PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII perpustakaan.uns.ac.idProgram Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta digilib.uns.ac.id Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Fisika
Oleh: SIHANA S 830908140
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII perpustakaan.uns.ac.idProgram Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta digilib.uns.ac.id Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Disusun Oleh: SIHANA S 830908140
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing, Dewan Pembimbing: Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ....................... NIP. 195201161980031001
.....................
Pembimbing II: Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D NIP. 196103061985031002
......................
.......................
Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KREATIVITAS SISWA perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS Disusun Oleh: SIHANA S 830908140
Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan Ketua
Nama
Tanda tangan
Prof. Dr. H. Ashadi
........................
Sekretaris Dra. Suparmi, M.A., Ph.D
..........................
Tanggal ..................... ......................
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
..........................
.......................
2. Drs. Cari, MA., M.Sc., Ph.D.
..........................
.......................
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP 19570820198503 1 004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Sihana perpustakaan.uns.ac.id NIM : S 830908140
digilib.uns.ac.id
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul: “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI
KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KREATIVITAS
SISWA” (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Medan Magnetik Kelas XII Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010), adalah benarbenar karya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.
Surakarta, 19 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan
SIHANA
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian tesis ini. Usulan penelitian tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mencapai derajat Magister Pendidikan sains. Dalam penyusunan usulan penelitian tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada: 1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, sebagai direktur Program Pascasarjana UNS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Sains. 2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS dan juga sebagai pembimbing I yang telah memberikan dorongan dan bimbingan sehingga selesainya usulan penelitian tesis ini. 3. Bapak Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D, sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga dapat selesainya usulan penelitian tesis ini. 4. Segenap dosen pengampu mata kuliah di Program Studi Pendidikan Sains Program Pascsarjana UNS yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama masa perkuliahan.
commit to user
5. Bapak Drs.H.M. Thoyibun, S.H, M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang telah banyak membantu dan memberi ijin tempat penelitian tesis kepada penulis. 6. Semua rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pascasarjana UNS yang telah banyak memberi bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis sehingga terselesainya penulisan tesis ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaannya. Penulis berharap semoga penyusunan tesis ini berguna bagi perkembangan pendidikan Fisika pada khususnya dan juga pendidikan pada umumnya.
Surakarta, 19 Agustus 2010
Penulis
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Ing Ngarsa Sung Tuladha perpustakaan.uns.ac.id Ing Madya Mangun Karsa
digilib.uns.ac.id
Tut Wuri Handayani (Ki Hajar Dewantara)
PERSEMBAHAN Tesis ini dipersembahkan kepada : 1. Partataruna (Ayah kandungku) 2. Dian Herawati (Calon Istriku) 3. Satiti Widorini ( Almarhumah Istriku) 4. Hudan Pulung Hanasti (Putra kandungku I) 5. Ilham Pradipta Hanasti (Putra kandungku II)
commit to user
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
PERSETUJUAN TESIS ..................................................................................... ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN TESIS ...................................................................................... iii PERNYATAAN .................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xvii
ABSTRAK .........................................................................................................
xix
ABSTRACT ..........................................................................................................
xx
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
6
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
7
D. Perumusan Masalah .........................................................................
8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................
10
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ........
12
A. Kajian Teori ......................................................................................
12
commit to user
1. Tinjauan Tentang Belajar ............................................................
12
a. Pengertian belajar ..................................................................
12
b. Teori-teori Belajar .................................................................
14
2. Metode Problem Solving ............................................................ 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Pemahaman Masalah Secara Analitis ................................... 20 b. Penerapan Solusi dan RTL ...................................................
23
3. Metode Problem Posing..............................................................
24
a. Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika ........................
25
b. Beberapa Petunjuk Pembelajaran dengan Problem Posing ..
26
4. Kemampuan Matematis ..............................................................
30
a. Aksiologi Matematika ...........................................................
30
b. Bagaimana Berpikir Logis Dan Matematis ...........................
31
c. Bagaimana Karakteristik Belajar Matematika ......................
34
5. Kreativitas ...................................................................................
36
6. Hakekat Fisika.............................................................................
42
7. Prestasi Belajar Peserta Didik ....................................................
45
8. Materi Pembelajar Medan Magnet……. .....................................…...48 B. Penelitian yang Relevan ....................................................................
60
C. Kerangka Berpikir .............................................................................
64
D. Hipotesis............................................................................................
70
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
71
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................
71
commit to user
1. Populasi Penelitian .....................................................................
71
2. Penarikan Sampel ........................................................................
71
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
71
C. Metode Penelitian ............................................................................. 73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Kesahihan Internal ............................................................................ 76 E. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ..........................................
77
F. Instrumen Penelitian………………………………………………..
78
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ..........................................................
78
1. Uji Coba Tes Prestasi .................................................................
79
a. Uji Validitas ..........................................................................
79
b. Uji Reliabilitas .......................................................................
80
c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi ..........................
81
2. Uji Coba Kemampuan Matematis ..............................................
84
a.
Uji Validitas……………………………………………….
84
b.
Uji Reliabilitas……………………………………………
84
c.
Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi……………..
86
3. Uji Coba Angket Kreativitas Siswa ...........................................
88
H. Teknik Analisis Data .........................................................................
88
1. Uji Prasyarat Analisis..................................................................
88
a.
Uji normalitas………………………………………………
88
b.
Uji homogenitas……………………………………………
89
2. Pengujian Hipotesis.....................................................................
90
a.
Anava………………………………………………………
commit to user
90
1. Asumsi…………………………………………………. 90 2. Model…………………………………………………… 90 3. Hipotesis………………………………………………..
91
4. Komputasi……………………………………………... 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. .. Uji Lanjut Anava……………………………………………… 97 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
100
A. Deskripsi Data .................................................................................
100
1. Prestasi Belajar Fisika ................................................................
100
2. Data Kemampuan Matematis Siswa ..........................................
102
3. Data Kreativitas Siswa ...............................................................
105
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...........................................................
108
1. Uji Normalitas ............................................................................
108
2. Uji Homogenitas ........................................................................
109
C. Pengujian Hipotesi ...........................................................................
110
1. Analisis Variansi ........................................................................
105
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan .....................................
107
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ......................................................
111
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
129
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI .....................................
130
A. Kesimpulan ......................................................................................
130
B. Implikasi ..........................................................................................
133
1. Implikasi Teoritis .......................................................................
133
2. Implikasi Praktis ........................................................................
133
commit to user
C. Saran ................................................................................................
134
1. Saran untuk para Guru ...............................................................
134
2. Saran untuk para Peneliti ...........................................................
134
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 137
commit to user
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian ..................................................................
72
Tabel 3.2 Desain Faktorial .................................................................................. 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 3.3 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya ................................................ 82 Tabel 3.4 Distribusi Kesukaran Soal Tes Prestasi .............................................
82
Tabel 3.5 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya .............................................
83
Tabel 3.6. Distribusi daya beda soal tes prestasi ................................................
83
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya ................................................
86
Tabel 3.8 Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis ............
86
Tabel 3.9 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya .............................................
87
Tabel 3.10 Distribusi daya beda soal tes kemampuan matematis ......................
87
Tabel 3.11. Tata Letak Data ...............................................................................
92
Tabel 3.12. Jumlah Kuadrat AB .........................................................................
92
Tabel 3.13. Jumlah Kuadrat AC .........................................................................
93
Tabel 3.14. Jumlah Kuadrat BC .........................................................................
93
Tabel 3.15. Rangkuman ABC ............................................................................
93
Tabel 3.16. Rangkuman Anava ..........................................................................
96
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika ......................................
101
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ................
101
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ................
commit to user
102
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Matematis Siswa ..............................
103
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ...............
103
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ................. 104 Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa .......................................................
106
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ...........................................
106
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ...........................................
107
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian .............................
108
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ...................................................
109
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika ................
110
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika terhadap Kemampuan Matematis ....................................................
112
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika terhadap Kreativitas Siswa ............................................................
113
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi ..................................................
116
Tabel 4.16 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi Metode Problem Solving ................................................................
123
Tabel 4.17 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi Metode Problem Posing ...............................................................
commit to user
124
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Magnet batang dan medan magnetik disekitarnya……………………..49 Gambar 2.2 Garis-garis medan magnet dari kutub U masuk kekutub S ……………51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.3 Arah jarum kompas pada kawat yang dialiri arus listrik………………52 Gambar 2.4 Aturan tangan kanan dan arah medan magnetik disekitar kawat berarus…………………………………………………………………..53 Gambar 2.5 Medan magnetik pada penghantar melingkar………………………….53 Gambar 2.6 Gabungan medan magnet, arah arus dan gaya.……………………… 55 Gambar 2.7 Aturan tangan kanan dan Gaya Lorentz………………………………..56 Gambar 2.8 Gaya pada kawat yang membawa arus dalam medan magnet ........…...57 Gambar 2.9 Kawat pembawa arus pada medan magnet .....................................…...57 v v Gambar 2.10 Muatan q yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan B ........58 Gambar 2.11a Dua konduktor yang membawa arus I1 dan I2............................…...60 Gambar 2.11b Medan magnet yang dihasilkan oleh I1 dan I2 ...........................…...60 Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving .......................................….101 Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing ........................................….102 Gambar 4.3 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ................ 104 Gambar 4.4 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing .............….105
commit to user
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving ......................................….107 Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing .......................................….108 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Kemampuan Matematis terhadap Prestasi Belajar Fisika ..................................................................….113 Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika……. 114 Gambar 4.9 Grafik interaki faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ................................… 114 Gambar 4.10 Grafik interaki faktor Metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ...............................… 115 Gambar 4.11 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika ......… 118 Gambar 4.12 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet ..................… 122 Gambar 4.13 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet.....................................… 124 Gambar 4.14 Grafik interaksi Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika ...............................… 127 Gambar 4.15 Grafik Main effect faktor Metode Pembelajaran Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet .............................................… 128
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Silabus ........................................................................................... …138 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Problem Solving) ..... …139 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 3. Lembar Problem Solving ............................................................... …144 Lampiran 4. Siklus Problem Solving ................................................................. …146 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Problem Posing) ...... …147 Lampiran 6. Kisi-kisi Tes Kemampuan Matematis ........................................... …152 Lampiran 7. Tes Kemampuan Matematis ..........................................................… 153 Lampiran 8. Lembar Jawaban ............................................................................. …160 Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kreativitas Siswa .............................. …161 Lampiran 10. Angket Kreativitas Siswa ............................................................. …164 Lampiran 11a. Pembahasan Soal Try Out Materi Medan Magnet ..................... …168 Lampiran 11b. Pembahasan Soal Tes Prestasi Materi Medan Magnet .............. …172 Lampiran 12. Soal Tes Prestasi Belajar Fisika ..................................................… 176 Lampiran 13. Lembar Jawaban ..........................................................................… 185 Lampiran 14. Materi Medan Magnet .................................................................… 186 Lampiran 15. Tabel dan Histogram Kemampuan Matematis dan Metode Problem Posing ..........................................................… 197 Lampiran 16. Tabel dan Histogram Kreativitas dan Metode Problem Posing............................................................. …198 Lampiran 17. Tabel dan Histogram Prestasi dan Metode Problem Solving.............................................................… 199
commit to user
Lampiran 18. Tabel dan Histogram Kemampuan Matematis dan Metode Problem Solving .......................................................... …200 Lampiran 19. Tabel dan Histogram Kreativitas dan Metode Problem Solving ........................................................... …201 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 20. Tabel dan Histogram Prestasi dan Metode Problem Solving ...........................................................… 202 Lampiran 21. Data Induk ...................................................................................… 203 Lampiran 22. Uji Coba Tes Prestasi ................................................................... …204 Lampiran 23. Uji Coba Tes Matematis .............................................................. …207 Lampiran 24. Uji Coba Angket Kreativitas ....................................................... …208 Lampiran 25. Soal Try Out Prestasi Belajar Fisika ............................................ …211 Lampiran 26. Lembar Jawaban ..........................................................................….222 Lampiran 27 Foto dokumen Penelitian……………………………………….........223 Lampiran 28 Surat ijin try out………………………………………………….......225 Lampiran 29 Surat ijin penelitian………………………………………………….226
commit to user
ABSTRAK Sihana, S830908140 ”Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Problem Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari Kemampuan Matematis Dan Kreativitas Siswa” (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Surakarta Kelas XII Program Akselerasi Pada Pokok Bahasan Medan Magnet Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis: Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I : Prof. Dr. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id H. Widha Sunarno, M.Pd ; NIP. 195201161980031001; Pembimbing II : Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D ; NIP. 196103061985031002
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh penggunaan metode problem solving dan problem posing, 2) pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah, 3) pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah, 4) interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan kemampuan matematis, 5) interaksi antara metode problem solving dan metode posing dengan kreativitas, 6) interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas, dan 7) interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Program Akselerasi SMAN 1 Surakarta yang terkelompok dalam dua kelas eksperimen. Hipotesa penelitian diuji dengan anava tiga jalan dengan jumlah sel tidak sama. Faktor pertama adalah pembelajaran dengan metode Problem Solving dan Problem Posing. Faktor kedua adalah kemampuan matematis, yang dibagi menjadi kemampuan matematis tinggi dan rendah, dan faktor ketiga adalah kreativitas siswa, yang dibagi menjadi kreativitas tinggi dan rendah. Hasil analisis penelitian adalah: 1) tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value metode = 0,592 > 0,050; 2) ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value Kemampuan Matematis siswa = 0,000 < 0,050; 3) ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value Kreativitas siswa = 0,007 < 0,050; 4) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 > 0,050, 5) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,747 > 0,050; 6) ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050; dan 7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet sebab p-value interaksi antara metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,899 > 0,050. Kata kunci : Problem Solving, Problem Solving, Kemampuan Matematis, Kreativitas, Medan Magnet, Prestasi belajar
commit to user
ABSTRACT Sihana, S830908140. ”The Physics Learning by Using the Problem Solving Method and the Problem Posing Method Viewed from the Mathematics Ability and Creativity of Students” (A case Study on the Magnetic Field Subject Matter of Grade XII, Acceleration Programe of State Senior Secondary School 1 of Surakarta in the Academic Year of 2009/2010). Thesis: The Graduate Program in Science perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta. Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ; NIP. 195201161980031001, Advisor II: Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D ; NIP. 196103061985031002
This research aims at finding out : (1) effect of the use of Problem Solving and Problem Posing Method, (2) effect of the Mathematisc ability, (3) effect of the Student Creativity, (4) interaction between the Problem Posing and Problem Posing with The Mathematics ability, (5) interaction between the Problem Solving and Problem Posing with the Student Creativity, (6) interaction of the Mathematics ability and The Student Creativity, and (7) interaction among the Problem Solving and Problem Posing learning method, the Mathematics ability and The Student Creativity on the physics learning achievement. Its population was all of the students in Grade XII consisting of 2 classes of Acceleration Program of State Senior Secondary School 1 of Surakarta divided into two experimental groups. The hypotheses of the research were tested by using a three-way analysis of variance with unequal cells. The first factorial is Method of Problem Solving and Problem Posing learning. The second factorial is the Mathematics ability devided into high and lower level. The third factorial is the Creativity devide into high and lower level. Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows. 1) there is not any effect of the use of Problem Solving and Problem Posing learning method on the magnetic Field of the cognitive learning achievement because p-value metode = 0,592 > 0,050. 2) there is an effect of the mathemathics ability on the cognitive learning achievement because p-value Mathematics ability = 0,000 < 0,050. 3) there is an effect of the Creativity on the cognitive learning achievement because p-value Creativity = 0,007 < 0,050, 4) there is not any interaction between the learning method and the Mathematics ability on the cognitive learning achievement because p-value interaction of learning method and mathematics ability = 0,924 > 0,050. 5) there is not any interaction between the learning method and the Creativity on the cognitive learning achievement because p-value interaction of learning method and Creativity = 0,747 > 0,050. 6) there is not any interaction of effect of the Mathematics ability and Creativity on the cognitive learning achievement because p-value interaction of Mathematics ability and Creativity = 0,038 < 0,050). 7) there is not any interaction of effect among the learning method, the Mathematics ability and Creativity on the cognitive learning achievement because p-value interaction of metode, Mathematics ability dan Creativity = 0,899 > 0,050. Keyword: Problem Solving, Probem Posing, Mathemathics ability, Creativity, Magnetic field, Student achievment
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada era globalisasi persaingan antar individu dengan individu lain, antar kelompok dengan kelompok lain, bahkan antar negara dengan negara lain semakin ketat, untuk itu perlu peningkatan kualitas dalam segala aspek pendidikan guna menjawab setiap tantangan persaingan pada era globalisasi ini. Dengan pendidikan diharapkan manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitasnya. Kompetensi guru yang profesional sangat diharapkan kontribusinya pada dunia pendidikan. Guru seharusnya mampu menyesuaikan kebutuhan peserta didik akan keberadaan teknologi aplikatif yang terus berkembang lebih cepat daripada perkembangan kurikulum dalam dunia pendidikan. Setiap
guru,
pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
diperbolehkan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya dan tuntutan masyarakat sekitarnya. Ini berarti bahwa sekolah yang kondisi peserta didiknya mempunyai kemampuan akademis di atas rata-rata dapat dikelola pembelajarannya dengan metode dan cara-cara tersendiri. Efektifitas dan efisiensi penerapan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran benar-benar akan teruji, untuk itu guru harus lebih selektif dalam menyusun strategi pembelajarannya.
1
commit to user
Program Akselerasi SMAN 1 Surakarta. memiliki dua kelas parallel. Pada tahun pelajaran 2009/2010 ini kedua kelas tersebut masing-masing berisi 23 dan 25 siswa. Pengertian Program Percepatan Belajar (Akselerasi) adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Pada program ini, pelajaran Matematika dan Sains (Fisika, Kimia, dan Biologi) diberikan dengan jumlah jam pelajaran yang lebih banyak dari mata pelajaran lain agar kesempatan memahami
konsep lebih banyak dibanding program
reguler.
Kesempatan untuk melakukan eksperimen dan kajian teori juga diberikan pada program ini namun sangat terbatas waktunya. Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan tersebut di atas maka guru-guru MIPA khususnya dituntut mempunyai penguasaan konsep bahan ajar dan strategi mengajar yang tepat karena waktu pembelajarannya terbatas dua tahun. Semua siswa pada program akselerasi telah dinyatakan lolos serangkaian tes akademik, tes potensi akademik (TPA), wawancara, dan persyaratan administrasi yang meliputi nilai raport dari kelas III SD sampai kelas IX SMP pada mata pelajaran Matematika dan IPA serta daftar nilai Ujian Nasional. Namun demikian, program akselerasi di SMAN 1 Surakarta relatif baru sehingga kekurangan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar, dan strategi dalam mengatur waktu pembelajaran agar efektif dan efisien masih terjadi.
commit to user
Prestasi akademik siswa dalam pembelajaran fisika belum semua siswa mencapai batas ketuntasan minimal yang diharapkan. Semua guru dan pengelola telah mengetahui bahwa kondisi awal peserta didik yang sangat potensial untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, namun potensi yang ada pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa tersebut belum dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Nilai hasil ulangan harian dan semesteran yang materi ajarnya relatif sedikit ternyata pencapaian prestasi belajar fisikanya juga masih ada yang di bawah batas ketuntasan minimal. Kenyataan ini menjadi beban bagi guru pengampu dan pengelola program untuk segera dicarikan solusinya agar kualitas pembelajaran program akselerasi dapat mencapai ketuntasan seperti yang diharapkan semua pihak. Kekurangan dan kelebihan setiap peserta didik banyak diketahui melalui data awal siswa yang pada umumnya memenuhi persyaratan mengikuti program akselerasi, maka tanggung jawab moral guru pengampu program akselerasi menjadi lebih berat daripada program regular. Kemampuan akademik dan potensi akademik peserta didik yang telah diketahui kondisi awalnya di atas rata-rata tentu menyebabkan semua masyarakat berharap bahwa pembelajarannya dapat optimal dan mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi. Bagaimana seandainya harapan itu tidak tercapai? Benar-benar hal ini menjadikan motivasi guru pengampu program akselerasi untuk mewujudkan harapan masyarakat tersebut.
Evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan terhadap program akselerasi di Indonesia masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini terjadi karena perbedaan sudut pandang masing-masing individu terhadap perkembangan mental peserta didik. Sebagian masyarakat memandang keberhasilan atau kegagalan pembelajaran
commit to user
akselerasi di Negara lain tentu tidak dapat dijadikan pegangan sepenuhnya, mengingat kondisi demografis dan sosio-kultural yang berbeda. Namun demikian, Departemen Pendidikan Nasional telah mengakomodasi kebutuhan adanya pendidikan yang berkualitas bagi semua pihak, termasuk bagi para siswa unggul, ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id artinya guru diharapkan peduli dan bertanggung jawab pada kesuksesan program akselerasi yang kini telah berjalan dan terus dikembangkan dengan harapan dapat menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa yang berintegritas tinggi.
Metode mengajar Fisika banyak ragamnya mulai dari yang bersifat konvensional sampai yang modern seperti ceramah, eksperimen, demonstrasi, diskusi, pemecahan masalah, pemberian tugas, dan sebagainya. Setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik, dan cocok untuk semua jenis materi pembelajaran. Hal ini tantangan bagi guru agar menguasai beberapa metode mengajar, dan sesuai dengan materi ajar yang terjadi pada proses pembelajaran. Metode
problem
solving
dan
problem
posing
merupakan
metode
pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Hal ini menjadi metode yang sesuai dengan konsep medan magnet yang memang menyebabkan banyak kesulitan pada siswa program akselerasi. Waktu belajar yang sangat terbatas menyebabkan siswa tidak banyak menggali informasi tentang konsep ini. Betapa banyak peristiwa di alam yang berhubungan dengan konsep kemagnetan dan kelistrikan. Hal ini akan menjadi masalah jika siswa dalam perjalanan hidupnya tidak memahami tentang konsep kelistrikan yang sangat esensial bagi semua orang.
commit to user
Materi Medan magnet merupakan pelajaran yang bersifat abstrak dan banyak menjelaskan konsep-konsep kelistrikan yang sangat berguna dalam kehidupan nyata. Akan tetapi siswa merasa kesulitan untuk memahaminya karena menggunakan persamaan matematis yang cukup sulit. Oleh karena itu kemampuan matematis siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sangat diharapkan telah siap sebelum mempelajari medan magnet. Pembekalan konsep matematis dapat dilakukan dengan mengatur silabus matematika dan fisika dengan kesepakatan bersama antara guru matematika dan fisika. Akan tetapi hal ini agak sulit dilakukan di SMAN 1 Surakarta karena terdapat kecenderungan mengikuti silabus yang telah ada. Pembelajaran Matematika dan Sains pada dasarnya bertujuan membangun sekumpulan konsep mendasar pada peserta didik sebagai bekal untuk menjawab pertanyaan ilmiah. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat menghubungkan setiap konsep dasar yang telah ditanamkan pada peserta didik dengan dunia nyata secara logis dan obyektif sehingga pada siswa terbentuk sikap ilmiah. Selain itu, diharapkan guru memberi kesempatan dan apresiatif kepada peserta didik yang mampu menyatakan pendapatnya sendiri tentang fenomena alam yang menarik perhatiannya baik secara kalimat maupun matematis meskipun belum sepenuhnya benar. Berdasar latar belakang yang telah terpaparkan di atas, maka peneliti mencoba menerapkan pembelajaran dengan metode problem solving dan problem posing sewaktu penyajian masalah dengan memperhatikan tingkat kreatifitas dan kemampuan matematis setiap peserta didik sewaktu proes penyelesaian masalah. Untuk mengetahui efek metode pembelajaran dalam kaitannya dengan prestasi peserta didik, maka penelitian ini diberi judul: “Pembelajaran Fisika Menggunakan
commit to user
Metode Problem Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari
Kemampuan
Matematis Dan Kreatifitas Peserta Didik” (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Surakarta Kelas XII Akselerasi Pada Pokok Bahasan Medan Magnet Tahun Pelajaran 2009/2010). perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran Fisika pada program akselerasi SMAN 1 Surakarta, banyak menggunakan metode pembelajaran yang belum efektif dan efisien sehingga masih terdapat nilai Fisika di bawah batas ketuntasan minimal 2. Proses pembelajaran baru mengutamakan ranah kognitif saja 3. Materi yang tersampaikan kepada peserta didik terbatas pada konsep-konsep esensial tanpa pengayaan 4. Kemampuan afektif dan psikomotor peserta didik tidak mendapat prioritas penilaian prestasi akademik 5. Tuntutan masyarakat akan keberhasilan program akselerasi sangat tinggi mengingat setiap peserta didik mempunyai kemampuan akademik rata-rata ke atas 6. Peserta didik belum terkondisi menganalisa permasalahan Fisika dengan mengkaitkan konsep-konsep sains yang telah dimiliki
commit to user
7. Peserta didik belum terbiasa mengkomunikasikan permasalahan sains dengan bahasa matematis 8. Peserta didik semestinya mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, namun karena perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keterbatasan waktu maka hanya ditekankan pada aspek kognitif siswa. 9. Kesempatan peserta didik untuk memanfaatkankan faktor-faktor internal seperti: kreativitas, kemampuan matematis, IQ, ESQ, dan menumbuhkan motivasi dalam memahami fenomena sains secara optimal sangat terbatas waktunya C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Yang dimaksud objek penelitian adalah siswa kelas XII program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode problem solving dan problem posing.
3. Kreativitas
commit to user
Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki peserta didik dan tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinya.
4. Kemampuan Matematis perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian kemampuan matematis yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk dapat melakukan manipulasi matematika meliputi pemahaman konsep dan pengetahuan prosedural.
5. Materi pokok
Materi pokok yang dipilih dalam penelitian adalah Medan Magnet.
6. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh metode problem solving dan problem posing terhadap prestasi belajar Fisika?
commit to user
2. Adakah pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap prestasi belajar Fisika? 3. Adakah pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Fisika? perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Adakah interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika? 5. Adakah interaksi antara metode problem solving dan problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika? 6. Adakah interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika? 7. Adakah interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian secara umum adalah mengetahui perbedaan prestasi belajar Fisika peserta didik dalam pembelajaran menggunakan metode problem solving dan problem posing. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui : 1. pengaruh penggunaan metode problem solving dan problem posing terhadap prestasi belajar Fisika
commit to user
2. pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap prestasi belajar Fisika 3. pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Fisika 4. interaksi antara metode problem solving dan metode problem digilib.uns.ac.id posing dengan perpustakaan.uns.ac.id kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika 5. interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika 6. interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika 7. interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan secara teori yang signifikan bahwa pengaruh metode problem solving dan problem posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa akselerasi SMAN 1 Surakarta khususnya dan bagi masyarakat, guru, mahasiswa, dan para peneliti yang peduli pada dunia pendidikan pada umumnya.
commit to user
2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah menyediakan alternatif metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga lebih bervariatif dalam pembelajaran Fisika pada program akselerasi SMAN 1 Surakarta pada materi Medan Magnet. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu metode pembelajaran ini dapat digunakan pada konsep-konsep fisika yang memerlukan pemahaman konsep yang abstrak dan banyak menggunakan persamaan matematis yang cukup komplek.
commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar a. Pengertian Belajar Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan persepsi pendidik terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan belajar mungkin akan mengakibatkan hasil belajar yang dicapai peserta didik kurang optimal. Untuk menghindari persepsi yang salah tentang belajar, telah banyak para ahli memberikan penjelasan tentang definisi belajar. Gagne (1984) menyatakan bahwa,“belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagi akibat pengalaman.“ Adapun menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa,“belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.“. W.S Winkel (1996) juga menyatakan bahwa, “belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan sejumlah perubahan pengetahuan, pemahaman yang bersifat lama dan membekas.“
commit to user
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama ... Acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and ecperience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keduanya: Process of acquiring and responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat latihan khusus. (Drs. Muhibbin Syah, M.Ed., 1995). Hitzman berpendapat bahwa,“Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior.“ Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Menurut Hintzman tersebut ditekankan bahwa perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman baru dikatakan belajar jika perubahan tersebut mempengarui organisme. Pada dasarnya pendapat tentang pengertian belajar yang ada adalah saling melengkapi. Munculnya bermacam-macam pendapat para ahli mengenai definisi belajar tersebut merupakan fenomena yang wajar. Perbedaan terjadi karena sudut pandang dan pengalaman yang dimiliki berbeda. Berdasarkan definisi-definisi belajar yang telah diuraikan, belajar dapat diartikan suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan suatu hasil yang merupakan dasar perkembangan hidup manusia, melainkan belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
commit to user
bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Kesan-kesan yang disimpan akan menjadi kumpulan konsep pengetahuan yang selanjutnya dapat digunakan untuk memahami fenomena alam yang terjadi. b. Teori-teori belajar perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak ahli yang meneliti dan mengemukkakan tentang teori belajar, namun penulis hanya mengambil beberapa terori belajar yang penulis pakai sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Adapun teori-teori belajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Teori Belajar Robert Gagne Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 berpendapat bahwa ada lima kategori hasil belajar yang disebut “The Domains of Learning“. Tiga bersifat kognitif, satu bersifat psikomotorik, dan satu lagi bersifat afektif. Lima kategori hasil belajar tersebut meliputi: a) keterampilan intelektual yaitu keterampilan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi. Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Gagne berpendapat bahwa belajar mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang menurut tingkat-tingkat kompleksitas dalam perkembangan intelektual. Untuk memecahkan masalah diperlukan aturan-aturan yang kompleks. Demikian pula diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdefinisi. Untuk memperoleh aturan-aturan tersebut, peserta didik harus sudah belajar beberapa konsep konkrit, dan untuk memperoleh konsep-konsep konkrit, peserta didik harus sudah menguasai deskriminasi-deskriminasi. b) strategi kognitif yaitu suatu proses kontrol atau proses
commit to user
internal yang digunakan peserta didik (orang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Keterampilan ini berbeda dengan keterampilan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan memerlukan perbaikan secara terus-menerus, sehingga tidak dapat dipelajari hanya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan berbuat sekali. c) informasi verbal atau pengetahuan verbal yaitu kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa yang memadai sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-kata yang diucapkan seseorang, radio, telivisi dan media lainnya. d) sikap-sikap yaitu kemampuan internal yang sangat berperan dalam mengambil tindakan. Orang yang memiliki sifat tegas akan mampu mengambil keputusan secara tegas. Selain itu sikap juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk lainnya. Dalam pelajaran sains, sikap sosial dapat ditanamkan selama peserta didik melakukan kegiatan kelompok diskusi maupun percobaan di laboratorium. e) keterampilan Motorik yaitu merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang digabung dengan keterampilan intelektual. Keterampilan ini memerlukan koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya kemampuan menggunakan alat-alat dalam melakukan eksperimen maupun percobaan. Misalnya mampu menggunakan alat ukur, mikroskop, alat-alat listrik, dan lain sebagainya. Orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian kegiatan secara teratur, lancar, dan supel. Uraian teori belajar Gagne di atas bahwa hasil belajar meliputi lima kategori, tiga bersifat kognitif, satu bersifat psikomotorik, dan satu lagi bersifat afektif. Hasil
commit to user
pembelajaran Fisika yang menuntut keikutsertaan peserta didik dalam menemukan konsep, sesuai dengan teori belajar Gagne yaitu keterampilan intelektual (aspek kognitif), keterampilan motorik (aspek psikomotorik) dan sikap (aspek afektif). Hasil pembelajaran pada aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan peserta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik melaksanakan serangkaian kegiatan. Mislanya peserta didik melakukan percobaan Fisika pada pokok bahasan lensa melalui eksperimen maupun, peserta didik aktif melukis jalannya sinar-sinar bias serta melukis bayangan yang terjadi. Jadi teori belajar Gagne merupakan landasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen. 2) Teori Belajar Ausebel Dalam Ratna Wilis Dahar (1989:110), menurut Ausebel bahwa belajar diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu, dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Belajar pada tingkat pertama informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang diinformasikan dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Sedangkan dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
commit to user
3) Teori Belajar Jean Piaget Piaget berpendapat bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: a) proses assimilation, dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perlu; b) proses accommodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik; c) proses equilibrasi yaitu proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (penyeimbang). Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap, yaitu : a) tahap Sensorimotor (0-2 Tahun), yaitu anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan mengerak-gerakkannya; b) tahap Pra - Operasional (2-7 Tahun), yaitu anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realistis, ia telah mampu menggunakan symbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong–golongkannya; c) tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun), yaitu anak mulai berpikir secara rasional, mulai dapat mengembangkan pikiran logis. Pada tahap ini anak dapat mengikuti penalaran logis walau kadang kadang memecahkan masalah secara trial and error; dan d) tahap Operasi formal (11 tahun ke atas), yaitu anak sudah mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada tahap ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkrit.
commit to user
4). Teori belajar Bruner Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1988:103) menyatakan ”belajar penemuan sesuai pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik”. Pemecahan masalah serta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengetahuan yang menyertai siswa akan menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna jika siswa aktif melakukan proses pembelajaran. Mengajar sesuatu dapat dilakukan kapan saja tidak perlu menunggu sampai anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Bahan ajar yang diberikan dapat diatur dengan urutan yang logis dan terstruktur tingkat kesulitannya, maka individu dapat belajar meskipun umurnya belum memenuhi. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan melalui pengaturan bahan yang akan dipelajari dan cara menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangan seorang siswa. Belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen untuk menemukam konsep, sangat dianjurkan oleh Bruner. Beberapa kebaikan yang diperoleh dari belajar penemuan antara lain: pertama pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain, kedua belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas atau belajar penemuan melatih ketrampilan kognitif siswa untuk memecahkan masalah secara sendiri. Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama ialah, bahwa perolehan pengetahuan merupakan hasil dari proses interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara
commit to user
aktif dapat mempengaruhi perubahan dalam diri orang itu sendiri dan lingkungannya. Asumsi kedua ialah bahwa seseorang dapat membangun konsep pengetahuannya karena ia mampu menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran fisika pada pembahasan medan magnet dengan metode problem solving dan problem posing diharapkan siswa ikut aktif dalam proses pemecahan masalah baik yang berasal dari lingkungan atau dalam diri siswa dengan menggunakan kemampuan matematis dan kreativitas yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep yang sedang dipelajari. Dengan kata lain prestasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat. 2. Metode Problem Solving Perlu kita sadari bahwa di dalam hidup selalu dihiasi berbagai masalah baik masalah yang datang dari diri kita maupun dari luar kita, sesuai pengertian tetang hidup bahwa hidup adalah masalah. Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Sedangkan definisi masalah itu sendiri adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan, Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah ketrampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang
commit to user
dalam setiap aspek kehidupannya. Jarang sekali seseorang tidak menghadapi masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
a. Pemahaman Masalah Secara Analitis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Metode ini merupakan salah satu pendekan pemecahan masalah yang sering di lakunan serta bisa meningkatkan kualitas individu, karena bagaimana pun metode ini akan menuntun seseorang untuk bisa lebih kretif dalam menganalisa dari sebuah permasalahan, Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada kepiawaian individu atau pemimpin yang terlibat pada masaah tersebut. Langkah Langkah Pemecahan masalah secara Analitis : 1) Menganalisa Masalah, Pada bagian ini kita di tuntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus pada masalah yang sebenarnya, karena sering sekali kita dalam melakukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut. Agar kita dapat memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah, diperlukan upaya untuk mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat didefinisikan dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik: a). Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari persepsi b). Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi. c). Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas. Hal ini seringkali dapat menghindarkan kita dari pembuatan definisi yang tidak jelas. d). Definisi yang
commit to user
dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi. e). Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Membuat Alternatif Pemecahan Masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat memilih hanya satu solusi, sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan, dengan memilih
suatu solusi masalah yang di tawarkan akan menjadikan
kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efisien. Karakteristik pembuatan Alternatif masalah: a). Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terlebih dahulu sebelum kemudian dilakukannya evaluasi terhadap mereka. b). Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyaknya orang yang mengusulkan alternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan penerimaaan kelompok. c). Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah. d). Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. e). Alternatif–alternatif yang ada saling melengkapi satu dengan lainnya. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasangagasan
lainnya.
f).
Alternatif-alternatif
yang
diusulkan
harus
dapat
menyelesaikan masalah yang telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya
commit to user
yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila, tidak secara langsung mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi. 3) Mengevaluasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah, Pada langkah ini kita di tuntut untuk berhati-hati memberikan penilaian kentungan dan kerugian terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id alternatif-alternatif yang sudah di buat. Supaya tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan soluasi pemecahan masalah maka pada tahap pengevaluasian ini harus berdasarkan pada: a) tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelumnya. b) tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya. c) tingkat kemungkinan penerapannya
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang baik: 1). Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar
yang optimal, dan bukan sekedar standar yang
memuaskan. 2). Penilaian terhadap alternative-alternatif yang ada dilakukan secara sistematis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan. 3). Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat didalamnya. 4). Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mungkin ditimbulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung. 5). Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.
commit to user
b. Penerapan Solusi dan RTL (rencana tindak lanjut ) Pada tahap penerapan solusi yang telah dipilih, seorang penentu kebijakan harus peka pada keadaan yang mungkin timbul pada solusi yang di jalankan, karena bagimanapun setiap solusi yang ditawarkan selalu ada kemungkinan reaksi negatif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari solusi tersebut. Berikut adalah karakteristik dari penerapan dan langkah tindak lanjut yang efektif: 1). Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan. 2). Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikitdemi sedikit” dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan meningkatkan dukungan. 3). Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, harus dikomunikasikan, sehingga terjadi proses pertukaran informasi. 4). Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penerapan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen. 5). Adanya sistim monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka panjang diukur. 6). Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.
commit to user
3.
Metode Problem Posing Suryanto
(Sutiarso:
2000)
mengemukakan
bahwa,”problem
posing
merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal)” atau “membuat masalah (soal)”. Sedangkan menurut perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Silver (Sutiarso: 2000) bahwa dalam pustaka pendidikan Matematika, “problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving)”; Kedua, problem adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada pada soal yang telah dipecahkan dala rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan); Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan. Sedangkan
“The
Curriculum
and
Evaluation
Standard
for
School
Mathematics merumuskan secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri. Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri. Siswa perlu diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalahmasalah yang diketahui tersebut (Silver & Cai, 1996).
commit to user
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan pengertian problem posing adalah perumusan atau pembuatan masalah/soal sendiri oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika Sesuai dengan kedudukan problem posing merupakan langkah awal dari problem
solving,
maka
pembelajaran
problem
posing
juga
merupakan
pengembangan dari pembelajaran problem solving. Silver dkk (Sutiarso: 2000) menyatakan bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami
soal,
merencanakan
langkah-langkah
penyelesaian
soal,
dan
menyelesaikan soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut juga merupakan sebagian dari langkah-langkah pembelajaran problem solving. Mengenai keterkaitan antara problem solving dengan problem posing, Brown & Walter (1993: 21) mengemukakn bahwa problem solving dan problem posing berhubungan antara satu dengan yang lainnya seperti orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua dan sebaik saudara kandung. Penelitian Silver dan Cai (1996: 521) menemukan hubungan positif yang kuat
antara problem solving dan
ketrampilan problem posing anak sekolah menengah. Sedangkan penelitian Hashimoto (Silver dan Cai, 1996: 522) menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem solving.
commit to user
Mengenai peranan problem posing dalam pembelajaran Fisika, Sutiarso (2000) menjelaskan bahwa problem posing adalah adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran Matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir Matematis atau menggunakan pola pikir perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Matematis. Hal ini sejalan dengan English (1998) yang menjelaskan bahwa problem posing adalah penting dalam kurikulum Matematika karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas Matematika, termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri. Silver (1994) dan Simon (1993) mengemukakan bahwa beberapa aktivitas problem posing mempunyai tambahan manfaat pada perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak terhadap konsep penting Matematika (English: 1998). Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal/masalah.
Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam
kegiatan perumusan masalah/soal dalam pembelajaran Matematika, Walter dan Brown (1993: 302) menyatakan bahwa soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari soal. Sedangkan English (1998) membedakan dua macam situasi atau konteks, yaitu konteks formal bisa dalam bentuk simbol (kalimat Matematika) atau dalam kalimat verbal, dan konteks informal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan khusus.
b. Beberapa Petunjuk Pembelajaran dengan Problem Posing 1) Petunjuk Pembelajaran yang Berkaitan dengan Guru meliputi: a). Guru hendaknya membiasakan merumuskan soal baru atau memperluas soal dari soal-
commit to user
soal yang ada di buku pegangan. b). Guru hendaknya menyediakan beberapa situasi yang berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar, atau lainnya, kemudian guru melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada. c). Guru dapat menggunakan soal terbuka dalam tes. d). Guru memberikan contoh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran, baik isi maupun bahasanya. e). Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai isi buku teks, yang dilaksanakan dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru. (Sutiarso, 2000). 2) Petunjuk Pembelajaran yang Berkaitan dengan Siswa meliputi: a). Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap situasi yang diberikan. b). Siswa dibiasakan mengubah soal-soal yang ada menjadi soal yang baru sebelum mereka menyelesaikannya. c). Siswa dibiasakan untuk membuat soal-soal serupa setelah menyelesaikan soal tersebut. d). Siswa harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal-soal yang dirumuskan oleh temannya sendiri. e). Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin. (Sutiarso, 2000). Dalam pembelajaran pengajuan soal merupakan teknik dari metode pemberian tugas. (Silver et.al 1996: 294) menjelaskan arti pengajuan soal adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Suryanto (1998:8) yang menjelaskan arti pengajuan soal atau pembentukan soal adalah perumusan soal
commit to user
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana sehingga lebih mudah dapat diselesaikan siswa. Ducker dan Silver (1996: 294) menyarankan penggunaan pengajuan soal untuk merumuskan kembali soal yang muncul dalam proses pemecahan masalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang rumit ketika seseorang pemecah soal mengatakan atau menyusun kembali soal yang diberikan dalam beberapa cara untuk membuatnya lebih mudah dipahami dan dipecahkan. Silver dalam Silver dan Cai (1996: 292 ) memberikan istilah pengajuan soal diaplikasikan pada tiga bentuk aktifitas kognitif yaitu: 1). Pengajuan pre-solusi (presolution posing) ,yaitu perumusan soal dari situasi yang diadakan. 2). Pengajuan di dalam soal (within solution posing ), yaitu perumusan ulang seperti yang telah diselesaikan. 3). Pengajuan setelah solusi (post solution posing ),yaitu melakukan modifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru. Aplikasi pengajuan soal ada tiga bentuk aktifitas kognitif dapat dilakukan dengan tiga cara. Menon (1996: 530-532), menyarankan pemberian tugas pengajuan soal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1) Guru memberikan kepada siswa soal cerita yang tidak lengkap (soal cerita tanpa pertanyaan), tetapi seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal diberikan. Tugas siswa adalah melengkapi soal dengan membuat pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan tersebut. Cara ini merupakan aplikasi pengajuan soal pada bentuk aktivitas kogntif pengajuan pre-solusi menurut Silver
commit to user
2) Guru memilih dan menyeleksi sebuah topik. Kemudian meminta siswa untuk membagi kelompok. Setiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita dengan penyelesaiannya. Soal beserta penyelesaiannya didiskusikan dalam suatu diskusi kelas. Kegiatan diskusi akan memberikan nilai komunikasi dan pengalaman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajar. Cara ini merupakan aplikasi pengajuan soal pada bentuk aktifitas kognitif pengajuan di dalam soal menurut Silver 3) Guru memberikan kepada siswa sebuah soal cerita yang lengkap dan siswa diminta membuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan soal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat, dipilih untuk diselesaikan. Cara ini merupakan aplikasi pengajuan soal pada bentuk aktifitas kognitif pengajuan setelah solusi menurut Silver. Secara garis besar aplikasi pengajuan soal dalam proses pembelajaran dengan metode pemberian tugas pengajuan tugas (problem posing) dapat dilakukan dengan menempuh langkah berikut: 1). Tahap Pendahuluan, yaitu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang materi yang relevan. 2). Tahap Pengembangan, yaitu menjelaskan materi pembelajaran dan memberikan contoh cara mengajukan soal. 3). Tahap Penerapan yaitu siswa mengajukan soal, menyelesaikannya, dan menskor penyelesaian yang telah dibuat. Pengajuan soal diaplikasikan dalam bentuk aktifitas kognitif yang dipilih. Pemberian tugas pengajuan soal juga dipilih dengan menggunakan cara yang sudah dijelaskan di atas. 4). Tahap Penutup yaitu siswa membuat rangkuman materi yang sudah dipelajari. Langkah-langkah tersebut secara rinci akan dituangkan dalam satuan acara kegiatan belajar mengajar.
commit to user
Pengajuan soal merupakan metode dari pemberian tugas. Pada pembelajaran dengan pemberian tugas
pengajuan soal, mahasiswa diberi tugas berbentuk
pengajuan yang harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan serta mempertanggungjawabkan tugas yang telah diberikan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Respon yang diberikan siswa terhadap tugas untuk mengajukan soal bervariasi. Menurut Silver dan Cai ( 1996:295), soal yang dibuat oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a) pertanyaan yang dapat diselesaikan, b) pertanyaan yang tidak bisa diselesaikan, dan c) bukan pertanyaan tapi penyataan. Pada dasarnya pembelajaran dengan pemberian tugas pengajuan soal merupakan penelitian dari pembelajaran dengan dengan pemecahan masalah. Penelitian ini dapat dilihat pada tahap-tahap kegiatan pembelajaran antara pemberian tugas pengajuan soal dengan pemecahan masalah. Pemecahan masalah memerlukan kemampuan dalam memahami soal, merencanakan langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut . Penambahan satu langkah lagi berupa merumuskan /mengajukan soal pada ketiga langkah pemecahan masalah tersebut merupakan langkah pembelajaran pemberian tugas pengajuan soal. English (1997: 173) mengemukakan manfaat pemberian tugas pengajuan soal adalah: memberikan penguatan terhadap konsep yang diterima dan memperkaya konsep-konsep dasar, serta mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri.
4.
Kemampuan Matematis
a. Aksiologi Matematika
commit to user
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id gagasan dengan bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan Matematika, diagram, grafik atau tabel.
b. Bagaimana Berpikir Logis Dan Sistematis
1) Mengenal kecerdasan logis
Tidak hanya bunyi dari angka-angka Matematika seperti himpunan, lebih besar, lebih kecil sama dan sebangun, jika dan hanya jika yang menyenangkan, tetapi symbol-simbol abstrak banyak menimbulkan misteri untuk dipecahkan. Potonganpotongan jagung dalam mangkuk harus dihitung dan ditulis dalam angka, dan mainan dalam kotak mainan harus diketahui secara kuatitatif. Pada waktu siswa berusia 10 tahun, pertanyaan waktu, urutan dan konsep perkalian menguasai atau mempengaruhi daya tariknya. Baginya, setengah jam berarti berapa lama waktu yang digunakan untuk melihat program televisi atau digunakan untuk pergi ke toko makanan.
Dengan diliputi pemikiran menjumlah, mengalikan, menaksir tentang rentangan waktu yang banyak digunakan dalam aktifitas keseharianya, siswa beranggapan bahwa jika semua kegiatan dapat diikuti dengan baik, maka perlu
commit to user
perhitungan dalam mengatur waktu, paling tidak membagi waktu seefisien mungkin. Indah bagian dari pemikiran logis Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id 2) Mengenal kecerdasan logis matematika.
digilib.uns.ac.id
Piaget menggambarkan kemajuan dari intelegensi secara logis yang dimulai dengan interaksi seorang anak kecil dengan objek dilingkungannya, penemuan angka, peralihan dari objek yang kongkrit ke simbol yang abstrak, pertimbangan dari pernyataan secara hipotesis dalam suatu hubungan dan implikasinnya. Gardner meragukan bahwa ide-ide perkembangan kognitif Piaget dapat diterapkan sama baiknya dengan bidang lain dari kemampuan manusia.
Jelas dalam cerita siswa itu, intelegensi logis Matematis melibatkan banyak komponen, perhitungan secara Matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif dan induktif, dan ketajaman pola dan hubungan. Pada intinya kemampuan Matematis merupakan kemampuan mengenal dan memecahkan masalah. Sementara intelegensi logis Matematis ini menjadi hal yang paling penting bagi masyarakat barat dan sering dihargai sebagai penuntun dan pelajaran bagi sejarah manusia. Gardner menegaskan bahwa intelegensi logis Matematis bukanlah intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan intelegensi yang lain, dan bukan pula diterima secara universal dengan penghargaan yang paling tinggi. Tetapi terdapat masalah lain yang dipecahkan oleh jenis intelegensi yang lain.
3) Sifat – sifat intelegensi logis Matematis
commit to user
Gardener dalam Uno, menjelaskan bahwa kecerdasan mencakup 3 bidang yang saling berhubungan yaitu: 1) Matematika, 2) Sains, dan 3) Logika.
Dalam mengembangkan kecerdasan logis Matematis, beberapa hal yang perlu diperhatikan: a). Seseorang harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dan fungsi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keberadaan dan lingkungannya. b). Mengenal konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibatnya. c). Menggunakan simbol abstrak untuk menunjukan secara nyata baik obyek maupun kongkrit. d). Menunjukan keterampilan pemecahan masalah yang logis. e). Memahami pola – pola dan hubungan – hubungan. f). Menggunakan bermacam – macam keterampilan Matematis. g). Menyukai operasi yang kompleks. h). Mengajukan dan menguji hipotesis. i). Berpikir secara Matematis. j). Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah Matematis. k). Mengungkapkan ketrkaitan dalam karir – karir. l). Menciptakan model baru atau memahami wawasanbaru dalam sains atau Matematis.
4) Pembelajaran Logis Matematis
Pembelajaran logis Matematis disekolah dapat dikembangkan dengan baik, jika guru memiliki komitmen untuk menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kecerdasan logis Matematis tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membangun diskusi dengan siswa tentang berbagai kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar Fisika. Diskusi tersebut bukan saja dapat memberikan masukan kepada guru tetapi strategi apa yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran, dan juga seorang guru harus dapat melihat berbagai konsep atau topik yang perlu dioptimalkan kepada siswa. Di kelas, jika guru hendak
commit to user
menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran, maka perlu dikembangkan proses belajar aktif seperti contoh berikut ini: a). Menggunakan bermacam strategi tanya jawab. b). Mengajukan masalah terbuka bagi siswa untuk diselesaikan. c). Mengkonstruksi model dari konsep kunci. d). Menyuruh siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mengungkapkan pemahaman mereka dengan menggunakan objek yang kongkrit. e). Memprediksikan dan membuktikan dampak atau hasil secara logis. f). Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena. g). Meminta siswa untuk memberikan alasan dari pernyataan dan pendapat dan pendapat mereka. h). Menyediakan berbagai kesempatan untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan. i). Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar mereka. j). Menghubungkan konsep atau proses Matematis dengan mata pelajaran lain dan juga dengan kehidupan nyata.
Dalam hal ini siswa harus memahami berbagai permasalahan yang berhubungan dengan materi ajar secara sistimatis. Misalnya, bisa mengetahui apakah itu logika,metode ilmiah, berpikir deduktif, silogisme, induktif dan analogi.
c.
Bagaimanakah Karakteristik Belajar Matematika
Setelah melihat pandangan dan pengertian
Matematika diatas, muncul
pertanyaan, apakah yang menjadi karakteristik dan hakekat Matematika itu ? Nesher (
dalam
Uno
)
mengonsepsikan
karakteristik
Matematika
terletak
pada
kekhususannya dalam mengkomunikasikan ide Matematika itu melalui bahasa numerik. Dengan bahasa numerik ini, memungkinkan seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari Matematika
commit to user
tersebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Itulah sebabnya Matematika selalu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak dalam memecahkan masalah.
Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Matematika, karena ilmu Matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistimatis. Disamping itu, Matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja Matematika dilalui secara berurut yang meliputi, tahap obserpasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema. Selain itu, Matematikamemiliki konsep struktur dan hubungan – hubungan yang banyak menggunakan simbol-simbol. Simbol ini sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi dalam struktur. Simbolisasi juga memberikan fasilitas komunikasi sehingga dapat memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi, dan dari informasi inilah dapat dibentuk konsep baru. Dengan demikian, Simbol-simbol Matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara kerja berpikir, karena simbol-simbol ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide, dengan jalan memahami karakteristik Matematika seperti yang dikemukakan diatas.
Pertanyaan berikutnya adalah, apa sebenarnya hakikat belajar Matematika itu? Hakikat belajar Matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan serta simbol, kemudian diterapkanya ke dalam yang nyata. Schoenfeld (1985) mendefinisikan bahwa belajar Matematika berkaitan dengan apa, dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan
commit to user
masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitannya dengan fenomena matematis dan sosil. Berkaitan dengan hal ini, maka belajar Matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian himpunan – himpunan dari unsur Matematika yang sederhana dan merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id himpunan – himpunan baru, yang selanjutnya membentuk himpunan–himpunan baru yang rumit. Demikian seterusnya, sehingga dalam belajar Matematika harus dilakukan secara hirarkis. Dengan kata lain, belajar Matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap belajar yang lebih rendah.
Selanjutnya Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang dilakukan secara prosedural atau hirarki dalam belajar Matematika. kedelapan tipe belajar tersebut adalah: 1). belajar sinyal (signal learning), 2). belajar stimulus respons (stimulus response learning), 3). belajar merangkai tingkah laku (behavior chainig learning), 4). belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning), 5). belajar diskriminasi (diskrimination learning), 6). belajar konsep (concept learning), 7). belajar aturan ( rule learning), 8). belajar memecahkan masalah (problem solving learning).
5.
Kreativitas
Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 sikap kreatif merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan, padahal kreativitas atau daya cipta adalah adalah wilayah manusia yang paling unik dan sekaligus membedakan dari makhluk lainnya. Kreatifitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu
commit to user
menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004). Menurut Anna Craft, pikiran berdaya adalah titik utama kreatifitas, sedangkan Kreatifitas adalah suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple intelliegence. (Nurti Wijayanti, 2006: 77). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Martin Jamaris (2003), aspek-aspek yang mempengaruhi kreatifitas adalah : a) aspek kemampuan kognitif, b) aspek intuisi dan imajinasi, c) aspek penginderaan, dan d) aspek kecerdasan emosi (Nurti Wijayanti, 2006: 79). Seorang siswa yang memiliki pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki kecerdasan emosional maka sikap kreatifnya akan muncul. Menurut Herminanto (2004) indikator kreatifitas meliputi rasa ingin tahu, kemampuan bertanya, mengajukan usul dan gagasan, berani berpendapat secara spontan, menghargai keindahan, ide pribadi, tidak mudah terpengaruh orang lain, memiliki rasa humor dan daya imajinatif yang tinggi, mampu mengajukan pemikiran dan gagasan untuk memecahkan masalah, dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal yang baru, serta mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi). Dengan mengembangkan kreatifitas pembelajaran bukanlah hal yang menjemukan, tetapi akan terasa lebih indah, lebih hidup, bukan merupakan beban, tetapi merupakan hal yang menyenangkan. Pengembangan kreatifitas dapat bermula dari pengetahuan yang dimilikinya dan mengenal masalah di lingkungannya agar dapat menemukan pemecahan suatu masalah. Gordon dalam Joyce dan Weil (1980) tertarik pada pendekatan baru yang disebut Sinektik. Sinektik adalah pendekatan untuk mengembangkan kreatifitas.
commit to user
Empat ide dasar sinektik yang menantang adalah: a). Kreativitas penting dalam aktivitas setiap hari. b). Proses kreatif tidak semuanya merupakan hal yang misterius, tetapi kreatifitas dapat ditingkatkan melalui deskripsi dan latihan secara langsung. c). Pendapat yang kreatif adalah sama dalam lahan–seni, sains–pabrik mesin, dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memiliki karateristik seperti penopang proses intelegensi. Gordon menganggap ada hubungan antara pemikiran umum dalam seni dan sains sama kuatnya. d). Asumsi bahwa pendapat individu dan kelompok (creative thinking) adalah sangat mirip. Individual dan pendapat umum kelompok dan hasil dalam banyak bentuk yang sama. Hal ini sangat berbeda dari sikap kreatif adalah intensitas pengalaman personal. Dalam pembelajaran guru membantu siswa melihat konsep-konsep yang telah dikenalnya dengan cara yang segar. Dimulai dari mengambil konsep dari situasi yang dijelaskan siswa atau topik yang mereka lihat sekarang, menjelaskan sebelumnya dalam sebuah tulisan. Ilustrasi model pembelajaran dalam enam fase: 1). Description of present condition: guru memiliki deskripsi situasi siswa atau topik seperti yang mereka lihat sekarang. 2). Direct analogy: siswa mengusulkan analogi langsung, memilih satu, dan memeriksa (mendeskripsikan) lebih luas. 3). Personal anology: Siswa menjadikan analogi yang mereka seleksi dalam dua fase. 4). Compressed conflict: siswa membawa deskripsinya dari dua fase dan tiga, membantu mengusulkan penekanan konflik dan memilih salah satu. 5). Direct analogy: Siswa umumnya dan menyeleksi analogi langsung lainya didasarkan pada penekanan konflik. 6). Reexamination of the original task: guru mengembalikan siswa pada tugas aslinya atau problemnya dan digunakan analogi sebelumnya dan atau masuk pada pemngalaman sinektik.
commit to user
Selanjutnya
menurut
Mulyasa
(2006)
dalam
Kusmoro
(2008:59)
Pembelajaran kreatif menuntut guru mampu untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun
dalam melakukan suatu
tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dari berfikir kritis, guna menemukan atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melahirkan sesuatu yang tadinya belum ada atau memperbaiki sesuatu. Hasil dari suatu kreativitas merupakan sesuatu yang baru tetapi logis dan dapat diuji secara empiris. Tetapi dapat pula berupa perbaikan dari suatu konsep, ide atau produk yang kurang atau tidak tepat. Dalam pengertian sehari-hari kreativitas sering disamakan dengan daya cipta dan cenderung ditujukan dalam bidang seni. Pada kenyataannya kreativitas tidak hanya menyangkut bidang seni saja, melainkan juga terdapat pada berbagai bidang ilmu termasuk Ilmu Pengetahuan Alam.
Diungkapkan oleh Mednick dalam
Lefrancois (1996) mendefinisikan kreativitas sebagai berikut : Creativity is ”the forming of associative elements into new combination which either meet specifed requirrements or are in some ways useful. The more mutually remote the elements of the new combination. The more creative the process solution”. Kreativitas merupakan bagian dari unsure-unsur asosiatif dalam kombinasi baru yang memenuhi syarat-syarat tertentu atau dengan beberapa cara yang berguna. Makin jauh timbal balik unsur-unsur kombinasi baru, makin kreatif proses pemecahan masalah itu. Utami Munandar (1995) merangkum dari beberapa pengertian tentang kreativitas yaitu kreativitas adalah semua usaha produktif yang unik dari individu, seseorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan sesuatu yang baru
commit to user
melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek personalianya. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang cukup luas. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Colin Rose, Malcolm J. Nicholl perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (2002: 276) ”Memperoleh pengetahuan latar belakang yang terinci tentang subjek tersebut adalah kunci kreativitas, karena semua gagasan baru yang kombinasi ulang dari ide-ide yang ada”. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. “Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua milikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan car yang baru” (Bobbi Deporter & Mike Hernacki, 2003:295). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat dipandang dari segi produk, proses, kepribadian dan kondisi lingkungan. Dari segi produk kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Dari segi proses kreativitas adalah aktivitas yang dilakukan seseorang karena adanya kegiatan mental intelektual dalam kognitif seseorang. Dari kondisi lingkungan kreativitas terbentuk, karena dorongan lingkungan, sekolah, masyarakat dan budaya. a. Ciri-ciri Siswa Kreatif Orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri siswa kreatif menurut Utami Munandar adalah: 1) Imajinatif, 2) Mempunyai
prakarsa (inisiatif), 3)
Mempunyai minat luas, 4) Mandiri dalam berpikir, 5) Meneliti, 6) Senang
commit to user
berpetualangan, 7) Penuh energi, 8) Percaya diri, 9) Bersedia mengambil risiko, dan 10) Berani dalam pendirian dan keyakinan. Peserta didik yang memiliki kemampuan kreatif tidak hanya menerima informasi dari guru, namun mereka akan berusaha mencari dan memberikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id informasi dalam proses pembelajaran. Peserta yang kreatif akan selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualangan, suka bermain dan intuitif. Kemampuan kreatif akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. b. Alat Ukur Kreativitas Kreativitas dapat ditelusuri lewat angket kreativitas atau melalui tes kreativitas. Terdapat beberapa tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas seseorang. Masing-masing tes mempunyai tujuan dan ciri tertentu. Tes Kreativitas figural (TKF) Tes kreativitas figural merupakan adaptasi dari Circle Test Torrance pertama kali digunakan oleh Utami Munandar tahun 1976, dan dilakukan standardisasi tahun 1988 untuk anak umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Manfaat dari tes ini adalah memberikan perspektif yang lebih luas. Tes kemampuan figural juga mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Selain itu tes ini juga memungkinkan mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan. Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi yang meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir, kebebasan dalam ungkapan
commit to user
diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan kemandirian dalam memberi pertimbangan. Selain
tes
kreativitas
yang
memerlukan
keahlian
psikolog
dalam
penafsirannya, diperlukan alat identifikasi kreativitas yang dapat digunakan guru. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk tujuan ini telah diadaptasi untuk Indonesia, skala penilaian anak berbakat yang disusun oleh Renzulli dkk (1971), yang terdiri dari empat sub-skala yaitu ciri-ciri intelektual umum, ciri-ciri motivasi, ciri-ciri kreativitas,
dan
ciri-ciri
kepemimpinan. Untuk skala kreativitas meliputi ciri-ciri: rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, dan orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian tentang cara pengukuran kreativitas di atas, dalam mengukur tingkat kreativitas siswa dapat dilakukan dengan tes kreativitas atau dapat juga menggunakan skala sikap kreatif yang diukur lewat angket. Pada penelitian ini menggunakan pengukuran kreativitas menggunakan angket kreativitas.
6.
Hakekat Fisika Fisika berkembang berdasarkan atas pengamatan dan pengukuran tentang
peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam. Hasil pengamatan tersebut kemudian disusun suatu teori yang telah teruji kebenarannya. Seperti pendapat Druxes, Born
commit to user
dan Siemsen (1986) bahwa “ Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara Matematis dan berdasarkan peraturan umum”. Dari pengertian dari Fisika berhubungan erat dengan pengukuran dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id percobaan, maka pelajaran Fisika menuntut kreatifitas guru dan peserta didik dalam menggunakan peralatan untuk memecahkan masalah yang ada. Memperhatikan pernyataaan di atas maka peralatan praktikum dan media pembelajaran adalah sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran Fisika. Dapat disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu yang meneliti, mengamati, menganalisa dan menemukan gejala-gejala alam yang ada disekitar kita. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Sandra Fatika (1987) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah, yaitu : a). Produk Ilmu Pengetahuan Alam adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA berupa fakta, hukum, dan teori. b). Proses Ilmu Pengetahuan Alam atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil pengetahuan alam. Langkahlangkah dalam metode ilmiah antara lain: 1). merumuskan masalah; 2). merumuskan hipotesis; 3). melaksanakan eksperimen; 4). menari kesimpulan. c). Nilai dan sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukkan proses ilmu pengetahuan alam, sehingga tercapai hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selama melakukan metode ilmiah, proses observasi, eksperimen dan berpikir rasional digunakan sikap ilmiah seperti: jujur, obyektif, terbuka, dan sebagainya agar diperoleh ilmu pengetahuan yang benar.
commit to user
Fisika merupakan bagian dari IPA, maka berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika meliputi adanya produk-produk, proses dan sikap ilmiah. Fisika sebagai produk merupakan sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari faktafakta, konsep-konsep dan prinsip Fisika. Fisika sebagai proses merupakan segala perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan yang dilakukan dan segala sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk menghasilkan produk Fisika. Dalam melakukan kegiatan itu para ilmuwan memiliki ketrampilan tertentu yang disebut ketrampilan proses Fisika dan juga memiliki sikap ilmiah. Dalam teori belajar telah dikemukakan bahwa belajar bukan hanya sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi meliputi berbgai kegiatan serta tindakan yang harus dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Belajar dapat diartikan sebagi perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi
antara
individu
dengan
individu
dan
individu
dengan
lingkungannya. Secara sederhana proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai kegiatan untuk membawa peserta didik dari keadaan awal sebelum belajar ke keadaan akhir seterlah belajar. Keadaan akhir setelah belajar ini ditandai dengan adanya perubahan sikap atau dimilikinya suatu keterampilan. Berdasarkan hakekatnya, Fisika merupakan pelajaran yang disajikan secara sistematis berdasarkan peraturanperaturan tertentu. Selanjutnya setelah mengalami proses pembelajaran tersebut peserta didik mampu menguasai IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori, memahami dan trampil dalam proses-proses IPA, serta memiliki sikap dan nilai IPA.
commit to user
7.
Prestasi Belajar Peserta didik Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku peserta didik setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berupa eksistensi. Hasil pengukuran merupakan pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi mata pelajaran yang disebut sebagai prestasi belajar. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998: 112) prestasi belajar dibagi tiga kategori yaitu: kognitif, afektif, psikomotorik. Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar peserta didik yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung. Berdasar pada definisi hasil belajar menurut B. Bloom, dapat di jelaskan pengertian ranah kognitif, afektif dan psikomotor sebagai : a. Ranah kognitif Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kemampuan intelektual. Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis , tes lisan, dan portofolio. Pada ranah ini terdapat enam jejang proses berpikir yaitu: (1) tingkat pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat informasi atau materi pelajaran yang telah diterima sebelumnya. Kemampuan ini ditandai dengan penggunakan kata-kata operasional seperti: mendefinisikan, menyebutkan, mengidentifikasi, mengenali; (2) tingkat pemahaman, yaitu menggunakan, menafsirkan atau menginformasikan sesuatu berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Kemampuan ini dapat
commit to user
diketahui melalui pemakaian kata-kata operasional seperti: membedakan, menduga, menemukan, membuat contoh, menggeneralisasi; (3) tingkat aplikasi yaitu kemampuan menentukan menafsirkan atau menggunakan informasi atau materi pelajaran sebelumnya ke dalam situasi baru yang konkret dalam rangka menetukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawaban tunggal yang benar dari suatu masalah. Biasanya berkaitan dengan kemampuan menghitung, memanipulasi, meramalkan, mengapresiasikan dan menghubungkan; (4) tingkat analisis yaitu kemampuan yang berkaitan dengan menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci sehingga menjadi jelas. Kemampuan ini dapat berupa mengidentifikasi sebab, menarik kesimpulan berdasarkan suatu patokan tertentu; (5) tingkat sintesis yaitu kemampuan berpikir untuk membuat sintesa tentang sesuatu konsep. Sintesis merupakan proses yang memadukan bagian-bagian secara logis. Kemampuan pada tingkat ini dapat diketahui dari kemampuan untuk mengkategorikan, mengkombinasikan, membuat desain, merevisi, mengorganisasikan; (6) tingkat evaluasi atau tingkat mencipta yaitu kemampuan menggunakan pengetahuannya untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kreteria tertentu. Menciptakan adalah proses yang menghasilkan gagasan-gagasan baru dengan cara memadukan bagian-bagian secara logis. Kemampuan ini dapat dikenali dari penggunaan kata-kata operasional seperti menganalisis, mendesain, merencanakan, mengorganisasikan. b. Ranah afektif Ranah afektif merupakan kemampuan siswa yang berkaitan dengan sikap, minat, nilai, dan konsep diri. Menurut Trowbridge dan Bybee ( 1990: 149-153) tingkatan ranah afektif meliputi: (1) peringkat penerimaan yaitu peserta didik
commit to user
memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus. Tugas guru adalah menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan, perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Hasil dari pembelajaran ini adalah berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sampai pada minat khusus dari pihak siswa. (2) peringkat partisipasi yaitu merupakan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bagian dari perilakunya. Pada peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi terhadap fenomena tersebut. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan pada pemerolehan respon, atau kepuasan dalam memberi respon. Peringkat tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan melakukan aktivitas-aktivitas khusus. (3) penentuan nilai yaitu keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Tujuan penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. (4) peringkat organisasi yaitu kemampuan untu mengorganisasi suatu system nilai internal secara konsisten. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai, misalnya pada pengembangan filsafat hidup. (5) peringkat karakteristik dengan suatu nilai atau pola hidup yaitu peringkat tertinggi ranah afektif yang mana peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial. Jadi peserta didik akan memiliki tingkah
commit to user
laku yang menetap, konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada ranah ini akan menjadi ciri khas atau karakteristik siswa. c. Ranah psikomotor Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemampuan bertindak individu. Menurut Taksonomi Bloom, domain psikomotor memiliki tujuh tingkatan dari yang sederhana ke yang kompleks yaitu : (1) persepsi, berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2) kesiapan, yaitu berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan baik secara mental, fisik maupun emosional; (3) respon terbimbing, yaitu mengikuti atau mengulangi perbuatan yang diperintahkan oleh orang lain; (4) mekanisme yaitu berkaitan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari; (5) kemahiran yaitu berkaitan dengan gerakan motorik yang terampil; (6) adaptasi yaitu berkaitan dengan ketrampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (7) keaslian, yaitu berkaitan dengan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari suatu aktivitas yang telah dilakukan dan memperoleh pengetahuan dengan memenuhi unsur kognitif, psikomotorik, dan afektif baik individu maupun secara kelompok pada mata pelajaran tertentu. 8.
Materi Pembelajaran Medan Magnetik Pada pelaksanaan penelitian. Peneliti menggunakan dua macam metode
pembelajaran problem solving dan metode problem posing. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Medan Magnetik. Materi tersebut menurut
commit to user
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Akselerasi terletak pada kelas XII dengan Materi pelajaran yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
a. Kutub Utara Selatan Sebuah Magnet perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada sebuah magnet batang yang digantung, ternyata kedua ujungnya selalu menunjuk arah utara selatan. Ujung yang menunjuk arah utara disebut kutub utara dan ujung yang menunjuk arah selatan disebut kutub selatan. Jika dua buah magnet kita dekatkan maka kutub-kutub sejenis tolak menolak dan kutub-kutub tidak sejenis tarik menarik. Bentuk medan magnetik di sekitar magnet batang dapat dilukiskan dengan garis-garis khayal yang kita sebut garis-garis gaya. Garis-garis gaya dengan tanda anak panah menampilkan medan magnetik dari magnet batang. Kita definisikan arah medan magnetik ini pada titik mana saja sebagai arah gaya yang akan dialami oleh sebuah kutub utara yang diletakkan pada titik tersebut.
Gambar 2.1 Magnet batang dan medan magnetik disekitarnya
Jika kita amati garis-garis gaya pada gambar 2.1 kita akan mendapatkan tiga buah aturan tentang garis-garis gaya magnetik: 1) garis-garis gaya magnetik tidak
commit to user
pernah berpotongan, 2) garis-garis gaya magnetik selalu keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, 3) tempat dengan garis-garis gaya rapat menyatakan medan magnetik kuat, sebaliknya tempat dengan garis-garis gaya renggang menyatakan medan magnetik lemah. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v Medan magnet merupakan besaran vektor dan Medan magnet dapat B digambarkan dengan menggunakan garis-garis Medan. Besaran magnet sering disebut induksi magnet yang dinyatakan oleh vektor. Medan magnet juga bekerja pada muatan yang bergerak dalam medan magnet, juga pada kompas Seperti halnya pada Medan listrik, maka dapat juga ditentukan jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan S, jika diketahui induksi magnet pada setiap titik di permukaan tersebut. Jumlah garis-garis gaya atau fluks Φ yang keluar pada permukaan S dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut:
ò
f =
v r f = ò B.dA
B . dA
S
(2.1)
S
v v Persamaan (2.1 ) merupakan produk skalar ( dot product) antara vektor B dan dA atau dapat dinyatakan :
f =
ò B .dA cos q S
=
òB
n
(2.2)
. dA
S
Dimana : Ф = fluks magnetik B = medan magnetik A = luas permukaan S = permukaan
commit to user
b. Induksi Magnet Gaya yang diberikan suatu magnet terhadap yang lainnya merupakan interaksi antara suatu magnet dan medan magnet lain. Garis-garis medan magnet dapat digambarkan seperti garis-garis medan listrik. Arah garis-garis medan magnet perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menunjuk dari kutub magnet Utara ke kutub magnet Selatan, lihat gambar 2.2
Gambar 2.2
Garis-garis medan magnet seolah keluar dari kutub U dan masuk pada kutub S
c.
Arus Listrik Menghasilkan Medan Magnet Ilmuwan yang kali pertaama mempublikasikan hasil penelitiannya berkaitan
dengan arus listrik pada kawat yang dapat menghasilkan medan adalah Oersted. Dari percobaan Oersted diperoleh dua kesimpulan: 1) disekitar penghantar berarus listrik terdapat medan magnetic, 2) arah gaya magnetik bergantung pada arah arus listrik yang mengalir dalam penghantar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Arah jarum kompas pada kawat yang dialiri arus listrik
Perhatikanlah gambar 2.3 di atas, penjelasannya adalah: a). Kawat ketika belum dialiri arus listrik, jarum kompas berimpit dengan kawat; b). Kawat dialiri arus listrik ke arah selatan maka jarum kompas akan menyimpang ke arah timur; c). Kawat dialiri arus listrik ke arah utara maka jarum kompas akan menyimpang ke arah barat. Percobaan di atas membuktikan bahwa ketika kawat dialiri arus maka akan ada medan magnet yang timbul di sekitar kawat, hal ini bisa dibuktikan dengan menyimpangnya jarum kompas. Arah medan magnet yang ditimbulkan dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan. Ibu jari menunjukkan arah arus listrik (I) dan keempat jari menunjukkan arah medan magnet (B).
Arah medan magnetik dapat dengan mudah divisualkan oleh kaidah tangan kanan: Bila kita menggenggam penghantar lurus dengan tangan kanan sedemikian sehingga ibu jari menunjukkan arah arus listrik, maka lipatan keempat jari lainnya menyatakan arah putaran garis-garis gaya magnetik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4 Aturan tangan kanan dan arah medan magnetik disekitar kawat berarus
d. Bentuk Medan Magnetik di Sekitar Penghantar Melingkar
Bentuk medan magnetik di sekitar penghantar melingkar berarus ditunjukkan pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Medan magnetik pada penghantar melingkar
commit to user
Gambar 2.5 menunjukkan sebuah kumparan (solenoide) berarus, yang dapat kita anggap sebagai sejumlah kawat melingkar (loop) yang terbentang sepanjang sumbu loop. Perhatikan setiap bagian dari setiap loop menyumbang ke medan magnetik melalui pusat kumparan. Karena itu, medan magnetik di dalam sebuah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kumparan jauh lebih kuat daripada medan magnetik di dekat seutas kawat lurus panjang atau di dekat sebuah loop kawat. Dari gambar di bawah ini juga tampak bahwa medan magnetik di luar kumparan mirip dengan medan magnetik yang dihasilkan oleh sebuah magnet batang. Dengan demikian ujung-ujung kumparan akan berlaku sebagai kutub utara selatan. Kutub utara sebuah kumparan dengan mudah ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan.
e.
Gaya Pada Arus Listrik di Medan Magnet Telah kita bahas bahwa apabila kawat dialiri arus listrik maka akan
menimbulkan medan magnet disekitarnya. Bila penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet, maka pada penghantar akan timbul gaya. Gaya ini disebut dengan gaya lorentz. Jadi gaya lorentz adalah gaya yang dialami kawat berarus listrik di dalam medan magnet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat timbul dengan syarat sebagai berikut: 1) Ada kawat pengahantar yang dialiri arus 2) Penghantar berada di dalam medan magnet.
Perhatikan gambar 2.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.6 Gabungan magnet dan arah arus. Gaya magnetik F tegak lurus dengan arus I dan arah medan magnetik B
Dari gambar 2.6 diketahui bahwa untuk mengetahui bagaimana gaya lorentz berfungsi dapat dilakukan melalui percobaan, yaitu dengan mengamati bentuk medan magnet atau garis gaya magnet selama percobaan. Bila pengamatan dilakukan dengan benar maka akan diperoleh : 1) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja dan makin cepat batang penghantar bergulir 2) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak sebelumnya. Pada gambar 2.7 diketahui bahwa arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) ditunjukkan oleh jari tengah. perhatikan gambar 2.7,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.7 Aturan tangan kanan dan Gaya Lorentz
Adapun besar gaya lorentz pada penghantar bergantung pada faktor sebagai berikut: 1) Kuat medan magnet (B),
2) Besar arus listrik (I),
3) Panjang penghantar (L)
Hubungan dari ketiga besaran tersebut dapat dinyatakan secara matematis: F = B.I.L dimana : F adalah gaya lorentz (N), B adalah kuat medan magnet (Tesla), I adalah kuat arus listrik (A), L adalah panjang penghantar (m) Magnet memberikan gaya pada kawat pembawa arus. Arah gaya selalu tegak lurus terhadap arah arus dan tegak lurus terhadap arah medan magnet B seperti pada gambar 2.8 – hal 56
Gambar 2.8 Gaya pada kawat yang membawa arus dalam medan magnet
commit to user
Dari gambar 2.8 dapat dijelaskan bahwa kawat berarus yang membentang dalam medan magnet yang dihasilkan oleh magnet berbentuk huruf-U menyebabkan kawat bergerak. Adapun arah gerakan kawat dapat ditentukan menggunakan kaidah tangan kanan pada gambar. 2.7 yaitu jika arah arus mendekati kita, dan arah medan magnet perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari kutub magnet utara ke arah kutub magnet selatan maka arah gaya Lorentz akan vertikal ke atas dan saling tegak lurus Perhatikan gambar 2.9 tentang kawat penghantar berarus I yang berada pada medan magnet B !
Gambar 2.9 Kawat pembawa arus pada medan magnet
Pada gambar 2.9 diketahui bahwa besarnya gaya Lorentz berbanding lurus dengan arus I pada kawat dengan panjang L pada medan magnet. Ketika arus tegak lurus terhadap garis-garis medan, maka gaya tersebut adalah yang paling kuat. Dan sebaliknya pada saat parallel, maka gayanya sama dengan nol. Hubungan tersebut dapat dinyatakan:
F = ilB sin q
,
(2.3)
dimana θ = sudut antara I dan B, Jika arahnya tegak lurus, maka sudutnya 90 o maka gaya dapat ditulis:
F = ilB
(2.4)
Satuan untuk medan magnet B adalah Tesla = Newton/Ampere.meter atau 1 Tesla = 1 Wb/m2. Satuan lain yaitu 1 Gauss = 10 –4 Tesla.
commit to user
f. Gaya Pada Muatan Listrik yang Bergerak Dalam Medan Magnet Muatan listrik yang bergerak dalam Medan magnet akan mendapat gaya, yang disebut dengan gaya Lorentz.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v
v
Gambar 2.10 Muatan q yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan B
Dari gambar. 2.10 dapat dijelaskan bahwa muatan q yang bergerak vertikal ke atas dalam medan magnet B yang mengarah ke kutub S, akan mendapat gaya lorentz mendekati pembaca dimana ketiganya saling tegak lurus. Jika N partikel bermuatan q melewati titik tertentu pada saat t, maka arus I = Nq/t. Waktu yang diperlukan q untuk menempuh jarak L pada medan magnet B adalah L = v.t ; v = kecepatan partikel. Gaya F= iLB sin q = (Nq/t) (vt) B sin q . Sehingga gaya pada satu partikel adalah:
F
= qvB
sin q
(2.5)
jika q =90o, maka persamaan 2.5 menjadi F = qvB
(2.6)
commit to user
g. Medan Magnet Yang Disebabkan Oleh Kawat Lurus Medan magnet B pada titik di dekat kawat lurus yang panjang, berbanding lurus dengan arus I pada kawat dan berbanding terbalik terhadap jarak darii kawat: I Bµ perpustakaan.uns.ac.id r
digilib.uns.ac.id
Konstanata pembanding dinyatakan dengan
mo , sehingga medan magnet B dapat 2p
dinyatakan : B=
mo I 2pr
(2.7 )
h. Gaya Antara Dua Kawat Parallel Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh Jarak L (Gambar 2.11a ), dimana masing-masing membawa arus I1 dan I2. arus masing-masing menghasilkan medan magnet yang mempengaruhi yang lainnya, sehingga juga memberikan gaya pada yang lain. Medan magnet B1 yang di hasilkan oleh I1 dinyatakan oleh persamaan : B1 =
m oI1 2p L
(2.8)
Pada gambar 2.11b medan hanya disebabkan oleh I1. Gaya F persatuan panjang L pada konduktor yang membawa arus I2 adalah: F = I 2B1 l
(2.9)
Gaya I2 hanya disebabkan oleh I1 dan tidak memberikan gaya pada dirinya sendiri. Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke persamaan (2.9) maka diperoleh persamaan: F l
=
m
I 1 I 2 2 p L o
(2.10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.11.a
Gambar 2.11.b
Dua konduktor yang
Medan magnet yang
membawa arus I1 dan I2
dihasilkan oleh I1 dan I2
B. Penelitian Yang Relevan 1. Judul
:
Pengaruh Kemampuan Konsepsualisasi Dalam Mengkaji Konsep
Konsep kelistrik-magnetan Dengan Melalui Pendekatan Empiris I Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri Argomulyo Bantul Yogyakarta. Peneliti : Sumadi, Fakultas Pasca Sarjana Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta Desember 1985 Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa: 1) terdapat kemampuan konseptualisasi terhadap hasil belajar siswa, 2) terdapat perbedaan pendekatan empiris terhadap hasil belajar siswa, 3) terdapat interaksi antara kemampuan konseptualisasi dan pendekatan empiris terhadap hasil belajar siswa. Untuk mempelajari ilmu-ilmu alam atau fenomena alam termasuk di dalamnya ilmu listrik-magnet, materi yang
commit to user
berupa konsep, prinsip dan teori adalah proses kegiatan untuk menemukan materi tersebut melalui kegiatan empirik dan berpikir. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada proses membangun konsep fisika tidaklah cukup dengan kegiatan empirik tetapi diperlukan kemampuan Matematis dan kreativitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peserta didik serta memerlukan metode pembelajaran yang berbasis masalah (Problem Base Learning) yaitu Problem solving dan Problem posing. Hal ini dikarenakan pada materi Medan Magnet bersifat abstrak sehingga memerlukan kemampuan matematis yang relevan. 2. Judul : Pengaruh Model Contectual Teaching And Learning Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Tingkat Berpikir Siswa. Peneliti : Riolita Butsia Anggraini, Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa: 1) terdapat pengaruh antara Model Teaching And Learning terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh antara kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat interaksi antara Model Contectual Teaching And Learning dan kemampuan berpikir siswa terhadap
prestasi hasil belajar siswa. Peserta didik yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak lebih baik akan mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir konkrit baik. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada asumsi bahwa siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi dapat mencapai prestasi tinggi jika didukung dengan kreativitas dan kemampuan
commit to user
matematis yang baik serta metode pemecahan masalah yang tepat pada materi fisika medan magnetik yang bersifat abstrak 3.
Judul
: Metode pembelajaran Pemberian Tugas Pengajuan Soal ( problem
Posing) dan perpustakaan.uns.ac.id
Pembuatan
Simulasi
Komputer
Dengan
Memperhatikan digilib.uns.ac.id
Kemampuan Berpikir Abstrak. Peneliti: Joko Siswanto, Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa : 1) terdapat pengaruh antara Metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh pembuatan simulasi computer terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa, 4) terdapat interaksi antara metode pemberian tugas dan pembuatan simulasi computer terhadap prestasi belajar siswa, 5) terdapat interaksi antara metode pemberian tugas dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan berpikir abstrak tinggi yang diajar dengan metode pembelajaran pengajuan soal prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan dengan yang diajar dengan metode pembelajaran pemberian tugas pembuatan simulasi komputer, baik yang berkemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukuan bahwa dengan pengajuan soal dari guru kepada siswa belum tentu efektif tanpa kreativitas dalam diri siswa untuk memecahkan soal medan magnetik. Karena materi medan magnet bersifat abstrak maka diperlukan kemampuan matematis yang dimiliki siswa. Hal ini akan mencapai hasil yang baik apabila metode pembelajaran yang digunakan berbasis
commit to user
pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan medan magnetik. 4. Judul : Hubungan Antara Kemampuan Dasar Matematika dan Kebiasaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 3 Ponorogo. Peneliti : Lukyto,Tatas, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa; 1) terdapat pengaruh kemampuan dasar matematika terhadap prestasi belajar siswa, 2) terdapat pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat interaksi antara kemampuan dasar matematika dan kebiasaan belajar terhadap presasi belajar siswa. Kemampuan dasar matematika memberikan kontribusi lebih besar terhadap prestasi
belajar
fisika
dibandingkan
dengan
kebiasaan
belajar.
Jika
dikombinasikan antara kemampuan dasar matematika dan kebiasaan belajar selanjutnya dilakukan analisa regresi, maka besarnya pengaruh total dari kedua variabel bebas terhadap prestasi belajar fisika unit cahaya yaitu sebesar 16% dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar fisika unit cahaya. Untuk sisanya yang sebesar 84% belum dapat dijelaskan karena berasal dari faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukuan bahwa siswa yang hanya mempunyai kebiasaan belajar yang baik dan kemampuan dasar matematis belum cukup untuk mendapatkan prestasi belajar tanpa kreativitas dalam dirinya untuk memecahkan soal medan magnetik yang bersifat abstrak dan komplek. Hal ini diperlukan juga metode pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran seperti ini
commit to user
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan medan magnetik.
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
digilib.uns.ac.id
Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dari pemahaman bahwa: 1) konsep Medan Magnet bersifat abstrak karena teori Medan magnet tidak dapat dilihat penyebabnya namun dapat dirasakan efeknya secara langsung. Konsep ini tergolong sulit karena banyak menggunakan konsep matematis yang cukup sulit dan komplek, 2) metode pembelajaran yang menjadikan siswa aktif mengatasi kesulitankesulitan yang timbul pada pembelajaran sangat dibutuhkan, 3) kemampuan matematis yang baik pada siswa sangat mendukung keberhasilan dalam mempelajari konsep medan magnet. Konsep matematis diferensial dan integral banyak digunakan dalam medan magnet, 4) kreativitas siswa dalam memanipulasi persamaan matematis integral dan diferensial sangat diperlukan, 5) kemampuan akademik siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta cukup memadahi dan fasilitas belajar yang mendukung maka keduanya dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. 6) Kompetensi guru pengajar program akselerasi telah ditentukan kriterianya, oleh karena itu tujuan akhir untuk meningkatkan prestasi belajar hendaknya dapat terwujud. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan : a.
Penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Pengaruh metode pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing pada siswa program akselerasi diharapkan sesuai dengan kondisi siswa yang sudah
commit to user
terseleksi dengan baik. Metode Problem Solving menekankan pada pembelajaran untuk memecahkan masalah yang berasal dari guru. Siswa lebih bersifat pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan metode Problem Posing menitik beratkan pada keaktifan siswa. Siswa diberi tugas untuk membuat soal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdasarkan perintah guru atau buku panduan. Dengan demikian jika siswa ini diberi beban atau ditugasi membuat permasalahan maka diharapkan dapat menyelesaikan dengan baik. Pada dasarnya metode problem solving menuntut kompetensi guru dalam penguasaan materi ajar dan mengorganisir siswa dalam pembelajaran. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode problem posing lebih menuntut kemandirian siswa, keaktifan siswa dan tanggung jawab siswa pada bahan ajar yang dipresentasikan. Seberapa besar pengaruh dari kedua metode jika digunakan pada pembelajaran medan magnet yang sifatnya abstrak dan komplek terhadap peningkatan prestasi belajar siswa merupakan suatu ketertarikan untuk diteliti.
b.
Pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Pada intinya kemampuan Matematis merupakan kemampuan mengenal dan memecahkan masalah. Sementara intelegensi logis Matematis ini menjadi hal yang paling penting bagi masyarakat barat dan sering dihargai sebagai penuntun dan pelajaran bagi sejarah manusia. Di kelas, jika guru hendak menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran, maka perlu dikembangkan proses belajar aktif seperti contoh berikut ini: 1).
commit to user
Menggunakan bermacam strategi tanya jawab. 2). Mengajukan masalah terbuka bagi siswa untuk diselesaikan. 3). Mengkonstruksi model dari konsep kunci. 4). Menyuruh
siswa
untuk
mengungkapkan
pemahaman
mereka
dengan
menggunakan objek yang kongkrit. 5). Memprediksikan dan membuktikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dampak atau hasil secara logis. 6). Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena. 7). Meminta siswa untuk memberikan alasan dari pernyataan dan pendapat dan pendapat mereka. 8). Menyediakan berbagai kesempatan untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan. 9). Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar mereka. 10). Menghubungkan konsep atau proses Matematis dengan mata pelajaran lain dan juga dengan kehidupan nyata.
c.
Pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Kreatifitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna (Anna Craft, 2004). Menurut Anna Craft, pikiran berdaya adalah titik utama kreatifitas, sedangkan Kreatifitas adalah suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple intelliegence. (Nurti Wijayanti, 2006: 77). Menurut Martin Jamaris (2003), aspek-aspek yang mempengaruhi kreatifitas adalah : 1) aspek kemampuan kognitif, 2) aspek intuisi dan imajinasi, 3) aspek penginderaan, dan 4) aspek kecerdasan emosi (Nurti Wijayanti, 2006: 79). Pada umumnya siswa menjadi kreatif karena ingin menjawab akan rasa ingin tahunya yang cukup kuat. Mereka menjadi kreatif bukan karena diajari orang lain tetapi diperoleh dari diri sendiri ketika berada di
commit to user
lingkungannya dan tidak dibatasi waktu. Andaikata siswa aksel memang memiliki kompetensi ini maka diharapkan dapat digunakan untuk mendukung proses penguasaan konsep medan magnet dengan cara mencipta manipulasi matematis yang dapat memperjelas dirinya. perpustakaan.uns.ac.id d.
digilib.uns.ac.id
Interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh seorang guru sudah dapat meningkatkan pemahaman konsep yang hendak di sampaikan kepada siswanya. Terlebih lagi siswa mempunyai kemampuan matematis yang cukup baik. Hal ini tentu diharapkan akan saling mempengaruhi sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
e.
Interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Materi medan magnet merupakan materi yang bersifat abstrak dan menggunakan persamaan matematis yang cukup komplek. Kesulitan dalam matematis sering dirasakan siswa oleh karena itu siswa harus dibekali konsep matematis terlebih dahulu sebelum diberikan pembelajaran medan magnet agar dapat kreatif untuk menciptakan manipulasi matematis yang mempermudah dalam memahami konsep fisika bagi dirinya. Jika siswa telah kreatif maka didukung dengan penggunaan metode yang berbasis pemecahan masalah maka akan meningkatkan prestasi siswa.
commit to user
f.
Interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Siswa program akselerasi terlahir dengan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai kemampuan verbal lebih
baik daripada kemampuan matematisnya atau sebaliknya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kemampuan matematis yang mendukung proses penguasaan dan transfer konsep-konsep fisika sangatlah bervariatif. Penggunaan bahasa matematis sebagai alat penjelas konsep fisika dipilih menyesuaikan konsep dan kondisi siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Jika siswa dan guru mempunyai kemampuan matematis baik tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.. Tingginya kreativitas siswa dan guru dalam mendukung proses pembelajaran serta penggunaan metode yang tepat maka diharapkan prestasi belajar akan lebih baik. Faktor internal dalam diri siswa program akselerasi sangat bervariatif. Latar belakang ini tentu akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar suatu konsep fisika. Kemampuan bawaan seperti, kreativitas, IQ, ESQ, dan sebagainya. Apabila seluruh kemampuan tersebut dimanfaatkan dengan baik serta didukung faktor-faktor eksternal siswa seperti fasilitas belajar dan pemilihan metode yang tepat. Faktor eksternal sekolah cukup memadahi untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Jika semua faktor dapat disinergiskan maka diharapkan prestasi belajar fisika siswa dapat meningkat.
g.
Interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Mata pelajaran
commit to user
fisika terbangun dari sejumlah konsep yang terstruktur, kompleks dan terus berkembang. Untuk membangun konsep diperlukan eksperimen secara langsung sehinggga kesesuaian antara kenyataan yang ada dengan teori yang disusun menjadi konsep dapat sesuai. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penguasaan konsep Fisika merupakan langkah pertama menuju pembelajaran Fisika yang efektif. Untuk memperoleh pemahaman konsep yang mendasar diperlukan metode pembelajaran yang efektif dan tepat. Siswa program akselerasi mempunyai kemampuan akademik tinggi. Mereka mempunyai tingkat rasa ingin tahunya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian bahwa kemampuan mengkomunikasikan gagasan, ide, informasi dan proses penguasaan konsep fisika sangat dibutuhkan metode yang efektif yaitu metode problem solving dan posing. Konsep fisika yang menarik perhatian siswa akan memotivasi siswa mencari cara yang tepat untuk menguasainya. Keinginan tersebut dapat diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan kepada teman atau guru atau menjawab apa yang ditanyakan guru kepadanya. Dalam suasanan kegiatan belajar mengajar seperti ini akan kondusif apabila siswa dan guru yang terlibat dalam proses tersebut sama-sama kreatif, dan mempunyai pengetahuan matematis yang baik dalam mengkomunikasikan konsep, sehingga gagasan-gagasan yang dipelajari menjadi jelas, serta diharapkan prestasi belajar fisika siswa dalam memahami konsep medan magnet dapat meningkat.
commit to user
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraian pada peneilitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis: 1. Ada pengaruh penggunaan metode problem solving dan problem posing terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id prestasi belajar Fisika, 2. Ada pengaruh kemampuan matematis tinggi dan matematis rendah terhadap prestasi belajar Fisika, 3. Ada pengaruh kreatifitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Fisika, 4. Ada interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan kemampuan matematis terhadap prestasi belajar Fisika, 5. Ada interaksi antara metode problem solving dan metode problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika, 6. Ada interaksi antara kemampuan matematis dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika, 7. Ada interaksi antara metode problem solving dan problem posing, kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XII program akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun pelajaran 2009/2010 sejumlah 48 peserta didik yang terbagi dalam dua kelas dengan masing-masing kelas berisi 23 dan 25 siswa.
Penarikan Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada kelas XII dengan menggunakan teknik Porposif cluster random sampling (dua kelas dijadikan sebagai objek penelitian semuanya). Selanjutnya satu kelas sebagai kelas eksperimen-1 dan satu kelas berikutnya sebagai kelas eksperimen-2.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta kelas XII program akselerasi pada semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Pengambilan data dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2008/ 2009. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanannya sebagai berikut:
commit to user
1. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian. 2. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok Medan Magnet. 3. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis. Alokasi waktu penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No
Kegiatan
Bulan / tahun 2009-2010 J U n
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12
Penyusunan proposal Seminar proposal Penyempurna an proposal Penyusunan instrumen Ujicoba instrumen Analisa hasil ujicoba Pelaksanaan penelitian Pengolahan data penelitian Penulisan laporan Ujian Komprehensif Penyempurna an tesis Ujian Tesis
J u l
A g t
S e p
O k t
X
X
N o p
D e s
J A n
P E b
X
X
M a r
A p r
M E i
X
X
X
J U n
J u l
A g t
X X X
X
X X X X
X X
X X
commit to user
Metode Penelitian Metode penelitian adalah strategi yang diambil dalam pengambilan / pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahanpermasalahan yang dihadapi. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id murni yang melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa melibatkan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan. Responden dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok peserta didik yang mendapat pembelajaran metode problem solving, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok peserta didik yang mendapat pembelajaran metode problem posing. Desain penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2 dengan teknik analisis variansi (ANAVA) tiga jalan dengan jumlah sel tidak sama, yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dihubungkan dengan tinggi rendahnya kemampuan kemampuan matematis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika. Tinggi rendahnya kemampuan Matematis dan kreativitas peserta didik diperoleh melalui tes yang telah dibuat oleh peneliti. Desain faktorial penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
Tabel 3.2. Desain Faktorial
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan Matematis
Kemampuan Matematis
Tinggi
Tinggi
(B1)
(B2)
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Tinggi
Rendah
Tinggi
(C1)
(C2)
(C1)
(C2)
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
Rendah digilib.uns.ac.id
Problem Solving Metode
(A1)
Pembelajaran
Problem
(A)
Posing (A2)
Rencana penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri atas 8 sel. Secara umum setiap sel dapat dijelaskan melalui simbol sebagai berikut: (A) = menyatakan metode pembelajaran; (A1) = metode problem solving; (A2) = metode problem posing; (B) = kemampuan matematika peserta didik; (B1) = kemampuan matematika tinggi; (B2) = kemampuan matematika rendah; (C) = kreativitas; (C1) kreativitas tinggi; dan (C2) = kreativitas rendah. Perlakuan yang diberikan pada setiap sel dapat berupa kombinasi dari ketiga faktor tersebut. Variabel pada penelitian ini melibatkan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat sebagai berikut: 1. Variabel bebas pertama, yaitu penggunaan metode pembelajaran berperan sebagai variabel bebas pertama yang terdiri dari dua macam metode pembelajaran yaitu: a. Penggunaan metode problem solving
commit to user
Penggunaan metode solving berperan sebagai variabel aktif dengan simbul (A1). Pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving adalah proses belajar mengajar peserta didik dengan proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Penggunaan metode problem possing Penggunaan metode posing berperan sebagai variabel aktif dengan simpul A2. Pembelajaran dengan menggunakan metode posing adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis yaitu salah satu bentuk kegiatan
dalam
pembelajaran
Fisika
yang
dapat
mengaktifkan
siswa,
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap Fisika. 2.
Variabel bebas kedua, meliputi:
a.
Variabel kemampuan matematis Variabel kemampuan matematis peserta didik merupakan variabel bebas
kedua dan diberi simbol (B). Kemampuan Matematis (Mathematical Abilities), yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk melakukan manipulasi matematika meliputi pemahaman konsep dan pengetahuan prosedural. Pada penelitian ini kemampuan matematis dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kemampuan matematis tinggi dan rendah. 3.
Variabel kreativitas siswa Variabel kreativitas peserta didik merupakan variabel bebas ketiga diberi
simbol (C). Pada intinya pengertian kreativitas dapat kita simpulkan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
commit to user
maupun karya nyata, baik dalam bentuk sikap, karya maupun kombinasi dalam halhal yang sudah ada, yang semuanya relatif berbeda dengan apa yang sudah ada. Pada penelitian ini kreativitas dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan rendah. perpustakaan.uns.ac.id 4.
digilib.uns.ac.id
Variabel terikat Variabel prestasi belajar peserta didik berperan sebagai variabel terikat. Skala
pengukuran prestasi belajar menggunakan skala interval. Variabel ini diberi simbol Y. Prestasi belajar peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fisika, yaitu hasil usaha belajar peserta didik yang menunjukkan kecakapan yang dicapai dalam bentuk angka yang diambil dari hasil tes Fisika dengan pokok bahasan Medan Magnetik. Kesahihan Internal Variabel-variabel luar yang tidak dapat dikontrol atau diukur secara langsung yang mungkin mengintervensi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat perlu ditiadakan atau paling tidak diminimalkan pengaruhnya. Agar penelitian yang digunakan cukup baik untuk menguji hipotesis penelitian serta hasil yang diperoleh tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian, maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap kesahihan internal pada rancangan penelitian. Pengontrolan yang peneliti lakukan sebagai berikut: Pemilihan sampel kelas eksperimen dilakukan secara acak dengan diundi menggunakan gulungan kertas
commit to user
Pemilihan sampel baik untuk kelas eksperimen-1 maupun kelas eksperimen-2 berdasarkan kemampuan matematis dan kreativitas Materi pelajaran sama yaitu Fisika pada pokok bahasan medan magnetik Pelaksanaan penelitian pada jam yang sama meskipun pada hari yang berbeda. Hal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini dilakukan agar kondisi anak pada dua kelompok sama Subyek penelitian tidak diberitahu jika sedang menjadi subyek penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian berjalan sebagaiman yang diharapkan, sehingga sikap peserta didik tidak dibuat-buat. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan porposif cluster random sampling dengan cara mengambil dua kelas yang mempunyai nilai rata-rata mata pelajaran Fisika semester II hampir sama untuk dijadikan kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2. Teknik Pengambilan Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data tes dan data angket sebagai berikut: a.
Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok medan magnetik, dengan menggunakan perangkat tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari 30 soal
b.
Data tes berupa nilai kemampuan matematis, menggunakan 20 soal tes pilihan ganda yang berisi soal-soal matematika pendukung pokok materi medan magnetik
commit to user
c.
Data angket berupa nilai kreativitas siswa, berupa tes sikap yang terdiri dari 38 soal. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id instrumen pengambilan data. a. Instrumen pelaksanaan penelitian Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hand out materi pokok medan magnetik yang diprogam khusus untuk pelaksanaan pembelajaran. b. Instrumen pengambilan data Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes kemampuan Matematis dan kreativitas peserta didik dan instrumen tes prestasi belajar peserta didik pada bidang studi Fisika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti. Tes yang diberikan berisi soal-soal materi medan magnetik.
Uji coba Instrumen Penelitian Sebelum eksperimen yang sesungguhnya dilakukan perlu terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat instrumen yang baik. Pelakasanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada kelompok peserta didik yang mempunyai kesetaraan kondisi akademik dengan kelompok peserta didik sebagai objek
commit to user
penelitian, yaitu kelas XII program akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta pada kelas XII yang tidak sebagai objek penelitian. 1. Uji Coba Tes Prestasi Tahap selanjutnya instrumen yang telah tersusun diujicobakan (try out) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kepada siswa-siswa yang telah mendapat materi Medan Magnetik. Uji coba dilaksanakan agar diperoleh instrumen yang memenuhi syarat validitas, reabilitas, serta mengetahui taraf kesukaran dan daya pembeda soal sebagai berikut: a. Uji Validitas Suatu tes dapat dikatakan valid sebagai alat pengukuran apabila tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis Validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi atau content validity. Validitas isi yaitu materi tes yang digunakan benar benar bahan yang dapat mewakili bahan pelajaran yang ada sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku. Uji validitas alat tes dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut : rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) } 2
2
2
2
Keterangan : X
= skor butir nomor tertentu
Y
= skor total
rxy
= koefisien validitas
N
= jumlah subjek
Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2. Rumusnya adalah:
commit to user
t=
n-2
rxy 1 - rxy 2
Suatu tes dikatakan valid jika rxy > rkritik (dilihat tabel). Korelasi skor butir soal terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan excel. Dari 34 soal tes perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id prestasi, 4 soal yang tidak valid yaitu no: 6, 7, 33, dan 34. Soal yang valid 30 yaitu no : 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, dan 32. b. Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut: 2 é n ù é S t - å pq ù rtt = ê ê ú 2 ë n - 1úû ë S t û
Keterangan: rtt
= koefisien reliabilitas
n
= jumlah butir soal
St2
= varian total
P
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel
r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11 ≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan
commit to user
interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 0.91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 0,90
Tinggi
0,41 - 0,70 perpustakaan.uns.ac.id
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif - 0,20
Sangat rendah
digilib.uns.ac.id
(Masidjo, 1995 : 233)
Uji reliabilitas uji coba tes prestasi belajar menggunakan program excel diperoleh besar reliablitas = 0,907 dengan kualitas reliablitas tinggi. Dari hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar aspek kognitif dengan memperhatikan daya beda, tingkat kesukaran, validitas dan reliablitas perangkat soal tes dapat disimpulkan dari 34 item tes uji coba terdapat 30 soal valid dan 4 soal tidak valid. c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi Dalam hal ini dilakukan analisis item dengan maksud mengkategorikan apakah soal itu baik atau sebaliknya soal itu jelek. Analisis item ini digunakan untuk menyeleksi setiap item soal dan jika sudah diketahui baik item soal itu baik maka selanjutnya dimasukan ke dalam bank soal, sebalik nya jika diketahui item soal itu jelek maka dilakukan pembenahan atau perbaikan. Analisis item dapat meliputi antara lain: derajad atau indeks kesukaran item, daya pembeda atau indeks diskriminasi item, indeks validitas item, fungsi distraktor atau pola jawaban serta indesk reliabilitas keseluruhan tes. Dalam penelitian ini penulis untuk keperluan uji coba instrumen penulis menggunakan uji indeks kesukaran item dan uji daya beda item. Rumus yang digunakan untuk masing-masing uji coba intrumen tersebut adalah sebagai berikut:
commit to user
a. Indeks atau derajad kesukaran item dihitung dengan menggunakan persamaan: IK =
B N x Skor maksimal
Dimana : perpustakaan.uns.ac.id IK = Indeks kesukaran
digilib.uns.ac.id
B
= Jumlah pengikut yang menjawab betul
N
= Jumlah pengikut keseluruhan
Adapun klasifikasi indeks kesukaran yang penulis gunakan adalah : Tabel 3.3 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya
IK - IK
Kualifikasi IK
Uji Coba Uji Coba Prestasi
Memori
0,81 – 1,00 Mudah Sekali
(MS)
9
91
0,61 – 0,80 Mudah
(Md)
15
6
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup
(Sd-C)
8
2
0,21 – 0,40 Sukar
(Sk)
8
0
0,00 – 0,20 Sukar Sekali
(SS)
0
1
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.192
Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar disajikan tabel 3.4. Tabel 3.4 Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi
b.
Tingkat kesukaran Sukar Sekali Sukar Sedang/ cukup Mudah
Jumlah soal 1 6 10 16
Mudah Sekali
1
Nomor soal 6 3, 7, 9, 12, 25, 31 1, 10, 15, 18, 21, 22, 24, 27, 32, 33 2, 4, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 23, 26, 28, 29, 34 30
Indeks Diskriminasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
ID =
KA - KB NKA atau NKB × skor maksimal
commit to user
Dimana : ID
= Indeks diskriminasi
KA
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang
tergolong kelompok atas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KB = Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok atas N
= Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Adapun klasifikasi indeks diskriminasi yang penulis gunakan adalah: Tabel 3.5 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya ID - ID
Uji Coba Uji Coba
Kualifikasi
Prestasi
Memori
0,80 – 1,00
Sangat membedakan
(SM)
0
0
0,60 – 0,79
Lebih membedakan
(LM)
0
0
0,40 – 0,59
Cukup membedakan
(CM)
6
3
0,20 – 0,39
Kurang membedakan
(KM)
11
18
23
79
negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.201. dengan beberapa penyesuaian, yaitu penambahan singkatan kualifikasi.
Distribusi daya beda soal uji coba tes prestasi belajar disajikan pada tabel 3.6. Tabel 3.6. Distribusi daya beda soal tes prestasi
Kualifikasi daya beda Sangat Membedakan Lebih Membedakan Cukup Membedakan Kurang Membedakan Sangat Kurang Membedakan
Jumlah soal 1 3 21 7 2
Nomor soal 18 3, 10, 22 1, 2, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34 4, 7, 11, 17, 21, 23, 30 6, 33
commit to user
2. Uji Coba Tes Kemampuan Matematis a. Uji Validitas Uji validitas alat tes kemampuan matematis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut : perpustakaan.uns.ac.id N å XY - (å X)(å Y) rxy = N å X 2 - (å X) 2 N å Y 2 - (å Y) 2
{
}{
digilib.uns.ac.id
}
Keterangan : X
= skor butir nomor tertentu
Y
= skor total
rxy
= koefisien validitas
N
= jumlah subjek
Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2. Rumusnya adalah:
t=
n-2
rxy 1 - rxy 2
Suatu tes dikatakan valid jika rxy > rkritik (dilihat tabel). Korelasi skor butir soal terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan excel. Dari 20 soal tes kemampuan matematis, semuanya valid, yakni nomor soal 1 sampai dengan nomor 20. b. Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:
commit to user
2 é n ù é S t - å pq ù rtt = ê ê ú 2 ë n - 1úû ë S t û
Keterangan: rtt
= koefisien reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id n = jumlah butir soal
digilib.uns.ac.id
St2
= varian total
P
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel
r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11 ≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 0.91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 0,90
Tinggi
0,41 - 0,70
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif - 0,20
Sangat rendah (Masidjo, 1995 : 233)
Uji reliabilitas uji coba tes kemampuan matematis menggunakan program excel diperoleh besar reliablitas = 0,878 dengan kualitas reliabilitas tinggi.
commit to user
c. Indeks Kesukaran dan Indeks Diskriminasi Dalam penelitian ini penulis untuk keperluan uji coba instrumen penulis menggunakan uji indeks kesukaran item dan uji daya beda item. Rumus yang digunakan untuk masing-masing uji coba instrumen tersebut adalah sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1.) Indeks atau derajad kesukaran item dihitung dengan menggunakan persamaan: IK =
B N x Skor maksimal
Dimana : IK
= Indeks kesukaran
B
= Jumlah pengikut yang menjawab betul
N
= Jumlah pengikut keseluruhan
Adapun klasifikasi indeks kesukaran yang penulis gunakan adalah : Tabel 3.7 Indeks Kesukaran dan kualifikasinya
IK - IK
Kualifikasi IK
Uji Coba Uji Coba Prestasi
Memori
0,81 – 1,00 Mudah Sekali
(MS)
9
91
0,61 – 0,80 Mudah
(Md)
15
6
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup
(Sd-C)
8
2
0,21 – 0,40 Sukar
(Sk)
8
0
0,00 – 0,20 Sukar Sekali
(SS)
0
1
Sumber: Masidjo, 1995. Hal.192
Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis disajikan tabel 3.9. Tabel 3.8 Distribusi tingkat kesukaran soal tes kemampuan matematis
Tingkat kesukaran Sukar Sekali Sukar Sedang/ cukup Mudah
Jumlah soal 3 5 12
Mudah Sekali
-
Nomor soal 6, 9, 12 2, 3, 5, 10, 18 1, 4, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20
commit to user
2.)Indeks Diskriminasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: ID =
KA - KB NKA atau NKB × skor maksimal
Dimana : perpustakaan.uns.ac.id ID = Indeks diskriminasi KA
digilib.uns.ac.id
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok atas
KB
= Jumlah jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok atas
N
= Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Adapun klasifikasi indeks diskriminasi yang penulis gunakan adalah: Tabel 3.9 Indeks Diskriminasi dan kualifikasinya
ID - ID
Uji Coba Uji Coba
Kualifikasi
Prestasi
Memori
0,80 – 1,00
Sangat membedakan
(SM)
0
0
0,60 – 0,79
Lebih membedakan
(LM)
0
0
0,40 – 0,59
Cukup membedakan
(CM)
6
3
0,20 – 0,39
Kurang membedakan
(KM)
11
18
23
79
negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995 : 201)
Daya beda soal uji coba tes kemampuan matematis disajikan pada tabel 3.11 Tabel 3.10 Distribusi daya beda soal tes kemampuan matematis
Kualifikasi daya beda Sangat Membedakan Lebih Membedakan Cukup Membedakan Kurang Membedakan Sangat Kurang Membedakan
Jumlah soal 1 2 11 6 -
Nomor soal 18 3, 10 1, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20 2, 4, 5, 9, 11, 17
commit to user
3. Uji Coba Angket Kreativitas Siswa Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas angket kreativitas siswa sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi yaitu Cronbach's Alpha. Hasil analisis uji validitas angket kreativitas siswa menunjukkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa dari 38 butir angket semuanya valid dan reliabilitas angket = 0,970. H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Dalam penelitian ini data di analisa dengan Anava tiga jalan (2 x 2 x 2) dengan jumlah sel tidak sama. Sebelum uji tersebut dilakukan harus memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu yang meliputi : Uji normalitas dan Uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menyelidiki normal atau tidaknya populasi yang menjadi subyek penelitian. Uji normalitas dalam Minitab Release (2003: 14) yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Ryan-Joiner dengan prosedur sebagai berikut: 1) Menetapkan Hipotesis H0
= Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1
= Sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
2) Menentukan Statistik Uji Statistik ujinya adalah : R=
å Yibi
s 2 (n - 1)Sb12 Dimana:
Yi
= Data observasi
commit to user
bi
= Skor normal data observasi
s
= Variansi sampel
3) Daerah Kritik DK = {R/R > R a,n} dari tabel koefisien korelasi perpustakaan.uns.ac.id 4) Menetapkan Statistik Uji
digilib.uns.ac.id
H0 ditolak jika L Ï DK
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menurut Hand Out Minitab release 13.2 yang digunakan adalah metode Barlett dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 = Sampel berasal dari populasi-populasi homogen H1 = Sampel berasal dari populasi-populasi tidak homogen 2) Taraf signifikansi a = 5% 3) Kriteria pengujian H0 ditolak apabila P < a 4) Statistik Uji Barlett
(S )ln éê SvjS ùú - Svj ln Sj
2
ë Svj û {S(Lvj ) - LSvj} 1+ {3(k - 1)}
uj
B=
Keterangan : S 2j = S nj =
1(xij - )
, k jumlah sampel, vj = nj – 1
commit to user
2.
Pengujian Hipotesis
a. Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi 3 jalan dengan sel tidak sama. perpustakaan.uns.ac.id 1. Asumsi
digilib.uns.ac.id
a. Populasi-populasi berdistribusi normal b. Populasi-populasi homogen c. Sampel dipilih secara acak d. Variabel terikat berskala pengukuran interval 2. Model Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi 3 jalan dengan sel tidak sama. Adapun modelnya sebagai berikut: Xijkl = m + a i + b j + g k + (ab ) ij + (ag ) ik + ( bg ) jk + (abl ) ijk + å ijk + å ijkl Dimana Xijkl : observasi pada subjek di bawah faktor I. Kategori i , faktor II Kategori j, faktor III Kategori k, I
=1, 2, 3, …, p
J
= 1, 2, 3, …, q
K
=1, 2, 3, …, r
L
= 1, 2, 3, …, n
N
= frekuensi setiap sel (cacah data setiap sel)
µ
= grand Mean
commit to user
ai
= efek faktor 1 kategori i terhadap Xi,j,k,l
bj
= efek faktor 2 kategori j terhadap Xi,j,k,l
gk
= efek faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
ab ij = kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 2 kategori j terhadap Xi,j,k,l perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ag ik
= kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
bg jk
= kombinasi efek faktor 2 kategori k, faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
abl ijk
= kombinasi efek faktor 1 kategori i, faktor 2 kategori j terhadap, faktor 3 kategori k terhadap Xi,j,k,l
åX
ijkl
= kesalahan (error) pada Xi,j,k,l 3. Hipotesis
1.
H01 : a i = 0 untuk semua i H11 : a i ¹ 0 untuk paling sedikit satu i
2.
H02 : b j = 0 untuk semua j H12 : b j ¹ 0 untuk paling sedikit satu j
3.
H03 : g k = 0 untuk semua j H13 : g k ¹ 0 untuk paling sedikit satu k
4.
H04 : ab ij = 0 untuk semua i,j H14 : ab ij ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,j
5.
H05 : ag ik = 0 untuk semua i,k H15 : ag ik ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,k
commit to user
6.
H06 : bg jk = 0 untuk semua j,k H16 : bg jk ¹ 0 untuk paling sedikit satu j,k
7.
H07 : abl ijk = 0 untuk semua i,j,k
perpustakaan.uns.ac.id H17 : abl ijk ¹ 0 untuk paling sedikit satu i,j,k
digilib.uns.ac.id
4. Tata Letak Data Tabel 3.11. Tata Letak Data
B b1 A C c1 a1 abc111 a2 abc211 . . . ap
b2 …
abcp11
…Bq
cr abc11r abc21r
c1 abc121 abc221
abcp1r
abcp21
Keterangan : A = faktor I baris
…
cr abc12r abc22r
c1 abc1q1 abc2q1
abcp2r
abcpq1
B = factor II kolom
…
cr abc1qr abc2qr
abcpqr
C= factor III subkolom
5. Komputasi 1. Komponen Jumlah Kuadrat
Tabel 3.12. Jumlah Kuadrat AB
B
B1
B2
…
Bq
AB11
AB12
…
AB1q
A1
ABp1 B1
ABp2 B2
ABpq Bq
Ap G
A A1
Total
. . ..
Ap Total
…
…
commit to user
Tabel 3.13. Jumlah Kuadrat AC
C
C1
C2
…
Cr
AC11
AC12
…
AC1r
A1
ACpr Cr
digilib.uns.ac.id Ap G
Total
A A1 .. .
perpustakaan.uns.ac.id Ap ACp1 Total C1
ACp2 C2
…
…
Tabel 3.14. Jumlah Kuadrat BC
C
C1
C2
…
Cr
BC11
BC12
…
BC1r
B1
BCq1 C1
BCq2 C2
BCqr Cr
Bq G
Total
B B1 .. . .
Bq Total
…
…
Tabel 3.15. Rangkuman ABC
B A
C
c1 abc111 abc211
a1 a2 . . . ap
abcp11
G2 (1) = npqr
(2) =
åX
2
ijkl
b1 …
… cr abc11r abc21r
c1 abc1q1 abc2q1
abcp1r
abcpq1
(6) =
å ( AB
(7) =
å ( AC
i , j , k ,l
commit to user
ij
)2
nr
nq
ik
)2
Bq …
cr abc1qr abc2qr
abcpqr
(3) =
åA
(4) =
åB
2
i
(8) =
qr 2 j
(9) =
npr
å ( BC
jk
)2
np
å
( ABC ijk ) 2 n
perpustakaan.uns.ac.id 2 Ck å (5) = npq
digilib.uns.ac.id
2. Rerata harmonik
nh =
n a nb n c 1 / nsel1 + 1 / n sel 2 + ... + 1 / n sel 8
3. Jumlah Kuadrat SSa
= nh [(3) – (1)]
SSb
= nh [(4) – (1)]
SSc
= nh [(5) – (1)]
SSab
= nh [(6) – (3) – (4) + 1]
SSac
= nh [(7) – (3) – (5) + 1]
SSbc
= nh [(8) – (4) – (5) + 1]
SSabc = nh [(9) – (6) – (7) – (8) + (3) + (4) + (5) – 1] Sser = - (9) + (2) _____________________________________________ Sstot = (2) – (1) 4. Derajat Kebebasan Dfa :
= (p – 1)
Dfb :
= (q – 1)
commit to user
Dfc :
= (r – 1)
Dfab : (p – 1) (q – 1)
= pq – p – q + 1
Dfac : (p – 1) (r – 1)
= pr – p – r + 1
Dfbc : (q – 1) (r – 1) perpustakaan.uns.ac.id Dfabc : (p – 1) (q – 1) (r – 1)
= qr – q – r + 1 digilib.uns.ac.id = pqr – pr – qr – pq + p + q + r -1
Dfer : n p q r – p q r = N – pqr ____________________________________________________ Df total =N–1 5. Rerata Kuadrat MSa =
SS a df a
MSac =
SS ac df ac
MSb =
SS b df b
MSbc =
SS bc df bc
MSc =
SS c df c
MSabc =
SS abc df abc
MSab =
SS ab df ab
MSer =
SS er df er
6. Statistik Uji Fa =
MS a MS er
Fac =
MS ac MS er
Fb =
MS b MS er
Fbc =
MS bc MS er
Fc =
MS c MS er
Fabc =
Fab =
MS ab MS er
commit to user
MS abc MS er
7. Daerah Kritik Dka = Fa ³ F a ; p – 1, N – pqr Dkb = Fb ³ F a ; q – 1, N – pqr Dkc = Fc ³ F a ; r – 1, N – pqr perpustakaan.uns.ac.id Dkab = Fab ³ F a ; (p – 1) (q – 1), N – pqr
digilib.uns.ac.id
Dkac = Fac ³ F a ; (p – 1) (r – 1), N – pqr Dkbc = Fbc ³ F a ; (q – 1) (r – 1), N – pqr Dkabc = Fabc ³ F a ; (p – 1) (q – 1) (r – 1), N – pqr 8. Keputusan Uji H01 ditolak jika Fa ³ F a ; p – 1, N – pqr H02 ditolak jika Fb ³ F a ; q – 1, N – pqr H03 ditolak jika Fc ³ F a ; r – 1, N – pqr H04 ditolak jika Fab ³ F a ; (p – 1) (q – 1), N – pqr H05 ditolak jika Fac ³ F a ; (p – 1) (r – 1), N – pqr H06 ditolak jika Fbc ³ F a ; (q – 1) (r – 1), N – pqr H07 ditolak jika Fabc ³ F a ; (p – 1) (q – 1) (r – 1), N – pqr 9. Rangkuman Anava Tabel 3.16. Rangkuman Anava
Sumber Variasi Efek Utama A B C A×B
Variasi SS
SSa SSb SSc SSab
Df
Dfa Dfb Dfc Dfab
Var MS
MSa MSb MSc MSab
commit to user
F
Fa Fb Fc Fab
F(probabilitas)
atau > a atau > a atau > a atau > a
A×C B×C A×B×C Galat
SSac SSbc SSabc SStot
Dfac Dfbc Dfabc Dftot
MSac MSbc MSabc
Fac Fbc Fabc
perpustakaan.uns.ac.id b. Uji Lanjut Anava
< a atau > a < a atau > a < a atau > a
digilib.uns.ac.id
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparansi Ganda dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k perlakuan, maka ada
k ( k - 1) pasangan rataan. 2
2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparansi tersebut. H0,AS : µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan metode problem solving
dan
metode problem posing. H1,AS : µA1 ≠ µA2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan metode problem solving metode problem posing.
commit to user
dan
H0,BS : µB1 = µB2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kemampuan matematis tinggi dan kemampuan matematis rendah H1,BS : µB1 ≠ µB2 perpustakaan.uns.ac.id
Ada perbedaan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan digilib.uns.ac.id kemampuan matematis tinggi dan kemampuan matematis rendah
H0,CS : µC1 = µC2 Tida ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah H1,CS : µC1 ≠ µC2
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
3). Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan taraf signifikansi pada uji analisis variansi) 4). Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan Ferguson sebagai berikut: F j -k =
(X
j
-Xk
)
2
æ 1 1 ö MS err ç + ÷ çn ÷ è j nk ø
dengan keterangan : X j = rerata sampel grup ke - j X k = rerata sampel grup ke - k
nj = cacah observasi pada grup ke-j nk = cacah observasi pada grup ke-k
commit to user
Semua persamaan sebagaimana tertera di atas digunakan untuk menganalisa data secara manual. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft excel 2003 dan Minitab 15. Bantuan software tersebut diperlukan untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan hitung, memudahkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembuatan interval distribusi frekuensi data dan histogram, serta meningkatkan akurasi hasil perhitungan.
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Kemampuan Matematis siswa, Kreativitas, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi pokok Medan Magnet. Data diperoleh dari kelas XII.AKS-1 sebagai kelas experimen I yang menggunakan metode Problem Solving, serta XII.AKS-2 sebagai kelas experimen II yang menggunakan metode Problem Posing. 1. Prestasi Belajar Fisika Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan seseorang dikatakan belajar jika menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku ini sebagai akibat pengalaman yang diperolehnya. Bila seseorang telah menunjukkan perubahan perilaku dalam suasana yang serupa pada dua waktu yang berbeda, orang tersebut dikatakan telah belajar. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut sikap (afektif). Perubahan yang diperoleh setelah proses belajar Fisika dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun sikap yang berhubungan dengan pelajaran Fisika. Dalam penelitian ini prestasi belajar Fisika meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun soal tes prestasi dan hasil belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran 12 dan 21 Untuk
commit to user
memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika, ringkasan dari lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1: Tabel 4.1
Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika Total Count 25 23
Metode Problem Posing perpustakaan.uns.ac.id Problem Solving
Mean 78,68 79,57
StDev 7,13 7,69
Minimum 63,00 63,00
Median 80,00 80,00
Maximum 92,00 digilib.uns.ac.id 92,00
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Problem Solving disajikan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
63 - 67
1
65
1
4,35%
68 - 72
3
70
4
13,04%
73 - 77
4
75
8
17,39%
78 - 82
8
80
15
30,43%
83 - 87
5
85
20
21,74%
88 - 92
3
90
23
13,04%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, digunakan histogram dari nilai prestasi dengan mengunakan metode Problem Solving seperti gambar 4.1 :
commit to user
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas yang menggunakan metode Problem Posing disajikan pada tabel 4.3 : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
63 - 67
2
65
2
8,00%
68 - 72
3
70
5
12,00%
73 - 77
4
75
9
16,00%
78 - 82
10
80
19
40,00%
83 - 87
5
85
24
20,00%
88 - 92
1
90
25
4,00%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram dari nilai prestasi dengan mengunakan metode Problem Posing seperti gambar 4.2 :
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
2.
Data Kemampuan Matematis Siswa Dalam penelitian ini data Kemampuan Matematis siswa diperoleh dari nilai
pada materi pokok Medan Magnet. Kemampuan Matematis siswa dikategorikan
commit to user
menjadi dua: yaitu Kemampuan Matematis tinggi dan Kemampuan Matematis rendah. Penggolongan Kemampuan Matematis berdasarkan data nilai tes kemampuan matematis siswa. Siswa dikatakan memiliki Kemampuan Matematis tinggi jika skor Kemampuan Matematisnya lebih besar atau sama dengan rerata dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikatakan rendah jika skor Kemampuan Matematis lebih rendah dari rerata. Deskripsi data Kemampuan Matematis dapat dilihat pada tabel 4.4 : Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Matematis Siswa Metode = Problem Posing K-KM Rendah Tinggi
Count 9 16
Total Mean StDev 60,56 5,27 74,38 4,79
Count 10 13
Total Mean StDev 60,70 5,31 74,00 4,42
Minimum 50,00 70,00
Median 60,00 75,00
Maximum 65,00 85,00
Metode = Problem Solving K-KM Rendah Tinggi
Minimum 50,00 70,00
Median 62,50 73,00
Maximum 65,00 85,00
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan metode Problem Solving tersaji pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
50 - 55
2
52,5
2
8,70%
56 - 61
3
58,5
5
13,04%
62 - 67
5
64,5
10
21,74%
68 - 73
8
70,5
17
30,43%
74 - 79
4
76,5
21
17,39%
80 - 85
2
82,5
23
8,70%
commit to user
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihat histogram dari distribusi nilai Kemampuan Matematis pada kelas yang mengunakan metode Problem Solving pada gambar 4.3 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.3 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Problem Posing disajikan pada 4.6 :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
50 - 55
2
52,5
2
8,00%
56 - 61
3
58,5
5
12,00%
62 - 67
4
64,5
9
16,00%
68 - 73
7
70,5
16
28,00%
74 - 79
5
76,5
21
20,00%
80 - 85
4
82,5
25
16,00%
commit to user
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram dari distribusi nilai Kemampuan Matematis pada kelas yang mengunakan metode Problem Posing pada gambar 4.4 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4 Histogram skor Kemampuan Matematis siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
3.
Data Kreativitas Siswa Setiap peserta didik mempunyai pola kreativitas yang berbeda. Dalam
pengertian sehari-hari kreativitas sering disamakan dengan daya cipta dan cenderung ditujukan dalam bidang seni. Pada kenyataannya kreativitas tidak hanya menyangkut bidang seni saja, melainkan juga terdapat pada berbagai bidang ilmu termasuk Ilmu Pengetahuan Alam. kreativitas adalah semua usaha produktif yang unik dari individu, seseorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek personalianya. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang cukup luas.
commit to user
Tingkat kreativitas diukur menggunakan perangkat observasi. Adapun skor hasil observasi tersebut dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.7 : Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
Metode = Problem Posing
K-Kreativ Rendah Tinggi
Total Count 10 15
K-Kreativ Rendah Tinggi
Total Count 9 14
Mean 103,40 111,87
StDev 2,91 3,46
Minimum 98,00 108,00
Median 103,50 110,00
digilib.uns.ac.id Maximum 107,00 120,00
Metode = Problem Solving Mean 103,56 111,50
StDev 3,17 3,72
Minimum 98,00 108,00
Median 104,00 111,00
Maximum 107,00 120,00
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Problem Solving disajikan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
98 - 101
2
99,5
2
8,70%
102 - 105
5
103,5
7
21,74%
106 - 109
8
107,5
15
34,78%
110 - 113
5
111,5
20
21,74%
114 - 117
2
115,5
22
8,70%
118 - 121
1
119,5
23
4,35%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, maka digunakan histogram tentang distribusi nilai Kreativitas pada kelas yang menggunakan metode Problem Solving yang dapat dilihat pada gambar 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Solving
Distribusi frekuensi skor hasil tes Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Problem Posing dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
98 - 101
2
99,5
2
8,00%
102 - 105
5
103,5
7
20,00%
106 - 109
6
107,5
13
24,00%
110 - 113
8
111,5
20
28,00%
114 - 117
3
115,5
24
12,00%
118 - 121
1
119,5
25
4,00%
Untuk memperjelas distribusi skor di atas, lihatlah histogram tentang distribusi nilai Kreativitas pada kelas yang memggunakan metode Problem Posing pada gambar 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Metode Problem Posing
B. Pengujian Prasyarat Analisis 1.
Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 15 series yang ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
No.
Data
Metode
p-
Ryan-
Distribusi
value
Joiner
Data
1
Prestasi
-
>0,100
0,993
Normal
2
Prestasi
Problem
>0,100
0,990
Normal
>0,100
0,995
Normal
-
0,076
0,996
Normal
Kemampuan
Problem
>0,100
0,990
Normal
Matematis
Solving
Kemampuan
Problem
>0,100
0,996
Normal
Solving 3
Prestasi
Problem Posing
4
Kemampuan Matematis
5
6
commit to user
7 8
Matematis
Posing
Kreativitas
-
>0,100
0,997
Normal
Kreativitas
Problem
>0,100
0,992
Normal
>0,100
0,997
Normal digilib.uns.ac.id
Solving
Kreativitas 9 perpustakaan.uns.ac.id
Problem Posing
Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas di atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa pvalue > 0,05 untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat diambil keputusan data Prestasi, Kemampuan Matematis dan Kreativitas berdistribusi normal. Kriteria uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal) jika p-value < alpha 5%”.
2.
Uji Homogenitas Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi belajar Fisika, sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (Problem Solving dan Problem Posing), Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.11 dan hasil analisis selengkapnya disajikan pada lampiran hasil analisa data. Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
No. Respon
Faktor
p-value
commit to user
Keputusan
F Test Levene’s Test 1
Prestasi Metode
0,714
0,562
Homogen
2
Prestasi K-KM
0,911
0,962
Homogen
3
Prestasi K-Kreativ
0,818
0,818
Homogen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.11 di atas terlihat bahwa semua nilai
sehingga semua
Ho yang diajukan (data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas) tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi berdasarkan faktor Metode, kategori Kemampuan Matematis dan tingkat Kreativitas siswa terpenuhi, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan. C. Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak hanya antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang diperkirakan di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA. 1. Uji Analisis Variansi Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab, faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu metode pembelajaran, Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada tabel 4.12 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil analisa data.
commit to user
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika Analysis of Variance for Prestasi, using Sequential SS for Tests Source Metode K-KM K-Kreativ Metode*K-KM Metode*K-Kreativ perpustakaan.uns.ac.id K-KM*K-Kreativ Metode*K-KM*K-Kreativ Error Total S = 5,66831
DF 1 1 1 1 1 1 1 40 47
Seq SS 9,39 820,60 262,87 0,30 3,39 148,22 0,52 1285,19 2530,48
R-Sq = 49,21%
Adj SS 0,05 325,86 211,92 0,29 15,61 145,91 0,52 1285,19
Seq MS 9,39 820,60 262,87 0,30 3,39 148,22 0,52 32,13
F P 0,29 0,592 25,54 0,000 8,18 0,007 0,01 0,924 0,11 0,747 digilib.uns.ac.id 4,61 0,038 0,02 0,899
R-Sq(adj) = 40,32%
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan Hipotesis penelitian sebagai berikut: a.
H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet, tidak ditolak sebab p-value metode = 0,592 > 0,050.
b.
H02: Tidak ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet ditolak sebab p-value Kemampuan Matematis siswa = 0,000 < 0,050.
c.
H03: Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,007 < 0,050.
d.
H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak ditolak sebab p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 > 0,050.
commit to user
e.
H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak ditolak sebab p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,747 > 0,050.
f. H023: Tidak ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet ditolak sebab p-value interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050. g.
H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet tidak ditolak sebab p-value interaksi antara metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,899 > 0.050. Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil
daripada alpha (p-value < α), maka ada langkah statistik lebih lanjut untuk mengetahui Kemampuan Matematis (K-KM) dan Kreativitas (K-Kreativ) mana yang memberikan pengaruh signifikan serta bagaimana bentuk interaksi kedua faktor tersebut terhadap prestasi belajar Fisika. 2.
Uji Lanjut Analisis Variansi Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis H02. Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H12, yaitu: “ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet”. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kemampuan Matematis mana yang memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.13 :
commit to user
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika vs Kemampuan Matematis Source DF K-KM 1 Error 46 Total 47 S = 7,892
SS MS 557,8 557,8 2864,9 62,3 3422,7 R-Sq = 16,30%
F 8,96
P 0,004
R-Sq(adj) = 14,48%
perpustakaan.uns.ac.id
Level Rendah Tinggi
N 20 28
digilib.uns.ac.id
Mean 75,300 82,214
StDev 7,781 7,969
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev -----+---------+---------+---------+---(---------*---------) (--------*-------) -----+---------+---------+---------+---73,5 77,0 80,5 84,0
Pooled StDev = 7,892
Melalui grafik ditunjukkan keterkaitan antara Kemampuan Matematis terhadap Prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Kemampuan Matematis terhadap Prestasi Belajar Fisika
Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut berikutnya adalah hasil pada H13, yaitu: “ ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet”. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kreativitas mana yang memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.14 :
commit to user
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar Fisika vs Kreativitas Source K-Kreativ Error Total S = 7,532
DF SS MS F P 1 813,0 813,0 14,33 0,000 46 2609,6 56,7 47 3422,7 R-Sq = 23,75% R-Sq(adj) = 22,10% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev
perpustakaan.uns.ac.id Level Rendah Tinggi
N 21 27
Mean 74,667 82,963
digilib.uns.ac.id
StDev 7,851 7,277
--+---------+---------+---------+------(--------*-------) (------*-------) --+---------+---------+---------+------72,0 76,0 80,0 84,0
Pooled StDev = 7,532
Grafik keterkaitan antara Kreativitas terhadap Prestasi belajar Fisika dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Hasil Anova berikutnya yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H123, yaitu: “ada interaksi kemampuan matematis dan Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet”. Untuk mengetahui interaksi kemampuan matematis dan Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10 berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Gambar 4.10 Grafik interaksi faktor Metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Berdasar pada gambar 4.9 dan 4.10 dapat dijelaskan bahwa Kemampuan Matematis dan Tingkat kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, sedangkan metode pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak signifikan, dimana siswa yang dibelajarkan dengan metode
commit to user
Problem Solving dan memiliki Kemampuan Matematis tinggi mendapatkan rerata prestasi yang signifikan lebih tinggi, sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Posing dan memiliki Kemampuan Matematis rendah mendapatkan prestasi yang relatif lebih rendah. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk lebih memahami secara detail pola interaksi dan informasi hasil uji Anova satu jalan pada gambar 4.9 dan 4.10 di atas, dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi Kemampuan Matematis
Kreativitas
Statistik N=
Tinggi
10
Stdev =
4,251
4,472
P=0,013
p=0,020
2
6
N=
P=0,454
P=0,776
84,000
Mean =
75,000
Stdev =
7,071
p=0,001*
p=0,013*
6,802
3
p=0,002**
p=0,088**
5
75,333
Stdev =
4,041
7,382
p=0,679
p=0,957
7
4
N= Mean =
73,429
Stdev =
7,044
)* Kemampuan Matematis, )** Kreativitas.
commit to user
p=0,787
76,667
Mean =
Rendah
Rendah
11 85,455
N= Tinggi
Problem Posing
Mean =
Tinggi
Rendah
Problem Solving
p=0,847
74,000
74,250 5,620
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Medan Magnet, 2) apakah ada pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi digilib.uns.ac.id belajar Medan perpustakaan.uns.ac.id Magnet, 3) apakah ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Medan Magnet, 4) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis siswa, 5) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan Kreativitas siswa, 6) apakah ada interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa, dan 7) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, Kemampuan Matematis dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Medan Magnet. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Problem Solving untuk kelas eksperimen I, dan metode Problem Posing untuk kelas eksperimen II. Pengukuran Kemampuan Matematis siswa dilakukan sebelum pembelajaran Medan Magnet berlangsung, yaitu dengan melihat nilai hasil tes kemampuan matematis pada siswa, sedangkan untuk mengetahui kreativitas siswa dilakukan
dengan
observasi
kreativitas
yang
berlangsung
selama
proses
pembelajaran pada materi Medan Magnet. Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran dimaksudkan untuk mendapatkan kreativitas khususnya pada materi Medan Magnet. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes afektif, kognitif dan psikomotor untuk mengukur prestasi belajar Medan Magnet siswa. 1.
Hipotesis Pertama Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama
diperoleh p-value metode pembelajaran = 0,592 > 0,050 maka Ho (tidak ada
commit to user
pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar) tidak ditolak, ini berarti bahwa antara metode Problem Solving dan Problem Posing tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Medan Magnet siswa. Kedua metode pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada materi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Medan Magnet. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar Fisika yang menunjukkan lebih tinggi daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 75) yang distandarkan., Suasana kelas yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving dan Problem Posing masing-masing reratanya 80,043 dan 78,680. Dengan demikian kedua metode pembelajaran ini sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi Medan Magnet ( lihat lampiran 27) Jadi berdasarkan hasil penelitian tentang Problem Solving dan Problem Posing dapat diketahui bahwa hasil kedua kelas yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving dan Problem Posing memenuhi harapan dan menghasilkan rerata prestasi yang lebih tinggi daripada KKM. Meskipun demikian, masih dapat dicermati bahwa terdapat kecenderungan siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Posing. Untuk memperjelas terdapatnya kecenderungan siswa yang diberi pembelajaran dengan kedua metode tersebut mengalami sedikit perbedaan prestasi maka melalui grafik uji lanjut anava tentang keterkaitan metode pembelajaran terhadap prestasi dilihat pada gambar 4.11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika
Berdasar gambar 4.11 dapat dijelaskan bahwa nilai prestasi fisika pada siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Problem Solving mempunyai nilai di atas rata-rata, sedangkan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Problem Posing mempunyai nilai di bawah rata-rata, walaupun kedua metode menghasilkan prestasi di atas KKM.
2.
Hipotesis Kedua Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan Matematis
terhadap prestasi belajar Medan Magnet, p-value Kemampuan Matematis siswa = 0,000 < 0,050. Uji lanjut menunjukkan bahwa Kemampuan Matematis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet, pvalue Kemampuan Matematis siswa = 0,004 < 0,050. Hasil tersebut menandakan adanya pengaruh Kemampuan Matematis terhadap prestasi Medan Magnet. Jika diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua Kemampuan Matematis diperoleh informasi
commit to user
bahwa rerata siswa yang Kemampuan Matematis tinggi dan rendah masing-masing 82,214 dan 75,300. Hal itu berarti bahwa guru dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan faktor Kemampuan Matematis siswa untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, karena faktor Kemampuan Matematis ternyata dalam penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, Kemampuan Matematis siswa memberikan efek dengan arah berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Medan Magnet, dimana siswa yang memiliki tingkat Kemampuan Matematis rendah mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih rendah, sedangkan siswa yang memiliki tingkat Kemampuan Matematis tinggi mendapatkan prestasi yang relatif lebih tinggi. Dalam hal ini kategori Kemampuan Matematis memberikan arah pengaruh positif terhadap prestasi, yaitu pengaruhnya positif untuk Kemampuan Matematis tinggi dan negatif untuk Kemampuan Matematis rendah. Siswa dengan Kemampuan Matematis tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah-masalah Medan Magnet dibanding siswa yang memiliki Kemampuan Matematis rendah. hal ini disebabkan oleh model-model persamaan yang digunakan dalam penyelesaian kasus atau permasalahan medan magnet berbasiskan pada persamaan-persamaan matematis seperti model integral dan penurunan. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar 4.7 hasil uji lanjut mean prestasi dengan faktor kemampuan matematis siswa, dan tabel 4.13 di atas.
3.
Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika (p-value Kreativitas siswa = 0,007 < 0,050) dalam
commit to user
proses pembelajaran. Tingkat Kreativitas siswa memberikan pengaruh berbeda terhadap prestasi belajar Fisika materi Medan Magnet. Uji lanjut menunjukkan bahwa Kreativitas siswa memberikan perbedaan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet (p-value Kreativitas siswa = 0,000 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id < 0,050). Tingkat Kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi yang berbeda, yaitu 82,963 dan 74,667. Selain hasil tersebut, masih dapat diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kreativitas positif untuk Kreativitas tinggi dan negatif untuk Kreativitas rendah. Theodore Lewis, Stephen Petrina, dan Anne Marie Hill (1998) dalam makalahnya yang berjudul Problem Posing-Adding a Creative Increment to Technological Problem Solving
menyampaikan pesan bahwa “Our discussion here raises the issue of
creativity as an aspect of technology education teaching and learning to a heightened level of consciousness. Problems of this order are best solved by actual practice, collaboration, and reflection”. Hal itulah yang kemungkinan besar menjadikan faktor kreativitas memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Untuk lebih memahami apa yang sudah diuraikan, perhatikanlah tabel 4.14 dan gambar 4.8 hasil uji lanjut mean prestasi dengan faktor kreativitas siswa di atas.
4.
Hipotesis Keempat Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan Matematis
terhadap prestasi belajar Medan Magnet, namun tidak demikian dengan metode pembelajaran. Hasil uji anava tiga jalan menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
commit to user
antara metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Medan Magnet (p-value interaksi metode dan Kemampuan Matematis = 0,924 > 0,050). Namun, hasil uji lanjut memperlihatkan keputusan adanya interaksi antara metode pembelajaran dngan Kemampuan Matematis. Pada anava adalah metode perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran keseluruhan sedangkan pada uji lanjut yang diuji adalah untuk setiap metode yang digunakan. Dimana, hasil uji interaksi untuk metode Problem Solving diperoleh p-value sebesar 0,001 dengan perolehan rerata siswa berkategori kemampuan matematis tinggi dan rendah adalah 83,846 dan 74,000; dan p-value untuk metode Problem Posing 0,013 dengan perolehan rerata siswa dengan kategori kemamuan matematis tinggi dan rendah adalah 81,250 dan 74,111. Jadi, terjadi interaksi antara metode pembeljaran dengan kemamuan matematis, baik pada metode Problem Posing maupun problem Solving. Hal ini terjadi karena penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing berhasil merangsang proses belajar siswa, demikian juga dengan Kemampuan Matematis siswa yang menunjukkan arah pengaruh yang positif. Berdasarkan hasil uji pada hipotesis kedua ditemukan bahwa Kemampuan Matematis siswa cukup berpengaruh. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode pembelajaran Fisika selaras dengan efek Kemampuan Matematis individu siswa sehingga tidak menghasilkan pola interaksi kedua faktor. Untuk lebih jelas lagi dalam memaknai keselarasan metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis perhatikan gambar 4.12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kemampuan Matematis terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Dari gambar 4.12 diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kedua faktor sejajar sehingga tidak memungkinkan terjadinya pola interaksi pengaruh. Dengan jelas gambar memperlihatkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving lebih baik hasilnya daripada Problem Posing dan siswa dengan Kemampuan Matematis tinggi lebih baik hasinya daripada yang rendah. arah pengaruh kedua faktor tersebut sama-sama linier terhadap prestasi. Artinya, semakin baik Kemampuan Matematisnya semakin baik prestasi yang diperoleh demikia juga dengan metode pembelajarannya. 5.
Hipotesis Kelima Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan
metode pembelajaran terhadap prestasi, dan ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi (p-value interaksi metode
commit to user
dan Kreativitas = 0,747 > 0,050). Hasil uji lanjut semakin memperkuat keputusan tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas untuk metode Problem Solving dimana diperoleh p-value sebesar 0,088, lihat table 4.16 Tabel 4.16 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi metode Problem Solving Source DF SS MS F P perpustakaan.uns.ac.id K-Kreativ 1 495,2 495,2 12,90 0,002 Error 21 806,4 38,4 Total 22 1301,7 S = 6,197 R-Sq = 38,05% R-Sq(adj) = 35,10%
digilib.uns.ac.id
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level Rendah Tinggi
N 9 14
Mean 73,778 83,286
StDev 6,629 5,915
-+---------+---------+---------+-------(--------*-------) (------*-----) -+---------+---------+---------+-------70,0 75,0 80,0 85,0
Pooled StDev = 6,197
Sedangkan p-value untuk interaksi kreativitas dengan metode Problem Posing sebesar 0,002. Dari hasil tersebut diperoleh informasi bahwa interaksi lebih kuat terjadi pada metode pembelajaran Problem Solving. Lihat table 4.17 Tabel 4.17 Hasil Uji faktor Kreativitas terhadap Prestasi metode Problem Posing Source K-Kreativ Error Total S = 6,825
Level Rendah Tinggi
N 10 15
DF SS MS F P 1 148,0 148,0 3,18 0,088 23 1071,4 46,6 24 1219,4 R-Sq = 12,14% R-Sq(adj) = 8,32%
Mean 75,700 80,667
StDev 6,147 7,228
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev ------+---------+---------+---------+--(-----------*------------) (---------*----------) ------+---------+---------+---------+--73,5 77,0 80,5 84,0
Pooled StDev = 6,825
Untuk memahami grafik interaksi metode pembelajaran dengan kreativitas siswa maka perhatikan gambar 4.13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.13 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Csikszentmihalyi (1994) menjelaskan mengapa metode pembelajaran tersebut mampu memberikan efek yang memuaskan. Csikszentmihalyi menyatakan bahwa:
“Many creative individuals have pointed out in their work that the formulation of a problem is more important than its solution and that real advances in science and in art tend to come when new questions are asked or old problems are viewed from a new angle . . . yet when measuring thinking processes, psychologists usually rely on problem solution, rather than problem formulation, as an index of creativity”. (h. 138) Pada kesempatan lainnya, terkait dengan metode Problem Posing, Getzels dan Csikszentmihalyi (1976) menemukan bahwa, “who kept the problem open longer produced more creative solutions”. Sedangkan terkait dengan metode Problem Solving, DeLuca dan Peterson (1997) dan Hatch (1988) menyatakan bahwa “Problem solving becomes manifest in multiple forms within technology education, including experimentation, design, invention, and trouble-shooting”. Jadi, tidak salah
commit to user
jika dalam penlitian ini dipadukan antara metode pembelajaran Problem posing dan Solving dengan kreativitas siswa sebab sangat dekat hubungan pengaruhnya. 6.
Hipotesis Keenam
Hasil analisis data menunjukkan ada interaksi antara Kemampuan Matematis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet (p-value interaksi antara Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,038 < 0,050). Hasil ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu secara parsial Kemampuan Matematis berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dan Kreativitas yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar Medan Magnet. Secara parsial Kreativitas dan Kemampuan Matematis memberikan pengaruh yang memiliki tren positif terhadap pencapaian prestasi, logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap prestasi belajar Medan Magnet. Hanya saja, dari hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang demikian. Untuk itu perlu diteliti pada setiap sel interaksi keduanya, ternyata berdasarkan pada tabel 4.15 yang merangkum hasil probabilistik interaksi, diketahui bahwa Kemampuan Matematis dan Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Interaksi pengaruh terjadi pada level Kemampuan Matematis rendah pada metode Problem Solving (p-value = 0,013) dimana siswa dengan kemampuan kreativitas tinggi lebih dominan (mean 85,455) dan siswa dengan kategori rendah memperoleh rerata 75,000. Sedangkan pada metode Problem Posing (p-value = 0,020) dengan rerata pada kreativitas tinggi 84,000 dan rerata pada kreativitas rendah diperoleh 76,667. Interaksi tidak terjadi pada ranah Kemampuan Matematis rendah dengan Kreativitas baik pada metode Problem Posing maupun problem solving. Interaksi signifikan positif terjadi pada
commit to user
sel Kemampuan Matematis tinggi dengan Kreativitas tinggi pada metode Problem Solving. Namun, pada level tersebut diketahui juga untuk metode Problem Solving tidak signifikan perbedaan reratanya dengan Problem Posing (85,455 dan 84,000). Untuk mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut perhatikan gambar 4.14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.14 Grafik interaksi Kemampuan Matematis dan kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
7.
Hipotesis Ketujuh Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran, Kemampuan Matematis, dan Kreativitas (p-value interaksi antara metode, Kemampuan Matematis dan Kreativitas = 0,899 > 0,050). Seperti yang telah dijabarkan di atas, meskipun secra mandiri faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika siswa, bahkan terjadi interaksi pengaruh untuk kedua faktor tesebut, ternyata tidak
commit to user
mampu memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, yaitu metode pembelajar. Untuk memahami pola interaksi total ketiga faktoryang terlibat, perhatikanlah gambar 4.10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.15 Grafik Main efect faktor Metode pembelajaran, Kemampuan Matematis dan kreativitas terhadap Prestasi Belajar Medan Magnet
Berdasarkan gambar 4.15 diperoleh informasi bahwa baik Kemampuan Matematis (tinggi – rendah) dan kreativitas siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki tren positif. Sedangkan pada metode pembelajaran (Problem Posing – Problem Solving) terlihat hampir sama efeknya. Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut: 1) penggunaan metode pembelajaran Problem Solving maupun Problem Posing dan Kemampuan Matematis tinggi berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi siswa. Siswa dengan Kemampuan Matematis tinggi dan Kreativitas Tinggi memperlihatkan pemahaman terhadap konsep Medan Magnet lebih cepat daripada
commit to user
siswa dengan kategori kemampuan matematis dan kreativitas rendah; 2) interaksi antara Kemampuan Matematis dengan kreativitas memberikan sumbangan besar terhadap pemahaman siswa akan konsep Fisika pada materi Medan Magnet terutama pada siswa yang memiliki Kemampuan Matematis tinggi dan kreativitas tinggi yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibelajarkan dengan metode Problem Solving maupun Problem Posing. Hal ini disebabkan karena Problem Solving dan Problem Posing menarik dan berkesan bagi siswa dengan Kemampuan Matematis dan Kreativitas tinggi.
E.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum diperhatikannya kemampuan siswa pada level menengah, baik untuk kemampuan matematis maupun kreativitasnya. Konsep medan magnet sangat bersifat abstrak dan membutuhkan kemampuan matematis yang baik sebelum mempelajarinya. Waktu yang disediakan pada program akselerasi sangat terbatas sehingga konsep ini tidak dapat tersampaikan secara detail. Hasil angket belum sepenuhnya memberikan gambaran kreativitas siswa, karena masih ada siswa yang menjawab pertanyaan tidak dengan sungguh-sungguh. Selain itu, sebenarnya problem Posing merupakan sebagian langkah dari Problem Solving sehingga tidak mengherankan jika pada akhirnya problem solving relatif lebih baik. Namun demikian kedua metode pembelajaran sama baiknya dalam mengantarkan pencapaian prestasi maksimal siswa.
commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
perpustakaan.uns.ac.id
A. Kesimpulan
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa pembelajaran dengan metode problem solving dan problem posing mempunyai pengaruh yang sama kuat terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa p-value metode lebih besar dari nilai tabel (0,592 > 0,050). Rerata nilai prestasi siswa lebih tinggi daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 75). Siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving dan Problem Posing masing-masing reratanya 80,043 dan 78,680. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet
2.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa Kemampuan Matematis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa
p-value Kemampuan
Matematis siswa lebih kecil dari nilai tabel (0,000 < 0,050). Rerata nilai prestasi siswa yang memiliki Kemampuan Matematis tinggi dan rendah masing-masing 82,214 dan 75,300. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Kemampuan Matematis siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
commit to user
3.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa Kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitugan bahwa p-value Kreativitas
siswa lebih kecil dari nilai table (0,007 < 0,050). Siswa dengan tingkat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi yang berbeda, yaitu masing-masing 82,963 dan 74,667. Jadi dapat disampulkan bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. 4.
Melalui hasil analisis data dapat ditunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa metode p-value interaksi metode lebih besar daripada nilai table (0,747 > 0,050). Rerata nilai prestasi siswa berkategori kemampuan matematis tinggi dan rendah masing-masing adalah 83,846 dan 74,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran dengan Kemampuan Matematis terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
5.
Melalui hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa p-value interaksi metode terhadap kreativitas siswa lebih besar dari nilai table hitung ( 0,747 > 0,050). Berdasar uji lanjut diketahui bahwa interaksi antara metode problem solving terhadap kreativitas mempunyai p-value sebesar 0,088 yang nilainya lebih besar dari nilai table hitung. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara keduanya. Sedangkan interaksi antara problem posing terhadap kreativitas mempunyai p-value sebesar 0,002 yang nilainya
commit to user
lebih kecil dari nilai table hitung. Artinya kreativitas siswa yang diinteraksikan dengan pembelajaran dengan metode problem posing berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika medan magnet. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran problem solving dengan kreativitas siswa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet. 6.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa interaksi antara Kemampuan Matematis rendah pada metode Problem Solving (p-value = 0,013) dimana siswa dengan kemampuan kreativitas tinggi lebih dominan dengan rerata sebesar 85,455 dan siswa dengan kategori rendah memperoleh rerata sebesar 75,000. Sedangkan pada metode Problem Posing (p-value = 0,020) dengan rerata pada kreativitas tinggi sebesar 84,000 dan rerata pada kreativitas rendah diperoleh 76,667. Interaksi Kemampuan Matematis rendah dengan Kreativitas tidak terjadi baik pada metode Problem Posing maupun problem solving. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara Kemampuan Matematis dengan kreativitas terhadap prestasi Fisika pada materi Medan Magnet.
7. Secara mandiri faktor Kemampuan Matematis dan Kreativitas siswa berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika siswa, bahkan terjadi interaksi untuk kedua faktor tesebut, ternyata tidak mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, yaitu metode pembelajar. Kemampuan Matematis (tinggi – rendah) dan kreativitas siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki tren positif. Sedangkan pada metode pembelajaran (Problem Posing – Problem Solving) terlihat hampir sama efeknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
commit to user
pembelajaran, Kemampuan Matematis dan kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Medan Magnet.
B. Implikasi perpustakaan.uns.ac.id 1. Implikasi Teoritis
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode Problem Solving dan Problem Posing yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika pada materi pokok Medan Magnet. Sekalipun metode pembelajaran ini samasama mempermudah siswa untuk memahami konsep pembelajaran Fisika pada materi tersebut, metode Problem Solving lebih mampu merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada daripada metode Problem Posing, sebab Problem Posing sebenarnya merupakan satu bagian dari langkah Problem Solving.
2. Implikasi Praktis Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan dengan metode Problem Solving dan Problem Posing ternyata mendapatkan prestasi belajar Fisika yang memenuhi harapan, dengan metode Problem Solving sebagai pilihan utamanya. Metode Problem Solving menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi mudah diterima sebab kondisi pada pembelajaran metode tersebut mampu merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada metode Problem Posing. Selain itu siswa lebih tertarik menerima proses pembelajaran dengan Problem Solving karena siswa tidak terbebani membuat soal atau tugas. Mereka tinggal mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru kepadanya. Sedangkan pada proses pembelajaran dengan metode Problem Posing, siswa kurang aktif. Hal ini
commit to user
dikarenakan siswa terbebani membuat soal dan sekaligus berpikir tentang jawabannya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar Fisika khusus pada materi Medan Magnet sebaiknya diberikan melalui metode Problem Solving.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Saran untuk para Guru Untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika diperlukan metode sebagai media belajar yang mampu membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk menerima dan memahami materi. Untuk memahami konsep medan magnet sebaiknya digunakan metode Problem Solving dan Problem Posing. Kedua metode ini berbasis pemecahan masalah. Medan magnet adalah materi yang cukup sulit bagi siswa maka seorang guru harus dapat menyesuaikan kondisi siswa. Jika perlu membuat handout sebagai petunjuk procedural yang efektif agar siswa dan guru dapat melakukan proses belajar dengan baik. Tidak kalah penting sebaiknya dalam mengajarkan konsep guru mengajarakan budaya bertanya kepada siswa dan guru dengan jelas dan santun.
2. Saran untuk para Peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang metode yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi
commit to user
yang dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap metode pembelajaran karena setiap anak memiliki keunikan belajarnya sendiri. Penelitian mengenai penerapan metode dan metode lain yang dapat mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan dalam belajar Fisika terutama yang berkaitan dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemilihan metode pembelajaran masih perlu dilakukan. Agar pengaruh kreativitas dan kemampuan matematis siswa dapat optimal dalam proses belajar mengajar maka pemilihan materi yang akan diajarkan kepada siswa harus disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Jika perlu untuk meningkatkan kreativitas, dan kemampuan matematis siswa dapat diberi pertanyaan yang menantang agar terbangun rasa ingin mengetahui lebih jauh.
commit to user