© 2003 Mulyono Partosuwirjo Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Januari 2003
Posted 17 January, 2003
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. John Haluan, Msc
PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT MELALUI MANAJEMEN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB)
Oleh MULYONO PARTOSUWIRJO C 561020064 E-mail:
[email protected]
1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan 2/3 dari seluruh wilayah berupa perairan dengan potensi sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton pertahun. Dengan besarnya potensi tersebut, sudah
selayaknya
pembangunan
sektor
kelautan
dan
perikanan
didorong
perkembangannya agar dapat mendukung pembangunan secara nasional, khususnya dalam
upaya
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
Potensi
tersebut
telah
dikelola/diproduksi sebesar 4,1 juta ton/th, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan ( JTB ) sebesar 5 juta ton/ th,
sehingga peluang untuk usaha
peningkatan mutu dan produksi masih cukup besar. Tingakapt produksi sebesar 52% 4,6 juta ton/th, terdiri dari 2,4 juta ton/th perairan dalam dan 2,20 juta ton/th perairan ZEEI ( 48% ) ( BPS vol III, 1998 ). Jumlah rumah tangga / perusahaan perikanan laut menurut kategori dari usaha yaitu ukuran tenaga penggeraqk perahu. Perahu tanpa motor dan perahu motor tempel sebanyak 384.534 buah ( 80% ), sedang jumlah perahu motor dalam sebanyak 90.858 buah ( 20% ), jumlah kapal menurut ukuran (GT), kapal dibawah 50 GT sebanyak 95.433 buah ( 98% ), sedang kapal lebih dari 30 GT sebanyak 2.105 buah ( 2% ). Dengan demikian pengelolaan potensi perikanan indonesia masih didominasi perikanan rakyat dan tingkat teknologinya masih padat karya ( buruh intensif ). Jumlah ekspor sebesar 577.419 ton ( 12,54% ) dari total produk nasional 4,6 juta ton ( BPS Vol III 1998 ). Jumlah ikan yang dipasarkan dalam bentuk segar mencapai 77,6%, produk es nasional sebesar 2,9 juta ton dan hanya 30% tersebut hanya dapat di pakai eksport ikan sebesar 19,2% dari totalproduk nasional . oleh karena itu mutu ikan yang dipasarkan dalam negeri masih kurang bagus. Sektor perikanan saat ini masih belum sempurna tentang kelembagaannya yang bernuansa bisnis perikanan dalam suatu sistem organisasi yang terintegrasi antara aspek input, penangkapan, agro industri, dan pemasaran belum tertata dengan baik inskonstitusional
antara
pelaku-pelaku
dalam
Agribisnis
Perikanan
tersebut,
menyebabkan nelayan yang bersifat lemah menghadapi kelompok hilir sehingga menyebabkan munculnya masalah transmisi, akibatnya penyebaran nilai tambah tidak propesional .
Dengan ciri teknologi padat karya, mutu masih kurang bagus, masalah transmisi informasi dengan pola kondisi usaha tersebut perlu diciptakan model yaitu managemen yang posisi nelayan sama kuat dengan kelompok hilir, sehingga nilai tambah yang diperoleh dapat didistribusikan yang proposional, yang akhirnya nelayan dapat maningkat status sosialnya, ekonomi dan sebagainya ( pemberdayaan ).
II. II.1
ALASAN MEMILIH PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT Perikanan di Indonesia sebagian besar msih dikelola oleh Perikanan rakyat, sehingga apabila diperbaiki managemennya dapat tumbuh dan berkembang olehnya tentu akan memberikan kontribusi besar pembangunan Perikanan dan Kelautan.
II.2
Di Perikanan rakyat ada dua masalah krusial yaitu kelembagaan dan mutu produksi ikan masih jauh diharapkan , dan apabila kedua masalah tersebut dibenahi niscaya dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat nelayan.
II.3
Kelompok usaha bersama salah satu penataan kelembagaan, ini merupakan pola kerja sama Agribisnis yang berintegrasi antara hilir dan hulu, sehingga dapat efisien dan efektif dalam pemanfaatan aset bersama.
III.
IDENTIFIKASI MASALAH PADA PERIKANAN RAKYAT
III.1. Kondisi Perikanan Rakyat Jumlah rumah tangga / perusahaan Perikanan laut menurut kategori jenis usaha tanpa perahu sebanyak 475.392 buah yang meliputi usaha tanpa perahu sebanyak 60.599 buah , perahu tanpa motor sebanyak 213.432 buah, perahu motor tempel sebanyak 110.503 buah dan perahu kapal dengan motor dalam sebanyak 90.858 buah. Apabila di asumsikan usaha rakyat kecil dari usaha tanpa perahu sampai motor tempel sebanyak 384.534 buah atau 80% dan usaha industri perahu bermotor dalam sebanyak 90.858 buah atau 20%, untuk jelasnya dapat di lihat tabel I. Diantara/beberapa Ukuran perahu motor dalam masih ada usaha skala rakyat, sehingga usaha industri masih di bawah 20% Tabel I : jumlah rumah tangga nelayan/perusahaan perikanan laut menurut katergori usaha
I.
Skala tradisional (perikanan rakyat) Skala tradisional (perikanan rakyat) ……………………..384.534 buah 80% - usaha tanpa perahu - usaha perahu tanpa mptor
60.599 buah 213.432 buah
- usaha perahu motor tempel 110.503 buah Skala industri - usaha
90.858 buah 20% 90.858
Total rumah tangga
475.392 buah 100%
DJPT 2002 Jumlah kapal / Perahu di Perikanan laut sebanyak 97.538 buah yang diklafikasikan kapal yang berukuran 1-5 GT sebanyak 658.97 buah, kapal yang beukuran 5-10 GT sebanyak 19.460 buah, kapal yang berukuran 10-20 GT sebanyak 5.599 buah, kapal yang berukuran 30-50 Gt sebanyak 1.543 buah, kapal yang berukuran 50-100GT sebanyak 741 buah dan kapal yang berukuran lebih banyak 200 GT sebanyak 326 buah. Berdasarkan ukuran yang dikaitkan dengan skala usaha rakyat kapal yang berukuran 1-50 GT sebanyak 95.433 buah atau 98%, sedang skala usaha industri kapal yang berukuran 50 GT lebih dari 200 GT sebanyak 2105 buah atau 2%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Dimana kapal yang ukuran dibawah 50 GT sistem pendingin yang dipakai untuk mengawetkan ikan masih bersifat tradisional ( Konvensional ) yaitu dengan pendingin es dan ada yang air garam sedang kapal yang berukuran lebih 50 GT sistem pendinginnya sudah sebagian besar dengan mekanik
contoh ada yang alat
pendinginya chelling room yaitu ruangan dingin dengan temperatur 0 – 5 o C, brine tank yaitu larutan garam dan air yang dinginkan, kontak plate yaitu lewat pipa evavorator yang didinginkan, udara dingin yang disemprotkan pada ikan, alkohol yang didinginkan dan sebagainya,
Tabel 2 : jumlah kapal memuat ukuran GT Kapal ukuran 1-50GT
95.433 buah 98%
- Kapal kurang dari 50 GT
65.897 kapal
- Kapal ukuran 5 – 10 GT
19.460 kapal
- Kapal ukuran 10 – 20 GT
5.559 kapal
- Kapal ukuran 20 – 30 GT
2.974 kapal
- Kapal ukuran 30 – 50 GT
1.543 kapal
Kapal ukuran lebuh besar 50 GT
2.105 buah 2%
- Kapal ukuran 50 – 100 GT
1.038 kapal
- Kapal ukuran 100 – 200 GT
741 kapal
kapal ukuran lebih dari 200 GT
326 kapal
Total Kapal
97.538 buah 100%
DJPT 2002 Gambar 1 : Strata usaha berdasarkan kekayaan yang dimiliki Pengusaha Perikanan
Perikanan Internasional
Perikanan Nasional
Perikanan Rakyat -
98 % kapal < 50 GT
-
80% usaha kecil
Pada zaman penjajahan Belanda sebagian kecil orang Indonesia dimanjakan yaitu dengan diberi jabatan dan dimanjakan dengan fasilitas yang mewah, akibatnya
yang diberi jabatan tersebut dijadikan cermin bagi kebanyakan, sedang urusan bisnis orang Belanda mempercayakan bangsa lain. Akibatnya setelah indonesia merdeka sampai sekarang bangsa Indonesia lebih memilih profesi Birokrasi , karena birokrasi/ pejabat adalah bisa segala-galanya termasuk mengumpulkan harta. Pada Zaman Orde Baru memberi kesempatan kepada anak pejabat untuk berwiraswasta namun keberhasilan anak pejabat tidak sesuai yang diharapkan bangsa. Gambar 1 Piramida segitiga landai menunjukkan bahwa sektor Perikanan rakyat sangat jelas Equity ( Asset ) tersebut dimiliki rakyat dan dikelola sendiri, sedang strata Nasional dan Internasional Asset pada perusahaan tersebut belum jelas siapa yang memiliki. Pengusaha Nasional kebanyakan sebagai agen pengurusan Administrasi bukan sebagai industriawan, dan tidak punya keunggulan kompetitif misalnya; memiliki kelebihan dalam hal pengolahan, pemasaran, managemen, kuntruksi kapal.
III.2. MUTU IKAN Dalam statistik 1997 produksi ikan Nasional sebanyak 4,6 juta ton pertahun. Sedang ikan yang diekspor sebanyak 574,419 ton pertahun atau 12,54% dari produk Nasional. Ikan yang dipasarkan dalam kondisi segar sebanyak 3,6 juta ton pertahun atau 77,6% dari produk Nasional. Pemasaran yang bentuk olahan frozen utuh, freozen sashimi, sarimi, ikan kayu, ikan kaleng ikan asin sebanyak 1 juta ton atau 22,9% dari produk Nasional. Produksi es Nasional 2,9 juta ton pertahun, dan hanya 30% ( 0,89 juta ton ) yang digunakan untuk pengawetan ikan. Jumlah ikan yang didinginkan dengan es masih sangat sedikit yaitu yang digunakan untuk perikanan sebanyak 0,89 juta ton sedang produksi ikan Nasional sebanyak 4,6 juta ton 19,9% terhadap produksi ikan Nasional. Pemasaran ikan segar sebanyak 3,6 juta ton / tahun , sehingga ikan yang di es sebanyak
2,4%
terhadap
ikan
yang
dipasarkan
segar.
Padahal
normalnya
perbandingan ikan dengan es adalah 1 : 1 atau 100%. Ikan yang ditangkap khususnya di kapal-kapal yang berukuran dibawah 50 Gt harus didinginkan dengan es. Ikan yang dibongkar di Pelabuhan menunggu pemasaran atau pengolahan berikutnya harus ddinginkan dengan es, bahkan apabila ikan dibawa ke lokasi pemasaran misal dari Jatim/Jateng ke pasar Jakarta tentu harus didinginkan dengan es.
III.3. KELEMBAGAAN Kelembagaan sektor Perikanan saat ini belum sempurna/mapan khususnya yang bernuansa bisnis Perikanan dalam suatu sistem, hal ini belum terhadap sistim Agrobisnis yang terintegrasi antara aspek input, penangkapan, pengolahan dan pemasaran ekspor maupun dalam negeri. Tiadanya ikatan institusional antar pelaku dalam Agrobisnis Perikanan tersebut menyebabkan nelayan yang berseifat lemah, menghadapi kelompok kutup hilir ( pedagang / broker ikan ) maupun penyuplai faktor produksi pedagang barang –barang untuk keperluan operasional yang sangat kuat yang menyebabkan munculnya masalah transmisi global untuk jelasnya dapat dilihat struktus kelembagaan pada gambar berikut:
Gambar : Struktur lembaga di Perikanan Rakyat
Struktur Lembaga di Perikanan Rakyat HD dan Workshop Pemerintah Dinas
Galangan Kapal
Asuransi Lembaga Penelitian
Bank
NELAYAN
NGO
Pemasaran Lembaga Keuangan Pengusaha pengolahan ikan kayu, ikan kaleng, sarimi
Pengusaha pabrik es Lembaga Pendidikan
Pengusaha suplai brg operasional
Pengusaha cold storage
a. Terjadinya trasmisi harga yang tidak simetris, dimana informasi penurunan harga di informasikan kepada nelayan dengan cepat dan sempurna, sedangkan kenaikan harga di informasikan kepada nelayan sangat lambat dan tidak sempurna, bahkan dijadikan alat untuk memperkuat posisi memonopoli oleh Agrobisnis hilir. b. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki atau yang diperoleh Agrobisnis hilir tidak ditransmisikan ke nelayan. c. Modal investasi yang relatif lebih banyak dimiliki Agrobisnis hilir ( pedagang, Eksportir ) kurang disalurkan dengan baik dan bahkan cenderung digunakan untuk mengekploitasikan nelayan. Jumlah Rumah tangga Perusahaan Perikanan laut yang lebih banyak usaha tradisional ( 80% ) dari jumlah usaha skala industri dan jumlah kapal yang berukuran 150 Gt lebih banyak (98%) dari jumlah kapal yang bertenaga mesin dalam, berarti perikanan di Indonesia masih bersifat usaha rakyat atau perikanan rakyat. Perikanan rakyat inilah yang akan memberikan kontribusi cukup besar. Apabila perikanan rakyat ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik niscaya Akan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan perikanan Indonesia.
IV.
PEMBERDAYAAN PERIKANAN RAKYAT
IV.I
Pendekatan dengan kelembagaan Menurut
Marc J. Dollinger tentang Entreprenuership ( 1998 ) mengandung
beberapa elemen – elemen dasar konsep kewirausahawan antara lain : -
Kreativitas dalam Inovasi
-
Pendayagunaan sumberdaya dan pembentukan organisasi ekonomi
-
Penciptaan peluang mendapatkan laba karena keberaniannya mengambil keputusan di tengah ketidakpastian dan resiko yang tinggi.
Apabila diimplementasikan akan menghadapi kendala yang sangat berat diantaranya budaya yang halus, rasa segan, birokrasi, dari tidak terbuka bahkan tidak jujur ingin tampil individu. Oleh karena itu perlu adanya perubahan – perubahan yang prinsipnya bagaimana mengoptimalkan asset-asset yang dimiliki pengusaha kecil secara bersama.
Model tersebut diantaranya dibentuk Kelompok Usaha Bersama ( KUB ), sedang mekanisme pembentukan dan kerjanya sebagai berikut : Belum adanya kelembagaan yang berorientasi bisnis yang berintegrasi hulu – hilir berakibat tidak lancarnya penyebaran informasi dengan sempurna yaitu masalah transmisi. Salah satu untuk memperbaiki kelembagaan tersebut dibuat suatu model kelompok usaha bersama ( KUB ), yang berperan sebagai transimisi dan managemen yang dapat mengoptimalkan atau memfungsikan alat-alat (Asset) yang digunakan bersama baik dihulu maupun dihilir, yaitu Galangan kapal , HD dan workshop, pabrik Es, pensuplai kebutuhan opersaional, bahan makanan ABK, alat-alat tangkap, spare part dsb, perbankan dan pemasaran. . Pengusaha tersebut bergabung dan membuat suatu perjanjian tertulis yang bertujuan mengsinergikan alat-alat yang dimiliki untuk meningkatkan nilai tambah . Nilai tambah tersebut dapat memperbesar omset atau memberikanan keuntungan, keuntungan tersebut dikembalikan ke perusahan sesuai kontribusi masing-masing untuk jelasnya lihat tabel 3. dalam pembentukan KUB harus memperhatikan pasar, fishing ground, jenis ikan, skala ekonomi usaha, kemudian baru sarana produksi yaitu; berapa kapal, berapa kapasitas pabrik es, galangan kapal, dock ( workshop) pengolahan, cold storage, galangan kapal, alat-alat operasional.
Tabel 3: Kelompok Usaha Bersama ( KUB ) Bentuk contrakcting for cooperation: Kontribusi
Share
( Cost + Resiko )
Pendapatan
1. Kelompok Nelayan
Rp.
%
Rp.
%
2. Galangan Kapal
Rp.
%
Rp.
%
3. HD dan Workshorp
RP
%
Rp.
%
4. Bank
Rp
%
Rp.
%
5. Penggudangan (CS)
Rp.
%
Rp.
%
6. Pengolahan
Rp.
%
Rp
%
7. Pemasaran
Rp.
%
Rp.
%
8. Pabrik Es
Rp.
%
Rp.
%
9. Suplai spare part
Rp.
%
Rp.
%
bahan Rp.
%
Rp.
%
10. Suplai pembantu
.
pengolahan
Rp.
%
Rp.
%
alat-alat Rp
%
Rp.
%
12. Suplai operasional
Rp.
%
Rp.
%
13. Manager KUB
Rp.
%
Rp..
%
Total
Cost
Penjuala
operasional
n Produk
11. Suplai tangkap
Ukuran
keberhasilan
model
tersebut
adalah
sebelum
model
yang
diimplementasikan benefit (B) dikurangi Cost (C) hasil keuntungannya (IC) kemudian I setelah diimplementasikan B dan C sehingga B – CI = ת+
∆ ת.
Tambahan
keuntungan (∆ )תinilah yang ditawarkan kepada pengusaha- pengusaha yang bergabung dalam kelompok usaha bersaama (KUB). Jenis-jenis usaha tersebut harus tertib Administrasi tiap tahun menyusun laporan keuangannya yang meliputi Neraca, Laba rugi dan Analisa-analisa keuangan, sehingga dapat diketahui dengan transparan . Dalam pelaksanan operasi maupun Administrasi dibimbing oleh manager KUB dan diawasi oleh pengurus KUB. Bentuk Struktur KUB dapat dilihat pada Gambar 4:
Gambar 4:
Struktur Organisasi KUB Skala Ekonomi : 1500 ton - 40.00 ton Pengurus KUB
Manager KUB
Kelompok Nelayan
Industri Pengolahan
HD dan Workshop
Industri Pengolahan
Pemasaran ikan dalam negeri
Pabrik es storage
Suplai operasional
BANK
KUB yang dibentuk ini memiliki cakupan activitas multi product, multi market, yaitu dikembangkan antar dan intra kelembagaan preuneurship ( Pinchot. G 1985 ).
dapat diartikan konsep intra
Pengurus KUB dipilih oleh anggota, dan pengurus tersebut terdiri Ketua, sekretaris dan 3 anggota. Manager diangkat oleh pengurus dan manager harus profesional dan jumlahnya tergantung dari banyaknya skala KUB. Skala ekonomi KUB sebaiknya diukur dari besarnya produk yaitu berkisar 150040.000 ton/tahun. Hal ini harus dilakukan karena apabila kurang dari 1500 tidak bisa menutup biaya tetap sehingga tidak bisa berkembang dan apabila lebih besar dari 40.000 ton/tahun akan bertingkak laku monopoli sehingga akan berdampak kurang baik/kurang bersaing mengarah kapitalis. Kisaran 1.500>40.000 akan terjadi ton/tahun menciptakan kondisi pasar bersifat monopoli kompotitif .salah satu .Upaya untuk meningkatkan mutu ikan harus dilakukan dari mulai tangkap sampai ikan terjual. Khususnya yang dilakukan dipenangkapan ikan dikapal < 40 GT mulai diangkat dari air harus segera di dinginkan sekitar 0-50c apakah ikan akan dijual segar atau diolah kemudian. Dikapal ukuran diatas 100 GT dengan pendingin mekanik, ikan setelah diangkat dari air lansung di proses seperti kapal udang, pukat Ikan dasar dan sebagainya. Pada perikanan rakyat Indonesia didominasi kapal-kapal dibawah 50GT,dan pendingin ikan tersebut masih menggunakan es. Oleh karena itu pabrik es harus di siapkan sentral – sentral produksi ikan, dan kapal 1-5 GT dilengkapi cold box, 5 - 100 GT palkah harus diperbaiki dengan isolasi pendingin, sehingga dalam operasi selallu membawa es dan ikan yang ditangkap selalu di es. Cold box / palkah berisolasi tersebut membantu ketahanan dingin ikan yang di es. Nelayan dalam menangani atau memproses ikan dengan cara mendinginkan ikan dengan es harus secara cepat, dan ini harus disosialisasikan terus menerus. Manager KUB harus terampil dalam menyampaikan cara pengawetan ikan, perawatan alat-alat dikapal , managemen penangkapan ikan , pengolahan ikan dan sebagainya. Setelah ikan didapat ( landing ) harus cepat ditangani dan harus berkondisi temperatur 0 sampai +5 0 C baik dipasarkan segar maupun diolah harus segera di es dan selama menunggu pengolahan harus dijaga temperaturnya yaitu maximal +5 0 C. Kapal rusak cepat diperbiki oleh bengkel perbaikan , kapal siap beroperasi keperluan operasi selalu siap juga sehingga tidak ada waktu yang terbuang dan semua asset yang terpakai secara optimal, sumber daya manusia berkembang kearah profesi yang
spesialis bahkan bisa super spesialis. Struktur kelembagaan setelah diimprovisasi dapat dilihat pada gambar 5 berikut;
Gambar 5: Kelembagaan
Pemerintah Dinas
Dock dan workshop
Galangan Kapal
Suplai operasional
Lembaga Keuangan Bank
Suplai alatalat tangkap
N G O
Kelompok Nelayan
Kelompok Nelayan
Pengolahan
Suplai perbekalan operasonal
Pemasaran
Suplai spare part Pabrik Es
Lembaga Penelitian
Lembaga Pendidikan
Dengan optimalisasi pemanfatan Asset yang dimiliki Anggota KUB yang dikelola bersama untuk operasional serta berorentasi peningkatan mutu yang disesuikan keinginan pasar. Dengan pola kerja semacam ini diharapkan bisa menekan biaya dan menaikan omset. Dengan omset yang besar dan biaya rendah (efisien) tentu akan dapat margin besar atau keuntungan juga besar, Nelayan akan berkembang dan tumbuh, Pemerintah akan mendapatkan tambahan pajak atau pendapatan tanpa pajak, bahkan devisa akan naik teknologi dan menagemen akan berkembang.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan -
Dengan perbaikan kelembagaan yang berorientasi bisnis yang terintegrasi hulu hilir faktor – factor produksi dapat terjadi optimal.
-
Perbaikan mutu ikan pada produksi Perikanan rakyat dapat meningkatkan nilai tambah yang akan meningkatkan pemberdayaan Masyarakat Nelayan.
V.II Saran -
Pola ini perlu dicoba didaerah – daerah yang belum berkembang khususnya Indonesia timur.
-
Bantuan nelayan sebaiknya melalui KUB dan KUB dibukukan sebagai dana cadangan, sehingga dana tersebut dapat terintegrasi termonitoring.
VI. 1.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous 1997, Estimasi potensi dan tingkat pemanfaatan Sumberdaya alam laut Indonesia 1997, Puslitbangkan Deptan Jakarta
2.
Anonymous, 1997 – 2000 . statistik Perikanan Nasional Ditjen Perikanan Tangkap, Jakarta
3.
Anonymous, 1997. Statistik Perikanan Indonesia, 1997 Ditjen. Ikan , Jakarta. Deptan.
4.
Anonymous 1999. Peluang usaha Perikanan, Ditjen Perikanan , Deptan, Jakarta
5.
Sukmadinata, T. 1995 Kajian kelembagaan dalam pemasaran hasil usaha penangkapan ikan di Jawa Timur. Program Pasca Sarjana. IPB
6.
Dollinger , Marc J. Entrepreuneurship, strategies and Resources , Prentice Hall New York 1998
7.
Pinchot ,G, Intra Preneuring , Harper and Row New York, 1985
8.
Senge, P. The Fith Disciplene : the Art and Practice of Learning Organization Double Day, New York, 1990