PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUGMENTED REALITY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP OPTIKA GEOMETRI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: RIZKY AMALIA NIM. 1111016300028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
i
iii
ABSTRAK
RIZKY AMALIA, NIM. 1111016300028. Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Optika Geometri. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini memiliki dua sampel, yaitu kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney terhadap data posttest diperoleh nilai Sig.(2 tailed) sebesar 0,047 dan nilai taraf signifikansi 0,05, terlihat bahwa nilai Sig.(2 tailed) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Artinya media pembelajaran augmented reality berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran augmented reality pada kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol pada semua jenjang kognitif. Respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran augmented reality dalam proses pembelajaran fisika pada konsep optika geometri berada dalam kategori baik dengan persentase 78,75. Kata Kunci : Media Pembelajaran, Augmented reality, Hasil Belajar, Angket Optika Geometri
iv
ABSTRACT
RIZKY AMALIA 1111016300028. The Effect of Media Augmented Reality on Learning Result of Student on the Geometrical Optics Concept. Thesis of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiya’ and Teacher Training, Islamic State University of SyarifHidayatullah Jakarta, 2016. This research aim to determine the effect of media augmented reality on learning result of students in the geometrical optics concept. The study was conducted in May 2016 at Senior High School 3 of South Tangerang. There were two samples, the class X Science 5 as the control class and class X Science 4 as the experimental class. The method used was quasi experimental with a nonequivalent control group design. The sampling technique was purposive sampling. There were two instruments, test instrument with multiple choice objective questions and non-test instruments with questionnaires. Based on the results of hypothesis testing using non-parametric statistical tests of Mann Whitney that were conducted on the post-test was obtained sig. (2-tailed) of 0.047and a significance level of 0,05, it was seen that the value sig (2-tailed) < 0.05 significance level, so Ho rejected. It means media augmented reality has influence on learning result of students. The average of learning result of students who used media augmented reality in the experiment class was higher than the control class for all cognitiveabilities. Responses of students to the media augmented reality in physics learning process were in good category with a percentage of 78,75. Keywords:
Learning Media, Augmented Reality, Questionnaires, Geometrical Optics.
v
Learning
Result,
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Optika Geometri”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alamiin. Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dwi Nanto, Ph.D selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Erina Hertanti, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan saran dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi ini. 5. Ai Nurlaela, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan saran dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi ini. 6. Fathiah Alatas, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan
mengarahkan
penulis
selama menjadi
mahasiswi
pendidikan fisika. 7. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan. 8. Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin melakukan penelitian di SMA tersebut,
vi
serta Ibu Eli Aisah Sugiharti selaku guru bidang studi fisika yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama penelitian berlangsung. 9. Keluarga tercinta, Bapak, Mamah dan Adik (Gita dan Salsa) yang selalu memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada penulis. 10. Muhamad Hisbulloh Al-Mussamma, S.Kom, yang selalu memberikan doa, waktu, saran, dan dukungan yang luar biasa kepada penulis. 11. Keluarga Pendidikan Fisika 2011, yang senantiasa memberikan pembelajaran serta pengalaman berarti. 12. Saudariku, wanita-wanita solehahku Shinta, Yusina, dan Ardilla, yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, inspirasi dan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis. Serta Cucok Rumpi ku (Anjani, Faramudita, Matul, Mutia, Rachma, Upi, Umi) yang selalu setia mendampingi dalam berbagai keadaan. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang terbaik. Aamiin ya Rabbal’alamiin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin
Jakarta, Oktober 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
6
D. Perumusan Masalah .......................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...................................................
8
A. Kajian Teoritis ...............................................................................
8
1. Media Pembelajaran ..................................................................
8
a. Pengertian Media Pembelajaran ...........................................
8
b. Fungsi Media Pembelajaran .................................................
8
c. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran...........
9
d. Jenis-jenis Media Pembelajaran ........................................... 11 e. Manfaat Media Pembelajaran............................................... 12 2. Augmented Reality .................................................................... 13 a. Pengertian Augmented Reality ............................................. 13 b. Jenis-jenis Augmented Reality.............................................. 14
viii
c. Penggunaan Augmented Reality ........................................... 16 d. Augmented Reality dalam Dunia Pendidikan ....................... 17 e. Unity 3D ............................................................................... 18 f. Vuforia.................................................................................. 19 g. Blender ................................................................................. 20 3. Hasil Belajar .............................................................................. 21 a. Pengertian Belajar ................................................................ 21 b. Pengertian Hasil Belajar ....................................................... 21 4. Kajian Konsep Optika Geometri ............................................... 25 B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 30 C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 32 D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 35 A. Tempat dan Waktu Penelitan ......................................................... 35 B. Metode Penelitian .......................................................................... 35 C. Desain Penelitian ........................................................................... 35 D. Variabel Penelitian ......................................................................... 36 E. Populasi dan Sampel ...................................................................... 36 F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 37 G. Instrumen Penelitian ...................................................................... 37 1. Instrumen Tes ............................................................................ 37 2. Instrumen Nontes ...................................................................... 38 H. Kalibrasi Instrumen........................................................................ 39 1. Kalibrasi Instrumen Tes ............................................................ 39 a. Validitas................................................................................ 39 b. Reliabilitas ............................................................................ 40 c. Taraf Kesukaran ................................................................... 41 d. Daya Pembeda ...................................................................... 42 2. Kalibrasi Instrumen Nontes....................................................... 44 I. Teknik Analisis Data ..................................................................... 44
ix
1. Analisis Data Tes ...................................................................... 45 a. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 45 1) Uji Normalitas ................................................................. 45 2) Uji Homogenitas ............................................................. 45 b. Uji Hipotesis ......................................................................... 46 c. Hipotesis Statistik ................................................................. 48 2. Analisis Data Nontes ................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 50 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 50 1. Hasil Pretest .............................................................................. 50 2. Hasil Posttest............................................................................. 51 3. Rekapitulasi Hasil Belajar ......................................................... 52 a. Hasil Pretest dan Posttest .................................................... 52 b. Kemampuan Kognitif ........................................................... 53 4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ........................................ 53 a. Uji Normalitas ...................................................................... 53 b. Uji Homogenitas................................................................... 54 5. Uji Hipotesis ............................................................................. 55 6. Hasil Analisis Data Angket ....................................................... 56 B. Pembahasan ................................................................................... 57
BAB V
PENUTUP ......................................................................................... 62 A. Kesimpulan .................................................................................... 62 B. Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale................................................. 10
Gambar 2.2
Reality-Virtuality Continuum ...................................................... 14
Gambar 2.3
Contoh Marker Based Tracking .................................................. 15
Gambar 2.4
Markerless AR pada Face Tracking............................................ 16
Gambar 2.5
Peta Konsep Optika Geometri ..................................................... 25
Gambar 2.6
(a) Pemantulan Baur dan (b) Pemantual Teratur ......................... 26
Gambar 2.7
Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
Gambar 4.1
Diagram Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................................. 50
Gambar 4.2
Diagram Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................................. 51
Gambar 4.3
Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen berdasarkan Jenjang Ranah Kognitif ....................... 53
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung ........ 27
Tabel 2.2
Sinar Istimewa pada Lensa Cekung dan Lensa Cembung ............. 28
Tabel 3.1
Desain Penelitian ........................................................................... 36
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes ................................................................. 38
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Nontes (Angket) ............................................ 39
Tabel 3.4
Interprestasi Koefisien Korelasi..................................................... 40
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................. 40
Tabel 3.6
Kategori Realibilitas ...................................................................... 41
Tabel 3.7
Kategori Taraf Kesukaran .............................................................. 42
Tabel 3.8
Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ..................................... 42
Tabel 3.9
Kategori Daya Beda ....................................................................... 43
Tabel 3.10
Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ........................................ 43
Tabel 3.11
Uji Validitas Instrumen Nontes ..................................................... 44
Tabel 3.12
Kategori Uji Normalitas................................................................. 45
Tabel 3.13
Kategori Uji Homogenitas Fisher .................................................. 46
Tabel 3.14
Pemberian Skor Angket Respon Siswa ......................................... 49
Tabel 3.15
Kategori Angket Siswa .................................................................. 49
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...................................................... 52
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...................................................... 54
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...................................................... 55
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...................................................... 55
Tabel 4.5
Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media Augmented Reality ......................................................................... 56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ........................................................... 67 1. RPP Kelas Eksperimen ........................................................... 68 2. RPP Kelas Kontrol .................................................................. 109
Lampiran B Instrumen Penelitian.................................................................. 150 1. Instrumen Tes ......................................................................... 151 a. Kisi-kisi Instrumen Tes ...................................................... 151 b. Instrumen Tes ..................................................................... 152 2. Analisis Hasil Uji Instrumen .................................................. 186 a. Uji Validitas Butir Soal ...................................................... 186 b. Uji Realibilitas Instrumen .................................................. 187 c. Uji Taraf Kesukaran ........................................................... 188 d. Uji Daya Pembeda ............................................................. 189 3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen............................................ 190 4. Instrumen Tes Valid ............................................................... 192 5. Soal Instrumen Penelitian ....................................................... 210 6. Lembar Jawaban ..................................................................... 218 7. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket)...................................... 219 8. Instrumen Nontes (Angket) .................................................... 220 9. Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes (Angket) ................. 221 10. Lembar Validasi Ahli Materi ............................................... 223 11. Lembar Validasi Ahli Media ................................................ 227
Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ................................................... 229 1. Hasil Pretest ......................................................................... 230 2. Hasil Posttest ........................................................................ 236 3. Uji Normalitas Hasil Pretest ................................................ 242 a. Kelas Kontrol ................................................................... 242 b. Kelas Eksperimen ............................................................ 244
xiii
4. Uji Normalitas Hasil Posttest ............................................... 246 a. Kelas Kontrol ................................................................... 246 b. Kelas Eksperimen ............................................................ 248 5. Uji Homogenitas................................................................... 250 6. Uji Hipotesis Data Pretest .................................................... 251 7. Uji Hipotesis Data Posttest................................................... 252 8. Data Hasil Angket Respon Siswa ......................................... 253 9. Data Persentase Ranah Kognitif ........................................... 254
Lampiran D Print Screen Media Augmented Reality .................................... 262
Lampiran E Surat-Surat Penelitian ............................................................... 270 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................ 271 2. Surat Keterangan Penelitian ................................................. 272 3. Lembar Uji Referensi ........................................................... 273 4. Biodata Penulis ..................................................................... 281
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep-konsep fisika memiliki tingkat pemahaman dan kesukaran yang beragam dimulai dari yang mudah, sedang dan sukar. Di dalam konsep fisika juga terdapat berbagai tuntutan kemampuan kognitif seperti kemampuan mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi dan
mencipta.
Keberagaman tingkat kesukaran dan berbagai kemampuan kognitif yang harus dikuasai oleh siswa akan memberikan keberagaman tingkat pemahaman pula pada siswa. Keberagaman tingkat pemahaman pada siswa dapat mengakibatkan terjadinya keberagaman dalam menafsirkan suatu konsep, sehingga dapat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam menafsirkan konsep tersebut. Kesalahan dalam menafsirkan suatu konsep dikenal dengan sebutan miskonsepsi. Miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.1 Sumber kesalahan dalam memahami suatu konsep dapat berasal dari penafsiran awal yang salah pada diri siswa atau kesalahan yang sudah terjadi pada guru kemudian ditularkan kepada siswa. Pada saat pembelajaran, seluruh informasi sebagian besar disampaikan oleh guru. Jika penyampaian informasi dan pemahaman konsep dari guru benar, maka siswa akan memperoleh informasi yang benar. Namun, jika pada awalnya informasi yang diterima oleh guru sudah salah, maka informasi yang diterima oleh siswa juga akan salah.2 Kesalahan dalam memahami konsep-konsep fisika cenderung dimulai dari pemahaman konsep awal yang salah. Kesalahan pemahaman konsep awal ini akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep fisika selanjutnya. Jika kesalahan pemahaman konsep awal tersebut tidak segera diperbaiki, maka dapat menimbulkan miskonsepsi yang berkelanjutan dalam mempelajari konsep-konsep
1
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 4. 2 Iwan Permana Suwarna, “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Mata Pelajaran Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi”, Artikel LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h. 1, tidak dipublikasikan.
1
2
fisika yang saling berhubungan. Salah satu konsep fisika yang sering terjadi miskonsepsi di dalamnya adalah konsep optika geometri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Iwan Permana Suwarna yang menyatakan bahwa konsep fisika pada kelas X yaitu konsep suhu dan kalor, listrik dinamis dan optika geometri sering mengalami miskonsepsi. Dari ketiga konsep tersebut yang paling banyak mengalami miskonsepsi adalah konsep optika geometri sebesar 31,7%.3 Berdasarkan hasil observasi di berbagai sekolah, terdapat beberapa alasan terkait miskonsepsi pada konsep optika geometri, yaitu pertama, banyak sifat-sifat sinar istimewa pada cermin maupun lensa yang dipelajari di dalam konsep optika geometri. Namun, dalam menjelaskan sifat-sifat sinar istimewa guru hanya menampilkan gambar jalannya sinar-sinar istimewa secara dua dimensi, sehingga proses jalannya sinar tidak dapat diamati dari berbagai sisi. Kedua, tidak sesuainya hasil perhitungan dengan gambar bayangan yang dihasilkan sering diabaikan oleh guru maupun siswa sehingga pemahaman konsep yang didapat masih belum maksimal. Ketiga, guru kurang memberikan contoh yang aplikatif sehingga siswa sulit memahami aplikasi konsep optika geometri. Keempat, konsep optika geometri memiliki cakupan materi yang cukup luas dan terdapat banyak sub-sub konsep di dalamnya, sehingga saat guru memberikan soal terkait dengan satu sub konsep, siswa merasa bingung dalam menentukan aplikasi sub konsep mana yang akan digunakan untuk menjawab soal tersebut. Adanya miskonsepsi-miskonsepsi tersebut di atas, dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran yang pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa didapatkan dari proses pembelajaran. Pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses komunikasi yang baik melibatkan siswa ikut berperan serta dalam proses pembelajaran.4 Jadi pembelajaran tidak hanya terfokus kepada guru yang menyampaikan materi, namun ada interaksi dua arah antara siswa dengan guru. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi yang kurang baik dapat 3
Ibid., h. 5. Sadirman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 22., h. 14. 4
3
menimbulkan salah pengertian ataupun salah konsep. Untuk mencapai proses komunikasi yang efisien, dibutuhkan alat bantu yang dapat memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi siswa agar dapat memahami konsep yang telah diajarkan. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan adalah media pembelajaran. Dewasa ini, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah banyak memberikan perubahan dalam dunia pendidikan, khususnya terhadap perkembangan media pembelajaran.5 Media pembelajaran yang dimaksud lebih dikenal dengan media pembelajaran berbantuan komputer. Penggunaan media pembelajaran berbantuan komputer dapat menimbulkan ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan dan siswa akan lebih fokus selama pembelajaran. Selain itu, dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran karena penyajian materi ditampilkan dengan visualisasi yang lebih jelas. Pada umumnya penggunaan media pembelajaran berbantuan komputer yang digunakan di sekolah ditampilkan dalam bentuk dua dimensi. Media dua dimensi hanya mampu menampilkan gambar dari satu sisi saja atau tampak depan. Untuk mengatasi keterbatasan media dua dimensi tersebut, maka munculah media yang dapat memberikan kebebasan sudut pandang yaitu dalam bentuk tiga dimensi. “Media tiga dimensi memiliki kelebihan diantaranya, memberikan pengalaman secara langsung, menyajikan secara konkret dan menghindari verbalisme”.6 Salah satu media pembelajaran dalam bentuk tiga dimensi adalah Augmented Reality (AR). Secara umum, Augmented Reality (AR) adalah suatu teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi
ke
dalam
sebuah
lingkungan
nyata
tiga
dimensi
kemudian
memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata, sehingga gambar terkesan hidup dan seolah-olah berada di hadapan kita.7 Augmented Reality (AR) bekerja dengan menyisipkan objek virtual dalam suatu objek secara 5
Nurul Hikmah, “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Momentum dan Impuls”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 2, tidak dipublikasikan. 6 Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: Satu Nusa, 2011), h. 27. 7 Nazruddin Safaat H, “Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Agmented Reality pada Smartpone Android (Studi Kasus: Materi SistemTata Surya Kelas IX)” Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No. 1, Desember 2014, h. 42.
4
nyata yang memungkinkan penggunanya untuk melihat hasilnya secara bersamaan.8 Augmented reality memiliki potensi untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk mengeplorasi materi dari sudut yang berbeda.9 Augmented Reality juga banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang kedokteran, arsitektur, dunia hiburan (game) bahkan dalam bidang pendidikan. Penggunaan augmented reality sebagai media pembelajaran telah dilakukan sebelumnya oleh Herawati Affandi yang menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis augmented reality dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep dinamika partikel.10 Tampilan augmented reality dari penelitian tersebut masih terdapat kekurangan, yaitu tidak adanya audio dalam menampilkan gambar tiga dimensi, sehingga tampilan tiga dimensi yang dibuat kurang menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan kekurangan tersebut, Herawati menyarankan untuk pengembangan media augmented reality perlu dilakukan inovasi seperti menambahkan audio, meningkatkan tingkat interaktivitas dan mengemas media dalam bentuk ARbook.11 Penyajian konsep optika geometri dalam penelitian ini, akan ditampilkan sesuai dengan saran yang dikemukakan oleh Herawati. Selain itu, peneliti juga akan menambahkan virtual button pada tampilan augmented reality yang akan dibuat. Virtual button akan membantu dalam menjalankan media tersebut. Salah satu contoh sub konsep yang dapat menggunakan virtual button adalah sub konsep pembentukkan bayangan. Dalam penyampaian sub konsep pembentukkan bayangan biasanya guru menjelaskannya menggunakan slide per slide yang terdapat pada powerpoint atau menggambarnya di papan tulis. Jika penjelasannya 8
Wellia Shinta Sari, “Multimedia Presentasi Pembelajaran Berbasis Augmented Reality untuk Pengenalan Pancaindra dalam Mendukung Mata Pelajaran IPA Tingkat Sekolah Dasar”, Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2012 (Semantik 2012), Semarang 23 Juni 2012, h. 25. 9 Steve Chi-Yin Yuen, et all., “Augmented Reality: An Overview and Five Directions for AR in Education”, Journal of Educational Technology Development and Exchange, Vol. 4, No. 1, October 2011, pp. 119-140. 10 Herawati Affandi, “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Dinamika Partikel”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 62, tidak dipublikasikan. 11 Ibid.
5
terlalu cepat, maka pemahaman siswa mengenai konsep pembentukkan bayangan tidak akan utuh. Dengan menambahkan virtual button pada media augmented reality, pemahaman siswa menganai konsep pembentukkan bayangan akan utuh karena konsep tersebut dijelaskan dalam satu slide. Kemudian peneliti juga akan membuat proses jalannya sinar bergerak satu persatu dan akan menambahkan audio serta warna yang berbeda-beda untuk setiap jalannya sinar. Perbedaan audio dan warna pada masing-masing jalannya sinar istimewa akan memudahkan siswa dalam memahami sub konsep tersebut. Penggunaan media pembelajaran augmented reality tidak hanya digunakan untuk membantu dalam penyampaian materi saja. Namun, dapat disisipkan angkaangka ataupun penjelasan terkait dengan gambar tiga dimensi yang ditampilkan. Oleh karena itu, dalam tampilan augmented reality peneliti akan menyisipkan perumusan matematis dan memberikan contoh soal dalam bentuk tiga dimensi, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep optika geometri secara menyeluruh. Dengan tampilan augmented reality yang lebih jelas dan interaktif diharapkan dapat menyeragamkan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga dapat meminimilasir terjadinya miskonsepsi. Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Optika Geometri”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, peneliti mengidentifikasikan masalah yang ada sebagai berikut: 1. Pada saat pembelajaran proses komunikasi antara guru dengan siswa tidak berjalan secara dua arah, sehingga menyebabkan terjadinya miskonsepi yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. 2. Media yang digunakan di sekolah selama proses pembelajaran pada konsep optika geometri masih mengunakan media dua dimensi sehingga tidak memiliki kebebasan sudut pandang.
6
3. Penggunaan media pembelajaran augmented reality pada penelitian sebelumnya masih terdapat kekurangan, seperti tidak adanya audio dalam menampilkan gambar tiga dimensi sehingga tampilan tiga dimensi yang dibuat kurang menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan masalah yang dikaji lebih mendalam, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar fisika siswa konsep optika geometri. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Blom yang telah direvisi oleh Lorin W. Anderson. Ranah Kognitif yang diukur pada penelitian ini adalah C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis). Untuk mengatasi hasil belajar fisika siswa yang rendah, maka dibuatlah media pembelajaran augmented reality. Tampilan augmented reality dibuat dengan menambahkan audio yang berbeda-beda pada saat gambar tiga dimensi dimunculkan, menambahkan virtual button yang akan mempermudah dalam menjalankan media tersebut dan menambahkan perumusan matematis serta contoh soal. Augmented reality dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan software Unity 3D dan Blender.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri.
7
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat diantaranya: 1. Memberikan alternatif media pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga pemahaman konsep yang akan diterima oleh siswa akan seragam. 2. Memberikan informasi terkait dengan penggunaan augmented reality pada konsep optika geometri. 3. Menjadi bahan rujukan dalam melakukan pengembangan media augmented
reality selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis 1.
Media Pembelajaran
a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.1 Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.2 Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.3 Dalam pengertian ini, guru, buku, teks, dan lingkungan merupakan media. Media secara lebih ringkas dapat didefinisikan sebagai alat yang dapat mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Apabila media membawa informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media tersebut dapat disebut sebagai media pembelajaran.4 Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.5 b. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:6
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 17, h. 3. Arif S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6. 3 Wina Sanjaya, Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenademedia Group, 2012), Cet. 6, h. 204-205. 4 Arsyad, op.cit., h. 4. 5 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), Cet. 4. h. 8. 6 Ibid., h. 37-48. 2
8
9
1) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar, yakni sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (siswa) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. 2) Fungsi Semantik, yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar di pahami siswa (tidak verbalistik). 3) Fungsi Manipulatif, yakni dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. 4) Fungsi Psikologis a) Fungsi atensi, yakni media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. b) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. c) Fungsi kognitif, yakni siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. d) Fungsi imajinatif, yakni media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. e) Fungsi motivasi, yakni media pembelajaran dapat berfungsi sebagai pendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5) Fungsi Sosio-Kultural, yakni media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan presepsi yang sama. c.
Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran Pemerolehan pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku
dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang
10
pernah dialami sebelumnya.7 Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengan sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:8
Abstrak
Konkret
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Dasar pengembangan kerucut pada Gambar 2.1 bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan yang terkandung berbentuk lambang-lambang, maka indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas. Walaupun tingkat partisipasi fisik berkurang, namun keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan 7 8
Arsyad, op.cit., h. 10. Ibid., h.13.
11
berkembang. Sesungguhnya pengalaman konkret dan abstrak dialami silih berganti. Hasil belajar yang diperoleh dari pengalaman langsung akan mengubah danmemperluas jangkauan abstrak, begitupun sebaliknya. Selain itu, kemampuan menginterprestasikan lambang atau kata akan membantu seseorang untuk memenuhi pengalaman yang dialaminya secara langsung. d. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Media dalam proses pembelajaran menurut Rudi Bretz dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yakni:9 1) Media audio Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima pesan verbal dan non verbal. Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah program radio dan program media rekam (tape recorder). 2) Media visual Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam jenis indera ini adalah media cetak-verbal, cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah koran, modul, buku, poster, dan lainnya. 3) Media audio-visual Media audio-visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas. 4) Multimedia Multimedia yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer dan internet,
9
Munadi, op.cit., h.54-57
12
bisa juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat. Contoh media ini, yaitu karyawisata, forum teater dan permainan atau simulasi. e.
Manfaat Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar
memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:10 1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, serta memungkinkan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masingmasing. 3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan daya indera, ruang, dan waktu; a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model; b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh daya indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, atau slide; d) Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer; e) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video; f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
10
Arsyad, op.cit., h. 29.
13
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
2.
Augmented Reality
a.
Pengertian Augmented Reality Augmented reality (AR) dalam bahasa Indonesia disebut realitas
tertambah. Augmented reality merupakan teknologi yang menggabungkan benda maya ke dalam lingkungan nyata secara real time. Teknologi augmented reality merupakan variasi dari virtual environments (VE) atau biasa disebut dengan virtual reality. Virtual reality benar-benar memasukan pengguna ke dalam dunia maya, sementara pengguna tidak dapat melihat dunia nyata di sekelilingnya. Sebaliknya augmented reality memungkinkan pengguna untuk melihat dunia nyata, dengan cara memasukan objek virtual ke dalam dunia nyata.11 Augmented reality memiliki tiga karakteristik yaitu (1) augmented reality merupakan penggabungan dunia nyata dan dunia maya, (2) berjalan secara interaktif dalam waktu nyata (realtime), dan (3) terdapat interasi antar benda dalam tiga dimensi yaitu benda maya terintegrasi dalam dunia nyata.12 Tujuan dalam penggunaan teknologi augmented reality adalah menambahkan pengertian dan informasi pada dunia nyata dimana sistem augmented reality mengambil dunia nyata sebagai dasar dan menggabungkan beberapa teknologi dengan menambahkan data kontekstual agar pemahaman seseorang menjadi jelas.13 Miligram dan Kishino menjelaskan konsep augmented reality dalam teori mereka yang disebut dengan reality-virtuality continuum yang dapat dilihat dalam Gambar 2.2 berikut ini:14
11
Ronald T.Azuma, “A Survey of Augmented Reality”, Hughes Research Laboratries, Malibu, August 1997, pp. 2. 12 Ibid. 13 Emir M Husni dan Yusuf Rokhmat, “Perancangan Augmented Reality Vulcano untuk Alat Peraga Museum”, Jurnal Institut Teknologi Bandung, 2008, h.2. 14 Paul Milgram dan Fumio Kashino, “Augmented Reality: A class of displays on the reality-virtuality continuum” Paper of ATR Communication System Research Laboratories, SPIE Vol. 2351, pp.283.
14
Gambar 2.2 Reality-Virtuality Continuum
Pada Gambar 2.2 Miligram dan Kishino merumuskan kerangka kemungkinan penggabungan dunia nyata dan dunia maya ke dalam sebuah reality-virtuality continuum. Pada sisi sebelah kiri menggambarkan lingkungan nyata yang berisi benda nyata, dan sebelah kanan menggambarkan lingkungan maya yang berisi benda maya. Dalam augmented reality, yang lebih dekat ke sebelah kiri, lingkungan bersifat nyata dan benda bersifat maya, sementara augmened virtuality lebh dekat ke sebelah kanan, lingkungan bersifat maya dan benda bersifat nyata. Kemudian augmented reality dan augmented virtuality digabungkan menjadi mixed reality atau realitas campuran. b. Jenis-Jenis Augmented Reality Teknologi augmeted reality bekerja dengan cara menggabungkan benda maya dua dimensi atau tiga dimensi ke dalam lingkungan nyata, lalu memproyeksikan benda maya tersebut dalam waktu nyata. Augmented reality memerlukan perangkat tambahan seperti perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) tertentu. Berdasarkan cara penggunaannya augmented reality terbagi menjadi dua jenis, yaitu:15 1) Marker Augmented Reality (Marker Based Tracking) Marker biasanya merupakan ilustrasi hitam dan putih persegi dengan batas hitam tebal dan latar belakang putih. Komputer akan mengenali posisi dan orientasi marker dan menciptakan dunia virtual 3D yaitu titik (0,0,0) dan 3 sumbu
15
Senja Lazuardy, “Augmented Reality: Masa Depan Interaktivitas”, Kompas, 9 April 2012, (online) (http://tekno.kompas.com/read/2012/04/09/12354384/augmented.reality.masa.depan.interaktivitas, diakses pada 10 September 2015).
15
yaitu X, Y, dan Z.16 Marker Based Tracking ini sudah lama dikembangkan sejak 1980-an dan pada awal 1990-an mulai dikembangkan untuk penggunaan augmented reality. Contoh marker based tracking dapat dilihat pada Gambar 2.3, sebagai berikut:
Gambar 2.3 Contoh Marker Based Tracking
Prinsip kerja marker based tracking cukup sederhana, webcam yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan, setelah mengenali dan menandai pola marker, webcam akan melakukan perhitungan terhadap marker sesuai dengan database yang dimiliki. Jika tidak sesuai maka informasi marker tidak akan diolah, tetapi jika sesuai maka informasi marker akan digunakan untuk merender dan menampilkan objek 3D atau animasi yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menampilkan objek 3D, marker diolah menggunakan image processing untuk menampilkan 3D secara realtime. 2) Markerless Augmented Reality Salah satu metode augmented reality yang saat ini sedang berkembang adalah meode Markerless Augmented Reality, dengan metode ini pengguna tidak perlu lagi menggunakan sebuah marker untuk menampilkan elemen-elemen digital. Seperti saat ini dikembangkan oleh perusahaan augmented reality terbesar di dunia Total Immersion, mereka telah membuat berbagai macam teknik Markerless Tracking sebagai teknologi andalan mereka, seperti:17 a)
Face Tracking Dengan menggunakan algoritma yang mereka kembangkan, komputer
dapat mengenali wajah manusia secara umum dengan cara mengenali posisi mata, hidung, dan mulut manusia, kemudian akan mengabaikan objek-objek lain di 16
Firda Soraya, “Pembuatan Buku Edukasi Anak Berbasis Augmented Reality Menggunakan Metode Marker Based Tracking”, Skripsi Program Studi Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h. 17, tidak dipublikasikan. 17 Lazuardy, loc.cit.
16
sekitarnya seperti pohon, rumah, dan benda-benda lainnya. Teknik ini pernah digunakan di Indonesia pada Pekan Raya Jakarta 2010 dan Toy Story 3 Event. Contoh Markerless Face Tracking dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini:
Gambar 2.4 Markerless AR pada Face Tracking
b) 3D Object Tracking Berbeda dengan Face Tracking yang hanya mengenali wajah manusia secara umum, teknik 3D Object Tracking dapat mengenali semua bentuk benda yang ada disekitar seperti mobil, meja, televisi, dan lain-lain. c)
Motion Tracking Pada teknik ini komputer dapat menangkap gerakan. Motion Tracking
telah mulai digunakan secara ekstensif untuk memproduksi film-film yang mencoba mensimulasikan gerakan. Contohnya pada film Avatar, di mana James Cameron
menggunakan
teknik
ini untuk membuat film tersebut
dan
mengunakannya secara realtime. c. Penggunaan Augmented Reality Bidang-bidang yang pernah menerapkan teknologi augmented reality diantaranya:18 1) Kedokteran, teknologi pencitraan sangat dibutuhkan di dunia kedokteran, seperti misalnya, untuk simulasi operasi, simulasi pembuatan vaksin virus, dll. 2) Hiburan, augmented reality sekarang sudah dipakai di dunia entertainment. Bentuknya beragam ada yang dipakai untuk efek perfilman, permainan untuk di smartphone, majalah, dll.
18
Anggi Andriyadi, Augmented Reality With ARToolkit, (Bandar Lampung: ARTeam, 2011), hal 10-11
17
3) Latihan militer, militer menggunakan augmented reality untuk membuat sebuah permainan perang, dimana prajurit masuk kedalam dunia game tersebut, dan seolah-olah seperti melakukan perang sesungguhnya. 4) Engineering, augmented reality dapat digunakan untuk latihan engineer. Misalnya ahli mesin menggunakan augmented reality untuk memperbaiki mobil yang rusak. 5) Robotik dan telerobotik, dalam bidang robotika, seorang operator robot, menggunakan pencitraan visual dalam mengendalikan robot itu. Jadi, penerapan augmented reality dibutuhkan di dunia robot. 6) Consumer design, seorang pengembang menggunakan brosur virtual untuk memberikan informasi yang lengkap secara 3D, sehingga pelanggan dapat mengetahui secara jelas, produk yang ditawarkan.
d. Augmented Reality dalam Dunia Pendidikan Teknologi AR telah berhasil digunakan di berbagai lembaga pendidikan, seperti dijadikan sebagai penambah untuk bahan buku teks atau sebagai sebuah virtual dari buku teks tiga dimensi itu sendiri.19 Hannes Kaufmann dalam papernya yang berjudul Collaborative Augmented Reality in Edcation, mengungkapkan bahwa seiring dengan kemajuan dalam perkembangan konsep pedagogis, aplikasi dan teknologi, dan penurunan biaya perangkat keras, pengguna skala kecil teknologi augmented reality untuk lembaga pendidikan menjadi sangat memungkinkan dalam dekade ini (dengan asumsi pembangunan berkelanjutan di tingkat yang sama). Namun demikian, potensi teknologi ini membutuhkan perhatian yang seksama agar benar-benar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan.20 Menurut Karen Hamilton dan Jorge Olenewa, ada beberapa potensi dan keuntungan dari penerapan teknologi augmented reality untuk pendidikan, yaiu:21 19
Raghav Sood, Pro Android Augmented Reality, (New York: Paul Manning, 2012), pp 8. Hannes Kaufmann, “Collaborative Augmented Reality in Education”, Paper Institute of Software Technology and Interactive System, Vienna University of Technology, Austria, h.1. 21 Karen Hamilton & Jorge Olenewa, Augmented Reality in Education, May 2010, (online) (http://www.authorstream.com/Presentation/k3hamilton-478823-augmented-reality-in-education/), diakses pada 12 September 2015. 20
18
1) Menyediakan pembelajaran kontekstual yang kaya bagi individu dalam mempelajari suatu skill. 2) Merealisasikan konsep pendidikan di mana siswa memegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri. 3) Membuka kesempatan dalam menciptakan pembelajaran yang lebih otentik dan dapat diterapkan dalam berbagai gaya pembelajaran. 4) Memiliki kekuatan untuk menarik siswa dengan cara yang sebelumnya tidak memungkinkan. 5) Memberikan kebebasan bagi siswa dalam melakukan proses penemuan dengan cara mereka sendiri. 6) Tidak ada konsekuensi nyata (dengan kata lain aman bagi siswa) jika terjadi kesalahan saat kegiatan pembelajaran/pelatihan skill. Masih menurut Hamilton dan Jorge, saat ini penelitian dalam penerapan augmented reality untuk pendidikan sudah banyak dilakukan, contohnya dalam skill training, dicovery based learning, game based learning, modeling object, AR book, dan lain-lain. Namun penelitian-penelitian tersebut masih lebih fokus pada proses pengembangan (research and development) dan belum mengkaji dari sudut pandang ilmu pendidikan secara mendalam. e.
Unity 3D Unity 3D merupakan sebuah tools yang terintegrasi untuk membuat bentuk
objek tiga dimensi pada video games atau untuk konteks interaktif lain seperti visualisasi arsitektur atau animasi 3D realtime. Lingkungan dari pengembangan Unity 3D berjalan pada Microsoft Windows dan Mac Os X, serta aplikasi yang dibuat oleh Unity 3D dapt berjalan pada Windows, Mac, Xbox 360, Playstation 3, Wii, iPad, iPhone dan tidak ketinggalan pada platform Android. Unity 3D juga dapat membuat game berbasis browse yang menggunakan Unity web player plugin, yang dapat bekerja pada Mac dan Windows, tetapi tidak pada Linux.22
22
Agus Nyoman Reditya Ary Prasetya, “Augmented Reality Book Pengenalan Jenis-Jenis Petulangan”, Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI), Vol. 2, No.7, September 2013, h. 980.
19
Features (scripting) di dalam Unity 3D adalah sebagai berikut:23 1.
Mendukung 3 bahasa pemrograman, JavaScript, C#, dan Boo.
2.
Flexible dan EasyMoving, rotating, dan scaling objects hanya perlu berbasis kode. Begitu juga degan duplicating, removing, dan changing properties.
3.
Multi-platform Game bisa di PC, Mac, Wii, iPhone, dan Android.
4.
Visual Properties Variables yang didefinisikan dengan scripts ditampilkan pada editor. Bisa digeser atau drag and drop, dapat memilih warna dengan color picker.
5.
Berbasis NET, penjalanan program dilakukan dengan Open Source NET platform, dan Mono developer.
f.
Vuforia Vuforia merupakan software library untuk augmented reality, yang
menggunakan sumber yang konsisten mengenai computer vision yang fokus pada image recognition.24 Vuforia mempunyai banyak fitur-fitur dan kemampuan yang dapat membantu pengembang untuk mewujudkan pemikiran mereka tanpa adanya batas secara teknikal. Pengembang diberikan kebebasan untuk mendesain dan membuat aplikasi yang mempunyai kemampuan antara lain:25 1) Teknologi computer vision tingkat tinggi 2) Terus-menerus mengenali multiple image 3) Tracking dan Detection tingkat lanjut 4) Solusi pengaturan database gambar yang fleksibel. Target pada vuforia merupakan objek pada dunia nyata yang dapat dideteksi oleh kamera, untuk menampilkan objek virtual. Beberapa jenis target pada vuforia adalah:26 1.
Image targets, contoh: foto, papan permainan, halaman majalah, sampul buku, kemasan produk, poster, kartu ucapan. Jenis target ini menampilkan gambar sederhana dari augmented reality. 23
Gugy Guztaman Munzi, “Penerapan Augmented Reality pada Brosur Mobil dengan Platform Android di Toyota Auto 2000 Bandung”, Skripsi pada Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2014, h. 14, tidak dipublikasikan. 24 Ary Prasetya, op.cit., h. 979. 25 Ibid. 26 Guztaman Munzi, op.cit., h. 18.
20
2.
Frame markers, tipe frame gambar 2D dengan pattern khusus yang dapat digunakan sebagai potongan permainan di permainan pada papan.
3.
Multi-target, sebagai contohnya kemasan produk atau produk yang berbentuk kotak ataupun persegi. Jenis ini dapat menampilkan gambar sederhana augmented 3D.
4.
Virtual buttons, yang dapat membuat tombol seperti daerah kotak sebagai sasaran gambar.
g.
Blender Blender adalah salah satu software open source yang digunakan untuk
membuat konten multimedia khususnya tiga dimensi.27 Blender merupakan software gratis yang dapat digunakan untuk modelling, texturig, lighting, animasi dan video post processing 3 dimensi. Blender 3D memberikan fitur-fitur utama sebagai berikut:28 1) Interface yang user friendly dan tertata rapi. 2) Tools untuk membuat objek 3D yang lengkap meliputi modeling, UV mapping, texturing, rigging, skinning, animasi, paricle dan simulasi lainnya, scripting, rendering,compositing, post production, dan game ceation. 3) Cross Platform, dengan uniform GUI dan mendukung semua platform, Blender 3D bisa digunakan untuk semua versi Windows, Linux, OS X, FreeBSD, Irix, Sun, dan sistem operasi lainnya. 4) Kualitas arsitektur 3D yang berkualitas tinggi dan bisa dikerjakan dengan lebih cepat dan efisien. 5) Dukungan yang aktif melalui forum dan komunitas. 6) File berukuran kecil dan gratis.
27
Eka Ardhianto, “Augmented Reality: Objek 3 Dimensi dengan Perangkat Artoolkit dan Blender”, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, Vol. 17, No. 2, Juli 2012, h. 110. 28 Munir, MULTIMEDIA Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 331.
21
3.
Hasil Belajar
a.
Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.29 Belajar menurut Gagne didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan respon.30 Belajar juga didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.31 Menurut Oemar Hamalik, yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.32 b. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.33 Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional mengutamakan klasifikasi hasil
29 30
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 29. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.
2-3. 31
Arsyad, op.cit., h. 1. Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 27. 33 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 3. 32
22
belajar menurut Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah aektif, dan ranah psikomotorik.34 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif menurut Gagne adalah suatu proses internal yang digunakan siswa dalam memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.35 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:36 a)
Mengingat (C1), mencakup pengambilan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada saar dibutuhkan dengan cara mengenali atau mengingat kembali.
b) Memahami (C2), yakni mengkonstruk makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifa lisan, tulisan, ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami
meliputi
menafsirkan,
mencontohkan,
mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. c)
Menerapkan atau mengaplikasikan (C3), melibatkan penggunaan prosedurprosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori menerapkan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi
(ketika
tugasnya
hanya
soal
latihan)
dan
mengimplementasikan (ketika tugasnya merupakan masalah). d) Menganalisis (C4), melibatkan proses menguraikan materi menjadi bagianbagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhan. Kategori proses menanalisis meliputi proses-proses
kognitif
membedakan,
mengorganisasikan,
dan
mengatribusikan.
34
Ibid., h. 22. Wilis Dahar, op.cit., h. 122. 36 Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, terj. Agung Prihantoro. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 99100. 35
23
e)
Mengevaluasi (C5), yakni membuat keputusan berdasarkan kiteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
f)
Membuat atau mencipta (C6), melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional yang berisikan tiga proses kognitif yakni merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.37 Jika ditinjau dari sikap, maka berkaitan dengan keadaan internal siswa yang mempengaruhi pilihannya terhadap perlakuannya kepada orang lain, benda, atau suatu peristiwa.38 Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu:39 a)
Penerimaan (recieving), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Penerimaa dibedakan menjadi kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b) Jawaban (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap gejala atau stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c)
Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Penilaian dibedakan menjadi kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas
37
Sudjana, op.cit., h. 29. Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 67. 39 Sudjana, op.ct., h. 30. 38
24
nilai yang telah dimilikinya. Kemampuan organisasi dibedakan menjadi konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Hal ini mencakup keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 3) Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berkaitan erat dengan keterampilan secara fisik dan motorik. Aspek pada ranah psikomotorik, yaitu:40 a)
Persepsi, yakni menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan yang ditampilkan.
b) Kesiapan, berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu, termasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional. c)
Respon terpimpin, meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan cobacoba, dan performance yang memadai menjadi tolak ukur.
d) Mekanisme, yakni kebiasaan yang berasal dari respon yang dipelajari, gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran. e)
Respon kompleks, berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks.
f)
Penyesuaian, berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik, sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakannya agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
g) Mencipta, yakni keterampilan tingkat tinggi di mana pada tingkatan ini seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
40
Zulfiani, dkk., op.cit., h. 68-69.
25
4.
Kajian Konsep Optika Geometri
a.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Optika Geometri Standar kompetensi yang telah ditetapkan untuk konsep optika geometri
adalah menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. Adapun kompetensi dasar yang telah ditetapkan yaitu menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini sesuai dengan kurikulum KTSP 2006. b. Peta Konsep Optika Geometri Optika Geometri merupakan bagian dari konsep fisika yang diajarkan pada semester genap di tingkat SMA/MA kelas X. Agar pembelajaran pada konsep Optika Geometri lebih mudah dipahami, maka disajikan peta konsep pada Gambar 2.5 berikut: Optika Geometri mempelajari
Pemantulan
Pembiasan
pada
pada
Prisma
Cermin
Lensa
penerapan pada
Alat-Alat Optik terdiri atas
Mata
Lup
Mikroskop
Teleskop
Gambar 2.5 Peta Konsep Optika Geometri
c.
Materi Konsep Optika Geometri
1) Pemantulan Cahaya a)
Hukum Pemantulan Cahaya Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa:41
(1) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) (2) Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. 41
Purwoko, Physics For Senior High School Year X, (Jakarta: Yudhistira), 2009, h.130.
26
Berdasarkan permukaan tempat jatuhnya sinar, pemantulan terbagi menjadi dua jenis. Berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar disebut dengan pemantulan baur. Berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan rata dan halus disebut dengan pemantulan teratur, seperti pada Gambar 2.6 berikut:42
(a)
(b)
Gambar 2.6 (a) Pemantulan baur, dan (b) Pemantulan Teratur
b) Pemantulan Cahaya pada Cermin Berdasarkan bentuknya, cermin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Cermin datar memiliki beberapa sifat-sifat bayangan, yaitu maya, sama besar, tegak dan mengahadap berlawanan arah terhadap bendanya, serta jarak bayangan terhadap cermin sama dengan jarak benda terhadap cermin.43 Jika dua cermin datar disusun sedimikian, sehingga membentuk sudut α, jumlah bayangan yang terbentuk adalah: n=
–1
.....................(2.1)
Keterangan: n = jumlah bayangan = sudut apit cermin Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen) dan memiliki titik fokus F yang bernilai positif. Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar (divergen) dan memiliki titik fokus F bernilai negatif yang terletak di bagian belakang cermin.44 Perumusan matematis pada cermin cekung dan cembung adalah sebagai berikut: = +
dan
M=
=
.....................(2.2)
42
Kamajaya, Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA, (Jakarta: Grafindo, 2007), h.
43
Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga), 2013, h. 379. Ibid,. h. 388.
170. 44
27
Keterangan: M = perbesaran bayangan h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin Cermin cekung dan cermin cembung memiliki tiga sinar istimewa. Sinarsinar istimewa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung Cermin Cekung
Cermin Cembung
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.
b. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
b. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.
c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.
2) Pembiasan Cahaya a)
Hukum Pembiasan Cahaya Pada pembiasan berlaku hukum Snellius yang menyatakan bahwa sinar
datang dari medium yang kurang rapat menuju ke medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar yang datang dari medium
28
yang lebih rapat menuju ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal. Perumusan hukum Snellius, dapat dituliskan sebagai berikut:45 n1 sin θ1 = n2 sin θ2
...................(2.3)
Keterangan: n1 = indeks bias mutlak medium 1 n2 = indeks bias mutlak medium 2 θ1 = sudut datang θ2 = sudut bias b) Pembiasan Cahaya pada Lensa Lensa dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu lensa cekung (konkaf) dan lensa cembung (konveks). Lensa cekung dan lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa. Ketiga sinar tersebut dapat dilukiskan pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Sinar Istimewa pada Lensa Cekung dan Lensa Cembung Lensa Cekung
Lensa Cembung
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah dari titik fokus F1.
a.
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus F1.
b. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
b.
Sinar datang melalui titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
d.
Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
45
Purwoko, op.cit., h. 138.
29
3) Alat-alat Optik a) Mata Mata normal memiliki titik dekat sekitar 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Ada beberapa gangguan penglihatan, yaitu miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), presbiopi, dan astigmatisme.46 b) Lup Lup terbuat dari lensa cembung. Bayangan yang dihasilkan lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar.47 c)
Mikroskop Mikroskop digunakan untuk mengamati benda-benda renik. Mikroskop
terdiri atas susunan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler.48 Tabel 2.3 Rumus-Rumus untuk Menentukan Perbesaran pada Mikroskop Persamaan =
Keterangan Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan perbesaran oleh lensa okuler.
=
Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi.
=
+ 1
Perbesaran okuler saat mata berakomodasi maksimum.
Keterangan: M = perbesaran bayangan pada mikroskop M = perbesaran lensa objektif Mok = perbesaran lensa okuler Sn = jarak mata normal fok = jarak fokus lensa okuler d) Teleskop Teleskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh. Ada dua macam jenis teleskop, yaitu teleskop pantul dan teleskop bias.49 Tabel 2.4 Rumus pada Teropong Persamaan = =
46
+
Keterangan Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya
Douglas C, Giancoli, Fisika Jilid 2 Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 334. Purwoko, op.cit., h. 158. 48 Ibid., h.160. 49 Giancoli, op.cit., h.340. 47
30
Keterangan: M = perbesaran bayangan pada teropong fob = jarak fokus lensa objektif fok = jarak fokus lensa okuler d = jarak lensa objektif dan lensa okuler B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengaruh media berbasis augmented reality adalah sebagai berikut: a.
Steve Chi-Yin Yuen, et.all, dalam penelitiannya yang berjudul “Augmented Reality: An Overview and Five Directions for AR in Education”, memberikan informasi bahwa apikasi AR memiliki potensi yang sangat besar dan memiliki banyak manfaat untuk pengajaran dan lingkungan belajar. Augmented Reality memiliki potensi untuk merangsang dan memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi materi dari sudut yang berbeda. Aplikasi AR memberikan akses yang mudah bagi peserta didik dalam menggunakanya dari berbagai sumber yang telah disediakan. Ada lima aplikasi teknologi AR dalam pendidikan, yaitu AR-Book, AR game, dicovery-based learning, pemodelan objek, dan pelatihan keterampilan.50
b.
Mukhlis Yuzti Perdana, dkk, dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Augmented
Reality
Pembelajaran
Organ
Pernapasan
Manusia
pada
Smartphone Android”, memberikan informasi bahwa 80% siswa menyatakan sangat baik terhadap media pembelajaran AR yang dapat membantu siswa dalam memahami materi organ pernapasan dan meningkatkan minat belajar siswa. Sebesar 96% guru menyatakan sangat baik media pembelajaran AR dalam mempermudah dan membantu guru dalam menjelaskan pelajaran organ pernapasan serta media pembelajaran ini menjadi solusi alternatif multimedia pembelajaran tentang organ pernapasan.51
50
Steve Chi-Yin Yuen, et all., “Augmented Reality: An Overview and Five Directions for AR in Education”, Journal of Educational Technology Development and Exchange, Vol. 4, No. 1, October 2011, pp. 119-140. 51 Mukhlis Yuzti Perdana, dkk., “Aplikasi Augmented Reality Pembelajaran Organ Pernapasan Manusia pada Smartphone Android”, Jurnal Teknik Informatika, Vol. 1, September 2012, h. 1-10.
31
c.
Erwin Nugraha dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Elektronika Dasar Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality”, memberikan informasi bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan media pembelajaran berbasis augmented reality. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa sebesar 52,98% dan termasuk ke dalam kriteria sedang. Dan hasil pengukuran minat siswa melalui angket berada pada kategori baik.52
d.
Nazruddin Safaat H dalam penelitiannya yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Agmented Reality pada Smartpone Android (Studi Kasus: Materi SistemTata Surya Kelas IX)”, memberikan informasi bahwa penggunaan media pembelajaran augmented reality lebih efektif dari media pembelajaran yang lama (konvensional). Hal tersebut dapat dilihat dari perhitungan kuesioner siswa dan guru memperoleh nilai 84,85% yang menyatakan bahwa aplikasi AR-Book sangat membantu dalam memahami konsep tata surya. Berdasarkan pengujian efektivitas media tersebut menunjukan bahwa media pembelajaran aumented reality dapat meningkatkan kecepatan pemahaman siswa terhadap pelajaran dari 37,5% menjadi 92,5%, kreativitas siswa dari 46% menjadi 60% dan hasil belajar siswa dari 27,5% menjadi 90%.53
e.
Herawati Affandi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Dinamika Partikel”, memberikan informasi bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran berbasis augmented reality lebih unggul pada semua jenjang kognitif. Respon siswa terhadap augmented reality menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran
52
Erwin Nugraha, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Elektronika Dasar Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality”, Skripsi pada Prodi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UPI Bandung, Bandung, 2013, tidak dipublikasikan. 53 Nazruddin Safaat H, “Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Agmented Reality pada Smartpone Android (Studi Kasus: Materi SistemTata Surya Kelas IX)” Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No. 1, Desember 2014, h. 41-47.
32
berbasis augmented reality dalam pembelajaran secara keseluruhan memperoleh kategori baik sekali dengan persentase sebesar 83,24%.54 f.
Maulina Fitria Ningsih dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang”, memberikan informasi bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa menggunakan
media
pembelajaran
augmented
reality
lebih
tinggi
dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa tanpa menggunakan media pembelajaran augmented reality. Hasil angket juga menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media augmented reality mendapatkan respon dalam kategori baik.55
C. Kerangka Berpikir Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses komunikasi yang baik hendaknya dapat berjalan secara dua arah, yaitu antara guru dengan siswa. Namun, saat pembelajaran berlangsung terkadang guru hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan apakah siswa dapat memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru. Artinya, proses komunikasi dalam pembelajaran hanya berjalan satu arah. Proses komunikasi yang berjalan hanya satu arah, berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi sering ditemui pada konsep-konsep fisika. Salah satu konsep fisika yang sering mengalami miskonsepsi adalah konsep optika geometri. Pada konsep optika geometri yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi salah satunya adalah pada sub konsep pembentukkan bayangan. Penggambaran pembentukkan bayangan hanya bersifat seadanya tanpa memperhitungkan keakuratan antara hasil perhitungan secara matematis dengan gambar yang dihasilkan. Hal inilah yang sering diabaikan oleh guru maupun siswa. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran pada konsep optika geometri menjadi tidak maksimal yang akhirnya 54
Herawati Affandi, “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Dinamika Partikel”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 60. 55 Maulina Fitria Ningsih, “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. 66, tidak dipublikasikan.
33
akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada konsep tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat memperlihatkan penggambaran yang akurat sesuai dengan hasil perhitungan secara matematis, serta dapat dilihat dari berbagai sisi secara tiga dimensi. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan adalah media pembelajaran dalam bentuk tiga dimensi, seperti augmented reality. Augmented reality adalah suatu teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi, kemudian menampilkan benda-benda maya secara realtime. Realtime yang dimaksud adalah gambar ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi yang bergerak, gambar terkesan hidup dan seolah-olah berada di hadapan kita. Augmented Reality (AR) bekerja dengan menyisipkan objek virtual dalam suatu objek secara nyata yang memungkinkan penggunanya untuk melihat hasilnya secara bersamaan. Penyajian konsep optika geometri dengan menggunakan augmented reality dapat memperjelas materi yang disampaikan karena gambar yang ditampilkan dapat dilihat dari berbagai sisi. Seperti pada sub konsep pembentukkan bayangan, penjelasan jalannya sinar-sinar istimewa dibuat bergerak satu persatu dengan pemberian warna dan audio yang berbeda-beda pada tiap jalannya sinar. Tampilan augmented
reality
menyeragamkan
yang
informasi
lebih yang
jelas
dan
diterima
interaktif oleh
siswa,
diharapkan
dapat
sehingga
dapat
meminimalisir terjadinya miskonsepsi. Dengan demikian, proses pembelajaran juga akan menjadi maksimal dan hasil belajar siswa pada konsep optika geometri akan meningkat. Alur kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut:
34
Proses komunikasi antara guru dengan siswa belum berjalan secara dua arah
Terjadi miskonsepsi dalam memahami konsep
Penerapan media pembelajaran berbantuan komputer dalam bentuk tiga dimensi (augmented reality)
Pemahaman konsep siswa menjadi seragam
Hasil belajar siswa meningkat Gambar 2.7 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, maka perumusan hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jalan Benda Timur XI, Komplek Perumahan Permai 2, Pamulang, Tangerang Selatan. Penelitian berlangsung pada semester genap bulan April s/d Mei tahun pelajaran 2015/2016.
B. Metode Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.2 Pemilihan metode ini dikarenakan kelas yang djadikan objek penelitian sulit untuk dikontrol dari variabel-variabel lain yang tidak diukur dalam penelitan.
C. Desain Penelitian Desain
penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
nonequivalent control group design. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penentuan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.3 Kedua kelompok dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, agar memiliki tingkat homogenitas yang relatif sama. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep optika geometri. Selanjutnya kedua kelompok diberikan perlakuan yang 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 3. 2 Ibid., h. 114. 3 Ibid., h.116.
35
36
berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran secara konvensional. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada konsep optika geometri. Desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Kelompok Eksperimen Kontrol
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest Treatment O1 XE O1 XK
Postest O2 O2
Keterangan: XE = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa pembelajaran menggunakan media augmented reality Xk = Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa pembelajaran menggunakan media presentasi powerpoint O1 = Tes awal (pretest) sebelum diberi perlakuan O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberi perlakuan
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.4 Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran augmented reality, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada konsep optika geometri.
E. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek yang menjadi target penelitian.5 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3 Kota Tangerang Selatan dengan populasi sasarannya adalah seluruh siswa kelas X. Sampel adalah
4
Ibid., h. 60. Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 228. 5
37
sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.6 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 5 sebagai kelompok kontrol dan kelas X MIA 4 sebagai kelompok eksperimen. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu.7 F. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data. Pertama, dengan teknik pemberian tes berupa tes hasil belajar fisika pada konsep optika geometri yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest. Kedua, dengan teknik pemberian angket respon siswa mengenai penggunaan media pembelajaran augmented reality yang hanya diberikan kepada kelompok eksperimen setelah pembelajaran berlangsung.
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan selama penelitian untuk mengumpulkan data.8 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. 1. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda yang terdiri dari lima alternatif jawaban untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitf. Aspek kognitif yang diukur hanya dibatasi pada aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (mengaplikasikan). Adapun kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
6
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 54. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),h. 183. 8 Wina Sanjaya, op.cit., h. 247. 7
38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Konsep
Indikator
Menjelaskan konsep pemantulan cahaya pada cermin datar. Menghitung besaran-besaran yang terdapat pada cermin datar (tinggi bayangan dan tinggi Pemantulan cermin, sudut pantul, serta Cahaya jumlah bayangan) Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada cermin. Menjelaskan konsep pembiasan cahaya pada permukaan bidang datar Menghitung hubungan antara cepat rambat (v), frekuensi (f), dan panjang gelombang cahaya (λ) dengan indeks bias (n). Pembiasan Menyebutkan sifat-sifat Cahaya bayangan yang terdapat pada lensa cembung dan cekung Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada lensa Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari Alat-alat Optik Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik Jumlah Soal Persentase Soal Keterangan: * butir soal yang valid
C1 2, 3
Ranah Kognitif C2 C3 1*, 4*
10*
17, 19*
C4
Jumlah Soal 4
5*, 7*, 8*
6, 9*
5
12, 14
11, 13, 15, 16*
7
18, 20*
4
21*, 22, 24 26*, 27
28*, 29
8 19%
31*, 33*, 34
36*, 38*
9 21%
5
4
30*, 32*
35*, 37
23*, 25
5
4
39*, 41*
40*, 42, 43
5
12 28%
14 32%
43 100%
2. Instrumen Non Tes Instrumen nontes yang digunakan pada penelitian ini berupa angket. Angket berisi pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengetahui persepsi atau respon siswa terhadap penggunaan media augmented reality dalam pembelajaran fisika pada konsep optika geometri. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala Likert yang berbentuk rating scale,
39
dimana setiap pernyataan angket memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Cukup (C), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Adapun kisi-kisi instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Nontes (Angket) Augmened Reality No Aspek Positif Negatif 1. Pengaruh media augmented reality 2, 4 1, 3 terhadap hasil belajar 2. Penyajian media augmented reality 6, 7, 10 5, 8, 9 Jumlah 5 5
Jumlah 4 6 10
H. Kalibrasi Instrumen Kalibrasi instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang akan digunakan. 1. Kalibrasi Instrumen Tes Instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, sebelum diberikan kepada sampel. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dari setiap soal. Suatu instrumen dapat dikatakan baik jika memenuhi persyaratan tes, seperti: validitas, realibilitas, dan analisis kualitas butir soal, yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan berdasarkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian: a. Validitas Validitas tes merupakan ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabilan tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.9 Pengujian validitas butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi biserial γpbi dengan rumusan sebagai berikut:10
γpbi = 9
.................... (3.1)
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
65. 10
Ibid., h. 79.
40
Keterangan: γpbi = Koefisien korelasi biserial Mp = Rerata skor dari sbjek yang menjawab betul pada butir soal yang dicari validitasnya Mt = Rata-rata dari skor total St = Standar deviasi dari skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar q = Proporsi siswa yang menjawab salah Interprestasi nilai koefisien yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:11 Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Kategori 0,80 < γpbi ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < γpbi ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < γpbi ≤ 0,60 Cukup 0,20 < γpbi ≤ 0,40 Rendah 0,00 < γpbi ≤ 0,20 Sangat Rendah Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Statistik Butir Soal Jumlah Soal 43 Jumlah Siswa 32 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 16, 19, 20, 21, Nomor Soal Valid 23, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 39, 40, 41 Jumlah Soal Valid 24 Persentase (%) 55,8 % Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, pada penelitian ini jumlah soal yang diujicobakan adalah 43 soal. Setelah diujicobakan pada 32 siswa terdapat 24 soal yang valid. Pengolahan uji validitas instrumen tes pada penelitian ini menggunakan anatesV4. Hasil perhitungan uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B, halaman 183. b. Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.12 Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes 11
Sugiyono, op.cit., h. 257.
41
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen tes adalah menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) sebagai berikut:13 r11 =
∑
..................... (3.2)
Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen p = Proporsi subjek (peserta tes) yang menjawab benar q = Proporsi subjek (peserta tes) yang menjawab salah ∑ pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyak soal S = Standar deviasi dari tes Penentuan kategori reliabilitas suatu instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut: Tabel 3.6 Kategori Realibilitas Rentang nilai r11 Kategori 0,00 r11 0,20 Kecil 0,20 r11 0,40 Rendah 0,40 r11 0,70 Sedang 0,70 r11 0,90 Tinggi 0,90 r11 1,00 Sangat Tinggi Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates, diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,8. Nilai ini termasuk ke dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes ini layak digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B, halaman 184. c. Taraf Kesukaran Analisis taraf kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.14 Indeks kesukaran ini menunjukkan
12
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.
258. 13 14
Arikunto, op.cit., h. 100. Ibid., h. 207.
42
taraf kesukaran soal. Rumusan untuk mencari taraf kesukaran butir-butir soal adalah sebagai berikut:15 P=
..................... (3.3)
Keterangan: P = Taraf kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab benar pada butir soal yang diukur JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Penentuan kategori derajat kesukaran suatu butir soal didasarkan pada Tabel 3.7 berikut:16 Tabel 3.7 Kategori Taraf Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori 0,00 - 0,30 Sukar 0,30 - 0,70 Sedang 0,70 - 1,00 Mudah Hasil perhitungan taraf kesukaran instumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut: Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Butir Soal Kriteria Soal Jumlah Soal Persentase Mudah 13 30 % Sedang 16 37 % Sukar 14 33 % Jumlah 43 100 % Berdasarkan Tabel 3.8, dapat terlihat bahwa dari 43 soal yang diujikan, soal yang tergolong mudah yakni sebanyak 30%. Selanjutnya soal yang tergolong sedang sebanyak 37% dan soal yang tergolong sukar sebanyak 33% dari jumlah keseluruhan soal. Hasil perhitungan taraf kesukaran pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B, halaman 185. d. Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belum menguasai
15 16
Ibid,. h. 208. Arifin, op.cit., h.272
43
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.17 Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).18 Daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:19 D=
-
..................... (3.4)
Keterangan: D = Daya beda soal BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah Penentuan kriteria daya pembeda soal didasarkan pada Tabel 3.9 berikut:20 Tabel 3.9 Kategori Daya Beda Rentang nilai DB Kategori Bernilai negatif Drop 0,00 ≤ DB < 0,20 Buruk 0,20 ≤ DB < 0,40 Cukup 0,40 ≤ DB < 0,70 Baik 0,70 ≤ DB < 1,00 Baik Sekali Hasil uji daya beda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut: Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kriteria Soal Butir Soal Jumlah Soal Persentase Drop 7 16 % Buruk 10 23 % Cukup 13 30 % Baik 11 26 % Baik Sekali 2 5% Jumlah 43 100 % Berdasarkan Tabel 3.10, dapat terlihat bahwa dari 43 soal, 16% soal termasuk kategori sangat buruk (drop), 23% termasuk kategori buruk, 30% termasuk kategori cukup, 26% termasuk kategori baik, dan 5% termasuk kategori baik sekali. Dari kesulurahan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang digunakan 17
Ibid., h. 273. Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op.cit., h. 212. 19 Ibid., h. 213. 20 Ibid., h. 218. 18
44
dalam penelitian ini adalah 20 soal. Soal-soal yang dipilih dianggap memiliki kriteria yang paling baik berdasarkan kelima kriteria yang telah disyaratkan. Selain itu, 20 soal yang digunakan juga dianggap telah mewakili setiap indikator pembelajaran. Hasil perhitungan daya pembeda pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B, halaman 186. 2. Kalibrasi Instrumen Nontes Pengujian kelayakan instrumen nontes dilakukan dengan pertimbangan ahli. Pertimbangan dosen pembimbing berhubungan dengan validitas isi yang berkaitan dengan butir-butir pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa yang terdapat pada angket. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut:
No 1. 2.
3. 4. 5.
Tabel 3.11 Uji Validitas Instrumen Nontes Kriteria Aspek yang Diuji Baik Cukup Pengembangan indikator dari setiap tahap pembelajaran Semua tahap pembelajaran terwakilkan oleh indikator yang dikembangkan Penskoran terhadap tiap-tiap indikator Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan
Kurang
Saran: .................................................................................................................................... ....................................................................................................................... I. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
45
menguji hipotesis yang diajukan.21 Dalam penelitian ini, terdapat data tes dan nontes yang harus dianalisis. 1. Analisis Data Tes Ada dua tahapan yang dapat dilakukan untuk menganalisis data tes, yaitu uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. a. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis data tes dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian prasyarat analisis ini dilakukan untuk menentukan rumus statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis. 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitan ini adalah chi square test (tes kai kuadrat), yaitu:22 X2 = ∑
(
)
......................... (3.5)
Keterangan: X2 = Nilai tes kai kuadrat f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Penentuan kategori uji normalias berdasarkan pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada Tabel 3.12 berikut ini:23 Tabel 3.12 Kategori Uji Normalitas Rentang Nilai X2 Kategori X2hitung ≥ X2tabel Distribusi data tidak normal X2hitung ≤ X2tabel Distribusi data normal 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians antara dua data yang diteliti. Jika tidak terdapat perbedaan varians di antara kedua data, maka data yang berasal dari kelompok sampel tersebut dapat dikatakan homogen atau
21
Sugiyono, op.cit., h. 207. Tedjo N. Reksoatmodjo, Statistika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 43 23 Sugiyono, op.cit., h. 243. 22
46
berasal dari populasi yang sama. Pada penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher,yaitu:24 F=
=
........................ (3.6)
dengan, S2 =
∑
(∑ (
)
....................... (3.7)
)
Keterangan: F = Koefisien F tes S1 = Varians pada kelompok yang mempunyai nilai besar S2 = Varians pada kelompok yang mempunyai nilai kecil Penentuan kategori uji homogenitas berdasarkan uji Fisher didasarkan pada Tabel 3.13 berikut: Tabel 3.13 Kategori Uji Homogenitas Fisher Rentang Nilai F Kategori Fhitung ≥ Ftabel Distribusi data tidak homogen Fhitung ≤ Ftabel Distribusi data homogen b. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis yang akan digunakan haruslah sesuai dengan asumsiasumsi seperti distribusi dan kehomogenitasan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang akan digunakan: 1) Data terdistribusi normal dan varians sama Untuk data berdistribusi normal dan varians sama, pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu uji t dengan persamaan sebagai berikut:25 t=
....................... (3.8)
dengan, Sgab = 24
(
)
(
)
...................... (3.9)
Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Nonparametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri), h. 104. 25 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarasito, 2005), h. 239.
47
Keterangan: x = Rata-rata data kelompok eksperimen x = Rata-rata data kelompok kontrol SE = Standar deviasi data kelompok eksperimen SK = Standar deviasi data kelompok kontrol nE = Jumlah anggota sampel kelompok eksperimen nK = Jumlah anggota sampel kelompok kontrol t = Hasil hitung distribusi Sgab = Varians gabungan 2) Data terdistribusi normal dan varians berbeda Untuk data berdistribusi normal dan varians berbeda, pengujian hipotesis menggunakan uji t’ dengan persamaan sebagai berikut:26 t’ =
........................ (3.10)
Keterangan: x = Rata-rata data kelompok eksperimen x = Rata-rata data kelompok kontrol SE = Standar deviasi data kelompok eksperimen SK = Standar deviasi data kelompok kontrol nE = Jumlah data kelompok eksperimen nK = Jumlah data kelompok kontrol Kriteria pengujian uji t’ adalah sebagai berikut: a) Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak b) Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak
3) Untuk data tidak berdistribusi normal. Untuk data tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney dengan persamaan berikut ini:27 − Rx
Ux = (nx x ny) + Uy = (nx x ny) +
26 27
(
)
..................... (3.11)
− Ry
Ibid., h. 241. Sugiyono, Statistik Non Parametrik, (Bandung: CV Alfabeta, 2007), h. 61.
48
Keterangan: Ux = Jumlah peringkat 1 Uy = Jumlah peringkat 2 nx = Jumlah sampel 1 ny = Jumlah sampel 2 Rx = Jumlah rangking pada sampel 1 Ry = Jumlah rangking pada sampel 2 Kriteria pengujian uji U adalah sebagai berikut: a. Jika U < U t
, maka Ho ditolak dan H diterima.
b. Jika U > Ut
, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan uji Mann Whitney pada program SPSS for windows versi 22. Uji ini dilakukan karena data dari salah satu kelas yang diujikan tidak terdistribusi normal. Cara untuk mengetahui apakah Ho ditolak atau diterima adalah dengan memperhatikan nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Jika Asymp. Sig. (2-tailed) > α (0,05) maka Ho diterima, sedangkan jika Asymp. Sig. (2-tailed) < α (0,05), maka Ho ditolak.28
c. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney, yaitu sebagai berikut: H0 : Sig. (2-tailed) > α
..................... (3.12)
Ha : Sig. (2-tailed) < α
Keterangan: H0 Ha Sig. (2-tailed) α
28
= Tidak terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri = Terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri = Nilai probabilitas yang dihasilkan dari pengujian hipotesis = Taraf signifikansi (0,05)
Modul Pelatihan SPSS, Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Universitas Negeri Jakarta, (Jakarta: Universitas Negeri jakarta, 2011), h. 83.
49
2. Analisis Data Nontes Analisis data nontes dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data yang akan dianalisis diperoleh dari lembar angket yang berisi peryataan positif dan pernyataan negatif. Pengisian angket dilakukan dengan cara memberikan tanda cheklist (√) pada kolom yang telah tersedia dengan lima pilihan jawaban yang berbeda-beda. Lima pilihan jawaban pada angket mempunyai skala 1 sampai 5. Skala 1 sampai 5 digunakan untuk memberikan skor pada setiap alternatif jawaban pernyataan angket. Pemberian skor untuk pernyataan positif maupun negatif, dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut: Tabel 3.14 Pemberian Skor Angket Respon Siswa Nilai Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat tidak setuju (STS) 1 5 Tidak Setuju (TS) 2 4 Cukup (C) 3 3 Setuju (S) 4 2 Sangat setuju (SS) 5 1 Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Skor ideal = jumlah item × skor minimal Angka Persentase =
......... (3.13) × 100%
Selanjutnya, hasil persentase yang didapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori pada Tabel 3.15 berikut:29 Tabel 3.15 Kategori Angket Siswa Rentang Nilai Kategori 0 – 20% Sangat Kurang 21 – 40% Kurang 41 – 60% Cukup 61 – 80% Baik 81 – 100% Baik Sekali
29
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2008), h. 60.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pada subbab ini akan diuraikan gambaran umum data pretest dan posttest dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Data pretest dan posttest mendeskripsikan hasil belajar siswa yang dimiliki oleh masing masing-masing kelas, sedangkan hasil angket mendeskripsikan respon siswa terhadap media augmented reality yang digunakan selama pembelajaran di kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Hasil Pretest Hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dalam Gambar 4.1 berikut:
Jumlah Siswa
25
21 18
20 15
12 Kelas Kontrol
10 5 5
2
5 3
4
4
5
5
4
Kelas Eksperimen
0 25 - 31 32 - 38 39 - 45 46 - 52 53 - 59 60 - 66
Rentang Nilai Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 4.1, dapat terlihat bahwa hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan berada pada rentang nilai 25 25-66. Pada rentang nilai pretest yang rendah rata-rata rata kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. kontrol. Namun, pada rentang nilai pretest yang tinggi, rata-rata rata kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan kelas
50
51
eksperimen. Perbedaan nilai pretest yang cukup signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen terlihat pada rentang 46-52. 46 52. Pada rentang tersebut kelas kontrol jauh lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen. Sementara untuk rentang nilai pretest yang lain hampir tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Hasil Posttest Hasil posttest yang diperoleh iperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dalam Gambar 4.2 berikut: 15 14
16 13
Jumlah Siswa
14
11
12
9
10
7
8 6
Kelas Kontrol 4
4
4 2
2 0
1
4
Kelas Eksperimen
2
2 0
0
0 50-55 56-61 56 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91 92-97
Rentang Nilai
Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 4.2, dapat terlihat bahwa hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan berada pada rentang nilai 50 50-97. Pada rentang nilai yang rendah rata-rata rata rata kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen, sedangkan untuk rentang nilai yang tinggi rata rata-rata kelas eksperimen erimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa siswa di kelas eksperimen memperoleh nilai posttest tertinggi pada rentang 86-91 86 dan 92-97, 97, sedangkan siswa di kelas kontrol memperoleh nilai posttest tertinggi pada rentang 80-85. 85. Sementara nilai posttest
52
keseluruan hampir tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. 3. Rekapitulasi Hasil Belajar a. Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari hasil pretest dan posttest. Rekapitulasi data hasil pretest dan posttest untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Median Modus Standar Deviasi
Pretest Kelas Kontrol 30 65 47,61 45 45 8,45
Kelas Eksperimen 25 65 44,20 45 45 9,58
Posttest Kelas Kelas Kontrol Eksperimen 50 60 85 95 72,84 77,50 70 70 75 75 9,36 8,45
Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa nilai rata-rata pretest kelas kontrol (47,61) lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen (44,20). Sementara, nilai rata-rata posttest kelas eksperimen (77,50) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (72,84). Hasil ini menunjukkan bahwa nilai kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas kontrol mengalami peningkatan dengan selisih nilai rata-rata pretest dan posttest sebesar 25,23, sedangkan selisih nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen sebesar 33,3. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa pembelajaran menggunakan media augmented reality memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa pembelajaran konvensional.
53
b. Kemampuan Kognitif Siswa Hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk setiap
50
63 65
40
37 35
45 40
Persentase
60
58 54
70
57 55
80
75 81
90
78 83
81 86
jenjang ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
30
Pretes Kontrol Pretes Eksperimen Posttest Kontrol
20
Posttest Eksperimen
10 0 C1
C2
C3
C4
Jenjang Kognitif Gambar 4.3 Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen berdasarkan Jenjang Ranah Kognitif Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa untuk setiap jenjang kognitif di kelas kontrol maupun eksperimen mengalami peningkatan. Peningkatan jenjang kognitif yang paling signifikan terlihat pada jenjang kognitif C3 baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Kelas kontrol mengalami peningkatan dengan selisih persentase nilai pretest dan posttest sebanyak 30%, sedangkan kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan dengan selisih persentase nilai pretest dan posttest sebanyak 41%. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat pretest jenjang kognitif C1-C4 C4 kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen, sedangkan jenjang kognitif C1 C1-C4 saat posttest kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. 4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan terhadap data pretest dan pos posttest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Untuk menguji normalitas kedua data tersebut
54
digunakan rumus uji kai kuadrat (chi-square). Kriteria pengujian menggunakan rumus uji
kai kuadrat (chi-square) adalah jika X2hitung ≤ X2tabel, maka data
terdistribusi normal, sedangkan jika X2hitung ≥ X2tabel maka data tidak terdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pretest Posttest Uji Statistik Kelas Kelas Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Nilai X2hitung 7,17 15,5 17,98 11,32 2 Nilai X tabel 11,07 11,07 Keputusan Data Data tidak Data tidak Data tidak terdistribusi terdistribusi terdistribusi terdistribusi normal normal normal normal Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada saat pretest, kelas kontrol memiliki nilai X2hitung < X2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest kelas kontrol terdistribusi normal. Sementara itu, data pretest kelas eksperimen memiliki nilai X2hitung > X2tabel, sehingga dapat dikatakan data tersebut tidak terdistribusi normal. Untuk data posttest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki nilai X2hitung > X2tabel. Hasil ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen pada saat posttest tidak terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada data pretest dan posttest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pengambilan keputusan uji homogenitas diambil berdasarkan kriteria pengujian uji fisher. Kedua kelas dinyatakan homogen jika nilai Fhitung ≤ Ftabel. Apabila nilai Fhitung ≥ Ftabel maka kedua kelas dinyatakan tidak homogen. Ketika kedua kelas dinyatakan homogen, berarti data yang diperoleh dari kelas tersebut memiliki varians yang sama. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
55
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pretest Posttest Uji Statistik Kelas Kelas Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Nilai Varians 8,45 9,58 9,36 8,45 Fhitung 1,28 1,22 Ftabel 1,66 Keputusan Kedua kelas homogen Kedua kelas homogen Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa data pretest dan posttest baik kelas kontrol maupun kelas ekperimen memiliki nilai Fhitung < Ftabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang didapat dari kelas kontrol dan kelas eksperimen pada saat pretest maupun posttest memiliki varians yang sama. Artinya, kedua kelas memiliki kemampuan yang homogen. 5. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh hasil kedua data tidak terdistribusi normal, dan memiliki varians yang sama. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney menggunakan bantuan software SPSS.22. Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H0 dapat dilihat dari nilai pada kolom Sig.(2 tailed). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%. Pengambilan keputusan hipotesis diambil berdasarkan pada kriteria pengujian, yaitu jika nilai Sig.(2 tailed) < 0,05, maka dinyatakan H0 ditolak dan Ha diterima. Namun, jika Sig.(2 tailed) > 0,05, maka dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen Pretest Posttest Statistik Kelas Kelas Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Sig (2 tailed) 0,080 0,047 Taraf signifikansi 0,05 Keputusan Ha ditolak Ha diterima
56
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa pada saat pretest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki nilai Sig.(2 tailed) > taraf signifikansi (0,05), sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh media augmented reality terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat pretest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen belum diberikan perlakuan. Sementara pada hasil uji hipotesis posttest terlihat bahwa nilai Sig.(2 tailed) < taraf signifikansi (0,05), sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya hipotesis alternatif (Ha) pada pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri. 6. Hasil Analisis Data Angket Hasil perhitungan angket respon siswa terhadap media augmented reality dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media Augmented Reality Indikator Angket Persentase Kategori Pengaruh terhadap hasil belajar 75,91% Baik Penyajian media augmented reality 81,59% Baik Sekali Rata-rata 78,75% Baik Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa penggunaan media augmented reality secara keseluruhan mendapatkan respon yang baik dari siswa dengan perolehan nilai yaitu 78,75%. Pada angket respon siswa terdapat dua indikator, yaitu pengaruh terhadap hasil belajar dan penyajian media augmented reality. Jika dilihat berdasarkan indikatornya, maka pada indikator pengaruh terhadap hasil belajar mendapatkan respon yang baik dengan perolehan persentase 75,91. Sementara, pada indikator penyajian media augmented reality mendapatkan respon yang baik sekali dengan perolehan persentase 81,59. Hal ini menunjukkan bahwa media augmented reality mampu membantu siswa dalam memahami materi dan memotivasi siswa untuk belajar fisika konsep optika geometri.
57
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, pada saat pretest nilai rata-rata kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen. Namun, hasil uji prasyarat analisis menunjukkan bahwa kedua data tidak terdistribusi normal dan kedua kelas memiliki kemampuan yang homogen. Kemudian hasil uji hipotesis kedua kelas menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) (0,080) > nilai taraf signifikansi (0,05). Artinya, tidak terdapat pengaruh media augmented reality terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep optika geometri antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan. Setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, hasil uji hipotesis data posttest menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) (0,047) < nilai taraf signifikansi (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri. Jika ditinjau berdasarkan nilai rata-rata posttest, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan selisih nilai sebesar 4,66. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Maulina, yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran augmented reality lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa tanpa menggunakan media pambelajaran augmented reality.1 Hasil ini juga didukung dengan angket respon siswa terhadap media augmented reality yang memperoleh persentase rata-rata sebesar 78,75 atau berada pada kategori baik. Jika ditinjau berdasarkan jenjang kognitifnya, pada saat pretest kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen pada semua jenjang kognitif. Namun, setelah diberikan perlakuan, kelas eksperimen lebih unggul dalam jenjang kognitif C1 (meningat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis). Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan media pembelajaran augmented reality untuk
1
Maulina Fitria Ningsih, “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. 66, tidak dipublikasikan.
58
menjelaskan konsep optika geometri. Dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality dalam pembelajaran siswa menjadi lebih mudah mengamati konsep optika geometri secara keseluruhan, karena konsep tersebut disajikan dalam bentuk tiga dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sisi dan dilengkapi dengan contoh soal. Sesuatu yang baru dalam penyampaian materi membuat siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi dalam memahami seluruh materi yang diajarkan. Pada jenjang kognitif C1 (mengingat), kelas eksperimen memperoleh peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena siswa diajak untuk menggali informasi terkait konsep optika geometri dari sisi yang berbeda. Jika biasanya penyajian konsep optika geometri hanya diperlihatkan melalui gambar dua dimensi, akibatnya proses jalannya sinarsinar pada konsep optik tidak dapat diamati dari berbagai sisi. Namun, dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality, penyajian konsep optika geometri dapat ditampilkan secara tiga dimensi dan dapat dilihat dari berbagai sisi. Begitu pun jika dilakukan dengan eksperimen real, seperti saat mengamati proses jalannya sinar pada sub konsep pemantulan dan pembiasan, di mana proses jalannya sinar akan berlangsung dengan cepat dan sulit terlihat dengan jelas. Dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality dapat diperlihatkan proses jalannya sinar secara perlahan, sehingga proses yang diamati dapat dilihat dengan jelas. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa media pembelajaran augmented reality dapat membuat siswa lebih mudah mengingat dan mengamati konsep yang diajarkan. Hal ini didukung oleh hasil angket respon siswa pada indikator penyajian tampilan media pembelajaran augmented reality yang memperoleh persentase rata-rata sebesar 81,59. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Levie & Levie, bahwa belajar melalui stimulus gambar akan membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan fakta dan konsep.2
2
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.9
59
Selain meningkatkan hasil belajar pada jenjang kognitif C1 (mengingat), media pembelajaran augmented reality juga dapat meningkatkan hasil belajar pada jenjang kognitf C2 (memahami). Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan media pembelajaran augmented reality mampu menampilkan gambar pergerakan sinar-sinar yang lebih lambat dan otomatis berulang. Dari hasil angket, respon siswa yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ‘pergerakkan gambar pada augmented reality terlalu cepat, sehingga penjelasan materi kurang bisa dipahami’. Selain itu, pada konsep optika geometri terdapat sub konsep yang membutuhkan pengamatan yang lebih teliti dalam memahami sub konsep tersebut, misalnya sub konsep pembentukkan bayangan. Umumnya guru menjelaskan sub konsep ini menggunakan media presentasi powerpoint atau menggambarkannya di papan tulis. Pada powerpoint, sub konsep pembentukkan bayangan dijelaskan dalam bentuk slide per slide, sehingga siswa harus mengingat slide sebelumnya, penyajian yang seperti ini kurang efektif dalam menjelaskan sub konsep tersebut. Dengan menggunakan media ini, materi yang disampaikan dapat dijelaskan dalam satu slide, sehingga penyajiannya pun lebih efektif. Selanjutnya, jika menjelaskan sub konsep ini di papan tulis, maka untuk penggambaran bayangan di berbagai ruangan harus menggambarkannya satu per satu, dengan cara seperti ini waktu yang dibutuhkan otomatis lebih lama. Dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality, waktu yang dibutuhkan dalam
penggambaran
bayangan
menjadi
lebih
efektif
karena
untuk
menggambarkan bayangan ruangan per ruangan cukup dengan menggunakan fasilitas virtual button. Selain fasilitas virtual button, media pembelajaran augmented reality juga ditambahkan fasilitas audio yang berbeda-beda untuk setiap jalannya sinar, sehingga proses setiap jalannya sinar akan lebih mudah dibedakan. Penyajian seperti ini, memudahkan siswa untuk memahami materi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mukhlis dkk, yang menyatakan bahwa dari perhitungan kuisoner yang diberikan didapatkan bahwa sebesar 80% siswa
60
menyatakan media pembelajaran augmented reality membantu dalam memahami materi dan meningkatkan minat belajar.3 Media pembelajaran augmented reality juga dapat meningkatkan kemampuan siswa pada jenjang kognitif C3 (menerapkan). Kemampuan kognitif C3 (menerapkan) mengalami peningkatan terbesar yaitu 41%. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena penjelasan konsep optika geometri yang terdapat pada media pembelajaran augmented reality dilengkapi dengan contoh soal. Misalnya
pada
saat
menggambarkan
pembentukkan
bayangan,
dalam
menggambarkan pembentukkan bayangan diperlukan keakuratan antara hasil perhitungan dengan gambar yang dihasilkan. Selama ini dalam memberikan contoh soal penggambaran pembentukkan bayangan, soal perhitungan dan pembentukkan gambar bayangan umumnya diberikan dalam dua contoh soal, sehingga kemampuan menerapkan siswa menjadi tidak utuh. Selain itu, gambar bayangan yang dihasilkan pun jarang diperhatikan keakuratannya dengan hasil perhitungan. Dalam penelitian ini, soal perhitungan maupun pembentukkan gambar bayangan diberikan dalam satu contoh soal dan disajikan dalam satu slide, di mana untuk penggambaran bayangan yang dihasilkan juga diperhatikan keakuratannya dengan menggunakan skala yang sesuai dengan hasil perhitungan. Artinya, penyajian contoh soal yang seperti ini menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.4 Hal ini sangat membantu siswa dalam mengaplikasikannya ke sub konsep selanjutnya, seperti alat-alat optik. Selain meningkatkan hasil belajar pada jenjang kognitif C1-C3, media pembelajaran augmented reality juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada jenjang kognitif C4 (menganalisis). Kemampuan menganalisis memiliki cakupan kompleks, yang memanfaatkan ketiga kemampuan jenjang kognitif sebelumnya
3
Mukhlis Yuzti Perdana, dkk., “Aplikasi Augmented Reality Pembelajaran Organ Pernapasan Manusia pada Smartphone Android”, Jurnal Teknik Informatika, Vol. 1, September 2012, h. 1-10. 4 Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, terj. Agung Prihantoro. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 116.
61
yaitu mengingat, memahami, dan menerapkan.5 Dalam penelitian sebelumnya, media pembelajaran augmented reality sebagian besar hanya ditampilkan dalam bentuk animasi tiga dimensi saja. Namun, dalam penelitian ini media pembelajaran augmented reality disajikan dengan beberapa penambahan fasilitas untuk melengkapi media yang telah dibuat sebelumnya. Penambahan tersebut diantaranya penggunaan virtual button untuk mempermudah dalam menjelaskan materi, karena materi dapat disajikan dalam satu slide, penambahan audio untuk membedakan sinar-sinar yang dihasilkan dan penambahan contoh soal untuk lebih memperjelas
materi
yang
disampaikan.
Penambahan
fasilitas
tersebut
memudahkan siswa dalam mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis konsep optika geometri. Dari keseluruhan konsep optika geometri, proses jalannya sinar-sinar sangat berperan dalam menghubungkan sub konsep yang satu dengan sub konsep yang lain. Dengan media pembelajaran augmented reality siswa diajak untuk membedakan bagaimana proses jalannya sinar-sinar jika melewati berbagai ruang, sehingga siswa dapat dengan mudah memperkirakan sinar mana yang akan berjalan terlebih dahulu sampai terbentuk suatu bayangan. Pembelajaran yang seperti ini, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa jenjang kognitif C4 di kelas eksperimen yang memiliki peningkatan sebesar 30%. Pada penelitian ini, terdapat sedikit kelemahan dari media pembelajaran augmented reality, yaitu terkait pada pemilihan warna yang kurang sesuai antara gambar yang satu dengan yang lainnya, sehingga ada beberapa gambar yang kurang terlihat dengan jelas. Namun, berdasarkan uraian di atas terlihat ada banyak kelebihan yang dimiliki oleh media pembelajaran augmented reality, sehingga terbukti penggunaan media tersebut mendapatkan respon yang positif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep optika geometri.
5
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.27.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri. Hal ini terlihat dari uji hipotesis dengan menggunakan uji MannWhitney terhadap data posttest, di mana nilai Sig.(2 tailed) (0,047) < nilai taraf signifikansi (0,05). Selain itu, rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran augmented reality pada kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol pada semua jenjang kognitif. Hasil ini didukung juga oleh angket respon siswa yang menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media pembelajaran augmented reality berada pada kategori baik.
B. Saran Saran yang dapat diajukan terkait penyajian media pembelajaran augmented reality untuk perbaikan penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Pemilihan warna yang digunakan harus merepresentasikan objek yang sesungguhnya dan warna yang dipilih harus terlihat dengan jelas di berbagai media (LCD proyektor, Personal Computer, Smartphone, dan media lainnya). 2. Audio yang dipilih dapat merepresentasikan suara objek yang sesungguhnya dan diperhatikan kualitas suara yang akan digunakan agar dapat terdengar dengan jelas 3. Penggunaan media augmented reality sebaiknya ditampilkan pada semua tahap pembelajaran agar media yang diberikan dapat terlihat pada penelitian ini.
62
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Herawati. “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Dinamika Partikel”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta 2014. tidak dipublikasikan. Anderson, Lorin W. and Krathwohl, David R. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010. Andriyadi, Anggi. Augmented Reality With ARToolkit. Bandar Lampung: ARTeam, 2011. Ardhianto, Eka. Augmented Reality: Objek 3 Dimensi dengan Perangkat Artoolkit dan Blender. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, Vol. 17, No. 2, Juli 2012. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. _______________. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Azuma, Ronald T. A Survey of Augmented Reality. Hughes Research Laboratries, Malibu, August 1997. Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2006. Daryanto. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa: 2011. Giancoli, Douglas C. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 2008. Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994. _____________. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2015. Hamilton, Karen and Olenewa, Jorge. “Augmented Reality in Education”. May 2010. (online) (http://www.authorstream.com/Presentation/k3hamilton478823-augmented-reality-in-education/), diakses pada 12 September 2015.
63
64
Hikmah, Nurul. “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Momentum dan Impuls”. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014. tidak dipublikasikan. Husni, Emir M dan Rokhmat, Yusuf. Perancangan Augmented Reality Vulcano untuk Alat Peraga Museum. Paper, Sekolah Teknik Elektro &Informatika, Institut Teknologi Bandung. Kamajaya. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Grafindo, 2007. Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013. Kaufmann, Hannes. “Collaborative Augmented Reality in Education”. Paper Institute of Software Technology and Interactive System, Vienna University of Technology, Austria. Lazuardy, Senja. “Augmented Reality: Masa Depan Interaktivitas”. Kompas, 9 April 2012, (online) (http://tekno.kompas.com/read/2012/04/09/12354384/augmented.reality. masa.depan.interaktivitas, diakses pada 10 September 2015). M. A, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Milgram, Paul dan Kashino, Fumio. Augmented Reality: A class of displays on the reality-virtuality continuum. Paper, ATR Communication System Research Laboratories, SPIE Vol. 2351. Modul Pelatihan SPSS. Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: Universitas Negeri jakarta, 2011. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada, 2012. Munir. MULTIMEDIA Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012. Munzi, Gugy Guztaman. “Penerapan Augmented Reality pada Brosur Mobil dengan Platform Android di Toyota Auto 2000 Bandung”. Skripsi pada Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2014. tidak dipublikasikan. Nugraha, Erwin. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Elektronika Dasar Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality”. Skripsi pada Prodi Pendidikan Teknik Elektro
65
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UPI Bandung, Bandung, 2013. tidak dipublikasikan. Ningsih, Maulina Fitria. “Pengaruh Media Pembelajaran Augmented Reality terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015. tidak dipublikasikan. Perdana, Mukhlis Yuzti, dkk. Aplikasi Augmented Reality Pembelajaran Organ Pernapasan Manusia pada Smartphone Android. Jurnal Teknik Informatika, Vol. 1, September 2012. Prasetya, Agus Nyoman Reditya Ary. “Augmented Reality Book Pengenalan Jenis-Jenis Petulangan”. Kumpulan Artikel Mahasiswa Teknik Informatika (KARMAPATI). Vol. 2 No. 7. September 2013. Purwoko. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira,2009. Reksonoatmodjo, Tedjo N. Statistika. Bandung: PT Refika Aditama, 2007. Riadi, Edi. Metode Statistika Parametrik & Nonparametrik. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015. Safaat, Nazruddin H. Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Agmented Reality pada Smartpone Android (Studi Kasus: Materi SistemTata Surya Kelas IX). Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No. 1, Desember 2014. Sadiman, Arif S., dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2008. Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014. ____________. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenademedia Group, 2012. Sari, Wellia Shinta. “Multimedia Presentasi Pembelajaran Berbasis Augmented Reality untuk Pengenalan Pancaindra dalam Mendukung Mata Pelajaran IPA Tingkat Sekolah Dasar”. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2012 (Semantik 2012).Semarang 23 Juni 2012.
66
Sood, Raghav, Pro Android Augmented Reality. New York: Paul Manning, 2012. Soraya, Firda. “Pembuatan Buku Edukasi Anak Berbasis Augmented Reality Menggunakan Metode Marker Based Tracking”, Skripsi Program Studi Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013. tidak dipublikasikan. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarasito, 2005. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. _______. Statistik Non Parametrik. Bandung: CV Alfabeta, 2007. Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Suparno, Paul. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo, 2005. Suwarna, Iwan Permana. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Mata Pelajaran Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi. Artikel LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2013. tidak dipublikasikan. Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Yuen, Steve Chi-Yin, et all. Augmented Reality: An Overview and Five Directions for AR in Education. Journal of Educational Technology Development and Exchange, Vol. 4, No. 1, October 2011. Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Lampiran A Perangkat Pembelajaran
A. 1 RPP Kelas Eksperimen A. 2 RPP Kelas Kontrol
67
68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Pemantulan Cahaya : 3 x 45 menit :1
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menyebutkan hukum pemantulan cahaya 2. Menghitung besaran-besaran terkait dengan cermin datar 3. Menyebutkan sifat-sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menyebutkan hukum pemantulan cahaya melalui ceramah dengan menggunakan media augmented reality 2. Siswa diharapkan dapat menghitung besaran-besaran terkait dengan cermin datar melalui diskusi kelompok
69
3. Siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung melalui ceramah dengan menggunakan media augmented reality 4. Siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung melalui diskusi kelompok. E. Materi Pembelajaran 1. Hukum Pemantulan Cahaya Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa: a. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) b. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Berdasarkan permukaan tempat jatuhnya sinar, pemantulan terbagi menjadi dua jenis, seperti pada Gambar berikut:
(b)
(a)
Gambar (a) Pemantulan baur, dan (b) Pemantulan Teratur
2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Berdasarkan bentuknya, cermin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Cermin datar memiliki beberapa sifat-sifat bayangan, yaitu maya, sama besar, tegak dan mengahadap berlawanan arah terhadap bendanya, serta jarak bayangan terhadap cermin sama dengan jarak benda terhadap cermin. Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen) dan memiliki titik fokus F yang bernilai positif. Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar (divergen) dan memiliki titik fokus F bernilai negatif yang terletak di bagian belakang cermin. Perumusan matematis pada cermin cekung dan cembung adalah sebagai berikut: = +
dan
M=
=
Keterangan: M = perbesaran bayangan h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin Cermin cekung dan cermin cembung memiliki tiga sinar istimewa. Sinarsinar istimewa tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:
70
Tabel Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung Cermin Cekung Cermin Cembung a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.
b. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
b. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.
c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.
F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi : media augmented reality 2. Media Demonstrasi : cermin datar, sendok, spidol H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan Orientasi
Apersepsi
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Mengapa mata kucing dapat menyala saat
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
71
Motivasi
Inti
Mengamati
Menanya
berada di ruang gelap?” Menjelaskan tujuan pembelajaran pertemuan I Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 5 siswa Memperlihatkan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung menggunakan media augmented reality. Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. (misalnya: pada cermin datar, mengapa saat seseorang bercermin dan mengangkat tangan kanannya, maka bayangan yang terlihat menjadi berlawanan dari keadaan sebenarnya?) Meminta setiap kelompok membuat rangkuman mengenai cermin datar, cekung dan cembung Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai pemantulan pada cermin
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait
Memperhatikan guru Membentuk kelompok sesuai dengan instruksi guru
6 menit
Memperhatikan media yang ditampilkan oleh guru
30 menit
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
15 menit
Membuat rangkuman yang diintruksikan oleh guru secara berkelompok Melakukan demonstrasi mengenai cermin, 1) Melakukan demonstrasi pada cermin datar (siswa bercermin menggunakan cermin datar dan mengamati sifat bayangan yang tebentuk) 2) Melakukan demonstrasi pada cermin cekung (siswa bercermin menggunakan sendok pada bagian cekung kemudian mengamati bayangan yang terbentuk) 3) Melakukan demonstrasi pada cermin cembung (siswa bercermin menggunakan sendok pada bagian cembung kemudian mengamati bayangan yang terbentuk) Mengerjakan soal terkait dengan konsep pemantulan
20 menit
25 menit
72
dengan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung dengan memperhatikan keakuratan antara hasil perhitungan dengan gambar bayangan
Mengkomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung
Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan
Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap kelompok untuk membuat rangkuman mengenai materi selanjutnya yaitu, hukum pembiasan, dan pembiasan pada lensa Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
Menyimpulkan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung yang telah dipelajari Mengerjakan soal secara individual
Membuat pekerjaan rumah secara berkelompok sesuai dengan instruksi guru.
10 menit
2 menit
2. Evaluasi a. Penilaian Kognitif (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir) Tangerang Selatan, Mei 2016
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
3 menit
Berdo’a bersama-sama.
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir)
Guru Fisika
15 menit
Mengetahui Peneliti
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
73
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggung jawab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
74
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 – 69 = > 60
75
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 60o satu dengan yang lainnya. Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Berapakah bayangan yang terbentuk pada cermin? 2. Sebuah benda terletak 20 cm di depan cermin cekung dan memiliki jarak fokus 10 cm.Tentukan: a. Jarak bayangan benda! b. Perbesaran bayangan! c. Sifat bayangan!
No. 1.
Pedoman Penilaian Indikator Soal Soal Menentukan jumlah Dua buah cermin datar Dik bayangan yang dipasang membentuk sudut Dit terbentuk dari dua 60o satu dengan yang lainnya. buah cermin Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Berapakah bayangan yang terbentuk pada cermin? Jawab
Kunci Jawaban : θ = 60o : Jumlah bayangan (n)?
Skor
5
:
n = – 1, dengan θ = sudut antara dua cermin
20
n= –1 n = 5 bayangan 2.
Menganalisis jarak bayangan, perbesaran bayangan dan sifat bayangan pada cermin cekung
Sebuah benda terletak 10 cm Dik : so = 10 cm di depan cermin cekung dan f = 5 cm memiliki jarak fokus Dit : a. s’? 5 cm.Tentukan: b. M ? a. Jarak bayangan benda! c. Sifat Bayangan? b. Perbesaran bayangan! a. = + c. Sifat bayangan! = + =
−
5
25
= =− s = -10 cm b. M =
=
= 1 kali
c. letak benda so = 2f, maka benda berada di titik
20 25
76
kelengkungan Bayangan yang adalah
cermin. terbentuk
Sifat bayangan, nyata, terbalik dan sama besar
Total Skor
100
77
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Pemantulan pada Cermin”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan
1. 2. 3. 4.
Menyebutkan hukum pemantulan cahaya Menghitung besaran-besaran besaran terkait dengan cermin datar Menyebutkan sifat-sifat sifat sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung.
78
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Cermin datar
1 buah
2.
Sendok
1 buah
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Pada cermin datar : a) Bercermin menggunakan cermin datar b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk Pada cermin cekung a) Bercermin rcermin menggunakan bagian cekung dari sendok b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk Pada cermin cembung a) Bercermin menggunakan bagian cekung dari sendok b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk
Bahan Diskusi Jawablah soal di bawah ini dengan benar! 1. Berdasarkan hukum pemantulan, tentukan sudut pantul pada skema berikut ini!
79
N
30o
Jawab :
2. Sebutkan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung! Jawab :
3. Sebuah boneka diletakkan di antara dua buah cermin datar yang disusun membentuk sudut α dan menghasilkan sejumlah bayangan. Jika sudut cermin dibuat 6 kali lebih besar, ternyata bayangannya berkurang 10 buah. Tentukan nilai α dari kedua cermin tersebut! Jawab :
80
4. Sebuah pensil setinggi 1,5 cm berada 7,5 cm di depan cermin cekung dengan jari-jari 30 cm. Tentukan tinggi bayangan pensil tersebut! Jawab :
5. Lukiskanlah bayangan yang dihasilkan oleh soal nomor 4 menggunakan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung! (Gunakan penggaris) Jawab :
6. Dapatkah bayangan yang diletakkan di depan cermin cembung menghasilkan bayangan yang diperbesar? Jelaskan dengan bantuan diagram sinar! Jawab :
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Pembiasan Cahaya : 3 x 45 menit :2
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menyebutkan hukum pembiasan cahaya 2. Menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias 3. Menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan lensa cembung dan cekung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menyebutkan hukum pembiasan cahaya melalui ceramah dengan menggunakan media augmented reality
82
2. Siswa diharapkan dapat menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias melalui diskusi kelompok 3. Siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung melalui ceramah dengan menggunakan media augmented reality 4. Siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan lensa cembung dan cekung melalui diskusi kelompok. E. Materi Pembelajaran 1. Hukum Pembiasan Cahaya Pada pembiasan berlaku hukum Snellius, yaitu: a) Hukum I Snellius menyatakan bahwa “sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar”. b) Hukum II Snellius menyatakan bahwa “sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju ke medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar yang datang dari medium yang lebih rapat menuju ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal”. Perumusan hukum Snellius, dapat dituliskan sebagai berikut: n1 sin θ1 = n2 sin θ2 Keterangan: n1 = indeks bias mutlak medium 1 n2 = indeks bias mutlak medium 2 θ1 = sudut datang θ2 = sudut bias 2. Pembiasan Cahaya pada Lensa Lensa dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu lensa cekung (konkaf) dan lensa cembung (konveks). Lensa cekung dan lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa. Ketiga sinar tersebut dapat dilukiskan pada tabel berikut: Tabel Sinar Istimewa pada Lensa Cekung dan Lensa Cembung Lensa Cekung Lensa Cembung a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah dari titik fokus F1.
a.
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus F1.
b. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
b.
Sinar datang melalui titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
83
c. Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
d.
Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi 2. Media Demonstrasi
: media augmented reality : koin, gelas, air, dan pensil
H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Inti
Mengamati
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Mengapa kita dapat bercermin di kaca jendela dan secara bersamaan juga dapat melihat benda di luar jendela?” Menjelaskan tujuan Memperhatikan guru pembelajaran pertemuan II Mengintruksikan siswa Duduk secara berkelompok untuk duduk secara sesuai dengan instruksi guru berkelompok, sesuai dengan kelompok sebelumnya Memperlihatkan beberapa Memperhatikan media yang peristiwa yang berkaitan ditampilkan oleh guru dengan konsep pembiasan, dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung menggunakan media
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
6 menit
30 menit
84
Menanya
augmented reality. Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai pembiasan cahaya
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
MengKomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait dengan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung dengan memperhatikan keakuratan antara hasil perhitungan dengan gambar bayangan Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan Membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep pembiasan cahaya dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap kelompok untuk membuat rangkuman mengenai materi selanjutnya yaitu, alat-alat optik. Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
Melakukan demonstrasi mengenai pembiasan cahaya, 1) Siswa meletakkan koin di bawah gelas dan gelas tersebut diisi dengan air, kemudian siswa mengamati letak koin setelah gelas terisi oleh air 2) Melakukan percobaan pembiasan cahaya pada dua medium yang berbeda (siswa meletakkan pensil ke dalam gelas yang berisi air dan mengamati bentuk pensil saat berada di dalam air) Mengerjakan soal terkait dengan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung
Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut. Menyimpulkan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung yang telah dipelajari
10 menit
20 menit
30 menit
15 menit
3 menit
Mengerjakan soal secara individual
Membuat pekerjaan rumah secara berkelompok sesuai dengan instruksi guru.
10 menit
Berdo’a bersama-sama. 2 menit
85
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir) 2. Evaluasi a. Penilaian kognitif (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
Tangerang Selatan, Mei 2016 Mengetahui Guru Fisika
Peneliti
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
86
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggung jawab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
87
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
88
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Seberkas sinar datang dengan sudut datang 30o dari air ke udara. Jika nilai indeks bias air sebesar dan indeks bias udara sebesar 1, tentukan sudut bias sinar tersebut! 2. Sebuah benda yang tingginya 0,12 m berada di depan lensa cembung. Jika jarak benda ke lensa 60 cm, dan jarak fokus lensa 40 cm. Tentukan tinggi bayangan benda tersebut! Pedoman Penilaian No. 1.
2.
Indikator Soal Soal Kunci Jawaban Menghitung sudut bias Seberkas sinar datang dengan Dik : θi = 30o pada proses pembiasan sudut datang 30o dari air ke nair = udara. Jika nilai indeks bias air nudara = 1 sebesar dan indeks bias udara Dit : θr? sebesar 1, tentukan sudut bias sinar tersebut! Jawab : nair . sinθi = nudara . sinθr . sin 30o = 1 . sinθr 0,66 = sinθr θr = arc sin 0,66 θr = 41,8o Menentukan tinggi Sebuah benda yang tingginya Dik bayangan pada lensa 0,12 m berada di depan lensa cembung cembung. Jika jarak benda ke lensa 60 cm, dan jarak fokus Dit lensa 40 cm. Tentukan tinggi bayangan benda tersebut! a.
: f = 40 cm so = 60 cm ho = 0,12 m = 12 cm : h’? =
Skor
5
20
5
+
= − =
−
=
35
= , s = 24 cm b.
= = h’ = 4,8 cm
Total Skor
35 100
89
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Pembiasan Cahaya”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 2.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan
1. Menyebutkan hukum pembiasan cahaya 2. Menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias 3. Menyebutkan sifat-sifat sifat sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran besaran besaran terkait dengan lensa cembung dan cekung.
90
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4.
Alat dan Bahan Koin Gelas Pensil Air
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Secukupnya
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Mengamati letak koin : a) Meletakkan koin di bawah gelas b) Mengisi gelas dengan air c) Mengamati letak koin setelah gelas terisi oleh air Mengamati pembiasan pada dua medium yang berbeda a) Mengisi ngisi gelas dengan air b) Mencelupkan pensil ke dalam gelas yang berisi air c) Mengamati bentuk pensil saat berada di dalam air
Bahan Diskusi Kerjakan soal di bawah ini dengan benar! 1. Mengapa koin tidak terlihat saat diletakkan di bawah gelas yang terisi oleh air? Jawab:
91
2. Mengapa pensil terlihat bengkok saat dimasukkan ke dalam air? Jawab:
3. Gambarkan bentuk sinar bias yang melewati medium udara – kaca – udara! Jawab:
4. Seberkas sinar kuning di udara mempunyai panjang gelombang 6000 Å. Jika indeks bias kaca 1,5, tentukan panjang gelombang di dalam kaca! Jawab:
5. Suatu akuarium berbentuk balok dengan panjang 1 m. Akuarium tersebut berisi air dan terdapat seekor ikan yang berada 30 cm terhadap dinding akuarium. Seseorang berdiri pada jarak 3 m dari dinding akuarium. Jika indeks bias udara 1 dan indeks bias air , tentukan jarak orang ke ikan!
92
Jawab:
6. Sebuah benda diletakkan di depan sebuah lensa cekung yang memiliki titik fokus 30 cm dan memiliki jari-jari permukaan lengkung 12 cm. Tentukan indeks bias lensa tersebut! Jawab:
7. Sebuah benda ditempatkan didepan lensa cembung dengan jarak benda 20 cm, sedangkan jarak fokus lensa 20 cm, tentukan: a. Jarak bayangan benda! b. Perbesaran bayangan!
93
c. Sifat bayangan! d. Lukisan bayangan! (gunakan penggaris)
Jawab:
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Alat-alat optik : 3 x 45 menit :3
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari 2. Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari melalui ceramah dengan menggunakan media augmented reality 2. Siswa diharapkan dapat memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik melalui diskusi kelompok
95
E. Materi Pembelajaran Alat-alat Optik Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik alami, sedangkan alat optik buatan meliputi lup, kamera, teropong, dan mikroskop. 1) Mata Mata terdiri dari bagian-bagian penting yang mentukan daya penglihatan kita. Bagian-bagian mata tersebut, yaitu: kornea, iris, pupil, lensa mata dan retina. Ada beberapa gannguan penglihatan, di antaranya adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), presbiopi, dan astigmatisme. 2) Lup Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih besar daripada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar. 3) Kamera Prinsip kerja kamera mirip dengan mata. Pada kamera, bayangan jatuh pada film. Diafragma pada kamera berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Peran diafragma kamera mirip peran pupil pada mata.1 4) Teropong Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh misalnya benda-benda angkasa. Ada dua jenis teropong, yaitu teropong pantul dan teropong bias. Rumus pada teropong Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata = tak berakomodasi Jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya = + Keterangan: M = perbesaran bayangan pada teropong fob = jarak fokus lensa objektif fok = jarak fokus lensa okuler d = jarak lensa objektif dan lensa okuler 5) Mikroskop Mikroskop terdiri atas 2 lensa cembung, lensa okuler dan lensa objektif. Lensa okuler berfungsi seperti lup. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Rumus-rumus untuk menentukan perbesaran pada mikroskop = Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan perbesaran oleh lensa okuler. Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi. = =
1
+
Purwoko, op. cit., h. 158
Perbesaran maksimum.
okuler
saat
mata
berakomodasi
96
Keterangan: M = perbesaran bayangan pada mikroskop M = perbesaran lensa objektif Mok = perbesaran lensa okuler Sn = jarak mata normal fok = jarak fokus lensa okuler F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi : media augmented reality 2. Media Demonstrasi : bohlam bekas, air, plastik, karet, dan koran H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Inti
Mengamati
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Di sekitar kita sering djumpai benda-benda kecil yang sulit dilihat secara kasat mata. Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat melihat bendabenda tersebut dengan mata normal? Menjelaskan tujuan Memperhatikan guru pembelajaran pertemuan III Mengintruksikan siswa Duduk secara berkelompok untuk duduk secara sesuai dengan instruksi guru berkelompok, sesuai dengan kelompok sebelumnya Memperlihatkan beberapa Memperhatikan media yang peristiwa yang berkaitan ditampilkan oleh guru dengan alat-alat optik dan penerapannya
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
6 menit
30 menit
97
Menanya
menggunakan media augmented reality. Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai alat optik
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Mengkomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait dengan konsep alat-alat optik dan penerapannya Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi alatalat optik dan penerapannya Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir) 2. Evaluasi a. Tes tertulis 2 butir soal (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
Melakukan demonstrasi mengenai alat optik 1) Siswa membuat lup sederhana menggunakan lampu bohlam yang tidak terpakai. Kemudian lampu tersebut diisi oleh air 2) Siswa mengamati benda yang berukuran kecil (misalnya tulisan yang terdapat pada koran) menggunakan lup sederhana yang telah dibuat Mengerjakan soal terkait dengan konsep alat-alat optik dan penerapannya Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut. Menyimpulkan materi alat-alat optik dan penerapannya yang telah dipelajari Mengerjakan soal secara individual
10 menit
10 menit
40 menit
15 menit
3 menit
10 menit
Berdo’a bersama-sama. 2 menit
98
Tangerang Selatan, Mei 2016 Mengetahui Guru Fisika
Peneliti
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
99
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggung jawab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
100
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
101
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Seseorang memakai kacamata berkekuatan lensa 2,5 dioptri. Bila orang tersebut ternyata bisa melihat pada jarak 30 cm saat ia mengenakan kacamata tersebut, maka berapakah titik dekat orang tersebut? 2. Kuat lensa objektif sebuah teropong bintang 1 dioptri, sedangkan kuat lensa okuler 20 dioptri. Teropong dipergunakan untuk mengamati bintang oleh mata normal tanpa akomodasi, tentukan panjang teropong bintang yang dipergunakan!
No. 1.
2.
Pedoman Penilaian Indikator Soal Soal Mengitung jarak dekat Seseorang memakai mata bagi penderita kacamata berkuatan lensa 2,5 cacat mata dioptri. Bila orang tersebut hipermetropi ternyata bisa melihat pada jarak 30 cm saat ia menggunakan kacamata terseut, maka berapakah titik dekat orang tersebut?
Menganalisis panjang teropong bintang untuk mata tak berakomodasi
Kunci Jawaban Dik ∶ P = 2,5 dioptri s = 30 cm Dit ∶ PP? Jawab: 100 100 P = − s PP 100 100 2,5 = − 30 PP 100 100 = − 2,5 PP 30 100 2,5 = PP 3 PP = 120 cm
Kuat lensa objektif sebuah Dik : Pob = 1 dioptri teropong bintang 1 dioptri, Pok = 20 dioptri sedangkan kuat lensa okuler Dit : d? 20 dioptri. Teropong dipergunakan untuk 1) Pob = mengamati bintang oleh mata 1= normal tanpa akomodasi, tentukan panjang teropong = 100 cm bintang yang dipergunakan! 2) Pok =
Skor 5
30
5
40
20 = = 5 cm Panjang teropong untuk mata tanpa akomodasi, yaitu: d=f +f d = 100 + 5
20
102
d = 105 cm Total Skor
100
103
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Alat-Alat Optik”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan 1. Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan cara membuat lup sederhana 2. Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat alat-alat optik.
104
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. 5.
Alat dan Bahan Lampu bohlam bekas Plastik Karet Koran Air
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Selembar Secukupnya
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Membuat lup sederhana: sederhana a) Menyiapkan lampu bohlam yang tidak terpakai b) Mengisi lampu bohlam tersebut dengan air c) Menutup lampu bohlam dengan plastik dan merekatkannya dengan karet d) Mengamati tulisan yang terdapat pada koran menggunakan lup sederhana yang telah dibuat.
Bahan Diskusi
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar! 1. Mengapa tulisan yang terdapat pada koran dapat terlihat besar saat menggunakan lampu bohlam yang sudah terisi oleh air? Bagaimana sifat bayangan yang terbentuk?
105
Jawab :
2. Mengapa penderita rabun dekat tidak bisa melihat benda dekat dengan jelas? Jenis lensa apa yang harus digunakan penderita rabun dekat? Gambarkan skema cacat mata untuk penderita rabun dekat! Jawab :
3. Titik dekat seorang penderita hipermetropi adalah 2 m. Agar dapat melihat seperti orang bermata normal maka orang tersebut perlu menggunakan kacamata berkekuatan.... (OSN Fisika 2012)
106
Jawab :
4. Sebuah lup dengan fokus 4 cm digunakan oleh seseorang dengan mata berakomodasi. Tentukan perbesaran lup tersebut! Jawab :
5. Sebuah mikroskop memiliki lensa objektif dengan jarak fokus 4 cm dan lensa okuler dengan jarak fokus 1 cm. Jika jarak kedua lensa atau panjang mikroskop, d = 21 cm, hitunglah perbesaran bayangan pada mikroskop ketika mata tak berakomodasi! Jawab :
107
6. Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus objektif 4 mm dan jarak fokus okuler 5 cm. Sebuah benda ditempatkan 5 mm di depan lensa objektif. Untuk mendapatkan perbesaran dengan mata tak berakomodasi, maka jarak lensa objektif ke lensa okuler adalah.... Jawab :
7. Seorang siswa (Sn = 25 cm) melakukan percobaan dengan data seperti diagram berikut!
Tentukan perbesaran mikroskop tersebut! (akomodasi maksimum) Jawab :
108
8. Seseorang mengamat bintang menggunakan teropong dengan panjang teropong sebesar 15 cm. Jika jarak fokus okulernya 3 cm, maka perbesaran bayangan adalah ... Jawab :
9. Teropong bumi digunakan untuk mengamati seseorang yang berada pada jarak 1 km. Teropong tersebut mempunyai jarak fokus lensa objektif, pembalik, dan okuler berturut-turut 25 cm, 0,5 cm, dan 0,25 cm. Jika pengamatan dilakukan dengan mata tak berakomodasi, tentukanlah panjang teropong tersebut! Jawab :
10. Sebuah objek yang akan difoto dengan menggunakan kamera harus diatur kedudukannya di ruang III, sehingga dihasilkan bayangan pada ruang II. Sifat bayangan objek tersebut adalah … . Jawab :
109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Pemantulan Cahaya : 3 x 45 menit :1
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menyebutkan hukum pemantulan cahaya 2. Menghitung besaran-besaran terkait dengan cermin datar 3. Menyebutkan sifat-sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menyebutkan hukum pemantulan cahaya melalui ceramah dengan menggunakan media power point 2. Siswa diharapkan dapat menghitung besaran-besaran terkait dengan cermin datar melalui diskusi kelompok
110
3. Siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung melalui diskusi kelompok. 4. Siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung melalui diskusi kelompok. E. Materi Pembelajaran 1. Hukum Pemantulan Cahaya Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa: a. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) b. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Berdasarkan permukaan tempat jatuhnya sinar, pemantulan terbagi menjadi dua jenis, seperti pada Gambar berikut:
(b)
(a)
Gambar (a) Pemantulan baur, dan (b) Pemantulan Teratur
2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Berdasarkan bentuknya, cermin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Cermin datar memiliki beberapa sifat-sifat bayangan, yaitu maya, sama besar, tegak dan mengahadap berlawanan arah terhadap bendanya, serta jarak bayangan terhadap cermin sama dengan jarak benda terhadap cermin. Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen) dan memiliki titik fokus F yang bernilai positif. Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar (divergen) dan memiliki titik fokus F bernilai negatif yang terletak di bagian belakang cermin. Perumusan matematis pada cermin cekung dan cembung adalah sebagai berikut: = +
dan
M=
=
Keterangan: M = perbesaran bayangan h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin Cermin cekung dan cermin cembung memiliki tiga sinar istimewa. Sinarsinar istimewa tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:
111
Tabel Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung Cermin Cekung Cermin Cembung a.
Sinar datang sejajar dengan sumbu a. utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.
b.
Sinar datang melalui titik fokus akan b. dipantulkan sejajar sumbu utama.
Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c.
Sinar datang melalui titik pusat c. kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.
Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.
F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi : media power point 2. Media Demonstrasi : cermin datar, sendok, spidol H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan Orientasi
Apersepsi
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Mengapa mata kucing dapat menyala saat
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
112
Motivasi
Inti
Mengamati
Menanya
berada di ruang gelap?” Menjelaskan tujuan pembelajaran pertemuan I Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 5 siswa Memperlihatkan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung menggunakan media power point Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. (misalnya: pada cermin datar, mengapa saat seseorang bercermin dan mengangkat tangan kanannya, maka bayangan yang terlihat menjadi berlawanan dari keadaan sebenarnya?) Meminta setiap kelompok membuat rangkuman mengenai cermin datar, cekung dan cembung Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai pemantulan pada cermin
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait
Memperhatikan guru Membentuk kelompok sesuai dengan instruksi guru
6 menit
Memperhatikan media yang ditampilkan oleh guru
30 menit
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
15 menit
Membuat rangkuman yang diintruksikan oleh guru secara berkelompok Melakukan demonstrasi mengenai cermin, 1) Melakukan demonstrasi pada cermin datar (siswa bercermin menggunakan cermin datar dan mengamati sifat bayangan yang tebentuk) 2) Melakukan demonstrasi pada cermin cekung (siswa bercermin menggunakan sendok pada bagian cekung kemudian mengamati bayangan yang terbentuk) 3) Melakukan demonstrasi pada cermin cembung (siswa bercermin menggunakan sendok pada bagian cembung kemudian mengamati bayangan yang terbentuk) Mengerjakan soal terkait dengan pembentukkan
20 menit
25 menit
113
dengan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung dengan memperhatikan keakuratan antara hasil perhitungan dengan gambar bayangan
MengKomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
bayangan pada cermin cekung maupun cembung
Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan
Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap kelompok untuk membuat rangkuman mengenai materi selanjutnya yaitu, hukum pembiasan, dan pembiasan pada lensa Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
Menyimpulkan konsep pemantulan cahaya, cermin datar, dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung yang telah dipelajari Mengerjakan soal secara individual
Membuat pekerjaan rumah secara berkelompok sesuai dengan instruksi guru.
15 menit
3 menit
10 menit
Berdo’a bersama-sama. 2 menit
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir) 2. Evaluasi a. Tes tertulis 2 butir soal (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir) Tangerang Selatan, Mei 2016 Mengetahui Guru Fisika
Peneliti
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
114
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggung jawab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
115
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 – 69 = > 60
116
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 60o satu dengan yang lainnya. Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Berapakah bayangan yang terbentuk pada cermin? 2. Sebuah benda terletak 20 cm di depan cermin cekung dan memiliki jarak fokus 10 cm.Tentukan: a. Jarak bayangan benda! b. Perbesaran bayangan! c. Sifat bayangan!
No . 1.
Pedoman Penilaian Indikator Soal Menentukan jumlah bayangan yang terbentuk dari dua buah cermin
Soal
Kunci Jawaban
Dua buah cermin datar Dik : θ = 60o dipasang membentuk sudut Dit : Jumlah bayangan (n)? 60o satu dengan yang lainnya. Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Berapakah bayangan yang terbentuk pada cermin? Jawab : n = – 1, dengan θ = sudut antara dua cermin
Skor
5
20
n= –1 n = 5 bayangan 2.
Menganalisis jarak bayangan, perbesaran bayangan dan sifat bayangan pada cermin cekung
Sebuah benda terletak 10 cm Dik : so = 10 cm di depan cermin cekung dan f = 5 cm memiliki jarak fokus Dit : a. s’? 5 cm.Tentukan: d. M ? a. Jarak bayangan benda! e. Sifat Bayangan? b. Perbesaran bayangan! d. = + c. Sifat bayangan! = + =
−
5
25
= =− s = -10 cm e. M =
=
= 1 kali
f. letak benda so = 2f, maka
20 25
117
benda berada di titik kelengkungan cermin. Bayangan yang terbentuk adalah
Sifat bayangan, nyata, terbalik dan sama besar
Total Skor
100
118
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Pemantulan pada Cermin”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan
1. Menyebutkan hukum pemantulan cahaya 2. Menghitung besaran-besaran besaran besaran terkait dengan cermin datar 3. Menyebutkan sifat sifat-sifat sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran besaran besaran terkait dengan cermin cekung dan cermin cembung.
119
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Cermin datar
1 buah
2.
Sendok
1 buah
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Pada cermin datar : a) Bercermin menggunakan cermin datar b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk Pada cermin cekung a) Bercermin menggunakan bagian cekung dari sendok b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk Pada cermin cembung a) Bercermin menggunakan bagian cekung dari sendok b) Mengamati sifat bayangan yang terbentuk
Bahan Diskusi Jawablah soal di bawah ini dengan benar! 1. Berdasarkan hukum pemantulan, tentukan sudut pantul pada skema berikut ini!
120
N
30o
Jawab :
2. Sebutkan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung! Jawab :
3. Sebuah boneka diletakkan di antara dua buah cermin datar yang disusun membentuk sudut α dan menghasilkan sejumlah bayangan. Jika sudut cermin dibuat 6 kali lebih besar, ternyata bayangannya berkurang 10 buah. Tentukan nilai α dari kedua cermin tersebut! Jawab :
121
4. Sebuah pensil setinggi 1,5 cm berada 7,5 cm di depan cermin cekung dengan jari-jari 30 cm. Tentukan tinggi bayangan pensil tersebut! Jawab :
5. Lukiskanlah bayangan yang dihasilkan oleh soal nomor 4 menggunakan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung! (Gunakan penggaris) Jawab :
6. Dapatkah bayangan yang diletakkan di depan cermin cembung menghasilkan bayangan yang diperbesar? Jelaskan dengan bantuan diagram sinar! Jawab :
122
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Pembiasan Cahaya : 3 x 45 menit :2
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menyebutkan hukum pembiasan cahaya 2. Menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias 3. Menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung 4. Menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan lensa cembung dan cekung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menyebutkan hukum pembiasan cahaya melalui ceramah dengan menggunakan media power point
123
2. Siswa diharapkan dapat menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias melalui diskusi kelompok 3. Siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung melalui ceramah dengan menggunakan media power point 4. Siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara besaran-besaran terkait dengan lensa cembung dan cekung melalui diskusi kelompok. E. Materi Pembelajaran 1. Hukum Pembiasan Cahaya Pada pembiasan berlaku hukum Snellius, yaitu: a. Hukum I Snellius menyatakan bahwa “sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar”. b. Hukum II Snellius menyatakan bahwa “sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju ke medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar yang datang dari medium yang lebih rapat menuju ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal”. Perumusan hukum Snellius, dapat dituliskan sebagai berikut: n1 sin θ1 = n2 sin θ2 Keterangan: n1 = indeks bias mutlak medium 1 n2 = indeks bias mutlak medium 2 θ1 = sudut datang θ2 = sudut bias 2. Pembiasan Cahaya pada Lensa Lensa dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu lensa cekung (konkaf) dan lensa cembung (konveks). Lensa cekung dan lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa. Ketiga sinar tersebut dapat dilukiskan pada tabel berikut: Tabel Sinar Istimewa pada Lensa Cekung dan Lensa Cembung Lensa Cekung Lensa Cembung a.
Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah dari titik fokus F1.
a.
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus F1.
b.
Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
b.
Sinar datang melalui titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
124
c.
Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
c.
Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi : media power point 2. Media Demonstrasi : koin, gelas, air, dan pensil H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Inti
Mengamati
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Mengapa kita dapat bercermin di kaca jendela dan secara bersamaan juga dapat melihat benda di luar jendela?” Menjelaskan tujuan Memperhatikan guru pembelajaran pertemuan II Mengintruksikan siswa Duduk secara berkelompok untuk duduk secara sesuai dengan instruksi guru berkelompok, sesuai dengan kelompok sebelumnya Memperlihatkan beberapa Memperhatikan media yang peristiwa yang berkaitan ditampilkan oleh guru dengan konsep pembiasan, dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung menggunakan media power
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
6 menit
30 menit
125
Menanya
point. Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai pembiasan cahaya
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
MengKomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait dengan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung dengan memperhatikan keakuratan antara hasil perhitungan dengan gambar bayangan Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan Membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap kelompok untuk membuat rangkuman mengenai materi selanjutnya yaitu, alat-alat optik. Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
Melakukan demonstrasi mengenai pembiasan cahaya, 1) Siswa meletakkan koin di bawah gelas dan gelas tersebut diisi dengan air, kemudian siswa mengamati letak koin setelah gelas terisi oleh air 2) Melakukan percobaan pembiasan cahaya pada dua medium yang berbeda (siswa meletakkan pensil ke dalam gelas yang berisi air dan mengamati bentuk pensil saat berada di dalam air) Mengerjakan soal terkait dengan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada cermin cekung maupun cembung
Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut. Menyimpulkan konsep pembiasan dan pembentukkan bayangan pada lensa cekung maupun cembung yang telah dipelajari
10 menit
20 menit
30 menit
15 menit
3 menit
Mengerjakan soal secara individual
Membuat pekerjaan rumah secara berkelompok sesuai dengan instruksi guru.
10 menit
Berdo’a bersama-sama. 2 menit
126
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir) 2. Evaluasi a. Tes tertulis 2 butir soal (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
Tangerang Selatan, Mei 2016 Mengetahui Guru Fisika
Peneliti
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
127
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggungj awab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
128
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
129
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Seberkas sinar datang dengan sudut datang 30o dari air ke udara. Jika nilai indeks bias air sebesar dan indeks bias udara sebesar 1, tentukan sudut bias sinar tersebut! 2. Sebuah benda yang tingginya 0,12 m berada di depan lensa cembung. Jika jarak benda ke lensa 60 cm, dan jarak fokus lensa 40 cm. Tentukan tinggi bayangan benda tersebut! Pedoman Penilaian No. 1.
2.
Indikator Soal Soal Kunci Jawaban Menghitung sudut bias Seberkas sinar datang dengan Dik : θi = 30o pada proses pembiasan sudut datang 30o dari air ke nair = udara. Jika nilai indeks bias air nudara = 1 sebesar dan indeks bias udara Dit : θr? sebesar 1, tentukan sudut bias sinar tersebut! Jawab : nair . sinθi = nudara . sinθr . sin 30o = 1 . sinθr 0,66 = sinθr θr = arc sin 0,66 θr = 41,8o Menentukan tinggi Sebuah benda yang tingginya Dik bayangan pada lensa 0,12 m berada di depan lensa cembung cembung. Jika jarak benda ke lensa 60 cm, dan jarak fokus Dit lensa 40 cm. Tentukan tinggi bayangan benda tersebut! c.
: f = 40 cm so = 60 cm ho = 0,12 m = 12 cm : h’? =
Skor
5
20
5
+
= − =
−
=
35
= , s = 24 cm d.
= = h’ = 4,8 cm
Total Skor
35 100
130
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Pembiasan Cahaya”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan
1. Menyebutkan hukum pembiasan cahaya 2. Menerapkan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya dengan indeks bias 3. Menyebutkan sifat-sifat sifat sifat bayangan pada lensa cembung dan cekung 4. Menunjukkan unjukkan hubungan antara besaran-besaran besaran terkait dengan lensa cekung dan lensa cembung.
131
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4.
Alat dan Bahan Koin Gelas Pensil Air
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Secukupnya
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Mengamati letak koin : a) Meletakkan koin di bawah gelas b) Mengisi gelas dengan air c) Mengamati letak koin setelah gelas terisi oleh air Mengamati pembiasan pada dua medium yang berbeda berbeda a) Mengisi gelas dengan air b) Mencelupkan pensil ke dalam gelas yang berisi air c) Mengamati bentuk pensil saat berada di dalam air
Bahan Diskusi Kerjakan soal di bawah ini dengan benar! 1. Mengapa koin tidak terlihat saat diletakkan di bawah gelas yang terisi oleh air? Jawab:
132
2. Mengapa pensil terlihat bengkok saat dimasukkan ke dalam air? Jawab:
3. Gambarkan bentuk sinar bias yang melewati medium udara – kaca – udara! Jawab:
4. Seberkas sinar kuning di udara mempunyai panjang gelombang 6000 Å. Jika indeks bias kaca 1,5, tentukan panjang gelombang di dalam kaca! Jawab:
5. Suatu akuarium berbentuk balok dengan panjang 1 m. Akuarium tersebut berisi air dan terdapat seekor ikan yang berada 30 cm terhadap dinding akuarium. Seseorang berdiri pada jarak 3 m dari dinding akuarium. Jika indeks bias udara 1 dan indeks bias air , tentukan jarak orang ke ikan!
133
Jawab:
6. Sebuah benda diletakkan di depan sebuah lensa cekung yang memiliki titik fokus 30 cm dan memiliki jari-jari permukaan lengkung 12 cm. Tentukan indeks bias lensa tersebut! Jawab:
7. Sebuah benda ditempatkan didepan lensa cembung dengan jarak benda 20 cm, sedangkan jarak fokus lensa 20 cm, tentukan: a. Jarak bayangan benda! b. Perbesaran bayangan!
134
c. Sifat bayangan! d. Lukisan bayangan! (gunakan penggaris)
Jawab:
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan Ke-
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Fisika : X/2 : Optika Geometri : Alat-alat optik : 3 x 45 menit :3
A. Kompetensi Inti 1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranh konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Indikator 1. Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari 2. Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari melalui ceramah dengan menggunakan media power point 2. Siswa diharapkan dapat memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik melalui diskusi kelompok
136
E. Materi Pembelajaran Alat-alat Optik Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik alami, sedangkan alat optik buatan meliputi lup, kamera, teropong, dan mikroskop. 1) Mata Mata terdiri dari bagian-bagian penting yang mentukan daya penglihatan kita. Bagian-bagian mata tersebut, yaitu: kornea, iris, pupil, lensa mata dan retina. Ada beberapa gannguan penglihatan, di antaranya adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), presbiopi, dan astigmatisme. 2) Lup Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih besar daripada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar. 3) Kamera Prinsip kerja kamera mirip dengan mata. Pada kamera, bayangan jatuh pada film. Diafragma pada kamera berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Peran diafragma kamera mirip peran pupil pada mata.2 4) Teropong Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh misalnya benda-benda angkasa. Ada dua jenis teropong, yaitu teropong pantul dan teropong bias. Rumus pada teropong Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi Jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya
=
= + Keterangan: M = perbesaran bayangan pada teropong fob = jarak fokus lensa objektif fok = jarak fokus lensa okuler d = jarak lensa objektif dan lensa okuler
5) Mikroskop Mikroskop terdiri atas 2 lensa cembung, lensa okuler dan lensa objektif. Lensa okuler berfungsi seperti lup. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Rumus-rumus untuk menentukan perbesaran pada mikroskop Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan perbesaran oleh lensa okuler. Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi. =
=
=
2
+
Purwoko, op. cit., h. 158
Perbesaran maksimum.
okuler
saat
mata
berakomodasi
137
Keterangan: M = perbesaran bayangan pada mikroskop M = perbesaran lensa objektif Mok = perbesaran lensa okuler Sn = jarak mata normal fok = jarak fokus lensa okuler F. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Pendekatan saintifik Metode Pembelajaran : Ceramah, demonstrasi dan diskusi kelompok. G. Media Pembelajaran 1. Media Persentasi : media power point 2. Media Demonstrasi : bohlam bekas, air, plastik, karet, dan koran H. Sumber Pembelajaran 1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Fendi, Purwoko. 2009. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira. 3. Kamajaya. 2013. FISIKA 1 untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama. I. Langkah-langkah Pembelajaran Tahap Pembelajaran Pendahuluan
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Inti
Mengamati
Langkah-langkah Pembelajaran Guru Siswa Mempersilahkan siswa Berdo’a dipimpin oleh ketua untuk berdoa kelas Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru Menggali pengetahuan awal Menjawab pertanyaan yang siswa dengan pertanyaan diajukan oleh guru awal, “Di sekitar kita sering djumpai benda-benda kecil yang sulit dilihat secara kasat mata. Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat melihat bendabenda tersebut dengan mata normal? Menjelaskan tujuan Memperhatikan guru pembelajaran pertemuan III Mengintruksikan siswa Duduk secara berkelompok untuk duduk secara sesuai dengan instruksi guru berkelompok, sesuai dengan kelompok sebelumnya Memperlihatkan beberapa Memperhatikan media yang peristiwa yang berkaitan ditampilkan oleh guru dengan alat-alat optk dan penerapannya
Alokasi Waktu 4 menit
5 menit
6 menit
30 menit
138
Menanya
menggunakan media power point. Mempersilahkan siswa untuk membuat beberapa pertanyaan dari peristiwa yang telah ditampilkan. Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan demonstrasi mengenai alat-alat optik
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
MengKomunikasi -kan Penutup Kesimpulan
Evaluasi
Do’a
Meminta setiap kelompok mengerjakan soal terkait dengan konsep alat-alat optik dan penerapannya Meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan jawaban soal yang telah mereka kerjakan Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi alatalat optik dan penerapannya Memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dikumpulkan Mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin do’a.
J. Penilaian Hasil Belajar 1. Proses a. Penilaian sikap (terlampir) b. Penilaian keterampilan (terlampir) 2. Evaluasi a. Tes tertulis 2 butir soal (terlampir) b. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
Mengajukan pertanyaanpertanyaan
Melakukan demonstrasi mengenai alat optik a) Siswa membuat lup sederhana menggunakan lampu bohlam yang tidak terpakai. Kemudian lampu tersebut diisi oleh air b) Siswa mengamati benda yang berukuran kecil (misalnya tulisan yang terdapat pada koran) menggunakan lup sederhana yang telah dibuat Mengerjakan soal terkait dengan konsep alat-alat optik dan penerapannya Memaparkan jawaban yang telah dikerjakan ke depan kelas, sementara kelompok lain mengkoreksi jawaban dari kelompok tersebut. Menyimpulkan materi alat-alat optik dan penerapannya yang telah dipelajari Mengerjakan soal secara individual
10 menit
10 menit
40 menit
15 menit
3 menit
10 menit
Berdo’a bersama-sama. 2
menit
139
Tangerang Selatan, Mei 2016 Mengetahui Guru Fisika
Peneliti
Eli Aisah Sugiarti, M.Si NIP. 197307200 604 2007
Rizky Amalia NIM. 1111016300028
140
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
No
Rasa Ingin Tahu
Nama
Skor Penilaian Sikap Bekerja- Tanggung Kritis sama jawab
Tertib
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Rubrik Penilaian Sikap Aspek Rasa ingin tahu
Skor 3 2 1 3
Bekerjasama
2 1
Tanggungj awab Kritis
Tertib
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Indikator Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber Selalu bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Kadang-kadang bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan Tidak pernah bekerja sama dengan teman sekelompok saat melakukan percobaan dan saat mengerjakan soal latihan kelompok Selalu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Kadang-kadang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Tidak pernah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Selalu kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Kadang-kadang kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Tidak pernah kritis dalam mengerjakan soal dan menanggapi pertanyaan Selalu tertib saat melakukan percobaan dan tidak mengganggu teman yang lain Kadang-kadang terti saat melakukan percobaan dan mengganggu teman yang lain Tidak pernah tertib saat melakukan percobaan dan selalu menggangu teman yang lain
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 5 = 15 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
141
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok
Skor Penilaian Keterampilan Keterampilan Keterampilan mempersenta- bertanya dan sikan hasil menanggapi diskusi pendapat
Jumlah Skor
Nilai
Predikat
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8
Rubrik Penilaian Keterampilan Aspek Skor Indikator Keterampilan 3 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan sangat aktraktif dan sangat mempresentasikan jelas hasil percobaan 2 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan kurang aktraktif dan dan hasil diskusi kurang jelas 1 Presentasi hasil diskusi yang disampaikan tidak aktraktif dan tidak jelas Keterampilan 3 Bertanya sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi bertanya dan pendapat dengan alasan yang tepat didukung dengan referensi menanggapi 2 Bertanya belum sesuai dengan masalah yang diangkat dan pendapat menanggapi pendapat dengan alasan yang tepat 1 Bertanya tidak sesuai dengan masalah yang diangkat dan menanggapi pendapat dengan alasan yang kurang tepat
Keterangan: 1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6 2. Nilai = x 100 3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: Sangat Baik (SB) = 80 – 100 Cukup (C) Baik (B) = 70 – 79 Kurang (K)
= 60 - 69 = > 60
142
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF 1. Seseorang memakai kacamata berkekuatan lensa 2,5 dioptri. Bila orang tersebut ternyata bisa melihat pada jarak 30 cm saat ia mengenakan kacamata tersebut, maka berapakah titik dekat orang tersebut? 2. Kuat lensa objektif sebuah teropong bintang 1 dioptri, sedangkan kuat lensa okuler 20 dioptri. Teropong dipergunakan untuk mengamati bintang oleh mata normal tanpa akomodasi, tentukan panjang teropong bintang yang dipergunakan!
No. 1.
2.
Pedoman Penilaian Indikator Soal Soal Mengitung jarak dekat Seseorang memakai mata bagi penderita kacamata berkuatan lensa 2,5 cacat mata dioptri. Bila orang tersebut hipermetropi ternyata bisa melihat pada jarak 30 cm saat ia menggunakan kacamata terseut, maka berapakah titik dekat orang tersebut?
Menganalisis panjang teropong bintang untuk mata tak berakomodasi
Kunci Jawaban Dik ∶ P = 2,5 dioptri s = 30 cm Dit ∶ PP? Jawab: 100 100 P = − s PP 100 100 2,5 = − 30 PP 100 100 = − 2,5 PP 30 100 2,5 = PP 3 PP = 120 cm
Kuat lensa objektif sebuah Dik : Pob = 1 dioptri teropong bintang 1 dioptri, Pok = 20 dioptri sedangkan kuat lensa okuler Dit : d? 20 dioptri. Teropong dipergunakan untuk 3) Pob = mengamati bintang oleh mata 1= normal tanpa akomodasi, tentukan panjang teropong = 100 cm bintang yang dipergunakan! 4) Pok =
Skor 5
30
5
40
21 = = 5 cm Panjang teropong untuk mata tanpa akomodasi, yaitu: d=f +f d = 100 + 5
20
143
d = 105 cm Total Skor
100
144
Lembar Kerja Siswa (LKS) “Alat-Alat Optik”
Kelompok Nama
: : 1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Tujuan 1. Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan cara membuat lup sederhana 2. Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat alat-alat optik.
145
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. 5.
Alat dan Bahan Lampu bohlam bekas Plastik Karet Koran Air
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Selembar Secukupnya
Prosedur Kerja
1. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok di depan kelas 2. Perwakilan kelompok melakukan demonstrasi sebagai berikut: Membuat lup sederhana: sederhana a) Menyiapkan lampu bohlam yang tidak terpakai b) Mengisi lampu bohlam tersebut dengan air c) Menutup lampu bohlam dengan plastik dan merekatkannya dengan karet d) Mengamati tulisan yang terdapat pada koran menggunakan lup sederhana yang telah dibuat.
Bahan Diskusi
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar! 1. Mengapa tulisan yang terdapat pada koran dapat terlihat besar saat menggunakan lampu bohlam yang sudah terisi oleh air? Bagaimana sifat bayangan yang terbentuk?
146
Jawab :
2. Mengapa penderita rabun dekat tidak bisa melihat benda dekat dengan jelas? Jenis lensa apa yang harus digunakan penderita rabun dekat? Gambarkan skema cacat mata untuk penderita rabun dekat! Jawab :
3. Titik dekat seorang penderita hipermetropi adalah 2 m. Agar dapat melihat seperti orang bermata normal maka orang tersebut perlu menggunakan kacamata berkekuatan.... (OSN Fisika 2012)
147
Jawab :
4. Sebuah lup dengan fokus 4 cm digunakan oleh seseorang dengan mata berakomodasi. Tentukan perbesaran lup tersebut! Jawab :
5. Sebuah mikroskop memiliki lensa objektif dengan jarak fokus 4 cm dan lensa okuler dengan jarak fokus 1 cm. Jika jarak kedua lensa atau panjang mikroskop, d = 21 cm, hitunglah perbesaran bayangan pada mikroskop ketika mata tak berakomodasi! Jawab :
148
6. Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus objektif 4 mm dan jarak fokus okuler 5 cm. Sebuah benda ditempatkan 5 mm di depan lensa objektif. Untuk mendapatkan perbesaran dengan mata tak berakomodasi, maka jarak lensa objektif ke lensa okuler adalah.... Jawab :
7. Seorang siswa (Sn = 25 cm) melakukan percobaan dengan data seperti diagram berikut!
Tentukan perbesaran mikroskop tersebut! (akomodasi maksimum) Jawab :
149
8. Seseorang mengamat bintang menggunakan teropong dengan panjang teropong sebesar 15 cm. Jika jarak fokus okulernya 3 cm, maka perbesaran bayangan adalah ... Jawab :
9. Teropong bumi digunakan untuk mengamati seseorang yang berada pada jarak 1 km. Teropong tersebut mempunyai jarak fokus lensa objektif, pembalik, dan okuler berturut-turut 25 cm, 0,5 cm, dan 0,25 cm. Jika pengamatan dilakukan dengan mata tak berakomodasi, tentukanlah panjang teropong tersebut! Jawab :
10. Sebuah objek yang akan difoto dengan menggunakan kamera harus diatur kedudukannya di ruang III, sehingga dihasilkan bayangan pada ruang II. Sifat bayangan objek tersebut adalah … . Jawab :
Lampiran B Instrumen Penelitian
B.1. Instrumen Tes a. Kisi-kisi Instrumen Tes b. Instrumen Tes B.2. Analisis Hasil Uji Instrumen a. Uji Validitas Butir Soal b. Uji Reliabilitas Instrumen c. Uji Taraf Kesukaran d. Uji Daya Pembeda B.3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen B.4. Soal Instrumen Penelitian B.5. Lembar Jawaban B.6. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) B.7. Instrumen Nontes (Angket) B.8. Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes (Angket) B.9. Lembar Validasi Ahli Media B.10. Lembar Validasi Ahli Materi
150
151
Kisi-Kisi Instrumen Tes Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Alokasi Waktu Jumlah Soal Bentuk Soal Kompetensi Dasar
Konsep
: SMA/MA : Fisika : Optika Geometri : X/II : 2 x 45 menit : 43 soal : Pilihan Ganda : 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 1.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. Indikator
Menjelaskan konsep pemantulan cahaya pada cermin datar. Menghitung besaran-besaran yang terdapat pada cermin datar (tinggi bayangan dan Pemantulan tinggi cermin, sudut pantul, serta jumlah Cahaya bayangan) Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jarijari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada cermin. Menjelaskan konsep pembiasan cahaya pada permukaan bidang datar Menghitung hubungan antara cepat rambat (v), frekuensi (f), dan panjang gelombang cahaya (λ) dengan indeks bias (n). Pembiasan Menyebutkan sifat-sifat bayangan yang Cahaya terdapat pada lensa cembung dan cekung Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jarijari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada lensa Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehariAlat-alat hari Optik Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alat-alat optik Jumlah Soal Persentase Soal Keterangan: * butir soal yang valid
C1 2, 3
Ranah Kognitif C2 C3 C4 1*, 4* 5*, 6, 9* 7*, 8* 10*
17, 19*
12, 14
18, 20*
8 19%
23*, 25
28*, 29 31*, 33*, 34
36*, 38*
9 21%
7
5
4 30*, 32*
35*, 37
5
4 21*, 22, 24
26*, 27
11, 13, 15, 16*
Jumlah Soal 4
5
4
39*, 41* 12 28%
40*, 42, 43 14 32%
5 43 100%
Instrumen Tes Indikator
Indikator Soal
Soal
Penyelesaian Soal
Menjelaskan konsep pemantulan cahaya pada cermin datar
Menghitung sudut pantul sesuai dengan hukum pemantulan
1. Berdasarkan hukum pemantulan, besar sudut pantul pada skema berikut adalah ... A. 30o B. 35o C. 40o D. 45o E. 50o 2. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Gambar yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah ... A.
Sinar datang yang ditunjukkan oleh skema tersebut membentuk sudut 60o terhadap bidang pantulnya, maka: i = 90o – 60o i = 30o Berdasarkan hukum pemantulan, i = r, maka sudut pantulnya (r) adalah 30o (Kunci: A)
Menunjukkan gambar pemantulan cahaya
Ranah Kognitif
C2
Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
C1 B.
(Kunci: D)
152
C.
D.
E.
Mengidentifikasi sifat bayangan cermin datar yang ditunjukkan oleh gambar
3. Perhatikan gambar di bawah ini!
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut: 1. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin 2. Sifat bayangan maya 3. Bayangan yang terbentuk tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya 4. Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda
C1
153
Menyimpulkan sifat bayangan pada cermin datar yang ditunjukkan oleh gambar
Menghitung besaran-besaran yang terdapat pada cermin datar (tinggi bayangan dan tinggi cermin, sudut pantul, serta jumlah bayangan)
Menghitung jumlah bayangan yang terbentuk dari dua buah cermin
Pernyataan yang tidak termasuk ke dalam sifat bayangan cermin datar adalah ... A. Sinar datang sama dengan sinar pantul B. Jarak benda sama dengan jarak bayangan C. Sudut datang sama dengan sudut pantul D. Bayangan terbentuk dari perpanjangan sinar pantul E. Sifat bayangan maya 4. Diagram berikut menunjukkan bayangan dari sebuah jam dinding dalam suatu cermin datar. Jam tersebut menunjukkan pukul ... A. 11.45 B. 11.50 C. 12.15 D. 12.10 E. 12.45 5. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 20o satu dengan yang lainnya. Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan sebanyak ... A. 16 B. 17 C. 18 D. 19
(Kunci: D)
Cermin datar memiliki bayangan yang berbentuk tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya. Jadi, jam tersebut menunjukkan arah yang berlawanan lawanan dari yang ditunjukkan oleh cermin, yaitu pukul 11.45.
C2
(Kunci: A) Dik : θ = 20o Dit : Jumlah bayangan (n)? Jawab : n= cermin
– 1, dengan θ = sudut antara dua
C3
n= –1 n = 17 (Kunci: B)
154
Menganalisis tinggi bayangan pada cermin datar
E. 20 6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Dik
: hdinding = 5 m = 500 cm hcermin = 15 cm scermin-dinding = 20 m = 2000 cm smata-cermin = 2 m = 200 cm Dit : smata-cermin (x)? Jawab: Perhatikan pembentukkan bayangan pada cermin datar berikut:
Salsa mengamati dinding yang tingginya 5 m dengan menggunakan cermin datar. Jarak dinding terhadap cermin 20 m dan kedudukan mata Salsa 2 m di depan cermin. Jika tinggi cermin 15 cm, maka tinggi bayangan dinding yang dapat dilihat oleh Salsa adalah ... A. 1,60 m B. 1,62 m C. 1,64 m D. 1,65 m E. Tidak terlihat sama sekali
C4
Perhatikan segitiga MA’B’ dan segitiga MPQ. Untuk kedua segitiga tersebut berlaku,
155
= = = 200 A’B’ = 15 (2200) A’B’ = 165 cm A’B’ = 1,65 m (Kunci: D) Menghitung sudut yang dibentuk oleh dua cermin datar
7. Jika suatu benda diletakkan di depan dua buah cermin datar yang membentuk sudut tertentu maka pada cermin terlihat ada 16 bayangan, maka sudut yang dibentuk oleh kedua cermin datar adalah ... A. 23o B. 24o C. 25o D. 26o E. 27o
Dik : n = 16 Dit : sudut (θ)? Jawab : n = cermin 16 =
– 1, dengan θ = sudut antara dua C3
–1
15 = θ = θ = 24o (Kunci: B)
Menghitung tinggi cermin pada cermin datar
8. Yati memiliki tinggi badan 165 cm sedang berdiri di depan cermin datar. Tinggi cermin datar yang diperlukan agar Yati dapat melihat badannya secara keseluruhan adalah ... A. 15,5 cm
Dik : hYati = 165 cm Dit : hcermin? Jawab : hcermin = x hYati
C3
156
Menganalisis besar sudut dan jumlah bayangan yang terdapat pada cermin datar
B. 10,5 cm C. 82,5 cm D. 72,5 cm E. 35,5 cm 9. Sebatang lilin diletakkan di antara dua buah cermin datar yang disusun membentuk sudut α dan menghasilkan sejumlah bayangan. Jika sudut cermin dibuat 4 kali lebih besar, ternyata bayangannya berkurang 10 buah. Nilai α adalah ... A. 20o B. 22o C. 24o D. 25o E. 27o
hcermin = x 165 hcermin = 82,5 cm (Kunci: C) : θ1 = α θ2 = 4α n1 = y n2 = y – 10 Dit : Nilai α ? Jawab : Dik
n =
–1
(1) n1 =
y
=
(2) n2 = y – 10 =
–1 –1
4
C4
substitusi pers (1) ke pers (2) : y – 10 = 4 – 1 – 1 – 10 = - 11 = 4
4
4 4
–1 –1
= -1 + 11 = 10
1080 = 40 = 27 (Kunci: E)
Menganalisis hubungan antara jarak benda (s),
Memperkirakan sifat bayangan pada cermin
10. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar pembentukkan bayangan pada cermin cekung, jika benda diletakkan s < f.
C2
157
jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada cermin.
cekung yang dilihat dari posisi benda
Menganalisis jarak bayangan pada cermin cekung
Sifat bayangan yang terbentuk dari cermin Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tersebut adalah ... tegak, diperbesar. A. Maya, tegak, diperkecil B. Maya, tegak, diperbesar (Kunci: B) C. Nyata, tegak, diperkecil D. Nyata, terbalik, diperbesar E. Nyata, terbalik, diperkecil 11. Sebuah lilin yang menyala digeser mendekati 1) Benda di depan cermin bayangan terbalik suatu cermin sehingga bayangan dapat (nyata) merupakan cermin cekung ditangkap layar, seperti pada gambar, maka : (salah) 2) Bayangan nyata diperbesar maka benda berada diruang 2 lebih kecil dari jari-jari jari kelengkungan (benar) 3) Cermin cekung memiliki jarak fokus positif (salah) 4) Bayangan diruang 3 maka lebih besar 1) Cermin tersebut adalah cermin cembung dari jari-jari jari kelengkungan 2) Jarak benda ke cermin lebih kecil dari jari jari(benar) jari kelengkungan cermin
C4
158
Menghitung perbesaran bayangan pada cermin cekung
3) Jarak fokus cermin negatif Jadi, pernyataan yang benar ditunjukkan 4) Jarak bayangan lebih besardari jari-jari oleh nomor 2 dan 4. kelengkungan cermin (Kunci: C) Pernyataan yang benar adalah….. A. 1,2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 Saja E. Semua benar 12. Letak bayangan yang dibentuk oleh cermin Dik : s’= 30 cm cekung adalah 30 cm dan nyata. Apabila f = 20 cm jarak fokus cermin 20 cm maka perbesaran Dit : M (Perbesaran bayangan) ? bayangannya adalah ... Jawab : A. 0,5 kali = + B. 1,5 kali = + C. 2,5 kali D. 3,0 kali = + E. 3,5 kali = =
C3
, so = 60 cm
M= M= M = 0,5 kali (Kunci: A) Menganalisis jarak bayangan, jarak
13. Sebuah pensil setinggi 1,5 cm berada 7,5 cm Dik di depan cermin cekung dengan jari-jari
: so = 7,5 cm R = 30 cm
C4
159
benda, dan jarak fokus pada cermin cekung
30 cm. Gambar pembentukkan bayangan yang benar adalah ... A.
f = = 15 cm h0 = 1,5 cm Jawab : 1)
+
=
=
–
=
–
,
= B.
=s’ = - 15 cm 2) M =
=
,
= 2 kali
3) M = C.
h’ = M . h0 h’ = 2 . 1,5 h’ = 3 m Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, diperbesar. Penggambaran bayangan yang terbentuk yaitu:
160
D.
E. (Kunci: B)
Menyelidiki letak bayangan benda pada cermin cembung
14. Sebuah benda diletakkan di depan cermin cembung dengan jarak 30 cm dan memiliki jari-jari jari 40 cm. Letak bayangan benda tersebut adalah ... A. 9 cm di belakang cermin B. 9 cm di depan cermin C. 12 cm di belakang cermin D. 12 cm di depan cermin E. 15 cm di depan cermin
Dik
: so = 30 cm R = -40 40 cm (cermin cembung) Dit : Letak bayangan ? Jawab : f= f==
C3
= -20 cm +
= + =−
−
161
= =− , s = -12 cm, Jika jarak bayangan bertanda negatif, maka letak bayangan berada di belakang cermin. (Kunci: C) Menganalisis perbesaran bayangan pada cermin cembung
15. Berdasarkan soal nomor 14, apabila jarak fokus dan jarak benda diubah masing-masing menjadi setengah dari keadaan semula, maka perbesaran bayangan pada cermin tersebut adalah ... A. 1/5 kali B. 1/7 kali C. 1/8 kali D. 2/5 kali E. 3/5 kali
Dik
: so =
× 30 cm = 15 cm
f = × -20 cm = -10 cm Dit : perbesaran bayangan (M) ? Jawab : = + = − =−
− C4
= =− , s = -6 cm, M=
=
= kali
(Kunci: D)
162
Menganalisis jarak bayangan, perbesaran bayangan, dan letak bayangan pada cermin cembung
16. Sebuah benda yang tingginya 3 cm terletak 20 cm di depan sebuah cermin cembung yang berjari-jari 60 cm. Gambar pembentukkan bayangan yang benar adalah ... A.
Dik
: so = 20 cm R = -60 cm (cermin cembung) ho = 2 cm Dit : sifat bayangan ? Jawab : (1) f = f=-
B.
= -30 cm
=
+
=
+
=−
−
= C4
=− s = -12 cm (2) M = M= C.
M = kali (3) M = = ℎ = ℎ = 1,2 m
163
Sifat bayangan benda tersebut adalah maya, tegak diperkecil. Penggambaran pembentukkan bayangan yang terbentuk, yaitu:
D.
E.
(Kunci: B)
Menjelaskan konsep pembiasan cahaya pada permukaan bidang datar
Menyebutkan 17. Peristiwa pembelokkan pengertian dari dengan ... pembiasan cahaya A. Pembiasan B. Pemantulan C. Interferensi D. Difraksi E. Dispersi Memperkirakan jalannya sinar yang keluar saat melewati medium
cahaya
18. Perhatikan gambar di bawah ini!
disebut Peristiwa pembelokkan cahaya disebut dengan pembiasan (refraksi). (Kunci: A) C1
Proses pembiasan cahaya dari kaca ke udara dapat dilihat pada gambar berikut:
C2
164
yang berbeda
Gambar tersebut menunjukan proses jalannya sinar pada tiga medium yang berbeda. Lintasan yang akan ditempuh sinar keluar dari kaca di tunjukkan oleh nomor ... A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5)
Menyebutkan contoh kehidupan sehari-hari pada proses pembiasan
Proses jalannya sinar pada gambar diatas adalah sinar bergerak dari kaca yang memiliki kerapatan lebih rapat dibandingkan udara, sehingga sinar akan dibelokkan menjauhi garis normal. Maka, gambar sinar yang tepat ditunjukkan oleh nomor (4). (3) Udara (Kunci: D) 19. Gambar yang menunjukkan contoh peristiwa Sendok yang tercelup air sebagian tampak pembiasan adalah ... membengkok merupakan contoh dari A. peristiwa pembiasan. C1
165
B.
C. (Kunci: A)
D.
E.
166
Menjelaskan proses pembiasan cahaya yang melewati medium berbeda
20. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan Udara memiliki indeks bias 1,003 dan air Hukum Snellius yaitu ... memiliki indeks bias 1,33, maka sinar A. datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
B. C2 (Kunci: A)
C.
167
D.
E.
Menghitung hubungan antara cepat rambat (v), frekuensi (f), dan panjang gelombang cahaya (λ) dengan indeks bias (n).
Menghitung sudut bias pada proses pembiasan
21. Seberkas sinar datang dengan sudut datang 40o dari air ke udara. Besarnya sudut bias sinar adalah ... (nair = , nudara = 1) A. 39,8o B. 45,3o C. 58,9o D. 61,3o E. 65o
: θi = 40o nair = nudara = 1 Dit : θr? Jawab: nair . sinθi = nudara . sinθr . sin 40o = 1 . sinθr Dik
C3
168
0,857 = sinθr θr = arc sin 0,857 θr = 58,9o (Kunci: C) Menhitung panjang gelompang cahaya dengan indeks bias
22. Seberkas sinar kuning di udara mempunyai panjang gelombang 6000 Å. Panjang gelombang di dalam kaca yang berindeks bias 1,5 adalah ... A. 2000 Å B. 3000 Å C. 4000 Å D. 5000 Å E. 6000 Å
: λu = 6000 Å nu = 1 nk = 1,5 Dit : λk ? Jawab: nu . λu = nk . λk 1 . 6000 = 1,5 . λk λk = Dik
C3
,
λk = 4000 Å (Kunci: C)
Menganalisis jarak yang terbentuk pada benda melalui pembiasan
23. Suatu akuarium berbentuk balok dengan panjang 1 m. Akuarium tersebut berisi air dan terdapat seekor ikan yang berada 30 cm terhadap dinding akuarium. Seseorang berdiri pada jarak 2 m dari dinding akuarium. Jika indeks bias udara 1 dan indeks bias air , maka jarak orang ke ikan adalah ...
Dik : n1 = nudara = 1 n2 = nair = s1 = 2 m = 200 cm R =∞ Dit : s2? Jawab: Jarak orang ke ikan berarti sinar datang dari orang. Jarak bayangan orang dari dinding akuarium adalah : + = +
C4
=
169
+
=0 =-
3m
Menghitung laju gelombang dan panjang gelombang yang melewati medium berbeda
A. 3,0 m B. 2,9 m C. 2,5 m D. 2,1 m E. 1,9 m 24. Suatu gelombang yang memiliki panjang 4 m menjalar dengan laju 8 m/s meninggalkan medium A dan masuk melewati medium B sehingga panjang gelombangnya menjadi 5 m. Laju gelombang dalam medium B adalah ... A. 12 m/s B. 10 m/s C. 9 m/s D. 5 m/s E. 2,5 m/s
s2 = s2 = - 2,66 Tanda (-) menandakan bayangan maya. Jadi, jarak orang ke ikan adalah 2,66 + 0,3 = 2,96 m (Kunci: B)
Dik
: λA = 4 m vA = 8 m/s λB = 5 m Dit : vB? Jawab: Pada peristiwa pembiasan, besar frekuensi adalah sama. (fa = fb) =
C3
= 40 = 4 vB vB = 10 m/s (Kunci: B)
170
Menganalisis laju gelombang, panjang gelombang, dan frekuensi gelmbang pada medium yang berbeda
Menyebutkan sifat- Mengingat istilah sifat bayangan untuk lensa pada lensa cembung
25. Suatu cahaya monokromatis di udara mempunyai frekuensi 6 x 1014 Hz. Jika cahaya tersebut dilewatkan pada sebuah medium dengan indeks bias 1,5 maka, 1) Cepat rambat cahaya dalam medium 2 x108 m/s 2) Panjang gelombang cahaya dalam medium 2,5 x 108 m 3) Panjang gelombang di udara 5 x 10-7 m 4) Frekuensi cahaya dalam medium 5,33 x 1013 Hz Pernyataan yang benar adalah….. A. 1,2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. Hanya 4 E. Semua benar
Dik : fa = 8x1014 Hz vu = 3x108 m/s nu = 1 na = 1,5 Jawab : (1) nu vu = na va 1(3x108) = 1,5 va va = 2x108 m/s (benar) (2) l =
=
= 3,3 x 10 m
C4 (salah)
(3) l =
=
= 5 x 10 m (benar)
(4) Frekuensi cahaya tidak berubah fa = fu = 8x10 Hz
(salah) Maka pernyataan yang benar adalah nomor 1 dan 3. (Kunci: B) 26. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan Sinar-sinar bias yang terdapat pada lensa berkas sinar bias pada lensa cembung bersifat konvergen (mengumpulkan sinar). adalah ... C1
171
A.
B.
(Kunci: B)
C.
D.
172
E.
Menyebutkan sinar istimewa pada lensa cekung
27. Perhatikan gambar berikut. Lensa yang dapat Lensa yang dapat menghasilkan bayangan menghasilkan bayangan nyata dan diperbesar nyata dan diperbesar adalah lensa cembung. adalah ...
(Kunci: C)
A Memperkirakan gambar bayangan pada lensa cekung
B
C
D
C1
E
28. Sebuah benda terletak antara F dan O di Gambar bayangan jika benda terletak antara depan lensa cekung, lukisan bayangan yang F dan O di depan lensa cekung yaitu: benar adalah ... A.
C2
173
B.
C.
(Kunci: E)
D.
E.
174
Memperkirakan letak bayangan pada lensa cembung melalui gambar
29. Perhatikan gambar lensa cembung di bawah Gambar pembentukkan bayangan ini! benda berada di titik fokus yaitu:
Bayangan bayangan terhingga.
Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada lensa
Menghitung jarak benda pada lensa cekung
yang terbentuk yaitu letak benda berada jauh tidak
Bayangan yang terbentuk dari gambar tersebut adalah ... A. Nyata, terbalik, diperbesar B. Nyata, terbalik, diperkecil C. Letak bayangan berada di tak hingga D. Maya, tegak, diperkecil E. Nyata, terbalik, sama besar 30. Sebuah benda diletakkan di depan lensa plan Dik : f = -40 cm konkaf dengan jarak fokus 40 cm. Jika M = 2 kali bayangan diperbesar 2 kali, maka jarak benda Dit : s ? ke lensa adalah ... Jawab: A. 60 cm Bayangan nyata B. 70 cm M=2 C. 75 cm =2 D. -60 cm s′ = 2s E. -70 cm +
jika
C2
(Kunci: C)
C3
=
175
+
=
= 2s = -120 s = -60 cm
Menganalisis indeks bias pada lensa plan konkaf
(Kunci: D ) 31. Berdasarkan soal nomor 30, jika jarak fokus Dik : f = 1/2 × -40 cm = -20 cm menjadi setengah dari keadaan semula dan R1 = ∞ (permukaan datar/plan) memiliki jari-jari permukaan lengkung 12 R2 = -12 cm, maka indeks bias lensa tersebut adalah ... n1 = 1 (medium udara) A. 7/5 Dit : n2 ? B. 7/6 Jawab: C. 7/7 = − 1 + D. 8/1 = − 1 − E. 8/5 =(
− 1) −
− 1= −
× − 1=
=
C4 12 20
+1
= = =
176
(Kunci: E) Menghitung jarak fokus pada lensa cembung
32. Lensa bikonveks terbuat dari bahan kaca Dik : n1 = 1 dengan indeks bias 1,5. Permukaan lensa n2 = 1,5 memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm dan R1 = 30 cm 60 cm. Jika lensa terletak di udara maka R2 = 60cm besar fokus lensa adalah ... Dit : f? A. 10 cm Jawab: B. 20 cm = − 1 + C. 30 cm , = − 1 + D. 40 cm E. 50 cm = (0,5)
C3
= 0,025 f = , f = 40 cm (Kunci: D) Menganalisis perbesaran dan letak bayangan pada lensa cembung
33. Dari soal nomor 32, jika jarak fokus diubah Dik : f = ¼ × 40 cm = 10 cm menjadi 1/4 dari keadaan semula dan sebuah s = 5 cm benda yang berjarak 5 cm di letakkan di Dit : M dan sifat bayangan ? depan lensa, maka perbesaran bayangan dan Jawab: sifat bayangan lensa tersebut adalah ... + = A.
C4
= – =
–
177
B.
= = s’ = - 10
C. M=
=
= 2 kali
Sifat bayangannya adalah maya, tegak, diperbesar D.
E.
(Kunci: C) Menghitung tinggi bayangan pada lensa cembung
34. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah Dik benda dengan tinggi 0,12 m pada lensa cembung. Jika jarak benda ke lensa 60 cm, dan jarak fokus lensa 40 cm, maka tinggi Dit
: f = 40 cm so = 60 cm ho = 0,12 m = 12 cm : h’?
C4
178
bayangannya adalah ... Belakang lensa h
F s
Jawab : = + = − =
−
= A. B. C. D. E.
2,4 cm 3,6 cm 4,8 cm 7,2 cm 9,6 cm
= , s = 24 cm = = h’ = 4,8 cm
Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari
Menyebutkan jenis cacat pada mata
35. Perhatikan gambar di bawah ini!
(Kunci: C) Astigmatisme adalah jenis cacat mata yang tidak bisa melihat dengan jelas garis lurus dapat disembuhkan dengan lensa silinder.
C1 Jenis cacat mata diatas dapat diatasi dengan menggunakan kacamata berlensa ... A. Cembung B. Cekung C. Cembung-cekung
179
Menjelaskan penyebab terjadi cacat mata rabun jauh
D. Silinder (Kunci: D) E. Cembung-datar 36. Tina mengalami cacat mata rabun jauh. Penderita cacat mata rabun jauh (miopi) Gambar mata penderita rabun jauh yang memiliki titik jauh terbatas di depan benar adalah ... matanya, sehingga tidak dapat melihat A. benda-benda jauh dengan jelas.
B.
(Kunci: C) C.
C2
D.
E.
180
Menyebutkan jenis lensa yang digunakan pada kamera
Memperkirakan letak benda yang diamati dengan lup saat mata tak berakomodasi
37. Jenis lensa yang digunakan pada kamera adalah lensa ... A. Cembung B. Cekung C. Plan-paralel D. Plan-konkaf E. Plan-konveks 38. Benda diamati dengan lup. Jika pengamat melakukan kegiatan dengan mata tak berakomodasi, maka letak benda yang sesuai adalah ... A.
B.
C.
Jenis lensa yang digunakan pada kamera adalah lensa cembung. (Kunci: A) C1
Pengamatan dengan lup: a. Pengamatan dilakukan dengan mata tak berakomodasi,
b. Pengamatan dilakukan dengan mata berakomodasi maksimum,
C2
(Kunci: A)
181
D.
E.
Memecahkan persoalan matematis yang terdapat pada alatalat optik
Menghitung perbesaran bayangan teropong bintang
Menganalisis perbesaran pada mikroskop
39. Seseorang mengamati bintang menggunakan sebuah teropong bintang yang memiliki jarak fokus objektif dan okuler berturut-turut 70 cm dan 4 cm. Perbesaran bayangan pada teropong tersebut adalah ... A. 16,5 kali B. 17,5 kali C. 17,0 kali D. 18,5 kali E. 19,5 kali
Dik
: fok = 4 cm fob = 70 cm Dit : M? Jawab :
M=
C3
M= M = 17,5 (Kunci: B)
40. Sebuah mikroskop, jarak fokus okulernya Dik : fok = 2,5 cm 2,5 cm dan jarak fokus objektifnya 0,9 cm fob = 0,9 cm digunakan oleh orang bermata normal tanpa sob = 1 cm akomodasi. Jika benda diletakkan pada jarak Dit : MT ? 1 cm, maka perbesaran mikroskop tersebut Jawab:
C4
182
adalah ... A. 77 kali B. 80 kali C. 88 kali D. 90 kali E. 99 kali
=
+
=
+
= =
+
, ,
s’ob = 0,9 cm MT = ,
MT =
,
MT = 90 (Kunci: D) Mengitung kekuatan lensa yang digunakan bagi penderita cacat mata miopi
41. Seorang penderita miopi mempunyai titik Dik : s’ = -2 m jauh 2 meter. Agar orang tersebut dapat s = melihat seperti orang normal, maka kekuatan Dit :P? lensa kacamata yang diperlukan adalah….. Jawab : A. 2 dioptri = + B. 1 dioptri C. ½ dioptri = + − ~ D. -1/2 dioptri E. -1 dioptri =0− =-2m P=
C3
= − dioptri
183
(Kunci: D)
Menganalisis panjang teropong bintang untuk mata tak berakomodasi
42. Kuat lensa objektif sebuah teropong bintang Dik : Pob = 1 dioptri 1 dioptri, sedangkan kuat lensa okuler 20 Pok = 20 dioptri dioptri. Teropong dipergunakan untuk Dit : d? mengamati bintang oleh mata normal tanpa Jawab: akomodasi, panjang teropong bintang yang 1) Pob = dipergunakan adalah ... 1= A. 100 cm B. 105 cm = 100 cm C. 120 cm D. 125 cm 2) Pok = E. 130 cm 20 =
C4
= 5 cm Panjang teropong akomodasi, yaitu: d=f +f d = 100 + 5 d = 105 cm
untuk
mata
tanpa
(Kunci: B) Menganalisis perbesaran
43. Seseorang mengamat bintang menggunakan Dik teropong dengan panjang teropong sebesar
: fok = 3 cm d = 15 cm
C4
184
bayangan untuk mata tak berakomodasi pada teropong
15 cm. Jika jarak fokus okulernya 3 cm, Dit : M? maka perbesaran bayangan adalah ... Jawab: A. 1 kali Untuk mata tanpa berakomodasi B. 3 kali M= C. 4 kali Untuk mencari fob dapat menggunakan D. 8 kali rumus: E. 11 kali d = fob + fok 15 = fob + 3 fob = 15-3 fob = 12 cm maka, M= M= M = 4 cm (Kunci: C)
185
186
UJI VALIDITAS BUTIR SOAL ================================= Jumlah Subyek = 32 Butir Soal = 43 Nama berkas: D:\KULIAH\SMT 8\PPKT\LAPORAN AMALIA\ANATESV4-NEW\ASLI SOAL 43.ANA No Butir Baru No Butir Asli 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43
PPKT
Korelasi Signifikansi 0,285 Signifikan -0,089 NAN NAN 0,479 Sangat Signifikan 0,388 Sangat Signifikan -0,172 0,329 Signifikan 0,427 Sangat Signifikan 0,335 Signifikan 0,510 Sangat Signifikan 0,125 -0,202 -0,212 -0,170 0,089 0,495 Sangat Signifikan 0,043 NAN NAN 0,429 Sangat Signifikan 0,352 Signifikan 0,716 Sangat Signifikan 0,051 0,450 Sangat Signifikan -0,113 0,149 0,510 Sangat Signifikan 0,098 0,299 Signifikan -0,212 0,440 Sangat Signifikan 0,374 Sangat Signifikan 0,448 Sangat Signifikan 0,565 Sangat Signifikan -0,212 0,349 Signifikan 0,487 Sangat Signifikan 0,085 0,569 Sangat Signifikan 0,564 Sangat Signifikan 0,395 Sangat Signifikan 0,534 Sangat Signifikan 0,146 0,135 -
RIZKY
187
RELIABILITAS TES ================ Rata-rata = 20,03 Simpang Baku = 4,34 KorelasiXY = 0,67 Reliabilitas Tes = 0,80 Nama berkas: D:\KULIAH\SMT 8\PPKT\LAPORAN AMALIA\ANATESV4-NEW\ASLI SOAL 43.ANA No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek 1 4 Tatyana 2 3 Delvina 3 12 Dhira 4 11 Qalbi 5 18 Adam 6 19 Hadyan 7 7 Faishal 8 20 Ulfa 9 30 Abraham 10 8 Prisha 11 22 Daranta 12 27 Fachri 13 32 Panji 14 16 Ade 15 17 Achmad 16 23 Nuefebrina 17 5 Iqbal 18 28 Adelia 19 15 Emilia 20 21 Rizky 21 6 Syarafina 22 13 Kenny 23 14 Mieke 24 29 Yoseph 25 1 Azwar 26 9 Andini 27 24 Nafal 28 10 Nadya 29 25 Alfieli 30 26 Adnasyawa 31 2 Cahyo 32 31 Naufal
Skor Ganjil 15 13 13 13 12 13 12 14 11 11 11 10 10 9 10 11 9 10 10 9 8 8 9 9 7 7 10 7 6 7 5 7
Skor Genap 13 14 14 13 13 11 11 9 12 11 11 12 12 12 11 10 11 10 9 10 10 10 9 8 9 9 6 8 8 7 8 4
PPKT
RIZKY
Skor Total 28 27 27 26 25 24 23 23 23 22 22 22 22 21 21 21 20 20 19 19 18 18 18 17 16 16 16 15 14 14 13 11
188
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek = 32 Butir Soal = 43 Nama berkas: D:\KULIAH\SMT 8\PPKT\LAPORAN PPKT RIZKY AMALIA\ANATESV4NEW\ASLI SOAL 43.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Jml Betul 27 30 0 22 17 12 29 27 1 14 1 4 1 1 2 14 27 0 29 22 22 19 3 19 11 26 13 3 1 5 3 12 11 1 19 27 31 12 17 30 28 25 23
Tkt. Kesukaran(%) 84,38 93,75 0,00 68,75 53,13 37,50 90,63 84,38 3,13 43,75 3,13 12,50 3,13 3,13 6,25 43,75 84,38 0,00 90,63 68,75 68,75 59,38 9,38 59,38 34,38 81,25 40,63 9,38 3,13 15,63 9,38 37,50 34,38 3,13 59,38 84,38 96,88 37,50 53,13 93,75 87,50 78,13 71,88
Tafsiran Mudah Sangat Mudah Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sangat Mudah Mudah Sangat Sukar Sedang Sangat Sukar Sangat Sukar Sangat Sukar Sangat Sukar Sangat Sukar Sedang Mudah Sangat Sukar Sangat Mudah Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sangat Sukar Sangat Sukar Sukar Sangat Sukar Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah Sedang Sedang Sangat Mudah Sangat Mudah Mudah Mudah
189
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek = 32 Klp atas/bawah(n) = 9 Butir Soal = 43 Nama berkas: D:\KULIAH\SMT 8\PPKT\LAPORAN PPKT RIZKY AMALIA\ANATESV4NEW\ASLI SOAL 43.ANA No Butir Baru No Butir Asli 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43
Kel. Atas 8 8 0 7 8 2 9 9 1 7 1 0 0 0 1 6 7 0 9 8 9 6 3 5 3 9 5 2 0 4 3 5 6 0 8 9 9 7 9 9 9 7 8
Kel. Bawah 5 8 0 3 4 3 6 6 0 1 0 2 1 1 1 1 7 0 6 5 2 5 0 6 1 4 3 0 1 0 0 2 1 1 4 5 9 0 3 7 5 7 6
Beda 3 0 0 4 4 -1 3 3 1 6 1 -2 -1 -1 0 5 0 0 3 3 7 1 3 -1 2 5 2 2 -1 4 3 3 5 -1 4 4 0 7 6 2 4 0 2
Indeks DP (%) 33,33 0,00 0,00 44,44 44,44 -11,11 33,33 33,33 11,11 66,67 11,11 -22,22 -11,11 -11,11 0,00 55,56 0,00 0,00 33,33 33,33 77,78 11,11 33,33 -11,11 22,22 55,56 22,22 22,22 -11,11 44,44 33,33 33,33 55,56 -11,11 44,44 44,44 0,00 77,78 66,67 22,22 44,44 0,00 22,22
190
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Item No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Validitas Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid
Tingkat Kesukaran Mudah Mudah Sukar Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Mudah Sukar Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Mudah
Daya Pembeda Cukup Buruk Buruk Baik Baik Drop Cukup Cukup Cukup Baik Buruk Drop Drop Drop Buruk Baik Buruk Buruk Cukup Cukup Baik Sekali Buruk Cukup Drop Cukup Baik Cukup Cukup Drop Baik Cukup Cukup Baik Drop Baik Baik Buruk
Keputusan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan
191
38 39 40 41 42 43
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid
Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah
% Soal yang Digunakan 1. Mudah 30% 2. Sedang 45% 3. Sukar 25%
Baik Sekali Baik Cukup Baik Buruk Cukup
Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan
INSTRUMEN TES VALID
Satuan Pendidikan
: SMA/MA
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Optika Geometri
Kelas/Semester
: X MIA/II
Jumlah Soal
: 20 soal
Kompetensi Dasar
: 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh
cermin dan lensa. 4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. Indikator
Indikator Soal
Menjelaskan konsep pemantulan cahaya pada cermin datar
Menghitung sudut pantul sesuai dengan hukum pemantulan
Soal
Penyelesaian Soal
Ranah Kognitif
1. Berdasarkan hukum pemantulan, besar sudut Sinar datang yang ditunjukkan oleh skema pantul pada skema berikut adalah ... tersebut membentuk sudut 60o terhadap A. 30o bidang pantulnya, maka: o B. 35 i = 90o – 60o C. 40o i = 30o o D. 45 Berdasarkan hukum pemantulan, i = r, maka sudut pantulnya (r) adalah 30o (Kunci: A)
C2
192
E. 50o
Menyimpulkan sifat bayangan pada cermin datar yang ditunjukkan oleh gambar
Menghitung besaran-besaran yang terdapat pada cermin datar (tinggi bayangan dan tinggi cermin, sudut pantul, serta jumlah bayangan)
2. Diagram berikut menunjukkan bayangan dari sebuah jam dinding dalam suatu cermin datar. Jam tersebut menunjukkan pukul ... A. 11.45 B. 11.50 C. 12.15 D. 12.10 E. 12.45 Menghitung 3. Dua buah cermin datar dipasang membentuk jumlah bayangan sudut 20o satu dengan yang lainnya. Di depan yang terbentuk dari kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. dua buah cermin Kedua cermin membentuk bayangan sebanyak ... A. 16 B. 17 C. 18 D. 19 E. 20
Cermin datar memiliki bayangan yang berbentuk tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya. Jadi, jam tersebut menunjukkan arah yang berlawanan dari yang ditunjukkan oleh cermin, yaitu pukul 11.45.
C1
(Kunci: A) Dik : θ = 20o Dit : Jumlah bayangan (n)? Jawab : n= cermin
– 1, dengan θ = sudut antara dua C3
n= –1 n = 17 (Kunci: B)
193
Menganalisis besar 4. Sebatang lilin diletakkan di antara dua buah sudut dan jumlah cermin datar yang disusun membentuk sudut α bayangan yang dan menghasilkan sejumlah bayangan. Jika terdapat pada sudut cermin dibuat 4 kali lebih besar, cermin datar ternyata bayangannya berkurang 10 buah. Nilai α adalah ... A. 20o B. 22o C. 24o D. 25o E. 27o
: θ1 = α θ2 = 4α n1 = y n2 = y – 10 Dit : Nilai α ? Jawab : Dik
n =
–1
(1) n1 =
y
=
–1
(2) n2 = y – 10 = 4 – 1 substitusi pers (1) ke pers (2) : y – 10 = 4 – 1 – 1 – 10 = - 11 = 4
4
4 4
C4
–1 –1
= -1 + 11 = 10
1080 = 40 = 27 (Kunci: E)
Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R),
Menganalisis jarak bayangan, perbesaran bayangan, dan letak bayangan pada cermin cembung
5. Sebuah benda yang tingginya 3 cm terletak 20 cm di depan sebuah cermin cembung yang berjari-jari 60 cm. Gambar pembentukkan bayangan yang benar adalah ...
Dik
: so = 20 cm R = -60 cm (cermin cembung) ho = 2 cm Dit : sifat bayangan ? Jawab : (1) f =
C4
194
dan perbesaran bayangan (M) pada cermin.
A.
f==
+
=
+
=− B.
= -30 cm
−
= =− s = -12 cm (2) M = M= M = kali
C.
(3) M = =
D.
ℎ = ℎ = 1,2 m Sifat bayangan benda tersebut adalah maya, tegak diperkecil. Penggambaran pembentukkan bayangan yang terbentuk, yaitu:
195
E.
Menjelaskan konsep pembiasan cahaya pada permukaan bidang datar
Menyebutkan contoh kehidupan sehari-hari pada proses pembiasan
(Kunci: B) 6. Gambar yang menunjukkan contoh peristiwa Sendok yang tercelup air sebagian tampak pembiasan adalah ... membengkok merupakan contoh dari A. peristiwa pembiasan.
B.
C.
C1
(Kunci: A)
196
D.
E.
Menjelaskan proses pembiasan cahaya yang melewati medium berbeda
7. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan Udara memiliki indeks bias 1,003 dan air Hukum Snellius yaitu ... memiliki indeks bias 1,33, maka sinar A. datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. C4
197
B.
C. (Kunci: A)
D.
198
E.
Menghitung hubungan antara cepat rambat (v), frekuensi (f), dan panjang gelombang cahaya (λ) dengan indeks bias (n).
Menghitung sudut bias pada proses pembiasan
8. Seberkas sinar datang dengan sudut datang 40o dari air ke udara. Besarnya sudut bias sinar adalah ... (nair = , nudara = 1) A. 39,8o B. 45,3o C. 58,9o D. 61,3o E. 65o
: θi = 40o nair = nudara = 1 Dit : θr? Jawab: nair . sinθi = nudara . sinθr . sin 40o = 1 . sinθr 0,857 = sinθr θr = arc sin 0,857 θr = 58,9o Dik
C3
(Kunci: C) Menganalisis jarak yang terbentuk pada benda melalui pembiasan
9. Suatu akuarium berbentuk balok dengan Dik : n1 = nudara = 1 panjang 1 m. Akuarium tersebut berisi air n2 = nair = dan terdapat seekor ikan yang berada 30 cm s1 = 2 m = 200 cm terhadap dinding akuarium. Seseorang R =∞ berdiri pada jarak 2 m dari dinding Dit : s2? akuarium. Jika indeks bias udara 1 dan Jawab:
C4
199
indeks bias air , maka jarak orang ke ikan Jarak orang ke ikan berarti sinar datang dari orang. Jarak bayangan orang dari dinding adalah ... akuarium adalah : + =
3m
=
+
=0 =-
s2 = s2 = - 2,66 Tanda (-) menandakan bayangan maya. Jadi, jarak orang ke ikan adalah 2,66 + 0,3 = 2,96 m (Kunci: B) 10. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan Sinar-sinar bias yang terdapat pada lensa berkas sinar bias pada lensa cembung bersifat konvergen (mengumpulkan sinar). adalah ... A. B. C. D. E.
Menyebutkan sifat- Mengingat istilah sifat bayangan untuk lensa pada lensa cembung
+
3,0 m 2,9 m 2,5 m 2,1 m 1,9 m
A. C1
(Kunci: B)
200
B.
C.
D.
E.
201
Memperkirakan gambar bayangan pada lensa cekung
11. Sebuah benda terletak antara F dan O di Gambar bayangan jika benda terletak antara depan lensa cekung, lukisan bayangan yang F dan O di depan lensa cekung yaitu: benar adalah ... A.
(Kunci: E) B.
C2
C.
D.
202
E.
Menganalisis hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), titik fokus (f), jari-jari kelengkungan (R), dan perbesaran bayangan (M) pada lensa
Menghitung jarak benda pada lensa cekung
12. Sebuah benda diletakkan di depan lensa plan Dik : f = -40 cm konkaf dengan jarak fokus 40 cm. Jika M = 2 kali bayangan diperbesar 2 kali, maka jarak Dit : s ? benda ke lensa adalah ... Jawab: A. 60 cm Bayangan nyata B. 70 cm M=2 C. 75 cm =2 D. -60 cm s′ = 2s E. -70 cm +
=
+
=
C3
= 2s = -120 s = -60 cm
Menganalisis indeks bias pada
13. Berdasarkan soal nomor 12, jika jarak fokus Dik menjadi setengah dari keadaan semula dan
(Kunci: D ) : f = 1/2 × -40 cm = -20 cm R1 = ∞ (permukaan datar/plan)
C4
203
lensa plan konkaf
memiliki jari-jari permukaan lengkung 12 R2 = -12 cm, maka indeks bias lensa tersebut n1 = 1 (medium udara) adalah ... Dit : n2 ? A. 7/5 Jawab: B. 7/6 = − 1 + C. 7/7 = − 1 − D. 8/1 E. 8/5 = ( − 1) − − 1= −
× − 1=
=
12 20
+1
= = = (Kunci: E) Menghitung jarak fokus pada lensa cembung
14. Lensa bikonveks terbuat dari bahan kaca Dik : n1 = 1 dengan indeks bias 1,5. Permukaan lensa n2 = 1,5 memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm dan R1 = 30 cm 60 cm. Jika lensa terletak di udara maka R2 = 60cm besar fokus lensa adalah ... Dit : f? A. 10 cm Jawab: B. 20 cm = − 1 + C. 30 cm
C3
204
D. 40 cm E. 50 cm
,
=
− 1
+
= (0,5) = 0,025 f =
,
f = 40 cm (Kunci: D) Menganalisis perbesaran dan letak bayangan pada lensa cembung
15. Dari soal nomor 14, jika jarak fokus diubah Dik : f = ¼ × 40 cm = 10 cm menjadi 1/4 dari keadaan semula dan sebuah s = 5 cm benda yang berjarak 5 cm di letakkan di Dit : M dan sifat bayangan ? depan lensa, maka perbesaran bayangan dan Jawab: sifat bayangan lensa tersebut adalah ... + = A.
= – =
– C4
= B.
= s’ = - 10 M=
=
= 2 kali
Sifat bayangannya adalah maya, tegak, diperbesar
205
C.
D.
E.
Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari
Menyebutkan jenis cacat pada mata
16. Perhatikan gambar di bawah ini!
(Kunci: C)
Astigmatisme adalah jenis cacat mata yang tidak bisa melihat dengan jelas garis lurus dapat disembuhkan dengan lensa silinder. C1
Jenis cacat mata diatas dapat diatasi dengan
206
Menjelaskan penyebab terjadi cacat mata rabun jauh
menggunakan kacamata berlensa ... A. Cembung B. Cekung C. Cembung-cekung D. Silinder E. Cembung-datar (Kunci: D) 17. Tina mengalami cacat mata rabun jauh. Penderita cacat mata rabun jauh (miopi) Gambar mata penderita rabun jauh yang memiliki titik jauh terbatas di depan benar adalah ... matanya, sehingga tidak dapat melihat A. benda-benda jauh dengan jelas.
B. C2
(Kunci: C) C.
D.
207
E.
Memecahkan Menghitung persoalan perbesaran matematis yang bayangan teropong terdapat pada alat- bintang alat optik
Menganalisis perbesaran pada mikroskop
18. Seseorang mengamati bintang menggunakan sebuah teropong bintang yang memiliki jarak fokus objektif dan okuler berturut-turut 70 cm dan 4 cm. Perbesaran bayangan pada teropong tersebut adalah ... A. 16,5 kali B. 17,5 kali C. 17,0 kali D. 18,5 kali E. 19,5 kali
Dik
: fok = 4 cm fob = 70 cm Dit : M? Jawab :
M=
C3
M= M = 17,5 (Kunci: B)
19. Sebuah mikroskop, jarak fokus okulernya 2,5 Dik : fok = 2,5 cm cm dan jarak fokus objektifnya 0,9 cm fob = 0,9 cm digunakan oleh orang bermata normal tanpa sob = 1 cm akomodasi. Jika benda diletakkan pada jarak 1 Dit : MT ? cm, maka perbesaran mikroskop tersebut Jawab: adalah ... = + A. 77 kali B. 80 kali = + C. 88 kali D. 90 kali = + , E. 99 kali
C4
208
=
,
s’ob = 0,9 cm MT = ,
MT =
,
MT = 90 (Kunci: D) Mengitung kekuatan lensa yang digunakan bagi penderita cacat mata miopi
20. Seorang penderita miopi mempunyai titik Dik : s’ = -2 m jauh 2 meter. Agar orang tersebut dapat s = melihat seperti orang normal, maka kekuatan Dit :P? lensa kacamata yang diperlukan adalah….. Jawab : A. 2 dioptri = + B. 1 dioptri C. ½ dioptri = + − ~ D. -1/2 dioptri E. -1 dioptri =0− =-2m P=
C3
= − dioptri (Kunci: D)
209
210
LEMBAR SOAL Mata Pelajaran Kelas Pokok Bahasan
: Fisika : X MIA : Optika Geometri
Pilihlah jawaban di bawah ini dengan yang paling tepat! 1. Berdasarkan hukum pemantulan, besar sudut pantul pada skema berikut adalah ... A. 30o B. 35o C. 40o D. 45o E. 50o 2. Diagram berikut menunjukkan bayangan dari sebuah jam dinding dalam suatu cermin datar. Jam tersebut menunjukkan pukul ... A. 11.45 B. 11.50 C. 12.15 D. 12.10 E. 12.45 3. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 20o satu dengan yang lainnya. Di depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan sebanyak ... A. 16 B. 17 C. 18 D. 19 E. 20 4. Sebatang lilin diletakkan di antara dua buah cermin datar yang disusun membentuk sudut α dan menghasilkan sejumlah bayangan. Jika sudut cermin dibuat 4 kali lebih besar, ternyata bayangannya berkurang 10 buah. Nilai α adalah ... A. 20o B. 22o C. 24o D. 25o E. 27o 5. Sebuah benda yang tingginya 3 cm terletak 20 cm di depan sebuah ccermin cembung yang berjari-jari berjari 60cm. Gambar pembentukkan bayangan yang benar adalah ...
211
A.
B.
C.
D.
E.
6. Gambar yang menunjukkan contoh peristiwa pembiasan adalah ... A.
B.
212
C.
D.
E.
7. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan Hukum Snellius yaitu ... A.
B.
C.
213
D.
E.
8. Seberkas sinar datang dengan sudut datang 40o dari air ke udara. Besarnya sudut bias sinar adalah ... (nair = , nudara = 1) A. 39,8o B. 45,3o C. 58,9o D. 61,3o E. 65o 9. Suatu akuarium berbentuk balok dengan panjang 1 m. Akuarium tersebut berisi air dan terdapat seekor ikan yang berada 30 cm terhadap dinding akuarium. Seseorang berdiri pada jarak 2 m dari dinding akuarium. Jika indeks bias udara 1 dan indeks bias air , maka jarak orang ke ikan adalah ... A. 3,0 m B. 2,9 m C. 2,5 m D. 2,1 m E. 1,9 m
10. Gambar di bawah ini yang sesuai dengan berkas sinar bias pada lensa cembung adalah ... A.
214
B.
C.
D.
E.
11. Sebuah benda terletak antara F dan O di depan lensa cekung, lukisan bayangan yang benar adalah ... A.
B.
C.
D.
215
E.
12. Sebuah benda diletakkan di depan lensa plan konkaf dengan jarak fokus 40 cm. Jika bayangan diperbesar 2 kali, maka jarak benda ke lensa adalah ... A. 60 cm B. 70 cm C. 75 cm D. -60 cm E. -70 cm 13. Berdasarkan soal nomor 12, jika jarak fokus menjadi setengah dari keadaan semula dan memiliki jari-jari permukaan lengkung 12 cm, maka indeks bias lensa tersebut adalah ... A. 7/5 B. 7/6 C. 7/7 D. 8/1 E. 8/3 14. Lensa bikonveks terbuat dari bahan kaca dengan indeks bias 1,5. Permukaan lensa memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm dan 60 cm. Jika lensa terletak di udara maka besar fokus lensa adalah ... A. 10 cm B. 20 cm C. 30 cm D. 40 cm E. 50 cm 15. Dari soal nomor 14, jika jarak fokus diubah menjadi 1/4 dari keadaan semula dan sebuah benda yang berjarak 5 cm di letakkan di depan lensa, maka perbesaran bayangan dan sifat bayangan lensa tersebut adalah ... A.
B.
216
C.
D.
E.
16. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jenis cacat mata diatas dapat diatasi dengan menggunakan kacamata berlensa ... A. Cembung B. Cekung C. Cembung-cekung D. Silinder E. Cembung-datar 17. Tina mengalami cacat mata rabun jauh. Gambar mata penderita rabun jauh yang benar adalah ... A.
B.
C.
217
D.
E.
18. Seseorang mengamati bintang menggunakan sebuah teropong bintang yang memiliki jarak fokus objektif dan okuler berturut-turut 70 cm dan 4 cm. Perbesaran bayangan pada teropong tersebut adalah ... A. 16,5 kali B. 17,5 kali C. 17,0 kali D. 18,5 kali E. 19,5 kali 19. Sebuah mikroskop, jarak fokus okulernya 2,5 cm dan jarak fokus objektifnya 0,9 cm digunakan oleh orang bermata normal tanpa akomodasi. Jika benda diletakkan pada jarak 1 cm, maka perbesaran mikroskop tersebut adalah ... A. 77 kali B. 80 kali C. 88 kali D. 90 kali E. 99 kali 20. Seorang penderita miopi mempunyai titik jauh 2 meter. Agar orang tersebut dapat melihat seperti orang normal, maka kekuatan lensa kacamata yang diperlukan adalah….. A. 2 dioptri B. 1 dioptri C. ½ dioptri D. -1/2 dioptri E. -1 dioptri
218
LEMBAR JAWABAN
Nama
: ..................................................
Kelas
: ..................................................
No. Absen
: ..................................................
Berilah Tanda Silang (X) Sesuai dengan Jawaban Anda! No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A
B
C
D
E
219
Kisi-Kisi Instrumen Nontes Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Kompetensi Dasar
No 1. 2.
: SMA/MA : Fisika : Optika Geometri : X/II : 3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 1.6 Menyajikan rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.
Aspek Pengaruh media augmented reality terhadap hasil belajar Penyajian media augmented reality Jumlah
Augmened Reality Positif Negatif
Jumlah
2, 4
1, 3
4
6, 7, 10 5
5, 8, 9 5
6 10
220
ANGKET Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran Augmented Reality Hari/Tanggal Jenis Kelamin
: : P/L
Petunjuk Pengisian: 1. Pada angket ini terdapat 10 butir pertanyaan. Pertimbangkanlah baik-baik setiap butir pertanyaan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran augmented reality. 2. Tentukanlah pilihan Anda atas pertanyaan yang telah tersedia dengan memberikan cheklist (√) pada lembar angket. Jawaban yang diberikan harus sesuai dengan pendapat Anda. 3. Angket ini tidak berpengaruh pada nilai, sehingga mohon bantuannya untuk mengisi dengan benar. Keterangan Pilihan Jawaban STS : Sangat tidak setuju TS : Tidak setuju C : Cukup S : Setuju SS : Sangat setuju No Pernyataan A. Pengaruh media augmented reality terhadap hasil belajar Konsep optika geometri yang dibuat dengan gambar yang bergerak 1. sulit untuk diingat Tampilan augmented reality yang dapat dilihat dari berbagai sisi 2. membuat konsep optik geometri lebih mudah dipahami Adanya contoh soal yang disertai dengan gambar membuat konsep 3. optika geometri sulit untuk diterapkan dalam pengerjaan soal Penjelasan contoh soal dengan penggambaran yang akurat sesuai 4. dengan hasil penghitungan dapat membuat soal-soal optika geometri lebih mudah untuk dianalisis B. Penyajian media augmented reality Pergerakkan gambar pada augmented reality terlalu cepat, sehingga 5. penjelasan materi kurang bisa dipahami Ukuran gambar yang ditampilkan pada augmented reality dapat 6. terlihat dengan jelas 7. Suara yang terdapat pada augmented reality terdengar jelas Perpaduan warna disajikan dalam augmented reality kurang 8. menarik Penjelasan konsep optika geometri yang ditampilkan secara dua 9. dimensi lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan tampilan tiga dimensi Tampilan augemented reality terlihat menarik sehingga dapat 10. menumbuhkan motivasi dalam mempelajari konsep optika geometri
STS
TS
C
S
SS
221 221
222 222
223
224
225
226
227
228
Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian
C.1. Hasil Pretest C.2. Hasil Posttest C.3. Uji Normalitas Hasil Pretest a. Kelas Kontrol b. Kelas Eksperimen C.4. Uji Normalitas Hasil Posttest a. Kelas Kontrol b. Kelas Eksperimen C.5. Uji Homogenitas Hasil Pretest C.6. Uji Homogenitas Hasil Posttest C.7. Uji Hipotesis Hasil Pretest C.8. Uji Hipotesis Hasil Posttest C.9. Data Hasil Angket Respon Siswa C.10. Data Persentase Ranah Kognitif
229
230
Hasil Pretest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol adalah sebagai berikut: 30
30
35
35
35
40
40
40
40
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
55
55
55
55
60
65
65
65
65
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu: a. Jumlah siswa (n)
= 44
b. Nilai maksimal (Xmax)
= 65
c. Nilai minimal (Xmin)
= 30
d. Rentang (R)
= Xmax - Xmin = 65 – 30 = 35
e. Banyaknya kelas (K)
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 44 = 6,42 ≈ 6
f. Panjang kelas (P)
= =
,
= 5,45 ≈ 6 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol Interval 30 - 35 36 - 41 42 - 47 48 - 53 54 - 59 60 - 65 Jumlah
Batas Kelas 29,5 35,5 41,5 47,5 53,5 59,5
Frekuensi (fi) 5 4 14 12 4 5 44
Nilai Tengah (xi) 32,5 38,5 44,5 50,5 56,5 62,5
xi2
fi . xi
fi . xi2
1056,25 1482,25 1980,25 2550,25 3192,25 3906,25
162,5 154 623 606 226 312,5 2084
5281,25 5929 27723,5 30603 12769 19531,25 101837
231
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ), median (Me), modus (Mo) dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut: a. Rata-rata ( ) =
∑
.
∑
= = 47,36
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini: Me = L0 + di mana: L0 n Fm fm P Maka:
×
= tepi bawah kelas median = banyaknya data = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = frekuensi kelas median = panjang kelas (interval kelas)
×
Me = L0 +
×6
Me = 41,5 +
×6
= 41,5 + = 41,5 + 5,57 = 47,07
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini: Mo = L0 + di mana L0 b1 b2 P
×
= tepi bawah kelas median = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = panjang kelas (interval kelas)
232
Maka: ×
Mo = L0 +
×6
Mo = 41,5 + = 41,5 + 5 = 46,5
d. Standar Deviasi (S) Nilai standar deviasi ditentukan dengan rumus statistika berikut ini: S= =
∑
(∑
. (
(
= = √72,818 = 8,533
. )
) ) (
(
) )
233
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol adalah sebagai berikut: 25
25
25
30
30
35
35
35
35
35
40
40
40
40
40
40
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
50
50
50
50
55
55
55
55
55
60
60
60
65
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu: a. Jumlah siswa (n)
= 44
b. Nilai maksimal (Xmax)
= 65
c. Nilai minimal (Xmin)
= 25
d. Rentang (R)
= Xmax - Xmin = 65 – 25 = 40
e. Banyaknya kelas (K)
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 44 = 6,42 ≈ 6
f. Panjang kelas (P)
= =
,
= 6,23 ≈ 7 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen Interval 25 – 31 32 – 38 39 – 45 46 – 52 53 – 59 60 - 66 Jumlah
Batas Kelas 24,5 31,5 38,5 45,5 52,5 59,5
Frekuensi (fi) 5 5 21 4 5 4 44
Nilai Tengah (xi) 28 35 42 49 56 63
xi2
fi . xi
fi . xi2
784 1225 1764 2401 3136 3969
140 175 882 196 280 252 1925
3920 6125 37044 9604 15680 15876 88249
234
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ), median (Me), modus (Mo) dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut: a. Rata-rata ( ) =
∑
.
∑
= = 43,75
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini: Me = L0 + di mana: L0 n Fm fm P Maka:
×
= tepi bawah kelas median = banyaknya data = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = frekuensi kelas media = panjang kelas (interval kelas)
×
Me = L0 +
×6
Me = 38,5 +
×6
= 38,5 + = 38,5 + 3,42 = 42
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini: Mo = L0 + di mana L0 b1 b2 P
×
= tepi bawah kelas median = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = panjang kelas (interval kelas)
235
Maka: ×
Mo = L0 +
×6
Mo = 38,5 + = 38,5 + 2,90 = 41,4
d. Standar Deviasi (S) Nilai standar deviasi ditentukan dengan rumus statistika berikut ini: S = =
∑
(∑
. (
(
) ) (
(
= = √93,726 = 9,681
. )
) )
236
Hasil Posttest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol adalah sebagai berikut: 50
55
55
55
60
60
65
65
65
65
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
75
75
75
75
75
75
75
75
75
80
80
80
80
80
85
85
85
85
85
85
85
85
85
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu: a. Jumlah siswa (n)
= 44
b. Nilai maksimal (Xmax)
= 85
c. Nilai minimal (Xmin)
= 50
d. Rentang (R)
= Xmax - Xmin = 85 – 50 = 35
e. Banyaknya kelas (K)
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 44 = 6,42 ≈ 6
f. Panjang kelas (P)
= =
,
= 5,45 ≈ 6 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol Interval 50 – 55 56 – 61 62 – 67 68 – 73 74 – 79 80 – 85 Jumlah
Batas Kelas 49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5
Frekuensi (fi) 4 2 4 11 9 14 44
Nilai Tengah (xi) 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5
xi2
fi . xi
fi . xi2
2756,25 3422,25 4160,25 4970,25 5852,25 6806,25
210 117 258 775,5 688,5 1155 3204
11025 6844,5 16641 54672,75 52670,25 95287,5 237141
237
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ), median (Me), modus (Mo) dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut: a. Rata-rata ( ) =
∑
.
∑
= = 72,818
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini: Me = L0 + di mana: L0 n Fm fm P Maka:
×
= tepi bawah kelas median = banyaknya data = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = frekuensi kelas media = panjang kelas (interval kelas)
×
Me = L0 +
×6
Me = 73,5 +
×6
= 73,5 + = 73,5 + 0,66 = 74,16
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini: Mo = L0 + di mana L0 b1 b2 P
×
= tepi bawah kelas median = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = panjang kelas (interval kelas)
238
Maka: ×
Mo = L0 +
×6
Mo = 79,5 + = 79,5 + 1,07 = 80,57
d. Standar Deviasi (S) Nilai standar deviasi ditentukan dengan rumus statistika berikut ini: S = =
∑
(∑
. (
(
= = 89,105 = 9,43
. )
) ) (
(
) )
239
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol adalah sebagai berikut: 60
65
65
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
75
75
75
75
75
75
75
80
80
80
80
80
80
80
80
85
85
85
85
85
85
85
90
90
90
90
95
95
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu: a. Jumlah siswa (n)
= 44
b. Nilai maksimal (Xmax)
= 95
c. Nilai minimal (Xmin)
= 60
d. Rentang (R)
= Xmax - Xmin = 95 – 60 = 35
e. Banyaknya kelas (K)
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 44 = 6,42 ≈ 6
f. Panjang kelas (P)
= =
,
= 5,45 ≈ 6 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen Interval 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 – 95 Jumlah
Batas Kelas 59,5 65,5 71,5 77,5 83,5 89,5
Frekuensi (fi) 3 13 7 8 7 6 44
Nilai Tengah (xi) 62,5 68,5 74,5 80,5 86,5 92,5
xi2
fi . xi
fi . xi2
3906,25 4692,25 5550,25 6480,25 7482,25 8556,25
187,5 890,5 521,5 644 605,5 555 3404
11718,75 60999,25 38851,75 51842 52375,75 51337,5 267125
240
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ), median (Me), modus (Mo) dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut: a. Rata-rata ( ) =
∑
.
∑
= = 77,36
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini: Me = L0 + di mana: L0 n Fm fm P Maka:
×
= tepi bawah kelas median = banyaknya data = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = frekuensi kelas media = panjang kelas (interval kelas)
×
Me = L0 +
×6
Me = 71,5 +
×6
= 71,5 + = 71,5 + 5,14 = 76,64
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini: Mo = L0 + di mana L0 b1 b2 P
×
= tepi bawah kelas median = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = panjang kelas (interval kelas)
241
Maka: ×
Mo = L0 +
×6
Mo = 65,5 + = 65,5 + 3,75 = 69,25
d. Standar Deviasi (S) Nilai standar deviasi ditentukan dengan rumus statistika berikut ini: S = =
∑
(∑
. (
(
= = √87,887 = 9,37
. )
) ) (
(
) )
242
Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Kontrol
Uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut: (
X2 = ∑
)
Keterangan: X2 = Nilai tes kai kuadrat f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian nilai Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Jika X2hitung ≥ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan tidak normal 2) Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan normal Tabel Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Kontrol Interval
29,5
Z Batas Kelas -2,1421
Luas Tiap Kelas 0,4838
35,5
-1,4326
0,4236
41,5
-0,7230
0,2642
47,5
-0,0134
0,004
53,5
0,6961
0,2549
59,5
1,4057
0,4192
65,5
2,1153
Batas Kelas
Luas Interval Kelas
f0
fh
(fo-fh)2
x2 hitung
0,0602
5
2,648
5,528
2,087
0,1594
4
7,013
9,081
1,294
0,2602
14
11,448
6,508
0,568
0,2589
12
11,3916
0,370
0,032
0,1643
4
7,229
10,42
1,442
0,0634 0,4826 Jumlah
5
2,789
4,885
1,751
30 - 35 36 - 41 42 - 47 48 - 53 54 - 59 60 - 65
7,174
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi 2. Menentukan Z batas kelas, dengan rumus: Z= di mana: : nilai rata-rata : nilai standar deviasi
243
3. Menentukan luas Z tabel: Z Batas Kelas
-2,1421
-1,4326
-0,7230
-0,0134
0,6961
1,4057
2,1153
Luas Z Tabel
0,4838
0,4236
0,2642
0,004
0,2549
0,4192
0,4826
Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut: a. Untuk kelas 30 – 35 Z = 0,4838 - 0,4236 = 0,0602 b. Untuk kelas 36 – 41 Z = 0,4236 - 0,2642 = 0,1594 c. Untuk kelas 42 – 47 Z = 0,2642 - 0,004 = 0,2602 d. Untuk kelas 48 – 53 Z = 0,2549 - 0,004 = 0,2589 e. Untuk kelas 54 – 59 Z = 0,4192 - 0,2549 = 0,1643 f. Untuk kelas 60 – 65 Z = 0,4826 - 0,4192 = 0,0634 4. Menghitung nilai frekuensi diharapkan (fh) dengan menggunakan rumus fh = ∑ 5. Mencari nilai chi kuadrat hitung (X2hitung) =
(
−
)
6. Menentukan jumlah chi-kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai chi-kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan dk = 6 pada taraf signifikansi 5% adalah 11,07. Untuk menguji normalitas data, maka nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa X2hitung < X2tabel yaitu 7,714 < 11,07. Hal ini berarti data terdistribusi normal.
244
Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut: (
X2 = ∑
)
Keterangan: X2 = Nilai tes kai kuadrat f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian nilai Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Jika X2hitung ≥ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan tidak normal 2) Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan normal Tabel Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Interval
24,5
Z Batas Kelas -2,0566
Luas Tiap Kelas 0,4817
31,5
-1,3260
0,4099
38,5
-0,5954
0,2224
45,5
0,1352
0,0596
52,5
0,8658
0,3133
59,5
1,5964
0,4495
66,5
2,3270
Batas Kelas
Luas Interval Kelas
f0
fh
(fo-fh)2
x2 hitung
0,0718
5
3,1592
3,3885
1,0725
0,1875
5
8,25
10,5625
1,2803
0,282
21
12,408
73,8224
5,9495
0,2537
4
11,1628
51,3057
4,5961
0,1362
5
5,9928
0,9856
0,1644
0,0421 0,4916 Jumlah
4
1,8524
4,6121
2,4898
25 - 31 32 - 38 39 - 45 46 - 52 53 - 59 60 - 66
15,552
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi 2. Menentukan Z batas kelas, dengan rumus: Z= di mana: : nilai rata-rata : nilai standar deviasi
245
3. Menentukan luas Z tabel: Z Batas Kelas
-2,0566
-1,3260
-0,5954
0,1352
0,8658
1,5964
2,3270
Luas Z Tabel
0,4817
0,4099
0,2224
0,0596
0,3133
0,4495
0,4916
Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut: 1) Untuk kelas 25 – 31 Z = 0,4817 - 0,4099 = 0,0718 2) Untuk kelas 36 – 41 Z = 0,4099 - 0,2224 = 0,1875 3) Untuk kelas 42 – 47 Z = 0,2224 - 0,0596 = 0,282 4) Untuk kelas 48 – 53 Z = 0,3133 - 0,0596 = 0,2537 5) Untuk kelas 54 – 59 Z = 0,4495 - 0,3133 = 0,1362 6) Untuk kelas 60 – 65 Z = 0,4916 - 0,4495 = 0,0421 4. Menghitung nilai frekuensi diharapkan (fh) dengan menggunakan rumus fh = ∑ 5. Mencari nilai chi kuadrat hitung (X2hitung) =
(
−
)
6. Menentukan jumlah chi-kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai chi-kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan dk = 6 pada taraf signifikansi 5% adalah 11,07. Untuk menguji normalitas data, maka nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa X2hitung > X2tabel yaitu 15,552 > 11,07. Hal ini berarti data tidak terdistribusi normal.
246
Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Kontrol
Uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut: (
X2 = ∑
)
Keterangan: X2 = Nilai tes kai kuadrat f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian nilai Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Jika X2hitung ≥ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan tidak normal 2) Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan normal Tabel Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Kontrol Interval
49,5
Z Batas Kelas -2,4928
Luas Tiap Kelas 0,4936
55,5
-1,8520
0,4678
61,5
-1,2112
0,3896
67,5
-0,5704
0,2157
73,5
0,0703
0,0279
79,5
0,7111
0,2612
85,5
1,3519
Batas Kelas
Luas Interval Kelas
f0
fh
(fo-fh)2
x2 hitung
0,0258
4
1,1352
8,2070
7,2296
0,0782
2
3,4408
2,0759
0,6033
0,1739
4
7,6516
13,3341
1,7426
0,2436
11
10,7184
0,0792
0,0073
0,2333
9
10,2652
1,6007
0,1559
0,1503 0,4115 Jumlah
14
6,6132
54,5648
8,2508
50 - 55 56 - 61 62 - 67 68 - 73 74 - 79 80 - 85
17,989
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi 2. Menentukan Z batas kelas, dengan rumus: Z= di mana: : nilai rata-rata : nilai standar deviasi
247
3. Menentukan luas Z tabel: Z Batas Kelas
-2,4928
-1,8520
-1,2112
-0,5704
0,0703
0,7111
1,3519
Luas Z Tabel
0,4936
0,4678
0,3896
0,2157
0,0279
0,2612
0,4115
Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut: 1) Untuk kelas 50 – 55 Z = 0,4936 - 0,4678 = 0,0258 2) Untuk kelas 66 – 61 Z = 0,4678 - 0,3896 = 0,0782 3) Untuk kelas 62 – 67 Z = 0,3896 - 0,2157 = 0,1739 4) Untuk kelas 68 – 73 Z = 0,2157 - 0,0279 = 0,2436 5) Untuk kelas 74 – 79 Z = 0,2612 - 0,0279 = 0,2333 6) Untuk kelas 80 – 85 Z = 0,4115 - 0,2612 = 0,1503 4. Menghitung nilai frekuensi diharapkan (fh) dengan menggunakan rumus fh = ∑ 5. Mencari nilai chi kuadrat hitung (X2hitung) =
(
−
)
6. Menentukan jumlah chi-kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai chi-kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan dk = 6 pada taraf signifikansi 5% adalah 11,07. Untuk menguji normalitas data, maka nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa X2hitung > X2tabel yaitu 17,989 > 11,07. Hal ini berarti data tidak terdistribusi normal.
248
Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut: (
X2 = ∑
)
Keterangan: X2 = Nilai tes kai kuadrat f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian nilai Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Jika X2hitung ≥ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan tidak normal 2) Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka distribusi data dinyatakan normal Tabel Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Interval
59,5
Z Batas Kelas -2,1285
Luas Tiap Kelas 0,483
65,5
-1,4190
0,4207
71,5
-0,7095
0,258
77,5
0
0
83,5
0,7095
0,258
89,5
1,4190
0,4207
95,5
2,1285
Batas Kelas
Luas Interval Kelas
f0
fh
(fo-fh)2
x2 hitung
0,0623
3
2,7412
0,0669
0,0244
0,1627
13
7,1588
34,1196
4,7661
0,258
7
11,352
18,9399
1,6684
0,258
8
11,352
11,2359
0,9897
0,1627
7
7,1588
0,02521
0,0035
0,0623 0,483 Jumlah
6
2,7412
10,6197
3,8741
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95
11,326
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi 2. Menentukan Z batas kelas, dengan rumus: Z= di mana: : nilai rata-rata : nilai standar deviasi
249
3. Menentukan luas Z tabel: Z Batas Kelas
-2,1285
-1,4190
-0,7095
0
0,7095
1,4190
2,1285
Luas Z Tabel
0,483
0,4207
0,258
0
0,258
0,4207
0,483
Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut: 1) Untuk kelas 50 – 55 Z = 0,483 - 0,4207 = 0,0623 2) Untuk kelas 66 – 61 Z = 0,4207 - 0,258 = 0,1627 3) Untuk kelas 62 – 67 Z = 0,258 - 0 = 0,258 4) Untuk kelas 68 – 73 Z = 0,258 - 0 = 0,258 5) Untuk kelas 74 – 79 Z = 0,4207 - 0,258 = 0,1627 6) Untuk kelas 80 – 85 Z = 0,483 - 0,4207 = 0,0623 4. Menghitung nilai frekuensi diharapkan (fh) dengan menggunakan rumus fh = ∑ 5. Mencari nilai chi kuadrat hitung (X2hitung) =
(
−
)
6. Menentukan jumlah chi-kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai chi-kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan dk = 6 pada taraf signifikansi 5% adalah 11,07. Untuk menguji normalitas data, maka nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa X2hitung > X2tabel yaitu 11,326 > 11,07. Hal ini berarti data tidak terdistribusi normal.
250
Uji Homogenitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu: F= Keterangan: F = koefisien F tes S1 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai besar S2 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai kecil Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut: 1) Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua kelas dinyatakan homogen 2) Jika Fhitung > Ftabel, maka kedua kelas dinyatakan tidak homogen Berdasarkan nilai standar deviasi yang sudah didapat sebelumnya, maka nilai Fhitung adalah: 1. Untuk data pretest F = = ( ,
)
,
)
=(
,
=
,
= 1,28 2. Untuk data posttest F = = ( ,
)
,
)
=( =
, ,
= 1,01
Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa nilai Ftabel adalah sebesar 1,66. Data pretest dan posttest baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki nilai Fhitung < Ftabel, sehingga dapat disimpulkan kedua kelas dinyatakan homogen.
251
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest Uji Hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney menggunakan bantuan software SPSS.22., dengan hasil sebagai berikut: Ranks Kelas Nilai
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol
44
49,16
2163,00
Eksperimen
44
39,84
1753,00
Total
88 a
Test Statistics
Nilai Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
763,000 1753,000 -1,751 ,080
a. Grouping Variable: Kelas
Analisa: H0 = Penggunaan media pembelajaran augmented reality tidak terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri H1
= Penggunaan media pembelajaran augmented reality terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri
Jika Sig. (2-tailed) > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Sig. (2-tailed) < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Kesimpulan: Nilai Sig. (2-tailed) (0,080) > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
252
Hasil Uji Hipotesis Data Posttest Uji Hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney menggunakan bantuan software SPSS.22., dengan hasil sebagai berikut: Ranks Kelas Nilai
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol
44
39,19
1724,50
Eksperimen
44
49,81
2191,50
Total
88 a
Test Statistics
Nilai Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
734,500 1724,500 -1,985 ,047
a. Grouping Variable: Kelas
Analisa: H0 = Penggunaan media pembelajaran augmented reality tidak terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri H1
= Penggunaan media pembelajaran augmented reality terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep optika geometri
Jika Sig. (2-tailed) > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Sig. (2-tailed) < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Kesimpulan: Nilai Sig. (2-tailed) (0,047) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
253
Data Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran Augmented Reality Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Jumlah Presentase Rata-Rata
1 5 5 5 5 3 4 3 4 4 5 3 3 4 3 4 3 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 5 4 3 5 4 3 4 4 3 4 3 5 5 4 5 4 5 175 79,55
Indikator A 2 3 5 5 3 4 3 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 3 5 5 3 4 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 5 5 2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 5 5 3 5 5 4 3 3 4 4 4 5 4 163 163 74,09 74,09 75,91
4 4 3 5 3 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 4 3 5 4 5 4 3 5 5 4 4 5 4 167 75,91
5 4 4 5 4 5 4 3 3 5 5 3 3 5 5 4 3 3 4 4 5 5 3 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 188 85,45
6 5 3 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 3 5 4 4 3 3 185 84,09
78,75
Indikator B 7 8 3 5 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4 3 5 4 5 3 4 5 5 3 4 4 4 4 3 5 5 4 2 3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 5 3 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 4 3 5 3 3 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 3 4 5 5 3 4 5 177 176 80,45 80,00 81,59
9 4 3 4 4 3 3 3 4 3 5 5 3 2 3 3 4 4 5 3 4 5 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4 5 4 174 79,09
10 5 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 5 4 3 3 4 3 4 3 5 5 5 3 5 4 3 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 3 3 5 177 80,45
Jumlah 45 37 42 40 40 38 35 42 37 50 37 37 36 38 35 35 36 41 37 38 38 34 39 41 41 41 43 38 40 37 38 41 38 37 42 40 41 41 43 50 41 41 40 44
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Pretest Kelas Kontrol Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
C1 10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1
C2 7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
C3 11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
17 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
3 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
8 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C4 14 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0
18 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
15 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
19 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
⅀ 9 11 10 9 11 13 10 8 12 9 9 10 9 10 11 8 8 6 10 10 10 7 10 9 10 9 13 9 9 10 7
254
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 ⅀ Persentase (%) Rata-Rata
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 28
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 39
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 30
1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 31
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 25
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 29
1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 28
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 19
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 33
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6
0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 29
0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 11
0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 9
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 27
93
64
14
89
68
70
7
57
66
64
5
18
43
75
14
66
25
20
34
61
57%
58%
45%
11 9 7 13 6 9 9 10 13 9 9 10 8
37%
255
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Posttest Kelas Kontrol Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
6
C1 10
16
1
2
C2 7
11
17
3
8
12
C3 14
18
20
4
5
9
C4 13
15
19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0
1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1
0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
⅀
11 16 15 15 17 17 15 16 17 17 17 15 14 14 15 12 15 14 14 11 10 14 15 17 14 15 14 13 256
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 ⅀ Persentase (%) Rata-Rata
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 26
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 37
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 38
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 10
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 37
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41
1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 21
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 23
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 40
0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 39
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 37
1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 27
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 21
1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 27
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 37
100
59
84
100
86
98
23
84
75
93
48
52
91
89
84
61
36
48
61
84
81%
78%
75%
17 14 12 13 13 14 15 14 13 11 17 16 14 16 16 17
63%
257
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Pretest Kelas Eksperimen Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
6
C1 10
16
1
2
C2 7
11
17
3
8
12
C3 14
18
20
4
5
9
C4 13
15
19
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
⅀
5 9 9 7 9 8 9 9 6 11 9 11 7 6 7 8 9 7 9 12 11 8 5 9 5 9 10 12 258
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 ⅀ Persentase (%) Rata-Rata
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 38
0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 15
1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 19
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 37
1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 25
1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 21
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 13
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 23
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 24
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 16
0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 13
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 28
0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 19
0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 10
0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 15
1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 20
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 12
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 19
0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 16
86
34
43
84
57
48
30
52
14
55
36
30
64
43
23
34
45
27
43
36
55%
54%
40%
9 8 12 8 8 11 11 13 10 9 10 9 9 7 10 9
35%
259
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Posttest Kelas Eksperimen Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
6
C1 10
16
1
2
C2 7
11
17
3
8
12
C3 14
18
20
4
5
9
C4 13
15
19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1
1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
⅀
18 14 14 16 15 14 15 16 17 14 16 17 14 16 16 14 14 13 16 12 17 13 15 15 19 18 15 15 260
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 ⅀ Persentase (%) Rata-Rata
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42
0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 28
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 42
1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 18
1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 43
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 33
1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 25
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 12
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
95
64
98
100
95
98
23
100
98
95
41
57
98
98
100
75
57
27
34
98
86%
83%
81%
18 14 17 15 18 17 14 17 14 16 14 16 19 14 17 14
65%
261
Lampiran D Print Screen Media
Augmented Reality Optika Geometri
262
263
Print Screen Augmented Reality Konsep Optika Geometri
No 1.
Nama Animasi Pemantulan
2.
Cermin Datar
3.
Cermin Cekung benda di Ruang I
Tampilan pada Augmented Reality
264
6.
4.
Cermin Cekung benda di Ruang II
5.
Cermin Cekung benda di Ruang III
Cermin Cembung
265
7.
Contoh Soal
8.
Pembiasan
9.
Lensa Cembung Benda di Ruang I
266
10.
Lensa Cembung Benda di Ruang II
11.
Lensa Cembung Benda di Ruang III
12.
Lensa Cekung
267
13.
Cacat Mata Astigmatisme
14.
Cacat Mata Hipermetropi
15.
Cacat Mata Miopi
268
16.
Lup
17.
Mikroskop
18.
Kamera
269
19.
Teropong
Lampiran E Surat Penelitian
1. Surat Permohonan Izin Penelitian 2. Surat Keterangan Penelitian 3. Lembar Uji Referensi 4. Biodata Penulis
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
BIODATA PENULIS
RIZKY AMALIA. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Muhaemin dan Solikha. Lahir di Brebes pada tanggal 15 September 1993, bertempat tinggal di Perumahan Nuansa Mekarsari Blok A10 No 30 RT 001 RW 006, Mekarsari, Rajeg, Kab. Tangerang-Banten.
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya, SDN 1 Sukasari lulus tahun 2005, SMPN 1 Sepatan lulus tahun 2008. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Sepatan dan lulus pada tahun 2011. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika sejak tahun 2011 melalui jalur Ujian Mandiri.