Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja Oleh: Fattrika Susseptiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja, (2) mengidentifikasi fungsi dari jenis tindak tutur yang terdapat dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja. Objek penelitian adalah berupa tuturan-tuturan yang mengandung daya tindak tutur direktif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sebagai instrumen dibantu dengan bolpoin, buku, dan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan kredibilitas atau kepercayaan. Teknik analisis data yang digunakan teknik content analysis (analisis isi). Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindak tutur direktif dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja ditemukan delapan jenis tindak tutur yaitu (1) tindak tutur memaksa terdapat 8 tuturan, (2) tindak tutur mengajak terdapat 5 tuturan, (3) tindak tutur meminta terdapat 5 tuturan, (4) tindak tutur menyuruh terdapat 9 tuturan, (5) tindak tutur mendesak terdapat 2 tuturan, (6) tindak tutur memohon terdapat 5 tuturan, (7) tindak tutur menyarankan terdapat 8 tuturan, dan (8) tindak tutur memerintah terdapat 6 tuturan. Dari delapan jenis tindak tutur masing-masing mempunyai fungsi untuk melakukan suatu tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang ada di dalamnya. Kata kunci: tindak tutur direktif, novel Ngulandara
Pendahuluan Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia tersebut untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia. Bahasa juga mempunyai fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun komunal. Namun harus kita akui bahwa fungsi utama dari bahasa adalah sebagai media komunikasi. Untuk itu, setiap manusia perlu memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar. Malalui proses komunikasi akan muncul peristiwa tutur dan tindak tutur. Tindak tutur direktif (impositif) adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur menjadi mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu (Rustono, 1999: 38). Tuturan-tuturan itu di antaranya meliputi: memaksa,
mengajak,
meminta,
menyuruh,
menagih,
mendesak,
memohon,
menyarankan, memberi aba-aba, menantang. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
109
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Berdasarkan uraian di atas secara singkat dapat penulis kemukakan mengenai alasan penelitian ini, yaitu bahwa adanya ketertarikan peneliti untuk mendeskripsikan wujud tindak tutur direktif serta fungsi tuturan novel “Ngulandara” karya Margana Djajaatmadja, karena pada percakapan-percakapan novel tersebut penulis temukan banyak tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi), maksim-maksim percakapan, situasi ujar dan implikatur percakapan. Namun yang paling banyak dijumpai yaitu tindak tutur ilokusi mengenai tindak tutur direktif. Tuturan-tuturan tersebut berisi tentang memohon, mengajak, meminta dan lain sebagainya. Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja adalah sebuah karya sastra yang menarik dan layak dibaca serta menggambarkan kehidupan nyata dan banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang terkandung yang bisa dijadikan sebagai pelajaran hidup. Novel ini menarik untuk dianalisis dengan menggunakan analisis pragmatik. Metode pragmatik cenderung condong kepada masalah percakapan secara langsung yang sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Khususnya dalam masyarakat jawa tentang unggah-ungguh tingkah laku dan tuturan.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian tentang analisis tindak tutur direktif dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bungin (2011: 68) yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenimena tertentu. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2013: 188). Subjek penelitian ini adalah novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja, tebal keseluruhan berjumlah 142 halaman, diterbitkan oleh Pura Pustaka Yogyakarta. Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013: 161). Objek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tuturantuturan yang dituturkan oleh para tokoh dalam novel Ngulandara karya Margana
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
110
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Djajaatmadja. Tuturan tersebut tidak semua digunakan sebagai objek, tetapi hanya tuturan-tuturan yang mengandung daya tindak tutur direktif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dalah menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sebagai instrumen dibantu dengan bolpoin, buku, dan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan kredibilitas atau kepercayaan. Teknik analisis data yang digunakan teknik content analysis (analisis isi). Menurut Ismawati (2011: 81), bahwa content analysis adalah sebuah teknik untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifi kasikan secara sistematik dan objektif karakterisik-karakteristik khusus sebuah teks. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Metode informal yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu jenis analisis tindak tutur direktif dalam novel Nglandara karya Margana Djajaatmadja dan mendeskripsikan fungsi dari analisis tindak tutur direktif dalam novel Nglandara karya Margana Djajaatmadja. Hasil penelitian tindak tutur direktif yang ditemukan dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja yaitu tindak tutur memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, mendesak, memohon, menyarankan, dan memerintah. 1. Jenis Tindak Tutur Direktif a. Tindak tutur direktif memaksa Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif memaksa terdiri atas 8 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif memaksa. Raden Ajeng Tien : “Wis, Rap, kene tanganmu tak blebede”. (N: 153) ‘Sudah Rap, sini tangan kamu saya perban dulu’. Kutipan di atas dituturkan oleh Tien kepada Rapingun. Dengan tuturan “Wis, Rap, kene tanganmu tak blebede”. (N: 153). Terjemahan ‘Sudah Rap, sini tangan kamu saya perban dulu’.Tuturan didalamnya berisi paksaan yang disampaikan oleh Tien kepada Rapingun menyuruh untuk mendekati Raden Ayu Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
111
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Asisten dan Raden Ayu Tien memaksa membalut tangan Rapingun yang sedang sakit b. Tindak tutur direktif mengajak Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif mengajak terdiri atas 5 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif mengajak. Raden Ayu Mantri : “Olehe ngarep-arep wiwit awan mau sore. Wis ayo mlebu ndisik”. (N: 128) ‘Sudah dinanti-nanti sejak tadi sore. Sudah ayo masuk dulu’. Kutipan di atas dituturkan oleh Raden Ayu Mantri yang mengajak Tien untuk masuk kedalam rumah. Dengan tuturan “Olehe ngarep-arep wiwit awan mau sore. Wis ayo mlebu ndisik”. ‘Sudah dinanti-nanti sejak tadi sore. Sudah ayo masuk dulu’, karena didalamnya berisi ajakan yang disampaikan oleh Raden Ayu Mantri yang mengajak Raden Ajeng Tien untuk segera masuk ke dalam rumah. c. Tindak tutur direktif meminta Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif meminta terdiri atas 5 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif meminta. Rapingun : “Tulung sampeyan pendhetake banyu saember!”. (N: 116) ‘Tolong kamu ngambil air satu ember!’ Kutipan di atas dituturkan oleh Rapingun kepada Kreta. Dengan tuturan “Ta, Ta, Kreta!”. (N: 116). Terjemahan ‘Ta, Ta, Kreta!’. “Onten napa, Mas Rap?” (N: 116). Terjemahan ‘Ada apa, Mas Rap?’. “Tulung sampeyan pendhetake banyu saember!”. (N: 116). ‘Tolong kamu ngambil air satu ember!’,kutipan didalamnya berisi permintaan yang disampaikan oleh Rapingun kepada Kreta yaitu Rapingun meminta tolong kepada kreta untuk segera mengambilkan air satu ember untuk membersihkan kuda majikannya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
112
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
d. Tindak tutur direktif menyuruh Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif menyuruh terdiri atas 9 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif menyuruh. Raden Bei Asisten : “Mangga wedangipundipun unjuk, Nyah!”. (N: 83) ‘Silahkan di minum Nyah!’. Kutipan di atas dituturkan oleh Raden Bei Asisten kepada Den Ayu yang menyuruh meminum minuman yang sudah dipersilahkan. Dengan tuturan “Mangga wedangipundipun unjuk, Nyah!”. (N: 83). Terjemahan ‘Silahkan di minum Nyah!’, karena didalamnya berisi suruhan yang disampaikan oleh Raden Bei Asisten kepada Den Ayu untuk meminum minuman yang sudah berada di atas meja, dan sudah dipersilahkan untuk di minum. e. Tindak tutur direktif mendesak Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif mendesak terdiri atas 2 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif mendesak. Den Bei Mantri : “Pancen kula empun ngerti, yen nak Rap boten njaluk dianggep anak, nanging kula duwe panjaluk teng sampeyan, puruna kula anggep anak.” (N: 129) ‘Saya memang sudah tahu, kalu nak Rap tidak mau dianggap anak, tapi saya punya permintaan sama nak Rap, mau ya saya anggap sebagai anak.’ Kutipan di atas dituturkan oleh Den Bei Mantri kepada Rapingun yang mendesak agar mau di anggap sebagai anak. Dengan tuturan “Pancen kula empun ngerti, yen nak Rap boten njaluk dianggep anak, nanging kula duwe panjaluk teng sampeyan, puruna kula anggep anak.” (N: 129). ‘Saya memang sudah tahu, kalu nak Rap tidak mau dianggap anak, tapi saya punya permintaan sama nak Rap, mau ya saya anggap sebagai anak’, didalamnya berisi desakan yang disampaikan oleh Den Bei Mantri kepada Rapingun yang mendesak agar
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
113
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
mau dianggap menjadi anaknya karena sudah merasa dekat dengan Rapingun, sifat yang sok jagoan itu saya harus menasehatinya. f. Tindak tutur direktif memohon Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif memohon terdiri atas 5 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif memohon. Rapingun : “Ampun mas Rap, ampun! Riyin mawon dilimani, kok saniki ajeng diijeni. Blai mengke!.” (N: 107) ‘Jangan mas Rap, jangan! Dulu saja orang lima, kok sekarang mau’ Kutipan di atas dituturkan oleh Kreta kepada Rapingun. Dengan tuturan “Ampun mas Rap, ampun! Riyin mawon dilimani, kok saniki ajeng diijeni. Blai mengke!.” (N: 107). Terjemahan ‘Jangan mas Rap, jangan! Dulu saja orang lima, kok sekarang mau sendirian!’, didalamnya berisi permohonan yang disampaikan oleh Kreta kepada Rapingun yang memohon untuk tidak menangani si Hel sendirian, karena kemaren dilakukan sama lima orang saja tidak bisa apalagi cuman satu orang. g. Tindak tutur direktif menyarankan Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif menyarankan terdiri atas 8 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif menyarankan. R. Bei Asisten : “Aja cedhak-cedhak nggedhongan, si Hel kuwi jaran gemblung. Angger dicedhaki arep mbrakot, nubruk utawa nyepak”. (N: 100) ‘Jangan dekat-dekat gedhongan, si Hel itu kuda gila. Kalau di dekati nanti di makan. Kutipan di atas dituturkan oleh Raden Bei Asisten kepada Rapingun Dengan tuturan “Aja cedhak-cedhak nggedhongan, si Hel kuwi jaran gemblung. Angger dicedhaki arep mbrakot, nubruk utawa nyepak”. (N: 100). ‘Jangan dekat-dekat gedhongan, si Hel itu kuda gila. Kalau di dekati mau memakan, atau menendang’, didalamnya berisi saran yang disampaikan oleh Raden Bei Asisten kepada
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
114
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Rapingun supaya Rapingun jangan terlalu dekat-dekat dengan si Hel. Kalau terlalu dekat nanti bisa di makan atau di tendang. h. Tindak tutur direktif memerintah Hasil penelitian novel Ngulandara terdapat tindak tutur direktif memerintah terdiri atas 6 data, berikut ini merupakan jenis tindak tindak tutur direktif memerintah.
Raden Bei Asisten : “Na, slinger kae jupuken!”. (N: 74) ‘Na, slinger itu tolong ambilkan’. Kutipan di atas dituturkan oleh Raden Bei Asisten
kepada Rapingun.
Dengan tuturan “Na, slinger kae jupuken!”. (N: 74). Terjemahan ‘Na, slinger itu tolong ambilkan’, didalamnya terdapat perintah yang dilakukan oleh Raden Bei Asisten kepada Rapingun untuk mengambilkan slinger. 2. Fungsi Tindak Tutur Direktif a. Tindak Tutur Direktif Memaksa Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk menyuruh kepada orang lain secara paksa. b. Tindak Tutur Direktif Mengajak Tuturan tersebut mempunyai fungsi agar turut bisa melakukan sesuatu yang diperintahkan denngan mengajak. c. Tindak Tutur Direktif Meminta Tuturan
tersebut
mempunyai
fungsi
untuk
mengutarakan
sebuah
permintaanyang akan dilakukan. d. Tindak Tutur Direktif Menyuruh Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk mengutarakan sesuatu agar seseorang tersebut mau malekukan sesuatu. e. Tindak Tutur Direktif Mendesak Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk mengutarakan sesuatu agar mitra tutur melakukan. f. Tindak Tutur Direktif Memohon Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
115
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk memohon dengan hormat supaya diberi atau minta dengan hormat. g. Tindak Tutur Direktif Menyarankan Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk mengutaran sesuatu agar dapat memberikan saran kepada orang lain. h. Tindak Tutur Direktif Memerintah Tuturan tersebut mempunyai fungsi agar seseorang melakukan suatu hal yang yang dituturkan si penutur.
Simpulan Dari uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa di dalam novel Ngulandara terdapat jenis tindak tutur direktif dan fungsi tindak tutur direktif. Adapun jenis tindak tutur itu sendiri meliputi tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Jenis tindak tutur direktif ini termasuk dalam tindak tutur ilokusi, tindak tutur direktif terdapat 11 terdapat jenis tindak tutur yaitu tindak tutur memaksa,
mengajak,
meminta,
menyuruh,
menagih,
mendesak,
memohon,
menyarankan, memerintah, memberi aba-aba, dan menantang. Sedangkan tindak tutur yang ditemukan dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja yaitu tindak tutur memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, mendesak, memohon, menyarankan, dan memerintah. Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian tindak tutur direktif dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja ditemukan delapan jenis tindak tutur yaitu (1) tindak tutur memaksa terdapat 8 tuturan, (2) tindak tutur mengajak terdapat 5 tuturan, (3) tindak tutur meminta terdapat 5 tuturan, (4) tindak tutur menyuruh terdapat 9 tuturan, (5) tindak tutur mendesak terdapat 2 tuturan, (6) tindak tutur memohon terdapat 5 tuturan, (7) tindak tutur menyarankan terdapat 8 tuturan, dan (8) tindak tutur memerintah terdapat 6 tuturan. Tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja, masingmasing mempunyai fungsi dari tindak tutur memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, mendesak, memohon, menyarankan, dan memerintah. Setiap tindak tutur menghasilkan efek dari mitra tutur yang berbeda.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
116
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Perss.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
117