perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW DAN TGT DENGAN MEDIA KARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Rawalo Kelas X Mata Pelajaran Kimia pada Materi Tata Nama Senyawa Sederhana dan Persamaan Reaksi Tahun Pelajaran 2011 / 2012)
TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Kimia
Oleh SRIYATI NIM S 831102049
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ILMIAH Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1.
Tesis yang berjudul
“PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN
METODE JIGSAW DAN TGT DENGAN MEDIA KARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No 17, tahun 2010) 2.
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
24 Juli 2012
Mahasiswa,
Sriyati commit to user NIM. S831102049
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Jigsaw dan TGT dengan Media Kartu Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa. (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Rawalo Kelas X Mata Pelajaran Kimia pada Materi Tata Nama Senyawa Sederhana dan Persamaan Reaksi Tahun Pelajaran 2011 / 2012). Tesis ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains Minat Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan tesis ini penulis menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Sarwanto, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa. 5. Drs. Haryono, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongancommit dan perhatian to useryang luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. 7. Staf karyawan program studi Pendidikan Sains yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi. 8. Tugiyono, S.Pd. M.Si selaku Kepala SMA N 1 Rawalo yang telah memberikan ijin penelitian. 9. Drs. Ananto Nur Semedi selaku Kepala SMA N Wangon yang telah memberikan ijin melaksanakan uji coba instrumen penelitian. 10.
Siswa-siswi Kelas X SMA N 1 Rawalo khususnya X.2 dan X.4 terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
11.
Ibu dan Bapak yang selalu memberikan kasih sayang, dan semangat bagi penulis.
12.
Suami dan anak-anakku yang tercinta yang telah mengorbankan waktu bersama
13.
Teman seperjuangan di Pendidikan Sains Minat Utama Kimia UNS. Penulis menyadari sepenuhnya laporan tesis yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan (QS. Al Insyirah:5) Jangan risaukan nikmat yang belum kita miliki, Risaukanlah akan nikmat yang belum kita syukuri (Penulis dari berbagai sumber)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Untuk Suamiku tercinta Dede Sudiarto yang sudah memberikan semua yang sangat berarti Untuk Anak-anakku tersayang (Al Rizki Zakaria dan Rizal Rahman Azhari) yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat hidup Untuk Ibu dan Bapak yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, teladan yang nyata, serta perjuangan dan pengorbanan yang sangat luar biasa yang tidak pernah tergantikan. Untuk para guru yang telah memberikan ilmu dengan segenap jiwa, senantiasa mengingatkan. Untuk teman-teman seperjuangan di Pascasarjana UNS yang senantiasa memberi semangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii PERNYATAAN ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................. v MOTTO .................................................................................................................. vii PERSEMBAHAN ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi ABSTRAK ............................................................................................................ xviii ABSTRACT ............................................................................................................. xix BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 14 C. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 15 D. Perumusan Masalah............................................................................................ 16 E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 16 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ....................................................................................................... 19 1. Pembelajaran Kimia ........................................................................................... 19 2. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................................ 36 3. Metode Jigsaw .................................................................................................... 40 4. Metode TGT ........................................................................................................ 45 5. Media Pembelajaran Berbentuk Kartu ................................................................ 49 6. Kemampuan Memori .......................................................................................... 53 7. Interaksi Sosial ................................................................................................... 58 8. Prestasi Belajar .................................................................................................... 63 9. Materi Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi ........................................... 68 B. Relevansi Dengan Penelitian .............................................................................. 79 C. Kerangka Berfikir .............................................................................................. 83 D. Hipotesis ............................................................................................................ 94 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 96 1. Tempat Penelitian................................................................................................ 96 2. Waktu Penelitian ................................................................................................ 96 B. Metode Penelitian .............................................................................................. 97 C. Penetapan Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ...................................... 98 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Penetapan Populasi Penelitian............................................................................. 98 2. Sampel Penelitian ............................................................................................... 98 3. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................. 98 D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 99 1. Variabel Bebas .................................................................................................... 99 2. Variabel Terikat ................................................................................................ 100 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 101 1. Metode Tes ......................................................................................................... 101 2. Metode Angket .................................................................................................. 101 F. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 102 G. Uji Instrumen Penelitian.................................................................................... 102 1. Uji Instrumen Tes Prestasi Kognitif ................................................................... 102 2. Uji Instrumen Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa. ...................... 107 3. Uji Instrumen Penilaian Afektif ........................................................................ 108 H. Teknik Analisis data ......................................................................................... 112 1. Uji Prasyarat Analisis......................................................................................... 112 2. Uji Hipotesis. ..................................................................................................... 113 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .................................................................................................. 116 1. Data Kemampuan Memori ................................................................................. 116 2. Data Interaksi Sosial .......................................................................................... 117 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Data Prestasi Belajar Kognitif ............................................................................ 118 4. Data Prestasi Belajar Afektif.............................................................................. 123 B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................................. 124 1. Uji Normalitas .................................................................................................... 124 2. Uji Homogenitas ................................................................................................ 126 C. Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 126 1. Uji ANAVA ....................................................................................................... 126 2. Uji Lanjut ........................................................................................................... 129 D. Pembahasan ...................................................................................................... 130 E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 144 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................................... 146 B. Implikasi ............................................................................................................ 149 C. Saran .................................................................................................................. 151 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 154
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... 1.1.KKM dan Prestasi Belajar Siswa tahun 2010/2011 .......................................... 13 2.1. Sintaks Pembelajaran Metode Jigsaw .............................................................. 43 2.2. Sintaks Pembelajaran Metode TGT.................................................................. 48 2.3. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Memori ....................................................... 57 2.4. Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial ................................................................. 62 2.5. Rumus Kimia, Kation, Anion, Rumus Garam dan Nama Garam ................... 72 2.6. Jenis Kation ...................................................................................................... 73 2.7. Jenis Anion ....................................................................................................... 74 2.8. Rumus Molekul dan Nama Senyawa Organik ................................................. 77 3.1. Tahap Penelitian ............................................................................................... 96 3.2. Rancangan Penelitian ....................................................................................... 97 3.3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ....................... 103 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ................... 104 3.5. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif .................. 105 3.6. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Instrumen Penilaian Kognitif.................... 107 3.7. Skor Penilaian Afektif .................................................................................... 109 3.8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Instrumen Penilaian Afektif ............ 110 3.9. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Penilaian Afektif ........ 112 4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan commit to user Kemampuan Memori............ 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial ...................... 117 4.3. Deskripsi Data Prestasi Kognitif ..................................................................... 118 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Jigsaw dan TGT ....................... 118 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Memori .... 120 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial ............. 121 4.7. Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Pada Tiap-tiap Sel .................. 123 4.8. Deskripsi Data Prestasi Afektif ....................................................................... 124 4.9. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Pada Tiap Sel .......... 125 4.10. Hasil Pengujian Homogenitas ....................................................................... 126 4.11. Test of Between Subjects Effects ................................................................... 127 4.12. Rangkuman Hasil Uji Scheffe Pada Metode-Kemampuan Memori .............. 130 4.13. Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif .......................... 130
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
2.1. Ilustrasi Yang Menunjukkan Pembelajaran Dengan Tim Jigsaw .................... 41 2.2. Penempatan Siswa Pada Meja Turnamen ........................................................ 47 4.1. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Jigsaw............................... 119 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas TGT .................................. 119 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi ...... 120 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Rendah .... 121 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Interaksi Sosial Tinggi ............... 122 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Interaksi Sosial Tinggi ............... 122 4.7. Plot Interaksi Metode dengan Kemampuan Memori ...................................... 129
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Silabus ................................................................................................................ 156 2. RPP Jigsaw ....................................................................................................... 160 3. RPP TGT ........................................................................................................... 180 4. Media Kartu ....................................................................................................... 201 5. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Memori ......................................................... 210 6. Angket Kemampuan Memori ............................................................................. 211 7. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Memori ........................................................ 218 8. Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial ................................................................... 219 9. Angket Interaksi Sosial ...................................................................................... 220 10. Kisi-kisi Penulisan Soal Prestasi Belajar ........................................................ 224 11. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif .................................................................. 240 12. Angket Penilaian Afektif ................................................................................. 241 13. LKS Jigsaw ..................................................................................................... 250 14. LKS TGT ......................................................................................................... 275 15. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Kemampuan Memori ............................................................................... 300 16. Uji Validitas, Releabilitas Interaksi Sosial ...................................................... 301 17. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Kognitif ..................................................................................................... 302 18. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Afektif ....................................................................................................... 303 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Data Induk Penelitian ...................................................................................... 304 20. Hasil Uji Anava ............................................................................................... 305 21. Dokumentasi ................................................................................................... 307 22. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................... 311
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sriyati. 2012. Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Jigsaw dan Metode TGT dengan Media Kartu ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Rawalo Kelas X pada Materi Tata Nama Senyawa Sederhana dan Persamaan Reaksi Tahun Pelajaran 2011 / 2012). TESIS. Pembimbing I) Prof. Dr. H. Widha Sunarno M. Pd ,II) Drs. Haryono, M. Pd, Juli 2012. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw dan metode TGT, kemampuan memori, interaksi sosial dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dan dilaksanakan pada bulan November 2011 – Juli 2012. Populasinya terdiri dari siswa kelas X SMA Negeri 1 Rawalo tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil adalah 2 kelas yaitu Kelas X4 dan X2 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas X4 diberikan metode Jigsaw, sedangkan X2 diberikan metode TGT. Data dikumpulkan dengan tes untuk prestasi kognitif dan kemampuan memori, serta angket untuk prestasi afektif dan interaksi sosial. Hipotesis diuji menggunakan ANAVA. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT terhadap prestasi kognitif siswa, 2) ada pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa, 3) ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa, 4) ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan kemampuan memori terhadap prestasi kognitif siswa, 5) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan interaksi sosial terhadap prestasi kognitif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi kognitif siswa, 7) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT, kemampuan memori, dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa.
Kata kunci : Metode Jigsaw, metode TGT, kemampuan memori, interaksi sosial, Tata Nama Senyawa Sederhana dan Persamaan Reaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sriyati. 2012, "Chemistry Learning Using Jigsaw Method and TGT Method with Cards Media Overviewed from Memory Ability and Social Interaction" (A Case Study on Common Chemical Compound’s Nomenclature and Chemical Equation Reaction For Student in Grade X State Senior High School 1 Rawalo Academic Year 2011/2012). THESIS. Advisor I) Prof. Dr. H. Widha Sunarno M. Pd, II) Drs. Haryono, M. Pd, July 2012.Science Education Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT The purposes of the research were to know the effect of using Jigsaw and TGT method with cards media, memory ability, social interaction and it’s interaction toward student achievement. The method used in the research was quasi experimental method and it was conducted from Nopember 2011 to July 2012 The population was all of the students in grade X, SMAN 1 Rawalo Academic Year 2011/2012. The sample was taken using cluster random sampling at class X4 and X2. The class X4 learnt using Jigsaw method, X2 learnt using TGT method. The data was collected using test for cognitive achievement, memory ability and questionnaire for student effective achievement, social interaction. The data was analyzed using ANAVA method. Based on the results of data analysis it can be concluded that: 1) there was no effect of learning method toward students’ cognitive achivement, 2) there was effect of memory ability toward students’ cognitive achievement, 3) there was effect of social interaction toward students’ cognitive achievement, 4) there was interaction between Jigsaw and TGT method with cards media and memory ability toward student’s cognitive achievement, 5) there was no interaction between Jigsaw and TGT method cards media and social interaction toward student’s cognitive achievement, 6) there was no interaction between memory ability and social interaction toward student’s cognitive achievement, 7) there was no interaction among Jigsaw and TGT method with cards media, memory ability and social interaction toward student’s cognitive achievement. Keywords: Jigsaw method, TGT method, memory ability, social interaction, Cards Media, Common Chemical Compound’s Nomenclature and Chemical Equation Reaction
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal sangat penting yang mencerminkan harkat dan martabat suatu bangsa. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang di muat dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut UUSPN nomor 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal diatas maka perlu terus diupayakan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan serta peningkatan mutu pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan perilaku yang kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju. Dalam rangka pembaharuan dan peningkatkan mutu pendidikan, pemerintah terus melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah pembaharuan kurikulum. Kurikulum terakhir dikembangkan pada saat ini adalah Kurikulum commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembaharuan kurikulum ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam rangka memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang melibatkan banyak pihak. Pihak yang berhubungan secara langsung dengan pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan adalah lembaga pendidikan (sekolah) baik negeri maupun swasta yang didalamnya terdapat komponen komite sekolah, kepala sekolah, guru dan karyawan, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum dan hal lain yang terkait dengan kegiatan pembelajaran. Salah satu dari kegiatan dalam rangka pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru yang meliputi kompetensi paedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi paedagogis dan kompetensi profesional guru yang meliputi kemampuan mengelola kelas, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat, kemampuan menggunakan alat peraga yang efektif serta penguasaan materi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena guru yang memegang peranan kunci pada proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus dapat mengembangkan kegiatan yang mengubah paradigma lama dalam pembelajaran yaitu dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus dapat
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan yaitu dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, media pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
materi pembelajaran. Pada kenyataannya saat ini masih banyak guru yang mengajar dengan metode konvensional yang membosankan dan membuat siswa lelah secara psikologis. Kemajuan dunia pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran tidak lepas dari proses pembaharuan dan pembenahan. Proses pembaharuan dan pembenahan dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat memberikan kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan. Jadi kegiatan utama yang harus dilakukan untuk memajukan dunia pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan adalah pembenahan kegiatan belajar mengajar. Pembenahan-pembenahan melibatkan pihak guru sebagai pendidik dan pihak siswa sebagai subyek didik. Pembelajaran yang berpusat kepada guru diganti menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa, dimana dalam proses pembelajaran siswalah yang dituntut berperan aktif dan kreatif agar supaya prestasi belajar dapat ditingkatkan yang pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa merupakan komponen yang kuantitasnya paling besar, sehingga karakteristik yang dimiliki siswa juga pasti sangat beragam. Beberapa contoh karakteristik siswa misalnya motivasi belajar, kreatifitas, gaya belajar, sikap ilmiah, kemampuan matematis, kemampuan verbal, kemampuan memori, interaksi sosial dan lain-lain. Selama ini dalam kegiatan pembelajaran guru sering mengabaikan dan tidak memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Karakteristik internal siswa yang sangat perlu mendapat perhatian adalah interaksi sosial dan kemampuan memori karena dengan guru memperhatikan karakteristik tersebut diharapkan hasil belajar siswa dapat maksimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogis secara teknis dapat diartikan upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial yang menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan guru, dengan peserta didik yang lain , dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dirancang secara sistematis agar siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat memungkinkan berkembangnya potensi siswa karena siswa yang berkemampuan akademis tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan akademis kurang agar supaya semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran guru berfungsi sebagai fasilitator yang merancang kegiatan pembelajaran yang bersifat aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dan memperhatikan serta mempertimbangkan karakteristik yang dimiliki siswa sehingga dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan siswa secara umum. Dengan demikian siswa akan merasa nyaman dalam belajar, tidak ada perasaan tertekan, serta dapat menikmati kegiatan –kegiatan yang dirancang oleh guru yang pada akhirnya akan dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar menuntut guru agar dapat merancang kegiatan pembelajaran yang memberi rangsangan positif kepada siswa supaya siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
berlaku aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat memanfaatkan seoptimal mungkin alat indera yang dimiliki.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut mudah dimengerti dan dapat dipertahankan lebih lama dalam memori sehingga pengetahuan tidak mudah dilupakan. Di samping itu, keadaan psikologis siswa pada waktu mengikuti kegiatan pembelajaran juga harus diperhatikan. Mata pelajaran yang dianggap sulit seperti halnya mata pelajaran kimia akan sangat menakutkan siswa dan memberi efek yang negatif kepada siswa sehingga transfer ilmu kimia mengalami hambatan. Guru dituntut merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan siswa agar siswa tidak mempunyai beban psikologis yang dapat menghambat proses transfer ilmu, salah satunya dengan pembelajaran dengan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Menurut Bell Gredler dalam Dimyati dan Mujiono (2010 : 11) : “Belajar merupakan interaksi antara kegiatan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Kegiatan pembelajaran harus dirancang agar supaya terjadi interaksi positif antara guru dan siswa, dengan diberikan stimulus yang merangsang siswa sehingga mendorong siswa melakukan kegiatan yang kreatif yang akan meningkatkan prestasi belajar.
Keadaan lingkungan pembelajaran harus dibuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
kondusif dan menyenangkan bagi siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan selalu dinantikan oleh siswa. Salah satu upaya menjadikan lingkungan pembelajaran menyenangkan bagi siswa adalah pembelajaran kelompok (Cooperative Learning) metode Jigsaw dan TGT menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa yaitu media kartu. Pada pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain, saling mendikusikan dan berargumentasi dalam mempelajari materi pelajaran sehingga diharapkan semua siswa dapat memperoleh pemahaman yang benar dari materi yang dipelajari. Diharapkan dengan metode permainan siswa akan merasa bahwa pembelajaran kimia adalah kegiatan yang menyenangkan, bervariasi dan dinamis, sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas dapat mencapai tujuan seperti yang sudah ditetapkan. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar yang melibatkan pembentukan kelompok yang bertujuan pencapaian hasil belajar, penerimaan keberagaman dan ketrampilan sosial yang tercipta dalam kerja sama anggota di dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan maksud agar siswa dapat lebih membiasakan diri bekerja sama dan belajar berkelompok dalam memecahkan suatu permasalahan.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa
bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama dan menyelesaikan tugas dengan baik secara bersama-sama. Proses belajar tidak bisa dilepaskan dari faktor lingkungan karena di dalam lingkungan akan terjadi proses interaksi antara individu yang belajar dengan sumber belajar yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku. Tingkah laku individu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
dapat menimbulkan perubahan pada lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu. Dalam kegiatan pembelajaran ada banyak siswa dengan keanekaragaman sifat individu seperti pendiam, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, sulit bereaksi, peka, mudah terpengaruh, senang bergantung pada orang lain dan ada juga yang bersifat negatif. Sifat individu ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di dalam kelas ketika proses pembelajaran. Dalam interaksinya antar siswa terjadi suatu aktivitas saling mempengaruhi dan memberi sumbangan pikiran yang dapat mengubah perilaku dan sifat individu. Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi siswa agar mempunyai sifat-sifat individu yang lebih positif seperti meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan jarak antara siswa dengan kemampuan akademis tinggi dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah.
Dengan metode Jigsaw dan TGT dapat
ditumbuhkan sikap sosial siswa dengan cara berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dan saling menghormati serta menghargai pendapat orang lain. Dengan metode Jigsaw dan TGT diharapkan interaksi positif yang terjadi dalam kelompok dan dalam kelas dapat membantu siswa mengatasi kekurangan dan kelemahan-kelemahan siswa. Di dalam kegiatan pembelajaran terjadi komunikasi antar komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Rudi Susilana (2007: 2) “Proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi” artinya di dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
sekelompok orang (penerima pesan). Komunikasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen diantaranya adalah komunikator, komunikan, channel, message, feed back dan noise. Dalam hal ini guru adalah komunikator, siswa adalah komunikan yang dapat juga sebagai komunikator, channel adalah pembawa pesan, message adalah pesan atau informasi yang akan disampaikan, feed back adalah umpan balik yang diberikan oleh komunikan dan noise adalah hambatan atau gangguan dalam proses penyampaian pesan. Pembawa pesan dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Menurut Rudi Susilana (2007: 6) Ada 3 pengertian media pembelajaran yaitu: 1) Tehnologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm); 2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, slide dan sebagainya (Briggs); 3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk tehnologi perangkat kerasnya (NEA).
Media pembelajaran merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat menyalurkan pesan. Secara umum media mempunyai beberapa kegunaan: 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistik; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar; 4) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya; 5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Jadi jelas dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan media yang dapat mempercepat proses belajar mengajar, dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penelitian ini digunakan media kartu yang terdiri satu set kartu soal dan satu set kartu jawaban. Penggunaan media kartu dipilih karena pembuatan yang mudah, bahannya murah, dapat dikerjakan tanpa keahlian khusus dan siswa sudah sangat familiar dengan media kartu sehingga diharapkan pada penerapan dalam proses pembelajaran tidak mengalami hambatan dan dapat berfungsi dengan baik. Salah satu sifat individu siswa yang belum mendapat perhatian dalam proses pembelajaran adalah kemampuan memori. Padahal dalam kegiatan pembelajaran kemampuan memori memegang peranan yang sangat penting karena proses belajar tidak mungkin bisa lepas dari kemampuan memori atau kemampuan mengingat. Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan siswa dengan kemampuan memori tinggi belum dapat menggunakan kemampuannya untuk lebih berkembang secara maksimal. Kemampuan memori merupakan fungsi fundamental bagi proses mental yang berhubungan dengan kinerja intelektual. Dengan kemampuan memori yang dimiliki oleh organisme, maka organisme memiliki kemampuan berfikir, membaca, menulis, berbicara dan belajar. Tanpa kemampuan memori organisme tidak mampu melakukan kegiatan mental, tidak mampu berkomunikasi serta tidak mampu melakukan melakukan aktivitas - aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan berfikir. Menurut Walgito (2005: 163) kemampuan memori atau ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan yang pernah diterima. Menurut Rathus (1981), “ mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa yang akan datang. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang dipelajari diulang-ulang walaupun dengan sesi yang lebih pendek daripada diulang sekali dengan sesi yang lebih lama. Selain itu memori akan lebih baik tersimpan dalam struktur kognitif apabila untuk memahami dan mengingat suatu materi dilakukan dengan melibatkan banyak alat indera yang kita miliki seperti penggunaan media dan metode pembelajaran yang berkesan untuk siswa. Pembelajaran kimia khususnya materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi sangat membutuhkan kemampuan memori.
Siswa harus
memanggil kembali ingatan tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya yaitu penulisan lambang unsur, senyawa ion dan kovalen, senyawa biner, awalan jumlah dalam bahasa latin yang sudah pernah dipelajari sebelumnya, agar pada pembelajaran siswa tidak mengalami kesulitan serta siswa dapat menerima informasi baru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tata cara memberi nama berbagai macam senyawa, menyimpan informasi baru tersebut dan memproduksi kembali pada saat yang diperlukan. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan interaksi edukatif antara satu siswa dengan siswa lain, antar siswa dalam satu kelompok belajar, antara kelompok siswa dengan kelompok siswa dan antara siswa dengan guru. Interaksi edukatif dalam proses pembelajaran merupakan suatu interaksi sosial. Menurut kamus besar bahasa Indonesia , interaksi sosial berarti hubungan yang dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok dan antara kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dan kelompok. Jadi antar komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran selalu terjadi interaksi yang saling mempengaruhi khususnya antar siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT, siswa saling beriteraksi dalam proses diskusi untuk memecahkan masalah, berargumentasi dalam penyelesaian masalah, menjelaskan penyelesaian masalah kepada temanteman dalam kelompoknya, bersaing secara sehat dalam menyelesaikan kuis maupun game. Jadi kemampuan siswa beriteraksi sosial dengan teman maupun dengan guru mutlak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Depdiknas (2003: 2) menyebutkan bahwa sains (termasuk kimia) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena atau gejala yang terjadi di alam secara sistematis. Salah satu cabang Sains adalah Kimia yang sudah masuk di dalam struktur kurikulum mulai dari tingkat pendidikan SMP dan dikembangkan lebih lanjut di tingkat pendidikan SMA. Ilmu kimia diharapkan dapat mengajak siswa agar terbiasa memecahkan masalah secara sistematis baik itu masalah yang bersifat abstrak maupun yang riil. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran mata pelajaran kimia, proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia perlu ditingkatkan efektifitasnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada mata pelajaran kimia, materi tata nama senyawa sederhana
dan
persamaan reaksi merupakan materi yang sangat penting karena ada banyak kaitan dengan materi-materi lain dan merupakan dasar dari materi stoikiometri, dimana materi stoikoimetri merupakan kunci dasar pada materi pelajaran kimia. Oleh karena itu dalam mempelajari materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi diperlukan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai agar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
memaksimalkan kegiatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selama ini pembelajaran kimia yang berlangsung di SMA Negeri 1 Rawalo khususnya materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi masih menggunakan metode ceramah, latihan soal dan drill soal yang melelahkan dan membosankan siswa, karena siswa bekerja sendiri-sendiri hanya mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Pada penelitian ini akan digunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu. Diharapkan dengan metode Jigsaw dan TGT, siswa akan lebih mudah dalam menerima dan mengolah informasi yang diterimanya, karena siswa-siswa melakukan diskusi sehingga siswa yang mempunyai kemampuan akademis lebih baik akan dapat membantu teman-teman dalam kelompoknya dan bekerja sama dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Dengan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu suasana pembelajaran di dalam kelas dapat berlangsung secara kondusif sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. SMA Negeri 1 Rawalo adalah sekolah negeri tingkat SMA di kabupaten Banyumas yang baru berdiri pada tahun pelajaran 2003/2004. Jadi relatif masih tergolong sebagai sekolah baru. Sebagai sekolah yang relatif tergolong masih baru, keadaan dan karakteristik siswa masih sangat heterogen dan relatif belum punya tingkat kemantapan yang baik dalam belajar. Input siswa dari kegiatan Penerimaan Peserta Didik masih cukup rendah bila dibandingkan dengan sekolah –sekolah negeri yang lain. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa juga masih rendah. Prestasi belajar kimia khususnya pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi masih rendah. Data hasil ulangan harian kompetensi dasar tata nama senyawa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
sederhana
dan persamaan reaksi pada Kelas X
SMA Negeri 1 Rawalo tahun
pelajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 : KKM dan Prestasi Belajar Siswa tahun pelajaran 2011/2011
Kelas
Kriteria Ketuntasan Minimal
Rata-rata hasil Ulangan Harian
Jumlah Siswa yang Mencapai KKM
Jumlah Siswa yang Belum Mencapai KKM
X.1
65
64
62,5%
37,5%
X.2
65
60
56,3%
43,7%
X.3
65
63
68%
32%
X.4
65
62
59,4%
40,6%
X.5
65
62
50%
50%
X.6
65
61
46,8%
53,2%
Berdasarkan data tersebut maka rata – rata prestasi belajar siswa materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi masih rendah karena masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
Oleh karena itu peneliti ingin melakukan
penelitian pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi Selama ini dalam proses pembelajaran mata pelajaran kimia khususnya materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi hampir selalu menggunakan metode ceramah, metode drill dan latihan soal yang melelahkan dan membosankan siswa. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu. Diharapkan dengan metode Jigsaw dan TGT siswa-siswa yang memiliki prestasi rendah dapat belajar bersama-sama dengan siswa- siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam suatu commit to user kelompok. Siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
membantu siwa-siswa yang masih kurang pemahaman pada materi pelajaran tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi sehingga semua siswa dapat memiliki pemahaman yang benar tentang materi yang dipelajari. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1.
Usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan belum dilakukan secara maksimal sehingga prestasi belajar siswa masih belum maksimal.
2.
Di dalam proses belajar mengajar belum terjadi proses interaksi yang maksimal antara kegiatan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan.
3.
Guru belum aktif merancang kegiatan belajar mengajar yang dapat memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
4.
Pembelajaran yang dilakukan belum inovatif karena penguasaan penggunaan metode dan media pembelajaran belum memadai.
5.
Di dalam kegiatan pembelajaran guru belum memperhatikan interaksi sosial antar siswa dalam menerima dan menyerap informasi dalam proses pembelajaran sehingga semua siswa diperlakukan sama dalam kegiatan pembelajaran.
6.
Proses pembelajaran belum dapat menggali dan mengembangkan kemampuan memori siswa agar nantinya siswa tidak mengalami salah konsep dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
7.
Proses pembelajaran belum banyak menggunakan media sebagai chanell atau saluran untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan.
8.
Materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi adalah materi yang sangat penting karena berkaitan dengan materi penting yang lain khususnya materi stoikiometri
9.
Prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia khususnya materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan.
Pembatasan dimaksudkan agar pelaksanaan dan
pembahasan penelitan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan tanpa mengurangi sifat ilmiah dari penelitian sehingga bermanfaat untuk dunia pendidikan pada umumnya. Adapun pembatasan masalah sebagai berikut : 1.
Metode pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative Learning dengan metode Jigsaw dan TGT
2.
Media pembelajaran yang digunakan adalah kartu
3.
Variabel interaksi sosial dibatasi pada interaksi sosial tinggi dan rendah
4.
Variabel kemampuan memori dibatasi pada kemampuan memori tinggi dan rendah
5.
Prestasi belajar siswa kelas X dibatasi pada ranah kognitif dan afektif
6.
Materi pembelajaran dibatasi pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.
Adakah pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar kimia?
2.
Adakah pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia?
3.
Adakah pengaruh interaksi sosial kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia?
4.
Adakah interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kimia.
5.
Adakah interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan intteraksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia.
6.
Adakah interaksi antara kemampuan memori siswa dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia.
7.
Adakah interaksi antara pembelajaran menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Pengaruh pembelajaran dengan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar kimia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
2.
Pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia.
3.
Pengaruh interaksi sosial siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia.
4.
Interaksi antara penggunaan metode Jigsaw dan TGT
dengan media kartu
dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kimia. 5.
Interaksi antara penggunaan metode Jigsaw dan TGT
dengan media kartu
dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia. 6.
Interaksi antara kemampuan memori siswa dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia.
7.
Interaksi pembelajaran dengan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah : 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat memberi sumbangan teoritis bagi masyarakat, guru dan mahasiswa tentang Cooperative Learning khususnya metode Jigsaw dan TGT dalam rangka pengembangan dan peningkatan prestasi belajar siswa. b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan masukan serta referensi bagi penelitian selanjutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c. Mengajak dan mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan penggunaan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa dengan metode kooperatif. d. Mengajak dan mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai. 2.
Manfaat Praktis: a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menentukan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia. b. Untuk mengetahui pengaruh interaksi sosial siswa dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kimia. c.
Untuk melihat dan menganalisis interaksi antara penggunaan pendekatan Cooperative Learning
metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.
Pembelajaran Kimia
a.
Pembelajaran
Kajian teori
Dalam UUSPN pasal 1 butir 20 dinyatakan : Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogis secara teknis dapat diartikan upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial yang menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Menurut Syaiful Sagala (2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yaitu mengajar yang dilakukan oleh guru atau pendidik dan belajar yang dilakukan oleh peserta didik atau murid. Jadi pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersamasama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Corey dalam Syaiful Sagala (2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan siswa secara sengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon dalam situasi-situasi tertentu. Dalam pembelajaran selalu ada komunikasi siswa dan guru. Guru harus dapat mengelola lingkungan commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dan strategi pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran agar supaya siswa dapat menjalani proses pembelajaran secara maksimal. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas peneliti memberikan pengertian pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar yang meliputi guru, teman kelompok dan media pembelajaran pada suatu lingkungan belajar yang dikelola secara sistematik dan sistemik yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya. b.
Pembelajaran Kimia Ilmu kimia mempelajari segala sesuatu tentang materi yang meliputi
komposisi, struktur dan sifat materi, perubahan materi dan perubahan energi yang menyertai perubahan kimia.
Menurut Mohammad Sidiq (2003: 3.29) Secara
ontologi kimia merupakan hirarki prinsip, hukum, teori atau konsep tentang strukturmateri, perubahan materi,perubahan struktur materi serta energy yang menyertai perubahan struktur materi. Secara epistemology kimia dipandang sebagai kebenaran ilmiah yang harus digali dengan metode ilmiah yang secara aksiologi dapt diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara utuh kimia mengandung tiga aspek yaitu konsep, proses dan penerapan. Salah satu tujuan mata pelajaran kimia adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep-konsep, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Dalam pembelajaran kimia siswa akan mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori serta belajar secara sistematis menurut metode ilmiah untuk bisa menghasilkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Menurut Syaiful Sagala (2010: 62) Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Jadi pembelajaran bukan hanya terbatas pada apa yang dilakukan oleh guru saja, tetapi harus melibatkan aktivitas siswa yang meliputi kreativitas untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan membangun sendiri pengetahuan baru serta semua peritiswa yang dirancang dalam proses pembelajaran termasuk
pemanfaatan
media
pembelajaran
dan
pemilihan
strategi/metode
pembelajaran yang tepat. Menurut Syaiful Sagala (2010: 63) salah satu karakteristik pembelajaran yaitu proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Proses pembelajaran diarahkan unutk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Penelitian pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu diharapkan dapat melibatkan proses mental dan aktivitas siswa karena siswa terlibat dalam diskusi kelompok yang menuntut partisipasi aktif siswa dalam proses berfikir untuk membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya. Dari uraian diatas, peneliti mengambil pengertian pembelajaran kimia adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar yang meliputi guru, teman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kelompok
dan
media
pembelajaran
sehingga
siswa
dapat
membangun
pengetahuannya sendiri. c.
Belajar Kegiatan utama dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah adalah
kegiatan belajar.
Banyak orang menganggap belajar adalah mencari ilmu atau
menuntut ilmu. Ada juga yang menganggap belajar adalah menyerap pengetahuan yang artinya seseorang yang belajar harus mengumpulkan fakta-fakta sebanyakbanyaknya yang dapat dihafalkan.
Ada juga yang menganggap belajar adalah
meniru suatu model tertentu yang sesuai dengan tujuan belajar. Ada banyak definisi atau pengertian belajar yang dianut pada saat ini. Pengertian atau teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada definisi belajar. Secara umum pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar terjadi perubahan perilaku seseorang.
Menurut Arsyad Azhar (2004: 1) seseorang
dikatakan telah belajar jika setelah melakukan suatu kegiatan terjadi perubahan perilaku yang terjadi mungkin karena perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan, tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan dalam diri orang tersebut tidak terjadi proses belajar. Menurut Gagne dalam S.Udin Winataputra (2007: 1.8) belajar adalah suatu perubahan kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Bower dan Hilgard dalam S Udin Winataputra (2007: 1.8) : belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan.
Jadi dari pengertian di atas
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan perilaku tersebut
meliputi aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap dan nilai (afektif) serta aspek ketrampilan (psikomotor); 2) perubahan perilaku harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan yang dapat berupa interaksi fisik dan interaksi psikis; 3) perubahan perilaku tersebut bersifat menetap. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, minuman keras dan yang lain tidak dikategorikan sebagai hasil belajar karena sifatnya tidak menetap. Menurut Gage dalam Syaiful Sagala (2010: 13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Lester D. Crow mengemukakan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Belajar dikatakan berhasil
manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya. Menurut Slameto (2003: 13) belajar adalah
“suatu proses usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah : perubahan terjadi secara sadar, perubahan bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. d. Teori-teori Belajar 1) Teori Belajar Konstruktivisme Menurut
teori
konstruktivisme,
belajar
merupakan
proses
aktif
mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. (Paul Suparno, 2006: 61) Dengan kata lain pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran didasari oleh
kenyataan bahwa tiap individu memiliki pengalaman sebagai pengetahuan awal dan memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
konstruktivisme merupakan suatu tehnik pembelajaran yang melibatkan secara aktif peserta
didik
untuk
mengeksplorasi
atau
mencari,
menemukan
dan
mengorganisasikan pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki dalam diri peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Menurut
teori konstriktivisme pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan
melalui kegiatan seseorang.
Seseorang membentuk skema,
kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri. Menurut von Glasersfeld dalam Paul Suparno (2006: 20) dalam proses konstruksi diperlukan beberapa kemampuan yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan; (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
Kemampuan
membandingkan sangat penting untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Menurut Paul Suparno (2006: 44) teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua yaitu konstruktivisme individual dari Piaget dan konstruktivisme sosial dari Vygotsky. Piaget menekankan aktivitas individual dalam pembentukan pengetahuan dan memberikan tekanan perhatian lebih pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat bahasa dan memperhatikan akibat interaksi social, terlebih bahasa dan budaya pada proses belajar anak. a)
Teori Belajar Konstruktivisme dari Piaget commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Piaget menyoroti bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema dan mengubah skema. Ia lebih menekankan bagaimana individu sendiri mengkonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dan obyek yang dihadapi. Ia menekankan bagaimana seorang anak mengadakan abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksi, dalam membentuk pengalaman fisis dan matematisnya. Tampak bahwa tekanan perhatian Piaget lebih pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri yang sedang belajar. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan pada program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa memperoleh berbagai pengalaman belajar. Piaget dalam Udin S Winataputra (2007: 3.37) menyatakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan perkembangan kognitif anak yaitu : asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk terjadinya asimilasi adalah struktur internal yang menggunakan yang menggunakan informasi baru. Namun seseorang sering tidak memadukan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya karena ia tidak memiliki struktur asimilasi yang cocok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa obyek atau kejadian yang baru. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersamasama dalam menghadapi lingkungan (beradaptasi) pada tingkat fungsi intelek. Dalam perkembangan intelek, akomodasi mempunyai arti dalam pengubahan struktur kognitif individu.
Bila seseorang menyadari bahwa cara berpikirnya
bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan mengorganisasikan cara berfikir sebelumnya. Reorganisasi inilah yang menghasilkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Ekuilibrasi
adalah
pengaturan
diri
yang
berkesinambungan
yang
memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap dan seimbang. Ekuilibrasi bukan keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis yang secara terus menerus mengatur tingkah laku. Proses ekulibrasi ini disebut juga proses penyeimbangan antara dunia luar dengan dunia dalam. Tanpa proses ini perkembangan intelektual seseorang akan tersendat-sendat, berlangsung secara tidak seimbang. Ekuilibrasi proses berpikir seseorang terjadi pada bagian fungsi kognitif yang berbeda, yaitu (1) hubungan antara asimilasi, akomodasi dalam perjumpaan seseorang
dalam
kehidupan sehari-hari; (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri seseorang; (3) bagian-bagian dari seseorang.
pengetahuan dan sistem pengetahuan total
Equilibrasi mengakibatkan terjadinya adaptasi yaitu pencocokan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
informasi baru dengan konsep lama yang sudah dimiliki oleh anak, sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Piaget juga menyatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dengan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus dilakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang khas yaitu menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif. Pada penelitian ini siswa melakukan asimilasi ketika menerima informasi baru tentang cara memberi nama senyawa kovalen, senyawa ion biner, senyawa ion poliatom, senyawa asam, senyawa basa dan persamaan reaksi dan menghubungkan dengan penulisan lambang unsur, penggolongan senyawa dari pelajaran ikatan kimia. Akomodasi dialami siswa ketika siswa harus memberi nama senyawa –senyawa yang harus didahului dengan menggolongkan senyawa – senyawa tersebut tergolong senyawa kovalen, senyawa ion biner, atau senyawa ion poliatom serta menuliskan reaksi kimia berdasarkan nama-nama senyawa yang direaksikan dan senyawasenyawa hasil reaksi. Setelah melalui proses asimilasi dan akomodasi siswa akan dapat mengkonstruksi pengetahuan tentang tata nama senyawa dan persamaan reaksi. Implikasi teori Piaget pada pembelajaran adalah sebagai berikut
(Paul
Suparno, 2005: 141) : (1) memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban anak, guru juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
harus memperhatikan proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu. Barulah dapat dikatakan guru berada pada posisi memberikan pengalaman belajar yang dimaksud; (2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukaan sendiri pengalaman itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik; (3) memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. b)
Vygotsky Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu;
(1) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajara; (2) zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang actual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
(3) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya; (4) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. Vygotsky sangat yakin bahwa “kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”. Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni : “(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategistrategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scaffolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri”(Slavin, 1995:49). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori Vygotsky terhadap pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dalam penekanan perancahan dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggung jawab terhadap belajar. Vygotsky lebih memfokuskan perhatian pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Dia memperhatikan
akibat interaksi sosial, terlebih bahasa dan budaya pada proses belajar anak. Belajar commit to Pengertian user merupakan suatu perkembangan pengertian. dibedakan menjadi dua yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
konsep spontan dan konsep ilmiah. (Paul Suparno, 2006: 52)
Konsep spontan
diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua konsep tersebut saling berhubungan terus menerus. Apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah memperngaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Konsep spontan didasarkan pada kejadian khusus dan tidak merupakan bagian yang bertalian secara logis dari suatu sistem pemikiran, sedangkan konsep ilmiah disajikan sebagai bagian dari suatu sistem. Implikasi teori Konstruktivisme pada pembelajaran adalah
(Paul Suparno,
2006: 64) : 1) belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu dilakukan baik secara pribadi dan sosial dan merupakan proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar. Kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang; 2) mengajar adalah proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Mengajar bukanlah mentransfer
pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada yang belum tahu, melainkan membantu seseorang agar dapat mengkontruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya terhadap fenomena dan obyek yang ingin diketahui. Dalam hal ini penyediaan prasarana dan situasi yang memungkinkan dialog secara kritis perlu dikembangkan; 3) guru dalam proses ini lebih menjadi mitra yang aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan siswa mengungkapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
gagasan dan konsepnya serta kritis menguji konsep siswa. Hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah menghargai dan menerima pemikiran siswa apapun adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima gagasan siswa yang berbeda-beda. Pada penelitian pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT siswa akan membangun sendiri pengetahuan tentang tata nama senyawa dan persamaan melalui setting
pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa
berpatisipasi aktif dalam proses diskusi dan game/turnamen. Dalam pembelajaran ini siswa-siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang meliputi guru, teman dalam satu kelompok maupun kelompok lain, media pembelajaran dalam suatu lingkungan belajar dalam suatu proses diskusi yang melibatkan proses mental siswa sehingga masing-masing siswa akan dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri serta memiliki pengetahuan yang dapat bertahan lebih lama dan siap di-recall setiap saat diperlukan 2) Teori Pemrosesan Informasi dari Gagne Menurut Robert M.Gagne dalam Udin S Winataputra (2008: 3.30) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh kapasitas yang baru. Menurut Gagne belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Tingkah laku merupakan efek kumulatif belajar. Artinya banyak ketrampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi siswa belajar tata cara memberi nama senyawa dengan terlebih dulu harus mempunyai ketrampilan penulisan lambang unsur, pengelompokkan senyawa, jenis – jenis ion positif dan negative dan pada persamaan reaksi siswa harus mempunyai bekal pengetahuan menyelesaikan persamaan matematika. Jadi kemampuan siswa memberi nama senyawa sederhana dan menuliskan persamaan reaksi merupakan hasil kumulatif dari materi – materi yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasil yang dapat diperlihatkan. Dalam kegiatan belajar terdapat tiga komponen penting yaitu : (1) kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam kegiatan belajar; (2) kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa; (3) hasil belajar / kapabilitas belajar dapat berupa informasi verbal, ketrampilan intelek, sikap dan siasat kognitif. Ada tiga tahap dalam belajar yaitu : (1) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi; (2) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) yang digunakan untuk persepsi afektif, pembangkitan kembali, respons dan penguatan; (3) alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum. Pada pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT, pada tahap persiapan siswa diberi apersepsi untuk mengingat kembali mengenai unsur-unsur jenis logam dan non logam, nama-nama unsur dan lambangnya, rumus kimia zat, pengelompokkan senyawa kovalen dan senyawa ion serta diberi motivasi mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
nama-nama senyawa dalam kehidupan sehari-hari yang sudah dikenal siswa secara trivial/perdagangan dan nama IUPAC-nya.
Pada tahap pemerolehan dan unjuk
perbuatan siswa akan mempelajari materi yang ada di dalam LKS dengan cara berdiskusi dan berinteraksi dengan teman sekelompoknya baik dalam kelompok ahli maupun kelompok asal (metode Jigsaw) dan berdiskusi antar teman dalam kelompok (metode
TGT).
Dari diskusi ini siswa akan memperoleh persepsi afektif,
membangkitkan kembali materi yang sudah dipelajari yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari serta memperoleh penguatan/reinforcement jika siswa melakukan kinerja yang terbaik untuk tim dalam mencapai tujuan tim. Dari tahap ini siswa akan dapat mengkonstruksi pengetahuan serta pemahaman yang benar tentang materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi. Pada tahap alih belajar siswa akan mengerjakan kuis dan memainkan game dalam turnamen. Akan terlihat seberapa banyak yang dapat ditampilkan siswa dari proses mengkonstruksi pengetahuan dari tahap sebelumnya dengan memperhatikan skor yang diperoleh tiap siswa yang akan menjadi skor kelompok. 3) Teori Belajar Bermakna Ausubel Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 110 – 111) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dalam penyajian materi pelajaran, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dimensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pada dimensi kedua ini siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima ke dalam struktur kognitif (dapat berupa konsep-konsep, teori dan sebagainya) yang sudah dimilikinya sehingga terjadi belajar bermakna. Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep baru akan mengakibatkan perkembangan dan perubahan struktur konsep yang ada atau yang telah dimiliki siswa. Walaupun tidak menutup kemungkinan siswa dapat juga hanya mencobacoba menghapal informasi baru tersebut tanpa menghubungkan dengan konsepkonsep yang dimiliki dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Belajar hapalan diperlukan apabila dalam struktur kognitif siswa belum ada konsep yang berhubungan dengan informasi baru yang akan dipelajari siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna pada intinya adalah merupakan proses mengaitkan informasi baru yang diperoleh siswa pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa tersebut. Belajar mengassosiasikan konsep atau informasi baru ke dalam skema yang dimiliki siswa adalah sangat penting. Dalam kegiatan belajar siswa mengkonstruksi apa yang dipelajari oleh siswa sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan skema yang ada dan bahkan mengubahnya menjadi skema baru sehingga siswa memiliki pengetahuan baru.
Belajar tidak sekedar menghafal saja, tetapi lebih pada
kebermaknaan yang mengaitkan informasi lama dan informasi baru dalam struktur kognitif siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Pada pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT, siswa akan mengaitkan informasi mengenai unsur-unsur jenis logam dan non logam, nama-nama unsur dan lambangnya, rumus kimia zat, pengelompokkan senyawa kovalen dan senyawa ion dengan informasi mengenai tata nama senyawa dan persamaan reaksi. Untuk bisa memberi nama senyawa, siswa terlebih dulu dulu harus bisa menggolongkan senyawa yang akan diberi nama termasuk senyawa kovalen atau senyawa ion sehingga siswa dapat menyebutkan nama suatu senyawa jika diberikan rumus kimianya atau sebaliknya siswa dapat menuliskan rumus kimia jika diberikan nama senyawa. Pada akhirnya siswa akan dapat menuliskan persamaan reaksi jika sudah disediakan nama-nama senyawa. 2.
Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Wina Sanjaya (2006: 242), Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokam/tim kecil yaitu antara empat sampai enam siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, rasa atau suku yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajarn yang telah dirumuskan. Dengan pembelajaran kooperatif maka diharapkan keadaan siswa yang heterogen akan dapat teratasi sehingga siswa akan memperoleh pemahaman yang sama dalam proses pembelajaran. Hal yang lebih menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
akademik, penghargaan terhadap waktu dan suka memberi pertolongan pada orang lain. Menurut Wina Sanjaya (2006: 242), “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.” Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Miftahul
Huda
(2011:
13),
pembelajaran
kooperatif
adalah
pembelajaran yang memberikan pencapaian dan produktivitas lebih tinggi. Sejak semula, penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang dibuat oleh para siswa serta memperlihatkan berbagai alasan bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan yang paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan pengaruh dan pencapaian yang maksimal. Ada
alasan penting yang dapat dikemukakan mengapa pembelajaran
kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
untuk digunakan.
Menurut Slavin dalam Wina Sanjaya (2006: 242) beberapa
penelitian membuktikan bahwa : 1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri; 2) pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto (2007: 42) Pembelajaran kooperatif disusun dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Menurut Arends (2008: 5)
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai sedikitnya tiga tujuan penting, yaitu : 1) prestasi/hasil belajar akademis; 2) toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman; 3) pengembangan ketrampilan sosial. Pembelajaraan kooperatif akan memberikan hasil pembelajaran yang lebih tinggi yang meliputi produktivitas belajar yang makin meningkat dan daya ingat yang lebih lama. Disamping itu dengan pembelajaran kelompok heterogen siswa akan meningkat rasa toleransi dan penerimaan terhadap keberagaman serta akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
meningkatkan ketrampilan sosial melalui proses diskusi yang dilakukan selama proses pembelajaran. c.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain dalam
hal proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada pembelajaran kooperatif lebih menekankan proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai bukan hanya kemampuan akademis dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Menurut Slavin, Abrani dan Chambers dalam Wina Sanjaya (2006: 244) Belajar kooperatif dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Pada pembelajaran kooperatif, perspektif motivasi dapat diartikan bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu, karena keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok, sehingga hal ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial
dapat diartikan bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
Perspektif
perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya
interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Perspektif elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Wina Sanjaya (2006: 244), “Karakteristik pembelajaran kooperatif ada empat yaitu : 1) pembelajaran secara tim; 2) didasarkan pada manejemen kooperatif; 3) kemauan untuk bekerja sama; 4) ketrampilan bekerja sama.” Pada pembelajaran kooperatif tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, sehingga tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim/kelompok harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, walaupun setiap anggota kelompok sudah diatur tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kemauan untuk bekerja sama dapat dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan yang dapat menggambarkan kemauan bekerja sama. Dengan demikian siswa didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini karena dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Keberhasilan tim sangat ditentukan oleh keaktifan masing-masing anggota tim untuk saling berkontribusi memberikan kinerja terbaiknya agar tim mereka dapat berhasil. 3.
Metode Jigsaw Metode pengajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson. Menurut Anita
Lie (2002: 68) “Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Menurut Slavin (2008: 14) Jigsaw adalah adaptasi dari teknik teka teki Elliot Aronson. Dalam tehnik ini siswa bekerja dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang dengan latar belakang yang berbeda. Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Pembelajaran dengan tim Jigsaw diilustrasikan sebagai berikut :
A
B
A
C
A
B
A
B
C
D
B
D
C
D
C
D
A
B
C
D
Base Group (Each Student is Assigned a subtopic) A
A
A
A
Expert Group (Students discuss The subtopic and agree on how they can teach their base group members)
Base Group (Students return to their basegroup to take turns teaching each other) Gambar 2.1. Ilustrasi yang menunjukkan pembelajaran dengan tim Jigsaw Pada pembelajaran mengunakan metode Jigsaw, siswa bekerja dalam sistem yang heterogen. Siswa diberi tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat siswa membaca. Setelah semua siswa selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai topik yang sama berkumpul dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka sekitar 10 menit. Para ahli kemudian kembali kepada kelompok asal dan secara commit to user bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan oleh siswa kepada timnya didasarkan pada skor perkembangan individu dan para siswa yang timnya memperoleh skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdepensi artinya tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat penilaian. Metode Jigsaw dipergunakan bila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subyek-subyek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang lain yang tujuan pembelajarannya lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pada materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi, penggunaan metode Jigsaw dan sangat sesuai karena siswa dituntut menguasai konsep cara memberi nama senyawa serta menuliskan persamaan reaksi dari namanama senyawa. Jika siswa menguasai konsep cara memberi nama senyawa, maka rumus kimia senyawa apapun yang diberikan secara otomatis siswa dapat menuliskan rumus kimianya, demikian juga jika diberikan rumus kimia senyawa siswa akan dapat menuliskan nama senyawa. Jika siswa sudah menguasai konsep tata nama senyawa sederhana , maka siswa akan dapat menuliskan persamaan reaksi dari suatu proses kimia serta menyetarakan persamaan reaksi yang ditulisnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
sehingga menjadi sebuah persamaan reaksi yang setara yang memenuhi hukum kekekalan massa. Menurut Slavin (2008: 241) Pembelajaran dengan metode Jigsaw terdiri atas 5 fase, yaitu : Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Metode Jigsaw Fase 1. Membaca
Kegiatan Para siswa membaca materi yang telah diterima dan diminta untuk menemukan informasi.
2. Diskusi Kelompok
Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli
Ahli 3. Laporan
Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing – masing
Tim
(kelompok asal) untuk mengajari topik - topik mereka kepada teman satu timnya
4. Tes
Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik
5. Rekognisi Tim
Skor tim didasarkan pada skor kemajuan individual. Tim yang memperoleh skor terbaik diberi penghargaan atau reward
Pada Pembelajaran dengan metode Jigsaw siswa akan melewati fase – fase : 1) Membaca : Para siswa membaca materi dalam LKS yang sudah diterima. Guru membagi tugas masing-masing ahli dalam tiap kelompok; 2) Diskusi kelompok ahli : Siswa-siswa dengan keahlian yang sama akan berkumpul untuk mendiskusikan tugas masing-masing. Pada diskusi ini siswa-siswa saling berinteraksi dengan teman-teman ahli untuk memecahkan masalah yang menjadi tugasnya. Masing-masing ahli harus berusaha
sebaik-baiknya
untuk commit betul-betul to user bisa
memahami
materi
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
ditugaskannya agar nanti bila mereka harus kembali ke kelompok asal mereka akan dapat mengajari teman-teman dalam kelompok asal; 3) Laporan tim : Para ahli kembali ke kelompok asal untuk mengajari teman-teman satu kelompoknya topik atau materi yang sudah dipelajarinya dalam diskusi kelompok ahli; 4) Tes : Siswasiswa mengerjakan kuis. Kemudian siswa bertukar lembar jawab untuk menghitung skor individu; 5) Rekognisi tim : Tim yang menunjukkan kinerja terbaiknya akan diberi reward yaitu tim yang memperoleh hasil kuis terbaik. Reward yang diberikan berupa sertifikat. Pemilihan metode Jigsaw pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik siswa di SMA Negeri 1 Rawalo, sebagai berikut : 1) siswa yang diteliti adalah siswa kelas X yang baru saja memasuki bangku SMA, tentu saja dengan keadaan awal yang sangat heterogen karena siswa berasal dari SMP-SMP yang tidak sama, 2) SMA Negeri 1 Rawalo masih tergolong sebagai Unit Sekolah Baru sehingga minat masyarakat memasukkan putra-putrinya bersekolah di SMA Negeri 1 Rawalo masih cukup rendah. Hal ini mengakibatkan raw input siswa kelas X masih belum baik dan perbedaan kemampuan akademis diantara siswa sangat mencolok. Ada siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi tetapi ada juga yang mempunyai kemampuan akademis sangat rendah.
Diharapkan dengan penggunaan metode
Jigsaw, siswa-siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi akan dapat membantu teman-temannya dalam kegiatan pembelajaran agar supaya tidak ada siswa yang tertinggal dalam mempelajari materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
4.
Metode TGT (Team Games Tournament ) Metode TGT (Teams Games Tournament) dikembangkan oleh David De Vries
dan Keith Edwars. Dalam TGT para siswa dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode kooperatif yang lain tetapi kuis yang harus dikerjakan siswa pada akhir kegiatan diganti dengan turnamen mingguan dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan point bagi skor timnya. Pada metode TGT dimasukkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan yang menyenangkan. Deskripsi komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut : a.
Pengajaran Pada awal kegiatan pembelajaran guru mengenalkan metode pembelajaran
TGT kemudian membagi siswa dalam kelompok-kelompok sesuai dengan nilai pretest dan menyampaikan materi pembelajaran yang harus dipelajari.
Dalam
penelitian ini setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa yang harus dipelajari oleh siswa dalam diskusi kelompok, seperangkat kartu soal dan kartu jawaban yang digunakan untuk permainan. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah RPP, buku materi mata pelajaran kimia, seperangkat kartu soal dan kartu jawaban, instrumen pretest dan posttest (kuis). Selama kegiatan pembelajaran siswa harus saling membantu dan bekerja sama dalam menjawab soal yaitu memasangkan kartu soal dan kartu jawaban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
b.
Belajar tim Tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai kemampuan berbeda-beda dan
mewakili seluruh bagian kelas. Anggota tim ditentukan oleh guru agar tidak terjadi dalam satu kelompok beranggota siswa-siswa dengan kemampuan akademis yang sama. Tim harus benar-benar berfungsi untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota untuk bisa mengerjakan kuis dengan benar. Dalam belajar tim dilakukan pembahasan masalah, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman jika anggota tim ada yang membuat kesalahan. Dalam belajar tim ditekankan bahwa anggota tim harus melakukan yang terbaik untuk tim, demikian pula tim harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim harus dapat memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademis yaitu dengan memberi perhatian dan respek yang mutual seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri dan penerimaan terhadap siswa yang berkemampuan akademis kurang. c.
Turnamen/pertandingan Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Game biasanya
terdiri atas pertanyaan-pertanyaan
yang kontennya relevan dengan materi
pembelajaran dan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Turnamen diselenggarakan pada akhir pembelajaran setelah guru memberikan presentasi kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok. Pelaksanaan turnamen pertama : siswa bermain game dalam kelompoknya masing-masing untuk menentukan peringkat 1, 2, 3 dan 4. commit to user
Selanjutnya
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
peringkat ini siswa akan memainkan game dalam turnamen kelas dalam meja turnamen dengan teman dari kelompok lain yang kemampuannya setara. Ilustrasi siswa pada meja turnamen sebagai berikut : Team A
Team B
Team C
Gambar 2.2 : Penempatan siswa pada meja turnamen. d.
Penghargaan/rekognisi tim Tim yang berhasil mencapai skor tertinggi dinyatakan sebagai pemenang. Tim
yang menang akan mendapatkan penghargaan.
Bentuk penghargaan yang dapat
diberikan misalnya pemberian sertifikat, pemberian ucapan selamat di depan kelas atau pengumuman tim pemenang di majalah dinding. Penghargaan atau rekognisi tim ini sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
merupakan sesuatu yang penting sehingga hal ini akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya dalam belajar. Menurut Slavin (2008: 170) Fase-fase pembelajaran menggunakan metode TGT sebagai berikut : Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran TGT Fase
Kegiatan
1. Pengajaran
Menyampaikan pelajaran
2. Belajar Tim
Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi
3. Turnamen
Para siswa memainkan game akademis dalam kemampuan yang homogeny dengan meja turnamen empat perserta
4. Rekognisi
Menentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau
Tim
bentuk-bentuk penghargaan lainnya.
Pada pembelajaran dengan metode TGT siswa akan melewati fase – fase sebagai berikut : 1) pengajaran : Siswa menerima topik pelajaran dari LKS.
Guru
memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran sesuai yang tercantum dalam LKS dan tata cara pembelajaran dengan metode TGT; 2) belajar tim : para siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mempelajari LKS yang telah diterima. Sementara itu guru berkeliling kelas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat dari
siswa
dan
jika
ada
yang
membutuhkan
guru
dapat
memberikan
bimbingan/bantuan agar siswa dapat memecahkan masalah yang ada di dalam LKS serta membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan; 3) turnamen : Siswa dari tiap-tiap kelompok berkompetisi dengan kelompok lain dalam satu meja turnamen commit to user tim : Menetukan skor tim dimana dengan kemampuan yang homogen; 4) rekognisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
skor tim diperoleh dari skor tiap-tiap anggota kelompok yang tadi telah melakukan game dalam turnamen pada fase sebelumnya. Tim yang mendapat skor terbesar dinyatakan sebagai tim terbaik dan berhak mendapat reward. 5.
Media pembelajaran berbentuk kartu Menurut Kemp dalam Rudi Susilana (2007: 2) Proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi, artinya di dalamnya terdapat proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan).
Komunikasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang terlibat di dalamnya yaitu komunikator (pembawa pesan), komunikan (penerima pesan), channel, message, feed back dan noise/barier. Dalam komunikasi proses terpenting adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui channel. Dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai channel adalah media pembelajaran. a) Pengertian Media Pembelajaran Menurut Yudhi Munadi (2010 :7–8) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) Media adalah segala saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Jadi media adalah alat untuk untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran keberadaan media sangat diperlukan sebagai alat untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Menurut Rudi Susilana (2007: 6) Media pembelajaran mempunyai beberapa pengertian : 1) tehnologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran; 2) sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya; 3) sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang, termasuk tehnologi perangkat kerasnya. Media pembelajaran selalu mengandung dua unsur penting yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message).
Media pembelajaran
memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukan peralatan itu tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa (a) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan; (b) materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran; (c) tujuan yang ingin dicapai adalah keberhasilan proses pembelajaran.
Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan
bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, meningkatkan daya ingat, memperpanjang lama waktu penyimpanan informasi dalam memori dan pada akhirnya dapat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran. b) Kegunaan Media Pembelajaran Menurut Rudi Susilana (2007: 9) media pembelajaran mempunyai kegunaan : 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar; 4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya; 5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
persepsi yang sama. Jadi dalam kegiatan pembelajaran media mempunyai peranan sangat penting, karena dengan penggunaan media, keterbatasan-keterbatasan dalam proses pembelajaran seperti tersebut di atas dapat diatasi. Menurut Kemp and Dayton dalam Rudi Susilana (2007: 9) Kontribusi media pembelajaran adalah: 1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih berstandar; 2) Pembelajaran dapat lebih menarik; 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; 5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; 6) Proses pembelajaran dapat berlangsung dimanapun dan kapanpun; 7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; 8) Peran guru berubah ke arah yang positif. Dalam poses pembelajaran pemanfaatan media pembelajaran sangat penting karena media pembelajaran memberikan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan proses pembelajaran serta dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan selama proses pembelajaran. Menurut Rudi Susilana (2007: 10) selain dari uraian di atas, media pembelajaran juga mempunyai nilai dan manfaat sebagai berikut : 1) membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak; 2) menghadirkan obyek-obyek yang terlalu berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar; 3) menampilkan obyek yang terlalu besar atau kecil; 4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Jadi penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat perlu. c)
Kriteria Pemilihan Media Dasar pertimbangan pemilihan media adalah terpenuhinya kebutuhan dan
tercapainya tujuan pembelajaran. Kriteria pemilihan media pembelajaran menurut Rudi Susilana (2007: 69-71) : 1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; 2) kesesuaian dengan materi pembelajaran; 3) kesesuaian dengan teori; 4) kesesuaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
dengan gaya belajar siswa; 5) kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia. d) Media kartu Salah satu contoh media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu. Media pembelajaran kartu sudah sangat familiar dan mudah digunakan serta mudah dibuat tanpa memerlukan keahlian khusus disamping biaya pembuatannya juga sangat murah. Penelitian pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial diharapkan dapat menimbulkan gairah belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, meningkatkan penerimaan informasi, memperkuat lama waktu penyimpanan informasi dan mempermudah siswa dalam menggali kembali informasi yang sudah diterima sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Langkah-langkah penerapan pembelajaran menggunakan media kartu sebagai berikut: Guru menyiapkan dua set kartu , yaitu satu set kartu soal dan satu set kartu jawaban, setiap kelompok akan mendapatkan delapan set kartu yaitu empat set kartu soal dan empat set kartu jawaban. Pada kelas Jigsaw empat set kartu tersebut akan diberikan kepada setiap ahli masing-masing satu set kartu soal dan satu set kartu jawaban yang kemudian didiskusikan pada kelompok ahlinya masing-masing. Pada kelas TGT empat set kartu soal dan empat set kartu jawaban akan didiskusikan dalam kelompoknya
masing-masing.
Kemudian
setelah
menyelesaikan
proses
memasangkan kartu, siswa harus mendiskusikan mengenai bagaimana cara bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
memasangkan kartu-kartu tersebut, sehingga diharapkan pada akhir pembelajaran siswa akan dapat mengambil kesimpulan secara keseluruhan mengenai bagaimana cara memberi nama senyawa.
Dengan bantuan media kartu siswa akan dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuan tentang tata nama senyawa dan persamaan reaksi secara lebih baik sehingga pengetahuan ini dapat lebih lama tersimpan dalam memori siswa dan selalu siap di-recall pada saat yang diperlukan. Keunggulan dari metode ini adalah pembelajaran ini menyajikan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa merasakan pembelajaran yang bermakna. Materi yang diajarkan lebih mudah diserap oleh siswa. Sedangkan, kelemahan dari pembelajaran ini adalah: anak pertama kali akan bingung, sehingga diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, dan waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 6.
Kemampuan Memori Memori berarti mengingat atau menyimpan. Menurut Abu Ahmadi (2009: 73)
Ingatan atau memori merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita. Kemampuan memori secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima. Menurut Drever dalam Walgito (2005: 163) : “Memory : in the abstract and most general sense, that characteristic of living organism, in virtue of which what they experience leaves behind effects of modify future experiences and behavior, invirtus of which that have a history, to user and that history is recorded incommit themselves, than characteristic which underlines
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
all learning, the essential feature of which retention, in a narrow sense it covers recall and recognition- what we call remembering- but there may be learning without remembering.” Ingatan mencakup kemampuan memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan kemampuan mengeluarkan kembali (remembering). Dalam istlah lain dikemukakan bahwa kemampuan memasukkan (encoding), kemampuan menyimpan ( storage) dan kemampuan untuk menimbulkan kembali (retrieval). Menurut Mahesh Kapadia (2003: 5) daya ingat bekerja dalam empat tahap : 1) daya ingat mengenai sesuatu; 2) kesan yang tinggal di daya ingat; 3) daya ingat yang dapat menyimpan kesan; 4) daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan. Masing-masing orang mempunyai daya ingat yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan kemampuan memori tiap orang tidak sama. Kemampuan memori mencakup tiga aspek yaitu: 1) kemampuan untuk menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke dalam ingatan; 2) kemampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran, pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan dan disimpan dalam ingatan. Ketiga kemampuan tersebut antara individu satu dengan yang lain tidak sama.
Ada yang memiliki kemampuan untuk menerima atau
menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang baik, tetapi kemampuan menyimpan pesan dan kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran kurang baik. Ada yang memiliki kemampuan menerima atau menangkap pesan kurang baik tetapi kemampuan menyimpan dan kemampuan memunculkan kembali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
ke dalam kesadaran cukup baik. Hal ini yang menjadikan kemampuan memori antara individu berbeda. Kemampuan memori dibedakan menjadi tiga sistem yang dikenal sebagai model paradigma. Menurut Atkinson dan Shriffin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madison, kemampuan memori dikelompokkan menjadi: 1) Sensory Memory (sistem ingatan sensori); 2) Short Term Memory (ingatan jangka pendek); 3) Long Term Memory (ingatan jangka panjang). Sensory Memory mencatat informasi atau stimulus yang diterima melalui salah satu kombinasi panca indera, yaitu secara visual menggunakan mata, bau menggunakan hidung, rasa menggunakan lidah, pendengaran menggunakan telinga dan rabaan menggunakan kulit. Informasi tersebut akan diseleksi oleh individu secara sadar atau tidak sadar. Bila informasi tersebut tidak diperhatikan maka akan langsung
dilupakan
tetapi
bila
diperhatikan
informasi
tersebut
akan
ditransformasikan ke dalam sistem ingatan jangka pendek. Jika informasi tersebut diulang-ulang maka akan masuk ke dalam ingatan jangka panjang dan bersifat permanen. Pesan atau informasi yang diterima oleh seseorang akan diproses melalui tahap-tahap yang berurutan. Sebelum masuk ke Long Term Memory pesan atau informasi tersebut harus melewati tahap Short Term Memory. Menurut M.Asrori (2007: 13) Dalam pemrosesan informasi ada empat tahap yang dilalui yaitu: pengkodean, penyimpanan, mengingat kembali dan lupa. Pengkodean informasi adalah cara mengenal informasi secara tepat, menandai dan meletakkannya ke dalam memori. Mula-mula informasi dikenali secara tepat dan kemudian ditandai. Salah satu penyebab kenapa informasi dilupakan adalah karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
informasi tidak dikoding atau ditandai dengan baik sehingga tidak berkesan. Meskipun informasi sudah masuk dalam ingatan jangka pendek, jika tidak dilakukan pengulangan maka informasi tidak akan masuk kedalam ingatan jangka panjang. Pada tahap mengingat kembali informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang, kita melakukan proses retrieval yaitu mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Proses retrieval dapat berupa dua hal yaitu: 1) recognition: mengenali suatu stimulus yang dulu pernah dialami sebelumnya; 2) recall: mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu.
Proses
retrieval dapat dibantu dengan adanya cue yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Masing-masing individu memiliki kemampuan memori atau ingatan yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan memori. Menurut Bimo Walgito (1988: 107-115) ada sembilan faktor yang mempengaruhi memori yaitu: 1) daya (cepat tidaknya) memasukkan apa yang dipelajari; 2) ukuran (banyak sedikitnya) materi yang dipelajari; 3) sifat informasi yaitu informasi yang berarti atau bermakna lebih mudah diingat daripada yang tidak memiliki arti dan tidak bermakna; 4) lama interval yaitu lamanya waktu antara pemasukan informasi sampai ditimbulkannya kembali informasi tersebut. Semakin lama interval maka akan semakin berkurang kemampuan memori seseorang; 5) isi interval yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval. Jika seseorang mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi yang lain, maka materi-materi itu akan saling mengganggu dalam proses memori; 6) situasi seseorang, istirahat akan memperkuat daya retensi; 7) perulangan, makin sering informasi diulang makin baik informasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
yang telah dimasukkan dalam memori; 9) amnesia, yaitu gangguan pada otak sebagai pusat kesadaran. Pada penelitian ini peneliti mengambil pengertian kemampuan memori adalah kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesankesan itu dan mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima. Kemampuan memori merupakan salah satu variabel bebas yang dapat diukur. Kisi-kisi pengukuran kemampuan memori adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Kisi-kisi instrumen kemampuan memori Konseptual Menurut Abu Ahmadi : Ingatan atau memori merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertianpengertian atau tanggapantanggapan kita. Menurut Drever : Ingatan mencakup kemampuan memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan kemampuan mengeluarkan kembali (remembering).
Definisi Operasional Kemampuan memori dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesankesan itu dan mengeluarkan kembali kesankesan yang pernah diterima.
Komponen
Indikator
1) Kemampuan untuk menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke dalam ingatan. 2) Kemampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik. 3) Kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran, pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan dan disimpan dalam ingatan.
1) Responden dapat mengingat huruf awal atau nama proses yang disediakan 2) Responden dapat mengingat huruf awal atau nama proses yang disediakan 3) Responden dapat mengingat huruf awal atau nama koloid yang disediakan 4) Responden dapat mengingat huruf awal atau nama senyawa yang disediakan 5)Responden dapat mengingat huruf awal atau nama dari dua kelompok yang disediakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
7.
Interaksi Sosial Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidupnya manusia selalu berhubungan dan berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Demikian juga dalam proses pembelajaran, antara satu siswa dengan siswa yang lain saling berinteraksi dua arah atau interaksi dalam kelompok a.
Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok
tertentu yaitu antar siswa dalam kelompok atau dengan teman sekelasnya untuk saling bekerja sama. Menurut Thibaut dan Kelley dalam M.Asrori (2004: 87) Interaksi adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan hasil yang sama atau berkomunikasi satu sama lain. Menurut Bonner dalam Ary H Gunawan (2010: 31) Interaksi social merupakan hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah individu lain atau sebaliknya. Jadi dalam interaksi sosial setiap orang bertujuan mempengaruhi individu yang lain agar dapat menciptakan hasil yang sama. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 65) interaksi sosial merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang per orang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia. Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahapan pertama dari terjadinya interaksi sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran serta reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Interaksi sosial yang terjadi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
pembelajaran merupakan interaksi edukatif yaitu hubungan timbal balik/komunikasi dua arah dalam ikatan tujuan pembelajaran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok serta antara kelompok dengan kelompok.
Dalam
interaksi terjadi hubungan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dimana di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. b. Bentuk-bentuk interaksi sosial Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santosa (2006: 22-23) Bentuk-bentuk interaksi sosial antara lain : 1) Kerja sama (cooperation) yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan; 2) Persaingan (competition) yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan kelompok sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok dalam proses pembelajaran merupakan perpaduan antara kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling memberi atau menerima pengaruh dari anggota yang lain. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu atau kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsicommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
fungsi antara lain : menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 71- 90),
bentuk-bentuk interaksi sosial
meliputi : 1) kerja sama; 2) akomodasi; 3) asimilasi; 4) persaingan; 5) kontraversi; 6) pertentangan / konflik. Asimilasi yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiap individu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Persaingan yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman. Kontraversi yaitu merupakan gejala-gejala adanya rasa ketidakpuasan terhadap keputusan atau tindakan orang lain. Pertentangan/konflik yaitu suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihak lain melalui ancaman atau kekerasan. Menurut Kourt dalam Slamet Santosa (2006: 27) interaksi sosial dikelompokkan menjadi empat yaitu : 1) Komensalisme yaitu suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu, 2) Parasialisme yaitu interaksi sosial yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja, 3) Mutualisme yaitu suatu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak, 4 ) Sociality yaitu suatu interaksi social yang bersifat kemasyarakatan. Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santosa (2006: 23 – 27) Bentuk-bentuk to user (competition); 2) pertentangan interaksi sosial ada empat yaitu commit : 1) persaingan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
(conflict);
3)
persesuaian
(accommodation);
4)
perpaduan
(assimilation).
Pertentangan (conflict) yaitu merupakan proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Persesuaian (accommodation) merupakan usaha dimana individu-individu atau kelompok saling mengadakan penyesusian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Perpaduan (assimilation) yaitu suatu proses sosial dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan di antara individu atau kelompok dan merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental yang memperhatikan kepentingan bersama. Kimbal Young dalam Soerjono Soekanto (2006: 73) mengemukakan bentukbentuk interaksi sosial meliputi : 1) oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict), 2) kerja sama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accommodation) dan 3) diferensiasi (differentiation) yaitu proses dimana individu dalam masyarakat memperoleh hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah stabilitas sosial) yang dilakukan melalui kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi serta ada yang bersifat dissosiatif yaitu yang terjadi sebagai persaingan, kontraversi dan pertentangan. Selanjutnya penulis merumuskan aspek – aspek interaksi sosial yang terjadi meliputi : 1) kerja sama (cooperation); 2) persaingan
(competition);
3)
pertentangan
(conflict);
4)
persesuaian
(accommodation); 5) perpaduan (assimilation). Peneliti memilih lima aspek tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
karena secara keseluruhan semua aspek yang dikemukakan oleh para ahli sudah tercakup dalam lima aspek tersebut. Interaksi sosial merupakan variabel bebas yang dapat diukur. Kisi-kisi instrumen pengukuran interaksi sosial sebagai berikut : Tabel 2.4 Kisi-kisi instrumen interaksi sosial Konseptual
Definisi Komponen Operasional Menurut Seorjono Hubungan antara 1. Kerja sama Soekanto : dua atau lebih 2. Persaingan Interaksi sosial individu dimana 3. Pertentangan adalah hubungan kelakuan individu 4. Persesuaian sosial yang mempengaruhi, 5. Perpaduan dinamis antara mengubah atau orang memperbaiki perseorangan dan kelakuan individu orang yang lain dalam perseorangan, rangka mencapai antara tujuan bersama perseorangan dengan kelompok serta antara kelompok dengan kelompok untuk saling bekerja sama. Menurut Bonner : interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih dimana kelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain atau sebaliknya. Menurut Thibaut dan Kelley : interaksi sosial adalah persitiwa commit to user saling
Indikator 1. Berusaha menyadari bahwa siswa mempunyai tujuan/kepentingan yang sama 2. Masing-masing individu menyediakan tenaga dan pikiran untuk saling membantu dan saling member/menerima pengaruh dari individu yang lain 3. Saling berusaha atau berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan 4. Berusaha memenuhi tujuannya dengan menentang pihak lain 5. Berusaha mencapai tujuan sehingga individu atau kelompok lain hancur 6. Berusaha meredakan suatu pertentangan untuk mencapai kestabilan 7. Berusaha
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, merea menciptakan hasil bersama atau berkomunikasi satu sama lain.
8.
Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi Belajar
mengadakan penyesuaian untuk mengatasi keteganganketegangan atau perbedaan pendapat 8. Berusaha memperitnggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepetingan dan tujuan bersama.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran, pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh yang berupa perubahan tingkah laku dan perolehan konsep atau pengetahuan baru disebut prestasi belajar. Menurut Suratinah Tirtonegoro (2001: 43) “Prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada periode waktu tertentu.” Belajar merupakan proses yang tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat diamati adalah hasil yang diperoleh setelah siswa melakukan proses belajar. Hasil usaha dari proses belajar dinyatakan sebagai prestasi belajar. Jadi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dapat diketahui dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat diukur melalui proses penilaian/evaluasi. Menurut Asep Jihad (2008: 14) Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Saifudin Azwar (1988: 11) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka atau huruf melalui suatu proses evaluasi. Menurut Bloom dalam Robinson Situmorang (2005: 2.17-2.23) prestasi belajar meliputi tiga aspek atau tiga ranah yaitu: 1) kognitif yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berpikir; 2) afektif yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesusian diri; 3) psikomotor yang berkenaan dengan otot, ketrampilan motorik atau ketrampilan yang membutuhkan koordinasi otot. Menurut Chittenden dalam Zainal Arifin (2011: 15) “Tujuan evaluasi diantaranya yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap penguasaan kompetensi dan untuk mengetahui tingkat efisiensi metode atau pendekatan dalam pengajaran selama waktu tertentu.” Jadi selain digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa, penilaian/evaluasi dapat digunakan sebagai indikator apakah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi sehingga pada kegiatan pembelajaran berikutnya akan dapat dilakukan perbaikan terutama pemilihan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kerakteristik materi pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
b. Pengukuran Prestasi Belajar Menurut Bloom dalam Robinson Situmorang (2005: 2.17-2.23) prestasi belajar meliputi tiga aspek atau tiga ranah yaitu : 1) kognitif yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berpikir; 2) afektif yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesusian diri; 3) psikomotor yang berkenaan dengan otot, ketrampilan motorik atau ketrampilan yang membutuhkan koordinasi otot. Prestasi belajar ditunjukkan dengan dengan berubahnya proses kognitif yang mendapat dukungan dari aspek psikomotor dan aspek afektif. Pada kenyataannya intensitas pengukuran prestasi belajar aspek kognitif lebih banyak, namun demikian pengukuran prestasi belajar terhadap aspek psikomotor dan afektif harus tetap juga dilakukan. Untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar harus dilakukan penilaian / evaluasi. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang di teliti hanya dari ranah kognitif dan afektif.
Menurut Robinson Situmorang dkk (2005: 2.18-2.19) Ranah kognitif
meliputi 6 aspek yaitu : 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3) penerapan; 4) analisis; 5) sintesis; 6) evaluasi. Pengetahuan meliputi perilaku yang menekankan pada kemampuan
mengingat.
Pemahaman
meliputi
perilaku
menterjemahkan,
menafsirkan, menyimpulkan atau mengekstrapolasi konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri.
Penerapan meliputi
penggunaan konsep atau ide, prinsip, atau teori dan prosedur, atau metode yang telah dipahami oleh siswa ke dalam praktik memecahkan masalah atau melakukan suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
pekerjaan.
Analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan konsep
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian – bagian tersebut. Sintesis berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian – bagian sesuatu secara terintegrasi menjadi bentuk tertentu yang semula belum ada. Evaluasi berarti suatu kemampuan membuat penilaian tentang nilai atau value untuk maksud tertentu. Menurut Krathwohl, Bloom dan Masia dalanm Robinson Situmorang dkk (2005: 2.23-2.24) Tingkatan ranah afektif meliputi : 1) penerimaan; 2) pemberian respon; 3) pemberian nilai atau penghargaan; 4) pengorganisasian; 5) karakterisasi atau pengalaman. Penerimaan meliputi suatu kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai dan memperhatikan nilai tersebut. Pemberian respon meliputi sikap ingin merespon terhadap sistem, puas dalam memberi respon. Pemberian nilai atau penghargaan meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai, dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu. Pengorganisasian meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan. Karakterisasi atau pengalaman meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya. Menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, karakteristik ranah afektif meliputi : 1) sikap; 2) minat; 3) konsep diri; 4) nilai; 5) moral. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,
tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Moral adalah hal berkaitan dengan perasaan benar atau salah terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lima ranah afektif untuk dievaluasi yaitu : ranah sikap, ranah minat, ranah konsep diri, ranah nilai dan ranah moral. Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 59) “Syarat-syarat alat evaluasi (tes) yang baik adalah tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat validitas (sahih), reliabilitas (dapat dipercaya), obyektivitas (tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi), praktikabilitas (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya serta dilengkapi dengan petunjuk yang jelas) dan ekonomis (pelaksanaan tes tidak memerlukan biaya yang mahal)”.
Alat evaluasi yang digunakan harus benar-benar berfungsi sebagai alat ukur yang dapat mengukur semua perolehan hasil belajar siswa. Alat evaluasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat dan prinsip tertentu dalam mengukur prestasi belajar siswa agar informasi yang diperoleh akurat dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil belajar dapat diperoleh jika dilakukan evaluasi atau tindak lanjut atau cara lain untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Tingkat penguasaan siswa dapat diketahui dari hasil tes tulis, kuis atau melalui pengamatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
9.
Materi Tata Nama Senyawa Sederhana dan Persamaan Reaksi Materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi merupakan materi
pertama dari standar kompetensi : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri); kompetensi dasar : mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. Materi ini sangat penting karena merupakan materi esensial yang penggunaannya sangat luas hampir di semua sektor pembahasan tentang ilmu kimia. Materi ini bersifat abstrak dan bersifat konseptual serta informatif. Siswa harus mempelajari konsep-konsep tentang senyawa kovalen, senyawa ion, senyawa organik, rumus kation dan anion, penulisan rumus kimia dan konsep persamaan reaksi. Pada pembelajaran materi ini siswa dituntut bisa menggolongkan atau mengelompokkan senyawa-senyawa ke dalam kelompok senyawa kovalen atau senyawa ion maupun senyawa organik, serta memahami konsep cara penulisan persamaan reaksi untuk sampai kepada pemahaman materi tentang tata nama senyawa dan persamaan reaksi. a. Tata Nama Senyawa Sederhana Dewasa ini tidak kurang dari 10 juta senyawa yang sudah dikenal dan ribuan senyawa ditemukan tiap tahun. Setiap senyawa perlu mempunyai nama yang spesifik. Memberi nama suatu senyawa bertujuan untuk membedakan zat tersebut dari zat yang lain. Sama seperti unsur, penamaan suatu senyawa mempunyai asal usul yang berbeda-beda berdasarkan beberapa hal, seperti nama tempat, nama orang atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan. Contoh : garam Glauber yaitu natrium sulfat (Na2SO4) yang ditemukan oleh J.R. Glauber, commit to user
salmiak yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
ammonium klorida (NH4Cl) yaitu garam yang awal mulanyadiperoleh dari kotoran sapi di dekat kuil dewa Jupiter Ammon di Mesir, soda pencuci yaitu natrium karbonat (Na2CO3) yang digunakan untuk melunakkan air sadah sehingga bias digunakan untuk mencuci. Penamaan seperti tersebut di atas disebut nama trivial. Penamaan senyawa dengan nama trivial tidak efektif, karena hampir setiap tahun ditemukan ribuan senyawa baru dan sampai saat ini sudah jutaan senyawa kimia yang ditemukan. Untuk mengatasi masalah tersebut, himpunan kimia sedunia yang disebut IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) telah merumuskan tata nama senyawa kimia. Nama yang didasarkan pada aturan IUPAC ini kita kenal sebagai nama IUPAC. Pada bagian ini, kita akan membahas tata nama senyawa sederhana dan beberapa senyawa organik. Berdasarkan aturan IUPAC, penamaan suatu senyawa dapat berdasarkan bilangan oksidasi, oleh karena itu perlu mengenal lebih dulu tentang bilangan oksidasi dan aturan-aturan penentuan bilangan oksidasi. 1) Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi yaitu ukuran kemampuan suatu atom unuk melepas atau menangkap electron dalam pembentukan senyawa.
Harga bilangan oksidasi
menunjukkan banyaknya electron yang dilepas/ditangkap. Bilangan oksidasi dapat bertanda positif atau negatif. Konsep bilangan oksidasi perlu diketahui lebih dulu untuk memudahkan kita memberi nama suatu senyawa. Oleh karena ada beberapa unsur baik logam, non logam maupun metalloid yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
memudahkan menghitung bilangan oksidasi suatu unsur ditetapkan aturan – aturan sebagai berikut :
1) Unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0. Contoh :
Bilangan oksidasi Na, Fe, H2, N2, O2 berturut – turut = 0. 2) Unsur F, Cl, Br dan I bila membentuk senyawa biner (senyawa yang tersusun mempunyai bilangan oksidasi = -1.
dari dua jenis unsur)
Contoh : Dalam senyawa HF, NaBr, FeCl3,
bilangan oksidasi F, Br, Cl dalam senyawa – senyawa tersebut berturut – turut = 1. 3) Unsur logam bila membentuk senyawa mempunyai bilangan oksidasi bertanda positif. Contoh : Golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) mempunyai bilangan oksidasi = +1,
Golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) mempunyai bilangan oksidasi =+2,
Golongan IIIA (Al) mempunyai bilangan oksidasi = +3. 4) Bilangan oksidasi unsur dalam suatu ion tunggal (monoatomik) = muatannya. Contoh : Bilangan oksidasi ion Na+ = +1, Cu2+ = +2, Al3+ = +3. Bilangan oksidasi ion Cl- = -1, S2- = -2. 5) Umumnya atom H dalam suatu senyawa memiliki bilangan oksidasi = +1. Contoh : Bilangan oksidasi H dalan HCl, H2O, NH3 berturut-turut = +1. 6) Umumnya atom O dalam suatu senyawa memiliki bilangan oksidasi = -2. Contoh : Bilangan oksidasi O dalam H2O, NO, CO2 berturut-turut = -2. 7) Jumlah bilangan oksidasi dalam suatu senyawa netral = 0. Contoh : Bilangan oksidasi C dalam H2CO3 = +4. 8) Jumlah bilangan oksidasi dalam suatu ion poliatom = muatannya.
Contoh :
Bilangan
oksidasi S dalam ion SO42- = +6 2) Tata Nama Senyawa Anorganik Tata nama senyawa anorganik akan yang akan dibahas meliputi :
1) Senyawa
molekul (senyawa kovalen) biner; 2) Senyawa ion (biner dan poliatom); 3) Asam; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
4) Basa; 5) Senyawa organik sederhana.
Adapun uraian materi adalah sebagai
berikut : a) Senyawa Molekul (Senyawa Kovalen) Biner Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur, misalnya air (H2O), amonia (NH3), dan karbon dioksida (CO2). (1)Rumus senyawa : Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan. Urutan : B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Si – Br – Cl – O – F Contoh : Rumus kimia amonia lazim ditulis sebagai NH3, bukan H3N ; dan rumus kimia air lazim ditulis sebagai H2O, bukan OH2. (2)Nama senyawa : (a) Rangkaian nama kedua jenis unsur dengan akhiran -ida pada nama unsur ke dua. (b) Nama unsur pertama + bilangan oksidasi unsur pertama + nama unsur kedua diberi akhiran –ida Untuk penamaan nomor (1), jika pasangan unsur yang bersenyawa dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani : 1 = mono, 2 = di, 3 = tri, 4 =tetra, 5 = penta, 6 = heksa, 7 = hepta, 8 = okta, 9 = nona, 10 = deka. Contoh : CO
: karbon monoksida / karbon (II) oksida
CO2
: karbon dioksida / karbon (IV) oksida
N2O
: dinitrogen monoksida / nitrogen (I) oksida
NO
: nitrogen monoksida / nitrogen (II) oksida
NO2
: nitrogen dioksida / nitrogen (IV) oksida commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
N2O3
: dinitrogen trioksida / nitrogen (III) oksida
N2O5
: dinitrogen pentaoksida / nitrogen (V) oksida
(3) Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas Contoh : H2O
: air
NH3
: amonia
CH4
: metana
b) Tata Nama Senyawa Ion Senyawa ion terdiri atas suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah suatu ion logam, sedangkan anion dapat berupa anion tunggal atau suatu anion poliatom. (1)Rumus senyawa : Kation ditulis di depan. Contoh : Rumus kimia natrium klorida ditulis NaCl bukan ClNa. Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya. Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral (∑ muatan positif = ∑ muatan negatif). Perhatikan beberapa contoh dalam tabel berikut : Tabel 2.5. Rumus Kimia Kation, Anion, Rumus Garam dan Nama Garam Kation
Anion
Rumus Garam
Nama Garam
NO3-
NaNO3
Natrium nitrat
Ca2+
NO3-
Ca(NO3)2
Kalsium nitrat
Al3+
SO42-
Al2(SO4)3
Aluminium sulfat
Sn4+
SO42-
Sn(SO4)2
Timah (IV) sulfat
Na
+
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
(2) Nama senyawa : Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anionnya, angka indeks tidak disebut. Contoh : NaCl
: natrium klorida
CaCl2
: kalsium klorida
Na2SO4
: natrium sulfat
Beberapa jenis kation: Tabel 2.6 Jenis Kation No
Rumus
1
Na+
2
Nama ion
No
Rumus
Natrium
13
Pb2+
Timbel (II)
K+
Kalium
14
Pb4+
Timbel (IV)
3
Mg2+
Magnesium
15
Fe2+
Besi (II)
4
Ca2+
Kalsium
16
Fe3+
Besi (III)
5
Sr2+
Stronsium
17
Hg+
Raksa (I)
6
Ba2+
Barium
18
Hg2+
Raksa (II)
7
Al3+
Aluminium
19
Cu+
Tembaga (I)
8
Zn2+
Zink
20
Cu2+
Tembaga (II)
9
Ni2+
Nikel
21
Au+
Emas (I)
10
Ag+
Perak
22
Au3+
Emas (III)
11
Sn2+
Timah (II)
23
Pt4+
Platina (IV)
12
Sn4+
Timah (IV)
24
NH4+
Amonium
commit to user
Nama ion
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Tabel 2.7 Jenis Anion No
Rumus -
Nama ion
No
Rumus
Nama ion
2-
Sulfat
1
OH
Hidroksida
16
SO4
2
O2-
Oksida
17
PO33-
Fosfit
3
F-
Fluorida
18
PO43-
Fosfat
4
Cl-
Klorida
19
AsO33-
Arsenat
5
Br-
Bromida
20
AsO43-
Arsenit
6
I-
Iodida
21
SbO33-
Antimonit
7
CN-
Sianida
22
SbO43-
Antimonat
8
S2-
Sulfida
23
ClO-
Hipoklorit
9
CO32-
Karbonat
24
ClO2-
Klorit
10
SiO32-
Silikat
25
ClO3-
Klorat
11
C2O42-
Oksalat
26
ClO4-
Perklorat
12
CH3COO- Asetat
27
MnO4-
Permangnat
13
NO2-
Nitrit
28
MnO42-
Manganat
14
NO3-
Nitrat
29
CrO42-
Kromat
15
SO32-
Sulfit
30
Cr2O72-
Dikromat
Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi, senyawasenyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya yang ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di belakang nama unsur logam itu. Contoh : FeCl2
: besi (II) klorida
FeCl3
: besi (III) klorida
Fe2S3
: besi (III) sulfida
SnO
: timah (II) oksida
SnO2
: timah (IV) oksida
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Menurut cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai dua jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran -o untuk muatan lebih rendah, dan akhiran -i untuk muatan lebih tinggi. Contoh : FeCl2
: ferro klorida
FeCl3
: ferri klorida
3) Tata Nama Asam Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa masam. Rumus kimia asam pada umumnya terdiri dari atom hidrogen (umumnya ditulis di depan, dapat dilepas sebagai ion H+) dan satu anion yang disebut sisa asam. Akan tetapi, perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion. Nama anion sisa asam sama dengan asam yang bersangkutan tanpa kata asam. Contoh : H3PO4 Nama asam
: asam fosfat
Rumus sisa asam
: PO43-
Rumus molekul dan nama dari beberapa asam yang lazim ditemukan dalam laboratorium atau kehidupan sehari-hari: HCl
: asam klorida
H2SO4
: asam sulfat
HNO3
: asam nitrat
H3PO4
: asam fosfat
CH3COOH
: asam asetat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
4) Tata Nama Basa Basa adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion hidroksida (OH-). Larutan basa bersifat kaustik, jika terkena kulit terasa licin seperti bersabun. Tata nama basa sama dengan tata nama ion yang telah dibahas diatas. Contoh: NaOH
: natrium hidroksida
Ca(OH)2
: kalsium hidroksida
Al(OH)3
: aluminium hidroksida
Fe(OH)2
: besi (II) hidroksida
Fe(OH)3
: besi (III) hidroksida
5) Tata Nama Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus. Berikut ini adalah nama lazim dari beberapa senyawa organik tersebut. Tabel 2.8 Rumus Molekul dan Nama Senyawa Organik Rumus molekul
Nama
Rumus molekul
Nama
CH4
metana
CHCl3
kloroform
CO(NH2)2
urea
CHI3
iodoform
C6H12O6
glukosa
CH3CH2OH
etanol
CH3COOH
Asam cuka
CH3COCH3
aseton
C12H22O11
sukrosa
C6H6
benzena
HCHO
formaldehid
C2H6O2
glikol
b. Persamaan Reaksi 1). Menuliskan Persamaan Reaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Persamaan reaksi menggambarkan hubungan zat-zat kimia yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Hal ini dinyatakan oleh rumus kimia zat-zat (sebelum reaksi disebut pereaksi/reaktan dan sesudah reaksi disebut hasil reaksi/produk), koefisien reaksi dan wujud zat serta arah reaksi (tanda panah) Dalam persamaan reaksi, zat pereaksi/reaktan dituliskan di ruas kiri sebelah kiri tanda panah) sedangkan zat hasil reaksi dituliskan di ruas kanan (sebelah kanan tanda panah). Wujud zat dalam persamaan reaksi di tulis dengan huruf kecil dalam tanda kurung setelah rumus kimia. Ada empat wujud zat yaitu : gas (gas), cair atau liquid (l), padatan atau solid (s) dan larutan atau aqueous (aq) Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan hasil reaksi. Koefisien reaksi diberikan agar persamaan reaksi sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. Hukum ini menyatakan bahwa massa zat sebelum reaksi harus sama dengan massa zat sesudah reaksi. Oleh karena massa zat-zat ditentukan oleh jumlah atom, maka hal ini berarti jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri harus sama dengan ruas kanan. Jika kondisi ini terpenuhi, maka persamaan dikatakan setara. Contoh persamaan reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk uap air dapat dituliskan sebagai berikut : koefisien reaksi 2
2H2 (g)
koefisien reaksi 1
+
O2 (g)
Zat pereaksi/reaktan
→
commit to user
koefisien reaksi 2
2H2O (g) zat hasil reaksi/produk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Pada contoh di atas jumlah atom H di ruas kiri = di ruas kanan = 4 ; demikian jumlah atom O di ruas kiri =di ruas kanan = 2. Jadi persamaan reaksi tersebut sudah setara. Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan dua langkah :a) Menuliskan rumus kimia zat pereaksi dan produk, lengkap dengan keterangan wujud zat, b) Penyetaraan yaitu memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah atom setiap unsur di ruas kiri sama dengan ruas kanan. 2). Penyetaraan Reaksi Banyak persamaan reaksi dapat disetarakan dengan menebak (cara coba-coba) akan tetapi menyetarakan persamaan reaksi dapat kita lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
Pilihlah zat denga rumus kimia paling kompleks dan tetapkan koefisien zat tersebut = 1. Beri koefisien sementara zat – zat yang lain dengan huruf a, b, c, d dan seterusnya.
b) Setarakan jumlah atom yang berhubungan langsung dengan zat yang koefisien 1. c)
Jika terdapat ion poliatom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai ion.
d) Setarakan atom-atom lain dengan urutan atom logam, non logam, atom H dan atom O e)
Pastikan setiap koefisien reaksi bilangan bulat dan sederhana.
Contoh : Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi antara logam aluminium dengan larutan asam klorida dan gas hidrogen. Penyelesaian soal tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
(1)
Menulis rumus kimia zat pereaksi dan zat hasil reaksi Al (s) + HCl (aq) → AlCl3 (aq) + H2 (g) (belum setara)
(2)
Penyetaraan :
(a)
Tetapkan koefisien AlCl3
= 1, sedangkan zat lainnya
dengan koefisien
sementara. a Al (s) + b HCl (aq) → 1AlCl3 (aq) + c H2 (g) (b)
Setarakan atom Al dan Cl Penyetaraan atom Al : jumlah atom Al di ruas kiri = a, sedangkan di ruas kanan = 1, artinya a = 1. Penyetaraan atom Cl : jumlah atom Cl di ruas kiri = b, sedangkan di ruas kanan = 3, artinya b = 3 1 Al (s) + 3 HCl (aq) → 1 AlCl3 (aq) + c H2 (g)
(c) Setarakan atom H : Jumlah atom H di ruas kiri = 3, di ruas kanan = 2c, berarti 2c = 3 atau c = 3/2 (d) Untuk membulatkan pecahan setengah, semua koefisien dikalikan dua. 2 Al (s) + 6 HCl (aq) → 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)
(Setara)
B. Relevansi dengan Penelitian Sebagai bahan pertimbangan, perlu dikemukakan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas. 1.
Marwanto 2010 dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw dan TGT ( Team Games Tournament ) dengan Memperhatikan Kemampuan Memori dan ESQ Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a) prestasi siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
dengan pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada prestasi iswa dengan pembelajaran TGT, b) Siswa dengan kemampuam memori tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa dengan kemampuan memori rendah, c) Siswa dengan ESQ tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa dengan ESQ rendah, d) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan memori terhadap prestasi yaitu siswa dengan kemampuan memori tinggi diajar dengan metode TGT mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan memori rendah, e) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan ESQ terhadap prestasi yaitu siswa ESQ tinggi diajar dengan metode Jigsaw prestasinya lebih baik dibanding siswa dengan ESQ rendah, f) Tidak ada interaksi antara kemampuan memori dengan ESQ terhadap prestasi, g) Tidak ada interaksi model pembelajaran, kemampuan memori dan ESQ. Pada penelitian ini variabel moderator yang digunakan adalah kemampuan memori dan interaksi sosial. Pada pembelajaran materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi kemampuan memori mutlak sangat diperlukan karena materi ini bersifat abstrak, konseptual dan informatif. metode Jigsaw dan TGT
Dalam pembelajaran kooperatif
kemampuan interaksi sosial sangat diperlukan karena
pembelajaran dilakukan dengan berdidkusi. 2.
Kusmardinah 2010 dengan judul “Pembelajaran Kimia Menggunakan Team
Games Tournament melalui Ular Tangga dan Crossword Puzzle (Teka-teki Silang) Dintinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Memori”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a) Ada pengaruh metode TGT melalui Ular tangga dan TTS terhadap prestasi belajar, b) Ada pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, c) Ada pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, d) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan TGT dengan kreatifitas terhadap prestasi belajar, e) Tidak ada interaksi antara metode TGT dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar, f) Tidak ada interaksi antara kreatifitas dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar, g) Tidak ada interaksi antara metode TGT dengan kreatifitas dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar. Pada penelitian ini digunakan metode Jigsaw dan TGT, variabel moderator kemampuan memori dan interaksi sosial dan media pembelajaran yang digunakan adalah media kartu. 3.
Menurut Kemal Doymus, Journal of Chemical Education V 84 p1857 – 1860
Nov 2007 yang berjudul
“Effects of Cooperative Learning Strategy on Teaching
and Learning Phases of Matter and One – Component Phase Diagrams” berkesimpulan bahwa : Instruksi berdasarkan pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan instruksi tradisional. Penelitian Kemal Doymus dilakukan pada materi diagram fase. Pada penelitian ini diteliti pengaruh metode Jigsaw dan TGT terhadap prestasi belajar siswa pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. 4.
Menurut Fui Hong Fo dan Hong Kwen Boo, Asia – Pacific Forum on Science
Leraning and Teaching V8 n2 Article 7 Dec 2007 yang berjudul “Exploring Its Effectiveness in the Physics Classroom,” tujuan penelitian adalah mengeksplorasi efektivitas penggunaan pembelajaran kooperatif terhadap prestasi akademis siswa, pemahaman tentang konsep fisika motivasi siswa untuk belajar di kelas fisika. Kesimpulan penelitian Fui Ho Fong dan Hong Kwen Boo adalah
penggunaan
pembelajaran kooperatif meningkatkan prestasi belajar siswa, membantu siswa untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
mencapai pemahaman yang lebih baik dari konsep – konsep fisika dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. 5.
Menurut Joan Ballantinne, Education and Training v49 n2 p126 – 137, 2007
yang berjudul “A Paedagogy to Improve Students Generic Skills,” berkesimpulan bahwa siswa dengan kemampuan akademis yang berbeda percaya bahwa mereka telah meningkatkan ketrampilan generik yang akan membantu meraka berinteraksi lebih efektif dengan rekan kerja sebagai hasil dari keterlibatan dari pembelajaran kooperatif.
Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh interaksi sosial terhadap
prestasi belajar pada pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT. 6.
Menurut Gelu Maftei
and Muza Maftei, Procedia Social and Behavioral
Sciences 15 (2011) 1605-1610 yang berjudul The Strengthen Knowledge of Atomic Physics using the “Mozaic” Method (The Jigsaw Method).,berkesimpulan bahwa metode Jigsaw sangat efektif digunakan dalam proses pembelajaran yang bersifat teoritis. Siswa-siswa tidak merasa bosan, mereka dapat berkomunikasi secara efektif dan merasa bahagia selama proses pembelajaran, suatu aspek penting yang menampakkan sisi positif dari penerapan metode pembelajaran. Penelitian Gelu Maftei dan Muza Maftei dilakukan pada materi fisika atom. Pada penelitian ini diteliti pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT, pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
7.
Menurut Courtney K.Miller & Reece L. Peterson, Safe Responsive School
diakses dari www.indiana.edu/~safeschl yang berjudul “Creating a Positive Climate Cooperative Learning” berkesimpulan bahwa strategi Cooperative Learning menunjukkan efek yang positif kepada siswa baik siswa yang memiliki kemampuan tinggi maupun kemampuan rendah seperti ditunjukkan pada peningkatan prestasi akademik dan peningkatan bakat sosial. Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar siswa baik ranah kognitif maupun afektif. C. Kerangka Berfikir Tugas pokok dan fungsi guru adalah mengajar. Mengajar bukanlah tugas ringan bagi guru. Di dalam mengajar guru dituntut agar dapat menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karateristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran.
Setiap kelompok siswa dari kelas yang setingkat dapat
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Demikian juga setiap materi
pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam setiap kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk selalu melakukan inovasi terhadap strategi, pendekatan, metode pembelajaran maupun pemanfaatan media pembelajaran agar supaya kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran Kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu merupakan salah satu alternatif inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, penelitian yang relevan dan materi pembelajaran penulis mengemukakan kerangka berfikir sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
1.
Pengaruh metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar. Metode adalah cara dalam menyajikan isi pembelajaran kepada siswa untuk
mencapai kompetensi tertentu. Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu usaha guru untuk memaksimalkan belajar siswa. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi adalah materi yang bersifat abstrak, konseptual dan informatif. Siswa harus banyak melakukan generalisasi untuk menerapkan konsep-konsep tata nama dalam memecahkan soal-soal tata nama senyawa sedangkan materi persamaan reaksi didasarkan pada materi tata nama senyawa disertai perhitungan sederhana untuk menghitung jumlah atom yang terdapat dalam setiap molekul senyawa atau dalam sejumlah tertentu molekul senyawa. Materi yang bersifat abstrak dan berisi konsep-konsep akan lebih mudah dipelajari jika dilakukan dengan pembelajaran kooperatif dimana siswa-siswa akan saling berdiskusi bekerja dalam suatu tim serta saling berinteraksi untuk memahami konsep yang kemudian diterapkan ketika harus mengerjakan soal-soal. Metode Jigsaw dan TGT
adalah salah satu aplikasi dari pembelajaran
kooperatif yang memungkinkan semua siswa dapat saling berinteraksi dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Metode Jigsaw adalah salah satu dari metode pembelajaran kooperatif yang memiliki kelebihan sebagai berikut : 1) interdependensi tiap siswa tergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat penilaian; 2) dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Sedangkan kelemahan metode Jigsaw adalah adanya kemungkinan terputusnya mata rantai informasi karena informasi yang ingin disampaikan tidak langsung dikomunikasikan tetapi melalui dua kali diskusi yaitu diskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal. Pada metode Jigsaw siswa akan melewati lima fase yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan tim, tes dan rekognisi tim. Fase-fase yang dilalui siswa dalam pembelajaran metode Jigsaw memungkinkan siswa mendapat pengalaman belajar. Menurut teori Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terjadi ketika siswa memasukkan informasi baru kedalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya sehingga siswa akan menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru yang mereka alami.
Menurut teori konstruktivisme proses
konstruksi pengetahuan terjadi baik secara baik individu dan kelompok melalui diskusi kelompok ahli dan laporan tim dimana siswa melakukan diskusi dalam kelompok asal . Masing – masing ahli siswa akan mengajari teman-teman dalam kelompoknya tentang materi yang sudah dipelajari dalam diskusi kelompok ahli. Menurut teori belajar bermakna terjadi kebermaknaan dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan barunya dengan mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi untuk memecahkan masalah melalui pemberian informasi pada tahap apersepsi dan motivasi. Menurut teori pemrosesan informasi,
rehearsal akan dialami siswa ketika siswa melakukan pengulangan
kembali melalui pemecahan masalah yang disampaikan pada setiap pertemuan, mengerjakan kuis dan latihan soal ( pekerjaan rumah ) sehingga informasi materi tata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
nama senyawa dan persamaan reaksi tidak lagi berada pada memori jangka pendek namun sudah melekat pada memori jangka panjang yang siap di recall kembali pada saat yang diperlukan. Metode TGT memiliki kelebihan sebagai berikut : 1) adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam game dan turnamen sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik; 2) konstruksi pengetahuan melalui satu kali diskusi kelompok sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya terputusnya mata rantai informasi. Sedangkan kelemahan metode TGT misalnya diperlukan kesiapan yang sungguh-sungguh dari siswa dalam menghadapi turnamen sehingga siswa yang merasa kurang dalam pemahaman materi menjadi kurang percaya diri. Pada pembelajaran dengan metode TGT siswa akan melewati empat fase yaitu pengajaran, belajar tim, turnamen dan rekognisi tim. Menurut teori Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terjadi ketika siswa memasukkan informasi baru kedalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya sehingga siswa akan menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru yang mereka alami pada fase pengajaran dan belajar tim. Menurut teori konstruktivisme proses konstruksi pengetahuan terjadi baik secara baik individu dan kelompok melalui diskusi ketika fase belajar tim.
Menurut teori belajar bermakna terjadi
kebermaknaan dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan barunya dengan mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi untuk memecahkan masalah melalui pemberian informasi pada fase pengajaran. Menurut teori pemrosesan informasi, rehearsal akan dialami siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
ketika siswa melakukan pengulangan kembali melalui pemecahan masalah yang disampaikan pada setiap pertemuan, pada fase turnamen dan latihan soal (pekerjaan rumah) sehingga informasi materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi tidak lagi berada pada memori jangka pendek namun sudah melekat pada memori jangka panjang yang siap di recall kembali pada saat yang diperlukan. Hal yang paling menarik dari pembelajaran dengan metode TGT adalah adanya turnamen dimana siswa dapat
berkompetisi dengan teman dari kelompok lain dalam satu meja
turnamen dengan kemampuan yang homogen. Adanya turnamen ini akan memacu siswa untuk belajar lebih tekun karena siswa harus berunjuk performa dengan memainkan game dalam turnamen.
Siswa-siswa akan berusaha lebih baik agar
mereka dapat memenangkan game yang dimainkan dan memberikan kontribusi terbaik untuk kesuksesan dan keberhasilan tim. Kedua metode tersebut sejalan dengan teori Vygostsky dimana kontruksi pengetahuan siswa dibangun melalui kerjasama kelompok. Dari uraian di atas dapat diduga bahwa ada pengaruh metode Jigsaw dan TGT terhadap prestasi belajar siswa. 2.
Pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Kemampuan memori merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh semua
peserta didik yang sangat diperlukan di dalam proses pembelajaran. Menurut Bimo Walgito
(2010:
163)
kemampuan
memori
adalah
kemampuan
untuk
menerima/memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
Kemampuan memori setiap
orang berbeda –beda, ada yang mempunyai kemampuan memori yang luas, ada yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
mempunyai kemampuan memori yang sempit. Menurut Bimo Walgito (2010: 168) Orang yang dapat memasukkan atau mempelajari banyak materi pada suatu waktu tertentu dikatakan mempunyai kemampuan memori yang luas sedangkan orang yang hanya mampu mempelajari
atau memasukkan materi yang sedikit dikatakan
mempunyai kemampuan memori yang sempit. Materi tata nama senyawa dan persamaan reaksi adalah materi pelajaran yang sangat memerlukan kemampuan memori dalam pemrosesan/penerimaan informasi disamping penguasaan konsep tata nama itu sendiri. Jika siswa mempunyai kemampuan memori yang luas maka dimungkinkan siswa dapat menerima informasi lebih banyak , dapat menyimpan dan menimbulkan kembali informasi yang telah diterima pada saat yang diperlukan terutama pada proses mengerjakan soal kuis untuk metode Jigsaw dan melakukan game dalam turnamen untuk metode TGT. Dari uraian di atas peneliti berasumsi bahwa pada penelitian Pembelajaran Kimia menggunakan Metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu, kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. 3.
Pengaruh interaksi sosial kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Dalam proses penerimaan informasi dan memasukkan informasi kedalam
struktur kognitif, siswa harus berinteraksi dengan guru, siswa lain dan lingkungan di sekitarnya. Menurut M.Asrori (2007 : 108) interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing – masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif dan terjadi saling mempengaruhi.
Pada kegiatan
pembelajaran metode Jigsaw dan TGT, siswa harus berdiskusi dengan teman satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
kelompok maupun dengan teman dari kelompok lain. Pada diskusi siswa dituntut mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan siswa lain dalam kelompok dan dalam kelas. Hal ini karena dengan metode Jigsaw dan TGT, pembelajaran dilakukan dalam kelompok yang menuntut siswa saling berinteraksi ketika mereka berdiskusi. Pada metode Jigsaw terjadi fase diskusi kelompok ahli dan pada fase laporan tim terjadi diskusi kelompok asal. Pada metode TGT diskusi terjadi pada fase belajar tim. Siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi
akan
dapat
melalui
proses
diskusi
dengan
baik
serta
dapat
mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan teman-teman kelompoknya maupun dengan teman dari kelompok lain sedangkan siswa dengan kemampuan interaksi sosial rendah ada kemungkinan mengalami hambatan ketika melalui proses diskusi bahkan mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan temantemannya. Dari uraian di atas, peneliti berasumsi pada penelitian pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu interaksi sosial kategori tinggi dan rendah berpengaruh terhadap prestasi belajar. 4.
Interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar. Pada proses pembelajaran tata nama senyawa sederhana, metode Jigsaw dan
TGT dengan media kartu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Sedangkan kemampuan memori merupakan
faktor internal yang ada di dalam diri siswa yang juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Diduga siswa
yang memiliki kemampuan
memori tinggi dan kemampuan memori rendah apabila diberi pembelajaran dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
metode Jigsaw dengan media kartu akan memberikan prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah yang diberi pembelajaran dengan metode TGT dengan media kartu Siswa dengan kemampuan memori tinggi lebih cocok belajar menggunakan metode TGT. Pada penerapan metode TGT siswa dengan kemampuan memori tinggi akan dapat melewati fase game dan turnamen dengan baik karena pada fase ini dituntut kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal . Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah lebih cocok belajar menggunakan metode Jigsaw. Pada metode Jigsaw, siswa dengan kemampuan memori rendah akan dapat belajar dengan baik karena diskusi dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada diskusi kelompok ahli dan diskusi pada fase laporan tim.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara metode pembelajaran baik TGT maupun Jigsaw dengan kemampuan memori siswa. Dari uraian di atas peneliti menduga ada interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan kemampuan memori kategori tinggi dan rendah. 5.
Interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar. Pada proses pembelajaran tata nama senyawa sederhana, metode Jigsaw dan
TGT dengan media kartu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan interaksi sosial merupakan faktor internal yang ada di dalam diri siswa yang juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Diduga siswa
yang memiliki kemampuan
interaksi sosial tinggi dan kemampuan interaksi sosial rendah apabila diberi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
pembelajaran dengan metode Jigsaw dengan media kartu akan memberikan prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi dan kemampuan interaksi sosial rendah yang diberi pembelajaran dengan metode TGT dengan media kartu. Interaksi sosial mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran menggunakan metode Jigsaw dan TGT. Dalam kedua metode ini siswa dituntut dapat bekerjasama, berdiskusi, saling membantu memahamkan konsep untuk mencapai keberhasilan tim. Siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi yang dikenai metode Jigsaw akan memberikan prestasi kognitif yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai interaksi sosial rendah yang dikenai metode Jigsaw. Hal ini disebabkan karena pada metode Jigsaw proses diskusi dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal yang menuntut siswa mempunyai kemampuan komunikasi dan interaksi yang lebih baik. Sedangkan siswa dengan kemampuan interaksi sosial rendah akan memberikan prestasi kognitif lebih baik jika dikenakan metode TGT. Hal ini karena pada metode TGT proses diskusi dilakukan hanya satu kali yaitu pada fase belajar tim. Tidak ada tuntutan dan tanggung jawab individu dalam kelompok untuk menyampaikan informasi kepada teman dalam kelompoknya. Dari uraian di atas peneliti menduga bahwa ada interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan interaksi sosial siswa kategori tinggi dan rendah. 6.
Interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar Setiap siswa memiliki kondisi internal yang berbeda-beda di dalam proses
pembelajaran. Diantara kondisi internal yang turut serta menunjang keberhasilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
proses pembelajaran adalah kemampuan memori dan interaksi sosial. Kemampuan memori adalah : 1) kemampuan untuk menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke dalam ingatan; 2) kemampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran, pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan dan disimpan dalam ingatan. Sedangkan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dimana di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Kedua kondisi internal ini yaitu kemampuan memori dan interaksi sosial memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial tinggi akan memberika prestasi kognitif yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dan interaksi sosial rendah. Hal ini karena siswa dengan kemampuan memori tinggi akan dapat mempelajari dan mengingat materi pelajaran lebih banyak serta dapat dengan mudah melakukan recall terhadap materi-materi yang sudah pernah dipelajari bila dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan memori rendah. Sedangkan siswa dengan interaksi sosial tinggi mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam diskusi lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial rendah. Dari uraian di atas peneliti menduga bahwa ada interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial dalam proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
7.
Interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang ada di dalam diri
siswa dan faktor eksternal yang ada selama proses pembelajaran. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa adalah metode
pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu yang diharapkan dapat mengurangi keterbatasan-keterbatasan yang menjadi hambatan selama proses pembelajaran terutama keadaan siswa yang heterogen kemampuan akademisnya.
Penggunaan media kartu diharapkan dapat dijadikan
alternatif pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta dapat mengatasi rasa bosan dan jenuh siswa selama proses pembelajaran. Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan interaksi sosial tinggi lebih cocok dikenai metode Jigsaw, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial rendah lebih cocok dikenai metode TGT. Kedua metode tersebut sama-sama mengutamakan proses diskusi, akan tetapi langkah metode Jigsaw lebih banyak melakukan proses diskusi karena dilakukan dua kali yaitu pada diskusi kelompok ahli dan laporan tim (diskusi kelompok asal) untuk memperoleh pengetahuan sedangkan TGT hanya melakukan satu kali diskusi yaitu pada fase belajar tim. Dengan adanya dua kali proses diskusi pada metode Jigsaw siswa dituntut mempunyai interaksi sosial tinggi karena dengan kemampuan berinteraksi sosial tinggi siswa dapat berkomunikasi secara efektif dalam menyampaikan materi yang dipelajarinya agar supaya semua siswa mempunyai pemahaman yang sama terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
materi yang dipelajarinya. Dengan adanya diskusi sebanyak dua kali pada metode Jigsaw siswa dengan kemampuan memori rendah tetap bisa efektif dalam penerimaan informasi karena materi diulang dua kali. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial rendah lebih sesuai dikenai metode TGT. Hal ini karena pada fase game dan turnamen siswa dituntut menjawab pertanyaan secara tepat dan cepat yang tentu saja ini menuntut siswa
mempunyai
kemampuan
memori
tinggi.
Sedangkan
kemampuan
berkomunikasi yang dicerminkan dari kemampuan berinteraksi sosial tidak terlalu menjadi tuntutan karena peoses diskusi hanya dilakukan satu kali yaitu pada fase belajar tim. Sehingga dapat diduga bahwa terjadi interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dan kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar kimia D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir pada penelitian ini, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1.
Ada pengaruh metode Jigsaw dan TGT dengan dengan media kartu terhadap prestasi belajar.
2.
Ada pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
3.
Ada pengaruh interaksi sosial kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
4.
Ada interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
5.
Ada interaksi antara metode Jigsaw dan TGT
dengan media kartu dengan
interaksi sosial terhadap prestasi belajar 6.
Ada interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi siswa
7.
Ada interaksi antara metode Jigsaw dan TGT dengan media kartu kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar.
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Rawalo
untuk tahun pelajaran 2011/2012. 2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai Juli 2012. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut : Tabel 3.1 : Tahap Penelitian Bulan Kegiatan 8
9
10 11 12
Penyusunan Proposal Permohonan Ijin Penyusunan Instrumen, Uji Coba Instrumen Pengambilan Data Penelitian Penyusunan Laporan dan Konsultasi
commit to user 96
1
2
3
4
5
6
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode pembelajaran (A), yaitu metode pembelajaran Jigsaw dengan mediaa kartu dan metode pembelajaran TGT dengan media kartu. Faktor kedua adalah kemampuan memori (B), yaitu kemampuan memori tinggi dan rendah, sedang faktor ketiga adalah interaksi sosial (C), yaitu interaksi sosial tinggi dan rendah. Tabel 3.2. Rancangan Penelitian Metode (A) Jigsaw (A1) Tinggi (B1) Kemampuan Memori (B) Rendah (B2) Tinggi (C1) Interaksi Sosial (C) Rendah (C2) Keterangan : A1 : Metode Jigsaw dengan media kartu A2 : Metode TGT dengan media kartu B1 : Kemampuan memori tinggi B2 : Kemampuan memori rendah C1 : Interaksi sosial tinggi C2 : Interaksi sosial rendah commit to user
TGT (A2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Rawalo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 6 kelas. 2. Sampel Penelitian Dalam penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping membutuhkan biaya yang cukup besar, juga membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian dari sebagian populasi, kita harapkan bahwa hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang diambil disebut sampel. Pada penelitian ini tidak dilakukan terhadap semua anggota populasi, akan tetapi sampel yang diambil adalah dua kelas dari populasi kelas X SMA Negeri 1 Rawalo. Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus representatif karena hasil dari penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen I yang diberi perlakuan metode Jigsaw dengan media kartu dan kelas eksperimen II yang diberi perlakuan metode TGT dengan media kartu 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara undian kelas (cluster random sampling). Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelompok eksperimen I dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelompok eksperimen II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
D. Variabel Penelitian 1.
Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel bebas 1, variabel
bebas 2, dan variabel bebas 3. Variabel bebas 1 adalah metode pembelajaran, variabel bebas 2 adalah kemampuan memori siswa, dan variabel bebas 3 adalah interaksi sosial siswa. a.
Variabel bebas 1 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan konsep-konsep pada materi pokok tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran Jigsaw dengan media kartu dan metode TGT dengan media kartu Metode pembelajaran Jigsaw pembelajaran kooperatif
dan TGT adalah merupakan metode
yang dapat mengembangkan dan melatih keterampilan
berpikir serta mengembangkan potensi intelektual siswa yang melalui diskusi kelompok. Media kartu merupakan dua kumpulan kartu dimana satu kumpulan kartu berisi soal dan satu kumpulan kartu berisi jawaban dari soal. Siswa bermain dengan kartu-kartu tersebut untuk mancari pasangan dari kartu soal dan kartu jawaban. b.
Variabel bebas 2 : Kemampuan memori
1) Definisi Operasional Kemampuan memori adalah kemampuan untuk menerima informasi, mengolah informasi, menyimpan dan mengambil kembali ketika diperlukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
2) Skala pengukuran Skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal
dengan cara
mengelompokkan tinggi dan rendah. Penggolongan ini berdasarkan pada nilai ratarata untuk keseluruhan skor yang dicapai siswa. Siswa dengan perolehan diatas atau sama dengan nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah. c.
Variabel bebas 3 : Interaksi sosial
1) Definisi Operasional Interaksi sosial adalah kemampuan siswa berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan siswa lain dalam kelompok dan dalam kelas serta kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan guru serta komponen lain yang terlibat dalam proses pembelajaran. 2) Skala pengukuran : Skala ordinal 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia, yaitu prestasi belajar ranah kognitif dan afektif. a.
Definisi operasional Prestasi belajar kimia adalah perolehan skor pada pengukuran dengan prestasi
belajar kimia yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep pada materi pokok tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar. b.
Skala pengukuran: Interval
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, teknik angket. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada materi pokok tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rawalo tahun pelajaran 2011/2012. Metode tes juga digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan memori siswa siswa. 2. Metode Angket Angket yang digunakan adalah angket interaksi sosial siswa yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya interaksi sosial siswa, angket afektif
untuk
mengetahui kemampuan afektif siswa. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yang berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa; 2. Instrumen dalam pengambilan data pokok, yaitu angket kemampuan memori dan interaksi sosial siswa, pedoman pensekoran angket kemampuan memori dan interaksi sosial, tes prestasi belajar ranah kognitif dan angket prestasi belajar ranah afektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes prestasi belajar ranah kognitif, angket kemampuan memori dan interaksi sosial, dan angket prestasi belajar afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen yang baik, diantaranya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
instrumen yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda. G. Uji Instrumen Penelitian Uji instrumen meliputi meliputi : 1. a.
Uji instrumen tes prestasi kognitif Uji Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu
instrument (Suharsimi, 1989: 160). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
N
N 2
2
N 2 2
Keterangan: X
: skor item untuk masing-masing responden.
Y
: skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.
rxy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.
N
: jumlah sampel.
Kriteria item: jika rxy ≥ rharga
(Suharsimi Arikunto, 2011: 73 kritik
maka item tersebut valid, jika rxy < rharga
kritik
maka
item tersebut invalid. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.3 dan hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Kriteria Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal Tata Nama Senyawa
42
Tidak valid
Valid 40
dan Persamaan Reaksi
2
butir
yaitu
nomor 27 dan 32
Berdasarkan tabel di atas analisa uji coba dari 42 butir soal ternyata jumlah soal yang valid sebanyak 40 butir soal dan tidak valid sebanyak 2 butir soal. Peneliti mengambil keputusan 40 butir soal yang valid semua digunakan untuk penilaian kognitif. b. Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:
r11 = (
)(
)
r11
= Reliabilitas instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan
SB = Standard deviasi tes p
= Proporsi subyek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subyek yang mendapat skor 1)
q
= proporsi subyek yang mendapat skor 0 =1–p
(Suharsimi Arikunto, 2011: 101) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,81-1,00
: Sangat Tinggi
0,61-0,80
: Tinggi
0,41-0,60
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
0,00-0,20
: Sangat Rendah (Suharsimi Arikunto, 2011: 75)
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang terangkum dalam tabel 3.4 dan hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Soal-soal Tata Nama
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
42
0,95
Reliabilitas sangat
Senyawa dan Persamaan
tinggi
Reaksi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, dan untuk mengetahui apakah soal itu sulit, mudah ataukah sedang dilakukan dengan pengujian tingkat kesuitan soal. Hasil dari uji tersebut berupa bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang disebut indeks kesukaran. Indeks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
ini kemudian diinterpretasikan kedalam klasifikasi indeks kesukaran yang telah ditentukan. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal digunakan rumus sebagai berikut:
P
B JS
Dimana: P = indeks kesukaran B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2011: 208) Menurut
ketentuan
yang
sering
diikuti,
indeks
kesukaran
sering
diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan 0,10 ≤ P < 0,30 adalah soal sukar Soal dengan 0,30 ≤ P < 0,70 adalah soal sedang Soal dengan 0,70 ≤ P ≤ 1,00 adalah soal mudah (Suharsimi Arikunto, 2011: 210) Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.5 dan hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.5 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah Soal 42
Taraf kesukaran Soal Mudah
Sedang
Sukar
18
21
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antar siswa
yang
pandai
(berkemampuan
tinggi)
dengan
siswa
yang
bodoh
(berkemampuan rendah). Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya pembeda. Jika semua siswa pandai dan bodoh tidak dapat menjawa soal dengan benar maka soal tersebut juga tidak baik. Daya pembeda disebut indeks diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
D
BA BB PA PB JA JB
Dimana: J = Jumlah peserta tes JA= Banyaknya peserta kelompok atas JB= Banyaknya peserta kelompok bawah BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi Arikunto, 2011: 213-214) Klasifikasi daya pembeda: D = 0,20 – 0,20 : jelek (poor) D = 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory) D = 0,41 – 0,70 : baik (good) D = 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent) commit to userbutir soal yang mempunyai nilai D = negatif, sangat tidak baik, jadi semua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
D negatif sebaiknya dibuang saja.
(Suharsimi Arikunto, 2011: 218)
Hasil uji coba daya beda soal instrument penilaian kognitif yang dilakukan terangkum pada tabel 3.6 dan hasil uji coba daya beda instrument penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah Soal 42
2.
Daya Beda Soal Baik Sekali
Baik
Cukup
Jelek
Sangat Tidak Baik
0
7
33
2
0
Uji Instrumen Interaksi Sosial Siswa
a. Penyusunan kisi-kisi angket interaksi sosial Setelah aspek dan indikator dirumuskan kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan persyaratan. b. Penyusunan item angket Meliputi pembuatan item-item pertanyaan, alternatif jawaban, surat pengantar angket, dan petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan adalah sebagai berikut: Pemberian skor skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 4 untuk jawaban terbaik Skor 3 untuk jawaban baik Skor 2 untuk jawaban sedang commit Skor 1 untuk jawaban kurang baikto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 1 untuk jawaban terbaik Skor 2 untuk jawaban baik Skor 3 untuk jawaban sedang Skor 4 untuk jawaban kurang baik Keterangan: Skor ≥ skor rata-rata kelas = tinggi Skor < skor rata-rata kelas = rendah
3.
(Suharsimi Arikunto, 2011: 267)
Uji Instrumen Penilaian Afektif Sedangkan instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden/siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Tabel 3.7. Skor Penilaian Afektif Nilai
Skor untuk aspek yang dinilai +
-
SS. Sangat setuju
4
1
S. Setuju
3
2
TS. Tidak setuju
2
3
STS. Sangat tidak setuju
1
4
Keterangan Jumlah nilai 72
sangat baik (A)
Jumlah nilai 54-71
baik (B)
Jumlah nilai 36-53
cukup (C)
Jumlah nilai ≤ 35
kurang (D) ( Kurikulum 2004 SMA, 2003: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Uji Validitas Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (indikator). Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus sebagai berikut: rxy
N XY - ( X)( Y)
N X - ( X) N Y - ( Y) 2
2
2
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Keterangan: rxy
: Koefisien Validitas
X
: Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: Kriteria yang dipakai
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy) 0,91 – 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90
: Tinggi (T)
0,41 – 0,70
: Cukup (C)
0,21 – 0,40
: Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Suharsimi Arikunto,2011: 73) Hasil uji validitas instrumen angket penilaian afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.8 dan hasil uji validitas angket penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Penilaian Afektif Variabel
Jumlah Soal
Angket Penilaian
44
Kriteria Valid
Tidak Valid
40
4 butir yaitu nomor
Afektif
9, 34, 40,43
Berdasarkan tabel di atas, analisa uji coba dari 44 butir soal ternyata yang valid ada sebanyak 40 butir soal
dan tidak valid ada 4 butir soal.
Peneliti mengambil
keputusan 38 butir soal digunakan untuk penilaian afektif agar butir soal positif dan negatif dapat berpasangan dan setiap indikator dapat terwakili. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
b. Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0); yaitu sebagai berikut: 2 n i = 1 2t n 1
r11
Keterangan: r11
: reliabilitas instrumen
n
: banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
: jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
2
i
2 t
(Suharsimi Arikunto 2011: 109) Hasil uji coba intrumen angket panilaian afektif yang dilakukan terangkum pada tabel 3.9 dan hasil uji releabilitas instrumen angket penilaian afektif dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Penilaian Afektif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Angket Penilaian
44
0,901
Reliabilitas sangat
Afektif
tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan SPSS 18. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1
: Sampel
berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan menggunakan SPSS 18. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika sinifikansi > 0,05. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b.
Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Uji normalitas ini dihitung menggunakan SPSS 18. 1)
Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: Sampel mempunyai variansi yang homogen
H1
: Sampel mempunyai variansi yang tidak homogen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
2)
Statistik Uji Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika signifikansi > 0,05. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
2. Uji Hipotesis a. Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumusan hipotesis adalah sebagai berikut: 1)
H0A
: Tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan
TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu terhadap prestasi belajar siswa. 2)
H0B
: Tidak ada pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa. H1B
: Ada pengaruh kemampuan memori siswa kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa. 3)
H0C
: Tidak ada pengaruh interaksi sosial kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa. H1C
: Ada pengaruh interaksi sosial kategori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
4)
H0AB : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1AB : Ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa.
5)
H0AC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1AC : Ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6)
H0BC : Tidak ada interaksi antara kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1BC : Ada interaksi antara kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
7)
H0ABC :
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT
dengan media kartu, kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1ABC : Ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan media kartu, kemampuan memori siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika signifikansi < 0,05 selain itu H1 akan diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b.
Uji Lanjut Anava (uji Scheffe) Sebagai bentuk tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah
menggunakan uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari uji Scheffe adalah untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasang kolom, baris, dan setiap pasang sel. Rumus metode Scheffe (Budiyono, 2004: 209) adalah sebagai berikut : Fi-j =
X
i
X
j
1 1 RKG n i nj
Dengan: Fi-j = nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j, X i = rataan pada kolom ke-i, X
j
= rataan pada kolom ke-j, RKG = rataan kuadrat galat
yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi, ni = ukuran sampel kolom ke-i, nj = ukuran sampel kolom ke-j, DK = {F│F > (p-1) Fα;p-1;N-pq}
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh meliputi skor kemampuan memori, skor interaksi sosial dan skor prestasi belajar siswa pada pokok materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi yang meliputi prestasi kognitif dan afektif. Data diperoleh dari kelas X.4 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Jigsaw dan X.2 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode TGT. 1.
Data Kemampuan Memori Data kemampuan memori dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
kemampuan memori tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori ≥ rata-rata nilai kemampuan memori seluruh kelas dan kemampuan memori rendah bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori < rata-rata nilai kemampuan memori seluruh kelas. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 17,7. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas eksperimen dengan menggunakan metode Jigsaw dan 32 siswa kelas eksperimen dengan menggunakan metode TGT terdapat 32 siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan 32 siswa mempunyai kemampuan memori rendah. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.1.
116
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
N SD Mean Min Max
2.
Metode TGT K.Memori K.Memori Tinggi Rendah 16 16 9,4 7,0 76,4 77,0 57,5 67,5 92,5 95
Metode JIGSAW K.Memori K.Memori Tinggi Rendah 15 17 6,2 7,1 78,8 71,0 70 57,5 92,5 85,0
Data Interaksi Sosial Data interaksi sosial siswa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu interaksi
sosial tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai interaksi sosial ≥ rata-rata nilai interaksi sosial seluruh kelas dan interaksi sosial rendah bagi siswa yang mempunyai nilai interaksi sosial < rata-rata nilai interaksi sosial seluruh kelas. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 91,4. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran TGT dan 32 siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran Jigsaw terdapat 31 siswa yang memiliki interaksi social tinggi dan 33 siswa mempunyai interaksi social rendah. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang mempunyai Interaksi sosial Tinggi dan Rendah
N SD Mean Min Max
Metode TGT Interaksi Interaksi Sosial Tinggi Sosial Rendah 13 19 7,0 7,9 80,8 73,9 70,0 57,5 95,0 92,5
commit to user
Metode JIGSAW Interaksi Interaksi Sosial Tinggi Sosial Rendah 18 14 7,8 6,5 76,9 71,8 60 57,5 92,5 80,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
3. Data Prestasi Belajar Kognitif Rentang skor prestasi kognitif yaitu 0 – 100. Secara umum deskripsi data prestasi kognitif sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kategori Pengelompokan Metode Pembelajaran
Kemampuan
Interaksi Sosial
Memori
TGT
JIGSAW
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Mean
76,7
74,7
77,6
73,9
78,6
73,0
Minimum Maksimum
57,5 95
57,5 92,5
57,5 92,5
57,5 95,0
60,0 95,0
57,5 92,5
Standar Deviasi
8,2
7,6
7,9
7,6
7,6
7,3
Perbandingan prestasi belajar kognitif kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Untuk perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Sedangkan perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.5 dan 4.6. Tabel 4.4.
Interval 54,5-59,5 59,6-64,6 64,7-69,7 69,8-74,8 74,9-79,9 80,0-85,0 85,1-90,1 90,2-95,2 Jumlah
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Jigsaw dan TGT
Nilai Tengah 57,0 62,1 67,2 72,3 77,4 82,5 87,6 92,7
Frekuensi 1 2 7 10 7 3 1 1 32
JIGSAW Frekuensi Relatif (%) 3,1 6,2 21,9 31,3 21,9 9,4 3,1 3,1 commit to user 100,00
Frekuensi 1 1 6 7 10 4 2 1 32
TGT Frekuensi Relatif (%) 3,1 3,1 18,8 21,9 31,3 12,5 6,2 3,1 100,00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Jigsaw
Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas TGT commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Tabel 4.5.
Interval 54,5-59,5 59,6-64,6 64,7-69,7 69,8-74,8 74,9-79,9 80,0-85,0 85,1-90,1 90,2-95,2 Jumlah
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Memori Nilai tengah 57,0 62,1 67,2 72,3 77,4 82,5 87,6 92,7
Kemampuan memori tinggi Frekuensi Frekuensi relatif 1 3.125 1 3.125 1 3.125 6 18.75 7 21.875 11 34.375 3 9.375 2 6.25 32 100
Kemampuan memori rendah Frekuensi Frekuensi relatif 1 3.125 1 3.125 3 9.375 12 37.5 6 18.75 5 15.625 3 9.375 1 3.125 32 100
Gambar 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Rendah
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial
Interval 54,5-59,5 59,6-64,6 64,7-69,7 69,8-74,8 74,9-79,9 80,0-85,0 85,1-90,1 90,2-95,2 Jumlah
Nilai tengah 57,0 62,1 67,2 72,3 77,4 82,5 87,6 92,7
Interaksi sosial tinggi Frekuens Frekuensi i relatif 1 3.125 1 3.125 1 3.125 6 18.75 7 21.875 12 37.5 2 6.25 2 6.25 32 100
commit to user
Interaksi sosial rendah Frekuens Frekuensi i relatif 2 6.25 2 6.25 3 9.375 11 34.375 7 21.875 5 15.625 1 3.125 1 3.125 32 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Gambar 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Interaksi sosialTinggi
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Interaksi Sosial Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Data prestasi kognitif yang dpengaruhi oleh metode pembelajaran, kemampuan memori dan interaksi sosial dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut Tabel 4.7.
Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk Tiap-Tiap Sel
Variabel
Kemampuan Memori Tinggi
Kemampuan Memori Rendah
4.
Interaksi sosial Tinggi Interaksi sosial Rendah Interaksi sosial Tinggi Interaksi sosial Rendah
Data Sebaran Mean SD N Mean SD N Mean SD N Mean SD N
Metode Pembelajaran TGT 80,6 5,8 8 72,2 10,7 8 81,0 9,5 5 75,2 5,2 11
JIGSAW 84,2 4,9 6 75,3 4,0 9 73,3 6,5 11 65,5 5,4 6
Data Prestasi Afektif Selain penilaian kognitif, juga dilakukan penilaian afektif siswa untuk
memberikan informasi tentang sikap siswa. Penilaian afektif diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa dalam pembelajaran materi pokok tatanama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. Angket aspek afektif diberikan kepada siswa untuk mengukur minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa terhadap mata pelajaran kimia. Instrumen untuk mengukur prestasi afektif terdiri dari 38 butir. Skor tertinggi adalah 38 butir x 4 = 152. Berdasarkan pedoman Depdiknas (2008: 16) kategori sikap siswa dibedakan menjadi empat yaitu sangat baik (A), baik (B), kurang baik (C) dan tidak baik (D). Secara umum deskripsi data prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.8. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Tabel 4.8. Skor Peserta Didik
Deskripsi Data Prestasi Afektif
Kategori
Jumlah Siswa Metode TGT
Persentase (%)
Jumlah Siswa Metode JIGSAW
Persentase (%)
Sangat Baik
11
34,4
9
28,1
96-127
Baik
21
65,6
23
71,9
40-95
Kurang Baik
0
0
0
0
Tidak Baik
0
0
0
0
<40
Dari data angket siswa, kita dapat menentukan skor prestasi afektif siswa dengan cara membagi skor yang diperoleh siswa dibagi skor maksimal. Rerata hasil skor prestasi afektif siswa untuk kelas TGT dan Jigsaw berturut-turut 121,2 ; 122,3. Kedua rerata tersebut masuk dalam kategori baik (B). Siswa dalam kelas eksperimen yang diperlakukan berbeda memberikan feedback sikap (behaviours) yang sama setelah proses pembelajaran berlangsung.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika didapatkan signifikansi ˃ 0,05, maka H0 (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Nilai signifikansi yang digunakan mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil komputasi dengan SPSS 18 disajikan pada Tabel 4.9. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Tabel 4.9.
Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai-Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok
No
Uji Normal itas
Sig. terhadap prestasi kognitif
Sig. terhadap prestasi afektif
Keputusan
Kesimpulan terhadap data
1
A
0,200> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
2
B
0,193> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
3
C
0,156> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
4
D
0,076> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
5
E
0,064> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
6
F
0,195> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
7
G
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
8
H
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
9
I
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
10
J
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
11
K
0,100> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
12
L
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
13
M
0,200*> 5 %
0,200*> 5 %
Ho ditolak
Normal
14
N
0,200*> 5 %
0,111> 5 %
Ho ditolak
Normal
Keterangan: A : Siswa yang diberi metode TGT B : Siswa yang diberi metode Jigsaw C : Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi D : Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah E : Siswa yang memiliki interaksi social tinggi F : Siswa yang memiliki interaksi sosial rendah G : Siswa yang diberi metode TGT dengan kemampuan memori tinggi interaksi sosial tinggi H : Siswa yang diberi metode TGT dengan kemampuan memori rendah interaksi sosial tinggi I : Siswa yang diberi metode TGT dengan kemampuan memori tinggi interaksi sosial rendah J : Siswa yang diberi metode TGT dengan kemampuan memori rendah interaksi sosial rendah commit to user
dan dan dan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
K
:
L
:
M
:
N
:
Siswa yang diberi metode interaksi sosial tinggi Siswa yang diberi metode interaksi sosial tinggi Siswa yang diberi metode interaksi sosial rendah Siswa yang diberi metode interaksi sosial rendah
Jigsaw dengan kemampuan memori tinggi dan Jigsaw dengan kemampuan memori rendah dan Jigsaw dengan kemampuan memori tinggi dan Jigsaw dengan kemampuan memori rendah dan
Berdasarkan hasil uji normalitas, di dapat sig ˃ 0,05, sehingga H0 (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Diperoleh kesimpulan semua data berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Jika diperoleh sig ˃ 0,05, maka H0 (data tidak homogen) ditolak. Hasil komputasi dengan SPSS 18 untuk uji homogenitas hasilnya disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Hasil Pengujian Homogenitas No
Faktor
Sig. terhadap prestasi kognitif
Keputusan Ho
Kesimpulan
1.
Metode Pembelajaran
0,731
Ho ditolak
Homogen
2.
Kemampuan Memori
0,719
Ho ditolak
Homogen
3.
Interaksi Sosial
0,730
Ho ditolak
Homogen
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh sig > 0,05, sehingga H0 (data tidak homogen) ditolak. Diperoleh kesimpulan bahwa data mempunyai varian yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
C. Pengujian Hipotesis 1.
Uji Anava Dalam menentukan uji keputusan hipotesis digunakan analysis of varians
(ANOVA) digunakan program komputasi SPSS 18. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11. Test of Between Subjects Effects Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:prestasi kognitif Source Corrected Model Intercept Metode Memori Intsos metode * memori metode * intsos memori * intsos metode * memori * intsos Error Total Corrected Total
Type III Sum Df of Squares 1454.778a 334689.515 105.098 268.338 868.239 523.804 5.726 12.560 2.350
7 1 1 1 1 1 1 1 1
2501.081 56 370737.500 64 3955.859 63
Mean Square
F
207.825 4.653 334689.515 7493.804 105.098 2.353 268.338 6.008 868.239 19.440 523.804 11.728 5.726 .128 12.560 .281 2.350 .053
Sig.
Keputusan
.000 .000 .131 .017 .000 .001 .722 .598 .819
H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima
44.662
Dari hasi analisis ANOVA diatas jika sig > Alpha = 0,05 maka Ho : diterima (tidak ada ada perbedaan/tidak berpengaruh), jika sig < Alpha = 0,05 Ho ditolak (ada perbedaan), dan jika sig > Alpha = 0,05 maka Ho : diterima (tidak ada interaksi), jika sig < Alpha = 0,05 Ho : ditolak (ada interaksi). Jadi dari data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Uji pengaruh metode pembelajaran TGT dan Jigsaw terhadap prestasi kognitif: commit to user Pada tabel Test between subject effect, prestasi kognitif tidak menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
perbedaan yang signifikan pada kedua metode pembelajaran yang diterapkan, ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,131 (sig > 5%; Ho diterima). b. Uji pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif: Pada tabel Test between subject effect, nilai signifikansi sebesar 0,017 (sig < 5 %; Ho ditolak) artinya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua tingkatan kemampuan memori (tinggi-rendah) terhadap prestasi kognitif. c. Uji pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar: Pada tabel Test between subject effect, nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig < 5 %, Ho ditolak) artinya ada perbedaan pada kedua kriteria interaksi social (tinggi-rendah) siswa terhadap prestasi kognitif. d. Interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Pada tabel Test between subject effect, nilai signifikansi sebesar 0,001 (sig < 5 %; Ho ditolak). Data ini menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori tinggi-rendah terhadap prestasi belajar. e.
Interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan interaksi social siswa terhadap prestasi belajar kognitif; Pada tabel Test between subject effect menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,722 (sig > 5 %, Ho diterima), artinya tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan interaksi social siswa (tinggi - rendah).
f.
user Interaksi antara kemampuan commit memorito dengan interaksi sosialsiswa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
prestasi belajar kognitif: Pada tabel Test between subject effect menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,598 (sig > 5 %, Ho diterima) artinya tidak terdapat interaksi antara interaksi social dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif. g.
Interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw, kemampuan memori, dan interaksi social siswa terhadap prestasi belajar kognitif: Pada tabel Test between subject effect menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,819 (sig >5 %, Ho diterima) artinya tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kemampuan memori, interaksi social terhadap prestasi kognitif.
Plot hasil uji interaksi antara metode dengan kemampuan memori disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Plot Interaksi Metode dengan Kemampuan Memori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
2.
Uji lanjut Uji lanjut dilakukan ketika ada hipotesis Ho ditolak. Hipotesis nol (Ho) yang
ditolak pada penelitian ini antara lain Ho (2), Ho (3) dan Ho (4) maka peneliti melakukan uji lanjut. Uji Lanjut Scheffe diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kemampuan Memori terhadap prestasi belajar kognitif. Metode – Kemampuan Memori
Metode – Kemampuan Memori
Sig.
Keputusan
JIGSAW - MR TGT - MT TGT - MR TGT - MT TGT - MR TGT - MR
0,028 0,857 0,935 0,172 0,111 0,997
Ada perbedaan Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan
JIGSAW - MT
JIGSAW - MR TGT - MT
Setelah dilakukan uji compare means dapat terlihat mana yang lebih unggul. Rangkuman uji compare means antara masing-masing Ho yang ditolak dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.13. Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif. Independent
Mean
N
Standar Deviasi
JIGSAW – MT JIGSAW – MR
78,8 15 6,2 71,0 17 7,1 76,4 16 9,4 TGT – MT 77,0 16 7,0 TGT – MR Berdasarkan Tabel 4.14. terlihat bahwa rata – rata prestasi siswa yang belajar menggunakan metode Jigsaw memiliki kemampuan memori tinggi adalah 78,8. Sedangkan rata – rata prestasi siswa yang belajar menggunakan metode Jigsaw memiliki kemampuan memori rendah adalah 71,0. Selisih rata – rata prestasi tersebut commit to user 7,80.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran kimia materi pokok tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi dengan menggunakan metode TGT dan Jigsaw terhadap prestasi belajar kognitif siswa, ada atau tidaknya pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa, ada atau tidaknya pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa, ada atau tidaknya interaksi antara metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori siswa, ada atau tidaknya interaksi antara metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan interaksi sosial siswa, ada atau tidaknya interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial siswa, ada atau tidaknya interaksi antara TGT dan Jigsaw, kemampuan memori, dan interaksi sosial siswa pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas dan dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata dihasilkan 2 kelas, 1 kelas sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas X.2), dikenai metode pembelajaran TGT dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas X-4), dikenai metode pembelajaran Jigsaw. Pengukuran kemampuan memori dan interaksi sosial dilakukan sebelum pembelajaran. Instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan memori berupa pertanyaan yang berjumlah 27 soal pilihan ganda yang mencakup komponen mengingat kata tunggal dan mengingat kelompok kata. Siswa diminta mengerjakan soal tersebut dalam waktu 15 menit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Sedangkan untuk mengukur interaksi sosial, siswa diberi 28 soal pilihan ganda yang terdiri dari komponen kerjasama, persaingan, pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Kedua instrumen ini telah sebelumnya divalidasi melalui konsultasi pembimbing dan uji pendahuluan pada kelompok kecil. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan test akhir pembelajaran materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi untuk mengukur aspek kognitif serta mengisi angket afektif. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah TGT dan Jigsaw yang sama-sama mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk megkonstruk pengetahuan. 1. Hipotesis Pertama Belajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa, guru, sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang maksimal akan terjadi jika lingkungan belajar secara sengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu. Metode sebagai salah satu usaha guru untuk memaksimalkan interaksi siswa dengan siswa, guru, dan sumber belajar, sehingga prestasi siswa menjadi maksimal. Metode yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pada penelitian ini materi pokok yang diteliti adalah tatanama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. Materi ini bersifat abstrak dan menuntut penguasaan konsep.
Metode yang sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran ini adalah metode kooperatif. Hal ini sejalan dengan penelitian Melanie Cooper et.al (2004: 60) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dan tim sangat disarankan untuk materi kimia yang bersifat abstrak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Vygotsky dalam teorinya menekankan dua hal yaitu 1) menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya, 2) menekankan tentang scaffolding yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Pada penelitian ini digunakan metode Jigsaw dan TGT. Metode Jigsaw adalah salah satu dari metode pembelajaran kooperatif yang memiliki kelebihan sebagai berikut : 1) interdependensi tiap siswa tergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat penilaian, 2) dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Sedangkan kelemahan metode Jigsaw adalah adanya kemungkinan terputusnya mata rantai informasi karena informasi yang ingin disampaikan tidak langsung dikomunikasikan tetapi melalui dua kali diskusi yaitu diskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal. Metode TGT memiliki kelebihan sebagai berikut : 1) adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam game dan turnamen sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik, 2) konstruksi pengetahuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
melalui satu kali diskusi kelompok sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya terputusnya mata rantai informasi. Kedua metode tersebut sejalan dengan teori Vygostsky dimana kontruksi pengetahuan siswa dibangun melalui kerjasama kelompok. Selain itu sesuai dengan teori Piaget, dalam proses pembelajaran terdapat tiga tahap perkembangan kognitif yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi terjadi ketika siswa memperoleh informasi baru tentang cara memberi nama senyawa sederhana yaitu senyawa kovalen, ion biner dan ion poliatom. Siswa mengkaitkan tatanama senyawa tersebut dengan penggolongan senyawa. Dalam proses ini siswa menggunakan kemampuan yang dimiliki sebelumnya yaitu materi ikatan kimia untuk mengkontruk cara memberi senyawa sederhana sehingga struktur kognitif siswa berubah, jika cara berpikir siswa bertentangan dengan konsep, siswa akan melakukan reorganisasi melalui pengulangan (rehearsal) dalam bentuk mengerjakan kuis dan latihan soal. Reorganisasi inilah yang menghasilkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA, dapat diambil keputusan bahwa tidak adanya perbedaan prestasi kognitif dari penggunaan metode pembelajaran yang berbeda (TGT dan Jigsaw) kemungkinan disebabkan karena sintak pada TGT ataupun Jigsaw tidak berbeda secara signifikan, kedua metode tersebut sama-sama menekankan pada partisipasi siswa dalam kelompok. Disamping itu, kedua metode tersebut masih jarang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa belum terbiasa belajar dan bekerja dalam kelompok. Kondisi ini kemungkinan menjadi penyebab tidak maksimalnya proses pembelajaran seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
yang diharapkan. Rata-rata nilai ulangan tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi siswa yang dikenai metode TGT dan Jigsaw berturut-turut adalah 76,7 dan 74,7. Implikasi dari diterimanya hipotesis ini adalah metode Jigsaw maupun TGT cocok digunakan untuk pembelajaran tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. Sama halnya dengan penelitian Gelu Maftei dan Muza Maftei (2011: 1605) yang menyatakan bahwa metode Jigsaw memberikan pengaruh yang positif terhadap proses pembelajaran dimana siswa tidak merasakan bosan, dapat berkomunikasi secara efektif, dan senang. Selain itu Maftei (2011: 1606) menjelaskan bahwa metode Jigsaw sangat efektif pada kondisi khusus dari pendidikan di Australia. Hal ini dibuktikan bahwa Jigsaw lebih menekankan aspek interdependensi daripada cooperational. Itulah sisi positif dari metode Jigsaw sehingga metode ini sangat disarankan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran sains. Data pendukung yang menguatkan diterimanya hipotesis (Ho) pertama ini dapat dilihat dari prestasi belajar ranah afektif diukur. Rataan skor prestasi belajar ranah afektif antara siswa yang dikenai metode TGT maupun Jigsaw mempunyai kategori yang sama yaitu baik (B), artinya siswa memberika respon yang sama baik terhadap kedua metode tersebut.
2. Hipotesis Kedua Dari analisis ANOVA, untuk Uji test of between-subjects effect menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,017 (sig < 0,05) terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasar uji tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
ranah kognitif antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Mean prestasi kognitif siswa dengan kemampuan memori tinggi dan rendah berturut-turut sebesar 77,6 dan 73,9. Dalam pembelajaran, perlu upaya mengaktifkan faktor-faktor yang memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian prestasi belajar. Kemampuan memori merupakan salah satu faktor internal yang mendukung pencapaian hasil belajar, khususnya pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi. Tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi merupakan materi yang kompleks karena berisi gabungan konsep ikatan kimia, persamaan reaksi dan stoikiometri. Sesuai dengan silabus Kimia SMA Kelas X pada materi tata nama senyawa sederhana dan persamaan reaksi siswa dituntut dapat menentukan nama senyawa kovalen, ion biner dan poliatom, senyawa organik sederhana serta menuliskan persamaan reaksi jika disediakan nama-nama senyawa yang terbentuk dari tabel kation (golongan utama) dan anion. Dalam mengkontruksi materi ini dibutuhkan kemampuan memori. Sejalan dengan uangkapan von Glasersfeld dalam Paul Suparno (2006: 20) bahwa dalam proses konsruksi pengetahuan diperlukan : 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan perbedaan. Sementara kemampuan memori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menerima dan memasukan materi yang diterima kedalam ingatan, kemudian menyimpan materi tersebut kedalam ingatan serta memunculkan kembali kedalam kesadaran materi yang yang sudah diterima. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kun Yuan et.al (2006: 83) bahwa terdapat hubungan antara kemampuan memori dengan intelegensi dan prestasi materi sains dengan harga korelasi (r = 0,41 sampai 0,94 ) artinya kemampuan memori memberikan sumbangan sebesar 17% - 88% terhadap intelegensi dan prestasi sains. Hasil penelitian Kun Yuan et.al sejalan dengan penelitian ini, bahwa kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mempunyai prestasi ranah kognitif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. 3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis ANOVA, untuk Uji test of between-subjects effect menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 (sig < 0,05) terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasar uji tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan siswa yang memiliki interaksi social rendah. Mean prestasi kognitif siswa dengan interaksi sosial tinggi dan rendah berturut-turut sebesar 78,6 dan 73,0. Dalam mempelajari materi tatanama senyawa sederhana yang bersifat abstrak dibutuhkan kemampuan berinteraksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru sehingga siswa dapat saling mengungkapkan pendapat, menyampaikan argumennya dalam rangka usaha mencapai pemahaman konsep yang sama terhadap materi yang sedang dipelajari. Sesuai dengan hasil analisis ANOVA bahwa siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi social rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roxana Moreno (2009: 441) yang menyatakan bahwa keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah mengurangi bantuan guru pada suatu diskusi teman sebaya (kelompok) sehingga terbangun pengetahuan secara bersama. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara student’s interaction performance dengan feedback (umpan balik) yang terjadi selama proses pembelajaran. Interaksi dapat bedakan menjadi consensual, nonconsensual, responsive, dan elaborative. Consensual diartikan sebagai interaksi siswa yang terjadi ketika hanya satu siswa yang berkontribusi secara signifikan saat diskusi berlangsung. Nonconsensual didefiniskan sebagai interaksi antar siswa ketika satu siswa berkontribusi memberikan pernyataan, argument namun hanya sedikit siswa yang mendebat pernyataan atau argument yang disampaikan. Responsive didefiniskan sebagai interaksi antar siswa ketika pertanyaan atau respon dari dua siswa memberikan kontribusi berupa pernyataan dalam suatu diskusi sedangkan
elaborative
didefiniskan sebagai interaksi antar siswa ketika semua siswa berpatisipasi memberikan pernyataan atau argument yang kompleks dalam diskusi untuk membangun atau mengklarifikasi penyataan siswa sebelumnya. Dalam penelitian ini interaksi yang dimaksud adalah elaborative dimana semua siswa berpartisipasi dalam proses diskusi. 4. Hipotesis Keempat Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar 0,001. Jika nilai signifikansi < alfa 0,05 maka hipotesis Ho : Tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode
pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ditolak dan hipotesis alternatifnya H1 diterima artinya terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Jadi dari hasil analisis tersebut dikatakan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Siswa dengan kemampuan memori tinggi lebih cocok belajar menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah lebih cocok belajar menggunakan metode TGT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara metode pembelajaran baik TGT maupun Jigsaw dengan kemampuan memori siswa. Pada penerapan metode Jigsaw siswa dengan kemampuan memori tinggi setelah melakukan diskusi di kelompok ahli dapat menyampaikan materi secara utuh kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Sedangkan pada penerapan metode TGT siswa dengan kemampuan memori rendah dapat mencapai prestasi yang lebih baik karena dengan adanya games dan tournament, siswa termotivasi untuk berusaha lebih keras dan menjadikan siswa memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberhasilan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan teori motivasi yang diungkapkan Slavin (2005: 34) bahwa pembelajaran kooperatif memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana siswa bekerja dalam kelompoknya. Games dan tournament sebagai salah satu tahapan metode TGT memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kerjasama kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah ketika harus mengikuti games atau tourmanent akan mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga didalam games atau tournament, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
mereka dapat menunjukkan performa terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi akan berusaha sekeras mungkin membantu teman dalam sekelompoknya yang heterogen. Bedasarkan uji lanjut Scheffe yang telah disajikan pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa ada perbedaan prestasi kognitif pada siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dikenai metode Jigsaw dan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah yang dikenai metode Jigsaw. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,028. Uji yang selanjutnya dilakukan adalah uji compare means untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antar masing-masing komponen. Rerata prestasi kognitif siswa dengan kemampuan memori tinggi yang dikenai metode Jigsaw sebesar 78,8; siswa kemampuan memori rendah yang dikenai metode Jigsaw sebesar sebesar 71,0. 5. Hipotesis Kelima Dari analisis ANOVA, menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,722 pada prestasi ranah kognitif. Berdasarkan uji tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT dan Jigsaw dengan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi diterima. Mean prestasi kognitif siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi-rendah dengan pembelajaran TGT dan Jigsaw berturut-turut sebesar 80,8; 76,9 dan 73,9; 71,8. Interaksi sosial mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran menggunakan Jigsaw dan TGT. Dalam kedua metode ini siswa dituntut dapat bekerjasama, berdiskusi, saling membantu memahamkan konsep untuk mencapai keberhasilan tim. Siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah yang dikenai metode TGT commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
memberikan prestasi kognitif yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai interaksi social tinggi dan rendah yang dikenai metode Jigsaw. Hal ini disebabkan karena adanya fase game atau tournament memberikan motivasi lebih tinggi kepada siswa untuk bisa menunjukkan performa terbaiknya. Disamping itu, adanya dimensi kegembiraan meminimalkan beban psikologi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya dengan lebih baik. Berbeda dengan metode Jigsaw yang menuntut siswa sebagai ahli untuk dapat mengkomunikasikan
hasil
diskusi
kelompok
ahli
kepada
kelompok
asal,
kemungkinan hal inilah yang menyebabkan beban psikologi siswa menjadi berat sehingga proses penyampaian informasi menjadi tidak maksimal. 6. Hipotesis Keenam Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar 0,598. Jika nilai signifikansi > alfa 0,05 maka hipotesis Ho: Terdapat interaksi antara kemampuan memori tinggi-rendah dengan interaksi sosial tinggi-rendah terhadap prestasi belajar dan hipotesis alternatifnya H1 ditolak. Jadi dari hasil analisis tersebut dikatakan bahwa tidak ada interaksi kemampuan memori tinggi-rendah dengan interaksi sosial tinggi-rendah terhadap prestasi belajar kognitif. Rerata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi-interaksi social tinggi (MTIT) 82,1; siswa kemampuan memori tinggi-interaksi social rendah (MT-IR) 73,8; siswa kemampuan memori rendah-interaksi sosial tinggi (MR-IT) 75,6, dan kemampuan memori rendah-interaksi sosial rendah (MR-IR) 72,2. Tidak adanya interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial terhadap prestasi kemungkinan disebabkan karena siswa yang mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
kemampuan memori tinggi tidak maksimal dalam membantu teman dalam sekolompoknya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil angket afektif yang salah satu komponennya adalah kepedulian terhadap teman, bahwa siswa yang memiliki prestasi yang tinggi cenderung memiliki skor angket yang lebih rendah daripada siswa yang memiliki prestasi yang rendah. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan tabel test between subject effect didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar 0,819. Jika nilai signifikansi > alfa 0,05 maka hipotesis Ho: Tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori dan interaksi social terhadap prestasi belajar diterima dan hipotesis alternatifnya H1 ditolak artinya tidak ada interaksi antara penggunaan metode TGT dan Jigsaw dengan kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar pada materi tatanama senyawa sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo Tahun Ajaran 2011/2012. Tidak terdapatnya interaksi antara metode TGT dan Jigsaw, kemampuan memori dan interaksi sosial siswa dapat dijelaskan dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa metode pembelajaran TGT lebih baik daripada metode pembelajaran Jigsaw, siswa dengan kemampuan memori tinggi lebih baik daripada siswa dengan kemampuan memori rendah, siswa dengan interaksi sosial tinggi lebih baik dari kemampuan interaksi sosial rendah. Metode pembelajaran, kemampuan memori dan interaksi social secara bersamaan tidak mempengaruhi prestasi belajar. Namun
metode
pembelajaran,
kemampuan
mempengaruhi prestasi belajar secara parsial. commit to user
memori
dan
interaksi
social
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Dari hasil uji compare mean diantara kelompok dapat ditarik kesimpulan bahwa metode TGT sangat cocok diterapkan pada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan interaksi sosial tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial tinggi. Hal ini sejalan dengan langkah metode TGT yang memberikan penyajian kelas terlebih dahulu, belajar tim, tournament dan rekognisi tim. Pada fase belajar tim siswa menerima informasi dan menyimpan informasi tersebut kedalam memori jangka pendek, pada fase tournament, siswa mengalami reorganisasi struktur kognitif (penyempurnaan struktur kognitif), informasi dari jangka pendek akan masuk dalam memori jangka panjang ketika siswa secara berulang-ulang mempelajari materi melalui fase gametournament. Hal ini merupakn proses rehearsal siswa (pengulangan kembali) sehingga informasi pada memori jangka panjang siap di-recall. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa kekurangan antara lain instrument yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih diketahui dengan tepat. Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Penelitian ini juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaan metode pembelajaran karena siswa belum terbiasa menggunakan metode Jigsaw dan TGT. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan secara detail tentang aturan kedua metode tersebut selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang terbiasa belajar dengan tanpa adanya tanggung jawab individu untuk berkontribusi kepada kelompok terlihat canggung ketika mereka harus bekerja dalam kelompok tetapi tetap dituntut tanggungjawab individu. Hal ini berbeda dengan kegiatan diskusi konvensional, dimana sering terjadi anggota kelompok tidak berkontribusi secara maksimal atau hanya
sebagai
pembonceng.
Faktor-faktor
tersebut
mengakibatkan
maksimalnya pelaksanaan metode pembelajaran baik TGT maupun Jigsaw.
commit to user
tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TGT terhadap prestasi belajar kognitif maupun pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012 yang ditunjukkan oleh rerata prestasi kognitif berturut-turut untuk metode Jigsaw dan TGT adalah 74,7; 76,7.
2.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa ada pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012, masing-masing dengan rerata 77,6; 73,9. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi cenderung lebih mudah mengingat informasi yang sudah diterima berdasarkan pengalaman belajarnya.
3.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012 masing-masing dengan rerata: 78,6; 73,0. Siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung lebih mudah mengkomunikasikan informasi commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
kepada teman dalam kelompoknya hal ini berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. 4.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar kognitif pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012. Siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dikenai lebih cocok dikenai metode TGT sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi lebih cocok dikenai metode Jigsaw dengan rerata prestasi metode TGT kemampuan memori rendah dan metode Jigsaw kemampuan memori tinggi berturut-turut 77,0 dan 78,8.
5.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dengan interaksi sosial terhadap prestasi kognitif pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa kelas X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012. Siswa yang belajar dengan metode Jigsaw-interaksi sosial tinggi dan TGT-interaksi sosial tinggi mempunyai prestasi kognitif yang tidak jauh berbeda masing-masing 76,9; 80,8. Sama halnya dengan siswa yang belajar dengan Jigsaw-interaksi sosial rendah dan siswa yang belajar dengan TGT-interaksi sosial rendah yaitu 71,8: 73,9. Kontradiksi dengan hal tersebut, siswa yang belajar dengan metode Jigsaw-interaksi sosial tinggi dan TGT-interaksi sosial tinggi mempunyai skor tidak jauh berbeda masing-masing 76,8; 80,1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
6.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi kognitif pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012. Rerata prestasi siswa paling tinggi diperoleh oleh siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial tinggi yaitu 82,1, kemudian diikuti oleh siswa dengan kemampuan memori rendah-interaksi sosial tinggi yaitu 75,6, siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial rendah yaitu 73,8 dan yang paling rendah adalah siswa dengan kemampuan memori rendah-interaksi sosial rendah yaitu 72,2.
7.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan TGT, kemampuan memori, dan interaksi sosial terhadap prestasi kognitif pada materi pokok tatanama sederhana dan persamaan reaksi siswa X SMA N 1 Rawalo tahun ajaran 2011/2012. Rerata prestasi kognitif siswa paling tinggi diperoleh oleh siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial tinggi dikenai Jigsaw yaitu 84,2, kemudian diikuti oleh siswa dengan kemampuan memori rendah-interaksi sosial tinngi dikenai TGT yaitu 81,0; siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial tinggi dikenai TGT yaitu 80,6 dan yang paling rendah adalah siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial rendah dikenai Jigsaw yaitu 75,3; siswa dengan kemampuan memori rendah-interaksi sosial rendah dikenai TGT yaitu 75,2; siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial tinggi dikenai TGT yaitu 73,3; siswa dengan kemampuan memori tinggicommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
interaksi sosial rendah dikenai TGT yaitu 72,2 dan siswa dengan kemampuan memori rendah-interaksi sosial rendah dikenai Jigsaw yaitu 65,5. B. Implikasi Dari kesimpulan penelitian tersebut diatas, dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1.
Implikasi Teoritis a. Metode pembelajaran Jigsaw dan TGT dapat diterapkan pada pembelajaran kimia
materi
tatanama
sederhana
dan
persamaan
reaksi
sehingga
mempermudah siswa dalam mempelajari dan menguasai materi tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode tersebut layak digunakan untuk pembelajaran tatanama sederhana dan persamaan reaksi karena rerata prestasi belajar siswa menggunakan Jigsaw dan TGT sama baiknya. Selain itu data prestasi afektif menunjukkan respon siswa yang baik terhadap kedua metode tersebut. b. Kemampuan memori merupakan faktor intern siswa yang mempunyai pengaruh terhadap prestasi kognitif. Guru hendaknya memperhatikan dan terus melatih kemampuan memori yang ada dalam diri siswa agar dapat mendukung pencapaian prestasi belajarnya. c. Interaksi sosial merupakan faktor intern siswa yang memberikan pengaruh terhadap prestasi kognitif. Dalam penelitian ini siswa dengan interaksi sosial tinggi mempunyai prestasi kognitif yang tinggi pula. Hal ini tentu saja akan berdampak positif untuk memaksimalkan prestasi belajar kimia. Guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
hendaknya memperhatikan dan melatih interaksi sosial yang dimiliki oleh siswa. d. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, perlu diperhatikan hubungan metode dengan kemampuan memori siswa. Siswa kemampuan memori tinggi lebih baik dikenai metode Jigsaw sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah lebih cocok dikenai metode TGT. e. Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa, perlu diperhatikan hubungan metode dengan interaksi sosial siswa. Siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi-rendah cocok dikenai kedua metode tersebut. f. Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa perlu diperhatikan hubungan kemampuan memori dan interaksi sosial siswa. Pada siswa dengan kemampuan memori tinggi-interaksi sosial tinggi mempunyai prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendahinteraksi sosial rendah, sehingga untuk meningkatkan prestasi kognitif siswa dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan memori dan interaksi sosial setiap siswa. g. Prestasi belajar tatanama senyawa sederhana dan persamaan reaksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang memperhatikan kemampuan memori dan interaksi sosial. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi seorang pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar kimia dan
siswa pada materi tatanama
sederhana dan persamaan reaksi dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dan TGT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
2.
Implikasi Praktis a. Untuk mengajar materi tatanama sederhana dan persamaan reaksi sebaiknya menggunakan metode Jigsaw dan TGT. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan metode TGT dan Jigsaw memberikan rerata prestasi belajar yang sama baik. b. Untuk mengajar materi tatanama sederhana dan persamaan reaksi sebaiknya memperhatikan kemampuan memori, karena siswa dengan kemampuan memori tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan memori rendah. c. Untuk mengajar materi tata nama sederhana dan persamaan reaksi sebaiknya memperhatikan interaksi sosial karena siswa dengan interaksi sosial tinggi mempunyai prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan siswa dengan interaksi sosial rendah. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada Pendidik: a. Penerapan metode pembelajaran Jigsaw dan TGT memerlukan persiapan yang baik, supaya pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang tertuang dalam RPP. Pada penggunaan metode TGT maupun Jigsaw, pendidik harus menyiapkan teknik-teknik khusus ketika siswa kesulitan mengambil kesimpulan umum seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa menuju perumusan kesimpulan. Sedangkan penggunaan metode Jigsaw perlu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
memperhatikan management waktu, karena fase diskusi berlangsung dua kali. Siswa diberi kebebasan berdiskusi, namun cenderung tidak dimanfaatkan dengan baik. Pada TGT yang perlu diperhatikan adalah management waktu saat pelaksanan games dan tournament. Selain itu perlu disiapkan kelompokkelompok siswa yang heterogen, lembar kerja, skor kemajuan siswa dalam kelompok dan panduan bekerja dalam kelompok yang jelas. b. Kemampuan memori dan interaksi sosial siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran tatanama sederhana dan persamaan reaksi karena dengan memperhatikan kemampuan memori dan interaksi sosial, guru dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. 2. Kepada Peneliti: a. Pada proses pembelajaran metode pengukuran ranah afektif yang digunakan hendaknya bukan hanya metode laporan diri dengan instrument angket saja tetapi juga menggunakan metode observasi
yang didasarkan pada asumsi bahwa
karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan TGT pada materi lain yang bersifat informatif. c. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang merupakan faktor internal dan eksternal yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. d. Perlu dilakukan penelitian penggunaan metode pembelajaran yang lain sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran kimia yang akan dipelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
3. Kepada Siswa: Belajar dengan metode Jigsaw dan TGT menempatkan siswa dalam kerjasama kelompok sehingga dapat meminimalkan ketergantungan siswa terhadap guru. Siswa dapat berinteraksi dengan teman dalam kelompok maupun dengan sumber belajar secara langsung, belajar dalam kelompok dapat meningkatkan interaksi antar individu dan antar anggota kelompok dan juga antar siswa dengan sumber belajar. Siswa dapat bertukar pikiran, mengemukakan pendapat, mengambil keputusan bersama dan merefleksi hasil diskusi yang dilakukan sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat tersimpan dalam memori jangka panjang.
commit to user