TINDAK TUTUR ANAK USIA PRASEKOLAH DI LINGKUNGAN KELUARGA MASYARAKAT DESA PONTANG KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER Sutaji Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi verbal antarindividu dalam kelompok/masyarakat memunculkan fenomena yang memiliki karakteristik bervariasi. Pada tingkat orang dewasa berbeda tata komunikasinya dari orang-orang muda, begitu pula pada tingkat anak-anak performansi komunikasi memiliki karakteristik yang lain pula. Di samping tingkat usia, lingkungan dan situasi sangat mempengaruhi tata komunikasi dan performansi berbahasa atau tindak tutur. Hal inilah yang akan diketengahkan dalam penelitian ini berkaitan dengan (1) bentuk tindak tutur, (2) fungsi tindak tutur, dan (3) strategi yang digunakan oleh anak-anak usia prasekolah dalam bertutur atau berkomunikasi. Anak-anak usia prasekolah di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang menggunakan 4 jenis tindak tutur dalam berkomunikasi dengan orang tua, saudara, dan teman sebaya. Keempat bentuk atau jenis tindak tutur ini adalah (1) tindak tutur asertif/ representatif, (2) tindak tutur direktif, (3) tindak tutur ekspresif, (4) tindak tutur deklaratif. Sedangkan tindak tutur komisif tidak digunakan. Empat jenis tindak tutur ini ditemukan dalam 40 peristiwa tutur. Semua jenis tindak tutur yang digunakan anak-anak usia prasekolah memiliki 17 fungsi. Fungsi-fungsi yang diperankan 4 jenis tindak tutur tersebut adalah tindak tutur asertif dengan fungsi (1) menanyakan, (2) menyatakan, (3) menyarankan, (4) mengeluh, (5) mengklaim, 6) menegaskan, (7) konfirmasi, (8) menganalisis; tindak tutur direktif dengan fungsi (1) memerintah, (2) menasihati, (3) memohon, (4) mengajak; trindak tutur ekspresif dengan fungsi (1) menyalahkan, (2) memuji; tindak tutur deklaratif dengan fungsi (1) berpasrah, (2) melarang, (3) menolak. Kata Kunci: jenis tindak tutur,fungsi tindak tutur, strategi tindak tutur. Bahasa merupakan salah satu bagian yang memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia memperoleh bahasanya
Manusia memperoleh bahasanya sejak lahir dan terlibat dalam interaksi sosial dengan orang-orang di dekatnya. Dalam hal pemerolehan
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 14
bahasa yang pertama ini, Hartati (2010:11) mengatakan bahwa anak memperoleh bahasanya secara berjenjang dan teratur. Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata pertamanya yang terdiri atas satu kata yang kadang-kadang tidak jelas, sesungguhnya memiliki beberapa makna. Chaer (2003) menyatakan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk proses performansi. Kompetensi tersebut meliputi; komponen fonologi, komponen sintaksis dan komponen semantis, yang tidak berdiri terpisah tetapi berlangsung secara beriringan sesuai dengan perkembangan usia anak (Chaer, 2003:168). Dalam memperoleh kemampuan berbahasanya, anak melewati tahaptahap yang masing-masing meliputi ketiga komponen tersebut. Menurut Chaer (2003:167), proses performansi sendiri memiliki dua tahap, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimatkalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat itu sendiri. Kedua proses ini selanjutnya menjadi kompetensi linguistik kanak-kanak. Anak-anak menggunakan bahasa yang telah diperolehnya melalui interaksi dengan orang lain, baik dengan anak sebaya, anak-anak yang muda maupun dengan orang dewasa di
sekitarnya. Dalam proses interaksi itu secara tidak langsung anak-anak juga mempelajari norma dan budaya yang berlaku di sekitarnya dalam menggunakan bahasa tersebut. Dengan kata lain anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik. Dalam hubungannya dengan anak-anak, tindak tutur terkait dengan kemampuan anak baik dalam hal kompetensi maupun performansi. Kompetensi anak terhadap tindak tutur berpengaruh pada performansinya, yaitu kemampuannya dalam memahami maksud tindak tutur, dan kemungkinan anak mampu memproduksi tindak tutur tersebut. Pada anak usia prasekolah (2–6 tahun), kompetensi dan performansinya terhadap tindak tutur berbeda dengan orang dewasa. Sejalan dengan teori perkembangan bahasa anak yang dikemukakan oleh Halliday (dalam Pangaribuan 2008) pada masa perkembangannya, fungsi bahasa anak-anak itu memiliki ciri tersendiri yaiu bebas nilai dan egosentrik. Mengacu pada pendapat tersebut dapatlah dipahami bahwa bahasa kanak-kanak anak usia prasekolah (2 – 6 tahun) tentu memiiki karakteristik (yang meliputi bentuk, fungsi, dan strategi) tersendiri. Bagaimanakah tindak tutur anak dalam kenyataan komunikasi? Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berupaya memfokuskan objeknya pada karakteristik tindak tutur anak-anak terutama anak usia prasekolah (usia 2 – 6 tahun). Bagaimanakah bentuk/ jenis, fungsi, dan strategi tindak tutur yang digunakan oleh anak-anak di lingkungan keluarga masyarakat desa
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 15
dalam komunikasinya saat berinteraksi dengan orangtua, saudara, dan teman sebaya. METODE Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena korpus data yang digunakan berupa fenomena pragmatik yaitu realisasi tutur sekelompok anak usia prasekolah. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena. Penelitian lapangan membutuhkan catatan lapangan secara intensif yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara Moleong (2011:26). Sesuai dengan topik penelitian, maka subjek penelitian ini adalah anak-anak usia prasekolah (2–6 tahun) yang terdiri atas Habil (2 tahun), Ana (4 tahun), Anggun (5 tahun), Rena (5 tahun), Danu (6 tahun), dan Nawa (6 tahun) dalam keluarga pak Agun, pak Arifin, pak Sutaji, pak Wahyudi, dan pak Masdar di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Penentuan lingkungan keluarga sebagai setting penelitian ini adalah dengan asumsi bahwa lingkungan keluarga dari subjek penelitian relatif lebih alami sehingga data yang diperoleh juga lebih Dalam penelitian linguistik sumber data adalah sunber data lisan, yaitu tuturan yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur sewaktu berdialog, berinteraksi, dan
berkomunikasi yang dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Nadar, 2009). Data pada penelitian ini adalah ujaran yang dikeluarkankan oleh anak usia prasekolah (2–6 tahun) yang dilakukan perekaman mulai hari Minggu, 8 April 2012 sampai dengan Sabtu 28 Juli 2012 sebagai bahan kajian untuk mengetahui tindak tutur anak usia prasekolah. Adapun subjek penelitian adalah anak usia 2 sampai 6 tahun yang terdiri atas Habil (2 tahun), Ana (4 tahun), Anggun (4 tahun), Rena (5 tahun), Danu (6 tahun), dan Nawa (6 tahun). Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:62) Sesuai dengan jenis datanya maka pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dibantu dengan alat perekam elektronik dan panduan penca-tatan data lapangan. Perekaman data dalam penelitian ini menggunakan alat perekam yang berupa Hand Phone (HP). Pemilihan alat perekam ini didasarkan pada pertimbangan: Pertama Hand Phone memiliki bentuk yang lebih kecil daripada tape recorder. Kedua, HP lebih mudah mengoperasikannya karena tidak menggunakan kaset atau CD. Yang ketiga perekaman percakapan menggunakan HP relatif lebih tersembunyi daripada tape recorder sehingga pengumpulan data lebih alamiah.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 16
Selanjutnya peneliti mencatat hasil rekaman data penelitian ke dalam kartu data. Rekaman dan pencatatan data dilakukan saat berinteraksi dengan subjek penelitian. Prosedur analisis data dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu (1) tahap pertama pereduksian data, (2) tahap kedua pendisplaian data, dan (3) tahap ketiga penarikan simpulan dan verisifakasi. Ketiga penahapan ini merupakan representasi aktivitas yang selalu bergerak teratur menurut jalinan sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data. Langkah kerja dari kegiatan penelitian ini meliputi hal berikut. 1) Pengumpulan data; data dikumpul-kan berdasarkan dari hasil menyimak dan mencatat setiap konversasi linguistik antara penutur dan mitra tutur. 2) Pengolahan data; data diolah secara kualitatif yaitu dijabarkan dengan penjelasan-penjelasan tertentu. 3) Penyajian hasil pengolahan data; penyajian data dilakukan secara informal yaitu data dideskripsikan dalam bentuk uraian kata-kata. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Bentuk, Fungsi, dan Strategi Tindak Tutur Anak Usia Prasekolah Dalam penelitian ini diperoleh 4 bentuk tindak tutur yang dilakukan oleh anak-anak usia prasekolah dalam komunikasi dengan orang tua, saudara, dan teman sebaya dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga yang meliputi tindak tutur
asertif, direktif, deklaratif
ekspresif,
dan
Tindak Representatif /Asertif Tindak tutur representatif atau asertif yang ditemukan meliputi bentukbentuk tindak tutur dengan 8 fungsi: menanyakan, menyatakan, menyarankan, mengeluh, mengklaim, menegaskan, konfirmasi, dan menganalisis. Nawa: Ma, ada nasi goreng yang tidak pedes? Ibu: Ya ndak ada, mau ditari gak gelem. Sekarang maunya makan pakai apa? Makan pakai apa?” Habil : Sendhok” Konteks: (1) peristiwa tutur: Nawa minta sarapan; (2) tempat: ruang keluarga; (3) waktu: pagi hari; (4) tujuan: ingin sarapan dengan nasi goreng; (5) mitra tutur: Ibu; (6) situasi: santai Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif ditemukan sebanyak 6 tuturan dari 40 tuturan yang diamati. Keenam tuturan ini mengungkapkan 4 fungsi yang terdiri atas fungsi memerintah, menasihati, memohon, mengajak. Nawa : Angkat Bil! Habil : Hyuh. Nawa : Kae ndelok kae! Habil : Buk, buke. Konteks : (1) peristiwa tutur: Nawa akan pergi naik sepeda; (2) tempat : halaman belakang rumah; (3) waktu : sore hari; (4) tujuan : menyuruh Habil untuk mengangkat galah; (5) mitra tutur: Habil (adik); (6) situasi : santai bermain.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 17
Tindak Tutur Ekspresif Bentuk atau jenis tindak tutur ekspresif, muncul dalam 2 tuturan yang mengandung fungsi menyalahkan dan memuji. 1) Fungsi Menyalahkan, diterbitkan dalam 1 tuturan yang dilakukan oleh Rena. 2) Fungsi Memuji, diterbitkan dalam 1 tuturan yang dilakukan oleh Nawa. Rena : Itu, oh kok itu. Ini,rumah Sulis. Ibu : Ini, rumah Sulis. Rena : Suaminya Sulis, belum datang. Ibu :Suaminya Sulis, belum datang.Ke mana? Rena : Ngene lo, gak ngono. Masih di Sanen Ibu : Masih di Sanen. Ngapain di Sanen? Rena : Lo, ojo ngono, kene sing marahi. Masih bekerja dengan cepat. Ibu : Masih bekerja dengan cepat. Konteks: (1) peristiwa tutur: Rena dan ibunya menanti kedatangan ayahnya; (2) tempat: ruang keluarga; (3) waktu: siang usai lohor; (4) tujuan: menuntun ibunya supaya menirukan katakatanya; (5) mitra tutur: ibu; (6) situasi: santai akrab. Tindak Tutur Deklaratif Jenis atau bentuk tindak tutur deklaratif yang muncul memiliki fungsi berpasrah, melarang, dan menolak yang digunakan dalam 4 tuturan. 1) Fungsi berpasrah, diterbitkan 1 tuturan yang dilakukan oleh Danu.
2) Fungsi melarang, diterbitkan dalam 1 tuturan yang dilakukan oleh Habil. 3) Fungsi menolak, diterbitkan dalam 2 tuturan yang dilakukan oleh Habil dan Nawa. Habil : Pa, papi. Kakak : Opo, Bil? Habil : Banyune kutah, banyune kutah. Kakak : Ndi, tak anokne. Habil : Ojo, ojo. Ngalih, ngalih, papi ae. Kakak : Dianokne kakak, papi sik solat. Habil : Ojo rene, ojo rene, ambune gak enak . Konteks: (1) peristiwa tutur: Habil buang air besar; (2) tempat: kamar mandi dalam rumah; (3) waktu : petang hari; (4) tujuan: mencegah kakak yang akan membantunya; (5) mitra tutur: kakak; (6) situasi: sibuk Strategi Tindak Tutur Penyampaian maksud tuturan dalam komunikasi anak-anak usia prasekolah menggunakan cara atau strategi langsung dan tidak langsung. Dari 40 tuturan dalam penelitian ini 23 tuturan menggunakan cara atau strategi langsung. Penggunaan strategi tindak tutur langsung oleh anak-anak usia prasekolah. sebanyak dalam 23 tuturan dari 40 peristiwa tutur. Strategi ini digunakan oleh semua partisipan yang terdiri atas Habil (2 tahun), Ana (4 tahun), Anggun (4 tahun), Rena (5 tahun), Nawa (6 tahun), dan Danu (6 tahun). Sedangkan 10 tuturan menggunakan
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 18
strategi tindak tutur tidak langsung sedangkan 7 tuturan menggunakan strategi langsung dan tidak langsung. Strategi ini digunakan oleh semua partisipan yang terdiri atas Habil (2 tahun), Ana (4 tahun), Anggun (4 tahun), Rena (5 tahun), Nawa (6 tahun), dan Danu (6 tahun). Anak-anak secara spontan menuturkan apa yang terdapat dalam pikiran dan perasaannya. Karenanya dipilihlah kata-kata yang dapat menyampaikan maksudnya kepada mitra tutur. Hal ini sebagaimana pendapat Parker dalam Nadar (2009) bahwa tindak tutur dapat ditengarai wujud formal sintaktiknya. Misalnya tuturan The earth is round (Bumi ini bulat). What time is it? (Jam bearpa sekarang), dan Get of my foot (Jangan menginjak kaki saya) masing-masing merupakan kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah yang berfungsi untuk memberikan informasi, menanyakan, dan memerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak ataupun memohon, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu. Penggunaan strategi tidak langsung dalam berkomunikasi anakanak usia prasekolah dalam penelitian ini lebih sedikit daripada tindak tutur langsung. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa tindak tutur dengan strategi tidak langsung paling sering muncul dalam modus tindak tutur asertif sebanyak 15 kali dan dalam modus tindak tutur direktif satu kali serta tindak tutur ekspresif satu kali.
Penutur yang paling banyak menggunakan strategi tidak langsung adalah Nawa yang usianya 6 tahun. Ini memberikan gambaran bahwa strategi tidak langsung lebih sulit dari pada strategi langsung sebab menggunakan modus ujaran yang berbeda dari fungsi tuturan yang membawa maksud atau tujuan penutur. Sehubungan dengan hal ini Ismari (1995) mengungkapkan pendapat-pendapat Halliday, Bates (1975), Dore (1975), da Garvey (1975) bahwa sejak usia dini anakanak mempunyai banyak macam sistem perubahan bentuk kalimat yang berhubungan secara sistematis dengan ciri-ciri sosial. Mereka dengan peka mengenali perbedaan sosial yang ditandai kata kerja-kata kerja bantu dalam klausa pengukuh bentuk-bentuk sopan, ketentuanketentuan sapaan, penyematan kata kerja bantu. Apa yang mereka pelajari secara bertahap ialah menyembunyikan tujuan-tujuan mereka. Walaupun mereka menggunakan berbagai bentuk sintaksis, mereka masih mengacu secara jelas pada keinginan dan tujuan mereka ketika mereka tidak begitu jelas dengan konteks pembica-raan mereka. Jadi perbedaan utama antara orang dewasa dan anak-anak bukanlah pada keanekaragaman struktur bukan pula keanekaragaman ciri-ciri sosial– meskipun kaidah-kaidah kian bertambah seiring dengan meningkatnya usia dan variabelvariabel yang ada–tetapi perbedaan itu ada pada kalimat-kalimat permohonan yang sistematis, teratur, dan terselubung, yang tidak mengacu pada apa yang diinginkan penutur. Pemakaian kalimat-kalimat
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 19
permintaan tidak langsung dicapai bila anak sudah agak besar. Parker (1986) dalam Nadar (2009:18-19) menyatakan bahwa oleh karena tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengamatan dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Anak-anak usia prasekolah di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang, Kec. Ambulu, Kab. Jember menggunakan jenis/bentuk tindak tutur asertif/representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif dalam berkomunikasi dengan saudara, teman sebaya, atau orang tua. Bentuk tindak tutur yang banyak muncul dalam komu-nikasi di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang, Kec. Ambulu, Kab. Jember oleh anak-anak usia prasekolah berdasarkan frekuensinya berturut-turut adalah tindak tutur asertif/representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif, dan tindak tutur ekspresif. Frekuensi penggunaan bentuk/jenis tindak tutur dalam komunikasi di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang, Kec. Ambulu, Kab. Jember didasarkan pada kebutuhan yang sesuai dengan konteks tuturan anak-anak usia prasekolah. Tindak tutur yang dilakukan oleh anak-anak usia prasekolah dalam kegiatan komunikasi di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember memiliki 17 fungsi. Ketujuh belas fungsi tersebut digunakan dalam 4 jenis tindak tutur sebagai berikut: (A) tindak tutur asertif dengan 8 fungsi (1) menanyakan, (2) menyatakan, (3) menyarankan, (4) mengeluh, (5) mengklaim, (6) menegaskan, (7) konfirmasi, dan (8) menganalisis; (B) tindak tutur direktif dengan 4 fungsi (1) memerintah, (2) menasihati, (3) memohon, (4) mengajak; (C) tindak tutur ekspresif dengan 2 fungsi (1) menyalahkan, (2) menganalisis; (D) tindak tutur deklaratif dengan 3 fungsi (1) berpasrah, (2) melarang, dan (3) menolak. Strategi tindak tutur yang digunakan komunikasi anak-anak usia prasekolah di lingkungan keluarga masyarakat Desa Pontang Kecamatan Ambulu Jember adalah strategi langsung dan strategi tidak langsung. Pemakaian kedua macam strategi tindak tutur tersebut 23 peristiwa tutur dengan strategi langsung, 10 peristiwa tutur dengan strategi tidak langsung, 7 peristiwa tutur menggunakan dua macam strategi, yakni strategi langsung dan strategi tidak langsung. Ini menunjukkan bahwa strategi langsung yang paling banyak dipakai dalam komunikasi anak-anak usia prasekolah meliputi 30 tuturan dengan modus 30 ujaran yang memiliki kesa-maan ujaran dan maksud penuturnya. Pemakaian strategi ini sesuai dengan tingkat perkembangan komunikasi anakanak yang lebih mudah mengutarakan isi hati dan pikirannya dengan pilihan kata-kata yang dapat mewa-kili maksudnya.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 20
Strategi tidak langsung muncul dalam 17 tuturan yang dilakukan oleh Nawa 8 tuturan, Rena 4 tuturan, Habil 3 tuturan, serta Danu dan Anggun masing-masing satu tuturan. Tindak tutur dengan strategi tidak langsung memiliki maksud yang berbeda dengan modus ujarannya. Sebagaimana pendapat Halliday, Bates, Dore, dan Garvey (1975) bahwa kalimat-kalimat permintaan tidak langsung dicapai bila anak sudah besar. Saran Berdasarkan simpulan yang dipero-leh dalam penelitian, maka disarankan. Orang tua, hendaknya memberikan peluang yng lebih besar kepada anak-anak bergaul di luar rumah dalam masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak berinteraksi dengan lebih banyak anak-anak sebayanya sehingga memiliki perbendaharaan pengalaman dan pengetahuan yang lebih bervariasi. Selain itu, orang tua hendaknya memberikan fasilitas atau sumber aktivitas yang lebih banyak supaya dapat lebih banyak berktivitas komunikasi dan menyediakan waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi dengan anak-anak sehingga dapat memantau perkembangan komunikasi dan menambah wawasan dalam berkomunikasi anak-anak. Pada penelitian ini difokuskan penggunaan jenis-jenis tindak tutur tertentu sesuai dengan tujuan dan situasi tutur, penggunaan strategi dan fungsi tindak tutur sesuai makna dan tujuan. Hal lain yang terkait dengan performansi tindak tutur anak-anak utamanya usia prasekolah misalnya variasi tutur, kesantunan tindak tutur,
penyimpangan tutur dan lain-lain sebagainya yang belum terjangkau kiranya perlu dilakukan mengingat perkembangan peradaban masyarakat sebagai perbendaharaan khazanah bahasa utamanya perihal tindak tutur. DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Chaer, Abdul. Leonie Agustina. 2004.Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Cipta Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa (StrukturInternal, pemakaian dan Pembelajaran). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ismari. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press. Ismawati, Esti.2011.Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta. Carasvatibooks. Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa (Tahapan, Strategi, Metode, dan tekniknya). Jakarta: Rajawali Press. Moleong, Lexi J.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa.Yogyakarta: Arruz Media
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 21
Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa.Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, Kunjana.2005. Pragmatik (Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia). Jakarta: Penerbit Erlangga. Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Saryono, Djoko.2010. Pemerolehan Bahasa Teori dan Serpih Kajian. Malang: Nasa Media Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Penelitian Bahasa. Yogyakarta. Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfa Beta Werdiningsih, Dyah. 2011. Strategi Pembelajar Bahasa Anak. Jakarta: Nirmana Media Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hartati. 2009. Perkembangan Anak Usia Prasekolah (online). http:// forbetterhealth. files. Word press.com/2009/02/.pdf (diakses tgl. 9 Maret 2012)
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014 ___________________________________Halaman | 22