perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012-2013)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Fisika
Oleh: NUNUNG NURLAILA NIM S 831108046
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS Disusun Sebagai Salah Satu Syarat mencapai Derajat Magister Program Studi Sains Minat Utama : Fisika
Disusun Oleh : NUNUNG NURLAILA NIM S 831108046 Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Jabatan
Nama
Pembimbing 1
Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. NIP. 10520915 197603 2 001
Pembimbing 2
Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
Tanda Tangan
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri , M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
commit to user ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS Oleh: NUNUNG NURLAILA NIM S 831108046
Tim Penguji Jabatan Ketua Sekretaris Anggota : Penguji
Nama Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001 Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. NIP. 19690901 199403 1 002 Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. NIP. 10520915 197603 2 001 Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
Tanda Tangan ...........................
Tanggal ...............2013
...........................
................2013
...........................
............... 2013
...........................
................2013
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal ... . ...............2013
Mengetahui, Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul;
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL
MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING
DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundangundangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai instansinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis
ini,
maka
Prodi
Pendidikan
Sains
PPs
UNS
berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Pebruari 2013 Mahasiswa,
Nunung Nurlaila S831108046
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
Pembelajaran Fisika
dengan PBL menggunakan Problem Solving dan Problem Posing ditinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berp
yang dilaksanakan di
SMA N 6 Madiun, kelas XI semester 1 Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat di selesaikan dengan lancar. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai derajad Magister Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains. 3. Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains. 4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing I. 5. Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II. 6. Seluruh Dosen Pendidikan Sains Minat Fisika. 7. Suamiku tercinta Sigit Pamudji Hadisutrisno, S.Pd., M.Pd. dan anakku tersayang Noor ALifa Amalia Pamudji 8. Drs. Didik Wahyu Widayat, M.Si. selaku Kepala SMA N 6 Madiun.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Teman-teman seangkatan Program Studi Pendidikan Sains, minat Fisika, angkatan September 2011. 10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan ini. Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, mohon kritik dan saran demi sempurnanya karya tulis ini.
Surakarta, Penulis,
commit to user vi
Februari 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nunung Nurlaila, 2013. PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Pembelajaran Fisika Materi Listrik Dinamik Kelas XI IPA Semester I SMA 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012-2013). TESIS, Pembimbing: 1) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 2) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2012-2013. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling terdiri dari 2 kelas XI A2 dan XI A3. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, angket untuk mengukur kreativitas, keterampilan berpikir kritis, afektif dan psikomotor. Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan dengan SPSS 18. Dari analisis data disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran PBL menggunakan problem solving dan problem posing berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar afektif; (2) kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik; (3) keterampilan berpikir kritis berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik; (4) Ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif, tetapi tidak ada interaksi pada kognitif dan psikomotorik; (5) Ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif, tetapi tidak ada interaksi pada afektif dan psikomotorik; (6) ada interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak ada interaksi pada psikomotorik; (7) ada interaksi antara antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar psikomotorik, tetapi tidak ada interaksi pada kognitif dan afektif.
Kata Kunci : Problem Solving, Problem Posing, Kreativitas, Keterampilan Berpikir Kritis, Listrik Dinamik.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nunung Nurlaila, 2013. PHYSICS LEARNING BY USING PBL PROBLEM SOLVING AND PROBLEM POSING VIEWED FROM CREATIVITY AND CRITICAL THINKING SKILLS OF STUDENT. (Learning Physics on Material Dynamic Power Class XI IPA Semester I at SMA N 6 Madiun Academic Year 2012-2013). THESIS. 1st advisor: Dra. Suparmi, M.A, Ph.D., 2nd advisor. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Post graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT The aim of the research is to determine the effect of learning methods and problem posing problem solving, creativity, critical thinking skills, and their interaction on student achievement. The method of the research used quasi experimental using 2x2x2 factorial experimental design. Populations were all students of class XI Science SMAN 6 Madiun school year 2012-2013. Samples obtained by cluster random sampling technique consists of two class XI A2 and Xl A3. Data collection techniques for the achievement of cognitive tests, questionnaires to measure creativity and critical thinking skills and test performance in the form of practical/ laboratory work or psychomotor tests. Data were analyzed using a three-way Anova with SPSS 18. From the analysis of the data, it can be concluded that: (1) using the PBL learning problem solving and problem posing effect on cognitive learning achievement and psychomotor students, but it does not affect student achievement in the affective aspect; (2) creative influence on cognitive achievement, affective, and psychomotor students; (3) critical thinking skills influence on cognitive performance, affective, and psychomotor students; (4) There is interaction between learning problem solving and problem posing with creativity on student achievement in affective aspect, but there is no interaction on cognitive aspects and psychomotor; (5) There is interaction between learning problem solving and problem posing with critical thinking skills on student achievement on cognitive aspects, but there is no interaction on affective aspects and psychomotor; (6) there is an interaction between creativity and critical thinking skills on student achievement on cognitive aspects and affective, but there is no interaction on psychomotor aspects; (7) there is interaction between the learning and problem solving problem posing, creativity, critical thinking skills on student achievement on aspects of psychomotor, but there is no interaction on cognitive aspects and affective.
Keywords: Problem Solving, Problem Posing, Creativity, Critical Thinking Skills, Dynamic Power.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman i PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ...........................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
ABSTRAK .................................................................................................
vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
12
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
13
D. Rumusan Masalah .........................................................................
13
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
17
A. Kajian Teori .................................................................................... 17 1. Teori Belajar ................................................................................... 17
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Teori-teori
...............................
19
3. Problem Based Learning (PBL) ....................................................
23
4. Metode Problem Solving ................................................................
28
5. Metode Problem Posing .................................................................
31
6. Kreativitas ......................................................................................
32
7. Keterampilan Berpikir Kritis .......................................................... 38 8. Prestasi Belajar ...............................................................................
42
9. Hakikat Fisika
........ 44
10. Materi Listrik Dinamik
....... 45
B. Penelitian yang Relevan .................................................................
64
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................
69
D. Hipotesis .........................................................................................
74
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
76 76
B. Metode Penelitian............................................................................ 76 C. Populasi dan Sampel........................................................................ 77 D. Rancangan Penelitian .....................................................................
77
E. Variabel Penelitian
.......
78
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
81
G.
....... 82
H. Uji Coba Instrumen ........................................................................
83
I. Teknik Analisis Data.......................................................................
89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
commit to user x
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Deskripsi Data Prestasi Belajar....................................................... 1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
93
Model Pembelajaran ....................................................................... 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kreativitas
94 .......
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
95
Keterampilan Berpikir Kritis ......................................................
100
B. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 106 1. Uji Normalitas ................................................................................ 106 2. Uji Homogenitas ............................................................................ 110 C. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 112 1.
114
2.
...... 119
D. Pembahasan Hasil Analisis ............................................................. 136 E. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 148 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 150 A. Kesimpulan ..................................................................................... 150 B. Implikasi Hasil Penelitian ............................................................... 153 C. Saran ............................................................................................... 154 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 156 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 160
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 1.1
Halaman Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Semester 1 Kelas XI 5
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah M. Nur..................................................................
26
Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
27
Penelitian.............................................................................. Tabel 3.1
Desain Faktorial Penelitian
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Tabel 3.3
78
...............................................
Hasil Uji Taraf Kesukaran Butir Soal
88
Tabel 3.4 Tabel 4.1
89 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL dengan Problem Solving dan Problem Posing
Tabel 4.2
94
Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Kreativitas
Tabel 4.3
........
97
Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas ............................
Tabel 4.5
95
Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas ...............................................................................................
Tabel 4.4
84
Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
commit to user xii
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kreativitas Tabel 4.6
.........
99
.........
100
........................................
102
Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.7
Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.8
Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.9
....................
Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.10
............
107
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
Tabel 4.12
108
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor .............................
Tabel 4.13
105
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Tabel 4.11
103
109
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 110
Tabel 4.14
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
Tabel 4.15
111
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor .............................
Tabel 4.16
112
Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Kognitif
.........
commit to user xiii
113
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17
digilib.uns.ac.id
Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Afektif
Tabel 4.18
115
Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Psikomotor
Tabel 4.19
.........
Estimated Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL
Tabel 4.20
120
Estimated Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL ...
Tabel 4.21
117
..................................
123
Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis.....
commit to user xiv
...
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Amperemeter dan Cara Pemasangannya
..................
48
Gambar 2.2
Voltmeter dan Cara Pemasangannya
49
Gambar 2.3
Multimeter
49
Gambar 2.4
Simbol Rangkaian Seri Sumber Tegangan
52
Gambar 2.5
Simbol Rangkaian Seri Resistor
53
Gambar 2.6
Simbol Rangkaian Paralel Sumber Tegangan
54
Gambar 2.7
Simbol Rangkaian Paralel Resistor
55
Gambar 2.8
Susunan Rangkaian Delta
..
56
Gambar 2.9
Transformasi Delta Bintang
..
56
Gambar 2.10
Rangkaian Resistor yang Cukup Rumit
Gambar 2.11
Pengukuran Hambatan dengan Metode
57
Jembatan Wheatstone .........................................................
58
Gambar 2.12
Tegangan Jepit
59
Gambar 2.13
Arus yang Mengalir dalam Percabangan ...........................
61
Gambar 2.14
Rangkaian Listrik Tertutup (loop) Tunggal
...
62
Gambar 2.15
Rangkaian Listrik Tertutup (loop) majemuk
..
63
Gambar 4.1
Histogram
Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan
Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing ............................................................................. Gambar 4.2
Histogram
Rata-rata
Prestasi
Kreativitas
Belajar
berdasarkan ..........
commit to user xv
94
96
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3
digilib.uns.ac.id
Histogram
Prestasi
Belajar
Kognitif
Berdasarkan
Kreativitas Gambar 4.4
Gambar 4.5
Histogram
......... Prestasi
Belajar
Afektif
Berdasarkan
Kreativitas
.........
Histogram
Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
Kreativitas Gambar 4.6
Histogram
Histogram
Rata-rata
Prestasi
Belajar
Berdasarkan
Prestasi
.........
Belajar
Kognitif
Histogram
Prestasi
.........
Belajar
Afektif
Histogram
.......... 104
Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis Gambar 4.10
.
119
.
122
Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL
Gambar 4.13
105
Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL..
Gambar 4.12
.........
Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL
Gambar 4.11
102
Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis Gambar 4.9
101
Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis Gambar 4.8
98
99
Keterampilan Berpikir Kritis Gambar 4.7
97
.
125
Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan Keterampilan Berpikir Kritis
(tinggi dan rendah) dan
Kreativitas (tinggi dan rendah)............................................
commit to user xvi
129
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.14
digilib.uns.ac.id
Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan Keterampilan Berpikir Kritis Kreativitas (tinggi dan rendah
commit to user xvii
(tinggi dan rendah) dan 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Jadual Pelaksanaan Penelitian..........................................
159
Lampiran 2
160
Lampiran 3
175
Lampiran 4
LKS
209
Lampiran 5
Kisi-kisi dan Instrumen Tes Kreativitas
Lampiran 6
Kisi-kisi dan Instrumen Angket keterampilan Berpikir
.
222
Kritis
230
Lampiran 7
Kisi-
240
Lampiran 8
Kisi-kisi dan Instrumen Angket Penilaian Afektif
Lampiran 9
Kisi-kisi dan Instrumen Angket Penilaian Psikomotor
271
Lampiran 10
Data Menta
278
Lampiran 11
Hasil Uji Coba Instrumen
.
.....
266
281
Lampiran 12
284
Lampiran 13
291
Lampiran 14
299
Lampiran 15
Tabel Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan Keterampilan Berpikir Kritis (tinggi dan rendah) dan
Lampiran 16
Kreativitas (tinggi dan rendah).........................................
324
Foto-f
328
Lampiran 17
335
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 18
digilib.uns.ac.id
Surat Keterangan Pelaksanaan Uji Coba 336
Lampiran 19
337
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguhsungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana, dan juga tidak dapat dicapai dalam waktu singkat. Hal itu memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup. Ini berarti bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas melalui pendidikan dibutuhkan seperangkat prasarana dan sarana pendukung yang memadai. Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembangan kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum dimaksud.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, jika tahun lalu pendidikan Indonesia berada pada urutan 65, tahun ini merosot di peringkat 69 dari 127 negara (Kompas, 03 Maret 2011). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pembelajaran. Pembaharuan pendidikan juga harus terus selalu dilakukan agar tercipta dunia pendidikan yang selalu dapat mengikuti perkembangan jaman. Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) No. 20 tahun 2003 disebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Begitu juga dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang merumuskan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka, mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Disebutkan pula dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 bahwa: Standar kompetessi mata pelajaran fisika pada sekolah menengah atas adalah: Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum, Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi. Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika maka pembelajaran Fisika hendaknya melibatkan siswa secara aktif, melatih siswa menyelesaikan suatu masalah, dan memilih metode yang sesuai dengan karakter materi mata pelajaran. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan dapat melatih siswa berpikir kritis. Pendekatan Pembelajaran yang bisa membuahkan hasil belajar agar siswa dapat berpikir kritis, diantaranya adalah pembelajaran dengan Inquiry, learning cycle, discovery, berbasis masalah dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
SMAN 6 Madiun adalah salah satu SMA Negeri di Kota Madiun yang lokasinya di sentral pendidikan
Kota Madiun. Sekolah ini menjadi pilihan
masyarakat Madiun karena perkembangan baik akademik maupun non akademik cukup pesat, ditandai dengan seringnya mendapat kejuaraan baik di bidang akademik maupun non akademik. Didalam pengelolaan sekolah, motivasi pengembangan pendidikan cukup tinggi, dengan terus ditambahnya buku buku referensi perpustakaan, alat-alat laboratorium dan semua sarana prasarana sekolah untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Difasilitasi pula dengan area bebas internet, agar siswa mudah mengakses untuk mendapatkan informasi melalui teknologi. Siswa SMA N 6 Madiun dibimbing oleh guru-guru yang sudah 40 % berlatar belakang pendidikan S-2 dan selalu diikutkan dalam kegiatan diklat/ workshop untuk mendapatkan pembaharuan dalam pendidikan.
Input siswa
cukup tinggi dengan nilai NUN terendah tahun pelajaran 2012-2013 adalah 8,25. Motivasi belajar siswa cukup tinggi, delapan puluh persen lulusan SMA N 6 melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan 40 % di terima Perguruan tinggi Negeri. Motivasi
siswa untuk mengikuti tambahan belajar cukup, lima puluh persen
mengikuti tambahan belajar diluar kegiatan intrakurikuler, motivasi siswa dalam menambah informasi melalui internet cukup tinggi lebih dari 75 %
siswa
mengumpulkan tugas dari internet tepat waktu. Siswa SMA 6 Madiun cukup aktif, dari hasil wawancara 80 % siswa menjawab senang jika pembelajaran dilakukan dengan melibatkan secara aktif siswa, dan 60 % siswa menjawab bosan jika diberi pembelajaran hanya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
ceramah. Lima puluh persen siswa menganggap pelajaran fisika sulit sehingga kurang antusias dalam pembelajaran fisika. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA N 6 Madiun terus dilakukan, khususnya dalam
pembelajaran Fisika diantaranya dengan terus
menambahnya buku referensi perputakaan, alat-alat laboratorium Fisika, namum belum semua dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Meskipun difasilitasi dengan area bebas internet belum semua guru memanfaatkan secara maksimal. Pembelajaran Fisika banyak metode yang dapat digunakan diantaranya: ceramah, diskusi, demontrasi, eksperimen, proyek, inkuiri, berbasis masalah dll, namun belum semua guru menerapkan metode yang sesuai dengan karakter materi. Akibatnya hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata-rata mata pelajaran fisika semester 1 tiga tahun terakhir tertuang pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Pelajaran Fisika Semester 1 Kelas XI IPA Tiga Tahun Terakhir Tahun Pelajaran
Nilai Rata-Rata
KKM
2009-2010
75,20
75
2010-2011
75,35
75
2011-2012
75,40
75
Meskipun dari data di atas menunjukkan nilai rata-rata telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal, namun masih ada beberapa siswa yang nilainya belum memenuhi KKM
dan
pembelajaran cenderung diorientasikan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
prestasi belajar kognitif siswa saja, sementara aspek afektif dan psikomotor belum diperhatikan oleh guru. Karakteristik mata pelajaran fisika ada yang sulit dan ada yang mudah, ada yang konkrit dan ada yang abstrak, sehingga tidak semua materi dapat dipahami
oleh
siswa
yang
hanya
dengan
membaca,
mendengar
dan
memperagakan. Pembelajaran fisika yang harus dilakukan adalah siswa membangun sendiri konsep-konsep dengan pengalaman yang dilakukan sendiri agar konsep lebih kuat dalam ingatan siswa. Proses pembelajaran Fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Fisika yang merupakan cabang dari Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sesuai dengan
perkembangannya, Fisika tidak hanya merupakan
sekumpulan fakta, prinsip, maupun hukum-hukum, tetapi juga terkandung pengembangan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dengan kata lain Fisika meliputi 2 hal, yakni (1) produk Fisika berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model, dan sebagainya; serta (2) proses Fisika berupa metode ilmiah dan sikap ilmiah. Siswa yang sedang mempelajari Fisika akan menyadari dan menemukan adanya berbagai gejala dan masing-masing gejala mengandung problem-problem yang perlu dipecahkan. Kesadaran tentang sulitnya menemukan suatu konsep, prinsip, pengertian, dan cara memecahkan suatu problem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Dari sekian banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk melaksanakan pembelajaran
materi pembelajaran listrik dinamik antara lain
ceramah, diskusi, demontrasi, eksperimen, proyek, inkuiri, problem based learning (berbasis masalah). Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri. Kelebihan dari metode berbasis masalah, menurut Saiful dan Aswan (2006) antara lain: melatih siswa mendesaian suatu penemuan, melatih siswa berpikir dan bertindak kreatif, melatih siswa memecahkan masalah yang di hadapi secara realitis, melatih siswa mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, melatih siswa menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cepat, membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Sedangkan kelemahannya antara lain: menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa sangat diperlukan keterampilan guru, pembelajaran menggunakan metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang, mengubah kebiasaan siswa dalam belajar yang membutuhkan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri. Pembelajaran dengan berbasis masalah diantaranya adalah dengan eksperimen, proyek, diskusi, problem Solving, problem Posing, dll. Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dengan Problem Solving/pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan yang sesuai dengan materi yang di berikan sedang siswa mendesain sendiri cara pemecahannya. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar dapat menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Sedangkan pembelajaran dengan
Problem Posing adalah suatu
pembelajaran yang siswanya diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannyan. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar dapat menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Problem
Solving
dan
Problem
Posing
mendasarkan
proses
pembelajarannya kepada masalah dalam pembelajaran Fisika. Pada Problem Solving, guru mengorientasikan siswa pada suatu permasalahan Fisika. Kemudian siswa menyelesaikan permasalahan tersebut secara berkelompok melalui percobaan dan pengamatan. Pada Problem Posing, siswa mengajukan masalah untuk dipelajari lebih lanjut sehingga siswa mampu memodifikasi masalah yang diajukan untuk diselesaikan dan dikomunikasikan. Selanjutnya, siswa merancang suatu alat sebagai hasil pemecahan masalah yang diamati untuk dikomunikasikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Persamaan dari kedua pembelajaran tersebut adalah pada metodenya yaitu berbasis masalah dan perbedaannya adalah: pada problem solving diberikan oleh guru sedangkan problem posing
,
keduanya penyelesaian didesain oleh siswa sendiri. Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive) untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program baru. Kreativitas
mengandung
unsur-unsur:
(a)
kemampuan
membuat
modifikasi dari sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses mental yang unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta menekankan pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan kreatif. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti maknanya. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa tidak semua siswa mempunyai faktor internal tingkat kreativitas yang sama, sehingga di dalam pembelajaran perlu diperhatikan faktor internal siswa, dalam hal ini tingkat kreativitas siswa. Dalam menentukan metode pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor internal kreativitas yang selama ini belum diperhatikan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Keterampilan berpikir
kritis
adalah
keterampilan
individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki (2007) menjelaskan berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk. Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Hassoubah (2007), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu a) memberi penjelasan dasar (klarifikasi), b) membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d) memberi penjelasan lanjut, dan e) mengatur strategi dan taktik. Menurut Swartz dan D. N. Perkins dalam Hassoubah (2007), berpikir kritis berarti: 1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima dan dilakukan dengan alasan yang logis, 2) memakai standar penilian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, 3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut, dan 4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Berpikir kritis merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran memperhatikan faktor internal berpikir kritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Prestasi belajar secara umum terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek prestasi belajar menurut taksonomi Bloom terdiri dari ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Penelitian
ini juga melihat pengaruh variabel moderator dengan kategori kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. Kreativitas sangat diperlukan dalam belajar listrik dinamik, Karena dalam belajar listrik dinamik selain memahami konsep juga harus kreatif dalam menyusun rangkaian listrik. Demikian pula keterampilan berpikir kritis siswa, merupakan keterampilan yang harus dikembangkan setiap siswa untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks yang akan di temuinya kelak dan mampu mengembangkan dalam aplikasi kehidupan sehari hari. Namun kedua variabel tersebut selama ini belum diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran fisika di SMAN 6 Madiun. Berdasar uraian mengenai problem solving dan problem posing tersebut dengan memperhatikan faktor internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan berpikir kritis, di duga siswa yang kreativitasnya tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi jika diberikan pembelajaran dengan problem solving, dan siswa yang keterampilan berpikirnya tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi jika diberikan pembelajaran dengan problem posing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
B. Identifikasi Masalah
Berikut ini beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang. 1. Pembelajaran yang dapat di lakukan guru
cukup berfariatif, antara lain:
metode ceramah, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode proyek, metode berbasis masalah, inquiry, discovery, dll, namun masih banyak guru SMA N 6 yang belum menerapkannya. 2. SMA N 6 Negeri Madiun di fasilitasi area bebas internet dan siswa kelas XI IPA cukup aktif dalam mencari pengetahuan sendiri melalui internet, namun belum semua guru memanfaatkan sarana tersebut secara maksimal dalam pembelajaran. 3. Nilai rata-rata KKM dalam 3 tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan, namun masih ada siswa yang nilai nya belum mencapai KKM. 4. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran yang monoton sehingga prestasi belajar belum mencapai hasil yang maksimal. 5. Pembelajaran lebih diorientasikan untuk meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa, sementara prestasi belajar afektif dan psikomotor belum di perhatikan. 6. Masih banyak guru yang belum memperhatikan faktor internal siswa. 7. Kreativitas siswa berbeda-beda, hal ini belum diperhatikan oleh guru. 8. Keterampilan berpikir kritis setiap siswa berbeda-beda, hal ini belum di perhatikan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
9. Materi Fisika di Kelas X Semester 2 antara lain: (1) suhu dan kalor, (2) alatalat optik, (3) listrik dinamik. Materi-materi tersebut kurang menantang dan membosankan menurut siswa karena dalam pelaksanaan pembelajaran masih belum menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah yaitu: 1. Pendekatan pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan Problem Based Learning (PBL). 2. Metode pembelajaran yang di gunakan dengan PBL problem solving dan PBL problem posing. 3. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun pada semester 1 tahun pelajaran 2012-2013. 4. Materi Pelajaran Fisika yang digunakan dan penelitian ini adalah Listrik Dinamik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan, maka di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut, 1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
2. Apakah ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa? 3. Apakah ada pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa? 4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa? 5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa? 6. Apakah ada interaksi antara kreativitas dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa? 7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. 3. Pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
4. Interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving
dan
PBL
problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. 5. Interaksi antara metode pembelajaran
PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. 6. Interaksi antara kreativitas dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun maksud dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1.
Manfaat Teoritis a.
Memberikan wawasan untuk mengembangkan metode pembelajaran fisika agar lebih berfariatif.
b.
Menambah wawasan mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pembelajaran fisika.
c.
Sebagai bahan masukan untuk kepentingan penelitian berikutnya.
d.
Sebagai acuan dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2.
Manfaat Praktis a. Meningkatkan kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan prestasi belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran Fisika. b. Guru lebih terampil dalam mengajar sehingga siswa dapat terlibat sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran Fisika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris dan Ormorod, 2000). Belajar sebagai suatu proses berfokus pada yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang sesuatu yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan cara orang dan hewan belajar, sehingga membantu dalam memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses siswa aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Teori Belajar kognitivisme mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para siswa memproses infromasi dan pelajaran
melalui
upayanya
mengorganisir,
menyimpan,
dan
kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada sistem informasi diproses. Teori Belajar Konstruktivisme, konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membangun pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
2. Teori
teori Belajar Kontruksivisme
a. Teori Pembelajaran Piaget Landasan pokok yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses balajar pertama kali oleh Jean Piaget dan Vygotsky (Paul Suparno, 1997). Piaget menemukan teori konstruktivisme psikologis personal sedangkan Vygotsky menemukan konstruktivisme sosial. Piaget dalam Paul Suparno (1997) mengemukakan bahwa seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya, seorang anak secara pelan-pelan membentuk pengetahuannya sendiri, membentuk skema, mengembangkan skema dan mengubah skema. Piaget dalam Paul Suparno (1997) menyebutkan, menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) sendiri yang sedang menekuninya. Bila yang sedang menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri. Belajar pengetahuan menurut Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) ada tiga fase antara lain: 1) fase eksplorasi dimana siswa mempelajari gejala dengan bimbingan; 2) fase pengenalan konsep dimana siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala; 3) fase aplikasi konsep dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Secara singkat Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) menyarankan agar dalam pembelajaran
guru
memilih
masalah
yang
berciri
kegiatan
prediksi,
eksperimentasi dan eksplanasi.
dasar, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibration
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam njut, Paul Suparno (1997) menjelaskan akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang baru. Pada tahap selanjutnya, diperlukan adanya keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Paul Suparno (1997) berpendapat tercapainya keseimbangan asimilasi dan akomodasi inilah yang disebut equilibration. Piaget dalam Surya (2004), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari bayi hingga dewasa, yang berlangsung melalui empat peringkat yaitu: 1) sensorymotor usia 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun, pada peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat indra dan pergerakannya; 2) peringkat preoperasional usia 1,5 tahun sampai dengan 6 tahun, pada peringkat ini anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbul; 3) concrete operasional usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun, pada peringkat ini anak sudah memberikan kecakapan yang berkenaan dengan konsepkonsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas; 4) formal operasional usia 12 tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
keatas, pada peringkat ini anak sudah bisa berpikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak. Berdasarkan peringkat perkembangan kognitif individu diatas, siswa SMA kelas XI rata-rata berusia 15 tahun sehingga termasuk dalam peringkat operasional formal, yang telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat digunakannya untuk memecahkan permasalahan. Sehingga penerapan metode pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah dalam hal ini metode problem solving dan problem posing sangat tepat diterapkan pada siswa SMA karena siswa telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat digunakannya untuk memecahkan permasalahan. b. Teori Pembelajaran Vygotsky Lain halnya dengan Piaget dalam Paul Suparno (1997) menyebutkan
ygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik, dan serta dialog dan dan komunikasi verbal dengan orang dewasa dalam perkembangan pengertian anak. Dalam interaksi verbal dengan orang dewasa
anak
ditantang
untuk
lebih
mengerti
pengertian
ilmiah
dan
Penerapan teori pembelajaran Vygotsky dalam penelitian ini bertolak pada pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik yaitu siswa yang belajar dalam kelompok kecil dapat mengkonstruksikan gagasan-gagasan dalam memecahkan permasalahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
dihadapi. Para siswa da;lam tahap ini diharapkan dapat bertukar pendapat atau pemikiran selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan diperoleh solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penerapan metode problem solving dan problem posing dalam penelitian ini dilakukan secara berkelompok. Slavin (2008) berpendapat penerapan pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil memiliki kelebihan tersendiri, yaitu siswa dapat saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi, menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Hal ini tentunya dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Penerapan problem solving dan problem posing dalam penelitian ini adalah siswa bekerja memecahkan masalah dalam kelompokkelompok kecil. c. Teori Pembelajaran Ausubel Belajar menurut Ausubel dalam Ratna (1989) diklasifikasikan kedalam dua dimensi, yaitu dimensi pertama yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran diberikan pada siswa dan dimensi ke-dua yang berkaitan dengan cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada. Lebih
berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri belajar dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa, dapat disebut sebagai belajar bermakna. Belajar bermakna menurut Ausubel dalam Ratna (1989) memiliki tiga kelebihan. Penjelasan mengenai kelebihan dari belajar bermakna adalah sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
berikut: 1) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat; 2) memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan 3) memudahkan belajar halPenerapan teori pembelajaran Ausubel dalam penelitian ini berdasarkan pada klasifikasi Ausubel mengenai belajar kedalam dua dimensi, yaitu: siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada dan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Para siswa dalam penelitian ini di harapkan dapat mengalami belajar bermakna melalui pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa dapat menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan cara mengaitkan informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan referensi pada struktur kognitif yang sudah ada, dan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi yang telah dipelajari. Berdasarkan uraian mengenai belajar bermakna dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang bermakna terdiri atas tiga hal, antara lain: 1) siswa mampu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru; 2) belajar tidak sekedar hafalan; dan 3) siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Problem Based Learning (PBL) Pendekatan dalam proses pembelajaran banyak model diantaranya: CTL (Contextual Learning), LC (Learning Cycle), Inquiry, Experiment, dan PBL (Problem Based Learning)/ Pembelajaran Berbasis Masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
masalah merupakan suatu kelompok strategi yang dirancang untuk mengajarkan skill-skill pemecahan masalah (problem solving) dan penelitian (inquiry) berdasarkan masalah diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk cara belajar
(Ibrahim dan Nur, 2000).
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding sebagai suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual siswa. PBL tidak terjadi tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Ciri khas pembelajaran berdasarkan masalah (Mohamad Nur, 2008) adalah: (1) Mengajukan pertanyaan atau masalah. Proses belajar mengajar menekankan pada mengorganisaikan pembelajaran di sekitar pertanyaanpertanyaan atau masalah-masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa. Pelajaran diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetitif beserta argumentasinya; (2) Berfokus pada interdisiplin. Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otentik itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak mata pelajaran; (3) Penyelidikan otentik. Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan nyata terhadap masalahmasalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
mengumpulkan
dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat inferensi, dan membuat simpulan. Selain itu siswa dapat menggunakan metode penyelidikan khusus bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki; (4) Menghasilkan karya nyata dan memamerkan. Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, rekaman video, atau program komputer. Karya nyata dan pameran dirancang siswa untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak terkait apa yang telah mereka pelajari. Karya nyata dan pameran ini merupakan salah satu ciri inovatif pembelajaran berbasis masalah; (5) Kolaborasi. Seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, seringkali dalam pasangan-pasangan atau kelompok kecil. Tahap-tahap pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Mohamad Nur (2008), tersaji dalam Tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Tabel 2.1 Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Fase atau Tahap
Perilaku Guru
Fase 1: Mengorientasikan
siswa Guru
kepada masalah.
menginformasikan
tujuan-tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Fase 2: Mengorganisasikan
siswa Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas
untuk belajar.
belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
Fase 3: Membantu
penyelidikan Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
mandiri dan kelompok.
melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
Fase 4: Mengembangkan menyajikan
hasil
dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan
serta memamerkannya.
model, serta membantu mereka berbagi karya mereka.
Fase 5: Menganalisis dan
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan
mengevaluasi proses
dan proses-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah.
(Mohamad Nur, 2008)
Tahap-tahap
pelaksanaan
pembelajaran
berbasis
dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
commit to user
masalah
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Tabel 2.2 Tahap-tahap Pelaksanan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Penelitian Fase atau Tahap Perilaku Guru Fase 1: Mengorientasikan
siswa Guru
kepada masalah.
menginformasikan
tujuan-tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa dengan menunjukkan 2 rangkaian berbeda yang dipakai sebagai objek untuk merumuskan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri.
Fase 2: Mengorganisasikan
siswa Guru membantu siswa membentuk kelompok dan mengatur
untuk belajar.
tugas-tugas belajar yang terkait dengan cara pemecahan masalah.
Fase 3: Membantu
penyelidikan Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi yang
mandiri dan kelompok.
sesuai, pelaksanaan eksperimen untuk memecahkan masalah.
Fase 4: Mengembangkan menyajikan
hasil
dan Guru membimbing siswa menyusun laporan eksperimen untuk karya dipresentasikan.
serta memamerkannya. Fase 5: Menganalisis dan
Guru
membimbing
siswa
mengevaluasi proses
memperoleh kesimpulan.
pemecahan masalah.
commit to user
melakukan
refleksi
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
4. Metode Problem Solving Manusia selalu dihadapkan pada masalah. Manusia akan belajar menjadi lebih dewasa dalam berpikir dan bijak dalam mengambil keputusan. Masalah menurut Jonnasen (2003) didefinisikan menjadi dua. Pertama, masalah adalah sesuatu yang tidak diketahui dalam beberapa konteks (perbedaan antara penentuan tujuan dan keadaan sekarang). Kedua, masalah adalah temuan atau pemecahan untuk sesuatu yang tidak diketahui harus mempunyai nilai sosial, budaya atau intelektual. Pemecahan masalah menurut Jonnasen (2003) memiliki dua sifat kritis sebagai berikut; 1) pemecahan masalah membutuhkan gambaran mental dari masalah atau konteks masalah tersebut; 2) keberhasilan dalam memecahkan masalah membutuhkan aktifitas siswa untuk memanipulasi dan menguji solusi pemecahan masalah mereka. Lebih lanjut Jonnasen (2003) menjelaskan dalam memecahkan masalah terjadi hubungan timbal balik antara pengetahuan dan aktivitas berpikir. Oleh sebab itu guru perlu memperhatikan kedua sifat kritis tersebut dalam pembelajaran menggunakan pemecahan masalah. Masalah merupakan komponen utama dalam metode ini, oleh sebab itu masalah yang di sajikan harus merangsang keingintahuan siswa. Masalah yang digunakan berupa masalah yang ada di dunia nyata, atau dapat ditemui siswa dalam kehidupatan sehari-hari. Kelebihan dari metode berbasis masalah, menurut Saiful dan Aswan (2006) antara lain: 1) melatih siswa mendesaian suatu penemuan; 2) melatih siswa berpikir dan bertindak kreatif ; 3) melatih siswa memecahkan masalah yang di hadapi secara realitis; 4) melatih siswa mengidentifikasi dan melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
penyelidikan; 5) melatih siswa menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan; 6) merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cepat; 7) membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan dari metode berbasis masalah menurut Saiful dan Aswan (2006) antara lain: 1) menetukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa, sangat diperlukan keterampilan guru; 2) Pembelajaran menggunakan metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang; 3) mengubah kebiasaan siswa dalam belajar yang membutuhkan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan keingintahuan dengan sifat kritis dalam pengajaran menggunakan pemecahan masalah atau problem solving. problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan
2007). Sehubungan dengan hal tersebut Saiful dan Aswan (2006) mengemukakan metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Hal ini disebabkan dalam penerapan metode ini, diawali dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Penerapan metode problem solving dalam kegiatan pembelajaran akan melatih siswa menghadapi berbagi masalah, baik inti masalah perseorangan maupun
masalah
kelompok.
Dengan
demikian,
siswa
akan
belajar
mengembangkan sikap keingintahuan dan imajinasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Pelaksanaan problem solving di dalam kelas terdiri atas lima langkah. Ke lima langkah pelaksanaan metode problem solving menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010) antara lain: 1) Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah yang di pilih; 2) Mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah; 3) membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk pemecahan masalah; 4) membimbing menyiapkan hasil laporan; 5) membimbing
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam proses penyelesaian masalah. Berdasarkan langkah-langkah tersebut diatas, dapat diketahui bahwa masalah merupakan komponen utama dari metode problem solving. Oleh sebab itu, masalah yang yang disajikan harus dapat merangsang keingintahuan siswa dan mampu melatih siswa untuk berpikir kreatif. Langkah-langkah penerapan problem solving dalam penelitian ini, antara lain: 1) mengorientasikan siswa pada masalah: guru mengajukan permasalahan dengan mengacu pada indikator kompetensi pembelajaran; siswa mengemukakan jawaban atau opini yang tidak perlu dijawab oleh guru; 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar: siswa mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pemecahan masalah; siswa membentuk kelompok-kelompok kecil;
siswa
menetukan prosedur pemecahan masalah; siswa melakukan diskusi; 3) membimbing penyelidikan individu atau kelompok: selama siswa mendiskusikan pemecahan masalah, guru membimbing siswa seminimal mungkin dalam menganalisis data/informasi yang telah dianalisis: siswa membuat solusi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah (presentasi); 5) menganalisis dan mengevaluasi proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pemecahan masalah: guru memberikan penguatan kepada siswa yang dapat berupa aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
5. Metode Problem Posing Problem posing
problem pose
dan Shadily, 1995). Paul Suparno (2007) menyatakan bahwa metode problem posing adalah metode pembelajaran berbasis masalah baik secara pribadi maupun bersama kelompok, siswa yang
diajak belajar menyusun permasalahan, guru
mengumpulkan permasalahan, mengidentifikasi, dan akhirnya siswa sendiri yang harus memecahkan permasalahan tersebut. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan problem posing menurut Paul Suparno (2007) adalah: 1) guru menjelaskan secara ringkas topik yang ingin dibahas dalam pelajaran; 2) siswa dalam kelompok atau sendiri-sendiri diminta untuk membuat beberapa permasalahan berkaitan dengan topik yang dipelajari. Persoalan dapat dikaitkan dengan penggunaan dan situasi nyata masyarakat; 3) masing-masing kelompok mengungkapkan persoalannya; 4) guru menuliskan di papan kemudian menngklasifikasikan, persoalan yang sama disatukan; 5) siswa diminta dalam kelompok mencari pemecahan persoalan yang sudah diurutkan oleh guru; 6) siswa diminta mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Langkah-langkah penerapan problem posing dalam penelitian ini antara lain: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, menjelaskan topik yang akan dipelajari secara singkat; 2) guru membentuk kelompok siswa secara heterogen antara 5-6 siswa tiap kelompok; 3) tiap kelompok diminta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
menyusun permasalahan yang sesuai dengan topik yang dibicarakan; 4) guru bersama siswa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh tiap-tiap kelompok; 5) permasalahan yang sudah teridentifikasi dikembalikan kepada kelompok untuk dipecahkan bersama anggota kelompoknya; 6) siswa melakukan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan masalah dan guru membimbingnya; 7) tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil
pemecahan
masalahnya. 6. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah cara mengapresiasikan diri terhadap suatu masalah dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas yang merupakan hasil dari pemikiran. Kreativitas bisa disalurkan dengan berbagai cara, diantaranya dengan membuat karya-karya seni yang mengandung nilai-nilai estetika atau keindahan. Kreativitas bisa muncul karena adanya dorongan di dalam diri untuk berkarya. Kreativitas (creativity) adalah penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk ide-ide yang baru dan lebih baik. Ide-ide baru dan yang lebih baik akan terlahir dengan serangkaian faktor yang dapat diukur. Maka
hasil
dari
suatu
kreativitas
dapat
ditingkatkan.
Upaya
untuk
menumbuhkembangkan kreativitas, berarti upaya mengoptimalkan belahan otak kanan (Anik Pamilu, 2005). Andrei G. Aleinikov (2005) menyatakan bahwa kreativitas adalah kebaruan yang dihasilkan dari inovasi dan inovasi adalah kebaruan yang ditransfer. Kebaruan yang begitu mendasar dibutuhkan untuk kreativitas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
inovasi, tidak pernah menjadi subjek pelajaran. Mempelajari, menjabarkan, dan mengklasifikasi kebaruan membawa pada kreasi atas sebuah ilmu baru. Pembelajaran yang berlangsung secara alami bukanlah kreativitas, tetapi mempercepat proses pembelajaran secara artificial (program-program yang telah didesain, sekolah, lembaga pendidikan) adalah kreativitas, yaitu kreativitas pendidikan. Kemampuan untuk menciptakan ide dan gagasan yang baru memang tidak dimiliki oleh semua orang, tetapi berwawasan luas adalah sebuah posisi yang kuat, sesuatu yang akan membawa setiap individu pada tingkat kreativitas dan kesuksesan yang lebih tinggi. John W. Sandtrock (2005) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive) untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program baru. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditunjukkan bahwa kreativitas mengandung unsur-unsur: (a) kemampuan membuat modifikasi dari sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses mental yang unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta menekankan pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan kreatif. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti maknanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
b. Kepribadian Orang Kreatif Orang kreatif adalah mereka yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan keterampilannya ia mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai yang mereka inginkan. Sebagian besar ilmuwan terkenal terlihat tertarik pada sejumlah peristiwa dan mengadakan eksperimen pada masa kecil mereka. Andrei G. Aleinikov (2005) menyampaikan bahwa Einstein, Archimedes, Edison, Rontgen, Socrates adalah orang-orang jenius dan kreatif. Ciri-ciri kepribadian yang kreatif adalah: (a) individu yang kreatif memiliki energi fisik yang besar yang memungkinkan bekerja berjam-jam; (b) individu yang kreatif cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga bisa seperti anak-anak. Ia mampu berpikir secara konvergen dan divergen; (c) individu yang kreatif memiliki kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja, keuletan, ketekunan untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi masalah yang sering dihadapi; (d) individu yang kreatif dapat memiliki salah satu alternatif antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu; (e) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan yang berbeda dalam merangkaikan hal-hal yang bersifat introversi maupun ekstroversi. Sebagian besar di antara individu cenderung untuk menjadi salah satu ciri di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan kedua ciri tersebut pada saat yang sama; (f) individu yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama; (g) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan andragoni, yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender maskulin-feminim; (h) individu yang kreatif cenderung mandiri; suka menentang; (i) kebanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan pekerjaan mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karyanya; (j) sikap terbuka dan sensitif pada individu kreatif sering membuat menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun juga dapat menjadikan suatu kegembiraan baginya. Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Utami Munandar (2004) adalah rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapatnya, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai rasa imajinasi, dan orisinil dalam ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah. Segi-segi mental orang kreatif antara lain: hasrat untuk mengubah hal-hal yang seharusnya menjadi lebih baik, kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu, minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan, rasa ingin tahu dan semangat yang tak pernah berhenti untuk mempertanyakan, mendalam dalam berpikir sikap yang mengarah untuk pemaksaan yang mendalam pula, konsentrasi, mampu menekuni sesuatu permasalahan hingga menguasai seluruh bagiannya, siap mencoba dan melaksanakannya, bersedia mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan, kesabaran untuk memecahkan permasalahan dalam detailnya, optimisme memerlukan antusiasme atau kegairahan dan rasa percaya diri, mampu bekerja sama, sanggup berikhtiar secara produktif bersama orang lain yang memiliki pandangan yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, menggunakan pengetahuan yang semua memilikinya dan membuat lompatan (quantum) yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan caracara yang baru. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pribadi yang kreatif mempunyai ciri-ciri menonjol, antara lain: (a) imajinatif; (b) inisiatif; (c) rasa ingin tahu; (d) mandiri; (e) penuh energi dan bersibuk diri; (f) berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri-ciri tersebut merupakan modal yang dimiliki siswa yang kreatif yang sangat dibutuhkan dan diharapkan untuk pengembangan pembelajaran demi keberhasilan proses belajar mengajar. c. Pengukuran Kreativitas Siswa Beberapa alat yang digunakan utuk mengukur kreativitas seseorang masing-masing memiliki ciri dan tujuan tertentu. Utami Munandar (2007) mengemukakan beberapa tes yang digunakan untuk mengukur kreativitas adalah sebagai berikut: (a) Tes Kemampuan Berpikir Divergen Guilford. Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, lentur, orisinil, dan terperinci. Tes berpikir kreatif dari Guilford ini untuk populasi remaja dan orang dewasa; (b) Tes Berpikir Kreatif-Produksi: menggambar yang dikonstruksi oleh Jellen dan Urban yang disebut Test for Creative Thingking Drawing Production (TCT-DP). Responden diminta untuk menyelesaikan gambar yang tidak lengkap; (c) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Torrance: Tes Torrance dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan ungkapan beberapa operasi mental kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
berpikir ini terdiri dari dua bentuk yaitu verbal dan visual; (d) Tes Berpikir Kreatif dengan Inventory Kathena-Torrance: Tes ini dengan cara pengamatan diri seseorang dalam bentuk daftar periksa, kuesioner dan inventori sebagai alat untuk mengukurnya; (e) Tes Berpikir Kreatif dengan bunyi dan kata: Tes ini produksi Torrance, Kathena, dan Sounds and Images yang menampilkan rangsang dalam bentuk suara bunyi dari yang sederhana sampai yang rumit. Siswa yang memiliki kreativitas mempunyai 4 faktor penting, yaitu: a) Kelancaran berfikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; b) Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; c) Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli; d) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci. Pada penelitian ini, tes kreativitas yang digunakan perpaduan antara berbagai jenis tes kreativitas yang disebutkan diatas, disusun dalam bentuk tes kreativitas belajar Fisika yang indikatornya disesuaikan kondisi siswa di SMA 6 Madiun antara lain sebagai berikut: (1) mempunyai inisiatif; (2) tertarik pada kegiatan kreatif; (3) kaya akan inisiatif; (4) tidak kehabisan cara dalam memecahkan masalah; (5) peka terhadap lingkungan; (6) terbuka terhadap pengalaman baru; (7) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; (8) toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (9) tekun dan tidak mudah bosan; (10) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; (11) percaya diri dan mandiri; (12) mempunyai gagasan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
orisinal; (13) mempunyai rasa ingin tahu yang besar; (14) tertarik pada hal-hal yang abstrak, kompleks, dan mengundang teka-teki; (15) mempunyai minat yang luas; (16) kritis terhadap pendapat orang lain; (17) senang mengajukan pertanyaan yang baik; (18) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu. 7. Keterampilan berpikir kritis Sumadi (2005) menjelaskan berpikir adalah proses yang dinamis yang yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Seseorang yang yang memiliki cara berpikir yang baik, dalam arti cara berpikirnya dapat
digunakan
untuk menghadapi suatu permasalahan baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan dengan baik. Keterampilan berpikir
kritis
adalah
keterampilan
individu
dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki (2007) menjelaskan berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk. Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Hassoubah (2007), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu: a) memberi penjelasan dasar (klarifikasi); b) membangun keterampilan dasar; c) menyimpulkan; d) memberi penjelasan lanjut; dan e) mengatur strategi dan taktik. Menurut Swartz dan D. N. Perkins dalam Hassoubah (2007), berpikir kritis berarti: 1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap yang akan diterima dan dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
dengan alasan yang logis; 2) memakai standar penilian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan; 3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut; dan 4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Sedangkan menurut Ennis dalam Hassoubah (2007)
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang sesuatu yang harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti latar belakang kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptisal terhadap yang telah dilakukan dalam kehidupan. Berpikir kritis juga berarti usaha untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan. Menurut Ennis dalam Hassoubah (2007) terdapat beberapa bentuk kecendrungan berpikir kritis, antara lain: 1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan; 2) mencari alasan; 3) berusaha mencari informasi dengan baik; 4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya; 5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; 6) berusaha tetap relevan dengan ide utama; 7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; 8) mencari alternatif; 9) bersikap dan berpikir terbuka; 10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan sesuatu; 11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan; 12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah; dan 13) peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Menurut Beyer dalam Hassoubah (2007), keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan untuk: 1) menentukan kredibilitas suatu sumber; 2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan; 3) membedakan fakta dari penilaian; 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan; 5) mengidentifikasi bias yang ada; 6) mengidentifikasi sudut pandang; dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. Berpikir kritis merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran memperhatikan faktor internal berpikir kritis. Proses atau jalannya berpikir terdiri atas tiga langkah, yaitu: pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Pengertian menurut Sumadi (2005) dibentuk melalui empat tingkat sebagai berikut: 1) menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis dengan memperhatikan unsur-unsur dari objek tersebut; 2) membandingkan ciri tersebut untuk mengetahui ciri-ciri yang sama dan yang tidak sama; dan 3) mengabstraksikan ciri-ciri tersebut dengan cara menyisihkan ciri-ciri yang tidak samadan menangkap ciri-ciri yang sama. Pembentukan pendapat berarti meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga jenis pendapat tersebut dijelaskan oleh Sumadi (2005) sebagai berikut: 1) pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
sesuatu; 2) pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu hal; dan 3) pendapat modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal. Pemecahan masalah melalui proses berpikir akan menghasilkan suatu keputusan. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Keputusan menurut Sumadi (2005) terdiri atas tiga macam sebagaimana berikut ini: 1) keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum; 2) keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus; dan 3) keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapatpendapat khusus yang telah ada. Definisi mengenai berpikir kritis itu sendiri telah banyak ditawarkan. Menurut Martinis (2008) keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki (2007) menjelaskan berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk. Pada penelitian ini, tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan ialah tes keterampilan berpikir kritis belajar Fisika yang indikatornya ditentukan peneliti sesuai dengan referensi yang ada dengan disesuaikan kondisi siswa di sekolah sebagai berikut: (1) Menemukan permasalahan pada materi yang dipelajari; (2) Menemukan masalah dalam kehidupan seari-hari yang terkait
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dengan materi yang dipelajari; (3) Mampu mengambil tindakan yang tepat berdasarkan data/informasi yang diperoleh untuk digunakan dalam memecahkan masalah; (4) Mengaitkan fakta, ide, atau pandangan serta mampu mengemukakan informasi baru berdasarkan data yang telah dikumpulkan untuk memecahkan permasalahan pada saat diskusi; (5) Mengajukan pertanyaan pada guru mengenai hal-hal yang kurang dimengerti dalam materi pelajaran dengan baik; (6) Mengajukan pertanyaan pada guru mengenai hal-hal yang kurang dimengerti dalam materi pelajaran dengan pertanyaan yang tergolong high order thingking (analisis, sintesis, dan evaluasi); (7) Menjawab pertanyaan guru atau teman dengan baik dan benar; (8) Menjawab pertanyaan guru atau teman dengan baik dan menjelaskan alasannya; (9) Mampu membuat kesimpulan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan kegiatan; (10) Berpikir dengan tingkat keterampilan berpikir high order thinking (analisis, sintesis, dan evaluasi).
8. Prestasi Belajar Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar Fisika
adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif
seluruh
potensi
yang
dimilikinya
baik
aspek
kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Fisika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
9. Hakekat Fisika Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejalagejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2
dengan mengerjakan atau bertindak dengan inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh karena itu, untuk mempelajari fisika dan membentuk pengetahuan tentang fisika diperlukan kontak langsung dengan objek yang ingin diketahui. Hal inilah yang mendasari pentingnya penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran fisika, siswa dapat mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan. Fisika sebagai bagian dari sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan sisi lain sebagai produk. Proses merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti sangat pokok dalam kegiatan sains termasuk fisika. Oleh karena melalui kegiatan inkuiri siswa diharapkan dapat menemukan produk sains berupa konsep, teori dan prinsip serta dapat mengembangkan proses sehingga sikap ilmiah siswa dapat berkembang. Penemuan konsep juga dapat diperoleh melalui cara berpikir siswa dengan cara memodifikasi permasalahan yang dihadapi. 10. Materi Listrik Dinamik Materi listrik dinamik merupakan salah satu materi pelajaran fisika yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran materi listrik dinamik melibatkan siswa untuk mempelajarinya secara langsung dengan memperhatikan, mengamati, menyalidiki, dan menganalisis lingkungan di sekitar mereka. Dengan demikian siswa dapat membangun sendiri konsep mengenai listrik dinamik. Hal Ini sesuai dengan metode pembelajaran dengan berbasis masalah (Problem Based Learning) yang menuntut siswa mengatasi/mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang di pelajari. Metode PBL problem solving dan PBL problem posing
digunakan dalam materi ini memungkinkan siswa berlatih untuk
memecahkan masalah yang dipelajari. a. Besaran-besaran Listrik 1) Kuat Arus Listrik Konsep listrik tidak akan terlepas dari istilah kuat arus listrik. Kuat arus listrik disebut juga arus listrik. Besaran arus listrik inilah yang menyebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
peralatan-peralatan listrik dapat difungsikan. Arus listrik muncul dari muatan listrik yang ada pada benda. Hubungan kuat arus dan muatan sebagai berikut.
Persamaannya sebagai berikut: I
dQ dt
Dengan, I = kuat arus, ampere (A) Q = muatan listrik, coulomb (C) t = waktu, sekon (s) Besarnya muatan listrik (Q) ditulis dalam bentuk persamaan:
Dengan, Q = muatan listrik, satuan coulomb ne = jumlah elektron qe = nilai muatan 1 elektron; 1,6 x 10-19 C Besar muatan listrik total dari suatu jumlah pembawa muatan (n) yang melewati sebuah konduktor dengan luas penampang (A) dan konduktor sepanjang (X), ditulis dalam bentuk persamaan:
Dengan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Qt = muatan listrik total ne = jumlah pembawa muatan qe = nilai muatan satu elektron A = Luas penampang konduktor X = panjang konduktor Besar kuat arus rata-rata (Ir) dari suatu jumlah pembawa muatan(n) yang melewati konduktor dengan penampang (A) sepanjang (X) dapat ditulis dengan persamaan:
Dengan, t = waktu, sekon
atau dapat ditulis dengan persamaan:
Dengan, v = kelajuan rata-rata/kelajuan hanyut
2) Tegangan Listrik Tegangan listrik menggambarkan kemampuan untuk mengalirkan arus listrik. Tegangan listrik harus dimiliki oleh peralatan sumber tegangan listrik. Istilah lain dari tegangan listrik yaitu potensial listrik. Besaran ini mempunyai satuan volt (V). Tegangan listrik dapat berupa DC atau AC.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
3) Hambatan Hambatan atau resistansi merupakan besaran yang mampu menghalangi aliran arus listrik dan nilai tegangan listrik. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa nilai hambatan yang besar di suatu penghantar akan menyebabkan berkurangnya nilai arus listrik yang melewatinya. Sebaliknya, semakin kecil nilai hambatan di suatu penghantar, semakin mudah pula arus listrik melewati penghantar tersebut. Hambatan listrik mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Bentuk hambatan listrik kawat penghantar atau kabel listrik,
4) Alat Ukur Besaran Listrik Manusia mampu membuat alat yang dapat mengukur nilai besaranbesaran listrik. Besaran kuat arus listrik dapat diukur menggunakan amperemeter. Alat ini dipasang secara seri dalam sebuah rangkaian. Salah satu skala pada amperemeter diperlihatkan seperti Gambar 2.1b.
Gambar 2.1 Amperemeter dan Cara Pemasangannya
Cara membaca arus yang masuk kealat tersebut dicontohkan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Kuat arus
nilai pada skala nilai maksimum skala
jangkauan
9 500mA 450mA 10 Alat ukur tegangan listrik adalah voltmeter. Voltmeter dipasang secara pararel untuk mengukur tegangan suatu rangkaian.
V
Gambar 2.2 Voltmeter dan Cara Pemasangannya Pembacaan skala pada voltmeter analog dengan skala pada amperemeter Pengukuran selanjutnya dilakukan pada besaran hambatan. Peralatan ukur hambatan yaitu ohmmeter. Pada saat ini pengukuran hambatan lebih sering menggunakan alat yang disebut multimeter. Alat ini merupakan gabungan antara amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter.
Gambar 2.3 Multimeter Adapun cara membaca skala pada multimeter sama dengan membaca skala pada ampermeter dan voltmeter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b) Mengenal Rangkaian Listrik 1) Pengertian Rangkaian Listrik Rangkaian listrik yaitu kumpulan komponen elektronik yang tersusun dalam suatu jaringan. Setidaknya ada tujuh buah komponen elektronik dalam suatu rangkaian listrik. Dua di antaranya yaitu sumber tegangan dan resistor. Dua komponen inilah yang memunculkan besaran tegangan listrik, kuat arus, dan hambatan. 2) Alat Penghasil Sumber Tegangan Salah satu komponen penting dalam rangkaian listrik yaitu alat penghasil sumber tegangan. Di dalam alat ini dapat diciptakan beda tegangan yang akan menghasilkan arus listrik. Salah satu jenis tegangan listrik adalah DC (Direct Current). Jenis listrik ini menghasilkan arus listrik yang konstan. Listrik DC dihasilkan dari sumber tegangan DC, diantaranya baterai dan aki. Sumber tegangan ini ada yang habis sekali pakai, ada juga yang dapat diisi ulang. Sumber listrik DC inilah yang kita maksudkan ketika berbicara mengenai rangkaian listrik sederhana. 3) Hambatan Listrik dan Hukum Ohm Pengertian mengenai hambatan beserta contohnya dalam suatu rangkaian telah disampaikan di depan. Di bagian ini akan dipelajari hubungan antara besaran kuat arus, beda tegangan dengan hambatan listrik. Hubungan ketiganya lebih
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial dan berbanding terbalik p hukum Ohm dapat ditulis dalam bentuk persamaan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
I
V R
Dengan, I = kuat arus listrik (ampere) V = tegangan listrik (volt) R = hambatan (ohm) Nilai hambatan pada suatu penghantar ditentukan oleh panjang penghantar, luas penampang penghantar, serta hambatan jenis dari penghantar. Persamaan hubungan besaran-besaran tersebut dapat ditulis:
R
l A
Dengan, R = Hambatan pengantar (ohm) = hambatan jenis penghantar (ohm meter) l = panjang penghantar (meter) A = luas penampang penghantar (m 2)
4) Resistor Hambatan dapat berada di seluruh komponen listrik, baik di sumber tegangan, kawat penghantar, maupun peralatan listrik. Namun, ada benda elektronik yang bertugas sebagai hambatan, alat ini biasa disebut dengan istilah resistor. Resistor dapat berupa resistor tetap dan resistor tidak tetap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
5) Metode Susunan Komponen Elektronik Komponen elektronik seperti sumber tegangan dan resistor mempunyai metode khusus dalam merangkainya. Metode tersebut sebagai berikut. a) Susunan Rangkaian Seri Merangkai
seri
maksudnya
menyambungkan
kaki-kaki
yang
polaritasnya berbeda dari komponen elektronik. i)
Susunan Seri Sumber Tegangan Sumber tegangan dapat dirangkai seri. Simbol elektronik untuk rangkaian seperti gambar berikut.
menjadi
Gambar 2.4 Simbol Rangkaian Seri Sumber Tegangan Nilai tegangan dari cara merangkai secara seri merupakan penjumlahan nilai masing-masing sumber tegangan. Persamaannya sebagai berikut. n
ES
Ek
E1
E2
En
k 1
Dengan, E s = nilai tegangan total seri (volt)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
n
=
jumlah sumber
tegangan Nilai hambatan dalam total dari masing-masing sumber tegangan dirumuskan sebagai berikut. Dengan,
n
rS
rk
r1
r2
rn
k 1
rs n = jumlah sumber tegangan ii) Susunan Seri Resistor Resistor dapat dirangkai secara seri.
menjadi
Gambar 2.5 Simbol Rangkaian Seri Resistor Nilai hambatan dari hasil rangkaian seri ini disebut hambatan ekuivalen (Rek) atau hambatan seri (Rs) persamaan dapat ditulis: n
Rek
Rs
Rk k 1
Pada rangkaian hambatan seri berlaku hal-hal berikut:
Is VS
I1 I 2 I n V1 V2 ... Vn
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
b) Susunan Rangkaian Pararel Merangkai paralel maksudnya yaitu menyambungkan kaki-kaki yang polaritasnya sama dari komponen elektronik. i)
Susunan Paralel Sumber Tegangan Er
Er
menjadi
Er
Epr p
Gambar 2.6 Simbol Rangkaian Paralel Sumber Tegangan Nilai susunan paralel dari sumber tegangan mempunyai nilai tegangan dan hambatan dalam yang sama yaitu :
Ep
E
Hambatan dalam total bernilai : 1 rp
1 r
1 r
1 r
ii) Susunan Paralel Resistor Seperti halnya pada sumber tegangan resistor dapat disusun secara paralel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
menjadi
Gambar 2.7 Simbol Rangkaian Paralel Resistor Nilai R yang disusun paralel yaitu : N
1 Rp
k
1 1 Rk
Pada rangkaian hambatan paralel berlaku hal-hal berikut.
c)
Ip
I1
I2
Vp
V1
V2
... I n Vn
Susunan Resistor Rangkaian Delta Resistor yang berjumlah lebih dari satu dapat dirangkai baik secara seri maupun paralel. Selain kedua jenis rangkaian tersebut (seri dan paralel) ada suatu rangkaian yang dikenal sebagai rangkaian delta seperti Gambar 2.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Gambar 2.8 Susunan Rangkaian Delta Rangkaian di atas sangat sulit untuk diselesaikan secara langsung menggunakan hitungan resistor seri maupun paralel. Salah satu solusi untuk mencari nilai R gabungan rangkaian tersebut yaitu dengan transformasi Delta-Bintang seperti Gambar 2.9. metode DeltaBintang memunculkan R1-2, R3-1, R2-3. Nilai tiap-tiap resistor dari rangkaian tersebut sebagai berikut.
R1
2
R3
1
R2
3
R1
R1R2 R2 R3 R 3 R1
R1
R2
R3
R 2 R3 R1 R 2 R3
Transformasinya yaitu:
R1
R2
R3
R1
2
R1
2
R1
2
R2 3 R3 1 R2 3 R2 3 R3 R3 1 R2 3 R1 2
R3
1
Gambar 2.9 Transformasi Delta Bintang 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
d)
Susunan Resistor Jembatan Wheatstone Ada satu lagi susunan resistor yang tidak bias diselesaikan secara langsung dengan metode seri maupun dengan metode paralel. Susunan tersebut seperti pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Resistor yang Cukup Rumit Rangkaian di atas disebut susunan Jembatan Wheatstone, jika nilai perkalian dua resistor yang berhadapan sama. Berdasarkan syarat itu nilai R1R3 harus sama dengan nilai R2R4. Jika syarat ini terpenuhi, berlakulah susunan Jembatan Wheatstone. Susunan ini menyatakan bahwa nilai R5 dianggap tidak ada serta tidak dialiri arus listrik. Perhitungan susunan ini dapat diselesaikan dengan susunan rangkaian seri dan paralel. Nilai total rangkaian resistor tersebut menjadi: 1 R total
1 R1
1 R2
R4
R3
Hambatan sebanding dengan panjang, untuk bahan hambatan dengan luas penampang sama maka dapat digunakan metode Jembatan Wheatstone.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Gambar 2.11 Pengukuran Hambatan dengan Metode Jembatan Wheatstone Persamaannya sebagai berikut.
RK
R2 RS R1
l2 RS l1
Dengan : R5 RK l1,l2= panjang kawat (m) 6) Besaran dalam Rangkaian Listrik Besaran-besaran dalam rangkaian listrik akan dijelaskan sebagai berikut. a) Kuat Arus Listrik Nilai kuat arus listrik menyatakan banyaknya muatan listrik yang menembus luasan penghantar tiap satuan waktu. b) Tegangan Listrik Pada sumber tegangan real, hambatan dalam menyebabkan adanya perbedaan nilai antara tegangan yag dihasilkan sumber atau ggl dengan tegangan yang terukur oleh voltmeter. Tegangan ini biasa dinamakan tegangan jepit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tegangan antara titik A dan B dirumuskan:
V AB
E
Ir
Dengan, VAB = tegangan jepit (V) E = sumber tegangan (V) I = arus listrik (A) r = hambatan dalam (ohm) Gambar 2.12 Tegangan Jepit
c) Energi Listrik Energi listrik tidak dapat dilihat, tetapi dapat diukur. Energi listrik yang digunakan oleh suatu peralatan listrik dapat diukur dengan persamaan :
W
Pt
Dengan, W = energy listrik (joule atau kWh) t = waktu (sekon) P = daya listrik (watt) d) Daya Listrik Daya listrik merupakan laju energi listrik persatuan waktu. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
P VI
V2 I R R 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Pada sebuah alat yang tertulis P1 dan V1, namun dipasang pada tegangan V2, maka daya yang digunakan sebesar :
P2
V2 V1
Dengan,
2
P1
P1 = daya yang tertulis pada peralatan (W) P2 = daya sesungguhnya yang diserap peralatan (W) V1 = tegangan yang tertulis pada peralatan (V) V2 = tegangan sesungguhnya yang diberikan kepada peralatan (V)
Hubungan antara watt, joule, dan kilo Watt hour (kWh) dapat dituliskan sebagai berikut. 1 watt = 1 joule/sekon 1 joule = 1 watt sekon 1 kWh = 3,6 x 106 J 7) Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian listrik merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Bekal yang harus dipersiapkan yaitu pemahaman tentang hukum Ohm dan hukum Kirchhoff. a) Hukum Kirchhoff Hukum Kirchhoff membahas nilai kuat arus maupun tegagan dalam suatu rangkaian listrik. Ada dua hukum Kirchhoff
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
yang akan dibahas saat ini, yaitu hukum I Kirchhoff tentang pembagian arus serta hukum II Kirchhoff tentang tegangan. Hukum I Kirchhoff digambarkan seperti Gambar 2.13. arus listrik masuk dan keluar dari suatu percabangan. Nilai arus yang masuk dan keluar ini dapat dijelaskan dengan konsep hukum I Kirchhoff. Hukum ini juga disebut
(KCL).
Gambar 2.13 Gambar Arus yang Mengalir dalam Percabangan
Hukum I Kirchhoff menjelaskan sebagai berikut:
(titik) percabangan bernilai Konsep hukum I Kirchhoff ini lalu diterjemahkan dengan persamaan berikut.
Dengan persamaan di atas, ilustrasi sebaran arus pada Gambar 2.13 dapat dituliskan sebagai berikut. I1
I2
I3
I4
I5
0,
sehingga
commit to user
I1
I2
I2
I4
I5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Dari konsep yang sederhana ini dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pembagian arus dalam rangkaian listrik. Selain permasalahan pembagian arus, hukum Kirchhoff juga menjelaskan mengenai nilai tegangan pada suatu rangkaian listrik. Hukum yang menjelaskan nilai tegangan dalam rangkaian listrik dikenal dengan hukum II Kirchhoff yang berbunyi:
Tegangan yang dimaksud dalam hukum tersebut yaitu tegangan dari sumber tegagan (E) maupun tegangan pada beban (V). Konsep di atas dirumuskan sebagai berikut. N
N
Ek k 1
Vk
0
k 1
Hukum II Kirchhoff ini disebut juga sebagai Law (KVL). KVL sering digunakan dalam konsep rangkaian listrik tertutup (loop/mesh). b) Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Tunggal Rangkaian listrik tertutup (loop) dapat dicontohkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Gambar 2.14 Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Tunggal Beberapa hal yang terkait dengan masalah rangkaian sebagai berikut: i) Arah arus listrik di dalam sumber tegangan yaitu dari kutub negatif ke positif, sedangkan di luar sumber tegangan yaitu dari kutub positif ke negatif. ii) Penentuan arah loop bebas, tetapi ada beberapa ketentuannya. Jika arah loop berarah sama dengan kuat arus listrik, penulisan kuat arusnya positif (+). Sebaliknya, jika arah loop berlawanan dengan arah kuat arus listrik, penulisan kuat arusnya negatif (-). iii) Arah loop juga berpengaruh terhadap penulisan tegangan
listrik. Tegangan bernilai positif jika arah loop pertama kali menyentuh kutub positif. Sebaliknya, jika arah loop pertama kali menyentuh kutub negatif, nilai tegangannya negatif. c) Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Majemuk. Rangkaian listrik majemuk mirip dengan rangkaian listrik tertutup (loop) tunggal. Perbedaan terletak pada jumlah loop yaitu lebih dari satu. Contoh mesh dengan dua loop sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Gambar 2.15 Rangkaian Listrik Tertutup (loop) Majemuk Uraian arus dan tegangan pada dua loop
i) Pada loop I Menurut hukum I dan II Kirchhoff didapatkan :
ii) Pada loop II Menurut hukum I dan II Kirchhoff didapatkan :
Dari dua loop tersebut akan didapatkan dua persamaan yang dapat digunakan untuk mencari nilai arus dalam rangkaian tersebut. Metode yang digunakan dikenal sebagai eliminasi substitusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Tantri Mayasari (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan
memperhatikan
keterampilan
berpikir
kritis
siswa
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Relevansi penelitian yang dilakukan Tantri Mayasari (2008) dengan penelitian ini terletak pada variabel moderator, yaitu: keterampilan berpikir kritis siswa. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Tantri Mayasari (2008) menggunakan variabel bebas model pembelajaran yang terdiri atas model pembelajaran PBI dan SSCS, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel bebas metode pembelajaran yang terdiri atas metode PBL problem solving dan PBL problem posing. 2. Penelitian Akhmad Naparin dan Ratna Yulinda (2008), mencari interaksi pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah dan pendekatan problem posing dalam pembelajaran melalui studi pustaka, kemudian menerapkannya dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, proses problem solving
dilakukan
dengan
pendekatan
problem
posing,
pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah, problem solution, dan komunikasi. Hasil
wa dan pengurangan dominasi guru dalam pembelajaran. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang
akan
dilaksanakan
ialah
penggunaan
pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah atau lebih dikenal Problem Based
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Learning (PBL) dan pendekatan problem posing. Jika penelitian ini mencari interaksi
antara
keduanya,
penelitian
yang
akan
dilaksanakan
membandingkan pendekatan tersebut. Jika penelitian Akhmad Naparin dan Ratna Yulinda merupakan penelitian kualitatif, penelitian selanjutnya ialah penelitian kuantitatif dengan membandingkan pendekatan PBL dengan problem solving dan problem posing dengan memperhatikan dua faktor internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. 3. Penelitian Osman Cankoy dan Sitkiye Darbaz (2011) tentang efek problem posing berdasarkan pembelajaran problem solving dalam memahami permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penampilan siswa dalam memahami masalah matematis. Setelah diberi tes pemahaman awal, siswa dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan problem posing berdasarkan pembelajaran problem solving, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran problem solving tradisional. Dalam waktu 10 minggu diberi perlakuan, kemudian diberi post test pemahaman masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pemahaman masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol dalam semua dimensi (mengungkapkan kembali, memvisualisasikan, dan penjelasan kualitatif). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah penggunaan problem posing dan problem solving. PBL mengajarkan problem solving dan inquiry. Penelitian ini membandingkan dua pendekatan tersebut dan menunjukkan bahwa problem posing memberikan hasil yang lebih baik. Kelemahan penelitian ini ialah belum diperhatikannya faktor internal siswa yang bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dijadikan sebagai variabel moderator. Dalam penelitian lebih lanjut, akan dibandingkan pendekatan problem solving dan problem posing dengan memperhatikan faktor internal siswa berupa kreatifitas dan keterampilan berpikir kritis. 4. Penelitian Oon-Seng Tan, Stefanie Chye, dan Chua-Tee Teo (2009) melakukan penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-2008) untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa. Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya dipertanyakan. Perhatian seharusnya kemudian dilatihkan dalam memproklamasikan PBL sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan dalam memelihara kreativitas siswa. Dapat disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan. Sebagai tindak lanjut penelitian ini, akan dikembangkan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu membandingkan problem solving dengan problem posing. Jika penelitian ini menunjukkan kaitan PBL dengan kreativitas, maka untuk penelitian selanjutnya, kreatifitas siswa sebagai faktor internal siswa akan diperhatikan sebagai variabel moderator. Sedangkan untuk pendekatan yang ditawarkan lebih lanjut, problem posing, akan memerlukan keterampilan berpikir kritis sebagai faktor internal yang diperhatikan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Murdiana (2009) tentang studi komparasi pembelajaran problem posing dan problem solving. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
pembelajaran problem posing dengan metode problem solving. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran problem posing lebih efektif daripada problem solving. Sebagai tindak lanjut penelitian ini, akan dikembangkan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu membandingkan problem solving dengan problem posing, jika penelitian ini bertujuan hanya untuk membandingkan kedua metode, maka pada penelitian yang akan dilakukan ini juga untuk membandingkan kedua metode tapi dikaitkan hubungannya dengan faktor internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan berpikir siswa. 6. Mustapha, R dan Laila (2011) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
oleh
siswa.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji sikap siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa dan membuat pembelajaran yang lebih bermakna. Sikap siswa menjadi lebih positif berkaitan dengan PBL. Dalam pertanyaan terbuka, responden mengatakan bahwa mereka menyukai kegiatan kolaboratif dan pemecahan masalah. Bedanya dengan penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh PBL problem solving dan PBL problem posing dikaitkan dengan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. 7.
Awang, H dan Ramli (2008) menyajikan makalah pendekatan berpikir kreatif untuk menerapkan Pembelajaran berbasis masalah dalam Mekanika Struktur dalam lingkungan Politeknik Malaysia. Dalam proses pembelajaran, siswa belajar bagaimana menganalisis masalah yang diberikan antar mahasiswa dan diselasaikan melalui diskusi kelas dan eksperimen. Selanjutnya, melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
penekanan ini tentu saja pada pembelajaran berbasis masalah, siswa memperoleh keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan profesional karena mereka harus berpikir kompleks, interdisipliner dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Setelah ide-ide kreatif yang dihasilkan, ada teknik tambahan yang berguna untuk ide-ide tender yang akan tumbuh menjadi sebuah konsep produktif atau solusi. Kombinasi keterampilan kreatif dan kemampuan teknis akan memungkinkan para siswa untuk siap di terima di industri ketika mereka lulus. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada proses pembelajaran, pembelajaran dilakukan dengan cara siswa diberi masalah/diminta mengajukan masalah selanjutnya masalah tersebut harus diselesaikan oleh siswa secara berkelompok dengan desain sendiri melalui eksperimen. 8.
Ramirez (2008) meneliti efek dari aktivitas kreatif dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada kemampuan kimia siswa SMA. Enam puluh (60) siswa ditugaskan secara acak ke dalam kelompok Instruksi dengan Kegiatan Kreatif (ICA) dan kelompok Instruksi dengan Tidak Kreatif Kegiatan (INCA). Berbagai kegiatan kreatif dimasukkan ke empat belas pelajaran dari kelompok (ICA) dalam intervensi yang berlangsung selama sepuluh minggu. Kelompok Kegiatan Kreatif (ICA) diperkirakan memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dalam Tes Kimia. Namun, ada perbedaan yang signifikan ditemukan antara skor posttest rata-rata dari ICA dan INCA dalam kemampuan kimia. Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara rata-rata skor dari pre-test ke post-test dari kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
kelompok. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kreativitas dan ketrampilan berpikir kritis merupakan faktor internal siswa yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing.
C. Kerangka Berpikir Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA N 6 Madiun terus dilakukan, khususnya dalam
pembelajaran Fisika diantaranya dengan terus
mengikutkan diklat, workshop, baik di tingkat kota maupun propinsi untuk menambah pengetahuan guru, utamanya pada metode pembelajaran. Meskipun diklat sudah dilakukan oleh guru, namun pembelajaran fisika di SMA N 6 Madiun masih monoton. Akibatnya siswa tidak suka dengan pelajaran fisika, siswa bosan, sehingga prestasi yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan. Proses pembelajaran Fisika khususnya Listrik Dinamik, adalah materi yang banyak dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah yang sering mereka jumpai dalam kehidupan, sehingga siswa perlu dilatih untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah Listrik Dinamik. Tidak semua siswa mempunyai faktor internal tingkat kreativitas yang sama,
selama ini belum diperhatikan oleh guru. Keterampilan berpikir kritis
merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Berdasakan hal tersebut, diuraikan kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut: 1.
Pengaruh metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar Materi Listrik Dinamik adalah
materi yang abstrak namun efeknya
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran yang dilakukan dengan melibatkan siswa dalam bentuk penyelesaian masalah yaitu dengan PBL problem solving
dan PBL problem posing, akan memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dengan pemikiran bahwa, PBL problem solving
adalah suatu metode pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk
memecahkan masalah dengan eksperimen yang mereka desain sendiri dan masalah sudah dirumuskan oleh guru. Sedangkan PBL problem posing adalah suatu metode pembelajaran siswa diminta untuk memecahkan masalah dengan eksperimen yang mereka desain sendiri dan masalah dirumuskan sendiri oleh siswa. Pembelajaran dengan PBL problem posing siswa dituntut untuk berpikir lebih keras untuk merumuskan suatu masalah dan memungkinkan pemikiran siswa lebih berkembang dan menghasilkan banyak masalah yang diperoleh. Menurut Piaget siswa SMA tergolong pada fase operasional formal dimana pada fase ini anak sudah bisa berpikir abstrak, maka diduga pembelajaran dengan PBL problem posing akan memperoleh prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran dengan PBL problem solving. 2.
Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive)
untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
yang berbeda dari yang sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program baru. Ciri-ciri siswa yang kreativitasnya tinggi: (a) kemampuan membuat modifikasi dari sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses mental yang unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta menekankan pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan kreatif. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti maknanya. Siswa yang kreativitas tinggi, akan bersikap aktif mencari informasi terkait dengan materi pelajaran. Sehingga siswa yang mempunyai kreativitas tinggi di duga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi. 3.
Pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar Keterampilan berpikir
kritis
adalah
keterampilan
individu
dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. Siswa dengan keterampilan berpikir kritis tinggi ditandai dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Beberapa bentuk kecendrungan berpikir kritis, antara lain: 1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan; 2) mencari alasan; 3) berusaha mencari informasi dengan baik; 4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
menyebutkannya; 5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; 6) berusaha tetap relevan dengan ide utama; 7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; 8) mencari alternatif; 9) bersikap dan berpikir terbuka; 10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan sesuatu; 11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan; 12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah; dan 13) peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain. Dari ciri-ciri siswa yang memiliki keterampilan berpikir kristis diatas, diduga siswa yang mempunyai keterampilan berpikir kritis tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi. 4.
Interaksi antara kreativitas siswa dengan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru,
sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti maknanya. Keterampilan berpikir
kritis
adalah
keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan internal yang dimiliki siswa, keduanya merupakan faktor internal yang positip. Jika pembelajaran dilakukan didasarkan pada faktor internal siswa secara optimal maka diduga yang memiliki kreativitas tinggi dan keterampilan berpikir tinggi akan memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap prestasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
5. Interaksi antara kreativitas siswa dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar. Penerapan metode PBL problem solving dan PBL problem posing yang samasama berbasis masalah, dengan memperhatikan faktor internal masing-masing siswa diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan memperhatikan kreatitivitas siswa,
diduga akan memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap prestasi
belajar siswa. 6. Interaksi antara keterampilan berpikir kritis dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. Penerapan metode PBL problem solving dan PBL problem posing yang sama-sama berbasis masalah, dengan memperhatikan faktor internal masingmasing siswa diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan memperhatikan
keterampilan berpikir kritis siswa, diduga akan memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar Pembelajaran berbasis masalah dengan metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan memperhatikan faktor internal siswa diantaranya kreativitas dan keterampilan berpikir kritis diyakini akan mempengaruhi prestasi belajar secara bersamaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. ada pengaruh antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. 2. ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 3. ada pengaruh antara keterampilan berpikir kritis siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 4. ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan prestasi belajar siswa. 5. ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. 6. ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. 7. ada interaksi antara kreativitas siswa, keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun, Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012-2013 pada bulan Juli- Agustus tahun 2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yang diasumsikan memiliki kemampuan dan prestasi belajar yang sama didasarkan pada nilai raport semester 2 tahun pelajaran 2011-2012. Kelompok eksperimen satu diberi perlakuan pembelajaran Fisika dengan metode PBL problem solving, sedangkan kelompok eksperimen yang lain diberi perlakuan pembelajaran Fisika dengan metode PBL problem posing.
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA tahun pelajaran 2012-2013. Teknik pengambilan sampel digunakan adalah cluster random sampling
populasi dipandang sebagai kelompok-kelompok. Undian
dilakukan menggunakan koin. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Mengambil dua kelas secara random acak dengan cara undian untuk menetukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan hasil XI IPA 2. dan XI IPA 3. 2. Setelah didapat dua kelas kemudian diundi kembali untuk menentukan kelas yang diberi perlakuan dengan metode PBL problem solving dan metode PBL problem posing. Hasil undian diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelompok eksperimen penerapan pembelajaran Fisika menggunakan metode PBL problem solving, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen penerapan pembelajaran Fisika menggunakan metode PBL problem posing.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2 x 2 x 2. Desain faktorial penelitian seperti yang ditunjukkan tabel 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian
Metode Pembelajaran
Kreatifitas (B) Keterampilan berpikir kritis (C)
A1
A2
B1
A1B1
A2B1
B2
A1B2
A2B2
C1
A 1C 1
A2C1
C2
A 1C 2
A2C2
E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang terdiri atas metode PBL problem solving dan metode PBL problem posing. Kedua metode pembelajaran tersebut berlandaskan konstruktivisme, keterampilan memecahkan masalah, dan dapat dikerjakan siswa baik secara individu maupun berkelompok. a Definisi operasional Metode PBL problem solving adalah metode pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah, guru menyediakan permasalahan yang berkaitan dengan materi listrik dinamik untuk dipecahkan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Metode PBL problem posing adalah metode pembelajaran yang berlandaskan pada pemecahan masalah, permasalahan yang berkaitan dengan listrik dinamis diajukan oleh siswa dan dipecahkan oleh siswa sendiri. b. Skala Pengukuran Metode pembelajaran berskala nominal dengan kategori metode PBL problem solving dan PBL problem posing. c. Indikator Kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen I dan diberi pembelajaran menggunakan metode PBL problem solving, sementara kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II dan diberi pembelajaran menggunakan metode PBL problem posing. 2. Variabel moderator Variabel
moderator
dalam
penelitian
keterampilan berpikir kritis siswa. Kreativitas
ini
adalah
kreativitas
dan
siswa diukur melalui angket
kreativitas siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa diukur menggunakan angket keterampilan berpikir kritis siswa. Pengukuran melalui angket dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan. a. Definisi operasional Kreativitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada. Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa mengidentifikasi masalah, menganalis masalah, keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
bertanya, keterampilan menjawab pertanyaan, tingkat keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa, dan menyusun kesimpulan. b. Skala pengukuran Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa berskala interval dengan dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. c. Indikator Kreativitas siswa berkategori tinggi jika skor skor kreativitas siswa, sedangkan kreativitas siswa berkategori rendah jika skor kreatifitas siswa < mean skor kreatifitas siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa ean skor keterampilan berpikir kritis siswa, sedangkan keterampilan berpikir kritis berkategori rendah jika skor keterampilan berpikir kritis <
mean skor
keterampilan berpikir kritis siswa. 3. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif siswa diukur melalui tes dengan bentuk soal pilihan ganda. Pengukuran prestasi belajar kognitif berdasarkan standar ketuntasan minimal mata pelajaran Fisika aspek afektif siswa diukur melalui pedoman penilaian prestasi belajar afektif siswa. Sedangkan aspek psikomotor siswa diukur melalui pengamatan pelaksanaan eksperimen cara siswa menyelesaikan masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
a. Definisi operasional Prestasi belajar adalah skor yang diperoleh siswa melalui tes (prestasi belajar kognitif siswa) dan melalui pedoman penilaian afektif siswa (prestasi belajar afektif siswa) serta pengamatan langsung kemampuan merangkai alat-alat (prestasi belajar psikomotor), yang menggambarkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep materi listrik dinamis, setelah siswa diberi pembelajaran menggunakan metode PBL problem solving dan metode PBL problem posing. b. Skala pengukuran Prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor, semuanya berskala interval. c. Indikator
Sebaliknya, siswa yang tergolong kelompok bawah jika skor prestasi belajar siswa < mean prestasi belajar siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh testi (orang yang dites) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu. Pada penelitian ini menggunakan beberapa bentuk tes yaitu tes tertulis atau tes prestasi belajar fisika ranah kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Teknik nontes dengan menggunakan angket yang dilakukan sebelum, saat proses belajar, dan sesudah proses belajar fisika pada materi listrik dinamik dilakukan. Angket yang dilakukan sebelum proses belajar berlangsung dengan tujuan untuk mengukur kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa. Dan angket pada saat proses belajar
berlangsung dengan tujuan untuk mengukur
prestasi belajar fisika ranah psikomotor. Sedangkan angket yang dilakukan sesudah proses belajar berlangsung dengan tujuan untuk mengukur prestasi belajar fisika ranah afektif, untuk mendukung data dalam mendeskripsikan dan melengkapi hasil penelitian ini.
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pelaksanaan penelitian Instrumen
pelaksanaan
penelitian terdiri atas: silabus, rancangan
pelaksanaan pembelajaran, dan LKS menggunakan metode PBL problem solving dan PBL problem posing. 2. Instrumen pengambilan data Instrumen pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket kreativitas siswa, angket keterampilan berpikir kritis, angket prestasi belajar afektif siswa, angket prestasi belajar psikomotor siswa, dan prestasi belajar kognitif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
H. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen penelitian ini mencakup uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya beda sebagai berikut: 1. Uji Validitas Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono: 2009).
Suatu tes harus dapat
mengukur kemampuan yang sudah dikuasai oleh anak. Jenis validasi yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi atau content validity dan validitas konstruksi (construct validity) a)
Validitas Isi Validitas isi adalah sebuah validitas instrumen yang menunjukkan bahwa isi
dari instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada dan mewakili setiap aspek yang akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi, maka sebelum menyusun instrumen tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah dosen pembimbing yang terdiri dari pembimbing 1 dan pembimbing 2, dan validator Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. Dosen Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta. b) Validitas Konstruksi Validitas konstruksi adalah validitas sebuah instrumen yang menunjukkan bahwa bentuk instrumen yang dipilih telah sesuai dengan Untuk
mendapatkan
validitas
konstruksi,
dapat
yang akan diukur. dilakukan
dengan
mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing setiap langkah penyusunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
instrumen serta mengujicobakan instrumen tersebut sebelum digunakan sebagai alat ukur. Uji validitas instrumen tes prestasi belajar ranah kognitif adalah uji butir soal (item) menggunakan persamaan korelasi product moment (rxy) dari Karl Pearson, sebagai berikut :
dengan, rxy = Korelasi product moment Pearson n = jumlah sampel x = skor tiap item soal (dari subyek uji coba) y = total skor (dari subyek uji coba)
dilakukan uji validitas item tes prestasi belajar ranah kognitif, maka butir soal yang tidak valid didrop (tidak digunakan) sebagai instrumen tes. Setelah dilakukan uji validitas item tes prestasi kognitif dengan jumlah soal 35 butir diperoleh 25 soal valid dan 10 soal invalid, tersaji dalam tabel berikut : Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif Uji Validitas
Nomor Soal
Total
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, Valid
25 18,19,22, 23, 26, 30, 31, 32, 33,
Invalid
7, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 34, 35 Jumlah
commit to user
10 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Soal tidak valid, tidak digunakan sebagai instrumen tes prestasi belajar, karena semua indikator sudah terwakili oleh soal nomor 8, 1, 2, 32, 14, 12, 19, 26, 31, 14. Untuk angket kreativitas setelah diujicobakan dan dianalisisa dari 44 butir soal didapatkan semua item valid. Demikian pula untuk angket keterampilan berpikir kritis setelah diuji cobakan dan dianalisa dari 35 butir soal didapatkan semua item valid. 2.Uji Reliabilitas Untuk mengetahui suatu tes bermutu atau tidak salah satunya dapat dilihat dari tahap reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono:2009). Suatu tes dapat dikatakan taraf reliabilitasnya baik jika skor hasil yang diperoleh tidak menunjukkan penyimpangan yang terlalu besar. Uji reliabilitas menggunakan format K
R. 20, seperti pada persamaan berikut:
dengan, p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah
N = banyak item S = standar deviasi tes Kriteria reliabilitas dengan batasan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
inggi Setelah dilakukan uji reliabilitas item soal ukur prestasi aspek kognitif diperoleh r11 = 0,921 ini berarti reliabilitas instrumen prestasi dikategorikan sangat tinggi. Untuk uji reliabilitas tes kreativitas, keterampilan berpikir kritis dan tes afektif siswa menggunakan persamaan berikut ,
dengan, k = banyaknya butir soal Si = varians butir S2 = varians total Kriteria : r11 < 0,20 , instrumen dikategorikan rendah. 0,20 < r11< 0,40 instrumen dikategorikan sangat rendah 0,40 < r11 < 0,60 instrumen dikategorikan agak rendah 0,60 < r11 < 0,80 instrumen dikategorikan cukup 0,80 < r11 < 1,00 instrumen dikategorikan tinggi r11 > 1,00 instrumen dikategorikan sangat tinggi Setelah diujicobakan dan dianalitas didapatkan hasil untuk angket kreativitas r11 = 0,940, untuk angket keterampilan berpikir kritis r11 = 0,961, dan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
angket prestasi belajar afektif r11 = 0,920, ini berarti bahwa baik angket kreativitas, keterampilan berpikir kritis maupun angket prestasi belajar afektif memiliki reliabilitas tinggi. 3. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Untuk tes prestasi belajar selain uji validitas dan reliabilitas perlu uji Taraf
hasil perbandingan antara jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu Taraf kesukaran dapat dicari dengan rumus :
dengan, B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa Kriteria Taraf kesukaran Butir Soal: Soal dengan P = 0,10 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran pada item soal prestasi diperoleh 8 butir soal mudah, 19 butir soal sedang dan 8 butir soal sukar. Dari hasil uji taraf kesukaran kognitif penelitian tersaji dalam Tabel 3.4.
commit to user
item soal yang dipakai dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 3.3. Hasil Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Taraf kesukaran
Nomor Soal
Total
Mudah
8, 9, 12, 15, 17, 30, 32
7
Sedang
1, 2, 3, 5, 10, 13, 16, 19, 22, 23, 33
11
Sukar
4, 6, 11, 14, 18, 26, 31
7
Jumlah
25
Soal tidak dipakai dalam penelitian, mudah satu nomor yaitu nomor 20, sedang delapan nomor yaitu nomor 7, 24, 25, 27, 28, 29, 34, 35 dan sukar satu nomor yaitu nomor 21, karena soal pada nomor tersebut merupakan soal yang tidak valid dalam uji validitas butir soal dan indikator pada soal nomor tersebut sudah terwakili. 4. Uji daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda (D) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah (kurang pandai). Untuk menghitung daya beda soal pada penelitian ini digunakan persamaan: BA Dp =
BB -
NA
NB
dengan, NA = banyaknya peserta kelompok atas NB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Kriteria: DP < 0,20 instrumen dikategorikan jelek 0,20 < DP < 0,40 instrumen dikategorikan Cukup 0,40 < DP < 0,70 instrumen dikategorikan Baik DP > 0,70 instrumen dikategorikan sangat baik Setelah dilakukan pengujian daya beda pada item tes prestasi belajar kognitif diperoleh 14 butir soal baik, 15 butir soal cukup dan 6 butir soal jelek. Dari hasil uji Daya beda Tes Prestasi Kognitif yang dipakai dalam penelitian adalah: Tabel 3.4. Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Daya pembeda
Nomor Soal
Total
Baik
2, 3, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 16, 19, 22, 30, 32, 33
14
Cukup
1, 4, 8, 9, 11, 15, 17, 18, 23, 26, 31
11
Jumlah
25
Soal dengan daya beda jelek tidak dipakai yaitu nomor 7, 20, 24, 29, 34, 35 dan daya beda cukup tidak dipakai yaitu nomor 21, 25, 27, 28. Karena nomor tersebut pada uji validitas merupakan soal yang tidak valid. Dan indikator-indikator soal nomor tersebut sudah terwakili. I. Teknik Analisis Data Data Penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji prasarat analisis dan uji hipotesis penelitian. Uji prasarat analisis, terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan uji hipotesis penelitian menggunakan statistik parametrik dengan anava tiga jalan. Perhitungan uji prasarat analisis dan uji hipotesis menggunakan Microsoft Excel sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
1. Uji Prasarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji Normalitas. Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorovdimana harga P-value data yang diperole maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data tersebut dari populasi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Bab IV halaman 106. b. Uji Homogenitas Dalam teknik analisis varians, selain uji normalitas. Sampel dari populasi yang terdiri dari tiga varians dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah varians-varians tersebut sama atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang sama dikatakan populasi-populasi yang homogen. Dalam penelitian ini menggunakan uji-F dengan bantuan software SPSS 18.00 test L -value data yang diperoleh lebih besar
berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat di Bab IV halaman 110. 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Anava Uji hipotesis menggunakan analasis teknik anava 3 jalan yang melibatkan tiga variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kreativitas dan keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
berpikir kritis, dengan ketentuan jika p-value > 0,05 maka hipotesis nol diterima, sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Hipotesis penelitian: H0A : Tidak ada pengaruh antara
metode pembelajaran PBL problem
solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada pengaruh antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. H0B : Tidak ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. H1B : Ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. H0C : Tidak ada pengaruh pengaruh antara keterampilan berpikir kritis siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. H1C : Ada pengaruh antara keterampilan berpikir kritis siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. H0AB : Tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan prestasi belajar siswa. H1AB : Ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan prestasi belajar siswa. H0AC : Tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. H1AC : Ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. H0BC : Tidak ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. H1BC : Ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. H0ABC : Tidak ada interaksi antara kreatifitas siswa, keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. H1ABC : Ada interaksi antara kreatifitas siswa, keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa. Hasil uji anava tiga jalan dapat dilihat di Bab IV halaman 110. b. Uji Lanjut Anava Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini adalah melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui bagian-bagian yang terdapat rerata berbeda. Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava model komparasi ganda dengan Uji Scheffe, menggunakan SPSS 18. Hasil uji lanjut anava bisa dilihat pada Bab IV halaman119.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas: (1) kreativitas; (2) keterampilan berpikir kritis; (3) prestasi belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Data diperoleh dari kelas XI IPA 2 sebagai kelas dengan metode PBL problem posing dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas dengan metode PBL problem solving. Adapun deskripsi masing-masing data dipaparkan sebagai berikut: Dalam penelitian ini data prestasi belajar siswa diambil ketika pembelajaran pembelajaran
sedang
berlangsung
(psikomotor)
dan
setelah
kegiatan
(ranah kognitif dan afektif) dengan menggunakan metode
pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing telah selesai. Data diperoleh dari kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen pertama
dengan
menggunakan metode PBL problem posing dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen kedua dengan metode PBL problem solving. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data rata-rata prestasi belajar yang terbagi atas dua kelompok belajar yaitu PBL problem solving dan PBL problem posing.
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Metode Pembelajaran Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil eksperimen yang dilakukan dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing. Prestasi belajar ini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang tercermin pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing Metode Problem Solving Problem Posing
Kognitif 74,47 77,71
Prestasi Belajar Afektif Psikomotor 78,56 89,71 79,41 91,29
Gambar 4.1. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 terlihat perbandingan prestasi belajar pada ranah kognitif metode PBL problem solving 74,47 dan PBL problem posing 77,71. Pada ranah afektif metode PBL problem solving 78,56 sedangkan PBL problem posing 79,41. Pada ranah psikomotor metode PBL problem solving 89,71 sedangkan PBL problem posing 91,29. Dari ketiga ranah belajar tersebut ternyata siswa yang belajar dengan menggunakan metode PBL problem posing memperoleh nilai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan menggunakan metode PBL problem solving. 2.
Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kreativitas Berikut ini disajikan data rata-rata prestasi belajar berdasarkan
kreativitas. Tabel 4.2. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Kreativitas Prestasi Belajar
Kreativitas Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
Kognitif 81,12 71,06
commit to user
Afektif 81,94 76,03
Psikomotor 92,71 88,29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Gambar 4.2. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar berdasarkan Kreativitas
Pada Tabel 4.2 terlihat perbandingan hasil rata-rata prestasi belajar kelompok kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata prestasi belajar pada kelompok kreativitas tinggi memperoleh nilai kognitif 81,12, afektif 81,94 dan psikomotor 92,71. Sedangkan pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai kognitif 71,06, afektif 76,03 dan psikomotor 88,29. Pada Tabel tersebut bisa dikatakan bahwa nilai prestasi belajar dari kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mengetahui gambaran lebih rinci tentang prestasi belajar berdasarkan kreativitas, berikut ini ditampilkan tabel tentang sebaran prestasi belajar baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
a. Prestasi Belajar Kognitif Tabel 4.3. Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas Nilai interval 56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90 91 - 97 Jumlah
Kreativitas Tinggi Frekuensi Prosentase (%) 2,94 1 5,88 2 23,53 8 17,65 6 35,29 12 14,71 5 34 100
Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) 23,53 8 26,47 9 32,35 11 5,88 2 8,82 3 2,94 1 34 100
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 56-62 sebanyak 2,94% atau 1 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih kelompok ini adalah 84-90 sebanyak 35,29% atau 12 siswa dan nilai tertinggi pada interval 91-97 sebanyak 14,71% atau 5 siswa. Sedangkan pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 56-62 sebanyak 23,53% atau 8 siswa, interval nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
yang paling banyak diraih adalah 70-76 sebanyak 32,35% atau 11 siswa dan nilai tertinggi pada interval 91-97 diraih 2,94% atau 1 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah kognitif kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah. b. Prestasi Belajar Afektif Tabel 4.4. Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas Nilai interval 68 - 74 75 - 81 82 - 95 Jumlah
Kreativitas Tinggi Frekuensi Prosentase (%) 14,71 5 26,47 9 20 34
58,82 100
Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) 38,24 13 50,00 17 4 34
11,76 100
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 68-74 sebanyak 14,71% atau 5 siswa, interval nilai yang paling banyak diperoleh siswa sekaligus menjadi nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
tertinggi yaitu pada interval 82-95 sebanyak 58,82% atau 20 siswa. Sedangkan pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 68-74 sebanyak 38,24% atau 13 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada kelompok ini adalah 75-81 sebanyak 50% atau 17 siswa dan nilai tertinggi pada interval 82-95 diraih 11,76% atau 4 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah afektif kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah. c. Prestasi Belajar Psikomotor Tabel 4.5. Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas Nilai interval 80 - 86 87 - 93 94 - 100 Jumlah
Kreativitas Tinggi Frekuensi Prosentase (%) 14,71 5 41,18 14 44,12 15 34 100
Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) 38,24 13 44,12 15 17,65 6 34 100
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 80-86 sebanyak 14,71% atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
5 siswa, pada interval 87-93 diraih 41,18% atau 14 siswa dan nilai tertinggi pada interval 94-100 sebanyak 44,12 % atau 15 siswa. Sedangkan pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 80-86 sebanyak 38,24% atau 13 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada kelompok ini adalah 87-93 sebanyak 44,12% atau 15 siswa dan nilai tertinggi pada interval 94100 diraih 17,65% atau 6 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah psikomotor kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah. 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Data rata-rata prestasi belajar berdasarkan keterampilan berpikir kritis.tersaji pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Kognitif 82,63 70,28
commit to user
Prestasi Belajar Afektif Psikomotor 83,41 93,78 75,06 87,58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Gambar 4.6. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Tabel 4.6. terlihat perbandingan hasil rata-rata prestasi belajar kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi dan keterampilan berpikir kritis rendah. Pada Tabel 4.6. terlihat bahwa rata-rata prestasi belajar pada kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh nilai kognitif 82,63, afektif 83,41 dan psikomotor 93,78. Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai kognitif 70,28, afektif 75,06 dan psikomotor 87,58. Pada Tabel tersebut bisa dikatakan bahwa nilai prestasi belajar dari kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir kritis rendah baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut ini ditampilkan tabel tentang sebaran prestasi belajar baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
a. Prestasi Belajar Kognitif Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini juga dilihat dari keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis terbagi menjadi dua yaitu keterampilan berpikir kritis tinggi dan keterampilan berpikir kritis rendah. Hasil prestasi belajar kognitif berdasarkan keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Nilai interval 56 - 62 63 - 69 70 - 76 77 - 83 84 - 90 91 - 97 Jumlah
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Frekuensi Prosentase (%) 0,00 0 3,13 1 25,00 8 18,75 6 37,50 12 15,63 5 32 100
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Frekuensi Prosentase (%) 22,22 8 27,78 10 30,56 11 8,33 3 8,33 3 2,78 1 36 100
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 terlihat bahwa pada kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 63-69 sebanyak 3,13% atau 1 siswa, nilai yang paling banyak diperoleh siswa pada interval 84-90 diraih 37,50% atau 12 siswa dan nilai tertinggi pada interval 91-97 sebanyak 15,63 % atau 5 siswa. Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 56-62 sebanyak 22,22% atau 8 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada kelompok ini adalah 70-76 sebanyak 30,56% atau 11 siswa dan nilai tertinggi pada interval 9197 diraih 2,78% atau 1 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah kognitif kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir kritis rendah. c. Prestasi Belajar Afektif Tabel 4.8. Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Nilai interval 68 74 75 81 82 95 Jumlah
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Frekuensi 1 11 20 32
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Prosentase (%) 3,13 34,38 62,50 100
commit to user
Frekuensi 17 15 4 36
Prosentase (%) 47,22 41,67 11,11 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8 terlihat bahwa pada kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 68-74 sebanyak 3,13% atau 1 siswa, nilai interval yang paling banyak sekaligus paling tinggi diperoleh siswa pada interval 82-95 diraih 62,50% atau 20 siswa. Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai terendah sekaligus nilai interval yang paling banyak diperoleh siswa yaitu pada interval 68-74 sebanyak 47,22% atau 17 siswa dan nilai tertinggi diperoleh siswa pada interval nilai 82-95 sebanyak 11,11% atau 4 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah afektif kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir kritis rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
d. Prestasi Belajar Psikomotor Tabel 4.9. Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Nilai interval 80 - 86 87 - 93 94 - 100 Jumlah
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Frekuensi Prosentase (%) 12,50 4 37,50 12 50,00 16 32
100
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Frekuensi Prosentase (%) 44,44 16 41,67 15 13,89 5 36
100
Gambar 4.9. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Hasil prestasi belajar psikomotor pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 terlihat bahwa pada kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 80-86 sebanyak 12,50% atau 4 siswa, nilai interval yang paling banyak sekaligus menjadi nilai paling tinggi diperoleh siswa pada interval 94-100 diraih 50,00% atau 16 siswa. Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai terendah dan paling banyak diperoleh siswa pada interval 80-86 sebanyak 44,44% atau 16 siswa dan nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
tertinggi pada interval 94-100 sebanyak 13,89% atau 5 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah psikomotor kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir kritis rendah. B. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansinya homogen atau tidak. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 18. Pada Pengujian jika syarat normal dan homogen maka analisis dapat di teruskan. 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
Kolmogorov-Smirnov.
Uji
normalitas
ini
P-Value data yang di peroleh
data tersebut dari populasi normal. Rangkuman hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
a). Uji Normalitas Aspek Kognitif Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif NO
Variabel
P-value
Keputusan
Kesimpulan
1
Metode PBL Posing
0,200*
Ho diterima
Data normal
2
Metode PBL Solving
0,200*
Ho diterima
Data normal
3
Kreativitas Rendah
0,200*
Ho diterima
Data normal
4
Kreativitas Tinggi
0.072
Ho diterima
Data normal
5
Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200*
Ho diterima
Data normal
6
Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,109
Ho diterima
Data normal
0,073
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
7 8 9 10 11 12 13 14
Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif baik kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
b). Uji Normalitas Aspek Afektif Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif NO
Variabel
Sig.
Keputusan
Kesimpulan
1
Metode PBL Posing
0,200*
Ho diterima
Data normal
2
Metode PBL Solving
0,200*
Ho diterima
Data normal
3
Kreativitas Rendah
0,200*
Ho diterima
Data normal
4
Kreativitas Tinggi
0,106
Ho diterima
Data normal
5
Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200*
Ho diterima
Data normal
6
Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,138
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
7 8 9 10 11 12 13 14
Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek afektif baik kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
c). Uji Normalitas Aspek Psikomotor Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
NO
Variabel
Sig.
Keputusan
Kesimpulan
1
Metode PBL Posing
0,200*
Ho diterima
Data normal
2
Metode PBL Solving
0,116
Ho diterima
Data normal
3
Kreativitas Rendah
0,054
Ho diterima
Data normal
4
Kreativitas Tinggi
0,200*
Ho diterima
Data normal
5
Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,103
Ho diterima
Data normal
6
Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,056
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,150
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,175
Ho diterima
Data normal
0,200*
Ho diterima
Data normal
0,141
Ho diterima
Data normal
7
8 9 10 11
12 13 14
Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek psikomotor baik kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas, di lampiran 12 halaman 284. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui semua sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-F dengan bantuan software SPSS 18.00 test L dengan ting
bila harga P-value data yang diperoleh lebih = 0,05 maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Jika uji homogenitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji analisis variansi (anava). Rangkuman hasil uji homogenitas pada data prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor adalah sebagai berikut : a. Uji Homogenitas Kognitif Tabel 4.13. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif No
Faktor
P-v
Keputusan Ho
Kesimpulan
1
Metode Metote PBL Solving dan Posing
0,326
Ho diterima
Homogen
2
Kreativitas
0,325
Ho diterima
Homogen
3
Keterampilan berpikir kritis
0,084
Ho diterima
Homogen
4
Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas
0,106
Ho diterima
Homogen
5
Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis
0,678
Ho diterima
Homogen
6
Kreativitas * Keterampilan berpikir kritis
0,099
Ho diterima
Homogen
7
Setiap Sel
0,385
Ho diterima
Homogen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Dari Tabel 4.13. dapat di jelaskan bahwa data hasil uji homogenitas prestasi belajar aspek kognitif menghasilkan P-value
. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen. b. Uji Homogenitas Afektif Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif No
Faktor
P-v
Keputusan Ho
Kesimpulan
1
Metode Metote PBL Solving dan Posing
0,952
Ho diterima
Homogen
2
Kreativitas
0,188
Ho diterima
Homogen
3
Keterampilan berpikir kritis
0,448
Ho diterima
Homogen
4
Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas
0,058
Ho diterima
Homogen
5
Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis
0,793
Ho diterima
Homogen
6
Kreativitas * Keterampilan berpikir kritis
0,66
Ho diterima
Homogen
7
Setiap Sel
0,911
Ho diterima
Homogen
Dari Tabel 4.14. dapat dijelaskan bahwa data hasil uji homogenitas prestasi belajar aspek
afektif menghasilkan P-value
. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
c. Homogenitas Psikomotor Tabel 4.15. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor No
Faktor
P-v
Keputusan Ho
Kesimpulan
1
Metode Metote PBL Solving dan Posing
0,322
Ho diterima
Homogen
2
Kreativitas
0,518
Ho diterima
Homogen
3
Keterampilan berpikir kritis
0,982
Ho diterima
Homogen
4
Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas
0,397
Ho diterima
Homogen
5
Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis
0,418
Ho diterima
Homogen
6
kreativitas * Keterampilan berpikir kritis
0,109
Ho diterima
Homogen
7
Setiap Sel
0,789
Ho diterima
Homogen
Dari Tabel 4.15. dapat di jelaskan bahwa data hasil uji homogenitas prestasi belajar aspek psikomotor menghasilkan P-value
. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas, di lampiran13 halaman 291.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Anava Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh pembelajaran dengan metode PBL problem solving dan PBL problem posing ditinjau dari kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik anava 3 jalan yang melibatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
tiga variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hasil uji hipotesis pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dapat dilihat pada tabel 4.16. Dengan ketentuan jika p-value > 0,05 maka hipotesis nol diterima, sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Kognitif No.
Yang di Uji
F hitung
p-value
Hipotesis
7,519
0,008
H0A ditolak
Hasil Uji ada Perbedaan
1
PBL
(berpengaruh) ada Perbedaan
2
kreativitas
22,617
0,000
H0B ditolak
3
keterampilan_berpikir _kritis
37,365
0,000
H0c ditolak
PBL * kreativitas
1,190
4
(berpengaruh) ada Perbedaan
0,280
H0AB Tidak ditolak /diterima
(berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh)
PBL * Ada Interaksi keterampilan_berpikir 4,444 0,039 H0AC ditolak (berpengaruh) _kritis kreativitas * Ada Interaksi 6 keterampilan_berpikir 6,337 0,015 H0BC ditolak (berpengaruh) _kritis PBL * kreativitas * H0ABC Tidak Tidak Ada Interaksi 7 keterampilan_berpikir 0,128 0,722 ditolak (tidak berpengaruh) _kritis /diterima Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas dapat disimpulkan 5
sebagai berikut: a.
Hipotesis 1 (HoA) : diperoleh nilai F hitung = 7,519 dengan probabilitas pvalue = 0,008. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
prestasi belajar kognitif. b. Hipotesis 2 (H oB): diperoleh nilai F hitung = 22,617 dengan probabilitas p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif. c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 37,365 dengan p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif. d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 1,190 dengan p-value = 0,280. Oleh karena p-value > 0,05;
maka Ho diterima, berarti Interaksi antara
Metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 4,444 dengan p-value = 0,039. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. f. Hipotesis 6 (HoBC) : diperoleh nilai F hitung = 6,337 dengan p-value = 0,015. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. g. Hipotesis 7 (HoABC) : diperoleh nilai F hitung = 0,128 dengan p-value = 0,772 Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Metode PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Rangkuman hasil uji anava pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.17. Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Afektif. No.
Yang di Uji
F hitung
p-value
Hipotesis
Hasil Uji Tidak ada Perbedaan (tidak berpengaruh)
1
PBL
1,690
0,199
H0A tidak ditolak/ diterima
2
kreativitas
27,195
0,000
H0B ditolak
ada Perbedaan (berpengaruh) ada Perbedaan
3
keterampilan_berpikir _kritis
56,650
0,000
H0c ditolak
4
PBL * kreativitas
5,296
0,025
H0AB ditolak
(berpengaruh) Ada Interaksi
5
6
7
PBL * keterampilan_berpikir _kritis kreativitas *keterampilan_berpiki r_kritis PBL * kreativitas * keterampilan_berpikir _kritis
3,954
7,542
1,595
0,051
0,008
0,212
H0AC Tidak ditolak /diterima H0BC ditolak H0ABC Tidak ditolak /diterima
(berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh) Ada Interaksi (berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 1,690 dengan probabilitas p-value=0,199. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
b. Hipotesis 4 (H oB): diperoleh nilai F hitung = 26,195 dengan probabilitas pvalue = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 56,650 dengan p-value= 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
afektif. d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 4,296 dengan p-value = 0,025. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti Interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 3,954 dengan p-value = 0,051. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 7,542 dengan p-value = 0,008. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. g. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 1,595 dengan p-value = 0,212 Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
metode PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Rangkuman hasil uji anava tiga jalan pada prestasi belajar siswa aspek psikomotor terlihat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Psikomotor No.
Yang di Uji
F hitung
p-value
Hipotesis
6,117
0,016
H0A ditolak
Hasil Uji ada Perbedaan
1
2
3
4
5
6
7
PBL
kreativitas
11,978
H0B ditolak
ada Perbedaan (berpengaruh) ada Perbedaan
keterampilan_berpikir _kritis
14,688
PBL * kreativitas
0,432
PBL * keterampilan_berpikir _kritis kreativitas* keterampilan_berpikir _kritis PBL * kreativitas *keterampilan_berpiki r_kritis
0,001
(berpengaruh)
0,151
0,295
0,000
0,514
0,699
0,589
H0c ditolak H0AB Tidak ditolak /diterima H0AC Tidak ditolak /diterima H0BC Tidak ditolak /diterima
(berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh) Tidak Ada Interaksi (tidak berpengaruh) Ada Interaksi
4,448
0,039
H0ABC ditolak
(berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 6,117 dengan probabilitas p-value=0,016. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
b. Hipotesis 2 (H oB): diperoleh nilai F hitung = 11,978 dengan probabilitas p-value = 0,001. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor. c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 14,688 dengan p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
psikomotor. d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,432 dengan p-value = 0,514. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti Interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,151 dengan p-value = 0,699. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 0,295 dengan p-value = 0,589. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis
tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. g.
Hipotesis 7 (H oABC): diperoleh nilai F hitung = 4,448 dengan p-value = 0,039 Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan keterampilan berpikir kritis
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
psikomotor. Hasil uji anava, di lampiran 14 halaman 299. 2. Uji Lanjut Uji anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas, variable moderator dan variable terikat. Dalam penelitian ini uji lanjut anava prestasi belajar dilakukan pada hipotesis 4 sampai 7. Hipotesis 1, 2 dan 3 tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hanya terdapat dua variabel, sedangkan uji lanjut dilakukan untuk pengujian hipotesis yang terdapat lebih dari dua variabel. a.
Uji lanjut Hipotesis 4 (HoAB) Hipotesis H0AB adalah interaksi metode PBL melalui PBL problem
solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar afektif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL Pada gambar 4.10 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis antara metode PBL dengan kreativitas (tinggi dan rendah), dan bila ditarik garis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL problem solving dan PBL problem posing melalui kreativitas (tinggi dan rendah) yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam Tabel 4.19. Tabel 4.19. Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL Prestasi Belajar Interaksi PBL Kreativitas
Interaksi PBL - Kreativitas
Posing - Kreativitas Tinggi Posing - Kreativitas Rendah
Solving- Kreativitas Rendah Solving- Kreativitas Tinggi Posing - Kreativitas Rendah
Posing - Kreativitas Tinggi
Solving- Kreativitas Rendah Solving- Kreativitas Tinggi Posing - Kreativitas Rendah
Solving- Kreativitas Rendah
Posing - Kreativitas Tinggi Solving- Kreativitas Tinggi Posing - Kreativitas Rendah
Solving- Kreativitas Tinggi
Posing - Kreativitas Tinggi Solving- Kreativitas Rendah
Afektif Mean (I-J)
Sig.
-5,1868*
0,007
3,4911
0,087
-5,0159*
0,003
5,1868 *
0,007
8,6779 *
0
0,1709
1
-3,4911
0,087
-8,6779*
0
-8,5069*
0
5,0159 *
0,003
-0,1709
1
8,5069 *
0
Dari Tabel 4.19 dapat diperoleh kesimpulan: 1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 5,1868 dan probabilitas (sig) p= 0,007. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 8,5069 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))= 3,4911 dan probabilitas (sig) p= 0,087. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J))= 0,1709 dan probabilitas (sig) p= 1,000. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(IJ))= 8,6779 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving dengan kreativitas (rendah dan tinggi) (Mean Difference(I-J))= 5,0159 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
probabilitas (sig) p= 0,003. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving dengan kreativitas (rendah dan tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 3. Uji lanjut Hipotesis 5 (HoAC) Hipotesis H0AB adalah interaksi metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar kognitif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL Solving dan Posing
Pada Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis antara metode PBL dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah), dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL problem solving dan PBL problem posing melalui keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam Tabel 4.20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Tabel 4.20. Estimed Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL
Interaksi PBL Keterampilan Berpikir Kritis
Posing Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Posing Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi SolvingKeterampilan Berpikir Kritis Rendah SolvingKeterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Prestasi Belajar Kognitif
Interaksi PBL - Keterampilan Berpikir Kritis
Mean (I-J)
Sig.
-10,0000*
0,001
5,4444
0,124
-9,2500 *
0,002
10,0000*
0,001
15,4444*
0
0,75
0,992
-5,4444
0,124
-15,4444*
0
-14,6944*
0
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
9,2500*
0,002
-0,75
0,992
Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
14,6944*
0
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Dari Tabel 4. 20 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 10,000 dan probabilitas (sig) p= 0,001. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 14,6944 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,444 dan probabilitas (sig) p = 0,124. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) (Mean Difference(I-J))= 0,7500 dan probabilitas (sig) p= 0,992. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(IJ)) = 15,444 dan probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (rendah dan tinggi) (Mean Difference(I-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
J))= 9,2500 dan probabilitas (sig) p = 0,002. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (rendah dan tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. 4. Uji lanjut Hipotesis 6 (HoBC) Hipotesis H0AB adalah interaksi keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.12.
(a)
(b)
Gambar 4.12 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL, (a) Kognitif; (b) Afektif Pada Gambar 4.12 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah), dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) mana yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam Tabel 4.21. Tabel 4.21. Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Interaksi Keterampilan Berpikir KritisKreativitas Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Kreativitas Tinggi
Prestasi Belajar Interaksi Keterampilan Berpikir Kritis-Kreativitas Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah
Kognitif Mean (I-J)
Afektif Mean Sig. (I-J)
Sig.
-10,6421*
0
-2,8027
0,265
-14,1366*
0
0,007
-17,7874*
0
-4,9565* 12,5676*
10,6421 *
0
2,8027
0,265
-3,4945
0.607
-2,1538
0,587
-7,1453*
0.043
-9,7650*
0
14,1366 *
0
4,9565*
0,007
3,4945
0,607
2,1538
0,587
-3,6508
0,506
-7,6111*
0
17,7874 *
0
12,5676*
0
7,1453 *
0,043
9,7650*
0
3,6508
0,506
7,6111*
0
0
Dari Tabel 4. 21 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (rendah) dengan kretivitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 10,6421 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (rendah) dengan kretivitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))=
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
2,8027 dan probabilitas (sig) p= 0,265. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 2) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 3,4945 dan probabilitas (sig) p= 0,607. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kretivitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 7,6111 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 3) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))= 14,1366 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))= 4,9565 dan probabilitas (sig) p= 0,007. karena nilai p < 0,05 maka interaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 4) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kretivitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 7,1453 dan probabilitas (sig) p = 0,043. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 9,7650 dan probabilitas (sig) p = 0,043. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif. 5) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah)
(Mean
Difference(I-J))= 17,7874 dan probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah)
(Mean
Difference(I-J))= 12,5676 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
5. Uji lanjut Hipotesis 7 (HoABC) Hipotesis H0BC adalah interaksi metode PBL dengan kreativitas (tinggi dan rendah) dan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar psikomotor. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan Keterampilan Berpikir Kritis (Tinggi dan Rendah) dan Kreativitas (Tinggi dan Rendah) Pada Gambar 4.13 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis antara PBL melalui PBL problem posing dan PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah), dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Gambar 4.14 . Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan Keterampilan Berpikir Kritis (Tinggi dan Rendah) dan Kreativitas (Tinggi dan Rendah) Pada gambar 4.14 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis antara perpotongan garis antara PBL problem posing dan PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah), dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL melalui kreativitas (tinggi dan rendah) dengan ketrampilan berpikir kritis
(tinggi dan
rendah), tersaji dalam tabel 4.22. Tabel 4.22 dilampiran 15 Halaman 324.
Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,2923 dan probabilitas (sig) p = 0,732. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kretivitas (rendah) (Mean Difference(IJ)) = 6,0673 dan probabilitas (sig) p = 0,357. karena nilai p > 0,05 maka metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 7,5673 dan probabilitas (sig) p = 0,113. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(IJ))= 2,2750 dan probabilitas (sig) p = 0,998. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(IJ)) = 1,500 dan probabilitas (sig) p = 1,000. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 1,7750 dan probabilitas (sig) p = 0,999. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 1,9000 dan probabilitas (sig) p = 0,999. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 7) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 10,1000 dan probabilitas (sig) p = 0,007. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 8) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(IJ)) = 8,2000 dan probabilitas (sig) p = 0,164. karena nilai p > 0,05 maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 9) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(IJ)) = 8,3250 dan probabilitas (sig) p = 0,084. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 10) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,2250 dan probabilitas (sig) p = 0,815. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 11) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 0,1923 dan probabilitas (sig) p = 1,000. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
12) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 7,3750 dan probabilitas (sig) p= 0,341. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 13) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 7,500 dan probabilitas (sig) p= 0,224. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 14) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 1,7077 dan probabilitas (sig) p = 0,998. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 15) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 5,225 dan probabilitas (sig) p= 0,815. karena nilai p>0,05
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 16) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,8750 dan probabilitas (sig) p= 0,644. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 17) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 0,8250 dan probabilitas (sig) p = 1,000. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor. 18) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 9,2750 dan probabilitas (sig) p = 0,033 karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar, ada atau tidak adanya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, ada atau tidak adanya pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi rendah terhadap prestasi belajar, dan ada atau tidak adanya pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar ditinjau dari kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini menghasilkan setidaknya
beberapa temuan antara lain; metode pembelajaran, keterampilan berpikir kritis dan kreativitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Secara rinci, pembahasan mengenai hasil pengujian pada masing-masng hipotesis dapat dilihat dibawah ini.
1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama yang diangkat dalam penelitian ini adalah ada pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar kognitif dan psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran metode PBL problem solving dengan siswa yang diberi pembelajaran PBL problem posing. Siswa yang diajar dengan metode PBL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
problem posing menghasilkan prestasi belajar kognitif dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan metode PBL problem solving. Melalui pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan pada aspek kognitif diperoleh harga FHit = 7,519 dengan p-Value = 0,008. Oleh karena harga p-Value < 0,05; maka H 0 ditolak yang berarti ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada aspek afektif harga FHit = 1,690 dengan p-Value = 0,199. Oleh karena harga p-Value > 0,05; maka H 0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar afektif dan pada aspek psikomotor harga FHit = 6,117 dengan p-Value = 0,016. Oleh karena harga p-Value < 0,05; maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar psikomotor. Secara umum kedua model pembelajaran diatas memberikan hasil positif terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan tingginya pencapaian hasil tes prestasi belajar yang diberikan. Adanya kesamaan karakteristik dari kedua model pembelajaran diduga ikut mempengaruhi secara langsung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Keterlibatan pembelajaran secara aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri menjadi poin penting guna mewujudkan proses belajar mandiri sesuai dengan prinsip-prinsip yang dikandung dalam model pembelajaran ini. Hasil dari temuan tersebut tentunya sejalan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu antara lain, penelitian dilakukan oleh Irwan (2011) yang menyimpulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Hal ini disebabkan pada pembelajaran dengan pendekatan tersebut tercipta suasana pembelajaran yang lebih kondusif, aktivitas dan kerjasama siswa meningkat. Proses pengajuan masalah memicu siswa untuk lebih aktif dalam belajar yang pada akhirnya meningkatkan penalaran dalam memahami situasi yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Murdiana (2009) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa metode pembelajaran problem posing lebih efektif dari pada problem solving yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai akuntansi jurnal khusus pada perusahaaan dagang dengan metode problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan problem solving. Hasil analisis uji lanjut anava dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PBL problem posing menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotrik lebih besar dari pada siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL problem solving, dinilai sebagai suatu kewajaran mengingat salah satu keunggulan yang dimiliki model tersebut adalah membangun atau membentuk masalah. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua adalah ada perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan diperoleh harga FHit pada aspek kognitif sebesar 22,617 dengan p-Value sebesar 0,000, pada aspek afektif harga FHit sebesar 27,195 dengan p-Value sebesar 0,000 dan pada aspek psikomotor harga FHit sebesar 11,978 dengan p-Value sebesar 0,001. Oleh karena pada semua aspek harga p-Value < 0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Temuan ini sejalan dengan penelitian Oon-Seng Tan, Stefanie Chye, dan Chua-Tee Teo (2009) tentang PBL dan kreativitas. Penelitian ini berupa penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-2008) untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa. Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya dipertanyakan. Perhatian seharusnya dilatihkan dalam memproklamasikan PBL sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan kita dalam memelihara kreativitas siswa. Dapat disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan. Pada tabel 4.20 terlihat bahwa rerata hasil belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah, baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dari siswa yeng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
memiliki kreativitas rendah karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Ciriciri siswa yang kreativitasnya tinggi antara lain: a) kelancaran berfikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; b) Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; c)
Orisinalitas
(keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli; d) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide tersebut secara terperinci. Karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki banyak gagasan dan mampu mengembangkan ide-ide dalam mengatasi persoalan baru sehingga kelompok ini tidak kesulitan bila menjumpai kasus yang lebih aplikatif. Dengan demikian siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih mudah mengerjakan soal yang bersifat penerapan sehingga prestasi belajarnya lebih baik dari kelompok kreativitas rendah. Dalam proses pembelajaran Listrik Dinamik dengan PBL Problem Solving, pada saat guru mengajukan masalah terkait dengan nilai-nilai besaran pada suatu rangkaian listrik, rangkaian harus didesain oleh siswa, terlihat bahwa siswa yang kreativitasnya tinggi mampu mendesain dengan benar lebih dari dua rangkaian. Siswa yang kreativitasnya tinggi lebih banyak bereksperimen untuk fariasi rangkaian yang berbeda sehingga lebih banyak kesimpulan/pengetahuan yang mereka peroleh. Siswa yang mampu melakukan banyak eksperimen dengsn benar mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang hanya mampu bereksperimen dengan satu rangkaian. 3. Hipotesis Ketiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Hipotesis ketiga adalah ada perbedaan pengaruh antara keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi cenderung menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Melalui pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan diperoleh harga FHit pada aspek kognitif sebesar 37,365 dengan p-Value sebesar 0,000, pada aspek afektif harga FHit sebesar 56,650 dengan p-Value sebesar 0,000 dan pada aspek psikomotor harga FHit sebesar 14,688 dengan p-Value sebesar 0,000. Oleh karena pada ketiga aspek harga p-Value < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Sebagai salah satu dari aktivitas berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis memainkan peranan penting dalam membangun kognisi seseorang. Hal ini karena berpikir kritis sebagai bagian dari sebuah proses aktif dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan daripada hanya menerima informasi secara pasif. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis apabila
mempunyai
kesulitan
dalam
belajar
akan
berpikir
bagaimana
menyelesaikan masalah masalah tersebut berdasar fakta yang terjadi. Sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
suatu kewajaran jika siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tantri Mayasari (2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan memperhatikan keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi akan dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan pula, karena seseorang yang yang memiliki cara berpikir yang baik, dalam arti cara berpikirnya dapat
digunakan untuk menghadapi suatu
permasalahan baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan dengan baik. Dalam proses pembelajaran Listrik Dinamik dengan PBL Problem Posing,
guru menunjukkan dua rangkaian yang kelihatannya sama namun
sebenarnya berbeda, ketika guru bertanya kepada siswa mengapa nyala lampu berbeda? terlihat bahwa siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi mampu menjawab dengan benar. Selanjutnya ketika guru meminta siswa untuk mengajukan masalah terkait dengan obyek yang ditunjukkan oleh guru, terlihat siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih banyak mengajukan masalah dibanding dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, selanjutnya ketika guru meminta menyelesaikan masalah yang mereka rumuskan, untuk siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih cepat menyelesaikan dibanding siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Karena
siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
mempunyai kemampuan lebih cepat menangkap obyek dan mengaitkan dengan pengetahuan yang lain sehingga sehingga wajar jika siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. 4. Hipotesis Keempat Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh nilai FHit = 1,190 dengan p-value = 0,280. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada aspek afektif didapatkan nilai FHit = 5,296 dengan pvalue = 0,025. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai F Hit = 0,432 dengan p-value = 0,514. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. Temuan yang menyatakan adanya
interaksi antara
PBL (Problem
Solving dan Problem Posing) dan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
dipahami karena model pembelajaran ini berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman yang mereka tahu. Pengalaman yang siswa dapatkan selama pembelajaran adalah bimbingan guru selama tahapan: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, menjelaskan topik yang akan dipelajari secara singkat; 2) guru membentuk kelompok siswa secara heterogen antara 5-6 siswa tiap kelompok; 3) tiap kelompok diminta menyusun permasalahan yang sesuai dengan topik yang dibicarakan; 4) guru bersama siswa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang diajukan
oleh
tiap-tiap
kelompok; 5) permasalahan
yang
sudah
teridentifikasi dikembalikan kepada kelompok untuk dipecahkan bersama anggota kelompoknya; 6) siswa melakukan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan masalah dan guru membimbingnya; 7) tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalahnya.. Kreativitas siswa sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran mulai dari merumuskan masalah sampai melakukan percobaan dan sampai akhirnya menemukan sendiri konsep yang tercakup di dalam materi pembelajaran. 5. Hipotesis Kelima Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang interaksi antara metode pembelajaran PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh nilai FHit = 4,444 dengan p-value = 0,039. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada aspek afektif didapatkan nilai FHit = 3,954 dengan p-value = 0,051. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai FHit = 0,151 dengan p-value = 0,699. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing secara bersama-sama dengan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotorik. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar kognitif yang lebih baik jika diajar dengan PBL problem posing dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan PBL problem solving. 6. Hipotesis Keenam Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang interaksi antara keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh nilai F Hit = 6,337 dengan p-value = 0,015. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara keterampilan berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
kritis dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada ranah afektif didapatkan nilai FHit = 7,542 dengan pvalue = 0,008. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara keterampilan berpikir kritis dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
afektif.
Sedangkan interaksi antara
keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai F Hit = 0,295 dengan p-value = 0,589. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara keterampilan berpikir kritis dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor. Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama interaksi antara variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek psikomotorik Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi selalu ingin mencoba sesuatu baru/berbeda dan mereka dengan tekun dan tahan berlama-lama untuk menemukan sesuatu. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi selalu merasa ingin tahu dan selalu terampil dalam pengajuan pertanyaan. Dari kedua faktor internal siswa tersebut mendukung untuk mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
prestasi belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget bahwa siswa yang belajar dengan mengkonstruksi sendiri hasil belajarnya akan lebih bermakna. Selanjutnya di tegaskan oleh Ausubel bahwa peembelajaran yang bermakna akan lebih tahan lama dalam ingatan siswa. 7. Hipotesis Ketujuh Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang interaksi antara metode pembelajaran PBL (Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh nilai FHit = 0,128 dengan p-value = 0,722. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada ranah afektif didapatkan nilai FHit = 1,595 dengan p-value = 0,212. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai F Hit = 4,448 dengan p-value = 0,039. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama interaksi antara variabel penerapan pembelajaran PBL (problem solving dan problem posing), variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek psikomotorik, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar psikomotorik yang lebih baik jika diajar dengan PBL problem posing dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah yang diajar dengan PBL problem solving.
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin baik dalam tahap persiapan sampai dengan proses penelitian berlangsung, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh belum maksimal dan belum mampu memenuhi harapan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang membatasi hasil penelitian ini, antara lain: 1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data semuanya belum merupakan instrumen standar. Karena instrumen tersebut disusun dan dikembangkan oleh penulis sendiri dan baru di ujicobakan satu kali sehingga masih memerlukan uji coba dan analisa yang lebih banyak agar benar-benar standar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
2. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas menyesuaikan dengan jam pelajaran sesuai aturan akademik pada standar isi KTSP. Sehingga pengaruh perlakuan yang diberikan belum membawa dampak yang signifikan. 3. Dalam penelitian ini, peneliti harus mengajar sekaligus mengambil data penilaian afektif dan psikomotor. Peneliti sudah berusaha maksimal untuk melakukan penelitian seobjektif mungkin, namun karena keterbatasan kemampuan indera peneliti dalam pengamatan dapat menyebabkan data yang dihasilkan kurang akurat. 4. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2012/2013. Penulis berpendapat apabila eksperimen dilakukan pada subjek lain dapat menghasilkan keputusan yang berbeda. Hal ini wajar terjadi karena karakteristik yang dimiliki masing-masing sampel berbeda sehingga hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan secara universal untuk semua sampel. 5. Sampel penelitian adalah dua kelas yang dianggap seimbang. Data yang dipakai untuk uji keseimbangan menggunakan nilai raport kelas X semester genap tahun pelajaran 2011-2012, tetapi tidak dilakukan uji statistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Dengan memperhatikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian teori, hipotesis sampai pada pengumpulan data dan pengujian hipotesis, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penggunaan pembelajaran PBL menggunakan problem solving dan problem posing memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek afektif. Dengan kata lain, terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif, dan psikomotorik antara siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving dengan
siswa yang diberi pembelajaran
dengan PBL menggunakan problem posing. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL menggunakan problem posing lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving. 2.
Kreativitas memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Lebih jauh dapat disimpulkan siswa yang memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi
commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. 3.
Keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik antara siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Lebih jauh dapat disimpulkan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang
lebih
baik
dibandingkan
siswa
yang
memiliki
keterampilan berpikir kritis rendah. 4. Pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving dan problem posing secara bersama-sama dengan kreativitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek afektif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan psikomotorik. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi memberikan prestasi belajar afektif yang lebih baik jika diajar dengan PBL menggunakan problem posing dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan PBL menggunakan problem solving. 5. Pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving dan problem posing secara bersama-sama dengan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotorik. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar kognitif yang lebih baik jika diajar dengan PBL menggunakan problem posing dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan PBL menggunakan problem solving. 6. Secara bersama-sama interaksi antara variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek psikomotorik Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah. 7. Secara bersama-sama interaksi antara variabel penerapan pembelajaran PBL menggunakan problem solving dan problem posing, variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek psikomotorik, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar psikomotorik yang lebih baik jika diajar dengan PBL menggunakan problem posing dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan
keterampilan berpikir
kritis
rendah
menggunakan problem solving.
commit to user
yang
diajar
dengan
PBL
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
B. Implikasi
1.
Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah: a.
Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b.
Metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, efektif digunakan pada materi yang banyak dijumpai siswa dalam kehidupan seharihari.
c.
Pembelajaran fisika dengan PBL problem solving, efektif digunakan untuk meningkatkan kreatifitas siswa.
d.
Pembelajaran fisika dengan PBL problem posing efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2.
Implikasi Praktis.
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah: a.
Pembelajaran fisika untuk materi Listrik
Dinamik sebaiknya
guru
menggunakan PBL problem posing. b.
Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis perlu mendapatkan perhatian guna tercapainya prestasi belajar yang optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1.
Kepada Pejabat Pengambil Keputusan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran 2. Kepada para guru a. Sebelum melakukan pembelajaran guru menyiapkan LKS dan peralatan eksperimen dan memastikan bahwa semua peralatan dalam kondisi baik. b. Sebelum melakukan pembelajaran guru mencoba semua peralatan yang akan digunakan siswa untuk eksperimen. c. Guru membentuk kelompok kerja siswa agar anggota kelompoknya heterogen. d. Sebelum melakukan pembelajaran guru memberikan angket kreativitas dan ketrampilan berpikir kritis, siswa yang kreativitas dan ketrampilan berpikir rendah perlu mendapat perhatian, pelatihan dan bimbingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
3. Untuk peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang menekankan pada konsep fisika yang abstrak seperti Atom dan Inti Atom Listrik AC, Gelombang Elektromagnetik dan lain-lain, dengan meninjaunya dari berbagai variabel lain seperti kemampuan awal, gaya berpikir, motivasi berprestasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi.
commit to user