KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus) DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (SKRIPSI)
Oleh
Ganefo Valwigo Agus
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus) DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh Ganefo Valwigo Agus, Kordiyana K Rangga, dan Begem Viantimala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) kinerja anggota kelompok tani nanas, 2) tingkat pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas, 3) Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas, dan 4) hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas. Penelitian dilakukan di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Responden adalah anggota kelompok tani nanas yang berjumlah 77 orang dan tersebar dalam 11 kelompok tani, penentuan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik alokasi proporsional random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu: wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berada pada klasifikasi tinggi, 2) pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas rata-rata sebesar Rp66.597.177,00 per tahun, 3) tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas secara objektif maupun subjektif berada pada klasifikasi tinggi, dan 4) terdapat hubungan signifikan antara kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
Kata kunci: kelompok tani, ketahanan pangan, kinerja, pendapatan
ABSTRACT PERFORMANCE OF PINEAPPLE (Ananas Comosus) FARMER GROUP FOR THE ACHIEVEMENTS OF HOUSEHOLD FOOD SECURITY IN ASTOMULYO VILLAGE PUNGGUR SUBDISTRICT LAMPUNG TENGAH DISTRICT By Ganefo Valwigo Agus, Kordiyana K Rangga, dan Begem Viantimala This research aims to identify and analyze: 1) the performance members of pineapple farmer groups, 2) the household revenue level of members pineapple farmer groups, 3) The household food security level of members pineapple farmer groups, and 4) the correlation of performance members of pineapple farmer groups with household food security level of members pineapple farmer groups. This research was conducted on the Astomulyo village, Punggur subdistrict, Lampung Tengah disrtrict, from Desember 2015 until March 2016. The research used survey method using a quantitative approach. Respondents were members of pineapple farmer groups, amounted to 77 people and spread of 11 farmer groups, the samples were determined using allocation proportional random sampling technique. The data collection was done by interviews and observation. The results show that: 1) the performance members of pineapple farmer groups on Astomulyo village, Punggur subdistrict, Lampung Tengah district had a high classification, 2) the household revenue of pineapple farmer groups are Rp66.597.177,00 per year, 3) the household food security level of pineapple farmer group in objective and subjective are at a high classification, and 4) there were significantly correlation between the performance members of pineapple farmer group with the household food security level of members pineapple farmer groups. Key words: farmer group, food security, performance, revenue
KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus) DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Ganefo Valwigo Agus
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 16 September 1993, anak tunggal dari pasangan Bapak Yufalezi Agus dan Ibu Sriwati. Penulis menyelesaikan studi pada tingkat Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 19 Bandar Lampung tahun 2009, Sekolah Mengah Atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2012. Tahun 2012 Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik dalam organisasi kampus ataupun organisasi kemahasiswaan di luar kampus, yaitu: Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, sebagai anggota di bidang pengkaderan dan pengabdian masyarakat periode 2013/2014, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2013/2014, Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian pada periode 2014/2015, Panitia Khusus (PANSUS) Fakultas Pertanian periode 2013/2014 dan periode 2014/2015, Kordinator Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2014/2015, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Pertanian Cabang Bandar Lampung. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batu Patah Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus dan melaksanakan Praktik Umum (PU) pada Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Penulis juga menjadi tenaga enumerator Bank Indonesia (BI) dalam kegiatan penelitian Survei Konsumen (SK) periode Mei hingga Juli tahun 2016.
SANWACANA
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW,yang telah memberikan teladan bagi setiap kehidupan,juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia. Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas (Ananas Comosus) Dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, dan juga saran-saran yang membangun dan menyempurnakan penelitian ini, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Ir.Kordiyana K. Rangga,M.S., selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3.
Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan, nasihat, dan arahan kepada penulis.
4.
Ibu Dr. Ir. Fembriati E. Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan nasihat dan arahan kepada penulis.
5.
Orang Tua, Bapak Yufalezi Agus, Ibu Sriwati dan keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan juga kasih sayang kepada penulis. Gelar ini aku persembahkan untuk kalian.
6.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7.
Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu dalam halaman ini, terimakasih atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan.
8.
Karyawan-karyawan di lingkup Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan
9.
Keluarga besar Agribisnis Universitas Lampung 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Teman seperjuangan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP), yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu dalam halaman ini. 11. Keluarga Besar Himaseperta yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. 12. Keluarga Besar Duta Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah memberikan pengalaman dan motivasi kepada penulis. 13. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Cabang Bandar Lampung, yang telah memberikan ilmu, pengalaman, motivasi, dan semangat kepada penulis.
14. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi almamater dan semua pihak. Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Bandar Lampung,
September 2016
Ganefo Valwigo Agus
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI……………………………………………………….
i
DAFTAR TABEL……………………………………………........
vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………
x
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah………………………………... B. Tujuan Penelitian………………………………………........ C. Manfaat Penelitian…………………………………………..
1 10 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 1. Kelompok Tani………………………………………… 2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)….…………….. a. Pengertian Gapoktan………………………………. b. Gapoktan Pada Makmur…………………………… 3. Kinerja Anggota……………………………………….. a. Pengertian Kinerja…………………………………. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja………. c. Indikator Penilaian Kinerja……………………....... 4. Usahatani Nanas………………………………………. 5. Pendapatan Rumah Tangga……………………………. 6. Ketahanan Pangan…………………………………….. a. Pengertian Ketahanan Pangan……………………... b. Mengukur Ketahanan Pangan……………………… 7. Kajian Penelitian Terdahulu………………………….... B. Kerangka Pemikiran……………………………………….. C. Hipotesis……………………………………………………
11 11 15 15 16 18 18 19 21 23 25 28 28 31 35 41 44
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional…………………. B. Meode, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian………. C. Jenis dan Metode Pengambilan Data……………………. D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis………………. 1. Metode Analisis Kinerja Anggota……………….......
45 49 52 53 54
ii
2. Metode Analisis Pendapatan Rumah Tangga……….. 3. Metode Analisis Ketahanan Pangan………………… 4. Metode Analisis Hubungan Kinerja dan Ketahanan Pangan………………………………………………. E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen……………………. 1. Validitas Instrumen…………………………………. 2. Reliabilitas Instrumen……………………………….
65 66 67 68
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah……….. 1. Keadaan Geografis………………………………… 2. Keadaan Iklim……………………………………... 3. Keadaan Penduduk……………………………….. 4. Keadaan Umum Pertanian………………………….. B. Gambaran Umum Kecamatan Punggur……………….. 1. Keadaan Geografis………………………………… 2. Keadaan Iklim……………………………………... 3. Keadaan Penduduk.……………………………….. 4. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Punggur.... 5. Keadaan Umum Pertanian………………………… C. Gambaran Umum Desa Astomulyo…………………… 1. Keadaan Geografis………………………………… 2. Topografi dan Iklim………………………………... 3. Keadaan Penduduk dan Matapencaharian……..….. 4. Keadaan Umum Pertanian……………………….… 5. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Astomulyo a. Gapoktan Pada Makmur……………………….. b. Standar Operasional Kinerja dan Budidaya……
70 70 70 71 72 74 74 75 76 77 78 79 79 80 80 82 83 83 87
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden………………………… 1. Umur Responden……………………………….. 2. Pengalaman Berusahatani……………………… 3. Tingkat Pendidikan……………………………... 4. Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan Lahan 5. Jumlah Tanggungan Keluarga…………………… 6. Pekerjaan Sampingan Responden………………. B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen………... C. Tingkat Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah………………………………………………. 1. Hasil Pengukuran Kinerja………………………… a. Hasil Kerja Anggota…………………………. b. Perilaku Kerja Anggota Kelompok Tani…….. c. Sifat Pribadi Anggota Kelompok Tani………. D. Hasil Pengukuran Tingkat Pendapatan Runah Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo….
61 62
90 90 91 92 93 94 95 97
104 105 105 110 113 118
iii
1. Pendapatan Usahatani Utama…………………….. a. Penggunaan dan Biaya Sarana Produksi…………. 1. Penggunaan Bibit………….…..……………... 2. Penggunaan Pupuk …………………….......... 3. Penggunaan Obat-obatan…………....……….. 4. Penggunaan Tenaga Kerja…………................ 5. Penggunaan dan Biaya Peralatan.......……...… 6. Penggunaan Lahan……………………………. b. Penerimaan Usahatani Nanas……………….......... c. Pendapatan Usahatani Nanas……………………... 2. Pendapatan Usahatani Lainnya……………………….. 3. Pendapatan Non usahatani…………………………..... 4. Pendapatan Total Rumah Tangga Anggota……........... E. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo ………….….. 1. Tingkat Ketahanan pangan Rumah Tangga Secara Obyektif………………………………………………. 2. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga yang Diukur Secara Obyektif…………………………. 3. Tingkat Ketahanan Pangan yang Diukur Secara Subjektif……………………………………………….. a. Hasil Pengukuran Tingkat Ketersediaan Pangan….. b. Hasil Pengukuran Tingkat Distribusi Pangan Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani………….. c. Hasil Pengukuran Tingkat Konsumsi Pangan Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas…………… d. Hasil Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo yang Diukur Secara Subjektif……………………… F. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis…………………………
118 119 119 121 123 124 126 127 128 129 131 133 134 136 136 140 142 143 145 146
148 151
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………… B. Saran…………………………………………………….
154 155
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..
157
LAMPIRAN…………………………………………………..
163
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perkembangan PDB hortikultura 2012-2014……………..
2
2. Perkembangan produksi nanas dan buah lainnya pada Tahun 2010-2014……………………………......................
3
3. Produksi nanas pada beberapa provinsi di Indonesia pada Tahun 2013-2014……………………………............
3
4. Produksi buah nanas di Provinsi Lampung……………….
4
5. Distribusi beberapa provinsi berdasarkan tingkat ketahanan pangan…………………………………………………….
7
6. Derajat ketahanan pangan rumah tangga…………………
33
7. Kajian penelitian terdahulu……………………………….
36
8. Jumlah populasi kelompok tani nanas Desa Astomulyo …
52
9. Pengukuran dan parameter hasil kerja…………………….
58
10. Pengukuran dan parameter perilaku kerja…………….......
59
11. Pengukuran dan parameter sifat pribadi…………………..
60
12. Variabel, parameter, indikator dan ukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga…………………………
64
13. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014……………………………
71
14. Distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013……….……………………………….
72
15. Data curah hujan dan hari hujan Kecamatan Punggur Tahun 2010-2014…………………………………………………
75
16. Sebaran penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Punggur Tahun 2014……………………………………….
76
17. Sebaran Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di Kecamatan Punggur Tahun 2014……………………….
77
18. Luas wilayah menurut jenis penggunaan lahan di Kecamatan Punggur Tahun 2014……………………………………….
79
v
19. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut mata pencaharian Tahun 2014………………………………………………….
81
20. Sebaran penduduk Desa Astomulyo berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014………………………………………
81
21. Jenis penggunaan lahan Desa Astomulyo Tahun 2014………
83
22. Daftar kelompok tani anggota Gapoktan Pada Makmur Tahun 2014…………………………………………………...
84
23. Standar Operasional Budidaya Nanas Gapoktan Pada Makmur...
88
24. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo berdasarkan kelompok umur tahun 2016………………………
90
25. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan pengalaman berusahatani tahun 2016…………………………..
92
26. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2016 ……………………
92
27. Sebaran petani berdasarkan luas lahan dan status kepemilikan lahan di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………...
94
28. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo berdasarkan jumlah tanggungan keluarga tahun 2016…………..
94
29. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo berdasarkan pekerjaan sampingan tahun 2016……………………
96
30. Hasil uji validitas kuesioner penelitian mengenai kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016………………………..
99
31. Hasil uji validitas kuesioner penelitian ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur tahun 2016…………………………………
100
32. Hasil uji validitas instrumen penilaian ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo yang disempurnakan……………………………………………………
102
33. Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian mengenai kinerja dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………...
103
34. Interval tingkat hasil kerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur tahun 2016…………...
107
35. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator kualitas, kuantitas, dan efisiensi kerja anggota Kelompok Tani Nanas Desa Astomulyo Tahun 2016…………………………………………………….
108
vi
36. Interval dan pengukuran parameter perilaku kerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur….
111
37. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator yang mempengaruhi tingkat perilaku kerja anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo tahun 2016…………………………………………..
112
38. Interval dan pengukuran sifat pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan dari nggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur tahun 2016………………………………….
114
39. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator yang mempengaruhi sifat pribadi anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo tahun 2016……………………………………………………….
116
40. Tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur tahun 2016…………………………………
117
41. Penggunaan pupuk dalam kegiatan usahatani nanas di Desa Astomulyo per satu hektar tahun 2016…………………………..
122
42. Penggunaan obat-obatan pada usahatani nanas per hektar dalam satu musim tanam tahun 2016…………………………………...
123
43. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan uahatani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………………………..
125
44. Rata-rata nilai penyusutan peralatan yang digunakan anggota kelompok tani nanas dalam usahatani nanas…………………...
126
45. Rata-rata biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C usahatani nanas yang dikerjakan oleh anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo………………………………………………...
130
46. Kontribusi pendapatan rata-rata usahatani lainnya yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo…………...
132
47. Kontribusi pendapatan non usahatani dari anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo tahun 2016 ………………………..
133
48. Pendapatan total rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016………………………………......................
134
49. Pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016………….
137
50. Tingkat Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo tahun 2016…………….
141
51. Interval tingkat ketersediaan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………...
143
52. Interval tingkat distribusi pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo………………………………………
145
vii
53. Interval tingkat konsumsi pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016……………………… 147 54. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………...
149
55. Perbandingan hasil pengukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo secara objektif dan subjektif tahun 2016………………………………...
150
56. Pedoman kriteria koefisien korelasi rank-spearman …………….
156
57. Hasil uji korelasi tingkat kinerja dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016…..
152
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pemikiran………………………………….
43
2. Struktur Organisasi Gapoktan Pada Makmur………..
85
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya berada pada sektor pertanian, sehingga pertanian memiliki peranan penting dan layak untuk menjadi sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari peranannya sebagai sumber ketahanan nasional, penghasil devisa negara, dan sumber pendapatan bagi masyarakat petani, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Indonesia telah mencapai 40,83 juta orang pada Februari tahun 2014 (BPS, 2015). Kekayaan alam yang berlimpah telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar untuk dapat dikembangkan, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup tinggi adalah subsektor hortikultura. Dari berbagai jenis komoditas hortikultura, buah-buahan adalah komoditas yang memiliki kontribusi tertinggi bagi pertumbuhan subsektor hortikultura. Tabel 1 menunjukkan nilai PDB subsektor hortikultura pada tahun 2014 mencapai Rp103.588,4 milyar, dan kontribusi produk buah-buahan sebesar Rp58.838,21 milyar.
2
Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura tahun 2012—2014 Nilai PDB (Milyar Rp) Komoditi 2012 2013 2014 Buah 54.823,70 56.830,96 58.838,21 Sayuran 33.589,17 34.818,97 36.048,76 Tanaman Hias 6.949,48 7.203,92 7.458,36 Tanaman Obat 1.158,24 1.200,65 1.243,06 Total 96.520,6 100.054,5 103.588,4 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2015)
Rataan pertumbuhan (%) 3,59 3,60 3,59 3,57 3,58
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan beragam jenis buah-buahan, kondisi agroklimat yang baik serta ketersediaan sumber daya merupakan potensi dalam menghadapi perdagangan internasional, karena pada saat ini buah sudah menjadi komoditas perdagangan internasional. Berbagai jenis buah nusantara yang telah menjadi unggulan bagi Indonesia dan telah bersaing pada pasar internasional diantaranya adalah, buah pisang, salak, manggis, mangga, jambu biji, dan juga buah nanas (BPS, 2015) Tingkat perkembangan produksi berbagai buah yang bersaing pada pasar internasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Buah-buahan tersebut mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi termasuk pada nanas, pada tahun 2014 produksi buah nanas di Indonesia mencapai 1.835.483 ton setara dengan 9,36 persen dari total produksi buah di Indonesia, serta telah menempati urutan ketiga dalam kontribusi produksi buah nasional. Perkembangan produksi buah nanas di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup besar setiap tahunnya, dan terus memberikan kontribusi yang cukup baik untuk perkembangan produksi buah nasional.
3
Tabel 2. Perkembangan produksi nanas dan buah-buahan lainnya di Indonesia tahun 2010—2014 Tahun
Jambu biji Mangga Salak (ton) (ton) (ton) 2010 2 04.551 1 .287.287 7 49.876 2011 211.836 2.131.139 1.082.125 2012 208.151 2.376.333 1.035.406 2013 181.632 2.192.928 1.030.401 2014 187.406 2.431.330 1.118.953 Sumber : Badan Pusat Statistika (2015)
Nanas (ton) 1 .406.445 1.540.626 1.781.894 1.882.802 1.835.483
Pisang (ton) 5.755.073 6.132.695 6.189.043 6.279.279 6.862.558
Penyebaran buah nanas di Indonesia telah merata di seluruh daerah, tetapi terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi buah nanas, yaitu: Provinsi Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, dan Provinsi Sumatera Utara. Tabel 3 menjelaskan bahwa Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil nanas terbanyak jika dibandingkan dengan daerah penghasil nanas lainnya, yaitu dengan jumlah produksi mencapai 560.026 ton pada tahun 2014.
Tabel 3. Produksi nanas pada beberapa provinsi di Indonesia tahun 2013—2014 Provinsi
Produksi Nanas (ton) 2013 2014 Sumatera Selatan 57.887 57.990 Lampung 722.621 560.026 Sumatera Utara 228.136 228.136 Jawa Timur 197.165 186.949 Jawa Barat 95.015 149.815 Sumber : Badan Pusat Statistika (2015) Nanas merupakan komoditas buah-buahan yang bernilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan di Provinsi Lampung, salah satu kabupaten
di Provinsi Lampung yang banyak menghasilkan komoditas nanas adalah Kabupaten Lampung Tengah. Tabel 4 menunjukkan tingkat produksi buah nanas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 mencapai
4
721.112 ton, bahkan jumlah produksi nanas di Lampung Tengah terus mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun (BPS, 2014). Tabel 4. Produksi buah nanas menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2012—2013 Kabupaten/Kota 2012 (ton) 2013 (ton) Lampung Barat 293 178 Tanggamus 17 10 Lampung Selatan 188 81 Lampung Timur 77 823 Lampung Tengah 504.205 721.112 Lampung Utara 128 83 Way Kanan 133 17 Tulang Bawang 47 35 Pesawaran 174 173 Pringsewu 1,00 1,40 Mesuji 16 35,40 Tulang Bawang Barat 40 128,30 Pesisir Barat 18,50 Metro 10 4,60 Bandar Lampung 8 6,30 Sumber : Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung (2014) Terdapat dua macam metode dalam budidaya nanas di Kabupaten Lampung Tengah, yaitu budidaya dari perusahaan pengolahan nanas dan budidaya rakyat. Sentra nanas yang dibudidayakan oleh rakyat terletak di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun 2013 produksi nanas di Kecamatan Punggur menempati urutan pertama dari 28 kecamatan yang terdapat pada Kabupaten Lampung Tengah, yaitu mencapai 5.227.231 kw (BPS, 2014). Desa Astomulyo Kecamatan Punggur merupakan desa yang dijadikan sentra produksi buah nanas, dengan perkiraan pemerintah daerah setempat terdapat 500 Ha lahan yang ada di Desa Astomulyo berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam budidaya nanas (BP3K Punggur, 2014).
5
Keberhasilan Desa Astomulyo menjadi daerah sentra produksi nanas di Indonesia tidak terlepas dari peran serta lembaga-lembaga pertaniaan yang ada. Seperti lembaga pertanian milik pemerintah, lembaga tersebut bertugas untuk mengatur perilaku serta tindakan masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Selain terdapat lembaga pertanian milik pemerintah, pada Desa Astomulyo juga terdapat lembaga pertanian yang dibentuk oleh masyarakat petani itu sendiri, yaitu kelompok tani nanas yang berperan untuk mengorganisasikan kegiatan usahatani nanas yang dilaksanakan di Desa Astomulyo. Kelompok tani adalah kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk secara langsung mengorganisasikan para petani dalam berusahatani. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani itu sendiri, dan berperan sebagai wadah bagi petani dalam meningkatkan kemampuannya dalam berusahatani. Terdapat sebelas kelompok tani komoditas nanas yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dan seluruh kelompok tani tersebut tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan), yaitu “Gapoktan Pada Makmur”. Gapoktan ini memiliki tugas untuk menyatukan seluruh kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, dan berperan sebagai lembaga yang melakukan pengelolaan terhadap seluruh kegiatan usahatani nanas yang ada di Desa Astomulyo. Gapoktan Pada Makmur berperan aktif melakukan pembangunan pertanian di tingkat desa melalui kegiatan usahatani nanas. Peranan tersebut dapat diukur dari pencapaiannya yang mampu menjadikan Desa
6
Astomulyo Kecamatan Punggur sebagai desa sentra produksi nanas di Provinsi Lampung, serta dapat mengantarkan Desa Astomulyo meraih berbagai penghargaan baik di tingkat nasional maupun provinsi. Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, telah menerima berbagai penghargaan. Penghargaan tersebut berupa Penghargaan Nasional Pakarti Madya I dalam kategori rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, yang diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional pada tahun 2014, dalam penghargaan tersebut ketahanan pangan rumah tangga menjadi salah satu indikator penilaian. Pada tahun 2015 Desa Astomulyo juga meraih penghargaan terbaik I di tingkat Provinsi Lampung pada kategori pemberdayaan kesejahteraan rumah tangga sehat, yang juga diukur dari tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Penghargaan yang diterima oleh Desa Astomulyo tersebut merupakan hasil dari peran serta kelompok tani yang ada di desa tersebut. Menurut Undang-Undang nomor: 18 tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan tingkat perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat dan berkelanjutan. Kondisi ketahanan pangan berbagai daerah di Indonesia berada dalam kondisi yang berbeda. Dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi yang tingkat kerawanan pangan masyarakatnya cukup
7
tinggi, yaitu mencapai 21,38 persen penduduknya berada dalam kondisi sangat rawan pangan, dan hanya terdapat 40,46 persen penduduk dalam kondisi tahan pangan. Pengukuran tersebut diukur berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang diukur oleh Badan Ketahanan pangan pada tahun 2014, dengan indikator AKG < 70% dalam kategori sangat rawan pangan, AKG 70%-89,9% dalam kategori rawan pangan resiko sedang, dan AKG >89,9% dalam kategori tahan pangan, (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi beberapa provinsi berdasarkan ketahanan pangan tahun 2013 Provinsi
< 70% AKG 70%-89,9% AKG >89,9% AKG Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jakarta 1.428.344 14,21 3.032.309 30,17 5.588.761 55,61 Jawa Barat 7.919.360 17,27 15.554.630 33,92 22.385.480 48,81 Riau 1.122.862 18,25 1.951,096 31,71 3.079.681 50,05 Jawa Timur 5.228.100 13,56 13.848.640 35,93 19.471.661 50,51 Sumsel 1.268.802 16,03 2.615.737 33,05 4.030.935 50,92 Sulsel 1.271.460 15,12 2.941.342 34,97 4.197.720 49,91 Kalsel 597.318 15,29 1.076.856 27,57 2.231.712 57,14 Bengkulu 292.878 15,94 625.864 34,07 918.454 49,99 Papua 1.109.699 36,06 972.542 31,60 994.965 32,33 Lampung 1.711.062 21,38 3.053.763 38,16 3.237.982 40,46 Sumber : BPS Diolah Oleh Pusat Ketersedian dan Kerawanan Pangan (2014) Menyikapi permasalahan tersebut Pemerintah Provinsi Lampung merumuskan program pembangunan pertanian yang dimulai dari pembangunan masyarakat desa. Program pembangunan tersebut bertujuan untuk mengatasi permasalahan ketahanan pangan rumah tangga yang ada di Provinsi Lampung. Pada program tersebut pemerintah melakukan pemberdayaan terhadap lembaga-lembaga masyarakat di tingkat desa untuk berperan aktif dalam melakukan pembangunan pertanian.
8
Kelompok tani merupakan lembaga pertanian di tingkat desa yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengorganisasikan masyarakat petani di tingkat desa untuk melakukan pembangunan pertanian. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 68 tahun 2002. Untuk mewujudkan suatu ketahanan pangan, maka seluruh sektor lembaga harus berperan aktif dan berkoordinasi secara rapi baik terhadap pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, serta pemerintah desa untuk meningkatkan strategi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Gapoktan Pada Makmur adalah salah satu lembaga di tingkat desa yang membawahi seluruh kelompok tani yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan PPRI No.68 tahun 2002, Gapoktan Pada Makmur memiliki tugas dan tanggung jawab untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga di tingkat Desa Astomulyo melalui kegiatan usahatani nanas yang dijalankan oleh anggotanya. Keberhasilan Gapoktan Pada Makmur dalam mewujudkan suatu ketahanan pangan rumah tangga, sangat dipengaruhi oleh peran kinerja yang diberikan anggota. Anggota merupakan pelaku utama dari seluruh kegiatan dan program yang akan dijalankan oleh kelompok, diharapkan anggota kelompok mampu memberikan kinerja melalui kegiatan usahatani nanas yang dijalankan, sehingga dapat mewujudkan peningkatan produktivitas serta pendapatan yang akan berdampak pada tingkat pencapaian ketahanan pangan rumah tangga anggota. Akan tetapi tingkat
9
kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo terus mengalami penurunan, hal tersebut dapat dilihat dari lemahnya tingkat kedisiplinan anggota dalam menjalankan program yang telah disusun oleh kelompok. Berdasarkan penelitian Wardani (2012) dalam analisis usahatani nanas pada kelompok tani di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, juga menjelaskan bahwa masih terdapat anggota Gapoktan Pada Makmur yang berproduktivitas rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan topik “ Kinerja anggota kelompok tani nanas (Ananas comosus) dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah” dengan rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah? 2) Bagaimanakah pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah? 3) Bagaimanakah tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah ? 4) Bagaimanakah hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo dengan ketahanan pangan rumah tangga anggota?
10
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. 2) Mengetahui pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. 3) Menganalisis ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. 4) Menganalisis hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah dengan ketahanan pangan rumah tangga.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu : 1) Pihak kelompok tani untuk menilai kinerja anggota dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga, serta sebagai rujukan bagi kelompok tani dalam menyusun program kegiatan di periode yang akan datang. 2) Pemerintah, stake holders, dan para pemangku kepentingan, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan terkait ketahanan pangan rumah tangga di tingkat desa. 3) Peneliti lain, sebagai refrensi dalam melakukan penelitian sejenis atau menyempurnakan penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Kelompok Tani Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak dapat dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Mulyana (2005) menjelaskan kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk tercapainya tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, serta memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat tetap dan juga memiliki struktur tertentu. Johnson dan Johnson (2005) mendefinisikan kelompok adalah himpunan dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka, dan masing-masing menyadari peran keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan. Struktur kelompok adalah suatu susunan pola antar hubungan internal yang stabil, terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status serta kedudukan-kedudukan para anggotanya yang
12
hirarkis; (2) peran sosial yang berkaitan dengan status-status itu; (3) unsurunsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma, model yang mempertahankan, dan mengagungkan struktur. Menurut Wahyuni (2003), kelompok tani merupakan wadah untuk komunikasi antar petani, serta wadah komunikasi antar petani dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Winardi (2004) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah: (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang lama; (2) setiap anggota menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompok mengakuinya sebagai anggota; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai normanorma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok, sehingga setiap anggota mengetahui adanya hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok. Kementerian Pertanian RI (2013) memberi batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar kebutuhan bersama dan berada di lingkungan pengaruh pimpinan kontak tani. Dalam rangka pembangunan subsektor pertanian, maka kelompok tani adalah sebagai berikut: a) Anggota kelompok tani terdiri dari orang-orang yang menjalankan kegiatan pertanian, baik dari kegiatan pertanian proyek maupun kegiatan pertanian swadaya.
13
b) Merupakan pengorganisasian bagi petani yang mengatur kerja sama serta pembagian tugas anggota ataupun pengurus dalam kegiatan usahatani. c) Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota rata-rata sejumlah 20-30 orang. d) Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal. Pemilihan pengurus kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan dari masyarakat dan instansi terkait. Susunan dari kepengurusan kelompok tani terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok. Tugas dari anggota kelompok tani adalah: a) Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku. b) Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas/penyuluh. c) Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok Tugas dan tanggung jawab pengurus kelompok tani, yaitu: a) Membina kerja sama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani. Dalam hal ini pengurus melakukan koordinasi terhadap anggota dengan mengidentifikasi jumlah anggota kelompok tani yang bertambah atau berkurang. b) Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas penyuluh untuk selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok. Pengurus wajib untuk
14
menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada kelompok taninya. c) Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain. d) Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas, inisiatif anggota, yaitu dengan cara menumbuhkan swadaya dan swakarsa anggota. e) Secara berkala, minimal satu bulan satu kali mengadakan pertemuan musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri petugas penyuluh. f)
Mempertanggungjawabkan tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota, dan selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu
kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerja sama untuk memecahkan masalah agar tercapainya tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain (Samsudin, 1993). Suhardiyono menyatakan untuk meningkatkan dinamika kelompok tani harus dikembangkan sepuluh jenis kemampuan kelompok tani yang disebut dengan sepuluh jurus kemampuan kelompok tani yang terdiri atas: (1) menyusun rencana kerja kelompok tani, (2)kerja sama intern kelompok tani, (3) menerapkan teknologi baru, (4) memecahkan masalah kelompok serta mengatasi kondisi darurat (5) pemupukan modal usaha, (6) kemampuan mengembangkan peralatan dan fasilitas kelompok (7) menjalin hubu-
15
ngan melembaga dengan KUD, prosesor, perbankan dan instansi terkait, (8) peningkatan produktivitas usaha tani, (9) ketaatan atas perjanjian, (10) membina kader pimpinan kelompok (Suhardiyono, 1992).
2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) a) Pengertian Gapoktan Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Permentan nomor: 273 tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Berbagai macam peluang dan hambatan timbul dalam usahatani sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat. Oleh karena itu diperlukan pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). Penggabungan dalam gapoktan terutama dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif (Sahyuti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor: 82 tahun 2013, gapoktan dibentuk dengan tujuan: 1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan pelatihan dan studi banding sesuai kemampuan keuangan gapoktan. 2) Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat dalam kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan kontribusi/
16
andil/masukan yang diberikan dalam rangka pengembangan organisasi gapoktan. 3) Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha di bidang pertanian dan jasa yang berbasis pada bidang pertanian. 4) Dalam membangun kerja sama dengan berbagai pihak, harus diketahui dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Gapoktan Pada Makmur Gapoktan Pada Makmur adalah gabungan kelompok tani yang ada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Lampung Tengah, Gapoktan Pada Makmur merupakan lembaga pertanian yang menaungi seluruh kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo, hingga saat ini terdapat sebelas kelompok tani nanas yang terdaftar sebagai anggota Gapoktan Pada Makmur (BP3K Punggur, 2014). Pada awal pembentukannya Gapoktan Pada Makmur berdiri secara alami dibentuk oleh masyarakat petani nanas di Desa Astomulyo, atas dasar kebutuhan untuk terbentuknya suatu lembaga yang dapat menyatukan seluruh kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo sekaligus menjadi lembaga yang dapat mengelola dan mengorganisasikan seluruh kegiatan usaha tani nanas yang dijalankan oleh masyarakat petani (BP3K Punggur, 2014). Gapoktan Pada Makmur merupakan suatu kelompok dengan klasifikasi asosiasi, yaitu kelompok yang terorganisir, memiliki struktur formal atau
17
kepengurusan, seperti ketua, para staf, bidang-bidang, dan di dalamnya terdapat kesadaran dan kesamaan perhatian atau keinginan dalam bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sehingga akan tampak adanya persamaan jenis perhatian, interaksi sosial, dan struktur organisasi. Gapoktan Pada Makmur didirikan pada tanggal 08 November 2007, dengan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berasaskan kekeluargaan dan gotong royong, dengan tujuan : 1) Meningkatkan kerja sama serta berorientasi keseimbangan tujuan individu, organisasi, ekonomi, dan sosial. 2) Meningkatkan produksi usaha tani yang dijalankan oleh para anggota dengan menerapkan manajemen dan teknologi secara tepat. 3) Meningkatkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja sama yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usaha para anggota (AD/ART Gapoktan Pada Makmur, 2010). Untuk mencapai tujuannya, maka Gapoktan Pada Makmur merumuskan usaha yaitu: 1) Mengadakan usaha barang-barang primer dan sekunder yang berdasarkan kegiatan usaha di bidang pertanian 2) Menjalankan usaha di bidang pertanian tanaman hortikultura 3) Menjalankan kegiatan pengolahan hasil pertanian 4) Menjalankan pelayanan jasa Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
18
5) Menjalankan usaha produktif lain sesuai dengan kesepakatan bersama dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan tambahan organisasi 6) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain yaitu: perusahaan swasta BUMN/BUMD dan pemerintah dalam usaha/permodalan yang saling menguntungkan, (AD/ART Gapoktan Pada Makmur, 2010).
3. Kinerja Anggota a) Pengertian Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Menurut Kane (1993), kinerja adalah rekaman hasil kerja yang diperoleh anggota tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Wirawan (2009) menjelaskan kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya Gibson (1996) menyatakan setiap karyawan mempunyai hasil kerja yang berbeda, sedangkan Casio (2003) mengemukakan, kinerja merupakan suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif. Stewart (1993) menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja,
19
situasi keluarga, pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh dari eksternal.
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Dharma (2005), faktor-faktor yang akan mempengaruhi tingkat kinerja anggota meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan). Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang akan mempengaruhi tingkat kinerja serta perilaku anggota yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi kemampuan, ketrampilan, fisik dan mental, latar belakang, pengalaman, demografi, umur ,jenis kelamin, dan sebagainya. Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja, (2) variabel organiasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur serta desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut: 1) Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang anggota dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya (Murlis, 2006).
20
2) Inisiatif adalah prakarsa atau kemampuan seorang anggota untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan (Steers, 2005). 3) Jumlah pekerjaan, variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain, dimana beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding lainnya. Menurut Muchlas (2006), terdapat 3 macam teori yang mendukung teori karakteristik pekerjaan, antara lain: 1) Persyaratan tugas model karakteristik pekerjaan dan ciri persyaratan tugas dalam organisasi itu. 2) Jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar atau dibandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain. 3) Penilaian jumlah pekerjaan dilakukan menggunakan indikator: umpan balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan menghargai produk dengan insentip yang sewajarnya. Menurut Hayadi dan Kristiani (2007), hasil pengukuran terhadap capaian kinerja anggota digunakan sebagai dasar bagi pengelola organisasi dalam melakukan perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Pencapaian kinerja anggota dapat dilihat melalui 3 komponen dasar yaitu kondisi yang diharapkan,pelaksanaan program dan indikator yang dicapai. Produktivitas dalam bekerja yang dapat diukur melalui berbagai cara, antara lain melalui pendapatan yang diperoleh tiap-tiap anggota, atau bisa juga diukur dengan
21
menggunakan rasio perbandingan atas kompensasi yang diperoleh anggota yang satu dibandingkan dengan anggota yang lainnya.
c. Indikator Penilaian Kinerja Anggota Penilaian kinerja anggota adalah proses menilai hasil kerja anggota dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah proses yang berkelanjutan yang dilakukan untuk menilai kualitas kerja dari anggota dan usaha untuk meningkatkan kinerja anggota dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi anggota pada masa tertentu yang menilai hasil kinerja yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi, 2004). Kriteria dari penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu dimensi kegunaan fungsional (functional utility), dimensi keabsahan (validity), dimensi empirisial base (empiricals base), dimensi sensitivitas (sensitivity), dimensi pengembangan sistematis (systematic development), dan kelayakan hukum. Menurut Gomes (2003), penilaian kinerja adalah suatu cara untuk mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Penilaian kinerja diperlukan untuk menentukan tingkat kontribusi dari individu terhadap organisasinya. Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam kinerja sebelumnya serta untuk memotivasi perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan oleh organisasi untuk menilai kinerja anggotanya, dengan tujuan secara umum adalah untuk mem-
22
berikan umpan balik kepada organisasi, dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan produktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap anggota seperti untuk pengembangan anggota, dan penyesuaian kompensasi. Kinerja anggota organisasi dapat dilihat dari beberapa indikator sebagaimana yang dikemukakan oleh Wirawan (2009), yaitu: 1) Hasil kerja: hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang ataupun jasa yang dapat dihitung dan diukur dari kuantitas dan kualitasnya. Hasil kerja dapat diukur melalui kuantitas atau produk yang dihasilkan, kualitas produk yang dihasilkan dan efisiensi dalam menyelesaikan tugas. 2) Perilaku kerja: perilaku kerja adalah perilaku yang ditunjukkan oleh anggota yang ada hubungannya dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Perilaku kerja diperlukan karena merupakan persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan, dengan berperilaku tertentu, anggota dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh kelompok 3) Sifat pribadi : yaitu sifat pribadi anggota yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya, karena untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan diperlukan sifat pribadi tertentu yang harus dimiliki oleh anggota. Suranto (2005) menyebutkan kinerja seseorang dalam kelompok dapat dilihat dari 3 indikator, yaitu : a) tugas fungsional, seberapa baik seseorang menyelesaikan aspek-aspek pekerjaan yang menjadi tanggung
23
jawabnya, b) tugas perilaku, seberapa baik seseorang melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain dalam kelompok, bagaimana mampu menyelesaikan konflik secara adil, bagaimana memberdayakan orang lain dan bagaimana mampu bekerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan dalam kelompok, c) tugas etika adalah seberapa baik seseorang mampu bekerja secara professional, menjunjung tinggi norma etika, kode etik profesi, serta peraturan dan tata tertib yang dianut oleh kelompok.
4. Usahatani Nanas Menurut Daniel (1984), usahatani merupakan suatu jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan yang ditujukan untuk peningkatan produksi. Peningkatan produksi pertanian akan berpengaruh pada pendapatan petani. Pendapatan yang diperoleh petani berbeda-beda tergantung dari komoditas yang dibudidayakannya. Tingkat pendapatan petani dapat diukur dengan melakukan analisis pendapatan usahatani dan analisis efisiensi. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa Columbus. Pada abad ke 14 orang Spanyol membawa tanaman nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, yang kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke 15 (tahun 1599). Pada mulanya di Indonesia tanaman nanas hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas hingga menjadi tanaman yang di tanam di lahan kering (tegalan) di seluruh nusantara. Tanaman nanas kini dipelihara di
24
daerah tropik. Varietas kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Klasifikasi tanaman nanas adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Farinosae
Famili
: Bromiliaceae
Genus
: Ananas
Spesies
: Ananas comosus (L) Merr.
Maulana (1998) dalam skripsinya menyatakan bahwa ciri-ciri nanas Cayenne yaitu: (1) daun halus, tidak berduri, dan kalau berduri hanya pada ujung daun saja, (2) ukuran buah besar, berbentuk silindri, mata buah datar berwarna hijau kekuningan, rasanya asam, cocok untuk bahan baku buah kalengan. Sedangkan ciri-ciri nanas Queen yaitu: (1) daunnya pendek dan berduri tajam yang membengkok kebelakang, (2) buah berbentuk lonjong seperti kerucut, mata buah menonjol, berwarna kuning kemerahan, rasanya manis sehingga cocok dikonsumsi sebagai buah. Nanas dapat tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Di daerah tropis nanas cocok ditanam serta dibudidayakan di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal untuk tanaman nanas berkisar antara 1.000-3.000 mm per tahun, dengan suhu optimum 32°C.
25
Menurut Ashari (1995), biasanya nanas berwarna hijau sebelum masak dan menjadi hijau kekuningan apabila masak. Nanas memiliki 30 atau lebih daun yang panjang, berserat, dan berduri tajam yang mengelilingi batangnya yang tebal. Kulit buahnya bersisik dan “bermata” banyak. Biasanya nanas dibudidayakan di lahan kering. Penyebaran tanaman nanas terbilang cukup cepat, hal ini dikarenakan tanaman nanas memiliki daya tahan yang tinggi selama perjalanan. Selain itu untuk mendapatkan bibit nanas tidak terlalu sulit, hanya dengan memperbanyaknya dengan cara vegetatif menggunakan tunas-tunasnya. Menurut Kurniawan (2008), buah nanas memiliki kandungan vitamin (A dan C), Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Natrium, Kalium, Dekstrosa, Sukrosa dan Enzim Bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai anti radang, membantu melunakkan makanan di lambung, menghambat pertumbuhan sel kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinotik.
5. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan dalam rumah tangga merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga, baik rumah tangga petani ataupun bukan rumah tangga petani. Khusus rumah tangga petani dalam pemenuhan kebutuhannya diperlukan pendapatan, baik dari pekerjaan pokok sebagai petani maupun dari pekerjaan sampingannya dan dari pendapatan anggota keluarga yang bekerja. Pendapatan rumah tangga petani yaitu pendapatan yang diperoleh dari penjumlahan pendapatan usahatani utama dengan pendapatan yang berasal dari usahatani lain dan pendapatan non-usahatani. Pendapatan yang besar
26
mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk berusahatani selanjutnya, akan tetatpi apabila pendapatannya rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal, sehingga mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Rumus pendapatan rumah tangga menurut Rahim dan Hastuti (2008) yaitu:. Ytot
= Y usahatani utama + Y usahatani lain + Y non usahatani
Keterangan: Ytot Y usahatani utama Y usahatani lain Y nonusahatani
= = = =
Total pendapatan rumah tangga Pendapatan dari usahatani utama Pendapatan dari usahatani lain Pendapatan dari luar usahatani
Pendapatan usahatani menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah selisih penerimaan dari hasil usahatani dengan semua biaya selama proses produksi (biaya usahatani). Biaya usahatani tersebut merupakan semua nilai dari korbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, seperti: pajak, penyusutan alat, gaji karyawan, sewa lahan, alat pertanian dan sebagainya, sehingga biaya ini dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian. Biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi komoditas pertanian, seperti: biaya untuk
27
saprodi (sarana produksi komoditas pertanian), sehingga biaya ini diartikan pula sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai besarnya produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Jika menginginkan produksi tinggi maka faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga ditambah dan sebagainya. Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (fixedcost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Rumus total biaya atau total cost (TC) menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total biaya (total cost) FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya tidak tetap (variabel cost) Pendapatan dalam analisis usahatani dibagi menjadi dua macam yaitu: a) Pendapatan Kotor/Penerimaan Total Usahatani Pendapatan kotor/penerimaan total usahatani adalah nilai dari hasil produksi yang diperoleh secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Penerimaan yang diperoleh berhubungan dengan hasil yang terjual. Semakin banyak hasil komoditas yang terjual maka semakin banyak pula penerimaan yang diperoleh. b) Pendapatan Bersih Pendapatan usahatani adalah total penerimaan atau total revenue dikurangi total biaya produksi, sehingga merupakan pendapatan bersih. Pendapatan usahatani menurut Rahim dan Hastuti (2008) dirumuskan sebagai berikut:
28
Pd = TR –TC TR = Y. Py TC = FC + VC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total biaya (total cost) Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya tidak tetap (variabel cost) 6. Ketahanan Pangan a. Pengertian Ketahanan Pangan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012, tentang pangan, dijelaskan bahwa pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Ketahanan pangan adalah kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Litbang Deptan, 2005).
29
Dalam undang-undang nomor: 18 tahun 2012 ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan tingkat perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan terdapat tiga komponen yang harus terpenuhi untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga, yaitu: 1) Kecukupan ketesediaan pangan 2) Tercukupinya kebutuhan konsumsi 3) Distribusi pangan yang merata Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang disebabkan oleh tingkat konsumsi, penyerapan gizi (absorbsi) dan pemanfaatan zat gizi makanan (utilisasi), yang dapat dinilai dengan berbagai cara yaitu melalui antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan penilaian klinis. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan infeksi penyakit, yang mana antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik (Suharjo, 1996). Fungsi subsistem ketersediaan ini menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk baik dari sisi jumlah, kualitas, keragaman maupun keamanan. Komponen ketersediaan terdiri dari pengaturan serta
30
kesinambungan penyediaan pangan. Ketersediaan pangan menyangkut masalah produksi, stock, cadangan, serta keseimbangan impor dan ekspor pangan yang harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi pangan sebagian bersifat musiman, terbatas dan tersebar di antar wilayah, pangan yang tersedia bagi keluarga juga harus cukup volume dan jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu. Komponen distribusi mencakup upaya dalam memperlancar proses peredaran pangan di antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas pangan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya akses dari masyarakat terhadap pangan yang cukup. Surplus pangan di tingkat wilayah, belum menjamin kecukupan pangan bagi setiap individu atau masyarakatnya. Subsistem ini menyangkut aksesibilitas secara fisik, ekonomi maupun sosial atas pangan secara merata sepanjang waktu. Akses pangan dapat didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk secara periodik memenuhi pangan yang cukup melalui berbagai sumber ataupun kombinasi cadangan pangan yang dimiliki, hasil produksi pangan dan bantuan pangan. Akses fisik berupa infrastruktur maupun kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Subsistem konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan dapat memenuhi kaidah mutu, keragaman dan tingkat keseimbangan gizi, keamanan dan halal serta efisiensi dengan tujuan untuk mencegah pemborosan. Komponen konsumsi menyangkut pendidikan masyarakat agar mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Konsumsi pangan tanpa memperhatikan asupan gizi
31
yang cukup dan berimbang tidak efektif bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas dan produktif (Thaha, 2000). Ketiga komponen tersebut akan digunakan untuk mengukur ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Ukuran tingkat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan menggabungkan ketiga komponen indikator ketahanan pangan tersebut, untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan. Masih relatif tingginya masalah gizi masyarkat menunjukkan bahwa aspek kemampuan ekonomi atau daya beli berpengaruh paling dominan dalam timbulnya masalah gizi masyarakat, disamping faktor kurangnya kesadaran akan gizi, kondisi sanitasi lingkungan dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu (Karyadi dan Santoso, 1996).
b. Mengukur Ketahanan Pangan Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dilakukan dengan dua cara yaitu: metode kualitatif dan kuantitatif. Metode Kualitatif merupakan pendekatan yang baru dikembangkan dalam memenuhi tuntutan agar mendapatkan cara yang mudah dalam menganalisa serta menginterprestasikan tingkat ketahanan pangan, dibandingkan dengan metode kuantitatif yang telah lama digunakan dalam mengukur ketahanan pangan. Metode ini menggali dan mengukur persepsi rumah tangga tentang ketahanan pangan, frekuensi dan beratnya kekurangan pangan yang dialami, serta coping strategy yang dilakukan oleh rumah tangga dalam menghadapi masalah kekurangan pangan (Kennedy, 2002).
32
Terdapat banyak indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan pangan rumah tangga. (Frankberger, 1992) menyatakan bahwa pencapaian ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur melalui beberapa indikator. Indikator yang mereka temukan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu indikator proses dan indikator dampak. Indikator proses menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan oleh ketersediaan dan akses pangan, sedangkan indikator dampak dapat digunakan sebagai cerminan konsumsi pangan. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanan Penyuluhan Kabupaten Lampung Tengah (2012) menyatakan dalam memetakan ketahanan dan kerentanan pangan, Kabupaten Lampung Tengah menggunakan analisis komponen utama (Principal Component Analys) dan Analisis Kelompok (Cluster Analysis). Terdapat 3 indikator dalam menganalisisnya yaitu: 1) Ketersediaan pangan dengan jumlah warung dan toko sebagai penunjuk apakah suatu wilayah tersedia atau tidak penyedia pangan. 2) Akses pangan dan mata pencarian dengan persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, akses penghubung yang memadai serta persentase rumah tangga tanpa akses listrik sebagai media analisisnya. 3) Pemanfaatan pangan dengan jumlah sarana atau fasilitas kesehatan, jumlah penderita gizi buruk dan jumlah kematian balita dan ibu melahirkan. Dalam analisis ini, kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan secara komposit ditunjukkan berdasar prioritas. Adapun prioritas tersebut menjelaskan kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu wilayah kecamatan yang disebabkan oleh kombinasi berbagai dimensi kerawanan
33
pangan. Berdasar PCA dan Cluster Analysis, setiap kecamatan dikelompokkan ke dalam 6 prioritas: Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang menggambarkan tingkat kerentanan yang paling tinggi, dan prioritas 6 merupakan prioritas yang relatif lebih tahan pangan. Dengan kata lain, wilayah (Kecamatan) prioritas 1 memiliki resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah kecamatan lainnya. Indikator Jonsson dan Toole (1991) yang diadopsi oleh (Maxwell et. all, 2000) indikator yang digunakan dalam mengukur ketahanan pangan rumah tangga adalah dengan menggunakan klasifikasi silang antara dua indikator ketahanan pangan, yaitu pangsa pengeluaran pangan, konsumsi energi rumah tangga dan kecukupan energi (kkal). Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6, tampak bahwa batasan 80 persen dari konsumsi energi (per unit ekivalen dewasa) akan dikombinasikan dengan pangsa pengeluaran pangan 60 persen dari total pengeluaran .
Tabel 6. Derajat ketahanan pangan rumah tangga Konsumsi energi per unit ekuivalen dewasa Cukup (> 80 % kecukupan energi) Kurang ( ≤80 %
Pangsa pengeluaran pangan Rendah (< 60 % Tinggi (≥ 60 % pengeluaran total) pengeluaran total) Tahan pangan Kurang pangan
Rentan pangan Rawan pangan
kecukupan energi) Sumber : Johnsson and Toole, 1991 dalam Maxwell 2000 Penjelasan Tabel 6, sebagai berikut : 1) Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah (<60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (> 80% dari syarat kecukupan energi).
34
2) Rumah tangga kurang pangan yaitu proporsi pengeluaran pangan rendah (<60% pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengkonsumsi energi (≤ 80% dari syarat kecukupan energi). 3) Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi (≥ 60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (>80% dari syarat kecukupan energi). 4) Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi (≥ 60% pengeluaran rumah tangga) dan tingkat konsumsi energinya kurang (≤ 80% dari syarat kecukupan energi).
Menurut Pakpahan (1993), pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini menunjukkan semakin rendah pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga, semakin tinggi ketahanan pangannya. Ketahanan pangan juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran subjektif dan objektif (Pakpahan dan Pasandaran, 1990 dalam Rangga, 2014). Ketahanan pangan yang diukur secara subjektif didasarkan atas pandangan, opini, sikap atau pendapat orang terhadap situasi pangannya, yang dapat dilihat dari tiga indikator yaitu: ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan. Ketahanan pangan yang diukur secara objektif didasarkan atas jumlah makanan secara umum, jumlah energi yang dikonsumsi, jumlah ketersediaan pangan per kapita, pangsa pengeluaran pangan rumah tangga terhadap pengeluaran total rumah
35
tangga dan kemampuan rumah tangga atau negara dalam menghadapi goncangan. Menurut Ilham dan Sinaga (2013), pengukuran ketahanan pangan secara obyektif adalah pengukuran dengan cara membandingkan besarnya pengeluaran pangan dengan jumlah pengeluaran total rumah tangga. Jika pangsa pengaluaran pangan RT<60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tahan pangan dan apabila pangsa pengeluaran pangan RT≥60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tidak tahan pangan.
7.
Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai referensi bagi peneliti untuk menjadi pembanding antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, dan juga untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data. Penelitian terdahulu juga dapat dijadikan landasan teori dalam penelitian kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah ini. Kajian penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Kajian Penelitian Terdahulu No
Peneliti (Tahun)
1
Firdausi (2014)
Judul Analisis Tingkat Kinerja Kelompok
Metode Analisis Kuantitatif
Hasil Penelitian 1. Kinerja kelompok tani masuk ke dalam kategori
Tani Serta Hubungannya Dengan
baik dengan persentase 54 persen, dengan tingkat
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah
kinerja antara 251—500.
Tangga Petani (Studi Kasus di
2. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
Kecamatan Rasanae Timur Kota
masuk dalam kategori tahan pangan
Bima)
3. Terdapat hubungan antara kinerja kelompok tani dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani.
2
Nurjannah (2015)
Tingkat Kinerja Anggota Kelompok
Kuantitatif
Perolehan skor tingkat kinerja anggota KWT secara
Wanita Tani Dalam Program Model
keseluruhan 3,88. Perolehan skor tersebut menunjuk-
Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
kan bahwa kinerja anggota KWT dalam program
KRPL) di Desa Tualang Kecamatan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di
Tualang Kabupaten Siak
Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak berada pada kategori penilaian tinggi.
3636
38
3
Afiat (2014)
Dampak Kinerja Gabungan
Kuantitatif dan
Kelompok Tani Terhadap Trend
Kualitatif
1. Kinerja gapoktan di Kecamatan Salaman pada tahun 2014 dikelompokkan menjadi 3 kategori,
Hasil Produksi Komoditas Per-
yaitu pemula, madya, dan utama, kinerja madya
kebunan dan Tingkat Kesejahteraan
dimiliki oleh 4 gapoktan dengan persentase 66,67
Pekebun di Kecamatan Salaman
persen, kinerja utama dimiliki oleh 1 gapoktan
Kabupaten Magelang
(16,67 persen), dan kinerja pemula juga dimiliki oleh 1 gapoktan (16,67 persen). 2. Tingkat kesejahteraan pekebun terbagi menjadi tiga kategori,yaitu tingkat kesejahteraan sedang dengan persentase 55 persen, tingkat kesejahteraan rendah dengan persentase sebesar 26,67 persen, dan tingkat kesejahteraan tinggi memiliki persentase 18,33 persen.
4
Wahyuni (2003)
Kinerja Kelompok Tani Dalam
Kuantitatif
Kelompok tani memiliki peranan penting dalam
Sistem Usahatani Padi dan Metode
pengembangan usahatani, namun hanya 40 persen
Pemberdayaannya.
petani berada dalam tingkat pemula, yang mempengaruhi kinerja kelompok adalah jumlah anggota, asset, status anggota, dan kelembagaan penunjang. 37
39
5
Sugesti (2015)
Analisis Pendapatan dan Pengeluaran
Kuantitatif
Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi di
Rumah Tangga Petani Padi Desa
Desa Sukajawa masih tergolong rendah karena alokasi
Sukajawa, Kecamatan Bumiratu
pengeluarannya masih digunakan untuk kebutuhan
Nuban, Kabupaten Lampung Tengah
pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani Padi Desa Sukajawa adalah tingkat pendapatan rumah tangga (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), dan luas lahan sawah (X5).
6
Yuliana (2013)
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Kuantitatif
1. Ketahanan pangan rumah tangga nelayan di
Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung
Selatan Kota Bandar Lampung
Selatan, Kota Bandar Lampung berada dalam kriteria tahan pangan sebesar 56,86% dan rawan pangan sebesar 43,14%. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga nelayan di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung adalah besar anggota rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga. Faktor
38
40
yang berpengaruh negatif adalah besar anggota rumah tangga, dan berpengaruh positif adalah pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga. 7
Anggraini (2014)
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan,
Petani Kopi Di Kabupaten Lampung
Rumah tangga petani kopi di Kabupaten Lampung
Barat
Barat yang mencapai derajat tahan pangan sebesar 15,09 persen, sedangkan kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan adalah sebesar 11,32 persen, 62,26 persen, dan 11,32 persen. Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah petani kopi yaitu pendapatan rumah tangga dan harga beras.
8
Rangga dan Sayekti
Keragaan Ketahanan Pangan Rumah
Kuantitatif dan
Ketahanan pangan di daerah penelitian menunjukkan
(2004)
Tangga Petani Padi Sawah (Studi
Kualititatif
ketahanan pangan yang tinggi yang diukur berdasar-
Kasus di Desa Liman Benawi
kan ukuran obyektif yaitu menggunakan indikator
Kecamatan Trimurjo Kabupaten
pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi,
Lampung Tengah)
serta ukuran subyektif yang dinilai dari persepsi 39
41
responden mengenai kondisi pangannya.
9
Hernanda (2013)
Pendapatan Usaha Tani Jagung dan
Kuantitatif
1. Usahatani jagung di lokasi penelitian memperoleh pendapatan Rp 6.991.866,61 per ha dengan R/C
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
ratio 2,72 pada musim tanam satu dan
Petani di Kecamatan Simpang
Rp2.798.366 per ha dengan R/C ratio 1,68 pada
Kabupaten Ogan Komering Ulu
musim tanam dua. 2. Pada lokasi penelitian terdapat 11 rumah tangga tahan pangan, 39 rumah tangga kurang tahan pangan, 3 rumah tangga rentan pangan dan 7 rumah tangga rawan pangan. 10
Ilham dan Sinaga
Penggunaan Pangsa Pengeluaran
Kuantitatif
Hasil analisis menyimpulkan bahwa pangsa
(2013)
Pangan Sebagai Indikator Komposit
pengeluaran pangan layak dijadikan indikator ke-
Ketahanan Pangan
tahanan pangan karena mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai ukuran ketahanan pangan yaitu tingkat konsumsi, keanekaragaman pangan, dan pendapatan.
40
41
B. Kerangka Pemikiran Kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo merupakan suatu lembaga pertanian di tingkat desa yang dibentuk oleh dan untuk petani nanas yang ada di Desa Astomulyo itu sendiri. Kelompok tani memiliki fungsi untuk secara langsung mengorganisir kegiatan usahatani yang dijalankan oleh anggotanya. Selain itu berdasarkan peraturan PPRI No. 68 tahun 2002, kelompok tani juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab berdasarkan PPRI No. 68 tahun 2002 tersebut, maka kelompok tani harus menyusun programa dan merumuskan kegiatan yang bertujuan untuk pencapaian ketahanan pangan rumah tangga. Akan tetapi keberhasilan kelompok tani dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh peran dan kinerja anggota yang ada dalam kelompok tani. Karena kinerja yang diberikan oleh anggota kepada kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuannya. Wirawan (2009) mengemukakan jika kinerja anggota organisasi dapat dilihat dari dimensi kinerja yang dikelompokkan dalam tiga indikator kerja yaitu hasil kerja, perilaku kerja dan sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi dan indikator tersebut akan mempengaruhi kinerja dari anggota kelompok tani yang ada, sedangkan dengan terbentuknya kinerja anggota kelompok yang efektif, akan berpengaruh terhadap peningkatan produk tivitas dan pendapatan yang akan dihasilkan oleh anggota.
42
Pendapatan yang diterima anggota dari kegiatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Tingkat pendapatan yang dihasilkan anggota akan mempengaruhi tingkat pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar pendapatan yang dihasilkan maka akan semakin besar kemampuan anggota untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Pengeluaran digolongkan menjadi dua, yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non-pangan. Pengeluaran pangan akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan kecukupan gizi yang diterima oleh rumah tangga. Seberapa besar pendapatan yang dikeluarkan untuk keperluan pangan dibandingkan dengan seluruh jumlah pengeluaran total akan menunjukkan nilai pangsa pengeluaran pangan satu unit rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Menurut Pakpahan dan Pasandaran (1990), untuk melihat tingkat ketahanan pangan suatu unit rumah tangga, dapat diukur dengan menggunakan ukuran subjektif dan ukuran objektif. Ketahanan pangan yang diukur secara subjektif didasarkan atas pandangan opini, sikap atau pendapat seseorang terhadap situasi pangannya. Ketahanan pangan yang diukur secara objektif didasarkan atas jumlah makanan secara umum, jumlah energi yang dikonsumsi, dan jumlah pangsa pengeluaran pangan rumah tangga terhadap pengeluaran total rumah tangga. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
43
Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas 1. Hasil Kerja 2. Perilaku Kerja 3. Sifat Pribadi
Produksi
Pendapatan
Pengeluaran Total
Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Non-Pangan
Konsumsi
Kecukupan Gizi
Pangsa Pengeluaran Pangan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Secara Objektif Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Secara Subjektif 1. Ketersediaan Pangan 2. Distribusi Pangan 3. Konsumsi Pangan
Gambar 1. Kerangka pikir kinerja anggota kelompok tani nanas dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
44
c.
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomolyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Petani nanas adalah petani yang membudidayakan tanaman nanas dalam kegiatan usahatani yang dijalankannya, petani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah petani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kabupaten Lampung Tengah, dan tergabung sebagai anggota kelompok tani nanas. Kelompok tani nanas adalah suatu himpunan petani yang membudidayakan tanaman nanas dalam kegiatan usahataninya, kelompok tani dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Anggota kelompok tani nanas adalah petani nanas yang menjadi bagian atau masuk ke dalam suatu himpunan kelompok tani yang di dalamnya beranggotakan kumpulan petani yang membudidayakan nanas dalam usahatani. Anggota kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Lampung Tengah.
46
Kinerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu hasil atau tingkat keberhasilan dari anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas. Pengukuran kinerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu proses mencatat dan mengukur pencapaian serta pelaksanaan kegiatan yang ditampilkan oleh anggota kelompok tani nanas di desa Astomulyo, dalam penelitian ini pengukuran kinerja diukur melalui dimensi kerja yang akan diukur melalui skala likert. Dimensi kerja anggota kelompok tani nanas adalah unsur-unsur dalam pekerjaan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja dari anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo. Untuk mengukur kinerja anggota kelompok tani nanas maka dimensi kerja dikembangkan menjadi indikator kerja, yaitu: hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan. Hasil kerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani nanas yang dapat dihitung dan diukur dari kuantitas, kualitas kerja, dan efisiensi (Tabel 9). Perilaku kerja anggota kelompok tani nanas adalah perilaku yang ditunjukkan oleh anggota kelompok tani nanas yang berhubungan dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya dalam bekerja yang diukur dari tingkat kedisiplinan, tingkat inisiatif kerja dan kemampuan dalam bekerja sama (Tabel 10). Sifat pribadi anggota kelompok tani nanas adalah suatu ciri kejiwaan dalam diri anggota kelompok tani nanas yang dapat menentukan dan mencerminkan bagaimana anggota kelompok tani nanas dapat merespon lingkungannya, sifat pribadi yang dimiliki anggota akan mempengaruhi anggota dalam melaksana-
47
kan pekerjaannya. Sifat pribadi anggota akan diukur dalam tiga indikator yaitu sifat kepemimpinan anggota, tingkat keterampilan anggota, kemampuan dalam beradaptasi, dan tingkat pengetahuan anggota (Tabel 11). Produktivitas anggota kelompok tani nanas adalah jumlah output nanas yang dihasilkan oleh petani anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo dalam satu musim tanam yang diukur dengan satuan kilogram per musim tanam (kg/musim). Pendapatan anggota kelompok tani nanas adalah nilai penerimaan dari usahatani nanas yang diterima oleh anggota kelompok tani nanas yang telah dikurangi dengan total biaya usahatani nanas dalam satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan). Rumah tangga anggota kelompok tani nanas adalah individu atau suatu kelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak, serta anggota keluarga lainnya, yang setiap hari melakukan kegiatan usahatani nanas dan juga menjadi bagian dari suatu unit kelompok tani guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Pengeluaran rumah tangga anggota kelompok tani nanas merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangganya selama satu priode dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan). Pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani nanas dalam rangka memenuhi ke-
48
butuhan pangan rumah tangganya, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan). Pengeluaran non-pangan rumah tangga dari petani nanas adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani nanas dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangganya selain kebutuhan pangan, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan). Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas adalah jumlah perbandingan besarnya pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas terhadap total pengeluaran rumah tangga petani nanas yang akan dinyatakan dalam bentuk persen (%). Ketahanan pangan rumah tangga petani nanas adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan pangan serta akses untuk mendapatkan pangan bagi rumah tangga petani nanas, baik secara fisik maupun ekonomi. Ketahanan pangan rumah tangga petani nanas dalam penelitian ini diukur menggunakan ukuran obyektif dan subjektif. Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas secara obyektif adalah pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas yang diukur berdasarkan perbandingan antara besarnya pengeluaran pangan dengan jumlah pengeluaran total rumah tangga. Jika perbandingan pengeluaran pangan dengan total pengeluaran rumah tangga <60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tahan pangan, dan apabila perbandingan antara pengeluaran pangan dengan total pengeluaran rumah tangga ≥60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tidak tahan pangan
49
Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas secara subjektif adalah pengukuran ketahanan pangan yang diukur berdasarkan persepsi rumah tangga petani nanas terhadap kondisi ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangganya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga petani nanas yang dapat dilihat dari pengetahuan anggota rumah tangga petani nanas tentang kecukupan ketersediaan pangan dan stabilitas ketersediaan pangan rumah tangganya tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun. Distribusi pangan petani nanas adalah aksesibilitas/keterjangkauan rumah tangga petani nanas dalam mendapatkan bahan pangan, yang dilihat dari kemudahan rumah tangga petani nanas memperoleh pangan dan cara rumah tangga petani nanas memperoleh bahan pangan. Konsumsi pangan rumah tangga petani nanas adalah kondisi bahan pangan yang dikonsumsi rumah tangga petani nanas, yang diukur melalui pengetahuan anggota rumah tangga petani nanas tentang pangan yaitu mengenai hal kualitas pangan yang dikonsumsinya dan kemampuan untuk memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhan atau kecukupan rumah tangga petani nanas, sehingga aman untuk dikonsumsi.
B. Metode, Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk menjelaskan hubungan
50
korelasi antara tingkat kinerja anggota dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Lampung Tengah adalah kabupaten penghasil nanas terbesar di Provinsi Lampung, dengan produksi mencapai 721.112 ton pada tahun 2013 (BPS, 2014). Sentra tanaman nanas Kabupaten Lampung Tengah terletak di Kecamatan Punggur dengan produksi mencapai 5.227.231 kw pada tahun 2013 (BPS, 2014), dan terdapat satu desa yang dijadikan sentra produksi tanaman nanas di Kecamatan Punggur yaitu Desa Astomulyo, dengan perkiraan pemerintah setempat terdapat 500 Ha lahan yang berpotensi untuk dikembangkan budidaya tanaman nanas (BP3K Punggur 2014). Terdapat sebelas kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo, dan seluruh kelompok tani nanas tersebut tergabung dalam gabungan kelompok tani, yaitu Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur. Responden dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jumlah anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo sebanyak 350 orang yang tersebar ke dalam 11 kelompok tani. Penentuan jumlah sampel anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tersebut ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004). Adapun rumus Slovin yaitu:
=
N 1 + Ne
51
Keterangan : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel e2 = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan dalam mengambil sampel yang masih bisa di tolerir. Berdasarkan rumus Slovin tersebut dengan menggunakan 10 persen tingkat derajat kesalahan, maka ditetapkan jumlah sampel pada penelitian ini adalah 77 orang. Jumlah sampel per kelompok tani diambil dengan metode mengalokasikan satuan-satuan sampling ke setiap masing-masing kelompok, untuk mempermudah pengelolaan sampel terhadap 11 kelompok tani yang terdapat di Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur. Pengalokasian sampel kelompok tani dilakukan dengan menggunakan rumus (Proportionate stratified random sampling) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2000), yaitu:
=
×n
Keterangan : ni
= Ukuran sampel yang harus diambil dari stratum ke –i
Ni
= Ukuran stratum ke-i
N
= Ukuran populasi Berdasarkan rumus alokasi (Propotionate stratified random sampling)
tersebut diperoleh sampel pada masing-masing kelompok seperti yang tertera pada Tabel 8.
52
Tabel 8. Populasi dan sampel anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelompok Tani Suka Makmur Karya Maju Tani Makmur Sri Rejeki Sumber Nanas Mino Sari Sinjay Sami Roso Usaha Bersama Berkah Mulyo Tani Jumlah
Populasi
Proporsi
Proporsi
Sampel
31 41 41 13 33 17 37 42 25 46 23
31 / 350 41 / 350 41 / 350 13 / 350 33 / 350 17 / 350 37 / 350 42 / 350 25 / 350 46 / 350 23 / 350
0.088 x 77 0.117 x 77 0.117 x 77 0.037 x 77 0.094 x 77 0.048 x 77 0.105 x 77 0.120 x 77 0.071 x 77 0.131 x 77 0.065 x 77
7 9 9 3 7 4 8 9 6 10 5
350
77
Terdapat dua ragam anggota dalam suatu kelompok tani, yaitu (anggota biasa dan anggota yang menjadi pengurus). Sebagai representasi dari kelompok tani, maka penentuan responden pada setiap kelompok tani ditetapkan dengan sengaja (purposive) dengan perbandingan 70 persen sampel diambil dari anggota biasa dan 30 persen diambil dari anggota yang menjadi pengurus. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan yang dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Periode tersebut terbagi dalam dua periode yaitu periode pengambilan data dan periode pengolahan dan analisis data. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Januari 2016, sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari—Maret 2016.
C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga teknik, yaitu: (1) Wawancara, adalah pengumpulan data dengan meminta keterangan secara langsung kepada anggota kelompok tani nanas yang menjadi
53
responden dalam penelitian, yang diajukan melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, (2) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian, (3) Pencatatan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencatat data yang telah ada pada instansi terkait dengan penelitian yaitu, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah, BP3K Punggur, Badan Pusat Statististik Provinsi Lampung dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang diambil langsung dari petani anggota Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya, data primer meliputi: identitas responden, jadwal kerja usahatani, luas penguasaan lahan, program kerja anggota dalam kelompok tani, biaya usahatani, pendapatan, pengeluaran pangan, pengeluaran non-pangan, dan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga, dengan menggunakan metode recall melalui wawancara langsung kepada anggota Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur yang telah dijadikan sampel. Data sekunder berupa data yang diambil dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, data Kecamatan, data Desa, serta data-data berupa literatur-literatur (buku, catatan, laporan, artikel, jurnal dan penelitian terdahulu).
D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan teori (Sugiyono, 2009). Metode ini digunakan untuk menjawab seluruh tujuan pada penelitian ini. Tujuan pertama yaitu
54
mempelajari tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomultyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, yang diukur melalui dimensi kerja. Tujuan kedua yaitu mempelajari tingkat pendapatan anggota kelompok tani nanas pada Desa Astomulyo Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan ketiga untuk mempelajari ketahanan pangan rumah tangga petani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, yang akan dianalisis secara objektif dan subjektif. Tujuan keempat menganalisis hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, menggunakan uji statistik non-parametrik korelasi rank-spearman.
1. Metode Analisis Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas Pengukuran kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo dilakukan dengan menggunakan indikator dimensi kerja yang dikemukakan oleh Wirawan (2009). Dimensi kerja tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu: hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan. Ketiga dimensi tersebut akan dikembangkan dalam indikator kerja yang digunakan sebagai ukuran penilaian dalam mengukur kinerja anggota. Pengukuran dari masing-masing dimensi dan indikator kerja tersebut, sebagai berikut: a. Hasil Kerja Hasil kerja anggota kelompok diukur melalui kuantitas atau produk yang dihasilkan, kualitas produk dan efisiensi dalam penyelesaian tugas. Untuk dapat memperoleh hasil kerja yang baik maka anggota harus dapat
55
memiliki tujuan atau objektif yang harus dicapainya. Dimensi hasil kerja dikembangkan ke dalam tiga indikator hasil kerja yaitu: 1) Kualitas hasil kerja: kualitas hasil kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan anggota atas tugas-tugasnya. 2) Kuantitas hasil kerja: diukur dari jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seseorang anggota dalam suatu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat dari hasil kinerja anggota dalam kerja penggunaan waktu tertentu dan kecepatannya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. 3) Efisiensi dalam melaksanakan tugas: diukur dari kemampuan anggota dalam menjalankan aktivitas untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Pengukuran variabel hasil kerja ini menggunakan skala likert dengan skor 1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk.
b. Perilaku Kerja Perilaku kerja anggota diukur melalui perilaku yang ditunjukkan oleh anggota yang berhubungan dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya dalam bekerja, dimensi perilaku kerja dikembangkan ke dalam tiga indikator : 1) Disiplin kerja: diukur dari sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang ataupun sekelompok orang terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik
56
yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien. 2) Inisiatif: inisiatif anggota diukur dari kemampuan seseorang anggota untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan. 3) Kerja sama: kerja sama diukur dengan mempertimbangkan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang yang lain. Variabel kerja sama ini dapat diukur melalui kemampuan anggota dalam menyelesaikan tugasnya bersama orang lain,kemampuan anggota dalam berinteraksi dan kemampuan anggota dalam menerima masukan dan unsur-unsur baru. Pengukuran variabel perilaku kerja ini menggunakan skala likert dengan skor 1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk.
c. Sifat Pribadi Sifat pribadi anggota diukur dari ciri kejiwaan dalam diri anggota yang dapat menentukan dan mencerminkan bagaimana anggota dapat merespon lingkungannya. Dimensi sifat pribadi anggota ini dikembangkan ke dalam tiga indikator yaitu: 1) Kepemimpinan: diukur dari kemampuan dalam mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, serta memiliki kemampuan ataupun keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
57
2) Keterampilan: diukur dari kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan pikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu, ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 3) Kemampuan beradaptasi : diukur dari bagaimana cara anggota untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kelompok. Adaptasi ini diperlukan oleh anggota, karena setiap lingkungan memiliki karakteristik yang berbeda. 4) Pengetahuan: diukur melalui kemampuan anggota dalam mencari informasi yang dapat mengubah sesuatu atau seseorang. Pengukuran variabel perilaku kerja menggunakan skala likert dengan skor 1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk. Pengukuran dan parameter dari hasil kerja anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 9.
58
Tabel 9. Pengukuran dan parameter hasil kerja anggota kelompok tani nanas No 1
Variabel Kinerja anggota kelompok tani nanas
Indikator 1. Hasil Kerja
Sub-indikator 1. Kualitas hasil kerja 2. Kuantitas hasil kerja 3. Efisiensi dalam melaksanakan tugas
Skor/ Ukuran Pengukuran menggunakan skor 1- 5 dengan ukuran: - Tingkat hasil kerja yang diperoleh anggota sangat baik (5) - Tingkat hasil kerja yang diperoleh anggota sudah baik (4) - Tingkat hasil kerja yang diperoleh anggota masih sedang (3) - Tingkat hasil kerja yang diperoleh anggota masih buruk (2) - Tingkat hasil kerja yang diperoleh anggota sangat buruk (1)
pengukuran dan parameter perilaku kerja anggota kelompok tani nanas dapat dilihat pada Tabel 10.
59
Tabel 10. Pengukuran dan parameter perilaku kerja anggota kelompok tani nanas No 1
Variabel Kinerja2. anggota kelompok tani nanas
Indikator 2. Perilaku Kerja
Sub-indikator 1. Tingkat kedisiplinan anggota 2. Tingkat inisiatif kerja anggota
3. Kemampuan bekerja sama
Skor/ Ukuran Pengukuran menggunakan skor 1- 5 dengan ukuran: - Tingkat perilaku kerja yang dimiliki anggota sangat baik (5) - Tingkat perilaku kerja yang dimiliki anggota sudah baik (4) - Tingkat perilaku kerja yang dimiliki anggota masih sedang (3) - Tingkat perilaku kerja yang dimiliki anggota masih buruk (2) - Tingkat perilaku kerja yang dimiliki anggota masih sangat buruk (1)
Pengukuran dan parameter sifat pribadi anggota kelompok tani nanas dapat dilihat pada Tabel 11.
60
Tabel 11. Pengukuran dan parameter sifat pribadi anggota kelompok tani nanas No 1
Variabel Kinerja anggota kelompok tani nanas
Indikator 3. Sifat Pribadi
Sub-indikator 1. Sifat kepemimpinan 2. Tingkat keterampilan anggota 3. Kemampuan beradaptasi 4. Pengetahuan anggota
Skor/ Ukuran Pengukuran menggunakan skor 1- 5 dengan ukuran : - Sifat pribadi yang dimiliki anggota sangat baik (5) - Sifat pribadi yang dimiliki anggota sudah baik (4) - Sifat pribadi yang dimiliki anggota masih sedang (3) -
Sifat pribadi yang dimiliki anggota masih buruk (2)
- Sifat pribadi yang dimiliki anggota masih sangat buruk (1)
61
2. Metode Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Nanas a. Pendapatan Usahatani Nanas Pendapatan usahatani nanas diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang diterima dari hasil usahatani nanas dengan total biaya produksi nanas yang dikeluarkan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi nanas yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat nanas tersebut dijual. Untuk menghitung pendapatan dari usahatani nanas digunakan rumus Rahim dan Hastuti (2008) yaitu: Pd = TR –TC TR = Y. Py TC = FC + VC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total biaya (total cost) Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya tidak tetap (variabel cost). b. Pendapatan Rumah Tangga Petani Nanas Pendapatan rumah tangga petani nanas diperoleh dari penjumlahan pendapatan usahatani nanas dengan pendapatan usahatani selain nanas dan pendapatan non-usahatani. Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga petani nanas digunakan rumus Rahim dan Hastuti (2008) yaitu:
Ytot = Y usahatani nanas + Y usahatani selain nanas + Y non usahatani Keterangan: Ytot
= Total pendapatan rumah tangga
Y usahatani nanas
= Pendapatan dari usahatani nanas
62
Y usahatani selain nanas
= Pendapatan dari usahatani selain nanas
Y nonusahatani
= Pendapatan dari luar usahatani.
3. Metode Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas Penelitian tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani nanas di Desa Astomulyo dilakukan dengan menggunakan ukuran secara obyektif dan subjektif. Pengukuran secara obyektif yaitu dengan cara membandingkan besarnya pengeluaran pangan dengan pengeluaran total rumah tangga. Apabila pangsa pengeluaran pangan RT<60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tahan pangan dan apabila pangsa pengeluaran pangan ≥60% ma ka rumah tangga tersebut dalam kondisi tidak tahan pangan (Ilham dan Sinaga, 2013). Adapun rumus untuk menghitung pangsa pengeluaran pangan adalah:
=
FE × 100% TE
Keterangan : PPP = Pangsa pengeluaran pangan (%) FE = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan) TE = Total pengeluaran (Rp/bulan). Ukuran subjektif menurut Pakpahan dan Pasandaran (1990) dalam Rangga (2014) yaitu ukuran ketahanan pangan yang didasarkan pada opini, pandangan, sikap atau pendapat rumah tangga petani nanas terhadap situasi pangannya, yaitu mengenai ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas (mengenai kecukupan ketersediaan dan stabilitas ketersediaan pangan), distribusi pangan rumah tangga petani nanas (mengenai aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan) dan konsumsi bahan pangan rumah tangga petani nanas (mengenai pengetahuan anggota rumah tangga petani nanas
63
tentang pangan yaitu mengenai kualitas pangan yang dikonsumsinya dan kemampuan dalam memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhan atau kecukupan rumah tangga petani nanas, sehingga aman untuk dikonsumsi). Variabel, parameter, indikator dan pengukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani nanas yang mengacu kepada Rangga (2014) dapat dilihat pada Tabel 12.
64
Tabel 12. Variabel, parameter, indikator dan pengukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas secara subjektif. Variabel
1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Pengukuran Sangat rendah Rendah Cukup tinggi Tinggi Sangat tinggi
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak stabil Kurang stabil Cukup stabil Stabil Sangat stabil
1 2 3 4 5
1. Aksesibilitas/ 1. Tidak terketerjangkauan jangkau rumah tangga 2. Sedikit terpetani nanas jangkau terhadap 3. Cukup terpangan jangkau 4. Terjangkau 5. Sangat terjangkau 2. Cara rumah 1. Tidak mudah tangga petani 2. Kurang mudah nanas mem3. Cukup mudah peroleh 4. Mudah pangan 5. Sangat mudah
1
1. pengetahuan rumah tangga petani nanas tentang pangan yang berkualitas 2. Kemampuan rumah tangga petani nanas dalam memiliki pangan yang berkualitas untuk dikonsumsi
Indikator
Sub-indikator
Ketahanan 1. Ketersediaan 1. Pangan Pangan Rumah Tangga Petani Nanas 2.
2. Distribusi Pangan
3. Konsumsi Pangan
pengetahuan tentang ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas Stabilitas ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas
Skor 1 2 3 4 5
2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat rendah Rendah Cukup tinggi Tinggi Sangat Tinggi
1 2 3 4 5
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak mampu Kurang mampu Cukup mampu Mampu Sangat mampu
1 2 3 4 5
65
4. Metode Analisis Hubungan Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas dengan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Untuk mengetahui hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga, maka dilakukan pengolahan dan analisis data dengan metode tabulasi yang akan diuji dengan uji statistik non-parametrik, yaitu menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrumen penelitian menggunakan data skala likert yang hasilnya berupa data ordinal. Pada hubungan kinerja anggota dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga ini akan diuji tingkat kinerja dengan tingkat ketahanan pangan berdasarkan pengukuran subjektif. Menurut siegel (2011) rumus Rank-Spearman yaitu: =1−
6∑ n − n
Keterangan : rs = Koefisien Korelasi spearman n = Jumlah responden anggota di = Perbedaan antara X dan Y Rumus rs ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian ini akan melihat bagaimana nilai korelasi keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dari peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu. Jika terdapat peringkat yang berangka sama atau kembar antara variabel X maupun Y, maka memerlukan faktor korelasi T (Siegel, 2011), dengan rumus yaitu: =
∑ x + ∑ y − ∑ di
=
2
n −n − 12
Tx
66
=
=
n −n − 12
t −t 12
Ty
Keterangan : X2 = Jumlah kuadrat variabel x yang diberi korelasi Y2 = Jumlah kuadrat variabel y yang diberi korelasi T = Faktor Korelasi Tx = Jumlah faktor korelasi variabel x Ty = Jumlah korelasi variabel y N = Jumlah responden anggota Untuk mencari t-hitung uji korelasi rank spearman dipergunakan rumus t-hitung berdasarkan teori (Siegel, 2011). Rumus t-hitung uji korelasi Rank Spearman adalah: =
−2 1−
Perhitungan korelasi Rank Spearman tersebut dilakukan dengan menggunakan program perhitungan Statistical Package for Social Science (SPSS), dengan kriteria pengambilan keputusan mengacu pada teori yang disampaikan oleh Sulaiman (2003), yaitu: 1. Jika t hitung ≥ t tabel atau jika sig. (2-tailed) ≤ α/2, maka terima H1, tolak H0, artinya terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji. 2. Jika t hitung < t tabel atau jika sig.(2-tailed) > α/2, maka terima H0 tolak H1, artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Menurut Mustafa (2009), validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) merupakan dua hal penting dalam kaitannya dengan pengukuran. Dalam penelitian untuk mengetahui hasil pengukuran suatu alat ukur/instrumen akan di-
67
lakukan dengan penganalisaan, dan untuk menghasilkan kesimpulan yang baik maka data yang dianalisis harus memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Data yang dapat memenuhi persyaratan valid dan reliabel dapat diperoleh dengan instrumen yang memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Pada penelitian ini alat ukur/instrumen yang digunakan berupa kuesioner, oleh karena itu kuesioner sebagai alat ukur harus memenuhi persyaratan valid dan reliabel agar dapat menghasilkan kesimpulan yang baik. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.
1. Validitas Instrumen Validitas atau kesahihan suatu alat ukur/instrumen adalah ukuran yang menyatakan seberapa tepat alat ukur/instrumen tersebut mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya (Mustafa, 2009). Secara umum jenis validitas yang digunakan dalam penelitian sosial dan ekonomi adalah validitas konstruksi. Pilihan jenis validitas ini didasarkan pada pertimbangan yaitu: a) Relatif mudah untuk dilakukan b) Tingkat keandalan hasil uji dengan validitas jenis ini sangat baik c) Variabel yang diukur biasanya berasal dari konstruksi teori Validitas konstruksi tersebut diuji dengan melakukan analisis faktor (Rianse dan Abdi, 2009), yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item alat ukur/instrumen dengan rumus pearson product moment yaitu:
r hitung
n n.
X
XY X . Y 2 2 X . n . Y 2
Y
2
68
Keterangan: rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item ∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden Kaidah keputusan pada uji-r yaitu: a)
Jika rhitung ≤ rtabel berarti tidak valid
b) Jika rhitung > rtabel berarti valid
2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi suatu alat ukur instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan, artinya reliabilitas menyangkut ketepatan (dalam pengertian konsisten) alat ukur atau instrumen (Mustafa, 2009). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode alpha, metode alpha adalah suatu metode untuk mencari reliabilitas internal (internal consistency), dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dalam satu kali pengukuran. Langkah-langkah mencari reliabilitas dengan menggunakan metode alpha adalah: a. Menghitung varians skor setiap item pertanyaan dengan rumus:
si
X
i
X
i
2
N N
Keterangan: Xi = Jumlah skor item pertanyaan N = Jumlah responden/sampel b. Menghitung varians semua item pertanyaan dengan rumus: ∑ Si = S1 + S2 + S3 + ...+ Sn Keterangan: S1 + S2 + S3 + ...+ Sn = Varians item petanyaan ke 1, 2, 3,..., n
69
c. Menghitung varians total dengan rumus:
s
t
X
t
X
t
2
N N
Keterangan: Xt = Total seluruh item pertanyaan N = Jumlah responden/sampel d. Menghitung nilai koefisien reliabilitas alpha dengan rumus: k r ii 1 k 1
S S
t
i
Keterangan: rii = Nilai reliabilitas Si = Varians skor tiap item pertanyaan St = Varians total k = Jumlah item pertanyaan Untuk mengetahui apakah item pertanyaan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur/instrumen maka nilai koefisien reliabilitas dibandingkan dengan nilai rtabel pada α = 1% atau 5% dan db tertentu (db = N-1). Kriteria keputusan: 1) Jika rii ≤ rtabel (α,db), maka alat ukur tidak reliabel 2) Jika rii > rtabel (α,db), maka alat ukur reliabel.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah terletak pada kedudukan 104°35' sampai dengan 105°50' Bujur Timur dan 4°30' sampai dengan 4°15' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah seluas 4.789,62 Km, yang terletak pada Bagian Tengah Provinsi Lampung, berbatasan dengan: a) Sebelah utara dengan Kabupaten Lampung Utara b) Sebelah selatan dengan Kabupaten Pesawaran c) Sebelah timur dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro d) Sebelah barat dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat.
2. Keadaan Iklim Secara umum Lampung Tengah beriklim Tropis Humid dengan angin laut bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan angin ratarata 5,83 Km/jam. Memiliki temperatur rata-rata berkisar antara 26°C – 28°C pada daerah dataran dengan ketinggian 30—60 meter. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33° C dan juga temperatur minimum 22° C. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Tengah
71
berada pada ketinggian 15—65 m.dpl dan mempunyai kemiringan lereng antara 0—2 persen (92,29 %). Jenis tanah didominasi oleh jenis latosol dan podsolik merah.
3. Keadaan Penduduk Penduduk Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari penduduk etnis Lampung dan pendatang. Penduduk asli yang bermukim di Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari masyarakat Kebuaian Abung Siwo Migo dan masyarakat Pubian. Penduduk pendatang, terdiri dari kelompok masyarakat Semendo, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Batak dan berbagai suku yang ada di Indonesia. Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2014 memiliki penduduk sebanyak 1.214.720 jiwa, yang terdiri dari 619.089 jiwa penduduk lakilaki dan 595.631 jiwa penduduk wanita, dengan sex ratio sebesar 103,94 dan Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 242 jiwa per km. Rata-rata per- tumbuhan penduduk sebesar 4,86 persen per tahun. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur 0—14 tahun adalah 30 persen, umur 15—64 tahun adalah 65 persen dan 65 tahun ke atas 5 persen (Tabel 13).
Tabel 13. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014 No 1. 2. 3. 4.
Uraian Jumlah penduduk laki-laki (Jiwa) Jumlah penduduk perempuan (Jiwa) Jumlah penduduk keseluruhan (Jiwa) Kepadatan penduduk (%) Rata-rata pertumbuhan penduduk (%) Sumber: BPS Lampung Tengah, 2015
Jumlah 619.089 595.631 1.214.720 242 4,86
72
4. Gambaran Umum Pertanian Kabupaten Lampung Tengah adalah satu daerah penyanggah pangan di Provinsi Lampung, pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam empat tahun terakhir terus memperkuat pembangunan sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah dimanfaatkan untuk sektor pertanian, oleh sebab itu sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar sebagai sumber pendapatan dan mata pencaharian pokok penduduk di Kabupaten Lampung Tengah. Distribusi penggunaan lahan pertanian pada Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 Penggunaan Lahan
Realisasi Dalam Satu Tahun (Ha) Ditanami Padi Tidak ditanami 3Kali 2 Kali 1 Kali Padi
Lahan Sawah Irigasi Teknis 3.741 27.055 16.054 1.072 Irigasi ½ Teknis 580 2.444 574 Irigasi Sederhana 345 2.156 409 Irigasi desa 240 2.433 345 22 Tadah Hujan 5.917 4.936 Lebak 20 1.925 6.118 Polder 83 Jumlah 4.926 41.930 28.519 1.094 Lahan Bukan Sawah a. Tegal/Kebun b. Ladang/Huma c. Perkebunan f. Kolam/Tebat/Empang h.Sementara tidak diusahakan i. Lainnya (pekarangan yg ditanami pertanian dll) Jumlah Jumlah Total
Tidak diusahakan
238 18
256
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2014
Jumlah
47.922 3.598 2.910 3.278 10.871 8.063 83 76.725 64.108 146.992 17.058 1.260 623 19.259 249.300 326.025
73
Pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa secara mayoritas lahan pertanian yang ada di Kabupaten Lampung Tengah lebih dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian bukan sawah yaitu seluas 249.300 Ha, dan hanya 76.725 Ha yang dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian lahan sawah. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa secara mayoritas lahan pertaniaan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani bukan sawah, yaitu perladangan dan huma dengan jumlah pemanfaatan lahan seluas 146.992 Ha. Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah penyangga pangan bagi wilayah Provinsi Lampung, oleh karena itu maka lahan ladang atau huma yang terdapat di kabupaten tersebut lebih banyak digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Buah nanas merupakan salah satu produk hortikultura unggulan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah, dengan jumlah produksi mencapai 721.112 ton pada tahun 2013 dan menurut Dinas Pertanian setempat jumlah ini akan terus bertambah karena jumlah pemanfaatan lahan dalam usahatani nanas di Kabupaten Lampung Tengah juga terus bertambah setiap tahun. Keberhasilan tersebut dapat diraih karena kabupaten ini sangat memperhatikan infrastruktur yang dapat mendukung laju pertumbuhan sektor pertanian, infrastruktur pertanian tersebut salah satunya adalah saluran irigasi. Sistem pengairan irigasi di Kabupaten Lampung Tengah sudah dimulai sejak tahun 1930-an melalui sistem irigasi teknis bendungan Argoguruh yang memanfaatkan aliran sungai Way Sekampung dan juga berasal dari bendungan Batu Tegi. Saluran irigasi ini mampu mengairi
74
areal sawah seluas lebih kurang 60.000 Ha meliputi areal sawah yang berada di Kecamatan Trimurjo, Punggur, Seputih Raman dan daerah sekitarnya.
B. Gambaran Umum Kecamatan Punggur 1. Keadaan Geografis Kecamatan Punggur merupakan salah satu dari 28 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini mulai dibuka pada tahun 1954, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964, maka dibentuklah pemerintahan Kecamatan Punggur dangan Ibukota Tanggulangin, secara administratif kecamatan ini membawahi sembilan desa, yaitu sebagai berikut: a) Desa Mojopahit
f) Desa Totokaton
b) Desa Ngestirahayu
g) Desa Nunggalrejo
c) Desa Astomulyo
h) Desa Badran Sari
d) Desa Tanggulangin
i) Desa Sri Sawahan
e) Desa Sidomulyo Kecamatan Punggur terletak pada 114.350 Bujur Barat sampai dengan 114.400 Bujur Timur dan 5.000 Lintang Utara sampai dengan 5.050 Lintang Selatan dengan ketinggian dari permukaan laut antara 25 sampai 50 m. Jarak antara Kecamatan Punggur dan Ibukota Kabupaten Lampung Tengah kurang lebih 14 km, dari Ibukota Provinsi Lampung kurang lebih 70 km dan kurang lebih berjarak 10 km dari Ibukota Metro. Wilayah Kecamatan Punggur berbatasan dengan: a) Sebelah utara
: Kecamatan Kotagajah
75
b) Sebelah selatan
: Kota Metro
c) Sebelah barat
: Kecamatan Gunung Sugih dan Trumurjo
d) Sebelah timur
: Kecamatan Pekalongan dan Lampung Timur.
2. Keadaan Iklim Kecamatan Punggur memiliki rata-rata curah hujan (CH) tahunan berkisar antara 1.551 mm sampai dengan 2.836 mm, dan hari hujan (HH) 79 hari sampai 139 hari. Berdasarkan catatan hujan selama lima tahun terakhir, curah hujan dan hari hujan tertinggi berada pada tahun 2010 yaitu dengan curah hujan sebesar 2.836 mm dan hari hujan selama 139 hari, curah hujan dan hari hujan terendah berada pada tahun 2012 yaitu dengan curah hujan hanya sebesar 1.551 mm dan hari hujan selama 79 HH, dengan temperatur udara antara 27oC sampai 32oC (Tabel 15).
Tabel 15. Data curah hujan dan hari hujan Kecamatan Punggur tahun 2010—2014 Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
2010 CH HH 471 19 398 12 365 16 142 8 241 14 148 10 285 13 135 8 92 11 125 6 233 10 201 12 2836 139 236,3 11,5
2011 CH HH 361 12 163 10 344 21 348 8 141 7 66 7 31 4 20 2 35 2 126 6 118 8 237 12 1990 99 164,2 8,1
Sumber: BPS Lampung Tengah, 2015
Tahun 2012 CH HH 184 13 71 9 287 10 177 6 64 5 57 2 38 3 12 2 65 1 59 5 67 6 470 17 1551 79 129 6,6
2013 2014 CH HH CH HH 312 15 209 16 279 10 330 12 219 10 327 12 266 15 283 12 140 7 230 14 165 7 111 7 226 11 74 7 100 9 35 3 40 7 45 5 177 5 80 8 165 13 105 13 574 17 200 20 2653 126 2029 129 221 10 133,3 6,9
76
3. Keadaan Penduduk Penduduk Kecamatan Punggur terdiri atas Penduduk Asli Lampung dan penduduk pendatang. Penduduk Asli Lampung sebagian besar berada di Desa Totokaton sedangkan penduduk pendatang terdiri atas masyarakat Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Batak, Padang, Semendo, dan beberapa suku lain dari Indonesia. Penduduk merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menentukan tercapainya upaya pembangunan. Penduduk adalah penggerak sekaligus pemain dalam keberlangsungan pembangunan dengan segala aktivitasnya. Pada tahun 2014 Kecamatan Punggur memiliki penduduk sebanyak 37.841 jiwa, yang terdiri dari 19.004 jiwa penduduk laki-laki dan 18.828 jiwa penduduk perempuan, dengan Kepala Keluarga (KK) sejumlah 10.364 KK yang tersebar di sembilan desa (Tabel 16).
Tabel 16. Sebaran penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Punggur tahun 2014. No
Desa
Jumlah KK (Rumah Tangga) 1 Mojopahit 891 2 Ngestirahayu 638 3 Astomulyo 1.941 4 Tanggulangin 1.492 5 Sidomulyo 1.112 6 Totokaton 1.587 7 Nunggalrejo 1.578 8 Badran Sari 490 9 Sari Bawahan 635 Jumlah 10.364 Sumber: Programa BP3K Punggur, 2015
Jumlah Penduduk Total Laki-laki Perempuan 1.605 1.646 3.251 1.368 1.402 2.770 3.389 3.188 6.577 2.800 2.719 5.518 2.194 2.267 4.461 2.827 2.696 5.523 2.795 2.848 5.643 889 885 1.784 1.137 1.177 2.314 19.004 18.828 37.841
77
Tabel 16 menunjukkan bahwa Desa Astomulyo adalah desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 6.577 penduduk, yang terdiri atas 3.389 penduduk laki-laki dan 3.188 penduduk perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.941 KK. Berdasasarkan data tersebut juga dapat diketahui jika Desa Badan Sari adalah desa yang memiliki jumlah penduduk terendah yaitu hanya sebanyak 1.784 penduduk.
4. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Punggur Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian pada masyarakat desa cenderung homogen, dan dominan berada pada sektor pertanian. Sebaran penduduk di Kecamatan Punggur berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Sebaran Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di Kecamatan Punggur tahun 2014 No 1 2 4 5
Mata Pencaharian Jumlah Petani 13.632 Pedagang 350 PNS/Swasta 877 TNI/Polri 43 Jumlah 1 4.902 Sumber: Monografi Kecamatan Punggur, 2015
Persentase 91,4 2,4 5,9 0,3 100
Tabel 17 menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Punggur adalah petani, yaitu sebanyak 13.612 jiwa penduduk bekerja pada sektor pertanian, hal ini sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di Kecamatan Punggur yang memiliki sumberdaya yang cukup baik dalam kegiatan di sektor pertanian, sedangkan sektor terkecil berada
78
di sektor TNI/ Polri, yaitu hanya 43 jiwa penduduk Kecamatan Punggur yang bekerja di sektor tersebut.
5. Keadaan Umum Pertanian Kecamatan Punggur pada saat ini mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pertanian Provinsi Lampung seiring dengan revitalisasi pertanian di subsektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi dan nanas. Hal ini disebabkan karena wilayah Kecamatan Punggur terhitung sebagai wilayah potensial untuk lahan pertanian padi. Terlihat dari luas lahan yang ada di Kecamatan Punggur sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kecamatan Punggur mempunyai potensi lahan pertanian seluas 5.353 Ha dengan total produksi mencapai 43.344 ton/tahun. Selain tanaman padi, peluang investasi subsektor pertanian lebih diarahkan pada komoditas tanaman hortikultura, yaitu nanas. Buah nanas merupakan komoditas ekspor yang juga menjadi andalan bagi Kecamatan Punggur. Selama ini budidaya nanas hanya dilakukan secara tradisional oleh penduduk dalam jumlah yang terbatas. Jika dikelola secara modern, komoditas nanas akan menjadi salah satu barang dagangan yang memiliki prospek yang cukup cerah. Untuk saat ini potensi tanaman hortikultura tersebut banyak ditemui di Desa Astomulyo, luas lahan pertanian Kecamatan Punggur berdasarkan jenis penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 18.
79
Tabel 18. Luas wilayah menurut jenis penggunaan lahan di Kecamatan Punggur tahun 2014 No
Desa
Luas Lahan (Ha) Lahan Sawah Lahan Kering Kolam 1 Mojopahit 156 142 3 2 Ngestirahayu 437 147 3,75 3 Astomulyo 682 382 4 4 Tanggulangin 364 261 2,75 5 Sidomulyo 375 184,5 0,75 6 Totokaton 542 306 10,25 7 Nunggalrejo 144 228 7 8 Badran Sari 178,5 73 5 9 Sari Bawahan 258 130 8 Jumlah 3.136,5 1.853,5 44,5 Sumber: Programa BP3K Punggur, 2015
Jumlah 301 587,75 1.068 627,75 560,25 858,25 379 256,5 396 5.353,5
Tabel 18 menjelaskan bahwa Desa Astomulyo adalah daerah yang memiliki penguasaan lahan terluas yaitu 1.068 Ha, lahan tersebut terdiri dari 682 Ha lahan sawah, 382 Ha lahan kering, dan 4 Ha kolam, sedangkan Desa Badran Sari merupakan daerah yang memiliki luas penguasaan lahan terkecil yaitu seluas 256,5 Ha yang terdiri dari 178,5 Ha lahan sawah, 73 Ha lahan kering dan 5 Ha kolam.
C. Gambaran Umum Desa Astomulyo 1. Keadaan Geografis Desa Astomulyo adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, Desa Astomulyo memiliki lahan secara keseluruhan seluas 3.050 Ha. Desa ini terletak kurang lebih 2 km dari Ibukota Kecamatan, 8 km dari Ibukota Kabupaten, dan 48 km dari Ibukota Provinsi. Secara administratif Desa Astomulyo berbatasan langsung dengan beberapa desa yang ada di Kecamatan punggur, yaitu:
80
a) Sebelah Utara dengan Desa Buyut Ilir b) Sebelah Timur dengan Desa Tanggul Angin c) Sebelah Selatan dengan Desa Ngestirahayu d) Sebelah Barat dengan Desa Mojopahit.
2. Topografi dan Iklim Desa Astomulyo merupakan daerah tropis, dengan curah hujan rata-rata 1.200 mm/tahun dan rata-rata jumlah bulan basah dan kering masing-masing enam bulan per tahun. Rata-rata temperatur di Desa Astomulyo berkisar antara 35oC sampai 37oC. Kelembaban udara rata-rata Desa Astomulyo adalah 70 persen, dengan rata-rata tinggi muka air tanah 10 m. Jenis tanah di Desa Astomulyo termasuk jenis tanah podzolik merah kuning dengan drainase sedang sampai cukup baik. Derajat keasaman tanah (pH) di Desa Astomulyo adalah 5,5 sampai dengan 7,5. Kondisi tersebut membuat Desa Astomulyo menjadi daerah yang cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian.
3. Keadaan Penduduk dan Matapencaharian Desa Astomulyo terdiri atas 10 dusun, dengan jumlah penduduk sebanyak 6.577 jiwa, yang terdiri dari 1.941 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki di Desa Astomulyo sebanyak 3.389 jiwa, sedangkan banyaknya penduduk wanita sebanyak 3.188 jiwa. Penduduk di Desa Astomulyo sebagian besar berada dalam usia produktif (58%), yaitu sekitar 14 sampai 64 tahun.
81
Penduduk di Desa Astomulyo sebagian besar (35,40%) bermata pencaharian disektor pertanian . Selain di bidang pertanian, mata pencaharian lain yang ada di Desa Astomulyo adalah sebagai wiraswasta (25,70%), PNS (1,20%), buruh (2,10%), TNI/Polri (0,10%), dan pekerjaan lainnya (35,30%) (Tabel 19).
Tabel 19. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut matapencaharian No 1 2 3 4 5 6
Pekerjaan Petani PNS Wiraswasta TNI/Polri Buruh Dll Jumlah Sumber: BP3K Punggur, 2015
Jumlah (Orang) 1.980 67 1.438 6 123 1.979 5.593
Persentase (%) 35,40 1,20 25,70 0,10 2,10 35,30 100
Tingkat pendidikan penduduk Desa Astomulyo secara umum masih tergolong rendah, rata-rata lulusan Sekolah Dasar dan masih banyak terdapat penduduk yang tidak mengenyam pendidikan. Jumlah penduduk yang hanya lulusan SD sebanyak 2.441 orang atau sebesar 37,11 persen. Sebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Astomulyo dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran penduduk Desa Astomulyo berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pekerjaan Jumlah (Orang) Tidak Sekolah 343 Belum Sekolah 686 SD 2.441 SMP 1.750 SMA 1.158 Perguruan Tinggi 199 Jumlah 6.577 Sumber: Profil Desa Astomulyo 2015
Persentase (%) 5,20 10,43 37,11 26,61 17,61 3,03 100
82
4. Keadaan Umum Pertanian Masyarakat di Desa Astomulyo sebagian besar melakukan budidaya tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Tanaman pangan yang dibudidayakan oleh petani adalah padi dan jagung, sedangkan untuk tanaman hortikultura adalah sayur-sayuran dan buah-buahan khususnya nanas. Keadaan agroklimat Desa Astomulyo sangat mendukung dalam pembudidayaan tanaman nanas. Tanaman nanas dahulu merupakan tanaman pekarangan yang luasnya ± 5 hektar dan kurang dibudidayakan. Akan tetapi setelah ada pembinaan dari dinas pertanian setempat terjadi pengembangan areal lahan nanas dan nanas memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini lahan nanas di Desa Astomulyo mencapai ± 310,50 Ha. Lahan pertanian di Desa Astomulyo yang memiliki potensi untuk dikembangkan masih tersedia cukup luas, sehingga pemerintah setempat melakukan program pengembangan areal lahan nanas sampai 500 Ha Luas areal penanaman nanas di Desa Astomulyo menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung, namun saat ini banyak petani yang sudah mengonversi lahan jagung menjadi lahan nanas. Hal ini dikarenakan, berdasarkan pengalaman petani yang sudah melakukan budidaya nanas, pendapatan yang diperoleh dari budidaya nanas jauh lebih besar dibandingkan budidaya jagung. Luas lahan di Desa Astomulyo yang telah digunakan untuk usahatani nanas adalah seluas 310 Ha, dan potensi lahan yang dapat digunakan di Desa Astomulyo dalam budidaya nanas adalah seluas 500 Ha. Desa
83
Astomulyo memiliki luas wilayah sebesar 3.050 Ha yang pemanfaatannya terbagi ke dalam tiga aspek yaitu: aspek pertanian lahan basah seluas 640 Ha atau setara dengan 20,98 persen, aspek pertanian perladangan seluas 360 Ha atau setara dengan 11,80 persen, dan sisanya 2.050 Ha digunakan untuk daerah pemukiman atau perkampungan (Tabel 21).
Tabel 21. Jenis penggunaan lahan Desa Astomulyo tahun 2014 No
Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Lahan basah (Sawah)
640
20,98
2
Lahan Kering (ladang)
360
11,80
3
Perkampungan
2.050
67,22
Jumlah
3.050
100%
Sumber: BP3K Punggur, 2015
5.
Keadaan Umum Kelompok Tani di Desa Astomulyo a. Gapoktan Pada Makmur Desa Astomulyo memiliki 32 kelompok tani, dan seluruh kelompok tani tersebut tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang bernama Gapoktan Pada Makmur. Gapoktan Pada Makmur didirikan pada tanggal 08 November 2007. Gapoktan ini berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong, dengan tujuan: a) Meningkatkan kerja sama serta berorientasi keseimbangan tujuan individu, organisasi, ekonomi, dan sosial b) Meningkatkan produksi usahatani yang digeluti oleh para anggota dengan menerapkan manajemen dan teknologi secara tepat
84
c) Meningkatkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja sama yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usaha para anggota. Jumlah anggota Gapoktan Pada Makmur adalah 1.140 orang, yang terdiri atas 1.110 orang laki-laki dan 30 orang wanita. Kelompok tani tersebut terbagi dalam dua komoditas yaitu kelompok tani padi dan kelompok tani nanas, dengan jumlah kelompok tani padi sebanyak 21 kelompok sedangkan jumlah kelompok tani nanas sebanyak 11 kelompok. Daftar kelompok dan jumlah anggota Gapoktan Pada Makmur dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Daftar kelompok tani anggota Gapoktan Pada Makmur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Kelompok Suka Makmur Karya Maju Tani Makmur Sri Rejeki Nanas Mino Sari Sinjay Sami Roso Usaha Bersama Berkah Mulyo Tani Suka Maju Karya Mukti Argo Makmur Maju Mapan Sama Maju Karya Makmur Sari Bumi Atas Angin Kerto Makmur Harapan Makmur Tani Maju Sri Makmur Mandiri Usaha Maju Makmur Bersama Sido Makmur Rukun Tani Bahagia Citra Binangun Harapan Maju Sido Makmur 2 Jumlah
Ketua Suyantno Suparman Musiran Nurdin Lukman Poniman Winarto Ponimin Suyanto Muhajir Wagiman Sukin Sumaryan Sukono Margono Sujito Zainuri Suhardi Mudadi Paryono Purnomo Siswadi Yunsori Muhdori Ahmadi Saeun Nurhadi Samino Subagio Salam Sugeng P Supardi
Komoditas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Nanas Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan Tan. Pangan
Sumber : RDKK Gapoktan Pada Makmur, 2015
Luas 23,50 34,50 33,75 11,00 36,00 4,00 39,50 17,50 39,50 49,00 22,25 48,75 38,00 37,00 36,00 36,75 17,25 25,00 25,50 51,25 64,25 23,50 19,50 23,00 69,50 18,50 29,00 27,00 13,75 33,75 65,32 44,25 1057,32
anggota 31 41 41 13 33 17 37 42 25 46 23 46 31 30 35 47 48 27 25 50 38 30 50 37 42 40 33 40 22 37 45 38 1140
85
Tabel 22 menjelaskan bahwa Kelompok Tani Kerto Makmur dan Kelompok Tani Sari Makmur adalah kelompok tani yang memiliki jumlah anggota terbanyak, yaitu sebanyak 50 orang (4,38 %). Sedangkan pada kelompok tani nanas jumlah anggota terbanyak berada pada Kelompok Tani Berkah dengan jumlah anggota sebanyak 46 orang (4,03 %). Berdasarkan luas lahan, Kelompok Tani Harapan Maju adalah kelompok tani yang luas penguasaan lahannya terluas yaitu 65,32 Ha (6,17 %). Sistem pengorganisasiaan dalam Gapoktan Pada Makmur berbentuk lini, sehingga hubungan antara unit-unit organisasi dapat terjalin secara langsung tanpa adanya bidang perantara. Struktur kepengurusan Gapoktan Pada Makmur adalah:
Ketua
Wakil Ketua
Bendahara I
Sekertaris I Sekertaris II
Seksi Sarana Produksi
Seksi/Unit Usaha
Seksi Pengolahan
Seksi Pemasaran dan Kerja sama
Hasil Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan Pada Makmur
Bendahara II
Seksi Informasi dan Teknologi
86
1. Pengurus Inti: Ketua
: Sugeng Purnawan
Wakil Ketua
: Paryono
Sekretaris I
: Tugino
Sekretaris II
: Fx. Mudadi
Bendahara
: Sujito
2. Seksi Unit Usaha: Seksi Sarana Produksi
: Nurhadi
Seksi Pengolahan Hasil
: Mat Saini
Seksi Pemasaran dan Kerja sama
: Ahmadi
Seksi Simpan Pinjam
: Zainuri
Seksi Informasi dan Teknologi
: Bagio
Gambar 2 menjelaskan bahwa melalui struktur organisasi lini, ketua kelompok sebagai penanggung jawab dapat melaksanakan pengawasan secara langsung terhadap seluruh pengurus, bidang dan seluruh anggota yang tergabung dalam Gapoktan Pada Makmur. Pengurus berpendapat bahwa struktur tarsebut cukup baik untuk diterapkan, karena baik ketua ataupun pengurus lainnya dapat berkordinasi secara langsung tanpa adanya bidang yang membatasi untuk berkordinasi. Kelompok tani di Desa Astomulyo khususnya kelompok tani nanas cukup aktif dalam melakukan pertemuan rutin sebulan sekali. Pertemuan tersebut biasanya dihadiri oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Selain pertemuan rutin, kelompok tani nanas juga melakukan diskusi pada malam Jumat setelah melakukan pengajian. Pertemuan yang dilakukan juga mem-
87
bahas masalah budidaya, hama dan penyakit, penggunaan pupuk, dan lainlain, pada pertemuan tersebut juga dimanfaatkan oleh pengurus kelompok tani untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan usahatani yang telah dijalankan oleh anggota, evaluasi ini dilakukan untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan budidaya yang dijalankan anggota, supaya seluruh kegiatan usahatani dan budidaya yang dijalankan anggota dapat sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan oleh kelompok.
b. Standar Operasional Budidaya Nanas Gapoktan Pada Makmur Gapoktan Pada Makmur telah merumuskan standar operasional (SOP) sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan budidaya nanas yang dijalankan oleh anggota, sehingga seluruh anggota harus berpedoman kepada SOP budidaya yang telah dirumuskan oleh Gapoktan. Melalui SOP tersebut Gapoktan Pada Makmur berharap agar anggota dapat mengikuti standar kerja dan juga standar budidaya dalam kegiatan usahatani nanas, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kuantitas dan kualitas produksi nanas yang dihasilkan oleh anggota. Standar operasional dan standar kerja yang dirumuskan oleh Gapoktan Pada Makmur tersebut digunakan sebagai landasan pengukuran kinerja dalam penelitian ini. Secara rinci standar operasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.
88
Tabel 23. Standar operasional budidaya banas Gapoktan Pada Makmur No
Kategori jenis dan kegiatan
Standar Operasional
1
Bibit
- Jenis bibit Queen - Jumlah bibit 40.000 per Ha
2
Pengolahan Tanah
- Tanah diolah dengan penggemburan - pembajakan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin bajak
3
Penanaman
- Jarak tanam 150cm X 150cm - Lubang tanam berukuran 30x30x30 cm - Penanaman menggunakan metode baris tunggal
Penyulaman
Penyulaman selalu dilakukan untuk mengganti bibit yang rusak dan mati
5
Pemupukan
-
Kandang Kompos Urea NPK Phonska
: 2000Kg/ ha : 2000Kg/ha : 1.400 Kg / ha : 1.800 Kg / ha : 500 Kg/ ha
6
Pengendalian OPT
-
Curaacron Demolish 18 EC Basudin 60 Ec Mitac 200 EC
: 20 Botol / Ha : 20 Botol / Ha : 15 Botol /Ha : 20 Botol / Ha
7
Pengairan dan penyiraman
8
Panen
4
Tidak membutuhkan pengairan dan penyiraman - Panen dipetik dengan bantuan arit - Hasil panen sejumlah 40.000 buah/ Ha - Buah yang dihasilkan berbobot 1,5-2,0 Kg / buah - Buah yang dihasilkan berukuran panjang dan lebar sebesar 25cm x 10cm
Sumber: AD/ART Gapktan Pada Makmur, 2010
Gapoktan Pada Makmur menetapkan standar operasional budidaya yang mengatur kegiatan budidaya usahatani nanas mulai dari persiapan pembibitan sampai dengan standar hasil panen. Jumlah bibit yang digunakan dalam satu
89
hektar lahan ditetapkan sebanyak 40.000 bibit, yang ditanam dengan teknik penanaman baris tunggal, bibit yang digunakan dalam budidaya tersebut adalah bibit varietas Queen. Perlakuan budidaya yang diterapkan adalah: pembibitan, penyulaman, pemupukan, pembungaan, pengendalian OPT, dan pemanenan. Satu hektar lahan akan menghasilkan 40.000 buah nanas dengan bobot seberat 1,5-2,0 Kg, serta memiliki ukuran panjang dan lebar sebesar 25x10cm. Pupuk yang digunakan dalam budidaya adalah pupuk organik dan pupuk kimiawi, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang dan kompos, sedangkan pupuk kimiawi yang digunakan adalah Urea, NPK dan Phonska. Selain pemupukan dalam budidaya nanas juga menggunakan obatobatan dan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Pestisida dan obat-obatan yang ditetapkan oleh kelompok adalah Curacron, Demolish 18 EC, Basudin 60 EC,dan Mitac 200 EC, seluruh komposisi dan ukuran dari sarana produksi tersebut telah ditetapkan ukurannya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 23.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berada pada tingkat klasifikasi tinggi dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 115,209, sedangkan pada pengukuran subindikator yang mempengaruhi kinerja diperoleh hasil bahwa hasil kerja anggota berada pada klasifikasi sedang dengan nilai rata-rata sebesar 41,592, perilaku kerja berada pada tingkat klasifikasi sedang dengan nilai rata-rata sebesar 34,807, dan sifat pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan berada pada klasifikasi tinggi dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 34,807.
2. Keragaan pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pendapatan dari kegiatan usahatani nanas rata-rata sebesar Rp64.565.424,00 per tahun, pendapatan dari usahatani selain nanas rata-rata sebesar Rp1.301.883,00 per tahun, dan pendapatan non usahatani rata-rata sebesar Rp729.870,00
155
per tahun, sehingga pendapatan total rumah tangga anggota kelompok tani nanas rata-rata Rp66.597.177,00 per tahun.
3. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo secara objektif menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga berada pada kategori rumah tangga yang memiliki tingkat ketahanan pangan tinggi, yaitu sebanyak 64 rumah tangga (83,12%), dan hanya terdapat 13 rumah tangga (16,88%) yang berada pada tingkat ketahanan pangan rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil pengukuran ketahanan pangan secara subjektif yang juga menghasilkan nilai ratarata sebesar 71,825, yang juga mengartikan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo berada pada klasifikasi tinggi
4. Tingkat kinerja yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo berhubungan positif terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangganya, dengan koefisien korelasi sebesar 0,725 dan tingkat kepercayaan sebesar 99 persen. Artinya semakin besar kinerja yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat ketahanan pangan rumah tangganya.
B. Saran Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, saran yang dapat diberikan adalah:
156
1. Pendapatan usahatani utama masih dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk pupuk dan obatobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi pupuk dan obat-obatan telah melebihi standar operasional budidaya yang ditetapkan oleh kelompok tani. Diharapkan anggota dapat memperhatikan standar operasional penggunaan pupuk dan obat-obatan dalam berbudidaya, guna meminimalisir biaya dan meningkatkan pendapatan dalam berusahatani.
2. Kelompok tani dan gabungan kelompok tani perlu menyusun instrumen sanksi yang dapat diberikan kepada anggota apabila anggota melanggar dan tidak mematuhi aturan dan program standar operasional yang telah ditetapkan oleh kelompok. Hasil penelitian kinerja menunjukkan ratarata anggota kelompok bersedia untuk menerima sanksi jika mereka melanggar aturan yang ditetapkan, akan tetapi kelompok tani belum memiliki aturan penetapan sanksi bagi anggota yang melanggar dan tidak mengikuti aturan dan program yang ditetapkan kelompok.
3. Rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo diharapkan lebih memperhatikan stabilitas ketersediaan pangan dengan cara menyediakan cadangan pangan yang dapat dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan rata-rata rumah tangga hanya menyediakan cadangan kebutuhan pangan untuk waktu satu minggu, baik bagi kebutuhan pangan pokok ataupun pangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Afiat. 2015. Dampak Kinerja Gabungan Kelompok Tani Terhadap Trend Hasil Produksi Komoditas Perkebunan Dan Tingkat Kesejahteraan Pekebun di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Skripsi. Jawa Tengah. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Ainsworth, M.S. dan Millership, A. 2002. Managing Performance People. Terjemahan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga. 2010. AD/ART Gapoktan Pada Makmur. Lampung Tengah. Anggraini, M. 2014. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal JIIA, Volume 2 No. 2, April 2014. Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Azwar. 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Tengah. 2012. Pemetaan Ketahanan dan Kerentanan Pangan Lampung Tengah tahun 2012. Lampung Tengah. Badan Litbang Departemen Pertanian RI. 2005. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005-2009. Jakarta: Badan Litbang, Departemen Pertanian RI. Badan Pusat Statistik Lampung Tengah. 2015. Lampung Tengah Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat Statistik Lampung Tengah. Lampung Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Lampung Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. Indonesia Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Indonesia. Berbagai tahun penerbitan. Indonesia. . 2015. Indonesia Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat Statistik Indonesia. Berbagai tahun penerbitan. Indonesia.
158
Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Punggur . 2015. Monografi Kecamatan Punggur. Kecamatan Punggur. Lampung Tengah . 2014. Profil Nanas Desa Astomulyo. Lampung Tengah. 2014. Programa Pertanian Kecamatan Punggur. Kecamatan Punggur. Lampung Tengah. . 2014. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Lampung Tengah. Casio, W.F. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta. Erlangga. Daniel. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Bumi Aksara. Departemen Pendidikan dan kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka. Dharma, S. 2005. Manajemen Kinerja. Jakarta. Penerbit: Pustaka Pelajar Firdausi, A. Koestiono, D. dan Wahib. 2014. Analisis Tingkat Kinerja Kelompok Tani Serta Hubungannya Dengan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Jurnal Agrise, Vol 14 No.2, 2014. Frankenberger, M. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicators, Measurements, A Technical Review. Rome: International Fund for Agricultural Development – United Nations Children Fund. Gibson, T. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta. Jilid I Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Gomes, F.C. 2003. Manjemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Andi Ofset. Hasibuan, S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan kesembilan, Jakarta : PT Bumi Aksara. Hayadi, F.K. 2006. Analisis Kinerja Dalam Pelayanan Antenatal di Bengkulu Selatan. Yogyakarta : UGM Press. Hernanda, T. 2013 . Pendapatan Usaha Tani Jagung dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Jurnal JIIA, Vol 1 No. 4, Oktober 2013.
159
Ilham, N. dan Sinaga, B.M. 2013. Penggunaan Pangsa Pengeluaran Pangan Sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Jurnal SOCA 7 (3) : 213-328. Jain, A. 2006. Design Parameters for a Rice Husk Throatless Gasifier. Agricultural Engineering International. India. Science direct. Johnson, D.W. and Roger T. Johnson. 2005. Cooperation in the Classroom. Edina, Minnesota. A Publication Interaction Book Company. Kane. 1993. Efektivitas Kinerja Anggota. Jakarta. Gramedia. Karyadi, D.M. dan Santoso. 1996. Kecukupan Gizi yag Dianjurkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kementerian Pertanian. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 tentang kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2015. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2011 2014. Jakarta: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura. Kennedy. 2002. Konservasi Gizi (Pediatric Operative Dentistry). Jakarta: EGC. Kurniawan, F. 2008. Sari Buah Nanas Kaya Manfaat, Alternatif Meningkatkan Nilai Ekonomis Hasil Panen . Yogyakarta. UGM Press. Kurtaningsih, A. 2014. Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai di Jawa Timur. Skripsi. Tegal. Universitas Pancasakti. Kustika, I.D. 2011. Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Produktivitas Karyawan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 13, hlm 51-60. Makmuri, M. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Maulana, A. 1998. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Nanas di Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Ilmu-lmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maxwell, S.F. Jonsson. and toole. 2000. Household Food Security: Concepts, Indicators, Measurements, A Technical Review. Rome: International Fund for Agricultural Development-United Nations Children Fund. Mc Cloy. Performance Appraisal. 1994. New Jersey.
160
Mondy, N. and Premeaux. 1999. Human Resources Managemen. Seventh Edition Prentice Hall Mc. Inc, USA. Muchlas, M. 2006. Perilaku Organisasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Murlis. 2006. Manajemen Reward. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Mustafa, H. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara. Nurjannah, R. (2015). Tingkat Kinerja Anggota Kelompok Wanita Tani Dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Skripsi. Universitas Riau. Riau Pakpahan, A.P. 1993. Penelitian Tentang Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Petanian. Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Nomor 68 Tahun 2002. Tentang Ketahanan Pangan. Pontoh, O. 2011. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadappola Konsumsi Nelayan Di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara. Jurnal Pacific. Vol.1 No. 6 Hal 1.038-1.040, Januari 2011. Prihadi, S. 2004. Kinerja, Aspek Pengukuran. Jakarta. Gramedia. Priyatno, D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta. C.V Andi Offset Purwaningsih, Y. 2010. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Tingkat Ketahanan Pangan di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan Surakarta. Vol. 9 No.1 Hal 1-27, Oktober 2013. Rahim, A.B.D. dan Hastuti, D.R.D. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta. Penebar Swadaya. Rangga, K.K, Sayekti. W.D. 2004. Keragaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Liman Benawi 312 Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah). UNILA: Penelitian DIK Rutin. Universitas Lampung. Lampung. Rangga, K.K. 2014. Keefektifan Kelompok Afinitas Usaha Mikro Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Mandiri Pangan Provinsi Lampung. Disertasi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
161
Rianse, U. dan Abdi. 2009. Metodelogi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta. Sahyuti. 2007. Analisis Kelembagaan dalam Kelembagaan Pengkajian dan Strategi Pengembangan Kelembagaan Pedesaan. Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah Bogor. Jawa Barat. Samsudin. 1993. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bandung. Bina Cipta. Siegel, S. 2011. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial, Terjemahan. Jakarta. PT.Gramedia. Smith, P.S. 2002. Starch Derivatives and Their Uses in Foods. dalam: D.R. Lineback dan G.E. Inglett (eds). Food Carbohydrate. AVI Publishing Co.Inc., Westport, Connecticut. p. 5-23. Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada. Steers, M.R. 2005. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Jakarta. Erlangga. Stewart, T.A. 1997. Intellectual Capital : The New Wealth of Organizations, Doubleday. Sugesti, M.T. 2015. Analisis Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal JIIA, Volume 3 No. 3, Juni 2015. Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Suhardiyono, I. 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Pertanian Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Erlangga. Suharjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta. Bumi Aksara. Sukanto, R. dan Handoko, T.H. 1986. Organisasi Perusahaan-Perusahaan: Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE. Sulaiman, W. 2003. Statistik Non-Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.
162
Sundari, M. T. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel (Daucus Carrota) di Kabupaten Karanganyar. (Tesis). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Suprianto, T. 2014. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani Desa Mandiri Pangan. Skripsi. Surakarta. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Suranto. 2005. Komunikasi Perkantoran; Prinsip Komunikasi untuk Meningkatkan Kinerja Perkantoran, Cetakan I. Yogyakarta. Media Wacana. Thaha, A.R. 2000. Analisis Faktor Risiko Coastal Goiter. Jurnal GAKY Indonesia vol. 1. No 1. hal: 9-15. http://www.mediamedika.net/archives/405 Diakses pada tanggal 20 Mei 2016. Umar, H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Undang - Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2012. Tentang pangan. Jakarta. Wahyuni, S. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usahatani Padi dan Metode Pemberdayaannya. Litbang Pertanian. Bogor. Wardani, A.K. 2012. Analisis Usahatani Nanas Pada Kelompok Tani Nanas Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta. Cetakan kedua. Kencana Prenada Media Group. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta. Salemba Empat. Yuliana, P. 2013. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal JIIA, Volume 1 No. 2, April 2013.