1
PENDIDIKAN AQIDAH ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN RW 01 KELURAHAN MERUYUNG KECAMATAN LIMO KOTA DEPOK
Di susun oleh: Ade Irma Gunawan 103011026620
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
2
PENDIDIKAN AQIDAH ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN RW 01 KELURAHAN MERUYUNG, KECAMATAN LIMO, KOTA DEPOK
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam SPd.I
Di susun oleh: Ade Irma Gunawan 103011026
Di bawah bimbingan
Drs. Akhmad Sodiq, MA Nip.150
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
3
ABSTRAK Ade Irma Gunawan Pendidikan akidah Anak Usia Sekolah dasar dalam Lingkungan Kelurga dilingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok. Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Pendidikan Akidah Anak Usia Sekolah Dasar” dikerenakan minat keberagamaan seseorang sangat terkait dengan dasar peletakan akidah yang dilakuakan orang tuanya semenjak mereka baru mengenal hal-hal yang ada disekelilingnya. Hal yang sangat penting ini terkadang tidak dipahami oleh orang tua, dan terkadang orang tua merasa pemahaman agama diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang durasi waktunya sangat terbatas dan kurang efektif. Penulis melakukan penelitian kepada keluarga khusunya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam memberikan pendidikan dan pemahaman agama kepada anak-anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akidah yang dilakukan oleh keluarga khususnya orang tua terhadap anak-anaknya yang dilakuakn di lingkungan RW 01 kelurahan meruyung kecamatan limo Kota Depok yang terdiri dari tiga RT yaitu, RT 01/03/04. Pendidikan agama terlebih penanaman akidah semenjak usia dini atau masa kanakkanak memiliki peran yang sangat penting dan mendasar sekali. Disinilah sebenarnya letak dasar pengetahuan dan pemahaman anak terhadap agamanya sebagai bekal mereka dikemudian hari. Untuk itu orang tua seharusnya mengerti dan memahami hal tersebuat, sehingga mereka berusaha memberikan pendidikan keagamaan baik dengan cara interaksi dengan anaknya seputar pengetahuan agama, terlebih menerapkan pembiasaan sepertu melaksanakan shalat berjama’ah dan tadarus bersama. Orang tua dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting untuk bisa membentuk kepribadian yang memegang teguh akidah yang benar dan pelaksanaan ajaran agama yang mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk presentase, artinya setiap data dipresentasikan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap jawaban. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung kecamatan Limo Kota Depok, melalui wawancara, observasi dan penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam keluarga masih rendah. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya penanman akidak semenjak usia dini, disamping kurangnya pengetahuan dan waktu bagi orang tua untuk berdiskusi seputar pengetahuan agamanya.
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan makhlukmakhluk yang lainnya, oleh karena ia dibekali dengan akal pikiran. Manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya untuk menyembah sang Kholiqnya, yaitu Allah SWT. Fitrah untuk mengenal Sang Pencipta, Allah SWT. Sebenarnya telah ada sejak manusia dalam kandungan yaitu ketika akan ditiupkan ruh pada dirinya, sebagaimana firman Allah SWT :
ﻜﹸﻢﺑ ﺑﹺﺮﺖ ﺃﹶﻟﹶﺴﻠﹶﻰ ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻬﹺﻢ ﻋﻢﻫﺪﻬﺃﹶﺷ ﻭﻢﻬﺘﻳ ﺫﹸﺭﻢﻮﺭﹺﻫﻦ ﻇﹸﻬ ﻣﻡﻨﹺﻲ ﺀَﺍﺩﻦ ﺑ ﻣﻚﺑﺬﹶ ﺭﺇﹺﺫﹾ ﺃﹶﺧﻭ ﲔﻠﺬﹶﺍ ﻏﹶﺎﻓ ﻫﻦﺎ ﻋﺎ ﻛﹸﻨ ﺇﹺﻧﺔﺎﻣﻴ ﺍﻟﹾﻘﻡﻮﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻳﺂ ﺃﹶﻥ ﺗﻧﻬﹺﺪﻠﹶﻰ ﺷﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺑ Artinya : Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):"Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab:"Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)". (QS. 7:172)1
1
174
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,(Bandung : CV Jumantul ‘ali-ART, 2005) h.
5
Dari ayat di atas dapatlah diketahui bahwa pada saat manusia akan dilahirkan ke alam dunia, telah terjadi persaksian atas ke-Esaan Allah SWT. Dengan persaksian inilah manusia akan diminta pertanggungjawaban pada hari akhir nanti. Sehingga setelah manusia terlahir di dunia, hendaklah memegang teguh janji mereka dengan senantiasa mengerjakan perintah serta menjauhkan larangan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-NYa. Peraturan berupa perintah dan larangan dalam agama bertujuan untuk membentuk pribadi yang cakap untuk hidup dalam masyarakat dikehidupan duniawi, sebagai jembatan emas untuk mencapai kehidupan ukhrawi.2 Pembentukan moral yang mulia adalah tujuan utama dalam pendidikan agama Islam. Selain itu pendidikan agama Islam juga bertujuan membentuk kepribadian muslim atau insan kamil dengan pola takwa yaitu dengan terbentuknya pribadi yang senantiasa berupaya mewujudkan pribadi yang baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satu factor yang mendukung adalah seseorang harus memiliki akidah yang kuat dan tumbuh sesuai dengan ajaran Islam. Apabila penananman akidah telah kokoh sejak masa usia dini, maka akan baik pula kepribadiannya pada masa yang akan datang. Begitu pula sebaliknya jika pembinaan akidah diabaikan oleh orang tua sejak masa anak-anak maka pemahaman agama serta kepribadiannya pun akan menjadi buruk pada masa senjanya.. Pembentukan Akidah dan kepribadian seorang anak tidak dimulai setelah anak lahir ke dunia, malainkan dimulai sejak anak itu berada dalam kandungan sebab anak memiliki jiwa yang masih suci dan bersih. Jiwanya yang masih suci dan bersih itu akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Oleh sebab itu potensi baik pada anak yang diaktualisasikan, akan terbentuk pada setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim :
2
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Dan Kelembagaan Agama Islam, 1984), h. 13
6
ﻋﻦ ﺍﺑـﻰ ﻫـﺮﻳـﺮﺓ ﺭﺿـﻲ ﺍﷲ ﻋـﻨـﻪ ﻗـﺎﻝ ﻗـﺎﻝ ﺍﻟـﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋـﻠﻴﻪ ﻭﺳـﻠﻢ ﻓـﺄﺑـﻮﺍﻩ ﻳـﻬﻮﺩﺍﻧـﻪ ﺃﻭ. ﻣـﺎﻣـﻦ ﻣـﻮﻟـﻮﺩ ﺇﻻ ﻳـﻮﻟـﺪ ﻋﻠﻲ ﺍﻟـﻔﻄﺮﺓ: ﻛـﻤﺎ ﺗـﻨﺘـﺞ ﺍﻟﺒـﻬﻴـﻤﺔ ﺑـﻬـﻴﻤـﺔ.ﻳـﻨـﺼـﺮﺍﻧﻪ ﺃﻭ ﳝـﺠـﺴـﺎﻧـﻪ ﻫـﻞ ﺗـﺤـﺴـﻮﻥ ﻓـﻴﻬﺎ ﻣـﻦ ﺟـﺪﻋﺎ؛.ﺟـﻤﻌـﺎ؛ ﻓـﻄﺮﺕ ﺍﷲ ﺍﻟﱴ ﻓـﻄﺮ ﺍﻟـﻨﺎﺱ ﻋـﻠﻴﻬـﺎ: ﰒ ﻳـﻘﻮﻝ ﺃﺑﻮ ﻫـﺮﻳـﺮﺓ ﺭ ﺿﻲ ﺍﷲ ﻋـﻨﻪ { }ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨـﺎﺭﻯ. ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟـﺪﻳﻦ ﺍﻟـﻘـﻴﻢ.ﻻ ﺗـﺒـﺪﻳﻞ ﻟـﺨـﻠﻖ ﺍﷲ Artinya : Nabi SAW bersabda : Tiada bayi yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka ayah bundanya yang mendidiknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi sebagai lahirnya bintang yang lengkap sempurna. Apakah ada bintang yang lahir terputus telinganya? Kemudian abu hurairah r.a membaca : fitrah yang diciptakan Allah pada semua manusia, tiada perubahan terhadap apa yang diciptakan oleh Allah. Itulah agama yang lurus.(H.R. Bukhari Muslim)3 Pada hadis di atas, seorang anak dalam segi kedudukannya adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan untuk menjadi manusia dewasa yang baik dalam ketaatan kepada Allah SWT. Mereka memerlukan bimbingan dan penghargaan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.4 Fitrah merupakan bentuk ketauhidan dan pengenalan tentang Tuhannya yang telah dimiliki setiap anak. Dan untuk menanamkan katauhidan di dalam diri anak perlu adanya pembinaan dari keluarga. Pendidikan salah satunya diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup, serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.5 Oleh karena itu pendidikan harus dilakuakan terus-menerus dan berkesinambuangan sebagai proses pembinaan, pembaharuan, penyempurnaan dengan cara yang berdaya dan berhasilguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dengan demikian, pendidikan agama harus dimulai dari hal yang 3
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan, (Surabaya:PT.BIna Ilmu, 1982), cet. Ke-2,
4
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991) h. 144 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2002) cet. Ke-2,
h. 1010 5
h. 3
7
mendasar seperti pembinaan akidah, yang dinilai sebagai tempat berpijak dan landasan utama dari segala gerak maupun aktifitas manusia dalam beragam Islam. Menurut Jamaludin Kafiye, akidah (kepercayaan) merupakan suatu teori yang dituntut pertama kali dan terlebih dahulu, atas manusia untuk meyakini secara alami dan akali, yang tidak boleh dicampur adukan oleh keragu-raguan atau dugaan.6 Akidah adalah ruh bagi keberagamaan setiap manusia. Dengan berpegang teguh pada akidah yang benar, manusia akan hidup dalam keadaan baik dan menggembirakan tetapi dengan meninggalkannya akan matilah semangat kerohanian manusia. Akan tetapi, ruh tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan positif bila mendapat siraman dan pemeliharaan yang baik sesuai dengan tuntutan Illahi. Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan akidah ialah suatu usaha atau proses yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan untuk memperkuat kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah, dan diyakini kebenarannya oleh hati serta diaplikasikan oleh amalan perbuatan, yang bertujuan mencapai puncak dari sifat-sifat yang mulia. Dalam pembinaan akidah, keluarga mempunyai kewajiban dan bertanggung jawab terhadap anak-anaknya untuk memberikan ilmu pengetahuan dan agama dengan sebaik-baiknya. Bimbingan keluarga yang berupa ilmu pengetahuan itu pada gilirannya akan saling melengkapi dengan agama, yang merupakan wujud fitrah pada diri anak tanpa ada perbedaan dan pertentangan. Oleh karena itu bimbingan terhadap anak dari keluarga akan sangat mempengaruhi kepribadian anak pada masa selanjutnya. Sehingga bisa dipahami, pernyantaan yang mengatakan bahwa keluarga merupakan
lingkungan
pendidikan
paling
awal
dan
sangat
mempengaruhi
perkembanga seorang anak bukanlah ungkapan semata, serta keluarga juga merupakan aset yang sangat penting, karena keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggota.7
6
Jamaludin Kafie, Tuntunan Pelaksanaan : Rukun Iman Islam Dan Ihsan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981),h.101 7 Jalaludin, et al. Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), cet. Ke-2, h. 49
8
Sebuah keluarga haruslah menjadi lembaga atau wadah pertama yang memberikan pendidikan agama pada anak, khususnya dalam pembinaan akidah dan kepribadiannya. Karena apabila sebuah keluarga tidak mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang sesuai dengan akidah dan kepribadian yang benar, maka tidak mustahil anaknya itu memiliki akidah dan kepribadian yang bertentangan dengan akidah dan kepribadian orang tuanya (keluarga). Dalam keluarga orang tua adalah pertama dan utama dalam keluarga, dikatakan pendidik yang pertama, di tempat inilah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Dikatakan pendidikan utama kerena pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan anak kelak dikemudian hari, kerena perananya sangat penting maka orang tua harus benar–benar menyadarinya sehingga mereka dapat berperan sebagaimana mestinya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak–anak mereka, kerena dari merekalah anak mula–mula menerima pembelajaran. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.8 Seiring dengan berkembang teknologi informasi yang semakin tak terarah, seperti banyaknya tayangan televisi yang berbau misteri dan ilusinasi, maka kehadiran bimbingan keluarga menjadi niscaya. Jika kondisi tersebut dibiarkan, lambat laun akan membuat anak menjalani penyimpangan akidah, seperti tidak yakin secara sepenuhnya dengan ke-Esaan Allah, bahkan secara perlahan dapat menghilangkan akidah yang telah tertanam pada diri anak sejak lahir. Manakala manusia hidup tanpa akidah yang benar, maka ia akan menjadi budak bagi berbagai macam benda atau situasi lingkungan hidupnya. Inilah yang berkuasa pada diri dan membentuk pola kehidupannya. Akan tetapi, orang yang memiliki akidah yang benar, maka akidah itulah dengan isinya yang lengkap dengan petunjuk-petunjuk Illahi, akan mengatur hidupnya dan segala tingkah lakunya, perasaannya dan segala pola berfikirnya, dan bukanlah lingkungannya.9
8 9
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara , 2006 ), cet ke 6 , h. 35 M. Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1982),h. 74
9
Oleh sebab itu, lingkungan keluarga terutama orang tua sangatlah besar pengaruhnya terhadap pertumbuahan akidah pada anak, karena sikap orang tua (keluarga) yang acuh tak acuh atau negative terhadap agama, tidak mungkin dapat menciptakan pembentukan jiwa agama dan kepribadian anak. Menurut pengamatan penulis, keberagamaan di lingkungan RW 01 tampak begitu religius pada masa-masa beberapa tahun silam. Akan tetapi pada saat ini terjadi penyimpangan yang sangat signifikan pada kepribadian seorang anak khususnya usia sekolah dasar pada pelaksanan ajaran agamanya. Meskipun mereka bersekolah baik di sekolah yang berbasis agama seperti Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Muhammadiyah maupun Taman Pendidika Al-Qur’an (TPA), namun hal itu tidak cukup untuk membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai bagaimana pelaksanaan pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga dalam sebuah sekripsi dengan judul “Pendidikan Akidah Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Lingkungan Keluarga Di Lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok”.
B. MASALAH PENELITIAN 1. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah dari alasan pemilihan judul ini, penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan muncul antara lain sebagai berikut: 1. Setiap orang tua tentunya mendambakan anaknya menjadi anak yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, tetapi banyak dari mereka sendiri yang memberikan contoh yang tidak baik. 2. Tidak semua orang tua memahami agama dengan baik. 3. Masih banyak orang tua yang tidak peduli dengan keberagamaan anaknya terlebih tentang penanaman akidah terhadap anak usia sekolah dasar. 2. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terpokus, penulis membatasi masalah pada :
10
a. Pendidikan akidah yang dimaksud ialah penanaman rukun iman pada anak meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman keapada rasul, iman kepada hari akhir serta iman kepada qadha dan qadar. b. Anak sekolah dasar yang dimaksud adalah anak yang pada umumnya berusia 6- 12 tahun. Pembahaasan dibatasi pada fase perkembangan dan keberagamaan anak usia sekolah dasar. c. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah suatu lembaga atau unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau saudara kandung, berfungsi membudayakan manusia (anggotanya), mereka menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, bertindak dan bertanggung jawab untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu penulis membatasi pembahasan ini pada bentuk pendidikan akidah pada anak yaitu penanaman kalimat tauhid, penanaman kecintaan kepada Allah, penanaman kecintaan kepada Rasulullah, dan mengerjakan Al-Qur’an. 3
Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pelaksanaan pendidikan akidah pada anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok”.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pendidikan akidah pada usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain agar menjadi tolak ukur bagi masyarakat lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok dalam pelaksanaan pendidikan akidah pada anak usia sekolah dasar dalam keluarga.
11
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pendidikan Akidah 1. Pengertian Akidah Menurut ahli teoritik Islam, bahwa ajaran Islam tentang ketuhanan dan kepercayaan disebut Akidah. Akidah secara harfiah berarti sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat.10 Hal tersebut mengandung pengertian pandangan, pemahaman, atau ide (tentang realitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati. Kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu ( ) ﻋــﻘــﺪyang mempunyai berbagai pengertian. Salah satu dari pada pengertian-pengertian itu ialah “janji yang kuat”. Dalam Islam, akidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh seorang muslim, berdasarkan dalil-dalil naqli maupun aqli serta bersih dari kebimbangan dan keraguan.11 Adapun menurut Edham Syifa’i, dalam bukunya Konsep Al-Qur’an Tentang Pendidikan Aqidah Dalam Menghadapi Tantangan Zaman menyatakan bahwa Secara etimologi, akidah berarti “Simpulan Iman”. atau “Yang Dipercayai Hati” banyak sekali kata-kata bahasa arab yang berkaitan dengan kata akidah, seperti “I’tiqad” yang berarti “Kepercayaan Hati”, atau “Mu’taqid” yang berarti“ 10
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Tetanis Dunia Islam 3, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,2002), h.9 11 Proyek Pembinaan Prasarana Dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Dan Kelembagaan Agama Islam, 1984), h. 115
12
yang Beri’tiqad (yang mempercayai)”. 12 Jadi secara singkat dapatlah disimpulkan bahwa secara etimologi akidah berarti sesuatu yang dipercayai hati. Secara terminologi, para ahli sangat bervariasi dalam mendefinisikan pengertian akidah, yang beranjak dari pengertian yang terkesan vulgar sampai pada yang rinci bahkan sangat hati-hati dalam mengungkapkannya. Salah satu misalnya, tentang kevulgaran pengertian akidah seperti apa yang diungkapkan oleh Mahmud Syaltut dalam bukunya “al-Islamu’aqidatun wa Syari’atun” yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Abdurahman Zain dengan judul “Islam Aqidah dan syariah”, dikatakan di dalamnya bahwa akidah ialah segi teoritis yang pertama-tama dituntut dan mendahulukan segala sesuatu untuk dipercayai dengan keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syahwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keraguan.13 Akidah merupakan hal yang pertama kali Rasulullah tanamkan pada fase awal dari fase-fase dakwah Islamiyah, serta hal yang pertama diserukan oleh setiap Rasul yang diutus Allah SWT. Sedangkan secara luas akidah sering diartikan sebagai kepercayaan, keyakinan akan adanya Tuhan. Maka dengan adanya suatu kepercayaan dasar yang diyakini kebenarannya dalam hati, manusia akan hidup dalam keadaan baik dan sanggup dalam menghadapi segala ujian hidup yang dijalaninya. Manusia pun akan mengenal Tuhannya lebih dekat dan mengetahui tindakan/perbuatan yang seharusnya dikerjakan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik nanti. Menurut pendapat Zakiah Drajat dalam bukunya “Dasar-Dasar Agama Islam” menyoroti akidah sebagai keimanan, beliau menjelaskan bahwa akidah ialah ajaran tentang keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT. Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa akidah itu sesuatu yang pertama dan utama untuk diimani oleh manusia, agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik saat ini maupun nanti.
12
Drs. K.H. Edham Syifa’I, Konsep Al-Qur’an “Tentang Pendidikan Aqidah Dalam Menghadapi Tantangan Zaman”, (Jakarta : Aprindo, 2003), Cet. I, h. 21 13 Drs. K.H. Edham Syifa’I, Konsep Al-Qur’an…, h. 22
13
Pengertian sebagaimana tercantum di atas dalam buku Konsep al-Qur’an Tentang Pendidikan Aqidah Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, yang dikarang oleh Edham Syifa’I dan Rafi’udin adalah sama dengan pengertian tauhid. Tauhid adalah bentuk masdar dari fi’il madhi dari wahhada, dan fi’il mudhari dari yuwahhidu, sedangkan tauhid itu sendiri berarti meng-Esakan, yaitu meng-Esakan Allah. Maka tidak sedikit umat islam menyebut istilah akidah ini dengan istilah tauhid. 2. Ruang Lingkup Akidah Pada intinya, akidah mengandung keyakinan terhadap kemaha-Esaan Allah SWT, dan hari kiamat atau akhirat. Kedua inti akidah Islam ini terkait pula dengan ajaran tentang adanya malaikat, kitab suci, para rasul, dan takdir Allah, sehingga ajaran pokok dalam akidah mencakup enam elemen, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada Malikat, iman kepada kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari kiamat (hari akhir), dan iman kepada qadla dan qadar. Ke-enam elemen tersebut dikenal dengan nama rukun iman, dan rukun iman itulah yang menjadi ruang lingkup dari pendidikan akidah. Rukun iman tersebut meliputi : a. Iman Kepada Allah SWT Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an :
ﻜﹸﻢﺇﹺﻻﹶﻫُ ﻭُ ﺇﹺﻟﹶﻪﺪﺍﺣ ﻭ ﺇﹺﻻﱠ ﻵﱠﺇﹺﻟﹶﻪﻮ ﻫﻦﻤﺣ ﺍﻟﺮﻴﻢﺣﺍﻟﺮ Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Q.S. Al-Baqarah 163)14 Iman kepada Allah disini artinya adalah percaya bahwa Allah SWT benar-benar ada, dan bersifat dengan segala sifat yang sempurna, dan tidak bersifat dengan segala sifat kekurangan. Sifat-sifat yang wajib bagi Allah SWT ada 20 sifat, antara lain : 1. Wujud artinya ada 2. Qidam artinya Sedia (adanya tidak diketahui oleh sesuatu) 14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 25
14
3. Baqa’ artinya kekal 4. Mukhalafatu lil hawaditsi (tidak menyerupai sesuatu) 5. Qiamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri 6. Wahdaniyat artinya Esa 7. Qadrat artinya kuasa 8. Iradat artinya berkemauan (berkehendak) 9. Ilmun artinya tahu (berpengetahuan) 10. Hayat artinya hidup 11. Sam’un artinya mendengar 12. Bashar artinya melihat 13. Kalam artinya berbicara 14. Qaadiran artinya yang berkuasa 15. Muriidan artinya yang berkemauan 16. ‘Aliman artinya yang berpengetahuan 17. Hayyan artinya yang hidup 18. Sami’an artinya yang mendengar 19. Bashiran artinya yang melihat 20. Muttakaliman artinya yang berbicara15 Dengan kita menyakini bahwa Allah SWT itu ada dan maha kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, serta melaksanakan segala sesuatu yang diperinthkan-Nya, dan menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, maka artinya seseorang telah beriman kepada Allah SWT. b. Iman Kepada Malaikat Iman kepada malaikat yaitu percaya kepada makhluk Allah yang tercipta dari cahaya. Malaikat termasuk makhluk gaib yang diciptakan dari Nur (cahaya) oleh Allah SWT. Malaikat hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta, oleh sebab itu mereka tidak dapat ditemukan dengan ketebatasan panca indra manusia.
15
K.H. I. Zarkasyim, Usuludin (‘Aqa’id), (Ponorogo: Trimurti Press, 1994), Cet. Ke-8, h. 43-44
15
Malaikat tidak seperti manusia yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti maka, minum, tidur, dan mereka tidak berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Mereka menjadi pesuruh Allah, guna mengurusi apa saja yang diperintahkan. Mereka itu tidak pernah melanggar perintah Tuhan, ataupun merasa bosan atau penat menjalankan tugasnya. Merekalah makhluk Allah yang sangat patuh dan taat atas perintah Allah SWT. Para Nabi dan Rasul dapat mencapai malaikat pembawa wahyu, yang kadang menjelma sebagai manusia atas kehendak Allah, dan terkadang tidak bertubuh seperti manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
ﺎﻓﹸﻮﻥﹶﺨﻢ ﻳﻬﺑﻦ ﺭ ﻣﻬﹺﻢﻗﻠﹸﻮﻥﹶ ﻓﹶﻮﻔﹾﻌﻳﻭﻥ ﻭﺮﻣﺆﺎﻳﻣ Artinya : Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).(Q.S. An-Nahl: 50)16 Bilangan malaikat banyak sekali, dan hanya diketahui oleh Allah SWT. Masing-masing mempunyai nama dan tugasnya sendiri-sendiri, dan nama itulah yang dihubungkan dengan pekerjaannya.17 Adapun 10 malaikat yang wajib kita kenal adalah : 1) Malaikat Jibril Malaikat jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
ﻪﻳﺪ ﻳﻦﻴﺎ ﺑﻗﹰﺎ ﻟﱢﻤﺪﺼ ﻣ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺑﹺﺈﹺﺫﹾﻥﻠﹶﻰ ﻗﹶﻠﹾﺒﹺﻚ ﻋﻟﹶﻪﺰ ﻧﻪﺮﹺﻳﻞﹶ ﻓﹶﺈﹺﻧﺠﹺﺒﺍ ﻟﻭﺪﻦ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋﻗﹸﻞﹾ ﻣ ﻨﹺﲔﻣﺆﻠﹾﻤﻯ ﻟﺮﺸﺑﻯ ﻭﺪﻫﻭ Artinya : “Katakanlah barang siapa yang menjadi musuh jibril, mala sesungguhnya jibril itu menurunkan wahyu kedalam hatimu dengan izin Allah, membenrkan wahyu yang terdahulu dari padanya untuk menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang yang beriman”. (Q.S. Al-Baqarah : 97).18 16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 273 K.H.I.Zarkasyi, Usuludin..., h. 78 18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 16 17
16
Malaikat jibril juga diberi nama Ruh Al-Amin yang berarti terpercaya, sebagaiman firman Allah SWT :
ﻪﺇﹺﻧﻨﺰﹺﻳﻞﹸ ﻭ ﻟﹶﺘﺏ ﺭﲔﺎﻟﹶﻤ ﺍﻟﹾﻌ,ﻝﹶﺰ ﻧ ﺑﹺﻪﻭﺡ ﺍﻟﺮﲔ ﺍﹾﻷَﻣ,ﻠﹶﻰ ﻋﻜﹸﻮﻥﹶ ﻗﹶﻠﹾﺒﹺﻚﺘ ﻟﻦﻣ ﺭﹺﻳﻦﻨﺬﺍﻟﹾﻤ Artinya : “Sesungguhnya wahyu itu adalah diturunkan dari Tuhan seru sekalian alam. Yang membawanya turun ialah Ruh Al-Amin pada Qalbunya supaya engkau dapat memberi peringatan (kepada manusia)”. (Q.S. Syu’ara:192-194)19 Selain Ruh al-Amin, malaikat jibril juga diberinama al-Kudus yang berarti suci. Dalam surat an-Nahl ayat 102, Allah berfirman :
ﻯﺮﺸﺑﻯ ﻭﺪﻫﻮﺍ ﻭﻨ ﺀَﺍﻣﻳﻦ ﺍﻟﱠﺬﺖﺜﹶﺒﻴ ﻟﻖ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤﻚﺑﻦ ﺭﺱﹺ ﻣ ﺍﻟﹾﻘﹸﺪﻭﺡ ﺭﻟﹶﻪﺰﻗﹸﻞﹾ ﻧ ﲔﻤﻠﺴﻠﹾﻤﻟ Artinya : “Katakanlah wahyu itu di turunkan oleh Ruh kudus dari Tuhanmu dengan benar”. (Q.S. an-Nahl :102)20 2) Malaikat Mikail Malaikat Mikail bertugas sebagai pembantu Allah SWT dalam bidang pengaturan rizqi, baik rizqi materi maupun pengaturan hujan ataupun angin. 3) Malaikat Israfil Malaikat Israfi bertugas untuk meniup sangkakala (Teropet) dengan dua kali tiupan pada hari akhir. Tatkala tiupan yang pertama telah terjadi maka hancurlah alam dengan segala isinya. Dan ketika tiupan kedua telah dilakuak, maka akan dibangkitkan kembali jasad-jasad yang telah hancur, dikumpulkan untuk dihisab amal perbuatan ketika hidup di dunia. 4) Malaikt Izrail Malaikat izrail mempunyai tugas sebangai pembantu Allah dalam urusan mencabut nyawa, sebagaiman firman Allah : 19 20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 376 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h.. 279
17
ﻓﱠﺎﻛﹸﻢ ﻗﹸﻞﹾﻮﺘ ﻳﻠﹶﻚ ﻣﺕﻮﻱ ﺍﻟﹾﻤﻛﱢﻞﹶ ﺍﻟﱠﺬ ﻭ ﺑﹺﻜﹸﻢ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺛﹸﻢﻜﹸﻢﺑﻮﻥﹶ ﺭﻌﺟﺮﺗ Artinya : Katakanlah malaikat maut yangdiserahi untuk mencabut nywamu akan mematikan kamu ( Q.S. as-Sajadah ; 11)21 5) Malaikat Raqib dan Atid Malaikat Raqib adalah malaikat yang bertugas untuk mencatat setiap tingkah laku manusia yang baik, sedangkan Malaikat Atid bertugas untuk mencatat setiap perbuatan manusia yang melanggar ketentuan Allah SWT. Untuk itu manusia harus senantiasa berfikir dan berhati-hati dalam setiap perbuatan yang ingin dikerjakannya. 6) Malaikat Munkar dan Nakir Malaikat Munkar dan Nakir bertugas ketika manusia telah dicabut nyawanya oleh malaikat izrail, mereka akan mempertanyakan tentang segala perbuatan yang telah manusia lakukan semasa hidupnya di dunia. 7) Malaikat Malik dan Ridwan Mereka adalah malaikat yang bertugas untuk menjaga dua pintu yang menjadi gerbang pada kehidupan akhirat. Bagi manusia yang beriman dan beramal saleh akan berjumpa dengan malaikat ridwan, yaitu penjaga pintu syurga. Akan tetapi bagi manusia yang kafir dan banyak melakukan maksiat maka akan berjumpa dengan malaikat malik yang membawa mereka kepada panasnya api neraka. Nauzubillah min zaalik. Beriman kepada rukun iman yang kedua ini dapat melatih manusia untuk menghindari dari perbuatan yang sia-sia terlebih pada perbuatan yang dilarang oleh syariah. Sehingga kita senantiasa diharapkan untuk waspada dalam setiap tingkah laku yang kita perbuat. c. Iman Kepada Kitab Iman kepada kitab artinya percaya dengan seyakin-yakinnya bahwa sesungguhnya Allah itu mempunyai beberapa kitab yang diturunkan kepada para utusan-Nya melalui wahuyu. Kitab suci adalah firman Allah yang berisi
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 416
18
perintah-perintah dan larangan-larangan yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Adapun kitab-kitab yang telah diwahyukan kepada para rasulnya berjumlah 4, selain suhuf-suhuf yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya. Adapun kitab-kitab suci tersebut yaitu : 1) Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Kitab Zabur merupakan kitab yang tercatat dalam Al-Qur’an sebagai kitab yang tertua diwahyukan oleh Allah SWT kepada nabi Daud a.s. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Isra’:55, yang berbunyi :
ﺾﹴﻌﻠﹶﻰ ﺑ ﻋﲔﺒﹺﻴ ﺍﻟﻨﺾﻌﺎ ﺑﻠﹾﻨ ﻓﹶﻀﻟﹶﻘﹶﺪﺽﹺ ﻭﺍﹾﻷَﺭ ﻭﺍﺕﺎﻭﻤﻲ ﺍﻟﺴﻦ ﻓ ﺑﹺﻤﻠﹶﻢ ﺃﹶﻋﻚﺑﺭﻭ ﺍﻮﺭﺑ ﺯﺩﺍﻭﺎ ﺩﻨﻴﺀَﺍﺗﻭ Artinya : Dan Rabbmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur (kepada) Daud. (Q. S. AlIsra’:55).22 Meskipun kitab Zabur telah tiada, bukti fisiknya. Namun sebagai orang yang beriman kepada kitabullah, maka kita harus benar-benar menyakini akan keberadaannya. 2) Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Kitab Taurat merupakan kitab suci Allah SWT yang telah diwahyukan kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman baginya dan bagi kaumnya yaitu kaum yahudi. Sebagaimana firman Allah SWT :
ﻭﺍﺎﺩ ﻫﻳﻦﻠﱠﺬﻮﺍ ﻟﻠﹶﻤ ﺃﹶﺳﻳﻦﻮﻥﹶ ﺍﻟﱠﺬﺒﹺﻴﺎ ﺍﻟﻨ ﺑﹺﻬﻜﹸﻢﺤُ ﻳﻮﺭﻧﻯ ﻭﺪﺎ ﻫﻴﻬﺍﺓﹶ ﻓﺭﻮﺎ ﺍﻟﺘﻟﹾﻨﺰﺂﺃﹶﻧﺇﹺﻧ ﺍﻮﺸﺨﺁﺀَ ﻓﹶﻼﹶ ﺗﺪﻬ ﺷﻪﻠﹶﻴﻮﺍ ﻋﻛﹶﺎﻧﺎﺏﹺ ﺍﷲِ ﻭﺘ ﻛﻦﻈﹸﻮﺍ ﻣﻔﺤﺘﺎ ﺍﺳ ﺑﹺﻤﺎﺭﺒﺍﹾﻷَﺣﻮﻥﹶ ﻭﺎﻧﹺﻴﺑﺍﻟﺮﻭ
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 288
19
ُﻝﹶ ﺍﷲﺂﺃﹶﻧﺰﻜﹸﻢ ﺑﹺﻤﺤ ﻳﻦ ﻟﱠﻢﻣﻴﻼﹰ ﻭﺎ ﻗﹶﻠﻨﻲ ﺛﹶﻤﺎﺗﻭﺍ ﺑﹺﺌﹶﺎﻳﺮﺘﺸﻻﹶ ﺗ ﻭﻥﻮﺸﺍﺧ ﻭﺎﺱﺍﻟﻨ ﻭﻥﹶﺮ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓﻢ ﻫﻚﻻﹶﺋﻓﹶﺄﹸﻭ Artinya : “Sesungguhnya kami (Allah) telah menurunkan taurat, didalamnya berisi petunjuk kebenaran dan cahaya yang terang, dengan itulah nabi-nabi yang patuh (kepada Allah) memutuskan perkara untuk orang-orang yahudi, juga orang-orang yang tahu dalam ilmu ketuhanan serta para pendeta, disebabkan mereka disuruh menjaga kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi bagi-Nya. (Q.S. al-Maidah:44) 23 3) Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Allah SWT berfirman :
ﺎﻩﻨﻴﺀَﺍﺗ ﻭﺍﺓﺭﻮ ﺍﻟﺘﻦ ﻣﻪﻳﺪ ﻳﻦﻴﺎ ﺑﻗﹰﺎ ﻟﱢﻤﺪﺼ ﻣﻢﻳﺮﻦﹺ ﻣﻰ ﺍﺑﻴﺴﻢ ﺑﹺﻌﻠﹶﻰ ﺀَﺍﺛﹶﺎﺭﹺﻫﺎ ﻋﻨﻗﹶﻔﱠﻴﻭ ﲔﻘﺘﻈﹶﺔﹰ ﻟﱢﻠﹾﻤﻋﻮﻣﻯ ﻭﺪﻫ ﻭﺍﺓﺭﻮ ﺍﻟﺘﻦ ﻣﻪﻳﺪ ﻳﻦﻴﺎ ﺑﻗﹰﺎ ﻟﱢﻤﺪﺼﻣُ ﻭﻮﺭﻧﻯ ﻭﺪ ﻫﻴﻪﻴﻞﹶ ﻓﺍﹾﻷِﳒ Artinya : kami iringkan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam untuk membenarkan apa yang terdahulu dari padanya yaitu taurat. Kami memberikan injil kepadanya, didalamnya berisi petunjuk dan cahaya kebenaran, membenrkan apa yang terdahulu dari padanya itu yaitu taurat untuk menjadi petunjuk dan nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Maidah : 46)24 4) Kitab al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an adalah kalamullah yang berfungsi sebagai petunjuk atau hidayah untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana al-Quran mempunyai kajian dan kandungan dari berbagai aspek, mulai dari kisah dan sejarah masa lalu umat manusia, kejadian alam, kejadian manusia, fenomena alam, janji dan ancaman, hukuman sampai dengan kesudahan alam dan nasib umat manusia di kemudaian hari dan sebagainya. Semua kandungan tersebut diramu dengan gaya bahasa yang sangat indah dan memikat bagi mereka yang memahami aspek sastra bahasa arab. Dalam mendidik manusia, al-Qur’an ibarat obat yang menggunakan berbagai macam ramuan. Ada golongan manusia yang hanya
23 24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 116 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 117
20
sembuh jika diberi satu jenis ramuan saja dan ada yang hanya bias sembuh jika diberikan berbagai macam ramuan.25 Sebagaimana Firman Allah SWT :
ﺑﹺﺎﻝﹾﺎﺏﺘ ﺍﻟﹾﻜﻚﻠﹶﻴﻝﹶ ﻋﺰ }{ ﻧﻮﻡ ﺍﻟﹾﻘﹶﻴﻲ ﺍﻟﹾﺤﻮ ﺇﹺﻻﱠ ﻫﺍﷲُ ﻵَ ﺇﹺﻟﹶﻪ ﻝﹶﺃﹶﻧﺰﺎﺱﹺ ﻭﻯ ﻟﱢﻠﻨﺪﻞﹸ ﻫﻦ ﻗﹶﺒﻴﻞﹶ }{ ﻣﺍﹾﻹْﳒﺍﺓﹶ ﻭﺭﻮﻝﹶ ﺍﻟﺘﺃﹶﻧﺰ ﻭﻪﻳﺪ ﻳﻦﻴﺎ ﺑﻗﹰﺎ ﻟﱢﻤﺪﺼ ﻣﻖﺣ {}ﻘﹶﺎﻡﹴﺘُ ﺫﹸﻭﺍﻧﺰﹺﻳﺰﺍﷲُ ﻋُ ﻭﻳﺪﺪُ ﺷﺬﹶﺍﺏ ﻋﻢ ﺍﷲِ ﻟﹶﻬﺎﺕﻭﺍ ﺑﹺﺌﹶﺎﻳ ﻛﹶﻔﹶﺮﻳﻦﻗﹶﺎﻥﹶ ﻝ }{ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﱠﺬﺍﻟﹾﻔﹸﺮ Artinya : Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya(1) Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil(2) Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (Q.S. Ali Imran: 2-4)26 Al-Qr’an adalah pengajaran dan nasihat yang datang dari Allah SWT, sebagai obat penawar dari segala penyakit rohani dan untuk dijadikan sebagai pedoman hidup serta petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Al-Qran merupakan rahmat bagi orang-orang mukmin. Al-Quran disebut juga alFurqan, karena berfungsi sebagai pemisah atau pembeda antara yang hak dan yang bathil. AL-Quran sangat dipelihara oleh Allah dan tidak seorang pun yang mampu menandinginya. Oleh sebab itulah, al-Quran merupakan mukjizat paling besar bagi nabi Muhammad SAW. Al-Quran memiliki bebrapa keistimewaan, antara lain ; 1. Al-Quran menjadi penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya 2. Al-Quran menjadi pengontrol/petunjuk manusia 3. Mempunyai masa berlaku hingga hari kiamat
25 26
Akmaludin Noor, Iman, (Bekasi: Yayasan SIMAQ, 2006), Cet. I, h. V Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 51
21
4. Sesuai dan cocok bagi akal pikiran yang sehat, sehingga kalimat demi kalimatnya dapat dengan mudah diingat, dihafal dan difahami.27 Beriman kepada kitab Allah yang terakhir ini dapat dilakukan dengan cara meyakini kebenarannya melalui pemahaman atas pengkajiannya. Dan senantiasa berusaha mengamalkan isi kandungannya. d. Iman Kepada Rasul Rasul adalah manusia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu berupa syariat agama untuk disampaikan kepada umatnya. Iman kepada rasul artinya percaya dengan seyakin-yakinnya bahwa rasul itu adalah manusia pilihan dari Allah SWT. Allah mengutus rasul untuk mengajak manusia beribadah dan menegakkan agamaNya. Ada 25 Rasul yang wajib diimani, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya’kub, Ayyub, Syu’aib, Harun, Musa, Ilyasa, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyaas, Yunus, Zakariyya, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.28 Rasul-rasul adalah manusia biasa, maka mereka mempunyai sifat-sifat yang sama dengan manusia pada umumnya, seperti bermasyarakat, menikah, mempunyai rasa lapar, haus dan lain sebagainya. Namun yang membedakan dengan manusia yang lainnya adalah mereka memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1) Shiddiq, yang berarti benar. Benar dalam segala hal baik perbuatan maupun ucapan. 2) Amanah, yang berarti dapat dipercaya, jujur dalam perkataan dan jujur dalan segala bentuk apapun yang mengenai dirinya (hidup apa adanya tidak pernah kepura-puraan). 3) Tabligh, yang berarti menyampaikan. Sebagai rasul , mereka wajib menyampaikan apa yang telah diperintahkan Allah SWT, untuk menegakkan agama Islam dimuka bumi dan menyampaikan kebenarannya.
27 28
Jamalludin Kafie, Tuntunan pelaksanaan…, h. 67. Jamalludin Kafie, Tuntunan pelaksanaan…, h. 72.
22
4) Fathanah yang berarti pandai. Mereka haruslah pandai dalam segala hal baik berdiplomasi dengan manusia maupun dalam mengatur dirinya sendiri.29 Keempat sifat tersebut merupakan bentuk pemeliharaan Allah kepada para Rasul. Dari rasul-rasul yang diutus, ada beberapa diantaranya yang mendapat gelar “Ulul ‘Azmi”, yaitu mereka yang teguh hatinya dan segala cita-citanya dikejar dengan segenap tenaga yang dimilikinya hingga akhirnya dapat tercapai. Mereka itu adalah : Musa, Nuh, Ibrahim, Isa, dan Muhammad SAW. Sebagaimana dijelaskan Allah Dalam firmannya :
ﻢﻳﺮﻦﹺ ﻣﻰ ﺍﺑﻴﺴﻋﻰ ﻭﻮﺳﻣ ﻭﻴﻢﺍﻫﺮﺇﹺﺑﻮﺡﹴ ﻭﻦ ﻧﻣ ﻭﻨﻚﻣ ﻭﻢﻴﺜﹶﺎﻗﹶﻬ ﻣﲔﺒﹺﻴ ﺍﻟﻨﻦﺎ ﻣﺬﹾﻧﺇﹺﺫﹾ ﺃﹶﺧﻭ ﻴﻈﹰﺎﻴﺜﹶﺎﻗﹰﺎ ﻏﹶﻠﻢ ﻣﻬﻨﺎ ﻣﺬﹾﻧﺃﹶﺧﻭ Artinya : Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian (kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing) dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan kami Telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing). (Q.S. Al-Ahzab: 7)30 Selain dipelihara oleh Allah dan mendapat gelar ulul azmi, para rasul juga diberikan mukjizat. Mukjizat adalah suatu tanda kebesaran Allah yang diberikan kepada utusan-Nya sebagai tanda bukti kebenaran serta kenabiannya. Diantara mukjizat-mukjizat tersebut adalah berubahnya tongkat nabi musa menjadi seekor ular serta dapatmembelah lautan ketika dipukulkan. Dapat merubah sifat api yang sangat panas menjadi dingin sehingga nabi ibrahim tidak dapat tebakar, perahu nabi nuh yang dapat mengarungi bahtera lautan, nabi isa yang dapat menghidupkan orang mati atau dapat menerbangkan burung yang terbuat dari tanah liat serta Rasulullah SAW yang dibekali dan diperkokoh dengan mukjizat yang berbentuk ilmiah juga luar biasa yaitu kitab suci al-Qur’an. Mukjizat nabi Muhammad berupa al-Qur’an inilah yang merupakan pengokoh kebenaran pengakuannya sebagai utusan Allah dan dapat menjadi alat kesaksian yang amat ampuh guna mengubah hati dan jiwa sebagai pedoman hidup manusia. 29
Sayid Sadiq, AQIDAH ISLAM : Pola Hidup Manusia Beriman, (Bandung:CV.Penerbit Diponegoro,2002), Cet. Ke-13,h. 289 30 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 420
23
Mengenal nama-nama rasul dan meyakini bahwa rasul itu ada serta menanamkan sifat-sifat para rasul dan berusaha mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, adalah bukti bahwa seseorang telah percaya dengan yakin akan keberadaan para Rasul sebagai pesuruh Allah SWT. e. Iman Kepada Hari Akhir (kiamat) Beriman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun iman dan salah satu bagian dari akidah, bahkan merupakan unsur yang langsung mengiringi iman kepada Allah SWT. Karena iman kepada Allah mewujudkan ma’rifat (pengenalan) kepada penyebab aawal terciptannya alam semesta, sedangkan beriman kepada hari kiamat merupakan perwujudan pengetahuan terhadap tempat berakhirnya segala yang ada di alam dunia ini. Dalam buku akidah akhlak-II, Moh. Mansyur menyatakan bahwa hari kiamat adalah hari yang dimulai dengan hancurnya dunia ini dan kematian seluruh makhluk hidup, kemudian bumi dan langit berganti dengan yang lain dengan diiringi bangkitnya seluruh manusia dan dimulainya penghisaban amal baik dan buruk yang pernah manusia perbuat selama dalam kehidupan di dunia. Walau beriman kepada hari kiamat merupakan sesuatu yang ghoib, namun manusia harus meyakini akan kehadirannya, yaitu percaya dengan yakin bahwa sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan dating tanpa adanya keragu-raguan. Sebagaiman firman Allah SWT :
ﻮﺭﹺﻲ ﺍﻟﹾﻘﹸﺒﻦ ﻓﺚﹸ ﻣﻌﺒﺃﹶﻥﱠ ﺍﷲَ ﻳﺎ ﻭﻴﻬ ﻓﺐﻳﺔﹲ ﻻﱠﺭﻴﺔﹶ ﺀَﺍﺗﺎﻋﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﺴﻭ Artinya : Dan Sesungguhnya hari kiamat itu Pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al-Hajj: 7)31 Hari kiamat dalam al-Qur’an disebut dengan beberapa nama lain. Namanama yang tercantum dalam al-Qur’an antara lain : 1) Yaumul Ba’tsi Yaitu hari dibangkitkannya manusia dari kubur (kematian). Sebagaimana firman Allah SWT : 31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 334
24
ﺬﹶﺍ ﻓﹶﻬﺚﻌﻡﹺ ﺍﻟﹾﺒﻮﺎﺏﹺ ﺍﷲِ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﻳﺘﻲ ﻛ ﻓﻢ ﻟﹶﺒﹺﺜﹾﺘﺎﻥﹶ ﻟﹶﻘﹶﺪﺍﹾﻹِﳝ ﻭﻠﹾﻢﻮﺍ ﺍﻟﹾﻌ ﺃﹸﻭﺗﻳﻦﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﱠﺬﻭ ﻮﻥﹶﻠﹶﻤﻌ ﻻﹶﺗﻢ ﻛﹸﻨﺘﻜﹸﻢﻨﻟﹶﻜ ﻭﺚﻌﻡ ﺍﻟﹾﺒ ﻮﻳ Artinya : Dan Berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu Telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya). (Q.S. Ar-Rum: 56)32 2) Yaumul Qiamah Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat az-Zumar ayat 60, yang berbunya :
ﺮﹺﻳﻦ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓﻦ ﻣﻛﹸﻨﺖ ﻭﺕﺮﻜﹾﺒﺘﺍﺳﺎ ﻭ ﺑﹺﻬﺖﻲ ﻓﹶﻜﹶﺬﱠﺑﺎﺗ ﺀَﺍﻳﻚﺂﺀَﺗ ﺟﺑﻠﹶﻰ ﻗﹶﺪ Artinya : Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?. (Q.S. Az-Zumar: 60)33 3) As-Sa’ah Sebagaimana firman-Nya, yang berbunyi :
ﺮ ﺍﻟﹾﻘﹶﻤﻖﺍﻧﺸﺔﹸ ﻭﺎﻋ ﺍﻟﺴﺖﺑﺮﺍﻗﹾﺘ Artinya : Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan (yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat nabi Muhammad SAW) (Q.S. Al-Qamar: 1)34 4) Yaumul Akhirah Seperti firman Allah dalam al-Qur’an, yang berbunyi :
ﻘﹶﻰﺃﹶﺑُﻭﺮﻴﺓﹸ ﺧﺮﺍﹾﻷَﺧ ﻭ, ﺎﻴﻧﺎﺓﹶ ﺍﻟﺪﻴﻭﻥﹶ ﺍﻟﹾﺤﺮﺛﺆﻞﹾ ﺗﺑ Artinya : Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. 32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 411 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 466 34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 529 33
25
(Q.S. Al-A’la: 16-17)35 5) Yaumuddin Allah SWT, berfirman :
ﻳﻦﹺﻡﹺ ﺍﻟﺪﻮ ﻳﻚﺎﻟﻣ Artinya : Allah yang merajai hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah: 4) 36 6) Yaumul Hisab Yaumul Hisab mengandung pengertian bahwa pada hari tersebut manusia dikumpulkan dan dihisab (hitung) amal perbuatannya selam hidup di dunia. Tidak terdapat kekeliruan, dan Allah tidak akan menzhalimi ats perhitungan tersebut. Semua manusia ketika itu sibuk akan dirinya sendiri, bagi amal kebaikannya lebih banyak dari amal buruknya, maka baginya kenikmatan untuk selama-lamanya. Namun sebaliknya bagi mereka yang lebuh banyak keburukan dari pada amal baiknya maka bagi mereka azab yang sangat pedih. Allah SWT telah berfirman, yang berbunyi :
ﻪ ﻓﹶﺄﹸﻣ, ﻪﻨﺍﺯﹺﻳﻮ ﻣﻔﱠﺖ ﺧﻦﺎ ﻣﺃﹶﻣ ﻭ, ﺔﻴﺍﺿ ﺭﺖﺸﻴﻲ ﻋ ﻓﻮ ﻓﹶﻬ, ﻪﻨﺍﺯﹺﻳﻮ ﻣ ﺛﹶﻘﹸﻠﹶﺖﻦﺎﻣﺃﹶﻣﻭ ﺔﹲﺎﻭﹺﻳﻫ Artinya : Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orangorang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. Al-Qaari’ah: 6-9).37 7) Yaumul Fathi Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang berbunyi :
ﻭﻥﹶﻨﻈﹶﺮ ﻳﻢﻻﹶﻫ ﻭﻢﻬﺎﻧﻭﺍ ﺇﹺﳝ ﻛﹶﻔﹶﺮﻳﻦ ﺍﻟﱠﺬﻨﻔﹶﻊﺢﹺ ﻻﹶﻳ ﺍﻟﹾﻔﹶﺘﻡﻮﻗﹸﻞﹾ ﻳ Artinya : Katakanlah: "Pada hari kemenangan (hari kiamat, atau kemenangan dalam perang Badar, atau penaklukan kota Makkah) itu tidak
35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 593 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 1 37 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 601 36
26
berguna bagi orang-orang kafir, iman mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh." (Q.S. As-Sajadah: 29)38 8) Yaumut Talaq Yang dimaksud Yaumut Talaq adalah bahwa pada hari itu akan terjadi pertemuan antara berbagai macam ekspresi wajah dari manusia sesuai dengan amal perbuatannya. Bagi manusia yang senantiasa berbuat baik, maka akan nampak pada wajahnya cahaya kegembiraan. Akan tetapi bagi mereka yang senantiasa berlaku tidak baik ketika hidup di dunia maka muka masamlah yang akan nampak pada wajahnya. Dari penjelasan atas nama-nama hari kiamat menurut kejadiannya di atas, jamalludin kafie dalam bukunya “Tuntutan Pelaksanaan : Rukun Iman Islam dan Ikhsan” mengatakan bahwa diantara tanda-tanda datangnya hari kiamat antara lain : a. Perbandingan antara laki-laki dengan perempuan berbanding 1 : 40 b. Perempuan budak melahirkan tuannya c. orang-orang gunung, miskin dan pengembala, bermegah-megahan sebagai orang kaya yang terhormat dalam gedung-gedung besar yang menjulang tinggi d. Banyaknya fitnah dan kurangnya ilmu agama. e. Gempa bumi melebihi dari biasanya. f. Lahirnya dajjal, tukang pendusta yang mengaku sebagai rasul g. Terbitnya matahari dari barat, dll. 39 Dengan selalu berusaha berbuat baik di dunia dan meyakini bahwa hari kiamat itu akan dating, maka artinya seseorang telah beriman kepada rukun iman yang kelima ini. f. Iman Kepada Qadla Dan Qadar Qadha’ adalah hokum atau ketentuan Allah tentang mewujudkan sesuatu berikut sifat-sifatnya. Sedangkan qadar adalah ilmu Allah di dalam
38 39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 480 Sayid Sadiq, AQIDAH ISLAM:…, h. 431
27
azal, tentang sifat-sifat dan ketentuan sesuatu itu.40 Maka setiap manusia wajib mengimani adanya qadha dan qadar Allah, maksudnya percaya dengan yakin bahwa segala sesuatu yang telah maupun akan terjadi, berada dalam kekuasaan Allah SWT. Qadha dan qadar ada 2 macam, yaitu : 1. Mubrom, artinya kepastian atau ketentuan Allah yang tidak dapat dielakan lagi, seperti kematian, kelahiran, jodoh, dan sebagainya. 2. Mu’alaq, artinya dengan kekuasaan Allah, ketentuan ini dapat berubah sebaliknya. Karena berhubungan dengan hal yang dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia, dan tergantung pada ikhtiar masing-masing.41 Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia, berupa akal dan pikiran, petunjuk agama agar manusia dengan sadar mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, atau dapat membedakan mana yang hak dan yang bathil. Manusia diperintahkan untuk berikhtiar semaksimal mungkin, berdo’a dan bertawakal kepada Allah. Walaupun hasil akhir terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, dengan seseorang meyakini bahwa yang terjadi karena kehendaknya , setidaknya manusia dapat dengan ikhlas menerima segala bentuk ketentuan Allah yang boleh jadi lebih baik dari yang seharusnya. Dengan begitu kenyamana akan hidup yang dijalankan akan ada pada dirinya.
3. Pengertian Pendidikan Manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan atau “Homo Educandum”. Manusia di pandang sebagai homo educandum yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena itu menurut aspek ini manusia diktegorikan sebagai “Animal Educabil” sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat dilakuan dresser(latihan) sehingga dapat mengerjakan
40 41
Sayid Sadiq, AQIDAH ISLAM:…, h 94 Sayid Sadiq, AQIDAH ISLAM:…, h. 95
28
sesuatu yang bersifat stasis (tidak berubah).42 Dengan begitu diharapkan pendidikan dapat merubah paradigma manusia kepada peradaban yang lebih baik. Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan atau pimpinana secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.43 Berdasarkan batasan ini, pendidikan sekurang-kurangnya mengandung lima unsur penting, yaitu Pertama usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar; Kedua pendidik, atau pembimbing atau penolong; Ketiga ada yang didik atau si terdidik; Keempat bimbingan yang memiliki dasar dan tujuan; Kelima dalam usaha itu terdapat alat-alat yang di pergunakan. Adapun pengertian pendidikan menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional adalah kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa akan datang.44 Seiring dengan itu, pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan mencakup bebagai dimensi, antara lain akal, perasaan, kehendak dan seluruh unsure atas kejiwaan manusia serta bakat-bakat dan kemampuannya. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan individu, sehingga potensipotensi kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna. Dari beberapa pandangan tentang pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa kepada peserta didik yang berupa bimbingan, pimpinan, pengajaran dan atau latihan untuk mengembangkan potensi jasmani (fisik) dan ruhani (psikis) manusia demi tercapainya kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. 4. Pendidikan Akidah Dan Tujuannya Bagi seorang muslim, akidah merupakan bagian paling mendasar dari kesadaran keagamaannya. Oleh karena itu, pendidikan akidah menjadi suatu 42
Prof.Dr. Ramayulis, Dkk. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga (Jakarta : Kala Mulia, 2001), Cet.ke-4, h.6 43 Prof. H. Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), Cet. I, h. 1 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasinal Dan Penjelasan,(Semarang : Aneka Ilmu, 1992), h. 2
29
keharusan bagi orang tua untuk mengajarkanya kepada para anak-anak, sehingga terbentuklah akidah yang shahih pada diri anak mereka. Dari berbagai macam pandangan mengenali pendidikan serta akidah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan akidah ialah suatu usaha atau proses yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan untuk memperkuat kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah, dan diyakini kebenarannya oleh hati serta diaplikasikan oleh amal perbuatan demi mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Langkah atau cara yang dapat ditempuh dalam pendidikan akidah antara lain membiasakan bersyukur dalam keadaan apapun, menggerakan akal fikiran agar lebih sering mengenang dan memikirkan (bertafakur) tentang tanda-tanda kekuasaan Allah, yang ditujukan untuk memberikan pendidikan pada watak dan tabiat manusia, lalu disuburkan dan dikokohkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan sehingga dapat mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan. Pendidikan akidah secara umum bertujuan untuk mendorong dan membimbing manusia dalam mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan pandangan, pemahaman serta keyakinan. Selain itu, pendidikan akidah yang ditujukan pada anak dimaksudkan untuk dapat menjadi dasar sekaligus batasan dan arahan terhadap kehidupan dan kegiatan sehari-hari, tanpa harus melanggar hukum yang berlaku. Maka anak akan menjadi orang yang bertanggung jawab sekaligus mempertanggungjawabkan sesuatu yang ia lakukan, dan anak akan lebih berhati-hati dalam tindakannya. Oleh karena itu tujuan pendidikan akidah adalah untuk menanamkan nilai keimanan serta mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui petunjuk al-Qur’an dan sunnah rasul. Dalam rangka menanamkan nilai keimanan dan mengenal Allah (ma’rifatullah), al-Qur’an telah memberikan pengajaran bahwa manusia itu hendaknya berjalan di atas bumi dengan senantiasa mengamati dan menelaah alam jagat raya beserta isinya yang semuanya itu menunjukan kebesaran Allah. Dengan itu al-Qur’an menyeru manusia agar dapat menunbuh
30
kembangkan potensi/fitrah keagamaan yang ada pada diri manusia sebagai hamba Allah.45 Tujuan pendidikan akidah akan dapat tercapai dengan baik, apabila akidah tidak hanya berupa perkataan, namun harus diiringi dengan suri tauladan yang baik oleh orang tuanya, terlebih dewasa ini. Sehingga seorang anak akan dengan kesadaran pada dirinya dapat berlaku sesuai dengan suri tauladan orang tuanya. Sehingga peribadi yang berakhlak mulia dapat terbentuk pada diri anak dengan kokoh dan kuat serta mampu menerapkannya ke dalam lingkungan yang lebih luas.
B. ANAK USIA SEKOLAH DASAR 1. Pengertian Anak Sekolah Dasar Setelah masa prasekolah berakhir, maka tibalah masa sekolah yang disebut juga masa intelektual. Anak-anak itu matang atau siap bersekolah apabila ia sudah sampai pada tingkat ketangkasan dalam gerak-geriknya, yaitu sudah mempunyai pandangan hidup yang ringkas, yang tidak lagi dipengaruhi oleh perbuatan egosentris dalam alam fantasinya. Hal ini dapat dinyatakan dengan sikap mau menerima suatu kewajiban yang dibebankan oleh orang lain kepadanya, dan adanya kesanggupan menyelesaikan kewajiaban itu sebaik-baiknya sekalipun tugas itu tidak disukainya atau memberatkan kepadanya. Anak yang demikian itu biasanya anak yang berusia 6 atau 7 tahun. Anak-anak masa ini disebut juga usia tidak rapih, karena mereka cenderung tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan. Di masa ini juga anak sering kali tidak mengindahkan perkataan atau perintah dari orang tuanya. Mereka lebih memperdulikan kelompok bermainnya. Oleh karena itu masa ini sering disebut masa sulit oleh sebagian orang tua.46
45
Drs. K.H. Edham Syifa’I, Konsep Al-Qur’an …, h. 32 Drs. M. Alisuf Sabri, pengantar Psikologi umum dan perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu jaya, 1993), cet. I, h. 155 46
31
Pengalaman pertama yang sangat berat bagi si anak adalah ketika anak mulai belajar hidup berdisiplin di sekolah, mulai duduk tenang pada jam-jam tertentu, harus patuh kepada peraturan dan lain sebagainya. Bagi anak yang biasanya dapat perhatian yang cukup atau lebih di rumah, maka pengalaman sekolah baginya adalah pengalaman yang tidak menyenangkan.47 Untuk itu sebagai orang tua dituntut untuk dapat menumbuhkan dan mendorong agar kepercayaan dirinya dapat terbangun. Sehingga dapat menentramkan keadaan meraka yang sedang kalut dengan pengalaman barunya. Anak-anak pada usia ini, sering disebut “usia penyesuaian diri” kerena anakanak pada masa ini ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan prilaku lainnya. Demikian pentingnya penyesuain ini dirasakan anak, sehingga apabila ia tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir, menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti dibandingkan dengan teman anakanak lainnya yang popular. Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badannya sudah cukup berkembang, telah banyak pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah bisa menguasai hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkeseimbangan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru dalam perkembangannya. 2. Fase Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di timangtimang dan di perlakukn seperti anak balita. Karena sekarang mereka telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain : 1. Perkembangan Intelektual. Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut 47
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, kesehatan mental, (Jakarta : Toko Gunung Agung, 2001), cet. 23 h. 96
32
kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif (seperti : membaca, menulis dan menghitung). Sebelum masa ini yaitu masa pra sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berhayal) sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang kepada cara berfikir konkrit dan rasional (dapat diterima akal) walau sifatnya masih sangat sederhana. Priode ini ditandai
dengan
tiga
kemampuan
atau
kecakapan
baru,
yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubung atau menghitung angka-angka atau bilangan). Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhan. 2. Perkembangan Bahasa Bahasa adalah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakum semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. 3. Perkembangan Social Maksud perkembangan social ini adalah pencapian kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral(agama). Perkembangan social pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya. Teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperlihatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya. Dan bertambah kuat
33
keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok, dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya. 4. Perkembangan Emosi Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dalam masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembnagn keluarga cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh kecwa atau pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangn emosi anak cenderung kurang stabil. Untuk itu seyogyanya orang tua senantiasa menciptakan suasana yang tenang, tentram dengan kasih sayang. Walaupun masalah tidak dapat dielakkan dari kehidupan ini, namun penyelesaiannya haruslah dengan sikap yang tenang dan mencari solusinya dengan kepala dingin. 5. Perkembangan Moral Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baikburuk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada umumnya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menenamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan, karena informasi yang diterima anak mengenali benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua dan lingkungan sosilnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu
34
anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benarsalah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan bersikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik. 3. Perkembangan Keagamaan Anak Usia Sekolah Dasar Keberagamaan anak pada masa sekolah adalah sungguh-sungguh, namun belum dengan pikirannya, ia menangkapnya dengan emosi, karena ia belum mampu berpikir logis. Kemampuan berpikir logisnya baru mulai tumbuh, namun tetap terkait kepada fakta yang dapat dijangkau dengan panca indranya. Anak menyangka bahwa penampilan rumah ibadah, menunjukan kuwalitas agama yang memiliki tempat ibadah tersebut. Anak akan sangat bangga dengan agama Islam apabila masjid atau mushala yang pernah dilihatnya bersih, indah dan mempesona. Yang paling menarik bagi anak dalam beragama
adalah upacara keagamaan
dengan pakaian seragam dan segala atributnya, terlebih apabila ia ikut serta dengan orang dewasa dalam kegiatan tersebut. Anak yang sering ikut ke masjid dengan bapaknya waktu shalat jum’at, dimana ia juga memakai peci merasa kagum, senang dan bahagia melihat dan ikut serta dengan seluruh jamah waktu berdiri bershaf-shaf melaksanakan shalat. Menurut Zakiah Darajat memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anakanak pada umur ini hendaknya memilih sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya, seperti Allah maha pengasih, penyayang, penolong, pelindung dan sebagainya. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab memasukan ke neraka dan sebagainya, janganlah diperkenalkan pada anak usia sekolah dasar. Karena sifat-sifat yang menimbulkan rasa takut kepada Allah dapat menyebabkan
anak-anak menjauhi dan menakuti-Nya, selanjutnya anak tidak
berani mendekatkan diri kepada Allah SWT.48 Untuk itu pendidikan keagamaan pada masa ini dilakukan dengan penuh kesabaraan, dan jangan sekali kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara yang 48
Prof.Dr. Ramayulis, Dkk. Pendidikan Islam…, h. 131
35
paling tepat adalah pambinaan, latihan, serta suri teladan dari orang tua. Oleh karena itu sejak dini telah diupayakan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga fitrah untuk mengenal Allah serta pengabdian kepadanya akan senantiasa kokoh hingga anak tumbuh dewasa.
C. LINGKUNGAN KELUARGA 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit social terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk social, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat.disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu. Menurut Hammudah Abdul Ati dalam buku Ramayulis “pendidikan Islam dalam rumah tangga” mendefinisikan keluarga dilihat secara oprasional yaitu “suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga itu mempunyai ikatan apakah lewat hubungan darah atau pernikahan.49 Menurut definisi di atas keluarga diikat oleh dua hubungan yaitu hubungan darah dan hubungan pernikahan”. Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan anak-anaknya, hidup bersama dalam suatu tempat tinggal. Sebuah keluarga dapat terbentuk karena adanya suatu ikatan janji setia untuk mencapai kebahagiaan yang di kemas melalui pernikahan. Menurut Barnadib kata keluarga berasal dari kata “kulo” dan “warga”. Artinya : abdi, hamba mengabdi untuk kepentingan umum, warga anggota, berhak ikut bicara, bertindak. Jadi keluarga adalah perpaduan kata-kata yang arti keseluruhannya adalah mengabdi, bertindak dan bertanggung jawab untuk kepentingan umum, disini yang menjadi pemimpin adalah orang tua. Keluarga dalam arti luas menurut pandangan sosiologi adalah semua pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan. Sedangkan dalam arti sempit,
49
Prof.Dr. Ramayulis, Dkk. Pendidikan Islam…, h. 1
36
Keluarga meliputi orang tua dengan anak atau saudara kandung. Keluarga juga merupakan suatu unit yang berfungsi membudayakan manusia karena keluarga adalah An institution to which we owe our humanity (suatu lembaga yang menjunjung harkat kemanusiaan). Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa keluarga adalah suatu lembaga atau unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau saudara kandung, berfungsi membudayakan manusia (anggotanya), mereka menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, bertindak dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan. 2. Tanggung Jawab Keluaga Dalam Penanaman Aqidah Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penanggung jawab pendidikan yang utama terletak dipundak orang tua, terutama ibu, orang yang pertama dikenal oleh bayi yang baru lahir. Karena itulah pendidikan islam tidak dapat begitu saja diserahkn pada orang atau lembaga seenaknya. Pendidikan agama khususnya penanaman akidah hendaklah dilakukan oleh tangan-tangan halus dan sentuhan qalbu ibunya, hasil pertemuan ayah yang sama-sama mempunyai niat agar terwujud anak saleh yang diridhoi oleh Allah SWT. Keberhasilan pendidikan pada awal kelahiran itu sangat membekas dalam diri anak sehingga tahun-tahun selanjutnya tinggal memperluas wawasan dan meningkatkan kemantapan pribadi sebagai seorang muslim. Kelahiran yang terjadi pada masa awal kelahiran anak akan memberikan dampak yang sulit diluruskan, serta ketawakalan kepada Allah SWT. Keluarga juga merupakan suatu ikatan kasih sayang antara seorang pria dengan wanita yang terjalin dalam hubungan suami istri untuk mencapai kebahagiaan. Untuk itu keduanya harus memikul tanggung jawab bersama, saling mengisi dan saling tolong menolong dalam melayarkan bahtera kehidupan rumah tangga. Keluarga menjadi pusat awal pendidikan pada anak dan di dalam keluarga pula adanya ikatan lahir dan batin yang kuat sehingga menjadi dasar terbentujknya kepribadian anak.
37
Menurut elizabet, keluarga merupakan bagian yang penting dari “jaringan social” anak, sebab anggota keluarga adalah lingkuangan pertama bagi anak dan orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal. Keluarga menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anakanaknya sebab pengaruh pendidikan akan pembinaan dalam keluarga terhadap perkembangan anak amat besar, mendasar, dan mendalam. Dan itu cukup mempengaruhi masa depan anak-anaknya. Ilmu yang dipelajari anak diwaktu kecil atau masa anak-anak bagaikan sesuatu yang diukir pada batu, 3. Bentuk pembinaan akidah dalam keluarga Beberapa pola dasr dalam pendidikan aqidah anak menurut M.Nur Adbul Hafiz dalam bukunya mendidik anak bersama Rasulullah, yaitu sebagai berikut : 1. Penanaman Kalimat Tauhid Langkah awal dalam menanamkan keimanan kepada anak adalah dengan penanaman kalimat tauhid dalam jiwa anak. Ketika anak baru lahir, keluarga memperdengarkan atau mengucapkan kalimat tauhid ditelinga anak agr kata pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid. Apabila anak telah mampun mengucapkan kata-kata, keluarga mulai mengulang-ngulang kalimat tauhid agar anak menirukannya. Dengan demikian anak akan merasa terbiasa mengucapkan kalimat tauhid. Semakin anak itu tumbuh, keluarga mulai memberikan nilai-nilai keimanan, seperti mengajrkan ilmu pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah maha Esa., Allah senantiasa mengawasi setiap manusia dan allah senantiasa bersama manusia diman, kapanpun mereka berada, dan sebaginya. 2. Penanaman Kecintaan Kepada Allah SWT Setiap anak pasti pernah merasakan sebuah persoalan dalam hidupnya dan persoalan itu berbeda-beda. Anakpun akan mengekspresikan persoalan yang sedang dihadapinya dengan cara yang berbeda pula satu sama lain, ada sebagian yang menggunakan perasaan yang sangat halus dan ada sebagian lagi diwujudkannya dalam bentuk tingkah laku.
38
Melihat keberagaman pemecahan masalah yang mereka hadapi, hendaknya keluarga menanamkan kecintaan kepada Allah, diantarnya dengan meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya
yang dapat membantu dan
memberikan pertolongan kepada siap yang Allah kehendaki, dan Allah mendengar segala permohonan hamba-Nya serta kecintaan kepada Allah dapat pula dilakukan dengan cara mengapresiasi alam dan zikir. Apabila anak telah memiliki keyakinan yang kuat danmemkpunyai pengetahuan tentang penciptanya dengan baik, niscaya anak dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapinya dengan baik, terlebih anak akan selalu bergantung kepada Allah SWT. 3. Penanaman Kecintaan Kepada Rasul Kecintaan kepada Rasulullah merupakan perwujudan kalimat tauhid akan kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah yang diturunkan ke muka bumi. Maka keluarga hendaknya menanamkan kecintaan anak kepada Rasulullah SAW, menjadikannya suritauladan yang baik dari seluruh umat manusia di bumi ini. Sebagaimana dalam sejarah dikatakan bahwa Rasulullah yang berasal dari bangsa quraisy, adalah seorang yang begitu lembut dan berkasih sayang dengan siapapun tanpa memandang agama dan status sosialnya. Beliau begitu tabah dalam menghadapi setiap ujian seperti saat Rasulullah sedang sujud dalam shalatnya kemudian datangsegerombolan kaumnya sendiri (kaum qurasy) yang meletakan kotoran unta di atas kepala dan kunduknya sehingga Rasulullah merasa sesak nafas dan tidak dapat mengangkat kepalanya, lalu fatimah anaknya datang dan membela beliau. Namun beliau tetp sabar dan tabah, tidak melawan ataupun membalas perlakuan kaum qurasy tersebut. Melihat begitu tegarnya rasul, banyak kaum qurasy dengan kesadaran menyatakan keislamannya kepada Rasulullah SAW. Apabila kecintaan terhadap Rasulullah sudah melekat dalam jiwa anak sejak dini, maka itu dapat menambah kecintaan anak pada Agama Islam. 4. Mengajarkan al-Qur’an
39
Setiap orang tua (keluarga) memilki tanggung jawab mengajarkan alQur’an kepada anak-anaknya sejak kecil. Karena pengajaran al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar tehadap penanaman aqidah yang kuat pada jiwa anak. Secara bertahap anak mulai diperkenalkan pada suatu keyakinan Bahwa Allah adalah Rabb mereka dan al-Qur’an yang merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad untuk disebarkan kepada umatnya dengan tujuan agar manusia memiliki suatu peraturan yang akan mengantarkan manusia menuju kapada jalan kebenaran. Dalam proses pengajaran al-Qur’an inilah, anak mulai mengenal dan memahami bentuk-bentuk larangan dan perintah Allah yang harus dijalani dalam hidup setiap manusia. Pengajaran Al-Qur’an inni dapat dilakukan dalam bentuk pembiasaan bertadarus, privat dan pembelajaran TPA (taman Pendidikan Al-Qur’an).50 Dari penjelasan di atas hal terpenting yang harus di perhatikan adalah adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan tersedianya waktu bagi orang tua untuk memperhatikan anak-anak mereka, terlebih pada hal yang bersifat keagamaan. Karena jika waktu sebagai sarana komunikasi antara seorang anak dan orang tauanya telah terbatas bahkan tidak ada karena kesibukan orang tua dengan pekerjaannya maka penanaman pengetahuan agama terlebih menyangkut keimanan akan sangat jauh tercapai. 4. Pendidikan Akidah Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Lingkungan Keluarga Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas, bahwa pendidikan akidah adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan dengan sadar dan terus menerus dalam upaya menumbuhkan serta memperkokoh kepercayaan kepada ke-Esaan Allah SWT, yang diyakini kebenarannya oleh hati dan diaplikasikan dengan amal perbuatan. Pendidikan akidah seharusnya dilakukan pada masa-masa awal anak lahir. Sehingga sebagai orang tua benar-benar dituntut untuk mengerti dan memahami lebih awal akan ajaran agama Islam. Walau tidak dapat dipastikan bahwa keluarga 50
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Bandung : Husaini, 1988), h. 74
40
(orang tua) yang mengerti dan patuh pada ajaran agama islam, akan memiliki anak-anak yang paham dan patuh pula terhadap agamanya. Namun yang pasti, orang tua yang mengerti akan pentingnya agama, akan senantiasa berusaha untuk mendidik anak-anak mereka agar memahami ajaran agamanya, dan melatih mereka terbiasa untuk menjalankannya. Keluarga adalah suatu lembaga atau unit terkecil dalam masyarakat yang menjunjung harkat kemanusiaan, terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau saudara kandung. berfungsi membudayakan manusia [anggotanya] mereka bertindak dan bertangung jawab untuk mencapai kebahagiaan.
Di dalam kelurgalah pusat
pendidikan awal anak pada tahun-tahun formatifnya, serta di dalam keluarga pula adanya ikatan lahir batin yang kuat. maka keluarga berkewajiban memberikan pendidikan akidah yang kokoh pada anak usia dasar, sebab pendidikan akidah merupakan hak anak yang harus diberikan, dan bukan merupakan hadiah sebagai penyenang anak dari orang tua. Keluarga sebaiknya tetap memberikan bimbingan dan menjadi contoh atau suri tauladan bagi anak-anaknya. Bagaimnapun juga suri tauladan dan bimbingan keagamaan tersebut sangatlah dibutuhkan untuk perkembangan keagamaan khususnya dalam pembentukan akidah pada diri anak usia sekolah dasar. Walau tidak menapikan pentingnya keluarga memberikan pengajaran tentang nilai-nilai kegamaan, melalui privat mengaji atau bahkan disekolahkan di tempat yang pelajaran agamanya lebih intensif {misalnya Pesantren, TPA dan yang lainnya} Jika dalam diri anak sejak usia sekolah dasar sudah tertanam akidah yang kuat, sangatlah berbahagia bagi orang tua karena mereka tidak perlu terlalu khawatir melepas anak-anaknya di zaman yang modern ini. Walau banyak pergaulan yang dilakukan oleh anak, akan tetapi pelaksanaan ajaran agama tidak mereka tinggalkan. Semakin mereka tumbuh besar dan dewasa maka semakin kokoh dan kuat rasa keberagamaan mereka sebagai manifestasi dari penghayatan mereka akan kebenaran menjalankan agamanya. Sehingga dalam segala permasalahan yang dihadapinya, mereka akan menggantungkan dirinya kepada
41
Allah
SWT,
sebagai
satu-satunya
pedoman
dalam
memohon
petunjuk
kehidupannya.
D. Kerangka berfikir Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dengan pendidikan, manusia mendapat ilmu pengetahuan, sebagai bekal berkehidupan di dunia dan keselamatan diakhirat. Karena dengan pendidikan manusia akan menjalankan kehidupan lebih terarah dan lebih kehati-haian dalam berbuat sesuatu. Seseorang yang berpendidikan akan berbeda pola fikir, prilaku serta pemecahan terhadap suatu masalah yang menimpanya. Sebagai manusia yang beragama, tentunya dibebankan kepada pelaksanaan ajaran setiap agama yang dianutnya. Dalam setiap awal dakwah Rasulullah, hal pertama yang akan dibina dan ditanamkan pada umatnya adalah keyakinan yang sebenar-benarnya terhadap ke-Esaan Allah SWT yang disebut dengan akidah. Keyakianan tersebut menjadi pondasi akan keberagamaan seseorang, pengikat perbuatan serta penantian akan kehidupan yang lebih baik setelah kematian. Dalam pelaksanaannya, pendidikan akidah menjadi tanggung jawab bagi manusia yang telah dewasa, terlebih orang tua. Dalam keluarga orang tua adalah pendidik pertama dan utama, karena pada merekalah pertama kali anak merasakan, melaksanakan hingga mengahyati akan pelaksanaan sikap keberagamaan. Untuk itu orang tua hendaklah mengerti akan eksistensi mereka terhadap anaknya, yaitu sebagai pelindung, pendidik, serta suritauladan bagi mereka. Terlebih pada permasalahan akidah, sebagai pondasi akan keberlangsungan pelaksanaan dan pemahaman anak terhadap agama yang dianutnya. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin tak terarah, seperti banyaknya tayangan televisi yang berbau misteri dan ilusinasi, maka kehadiran bimbingan keluarga menjadi niscaya. Jika kondisi tersebut dibiarkan, akan membuat anak menjalani penyimpangan akidah, seperti tidak yakin dengan ke-Esaan Allah SWT.
42
Bahkan secara perlahan dapat menghilangkan akidah yang telah tertanam pada diri anak sejak lahir. Manakala manusia hidup tanpa akidah yang benar, maka ia akan menjadi budak bagi berbagai macam benda atau situasi lingkungan hidupnya. Inilah yang berkuasa padanya dan membentuk hidupnya. Akan tetapi, orang yang memiliki akidah yang benar, maka akidah itulah dengan isinya yang lengkap dengan petunjuk-petunjuk Illahi, akan mengatur hidupnya segala tingkah lakunya, perasaannya dan segala pola berfikirnya, bukanlah lingkungannya Sehingga, jika pendidikan akidah dapat dilaksanakan dengan baik dan benar oleh orang tua pada saat anak berada pada usia dini, maka keyakinan dengan yakin akan pemahaman agamanya senatiasa berada dalan pribadi anak hingga dewasa. Sebaliknya jika pendidikan akidah telah terabaikan pada masa dini, tentu keyakinan atas ke-Esaan Allah dapat terkikis bahkan hilang dari diri anak hingga dewasnya.
,
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakasanakan di Lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok, yang terdiri dari tiga RT yaitu RT 01, 03, dan 04. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan ini selama dua minggu dari bulan Meret sampai dengan Mei 2009. B. Metode Penelitian Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta, serta informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, tentang bagaimana pendidikan akidah yang dilakukan orang tua terhadap anak usia sekolah dasar, penulis menggunakan metode “Deskriptif Analisis”, melalui penelitian lapangan (field reseach) dan penelitian kepustakaan (library reaseach). 1. Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat diperoleh fakta, data, dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai bagaimana pendidikan akidah yang dilakukan orang tua terhadap anak usia sekolah dasar di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok. 2. Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, yaitu bagaimana pendidikan akidah yang dilakukan orang tua terhadap anak usia sekolah dasar di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
44
Menurut Suharsini Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian.51 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang bertempat tinggal di RW 01 yang terdiri dari tiga RT yaitu RT 01, 03 dan 04 yang berjumlah 248 kepala keluarga, yang seluruhnya berjumlah 810 orang. Dari sekian banyak populasi hanya terdapat 108 keluarga yang memiliki anak usia 7-12 tahun. 2. Sampel Sample adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Karena populasinya berjumlah 42 kepala keluarga, maka penulis mengambil sample seluruhnya. Penulis memilih anak usia 7-12 tahun sebagai sample adalah karena anak pada usia ini mempunyai kecenderungan meniru apa-apa yang dilihat dan dirasakan. Teknik yang penulis gunakan adalah teknik total sampling. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.52 Dalam mengumpulkan data di lapangan penelitian, penulis menggunakan tiga instrument penelitian, yaitu: a. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamtan secara langsung terhadap lingkungan responden. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih akurat tentang pendidikan aqidah anak usia sekolah dasar di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. b. Wawancara (interview) Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan tentang keadaan lingkungan RW 01 baik berupa keadaan sosial, ekonomi, terlebih kegiatan keagamaan, dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan instrumennya. Wawancara ini ditujukan kepada ketua lingkungan RW 01, ketua lingkungan RT 01, RT 03 dan RT 04. 51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998), Cet 10, h. 115 52 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), Cet 4, h. 110.
45
Wawancara tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang terdapat pada masyarakat lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok. c.
Angket (Quisioner) Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam penelitian kali ini angket diajukan kepada orang tua untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing orang tua dalam memberikan pendidikan akidah kepada anak mereka yang berada pada usia sekolah dasar.53
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi orang tua dalam mendidik akidah anak usia sekolah dasar pada penelitian kali ini dibuat dalam bentuk non-test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat dalam bentuk quisioner yang diperuntukan kepada orang tua. Kemudian instrument non-test dalam bentuk wawancara diperuntukan kepada ketua lingkungan RW 01 untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan social, ekonomi serta kegiatan keagamaan lingkungan RW 01. Tabel I Kisi-Kisi Istrumen Penelitian Pendidikan Akidah Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Lingkungan Keluarga Di Lingkunag RW 01 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok
No
1
Variabel Pendidikan
Dimensi -
Allah
akidah 53
Suharsimi Arikunto, h. 139
No
Idikator
Item
Mengenal Ciptaan Allah SWT Menanamkan
kewajiban
1 2, 14
46
menjalankan perintah Allah Membiasakan berdo’a setelah
3
shalat Mengajarkan
sikap-sikap
20
tawakal kepada Allah Mengajarkan untuk bersyukur
4
Menanamkan
minta
5
tolong
6
sikap
maaf Menanmkan
sikap
menolong Menanamkan sikap kehati-
7, 13
hatian dalam berbuat - Al-Qur’an
Menanamkan kebiasaan anak
8
untuk membaca al-Qur’an - Rasul
Mengetahui nama-nama Rosul Menanamkan
prilaku
jujur
9, 11 10
terhadap anak - Hari Kiamat Menjelaskan hari kiamat - Qadha dan Qadar
Menjelaskan setiap perbuatan
12 15, 16
ada balasannya Menjelaskan takdir manusia telah ditetapkan oleh Allah
17,18,1 9
E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada orang tua diolah dengan cara statistik deskriptif, statistik deskriptif dipergunakan untuk mengorganisasikan dan meringkas data numeric yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lapangan dalam bentuk tabulasi data, persentasi yang diwujudkan pada grafik-grafik atau gambar-gambar serta perhitungan deskriptif, sehingga dapat diketahui ciri-ciri khusus
47
dari data tersebut yang selanjutnya dapat diinterpretasikan sebagai informasi yang tegas dan jelas mengenai data tersebut. Dalam tekhnis pelaksanaan atau analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawabanjawaban dari tiap responden atau siswa, lalu dijumlah dan menghasilkan skor total, diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing lalu diprosentasikan dengan menggunakan rumus dari distribusi Frekuensi. Rumusannya seperti berikut:
P= f X 100% N Keterangan : P= Angka prosentase F= frekuensi setiap jawaban N= Number of cases54 Dalam hal ini, jenis distribusi frekuensi yang digunakan adalah jenis distribusi frekuensi prosentase55. Kriteria hasil penelitian adalah: >50 %, berarti dibawah rata-rata/pendidikan aqidah anak kurang baik. 50 %, berarti rata-rata/pendidikan aqidah anak cukup baik. 50 %<, berarti diatas rata-rata/pedidikan aqidah anak baik.
54
Anas Sudijono, Pengantar statistick Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.
43 55
Bambang Soepeno, statistik terapan (dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997) cet I., h 14
48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung yang menjadi objek penelitian adalah bagian dari desa yang berada di kecamatan limo kota depok provinsi jawa barat, dan telah termasuk sebagai wilayah kelurahan. Lingkungan RW 01 adalah salah satu dari 10 RW yang ada di kelurahan meruyung. Luas wilayah RW 01. Mengenai batas wilayah RW 01 Kelurahan Meruyung dapat dilihat dari table berikut :
Tabel 2 Batas Wilayah RW 01 Letak RW 01
Perbatasan RW 01
Sebelah Barat
RW 09 Kelurahan Sawangan
Sebelah Timur
RW 04 Komplek Marinir
Sebelah Utara
RW 02 Kelurahan Meruyung
Sebelah Selatan
RW
04
Kelurahan
Parung Bingung
2. Keadaan Penduduk
49
Pengenai keadaan penduduk lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung yang terdiri dari 3 RT yaitu, RT 03,04.01 hingga tahun 2008 berdasarkan data yang diperoleh dari ketua Lingkungan RW yaitu Bapak Darsa S.Pd.berjumlah kurang lebih 248 Kepala Keluarga dari 810 penduduk yang bertempat tinggal di RW 01 Kelurahan Meuyung Kecamatan Limo Kota Depok.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Tiap RT Berdasrkan Kartu Keluarga Jenis Kelamin No
RT
Jumlah KK Laki- Perempuan Laki
1
01
76
111
138
2
03
64
102
109
3
04
108
157
193
248
370
440
Jumlah
3. Keadaan Pendidikan Masyarakat RW 01 Secara umum keadaan Masyarakat Lingkungan RW 01 cukup baik. Dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka, meurut Ketua RT masing-maing tidak didapati ada warga yng kelaparan. Mereka cukup antusias dalam hal pendidikan, terbukti dengan kesadaran dari orang tua untuk mendidik anak-anaknya, sejak masa TPA (taman Pendidikan al-Qur’an), TK, hingga tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SMU maupun sekolah agama dari tingkat diniyah sampai Aliyah baikberupa pesantren maupun tidak. Menurut pengamatan penulis hanya sekitar 20 orang yang mau dan sanggup meneruskan pendidikannya hingga ke perguruan Negeri. Kesadaran untuk memberikan pendidikan yang lebih tinggi cukup besar, karena mereka menyedari pentingnya pendidikan bagi masa depan putra-putrinya. Adapun jenjang pendidikan yang dialami penduduk RW 01 sebagian besar lulusan SMU dan sederajat, sebagaimana dapat dilihat pada table berikut ini :
50
Tabel 4 Jenjang Pendidikan Penduduk lingkungan RW 01 No
Jenjang Pendidikan
Prosentasi
1
Tidak Sekolah
0
2
Sekolah Dasar
6
3
Sekolah Menengah
20
4
Pertama
64
5
Sekolah Menengah Umum
10
D1, D2, D3, S1 Jumlah
100%
Dengan melihat latar belakang pendidikan RW 01 maka jenis pekerjaan sebagai salah satu mata pencaharian penduduk, sebagian besar bekerja sebagai karyawan atau buruh dan pedagang, sebagian kecil berwiraswasta, bekerja di lembaga pemerintahan dan swasta seperti dalam table berikut :
Tabel 5 PekerjaanPenduduk Lingkungan RW 01 No
Pekerjaan
1
Pegawai Negeri
8,5
2
Pegawai Swasta
10
3
Wiraswasta
4
Karyawan/Buruh
50
5
Pedagang
6
6
Petani
10
Jumlah
Prosetase
15.5
100%
51
B. Distribusi Data 1. Pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan
keluarga di
lingkungan RW 01 Meruyung Limo Depok Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, ditempat inilah anak mendapat bimbingan dan kasih sayang yeng pertama kalinya. Penanaman akidah menjadi factor yang harus diutamakan oleh orang tua sehingga anak-anak mampu memahami dan terdorong untuk melaksanakan perintah agamanya.Semakin baik pendidikan akidah yang dilakukan oleh orang tua, maka semakin besar pemahaman seorang anak terhadap keberagamaannya. Di bawah ini tertera data-data tentang pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di lingkungan RW 01. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan menghitung prosentase sebagai alternatif jawaban dari instrument yang telah di jawab oleh responden. Adapun yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah orang tua siswa yang berjumlah 32 orang.
Table 6 Orang tua menanamkan kepada anak bahwa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, serta segala yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah SWT. Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A. Selalu
12
37.5 %
B. Sering
13
40.6 %
C. Kadang-kadang
7
21.8 %
D. Tidak pernah
0
0 %
52
Jumlah
32
100 %
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa orang tua menanamkan atau memberikan penjelasan kepada anak bahwa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan segala yang ada di ala mini adalah ciptaan allah swt, dengan prosentase jawaban hampir sebagian (40.6 %) menjawab sering, kemudian (37.5 %) menjawab selalu, dan (21.8 %) mengatakan kadang-kadang. Hal ini dapat membuktikan bahwa hampir sebagian orang tua sering memberikan penjelasan kepada anaknya mengenai semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan allah swt. Perbuatan semacam ini perlu diikuti oleh orang tua yang lainnya agar aqidah anak dapat lebih kuat.
Tabel 7 Orang tua menghukum anaknya jika tidak melaksanakan shalat lima waktu Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
8
25 %
B.
Sering
12
37.5 %
C.
Kadang-kadang
11
34.4 %
D.
Tidak pernah
1
3.1 %
32
100 %
Jumlah
Pada table di atas dapat di lihat sebanyak 37.5 % orang tua menyatakan menghukum anaknya jika tidak melaksanakan shalat lima waktu. Sedangkan 34.4 % menjawab kadang-kadang, kemudian 25 % menjawab serlalu, dan 3.1 % menyatakan tidak pernah. Berdasarkan keterangan table di atas dapat diketahui bahwa perhatian orang tua terhadap anaknya yang tidak melaksanakan shalat lima waktu sangat tinggi. Hal
53
semacam ini sangat perlu diperhatikan oleh para orang tua agar keimanan putraputrinya semakin tebal.
Tabel 8 Orang tua memerintahkan kepada anaknya untuk berdoa setelah shalat. Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
7
21.9 %
B.
Sering
9
28.1 %
C.
Kadang-kadang
15
46.9 %
D.
Tidak pernah
1
3.1 %
32
100 %
Jumlah
Pada table diatas menunjukan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 kadangkadang memerintahkan anaknya untuk berdo’a setelah shalat. Hal ini terbukti dengan jawaban responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 46.9 %, kemudian 28.1 menyatakan sering, serta hanya 21.9 % yang menjawab selalu, dan 3.1 % yang menjawab tidak pernah. Hasil table diatas menggambarkan hampir sebagian orang tua di lingkungan RW 01 yang kurang peduli dan acuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat sunah, seperti berdo’a yang sebetulnya kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menanamkan aqidah anak.
Tabel 9 Orang tua membiasakan kepada anaknya untuk mengucapkan syukur ketika mendapatkan nikmat Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
54
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
12
37.6 %
C.
Kadang-kadang
13
40.6 %
D.
Tidak pernah
2
6.2 %
32
100 %
Jumlah
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 15.6 % orang tua yang menjawab selalu. Kemudian 37.6 % yang menyatakan sering, lalu 40.6 % yang menyatakan kadangkadang, dan hanya 6.2 % yang menyatakan tidak pernah. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa hampir sebagian orang tua di lingkungan RW 01 jarang membiasakan kepada anaknya untuk mengucapkan syukur atau bersyukur ketika mendapatkan rezeki atau nikmat dari Allah Swt. Berarti perhatian orang tua terhadap penanaman aqidah anaknya masih sangat kurang. Tabel 10 Orang tua memerintahkan kepada anak untuk meninta maaf apabila berbuat salah Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
13
40.6 %
C.
Kadang-kadang
10
31.3 %
D.
Tidak pernah
4
12.5 %
32
100 %
Jumlah
Dari tabel diatas menunjukan bahwa 40.6 % orang tua memjawab sering memerintahkan kepada anak untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan. 31.3
55
% orang tua menjawab kadang-kadang, kemudian 15.6 % orang tua menyatakan selalu, dan hanya 12.5 % orang tua yang menyatakan tidak pernah. Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa orang tua di lingkungan RW 01 dalam memerintahkan kepada anaknya sudah cukup bagus, hal ini dapat dibuktikan dari tabel diatas yaitu hampir sebagian besar orang tua yang menjawab sering. Ini menunjukan tingkat kepedulian orang tua akan pendidikan aqidah anak-anaknya.
Tabel 11 Orang tua menanamkan kepada anak bahwa Allah senantisa menolong hambaNya ketika dalam kesulitan Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
7
21.9 %
B.
Sering
7
21.9 %
C.
Kadang-kadang
15
46.9 %
D.
Tidak pernah
3
9.3 %
32
100 %
Jumlah
Pada data diatas dapat dikatahui bahwa 46.9 % orang tua yang menjawab kadangkadang menanamkan kepada anak bahwa Allah senantiasa menolong hamba-hambaNya ketika dalam kesusahan. 21.9 % orang tua menjawab selalu dan sering, dan 9.3 % orang tua menyatakan tidak pernah. Berdasarkan tabel diatas dapat katakan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 jarang memberikan penanaman kepada anak bahwa Allah senantiasa menolong kepada hamba-hamba-Nya ketika dalam keadaan susah. Hal ini dapat membuat anak akan menjadi prustasi ketika menghadapi suatu masalah dan menjadikan anak tidak mau berdo’a kepada Allah yang mengakibatkan mereka nantinya menjadi sombong.
56
Tabel 12 Orang tua menjelaskan kepada anaknya bahwa setiap perbuatan manusia dicatat oleh malaikat Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
7
21.9 %
B.
Sering
9
28.1 %
C.
Kadang-kadang
14
43.8 %
D.
Tidak pernah
2
6.2 %
32
100 %
Jumlah
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa 43.8 % orang tua hanya kadang-kadang menjelaskan kepada anaknya tentang perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat, kemudian 28.1 % orang tua menmjawab sering, lalu 21.9 % orang tua menyatakan selalu, dan 6.2 % orang tua menyatakan tidak pernah. Dari gambaran tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab kadang-kadang hampir sebagian, yaitu sekitar 43.8 %. Hal ini menunjukan bahwa penjelasan tentang perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat kurang dilakukan secara rutin oleh orang tua, sehingga sangat menghawatirkan anak akan berbuat yang tidak baik kepada siapa saja.
Tabel 13 Oaring tua membiasakan anak untuk membaca al-Qur’an setelah shalat maghrib. Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
12
37.5 %
C.
Kadang-kadang
10
31.3 %
57
D.
Tidak pernah Jumlah
5
15.6 %
32
100 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 37.5 % orang tua menjawab sering membiasakan kepada anaknya untuk membaca al-Qur’an setelah selesai shalat maghrib, kemudian 31.3 % menjawab kadang-kadang, dan 15.6 % orang tua menjawab selalu dan tidak pernah. Dari hasil tabel diatas dapat digambarkan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 tingkat kesadaran untuk memerintahkan anak membaca al-Qur’an masih rendah. Hal ini sangat menghawatirkan sekali akan pendidikan anak terhadap pembelajaran alQur’an.
Tabel 14 Orang tua memperkenalkan 25 nama-nama Nabi dan Rasul Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.7 %
B.
Sering
6
18.7 %
C.
Kadang-kadang
9
28.1 %
D.
Tidak pernah
12
37.5 %
32
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 37.5 % orang tua menjawab tidak pernah memperkenalkan nama-nama 25 Nabi dan Rasul kepada anaknya, kemudian 28.1 % menjawab kadang-kadang, lalu 18.7 % orang tua menyatakan sering, dan 15.7 % orang tua menyatakan selalu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan tentang pengenalan Nabi dan Rasul oleh orang tua terhadap anaknya sangat rendah sekali. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel diatas dari 32 responden yang paling banyak atau besar menjawab tidak pernah.
58
Tabel 15 Orang tua membiasakan anak berlaku jujur pada setiap perkataan maupun perbuatan Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
6
18.7 %
B.
Sering
3
9.4 %
C.
Kadang-kadang
19
59.4 %
D.
Tidak pernah
4
12.5%
32
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 18.7 % orang tua selalu membiasakan anak berlaku jujur pada setiap perkataan maupun perbuatan, 9.4 % menyatakan kadang-kadang, kemudian hampir sebagian 59.4 % orang tua menyatakan kadang-kadang, dan 12.5 % orang tua menyatakan tidak pernah. Jadi dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua sangat jarang sekali membiasakan kepada anaknya untuk berlaku jujur pada setiap perkataan maupun perbuatan. Hal ini tentu tentu sangat menghawatirkan sekali akan moral dan tindakan seorang anak kalau dari kecil tidak sering di berikan pengarahan tentang kejujuran.
Table 16 Orang tua menceritakan kisah salah satu dari 25 nabi dan rasul kepada anak Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
7
21.9 %
C.
Kadang-kadang
9
28.9 %
D.
Tidak pernah
11
34.4 %
Jumlah
32
Dari tabel diatas dapat diketahui responden yang menjawab tidak pernah menceritakan kisah salah satu dari 25 Nabi dan Rasul kepada anak sebesar 34.4 %.
59
Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran orang tua akan pendidikan agama khususnya mengenai kisah-kisah 25 Nabi dan rasul kurang dilakukan secara rutin sehingga dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang para Nabi dan Rasul sebagai panutan umat islam.
Tabel 17 Oaring tua menjelaskan kepada anak tentang hari kiamat Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
8
25 %
C.
Kadang-kadang
8
25%
D.
Tidak pernah
11
34.4 %
32
100 %
Jumlah
Berdasarkan pada table di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari setengah orang tua di lingkungan RW 01 tidak pernah menjelaskan kepada anak mengenai hari kiamat, hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 34.4 % dengan menjawab tidak pernah. Kemudian sebanyak 25 % responden menjawab sering dan kadangkadang, dan hanya 15.6 % responden yang menjawab selalu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa orang tua tidak pernah menjelaskan kepada anaknya tentang hari kiamat. Padahal ini sangat penting bagi orang tua untuk mengingatkan atau memberikan pengarahan kepada anak akan arti hari kiamat, agar dalam menjalani hidup ini penuh dengan kehati-hatian karena pada dasarnya semua yang ada di bumi ini akan kembali atau di ambil oleh sang pencipta. Tabel 18
60
Orang tua menenamkan kepada anak bahwa perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan diakhirat kelak Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
6
18.7 %
B.
Sering
4
12.5 %
C.
Kadang-kadang
17
53.2 %
D.
Tidak pernah
5
15.6 %
32
100 %
Jumlah
Pada table diatas dapat di lihat dari 32 responden 53.2 % menyatakan kadangkadang menanamkan kepada anak bahwa perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan diakhirat kelak. Kemudian 18.7 % menyatakan selalu, 15.6 % menyatakan tidak pernah, dan 12.5 % menyatakan sering. Data diatas menunjukan betapa jarangnya orang tua yang memberikan pemahaman kepada anaknya tentang tanggung jawab manusia akan perbuatannya di dunia. Hal ini membuat anak kurang atas pemahaman aqidahnya sehingga dapat menghawatirkan anak akan berbuat semaunya sendiri dan cenderung bebas tanpa aturan.
Tabel 19 Orang tua menanamkan kepada anak bahwa hidup di dunia ini harus taat kepada Allah SWT Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
11
34.4 %
C.
Kadang-kadang
13
40.6 %
D.
Tidak pernah
3
9.4 %
Jumlah
32
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diketahui bahwa orang tua menanamkan kepada anak agar hidup di dunia ini harus taat kepada Allah Swt, dengan prosentase jawaban
61
40.4 % menyatakan kadang-kadang, kemudian sebanyak 34.4 % orang tua menjawab sering, lalu 15.6 % orang menjawab selalu, dan hanya 9.4 % yang menyatakan tidak pernah. Mengacu pada hasil table di atas dapat dikatakan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 jarang menanamkan kepada anaknya akan ketaatan kepada Allah Swt. Padahal menurut penulis hal-hal semacam ini sangat perlu sekali untuk di tanamkan kepada anak sejak usia mereka masih kecil, agar mereka terbentengi dengan keimanan yang kokoh dan menjalankan hidupnya dengan penuh kehati-hatian. Tabel 20 Orang tua menjelaskan kepada anak bahwa orang-orang yang beriman dan beramal soleh serta mendapat ridho dari Allah akan mendapatkan tempat yang menyenangkan yaitu surga Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
4
12.5 %
B.
Sering
9
28.1 %
C.
Kadang-kadang
16
50 %
D.
Tidak pernah
3
9.4 %
32
100 %
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 12.5 % orang tua menyatakan selalu menjelaskan kepada anak bahwa orang-orang yang beriman dan beramal soleh serta mendapat ridho dari Allah akan mendapatkan tempat yang menyenangkan yaitu surga, kemudian 28.1 % menyatakan sering, sedangkan 50 % menyatakan kadang-kadang, dan 9.4 % menyatakan tidak pernah. Berdasarkan jawaban responden diatas, dapat diketahui orang tua di lingkungan RW 01 jarang sekali menjelaskan kepada anak tentang orang yang beriman dan beramal soleh akan mendapatkan balasan berupa surga. Padahal hal ini sangat dianjurkan sekali kepada para orang tua dengan maksud untuk memberikan motivasi dan pemahaman kepada anak agar lebih rajin dan tekun dalam menjalankan ibadahnya.
62
Table 21 Orang tua menjelaskan kepada anak bahwa manusia yang tidak taat serta mengerjakan yang dilarangnya akan mendapakan balasan yaitu neraka Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
4
12.5 %
B.
Sering
9
28.1 %
C.
Kadang-kadang
14
43.8 %
D.
Tidak pernah
5
15.6 %
32
100 %
Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 43.8 % orang tua menyatakan kadang-kadang memberikan penjelasan kepada anak bahwa manusia yang tidak taat serta mengerjakan yang dilarangnya akan mendapakan balasan yaitu neraka. Kemudian 28.1 % orang tua menyatakan sering, sedangkan 15.6 % menyatakan tidak pernah, dan 12.5 % menyatakan selalu. Dari hasil data di atas dapat digambarkan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 sangat jarang sekali memberikan pendidikan atau memberikan penjelasan tentang manusia yang tidak taat dan suka mengerjaklan yang dilarangnya akan dimasukan ke neraka. Orang tua masih menganggap bahwa seusia anak-anak belum perlu diberikan penjelasan hal-hal yang seperti itu, hal ini ditunjukan dengan besarnya nilai jawaban orang tua yang menjawab kadang-kadang.
Table 22 Orang tua menenmkan kepada anak bahwa sesuatu yang ada di dunia ini adalah ketetapan Allah SWT, seperti adanya ciptaan-Nya Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
4
12.5 %
B.
Sering
10
31.3 %
C.
Kadang-kadang
11
34.4 %
63
D.
Tidak pernah Jumlah
7
21.8 %
32
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 12.5 % orang tua menyatakan selalu menanamkan kepada anak bahwa sesuatu yang ada di dunia ini adalah ketetapan Allah SWT, seperti adanya ciptaan-Nya. Kemudian 31.3 % menyatakan sering, sedangkan 34.4 % menyatakan kadang-kadang, dan 21.8 menyatakan tidak pernah. Hasil data di atas menunjukan sangat kurangnya orang tua di lingkungan RW 01 dalam memberikan pemahaman/pendidikan kepada anaknya akan pentingnya ketetapan Allah atas sesuatu yang ada di dunia ini.
Table 23 Orang tua memberikan penjelasan kepada anak bahwa sesuatu yang terjadi di dunia ini, seperti kematian dan bencana alam merupakan takdir Allah SWT Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
7
21.8 %
B.
Sering
10
31.3%
C.
Kadang-kadang
14
43.8 %
D.
Tidak pernah
1
3.1 %
32
100 %
Jumlah
Berdasarkan hasil table di atas, dapat diketahui tingkat kesadaran orang tua di lingkungan RW 01 sangat jarang, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil table yang hampir sebagian responden menyatakan kadang-kadang berjumlah 43.8 % ini karena orang tua menganggap penjelasan kepada anak tentang sesuatu yang terjadi di dunia ini seperti kematian, dan bencana alam merupakan takdir Allah Swt tidak di anggap perlu, sehingga mereka tidak menghiraukannya. Kemudian 31.3 % orang tua yang menjawab sering, menganggap hal ini penting untuk di lakukan oleh orang tua. Lalu 21.8 % orang tua yang menjawab selalu, menganggap hal tersebut sangat penting untuk di kalukan oleh orang tua guna memberikan pengetahuan kepada anaknya kelak.
64
Sedangkan 3.1 % orang tua yang menjawab tidak pernah, ini di anggap tidak penting untuk di lakukan.
Table 24 Orang tua memberikan pemahaman kepada anak bahwa untuk memperoleh ketentuan yang baik harus dengan usaha Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
9
28.1 %
B.
Sering
8
25 %
C.
Kadang-kadang
11
34.4 %
D.
Tidak pernah
4
12.5 %
32
100 %
Jumlah
Pada table diatas dapat diketahui bahwa 34.4 % orang tua menyatakan kadangkadang, kemudian 28.1 % orang tua menyatakan sering, lalu 25 % orang tua menyatakan sering, dan hanya 12.5 % saja orang tua yang menyatakan tidak pernah. Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa tingkat kesadaran orang tua dalam memberikan pemahaman kepada anaknya tentang pentingnya berusaha untuk memperoleh ketentuan yang baik masih jarang sekali.
Table 25 Orang tua menjelaskan kepada anak kita harus bertawakal setelah berusaha walaupun hasilnya belum sesuai dengan keinginan Kategori
jawaban
Frekuensi
Porsentase (%)
A.
Selalu
5
15.6 %
B.
Sering
10
31.3 %
C.
Kadang-kadang
11
34.4 %
D.
Tidak pernah
6
18.7 %
65
Jumlah
32
100 %
Berdasarkan table di atas dapat diketahui hanya 15.6 % orang tua yang menjawab selalu, 31.3 % orang tua menyatakan sering, kemudian 34.4 % orang tua menyatakan kadang-kadang, dan 18.7 % orang tua menyatakan tidak pernah. Dari table di atas dapat terlihat bahwa orang tua di lingkungan RW 01 jarang menjelaskan kepada anaknya agar bertawakal kepada Allah Swt setelah berusaha walaupun hasilnya belum sesuai yang kita inginkan. Padahal sebagaimana di ketahui bahwa dengan bertawakal dapat membangkitkan rasa kepercayaan yang tinggi kepada Allah SWT. Setelah penulis interpretasikan semua data tersebut, maka penulis memperoleh jawaban atas rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pelaksanaan pendidikan akidah pada anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga. Dan dari hasil angket, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan akidah yang dilakukan oleh orang tua di lingkungan RW 01 Meruyung Limo Depok masih sangatlah rendah. Hasil tersebut terbukti pada hasil yang tercantum dalam table-tabel pertanyaan di atas.
C. Analisis dan Interpretasi Data Sebagaimana penjelasan di atas, secara rinci pendidikan akidah yang dilakuakan orang tua terhadap anaknya di lingkungan RW 01 yaitu : 1. Penanamana Keyakinan Kepada Allah SWT. Hal yang pertama Rasulullah SAW lakukan dalam mengawali dakwah islamiyahnya adalah menanamkan akidah yang kuat kepada pengikutnya. Keyakinan kepada Allah SWT tercermin dari sikap patuh dan taat akan pelaksanaan kewajiban dan berusaha meninggalkan larangan-Nya. Sehingga manusia yang telah memiliki keyakinan kepada Allah SWT akan senantiasa berhati-hati dalan segala tingkah lakunya.
66
Seorang anak pada usia sekolah dasar masihsanat rentan dengan perlakuan orang tuanya, orang tua yang senantiasa memberikan contoh dalam pengamalan keberagaannya serta mengajak anaknya untuk berdiskusi seputar ke-esaan allah SWT akan menumbuhkan minat keberagamaannya. Dalam penelitian yang penulis lakukan di lingkungan RW 01, bersumber dari jawaban angket , wawancara serta pengamatan langsung diketahui bahwa penenaman kepercayaan melalui tindakan pengenalan ciptaan Allah, kewajiban menjalankan perintah, membiasakan berdo’a, bersyukur, tawakal sikap minta maaf serta tolong menolong yang berjumlah 10 item pertanyaan bahwa orang tua masih mengabaikan penanaman keyakina kepada Allah SWT. Hal itu terbukti dengan hasil angket yang masih ada orang yang menjawab kadang-kadang bahkan tidak pernah yang telah penulis paparkan pada deskripsi data. Padahal penanaman keyakinan kepada Allah SWT dapat dilakukan orang tua dengan memberikan suritauladan serta penjelasaan penjelasan sederhana kepada anak. merupakan pondasi awal untuk terbentuknya pribadi yang mampu menjalankan perintah dan menjauhkan larangan yang telah Allah dan rasul-Nya tentukan dalam al-Qur’an dan sunnahnya. 2. Keyakinan kepada al-Qur’an Keyakinan kepada kitabullah artinya meyakini dengan seyakin-yakinya bahwa sesungguhnnya Allah SWT telah menurunkan kitab kepada utusannya melalui wahyu, sebagai petunjuk manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Keyakinan kepada al-qur’an salah satu kitab-Nya dapat dilakukan dengan cara mayakini kebenaran ajaranya melalui pemahaman atas kajiannya dan berusaha untuk mengamalkan isi kandungannya. Anak usia sekolah dasar merupakan masa yang sangat baik seorang anak untuk mengenal sesuatu dan merupakan masa yang baik pula untuk menghafal. Semakin sering seorang anak membaca al-qur’an bahkan menghafal surat-surat pendek dapat menimbulkan motivasi anak untuk mengenal lebih jauh ajaran keagamaannya. Terlebih hal tersebut dilakuakan dengan sesuatu yang menyenangkan bahkan dapat pula berupa tantangan.
67
Orang tua di lingkungan RW 01 dengan sarana pembelajaran al-quran yang memadai seperti tersedianya satu masjid, dua mushola serta empat taman baca alqur’an yang terdapat dirumah-rumah, sudah semestinya mampu mencetak anakanak yang baik dalam membaca bahkan hafalan al-qur’annya. Namun fasilitas tersebut belum sepenuhnya mendapat respon yang baik oleh orang tua, hal tersebut terbukti bahwa jawaban responden pada butir pertanyaan 8 masih terdapat orang tua yang menjawab kadang-kadang bahkan tidak pernah menegur anak mereka manakal anaknya tidak membaca al-qur’an pada waktu pembelajaran al-qur’an yang biasa dilakukan setelah shalat magrib. Padahal anak yang mampu membaca al-quran dengan baik dimasa ini, mampu mendorog minat keberagamaan mereka dikehidupan selanjutnya. 3. Keyakinan Kepada Rasul Rasul merupakan manusia yang diberikan wahyu oleh Allah SWT yang ditujukan kepada diri serta umatnya. Beriman kepada rasul artinya percaya dengan seyakin-yakinya bahwa rasul itu adalah manusia pilihan Allah yang diutus untuk mengajak manusia menyembah kepada Allah dan menegakkan agamanya. Mengenal nama-nama rasul dan meyakini akan keberadaannya serta menenamkan sifat-sifatnya sebagai pegangan dalam kehidupan merupakan bukti bahwa seseorang telah beriman kepada rasul. Usia sekolah dasar merupakan masa seorang anak mencari idola sebagai pedoman dalam kehidupannya. Semakin besar penanaman sifat-sifat rasul pada diri anak, akan semakin besar motivasi mereka dalam pengamalan keberagamaanya. Dalam lingkungan RW 01 penanaman keyakian kepada rasul dengan mengajarkan kepada anak untuk berusahan mencontoh kepada sifat-sifatnya masih sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari hasil angket pada item pertanyaan nomor 9,10 dan 11, wawancara serta pengamatan langsung penulis bahwa dari 32 responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah lebih banyak dari yang menjawab selalu dan sering seperti yang telah penulis jabarkanpada tabulasi data. Sehingga penanaman prilaku jujur, pengenalan terhadap 25 rasul masinga
68
sangat rendah yangdilakukan orang tua terhadap anaknya. Padahal semakin banyak seorang anak mengenal rasul berserta sifat-sifatnya sebagaimana yang dicontohkan orang tua terhadap anaknya akan melahirkan rangsangan pada diri anak untuk menjadikan rasul sebagai idola dalam berprilaku sehari-hari. 4. Keyakinan Kepada Hari Kiamat Beriman kepada hari kiamat merupakan keyakinan akan datangnya hari pembalasan dari setiap perbuatan yang telah dilakukan semasa hidup di dunia. Seseorang yang meyakini datangnya hari kiamat akan senantiasa mengntrol diri dari setiap perbuatan yang hendak dikerjakanya. Jika seorang anak semenjak usia dini telah dikenalkan adanya hari perhitungan ini serta melatih anak untuk waspada dalam berucap dan berbuat maka akan semakin manjaga pondasi kepada keyakinan keberagamaannya. Begitu pula pengenalan terhadap kenikmatan syurga yang tiada terhingga jika manusia senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah SWT merupakan modal besar dalam meningkatkan keberagamaan anak. Seharusnya dengan pengetahuan yang sederhan dengan waktu yang relative singkat untuk berdiskusi atau membiasakan bercerita kepada anak tentang keindahan balasan surga, orang tua di lingkungan RW 01 dapat melakuakan hal tersebut. Akan tetapi berbeda dengan kenyataan yang ada, seperti yang tercermin dalam distribusi data pada item pertanyaan 12, 15 dan 16. lebih banyak orang tua yang menjawab kadang-kadang bahkan tidak pernah. Padahal semakin sering orang tua membimbing anak-anak untuk meyakini adanya balasan syurga bagi mereka yang taat kepada Allah SWT dengan segala kenikmatanya akan mendorong seorang anak untuk senantiasa melaksanakn kewajibannya dalam agamanya. 5. Keyakinan Kepada qadha dan qadar Keyakinan kepada qadha dan qadar artinya percaya dengan yakin bahwa segala sesuatu yang telah dan akan terjadi, berada dalam kekuasaan Allah SWT. Dengan manusia meyakini hal tersebut setidaknya menumbuhkan sikap ikhlas terhadap sesuatu yang terjadi, meskipun manusia harus dengan maksimal dalam berbuat. Seorang anak pada usia sekolah dasar pada umumnya belum sampai
69
kepada pemikiran yang semacam ini, yang mereka ketahui hanyalah sesuatu yang bersifat sederhan. Bila mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, maka kebahagiaanlah yang akan tercermin di raur wajahnya. Akan tetapi kebalikannya jika yang mereka inginkan tidak mereka peroleh, maka kesedihan yang akan menimpa mereka. Untuk itu penjelasan bahwa ketentuan tersebut berasal dari Allah SWT akan semakin menambah keimanan mereka. Terlebih pada saat mereka mendapatkan atas apa yang mereka inginkan, sehingga rasa syukur dapat timbul dari benak mereka. Menjelaskan takdir serta ketentuan Allah SWT yang penulis masukan dalam item pertanyaan nomor 15,16,17,18 dan 19 pada angket diketahui ternyata masih banyak dari orang tua yang mengabaikan hal tersebut kepada anaknya. Hal tersebut terbukti masih banyak mereka yang menjawab kadang-kadang bahkan tidak pernah menjelaskan segala yang terjadi pada diri manusia merupakan ketentuan dan takdir dari Allah
kepada anak-anaknya. Padahal pembiasaan
memberikan pengarahan dan pengertian kepada anak bahwa segala takdir dan ketentuan berada dalam kekuasaan Allah SWT dalam setiap tindakan manusia akan memberikan keyakinan untuk selalu menggantungkan segala hasil yang telah dilakuakan hanya kepada Allah SWT. Dengan begitu akidah yang benar dan kuat akan melekat pada diri seorang anak.
Berdasarkan analisi dan interpretasi yang penulis ungkapkan tersebut dimuka, terbukti bahwa pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di lingkungan RW 01 Meruyung Limo Depok masih sangat rendah. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di lingkungan RW 01 Meruyung Limo Depok anatara lain : a. Kurangnya tingkat kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan akidah semanjak dini. Alasan penulis, setelah penulis perhatikan data-data yang ada, maka dapat dilihat bahwa kurang dari setengah dari mereka yang meluangkan waktu dan
70
memberikan contoh kepada anak untuk melaksanakan perintah agama terutama shalat, hal tersebut terbukti pada table 2, 8 dan 14. Dengan demikian pembiasaan berdoa setelah shalat sangat rendah, hal tersebut terbukti pada table 3, yaitu masih kurang dari setengah jumlah responden yang benar-benar memberikan contoh kepada anaknya dalam pelaksanaan keberagamaanya. Padahal dalam menanamkan pendidikan akidah kepada anak diawali dari contoh orang tua untuk melaksanakan rutinitas keberagamaannya. Sehingga timbul kebiasaan dan kesadaran anak untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Kurangnya perhatian orang tua untuk mengajarkan dan diskusi seputar pengetahuan agama kepada anak-anaknya. Dari hasil angket yang diperoleh pada table 1, 9 dan 11 terlihat bahwa orang tua dalam berdiskusi dengan anak seputar pengetahuan kepada Allah dan 25 rasul masih sangat rendah, terbukti sebagian besar dari mereka tidak pernah membicarakan hal tersebut. Disamping itu dari table 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 diketahui bahwa perhatian orang tua untuk mengajarkan sikap dalam bentuk teguran kepada anak masih sangat rendah, yaitu hanya sedikit dari orang tua yang mengajarkan anaknya untuk bersikap yang baik seperti, bersyukur, pemaaf, tolong menolong serta kehati-hatin dalam setiap tindakan. Dalam menanamkan akidah dapat dilakukan dengan cara mengajak anak berdiskusi seputar pengetahuan agamanya, serta membiasakan sikap-sikap yang telah dicontohkan oleh para rasulnya. Sehingga pengetahuan anak terhadap agamanya melahirkan kesadara pemahaman agama dan pelaksanaannya sebagai wujud dari menifestasi kekuatan akidahnya.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari seluruh rangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, yaitu tentang pendidikan akidah anak usia sekolah dasar dalam lingkungan keluarga di lingkungan RW 01 Meruyung, Kecamatan Limo Kota Depok, penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan pendidikan akidah yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya sangat rendah sekali. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil jawaban responden yang berupa angket rata-rata sebagian besar orang tua menjawab kadang-kadang. Ini mengindikasikan bahwa orang tua di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok kurang memberikan pendidikan, terutama pendidikan akidah anak-anaknya. 2. Hal tersebut setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya terhadap anak-anaknya. Menurut beberapa pendapat hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh masyarakat antara lain : a. Kurangnya tingkat kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan akidah terhadap anaknya. Hal ini terbukti dengan rendahnya orang tua dalam mengajak
dan
memberikan
contoh
dalam
melaksanakan
rutinitas
keberagamaannya. b. Kurangnya perhatian orang tua untuk mengajarkan dan diskusi seputar pengetahuan agama kepada anak-anaknya. Dengan rendahnya pengetahuan serta waktu untuk berdialog kepada anak seputar pengetahuan agama maka
72
tidak mustahil akidah yang kuat serta minat-minat keberagamaan anak akan niscaya melekat pada diri mereka. B. Saran Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bagian awal penelitian, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimanakah pendidikan aqidah anak usia sekolah dasar yang terdapat di lingkungan RW 01 Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa hal yang penulis sarankan untuk lebih meningkatkan pendidikan aqidah anak usia sekolah dasar di Lingkungan RW 01 Meruyung. 1. Sebagai orang tua hendaknya jangan bosan-bosan untuk membimbing, mendidik, dan memberikan pengarahan kepada anaknya. Karena anak adalah infestasi yang sangat berharga kelak dikemudian hari. Kalau dari kecil sudah diberikan pendidikan agama, khususnya penanaman aqidahnya bagus maka ia bisa menjaga citra bagus pula bagi dirinya sendiri dan tentunya bagi kedua orang tuanya. 2. Pendidikan agama khususnya aqidah itu sangat penting sekali, apalagi untuk anakanak seusia sekolah dasar. Karena masa-masa seusia mereka adalah masa-masa yang sangat labil. Apabila mereka melihat, dan mendengar sesuatu yang kurang baik, maka mereka rentan akan menirunya. 3.
Dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak hendaknya harus secara rutin dan betul-betul dijaga dengan baik, agar anak juga tidak mudah terpengaruh dengan keadaan-keadaan yang bisa membuat dirinya terjerumus kedalamnya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Muhammad, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Bandung : Husaini, 1988) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT.
Rineka Cipta,1998), Cet 10 Alisuf Sabri, Muhammad, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan,
(Jakarta
: Pedoman Ilmu jaya, 1993), cet. I Arifin,H.M. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991) Baqi, Muhammad Fuad Abdul, al-Lu’lu wal Marjan, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1982), Cet. Ke-2 Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Tetanis Dunia Islam 3, (Jakarta : PT. Ichtiar
Baru
Van Hoeve,2002) Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta : Toko Gunung Agung, 2001), cet. 23 Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara , 2006 ), cet. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,(Bandung : CV Jumantul ‘ali-ART, 2005). Gulo, W, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), Cet 4 Jalaludin, et al. Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya, 1994), cet. Ke-2 Ja’far, Muhammad, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,
1982)
Kafie, Jamaludin, Tuntunan Pelaksanaan : Rukun Iman Islam Dan Ihsan, (Surabaya: AlIkhlas, 1981) Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2002) cet. Ke-2 Noor, Akmaludin, Iman, (Bekasi: Yayasan SIMAQ, 2006), Cet. I Nasir, Muhammad, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998) Nata, Abudin, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), Cet. I Proyek Pembinaan Prasarana Dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Dan Kelembagaan Agama Islam, 1984)
Jendral
74
Ramayulis, Dkk. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga (Jakarta : Kala Mulia, 2001), Cet.ke-4 Sabri, Alisuf , Pengantar Psikologi umum dan perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu jaya, 1993), cet. I Sudijono, Anas, Pengantar Statistick Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Soepeno,Bambang, Statistik Terapan (dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997) cet I., h Syifa’I, Edham, Konsep Al-Qur’an “Tentang Pendidikan Aqidah Dalam Menghadapi Tantangan Zaman”, (Jakarta : Aprindo, 2003), Cet. I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan
Nasinal
Dan Penjelasan,(Semarang : Aneka Ilmu, 1992) Zarkasyi, H.I, Usuludin (‘Aqa’id), (Ponorogo: Trimurti Press, 1994), Cet. Ke-
8