perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN DIAGRAM VEE DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN ANALISIS SISWA
(Materi Asam, Basa dan Garam di Kelas VII Semester II SMP Negeri 27 Semarang Tahun 2011/2012)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh APNI VIYANDARI NIM S831102009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Diagram Vee dan Komik Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Analisis Siswa (Materi Asam, Basa dan Garam di Kelas VII Semester II SMP Negeri 27 Semarang Tahun 2011/2012) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, karya atau pendapat orang lain yang digunakan sebagai acuan dalam tesis ini disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu enam bulan sejak pengesahan Tesis saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka prodi Pendidikan Sains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta,
Agustus 2012
Mahasiswa, Apni Viyandari
commit to user
S831102009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul: PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN
BERBASIS
MASALAH
DENGAN
DIAGRAM VEE DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN ANALISIS SISWA (Materi Asam, Basa dan Garam di Kelas VII Semester II SMP Negeri 27 Semarang Tahun 2011/2012) dengan baik. Pada menyusunan proposal tesis ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak, maka proposal ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing II. 3. Dr. Sarwanto, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Ashadi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan sehingga memperlancar penyusunan laporan tesis ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak dan Ibu Dosen khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. 6. Drs. Hariyanto Dwiyantoro, M.M. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 27 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Dra. Suhartatik, selaku Guru IPA Kelas VII SMP Negeri 27 Semarang yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 8. Bapak, Ibu dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan yang terbaik, kasih sayang, dan semangat bagi penulis. 9. Teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Sains Minat Kimia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya tesis yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Man Jadda Wajada” Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil
(Peribahasa Arab)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk Bapak, Ibu dan Adikku tercinta, karunia Alloh terindah dalam hidupku yang selalu menjadi motivatorku Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sains
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apni Viyandari, 2012, Pembelajaran IPA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Diagram Vee dan Komik Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Kemampuan Analisis Siswa (Materi Asam, Basa dan Garam di Kelas VII Semester II SMP Negeri 27 Semarang Tahun 2011/2012). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi, II: Dr. M. Masykuri, M.Si. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan salah satu metode berdasarkan pada teori konstruktivistik yang cukup efektif membantu siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan mengkonstruksi pengetahuan dalam pikirannya secara aktif. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk mengalami proses pemecahkan masalah melalui tahap-tahap terstruktur sehingga diharapkan siswa akan mendapatkan pengetahuan. Metode ini akan dibantu dengan media komik dan diagram vee untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi siswa. Diagram vee dan komik merupakan media yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: perbedaan prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran berbasis masalah antara siswa yang menggunakan diagram vee dan komik, antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah, antara siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah serta interaksinya terhadap prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 - Maret 2012. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, VII A dan VII B. Penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan komik di kelas VII A sedangkan diagram vee di kelas VII B. Data prestasi belajar kognitif, kemampuan memori dan kemampuan analisis dikumpulkan dengan tes sedangkan prestasi afektif menggunakan angket. Hipotesis diuji menggunakan Anava. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan: 1) ada perbedaan prestasi belajar kognitif siswa yang dikenai pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik, 2) ada perbedaan prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah, 3) ada perbedaan prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah, 4) tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 5) tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 7) tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik, kemampuan memori serta kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Diagram Vee, Komik, Kemampuan commit to user Memori, Kemampuan Analisis, Asam Basa Garam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apni Viyandari, 2012, Science Learning Using Problem Based Learning Through Vee Diagram and Comic Overviewed From Memory Skill and Analytical Skill of Students (The Subject Matter of Acids, Bases and Salts in Grade 7th Semester II Junior High School 27 of Semarang Academic Year 2011/2012). THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Ashadi, II: Dr. M. Masykuri, M.Si. Program Study of Science Education. Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT Problem Based Learning method (PBL) was one of the methods based on constructivist theory. This method was quite effective to help students in learning so that they would construct knowledge in their mind actively. Students had opportunity to got experience of their learning through structured stages, so hopefully the students would gain knowledge. This method would be assisted by comics and vee diagrams to increase curiosity and motivation of students. Vee diagram and comic were media that would help students in the learning process. The aims of this study was to determine: differences of students achievement through Problem Based Learning (PBL) between student who used vee diagram and comic, between student who had high and low memory skill, between student who had high and low analytical skill and their interaction toward students cognitive achievement. This study used an experimental method that it was conducted from Oktober 2011 to March 2012. The sample was taken using cluster random sampling consisted of two classes, VII A and VII B. Implementation of Problem Based Learning using comic in class VII A while vee diagram in class VII B. The data cognitive achievement, memory skill, analytical skill was collected by test while affective achievements used by questioner. The hypothesis was tested using ANOVA. Based on the results of data analysis it could be concluded that: 1) there was a difference in students cognitive achievement through problem based learning used vee diagram and comic but there wasn‟t difference in in students affective achievement , 2) there was a difference in students cognitive achievement that has the high memory skills and low memory skills but there wasn‟t difference in in students affective achievement, 3) there was a difference in students cognitive achievement that has the high analytical skills and low analytical skills but there wasn‟t difference in in students affective achievement, 4) there wasn‟t interaction between vee diagram and comic with memory skills toward students cognitive and affective achievement, 5) there wasn‟t interaction between vee diagram and comic with analytical skills toward students cognitive achievement, 6) there wasn‟t interaction between memory skills and analytical skills toward students cognitive and affective achievement, 7) there wasn‟t interaction among vee diagram and comic, memory skills and analytical skills toward students cognitive and affective achievement. Keywords: Problem Based Learning, Diagram, Comic, Memory Skills, commitVee to user Analytical Skills, Acids Bases Salts
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 9 C. Pembatasan Masalah........................................................................ 10 D. Perumusan Masalah ......................................................................... 10 E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11 F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 13 A. Kajian Teori ..................................................................................... 13 commit to user 1. Pembelajaran IPA ........................................................................ 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Teori Belajar ................................................................................ 15 3. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ......................... 25 4. Media Pembelajaran .................................................................... 28 5. Diagram Vee ................................................................................ 33 6. Komik .......................................................................................... 36 7. Kemampuan Memori ................................................................... 41 8. Kemampuan Analisis................................................................... 44 9. Prestasi Belajar dalam Pembelajaran IPA ................................... 46 10. Materi Pembelajaran IPA (Asam, Basa dan Garam) ................. 50 B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 56 C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 58 D. Hipotesis .......................................................................................... 69 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 70 A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 70 1. Tempat Penelitian ....................................................................... 70 2. Waktu Penelitian ........................................................................ 70 B. Jenis Penelitian ................................................................................ 71 C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 72 1. Populasi ...................................................................................... 72 2. Sampel ........................................................................................ 73 D. Variabel Penelitian ......................................................................... 73 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 73 2. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian ................................ 75 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 75 1. Metode Tes ................................................................................. 75 2. Metode Angket ........................................................................... 76 F. Instrumen Penelitian ........................................................................ 77 G. Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................... 77 1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Tes Kemampuan Analisis ..... 77 2. Instrumen Penilaian Afektif dan Tes Kemampuan Memori ........ 84 H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 86 1. Uji Prasyarat Hipotesis ................................................................ 86 2. Uji Hipotesis ................................................................................ 87 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 90 A. Deskripsi Data ................................................................................ 90 1. Data Kemampuan Memori .......................................................... 90 2. Data Kemampuan Analisis .......................................................... 91 3. Data Prestasi Belajar Kognitif ..................................................... 92 4. Data Prestasi Belajar Afektif ....................................................... 97 B. Uji Prasyarat Hipotesis .................................................................... 101 1. Uji Normalitas ............................................................................. 101 2. Uji Homogenitas .......................................................................... 102 C. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 102 D. Pembahasan ..................................................................................... 105 1. Hipotesis Pertama ........................................................................ 105 commit to user 2. Hipotesis Kedua........................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hipotesis Ketiga .......................................................................... 112 4. Hipotesis Keempat ....................................................................... 114 5. Hipotesis Kelima ......................................................................... 115 6. Hipotesis Keenam ........................................................................ 117 7. Hipotesis Ketujuh ........................................................................ 118 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 120 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 122 A. Kesimpulan ...................................................................................... 122 B. Implikasi .......................................................................................... 125 1. Implikasi Teoritis......................................................................... 125 2. Implikasi Praktis .......................................................................... 126 C. Saran ................................................................................................ 126 1. Kepada Untuk Pendidik ............................................................... 126 2. Kepada Untuk Peneliti ................................................................. 127 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 128 LAMPIRAN ..................................................................................................... 132
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 27 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 .............................................
4
Tabel 2.1 Sintaks Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ...............
28
Tabel 2.2 Beberapa Asam yang Dikenal .......................................................
51
Tabel 2.3 Beberapa Basa yang Dikenal.........................................................
51
Tabel 2.4 Sifat – sifat Senyawa Asam dan Basa ...........................................
52
Tabel 2.5 Beberapa Garam yang dikenal ......................................................
53
Tabel 2.6 Perubahan Warna Indikator ...........................................................
54
Tabel 2.7 Perubahan Warna Indikator Alam Kubis Ungu ............................
55
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...........................................................................
70
Tabel 3.2 Tabel Rancangan Faktorial Penelitian...........................................
71
Tabel 3.3 Hasil Uji Validasi Instrumen Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis .........................................................................................
79
Tabel 3.4 Hasil Reliabilitas Instrumen Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis ..........................................................................................
80
Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis ....................................................................
81
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis ..........................................................................................
83
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Afektif dan Kemampuan commit to user Memori ..........................................................................................
85
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.8 Hasil
digilib.uns.ac.id
Uji
Reliabilitas
Instrumen
Prestasi
Afektif
dan
Kemampuan Memori.....................................................................
86
Tabel 4.1 Jumlah Siswa yang Mempunyai Memori Tinggi dan Rendah ......
90
Tabel 4.2 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah .....................................
91
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah ....................................................................................
91
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah .....................................
92
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ..................................................
92
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Diagram Vee dan Komik
93
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Memori .........................................................................................
94
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Analisis ..........................................................................................
95
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Kemampuan Analisis Siswa ..................................... Tabel 4.10 Deskripsi
Data
Prestasi
Kognitif
Ditinjau
dari
96
Media,
Kemampuan Memori dan Kemampuan Analisis Siswa ................
96
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Afektif .....................................................
97
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Diagram Vee dan Komik ..
98
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan Memori ......................................................................................... commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan Analisis ..........................................................................................
100
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Normalitas ...........................................................
101
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Homogenitas .......................................................
102
Tabel 4.17 Uji Anava Terhadap Prestasi Kognitif ..........................................
103
Tabel 4.18 Uji Anava Terhadap Prestasi Afektif ............................................
103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ................................................
30
Gambar 2.2 Diagram Vee dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ................
36
Gambar 2.3 Komik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................
40
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Komik dan DiagramVee ................................................................................ Gambar 4.2 Histogram
Perbandingan
Prestasi
Kognitif
Siswa
yang
Memiliki Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah................... Gambar 4.3 Histogram
Perbandingan
Prestasi
Kognitif
Siswa
93
94
yang
Memiliki Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah ..................
95
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Komik dan Diagram Vee ...............................................................................
98
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa yang Memiliki Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah ..................................
99
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa yang Memiliki Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah ..................................
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Silabus ................................................................................... 132
Lampiran 2
RPP Menggunakan Diagram Vee .......................................... 134
Lampiran 3
RPP Menggunakan Komik ...................................................... 151
Lampiran 4
Diagram Vee ............................................................................ 168
Lampiran 5
Komik ..................................................................................... 171
Lampiran 6
Lembar Kerja Siswa Untuk Komik dan Diagram Vee........... 186
Lampiran 7
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Memori ............................ 189
Lampiran 8
Item Soal Instrumen Kemampuan Memori ............................ 190
Lampiran 9
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Analisis ............................ 192
Lampiran 10
Item Soal Instrumen Kemampuan Analisis............................ 193
Lampiran 11
Kisi-Kisi Instrumen Kognitif ................................................. 196
Lampiran 12
Item Soal Instrumen Kognitif ................................................ 199
Lampiran 13
Kisi-Kisi Instrumen Afektif ................................................... 208
Lampiran 14
Item Soal Instrumen Afektif................................................... 209
Lampiran 15
Uji Kesamaan Rata-Rata ......................................................... 214
Lampiran 16
Hasil Tes Kemampuan Analisis, Kemampuan Memori, Prestasi Kognitif dan Prestasi Afektif ................................... 215
Lampiran 17
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas .................................. 216
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan masyarakat telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan di bidang sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut manusia untuk semakin berusaha menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan salah satunya aspek pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab(Kemendiknas, 2003: 4). Oleh sebab itu pendidikan nasional harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan sehingga pemerintah perlu melakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Pada konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload antara materi dengan commit to user alokasi waktu yang tersedia atau materi dengan jenjang intelektual siswa, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan serta kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara makro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Pembaruan pendidikan yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah menyempurnakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pernyempurnaan kurikulum KBK menjadi KTSP diharapkan dapat mempermudah guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tentunya akan menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik. KTSP telah diterapkan disetiap sekolah namun pelaksanaan pembelajaran IPA masih kurang memperhatikan pencapaian kompetensi siswa. Pembelajaran berpusat pada guru masih sering dilakukan karena pembelajaran tersebut dianggap paling efisien untuk menyampaikan materi yang cukup banyak. Guru menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam membangun pengetahuan melalui pemecahan masalah atau diskusi. Hal ini dapat menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan soal yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah sehingga dapat mengakibatkan prestasi siswa rendah. Peran aktif siswa yang masih rendah dalam proses pembelajaran tentunya berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran IPA relatif masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti halnya yang terjadi di SMP Negeri 27 Semarang. Berdasarkan data ulangan akhir semester gasal IPA di kelas VII SMP Negeri 27 Semarang tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ajaran 2011/2012, masih banyak siswa yang memiliki nilai di bawah 68. Data jumlah siswa yang memiliki nilai di bawah KKM disajikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Daftar Nilai Ulangan IPA Semester Gasal Siswa Kelas VII SMP Negeri 27 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas
Rata-rata nilai IPA
KKM
Jumlah siswa
Persentase siswa
nilai < KKM
< KKM (%)
A
63,57
68
20
66,67
B
60,46
68
26
81,25
C
54,39
68
30
93,75
D
56,91
68
29
90,62
E
57,58
68
25
83,33
F
62,50
68
23
71,81
G
59,00
68
26
83,87
H
62,86
68
25
78,12
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, rendahnya prestasi siswa di SMP Negeri 27 Semarang kemungkinan disebabkan beberapa hal berikut: 1) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, 2) kurang optimalnya penggunaan fasilitas ruang laboratorium dan multimedia, 3) siswa menganggap pelajaran IPA sukar dipelajari, 4) siswa tidak menyukai pelajaran IPA sehingga tidak memperhatikan pelajaran, 5) siswa tidak mau bertanya bila terdapat materi yang belum dipahami, 6) guru tidak menggunakan metode atau media yang sesuai dengan karakteristik materi ataupun kondisi siswa. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan
yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah (Trianto, 2010: 141). Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada partisipasi aktifcommit siswa untuk mengkonstruksi pengatahuan (Paul to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suparno, 1997: 16). Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami alam sekitar melalui kegiatan eksperimen atau observasi yang didasari oleh metode ilmiah. Berdasarkan bentuk pengetahuan Piaget dalam Ratna Wilis (2011: 142), materi asam, basa dan garam (kelas VII) merupakan gabungan dari pengetahuan fisik dan sosial. Pengetahuan fisik diperoleh saat siswa dapat mengamati gelembung gas sebagai hasil reaksi senyawa asam dengan karbonat dan perubahan warna kertas lakmus bila dicelupkan ke dalam senyawa asam atau basa melalui kegiatan laboratorium sedangkan bentuk pengetahuan sosial terbentuk ketika siswa melakukan interaksi dengan siswa lain melalui diskusi kelompok. Sehingga materi asam, basa dan garam merupakan pengetahuan empiris yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor internal merupakan faktor yang berada di dalam diri siswa yang juga mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal siswa antara lain kecerdasan, memori, minat, bakat, motivasi, kemampuan berpikir kritis dan analisis. Salah satu faktor internal yang belum diperhatikan guru adalah kemampuan memori. Gathercole, Brown dan Pickering, (2003: 2) menyatakan bahwa kemampuan memori kerja berpengaruh cukup besar pada prestasi belajar. Kemampuan memori merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk menyimpan dan memanfaatkan informasi di dalam pikiran pada jangka waktu yang singkat. Informasi itu dapat dan akan hilang jika ada informasi lain karena memori kerja seseorang terbatas (Solaz Portoles, 2009: 80). Penelitian yang dilakukan Gathercole dan Alloway (2009: 2), menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingakan siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memilki kemampuan memori rendah. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi lebih banyak menyimpan informasi daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah sehingga mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan pengetahuan atau informasi yang siswa miliki. Pada proses pembelajaran IPA, kemampuan memori dimaknai sebagai upaya untuk memasukkan, menyimpan dan menimbulkan kembali terhadap halhal yang pernah dilihat, didengar dan dilakukan dalam suatu proses pembelajaran. Pada penelitian ini, siswa menggunakan kemampuan memorinya untuk menggelompokkan zat yang bersifat asam dan basa setelah mengetahui ciri-ciri sifat asam dan basa yang dibantu dengan diagram vee maupun komik. Misalnya saat siswa mengidentifikasi larutan cuka, kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah. Bila siswa tidak mengingat sifat asam ataupun basa, siswa tidak akan mampu untuk mengelompokkan larutan cuka berada pada kelompok asam atau basa. Selain kemampuan memori, faktor internal yang masih jarang diperhatikan guru adalah kemampuan analisis. Zhou Qing (2010: 1) menyatakan bahwa kemampuan analisis berhubungan kuat dengan prestasi kognitif siswa. Pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan analisis mampu mendukung tercapainya prestasi belajar yang lebih tinggi. Facione (2011: 4) menyatakan bahwa kemampuan analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi hubunganhubungan nyata yang diharapkan dan terpercaya diantara pernyataan, konsep, deskripsi atau bentuk lain dari perwakilannya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan informasi atau opini. Kemampuan analisis sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibutuhkan pada materi asam, basa dan garam misalnya mengidentifkasi sifat suatu asam dan basa pada bahan makanan dengan menggunakan indikator, siswa harus bisa melihat perubahan warna yang terjadi pada indikator untuk setiap sampel bahan pangan sehingga diharapkan mampu menyimpulkan jenis indikator yang tepat untuk mengidentifikasi sifat bahan tersebut. Berdasarkan kajian karakteristik materi dan faktor internal siswa yang mencakup kemampuan memori dan analisis maka diperlukan penerapan metode pembelajaran dan media yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Materi asam, basa dan garam yang bersifat empiris sangat menarik dipelajari bila siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui kegiatan laboratorium dan diskusi kelompok. Salah satu metode yang dianggap mewakili proses konstruksi pengetahuan adalah metode pembelajaran berbasis masalah (PBL). Metode pembelajaran ini yang diawali dengan penyajian masalah yang tidak sederhana kepada siswa sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. I Wayan Santyasa (2007: 7) mengatakan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan paham konstruktivistik lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep dan konstruksi solusi daripada menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Oleh karena itu, dalam pembelajaran harus dikemas dalam proses ”konstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan sehingga siswa perlu membiasakan diri untuk belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memecahkan masalah. Pada metode pembelajaran berbasis masalah, siswa akan diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah kemudian mencari informasi untuk penyelesaian masalah melalui proses penyelidikan. Semua informasi yang diperoleh, didiskusikan, dievaluasi dan disimpulkan dengan bimbingan guru. Penerapan metode berbasis masalah masih jarang dilakukan oleh para guru karena penerapan pembelajaran ini memerlukan persiapan dan pengorganisasian yang matang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Selain metode pembelajaran, keberadaan media merupakan hal penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Ahmad Rohani (1997: 1) menyatakan bahwa proses komunikasi harus diciptakan melalui kegiatan penyampaian informasi oleh setiap guru dan siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi dalam pembelajaran. Berbagai media seperti OHP, flash, komik, diagram, grafik ataupun bagan telah berkembang sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Contoh media yang dapat digunakan pada metode pembelajaran berbasis masalah di kelas adalah komik dan diagram vee. Komik merupakan salah satu media yang sangat dekat dengan anak-anak selain televisi. Anak-anak usia belajar pada jenjang SMP lebih tertarik pada bahan bacaan yang ringan dan menyenangkan. Siswa lebih banyak meluangkan waktu yang cukup banyak untuk membaca komik daripada buku pelajaran karena membaca komik tidak membutuhkan pola pikir yang berat. Berdasarkan wawancara pada siswa, 50% siswa lebih senang membaca komik daripada membaca buku pelajaran atau buku-buku pengetahuan lainnya. Berdasarkan hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut komik bisa dijadikan “pintu masuk” untuk menumbuhkan minat baca siswa terhadap buku pelajaran. Guru dapat menyampaikan berbagai informasi melalui komik yang berisi kombinasi gambar, tulisan dan alur cerita sehingga dapat memberdayakan daya imajinasi siswa. Diagram vee merupakan salah satu media yang mengajak siswa untuk berpikir aktif dalam aktivitas kerja laboratorium dengan teori yang terkait. Diagram vee dapat membantu siswa menghayati arti percobaan di laboratorium dan menyajikan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan siswa dapatkan. Diagram vee dapat mempermudah siswa untuk mempelajari pengetahuan yang diberikan secara langsung sehingga laboratorium dapat menjadi kerangka pemahaman yang susunannya jelas. Polancos (2012: 135) menyatakan bahwa diagram vee membantu siswa mengembangkan konsep dan strategi pembelajarannya. Diagram vee tidak hanya menstimulus siswa untuk menggunakan konsep yang telah dimiliki siswa tetapi juga membangun hubungan antar konsep. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu adanya penelitian untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dengan media diagram vee dan komik pada materi asam, basa dan garam dengan memperhatikan kemampuan memori dan analisis siswa. Harapannya dengan menerapkan metode dan media ini akan dapat berpengaruh secara positif terhadap optimalnya pencapaian prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain : 1. Pelaksanaan pembelajaran IPA kurang memperhatikan pencapaian kompetensi siswa sehingga masih banyak nilai siswa yang memiliki prestasi rendah. 2. Siswa menganggap mata pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami. 3. Pembelajaran berpusat pada guru masih sering digunakan sehingga tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. 4. Guru hanya fokus pada penyampaian materi tanpa memperhatikan faktor internal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 5. Aktivitas oral seperti mengemukakan pendapat dan bertanya masih rendah sehingga siswa tidak aktif bertanya bila terdapat materi yang belum dipahami. 6. Guru masih jarang menggunakan media pembelajaran sebagai sarana untuk menyampaikan materi pembelajaran. 7. Penggunaan fasilitas laboratorium sebagai tempat penemuan konsep belum digunakan dengan maksimal. 8. Minat mereka membaca buku pelajaran masih rendah karena siswa SMP lebih tertarik pada bahan bacaaan yang ringan dan menyenangkan seperti komik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah perlu dibatasi agar penelitian mempunyai arah yang jelas. Batasan masalah pada penelitian ini meliputi : 1. Pembelajaran IPA dibatasi pada metode pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan diagram vee dan komik. 2. Pengukuran kemampuan memori meliputi tinggi dan rendah. 3. Pengukuran kemampuan analisis meliputi tinggi dan rendah. 4. Prestasi belajar IPA dibatasi pada prestasi belajar siswa dalam memahami materi asam, basa dan garam, meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif. 5. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa SMP Negeri 27 Semarang kelas VII semester genap pada tahun 2011/2012. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa: 1. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan diagram vee dan komik? 2. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan memori rendah? 3. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan analisis rendah? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Adakah interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa? 5. Adakah interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa? 6. Adakah interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa? 7. Adakah interaksi antara diagram vee dan komik, kemampuan memori dan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya: 1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan diagram vee dan komik. 2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan memori rendah. 3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan analisis rendah. 4. Interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa. 5. Interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. 6. Interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Interaksi antara diagram vee dan komik, kemampuan memori dan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis a. Mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan diagram vee dan komik di SMP Negeri 27 Semarang bila ditinjau dari kemampuan memori dan kemampuan analisis siswa. b. Menambah penelitian mengenai kemampuan memori dan analisis siswa sebagai faktor pendukung pencapaian prestasi belajar siswa. c. Sebagai masukan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian sejenis. 2. Manfaat praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran dan media yang inovatif seperti pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan media diagram vee dan komik. b. Memberikan pengetahuan bagi guru tentang pentingnya kemampuan memori dan analisis siswa dalam pencapaian prestasi belajar siswa. c. Memaksimalkan fasilitas sekolah sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih optimal. d. Menambah pengetahuan masyarakat tentang pembelajaran yang inovatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPA Istilah pembelajaran berkaitan erat dengan pengertian belajar. Belajar mengacu pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman yang dialami atau sengaja dirancang. Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan (Udin S. Winaputra, 2007: 1.14). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Berdasarkan Undang – Undang Dasar RI nomor 20 tahun 2003, pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ini dapat diartikan bahwa pembelajaran sebagai upaya sistemik dan sistematik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi siswa. Pada proses pembelajaran, guru harus memahami karakteristik siswa dan materi pelajaran yang diajarkan sehingga guru dapat merancang pembelajaran dengan tepat. Belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan untuk membangun pengetahuan yang bersumber dari luar tetapi dikonstruksi dalam diri siswa. commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta penerapannya didalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 149), pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara penemuan ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Untuk itu agar siswa dapat belajar IPA dengan baik, guru harus dapat melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan penemuan pengetahuan melalui berbagai masalah yang ada di lingkungan sekitar sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jadi pembelajaran IPA merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar yang dirancang untuk mengaktifkan kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat menjadi salah satu alternatif untuk melaksanakan pembelajaran IPA agar tercapai partisipasi aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Teori Belajar Teori-teori belajar yang mendukung pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1) Teori Belajar Kognitif Paham kognitivisme menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh atau mengubah pemahaman dan struktur kognitif. Struktur kognitif merupakan persepsi tentang lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Teori belajar kognitif memandang bahwa aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal yaitu pengolahan informasi dari lingkungannya. Berikut beberapa teori belajar aliran kognitif: a) Teori Pemrosesan Informasi Gagne Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Margaret dalam Udin S. Winataputra, 2007: 3.30). Saat pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini, kondisi internal berupa kemampuan memori dan analisis siswa berinteraksi dengan stimulus dari lingkungan yaitu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dengan diagram vee dan komik. Gagne dalam Udin S. Winataputra (2007: 3.33-3.36) berpendapat bahwa terdapat sembilaan tahapan proses pembelajaran yang perlu diterapkan dalam tiga fase – fase belajar. Tahap pertama adalah membangkitkan perhatian, misalnya dengan menceritakan fenomena – fenomena alam yang berhubungan dengan teori asam, basa dan garam. Tahap kedua memberikan tujuan pembelajaran agar siswa mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar. Tahap ketiga merangsang ingatan pada materi prasyarat misalnya mengingatkan siswa tentang ciri – ciri perubahan reaksi kimia. Tahap keempat menyajikan bahan perangsang misalnya memberi permasalahan dan menunjukkan cara yang tepat untuk melakukan penyelidikan. Tahap kelima memberi bimbingan belajar dengan tujuan mambantu siswa agar mudah mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan yang harus dicapai pada akhir pembelajaran. Tahap keenam menampilkan unjuk kerja misalnya siswa melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah. Tahap ketujuh memberikan umpan balik misalnya memberikan respon atau melengkapi hasil penyelidikan siswa yang ditulis dalam diagram vee atau buku catatan mereka. Tahap kedelapan menilai unjuk kerja dengan melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tahap kesembilan meningkatkan retensi misalnya memberikan latihan – latihan agar siswa dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuannya saat diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Teori Perkembangan Intelektual Piaget Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya. Piaget dalam Syaiful Sagala (2010: 24) menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang terjadi di dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, meliputi proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi yaitu proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah diketahui sedangkan proses akomodasi yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah pengetahuan yang telah diketahui menjadi pengetahuan baru. Dengan demikian belajar harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan kognitif siswa. Piaget dalam Ratna Wilis (2011: 137-141) membagi proses perkembangan kognitif menjadi beberapa tahapan, dimana pada setiap tahapnya memiliki ciri dan disesuaikan dengan umurnya. Pada tingkat – tingkat perkembangan intelektual menurut Piaget, siswa yang memiliki umur lebih dari 11 tahun menempati tingkat operasional formal yang dapat menggunakan operasi – operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Namun menurut penelitian yang dilakukan McKinnon dan Renner (1971) mendeskripsikan bahwa kemampuan penalaran mahasiswa tahun pertama di sebuah universitas, 50,4% mahasiswa diklasifikasikan sebagai operasional konkret, 24,4% sebagai masa transisi, dan 25,2% sebagai operasional formal. Berdasarkan hal tersebut, 75% mahasiswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masuk perguruan tinggi tidak sepenuhnya memiliki tingkat operasional formal. Penemuan serupa juga dihasilkan pada penelitian yang dilakukan Lawson dan Valanides (Pienta, Norbert J, 2005: 19). Sama halnya dengan siswa SMP kelas VII, tidak semua siswa SMP yang berumur 13 tahun memiliki tingkat operasional formal artinya bila terdapat siswa yang masih kesulitan dalam menggunakan operasi – operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks, mungkin siswa masih dalam tingkat oprasional konkret atau transisi. Pada pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee, siswa akan melakukan serangkaian kegiatan percobaan untuk memperoleh data. Selanjutnya siswa akan mengorganisasi data dalam bentuk tabel dan membuat kesimpulan dengan mengkaitkan serangkaian pengalaman yang sudah dimiliki kemudian mengkomunikasikan hasil pengamatannya kepada kelompok. Sama halnya dengan menggunakan komik, siswa memperoleh data-data dari hasil analisis melalui media gambar komik kemudian mengkomunikasikan hasilnya bersama teman kelompok kemudian menarik kesimpulan dari hasil diskusi kelompok. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar diasimilasi dengan pengetahuan yang telah siswa miliki kemudian dikonstruski kembali menjadi pengetahuan yang baru. Piaget dalam Ratna Wilis (2011: 142) membagi tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, logiko-matematik dan sosial yang dapat dibedakan menurut sumber-sumber utamanya serta cara penstrukturannya. Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada di luar dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal sedangkan pengetahuan sosial diperoleh dari interaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial. Kesamaan pengetahun fisik dan sosial yaitu keduanya merupakan pengetahuan tentang isi dan bersumber dari kenyataan eksternal. Bentuk pengetahuan dari materi asam, basa dan garam adalah gabungan dari bentuk pengetahuan fisik dan sosial. Siswa dapat memperoleh pengetahuan fisik pada materi asam, basa dan garam melalui eksperimen. Siswa dapat melihat perubahan warna kertas lakmus yang terjadi pada senyawa asam dan basa, sehingga siswa dapat menentukan indikator yang tepat untuk mengidentifikasi suatu zat sedangkan pengetahuan sosial diperoleh siswa dari pengalaman fisik. Hal ini terlihat bahwa materi asam, basa dan garam merupakan pengetahuan empiris karena terdapat pengetahuan fisik dan sosial. c) Teori Belajar Penemuan Bruner Bruner (1973) dalam Ratna Wilis (2011: 77) mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah: 1) memperoleh informasi baru; 2) transformasi pengetahuan; 3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pada proses belajar, siswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, bila masalah itu telah terpecahkan dengan baik maka akan menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Pada pembelajaran berbasis masalah siswa menggunakan diagram vee dan komik sebagai media untuk memudahkan siswa memecahkan masalah. Sesuai dengan teori Bruner, bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada siswa. Maka dalam penelitian ini, siswa SMP akan memecahkan masalah melalui penyelidikan dan penemuan, artinya pengetahuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan bermakna jika siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri atau kesimpulan tertentu berdasarkan hasil penemuannya. Pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan lebih bermakna, bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan
melatih
keterampilan-keterampilan
kognitif
untuk
menemukan
dan
memecahkan masalah. Penerapan pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik. Keterkaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah siswa mencari sendiri pemecahan masalah pada materi asam, basa dan garam sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang lebih bermakna bahkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang sering dialami di kehidupan sehari-hari. d) Teori Belajar Bermakna Ausubel Ausubel (1968) dalam Ratna Wilis (2011: 95) menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Ausubel dan Novak (1977) dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 98) menyebutkan terdapat tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu: 1) informasi yang dipelajari secara bermakna akan dapat diingat lebih lama, 2) informasi yang tersubasumsi memudahkan berlangsungnya proses belajar selanjutnya untuk pelajaran yang mirip, 3) Informasi yang dilupakan tidak hilang begitu saja namun meninggalkan efek residual. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah sebaiknya menerapkan belajar bermakna sehingga informasi yang dipelajari siswa dapat bertahan lama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ausubel (1968) dalam Ratna Wilis (2011: 100) menyatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Namun Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara bagi para guru untuk dapat mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan diagram vee untuk membantu siswa dalam membangun pengetahuan mereka, hal ini juga dijelaskan oleh Novak (1985) dalam bukunya “Learning How to Learn”. Sehingga agar terjadi belajar bermakna, konsep atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Belajar bermakna menurut Novak (1984: 55-56) adalah siswa menemukan konsep melalui kegiatan observasi pada objek atau data, mentransformasi data kedalam grafik, tabel atau diagram dan menyimpulkan dari pengetahuan yang didapat dari proses penyelidikannya. Novak menggambarkan belajar bermakna menggunakan peta konsep atau Vee-Heuristika Gowin. Penelitian ini akan menggunakan Vee-Heuristika Gowin atau lebih dikenal dengan diagram vee sebagai media pembelajaran. Terdapat tiga unsur yang harus ada dalam diagram vee yaitu konseptual, pertanyaan fokus dan metodologi. Novak (1985) dalam Ratna Wilis (2011: 112) menyatakan bahwa diagram vee dapat menolong siswa menghayati arti kegiatan laboratorium dan pernyataanpernyataan kunci yang mengungkapkan proses berpikir reflektif yang baik diantara para siswa. Diagram vee digunakan untuk menolong siswa melihat saling keterhubungan antara pengetahuan yang telah diketahui dan pengetahuan baru yang akan siswa hasilkan dan mencoba memahaminya. Heuristika semacam itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai nilai psikologi sebab heuristika itu bukan hanya merangsang belajar bermakna, melainkan juga menolong siswa memahami bagaimana proses menghasilkan pengetahuan. Alasan siswa tidak begitu merasakan manfaat kegiatan laboratorium ialah karena begitu tersita oleh pencatatan pelaksanaan aktivitas dan tidak ada usaha untuk memfokuskan pada obyek atau kejadiankejadian yang sedang siswa pelajari, demikian pula tentang konsep, prinsip atau teori yang membawa siswa pada proses penemuan. Kebermaknaan belajar siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari materi yang diperoleh siswa sebelum memasuki materi asam, basa dan garam. Pada pembelajaran semester ganjil, siswa telah diperkenalkan tentang ciri-ciri reaksi kimia salah satunya adalah terbentuknya gas. Pada materi asam, basa dan garam, siswa akan mengidentifikasi sifat-sifat suatu asam salah satunya adalah senyawa asam bereakasi dengan logam menghasilkan gas H2. 2) Teori Belajar Konstruktivistik Von Glasersfeld dalam Paul Suparno (1997: 18) menyatakan bahwa konstruktivistik adalah salah satu filsafah pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi diri sendiri, pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan, siswa harus berusaha untuk memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya dan mengembangkan ide-idenya. Jadi menurut teori konstruktivistik satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Guru bertindak sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitator yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya. Proses pembelajaran menurut pandangan konstruktivistik menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam menyusun pengalaman dengan jalan menciptakan struktur mental dan menerapkannya dalam pembelajaran. Siswa aktif berinteraksi dengan lingkungan dan mentransformasikan ke dalam pikiran dengan bantuan struktur kognitif yang telah dimiliki sehingga proses belajar tidak akan terjadi jika siswa pasif dalam menyusun pengalaman dan mengkonstruksi pengalamannya. Duckworth (1986) dalam Ratna Wilis (2011: 152) menyatakan bahwa didalam konstruksi pengetahuan, guru juga harus aktif dalam menemukan cara – cara untuk memahami konsepsi siswa, menyarankan konsepsi alternatif, menstimulus rasa ingin tahu siswa dan mengembangkan tugas – tugas kelas yang mengarah pada konstruksi pengetahuan. Pada prinsip konstruktivistik, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik (Paul Suparno, 1997: 65-66). Sebagai mediator dan fasilitator, guru memiliki tugas – tugas sebagai berikut: 1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian; 2) menyediakan atau memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan – gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, menyediakan saran untuk merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa; 3) memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keaktifan pemikiran siswa. Pada pembelajaran berbasis masalah, guru akan memberikan masalah kepada siswa sehingga diharapkan merangsang siswa berpikir aktif melalui bimbingan guru siswa akan melakukan proses penyelidikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dan aktivitas tersebut akan dimentoring serta dievaluasi oleh guru. Paul Suparno (1997: 73) menyatakan belajar menurut pandangan konstruktivistik mempunyai ciri-ciri: 1) belajar berarti membentuk makna yang diciptakan oleh individu dari pengalaman, 2) pada proses belajar, konstruksi berlangsung terus menerus terlebih saat berhadapan dengan persoalaan baru, 3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari suatu pengembangan pemikiran, 4) proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut, 5) hasil belajar dipengaruhi pengalaman dengan dunia fisik dan lingkungannya. Paham konstruktivisme lainnya juga dinyatakan oleh Vygotsky yang mengatakan bahwa pengetahuan dibangun secara sosial. Vygotsky menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa dalam suatu interaksi sosial untuk membangun bersama makna suatu pengetahuan. Penerapan pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivistik sosial menurut Vygotsky adalah peer collaboration. Siswa diharapakan dapat berkolaborasi dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas secara kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah yang menghendaki siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa melakukan identifikasi masalah, mencari pemecahan masalah dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyimpulkan konsep dalam diskusi kelompok. Metode pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif dalam berpikir sehingga dapat mengkonstruksi informasi menjadi sebuah pengetahuan baru. 3. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode untuk menampilkan situasi dunia nyata yang signifikan, terkontekstual, dan memberikan sumber, bimbingan, dan petunjuk saat siswa mengembangkan isi pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah. Siswa bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah dengan merancang suatu pemecahan masalah yang dapat dilakukan. Pembelajaran ini biasanya terjadi dalam kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan yaitu: 1) menekankan pemahaman bukan fakta, 2) meningkatkan tanggung jawab belajar pada diri sendiri, 3) mengembangkan pemahaman yang lebih tinggi dan keterampilan yang lebih baik, 4) meningkatkan keterampilan interpersonal dan kerja kelompok, 5) meningkatkan sikap memotivasi diri, 6) memberikan fasilitas hubungan antar siswa, 7) meningkatkan taraf belajar. Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) memerlukan waktu yang lebih lama, 2) peran siswa dalam proses belajar mereka sendiri sukar untuk diubah, karena mereka terbiasa berorientasi pada materi pelajaran dan mengingat fakta, 3) perubahan peran pengajar masih sulit dilakukan terutama pada saat pertama kali diterapkan, 4) kesulitan untuk memunculkan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sukisman Purtadi (2009: 3) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah masih sering gagal karena faktor - faktor yang menjadi kekurangannya tidak bisa diatasi oleh guru. Siswa juga belum terbiasa menggunakan pembelajaran yang membutuhkan keaktifan berpikir. Kendala lain yang mungkin dihadapi adalah organisasi atau skenario pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran berbasis masalah sering gagal karena kendala komunikasi, kurangnya pengalaman guru dalam mengorganisasi kelas yang dinamis, ketidakmampuan siswa untuk bekerja dalam kelompok, dan juga ketidakjelasan arah dan tujuan proses pembelajaran berbasis masalah. Banyak variasi pengembangan pembelajaran berbasis masalah tetapi pada umumnya memiliki kesamaan sebagai berikut: 1) pembelajaran berdasarkan pertanyaan atau masalah; 2) fokus interdisiplin ilmu, berfokus kepada interdisiplin ilmu yang berkaitan; 3) penyelidikan autentik, siswa diharapkan melakukan penyelidikan autentik untuk mencari pemecahan masalah; 4) produk/artefak, produk yang dimaksud dapat dalam bentuk laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah siswa, 5) kerja sama atau kolaborasi (Arends, 2008: 42). Pembelajaran berbasis masalah dapat membangun pengetahuan siswa secara berrsama-sama melalui kerjasama dan diskusi siswa dalam kelompok kecil. Pilar Celik (2011: 656) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan metode berdasarkan pada teori konstruktivistik yang cukup efektif membantu siswa dalam memperoleh semua keterampilan. Berdasarkan teori konstruktivistik, pembelajaran terjadi dengan mengkonstruksi pengetahuan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pikiran siswa. Hal terpenting dalam proses ini yaitu pengetahuan sebelumnya dan pengalaman setiap individu. Jika pengetahuan baru konsisten dengan pengetahuan awal siswa, pengetahuan dapat diasimilasi dengan mudah namun bila tidak konsisten maka dapat mempengaruhi belajar selanjutnya. Hal ini berpengaruh positif terhadap proses konstruksi pengetahuan siswa. Pada pembelajaran ini, masalah diberikan kepada siswa melalui perencanaan yang disusun secara realistis yang berisi petunjuk untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Perencanaan disusun dengan bahasa sederhana yang diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi seperti komik dan diagram vee. Penerapan metode ini memberikan kesempatan siswa untuk mengalami proses pemecahkan masalah secara aktif melalui tahap-tahap terstruktur dan pada akhir pelajaran siswa diharapkan menghasilkan pengetahuan. Hal ini dinyatakan oleh Arends dalam bentuk sintaks pembelajaran berbasis masalah pada Tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Sintaks Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Tahap-Tahap Tahap 1
Penyajian masalah
Rincian Kegiatan Siswa mendapatkan penyajian masalah dalam bentuk pertanyaan yang diberikan guru.
Tahap 2
Pengorganisasian
Siswa
secara
siswa
penyelidikan
aktif
melakukan
bersama
perencanaan
kelompok
dengan
bimbingan guru. Tahap 3
Penyelidikan
Siswa melakukan kegiatan penyelidikan untuk
kelompok
mengumpulkan data – data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Tahap 5
Mengkomunikasikan
Setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil
hasil penyelidikan
penyelidikan berdasarkan hasil analisis kelompok.
Evaluasi hasil
Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman dari
penyelidikan
hasil penyelidikan yang telah mereka lakukan dengan bimbingan guru.
4. Media Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (20011: 3), secara umum mengungkapkan bahwa media dapat dipahami sebagai manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan pengertian ini maka guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian lain diungkapkan oleh AECT (Association of Education and Communication Technology) yang mengatakan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Media dapat diartikan sebagai medium atau mediator yang mengatur hubungan antara siswa dan materi pelajaran. Mediator dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pembelajaran mulai dari guru hingga peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Jadi media dalam pengertian mediator berperan sebagai alat yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Santoso S. Hamijaya dalam Ahmad Rohani (1997: 2) menyatakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyebarkan ide atau gagasan sehingga dapat sampai pada penerima. Donald P. Ely dan Vernon S. Gerlach membagi pengertian media menjadi dua yaitu dalam arti sempit dan arti luas. Media dalam arti sempit berupa grafik, foto, alat mekanik dan
elektronik
yang
digunakan
untuk
menangkap,
memproses
serta
menyampaikan informasi sedangkan media dalam arti luas adalah kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap yang baru. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat perantara yang digunakan dalam menyampaikan pesan, informasi atau materi dari sumber kepada siswa dalam suatu proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Fungsi Media Pembelajaran Kerucut pengalaman Dale merupakan salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teoritis pemanfaatan media dalam pembelajaran. Dale membuat klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari tingkat yang paling konkret ke yang paling abstrak sesuai Gambar 2.2. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat didalamnya. Pengalaman abstrak (simbolik):
Lambang verbal
Sajian untuk siswa yang bentuknya bahasa dan simbol. Tahap ini siswa sudah mampu memanipulasi simbol-simbol dan hanya sedikit sekali mengandalkan gambaran objek-objek konkret
Lambang Visual Radio, Rekaman, Gambar diam
Film
Pengalaman piktorial (Ikonik): Sajian untuk siswa yang bentuknya persepsi statik. Tahap ini siswa sudah melibatkan mental yang merupakan Pengalaman Konkret (Enaktif): gambaran dari objek-objek, siswa tidak memanipulasi objek secara langsung.
Pameran, Karyawisata Demonstrasi Pengalaman Buatan Pengalaman langsung
{ }
Pengalaman Konkret (Enaktif): Sajian untuk siswa yang bentuknya gerak, pada tahap ini siswa dalam belajarnya, memanipulasi materi secara langsung
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale Edgar Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale mengemukakan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman konkret hingga abstrak. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapkan dengan mempertimbangkan situasi belajar. Pengalaman langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran,
perasam
penciuman
dan
peraba.
Berdasarkan
perolehan
pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh Kerucut Pengalama Dale dikatahui bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi pada siswa, oleh sebab itu sebaiknya siswa diberikan pengalaman yang lebih konkret salah satunya dengan mengalaminya secara langsung agar pesan yang akan disampaikan benar-benar mencapai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Penggunaan media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi saat pembelajaran. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data atau informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komik dan diagram vee. Ahmad Rohandi (1997: 9) menyatakan terdapat beberapa pendapat tentang fungsi media yaitu: 1) menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran, 2) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam pembelajaran, 3) mendorong motivasi, 4) meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam
menyampaikannya, 5) mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya. Diagram vee dan komik merupakan contoh media visual. Fungsi media visual dikemukakan oleh Levie dan Lentz dalam Arsyad (2011) menyatakan bahwa media visual memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Pada fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi materi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika membaca teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuantemuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal. Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di commit to user media dalam kegiatan belajar atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik. Siswa yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan siswa yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa siswa ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Hal ini diharapkan berpengaruh terhadap semangat belajar siswa dan kondisi pembelajaran yang aktif sehingga pemahaman siswa tentang materi pelajaran akan lebih baik. 5. Diagram Vee Novak dan Gowin (1985: 111-112) mendefinisikan diagram vee sebagai diagram berbentuk V yang memiliki sisi konseptual (thinking) dan sisi metodologis (doing) dimana kedua sisi tersebut secara aktif saling berinteraksi selama penggunaan pertanyaan fokus untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang sudah dimiliki dan yang akan dipelajari siswa. Ujung V berisi kejadian atau objek yang diamati. Poin kejadian atau obyek adalah poin yang terpenting karena dari sanalah belajar dimulai. Observasi selama di laboratorium dilakukan secara teratur. Kegiatan yang dikerjakan disesuaikan pada pertanyaan fokus pada diagram vee. Siswa mengamati kejadian atau obyek dengan hati – hati dan mencatat setiap perubahan yang terjadi sehingga siswa membutuhkan bimbingan untuk mengenal kejadian yang diobservasi dan konsep yang telah dimiliki sehingga siswa mampu menceritakan obyek diamati dan informasi yang perlu dicatat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Polancos (2012: 8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diagram vee akan membantu siswa untuk menghubungkan konsep dengan tindakan sebagai alat metakognitif sehingga siswa dapat membuat hubungan yang eksplisit antara sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya dan informasi baru yang siswa peroleh. Sehingga pada setiap pembelajaran guru harus dapat membimbing siswa untuk menghubung pengetahuan baru dengan konsep yang relevan dan proposisi yang telah siswa ketahui agar dapat menghasilkan suatu pembelajaran yang bermakna. Penyusunan diagram vee digunakan untuk menjelaskan ide pokok dengan memperhatikan dasar pengetahuan dan proses penyusunan pengetahuan di dalam penyajian laboratorium. Penyusunannya menekankan hubungan antara konseptual dan metodologis serta mengajak siswa secara aktif dalam melibatkan laboratorium sebagai bahan kerangka pemahaman yang disusun sesuai dengan topik tertentu sehingga diagram vee dapat membantu dalam pengkonstruksian pengetahuan. Ratna Wilis (2011: 112) menyatakan bahwa diagram vee dapat membantu siswa menghayati arti percobaan di laboratorium dan menyajikan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan siswa pelajari. Diagram vee dapat mempermudah siswa untuk mempelajari yang diberikan secara langsung sehingga laboratorium dapat menjadi kerangka pemahaman yang susunannya jelas. Calais (2009: 3) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah akan menunjukkan bagaimana diagram vee dapat menampilkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Penelitian ini akan mendeskripsikan penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dalam menyampaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah dan proses penemuan pemecahan masalah melalui kegiatan laboratorium. Meskipun diagram vee adalah heuristik yang sangat baik digunakan guru dan siswa namun penggunaaannya ditekankan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk membangun dan mengarahkan pemikirannya sendiri. Siswa tidak hanya mengetahui aspek prosedural tetapi juga mengkonstruksi pengetahuannya. Penggunaan diagram vee memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu dapat mengajak siswa untuk berpikir ilmiah dan berpikir aktif dalam menemukan konsep sedangkan kelemahannya adalah guru perlu memberikan banyak instruksi dan bimbingan karena diagram vee merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Oleh karena itu sebelum memulai pembelajaran dengan menggunakan diagram vee, peneliti akan memperkenalkan diagram vee sebagai media yang akan digunakan dalam pembelajaran dan bagaimana cara untuk menggunakan diagram vee. Potensi diagram vee sebagai pengorganisasi masalah dapat dilihat dari kesesuaian antara langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dan proses melengkapi diagram vee terutama yang melibatkan praktikum yang disajikan pada Gambar 2.1. Tahapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram yaitu: 1) penyajian masalah ditempatkan pada bagian paling atas dan disebut sebagai pertanyaan fokus, 2) siswa secara aktif membuat daftar perencanaan yang dilaksanakan untuk pemecahan masalah serta mencari teori dan konsep yang diperkirakan dapat mendukung ke arah jawaban pertanyaan, 3) siswa melakukan kegiatan penyelidikan dengan melakukan pengamatan, membuat catatan, mentransformasi catatan hingga membuat kesimpulan yang berupa klaim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan, 4) Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dengan melakukan pengamatan, membuat catatan, mentransformasi catatan hingga membuat kesimpulan yang berupa klaim pengetahuan, 5) setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil penyelidikan yang berupa klaim pengetahuan agar mendapatkan pengetahuan dan aplikasi pengetahuan yang benar. KONSEPTUAL/TORITIS (Thinking)
METODOLOGIS (Doing) PERTANYAAN FOKUS: Tuliskan tujuan kerja dalam bentuk pertanyaan (2)
TEORI: Tuliskan teori yang dijadikan sabagai landasan dalam kerja (3)
KLAIM PENGETAHUAN: Tuliskan kesimpulan yang dapat diambil dari analisis data (8) TRANSFORMASI: Buatlah tabel, grafik, peta konsep statistik atau hal lain untuk mempermudah analisis data (7)
PRINSIP: Tuliskan beberapa prinsip kerja yang diketahui (4) KONSEP: tuliskan konsepkonsep yang berkaitan dengan kerja siswa (5)
CATATAN : Tuliskan berbagai hal yang dapat diamati selama percobaan (6)
PERISTIWA DAN / ATAU OBJEK Kegiatan yang dikerjakan siswa (1)
Gambar 2.2. Diagram Vee dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (berdasarkan Novak, 1985: 3 dalam Sukisman Putardi, 2009: 13)
6. Komik Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009) mendefinisikan komik sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam commit to user urutan yang erat hubungannya dengan gambar. Komik merupakan suatu bentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bacaan dimana siswa membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca (Ahmad Rohani, 1997: 78). Guru diharapkan dapat memanfaatkan komik sebagai sumber belajar dan membantu siswa untuk memilih komik yang edukatif. Komik merupakan salah satu media yang berfungsi menyampaikan pesan atau informasi. Isi pesan dari komik menjadi kunci yang dapat menjadikan komik sebagai media pembelajaran yang sangat efektif. Untuk itu, media komik berpotensi untuk menjadi sumber belajar khususnya mata pelajaran IPA. Penggunaan komik dalam mata pelajaran IPA akan sangat membantu dalam pemahaman materi yang bersifat abstrak dan membutuhkan penjelasan yang konkret/nyata. Pada penelitian ini, metode pembelajaran berbasis masalah akan dipadukan dengan komik, sehingga komik akan dapat menjadi alat instruksional yang efektif untuk membangun pengetahuan siswa. Jika ditinjau dari aspek fungsi perekayasaan komik pembelajaran akan tampak bahwa ternyata sesuatu yang serius dan rumit bisa dibuat secara lebih gamblang dan menyenangkan. Penggunaan komik seperti ini akan memudahkan siswa memahami pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Ditinjau dari segi media, komik merupakan salah satu media pembelajaran yang bersifat visual, artinya dalam pembelajaran komik lebih mengutamakan segi visual atau berdasarkan penglihatan untuk mempelajarinya. Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada artikel Eko Wurianto (2009), Bruce Bocka menganjurkan untuk menggunakan komik dalam pembelajaran sebagai benteng pertahanan terhadap alat yang mengancam budaya membaca misalnya televisi atau internet. Salah satu upaya menempatkan budaya popular dalam pembelajaran adalah dengan komik yang sudah dikenal dan disukai oleh banyak kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun guru harus mengarahkan siswa supaya selektif memilih komik yang baik sehingga siswa membaca komik sesuai dengan taraf berpikirnya dan tidak terjebak dengan hal-hal yang imajinatif. Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2012) diperoleh bahwa penggunaan komik dapat mempengaruhi motivasi dan prestasi siswa. Siswa yang menggunakan komik memiliki nilai prestasi dan motivasi lebih tinggi daripada siswa yang tidak menggunakan komik. Peranan komik dalam pembelajaran juga mampu membangkitkan kemauan siswa untuk membaca. Tatalovic (2009) menyebutkan bahwa komik sangat efisien digunakan untuk mengembangkan literasi sains melalui pendidikan dan komunikasi. Gambar dalam komik dapat meningkatkan perhatian siswa jika dibandingkan dengan hanya menggunakan teks saja. Informasi yang biasanya formal menjadi lebih mudah dipahami melalui ilustrasi dan peristiwa yang akrab dengan khayalan anak-anak. Rota (2003: 87) menyatakan bahwa salah satu karakteristik yang paling menarik dari komik adalah fakta bahwa pembaca dapat menyimpulkan arti dari cerita walaupun mereka belum membacanya secara langsung. Gambar akan mewakili informasi yang disajikan didalam komik. Keberadaan media dalam proses pembelajaran tentu diharapkan dapat mengingkatkan kualitas pembelajaran. Walaupun media telah dirancang dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebaik-baiknya namun tetap tidak akan terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan komik sebagai media pembelajaran adalah mampu membantu memotivasi siswa dan memicu daya ingat siswa melalui gambar-gambar pada komik. Komik dapat memvisualisasikan materi dan pokok masalah sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi. Komik bersifat permanen sehingga siswa dapat mengulang-ulang mempelajari isi komik sesuai dengan yang kita inginkan dengan lebih mudah. Gambar dan cerita dalam komik mampu menimbulkan daya tarik, komik dapat menjadi salah satu perantara untuk membuat siswa membaca pelajaran dengan seksama. Komik juga dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, materi pelajaran yang abstrak dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. Selain kelebihan, komik juga memiliki kekurangan seperti hanya menekankan persepsi indera mata, gambar visual yang terlalu kompleks akan mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif. Proses pembuatan yang cukup sulit, membutuhkan keahlian dan kemampuan tertentu dalam membuat sebuah komik. Contoh komik berbasis masalah disajikan pada Gambar 2.2 Pada penelitian ini, masalah dan pemecahannya akan dituangkan di dalam komik seperti memberikan visualisasi bagaimana perubahan warna indikator saat mengidentifikasi zat-zat yang bersifat asam atau basa. Setelah itu, siswa diharapkan dapat menyimpulkan materi yang terkandung di dalam cerita komik. Potensi komik sebagai pengorganisasi masalah dapat dilihat dari kesesuian penggunaan komik dalam pembelajaran berbasis masalah. langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menggunakan komik yaitu: 1) penyajian masalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diberikan guru dalam bentuk cerita komik berbasis masalah, 2) Siswa aktif mencari teori dan konsep yang diperkirakan dapat mendukung ke arah jawaban pertanyaan, 3) siswa menganalisis pemecahan masalah yang telah disajikan di komik kemudian membuat catatan-catatan penting hasil dari analisis kelompok, 4) setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil analisis kelompok agar mendapatkan pengetahuan dan aplikasi pengetahuan yang benar, 5) siswa menyimpulkan hasil diskusi kelas dengan bimbingan guru.
Gambar 2.3. Komik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
7. Kemampuan Memori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gaterchole dan Alloway (2008: 2) menyatakan bahwa kemampuan memori adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyimpan dan memanfaatkan informasi didalam pikiran pada waktu singkat. Sesuai dengan definisinya, kemampuan memori merupakan bagian kerja otak yang akan menangkap apa yang diperoleh seseorang untuk ditransformasikan ke dalam informasi yang bersifat sesaat dan informasi itu dapat dan akan hilang jika ada informasi lain. Kemampuan memori sebenarnya suatu sistem komponen – komponen memori yang saling berkaitan yang terletak di bagian – bagian otak yang berbeda. Bagian penting yang menjadi rangkaian dari kemampuan memori otak, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek merupakan bagian terbesar dalam sistem memori. Memori jangka pendek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: memori lisan jangka pendek dan memori visuo-spasial jangka pendek. Memori lisan jangka pendek ini menyimpan informasi yang dinyatakan dalam bahasa lisan, seperti bilangan, kata dan kalimat dan didukung oleh struktur di bagian samping belahan kiri otak sedangkan memori visuo-spasial jangka pendek dapat menyimpan gambar, simbol, bayangan dan informasi mengenai lokasi. Kapasitas memori setiap orang terbatas sehingga informasi berlebih yang tersimpan akan hilang bila tidak dibutuhkan dalam kegiatan kognitif seseorang (Portoles, 2009: 91). Kapasitas tersebut akan berbeda-beda pada setiap individunya dan sangat dipengaruhi oleh karakteristik informasi yang disimpan. Pada penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli sebelumnya menunjukkan bahwa kemampuan memori berhubungan erat dengan kemampuan anak untuk belajar. Anak-anak dengan kemampuan memori tinggi cenderung mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi belajar yang baik, sedangkan anak-anak dengan kemampuan memori rendah cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah dan mengalami kesulitan belajar serta memiliki kemajuan belajar yang rendah pula. Menurut Gagne, memberikan kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang merupakan bagian yang paling kritis dalam proses belajar. Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang tersebut. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada para siswa. Cara tersebut merupakan suatu cara pengulangan. Selain itu untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru pada pengalaman siswa. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel yang mengatakan bahwa pembelajaran akan bermakna bila pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa. Setiap guru perlu memperhatikan hal ini, bagaimana cara kerja kemampuan memori dan faktor apa yang mempengaruhi kemampuan memori rendah pada siswa. Gathercole (2011: 19-23) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori rendah memiliki karakteristik antara lain: 1) kemajuan akademiknya buruk, lebih dari 80% siswa dengan kemampuan memori rendah gagal mencapai level yang diharapkan dari pencapaian mata pelajaran seperti membaca, matematika atau jenis mata pelajaran yang memiliki kesamaan seperti keduanya, 2) kesulitan dalam mengikuti instruksi, 3) kesulitan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengkombinasi proses dan penyimpanannya. Hal tersebut juga dapat menjelaskan mengapa siswa yang memiliki kemampuan memori rendah tidak bisa memahami instruksi yang diberikan guru. Untuk dapat meningkatkan kemampuan memori terdapat beberapa cara yang perlu dilakukan oleh guru maupun siswa yaitu: 1) guru bisa menyajikan materi pelajaran dalam beberapa cara, misalnya menjelaskan mata pelajaran bukan dalam audio saja tetapi didukung dengan media yang berbentuk visual, karena mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja, 2) siswa harus memahami kegiatan yang mereka kerjakan dan tidak hanya menghafalkan karena sesuatu yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan, 3) meningkatkan perhatian dan keikutsertaan dalam pembelajaran. Untuk melakukan hal tersebut, guru maupun siswa harus memberikan umpan balik yang postif karena bila guru telah berupaya dalam pembelajaran namun tidak ada perhatian dari siswa, maka hal tersebut akan sia – sia begitu pula sebaliknya. Pengukuran kemampuan memori dapat dilakukan dengan berbagai cara. St Clair-Thompson (2009: 291) menyatakan bahwa untuk mengetahui kemampuan memori seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes. Tes yang St ClairThompson lakukan adalah Digit Recall, Word Recall, Backwards Digit Recall, Listening Recall dan Counting Recall. Digit Recall merupakan suatu teknik mengingat digit angka secara urut sedangkan Backwards Digit Recall merupakan suatu teknik mengingat digit angka secara terbalik sementara itu Word Recall merupakan suatu teknik mengingat suatu kata secara urut. Pada penelitian ini, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti menggunakan word recall dan digit recall untuk mengukur kemampuan memori siswa karena menurut Clair-Thompson digit recall dan word recall adalah cara terbaik yang digunakan untuk mengukur kemampuan memori anak – anak maupun dewasa. Soal diberikan dengan dua cara yaitu dengan visual maupun audio. Visual yang di berikan dalam bentuk lembar soal sedangkan audio diberikan dengan pembacaan soal secara lisan yang dilakukan secara bersamasama. 8. Kemampuan Analisis Kemampuan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh kemampuan berpikir dalam menarik kesimpulan, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu hipotesis. Mengajarkan kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi pertanyaan, 2) mengidentifikasi fakta yang diketahui, 3) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, 4) membuat perumusan prediksi akhir. Facione (2011: 4) menyatakan bahwa keterampilan berpikir analisis yang merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis sangat disarankan untuk dikembangkan dalam memahamkan konsep-konsep. Pernyataaan tersebut ditegaskan oleh Wenglinsky dalam James Allen (2004: 16-17) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan analisis mampu mendukung tercapainya prestasi belajar yang lebih tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan nyata yang diharapkan dan terpercaya diantara berbagai pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk lain dari perwakilannya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, penalaran/alasan, informasi atau opini (Facione, 2011: 5). Hal tersebut dapat berupa bagaimana mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua pendekatan untuk menyelesaikan suatu masalah, mengidentifikasi asumsi yang tidak terungkap, membangun cara untuk menyajikan sebuah kesimpulan dan berbagai alasan yang diberikan untuk mendukung atau mengkritisi hal tersebut, menguraikan hubungan dari kalimat atau paragraf antara satu sama lain dan untuk tujuan pokok dari suatu bagian serta bagaimana mengatur uraian dengan jelas dan mengetahui tujuan untuk memberikan dugaan awal. Pada penelitian ini, komponen yang dipakai dalam mengukur kemampuan analisis adalah mengidentifikasi informasi dari data, memilih solusi/metode untuk memecahkan masalah, mengidentifikasi informasi atau penyataan untuk menarik kesimpulan dan meramalkan hasil percobaan. Pengukuran kemampuan analisis, penulis menggunakan soal pilihan ganda dengan ketentuan bila jawaban benar maka akan memperoleh skor 1, sedangkan bila pilihan salah skor 0. Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa kemampuan analisis memberikan kontribusi besar terhadap prestasi belajar khususnya aspek kogntif. Hal tersebut dapat dilihat dengan mengukur seberapa besar kompetensi yang dikuasai siswa. Jika kemampuan analisis siswa tinggi maka prestasinya akan lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik dari siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah. Semakin tajam analisis siswa maka kesimpulan yang akan didapatkan semakin tepat. 9. Prestasi Belajar dalam Pembelajaran IPA Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa guru merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas hasil pembelajaran dan salah satu tugasnya adalah mengevaluasi hasil belajar siswa. Guru harus mampu mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai gambaran pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan tujuan instruksional yang seharusnya dicapai. Beberapa ahli telah menyusun definisi prestasi belajar, yang perumusannya berbeda-beda antara lain: 1) Suharsimi Arikunto (2006: 2) menyebutkan prestasi belajar sebagai usaha nyata yang diukur untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pembelajaran, 2) Nana Sudjana (2009: 22) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah siswa menerima pengamalan belajarnya, 3) Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Prestasi belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata pelajaran sebagai hasil usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksana usaha tersebut. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar untuk mendapat ilmu pengetahuan yaitu berupa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Benjamin S. Bloom mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor domain). Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan sebagai berikut: a) recall of data (hapalan/C1), merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari; b) comprehension (pemahaman/C2), merupakan kemampuan memahami makna yang
terkandung,
misalnya
dapat
menjelaskan
suatu
gejala,
dapat
menginterpretasikan grafik, bagan, atau diagram, serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri; c) application (penerapan/C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi konkret; d) analysis (analisis/C4), merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami; e) synthesis (sintesis/C5), merupakan kemampuan dalam merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, dan mengorganisasikan; f) evaluation (evaluasi/C6), merupakan kemampuan untuk membuat penilaian terhadap suatu situasi, nilainilai atau ide-ide. Penilaian ranah kognitif diberikan dalam bentuk instrumen tes. Bentuk instrumen tes dapat berupa pertanyaan lisan, pilhan ganda, uraian objektif, uraian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bebas, jawaban singkat, menjodohkan, maupun portofolio. Jumlah soal disesuaikan dengan jumlah kompetensi dasar, indikator kompetensi yang akan dicapai dan alokasi waktu tes. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes ranah kognitif berupa pilihan ganda. Krathwohl dalam Depdiknas (2008: 2) berpendapat hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Misalnya di dalam pembelajaran sains terdapat komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: a) receiving, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu stimulus; b) responding merupakan partisipasi aktif siswa; c) valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen; d) organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten; e) characterization, siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Ranah afektif menurut Depdiknas (2008: 4-6) terdapat lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu: 1) sikap, suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek; 2) minat, suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; 3) konsep diri, evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki; 4) nilai, suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk; 5) moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Ranah afektif lain yang penting yaitu: 1) kejujuran, siswa harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain; 2) integritas, siswa harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik; 3) adil, siswa harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan, 4) kebebasan, siswa harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis antara lain kesehatan, kondisi fisik, adanya cacat tubuh. Aspek psikologis antara lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan. Kemampuan memori dan analisis juga merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal meliputi: 1) faktor keluarga, antara lain keadaaan ekonomi, cara mendidik orangtua, suasana rumah, relasi antar anggota keluarga, latar belakang budaya, 2) faktor sekolah, antara lain kurikulum, media belajar, metode pembelajaran, relasi guru dengan siswa, 3) faktor masyarakat, antara lain budaya dalam masyarakat, teman bergaul. Prestasi yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam penelitian ini faktor commit tomemori user dan analisis sedangkan faktor internal yang dibahas adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
eksternal adalah pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan diagram vee dan komik. Prestasi belajar siswa difokuskan pada aspek yaitu kognitif dan afektif. 10. Materi Pembelajaran IPA (Asam, Basa dan Garam) Materi pembelajaran IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi asam, basa dan garam yang diajarkan pada siswa SMP kelas VI semester II. Alokasi yang tersedia untuk menyampaikan materi tersebut sekitar enam jam pelajaran dan dua jam untuk ulangan harian. Setiap jam pelajaran terdiri atas 40 menit dan setiap minggu terdiri atas tiga jam pelajaran untuk mata pelajaran IPA. Berikut materi pelajaran yang disampaikan pada siswa: a. Sifat Asam, Basa dan Garam 1) Asam Berdasarkan teori asam – basa Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Sifat lain dari larutan asam adalah bersifat korosif terhadap sejumlah logam. Logam seperti besi, seng, aluminium dan magnesium lama-lama akan mudah berkarat jika terkena larutan asam. Sifat korosif ini tidak dimiliki oleh larutan basa karena basa tidak bereaksi dengan sebagian besar logam. Sifat korosif asam bukan hanya terhadap logamlogam, tetapi juga terhadap tembok-tembok bangunan yang mengandung batu kapur, termasuk patung, benda-benda seni yang terbuat dari batu kapur atau marmer. Sifat lain dari larutan asam dan basa adalah sifat daya hantar listriknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beberapa asam yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Beberapa Asam yang Dikenal Nama Asam
Contoh
Asam asetat
Larutan cuka
Asam askorbat
Jeruk, tomat, sayuran
Asam sitrat
Jeruk
Asam karbonat
Minuman berkarbonasi
Asam fosfat
Detergen, pupuk
Asam sulfat
Baterai mobil
Asam tatrat
Anggur
Asam malat
Apel
Asam formiat
Sengatan lebah, asam semut
Asam laktat
Keju
Asam benzoat
Bahan pengawet makanan
2) Basa Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida. Ion hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron pada saat dimasukan ke dalam air. Basa dapat menetralisir asam (H+) sehingga dihasilkan air (H2O). Beberapa basa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Beberapa Basa yang Dikenal Nama Basa
Contoh
Alumunium hidroksida
Deodoran
Kalsium hidroksida
Air Kapur
Magnesium Hidroksida
Antasid
Natrium Hidroksida
Bahan sabun padat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sifat asam berbeda dengan sifat basa suatu zat. Perbedaan sifat asam dan basa dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Sifat-Sifat Senyawa Asam dan Basa Asam a. Senyawa asam bersifat korosif b. Sebagian besar senyawa asam
Basa a. Senyawa basa bersifat merusak kulit (kaustik)
bereaksi dengan logam
b. Serasa licin ditangan, seperti sabun
menghasilkan H2
c. Senyawa basa terasa pahit
c. Senyawa asam bereaksi dengan karbonat menghasilkan CO2 d. Senyawa asam memiliki rasa asam
d. Dapat mengubah warna lakmus merah menjadi biru e. Menghasilkan ion OH- dalam air
e. Dapat mengubah warna lakmus biru menjadi merah f. Menghasilkan ion H+ dalam air
3) Garam Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa contoh garam antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2 dan lain lain. Dalam kehidupan sehari hari tentu tidak asing dengan garam. Contoh garam adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak. Garam dapur dapat diperoleh dari air laut. Petani garam membuatnya dengan cara penguapan dan kristalisasi. Garam yang diperoleh kemudian diproses iodisasi (garan kalium, KI) sehingga diperoleh garam beriodium. Garam dapur juga dapat diperoleh dengan cara mencampur zat asam dan basa. Asam bereaksi dengan basa netral dan tidak bersifat asam maupun basa. Reaksi antara asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam klorida bereaksi dengan natrium hidroksida akan membentuk garam dapur dan air. Jika dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan proses penguapan, maka air akan menguap dan tersisa endapan garam dapur saja. HCl
+
NaOH
Asam
Basa
NaCl
+
H2O
Garam dapur
Air
Reaksi kimia yang dapat menghasilkan garam antara lain: a) Asam + Basa menghasilkan garam + air b) Basa + Oksida asam menghasilakan garam + air c) Asam + Oksida basa menghasilkan garam + air d) Oksida asam + oksida basa menghasilkan garam e) Logam + asam menghasilkan garam + H2 Reaksi penetralan berguna bagi manusia, antara lain produksi asam lambung (HCl) yang berlebihan dapat dinetralkan dengan menggunakan senyawa basa Mg(OH)2. Para petani menggunakan reaksi penetralan pada tanah yang terlalu asam dengan menambahkan senyawa basa Ca(OH)2 air kapur. Pasta gigi mengandung basa berfungsi untuk menetralkan mulut dari asam, yang dapat merusak gigi dan menimbulkan bau mulut. Pada Tabel 2.5 menunjukkan beberapa garam yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 2.5. Beberapa Garam yang Dikenal Nama Garam
Rumus
Nama Dagang
Manfaat
Natrium klorida
NaCl
Garam dapur
Penambah rasa makan
Natrium bikarbonat
NaHCO3
Baking soda
Pengembang kue
Kalsium karbonat
CaCO3
Kalsit
Cat tembok
Kalium nitrat
KNO3
Saltpeter
Pupuk, bahan peledak
Kalium karbonat
to user K2CO3 commit Potash
Sabun dan kaca
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Identifikasi Asam, Basa dan Garam Berdasarkan sifat asam, basa dan garam, larutan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: bersifat asam, basa dan netral. Sifat larutan tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam–basa, yaitu zat-zat warna yang menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa dan netral dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau larutan alami. Perubahan warna indikator dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Perubahan Warna Indikator Indikator
Larutan asam
Larutan Basa
Larutan Netral
Lakmus Merah
Merah
Biru
Merah
Lakmus Biru
Merah
Biru
Biru
Metil Merah
Merah
Kuning
Kuning
Metil Jingga
Merah
Kuning
Kuning
Fenolftalin
Tidak berwarna
Merah
Tidak berwarna
Lakmus digunakan sebagai indikator asam-basa, sebab lakmus memiliki beberapa keuntungan yaitu: a) lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam ataupun basa, b) lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara sehingga tahan lama, c) lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk kertas lakmus. Lakmus adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lakmus kerak. Selain indikator buatan, indikator alami dapat digunakan untuk mengkelompokkan bahan-bahan di lingkungan berdasarkan konsep asam, basa dan garam. Indikator alami seperti bunga sepatu, kunyit, kulit manggis, kubis ungu atau jenis bunga-bungaan yang berwarna. Ekstrak bahan-bahan tersebut commit to user dapat memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.7 menampilkan warna ekstrak kubis ungu dalam larutan asam, basa dan netral. Pada setiap larutan memiliki perubahan warna yang berbeda saat melakukan pengidentifikasian menggunakan ekstrak kubis ungu. Tabel 2.7. Perubahan Warna Indikator Alam Kubis Ungu Sifat Larutan
Perubahan warna Indikator
Asam Kuat
Merah Tua
Asam Lemah
Merah Keunguan
Netral
Ungu
Basa Lemah
Biru Kehijauan
Basa Kuat
Kuning
Sifat asam akan ditunjukkan dari perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kemerahan, sedangkan sifat basa ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kebiruan atau kehijauan. c. Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan Umumnya semua asam dan basa mempunyai sifat tertentu, misalnya beberapa asam digunakan untuk obat tetes mata atau diminum, tetapi terdapat asam yang dapat merusak jaringan kulit dan logam. Semua basa juga memiliki sifat tertentu, misalnya penggunaan pasta gigi untuk membersihkan gigi dan menghilangkan bau mulut, sebaliknya natrium hidroksida digunakan untuk pembersih saluran dan berbahaya jika terkena kulit. Jumlah ion H+ dalam air digunakan untuk menentukan sifat derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin zat tersebut memiliki keasaman tinggi, semakin banyak ion H+ dalam air. Sedangkan semakin tinggi kebasaan zat commit to user tersebut maka semakin banyak ion OH- dalam air. Untuk menentukan harga pH
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pOH dapat menggunakan indikator universal yang dilengkapi dengan cakram warna, sehingga warna dan hasil reaksi dapat ditentukan pHnya dengan mencocokkan warna tersebut. Selain itu, pH meter juga dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat. Larutan bersifat netral jika pH = 7, larutan yang bersifat asam pH < 7 dan larutan bersifat basa jika pH > 7. B. Penelitian Yang Relevan 1. Pinar Celik, Fatih Onder dan Ilhan Silay (2011), The Effect of Problem Based Learning on The Students’ Success in Physics Course. Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode yang cukup efektif membantu siswa dalam memperoleh semua keterampilan. Pada pembelajaran ini terjadi pengkonstruksian pengetahuan dalam pikiran siswa. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan kelas kontrol. Namun dalam penelitian tersebut belum terlihat media yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya oleh sebab itu penelitian ini akan mengembangkan metode pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan media komik dan diagram vee agar siswa lebih termotivasi untuk memecahkan tantangan yang diberikan oleh guru. 2. Dominic T Polancos (2012), Effects of Vee Diagram and Concept Mapping on the Achievement of Student in Chemistry. Diagram vee dan peta konsep membantu siswa mengembangkan sistem yang kaya akan konsep dan strategi pembelajarannya.
Keduanya
tidak
hanya
menstimulus
siswa
untuk
menggunakan konsep yang telah dimilikinya tetapi juga membangun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan antar konsep. Namun penelitian tersebut belum menerapkan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung lebih sistematik. Sehingga dalam penelitian ini akan dikembangkan pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang telah memiliki sintak pembelajaran lebih sistematik. Selain itu media yang digunakan sebagai pembanding diagram vee adalah peta konsep sedangkan penelitian ini akan membandingkan media diagram vee dengan komik yang akan digunakan pada siswa SMP. 3. Gul Tuncel dan Ozge Ayva (2010), The Utilization of Comics in The Teaching of The “Human Rights” Concept. Penggunaan komik dalam pembelajaran dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Komik dapat meningkatakan konsentrasi, partisipasi siswa dan memberikan kontribusi penting untuk memperbaiki cara siswa berpikir kreatif dan kritis sehingga pembelajaran menggunakan komik menciptakan perubahan yang positif dalam pendekatan siswa untuk belajar. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan komik lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Didasari hal tersebut maka dalam penelitian ini akan membandingkan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media komik dengan diagram vee. 4. Susan E. Gathercole, Susan J. Pickering, et.al. (2004). Working Memory Skills and Educational Attainment: Evidence from National Curriculum Assessments at 7 and 14 Years of Age menyatakan bahwa pada anak umur 14 tahun terdapat hubungan kuat antara skor tes kerja memori dan tingkat pencapaian dalam matematika dan sains, meskipun kemampuan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penilaian bahasa inggris tidak memperlihatkan hubungan yang kuat dengan kemampuan memori. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan memori turut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Didasari hal tersebut maka kemampuan memori akan digunakan sebagai variabel moderator dan diukur sebelum proses pembelajaran berlangsung. 5. Zhou Qing, Guo Jing, dan Wang Yan (2010), Promoting Preserve Teachers’ Critical Thinking Skills by Inquiry-Based Chemical Experiment menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui aktivitas laboratorium merupakan central pembelajaran sains dimana siswa dapat mengeksplorasi fenomena sains yang terjadi sehingga mendorong siswa berpikir kritis. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat mendorong berpikir kritis adalah pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan berbasis penemuan eksperimen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis. Zhou Qing et.al mengungkapkan pembelajaran yang mengembangkan berpikir kritis sama halnya meningkatkan kemampuan analisis siswa. Didasari hal tersebut maka kemampuan memori akan digunakan sebagai variabel moderator dan diukur sebelum proses pembelajaran dimulai. C. Kerangka berpikir Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Perbedaan prestasi belajar siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan diagram vee dan komik. Bentuk pengetahuan materi pelajaran asam, basa dan garam merupakan gabungan dari pengetahuan fisik dan sosial. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan empiris yang dapat dicapai dengan melakukan eksperimen dan interaksi sosial. Selain itu materi tersebut lebih bersifat konkret daripada abstrak. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik menjadi salah satu solusi untuk mempelajari materi tersebut. Keduanya menyajikan suasana belajar yang aktif, menanamkan kerjasama, penemuan, dan diskusi masalah. Penggunaan diagram vee dan komik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan penggunaan diagram vee dalam penelitian ini yaitu terjadi proses “Thinking” dan “Doing” sehingga siswa diarahkan untuk berpikir ilmiah dan secara aktif mengkonstruksi pengetahuanya melalui ekperimen secara konkret. Namun penggunaan diagram vee juga mempunyai kekurangan, diagram vee merupakan hal yang baru bagi siswa dan dibutuhkan kemampuan analisis yang baik dalam menggunakannya karena siswa harus mampu menghubungkan antara sisi konseptual dan metodologi. Sedangkan kelebihan komik adalah meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa untuk membaca karena materi yang diberikan dikemas dalam bentuk visual gambar yang menyenangkan. Kekurangannya adalah siswa tidak melakukan proses eksperimen secara konkret, siswa hanya bisa melihat proses eksperimen dalam bentuk visualisasi gambar yang hanya menekankan indera mata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan teori Piaget, penggunaan diagram vee memberikan kesempatan siswa lebih banyak daripada komik untuk berinteraksi dengan sumber belajar dan temannya dengan mengintegrasikan perbedaan data, ide dan informasi yang diperoleh dari eksperimen sehingga membantu siswa memahami arti kegiatan eksperimennya. Proses asimilasi dan akomodasi dalam penggunaan diagram vee lebih baik karena siswa melakukan eksperimen secara konkret kemudian siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan didapatkan dari hasil eksperimen. Teori belajar Ausubel juga menyatakan bahwa siswa akan mengalami belajar yang bermakna bila informasi baru bisa dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya dengan pengetahuan baru. Hal ini sesuai dengan materi asam, basa dan garam dimana pada materi sebelumnya siswa mempelajari ciri-ciri tentang perubahan kimia seperti terbentuknya gas. Kaitannya dengan materi asam, basa dan garam adalah reaksi antara logam dengan larutan asam akan menghasilkan suatu gas hidrogen. Menurut teori belajar Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan siswa kesempatan untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi asam, basa dan garam disajikan melalui metode pembelajaran berbasis masalah dengan diagram vee dan komik yang dapat mengaktifkan siswa dalam berpikir dan menemukan konsep. Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah melalui penyelidikan karena pengetahuan akan lebih bermakna jika siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik sesuai dengan tahapan proses pembelajaran yang dikemukakan Gagne. Pada pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaaan yang berada dalam diri individu sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Rangsangan yang diberikan pada siswa yang menggunakan diagram vee lebih besar daripada komik karena siswa yang menggunakan diagram vee melakukan eksperimen secara konkret sehingga interaksi siswa untuk berkomunikasi dengan temannya juga lebih banyak. Hal ini juga sesuai dengan teori konstruktivistik sosial vygotsky yang menyatakan bahwa pengetahuan dikonstruksi melalui interaksi sosial. Namun dari segi media, komik akan lebih baik daripada diagram vee karena komik merupakan media yang paling dekat dengan anak-anak jenjang SMP. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dengan menggunakan komik karena disusun lebih menyenangkan daripada diagram vee sehingga konsep yang berada pada komik akan lebih mudah masuk daripada diagram vee. Oleh karena itu, diduga bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan komik lebih baik daripada diagram vee.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan bermakna jika siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan diperoleh. Untuk dapat menghubungkan pengetahuan satu dengan lainnya diperlukan kemampuan memori untuk mendukung hal tersebut. Oleh sabab itu kemampuan memori merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar Siswa yang dapat me-recall ingatanya untuk menyelesaikan masalahnya akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan mudah menyimpan dan mentransformasikan informasi yang diperoleh, sehingga mudah memahami pelajaran. Berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah cenderung mengalami kesulitan dalam mengingat informasi. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mampu menyimpan informasi lebih banyak ke memori jangka pendek dalam waktu singkat. Pada tahapan retensi dalam pembelajaran menurut Gagne akan terjadi proses pemindahan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang agar informasi tersebut tidak hilang. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mampu menyimpan lebih banyak informasi dalam memori jangka panjangnya dan akan di-recall bila dibutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan memori tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. 3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah. Kemampuan berpikir analisis sangat mempengaruhi pembentukkan sistem konseptual siswa. Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan nyata yang diharapkan dan terpercaya diantara berbagai pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk lain dari perwakilannya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, penalaran/alasan, informasi atau opini (Facione, 2011: 5). Hal tersebut dapat berupa bagaimana mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua pendekatan untuk menyelesaikan suatu masalah, mengidentifikasi asumsi yang tidak terungkap, membangun cara untuk menyajikan sebuah kesimpulan dan berbagai alasan yang diberikan untuk mendukung atau mengkritisi hal tersebut, menguraikan hubungan dari kalimat atau paragraf antara satu sama lain dan untuk tujuan pokok dari suatu bagian serta bagaimana mengatur uraian dengan jelas dan mengetahui tujuan untuk memberikan dugaan awal. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dengan diagram vee dan komik membutuhkan kemampuan analisis yang baik karena dalam proses penemuan pengetahuan siswa di arahkan secara aktif untuk dapat berfikir kristis. Pada penggunaan diagram vee, siswa diharapkan mampu melakukan pemecahan masalah dengan melalukan proses penyelidikan sehingga dapat menginterpretasi data yang diperoleh kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyimpulkan. Sama halnya dengan menggunakan komik, siswa diharapkan bisa menganalisis masalah dan pemecahannya yang terdapat di dalam komik. Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa kemampuan analisis dibutuhkan dalam proses pembelajaran khususnya aspek kogntif. Semakin tajam analisis siswa maka kesimpulan yang didapatkan semakin tepat. Maka dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah. 4. Interaksi antara penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee merupakan pembelajaran yang dilakukan di laboratorium sedangkan siswa yang menggunakan komik dilakukan di dalam kelas. Proses pengkonstruksian pengetahuan yang dilakukan di laboratorium dilakukan hanya satu kali dalam setiap kali pertemuan. Siswa hanya bisa mendapatkan hasil eksperimen yang dituangkan dalam bentuk diagram vee sedangkan penggunaan komik pengkonstruksian pengetahuan dituangkan melalui visualisasi gambar. Komik dapat dibawa kerumah dan bisa dibaca berulang kali sehingga jika siswa lupa siswa akan mudah kembali mengingat dengan hanya membaca komik karena semua proses penyelidikan dan penyelesaian tertuang dalam komik. Berdasarkan uraian diatas diperkirakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi lebih cocok dikenai metode pembelajaran menggunakan diagram vee sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah lebih cocok dikenai metode pembelajaran menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komik. Jadi dapat diduga bahwa terdapat interaksi pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan diagram vee dan komik dengan kemampuan memori siswa. 5. Interaksi antara penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar. Pada penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan diagram vee dan komik, kemampuan analisis tentu saja dibutuhkan di dalam pembelajaran karena siswa diharapkan mampu untuk mengidentifikasi masalah dan memerinci informasi yang mereka peroleh untuk menyelesaikan masalah. Penggunaan diagram vee dan komik mendorong siswa untuk dapat berpikir secara aktif untuk dapat menganalisis permasalahan dan memerinci permasalahan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil. Kedua penggunaan media tersebut sesuai dengan karakteristik materi asam, basa dan garam yang bersifat empiris dan aplikatif. Pengetahuan tentang materi asam, basa dan garam dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang siswa hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan diagram vee mendorong siswa berpikir lebih aktif dalam pemecahan masalah karena siswa diajak untuk dapat berekseprimen dan secara tidak langsung siswa belajar untuk berhipotesa tentang apa yang akan terjadi bila memasukkan lakmus merah ke dalam larutan basa. Sedangkan pada penggunaan komik, siswa tidak melakukan ekperimen. Semua permasalahan dan penyelesaian masalah sudah dituangkan dalam visualisasi gambar. Walaupun kemampuan analisis digunakan dalam penggunaan komik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
namun hal tersebut tidak berbanding dengan siswa yang menggunakan diagram vee. Siswa yang menggunakan diagram vee lebih membutuhkan kemampuan analisis dalam menghasilkan kesimpulan yang tepat. Berdasarkan uraian diatas dapat diperkirakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih cocok menggunakan metode pembelajaran dengan diagram vee sedangkan siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah lebih cocok menggunakan metode pembelajaran dengan komik. Jadi dapat diduga terdapat interaksi penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis siswa. 6. Interaksi antara kemampuan analisis dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hubungan kemampuan analisis siswa yang tinggi dengan kemampuan memori tinggi diduga dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi, tentunya memiliki kemampuan memori yang tinggi karena bila siswa memiliki kemampuan analisis tinggi, informasi-informasi yang di simpan dalam memorinya juga banyak. Sebaliknya, siswa yang memiliki memori yang rendah akan lebih sulit menganalisis suatu masalah karena pengetahuan yang dimiliki terbatas sehingga kurang dapat memerinci masalah dengan baik. Ausubel mengatakan bahwa agar siswa dapat belajar secara bermakna maka siswa harus mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuanpengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi akan mengingat informasi yang didapat pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
materi sebelumnya sehingga saat siswa dihadapkan dengan materi yang hampir sama, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi akan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru yang didapat. Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah dapat menciptakan pembelajaran
berpusat
pada
siswa
dan
membantu
siswa
untuk
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif (Pilar Celik et.al, 2011: 657). Selain itu media komik juga dapat meningkatakan konsentrasi, partisipasi siswa dan memberikan kontribusi penting untuk memperbaiki cara siswa berpikir kreatif dan kritis (Gul Tuncel et.al, 2010: 1451). Konsentrasi dan partisipasi siswa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan memori. Keterampilan berpikir analisis merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis yang mungkin akan berkembang saat pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan analisis tinggi akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Demikian pula pada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dan analisis rendah, prestasi belajarnya akan meningkat karena siswa dilatih mendayagunakan memorinya untuk menganalisis suatu masalah. Jadi diduga terdapat interaksi antara kemampuan analisis dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa. 7.
Interaksi antara penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada teori konstruktivistik yang terpenting adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik yang akan membantu siswa lebih aktif untuk berpikir dan mengkonstruksi pengetahuannya. Pada proses pengkonstruksian pengetahuan siswa melakukan proses penyelidikan untuk memecahkan suatu masalah agar pengetahuan yang mereka peroleh dapat bermakna dan tahan lama, hal ini sesuai dengan teori Bruner. Siswa menggunakan kemampuan memorinya untuk memecahkan masalah dengan mengingat kembali informasi-informasi yang didapat sebelumnya dan menghubungkan dengan pengetahuan baru yang diperoleh. Proses menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya sesuai dengan teori belajar bermakna Ausubel. Siswa yang memiliki kemampuan memori baik maka akan dapat menganalisis suatu masalah lebih terperinci. Ketiganya akan saling mendukung dalam menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas diperkirakan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan analisis tinggi lebih cocok menggunakan diagram vee sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dan analisis rendah lebih cocok menggunakan komik. Sehingga dapat diduga terdapat interaksi antara metode dengan media dan kemampuan internal siswa yang dalam ini adalah kemampuan analisis dan kemampuan memori. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut. 1. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan diagram vee dan komik. 2. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah. 3. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan kemampuan analisis rendah. 4. Ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. 5. Ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar. 6. Ada interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. 7. Ada interaksi antara diagram vee dan komik, kemampuan memori dan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 27 Semarang tahun pelajaran 2011/2012 yang beralamat di Jalan Ngesrep Timur VI Srondol Bumi Indah No 4 Semarang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II (genap) tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahaptahap pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Bulan (2011)
Kegiatan Jul
Penyusunan Proposal Penyusunan Instrumen
X
Agt Sep
X
Okt
Bulan (2012) Nov Des
Jan
Feb
X
X
Mar Apr
Mei
Juni
X
X
X X
X
Uji Coba Instrumen
X
Perbaikan Instrumen
X
Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Data
X
X
Penulisan Laporan
X X
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini terdiri atas dua kelompok, kelompok pertama akan dikenai pembelajaran berbasis masalah (PBL) menggunakan komik dan kelompok kedua dengan menggunakan diagram vee. Berdasarkan uji kesamaan rata-rata didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara kedua sampel sehingga dapat diartikan bahwa kedua kelompok ini mempunyai keadaan awal yang sama sehingga dapat digunakan sebagai kelas sampel dalam penelitian. Uji kesamaan rata-rata menggunakan t-test ditunjukkan pada Lampiran 15. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2 x 2 yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan prestasi belajar siswa yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik yang dihubungkan dengan kemampuan memori tinggi dan rendah serta kemampuan analisis tinggi dan rendah. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel. 3.2. Tabel Rancangan Faktorial Penelitian Pembelajaran Berbasi Masalah (PBL) (A) Diagram Vee (A1) Kemampuan Memori (B)
Komik (A2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Kemampuan
Tinggi (C1)
A1B1C1
A1B2C1
A2B1C1
A2B2C1
Analisis (C)
Rendah (C2)
A1B1C2
A1B2C2
A2B1C2
A2B2C2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rancangan penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel. Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut: A1B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan kemampuan analisis tinggi menggunakan diagram vee. A1B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan kemampuan analisis rendah menggunakan diagram vee. A1B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan kemampuan analisis tinggi menggunakan diagram vee. A1B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan kemampuan analisis rendah menggunakan diagram vee. A2B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan kemampuan analisis tinggi menggunakan komik. A2B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan kemampuan analisis rendah menggunakan komik. A2B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan kemampuan analisis tinggi menggunakan komik. A2B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah dan kemampuan analisis rendah menggunakan komik. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah adalah seluruh siswa kelas VII yang terbagi menjadi 8 kelas pada tahun ajaran 2011/2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau cluster kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Teknik pengambilan sampel harus memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa mendapatkan materi dengan kurikulum yang sama dan siswa dalam kelas tersebut duduk pada tingkat kelas yang sama dengan pembagian kelas yang tidak berdasarkan rangking atau tingkat. Kelas VII B ditetapkan sebagai kelas eksperimen I yang menggunakan diagram vee sedangkan kelas VII A yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen II akan menggunakan komik. D. Variabel Penelitian Pada penelitian ini, metode dan media pembelajaran menjadi variabel bebas, kemampuan memori dan kemampuan analisis sebagai variabel moderator sedangkan prestasi belajar merupakan variabel terikat. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel bebas 1) Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah suatu alat perantara yang digunakan dalam menyampaikan pesan, informasi atau materi dari sumber kepada siswa dalam suatu proses pembelajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah diagram vee dan komik. Diagram vee adalah diagram berbentuk V yang memiliki sisi konseptual (thinking) dan sisi metodologis (doing) dimana kedua sisi tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saling berinteraksi selama penggunaan pertanyaan fokus untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang sudah dimiliki dan yang akan dipelajari siswa. Sedangkan komik adalah bentuk kartun yang disusun secara sistematik dalam bentuk cerita bergambar yang berbasis masalah sehingga siswa dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuannya. b. Variabel Moderator 1) Kemampuan Memori Kemampuan memori adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyimpan informasi di dalam pikiran pada waktu singkat. Komponen yang maksud dalam kemampuan memori adalah menyebutkan kembali deteran kata dan menyebutkan kembali deretan angka. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan memori dalam penelitian ini adalah word recall dan digit recall. Clair-Thompson (2009: 291) 2) Kemampuan Analisis Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua pendekatan untuk menyelesaikan suatu masalah, mengidentifikasi informasi atau keterkaitan informasi untuk mengungkapkan kesimpulan dan mengetahui tujuan untuk memberikan dugaan awal. Komponen kemampuan analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi informasi dari data, mengidentifikasi informasi atau pernyataan untuk menarik kesimpulan, memilih metode untuk memecahkan masalah dan meramalkan hasil percobaan (Facione, 2011: 5). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Variabel Terikat 1) Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini berbentuk nilai ranah kognitif dan afektif. Prestasi belajar ranah psikomotorik tidak diukur karena pada kelompok komik tidak ada kegiatan laboratorium sedangkan kelompok diagram vee melibatkan kegiatan laboratorium. 2. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian Variabel media pembelajaran berupa diagram vee dan komik berskala nominal. Variabel kemampuan analisis dan kemampuan memori berskala ordinal yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Pengkategorian variabel ini berdasarkan skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor sama dan diatas rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah sedangkan variabel terikat prestasi belajar yang meliputi prestasi belajar kognitif dan afektif berskala interval. E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan nilai prestasi belajar kognitif, kemampuan analisis dan kemampuan memori. Tes prestasi belajar terdiri atas 10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
indikator terdapat pada Lampiran 11, tes kemampuan analisis terdiri atas 5 indikator terdapat pada Lampiran 9 dan kemampuan memori terdiri atas 5 indikator terdapat pada Lampiran 7. Tes yang digunakan dalam pengukuran prestasi belajar kognitif dan kemampuan analisis adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda sedangkan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan memori adalah 7 butir soal esay singkat yang terdapat pada Lampiran 8. 2. Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup. Daftar pertanyaan angket diberikan secara langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai ranah afektif. Angket ranah afektif terdiri atas 20 indikator dengan 40 soal, kisikisi ranah afektif dan soal ranah afektif secara berturut-turut terdapat pada Lampiran 13 dan 14. Penyusunan angket ini berbentuk skala sikap menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif. Pemberian skor untuk angket ini menggunakan skala 1 sampai 4, untuk soal yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 3 untuk jawaban setuju (S), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) sedangkan soal yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 3 untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jawaban tidak setuju (TS), skor 2 untuk jawaban setuju (S), dan skor 1 untuk jawaban sangat setuju (SS) (Depdiknas, 2003: 20). F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengambilan data. Instrumen pelaksanaan pembelajaran meliputi silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran 2), diagram vee (Lampiran 3) dan komik (Lampiran 4) sedangkan instrumen pengambilan data meliputi tes prestasi belajar ranah kognitif (Lampiran 12), tes kemampuan memori (Lampiran 8), tes kemampuan analisis (Lampiran 10) dan angket sikap untuk prestasi belajar ranah afektif (Lampiran 14). Semua instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian diujicoba dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item soal tes maupun angket. G. Uji Validasi dan Reliabilitas 1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Tes Kemampuan Analisis Instrumen penilaian kognitif terdiri dari 25 butir soal objektif, sedangkan instrumen kemampuan analisis terdiri dari 10 butir soal. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dan dikalikan 100. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Uji Validitas Butir Soal Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item. Validitas item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item soal. Jenis soal tes kognitif dan kemampuan analisis merupakan pilihan ganda dengan kriteria bila jawaban benar maka skornya 1 sedangkan bila jawaban salah maka skornya 0. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir mengunakan teknik korelasi point biserial yang dinyatakan sebagai berikut :
√
rpbis=
Keterangan: rpbis
: koefisien korelasi point biserial
Mp
: rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt
: rata-rata seluruh siswa
St
: standar deviasi total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar :
q
:p–1
Harga rpbis yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rpbis > rtabel maka item soal yang diujikan valid (Suharsimi Arikunto, 2007: 79). Hasil uji coba instrumen prestasi kognitif dan tes kemampuan analisis untuk mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis Valid Instrumen
Prestasi
Total 20
Nomor Soal 4,6,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21
Kognitif Kemampuan
Invalid Total 10
Nomor Soal 1,2,3,5,7,8,9,10,
22,23,24,26,27,28,29,30 9
1,2,3,4,5,7,8,9,10
20,25 1
6
Analisis
Berdasarkan hasil analisis tersebut untuk soal yang valid akan dipakai sedangkan soal yang invalid akan direvisi dengan mempertimbangkan analisis jawaban siswa. Namun untuk soal prestasi kognitif nomor 1, 2, 7, 9 dan 25 akan didrop karena telah terdapat soal valid dengan indikator yang sama. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang berbeda dan pada waktu yang berlainan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut : 2 n S1 pq r11 S12 n 1
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas
p
: proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar
q
: proporsi subyek yang menjawab item soal dengan salah
n
: jumlah item
S1
: standar deviasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kriteria reliabilitas instrumen dapat diketahui dari harga r11 sebagai berikut: 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2007: 233) Hasil uji reliabilitas instrumen prestasi kognitif dan kemampuan analisis yang disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Hasil Reliabilitas Instrumen Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis Variabel
Jumlah Soal
Harga Reliabilitas
Prestasi Kognitif
30
0,715
Kemampuan Analisis
10
0,610
Dari hasil analisis Tabel 3.4, instrumen prestasi belajar kognitif memiliki reliabilitas tinggi sedangkan instrumen kemampuan analisis memiliki reabilitas cukup sehingga dapat disimpulkan bahwa soal-soal tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berbeda pada waktu yang berbeda c. Uji Taraf Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Suharsimi Arikunto, 2007: 207). Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Uji taraf kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:
IK =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: IK
: Indeks kesukaran
B
: Jumlah jawaban benar siswa dari suatu item
N
: Kelompok siswa
skor maksimal : Besarnya skor pada suatu jawab benar dari suatu item Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,81 ─ 1,00
: Mudah Sekali (MS)
0,61 ─ 0,80
: Mudah (Md)
0,41 ─ 0,60
: Sedang/Cukup (Sd-C)
0,21 ─ 0,40
: Sukar (Sk)
0,00 ─ 0,20
: Sukar Sekali (SS) (Masidjo, 2007: 189-192)
Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi kognitif dan kemampuan analisis disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis Variabel
Kriteria
Nomor Soal
Jumlah
5
1
10,11,17,19,22,23,24,25,26,27,28
11
Sedang
1,2,3,4,6,7,8,13,14,16,29,30
12
Mudah
9,15,18
3
Mudah Sekali
12,20,21
3
Sangat Sukar
10
1
4,7,8,9
4
Sedang
2,3
2
Mudah
5
1
1,6
2
Prestasi
Sangat Sukar
Kognitif
Sukar
Kemampuan Analisis
Sukar
Mudah Sekali
Tabel 3.5 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal dihitung dengan persamaan uji taraf kesukaran yang diperoleh untuk soal tes prestasi kognitif commit to user dengan kriteria sangat sukar sebanyak sukar sebanyak 1 soal, soal sukar sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 soal, soal sedang sebanyak 12 soal, soal mudah sebanyak 3 soal, dan soal mudah sekali sebanyak 3 sedangkan untuk soal tes kemampuan analisis dengan kriteria sangat sukar sebanyak sukar sebanyak 1 soal, soal sukar sebanyak 4 soal, soal sedang sebanyak 1 soal, soal mudah sebanyak 2 soal, dan soal mudah sekali sebanyak 1. d. Uji Daya Pembeda Soal Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
ID = Keterangan: ID : indeks diskriminasi KA : jumlah jawaban benar dari siswa kelompok atas KB : jumlah jawaban benar dari siswa kelompok bawah NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh. Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,80 ─ 1,00
: Sangat Membedakan (SM)
0,60 ─ 0,79
: Lebih Membedakan (LM)
0,40 ─ 0,59
: Cukup Membedakan (CM)
0,20 ─ 0,39
: Kurang Membedakan (KM)
Negatif ─ 0,19
: Sangat Kurang Membedakan (SKM)
commit to user
(Masidjo, 2007: 198-201)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil uji daya beda soal tes prestasi kognitif dan analisis disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Kognitif dan Kemampuan Analisis Variabel Prestasi Ranah
Kriteria
Nomor Soal
Jumlah
Lebih Membedakan (LM)
4,14,15
3
Cukup Membedakan (CM)
6,13,16,23,24,26,27,
10
Kognitif 28,29,30 Kurang Membedakan (KM)
1,2,3,7,8,12,17,18,19,21
12
22,25 Sangat Kurang Membedakan
5,9,10,11,20
5
(SKM) Kemampuan
Sangat Membedakan (SM)
3
1
Lebih Membedakan (LM)
2
1
Cukup Membedakan (CM)
1,4,7,8,9
5
Kurang Membedakan (KM)
5
1
6,10
2
Analisis
Sangat Kurang Membedakan (SKM)
Tabel 3.6 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi kognitif dan tes kemampuan analisis yang telah dihitung dengan persamaan daya pembeda soal. Pada hasil uji daya beda tes prestasi kognitif diperoleh kriteria lebih membedakan sebanyak 3 soal, cukup membedakan sebanyak 10 soal, dan kurang membedakan sebanyak 12 soal dan sangat kurang membedakan 5 soal. Sedangkan hasil uji daya beda tes kemampuan analisis diperoleh soal yang kriteria sangat membedakan sebanyak 1 soal, lebih membedakan 1 soal, kurang membedakan 5 soal, kurang membedakan 1 soal dan sangat kurang membedakan 2 soal. commit to user 2. Instrumen Penilaian Afektif dan Tes Kemampuan Memori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Instrumen penilaian afektif yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa angket sedangkan instrumen kemampuan memori berupa tes esay. Pada soal penilaian afektif, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Soal penilaian afektif terdiri dari 40 soal dengan masing-masing soal memiliki skor berskala 1 sampai 4 dengan skor minimum 40 dan maksimum 160. Sedangkan instrumen kemampuan memori terdiri dari 7 soal dengan skor maksimum 50. a. Uji Validitas Sebuah instrumen akan dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah mengunakan teknik korelasi product moment yang dinyatakan sebagai berikut:
rxy
N XY ( X )( Y )
{N X 2 ( X ) 2 }{ N Y 2 ( Y ) 2 }
Keterangan: rxy = koefisien korelasi Y = skor total yang benar dari tiap subjek X = skor item soal N = jumlah subjek
Harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rxy > rtabel maka item soal yang diujikan valid. (Suharsimi Arikunto, 2006: 170). Hasil uji coba instrumen tes afektif dan kemampuan memori untuk mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Afektif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Kemampuan Memori Invalid
Valid Intrumen Total Prestasi
32
Afektif
Nomor Soal 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15
Nomor Soal
Total 8
4,8,16,17,24,27
,16,18,19,20,21,22,23,25,26,28,2
31,39
9,30,32,33,34,35,36,37,38,40 Kemampuan Memori
6
1,3,4,5,6,7
1
2
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas instrumen penilaian afektif dan kemampuan memori menggunakan formula alpha yaitu: rtt = α = (
)(
∑
)
Keterangan: rtt
: koefisien reliabilitas instrumen
N
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ΣSi2
: jumlah kuadrat S tiap-tiap item
St2
: kuadrat dari S total keseluruhan item
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2007: 209-239)
Hasil uji reliabilitas instrumen prestasi afektif dan kemampuan memori yang disajikan pada Tabel 3.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.8. Hasil Reliabilitas Instrumen Prestasi Afektif dan Kemampuan Memori Variabel
Jumlah Soal
Harga Reliabilitas
Prestasi Afektif
40
0,875
Kemampuan Memori
7
0,522
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Hipotesis Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian (anava) tiga jalan. Namun terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas terhadap data penelitian ini akan menggunakan program PASW 18. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2) Penentuan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05. 3) Menetapkan keputusan uji commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria : H0 ditolak jika nilai p < 0,05. Hasil Uji normalitas disajikan pada Tabel 4.15 yang terdapat pada Bab IV. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas akan digunakan untuk mengetahui apakah varians dari sejumlah populasi sama atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan program PASW 18. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut: 1) Penentuan hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang homogen H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen 2) Penentuan taraf signifikansi α Taraf signifikansi menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Taraf signifikansi (α) yang akan digunakan adalah 0,05. 3) Menentukan keputusan uji Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria : H0 ditolak jika nilai p < 0,05. Hasil Uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.16 yang terdapat pada Bab IV. 2. Uji Hipotesis a. Anava Setelah terpenuhinya uji prasayarat hipotesis yaitu normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau diterima. Untuk menguji hipotesis commit to userdalam penelitian digunakan rumus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Hasil Uji hipotesis disajikan pada Tabel 4.16 yang terdapat pada Bab IV. Tujuan analisis varian tiga jalan tersebut adalah untuk menguji signifikansi efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. 1) Penentuan hipotesis a) H01 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa menggunakan diagram vee dan komik. H11: Ada perbedaan prestasi belajar siswa menggunakan diagram vee dan komik. b) H02 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah. H12: Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah. c) H03 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan kemampuan analisis rendah. H13: Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memilki kemampuan analisis tinggi dan kemampuan analisis rendah. d) H04 : Tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa. H14: Ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa. e) H05 : Tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H15: Ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. f) H06 : Tidak ada interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. H16: Tidak ada interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. g) H07 : Tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori dan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. H17: Ada interaksi antara diagram vee dan komik dengan kemampuan memori dan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa. 2) Penetapan uji statistik Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Varians (Anava) dengan General Linear Model, perhitungannya menggunakan program PASW 18. 3) Penentuan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05. 4) Menentapkan keputusan uji Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: H0 ditolak, jika nilai p < 0,05.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data yang diperoleh meliputi skor kemampuan memori, skor kemampuan analisis serta skor prestasi belajar yang terdiri atas prestasi kognitif dan afektif. Data diperoleh dari kelas VII A yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan komik sedangkan kelas VII B menggunakan diagram vee. 1.
Data Kemampuan Memori Data kemampuan memori dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
kemampuan memori tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori ≥ rata-rata nilai kemampuan memori seluruh kelas akan dikategorikan ke dalam kelompok memori tinggi sedangkan siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori ≤ rata-rata nilai kemampuan memori seluruh kelas akan dikategorikan ke dalam kelompok memori rendah. Nilai rata-rata yang peroleh sebesar 54. Dengan menggunakan kriteria tersebut terdapat 31 siswa memiliki kemampuan memori tinggi dan 31 siswa memiliki kemampuan memori rendah. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.1 dan 4.2. Tabel 4.1. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah Kemampuan
Diagram Vee
Komik
Memori
Frekuensi
Presentase (%)
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
15
46,87
16
53,33
Rendah
17
53,13
14
46,67
Jumlah
32
100
30
100
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah Diagram Vee Memori Memori Tinggi Rendah 61,06 55,46
Rata-rata
2.
Komik Memori Tinggi 67,00
Memori Rendah 62,28
Skor Minimum
40,00
28,00
44,00
48,00
Skor Maksimum
76,00
80,00
88,00
91,00
Standar Deviasi
11,36
13,84
13,34
10,95
Data Kemampuan Analisis Data kemampuan analisis dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
kemampuan analisis tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai nilai kemampuan analisis ≥ rata-rata nilai kemampuan analisis seluruh kelas akan dikategorikan ke dalam kelompok analisis tinggi sedangkan siswa yang mempunyai nilai kemampuan analisis ≤ rata-rata nilai kemampuan analisis seluruh kelas akan dikategorikan ke dalam kelompok memori rendah. Nilai rata-rata yang peroleh sebesar 48,87. Dengan menggunakan kriteria tersebut terdapat 34 siswa memiliki kemampuan analisis tinggi dan 28 siswa memiliki kemampuan analisis rendah. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4. Tabel 4.3. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah Kemampuan
Diagram Vee
Komik
Analisis
Frekuensi
Presentase (%)
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
19
59,37
15
50
Rendah
13
40,62
15
50
commit to user 91
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah
32
100
30
100
Tabel 4.4. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah Diagram Vee
Komik
Analisis
Analisis
Analisis
Analisis
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rata-rata
61,05
52,31
66,67
62,93
Skor Minimum
36,00
28,00
48,00
44,00
Skor Maksimum
80,00
76,00
92,00
80,00
Standar Deviasi
11,68
12,80
13,66
10,95
3. Data Prestasi Belajar Kognitif Rentang skor prestasi kognitif yaitu 0 – 100. Secara umum deskripsi data prestasi kognitif sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Pembelajaran
Kemampuan
Kemampuan
Berbasis Masalah
Memori
Analisis
Diagram Vee
Komik
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rata-rata
57,50
64,80
64,13
57,93
63,53
58,00
Skor Minimum
28,00
44,00
40,00
28,00
36,00
28,00
Skor Maksimum
80,00
92,00
88,00
92,00
92,00
80,00
Standar Deviasi
12,72
12,31
12,58
12,77
12,72
12,81
Perbandingan prestasi belajar kognitif siswa pada kelas yang menggunakan diagram vee dan komik dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.1. Untuk perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 sedangkan commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Diagram Vee dan Komik Diagram Vee
Komik
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
25 – 34
1
3,13
0
0,00
35 – 44
5
15,62
1
3,33
45 – 54
5
15,62
6
20,00
55 – 64
10
31,25
9
30,00
65 – 74
8
25,00
8
26,67
75 – 84
3
9,38
4
13,33
85 – 94
0
0,00
2
6,67
Jumlah
32
100,00
30
100,00
12 10
Frekuensi
8 Komik
6
Diagram Vee
4 2 0 1 2 3 25-34 35-44 45-54
4 55-64
5 6 7 65-74 75-84 85-94
Interval Prestasi Kognitif
Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Komik dan Diagram Vee commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Memori
Kemampuan Memori Tinggi
Kemampuan Memori Rendah
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
25 – 34
0
0,00
1
3,23
35 – 44
4
12,90
4
12,90
45 – 54
5
16,13
6
19,35
55 – 64
6
19,35
10
32,26
65 – 74
9
29,03
8
25,80
75 – 84
6
19,36
1
3,23
85 – 94
1
3,23
1
3,23
Jumlah
31
100,00
31
100,00
12 10
Frekuensi
8 Kemampuan Memori Tinggi
6
Kemampuan Memori Rendah
4 2 0 25-34 35-44 45-54 1 2 3
55-64 4
65-74 75-84 85-94 5 6 7
Interval Prestasi kognitif
Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa commit to user Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
yang
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan Analisis Kemampuan Analisis Tinggi
Kemampuan Analisis Rendah
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
25 – 34
0
00,00
1
3,57
35 – 44
2
5,88
5
17,86
45 – 54
5
14,71
5
17,86
55 – 64
11
32,35
8
28,57
65 – 74
10
29,41
6
21,43
75 – 84
4
11,77
3
10,71
85 – 94
2
5,88
0
00,00
Jumlah
34
100,00
28
100,00
12 10
Frekuensi
8 6
Kemampuan Analisis Tinggi
4
Kemampuan Analisis Rendah
2 0 25-34 35-44 45-54 1 2 3
55-64 4
65-74 75-84 85-94 5 6 7
Interval Prestasi Kognitif
Gambar 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa commit toAnalisis user Tinggi dan Rendah Mempunyai Kemampuan
yang
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari kemampuan memori dan kemampuan analisis siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.9 sedangkan deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media, kemampuan memori dan analisis siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.10. Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Analisis Siswa Variabel
Jumlah
Rata-rata
Standar Deviasi
Kemampuan Memori Tinggi
Kemampuan
16
64,75
13,79
15
63,46
11,59
18
62,44
11,97
13
51,69
11,48
Analisis Tinggi Kemampuan Analisis Rendah
Kemampuan Memori Rendah
Kemampuan Analisis Tinggi Kemampuan Analisis Rendah
Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau dari Media, Kemampuan Memori dan Analisis Siswa Media
Kemampuan
Jumlah
Rata-rata
Standar Deviasi
Komik
Memori Tinggi
Memori Rendah
Diagram Vee
Memori Tinggi
Analisis Tinggi
8
67,00
15,25
Analisis Rendah
8
67,00
11,66
Analisis Tinggi
7
66,28
12,18
Analisis Rendah
7
58,28
8,59
Analisis Tinggi
8
62,50
12,27
commit user AnalisistoRendah
7
59,42
10,93
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Memori Rendah
Analisis Tinggi
11
60,00
11,73
Analisis Rendah
6
44,00
9,79
4. Data Prestasi Belajar Afektif Selain penilaian kognitif, penilaian afektif
juga dilakukan untuk
memberikan informasi tentang sikap siswa. Rentang skor prestasi afektif yaitu 40 – 160. Secara umum deskripsi data prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Deskripsi Data Prestasi Afektif Pembelajaran
Kemampuan
Kemampuan
Berbasis Masalah
Memori
Analisis
Diagram Vee
Komik
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rata-rata
117,56
114,56
118,03
114,22
116,64
115,5
Skor Minimum
95,00
96,00
106,00
95,00
96,00
95,00
Skor Maksimum
134,00
134,00
134,00
134,00
134,00
130,00
Standar Deviasi
8,01
8,82
6,52
9,81
8,28
8,83
Selain tabel deskripsi data prestasi afektif diatas, perbandingan prestasi belajar afektif siswa pada kelas yang menggunakan diagram vee dan komik dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.4. Untuk perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.5. Sedangkan perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.6.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Diagram Vee dan Komik Diagram Vee
Komik
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
95 – 100
1
3,125
1
3,33
101 – 106
1
3,125
3
10,00
107 – 112
4
12,500
8
26,67
113 – 118
13
40,625
9
30,00
119 – 124
6
18,750
5
16,67
125 – 130
6
18,750
3
10,00
131 – 136
1
3,125
1
3,31
Jumlah
32
100,000
30
100,00
14 12
Frekuensi
10 8 Komik PBL Komik
6
Diagram PBL DV
4
Vee
2 0 1 2 3 4 5 124 125-130 6 7 95-100 101-106 107-112 113-118 119131-136 Interval Prestasi Afektif
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Komik dan Diagaram Vee commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan Memori Kemampuan Memori Tinggi
Kemampuan Memori Rendah
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
95 – 100
0
00,00
2
6,45
101 – 106
0
00,00
4
12,90
107 – 112
7
22,58
7
22,58
113 – 118
10
32,26
10
32,26
119 – 124
8
25,81
2
6,45
125 – 130
5
16,13
5
16,13
131 – 136
1
3,23
1
3,23
Jumlah
31
100,00
31
100,00
12
Frekuensi
10
Kemampuan Memori Tinggi
8 Kemampuan Memori Rendah
6 4 2 0 95-100 101-106 107-112 113-118 119-5124 125-130 1 2 3 4 6
131-136 7
Interval Prestasi Afektif
Gambar 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa Mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah commit to user
yang
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan Analisis Kemampuan Analisis Tinggi
Kemampuan Analisis Rendah
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
95 – 100
1
2,94
1
3,57
101 – 106
1
2,94
3
10,71
107 – 112
8
23,53
6
21,43
113 – 118
13
38,24
7
25,00
119 – 124
6
17,65
5
17,86
125 – 130
3
8,82
6
21,43
131 – 136
2
5,88
0
0,00
Jumlah
34
100,00
28
100,00
14 12 Kemampuan Analisis Tinggi
Frekuensi
10 8
Kemampuan Analisis Rendah
6 4 2 0
1 2 3 4 6 7 95-100 101-106 107-112 113-118 119-5124 125-130 131-136 Interval Prestasi Afektif
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa Mempunyai Kemampuan Analisis Tinggi dan Rendah commit to user
yang
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pengujian Prasyarat Hipotesis 1. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika didapatkan nilai p < 0,05, maka H0 (data berdistribusi normal) ditolak. Nilai signifikansi yang digunakan mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil pengujian normalitas disajikan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Hasil Pengujian Normalitas Uji Normalitas
Nilai p (p-value) Kognitif
Kesimpulan
Afektif
Diagram Vee
0,200*
0,200*
Normal
Komik
0,200*
0,200*
Normal
Memori Tinggi
0,145*
0,200*
Normal
Memori Rendah
0,200*
0,200*
Normal
Analisis Tinggi
0,178*
0,200*
Normal
Analisis Rendah
0,200*
0,200*
Normal
Diagram Vee – Memori Tinggi
0,200*
0,200*
Normal
Diagram Vee – Memori Rendah
0,200*
0,200*
Normal
Diagram Vee – Analisis Tinggi
0,200*
0,200*
Normal
Diagram Vee – Analisis Rendah
0,200*
0,200*
Normal
Komik – Memori Tinggi
0,200*
0,173*
Normal
Komik – Memori Rendah
0,200*
0,200*
Normal
Komik – Analisis Tinggi
0,132*
0,200*
Normal
0,200* commit to user
0,200*
Normal
Komik – Analisis Rendah
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh nilai p ˃ 0,05, sehingga H0 diterima. Diperoleh kesimpulan semua data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Jika diperoleh nilai p < 0,05, maka H0 (sampel dari populasi yang homogen) ditolak. Hasil pengujian normalitas disajikan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16. Hasil Pengujian Homogenitas Uji Homogenitas
Nilai p (p-value) Kognitif
Afektif
Diagram Vee - Komik
0,857
0,458
Memori Tinggi - Rendah
0,619
0,055
Analisis Tinggi - Rendah
0,728
0,475
Media – Kemampuan Memori
0,672
0,205
Media – Kemampuan Analisis
0,909
0,459
K. Memori – K. Analisis
0,672
0,151
Media – K. Memori – K. Analisis
0,734
0,174
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh nilai p > 0,05, sehingga H0 (sampel dari populasi yang homogen) diterima. Diperoleh kesimpulan bahwa data mempunyai varian yang homogen. C. Pengujian Hipotesis Pengujian dilakukan dengan menggunakan anova. Rangkuman hasil analisis to user prestasi kognitif berdasarkan Testscommit of Between – Subjects Effects ditunjukkan oleh
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17 sedangkan rangkuman hasil analisis prestasi afektif ditunjukkan oleh Tabel 4.18.
Tabel 4.17. Uji Anava Terhadap Prestasi Kognitif Data Sumber
7
Rata-rata Kuadrat 371,909
221213,657
1
1004,155
Memori Analisis
Model Terkoreksi
Jumlah Kuadrat Tipe III 2603,364a
Df
F
Signifikansi
2,631
0,021
221213,657
1564,664
0,000
1
1004,155
7,102
0,010
705,287
1
705,287
4,989
0,030
690,632
1
690,632
4,885
0,031
Media – Memori
68,087
1
68,087
0,482
0,491
Media – Analisis
115,513
1
115,513
0,817
0,370
Memori – Analisis
412,766
1
412,766
2,920
0,093
Media - Memori –
22,891
1
22,891
0,162
0,689
7634,571
54
141,381
Intersep Media
Analisis Kesalahan (Eror)
Tabel 4.18. Uji Anava Terhadap Prestasi Afektif
Data Sumber
7
Rata-rata Kuadrat 70,392
0,975
0,459
810317,204
1
810317,204 11224,896
0,000
Media
133,375
1
133,375
1,848
0,180
Memori
284,956
1
284,956
3,947
0,052
Analisis
14,135
1
14,135
0,196
0,660
Media - Memori
13,027
1
13,027
0,180
0,673
Media - Analisis
1,188
1
1,188
0,016
0,898
Memori - Analisis
2,268
1
2,268
0,031
0,860
Model Terkoreksi Intersep
Jumlah Kuadrat Tipe III 492,746a
Df
commit to user
F
Signifikansi
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media - Memori -
64,942
1
64,942
3898,221
54
72,189
0,900
0,347
Analisis Kesalahan (Eror)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dideskripsikan bahwa: 1.
Hasil nilai p media = 0,010 < 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p media = 0,180 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif siswa terhadap penggunaan diagram vee dan komik namun tidak terhadap prestasi afektif.
2.
Hasil nilai p memori = 0,030 < 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p memori = 0,052 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif terhadap siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan memori rendah namun tidak terhadap prestasi afektif.
3.
Hasil nilai p memori = 0,031< 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p memori = 0,660 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif terhadap siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan analisis rendah namun tidak terhadap prestasi afektif.
4.
Hasil nilai p media – memori = 0,491 > 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p media – memori = 0,673 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara media dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa.
5.
Hasil nilai p media – analisis = 0,370 > 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan nilai p media – memori = 0,898 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara media dengan kemampuan analisis terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa. 6.
Hasil nilai p memori – analisis = 0,093 > 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p memori – analisis = 0,860 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dan analisis terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa.
7.
Hasil nilai p media – memori – analisis = 0,689 > 0,05 terhadap nilai prestasi kognitif dan nilai p media – memori – analisis = 0,347 > 0,05 terhadap nilai prestasi afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara media, kemampuan memori dan analisis terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa. D. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai signifikansi sebesar 0,01. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif siswa terhadap penggunaan diagram vee dan komik. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan diagram vee dan komik berturut-turut sebesar 57,50 dan 64,80 sedangkan nilai standar deviasinya berturut turut sebesar 12,72 dan 12,31. Pada hasil tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan komik lebih baik daripada siswa yang menggunakan diagram commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
vee. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gul Tuncel (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan komik lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menggunakan komik. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar kognitif siswa menggunakan komik lebih tinggi dibandingkan diagram vee. Hal tersebut dapat dijelaskan dari hasil data lapangan yang ditemukan saat penelitian berlangsung. Pertama, implementasi pembelajaran berbasis masalah pada kelas diagram vee belum sesuai harapan. Ada siswa yang tidak memperhatikan instruksi dari guru sehingga tahapan pembelajaran terlewatkan. Siswa terlalu bersemangat untuk melakukan praktikum sehingga tidak memperhatikan petunjuk dari guru. Hal ini terjadi karena siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran di laboratorium. Contohnya ketika guru memberikan penjelasan cara menggunakan lembar diagram vee atau menjelaskan cara kerja dalam praktikum. Siswa terlihat lebih tertarik untuk melihat alat-alat praktikum seperti pipet tetes, plat tetes, larutanlarutan yang ada disetiap meja daripada memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya saat praktikum berlangsung, masih banyak siswa yang bingung dengan apa yang harus dilakukan. Hal ini terlihat jelas saat praktikum, masih banyak siswa yang bertanya cara kerja dan kegunaan alat praktikum. Temuan kedua adalah kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencatat hasil percobaan ke dalam lembar diagram vee masih kurang. Guru harus memberikan bimbingan kepada siswa secara berulang-ulang. Diagram vee yang seharusnya membantu siswa menghubungkan antara konseptual dan metodologi, commit to user tidak berfungsi maksimal karena kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
antara konseptual dan metodologi secara mandiri juga terbatas. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru lebih mudah memahami apa yang dikerjakan daripada siswa yang tidak memperhatikan. Hal ini sesuai dengan teori pemrosesan informasi Gagne yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi kemudian diolah menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pada pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal yang dan eksternal siswa, sehingga bila tidak terjadi interaksi tersebut saat pembelajaran maka siswa akan kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Temuan ketiga adalah tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran menggunakan diagram vee, terdapat beberapa siswa yang hanya melihat temannya melakukan praktikum dan hanya menunggu temuan dari teman lainnya, sedangkan menurut Bruner dalam Ratna wilis (2011: 79) menyatakan bahwa belajar penemuan dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia akan memberikan hasil yang paling baik. Siswa yang aktif berusaha memecahkan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Namun bila siswa tidak merespon positif upaya guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran maka siswa tidak akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna. Temuan keempat adalah proses diskusi pada siswa yang menggunakan diagram vee kurang maksimal sehingga interaksi antar sesama kelompok tidak berlangsung dengan baik, hal ini juga berkaitan dengan posisi tempat duduk dilaboratorium yang horisontal. Siswa hanya mau berdiskusi dengan teman yang duduk disebelahnya tanpa mau mendengar pendapat dari teman lainnya. Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
tidak sesuai dengan pendapat Vygotsky dalam Ratna Wilis (2011: 152-153) yang mengemukakan bahwa belajar harus berlangsung dalam kondisi sosial sehingga siswa harus terlibat dalam suatu interaksi sosial untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka. Apabila proses diskusi tidak berlangsung dengan baik maka siswa yang pasif tidak akan memperoleh pengetahuan yang bermakna. Berbeda dengan pembelajaran menggunakan komik yang kegiatannya dilakukan di ruang kelas, posisi tempat duduk dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan diskusi bisa berlangsung secara kondusif. Kegiatan diskusi siswa yang menggunakan komik berjalan lebih baik. Hampir semua siswa secara aktif mencari penyelesaian masalah di dalam komik atau literatur lain kemudian mendiskusikannya dengan teman kelompok. Temuan kelima adalah penggunaan media komik lebih membangkitkan antusias belajar siswa daripada diagram vee. Siswa lebih tertarik membaca komik daripada diagram vee sebagai sumber belajar. Edgar Dale dalam kerucut pengalaman Dale mengemukakan bahwa hasil belajar siswa diperoleh melalui pengalaman konkret hingga abstrak. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapkan dengan mempertimbangkan situasi belajar. Siswa SMP lebih menyukai penggunaan media visual komik karena dapat menarik perhatiannya untuk berkonsentrasi pada isi materi pelajaran. Walaupun diagram vee juga merupakan media visual namun interaksi siswa dengan media tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan media komik. Siswa lebih senang melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
eksperimen dan tidak menggunakan diagram vee sebagaimana mestinya. Selain itu media komik disusun lebih menarik karena menampilkan teks bergambar sehingga tingkat “kenikmatan” siswa dalam membaca sumber belajar lebih besar. Media visual teks bergambar juga dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan yang terkandung di dalam gambar tersebut serta dapat mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang disajikan secara verbal. Pada prestasi afektif, siswa yang menggunakan diagram vee dan komik memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Hal ini terlihat dari hasil nilai p = 0,185. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Akinoglu dan Tandogan (2006: 1) menyatakan bahwa implementasi pembelajaran berbasis masalah memberikan efek yang positif terhadap sikap siswa dalam pembelajaran IPA. Pada penelitian ini, siswa yang menggunakan diagram vee maupun komik sama-sama menerapkan pembelajaran berbasis masalah saat mempelajari materi asam, basa dan garam sehingga baik siswa yang menggunakan diagram vee maupun komik memiliki prestasi afektif yang relatif sama. 2. Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai p sebesar 0,030. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif terhadap siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan kemampuan rendah sedangkan nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang kemampuan tinggi dan rendah berturut-turut sebesar 64,13 dan 57,93 serta nilai standar deviasinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
berturut turut sebesar 12,58 dan 12,77. Pada hasil tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan rendah. Upaya mengaktifkan faktor-faktor yang memberi kontribusi positif pada pencapaian prestasi belajar perlu diperhatikan dalam pelajaran. Kemampuan memori merupakan salah satu faktor internal yang mendukung pencapaian tersebut. Ausubel (1968) dalam Ratna Wilis (2011: 95) menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran ketika guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi akan memberikan umpan balik terhadap pertanyaan guru. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh Maulinia Ceisar (2011). Berdasarkan penelitiannya hasil nilai p yang diperoleh sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampun memori tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gathercole dan Pickering (2004: 12) yang menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dalam matematika dan IPA sangat berkorelasi kuat terhadap skor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
kemampuan memori. Siswa yang memiliki kapasitas memori baik akan mendapatkan skor prestasi yang lebih tinggi. Pada penelitian yang dilakukan Gathercole dan Alloway (2008: 14) juga menjelaskan bahwa siswa yang gagal mempelajari keadaan sederhana tidak bisa menyimpan dan memanupilasi informasi dalam memorinya, maka kemajuannya dalam pencapain pengetahuan yang komplek dan kemampuan dalam menguasai matematika dan literasi akan berlangsung lama dan sulit. Sama halnya dengan penelitian ini, siswa dengan kemampuan memori tinggi akan lebih banyak menyimpan informasi yang dapat di-recall kembali bila dibutuhkan. Oleh sebab itu prestasi siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi akan lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Gathercole (2011: 19-23) juga menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori rendah memiliki karakteristik yaitu: 1) kemajuan akademiknya buruk, lebih dari 80% siswa dengan kemampuan memori rendah gagal mencapai level yang diharapkan dari pencapaian mata pelajaran seperti membaca, matematika atau jenis mata pelajaran yang memiliki kesamaan seperti keduanya, 2) kesulitan dalam mengikuti instruksi, 3) kesulitan dalam mengkombinasi proses dan penyimpanannya. Hal tersebut juga dapat menjelaskan alasan siswa tidak bisa memahami instruksi yang diberikan guru. Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah akan kesulitan mengikuti instruksi dari guru sehingga akan kesulitan untuk memahami materi pelajaran. Untuk dapat meningkatakan kemampuan memori terdapat beberapa cara yang perlu dilakukan oleh guru maupun siswa yaitu: 1) guru bisa menyajikan commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi pelajaran dalam beberapa cara, misalnya menjelaskan mata pelajaran bukan dalam audio saja tetapi didukung dengan media yang berbentuk visual, karena mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja, 2) siswa harus memahami kegiatan yang dikerjakan dan tidak hanya menghafalkan karena sesuatu yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan, 3) meningkatkan perhatian dan keikutsertaan dalam pembelajaran. Untuk melakukan hal tersebut, guru maupun siswa harus memberikan umpan balik yang positif karena bila guru telah berupaya dalam pembelajaran namun tidak ada perhatian dari siswa, maka hal tersebut akan sia – sia begitu pula sebaliknya. 3. Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis ketiga terhadap prestasi kognitif siswa diperoleh nilai p sebesar 0,031. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif terhadap siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan kemampuan analisis rendah. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah berturut-turut sebesar 64,13 dan 57,93 serta nilai standar deviasinya berturut turut sebesar 12,58 dan 12,77. Pada hasil tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
Kemampuan analisis merupakan salah satu faktor internal yang mendukung pencapaian prestasi belajar, salah satunya materi asam, basa dan garam. Materi asam, basa dan garam merupakan materi yang memerlukan kemampuan ini karena siswa harus dapat menginterpretasikan data hasil temuan mereka sehingga mendapatkan kesimpulan yang tepat. Jonassen (2003: 17) menyatakan bahwa kemampuan analisis termasuk sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah baik yang kompleks terstruktur maupun tidak terstruktur. Saat menyelesaikan masalah siswa dituntut menggabungkan konsep yang sudah diperoleh dan mengkonstruksi pengetahuan barunya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih mudah untuk menyelesaikan masalah daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah. Contoh pada kelas yang menggunakan komik, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dapat dengan cepat dan tepat menguraikan masalah yang terdapat di dalam komik, sehingga siswa dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut sedangkan pada kelas yang menggunakan diagram vee, siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi lebih mudah menyimpulkan hasil data percobaan yang kemudian ditulis ke dalam klain pengetahuan pada lembar diagram vee. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Oscarson dan Osberg (2010: 4) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir (thinking skills) berkorelasi signifikan terhadap prestasi kognitif siswa pada materi kimia. Hal serupa juga didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosa Dewi Pratiwi (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan analisis berpengaruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
terhadap prestasi belajar siswa dimana siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah.
4. Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis keempat terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai p sebesar 0,491. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan diagram vee dan komik dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah yang diberi metode pembelajaran berbasis masalah dengan komik maupun diagram vee memberikan prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan terdapat interaksi antara metode menggunakan diagram vee dan komik dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rata-rata prestasi kognitif terhadap kemampuan memori tinggi secara berturut-turut sebesar 61,06 dan 67,00 sedangkan yang memiliki kemampuan rendah sebesar 55,46 dan 62,28. Berdasarkan hasil tersebut ditemukan bahwa siswa yang menggunakan diagram vee dan komik yang memiliki kemampuan memori tinggi sama-sama memberikan nilai rataan yang tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah artinya metode pembelajaran menggunakan commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komik maupun diagram vee bagi siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar siswa. Materi asam, basa dan garam pada siswa SMP merupakan materi yang lebih bersifat konkret. Siswa dapat memperoleh pengetahuan pada materi asam, basa dan garam melalui eksperimen. Siswa yang menggunakan komik memperoleh pengetahuan dari analisis komik yang berisi gambar siswa yang sedang melakukan eksperimen sedangkan siswa yang menggunakan diagram vee melalui kegiatan eksperimen secara langsung. Saat melakukan eksperimen atau analisis komik, siswa dapat melihat perubahan warna kertas lakmus yang terjadi pada senyawa asam dan basa. Siswa dapat menentukan indikator yang tepat untuk mengidentifikasi suatu zat ketika siswa mengingat salah satu sifat asam atau basa. Sehingga media diagram vee maupun komik lebih cocok digunakan bagi siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak adanya interaksi antara media komik dan diagram vee dengan kemampuan memori yaitu pengkategorian siswa yang memiliki memori tinggi dan memori rendah kurang tepat. Beberapa referensi yang membahas tentang kemampuan memori, peneliti sebelumnya tidak menjelaskan
tentang
kriteria
pengkategorian
seseorang
yang
memiliki
kemampuan memori tinggi atau kemampuan memori rendah sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan rata-rata nilai kelas sebagai acuan untuk mengkategorikan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Jadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
pengkategorian kemampuan memori siswa pada penelitian ini sesuai dengan tingkat kemampuan memori siswa yang dijadikan tempat penelitian. 5. Hipotesis Kelima Pengujian hipotesis kelima terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai p sebesar 0,370. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan terdapat interaksi antara metode menggunakan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rata-rata prestasi kognitif terhadap kemampuan analisis tinggi secara berturut-turut sebesar 61,05 dan 66,67 sedangkan yang memiliki kemampuan analisis rendah sebesar 52,31 dan 62,93. Berdasarkan hasil tersebut ditemukan bahwa siswa yang menggunakan diagram vee dan komik yang memiliki kemampuan analisis tinggi sama-sama memberikan nilai rataan yang tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan diagram vee dan komik yang memiliki kemampuan analisis rendah. Penerapan media diagram vee maupun komik lebih cocok digunakan bagi siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah karena dalam penggunaan media diagram vee siswa commit user harus mampu menganalisis hasil data topercobaan yang telah siswa lakukan
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
sehingga dapat menyimpulkannya didalam klain pengetahuan diagram vee. Sedangkan dalam penggunaan komik, siswa harus mampu mengidentifikasi masalah yang terdapat disampaikan dalam komik dan menganalisis penyelesaian masalahnya sehingga didapatkan kesimpulan yang tepat. Sama halnya dengan hipotesis keempat, faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak adanya interaksi antara media komik dan diagram vee dengan kemampuan analisis yaitu pengkategorian siswa yang memiliki analisis tinggi dan analisis rendah kurang tepat. Beberapa referensi yang membahas tentang kemampuan analisis, peneliti sebelumnya tidak menjelaskan tentang kriteria pengkategorian seseorang yang memiliki kemampuan analisis tinggi atau kemampuan tinggi rendah sehingga dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan rata-rata nilai kelas sebagai acuan untuk mengkategorikan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. 6. Hipotesis Keenam Pengujian hipotesis keenam terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai p sebesar 0,093. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar. Rataan nilai siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan analisis commit to user tinggi sebesar 64,75 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
dan analisis rendah sebesar 63,46. Untuk siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dan analisis tinggi memiliki nilai rataan sebesar 62,44 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dan analisis rendah memiliki nilai rataan sebesar 51,69. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis rendah sama-sama memberikan nilai rataan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis tinggi dan kemampuan memori rendah – analisis rendah yang sama-sama memberikan nilai rataan yang lebih rendah. Hal tersebut berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi memiliki prestasi belajar paling baik. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi akan lebih dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat karena siswa yang dapat menyimpan informasi lebih banyak dalam waktu singkat mampu menganalisis suatu permasalahan dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah disimpan didalam memorinya sehingga bisa di-recall. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis rendah akan mengalami kesulitan karena siswa yang memiliki memori rendah tidak memiliki pengetahuan yang akan digunakan untuk menganalisis suatu masalah sehingga kesimpulan yang dihasilkan kurang tepat. Fakor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan analisis karena pengkategorian siswa yang kurang tepat berdasarkan penjelasan yang disampaikan di hipotesis keempat dan kelima. Sehingga hasilnya tidak sesuai dengan hipotesis awal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
7. Hipotesis Ketujuh Pengujian hipotesis ketujuh terhadap prestasi belajar kognitif siswa didapat nilai p sebesar 0,689. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik, kemampuan memori dan analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut-turut sebesar 62,50 dan 67,00. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis rendah yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 67,00 dan 59,42. Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis tinggi yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 66,28 dan 60,00 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis rendah yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 58,28 dan 44,00. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan komik dan diagram vee, kemampuan memori dan analisis secara bersamaan tidak memberikan perbedaan prestasi belajar yang signifikan. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah membutuhkan kemampuan analisis untuk dapat menyelesaikan suatu masalah. Untuk mendapatkan hasil analisis yang tepat, siswa commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak. Oleh sebab itu, siswa yang memiliki kemampuan memori yang baik dapat menganalisis suatu masalah lebih baik karena pengetahuan yang siswa gunakan akan di-recall kembali untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu media komik lebih mempermudah siswa SMP untuk mempelajari konsep daripada siswa yang menggunakan diagram vee. Media komik menyajikan konsep dengan visualisasi yang menyenangkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan analisis tinggi maupun kemampuan memori rendah dan analisis rendah akan lebih mudah mempelajarinya daripada siswa yang menggunakan diagram vee. Manfaat media diagram vee tidak bertindak secara maksimal karena siswa lebih senang melakukan kegiatan eksperimen tanpa mengetahui makna yang terkandung dalam kegiatan eksperimen yang siswa lakukan. E. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal namun tetap tidak akan lepas dari keterbatasan peneliti dalam melakukan proses penelitian. Adapun beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi waktu penelitian, sehingga peneliti hanya melakukan penelitian sesuai dengan RPP yang telah di rencanakan dengan alokasi terbatas meskipun terdapat siswa yang masih belum memahami materi secara menyeluruh. Selain itu tidak semua siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran ini menuntut siswa aktif untuk membangun pengetahuannya melalui proses berpikir aktif dengan cara berdiskusi commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan temannya. Siswa yang tidak terbiasa dengan metode ini akan cenderung pasif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan tertinggal dengan siswa lainnya serta siswa tidak akan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Komik dan diagram vee serta instrumen lain yang digunakan telah divalidasi secara internal tanpa menggunakan instrumen khusus. Walaupun instrumen telah divalidasi dan disiapkan dengan baik namun belum tentu hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil sebenarnya karena faktor kejujuran siswa juga berpengaruh dalam pengambilan data. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Donald Ary (2007: 30) yang menyebutkan bahwa penelitian di bidang pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian di bidang IPA. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya begitu juga saat pengambilan data saat penelitian. Begitu juga dengan instrumen non tes yang digunakan untuk menilai prestasi afektif, instrumen yang digunakan hanya berupa angket dengan menggunakan skala sikap. Saifudin Azwar (2011: 96) menyatakan bahwa walapun pernyataan yang diperoleh dari suatu skala sikap yang merupakan indikator paling dapat diandalkan namun tidaklah berarti bahwa skala-skala itu dapat selalu dipercaya sepenuhnya dan belum tentu dapat mencerminkan penilaian yang sesungguhnya karena menurut Brannon dalam Saifudin Azwar (2011: 9697), ada beberapa faktor penghambat dalam pengisian skala sikap salah satunya adalah setiap jawaban yang memiliki alternatif tertentu dan terbatas akan membatasi pula keleluasaan siswa dalam mengkomunikasikan sikapnya, selain itu commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jawaban siswa dipengaruhi oleh hasrat dan keinginan mereka sendiri akan penerimaan sosial dan tidak melanggar norma dimasyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif siswa yang dikenai pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik. Siswa yang menggunakan komik memiliki nilai rataan lebih besar daripada diagram vee. Nilai rataan prestasi kognitif komik sebesar 64,80 sedangkan siswa yang menggunakan diagram vee sebesar 57,50. Untuk prestasi belajar afektif, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif siswa yang dikenai pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik. Siswa yang menggunakan komik memiliki skor rataan sebesar 114,56 sedangkan diagram vee yang hanya memiliki skor rataan 117,56. 2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi memiliki nilai rataan sebesar 64,13 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah memiliki rataan sebesar 57,93. Untuk prestasi belajar afektif, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mendapatkan skor rataan sebesar commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
118,03 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah mendapatkan skor rataan 114,22. 3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi memiliki nilai rataan sebesar 63,53 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah memiliki nilai rataan sebesar 58,00. Untuk prestasi belajar afektif, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar afektif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi mendapatkan skor rataan sebesar 116,64 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah mendapatkan skor rataan 115,50. 4. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi menggunakan diagram vee dan komik secara berturut-turut sebesar 61,06 dan 67,00 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah sebesar 55,46 dan 62,28. 5. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan diagram vee dan komik dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi secara berturut-turut sebesar 61,05 dan 66,67 sedangkan nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah sebesar 52,31 dan 62,93. commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa. Nilai rataan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi dan kemampuan memori tinggi – analisis rendah secara berturut-turut sebesar 64,75 dan 63,46 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis tinggi dan kemampuan memori rendah – analisis rendah memiliki nilai rataan sebesar 62,44 dan 51,69. 7. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara diagram vee dan komik, kemampuan memori dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi – analisis tinggi yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif yang sama yaitu sebesar 62,50. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi
– analisis rendah yang
menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 67,00 dan 59,42. Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis tinggi yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 66,28 dan 60,00 sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah – analisis rendah yang menggunakan diagram vee dan komik memiliki rataan nilai prestasi kognitif secara berturut – turut sebesar 58,28 dan 44,00.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. IMPLIKASI Dari kesimpulan penelitian tersebut diatas, dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis a. Penggunaan pembelajaran berbasis masalah menggunakan diagram vee dan komik merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan pada materi asam, basa dan garam sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari dan menguasai materi. Penggunaan komik pada siswa SMP dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. b. Kemampuan memori merupakan salah satu faktor internal siswa yang mempengaruhi pada prestasi belajar siswa. Guru hendaknya mengetahui kemampuan memori masing-masing siswa sehingga ada perhatian khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan memori rendah serta adanya upaya untuk mengembangkan kemampuan memori siswa. c. Kemampuan analisis merupakan salah satu faktor internal siswa yang mempunyai pengaruh pada prestasi belajar siswa khususnya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam materi asam, basa dan garam. Guru hendaknya mengetahui kemampuan analisis masing-masing siswa sehingga adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa. Salah satu caranya adalah melibatkan proses berpikir siswa secara aktif dengan bimbingan guru.
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis a. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah menggunakan komik untuk menyampaikan materi asam, basa dan garam agar siswa mendapatkan nilai prestasi yang lebih baik. b. Untuk mengajar materi asam, basa dan garam sebaiknya memperhatikan kemampuan memori dan analisis siswa karena siswa dengan kemampuan memori tinggi maupun analisis tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan memori rendah maupun analisis rendah. C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Saran Untuk Pendidik: a.
Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah memerlukan persiapan yang baik agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Pendidik
harus
bisa
memastikan
semua
tahapan
pembelajaran dilalui siswa dengan baik agar tidak ada tahapan yang terlewatkan. b.
Pendidik harus bisa memastikan bahwa siswa mengerti cara mengisi dan menggunakan lembar diagram vee sehingga siswa tidak kebingungan dalam menggunakannya terutama pada siswa SMP yang masih memiliki kemampuan terbatas untuk memecahkan suatu masalah secara mandiri. commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Diagarm vee dan komik hendaknya disusun secara sistematis dan menyenangkan sehingga dapat membangkitkan minat membaca siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mempersiapankan pembelajaran dengan baik.
d.
Kemampuan memori dan analisis siswa perlu diperhatikan karena dengan memperhatikan kemampuan tersebut guru dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai sehingga siswa dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik.
2. Saran Untuk Peneliti a.
Sebelum menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peneliti sebaiknya mengetahui prior knowledge siswa agar proses diskusi tidak macet ditengah pembelajaran.
b.
Peneliti harus memahami karakteristik materi dan karakteristik siswa sebelum menerapkan diagram vee terutama pada siswa SMP kelas VII yang baru pertama kali menggunakan kegiatan laboratorium untuk belajar.
c.
Metode pembelajaran ini dapat digunakan untuk penelitian sejenis dengan memperhatikan karakteristik materi pelajaran yang sesuai.
commit to user