Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
2434.003.107.A
LAPORAN KEMAJUAN
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
TAHUN ANGGARAN 2013
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
1
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
LAPORAN KEMAJUAN
Kementerian Negara/Lembaga
:
Kementerian Pekerjaan Umum
Unit Organisasi
:
Balai Litbang Sosekling Bid. Permukiman
Program
:
Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Kegiatan/Komponen
:
Model Sub Bidang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Sub Kegiatan/Sub Komponen
:
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
Pelaksanaan Bulan Mei – Agustus 2013 Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim Bulan Mei – Agustus 2013 adalah sebagai berikut : 1. Survey instansional 2. Validasi kuesioner / alat model yang digunakan tahun 2012 3. Uji kuesioner tokoh masyarakat dan individu/keluarga 4. Survey lapangan dan penyebaran kuesioner Capaian fisik kegiatan sebesar 84 % dan keuangan adalah sebesar 57,84 %. Survey Instansional dan Survey Lapangan di Kota Makassar, Kota Solo dan Kabupaten Serang dengan hasil sebagai berikut : BAB I Survey Instansional dan Validasi Kuesioner A. Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan 1. Letak Geografis Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19”. Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, Sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2, yang secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142 Kelurahan dengan 885 RW dan 4.446 RT Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
2
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2.
3.
4.
5.
2013
udara antara 20°C sampai dengan 32°C. Kota Makssar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Topografi Secara topografi Kota Makassar dicirikan dengan keadaan dan kondisi sebagai berikut: tanah relatif datar, bergelombang, dan berbukit serta berada pada ketinggian 025 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng (elevasi) 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, sebagian besar berada pada kemiringan 0-5%. Dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa untuk kondisi ruang seperti ini Kota Makassar sangat berpotensi untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut dan fasilitas penunjang lainnya. Hidro Geologi Pada umumnya kondisi hidrologi sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai yang ada, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai sebagai wilayah tadah hujan (cathmen area) dan sistem sungainya. Air tanah bebas (Watertable Groundwater) dijumpai pada endapan aluvial. Kedalaman air tanah sangat bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan. Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung api (volcanik) dan endapan dari angkutan sediment sungai Jeneberang dan sungai Tello. Batuan dasar yang mengalami pengendapan di kawasan tersebut merupakan sediment marine kompak berumur Moisen atas berupa: tufa, breksi, batu pasir, batu gamping Klimatologi Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77 persen, temperatur udara sekitar 26,2º-29,3ºc, dan rata-rata kecepatan angin 5,2 knot. Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Suhu udara rata-rata Kota Makassar dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir berkisar antara 24,5°C sampai 28,9°C. Suhu rata-rata bulanan tertinggi pada bulan Oktober, dan terendah pada bulan Januari. Suhu udara minimum rata-rata bulanan terendah 24,5 0 C pada bulan Pebruari dan tertinggi 26,20 C pada bulan Oktober. Suhu udara maksimum rata-rata bulanan berkisar dari 26,90C pada bulan Juli dan 28,8 o C pada bulan Oktober. Kelembapan udara secara rata-rata sekitar 81,5%. Secara umum curah hujan di kota Makassar cukup bervariasi sepanjang tahun. Dimana hujan mulai terjadi pada bulan November sampai Februari dengan angka ratarata di atas 300 mm. Sedangkan pada bulan Maret mulai menurun hingga mencapai angka terendah pada bulan Agustus. Pada bulan-bulan dimana curah hujan cukup tinggi, beberapa daerah di kota Makassar mengalami genangan air, hingga terjadi banjir. Kondisi Kependudukan Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
3
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen). 6. Kondisi Perekonomian Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2009, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp. 31.263,651 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2009, nilainya sebesar Rp 14.798,187 milliar rupiah. Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah. Struktur Kota Makassar masih didominasi oleh sector Perdagangan, Restoran dan Hotel. 7. Air Bersih PDAM Kota Makassar memberikan pelayanan air minum untuk penduduk wilayah kota Makassar secara keseluruhan. Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kota Makassar untuk melayani penyediaan air minumnya sebagian besar berasal dari air permukaan (sungai), yaitu Sungai Jeneberang dan dan Sungai Maros. Untuk pengambilan air baku dari sungai Jeneberang dibangun Intake Ratulangi (IPA Ratulangi) dan Bili-Bili (IPA Somba Opu) sedangkan air baku dari Sungai Maros dibangun Intake Lekopadng (IPA Panaikang). Kapasitas produksi masing-masing Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sebagai berikut : IPA Ratulangi 50 l/det IPA Somba Opu 1.000 l/det IPA Panaikang 1.000 l/det Produksi air bersih (ledeng) di kota Makassar tahun 2009 yang disalurkan oleh PDAM sebanyak 38.825.667 M³ dengan jumlah pelanggan sebanyak 146.687 pelanggan. 8. Profil Kemiskinan Kota Makassar juga menghadapi tantangan terkait dengan jumlah penduduknya yang cukup besar, yaitu 1.339.374 jiwa pada 2010 (BPS Kota Makassar, 2011), meskipun proporsi penduduknya yang miskin relatif rendah, yaitu 5,6% pada 2009 (BPS Kota Makassar, 2010). Di sisi lain, kedua kota juga terkenal dengan terobosan dan inisiatif pemerintahnya dalam penanggulangan kemiskinan Angka kemiskinan tertinggi di Kota Makassar berada di Kecamatan Tamalate dengan jumlah 9.315 orang atau melebihi 13 kecamatan lainnya di Makassar. “Dari 14 kecamatan di Makassar, Kecamatan Tamalate yang terbanyak penduduk miskinnya," kata Sekretaris Bappeda Kota Makassar Ismail H Ali di Makassar, Senin. Pada tanggal 28 Mei 2013 Tim Peneliti melakukan survey instansional di Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, bertemu dengan Kepala Seksi Sanitas Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan Drs. Imbang Muryanto, M.Si melakukan diskusi sebagai berikut:
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
4
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
1. Pemilihan kota Makassar sebagai tempat penelitian ini adalah tidak salah, karena makassar merupakan daerah yang landai dan terpengaruh oleh pasang surutnya air laut sehingga sangat terpengaruh dengan perubahan iklim 2. Pada tahun 2010-2012 Makassar juga dijadikan objek penelitian dari Ishiro dan UNHAS untuk meneliti pengaruh perubahan iklim yang berhubungan dengan air bersih 3. Makassar merupakan daerah rawan air bersih dan sanitasi 4. Program yang berjalan di Makassar antara lain Sanimas, P2KP, Pamsimas, SLBM, SPBM usri dan kegitan lain yang didanai oleh LSM asing 5. Pemetaan daerah miskin sudah dilaksanakan, datanya akan disediakan
6. Daerah rawan air bersih adalah kawasan Kecamatan Talo, Ujung Tanah, Mariso dan Tamalate
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
5
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
7. Data sekunder yang ada adalah SPPIP, yang sudah ditindaklanjuti untuk dilakukan pengembangan wilayah yaitu di daerah Manggala 8. Untuk strategi sanitasi kota sedang dilakukan quality control 9. Terdapat Buku Putih Sanitasi 2011 dan master plan air limbah 10. Disarankan berkoordinasi dengan Bappeda agar mendapatkan data yang baik 11. Di kota makassar tidak ada sistem irigasi teknis 12. Dalam perilaku MCK, 60% warga sudah memiliki MCK 13. Daerah Talo sudah ada kegiatan Pamsimas, terdapat masalah pada jaringa pipa PDAM sehingga terdapat permasalahan dalam penyaluran air dari PDAM 14. Pada daerah ini masyarakatnya cukup unik, karena terdapat beberapa orang yang ditokohkan yang akan dengan mudah mengkoordinir warga untuk kegiatan tertentu, sehingga cenderung mudah bekerjasama bila ada program dari pemerintah 15. Daerah ini juga telah mengembangkan sistem water meter untuk komunal 16. Untuk program yang berkaitan dengan Sanitasi antara lain adalah adanya IPAL Komunal, Septic tank komunal dan MCK komunal
Tim Peneliti juga melakukan diskusi dengan Bapak Hasan dan Bapak Darwis dari Bappeda Kota Makassar, hasil pertemuan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan program PNPM mandiri pada kota Makassar sudah sangat baik. 2. Pengembangan program Pamsimas cukup berhasil, terbukti bahwa masyarakat telah memanfaatkan air bersih dari program tersebut. 3. Sumber air dari sungai dimanfaatkan oleh PDAM sebagai sumber air baku. 4. Sedang digiatkan program sanitasi, salah satunya dengan adanya program penyedotan tinja yang dilakukan oleh dinas PU yang dilakukan ke lingkungan warga masyarakat. 5. Terdapat Pokja yang terdiri atas Bappeda, Dinas PU, Dinkes, Tata Ruang dan dinas terkait untuk melakukan sinkronisasi program. 6. Untuk saat ini sudah dibangun 9 rusun yang berada pada kawasan kumuh dan kawasan industri.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
6
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
7. Di kota Makassar terdapat hutan kota yang berada di UNHAS dan sedang diproses seluas 13 hektar oleh Provinsi Sulawesi Selatan. 8. Banyak terjadi masalah di pesisir pantai karena proses pembebasan tanah untuk reklamasi antara lain adalah permasalahan penggunaan tanah yang tidak jelas hak miliknya. 9. Permukiman di wilayah pesisir pantai merupakan kawasan kumuh, yang banyak dihuni oleh nelayan. 10. Pada musim kemarau selalu sulit air pada daerah berbatu dan dataran tinggi (4 kecamatan) dan saat terjadi kondisi langka air maka ada bantuan mobil tanki dari PDAM. 11. Sumber air kota adalah dari sungai Maros dan Jeneberang. 12. Kualitas air menjadi keruh apabila terjadi longsornya dinding kaldera bawah tanah yang mencemari sumber air yang ada. 13. Untuk selanjutnya akan dibangun instalasi air minum yang kapasitasnya lebih besar
Tim Peneliti juga melakukan diskusi dengan Bapak Pandu dari PDAM Kota Makassar, hasil diskusinya sebagai berikut: 1. Sumber air baku berasal dari sungai Maros yang masuk ke bendungan Lekopancing, IPA Panakukang berkapasitas 1000Lt/detik kualitas baik. 2. Jaringan PDAM melayani 2 Wilayah yaitu Timur Kota dan Ke utara kota dengan jumlah pelanggan ±25.000 sambungan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan baru 30/bulan. 3. Pengaliran air 24 jam tetapi ada beberapa daerah yang berbeda dikarenakan jarak dan wilayah yang memang tinggi. 4. Daerah Talo telah dilayani PDAM dan sebagian besar digunakan pada musim kemarau 5. Mekanisme monitoring kehilangan air cukup sulit, karena jaringan sangan banyak dan belum bisa dideteksi dengan alat, hanya mampu dilakukan dengan manual saja sehingga kehilangan air akan terdeteksi jauh lebih sedikit dari kasus sebenarnya 6. Untuk program CSR dari PDAM tidak ada, hanya saja ada penggolongan tarif sesuai dengan katagori pelanggan 7. Cakupan layanan ± 64 % di kota Makassar
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
7
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
8. Pada tahun 2004 terjadi longsor pada aliran sungai Jeneberang saat musim hujan yang menyebabkan sungai tercemar lempung sehingga di lakukan penghentian produksi untuk beberapa hari sampai air kembali layak untuk diproses. 9. Tidak ada intrusi air laut ke daratan secara besar, tetapi terdapat intrusi air laut di wilayah Talo. 10. Ada pengambilan sampel air pada pelanggan untuk mengetahui kualitas air produksi di bagi berdasarkan zona wilayah masing-masing. 11. Dinas Kesehatan juga melakukan sampling pada pelanggan untuk mengetahui kualitas air produksi PDAM. 12. Target penambahan cakupan untuk tahun ini adalah 10%
13. Tingkat kebocoran cukup tinggi, untuk kebocoran fisik sudah ditanggulangi tetapi untuk nonfisik juga cukup besar dan cukup sulit untuk dideteksi dan ditanggulangi. 14. PDAM tidak mengurusi sistem Sanitasi. 15. PDAM kota Makassar memiliki 5 unit isntalasi pengolahan air. 16. Penganggaran terbesar untuk tahun ini adalah pada penanggulangan penurunan kehilangan air, karena kasus kehilangan air itulah kerugian terbesar untuk PDAM
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
8
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
2013
9
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
B. Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah 1. Letak Geografis Kota Surakarta lebih dikenal dengan sebutan Kota Solo, secara astronomis terletak pada 110°45’15” 110°45’35” BT dan 7°36’00” - 7°56’00” LS. Secara geografis, wilayah Kota Surakarta terletak pada cekungan diantara dua gunung berapi yaitu Lawu di sebelah timur dan gunung Merapi di sebelah barat, sehingga topografisnya relatif rendah dengan ketinggian 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 km2 yang terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari, 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat permukiman sebesar 64%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga menggunakan tempat yang cukup luas yaitu berkisar antara 15% dari luas lahan yang ada. Kota Surakarta secara administrasi, memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupatan Karanganyar dan Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar 2. Topografi Uraian karakteristik topografi Kota Surakarta dapat dikemukakan sebagai berikut: Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 – 130 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan kemiringan lahan angtara 0% sampai 15%. Kota Surakarta terletak di antara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar) di sebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat. Dengan posisi demikian maka Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan air. Di bagian timur dan selatan Kota Surakarta mengalir Sungai Bengawan Solo yang menjadi batas fisik administrasi dengan Kabupaten Karanganyar serta Kabupaten Sukoharjo. 3. Hidro Geologi Kondisi Hidrogeologi di Kota Surakarta dibagi 2, yaitu : Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt. Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m. 4. Klimatologi Potret iklim Kota Surakarta adalah sebagai berikut. Kota Surakarta beriklim tropis dengan suhu rata. Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
10
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
5.
Kelembaban udara berkisar antara 66-84%. Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan radiasi matahari antara 80 – 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember radiasi matahari sekitar 48 – 50%. Angin selatan dengan kecepatan sebesar 2-9knot terjadi pada bulan Januari, Pebruari, April, Juni, September dan bulan November. Angin utara terjadi pada bulan Maret, Mei dan Desember dengan kecepatan sebesar 3-6 knot. Tekanan udara antara 1.007-1011 atmosfir. Curah hujan rata-rata pada tahun 2007 sebesar 2.271,7 mm/th, yang lebih kecil dibandingkan tahun 2006 sebesar 3.662,5 mm/thn dan tahun 2005 sebesar 4.172,1 mencapai 122 hari. Jumlah bulan kering mencapai 5 bulan (Mei sampai September) dan bulan basah sebanyak 7 bulan (Oktober sampai April). Kondisi Kependudukan Data mengenai kependudukan digunakan sebagai dasar untuk perencanaan pada berbagai bidang pembangunan dan untuk melakukan evaluasi dari hasil pembangunan. Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2010 sebanyak 499.337 jiwa, yang terdiri dari 243.296 laki – laki (49%) dan 256.041 perempuan (51%). Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki merupakan ukuran untuk menunjukkan perbandingan antara jumlah laki berguna dalam pengembangan perencanaan berbasis gender. Rasio jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 95,02, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kota Surakarta pada Tahun 2010 rata-rata yaitu 11.341 jiwa/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah di Kecamatan Pasar Kliwon dengan kepadatan 15.408 jiwa/ km2. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah terletak di Kecamatan Laweyan, dengan 9.971 jiwa/km2.
Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang lalu dapat diketahui konsentrasi penduduk menurut kecamatan tempat tinggal. Berdasar grafik 3, terlihat bahwa 31,56% dari jumlah penduduk menetap di Kecamatan Banjarsari. Tingginya penduduk yang tinggal di kecamatan ini sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Banjarsari Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
11
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
yang terluas dari 5 kecamatan yang ada di Kota Surakarta. Persentase konsentrasi terbesar selanjutnya adalah Kecamatan Jebres (27,47%), Kecamatan Laweyan (17,20%), Kecamatan Pasar Kliwon (15,09%), dan terakhir di Kecamatan Serengan (8,68%). 6. Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian suatu kota dapat dilihat dari PDRB kota tersebut. Dengan melihat PDRB, dapat dilihat sektor – sektor ekonomi yang menjadi pendukung perekonomian kota. Kota Surakarta bertumpu pada sektor perekonomian perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan. Dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sektor udaha lain, kedua sektor perekonomian tersebut merupakan basis perekonomian Kota Surakarta. Lapangan usaha yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai domestik Kota Surakarta yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 2.556.483,24 juta rupiah, yang kedua adalah sektor industri pengolahan yang mencapai 2.081.494,89 juta rupiah dan untuk sektor ketiga adalah bangunan sebesar 1.440.525,31 juta rupiah. Sedangkan untuk sektor terendah dalam kontribusi PDRB yaitu sektor penggalian yang hanya berkontribusi sebesar 5.532,79 juta rupiah. 7. Air Bersih Sumber air minum Kota Surakarta berasal dari air dalam dan air permukaan. Jumlah penduduk perkotan yang terlayani air minum sebanyak 357.289 jiwa atau 57.23% (55.338 pelanggan Th.2010) dari penduduk kota Surakarta (Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 24/ 1999, yakni sebesar 80% untuk penduduk perkotaan). Tingkat kehilangan air tahun 2010 adalah sebesar 39,80% atau diatas tingkat toleransi air sebesar 20% seperti tertuang dalam Kepmendagri nomor 47 tahun 1999 tentang Pedoman Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. Penyebab tingginya tingkat kehilangan air antara lain adalah : a. Sebagian besar jaringan dibangun sejak jaman Belanda sudah melebihi umur teknis sehingga tidak dapat menerima tekanan air secara maksimal. b. Sebagian besar Water Meter pelanggan berusia diatas 4 tahun sehingga mempengaruhi akurasi pengukuran pemakaian air. 8. Profil Kemiskinan Kota Surakarta Dari tahun ke tahun garis kemiskinan (GK) Kota Surakarta selalu mengalami kenaikan. Bila ditarik rata-rata kenaikan GK terhitung bahwa setiap tahunnya terdapat kenaikan GK kurang lebih sekitar Rp. 24.727,-. Persentase penduduk miskin terbanyak terdapat di tahun 2008 sebesar 16,13 persen sedangkan persentase penduduk miskin terendah selama satu dasawarsa ini sebanyak 12,90 persen terjadi di tahun 2011 (lihat tabel dan grafik berikut). Pada tanggal 10 April 2013 di Bappeda Kota Solo, Tim Peneliti bertemu dengan Bapak Arif, Kepala Bidang Penataan Ruang dan Prasarana Kota, melakukan diskusi dengan hasil sebagai berikut: 1. Diharapkan apabila berkunjung ke Bappeda dapat mengundang BLH atau bidang Litbang, untuk dapat berkoordinasi mengenai kondisi yang ingin diketahui secara lebih detail dan dapat bertukar informasi. 2. KSM yang ada di Solo berentuk paguyuban yang berjumlah kurang lebih 15 kelompok, untuk Alokasi Dana Bantuan berasal dari USRI yang berjumlah 350 juta.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
12
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
3. Untuk penanganan air limbah, disediakan lahan 60-80 m², terdapat kesulitan dalam kelanjutan program.
4. Pengembangan air minum regional sudah direncanakan, Klaten merupakan sumber air minum tersebut
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
13
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
5. Untuk melaksanakan perencanaan yang komprehensif diadakan Musyawarah Perencanaan per kecamatan atau wilayah 6. Untuk program yang akan dilaksanakan diprioritaskan pada kawasan yang kumuh yang digolongkan pada 4 kawasan, salah satu kawasannya adalah terdiri dari beberapa kelurahan (Sangkrah, Semanggi, Joyontakan)
7. Dokumen yang merupakan produk dari Bappeda yang meliputi 61 kelurahan yaitu : Buku putih sanitasi tahun 2008-2010, SSK, SPPIP 8. Pada tahun 2013 sedang dibuat DED untuk kawasan 1 9. Untuk fisik pembangunan sarana umum yang dilakukan adalah jalan lingkungan, drainase dan persampahan 10. Untuk daerah, lokasinya dianggarkan dana dari Kementerian Kesra dan Sosial, yang berhasil memindahkan kurang lebih 15% untuk dijadikan taman terbuka 11. Untuk Ruang Terbuka Hijau terdapat 18% dan ditargetkan menjadi 20% pada tahun 2030 12. Lokasi kantor BLH berada di kompleks Balai Kota, untuk membahas permasalahan yang ada biasanya dilakukan diskusi kelompok terbatas yang mengundang SKPD serta stakeholder yang terkait dan Bappeda berperan mengkoordinasikan 13. Untuk kajian dan penelitian manfaatnya atau hasil penelitian tersebut dikembalikan ke lokasi penelitian Tim Peneliti melakukan diskusi dengan PDAM Kota Solo, dengan hasil diskusinya sebagai berikut: 1. Luas wilayah kota Solo adalah 44,4 km² dengan jumlah penduduk mencapai 503.421 juwa, yang dibagi menjadi 5 kecamatan dan 51 kelurahan 2. Visi PDAM : Terselenggaranya sanitasi kota yang berkualitas dan berkesinambungan menuju kota surakarta sehat 2015 dengan melibatkan peran serta masyarakat 3. Misi PDAM : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sanitasi yang dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat, menggalang dan meningkatkan dukungan dari berbagai Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
14
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
4. 5.
6. 7.
8.
9.
2013
pihak baik pemerintah maupun swasta di berbagai tingkatan dalam percepatan PHBS, Pemenuhan terhadap akses masyarakat pada sarana sanitasi yang seluas-luasnya PDAM memiliki IPAL sakala kota berjumlah 3 instalasi Jalur instalasinya adalah dari jaringan menuju instalasi ke water treatment (utara, selatan, tengah) kemudian menuju ke rumah tangga selanjutnya ke jaringan lateral kemudian ke jaringan besar Sampai saat ini PDAM melayani sejumlah 8.157 SR yang terbagi pada wilayah pelayanan selatan dan utara Trif jasa pengelolaan limbah cair yang diberlakukan PDAM kota Surakarta saat ini adalah Rumah tangga I : Rp. 5.000, Rumah tangga II : Rp. 7.500, Komersial I : Rp. 20.000, Komersial II : Rp. 30.000, Niaga I : Rp. 50.000, Niaga II : Rp.100.000,Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM kota Surakarta adalah PDAM telah melakukan pengembangan jaringan peningkatan kapasitas pengelolaan IPAL dan penambahan SR air limbah, namun sampai saat ini pengelolaan air limbah masih harus mendapatkan subsidi dari pengelolaan air minum, karena pemasukan dari tarif pelanggan air limbah belum dapat menutupi biaya operasional, permasalah tersebut antara lain disebabkan oleh faktor : Kesadaran masyarakat untuk membayar rekening limbah cair masih rendah Sanksi bagi pelanggan yang menunggak membayar rekening limbah cair tidak ada Masyarakat masih menganggap permasalahan sambungan air limbah belum begitu penting Tarif yang dibebankan kepada pelanggan limbah cair dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan biaya operasional Langkah strategis yang harus dilakukan adalah antara lain sebagai berikut: Melakukan review terhadap keputusan Walikota Surakarta Nomor 5 tahun 2004 tanggal 7 Juni 2004 dan keputusan DPRD Kota Surakarta Nomor 10/DPRD/VI/2004 tanggal 7 Juni 2004 tentang Persetujuan Perubahan atas Keputusan Walikota Surakarta nomor 15 Tahun 2002 Tentang Penetapan Tarif Pengelolaan Limbah dan Golongan Pelanggan Limbah Miningkatkan jumlah SR air limbah baik rumah tangga maupun kawasan bisnis, karena jaringan air limbah sudah banyak yang dibangun di jalur utama kota Surakarta Menyambung SR air limbah pada pelanggan air minum, begitu juga sebaliknya, menyambung air minum pada pelanggan air limbah, untuk meningkatkan pendapatan dari rekening air limbah Menyiapkan sanksi bagi pelanggan air limbah yang menunggak, baik sanksi administrasi maupun denda Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, dalam bentuk pertemuan warga maupun media cetak dan elektronik.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
15
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
C. Kabupaten Serang Provinsi Bantenv 1. Letak Geografis Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan wilayah dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas permukaan laut. Sebagian besar dataran rendah memiliki ketinggian kurang dari 500 m, sementara dataran tinggi berupa rangkaian pegunungan yang terdapat di perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Secara geografis wilayah Kabupaten Serang berbatasan dengan: Sebelah Utara : Laut Jawa, Kota Cilegon dan Kota Serang Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda Letak geografis yang demikian merupakan keuntungan bagi Kabupaten Serang. Kabupaten Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70 Km dari Kota Jakarta, Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara. Wilayah administrasi Kabupaten Serang terdiri dai 28 kecamatan, dan keseluruhan terbagi menjadi 314 desa. Wilayah Kabupaten Serang beriklim tropis dengan curah hujan dan hari hujan banyak di sepanjang tahun 2011. Curah hujan dalam sebulan rata-rata 6 mm dan lama hujan 14 hari. Suhu berkisar antara 23,80C – 32,00C, dan kelembaban relative menurun dibanding tahun sebelumnya. Sekitar 73% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Serang digunakan untuk lahan di sektor pertanian. 2. Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2011 berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mencapai 1.423.696 jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak 724.332 jiwa dan 699.382 jiwa penduduk perempuan. 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kondisi masyarakat saat ini sangat rentan terhadap masalah kemiskinan. Gejolak soaial di bidang politik, buruknya keamanan, rusaknya distribusi barang dan jasa serta gejolak ekonomi makro bisa menjadi pemicu lonjakan angka kemiskinan. Di sisi lain buruknya akses pendidikan, kesehatan dan lingkungan bisa membuat mereka yang semula berada di atas garis kemiskinan terperosok ke dalam kategori penduduk miskin. Oleh karena itu upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan yang harus dilakukan secara lintas sektoral.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
16
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
4.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
2013
Air Bersih Tabel 1 Jumlah Pelanggan PDAM Serang Menurut Kecamatan dan Golongan Tarif di Kabupaten Serang Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Total
Sosial Khusus -
Sosial Umum 7 11 4 7 80 16 8 13 49 12 19 36 3 265
Rumah Tangga 445 405 204 502 4.092 194 932 16 1.681 2.917 1.569 673 13.630
Pelanggan Khusus 1.262 852 2.922 784 5.820
Niaga Kecil 1 1 1 23 452 16 19 20 9 9 11 562
Tabel 2 Jumlah Air yang disalurkan PDAM Serang (m3) menurut kecamatan dan Golongan Tarif di Kabupaten Serang No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir
Sosial Khusus -
Sosial Umum 2.945 5.195 558 -
Rumah Tangga 74.641 95.854 20.422 -
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pelanggan Khusus -
Niaga Kecil 299 211 267 17
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Total
-
1.464 22.643 5.864 727 3.660 32.317 3.013 4.372 11.945 392 95.095
63.490 1.199.212 16.111 100.052 275.115 232.420 481.116 262.960 48.424 2.869.817
291.036 195.626 553.278 212.753 1.252.693
2013
2.124 385.696 7.323 1.863 11.250 2.336 2.663 2.896 416.928
Pada tanggal 23 April 2013 tim peneliti melaksanakan survey instansional ke Bappeda Kota Serang, bertemu dengan Bapak Ramadhan (Kabid Sosial Budaya) melakukan diskusi, dengan hasil sebagai berikut: 1. Kota Serang memiliki 29 wilayah Kecamatan, dengan jumlah penduduk ±1,475 juta jiwa 2. Pada wilayah pantai memiliki kerentanan terhadap ketersediaanya air bersih, karena kualitas air yang ada tidak baik atau tidak layak konsumsi 3. Pada tahun 2008-2012 telah mendapatkan 62 titik program Pamsimas, untuk tahap kedua direncanakan akan mendapat 66 titik lagi untuk jangka waktu 5(lima) tahun kedepan yang direncanakan untuk wilayah yang belum mendapatkan program tersebut pada tahap sebelumnya 4. Pada MDGS awards bidang penyediaan air bersih dan sanitasi serta kesehatan ibu dan anak, kabupaten serang mendapat nominasi dalam penyediaan air bersih, namun tidak memenangkannya 5. Program sanitasi terkait kemitraan dengan pihak lain, bekerja sama dengan pihak swasta ada di dua lokasi, yaitu di Kecamatan Ciomas dan Padarincang. 6. Pada wilayah Kecamatan Kibin, Kragilan, Cikande tedapat industri padat karya yang menyebabkan daerah sekitar tersebut menjadi daerah yang cukup padat penduduk
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
18
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
Tim Peneliti juga melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang Kabaputen Serang, dengan hasil diskusi sebagai berikut: 1. Kesulitan air yang terjadi di wilayah Serang terutama untuk daerah Pantura tidak dapat diterapkan program Pamsimas karena ada beberapa syarat kualitas air yang tidak terpenuhi, padahal mereka sangat butuh air minum, karena air yang ada itu tidak layak konsumsi karena air sungai yang kualitasnya buruk, sebagian masyarakat yang mampu menggunakan air galon. 2. Di beberapa wilayah di Serang juga terdapat tradisi mandi, cuci, kakus di sungai, padahal kualitas airnya buruk, kebiasaan itu sudah turun temurun, padahal tingkat ekonominya cukup memadai, tingkat pendidikan juga cukup 3. Pada dasarnya kondisi secara umum Serang berkelimpahan air baku, tetapi tidak dapat mengolahnya menjadi air yang layak konsumsi sebagai air minum, tetapi terdapat perilaku masyarakat yang sangat susah dirubah yaitu selalu menggunakan air sungai untuk MCK sehingga kondisi air di sungai menjadi semakin kotor tetapi tetap saja menjadi tempat untuk MCK. 4. Program pemerintah selain Pamsimas juga ada Sanimas, sehingga pada beberapa lokasi sudah disediakan fasilitas MCK komunal, tetapi tetap saja perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kesehatan dan tetap melakukan aktifitas MCK di sungai 5. Untuk program SLBM yang mendapatkan adalah Kecamatan Cinangka, Waringin Ulung, Kramat waru, Padarincang yang menggunakan sumber air dari air tanah atau sumur bor 6. Untuk tahun lalu program Pamsimas yang mendapatkan adalah Kecamatan Ciomas, Pabuaran dan Cinari
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
19
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
Tim peneliti juga melakukan koordinasi dengan PDAM Kabaputen Serang, dengan hasil diskusi sebagai berikut: 1. PDAM kita masih 11% pelayanan, melayani 2 wilayah, yaitu Kota Serang dan Kabupaten Serang, sebagian besar di Kabupaten Serang 2. Sumber air baku berasal dari air permukaan yang dominan, yaitu dari sungai Ciujung, Cijuriang, Cibanten, Cikoneng dan sumber air dari sumur dalam di Ciomas 3. IPA tersebar sporadis di beberapa wilayah. 4. Kualitas air bervariasi, di Ciujung dan Cijuriang di hilir tidak bisa digunakan karena limbah industri, tetapi juga memenuhi standar kualitas yang ditentukan untuk melayani masyarakat 5. Pelayanan sebagian besar bisa dilayani untuk 24 Jam 60% pelanggan, tetapi ada rata-rata 22 Jam. 6. Pemeriksaan untuk jaringan berkala tidak dilakukan secara rutin, tetapi lebih pada kejadian bencana, apabila ada yang bermasalah baru kita periksa secara detail mengenai jaringan yang mungkin menyebabkan menurunnya kualitas air tersebut 7. Untuk wilayah yang sulit dijangkau jaringan PDAM yaitu wilayah kecamatan Kibin, sebenarnya sudah ada pihak swasta yang menyedia air, tetapi masih sangat kecil kapasitasnya bila untuk mencukupi wilayah tersebut. 8. Ketersediaan air baku di wilayah kecamatan Kibin sebenarnya ada dan kami juga berencana untuk melakukan ekspansi kesana, tetapi untuk wilayah seperti Mancak itu memang sulit untuk dicapai karena merupakan wilayah berbukit dan ketersediaan air bakunya sulit sekali, kami juga tidak sanggup untuk membuat instalasi di sana. 9. Untuk wilayah Mancak penduduknya prural, sedangkan untuk wilayah Kibin merupakan penduduk urban karena disana sudah terdapat daerah industri. 10. Pada wilayah Mancak untuk saat ini mengalami kesulitan air, karena memang kondisi wilayahnya berbukit, saat ini warga banyak yang menampung air hujan 11. Yang saat ini menjadi perhatian PDAM adalah yang berada pada daerah pantai utara yaitu daerah Pontang, Tirtayasa, Sarenang dan sekitarnya yang disana mengalami kesulitan air, tetapi kami masih sulit untuk melayani daerah tersebut. 12. Pertahun pertambahan sambungan baru ±3.000 sambungan, untuk IPA juga ada pertambahan dari anggaran APBD yang dialokasikan dari pemerintah 13. Target PDAM pada 2017 adalah melayani 25% dari wilayah pelayanan PDAM, jadi harus menambah ±75.000 sambungan mulai dari sekarang. 14. Pada daerah pesisir pantai harus extra dalam melakukan maintenance jaringan pipa kami, karena mengalami korosi terkena pengaruh intrusi air laut, terutama pada jaringan pipa yang terekspos langsung dan di bagian jembatan-jembatan yang langsung terkena air akan mengalami korosi lebih cepat 15. PDAM belum mengurusi sanitasi, untuk sementara fokus ke penyediaan air bersih, untuk urusan sanitasi diserahkan pada Dinas PU 16. Setiap IPA dijaga oleh operator yang bertugas 24 jam non stop secara bergantian 17. Untuk iuran pelanggan ada beberapa penggolongan beban tarif sesuai kategori pelanggan, yaitu rumah tangga, sosial umum, sosial khusus, niaga kecil, pelanggan khusus 18. Di daerah Pontang itu masyarakat masih menggunakan air pada jaringan irigasi yang tidak mengalir dengan kondisi hijau, berlumut, kotor dan tidak layak konsumsi.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
20
Peningkatan Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim
2013
19. Pada daerah pesisir pantai masih sedikit yang menggunakan jaringan air bersih dari PDAM, karena masih rendah dalam kesadaran terhadap hidup sehat, termasuk dalam hal budaya buang air besar yang tidak di WC tertutup, tetapi di sungai yang digunakan juga untuk mandi dan mencuci.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
21