengetahuan (knowledge content) dalam produk karet rakyat
akan
dilihat
dari
usaha
budidaya
(mencakup
pratanam,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan), pengolahan bahan olah karet dan pemasaran bokar, sedangkan untuk produk IRTP pengetahuan dalam produk dilihat melalui rantai proses pangan yang mencakup produksi, distribusi dan pengembangan usaha. Selain diperoleh informasi tentang knowledge content dalam produk karet rakyat dan produk IRTP maka dengan tahapan-tahapan tersebut juga diidentifikasi pengetahuan petani karet dan pelaku IRTP yang ada sehingga dapat dianalisis pengetahuan apa yang perlu ditambahkan kepada petani dan pelaku IRTP agar knowledge content produk mereka dapat meningkat atau memiliki nilai yang lebih tinggi. Untuk mengetahui peran yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten OKU dalam rangka mendorong peningkatan knowledge content produk karet rakyat dan IRTP melalui situs web-nya maka terlebih
dahulu ditinjau proses pengolahan informasi hingga dapat ditampilkan dalam situs web www.okukab.go.id yang berjalan selama ini.
43
Skema
kerangka
pemikiran
dalam
penelitian
sebagaimana
digambarkan berikut. Gambar 1 :
Kerangka Pemikiran Penelitian
Masyarakat OKU
Pro~uk I
-------------~--------------------------------L--------------
Produk Karet Rakyat
1. Usaha Budidaya 2. Pengolahan Bahan Olah Karet (Bokar)
3. Pemasaran Bokar I lnformasi
Produk lndustri Rumah Tangga Pang an
1. 2. 3.
I
Produk lain
Produksi Distribusi Pengembangan usaha
I lnformasi
~ Situs Web Pemda
Pengetahuan
LingkupPenelftian
•------------------------------------------------------------Masyarakat Berbasis Pengetahuan (Knowledge-Based Society)
l l
Peningkatan Nilai Produk
Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge-Based Economy)
lnformasi
BAB Ill
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan strategi stu,di kasus (case study) dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Sebagaimana dijelaskan
Yin (2002: 13) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan tipe pertanyaan "bagaimana" dan "mengapa", bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang knowledge content yang ada dalam produk karet rakyat dan industri rumah tangga pangan serta mengetahui peran Pemerintah Kabupaten OKU untuk mendorong peningkatannya melalui pemanfaatan situs web,
maka
dipilihlah format deskriptif, sesuai salah satu tujuan format deskriptif menurut Bungin (2007:68). B. Pengelolaan Peran Peneliti
Dalam melakukan penelitian, peneliti berperan sebagai instrumen utama, dan keberadaan peneliti dalam melaksanakan pengumpulan data primer melalui wawancara dan observasi diketahui dan dikenal oleh informan. Dalam wawancara informan terbuka dan leluasa dalam memberi
45
informasi
atau
data,
untuk
mengemukakan
pengetahuan
dan
pengalamannya, utamanya yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian. Wawancara dilaksanakan dalam kondisi santai sehingga spontanitas terjadi semacam obrolan atau diskusi.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kabupaten OKU, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan salah satu daerah penghasil karet alam di Provinsi Sumatera Selatan, industri rumah tangga pangan merupakan industri terbanyak, dan pemerintah daerahnya telah memiliki situs web res mi.
D. Jenis dan Sumber Data 1. Data primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya (lokasi penelitian). Data tentang karet berasal dari informan yang ditentukan dengan sengaja karena dipandang memiliki pengetahuan yang cukup serta mampu menjelaskan keadaan sebenamya tentang usaha budidaya, pengolahan bahan olah karet (bokar) dan pemasarannya, sedangkan informasi tentang IRTP berasal dari informan yang dianggap mampu menjelaskan rantai proses pangan yang mencakup produksi, distribusi dan pengembangan usaha. Jumlah informan sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel.1 berikut ini.
46
Tabel.1
No.
lnforman dalam penelitian
lnforman
Jumlah (orang} 22
Keterangan Terdiri atas petani petani pemilik lahan dan petani penyadap, setiap kecamatan sebanyak 2 orang
1.
Petani Karet
2.
Penyuluh Perkebunan
2
a. 1 orang penyuluh pada kecamatan eks pemukiman transmigrasi b. 1 orang penyuluh pada kecamatan diluar eks pemukiman transmigrasi
3.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
2
a. Kepala Seksi Perkebunan Rakyat dan Retribusi b. Kepala Seksi Bina Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
4.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1
Kepala Seksi Perizinan dan Penataan Kawasan Transmigrasi
5.
Pelaku IRTP
6.
Dinas Kesehatan
1
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA Makanan dan Minuman
7.
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM
2
a. Kepala Seksi lndustri Agro dan Hasil Hutan b. Kepala Seksi Permodalan UKM
Adapun
proses
10
a. 2 orang dari tiap jenis usaha kerupuk, keripik, tahu/tempe b. 1 orang dari tiap jenis usaha kopi bubuk, roti/kue, makanan ringan dan jenis lainnya.
pengolahan
dan
penyajian
informasi
yang
mengandung pengetahuan dalam situs web resmi Pemerintah Kabupaten OKU (www.okukab.go.id) bersumber dari pengelola situs yakni Kantor Pengolahan Data Elektronik dengan informannya yaitu Kepala Kantor, Kepala Seksi Telematika, 1orang administrator dan 1 orang editor situs.
47
2. Data Sekunder Data ini adalah data yang diperoleh melalui dokumen, arsip, laporan tertulis, pustaka, meliputi : a. sejarah Kabupaten OKU b. laporan pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten OKU c. sejarah dan proses berkembangnya situs web (www.okukab.go.id) d. aturan-aturan yang berhubungan dengan teknologi informasi e. data-data perekonomian dan pembangunan daerah.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi, yakni melakukan pengamatan secara langsung sehingga peneliti dapat melihat atau mengamati sendiri dan mencatat prilaku dan kejadian pada keadaan yang sebenarnya. Observasi yang dilakukan berbentuk observasi tidak berstruktur, yakni dilakukan tanpa menggunakan guide observasi atau instrumen pengamatan. 2. Wawancara mendalam kepada informan, guna menjaring pandangan pribadi dan sikap dari yang diwawancarai. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara
terbuka,
dimana
informan
tahu
sedang
diwawancarai dan tahu tujuan wawancara (Guba dan Lincoln dalam Moleong, wawancara.
2001 :137)
dengan
menggunakan
petunjuk
umum
48
3. Metode Dokumenter, dilakukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen dan laporan tertulis sehingga dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lainnya (Yin, 2002:104). F. Teknik Analisis Data Analisa data yang digunakan adalah analisa data secara kualitatif, yakni melakukan analisis berdasarkan kata-kata yang disusun dalam bentuk teks yang diperluas. Analisis data secara garis besar dibagi dalam dua langkah. Pertama,
pengolahan
data
diawali
penyederhanaan
catatan
lapangan dan informasi yang diperoleh tentang knowledge content yang ada dalam produk karet rakyat (berdasarkan tahapan usaha budidaya, pengolahan bokar, dan pemasaran bokar) dan produk IRTP (berdasarkan rantai proses pangan, yakni produksi, distribusi dan pengembangan usaha).
Tahapan yang sama juga digunakan untuk menganalisis
pengetahuan yang dimiliki petani karet dan pelaku industri rumah tangga pangan. Hasil olahan data selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Kedua, hasil tahap pertama bersama-sama dengan data lapangan
mengenai
proses
penyajian
pengetahuan
dalam
situs
web
www.okukab.go.id yang telah disederhanakan dimanfaatkan sebagai informasi untuk melakukan analisis hingga dapat disimpulkan peran yang
49
dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan knowledge content dalam produk karet rakyat dan IRTP. Untuk keabsahan penelitian maka peneliti meningkatkan ketekunan dalam pengamatan lapangan; melakukan triangulasi dengan sumber data, yakni membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Paton dalam Bungin, 2008:257); memperbanyak referensi; dan berusaha menjelaskan hasil penelitian secara rinci, legis dan rasional.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten OKU
1. Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten OKU adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan ibukota Baturaja. Secara geografis OKU terletak pada 103°40' sampai 103°33' Bujur Timur dan antara 3°45' hingga 4°55' Lintang Selatan. Di sebelah utara Kabupaten OKU berbatasan dengan dua Kabupaten, yakni Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan llir. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten OKU Timur, di selatan dengan Kabupaten OKU Selatan, dan di sebelah barat OKU kembali berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim. Sebagian wilayahnya terletak dijalur bukit barisan, wilayah bagian selatan dataran tinggi Gunung Seminung, dimana punggung bukitnya merupakan hulu Sungai Ogan. Sungai Ogan bermuara di Sungai Musi dan merupakan salah satu dari sembilan sungai besar yang ada di Sumatera Selatan.
Selain sebagai sumber air, keberadaan sungai ini juga
dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan air yang dapat dilalui rakit, kapal ketek, speed boat, dan perahu. Dengan luas wilayah sekitar 479.706 ha atau 4.797,06 km 2, secara administratif terbagi dalam 11 kecamatan yang mencakup 10 Kelurahan,
51
129 Desa dan 11 Desa Persiapan. Data tentang luas wilayah setiap kecamatan dapat dilihat dalam Tabel.2. Tabel2. Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten OKU
No.
Persentase terhadap luas kabupaten (%)
Kecamatan
1.
Lengkiti
481,06
10,03
2.
Sosoh Buay Rayap
375,00
7,82
3.
Pengandonan
569,00
11,86
4.
Semidang Aji
714,00
14,88
5.
Ulu Ogan
600,00
12,51
6.
Peninjauan
914,68
19,07
7.
Lubuk Batang
747,00
15,57
8.
Sinar Peninjauan
85,32
1,78
9.
Baturaja Timur
109,96
2,29
10
Lubuk Raja
83,64
1,74
11.
Baturaja Barat
117,40
2,45
Sumber: BPN Kabupaten OKU
Di (1)
daerah ini dapat dijumpai
hidromorf kelabu,
terdapat
di
beragam jenis tanah, sebagian
wilayah
yakni
Kecamatan
Peninjauan, merupakan jenis tanah yang selalu tergenang dan memiliki tingkat
kesuburan
sedang,
Pengandonan dan Lengkiti,
(2)
andosol,
terdapat
di
Kecamatan
tingkat kesuburannya sedang dengan
kandungan bahan organik tinggi di bagian atasnya, (3) /atoso/, tanah jenis ini kesuburannya rendah, dapat dijumpai di Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Semidang Aji, Kecamatan
52
Peninjauan dan Kecamatan Lubuk Satang, (4) podsolik, merupakan jenis tanah dengan kedalaman tanah dangkal sampai sedang, paling luas ditemui di Kecamatan Lubuk Satang, dan (5) assosiasi podsolik, yakni jenis tanah terluas di Kabupaten OKU dengan persentase 30,50% dari luas wilayahnya, karena sifat tanah jenis ini hampir sama dengan tanah podsolik maka keduanya biasa digunakan untuk jenis tanaman tahunan dan tanaman palawija. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada umumnya tanah yang ada memiliki tingkat kesuburan sedang sampai rendah yang sesuai bagi jenis tanaman tahunan dan tanaman palawija. Kedalaman efektif tanah dan drainase tanah yang ada tergolong baik. Sebagian besar tanah bertekstur sedang/lempung (261.799 ha) yang merupakan tekstur tanah yang baik, walaupun sebagian yang lain bertekstur halus/liat (99.961 ha). Secara umum kondisi ini menjadikan tanah di OKU relatif mendukung tanaman untuk tumbuh dengan baik. OKU memiliki iklim tropis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22°C sampai dengan 31 oc atau rata-rata 27°C. Semakin ke utara temperatur semakin tinggi, dengan kata lain daerahnya semakin panas. Curah hujan pada tahun 2007 berkisar antara 58,5 mm sampai dengan 557 mm, dengan curah hujan terendah di Kecamatan Lubuk Raja dan tertinggi di Kecamatan Lengkiti dan Ulu Ogan. Lahan yang ada di Kabupaten OKU dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegunaan, seperti pemukiman, industri, perkebunan dan sebagainya.
53
Data lengkap tentang luas penggunaan lahan berikut persentasenya dapat dilihat dalam Tabel.3 berikut ini. Tabel 3.
Luas penggunaan lahan di Kabupaten OKU, Tahun 2007
Jenis Pemanfaatan
No.
1.
Kampung/Pemukiman
2.
Luas (ha)
Persentase terhadap total(%)
2.980
0,82
lndustri
200
0,06
3.
Pertambangan
200
0,06
4.
Sawah
1.680
0,46
a. lrigasi Tehnis b. Non lrigasi 5.
Pertanian Tanah Kering Semusim
13.492
3,73
6.
Kebun Campuran
15.882
4,39
7.
Perkebunan Besar
32.521
8,99
8.
Perkebunan Rakyat
92.164
25,48
9.
Alang-Aiang
5.152
1,42
10.
Semak
4.320
1'19
11.
Hutan Lebat
52.666
14,56
12.
Hutan Belukar
133.525
36,91
13.
Hutan Sejenis
6.456
1,78
14.
Perairan Darat
51
0,01
15.
Tanah Terbika/Tandus/Rusak/Kosong
16.
Jalan
112
0,03
17.
Sungai
309
0,09
361.710
100
Jumlah
Sumber: BPN Kabupaten OKU
54
Dari Tabel.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar tanah masih berupa hutan belukar, terbesar kedua berupa perkebunan rakyat, dan ketiga adalah lahan yang masih berbentuk hutan lebat. Penggunaan tanah dalam bentuk sawah dengan irigasi teknis tidak terdapat di Kabupaten OKU, sawah-sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan dan sawah dengan pengairan pasang surut. Diluar pemanfaatan sebagaimana dikemukakan dalam Tabel.3 masih terdapat tanah atau lahan pada sebagian wilayah di tiga kecamatan di Kabupaten OKU, yakni Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kecamatan Baturaja Barat dan Kecamatan Baturaja Timur yang digunakan sebagai kawasan pertahanan dan keamanan. Kawasan ini merupakan pusat latihan militer milik TNI AD yang dikenal dengan sebutan Objek Militer Baturaja atau "OMIBA". Selain di wilayah Kabupaten OKU kawasan ini juga mencakup sebagian wilayah Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten OKU Timur. Kenyataannya luas lahan untuk beberapa jenis penggunaan diluar kawasan pertahanan keamanan mengalami pengubahan dari tahun sebelumnya, ada yang bertambah luas tetapi ada juga yang menjadi lebih sempit. Data luas pengurangan ataupun penambahan areal dapat dilihat dalam Tabel.4 berikut ini.
55
Tabel4. Luas penggunaan lahan di Kabupaten OKU yang mengalami pengubahan,Tahun2007
No.
Jenis Pemanfaatan
Luas Lahan (ha} 2006
2007
Jenis Pengubahan Lahan (ha) Bertambah Berkurang Persentase (ha) (ha) (%)
1.
Pertanian Tanah Kering Semusim
13.992
13.492
0
500
0,14
2.
Kebun Campuran
15.832
15.882
50
0
0,01
3.
Perkebunan Rakyat
86.089
92.164
6.075
0
1,68
4.
Semak
1.770
4.320
2.550
0
0,70
5.
Hutan Belukar 141.700 133.525
0
8.175
2,26
8.675
8.675
Jumlah Sumber : 0/ahan Data Sekunder
Dari Tabel.4 dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pengubahan lahan dari pertanian tanah kering semusim dan hutan belukar menjadi kebun campuran, perkebunan rakyat ataupun menjadi semak. Hutan belukar mengalami pengurangan luas terbesar (8.175 ha), sedangkan penambahan luasan terbesar terjadi pada perkebunan rakyat (6.075 ha), ini menandakan bahwa sebagian besar hutan belukar diubah menjadi perkebunan rakyat, sehingga sisanya dipergunakan bagi kebun campuran (50 ha) dan 2.050 ha menjadi semak. Pengurangan luas lahan pertanian tanah kering semusim yang dimungkinkan menjadi semak menyebabkan areal semak meluas.
56
Walaupun demikian perluasan areal perkebunan rakyat masih lebih besar dari penambahan areal semak. Prasarana penunjang kehidupan masyarakat yang ada di OKU perhubungan
selain
air
melalui
Sungai
Ogan
adalah
prasarana
perhubungan utama, yakni perhubungan darat, meliputi jalan raya (baik jalan negara, provinsi, maupun kabupaten) dan jalur kereta api. Kabupaten OKU berada di jalur tengah jalan trans lintas Sumatera atau dikenal dengan Jalur Lintas Tengah (Jalinteng) yang merupakan areal perlintasan dari beberapa provinsi di Pulau Sumatera ke Pulau Jawa dan sebaliknya. Jalur kereta api yang ada merupakan jalur penghubung Provinsi Sumatera Selatan (berawal dari Kertapati, Palembang) ke Tanjung Karang di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Dengan kondisi tersebut maka tak heran jika mobilitas orang dan barang menjadi mudah, baik dalam wilayah kabupaten, dengan daerah lain di Provinsi Sumatera Selatan, maupun daerah-daerah di provinsi lain di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Kondisi prasarana penunjang kebutuhan hidup yang lain adalah jaringan listrik dengan pelayanan PT.PLN (persero) WS2JB Cabang Lahat melalui
Ranting
Baturaja
dan
Ranting
Muaradua,
saat ini
telah
menjangkau seluruh wilayah Kabupaten OKU dengan pelanggan pada tahun 2007 sejumlah 39.866 orang. Kebutuhan listrik di OKU di-supp/ay dari PLTU Muara Enim dengan kapasitas energi listrik yang tersedia sebesar 40 MW. Kondisi ketenagalistrikan non PT. PLN adalah sebanyak
57
11 perusahaan dengan 37 unit dan daya terpasang 58.138 MVA. Adapun jaringan telekomunikasi yang dikelola PT. Telkom Indonesia Kantor Cabang Baturaja telah berhasil mencapai ibukota kecamatan di wilayah Kabupaten OKU, kecuali ibukota Kecamatan Ulu Ogan dan Kecamatan Pengandonan. Keberadaan "warung telekomunikasi" atau wartel yang menjamur pada awalnya (tahun 2006 berjumlah 611) saat ini mulai tergeser dengan munculnya trend telepon seluler yang penetrasinya jauh lebih pesat karena pihak penyedia jasa membangun tower atau pemancar sinyal di berbagai tempat di seluruh kecamatan, altematif telepon rumah nirkabel juga turut berpengaruh sehingga jumlah wartel pada tahun 2007 berkurang menjadi 578 unit. Selain wartel belakangan mulai bermunculan "warung internet" atau warnet di kecamatan-kecamatan kota Baturaja. Sampai dengan akhir 2007 warnet di OKU berjumlah 11 buah (9 di Kecamatan Baturaja Timur dan 2 di Kecamatan Baturaja Barat). 2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Penduduk Kabupaten OKU hingga akhir tahun 2006 berjumlah 298.340 jiwa terdiri atas 153.096 jiwa (51 ,32%) penduduk laki-laki dan 145.244 jiwa (48,68%) penduduk perempuan. Angka kepadatan rata-rata adalah 83 jiwa/km2. Fasilitas pendidikan berupa sekolah-sekolah telah tersedia dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dari tingkat ijazah yang dimiliki penduduk usia 10 tahun ke atas, diperoleh informasi bahwa persentase tingkat ijazah terbanyak berturut-turut adalah SD/MI
58
sederajat (30,53% atau 72.893), SMU/SMK sederajat (23,55% atau 56.576), SLTP/MTs sederajat (19,82% atau 47.495), diploma (2,53% atau 6.018) dan sarjana (1 ,37% atau 3.280), dan mereka yang tidak memiliki ijazah sebanyak 53.042 orang atau sekitar 22,20%. Penduduk yang tidak produktif adalah mereka yang berusia diatas 65 tahun dan penduduk dalam kelompok usia 0-14 tahun yang berjumlah 117.203, sedangkan penduduk OKU yang tergolong usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 181.137. Penduduk usia produktif memilih jenis pekerjaan utama sebagaimana dapat dilihat dalam Tabei.S berikut ini. TabeiS.
No.
Penduduk usia produktif menurut jenis pekerjaan utama di Kabupaten OKU, Tahun 2006
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Tenaga Profesional
9.662
4,27
2.
Tenaga Pelaksana dan TU
6.701
3,79
3.
Tenaga Usaha Penjualan
40.190
18,95
4.
Tenaga Usaha Jasa
4.321
1,99
5.
Tenaga Usaha Pertanian
100.342
57,66
6.
Tenaga Produksi
4.031
2,08
7.
Anggota TNI
1.902
1,40
8.
Lainnya
13.997
9,86
Jumlah
181.137
100,00
Sumber : lndeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Tahun 2006
Dari data dalam Tabei.S terlihat bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki penduduk OKU cenderung berpengaruh terhadap jenis pekerjaan
59
yang dilakukan. Masyarakat OKU umumnya memilih bekerja sebagai tenaga usaha pertanian yang sifatnya mengandalkan kekuatan tenaga atau otot, daripada jenis pekerjaan profesi yang memerlukan keterampilan dan tingkat pengetahuan lebih dari sekedar membaca dan menulis sebagai pengetahuan dasar, seperti anggota TNI, tenaga usaha jasa, tenaga pelaksana dan tata usaha serta tenaga profesional. Jenis
peke~aan
tenaga produksi sedikit berbeda dengan tenaga
profesi, tenaga produksi ini sangat terkait dengan keberadaan industri pengolahan. lndustri pengolahan yang ada di Kabupaten OKU yakni industri pengolahan semen oleh PT. Semen Baturaja, TBk dan industri pengolahan kelapa sawit oleh PT. Minanga Ogan dan PT. Mitra Ogan I dan II serta industri pengolahan karet oleh PTP. Nusantara VII. Adapun industri lainnya dan merupakan jenis industri mayoritas adalah industri rumah tangga, dengan demikian persentase tenaga produksi yang relatif kecil sekitar 2,08% bukan semata-mata karena penguasaan pengetahuan yang tidak memadai untuk bekerja di industri besar tetapi juga karena jumlah industri pengolahan skala besar yang terbatas sehingga penyerapan tenaga produksi juga terbatas. Jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha pertanian dan tenaga produksi, dimana masyarakat melakukan pekerjaannya secara langsung atau mandiri berpengaruh terhadap pola perekonomian. Besar kontribusi sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dalam Produk Domestik Regional
Brute
(PDRB)
menurut lapangan
usaha
(tanpa migas)
60
berdasarkan harga konstan tahun 2000 serta laju pertumbuhan keduanya pada tahun 2006 dan tahun 2007 dapat dilihat dalam Tabel.6 berikut. Tabel6.
No.
Distribusi Persentase dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Sektor lndustri Pengolahan, Tahun 2006 dan 2007
Lapangan Usaha
Persentase terhadap PDRB (%} 2006 2007
Laju Pertumbuhan
(%} 2006
2007
1.
Sektor Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
32,78 2,31 23,41 3,20 1,28 2,58
33,20 2,29 23,93 3,16 1,24 2,59
6,38 4,93 6,25 8,63 7,52 5,62
6,54 4,17 7,52 3,88 1,96 5,37
2.
Sektor lndustri Pengolahan a. lndustri Migas b. lndustri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas kaki 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 6. Semen dan Barang Galian bukan Logam 7. Logam Dasar Besi dan Baja 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 9. Barane Lainn~a
14,89 0,00 14,89 8,84
14,48 0,00 14,48 8,65
2,92 0,00 2,92 2,45
2,34 0,00 2,34 2,95
0,02
0,02
3,65
2,46
2,82
2,65
2,38
-1 24 '
0,03
0,02
3,37
3,10
0,33
0,34
4,17
6,24
2,49
2,45
4,32
3,25
0,00
0,00
0,00
0,00
0,35
0,35
8,26
5,64
0,00
0,00
0,00
0,00
Sumber: PDRB Kabupaten OKU
Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan di Kabupaten OKU adalah karet, kepi, kelapa sawit dan komoditas lainnya. Perkebunan
61
karet merupakan yang terbesar, umunya berupa perkebunan rakyat dan hanya sebagian kecil saja yang dikelola oleh perusahaan perkebunan. rakyat
Karet
tersebar
di
setiap
kecamatan
luas
dengan
areal
menghasilkan sebagaimana tabel berikut. Tabel.7
No.
Luas areal tanaman karet rakyat menghasilkan di Kabupaten OKU, Tahun 2006 dan 2007
Kecamatan
Persentase {%}
Luas Areal Menghasilkan {ha} 2006
2007
2006
2007
1.
Lengkiti
5.762,00
6.006,00
16,83
17,08
2.
Sosoh Buay Rayap
1.667,00
1.742,00
4,87
4,95
3.
Pengandonan
3.054,00
3.059,00
8,92
8,70
4.
Semidang Aji
1.615,00
1.735,00
4,72
4,94
5.
Ulu Ogan
306,00
101,00
0,89
0,29
6.
Peninjauan
4.711,35
4.801,00
13,76
13,66
7.
Lubuk Satang
4.123,00
4.373,00
12,04
12,44
8.
Sinar Peninjauan
5.088,25
5.088,00
14,86
14,47
9.
Baturaja Timur
2.229,01
2.516,50
6,51
7,16
10.
Lubuk Raja
5.067,00
5.082,00
14,80
14,46
11.
Baturaja Barat
607,50
653,50
1,77
1,86
Jumlah
34.230,11
35.157,00
100,00
100,00
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU
Areal tanaman karet menghasilkan dengan luas 34.230,11 ha pada tahun 2006 merupakan 57,17% dari luas seluruh areal tanaman karet pada tahun tersebut yang berjumlah 59.876,24 ha, adapun sisanya adalah areal tanaman belum menghasilkan (28,54% atau 17.086,94 ha) dan areal
62
tanaman tua (14,29% atau 8.559,19 ha). Pada tahun 2007 luas areal tanaman karet berjumlah 63.550 ha, sehingga data areal tanaman menghasilkan pada tahun tersebut adalah 55,32%, areal tanaman belum menghasilkan 20.028 ha (31 ,52%) atau lebih luas dibanding tahun sebelumnya demikian pula dengan areal tanaman tua menjadi 8.365 ha (13,16%). Dari Tabel.7 terlihat bahwa areal tanaman menghasilkan paling luas terdapat di Kecamatan Lengkiti dan tersempit ada di Kecamatan Ulu Ogan karena di kecamatan ini lebih banyak mengusahakan budidaya tanaman bahan makanan. Adapun produksi karet kering tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat dalam Tabel.8 berikut ini. Tabel.8
No.
Produksi karet rakyat di dan 2007 Kecamatan
Kabupaten
Produksi (ton) 2006
OKU,
Tahun 2006
Persentase (%)
2007
2006
2007
1.
Lengkiti
8.182,00
7.090,00
15,50
13,21
2.
Sosoh Buay Rayap
2.590,00
2.292,00
4,91
4,27
3.
Pengandonan
4.337,00
4.291,00
8,22
7,99
4.
Semidang Aji
3.881,75
3.382,00
7,35
6,30
5.
Ulu Ogan
828,76
872,00
1,57
1,62
6.
Peninjauan
6.947,00
6.921,00
13,16
12,89
7.
Lubuk Satang
5.855,00
7.225,00
11,09
13,46
8.
Sinar Peninjauan
8.291,00
8.443,00
15,71
15,73
9.
Baturaja Timur
3.165,80
3.123,00
6,00
5,82
10.
Lubuk Raja
8.107,00
9.125,00
15,36
17,00
11.
Baturaja Barat
597,00
913,00
1'13
1,70
52.782,31
53.677,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU
63
Dari data dalam Tabel.8 terlihat bahwa kecamatan yang mengalami peningkatan produksi karet adalah Kecamatan Lubuk Satang (2,37%), Kecamatan Lubuk Raja (1,64%), Kecamatan Saturaja Sarat (0,57%), Kecamatan Ulu Ogan (0,05%) dan Kecamatan Sinar Peninjauan (0,02%). Pada tahun 2007 rata-rata produksi karet setiap bulannya adalah sekitar 4.473,08 ton. Perusahaan perkebunan besar karet yang ada di OKU yakni PT. Inti Srikaton, PTP.Nusantara VII, PTP. Mitra Ogan, Ponpes Darul Mutaqien dan PT. Ogan Langkat Utama dengan totalluas areal 927,21 ha dan hasil produksi 895,36 ton. Di Kabupaten OKU industri pengolahan makanan umumnya dilakukan oleh industri rumah tangga. Sebagian industri rumah tangga pangan memperoleh bahan mentah yang akan diolah dari hasil pertanian setempat. Siji kopi sebagai bahan mentah pembuatan kopi bubuk merupakan hasil budidaya petani di Kecamatan Lengkiti, Semidang Aji, Pengandonan, Sosoh Suay Rayap, Ulu Ogan, Saturaja Sarat, Saturaja Timur, Peninjauan dan Kecamatan Lubuk Satang dengan jumlah areal tanam seluruhnya 34.037 ha dan produksi 32.481 ton. Pisang juga merupakan hasil pertanian lokal Kabupaten OKU sebagai bahan mentah pembuatan keripik pisang dan sale pisang, luas areal tanamnya 89 ha dengan produksi 1.032 ton. Ubi Kayu atau singkong dibudidayakan di 9 kecamatan, dengan luas areal tanam sekitar 129 ha dan produksinya 1.709,63 ton setiap tahun. Durian juga dibudidayakan dengan luas areal seluruh OKU 1.034 ha dan produksinya 1.893 ton.
64
Untuk komoditas kedelai di OKU hanya terdapat sekitar 1 ha tanaman kedelai di Kecamatan Semidang Aji sehingga pengusaha menggunakan bahan mentah dari luar OKU, demikian pula dengan tepung terigu dan bahan mentah lainnya. Penyebaran dan jenis usaha IRTP dapat dilihat dalam Tabel.9. Tabel.9
Sebaran dan jenis usaha IRTP di Kabupaten OKU, Tahun 2007 Jenis Usaha
No.
Kecamatan
Jumlah Kerupuk Keripik Tahu/ Tem~e
Kopi Roti/ Makanar Lainbubuk Kue Ringan lain
1.
Lengkiti
0
0
0
0
0
2
0
2
2.
Sosoh Buay Rayap
0
0
2
1
0
0
0
3
3.
Pengandonan
0
0
0
0
0
0
0
0
4.
Semidang Aji
0
0
0
2
0
0
0
2
5.
Ulu Ogan
0
0
0
0
0
0
0
0
6.
Peninjauan
1
6
11
0
0
0
4
22
7.
Lubuk Satang
0
0
2
2
1
0
3
8
8.
Sinar Peninjauan
0
5
17
0
0
0
7
29
Baturaja Timur
13
4
7
10
21
0
22
77
1
4
12
0
0
0
2
19
31
21
35
2
6
10
8
113
46
40
86
17
28
12
46
275
9.
10. Lubuk Raja 11. Baturaja Barat Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten OKU
65
Pengelompokkan jenis usaha dalam Tabel.9 mencakup (1) kerupuk, termasuk didalamnya kerupuk ikan, kerupuk jangek, dan kempelang, (2) keripik, adalah keripik pisang, keripik singkong, dan rempeyek kacang, (3) roti/kue, mencakup roti, kue basah seperti brownies, bolu, donat, dan pempek, (4) makanan ringan, termasuk didalamnya kacang (goreng, telur dan atom), pastel kering dan sebagainya, serta (5) lainnya, mencakup semua jenis industri pangan yang sangat beragam namun jumlahnya relatif sedikit untuk setiap jenisnya, seperti lempok duren/dodol durian, mie, bakso, sale pisang, taoge, dan lain-lain. Umumnya IRTP dikelola secara langsung oleh pemilik usaha. IRTP yang memiliki karyawan sebagai tenaga kerja selain pemilik usaha yang bersangkutan hanya sebanyak 75 usaha. Ada 23 IRTP yang memiliki karyawan sebanyak 1 orang karyawan, 23 IRTP yang lain memiliki 2 orang karyawan dan yang memiliki jumlah karyawan di atas 3 hingga paling banyak 12 orang sebanyak 29 IRTP. Dalam menjalankan usahanya IRTP dibina oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM Kabupaten OKU secara terpadu.
B. Kandungan Pengetahuan (knowledge content) dalam Produk
1. Knowledge Content dalam Produk Karet Rakyat
ldentifikasi terhadap kandungan pengetahuan atau knowledge content hanya dapat dilakukan dengan melihat proses
budidaya,
pengolahan hingga pemasaran produk. Untuk memperoleh informasi
66
tersebut dalam setiap tahapan, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap petani karet dan mengamati langsung keadaan di lokasi penelitian.
Adapun
untuk mengetahui
mutu produk karet peneliti
membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Bahan Olah Karet Nomor 06-2047-2002. a. Usaha Budidaya Secara umum berdasarkan alasan atau latar belakang mengapa mereka bertani karet maka masyarakat petani karet di OKU dapat dibagi kedalam dua kelompok besar. Pertama, adalah mereka yang bertanam karet karena mengikuti program transmigrasi pola transmigrasi umum dengan komoditas karet. Program yang dijalankan sejak tahun 1975 hingga tahun 1984 dengan jumlah 6000 kepala keluarga ini disponsori oleh Bank Dunia dan menjadi pilot project pertama di Indonesia. Para transmigran 50% berasal dari luar Kabupaten OKU (Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali) dan 50% lagi adalah penduduk lokal yang berasal dari desa-desa di sekitar lokasi dan memiliki keinginan untuk bertransmigrasi.
Para transmigran ditempatkan di
kawasan Batumarta, dimana kondisi awal tanah di kawasan ini berupa alang-alang, topografi bergelombang, kepadatan tanah yang tinggi sehingga jauh dari kata "subur''. Drainase lam bat pada lapisan bawah dan pada daerah-daerah kemiringan beresiko terjadi erosi. ltulah sebabnya dipilih komoditas karet yang dianggap akan dapat bertahan hidup dalam kondisi demikian.
67
Untuk
mengetahui
gambaran
lebih
lengkap
maka
peneliti
melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Perizinan dan Penataan Kawasan Transmigrasi yang mengungkapkan: "Kami tidak pernah bermimpi Batumarta akan seperti sekarang ini. lni karena kemauan dan kerja keras. Dulu waktu awal transmigran ditempatkan, tanahnya tandus, seperti tidak ada lagi lapisan humus, yang ada hanya tanah yang sudah keras, apalagi transmigrannya adalah masyarakat miskin yang ikut karena terpaksa akibat bencana a/am letusan Gunung Dieng, Gunung Galunggung dan Gunung Semeru juga mereka yang terkena pembangunan Waduk Wonogiri, Bandara Soekarno-Hatta dan Yayasan Darmais. Ada juga sebagian penduduk lokal, dan purnawirawan ABRI yang memang sengaja berniat ikut transmigrasi tetapi umumnya mereka tidak berpengalaman di bidang pertanian. Hampir mustahil bisa berhasil." Oleh karena itu Pemerintah memberikan input berupa alat pertanian, pakaian kerja, alat dapur, bibit tanaman, jaminan hidup berupa sembilan bahan pokok, serta pupuk dan obat-obat pertanian. Sebelumnya Pemerintah telah menyiapkan prasarana jalan, rumah tinggal berdinding papan, atap seng dan lantai tanah, lahan pekarangan seluas 0,25 ha dan lahan usaha I 0,75 ha siap tanam, lahan usaha II seluas 2,00 ha dan lahan cadangan seluas 1,00 ha yang belum dibuka, serta lahan karet 1,00 ha (ini merupakan percontohan mengingat mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan khusus tentang karet) sehingga total diterima masing-masing kepala keluarga adalah 5,00 ha. Karena karet baru dapat diambil hasilnya jika sudah berumur 5 tahun dikembangkan Paket Tani Model C (yang terdiri dari pangan, ternak dan karet). Pembinaan dilakukan oleh tim terpadu sesuai Keputusan Bupati OKU Nomor.525.21/120N/1985
68
tanggal 12 Desember 1985 dan Tim Pembinaan Proyek Perkebunan Daerah Tingkat II (TP3DII). Pada awalnya pemukiman transmigrasi secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Saturaja Timur, Kecamatan Lubuk Satang dan Kecamatan Peninjauan. Melalui pemekaran kecamatan pada tahun 2005 maka seluruh kawasan eks pemukiman transmigrasi yang berada dalam wilayah Kecamatan Saturaja Timur ditambah sebagian kawasan dalam wilayah Kecamatan Lubuk Satang digabung ke dalam satu wilayah kecamatan baru, yakni Kecamatan Lubuk Raja sehingga di Kecamatan Lubuk Satang saat ini hanya tinggal 2 desa eks pemukiman transmigrasi. Dalam waktu yang sama Kecamatan Peninjauan juga dimekarkan, 6 desa dibentuk kecamatan tersendiri, yakni Kecamatan Sinar Peninjauan. Adapun dalam kecamatan induk eks pemukiman transmigrasi hanya tersisa 5 desa saja. Dengan demikian maka jumlah petani karet sebanyak 6000 kepala keluarga terdistribusi dalam Kecamatan Lubuk Raja, Kecamatan Sinar Peninjauan, sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Satang dan sebagian wilayah Kecamatan Peninjauan. Kedua, masyarakat yang berkebun karet diluar dari program
transmigrasi. Dalam kelompok ini ada masyarakat yang bertanam karet secara turun-temurun karena mewarisi lahan serta pengetahuan untuk bertanam karet dari orang tuanya sebagaimana diungkapkan "Arf/43": "Bapak dulu menyekolahkan kami dari hasil balam, sekarang kami adik beradik harus melanjutkan berkebun karena itulah peninggalan orang tua. Kami besar dari situ. Balam di kebun Bapak dulu kami rombak, kami juga buka lahan yang belum dibuat kebun."
69
Bagi
mereka
pengetahuan
tentang
budidaya
karet
adalah
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pemahaman terhadap apa yang dilakukan orang tua, mulai dari cara menanam, memanen hingga mengolah getah pohon karet (termasuk didalamnya peralatan kerja yang digunakan). Dengan demikian maka pengetahuan yang dimiliki nyaris sama dari waktu ke waktu, kecuali dalam hal penggunaan bibit. Jika dahulu orang tuanya menanam karet dari bibit alam maka sekarang mereka telah menggunakan bibit hasil okulasi. Hal ini tidak lepas dari peranan pemerintah daerah melalui kegiatan penyuluhan atau pelatihan bagi petani karet. Selain secara turun-temurun ditemui pula masyarakat yang membudidayakan karet dengan diawali dari keinginan sendiri. Sumber motivasi mereka adalah harga karet yang cenderung meningkat dan keberhasilan peserta transmigrasi yang umumnya dapat menghidupi keluarga bahkan menyekolahkan anaknya hingga jenjang pendidikan tinggi. Masyarakat dalam kelompok kedua ini dapat ditemui di seluruh wilayah Kabupaten OKU diluar wilayah eks pemukiman transmigrasi dengan jumlah kurang lebih 19.751 orang petani karet, namun demikian jumlah
ini
hanya
merupakan
gambaran
umum
karena
dalam
kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang memiliki profesi atau mata pencaharian lain dan disaat yang sama juga membudidayakan karet.
70
Pengusahaan
karet
rakyat
di
Kabupaten
OKU
dalam
pengerjaannya menganut sistem "bagi dua" atau "bagi tiga". Dalam sistem bagi dua, petani pemilik atau yang mereka sebut ''jeme tuan" bertanggung
jawab dalam membuka lahan dan menyiapkan bibit yang akan ditanam. Selanjutnya biaya untuk tenaga kerja dalam penanaman, sarana dan biaya dalam pemupukan dan penyiangan ditanggung berdua. Petani penyadap bertugas melakukan penyadapan dan mengolah lateks menjadi karet yang siap dijual sekaligus menjualnya (diistilahkan dengan nimbang), hasil penjualan dibagi secara merata untuk keduanya setiap
kali selesai nimbang. Biasanya komitmen bagi dua ini diambil jika petani pemilik bertempat tinggal jauh dari kebun miliknya. Sistem bagi tiga merupakan bentuk kerjasama antara pemilik kebun dan petani
yang
nantinya akan melakukan penyadapan.
Pemilik
bertanggung jawab dalam penyiapan lahan, penyediaan bibit dan penanaman serta pemeliharaan hingga tanaman siap untuk disadap. Kebun diserahkan untuk disadap kepada petani penyadap yang juga bertanggung jawab mengolah karet sampai siap jual hingga melakukan proses penjualan. Biaya pemeliharaan, baik upah tenaga kerja maupun pengadaan sarana pupuk, obat basmi hama dan obat basmi gulma adalah tanggung jawab petani pemilik. Setelah melakukan penjualan hasilnya dibagi dalam tiga kelompok besaran, yakni 1/3 merupakan bagian bersih untuk petani penyadap, 1/3 adalah bagian petani pemilik, dan 1/3 yang lain adalah untuk keperluan pemeliharaan yang menjadi bagian petani
71
pemilik. Dengan kata lain dalam sistem ini hasil penjualan dibagi dua dengan proporsi pemilik 2/3 dan penyadap 1/3. Siasanya komitmen ini diambil jika tempat tinggal pemilik dekat dengan kebun. Komitmen kerjasama hanya bermodalkan rasa saling percaya, tidak ada perjanjian tertulis yang dibuat untuk mengatur. ( 1) Pratanam Satang-batang tanaman karet yang ada di kebun rakyat pada bagian
bawahnya
berbentuk membesar atau
seperti
kaki
gajah,
sementara keatas ukuran batangnya relatif sama besar atau tidak mengerucut. Kondisi ini menandakan bahwa masyarakat OKU telah menggunakan bibit hasil okulasi. Petani memahami bahwa bibit okulasi klan karet jenis unggul seperti jenis PS 260, PR 261, dan SPM 1 maka tanaman mereka akan mulai menghasilkan getah pada umur tanam 5 tahun dan akan terus berproduksi sampai usia 25-30 tahun. Dalam
hubungannya
dengan
penyediaan
bibit
karet
Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) lebih banyak kepada pemberian bantuan bibit jadi dalam bentuk bibit polybag, baik untuk tujuan pengembangan tanaman ataupun peremajaan karet rakyat. Seperti pada tahun 2006 dilakukan penyaluran bibit di Desa Sanuayu Kecamatan Lubuk Satang, Desa Lubuk Leban Kecamatan Sosoh Suay Rayap, dan Desa Karang Endah Kecamatan Lengkiti. Petani penangkar bibit saat ini baru ada di Kecamatan Lubuk Satang (Desa Kurup), Kecamatan Saturaja Timur (di Lingkungan Tegal
72
Arum Kelurahan Sepancar) dan Kecamatan Lubuk Raja, belum mencakup seluruh Kecamatan. Pelatihan penangkar bibit, pemurnian kebun entres dan sertifikasi bibit baru yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Dinas Hutbun kepada petani penangkar bibit di dua lokasi, yakni Desa Kurup dan Tegal Arum. · Menurut penuturan "Arf', seorang petani karet yang juga Kepala Desa di wilayah Kecamatan Lubuk Batang: "Dulu pakai bibit dari Medan dan Sembawa, tapi sekarang sudah ada di Tegal Arum atau Batumarta, banyak yang buktikan kalau bibit dari sana memang bagus. Saya sendiri belum bisa membuat tempe/an, lain dari itu kalau coba-coba sendiri ternyata entres-nya bukan jenis bagus maka hasilnya fatal, tidak seperti harapan. Karena harga bibit polybag agak mahal, supaya dapat lebih murah, caranya saya siapkan bibit untuk batang bawah, sementara batang atas kami beli di kebun entres di Kurup, Tegal Arum atau Batumarta. Pada saat saya beli entres maka penangkar bibit akan datang untuk mengokulasi di tempat saya, disitulah saya bisa banyak bertanya, sering juga saya kumpulkan beberapa warga yang mau atau minat untuk melihat langsung cara orang itu menempel, dengan begitu kami be/ajar''.
Dari yang dinyatakan diatas, dapat dimaknai bahwa petani yang belum menangkar bibit sendiri akan mempertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan untuk membeli bibit, mereka juga tidak mau ambil resiko dengan mencoba-coba mengokulasi sendiri bibit yang akan ditanamnya. Secara matematis proporsi petani yang belum menangkar bibit sendiri mencapai kurang lebih 75% dari 25.751 petani karet seluruhnya. Dengan demikian petani karet yang ada adalah petani pemilik, petani penyadap, dan petani penangkar bibit. Dengan sistem pengelolaan
73
yang ada maka dalam tahap pratanam pengetahuan tentang bibit yang akan ditanam merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh petani pemilik karena mereka bertanggung jawab menyediakan serta menanam bibit karet sebelum diserahkan kepada petani penyadap. Pada tahap ini peneliti melihat bahwa pengetahuan sebagian besar petani karet di OKU baru sampai pada pengertian tentang keuntungan menanam bibit unggul. Dalam hal penyediaan bibit untuk keperluan penanaman sebagian besar petani masih mengandalkan dari pembelian bibit unggul siap tanam seperti dalam bentuk bibit polybag, sebagian yang lain telah mulai menyiapkan batang bawah dan membeli entres-nya karena belum memiliki pengetahuan tentang teknik okulasi. Teknik okulasi merupakan pengetahuan yang mutlak bagi petani untuk dapat menjadi petani yang bisa menangkar bibit sendiri. (2) Penanaman
Dalam melakukan penanaman masyarakat membuka lahan atau clearing land dengan menebas lalang (membabat semak, perdu dan
ilalang) dan nebang (yakni menebang pohon-pohon yang ada pada lahan yang akan digunakan). Setelah itu sisa-sisa rumput dibakar dan tanah dibersihkan dari sisa akar tanaman. Pola tanam tanaman karet yang dilakukan oleh petani adalah pola pagar, yakni karet ditanam dalam bentuk barisan-barisan. Dalam pola ini yang direkomendasikan adalah jarak tanam 7 meter pada arah utaraselatan dan 3 meter pada arah timur-barat, kerapatan tanaman karet yang
74
direkomendasikan adalah 500 sampai dengan 600 tanaman dalam tiap hektarnya. Sebagaimana diakui oleh "Kdrn/40'' berikut ini: "setahu saya menurut penyuluh jarak tanam karet itu 7 kali 3 meter, tetapi saya tidak mengikuti itu, saya menanam tergantung medannya, kalau rata jaraknya 5 kali 3 meter, tapi kalau kondisi miring bisa lebih dekat lagi sehingga jumlah tanaman dalam 1 hektar lahan yang tidak rata akan lebih banyak dari lahan yang rata". Kondisi ini berarti petani sedikit mengurangi jarak tanam agar karet yang akan ditanam dalam satu lahannya bisa lebih banyak atau tanaman lebih rapat, dengan hitungan kasar tanaman yang dapat ditanam jumlahnya lebih banyak sekitar 150 batang atau lebih. Dalam lahan yang telah ditanami sampai dengan karet berumur 3 tahun pada dasarnya dapat diterapkan pola tanaman sela untuk mengoptimalkan usaha tani yang dijalankan, namun di kebun-kebun karet tidak dijumpai adanya pola tanaman sela. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa petani mengurangi jarak barisan atau lebih merapatkan tanaman karetnya karena di sela-selanya memang tidak diusahakan jenis tanaman sela apapun. Dari hasil wawancara dan observasi lapangan maka peneliti mengetahui bahwa pengetahuan tentang jarak tanam karet yang ideal telah dimiliki oleh petani namun tidak diaplikasikan karena belum sepenuhnya mengerti tentang latar belakang dan tujuan penetapan jarak tanam dimaksud. Pengetahuan tentang pola tanaman sela yang dapat diterapkan pada tanaman karet dibawah usia 3 tahun dan setelah karet berumur diatas 3 tahun juga belum dipahami, petani berpandangan bahwa
75
tanaman sela hanya dapat ditanam pada saat karet berumur dibawah 2 tahun, diatas umur 2 tahun tidak dimungkinkan untuk menanam tanaman sela karena tanaman akan dikalahkan oleh karet dalam hal perolehan unsur hara dalam tanah sehingga lam bat laun akan mati. (3) Pemeliharaan
Pengendalian gulma atau penyiangan tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memelihara tanaman karet, disamping pemupukan dan pemberantasan penyakit yang mungkin menyerang tanaman karet. Penyiangan yang biasa dilakukan petani pada dasarnya menggunakan dua cara, yakni dengan cara manual dan dengan memakai obat basmi gulma (herbisida). Namun demikian kebersihan kebun tidak terlepas dari rajin tidaknya pemilik
kebun.
Kebun-kebun
di
Kecamatan
Baturaja
Timur
dan
Kecamatan Lubuk Raja serta Kecamatan Peninjauan umumnya lebih bersih, sedangkan di wilayah kecamatan lain ada juga kebun-kebun yang bersih dan terawat namun tidak sedikit yang dibiarkan tumbuh serut (banyak ditumbuhi rumput liar) oleh pemiliknya, kebun dibiarkan tumbuh apa adanya dan hanya diambil getah karetnya saja. Pemupukan direkomendasikan empat kali dalam setahun. Yang dilakukan oleh petani beragam, seperti di Tegal Arum "Kdrn" mengatakan bahwa dirinya melakukan pemupukan dengan pupuk jenis mutiara butiran NPK 1616 hanya dua kali dalam setahun karena mahalnya harga pupuk. Untuk satu kali pemupukan ia membutuhkan 5 sak pupuk atau 250 kg
76
untuk 1 hektarnya, sementara harga 1 sak sudah mencapai 600 ribu rupiah, praktis butuh dana sekitar 3 juta rupiah atau total 6 juta rupiah untuk
kebutuhan
pupuk
dalam
setahun.
Sebagai
alternatif
ia
menggunakan pupuk kandang walaupun hasilnya tidak tampak secepat jika menggunakan pupuk kimia. Lain lagi "lpn/52" yang berdomisili di Kecamatan Sosoh Buay Rayap, ia merasa cukup memupuk tanaman karetnya sekali saja dalam setahun. Umumnya pemupukan dilakukan dengan cara membenamkan pupuk pada beberapa tempat di sekitar pohon, untuk pupuk kandang ditaburkan saja disekitar pohon. Penyakit yang menyerang tanaman karet yang pernah ditemui di OKU adalah penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang menyerang 20 ha kebun karet di Desa Markisa Kecamatan Lubuk Satang dan 20 hektar kebun karet di Desa Seleman Kecamatan Semidang Aji. Petani dengan bantuan
Dinas
Hutbun
melakukan
pemberantasan
dengan
jalan
melakukan penaburan fungisida pada tanaman yang terserang dan membuatan parit pembatas guna mencegah penyebaran JAP pada tanaman yang sehat melalui kontak akar dari tanaman sakit. Selain JAP yang sering ditemui adalah adanya kekeringan alur sadap atau mati kulit, dimana kulit pohon karet tidak lagi mengalirkan getah atau lateks, dapat juga berbentuk pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Biasanya mati kulit terjadi karena tanaman terlalu subur sehingga alur sadap yang dibuat tidak mencukupi menampung ali ran lateks. Untuk mengatasi ini sebagaimana diungkapkan "Syd/58",
77
kulit yang mati akan dikerok untuk kemudian dibiarkan selama satu tahun hingga tumbuh kulit baru atau pulih dan tanaman karet siap di sadap lagi. Dalam tahap pemeliharaan, pengetahuan yang ada pada petani meliputi cara membasmi gulma dan cara mengatasi penyakit pada tanaman karet. Namun demikian pengetahuan tentang pemupukan baru pada tahap pemahaman tentang teknik atau cara pemupukan, sedangkan intensitas pemupukan belum sebagai fokus perhatian petani. Dalam sistem pengelolaan bagi tiga maka pengetahuan ini idealnya dimiliki oleh petani
pemilik
pemupukan,
sebab
pengadaan
pembasmian
gulma
sarana dan
dan
penyakit
biaya
operasional
tanaman
adalah
merupakan salah satu kewajiban petani pemilik. Adapun untuk sistem pengelolaan bagi dua maka baik petani pemilik maupun petani penyadap harus memiliki pengetahuan-pengetahuan dimaksud karena biayanya menjadi tanggung jawab bersama antar keduanya. Pengetahuan tentang intensitas pemupukan yang dianjurkan dapat teraplikasi dengan baik jika saja petani memiliki akses terhadap sumber pendanaan lain yang dapat mendukung, diluar pendanaan secara swadaya yang dilakukan selama ini. (4) Pemanenan
Pemanenan pada tanaman karet berarti kegiatan menyadap getah atau lateks, petani-petani karet penduduk asli menyebut kegiatan ini dengan nama nakok balam. Penyadapan dilakukan dengan membuat irisan sadap dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah berlawanan
78
dengan posisi pembuluh lateks agar banyak pembuluh lateks yang terpotong. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah % S (%spiral), pengetahuan dan pengalaman membuat bidang sadap dan irisan sadap telah terinternalisasi kepada seluruh petani karet. Untuk melakukan penyadapan diperlukan pisau sadap yang benarbenar tajam, jika tidak tajam pekerjaan akan lama dan kemungkinan kulit pohon rusak menjadi semakin besar, umumnya yang banyak dipakai petani
adalah
pisau
sadap jenis tarik,
sehingga dia melakukan
penyadapan dengan jalan mengiris kulit atau membuat luka memanjang sepanjang irisan sadap dengan cara menarik pisau sadap adalah dari arah kiri atas ke kanan bawah. Mereka yang sudah mahir bisa menyelesaikan menyadap 1 hektar areal kebun karet dengan 600-750 batang pohon dalam waktu 1,5 jam. Getah yang keluar dialirkan melalui talang dan ditampung dalam mangkuk sadap yang diikatkan ke pohon dengan jarak 15 sampai dengan 20 em dibawah talang sadap (terbuat dari seng selebar 2,5 em dan panjang 8 em. Petani menyadap karet diwaktu pagi hari, sekitar pukul 5 sampai dibawah pukul 8 karena setelah waktuwaktu itu getah yang keluar akan sedikit. Untuk batang karet yang umurnya sudah tua, dimana bidang sadap tidak lagi dibatasi, seringkali dilakukan sadap tali, yakni irisan sadap berada batang pohon yang letaknya diatas sehingga penyadap harus menggunakan tangga untuk melakukan penyadapan. Sementara untuk mengalirkan getah ke mangkuk tempat menadahnya digunakan tali. Untuk
79
model seperti ini jika musim berangin kencang pada pagi hari maka petani menyiasati menyadap pada malam hari dengan penerangan senter. Penyadapan yang dianjurkan adalah 1 kali dalam 3 hari untuk dua tahun pertama, selanjutnya sekali dalam dua hari, dan tanaman tua penyadapan tiap hari. Namun umumnya petani tidak menggunakan pola ini, mereka menyadap 2 hari sekali untuk 2 tahun pertama dan selanjutnya dilakukan setiap hari. Pengetahuan tentang teknik penyadapan merupakan pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh petani penyadap ataupun petani pemilik yang melakukan penyadapan sendiri. Sumber pengetahuan tentang teknik menyadap
selain
belajar dari
rekan
sesama
petani
yang
telah
berpengalaman menyadap, sebagian petani memperolehnya melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Khusus petani di lingkungan Tegal Arum Kelurahan Sepancar Kecamatan Baturaja Timur, sekitar tahun 1990-an pernah mendapatkan pelatihan menyadap selama satu bulan yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Tani Pancasila, sebuah yayasan kristen yang melakukan pembinaan terhadap petani yang berdomisili di sekitar gereja pusat operasional yayasan ini, namun saat ini yayasan tersebut tidak menjalankan aktivitasnya lagi. Tentang teknik menyadap peneliti melihat telah terinternalisasi dengan baik dalam kalangan petani, bahkan mereka dapat menyiasati kondisi alam yang dapat mempengaruhi hasil latek dari batang karet mereka.
Yang
masih
perlu
diberi
penekanan
adalah
intensitas
80
penyadapan karena keadaan ini akan sangat mempengaruhi umur produksi tanaman karet, penyadapan yang dilakukan petani di OKU belum memenuhi intensitas yang seharusnya, dengan kata lain penyadapan dilakukan melebihi pola penyadapan konvensional yang seharusnya diterapkan pada karet bibit unggul, semata-mata demi pertimbangan kuantitas hasillatek. b. Pengolahan Bahan Olah Karet Rakyat (Bokar)
Hasil getah atau lateks dari pohon karet yang ditampung dalam mangkuk sadap dapat diolah dalam berbagai bentuk bokar, baik itu lateks kebun, sit, slab maupun lum. Lateks kebun adalah getah asli yang diperoleh dari pohon karet, warnanya putih dan tidak berbau (kondisi segar). Di Kabupaten OKU, lateks segar atau lateks kebun yang ditampung dalam mangkuk sadap dibiarkan membeku secara alami. Penambahan penggumpal/koagu/an hanya digunakan saat musim hujan agar getah lebih cepat membeku, ini dimaksudkan agar getah tidak akan tercampur dengan air jika hari hujan. Penggumpal yang ditambahkan berupa pupuk TSP (SP 36) atau tawas. Lateks segar hanya digunakan petani sebagai perekat dalam pembuatan slab. Biasanya mangkuk sadap akan penuh dalam 2 hari, jika belum maka mangkuk dari batang pohon yang getahnya kurang akan ditukar tempatnya dengan mangkuk pada batang pohon yang getahnya deras
81
sehingga akan penuh secara merata. Setelah penuh dan menggumpal, diangkat dan diletakkan kembali ke dalam mangkuk dengan posisi terbalik hingga bagian bawah mangkuk kosong, ruang inilah yang akan diisi kembali oleh lateks baru hasil sadap. Demikian sehingga bentuknya bulat menyerupai bola, disebut fum mangkuk. Lum mangkuk merupakan bahan utama dalam pembuatan dan sekaligus sebagai penentu kualitas slab nantinya, oleh karena itu seharusnya lum tidak dikotori oleh apapun. Masih ditemukan petani yang karena sangat berharap hasil karetnya berat maka selagi lateks berada di mangkuk sebelum membeku sengaja dimasukkan tatal sadap, ranting pohon, atau benda-benda asing lain (disarikan dari hasil wawancara dengan penyuluh perkebunan).
Sejalan dengan itu ada hal yang
menggelitik yang diungkapkan "Tan/56" sebagai berikut:
"Petani kita memang beda dengan petani transmigran, ia berusaha agar hasil karetnya nanti berat, sementara petani transmigran berdoa agar hasil karetnya mahaf' Hasil karet yang dijual oleh seluruh petani di OKU sudah dalam bentuk slab tebal. Bentuk fisik slab ini kotak putih seperti tahu, tetapi ukurannya besar dan beratnya bervariasi antara 50 sampai dengan 90 kg setiap buahnya. Pembuatannya menggunakan cetakan yang dibentuk balok, baik dibuat dari papan, kayu atau tanah yang digali. Lum
dikumpulkan dari
mangkuk-mangkuk,
selanjutnya ditata
berjajar dalam beberapa lapis hingga cetakan penuh. Sementara itu petani mengambil lateks segar (hasil sadapan baru) yang diaduk dan
82
harus ditambahkan penggumpal, biasanya petani menggunakan tawas. Lateks ini tidak boleh diencerkan, tetapi masih juga ada petani yang menambahkan dengan air (istilahnya gebor), menambahkan pati dari gadung yang diparut, atau mencampurkan sagu (sebutan untuk tepung kanji dalam bahasa daerah) dengan tujuan agar lateksnya menjadi banyak (hasil wawancara dengan Kepala
Seksi
Bina
Pasca Panen dan
Pengolahan Hasil), ini banyak ditemukan di wilayah bagian selatan karena disana memang kondisi tanahnya tidak seperti tempat-tempat bagian utara OKU sehingga produknya juga tidak terlampau banyak. Setelah itu lateks segar disiramkan kedalam cetakan sehingga akan berfungsi sebagai perekat lum-lum yang sudah diatur dalam cetakan tadi. Mengenai penggumpal yang digunakan, ketika dikonfirmasi mengapa tidak menggunakan penggumpal yang direkomendasikan yakni Deorub K, "Syd" mengungkapkan:
"Deorub pernah dibagikan secara cuma-cuma oleh perkebunan, setelah coba saya pakai ternyata slab saya beratnya jauh menyusut dari biasanya. Makanya tidak saya pakai lagi, harga jualnya tetap sama, jadi saya rugi." Sementara
petani
yang
lain
ketika ditanya mengapa tidak
menggunakan asam semut saja untuk dicampur dengan lateks, ia mengatakan bahwa harga asam semut itu mahal dan petani sudah terbiasa dengan tawas yang harganya lebih murah (disarikan dari hasil wawancara dengan "Yhns/51"). Setelah dicetak maka slab disimpan hingga saat penjualan. Tempat penyimpanannya berbeda-beda, seperti kolong rumah (rumah penduduk
83
asli barbantuk rumah panggung), gudang, dirandam di air kolam agar baratnya juga bartambah, dan sabagainya. Patani barprinsip yang panting slabnya aman dan bobotnya barat. Faktor ini manjadi salah satu penyabab slab yang dibuat patani ukurannya tidak sama, ada yang barukuran 60 em x 40 em x 50 em, ada yang sedikit labih tipis dari itu, bahkan ada yang jauh labih tabal. Manurut patani dangan samakin barat akan labih aman dari paneurian, walaupun rasiko hilang tatap ada, satidaknya si paneuri parlu waktu untuk memotongnya tarlabih dahulu. Salain faktor kaamanan, waktu dan tenaga akstra untuk maneetak slab yang tipis juga manjadi alasan. Supaya labih afaktif waktu pembuatan,
labih
praktis
dalam
panyimpanan
maupun
saat
mangangkatnya manuju ka tampat penjualan atau saat menimbang, dibuatlah slab tabal. Yang panting bagi petani barat satu slab jangan sampai melabihi 90 kg, ini dimaksudkan agar beratnya tidak malampaui batas maksimum timbangan, kalau itu tarjadi kalabihan baratnya tidak akan tarukur olah timbangan, keeuali slab dipotong lebih dahulu (disarikan dari wawancara dangan "Kdrn" dan "Abd"). Dengan damikian ada tiga bantuk bokar yang ditamui, yakni lataks kabun, lum, dan slab. Salah satu yang menjadi standar mutu bokar adalah kadar karat karing (KKK), KKK dipangaruhi olah janis klon, frakuensi sadap, pamakaian simultan dan pangaruh lingkungan. Namun damikian pangukuran KKK ini rumit dan mamarlukan paralatan khusus
84
serta tingkat ketelitian yang tinggi sehingga tidak dilakukan di tingkat petani tetapi biasa dilakukan oleh pabrik pengolahan. Sebagaimana dijelaskan Kepala Seksi Perkebunan Rakyat dan Retribusi berikut ini :
"KKK karet petani tidak dapat ditunjukkan dengan angka pasti, pengujian KKK biasanya dilakukan oleh pabrik pengolah atau lembaga penelitian. Selain itu petani kita juga tidak mengolah lateks secara langsung, tetapi dibentuk fum yang akan menjadi bahan dasar slab. 0/eh karena itu yang biasanya kita gunakan adalah angka taksiran, yakni untuk slab dengan lama penyimpanan 2 minggu berkisar 40% - 50% sedangkan sisanya, 50%-60% adalah air dan kotoran lain" Dari informasi yang didapatkan, peneliti membuat pembandingan produk karet petani dengan SNI, yakni lum yang menjadi bahan dasar slab dan slab tebal sebagai produk olahan karet yang selama ini dijual/dipasarkan. Perbandingan lum yang dihasilkan petani dengan SNI dapat dilihat dalam Tabel.1 0 berikut ini. Tabel.10 Perbandingan Lum Petani dengan SNI Bokar
No.
Lum
Spesifikasi
SNI Bokar
yang dihasilkan petani
150 mm II 100 mm Ill 150 mm IV> 150 mm
1.
Ketebalan
130mm
Mutu Mutu Mutu Mutu
2.
Kebersihan
Sebagian terdapat kotoran
Tidak terdapat kotoran
Jenis Koagulan
a. Tawas dan pupuk b. Penggumpalan alami
a. Asam semut dan Deorub K b. Penggumpalan alami
3.
Sumber : 0/ahan Data Primer
85
Ketebalan lum yang dihasilkan petani berada pada mutu Ill dengan bentuk bulat menyerupai bola dengan garis tengah sama dengan diameter mangkuk sadap, sekitar 13 em. Dari spesifikasi kebersihan sebagian produk petani memenuhi persyaratan mutu, sebagian yang lain tidak memenuhi. Sedangkan jenis koagulan, lum petani memenuhi mutu hanya pada musim kemarau, jika musim penghujan standar mutu tidak terpenuhi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa lum yang dihasilkan mutunya sedang. Adapun slab yang dihasilkan oleh petani dibandingkan dengan SNI akan didapatkan data sebagaimana ditampilkan dalam Tabel.11. Tabel.11 Perbandingan Slab Petani dengan SNI Bokar
No.
Slab
Spesifikasi yang dihasilkan petani
SNI Bokar
1.
Ketebalan
Beragam, antara 30 em sampai dengan 50 em
Mutu Mutu Mutu Mutu
2.
Kebersihan
Sebagian terdapat kotoran
Tidak terdapat kotoran
3.
Jenis Koagulan
a. Tawas dan pupuk b. Penggumpalan alami
I< 50 mm II 51-100 mm 111101-150 mm IV> 150 mm
a. Asam semut dan Deorub K b. Penggumpalan alami
Sumber: 0/ahan Data Primer
Dari data di atas dapat dianalisa bahwa mutu produk karet rakyat, yakni slab, masih terbilang rendah karena belum memenuhi standar mutu untuk bentuk produk yang sama. Hal ini menjadikan karet petani hanya
86
dapat diolah ke dalam bentuk karet remah SIR 20, yakni mutu karet remah terendah dalam Standar Indonesian Rubber (SIR) (Suwardin, dkk, 2007). Bentuk slab tipis/slab giling dapat diolah menjadi SIR 5 atau SIR 10 (KKK 50%- 70%) pernah diusahakan oleh petani transmigran yang tahun 1990-an ketika mendapat bantuan hand mangel atau mesin giling tangan, tetapi saat ini mesin tersebut sudah rusak sehingga petani kembali ke bentuk slab tebal. Sedangkan bentuk bokar yang lain, yakni sit, baik sit angin maupun sit asap dengan KKK 90% - 95% pada dasarnya dapat dilakukan oleh petani dengan dukungan penyediaan peralatan, tempat dan tenaga yang lebih banyak. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU membuat pelatihan peningkatan mutu bokar bagi petani karet, namun kondisi bokar hasil petani di OKU masih belum memenuhi standar mutu. Mencermati kenyataan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa petani telah mengetahui teknik atau prosedur pengolahan bokar, dari lateks kebun hingga berbentuk slab yang dapat dijual. Pengetahuan yang masih rendah adalah pengetahuan tentang penggunaan peralatan, dalam hal ini cetakan slab yang mereka buat, cara penyimpanan slab serta yang paling riskan adalah jenis penggumpal yang mereka gunakan diluar penggumpalan alami. Untuk cetakan slab yang mempengaruhi ukuran slab yang dihasilkan, dibuat sepenuhnya dengan pertimbangan dari segi kepraktisan dalam pengerjaan dan kemudahan dalam mobilitas maupun penjualan
87
slab. Penyimpanan juga dilakukan sekedar agar slab mereka aman dari pencurian. Petani belum memahami lebih jauh penyimpanan yang mereka lakukan sangat mempengaruhi produksi karet dari slab yang dibuat oleh mereka, demikian halnya dengan kebiasaan mencampurkan benda lain saat proses pengolahan lum. Petani belum memahami bahwa slab mereka hanya dapat diolah menjadi karet remah mutu terendah yang pada akhirnya berpengaruh pada rantai penjualan yang berdampak pada proporsi harga jual yang mereka terima. Dalam
hal
penggunaan
jenis
koagulan
yang
tidak
direkomendasikan terdapat dua kelompok petani, pertama adalah petani yang sudah pernah mencoba menggunakan koagulan dimaksud dan enggan untuk melanjutkan pemakaian karena dalam sistem penjualan yang ada tidak dilakukan pembedaan harga, penentuan harga oleh pembeli
masih bersifat "pukul rata"
menurut berat slab tanpa
mempertimbangkan atau membedakan jenis penggumpal apa yang digunakan. Kedua, adalah petani yang tidak mau beralih menggunakan
koagulan karena khawatir pengalaman kelompok pertama menimpa mereka, koagulan tersebut dianggap akan menimbulkan kerugian karena berat slab yang dihasilkan petani akan berkurang.
Petani belum
memahami lebih jauh bahwa pupuk atau tawas yang mereka gunakan ternyata berdampak pada besar kecilnya harga di tingkat petani yang mereka terima karena mutu dari slab yang mereka hasilkan.
88
Secara umum peneliti menyimpulkan bahwa belum ada komitmen bersama
mengenai harga dan standar mutu slab antara pabrik
pengolahan karet, pedagang pengumpul atau tengkulak dan petani menjadi
penyebab tidak digunakannya
koagulan
anjuran
sebagai
penggumpal.
c. Pemasaran Bokar Pemasaran bokar merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan bokar dari petani ke pabrik pengolah karet. Umumnya nimbang karet dilakukan sekali dalam dua minggu. Ada dua macam
sistem pemasaran yang dilakukan oleh petani, yakni dengan sistem penjualan langsung dan sistem lelang informal. Dalam sistem langsung petani menjual hasil karetnya secara sendiri-sendiri kepada pedagang pengumpul atau kepada para tengkulak yang mendatangi tempat mereka, tawar menawar harga dan akhirnya terjadi transaksi, inilah yang terjadi pada sebagian besar petani karet di wilayah OKU. Khusus di Batumarta sejarahnya sedikit berbeda, seorang petani
transmigran,
"Krjn//54"
menjelaskan
bahwa
semasa
awal
pelaksanaan pengelolaan karet dilakukan sendiri oleh transmigran pada kebun karetnya masing-masing, sedangkan pemasaran hasilnya melalui Koperasi Unit Desa (KUD) setempat, tetapi lama kelamaan karena masalah harga yang lebih rendah dan sistem pembayaran dengan konsinyasi, yakni setelah bokar miliknya laku baru petani dibayar, petani
89
merasa dirugikan karena ketidakpastian waktu menerima uang penjualan terse but. Dengan dimotori oleh transmigran yang asalnya purnawirawan (pensiunan ABRI) maka mereka "berani" keluar, mencari hubungan dengan pedagang yang mau membeli karet mereka. Alhasil tengkulak mulai masuk ke Batumarta, karena menjual kepada tengkulak dirasakan lebih menguntungkan maka masyarakat tidak lagi memasarkan lewat KUD, apalagi tengkulak berani membeli dengan harga jauh diatas harga KUD selama ini. Dijumpai
juga
petani
yang
melakukan
penjualan
secara
berkelompok, seperti di Desa Banuayu Kecamatan Lubuk Satang. Pada hari yang disepakati bersama anggota kelompok membawa bokarnya ke tempat berkumpul yang ditentukan untuk nimbang. Dalam sistem ini mereka sudah punya langganan pembeli sehingga hanya satu tengkulak saja yang bisa membeli hasil karet mereka. Petani
memperoleh
informasi
harga
dari
petani
di
kota
kecamatannya atau petani di kecamatan-kecamatan lain dengan cara sating menginformasikan melalui short massage system (SMS) dengan menggunakan telepon seluler. Cara-cara
ini
masih
merupakan
pemasaran
bokar
tradisional yang mekanismenya sebagaimana gambar berikut.
secara
90
Gambar.2
Mekanisme Pemasaran Bokar Secara Tradisional
+I
I Petani
f--+
Pedagang ~ pengumpul
~
Pedagang ~ Besar (tengkulak)
Pool Pabrik
I-+
Pabrik Pengolahl eksportir
Adapun sistem lelang informal, dilakukan oleh petani-petani di Desa Kedaton
dan
Sepancar,
Kecamatan
Baturaja
Timur.
Dalam
pelaksanaannya petani membentuk kelompok atas inisiatif sendiri, saat hari yang disepakati, yakni dalam dua minggu sekali atau dalam sebulan sekali, tergantung kesekapatan, para pedagang datang ke tempat mereka untuk membeli slab. Pedagang itu ada yang pengumpul, namun umumnya adalah para tengkulak, menuliskan harga pada sepotong kertas yang digulung kecil sehingga antar pedagang tidak saling mengetahui tawaran masing-masing, setelah kertas dibuka oleh kelompok petani maka penawar tertinggi berhak untuk membeli. Dengan sistem jual langsung maupun lelang informal ini, harga yang diterima petani lebih banyak bergantung kepada pedagang pengumpul atau tengkulak. Harga karet kering di tingkat petani saat ini rata-rata 15 ribu rupiah per kilogram. Tengkulak menaksir harga dengan melihat bentuk fisik untuk mewakili kebersihan dan lama masa penyimpanan untuk menaksir kadar
91
karet kering (KKK). Kebersihan bukan dilihat dari warna tapi perkiraan apakah karet yang tercampur bahan lain atau tidak. Warna slab yang lama disimpan atau kadar keringnya lebih tinggi biasanya coklat, sementara yang relatif baru berwarna putih. Untuk mencapai itu maka petani ada juga yang memoles slabnya dengan tanah atau lumpur agar tidak terllihat berwarna putih. Dengan penggumpal tawas atau pupuk, biasanya bokar dengan lama penyimpanan 2 minggu memiliki kadar kering ditaksir sebesar 40%, paling tinggi 50%, dan lebih banyak kandungan air atau kotoran sehingga biaya angkut ke pabrik pengumpul (pool) maupun pabrik pengolahan karet yang ada di Palembang menjadi besar, demikian juga dengan resiko susut.
Oleh karena itu saat penjualan biasanya petani dikenakan
potongan berat minimal 3%. Untuk slab dengan lama penyimpanan kurang dari 2 minggu atau slab yang diperkirakan kondisi dalamnya kotor oleh campuran bahan lain maka potongannya akan lebih besar. Demikian kondisi yang dialami petani karet di Kabupaten OKU sebagaimana telah dikemukakan, maka peneliti membuat identifikasi
knowldge content dalam produk karet rakyat berdasarkan tahapantahapan sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel.12 berikut ini.
92
Tabel.12
Knowledge content dalam produk karet rakyat di Kabupaten OKU
No.
Tahapan
1.
Knowledge Content
Usaha budidaya a. pratanam
Pemakaian bibit hasil okulasi klan karat janis unggul
b. penanaman
Teknik membuka/mempersiapkan lahan tan am
(3)
Pengendalian gulma Pelaksanaan pemberantasan hama/penyakit tanaman teknik pemupukan
d. pemanenan
( 1) (2) (3)
penerapan teknik penyadapan penggunaan peralatan sadap cara menyiasati kondisi alam
2.
Pengolahan bokar
Penerapan prosedur pengolahan lateks
3.
Pemasaran bokar
( 1)
C.
pemeliharaan
(1) (2)
(2)
Pemanfaatan teknologi informasi untuk mengakses harga Mulai menerapkan sistem penjualan berkelompok dan lelang informal
Sumber : Olahan Data Primer
2. Knowledge Content dalam Produk IRTP Untuk mendeskripsikan knowledge yang ada dalam produk IRTP , peneliti juga melakukan pengamatan terhadap proses atau tahapan dalam pengolahan menurut cara produksi pangan olahan yang baik bagi industri rumah tangga yang telah ditetapkan Pemerintah. Disamping juga melihat distribusi dan pengembangan usaha.
93
a. Produksi
Pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga di Kabupaten OKU banyak jenisnya, terutama roti, kue kering maupun kue basah bahkan jenis panganan tradisional seperti lempok duren atau dodol durian, demikian juga dengan jenis makanan ringan seperti kerupuk dan keripik pisang/singkong. Disamping jenis makanan tersebut, masyarakat juga membuat jenis pangan yang harus diolah lebih lanjut atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, diantaranya tahu, tempe dan kepi bubuk. (1) Pemilihan Bahan Mentah
Proses produksi diawali dengan pemilihan bahan mentah pangan. Bahan mentah yang baik adalah yang bebas dari tanda-tanda kerusakan. Pengelola usaha kepi bubuk "Ydi/27", mengatakan bahwa saat membeli biji kepi ia memilih biji kepi yang utuh, kering dan bersih atau tidak bulukan. Biji kepi yang dibeli di pasar-pasar di Baturaja merupakan biji
kepi hasil pertanian masyarakat atau disebut kepi lokal. Bagi pengusaha tahu dan tempe saat ditanya darimana asal kedelai yang menjadi bahan baku tahu tahu dan tempe produksinya, mereka mengatakan bahwa kedelai itu adalah kedelai impor yang dibeli di toke langganan mereka. Kedelai impor menjadi pilihan karena mudah didapatkan di pasaran dan ukuran bijinya lebih besar dari kedelai lokal yang juga jarang ada. Ukuran kedelai kering yang ditemui di tempat usaha persis seperti apa yang mereka sampaikan.
93
a. Produksi
Pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga di Kabupaten OKU banyak jenisnya, terutama roti, kue kering maupun kue basah bahkan jenis panganan tradisional seperti lempok duren atau dodol durian, demikian juga dengan jenis makanan ringan seperti kerupuk dan keripik pisang/singkong. Disamping jenis makanan tersebut, masyarakat juga membuat jenis pangan yang harus diolah lebih lanjut atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, diantaranya tahu, tempe dan kepi bubuk. (1) Pemilihan Bahan Mentah
Proses produksi diawali dengan pemilihan bahan mentah pangan. Bahan mentah yang baik adalah yang bebas dari tanda-tanda kerusakan. Pengelola usaha kepi bubuk "Ydi/27", mengatakan bahwa saat membeli biji kepi ia memilih biji kepi yang utuh, kering dan bersih atau tidak bulukan. Biji kepi yang dibeli di pasar-pasar di Baturaja merupakan biji
kepi hasil pertanian masyarakat atau disebut kepi lokal. Bagi pengusaha tahu dan tempe saat ditanya darimana asal kedelai yang menjadi bahan baku tahu tahu dan tempe produksinya, mereka mengatakan bahwa kedelai itu adalah kedelai impor yang dibeli di toke langganan mereka. Kedelai impor menjadi pilihan karena mudah didapatkan di pasaran dan ukuran bijinya lebih besar dari kedelai lokal yang juga jarang ada. Ukuran kedelai kering yang ditemui di tempat usaha persis seperti apa yang mereka sampaikan.
94
Sementara itu, "Pimn/55" seorang pengusaha roti di Kelurahan Air Gading, Baturaja Timur, yang telah menjalankan usahanya sejak tahun 1990-an mengatakan : "walaupun harganya agak mahal saya terpaksa selalu pakai tepung merek ini saya tidak mau ganti dengan tepung lain. Pernah saya coba beli tepung lain supaya lebih irit, justru saya rugi, rotinya tidak mengembang seperti biasanya, masyarakat yang belijadi kecewa."
Pengusaha kue atau makanan ringan lainnya juga menyatakan bahwa dalam memilih bahan-bahan yang akan diolah juga harus melihat masa pakai "Mnsr/49").
atau tanggal Namun
kadaluwarsa (hasil wawancara dengan
demikian
mereka
tetap
mempertimbangkan
kemurahan harga, oleh karena itu sistem yang digunakan adalah berlangganan kepada penyedia bahan mentah pangan. Dari yang telah dikemukakan tersirat bahwa dalam bahan mentah atau bahan baku yang dipertimbangkan pertama kali adalah kemudahan dalam memperolehnya, kemudian perbandingan harga dan masa pakai. (2) Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Sepanjang pengamatan peneliti, terdapat beberapa bahan yang ditambahkan ke dalam pangan oleh pengusaha industri rumah tangga. Pewarna, penyedap rasa dan aroma, pengatur keasaman, pengembang tepung, dan pengeras merupakan bahan tambahan yang digunakan. Pengusaha roti membuat dua jenis roti, yakni manis biasa dan roti isi. Untuk isi dari roti bermacam-macam, seperti kelapa, kacang hijau, cokelat, strawberry dan nenas. Untuk kelapa dan kacang hijau murni ditambahkan gula pasir, sebagaimana dikemukakan "Sihn/32":
95
"Saya hanya pakai gula pasir untuk membuat adonan roti atau membuat isi roti dan tidak menambahkan pemanis lainnya. Sari manis bisa bikin roti saya tidak tahan lama, isinya cepat berubah rasanya, kalau pakai gula murni bisa bertahan sampai lima hari''
Sedangkan jenis roti isi nenas dan strawberry digunakan selai, atau olahan dari campuran tepung dan aroma, roti isi coklat biasanya memakai tepung susu yang memang sudah berwarna dan beraroma coklat. Selain pewarna dan penambah aroma mereka menggunakan ragi roti sebagai pengembang adonan dan pelembut roti. Pengusaha pembuatan keripik pisang menambahkan pemanis buatan, yakni sari manis (natrium siklamat) dan memberi pewarna khusus untuk makanan, yaitu pasta kuning atau kesumba kuning agar warnanya menarik. Pad a industri kerupuk ikan atau kerupuk jangek menggunakan BTP yang disebut gendar, yakni garam khusus yang ditambahkan dalam adonan agar setelah dikukus adonan kenyal dan mudah diiris. Dengan penggunaan gendar ini maka pengusaha tidak perlu menambahkan garam lagi pada adonan kerupuknya, gendar tersebut masuk dalam BTP yang diizinkan penggunaannya karena pada kemasan tercantum izin produk bahan tambahan pangan dari instansi yang berwenang. Setelah penggunaan gendar maka penambahan penyedap rasa umumnya tidak mutlak diperlukan, namun masih ada pengusaha yang merasa tetap perlu untuk menambahkan penyedap rasa. Ada bahan yang sering digunakan masyarakat yang ternyata berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia, pada dasarnya jenis ini bukan BTP dan jelas dilarang untuk digunakan, yakni formalin. lndustri
96
tahu
yang
peneliti
amati
dan
lihat proses
pengolahannya tidak
menambahkan bahan tersebut, tetapi menggunakan cuka makan sebagai pengasam. Menurut
pekerjanya,
cuka
ini
ditambahkan
hanya
untuk
memisahkan air dari kedelai matang yang telah dihaluskan dengan mesin penggiling, jika tidak menggunakan cuka maka mereka memanfaatkan air tahu itu sendiri. Tahu yang dihasilkan memang padatnya "biasa" dan tidak kenyal. Sedangkan pengusaha tempe tidak menggunakan BTP apapun dalam produknya, untuk memproduksi hanya menggunakan ragi tempe. (3) Pengolahan
Dalam prosesnya, pangan yang diolah akan selalu kontak dengan lingkungan sekitar, peralatan yang dipakai, maupun pekerja atau karyawan
yang
melakukan
pengolahan.
Khusus
pangan
yang
pembuatannya dilakukan setiap hari seperti roti, tahu dan tempe tempat pengolahan pangan terpisah dari dapur rumah tangga yang dipergunakan untuk memasak makanan keperluan sehari-hari (diluar usaha pangan), letaknya di bagian belakang atau disamping rumah tinggal. Berbeda dengan industri kerupuk dan keripik yang pengolahannya tidak setiap hari, umumnya dapur rumah tanggalah yang digunakan sebagai tempat pembuatan atau pengolahannya. Untuk kopi bubuk, juga tidak setiap hari menyangrai biji kopi, tetapi karena butuh tempat luas untuk peralatan sangrai dan menghamparkan biji kopi yang telah disangrai maka tempatnya juga terpisah dari dapur rumah tangga.
97
Lingkungan sekitar tempat pengolahan roti terkesan bersih dan rapi, tidak ada serakan sampah atau benda-benda lain yang tidak ada hubungannya dengan pengolahan, disiapkan wadah khusus untuk membuang sampah yang berhubungan dengan pangan yang diolah, saluran
pembuangan
air juga jauh
dan
tertutup
sehingga
tidak
menimbulkan bau kurang sedap. Dapur tempat mengolah adonan dan menggoreng kerupuk jangek dan kerupuk ikan juga bersih, sedangkan tempat penjemuran untuk mengeringkan kerupuk hingga bisa digoreng terletak di luar rumah, yakni halaman. Namun demikian kerupuk yang ditata berbaris atau berjejer diatas anyaman bambu tidak langsung dihamparkan di tanah, tetapi dibuatkan tempat penyanggah sehingga terhindar dari rumput maupun kontak dengan hewan-hewan yang berkeliaran di sekitar. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan industri roti dan kerupuk adalah sumur dan beberapa menggunakan air ledeng dari PDAM. Pada pengolahan tahu dan kopi bubuk ditemukan kondisi yang sangat kontras dengan tempat pengolahan dua jenis industri sebelumnya. Proses mengolah tahu membutuhkan air dalam jumlah banyak, dengan pertimbangan tersebut maka pengusaha tahu ada yang di mendirikan tempat usahanya di pinggir Sungai Ogan, sungai yang juga digunakan untuk MCK oleh penduduk sepanjang tepiannya. Air dari sungai dipompa dengan
mesin,
ditampung
dan
diendapkan
semalam
dalam
bak
98
penampungan untuk digunakan dalam produksi keesokan harinya. "lmr/46"menjelaskan: "walaupun pakai air sungai tapi air tidak langsung saya gunakan begitu disedot ke bak, saya endapkan dulu dan diberi tawas supaya jernih, setelah besoknya air sudah jernih dan kotorannya mengendap baru saya pakai bikin tahu."
Pedagang tahu yang peneliti temui tidak hanya membuat tahu mentah tetapi juga tahu yang sudah digoreng. Di sekitar tungku tempat penggorengan tahu terlihat sisa-sisa sampah rumah tangga yang berserakan, plastik-plastik atau kaleng bekas bungkus makanan, kulit telur, dan sebagainya. Perlu dikemukakan bahwa tahu goreng yang dijual di pasar direndam air dalam proses penyimpanannya, air yang digunakan juga air dari sumber yang sama dengan proses pengolahan. Pada pengusaha kopi bubuk juga kebersihan lingkungannya relatif kurang, sampah-sampah
masih
ditemui
disekitar
tempat
kerja,
saluran
pembuangan air yang letaknya sangat dekat memungkinkan terjadinya kontaminasi. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan
roti
dan kue
diantaranya timbangan, alat pengaduk adonan, alat pemanggang dan alat laminating kemasan. Alat-alat yang digunakan ada yang dibersihkan dengan cara dicuci tetapi ada pula yang dilap dengan kain atau memakai kuas, seperti loyang panggang yang jumlahnya puluhan dan mesin pencetak adonan. Sementara pengaduk adonan dicuci setiap selesai dipakai.
99
Pembuatan kepi bubuk menggunakan alat sangrai yang dirancang khusus, terbuat dari drum ukuran sedang yang dilubangi menyerupai pintu untuk memasukkan biji kepi yang akan atau telah disangrai, dan salah satu bagian tutup atas atau bagian bawah diberi tangkai untuk memutar drum. Drum inilah yang diletakkan diatas tungku yang juga dirancang khusus,
untuk
kemudian
drum
diputar
selama
proses
sangrai.
Penyangraian biji kepi tidak menggunakan penggorengan, ketika ditanya "Apr/23" menjelaskan :
"untuk sangrai kopi saya pakai drum karena sekali sangrai saya masukkan 1 sak biji kopi, ya sekitar 25 kilo beratnya. Kalau pakai wajan pasti tidak muat, belum lagi asapnya. Dengan drum yang tertutup saya mudah mengaduk, tinggal putar gagangnya saja, asapnya juga tidak keluar sebanyak pakai wajan karena tertutup". Dari berbagai wawancara dengan pekerja dan pengusaha peneliti menyimpulkan bahwa peralatan yang digunakan umumnya manual atau proses dilakukan dengan tangan sepenuhnya, peralatan dirancang sesuai keperluan dan segi praktis dalam penggunaan. Beberapa industri mulai menggunakan mesin semi otomatis seperti mesin laminating, mesin untuk memutar pembakaran roti (ada pengusaha yang tidak lagi menggunakan oven, tetapi memakai blower, yakni berbentuk ruangan tertutup dengan dua jendela, jendela pertama letaknya setinggi dada orang dewasa yang digunakan untuk memasukkan roti yang akan dipanggang satu jendela di bagian bawah disisi yang berseberangan sebagai pintu tempat pembakaran) dan mesin untuk mencetak adonan.
100
Mesin otomatis baru terbatas pada mesin pengaduk adonan dan mesin penggiling biji kepi dan biji kedelai. Pengetahuan karyawan umumnya terbatas pada bagaimana mereka bisa nyaman bekerja. Pakaian kerja tidak dibuat secara khusus, mereka memakai pakaian biasa, bahkan ditemui di beberapa tempat industri karyawan menggunakan pakaian tanpa lengan. Kelengkapan yang lain seperti celemek, penutup kepala maupun penutup hidung dan mulut tidak terlihat dikenakan oleh karyawan. Sebagaimana diungkapkan "Sbr/20" seorang karyawan di industri roti berikut ini: "saya harus menunggui roti yang sedang dipanggang karena kalau tidak bisa hangus, sesekali harus saya tukar-tukar loyangnya supaya matangnya rata, ini saja sudah panas sekali, apalagi saya harus pakai celemek dan penutup kepala."
Pada saat penelitian dilakukan, di lokasi penelitian tidak sedang musim buah durian, oleh karena itu industri pembuatan lempok dan tempoyak sedang tidak berproduksi. Namun demikian hasil produksinya dapat ditemukan dengan mudah di pasaran karena produk ini bisa bertahan hingga 3 tahun lamanya, dan pengusahanya berhasil ditemui. "Srj/41 ", menjelaskan bahwa dalam pembuatan lempok duren semua peralatan dan pekerja harus dalam kondisi bersih. Untuk memisahkan daging buah durian dari bijinya pekerja harus menggunakan pisau yang anti karat dan kantong plastik untuk membungkus tangan. Jika salah satu dari alat yang digunakan tidak bersih maka daya tahan lempok menjadi kurang.
101
Secara umum pekerja atau karyawan masih sangat terbatas pengetahuannya, hanya berorientasi pada kenyaman kerja. Resiko kontaminasi yang bersumber dari dirinya belum terpikirkan oleh mereka. (4) Produk dan Pengemasan
Bentuk produk IRTP di OKU masih tergolong standar, seperti kopi bubuk bentuknya bubuk biasa dengan tekstur yang relatif halus namun jika diseduh tetap meninggalkan ampas; keripik pisang dan keripik singkok umumnya dengan variasi rasa asin, manis atau pedas; produk roti juga bentuknya standar, yakni bulat, bulat lonjong (oval) atau persegi em pat, dan demikian juga untuk produk yang lain dibentuk dalam bentuk standar. Produk tahu merupakan produk yang dipasarkan tanpa kemasan, produk lain umumnya dikemas dengan kemasan plastik bening. Kemasan plastik produk IRTP ada yang dibuat menarik dengan sablon gambar dan mencantumkan industri yang memproduksinya serta nomor sertifikat produk
dari
Dinas
Kesehatan,
tetapi
ada
pula
yang
plastik
pembungkusnya bening sementara tulisan merek produk (label) dicetak pada kertas dan dimasukkan dalam kemasan. Ada pula pengusaha yang hanya membungkus produknya dengan plastik bening saja,
saat
dikonfirmasi ia menerangkan : "dulu awal-awal usaha saya buat merek di kertas yang dimasukkan dalam kemasan, tapi sekarang tidak lagi, soalnya orang sudah kenai ini produk saya, mereka sudah biasa beli."
lni menggambarkan bahwa masih banyak pola pengemasan yang sangat
sederhana,
bermodalkan
kepercayaan
bahwa
orang
bisa
102
mengenal produk dari perusahaanya dari bentuk dan rasa karena sudah biasa membeli. ( 5) Penyimpanan
Pada dasarnya bahan mentah yang digunakan tidak memerlukan kondisi khusus dalam penyimpanan karena semua bahan yang digunakan sifatnya awet dan tidak mudah rusak. Kalaupun ada beberapa yang tidak bisa ditimbun terlalu lama, seperti pisang untuk bahan keripik, maka mereka membelinya dalam jumlah cukup untuk sekali produksi saja. Sedangkan untuk bahan lain biasanya mereka menyimpannya dengan memperhatikan karakter dari bahan itu sendiri, tetapi umumnya disimpan di ruangan khusus atau gudang. Walaupun ada juga yang masih menyimpan bahan mentah disembarang tempat, misalnya biji kepi dalam karung
diletakkan tepat bersebelahan
dengan tempat dimana
ia
meletakkan bahan bakar untuk mesin penggilingan kopinya. Demikian juga dengan hasil produksi, industri pangan yang produksinya banyak melakukan penyimpanan hasil produksi di tempat khusus sebelum di pasarkan, tetapi yang usahanya masih relatif kecil hanya membuat dalam jumlah kecil sekali habis, dalam arti jumlah produksi disesuaikan dengan permintaan. Dari proses produksi yang dijalankan oleh pengusaha maka peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan bahan mentah dan penggunaan bahan tambahan pangan sudah memadai, demikian juga dengan peralatan kerja yang digunakan sudah mulai memakai peralatan semi otomatis dan
103
beberapa peralatan yang otomatis. Peralatan manual telah di desain sesuai kebutuhan penggunanya. Selain pengemasan yang masih sederhana, bentuk dan ragam produk dirasa kurang bervariasi, perlu inovasi untuk mengembangkannya sesuai selera konsumen dan perkembangan pasar. Pengetahuan yang masih tergolong rendah adalah tentang sanitasi dan higiene, baik kebersihan lingkungan maupun pekerja atau karyawan, terbatas pada pemikiran untuk kenyamanan diri sendiri saat bekerja, tempat kerja juga belum dirancang untuk mendukung terciptanya lingkungan yang nyaman bagi pekerja. Pemahaman dan kesadaran akan adanya hubungan antara keamanan dan perlindungan konsumen belum memadai.
Umumnya
pengusaha atau pekerja tidak menyadari bahwa produknya dikonsumsi orang, jika dalam proses pengolahan tidak menjamin keamanan pangan maka akan menimbulkan resiko bagi konsumen, lebih jauh lagi dapat menyebabkan produk ditarik atau dilarang beredar bahkan sampai berurusan dengan penegak hukum belum terpikir oleh sebagian besar dari mereka.
b. Distribusi Pembuatan pangan olahan oleh IRTP pada dasarnya ditujukan untuk dipasarkan di sekitar Baturaja maupun kalangan-kalangan (sebutan bagi pasar-pasar tradisional di desa atau kecamatan yang hanya ada pada hari tertentu saja) serta pasar di luar OKU yang terdekat seperti
104
Martapura di OKU Timur atau Muara Dua di OKU Selatan. Hanya beberapa perusahaan yang mulai memasarkan produknya keluar OKU yang jaraknya relatif jauh, seperti ke Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim dan Kota Palembang. Ada dua mekanisme distribusi yang ditemui, yakni para pedagang datang ke tempat produksi untuk membeli dalam jumlah banyak dan selanjutnya diecerkan, atau para pengusaha sudah memiliki tenaga pemasaran dan fasilitas angkutan untuk mengantar pangan produksinya ke tempat-tempat pedagang pengecer, seperti toko, warung makan dan kios-kios. Dalam distribusi sangat sederhana dan tidak dibutuhkan perlakuan atau kelengkapan khusus, produk yang sudah dikemas dengan baik selanjutnya ditata dalam keranjang plastik ukuran besar atau dalam kotakkotak karton besar. Untuk produk yang basah, seperti tahu, ditempatkan di ember plastik ukuran besar untuk kemudian diberi air untuk merendam agar kondisi tahu tetap segar. Selanjutnya pengangkutan produk dapat dilakukan untuk distribusi. c. Pengembangan Usaha
Pengusaha IRTP yang berhasil ditemui umumnya mengatakan bahwa permodalan awal usahanya berasal dari modal pribadi. Dalam perkembangannya ada yang menambah modal dengan meminjam pada lembaga keuangan {yaitu Bank) yang jumlahnya juga beragam tergantung jenis usaha yang dijalankan, dari 3 juta rupiah hingga 25 juta rupiah.
105
Namun demikian ada juga yang menuturkan bahwa dalam mengembangkan usahanya ia merasa cukup dari hasil usaha atau sebagian keuntungan disisihkan, betapapun jumlahnya tidak banyak. Usahanya sudah berjalan dari tahun 1990-an, ia belum berani meminjam pada bank atau lembaga lain karena khawatir tidak mampu dalam pengembaliannya nanti. Salah seorang Kepala Seksi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan PKM, yakni Kepala Seksi Permodalan UKM mengungkapkan sebagai berikut : " dana untuk pengembangan UKM dari Pemerintah itu ada di bankbank, kami di Dinas hanya memfasilitasi saja. Demikian juga dengan dana-dana dari BUMN, kami hanya membantu dalam hal pengajuan proposal, tetapi biasanya ada saja alasan untuk tidak memenuhi proposal, misalnya dengan dalih usaha yang mau dibantu secara administrasi tidak Iayak atau justru proposal ditolak karena usaha sudah dianggap mampu mandiri dan tidak memerlukan bantuan atau tambahan modal."
Dari pernyataan-pernyataan terlihat bahwa pengusaha masih belum memahami sumber-sumber untuk mengakses modal, disisi lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan PKM juga memiliki kendala dalam memfasilitasi pengusaha kecil. Dalam manajemen yang dijalankan masih tergolong sederhana, pencatatan dilakukan pada pembukuan keuangan, sedangkan bagan alir pengolahan pangan yang sudah baku sebagai acuan dalam kegiatan pengolahan sehari-hari belum tersedia. Dari informasi dalam setiap tahapan sehingga menghasilkan pangan olahan yang siap dijual maka peneliti membuat rangkuman
106
knowledge content dalam produk sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel.13 sebagai berikut. Tabel.13 Knowledge content dalam produk IRTP di Kabupaten OKU No. 1.
Tahapan
Knowledge Content
Produksi a. Pemilihan bahan mentah
( 1) Pertimbangan terhadap aspek harga, mutu, dan masa pakai/kadaluarsa (2) Hubungan kerjasama dengan penyedia bahan mentah
b. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)
Penggunaan BTP yang diizinkan
c. Pengolahan
Dominan penggunaan peralatan manual dengan desain sesuai keperluan pengguna dan segi kepraktisan
d. Produk dan pengemasan
Penggunaan pembungkus
e. Penyimpanan
Penyediaan tempat khusus bagi produk yang diproduksi dalam jumlah besar.
2.
Distribusi
Jalinan kerjasama antara IRTP dengan pedagang
3.
Pengembangan Usaha
Pola swadaya pada permodalan awal
bahan
plastik
sebagai
Sumber: Olahan Data Primer
C. Pengetahuan (knowledge) Petani Karet dan Pelaku IRTP Tahapan yang diamati sebelumnya guna mendapatkan knowledge
content dalam produk juga sekaligus menunjukkan knowledge yang dimiliki oleh petani dan pelaku IRTP yang peneliti rangkum dibagian ini. Hasil yang diperoleh akan menjadi petunjuk knowledge yang dibutuhkan atau yang harus ditambahkan kepada keduanya.
107
1. Knowledge Petani Karet Berdasarkan tahapan dalam budidaya, pengolahan dan pemasaran yang dilakukan petani maka peneliti merangkum knowledge yang ada saat ini dan membandingkannya dengan knowledge yang seharusnya ada dalam Tabel.14 berikut ini. Tabel.14.
No. 1.
2.
3.
Perbandingan knowledge yang ada dengan knowledge yang seharusnya ada pada petani karet di Kabupaten OKU
Tahapan Usaha Budidaya
Knowledg_e ~ang
ada saat ini Teknik okulasi bibit unggul pada sebagian petani
ada Teknik okulasi pada semua petani dalam penyediaan bibit
Penerapan jarak tanam dengan pertimbangan jumlah batang tanaman dalam luasan lahan tertentu
Penerapan jarak tanam sesuai anjuran dan implementasi pola tanaman sela
Pemupukan dibawah intensitas yang dianjurkan
Pemupukan sesuai intensitas anjuran
Frekuensi sadap melebihi intensitas sistem eksploitasi konvensional
Frekuensi sadap sesuai intensitas sistem eksploitasi konvensional
Pengolahan Pengenceran lateks dan Bahan Olah pencampuran benda lain Karet Rakyat dalam bokar (Bokar)
Pemasaran Bokar
~ang seharusn~a
Lateks tanpa pengenceran dan bokar bersih dari campuran benda lain
Penggunaan jenis koagulan yang tidak dianjurkan
Penggunaan koagulan yang direkomendasikan dan koagulan yang dianjurkan
Bokar dibentuk slab tebal
Bokar dengan bentuk slab tipis/giling dan sit angin
Penerapan sistem tradisional oleh sebagian besar petani
Penerapan sistem nontradisional dengan kemitraan
Sumber : 0/ahan Data Primer
108
Knowledge yang seharusnya ada pada petani karet dalam Tabel.14 bersumber dari Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (ISBN:979-529-002-9) yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa pada tahun 2003 dan masih berlaku hingga saat ini. lnformasi didalamnya meliputi teknik bercocok tanam,
teknologi
pengolahan hasil,
dan
pemasaran bahan dan dijabarkan dalam tujuh hal pokok sebagai berikut : a.
bahan tanam dan penanaman; terdiri dari pembangunan batang bawah, pembangunan kebun entres, produksi bahan tanam karet (yakni teknik okulasi) serta persiapan tanam dan penanaman tanaman karet di lapang.
b.
pola tanaman sela karet, baik pola tanaman sela karet tiga tahun maupun setelah berumur tiga tahun.
c.
pemupukan, baik efektivitas pemupukan, rekomendasi umum pemupukan, maupun cara pemberian pupuk.
d.
perlindungan tanaman; meliputi pengendalian berbagai jenis penyakit
tanaman
karet
serta
pengendalian
gulma
di
perkebunan karet. e.
penyadapan tanaman karet, pada intinya mengatur tentang pelaksanaan penyadapan dan sistem ekspoitasi.
f.
pengolahan bahan olah karet (bokar) rakyat, merinci cara penanganan lateks kebun, penentuan kadar karet kering, dan jenis bokar rakyat sesuai SNI Bokar.
g.
sistem dan kelembagaan pemasaran bokar.
109
Dengan demikian dari kondisi yang ada maka dapat dianalisis pengetahuan yang perlu ditambahkan kepada petani karet adalah :
a. Pengetahuan tentang karakteristik bibit okulasi klon karet jenis unggul dan cara penangkarannya Pengetahuan ini akan memenuhi pengetahuan yang seharusnya ada dalam usaha budidaya, yakni : ( 1)
Pertimbangan jumlah tanaman dalam satu luasan Iahan bukan satusatunya cara untuk meningkatkan pendapatan, karena dengan jarak tanam yang ideal maka dapat diterapkan pola tanaman sela sebagai tambahan sumber pendapatan baik pada masa sebelum maupun setelah tanaman karet dapat menghasilkan. Dengan hal tersebut juga akan meningkatkan daya guna berbagai input, misalnya tenaga kerja dan pupuk yang digunakan karena input tersebut dapat bermanfaat bagi kedua komponen tanaman, baik tanaman karet maupun tanaman sela.
(2)
Pemakaian klan unggul dengan tingkat produktivitas tinggi akan meningkatkan jumlah hara yang terkuras dari tanah, sehingga memerlukan tambahan hara melalui pemupukan. Pemupukan bukan hanya meningkatkan ketersediaan unsur hara dan mempertahankan kesuburan tanah tetapi juga meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas tanaman
dan
meningkatkan
ketahanan
tanaman
terhadap penyakit. (3)
Frekuensi penyadapan yang benar adalah dengan mengikuti sistem eksploitasi
konvensional
karena
kemampuan
tanaman
untuk
110
menghasilkan lateks berubah dari waktu ke waktu. Jika tanaman dieksploitasi dengan cara berlebihan maka akan mengundang penyakit tanaman seperti mati kulit, bahkan umur produktif tanaman bisa jadi tidak akan mencapai 25 sampai dengan 30 sebagaimana diharapkan. (4)
Pengetahuan tentang penangkaran akan meningkatkan kemampuan petani untuk menangkar bibit dengan melakukan teknik okulasi, mempersiapkan bibit agar dapat disertifikasi dan pada akhirnya akan memenuhi kebutuhannya akan bibit.
b. Pengetahuan tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) Bokar dan Standar Indonesian Rubber (SIR)
Pengetahuan tentang adanya standar mutu bahan olah karet dalam SNI Bokar akan menghindarkan petani dari perbuatan yang akan menurunkan mutu karet olahannya. Bahwa mutu atau kualitas slab tebal rendah disebabkan kandungan kotoran dan kadar abu tinggi karena petani sengaja menambahkan kotoran pada saat pembekuan, disamping pengunaan bahan pembeku tawas yang dapat meninggikan kadar abu. Sebaliknya nilai plastisitasnya rendah karena petani merendamnya dalam kolam atau sungai, slab terpapar sinar matahari dan menggunakan pembeku tawas atau pupuk TSP (SP 36) serta menambahkan polesan tanah atau lumpur pada slab. Untuk menaikkan mutu karetnya petani sebaiknya menggunakan bahan pembeku yang tidak merusak mutu karet sebagaimana dianjurkan,
111
yakni asam semut dan Deorub K. Selain sebagai pembeku Deorub K juga berfungsi penghilang bau busuk yang selama ini timbul dari slab. Pengetahuan tentang SIR juga akan memotivasi petani untuk membentuk bokarnya ke dalam bentuk yang lain selain slab tebal. Bahwa ternyata slab yang mereka hasilkan hanya dapat diolah menjadi karet remah dengan mutu terendah yakni SIR 20, sementara bentuk slab tipis/slab giling ataupun sit angin dapat diolah menjadi SIR 5 atau SIR 10 karena kadar karet keringnya tinggi dan harganya jauh lebih mahal sehingga harga pembelian di tingkat petani juga dapat dinaikkan. c. Pengetahuan tentang pengembangan usaha
Pengetahuan ini akan memenuhi pengetahuan tentang pemasaran bokar selama ini. Untuk pemasaran perlu pengetahuan tentang sumbersumber permodalan yang bisa di akses petani serta bagaimana cara untuk mengaksesnya. Permodalan menempati porsi terbesar untuk pengembangan usaha, baik untuk menyiapkan perluasan lahan untuk keperluan pembibitan sampai pada investasi untuk keperluan alih teknologi. Petani harus melakukan alih teknologi, dari mengolah secara manual menjadi pengolahan dengan menggunakan peralatan baik yang sederhana yakni mesin giling tangan "hand mange!'
ataupun yang
otomatis. Untuk keperluan itu perlu penambahan pengetahuan untuk mengoperasikan dan memelihara mesin. Pengadaan sarana pengolahan yang lain, seperti tempat pengeringan untuk sit angin maupun tempat
112
pengasapan untuk sit asap dan pengadaan bahan pembeku. Petani juga harus memiliki pengetahuan tentang kerjasama atau manajemen karena pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan sendirian, melainkan harus dikerjakan secara berkelompok karena memerlukan waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan kebutuhan saat ini. Pengetahuan dalam hal pemasaran dapat ditambahkan dengan pemberian informasi yang akurat oleh pemerintah mengenai harga pasaran karet sehingga informasi harga yang diperoleh petani bukan hanya diperoleh dari pedagang pengumpul atau tengkulak maupun sesama petani di tempat lain. Sistem penjualan non-tradisional dapat diterapkan lebih luas dengan pembentukan kelompok tani yang difasilitasi oleh pemerintah, menghidupkan kembali koperasi unit desa (KUD) yang pernah ada dengan pembinaan yang lebih intensif, mengenalkan petani tentang pola kemitraan dalam pemasaran bokar. Pemerintah sendiri harus memfasilitasi terbentuknya komitmen antara petani, pedagang dan pabrik pengolahan karet. Untuk lelang informal yang sudah ada dapat terus dibina dan disebarluaskan kepada petani yang masih menjual secara perseorangan. Menampilkan contoh sukses di tempat lain sehingga petani menjadi termotivasi juga dapat dijadikan alternatif dalam rangka pengembangan usaha.
113
2. Knowledge Pelaku IRTP Knowledge yang sudah dimiliki pelaku IRTP saat ini tetapi masih harus ditingkatkan dan knowledge yang seharusnya dimiliki dapat dilihat dalam Tabel.15 di bawah ini. Tabel.15 Perbandingan knowledge yang ada dan knowledge yang seharusnya ada pad a pelaku IRTP No. 1.
Tahapan Produksi
Knowledge yang seharusnya ada yang ada saat ini Kebersihan lingkungan, Kebersihan lingkungan, peralatan peralatan dan karyawan harus menjamin dan karyawan masih keamanan pangan kurang Bentuk dan rasa produk kurang bervariasi
Bentuk dan Rasa produk bervariasi
Cara pengemasan kurang mendukung pemasaran
Cara pengemasan baik dan mendukung pemasaran
Sebagian pengusaha masih kurang memperhatikan cara dan tempat penyimpanan dan beresiko terjadi kontaminasi
Cara dan tempat penyimpanan tidak beresiko terjadinya kontaminasi
2.
Distribusi
Terbatas dalam pasar di Kabupaten OKU dan sekitamya
Mengembangkan pemasaran
3.
Pengembangan Usaha
Akses modal terbatas
Akses modal lebih luas
Manajemen sederhana
Manajemen Modern
Sumber: 0/ahan Data Primer
114
Adapun knowledge yang seharusnya ada pada pelaku IRTP dalam tahapan produksi bersumber dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan lklan Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang diatur lebih teknis lagi dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Rl Nomor. HK.00.05.5.1639 tanggal 30 April 2003 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang baik untuk lndustri Rumah Tangga (CPPB-IRT) meliputi: ( 1) sumber bahaya dalam pangan dan cara menghindarinya, (2) cara memilih bahan mentah dan bahan tambahan pangan, (3) higiene karyawan, (4) higiene dan sanitasi sarana pengolahan pangan, (5) kontaminasi silang dan cara menghindarinya, (6) pengendalian proses dalam pengolahan pangan, dan (7) pengendalian tahap-tahap pengolahan yang kritis. Dalam tahap distribusi dan pengembangan usaha maka knowledge yang seharusnya merupakan bagian dari materi pelengkap dalam Penyuluhan Keamanan Pangan berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Rl Nomor. HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April2003 tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Serifikasi Produk Pangan lndustri Rumah tangga (SPP-IRT).
115
Dengan demikian maka setelah sebelumnya pengetahuan yang ada pada pelaku IRTP diidentifikasi (Tabel.12) maka kondisi yang ada mengindikasikan
bahwa
pelaku
IRTP
di
Kabupaten
OKU
masih
membutuhkan tambahan pengetahuan tentang: a.
Keamanan pangan Pengetahuan
tentang
keamanan
pangan
dimaksudkan agar
seluruh proses produksi didasarkan pada pemenuhan persyaratan sanitasi,
meliputi
sarana
dan
prasarana
yang
digunakan,
penyelenggaraannya dan juga orang atau pelakunya. Pengetahuan akan berbagai bahaya, baik bahaya bilogis, kimia maupun fisik yang dapat mencemari pangan, serta kesadaran akan berbagai sumber kontaminasi (pekerja, hewan, lingkungan, bahan makanan lain dan kontaminan lain) harus diberikan. Pengusaha IRTP yang belum mengikuti penyuluhan keamanan pangan harus diiberi informasi tentang penyuluhan tersebut, sedangkan yang sudah mengikuti penyuluhan dan memiliki sertfikat hendaknya semakin termotivasi agar secepatnya memenuhi persayaratan untuk mendapatkan SPP-IRT sesuai ketentuan pemerintah, dengan kata lain semua pengusaha IRTP tahu tentang adanya kewajiban akan sertifikat dimaksud dan paham bagaimana untuk memperolehnya. Tentang kemasan dan label, perlu pengetahuan tentang fungsi kemasan, yakni bukan hanya sebagai pembungkus produk olahan agar mudah dalam penempatan, penyimpanan, pengangkutan dan lain-lain. Perlu dipahami bahwa kemasan juga berfungsi untuk melindungi isi dari
116
bahaya-bahaya kerusakan yang mungkin timbul dari luar dan dengan pengemasan yang baik dan menarik juga dapat menimbulkan bantuan yang besar pada penjualan. Label juga memiliki fungsi
yang
harus diketahui
sehingga
keberadaannya dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh pelaku industri. Dengan adanya labelling maka konsumen dan pedagang menjadi loyal jika produk yang dihasilkan baik, menandakan bahwa produsen bekerja berdasarkan mutu, produsen dapat menetapkan harga yang pasti pada label sehingga pedagang dan konsumen tidak merasa dirugikan, menjadi jelas kemana harus mengadu jika produk yang dihasilkan ternyata dipalsukan. Label juga menunjukkan itikad baik dan kejujuran produsen serta merupakan tanda bahwa produknya bermutu karena produk yang tidak bermutu umumnya tidak akan berani mencantumkan data-data terkait perusahaannya pada label.
b. Kewirausahaan Kewirausahaan
merupakan
semangat,
sikap,
perilaku
dan
kemampuan seorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Dinas Perindagkop PKM OKU, 2008). Kewirausahaan dapat berwujud tugas untuk ( 1) mengendalikan kegiatan yang telah ditetapkan berhubungan dengan pengelolaan usaha,
117
jika ditemukan penyimpangan segera dikoreksi dan ditindaklanjuti untuk diperbaiki, hal ini sangat berhubungan dengan pengetahuan tentang perencanaan dan pengendalian usaha, (2) mencari peluang yang lebih menguntungkan dari berbagai kondisi yang berbeda, baik berupa pengadaan bahan-bahan produksi, tenaga kerja maupun pemasaran, untuk itu perlu informasi yang akurat dan cukup tentang kondisi sumberdaya yang dibutuhkan, kondisi perusahaan lain yang menjadi pesaing dan pasar yang dituju, dengan kata lain perlu pemantauan cermat produk-produk baru yang sedang diinginkan konsumen, (3) mencari dan menemukan produk yang baru, yaitu mengubah peluang menjadi gagasan dan mengolahnya menjadi sesuatu yang baru dan dapat dijual serta berbeda dengan produk-produk perusahaan lain baik dari sisi kualitas, variasi model maupun harga, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai daya inovasi. Hal ini panting dalam menghadapi situasi ketidakpastian karena perubahan lingkungan yang dinamis. Kemampuan mencapai
memotivasi
keberhasilan
usaha.
diri
sendiri juga dibutuhkan
Pengusaha
harus
lebih
untuk
mengenal
kekuatan dan kelemahan diri dan usahanya untuk menimbulkan dorongan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan. Kewirausahaan juga menyangkut permodalan, yakni bagaimana mencari sumber-sumber yang memberikan bantuan modal.
Harus
memberikan pengetahuan bahwa dalam mengembangkan usaha mikro , dimana IRTP termasuk didalamnya, dan usaha kecil Ouga usaha
118
menengah) ada penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha (selama ini BUMN) melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan bukan bank dalam rangka pengembangan dan perkuatan permodalan. Secara teknis perlu pengetahuan tentang prosedur atau mekanisme pengajuan proposal yang baik dan benar sehingga dapat dianggap layak memperoleh bantuan permodalan. lnformasi tentang jenis kredit
tanpa jaminan
(pemerintah
sebagai
penjamin) juga
harus
disampaikan agar benar-benar bermanfaat bagi pengusaha IRTP. Pemerintah juga harus memberi informasi tentang peraturan atau kebijakan yang ditujukan untuk menumbuhkan iklim usaha, baik aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha maupun promosi. D. Penyediaan Knowledge dalam Situs Web www.okukab.go.id Keputusan
Bupati
OKU
tanggal
19
Mei
2004
Nemer. 134/KPTS/XX/2004 tentang Situs Resmi Pemerintah Kabupaten OKU mengawali pembangunan situs web sekaligus menunjuk Kantor Pengolahan Data Elektronik (POE) sebagai penanggung jawab dan pengelolanya. lsi web site resmi Pemerintah Kabupaten OKU pada awal dibangun mencakup empat hal, yakni (1) profil OKU, (2) potensi unggulan OKU, (3) e-mail, dan (4) link. Akhir tahun 2004 terjadi kerusakan sehingga situs web tidak bisa melakukan up-date (pembaruan) data dalam situs. Pada tahun 2006 situs di up-grade hingga bisa kembali di up-date. Pembaruan data saat itu
119
hanya dilakukan sekali dalam seminggu dan disesuaikan perkembangan informasi. Dial-up internet yang awalnya menyatu dengan saluran telepon dinas telah dipisah dan Internet SeNice Provider (ISP) yang semula terdaftar di suatu perusahaan swasta dipindahkan hingga terdaftar di PT.Telkom. Tahun 2007 ISP kembali dipindahkan ke perusahaan swasta dan dial-up menjadi berbasis bandwidth. Pemutakhiran data dan informasi
situs web beralih dari model statis yang selama ini digunakan menjadi model dinamis sehingga dapat dilakukan setiap saat. Salah seorang administrator "Yyn/29" mengatakan: "dengan model dinamis kita bisa melakukan perubahan secara langsung isi situs web yang diinginkan melalui grup pengguna. Perubahan yang dilakukan tidak mengganti atau menambah halaman web dengan secara langsung pada halaman yang bersangkutan tetapi dengan cara memasukkan perubahan data yang diinginkan melalui interface khusus pada browser."
Artinya bahwa siapapun dapat melakukan entry, menambah atau melakukan perubahan data secara langsung, baik ia sebagai user, administrator ataupun editor. Tetapi kewenangan melakukan validasi
terhadap data atau informasi yang akan ditampilkan tetap berada pada administrator. Selain melakukan peningkatan kapasitas situs maka pengubahan juga dilakukan terhadap tampilan isi situs. Tahun 2006 mencakup 23 topik dan bertambah 4 topik pada tahun 2007 hingga saat ini tampilan isi situs berjumlah 27 topik. Perbandingan daftar topik dalam tampilan isi situs selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel.16 berikut ini.
120
Tabel.16.
Perbandingan daftar topik tampilan isi situs web resmi Pemerintah Kabupaten OKU, kondisi Tahun 2006 dan 2007
No.
Tam~ilan
1.
Profil OKU
Profil OKU
2.
Pemerintahan
Pemerintahan
3.
Kependudukan & Tenaga Kerja
Kependudukan & Tenaga Kerja
4.
Sosial
Sosial
5.
lnfrastruktur
lnfrastruktur
6.
Sektor Unggulan
Sektor Unggulan
7.
Budaya dan Pariwisata
Budaya dan Pariwisata
8.
Perekonomian
Perekonomian
9.
Event Resmi Kabupaten
Event Resmi Kabupaten
10.
Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksanaan Pembangunan
11.
Berita Kabupaten & Agenda Bupati
Berita Kabupaten & Agenda Bupati
12.
RPJP dan RPJM
RPJP dan RPJM
13.
Data Pokok
Data Pokok
14.
Produk Hukum
Produk Hukum
15.
Link
Link
16.
E-Mail
E-Mail
17.
Pencarian
Pencarian
18.
Catatan Pengunjung
Catatan Pengunjung
19.
Pengunjung On-Line
Pengunjung On-Line
20.
Saran
Saran
21.
Partai politik
Partai politik
22.
Organisasi Masyarakat
Organisasi Masyarakat
23.
Sarana Umum
Sarana Umum
lsi Situs Tahun 2006
Tam~ilan
lsi Situs Tahun 2007
24.
Proyek Strategis Tahun 2007
25.
LAKIP OKU
26.
Clustermap
27.
Buku Tamu
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati OKU Tahun 2007
121
Peneliti melakukan penelusuran terhadap daftar topik dalam tampilan melalui homepage dan diperoleh informasi mengenai isi situs, yaitu: a. Profil OKU, meliputi sejarah perkembangan Kabupaten OKU, geografis, demografi, perekonomian, peta wilayah, dan infrastruktur mencakup jalan dan kereta api, listrik, telekomunikasi, dan air bersih. b. Sosial, terdiri atas kependudukan, tenaga kerja,
pendidikan,
kesehatan, dan agama. c. Potensi daerah, mencakup pariwisata, kebudayaan, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri dan perdagangan, serta pertambangan. d. Pemerintahan, meliputi arti lambang, visi dan misi, strategi, muspida, perangkat daerah dan pejabat OKU. e. Pembangunan 2008, berisi gambar desain beberapa proyek pembangunan fisik, yakni Gedung Kesenian, Gedung Sanggar Kegiatan Belajar, RSU lbnu Sutowo, Stadion Madya, Islamic Center, Jembatan Ogan IV dan V, kolam renang, Mall Ramayana, Taman Pemkab OKU, dan pasar induk. f.
Fasilitas, mencakup hotel dan penginapan, restoran, SPBU, dan rumah sakit.
122
g. Web links, memuat daftar situs yang bisa di link, yakni 2 situs web pendidikan tinggi di Baturaja, 5 situs web lokal, dan 6 situs web pemerintah. h. Download, bertopik peraturan daerah dan peta yang belum ada datanya. Mengenai isi situs tersebut peneliti mewawancarai administrator situs hingga diperoleh informasi bahwa ada dua model dalam proses pengolahan hingga suatu berita atau artikel dalam ditampilkan dalam situs. Pertama, bahan-bahan tersedia dalam bentuk arsip dokumen elektronik sehingga memungkinkan alternatif sebagai berikut : 1. Dengan situs model dinamis saat ini SKPD dapat melakukan sendiri proses entry data mel alui internet. Dalam level user SKPD dapat mengirimkan artikel atau beritanya langsung melalui situs dengan urutan langkah (1) membuka situs www.okukab.go.id, (2) memasukkan username dan password yang diminta pada menu log in, (3) memilih send article pada menu your account, (4)
memasukkan nama, alamat e-mail dan data lain yang diminta dalam menu "kirim artikel", (5) memilih menu edit article pada menu your account, (6) memilih approve pada menu "Artikel Masuk dan Belum di Validasi", (7) setelah peng-entry-an selesai memilih log out untuk keluar dari log in KPDE. Artikel akan tampil di situs setelah dilakukan validasi oleh administrator.
123
2. Bahan-bahan diserahkan oleh SKPD ke Kantor PDE sebagai pengelola situs untuk selanjutnya akan di-entry ke situs oleh editor maupun administrator. Kedua, SKPD hanya memiliki bahan yang berbentuk dokumen
kertas (tertulis) sehingga harus dilakukan transformasi ke dalam bentuk digital (elektronik) terlebih dahulu. Format dokumen (seperti formulir, teks, cetakan
toto, poster, halaman majalah, atau sejenisnya) diubah menjadi
bentuk gambar (image) yang dapat diedit, display, dan disimpan dalam bentuk
digital
komputer
dengan
cara
pemindaian
(scanning)
menggunakan alat scanner dengan resolusi tertentu (resolusi rendah untuk dokumen biasa dan resolusi lebih tinggi terhadap. dokumen yang membutuhkan akurasi detail yang tinggi seperti foto dan peta). Setelah tersedia bentuk elektronik maka data dan informasi tersebut dapat ditampilkan dalam situs web dengan format teks atau HTML (Hyper Text Markup Language). Format Adobe acrobat (*.pdf) atau lainnya, seperti word atau excel juga menjadi alternatif, namun demikian informasi
utamanya
tetap
tersedia
dalam
bentuk
HTML
untuk
memudahkan pengguna. lnformasi yang dikemas dalam bentuk artikel maupun
berita
disajikan
secara
jelas
hingga
mudah
dipahami.
Penyajiannya sederhana dan hanya bentuk ringkasan saja untuk memudahkan di download, dengan tetap tersedia versi yang lengkap. Dalam pelaksanaannya secara umum kedua model dimaksud telah digunakan oleh SKPD, kecuali alternatif 1. dalam model pertama
124
terkendala karena situs model dinamis tersebut relatif masih baru (tahun 2007) dan internet di Kantor POE belum di share ke SKPO lainnya serta jaringan
Local
Area
Network
(LAN)
yang
pernah
dibangun
menghubungkan sekretariat daerah dan beberapa SKPO yang letaknya selingkungan dengan Kantor POE kini dalam kondisi rusak. Guna mengetahui isi situs yang relevan dengan karet rakyat dan IRTP di Kabupaten OKU maka peneliti kembali menelusuri lebih jauh topik-topik yang ada. Oalam topik profit salah satu diantaranya adalah tentang perekonomian yang memuat data persentase pemanfaatan lahan termasuk informasi tentang keberadaan kawasan khusus pertahanan dan keamanan. Khusus karet peneliti lebih fokus pada topik. potensi daerah, dimana salah satunya adalah perkebunan. lnformasi yang berhasil diperoleh bahwa muatan dalam perkebunan adalah data tentang potensi agribisnis perkebunan meliputi luas areal dan produksi berbagai komoditi perkebunan dan peluang investasinya. Oari wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Seksi Telematika Kantor POE yang mengemukakan bahwa apa yang ditampilkan di situs adalah data-data yang bersifat umum dari SKPO dan berita-berita yang dirasa panting atau menarik yang dikutip atau bersumber dari surat kabar harian daerah. Oalam hubungannya dengan karet rakyat di OKU peneliti mendapatkan sebuah berita dalam situs web sebagaimana dimaksud oleh responden tersebut. Berita tersebut ditampilkan dalam Gambar.3 berikut ini.
125
Gambar.3 Sebuah berita tentang www.okukab.go.id
karet
rakyat
dalam
situs
web
::.PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU.:: Rubrik: Berita OKU Dishutbun OKU Akan Hadirkan Pabrik Karet Selasa, 12 Februari 08 - by : admin Baturaja - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan OKU, lr. Singgih Himawan, MSc, setiap tahunnya potensi pengembangan tanaman karet terus meningkat.
Hal ini disebabkan petani sudah sangat mengenal tanaman karet sejak dulu. Menurut Singgih, dilihat dari luas areal perkebunan karet yang terus meningkat pihaknya memprediksi untuk 5 tahun kedepan, Kabupaten OKU akan mengalami kelebihan produksi bahan olah karet rakyat (bokar). Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi penurunan harga bokar. Untuk mengantisipasi kelebihan produksi bokar di masa mendatang, Dishutbun OKU akan lebih fokus untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Tahun 2008 ini memprioritaskan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan hal tersebut, salah satu langkah yang akan di tempuh Dishutbun OKU adalah mengundang investor dalam pembangunan dan pengembangan pabrik pengolahan karet. Nantinya dalam pembangunan dan pengembangan pabrik pengolahan karet, selain dana dari investor, petani juga akan dilibatkan dalam kepemilikan saham. Dengan cara ini petani akan lebih merasakan keuntungannya,' ujar Singgih. Tidak cuma pabrik pengolahan karet skala besar, kami juga akan mengadakan sosialisasi tentang crepper mini (pabrik pengolahan karet milik perseorangan). Ada beberapa pengembangan pabrik pengolahan karet. Diantaranya yaitu memperpendek mata rantai tata niaga karet, memperbaiki mutu bokar, mempercepat pemanfaatan potensi lahan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Selain bisa merasakan keuntungannya, dengan adanya pengembangan pabrik pengolahan karet, diharapkan nantinya petani bisa ikut alih teknologi. (Sumber OKU Ekspres, 12 Pebruari 2008).' ::.PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU.:: : http://localhosUokukab Versi Online : http://localhosUokukab/?pilih=news&aksi=lihat&id=124
126
Dari Gambar.3 peneliti berkesimpulan bahwa informasi tentang karet dalam situs web www.okukab.go. id dikemas dalam bentuk berita yang muatan pengetahuan yang dapat diaplikasikan oleh petani karet masih sangat minim bahkan nyaris tidak ada. lnformasi tersebut akan bernilai pengetahuan jika yang mengaksesnya adalah investor. Hal yang sama peneliti lakukan dengan fokus pada penyajian informasi yang mengandung pengetahuan bagi pelaku IRTP di Kabupaten OKU. Diawali dengan melihat isi dalam industri dan perdagangan sebagai salah satu bagian dari topik potensi daerah, dalam kenyataannya peneliti menemukan informasi umum tentang keberadaan jenis industri skala kecil, menengah, besar dan industri rumah tangga di OKU yang pemasarannya dikatakan masih berada dalam skala regional. lnformasi lain yang diperoleh adalah data tentang jumlah fasilitas sektor perdagangan serta peluang investasi dalam bidang perindustrian dan perdagangan di Kabupaten OKU. Dalam topik pemerintahan dimana salah satunya adalah tentang perangkat daerah (sekretariat daerah, sekretariat dewan, dinas, lembaga teknis, kecamatan dan kelurahan) juga tidak ditemukan informasi atau data apapun. Dari kondisi yang ada peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani karet dan pelaku IRTP sebagaimana telah diidentifikasi belum ditemukan dalam situs web www.okukab.go.id.
127
Dengan demikian maka untuk meningkatkan pengetahuan petani karet dan pelaku IRTP melalui situs web perlu dilakukan penambahan isi/muatan berupa pengetahuan-pengetahuan dimana hal ini sangat dimungkinkan mengingat telah tersedia ruang dalam topik tampilan situs web yang belum dimanfaatkan secara optimal. Topik-topik yang relevan, yakni (1) perekonomian yang tercakup dalam profil OKU, (2) perkebunan, industri dan perdagangan dalam potensi daerah, (3) perangkat daerah pada
pemerintahan,
pembangunan.
(4)
Dengan
sektor kata
lain,
unggulan,
dan
(5)
kondisi
situs
saat
pelaksanaan ini
sangat
memungkinkan pemerintah daerah dapat berperan menjadi knowledge server bagi keduanya dan bagi masyarakat umumnya.
Pada dasamya pengetahuan yang sebelumnya telah diidentifikasi untuk diberikan memenuhi persyaratan untuk publikasi dan ditampilkan di situs web resmi sesuai panduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah (Kementerian Kominfo, 2003), karena: a. Bahan-bahan yang berkenaan dengan pengetahuan yang akan diberikan kepada petani yang meliputi pengetahuan tentang karakteristik bibit okulasi klan karet jenis unggul dan cara penangkarannya, SNI Bokar dan SIR, dan pengetahuan tentang pengembangan usaha serta pengetahuan bagi pelaku IRTP yang mencakup keamanan pangan, dan kewirausahaan merupakan bahan-bahan yang telah diterbitkan atau bahan-bahan yang telah
128
berada diluar perlindungan hak cipta, dengan kata lain boleh diketahui oleh umum, b. informasi-informasi ditampilkan
mengenai
sebagian
besar
pengetahuan tersedia
pada
yang
akan
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi perkebunan dan industri (lebih khusus IRTP), yakni Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan PKM, dan Dinas Kesehatan. Hal ini berarti bahwa semua informasi yang dibuat dan dikumpulkan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku atau tunduk kepada pertimbanganpertimbangan kepekaan komersial dan rahasia pribadi, dan c. semua dokumen yang diperlukan ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum, khususnya petani karet dan pelaku IRTP. Untuk menampilkan informasi yang mengandung knowledge bagi petani karet dan pelaku IRTP di dalam situs, maka dua model dalam proses pengolahan hingga suatu berita atau artikel dalam ditampilkan dalam situs, baik bahan atau dokumen telah berbentuk elektronik atau belum, yang telah ada selama ini perlu disertai penerapan manajemen sistem dokumen elektronik dalam transformasi data sehingga produksi isi publikasi elektronik memiliki tingkat keterpaduan yang tinggi dengan kegiatan SKPD yang bersifat analog atau non elektronik. Ringkasnya apa yang disajikan dalam situs web resmi sama dengan yang diberikan oleh SKPD kepada petani karet dan pelaku IRTP, baik melalui hubungan
129
individu maupun lewat forum resmi seperti penyuluhan, pelatihan, bimbingan
teknis,
dan
bentuk
penyampaian
konvensional
lainnya
sehingga memiliki legitimasi yang sama. Kebijakan Pemerintah Kabupaten OKU dalam bentuk produk hukum
berkenaan
dengan
perkebunan
dan
perindustrian,
arahan
penggunaan lahan dan tata ruang dan kebijakan lain yang terkait juga dapat ditampilkan dalam menu "produk hukum". Selain bahan-bahan berupa data atau informasi yang ada di SKPD dapat dilakukan alternatif mencari informasi dari sumber lain. SKPD dapat merekomendasikan instansi yang ada di pemerintah pusat (termasuk unit organisasi dibawahnya) atau lembaga-lembaga resmi lainnya yang kompeten dalam bidang perkebunan, usaha ekonomi produktif (mikro, kecil, dan menengah) dan perindustrian yang dapat dijadikan rujukan kepada pengelola situs web. Dengan daftar situs yang telah direkomendasikan maka pengelola dapat
mempertimbangkan
untuk
memasukkan
situs
instansi
atau
lembaga-lembaga tersebut pada menu web/ink yang ada dalam situs web www.okukab.go.id sehingga dengan mengakses situs www.okukab.go.id pengguna juga dapat langsung mengakses situs yang ada dalam daftar link tersebut.
Hal lain yang dapat ditempuh adalah Pemerintah Kabupaten OKU menampilkan contoh-contoh keberhasilan petani karet dan IRTP di daerah-daerah lain di Indonesia. Diharapkan hal ini akan lebih menjadi
130
motivasi, walaupun tidak melihat secara langsung sebagaimana cara konvensional dengan melakukan studi banding tetapi pemahamannya akan semakin bertambah dengan ditampilkannya berita yang disertai · gambar-gambar pendukung yang menarik. Dengan meningkatnya pengetahuan petani karet dan pelaku IRTP yang ada di Kabupaten OKU akan berdampak pada peningkatan knowledge content dalam produk karet rakyat dan produk pangan hasil
olahan IRTP. Perlu diketengahkan kembali bahwa pembangunan situs web resmi pemerintah dan pengelolaannya merupakan bagian dari pemanfaatan teknologi
informasi
e-govemment
yang
dan
komunikasi
telah
dicanangkan
dalam oleh
pemerintahan Pemerintah.
atau Bahwa
komponen didalamnya bukan hanya content atau isi/muatan saja, tetapi mencakup dua komponen yang lain yakni adalah infrastruktur dan piranti lunak sehingga apa yang ditampilkan nantinya dapat diakses oleh pengguna yang dituju. pengayaan
content
Namun demikian dengan mengawali pada
akan
mendorong
memperhatikan dua komponen yang lain.
pemerintah
daerah
untuk
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Di Kabupaten OKU, kandungan pengetahuan (knowledge content) yang ada dalam : a. Produk karet rakyat, dilihat melalui tahapan (1) usaha budidaya; mencakup pengetahuan pemakaian bibit hasil okulasi klan karet jenis unggul, teknik membuka/mempersiapkan lahan tanam, pengendalian
gulma,
pelaksanaan
pemberantasan
hama/penyakit tanaman, teknik pemupukan, penerapan teknik penyadapan, penggunaan peralatan sadap, cara menyiasati kondisi alam, (2) pengolahan bahan olah karet (bokar); yakni pengetahuan tentang penerapan prosedur pengolahan lateks, dan (3) pemasaran bokar,
berupa pengetahuan tentang
pemanfaatan teknologi informasi untuk mengakses harga serta mulai diterapkannya sistem penjualan berkelompok dan lelang informal. b. Produk IRTP, berdasarkan tahapan (1) proses produksi; mencakup pengetahuan dalam pertimbangan terhadap aspek
132
harga, mutu, dan masa pakailkadaluarsa dalam pemilihan bahan mentah, hubungan kerjasama dengan penyedia bahan mentah, penggunaan BTP yang diizinkan, dominan penggunaan peralatan manual dengan desain sesuai keperluan pengguna dan segi kepraktisan, penggunaan bahan plastik sebagai pembungkus dan penyediaan tempat khusus bagi produk yang diproduksi dalam jumlah besar, (2) distribusi; yakni adanya jalinan (3)
kerjasama
pengembangan
antara usaha;
IRTP
dengan
berupa
pola
pedagang,
dan
swadaya
pada
permodalan awal. 2. Peran yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten OKU agar dapat
mendorong
peningkatan
kandungan
pengetahuan
(knowledge content) dalam produk karet rakyat dan industri rumah tangga pangan adalah dengan menyediakan informasi yang mengandung knowledge (pengetahuan) bagi petani karet dan pelaku industri rumah tangga pangan dalam situs web-nya. Kepada petani karet disajikan pengetahuan tentang karakteristik bibit okulasi klan karet jenis unggul dan cara penangkarannya, Standar Nasional Indonesia bokar dan Standar Indonesian Rubber serta pengetahuan tentang pengembangan usaha, dan kepada pelaku industri rumah tangga pangan meliputi pengetahuan tentang keamanan pangan dan kewirausahaan.
133
B. Saran 1.
Walaupun penelitian ini telah menunjukkan bahwa pemerintah daerah dapat berperan memberikan pengetahuan bagi petani karet dan pelaku industri rumah tangga pangan melalui situs web, namun agar data dan informasi senantiasa up to date, valid, akurat dan terpercaya serta dapat diakses oleh petani karet dan pengusaha IRTP maka peneliti merekomendasikan beberapa hal berikut: a.
Pengelolaan situs web resmi www.okukab.go.id tidak cukup dilakukan secara internal oleh SKPD pengelola (Kantor POE), perlu ditunjuk contact person atau dibentuk tim asistensi yang anggotanya berasal dari SKPD yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan pengembangan perkebunan dan perindustrian sehingga supplay informasi maupun data dapat berjalan lancar dan perkembangan content situs dapat terpantau dengan baik. Langkah ini perlu diikuti pengembangan infrastruktur pendukung seperti penyediaan jaringan yang menghubungkan SKPD dengan pengelola situs.
b.
lnformasi keberadaan web yang menyajikan knowledge bagi petani karet dan pengusaha IRTP dapat disosialisasikan melalui pertemuan formal seperti pelatihan, bimbingan teknis dan sebagainya maupun melalui tatap muka yang sifatnya informal pada saat kunjungan lapangan atau pembinaan langsung.
134
c. Petani karet dan pengusaha IRTP dapat memanfaatkan knowledge
dalam
situs
web
www.okukab.go.id
dengan
mengaksesnya dan selanjutnya dapat melakukan sharing antar mereka atau berkonsultasi dengan petugas lapanganlpenyuluh perkebunan agar lebih yakin kebenaran informasi dalam situs web. d. Pemerintah
daerah
dapat
melakukan
pengembangan
infrastruktur dengan menyediakan access point di tiap ibukota kecamatan agar petani karet dan pelaku IRTP dapat mengakses internet secara mudah dan terjangkau dari sisi biaya maupun jarak dan waktu tempuh. 2.
Penelitian
lanjutan
diperlukan
guna
mengenali
kesenjangan
pengetahuan (knowledge gap) antara pengetahuan yang dimiliki petani karet dan pelaku IRTP dengan pengetahuan ideal atau yang seharusnya dimiliki sekaligus mencari penyebabnya agar content informasi
yang
www.okukab.go.id
disajikan dapat
lebih
tepat
sasaran
berkembang
sebagai
dan
situs
pelengkap
(komplementaris) upaya-upaya konvensional yang selama ini telah dilakukan dalam rangka peningkatan pengetahuan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Amien,
A. Mappadjantji. 2005a. Kemandirian Lokal : Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2005b. Be/ajar Merajut Realitas. Pendidikan dari Perspektif Sains Baru, Lembaga Penerbitan Unhas, Makassar. Anwar, Nadjadji. 2000. Pendidikan Masyarakat dalam Memasuki Era Teknologi lnformasi. Makalah disampaikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia IV, Jakarta 19-22 September 2000. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Departemen Pertanian. Jakarta. Balai Penelitian Sembawa. 2003. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Sembawa. BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2006. lndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2006, kerjasama dengan Bappeda Kabupaten Ogan Komering Ulu. Baturaja. . 2007. Ogan Komering Ulu Dalam Angka Tahun 2006. Kerjasama dengan Bappeda Kabupaten Ogan Komering Ulu. Baturaja.
Produk Domestik 2008. Regional Bruto Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2007. Kerjasama dengan Bappeda Kabupaten Ogan Komering Ulu. Baturaja. Bung in, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan 1/mu Sosial Lainnya, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Definition of E-Government. (Online), (http://www.worldbank.org, diakses tanggal 31 Maret 2008). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2008. Efektivitas Program Transmigrasi Dalam Pengentasan Kemiskinan Secara Permanen di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Baturaja, Baturaja. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2002. Panduan Pengolahan Pangan yang Baik Bagi lndustri Rumah Tangga: Amankan dan Bebaskan Produk dari Bahan Berbahaya. Deputi
136
Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2001. Reinventing Indonesia. Menata Ulang Manajemen Pemerintahan untuk Membangun Indonesia Baru dengan Keunggulan Global, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Hasan, Bakir. 2001. Antisipasi Era Sumber Daya lnformasi. Majalah Perencanaan Pembangunan (Online), Edisi 24, (http://www.bappenas.go.id index.php module, diakses 4 April 2008). lndrajit, Richardus Eko. 2006. Electronic Government : Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta. lnstruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Kementerian Komunikasi dan lnformasi Rl. 2003. Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintahan Daerah. Jakarta. ------------------------------- -------- 2004. Pedoman Standar Mutu, Jangkauan Pelayanan dan Pengembangan Aplikasi E-Government. Jakarta. Moleong, Lexy.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung. Panitia Penyusun Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu. 1993. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. PSKMP-Unhas. 2002. Participatory Local Social Development Planning (PLSD). Modul I Pelatihan Konsep dan Kerangka Pembangunan Sosial Lokal Partisipatoris. Proyek Kerjasama PMD-JICA Peningkatan Pembangunan Masyarakat Desa Sulawesi Dalam Rangka Mendukung Program Pengentasan Kemiskinan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. (online) (http://www. pusatbahasa. diknas. go. idlkbbilindex. php, diakses tanggal 7 April2008)
137
Setiarso, Bambang. 2006. Teori, Pengembangan dan Model "Organizational Knowledge Management System (OKMS)". Makalah disajikan dalam seminar "Knowledge Management and Competitive Values : Key Succes Factor in Business", ITB dan Universitas Widyatama, Bandung 5 Agustus 2006. _ _ _ _ _ _ _ 2007. Pendekatan "Knowledge-Base Economy" (Online), Masyarakat Pengembangan untuk 2008). April 3 diakses (http://www.ilmukomputer.com/up-content, Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tanggal 30 April 2003 Nomor.HK.00.05.5.1640 tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan lndustri Rumah Tangga (SPP-IRT) Suwardin, Didin, dkk. 2007. Pengolahan Bahan Olah Karet Rakyat. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Penanganan Pasca Panen, Balai Penelitian Sembawa, 2-5 Mei 2007. Syukri, Agus Fanar. 2006. Studi Awal Knowledge Based Society di Indonesia -Metode Perhitungan Distorsi /nformasi Dalam Budaya Nasional Konferensi Lisan--. Makalah disampaikan dalam Teknologi lnformasi & Komunikasi untuk Indonesia, lnstitut 2006. Mei 3-4 Bandung, Teknologi April 3 diakses (Online), (http://www.ilmukomputer.com/up-content, 2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. (http://www.webster-online(online) Dictionary. Webster dictionarv.org/definition, diakses tanggal 7 April 2008)
138
World Development Report. 1999. Knowledge for Development. World Bank, Washington.D.C.
The
Yin, Robert.K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Terjemahan oleh M. Djauzi Mudzakir, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Zuhal.
2008. Kekuatan Daya Saing Indonesia. Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan, PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Lampiran 1. Sketsa Peta Kabupaten Ogan Komering Ulu
·
Kabupaten Ogan llir
u Kabupaten Muara Enim
Kabupaten OKU Timur
( - KABUPATEN OKU ) Kabupateo OKU Selatao
• • • •
Jalan Negara Jalart Provinsi Jalan Kabupaten Rei Kereta Api Sungai kpde oku/jan07
Lampiran 2. Homepage Sttus Web Resmi Pemerintah Kabupaten OKU www.okukab.go.id
S.lamat datang : Pengunjung
Home I Buku t am u 1 Galery Pho to 1 Web maill Kontak kaml
Menu Utama
al Prollle al Penduduk & Naker al Soslal tll Budaya & parlwlsata
Sambutan Bupati OKU
lnterakt.i f
tll Buku Tamu tll Klrlm Artlkel tll Kon tak Kami tll Download tll Galery Photo Pemerintahan (B Vlsl Mlsl & strat egls
SUPAn OGAN KOMI!RJNG ULU
Assalamualalkum wr. Wb Sesual dengan vlsl Kabupaten OKU 2005·2010 Terwujudnya Muyarakat Kabupaten Ogan Komerlng Ulu yang . .rtltq_ K..,.da tuhan Yang Maha l!sa, Sejahtera, dan . .rk•IICiaran Hukum, maka dalam rangka menwujudkan vlsl tersebut Kabupaten OKU bersama-sama dengan rakyat terus berbenah dlrl dengan melaksanakan pembangunan dl berbagal sektor. Sektor sarana dan prasarana yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat menjadl prlorltas.
(B Musplda
III Legislatlf
tll Eksekutlf III Perangkat daerah (B Kecamatan (B Keglatan Korpri (B Pejabat OKU
Proyek strategis
al Gedung kesenlan tll Gedung SKB IIJRSUD
Ill Stadion m adya Ill I slamic center al Ramayana Plaza Ill Jembatan Ogan I V & V al Pasar lnduk al Kolam r enang tll Taman Pemkab OKU
Pembangunan jalan sampal ka lorong-lof'ong, pembangunan Balal Benlh lkan, Islamic Centre, Jembatan Ogan :rv, Stadlon MIICiya, Kolam R-ang, Rehab Gedung K-lan, Rehab Gedung SKB, Rehab Gedung DPRD, Rehab Makam Pahlawan, dllaksanakan ae...ntak tahun 2007 yang dl kamas dalam paket Proyek Stnlt.gls. Pembangunan lnl akan menjadlkan OKU semakln maju dan bermartabat serta dlharapkan kemajuan tersebut sekallous menlngkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2008 kepentlngan masyarakat tetap menjadl prlorltas pembanounan. Telah tercermln dalam APBO tahun 2008 dengan rasto 70 : 30, artlnya 70% darl AP60 akan dlkemballkan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan. Olah karena ltu peran serta masyarakat sangat diharapkan, balk dalam perencanaan, pelak:sanaan, maupun pemanfaatan pembangunan ltu sendlrl. Situs Web resml Pemerlntah Kabupaten OKU yang telah dl launching sejak tahun 2003 selrlng dengan waktu terus melakukan perbaikan-perbalkan. ~In tampllan diubah darl statls menjadl dlnamls sehlngga pembaharuan data blsa dilaksanakan setlap tahun . Reglstrasl nama Situs Web dlsesualkan dengan Peraturan Menterl Komunlkasl dan Informatlka nomor : 28/PER/M.KOMIHF0/9/2006 tanggal 25 September 2006 darl ww w.oku.go.id menjadl www.okukab.go.ld. Untuk menampung aspirasl para netter balk berupa krltikan maupun saran-saran yang berslfat membangun telah dlsedlakan fasilltas berupa e-mail, pesan slngkat, kfrlm artlkel, buku tamu dan sebagalnya. Malalul situs web lnl saya mengajak seluruh laplsan masyarakat, marl sama-sama membanoun Kabupaten OKU yang klta dntal sesual dengan pen~nnya maslng-maslng . Demlklan, semoga situs web Pemenntah lnl sebagal sumber lnformasl berbasls web bagl seluruh masyarakat Ogan Komerlng Ulu serta menjadl pemfcu perkembangan penerapan Teknologl lnformasl Komunlkasl dan dalam rangka mewujudkan e-Goverment.
BUPATI OGAN KOMERJNG ULU
Rubrlk OKU
~·
' Berita OKU Art1kel logi n
H. I!DDY YUSUF, SH, MM Username Password
Beri ta OKU Pemkab OKU Terlma 411 CPNS
Daftar Lupa Password ?
Kamls, 07 Agustus 08 - oleh : admln 1 0 -1 komentar lowongan untuk menjadl CPNS tahun 2008. penerlmaan CPNS fnl rencananya akan dllakukan pada akhlr bulan September mendatang. Pemkab OKU rencanaya akan merekrut sebanyak 411 CPNS, dengan rlndan 301 CP... Baca selengkapnya »
link ' itus
!51 Universitas Baturaja [Added : 08·May· 2008) !51 Visit must [Added: 03-Mar-2008) l!!l aappenas [Added: 21-Feb-2008) !51 Depkomlnfo [Added: 19-Feb-2008) !51 Portal I ndonesia [Added: 19-Feb-2008) 61 Website Jeme Baturaje [Added: 18-Feb-2008) 151 Google [Added: 24·0ct· 2007 ) 61 presldensby [Added: 24-0ct-2007) !5l pkkoku [Added: 24-0ct-2007) 81 BKN [Added: 24-0ct-2007) Tampllkan situs Anda dl slnl. ,. Browse link Statlstik Situs
~> Visitors: 8319 org Hits : 3281 hits Month : 282 org ~ Today : 34 org Online : 2 org
::,l i
0
l ocatio n Visitor
Geo Visito r
Fisip Unbara Studt Banding ke Unila Kamls, 07 Agustus 08- oleh : admin 1 0 .; komentar Baturaja - Fakultas llmu Soslal dan llmu PoUtik ... s aca setengkapnya »
44 Perwlra KKDN di OKU Selasa, OS Agustus 08 • oleh : admln I 0 . ,.1 komentar
Lampiran 3. Pedoman Umum Wawancara dan Hasil Wawancara I.
Untuk mengetahui knowledge content dalam produk karet dan knowledge petani karet 1. Bagaimana usaha budidaya tanaman karet dilakukan? a. Dinas Hutbun Masyarakat petani karet di Kabupaten OKU dalam pengelolaan menganut sistem bagi dua atau bagi tiga. Secara umum tahapan-tahapan dalam budidaya telah dilakukan petani, mulai dari (1) pratanam dengan cara menyiapkan bibit, walaupun sebagian besar petani masih membeli bibit polybag, (2) penanaman, dengan jalan membuka dan membersihkan lahan yang akan ditanami, (3) pemeliharaan, sudah dilakukan oleh petani, walaupun masih ada juga petani yang kurang memelihara kebunnya dengan membiarkan gulma tumbuh di sela-sela tanaman. Untuk pemupukan terkendala harga pupuk yang semakin mahal sehingga belum memenuhi intensitas anjuran, (4) pemanenan, jika cara menyadap sudah diketahui oleh seluruh petani karena ternyata semua petani dapat mengambil lateks dari tanaman miliknya, namun pola penyadapan konvensional belum diikuti. b. Penyuluh Dalam menanam petani belum menerapkan jarak tanam yang direkomendasikan, dan belum diterapkan pola tanaman sela. Jika tanaman karet petani terserang penyakit, seperti halnya penyakit jamur akar putih, maka mereka meminta bantuan kami dalam hal ini Dinas Hutbun untuk bersama-sama memberantas penyakit tersebut. c. Petani Kami belum dapat menempel sehingga lebih banyak membeli bibit polybag atau membeli entres dan mulai belajar dengan memperhatikan petani penangkar yang melakukan penempelan/okulasi. Untuk penanaman yang dilakukan lebih rapat atau sesuai "medan" (datar atau tidak) daripada anjuran penyuluh agar lebih banyak tanaman karet di kebun kami. Pemupukan hanya sekali setahun atau paling banyak dua kali dengan menggunakan pupuk kimia, ada juga yang usaha mengganti dengan pupuk kandang. Kami memanen lateks selalu pagi-pagi sekali sehingga getah yang keluar banyak, kecuali jika malam sebelumnya turun hujan maka harus menunggu hingga batang tanaman karet kering lebih dahulu sehingga kulitnya tidak pecah. Kalau musim angin maka kami menyadap karet di malam hari dengan menggunakan senter (sehingga lateks bisa tertampung dalam mangkuk), utamanya pada tanaman karet tua dengan sistem sadap tali.
2. Agar dapat dijual maka lateks yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu. Bagaimana cara, peralatan dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pengolahannya? a. Dinas Hutbun Cara mengolah lateks dalam bentuk slab tebal yang berbahan dasar lum mangkok telah mahir dilakukan oleh petani, namun stan dar mutu yang ditetapkan dalam SN 1-Bokar belum terpenuhi karena ketebalan yang jauh melebihi ukuran semestinya, jenis koagulan tawas dan pupuk yang digunakan serta cara penyimpanan yang terbatas pada pemikiran terhadap keamanan slab dari pencurian dan pertimbangan berat slab pada saat nimbang nantinya. ini semua menyebabkan mutu karet petani rendah dan hanya dapat diolah menjadi karet remah dengan mutu terendah (SIR 20). Untuk kadar karet kering tidak dapat ditunjukkan dengan angka pasti tetapi lama penyimpanan untuk menggunakan umur atau menaksirnya. Dengan penyimpanan dua minggu kadar keringnya berkisar 40%-50%. b. Penyuluh Petani masih menambahkan benda-benda asing kedalam lumnya, seperti tatal sadap atau ranting pohon, ada juga yang mengencerkan lateks dengan air atau bahan lain agar hasilnya lebih banyak. c. Petani Yang panting bagi kami karet yang akan dijual aman dari pencurian dan beratnya bertambah hingga tiba saat nimbang nantinya. Satu-satunya hal yang kami pertimbangkan adalah beratnya jangan melebihi 100 kg agar terbaca oleh timbangan. Bentuk slab yang kami buat hanya membutuhkan waktu sebentar untuk mencetaknya dan tidak perlu tenaga kerja yang · banyak. Koagulan yang kami gunakan adalah pupuk atau tawas dan bukan Deorub K karena dengan jumlah lateks yang sama akan menghasilkan karet atau slab yang beratnya jauh dari yang biasa kami hasilkan. 3. Bagaimana pemasaran produk karet yang ada di OKU selama ini? a. Dinas Hutbun Pemasaran masih dilakukan secara tradisional baik sendirisendiri atau dengan membentuk kelompok, dengan menjual langsung kepada pedagang atau tengkulak yang datang ke tempat mereka, hanya di Tegal Arum yang menerapkan sistem lelang informal. b. Petani Harga karet ditentukan dari warna yang digunakan tengkulak untuk menaksir kadar kering. Ada ternan-ternan kami yang memoles slabnya dengan lumpur atau merendam di kolam agar
slab yang baru bisa terlihat berwarna cokelat yang mencirikan lama penyimpanan. II. Untuk mengetahui knowledge content dalam produk industri rumah tangga pangan (IRTP) dan knowledge pelaku IRTP 1. Bagaimana memproduksi pangan olahan rumah tangga? a. Dinas Kesehatan Banyak usaha yang belum mengikuti penyuluhan keamanan dalam pangan (PKP) karena keterbatasan dana penyelengaraan. Pengusaha yang sudah mengikuti sertifikat produk lebih sedikit dari pengusaha yang memiliki sertifikat PKP karena biasanya usaha mereka belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, terutama higiene dan sanitasi. b. Dinas Perindag Koperasi dan PKM Sejauh pemantauan kami usaha IRTP yang ada masih banyak yang tidak menerapkan manajemen modern, bentuk produknya juga masih standar dan belum beragam. c. Pelaku IRTP Untuk bahan mentah yang kami gunakan dipilih dengan mempertimbangkan harga, ketersediaan, dan kadaluarsa. Dalam pengolahan menggunakan tangan atau bantuan alat yang kami modifikasi. 2. Bagaimana dalam pendistribusian produk IRTP? a. Dinas Perindag Koperasi dan PKM Distribusi produk IRTP di OKU masih terbatas pada pasar-pasar dalam kabupaten atau tempat lain yang relatif dekat jaraknya seperti Martapura dan Muara Dua, sangat sedikti yang sudah bisa memasarkan ke kabupaten lain atau ke Palembang. b. Pelaku IRTP Dalam pemasaran para pedagang pengecer datang ke tempat kami untuk mengambil produk atau ada juga pengusaha yang memiliki sarana angkutan hingga dapat mengantar ke tempat pedagang pengecer. 3. Terangkan pengembangan usaha yang telah dilaksanakan selama ini. a. Dinas Perindag Koperasi dan PKM Permodalan awal pengusaha adalah modal pribadi mereka dan kami memfasilitasi agar mereka dapat mengakses modal tambahan namun itupun masih menghadapi kendala dari pihak penyedia dana seperti BUMN. b. Pelaku IRTP Sebagian besar dari kami yang usahanya bersifat kecil-kecilan belum berani ambil kredit bank karena khawatir tidak mampu
mengembalikan, terlebih lagi kami tidak punya jaminan yang disyaratkan. Ill. Untuk mengetahui proses pengolahan atau penyajian informasi dalam situs web resmi www.okukab.go.id a. Kepala Kantor PDE Kendala yang kami hadapi adalah masih minimnya supplay data atau informasi dari SKPD yang dapat kami up-load dalam situs web resmi. Belum ada informasi dalam situs yang bersifat menambah pengetahuan masyarakat secara langsung, berita yang dimuat lebih ditujukan untuk kepentingan 'keluar'' atau investor agar mereka tahu potensi dan peluang investasi di Kabupaten OKU. b. Kasi Telematika Bahan-bahan untuk ditampilkan dalam situs hanya sebagian kecil yang berasal dari SKPD dan sifatnya hanya data umum, sedangkan untuk up-date sehari-hari kami mengambil bahan dari berita dalam harian lokal. Bahan yang disampaikan selama ini ada yang berupa softcopy hingga bisa langsung di op-load tetapi tidak sedikit yang berbentuk kertas dan masih harus di scan lebih dulu. c. Administrator Situs Kondisi situs saat ini telah menjadi situs dinamis yang dapat di update setiap saat, siapapun dapat mengirim langsung lewat internet dan dapat dimuat dalam situs setelah diverifikasi oleh administrator. d. Editor Situs Tugas meng-entry data atau up-load data dan informasi ke dalam situs www.okukab.go.id dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kapasitas pengguna, editor bertugas mengetik kembali atau menscan bahan-bahan hingga dapat ditampilkan.
Lampiran 4.
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 1. Peneliti di kebun entres milik penangkar bibit
Gambar 2. Bibit karet polybag jenis klon unggul
Gambar 3. Peneliti bersama petani penyadap di kebun karet milik petani
Gambar 5. Penggumpal yang digunakan petani (kiri), penggumpal yang direkomendasikan (kanan)
Gambar 6.
Petani sedang menurunkan slab miliknya dari kendaraan pengangkut untuk dijual secara berkelompok
Gambar 7. Bahan Mentah Pembuatan Pangan Olahan lndustri Rumah Tangga
Gambar 8.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan dalam produksi pangan olahan IRTP
Gambar 9. Tungku dan alat sangrai biji kopi dari bahan drum yang didesain sesuai kebutuhan pemakai
Gambar 10. Pekerja sedang memanggang roti
Gambar 12. Roti produksi IRTP yang telah dikemas dan siap dipasarkan