PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh SEPTA KRISDIYANTO S 830908138
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
Disusun Oleh: SEPTA KRISDIYANTO S 830908138
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : ...................................... Dewan Pembimbing: Jabatan
Nama
TTD
Pembimbing I
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D NIP. 196008091986121001
Pembimbing II Dr. Sugiyarto, M.Si NIP. 196704301992031002
....................
...…………..
... .................
...…………..
Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001
2
Tanggal
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
Disusun Oleh: SEPTA KRISDIYANTO S830908138 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd .................... NIP. 195201161980031001
...…………..
Sekretaris
Prof. Dr. Ashadi NIP. 195101021975011001
....................
...…………..
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D NIP. 196008091986121001
....................
...…………..
Dr. Sugiyarto, M.Si NIP. 196704301992031002
....................
...…………..
Anggota Penguji
Surakarta, Januari 2010
Mengetahui, Direktur Program Pasca Sarjana
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001
3
MOTTO
“AKU BERSAKSI TIADA TUHAN SELAIN ALLAH SWT DAN MUHAMMAD ADALAH UTUSAN ALLAH SWT. AKU RIDHO ISLAM MENJADI AGAMAKU DAN AL QUR’AN ADALAH PEDOMAN HIDUPKU” ”Bukalah setiap hari baru dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang Dia berikan bagi kita semua, dan kemudian tutuplah hari itu dengan doa Syukur”. “Yang terpenting bukanlah berapa lama kita bekerja, tetapi apa yang kita kerjakan disepanjang waktu yang lama itu”. “Kesuksesan diawali dengan mimpi, dipengaruhi oleh persepsi, dan diwujudkan oleh tindakan” ”Kita mempunyai kelebihan masing-masing. Maka, jangan sekali-kali mengecilkan diri kita sendiri, karena orang lain dengan serta-merta akan mengecilkan kita”.
PERNYATAAN
4
Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama
: Septa Krisdiyanto
NIM
: S830908138
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul ”Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek Dan Inkuiri Ditinjau Dari Kreativitas Dan Sikap Ilmiah Siswa” (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 14 Januari 2010 Yang membuat pernyataan
SEPTA KRISDIYANTO
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp.KJK, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar pada Program Pasca sarjana UNS. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UNS, Surakarta, yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana UNS. 3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana UNS. 4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sampai terselesaikannya penelitian tesis ini.
6
5. Dr. Sugiyarto, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sampai terselesaikannya penelitian tesis ini. 6. Para dosen Program Studi Pendidikan Sains, yang telah memberikan bimbingan sampai terselesainya penelitian tesis ini. 7. Semua karyawan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas demi kelancaran tugas-tugas penulis. 8. Mulyani, SPd, M.Hum selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, yang telah memberikan semangat dan motivasi sampai terselesainya penelitian tesis ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains yang telah memberikan bantuan sampai terselesainya penelitian tesis ini. 10. Istri tercinta ”Latifatul Wastiah, S.Pd” dan putri tersayang ”Syafira Inquiry Putri Fadian” yang selalu memberi nuansa romantisme dan kelembutan serta spirit semangat, kekuatan, pengorbanan dan kerinduan. Jangan pernah lelah dan berhenti untuk menemukan kebahagian hidup. Never...never...give up. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis selalu meminta masukan dari berbagai pihak dan penulis berharap tesis penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta,14 Januari 2010 Penulis
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii MOTTO .....................................................................................................................iv PERNYATAAN.........................................................................................................v KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL......................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv ABSTRAK .................................................................................................................xvi ABSTRACT...............................................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah................................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 9 D. Perumusan Masalah .................................................................................10 E. Tujuan Penelitian .....................................................................................11 F. Manfaat Penelitian ...................................................................................11 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS ..................13 A. Kajian Teori ............................................................................................13 1. Teori-Teori Belajar ..............................................................................13
8
a. Definisi Pembelajaran ....................................................................13 b. Teori Belajar Kognitif....................................................................14 1) Teori Belajar Gagne....................................................................14 2) Teori Belajar Piaget ....................................................................15 3) Teori Belajar Bermakna..............................................................19 c. Teori Belajar Konstruktivisme .......................................................21 d. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ............................................23 2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) .........................................24 3. Metode Proyek .....................................................................................29 4. Metode Inkuiri......................................................................................31 5. Kemampuan Kreativitas.......................................................................35 6. Sikap Ilmiah .........................................................................................38 7. Materi Limbah dan Daur Ulang ...........................................................41 B. Penelitian Yang Relevan..........................................................................49 C. Kerangka Berpikir....................................................................................52 D. Hipotesis...................................................................................................57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................59 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................59 B. Metode Penelitian ....................................................................................60 C. Rancangan dan Variabel Penelitian .........................................................60 D. Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................64 E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................65 F. Instrumen Penelitian ................................................................................66
9
G. Uji coba instrumen untuk pengambilan data............................................68 H. Analisis Data Uji coba .............................................................................78 I. Analisis Data ............................................................................................81 1. Prasyarat Analisis...............................................................................81 2. Uji Hipotesis ......................................................................................85 a.Uji Anava ........................................................................................85 b. Uji Lanjut Anava............................................................................87 BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................91 A. Diskripsi Data ..........................................................................................91 B. Pengujian Prasyarat Analisis....................................................................99 C. Pengujian Hubungan Antar Variabel .......................................................103 D. Pengujian Hipotesis Penelitian.................................................................109 E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................111 F. Keterbatasan Penelitian............................................................................132 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN .................................................134 A. Kesimpulan ..............................................................................................134 B. Implikasi Penelitian..................................................................................137 C. Saran.........................................................................................................139 Daftar Pustaka ............................................................................................................141 Lampiran-Lampiran ...................................................................................................146
10
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah..............................................................29 2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek..................................................................31 3.1 Rancangan jadwal penelitian ...............................................................................59 3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2x2x2 ......................................................61 3.3 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................69 3.4 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................67 3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba..................................................72 3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan....................................74 3.7 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................76 3.8 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................78 3.9 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................80 3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian ...............................................................84 3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel Penelitian............................................................................................................86 4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................96 4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................94 4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3 .........................................................96 4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4 .........................................................96 4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3 ............................................................97 4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4 ............................................................97
11
4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian .................................................................102 4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian..............................................................................................................104 4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas Eksperimen...........................................................................................................104 4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah ...............................................105 4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah .................................................106 4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah...........................106 4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah ..............................107 4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan rendah.................................................................................................................108 4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri....................................................109 4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis .................................110
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Skema peristiwa pembelajaran Gagne .................................................................14 2.2 Sampah organik bangkai ayam, sampah organik serasah daun sampah anorganik ................................................................................................42 2.3 Daur ulang kertas menjadi tas, daur ulang ban bekas menjadi sandal ................47 2.4 Kerangka berpikir penelitian................................................................................56 4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar dengan metode proyek .........................................................................................93 4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar Dengan metode inkuiri.........................................................................................95 4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4................96 4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4.......................98
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Silabus....................................................................................................................145 2. RPP Metode Proyek (Limbah dan Daur Ulang) ....................................................147 3. RPP Metode Proyek (Produk Daur Ulang Limbah)...............................................152 4. RPP Metode Inkuiri (Limbah dan Daur Ulang).....................................................156 5. RPP Metode Inkuiri (Produk Daur Ulang Limbah) ...............................................162 6. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar ................................................................................167 7. Tes Prestasi Belajar ...............................................................................................169 8. Kisi-Kisi Kreativitas ..............................................................................................176 9. Angket Kreativitas Siswa.......................................................................................178 10. Kisi-Kisi Sikap Ilmiah .........................................................................................188 11. Angket Sikap Ilmiah Siswa..................................................................................190 12. Instrumen Asesmen Autentik ................................................................................199 13. Perhitungan Nilai Validasi item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ...202 14. Perhitungan Nilai Reliabilitas item soal ujicoba Limbah dan Daur Ulang..........206 15. Perhitungan Indeks Kesukaran soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang .....207 16. Perhitungan Daya Beda item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ........209 17. Perhitungan Nilai Validasi angket sikap ilmia.....................................................211 18. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket sikap ilmiah..............................................212 19. Perhitungan Nilai Validasi angket kreativitas......................................................214 20. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket kreativitas.................................................215
14
21. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.3............216 22. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.4............217 23. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek......218 24. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri ......219 25. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3 .......................................................220 26. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4 .......................................................221 27. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.3.................................................222 28. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.4.................................................223 29. Uji Homogenitas terhadap sampel kelas eksperimen X.3 dan X.4......................224 30. Hasil uji ANAVA.................................................................................................225
15
ABSTRAK
Septa Krisdiyanto, S 830908138, 2010. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek dan Inkuiri Ditinjau Dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo). Tesis: Program Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, pengaruh sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, serta ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas, sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009 di kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 dengan metode eksperimen, desain faktorial 2 x 2 x 2 melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa kelompok kontrol. Teknik sampling adalah teknik “Cluster Random Sampling”. Variabel terikat adalah prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, variabel bebas metode pembelajaran dan variabel moderatornya adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan tes. Analisis data dengan menggunakan uji normalitas teknik uji liliefors dan homogenitas melalui uji Barlett. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode proyek dan inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis Anava Tiga Jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi kelompok siswa yang diterapkan metode inkuiri daripada metode proyek, (2) Prestasi belajar biologi lebih tinggi pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah, (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) terhadap prestasi belajar biologi. Kata kunci: Pembelajaran biologi, pembelajaran berbasis masalah, metode inkuiri, metode proyek, sikap ilmiah, kreativitas
16
ABSTRACT Septa Krisdiyanto. S 830908138. 2010. Learning Biology by Using Problem Based Learning Through Project and Inquiry Method Based on Creativity and Scientific Attitude of Students (An Case Study On Learning Biology at Material of Waste and Recycle of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009. The thesis on Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
The goal of the research is to find out: The influence of applying project and inquiry learning method toward students’ achievement in Biology on material of “Waste and Recycle”, influence of scientific attitude and high or low creativity toward students’ achievement on material Waste and Recycle, and is there an interaction between learning method and creativity, scientific attitude toward students’ achievement on material Waste and Recycle. The research was carried out during month of January until May 2009. The subject of research were students of classes X.3 and X.4 of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009 by using experimental approach, factorial design of 2 x 2 x 2 involved two experimental groups without control group. Sampling technique was “Cluster Random Sampling”. Dependent variable was students’ achievement on the material of Waste and Recycle, independent variable of learning method and moderator variable were students’ creativity and scientific attitude. Technique of collecting datum used documentation and test methods. Datum analysis used test normality, test liliefors and homogeneity through Barlett’s test. To find out the different influences between independent variable (project and inquiry method) and dependent. Variable (students’ achievement in learning Waste and Recycle) used analytical technique anava three roads. Research results indicate that: 1. Learning achievement on the material of Waste and Recycle for students group with inquiry method was higher than ones with project method, 2. Learning achievement was higher for students who had high scientific attitude and creativity than ones who had low scientific attitude and creativity, 3. There was no interaction between those learning methods (project and inquiry) toward students’ achievement in Biology. Key word: Learning Biology, problem based learning, inquiry method, project method, scientific, creativity
17
18
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)
PROGRAM PASCA SARJANA Jl. Ir. Sutami No.36A Kentingan Surakarta 57126 Fax./Tlp (0271) 632450
No : /J.27.4.I/UN/2009 Lamp : 1 (satu) eks Hal : Undangan Ujian Makalah Kualifikasi
Kepada : Yth. …………………………. di Surakarta
Dengan hormat, Dengan ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu, pada : Hari/Tanggal : …………………………………. Jam
: ………………………………….
Tempat/Ruang : …………………………………. Keperluan
: Menguji makalah kualifikasi mahasiswa
Nama
: Septa Krisdiyanto
NIM
: S830908138
Judul
: PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
Atas perhatiannya, ketersediaannya, kami ucapkan banyak terimakasih
Surakarta, November 2009 Ketua Program Studi Pendidikan Sains
19
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP 130814560
20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
adalah
suatu
proses
yang
di
dalamnya
seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimum. Tujuan akhir dari proses pendidikan tersebut adalah terciptanya kualitas sumber daya manusia yang utuh secara intelektual, keterampilan dan moral, sedangkan makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Atas dasar asumsi dan kenyataan tersebut maka proses pembelajaran harus bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Hal tersebut selaras dengan teori belajar mutakhir Peter Sheal dalam Erman (2004:7)
21
yang mengemukakan bahwa ”belajar yang paling bermakna hingga mencapai 90 % adalah dengan cara melakukan, mengalami dan mengkomunikasikan. Agar pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut, materi pelajaran haruslah disesuaikan dan diangkat dari konteks masalah aktual yang dialami siswa dalam kehidupannya”. Di sinilah guru dituntut untuk membelajarkan siswa dengan memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang masalah atau kondisi aktual yang terjadi dalam kehidupan siswa (daily life). ”Ada berbagai cara untuk mengaitkan konten dengan konteks materi pelajaran, salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004:11). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi masalah kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan (Gijselaers, 1996:47). Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Guru harus memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar mencapai keterampilan self directed learning. Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu pendekatan yang
22
dipandang dapat memenuhi keperluan ini Schmidt dalam Gijselars (1996:48). Masalah-masalah
disiapkan
sebagai
stimulus
pembelajaran.
Pembelajar
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan guru hanya berperan memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah. Dalam PBL siswa belajar mempunyai karakteristik antara lain: belajar dalam kelompok kecil kooperatif (Cooperative small group), kontekstual, belajar untuk belajar (learning life to learn), pengetahuan ilmiah, doing science, bersifat interdisiplin. Dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya anak adalah sebagai subyek sekaligus obyek utama dari kegiatan pembelajaran. Disatu sisi dalam proses
pembelajaran
tersebut
mutlak
adanya
guru
sebagai
pengatur,
pengorganisasi, pembimbing sekaligus partner dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran tersebut secara formal mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Untuk bisa mensinergiskan semua komponen tersebut tentunya di pondameni oleh suatu pendekatan (approach), metoda, dan teknik dalam proses pembelajaran di sekolah yang dalam operasionalnya
guru
harus
secara
arif
dan
bijaksana
mampu
mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sehingga harapan akhir terbentuknya pribadi peserta didik yang utuh dapat terealisasi melalui proses pendidikan di sekolah. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai
23
potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan berdasarkan observasi dan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti terhadap proses KBM khususnya mata pelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, maka dapat diidentifikasi beberapa temuan yang dapat didiskripsikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif pada umumnya proses KBM berlangsung dengan pendekatan behaviorisme yang dalam implementasinya berupa ceramah (konfirmatory approach) dengan aktivitas belajar sepenuhnya dikendalikan oleh guru (teacher center) karena memandang siswa sebagai pribadi yang bersih dari pengetahuan dan siap dituangi dengan pengetahuan baru dari guru. Nilai-nilai kontekstual biologi dengan lingkungan tidak muncul karena teacher center, kreativitas siswa rendah dengan indikator tidak adanya produk inovatif yang dihasilkan selama proses KBM seperti yang dituntut oleh kurikulum, dan tidak tercapainya tujuan yang menghendaki bahwa pembelajaran IPA (biologi) harus dapat meningkatkan Imtaq dan kepedulian terhadap lingkungan bagi para pebelajar. Selain itu pengetahuan yang disampaikan guru kepada siswa cenderung pengetahuan yang terpisah tidak melibatkan multidisiplin ilmu lain, padahal tuntutan kurikulum menghendaki bahwa biologi sebagai bagian dari ilmu IPA maka dalam proses belajarnya harus komprehensif dengan pengetahuan IPA Terpadu (Fisika, biologi dan ilmu lainya).
24
Upaya untuk membangun pembelajaran lebih bermakna yang berbasis pada joyfull learning dan terkait dengan masalah lingkungan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam pembelajaran biologi sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, secara kuantitatif hasil belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 belum begitu memuaskan dengan nilai rata-rata yang tercapai adalah 67,29 dengan SKM 70. Disatu sisi, sesungguhnya siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo mempunyai input potensi yang relatif mampu untuk diberdayakan dengan stimulus metode pembelajaran yang lebih menantang dari hanya sekedar ceramah. Potensi tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator: nilai NEM rata-rata inputnya adalah 24, kegiatan ekstrakurikuler KIR yang bergairah, serta dilengkapi sarana prasarana penunjang: multimedia, Notebook-Liquid Crystal Display (LCD), televisi pendidikan, software pendidikan E-Learning, laboratorium komputer, laboratorium biologi, hot spot area, akses internet on-line bahkan telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan latar belakang keadaan potensi siswa dan kelengkapan sarana yang ada tersebut, maka sangatlah dimungkinkan untuk penerapan pembelajaran berbasis masalah. Dengan demikian, pendekatan dan metode belajar behaviorisme yang berbasis ceramah yang selama ini diterapkan seperti didiskripsikan di atas sesungguhnya jelas bertentangan mutlak dengan hukum IPA yang mensyaratkan
25
bahwa pembelajaran IPA harus kontekstual melibatkan lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas) dalam proses pembelajarannya. Dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah yang selama ini praktis ”dimatikan” harus dimunculkan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas KBM secara komprehensif sehingga guru mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar bukan guru. Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran yang menuntut banyak pemahaman, hafalan dan aplikasi kontekstual seperti biologi. Menyadari kecenderungan dampak negatif dari proses pembelajaran berbasis ceramah pada materi Limbah dan Daur Ulang tersebut, dan terkait belum optimalnya hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo maka penulis berupaya untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode Proyek dan Inkuiri. Karena dalam proses ini siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dengan demikian pelajaran biologi diharapkan menjadi lebih menyenangkan baik bagi guru maupun siswa, sehingga adanya anggapan kalau mata pelajaran biologi merupakan mata pelajaran yang membosankan dan terkesan hanya teori saja lambat laun menjadi hilang. Disatu sisi, untuk mencapai prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan oleh tuntutan kurikulum sangat dipengaruhi baik oleh faktor eksternal seperti kondisi sekolah (sarana penunjang), metode pembelajaran yang digunakan oleh
26
guru dan faktor internal seperti kreativitas dan sikap ilmiah yang dimiliki oleh tiap-tiap individu karena kedua kemampuan tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan materi biologi Limbah dan Daur Ulang. Untuk kepentingan itulah, maka peneliti melakukan penelitian pada kedua variabel tersebut yaitu sikap ilmiah dan kreativitas siswa dalam pembelajaran biologi berbasis masalah melalui metode inkuiri dan proyek Proses pembelajaran berbasis masalah dijadikan sebagai alternatif proses pembelajaran pada mata pelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang karena sangat tepat dengan karakteristik yang dimiliki oleh materi ini yaitu: pengetahuan berupa konsep yang konkrit, kontekstual, membutuhkan banyak sumber belajar baik berupa lingkungan maupun media informasi cetak maupun elektronik, serta dalam proses pembelajaran siswa dituntut mengembangkan sikap ilmiah seperti : melakukan observasi, mencatat data, melakukan pembahasan sampai pada menarik kesimpulan baik dalam bentuk laporan tertulis maupun presentasi dan dan kemampuan kreativitas seperti membuat produk daur ulang.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah yang muncul selama proses KBM biologi khususnya materi Limbah dan Daur Ulang berlangsung. Masalah tersebut meliputi : 1. Proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang monoton karena teacher center.
27
2. Potensi siswa tidak berkembang karena siswa hanya pasif menerima materi pelajaran. 3. Timbulnya perasaan siswa merasa tidak dipedulikan dan dilibatkan dalam KBM (Terjadinya proses dehumanisasi). 4. Pembelajaran menjadi tidak bermakna karena hanya ceramah dan teori dimana siswa sulit memahami dan menverbalkan materi. 5. Motivasi belajar siswa rendah dengan indikator : ketrampilan afektif seperti bertanya,
mengemukakan
pendapat,
menjawab
pertanyaan,
mendebat
pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung. 6. Tumbuhnya sifat individualisme yang melunturkan nilai-nilai kerjasama (gotong-royong siswa). 7. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan kenyataan padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan aplikatif dengan lingkungan. 8. Tidak adanya produk yang dihasilkan dalam proses KBM biologi. 9. Siswa kurang terkondisi dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk student center. 10. Prestasi hasil belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang relatif rendah dengan indikator pada evaluasi diakhir pembelajaran masih banyak siswa yang belum tuntas.
28
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, banyak sekali problem yang muncul pada pembelajaran biologi. Karena keterbatasan waktu, maka dalam penelitian ini diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: 1. Proses pembelajaran biologi yang selama ini berbasis ceramah akan diubah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah melalui penerapan metode proyek dan inkuiri dengan tinjauan variabel moderatornya terbatas pada sikap ilmiah dan kreativitas siswa. 2. Motivasi belajar siswa yang rendah dengan indikator : ketrampilan afektif seperti bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendebat pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada
penerapan metode
proyek dan Inkuiri yang mana siswa akan terlibat dalam diskusi, presentasi dan pembahasan bersama sehingga keterampilan di atas akan muncul. 3. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan masalah di lapangan padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan aplikatif dengan lingkungan. Untuk itu dalam penelitian ini guru menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri. 4. Karena kreativitas dan sikap ilmiah siswa selama ini tidak terkondisi potensinya untuk berkembang, disatu sisi dalam pembelajaran berdasarkan masalah sebuah sikap ilmiah dan kreativitas sangatlah mempengaruhi pada proses yang terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu tinjauan dalam penelitian ini dibatasi pada kedua sikap tersebut.
29
5. Materi pembelajaran yang disampaikan terbatas pada Limbah dan Daur Ulang kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. 6. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini di batasi pada asesmen kognitif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 2. Bagaimanakah pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 3. Bagaimanakah pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang? 7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
30
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 3. Pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 4. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 5. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 6. Ada tidaknya bentuk interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 7. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
F. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi guru, siswa atau siapapun yang berkaitan dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat
31
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. b. Untuk memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran biologi khususnya materi Limbah dan Daur Ulang. c. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta mengkritisi teori-teori yang telah ada. d. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. e. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian lain yang relevan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi. b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran biologi untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif, inovatif dan aplikatif sesuai dengan bidang pelajaran biologi. c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dalam berbagai bidang studi serta menerapkan kegiatan yang bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari.
32
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Teori-Teori Belajar a. Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sementara itu, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Balai Pustaka,
1996:272).
Sependapat
dengan
pernyataan
tersebut,
bahwa
”pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sementara itu, belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah,
berkembang
daya
pikir,
sikap
dan
lain-lain”
(Soetomo,1993:46). Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pembelajaran, dapat di tarik sebuah definisi pembelajaran secara sederhana bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
33
b. Teori Belajar Kognitif 1) Teori Belajar Gagne Menurut Gagne dalam Indrawati (2001:35) dinyatakan bahwa “hasil-hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi-kondisi internal dan eksternal yang diciptakan oleh guru. Kondisi internal biasanya berupa pernyataan-pernyataan internal pelajar/siswa dan proses kognitif, hasil-hasil belajar yang diharapkan adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif”. Hubungan antara proses belajar dan hasil belajar digambarkan dengan skema berikut. Hasil-hasil Belajar Informasi Verbal
Pernyataan-pernyataan internal
Keterampilan intelektual Keterampilan motorik Sikap
Belajar dan proses –proses kog nitif
Strategi Kognitif Interaksi
Rangsangan-rangsangan dari Peristiwa-Peristiwa Pembelajaran lingkungan
Gambar 2.1 : Skema peristiwa pembelajaran Gagne
Variasi belajar atau hasil-hasil belajar itu mengacu pada kemampuankemampuan seseorang atau siswa, karena kemampuan ini dapat diprediksikan sebagai kinerja hasil belajar. Informasi verbal adalah kemampuan seseorang untuk
34
memanggil kembali informasi yang telah disimpan dalam memorinya atau pengetahuan deklaratif (Ratna Wilis, 1988:140). Dalam kondisi internal ini guru harus mengetahui struktur kognitif anak dan strategi untuk memperoses informasi baru. Pada satu sisi, dalam kondisi eksternal tujuan belajar harus jelas dan materi baru harus disajikan secara bermakna sehingga siswa dapat memprosesnya. Keterampilan intelektual merupakan seseorang beriteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan (Ratna Willis, 1988:135). Keterampilan intelektual merupakan kemampuan operasi-operasi mental yang memungkinkan seseorang atau siswa untuk merespon terhadap lingkungan. Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk memperagakan kegiatan-kegiatan fisik, dan keterampilan intelektual. Dalam
pembelajaran
biologi,
pemroses
informasi
seperti
yang
diterangkan oleh Gagne sangat berkaitan langsung dengan cara siswa mendapatkan
pengetahuan
secara
utuh
baik
yang
berasal
dari
bekal
pengalamannya, pertanyaan stimulus sampai pada melakukan sesuatu dalam proses pembelajaran. Sehingga teori pemrosesan informasi ini sangat mendukung dan relefan dijadikan sebagai landasan dalam proses pembelajaran
biologi
berbasis masalah baik melalui metode proyek maupun inkuiri.
2) Teori Belajar Piaget Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan prosses internal, mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek
35
kejiwannya. Belajar adalah suatu proses memperoleh ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui suatu proses yang menunjukan terjadinya suatu kegiatan atau berubahnya suatu kegiatan sebagai akibat terjadinya suatu reaksi terhadap suatu keadaan. Gagne dalam Indrawati (2001:5) “Learning may be defined as the proses where by An organism change its behavior as a result of experience “ . Belajar adalah suatu proses perubahan individu sebagai suatu hasil pengalaman. (Ratna Wilis, 1988:18). Teori-teori belajar dikelompokan sebelum abad ke-20 dan sesudah abad ke-20, sebelum abad 20 banyak terpengaruh filosofi, perkembangan alam dan setelah abad 20 meliputi perubahan perilaku, stimulus-respon-conditioning. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi atau penyeimbangan. Piaget mengelompokan tahaptahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap yaitu: Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun), ciri pokok berdasarkan tindakan dan langkah demi langkah, tahap praoperasi (umur 2-7 tahun), ciri pokok perkembangan penggunaan simbol bahasa dan konsep intuitif, tahap operasi kongkrit (umur 7-11 tahun) ciri pokok perkembangan pemakaian aturan jelas/logis, reversible dan kekekalan, tahap operasi formal (11 tahun keatas) ciri pokok perkembangan hipotetis, abstrak dedukatif, induktif, logis dan probabilities. Setiap tahap-tahap perkembangan kognitif mempunyai beberapa sifat yaitu : Pada tahap praoperasional, kemampuan skema kognitifnya terbatas. Anak suka meniru perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan kejadian yang
36
dihadapi pada masa lampau. Anak mampu menggunakan kata–kata yang benar dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif. Pada tahap operasional kongret, anak sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi (volume
dan
jumlah),
mempunyai
kemampuan
memahami
cara
mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya, anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Pada tahap opersional formal, anak menginjak usia remaja, tahap ini anak memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Mampu berpikir untuk memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon, mampu menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Usia diatas opersional formal adalah anak berada di tingkat pendidikan SMA. Menurut Piaget, paling sedikit ada empat faktor
utama yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu : (1) perkembangan organik dan kematangan fisik anak (2) latihan dan pengalaman, (3) interaksi social dan tranmisi dan (4) ekuilibirasi dan mekanisnya.
Faktor yang keempat yang
terpenting dimana dalam proses ini anak senantiasa dituntut untuk selalu mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. (Paul Suparno, 2001). Dalam teori piaget, tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisis, pengetahuan matematik-logis dan pengetahuan sosial.Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu kejadian atau objek. Anak memperoleh pengetahuan fisis dengan cara dia bertindak terhadap objek itu melalui inderanya.
37
Pengetahuan matematik-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu. Anak memperoleh pengetahuan matematik logis apabila anak melakukan tindakan-tindakan terhadap objek, sedangkan pengetahuan
sosial adalah pengetahuan yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama. Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain. Menurut Piaget pengetahuan sosial dapat dipelajari secara langsung, yaitu dari pikiran guru yang berpindah ke pikiran siswa. Jadi pengetahuan fisis, matematis dan logis tidak bisa diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dikontruksi sendiri oleh anak melalui kegiatan dan salah cara membangun kegiatan adalah dengan ekuilibrasi yaitu proses mengatur sendiri secara internal yang mengkoordinir pengaruh faktor-faktor yang lain seperti merumuskan pertanyaan. “Perumusan pertanyaanpertanyaan merupakan salah satu dari bagian-bagian yang paling penting dan kreatif dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains“(Ratna Wilis, 1988:162). Ini menunjukan bahwa dewasa ini para pendidik kerap kali menganjurkan pemecahan masalah tetapi jarang kita dengar tentang pentingnya penciptaan masalah-masalah dan pengajuan pertanyaan.
Suatu bagian
penting dari
kontruksi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan masalah, siswa juga termotivasi untuk bekerja keras.
38
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak pada usia sekolah menengah atas, menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget berada pada tahap operasi formal karena usianya antara 15-17 tahun, sehingga ketika anak (siswa) dihadapkan pada proses pembelajaran yang konkrit dan membutuhkan analisis serta penalaran seperti tuntutan proses pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang, maka idealnya anak SMA dapat beradaptasi karena sesuai dengan perkembangan kognitifnya. sehingga teori perkembangan kognitif ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam rangka melakukan pembahasan pada penelitian ini yang sesuai dengan variabel yang diteliti oleh peneliti.
3) Teori Belajar Bermakna Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1988:110-111) belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi yaitu cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penermaan atau penemuan. Dimensi yang kedua menyangkut bagaaimana siswa mengkaitkan informasi pada struktur koginif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat pertama belajar, informasi dapat mengkomusikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan infomasi dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
39
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat hanya mencoba-coba menghapalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hapalan. Inti belajar dari Ausubel adalah belajar bermakna, merupakan suatu proses mengaitkan infromasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna infomasi baru diasimilasikan pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Belajar bermakna
yang baru mengakibatkan pertumbuhan dan
modifikasi sumber-sumber yang telah ada, tergantung pada sejarah pengalaman seseorang, maka sumber itu dapat relatif besar dan berkembang atau kurang berkembang. Menurut Novak (1997:58) ada kebaikan dari belajar bermakna yaitu : Infomasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, informasi yang terasumsi mengakibatkan peningkatan diferensiasi dari sumber-sumber, jadi memudahkan proses belajar memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, informasi yang dilupakan setelah subsumsi obliteratif, meningkatkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar halhal yang mirip. (Ratna Willis, 1988:115). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat di perlukan pada pembelajaran biologi, sebab banyak konsep-konsep biologi yang sangat luas, rumit sehingga terkadang siswa sulit memahami. Pelibatan emosi, kebutuhan dan kesenangan aktualisasi diri siswa melalui kegiatan yang
40
melibatkan seluruh panca indra dan otak untuk berfikir sangat membantu kebermaknaan belajar. Proses belajar bermakna tersebut sangat relevan dengan metode pembelajaran berbasis masalah baik melalui proyek mapun inkuiri yang mempunyai karakteristik bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika siswa dapat mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan pengalaman yang dia dapat. Sehingga belajar bermakna cocok diterapkan dalam pembelajaran proyek dan inkuiri. c. Teori Belajar Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran
konstruktivis
(constructivist
theories
of
learning).
Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif Bruner dan yang lain. Slavin dalam Nur (2002:8). Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
41
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8). Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan
disusun
dalam
minda
manusia.
Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan. Mengikut kefahaman konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu sesuatu pembinaan pengetahuan yang mengikut pada pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu aktivititas mental yang digunakan oleh siswa sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran murid tidak akan menghadapi realiti yang wujud secara terasing dalam persekitaran. Realiti yang diketahui murid adalah realiti yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap persekitaran mereka. Untuk membantu siswa membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebahagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu
42
pengetahuan dapat dibina. Proses ini dinamakan konstruktivisme. Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahwa siswa mempunyai idea mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kefahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang mereka inginkan.
d. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1989:19) mengemukakan, “Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, sedangkan mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan balajar”. Sejalan dengan tujuan yang termuat Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), pada dasarnya pembelajaran berbasis masalah bermaksud menata nalar, membentuk sikap siswa, dan menumbuhkan kemampuan menggunakan / menerapakan. Ini berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada terampil menghitung dan mengerjakan soal. Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.
43
Disatu sisi, bahwa keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti yang diungkapkan oleh Nana sudjana dan Daeng Arifin serta kurikulum seperti dia atas yaitu cara guru mengajar, cara guru membimbing siswa, cara mengevaluasi serta mengoptimalkan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikondisikan dengan baik oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, maka penerapan pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek maupun inkuri akan dapat didukung dan berjalan lancar sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh guru berdasarkan analisis kurikulum akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya materi biologi pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang.
2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Ada berbagai cara untuk mengaitkan isi materi pelajaran dengan konteks, salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004:16). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi masalah kehidupan nyata. “Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori yang menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri” (Gijselaers,1996:58). Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya
44
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Guru harus memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar mencapai keterampilan self directed learning. Dalam PBL siswa belajar dalam kelompok kecil kooperatif (Cooperative small group). Penggunaan kelompok kerja kooperatif membantu perkembangan masyarakat belajar dalam kelas sains. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat bila siswa belajar dalam lingkungan belajar kooperatif.
Bekerja
dalam
kelompok
juga
membantu
mengembangkan
karakteristik esensial yang dibutuhkan untuk sukses setelah siswa tamat belajar seperti dalam berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi secara tertulis dan keterampilan membangun team kerja. Dalam PBL, sebuah proses pembelajaran harus memuat unsur: kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama. Adapun keterangan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut: Kontekstual. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memperoleh pengetahuan ilmiah dalam konteks dimana pengetahuan itu digunakan. Siswa akan mempertahankan pengetahuannya dan menerapknanya dengan tepat bila konsep-konsep yang mereka pelajari berkaitan dengan penerapannya. Dengan demikian pembelajar akan menyadari makna dari pengetahuan yang mereka pelajari. Belajar untuk
belajar (learning to learn).
Pengetahuan ilmiah,
berkembang secara eksponential, dan siswa perlu belajar bagaimana belajar dan
45
dalam waktu yang sama mempraktekkan kerja ilmiah melalui karier mereka. Pembelajaran berbasis masalah membantu pembelajar mengidentifikasi informasi apa yang diperlukan, bagaimana menata informasi itu kedalam kerangka konseptual yang bermakna, dan bagaimana mengkomunikasikan informasi yang sudah tertata itu kepada orang lain. Doing Science. Pembelajaran berbasis masalah menyediakan cara yang efektif untuk mengubah pembelajaran sains abstrak ke konkrit. Dengan memperkenalkan masalah-masalah yang relevan pada awal pembelajaran, guru dapat menarik perhatian dan minat pembelajar dan memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar melalui pengalaman. Bersifat interdisiplin. Penggunaan masalah untuk memperkenalkan konsep juga menyediakan mekanisme alamiah untuk menunjukkan hubungan timbal balik antar mata pelajaran. Pendekatan ini menekankan integrasi prinsip-prinsip ilmiah dan cara pengembang pembelajaran berbasis masalah. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
46
Penyelidikan
autentik.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segera terhadap laporan atau makalah. Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru. Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan
47
pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatarbelakangi masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk memberikan informasi
sebanyak-banyaknya
mengembangkan
kemampuan
pada
siswa.
PBL
keterampilan
dikembangkan
untuk
berpikir, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif (effective self directed learning) (Ibrahim dan Nur, 2004). Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti pada tabel 2.1 berikut.
48
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah
Tahap 2
Kegiatan PBM a. Guru memberikan motivasi / apersepsi kemudian guru memberi masalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan. b. Siswa mengemukakan hipotesis / opini sementara terkait dengan jawaban atas pertanyaan masalah yang diberikan guru a. Guru menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. b. Guru membimbing dalam pembuatan kelompok
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Tahap3 a. Guru membimbing siswa untuk melakukan Membimbing pengumpulan data dari eksperimen atau pekerjaan penyelidikan siswa. individu maupun b. Data yang didapat dari pekerjaan tersebut kemudian kelompok di tabelkan. Tahap 4
a. Mengambil kesimpulan dan melakukan presentasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa. b. Siswa melakukan presentasi terhadap hasil Mengembangkan pekerjaannya. dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan mengevaluasi proses mengaplikasikannya / menerapkannya dalam kehidupan pemecahan masalah sehari-hari.
3. Metode Proyek Model Pembelajaran Proyek adalah langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dilakukan melalui suatu proyek dalam jangka waktu tertentu dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut: persiapan/perencanaan,
pelaksanaan,
pembuatan
laporan
serta
mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi (Ibrahim, 2000:15). Belajar bukan hanya sekedar menyerap materi sedikit demi sedikit dalam waktu yang panjang, tetapi secara terpadu untuk mendapatkan banyak hal. Proyek membantu 49
siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Ini adalah exercise bagi otak untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat. Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar. Adapun kelebihan metode proyek antara lain: dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan melalui metode proyek, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Disatu sisi penerapan metode proyek dalam proses pembelajaran juga terdapat kekurangannya, antara lain: Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru sebagian besar belum disiapkan untuk ini. Selain itu harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan. Adapun sintak pembelajaran metode proyek sebagai berikut:
50
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek Tahap Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Tahap3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Tahap 4
Kegiatan PBM Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan research, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, Mengembangkan dan dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis Guru membantu siswa melakukan refleksi atau dan mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosespemecahan masalah proses yang mereka gunakan
4. Metode Inkuiri “Inkuiri” secara harfiah adalah penyelidikan. Carin dan Sund (1975:112) mengemukakan bahwa Inkuiri adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa “metode Inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain”. Metode Inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan antara lain: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
51
tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan hipotesis,
merancang
dan
melakukan
eksperimen,
mengumpulkan
dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab. Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode Inkuiri. Dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (David L. Haury,1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: ”Inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, Inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu”. Alasan rasional penggunaan metode inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam "melakukan" Sains. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode Inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990:73). Metode Inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika. Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa ”metode inkuiri membantu
52
perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode Inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa”. Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode Inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004:15). ”Metode Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas” Roestiyah (2001:75). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan
53
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok, sedangkan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, maka hal itu perlu diperhatikan. Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran Inkuiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode Inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005:45). Adapun uraian sintaks atau langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai dengan Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. Student Engangement. Dalam metode Inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat
54
dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
5. Kemampuan Kreativitas Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative) yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru. Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya orisinal.
55
Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut Munandar
dalam
”mengkombinasi,
Reni
(2001:18)
memecahkan
berkenaan
masalah,
dan
dengan
tiga
operasional.
hal,
yaitu
Kemampuan
mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas”. Menurut Ausubel dalam Hamalik (2002:34) kreativitas adalah kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativias adalah kemampuan berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas. Maltzman dalam Hudoyo (2000:26) menambahkan bahwa kreativitas dapat dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran yang berprinsip pada konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur, penemuan, dan generalisasi. Thorrance dalam Hamalik (2002:23) kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan muncul pada diri individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin. Ditinjau dari segi kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan dalam Erman (2004:16) mengemukakan bahwa otak mengolah informasi dalam bentuk
56
hubungan fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan antar konsep yang satu dengan konsep lainnya. Inilah yang dimaksud dengan struktur kognitif di mana skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Dengan pola sepeti ini, proses belajar siswa diusahakan agar tidak hanya berasimilasi (menyerap pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi pengetahuan). Kemampuan otak dalam memproses informasi tersebut, sebagai potensi individu yang merupakan anugrah dari Allah SWT, Buzan mengemukakan bahwa otak dapat memproses informasi sebanyak 600 – 800 kata permenit. Dengan kemampuan otak yang begitu hebat, patut kita syukuri dengan memanfaatkannya dalam kegiatan positif, yaitu dengan cara belajar pada setiap situasi untuk membekali diri. Jika tidak, dan dibiarkan menganggur, maka otak dengan sendirinya akan bekerja pada hal-hal yang kurang bermanfaat seperti beranganangan dan melamun. Selanjutnya Munandar dalam Reni A (2001:8) mengemukakan bahwa ciri-ciri kemampuan kreativitas adalah sebagai berikut: Berpikir lancar yang menyangkut keragaman (gagasan, saran, pertanyaan, jawaban), kelancaran komunikasi, kecepatan bekerja, melihat kekurangan; berpikir luwes yang menyangkut menghasilkan keragaman (gagasan, jawaban, pertanyaan, sudut pandang, alternatif, interpretasi, aplikasi, pertimbangan, arah pikir); berpikir rasional (ungkapan baru-unik, kombinasi inovatif, cara inovatif, generalisasi); ketrampilan elaborasi (mengembangkan gagasan, merinci objek, merinci solusi, memiliki rasa estetika, menyempurnakan); ketrampilan menilai (menentukan patokan, mengambil keputusan, pertimbangan, merancang, dan kritis). Pengembangan kreativitas siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah melalui klasifikasi, brainstorming, dan ganjaran.
57
Menurut Martin Jamaris (2003:54), aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah: ”Aspek kemampuan kognitif, aspek intuisi dan imajinasi, aspek pengeinderaan dan aspek kecerdasan emosi. Seorang siswa yang memiliki pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat melakukan
pengamatan
terhadap
lingkungan
sekitarnya,
serta
memiliki
kecerdasan emosional maka sikap kreatifnya akan muncul”. Indikator-indikator sikap kreativitas tersebut dapat diukur tinggi rendahnya dengan menggunakan alat ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau pertanyaan tentang sikap kreativitas diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendanya sikap kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
6. Sikap Ilmiah Kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi,
generalisasi
dan
analisis
yang
rasional
dan
ilmuwan
mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti berbagai macam prosedur eksperimen dikenal dengan nama sikap ilmiah (Moh. Amin, 1994:77). Dengan sikap ini ilmuwan akan mendapat penemuan-penemuan, penemuan ini merupakan produk dari sains. Sains sebagai proses untuk mendapatkan pengetahuan dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam kepustakaan sains elementer yang termasuk proses sains antara lain : mengamati, mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/ kesimpulan dari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam
58
dan membangun sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah mengamati, menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajukan pertanyaanpertanyaan penting, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan. Dalam mendapatkan ilmu pengetahuan itu para ilmuwan bekerja dengan didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan hati, terbuka, penghindaran atas dogmetis, keobyektifan dan pendekatan positif atas kegagalan. Sikap ilmiah yang ditunjukan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains, antara lain: 1) Rasa ingin tahu akan gejala alam. Sains muncul karena dorongan dan kebutuhan manusia yang menggerakan untuk mencari jawaban yang masuk akal atas berbagai pertanyaan. Para ilmuwan mempelajari keajaiban-keajaban di alam ini karena gejala-gejala itu yang merangsangnya untuk berpikir. Keterlibatan dinamis para ilmuwan ini dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah menjadi pendorong bagi kegiatankegiatan penelitiaanya lebih lanjut. Ilmuwan adalah seseorang yang dengan bekal pengetahuannya menjadi seseorang yang terus belajar. Ada suatu dorongan kuat untuk mengetahui, dan setelah itu akan makin mengetahui bahwa pengetahuan sangat tebatas. Ini menimbulkan sikap rendah hati dan tak mudah percayasebelum ia melakukan atau membuktikan pengetahuan dengan alasan yang kuat untuk membenarkan apa yang dilihat.
59
2) Sikap rendah hati Sikap rendah hati yaitu bebas dari sombong, angkuh, timbul dari diri seseorang ilmuwan sebagai dari pengamatannya terhadap manusia dan kecenderungan
tingkah
laku
manusia. Seorang saintis
selalu
berusaha
menghindarkan diri dari menerima sesuatu secara membuta dan tanpa bertanya. Sikap tak mudah percaya dan sehat merupakan sikap yang penting. Seorang ilmuwan tidak mudah terpengaruh oleh gagasaan atau aliran baru. Kegagalan memungkinkan saintis mengetahui hal-hal yang sudah dicoba untuk mengindari kesalahan dimasa yang akan datang, dan untuk maju kearah yang baru. Dapat dikatakan bahwa ilmuwan itu pada akhirnya sampai pada sukses yang berawal dari kegagalan sehari-hari. Dari kegagalan itulah ilmuwan mampu menemukan alasan untuk percaya atas apa yang telah dilihatnya. 3) Keobyektifan Seorang ilmuwan harus senantiasa menjaga agar tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan sendiri dan berusaha mengambil sikap yang obyektif agar dapat menemukan beberapa kebenaran. Seseorang yang ilmiah dan obyektif berusaha mengambil sikap terbuka dan mempertimbangkan sesuatu data yang didapat. Sikap ilmiah meliputi rasa ingin tahu, rendah hati, terbuka, menghindari dogmatis, obyektif dalam bersikap dan pendekatan positif atas kegagalan, merupakan aturan tingkah laku bagi seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian. Sikap didefiniskan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi
pilihan-pilihan
tindakan
(Suhaenah:2001).
60
pribadi
yang
dilakukannya
Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu atau dengan kata lain sikap merupakan prilaku yang dapat dibentuk dan diubah melalui pendidikan. Sikap positif dapat berubah menjadi negatif jika tidak mendapatkan pembinaan sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika mendapatkan pembinaan yang baik. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaaan) dan psikomotor (berhubungan dengan tindakan). Sikap ilmiah dalam penelitian ini ditekankan meliputi : rasa ingin tahu, keaktifan, keterbukaan, mau menghargai pendapat orang lain, kemandirian siswa. Untuk penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian angket dan pengamatan. Sedangkan unsur yang dinilai dari sikap ilmiah adalah ketelitian, kejujuran, disiplin, keteraturan, dan sifat penghargaan pendapat orang lain. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau pertanyaan tentang sikap ilmiah diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa.
7. Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah adalah bahan buangan aktivitas manusia, bisa dalam bentuk cair, padat, maupun gas. Limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: limbah organik, limbah anorganik dan limbah berbahaya. Limbah organik berasal dari jaringan organisme, misalnya daun dan bangkai. Limbah jenis ini dapat diuraikan oleh mikroba. Limbah anorganik berasal dari benda mati, misalnya logam, kaca,
61
dan plastik. Pada umumnya limbah anorganik tidak dapat diuraikan secara alami. Sedangkan limbah berbahaya berasal dari berbagai zat kimia beracun, misalnya pestisida, sisa batu baterai, tumpahan minyak dan oli bekas. Berikut merupakan potret limbah organik, anorganik dan berbahaya yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Gambar 2.2 (a) sampah organik bangkai ayam (b) sampah organik serasah daun (c) sampah anorganik Sumber: http://images.google.co.id/images
62
Berdasarkan sifat fisika, limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Limbah padat, dapat berupa sisa makhluk hidup, limbah domestik, limbah dari pabrik yang berupa bahan padat 2) Limbah cair, biasanya berupa bahan yang terlarut dalam air, dapat berupa sisa metabolisme seperti urin, limbah cair baik dari pabrik maupun rumah sakit. 3) Limbah gas, dapat berasal dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap gunung berapi dan kebakaran. Berdasarkan asalnya, limbah dapat dibedakan tiga macam yaitu: 1) Limbah domestik Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, dapat berupa limbah organik ataupun limbah anorganik. Contoh limbah organik adalah daun dan bangkai hewan. Adapun contoh limbah anorganik adalah plastik dan kaleng. Selain contoh-contoh tersebut, limbah domestik juga dapat berasal dari air bekas mencuci yang mengandung detergen. 2) Limbah pabrik Adalah sampah atau bahan buangan dari pabrik. Contoh limbah pabrik antara lain: kertas mengandung bahan kimia pemutih kertas dan limbah pabrik tekstil mengandung bahan kimia pewarna kain. Sebelum dibuang ke lingkungan, misalnya ke sungai limbah pabrik harus diolah dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Apabila masuk ke aliran sungai bahan kimia tertentu yang bersifat tidak larut (DDT) akan masuk ke aliran sungai juga dapat menyebabkan air sungai menjadi keruh dan berbau busuk sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Limbah pabrik yang termasuk B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) misalnya
63
cadmium (Cd), merkuri (Hg), dan arsenik (Ar) dapat menimbulkan kematian organisme. 3) Limbah Pertanian Limbah pertanian berasal dari pupuk atau pestisida yang digunakan dalam pertanian. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman misalnya serangga, siput dan tikus. Pestisida ada banyak macamnya. Berdasarkan jenis hamanya, pestisida dibedakan menjadi akarisida (untuk labalaba dan kutu), insektisida (untuk serangga), mitisida (untuk tungau), rodentisida (untuk tikus dan hewan pengerap lainnya), fungisida (untuk jamur), serat herbisida (untuk gulma). Adapun berdasarkan cara kerjanya pestisida dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1) Pestisida jenis senyawa organofosfat, yang mempengaruhi fungsi saraf dengan jalan menghambat kerja kolinesterase (bahan biologi penting untuk menghantarkan impuls saraf). 2) Pestisida jenis racun kontak, yang membunuh hama begitu hama kontak dengan pestisida tersebut. Misalnya fumigan (pestisida berbentuk uap atau gas untuk membunuh hama yang dapat terbang). 3) Pestisida sistemik, yang diserap oleh tanaman dan menyebabkan kematian hama yang memakan tanaman tersebut tetapi biasanya digunakan untuk membasmi gulma.
64
4) Pestisida organoklorin, yaitu bahan biologi yang tidak mudah larut atau sukar terurai, baik dalam tanah maupun dalam tubuh organisme, misalnya aldrin, endrin, dan dieldrin. Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian akan berdampak pada tanah dan perairan di sekitar areal pertanian tersebut. Selain itu, jika penggunaan bahan-bahan kimia tersebut tidak sesuai (melebihi dosis) akan mengakibatkan resistensi pada hama, pencemaran tanah, matinya hewan-hewan lain yang bermanfaat, dan akumulasi pupuk kimia dalam tanah yang akan mengganggu penyerapan unsur-unsur hara oleh tanaman. b. Usaha Manusia Menangani Limbah Selain mencemari lingkungan, banyaknya limbah di permukaan bumi, baik di tanah maupun di perairan, juga menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain mengolah limbah secara langsung atau tanpa di daur ulang dan mengolah limbah dengan didaur ulang. 1) Pengolahan Limbah tanpa Didaur Ulang Pengolahan limbah tanpa didaur ulang dapat dilakukan dengan cara a) Membakar sampah di tempat pembuangan sampah. b) Membuang sampah dalam lubang dan menimbunnya dengan tanah (landfill). c) Mengolah botol plastik bekas kemasan air minum menjadi hiasan atau mainan. d) Memanfaatkan daun, bunga dan ranting kering sebagai hiasan atau sovenir. e) Memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk tanaman.
65
f) Memanfaatkan limbah bulu ayam sebagai alat rumah tangga g) Mengolah kaleng bekas menjadi peralatan rumahtangga. h) Mengolah ban bekas menjadi kursi, sandal atau sepatu. 2) Pengolahan Limbah dengan Cara Didaur Ulang Pengolahan limbah dengan cara didaur ulang dapat dilakukan pada sampah atau limbah organik ataupun anorganik. Contoh sampah atau limbah organik yang dapat di daur ulang antara lain: a) Plastik bekas di daur ulang menjadi alat-alat rumahtangga, misalnya ember atau mainan anak-anak. b) Kertas bekas di daur ulang menjadi kertas daur ulang, sampul buku, kotak surat, bingkai foto atau kotak pensil. c) Serbuk gergaji kayu didaur ulang menjadi triplek atau multiplek untuk membuat lemari pakain, rak buku atau meja. d) Sisa-sisa tumbuhan atau hewan diolah menjadi kompos. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua limbah merugikan akan tetapi jika keberadaan limbah-limbah tersebut diolah oleh tangan kreatif manusia maka dapat berubah menjadi produk-produk yang juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan mendatangkan keuntungan secara ekonomis seperti contoh produk daur ulang dari limbah kerta dan ban bekan berikut ini.
66
(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) daur ulang kertas menjadi tas (b) daur ulang ban bekas menjadi sandal Sumber: http://images.google.co.id/images Limbah yang melimpah ternyata tidak semuanya merugikan, seperti contoh limbah dari bekas kemasan aneka makanan dan minuman dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan menggunakan kreativitasnya, botol bekas kemasan minum dapat disulap menjadi aneka produk yang bermanfaat. Selain bekas kemasan aneka makanan dan minuman, seresah dari tumbuhan dapat juga dimanfaatkan untuk membuat aneka macam hiasan. Pemanfaatan bagian dari tubuh hewan dan tumbuhan dapat dijadikan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 1) Bulu ayam Bulu ayam potong biasanya hanya dibuang di tempat pemotongan hewan tersebut. Bulu-bulu ayam ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat kemucing. Pemilihan bulu yang baik akan menghasilkan kemucing yang baik. Selain itu bulu ayam juga dapat digunakan untuk membuat bola pada bulu tangkis (kok).
67
2) Merang Tanaman padi yang sudah dipanen, batang padi atau merang akan menumpuk, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat sampo, kuas untuk mengecat tembok. Merang juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku membuat kertas buram, dari kertas buram akan diolah dan diputihkan (bleaching) menjadi kertas HVS. 3) Tempurung dari sabut kelapa Di daerah pedesaan tempurung kelapa banyak digunakan menjadi gayung, tempat minum jamu, serta dibuat sendok sayur. Sekarang batok kelapa sudah dimanfaatkan menjadi aksesoris pakaian yaitu dibuat aneka kancing dengan berbagai bentuk dan ukuran. Sejak dahulu sabut kelapa sudah banyak dimafaatkan untuk membuat alas pijakan kaki (keset) bahkan di hotel-hotel keset dari sabut kelapa berukuran besar dengan tulisan welcome. 4) Dari tubuh hewan Di pulau Bali tulang hewan banyak dimanfaatkan untuk membuat cincin dan vas bunga. Tulang hewan diukir dan diawetkan sehingga tidak berbau amis. Cincin dan vas bunga dari tulang memiliki ekonomi yang tinggi dibanding tulang yang tidak dimanfaatkan. Cangkang berbagai hewan laut banyak dibuat aneka hiasan, kotak perhiasan sampai kap lampu bahkan ada yang dibuat sebagai gorden. Selain itu, cangkang hewan ini juga dapat dibuat menjadi suatu bentukan hewan atau tumbuhan yang diberi bingkai sehingga memiliki nilai jual. Sisik ikan ternyata bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi seperti yang
68
dilakukan oleh perancang busana dengan menambahkan sisik ikan pada busana hasil rancangannya tersebut. Di Indonesia limbah dari tumbuhan dan hewan dapat didaur ulang menjadi produk-produk yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti kemucing, sapu merang, kancing batok kelapa, keset dari sabut kelapa, cincin dari tulang dan kok.
B. Penelitian yang Relevan Ada dua penelitian relevan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan ini yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Kaitannya Dengan Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2005 dengan populasi siswa-siswi SMP Negeri 1 Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik Random Sampling. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan angket untuk mendapatkan data berupa kreativitas siswa dan tes untuk mendapatkan data berupa prestasi belajar biologi. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Anava bahwa pada taraf signifikansi 5% sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan penerapan model pembelajaran CTL dan STM terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran lingkungan (F0 = 1,503 < F(0,05) = 3,960), (2) Terdapat perbedaan antara siswa
69
yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran lingkungan (F0 = 7,653 > F(0,05) = 3,960), dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran lingkungan (F0 = 0,611 < F(0,05) = 3,960). Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi pada penelitian yang sedang dilakukan peneliti karena terdapat persamaan konsep yaitu sama-sama menjadikan kreativitas siswa sebagai variabel moderatornya untuk mencari interaksinya terhadap prestasi belajar biologi. Tetapi perbedaannya terletak pada metode pembelajaran yang digunakan peneliti berbeda yaitu dengan inkuiri dan proyek bukan dengan CTL. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sularmi, Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarja Universitas Sebelas Maret Surakara (UNS) dengan judul : Perbedaan Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen Di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh penerapan metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA, (2). Perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan (3). Interaksi pengaruh antara metode Inkuiri-discovery dan konvensional dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA.
70
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 122 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 67,21 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 13,22 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, dan 3). terdapat pengaruh interaksi antara metode (Inkuiri-Discovery dan Konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 5,41 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran : Pada proses pembelajaran berkelanjutan guru dapat menerapkan metode Inkuiri-discovery dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan penerapan pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih melekat pada siswa, kita sering mendengar melakukan lebih baik dari pada mendengarkan karena dengan melakukan siswa akan terlibat langsung sehingga siswa akan paham betul apa yang dilakukannya. Berlandaskan saran dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti mencoba mengembangkan penelitian dengan menerapkan metode inkuiri yang diyakini
71
membawa dampak pada hasil belajar biologi yang meningkat. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian dari Sularmi ini terletak pada variabel moderatornya yang tidak menggunakan motivasi belajar tetapi sikap ilmiah dan kreativitas siswa.
C. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah arahan penalaran untuk dapat sampai pada perumusan hipotesis. Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Selama ini proses kegiatan belajar mengajar biologi di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo terjadi beberapa masalah seperti prestasi belajar biologi rendah, sikap ilmiah siswa rendah, kreativitas siswa rendah, KBM teoritis dan dogmatis sehingga akan dilakukan perlakuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan upaya menerapkan pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek dan inkuiri dengan ruang lingkup penelitian seperti yang diterangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut: 1) Pendekatan pembelajaran biologi yang diterapkan pada materi Limbah dan Daur Ulang di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dengan berbasis masalah melalui metode proyek dan inkuiri. Diketahui bahwa, pada penerapan metode proyek mempunyai kelebihan siswa akan terlibat keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam proses mendapatkan pengetahuan tersebut dan kelemahan metode ini siswa dituntut mampu mengembangkan otak kanan maupun kiri
72
secara seimbang sehingga jika siswa tidak mampu mengelola maka proses pemerolehan pengetahuan akan kurang maksimal. Sedangkan penerapan metode inkuiri mempunyai kelebihan membantu perkembangan siswa antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa, memungkinkan siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya terhadap konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur Ulang dan kelemahan metode ini jika siswa tidak terbiasa dengan proses berpikir ilmiah, siswa akan semakin bingung. Disatu sisi karakteristik materi Limbah dan Daur ulang menuntut pembelajaran yang kontekstual, melibatkan banyak sumber belajar baik lingkungan maupun media informasi, melibatkan banyak konsep yang membutuhkan memori serta kemampuan membuat produk. Dengan tuntutan karakter materi seperti tersebut, maka peneliti menggunakan metode proyek dan inkuiri pada proses pembelajaran Limbah dan Daur Ulang karena memiliki karakter yang sama sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar dan diduga bahwa penerapan metode inkuiri akan berdampak pada prestasi belajar yang lebih bagus daripada dengan metode proyek. 2) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang akan diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari sikap ilmiah dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa keberhasilan penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya
73
ditentukan oleh faktor tinggi rendahnya sikap ilmiah karena karakteristik materi ini mengharuskan siswa melakukan proses ilmiah seperti: observasi, mencatat data pengamatan, eksperimen, kesimpulan, membuat laporan dan sebagainya. Maka sesuai dengan karakteristik materinya tersebut dapat diduga bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi akan menghasilkan prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa mempunyai sikap ilmiah rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah. 3) Pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari kreativitas dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa keberhasilan penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya ditentukan juga oleh faktor tinggi rendahnya kreativitas, maka sesuai dengan karakteristik materinya yang menuntut adanya proses observasi, membuat produk dari daur ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti menduga bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan menghasilkan prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa mempunyai kreativitas rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah.. 4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek dan inkuiri mempunyai relevansi dengan sikap ilmiah karena pada sintak kegiatan pembelajarannya seperti observasi, mencatat hasil observasi, membahas dan
membuat laporan, presentasi serta diskusi. Sehingga bisa
74
ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan sikap ilmiah dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi materi limbah dan daur ulang. 5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek dan inkuiri mempunyai relevansi dengan kreativitas karena pada sintak kegiatan pembelajarannya seperti proses observasi, membuat produk dari daur ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Sehingga bisa ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan kreativitas siswa dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi materi limbah dan daur ulang. 6) Interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa kedua variabel moderator yaitu sikap ilmiah dan kreativitas siswa mempunyai interaksi yang bisa meningkatkan prestasi belajar biologi materi limbah dan daur ulang. 7) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari adalah pada penerapan metode proyek dan inkuiri mempunyai relevansi dengan variabel moderator berupa sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Sehingga bisa ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri jika diterapkan dalam pembelajaran biologi akan menghasilkan interaksi dengan sikap ilmiah
75
dan kreativitas siswa serta diduga yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi bisa meningkat prestasi belajarnya Berdasarkan argumen di atas, maka peneliti mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam KBM biologi melalui metode proyek dan inkuiri dalam rangka mengatasi masalah seperti yang tersebut di atas agar hasil belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang meningkat. Adapun arahan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut. Muncul Masalah dalam pembelajaran: Prestasi belajar biologi rendah, Sikap ilmiah siswa rendah, Kreativitas siswa dan KBM teoritis, dogmatis
Butuh solusi dan inovasi
Kajian Teori
Menerapkan pembelajaran biologi dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri dalam KBM
Merancang Pelaksanaan pembelajaran
Metode Proyek
Metode Inkuiri
Prestasi Belajar Biologi meningkat
76
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dan kerangka berpikir dalam penelitian ini, ternyata bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena semua komponen dari PBL yaitu kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam suasana kondusif, nyaman dan menyenangkan, bisa membangun kecerdasan siswa secara utuh. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh terhadap
kemampuan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, sehingga hipotesis
penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan pembelajaran biologi materi limbah dan daur ulang melalui metode proyek menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah dibanding melalui metode inkuiri. 2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai hasil belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah. 3. Siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai hasil belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah. 4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
77
5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 6. Terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Lokasi sekolah berada di jalan Batoro Katong nomor 6B, Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2008/2009 yaitu pada bulan Januari 2009 sampai Mei 2009 dengan jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan Jadwal Penelitian No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengajuan Judul Penyusunan Usulan Penelitian Perbaikan Usulan Penelitian Perizinan Penyusunan Instrumen Penelitian Penyebaran Instrumen dan Pengambilan Data Analisa dan Pengolahan Data Penyusunan Laporan Lengkap Ujian (sidang) Tesis Revisi
ja n V
Tahun 2009 / 2010 feb apr me jun jul ags sep okt no i v
Jan
V V V V V
V V
V
V
V
V V V V
79
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 yang melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa melibatkan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama diberi metode proyek dan kelompok eksperimen kedua diberi metode inkuiri. Kedua kelompok eksperimen
tersebut diasumsikan homogen dalam segala segi yang relevan,
dengan penyebaran normal dan hanya berbeda dalam penerapan metode pembelajaran. Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar diasumsikan sama. Hasil dari kedua kelompok kelas eksperimen tersebut dikaji dan dibandingkan, mana yang lebih baik dan tepat dari kedua model pembelajaran tersebut.
C. Rancangan dan Variabel Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran proyek dan metode pembelajaran Inkuiri terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari sikap ilmiah dan kreativitas siswa pada materi pembelajaran Limbah dan Daur Ulang. Dengan memperhatikan variabel yang terlibat dan untuk mencapai tujuan, maka rancangan yang digunakan adalah faktorial 2 x 2 x 2. Rancangan tersebut adalah sebagai berikut :
80
Tabel 3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2 x 2 x 2 Pembelajaran Berbasis Masalah (A) Metode Proyek
Metode Inkuiri
(A 1)
(A 2)
Sikap Ilmiah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
(B)
(B 1)
(B 2)
(B 1)
(B 2)
A 1B 1C 1
A 1B 2C 1
A 2B 1C 1
A 2B 2C 1
A 1B 1C 2
A 1B 2C 2
A 2B 1C 2
A 2B 2C 2
Tinggi Kreativitas
(C 1)
(C)
Rendah (C 2)
Keterangan: A1
= Pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek
A2
= Pembelajaran berbasis masalah melalui inkuiri
B1
= Kemampuan sikap ilmiah tinggi
B2
= Kemampuan sikap ilmiah rendah
C1
= Kreativitas siswa tinggi
C2
= Kreativitas siswa rendah
A 1B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan kreativitas tinggi. A 1B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah dan kreativitas tinggi.
81
A 2B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan kreativitas tinggi. A 2B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah dan kreativitas tinggi. A 1B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan kreativitas rendah. A 1B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah dan kreativitas rendah. A 2B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan kreativitas rendah. A 2B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah dan kreativitas rendah.
2. Variabel Penelitian a. Variabel bebas Variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran.
82
1) Definisi operasional Metode Pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2) Pembelajaran yang digunakan dengan dua kategori yaitu : a) Pembelajaran metode Inkuiri. b) Pembelajaran metode Proyek. 3) Skala pengukuran : nominal b. Variabel Terikat. Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. 1) Definisi operasional Prestasi belajar biologi adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biologi. Domain kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan intelektual dan memiliki karakteristik seperti memahami informasi, mengorganisasi jawaban dan mengevaluasi informasi serta tindakan. 2) Skala pengukuran : interval 3) Indikator : Nilai tes prestasi pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang. c. Variabel Moderator / Atribut. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap ilmiah siswa. Kreativitas yang telah dimiliki sebelum memperoleh pengetahuan baru yang lebih tinggi dan sikap ilmiah adalah hasrat ingin tahu, teliti, obyektif,
83
terbuka, rendah hati, jujur dalam mengambil data research. Sikap ilmiah siwa diberikan angket sebelum anak melakukan research. Skala pengukuran: Interval yang dipandang nominal dengan 2 kategori yaitu Kreativitas dan sikap ilmiah kategori tinggi serta kreativitas dan sikap ilmiah kategori rendah. Indikator : Skor siswa yang lebih besar atau sama dengan mean skor sikap ilmiah dan kreativitas dikategorikan memiliki tingkat sikap ilmiah dan kreativitas tinggi. Sedangkan yang lebih kecil dari mean dikategorikan memiliki sikap ilmiah dan kreativitas rendah.
D. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik “Cluster random sampling” yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan unsur kelas atau kelompok yang terdapat dalam populasi (Arief Furchan, 2007). 1. Populasi Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998:57), ”populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pelajaran 2008/2009. Terdapat 6 kelas dengan jumlah siswa seluruhnya 210 siswa. Peneliti menentukan populasi di kelas X dengan pertimbangan : 1) peneliti mengajar Biologi di kelas X, 2) semua kelas X mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian, 3) peneliti memahami karakteristik dan kondisi pembelajaran di kelas X, 4) siswa kelas X dimungkinkan mempunyai tingkat penguasaan materi yang tidak jauh berbeda.
84
2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1998), sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu kelas X.3 dan X.4 sebanyak 64 siswa yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode proyek sebanyak 32 siswa, dan kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode inkuiri sebanyak 32 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel yang diteliti digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersifat dokumenter atau catatan yang telah ada. Teknik ini digunakan untuk mengetahui data sekolah dan identitas siswa antara lain: nama siswa, dan kemampuan siswa yaitu nilai tes siswa. 2. Metode tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1998). Metode tes ini penulis gunakan untuk menentukan kemampuan atau prestasi belajar siswa sebagai bahan laporan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
85
Prestasi belajar siswa dalam mengerjakan soal materi pokok Limbah dan Daur Ulang sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan lima option jawaban. 3. Metode Angket Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pernyataan atau pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif yang sudah disediakan. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas siswa.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi : 1. Silabus mata pelajaran biologi kelas X semester genap tahun pelajaran 2008/2009 yang terdapat pada lampiran 1. Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang meliputi materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. 2. Perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik untuk metode Proyek dan Metode Inkuiri yang terdapat pada lampiran 2 sampai dengan lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri atas standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok dan kegiatan belajar mengajar.
86
3. Instrumen pengambilan data terdiri dari dua yaitu: a) Tes prestasi belajar dalam bentuk obyektif tes Metode tes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan metode proyek dan Inkuiri. Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) merumuskan konsep dasar yaitu tentang materi Limbah dan Daur Ulang, b) membuat kisi-kisi soal berdasarkan tujuan pembelajaran, c) membuat butir soal tes, d) validasi isi butir soal, e) revisi butir soal, f) uji coba tes. Soal untuk tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk ujicoba validitasnya sebelum di eksperimenkan sebanyak 40 soal. Adapun kisikisi soal untuk tes terdapat pada lampiran 6. b) Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap pembelajaran. Pemberian angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Penyusunan angket dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) merumuskan konsep dasar, konsep dasar adalah pengertian yang dijadikan landasan dalam pembahasan ilmiah. Konsep dasar dalam penyusunan angket ini adalah pengertian intensitas belajar kelompok dan respon terhadap pembelajaran, b) membuat kisi-kisi angket berdasarkan indikator yang telah dirumuskan, c) membuat angket yang terdiri dari petunjuk pengisian dan butir-butir angket, d) validasi butir angket, e) revisi butir angket, f) uji coba angket.
87
Instrumen pengukuran sikap ilmiah dan kreativitas berupa angket pernyataan. Angket adalah suatu daftar pernyataan yang berisi subyek dan aspekaspek yang akan diamati. Angket tersebut akan diisi oleh responden, maka siswa harus merespon pernyataan-pernyataan dalam angket. Kisi-kisi dan angket di lampiran 8, 9, 10, 11. Pada angket tersebut menyediakan jawaban dalam lima kriteri untuk soal + (positif) yaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3, kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 1, tidak pernah dengan skor 0. Sedangkan untuk soal – (negatif) yaitu: selalu dengan skor 0, sering dengan skor 1, kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 3, dan tidak pernah dengan skor 4. 4. Instrumen penilaian Yang merupakan kumpulan dari aspek penilaian berupa nilai tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang.
G. Uji Coba Instrumen Untuk Pengambilan Data Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian, maka instrumen ditinjau dari beberapa aspek kelayakan masing-masing, yaitu: a. Instrumen tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang. 1) Validitas Item Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi
88
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran. Validitas item soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah: r xy =
(n å x
n å xy - (å x å y ) 2
)(
- (å x) 2 n å y 2 - (å y ) 2
)
Keterangan : rxy
= Korelasi product moment Pearson antara skor item pertanyaan dan skor tiap responde
n
= Jumlah sampel
x
= Nilai/skor tiap item soal
y
= Nilai/skor tiap responden
å xy
= Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah : Tabel 3.3 Interpretasi kriteria validitas Nilai rxy
Interpretasi
0,91-1,00
Sangat tinggi
0,71-0,90
Tinggi
0,41-0,70
Cukup
0,21-0,40
Rendah
Negatif-0,20
Sangat rendah
( Masidjo, 1995: 242-246)
89
Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan terdapat 26 item soal yang valid dan 14 item soal yang tidak valid. Dari 26 soal yang valid tersebut akhirnya dibuang 1 soal dan hanya diambil 25 soal untuk dieksperimenkan dalam penelitian selanjutnya. Pengambilan 25 soal didasarkan atas pertimbangan: bahwa ke 25 soal telah mewakili indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan berdasarkan analisis kurikulum, jika 26 soal yang valid tersebut dipakai semua akan menyebabkan tidak normatifnya soal dan mempersulit dalam penilaian. Perhitungan selengkapnya untuk nilai validitas item soal uji coba terdapat pada lampiran 13. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas
menunjukkan
tingkat
keajegan
atau
keandalan
soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, yaitu:
n ö é St 2 - å pq ù rtt = æç ÷ê ú St 2 è n - 1 øë û st =
1 n
(
N å X 2 - (å X ) 2
)
é k ù é å s b2 ù r11 = ê ú ê1 - 2 ú st û ë (k - 1) û ë Keterangan: rtt = Koefisien reliabilitas
90
n = Jumlah item St = Standar deviasi P = Proporsi subjek yang menjawab benar Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1) N = Jumlah siswa X = skor Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.4 Interpretasi koefisien korelasi Nilai r 0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20 (Masidjo, 1995 : 233)
Interpretasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas tes yang digunakan termasuk kategori tinggi. Berarti item soal yang telah diujicobakan tersebut layak untuk digunakan dalam eksperimen lebih lanjut. Perhitungan selengkapnya nilai reliabilitas terdapat pada lampiran 14. 3) Uji Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang
91
diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item soal. Besarnya indeks kesukaran item soal berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut: IK =
B NxS max
Keterangan : IK = Indeks kesukaran soal B = Jumlah siswa yang menjawab dengan benar N = Kelompok siswa Smax = Skor maksimal Dari hasil perhitungan didapatkan untuk nilai indeks kesukaran/IK = 0,768 berarti indeks kesukaran item soal tes prestasi belajar untuk materi Limbah dan Daur Ulang yang digunakan termasuk kategori mudah. Hasil perhitungannya pada tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba No B JS P Kategori 1 35 40 0.875 Md 2 29 40 0.725 Md 3 24 40 0.6 Sd 4 10 40 0.25 Sk 5 30 40 0.75 Md 6 35 40 0.875 Md 7 31 40 0.775 Md 8 34 40 0.85 Md 9 32 40 0.8 Md 10 35 40 0.875 Md 11 29 40 0.725 Md 12 17 40 0.425 Sd 13 35 40 0.875 Md 14 33 40 0.825 Md 15 31 40 0.775 Md 16 31 40 0.775 Md 17 31 40 0.775 Md 18 28 40 0.7 Sd 19 31 40 0.775 Md 92
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
26 12 33 35 33 32 16 8 32 11 17 13 20 28 30 34 30 33 35 35 32
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
0.65 0.3 0.825 0.875 0.825 0.8 0.4 0.2 0.8 0.275 0.425 0.325 0.5 0.7 0.75 0.85 0.75 0.825 0.875 0.875 0.8
Sd Sk Md Md Md Md Sk SkS Md Sk Sd Sk Sd Sd Md Md Md Md Md Md Md
4) Uji Taraf Pembeda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah, yang besarnya ditunjukkan dengan indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi adalah angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, besarnya antara 0,10 sampai 1,00. Seluruh peserta tes dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antara atas dan bawah. Siswa-siswa yang tergolong kelompok atas adalah siswa-siswa yang memiliki skor tinggi, sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah adalah siswa-siswa yang memiliki skor rendah. Untuk menentukan siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (NKA) atau kelompok bawah (NKB), diambil kira-kira 25 % atau 27 % dari jumlah siswa
93
suatu kelompok (apabila kelompok itu besar = N ≥ 100) atau 50 % (apabila kelompok kecil = N < 100). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah : ID =
KA - KB NK A atauNK B xS max
Keterangan : ID = Indeks Diskriminasi KA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar KB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab dengan benar Smax = Skor maksimal Dari hasil perhitungan didapatkan nilai daya pembeda bahwa, dari empat puluh soal yang diujicobakan maka dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan
KA 18 16 15 8 18 18 18 18 17 17 18 12 17 18 18 18 17 17
KB 17 13 9 2 12 17 13 16 15 18 11 5 18 15 13 13 14 11
JA 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Daya Beda Soal JB ID 18 0.056 18 0.167 18 0.333 18 0.333 18 0.333 18 0.056 18 0.278 18 0.111 18 0.111 18 -0.056 18 0.389 18 0.389 18 -0.056 18 0.167 18 0.278 18 0.278 18 0.167 18 0.333
94
Kategori Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek Drop Cukup Cukup Drop Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup
18 16 4 18 17 18 18 10 5 16 8 9 10 13 16 17 18 17 15 17 17 18
13 10 8 15 18 15 14 6 3 16 3 8 3 7 12 13 16 13 18 18 18 14
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
0.278 0.333 -0.222 0.167 -0.056 0.167 0.222 0.222 0.111 0.000 0.278 0.056 0.389 0.333 0.222 0.222 0.111 0.222 -0.167 -0.056 -0.056 0.222
Cukup Cukup Drop Jelek Drop Jelek Cukup Cukup Jelek Drop Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Drop Drop Drop Cukup
b. Instrumen pengukuran sikap ilmiah 1) Validitas Item Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran. Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah: r xy =
(n å x
n å xy - (å x å y ) 2
)(
- (å x) 2 n å y 2 - (å y ) 2
95
)
Keterangan : rxy
= Korelasi product moment Pearson antara skor item pertanyaan dan skor tiap responde
n
= Jumlah sampel
x
= Nilai/skor tiap item soal
y
= Nilai/skor tiap responden
å xy
= Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah : Tabel 3.7 Interpretasi kriteria validitas Nilai rxy 0,91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20 ( Masidjo, 1995: 242-246)
Interpretasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba maka dari 36 item soal yang diujicobakan terdapat 25 item angket pernyataan yang valid dan 11 item angket pernyataan yang tidak valid. Setelah dilakukan analisis dan tinjauan kesesuaian dengan indikator yang telah dibuat oleh peneliti, bahwa duapuluh lima pernyataan tentang sikap ilmiah yang valid tersebut telah mewakili indikator dan tujuan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi. Sehingga ke duapuluh lima pernyataan tersebut digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 17.
96
2) Uji Reliabilitas Reliabilitas
menunjukkan
tingkat
keajegan
atau
keandalan
soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, yaitu:
n ö é St 2 - å pq ù rtt = æç ÷ê ú St 2 è n - 1 øë û st =
1 n
(
N å X 2 - (å X ) 2
)
é k ù é å s b2 ù r11 = ê ú ê1 - 2 ú st û ë (k - 1) û ë Keterangan: rtt = Koefisien reliabilitas n = Jumlah item St = Standar deviasi P = Proporsi subjek yang menjawab benar Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1) N = Jumlah siswa X = skor Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.
97
Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi Nilai r
Interpretasi
0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20 (Masidjo, 1995)
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,839 berarti reliabilitas angket sikap ilmiah yang digunakan termasuk kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 18. c. Instrumen pengukuran kreativitas 1) Validitas Item angket kreativitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran. Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah: r xy =
(n å x
n å xy - (å x å y ) 2
)(
- (å x) 2 n å y 2 - (å y ) 2
)
Keterangan : rxy
= Korelasi product moment Pearson antara skor item
98
pertanyaan dan skor tiap responde n
= Jumlah sampel
x
= Nilai/skor tiap item soal
y
= Nilai/skor tiap responden
å xy
= Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid apabila rxy ≥ rtabel. Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan terdapat 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid dan 10 item angket pernyataan kreativitas yang tidak valid. Setelah dilakukan review dapat diketahui bahwa 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid tersebut telah mewakili indikator dan tujuan seperti pada kisi-kisi yang telah dibuat. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 19. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas
menunjukkan
tingkat
keajegan
atau
keandalan
soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, yaitu:
n ö é St 2 - å pq ù rtt = æç ÷ê ú St 2 è n - 1 øë û
99
st =
1 n
(
N å X 2 - (å X ) 2
)
é k ù é å s b2 ù r11 = ê ú ê1 - 2 ú st û ë (k - 1) û ë Keterangan: rtt = Koefisien reliabilitas n = Jumlah item St = Standar deviasi P = Proporsi subjek yang menjawab benar Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1) N = Jumlah siswa X = skor Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.9 Interpretasi koefisien korelasi Nilai r
Interpretasi
0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20 (Masidjo, 1995)
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas angket kreativitas yang digunakan termasuk dalam kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 20. 100
H. Analisis Data 1. Prasyarat Analisis Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas 1) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 25. 2) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
101
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 26. 3) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa kelas
X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga
statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27. 4) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 28. 5) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
102
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 29. 6) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30.
b. Uji Homogenitas Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel 3.10 berikut.
103
Tabel 3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian Pembelajaran Berbasis Masalah Metode Proyek (A1)
Metode Inkuiri (A2)
Sikap
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Ilmiah (B)
(B1)
(B2)
(B1)
(B2)
N
8
8
7
9
rata2
19.000
17.125
22.571
20.889
sd
1.690
1.727
2.070
0.782
N
8
8
12
4
rata2
16.875
16.875
20.250
17.750
sd
4.086
1.885
1.357
1.500
Tinggi (C1)
Kreativitas (C)
rendah(C2)
Tabel Perhitungan Homogenitas Dk Sv
2
Dk
2
si
dk s i
2
log(s i)
log(s2i)
A1B1C1
7
2.857
20.000
0.456
3.192
A1B1C2
7
16.696
116.875
1.223
8.558
A1B2C1
7
2.982
20.875
0.475
3.322
A1B2C2
7
3.554
24.875
0.551
3.855
A2B1C1
6
4.286
25.714
0.632
3.792
A2B1C2
11
1.841
20.250
0.265
2.915
A2B2C1
8
0.611
4.889
-0.214
-1.711
A2B2C2
3
2.250
6.750
0.352
1.057
TOTAL
56
240.228
2
4.290
B
35.416
χ2
1.019
s total
χ2tabel
χ20,95;7
14.067
Tes
homogen
104
24.979
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas menunjukkan bahwa nilai X2hitung =
1,019 yang tidak melebihi pada taraf
signifikansi a = 5%, dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1,019 < 14,067). Dengan demikian Ho yaitu sampel kelas yang digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak, maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen (kelas X.3 dan X.4) berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji tersebut tersaji selengkapnya dalam lampiran 31.
2. Uji hipotesis a) Uji Anava Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode proyek dan metode inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis dengan uji Anava tiga jalan. Perhitungan Uji Anava dari data yang telah didapat dengan menggunakan program digital software SPSS 16.0 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut.
105
Tabel 3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian. Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares
Source Corrected Model
Mean Square
df
F
Sig.
251.334a
7
21307.778
1
105.501
1
105.501
24.504
.000
Si
44.201
1
44.201
10.266
.002
Kr
69.778
1
69.778
16.207
.000
Kelas * si
1.887
1
1.887
.438
.511
Kelas * kr
4.493
1
4.493
1.044
.311
si * kr
3.435
1
3.435
.798
.376
11.705
1
11.705
2.719
.105
Error
241.103
56
4.305
Total
23978.000
64
492.437
63
Intercept Kelas
Kelas * si * kr
Corrected Total
35.905
8.339
.000
21307.778 4.949E3
.000
a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449) No Sumber variansi F Signifikans Kesimpulan i 1
Metode
24.504
2
Sikap ilmiah
10.266
3
Kreativitas
16.207
4
Metode* sikap ilmiah
5
Metode* kreativitas
6
Sikap ilmiah* kreativitas 7 Metode* si kap ilmiah* kreativitas Sumber terdapat pada lampiran 32.
.438 1.044 .798 2.719
106
.000 H0 ditolak .002 H0 ditolak .000 H0 ditolak .511 H0 diterima .311 H0 diterima H0 diterima .376 .105
H0 diterima
Berdasarkan hasil uji anava diatas dapat disimpulkan keputusan uji hipotesis sebagai berikut: 1. H0 1 ditolak berarti: ada pengaruh perbedaan metode mengajar terhadap hasil belajar siswa. 2. H0 2 ditolak : ada pengaruh sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa 3. H0 3 ditolak : ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar siswa 4. H0 4 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa. 5. H0 5 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa. 6. H0 6 diterima : tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa. 7. H0 8 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa.
b) Uji Lanjut Anava Menurut Budiyono (2004:57) bahwa uji lanjut digunakan untuk menentukan sejauhmana perbedaan atau interaksi antara dua atau tiga variabel yang dibandingkan. Dalam penelitian ini terdapat empat rumusan masalah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara dua variabel atau lebih yaitu: 1) Pada rumusan masalah nomor empat: Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada
107
materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya. 2) Pada rumusan masalah nomor lima: Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya. 3) Pada rumusan masalah nomor enam: Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya. 4) Pada rumusan masalah nomor tujuh: Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya
108
Sedangkan pada rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga hanya melibatkan pengaruh satu variabel saja dan tidak mencaritahu ada tidaknya interaksi antar variabel yaitu: 1) Pada hipotesis H01 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa metode proyek (metode A) mendapat nilai rerata = 17.688 sedangkan metode inkuiri (metode B) mendapat nilai rerata = 20.365, sehingga kesimpulannya metode inkuiri (B) jelas berpengaruh lebih signifikan daripada metode proyek (A) dan nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dua metode di atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil rerata yaitu 20.365 berbanding 17.688 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut. 2) Pada hipotesis H02 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mendapat nilai rerata = 19.893 sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah mendapat nilai rerata = 18.160, sehingga kesimpulannya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi jelas mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dari sikap ilmiah tinggi dan rendah di atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil rerata 19.893 : 18.160 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut. 3) Pada hipotesis H03 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi mendapat nilai rerata = 20.115 sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah mendapat nilai rerata = 17.938, sehingga
109
kesimpulannya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jelas mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar daripada siswa yang mempunyai kreativitas rendah dan nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dari kreativitas tinggi dan rendah di atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil rerata 20.115 : 17.938 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut.
110
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Pada bab ini juga akan disajikan tentang deskripsi data penelitian dan keputusan uji hasil penelitian. Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) data nilai tes prestasi hasil belajar siswa, (2) data skor kemampuan sikap ilmiah siswa, (3) data skor kemampuan kreativitas siswa. Dari tiga data tersebut diambil dua kelompok kelas yang akan diberi perlakuan eksperimen. Kelompok kelas pertama disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode proyek dan kelompok kelas kedua disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode inkuiri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dua kelas, yaitu kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Kelas yang pertama X.3 diajar dengan menggunakan metode proyek dengan jumlah siswa 32, sedangkan kelas yang kedua X.4 diajarkan dengan menggunakan metode inkuiri dengan jumlah siswa 32. Data selengkapnya akan disajikan sebagai berikut: 1. Nilai tes hasil belajar Data nilai tes hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa ketika mengerjakan soal obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang setelah siswa mengalami perlakuan pembelajaran dengan metode yang telah dilakukan oleh
111
guru. Terdapat dua kelompok kelas yang memperoleh materi pokok Limbah dan Daur Ulang dengan metode yang berbeda. Kelompok kelas eksperimen pertama yaitu kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek sedangkan kelompok kelas eksperimen yang kedua adalah kelas X.4 yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri. Berikut ini akan disajikan data nilai hasil tes belajar dari kedua kelas eksperimen tersebut. a) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.3 Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas eksperimen pertama yaitu kelas X.3 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode proyek dapat didiskripsikan sebagai berikut: Hasil nilai tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek didapatkan skor tertinggi untuk jawaban betul = 21 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 84 dan skor terendah untuk jawaban betul = 9 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 54. Dari skor tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar 16,688 atau nilai rata-rata kelas sebesar = 66,75. (lampiran 21). Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen pertama yaitu kelompok yang menggunakan metode proyek pada kelas X.3 disajikan pada tabel 4.1. Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%) yang menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam bentuk kelas interval.
112
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval Interval
Frekuensi
9-11
2
12-14
2
15-17
14
18-20
13
21-23
1
Total
32
Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan histogram dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.1 berikut: 16 14
14
12
13
10 8 6 4 2
2
2
9 s /d 1 1
1 2 s /d 1 4
1
0
Interv al
1 5 s /d 1 7
1 8 s /d 20
21 s /d 23
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar dengan metode proyek b) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.4 Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas eksperimen kedua yaitu kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun
113
pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode inkuiri dapat didiskripsikan sebagai berikut: Hasil nilai tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas X.4 yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri didapatkan skor tertinggi untuk jawaban betul = 25 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 100 dan skor terendah untuk jawaban betul = 17 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 68. Dari skor tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar = 20,625 atau jika dikonversi menjadi nilai rata-rata kelas sebesar = 82,5. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22. Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen kedua yaitu kelompok yang menggunakan metode inkuiri pada kelas X.4 disajikan pada tabel 4.2 Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%) yang menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam bentuk kelas interval. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval Interval
Frekuensi
17-18
4
19-20
12
21-22
11
23-24
4
25-26
1
Total
32
Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan diagram blok dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.2.
114
14 12
12
10
11
8 6 4 2
4
4 1
0
Interv al 1 7 s /d 1 8
1 9 s /d 20
21 s /d 22
23 s /d 24
24 s /d 26
Gambar 4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar dengan metode inkuiri 2. Skor kemampuan sikap ilmiah Hasil dari skor kemampuan sikap ilmiah diperoleh dari hasil angket yang telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran 23 halaman 212. Hasil dari skor sikap ilmiah siswa selanjutnya dikategorikan kedalam dua tingkatan , yaitu tinggi dan rendah. Sikap ilmiah dikategorikan tinggi jika skornya diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor terhadap angket sikap ilmiah dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data angket sikap ilmiah pada kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek dapat dilihat dari tabel 4.3 sedangkan kelas eksperimen kedua X.4 yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri dapat dilihat dari tabel 4.4. di bawah ini.
115
Tabel 4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3 Jenis Penilaian
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
Kategori
Angket Sikap Ilmiah
32
54,5
Rendah
Tabel 4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4 Jenis Penilaian
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
Kategori
Angket Sikap Ilmiah
32
53,75
Rendah
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata sikap ilmiah pada kelas X.3 yang diajar menggunakan metode proyek adalah 54,5, sedangkan nilai skor rata-rata sikap ilmiah pada kelas yang menggunakan metode inkuiri adalah 53,7. Berikut ini akan disajikan diagram batang yang menunjukkan perbandingan rata-rata antara sikap ilmiah pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas dengan metode inkuiri. Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Kelas X.3 & X.4 54.6 54.4 54.2 54
Series1
53.8 53.6 53.4 53.2 Kelas X.3
Kelas X.4
Gambar 4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4
116
Berdasarkan dari histogram diatas maka dapat dilihat bahwa skor sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek (kelas X.3) lebih tinggi daripada skor sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri (X.4).
3. Skor kemampuan kreativitas Hasil dari skor kemampuan kreativitas diperoleh dari hasil angket yang telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran 24. Hasil dari skor kreativitas siswa selanjutnya dikategorikan kedalam dua tingkatan, yaitu tinggi dan rendah. kreativitas dikategorikan tinggi jika skornya diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor terhadap angket kreativitas dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data angket kreativitas pada kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek dapat dilihat pada tabel 4.5 dan kelas eksperimen kedua X.4 yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.6. di bawah ini. Tabel 4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3 Jenis Penilaian
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
Kategori
Angket Sikap Ilmiah
32
73,34
Baik
Tabel 4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4 Jenis Penilaian
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
Kategori
Angket Sikap Ilmiah
32
69,87
Rendah
117
Berdasarkan pada hasil perhitungan, maka diperoleh data bahwa nilai skor rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode proyek adalah 73,34 sedangkan nilai skor rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode inkuiri adalah 69,87. Berikut ini akan disajikan histogram yang menunjukkan perbandingan rata-rata antara kreativitas pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas dengan metode inkuiri.
Perbandingan Skor Kreativitas Kelas X.3 & X.4 74 73 72 71
Series1
70 69 68 Kelas X.3
Kelas X.4
Gambar 4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4 Berdasarkan dari diagram diatas maka dapat dilihat bahwa skor kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek lebih tinggi daripada skor kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.
118
B. Pengujian Prasyarat Analisis Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas c. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 25. d. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
119
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 26. e. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa kelas
X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga
statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27. f. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 28. g. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
120
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 29. h. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4 Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi ( a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30. 2. Uji Homogenitas Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel 4.7 berikut.
121
Tabel 4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian Pembelajaran Berbasis Masalah Metode Proyek (A1)
Metode Inkuiri (A2)
Sikap
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Ilmiah (B)
(B1)
(B2)
(B1)
(B2)
N
8
8
7
9
rata2
19.000
17.125
22.571
20.889
sd
1.690
1.727
2.070
0.782
N
8
8
12
4
rata2
16.875
16.875
20.250
17.750
sd
4.086
1.885
1.357
1.500
Tinggi (C1)
Kreativitas (C)
rendah(C2)
Tabel Perhitungan Homogenitas dk Sv
2
Dk
2
si
dk s i
2
log(s i)
log(s2i)
A1B1C1
7
2.857
20.000
0.456
3.192
A1B1C2
7
16.696
116.875
1.223
8.558
A1B2C1
7
2.982
20.875
0.475
3.322
A1B2C2
7
3.554
24.875
0.551
3.855
A2B1C1
6
4.286
25.714
0.632
3.792
A2B1C2
11
1.841
20.250
0.265
2.915
A2B2C1
8
0.611
4.889
-0.214
-1.711
A2B2C2
3
2.250
6.750
0.352
1.057
TOTAL
56
240.228
2
4.290
B
35.416
χ2
1.019
s total
χ2tabel
χ20,95;7
14.067
Tes
homogen
122
24.979
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas menunjukkan bahwa nilai X2hitung = 1,019 yang tidak melebihi pada taraf signifikansi a = 5%, dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1,019 < 14,067). Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa sampel kelas yang digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak, maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen yaitu kelas X.3 dan X.4 berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas tersebut tersaji selengkapnya dalam lampiran 31.
C. Pengujian hubungan antar variabel Pada pengujian untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel yang terlibat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji ANAVA tiga jalan dengan frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian antar variabel ini adalah nilai tes hasil belajar yang didapat oleh siswa dan skor angket sikap ilmiah serta kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan menggunakan program digital software SPSS 16.0 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
123
Tabel 4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:nilai Type III Sum of Squares
Source Corrected Model
df
Mean Square
F
Sig.
251.334a
7
21307.778
1
105.501
1
105.501
24.504
.000
Si
44.201
1
44.201
10.266
.002
Kr
69.778
1
69.778
16.207
.000
kelas * si
1.887
1
1.887
.438
.511
kelas * kr
4.493
1
4.493
1.044
.311
si * kr
3.435
1
3.435
.798
.376
11.705
1
11.705
2.719
.105
Error
241.103
56
4.305
Total
23978.000
64
492.437
63
Intercept Kelas
kelas * si * kr
Corrected Total
35.905
8.339
.000
21307.778 4.949E3
.000
a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449) Sumber terdapat pada lampiran 32. Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka dapat diketahui bahwa: 1. Metode pembelajaran yang diterapkan (metode proyek dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen. Kelas Metode proyek Metode inkuiri
Mean
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound .367 16.953 18.422 .398 19.569 21.161
Std. Error
17.688 20.365
124
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X.4 memiliki hasil yang lebih baik daripada penerapan metode proyek dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X.3, hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek adalah = 17.688, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas X.4 yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri adalah 20.365. 2. Sikap Ilmiah tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah. Sikap Ilmiah Tinggi Rendah
Mean
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound .358 19.176 20.610 .406 17.347 18.972
Std. Error
19.893 18.160
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah = 19.893, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah adalah = 18.160.
125
3. Kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Kreativitas Tinggi Rendah
Mean
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound .368 19.377 20.853 .396 17.144 18.731
Std. Error
20.115 17.938
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah = 20.115, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah adalah = 17.938. 4. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah Kelas Metode proyek Metode Inkuiri
Sikap Ilmiah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Mean
Std. Error
18.375 17.000 21.411 19.319
.519 .519 .493 .623
126
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound 17.336 19.414 15.961 18.039 20.422 22.399 18.071 20.568
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik (18.375) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (17.000). Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik (21.411) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (19.319). 5. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah Kelas Metode proyek Metode Inkuiri
Kreati vitas Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Mean
Std. Error
18.500 16.875 21.730 19.000
.519 .519 .523 .599
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound 17.461 19.539 15.836 17.914 20.683 22.778 17.800 20.200
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik (18.500) daripada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (16.875). Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil
127
belajar yang lebih baik (21.730) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (19.000). 6. Sikap ilmiah dan kreativitas pada kelompok siswa tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.14 berikut. Tabel 4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan rendah. Sikap ilmiah Tinggi
Kreati vitas Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Rendah
Mean
Std. Error
21.223 18.562 19.07 17.312
.537 .474 .504 .635
95% Confidence Interval Lover Bound Upper Bound 20.148 22.299 17.614 19.511 17.997 20.017 16.040 18.585
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling baik yaitu = 21.223. Sedangkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori rendah memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling jelek yaitu = 17.312. 7. Penerapan metode inkuiri pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada penerapan metode proyek pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.15 berikut.
128
Tabel 4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri.
Kelas
Metode proyek
Metode inkuiri
Sikap ilmiah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Kreativitas
Mean
Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
19.875 16.875 17.125 16.875 22.571 20.25 20.889 17.75
std. Error .734 .734 .734 .734 .784 .599 .692 1.037
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 18.405 21.345 15.405 18.345 15.655 18.595 15.405 18.345 21.000 24.142 19.05 21.450 19.503 22.274 15.672 19.828
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kelas yang diberi perlakuan metode inkuiri pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling baik yaitu = 22.571. Sedangkan pada kelas yang diberi perlakuan metode proyek pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori rendah memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling jelek yaitu = 16.875.
D. Pengujian Hipotesis Penelitian Pada pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan uji ANAVA tiga jalan dengan frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah nilai tes hasil belajar dan skor angket sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan software SPSS 16.0 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut. 129
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis No
Sumber variansi
F
1
Metode
24.504
.000 H0 ditolak
2
Sikap ilmiah
10.266
.002 H0 ditolak
3
Kreativitas
16.207
.000 H0 ditolak
4
Metode* sikap ilmiah
5
Metode* kreativitas
6
Sikap ilmiah* kreativitas
7
Metode* sikap ilmiah* kreativitas
Signifikansi
Kesimpulan
.438
.511 H0 diterima
1.044
.311 H0 diterima
.798
.376 H0 diterima
2.719
.105
H0 diterima
Sumber terdapat pada lampiran 33. Berdasarkan rangkuman hasil uji Anava untuk pengujian hipotesis pada tabel 4.16 di atas maka dapat diambil keputusan uji sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh. 2. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B) terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh. 3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kreativitas (C) terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh.
130
4. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap sikap ilmiah pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi. 5. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap kreativitas pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi. 6. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B) terhadap kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap sikap ilmiah (B) dan kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji Anava terhadap semua data yang ada meliputi : nilai tes hasil belajar, skor sikap ilmiah dan kreativitas maka dapat dibahas beberapa rumusan masalah yang telah ditentukan. 1. Hipotesis pertama Ho : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
131
H1 : Terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 24.504 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih besar daripada Ftabel ( 24.504 > 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara metode proyek dan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara metode proyek dan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Meskipun penerapan kedua metode tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: penerapan metode inkuiri mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.365 jika dibandingkan dengan penerapan metode proyek yang hanya memiliki nilai rata-rata kelas = 17.688. Perbedaan pengaruh pada penerapan kedua metode tersebut terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penerapan metode inkuiri pada materi Limbah dan Daur Ulang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik karena dalam metode inkuiri siswa melakukan eksperimen sendiri secara luas untuk mengerjakan tugas yang telah ditentukan oleh guru, membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman
132
konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur Ulang. b. Penerapan metode inkuiri memungkinkan siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Di satu sisi kondisi sarana penunjang yang dibutuhkan siswa dalam proses belajar dengan inkuiri semuannya tersedia di sekolah karena sarana penunjang di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo sudah berbasis multimedia. Dengan situasi pembelajaran yang seperti tersebut diatas maka sangatlah logis bila metode inkuiri menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Jika dibandingkan dengan metode proyek yang membawa dampak pada hasil belajar siswa lebih jelek dari pada dengan metode inkuiri, hal tersebut dikarenakan metode proyek memiliki kecenderungan yang bisa diuraikan sebagai berikut: Dalam metode proyek mempunyai esensi tujuan untuk membantu siswa berhasil dalam pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaan metode proyek mensyaratkan terlibatnya keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam proses mendapatkan pengetahuan tersebut. Ini adalah exercise bagi otak untuk menunjukkan
kapasitas
yang
sesungguhnya
dan
tantangan
ini
akan
mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat sehingga jika siswa mampu memanaj maka proses pemerolehan pengetahuan akan baik. Akan tetapi dalam konteks ini, siswa kelas X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek
133
secara mental dan fisik menunjukkan banyaknya kekurangan. Indikator tersebut dapat dipahami berdasarkan potret masukan yang diberikan oleh guru penjas bahwa banyak siswa kelas X.3 yang secara fisik lemah dan bukan tipe siswa yang senang dengan olahraga. Selain itu, ditinjau dari rasa empati dan sosialnya terhadap sesama kawan juga rendah. Hal tersebut dapat dipahami dari beberapa indikator antara lain: tidak kompak dalam melaksanakan komitmen kelas seperti iuran, piket, lomba antar kelas dan tugas, adanya kelompok-kelompok tertentu dalam kelas yang berpengaruh terhadap kondusifitas kelas. Dengan keadaan tersebut maka berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar pada kelas X.3 yang memperoleh nilai rata-rata kurang daripada kelas X.4 yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri. Data lain yang mendukung bahwa implementasi metode inkuiri memberikan berbagai efek positif dalam KBM adalah hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah oleh Budi Eko Soetjipto (2001) dinyatakan bahwa: Inquiry teaching is a strategy or teaching methodology designed to meet the needs of children at their own developmental level with their understanding of concepts. It also puts children in charge of their own learning and gives them a sense of responsibility for their learning. Moreover, through inquiry teaching, children will be independent learners with their curiosity to know and explore something with guidance of the teacher. Finally, according to the definition, process and goal of inquiry teaching, it is clear that inquiry teaching can be used to implement active learning methods.
Dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa implementasi pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan pemahaman terhadap konsep materi serta
134
mengkondisikan anak untuk bertanggung-jawab. Lebih dari itu, anak-anak akan mandiri, keingintahuan mereka untuk mengetahui sesuatu akan terstimulus dan mampu menjelajah sesuatu dengan bimbingan dari guru. Sedangkan dalam pembelajaran berbasis metode proyek menuntut rancangan pembelajaran yang rumit, menyediakan lingkungan kompleks yang membangun pengetahuan siswa, serta menuntut konstruktivisme sosial yang tinggi seperti yang telah di publikasikan oleh Hans Poldoja (2002) dinyatakan bahwa: In most cases digital learning objects are used for individual learning (reading, looking, playing, quizzes) or by teachers in their class-room or online teaching (presentations). In PILOT project we argue that learning objects should be designed and presented in a special way in order to promote truly social constructivist learning. The project is based on the concept of progressive inquiry learning object templates (PILOTs). These learning objects support progressive inquiry knowledge building process in computer and database supported Knowledge Building environments, found for instance in Fle3 and IVA virtual learning environments. Design research methods such as participatory design and scenario-based design are used in the project to generate distributable and reusable PILOTs. The developed learning objects will be tested and evaluated by schools, teachers, and their pupils.
2. Hipotesis kedua Ho : Tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. H1 : Terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 10.266 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih besar daripada Ftabel (10.266 > 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi
135
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Meskipun tinjauan sikap ilmiah tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 19.893, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah adalah = 18.160. Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pelajaran biologi merupakan salah satu materi sains yang berhubungan dengan obyek yang kontekstual. Sehingga sangat logis jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika sikap ilmiahnya rendah maka nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang didapat. b. Pelajaran biologi merupakan kumpulan dari fakta ilmiah, maka cara mempelajarinya juga dengan metode ilmiah. Sehingga sangat logis jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya.
136
c. Biologi merupakan kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, obseravasi, eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur eksperimen. Jika siswa dalam mempelajari biologi mempunyai sikap obyektif dan jujur sebagai salah satu indikator sikap ilmiah tinggi maka dipastikan siswa tersebut akan lebih mudah menguasai materi dengan kata lain hasil belajar yang didapat pasti lebih baik jika dibandingkan siswa yang sikap ilmiahnya rendah. d. Secara aksiologis, bahwa cara mempelajari biologi sebagai salah satu ilmu sains
adalah
dengan
metode ilmiah
yang antara lain mengamati,
mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/ kesimpulan dari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam dan membangun sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah mengamati, menggolongkan,
mengukur,
menjelaskan,
mengajkukan
pertanyaan-
pertanyaan penting, merumuskan problem, mermuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan. Jadi, jika seorang siswa mempunyai indikator-indikator tersebut dominan dalam dirinya maka dikatakan memiliki sikap ilmiah tinggi. Dengan tingginya sikap ilmiah yang dimiliki tersebut, maka jelas akan mempermudah siswa dalam mempelajari dan menguasai biologi yang salah salah satu indikatornya adalah nilai hasil belajarnya tinggi.
137
e. Dalam mempelajari biologi harus didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan hati, terbuka, penghindaran atas dogmatis, keobyektifan dan pendekatan positif atas kegagalan. Sikap-sikap tersebut merupakan indikator dari sikap ilmiah. Jika sikap ilmiah siswa tinggi maka hasil belajarnya juga akan tinggi. Jadi sangat logis jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi, maka hasil belajarnya juga tinggi. 3. Hipotesis ketiga Ho : Tidak terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. H1 : Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 16.207 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih besar daripada Ftabel (16.207 > 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Meskipun tinjauan kreativitas tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.115,
138
sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah adalah = 17.938. Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan muncul pada diri individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin. Dalam pembelajaran biologi di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo mengambil materi limbah dan daur. Materi tersebut mempunyai karakteristik menantang para siswa untuk menemukan sesuatu yang baru. Maka jika siswa memiliki kemampuan kreativitas tinggi, maka akan semakin mudah dalam mempelajari biologi yang artinya hasil belajar yang didapat juga akan tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang kreativitasnya rendah. b. Materi biologi berhubungan dengan obyek kontekstual yang keberadaannya perlu selalu diterapkan, dikaji dan dikembangkan. Proses pengkajian dan pengembangan tersebut menuntut sikap kreativitas yang tinggi bagi pebelajar. Sehingga sangat logis jika siswa mempelajari biologi memiliki kemampuan kreativitas tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika kreativitasnya rendah maka nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang didapat.
139
c. Kemampuan kreativitas merupakan variasi dari tiga hal, yaitu mengkombinasi, memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan operasional
berdasarkan
pada
aspek
kelancaran-keluwesan-orisinalitas.
Menurut Ausubel (dalam Hamalik, 2002) kreativitas merupakan kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas. Sikap-sikap tersebutlah yang dibutuhkan untuk mempelajari, memahami dan menguasai ilmu biologi sebagai salah satu bagian dari sains. Jika kemampuan aspek-aspek kreativitas seperti di atas tinggi, maka hasil belajar biologi juga dipastikan tinggi dan sebaliknya. d. Kemampuan kreativitas dapat dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran yang berprinsip pada konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur, penemuan, dan generalisasi. Dalam mempelajari biologi tidak terlepas dari proses penyelidikan. Maka jika siswa memiliki sikap penyelidikan tinggi sebagai salah satu komponen kreativitas, maka proses mempelajari biologi akan semakin mudah dan hasil belajarnya akan lebih baik. e. Materi biologi berhubungan dengan obyek obyek nyata yang bisa ditemui di lingkungan sekitar dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Sehingga sangat logis jika siswa memiliki kreativitas tinggi, maka dia akan semakin
140
mencintai biologi yang pada akhirnya memiliki motivasi tinggi untuk belajar biologi sehingga berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya kreativitasnya rendah maka nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang didapat. Sebagai bahan perbandingan bisa kita lihat dari hasil penelitian yang ditulis Claire Allam (2001) dinyatakan: This paper covers a number of examples which describe the benefits to student learning; these include close engagement with their subject leading to insight and deeper understanding, as well as a range of transferable skills. This successful practice is looked at in relation to issues of assessment, evaluation and cost. Using a methodological approach that employs qualitative feedback interviews with students as research data, as well as referring to the literature, it presents a case for sustainable implementation Tulisan di atas berisi sejumlah contoh yang menjelaskan manfaat kreativitas siswa dalam belajar. Dengan menggunakan pendekatan metodologis kualitatif yang menggunakan umpan balik wawancara dengan siswa maka akan memudahkan siswa dalam pembelajaran meskipun kecepatan waktunya tidak tentu pasti. Sedangkan dalam penelitian ini faktor kreativitas digunakan sebagai tinjauan dan
metode proyek-inkuiri sebagai metode pembelajaranya untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa yang ternyata tidak ada interaksi atau hubunganya dengan hasil belajar. 4. Hipotesis keempat Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.
141
H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.438 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.438 < 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara lain: a. Karakteristik cara dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode ilmiah sehingga harus didukung dengan sikap ilmiah juga. Jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah secara paten. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah
142
tinggi, nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, nilainya tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam hal ini proyek dan inkuiri terhadap hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki arti interaksi dengan sikap ilmiah jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang sikap ilmiahnya rendah akan memiliki peningkat nilai menjadi tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah karena dipengaruhi metode pembelajaran yang mungkin tidak sesuai maka akan mengakibatkan turunnya nilai bagi siswa yang sikap ilmiahnya mulamula tinggi. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat siswa menunjukkan hubungan yang lurus, artinya yang sikap ilmiah tinggi mendapat nilai tetap tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah rendah tetap mendapat nilai rendah. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena sikap ilmiah merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah melekat pada seorang individu sebagai anugrah yang akan selalu mendominasi dan berpengaruh langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam proses belajar dan tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk penerapan metode
143
pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang dipelajari mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. 5. Hipotesis kelima Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 1.044 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1.044 < 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan kreativitas yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah
144
dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara lain: a. Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah menuntut kemampuan kreativitas. Hal tersebut dikarenakan obyek biologi selalu mengalami perkembangan dan membutuhkan pengkajian mendalam. Jika siswa memiliki kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi yang menuntut kreativitas, sehingga perlakuan metode pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan kreativitas yang telah melekat pada kesehariannya. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat berbanding lurus dengan kemampuan kreativitas yang dimiliki. Bahwa siswa yang memiliki kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan tes hasil belajar nilai yang didapat tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar nilai yang didapat tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam hal ini proyek dan inkuiri terhadap kemampuan kreativitas siswa tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki arti interaksi dengan kemampuan kreativitas jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang kemampuan kreativitasnya rendah akan memiliki peningkat nilai menjadi tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa
145
yang memiliki sikap ilmiah rendah karena dipengaruhi metode pembelajaran yang mungkin tidak sesuai maka akan mengakibatkan turunnya nilai bagi siswa yang sikap ilmiahnya mula-mula tinggi. Dengan kata lain bahwa jika terdapat interaksi maka nilai hasil belajar siswa tidak akan berbanding lurus dengan kemampuan kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat siswa menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah tetap mendapat nilai rendah. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena kemampuan kreativitas merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah melekat pada seorang individu baik yang akan selalu mendominasi dan berpengaruh langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam proses belajar dan tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk penerapan metode pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang dipelajari mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Sebuah penelitian pembanding yang telah dilakukan oleh Thorsten Bell (2009) dinyatakan bahwa:
146
Collaborative inquiry learning is one of the most challenging and exciting ventures for today's schools. It aims at bringing a new and promising culture of teaching and learning into the classroom where students in groups engage in self-regulated learning activities supported by the teacher. It is expected that this way of learning fosters students' motivation and interest in science, that they learn to perform steps of inquiry similar to scientists and that they gain knowledge on scientific processes. Starting from general pedagogical reflections and science standards, the article reviews some prominent models of inquiry learning. This comparison results in a set of inquiry processes being the basis for cooperation in the scientific network NetCoIL. Inquiry learning is conceived in several ways with emphasis on different processes.
Bahwa dalam pembelajaran kolaboratif inquiry merupakan metode pembelajaran yang paling menantang dan menggairahkan, melibatkan masuknya budaya baru dan pembelajaran berjalan secara bersama dalam kelompok. Karena siswa harus belajar dalam kelompok maka siswa harus menyesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang ada dalam kelompok tersebut sehingga kreativitas sebagai faktor potensi pribadi tidak akan maksimal sehingga secara umum dapat dinyatakan tidak akan ada interaksi antara pembelajaran inquiry dengan kreativitas siswa.
6. Hipotesis keenam Ho : Tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. H1 : Terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.798 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.798 < 4.012). Dengan demikian Ho yang
147
menyatakan tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara lain: Dalam mempelajari ilmu biologi agar menghasilkan pemahaman yang komprehensif maka harus dipelajari dengan metode ilmiah dan menuntut kemampuan apresiasi yang tinggi. Oleh karena ini pendekatan sikap yang harus dimiliki oleh pebelajar adalah sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi. Jika siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan apapun tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi, setelah dilakukan tes hasil belajar nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar nilainya tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas terhadap hasil belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
148
Sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas akan memiliki arti interaksi dengan hasil belajar siswa jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang sikap ilmiah dan kemampuan kreativitasnya rendah akan memiliki nilai yang tidak menentu, bisa menjadi tinggi atau bisa tetap rendah ketika dilakukan tes hasil belajar. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi juga tidak akan berbanding lurus dengan nilai yang didapat bisa terjadi penurunan atau tetap tinggi. Dengan kata lain bahwa jika terdapat interaksi maka nilai hasil belajar siswa tidak akan berbanding lurus dengan kemampuan sikap ilmiah dan kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi ternyata nilai yang didapat siswa menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas rendah tetap mendapat nilai rendah untuk tes hasil belajarnya. 7. Hipotesis ketujuh Ho : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. H1 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 2.719 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
149
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (2.719 < 4.012). Dengan demikian Ho yang menyatakan Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara lain: Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode ilmiah dan perlu didukung dengan kemampuan kreativitas. Jika siswa memiliki sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang telah melekat. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan tes hasil belajar memperoleh nilai tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar memperoleh nilai tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam hal
150
ini proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki arti interaksi dengan sikap ilmiah dan kreativitas jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang sikap ilmiah dan kreativitasnya rendah jika diberi perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki nilai yang bervariasi yaitu tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi jika diberi perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki nilai yang bervariasi juga yaitu ada yang tetap tinggi dan ada yang mengalami penurunan menjadi rendah.
Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan
metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat baik siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi atau rendah menunjukkan hubungan yang lurus, artinya yang sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah tetap mendapat nilai rendah. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena prilaku bawaan yang melekat pada seorang individu baik sikap ilmiah dan kreativitas akan selalu mendominasi dan berpengaruh langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam proses belajar. Jika materi yang dipelajari mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut sikap ilmiah
151
dan kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Seperti yang ditunjukan dalam kesimpulan hasil penelitian dari Andrew J. Sense (2006) dinyatakan: “As observed in the case study and then argued in this paper, through project team participants systematically and publicly exploring and communally reflecting on this sociological element, they aid their situated learning processes and incidentally, help develop their competency in learning how to learn”. Implementasi pembelajaran dengan proyek akan dapat mengembangkan hubungan sosiologis antar siswa dan kompetensi mereka dalam cara belajar, akan tetapi untuk pencapaian prestasi hasil belajar tidak ada relevansi atau interaksinya.
F. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, akan tetapi peneliti menyadari sebagai manusia biasa pasti banyak kelemahan dan keterbatasan selama penyusunan penelitian ini. Kelemahan dan keterbatasan antara lain : 1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X dan sampelnya adalah kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Jika penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang berbeda mungkin akan berbeda pula hasil yang akan didapatkan dalam penelitian, sehingga penelitian ini masih belum dapat digeneralisasikan secara umum. 2. Semua instrumen yang terdapat dalam penelitian ini hanya diuji cobakan satu kali, padahal untuk menjadi instrumen yang baik dan baku harus diuji cobakan beberapa kali pada tempat yang berbeda-beda pula.
152
3. Waktu pembelajaran terbatas pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang, hanya diberikan dalam beberapa pertemuan saja. Hal ini merupakan salah satu bentuk keterbatas waktu. 4. Penggunaan metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi hanya dua metode yaitu proyek dan inkuiri. 5. Variabel moderator dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua variabel yaitu sikap ilmiah dan kreativitas, yang masing-masing dikategorikan dalam dua kelompok yaitu tinggi dan rendah. Padahal ada satu kategori lagi yaitu sedang, akan tetapi pada penelitian ini kategori sedang ini tidak ada. Sehingga peneliti belum dapat menyimpulkan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa secara komprehensif. 6. Dalam penelitian ini pertemuan atau tatap muka dengan siswa ketika berlangsungnya penelitian sangat singkat. Sehingga penyampaian bahan ajar dan penyesuaian siswa terhadap pemakaian metode kurang maksimal. 7. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang berupa tes tertulis bentuk pilihan ganda pada akhir pembelajaran saja karena idealnya proses evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
153
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan metode inkuiri pada kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo berpengaruh lebih baik pada hasil belajar siswa materi Limbah dan Daur Ulang daripada metode proyek pada kelas X.3 karena pada metode inkuiri siswa menggunakan berbagai sumber belajar, siswa melakukan eksperimen sendiri secara luas, siswa dapat berpikir kritis, bersikap positif dan bisa menggunakan berbagai sumber untuk belajar sehingga dengan kelebihan tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur Ulang. 2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi terbiasa dengan proses pembelajaran yang menuntut observasi, pencatatan data, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri. 3. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terbiasa dengan proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk menghasilkan produk, berpikir kreatif, dan
154
kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kreativitas rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri. 4. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang sikap ilmiah rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri.. 5. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas terhadap prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai kreativitas rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi, prestasi belajarnya
155
ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitasnya rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri. 6. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri. 7. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak
156
adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri.
B. Implikasi Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Implikasi teoritis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Siswa dengan sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi lebih efektif dan bisa menghasilkan prestasi belajar yang baik jika diajar dengan menggunakan metode proyek dan inkuiri pada pembelajaran biologi di kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 materi Limbah dan Daur Ulang. b. Siswa dengan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan belajar siswa. Berarti dengan memiliki sikap ilmiah dan
157
kreativitas tingggi maka siswa tersebut memiliki kemampuan dan karakter yang baik dalam mengenali diri sendiri, mengembangkan potensi, berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain, mengelola emosi, rasa ingin tahu, terbuka, semangat dan selalu berpikir positif. Dengan karakter yang melekat tersebut siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menguasai konsep ilmu biologi yang ilmiah. 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sikap ilmiah dan kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mencapai peningkatan hasil belajar biologi siswa khususnya dalam pembelajaran biologi karena: a. Individu yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mampu beradaptasi dengan keadaan / situasi pembelajaran apapun, mampu menghubungkan antara yang dipelajari dengan pemikirannya, menghadapi materi pelajaran dengan semangat, rasa ingin tahu tinggi, berpikir positif, obyektif, jujur dan tidak mudah menyerah. Dengan demikian sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dapat meningkatkan dan mendominasi keberhasilan dalam mencapai prestasi belaajar yang tinggi meskipun dengan berbagai macam metode pembelajaran yang digunakan. b. Sikap ilmiah dan kreativitas merupakan siswa merupakan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga apabila potensi ini mampu dikembangkan oleh siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri. Guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas
158
yang berbeda-beda sehingga dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas,
guru
dapat
menggunakan
berbagai
pendekatan
atau
metode
pembelajaran. Guru tidak boleh berperan sebagai hakim akan tetapi harus berperan sebagai mediator atau fasilitator yang bertugas untuk menjembatani atau memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. c. Mengingat sikap ilmiah dan kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, maka dalam pembelajaran biologi diupayakan agar dapat meningkatkan sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dapat dilakukan mulai dari proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara nyata dan terus-menerus. d. Konsep-konsep biologi diperoleh melalui pengamatan gejala-gejala alam sehingga lingkungan sekitar merupakan sumber belajar yang penting bagi siswa. Pelaksanana pembelajaran melalui metode proyek dan inkuiri dimaksudkan untuk mendekatkan siswa sebagai subyek belajar dengan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Sehingga siswa merasa bahwa dalam kehidupan sehari-hari mereka merupakan bagian dari proses pembelajaran.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini, untuk perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran biologi, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
159
1. Kepada pendidik / guru a. Mengingat adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang diberi perlakuan metode inkuiri lebih baik daripada metode proyek pada materi Limbah dan Daur Ulang, maka guru hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk menggunakan metode inkuiri dalam KBM Limbah dan Daur Ulang karena pada karakter materi tersebut sesuai dengan nilai-nilai inkuiri seperti : melakukan observasi, mencatat data, menganalisis, membuat laporan hingga presentasi dan diskusi. b. Agar penerapan pembelajaran inkuiri berhasil dalam KBM Limbah dan Daur Ulang hendaknya guru : menganalisis kemampuan ilmiah siswa karena keberhasilan metode ini bergantung dari kebiasaan siswa yang kemampuan ilmiahnya bagus. Selain itu hendaknya mempersiapkan semua instrumen pembelajaran yang akan digunakan sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 2. Kepada siswa a. Setiap siswa perlu meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan masyarakat yang terkait dengan sains biologi. b. Setiap siswa hendaknya menyadari bahwa hidup di masyarakat dengan segala keadaan alam (sains) yang dimiliki adalah bagian dari proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. c. Siswa perlu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sains biologi. Oleh karena itu melalui belajar biologi siswa diajak untuk mengenal,
160
meningkatkan
pemahaman
IPTEK,
melestarikan
dan
mencintai
lingkungannya. 3. Kepada peneliti a. Peneliti lain hendaknya meneliti penelitian serupa tetapi pada materi pokok yang lain serta variabel yang lebih banyak. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi atau acuan untuk penelitian yang sejenis dengan materi/konsep/standar kompetensi yang lain dan oleh peneliti lain. c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah atau mengganti variabel bebas kedua dengan variabel lain seperti gaya belajar, kemampuan awal, minat. d. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur ulang, maka bagi peneliti lain nantinya disarankan untuk tidak mencari interaksi antar variabel tersebut karena secara tinjauan teori memang tidak ada interaksinya sehingga pada tujuan penelitian nantinya tidak akan membuang waktu percuma.
161
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dan Bintoro.2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. Allam, Claire.2008. Creative activity and its impact on student learning - issues of implementation. Innovations in Education and Teaching International. 45: 281 – 288. Arifin, Daeng.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ari Kunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Balai Pustaka.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Bell, Thorsten.2009. Collaborative Inquiry Learning: Models, Tools, and Challenges. International Journal of Science Education. 76:112 Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.1996. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan. Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. 1990. Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. Brunner, J.1960. The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press. Budi Eko Soetjipto.2001. Inquiry as a Method of Implementing Active Learning. Jurnal Ilmu Pendidikan. 8(3): 84 Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. Budiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Burhanudin, Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta : Rineka Cipta Carin, A.A.1999. Teaching Sciece Through Discovery. Ohio: Bell&Howell.
162
Carin, Arthur A & Robert B. Sund.1975. Teaching Sciece Through Discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publising Company, Abell & Howell Company. Depdiknas. 2004. Modul Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial Buku 3. Jakarta: Depdiknas ————. 2004. Pedoman Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004. Jakarta: Depdiknas ————. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan IPA. Jakarta: Depdiknas ————.2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas Erman, S. Ar. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP Jawa Barat. Funderstandeing.1998. Behaviorism. www.funderstanding.com. diakses pada tanggal 22 Desember 2008. Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company Garton, Janetta., 2005. Inkuiri-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Gijselaers, Wim H.1996. Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and practise. @copyright 2008 Puskaptik, MTI, Usti Team Term and Education. Haury, L. David.1993. Teaching Science Through Inkuiri. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED35904 Hein,
G. E. 1996. Constructivist Learning http//:www.exploratorium.edu.com. (29 Desember 2008)
Theory.
Huitt,
W. 1997. Socioemotional development. Educational Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University
Psychology
_________. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University _________.2004. Observational (social) learning: An overview. Educational Psycology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
163
_________. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Handoyo, Budi. 2004. Pendidikan IPS SD Terpadu, Berbasis Kurikulum 2004. Jakarta: Geo Spektrum Press Hamalik, O.2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara _________.2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara Hans Poldoja, Teemu Leinonen. Media Lab, University of Art and Design Helsinki, Finland; Terje Väljataga, Hypermedia Laboratory, Tampere University of Technology, Finland; Antti Ellonen, Marjo Priha, Uusimaa Regional Environment Centre, Finland http//:www.depdiknas.go.id/jurnal/34/Paradigma Baru Bermutu.htm (diakses pada tanggal 10 oktober 2009)
Pendidikan
http//: www.scribd.com. Metode-Metode Pembelajaran. diakses pada tanggal 10 Agustus 2009. http://images.google.co.id/images. Sampah Organik-Anorganik.(diakses pada tanggal 15 Januari 2010) Ibnu, Suhadi. 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pembelajaran. Makalah disajikan dalam lokakarya YSN KPS Balikpapan Ibrahim.2000. Model Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:Unesa Press. Ibrahim dan Nur.2004. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).Surabaya:Unesa Press. Indra Jati Sidi.2004. Pelayanan Profesional Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Indrawati.2001.Kognitif. http//:catalog.sunan-ampel.ac.id/ (diakses pada tanggal 29 Desember 208. Kamus Besar Bahasa Indonesa. 1996. Edisi kedua: Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Depdiknas.
164
Kuntoro, Shodik A. 1992. Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta : Pusat Pengabdian pada Masyarakat Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…). Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Munandar, Utami. 1990. Pengembangan Kreativitas Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional Novak, J.D.1987. Proceding of the Second International Seminar Misconseption and Educational Strategisin Science and Mathematic. Ithaca, New York: Cornell University. Nur,
Muhammad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Parnes. 1998. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta. ___________. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta. Sense, Andrew. 2006. Project learning relationships and situated learning: defensive deflection and protective veneers. International Journal of Learning and Change 2006-vol.1, No. 3pp. 345-361. Soetomo.1993.Dasar-dasar Nasional.
Interaksi
Belajar.
Surabaya:Penerbit
Usaha
Sudjana, Nana.2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suparno, Paul.2005.Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta : Grasindo Wilis, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung : Erlangga.
165