PERAN DINAS PARIWISATA DALAM MENGOPTIMALKAN OBYEK WISATA CAGAR BUDAYA BUKIT KERANG DI KABUPATEN BINTAN
Naskah Publikasi
Oleh
FEBRIANA SAPUTRI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
1
PERAN DINAS PARIWISATA DALAM MENGOPTIMALKAN OBYEK WISATA CAGAR BUDAYA BUKIT KERANG DI KABUPATEN BINTAN Febriana Saputri Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
[email protected] Abstrak Kabupaten Bintan merupakan daerah yang memiliki banyak potensi kepariwisataan dari Sumber Daya Alam (SDA), hingga seni dan budaya. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-Undang 10/2009 Tentang Kepariwisataan).Masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam Mengoptimalkan Obyek Wisata Cagar Budaya Bukit Kerang Kabupaten Bintan, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam mengoptimalkan obyek wisata cagar budaya Bukit Kerang Kabupaten Bintan dan kendala apa yang ada untuk mengoptimalkan obyek wisata cagar budaya Bukit Kerang Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan dan Kawasan obyek wisata cagar budaya Bukit Kerang, dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi untuk menjawab permasalahan tersebut konsep teori yang digunakan yaitu peran menurut Henry Mintzberg dalam Thoha (2003:264-274) Ada 3 peranan utama yang dimainkan oleh setiap orang/manajer dimanapun letak hierarkinya. Dari 3 peranan utama ini yaitu: 1. Peranan hubungan antar pribadi, yang menjadi indikator dari peranan ini ialah peranan sebagai figurehead, peranan sebagai pemimpin, peranan sebagai pejabat perantara, 2. Peranan yang berhubungan dengan informasi maka dimensinya adalah sebagai monitor, sebagai dessiminator, sebagai juru bicara. 3. Peranan pembuat keputusan yang indikatornya ialah peranan sebagai entrepreneur, peranan sebagai penghalau gangguan, peranan sebagai pembagi sumber, dan peranan sebagai negosiator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan obyek wisata cagar budaya bukit kerang ini sudah dilaksanakan tetapi masih dalam proses, masih ada kendala untuk mengoptimalkan dan kurangnya fasilitas disekitar obyek wisata, jalanan yang belum di aspal. Situs pra sejarah cagar budaya bukit kerang ini kurang dikenali oleh wisatawan karena kurangnya sosialisasi. Oleh karena itu, jika obyek wisata cagar budaya bukit kerang ini sudah optimal maka akan lebih meningkat wisatawan yang akan datang berkunjung dan bisa menambah ekonomi masyarakat disekitar obyek wisata ini, sehingga dapat menambah pendapat asli daerah. Kata Kunci: Peran, Mengoptimalkan
2
Abstrack
Bintan District is a stronghold area has a lot of Resources tourism potential natural resources), to art and culture. Tourism is industry activities related to tourism and a multidisciplinary multidimensional crisis and the needs of each has emerged as a people and the State, and interaction between tourists and local communities, sesame tourists, the government, the local government, and the companies (Undang-Undang No. 10/2009 about tourism).problems taken in this research is How The role the Tourism and Culture in Optimizing tour destinations Heritage Bukit Kerang Bintan District, with the aim is to know how the role the Tourism and Culture in optimizing tour destinations heritage high sea shell Bintan Regency and obstacles that is to optimize objects tourism heritage bukit kerang Bintan Regency. This research done by using descriptive qualitative analysis. Location or the Office of Tourism and Culture Bintan Regency and the region tour destinations heritage bukit kerang, by using this method data collection that observation, an interview, documentation to answer the problem was the concept theory that is used according to Henry Mintzberg's role in Thoha (2003:264-274) There are 3 role played by every person/manager wherever the layout hierarkinya. This role From 3: 1. Relations between private Role, to be indicator for role is a role as figurehead, played a role as leader, played a role as agency officials, 2. The Role related to information and dimension is as monitor, as dessiminator, as the spokesperson. 3. Decision-makers Role that the indicator is a role as an entrepreneur, played a role as driver disturbance, played a role as distributor sources, and played a role as negotiator. Results of the study showed that in order to optimize tour destinations heritage bukit kerang has been carried out but it is still in process, there is still a Bad for optimizing and the lack of facilities around tour destinations, road that has not been on the road. This site pre-historical heritage bukit kerang is less known by many tourists because of the lack of socialization. Thus, if tour destinations heritage bukit kerang has already been optimal, there will be more increased tourists who will come and visit and be able to add economy of the people around tour destinations, so can add opinion originating from the region. Key words: The role, Optimizing
3
I.
Tingkat
PENDAHULUAN
memiliki
banyak
orang-orang
potensi
hingga
Kepariwisataan
seni
dan
adalah
bersifat
mempunyai
keseluruhan
multidimensi
yang
cukup
kurangnya perhatian pemerintah dan dinas pariwisata
juga
tidak
bisa
menarik
wisatawan untuk datang ke Bukit Kerang.
setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
Tujuan saya meneliti dikarenakan
pemerintah daerah, dan pengusaha. Hal ini
saya melihat permasalahan yang terjadi
sebagian tentang dalam (Undang-Undang
karena kurangnya perhatian dan kurangnya
10/2009 Tentang Kepariwisataan).
dana alokasi yang diberikan untuk situs pra
Potensi kepariwisataan di Kabupaten
sejarah guna meningkatkan wisatawan
Bintan tersebar di beberapa wilayah utara
datang, seharusnya ini menjadi tempat
dan timur pulau Bintan. Dari beberapa
wisata yang bagus karena selain tempat
potensi yang kaya akan sumber daya alam
wisata ini juga tempat informasi yang
tersebut terdapat potensi yang sangat di
mana disini juga terdapat informasi yang
unggulkan di Kabupaten Bintan yaitu
penting dan tempat pembelajaran sejarah.
potensi wisata pantai, bahari (laut), dan
Disini
objek cagar budaya yang terletak di
peneliti
memfokuskan
untuk
meneliti permasalan tentang peran dinas
Kabupaten Bintan. Sumber daya alam
pariwisata dalam mengoptimalisasi objek
itulah yang menjadi salah satu misi Dinas
wisata cagar budaya pra sejarah Bukit
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kerang
Bintan yaitu mengembangkan daya tarik Bintan
sejarah
yang ada disini juga peneliti tertarik karena
interaksi antara wisatawan dan masyarakat
Kabupaten
tidak
masih banyak kekurangan dengan fasilitas
serta
kebutuhan setiap orang dan Negara serta
wisata
mereka
mengagumkan. Di situs pra sejarah juga
multidisiplin yang muncul sebagai wujud
objek
sehingga
budaya Bukit Kerang, Bukit Kerang ini
budaya.
kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
kurang
mengetahui apa itu pra sejarah cagar
kepariwisataan dari Sumber Daya Alam (SDA),
yang
membuat situs tersebut tidak diketahui
Kabupaten Bintan merupakan daerah yang
wisatawan
Kelurahan
Kawal
Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi
dan
Kepulauan Riau.
mempromosikannya ke seluruh penjuru
Bukit Kerang ini merupakan situs pra
dunia. Dalam peran pemerintah untuk
sejarah yang berlokasi sekitar 5 km dari
meningkatkan wisatawan untuk berwisata
pantai dengan ketinggian sekitar 12 m dari
obyek wisata cagar budaya di Bukit
permukaan laut. Dari studi arkeologi yang
Kerang, karena Bukit Kerang adalah situs
telah dilaksanakan oleh Dinas Arkeologi,
pra sejarah sehingga sangat menarik untuk
menemukan artefak berupa batu pemecah
dikunjungi, tetapi kurangnya perhatian
dan sendok atau pencungkil terbuat dari
pemerintah situs pra sejarah Bukit Kerang
tulang iga rusa purba di daerah tersebut. Di
kurang di kunjungi wisatawan.
4
duga bahwa benda-benda ini berasal dari
pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial
periode mesolithicum atau zaman batu
dari suatu negara. Disamping itu, rencana
menengah
yang
peralihan
dari
kebudayaan
merupakan
periode
tersebut
harus
mampu
memberikan
kebudayaan
berburu
kerangka
kerja
kebijakan
pemerintah,
pertanian
yang
menetap.
untuk mendorong dan mengendalikan
Pengamatan yang baru dilakukan disini
pengembangan
mengungkapkan, bahwa Bukit Kerang ini
pemerintah
sepenuhnya terdiri dari cangkang kerang
pariwisata dalam garis besarnya adalah
dihasilkan oleh manusia purba yang hidup
menyediakan infrastruktur (tidak hanya
sekitar lima ribu tahun lampau. Setelah
bentuk
direspon oleh Dinas Pariwisata
fasilitas,
Bintan
pariwisata. dalam
fisik),
Peranan
mengembangkan
memperluas
kegiatan
berbagai
koordinasi
antara
Bukit Kerang diteliti dan ditinjau kembali
aparatur pemerintah dengan pihak wisata,
sekitar tahun 2009, hasil dari penelitian itu
pengaturan dan promosi umum keluar
dibawa ke batu sangkar.
negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa
Peranan pemerintah dalam pariwisata
hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat
sangat tidak asing lagi bagi kehidupan kita.
potensi
Peran pemerintah yang sangat penting
diperhatikan adalah sarana transportasi,
terutama dalam melindungi wisatawan dan
keadaan infrastruktur dan sarana–sarana
memperkaya
pariwisata.
atau
mempertinggi
pariwisata,
maka
yang
pengalaman perjalanannya. Peran atau
Gejala yang ditemukan di lokasi
peraturan-peraturan yang penting yang
penelitian melihat dari situasi yang tidak
harus
untuk
baik dalam pembangunan obyek wisata
kepentingan tersebut adalah peraturan
cagar budaya Bukit Kerang ini adalah
perlindungan wisatawan terutama bagi biro
sebagai berikut:
di
buat
pemerintah
perjalanan wisata yang mengharuskan
1.
Kurangnya
fasilitas
yang
wisatawan untuk membayar uang muka
terdapat di area tersebut (seperti
(deposit
taman).
payment)
sebagai
jaminan
pemesanan jasa seperti akomodasi, tour
2.
Jalanan untuk ke obyek wisata
dan lain-lain. Didalam pengembangan
cagar budaya Bukit Kerang tidak
pariwisata
diaspal.
harus
merupakan
pengembangan yang berencana secara
3.
Kurangnya
perawatan
dalam
menyeluruh, sehingga dapat diperoleh
mengelola obyek wisata cagar
manfaat yang optimal bagi masyarakat,
budaya Bukit Kerang.
baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan
tersebut
mengintegrasikan pariwisata
kedalam
Obyek
harus
diperhatikan
pengembangan suatu
wisata oleh
ini dinas
harus
lebih
pariwisata
sehingga tempat obyek wisata cagar
program
budaya ini layak untuk dikunjungi. Maka
5
disini peran dinas pariwisata yang lebih
obyek wisata maka bisa dikatakan peran
berperan untuk mengatasi permasalahan di
dinas pariwisata akan berhasil untuk
Bukit Kerang ini sehingga obyek wisata ini
kemajuan obyek wisata cagar budaya
lebih dikenal oleh wisatawan yang mana
Bukit Kerang ini.
akan menambah anggaran belanja daerah
Berdasarkan uraian tersebut maka
guna untuk kemajuan daerah tersebut.
peneliti tertarik apakah dinas pariwisata
Tetapi disini peran dinas pariwisata kurang
sesuai prosedur atau tidak maka peneliti
memperhatikan obyek wisata cagar budaya
mengangkat judul “Peran Dinas Pariwisata
jika dikelola dengan benar maka obyek
Dalam Mengoptimalkan Obyek Wisata
wisata
dan
Cagar Budaya Bukit Kerang Di Kabupaten
berkembang dalam kemajuan wisata cagar
Bintan?” Dalam hal ini tujuan penelitian
budaya.
adalah untuk mengetahui Peran
ini
Peran
akan
lebih
dinas
maju
yang
Pariwisata dalam Mengoptimalkan Obyek
terpenting untuk mewujudkan pariwisata
Wisata Cagar Budaya Bukit Kerang di
yang baru ditemukan ini yang penting
Kabupaten Bintan dan untuk mengetahui
untuk membangun obyek wisata cagar
kendala-kendala apa yang ada untuk
budaya
oleh
mengoptimalkan
yang
budaya Bukit Kerang. Adapun kegunaan
berkunjung ke Bintan, karena banyak
dalam penelitian ini bagi akademik, bagi
obyek wisata yang ada di Bintan yang
fraksi, bagi peneliti.
yang
masyarakat
pariwisata
Dinas
harus dan
dikenali
wisatawan
berkembang maka untuk obyek wisata
cagar
budaya
Menurut
tersebut
lebih lanjut menjelaskan (2009:212)
yang biasa tidak dikenali dengan adanya
apabila seseorang melakukan hak dan
obyek wisata akan berguna membangun
kewajibannya
daerah dan memperkenalkan daerah yang
sesuai
dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu
ada di Bintan sehingga daerah tersebut bisa
peran, perbedaan antara kedudukan dan
mandiri akan membangun daerah karena pendapatan
(2004:212)
dari kedudukan, dalam pendapatnya
kedepannya, kemajuan di daerah tersebut
membantu
Soekamto
Peranan (role) merupakan aspek dinamis
karenanya akan lebih bermanfaat untuk
sudah
cagar
A.Peran
harus lebih giat dalam mempromosikan wisata
wisata
II. LANDASAN TEORI
yang baru ini peran dinas pariwisata yang
obyek
obyek
peranan adalah untuk kepentingan ilmu
belanja
pengetahuan
daerah tersebut khususnya di daerah obyek
keduanya
tak
dapat
dipisahkan karena yang satu tergantung
wisata cagar budaya yang terletak di
pada yang lainnya.
Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung
Menurut
Kijang Kabupaten Bintan. Jika disini peran
Soekamto
(2009:213),
menyatakan peranan mencakup tiga hal
dinas pariwisata bisa membantu kemajuan
yaitu:
6
1.
Peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan
3.
prinsipnya,
peranan
dengan
manajemen yang dimaksudkan Adizies
posisi atau tempat seseorang
tersebut di atas adalah peranan yang
dalam
masyarakat.
Peranan
lazim dilakukan oleh manajer-manajer
dalam
arti
merupakan
perusahaan. Selain pendapat Adizes,
peraturan-peraturan
dapat juga kita lihat Menurut Henry
yang membimbing seseorang
Mintzberg dalam Thoha (2003:264-
dalam kehidupan masyarakat.
274):
rangkaian
2.
Pada
ini
Peranan merupakan suatu konsep
“Ada 3 peranan utama yang
tentang apa yang dapat dilakukan
dimainkan oleh setiap orang/manajer
oleh individu dalam masyarakat
dimanapun letak
organisasi.
peranan utama ini kemudian diperinci
Peranan
dapat
dikatakan
juga
menjadi 10 peranan yaitu:
sebagai perilaku individu yang penting
bagi
struktur
hierarkinya. Dari 3
1. Peranan
sosial
Hubungan
Pribadi (Interpersonal Role)
masyarakat.
yang terdiri dari:
Dalam
sebuah
organisasi,
a) Peranan
sebagai
menurut Rivai (2004:147-148), ada
Figurehead, yakni
terdapat dua peranan yang berbeda
suatu peranan yang
yaitu:
dilakukan 1.) Peran kepemimpinan yaitu
untuk
mewakili
mengerjakan hal yang benar.
organisasi
Ini ada hubungannya dengan
dipimpinnya
visi dan arah.
didalam
2.) Peranan Manajemen yaitu mengerakan
hal
secara
persoalan timbul
Sehubungan dengan manajemen
formal.
dapat dilihat dari pendapat Ichak Adizes
secara
b) Peranan
sebagai
pemimpin
peranan
(Leader),
dilaksanakan
dalam
manajer
jika
peranan
dipimpinnya
bisa
manajer bertindak
berjalan secara efektif. Empat peranan
sebagai pemimpin.
organisasi
oleh
harus
dan yang
dalam Thoha (2003:264) “ada empat yang
yang
setiap
kesempatan
benaratau pelaksanaan.
manajemen
yang
Antar
itu ialah memproduksi, melaksanakan,
c) Peranan
melakukan informasi, dan memadukan
pejabat
(intergrating)”.
(Liaison
7
ini
sebagai perantara
Manager),
disini
melibatkan
manajer
manajer
melakukan
menangani proses
peranan
yang
untuk
transmisi
berinteraksi
dari
informasi-
dengan
teman
informasi ke dalam
sejawat, staff dan
organisasi
orang-orang
dipimpinnya.
lain
yang berada di luar
yang
c) Sebagai juru bicara
organisasinya,
(Spokesman),
untuk
peranan
mendapatkan
dimainkan manajer
informasi.
untuk
2. Peranan yang berhubungan dengan
ini
penyampaian
informasi
informasi
keluar
(Informational Role), yang
lingkungan
terdiri dari:
organisasinya.
a) Sebagai
monitor,
peranan
ini
3.
Peranan
Pembuat
mengidentifikasika
Keputusan (Decisional Role), terdiri
n seorang manajer
dari:
sebagai
penerima
a) Peranan
sebagai
dan pengumpulan
enterprneur, dalam
informasi, agar ia
peranan ini mana
mampu
jer
untuk
bertindak
mengembangkan
sebagai
suatu
pemarkarsa
dan
bagi
perancang
dari
yang
banyak perubahan-
yang
pengertian baik
organisasi dipimpinnya,
dan
mempunyai pemahaman komplit
yang
yang
terkendali
dalam
organisasinya.
tentang
b) Peranan
lingkungannya.
sebagai
penghalau
b) Sebagai
gangguan
Dessiminator, peranan
perubahan
(Disturbande ini
Handler), peranan
8
ini
membawa
manajer
dalam
untuk
arena
negosisasi”.
bertanggung jawab terhadap organisasi
Menurut
Rivai,
peran
dapat
ketika
diartikan sebagai perilaku yang diatur
organisasinya
dan dihadapkan dari seseorang dalam
terancam
bahaya,
posisi tertentu. Covey dalam Rivai
misalnya:
akan
(2004:149), membagi peran menjadi
dibubarkan,
tiga bagian yaitu:
terkena gossip, isu-
1.
Pencarian
alur
isu kurang baik,
(Pathfinding) yaitu peran
dan
untuk menentukan visi
lain
sebagainya.
dan misi yang pasti.
c) Peranan
sebagai
pembagi
sumber
2.
Penyelaras yaitu
peran
(Resource
memastikan
Allocator),
struktur,
membagi
sumber
(Aligning) untuk bahwa sistem,
proses
dan
operasional
dana adalah suatu
organisasi
memberikan
proses pembuatan
dukungan
pada
keputusan.
pencapaian visi dan misi.
manajer
Disini diminta
3.
memainkan
Pemberdayaan (Empowering) yaitu peran
peranan
untuk
untuk
menggerakan
memutuskan
semangat
dalam
kemana
orang-orang
dalam
mengungkapkan
bakat,
sumber
dana
akan
diri
didistribusikan
kecerdikan,
kebagian-bagian
kreativitas
organisasinya.
mampu mengerjakan apa
d) Peranan
sebagai
laten
untuk
pun dan konsisten dengan
negosiator, peranan
dan
prinsip-prinsip ini
yang di
sepakati.
meminta
kepada
manajer
untuk
Menurut Suyonto dan Burhandin
aktif berpartisipasi
(2011:51-52) Peran atau roles adalah perilaku yang diharapkan dari suatu
9
posisi.
Peran
berkaitan
dengan
Nomor
9
Tahun
1990
tentang
pengharapan perilaku untuk posisi-
Kepariwisataan. Dalam Pasal tersebut
posisi tertentu. Teori peran menjelaskan
dinyatakan bahwa objek dan daya tarik
bagaimana pengharapan sosial dapat
wisata terdiri atas hal-hal berikut:
mempengaruhi
perilaku
karyawan
1.
Obyek dan daya tarik wisata
(kreitner dan kinicki, 2005). Perilaku-
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
perilaku yang diharapkan ini biasanya
berupa keadaan alam serta
sudah disepakati baik oleh individu
flora dan fauna.
pemegang posisi atau jabatan tersebut
2.
Obyek dan daya tarik hasil
maupun oleh para anggota organisasi.
karya
Misalnya seorang direktur pemasaran
museum,
peninggalan
suatu perusahaan diharapkan mengatur
purbakala,
peninggalan
dan mengawasi departemen permasaran.
sejarah, seni budaya, wisata
Di samping peran yang diharapkan atau
argo, wisata tirta, wisata buru,
expected role, ada juga peran yang
wisata
dipersepsikan
taman rekreasi, dan tempat
dan
peran
yang
dijalankan. Peran yang dipersepsikan
manusia
berupa
petualangan
alam,
hiburan.
atau perceived role, adalah seperangkat
Menurut
Wahab
(1975:9),
perilaku yang diyakini oleh seseorang
Pariwisata adalah salah satu jenis
harus dia lakukan karena posisinya,
industri baru yang mampu mempercepat
sedangkan peran yang dijalankan atau
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan
enacted role, yaitu perilaku yang benar-
lapangan
kerja,
benar dilakukan oleh orang tersebut.
penghasilan,
standar
Dalam suatu organisasi ada sejumlah
menstimulasi sektor-sektor
individu yang memiliki peran ganda,
lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor
misalnya
direktur
yang kompleks, ia juga merealisasi
menjadi
industri-industri klasik seperti industri
pemasaran
selain
menjabat
seseorang
juga
hidup
produktif
kerajinan
kadang-kadang cocok satu sama lain,
Penginapan dan transportasi secara
tetapi tidak jarang bertentangan. Ketika
ekonomis
peran ganda ini tidak cocok satu sama
industri.
juga
dan
serta
anggota serikat pekerja. Peran ganda ini
lain, maka individu tersebut dapat
tangan
peningkatan
cendramata.
dipandang
Wisatawan
sebagai
melakukan
mengalami konflik peran atau role
perjalanan
wisata
conflict (Ivancevich et al 2007).
motivasi.
Variasi
b.
menimbulkan bentuk-bentuk pariwisata
Objek Wisata
sebagai berikut: Obyek dan daya tarik wisata diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
10
bermacam-macam motivasi
ini
a.
Pariwisata rekreasi atau
serta
pariwisata santai
kepariwisataan.
b.
Pariwisata budaya
panduan,
c.
Pariwisata pulih sehat
pariwisata
dapat
memperbesar
d.
Pariwisata olahraga
keuntungan
sambil
memperkecil
e.
Pariwisata temu wicara
masalah-masalah yang ada.
Berbagai jenis-jenis pariwisata
c.
penelitian ini masuk kedalam pariwisata budaya
dalam
perkembangan Sesuai,
maka
dengan
perkembangan
Cagar Budaya Dalam ketentuan Undang-Undang
yang mana terdapat cagar
Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
budaya karna penelitian ini meneliti
Cagar Budaya Pasal 15 ayat (2) huruf d
tentang
maka
dinyatakan bahwa mengubah bentuk
dianggaplah sebagian macam-macam
dan/atau warna serta memugar benda
pariwisata ke dalam pariwisata budaya.
cagar budaya dilarang tanpa izin dari
cagar
budaya,
Tujuan Perkembangan pariwisata sesuai
Pemerintah.
perkembangannya,
Pemugaran
menurut
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah
kepariwisataan bertujuan memberikan
Nomor
keuntungan
wisatawan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5
maupun warga setempat. Pariwisata
Tahun 1992 tentang Benda Cagar
dapat memberikan kehidupan
yang
Budaya Pasal 27 ayat (2), adalah
standar kepada warga setempat melalui
serangkaian kegiatan yang bertujuan
keuntungan ekonomi yang didapat dari
untuk mengembalikan keaslian bentuk
tempat tujuan wisata, dalam tambahan,
benda cagar budaya dan memperkuat
perkembangan infrastruktur dan fasilitas
strukturnya bila diperlukan, yang dapat
rekreasi,
dipertanggungjawabkan
baik
bagi
keduanya
wisatawaan
dan
menguntungkan warga
sebaliknya dikembangkan tempat
setempat,
Tahun
1993
dari
tentang
segi
arkeologis, histories, dan teknis dalam
kepariwisataan melalui
10
upaya pelestarian benda cagar budaya.
penyediaan
Menurut
tujuan wisata. Hal tersebut
Yoeti
Mundardjito
dalam
(2006:318), Berbicara tentang
dilakukan melalui penyediaan tempat
nilai
tujuan
hakikatnya seluruh benda arkeologi
wisata
dan
kebudayaan,
sejarah
perkembangan
ekonomi
pemeliharaan dan
benda
cagar
budaya,
pada
taraf
tidak ternilai harganya, sebab hanya
suatu
sekali saja dibuat pada suatu peristiwa
tempat tujuan wisata yang masuk dalam
di masa lalu, serta memiliki sifat tidak
pendapatan untuk wisatawan akibatnya
dapat di ulang. Itulah sebabnya benda
akan menjadikan pengalaman yang unik
cagar
dari tempat wisata. Pada waktu yang
sehingga dapat dimanfaatkan untuk
sama, ada nilai-nilai yang membawa
berbagai kepentingan. Benda cagar
dan
11
budaya
harus
dilestarikan
budaya setidaknya dapat dimanfaatkan dalam tiga segi, yaitu nilai ideologis,
III. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian :Jenis penelitian ini
nilai akademis, dan nilai ekonomis.
bersifat deskriftif kualitatif, dalam
Yang dimaksud dengan benda cagar
penelitian deskriftif kualitatif ini
budaya dalam Undang-Undang tentang
peneliti akan memberikan gambaran
Benda Cagar Budaya adalah benda
sistematis,
buatan manusia, bergerak atau tidak
mengenai fakta-fakta sesuai ruang
bergerak, yang berupa kesatuan atau
lingkup
penelitian.
Menurut
kelompok, atau bagian-bagiannya atau
Sugiyono
(2011:11)
Penelitian
sisa-sisanya yang berumur sekurang-
deskriptif adalah penelitian yang
kurannya 50 (lima puluh) tahun, atau
dilakukan untuk mengetahui nilai
mewakili masa gaya yang khas dan
variabel mandiri, baik satu variabel
mewakili
sekurang-
ataupun lebih tanpa membuat suatu
kurangnya 50 (lima puluh tahun) serta
perbandingan atau menghubungkan
dianggap mempunyai nilai penting bagi
satu variabel dengan variabel lain.
sejarah,
masa
ilmu
gaya
pengetahuan,
2.
dan
Lokasi
faktual
dan
Penelitian:
akurat
Peneliti
kebudayaan serta benda alam yang
memandang bahwa masalah tersebut
dianggap mempunyai nilai penting bagi
sangat
sejarah,
mengoptimalkan
ilmu
pengetahuan,
dan
menarik,
mengingat
obyek
wisata
daerah dalam memajukan tempat
kebudayaan. merupakan
wisata cagar budaya bukit kerang di
kegiatan untuk menjaga atau melakukan
lokasi Kelurahan Kawal Kabupaten
konservasi terhadap benda-benda alam
Bintan, yang
atau buatan manusia yang dianggap
cagar budaya pra sejarah Bukit
memiliki nilai penting bagi sejarah,
Kerang ini sangat bermanfaat untuk
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Di
kedepannya membantu pendapatan
Indonesia, benda cagar budaya harus
asli daerah yang memajukan daerah
berumur sekurang-kurangnya 50 tahun.
dalam
Dalam aplikasi ini cagar budaya dibagi
karena itu penulis meneliti tentang
menjadi lima wilayah, Jakarta Barat
permasalahan yang terjadi untuk
terdiri dari museum Bank Indonesia,
memajukan
museum Fatahillah, museum Seni Rupa
dikerjakan oleh Dinas Pariwisata.
Cagar
budaya
3.
dan Keramik, museum Tekstil, museum
bidang
mana tempat wisata
pariwisata,
pariwisata
oleh
yang
Jenis dan Sumber Data :Menurut Moleong dalam Arikunto (2010:22),
Wayang dan Stasiun Kota.
Sumber data Penelitian Kualitatif adalah
tampilan berupa kata-kata
lisan atau tertulis yang dicermati
12
oleh peneliti, dan benda-benda yang
penelitian
diamati sampai detailnya agar dapat
berjumlah
ditangkap
dalam
merupakan
dokumen atau bendanya. Secara
Pariwisata
umum jenis dan sumber data terdiri
Sekretaris,
dari dua yaitu:
Budaya,
a.
makna
Data
tersirat
Primer:
Menurut
ini 8
populasi orang
yang
Kepala dan
Dinas
Kebudayaan,
Kepala
Bidang
Kepala
Pengembangan
Bidang Destinasi
Arikunto (2010:22), Data Primer
Wisata,
adalah data dalam bentuk verbal
Pemasaran
atau kata-kata yang diucapkan
Pariwisata
secara lisan, gerak-gerik, atau
Kabupaten
perilaku yang dilakukan oleh
Masyarakat ( RT dan Pengelola)
subjek yang dapat dipercaya,
dan Tokoh Pemuda (Pengelola).
dalam hal ini adalah subjek penelitian
(informan)
b.
yang
Kepala
Sampel:
Bidang
Wisata dan
Dinas
Kebudayaan
Bintan,
Menurut
(2011:91)
Tokoh
Sugiyono
“sampel
berkenaan dengan variabel yang
bagian
diteliti. Disini sumber datanya
karakteristik yang dimiliki oleh
mewawancarai responden
populasi tersebut”. Sedangkan
b.
teknik
pengambilan
sampel
Data
yang
digunakan
adalah
yang
sampling
Data Sekunder: Menurut
Arikunto Sekunder
(2010:22), adalah
data
dari
adalah
jumlah
jenuh.
dan
Menurut
diperoleh dari dokumen-dokumen
Sugiyono (2011:96), “sampling
grafis, foto-foto, film, rekaman
jenuh adalah teknik penentuan
video, benda-benda, dan lain-lain
sampel bila
yang dapat memperkaya data
populasi
primer. Sumber data yaitu dengan
sampel”.
semua
anggota
digunakan
sebagai
dokumentasi. 4.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan data
Populasi dan Sampel a.
Populasi
:Menurut
(2011:90)
a.
Sugiyono
“populasi
Hadi
adalah
kompleks, suatu proses yang
kuantitas tertentu
tersusun dari pelbagai proses
yang
biologis dan psikhologis. Dua
ditetapkan oleh peneliti untuk
diantara yang terpenting adalah
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sugiyono
merupakan suatu proses yang
atas obyek atau subyek yang
karakteristik
dalam
(2011:166), Teknik observasi
wilayah generalisasi yang terdiri
mempunyai
Teknik Observasi : Menurut
proses-proses pengamatan dan
Dalam
ingatan.
13
.
Adapun
alat
pengumpulan
b.
data
lain. Setelah data didapatkan,
Wawancara: Menurut sugiyono
maka
(2011:157),
melakukan
Wawancara sebagai
teknik
data
apabila
pengumpulan
selanjutnya
adalah
pengolahan dan
penganalisaan
data,
pengolahan
proses
data
ditujukan
peneliti ingin melakukan studi
untuk lebih menyederhanakan
pendahuluan untuk menemukan
data agar lebih mudah dianalisa
permasalahan
harus
dan diinterprestasikan. Dalam
diteliti, dan juga apabila peneliti
penelitian ini analisis data yang
ingin mengetahui hal-hal dari
digunakan adalah teknik analisa
responden yang lebih mendalam
kualitatif, yaitu jawaban dari
dan
responden
yang
jumlah
respondennya
dikelompokkan,
sedikit/kecil. Alat pengumpulan
selanjutnya
data yang digunakan adalah
untuk
lembaran pedoman wawancara.
dengan kalimat-kalimat yang
Dokumentasi:
logis
Menurut
Arikunto
d.
yang di ceritakan kepada orang
digunakan adalah check list.
digunakan
c.
yang
dicari
persentasi
kemudian
dianalisa
dan
kritis.
Menurut
(2010:274),
Saebani (2008:95), Analisa data
dokumentasi yaitu mencari data
di definisikan sebagai berikut:
mengenai hal-hal atau variabel
Proses penyusunan data agar
yang berupa catatan, transkip,
dapat diinterpretasi. Penyusunan
buku,
data
surat
kabar,
majalah,
berarti
klasifikasi
data
prasasti, notulen rapat, lengger,
dengan pola, tema, atau kategori
agenda dan sebagainya.
tertentu. Analisis data secara
Teknik Analisis Data: Menurut
sistematis dilakukan dengan tiga
Bogdan
langkah
&
Biklen
(dalam
Moleong 2011: 248) Analisis
yaitu:
data kualitatif adalah upaya
1.
yang dilakukan bekerja
dengan jalan
Reduksi
bersamaan,
data
diartikan
sebagai proses pemilihan,
data,
pemusatan perhatian pada
mengorganisasikan
data,
penyederhanaan
memilah-milahnya
menjadi
satuan
dengan
secara
pengabstrakan
yang dapat dikelola,
transformasi
data, dari
data
besar
mensistesiskannya, mencari dan
yang muncul dari catatan-
menemukan pola, menemukan
catatan tertulis dilapangan.
apa yang penting dan apa yang
2.
dipelajari, dan memutuskan apa
Penyajian penyajian
14
data,
yakni
sekumpulan
informasi sistematis yang
peneliti jelaskan adalah data tentang
memberi
jenis kelamin, , tingkat pendidikan.
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
2.Peran
dan
pengambilan
Dinas
Pariwisata
dalam
Mengoptimalkan Obyek Wisata Cagar
tindakan.
Budaya BukitKerang.
Penyajian tersebut dapat Didalam
berbentuk matrik, grafik,
pariwisata
jaringan, dan bagan. 3.
manfaat yang optimal bagi masyarakat,
verifikatif dilakukan sejak
baik dari segi ekonomi, sosial dan
pengumpulan
kultural. Perencanaan tersebut harus
data, pembuatan pola-pola, penjelasan
merupakan
menyeluruh, sehingga dapat diperoleh
Langkah
permulaan,
harus
pengembangan yang berencana secara
Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
pengembangan
mengintegrasikan
konfigurasi-
pariwisata
konfigurasi yang mungkin,
pengembangan
kedalam
suatu
program
pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial
dan alur sebab akibat serta
dari suatu negara.
proposisi.
Dalam
bidang
pemerintah
IV. PEMBAHASAN 1.Karakteristik Responden
kepariwisataan
bertugas
untuk
mengembangkan wisata dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat serta
Penelitian Ini Membahas terlebih dahulu mengenai karakteristik responden
pembangunan
atau informan guna mendapat informasi
pariwisata di sebagian besar Negara juga
yang akurat dalam menganalisis data,
dapat dijadikan sebagai icon dan menjadi
yang
dapat
penerimaan terbesar untuk suatu Negara.
kebenarannya
Di dalam penelitian ini yang menjadi
dalam pembahasan dan menganalisis
informan biasa yaitu Responden pertama
tentang “Peran Dinasa Pariwisata dalam
(R1) Tokoh masyarakat yaitu Amirudin
Mengoptimalkan Obyek Wisata Cagar
yang sekaligus menjabat sebagai RT 01
Budaya Bukit Kerang doi Kabupaten
RW 01 yang berada di Kelurahan Kawal,
Bintan”. Responden dalam penelitian ini
Responden
berjumlah 8 orang, yaitu 3 Tokoh
Masyarakat yaitu Imam Baroya dan
Masyarakat
sebagai
Tokoh Pemuda yaitu Candra Prayoga
pengelola obyek wisata cagar budaya
yang sekaligus orang yang mengelola
bukit kerang 3 Kepala Bidang di Dinas
Bukit Kerang, Responden Ketiga (R3)
Pariwisata
Kabupaten
Bintan.
yakni Sekretaris Dinas Pariwisata dan
Karakteristik
responden
yang
Kebudayaan Kabupaten Bintan Syaiful
pada
akhirnya
dipertanggungjawabkan
yang
mana
ini,
Ikhwan,
15
nasional.
Kedua
S.sos,
Disisi
(R2)
Responden
lain
Tokoh
yang
Keempat
Bidang
a.
Sebagai Monitor.
Pengembangan Destinasi Wisata yaitu
b.
Sebagai Dessiminator.
Herwandi S.sos, Responden Kelima (R5)
c.
Sebagai
yaitu
(R4)
Bidang
yaitu
Kebudayaan
dinas
yaitu
Responden
Herry
Hoesni.
Keenam
(R6)
3. Peranan Pembuat Keputusan
SE,
(Decisional Role).
Bidang
a.
Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata dan b.
Key Informan
c.
Drs. Mohammad Setioso.
sebagai
(resource
allocator).
telah memberikan batasan-batasan
d.
yang digunakan untuk mengetahui peran
gangguan
Peranan sebagai pembagi sumber
Dalam penelitian ini peneliti
Peranan
sebagai
negosiator.
Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Bintan
1. Peranan Hubungan Antarpribadi
dalam mengoptimalkan obyek wisata budaya
Peranan
(disturbande handler).
Kebudayaan Kabupaten Bintan yaitu
cagar
sebagai
penghalau
yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan
bagaimanakah
Peranan entrepreneur.
Kebudayaan Kabupaten Bintan yaitu Pebrayendrik, M.M dan
bicara
(Spokesman)
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan
juru
Kerang
Peran Dinas Pariwisata dan
Kabupaten Bintan. Maka penulis
Kebudayaan dalam mengoptimalkan
menetapkan tahapan-tahapan beserta
obyek wisata cagar budaya Bukit
indikatornya dan pengukuran teori
Kerang Kabupaten Bintan adalah
Thoha (2003 : 264-274) yaitu sebagai
dapat yang dikembangkan sebagai
berikut:
suatau daya tarik wisata untuk
1. Peranan
Bukit
(Interpersonal Role)
Hubungan
Antar
dijadikan produk wisata unggulan
Pribadi (Interpersonal Role).
yang disesuaikan dengan kondisi
a. Peranan
alam. Untuk melihat bagaimanakah
sebagai
Figurehead.
Peran
b. Peranan sebagai pemimpin
Pariwisata
dan
Kebudayaan dalam mengoptimalkan
(Leader).
obyek wisata cagar budaya Bukit
c. Peranan sebagai pejabat perantara
Kerang, dari dimensi diatas memiliki
(Liaison
indikator dari teori Thoha (2003 :
manager).
264-274) yaitu:
2. Peranan yang berhubungan dengan
Dinas
a.
informasi
Peranan sebagai Figurehead Menanggapi analisa dari
(Informational Role).
hasil wawancara tersebut, dan
16
hasil
observasi
dilakukan
yang
telah
sebelumnya
melestarikan obyek wisata cagar
di
budaya Bukit Kerang.
kawasan obyek wisata cagar
c.
budaya Bukit Kerang. Dari hasil observasi
yang
sebagian
besar
Peranan Sebagai Pejabat Perantara
dilakukan
Berdasarkan observasi
mengatakan
yang dilakukan dan ditambah
kurangnya optimal karena masih
pula
dalam proses pengoptimalan.
terstruktur,
Berdasarkan
hasil
dalam
yang
dapat
dianalisa
berinteraksi
untuk
dapat
melestarikan obyek wisata cagar
Peran
Dinas
budaya Bukit Kerang sudah
Kebudayaan
baik tapi belum optimal untuk
dan
dalam mengoptimalkan obyek
pengembangan
wisata
bukit kerang ini.
cagar
budaya
Bukit
Kerang ini masih dalam proses pengembangan
obyek
wisata
Dari tiga indikator dari
dan
melestarikan
dimensi antar pribadi peneliti
karena
menganalisa
untuk
memerlukan dana untuk bisa
mengoptimalkan obyek wisata
mengembangkan obyek wisata
cagar budaya Bukit Kerang ini
cagar budaya ini dan jika sudah
peran dinas memang sangat
bisa di pasarkan obyek wisata
penting untuk bisa mengenalkan
ini maka akan di kenalkan oleh
obyek
wisatawan
masyarakat
wisatawan tetapi disini peran
mengadakan
Dinas masih dalam proses untuk
sosialisasi di kenalkan lewat
mengembangkan obyek wisata
media masa.
ini lebih bagus, meskipun peran
Peranan sebagai pemimpin
dinas disini bekerjasama dengan
dan
dengan
b.
wawancara
dilakukan
diketahui Pariwisata
hasil
bahwa peran dinas pariwisatan
observasi dan hasil wawancara telah
oleh
lebih
Berdasarkan observasi
wisata
ini
kepada
masyrakat
untuk
ikut
yang dilakukan dan ditambah
melestarikan
obyek
wisata,
pula
peran
oleh
terstruktur,
hasil dapat
wawancara dianalisa
disini
mengoptimalkan
berjalan masih
dalam
tetapi
baik
tetapi
masyarakat dan para pegawai
proses
untuk
yang ada di Dinas Pariwisata.
dikembangkan, mengoptimalkan
hanya
Kepala Dinas untuk bekerja
bahwa peran pemimpin sudah dengan
bukan
Kepala dan
Dinas mengkoordinir
pegawainya untuk bisa bekerja
17
mengoptimalkan obyek wisata
dalam
cagar budaya Bukit Kerang.
informasi yang berkaitan dalam
2. Peranan yang Berhubungan dengan Informasi (Informational Role) Peran Dinas Pariwisata dan
menangani
proses
pengembangan
obyek
wisata
cagar
Bukit
Kerang
budaya
kepada staf memang adanya
Kebudayaan dalam mengoptimalkan
koordinir
obyek wisata cagar budaya Bukit
kepada staf yang ada di bidang-
Kerang Kabupaten Bintan adalah
bidang pengembangan destinasi
bagaimana peran Dinas Pariwisata
wisata, bidang kebudayaan, dan
dan Kebudayaan dalam memberikan
pemasaran wisata untuk diproses
informasi
informasi
dalam
bekerjasama
dari
sehingga
mengembangkan dan melestarikan
dioptimalkan
obyek
mengembangkan
wisata.
bagaimanakah
Untuk
melihat
Peran
Dinas
kepala
dinas
bida untuk dan
melestarikan obyek wisata cagar
Pariwisata dan Kebudayaan dalam
budaya Bukit Kerang ini.
mengoptimalkan obyek wisata cagar
c.
Sebagai Juru Bicara
budaya Bukit Kerang, dapat dilihat
Berdasarkan
observasi
dari:
yang dilakukan dan ditambah
a.
pula
Sebagai Monitor Berdasarkan observasi yang
b.
oleh
hasil
terstruktur,
wawancara
dapat
dianalisa
dilakukan dan ditambah pula
bahwa Peran Dinas Pariwisata
oleh hasil wawancara terstruktur,
dalam menangani penyampaian
dapat dianalisa bahwa Peran
informasi
Dinas Pariwisatan dalam
dalam
berinteraksi untuk melestarikan
melstarikan
obyek wisata cagar budaya Bukit
mengoptimalkan obyek wisata
Kerang sudah bekerjasama
cagar budaya Bukit Kerang,
dengan masyarakat dan pihak
memang adanya koordinir dari
swasta dan memberikan
kepala dinas kepada staf yang
informasi melalui sosialisasi
ada
sadar wisata.
pengembangan destinasi wisata,
Sebagai Dessiminator
bidang
Berdasarkan
observasi
kepada
mengembangkan
di
dioptimalkan
dapat
dan
pemasaran wisata untuk diproses
pula
terstruktur,
bidang-bidang
kebudayaan,
informasi
hasil
dan untuk
yang dilakukan dan ditambah oleh
masyarakat
wawancara dianalisa
sehingga
mengembangkan
bahwa peran dinas pariwisata
bisa untuk dan
melestarikan obyek wisata cagar
18
budaya
Bukit
Kerang
Penyampaian
ini.
Peran
Dinas
Pariwisata
dan
informasi
Kebudayaan
dalam
mengoptimalkan
dilakukan melewati dialog di
obyek wisata cagar budaya Bukit Kerang
radio dan diadakan sosialisasi
Kabupaten Bintan adalah Bagaimana
sapta pesona dan sadar wisata ini
peran
sudah bagus dibuat oleh Dinas
melestarikan obyek wisata cagar budaya
Pariwisata tetapi harus lebih
Bukit Kerang ini guna meningkatkan
sering
sehingga
ekonomi masyarakat. Untuk melihat
lebih
bagaimanakah Peran Dinas Pariwisata
pentingnya
dan Kebudayaan dalam mengoptimalkan
dibuat
masyarakat
akan
menyadarkan pariwisata.
obyek
Dari tiga indikator dan dimensi
kedua
menganalisa
ini
peneliti
bahwa
bukan
dalam
wisata
pengembangan
cagar
Bukit
Kerang, dapat dilihat dari: a.
Peranan Sebagai Entrepreneur
Kepala Dinas saja yang ikut berpartisipasi
budaya
dan
Berdasarkan observasi
untuk
yang dilakukan dan ditambah
mengembangkan obyek wisata
pula oleh hasil wawancara
Bukit Kerang ini tetapi staf atau
terstruktur, dapat dianalisa
pegawai dan masyarakat juga
bahwa
ikut
dalam
pariwisatan
dalam
mengoptimalkan obyek wisata.
berinteraksi
untuk
Dinas
Pariwisata
mebuat
melestarikan obyek wisata
seminar
sadar
untuk
cagar budaya Bukit Kerang
menyadarkan masyarakat akan
sudah bekerjasama dengan
pentingnya
masyarakat dan pihak dinas-
berpartisipasi
wisata
pariwisata
ini
sehingga masyarakat akan lebih
Dinas
b.
untuk
mengembangkan
wisata
Pariwisata
bekerjasama Republik
dinas
dinas yang terkait.
ikut berpartisipasi kepada Dinas pariwisata
peran
Peranan Sebagai Penghalau Gangguan (disturbande
ini,
handler)
juga
Berdasarkan observasi
dengan
Radio
yang dilakukan dan ditambah
Indonesia
setiap
pula oleh hasil wawancara
dalam
terstruktur, dapat dianalisa
kegiatan
memperkenalkan obyek wisata
bahwa
cagar budaya Bukit Kerang ini.
pariwisatan dalam mengatasi
3. Peranan Pembuat Keputusan
peran
dinas
masalah dan kendala harus
(Decisional Role)
19
mengevaluasi
c.
untuk
mengoptimalkan
mengatasi masalah yang ada.
wisata ini kendalanya ialah
Peranan Sebagai Pemabagi
dari fasilitas dan dana ini
Sumber (resource allocator)
memang harus bekerjasama
Berdasarkan observasi
d.
obyek
kepada
pihak-pihak
yang
yang dilakukan dan ditambah
terkait. Dinas Pariwisata juga
pula oleh hasil wawancara
memiliki
terstruktur, dapat dianalisa
mengembangkan
dan
bahwa peran dinas pariwisata
mengoptimalkan
wisata
ada
strategi
untuk
strategi
dalam
Bukit Kerang ini tetapi masih
mengoptimalkan
obyek
dalam
proses,
wisata cagar budaya Bukit
mengevaluasikan
Kerang ini maka dinas harus
yang terdapat masalah dalam
mengevaluasi strategi yang
mengoptimalkan wisata ini
digunakan
peran Dinas Pariwisata yang
jika
belum
optimal.
mengkoordinir
Peranan Sebagai Negosiator
mengevaluasi
Berdasarkan
apa
saja
dan setiap
permasalahan.
Untuk
observasi yang dilakukan dan
masyarakat
ditambah pula oleh hasil
berpartisipasi
wawancara terstruktur, dapat
mengembangkan
dianalisa bahwa peran dinas
memajukan wisata ini, maka
pariwisata ada ikut dalam
Dinas Pariwisata berusaha
berpartisipasi
dalam
dalam
mengembangkan
dan
juga
itu ikut
dalam
menarik
dan
wisatawan
untuk datang mengunjungi
melestarikan
untuk
wisata
mengoptimalkan
obyek
bekerjasama
ini pihak
dengan swasta
wisata cagar budaya Bukit
seperti hotel lalu bernegoisasi
Kerang
ini
kepada pihak swasta untuk
dengan
masyarakat
bekerjasama dan
membantu wisatawan datang
dinas-dinas terkait. Dari indikator yang
dengan ketiga
menganalisa ada
berkunjung
dengan
Dinas
keempat
Pariwisata membuat kegiatan
dimensi
yang akan menarik wisatwan
peneliti
datang.
bahwa masih
kendala
untuk
mengembangkan
dan
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
20
Kesimpulan
dari
penelitian
dalam
melihat
Dinas
Pariwisata
hasil
wisata Bukit Kerang ini
Peran
tetapi staf atau pegawai dan
dalam
masyarakat
juga
ikut
mengoptimalkan obyek wisata cagar
berpartisipasi
dalam
budaya Bukit Kerang di Kabupaten
mengoptimalkan
obyek
Bintan, maka dapat disimpulkan dari
wisata.
tiga dimensi dari teori Thoha (2003 :
ikut berpartisipasi dalam
264-274) yaitu:
mengembangkan
1.
juga
obyek
Dimensi pertama Peranan
wisata dengan di adakan
Hubungan Antar Pribadi
seminar dan dialog sadar
(Interpersonal Role). Dapat
wisata
disimpulkan Peran Dinas
melnyadari
Pariwisata dan Kebudayaan
pariwisata
masih dalam proses untuk
Dinas
mengembangkan
Kebudayaan
obyek
masyarakat
akan bahwa
itu
penting.
Pariwisata
dan juga
wisata cagar budaya Bukit
bekerjasama dengan Radio
Kerang lebih bagus, Peran
Republik Indonesia setiap
Dinas
kegiatan
dalam
memperkenalkan
obyek
Pariwisata
dan
Kebudayaan
disini
bekerjasama
dengan
masyarakat
untuk
wisata cagar budaya Bukit
ikut
Kerang ini.
melestarikan obyek wisata dengan
diadakan
3.
dialog
Dimensi
ketiga
Pembuat
Peranan Keputusan
sadar wisata, Peran Kepala
(Decisional Role). Masih
Dinas
ada
Pariwisata
kendala
untuk
mengontrol
mengembangkan
dan
para pegawai dan pengelola
mengoptimalkan
obyek
untuk
mengoptimalkan
wisata ini kendalanya ialah
obyek wisata cagar budaya
dari fasilitas dan dana.
Bukit Kerang.
Untuk
Kebudayaan
2.
Masyarakat
Dimensi
kedua
dan
Peranan
mengembangkan
obyek wisata cagar budaya
yang berhubungan dengan
Bukit
informasi
(Informational
Pariwisata dan Kebudayaan
Role). Bahwa bukan Kepala
bekerjasama kepada pihak-
Dinas
ikut
pihak yang terkait seperti
berpartisipasi
untuk
pihak swasta (Hotel-hotel),
mengembangkan
obyek
Dinas yang terkait (Dinas
saja
yang
21
Kerang
Dinas
Pekerjaan Umum). Dinas
akan
Pariwisata dan Kebudayaan
wisatawan untuk berkunjung.
juga
memiliki
strategi
3.
lebih
Peran Dinas Pariwisata harus lebih optimal lagi dalam aktif
mengoptimalkan
berpartisipasi
wisata
dalam
Bukit Kerang, tetapi masih
mengembangkan obyek wisata
dalam
cagar budaya Bukit Kerang.
proses
dalam
masalah
Untuk
mengoptimalkan
bekerjasama
harus
dibarengi dengan masyarakat
wisata ini. Peran Dinas
sehingga,
Pariwisata dan Kebudayaan
membantu
yang mengkoordinir dan
masyarakat ketika ada kegiatan
mengevaluasi
yang
permasalahan untuk
setiap yang
ada
lebih
dinas
bekerjasama
mengoptimalkan
banyak ekonomi
pariwisata, kepada
dinas-
dinas yang terkait ini harus
obyek wisata cagar budaya
lebih
sering
Bukit Kerang.
membantu dalam fasilitas dan kegiatan.
B. Saran Adapun saran-saran dari peneliti adalah sebagai berikut: Fasilitas harus diperbanyak dan disediakan mulai dari fasilitas jalan, pembangunan di area wisata
untuk berteduh dan
membuat
taman
sehingga
wisatawan tidak bosan. Dan harus ada dananya yang lebih untuk
membangun
fasilitas
diarea lokasi obyek wisata cagar budaya Bukit Kerang. 2.
kepada
untuk mengembangkan dan
mengevaluasikan
1.
dikenal
Dinas Pariwisata harus lebih giat dalam membuat sosialisasi baik itu dialog, iklan dimedia masa,
sosialisasi
seminar
kepada masyarakat sehingga
22
karena
bisa
DAFTAR PUSTAKA
A.
Sugiyono.
Buku
2011.
Metode
Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta. Arikunto,
Suharsimi. Penelitian
2010. Suatu
Prosedur Pendeketan
Sunyoto, Danang dan Burhanudin. 2011.
Praktik (cetakan ke-14). Jakarta:
Perilaku Organisasional (cetakan
Rineka Cipta.
pertama). Jakarta: PT Buku Seru.
Marpaung, Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar
Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi,
Pariwisata.
Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Bandung:Alfabeta.
Moleong.
Lexy
J.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
2011.
Metodelogi
Yoeti, Oka. A, dkk. 2005. Perencanaan
Penelitian Kualitatif. (cetakan ke-
StrategiPemasaran daerah Tujuan
29).
Wisata (cetakan ke-2). Jakarta: PT
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Pradnya Paramita.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto.
Yoeti, Oka. A, dkk. 2006. Pariwisata
2006. Sosiologi: Teks Pengantar
Budaya Masalah dan Solusinya.
dan Teapan. Jakarta: Kencana.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Pendit S. Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata (cetakan
ke-
8).
Jakarta:
Wahab, Salah .2004. Manajemen Pariwisata
PT
(cetakan ke-4). Jakarta: PT Pradnya
Pradnya Paramita.
Paramita.
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Edisi Kedua).
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saebani,
Beni
Ahmad,
Penelitian
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2008,
Metode
Wulansari, Dewi. 2009. Sosiologo Konsep
(cetakan
ke-1),
dan Teori. Bandung: PT Refika
Bandung, CV PUSTAKA SETIA.
Aditama.
Soekamto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta:
PT
Raja
Grafindo Persada.
23
B. Skripsi dan Jurnal
Cahyadi, Ruddy. 2012. “Aplikasi Cagar Budaya Di Wilayah DKI Jakarta Pada Platfrom Android.
Wardhani,
Ratiqa
Yana,
2013,”Strategi
Pengembangan Pariwisata Museum Kota
Tanjungpinang”,
Sarjana
pada
Administrasi
Skripsi
Jurusan
Negara
Ilmu
Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
C. Dokumen
Laporan
Peninjauan
Arkeologis
Bukit
Kerang di Kawal Darat, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Departemen
Kebudayaan
dan
Pariwisata Balai Arkeologi Medan 2009 Pedoman
Teknik
Penulisan
Usulaan
Penelitian dan Skripsi Seta Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji 2011 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun
2009
Tahun
Kepariwisataan
24