PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP TEKANAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: SUTRISNI NIM : 107016301037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
KEMENTRIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 No. Revisi : 02 Hal
: 1/1
SURAT PERNYATAAN SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sutrisni
NIM
: 107016301037
Jurusan/Prodi
: Pendidikan IPA/ Pendidikan Fisika
Judul Skripsi
: Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Materi Tekanan
Dosen Pembimbing
: 1. Kinkin Suartini, M.Pd. 2. Ai Nurlaela, M.Si.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Muanaqasah.
Jakarta, Juni 2014
Sutrisni NIM. 107016301037
ABSTRAK
SUTRISNI, “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Tekanan” Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen kelas kontrol dan eksperimen purpossive sampel desain pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Parung Tahun Ajaran 2013/2014. Adapun yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-4, sebagai kelompok eksperimen yang diberi pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan siswa kelas VIII-3 yang diberi pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 22 butir soal. Pengujian normalitas menggunakan uji liliefors menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji homogenitas dengan menggunakan uji fisher menunjukan bahwa sampel bersifat homogen. Kemudian uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 5 % diperoleh nilai t hitung = 3,27. Nilai ttabel untuk dk = 66 pada taraf signifikansi 5 % adalah 1,70. Sedangkan kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak jika nilai thitung lebih besar dari ttabel. Karena hasil data diatas menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kata kunci: Pendekatan Konstruktivisme, Hasil Belajar, Tekanan.
ABSTRACT SUTRISNI , " Influence of Constructivist Approach to Student Results In Basic Materials Pressure " Thesis , Physical Education Studies Program , Department of Natural Sciences Education , Faculty of Tarbiyah and Teaching , Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta . This study aims to determine the effect of a constructivist approach to learning science student's results . The method used is the method of quasi-experimental and experimental control class purposive sample pretest - posttest design . This research was conducted at SMP Negeri 2 Parung Academic Year 2013/2014 . As for the study sample were students of class VIII - 3 , as the experimental group were given a constructivist approach to learning and class VIII - 4 were given conventional learning . The instrument used in this research is a multiple choice items were as much as 22 . Testing for normality using Liliefors test shows that the data are normally distributed . Homogeneity test using fisher test showed that the samples are homogeneous . Then test the research hypotheses using t-test with significance level α = 5 % was obtained tvalue = 3.27 . ttable value for df = 66 at the 5% significance level is 1.70 . While the test criteria is Ho is rejected if the t value is greater than ttable . Because the results of the above data shows that the tvalue is greater than ttable , it can be concluded that the constructivist approach affects student learning outcomes . Keywords : Constructivist Approaches and Learning Outcomes, Pressure.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, alhamdulillah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis ungkapkan semoga Allah sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengkutnya sampai akhir zaman. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu ( S-1 ). Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan meskipun belum sempurna. Oleh karena itu tiada ungkapan yang pantas ducapkan kecuali rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam 3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika. 4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. 5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan pemikiran dan waktunya sehingga tuntasnya skripsi ini. 6. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan. Amien. 7. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Parung beserta Staf dan seluruh dewan guru khususnya Bapak Septa Tri Puripana, S.P. sebagai
iv
guru bidang studi IPA Terpadu kelas VIII yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 8. Ayahanda tercinta Kateno dan Ibunda Paini (Alm) yang selalu mendo’akan dan memberikan nasehat serta bimbingan kepada anaknya untuk selalu mampu meneruskan perjuangan, harapan dan cita-cita. 9. Teman-teman seperjuanganku, jurusan pendidikan IPA Prodi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2007 yang sama-sama merasakan pahit manisnya masa-masa kuliah. 10. Teman-teman seperjuanganku Kakak dan adik-adik angkatan, jurusan pendidikan IPA Prodi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karen itu, penulis secara terbuka menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Walaupun demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Jakarta, Juli 2014 Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
i
ABSTRAK ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi masalah..........................................................................
4
C. Pembatasan masalah ........................................................................
4
D. Perumusan masalah .........................................................................
4
E. Tujuan penelitian ............................................................................. . 4 F. Manfaat penelitian ...........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
6
1. Konstruktivisme .........................................................................
6
2. Penguasaan Konsep .................................................................... 10 3. Hasil Belajar
......................................................................... 12
4. Jenis-jenis Belajar ....................................................................... 16 5. Prinsip-prinsip Belajar ................................................................ 18 6. Pembelajaran IPA ....................................................................... 21 7. Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 22 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....................... 29 9. Konsep Tekanan ........................................................................ 30
vi
10. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................ 34 B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 35 C. Hipotesis Penelitian......................................................................... 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 38 B. Metode Penelitian ............................................................................ 38 C. Desain Penelitian ............................................................................. 38 D. Variabel Penelitian .......................................................................... 39 E. Populasi dan Sampel ....................................................................... 39 F. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 39 G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39 H. Instrumen Penelitian ........................................................................ 40 I. Teknik Analisis Data ....................................................................... 45 J. Hipotesis Statistik ............................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................. 49 B. Hasil Uji Prasyarat ........................................................................ 55 C. Pembahasan hasil penelitian ......................................................... 57 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 64
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 38 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar pada Konsep Tekanan .............................. 40 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas ......................................................... 42 Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ..................................................... 43 Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran ................................................... 44 Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 45 Tabel 3.7 Hasil Uji Statistika ............................................................................... 45 Tabel 4.1 Pemusatan dan Penyebaran Data pada Pretest Kedua Kelompok ..... 50 Tabel 4.2 Kategorisasi Pretest Kedua Kelompok ............................................... 51 Tabel 4.3 Pemusatan dan Penyebaran Data pada Posttest Kedua Kelompok .... 52 Tabel 4.4 Kategorisasi Posttest Kedua Kelompok .............................................. 53 Tabel 4.5 Data Hasil Observasi ........................................................................... 53 Tabel 4.6 Data Hasil Wawancara ........................................................................ 55 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 55 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................ 56 Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 56
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi ............................................ 26 Gambar 2.2 Sepatu Bola ..................................................................................... 30 Gambar 2.3 Prinsip Hukum Pascal ..................................................................... 31 Gambar 2.4 Bejana Berhubungan ....................................................................... 32 Gambar 2.5 Percobaan Torricelli ........................................................................ 33 Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest kedua Kelompok ......................................... 49 Gambar 4.2 Diagram Hasil Posttest Kedua Kelompok .................................... ..51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ............ 64
Lampiran 2
Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ................... 75
Lampiran 3
Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................... 82
Lampiran 4
Instrumen sebelum Dikalibrasi .................................................... 94
Lampiran 5
Lembar Kunci Jawaban ............................................................... 100
Lampiran 6
Instrumen Penelitian Sesudah Dikalibrasi .................................. 101
Lampiran 7
Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ........................................... 105
Lampiran 8
Tabel Validitas Uji Instrumen ..................................................... 106
Lampiran 9
Tabel Reliabilitas Instrumen ........................................................ 107
Lampiran 10 Tabel Daya Pembeda ................................................................... 108 Lampiran 11 Tabel Taraf Kesukaran Instrumen ............................................... 109 Lampiran 12 Tabel Rekapitulasi Kalibrasi Instrumen ...................................... 110 Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ............................................. 111 Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen....................................... 112 Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas ................................................................ 113 Lampiran 16 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 114 Lampiran 17 Daftar Tabel Rujukan .................................................................. 115 Lampiran 18 Surat Bimbingan .......................................................................... 124 Lampiran 19 Surat Penelitian ............................................................................ 125 Lampiran 20 Surat Keterangan ......................................................................... 126 Lampiran 21 Biodata Penulis ............................................................................ 127
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu yang membutuhkan kemampuan kognitif lebih dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang berbasis sosial. Ia membutuhkan kemampuan berhitung yang cermat dan teliti agar setiap fakta dapat dijelaskan dengan runtun. Tanpa kemampuan itu, tidaklah mudah mempelajari ilmu ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memberikan kebebasan kepada siswa mencari dan menemukan dengan bahasa sendiri melalui sumber-sumber lain yang relevan. Peran guru tak lebih sebagai fasilitator, mediator, dan menuntun keaktifan siswa dalam belajar. Inilah tujuan dari teori belajar konstruktivisme yang menekankan akan arti pentingnya bahwa pengetahuan itu merupakan bentukan (konstruksi) kita sendiri, bukan paksaan dari luar.1 Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sertamerta jadi. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Konstruktivisme sendiri merupakan suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan
1
Trianto, S.Pd., M.Pd. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Presrasi Pustaka Publisher, 2007) Cet. Ke 1 hal. 13
1
2
bantuan
fasilitasi
orang
lain.
Dalam
model
pendekatan
pembelajaran
konstruktivisme, penekanan utama tentang belajar dan mengajar lebih terfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, dan bukan pada kebenaran siswa dalam hal sekedar meniru atas apa yang disampaikan guru. Sebagai konsekuensinya, siswa hendaknya dipandang sebagai bagian yang aktif dan bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya. Belajar dipandang sebagai perubahan pola pikir siswa dari pola pikir yang salah menjadi pola pikir yang ilmiah. Karakteristik
pembelajaran
konstruktivisme
diantaranya
adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas, dimana prinsip utamanya bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh individu. Gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran tidak dapat dikomunikasikan maknanya melalui kata-kata atau kalimat, atau diberikan langsung kepada siswa, melainkan mereka sendiri yang membentuk makna tersebut. Konsep pembelajaran konstruktivisme sendiri sebenarnya sudah berjalan lama, akan tetapi dalam perkembangannya, konsep ini menemui berbagai kendala. Faktor utamanya adalah terbatasnya waktu belajar dan sumber daya manusianya, dalam hal ini guru dan siswa. Sehingga wajar ketika sekolah jarang menerapkan pendekatan konstruktivisme ini dalam kegiatan belajar mengajarnya. Tak bisa dipungkiri bahwa terbatasnya waktu belajar dalam praktek pembelajaran membuat pendekatan konstruktivisme kurang maksimal diterapkan. Begitupun dengan keanekaragaman kemampuan awal siswa dalam memahami setiap materi pelajaran. Siswa yang memiliki banyak pengalaman yang bermacam-macam akan sangat berbeda dengan siswa yang sedikit pengalaman dan waktunya dihabiskan hanya di dalam rumah. Kedua faktor tersebut, waktu belajar dan SDM yang berbeda-beda, menjadi penghambat utama dalam penerapan pembelajaran konstruktivisme. Namun demikian, usaha untuk menerapkan pendekatan tersebut bukan tidak mungkin, selama guru bisa memanfaatkan waktu yang ada ditambah dengan kemampuan manajemen
3
mengorganisir
siswa
dengan
baik,
maka
pendekatan
pembelajaran
konstruktivisme ini akan berjalan dengan sempurna. Di sisi lain, mengajar merupakan proses negosiasi makna. Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran, pada saat munculnya salah persepsi, guru menyajikan materi yang merangsang pola pikir siswa. Rangsangan pembelajaran
yang disajikan guru tersebut, diharapkan dapat
menyadarkan siswa akan kekeliruan pengetahuannya, dan pada akhirnya mereka merekonstruksi pengetahuannya menuju konsep yang ilmiah. Setiap pengajar harus menyadari dulu seperti apa pengetahuan awal dan pengalaman yang sudah ada di dalam kepala siswa, dan kemudian dia harus menyesuaikan pelajaran dan cara mengajarnya dengan pengetahuan awal tersebut. Hal ini perlu diberikan penekanan karena pembelajaran fisika adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Dengan kondisi tersebut, penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat menimbulkan suasana belajar yang lebih bermakna. Pendekatan konstruktivisme akan diterapkan pada konsep tekanan. Konsep ini merupakan salah satu bagian penting karena bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan nyata dan sering ditemui dalam kegiatan seharai-hari, baik yang disadari maupun yang tidak disadari siswa. Sementara itu, tingkat kesulitan untuk memahmi konsep ini cukup tinggi. Tidak mengherankan jika hasil belajar siswa pada konsep ini masih rendah. Melalui pembelajaran konstruktivisme dengan berbagai macam percobaan sederhana, siswa dapat menemukan sendiri aplikasi tekanan pada benda padat, cair, dan gas dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep tekanan ini terkandung indikator dan pengalaman belajar yang sama yaitu mengedepankan kerja ilmiah, yang kemudian dari bekerja ilmiah ini terjadi proses pembentukan konsep yang kuat pada ingatan siswa dan hasil belajarnya pun diharapkan dapat lebih baik. Pembentukan konsep ini di mulai dengan terlibatnya siswa dalam seluruh proses kegiatan belajar, berarti siswa jadi
4
lebih menguasai materi pelajaran dan siswapun akan mendapat pengalaman berharga saat berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud melakukan studi penelitian lebih lanjut apakah terdapat Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Tekanan.
B. Identifikasi Masalah Melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah berikut: 1. Hasil belajar fisika siswa pada konsep tekanan masih rendah. 2. Siswa kurang diajak untuk membangun sendiri pengalamannya dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Pembelajaran berbasis konstruktivisme masih jarang digunakan sekolahsekolah.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini menjadi jelas dan terarah, maka masalah dibatasi hanya pada pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa konsep Tekanan pada aspek kognitif saja. Ranah kognitif yang dilnilai berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi mulai dari tingkat mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4) pada pokok materi tekanan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada konsep tekanan?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada pokok materi tekanan.
5
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa diharapkan dapat membangun konsep yang kuat pada diri siswa tentang materi Tekanan sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar mereka. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dan bukti otentik tentang efektifitas pembelajaran konstruktivisme, sehingga dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang diterapkan di kelas. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Konstruktivisme a.
Gagasan Dasar Konstruktivisme Salah satu penganut teori konstutivisme adalah Von Glaserveld, dia
berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.1 Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Dengan demikian, pengetahuan bukanlah tentang dunia yang lepas dari pengamatan tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya. Sesorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan meraskannya. Dari sentuhan indrawi itu seseorang membangun gambaran dunianya. Misalnya, dengan mengamati air, bermain dengan air, mencecap air, dan menimbang air, seseorang membangun gambaran pengetahuan tentang air. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan bukanlah hal tertentu dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu. Misalnya saja, pengetahuan kita akan “kucing” tidak sekali jadi, tetapi merupakan proses untuk semakin tahu 1
Paul Suparno, Filsafa Konstrukivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997),
hal. 18
6
7
tentang kucing. Pada kita waktu kecil, dengan melihat kucing, menjamah, dan bergaul, pikiran kita membangun pengertian akan “kucing” terbatas pada apa yang kita lihat. Dalam perjalanan selanjutnya, kita bertemu dengan jenis kucing-kucing lain dengan segala macam bentuk dan sifatnya. Interaksi dengan macam-macam kucing ini menjadikan pengetahuan kita akan kucing lebih lengkap dan rinci daripada gambaran waktu kita kecil. b. Asal Usul Konstruktivisme Cikal bakal konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambatissta Vico (1710), seorang epistemolog dari Italia.2 Menurut Vico, Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “ mengetahui bagaimana membuat sesuatu.” Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico, hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya. Sementara itu, orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya. Bagi Vico, pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Cukup lama gagasan Vico tidak diketahui orang dan seakan dipendam. Piaget menuliskan gagasan konstruktivisme dalam teori tentang perkembangan kognitif dan juga dalam epistemologi genetiknya. Piaget mengungkapkan teori adaptasi kognitifnya, yaitu bahwa pengetahuan kita dipeoleh dari adaptasi struktur kognitif kita terhadap lingkungannya, seperti suatu organisme harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melanjutkan kehidupan. Gagasan Piaget ini lebih cepat tersebar, melebihi gagasan Vico. c. Teori-teori yang Mendasari Pandangan Konstruktivisme Beberapa teori yang mendasari perkembangan tentang pembelajara pendekatan konstruktivisme, antara lain3:
2
3
Ibid. h. 24 Ibid. h.30.
8
1) Teori Piaget Berdasarkan penelitiannya tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan. Piaget sampai pada kesimpulannya bahwa pengetahuan itu dibangun dalam
pikiran
anak
(yang
belajar)
sambil
anak
mengatur
pengalamanpengalamannya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau skema yang sudah ada padanya. Dengan kata lain anak-anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya. 2) Teori David Ausubel Menurut Ausubel faktor penting yang mempengaruhi belajar siswa adalah apa yang telah diketahui siswa atau konsep awal siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa agar terjadi pembelajaran yang bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitifnya. 3) Teori Harlen Seorang memiliki pengetahuan pribadi yang merupakan pemahaman sendiri tentang keadaan di sekitar. Pengetahuan ini dapat bersifat ilmiah yaitu dapat tahan uji terhadap kenyataan dan sebagian bersifat sehari-hari. Di samping itu, ada pula pengetahuan umum yang dimiliki masyarakat. Pengetahuan ini pun dapat bersifat ilmiah dan sebagian bersifat sehari-hari. 4) Teori Vigotsky Menurut Vigotsky, pada saat anak memasuki ruang kelas, anak telah membawa konsep awal yang diperoleh dari kehidupannya sehari-hari. Gagasan atau konsep awal tersebut perlu disadari oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran agar proses pembelajaran bukanlah sekedar pemindahan gagasan guru kepada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan-gagasan yang ada melalui pengalaman dikelas. Dasar pemikiran konstruktivisme ialah bahwa pengajaran efektif menghendaki guru agar mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang menjadi subjek pengajaran atau bagaimana anak mengenai topik yang akan dibahas sebelum pelajaran tentang topik itu dimulai.
9
d. Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Belajar adalah proses mengkontruksi
pengetahuan dari
abstraksi
pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan, berpengaruh terhadap hasil belajar. Kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Secara umum pendekatan konstruktivisme adalah “Constructivism sees learning as a dynamic and social process in which learners actively construct meaning from their experiences in connection with their prior understandings and the social setting”4 Jadi konstruktivisme adalah pembelajaran sebagai proses dinamis dan sosial di mana peserta didik secara aktif membangun makna dari pengalaman sendiri untuk menghubungkan terhadap pemahaman yang telah ada. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pada pendekatan konstruktivisme siswa sendiri yang secara aktif membangun pengetahuannya. Hal tersebut dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Di dalam pembelajaran konstruktivisme guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan mediator proses pembelajaran. Penekanan dalam belajar mengajar berfokus pada suksesnya siswa dalam memahami atas apa yang dilakukan. Secara lebih rinci dapat dikemukakan dalam kegiatan belajar mengajar yang
mengacu pada
pendekatan konstruktivisme,
seorang
guru
harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Mengakui adanya konsepsi awal siswa yang dimiliki siswa melalui pengalamannya. 2) Menekankan pada kemampuan minds on dan hands on. 3) Mengakui bahwa dalam proses belajar mengajar terjadi perubahan konseptual. 4) Mengetahui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif. 4
Winnie Wing- Mui-So, Constructivist teaching in science, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 3, Issue 1, Article 1(June, 2002).
10
Implikasi pembelajaran pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran sains meliputi empat tahap, dimana langkah-langkah yang dilakukan adalah :5 1) Apersepsi Pada tahap ini siswa didorong agar mampu mengemukakan tahap awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang ditemui dalam kehidupan sehari-sehari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberikan kesempatan untuk mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu. 2) Eksplorasi Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep
melalui
pengumpulan,
pengorganisasian,
dan
penginterpretasian data dalam suatu kegiatan diskusi. Hasil temuan itu kemudian secara kelompok didiskusikan kembali dengan kelompok lain secara keseluruhan. Tahap ini siswa akan menemui rasa ingin tahu tentang fenomena alam disekitar. 3) Diskusi dan Penjelasan Kelompok Tahap ketiga ini, siswa diberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka dengan demikian siswa akan membangun pemahamannya yang sedang dipelajarinya. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. 4) Pengembangan dan Aplikasi Pada tahap ini, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.
2. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep bukan hanya satu penguasaan latihan saja, melainkan mengerti dan memahami setiap detail masalah. Seseorang yang telah belajar akan 5
Dwi Lasati, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran Theorema Phytagoras di Kelas 8 SMP. Jurnal Inovatif Volume 3. No. 1. September 2007, h. 47.
11
terjadi perubahan nyata pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa yang belajar adalah siswa yang melakukan aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi sosial dan mengakibatkan perubahan perilaku. Siswa yang belajar berarti siswa yang secara tersurat telah berubah perilakunya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Siswa yang belajar tampak dari pancaran mata optimis, yang menyatakan
kepahaman atas materi yang
disampaikan dan reaksi bahasa tubuh yang menampakkan kebisaannya. Siswa yang telah disebut belajar, seperti penjelasan di atas, merupakan cerminan dari penguasaan konsep pada materi yang baru disampaikan. Namun, untuk menilai kepahaman materi atau penguasaan konsep siswa tidak dapat hanya dilakukan sepintas. Penguasaan konsep yang dimaksud merupakan long term memory yang dituangkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan untuk beberapa waktu ke depan. Pertanyaan untuk memeriksa keterkuasaan konsep yang diberikan, diwujudkan dengan pemberian posttest, yaitu tes kecil di akhir pembelajaran. Pemberian tes si awal atau di akhir pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Namun dinyatakan pula bahwa pemberian tes tersebut harus menjadi kebiasaan yang membudaya, artinya pemberian tes tersebut tidak diberikan dalam waktu tertentu saja, namun terus menerus disampaikan pada saat pembelajaran. Dalam penelitian ini, saya mendefinisikan siswa yang telah menguasai konsep fisika adalah siswa yang berhasil menyelesaikan masalah yang saya sajikan dalam posttest. Siswa yang berhasil menyelesaikan masalah di posttest saya anggap telah memahami materi yang saya berikan dalam pembelajaran. Namun, kendala mengenai permasalahan tersebut masih tetap ada. Kejujuran siswa dan sistem kerja kelompok sangat mempengaruhi hasil yang diberikan. Jika hal ini yang terjadi, maka kriteria penguasaan konsep yang saya berikan menjadi tidak maksimal. Indikator penguasaan konsep siswa juga saya tentukan dari hasil tugas yang diberikan berupa tugas membuat atau menjawab pertanyaan. Asumsi saya yaitu siswa yang berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan, maka ingatan
12
jangka panjangnya bagus sedangkan ingatan jangka panjang yang baik artinya konsep yang diterima telah masuk kedalam ranah psikologis siswa. Akibatnya adalah kapanpun siswa ditanya mengenai konsep yang telah diberikan, diyakini bahwa siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan konsep.
3. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Pendidikan adalah sebuah aktivitas dimana kita semua merasakan bahwa kita mengetahui tentang sesuatu, memiliki pengalaman praktis tersendiri.6 Dengan demikian belajar sudah menjadi aktivitas rutin manusia, baik disadari ataupun tidak. Oleh karena itu, hidup manusia tidak akan bisa terlepas dari proses ini. Seseorang yang merasa tak perlu belajar sebetulnya pada saat yang sama ia sedang belajar arti dari sebuah kemalasan yang mungkin akan ia sadari setelah memperolah akibat dari kemalasan itu. Cepat atau lambat. Namun apakah semua aktivitas manusia dapat dikategorikan belajar? Dalam arti luas mungkin ya, tapi yang dimaksud disini belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.7 Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksud diantaranya sebagai berikut: a) perubahan terjadi secara sadar b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif d) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah e) perubahan mencakup seluruh aspek dan tingkah laku Dengan ciri-ciri diatas, terlihat jelas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia menuju arah kesempurnaan dan bersifat permanen. 6
Steve Bartlett and Diana Burton, Introduction to Education Studies, Second Edition (London: SAGE Publication Ltd., 2007), hal. 11 7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet. Ke 3 hal. 2
13
Sedangkan menurut M. Alisuf Sabri dalam buku psikologi pendidikannya, menyimpulkan tentang beberapa definisi belajar, yaitu: 8 a) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat penglaman atau latihan. b) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada. c) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik atau perilaku yang buruk. d) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar,
membaca,
mengikuti
petunjuk,
mengamati,
memikirkan,
menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar. e) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol/ minuman keras. f) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/ tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya. g) Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik/positif, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif. Teori belajar dikelompokkan menjadi dua pandangan yaitu teori Connectionisme dan Teori Conditioning.9 Teori Coonectionisme dikemukakan oleh Thordike sedangkan dalam Teori Conditioning terdapat tiga macam pendapat, yakni Teori Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan Teori Conditioning dari Guthrie.
8
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2007) cet. Ke 3, hal. 54 9 M. Alisuf Sabri,op.cit, hal. 64
14
Thordike menyatakan bahwa belajar adalah penguatan hubungan stimulus respon.10 Untuk memperkuat hubungan ini dia mengemukakan beberapa hukum atau ketentuan; yaitu: 1) Law of effect Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan perasaan senang atau puas. Karena itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau membesarkan hati anak lebih baik dalam mengajar daripada menghukum atau mencelanya. 2) Law of exercise Hubungan stimulus-respon akan bertambah kuat apabila sering diadakan latihan-latihan. 3) Law of multiple response Dalam menghadapi situasi yang problematis dimana belum jelas diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil yang baik. 4) Law of assimilation Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap situasi yang baru dengan menyesuaikan atau menganalogikannya dengan apa yang sudah dialami/diketahui. 5) Law of readness Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung oleh adanya kesiapan untuk bertindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap. Pavlov dan Watson11 berpendapat bahwa belajar itu merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau reaksi-reaksi bersayarat yang terjadi melalui stimulus pengganti yang dibiasakan menyertai stimulus yang sebenarnya. Menurut Watson, manusia sejak lahir memiliki beberapa reflek dan reaksi-reaksi emosional seperti
10 11
Ibid, hal. 64 M. Alisuf Sabri, op. cit, hal. 67Ibid, hal. 67
15
takut, marah, dan cinta. Semua tingkah laku manusia itu terbentuk oleh hubungan stimulus respon melalui pengkondisian. Skinner12 sedikit berbeda dengan Pavlov dan Watson, menurutnya bahwa penguatan stimulus-respon dapat dilakukan melalui penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berkaitan dengan pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi dan penguatan negatif berkaitan dengan hukuman bagi siswa yang bersalah. Karena dengan cara itulah siswa terangsang sikapnya untuk mau belajar dengan tekun. Sementara Edward R. Guthrie13 yang merupakan salah seorang tokoh yang mengembangkan teori Watson berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/rentetan unit tingkah laku yang terus menerus. Dari pendapat-pendapat dan teori yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa kesamaan mengenai definisi belajar, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hakekat belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya sebagai hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar sangatlah penting adanya interaksi pembelajar dengan lingkungannya. Dalam hal ini siswa diajak untuk berfikir dan mengeksplorasi segala kemampuannya sesuai dengan tingkatan daya pikir mereka. Kemampuan yang berbeda antar satu siswa dengan siswa lainnya justru dapat dimanfaatkan untuk saling melengkapi dengan cara berdiskusi, bekerja sama, bertukan pikiran dan informasi. Inilah yang dimaksud dengan pengertian belajar di atas dalam konteks proses belajar mengajar di sekolah.
12 13
Ibid, hal. 68 Ibid, hal. 69
16
4. Jenis-Jenis Belajar Menurut Slameto, jenis-jenis belajar dikategorikan dalam sepuluh macam, yakni:14 a. Belajar bagian (part learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajarai sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global. b. Belajar dengan wawasan (learning by insight) Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasi pola-pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan. d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) Di sini bahan pelajaran dipelajarai secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering disebut metode Gestalt. e. Belajar insidental (incidental learning) Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada inidividu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila 14
Slameto, Op.cit hal.5
17
tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. f. Belajar instrumental (instrumental learning) Pada
belajar
instrumental,
reaksi-reaksi
seseorang
siswa
yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Disini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki dan diberi hukuman jika tidak sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu. g. Belajar intensional (intentional learning) Belajar dalah arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar laten (laten learning) Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khusunya mengenai peranan faktor penguat (reinforcment) dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan faktor atu kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental. i. Belajar mental (mental learning) Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Ada yang mengartika belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakangerakan orang lain dan lain-lain.
18
j. Belajar produktif (productive learning) R. Bergius (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum.15 Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. k. Belajar verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesain persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.
5. Prinsip-Prinsip Belajar Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dimyati dan Mudjiono menyebutkan tujuh prinsipo belajar, yakni:16 a. Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan maka akan dapat membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan 15
Slameto, op.cit hal. 8 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) cet. Ke 4, hal. 41 16
19
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilainilai yang berlaku dalam masyarakat. b. Keaktifan Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada oang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut teori kognitif,
17
belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. c. Keterlibatan langsung/Berpengalaman Edgar Dale dalam penggolongan yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.18 Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan
kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan ketrampilan.
17 18
Dimyati, Mudjiono, Op.cit hal. 44 Ibid, hal. 45
20
d. Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya.19 Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menganggap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. e. Tantangan Dalam situasi belajar siswa jmenghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan, yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. f. Balikan dan penguatan Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner20 tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenyangkan. Atau dengan kata lain, penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. g. Perbedaan individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
19 20
Ibid, hal. 47 Ibid, hal. 48
21
6. Pembelajaran IPA a. Pengertian IPA IPA merupakan suatu cabang disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan alam dan memiliki hubungan yang kuat dengan kehidupan manusia. Dalam kajian keilmuannya, IPA melandasi pada empat tahap atau proses yakni perumusan masalah, observasi dan eksperimen, menafsirkan data, dan pengujian intrepetasi dari data tersebut.21 Oleh karena itu, hampir setiap fenomena alam yang sering dijumpai sehari-hari selalu berkaitan dengan IPA. Penggunaanya dalam berbagai bidang kehidupan pun tak lepas dari IPA, mulai dari masalah pertahanan negara, dunia kesehatan, telekomunikasi, pertanian, masalah kebutuhan energi, sampai pada masalah bahan-bahan kimia.22 Hal ini yang dapat membangkitkan minat sebagian manusia untuk mempelajari fenomena tersebut yang pada akhirnya dapat bermuara pada suatu penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian IPA merupakan kumpulan pengetahuanh yang didapat melalui proses yang ilmiah dan metode tertentu dan berlaku secara universal. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa ilmu alam atau sains akan terus berkembang dari masa ke masa. Pengetahuan tersebut tidak akan berhenti selama manusia tetap ada. b. Pengertian pendidikan Kata pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education. Sedang kata Education sendiri diambil dari satu atau dua suku kata Latin, yakni educere yang artinya „to lead out‟ atau to train‟ dan educare yang artinya „to train‟ atau „to nourish‟.23 Sedangkan menurut rumusan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.24
21
Konrad B. Krauskopf and Athur Beiser, The Physical Universe, New York: McGrawHill Compenies, Inc. 2006. hal. 2 22 Theodore A. Ashford, The Physical Sciences: From Atom to Stars, Second Edition. New York: Holt, Rineheart and Winston, Inc. 1967. hal. 2 – 3 23 Christopher Winch and John Gingell, Philosopy of Education: The Key Concepts, (New York: Routledge Taylor & Francis Group, 2008) cet. Ke 2, hal. 63 24 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2005) cet ke 5 hal. 2
22
c. Pendidikan IPA SMP Pendidikan IPA di SMP merupakan pendidikan tingkat dasar dan lanjutan dari Sekolah Dasar. Namun pendidikan IPA pada tingkat SMP seringkali hanya disampaikan secara hafalan. Padahal semestinya siswa diajak aktif untuk ikut berpikir tentang materi yang diberikan juga aplikasi dan cara kerjanya dalam kehidupan sehari-hari. Jika diberikan dengan cara-cara yang menarik dan penuh kesungguhan siswa akan merasa dilibatkan. Dengan demikian bukan tidak mungkin pada diri siswa akan tumbuh minat dan semangat belajar yang tinggi dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan baik. Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihafal namun diterapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas, nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
7. Pengertian Hasil Belajar Sebagai akibat dari perlakuan tentu ada hasil yang didapat. Demikian halnya dengan belajar. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika
23
memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Slameto mengemukakan sebuah pendapat bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor intern dan ekstern.25 Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sejalan dengan itu, Yudhi Munadi menggunkan istilah faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.26 Faktor intenal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan instrumental. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, membantu dalam proses dan hasil belajar. Demikian juga keadaan psikologis yang berkaitan dengan kondisi jiwa seperti intelejensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi dan sebagainya juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap proses dan hasil belajar. Yudhi menambahkan, faktor lingkungan seperti keadaan alam dan lingkungan sosial dimana peserta didik berada juga faktor instumental yang meliputi kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Proses Pembelajaran mengndung dua unsur penting yaitu proses dan hasil belajar.27 Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil Belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimana tingkat keberhasilan siswa ditandai selalu dengan skor, angka, kata atau huruf. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi,
25
Slameto, op. cit., hal. 54 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008) cet. Ke 1, hal. 24 27 Wahidin Qohar, Teori Hasil Belajar,Tersedia di http://cpgm.webnode.com tanggal 27 Des 2012 jam 10:14 26
24
maka hasilnya
dapat difungsikan dan
ditujukan untuk diagnosis dan
pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan. Sebagai salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka evaluasi belajar memiliki tujuan yang berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah-ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar secara umum di klasifikasikan menjadi tiga, yakni : a. Ranah Kognitif Bloom28 membagi tingkat pengetahuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan (knowledge), pemahaman atau komprehensi (comprehension), penerapan aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tipe belajar pengatahuan hafalan ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta siswa untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah
tanpa
harus
mengerti,
atau
dapat
menilai,
atau
dapat
mengunakannya. Dalam hal ini siswa biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja. Sedangkan pemahaman atau komprehensi menuntut siswa untuk mampu memhami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Kemampuan kognitif yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan. Dalam tinkat ini, siswa dituntut kemampuannya untuk menerapakan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstaksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Sedangkan analisis sebagai kemampuan tingkat kognitif yang keempat menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur
pembentuknya. Pada tingkat analisis, siswa diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memiliah-milahnya menjadi bagian-bagian. Hal ini dapat berupa 28
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 13, h. 43
25
kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya. Tipe hasil belajar yang kelima adalah tingkat kemampuan sintesis. Yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.29 Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi, seseorang akan hanya melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif ini merupakan salah satu hasil yang dicapai dalam pendidikan. Tipe hasil belajar yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan ini, siswa diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan pengetahuan siswa sendiri. Dewasa ini untuk ranah kognitif biasanya digunakan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Revisi taksonomi Bloom pertama kali dikemukakan oleh Lorin Anderson (salah satu murid Bloom) sekitar tahun 1990-an. Secara garis besar revisi tersebut menakup hal-hal sebagai berikut: 1) Nama keenam aspek kognitif diubah dari kata benda ke kata kerja dengan pertimbangan taksonomi kognitif merefleksikan bentuk lain dari berfikir, dan berfikir adalah proses aktif, untuk itu kata kerja adalah yang paling akurat. 2) Nama sub kategori pengetahuan (knowledge) diganti dengan istilah sub kategori mengingat (remembering), mengingat pengetahuan merupakan produk berfikir, sehingga tidak tepat jika digunakan untuk memahami kategori berfikir. 3) Sejalan dengan perubahan istilah di atas, istilah sintetis (synthesis) diubah menjadi mengkreasi (creating) agar dapat merefleksikan sebaik-baiknya secara alamiah digambarkan dengan keenam-enamnya dari masing-masing kategori.
29
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 13, h. 46
26
4) Beberapa sub kategori dilakukan pengorganisasian yang baru sebagaimana ditunjukkan diagram di bawah ini: aspek pertama, kedua, dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima, dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. o o o o o o
Evaluation Synthesis Analysis Application Comprehension Konwledge
o o o o o o
Creating Evaluating Analysing Applying Understanding Remembering
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi Penjelasan mengenai keenam aspek Taksonomi Bloom yang telah direvisi adalah sebagai berikut, pertama adalah aspek mengingat. Aspek ini merupakan aspek yang paling rendah dalam urutan hirarki piramidal ranah kognitif. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Jadi, aspek mengingat (recalling) secara cepat informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah: menyebutkan, menunjukan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisi, memilih, dan mengatakan. Kedua adalah aspek memahami yang meliputi juga aspek pengetahuan. Pada aspek ini, siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keahrusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Contoh kata kerja operasional yang digunakan adalah mengklasifikasikan, mengutip, mengubah, menguraikan, membahas, memperkirakan, menjelaskan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menggambarkan, menyatakan kembali, merangkum, menelusuri, mengerti. Ketiga adalah aspek menerapkan, yang meliputi aspek memahami dan mngingat. Dalam jenjang kemampuan ini, siswa dituntut kesanggupannya untuk menerapkan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan
27
lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi menerapkan tapi ingatan semata-mata. Keempat adalah aspek menganalisis, yang meliputi aspek menerapkan, memahami, dang mengingat. Pada aspek ini, siswa dituntut untuk dapat menguraikan informasi ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya, memeriksa informasi tersebut untuk mengembangkan kesimpulan dengan mengidentifikasi motif atau penyebabnya, dan menemukan bukti untuk mendukung suatu generalisasi. Kelima adalah aspek menciptakan yang meliputi aspek menganalisis, menerapkan, memahami, dan mengingat. Pada jenjang ini, seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Menciptakan mengacu pada kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama untuk membentuk satu kesatuan yang baru. Ini mungkin melibatkan produksi komunikasi yang unik, rencana operasi, atau satu set hubungan abstrak. Keenam adalah aspek mengevaluasi, yang meliputi aspek menciptakan, menganalisis,
menerapkan,
memahami,
dan
mengingat.
Dalam
jenjang
kemampuan ini, seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsepberdasarkan kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kriteria tertentu. Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menilai-nilai bahan untuk tujuan tertentu. Penilaian harus didasarkan pada kriteria tertentu. Kata kerja operasional untuk merumuskan indikatornya adalah menafsirkan, menduga, mempertimbangkan, mengevaluasi, menentukan, membandingkan, membakukan, membenarkan, mengkritik, dan sebaginya. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ada beberapa jenis
28
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat yang kompleks.30 1) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima ransangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lainlain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup kecepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. c. Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni: 31 1) gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar); 2) ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan
perseptual,
termasuk
di
dalamnya
membedakan
visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain; 4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;
30
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belaja Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 11, hal. 30 31 Ibid, hal. 30
29
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks; 6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Wasty Soemanto 32 dalam bukunya Psikologi Pendidikan merumuskan tiga golongan utama yang mempengaruhi hasil belajar, yakni: a. Faktor-faktor stimulasi belajar b. Panjangnya bahan pelajaran c. Kesulitan bahan pelajaran d. Berartinya bahan pelajaran e. Berat-ringannya tugas f. Faktor-faktor metode belajar g. Faktor-faktor metode belajar Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar siswa. Semakin menarik apa yang disampaikan guru semakin berminat siswa dalam belajar. Dengan demikian, hasil belajar pun dapat tercapai dengan baik. Faktor-faktor metode belajar menyangkut, Kegiatan berlatih atau praktek, Overlearning dan Drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif, dan faktorfaktor individual. Faktor-faktor tersebut meliputi; kematangan, usia, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kesehatan jasmani dan rohani, dan motivasi.
32
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) cet. Ke – 5, hal. 113
30
Dengan demikian hasil belajar erat kaitannya dengan proses belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Semakin kondusif proses belajar maka akan semakin meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran.
9. Konsep Tekanan a. Tekanan Pada Zat Padat Tekanan pada suatu zat padat dapat dinyatakan sebagai gaya per satuan luas penampang. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan sebagai berikut.: P
F A
……………………… (2.1)
Keterangan: P : tekanan (Pascal atau N/m2) F : gaya tekan (N) A : luas permukaan (m2)
Berdasarkan persamaan 2.1 di atas, besar tekanan pada zat padat dipengaruhi oleh luas penampang zat padat tersebut. Prinsip tekanan pada zat padat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada sepatu sepak bola. Perhatikan gambar 2.2 di samping! Sol sepatu sepak bola dibuat tidak rata (berupa tonjolan-tonjolan) Gambar 2.2 Sep atu Bola
untuk memperbesar gaya tekan terhadap tanah.
Semakin besar gaya tekan yang kita berikan pada tanah, membuat kita semakin kokoh berdiri dan berlari dengan lebih cepat, bahkan saat hujan.
31
b. Tekanan Pada Zat Cair Berikut ini akan kita pelajari hal-hal yang berkaitan dengan tekanan pada zat cair. 1) Tekanan Hidrostatis Besarnya tekanan hidrostatis zat cair dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kedalaman, massa jenis zat cair, dan percepatan gravitasi. Persamaan tekanan hidrostatis dapat dirumuskan sebagai berikut. ……………………… (2.2)
Ph = p.g.h dengan: Ph
= tekanan hidrostatis zat cair (N/m2)
p
= massa jenis (kg/m3)
g
= percepatan gravitasi (m/s2)
h
= kedalaman dari permukaan (m) Besarnya tekanan hidrostatis tidak dipengaruhi oleh bentuk wadah zat cair.
Hal ini dinyatakan dalam hukum utama tekanan hidrostatis yang berbunyi: “Tekanan hidrostatis di setiap titik pada bidang datar di dalam zat cair sejenis yang berada dalam kesetimbangan adalah sama.” Alat yang biasa digunakan untuk mengamati tekanan hidrostatis disebut hartl. 2) Hukum Pascal Pascal
menyatakan
bahwa:
“Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dan sama besar.”
dengan
Pernyataan
Pascal
dikenal
hukum
Pascal.
Secara
matematis, hukum Pascal dinyatakan
Gambar 2.3 Hukum Pascal meny atakan bahwa tekanan zat cair p ada ruang tertutup diteruskan ke
sebagai berikut.
segala arah sama besar
32
F1 F 2 A1 A2
……………………… (2.3)
dengan: F1 = gaya pada penampang A1 (N)
A1 = luas penampang 1 (m2)
F2 = gaya pada penampang A2 (N)
A2 = luas penampang 2 (m2)
3) Hukum Bejana Berhubungan Hukum bejana berhubungan berbunyi: ”Bila
bejana-bejana
berhubungan
diisi
dengan zat cair yang sama dan berada dalam h1
A
1
2 B
h2
keadaan setimbang maka permukaan zat cair dalam bejanabejana terletak pada sebuah bidang datar.” Perhatikan
Gambar 2.4 Bejana berhubunga n diisi dengan dua massa jenis y ang beda
gambar
2.4.
Tekanan
hidrostatis pada titik A akan sama dengan tekanan hidrostatis pada titik B sehingga
diperoleh persamaan: P1 P2
1.g.h1 2 .g.h2
……………………… (2.4)
dengan: P1 = tekanan zat cair 1 (Nnr2)
P2 = tekanan zat cair 2 (Nnr2)
ρ1 = massa jenis zat cair 1 (kgnr3)
ρ2 = massa jenis zat cair 2 (kgnr3)
h1= tinggi permukaan zat cair 1(m)
h2 = tinggi permukaan zat cair 2 (m)
4) Hukum Archimedes Hukum Archimedes hanya berlaku pada zat yang dinamakan fluida. zat yang termasuk dalam fluida adalah zat cair dan gas. “Benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya itu sebanding dengan berat zat cair yang dipindahkan..”
33
Gaya ke atas yang dialami benda ketika berada di air disebut gaya Archimedes. Adapun besar gaya Archimedes dirumuskan sebagai berikut. Fa = . g . V
……………………… (2.5)
Keterangan:
: massa jenis zat cair yang didesak benda (kg/m 3) g : percepatan gravitasi (10 m/s2) V : volume zat cair yang didesak benda (m3) Dengan menggunakan konsep gaya Archimedes, kedudukan suatu benda dalam zat alir dibedakan menjadi 3, yaitu mengapung (Fa>w), melayang (Fa = w), dan tenggelam (Fa < w). c. Tekanan pada Zat Gas 1) Mengukur Tekanan Udara Berdasarkan
percobaan
Torricelli
ditemukan bahwa: 76 cmHg = 1 atmosfer = 100.000 Pascal. Angka 76
cm tersebut
diperoleh jika percobaan dilakukan di tepi pantai dan bukan di pegunungan.
Gambar 2.5 Percobaan Torricelli
2) Tekanan Udara dan Ketinggian Tempat Menurut penelitian para ahli, setiap kenaikan 10 m dari permukaan laut tekanan udara rata-rata turun 1 mmHg. Penurunan ini hanya berlaku sampai ketinggian 1.000 m. Dengan demikian, karena 76 cmHg senilai dengan 760 mmHg maka ketinggian suatu tempat dapat dinyatakan dengan persamaan: h = (760 – x) . 10 Keterangan: h: ketinggian suatu tempat (m) x: tekanan tempat tersebut (mmHg)
……………………… (2.6)
34
10. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian pengaruh model pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar
telah banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang sudah
dilakukan: a. Sri Putri Pujiarsih33
dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran
Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Materi Pokok Kalor”, menyebutkan bahwa : setelah data dianalisis dengan ujit pada taraf signifikan 5% di dapat thitung lebih besar dari ttabel, yakni 2,25 > 1,99, maka Ho ditolak dan Ha diterima disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan konstruktivisme Piaget terhadap penguasaan konsep fisika siswa. b. Halimah34 dengan judul “Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme terhadap hasil Belajar Siswa menunjukan hasil belajar yang signifikan. Ketika data dianalisis dengan uji-t pada taraf signifikan 5% di dapat thitung lebih besar dari ttabel, yakni 6,06 > 1,66, maka Ho ditolak dan Ha diterima. c. Devi Susilawati35. Menurut Devi, rata-rata nilai hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran konstruktivisme lebih tinggi dibanding siswa yang diberi pembelajaran konvensional. d. Rr. Tri Sumi Hapsari36 dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA” menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam bulan November 2010 ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar ranah kognitif, psikomotor dan ranah afektif. Simpulan yang diperoleh bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDK 6 BPK Penabur Bandung
33
Sri Putri Pujiarsih, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Matri Pokok Kalor. (Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2011) 34 Halimah, Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2013) 35 Devi Susilawati, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa,(Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2013) 36 Hapsari, Tri Sumi Rr., Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Jurnal Pendidikan Penabur – No. 16/Tahun ke-10/Juni 2011
35
e. Tri Wahyu R.N dkk37 dalam jurnal yang berjudul “Studi Perbandingan antara Teori Konstruktivime dan Konsep E-Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” menemukan bahwa rata-rata hasil belajar yang menggunakan teroti konstruktivisme lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran e-learning. f. Afolabi Folashade38 dalam jurnal “Constructivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in Nigerian Secondary Schools” menemukan bahwa hasil belajar fisika siswa naik signifikan dibanding siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dari penelitian yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasi belajar siswa. B. Kerangka Berpikir Pelajaran fisika sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan fisika merupakan ilmu murni yang membahas gejala-gejala alam yang terjadi di dunia ini. Maka dari itu meningkatkan mutu pelajaran fisika sangatlah penting. Ini dilakukan guna mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu khususnya dalam bidang sains fisika. Dalam hal ini perhatian khusus harus diarahkan pemerintah guna meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas dalam pembelajaran fisika, namun pada kenyataannya sampai saat ini mutu pelajaran fisika masih rendah dibanding mata pelajaran lainnya terutama di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pencapaian kualitas sumber daya manusia khususnya dalam bidang fisika akan terlihat melalui mutu hasil belajar fisika yang diperoleh siswa. Dengan melihat hasil belajar fisika siswa akan didapatkan solusi yang tepat yang harus digunakan pada peningkatan mutu pembelajaran fisika. Dari hasil belajar fisika 37
Wahyu, Tri R.N. dkk, StudiPerbandingan antara Teori Konstruktivisme dan Konsep ELearning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jurnal Procceding PESAT Gunadarma, Vol.2 ISSN: 1858-2559 38 Folashade, Afolabi, Construktivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in Nigerian Scondary Schools, Journal Department Of Teacher Education. Faculty of Education University of Ibadan, Oyo State, Nigeria. 2009.
36
itupun dapat terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu pembelajaran fisika di sekolah. Berdasarkan fakta di lapangan, diperoleh gambaran bahwa dalam pembelajaran fisika yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa salah satu yang dapat mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar fisika masih dominannya model pembelajaran konvensional (ceramah), hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton dan kurang bermakna karena siswa hanya mengahafal tanpa memahami benar isi dari pembelajaran fisika. Masih dominannya penerapan pengajaran konvensional dalam pembelajaran fisika kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri struktur kognitifnya. Proses pembelajaran yang kurang maksimal akan menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Masalah ini timbul dikarenakan beberapa faktor secara umum diantaranya yaitu faktor guru dan faktor siswa. Karena kedua faktor tersebut saling berkesinambungan dalam kegiatan pembelajaran khususnya fisika. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran fisika yang baik, perlu digunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen yang memfokuskan pelajaran pada siswa. Pendekatan ini memberikan ruang untuk para siswa mengungkapkan pemikiran yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran fisika. Bentuk pembelajaran ini mengutamakan pengetahuan siswa sebelum pembelajaran dimulai, hal tersebut akan membuat siswa lebih percaya diri dalam memulai belajar. Dengan menggunakan pendekatan ini, pengetahuan yang diperoleh siswa sebagian besar didasarkan pada hasil usaha sendiri atas keterampilan yang dimiliki sehingga siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk menggali pengetahuan yang dimilikinya. Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan
dilakukan oleh
konstruktivisme
agar
peneliti adalah siswa
lebih
dengan
memahami
konsep fisika khususnya pokok bahasan Tekanan. Pendekatan konstruktivisme memfokuskan secara eksklusif pada proses dimana siswa secara individual aktif mengkonstruksi realitas fisika mereka sendiri.
37
C. Hipotesis Penelitian Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel X (pendekatan konstruktivisme) dengan variabel Y (hasil belajar siswa pada materi pokok tekanan), maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok materi tekanan. Ha: Terdapat pengaruh pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dalam meningkatkanhasil belajar siswa pada pokok materi tekanan Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konstruktivisme. Adapun untuk kebenarannya, maka akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang bersangkutan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Parung Bogor. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 tepatnya di mulai pada tanggal 27 Januari sampai dengan 21 Februari 2014. .
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (quasi-exsperiment reseach). Eksperimen ini biasa juga disebut sebagi eksperimen semu. Dianggap demikian karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel-variabel penelitian.1
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Pre-post Test Control Group Design yang dapat digambarkan sebagai berikut:2 Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok E C Keterangan: E
: Kelas Eksperimen
C
: Kelas Kontrol
Pretest T1 T1
Perlakuan Oe Oc
Posttest T2 T2
T1 : Tes awal yang sama pada dua kelompok sebelum perlakuan (pretest) T2 : Tes awal yang sama pada dua kelompok sesudah perlakuan (posttest) Oe
: Perlakuan dengan pembelajaran berbasis konstruktivisme
Oc
: Perlakuan dengan pembelajaran konvensional 1
Nuraida Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Reseach Publishing, 2009), h. 141 2 Ibid, h. 141
38
39
D. Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Sebagai variabel bebas yaitu pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada pokok materi tekanan.
E. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Parung tahun ajaran 2013/2014. Adapun sampelnya adalah siswa kelas VIII.4 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII.3 sebagai kelompok kontrol
F. Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kelas yang sudah ditentukan sesui dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti dapat memperoleh hasil penelitian sesuai dengan prosedur yang telah dipilih dalam desain penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data atau suatu metode pengumpulan data. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum perlakuan. Sedangkan posttest adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan dalam perlakuan telah dikuasai oleh peserta didik. Posttest juga dapat dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan.
40
H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dan mengajui hipotesis penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemberian tes. Pemberian tes diadakan pada awal dan akhir pembelajaran berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sebelum dan setelah pembelajaran diajarkan. Adapun kisikisi dalam pembuatan instrumen tes yaitu untuk mengukur tingkat kemampuan pada ranah kognitif, yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4). Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Dasar
Konsep/ Sub Konsep
Indikator Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Tekanan
Nomor Soal dan Aspek Kognitif C1 C2 C3 C4
1
2 3
5 6
4 7 8
8
Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari
9
10 11 12
13 15
14 16
8
Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes dan penerapannya
17 19 20 21
18 22 23
24
-
8
41
dalam kehidupan sehari-hari Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan Jumlah
25 27
26 28 29
30 31
32
8
33 34 35 36
40
39
37 38
8
12
12
8
8
40
*cetak bold merupakan item instrumen yang valid
Sebelum instrumen tes diberikan pada responden, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa lain di luar kelas penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitasnya adalah yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus korelasi product moment, karena butir soal yang digunakan berbentuk diskontum (soal obyektif) yaitu:3
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007), cet. Ke 12. h. 146
42
rxy
xy x y 2
2
Keterangan: rxy x y X Y
= koefisien korelasi product moment =X- X =Y- Y = skor rata-rata dari X = skor rata-rata dari Y
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka dilakukan perbandingan perhitungan rxy dan rtabel. Nilai rtabel yang digunakan yaitu 0,404. Jika hasil perhitungan rxy > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika hasil perhitungan rxy < rtabel maka butir soal dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas tes instrumen dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Statistik Jumlah Soal Jumlah Siswa Nilai rtabel Nomor Soal Valid Jumlah Soal Valid
40 25 0,404 1, 2, 3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 32, 33, 34, 35, 40 22
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) atau tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Perhitungan koefisien reliabilitas tes hasil belajar menggunakan metode KR-20 yaitu:4
4
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 163
43
2i k r11 1 2 k 1 i
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
k
= banyaknya butir soal yang valid
= jumlah varians butir 2 i
i2
= varians total Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11), digunakan patokan sebagai berikut: 1) Apabila (r11) sama dengan atau lebih besar dari 0,70 berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. 2) Apabila (r11) lebih kecil dari 0,70 berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Statistik Niliai rtabel Niliai rhitung Kesimpulan
0,70 0,97 Reliabel
3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukut tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut.5
5
Nana Sudjana, op. cit., hal. 135-136
44
I=
B N
Keterangan: I
= Indeks Kesukaran
B
= Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
N
= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran: IK
: 0,70 - 1,00 = Mudah 0,30 - 0,70 = Sedang 0,00 - 0,30 = Sukar Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen test dapat dilihat pada tabel
3.5 di bawah ini: Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Kategori Soal Sukar Sedang Mudah Jumlah
Jumlah Soal 3 30 7 40
Persentase (%) 7,5 75 17,5 100
4. Uji Daya Pembeda Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Cara yang biasa digunakan untuk mengetahui daya pembeda adalah dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley.6 Rumusnya adalah: DP = SR ST
Keterangan: DP
= Daya Pembeda
SR
= Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok kurang pandai
ST
= Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok pandai 6
Ibid, h.141
45
Hasil perhitungan daya pembeda instrumen test dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini: Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Test Jumlah Butir Soal 25 15
Keterangan Diterima Ditolak
5. Hasil Uji Statistika Hasil uji statistik ini meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas instrumen test. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dibawah ini: Tabel 3.7 Hasil Uji Statistik Statistik Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
Validitas
Kategori Mudah Sedang Sukar Total Diterima Ditolak Total Valid Tidak Valid Total
Reliabilitas
Jumlah Item 3 30 70 40 25 15 40 22 18 40 0,97
Persentase (%) 7,5 75 17,5 100 62,5 37,5 100 55 45 100
I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dalam beberapa tahap. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, diperlukan untuk melakukan beberapa uji prasyarat statistik untuk nmenentukan rumus statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis tersebut.
46
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji liliefors,7 dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Hipotesis : Ho : Data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal b) Urutkan data sampel dari yang kecil ke besar c) Tentukan nilai Z dari masing-masing data dengan rumus : Z
XX S
d) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan disebut dengan F(Z) yang mempunyai rumus F(Z) = 0,5 nilai Z tabel. e) Tentukan nilai S(Z) dengan menghitung frekuensi kumulatif masing-masing data yang dibagi dengan jumlah responden. f) Hitung selisih F(Z) – S(Z) kemudian tentukan harga mutlaknya. g) Ambil nilai Lhitung yang paling besar kemudian bandingkan dengan nilai Ltabel dari tabel liliefors. Kriteria pengujian : Terima Ho jika Lhitung < Ltabel
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan uji fisher.8 F
S1
2
S2
2
Keterangan : F = Homogenitas
S1 = Varians terbesar
S2 = Varians terkecil
Kriteria pengujian : Terima Ho jika Fhitung < Ftabel. Ho = Data sampel berasal dari populasi homogen. Ha = Data sampel berasal dari populasi tidak homogen. 7 8
Sudjana, Metoda statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466 Ibid, h.249
47
3. Uji Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar Fisika siswa dari dua kelas yang diteliti, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik t-test dengan taraf signifikasi = 0,05. Rumus t-test yang digunakan ada dua macam tergantung kriteria normalitas dan homogenitas. 1) Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka rumus t-test yang digunakan adalah :9 x1 x 2 s 21 s 22 n 1 n 2
t
-
Kriteria pengujian : Terima Ho jika :
w1 t1 w 2 t 2 w t w2 t2 < t hitung < 1 1 w1 w 2 w1 w 2 s 21 s2 ; w 2 2 ; t 1 t 11 / 2 , n 11; t 2 t 11 / 2 , n2 1 n1 n2
Dengan : w1
Berdasarkan perhitungan pada uji prasyarat, yakni uji normalitas dan homogenitas, ternyata didapat bahwa data sampel berdistribusi normal dan homogen.10 Dengan demikian rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah: t
X1 X 2 1 1 S n1 n 2
Derajat kebebasannya = n1 + n2 - 2
Dengan : Sgab =
n1 1S 12 n2 1S 22 n1 n2 2
Kriteria pengujian : Terima Ho jika t hitung < ttabel
9 10
Ibid, h.241 Lampiran
48
J. Hipotesis Statistik Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0 : I II Ha : I II Keterangan : Ho = Hipotesis nol (Hipotesis statistik) Ha = Hipotesis alternatif
x = Rata-rata skor hasil balajar fisika siswa yang diberi pembelajaran pendekatan konstruktivisme
y = Rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran konvensional
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data yang didapat dari penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa tes hasil belajar sedangkan data kualitatif berupa observasi dan wawancara. 1. Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan analisis hasil pretest pada kelompok kontrol (kelas VIII.3) dan kelompok eksperimen (kelas VIII.4), diperoleh data yang disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini:
14 12 10 Kelas Kontrol
8
Kelas Eksperimen
6 4 2 0 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 Gambar 4.1 Gambar Diagram Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.1 di atas menunjukan statistik perolehan nilai pretest siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, diketahui bahwa siswa yang perolehan nilainya berada pada interval 30 – 39 adalah sebanyak 4 siswa, interval 40 – 49 sebanyak 14 siswa, interval 50 – 59 sebanyak 3 siswa, interval
49
50
60 – 69 sebanyak 10 siswa, dan interval 70 – 79 sebanyak 3 siswa. Sedangkan pada kelas eksperimen , diketahui bahwa siswa yang perolehan nilainya berada pada interval 30 – 39 sebanyak 0 siswa,
interval 40 – 49 sebanyak 9 siswa,
interval 50 – 59 sebanyak 13 siswa, interval 60 – 69 sebanyak 7 siswa, dan interval 70 – 79 sebanyak 5 siswa. Adapun untuk pemusatan dan penyebaran data pada kedua kelompok tersebut ditujukan pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Pemusatan dan penyebaran data pada kedua kelompok Statistik N (jumlah siswa) Nilai minimum Nilai maksimum Rentang Nilai rata-rata Median Standar deviasi
Kelas Kontrol 34 35,00 75,00 40,00 51,03 45,00 12,65
Kelas Eksperimen 34 40,00 75,00 35,00 55,59 55,00 10,13
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai pretest kelas kontrol memiliki rentang nilai sebesar 40,00 dengan nilai minimum 30 dan nilai maksimum 75,00. Rata-rata sebesar 51,03 dengan standar deviasi sebesar 12,65. Sebanyak 44,12% memperoleh nilai di atas rata-rata dan 55,88% di bawah ratarata. Adapun hasil pretest kelas eksperimen memiliki rentang nilai sebesar 35,00 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 75,00. Rata-rata sebesar 55,59 dengan standar deviasi sebesar 10,13. Sebanyak 35,29% memperoleh nilai di atas rata-rata dan 64,71% di bawah rata-rata. Terlihat bahwa standar deviasi pretest kelas kontrol lebih besar dari pada pretest kelas eksperimen. Hal ini berarti data pada pretest kelas kontrol lebih beragam atau kurang seragam dibandingkan data pada pretest kelas eksperimen pada materi Tekanan. Median menunjukkan data banyak terkumpul. Nilai pretest kelas kontrol memiliki median 45,00 dan nilai pretest kelas eksperimen memiliki median 55,00. Hal ini berarti pretest kelas kontrol memusat di sekitar angka 45,00, sedangkan pada pretest kelas eksperimen memusat di sekitar angka 55,00.
51
Adapun kategorisasi nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Kategorisasi Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Nilai Pretest Kelas Kontrol Kategori Keterangan Jumlah Nilai Siswa 80 – 100 Sangat Baik 0 70 – 79 Baik 3 60 – 69 Cukup 10 40 – 59 Kurang 21 Jumlah 34
Nilai Pretest Kelas Eksperimen Kategori Keterangan Jumlah Nilai Siswa 80 – 100 Sangat Baik 0 70 – 79 Baik 5 60 – 69 Cukup 7 40 – 59 Kurang 22 Jumlah 34
2. Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan analisis hasil posttest pada kelompok kontrol (kelas VIII.3) dan kelompok eksperimen (kelas VIII.4), diperoleh data yang disajikan pada Gambar 4.2 berikut: 12
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
10 8 6 4 2 0 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89
90 - 99
Gambar 4.2 Diagram Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 di atas menunjukan statistik perolehan nilai posttest siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, diketahui bahwa siswa yang perolehan nilainya berada pada interval 40 – 49 adalah sebanyak 2 siswa, interval 50 – 59 sebanyak 11 siswa, interval 60 – 69 sebanyak 6 siswa, interval 70 – 79 sebanyak 7 siswa, interval 80 – 89 sebanyak 7 siswa, dan interval
52
90 – 99 sebanyak 1 siswa. Sedangkan pada kelas eksperimen , diketahui bahwa siswa yang perolehan nilainya berada pada interval 40 – 49 adalah sebanyak 0 siswa, interval 50 – 59 sebanyak 0 siswa, interval 60 – 69 sebanyak 11 siswa, interval 70 – 79 sebanyak 10 siswa, interval 80 – 89 sebanyak 10 siswa, dan interval 90 – 99 sebanyak 3 siswa. Adapun untuk pemusatan dan penyebaran data pada kedua kelompok tersebut ditujukan pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Statistik Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik N (jumlah siswa) Nilai minimum Nilai maksimum Rentang Nilai rata-rata Median Standar deviasi
Kelas Kontrol 34 45,00 90,00 45,00 64,26 70,00 14,80
Kelas Eksperimen 34 60,00 95,00 35,00 73,68 75,00 8,00
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai posttest kelas kontrol memiliki rentang nilai sebesar 45,00 dengan nilai minimum 45 dan nilai maksimum 90,00. Rata-rata sebesar 64,26 dengan standar deviasi sebesar 14,80. Sebanyak 50,00% memperoleh nilai di atas rata-rata dan 50,00% di bawah ratarata. Adapun hasil postest kelas eksperimen memiliki rentang nilai sebesar 35,00 dengan nilai minimum 60 dan nilai maksimum 95,00. Rata-rata sebesar 73,68 dengan standar deviasi sebesar 8,00. Sebanyak 56,00% memperoleh nilai di atas rata-rata dan 44,00% di bawah rata-rata. Terlihat bahwa standar deviasi posttest kelas kontrol lebih besar dari pada posttest kelas eksperimen. Hal ini berarti data pada kelas kontrol lebih beragam atau kurang seragam dibandingkan data pada kelas eksperimen pada materi Tekanan. Median menunjukkan data banyak terkumpul. Nilai kelas kontrol memiliki median 70,00 dan nilai kelas eksperimen memiliki median 75,00. Hal ini berarti posttest kelas kontrol memusat di sekitar angka 70,00, sedangkan pada posttest kelas eksperimen memusat di sekitar angka 75,00.
53
Adapun kategorisasi nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Kategorisasi Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Nilai Postest Kelas Kontrol Kategori Keterangan Jumlah Nilai Siswa 80 – 100 Sangat Baik 8 70 – 79 Baik 7 60 – 69 Cukup 6 40 – 59 Kurang 13 Jumlah 34
Nilai Postest Kelas Eksperimen Kategori Nilai Keterangan Jumlah Siswa 80 – 100 Sangat Baik 13 70 – 79 Baik 10 60 – 69 Cukup 11 40 – 59 Kurang 0 Jumlah 34
3. Data Hasil Observasi Data hasil observasi ini didapat dari tiga kali pertemuan pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Peneliti mengamati setiap kelompok siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mulai dari pertemuan pertama sampai ketiga. Agar data observasi mudah dibaca dan dipahami, peneliti membuat dua kategori, yaitu jika siswa yang berpartisipasi aktif lebih dari 25 siswa maka dikategorikan sebanyak > 50%, dan jika siswa yang berpartisipasi aktif kurang dari 9 siswa maka dikategorikan sebanyak <50%. Untuk lebih jelasnya, data hasil observasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Data Hasil Observasi No 1
Aspek yang diamati Pertemuan Pertama Memperhatikan penjelasan guru Keaktifan dalam menyebutkan alat-alat praktikum yang ditunjukan guru Mengamati macam-macam tekanan zat padat dalam kehidupan sehari-hari Keaktifan dalam berdiskusi Kemampuan dalam memperagakan praktikum tekanan zat padat Kemampuan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok Keaktifan dalam bertanya dan menjawab
Hasil Observasi <50% >50% √ √ √ √ √ √ √
54
Hasil Observasi <50% >50%
No
Aspek yang diamati
2
Pertemuan ke 2 Memperhatikan penjelasan guru Keaktifan dalam menyebutkan alat-alat praktikum yang ditunjukan guru Mengamati macam-macam tekanan zat cair dalam kehidupan sehari-hari Keaktifan dalam berdiskusi Kemampuan dalam memperagakan praktikum tekanan zat cair Kemampuan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok Keaktifan dalam bertanya dan menjawab Pertemuan ke 3 Memperhatikan penjelasan guru Keaktifan dalam menyebutkan alat-alat praktikum yang ditunjukan guru Mengamati macam-macam tekanan gas pada kehidupan sehari-hari Keaktifan dalam berdiskusi Kemampuan dalam memperagakan praktikum tekanan gas Kemampuan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok Keaktifan dalam bertanya dan menjawab
3
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas terlihat jelas antusiasme belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Pada pertemuan pertama, sebagian siswa masih malu-malu dalam mengikuti pembelajaran, namun setelah
peneliti berhasil
meyakinkan
siswa
bahwa belajar
fisika
itu
menyenangkan, siswa mulai antusias belajar bahkan sampai pertemuan ke 3 berlangsung.
4. Data Hasil Wawancara Data hasil wawancara diperoleh dengan mewawancarai sampel acak terhadap 5 siswa. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran 3 kali pertemuan selesai dilaksanakan. Berikut data hasil wawancara yang disajikan dalam bentuk Tabel 4.6 di bawah ini.
55
Tabel 4.6 Data Hasil Wawancara No
Pertanyaan
1 2
Apakah kamu senang belajar fisika? Apakah kamu senang jika pembelajaran fisika dilakukan dengan cara berdiskusi? Apakah materi yang disajikan lebih mudah dipahami dengan baik? Bagaimana perasaanmu saat mendemonstrasikan materi melalui praktikum? Seberapa puas dengan cara pembelajaran diskusi yang telah dilakukan Apakah kamu sekarang dapat menjawab soal-soal fisika dengan lebih mudah? Apa tanggapan kamu terhadap cara belajar yang telah selesai dilakukan? Apa harapan kamu terhadap cara belajar fisika selanjutnya?
3 4
5 6 7 8
Kesimpulan Jawaban Siswa Ya Ya, karena bisa saling berbagi informasi Ya, materi pelajaran dapat lebih mudah dipahami Lebih banyak mendapat pengetahuan yang awalnya tidak terpikirkan Sangat memuaskan Ya Agar terus dipertahankan Agar tidak ada jarak lagi antara guru dan murid dalam hal belajar. Siswa tetap menghormati guru tetapi bukan berarti siswa tidak boleh menyampaikan pendapat.
B. Hasil Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata semua data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas
Taraf Signifikan
Ltabel
Lhitung
Keputusan
Eksperimen Konvensional
5%
0,886
0,221 0,121
Data normal Data normal
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa pada kelompok kelas eksperimen, yaitu kelas yang ajar dengan pendekatan konstruktivisme diperoleh nilai Lhitung sebesar 0,221 sedangkan nilai Ltabel = 0,886. Karena Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima.
56
Untuk kelas kontrol, yaitu kelas yang diajar dengan cara konvensional, diperoleh nilai Lhitung sebesar 0,121 sedangkan nilai Ltabel = 0,886. Karena Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima. Dengan demikian data hasil penelitian berdistribusi normal, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas konvensional. 2. Uji Homogenitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel siswa berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji fisher dengan taraf signifikan α= 5%. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Konvensional
α = 0,05 5%
SD2 64,00 219,00
Ftabel
Fhitung
Keputusan
1,84
0,292
Data homogen
Berdasarkan Tabel 4.8 didapat Fhitung = 0,292 sedangkan Ftabel = 1,84 pada taraf signifikan α= 0,05 untuk dk penyebut 33 dan dk pembilang 33. Karena Fhitung
Taraf Signifikan
ttabel
thitung
Keputusan
Eksperimen Konvensional
5%
1,70
3,24
Ho Ditolak
Dari hasil pengujian diperoleh nilai thitung sebesar -3,24 untuk negatif dan 3,24 untuk positif. Nilai ttabel untuk dk = 66 pada taraf signifikan 5% adalah 1,70. sedangkan kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak jika nilai thitung>ttabel untuk harga positif atau Ho ditolak jika nilai thitung
ttabel untuk harga positif, maka
57
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Fisika materi Tekanan dengan pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil belajar Fisika siswa pada pokok materi Tekanan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada skor postest yang naik 9,27 poin dari rata-rata awal pada skor pretest. Berdasarkan skor pretest pada kelas eksperimen didapat skor rata-rata sebesar 64,41. Rata-rata tersebut masih sedikit di atas KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 60,00. Dari nilai rata-rata tersebut, sebanyak 13 siswa memiliki nilai dibawah KKM yang masuk kategori nilai kurang, 6 siswa bernilai cukup, 7 siswa bernilai baik, dan 8 siswa bernilai sangat baik. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45,00 sedangkan nilai tertingginya adalah 90,00. Nilai yang rendah pada saat pretest dianggap wajar, karena siswa belum mendapatkan pembelajaran berbasis konstruktivisme pada konsep Tekanan. Pada skor postest rata-rata nilai siswa berada di angka 73,68. Hal ini menujukan telah terjadi peningkatan kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Siswa 100% melampaui target KKM yang telah ditetapkan pihak sekolah. Dari nilai rata-rata tersebut, 11 siswa bernilai cukup, 10 siswa bernilai baik, dan 13 siswa bernilai sangat baik. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60,00 sedangkan nilai tertingginya adalah 95,00. Kemampuan kognitif siswa jika dilihat dari kemampuan siswa menjawab soal C1 sampai dengan C4 juga mengalami kenaikan signifikan. Kemampuan kognitif tingkat C1 naik 25%, C2, naik 43%, C3 naik 55%, dan C4 naik 50%. Jika dibuat rata-rata keberhasilan kenaikan C1 sampai dengan C4 adalah diperoleh sebesar 33,07%. Keberhasilan siswa dalam mencapai nilai yang diharapkan, membuat bangga semua pihak. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran, guru menyajikan materi pembelajaran melalui media alat-alat praktikum secara riil yang dapat dilihat, dipegang dan dipraktekkan oleh siswa. Selain itu, guru juga
58
menguhubungkan materi pembelajaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa yang sebelumnya tidak mereka sadari bahwa aktivitas mereka berkaitan erat dengan ilmu fisika. Ketika proses pembelajaran, siswa mendemonstrasikan langsung alat-alat praktikum tekanan yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka terlihat antusias dengan terus mengulang-ulang praktikum sampai berhasil. Forum diskusi antar kelompok untuk memaparkan hasil „penemuan‟ kelompoknya membantu siswa semakin memahami konsep yang mereka pelajari. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Pannen Paulina bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada peserta didiknya. Peserta didik sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun atau sebelumya. 1 Van Glaserveld2 menjelaskan bagaimana pengaruh konstruktivisme terhadap belajar dalam kelompok. Menurut dia, dalam kelompok belajar siswa harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dibuatnya dengan persoalan itu. Selanjutnya, ini akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk secara aktif membuat abstaksi. Usaha menjelaskan sesuatu kepada teman-teman dalam kelompok justru membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan bahkan melihat inkonsistensi pandangan mereka sendiri. Berdasarkan hasil uji-t antara hasil nilai pretest dan postest diperoleh thitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Putri Pujiarsih3
dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran
Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Materi
1
Paulina Pannen, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), hal. 3 2 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hal. 63 3 Sri Putri Pujiarsih, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Matri Pokok Kalor. (Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2011)
59
Pokok Kalor”, menyebutkan bahwa setelah data dianalisis dengan uji-t pada taraf signifikan 5% di dapat thitung lebih besar dari ttabel, yakni 2,25 > 1,99, maka Ho ditolak dan Ha diterima disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan konstruktivisme Piaget terhadap penguasaan konsep fisika siswa. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Rr. Tri Sumi Hapsari4 dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA” menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam bulan November 2010 ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar ranah kognitif, psikomotor dan ranah afektif. Simpulan yang diperoleh bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDK 6 BPK Penabur Bandung Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas, dapat disimpukan bahwa pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstruktivisme memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi Tekanan.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, ada beberapa hal yang peneliti temukan di lapangan mengenai keterbatasan penelitian. Diantaranya adalah: 1. Peneliti tidak bisa mengontrol setiap siswa karena keterbatasan waktu, yang bisa dilakukan adalah mengontrol setiap kerja kelompok siswa dalam melakukan eksperimen. 2. Pendekatan kosntruktivisme membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan waktu. Peneliti tidak bisa dengan bebas menerapkan pendekatan ini dikarenakan harus berganti dengan jam pelajaran yang lain. Hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya pendekatan konstruktivisme ini diterapkan.
4
Hapsari, Tri Sumi Rr., Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Jurnal Pendidikan Penabur – No. 16/Tahun ke-10/Juni 2011
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa terhadap pelajaran fisika pada konsep tekanan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 73,68. Dari nilai tersebut dapat dikategorikan bahwa hasil belajar siswa dengan dengan pendekatan konstruktivisme masuk kriteria baik. 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa terhadap pelajaran fisika pada konsep tekanan pada kelas kontrol yaitu sebesar 64,28. Dari nilai tersebut dapat dikategorikan bahwa hasil belajar siswa dengan cara konvensional termasuk kriteria cukup. Dari hasil perhitungan hasil belajar dengan menggunakan rumus t-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung sebesar -3,24 dan ttabel sebesar 1,70 pada taraf signifkansi = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Fisika materi Tekanan dengan pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme dapat menjadi alternatif bagi guru untuk meninngkatkan hasil belajar fisika siswa. 2. Metode pembelajaran konstruktivisme hendaknya lebih dikembangkan lagi terutama untuk mata pelajaran IPA pada konsep Tekanan. 3. Dengan adanya berbagai keterbatasan, maka apa yang dihasilkan dalam penelitian ini bukanlah hasil akhir. Adanya keterbatasan dan kelemahan pada penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakan penelitian lebih lanjut pada semua mata pelajaran dengan materi yang berbeda pada setiap jenjang pendidikan dan pada setiap sekolah.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007). Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 2007 Folashade, Afolabi, Construktivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in Nigerian Scondary Schools, Journal Department Of Teacher Education. Faculty of Education University of Ibadan, Oyo State, Nigeria. 2009. Halimah, Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa,
Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif
Hdayatullah Jakarta, 2013. Hapsari, Tri Sumi Rr., Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Jurnal Pendidikan Penabur – No. 16/Tahun ke-10/Juni 2011 Krisno, M. Agus dkk, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs, Jakarta: Depdikbud, 2008 Larasati, Dwi, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran Theorema Phytagoras di Kelas 8 SMP. Jurnal Inovatif Volume 3. No. 1. September 2007. Mui-So, Winnie Wing, Constructivist teaching in science, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 3, Issue 1, Article 1June, 2002. Munadhi, Yudhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008) cet. Ke 1. Pujiarsih, Sri Putri, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Matri Pokok Kalor. Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2011 Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 13. Qohar, Wahidin, Teori
Hasil Belajar,Tersedia di
tanggal 27 Des 2012 jam 10:14
http://cpgm.webnode.com
62
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2007) cet. Ke 3. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet. Ke 3 Soemanto,Wasty, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) cet. Kelima. Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil dan Proses Belaja Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 11. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996 Susanto, Pudyo, Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme, Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang Susilawati, Devi, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa, Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2013 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Presrasi Pustaka Publisher, 2007 Wahyu, Tri R.N. dkk, StudiPerbandingan antara Teori Konstruktivisme dan Konsep E-Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jurnal Procceding PESAT Gunadarma, Vol.2 ISSN: 1858-2559
63 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Waktu Pertemuan ke
: : : : : :
SMP Negeri 2 Parung – Bogor IPA Fisika VII/ II (dua) Tekanan 2 x 40 menit 1
Standar Kompetensi
:
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
:
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep
:
Tekanan Zat Padat
Indikator
:
- Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan. - Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. - Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. - Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam. - Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari).
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian tekanan. 2. Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan. 3. Menyelidiki kaitan antara massa benda dengan tekanan. 4. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan. 5. Menghitung besarnya tekanan yang diberikan suatu benda. 6. Menjelaskan aplikasi konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi Pembelajaran
:
- Pendekatan : Konstruktivisme - Metode : Eksperimen, diskusi, dan penugasan
Materi Pembelajaran
:
Tekanan adalah besarnya gaya yang dikenakan pada suatu bidang dengan luas tertentu. Besar kecilnya tekanan dipengaruhi oleh gaya dan luas bidang tekan. Aplikasi tekanan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya sepatu salju, mata kapat dibuat tajam, paku
64 dibuat runcing, dan lain sebagainya. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Awal
Kegiatan Guru - Guru memberi salam dan menanyakan absensi siswa
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Tahapan Inti
- Guru memberikan pertanyaan: Apersepsi: ” Mengapa ketika mendaki gunung telinga kita akan terasa sakit?” Motivasi: “Bagaimana cara memperbesar tekanan suatu benda?” - Guru meminta siswa duduk secara berkelompok (1 kelompok = 5 siswa) - Guru membagikan LKS Berbasis Konstruktivisme kepada masing-masing kelompok siswa - Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok siswa untuk mengambil alat dan bahan yang telah disediakan.
Tahap Konstruktivisme
Asimilasi Eksplorasi (25 menit)
Akomodasi Ekuilibrasi
Elaborasi (25 menit)
Konfirmasi
Aktivitas Guru
Kegiatan Siswa
Karakter
- Siswa menjawab salam dan menjawab absensi kehadiran - Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dan pertanyaan motivasi
- Religi dan rasa hormat
- Siswa duduk sesuai kelompoknya - Siswa menerima LKS
- Hormat dan perhatian - Tekun
- Keberanian
- Kerjasama - Siswa mengambil alat dan bahan yang telah disediakan
Aktivitas Siswa
- Guru memberikan - Siswa mengkaji langkahkesempatan kepada langkah yang ada dalam kelompok siswa untuk LKS mengkaji LKS - Siswa melakukan - Guru membimbing kegiatan belajar siswa kegiatan belajar berdasarkan langkahberdasarkan langkahlangkah kegiatan yang langkah kegiatan dikaji siswa - Siswa melakukan - Guru mengawasi siswa asimilasi pada LKS yang sedang melaksanakan asimilasi pada LKS - Guru memonitoring - Siswa melakukan siswa dalam melakukan akomodasi pada LKS akomodasi pada LKS - Guru membimbing siswa - Siswa melakukan tahap ekuilibrasi pada LKS dalam tahap ekuilibrasi pada LKS - Guru meminta - Siswa membacakan perwakilan kelompok kesimpulan akhir di siswa untuk depan kelas membacakan kesimpulan akhir masing-masing di depan kelas - Guru meluruskan - Siswa memperhatikan pendapat siswa yang penjelasan guru kurang tepat dan menjelaskan ulang konsep yang telah dikonstruksikannya - Guru meminta siswa - Siswa mengerjakan untuk mengerjakan soal latihan soal latihan - Guru memberikan - Siswa bertanya
Karakter - Ketelitian
- Kerjasama
- Percaya diri
- Ketekunan
- Ketelitian - Percaya diri
- Disiplin
- Ketekunan
- Ketelitian
65 kesempatan pada siswa untuk bertanya - Guru menjelaskan materi dan soal yang belum dimengerti siswa
(10 menit)
Tahapan Akhir
Kegiatan Guru
mengenai materi yang belum dimengerti - Siswa memperhatikan penjelasan guru
Kegiatan Siswa
- Guru mereview materi yang telah dipelajari
Penutup (10 menit)
- Perhatian
Karakter
- Siswa memperhatikan penjelasan guru - Guru meminta siswa menyimpulkan materi - Siswa menyimpulkan yang telah diajarkan materi yang telah dipelajari - Guru memberikan tugas latihan soal - Siswa menerima tugas latihan soal
- Tekun - Perhatiaan
- Tanggung jawab
Alat dan Bahan
:
White board, Spidol, Tanah Liat, Paku, Kayu Stik, Plastik dan Alat – alat laboratorium yang terlampir dalam LKS
Buku Sumber
:
Saeful Karim dkk, Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar, untuk SMP/MTs Kelas VIII, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Penilaian Hasil Belajar :
- Tes Tertulis - Tes Uraian
Guru Fisika
Peneliti
Septa Tri Puripana, S.P NIP. 196809202007011008
Sutrisni NIM. 107016301037
Mengetahui, Kepala Sekolah SMP N 2 Parung
Syamsuddin, S.Pd NIP. 195710121986021001
66 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Pertemuan ke
: : : : : :
SMP Negeri 2 Parung – Bogor IPA Fisika VII/ II (dua) Tekanan 2 x 40 menit 2
Standar Kompetensi
:
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
:
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep
:
Tekanan Zat Cair
Indikator
:
- Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan. - Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. - Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. - Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam. - Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari).
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tekanan dalam zat cair. 2. Menentukan besarnya tekanan zat cair. 3. Menjelaskan hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U. 4. Menyebutkan bunyi hukum Pascal. 5. Menjelaskan prinsip mesin penghasil gaya hidrolik. 6. Menyebutkan bunyi hukum Archimedes. 7. Menyebutkan pemanfaatan gaya Archimedes dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi Pembelajaran
:
- Pendekatan : Konstruktivisme - Metode : Eksperimen, diskusi, dan penugasan
Materi Pembelajaran
:
Tekanan zat cair atau hidrostatis sangat dipengaruhi oleh massa jenis zat cair, gravitasi bumi, dan kedalaman zat cair tersebut. Sifar zat cair yang sejenis akan selalu berada pada posisi datar apapun bentuk wadahnya dan bagaimanapun
67 posisinya. Prinsip bejana berhubungan menyatakan bahwa permukaan air selalu rata jika berada pada tempat yang berhubungan. Massa jenis zat cair dapat ditentukan dengan model pipa U dengan memasukkan massa jenis yang berbeda. Hukum Pascal adalah tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar. Hukum Archimedes menyatakan bahwa suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Pemanfaat hukum Archimedes dapat ditemui pada mekanisme kinerja dari: Kapal Selam, Hidrometer, dan Jembatan Ponton. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Awal
Kegiatan Guru - Guru memberi salam dan menanyakan absensi siswa
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Tahapan Inti
Eksplorasi (25 menit)
- Guru memberikan pertanyaan: Apersepsi: ” Mengapa pada kaleng ringsek yang diisi air dan dilubangi, air akan keluar dari setiap lubang??” Motivasi: “Bagaimana cara menentukan tekanan dalam zat cair?” - Guru meminta siswa duduk secara berkelompok (1 kelompok = 5 siswa) - Guru membagikan LKS Berbasis Konstruktivisme kepada masing-masing kelompok siswa - Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok siswa untuk mengambil alat dan bahan yang telah disediakan.
Tahap Konstruktivisme
Asimilasi
Akomodasi
Aktivitas Guru - Guru memberikan kesempatan kepada kelompok siswa untuk mengkaji LKS - Guru membimbing kegiatan belajar siswa berdasarkan langkahlangkah kegiatan yang dikaji siswa - Guru mengawasi siswa yang sedang melaksanakan asimilasi pada LKS - Guru memonitoring siswa dalam melakukan
Kegiatan Siswa
Karakter
- Siswa menjawab salam dan menjawab absensi kehadiran - Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dan pertanyaan motivasi
- Religi dan rasa hormat
- Siswa duduk sesuai kelompoknya - Siswa menerima LKS
- Hormat dan perhatian - Tekun
- Siswa mengambil alat dan bahan yang telah disediakan
- Kerjasama
Aktivitas Siswa
- Keberanian
Karakter
- Siswa mengkaji langkahlangkah yang ada dalam LKS
- Ketelitian
- Siswa melakukan kegiatan belajar berdasarkan langkahlangkah kegiatan
- Kerjasama
- Siswa melakukan asimilasi pada LKS
- Percaya diri
- Siswa melakukan akomodasi pada LKS
- Ketekunan
68 akomodasi pada LKS - Guru membimbing siswa dalam tahap ekuilibrasi pada LKS - Guru meminta perwakilan kelompok siswa untuk membacakan kesimpulan akhir masing-masing di depan kelas - Guru meluruskan pendapat siswa yang kurang tepat dan menjelaskan ulang konsep yang telah dikonstruksikannya - Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan - Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya - Guru menjelaskan materi dan soal yang belum dimengerti siswa
Ekuilibrasi
Elaborasi (25 menit)
Konfirmasi (10 menit)
Tahapan Akhir
Kegiatan Guru
- Siswa melakukan tahap ekuilibrasi pada LKS - Siswa membacakan kesimpulan akhir di depan kelas
- Percaya diri
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Disiplin
- Siswa mengerjakan latihan soal
- Ketekunan
- Siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti - Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Ketelitian
Kegiatan Siswa
- Guru mereview materi yang telah dipelajari
Penutup (10 menit)
- Ketelitian
- Perhatian
Karakter
- Siswa memperhatikan penjelasan guru - Guru meminta siswa menyimpulkan materi - Siswa menyimpulkan yang telah diajarkan materi yang telah dipelajari - Guru memberikan tugas latihan soal - Siswa menerima tugas latihan soal
- Tekun - Perhatiaan
- Tanggung jawab
Alat dan Bahan
:
Selang plastik, corong, balon karet, papan triplek, lem, air berwarna, dan bejana kaca (aquarium) atau ember berisi air, Gelas, dan bejana berhubungan dan Alat – alat laboratorium yang terlampir dalam LKS
Buku Sumber
:
Saeful Karim dkk, Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar, untuk SMP/MTs Kelas VIII, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Penilaian Hasil Belajar :
-
Tes Tertulis Tes Uraian
Guru Fisika
Peneliti
Septa Tri Puripana, S.P NIP. 196809202007011008
Sutrisni NIM. 107016301037 Mengetahui, Kepala Sekolah SMP N 2 Parung
69 Syamsuddin, S.Pd NIP. 195710121986021001 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Waktu Pertemuan ke
: : : : :
SMP Negeri 2 Parung – Bogor IPA Fisika VII/ II (dua) 2 x 40 menit 3
Standar Kompetensi
:
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
:
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep
:
Tekanan Udara
Indikator
:
- Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan. - Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. - Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. - Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam. - Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari).
Tujuan Pembelajaran
1. Mendemontrasikan adanya tekanan udara. 2. Mengukur tekanan udara. 3. Menjelaskan hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara. 4. Menjelaskan tekanan gas dalam ruang tertutup.
Strategi Pembelajaran
:
- Pendekatan : Konstruktivisme - Metode : Eksperimen, diskusi, dan penugasan
Materi Pembelajaran
:
Tekanan udara sering juga disebut sebagai tekanan atmosfer. Tekanan udara dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suatu tempat. Semakin tinggi akan semakin rendah tekanannya. Contoh alat untuk mengukur tekanan udara adalah Barometer Fortin dan Baromater Logam.
70
Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Awal
Kegiatan Guru - Guru memberi salam dan menanyakan absensi siswa
Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Tahapan Inti
- Guru memberikan pertanyaan: Apersepsi: ” Mengapa saat berada dalam pesawat ketika sedang take off atau landing telinga kita terasa sakit?” Motivasi: “Mengapa di wilayah dataran tinggi kadar oksigennya menipis?” - Guru meminta siswa duduk secara berkelompok (1 kelompok = 5 siswa) - Guru membagikan LKS Berbasis Konstruktivisme kepada masing-masing kelompok siswa - Guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok siswa untuk mengambil alat dan bahan yang telah disediakan.
Tahap Konstruktivisme
Asimilasi Eksplorasi (25 menit)
Akomodasi Ekuilibrasi
Elaborasi (25 menit)
Aktivitas Guru
Kegiatan Siswa
Karakter
- Siswa menjawab salam dan menjawab absensi kehadiran - Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dan pertanyaan motivasi
- Religi dan rasa hormat
- Siswa duduk sesuai kelompoknya - Siswa menerima LKS
- Hormat dan perhatian - Tekun
- Keberanian
- Kerjasama - Siswa mengambil alat dan bahan yang telah disediakan
Aktivitas Siswa
- Guru memberikan - Siswa mengkaji langkahkesempatan kepada langkah yang ada dalam kelompok siswa untuk LKS mengkaji LKS - Guru membimbing - Siswa melakukan kegiatan belajar siswa kegiatan belajar berdasarkan langkahberdasarkan langkahlangkah kegiatan yang langkah kegiatan dikaji siswa - Guru mengawasi siswa - Siswa melakukan yang sedang asimilasi pada LKS melaksanakan asimilasi pada LKS - Guru memonitoring - Siswa melakukan siswa dalam melakukan akomodasi pada LKS akomodasi pada LKS - Guru membimbing siswa - Siswa melakukan tahap dalam tahap ekuilibrasi ekuilibrasi pada LKS pada LKS - Guru meminta - Siswa membacakan perwakilan kelompok kesimpulan akhir di siswa untuk depan kelas membacakan kesimpulan akhir masing-masing di depan kelas - Siswa memperhatikan - Guru meluruskan penjelasan guru pendapat siswa yang kurang tepat dan menjelaskan ulang konsep yang telah dikonstruksikannya - Guru meminta siswa - Siswa mengerjakan untuk mengerjakan soal latihan soal latihan
Karakter - Ketelitian
- Kerjasama
- Percaya diri
- Ketekunan
- Ketelitian - Percaya diri
- Disiplin
- Ketekunan
71 - Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya - Guru menjelaskan materi dan soal yang belum dimengerti siswa
Konfirmasi (10 menit)
Tahapan Akhir
Kegiatan Guru
- Siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti - Siswa memperhatikan penjelasan guru
Kegiatan Siswa
- Guru mereview materi yang telah dipelajari
Penutup (10 menit)
- Ketelitian
- Perhatian
Karakter
- Siswa memperhatikan penjelasan guru - Guru meminta siswa menyimpulkan materi - Siswa menyimpulkan yang telah diajarkan materi yang telah dipelajari - Guru memberikan tugas latihan soal - Siswa menerima tugas latihan soal
- Tekun - Perhatiaan
- Tanggung jawab
Alat dan Bahan
:
Gelas minum, air, kertas HVS, labu erlenmeyer, pembakar bunsen, dan balon karet, serta Alat – alat laboratorium yang terlampir dalam LKS
Buku Sumber
:
Saeful Karim dkk, Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar, untuk SMP/MTs Kelas VIII, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Penilaian Hasil Belajar :
- Tes Tertulis - Tes Uraian
Guru Fisika
Peneliti
Septa Tri Puripana, S.P NIP. 196809202007011008
Sutrisni NIM. 107016301037
Mengetahui, Kepala Sekolah SMP N 2 Parung
Syamsuddin, S.Pd NIP. 195710121986021001
72
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah Kelas Mata Pelajaran
: SMP Negeri 2 Parung : VIII (Delapan) : IPA FISIKA
Standar Kompetensi Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta dalam kehidupan sehari-hari. Indikator 1. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan. 2. Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam. 5. Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari). A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian tekanan. 2. Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan. 3. Menyelidiki kaitan antara massa benda dengan tekanan. 4. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan. 5. Menghitung besarnya tekanan yang diberikan suatu benda. 6. Menjelaskan aplikasi konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Menjelaskan tekanan dalam zat cair. 8. Mengamati sifat tekanan dalam zat cair. 9. Menyebutkan sifat-sifat tekanan dalam zat cair. 10. Menentukan tekanan zat cair. 11. Mengamati posisi permukaan zat cair dalam bejana berhubungan. 12. Menjelaskan pemanfaatan sifat permukaan zat cair yang selalu mendatar dalam kehidupan sehari-hari. 13. Mengamati tinggi permukaan zat cair dalam pipa U. 14. Menjelaskan hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U. 15. Menyebutkan bunyi hukum Pascal. 16. Menjelaskan prinsip mesin penghasil gaya hidrolik.
73
17. Menyebutkan peralatan yang menggunakan prinsip mesin penghasil gaya hidrolik. 18. Menyebutkan bunyi hukum Archimedes. 19. Menyelidiki dan menentukan besar gaya angkat. 20. Menjelaskan konsep tenggelam, melayang, dan terapung. 21. Menjelaskan pengaruh massa jenis pada peristiwa tenggelam, melayang, dan terapung. 22. Menyebutkan pemanfaatan gaya Archimedes dalam kehidupan sehari-hari. 23. Mendemontrasikan adanya tekanan udara. 24. Mengukur tekanan udara. 25. Menyebutkan jenis-jenis barometer. 26. Menjelaskan hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara. 27. Menjelaskan tekanan gas dalam ruang tertutup. B. Materi Pembelajaran Tekanan
C. Metode Pembelajaran 1. Model : - Direct Instruction (DI) 2. Metode : - Praktikum Terbimbing
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi dan Apersepsi: 1) Mengapa ketika mendaki gunung telinga kita akan terasa sakit? 2) Bagaimana cara memperbesar tekanan suatu benda? b. Prasyarat pengetahuan: 1) Apakah yang dimaksud dengan tekanan? 2) Faktor apakah yang mempengaruhi besarnya tekanan?
2. Kegiatan Inti 1) Peserta didik memperhatikan penjelaskan guru tentang pengertian tekanan
74
2) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan dan menentukan rumusannya. 3) Guru memperagakan alat praktikum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu tekanan. 4) Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan tekanan dari suatu benda yang disampaikan oleh guru. 5) Guru menjelaskan aplikasi konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari
3. Kegiatan Penutup Guru menutup dengan merangkum materi yang telah diberikan, dan mengerjakan latihan soal bersama serta pemberian tugas
PERTEMUAN KEDUA
1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi dan Apersepsi: 1) Mengapa pada kaleng ringsek yang diisi air dan dilubangi, air akan keluar dari setiap lubang? 2) Bagaimana cara menentukan tekanan dalam zat cair? 3) Mengapa pancuran teko tidak boleh lebih rendah daripada posisi tutupnya? 4) Apakah yang terjadi jika pipa U diisi dengan dua zat cair yang tidak bercampur? b. Prasyarat pengetahuan: 1) Apakah sifat-sifat tekanan dalam zat cair? 2) Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan dalam zat cair? 3) Apakah manfaat sifat permukaan zat cair yang selalu mendatar? 4) Bagaimana hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U?
2. Kegiatan Inti 1) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang tekanan dalam zat cair.
75
2) Guru mempraktekkan sifat-sifat tekanan dalam zat cair, sedangkan siswa memperhatikan setiap langkah-langkahnya. 3) Guru memperagakan posisi permukaan zat cair dalam bejana berhubungan. 4) Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan tekanan zat cair yang disampaikan oleh guru. 5) Guru menjelaskan pemanfaatan sifat permukaan zat cair yang selalu mendatar dalam kehidupan sehari-hari. 6) Guru menjelaskan konsep permukaan zat cair dalam pipa U. 7) Peserta didik memperhatikan peragaan yang dilakukan guru mengenai konsep permukaan zat cair dalam pipa U. 8) Guru mempraktekkan tiga jenis zat cair dengan massa jenis berbeda yang dimasukkan dalam pipa U, sedangkan siswa memperhatikan perubahan tinggi rendahnya zat cair dalam pipa tersebut. 9) Guru memberikan beberapa soal menentukan hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U untuk dikerjakan oleh peserta didik.
3. Kegiatan Penutup Guru menutup dengan merangkum materi yang telah diberikan, dan mengerjakan latihan soal bersama serta pemberian tugas
PERTEMUAN KETIGA
1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi dan Apersepsi: 1) Mengapa ketika berada di dalam air kita merasakan sakit pada mata? 2) Bagaimana kalau kamu berjalan di dalam air kolam terasa lebih atau justru lebih berat? 3) Mengapa sewaktu berenang kamu dapat mengambang, melayang, atau tenggelam? 4) Mengapa di wilayah dataran tinggi kadar oksigennya menipis? b. Prasyarat pengetahuan:
76
1) Sebutkan bunyi hukum Pascal. 2) Sebutkan bunyi hukum Archimedes. 3) Bagaimana konsep suatu benda dikatakan tenggelam, melayang, dan terapung? 4) Bagaimana hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara?
2. Kegiatan Inti 1) Guru menyebutkan bunyi hukum Pascal dan Hukum Archimedes. 2) Guru memperagakan peralatan gaya hidrolik dan peserta didik memperhatikan penjelasan guru. 3) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang bunyi hukum Archimedes. 4) Guru memperagakan peralatan gaya Archimedes dan peserta didik memperhatikan penjelasan guru 5) Guru memberikan beberapa soal menentukan besarnya gaya hidrolik dan gaya Archmedes untuk dikerjakan oleh peserta didik. 6) Guru menjelaskan tentang konsep tenggelam, melayang, dan terapung. 7) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang pengaruh massa jenis pada peristiwa tenggelam, melayang, dan terapung. 8) Peserta didik memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru tentang adanya tekanan udara dan memperlihatkan bagaimana cara mengukur tekanan udara tersebut. 9) Guru menyebutkan jenis-jenis barometer dan menjelaskan hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara. 10) Guru menjelaskan tekanan gas dalam ruang tertutup. 11) Guru memberikan beberapa soal menentukan tekanan udara dan tekanan gas dalam ruang tertutup untuk dikerjakan oleh peserta didik.
3. Kegiatan Penutup Guru menutup dengan merangkum materi yang telah diberikan, dan mengerjakan latihan soal bersama serta pemberian tugas
77
E. Sumber Belajar Saeful Karim dkk, Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar, untuk SMP/MTs Kelas VIII, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: Tes tertulis 2. Bentuk Instrumen: - Tes PG - Tes isian - Tes uraian
3. Contoh Instrumen: Contoh tes PG 1) Sebuah batu bata memiliki ukuran 10 cm x 5 cm x 7 cm. Batu bata tersebut diletakkan pada lantai sedemikian hingga tekanannya minimum. Luas bidang permukaan batu bata yang menempel pada lantai sama dengan: a. 35 cm2 c. 70 cm2 b. 50 cm2 d. 350 cm2 2) Sebuah batang beratnya 700 N dengan luas alas 3,5 m2 diletakkan di atas tanah. Tentukan tekanan yang bekerja pada batang tersebut! a. 200 N/m2 b. 300 N/m2 c. 500 N/m2 c. 600 N/m2 Contoh tes isian 1. Pada kedalaman yang sama, tekanan di dalam air sungai lebih kecil dari pada tekanan di dalam air laut karena .... 2. Salah satu contoh pemanfaatan hukum bejana berhubungan didapatkan pada .... Contoh tes uraian 1) Mengapa sebuah kapal selam dapat mengapung, melayang, dan tenggelam?
78
2) Jika air dan minyak dimasukkan ke dalam bejana berhubungan maka tinggi permukaan kedua zat tersebut tidak sama. Jelaskanlah kenapa hal bisa terjadi?
Bogor, 15 Januari 2014 Guru Fisika
Peneliti
Septa Tri Puripana, S.P NIP. 196809202007011008
Sutrisni NIM. 107016301037 Mengetahui, Kepsek SMPN 2 Parung
Syamsuddin, S.Pd NIP. 195710121986021001
79
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Konsep/ Sub Konsep
Indikator
Tekanan
Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan
Kompetensi Dasar
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah
Nomor Soal dan Aspek Kognitif C1 C2 C3 C4
1
2 3
5 6
4 7 8
8
9
10 11 12
13 15
14 16
8
17 19 20 21
18 22 23
24
-
8
25 27
26 28 29
30 31
32
8
33 34 35 36
40
39
37 38
8
12
12
8
8
40
80 KISI-KISI INSTRUMEN TES KOGNITIF Nama Sekolah Kelas Mata Pelajaran Pokok Materi Kompetensi Dasar Jenis Instrumen Jumlah Soal Waktu Indikator Pembelajaran Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya
: SMP Negeri 2 Parung : VIII : IPA/Fisika : Tekanan : Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari : Tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban : 40 soal : 60 menit Indikator Soal
Butir Soal
Menunjukkan rumus matematis tekanan
1. Hubungan antara gaya, luas bidang tekan dan tekanan secara matematis dapat ditulis sebagai: A F a. P b. P F A A P c. F d. F P A 2. Hubungan antara gaya, luas bidang tekan, dan tekanan adalah: a. jika gaya semakin besar dan luas bidang tetap, tekanan semakin kecil b. jika gaya semakin besar dan luas bidang semakin kecil, tekanan tetap c. jika gaya tetap dan luas bidang semakin besar, tekanan semakin kecil d. jika gaya tetap dan luas bidang semakin besar, tekanan semakin besar 3. Benda yang sama dapat mengakibatkan tekanan yang besar atau tekanan yang kecil, posisi benda mempengaruhi tekanan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa tekanan tergantung kepada:
Menjelaskan hubungan antara gaya, luas bidang dan tekanan
Menunjukan pengaruh luas bidang terhadap tekanan
Jawaban Rumus umum tekanan adalah F P A
Aspek Kognitif C1
Jawaban B Salah satu hubungan antara gaya, luas bidang tekan dan tekanan adalah jika gaya yetap dan luas bidang semakin besar, maka tekanan semakin kecil.
C2
Jawaban C
Luas permukaan bidang dapat mempengaruhi besar kecilnya tekanan terhadapap benda yang sama.
C2
81
Menunjukan tekanan yang paling besar
Menentukan luas bidang yang paling minimum
Menghitung tekanan yang dihasilkan dari sebuah benda
a. warna benda b. jenis benda c. massa benda d. luas permukaan bidang 4. Perhatikan gambar berikut: W
X
Y
Z
F8 N F 12 N F 20 N F 30 N 2 2 2 A4m A3m A2m A 5 m2 Tekanan terbesar dihasilkan oleh: a. (P) b. (X) c. (Y) d. (Z) 5. Sebuah batu bata memiliki ukuran 10 cm x 5 cm x 7 cm. Batu bata tersebut diletakkan pada lantai sedemikian hingga tekanannya minimum. Luas bidang permukaan batu bata yang menempel pada lantai sama dengan: a. 35 cm2 c. 70 cm2 b. 50 cm2 d. 350 cm2
6. Sebuah batang beratnya 700 N dengan luas alas 3,5 m2 diletakkan di atas tanah. Tentukan tekanan yang bekerja pada batang tersebut! a. 200 N/m2 b. 300 N/m2 c. 500 N/m2 c. 600 N/m2
Jawaban D
Rumus umum tekanan adalah F P A W=> P = 8/4 = 2 Pascal X=> P = 12/3 = 4 Pascal Y=> P = 20/2 = 10 Pascal Z=> P = 30/5 = 6 Pascal
C4
Jawaban C Diket. batu batu ukuran 10 x 5 x 7
C3
7 cm 5 cm 10 cm Tekanan minimum adalah tekanan dengan luas dari sisi batu bata yang paling kecil yakni, sisi 5 x 7 cm = 35 cm3 Jawaban A Diket : F = 700 N A = 3,5 m3 Dit. Tekanan? Jawab: P = F/A = 700/3,5 = 200 N/m2 Jawaban A
C3
82 Menganalisis besarnya tekanan dari sebuah benda
Menghitung besarnya gaya yang dihasilkan oleh sebuah benda
Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukan salah satu manfaat bejana berhubungan Menjelaskan perbedaan antar massa jenis zat cair
7. Perhatikan gambar berikut!
Berat kotak adalah 300 N, luas alas kotak adalah 1,5 m2 sedangkan berat silinder adalah 200 N dan luas alas silinder adalah 0,5 m2. Tekanan yang dihasilkan antara kotak dan silinder (kotak di atas silinder) adalah .... a. 400 N/m2 b. 1000 N/m2 2 c. 600 N/m d. 333,3 N/m2 8. Perhatikan gambar di bawah ini!
Diket Fkotak = 300 N Asilinder = 0,5 m2 Dit. P kotak dan silinder = … ? Jawab P= F/A = 300 N/0,5 m2 = 600 Nm-2
C4
Jawaban C
Diket. Pbalok = 2.500 N/m2 4 cm Asisi alas =0.1 m x 0.08 m = 0.008 m2 Dit. 8 cm F = …. ? 10 cm Jawab Sebuah balok dengan tekanan sebesar 2.500 P = F/A = 2.500 = F/80 m N/m2 yang diletakkan dalam posisi F = 2.500 N/m2 x 0.008 m2 = 20 N seperti gambar di atas. Maka gaya yang dihasilkan oleh balok tersebut adalah .... Jawaban A a. 20 N b. 40 N c. 30 N d. 50 N 9. Pemanfaatan hukum bejana berhubungan Pipa ledeng merupakan salah satu didapatkan pada: pemanfaatan dari hukum bejana a. pipa ledeng b. atap rumah berhubungan. c. mobil d. balok Jawaban A 10. Jika air dan minyak dimasukkan ke dalam Perbedaaan massa jenis air lebih bejana berhubungan maka tinggi permukaan besar dari pada massa jenis minyak, kedua zat tersebut tidak sama. Hal ini terjadi oleh karena itu, jika keduanya karena … dicamprkan dalam pipa U maka a. massa jenis air sama dengan massa jenis tinggi keduanya tidak sama.
C4
C1
C2
83
Menjelaskan perbedaan massa jenis zat cair
Menyebutkan salah satu sebab hukum bejana berhubungan tidak berlaku
Menghitung massa jenis zat cair dalam pipa U
minyak b. massa jenis air lebih kecil dari pada massa jenis minyak c. massa jenis air lebih besar dari pada massa jenis minyak d. semua jawaban salah 11. Kapal laut terapung di permukaan air. Hal ini disebabkan .... a.massa jenis bahan pembuat kapal lebih besar daripada massa jenis air. b. massa jenis bahan pembuat kapal sama dengan massa jenis air c.massa jenis seluruh kapal lebih kecil daripada massa jenis air. d. massa jenis bahan pembuat kapal lebih kecil massa jenis air 12. Hukum bejana berhubungan tidak berlaku bila: a. bentuk bejana berhubungan tidak sama b. luas penampang bejana berhubungan tidak sama c. jumlah bejana yang berhubungan lebih dari dua d. zat cairnya berbeda 13. Massa jenis air di dalam sebuah pipa U adalah 1000 kg/m2 dengan tinggi 10 cm di sisi kanan. Jika ditambahkan zat cair lain maka beda ketinggian permukaan zat cair tersebut adalah 5 cm, maka massa jenis zat cair tersebut adalah … a. 500 kg/m3 b. 1000 kg/m3 3 c. 1500 kg/m d. 2000 kg/m3
Jawaban C
Konsep tenggelam, melayang, dan terapung sangat terkait dengan massa jenis. Semakin ringan massa jenis zat semakin sulit zat tersebut dapat tenggelam.
C2
Jawaban C
Hukum bejana berhubungan tidak berlaku jika zat cairnya berbeda.
C2
Jawaban D
Diket: ρ1 = 1000 kg/m2 h1 = 10 cm ~ 0,1 m h2 = 5 cm ~ 0,05 m Dit. h2 = … m? Jawab p1 = p2 ρ1 „ g . h1 = ρ2 „ g . h2 1000 . 10 . 0,1 = ρ1 „ 10 . 0,05 1000 = 0,5 ρ2 ρ2 = 2.000 kg/m3
C3
84 Jawaban D Menentukan massa jenis zat cair yang salah satu massa jenis zat cainya diketahui
14. Sebuah bejana berhubungan berisi dua jenis zat cair yang tidak bercampur yaitu minyak, pm = 0.8 g/cm3, dan air seperti gambar di bawah ini.
Menghitung besarnya gaya yang dihasilkan oleh pompa hidrolik
Massa jenis air pa = 1 g/cm3. bila selisih ketinggian air pada kedua pipa bejana ha = 3 cm, maka ketinggian permukaan minyak hm adalah : a. 2.25 cm c. 4.25 cm b. 3.75 cm d. 5.75 cm 15. Sebuah dongkrak hidrolik dengan luas pengisap kecil A1 = 10 cm2 dan luas pengisap besar A2 = 60 cm2 digunakan untuk mengangkat beban 6.000 N. Gaya tekan yang harus diberikan pada pengisap kecil supaya beban tersebut terangkat adalah … a. 7.000 N c. 4.000 N b. 6.000 N d. 5.000 N
Menentukan massa jenis zat cair yang salah satu massa jenis zat cainya diketahui
16. Perhatikan gambar berikut!
C4
Diket: ρm = 0,8 g/cm3 ρa = 1 g/cm3 ha = 3 cm Dit. hm = … cm? Jawab p1 = p2 ρ1 „ g . h1 = ρ2 „ g . h2 ρm „ hm = ρa „ ha 0,8 . hm = 1 . 3 0,8hm = 3 hm = 3,75 cm Jawaban B
Diket A1 = 10 cm2 ~ 10-3 m2 A2 = 60 cm2 ~ 6 x 10-3 m2 F2 = 6.000 N Dit. F2 =... N? F 6000 F F Jawab 1 2 => 13 A1 A2 10 6 10 3 => 1.000 N Jawaban B
C3
Diket: ρa = 1.000 kg/m3 ha = 10 cm hx = 5 cm Dit. ρx = … kg/m3? Jawab
C4
85
Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Menyebutkan bunyi hukum Pascal
Menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan dalam zat cair
Menyebutkan alat untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup
Menyebutkan manfaat dari adanaya Hukum Pascal
Menyebutkan manfaat dari adanaya Hukum Arcimedes
Massa jenis air di dalam sebuah pipa U adalah 1.000 kg/m3 dengan tinggi 10 cm disisi kanan. Jika ditambahkan zat cair lain maka beda ketinggian permukaan zat cair tersebut adalah 5 cm, massa jenis zat cair yang ditambahkan tersebut adalah .... a. 1.500 kg/ m3 b. 2.500 kg/ m3 3 c. 2.000 kg/ m d. 3.000 kg/ m3 17. “Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar.” Merupakan Bunyi Hukum … a. Pascal b. Archimedes c. Newton d. Tekanan Udara 18. Besar kecilnya tekanan dalam zat cair sangat dipengaruhi oleh, kecuali …. a. tinggi permukaan zat cair b. volume zat cair c. massa jenis zat cair d. massa jenis bejana 19. Alat untuk mengukur tekanan udara tertutup adalah …. a. barometer b. manometer c. termometer d. amperemeter 20. Berikut ini yang bukan merupakan pemanfaatan dari Hukum Pascal … a. Pompa Hidrolik b. Termometer c. Mesin Hidrolik pengangkat mobil d. Rem mobil 21. Berikut ini yang bukan pemanfaatan dari hukum Arcimedes … a. Kapal Selam b. Jembatan Ponton
p1 = p2 ρ1 „ g . h1 = ρ2 „ g . h2 ρx „ hx = ρa „ ha ρx . 5 = 1.000 . 10 5 ρx = 10.000 ρx = 2.000 kg/m3 Jawaban C Bunyi hukum pascal, “Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar.” Jawaban A Tekanan dalam zat cair dipengaruhi oleh tinggi permukaan zat cair, volume zat cair, dan massa jenis zat cair. Jawaban D
C1
Manometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup Jawaban B
C1
Salah satu pemanfaatan dari hukum Pascal ditemukan pada prinsip kerja Pompa hidrolik, mesin hidrolik pengankat mobil dan rem mobil. Jawaban B
C1
Kapal selam, jembatan ponton dan hidrometer merupakan salah satu pemanfaatan dari hukum
C1
C2
86 c. Pompa Hidrolik Menganalisis tekanan dalam zat cair
d. Hidrometer
22. Sebuah tabung diisi penuh dengan air. Jika tabung diberi 3 lubang, gambar yang benar adalah … a. b.
Archimedes. Jawaban C Prinsip tekanan dalam zat zair adalah sangat dipengaruhi oleh kedalaman. Semakin dalam maka semakin besar tekanannya.
C2
Jawaban D c.
Menganalisis tekanan yang paling besar yang dialamai oleh suatu benda
d.
23. Gambar berikut adalah zat cair dalam sebuah wadah. Tekanan yang paling besar terdapat di … 4 3 2
Prinsip tekanan dalam zat zair adalah sangat dipengaruhi oleh kedalaman. Semakin dalam maka semakin besar tekanannya.
C2
Jawaban A
1
Menghitung besar gaya apung yang dialami benda
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 24. Volume balok besi 500 m3 tercelup seluruhnya dalam air yang massa jenisnya 1.000 kg/m3. g = 10 m/s2. Besar gaya apung terhadap besi adalah … a. 5 x 103 N b. 5 x 104 N c. 5 x 105 N d. 5 x 106 N
Diket: V = 500 m3 ρ = 1.000 kg/m3, g = 10 m/s2 Dit. FA = …. N? Jawab FA = v . ρ . g => 500. 1000. 10 => 5 x 10-6 N Jawaban D
C3
87 Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan tenggelam
Menentukan besarnya gaya apung
25. Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya … dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. a. lebih kecil b. lebih besar c. sama d. bisa sama bisa tidak
Menyebutkan akibat dari tekanan zat ciar
26. Para penyelam tradisional yang menyelam di lautan banyak terganggu pendengarannya. Hal ini disebabkan karena … a. tekanan udara di dalam zat cair b. tekanan hidrostatis air c. gaya angkat air d. tekanan atmosfer 27. Alat di bawah ini yang bukan termasuk dalam prinsip kerja Hukum Archimedes adalah .... a. kapal selam b. balon udara c. jembatan photon d. pompa hidrolik 28. Kapal laut dapat terapung di atas permukaan laut. Hal ini disebabkan … a.massa jenis bahan pembuat kapal lebih kecil daripada massa jenis air b. massa jenis seluruh kapal lebih kecil daripada massa jenis air c.massa jenis bahan pembuat kapal lebih besar daripada massa jenis air d. massa jenis bahan pembuat kapal sama dengan massa jenis air 29. Perhatikan gambar berikut. Telur tersbut dapat melayang di dalam air. Hal ini terjadi karena …
Menyebutkan prinsip hukum Arcimedes
Menjelaskan manfaat gaya apung
Menjelaskan peristiwa mengapungmelayang-tenggelam
Bunyi hukum Archimedes, “Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut.” Jawaban C Tekanan hidrostatis air dapat meyebabkan terganggunya pendengaran para penyelam tradisional. Jawaban B
C1
Salah satu pemanfaatan dari hukum Archimedes terdapat pada kapal selam, balon udara, dan jembatan phonton. Jawaban D
C1
Massa jenis keseluruhan dari kapal laut lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis air laut. Hal ini menyebabkan kapal bisa terapung dan tidak tenggelam. Jawaban B
C2
Peristiwa melayang dapat terjadi karena massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.
C2
C2
88 Jawaban C Air Telor melayang
Menghitung besarnya gaya ke atas yang dialami suatu benda dalam zat cair
a. air > telur b. air < telur c. air = telur d. air telur 30. Berat sebuah batu yang ditimbang di udara adalah 80 N. Saat ditimbang di dalam air, berat batu tersebut adalah 40 N. Gaya ke atas yang diterima batu adalah … a. 10 N b. 20 N c. 30 N d. 40 N
Diket: wU = 80 N wA = 40 N Dit. FA = … N? Jawab FA = wU - wA = 80 – 40 = 40 N Jawaban D
C3
Menghitung besarnya gaya ke atas yang dialami suatu benda dalam zat cair
31. Sebuah benda ditimbang di udara beratnya 50 N. setelah ditimbang di dalam air beratnya mernjadi 30 N. benda tersebut mendapat gaya angkat sebesar … a. 50 N b. 30 N c. 20 N d. 10 N
Diket: wU = 50 N wA = 30 N Dit. FA = … N? Jawab FA = wU - wA = 50 – 30 = 20 N Jawaban C
C3
Menganalisis besarnya tekanan hidrostatis yang dialami benda dalam zat cair
32. Perhatikan gambar berikut:
Diket: ρa = 1000 kg/m2 h = 20 cm ~ 0,2 m g = 10 m/s2 Dit. P = … N/m2? Jawab P = ρ . g . h => 1000.10.0,2 = 2.000 N/m2 Jawaban A
C4
Tekanan hidrostatis yang dialami benda tersebut adalah .... (dengan g = 10 m/s2)
89
Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan
Menjelaskan manfaat pompa hidrolik
Menjelaskan salah satu manfaat dari konsep bejana berhubungan Menyebutkan bunyi hukum Boyle
Menjelaskan hubungan tekanan udara dengan ketinggian suatu tempat Menentukan besarnya tekanan atmosfer
a. 2.000 N/m2 c. 4.000 N/m2 b. 8.000 N/ m2 d. 10.000 N/m2 33. Kegunaan dari pompa hidrolik adalah … a. mengangkat barang berat b. memompa air c. memeras biji-bijian d. memotong barang berat 34. Terjadinya sumur artesis merupakan salah satu konsep … a. kapilaritas b. bejana berhubungn c. Hukum Archimedes d. Hukum Pascal 35. Hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup selalu tetap selama suhu gas di dalam ruang tersebut tetap. Pernyataan tersebut merupakan bunyi Hukum …. a. Boyle b. Archimedes c. Pascal d. Bejana berhubungan 36. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya akan semakin … a. besar b. panas c. kecil d. dingin 37. Tinggi suatu daerah adalah 300 m dari permukaan air laut. Tekanan atmosfer di tempat tersebut adalah … a. 73 cmHg b. 72 cmHg c. 80 cmHg d. 79 cmHg
Salah satu manfaat dari pompa hidrolik adalah untuk mengangkat barang berat. Jawaban A Sumur artesis merupakan salah satu dari konsep bejana berhubungan. Jawaban B
C1
C1
Bunyi hukum Boyle, “Hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup selalu tetap selama suhu gas di dalam ruang tersebut tetap.” Jawaban A
C1
Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya semakin kecil. Jawaban C
C1
Diket: h = 300 m Dit. Tekanan Udr (x)= … cm Hg? Jawab h = (760 – x) . 10 300 = (760 – x) . 10 30 = 760 – x x = 760 – 30 = 730 mmHg ~ 73 cmHg
C4
Jawaban A
90 Menganalisis besar gaya dongkrak hidrolik yang dihasilkan
Menghitung besarnya tekanan
Menganalisis terjadinya peristiwa kapilaritas
38. Sebuah dongkrak hidrolik dengan skema seperti pada gambar. F1 = 10 N A1 = 2 cm2
A2 = 4 cm2
Dari data yang tertera pada gambar, kita dapat memperoleh gaya F2 sebesar … a. 20 N b. 25 N c. 40 N d. 75 N 39. Luas permukaan sepasan sepatu yang dipakai seorang penumpang pesawat 200 cm2. Berat penumpang itu 800 N. Tekanan penumpang tersebut terhadap lantai pesawat adalah … a. 40.000 N/m2 b. 35.000 N/m2 c. 40 N/m2 d. 35 N/m2 40. Perhatikan gambar!
Diket A1 = 2 cm2 ~ 2 x 10-4 m2 A2 = 4 cm2 ~ 4 x 10-4 m2 F1 = 10 N Dit. F2 =... N? F F Jawab 1 2 => A1 A2 10 F2 => 20 N 4 2 10 4 10 4 Jawaban A
Diket: A = 200 cm2 ~ 2 x 10-2 m2 F = 800 N P = F/A = 800/2 x 10-2 = 40.000 N/m2 Jawaban A Gejala pada gambar tersebut adalah termasuk gejala kapilaritas. Jawaban D
Prinsip kerja yang digunakan pada gambar di atas adalah …. a. adanya tekanan zat cair b. adanya gaya tekan ke atas c. adanya tekanan atmosfer d. adanya gejala kapilaritas
C4
C3
C2
91
Lampiran 4 INSTRUMEN TES SESUDAH DILAKIBRASI Mata Pelajaran Materi Pokok Nama Kelas Sekolah
: IPA (Fisika) : Tekanan : : : SMP Negeri 2 Parung – Bogor
Petunjuk Pengerjaan Soal: 1. Isikan identitas Anda pada lembar soal yang tersedia 2. Kerjakan soal-soal di bawah dengan jawaban yang Anda anggap benar 3. Beri tanda (X) pada jawaban Anda 4. Jika ingin mengganti jawaban, beri tanda sama (=) pada jawaban yang telah Anda beri tanda silang (X) kemudian beri tanda (X) kembali pada jawaban Anda yang baru 5. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas ujian
1. Hubungan antara gaya, luas bidang tekan dan tekanan secara matematis dapat ditulis sebagai: F A b. P a. P A F A P c. F d. F P A 2. Hubungan antara gaya, luas bidang tekan, dan tekanan adalah: a. jika gaya semakin besar dan luas bidang tetap, tekanan semakin kecil b. jika gaya semakin besar dan luas bidang semakin kecil, tekanan tetap c. jika gaya tetap dan luas bidang semakin besar, tekanan semakin kecil d. jika gaya tetap dan luas bidang semakin besar, tekanan semakin besar 3. Benda yang sama dapat mengakibatkan tekanan yang besar atau tekanan yang kecil, posisi benda mempengaruhi tekanan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa tekanan tergantung kepada: a. warna benda b. jenis benda c. massa benda d. luas permukaan 4. Sebuah batu bata memiliki ukuran 10 cm x 5 cm x 7 cm. Batu bata tersebut diletakkan pada lantai sedemikian hingga tekanannya minimum. Luas bidang permukaan batu bata yang menempel pada lantai sama dengan: a. 35 cm2 c. 70 cm2 2 b. 50 cm d. 350 cm2
92
5. Pemanfaatan hukum bejana berhubungan didapatkan pada: a. pipa ledeng b. atap rumah c. mobil d. balok 6. Kapal laut terapung di permukaan air. Hal ini disebabkan .... 1. massa jenis bahan pembuat kapal lebih besar daripada massa jenis air. 2. massa jenis bahan pembuat kapal sama dengan massa jenis air 3. massa jenis seluruh kapal lebih kecil daripada massa jenis air. 4. massa jenis bahan pembuat kapal lebih kecil massa jenis air 7. Hukum bejana berhubungan tidak berlaku bila: a. bentuk bejana berhubungan tidak sama b. luas penampang bejana tidak sama c. jumlah bejana yang lebih dari dua d. zat cairnya berbeda 8. Massa jenis air di dalam sebuah pipa U adalah 1000 kg/m2 dengan tinggi 10 cm di sisi kanan. Jika ditambahkan zat cair lain maka beda ketinggian permukaan zat cair tersebut adalah 5 cm, maka massa jenis zat cair tersebut adalah … a. 500 kg/m3 b. 1000 kg/m3 3 c. 1500 kg/m d. 2000 kg/m3 9. Sebuah bejana berhubungan berisi dua jenis zat cair yang tidak bercampur yaitu minyak, pm = 0.8 g/cm3, dan air seperti gambar di bawah ini.
Massa jenis air pa = 1 g/cm3. bila selisih ketinggian air pada kedua pipa bejana ha = 3 cm, maka ketinggian permukaan minyak hm adalah : a. 2.25 cm c. 4.25 cm b. 3.75 cm d. 5.75 cm 10. “Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar.” Merupakan Bunyi Hukum … a. Pascal b. Archimedes c. Newton d. Tekanan Udara 11. Alat untuk mengukur tekanan udara tertutup adalah …. a. barometer c. termometer b. manometer d. amperemeter
93
12. Berikut ini yang bukan merupakan pemanfaatan dari Hukum Pascal … a. Pompa Hidrolik c. Mesin Hidrolik b. Termometer d. Rem mobil 2 13. Berikut ini yang bukan pemanfaatan dari hukum Arcimedes … a. Kapal Selam b. Jembatan Ponton c. Pompa Hidrolik d. Hidrometer 14. Sebuah tabung diisi penuh dengan air. Jika tabung diberi 3 lubang, gambar yang benar adalah … a. b.
c.
d.
15. Volume balok besi 500 m3 tercelup seluruhnya dalam air yang massa jenisnya 1.000 kg/m3. g = 10 m/s2. Besar gaya apung terhadap besi adalah … a. 5 x 103 N b. 5 x 104 N 5 c. 5 x 10 N d. 5 x 106 N 16. Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya … dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. a. lebih kecil b. lebih besar c. sama d. bisa sama bisa tidak 17. Alat di bawah ini yang bukan termasuk dalam prinsip kerja Hukum Archimedes adalah .... a. kapal selam c. jembatan phonton b. balon udara d. pompa hidrolik 18. Perhatikan gambar berikut: Tekanan hidrostatis yang dialami benda tersebut adalah .... (dengan g = 10 m/s2) a. 2.000 N/m2 c. 4.000 N/m2 b. 8.000 N/ m2 d. 10.000 N/m2 19. Kegunaan dari pompa hidrolik adalah … a. mengangkat barang berat b. memompa air c. memeras biji-bijian d. memotong barang berat
94
20. Terjadinya sumur artesis merupakan salah satu konsep … a. kapilaritas b. bejana berhubungn c. Hukum Archimedes d. Hukum Pascal 21. Hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup selalu tetap selama suhu gas di dalam ruang tersebut tetap. Pernyataan tersebut merupakan bunyi Hukum …. a. Boyle c. Pascal b. Archimedes d. Bejana berhubungan 22. Perhatikan gambar!
Prinsip kerja yang digunakan pada gambar di atas adalah …. a. adanya tekanan zat cair b. adanya gaya tekan ke atas c. adanya tekanan atmosfer d. adanya gejala kapilaritas
Selamat mengerjakan
95
Lampiran 5 LEMBAR KUNCI JAWABAN INSTRUMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jawaban B C D C A A C A A C C D D B B C A D B B
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jawaban C D A D C B D B C D C A A B A C A A A D
96
Lampiran 6 DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS KONTROL DAN KELAS EKSPERIMEN SMP NEGERI 2 PARUNG - BOGOR
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Kelas Kontrol Nama Siswa Agung S Aldi Rafi A Anggi Indarsyah Anissa Fauziah Anjar Sidiq F Annisa Aulia Daniel Dea Rahmawati Fajar Maulana S Febilia Danita Ferdiansyah Fikri F Intan Nurma Y Irfan Hidayat Kamila Nurul M Kiki Nurmala S Mayang Milenia Meta Yolanda Mitha Mutiara P Narti Yunita Novia Nurmay Olga Kholilah Pitria Mistiya Refen Hanafi Regima D Rivalda Febri u Ronaldo A Saiful Anwar Shafirza N Siti Aisyah Siti Arafah Tasya Azizah H Yon Purwanto Zus Hilda R Jumlah Rata-rata
Pretes t 45 60 65 55 75 40 65 45 40 40 45 50 70 45 40 35 65 35 40 60 60 75 65 45 40 35 65 65 45 40 30 40 55 60 1735 51.03
Postes t 55 70 80 55 80 45 75 70 60 65 65 75 80 50 45 55 70 55 60 75 80 90 70 60 60 50 80 80 50 50 50 50 50 80 2185 64.26
Kelas Eksperimen Nama Siswa Postes Pretest t Abizar Bagus 50 60 Adam Widi Nur 65 75 Akasiu DK 45 85 Angga Ardian S 55 60 ANGGA S 45 85 Anisa 55 60 Anisah 45 80 Burhan Ramadan 65 75 Diana Syafira 60 85 Elita Nuraini 55 70 Fajar I 55 70 Hana Mardiah 70 80 Herudin Maulana 65 90 Ibnu Arobi 55 65 Ikram Blw 50 60 Iqbal Fadila 50 60 Kariza 55 75 M. Diki Ramdani 45 60 M. Yordana A 40 60 Muh. Zaenal M 65 75 Pirda Yanti 55 85 Rasminah 75 95 Resa Hania 50 75 Rike Auria S 45 75 Salsa Heida 40 70 Samiaji Permana 45 60 Sandi Saputra 40 85 Satrio D. W 55 90 Septiana Alifudin 75 80 Shella Aninda 60 65 Syarifah Mazadddx 55 60 Syifa Aulia 70 80 Ulfah Fauziah 60 70 Yolanda Gustin 75 85 2505 Jumlah 1890 Rata-rata 55.59 73.68
97
Tabel Persentasi Kenaikan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol Kogniti f
Jumlah
Porsi (%)
C1 C2 C3 C4
11 6 2 3
50 27 9 14
Total
22
100
Jawab Benar Pretest 208 84 7 62 361 Per 748
Jawab Benar Postest 263 103 11 77 454 Per 748
Selisih Kenaika n 55 19 4 15 93
Kenaika n (%) 26.44 22.62 57.14 24.19 25.76
Tabel Persentasi Kenaikan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperiman Kogniti f
Jumla h
Porsi (%)
C1 C2 C3 C4
11 6 2 3
50 27 9 14
Total
22
100
Jawab Benar Pretest 245 82 9 42 378 Per 748
Jawab Benar Postest 308 118 14 63 503 Per 748
Selisih Kenaika n 63 36 5 21 125
% Kenaikan 25.71 43.90 55.56 50.00 33.07
98 Lampiran 7 Tabel Validitas Uji Instrumen Butir Soal Kuadrat Skor Total Skor Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 400 1 Maulana Alil 20 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 576 2 M. Khatami Deynaldi 24 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 529 3 Achmad Fajri M 23 1225 4 M. Rendi Firmansyah 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 35 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 324 5 M. Thoriq F 18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 49 6 Ahmad Fati Khali 7 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 961 7 Cakra Barak 31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1369 8 M. Sulthan Alfarisi 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1444 9 Prandio Rizki AW 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1444 10 M. Iqbal 38 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1296 11 Noval Qois 36 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1156 12 Nuansa Dava 34 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1024 13 Abda Faza A 32 289 14 S Khadijah Purnomo 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 529 15 Brian Hasten 23 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 144 16 Fara 12 Syifa Harun 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 225 17 15 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 144 18 Sarifa Rosyada 12 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 144 19 Rifda Hilya E 12 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 169 20 Aurelya M 13 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 121 21 Azhaar Sari H 11 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 225 22 M. Bilal SR 15 503 13787
Kesimpulan
0.34 15
5
0.37 19
0.32 12
0.51 17
0.44 13
0.01 12
0.67 12
9
0.78 14
0.41 11
0.37 14
0.53 15
0.05 14
0.66 10
0.78 14
0.66 11
0.63 15
0.41 17
0.81 13
0.86 10
0.38 15
-0.04 19
0.52 10
0.91
#### 13
####
#### 16
#### 12
8
0.65
0.51 12
9
0.32
0.34 14
8
0.78
0.47 16
6
0.85
0.69 14
6
0.69
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.404
0.67
0.78 14 0.404
8
0.70 14
r tabel
0.60 17
r hitung
0.404
Nama
0.404
No.
V V V TV V TV TV V V TV V V V V V TV V TV V V V V V V V V V TV TV TV TV V V V V TV TV TV TV V
99
Lampiran 8 Tabel Reliabilitas
No.
Nama
1
2
3
5
8
9
Maulana Alil 1 1 1 0 1 1 M. Khatami Deynaldi 1 1 1 0 1 1 Achmad Fajri M 1 1 1 0 1 1 M. Rendi Firmansyah 1 1 1 1 1 0 M. Thoriq F 1 1 1 0 0 1 Ahmad Fati Khali 0 1 0 0 0 0 Cakra Barak 1 1 1 1 1 1 M. Sulthan Alfarisi 1 1 1 1 1 0 Prandio Rizki AW 1 1 1 1 1 1 M. Iqbal 1 1 1 1 1 1 Noval Qois 1 1 1 0 1 1 Nuansa Dava 1 1 1 0 1 1 Abda Faza A 1 1 1 0 1 1 S Khadijah Purnomo 1 0 0 0 0 1 Brian Hasten 1 1 1 0 1 1 Fara 0 0 0 0 1 1 Syifa Harun 1 0 0 0 1 0 Sarifa Rosyada 0 0 0 0 1 0 Rifda Hilya E 0 0 0 0 1 0 Aurelya M 1 0 0 0 0 0 Azhaar Sari H 1 0 0 0 0 0 M. Bilal SR 0 0 1 0 1 0 x 17 14 14 5 17 13 N 22 22 22 22 22 22 2 289 196 196 25 289 169 (x ) 2 13.14 8.91 8.91 1.14 13.14 7.68 (x )/N 2 3.86 5.09 5.09 3.86 3.86 5.32 x - (x )/N 2 2 2 α (i) = [(x ) - (x )/N]/N 0.18 0.23 0.23 0.18 0.18 0.24 2 5.85 Sigma α = (i) r11 = 0,97
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
11 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 12 22 144 6.55 5.45 0.25
12 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 22 81 3.68 5.32 0.24
13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 14 22 196 8.91 5.09 0.23
14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 14 22 196 8.91 5.09 0.23
Butir Soal Valid 15 17 19 20 21 22 23 24 25 26 27 32 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 15 10 14 11 15 17 13 6 16 10 10 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 121 225 100 196 121 225 289 169 36 256 100 100 5.50 10.23 4.55 8.91 5.50 10.23 13.14 7.68 1.64 11.64 4.55 4.55 5.50 4.77 5.45 5.09 5.50 4.77 3.86 5.32 4.36 4.36 5.45 5.45 0.25 0.22 0.25 0.23 0.25 0.22 0.18 0.24 0.20 0.20 0.25 0.25
33 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22 64 2.91 5.09 0.23
34 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22 64 2.91 5.09 0.23
35 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 12 22 144 6.55 5.45 0.25
40 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22 64 2.91 5.09 0.23
100 Lampiran 9 Tabel Daya Pembeda
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Siswa Ahmad Fati Khali Azhaar Sari H Fara Sarifa Rosyada Rifda Hilya E Aurelya M Syifa Harun M. Bilal SR S Khadijah Purnomo M. Thoriq F Maulana Alil Jumlah Benar SR
Nama Siswa Achmad Fajri M Brian Hasten M. Khatami Deynaldi Cakra Barak Abda Faza A Nuansa Dava M. Rendi Firmansyah Noval Qois M. Sulthan Alfarisi Prandio Rizki AW M. Iqbal Jumlah Benar ST No. Soal SR - ST Batas Nilai Keputusan A = Ambil T = Tidak
1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 6 3 5 8
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 3 8
4 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 5
1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11 11 0 0 0
4
1 5 5 A
4 3 5 T
2 8 5 A
3 8 5 A
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9 2
5 6 7 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 8 5 11 3 6
Tabel Jumlah Siswa yang Menjawab Salah Kelompok Tinggi (ST) Butir Soal Nilai 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 11 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 12 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 12 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 15 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 17 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 18 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 20 6 4 7 2 1 3 3 4 6 5 7 2 3 3 4 7 2 0 6 1 1 6 6 10 3 1 0 3 3 1 7 3 1 5 7 4 9 10 8 8 7 5 6 4 9 8 8 7 4 9 11 5 10 10 5 5 1 8 10 11 8 8 10 4 8 10
5 6 7 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 11 7 6 0 4
Tabel Jumlah Siswa yang Menjawab Salah Kelompok Tinggi (ST) Butir Soal Nilai 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 23 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 23 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 24 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 34 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 38 11 9 5 10 8 11 11 7 8 10 7 8 11 8 11 10 11 6 10 9 5 8 9 9 7 7 8 9 10 8 9 9 7 0 2 6 1 3 0 0 4 3 1 4 3 0 3 0 1 0 5 1 2 6 3 2 2 4 4 3 2 1 3 2 2 4
5 5 5 A
8 5 5 A
6 3 5 T
7 2 5 T
9 10 11 5 -2 8 5 5 5 A T A
12 7 5 A
13 8 5 A
14 8 5 A
15 3 5 T
16 2 5 T
17 5 5 A
18 0 5 T
19 6 5 A
20 8 5 A
21 5 5 A
22 7 5 A
23 3 5 T
24 9 5 A
25 6 5 A
26 4 5 T
27 8 5 A
28 4 5 T
29 2 5 T
30 3 5 T
31 -1 5 T
32 4 5 T
33 6 5 A
34 8 5 A
35 6 5 A
36 7 5 A
37 7 5 A
38 2 5 T
39 6 5 A
40 6 5 A
101 Lampiran 10 Tabel Taraf Kesukaran Uji Instrumen
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Maulana Alil M. Khatami Deynaldi Achmad Fajri M M. Rendi Firmansyah M. Thoriq F Ahmad Fati Khali Cakra Barak M. Sulthan Alfarisi Prandio Rizki AW M. Iqbal Noval Qois Nuansa Dava Abda Faza A S Khadijah Purnomo Brian Hasten Fara Syifa Harun Sarifa Rosyada Rifda Hilya E Aurelya M Azhaar Sari H M. Bilal SR
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 19 22
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 14 22
3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 14 22
4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 15 22
5 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 5 19 22 22
7 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 22
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 17 22
9 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 13 22
10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12 22
11 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 12 22
12 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 22
13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 14 22
14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 14 22
15 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 11 22
16 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 14 22
17 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 15 22
18 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 22
19 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10 22
20 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 14 22
21 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 11 22
22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 15 22
23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 17 22
24 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 13 22
25 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 22
26 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 16 22
27 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 22
28 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 22
29 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 14 22
30 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 15 22
31 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 22
32 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 10 22
33 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22
34 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22
35 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 12 22
36 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 13 22
37 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 22
38 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 16 22
39 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 12 22
40 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 22
0.86 0.64 0.64 0.68 0.23 0.86 0.55 0.77 0.59 0.55 0.55 0.41 0.64 0.64 0.50 0.64 0.68 0.64 0.45 0.64 0.50 0.68 0.77 0.59 0.27 0.73 0.45 0.27 0.64 0.68 0.86 0.45 0.36 0.36 0.55 0.59 0.41 0.73 0.55 0.36 MU SE SE SE SU MU SE MU SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE MU SE SU MU SE SU SE SE MU SE SE SE SE SE SE MU SE SE MU SE SU
Mudah Sedang Sulit
102 Lampiran 11
Rekapitulasi Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Validitas Nilai Ket. 0.60 V 0.70 V 0.78 V 0.34 TV 0.69 V 0.37 TV 0.32 TV 0.51 V 0.44 V 0.01 TV 0.67 V 0.85 V 0.69 V 0.78 V 0.41 V 0.37 TV 0.53 V 0.05 TV 0.66 V 0.78 V
Reliabilitas Nilai 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97
Taraf Kesukaran Nilai Ket. 0.86 Mudah 0.64 Sedang 0.64 Sedang 0.68 Sedang 0.23 Sulit 0.86 Mudah 0.55 Sedang 0.77 Mudah 0.59 Sedang 0.55 Sedang 0.55 Sedang 0.41 Sedang 0.64 Sedang 0.64 Sedang 0.5 Sedang 0.64 Sedang 0.68 Sedang 0.64 Sedang 0.45 Sedang 0.64 Sedang
Daya Pembeda Nilai Ket. 5 Terima 8 Terima 8 Terima 3 Tolak 5 Terima 3 Tolak 2 Tolak 5 Terima 5 Terima -2 Tolak 8 Terima 7 Terima 8 Terima 8 Terima 3 Tolak 2 Tolak 5 Terima 0 Tolak 6 Terima 8 Terima
Keputusan Ambil Ambil Ambil Buang Ambil Buang Buang Buang Ambil Buang Ambil Ambil Ambil Ambil ? Buang Ambil Buang Ambil Ambil
No 1 2 3 4
5 6 7 8 9
10 11 12
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Validitas Nilai Ket. 0.66 V 0.63 V 0.41 V 0.81 V 0.78 V 0.47 V 0.86 V 0.32 TV 0.34 TV 0.38 TV -0.04 TV 0.52 V 0.65 V 0.91 V 0.51 V ~ TV ~ TV ~ TV ~ TV 0.67 V
Reliabilitas Nilai 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97 0.97
Taraf Kesukaran Nilai Ket. 0.5 Sedang 0.68 Sedang 0.77 Mudah 0.59 Sedang 0.27 Sulit 0.73 Mudah 0.45 Sedang 0.27 Sulit 0.64 Sedang 0.68 Sedang 0.86 Mudah 0.45 Sedang 0.36 Sedang 0.36 Sedang 0.55 Sedang 0.59 Sedang 0.41 Sedang 0.73 Sedang 0.55 Sedang 0.36 Sedang
Daya Pembeda Nilai Ket. 5 Terima 7 Terima 3 Tolak 9 Terima 6 Terima 4 Tolak 8 Terima 4 Tolak 2 Tolak 3 Tolak -1 Tolak 4 Tolak 6 Terima 8 Terima 6 Terima 7 Terima 7 Terima 2 Tolak 6 Terima 6 Terima
Keputusan Ambil Ambil ? Ambil Ambil ? Ambil Buang Buang Buang Buang Ambil Ambil Ambil Ambil ? ? Buang Buang Ambil
13 14 15 16 17
18 19 20 21
22
103
Lampiran 12 TABEL HASIL UJI NORMALITAS KELAS KONTROL x 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
f 2 7 4 4 2 4 3 6 1 1 34
SD
fx 90 350 220 240 130 280 225 480 85 90 2190
fx 2
N
x2 2025 2500 3025 3600 4225 4900 5625 6400 7225 8100
f.x2 4050 17500 12100 14400 8450 19600 16875 38400 7225 8100 146700
2 fx N
2 146.700 2.190 SD 34 34
4.315 4.096 219 14,80
z -1,31 -0,97 -0,64 -0,30 0,04 0,38 0,72 1,05 1,39 1,73
z-tabel 0,4049 0,3340 0,2389 0,1179 0,0160 0,1480 0,2642 0,3531 0,4177 0,4582
X
f(z) 0,0951 0,1660 0,2611 0,3821 0,5160 0,6480 0,7642 0,8531 0,9177 0,9582
S(z) 0,0588 0,2647 0,3824 0,5000 0,5588 0,6765 0,7647 0,9412 0,9706 1,0000
fx 2.190 64,41 f 34
[f(z)-S(z)] 0,0363 0,0987 0,1213 0,1179 0,0428 0,0285 0,0005 0,0881 0,0529 0,0418
104
Lampiran 13 TABEL HASIL UJI NORMALITAS EKSPERIMEN x 60 65 70 75 80 85 90 95
f fx 9 540 2 130 4 280 6 450 4 320 6 510 2 180 1 95 34 2.505
SD
fx 2
N
x2 3.600 4.225 4.900 5.625 6.400 7.225 8.100 9.025
2 fx N
2 188.375 2.505 SD 34 34
5.540 5.476 64 8,00
f.x2 32.400 8.450 19.600 33.750 25.600 43.350 16.200 9.025 188.375
Z -1,71 -1,09 -0,46 0,16 0,79 1,42 2,04 2,67
z-tabel 0,4564 0,3621 0,1772 0,0636 0,2852 0,4222 0,4793 0,4962
X
f(z) 0,0436 0,1379 0,3228 0,5636 0,7852 0,9222 0,9793 0,9962
S(z) [f(z)-S(z)] 0,2647 0,2211 0,3235 0,1856 0,4412 0,1184 0,6176 0,0540 0,7353 0,0499 0,9118 0,0104 0,9706 0,0087 1,0000 0,0038
fx 2.505 73,68 f 34
105
Lampiran 14 Uji Homogenitas Berdasarkan data yang diperoleh, didapat, SD1 = 64,00 dan SDa = 219,00 sehingga: SD 2 64 F 12 0,2922 SD 2 219 Keterangan: F = Uji fisher SD1 = Standar deviasi kelas eksperimen SD2 = Standar deviasi kelas konvensional Kriteria pengujian: Terima Ho jika Fhitung < Ftabel Ho = Data sampel berasal dari populasi homogen Ha = Data sampel berasal dari populasi tidak homogen
106
Lampiran 15 Uji Hipotesis dengan Uji-t Setelah uji persyaratan dilakukan, didapat dua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji-t. Dari data yang ada diperoleh: n1 = 34 n2 = 34 = 64,41 = 73,68 SD1 = 8,00 SD2 = 14,80 Derajat kebebasannya = n1 + n2 – 2
SD gab
SD gab SD gab
t
n1 1SD1 2 n2 1SD 22 n1 n 2 2
34 18,0 2 34 114,8 2
34 34 2 2.118 7.228 141,60 11,90 66 1 2
SD gab
1 1 n1 n 2
t
64,41 73,68 11,90
1 1 34 34
9,27 9,27 3,24 (11,90)(0,24) 2,86
Daerah penerimaan Ha
-3,24
-1,70 1,70 Kurva Pengujian Hipotesis
3,24
107
UJI REFERENSI
Nama
: Sutrisni
NIM
: 107016301037
Program Studi
: Pend. IPA/Fisika
Judul Skripsi
: “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Materi Tekanan”
No
1
2 3 4 1 2 3 4
5
6
Referensi BAB I Trianto, S.Pd., M.Pd. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Presrasi Pustaka Publisher, 2007) Cet. Ke 1 hal. 13 Drs. Pudyo Susanto, Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme, (Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang) hal. 6 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997) h.58. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 2007) hal. 11 BAB II Paul Suparno, op. cit., hal. 18 Ibid. h. 24 Ibid. h.30. Winnie Wing- Mui-So, Constructivist teaching in science, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 3, Issue 1, Article 1(June, 2002). Dwi Lasati, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran Theorema Phytagoras di Kelas 8 SMP. Jurnal Inovatif Volume 3. No. 1. September 2007, h. 47. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 2007) hal. 11
Paraf Pembibing I II
108
Paraf Pembibing No
7
8 9 10 11 12 13 14 15
16
17 18 19 20 21
22
23
Referensi Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet. Ke 3 hal. 2 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2007) cet. Ke 3, hal. 54 Ibid, hal. 64 M. Alisuf Sabri,op.cit, hal. 64 Ibid, hal. 67 M. Alisuf Sabri, op. cit, hal. 68 Ibid, hal. 69 Slameto, op. cit., hal. 54 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008) cet. Ke 1, hal. 24 Wahidin Qohar, Teori Hasil Belajar,Tersedia di http://cpgm.webnode.com tanggal 27 Des 2012 jam 10:14 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 13, h. 43 M. Ngalim Purwanto, op. cit, h. 46 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belaja Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. Ke 11, hal. 30 Ibid, hal. 30 Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) cet. Kelima, hal. 113 H.M. Agus Krisno dkk, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs (Jakarta: Depdikbud, 2008
Sri Putri Pujiarsih, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Piaget terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Matri Pokok Kalor. (Jakarta: Skripsi FITK UIN Jakarta, 2011)
I
II
109
Paraf Pembibing No
Referensi
4 5
Halimah, Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2013) Devi Susilawati, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa,(Jakarta: Skripsi FITK UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, 2013) Hapsari, Tri Sumi Rr., Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Jurnal Pendidikan Penabur – No. 16/Tahun ke-10/Juni 2011 Wahyu, Tri R.N. dkk, StudiPerbandingan antara Teori Konstruktivisme dan Konsep E-Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jurnal Procceding PESAT Gunadarma, Vol.2 ISSN: 1858-2559 Folashade, Afolabi, Construktivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in Nigerian Scondary Schools, Journal Department Of Teacher Education. Faculty of Education University of Ibadan, Oyo State, Nigeria. 2009. BAB III Nuraida Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Reseach Publishing, 2009), h. 141 Ibid, h. 141 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007), cet. Ke 12. h. 146 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 163 Nana Sudjana, op. cit., hal. 135-136
6
Ibid, h.141
24
25
26
27
28
1 2 3
I
II
110
No 7 8 9 10
Paraf Pembibing I II
Referensi Sudjana, Metoda statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466 Ibid, h.249 Ibid, h.241 Lampiran
Yang Mengesahkan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Kinkin Suartini, M.Pd. NIP. 197804062006042003
Ai Nurlaela, M.Si NIP. 19791112 2009122003