e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx)
PEMBUATAN PATUNG PADAS PUTIH DI BANJAR LIMO DESA KUTAMPI KALER, NUSA PENIDA I Dw. Gde Aristawan Gotama¹, I Ketut Sudita 1, I Gst Ngh Sura Ardana 2 112
Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: e-mail:
[email protected],
[email protected], suraardana@gmail,com2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses penggalian dan pengolahan padas putih, (2) alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan patung padas putih, (3) proses pembuatan patung padas putih, dan (4) jenis-jenis patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler Nusa Penida. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Cara pencarian data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara dengan subjek penelitian yang diteliti. Subjek penelitian ini adalah Pande I Made Ananta Wikrama selaku pematung batu padas putih dan Made Bakte, selaku pencari batu padas putih, di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain dan taksonomi. Penelitian ini ditunjang oleh kajian pustaka pengertian seni, seni patung, unsur visual, unsur ekstetik, pengertian ornamen dan ragam hias, padas, banjar Limo, desa Kutampi Kaler, Nusa Penida Hasil temuan penelitian ini adalah (1) proses pengolahan padas putih untuk pembuatan patung yaitu penggalian, pembelahan, pembuatan pola, pemotongan batu padas, dan pengangkutan, (2)alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan patung padas putih yaitu seperti pada umumnya, (3)proses pembuatan patung padas putih yaitu pemilihan bahan baku, penumpukan dan pengeleman, proses pembentukan global, proses penghalusan, dan proses finishing. (4) hasil karya patung batu padas yaitu patung hewan, patung raksasa dan kala, patung Dewa-Dewi, patung pewayangan, dan patung manusia. Dapat disarankan kepada para pematung diharapkan agar secara rutin mengembangkan ideide kreatifnya dalam segi bentuk patung. Kata Kunci: patung, batu padas putih, alat & bahan, proses, jenis, Abstract This research is aimed to describe (1) the process of mining and processing white padas rock, (2) the tools that is required in the process of making white padas rock statue, (3) the process of making white padas statue, and (4) kinds of white padas statue in Banjar Limo, Kutampi Kaler Village of Nusa Penida. This research is a descriptive qualitative research which discuss about the process of making statue. All data is acquired through observation, interview, and documentation. How to search data in this research by conducting interviews with the study subjects studied. The subject of this Pande I Made Ananta Wikrama as a white padas carver and Made Bakte as white pada miner in Banjar Limo, Kutampi Kaler Vilage, Nusa Penida. Data analysis techniques used in this research is the domain and taxonomic analysis. This research is supported by Kajian Pustaka Pengertian Seni, Seni Patung, Unsur Visual, Unsur Estetik, Pengertian Ornamen dan Ragam Hias, Padas, Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) The finding of this research are (1) the processes in making statue using white padas are mining, cutting, pattern making, and transporting; (2) tools that are required in white padas carving a in general, (3) the process in making white padas statue are selecting the material, stacking and glueing, global sketching, refining, and finishing, (4) the final product of white padas statue is in the form of animals, giants and demons, gods and demigods, characters of folktale, and humans.Can be suggested to the sculptor expected to routinely develop creative ideas in terms of the form of sculpture. Keywords:statue, white padas rock, materials & tools, process, kind
PENDAHULUAN Bali merupakan daerah yang sangat terkenal budaya dan hasil keseniannya yang unik dan menarik. Seni memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya di Bali. Menurut (A.A.M. Djelantik, 1999:16) seni adalah hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia yang dapat memberikan rasa kesenangan dan kepuasan dengan penikmatan rasa indah. Menurut Collegiate (dalam Sudjoko, 2001:55) Seni adalah kecakapan berkat pengalaman, belajar atau pengamatan dan seni mendapat teman. Everyman Encyclopedia (dalam, Mikke Susanto, 2011:354) mengatakan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun karena dorongan kebutuhan spiritual. Provinsi Bali terdiri dari 8 kabupaten dan 1 kota madya. Setiap kabupaten memiliki hasil-hasil kerajinan yang juga memiliki ciri khas daerah masing-masing. Seperti, kesenian jegog di kabupaten Jembrana. Di kabupaten Buleleng terdapat kerajinan lukis kaca yang di produksi di desa Naga Sepaha. Di kabupaten Bangli terdapat kerajinan ukir telur di desa Sidembunut. Di Kabupaten Badung terdapat kerajinan pembuatan sanggah di Sempidi. Di kabupaten Gianyar terdapat kerajinan hiasan perak diproduksi di desa Celuk. Di kabupaten Tabanan terdapat kerajinan lukis wayang di desa Kerambitan. Di kodya Denpasar terdapat kerajinan kain endek di Dikranasda (Dinas Kerajinan Nasional Daerah) Gatsu. Di kabupaten Karangasem terdapat kerajinan kain tenun Pegringsingan di desa Tenganan. Beberapa desa di kabupaten Klungkung sesungguhnya menyimpan potensi yang
sangat memungkinkan untuk dikembangkan agar menjadi kuat dan besar, seperti kerajinan yang ada di kecamatan Nusa Penida, contohnya kerajinan tenun kain rangrang di desa Pejukutan, kerajinan batu padas di banjar Limo, dan lain-lain. Nusa Penida merupakan sebuah pulau yang tandus dan kaya dengan batuan kapurnya. Bangunan yang ada di kawasan Nusa Penida sebagian besar di dominasi oleh bangunan yang bahan bakunya mempergunakan batuan kapur, khususnya bangunan pura (tempat persembahyangan). Pembangunan disini terkendala material bahan bangunan berupa pasir yang sulit didapat, karena daerah ini tidak memiliki tambang pasir yang menjadi bahan dasar untuk mendirikan bangunan. Mengatasii permasalahan tersebut, warga memilih alternatif lain dengan menggunakan batu kapur. Penambangan batu kapur bisa ditemukan di beberapa kawasan, terutama daerah perbukitan mengingat kondisi geografis daerahnya yang berupa batu kapur. Bahkan beberapa jenis batu tambang seperti padas putih digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bangunan arsitektur pura. Seperti pelinggih (tempat suci), bangunan candi, dan kerajinan lainnya. Batu padas putih juga dipakai membuat seni ornamen, hiasan ukiran, relief dan juga seni patung. Batu padas putih merupakan salah satu jenis dari batu kapur. Batu kapur atau batu gamping (limestone) merupakan batuan padat dengan komposisi berupa kalsium karbonat. Warnanya putih, abuabu, kuning tua, abu kebiruan, jingga, dan hitam. Bentuknya berupa pegunungan kapur yang berupa kalsit (kristal kapur) dan kapur yang sudah lapuk (Sanusi, 1984:121).
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Batu padas digunakan sebagai pembuatan relief, patung dan seni ornamen lainnya karena selain mudah didapat, batu padas mudah dibentuk. Bahan ini dapat diproses dengan teknik pahat, dan membuat hiasan-hiasan yang bisa di buat cukup beraneka ragam. Menurut Susanto (2011:284) Ornamen adalah hiasan yang dibuat dengan digambar, dipahat maupun dicetak untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni. Begitu juga batu padas yang dibuat patung. Menurut Tochharman (dalam Najibah, 2013:14) seni patung adalah karya seni rupa yang diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang tiga dimensi. Patung yang umumnya dibuat adalah patung yang banyak dijumpai pada area pura. Ukuran patung tersebut biasanya beranekaragam, tergantung penempatannya. Patung yang berbahan dasar dari batu secara umum berbahan dasar batu padas abu-abu, hitam dan padas putih. Patung yang berbahan dasar batu padas putih khas Nusa Penida belum dikenal oleh khalayak. Masyarakat Bali umumnya hanya mengenal patung yang berbahan dasar padas abuabu, padas hitam, dan padas putih dari Jawa (uleman) untuk itu peneliti ingin memperkenalkan patung yang berbahan dasar batu padas putih khas Nusa Penida kepada khalayak, sehingga mampu menambah khasanah pembendaharaan karya seni patung di Bali yang berbahan dasar padas putih khas Nusa Penida Berdasarkan ulasan di atas, penulis tertarik meneliti keberadaan kerajinan padas putih banjar Limo, Nusa Penida kabupaten Klungkung, karena ada berbagai jenis patung dan ornamen yang bisa di buat dengan menggunakan bahan baku padas putih khas Nusa Penida, juga proses penciptaannya yang masih mempertahankan teknik tradisonal. Selain itu pemanfaatan bahan baku batu padas yang masih melimpah di Nusa Penida membuat hampir semua warga Nusa Penida memanfaatkan kerajinan batu padas sebagai bahan baku utama untuk membuat hiasan ornamen bangunan dan arsitektur pura maupum merajan/sanggah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimanakah proses pengolahan padas putih untuk pembuatan patung di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida?, apa sajakah alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida?, bagaimanakah proses pembuatan patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida? dan apa saja jenis patung yang dibuat dengan padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida? Sesuai dengan permasalahan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Ingin tahu lebih dalam proses penggalian dan pengolahan padas putih untuk pembuatan patung di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida, mengetahui alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida, dapat mengetahui proses pembuatan patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida, dan dapat mengetahui jenis-jenis patung padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida. METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni berupa ungkapan, katakata, dan kalimat. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah pengerajin patung padas putih yang sudah membuat patung ini selama delapan belas tahun dan telah memiliki kegiatan antar generasi. Sasaran penelitian ini adalah pengerajin patung batu padas putih di Banjar Limo Desa Kutampi Kaler Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Bali, yang diharapakan sebagai informan atau narasumber untuk memperoleh data dalam penelitian ini, serta yang menjadi objek penelitian adalah proses pengolahan padas putih, alat dan bahan pembuatan patung padas putih, proses pembuatan serta jenis patung yang dibuat dengan padas putih di Banjar Limo Desa Kutampi Kaler Kecamatan Nusa Penida Kabupaten
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Klungkung Bali. Dalam pengumpulan data, digunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data dan instrumen yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain dan analisis taksonomi. Tahapan terakhir setelah semua data terkumpul yaitu melakukan penyusunan hasil penelitian melalui para pengerajin patung batu padas putih di banjar Limo, desa Kutampi Kaler, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Penulisan penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan setelah melalui beberapa tahapan yakni observasi, wawancara, teknik dokumentasi, analisis data dan diakhiri dengan penyusunan hasil penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif, sehingga diperoleh gambaran umum tentang bagaimana proses pengolahan padas putih, alat dan bahan pembuatan patung padas putih, proses pembuatan serta jenis patung yang dibuat dengan padas putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam proses pengolahan padas putih ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu. Proses pertama adalah penggalian hingga menemukan batu padas. Proses penggalian ini bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, tergantung keberadaan batu padas tersebut. Alat yang digunakan untuk menggali adalah Mayong.
Gambar 1 Proses Penggalian Jika batu padas sudah ditemukan proses berikutnya adalah pembelahan (pemompongan) hingga batu padas terlepas dari tempatnya. Proses pemompongan dilakukan dengan cara melubangi batu padas menggunakan linggis dan kapak dengan kedalaman ±30 cm dan lebar lubang ±19 cm. Hal ini
dilakukan berulang-ulang hingga membentuk pola. Kemudian masukkan dua buah reng ke dalam lubang yang telah dibuat. Setelah itu masukkan paji diantara dua buah reng tersebut, semakin dalam lalu dipukul menggunakan palu berulang dengan lubang lainnya hingga batu terlepas dari tempatnya. Paji yang berada di antara dua buah reng tersebut berfungsi untuk meretakkan atau membuat celah di dalam dinding sehingga jika dilakukan secara berulang dengan lubang lainnya, maka bongkahan batu padas akan lebih cepat terbelah dari tempatnya.
Gambar 2 Proses Pembelahan Batu padas yang sudah terlepas dari tempatnya kemudian dibuat pola dasar berbentuk persegi menggunakan gergaji atau kapak. Tergantung pada besar batu yang didapat.
Gambar 3 Proses Pembuatan Pola Proses terakhir adalah membagi atau memotong batu padas yang sudah berbentuk pola kubus atau persegi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (persegi panjang) dengan ukuran rata-rata tinggi 17 cm, panjang 27 cm, lebar 6 cm.
Gambar 4 Proses Pemotongan Batu Padas Batu padas yang sudah jadi akan ditumpuk bersusun di suatu tempat yang kemudian akan dibawa oleh buruh menuju
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) tempat penampungan dan pembelian batu padas putih.
Gambar 5 Proses Pengangkutan Proses pengolahan padas putih memerlukan alat yang berbeda dengan alat yang digunakan untuk proses pembuatan patung yaitu. Linggis adalah alat yang digunakan untuk menambang batu. Dengan alat sederhana ini para penambang batu bisa menghasilkan bongkahan-bongkahan batu baik yang berukuran kecil maupun besar.
Gambar 6 Linggis Paji dan reng berfungsi untuk membelah atau memisahkan batu padas dari tebingnya. Dengan cara dua anak reng dimasukkan ke dalam lubang kecil yang sudah dibuat terlebih dahulu, kemudian dimasukkan di antara ke dua reng tersebut, selanjutnya paji dipukul hingga ke dalaman tertentu. Proses ini dilakukan berulang ulang hingga bongkahan batu padas terlepas dari dindingnya.
Gambar 7 Pacal/Paji Gambar 8 Reng Gergaji adalah perkakas berupa besi tipis bergigi tajam yang digunakan untuk memotong atau membelah batu padas.
Gambar 9 Gergaji Besar/Pemotongan Kapak (atau kadang disebut dengan kampak) adalah sebuah alat yang biasanya terbuat dari logam, bermata yang diikat pada sebuah tangkai, biasanya dari kayu. Kapak digunakan untuk membelah batu padas.
Gambar 10 Kapak Manyong (juga disebut belencong) adalah alat untuk menggali tanah atau membelah batu, diayunkan seperti cangkul, memiliki dua mata, yang satu tajam seperti mata cangkul dan yang satunya lagi runcing seperti pasak.
Gambar 11 Manyong Adapun alat-alat yang dipakai dalam pembuatan patung padas putih di banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah sebagai berikut. Pahat berfungsi untuk membentuk keseluruhan patung.
Gambar 12 Pahat ukir Gergaji berfungsi untuk memotong batu padas dan membuat pola dasar patung dari batu padas.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Ember berfungsi penampungan air
untuk
tempat
Gambar 13 Gergaji Kapak berfungsi sebagai alat dalam pembentukan global dari sebuah patung yang akan diwujudkan.
Gambar 14 Kapak Penggaris berfungsi untuk mengukur keseimbangan patung.
Gambar 15 Penggaris Pensil berfungsi untuk membuat desain atau sketsa pada patung pada batu padas dengan cara menggoreskan pensil pada batu padas sesuai dengan desain patung yang diinginkan.
Gambar 16 Pensil Martil Ukir (Pengotok) adalah alat pemukul yang berfungsi untuk menjalankan pahat untuk membentuk sebuah patung.
Gambar 17 Martil Ukir (Pengotok)
Gambar 18 Ember Meteran berfungsi untuk mengukur volume batu padas yang akan dijadikan bahan pembuatan patung.
Gambar 19 Meteran Penguku disebut pahat penguku karena bentuk bagian ujungnya atau bagian tajamnya seperti bentuk kuku manusia ialah melengkung 1 cm. Fungsi pahat ini untuk memahat garis-garis atau bentuk-bentuk lengkung dan bentuk bulatan.
Gambar 20 Penguku Penepak adalah pahat ini berfungsi untuk membuat garis lurus.
Gambar 21 Penepak
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Penyisir adalah pahat penyisir bagian ujungnya (bagian tajamnya) berbentuk segi tiga. Fungsinya adalah untuk mencawi atau membuat serat-serat. (proses finishing)
Gambar 22 Penyisir Paet bancih berbentuk setengah penguku dan setengah penepak. Fungsinya untuk membuat lengkungan dan bulatan yang lebih lebar.
Gambar 23 Paet Bancih Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan patung di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah batu padas putih, adalah batu atau lapisan tanah yang keras (batu yang terjadi dari pasir atau tanah) cadas (KBBI, 2001:809). Batu padas yang digunakan untuk membuat patung di banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah batu padas yang berwarna putih. Padas putih (ukuran panjang 27 cm, tinggi 17 cm dan lebar 6 cm)
Gambar 24 Padas Putih
Semen putih merupakan bahan yang digunakan untuk perekat bilah padas putih untuk bahan patung.
Gambar 25 Semen Putih Air sebagai pelarut adonan semen.
Gambar 26 Air Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan patung batu padas ini sebagai berikut. Sebelum proses pembuatan dilaksanakan pemilihan bahan merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan bahan yang tepat akan sangat menentukkan kualitas patung batu padas, baik kualitas dalam artian kekuatan material maupun nilai artistik yang terkandung dalam material tersebut. Dalam patung batu padas ini menggunakan batu padas putih dengan alasan kualitas serat dan kepadatannya sangat bagus dan mudah di pahat.
Gambar 27 Pemilihan Bahan Baku Batu Padas Putih Penumpukkan dan Pengeleman Batu Padas. Pada tahap ini dilakukan untuk memperkuat tumpukan batu padas yang akan dibuat patung. Karena ukuran batu padas Nusa Penida hanya berukuran kecil, yakni panjang 27 cm, tinggi 17 cm, dan lebar 6 cm. maka patung dari padas putih
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Nusa harus disusun terlebih dahulu dan dilem dengan semen putih, menurut ukuran patung yang akan dibuat. Kemudian dibiarkan hingga kering, sebelum dilanjutkan ke pembuatan pola global atau pola dasar. Pengeringan biasanya terjadi selama 12 jam.
Gambar 28 Penumpukkan dan Pengeleman Batu Padas Proses pembentukan global yaitu membuat bentuk dasar (bakal) patung sesuai dengan ukuran patung. Langkah – langkah ini dimulai dari menentukkan bagian mana sebagai calon kepala, badan dan kaki beserta tempat pijakannya (dasarnya). Langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran sesuai dengan porsi ukuran, badan, kaki dan dasar (tatakan) nya. Selanjutnya pemotonganpemotongan dengan gergaji dan dengan kapak bagian-bagian yang harus dibuang untuk memperlihatkan bentuk dasar bagianbagian patung itu. Proses ini terus dilakukan sampai akhirnya didapat bentuk yang diinginkan sehingga terbentuklah bakal calon patung yang utuh sesuai harapan.
Gambar 29 Proses Pembentukan Global Penghalusan langkah ini dimaksudkan untuk memunculkan bentuk dari bagianbagian patung secara detail dan utuh sesuai dengan anatomi nyata (real) dari tokoh atau binatang yang diwujudkan dalam patung itu. Pahat yang digunakan disesuaikan dengan permukaan dan ukuran bagian patung itu seteliti dan sedetail mungkin. Pengerjaan ini terus dilakukan sampai memunculkan anatomi yang nyata (real) dari setiap bagian patung itu sampai kelihatan benar-benar sesuai dengan wujud yang diinginkan.
Gambar 30 Penghalusan Finishing. Pada langkah ini adalah proses pengerjaan dilakukan pada bagianbagian seperti rambut/bulunya dan perhiasannya untuk memunculkan garis atau cawian. Juga dilakukan untuk menghaluskan bagian tubuh yang belum halus dengan menggunakan amplas. Dengan cara menggosokkan berulangulang sehingga halus.
Gambar 31 Finishing Adapun hasil karya patung batu padas yang dihasilkan di banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah berikut ini. Patung Hewan. Patung berbentuk hewan ini menghadirkan sosok buas, makhluk yang bentuk serta rupanya
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) menakutkan ini diceritakan sebagai pemimpin yang menjaga istana Paradewa.
Gambar 32 Patung Naga Patung ini menggambarkan sepasang naga yang berkarakter buas dengan mata melotot dan mulut menganga memperlihatkan gigi-gigi yang tajam juga berwibawa dengan berbagai hiasan dan mahkota di kepalanya. Merupakan penjelmaan dari Dewa Basuki. Tempat utama di Surya Padma mengikat kura-kura (Bedawang Nala) atau di depan tangga Pura berfungsi sebagai hiasan penjaga.
Gambar 33 Patung Singa Ambara Raja Patung ini menggambarkan sosok singa bersayap berkarakter buas dan liar dengan mata melotot dan mulut menganganya, memperlihatkan gigi-gigi yang tajam. Melambangkan raja hutan. Biasanya di tempatkan di sudut-sudut bangunan Pura. Berfungsi sebagai penjaga pura.
Gambar 34 Patung Garuda
Patung ini menggambarkan sosok Garuda yang memiliki tangan, kaki dan sayap. Berkarakter buas dan berwibawa dengan mata melotot dan mulut mengaga memperlihatkan gigi-gigi tajam. Mahkota di kepala dan hiasan-hiasan yang melekat di tubuhnya melambangkan kewibawaannya sebagai raja burung dan juga kendaraan Dewa Wisnu. Penempatan patung Garuda berada di belakang Surya (Padmasana). Fungsinya simbolis dari Trimurti.
Gambar 35 Patung Barong Patung ini menggambarkan sosok Banaspati Raja (Barong) berkarakter buas, tegas dan berwibawa dengan mata melotot, mulut menganga memperlihatkan giginya yang tajam dan mempunyai banyak hiasan di tubuhnya. Berfungsi sebagai Pengayom/Peneyelamat. Penempatannya biasanya di depan pintu masuk Pura Dalem. Patung Raksasa dan Kala. Patung bertema raksasa ini menghadirkan sosok seram, makhluk yang menakutkan ini diceritakan , berwajah seram dengan mata melotot serta memiliki gigi dan taring yang besar. Bertubuh gempal dan besar, membawa senjata di salah satu tangannya, seperti patung Raksasa-Kala dan MahaKala.
Gambar 36 Patung Raksasa-Kala
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Patung ini menggambarkan sosok raksasa seram yang berkarakter liar, keras, beringas dan kasar dengan rambut yang acak-acakan juga gerak yang angkuh. Tubuhnya bongsor membawa senjata golok di tangan kirinya. Biasanya diletakkan di depan pintu masuk Pura seperti di Glung kori/di samping Candi Bentar.
Gambar 37 Patung Maha-Kala Patung ini mnggambarkan sosok raksasa yang seram. Berkarakter keras, tegas dan berwibawa. Tubuhnya bongsor memakai mahkota di kepala dan hiasan di tubuhnya. Geraknya tegas, memegang senjata Gada di tangan kanannya. Biasanya di tempatkan pada pintu masuk Pura. Patung Dewa-Dewi. Patung bertema Dewa-Dewi ini menghadirkan sosok wujud para Dewa, patung ini di buat dengan gaya tradisi seperti patung Dewa Yama, Widyadari, Catus Patha, Ganapati, Ganesha dan Dewi Saraswati.
Gambar 38 Patung Dewa Yama Patung ini menggambarkan Dewa Yamadipati sebagai Dewa Pencabutnyawa. Berkarakter tegas dan berwibawa, bermuka sestengah Dewa setengah Raksasa. Berbadan tegap dan sedikit gendut. Bersenjatakan gada dan bermahkota tajuk. Salah satu kuku ibu jari panjang, dengan mata bulat, gigi yang bertaring dan berjenggot. Penempatan di Pura Mrajapati.
Gambar 39 Patung Widyadari Patung ini menggambarkan sosok Bidadari yang sedang bersimpuh. Karakternya ayu dan lembut dengan mata yang sayu., memiliki sayap di punggungnya. Kesan gerak gemulai yang sedang bertimpuh. Biasanya penempatan di pintu masuk rumah. Patung Catus Patha (perwujudan 4 Dewa menurut 4 penjuru mata angin) 250x60 cm
Gambar 40 Patung Catus Patha Patung ini menggambrakan Dewa yang sedang bersemadhi. Berkarakter lembut dan berwibawa. Biasanya di tempatkan di tengah pertigaan atau perempatan jalan raya dengan menghadap 4 penjuru mata angin. Selatan: Dewa Brahma Bersenjatakan Gada Utara : Dewa Wisnu Bersenjatakan Cakra Timur : Dewa Iswara Bersenjatakan Bajra Barat : Mahadewa Bersenjatakan Naga Pasha
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx) Gambar 41 Patung Ganepati Berwujud manusia berkepala gajah, memiliki 2 gading yang masih utuh. Di tangan kirinya membawa semangkuk manisan. Ganapati merupakan perwujudan dari pimpinan Bala/Pimpinan pasukan dari Dewa Ganesha yang berfungsi sebagai penetral sifat negatif. Karakter dan sifat lembut seperti anak-anak. Membawa semangkuk manisan. Penempatannya di bawah pohon atau taman di sekitar Pura.
Gambar 42 Patung Ganesha Ganesha sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Tangan kanan di angkat memberikan kesan pemberkatan karakter lembut memakai kalung Rudraksha (kalung genitri). Berkarakter lembut dan ceria. Biasanya di tempatkan di dalam atau pekarangan rumah.
Gambar 43 Patung Dewi Saraswati Patung Dewi Saraswati berwujud dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri ( japa mala), dan bunga teratai. Dewi Saraswati dilukiskan berada di atas angsa dan di sebelahnya ada burung merak. Dewi Saraswati oleh umat Hindu di Indonesia dipuja dalam wujud hari raya atau rerahinan. Karakternya ayu dan lembut. Biasanya di tempatkan di area sekolah. Patung pewayangan ini menghadirkan sosok-sosok pada tokoh-tokoh pewayangan
dengan gaya tradisi seperti tokoh Tuwalen dan Meredah.
Gambar 44 Patung Tuwalen Patung ini di gambarkan sebagai tokoh punakawan di dalam dunia pewayangan yang senantiasa memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Tuwalen adalah perwujudan Sang Hyang Shambu yaitu seorang yang memiliki wawasan yang luas, jujur dan berbudi pekerti luhur. Karakter tua, berwibawa, seorang parekan, menggunkan pakaian poleng atau tidak pakai baju, badan cebol, bermahkota kunciran, muka dibuat tua. Biasanya di tempatkan di pintu masuk rumah.
Gambar 45 Patung Meredah Patung ini dikenal dengan patung penyapa (Patung Selamat Datang), digambarkan sebagai tokoh punakawan di dalam dunia pewayangan yang senantiasa memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Meredah merupakan salah satu putera Tuwalen. Biasanya di tempatkan di pintu masuk rumah. Patung Manusia. Patung manusia (kehidupan sehari-hari) ini menghadirkan sosok seorang manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan gaya tradisi seperti patung pande besi.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Seni Rupa (Volume x Tahun xxxxx)
Gambar 46 Patung Pande Besi Patung ini menggambarkan sosok seorang pekerja tua yang sedang duduk dengan memegang alat palu di tangan kanan dan besi di tangan kiri. Berkarakter polos dan bersahaja. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan yaitu Dalam proses pengolahan padas putih untuk pembuatan patung ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu penggalian, pembelahan, pembuatan pola, pemotongan batu padas, dan pengangkutan. Proses pengolahan padas putih memerlukan alat yang berbeda dengan alat yang digunakan untuk proses pembuatan patung. Adapun alat yang digunakan saat proses pengolahan padas putih yaitu linggis, pacal/paji dan reng, gergaji besar, kapak serta manyong. Alat yang digunakan dalam pembuatan patung padas putih Di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah pahat ukir secukupnya, gergaji, kapak, penggaris, pensil, martil ukir (pengotok), ember, meteran, penguku, penepak, penyisir dan paet bancih. Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan patung di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida adalah batu padas putih, semen dan air. Proses pembuatan patung padas putih Di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler Nusa Penida yaitu pemilihan bahan baku batu padas putih, penumpukan dan pengeleman batu padas, proses pembentukan global, proses penghalusan, dan terakhir proses finishing. Adapun hasil karya patung batu padas yang dihasilkan di banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida yaitu patung hewan, patung raksasa, patung Dewa-Dewi, patung pewayangan, dan patung manusia. Sesuai dengan temuan-temuan dalam penelitian ini maka peneliti dapat menyampaikan saran-saran perbaikan sebagai berikut. Dalam menumbuh
kembangkan Seni Patung Padas Putih di Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Kecamatan Nusa Penida, disarankan agar pemerintah lebih memperhatikan terkait dengan memberikan pembinaan kepada para pematung dalam bidang pemasaran dan pengembangan bentuk desain. Kepada para pematung diharapkan agar secara rutin mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam segi bentuk patung. Kepada Peneliti selanjutnya yang akan mengangkat tentang Patung Padas Putih diharapkan untuk menambah informasi dan kepustakaan terkait dengan teori, serta menambahkan aspek pemasaran dan manajemen produksi agar penelitian yang dihasilkan juga menyentuh persoalan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia Najibah, Aenun. 2013. Peningkatan Kreatifitas Seni Rupa Anak Melalui Permainan Seni Mozaik Pada Kelompok B di TK Pertiwi Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun Ajara 2012/2013. Skripsi. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP PGRI Semarang. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Sanusi, Bachrawi. 1984. Mengenal Hasil Tambang Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara. Sudjoko. 2001. Penganta Seni Rupa. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Susanto, Mike. 2011. Diksi Rupa. Cetakan I.Yogyakarta: Dieti Art Laboratory dan Djagad Art House.