perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SSCS DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA HALAMAN JUDUL
(Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Kimia
Oleh: ANIES RACHMANIA SRI SECONDARIA NIM S831102007
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul : Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau
keseluruhan
Tesis
ini,
maka
Prodi
Pendidikan
Sains
berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 18 Juli 2012 Mahasiswa,
Anies Rachmania Sri Secondaria NIM. S831102007 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Jangan pernah merasa marah dan sakit hati pada orang yang berbuat tidak adil kepada kita, tetapi tetap berterimakasih dan bersyukurlah karena dari sanalah akan datang berkat besar yang melebihi keinginan dan pemikiran kita (pengalaman hidupku)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hatiku, karya kerja keras ini kupersembahkan untuk : Ibunda terkasih ibu Wirasmani yang senantiasa mendoakanku Suamiku yang penuh kasih Ir. Tri Widodo karunia Tuhan yang sempurna untukku Anak-anakku sumber inspirasi dan penyemangat hidupku Yudha Prima Satya Adi, S.T, M.T. Aditya Priyo Nugroho, S.T. Anggito Kusumo Pamungkas Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sains angkatan Februari 2011 commit to user
vi
Almamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia Untuk Materi Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012). Dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus,M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan motivasi yang luar biasa sehingga penyusunan tesis dapat terselesaikan dengan lancar . 5. Drs. Haryono, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran yang luar biasa dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pascasarjana yang dengan kesabaran hati dan senantiasa membagi ilmunya. 7. Drs. Tri Sugiharto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalasan yang telah memberikan ijin penulis untuk melanjutkan studi dan memberikan fasilitas pembiayaan serta waktu. 8. Daddy suamiku tercinta dan anak-anakku Yudha, Ditya dan Ito yang dengan setia memberikan dukungan dan dorongan semangat, pengertian serta cinta kasih yang luar biasa, terima kasih dear.I love you all. 9. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Februari 2011 yang senantiasa saling memberi dorongan, semangat. 10. Rekan-rekan Guru SMA Negeri 1 Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta yang selalu memberi kesempatan dan pengertian yang luar biasa. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah turut membantu dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk meningkatkan dan mengembangkan karya penelitian demi penyempurnaan penulisan tesis ini, semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan kimia.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ........................iv PERSEMBAHAN ...................................................................................................vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix DAFTAR TABEL .................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx ABSTRAK ............................................................................................................xxi ABSTRACT .......................................................................................................... xxii 1 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 11 C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 14 D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 14 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 15 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................ 16 1. Manfaat teoritis ......................................................................................... 16 2. Manfaat praktis.......................................................................................... 17 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 18 A. Kajian Teori................................................................................................... 18 1. Pembelajaran Kimia .................................................................................. 18 2. Belajar ....................................................................................................... 21 3. Teori Belajar.............................................................................................. 22 4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)32 5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek. .................................................. 40 6. Kreativitas ................................................................................................. 47 7. Sikap Ilmiah .............................................................................................. 51 8. Prestasi Belajar .......................................................................................... 53 9. Materi Elektrolisis ..................................................................................... 57 B. Penelitian yang relevan.................................................................................. 65 C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 69 D. Perumusan Hipotesis ..................................................................................... 78 3 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 80 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 80 commit to user Sampel .................................... 80 B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Populasi Penelitian .................................................................................... 80 2. Sampel Penelitian ...................................................................................... 81 3. Teknik Sampling ....................................................................................... 81 C. Rancangan dan Variabel Penelitian ............................................................... 82 1. Rancangan Penelitian ................................................................................ 82 2. Variabel Penelitian .................................................................................... 84 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 87 1. Teknik Angket ........................................................................................... 88 2. Teknik Tes................................................................................................. 88 3. Teknik Unjuk kerja ................................................................................... 89 4. Teknik Dokumentasi ................................................................................. 89 E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 90 1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 90 2. Instrumen Pengambilan Data .................................................................... 91 F. Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 92 1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif ................................................. 92 2. Tes Kreativitas ........................................................................................ 100 3. Angket Sikap Ilmiah ............................................................................... 101 G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 102 commit to user 1. Uji Prasyarat Hipotesis ............................................................................ 102
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis............................................................................................ 104 4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 107 A. Deskripsi Data ............................................................................................. 107 1. Data Prestasi Belajar ............................................................................... 107 2. Data Kreativitas....................................................................................... 112 3. Data Sikap Ilmiah.................................................................................... 118 B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................... 124 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 125 2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 127 C. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 128 1. Analisis variansi ...................................................................................... 129 2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) ............................................................... 134 D. Pembahasan ................................................................................................. 138 E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 155 5 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................... 157 A. Simpulan...................................................................................................... 157 B. Implikasi ...................................................................................................... 159 1. Implikasi Teoritis .................................................................................... 159 2. Implikasi Praktis...................................................................................... 159 commit to user C. Saran ............................................................................................................ 160
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Guru......................................................................................................... 160 2. Peneliti..................................................................................................... 160 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 161
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan
7
Tabel 2.1
Sintaks Metode SSCS ...................................................................... 36
Tabel 2.2
Sintaks Metode Proyek .................................................................... 44
Tabel 2.3
Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda ............................................ 60
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................................80 Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian .......................................................................81 Tabel 3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................83 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif ......................95 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif ..................95 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif..............................97 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif ...........................97 Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ...........................98 Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif ..........100 Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa …………..……………. 100 Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa.................................... 101 Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah ............................................... 101 Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa................................. 102 Tabel 4.1
Deskripsi Data
Prestasi Kognitif Penerapan Metode SSCS
dan Proyek ....................................................................................... 107 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan Metode SSCS dan Proyek............................................................... 108 commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Tabel 4.3 Deskripsi Data
Prestasi
Afektif Penerapan Metode SSCS
dan Proyek ....................................................................................... 109 Tabel 4.4 Distribusi
Frekuensi
Prestasi
Belajar
Afektif
Penerapan
Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 110 Tabel 4.5 Deskripsi
Data
Prestasi
Psikomotor
Siswa
Penerapan
Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 111 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode SSCS dan Proyek.............................................................. 111 Tabel 4.7
Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi....................................................................... 113
Tabel 4.8
Distribusi
Frekuensi
Prestasi
Belajar Kognitif Kreativitas
Rendah dan Tinggi......................................................................... 113 Tabel 4.9
Deskripsi
Data
Prestasi
Afektif
Berdasarkan Kreativitas
Rendah dan Tinggi......................................................................... 114 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 115 Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................................................... 116 Tabel 4.12 Distribusi
Frekuensi
Prestasi
Belajar Psikomotor dengan
Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 117 Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ...................................................................................... 119 commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 119 Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ...................................................................................... 120 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi........................................................................ 121 Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ..................................................................................... 122 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 123 Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif........... 125 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif............. 126 Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ...... 127 Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif .............................................................................. 128 Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Afektif ................................................................................ 128 Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ......................................................................... 128 Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif ........ 129 Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif .......... 131 commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor ... 132 Tabel 4.28 Rangkuman
Uji
Lanjut
Scheffe pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Kognitif ................................................. 135 Tabel 4.29 Rangkuman
Uji
Lanjut
Scheffe
pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Afektif ................................................... 136 Tabel 4.30 Rangkuman
Uji
Lanjut
Scheffe
pada Metode-Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Psikomotor ............................................ 137 Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif ............ 138 Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif .............. 138 Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor ....... 138 Tabel 4.34 Rerata
Prestasi
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Siswa
Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas ................................... 152 Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan Kreativitas ............................................................................... 154 Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan Kreativitas ............................................................................... 154 Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan Kreativitas ................................................................... 154
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Siklus Model Pembelajaran SSCS............................................... 34
Gambar 2.2
Elektrolisis larutan dengan elektrode inert .................................. 58
Gambar 2.3
Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert) ................................ 59
Gambar 2.4
Elektrolisis Larutan NaCl ............................................................ 61
Gambar 2.5
Sel Elektrolisis disusun seri ......................................................... 63
Gambar 2.6
Proses penyepuhan ...................................................................... 63
Gambar 2.7
Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium ...................... 64
Gambar 2.8
Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga............................. 65
Gambar 4.1
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan Metode SSCS dan Proyek ......................................... 108
Gambar 4.2
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan Proyek .......................................................... 110
Gambar 4.3
Histogram
Perbandingan
Prestasi
Belajar
Psikomotor
Menggunakan Metode SSCS dan Metode Proyek ..................... 112 Gambar 4.4
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 114
Gambar 4.5
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 116
Gambar 4.6
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 118 commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Gambar 4.7
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................... 120
Gambar 4.8
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 122
Gambar 4.9
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 124
Gambar 4.10 Plot Interaksi
Metode
Pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Kognitif .............................................. 149 Gambar 4.11 Plot
Interaksi
Metode Pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap Prestasi Afektif ............................................................ 149
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Silabus .......................................................................................... 164
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode SSCS ........... 166
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Proyek ......... 185
Lampiran 4
Indikator Kreativitas Verbal ......................................................... 193
Lampiran 5
Instrumen Tes Kreativitas Verbal ................................................. 196
Lampiran 6
Lembar Jawab Tes Kreativitas Verbal.......................................... 201
Lampiran 7
Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah ..................................................... 202
Lampiran 8
Angket Sikap Ilmiah ..................................................................... 203
Lampiran 9
Lembar Jawab Angket Sikap Ilmiah ............................................ 208
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Prestasi Kognitif Elektrolisis ................................ 209 Lampiran 11 Soal Prestasi Belajar Kognitif....................................................... 224 Lampiran 12 Lembar jawab Tes Kognitif .......................................................... 233 Lampiran 13 Indikator Tes Afektif Materi Elektrolisis ..................................... 234 Lampiran 14 Angket Aspek Afektif ................................................................... 235 Lampiran 15 Lembar Jawab Angket Aspek Afektif .......................................... 237 Lampiran 16 Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa ............................................. 238 Lampiran 17 Lembar Penilaian Psikomotor ...................................................... 239 Lampiran 18 Uji Kesamaan rerata (uji t ) kelas sampel untuk metode SSCS dan Proyek ................................................................................... 241 Lampiran 19 Foto – foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian .............................. 242 Lampiran 20 Perijinan ........................................................................................ 245 commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anies Rachmania Sri Secondaria, 2012, “Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa” (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia Materi Elektrolisis Kelas XII Semester I di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Perbedaan penggunaan metode SSCS dan Proyek, Kreativitas, Sikap Ilmiah, dan interaksinya terhadap prestasi belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 – April 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, XII IPA1 dan XII IPA3. Kelas XII IPA1 diberi pembelajaran dengan metode SSCS dan kelas XII IPA3 diberi pembelajaran dengan metode Proyek. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, tes kreativitas verbal, angket untuk sikap ilmiah dan prestasi afektif serta lembar observasi untuk psikomotor siswa. Hipotesis diuji menggunakan ANOVA dengan desain factorial 2x2x2 sel tak sama dengan bantuan software PASW versi 18 Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) Ada perbedaan penggunaan metode SSCS dan Proyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa, 2) Kreatifitas memberikan perbedaan pada prestasi belajar kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa, 3) Sikap Ilmiah tidak memberikan perbedaan pada prestasi belajar kognitif dan afektif namun memberikan perbedaan pada kemampuan psikomotor siswa, 4) Ada interaksi antara metode dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa namun tidak ada interaksi dengan kemampuan psikomotor siswa, 5) Tidak ada interaksi antara metode dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi ada interaksi dengan kemampuan psikomotor siswa, 6) Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif dan psikomotor siswa , 7) Tidak ada interaksi antara metode, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa. Kata Kunci: Metode SSCS, Metode Proyek, Kreatifitas, Sikap Ilmiah, Prestasi Belajar.
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anies Rachmania Sri Secondaria, S831102007, 2012, “Problem-Based Chemistry Learning Using SSCS and Project Methods from the Point of View of Students’ Creativity and Scientific Attitudes” (Chemistry Learning of Electrolysis for Grade XII Students of SMA Negeri 1 Kalasan in Semester 1 - 2011/2012 Academic Year). THESIS.Thesis Advisors I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M Pd. Science Education Program, Master Program of Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRACT This study was aimed at finding out: the difference of the use of SSCS and Project Methods, Creativity, Scientific Attitudes and their relationships on students’ achievement of their study on cognitive, affective and psychomotor aspects. This study was based on experiments conducted from October 2011 to April 2012. The population were all students of Grade XII, Natural Science Program at SMA Negeri 1 Kalasan Academic Year 2011/2012. The sample was obtained using Cluster Random Sampling technique, consisting of two classes, XII IPA1 and XII IPA3; the former was treated using the SSCS method and the latter using the Project method. Data were collected using a test for cognitive aspect achievement, verbal creative test, questionnaires for scientific attitude and affective aspect achievement, also observation sheets for psychomotor aspect. The hypothesis was tested using ANOVA with 2x2x2 factorial designs with unequal cell computed using PASW version 18 software. Based on the result of the data analysis, it could be concluded that: 1) There was a difference between the usage of SSCS and Project methods on students’ achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects, 2) Creativity creates a difference on students’ learning achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects, 3) Scientific attitude creates no difference on students’ learning achievement of cognitive and affective aspects but it creates a difference in students’ psychomotor competence, 4) There was a relationship between methods and students’ creativity on students’ learning achievement of cognitive and affective aspects but there was no relationship on students’ psychomotor competence, 5) There was no relationship between methods and students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive and affective aspects but there was a relationship with students’ psychomotor competence, 6) There was no relationship between creativity and scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects, 7) There was no relationship between methods, creativity and students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects. Keywords: SSCS Method, Project Method, Creativity, Scientific Attitude, Learning Achievement, commit to user
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di dunia saat ini mengalami perkembangan amat cepat. Dalam kaitan ini UNESCO sesuai laporannya yang diberi judul Learning the Treasure Whithin (1996) menyampaikan adanya tantangan kontroversial yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan berbagai tekanan (tension), yaitu tekanan antar tuntutan global dan lokal, universal dan dengan individual, pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dan modern, dan sebagainya. Bagi dunia pembelajaran, untuk menghadapi dan beradaptasi dengan berbagai tantangan itu, UNESCO memberikan empat pilar belajar (four pillars of education/learning), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya (learning to be). Learning to be ini yang diharapkan menjadi sasaran proses pembelajaran. Implementasi keempat pilar pendidikan seperti yang dicanangkan UNESCO ini dapat dilihat dalam konsideran yang melandasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Semua itu berkaitan dengan reformasi pendidikan yang melahirkan visi pendidikan nasional Indonesia mencakup penyelenggaraan pendidikan, antara lain dinyatakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
sepanjang hayat. Dalam proses ini harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip ini menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan menjadi paradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas RI Nomor 30 Tahun 2003 bab II pasal 3 menguraikan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tatanan normatif dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut belum dijalankan sebagaimana mestinya. Proses implementasi kebijakan pendidikan tersebut telah berlangsung dengan baik tetapi kualitas pendidikan yang dihasilkan belum memenuhi harapan semua pihak. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan upaya untuk menyempurnakan pendidikan sehingga kurikulum lebih familiar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dalam proses penyusunannya dan diharapkan memiliki tanggung jawab bagi penerapannya di lapangan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara itu Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam dokumen Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2008) menyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Pada penerapan KTSP di lapangan ternyata proses pembelajaran belum dapat berjalan optimal seperti yang diharapkan dan ini berdampak pada motivasi belajar siswa menjadi menurun, khususnya pada pembelajaran mata pelajaran kimia di kelas. Motivasi belajar yang rendah akan berdampak pada rendahnya kemauan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Motivasi belajar yang rendah berakibat pula pada rendahnya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. Kemauan untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berargumentasi saat menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru cenderung rendah pula. Hal ini juga disebabkan lingkungan kelas yang kurang kondusif untuk terciptanya kebiasaan bertanya dan berpendapat di kelas. Pada akhirnya keadaan yang demikian menjadikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
kompetensi yang belum dipahami siswa tidak dapat terpantau dengan jelas oleh guru. Pembelajaran di kelas menjadi terasa monoton dan tidak menyenangkan, sehingga semakin menurunkan minat belajar siswa di kelas. Akibat lebih lanjut prestasi belajar siswa menjadi rendah dan kemungkinan hal inilah yang menjadi salah satu penyebab ketidakberhasilan siswa dalam Ujian Nasional. Dalam perkembangannya sebenarnya guru sudah berusaha dengan berbagai cara untuk menjadikan nilai mata pelajarannya khususnya mata pelajaran kimia agar meningkat dan menjadi materi pembelajaran yang menarik. Tidak sedikit yang berusaha dengan berbagai cara memunculkan dan mencoba berbagai metode baru dengan harapan mata pelajaran kimia menjadi menarik. Perubahan kurikulum yang terus-menerus secara cepat menyebabkan pemahaman guru tentang cara pembelajaran dan evaluasi belajar yang sesuai dengan kurikulum tersebut masih kurang, terutama untuk menyiasati jumlah jam tatap muka pelajaran kimia yang semakin berkurang dimana kelas XII hanya mendapatkan waktu 4 jam tatap muka per minggu. Kesulitan yang sering dialami oleh guru adalah dalam pemilihan metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu secara mudah, sehingga siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada KTSP. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil pembelajaran yang dicapai menjadi optimal. Seperti diketahui bahwa pembelajaran di sekolah saat ini terutama di SMA Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 orang di tiap kelasnya. Akibatnya sulit bagi seorang guru untuk menerapkan semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dengan jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan kreativitas guru yang memadai. Banyaknya Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa yang tidak disertai alokasi waktu yang memadai menyebabkan guru kesulitan membagi waktu antara target penyelesaian materi dengan pemilihan metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan saat pembelajaran materi kimia. Kreativitas guru untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran yang inovatif kadangkadang harus berbenturan dengan terbatasnya waktu yang tersedia untuk mengajar. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi belajar di kelas agar dapat menyiasati keterbatasan waktu yang tersedia. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi pelajaran yang disampaikan guru terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan metode yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran di kelas sebaiknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa dengan menyediakan tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) yang terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan sosial siswa. Interaksi siswa dengan siswa akan mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan siswa. Guru berperan membantu, mengarahkan dan memberi penegasan, memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
gairah dari seorang pembelajar yang berani beresiko (risk taking learner). Sehingga akan menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman tinggal di kelas, menyenangkan (joyful learning), kondusif bagi terciptanya kreativitas dan inovasi juga demokratisasi sehingga efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Demikian halnya pembelajaran di SMA N 1 Kalasan terasa belum optimal mengingat kemampuan siswa yang masuk (input) adalah siswa terpilih yang masuk dengan seleksi sangat ketat. SMA N 1 Kalasan adalah sekolah Rintisan Bertaraf Internasinal (RSBI) dimana siswa yang masuk memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan sekolah di sekitarnya.Akan tetapi kenyataannya hasil prestasi siswa terutama pada mata pelajaran kimia belum memuaskan. Banyak materi yang tidak terkuasai oleh siswa secara maksimal terutama materi yang menggunakan banyak penggabungan konsep-konsep materi dari pembelajaran sebelumnya seperti diantaranya materi stoikiometri, termokimia, kesetimbangan kimia , elektrolisis dan sebagainya. Pada penelitian ini dipilih materi elektrolisis dengan alasan prestasi kognitif pada kompetensi dasar elektrolisis belum sesuai harapan jika ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa dan prestasi Ujian Nasional siswa di tingkat kabupaten dan propinsi belum berhasil sesuai harapan yang ditargetkan oleh sekolah.Data prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis dengan KKM 72 di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan, dua tahun terakhir nilai KKM dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Tabel 1.1 Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Materi Elektrolisis Persentase Persentase Pelajaran nilai lebih nilai lebih KKM Nilai rata-rata besar dari kecil dari KKM KKM 2009/2010 71 67,30 62,72% 37,28% 2010/2011
72
68,15
63,22%
36,78%
Dari data nilai yang terpantau ini menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas belum cukup optimal.Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan berdasarkan nilai KKM standar nasional adalah 75 dan prosentase ketuntasan kelas 75%, maka hasil yang telah dicapai dirasa masih perlu ditingkatkan proses pembelajarannya.Selain itu juga proses penilaian yang dihasilkan selama ini hanya mengukur aspek kognitif siswa. Guru masih kurang memperhatikan aspek penilaian yang lainnya sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik. Prestasi belajar siswa merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa yang sangat terkait dengan pengolahan informasi dalam benak siswa.Informasi yang diproses merupakan pengetahuan yang dapat berupa konsep, prosedur dan prinsip-prinsip.Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan dan semuanya menuju pembelajaran yang ideal. Ini mengingat bahwa kreativitas siswa dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Pembelajaran dikondisikan agar mendorong kreativitas siswa secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan commit to user berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Seseorang selalu berinteraksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, baik perubahan di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya peningkatan prestasi belajar. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dicarikan upaya pemecahannya yang bertujuan untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa terhadap pelajaran kimia dengan mencobakan suatu metode yang dapat mengeksplorasi kemampuan siswa sehingga prestasinya lebih meningkat lagi. Dari data prestasi sekolah yang ada menunjukkan bahwa prestasi siswa-siswa SMA Negeri 1 Kalasan sangat menonjol di daerah kabupaten Sleman. Setiap tahun banyak siswa yang lolos maju seleksi olimpiade (OSN) tingkat propinsi, siswa banyak menjuarai lomba-lomba yang diadakan oleh dinas kabupaten dan propinsi serta universitas-universitas di daerah sekitar Yogyakarta, namun ternyata prestasi siswa di tingkat Nasional masih sangat kurang. Dari kenyataan yang ada di lapangan maka untuk dapat menggali dan mengeksplorasi kemampuan siswa lebih maksimal pada penelitian ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran berbasis masalah agar siswa lebih tertantang dalam proses pembelajarannya dengan melakukan pemecahan masalah pada materi yang dipelajarinya di kelas.Diharapkan siswa lebih terasah kemampuannya baik dalam bertanya, berargumentasi dan menganalisis saat menyelesaikan sebuah permasalahan dalam menjalani proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang akan dicoba untuk digunakan adalah metode Search Solve Create and Share (SSCS) yaitu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Menurut (Pizzini: 1996) metode SSCS pada tahap pembelajarannya melalui beberapa tahap yaitu tahap Search pada tahap ini siswa mengidentifikasi serta mengembangkan
pertanyaan
yang
dapat
diselidiki,
kemudian
siswa
menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalam permasalahan ke konsepkonsep sains yang relevan, masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, berdasarkan skema konseptual siswa. Tahap Solve pada tahap ini kegiatan berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan siswa menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban.Tahap Create siswa diharuskan menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan memodifikasi. Pada tahap Share siswa pengembangan suatu produk inovatif dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dari mulai tahap search sampai ke tahap solve ke siswa lainnya. Pembelajaran menggunakan metode ini dirasa cocok diterapkan pada materi elektrolisis yang banyak menggabungkan konsep-konsep pembelajaran sebelumnya yaitu konsep reaksi redoks, sel volta, konsep mol, stoikiometri dan sebagainya melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Selain itu juga akan diterapkan metode pembelajaran Project-based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Metode Proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi (Ratna Willis, 1989: 153). Pembelajaran berbasis masalah metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu. Melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan bekerja siswa secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Pembelajaran pada materi elektrolisis banyak melibatkan kegiatan-kegiatan yang kompleks, seperti persamaan reaksi redoks, hitungan matematis dari hukum Faraday dan pengamatan praktikum di laboratorium. Metode Proyek menuntut agar siswa banyak melibatkan penggunaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum elektrolisis, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan memadukan teori-teori dari berbagai bidang ilmu seperti juga matematika yang digunakan dalam pemecahan masalah materi elektrolisis penyelesaian masalah dilakukan secara mandiri oleh siswa bersama kelompoknya. Selain metode perlu diperhatikan faktor kreativitas siswa saat proses pembelajaran. Menurut Torrance (1988) dalam Utami Munandar 2009: 27, menyatakan bahwa kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan. Selanjutnya Munandar menambahkan bahwa kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena dengan berkreativitas dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
mewujudkan dirinya mengeksplor kemampuannya untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Saat pembelajaran sains juga diharapkan memunculkan sikap ilmiah siswa yang merupakan sikap yang harus ditunjukkan saat bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) sikap adalah perbuatan berdasar pendirian, sedangkan ilmiah adalah secara ilmu pengetahuan. Dengan demikian sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan. Pembelajaran pada materi elektrolisis yang sangat kompleks melibatkan reaksi redoks dan perhitungan matematika yang rumit sehingga dengan sikap ilmiah siswa yang tinggi akan lebih mudah untuk dipahami karena siswa dapat memecahkan masalahnya secara lebih sistematik melalui langkah-langkah metode ilmiah. B. Identifikasi Masalah Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Setiap individu akan memiliki kecepatan yang berbeda-beda dan menghasilkan prestasi yang berbeda pula tergantung pada faktor-faktor yang melingkupinya. Salah satu faktor yang penting adalah metode mengajar. Berbagai metode tersedia untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
menjelaskan kepada siswa tetapi setiap metode akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ketepatan pemilihan metode yang digunakan tergantung pada kepandaian dan pengalaman guru dalam mengajar. Seringkali guru mengajar dengan metode ceramah dan pembelajarannya berpusat pada guru (teacher centered) bukan pada siswa. Di sini guru dituntut agar pandai memilih metode yang sesuai dengan karateristik materi untuk keberhasilan suatu proses pembelajaran. Selain metode, guru juga memperhatikan faktor internal yang dimiliki siswa seperti kreativitas, ketrampilan menggunakan alat, sikap ilmiah, motivasi, kemampuan
berfikir
abstrak,
kemandirian
yang
dapat
mempengaruhi
pembelajaran. Dalam penelitian ini faktor internal siswa yang menjadi variabel moderator adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa tersebut dapat digali melalui metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek. Menurut Arends, 1997 (dalam Trianto 2007: 92) metode SSCS dan dan Proyek merupakan metode yang memiliki ciri berdasarkan masalah (problem solving) yaitu suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Prestasi rata-rata kelas belajar kimia siswa pada materi elektrolisis di SMA Negeri 1 Kalasan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
2. Guru masih banyak menggunakan sistem konvensional pada proses pembelajaran dalam mengajar kimia dan kurang berinovatif. 3. Pembelajaran kimia di kelas masih menerapkan faham behaviorisme jadi masih bersifat teacher-centered. Sehingga siswa selama ini kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajarannya. 4. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia, seperti problem base learning, contextual teaching and learning, cooperatif learning yang bersifat student centered, namun guru cenderung melakukan pembelajaran dengan teacher centered. Padahal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak tahun 2006 dikatakan bahwa salah satu pilar pembelajarannya adalah konstruktivisme sehingga semestinya dipilih pendekatan student – centered. 5. Ada beberapa metode yang sesuai untuk pembelajaran materi elektrolisis, seperti metode SSCS, eksperimen, Proyek, demonstrasi, namun guru cenderung melaksanakan pembelajaran secara monoton dengan metode ceramah untuk mengatasi keterbatasan waktu yang tersedia. 6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti kemampuan memori, sikap ilmiah, kemampuan berpikir abstrak, kreativitas, motivasi, aktivitas,
gaya
belajar
dan lain-lain, namun guru belum
memperhatikan faktor tersebut. 7. Guru cenderung melakukan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal prestasi belajar merupakan satu kesatuan penilaian yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa kelas XII SMA, seperti, Reaksi Redoks, Sel Volta, Sel Elektrolisis, Stoikiometri, namun keterkaitan antara materi tersebut belum banyak ditunjukkan guru dalam proses pembelajarannya. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut: 1.Model Pembelajaran Berbasis masalah difokuskan pada metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek. 2.Kreativitas siswa dalam penelitian ini pengukurannya menggunakan kreativitas verbal, dimana indikator adalah mengukur kemampuan berfikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas dalam berfikir (utami Munandar, 2009:68). Kreativitas dibatasi dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Kreativitas 3.Sikap ilmiah siswa dalam penelitian ini meliputi aspek ketelitian, kejujuran, kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat,ingin tahu, bekerja sama, dan kritis (Bahrul Ulum,2007: 1). Sikap Ilmiah dibatasi dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. 4.Materi Redoks dan Sel Elektrokimia dibatasi tentang Elektrolisis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
1.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi elektrolisis? 2.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis? 3.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis? 4.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis? 5.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis? 6.Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis? 7.Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi elektrolisis. 2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis. 3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis. 4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. 5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. 6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. 7. Interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Untuk
mengetahui
efektivitas
pembelajaran
berbasis
masalah
yang
menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dalam pembelajaran materi elektrolisis. c. Memberikan masukan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik dan bermakna memerlukan kreativitas dan sikap ilmiah. d. Mengembangkan cara bepikir siswa dalam pembelajaran sains khususnya kimia sehingga meningkatkan daya kreativitas siswa dan memupuk sikap ilmiah serta pola pemahaman konsep yang lebih sistematis. 2. Manfaat praktis a. Untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. b. Memberikan alternatif pembelajaran kepada guru dalam pembelajaran antara lain dengan melibatkan peran aktif siswa. c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi inovasiinovasi pembelajaran di sekolah pada khususnya dan dalam dunia pendidikan pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Penelitian ini tidak mungkin akan terlepas dari teori-teori dan penelitian dari peneliti pada masa-masa sebelumnya, namun demikian kajian teori yang akan dibahas disini adalah teori-teori yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan metode yang akan digunakan pada proses pembelajaran yang akan dilakukan. 1. Pembelajaran Kimia a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kegiatan di mana guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran aktif, pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, dan psikologi perkembangan anak. Pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latarto belakang akademinya, latar belakang commit user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Sedang pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pada pembelajaran aktif guru menciptakan suasana pembelajaran sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat, berdebat dan berdiskusi,
berbuat
mendemonstrasikan,
dan berkarya,
melakukan
sesuatu,
berketrampilan,
berfikir
menunjukkan aktif
dan
dan kritis,
memecahkan masalah, melakukan perenungan, refleksi dan evaluasi keberhasilan diri.Sehingga kegiatan pembelajaran bervariasi, memenuhi berbagai tingkat kecakapan, minat dan gaya belajar yang mampu memfasilitasi timbulnya pemikiran dan karya kreatif siswa.Pembelajaran efektif bila tujuan pembelajaran sesuai denga kompetensi dasar yang seharusnya memang dikuasai siswa.Sedang pembelajaran menyenangkan jika suasana pembelajaran dapat menciptakan gairah belajar, menggembirakan hati siswa, membuat siswa nyaman di kelas atau di tempat belajar, sehingga perhatian siswa penuh kepada belajar artinya waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan yang semuanya bertujuan menuju pembelajaran yang ideal. Guru yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang ideal dimana siswa mampu mewujudkan perilaku pembelajaran yang efektif. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960) mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.Pada saat pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan berkembang maka definisi belajar juga menyesuaikan diri. Secara umum dapat dimaknai bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya.Belajar dimaknai sebagai kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau pemahaman.Tanggung jawab belajar ada pada diri peserta didik , sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. b. Ilmu Kimia Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang commitdan to user berkaitan dengan komposisi, struktur sifat, transformasi, dinamika, serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala sesuatu tentang materi dan perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikroskopis (molekular) terhadap fenomena makroskopis. Disamping itu, ilmu kimia memberikan kontribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan, dan teknologi. Kimia bersifat abstrak namun dapat diamati dan dikembangkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi dalam suatu perubahan kimia. Meskipun zat-zat tersebut mengikuti hukum-hukum alam yang dasar (termasuk hukum fisika), tetapi karena antaraksinya dapat menghasilkan gejala-gejala baru maka ilmu kimia dibedakan dari ilmu fisika. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahun kimia yang berupa fakta, teori, prinsip dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah) yang dapat mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk, proses dan sikap. 2. Belajar Pengertian belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono,9). Dalam Buku Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu user proses perubahan tingkah laku yang belajar .Sehingga pengertiancommit belajartoadalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization). Menurut Kimble dan Garmezi dalam Trianto (2010, 9) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.Sedangkan Garry dan Kingsley dalam Trianto (2010, 9) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisional melalui pengalaman dan latihan-latihan. Dengan demikian dapat diambil inti pengertian dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman.Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.Oleh karena itu harus diciptakan suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pada akhirnya konsep belajar menekankan tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga tentang nilai dan norma. 3. Teori Belajar Berbagai ahli pendidikan telah mengemukakan definisi belajar, tetapi dalam pembahasan ini tidak semua teori belajar diuraikan. Definisi atau batasan belajar tersebut salah satunya dikemukakan oleh Gagne. Menurut Gagne dalam Sagala (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedang menurut Gagne (1977) belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi commit to sikap, user minat, atau nilai dan perubahan perubahan kecenderungan manusia, seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.Dikemukan juga oleh Divesta dan Thomson (1970) dalam Suyono (2011) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman . Belajar menurut teori perilaku merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, dan terjadi melalui terkaitnya stimulusstimulus dan respon-respon menurut prinsip mekanik. Ivan Pavlov menyatakan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka reflektif dan tidak dapat dikendalikan. Skinner dengan teorinya Operant Conditioning menyatakan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku (Ratna Wilis, 1989: 2324).Dalam buku perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009) belajar didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar.Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization). Berdasarkan berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan dapat diberikan pengertian belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif kualitatif, belajar tidak hanya dari segi teknis tetapi juga tentang nilai dan norma. Pada penelitian ini akan dibahas beberapa teori belajar yang didasarkan melalui serangkaian eksperimen, yang secara sintak dan simantik dapat diandalkan.Teoriteori yang dkembangkan setelah commit abad keto20user dikelompokkan menjadi dua, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
kelompok teori perilaku (behavioristik) yang meliputi teori stimulus-respon ( S-R) conditioning dan kelompok Gestalt-field yang meliputi teori kognitif (Ratna Wilis,1989: 19). Teori ini terus mengalami perkembangan , diantaranya teori kondisioning operant B F Skiner, teori pengolahan informasi Robert Gagne, teori perkembangan kognitif Jean Piaget, teori sosial Albert Bandura, dan teori motivasi (teori atribusi) Bernard Weiner.Teori belajar yang melandasi metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek adalah teori belajar kognitif dan konstruktivisme. Dimulai dari Piaget dalam (Suyono,2011) kognitivisme lebih mendekati konstruktivisme yang menganut filsafat empirisme dengan asumsi pembangunan kemampuan kognitif harus melalui pengalaman atau tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan , jadi pembelajaran harus bersifat aktif. Menurut pandangan psikologi, kognitif adalah pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa dan belajar merupakan hasil interaksi antara apa yang diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, juga lebih menekankan
bahwa
pemahamannya
perilaku
tentang
seseorang ditentukan
situasi
yang
oleh
berhubungan
persepsi dengan
serta tujuan
belajarnya.Sehingga model belajar kognitif sering disebut sebagai sebagai model perseptual. Disamping teori kognitif, kedua model pembelajaran tersebut juga didasarkan pada teori konstruktivisme. Belajar dalam pandangan konstruktivisme commit tentang to user konstruktivisme tersebut sesuai merupakan suatu proses aktif. Asumsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
dengan pendapat Thomas M. Duffy dan David H. Jonassen (1992 : 102 ), bahwa ”Assumption of Constructivism ... Learning is active, Learning is an active process in which meaning is develop on the basis of experience” . Menurut
pandangan
konstruktivisme,
manusia
membangun
atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu adalah konstruksi manusia dan secara konstan manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru, sehingga pengetahuan itu tidak stabil. Pemahaman kita tentang pengetahuan akan semakin mendalam dan kuat jika diuji melalui pengalaman-pengalaman baru. Dalam hal ini siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengemukakan ide-ide yang berguna bagi dirinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Discroll (1994: 360), bahwa ” .... constructivist thery rests on the assumption that knowledge is constructed by leaners as they attempt to make sense of their experiences.Learners, therefore, are not empty vessels waiting to be filled, but rather active organisms seeking meaning”. Hal ini berarti menurut teori konstruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri dengan mencoba memberi arti dari pengalamannya. Siswa harus tetap selalu aktif mencari makna selama proses belajarnya.Teori belajar yang mendukung dan mendasari model pembelajarn SSCS dan Proyek ini dikembangkan oleh tokohtokoh seperti Jean Piaget, Vygotsky, Ausebel, dan Bruner. a. Teori Konstruktivisme Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. to user Konstruktivisme sosial berasal commit dari Vygotsky. Vygotsky menyatakan teori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi social (social cognition). Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama
bagi
perkembangan
individu.Perkembangan
pembelajaran
anak
dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya dari lingkungan keluarga anak dimana dia berkembang. Kunci pemikiran kognisi sosial dari Vygotsky antara lain (1) kebudayaan mengajari siswa tentang apa berpikir dan bagaimana berpikir, (2) siswa yang belajar melalui pengalaman pemecahan masalah akan digunakan untuk saling berbagi dengan orang lain, (3) secara bertahap anak tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah, (4) bahasa adalah bentuk primer dari interaksi melalui orang dewasa dalam membagi pengetahuan yang terkandung dalam kebudayaan kepada anak, (5) anak memilki bahasa sendiri yang dipergunakannya sebagai perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya sebagai bentuk pengungkapan hasil kemajuan belajarnya, (6) melalui bahasa anak dapat melakukan internalisasi (internalizing) terhadap kebudayaan yang kaya akan pengetahuan serta sebagai alat bagaimana berpikir, (7) ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa yang dilakukan siswa dengan bantuan guru atau orang tua, Vygotsky menyebut sebagai ZPD (zone of proximal development), (8) siswa belajar dari kebudayaan di sekelilingnya untuk memecahkan permasalahan sebagai cara siswa memperoleh ketrampilan baru, (9) secara signifikan perkembangan intelektual anak terjadi karena interaksi dengan kebudayaan di sekelilingnya.Menurutnya
pembicaraan
egosentrik
merupakan
permulaan
to useryang akan digunakan sebagai alat pembentukan kemampuan bicaracommit yang pokok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis dalam suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian spontan ke ilmiah. Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial. Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
b. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget Menurut Piaget dalam Suyono (2011,86) belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Di samping itu Piaget mengembangkan konsep adatasi dengan dua variannya yaitu asimilasi dan akomodasi.Adaptasi adalah struktur fungsional, yang menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengebangan kognitif. Adaptasi terdiri dari dua proses yang saling melengkapi yaitu asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah integrasi unsur-unsur eksternal terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme.Asimilasi kognitif meliputi obyek eksternal yang disintesiskan untuk menjadi struktur pengetahuan internal.Proses asimilasi didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasi informasi-informasi yang sampai kepadanya.Kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah dipahaminya. Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah/konsep lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan obyek stimulus eksternal. Jadi jika pada asimilasi terjadi pada perubahan pada obyeknya, maka pada akomodasi perubahan user menyesuaikan diri dengan obyek terjadi pada subyeknya, sehinggacommit subyektodapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
yang ada di luar dirinya.Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan obyeknya. c. Teori Ausubel. Menurut David Ausubel peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers yang didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik .Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ausubel percaya bahwa ”advance organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari sedemikian rupa sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: 1) belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri; 2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru; 3) para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman mendalam tentang suatu persoalan; 4) pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; 5) manusia mempunyai commit tosituasi user baru; 6) siswa perlu dibiasakan tingkatan yang berbeda dalam menyikapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan dengan ide; 7) proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik, dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menjelaskan materi dalam struktur yang sistematis. Untuk mendalami lebih lanjut tentang belajar bermakna, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa, yang tercakup dalam tiga aspek kemampuan antara lain : 1). Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a) Pengetahuan (mengingat, menghafal); b) Pemahaman (menginterprestasikan); c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah); d) Analisis (menjabarkan suatu konsep); e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh); f). Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya). 2). Psikomotor, yang terdiri dari lima bagian: a) Peniruan misalkan menirukan gerakan, b) Penggunaan yaitu menggunakan konsep untuk melakukan gerak c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e) Naturalisasi yaitu melakukan gerak secara wajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3).Afektif, yang terdiri dari lima karakteristik antara lain: a) Sikap yaitu mengamati dan menirukan sesuatu yang positif; b) Minat untuk mengetahui bakat dan pelayanan individual, memilih metode dan motivasi belajar siswa; c) Konsep diri untuk menentukan jenjang karier siswa dan motivasi belajarnya; d) Nilai adalah keyakinan dan target sikap serta perilaku siswa; e) Moral berkaitan dengan perasaan benar atau salah dan kebahagiaan orang lain atau diri sendiri. Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam mempelajari materi elektrolisis dengan menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks, sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu mengaplikasikan materi elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak hanya sekedar belajar hafalan. d. Teori Bruner Dalam bukunya yang mendukung prinsip kognitivisme yaitu The Proses of Education (1960) dan The Culture of Education (1996), Bruner dengan konsepnya menyatakan bahwa belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir commit to useranak. Pendidikan pada hakikatnya yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
merupakan proses penemuan personal (personal discovery) oleh setiap individu siswa. Guru harus memberikan keleluasan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah (problem solver), seorang ahli sains, matematikawan, ahli sejarah dan profesi lain yang menantang, menjelajah, dan berbasis penemuan. Siswa dibiarkan menemukan arti hidup bagi dirinya sendiri dan memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Siswa didorong dan disemangati untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan pengalaman. Peran guru terutama untuk menjamin agar kegiatan belajar menimbulkan rasa ingin tahu (kuriositas) siswa, meminimalkan resiko kegagalan belajar relevan dengan kebutuhan siswa. Menurut Bruner guru yang efektif harus membantu pembelajar dan membimbingnya untuk melewati ketiga fase (enaktif, ikonik dan simbolik) dengan suatu proses yang disebut scaffolding. Suatu cara bagi siswa untuk membangun pemahamanya sehingga siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri, dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan (rote memorization). 4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS) Metode
SSCS
adalah
metode
pembelajaran
yang
menggunakan
pendekatan problem solving, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Search Solve Create and Share (SSCS) dikembangkan oleh Pizzini (1988) menyususn suatu model pembelajaran metode pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalahmasalah yang nyata. Penggunaan metode ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Metode pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, membangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata. Metode pembelajaran SSCS merupakan metode pembelajaran yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan berfikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan melakukan penyelidikan dan mencari SSCS. a.Tujuan Pembelajaran metode SSCS Metode pembelajaran SSCS menyediakan kerangka kerja bagi guru untuk : 1) membuka minat atau menimbulkan perhatian siswa dalam jangkauan yang luas; 2) Memasukkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi ke dalam kurikulum ilmu pengetahuan; 3) melibatkan keaktifan semua siswa dalam proses belajar; 4) mengembangkan pemahaman bahwa terhadap hubungan di antara ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat yang difokuskan pada pribadi, relevan, dan masalah nyata. Menurut Pizzini (1991: 6) menyatakan bahwa metode pembelajaran SSCS menyediakan kesempatan kepada siswa untuk: 1) memahami proses problem solving; 2) mempelajari dan memperkuat konsep dasar ilmu dengan lebih commit toilmiah; user 4) menggunakan ketrampilan bermakna; 3) memanipulasi informasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
berfikir tingkat tinggi; 5) mengembangkan metodologi ilmiah;6) mengembangkan minat terhadap ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada ilmu melalui tindakan ilmu; 7) mengalami bagaimana ilmu pengetahuan berkreasi dan berkembang; 8) mempertanggungjawabkan belajarnya sendiri; 9) bekerja bersama (kooperatif) dengan yang lainnya; dan 10) menggabungkan grafik, gambar, komputer, seni bahasa, dan lainnya dalam keseluruhan cara. b. Siklus Pembelajaran SSCS Pelaksanaan pembelajaran problem solving metode Search Solve Create and Share (SSCS) di kelas melalui tahap atau siklus SSCS. Siklus pembelajaran dengan metode SSCS dapat dilihat pada skema berikuti (Pizzini, 1991: 5).
SEARCH
Fact
Finding
SHARE
SOLVE Skill
Learning
CREATE Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran SSCS Ada empat tahapan atau fase yang terdapat dalam metode pembelajaran ini menurut Pizzini (1996). Fase Search menyangkut ide-ide lain yang mempermudah commit to userpertanyaan yang dapat diselidiki dan mengidentifikasi serta mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
(researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga mengidentifikasi kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan pertanyaan dalam format pertanyaan yang dapat diselidiki. Fase search membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalan permasalahan ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, berdasarkan skema konseptual siswa. Fase Solve (Pizzini:1996) berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban. Selama fase Solve siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang diperoleh dari fase Search menjadi
konsep-konsep
yang
berada
dalam
”higher-order”
yang
mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang diinginkan. Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan kebermaknaan terhadap konsep sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk menghubungkan antara konsep yang termuat dalam permasalahan, konsep dari permasalahan
yang
diselesaikan,
dari
konsep
yang
diterapkan
dalam
permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan seperti mereduksi data menjadi suatu penjelasan tingkat paling sederhana. Fase commit to user proses berpikir mereka. Hasil Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dari
fase
create
adalah
pengembangan
suatu
produk
inovatif
yang
mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini: 1996). Pada tahap search siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve siswa membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan dalam penyelidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-penginterpretartanyaan penyelidikannya. Setelah melakukan penyelidikan siswa menganalisis dan menginteprestasikan data yang diperolehnya. Siswa selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS ini adalah share .Pada tahap share ini siswa membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya.Langkah-langkah/sintaks dalam menerapkan metode SSCS yang digunakan peneliti dapat terlihat dalam Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Sintaks Metode SSCS FASE-FASE
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA
Search (mencari permasalahan)
Guru memberikan masalah dengan diawali pertanyaan siapa(who),apa (what), kapan(when) dan bagaimana (how)
Merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah dan memilih salah satu yang dianggap pertanyaan terbaik dari suatu masalah. Memberikan gagasan untuk menyelesaian atau menjawab pertanyaan yang telah disusun.
Solve (memecahkan masalah)
Mengidentifikasi kriteria Mendiskusikan alternatif yang akan digunakan untuk kegiatan yang akan menyelesaikan masalah. digunakan untuk pemecahan masalah yang commit to user telah dipilih.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
FASE-FASE
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA Mendesain kegiatan yang akan dilakukan dengan berdiskusi
Create ( membuat/ menciptakan rencana pemecahan masalah )
Guru membantu mengarahkan siswa agar dapat memecahkan masalahnya dengan pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah.
Menunjukan masalah dan pemecahannya yang menunjukan bahwa siswa adalah pencipta dari pemecah masalah itu.
Share (membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya.)
Guru memberikan penguatan untuk pemecahan permasalah yang telah dilakukan oleh siswa dan membantu mempebaiki cara pemecahan masalah yang masih kurang tepat.
Siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan dengan menggunakan ucapan, gambar atau model
Sumber :SSCS Implementation Handbook ( Edward L Pizzini,1991 ) Siklus SSCS yang lengkap (Pizzini, 1991: 7-9) dapat dijelaskan sebagai berikut : Search pada tahap search ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). State the facts (menyebut fakta).Fakta yang disebutkan berupa daftar informasi yang diketahui dan berhubungan dengan situasi. Biasanya digunakan empat pertanyaan awal yang mengikuti untuk memulai search (mencari), yaitu pertanyaan who (siapa), what (apa), when (kapan) dan how (bagaimana) dari suatu masalah. b). Analyze the facts (menganalsis fakta) Pada tahap ini dilakukan observasi dan analisis dari informasi yang diketahui. Merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang berhubungan dengan masalah. Mengumpulkan data tambahan jika diperlukan. c).State the problem. Merupakan masalah dengan mendefinisikan to userDengan bertanya ”mengapa” pada masalah dalam bentuk pertanyaancommit - pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
setiap pertanyaan sering membantu untuk membuat jalan baru dari sebuah gagasan. Kemudian beberapa uraian baru dari masalah tersebut dipilih salah satu yang dianggap pernyatan terbaik dari suatu masalah. d). Brainstorming (ilham). Mengikutsertakan ilham untuk menghubungkan gagasan sebanyak-banyaknya, untuk menghubungkan gagasan yang lebih luas, dan ide atau gagasan-gagasan yang kreatif. Solve pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). Determine the criteria (menentukan kriteria).Identifikasi dan daftar kriteria akan digunakan dalam
memilih
alternatif
(solusi)
terbaik.
b).
Judge
the
alternatives
(mempertimbangkan alternatif). Menggunakan suatu sistem jaringan untuk mempertimbangkan alternatif solusi pada kriteria, skor tertinggi untuk penerimaan solusi biasanya adalah yang terbaik. Kadang-kadang skor tertinggi dari sebuah gagasan dapat dikombinasikan ke dalam pelaksanaan suatu solusi. Sifat dari suatu masalah dan pertanyaan research biasanya menghasilkan tipe dari investigasi untuk dilakukan. Penentuan metode research yang tepat adalah sangat penting pada tingkat ini.c). Scrutinize the solution and/or procedure (meneliti dengan cermat dari solusi dan atau prosedur). Dalam hal ini siswa diharapkan terus berfikir mengenai solusi, mencoba untuk memprediksi kesulitan apa yang mungkin dapat diatasi.d).State the plan (menyatakan rencana). Pada tahap ini terus bicaralah pada diri sendiri tentang rencana, berbicara yang dituangkan dalam bentuk laporan atau catatan tentang informasi baru yang diperoleh. Rencana tersebut harus memasukkan solusi, materi yang akan dibutuhkan, siapa siswa yang commit to tahap user ini, banyak masalah yang harus akan terlibat dalam membawa keluar pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
diatasi dengan solusi dan informasi lain yang berhubungan. Pengumpulan dan pengorganisasian data harus diselesaikan pada tahap ini. Create pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi :a). Implement the plan (pelaksanaan rencana).Ungkapan masalah dan atau solusi sebagai penemu,pencipta, penjelajah, pembuat keputusan atau penghubung. b).Arriculate your thingking (artikulasikan pikiranmu).Mengkomunikasikan dengan diri sendiri, seperti mengapa kamu lakukan dan apa yang kamu lakukan.c).Data display and analysis (displai data dan analisis). d).Choose an audience for snce for share (pilih pendengar untuk berbagi). e).Choose an avenve of presentation for the share
(memilih
jalan
presentasi
untuk
berbagi
)Prepare
the
create
(mempersiapkan karya/ciptaan) Share pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : a). Promote your solution (mempromosikan penyelesaian masalah). b). Display your solution (menampilkan penyelesaian masalah).c). Communicate your solution vebally (orally or in writing) and/ or visually (with drawing or models) yaitu komunikasikan solusi secara verbal dengan ucapan atau dalam tulisan dan atau secara visual dengan gambar atau model. d). Evaluate feed back received from others adalah mengevaluasi balikan yang diterima dari lainnya. d). Reflect on your effectiveness as a problem solver maksudnya merefleksikan dalam keefektifan sebagai pemecah masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek. Pembelajaran berbasis masalah proyek adalah strategi pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dalam pembelajaran kimia guru akan banyak terlibat dalam penggunaan alat dan bahan kimia yang biasanya dilakukan di laboratorium untuk membangun pengertian siswa tentang bahasan tertentu. Metode Proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi (Ratna Wilis, 1989:153). Konsep dan karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah metode atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Pengajaran berbasis proyek/tugas berstruktur (proyect based learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan commit to user penyelidikan terhadap masalahbelajar siswa didesain agar dapat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar mereka (instruktur) berposisi di belakang dan pembelajar berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat siswa selama proyek memberikan hasil yang secara autentik dapat diukur oleh guru dalam pembelajaran-nya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran berbasis proyek, guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa. Dalam pembelajaran menggunakan metode Proyek siswa dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan guru tunggal atau ganda, sedangkan siswa belajar di dalam kelompok kolaboratif 4-5 orang. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan ketrampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Ketrampilan-ketrampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya. commit tomaka user pengembangan ketrampilan akan Hakekat kerja proyek adalah kolaboratif,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan. Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut pembelajaran berbasis proyek. Dimulai dari pertanyaan ”apa yang harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek,” dan keunikan Pembelajaran Berbasis Proyek yang ditemukan dari sejumlah literatur dan hasil penelitian, menetapkan lima kriteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk sebagai pembelajaran berbasis proyek. Lima kriteria itu adalah keterpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah, investigasi konstruktif atau desain, otonomi pembelajar, dan realisme. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Menurut Ratna Wilis (1989: 69) langkah-langkah metode proyek adalah: a). guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan dengan sendirinya mampu melakukannya, tanpa insiatif guru. Hampir setiap proyek mulai dengan direncanakan oleh guru pada tahap pemula, karena siswa memerlukan bantuan dan bimbingan guru serta kesempatan untuk memilih proyek yang sesuai dengan minatnya; b) siswa memilih topik masalah yang diinginkan. Usulan kerja proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan sejumlah masalah yang dapat dipecahkan siswa melalui kerja proyek. Untuk menentukan masalah ini guru dapat bertolak dari minat para siswanya, di sini siswa dapat memilih topik masalah yang diajukan guru. Perlu diperhatikan bahwa guru tidak boleh terlalu banyak commitc)tosiswa user membentuk kelompok kecil dan memberikan pengarahan kepada siswa;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
menentukan langkah penyelesaian. Bagi siswa yang belum berani mengerjakan proyeknya secara individual, guru dapat menyarankan agar mereka dapat bergabung dengan temannya untuk bekerjasama dalam mengerjakan proyek tersebut, karena pada hakekatnya mereka senang bekerjasama. Jumlah siswa paling sedikit dua orang, karena terlalu banyak jumlah anggota kelompok akan mengurangi bahkan menghilangkan kesempatan bagi siswa untuk bekerja; d) siswa menyusun program kerja. Untuk menyusun program secara reguler, guru perlu terlibat dalam pengaturan waktu, karena siswa masih terikat dengan jam sekolah. Guru perlu menyusun program khusus atau memanfaatkan akhir dari setiap jam pelajaran, kira-kira 20 menit untuk berkonsentrasi pada kerja proyek. Pada saat itu siswa menyusun program kerja yang berkenaan dengan kegiatan penyelidikan, guru berperan mengamati. Pada jam-jam praktikum dapat pula siswa menyusun dan mengerjakan proyeknya; e) siswa mencari sumber yang diperlukan. Kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai dengan masalah yang dipecahkan. Untuk memenuhi hal ini diperlukan biaya tambahan guna pengadaan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai penunjang proyek; f) siswa mengadakan penyelidikan. Secara umum untuk berlangsungnya proyek diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan meja yang lebar dan kursi-kursi. Pada tempat dan situasi tersebut siswa melakukan penyelidikan, tetapi tempat penyelidikan juga bisa dilakukan di luar ruangan, misalnya di pantai, pegunungan, sawah, kolam, dan tempat-tempat lain yang diperlukan. Langkah berikutnya g) mengumpulkan data yang dipandang to usertertutup maupun terbuka, semua penting. Dalam penyelidikan di commit laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
kejadian di tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi. Data yang relevan dikumpulkan, dianalisis, dihubungkan kemudian dibuat tulisan yang sistematis. Langkah berikutnya h) menyusun laporan tertulis. Penyusunan laporan ditulis dengan pedoman yang ditentukan guru yaitu berisi: (1) pendahuluan (terdiri atas: rumusan topik atau masalah yang diteliti, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian serta hasil penting yang diperoleh); (2) materi dan metode (terdiri atas: deskripsi alat dan bahan yang digunakan, deskripsi metode yang digunakan); (3) eksperimen dan hasil (terdiri atas: deskripsi eksperimen, dan deskripsi hasil; (4) diskusi (terdiri atas: latar belakang materi yang relevan, interprestasi data, dan prinsip-prinsip utama atau generalisasi. Langkah berikutnya i) presentasi hasil laporan. Laporan yang ditulis secara sistematis dipaparkan kepada siswa yang lain atau bila perlu mengundang beberapa guru guna memperoleh saran perbaikan dan sekaligus untuk mendorong minat siswa lain bahwa presentasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Langkahlangkah/sintaks dalam menerapkan metode proyek yang digunakan peneliti dapat terlihat dalam Tabel 2.2.berikut ini: Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek FASE-FASE Guru mengajukan permasalahan. Siswa memilih topik yang diinginkan
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA
Menyodorkan beberapa permasalahan penelitian yang aktual dengan penjelasannya Memandu kelompok-kelompok yang dibentuk seraya memberikan argumen yang ilmiah atas topik yang dipilih.
Mempelajari topik atau judul yang akan dipilih dan diminati
commit to user
Mendiskusikan dengan teman dalam kelompok tentang topik yang dipilih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
FASE-FASE
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA
Siswa membentuk kelompok kecil dan menentukan langkah penyelesaian
Memberi kebebasan kepada siswa untuk membentuk kelompok peneliti minimal 2 orang
Menentukan teman yang cocok untuk masuk ke dalam kelompok
Siswa menyusun program kerja
Terlibat dalam pengaturan waktu, karena siswa masih terikat dengan jam sekolah. Guru perlu menyusun pro-gram khusus atau memanfaat-kan akhir dari setiap jam pelajaran, kira-kira 20 menit untuk berkonsentrasi pada kerja proyek.
Mendiskusikan tentang literatur yang digunakan, laboratorium, alat dan bahan, waktu penelitian serta batas waktu penelitian
Siswa mencari sumber yang diperlukan
Memfasilitasi kepentingan siswa seperti melakukan koordinasi kepada pengurus laboratorium dan pengurus perpustakan atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penelitian siswa.
Mencari sumber belajar seperti yang ditunjukan guru atau sesuai yang mereka tahu
Siswa mengadakan penyelidikan
Mendampingi langsung dan tidak langsung kelompok siswa yang mengadakan penelitian. Memeriksa data yang dikumpulkan .
Pada waktu yang telah ditentukan siswa berada di tempat penyelidikan Data dikumpulkan, dianalisis, dihubungkan kemudian diverifikasi Menulis kerangka laporan secara lengkap
Mengumpulkan data Siswa menyusun laporan tertulis
Menentukan kerangka lapor-an yaitu berisi: (1) Pendahu-luan (2) Materi dan metode (3) Eksperimen dan (4) Hasil diskusi. Presentasi hasil laporan Memandu dan menilai Laporan yang ditulis secara presentasi siswa bila perlu sistematis dipaparkan mengundang beberapa guru dan kepada siswa dan guru siswa lain. Sumber: Made Wena 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kelima langkah kegiatan tersebut harus dipatuhi secara baik oleh guru dan siswa untuk mencapai pemahaman yang optimal. Dalam praktek ke lima langkah tersebut disederhanakan menjadi kegiatan awal, inti, dan akhir .Menurut Ratna Willis (1989:194) dalam pelaksanaannya penggunaan metode Proyek banyak keungggulannya namun juga kekurangnya. Kelebihan penggunaan
metode
Proyek di antaranya adalah: 1) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa yang tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain; 2) Kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang komplek; 3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek. Memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan berkomunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, siswa akan belajar maksimal di dalam lingkungan kolaboratif. Sejalan dengan kelebihan di atas metode Proyek juga memiliki commitsiswa to user kelemahannya yaitu: 1) menyita waktu. yang terlibat dalam metode Proyek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
akan mencurahkan waktu yang banyak dan kegiatan yang cukup padat, sehingga dapat melalaikan mata pelajaran lainnya, sementara itu muatan pelajaran di sekolah cukup banyak; 2) Siswa terbelenggu oleh kecakapan tertentu saja. Metode Proyek digunakan untuk konsep tertentu saja sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendalami konsep lainnya dengan kekuatan metode yang sama; 3) Terbatas penggunaannya. Metode Proyek akan dilaksanakan secara efektif untuk siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan didukung oleh fasilitas yang disediakan sekolah secara memadai. Apabila sekolah tidak memiliki ruang laboratorium, alat dan bahan yang lengkap dan memadai serta ditunjang oleh perpustakan yang lengkap dan kondusif, maka kegiatan ini sulit dilakukan. 6. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak.Para pakar kreativitas misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui “Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) mengataka bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan yakni belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya yang mengarah kepada cara-cara berfikir konvergen (convergent thingking). Adapun otak kanan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non linier, non verbal, holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan commit tokepada user mistik dan sejenisnya yang mengarah cara-cara berfikir menyebar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
(divergent thingking) Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Pengem-bangan ketiga ranah keterampilan berfikir tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam mengajar dan usaha maksimal siswa mening-katkan pengetahuannya secara mandiri. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta (Purwodarminto, 1984). Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27), kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan
(masalah) ini, menilai dan
menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan. Lebih lanjut Munandar menambahkan bahwa kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena berkreasi berarti tumbuhnya kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu
masalah,
memberikan
kepuasan
kepada
individu
dan
memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Masih
menurut
Utami
Munandar
(2009:
27)
bahwa
dalam
perkembangnnya kreativitas sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek user dari aspek pribadi, kreativitas pribadi, pendorong, proses, dan commit produk. toDitinjau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilhasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreatif, ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal. b. Pembelajaran Kreatif Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa. Menurut Munandar untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, diperlukan berbagai keterampilan mengajar. Delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
menuntut pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. c. Strategi Pembelajaran Kreatif Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil meningkatkan kreativitas siswa adalah : 1) pembelajaran yang berpusat pada siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator, navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pembelajaran, guru yang kreatif dan banyak akal akan menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar; 3) strategi manajemen kelas. Strategi ini mencakup menciptakan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individunya; 4) meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata; dan 5) menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif.
d. Ukuran Sikap Kreatif Menurut Utami Munandar (2009: 70) berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berfikir kreatif maka sikap kreatif dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) keterbukaan terhadap pengalaman baru; 2) kelenturan dalam berfikir; 3) kebebasan dalam ungkapan diri, 4) menghargai fantasi; 5) minat terhadap kegiatan kreatif; 6) kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan 7) kemandirian dalam memberikan pertimbangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
7. Sikap Ilmiah Arti sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan, terutama bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak
(W.S
Winkel:1999,77).
Istilah
sikap
dalam
bahasa
Inggris
disebut ”attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni ”aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai: ”An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation”. Pernyataan itu dapat diartikan bahwa sikap mengandung tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkah laku. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana berhadapan dengan suatu masalah atau objek. Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan. Menurut Baharuddin (1982: 34) bahwa ”sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985: 31-34 dalam Bahrul Ulum 2007:1) sikap ilmiah yang biasa dilakukan para ahli commit tometode user ilmiah, antara lain: Sikap ingin dalam menyelesaikan masalah berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
tahu,sikap kritis,sikap obyektif, sikap ingin menemukan, sikap menghagai karya orang lain, sikap tekun dan terbuka : dalam menghadapi masalah yang baru, maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek. Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda user dengan apa yang diketahuinya, commit terbuka tomenerima kritikan dan respon negatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab, disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka. 8. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah prestasi yang diharapkan pada akhir kegiatan setelah seseorang belajar. Menurut Winkel (1999) “bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yag menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang diraihnya”. Prestasi belajar dan proses belajar merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena hasil akhir dari suatu proses pembelajaran adalah prestasi belajar.Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan suatu evaluasi. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.Menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi: a) gaya belajar; b) motivasi, siswa yang memiliki commit to user motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal; c) intelegensi (IQ), pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa yang IQ rendah; d) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan bergizi, dan istirahat cukup; dan e) kejelasan tujuan, siswa yang mempunyai kejelasan tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kejelasan tujuan. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi: a) sarana belajar; b) metode mengajar; c) faktor keluarga, apabila lingkungan keluarga mendukung maka mendorong anak untuk dapat berprestasi; d) faktor lingkungan sekolah, situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi kekeluargaan yang kondusif antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di dalam sekolah merupakan pendukung keberhasilan siswa; dan e) faktor lingkungan masyarakat, siswa yang berada dalam masyarakat dengan kondisi yang baik akan berpengaruh positif terhadap prestasi siswa. Menurut taksonomi Bloom (1956), hasil belajar terdiri dari tiga domain (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26-32), yaitu: Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual. Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2) pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas; (3) penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau commit to user menguraikan atau menjabarkan konkret; (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; (5) sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagianbagian ke dalam suatu keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan
untuk
membuat
penilaian
terhadap
sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai. Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu 1) Sikap, menurut Fishbein dan Ajzen dalam Depdiknas (2008), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep, atau orang. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka atau tidak suka. Sikap dapat dibentuk dengan mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik; 2) Minat, menurut Getzel dalam Depdiknas (2008), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalamanyang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus, aktivitas,
pemahaman,
dan
ketrampilan
untuk
tujuan
perhatian
atau
pencapaian.Penilaian minat dapat digunakan untuk: mengetahui minat, bakat, pertimbangan penjurusan dan pelayanan individualmemilih metode yang tepat dalam penyampaian materi dan meningkatkan motivasi belajar siswa; 3) Konsep diri, menurut Smith konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Arah konsep diri bisa positif atau commit to userdari rendah sampai tinggi.Konsep negatif dan intensitasnya bisa dinyatakan mulai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
diri dapat digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa dan untuk memberikan motivasi belajar siswa dengan tepat; 4) Nilai, menurut Rokeach dalam Depdiknas (2008), nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang diangggap baik atau buruk. Nilai mengacu pada keyakinan dan memilki target sikap dan perilaku; 5) Moral, moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Selain itu ranah afektif yang lain adalah kejujuran, integritas, adil, dan kebebasan. Domain psikomotor, adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik . Menurut Bloom dalam Depdiknas (2008), ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedang pembelajaran psikomotor /ketrampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing) ini sesuai pendapat Mills (1977). Cara menilai hasil belajar psikomotor (Ryan,1980) dapat diukur melalui 1) pengamatan langsung selama proses pembelajaran berlangsung; 2) sesudah mengikuti pembelajaran; 3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa penilaian hasil belajar psikomotor /ketrampilan harus mencakup penilaian saat persiapan, proses dan produk. Penilaian psikomotor dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu siswa melakukan praktikum di laboratorium atau sesudah proses berlangsung. Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi commitsiswa to user belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah belajar dan mengikuti proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Hasil prestasi belajar dapat digunakan antar lain: 1) sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan;4) sebagai indikator produktivitas institusi pendidikan; 5) dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa. Dari uraian kegunaan hasil prestasi belajar di atas maka dapat dimaknai pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor karena dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menyusun evaluasi pembelajaran untuk menghasilkan prestasi belajar yang di sudah ditargetkan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kognitif ditunjukkan dengan nilai atau angka, yaitu prestasi akhir dari hasil tes prestasi belajar kimia materi elektrolisis, prestasi belajar afektif dengan angket dan psikomotor dengan observasi pengamatan saat proses praktikum berlangsung. 9. Materi Elektrolisis Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang melibatkan serah terima elektron, aliran elektron adalah arus listrik. Kita dapat menggunakan reaksi redoks spontan untuk menghasilkan energi listrik dan menggunakan energi listrik untuk menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Rangkaian perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan perubahan energi listrik menjadi energi kimia disebut to user sel elektrokimia. Sel elektrokimiacommit dibedakan menjadi dua yaitu sel volta (energi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kimia diubah menjadi energi listrik) dan sel elektrolisis (energi listrik diubah menjadi energi kimia). Sel elektrolisis (Johari dan Rachmawati, 2006) adalah tempat terjadinya peruraian zat elektrolit dengan menggunakan arus listrik searah. Pada elektrolisis melibatkan reaksi redoks tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar. Anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi dan bermuatan positif, sedangkan katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan bermuatan negatif. Pada rangkaian luar, arus listrik dibawa oleh elektron, sedangkan pada rangkaian dalam (larutan atau lelehan elektrolit) arus listrik dibawa oleh ion. Secara umum sel elektrolisis terdiri dari: a) Sumber listrik yang menyuplai arus listrik searah, b) katoda, c) anoda dan d) elektrolit merupakan zat yang dapat menghantarkan listrik yang akan diuraikan dalam sel elektrolisis (dapat berupa lelehan dan juga larutan).
Gambar 2.2 Elektrolisis larutan dengan elektrode inert Elektrolisis dengan menggunakan lelehan reaksinya bersifat sederhana commit to user karena tidak melibatkan air. Sedangkan elektrolisis dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
elektrolit larutan reaksinya lebih kompleks karena adanya reaksi-reaksi bersaing pada katoda maupun anoda. a. Reaksi Elektrolisis Reaksi elektrolisis dengan elektrolit lelehan menggunakan reaksi redoks sederhana karena berlangsung tanpa air. Contohnya elektrolisis lelehan NaCl dengan menggunakan elektroda grafit (C). Gambar 2.3 menunjukkan elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda inert.
Gambar 2.3 Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert) Di dalam sel elektrolisis, ion Na+ akan tereduksi di katode membentuk logam Na, sedangkan ion Cl- akan teroksidasi di anoda membentuk gas Cl2. NaCl(l) → Na+(l) + Cl-(l) Katoda
: Na+(l) + e
Anoda
: 2 Cl-(l)
Reaksi total
→ Na(s) → -
Cl 2(g) + 2e
: 2Na(l) + 2 Cl (l) →
+
2Na(s) + Cl2(g)
Reaksi elektrolisis pada larutan elektrolit menggunakan reaksi redoks yang kompleks karena adanya reaksi bersaing reaksi redoks elektrolit dan reaksi redoks commit to user pelarut air. Jika elektrolitnya berupa asam maka terdapat reaksi bersaing H+.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Reaksi bersaing di katoda dan anoda pada reaksi elektrolisis larutan tertera pada Tabel 2. 3 Tabel 2.3 Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda Reaksi bersaing di katoda
Reaksi bersaing di anoda
* Reaksi reduksi kation
* Reaksi oksidasi anion
Lx+(aq) + xe → L(s) * Reaksi reduksi air
* Reaksi oksidasi air -
2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH (aq)
2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e
* Reaksi reduksi H+ (elektrolit asam) 2 H+(aq) + 2e → H2(g) Ketentuan reaksi elektrolisis dengan menggunakan elektrolit larutan b. Reaksi reduksi di katoda Kation yang berasal dari logam aktif (gol IA, IIA, Al atau Mn) : air yang tereduksi 2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq) Kation lain : kation lain tereduksi Lx+ (aq) + xe → L(s) 2 H+(aq) + 2e → H2(g) c. Reaksi oksidasi di anoda Jika anodanya inert ( Pt, Au, C) maka: Anion yang tidak mengandung oksigen akan teroksidasi: X-(aq) → X2(g) + 2e Anion yang mengandung oksigen : air yang teroksidasi 2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Jika anodanya tak inert : anoda teroksidasi L(s) → Lx+(aq) + xe Berikur beberapa contoh reaksi elektrolisis larutan Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) (2x) Katoda : 2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq) (1x) Anoda : 2 Cl-(aq) → Cl 2(g) + 2e (1x) + Reaksi total : 2 H2O(l) + 2 Cl (aq) → H2(g) + 2 OH (aq) + Cl2(g) Reaksi kimia : 2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) → 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g) Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C dapat dilihat secara jelas pada Gambar 2.2 berikut ini.
Anode
Katode
Gambar 2.4 Elektrolisis Larutan NaCl Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda grafit dan anoda Fe CuSO4 (aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq) Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) Anoda : Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e + 2+ 2+ Reaksi Sel : Cu (aq) +Fe(s) → Cu(s) + Fe (aq) Untuk menghitung jumlah zat yang dihasilkan pada elektrolisis digunakan hukum Faraday. Michael Faraday mengemukakan hubungan antara massa zat yang dihasilkan di elektrode dengan jumlah listrik yang digunakan, hubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
tersebut dinyatakan dalam dua hukum Faraday. Hukum Faraday I menyatakan massa zat yang dihasilkan pada elektrode selama proses elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang dipaka, dinyatakan pada persamaan berikut : G ∞ i x t, Keterangan: G = massa zat yang dihasilkan (gram), i = arus listrik (Amper) t = waktu (detik). Hukum Faraday II menyatakan apabila dua sel elektrolisis atau lebih dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama maka massa zat-zat yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan massa ekuivalen zat-zat tersebut, dinyatakan dalam rumus berikut G ∞ ME, Keterangan: ME = massa ekivalen zat (ME = Ar : pbo) pbo = perubahan bilangan oksidasi. Jika digabungkan diperoleh persamaan: G ∞ i x t x ME, Perbandingan
ini
menjadi
,sehingga diperoleh rumus
persamaan G=
dengan
menambahkan
faktor
x i x t x ME
Hukum Faraday II dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5 sel elektrolisis yang disusun seri berikut .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
w Ag : w Ni : w Cr = e Ag : e Ni : e Cr
massa Ag
massa Ni
massa Cr
Gambar 2.5 Sel Elektrolisis disusun seri d. Penggunaan Elektrolisis. Aplikasi elektrolisis dalam industri dapat digunakan dalam proses : a) Penyepuhan (elektroplating) adalah pelapisan dengan logam menggunakan sel elektrolisis untuk memperindah penampilan dan mencegah korosi.Benda yang akan disepuh dijadikan katoda dan logam penyepuh sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit yang sesuai dengan logam penyepuh. Contoh penyepuhan sendok yang terbuat dari besi yang dilapisi dengan perak, sel disusun dari anoda Ag dan katoda sendok (Fe), larutan elektrolit yang digunakan adalah perak nitrat (AgNO3). Dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6
commit to user Gambar 2.6 Proses penyepuhan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Reaksi elektrolisis yang terjadi : Katoda (Fe) : Ag+(aq) + e → Ag(s) Anoda (Ag) : Ag(s)
→ Ag+(aq) + e
Ion Ag+ dalam larutan tereduksi di katoda dan mengendap sebagai Ag di sendok. Di anoda, elektroda Ag teroksidasi untuk terus memasok ion Ag+dalam larutan, b) Produksi logam dengan kereaktifan tinggi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas, tetapi dalam bentuk senyawanya yang bersifat sangat stabil. Salah satu metode yang digunakan untuk ekstraksi logam reaktif dari senyawanya adalah dengan proses elektrolisis. Contoh pengambilan Al dari oksidanya Al 2O3 dalam bijih bauksit. Pengolahan logam Al secara industri proses elektrolisis yang dikenal sebagai proses Hall-Heroult. Sel ini terdiri dari anoda dan katoda karbon , Al2O3 dilarutkan ke dalam lelehan kriolit Na3AlF6, Anode grafit
Isolator Leburan Al2O3 + kriolit t = 850 0 C
Katode grafit Leburan logam Al (yang diperoleh)
Tabung untuk mengalirkan leburan Al
Gambar 2.7 Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium Katoda : Al3+(l) + 3e → Al(s) (x4) 2Anoda : O (l) → O2(g) + 4e (x3) + 3+ 2Sel : 4 Al (l) + 6 O (l) → 4Al(s) + 3 O2(g) Di katoda Al3+ tereduksi menjadi logam Al, selanjutnya lelehan Al membentuk lapisan di dasar sel dan diambil secara berkala, c) Pemurnian logam, contoh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian logam tembaga. Sel terdiri dari anoda Cu kotor dan katoda yang dilapisi Cu murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah CuSO4 .Pada katoda ion Cu2+ dalam larutan akan tereduksi dan mengendap, sementara pada anoda Cu akan teroksidasi menjadi Cu 2+.
Cu murni
Cu tidak murni
Cu2
Cu2 2+
Cu
Larutan CuSO4
Gambar 2.8 Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga Reaksi elektrolisis yang terjadi: CuSO4 (aq) → Cu2+(aq) + SO4 2-(aq) Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e Reaksi Sel : Cu(s) (anoda) → Cu(s) ( katoda)
+
B. Penelitian yang relevan Penelitian-penelitian yang relevan tentang pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS), metode Proyek, kreativitas dan sikap ilmiah telah dilakukan sebelum ini. Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan. 1.Runtut Prih Utami (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Prestasi Belajar Biologi
Pada
Kompetensi
Dasar
Bioteknologi
Menggunakan
Model
Pembelajarn Problem Based Instruction (PBI) Disertai Hand Out Dan Model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) Ditinjau Dari Intelegensi Dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) disertai Hand Out dan model pembelajaran SSCS terhadap prestasi belajar Biologi, dan terdapat pengaruh antara kreativitas siswa (tinggi, rendah) terhadap prestasi belajar biologi. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan memberikan rerata prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa yang mempunyai kreatrivitas sedang atau rendah yang diberi motode pembelajaran SSCS. Jadi faktor kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Runtut Prih Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penggunaan metode pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) dan variabel moderator kreativitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan Runtut Prih Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia menggunakan metode Proyek, variabel moderator yang digunakan sikap ilmiah dan berbeda pada mata pelajaran yang diampu. 2.Ertmer Peggy A., Simons & Krista D.(2006), melakukan penelitian dengan judul ” Jumping the PBL Implementation Hurdle: Supporting the Efforts of K– 12 Teachers ”.Penelitian ini membahas tentang hambatan yang dialami oleh guru dalam mengimplementasikan PBL dan masukan bagi guru dalam penggunaan PBL. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer Peggy A., Simons Krista D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang dapat memudahkan to user karena siswa dituntut tanggung siswa dalam memahami matericommit yang dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
jawab yang tinggi, ini dilihat dari peranan mereka dalam diskusi. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer Peggy A., Simons Krista D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti sebelumnya sudah mengamati peranan kelompok secara intensif dan dampak perubahan nyata yang ditimbulkan yaitu partisipasi yang tinggi diantara mereka, sudah menerapkan kelompok-kelompok belajar yang dibentuk sebelumnya, sedangkan peneliti hanya mengamati perubahan prestasi belajar siswa 3.Osburn Holly K. and Mumford Michael D.(2006), melakukan penelitian dengan judul ”Creativity and Planning: Training Interventions to Develop Creative Problem-Solving Skills, The University of Oklahoma”. Penelitian menunjukkan bahwa berpikir kreatif memerlukan perencanaan untuk memperoleh ide-ide baru. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah kreativitas untuk mendapatkan ide-ide baru pada Problem-Solving Skills. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah kreativitas untuk model Problem-Based Learning. 4.Erdal Senocak (2009), melaksanakan penelitian dengan judul ”Development of an Instrument for Assessing Undergraduate Science Students Perceptions: The Problem-Based Learning Environment Inventory” Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi lingkungan pembelajaran berbasis masalah agar guru lebih memahami Problem-Based Learning (PBL). Persamaan antara commit to user dengan penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Erdal Senocak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
peneliti adalah menerapkan model Problem-Based Learning (PBL). Perbedaan penelitian yang dilakukan Erdal Senocak dengan peneliti bahwa peneliti memusatkan pembelajaran dengan metode Search Solve Create And Share (SSCS) dan proyek sedang Erdal Senocak penerapan 4 langkah Problem-Based Learning (PBL) untuk keberhasilan pembelajaran di bidang pendidikan. 5.Tri Lestari (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran Kimia Metode Eksperimen dengan Inquiri terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal Dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Tri Lestari dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel moderator sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Tri Lestari dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS) dan metode Proyek serta variabel moderator kreativitas. 6.Erlina Hartiningsih (2011) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Inquiri Terbimbing dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode Inquiri terbimbing dan Proyek terhadap prestasi belajar kimia pada materi elektrolisis. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Erlina Hartiningsih dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Proyek, kreativitas dan commit to dilakukan user sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang Erlina Hartiningsih dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS). C. Kerangka Berpikir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bentuk operasional kurikulum yang berlaku saat ini memberikan kebebasan guru untuk berkreasi, baik dalam hal strategi mengajar maupun mengatur proses pembelajaran di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan adanya pergeseran paradigma dari teacher centered ke student centered dimana diharapkan dalam proses pembelajaran siswa bukan hanya sebagai objek pembelajaran, tetapi lebih ditekankan sebagai subjek pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada kenyataannya, penerapan kurikulum dan perubahan paradigma tersebut belum dapat ditangkap oleh guru sebagai peluang untuk mengembangkan diri dan mewujudkannya secara optimal untuk saat ini. Hal ini disebabkan guru kesulitan mengembangkan kreativitas mengajarnya karena kendala alokasi waktu yang terbatas dan banyaknya kelas yang harus diampu. Namun demikian sebagian besar guru tetap berusaha mencoba berbagai metode baru dengan harapan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswanya. Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian yang relevan maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat faktual dan empiris, dikatakan faktual karena perubahan yang terjadi setelah proses elektrolisis dapat diamati misalnya dihasilkannya gelembung, endapan, perubahan pH dan perubahan warna pada elektroda.Sedang bersifat empiris karena endapan, gas dan dapat dihitung secara stoikiometri. Menurut teori belajar Ausubel pembelajaran berdasarkan penemuan siswa yang berinteraksi langsung dengan obyek melalui pengamatan akan menghasilkan pengetahuan yang lebih mudah dipahami dan lama diingat. Materi elektrolisis dibahas dengan cara praktikum di laboratorium sehingga siswa langsung mengamati perubahan-perubahan selama elektrolisis berlangsung. Metode Search Solve Create and Share (SSCS) melakukan kegiatan pembelajaran seperti observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan investigasi yang merupakan proses penemuan pengetahuan yang terukur dan berulang. Dalam kegiatan tersebut melibatkan mental pikiran, emosi yang berasimilasi dalam rangka mengkaji konsep bahkan menemukan prinsip-prinsip baru. Metode Search Solve Create and Share (SSCS) mempunyai kelebihan pengetahuan yang dipelajari mudah diingat, mudah diterapkan, meningkatkan penalaran dan membangkitkan keingintahuan siswa, sehingga metode Search Solve Create and Share (SSCS) dapat dipergunakan untuk menerangkan materi elektrolisis. Namun demikian metode Search Solve Create and Share (SSCS) juga mempunyai kekurangan antara lain metode ini memerlukan fasilitas dan sumber belajar yang memadai, jika jumlah siswa banyak tugas guru dalam membimbing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
dan mengawasi menjadi lebih berat dan siswa yang gagal dalam pembelajaran menjadi frustasi. Metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran inovatif yang menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin belajar, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan siswa bekerja secara mandiri dengan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Sesuai teori belajar Ausubel siswa akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari apa yang mereka alami berdasarkan pola-pola bermakna. Metode proyek mempunyai kelebihan meningkatkan motivasi, mampu memecahkan masalah dan meningkatkan kolaborasi, materi elektrolisis diajarkan dengan cara praktikum berkelompok di laboratorium dalam pemecahan masalahnya sehingga dengan menggunakan metode Proyek materi elektrolisis mudah dipahami oleh siswa. Namun demikian metode Proyek juga mempunyai kelemahan yaitu menyita waktu, terbelenggu oleh kecakapan tertentu, terbatas penggunaannya hanya pada siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan fasilitas sekolah harus memadai. Dengan penggunaan metode Proyek akan menggali kreativitas siswa dengan sangat baik sehingga diharapkan metode Proyek ini akan dapat menghasilkan prestasi yang baik. Walaupun kedua metode tersebut berperan besar dalam menghasilkan prestasi yang baik.Diduga ada perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi elektrolisis. 2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik. Berdasarkan ciri siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen dapat merangsang siswa yang kreatif untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan bahkan lelehan zat kimia, dengan variasi elektroda aktif maupun inert sehingga siswa-siswa tersebut lebih mudah saat memahami materi elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa sendiri akan memberikan hasil yang paling baik, dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, dapat menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Diduga ada pengaruh siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
memiliki kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran materi elektrolisis 3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis. Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah cenderungan berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Materi elektrolisis merupakan materi yang kompleks karena melibatkan banyak pengetahuan diantaranya matematika dan fisika. Siswa harus menguasai kedua pengetahuan tersebut untuk mempertajam materi elektrolisis sebelum melakukan eksperimen. Menurut konstruktivisme belajar memadukan antara realitas internal dan eksternal. Realitas internal adalah susunan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sedangkan realitas eksternal adalah obyek yang menjadi bahan kajian. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan mampu mengintergrasikan antara realitas internal dan realitas eksternal. Diduga ada perbedaan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. 4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh model commit to terdapat user pembelajaran yang inovatif, di dalamnya metode Search Solve Create
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
and Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) memerlukan ketekunan menjabarkan konsep, membentuk kelompok, melakukan interaksi antara pengetahuan dan kekompakan kelompok serta membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada kelompok yang lain. Sedangkan metode proyek juga memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan dan memecahkan masalah dan menghasilkan karya yang aktual. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi elektrolisis yang mengacu pada pemecahan masalah. Metode yang sesuai karakter materi yang dipelajari akan mampu memperjelas materi elektrolisis. Siswa-siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode SSCS dan proyek dapat mendorong siswa untuk kreatif, tetapi siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok menggunakan metode SSCS, sedang siswa yang memiliki kreativitas tinggi cocok menggunakan metode proyek. Diduga ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dengan metode SSCS dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada materi elektrolisis. 5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. Metode merupakan sarana untuk memperjelas materi. Ada banyak metode yang dapat digunakan, tetapi tidak semua cocok diterapkan tergantung materi yang akan menjadi kajian. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang berbedabeda. Untuk menggali sikap ilmiah siswa diperlukan metode yang cocok. Model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
pembelajaran berbasis masalah melahirkan metode inovatif diantaranya metode SSCS dan Proyek. Meskipun kedua metode tersebut memiliki kesamaan untuk memecahkan masalah tetapi dalam prakteknya tidak selalu menghasilkan sikap ilmiah yang sama. Perbedaannya metode SSCS masih mengandalkan guru sebagai pendamping pemecahan masalahnya sedangkan pada metode Proyek guru hanya sebagai fasilitator, oleh karena itu siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah lebih cocok mengguna metode SSCS dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih cocok menggunakan metode Proyek. Diduga ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dengan metode SSCS dan metode Proyek dengan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran materi elektrolisis terhadap prestasi belajar. 6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan mempunyai daya cipta yang tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam memecahkan masalah materi elektrolisis dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki penalaran yang baik sehingga diduga prestasi belajarnya lebih baik. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai interaksi pribadi dengan lingkungannya cukup tinggi, senang belajar dengan cara mengamati suatu eksperimen bahkan mencoba berulang-ulang terhadap eksperimen lain sehingga commitbekerja. to user Dalam menyelesaikan masalah menghasilkan banyak produk, senang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
materi elektrolisis lebih senang dengan cara praktikum secara sistematik.Sikap ilmiah ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati obyek tertentu, Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi kecenderungan bertindak atau berperilaku dalam memecahkan masalah secara sistematik dan melalui langkahlangkah kimia. Siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya tinggi pada umumnya mempunyai daya nalar, penguasan materi lebih baik sehingga diduga ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis 7. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek, dengan kreativitas, dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode SSCS dan Proyek. Menurut Bruner perolehan pengetahuan merupakan proses interaksi, dan orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif, kreatif dan bersikap ilmiah yang tinggi akan memperoleh hasil yang paling baik. Teori belajar sosial Vygotsky mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of proximal commitsiswa. to userSedangkan Piaget dalam teori development siswa dan scaffolding
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional formal yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Siswa SMA termasuk kategori operasional formal, namun setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas dan sikap ilmiah yang berbeda-beda pula, maka dengan model pembelajaran dan metode yang tepat siswa yang mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda memahami materi elektrolisis. Model pembelajaran berbasis masalah dalam mempelajari materi elektrolisis dengan menggunakan metode Proyek, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan sikap ilmiah tinggi diduga prestasi belajarnya lebih baik. Diduga ada interaksi antara penngunaan dengan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena berbagai sebab, diantaranya pembelajaran di kelas yang kurang menarik dan kurang dapat menstimulasi munculnya kreativitas dan sikap ilmiah mereka. Kesulitan yang sering dialami oleh guru adalah dalam pemilihan metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu secara mudah, sehingga siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada KTSP. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil pembelajaran yang dicapai menjadi optimal. Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak, yaitu sebanyak 32 siswa. commit to userguru kesulitan untuk menerapkan Banyaknya siswa yang diampu menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas dengan jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan kreativitas guru yang memadai. Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, membangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata. Pada penelitian ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran SSCS dan Proyek dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi optimal, sehingga dapat memunculkan motivasi belajar siswa pada pelajaran kimia. Motivasi belajar yang tinggi akan berakibat meningkat pula prestasi belajar siswa Motivasi yang tinggi akan meningkatkan pada tingginya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis. 3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis. 4. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar
pada materi
elektrolisis. 5. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. 6. Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis. 7. Ada interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kalasan yang beralamat di Bogem, Tamanmartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman , Daerah Istimewa Yogyakarta.Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Kalasan merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, memiliki sebanyak 4 kelas XII program IPA serta sarana prasarana yang memadai untuk penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan rencana jadwal kegiatan penelitian tercantum pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2011 dan 2012 bulan
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: commit to seluruh user siswa kelas XII program IPA 130). Populasi dalam penelitian ini adalah
80
Juli
Juni
Mei
Aprll
Mar
Feb
Jan
Des
Nop
Okt
Sept
Agst
Penyusunan Proposal Pembimbingan Proposal Penyusunan Instrumen Seminar Proposal Uji coba Instrumen Analisis uji Coba Instrumen Pelaksanaan Penelitian Pengolahan data penelitian Penulisan laporan Ujian Tesis
Juli
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Juni
Kegiatan Mei
No
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012 yang masing-masing terdiri dari 32 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas tercantum pada Tabel 3.2.
No.
Kelas
1. 2. 3. 4.
XII IPA 1 XII IPA 2 XII IPA 3 XII IPA 4
Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian Jumlah Jumlah Jumlah Laki-laki Perempuan 15 17 32 8 24 32 8 24 32 14 16 30 Total = 126
Nilai rata-rata raport kelas XI 76,48 76,08 76,56 75,79
2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131).Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012. 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompokkelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada dalam populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok kemudian kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas XII program IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok sampel. Sebelum penentuan sampel maka dilakukan pengujian kesamaan rerata commit to usernilai raport kenaikan kelas XI IPA prestasi siswa yaitu dengan cara uji t terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
siswa. Pengukuran dilakukan pada kelas eksperimen dan bukan eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-matching. Dihitung dengan menggunakan software PASW versi 18. Uji kesamaan rerata digunakan untuk mengetahui kesamaan prestasi siswa dari pengukuran nilai raport kenaikan kelas XI IPA dengan menggunakan uji t 2 pihak. Uji kesamaan rerata dilakukan dalam pengambilan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan uji independent samples t-test. Dari hasil pengujian independent samples t-test didapatkan signifikansi 0.740 (Sig.>0.5) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari uji t menunjukkan bahwa sampel (4 kelas populasi) tidak memiliki perbedaan prestasi belajar, berarti sampel memiliki keadaan awal yang sama. Ini menunjukkuan sampel yang akan diambil dari populasi adalah representatif (mewakili). Setelah diundi secara acak, kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen pertama menggunakan metode pembelajaran SSCS dan kelas XII IPA3 sebagai kelas eksperimen kedua menggunakan metode pembelajaran Proyek. C. Rancangan dan Variabel Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode SSCS dan Proyek yang berbasis masalah terhadap prestasi belajar kimia siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research). Menurut Donald Ary et.al (2005: 337) penelitian eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis. Kedua kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah. Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan perbedaan variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan Anava tiga jalan dengan rancangan desain faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode SSCS dan Proyek. Faktor kedua adalah kreativitas siswa dikategorikan dalam kreativitas tinggi dan rendah. Faktor ketiga adalah sikap ilmiah siswa dikategorikan tinggi dan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan penelitian ini dapat disajikan seperti Tabel 3.3. Tabel 3.3 Rancangan Penelitian Model Pembelajaran berbasis masalah ( A ) SSCS (A1) Proyek (A2) Kreativitas (B)
Sikap Ilmiah (C)
Kreativitas Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Kreativitas Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Sikap ilmiah tinggi (C1)
A1C1
A2C1
Sikap ilmiah rendah (C2)
A1C2
A2 C2
Keterangan : A1 B1
: Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas tinggi
A1 B2
: Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas rendah
A1 C1
: Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi
A1 C2
: Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah rendah
A2 B1
: Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
A2 B2
: Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas rendah
A2 C1
: Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi
A2 C2
: Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah rendah Pada Tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian.
Variabel bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua bagian. Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran SSCS (A1) dan metode pembelajaran Proyek(A2) ,dan variabel moderatornya adalah kreativitas (B), dan sikap ilmiah (C). Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode SSCS (A1) dan Proyek (A2); kreativitas yang digunakan adalah kreativitas tinggi (B1) dan kreativitas rendah (B2); serta sikap ilmiah siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C 1) dan rendah (C2). 2. Variabel Penelitian Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a. Variabel bebas/ independent variabel: metode pembelajaran SSCS dan metode pembelajaran Proyek. b. Variabel moderator: kreativitas dan sikap ilmiah siswa. c. Variabel terikat/ dependent variabel: prestasi belajar kimia siswa dalam ranah commit to user kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode pembelajaran SSCS dan metode Proyek. Definisi operasional : Metode SSCS merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh siswa dengan didampingi guru, tetapi dalam penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.Sedangkan metode Proyek merupakan suatu metode yang menerapkan teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Saat pengerjaan di kelas menggunakan berbagai macam bahanbahan, dengan pendekatan belajar aktif atau berpusat pada siswa. b. Variabel moderator Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap ilmiah. 1) Variabel moderator I Kreativitas a) Definisi operasional: Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari commit user yang dimilikinya. Kreativitas bidang tertentu berdasarkan atas dayato cipta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti. b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan rendah. c) Indikator: kreativitas tinggi jika ≥ X (rerata) dan kreativitas rendah jika < X (rerata). 2) Variabel moderator II Sikap Ilmiah a) Definisi operasional: Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka. b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu sikap ilmiah tinggi dan rendah. c) Indikator: sikap ilmiah tinggi jika ≥ X (rerata) dan sikap ilmiah rendah jika < X (rerata). c. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia materi elektrolisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
1) Definisi operasional: Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi elektrolisis, dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada mata pelajararan kimia dengan materi pembelajaran elektrolisis. Materi tersebut disampaikan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode SSCS dan Proyek. 2) Skala pengukuran: interval 3) Indikator: nilai tes prestasi belajar pada materi elektrolisis aspek kognitif, angket untuk aspek afektif dan lembar observasi untuk psikomotor. Aspek kognitif adalah domain belajar sesuai taksonomi Bloom (Situmorang, 2005: 218) aspek pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang muncul saat terjadi proses interaksi. Aspek psikomotor yaitu hasil belajar dalam bentuk ketrampilan proses sains yang meliputi merangkai alat, melakukan percobaan, mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, berkomunikasi dan menyimpulkan. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan menggunakan angket dan observasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
1. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok elektrolisis dengan menggunakan perangkat tes berupa obyektif tes dengan 5 pilihan jawaban. 2. Data moderator kreativitas verbal diperoleh dengan tes. 3. Data moderator sikap ilmiah diperoleh dari angket. 4. Data nilai afektif diperoleh dari angket. 5. Data observasi kemampuan psikomotor di peroleh dari observasi kegiatan siswa saat melakukan eksperimen di laboratorium. Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut antara lain berupa teknik angket, teknik tes, teknik observasi dan dokumentasi. 1. Teknik Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah, dan prestasi belajar kimia siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan empat alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil data penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. 2. Teknik Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar kimia siswa pada ranah kognitif dan kreativitas. Bentuk soal tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sedang tes kreativitas berupa tes tertulis yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai waktu yang telah ditentukan. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisikisi soal dan indikator yang telah disusun.Sebelum diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. 3. Teknik Unjuk kerja Unjuk kerja yang dimaksud adalah unjuk kerja siswa untuk hasil prestasi belajar pada aspek psikomotorik.Dalam penelitian ini bentuk unjuk kerja yang yang digunakan adalah pengamatan terhadap siswa saat melaksanakan proses eksperimen secara langsung. 4. Teknik Dokumentasi Dalam melaksanakan pengumpulan data dokumentasi, pada penelitian ini didapatkan dari menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulen, catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan metode pembelajaran SSCS dan Proyek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengambilan data. 1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen pembelajaran dalam penelitian ini, yang meliputi: a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan. b. Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. c. Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif , instrumen kreativitas verbal, instrumen angket sikap ilmiah serta lembar observasi pelaksanaan kegiatan praktikum untuk prestasi belajar psikomotorik. a. Tes prestasi belajar kognitif. Soal tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 35 soal dengan 5 pilihan jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Skala penilaian menggunakan skala 100. b. Tes kreativitas Instrumen tes kreativitas verbal disusun sesuai kisi dan indikator yang telah dibuat.Tes kreativitas verbal berupa pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai batasan waktu yang diberikan.Tes diberikan di awal sebelum pembelajaran di mulai. c. Angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif. Instrumen angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif disusun dengan memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia. Penyusunan item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4. Instrumen yang berupa angket sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Soal angket prestasi belajar afektif berjumlah 20 butir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
d. Lembar Unjuk kerja siswa. Lembar Unjuk kerja siswa dibuat untuk memperoleh data tentang prestasi psikomotorik siswa selama eksperimen berlangsung didapat melalui pengamatan. F. Uji Coba Instrumen Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. 1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) validitas, yaitu sejauh mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang ingin diukur; (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali; (3) sensitivitas, yaitu kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; (4) objektivitas, yaitu data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan (5) fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden populasi peserta didik kelas XII IPA pada SMA Negeri 1 Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket kreativitas, sikap ilmiah, afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Perhitungan
uji
validitas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel. Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010 : 65). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas item sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika siswa menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah. Untuk menilai apakah soal tes mempunyai validitas isi tinggi, maka dilakukan validasi oleh ahli (dosen kimia). Dalam hal ini untuk menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi yang mewakili isi yang akan diukur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Setelah dinilai oleh validator, selanjutnya untuk menguji konsistensi internal soal (validitas empirik) pada tes prestasi belajar, digunakan rumus korelasi Point Biserial dengan rumus: rpbis =
̅
̅
√
Keterangan: rpbis = koefisien korelasi point biserial ̅ = mean skor dari jawaban benar bagi item yang dicari korelasinya ̅ = mean skor total (skor rata-rata seluruh pengikut tes) = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar suatu item q = proporsi siswa yang menjawab salah (1-p) Sedangkan untuk menghitung validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
N
N N 2
2
2
2
Keterangan: X
: skor item untuk masing-masing responden.
Y
: skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.
rxy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.
N
: jumlah sampel.
Kriteria item: jika rxy ≥ rtabel maka item tersebut valid, jika rxy< rtabel maka item commit to user tersebut tidak valid untuk taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4 berikut ini. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif Variabel
Kriteria Valid
Soal Materi
elektrolisis Tidak Valid
Nomor Soal
Total
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,1 7,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28, 29,32,33,34,34,35 15, 30, 31
32
Jumlah
3 35
Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar afektif terangkum dalam Tabel 3.5 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif Variabel Angket
Kriteria Valid
Nomor Soal
Total
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14,
18
Penilaian
15, 16, 17, 18, 19, 20
Prestasi Belajar Tidak Valid
3,11
Aspek Afektif
2 Jumlah
20
Dari 20 soal yang diujicobakan 18 soal valid dan 2 soal invalid. Sebanyak 18 soal yang valid digunakan semua dan 2 soal yang tidak valid diperbaiki dan digunakan kembali. b. Reliabilitas Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal. Suatu soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan hasil yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
dan waktu yang berlainan.Untuk Pengujian reliabilitas instrument tes kognitif dan sikap ilmiah menggunakan rumus Kuder-Richardson sebagai berikut: 2 n s pq r11 s2 n 1
r11
= Reliabilitas instrument
n
= Banyaknya butir pertanyaan
S
= Deviasi standar
p
= Indeks kesukaran
q
=1–p
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71- 0,90
: Tinggi
0,41- 0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
>0,00-0,20
: Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 2010: 227)
Untuk mengukur reliabilitas instrumen kreativitas digunakan rumus Alpha. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya untuk angket dan soal uraian (Suharsimi Arikunto, 2010:227). Rumus Alpha adalah sebagai berikut: k
r11 = (k- ) (
∑
)
Keterangan: r11
k
: reliabilitas instrumen
commit to user : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
∑
2 b
2 t
: jumlah varians butir : varians total
Kriteria reliabilitas adalah sebagaiberikut : 0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
0,00 -0,20
: Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar kognitif kimia yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal Materi Elektrolisis
35
0.82
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas soal materi elektrolisis diperoleh angka 0,82 yang berarti reliabilitasnya tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket prestasi belajar aspek afektif yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif Variabel Angket Penilaian Prestasi
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
20
0,78
Reliabilitas tinggi
Belajar Aspek Afektif
Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,78 yang berarti reliabilitasnya tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
c. Uji Taraf Kesukaran Taraf Kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: IK
JB A JB B JS A JS B
Keterangan: IK = indeks kesukaran JBA = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas JBB = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: IK = 0,00
terlalu sukar
0, 0 < IK ≤ 0,30
sukar
0,3 < IK ≤ 0,70
sedang
0,7 < P ≤ ,00
mudah
IK = 1
terlalu mudah (Suharsimi Arikunto, 2010: 235)
Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.8 Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar Taraf Kesukaran Mudah Sedang Sukar
Jumlah soal Total 3 3 30commit to user 30 2 2
Total Soal dipakai 1 33 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Setelah diuji taraf kesukaran dari 35 soal yang diujicobakan setelah dihitung menggunakan program microsoft excel 2007 terdapat 32 soal valid dan 3 soal tidak valid.dengan tingkat kesukaran soal sukar 2 ,sedang 30 dan mudah 3. Dengan mempertimbangkan sebaran materi 32 soal yang valid digunakan untuk tes prestasi belajar dan satu soal yang sukar diperbaiki menjadi tingkat kesukaran sedang demikian juga untuk soal yang mudah sebanyak 2 soal diperbaiki menjadi soal dengan tingkat kesukaran sedang. d. Uji Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
DP
JBA JB B JSA
Keterangan: DP = Daya Pembeda JBA= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas JBB= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah JSA= Banyaknya siswa pada kelompok atas Klasifikasi daya pembeda: D < 0,00
: soal sangat jelek = Negatif = tidak baik (butir soal dibuang).
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor) 0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good) 0,70< D ≤ ,00 : soal baik sekali (excellent) (Suharsimi Arikunto, 2010: 236) Hasil uji daya beda yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9 Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif Daya Beda Sangat Membedakan ( baik sekali) Lebih Membedakan (baik) Cukup Membedakan (cukup) Kurang Membedakan (jelek) Sangat kurang membedakan (jelek sekali) Jumlah
Jumlah soal
Total
1 6 22 6 -
1 6 22 6 35
Jadi dari 35 soal yang diujicobakan, 1 soal sangat membedakan dipakai, 6 soal lebih membedakan dipakai, 22 soal cukup membedakan dipakai. Dan semua soal yang kurang membedakan diperbaiki.Sehingga semua soal dapat dipakai. 2. Tes Kreativitas Tes kreativitas berupa tes uraian. Sebelum digunakan untuk mengambil hasil data diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui validitas soal digunakan rumus Product Moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha. Hasil uji coba yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10 Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa Variabel Kriteria Nomor Soal Kreativitas Valid 1.1, 1.2, 1.3, 2.1, 2.2, 2.3, 3.1, 3.2, 4.1, Siswa 4.2, 4.3, 5.2 Tidak Valid 5.1 Jumlah commit to user
Total 12 1 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Hasil uji coba tes kreativitas terdapat 12 soal valid, semua soal yang valid dipakai untuk tes kreativitas siswa. 1 soal yang tidak valid yaitu nomor 5.1 tidak dipakai. Sedangkan hasil uji reliabilitas tes kreativitas terangkum dalam Tabel 3.11 Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa Variabel Kreativitas Siswa
Jumlah Soal 13
Reliabilitas 0,84
Kriteria Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes kreativitas diperoleh angka 0,84 yang berarti reliabilitasnya tinggi. 3. Angket Sikap Ilmiah Angket sikap ilmiah berupa soal pilihan ganda. Sebelum menggunakan untuk penelitian instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas digunakan korelasi point biserial, sedangkan untuk reliabilitasnya menggunakan rumus Kuder Richardson (K-R 20) Hasil uji coba instrumen sikap ilmiah yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah Variabel Sikap Ilmiah
Kriteria Valid
Tidak Valid
Nomor Soal 1,2,4,6,7,8,10,11,12,13,15,16,17,19,20 ,21,22,24,25,26,28,29,30,31,32,33,34, 35,36,37,38,39,40 3,5,9,14,18,23,27 Jumlah
commit to user
Total 33
7 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Dari 40 soal yang diujicobakan 33 soal valid dan memenuhi sebaran indikator yang akan diukur, sehingga 33 soal tersebut dipakai, dan 7 soal yang tidak valid diperbaiki untuk dipakai. Hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir analisis yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.13 Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Sikap Ilmiah
40
0,717
Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes sikap ilmiah siswa sebesar 0,717 berarti reliabilitasnya tinggi. G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian (Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat Hipotesis a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan sofware PASW versi 18. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut : 1) Prosedur penentuan Hipotesis : commit to user Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal 2) Keputusan Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan – Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya dilakukan dengan program software PASW versi 18 .Ketentuan pengambilan kesimpulan . Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Jika pValue < 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware PASW versi 18. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis : Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen) H1: semua variansi sama (homogen) 2) Keputusan Uji Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan keputusan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama ( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi yang digunakan (α) = 0,05. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
2. Uji Hipotesis a. Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan bantuan software program PASW versi 18 menggunakan GLM (General Linier Model). Taraf signifikasi (α) yang digunakan 0,05. Pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang hipotesis yang persamaannya adalah : 1). Menentukan Hipotesis: a) HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada materi elektrolisis. H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada materi elektrolisis. b) HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis. H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
c) HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dalam mempelajari materi elektrolisis. H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis. d) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. H1AB: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. e) HoAC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. H1AC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. f) HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi eloktrolisis. H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. g) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. H1ABC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah, terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
2). Keputusan Uji Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value > 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji Lanjut Anava Apabila diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji lanjut Anava. Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji Mean dan Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan metode Mean dapat juga menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi perpotongan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
4BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri 1 Kalasan Sleman sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes kognitif prestasi belajar, angket afektif, angket sikap ilmiah, dan tes kreativitas verbal dan lembar pengamatan psikomotor prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia materi elektrolisis. 1. Data Prestasi Belajar Data nilai dari metode SSCS dan metode Proyek didapat dari tes materi elektrolisis pada masing-masing kelas. Rentang skor penilaian aspek kognitif 0 – 100. Kelas XII IPA1 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode SSCS, sedangkan kelas XII IPA3 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Proyek. Data prestasi nilai dari kedua metode tersebut terdiri dari prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Data kognitif diperoleh dari tes prestasi kognitif pada akhir pembelajaran. Data afektif diperoleh dari angket afektif, sedangkan data psikomotor didapat dari pengamatan terhadap unjuk kerja siswa saat kegiatan praktikum. a. Data Kognitif Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Penerapan Metode SSCS dan Proyek Metode Jumlah Rata-rata Standar Nilai Nilai Data Deviasi Terendah Tertinggi SSCS 32 80,43 9,50 56,52 95,65 Proyek 32 71,06 11,29 47,83 100 commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada kelas Metode SSCS memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 95,65, nilai rata-rata 80,43 dengan standar deviasi sebesar 9,50. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 47,83, nilai tertinggi 100; nilai rata-rata 71,06 dengan standar deviasi sebesar 11,29. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan Metode SSCS dan Proyek Interval 44,6-52,5 52,6-60,5 60,6-68,5 68,6-76,5 76,6-84,5 84,6-92,5 92,6-100,5
Metode SSCS Metode Proyek Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%) 0 1 2 6 12 9 2
0,00 3,13 6,25 18,75 37,50 28,13 6,25
1 3 8 11 5 3 1
3,13 9,38 25,00 34,38 15,63 9,38 3,13
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas Metode SSCS dan metode Proyek disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan Metode SSCS dan Proyek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Dari Tabel 4.2 maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek kognitif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval 76,6-84,5 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 5 siswa (15,63%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 44,6 – 52,5 pada kelas Proyek terdapat 1 siswa, sedangkan pada kelas penerapan metode SSCS tidak ada. Ini menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan metode SSCS sebaran nilai kognitifnya lebih baik. b. Data Afektif Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan Proyek Jumlah Standar Nilai Nilai Metode Rata-rata data Deviasi Terendah Tertinggi SSCS 32 46,25 3,984 38 54 Proyek
32
43,719
4,183
36
52
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada kelas Metode SSCS memiliki nilai terendah 38, dan nilai tertinggi 54; nilai rata-rata 46,25 dengan standar deviasi sebesar 3,984. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi 52, nilai rata-rata 43,719 dengan standar deviasi sebesar 4,183. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan Proyek Metode SSCS Metode Proyek Interval Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % ) 34,6-37,5 0 0,00 2 6,25 37,6-40,5 2 6,25 7 21,88 40,6-43,5 5 15,63 6 18,75 43,6-46,5 10 31,25 9 28,13 46,6-49,5 9 28,13 6 18,75 49,6-52,5 4 12,50 2 6,25 52,6-55,5 2 6,25 0 0,00 Perbandingan prestasi belajar aspek afektif antara kelas Metode SSCS dan metode Proyek disajikan pada Gambar 4.2 Histogram of Afektif Normal 36
39
42
Proyek 10
Frequency
54 Proy ek Mean 43,72 StDev 4,183 N 32
9
6
SSCS Mean 46,25 StDev 3,984 N 32
6 5 4
4
0
51
7
6
2
48
10
9
8
45 SSCS
2
2
2
0
36
39
42
45
48
51
2
0
54
Afektif
.
Panel variable: METODE
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan Proyek Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval 43,646,5 yang dicapai oleh 10 siswa (31,25%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 9 siswa (28,13%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 – commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
55,5 pada kelas SSCS terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas metode Proyek tidak ada. Ini menunjukkan pada metode SSCS sebaran nilai afektif lebih baik. c. Data Psikomotor Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Penerapan Metode SSCS dan Proyek Metode
Jumlah data
Rata-rata
SSCS Proyek
32 32
14,313 15,719
Standar Deviasi 1,925 1,955
Nilai Terendah 11 12
Nilai Tertinggi 18 19
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan metode SSCS memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 18, nilai rata-rata 14,313 dengan standar deviasi sebesar 1,925. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas yang diterapkan metode Proyek memiliki nilai terendah 12, nilai tertinggi 19; nilai rata-rata 15,719 dengan standar deviasi sebesar 1,955. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode SSCS dan Proyek Interval 9,6-11,0
Metode SSCS Frekuensi Frekuensi ( % ) 2 6,25
Metode Proyek Frekuensi Frekuensi ( % ) 0 0,00
11,1-12,5
4
12,50
1
3,13
12,6-14,0
12
37,50
8
25,00
14,1-15,5
4
12,50
6
18,75
15,6-17,0
8
25,00
10
31,25
17,1-18,5
2
6,25
4
12,50
18,6-20,0
0
0,00
3
9,38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas yang diterapkan Metode SSCS dan metode Proyek disajikan pada Gambar 4.3. Histogram of Psikomotor Normal
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5
Proyek
12
12
Frequency
Proy ek Mean 15,72 StDev 1,955 N 32
10
10 8
8
SSCS Mean 14,31 StDev 1,925 N 32
8 6
6
4
4
4
4
3 2
2 0
SSCS
2
1 0
0
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5
Psikomotor Panel variable: METODE
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Menggunakan Metode SSCS dan Metode Proyek Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval 12,6-14,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 8 siswa (25%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 – 20,00 pada kelas Proyek terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas metode SSCS tidak ada. Ini menunjukkan pada metode Proyek sebaran nilainya lebih baik. 2. Data Kreativitas Data nilai tes kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas ≥ rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas < rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa mempunyai kreativitas tinggi dan 32 siswa mempunyai kreativitas rendah. a. Data Kognitif Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Tinggi
Jumlah data 32 32
Rata-rata 72,15 79,35
Standar Deviasi 11,78 9,88
Nilai Terendah 47,83 60,87
Nilai Tertinggi 95,65 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 60,87,dan nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 79,35 dengan standar deviasi sebesar 9,88. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 47,83, nilai tertinggi 95,65; nilai rata-rata 72,15 dengan standar deviasi sebesar 11,78. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah dan Tinggi Interval 44,6-52,5 52,6-60,5 60,6-68,5 68,6-76,5 76,6-84,5 84,6-92,5 92,6-100,5
Kreativitas Rendah Frekuensi Frekuensi (%) 1 3,13 4 12,50 7 21,88 6 18,75 9 28,13 4 12,50 1 3,13
Kreativitas Tinggi Frekuensi Frekuensi (%) 0 0,00 0 0,00 3 9,38 11 34,38 8 25,00 8 25,00 2 6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai commit user 4.4. Kreativitas rendah dan tinggi disajikan padatoGambar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114 Histogram of Kognitif Normal 48
12
Frequency
72
80
88
96
Tinggi
Rendah Mean 72,15 StDev 11,78 N 32
9 8
8
Tinggi Mean 79,35 StDev 9,876 N 32
8
7 6
6 4
4
0
64
11
10
2
56
Rendah
4 3 2
1
1 0
48
56
64
72
80
88
0
96
Kognitif Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas Rendah dan Tinggi Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi pada interval 68,6-76,5 yang dicapai oleh 11 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan kreativitas rendah dicapai oleh 6 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan kreativitas rendah tertinggi pada interval 76,6-84,5 yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan siswa dengan kreativitas tinggi pada interval yang sama sebanyak 8 siswa. Dari sini terlihat bahwa kreativitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa. b. Data Afektif Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Tinggi
Jumlah data 32 32
Ratarata 42,406 47,563
Standar Deviasi 3,826 2,884
commit to user
Nilai Terendah 36 43
Nilai Tertinggi 52 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 43, nilai tertinggi 54; nilai rata-rata 47,562 dengan standar deviasi sebesar 2,884. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada kreativitas rendah memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi 52, nilai rata-rata 42,406 dengan standar deviasi sebesar 3,826. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Interval 34,6-37,5
Kreativitas Rendah Frekuensi Frekuensi ( % ) 2 6,25
Kreativitas Tinggi Frekuensi Frekuensi ( % ) 0 0,00
37,6-40,5
9
28,13
0
0,00
40,6-43,5
10
31,25
1
3,13
43,6-46,5
6
18,75
13
40,63
46,6-49,5
4
12,50
11
34,38
49,6-52,5
1
3,13
5
15,63
52,6-55,5
0
0,00
2
6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek afektif dengan kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Histogram of Afektif Normal
36 39
42 45
Rendah
14
51 54 Rendah Mean 42,41 StDev 3,826 N 32
13
12 Frequency
48
Tinggi
11
Tinggi Mean 47,56 StDev 2,884 N 32
10
10
9
8 6
6
5 4
4 2 0
2
2 1
1 0
36
39 42
45 48
51
0
0
54
Afektif Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 43,6-46,5 yang dicapai oleh 13 siswa (40,63%), sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 6 (18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 – 55,5 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas kreativitas rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran nilainya lebih baik. c. Data Psikomotor Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Metode Rendah
Jumlah data 32
Tinggi
32
Ratarata 14,656
Standar Deviasi 1,977
15,375 2,091 commit to user
Nilai Terendah 11
Nilai Tertinggi 19
11
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor pada kelas kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 19, nilai rata-rata 15,375 dengan standar deviasi sebesar 2,091. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas kreativitas rendah memiliki nilai terendah 11, nilai tertinggi 19; nilai rata-rata 14,656 dengan standar deviasi sebesar 1,977. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Interval Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%) 9,6-11,0 1 3,13 1 3,13 11,1-12,5
3
9,38
2
6,25
12,6-14,0
12
37,50
8
25,00
14,1-15,5
6
18,75
4
12,50
15,6-17,0
6
18,75
12
37,50
17,1-18,5
3
9,38
3
9,38
18,6-20,0
1
3,13
2
6,25
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada histogram Gambar 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Histogram of Psikomotor Normal
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5 12
12
Rendah
Tinggi
Rendah Mean 14,66 StDev 1,977 N 32
12
Frequency
10 8
8 6
6
0
6 4
4 2
Tinggi Mean 15,38 StDev 2,091 N 32
3
3
3 2
1
1
2
1
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5
Psikomotor Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram dapat diketahui perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 15,6 – 17,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 6 (18,74%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 – 20,00 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas kreativitas rendah 1 siswa. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran nilainya lebih baik. 3. Data Sikap Ilmiah Data sikap ilmiah dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu sikap ilmiah tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai angket sikap ilmiah ≥ rata-rata nilai angket sikap ilmiah seluruh kelas dan kategori sikap ilmiah rendah bagi siswa yang mempunyai nilai angket sikap ilmiah < rata-rata nilai angket sikap ilmiah seluruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
kelas. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 32 siswa mempunyai sikap ilmiah rendah. a. Data Kognitif Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Sikap Ilmiah Rendah Tinggi
Jumlah data 32
Rata-rata 73,78
Standar Deviasi 9,97
Nilai Terendah 56,52
Nilai Tertinggi 91,3
32
77,72
12,48
47,83
100
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 91,3; nilai rata-rata 73,78 dengan standar deviasi sebesar 9,97. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 47,83, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 77,72 dengan standar deviasi sebesar 12,48.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Interval
Sikap Ilmiah Rendah Frekuensi Frekuensi ( % )
Sikap Ilmiah Tinggi Frekuensi Frekuensi ( % )
44,6-52,5
0
0,00
1
3,13
52,6-60,5
3
9,38
1
3,13
60,6-68,5
5
15,63
5
15,63
68,6-76,5
11
34,38
6
18,75
76,6-84,5
8
25,00
9
28,13
84,6-92,5
5
15,63
7
21,88
92,6-100,5
0
0,00
3
9,38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.7. Histogram of Kognitif Normal
48 56 64 72 80 88 96 104 Rendah
12
Tinggi
Frequency
10
9
Tinggi Mean 77,72 StDev 12,48 N 32
8
8
7 6
6
5
4
5
5
3
3
2 0
Rendah Mean 73,78 StDev 9,969 N 32
11
1 0
1
0
48 56 64 72 80 88 96 104
Kognitif Panel variable: Sikap Ilmiah
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada interval 76,6-84,5 yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan sikap ilmiah rendah dicapai oleh 8 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan sikap ilmiah rendah pada interval 92,6-100,5 tidak ada, sedangkan siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada interval yang sama sebanyak 3 siswa. Dari data yang didapat terlihat bahwa sikap ilmiah mempengaruhi prestasi belajar kognitif siswa. b. Data Afektif Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Tinggi
Jumlah data 32 32
Rata-rata
Standar Deviasi 44,281 4,305 45,688 commit to4,138 user
Nilai Terendah 36 38
Nilai Tertinggi 54 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Berdasarkan tabel data diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada siswa dengan Sikap Ilmiah rendah 36, dan tertinggi 54 serta nilai rata-rata 44,28 dengan standar deviasi sebesar 4,305. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi nilai terendah 36, nilai tertinggi 54, serta nilai rata-rata 45,68 dengan standar deviasi sebesar 4,138. Adapun distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif dengan Sikap Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi Interval Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%) 34,6-37,5 2 6,25 0 0,00 37,6-40,5
4
12,50
5
15,63
40,6-43,5
7
21,88
4
12,50
43,6-46,5
10
31,25
9
28,13
46,6-49,5
6
18,75
9
28,13
49,6-52,5
2
6,25
4
12,50
52,6-55,5
1
3,13
1
3,13
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa dengan Sikap Ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122 Histogram of Afektif Normal 36
39
42
Rendah 10
10
9
Frequency
8
51
54 Rendah Mean 44,28 StDev 4,305 N 32
9
Tinggi Mean 45,69 StDev 4,138 N 32
6 5 4
4
0
48
7
6
2
45 Tinggi
4
2
4
2 1
1 0
36
39
42
45
48
51
54
Afektif Panel variable: Sikap Ilmiah
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada Sikap Ilmiah tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 46,6 – 49,5 yang dicapai oleh sebanyak 9 siswa (28,13%), sedangkan pada interval yang sama sikap ilmiah rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh sebanyak 6 siswa (18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 – 55,5 pada sikap ilmiah tinggi terdapat sebanyak 1 siswa, sedangkan pada siswa dengan sikap ilmiah rendah 1 siswa. Ini menunjukkan pada sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi afektif. c. Data Psikomotor Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Metode
Jumlah Rata-rata Standar Nilai Nilai data Deviasi Terendah Tertinggi Rendah 32 14,094 1,614 11 17 Tinggi 32 15,938 2,047 12 19 Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek commit to user psikomotor pada sikap ilmiah tinggi memiliki nilai terendah 12, dan nilai tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
19, nilai rata-rata 15,938 dengan standar deviasi sebesar 2,047. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas sikap ilmiah rendah memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 17; nilai rata-rata 14,094 dengan standar deviasi sebesar 1,614. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Interval
Sikap Ilmiah Rendah Frekuensi Frekuensi ( % )
Sikap Ilmiah Tinggi Frekuensi Frekuensi ( % )
9,6-11,0
2
6,25
0
0,00
11,1-12,5
3
9,38
2
6,25
12,6-14,0
14
43,75
6
18,75
14,1-15,5
6
18,75
4
12,50
15,6-17,0
7
21,88
11
34,38
17,1-18,5
0
0,00
6
18,75
18,6-20,0
0
0,00
3
9,38
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Gambar 4.9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124 Histogram of Psikomotor Normal
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5 12
12
Rendah
Tinggi
Rendah Mean 14,66 StDev 1,977 N 32
12
Frequency
10 8 6
6
0
6 4
4 2
Tinggi Mean 15,38 StDev 2,091 N 32
8
3
3
3 2
1
1
2
1
10,5 12,0 13,5 15,0 16,5 18,0 19,5
Psikomotor Panel variable: Kreativitas
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi memiliki frekuensi tertinggi tertinggi pada interval 15,6-17 yang dicapai oleh 11 siswa (34,38%), sedangkan pada interval yang sama pada siswa dengan sikap ilmiah rendah frekuensi tertinggi dicapai oleh 7 siswa (21,88%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 – 20 pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas sikap ilmiah rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada Sikap Ilmiah tinggi mempengaruhi prestasi belajar psikomotor siswa. B. Pengujian Persyaratan Analisis Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian pengujian tersebut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
1. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada masing-masing kelompok dapat dilihat Tabel 4.19, 4.20 dan 4.21. Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kriteria Pengelompokan Data
signifikansi
Kesimpulan Uji
Metode SSCS
0,197
Normal
Metode Proyek
0,200
Normal
Kreativitas Rendah
0,143
Normal
Kreativitas Tinggi
0,078
Normal
Sikap Ilmiah Rendah
0,200
Normal
Sikap Ilmiah Tinggi
0,182
Normal
SSCS_KR_SIR
0,200
Normal
SSCS_KR_SIT
0,200
Normal
SSCS_KT_SIR
0,200
Normal
SSCS_KT_SIT
0,200
Normal
Proyek_KR_SIR
0,200
Normal
Proyek_KR_SIT
0,200
Normal
Proyek_KT_SIR
0,141
Normal
Proyek_KT_SIT
0,200
Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif Kriteria Pengelompokan Data Metode Metode SSCS Metode Metode Proyek Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi SSCS_KR_SIR SSCS_KR_SIT SSCS_KT_SIR SSCS_KT_SIT Proyek_KR_SIR Proyek_KR_SIT Proyek_KT_SIR Proyek_KT_SIT
signifikansi 0,200 0,200 0,200 0,092 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200
Kesimpulan Uji Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
0,200 0,200 0,200 0,107 0,200
Normal Normal Normal Normal Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Kriteria Pengelompokan Data
Signifikansi
Kesimpulan Uji
Metode Metode SSCS
0,200
Normal
Metode Metode Proyek
0,200
Normal
Kreativitas Rendah
0,183
Normal
Kreativitas Tinggi
0,070
Normal
Sikap Ilmiah Rendah
0,200
Normal
Sikap Ilmiah Tinggi
0,132
Normal
SSCS_KR_SIR
0,200
Normal
SSCS_KR_SIT
0,200
Normal
SSCS_KT_SIR
0,200
Normal
SSCS_KT_SIT
0,077
Normal
Proyek_KR_SIR
0,200
Normal
Proyek_KR_SIT
0,135
Normal
Proyek_KT_SIR
0,200
Normal
Proyek_KT_SIT
0,200
Normal
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas juga digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Rangkumannya disajikan pada Tabel 4.22 untuk aspek kognitif, Tabel 4.23 untuk aspek afektif dan Tabel 4.24 untuk aspek psikomotor berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan Metode SSCS –Metode Proyek
0,467
Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah
0,272
Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah
0,358
Homogen
Metode – kreativitas – Sikap ilmiah
0,344
Homogen
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Afektif Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan Metode SSCS – Metode Proyek
0,434
Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah
0,123
Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah
0,778
Homogen
Metode – kreativitas – Sikap ilmiah
0,500
Homogen
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan Metode SSCS -Metode Proyek
0,970
Homogen
Kreativitas Tinggi - Kreativitas Rendah
0,642
Homogen
Sikap Ilmiah Tinggi - Sikap Ilmiah Rendah
0,642
Homogen
Metode – kreativitas – Sikap Ilmiah
0,500
Homogen
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau homogen. C. Pengujian Hipotesis Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga jalan. Sebagai variabel bebas adalah metode commit to SSCS, user Metode Proyek, kreativitas dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
sikap ilmiah siswa. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. 1. Analisis variansi Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama menggunakan PASW versi 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25, untuk prestasi belajar afektif pada Tabel 4.26 dan untuk prestasi belajar psikomotor pada Tabel 4.27 berikut : a. Prestasi Belajar Kognitif Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif Perhitungan
Signifikansi
Metode
0,000
Kreativitas
0,005
Sikap Ilmiah
0,186
Metode* Kreativitas
0,046
Metode* Sikap Ilmiah
0,800
Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,574
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,094
Deskripsi hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode SSCS dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode Proyek pada materi elektrolisis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
2) signifikansi kreativitas = 0,005 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi elektrolisis. 3) signifikansi sikap ilmiah = 0, 86 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis. 4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,046 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif pada materi elektrolisis. 5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,800 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif pada materi elektrolisis. 6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,574 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif pada materi elektrolisis. 7) signifikansi interaksi metode, kreativitas dan sikap ilmiah = 0,094 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antar metode, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi commit to user belajar kognitif pada materi elektrolisis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
b. Prestasi Belajar Afektif Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif Perhitungan
signifikansi
Metode
0,002
Kreativitas
0,000
Sikap Ilmiah
0,212
Metode* Kreativitas
0,049
Metode* Sikap Ilmiah
0,761
Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,755
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,747
Deskripsi Hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,002 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis. 2) signifikansi kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi Elektrolisis 3) signifikansi sikap ilmiah = 0,2 2 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis 4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,049 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis. 5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,761 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis. 6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,755 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis. 7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis. c. Prestasi Belajar Psikomotor Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor Perhitungan
signifikansi
Metode
0,001
Kreativitas
0,184
Sikap Ilmiah
0,000
Metode* Kreativitas
0,092
Metode* Sikap Ilmiah
0,041
Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,445
Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah
0,175
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Deskripsi Hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,001 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis. 2) signifikansi kreativitas = 0, 84 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi Elektrolisis 3) signifikansi sikap ilmiah = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis 4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,092 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Elektrolisis. 5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,041 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Elektrolisis. 6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah
= 0,455 > 0,05 atau
(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Elektrolisis 7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Elektrolisis. 2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) Uji lanjut Anava bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji lanjut dilakukan pada semua hipotesis yang diterima atau H0 yang ditolak, atau hipotesis yang memperoleh nilai signifikansi < 0,05. H0 yang ditolak pada prestasi kognitif dan afektif adalah H01, H02, dan H04 , sedangkan untuk prestasi psikomotor adalah H01, H03, dan H05 dilakukan uji scheffe dengan software PASW versi 18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Tabel 4.28 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Kognitif MetodeKreativitas SSCS_KR
SSCS_KT
Proyek_KR
Proyek_KT
Metode-Kreativitas
Signifikansi
Kesimpulan
SSCS_KT
0,938
Tidak ada interaksi
Proyek_KR
0,001
Ada interaksi
Proyek_KT
0,938
Tidak ada interaksi
SSCS_KR
0,938
Tidak ada interaksi
Proyek_KR
0,000
Ada interaksi
Proyek_KT
0,652
Tidak ada interaksi
SSCS_KR
0,001
Ada interaksi
SSCS_KT
0,000
Ada interaksi
Proyek_KT
0,008
Ada interaksi
SSCS_KR
0,938
Tidak ada interaksi
SSCS_KT
0,652
Tidak ada interaksi
Proyek_KR
0,000
Ada interaksi
Keterangan : KT
= Kreativitas Tinggi
KR
= Kreativitas Rendah Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.28 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas rendah dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas tinggi dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran Proyek-kreativitas rendah terdapat interaksi dengan metode SSCS-kreativitas rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan metode Proyek-kreativitas tinggi. Sedangkan untuk metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan metode Proyek-kreativitas rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Tabel 4.29 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Afektif Metode-Kreativitas Metode-Kreativitas SSCS_KT SSCS_KR Proyek_KR Proyek_KT SSCS_KR SSCS_KT Proyek_KR Proyek_KT SSCS_KR Proyek_KR SSCS_KT Proyek_KT SSCS_KR Proyek_KT SSCS_KT Proyek_KR Keterangan : KT = Kreativitas Tinggi KR
Signifikansi 0,022 0,004 0,131 0,022 0,000 0,884 0,004 0,000 0,000 0,131 0,884 0,000
Kesimpulan Ada interaksi Ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi
= Kreativitas Rendah Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.29 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas rendah dengan siswa pada kelas metode SSCS-kreativitas tinggi, pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Siswa pada pembelajaran SSCSkreativitas tinggi dengan siswa pada metode SSCS-kreativitas rendah, metode Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah terdapat interaksi dengan pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan Proyek-kreativitas tinggi. Sedangkan untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan metode Proyek-kreativitas rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Tabel 4.30 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Metode -Kreativitas
Metode-Kreativitas
SSCS_SIR
SSCS_SIT Proyek_SIR Proyek_SIT SSCS_SIR Proyek_SIR Proyek_SIT SSCS_SIR SSCS_SIT Proyek_SIT SSCS_SIR SSCS_SIT Proyek_SIR
SSCS_SIT
Proyek_SIR
Proyek_SIT
Signifikansi
Kesimpulan
0,420 0,824 0,000 0,420 0,908 0,004 0,824 0,908 0,000 0,000 0,004 0,000
Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi Ada interaksi
Keterangan : SIT = Sikap Ilmiah Tinggi SIR
= Sikap Ilmiah Rendah Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.30 terdapat
interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah tinggi dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek- sikap ilmiah tinggi. Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah tinggi dengan siswa pada penggunaan metode Proyek-sikap ilmiah tinggi. Untuk pembelajaran metode Proyek-sikap ilmiah rendah terdapat interaksi dengan siswa pada metode Proyek-sikap ilmiah tinggi. Sedangkan untuk pembelajaran dengan metode Proyek-sikap ilmiah tinggi berinteraksi dengan penggunaan metode SSCS-sikap ilmiah rendah, metode SSCS-sikap ilmiah tinggi, dan Proyek-sikap ilmiah tinggi. Untuk mengetahui mana yang lebih unggul maka dilakukan uji Compare Means pada masing-masing H0 yang ditolak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi Proyek 32 71,06 11,29 SSCS 32 80,43 9,5 Kreativitas Rendah 32 72,15 11,78 Kreativitas Tinggi 32 79,35 9,88 Proyek-Kreativitas Rendah 16 64,95 8,91 Proyek- Kreativitas Tinggi 16 77,17 10,23 SSCS-Kreativitas Rendah 16 79,35 9,85 SSCS-Kreativitas Tinggi 16 81,52 9,32
Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi Proyek 32 43,719 4,183 SSCS 32 46,250 3,984 Kreativitas Rendah 32 42,406 3,826 Kreativitas Tinggi 32 47,563 2,884 Proyek-Kreativitas Rendah 16 40,313 2,442 Proyek- Kreativitas Tinggi 16 47,125 2,335 SSCS-Kreativitas Rendah 16 44,500 3,864 SSCS-Kreativitas Tinggi 16 48,000 3,367
Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi Proyek 32 15,719 1,955 SSCS 32 14,313 1,925 Sikap Ilmiah Rendah 32 14,094 1,614 Sikap Ilmiah Tinggi 32 15,938 2,047 Proyek-Sikap Ilmiah Rendah 16 14,375 1,408 Proyek-Sikap Ilmiah Tinggi 16 17,063 1,436 SSCS-Sikap Ilmiah Rendah 16 13,813 1,797 SSCS-Sikap Ilmiah Tinggi 16 14,813 1,974
D. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan Metode SSCS dan Metode Proyek terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
prestasi belajar siswa, pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara metode dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara metode dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, dan ada atau tidaknya interaksi antara metode, sikap ilmiah, dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi kompetensi Elektrolisis. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil pengundian diperoleh kelas sebagai kelompok eksperimen pertama adalah XII IPA1 dikenai metode pembelajaran SSCS dan kelas sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas XII IPA3 dikenai metode Proyek. 1. Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan harga signifikansi berturut-turut sebesar 0,000; 0,002 dan 0,001 berarti Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS dan siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode Proyek pada materi Elektrolisis. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dari pengalaman memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang baru dan mengemukakan ide-ide yang berguna setelah siswa belajar. Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 34) menyatakan bahwa commit to user prestasi siswa ditentukan dari interaksi kondisi internal siswa dan kondisi eksternal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal siswa adalah kreativitas dan sikap ilmiah sedangkan kondisi eksternal yang dimaksud adalah metode belajar. Seorang guru harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan materi yang diajarkan sehingga interaksi kondisi internal dan eksternal siswa dapat maksimal dan hasil prestasi siswa sesuai dengan yang diharapkan. Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat empiris dan faktual artinya materi ini dapat diberikan dengan cara eksperimen dan dibuktikan menggunakan perhitungan logika-matematik. Siswa dapat mengamati terbentuknya perubahan warna larutan dan adanya endapan di elektroda ketika siswa melakukan elektrolisis. Sedangkan elektron yang dihasilkan tidak dapat diamati siswa tetapi dapat
ditentukan
secara
matematis
menggunakan
konsep
stoikiometri.
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk menginteraksikan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Salah satu usaha guru untuk memaksimalkan interaksi antara siswa dengan sumber belajaranya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi. Dalam penelitian ini digunakan metode SSCS (Search Solve Create and Share) dan Proyek yang keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama. Tahapan
pembelajaran
metode
SSCS
dilakukan
dengan
1)
search:
mengidentifikasi dan mengembangkan pertanyaan masalah, 2) solve : fokus pada permasalahan spesifik yang telah ditetapkan pada fase search, 3) create : mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan commit to user permasalahan dan melakukan generalisasi/ modifikasi, 4) share : membagi atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
memberikan hasil dan evaluasi dari eksperimen yang telah dilakukan. Sedangkan tahapan metode Proyek adalah 1) siswa memilih topik yang diinginkan bersama dengan kelompoknya, 2) siswa menyelesaikan masalah melalui eksperimen, 3) siswa mendiskusikan hubungan hasil eksperimen dengan konsep dari sumber belajarnya yang telah mereka cari sendiri, dan 4) mempresentasikan hasil diskusi. Kelebihan metode SSCS dibandingkan dengan Proyek terlihat pada fase search dimana siswa dihadapkan pada suatu pertanyaan masalah yang menuntut siswa mengkaitkan pengetahuan/ skema yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel bahwa prestasi belajar ditentukan dari dukungan materi yang telah dikuasai sebelumnya. Pertanyaan masalah yang diberikan dapat merangsang sistematika berpikir siswa untuk mengeksplor konsep yang telah dimiliki. Siswa yang belajar menggunakan SSCS dapat mengasimilasi pengetahuan barunya kedalam skema yang telah dimiliki, mengakomodasikan skema barunya menjadi skema pengetahuan yang baru. Sedangkan pembelajaran yang menggunakan metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran inovatif yang menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran ini memberi kesempatan siswa bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Akan tetapi, metode Proyek ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab lebih rendahnya rata-rata prestasi kognitif dan afektif siswa pada materi elektrolisis dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan metode SSCS. Dari hasil rata-rata prestasi belajar kognitif, siswa yang menggunakan commit to user metode SSCS yaitu sebesar 80,43 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
71,06. Sedangkan rata-rata prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode SSCS sebesar 46,25 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar 43,719. Dari data prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode SSCS lebih baik daripada metode Proyek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada proses mengkostruksi pengetahuan barunya, membutuhkan fasilitator untuk merangsang sistematika berpikirnya khususnya pada fase search. Siswa memerlukan penguatan konsep yang mereka dapatkan dari materi sebelumnya. Berkebalikan dengan hasil prestasi kognitif dan afektif, rata-rata prestasi psikomotor siswa yang menggunakan metode proyek yaitu 15,719 lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode SSCS sebesar 14,313. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tahapan metode Proyek mendorong siswa lebih aktif untuk berkreasi dalam melakukan eksperimen sehingga memicu keterampilan motoriknya untuk menjadi lebih terasah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halizah Awang dan Ishak Ramly (2008: 20) yang menyatakan bahwa metode SSCS sesuai diterapkan untuk materi-materi yang membutuhkan pembuktian empiris seperti halnya materi elektrolisis. Selain itu disebutkan pula bahwa SSCS merangsang siswa untuk mendayagunakan segala kreativitasnya untuk memecahkan masalah. Hasil penelitian ini diperkuat dari hasil penelitian
Irwan (2011: 10) yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Problem Posing Metode SSCS dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika” yang menyatakan bahwa pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis, karena pada SSCS tercipta commit to user suasana pembelajaran yang kondusif, aktivitas dan kerjasama mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
meningkat. Proses pengajuan masalah memicu mahasiswa untuk lebih aktif dalam belajar yang pada akhirnya meningkatkan penalaran dalam memahami situasi yang diberikan. Sama halnya dengan penelitian ini, penerapan metode SSCS memicu siswa untuk memecahkan masalah dengan mendayagunakan kemampuannya mengkaitkan materi yang telah dimiliki dengan hasil pengetahuan baru yang didapatkan melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Proses pembelajaran menggunakan SSCS akan membentuk pola pikir siswa lebih sistematis sehingga pengetahuan baru yang sudah terkonstruk di dalam memori jangka pendek kemudian dapat tersimpan dalam memori jangka panjang yang siap di-recall kembali. 2. Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi kognitif dan afektif masing-masing menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,005 dan 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Elektrolisis. Sedangkan pada prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,184 sehingga Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Elektrolisis. Hal ini menunjukkan bahwa tinjauan kreativitas tinggi dan rendah memberikan perbedaan prestasi belajar pada materi Elektrolisis baik kognitif maupun afektif, tetapi tidak memberikan perbedaan terhadap prestasi psikomotor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik. Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa yang mempunyai kreativitasnya tinggi akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen tersebut merangsang siswa yang kreatif untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan dengan variasi elektroda aktif maupun pasif sehingga siswa-siswa tersebut lebih memahami materi elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan konsep pengetahuan yang akan tersimpan kuat dalam memori jangka panjang dan siap di recall kembali. Dilihat dari deskripsi data pada awal bab ini, bisa dilihat bahwa siswa mempunyai prestasi yang bisa dikatakan baik, untuk siswa mempunyai kreativitas tinggi maupun rendah. Ada perbedaan yang signifikan dari prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif siswa yang kreativitasnya tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan teori Piaget karena siswa yang commit to user memiliki kreativitas tinggi akan cenderung lebih dapat memaksimalkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
interaksinya dengan sumber belajar sehingga siswa dapat mengkonstruk konsep secara utuh. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung percaya diri, memiliki keinginan untuk bekerjasama, menyenangi hal-hal yang baru dan ketiga faktor tersebut berpengaruh kuat dalam proses belajar dan kreativitas berkorelasi kuat dengan prestasi siswa. 3. Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi masing-masing sebesar 0,186 dan 0,212 sehingga Ho tidak diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis. Sedangkan prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak artinya ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis. Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah cenderung berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Sikap ilmiah sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam khusunya kimia. Kimia adalah ilmu yang mengkaji suatu materi dan perubahannya. Unsur commit to user dan senyawa adalah zat yang mengalami perubahan kimia. Karakterisasi zat dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
dilakukan dengan mengetahui sifat fisik yang dapat diamati dan sifat kimia yang hanya ditunjukkan melalui perubahan kimia. Selain itu ilmu kimia bersifat kuantitatif dan membutuhkan pengukuran (Raymond Chang, 2000:5). Sesuai dengan karakteristik kimia tersebut maka dalam belajar kimia dibutuhkan pembuktian fakta secara scientific (ilmiah). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sikap ilmiah memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar. Sejalan dengan teori Gagne bahwa prestasi belajar ditentukan dari kondisi internal siswa (sikap ilmiah). Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Hale Bayram dan Arif Comek (2009: 53 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Examining the Relations Between Science Attitudes, Logical Thinking Ability, Information Literacy and Academic Achievement Through Internet Assisted Chemistry Education” mengungkapkan besarnya korelasi sikap ilmiah dengan prestasi elektrokimia yaitu r = 0.663 artinya sikap ilmiah berkontribusi terhadap prestasi elekrokimia sebesar 43,95%. Dalam penelitian ini sikap ilmiah hanya memberikan perbedaan signifikan terhadap prestasi psikomotorik. Hal ini dimungkinkan karena sikap ilmiah berakibat langsung terhadap keterampilan siswa dalam merangkai percobaan elektrolisis, menentukan jenis elektroda yang digunakan, menguji hasil elektrolisis larutan dan menimbang endapan yang terbentuk. Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 23) bentuk pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga yaitu bentuk pengetahuan fisik, logiko matematik dan psikologi sosial. Ilmu kimia diperoleh dari hasil sciencetific inquiry yaitu commit to user penggabungan pengetahuan fisik dan logiko-matematik yang diperoleh saat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
eksperimen. Pengetahuan fisik dapat diperoleh dari adanya perubahan warna larutan dan perubahan pada elektroda, timbulnya gas serta terbentuknya endapan. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan dengan mudah mengintegrasikan pengetahuan fisiknya dengan logiko-matematik untuk memperoleh konsep elektrolisis secara utuh. 4. Hipotesis Keempat Hasil pengujian hipotesis keempat menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing 0,046, 0,049 dan 0,092. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara metode dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif namun tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori belajar Gagne bahwa interaksi antara kreativitas dengan metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) menyatakan bahwa seorang guru harus merancang metode (learning activities) yang sesuai dengan karakteristik siswa. Sesuai dengan teori Cognitive Constructivism bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih termotivasi menemukan pemecahan masalah ketika mereka diberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan fasiltas belajar dan sumber belajar yang memadai. Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh metode pembelajaran yang inovatif, di antaranya adalah metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and Share commit to user (SSCS) memerlukan ketekunan mencari dan menentukan masalah yang akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
diselesaikan dalam kelompoknya, melakukan interaksi dalam kelompok untuk mengkonstruksi pengetahuan dan konsep baru yang akan didapatkan serta membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada kelompok yang lain akan tetapi pada proses pelaksanaannya masih memerlukan bimbingan dan pendampingan oleh guru. Sedangkan metode Proyek juga memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan dan memecahkan masalah namun dilakukan secara lebih mandiri oleh siswa dalam kelompoknya untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Pengetahuan baru yang didapat siswa akan tercerna lebih matang dan diingat lebih lama pada pikiran siswa karena konsep-konsep
yang
didapatkan
ditemukan
sendiri.
Peran
guru
dalam
pembimbingan lebih sedikit pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode Proyek. Namun ketrampilan siswa sangat tereksplor pada proses pembelajarannya. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi elektrolisis yang mengacu pada pemecahan masalah. Siswa-siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek dapat mendorong siswa untuk lebih kreatif, tetapi siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS). Sesuai data hasil analisis rerata prestasi kognitif siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas rendah masing-masing adalah 79,35; 64,95 sedangkan hasil analisis rerata siswa yang mengguakan metode SSCS dan proyek dan memiliki kreativitas tinggi masing-masing adalah 81,52 dan 77,17. Rerata prestasi afektif siswa SSCS dan commit to user Proyek yang memiliki kreativitas rendah masing-masing adalah 44,50; 40,31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
sedangkan hasil analisis rerata siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas tinggi masing-masing adalah 48,00 dan 47,12. Hasil plot interaksi metode dengan kreativitas terhadap prestasi kognitif dan afektif disajikan pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.
Gambar 4.10 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Gambar 4.11 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap Prestasi Afektif Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa ada interaksi yang signifikan antara penggunaan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
belajar kognitif dan afektif siswa. Pada hipotesis pertama dan kedua, ada perbedaan preatsi kognitif maupun afektif pada metode dan kreativitas sehingga akan menghasilkan interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi siswa. Pada prestasi psikomotor, tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi psikomotor. Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek, menggunakan tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen. 5. Hipotesis Kelima Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,80 dan 0,761 sehingga Ho diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Sedangkan prestasi belajar psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,041 sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat interaksi antara metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor. Metode pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk mengemas media dan metode sedemikian sehingga interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya dapat terjadi secara maksimal. Penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Salah satu karkteristik siswa yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah. Sejalan dengan penelitian commit to user Jonathan Osborne (2010: 1066-1067) yang menyatakan bahwa salah satu penentu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
prestasi belajar adalah sikap ilmiah siswa. Whitfield (1980) dan Ormerod (1971) dalam Jonathan et.al (2010: 1055) menyelidiki respon siswa Amerika menggunakan skala Likert mengenai kesukaannya terhadap materi science. Mata pelajaran Kimia dan Fisika ternyata paling tidak disukai. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa terhadap materi science antara lain gender, learning strategies dan personality. Faktor yang paling mempengaruhi sikap ilmiah siswa adalah learning strategies (metode pembelajaran) yang digunakan dalam proses belajar siswa. Variasi strategi pembelajaran dan kegiatan belajar siswa yang unusual (tidak biasanya) mendorong siswa menyukai pembelajaran science. Sesuai dengan indikator sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kesukaan memeriksa kembali hasil pekerjaanya dan rasa ingin tahu yang tinggi memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan lebih tertantang mempelajari konsep elektrolisis melalui pemecahan masalah. Rerata prestasi psikomotor dan standar deviasi siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut 14,81; 1,97 dan 17,06; 1,43 sedangkan rerata siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut 13,81; 1,79 dan 14,37; 1,40. Dari data dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah cocok dikenai metode Proyek. Metode Proyek memberikan kebebasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih banyak yaitu siswa mengeksplor kemampuan internalnya sehingga diperoleh hasil eksperimen yang lebih beragam. Beberapa data yang tidak sejalan dengan hasil commit to user penelitian adalah rerata dan standar deviasi siswa yang memiliki sikap ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
tinggi dan rendah berturut-turut adalah 15,93; 2,05 dan 14,09; 1,61. Hal ini disebabkan karena adanya sebaran nilai yang tidak homogen dimana rentang nilai prestasi psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah masingmasing 12-19 dan 11-17. 6. Hipotesis Keenam Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,574; 0,755 dan 0,445 sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.34. Tabel 4.34 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah
Tinggi
Rendah
Kreativitas Tinggi
81,30
77,00
Kreativitas Rendah
73,62
70,84
Kreativitas Tinggi
47,88
47,20
Kreativitas Rendah
43,20
41,70
Kreativitas Tinggi
16,41
14,20
Kreativitas Rendah
15,40
14,00
Prestasi
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa urutan rerata prestasi kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi-sikap ilmiah tinggi, siswa yang memiliki kreativitas tinggi-sikap ilmiah rendah, kreativitas rendah-sikap ilmiah tinggi dan commit to user sikap ilmiah rendah-kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
Torrance dalam Muhammdad Asrori (2008: 63) mengungkapkan bahwa kreativitas berkembang didasari oleh potensi dari dalam dirinya dan ditunjang oleh pengalaman selama berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Sejalan dengan penelitian Munandar (1977) dalam Munandar (2009: 9) bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi dimana kreativitas sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Sama halnya dengan hasil penelitian ini bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan sikap ilmiah tinggi mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih baik dalam lingkungan belajarnya tinggi sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan sikap ilmiah rendah. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan tabel test between subject effect, hasil pengujian hipotesis ketujuh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,094; 0,747 dan 0,175 sehingga Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek. Selain itu menurut Piaget perolehan pengetahuan merupakan hasil kostruksi pengetahuan yang masuk dengan menghubungkan informasi yang masuk tersebut dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan melalui metode SSCS dan Proyek sesuai dengan pencarian commit to user pengetahuan secara aktif, dan kreatif serta membutuhkan sikap ilmiah yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
sehingga akan diperoleh prestasi yang paling baik. Begitu pula Teori belajar social Vygotsky yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan diatas sesuai zone of proximal development siswa dan scaffolding siswa. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.35, 4.36 dan 4.37. Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Rendah
Metode SSCS Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah 82,06 82,61 80,98 76,09
Metode, Sikap Ilmiah dan
Metode Proyek Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah 80,68 63,35 72,67 66,18
Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan Kreativitas Metode SSCS Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah Sikap Ilmiah Tinggi 48,13 45,13 Sikap Ilmiah Rendah 47,87 43,87
Metode Proyek Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah 47,67 41,00 46,43 39,77
Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan Kreativitas
Sikap Ilmiah Tinggi Sikap Ilmiah Rendah
Metode SSCS Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah 15,87 13,75 14,00 13,63
Metode Proyek Kreativitas Kreativitas Tinggi Rendah 16,89 17,28 14,43 14,33
Dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan masih ada faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mengingat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diteliti. Namun metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara parsial. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa kekurangan antara lain instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih diketahui dengan tepat. Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian commit to user di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Selain itu tidak digunakannya reliabilitas rating untuk mengetahui konsistensi rater (observer) saat melakukan penilaian psikomotor siswa saat eksperimen berlangsung. Dalam uji instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas dan tes prestasi serta nilai angket sikap ilmiah dan afektif peneliti berusaha agar jawaban siswa yang dituangkan dalam kuisioner benar-benar independen dan jawaban-jawaban tersebut diungkapkan secara jujur artinya sesuai dengan suara hati dan pikiran yang ada dalam diri siswa. Peneliti juga sudah berusaha untuk bersikap obyektif dan senantiasa mengatur jarak fisik dan mental supaya siswa tidak merasa tertekan. Namun tidak dipungkiri bahwa pengisian angket tersebut sifatnya sangat subyektif sehingga ada celah yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan temannya atau jawaban tersebut tidak sesuai dengan suara hati mereka, kejadian inilah tentu di luar kemampuan peneliti dalam menjaga sikap obyektivitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Dari analisis data dan pembahasan yang telah ada, maka dapat ditarik simpulan antara lain: 1. Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara signifikan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode SSCS dan metode Proyek pada pembelajaran materi elektrolisis. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Proyek. Penerapan metode SSCS dan Proyek keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Proyek ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi. 2. Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya untuk pembelajaran materi elektrolisis, tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas sangat terkait dengan aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Eksperimen pada materi elektrolisis merangsang siswa yang kreatif untuk melakukan inovasi dalam commit to user 157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya. 3. Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah tidak memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan terhadap aspek kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. Hal ini karena sikap ilmiah berakibat langsung terhadap ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen.Sikap ilmiah merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 4. Pembelajaran menggunakan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas tinggi dan rendah ada interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi psikomotor untuk pembelajaran materi elektrolisis. Metode SSCS dan metode Proyek membutuhkan kreativitas dari diri siswa. Pada pembelajaran materi elektrolisis dengan menggunakan metode SSCS dan metode Proyek, kreativitas siswa yang tinggi mempengaruhi saat proses pembelajaran dan akan merubah prestasi belajar menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek, menggunakan tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen. 5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi ada interaksi antara metode SSCS dan metode Proyek dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor untuk pembelajaran materi elektrolisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
6. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara kreativitas dan sikap ilmiah untuk prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. Dapat disimpulkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode SSCS dan metode Proyek, mempunyai kreativitas tinggi dan rendah serta memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah prestasi belajarnya baik aspek kognitif maupun afektif tidak terdapat perbedaan yang signifikan 7. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis a. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa dengan kreativitas siswa tinggi maupun pada siswa dengan kreativitas rendah. b. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi maupun siswa dengan sikap ilmiah rendah. 2. Implikasi Praktis a. Metode SSCS memberikan prestasi belajar yang baik dibandingkan metode Proyek sehingga metode tersebut dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar untuk materi elektrolisis . b. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam upaya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru Dalam penggunaan metode SSCS dan metode Proyek, perlu dilakukan persiapan secara matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode SSCS dan metode Proyek dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain untuk mengetahui pengaruh metode tersebut dengan prestasi belajar. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas verbal dan sikap ilmiah siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi elektrolisis. 2. Peneliti Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dan variabel yang berbeda dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.
commit to user