ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
RIKA HARTATI NIM 110388201104
JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK
Rika Hartati. 2016. Analisis Tindak Tutur Direktif pada Tuturan Anak Usia Empat-Enam Tahun Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Raja Ali Haji. Kata Kunci : Tindak Tutur Direktif Penelitian ini membahas tindak tutur direktif yang terdapat pada anak usia empat samapai enam tahun di Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dengan cara teknik observasi dan teknik rekaman. Objek penelitian ini adalah tindak tutur direktif menyuruh, memohon, mengajak, menuntut, dan meminta, yang digunakan oleh anak usia empat-enam tahun Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Data penelitian yang di ambil hanya RT 1-3, yang terdiri dari 12 jiwa anak untuk dijadikan instrument penelitian. Hasil dari pengumpulan data diperoleh 43 bentuk tindak tutur direktif dari 12 anak. 43 bentuk-bentuk tindak tutur direktif tersebut 13 bentuk direktif menyuruh, 12 betuk direktif memohon, 5 bentuk direktif mengajak, 8 bentuk direktif menuntut, dan 5 bentuk direktif meminta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang berusia empat – enam tahun sudah bisa menggunakan tindak tutur direktip menyuruh, tindak tutur direktip memehon, tindak tutur direktif mengajak, tindak tutur direktif menuntut, dan tindak tutur direktif meminta.
1. Pendahuluan Bahasa adalah suatu tuturan alat manusia yang berfungsi sebagai sarana komunikasi, dan mempunyai peran penting yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia. Berdasarkan fungsi tersebut, maka bahasa merupakan tuturan budaya dari manusia yang bernilai tinggi, karena dengan bahasa manusia dapat berkembang dan berinteraksi di lingkungannya. Menurut Chaer (2006 : 01), “Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, yang digunakan oleh masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Tuturan merupakan bahasa yang harus dikembangkan sejak dini. Tanpa tuturan yang baik, bahasa yang baik tidak akan diperoleh. Padahal dalam bertutur, bahasa yang baik sangat diperlukan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungan. Tindak tutur sangat penting dalam melakukan komunikasi didalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dengan tidak tutur yang baik akan mudah untuk dipahami oleh lawan bicara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Makna tuturan dapat dipahami bila diketahui siapa pembicara, siapa pendengar, dan dimana situasinya. Dalam interaksi yang berlangsung antara penutur dan lawan tutur di waktu tertentu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi ialah disebut sebuah peristiwa tutur. Peristiwa tutur ialah maksud untuk memberi reaksi pendengar dan tuturan supaya bisa mempengaruhi suasana penutur dan mitra tutur lewat, topik, latar, budaya, dan tujuan tuturan. Perkembangan berbahasa anak usia 4-6 tahun dapat dilihat oleh kata atau kalimat yang baik dan benar. Apabila kata atau kalimat itu benar yang diucapkan maka lawan tutur mudah merespon apa maksud dari perkataan anak tersebut. Perkembangan bahasa anak dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Salah satu tindak tutur yang dilakukan anak kepada orang tua ialah tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penutur agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebut di dalam ujaran misalnya menyuruh, memohon, mengajak, memerintah, menyarankan dan menuntun. Anak usia 4-6 tahun sudah termasuk kedalam jenjang pendidikan di mana anak menggunakan diksi yang benar dan bisa dimengerti dalam lingkungan pendidikan. Jadi, anak harus menggunakan bahasa yang tuturannya mudah dimengerti oleh orang yang ada di sekelilingnya. Kesantunan bahasa anak ketika berada di sekitarnya harus diberi bimbingan agar anak mudah berkomunikasi dengan orang tuanya maupun orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti perlu untuk meneliti Tindak Tutur Direktif pada Tuturan Anak Usia 4-6 Tahun Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitian memilih di Desa Genting Pulur karena ingin mengetahui tindak tutur
direktif dalam bentuk apa yang sering dituturkan oleh anak terhadap orang tua dalam berkomunikasi. 2.
Metode Penelitian
Menurut Arikunto ( 2010:29) “Objek penelitian adalah variable penelitian yaitu suatu yang merupakan problematika peneliti”. Objek penelitian ini adalah Tindak Tutur Direktif pada Tutura Anak Usia 4-6 Tahun Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitia ini berupa teori kualitatif dengan cara teknik observasi dan teknik rekaman dengan terdiri dari 2 RW dan 6 RT, tapi dalam peneliti data yang di ambil hanya RT 1-3 saja. Berdasarkan pengamatan dilapangan, peneliti hanya mengambil 12 jiwa anak untuk dijadikan instrument penelitian. Menurut Tohirin (2012:2), “ Metode penelitian ini deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati”. Menurut Arikunto (2010:262), “Mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, agar dalam meneliti diperoleh kesimpulan yang benar, maka data harus benar”. Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa penlitian ini yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif berupa data yang menggambarkan prilaku yang diamati untuk mengumpul data kesimpulan secara benar. Menurut Arikunto (2010:262), “Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan prosedur atau cara untuk memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang akan diteliti, sedangkan penelitiian kualitatif adalah suatu penelitian yang memberikan hasil analisis berupa uraian dalam bentuk kata atau kalimat, bukan dalam bentuk angka. Dengan metode deskriptif berarti penelitian ini benar-benar berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. 3.
Hasil penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti di lapangan dengan melibatkan 12 informan, ditemukan beberapa bentuk tindak tutur direktif Desa Genting Pulur Kecamatan Jemaja Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Hal yang perlu di bahas itu di antaranya: 1.
Tindak tutur direktif menyuruh
Anak : “ Mak, ambike sepatu!” “Bu, ambilkan sepatu!” Ibu : “Sepatu yang mane? “Sepatu yang mana?”
Anak : “ Olahraga mak!” “ Olahraga bu!” Ibu : “ Bento mak ambik.” “ Bentar ibu ambilkan.” Tindak tutur tersebut dilakukan anak dan ibu di rumah. Kata “Mak, ambike sepatu!” termasuk tindak tutur direktif yang berupa menyuruh. 2. Tindak tutur direktif Memohon Anak : “ Mak, pnjam Hp!” “ Bu, pinjam hp!” Ibu : “ Untuk ape nak!” “ Untuk apa nak!” Anak : “ Nak main game!” “ Mau main game!” Ibu :“ Nih, jongon lame-lame ye!” “ Ni, jangan lama-lama ya!” Tindak tutur tersebut dilakukan anak dan ibu di rumah. Kata “Mau main game!” termasuk tindak tutur direktif yang berupa memohon. 3. Tindak tutur direktif Mengajak Anak : “ mak, yuk kite ke kedai!” “ Bu, ayo kita ke warung !” Ibu : “ Beli ape gok kedai!” “ Beli apa di warung!” Anak :“ Beli milo mak!” “ Beli milo bu!” Ibu :“ Tapi adek mandik dulok ye!” “ Tapi adek mandi dulu ya!” Tindak tutur tersebut dilakukan anak dan ibu di rumah. Kata “mak, yuk kite ke kedai!” termasuk tindak tutur direktif yang berupa mengajak. 4. Tindak tutur direktif Menuntut Anak : “ Mak, kemagen nak belike mainan!” “ Bu, kemaren mau belikan mainan!” Ibu : “Aok, mak lupak! “ Ya, ibu lupa!” Anak :“ Yuk mak, beli sekagang!” “ Ayo bu, beli sekarang!” Ibu : “ Aok, nantek malam kite beli.” “ Ya, nanti malam kita beli.” Tindak tutur tersebut dilakukan anak dan ibu di rumah. Kata “Yuk mak, beli sekagang!” termasuk tindak tutur direktif yang berupa menuntut. 5. Tindak tutur direktif meminta Anak : “ Mak anta ke sekolah! ” “ Bu antar ke sekolah!”
: “Ye, bento!” “ Ya, bentar!” Anak : “Cepat mak, lah telambat.” “Cepat bu, udah terlambat.” Ibu : “Yelah nak.” “ Iya nak.” Tindak tutur tersebut dilakukan anak dan ibu di rumah. Kata “Mak anta ke sekolah!” termasuk tindak tutur direktif yang berupa meminta. Ibu
4.
Simpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan analisis data penelitian tindak tutur direktif anak usia 4-6 tahun meliputi tindak tutur berupa menyuruh, tindak tutur direktif memohon, tindak tutur direktif mengajak, tindak tutur direktif menuntut, dan tindak tutur direktif meminta. Anak usia 4-6 tahun sudah bisa menggunakan kata-kata seperti menyuruh, memohon, mengajak, menuntut, dan meminta. Kalimat yang bermakna menyuruh seperti ambilkan dan belikan, kalimat yang bermakna memohon seperti belikanlah, buatkanlah, kalimat yang bermakna mengajak seperti ayo, ayolah, kalimat yang bermakna menuntut seperti ayo, cepatlah, atau mari sedangkan kalimat meminta seperti antarkan. Kata-kata tersebut merupakan bagian dari tindak tutur direktif. Dari tuturan tersebut menunjukkan anak-anak usia 4-6 tahun sudah bisa menggunakan tuturan direktif. Setelah menelaah hasil penelitian ini, dapat dipaparkan beberapa saran yang diperlukan untuk sering menggunakan tindak tutur direktif dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan agar penelitian ini bisa digunakan sebagai pedoman untuk orang tua maupun orang-orang di lingkunganya agar menggunakan kosa kata yang jelas dan lebih berhati-hati dalam menggunakan bahasa pada saat berbicara kepada anak. 2. Penggunaan tindak tutur direktif ini harus sering diterapkan dengan kosa kata yang jelas agar anak bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3. Penelitian tindak tutur direktif tidak hanya membuat anak bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sopan tetapi juga kosa kata yang jelas dan kalimatnya harus baik agar berkomunikasinya bisa berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dan Sholeh Munawar, 2005. Pisikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Reneka Cipta. Chaer, Abdul, 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
……………… 2009. Pisikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. ……………… dan Leonie Agustina, 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono, 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak. Jakarta: Grasindo. Firman Hidayat, 2015. “Analisis Tindak Tutur Direktif Pada Tuturan Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Melayu Kota Piring Tanjungpinang” ( Skripsi ). Jamilatun, 2011. “ Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Rubrik Kriing Sloops”. Universitas Sebelas Maret ( Skripsi ). Leech, Geoffrey, 1993. Prinsip Prinsip Pragmatik. Jakarta Universitas (UI-press). Rahardi, Kunjana, 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogjakarta: Erlangga. Rendiyanto, 2012. “Analisis Tindak Tutur Direktif Antara Guru dan Murid di MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri”. Universitas Muhamadiyah Surakarta ( Skripsi ). Samsunuwiyati, 2009. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama. Sugiono, 2012. Metode Penelitian Kuantitif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Bandung. Tarigan, Henry Guntur, 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung. …………………………, 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung. ………………............., 1984. Psikolinguistik. Bandung : Angkasa Bandung. Tohirin, 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konsling. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yule, George, 1996. Prakmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.